Anda di halaman 1dari 61

MODUL TWK

MATERI NILAI-NILAI PANCASILA


2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................. 3
Butir – Butir Pancasila ................................................................... 4
7 Hubungan Pancasila dengan UUD 1945 secara Formal dan
Material ......................................................................................... 9
Undang-Undang Dasar 1945 RI: Sejarah hingga Periode Perubahan
.....................................................................................................................17
Amandemen UUD 1945: Tujuan dan Perubahannya ....................22
Demokrasi Indonesia ....................................................................26
Pengertian Negara ........................................................................32
Konstitusi Negara (Bagian I) ........................................................37
Konstitusi Negara (Bagian II) .......................................................43
Geopolitik Indonesia ....................................................................50
Hak Asasi Manusia .......................................................................55

3
Butir – Butir Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


• Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan
ketaqwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
• Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
• Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama anatra pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
• Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
• Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa.

4
• Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa.
• Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya
masing masing
• Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


• Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
• Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
• Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
• Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
• Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain.
• Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
• Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
• Berani membela kebenaran dan keadilan.

5
• Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.
• Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia
• Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
• Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
• Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
• Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
• Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
• Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
• Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

6
• Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama.
• Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
• Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
• Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
• Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
• Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
• Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
• Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.
• Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
• Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.

7
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
• Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
• Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
• Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
• Menghormati hak orang lain.
• Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
• Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain
• Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
• Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
• Suka bekerja keras.
• Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
• Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

ωωωωω

8
7 Hubungan Pancasila dengan UUD 1945 secara
Formal dan Material

A. Hubungan Pancasila dengan UUD 1945 Secara Formal


Berdasarkan penyampaian mengenai sejarah perumusan
Pancasila dan sejarah penerapan UUD 1945, kita dapat melihat
banyak hal yang tidak dapat terlepas di antara keduanya. Pancasila dan
UUD 1945 merupakan satu kesatuan dalam hal membingkai
kehidupan segenap rakyat Indonesia beserta dengan praktek
penyelenggaraan kedaulatan negara. merupakan suatu hal yang
menarik jika kita memperhatikan benang merah di antara keduanya.
Dalam kesempatan ini, kita akan banyak membahas mengenai
hubungan di antara Pancasila dengan UUD 1945. Terdapat dua jenis
hubungan yang dapat kita bahas mengenai keduanya, yaitu hubungan
secara formal dan hubungan secara material. Pertama kita akan
membahas mengenai hubungan Pancasila dengan UUD 1945 secara
formal. Berdasarkan KBBI, kita dapat memahami kata formal sebagai
sesuai dengan peraturan yang berlaku atau menurut adat kebiasaan
yang berlaku.
Berdasarkan pengertian tersebut, kita akan membahas
mengenai hubungan Pancasila dengan UUD 1945 menggunakan kaca
mata peraturan atau konstitusional. Pembahasan mengenai hubungan
Pancasila dengan UUD ini akan memperkaya khasanah pengetahuan
terutama mengenai seperti apa sejarah memandang keduanya dalam

9
sudut pandang legal. Nah, berikut ini merupakan pembahasan
mengenai hubungan Pancasila dengan UUD 1945 secara formal:

1. Pancasila Merupakan Kaidah Negara yang Mendasar


Ketika suatu negara menyatakan kemerdekaannya, tentu
negara tersebut membutuhkan suatu panduan atau pedoman
untuk arah gerak negara itu. Tanpa adanya pedoman atau
panduan tersebut, tentu suatu negara akan mengalami
kebingungan dan tidak jelas ketika hendak menghasilkan
suatu kebijakan. Maka dari itu, dibutuhkan adanya kaidah
negara yang mendasar sebagai upaya untuk memperjelas
jalannya suatu negara.
Begitu pun halnya dengan negara kita, Pancasila menjadi
kaidah yang mendasar dalam setiap langkah dan penentuan
kebijakan yang berpihak kepada rakyat. Pancasila sebagai
kaidah negara selanjutnya dijiwai di dalam seluruh batang
tubuh atau pasal dan ayat dalam UUD 1945, sehingga secara
tidak langsung UUD 1945 merupakan kaidah dasar negara
pula.

2. Pancasila Sebagai Inti dari Pembukaan UUD 1945


Tentunya banyak di antara pembaca yang telah
mengetahui atau bahkan menghafal isi dari pembukaan UUD
1945. Bersama kita mengetahui bahwa alinea keempat dari

10
pembukaan UUD 1945 tidak lain dan tidak bukan merupakan
rumusan dari Pancasila yang kita kenal hingga saat ini. Hal ini
menunjukkan bahwa inti dari pembukaan UUD 1945 ialah
Pancasila itu sendiri.
UUD 1945 yang merupakan sumber hukum tertinggi di
negara ini. Maka dari itu, sejatinya inti dari sumber hukum
tertinggi itu ialah Pancasila. Isi dari UUD 1945 tidak boleh
bertentangan dengan isi dari Pancasila. Ketika terjadi
pertentangan tersebut, maka supremasi hukum di Indonesia
tidak dapat diwujudkan dengan semestinya. Dengan
demikian, keserasian di antara pancasila dengan UUD 1945
merupakan sebuah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar
lagi. semuanya demi terlaksana demokrasi pancasila yang
seharusnya.

3. Pembukaan UUD 1945 Tidak Bergantung pada Batang


Tubuh UUD 1945
Batang tubuh UUD 1945 yang terdiri dari pasal-pasal dan
ayat-ayat merupakan penjabaran dari pembukaan UUD 1945,
sedangkan inti dari pembukaan UUD 1945 ialah Pancasila. Ini
merupakan salah satu hubungan Pancasila dengan UUD 1945
berdasarkan sejarah dalam ruang lingkup formal. Nah,
berdasarkan hal ini, kita dapat menyimpulkan bahwa sejatinya

11
pembukaan UUD 1945 tidak bergantung pada batang
tubuhnya.
Arti dari hal ini ialah, batang tubuh dari UUD 1945 dapat
terus berubah mengikuti perkembangan zaman selama ia
tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila yang
terdapat di dalam pembukaan UUD 1945. Ketika terjadi
pertentangan di antara batang tubuh dengan Pancasila, maka
hal tersebut haruslah dicegah agar tidak terjadi bentur di
dalam peraturan perundang-undangan. sekalipun demikian,
maka yang tetap harus dipertahankan ialah nilai-nilai yang
dimiliki oleh ideologi negara kita, pancasila.

4. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara


Poin pertama dari hubungan Pancasila dengan UUD
1945 ialah Pancasila merupakan kaidah dasar negara,
sedangkan inti dari pembukaan UUD ialah Pancasila. Maka
dari itu, hubugnan Pancasila dengan UUD 1945 selanjutnya
ialah pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara.
Ketika pembukaan UUD 1945 menjadi pokok kaidah
negara, maka setiap tahapan kebijakan publik yang dilakukan
oleh pemerintah harus senantiasa berdasarkan pada
pembukaan UUD 1945 tersebut. pihak yang memegang
kekuasaan legislatif harus selalu mengawasi pemerintah agar
pemerintah tetap berpegang teguh pada Pancasila dan

12
ketentuan di dalam UUD 1945, baik di dalam pembukaan
atau batang tubuhnya.

B. Hubungan Pancasila dengan UUD 1945 Secara Material


Selain memiliki hubungan dalam kaca mata formal, Pancasila
dan UUD 1945 juga memiliki hubungan dalam konteks material. Di
dalam KBBI, kata material memiliki arti yaitu bahan yang akan
digunakan untuk membuat barang lain. jika kita berbicara dalam
ruang lingkup peraturan perundang-undangan, kata material dapat
diartikan sebagai isi atau apa-apa yang dibahas di dalam sesuatu.
Hubungan secara material di antara Pancasila dan UUD 1945
ini akan mengungkap betapa perumusan dan pemberlakuan Pancasila
dan UUD 1945 ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat terlepas di
antara satu dengan yang lainnya. Kerumitan dalam perumusan
keduanya juga membuktikan bahwa kerja keras para pendiri bangsa
bukanlah suatu hal yang patut untuk kita lupakan. Nah, berikut ini
merupakan pembahasan lebih lanjut mengenai hubungan Pancasila
dengan UUD 1945 berdasarkan sejarah dalam konteks material:

1. Isi Pancasila Terangkum dalam Empat Alinea UUD 1945


Secara material, hubungan Pancasila dengan UUD 1945
berdasarkan sejarah ialah isi Pancasila tercantum di dalam
alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Lebih dari itu, isi dari Pancasila telah terangkum di dalam

13
setiap alinea pembukaan UUD 1945. Di dalam alinea
pertama, kita dapat menemukan secara lugas sila kedua dari
Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. sila
pertama dapat kita temui di dalam alinea yang ketiga. Sila
ketiga terdapat di alinea kedua dari pembukaan UUD 1945.
Sila keempat dan kelima dapat secara jelas ditemui di dalam
alinea keempat pembukaan UUD 1945.

2. Pancasila dan UUD 1945 Sebagai Sumber Hukum Dasar


Indonesia
Suatu negara untuk membangun sektor hukumnya,
diperlukan sumber hukum yang menjadi dasar dari setiap tata
aturan perundang-undangan. Sama halnya dengan negara
tercinta kita ini, diperlukan sumber hukum tertinggi untuk
menjadi dasar bagi setiap hukum yang berlaku di Indonesia.
Pancasila dan UUD 1945 menjadi dua serangkai yang menjadi
sumber dasar hukum di Indonesia.
Setiap hukum yang berlaku di Indonesia harus
bersesuaian dengan Pancasila dan UUD 1945. Suatu
peraturan perundang-undangan tidak akan lulus atau
diberlakukan ketika ia bertentangan dengan sumber hukum
tertinggi itu.

14
3. Nilai-Nilai Pancasila Harus Diwujudkan dalam UUD 1945
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, inti dari
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ialah Pancasila. Hal
ini berimplikasi pada adanya suatu kewajiban yang harus
diikuti yaitu setiap nilai-nilai Pancasila yang terdapat di dalam
alinea keempat harus diwujudkan di dalam batang tubuh
UUD 1945. Maka dari itu, ketika kita memperhatikan secara
mendalam setiap pasal di dalam UUD 1945, maka kita dapat
menentukan pasal tersebut merupakan penerapan dari
Pancasila sila keberapa. Untuk saat ini, tidak mungkin ada sila
di dalam Pancasila yang tidak terdapat pembahasannya di
dalam pasal-pasal UUD 1945.

4. Pancasila Sebagai Sumber Semangat bagi UUD 1945


Ini merupakan salah satu hubungan Pancasila dengan
UUD 1945 berdasarkan sejarah dalam lingkup material yang
paling hangat pembahasannya. Maksud dari Pancasila sebagai
sumber semangat bagi UUD 1945 ialah dalam setiap
pembahasan mengenai pasal-pasal UUD 1945 didasari
dengan semangat dan tujuan dari keberadaan Pancasila.
Selain itu, adanya nilai-nilai instrumental dari Pancasila
tentunya menyebabkan terjadinya perubahan bagi pasal-pasal
dalam UUD 1945 berikut peraturan perundang-undangan
yang ada di bawahnya jika terjadi perubahan zaman yang

15
mengharuskan dirinya didampingi oleh perubahan peraturan
perundang-undangan pula.

16
Undang-Undang Dasar 1945 RI: Sejarah hingga
Periode Perubahan

Sejarah Awal
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), dibentuk pada 29 April 1945 yang merupakan badan
penyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama
berlangsung, mulai pada 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Sukarno
menyampaikan gagasan tentang 'Dasar Negara' yang diberi nama
Pancasila.
Pada 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk panitia sembilan
untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat 'dengan
kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya' ,
maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah pembukaan UUD 1945.
Disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).
Pada 29 Agustus 1945, pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Naskah rancangan UUD
1945 disusun pada masa sidang ketua Badan Penyelidikan Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Masa sidang ke-2 pada 10-17 Juli
1945 dan Pada 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan UUD 1945
sebagai Undang-undang Dasar Republik Indonesia.
Adapun periode berlaku UUD 1945 hingga Periode Perubahan UUD
1945 :

17
1. Periode Berlakunya UUD 45 (18 Agustus 45 - 27 Desember
49)
Pada 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya, karena Indonesia disibukkan dengan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden
Nomor X, pada 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa kekuasaan
legislatif diserahkan kepada Komite Nasional Indoesia Pusat
(KNIP), karena MPR dan DPR belum terbentuk. Pada 14
November 1945, dibentuk Kabinet Semi-Presidensial (Semi
Parlementer) yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan
perubahan pertama dari sistem pemerintah Indonesia terhadap
UUD 1945.

2. Periode Berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 49 -


17 Agustus 50)
Pada masa ini, sistem pemerintahan Indonesia adalah
parlementer. Bnetuk pemerintahan dan bentuk negaranya
federasi yaitu negara yang di dalamnya terdiri dari negara-negara,
yang masing-masing memiliki kedaulatan sendiri untuk
mengurus urusan dalam negerinya. Hal ini merupakan
perubahan UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia
adalah Negara Kesatuan.

18
3. Periode UUDS 1950 (17 Agustus 50 - 5 Juli 59)
Pada periode UUDS 1950, diberlakukan sistem Demokrasi
Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal. Pada
periode ini kabinet silih berganti, akibatnya pembangunan tidak
berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan
kepentingan partai atau golongannya.
Rakyat Indonesia kemudian sadar bahwa UUDS 1950 dengan
sistem Demokrasi Liberal tidak cocok karena aturan pokok itu
mengatur bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan sistem
pemerintahan Indonesia.

4. Periode Kembalinya ke UUD 1945 (5 Juli 59 - 1966)


Pada Sidang Konstituante 1959, banyak kepentingan partai
politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru. Maka pada 5 Juli
1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang
salah satu isinya, memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai
undang-undang dasar, menggantikan Undang-undang Dasar
Sementara 1950. Namun dalam pelaksanaanya ada 2
penyimpangan UUD 1945, di antaranya :
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan
MA serta wakil ketua DPA menjadi Menteri Negara.
MPRS menetapkan Sukarno sebagai presiden seumur hidup.

19
5. Periode UUD 1945 Masa Orde Baru (11 Maret 66 - 21 Mei
1998)
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan
akan menjalankan UUD 1945, dan Pancasila secara murni dan
konsekuen.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 menjadi konstitusi yang
sangat 'sakral', di antara melalui sejumlah peraturan :
• Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan
bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD
1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan
terhadapnya.
• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang
Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila
MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih
dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
• Undang-undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang
Referendum, yang merupakan pelaksanaan Ketetapan
MPR Nomor IV/MPR/1983.

6. Periode 21 Mei 1998 - 19 Oktober 1999


Pada masa ini dikenal dengan masa transisi, yaitu masa sejak
Presiden Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie sampai dengan
lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

20
7. Periode Perubahan UUD 1945
Tujuan perubahan UUD 1945 adalah menyempurnakan aturan
dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM,
pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya
tidak mengubah pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan
susunan kenegaraan kesatuan, serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensial.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 1-4 kali
amandemen yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang
Tahunan MPR :
• Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999 =
Perubahan Pertama UUD 1945
• Sidang Tahunan MPR 2000, 7-18 Agustus 2002 =
Perubahan Kedua UUD 1945
• Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001 =
Perubahan Ketiga UUD 1945
• Sidang Tahun MPR 2002, 1-11 Agustus 2002 =
Perubahan keempat UUD 1945

Itulah sejarah awal Undang-undang Dasar 1945, Mulai dari Periode


awal hingga Periode Perubahan yang mengalami 4 kali amandemen.

21
Amandemen UUD 1945: Tujuan dan Perubahannya

Tujuan Amandemen
Tujuan perubahan UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan
dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian
kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan hukum. Perubahan
tersebut sebagai respon tuntutan reformasi pada waktu itu. Tuntutan
tersebut antara lain dilatar belakangi oleh praktek penyelenggaraan
negara pada masa pemerintahan rezim Soeharto. Alasan filosofis,
historis, yuridis, sosiologis, politis, dan teoritis juga mendukung
dilakukannya perubahan terhadap konstitusi. Selain itu adanya
dukungan luas dari berbagai lapisan masyarakat. Perubahan UUD
1945 bukannya tanpa masalah. Karena ada sejumlah kelemahan
sistimatika dan substansi UUD pasca perubahan seperti inkonsisten,
kerancuan sistem pemerintahan dan sistem ketatanegaraan yang tidak
jelas. Perubahan Undang-Undang Dasar ternyata tidak dengan
sendirinya menumbuhkan budaya taat berkonstitusi.

Amandemen UUD 1945


Sebelum dilakukan amandemen, UUD 1945 memiliki 38 bab,
37 pasal, dan 64 ayat. Setelah dilakukan empat kali amendemen ada
16 bab, 37 pasal 194 ayat, tiga pasa aturan perakitan, dan dua pasal
aturan tambahan. Jimly Asshiddiqie dalam bukunya Konsolidasi
naskah UUD 1945 (2003). Berikut empat emendemen UUD 1945:

22
I. Amandeman I
Amandemen yang pertama dilakukan pada Sidang Umum MPR pada
14-21 Oktober 1999. Pada amandemen pertama menyempurnakan
sembilan pasal, yakni pasal 5, pasal 7, pasal 9, pasal 13. Kemudian
pasal 13, pasal 15, pasal 17, pasal 20, dan pasal 21. Ada dua perubahan
fundamental yang dilakukan, yaitu pergeseran kekuasaan membentuk
undang-undang dari Presiden ke DPR, dan pembatasan masa jabatan
presiden selama 5 tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.

II. Amandeman II
Amandemen kedua terjadi pada Sidang Tahunan MPR pada 7 hingga
18 Agustus 2010. Pada amandemen tersebut ada 15 pasal perubahan
atau tambahan/tambahan dan perubahan 6 bab. Perubahan yang
penting itu ada delapan hal, yakni:
• Otonomi daerah/desentralisasi.
• Pengakuan serta penghormatan terhadap satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa dan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya.
• Penegasan fungsi dan hak DPR.
• Penegasan NKRI sebagai sebuah negara kepulauan yang
berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-
haknya ditetapkan dengan undang-undang.

23
• Perluasan jaminan konstitusional hak asasi manusia.
• Sistem pertahanan dan keamanan Negara.
• Pemisahan struktur dan fungsi TNI dengan Polri.
• Pengaturan bendera, bahasa, lambang Negara, dan lagu
kebangsaan.

III. Amandemen III


Amandeman ketiga berlangsung pada Sidang Umum MPR, 1 hingga
9 September 2001. Ada 23 pasal perubahan/tambahan dan tiga bab
tambahan. Perubahan mendasar meliputi 10 hal, yakni:
• Penegasan Indonesia sebagai negara demokratis berdasar
hukum berbasis konstitusionalisme.
• Perubahan struktur dan kewenangan MPR.
• Pemilihan Presiden dan wakil Presiden langsung oleh rakyat.
• Mekanisme pemakzulan Presiden dan/atau Wakil Presiden.
• Kelembagaan Dewan Perwakilan Daerah.
• Pemilihan umum.
• Pembaharuan kelembagaan Badan Pemeriksa Keuangan.
• Perubahan kewenangan dan proses pemilihan dan penetapan
hakim agung.
• Pembentukan Mahkamah Konstitusi.
• Pembentukan Komisi Yudisial.

24
IV. Amandemen IV
Amandemen IV berlangsung pada Sidang Umum MPR, 1 hingga 9
Agustus 20012. Ada 13 pasal, tiga pasal aturan peralihan, dua pasal
tambahan dan peruban dua bab. Dalam empat kali amandemen UUD
1945 tersebut relatif singkat. Bahkan selama pembahasannya tidak
banyak menemui kendala meski pada Sidang MPR berlangsung alot
dan penuh argumentasi.

25
Demokrasi Indonesia

A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis demokrasi berasal dari bahasa yunani,
“demos” berarti rakyat dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep
dasar demokrasi berarti “rakyat berkuasa” (government of rule by the
people). Ada pula defenisi singkat untuk istilah demokrasi yang
diartikan sebagai pemerintaahn atau kekuasaan dari rakayt dan untuk
rakyat. Namun demikian penerapan demokrasi diberbagai Negara di
dunia memiliki ciri khas dan spesifikasi masing-masing yang lazimnya
sangat dipengaruhi oleh ciri maysarakat sebagai rakyat dalam suatu
negara1
Demokrasi merupakan suatu jalan untuk melakukan perubahan
atas apa yang terjadi di masa lampau, mengembalikan hak
menentukan pemimpin kepada rakyat, penguasa dibawah
pengawasan rakyat.2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Demokrasi
adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua
warga Negara.

1 Sapriya, Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan,(: Jakarta: DEPAG RI,

2009), hlm. 55
2 Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI Kelas Rendah, (Bandung:

Manggu
Makmur Tanjung Lestari, 2019), hlm. 67

26
Berikut ini adalah pengertian demokrasi menurut beberapa ahli :
1. Demokrasi menurut Montesque, kekuasaan negara harus dibagi
dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda
dan terpisah satu sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang
merupakan pemegang kekuasaaan untuk membuat undang-
undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan dalam
melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang
memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-
undang. Dan masing-masing institusi tersebut berdiri secara
independen tanpa dipengaruhi oleh institusi lainnya.
2. Demokrasi menurut Abraham Lincoln yaitu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
3. Demokrasi menurut Aristoteles mengemukakan ialah suatu
kebebasan atau prinsip demokrasi ialah kebebasan, karena hanya
melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa saling berbagi
kekuasaan didalam negaranya. Aristoteles pun mengatakan
apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara
hidupnya, maka sama saja seperti budak.
4. Demokrasi menurut H. Harris Soche ialah suatu bentuk
pemerintahan rakyat, karenanya kekuasaan pemerintahan
melekat pada rakyat juga merupakan HAM bagi rakyat untuk
mempertahankan, mengatur dan melindungi diri dari setiap
paksaan dalam suatu badan yang diserahkan untuk memerintah.

27
5. Demokrasi menurut International Commission of Juris tadalah
bentuk pemerintahan dimana hak dalam membuat suatu
keputusan politik harus diselenggarakan oleh rakyat melalui para
wakil yang terpilih dalam suatu proses pemilu.3
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana rakyat diikut
sertakan dalam pemerintahan negara serta sebagai penentu keputusan
dan kebijakan tertinggi dalam penyelenggaraan negara dan
pemerintahan serta sebagai pengontrol terhadap pelaksanaanya, baik
secara langsung oleh rakyat atau melalui lembaga perwalian.
B. Prinsip-Prinsip Demokrasi
Prinsip budaya demokrasi antara lain sebagai berikut:
a. Kebebasan
Adalah kekuasaan untk membuat pilihan terhada beragam pilihan
atau melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan bersama
atas kehendak sendiri, tanpa tekanan dar pihak manapun.
b. Persamaan
Setiap negara terdiri atas berbagai suku, ras, dan agama. Namun
dalam negara demokrasi perbedaan tersebut tidak perlu ditonjolkan
bahkan harus ditekan agar tidak menimbulkan konflik.

28
c. Solidaritas
Rasa solidaritas harus ada di dalam negara demokrasi. Karena
dengan adanya sifat solidaritas ini, walaupun ada perbedaan
pandangan bahkan kepentingan tiap-tiap masyarakat maka akan
senantiasa selalu terikat karena adanya tujuan bersama.
d. Toleransi
Adalah sikap atau sifat toleran. Bersikap toleran artinya bersifat
menenggang (menghargai, memberikan, membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian.4

C. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia


Dalam sejarah Indonesia perkembangan demokrasi telah
mengalami pasang surut. Masalah pokok yang harus dihadapi bangsa
Indonesia adalah bagaimana meningkatkan ekonomi, dan membant
kehidupan sosial dan politik yang demokrastis dalam masyarakat.
Perkembanagn demokrasi indoensia dibagai menjadi lima priode
yaitu sebagai berikut:
a. Periode 1945-1949 dengan sistem demokrasi pancasila
Pada priode ini sistem pemerintaahn demokrasi panacasila
dilaksanakan karena Negara dalam keadaan darurat dalam

4https://www.academia.edu/36213227/MAKALAH_PENDIDIKAN_

KEWARGANEGARAAN_DEMOKRASI_DI_INDONESIA diakses pada 23


november 2019, pukul 13.00 WIB

29
mempertahankan kemerdekaan. Misalnya Kominte Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) yang semula berfungsi sebagai
pembantu presiden menjadi berubah fungsi menjadi MPR.5
b. Periode 1949-1959 dengan sistem demokrasi parlementer
Pada masa ini kelemahan demokrasi parlementer memberi
peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR.
Akibatnya persatuan bersama untuk melawan musuh bersama
akan menjadi lemah.6
c. Periode 1959-1965 dengan sistem demokrasi terpimpin
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS
No.VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di
antara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan nasakom.
Ciri-cirinya adalah:
1) Tingginya dominasi presiden
2) Terbatasnya peran partai politik
3) Berkembangya pengaruh PKI
d. Periode 1965-1998 dengan demokrasi pancasila (orde baru)

5 Maulana Arafat Lubis, PEMBELAJARAN PPKN TEORI


PENGAJARAN ABAD 21 SD/MI, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2018), Hlm. 48.
6 Ani Sri Rahayu, PENDIDKAN PANCASILA &

KEWARGANEGARAAN (PPKn), (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), Hlm.64.

30
Pelaksanaan demokrasi Orde Baru ditandai dengan
keluarnya Surat Perintah 11 maret 1996. Demokrasi pada masa
Orde Baru ini dianggap gagal dengan alasan:
1) Tidak addanya rotasi kekuaan eksekutif
2) Rekrutmen politik yang tertutup
3) Pengakuan HAM yang terbatas
e. Periode 1998- sekarang
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden
Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatan presiden kemudian
diisi oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie.
Turunnya presiden Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi
kepercayaan dari rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru.
Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim
tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi
Indonesia.

31
Pengertian Negara

A. Pengertian Negara Secara Umum


Negara secara umum merupakan badan/organisasi yang
mempunyai kedudukan paling tinggi, terdiri dari kelompok suatu
masyarakat pada suatu wilayah yang berdaulat. Sebagai badan teratas,
negara bukan hanya mengatur melainkan berupaya memberikan
perlindungan dan mencapai kesejahteraan bersama. Sebelum resmi
terbentuk sebagai negara, terdapat beberapa unsur yang menjadi
syarat, yakni:
✓ Wilayah dimaknai sebagai teritorial yang dikuasai, meliputi
darat, udara, dan laut.
✓ Rakyat merupakan sekelompok orang yang mendiami
teritorial tersebut dan memiliki semangat untuk bersatu dan
tujuan yang sama.
✓ Pemerintah adalah pihak yang memiliki kekuasaan atas
negara, sehingga kehidupan bermasyarakat lebih teratur dan
mampu mewujudkan cita-cita yang sudah dirumuskan.
✓ Pengakuan secara de jure merujuk pada penerimaan wilayah
tertentu agar menjadi sebuah negara secara hukum
internasional.
✓ Pengakuan secara de facto adalah penerimaan yang berasal
dari negara lain. Pengakuan ini dibutuhkan oleh negara yang

32
belum stabil sehingga tidak mampu mengurus pengakuan de
jure.
Dalam penyelenggaraannya, negara mempunyai fungsi dan tujuan.
Secara singkat, negara menjalankan 4 fungsi utama antara lain
menjunjung keadilan atas hukum untuk semua masyarakat, melaksanakan
pertahanan dan keamanan, menciptakan kemakmuran serta kesejahteraan, dan
menjalankan kebijakan tanpa memihak.
Sedangkan tujuan umum dari pembentukan negara adalah mewujudkan
kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
secara menyeluruh.

B. Pengertian Negara Menurut Para Ahli


Banyak ahli dari berbagai bidang seperti Ilmu Tata Negara dan Ilmu
Politik yang mendefinisikan negara berdasarkan cara pandang
mereka. Berikut beberapa tokoh terkenal yang mengemukakan
pendapatnya:
1. Roelof Krannenburg
Menurut Prof. Kranenburg, negara adalah organisasi kekuasaan
yang dibuat oleh sekelompok manusia yang disebut dengan
bangsa. Pembentukan negara tersebut bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan baik penguasa maupun rakyat.
2. George Jellinek
Seorang ahli tata negara dari Jerman, George Jellinek, juga
memiliki definisi sendiri. Berdasarkan sudut pandangnya, negara

33
adalah wilayah tertentu yang ditinggali oleh sekumpulan orang
dan memberlakukan kekuasaan untuk mengatur dan
memerintah.
3. Mac Iver
Negara dari kacamata seorang Mac Iver adalah organisasi politik
yang berisi perkumpulan manusia. Tiap dari mereka selalu
berusaha menjaga tatanan dan ketertiban demi kepentingan
bersama.
4. Woodrow Wilson
Politikus dari Amerika, Woodrow Wilson, berpendapat singkat
saja mengenai negara. Menurutnya, negara memiliki hukum dan
aturan yang berlaku di wilayah tertentu.
5. Marsillius
Pengertian negara menurut Marsillius menyangkut tujuan untuk
menjaga perdamaian. Negara dianggap sebagai organisasi
kemasyarakatan yang berusaha memenuhi tujuan mulia tersebut
dengan tetap berpegang teguh dasar kehidupan.
6. Miriam Budiardjo
Definisi negara juga datang dari pakar Ilmu Politik Indonesia.
Terdapat dua poin yang ditekankan oleh Prof. Miriam Budiardjo.
Pertama adalah negara sebagai wilayah yang ada di bawah
pemerintahan para pejabat. Kedua, rakyat wilayah tersebut
dibuat patuh terhadap peraturan perundang-undangan.
7. Max Weber

34
Negara menurut pandangan Max Weber adalah asosiasi yang
memiliki sistem hukum untuk mengatur kehidupan masyarakat.
Sistem tersebut dijalankan oleh pemerintah dan memiliki sifat
yang memaksa.
C. Pengertian Negara Indonesia
Sebagai WNI, sudahkah Anda mengetahui definisi negara Indonesia?
Pengertian secara umum pasti sudah banyak yang mengetahui yaitu
negara kesatuan berbentuk pemerintahan republik yang terletak di
wilayah Asia Tenggara. Tetapi, penjelasan lain yang lebih detail juga
perlu diketahui seperti:
o Negara Indonesia adalah negara yang dihuni oleh penduduk
sebanyak lebih dari 268 juta jiwa berdasarkan data pada tahun
2020.
o Negara Indonesia merupakan negara yang mendapat titel
seribu pulau. Jumlah total pulaunya mencapai lebih dari 13
ribu dan menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan
nomor wahid di dunia.
o Negara Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk
yang didominasi oleh pemeluk agama Islam. Total
populasinya sebanyak 220 juta lebih pada tahun 2020.
o Negara Indonesia adalah termasuk negara multikultural
karena dihuni oleh suku bangsa yang berjumlah ribuan lebih.
Walaupun begitu, mereka menjadi satu kesatuan yang hidup
dalam NKRI dan memegang teguh ‘Bhinneka Tunggal Ika’.

35
o Negara Indonesia adalah negara yang menjalankan sistem
demokrasi. Dicirikan dengan rakyat yang memiliki hak secara
penuh dan langsung untuk memilih presiden, wakil presiden,
anggota DPR, anggota DPRD, anggota DPD, kepala daerah
dan wakil kepala daerah.
o Negara Indonesia merupakan negara yang di atasnya
melintang garis khatulistiwa. Lokasinya strategis, karena
terletak di antara dua samudra yakni Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Selain itu, Indonesia juga dihimpit oleh dua
benua (Asia dan Australia).

36
Konstitusi Negara (Bagian I)

A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dai bahasa Peranis "constituer" yang artinya
membentuk. Jadi istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan
suatu negara atau menyusun pembentukan dasar (awal) mengenai
pembentukan negara. Istilah konstitusi bisa disamakan dengan
hukum dasar atau undang-undang dasar.
Dalam kehidupan sehari-hari, diterjemahkan dalam bahasa
Inggris "constitution" dengan arti undang-undang sasar. Istilah
undang-undang dasar merupakan terjemahan dari bahasa Belanda
"grondwet" (wet = undang-undang, grond = tanah/dasar). Di
negara-negara yang memakai bahasa Inggris dipakai istilah
constitution yang artinya konstitusi. Pengertian konstitusi dalam
praktik dapat lebih luas dai pengertian undang-undang dasar tetapi
ada juga yang menyamakan dengan pengertian undang-undang dasar.
Konstitusi juga dapat diartikan sebagai hukum dasar. Para
pendiri negara (the founding fathers) menggunakan istilah hukum
dasar. Dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan: "Undang-unfang
Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar negara itu.
Undang-undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang
disamping Undang-undang Dasar tersebut berlaku juga hukum dasar
yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan

37
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak
tertulis". Hukum dasar tidak tertulis disebut Konvensi.

Beberapa definisi dari para ahli:


1. Herman Heller
Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi 3:
a. Konstitusi dalam pengertian politik sosiologis. Konstitusi
mencerminkan
b. kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan.
c. Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup
dalam masyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu kesatuan
kaidah hukum ( dalam hal ini mengandung pengertian
yuridis).
d. Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-
undang yang tinggi dan berlaku dalam suatu negara.
2. K. C. Wheare
K. C. Wheare mengatakan konstitusi sebagai "keseluruhan
sistem ketatanegaraan dari suatu negara, berupa kumpulan
peraturan yang membentuk, mengatur, atau memerintah dalam
pemerintahan suatu negara".
3. Prof. Prayudi Atmosudirdjo
Prof. Prayudi Atmosudirdjo merumuskan konstitusi sbb:

38
a. Konstitusi suatu negara adalah hasil suatu produk sejarah
dan proses perjuangan
b. bangsa yang bersangkutan.
c. Konstitusi suatu negara adalah rumusan dari filsafat, cita-
cita, kehendak, dan
d. perjuangan bangsa Indonesia.
e. Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran,
mentalitas, dan kebudayaan
f. suatu bangsa.

Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit:


a. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum
dasar tertulis dan tidak tertulis.
b. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum
dasar tertulis, yaitu undang-undang dasar.

B. Kedudukan Konstitusi
Konstitusi menempati kedudukan yang sangt penting dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara, karena konstitusi menjadi
barometer kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan
bukti sejarah perjuangan para pendahulu. Selain itu, konstitusi juga
merupakan ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding fathers,
serta mengemudikan suatu negara yang mereka pimpin.

39
Konstitusi secara umum berisi hal-hal yang mendasar dari suatu
negara. Hal-hal yang mendasar itu adalah aturan-aturan atau norma-
norma dasar yan dipakai sebagai pedoman pokok bernegara.
Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam
hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umunya mereka mempunyai
kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai a) hukum dasar, dan b)
hukum tertinggi.
1) Konstitusi sebagai Hukum Dasar
Berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar
dalam kehidupan suatu negara. Secara khusus memuat aturan tentang
badan-badan pemerintahan (lembaga-lembaga negara). Misalnya
badan legislatif, badan eksekutif, dan yudikatif, serta mencakup
kekuasaan badan tersebut, dan prosedur penggunaan kekuasaannya.
2) Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi
Aturan-aturan yang terdapat dalam konstitusi, secara hirarkis
mempunyai kedudukan lebih tinggi (superior) terhadap aturan-aturan
lainnya. Oleh karena itu aturan-aturan lain yang dibuat oleh
pembentuk undang-undang harus seauai atau tidak bertentangan
dengan UUD.

C. Isi, Tujuan, dan Fungsi Konstitusi Negara


Konstitusi merupakan awal atau tonggak terbentuknya suatu
negara. Konstitusi menjadi dasar utama bagi penyelenggaraan
bernegara. Konstitusi menempati posisi penting, dan strategis dalam

40
kehidupan ketatanegaraan. Prof. Hamid S. Attomi mengatakan
bahwa konstitusi atau UUD merupakan pemberi pegangan dan
pemberi batas, sekaligus merupakan petunjuk bagaimana suatu
negara harus dijalankan.
Hal-hal yang diatur dalam konstitusi negara: pembagian
kekuasaan negara, hubungan antar lembaga negara, dan hubungan
negara dengan warga negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum
dan secara garis besar, yang selanjutnya dijabarkan lebih lanjut pada
aturan perudangan dibawahnya.

Menurut Miriam Budiardjo, konstitusi atau UUD memuat ketentuan-


ketentuan:
a. Organisasi negara misalnya pembagian kekuasaan antara badan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
b. Hak-hak asasi manusia.
c. Prosedur mengubah UUD.
d. Ada kalanya memuat larangan mengubah sifat-sifat tertentu
dari UUD. (Misalnya UUD Jerman melarang mengubah sifat
federalisme).
Konstitusi negara menurut Jimly Asshiddiqie, memiliki fungsi-fungsi
sbb:
a. Fungsi penentuan pembatasan kekuasaan negara.
b. Fungsi pengatur hubugan kekuasaan antarorgan negara.

41
c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara
dengan warga negara.
d. Fungsi pemberi atau legitimasi terhadap kekuasaan negara.
e. Fungsi pengatur atau pengalih kewenangan dari sumber
kekuasaan yang asli
(dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu.

i.
(social engineering atau social reform).

42
Konstitusi Negara (Bagian II)
UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Indonesia

D. Negara dan Konstitusi


Secara umum negara dan konstitusi merupakan dua lembaga
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setelah abad pertengahan
yang diandai dengan ide demokrasi, tanpa konstitusi, negara tidak
mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum dasarnya suatu
negara, sebagai dasar penyelenggaraan negara. Penyelenggaraan
pernegaraan di Indonesia juga didasarkan pada suatu konstitusi. Hal
ini nampak dalam Pembukaan UUD 1945 : "...maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
undang Dasar Negara Indonesia".

E. Sistem Konstitusi
1) Gagasan tentang Konstitusi
Di negara demokrasi, pemerintahan yang baik adalah
pemerintahan yang menjamin kepentingan rakyat serta hak-hak dasar
rakyat. Di samping itu, pemerintahan dalam melaksanakan
kekuasaannya perlu dibatasi agar kekuasaan itu tidak disalah gunakan.
Lord Actob mengatakan "power tends to corrupt, absolute power
corrupts absolutely".
Upaya mewujudkan pemerintahan yang menjamin hak dasar
rakyat serta kekuasaan yang terbatas itu dituangkan dalam suatu

43
aturan bernegara yang disebut Konstitusi (hukum dasar atau undang-
undang dasar negara). Konstitusi mengatur dan menetapkan
kekuasaan negara sedemikian rupa sehingga kekuasaan pemerintahan
negara efektif untuk kepentingan rakyat serta mencegah dari
penyalahgunaan kekuasaan.
Suatu negara demokrasi harus memiliki dan berdasar pada
suatu konstitusi, apakah ia bersifat naskah (written constitution) atau
tidak bersifat naskah (unwritten constitution)
Isi konstitusi negara bercirikan dua hal pokok:
a. Konstitusi membatasi kekuasaan pemerintahan atau penguasa agar
tidak sewenang-wenang terhadap warganya.
b. Konstitusi menjamin hak-hak dasar dan kebebasan warga negara.

Konstitusi dianggap sebagai perwujudan dari hukum tertinggi yang


harus ditaati oleh negara dan pejabat-pejabat negara. Hal ini sesuai
dengan dalil "Goverment by law, not by men".

2) Negara Konstitusional
Setiap negara memiliki konstitusi sebaai hukum dasar. Namun
tidak semua negara memiliki undang-undang dasar. Inggris tetap
merupakan negara konstitusion meskipun tidak memiliki UUD.
Konstitusi Inggris terdiri atas berbagai aturan pokok yang timbul dan
berkembang dalam sejarah bangsa tersebut.Konstitusi tersebar
dalam berbagai dokumen seperti Magna Carta (1215), Bill of Rights

44
(1689), dan Parliament Act (1911). Konstitusi dalam kaitan ini
memiliki pengertian yang lebih luas dari UUD.
Apakah negara yang mendasarkan diri pada suatu konstitusi
layak disebut sebagai negara konstitusional? Negara konstitusional
tidak cukup hanya memiliki konstitusi, tetapi negara tersebut juga
harus menganut gagasan tentang konstitusionalisme.
Konstitusionalisme merupakan gagasan bahwa konstitusi suatu negaa
harus mampu memberikan batasan kekuasaan pemerintahan serta
memberikan perlindungan pada hak-hak dasar warga negara. Suatu
negara yang memiliki konstitusi tetapi isinya mengabaikan dua hal
pokok diatas maka ia bukan negara konstitusional.
Negara konstitusional bukan sekedar konsep formal, tetapi juga
memiliki makna normatif. Didalam gagasan konstitusionalisme,
konstitusi tidak hanya merupakan suatu dokumen yang
menggambarkan pembagian-pembagian dan tugas-tugas kekuasaan
tetapi jua menentukan dan membatasi kekuasaan agar tidak
disalahgunakan. Sementara itu di lain pihak konstitusi kuga berisi
jaminan akan hak-hak asasi dan hak dasar warga negara. Negara yan
menganut gagasan konstitusionalisme inilah yang disebut negara
konstitusional (Constitutional State).
Adnan Buyung Nasution (1995) menyatakan negara
konstitusional adalah negara yang mengakui hak-hak warga negara
serta membatasi dan mengatur kekuasaannya secara hukum. Jaminan
dan pembatasan yang dimaksud harus tertuang dalam konstitusi. Jadi

45
negara konstitusional bukanlah semata-mata telah memiliki
konstitusi. Perlu dipertanyakan lagi apakah konstitusi negara tersebut
berisi pembatasan atas kekuasaan dan jaminan akan hak-hak dasar
warga negara.

F. Konstitusi Negara Indonesia


Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD1945 yang disahkan
oleh PPKI 18 Agustus 1945. Dalam tata susunan peraturan
perundangan negara, UUD 1945 menempati tingkat tertinggi.
Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok
Staatsgrundgesetz atau Aturan Dasar/Pokok Negara, yang berada
dibawah Pancasila sebagai Grundnorm atau Norma Dasar.
UUD 1945 yang ditetapkan PPKI tersebut sebenarnya
merupakan hasil karya BPUPKI berupa Rancangan Pembukaan
Hukum Dasar Negara dan Rancangan Hukum Dasar Negara.
Rancangan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagau UUD Negara
Indonesia setelah mengalami perubahan seperlunya oleh PPKI.
Sidang PPKI 18 Agustus 1945 memutuskan:
1. Menetapkan dan mengesahkan Pembukaan UUD 1945.
2. Menetapkan dan mengesahkan (batang tubuh) Pembukaan
UUD 1945.
3. Memilih Ketua PPKI Ir. Soekarno sebagai Presiden, dan Wakil
Ketua PPKI Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.

46
4. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP).
Sesuai dengan Ps. IV Aturan Peralihan, Keanggotaan KNIP =
anggota PPKI pemimpin-pemimpin rakyat dai semua golongan, dan
lapisan masyarakat, yang kemuian dilantik pada tanggal 29 Agustus
1945, diketuai oleh Mr. Kasman Singosimedjo.

G. Pengertian, Kedudukan, Sifat, dan Fungsi UUD 1945.


1. UUD 1945 sebgai Hukum Dasar Tertulis
o Merupakan hukum pokok atau hukum tertinggi.
o UUD1945 merupakan sumber hukum: semua peraturan
yang berlaku, misalnya undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden, dll. Harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada UUD 1945.
o UUD 1945 mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara,
lembaga-lembaga masyarakat, dan WNI dimana saja dia
berada, serta penduduk.
o UUD 1945 berisi norma-norma / aturan-aturan yang harus
ditaati dan dilaksanakan.

Konvensi ( rumusan dalam Penjelasan UUD 1945)


✓ Aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan negara,walaupun tidak tertulis,

47
misalnya pidato Presiden tiap tanggal 16 Agustus di depan
sidang DPR.
o Konvensi harus memenuhi syarat-syarat:
✓ Tidak bertentangan dengan UUD 1945.
✓ Bersifat melengkapi.
✓ Mengisi kekosongan/memantapkan pelaksanaan
UUD.
✓ Terjadi berkali-kali dan diterima di masyarakat.
✓ Terjadi hanya pada tingkat nasional.
2. Pengertian UUD 1945
Peraturan negara yang memuat ketentuan-ketentuan pokok
penyelenggaraan pemerintahan negara serta menjadi sumber dari
peraturan perundangan lain. UUD 1945 terdiri atas:
1. Pembukaan, yang terdiri atas 4 alinea (memuat dasar
negara Pancasila).
2. Pasal-pasal (batang tubuh), terdiri atas 16 bab, 37 pasal,
3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan.
3. Kedudukan UUD 1945
Merupakan cita-cita hukum negara RI, yang merupakan hukum
dasar tertulis, memuat norma-norma hukum yang:
o Mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga-
lembaga masyarakat, serta setiap warga negara dan
penduduk.

48
o Berisi norma-norma yang harus dilaksanakan dan harus
ditaati
Sebagai hukum dasar merupakan sumber hukum tertinggi bagi:
o Produk-produk hukum
o Kebijaksanaan pemerintah
o Alat kontrol/pengawasan
4. Sifat UUD 1945
Adalah singkat dan supel artinya:
o Singkat: UUD 1945 hanya memuat aturan-aturan pokok
saja, memuat garis-garis sebagai instruksi kepada
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara dalam
menyelenggarakan tugasnya, dapat dilengkapi dengan
undang-undang, peraturan pemerintah, dsb.
o Supel: senantiasa dapat mengikuti perkembangan, tidak
mudah ketinggalan zaman (luwes). Dapat diatur lebih
lanjut dalam hukum yang tingkatnya lebih rendah.
5. Fungsi UUD 1945
UUD 1945 sebagai sumber hukum mempunyai fungsi sebagai
alat kontrol untuk mengecek apakah norma hukum yang lebih
rendah sesuai atau tidak sesuai dengan UUD 1945.

49
Geopolitik Indonesia

Wawasan Nasional
Wawasan dari kata wawas yang berarti meninjau,
memandang, mengamati. Dengan demikian wawasan dapat diartikan
konsepsi cara pandang (KBBI, 2002 : 1271). Pada awal era reformasi
menjadi kurang populer, sehingga para politisipun enggan
menggunakan istilah ini (tidak lagi tersurat dalam GBHN 1999
sebagai wawasan bangsa).
Wawasan nasional bangsa terbentuk karena bangsa tinggal
dalam suatu wilayah—yang diakui sebagai miliknya—untuk
kehidupannya. Oleh karena itu, apabila kita membahas bangsa akan
terkait pula masalah : sejarah diri dan budaya, falsafah hidup serta
tempat tinggal dan lingkungannya. Dari ketiga aspek tercetus aspirasi
bangsa yang kemu-dian dituangkan dalam perjanjian tertulis—
konstitusi—maupun tidak tertulis namun tetap menjadi catatan
hidup—motivasi—yang semuanya dituangkan menjadi ajaran—
doktrin—dasar untuk membangun negara yang berupa wawasan
nasional.
Wawasan nasional bangsa Indonesia, dinamakan Wawasan
Nusantara, yang merupakan implementasi perjuangan pengakuan se-
bagai negara kepulauan yang disesuaikan dengan kemajuan jaman.
Pada masa lalu paham negara kepulauan hanya meliputi kumpulan

50
pulau-pulau—berdasarkan contour—yang dipisahkan oleh laut.
Paham Nusan-tara menunjukkan 2 (dua) arah pengaruh :
1. Ke dalam : berlaku asas kepulauan, yang menuntut terpadunya
unsur tanah dan air yang selaras dan serasi guna merealisasikan
wujud tanah air.
2. Ke luar : berlakunya asas posisi antara, yang menuntut posisi
kuat bagi Indonesia untuk dapat berdiri tegak dari tarikan segala
penjuru.

Wawasan Nusantara
Geopolitik Indonesia dinamakan Wawasan Nusantara, yang
secara umum didefinisikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia tentang dirinya yang bhineka, dan lingkungan geografinya
yang berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Sedangkan tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan segenap aspek kehidupan nasional dan turut serta
menciptakan dalam ketertiban dan perdamaian dunia. Kesemua itu
dalam rangka mencapai Tujuan Nasional. Oleh karena itu hakekat
tujuan wawasan nusantara adalah kesatuan dan persatuan dalam
kebhinekaan, yang mengandung arti :
1. Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan
kondisi, posisi dan potensi geografi serta kebhinekaan budaya.
2. Pedoman pola tindak dan pola pikir kebijaksanaan nasional

51
3. Hakikat Wawasan Nusantara persatuan dan kesatuan dalam ke-
bhinekaan.

Kedudukan Wawasan Nusantara


Dalam sistem kehidupan nasional Indonesia sebagai
paradigma kehidupan Nasional Indonesia yang urutannya sebagai
berikut :
1. Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa dan dasar negara.
2. UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
3. Wawasan Nusantara sebagai geopolitik bangsa Indonesia.
4. Ketahanan Nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara
Indonesia.
5. Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional
dalam pembangunan nasional.
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional sebagai
doktrin da-sar pengaturan kehidupan nasional. Sedangkan politik dan
strategi na-sional sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam bentuk
GBHN—masa Orba—yang dijabarkan lebih lanjut dalam
kebijaksanaan strategi pada strata di bawahnya.
Doktrin dasar adalah himpunan prinsip atau teori yang
diajarkan, dianjur-kan dan diterima sebagai kebenaran, untuk
dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan, dalam usaha
mencapai tujuan. Doktrin dasar adalah doktrin yang timbul dari
pemikiran yang bersifat falsafah.

52
Peranan Wawasan Nusantara
Dalam kehidupan nasional, Wawasan Nusantara
dikembangkan peranannya untuk :
1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang
serasi dan selaras, segenap aspek kehidupan nasional.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan
lingkungan-nya. Peranan ini berkaitan dengan adanya hubungan
yang erat dan saling terkait dan ketergantungan antara bangsa
dengan ruang hi-dupnya. Oleh karena itu pemanfaatan
lingkungan harus bertanggung jawab. Bila tidak, maka akan
menimbulkan kerusakan lingkungan yang pada akhirnya akan
merugikan bangsa itu sendiri.
3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional.
Ke-pentingan nasional menjadi dasar hubungan antara bangsa.
Apabila satu bangsa kepentingan nasionalnya sejalan atau paralel
dengan kepentingan nasional bangsa lain, maka kedua bangsa itu
akan mu-dah terjalin hubungan persahabatan.
4. Merentang hubungan internasional dalam upaya ikut
menegakkan perdamaian.

Wajah Wawasan Nusantara


Pengertian istilah wajah adalah roman muka. Wajah manusia
hanya satu, tetapi wajah itu memiliki beberapa roman muka dan tiap

53
roman muka berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi.
Dalam hubungan itu dapat dikatakan bahwa geopolitik
Indonesia hanya satu yaitu Wawasan Nusantara (Wasantara). Tetapi
wajahnya lebih dari satu yaitu ada 4 wajah meliputi :
1. Wajah Wasantara sebagai wawasan nasional yang melandasi
konsepsi Ketahanan Nasional.
2. Wajah Wasantara sebagai wawasan pembangunan nasional.
3. Wajah Wasantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan.
4. Wajah Wasantara sebagai wawasan kewilayahan.

54
Hak Asasi Manusia

Konsep Hak Asasi Manusia (HAM) adalah konsep lintas


ruang dan waktu dalam sejarah manusia. Sejak berakhirnya Perang
Dunia II hingga sekarang bangsa-bangsa di dunia
mengartikulasikan hak asasi manusia baik dalam kerangka
universal maupun dalam kerangka sejarah kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Konsep dasar hak asasi manusia lahir dari proses perjalanan
bangsa Indonesia yang lama di bawah penjajahan dengan
penderitaan tak terperi tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
Konsep hak asasi manusia ini bersifat universal walau lahir dari
proses perjalanan sejarah bangsa Indonesia sendiri (dan bangsa--
bangsa terjajah lainnya sebelum Perang Dunia II).
Sebagai bagian dari masyarakat dunia dalam Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia dengan pengalaman sejarah dan
konsep HAM-nya mendukung dan bertanggung jawab atas isi
kandungan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB tahun
1948 (Universal Declaration of Human Rights) serta berbagai
instrumen internasional lainnya yang terkait dengan hak asasi
manusia. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia lahir dari
pengalaman pahit bangsa-bangsa selama Perang Dunia II. Oleh
karenanya, bangsa Indonesia menyadari, mengakui, dan menjamin
hak asasi manusia dalam proses penyelenggaraan kehidupan

55
berbangsa dan bernegara dengan menjadikan hak dan kewajiban
asasi manusia mengejawantah dalam kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat, dan bangsa.
Penegakan hak asasi manusia di Indonesia dioperasionali-
sasikan melalui TAP MPRS No. XIV/MPRS/1966, yang
menetapkan pembentukan Panitia Ad Hoc untuk menyiapkan
Rancangan Piagam Hak Asasi Manusia dan Hak-hak serta
Kewajiban Warga Negara. Namun upaya tersebut belum terlaksana
karena pada saat itu proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan bernegara disibukkan oleh langkah-langkah rehabilitasi dan
konsolidasi nasional akibat pemberontakan G 30 S/PKI.
Pada tahun 1993, Pemerintah membentuk Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang ditetapkan melalui
Keppres Nomor 50 Tahun 1993. Pembentukan Komisi tersebut
banyak mendapat tanggapan positif dari masyarakat dalam upaya
mendapatkan perlindungan terhadap pelanggaran hak asasi
manusia di Indonesia. Demikian juga dalam GBHN 1998,
kebijaksanaan mengenai penegakan hak asasi manusia semakin
mendapat perhatian yang besar.
Sebagai tindak lanjut dari lahirnya Tap MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, telah dihasilkan
berbagai produk hukum dalam bidang HAM, antara lain sebagai
berikut: (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1998, tanggal 28
September 1998 tentang Pengesahan Convention Against Torture and

56
Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain
yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat
Manusia); (2) Undang-undang Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Pengesahan ILO Convention Concerning The Abolition of Forced Labour
(Konvensi ILO Nomor 105 tentang Penghapusan Kerja Paksa);
(3) Undang-undang No 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO
Convention Concerning Minimum Age for Admission to Employment
(Konvensi ILO Nomor 138 mengenai Usia Minimum untuk
Diperbolehkan Bekerja); (4) Undang-undang Nomor 21 Tahun
1999 tentang Pengesahan ILO Convention Concerning Discrimination
in Respect of Employment and Occupation (Konvensi ILO Nomor 111
mengenai Penghapusan Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan
Jabatan); (5) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999, tanggal 25
.Juni 1999 tentang Pengesahan International Convention on the
Elimination of All Forms of Racial Discrimination 1965 (Konvensi
Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Rasial 1965; dan (6) Keppres Nomor 83 Tahun 1998 tentang
Pengesahan International Convention on the Freedom of Association and
Protection of The Right to Organize (Konvensi ILO Nomor 87 Tahun
1948 mengenai Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak
Berorganisasi).
Maksud dari penandatanganan enam konvensi ILO tersebut
antara lain adalah untuk membangun nilai-nilai dalam pergaulan

57
kita sebagai bangsa yang menghargai manusia bukan karena rasnya
atau etnisnya atau gendernya, tetapi karena kemampuan dan budi
pekertinya. Sejarah bangsa kita membuktikan bahwa toleransi
antar ras dan suku bangsa tidak saja memperkuat persatuan bangsa
tetapi juga telah mendukung berkembangnya kreativitas dan
kualitas hidup masyarakat.
Produk undang-undang lain yang juga merupakan
pelaksanaan dari TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 adalah
ditetapkannya UU Nomor 26 Tahun 1999, tentang Pencabutan
Undang-undang No. 11/PNPS/Tahun 1963 tentang
Pemberantasan Kegiatan Subversi (UU Anti Subversi).
Pertimbangan pencabutan tersebut didasarkan pada kenyataan
bahwa UU Anti Subversi ini telah menimbulkan ketidakpastian
hukum, keresahan, ketidakadilan, dan pelanggaran hak asasi
manusia yang tidak sesuai dengan prinsip negara Indonesia yang
berdasarkan atas hukum;
Dalam rangka penghormatan terhadap kebebasan
menyampaikan pendapat dari setiap manusia, telah ditetapkan
Undang-undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Ditetapkannya undang-
undang ini telah semakin meningkatkan nilai-nilai demokrasi di
dalam masyarakat Indonesia, karena setiap orang dapat dengan
bebas menyampaikan pendapatnya di muka umum dengan
kewajiban bahwa apa yang disampaikan tersebut harus dapat

58
dipertanggungjawabkan.
Di samping itu, setelah melalui proses pembahasan yang
cukup memakan waktu, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) pada tanggal 23 September 1999 telah menetapkan
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia (HAM) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM). Materi yang sangat penting dalam undang-
undang tersebut adalah diberikannya wewenang subpoena kepada
Komnas HAM, yaitu kewenangan untuk memanggil, memeriksa
orang dan dokumen serta menyelesaikan sengketa pelanggaran hak
asasi manusia, dan kewenangan untuk berperan serta sebagai
lembaga ombudsman, yakni sejenis lembaga independen yang
merupakan agen dari parlemen sebagai pelindung rakyat di dalam
mengawasi jalannya pemerintahan agar dapat berjalan dengan
sebaik-baiknya dengan memberikan rekomendasi atau usulan
kepada instansi yang berwenang. Dengan adanya wewenang
subpoena tersebut, maka putusan Komnas HAM tidak dapat
diajukan banding, namun dapat langsung diajukan permohonan
kasasi. Di samping itu, juga dibuka kemungkinan kepada
masyarakat untuk melakukan gugatan atau pengaduan bersama
atas peristiwa pelanggaran hak asasi manusia kepada Komnas
HAM. Materi lain adalah dengan memberikan peran partisipatif
masyarakat dan lembaga-lembaga Pendidikan melalui penelitian,
pengkajian, pendidikan, dan penyebarluasan pemahaman tentang

59
hak asasi manusia.
Dengan disahkannya UU tentang HAM dan Komnas HAM
tersebut, maka kedudukan, kelengkapan organisasi, hak,
kewenangan dan tanggung jawab Komnas HAM menjadi lebih
kuat yaitu didasarkan pada undang-undang, yang sebelumnya
pembentukan Komnas HAM tersebut dengan Keputusan Presiden.

60
61

Anda mungkin juga menyukai