Anda di halaman 1dari 30

Unsur – Unsur Nilai-Nilai Kebangsaan :

Nilai-nilai Kebangsaan Indonesia mengacu


kepada 4 konsensus dasar bangsa yaitu :
1. Pancasila
2. UUD Negara RI Tahun 1945
3. Bentuk Negara Keastuan RI
4. Bhineka Tunggal Ika.
Pancasila sebagai dasar bernegara mengandung
4 nilai yang sulit terbantahkan.
1. Yuridis
2. Filosofis
3. Historis
4. Kultural.
1) Justifikasi Yuridis. Pancasila memiliki pembenaran
secara konstitusional, yaitu dalam UUD 1945 dan
juga dalam produk ketetapan MPR. Secara yuridis
Pancasila mendapat legitimasi kuat , sehingga
eksistensinya tidak dapat diabaikan dengan alasan
apapun.
2) Justifikasi Filosofis. Pancasila mengandung
kebenaran hakiki sebagai nilai luhur yang tidak
perlu diperdebatkan lagi.Sebagai contoh sila kelima
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Sila
ini menandaskan perlunya perbuatan-perbuatan
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong royong.
3) Justifikasi Historis. Sejarah menggambarkan
Pancasila berasal dari nilai yang telah mengakar dan
menjadi spirit kehidupan manusia multikultural di
Indonesia sejak ratusan tahun silam. Nilai-nilai yang
digali dari kehidupan masyarakat yang kemudian
dirumuskan secara padat menjadi dasar keyakinan
bersama masyarakat Indonesia.
4) Justifikasi Kultural. Nilai-nilai Pancasila dikonstruksi
dari praksis hidup tradisional masyarakat Indonesia
dalam tatanan kultural selama berabad-abad. Jejak
praksis tradisional itu dapat ditemukan di hampir
semua suku bangsa, dan jejak-jejak tersebut lantas
diracik ke dalam lima sila Pancasila.
• UUD 1945, sebagai hukum yang hidup dalam
masyarakat (living constitution) menjunjung
tinggi prinsip- prinsip kedaulatan rakyat dan
berdasar atas permusyawaratan perwakilan.
• NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, memahami
Indonesia sebagai negara kesatuan yang
menghormati ke aneka ragaman budaya dan
etnis, dll. Menjadi inspirasi bagi para aktor
politik nasional, civil society, dan masyarakat
pada umumnya untuk tetap memprioritaskan
persatuan nasional, ditengah perbedaan
pandangan dan posisi politik yang berkembang
semakin kompleks.
Pancasila sebagai dasar negara, Pandangan
hidup bangsa, Ideologi Nasional
• Sila ke 1 menuntut warga bangsa mengakui
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan
tujuan akhir
• Sila ke 2 mengajak masyarakat untuk
mengakui dan memperlakukan setiap orang
sebagai sesama manusia, yang memiliki
martabat mulia, dan hak-hak serta kewajiban
asasi
• Sila ke 3 menumbuhkan sikap masyarakat
untuk mencintai tanah air, bangsa, dan
bersatu dalam negara Indonesia
• Sila ke 4 mengajak masyarakat untuk
bersikap peka dan ikut serta dalam
kehidupan politik serta pemerintahan negara
• Sila ke 5 mengajak masyarakat aktif dalam
memberikan sumbangan kepada negara demi
terwujudnya kesejahteraan umum, bagi
seluruh rakyat Indonesia
1. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
• Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
• Hormat menghormati dan bekerjasama antar
pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.
• Saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
• Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
kepada orang lain.
2. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
• Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia.
• Saling mencintai sesama manusia.
• Mengembangkan sikap tenggang rasa.
• Tidak semena-mena terhadap orang lain.
• Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
• Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
• Berani membela kebenaran dan keadilan.
• Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap
hormat-menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
3. SILA PERSATUAN INDONESIA
• Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan,
dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
• Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
negara.
• Cinta Tanah Air dan Bangsa.
• Bangga sebagai Bangsa Indonesia
dan ber-Tanah Air Indonesia.
• Memajukan pergaulan demi
persatuan dan kesatuan bangsa
yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
4. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN
• Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
• Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
• Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
• Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
• Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil musyawarah.
• Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
• Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
5. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
• Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-
royong.
• Bersikap adil.
• Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
• Menghormati hak-hak orang lain.
• Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
• Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
• Tidak bersifat boros.
• Tidak bergaya hidup mewah.
• Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
• Suka bekerja keras.
• Menghargai hasil karya orang lain.
• Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
• Pancasila sebagai ideologi terbuka dan bersifat
universal.
• Pancasila diyakini mampu menggerakkan bangsa
untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
• Bersifat universal artinya tidak boleh primordial
ataupun eksklusif tetapi harus menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia untuk
kepentingan bersama.
• Menghadapi tantangan global, Ideologi
Pancasila harus mampu mencegah pengaruh
konsumerisme, memberantas oportunisme, dan
sekaligus meningkatkan etos kerja.
Makna nilai-nilai kebangsaan.
• Nilai-nilai kebangsaan yang bersumber
dari dan mengakar dalam budaya bangsa
Indonesia, dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
berwujud atau mewujudkan diri secara
statik menjadi dasar negara, ideologi
nasional dan jati diri bangsa, sedangkan
secara dinamik menjadi semangat
kebangsaan.
• Sebagai dasar negara nilai-nilai
kebangsaan tersebut melandasi segala
kegiatan pemerintahan negara, baik
dalam pengelolaan pemerintahan negara
maupun dalam membangun hubungan
dengan negara-negara lain. Nilai-nilai
kebangsaan dalam hal ini juga menjadi
etika bagi penyelenggara negara.
• Sebagai ideologi nasional nilai-nilai kebangsaan
melandasi pandangan (cara pandang) atau
falsafah hidup bangsa Indonesia.
 Nilai-nilai kebangsaan tersebut mewujud dalam
realita kehidupan bangsa Indonesia yang
majemuk (pluralistik) yang menjadi kesepakatan
dalam membangun kebersamaan.
 Sebagai ideologi, nilai-nilai kebangsaan tersebut
menjadi etika dalam kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa serta sekaligus menjadi tujuan
yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia.
• =
• Sebagai jati diri bangsa, nilai-nilai kebangsaan
tersebut berwujud menjadi sikap dan perilaku
yang nampak pada atau ditunjukkan oleh
bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
• Misalnya, bagaimana seorang bangsa Indonesia
harus bersikap dan berperilaku dalam
kebersamaan sebagai anggota masyarakat,
bagaimana ia harus bersikap dan berperilaku
dalam kebersamaan sebagai komponen bangsa,
serta bagaimana ia harus bersikap dan berperi
laku dalam kebersamaan sebagai warga negara
Indonesia.
• Nilai-nilai kebangsaan tersebut sebagai
sistem nilai yang bersumber dari dan
mengakar dalam budaya bangsa
Indonesia itu telah disepakati dinamakan
Pancasila.
Nilai- Nilai Kebangsaan ,Masa lampau, masa
kini dan masa depan.
• Nilai-nilai kebangsaan sebagai nilai dasar atau
nilai intrinsik adalah nilai yang lestari dan
abadi.
• Nilai – nilai kebangsaa ini eksis baik di masa
lampau, masa kini maupun masa depan dalam
kehidupan bangsa.
• Nilai-nilai kebangsaan menjadi bintang
pemandu atau penunjuk arah ke mana bangsa
dan negara Indonesia harus menuju.
• Misalnya, bangsa Indonesia harus menuju ke arah
“mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.
 Untuk menuju ke sana, bangsa Indonesia harus
melalui jalan “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
 Hikmat artinya pelajaran atau pengetahuan yang
diterapkan secara bijaksana, artinya dengan
mempertimbangkan segala aspek yang diwujudkan
melalui permusyawaratan dari para wakil berbagai
kelompok dan golongan untuk mengakomodasi atau
menampung berbagai aspirasi.
• Untuk menuju ke sana bangsa Indonesia harus
mewujudkan persatuan bangsa, dengan menghormati
harkat serta martabat kemanusiaan secara adil dan
berbudaya, karena manusia adalah makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa.
• Walaupun nilai-nilai kebangsaan bersumber dari dan
berakar pada budaya bangsa pada masa lampau,
namun nilai-nilai praksisnya, yaitu nilai-nilai yang
diterapkan dalam kehidupan bangsa Indonesia secara
nyata, senantiasa diperbarui dan disesuaikan dengan
konteks, kondisi dan situasi masyarakat yang terus
menerus berubah.
 Oleh karenanya nilai-nilai kebangsaan yang menjadi ruh
bangsa dan menyemangati bangsa tidak pernah usang.
 Hanya dengan pemahaman terhadap nilai-nilai
kebangsaan semacam itu dan dengan semangat
kebangsaan yang kukuh tangguh, bangsa Indonesia akan
mampu mempertahankan eksistensinya menghadapi
berbagai tantangan zaman, menghadapi berbagai
rongrongan ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai
kebangsaan kita serta menghadapi gelombang budaya
global.
• Tentu saja dengan menggunakan strategi, hal-hal yang baik
dan sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan bangsa Indonesia
akan diramu dan diracik menjadi unsur yang memperkuat
budaya dan jati diri bangsa. Sedangkan yang bertentangan,
berlawanan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan
bangsa Indonesia dengan sendirinya akan ditepis dan
ditolak.
• Jadi nilai-nilai kebangsaan yang secara dinamik
mewujud dalam semangat kebangsaan adalah
penggerak perjuangan bangsa Indonesia
menuju arah cita-cita yang telah disepakati
bersama. Kejayaan masa lalu bukanlah suatu
hal yang telah lampau dan usang, melainkan
harus menjadi tuntunan dan menyemangati
perjuangan bangsa Indonesia untuk
mewujudkan cita-cita bangsa. (Hernowo
Hadiwonggo)
Nilai-Nilai Kebangsaan dan aktualisasinya
dalam kehidupan Kampus Kebangsaan
Nilai - nilai kebangsaan mengacu konsensus
bangsa :
1. Pancasila (Sebagai dasar dan ideologi
Negara)
2. UUD RI 1945, (Sebagai Konstitusi Republik
Indonesia)
3. NKRI (Sebagai bentuk final Negara)
4. Bhineka Tunggal Ika (Sebagai sistem sosial
bangsa Indonesia)
• Pokok-Pokok Pikiran dalam Sila-Sila Pancasila (Pidato
Bung Karno 1 Juni 1945)
1. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila,
menurut Bung Karno, pada prinsipnya
menegaskan, bahwa bangsa Indonesia bukan saja
ber- Tuhan, tetapi masing-masing bangsa Indonesia
hendaknya ber-Tuhan, Tuhan-nya sendiri. Negara
Indonesia adalah negara yang tiap-tiap orangnya
dapat menyembah Tuhan-nya dengan cara yang
leluasa. Segenap rakyat Indonesia ber-Tuhan
secara berkebudayaan, berbudi pekerti luhur, serta
saling menghormati antara satu pemeluk agama
dengan pemeluk agama yang lain.
2. Asas Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
(Internasionalisme) dalam Pancasila, menurut
Bung Karno, pada prinsipnya menegaskan,
bahwa kita memiliki Indonesia merdeka yang
berada dalam lingkungan kekeluargaan bangsa-
bangsa. Prinsip Internasionalisme dan
kebangsaan kita adalah Internasionalisme yang
berakar dalam buminya nasionalisme, dan
nasionalisme yang hidup dalam taman sarinya
internasionalisme. Di dalam Indonesia merdeka
akan dihargai dan dijunjung tinggi hak-hak asasi
manusia.
3. Asas Persatuan Indonesia atau Kebangsaan
Indonesia dalam Pancasila, menurut Bung
Karno, pada prinsipnya menegaskan, bahwa kita
mempunyai Negara Kebangsaan(nation –state).
Kita memiliki negara “semua buat semua”. Kita
adalah bangsa yang memiliki kehendak untuk
bersatu, memiliki persatuan perangai karena
persatuan nasib, bangsa yang terikat pada tanah
airnya. Kita sebagai bangsa akan tetap terjaga
dari kemungkinan mempunyai sifat chauvinis
4. Asas Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan, atau Mufakat, atau Demokrasi
dalam Pancasila, menurut Bung Karno, pada
prinsipnya menegaskan, kita akan terus
memelihara dan mengembangkan semangat
bermusyawarah untuk mencapai mufakat
dalam perwakilan. Kita akan tetap memelihara
dan mengembangkan kehidupan demokrasi.
Kita juga akan memelihara dan
mengembangkan kearifan dan kebijaksanaan
dalam bermusyawarah.
5. Asas Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia atau Kesejahteraan dalam Pancasila,
menurut Bung Karno, pada prinsipnya
menegaskan, bahwa tidak akan ada kemiskinan
dalam Indonesia merdeka. Kita bukan hanya
memiliki demokrasi politik, tetapi juga
demokrasi ekonomi. Kita harus memiliki
keadilan politik dan keadilan ekonomi sekaligus
kita harus memiliki kehidupan yang adil-makmur
bagi seluruh rakyat Indonesia
• Ir.Soekarno tentang “bangsa”:
persamaan kehendak & nasib, persamaan
tempat hidup (tanah air) – teori geopolitik,
contoh: Sumpah Pemuda 1928 (deklarasi kebangsaan) :
peneguhan kehendak bersama menjadi suatu bangsa
pengakuan memiliki tanah air yang sama, penggunaan
bahasa yang sama.
• Menurut Soekarno Pancasila bila diperas menjadi satu tidak
lain dari “gotong royong”.
• Dalam Pidato 1 Juni 1945 Ir. Soekarno menyatakan bahwa
“Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama,
pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu binantu
bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat
semua buat kebahagiaan semua. Holobis-kuntul-baris buat
kepentingan bersama ! Itulah gotong royong..”.

Anda mungkin juga menyukai