3
Butir – Butir Pancasila
4
• Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa.
• Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya
masing masing
• Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
5
• Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.
• Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
• Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
• Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
• Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
• Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
• Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
• Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
• Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
6
• Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama.
• Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
• Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
• Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
• Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
• Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
• Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
• Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.
• Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
• Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.
7
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
• Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
• Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
• Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
• Menghormati hak orang lain.
• Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
• Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain
• Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
• Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
• Suka bekerja keras.
• Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
• Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
ωωωωω
8
7 Hubungan Pancasila dengan UUD 1945 secara
Formal dan Material
9
sudut pandang legal. Nah, berikut ini merupakan pembahasan
mengenai hubungan Pancasila dengan UUD 1945 secara formal:
10
pembukaan UUD 1945 tidak lain dan tidak bukan merupakan
rumusan dari Pancasila yang kita kenal hingga saat ini. Hal ini
menunjukkan bahwa inti dari pembukaan UUD 1945 ialah
Pancasila itu sendiri.
UUD 1945 yang merupakan sumber hukum tertinggi di
negara ini. Maka dari itu, sejatinya inti dari sumber hukum
tertinggi itu ialah Pancasila. Isi dari UUD 1945 tidak boleh
bertentangan dengan isi dari Pancasila. Ketika terjadi
pertentangan tersebut, maka supremasi hukum di Indonesia
tidak dapat diwujudkan dengan semestinya. Dengan
demikian, keserasian di antara pancasila dengan UUD 1945
merupakan sebuah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar
lagi. semuanya demi terlaksana demokrasi pancasila yang
seharusnya.
11
pembukaan UUD 1945 tidak bergantung pada batang
tubuhnya.
Arti dari hal ini ialah, batang tubuh dari UUD 1945 dapat
terus berubah mengikuti perkembangan zaman selama ia
tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila yang
terdapat di dalam pembukaan UUD 1945. Ketika terjadi
pertentangan di antara batang tubuh dengan Pancasila, maka
hal tersebut haruslah dicegah agar tidak terjadi bentur di
dalam peraturan perundang-undangan. sekalipun demikian,
maka yang tetap harus dipertahankan ialah nilai-nilai yang
dimiliki oleh ideologi negara kita, pancasila.
12
ketentuan di dalam UUD 1945, baik di dalam pembukaan
atau batang tubuhnya.
13
setiap alinea pembukaan UUD 1945. Di dalam alinea
pertama, kita dapat menemukan secara lugas sila kedua dari
Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. sila
pertama dapat kita temui di dalam alinea yang ketiga. Sila
ketiga terdapat di alinea kedua dari pembukaan UUD 1945.
Sila keempat dan kelima dapat secara jelas ditemui di dalam
alinea keempat pembukaan UUD 1945.
14
3. Nilai-Nilai Pancasila Harus Diwujudkan dalam UUD 1945
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, inti dari
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ialah Pancasila. Hal
ini berimplikasi pada adanya suatu kewajiban yang harus
diikuti yaitu setiap nilai-nilai Pancasila yang terdapat di dalam
alinea keempat harus diwujudkan di dalam batang tubuh
UUD 1945. Maka dari itu, ketika kita memperhatikan secara
mendalam setiap pasal di dalam UUD 1945, maka kita dapat
menentukan pasal tersebut merupakan penerapan dari
Pancasila sila keberapa. Untuk saat ini, tidak mungkin ada sila
di dalam Pancasila yang tidak terdapat pembahasannya di
dalam pasal-pasal UUD 1945.
15
mengharuskan dirinya didampingi oleh perubahan peraturan
perundang-undangan pula.
16
Undang-Undang Dasar 1945 RI: Sejarah hingga
Periode Perubahan
Sejarah Awal
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), dibentuk pada 29 April 1945 yang merupakan badan
penyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama
berlangsung, mulai pada 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Sukarno
menyampaikan gagasan tentang 'Dasar Negara' yang diberi nama
Pancasila.
Pada 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk panitia sembilan
untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat 'dengan
kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya' ,
maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah pembukaan UUD 1945.
Disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).
Pada 29 Agustus 1945, pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Naskah rancangan UUD
1945 disusun pada masa sidang ketua Badan Penyelidikan Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Masa sidang ke-2 pada 10-17 Juli
1945 dan Pada 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan UUD 1945
sebagai Undang-undang Dasar Republik Indonesia.
Adapun periode berlaku UUD 1945 hingga Periode Perubahan UUD
1945 :
17
1. Periode Berlakunya UUD 45 (18 Agustus 45 - 27 Desember
49)
Pada 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya, karena Indonesia disibukkan dengan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden
Nomor X, pada 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa kekuasaan
legislatif diserahkan kepada Komite Nasional Indoesia Pusat
(KNIP), karena MPR dan DPR belum terbentuk. Pada 14
November 1945, dibentuk Kabinet Semi-Presidensial (Semi
Parlementer) yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan
perubahan pertama dari sistem pemerintah Indonesia terhadap
UUD 1945.
18
3. Periode UUDS 1950 (17 Agustus 50 - 5 Juli 59)
Pada periode UUDS 1950, diberlakukan sistem Demokrasi
Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal. Pada
periode ini kabinet silih berganti, akibatnya pembangunan tidak
berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan
kepentingan partai atau golongannya.
Rakyat Indonesia kemudian sadar bahwa UUDS 1950 dengan
sistem Demokrasi Liberal tidak cocok karena aturan pokok itu
mengatur bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan sistem
pemerintahan Indonesia.
19
5. Periode UUD 1945 Masa Orde Baru (11 Maret 66 - 21 Mei
1998)
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan
akan menjalankan UUD 1945, dan Pancasila secara murni dan
konsekuen.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 menjadi konstitusi yang
sangat 'sakral', di antara melalui sejumlah peraturan :
• Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan
bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD
1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan
terhadapnya.
• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang
Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila
MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih
dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
• Undang-undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang
Referendum, yang merupakan pelaksanaan Ketetapan
MPR Nomor IV/MPR/1983.
20
7. Periode Perubahan UUD 1945
Tujuan perubahan UUD 1945 adalah menyempurnakan aturan
dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM,
pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya
tidak mengubah pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan
susunan kenegaraan kesatuan, serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensial.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 1-4 kali
amandemen yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang
Tahunan MPR :
• Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999 =
Perubahan Pertama UUD 1945
• Sidang Tahunan MPR 2000, 7-18 Agustus 2002 =
Perubahan Kedua UUD 1945
• Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001 =
Perubahan Ketiga UUD 1945
• Sidang Tahun MPR 2002, 1-11 Agustus 2002 =
Perubahan keempat UUD 1945
21
Amandemen UUD 1945: Tujuan dan Perubahannya
Tujuan Amandemen
Tujuan perubahan UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan
dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian
kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan hukum. Perubahan
tersebut sebagai respon tuntutan reformasi pada waktu itu. Tuntutan
tersebut antara lain dilatar belakangi oleh praktek penyelenggaraan
negara pada masa pemerintahan rezim Soeharto. Alasan filosofis,
historis, yuridis, sosiologis, politis, dan teoritis juga mendukung
dilakukannya perubahan terhadap konstitusi. Selain itu adanya
dukungan luas dari berbagai lapisan masyarakat. Perubahan UUD
1945 bukannya tanpa masalah. Karena ada sejumlah kelemahan
sistimatika dan substansi UUD pasca perubahan seperti inkonsisten,
kerancuan sistem pemerintahan dan sistem ketatanegaraan yang tidak
jelas. Perubahan Undang-Undang Dasar ternyata tidak dengan
sendirinya menumbuhkan budaya taat berkonstitusi.
22
I. Amandeman I
Amandemen yang pertama dilakukan pada Sidang Umum MPR pada
14-21 Oktober 1999. Pada amandemen pertama menyempurnakan
sembilan pasal, yakni pasal 5, pasal 7, pasal 9, pasal 13. Kemudian
pasal 13, pasal 15, pasal 17, pasal 20, dan pasal 21. Ada dua perubahan
fundamental yang dilakukan, yaitu pergeseran kekuasaan membentuk
undang-undang dari Presiden ke DPR, dan pembatasan masa jabatan
presiden selama 5 tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.
II. Amandeman II
Amandemen kedua terjadi pada Sidang Tahunan MPR pada 7 hingga
18 Agustus 2010. Pada amandemen tersebut ada 15 pasal perubahan
atau tambahan/tambahan dan perubahan 6 bab. Perubahan yang
penting itu ada delapan hal, yakni:
• Otonomi daerah/desentralisasi.
• Pengakuan serta penghormatan terhadap satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa dan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya.
• Penegasan fungsi dan hak DPR.
• Penegasan NKRI sebagai sebuah negara kepulauan yang
berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-
haknya ditetapkan dengan undang-undang.
23
• Perluasan jaminan konstitusional hak asasi manusia.
• Sistem pertahanan dan keamanan Negara.
• Pemisahan struktur dan fungsi TNI dengan Polri.
• Pengaturan bendera, bahasa, lambang Negara, dan lagu
kebangsaan.
24
IV. Amandemen IV
Amandemen IV berlangsung pada Sidang Umum MPR, 1 hingga 9
Agustus 20012. Ada 13 pasal, tiga pasal aturan peralihan, dua pasal
tambahan dan peruban dua bab. Dalam empat kali amandemen UUD
1945 tersebut relatif singkat. Bahkan selama pembahasannya tidak
banyak menemui kendala meski pada Sidang MPR berlangsung alot
dan penuh argumentasi.
25
Demokrasi Indonesia
A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis demokrasi berasal dari bahasa yunani,
“demos” berarti rakyat dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep
dasar demokrasi berarti “rakyat berkuasa” (government of rule by the
people). Ada pula defenisi singkat untuk istilah demokrasi yang
diartikan sebagai pemerintaahn atau kekuasaan dari rakayt dan untuk
rakyat. Namun demikian penerapan demokrasi diberbagai Negara di
dunia memiliki ciri khas dan spesifikasi masing-masing yang lazimnya
sangat dipengaruhi oleh ciri maysarakat sebagai rakyat dalam suatu
negara1
Demokrasi merupakan suatu jalan untuk melakukan perubahan
atas apa yang terjadi di masa lampau, mengembalikan hak
menentukan pemimpin kepada rakyat, penguasa dibawah
pengawasan rakyat.2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Demokrasi
adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua
warga Negara.
2009), hlm. 55
2 Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI Kelas Rendah, (Bandung:
Manggu
Makmur Tanjung Lestari, 2019), hlm. 67
26
Berikut ini adalah pengertian demokrasi menurut beberapa ahli :
1. Demokrasi menurut Montesque, kekuasaan negara harus dibagi
dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda
dan terpisah satu sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang
merupakan pemegang kekuasaaan untuk membuat undang-
undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan dalam
melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang
memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-
undang. Dan masing-masing institusi tersebut berdiri secara
independen tanpa dipengaruhi oleh institusi lainnya.
2. Demokrasi menurut Abraham Lincoln yaitu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
3. Demokrasi menurut Aristoteles mengemukakan ialah suatu
kebebasan atau prinsip demokrasi ialah kebebasan, karena hanya
melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa saling berbagi
kekuasaan didalam negaranya. Aristoteles pun mengatakan
apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara
hidupnya, maka sama saja seperti budak.
4. Demokrasi menurut H. Harris Soche ialah suatu bentuk
pemerintahan rakyat, karenanya kekuasaan pemerintahan
melekat pada rakyat juga merupakan HAM bagi rakyat untuk
mempertahankan, mengatur dan melindungi diri dari setiap
paksaan dalam suatu badan yang diserahkan untuk memerintah.
27
5. Demokrasi menurut International Commission of Juris tadalah
bentuk pemerintahan dimana hak dalam membuat suatu
keputusan politik harus diselenggarakan oleh rakyat melalui para
wakil yang terpilih dalam suatu proses pemilu.3
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana rakyat diikut
sertakan dalam pemerintahan negara serta sebagai penentu keputusan
dan kebijakan tertinggi dalam penyelenggaraan negara dan
pemerintahan serta sebagai pengontrol terhadap pelaksanaanya, baik
secara langsung oleh rakyat atau melalui lembaga perwalian.
B. Prinsip-Prinsip Demokrasi
Prinsip budaya demokrasi antara lain sebagai berikut:
a. Kebebasan
Adalah kekuasaan untk membuat pilihan terhada beragam pilihan
atau melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan bersama
atas kehendak sendiri, tanpa tekanan dar pihak manapun.
b. Persamaan
Setiap negara terdiri atas berbagai suku, ras, dan agama. Namun
dalam negara demokrasi perbedaan tersebut tidak perlu ditonjolkan
bahkan harus ditekan agar tidak menimbulkan konflik.
28
c. Solidaritas
Rasa solidaritas harus ada di dalam negara demokrasi. Karena
dengan adanya sifat solidaritas ini, walaupun ada perbedaan
pandangan bahkan kepentingan tiap-tiap masyarakat maka akan
senantiasa selalu terikat karena adanya tujuan bersama.
d. Toleransi
Adalah sikap atau sifat toleran. Bersikap toleran artinya bersifat
menenggang (menghargai, memberikan, membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian.4
4https://www.academia.edu/36213227/MAKALAH_PENDIDIKAN_
29
mempertahankan kemerdekaan. Misalnya Kominte Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) yang semula berfungsi sebagai
pembantu presiden menjadi berubah fungsi menjadi MPR.5
b. Periode 1949-1959 dengan sistem demokrasi parlementer
Pada masa ini kelemahan demokrasi parlementer memberi
peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR.
Akibatnya persatuan bersama untuk melawan musuh bersama
akan menjadi lemah.6
c. Periode 1959-1965 dengan sistem demokrasi terpimpin
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS
No.VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di
antara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan nasakom.
Ciri-cirinya adalah:
1) Tingginya dominasi presiden
2) Terbatasnya peran partai politik
3) Berkembangya pengaruh PKI
d. Periode 1965-1998 dengan demokrasi pancasila (orde baru)
30
Pelaksanaan demokrasi Orde Baru ditandai dengan
keluarnya Surat Perintah 11 maret 1996. Demokrasi pada masa
Orde Baru ini dianggap gagal dengan alasan:
1) Tidak addanya rotasi kekuaan eksekutif
2) Rekrutmen politik yang tertutup
3) Pengakuan HAM yang terbatas
e. Periode 1998- sekarang
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden
Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatan presiden kemudian
diisi oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie.
Turunnya presiden Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi
kepercayaan dari rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru.
Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim
tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi
Indonesia.
31
Pengertian Negara
32
belum stabil sehingga tidak mampu mengurus pengakuan de
jure.
Dalam penyelenggaraannya, negara mempunyai fungsi dan tujuan.
Secara singkat, negara menjalankan 4 fungsi utama antara lain
menjunjung keadilan atas hukum untuk semua masyarakat, melaksanakan
pertahanan dan keamanan, menciptakan kemakmuran serta kesejahteraan, dan
menjalankan kebijakan tanpa memihak.
Sedangkan tujuan umum dari pembentukan negara adalah mewujudkan
kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
secara menyeluruh.
33
adalah wilayah tertentu yang ditinggali oleh sekumpulan orang
dan memberlakukan kekuasaan untuk mengatur dan
memerintah.
3. Mac Iver
Negara dari kacamata seorang Mac Iver adalah organisasi politik
yang berisi perkumpulan manusia. Tiap dari mereka selalu
berusaha menjaga tatanan dan ketertiban demi kepentingan
bersama.
4. Woodrow Wilson
Politikus dari Amerika, Woodrow Wilson, berpendapat singkat
saja mengenai negara. Menurutnya, negara memiliki hukum dan
aturan yang berlaku di wilayah tertentu.
5. Marsillius
Pengertian negara menurut Marsillius menyangkut tujuan untuk
menjaga perdamaian. Negara dianggap sebagai organisasi
kemasyarakatan yang berusaha memenuhi tujuan mulia tersebut
dengan tetap berpegang teguh dasar kehidupan.
6. Miriam Budiardjo
Definisi negara juga datang dari pakar Ilmu Politik Indonesia.
Terdapat dua poin yang ditekankan oleh Prof. Miriam Budiardjo.
Pertama adalah negara sebagai wilayah yang ada di bawah
pemerintahan para pejabat. Kedua, rakyat wilayah tersebut
dibuat patuh terhadap peraturan perundang-undangan.
7. Max Weber
34
Negara menurut pandangan Max Weber adalah asosiasi yang
memiliki sistem hukum untuk mengatur kehidupan masyarakat.
Sistem tersebut dijalankan oleh pemerintah dan memiliki sifat
yang memaksa.
C. Pengertian Negara Indonesia
Sebagai WNI, sudahkah Anda mengetahui definisi negara Indonesia?
Pengertian secara umum pasti sudah banyak yang mengetahui yaitu
negara kesatuan berbentuk pemerintahan republik yang terletak di
wilayah Asia Tenggara. Tetapi, penjelasan lain yang lebih detail juga
perlu diketahui seperti:
o Negara Indonesia adalah negara yang dihuni oleh penduduk
sebanyak lebih dari 268 juta jiwa berdasarkan data pada tahun
2020.
o Negara Indonesia merupakan negara yang mendapat titel
seribu pulau. Jumlah total pulaunya mencapai lebih dari 13
ribu dan menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan
nomor wahid di dunia.
o Negara Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk
yang didominasi oleh pemeluk agama Islam. Total
populasinya sebanyak 220 juta lebih pada tahun 2020.
o Negara Indonesia adalah termasuk negara multikultural
karena dihuni oleh suku bangsa yang berjumlah ribuan lebih.
Walaupun begitu, mereka menjadi satu kesatuan yang hidup
dalam NKRI dan memegang teguh ‘Bhinneka Tunggal Ika’.
35
o Negara Indonesia adalah negara yang menjalankan sistem
demokrasi. Dicirikan dengan rakyat yang memiliki hak secara
penuh dan langsung untuk memilih presiden, wakil presiden,
anggota DPR, anggota DPRD, anggota DPD, kepala daerah
dan wakil kepala daerah.
o Negara Indonesia merupakan negara yang di atasnya
melintang garis khatulistiwa. Lokasinya strategis, karena
terletak di antara dua samudra yakni Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Selain itu, Indonesia juga dihimpit oleh dua
benua (Asia dan Australia).
36
Konstitusi Negara (Bagian I)
A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dai bahasa Peranis "constituer" yang artinya
membentuk. Jadi istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan
suatu negara atau menyusun pembentukan dasar (awal) mengenai
pembentukan negara. Istilah konstitusi bisa disamakan dengan
hukum dasar atau undang-undang dasar.
Dalam kehidupan sehari-hari, diterjemahkan dalam bahasa
Inggris "constitution" dengan arti undang-undang sasar. Istilah
undang-undang dasar merupakan terjemahan dari bahasa Belanda
"grondwet" (wet = undang-undang, grond = tanah/dasar). Di
negara-negara yang memakai bahasa Inggris dipakai istilah
constitution yang artinya konstitusi. Pengertian konstitusi dalam
praktik dapat lebih luas dai pengertian undang-undang dasar tetapi
ada juga yang menyamakan dengan pengertian undang-undang dasar.
Konstitusi juga dapat diartikan sebagai hukum dasar. Para
pendiri negara (the founding fathers) menggunakan istilah hukum
dasar. Dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan: "Undang-unfang
Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar negara itu.
Undang-undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang
disamping Undang-undang Dasar tersebut berlaku juga hukum dasar
yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan
37
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak
tertulis". Hukum dasar tidak tertulis disebut Konvensi.
38
a. Konstitusi suatu negara adalah hasil suatu produk sejarah
dan proses perjuangan
b. bangsa yang bersangkutan.
c. Konstitusi suatu negara adalah rumusan dari filsafat, cita-
cita, kehendak, dan
d. perjuangan bangsa Indonesia.
e. Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran,
mentalitas, dan kebudayaan
f. suatu bangsa.
B. Kedudukan Konstitusi
Konstitusi menempati kedudukan yang sangt penting dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara, karena konstitusi menjadi
barometer kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan
bukti sejarah perjuangan para pendahulu. Selain itu, konstitusi juga
merupakan ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding fathers,
serta mengemudikan suatu negara yang mereka pimpin.
39
Konstitusi secara umum berisi hal-hal yang mendasar dari suatu
negara. Hal-hal yang mendasar itu adalah aturan-aturan atau norma-
norma dasar yan dipakai sebagai pedoman pokok bernegara.
Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam
hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umunya mereka mempunyai
kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai a) hukum dasar, dan b)
hukum tertinggi.
1) Konstitusi sebagai Hukum Dasar
Berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar
dalam kehidupan suatu negara. Secara khusus memuat aturan tentang
badan-badan pemerintahan (lembaga-lembaga negara). Misalnya
badan legislatif, badan eksekutif, dan yudikatif, serta mencakup
kekuasaan badan tersebut, dan prosedur penggunaan kekuasaannya.
2) Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi
Aturan-aturan yang terdapat dalam konstitusi, secara hirarkis
mempunyai kedudukan lebih tinggi (superior) terhadap aturan-aturan
lainnya. Oleh karena itu aturan-aturan lain yang dibuat oleh
pembentuk undang-undang harus seauai atau tidak bertentangan
dengan UUD.
40
kehidupan ketatanegaraan. Prof. Hamid S. Attomi mengatakan
bahwa konstitusi atau UUD merupakan pemberi pegangan dan
pemberi batas, sekaligus merupakan petunjuk bagaimana suatu
negara harus dijalankan.
Hal-hal yang diatur dalam konstitusi negara: pembagian
kekuasaan negara, hubungan antar lembaga negara, dan hubungan
negara dengan warga negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum
dan secara garis besar, yang selanjutnya dijabarkan lebih lanjut pada
aturan perudangan dibawahnya.
41
c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara
dengan warga negara.
d. Fungsi pemberi atau legitimasi terhadap kekuasaan negara.
e. Fungsi pengatur atau pengalih kewenangan dari sumber
kekuasaan yang asli
(dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu.
i.
(social engineering atau social reform).
42
Konstitusi Negara (Bagian II)
UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Indonesia
E. Sistem Konstitusi
1) Gagasan tentang Konstitusi
Di negara demokrasi, pemerintahan yang baik adalah
pemerintahan yang menjamin kepentingan rakyat serta hak-hak dasar
rakyat. Di samping itu, pemerintahan dalam melaksanakan
kekuasaannya perlu dibatasi agar kekuasaan itu tidak disalah gunakan.
Lord Actob mengatakan "power tends to corrupt, absolute power
corrupts absolutely".
Upaya mewujudkan pemerintahan yang menjamin hak dasar
rakyat serta kekuasaan yang terbatas itu dituangkan dalam suatu
43
aturan bernegara yang disebut Konstitusi (hukum dasar atau undang-
undang dasar negara). Konstitusi mengatur dan menetapkan
kekuasaan negara sedemikian rupa sehingga kekuasaan pemerintahan
negara efektif untuk kepentingan rakyat serta mencegah dari
penyalahgunaan kekuasaan.
Suatu negara demokrasi harus memiliki dan berdasar pada
suatu konstitusi, apakah ia bersifat naskah (written constitution) atau
tidak bersifat naskah (unwritten constitution)
Isi konstitusi negara bercirikan dua hal pokok:
a. Konstitusi membatasi kekuasaan pemerintahan atau penguasa agar
tidak sewenang-wenang terhadap warganya.
b. Konstitusi menjamin hak-hak dasar dan kebebasan warga negara.
2) Negara Konstitusional
Setiap negara memiliki konstitusi sebaai hukum dasar. Namun
tidak semua negara memiliki undang-undang dasar. Inggris tetap
merupakan negara konstitusion meskipun tidak memiliki UUD.
Konstitusi Inggris terdiri atas berbagai aturan pokok yang timbul dan
berkembang dalam sejarah bangsa tersebut.Konstitusi tersebar
dalam berbagai dokumen seperti Magna Carta (1215), Bill of Rights
44
(1689), dan Parliament Act (1911). Konstitusi dalam kaitan ini
memiliki pengertian yang lebih luas dari UUD.
Apakah negara yang mendasarkan diri pada suatu konstitusi
layak disebut sebagai negara konstitusional? Negara konstitusional
tidak cukup hanya memiliki konstitusi, tetapi negara tersebut juga
harus menganut gagasan tentang konstitusionalisme.
Konstitusionalisme merupakan gagasan bahwa konstitusi suatu negaa
harus mampu memberikan batasan kekuasaan pemerintahan serta
memberikan perlindungan pada hak-hak dasar warga negara. Suatu
negara yang memiliki konstitusi tetapi isinya mengabaikan dua hal
pokok diatas maka ia bukan negara konstitusional.
Negara konstitusional bukan sekedar konsep formal, tetapi juga
memiliki makna normatif. Didalam gagasan konstitusionalisme,
konstitusi tidak hanya merupakan suatu dokumen yang
menggambarkan pembagian-pembagian dan tugas-tugas kekuasaan
tetapi jua menentukan dan membatasi kekuasaan agar tidak
disalahgunakan. Sementara itu di lain pihak konstitusi kuga berisi
jaminan akan hak-hak asasi dan hak dasar warga negara. Negara yan
menganut gagasan konstitusionalisme inilah yang disebut negara
konstitusional (Constitutional State).
Adnan Buyung Nasution (1995) menyatakan negara
konstitusional adalah negara yang mengakui hak-hak warga negara
serta membatasi dan mengatur kekuasaannya secara hukum. Jaminan
dan pembatasan yang dimaksud harus tertuang dalam konstitusi. Jadi
45
negara konstitusional bukanlah semata-mata telah memiliki
konstitusi. Perlu dipertanyakan lagi apakah konstitusi negara tersebut
berisi pembatasan atas kekuasaan dan jaminan akan hak-hak dasar
warga negara.
46
4. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP).
Sesuai dengan Ps. IV Aturan Peralihan, Keanggotaan KNIP =
anggota PPKI pemimpin-pemimpin rakyat dai semua golongan, dan
lapisan masyarakat, yang kemuian dilantik pada tanggal 29 Agustus
1945, diketuai oleh Mr. Kasman Singosimedjo.
47
misalnya pidato Presiden tiap tanggal 16 Agustus di depan
sidang DPR.
o Konvensi harus memenuhi syarat-syarat:
✓ Tidak bertentangan dengan UUD 1945.
✓ Bersifat melengkapi.
✓ Mengisi kekosongan/memantapkan pelaksanaan
UUD.
✓ Terjadi berkali-kali dan diterima di masyarakat.
✓ Terjadi hanya pada tingkat nasional.
2. Pengertian UUD 1945
Peraturan negara yang memuat ketentuan-ketentuan pokok
penyelenggaraan pemerintahan negara serta menjadi sumber dari
peraturan perundangan lain. UUD 1945 terdiri atas:
1. Pembukaan, yang terdiri atas 4 alinea (memuat dasar
negara Pancasila).
2. Pasal-pasal (batang tubuh), terdiri atas 16 bab, 37 pasal,
3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan.
3. Kedudukan UUD 1945
Merupakan cita-cita hukum negara RI, yang merupakan hukum
dasar tertulis, memuat norma-norma hukum yang:
o Mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga-
lembaga masyarakat, serta setiap warga negara dan
penduduk.
48
o Berisi norma-norma yang harus dilaksanakan dan harus
ditaati
Sebagai hukum dasar merupakan sumber hukum tertinggi bagi:
o Produk-produk hukum
o Kebijaksanaan pemerintah
o Alat kontrol/pengawasan
4. Sifat UUD 1945
Adalah singkat dan supel artinya:
o Singkat: UUD 1945 hanya memuat aturan-aturan pokok
saja, memuat garis-garis sebagai instruksi kepada
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara dalam
menyelenggarakan tugasnya, dapat dilengkapi dengan
undang-undang, peraturan pemerintah, dsb.
o Supel: senantiasa dapat mengikuti perkembangan, tidak
mudah ketinggalan zaman (luwes). Dapat diatur lebih
lanjut dalam hukum yang tingkatnya lebih rendah.
5. Fungsi UUD 1945
UUD 1945 sebagai sumber hukum mempunyai fungsi sebagai
alat kontrol untuk mengecek apakah norma hukum yang lebih
rendah sesuai atau tidak sesuai dengan UUD 1945.
49
Geopolitik Indonesia
Wawasan Nasional
Wawasan dari kata wawas yang berarti meninjau,
memandang, mengamati. Dengan demikian wawasan dapat diartikan
konsepsi cara pandang (KBBI, 2002 : 1271). Pada awal era reformasi
menjadi kurang populer, sehingga para politisipun enggan
menggunakan istilah ini (tidak lagi tersurat dalam GBHN 1999
sebagai wawasan bangsa).
Wawasan nasional bangsa terbentuk karena bangsa tinggal
dalam suatu wilayah—yang diakui sebagai miliknya—untuk
kehidupannya. Oleh karena itu, apabila kita membahas bangsa akan
terkait pula masalah : sejarah diri dan budaya, falsafah hidup serta
tempat tinggal dan lingkungannya. Dari ketiga aspek tercetus aspirasi
bangsa yang kemu-dian dituangkan dalam perjanjian tertulis—
konstitusi—maupun tidak tertulis namun tetap menjadi catatan
hidup—motivasi—yang semuanya dituangkan menjadi ajaran—
doktrin—dasar untuk membangun negara yang berupa wawasan
nasional.
Wawasan nasional bangsa Indonesia, dinamakan Wawasan
Nusantara, yang merupakan implementasi perjuangan pengakuan se-
bagai negara kepulauan yang disesuaikan dengan kemajuan jaman.
Pada masa lalu paham negara kepulauan hanya meliputi kumpulan
50
pulau-pulau—berdasarkan contour—yang dipisahkan oleh laut.
Paham Nusan-tara menunjukkan 2 (dua) arah pengaruh :
1. Ke dalam : berlaku asas kepulauan, yang menuntut terpadunya
unsur tanah dan air yang selaras dan serasi guna merealisasikan
wujud tanah air.
2. Ke luar : berlakunya asas posisi antara, yang menuntut posisi
kuat bagi Indonesia untuk dapat berdiri tegak dari tarikan segala
penjuru.
Wawasan Nusantara
Geopolitik Indonesia dinamakan Wawasan Nusantara, yang
secara umum didefinisikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia tentang dirinya yang bhineka, dan lingkungan geografinya
yang berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Sedangkan tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan segenap aspek kehidupan nasional dan turut serta
menciptakan dalam ketertiban dan perdamaian dunia. Kesemua itu
dalam rangka mencapai Tujuan Nasional. Oleh karena itu hakekat
tujuan wawasan nusantara adalah kesatuan dan persatuan dalam
kebhinekaan, yang mengandung arti :
1. Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan
kondisi, posisi dan potensi geografi serta kebhinekaan budaya.
2. Pedoman pola tindak dan pola pikir kebijaksanaan nasional
51
3. Hakikat Wawasan Nusantara persatuan dan kesatuan dalam ke-
bhinekaan.
52
Peranan Wawasan Nusantara
Dalam kehidupan nasional, Wawasan Nusantara
dikembangkan peranannya untuk :
1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang
serasi dan selaras, segenap aspek kehidupan nasional.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan
lingkungan-nya. Peranan ini berkaitan dengan adanya hubungan
yang erat dan saling terkait dan ketergantungan antara bangsa
dengan ruang hi-dupnya. Oleh karena itu pemanfaatan
lingkungan harus bertanggung jawab. Bila tidak, maka akan
menimbulkan kerusakan lingkungan yang pada akhirnya akan
merugikan bangsa itu sendiri.
3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional.
Ke-pentingan nasional menjadi dasar hubungan antara bangsa.
Apabila satu bangsa kepentingan nasionalnya sejalan atau paralel
dengan kepentingan nasional bangsa lain, maka kedua bangsa itu
akan mu-dah terjalin hubungan persahabatan.
4. Merentang hubungan internasional dalam upaya ikut
menegakkan perdamaian.
53
roman muka berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi.
Dalam hubungan itu dapat dikatakan bahwa geopolitik
Indonesia hanya satu yaitu Wawasan Nusantara (Wasantara). Tetapi
wajahnya lebih dari satu yaitu ada 4 wajah meliputi :
1. Wajah Wasantara sebagai wawasan nasional yang melandasi
konsepsi Ketahanan Nasional.
2. Wajah Wasantara sebagai wawasan pembangunan nasional.
3. Wajah Wasantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan.
4. Wajah Wasantara sebagai wawasan kewilayahan.
54
Hak Asasi Manusia
55
berbangsa dan bernegara dengan menjadikan hak dan kewajiban
asasi manusia mengejawantah dalam kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat, dan bangsa.
Penegakan hak asasi manusia di Indonesia dioperasionali-
sasikan melalui TAP MPRS No. XIV/MPRS/1966, yang
menetapkan pembentukan Panitia Ad Hoc untuk menyiapkan
Rancangan Piagam Hak Asasi Manusia dan Hak-hak serta
Kewajiban Warga Negara. Namun upaya tersebut belum terlaksana
karena pada saat itu proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan bernegara disibukkan oleh langkah-langkah rehabilitasi dan
konsolidasi nasional akibat pemberontakan G 30 S/PKI.
Pada tahun 1993, Pemerintah membentuk Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang ditetapkan melalui
Keppres Nomor 50 Tahun 1993. Pembentukan Komisi tersebut
banyak mendapat tanggapan positif dari masyarakat dalam upaya
mendapatkan perlindungan terhadap pelanggaran hak asasi
manusia di Indonesia. Demikian juga dalam GBHN 1998,
kebijaksanaan mengenai penegakan hak asasi manusia semakin
mendapat perhatian yang besar.
Sebagai tindak lanjut dari lahirnya Tap MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, telah dihasilkan
berbagai produk hukum dalam bidang HAM, antara lain sebagai
berikut: (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1998, tanggal 28
September 1998 tentang Pengesahan Convention Against Torture and
56
Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain
yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat
Manusia); (2) Undang-undang Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Pengesahan ILO Convention Concerning The Abolition of Forced Labour
(Konvensi ILO Nomor 105 tentang Penghapusan Kerja Paksa);
(3) Undang-undang No 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO
Convention Concerning Minimum Age for Admission to Employment
(Konvensi ILO Nomor 138 mengenai Usia Minimum untuk
Diperbolehkan Bekerja); (4) Undang-undang Nomor 21 Tahun
1999 tentang Pengesahan ILO Convention Concerning Discrimination
in Respect of Employment and Occupation (Konvensi ILO Nomor 111
mengenai Penghapusan Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan
Jabatan); (5) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999, tanggal 25
.Juni 1999 tentang Pengesahan International Convention on the
Elimination of All Forms of Racial Discrimination 1965 (Konvensi
Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Rasial 1965; dan (6) Keppres Nomor 83 Tahun 1998 tentang
Pengesahan International Convention on the Freedom of Association and
Protection of The Right to Organize (Konvensi ILO Nomor 87 Tahun
1948 mengenai Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak
Berorganisasi).
Maksud dari penandatanganan enam konvensi ILO tersebut
antara lain adalah untuk membangun nilai-nilai dalam pergaulan
57
kita sebagai bangsa yang menghargai manusia bukan karena rasnya
atau etnisnya atau gendernya, tetapi karena kemampuan dan budi
pekertinya. Sejarah bangsa kita membuktikan bahwa toleransi
antar ras dan suku bangsa tidak saja memperkuat persatuan bangsa
tetapi juga telah mendukung berkembangnya kreativitas dan
kualitas hidup masyarakat.
Produk undang-undang lain yang juga merupakan
pelaksanaan dari TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 adalah
ditetapkannya UU Nomor 26 Tahun 1999, tentang Pencabutan
Undang-undang No. 11/PNPS/Tahun 1963 tentang
Pemberantasan Kegiatan Subversi (UU Anti Subversi).
Pertimbangan pencabutan tersebut didasarkan pada kenyataan
bahwa UU Anti Subversi ini telah menimbulkan ketidakpastian
hukum, keresahan, ketidakadilan, dan pelanggaran hak asasi
manusia yang tidak sesuai dengan prinsip negara Indonesia yang
berdasarkan atas hukum;
Dalam rangka penghormatan terhadap kebebasan
menyampaikan pendapat dari setiap manusia, telah ditetapkan
Undang-undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Ditetapkannya undang-
undang ini telah semakin meningkatkan nilai-nilai demokrasi di
dalam masyarakat Indonesia, karena setiap orang dapat dengan
bebas menyampaikan pendapatnya di muka umum dengan
kewajiban bahwa apa yang disampaikan tersebut harus dapat
58
dipertanggungjawabkan.
Di samping itu, setelah melalui proses pembahasan yang
cukup memakan waktu, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) pada tanggal 23 September 1999 telah menetapkan
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia (HAM) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM). Materi yang sangat penting dalam undang-
undang tersebut adalah diberikannya wewenang subpoena kepada
Komnas HAM, yaitu kewenangan untuk memanggil, memeriksa
orang dan dokumen serta menyelesaikan sengketa pelanggaran hak
asasi manusia, dan kewenangan untuk berperan serta sebagai
lembaga ombudsman, yakni sejenis lembaga independen yang
merupakan agen dari parlemen sebagai pelindung rakyat di dalam
mengawasi jalannya pemerintahan agar dapat berjalan dengan
sebaik-baiknya dengan memberikan rekomendasi atau usulan
kepada instansi yang berwenang. Dengan adanya wewenang
subpoena tersebut, maka putusan Komnas HAM tidak dapat
diajukan banding, namun dapat langsung diajukan permohonan
kasasi. Di samping itu, juga dibuka kemungkinan kepada
masyarakat untuk melakukan gugatan atau pengaduan bersama
atas peristiwa pelanggaran hak asasi manusia kepada Komnas
HAM. Materi lain adalah dengan memberikan peran partisipatif
masyarakat dan lembaga-lembaga Pendidikan melalui penelitian,
pengkajian, pendidikan, dan penyebarluasan pemahaman tentang
59
hak asasi manusia.
Dengan disahkannya UU tentang HAM dan Komnas HAM
tersebut, maka kedudukan, kelengkapan organisasi, hak,
kewenangan dan tanggung jawab Komnas HAM menjadi lebih
kuat yaitu didasarkan pada undang-undang, yang sebelumnya
pembentukan Komnas HAM tersebut dengan Keputusan Presiden.
60
61