Materi Dasar Pembinaan Ideologi Pancasila 1
Materi Dasar Pembinaan Ideologi Pancasila 1
AF
R
D
T
AF
R
D
Hal.
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 6
C. Dasar Hukum 6
D. Hasil yang Diharapkan 11
E. Sistematika 11
BAB II T
SEJARAH KELAHIRAN DAN PERUMUSAN 15
AF
PANCASILA
A. Sidang BPUPK 15
B. Kelahiran Pancasila 18
R
C. Perumusan Pancasila 21
D. Pancasila Menjadi Dasar Negara 23
D
A. L a t a r B e l a k a n g
T
bernegara. Terdapat setidaknya 5 (lima) alasan yang menjadi latar belakang
urgensi penyusunan Materi Dasar Pembinaan Ideologi Pancasila :
AF
Pertama, berdasarkan alasan filosofis Pancasila sudah disepakati bersama
sebagai pandangan hidup (Weltanschauung) falsafah dasar (philosopische
grondslag), ideologi, dasar negara,pemersatu bangsa dan sumber segala
R
T
Indonesia mempunyai sejarahnya sendiri yang terbentuk secara dialektikal
berbasis nilai-nilai yang telah dianut bangsa ini. Dalam perjalanan hidup
AF
bangsa Indonesia, nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai
nilai-nilai khas yang tumbuh di Indonesia. Belajar dari pengalaman bangsa
lain, tidak ada bangsa yang besar jika tidak bertumpu pada pandangan
hidup dan ideologi yang mengakar pada hati nurani bangsanya. Perumusan
R
Keempat alasan yuridis, bahwa Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan
bersumber dari Pidato Ir.Sukarno telah dinyatakan dalam Keputusan
Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila.
Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tersebut pada pokoknya
berisikan penetapan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara dirumuskan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
NRI 1945) dan dijabarkan dalam pasal-pasalnya. Sebagai dasar negara,
Pancasila tidak hanya mendasari konstitusi dan peraturan perundang-
T
undangan, tetapi juga seluruh bangunan kenegaraan dan kebangsaan,
AF
beserta praktik kehidupan masyarakat Indonesia.
Tidak ada bangsa yang besar jika tidak bertumpu pada ideologi yang
mengakar pada hati nurani bangsanya. Jepang, Jerman, Amerika Serikat,
Inggris maupun Tiongkok sebagai negara Asia yang sangat diperhitungkan
saat ini, menemukan kekokohannya pada fondasi ideologi yang mengakar
kuat dalam budaya masyarakatnya. Sebaliknya, bukan hal baru bila sebuah
negeri mudah terkoyak- koyak oleh perang saudara karena alasan
kedaerahan, kesukuan atau agama, atau karena campur tangan pihak asing.
Menjelang masuk tahun 2000, karena pengaruh –pengaruh seperti itu,
Yugoslavia pecah dan bubar, menjadi sebuah tragedi besar, karena disertai
kekejaman antar warga negaranya. Demikian pula, memasuki abad
T
milenium, konflik yang sengit dan berdarah telah terjadi di Afrika, di Timur
Tengah dan sampai kini, terjadi karena perbedaan suku, daerah dan agama.
AF
Bahkan, apabila kita masih mengingat, di tanah air kita sendiri
pertumpahan darah juga pernah terjadi antar kelompok yang berbeda suku
dan agama. Peristiwa itu sungguh merupakan bencana kemanusiaan yang
harus tidak boleh terulang kembali antar sesama anak bangsa. Berdasarkan
R
hal itu sudah saatnya kita harus kembali menyusun agenda kebangsaan
yang lebih kuat di masa depan dengan meneguhkan pembelaan terhadap
Pancasila sebagai solusi merajut persatuan bangsa Indonesia dan
D
B. T u j u a n
T
Tujuan Pembinaan Ideologi Pancasila adalah untuk membentuk karakter
AF
bangsa yang menjadi landasan teraktualisasinya Pancasila dalam
kehidupan berbangsa. Tujuan itu dicapai melalui pembinaan dalam rangka
penguatan Pancasila sebagai Dasar Negara, Ideologi dan Pandangan Hidup
Bangsa. Berdasarkan hal itu, penyusunan Materi Dasar Pembinaan Ideologi
R
C. D a s a r H u k u m
Penyusunan Materi Dasar Pembinaan Ideologi Pancasila didasarkan pada
Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut:
Pasal 1 (1):
D
Pasal 3 :
BPIP mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan arah
kebijakan pembinaan ideologi Pancasila, melaksanakan koordinasi,
sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara
menyeluruh dan berkelanjutan, dan melaksanakan penyusunan
standardisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian
terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila
kepada lembaga tinggi negara, kementerian/ lembaga, pemerintahan
daerah, organisasi sosial politik, dan komponen masyarakat lainnya;
Pasal 30 :
Deputi Bidang Pengkajian dan Materi mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan arah kebijakan pembinaan ideologi
Pancasila, pengkajian dan perumusan standardisasi materi pembinaan
ideologi Pancasila;
Pasal 31 :
T
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30,
AF
Deputi Bidang Pengkajian dan Materi menyelenggarakan fungsi: a.
perumusan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila; b.
penyusunan garis-garis besar haluan ideologi Pancasila dan peta jalan
pembinaan ideologi Pancasila; c. pengkajian pelaksanaan pembinaan
R
T
Bab III, berjudul Pokok-Pokok Pemikiran Pancasila Oleh Para Pendiri
AF
Bangsa. Uraian di dalam bab ini mendeskripsikan latar belakang pemikiran
para pendiri bangsa cita-cita pendiri bangsa berkenaan dengan
dirumuskannya Pancasila sebagai dasar negara. Hal ini dibutuhkan agar
proses memahami Pancasila bersifat tepat secara metodologis, karena untuk
R
T
dilanjutkan uraian tentang tujuan Pembangunan Nasional Berdasarkan
Pancasila. Diuraikan pula modal utama yang dibutuhkan dalam
AF
Pembangunan Nasional Berdasarkan Pancasila. Selanjutnya, yang cukup
penting dalam membumikan nilai-nilai Pancasila, diuraikan delapan 10
(sepuluh) bidang prioritas Pembangunan Nasional Berdasarkan Pancasila
meliputi: (1) bidang pendidikan-kebudayaan, riset dan teknologi ; (2) bidang
R
agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ; (3) bidang
pertahanan dan keamanan ; (4) bidang ekonomi ; (5) bidang kesehatan dan
kesejahteraan ; (6) bidang hukum dan hak asasi manusia; (7) bidang
D
Satu episode penting dalam sejarah Indonesia yang menjadi momentum dari
kelahiran Pancasila adalah Sidang BPUPK (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan) pertama yang diadakan antara tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni
1945. BPUK dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) adalah dua
badan yang dirancang untuk mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan.
Kedua badan ini dibentuk atas anjuran Jepang, tetapi dalam perjalanannya
lebih banyak bekerja berdasarkan inisiatif dari para pemimpin Indonesia,
terutama Ir.Sukarno dan Drs.Mohammad Hatta. Di dalam BPUPK Ir.Sukarno
dan juga Hatta tidak menduduki posisi sebagai pimpinan. BPUPK diketuai
oleh tokoh senior dari masa Pergerakan Nasional, yaitu Dr. Radjiman
T
Wediodiningrat dengan wakil ketua R.P. Soeroso dan Itjibangase Yosio
(Jepang). Susunan pimpinan BPUPK yang seperti ini adalah atas usulan
AF
Ir.Sukarno, karena Ia menginginkan untuk dapat menyampaikan pokok
gagasannya tentang dasar negara sebagai anggota BPUPK.
A. Sidang BPUPK
R
1
Sejarah Kelahiran Dan Perumusan Pancasila dalam bab ini dihimpun dari Diskusi
Terpumpun untuk keperluan penyusunan Materi Dasar Pembinaan Ideologi Pancasila oleh
BPIP dengan Nara Sumber : A.B Kusuma (Sejarawan) Dr. Bondan Kanumoyoso
(Sejarawan) ; Dr Daniel Dhakidae, pada tahun 2019 dan 2020 dan rangkuman dari sumber-
sumber tertulis : Lahirnja Pantja Sila : Boeng Karno Menggembleng Dasar-Dasar Negara, (Kata
Pengantar Oleh : Dr.K.R.T Radjiman Wedyodiningrat) Jogjakarta,Penerbit Oesaha
Penerbitan Goentoer, 1947; Drijarkara SJ, “ Pantjasila dan Religi” Prasaran dalam Seminar
Pantjasila Ke : I 16 Pebruari Sampai Dengan 20 Pebruari 1959 di Jogjakarta, Diterbitkan Oleh :
Panitia Seminar Pantjasila, Jogjakarta,1959, hlm 47-79 ; Notonagoro,”Berita Pikiran Ilmiah
Tentang Kemungkinan Djalan Keluar dari Kesulitan Mengenai Pantjasila Sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia”, Prasaran dalam Seminar Pantjasila Ke : I 16 Pebruari Sampai
Dengan 20 Pebruari 1959 di Jogjakarta, Diterbitkan Oleh : Panitia Seminar Pantjasila,
Jogjakarta, 1959, hlm 88-128; Drs.Mohammad Hatta,Ahmad Subardjo Djojoadisurjo, A.A
Maramis, Sunarjo, A.G. Pringgodigdo,Uraian Pancasila, Jakarta, Penerbit Mutiara,1984; RM.
A.B.Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, (Edisi Revisi), Jakarta, Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia,2016
kemerdekaan diberikan, karena sejak awal tahun 1944 posisi Jepang dalam
Perang Asia Timur Raya telah semakin terdesak. Jika sebelumnya Jepang
adalah pihak yang mengambil inisiatif dalam jalannya perang, maka sejak
D
awal tahun 1944, Jepang adalah pihak yang bertahan dari gempuran
pasukan Sekutu, terutama kekuatan Amerika Serikat yang secara bertahap
memukul hancur posisi Jepang di berbagai wilayah di Pasifik. Sidang
BPUK perlu dilihat dalam konteks kekalahan Jepang dalam Perang Asia
Timur Raya. Dengan demikian dapat dipahami mengapa Jepang banyak
memberi konsesi kepada para pemimpin Indonesia, sehingga sidang
BPUPK berlangsung relatif terbebas dari gangguan dan tekanan dari
penguasa militer Jepang.
2
RM. A.B. Kusuma, op.cit.no.1,hlm 19-20
T
Oleh karena posisi Jepang yang semakin tertekan dalam Perang Asia
AF
Timur Raya, pemerintah pendudukan mencoba menarik simpati dan
dukungan dari rakyat Indonesia. Salah satu bentuk upaya menarik simpati
itu adalah dengan memberi kebebasan kepada anggota BPUPK untuk
mendiskusikan berbagai hal yang berkaitan dengan persiapan kemerdekaan.
R
B. Kelahiran Pancasila
Berdasarkan historiografi (penulisan sejarah) tentang kelahiran Pancasila,
dalam sidang-sidang BPUPK yang pertama ada tiga orang, yang lebih
daripada anggota yang lain, yang berusaha menjawab pertanyaan tentang
dasar negara. Ketiga orang itu ialah Mr.Muhammad Mr.Muhammad
Yamin, Prof.Dr.Mr.R.Soepomo, dan Ir.Sukarno. Penyebutan nama
T
Mr.Muhammad Yamin dalam penyebutan tiga pengusul tentang dasar
negara memerlukan klarifikasi. Sumber asli pidato Mr.Muhammad Yamin
AF
dalam sidang BPUPK seperti yang tercantum di dalam buku yang disusun
oleh Mr.Muhammad Yamin sendiri berjudul Naskah Persiapan Undang-
Undang dasar 1945, Jilid I, terbit pada tahun 1959, hingga tulisan ini disusun
belum ditemukan. Apa yang ada adalah naskah tulisan tangan catatan
R
3
RM. A.B. Kusuma, op.cit.,no.1,hlm vii-ix
T
keadilan. Dasar kelima yaitu Ketuhanan. Bukan hanya negara Indonesia
yang bertuhan, tetapi seluruh rakyat Indonesia harus bertuhan. Dengan
AF
adanya dasar ketuhanan, maka prinsip saling menghargai dan menghormati
perbedaan harus dikembangkan.
C. Perumusan Pancasila
Pidato Pancasila 1 Juni 1945 oleh Ir.Sukarno secara aklamasi diterima oleh
sidang BPUPK. Untuk merumuskan lebih lanjut pokok-pokok pikiran
tentang Pancasila yang sudah dituangkan Ir.Sukarno dalam pidatonya,
Abikoesno Tjokrosoejoso.
Naskah yang disepakati pada tanggal 22 Juni 1945 oleh Panitia Sembilan
T
(melaksanakan ketertiban dunia). Semua tugas itu harus dilaksanakan
dengan berdasarkan kepada Pancasila. Di dalam bagian ke tiga dari
AF
Pembukaan Undang-Undang Dasar terdapat rumusan Pancasila sebagai
Dasar Negara. Rumusan dasar negara yang termuat dalam Piagam Jakarta
adalah sebagai berikut:
pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
D
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai tindak lanjut dari apa yang dihasilkan oleh BPUPK, pada
tanggal 12 Agustus 1945 dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). Tugas utama PPKI adalah mempercepat persiapan
pembentukan negara dan pemerintahan Indonesia yang merdeka. Apabila
latar belakang anggota BPUPK dipilih berdasarkan latar belakang
kelompok dan golongan, maka anggota PPKI dipilih berdasarkan asal- usul
daerah. PPKI diketuai oleh Ir.Sukarno dengan wakil ketua
Drs.Mohammad Hatta. Anggotanya terdiri dari 21 orang. PPPKI
bersidang untuk pertama kali pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu sehari
T
karena sejak tanggal 15 Agustus 1945 Jepang sudah menyatakan menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu. Sementara itu, Sekutu sebagai pemenang
AF
perang Asia Timur Raya belum masuk ke Indonesia. Dengan demikian
Indonesia pada saat itu mengalami kekosongan kekuasaan atau Vacuum of
Power. Dengan Demikian pembentukan Negara Republik Indonesia
mendapatkan momentum yang tepat dalam kerangka pengisian kekosongan
R
Pada pagi hari tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan rapat pertama
yang dilakukan setelah Indonesia merdeka. Rapat diadakan di Pejambon di
tempat yang sekarang menjadi bagian dari Departemen Luar Negeri.
Dalam rapat di pagi hari itu diadakan penyesuaian terhadap
perkembangan situasi yang baru. Beberapa orang yang bukan anggota PPKI
diminta untuk hadir seperti komandan PETA Jakarta Kasman Singodimejo,
penasihat Departemen Urusan Dalam Negeri R.A.A. Wiranatakusumah, Ki
Hadjar Dewantara, Sayuti Melik dan Mr.Iwa Kusuma Sumantri.
Dari kelompok pemuda diundang tiga orang wakil yang paling terkemuka
yaitu: Chaerul Saleh, Sukarni dan Wikana. Setelah membicarakan
undangan PPKI tersebut dengan para pemimpin pemuda lainnya ketiga
wakil pemuda tersebut setuju untuk hadir. Pagi itu ketika mereka sampai di
Pejambon, Chaerul Saleh segera melakukan kritikan keras terhadap PPKI
T
Permasalahan berikutnya yang muncul sebelum rapat dimulai adalah
AF
adanya suara keberatan dari para pemeluk agama selain Islam terhadap
kalimat di dalam rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar yang
berbunyi: ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”. Adanya suara keberatan diketahui oleh Hatta pada
R
Rapat pleno pagi itu akhirnya dapat terlaksana dengan cepat karena tokoh-
tokoh Islam lebih mengutamakan persatuan bangsa di atas kepentingan
lainnya. Rapat pleno PPKI dibuka pada pukul 11.30 dengan dihadiri
oleh 27 orang anggota. Dalam pidato pembukaannya Ir.Sukarno
mengingatkan anggota PPKI bahwa mereka sedang berada dalam jaman
T
peralihan yang berubah secara cepat. Oleh karena itu harus dapat
AF
menyesuaikan diri dengan bertindak cepat pula. Di bagian lain dari
pidatonya Ir.Sukarno mengatakan: ”Janganlah kita terlalu tertarik oleh
kehendak yang kecil-kecil saja, tetapi marilah kita menurut garis besar saja
yang mengandung sejarah”.
R
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
T
2. Perumusan sila-sila Pancasila dengan formulasi seperti kita kenal
AF
sekarang di dalam naskah Piagam Jakarta yang ditandatangani oleh
Panitia 9 pada tanggal 22 Juni 1945.
T
dan mengikat), telah dicabut maupun telah selesai dilaksanakan.
AF
Pengakuan yuridis oleh negara bahwa Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni
1945 dan bersumber dari Pidato Soekarno telah dinyatakan dalam
Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila.
Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tersebut pada pokoknya
berisikan penetapan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila. Di
R
T
Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa
al-Masih, yang Islam bertuhan menurut pentunjuk Nabi Muhammad SAW,
AF
orang Buddha menjalankan ibadatnya menurut kitab- kitab yang ada padanya.
Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat
menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat
hendaknya bertuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme
agama‟. Dan hendaknya Negara Indonesia satu negara yang bertuhan!”.7
R
“Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan
cara yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat-
menghormati satu sama lain. … Marilah kita di dalam Indonesia Merdeka
yang kita susun ini, sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip kelima
daripada negara kita ialah ketuhanan yang berkebudayaan, ketuhanan yang
berbudi pekerti yang luhur, Ketuhanan yang hormat- menghormati satu sama
6
Mohammad Hatta, Pengertian Pancasila, Jakarta: CV Haji Masagung, 1989, hlm. 31
7
Buku Lahirnya Pancasila Boeng Karno Menggembleng Dasar-Dasar Negara,op.cit No,1, hlm. 30
T
Satu hal yang perlu dicatat ialah bahwa ketuhanan yang berkebudayaan
itu merupakan praktik dari iman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
AF
dimana ketuhanan YME telah Ir.Sukarno tegaskan pula. Di dalam
Kursus Pancasila yang diadakan di Istana Negara pada 26 Mei 1958,
Ir.Sukarno menjelaskan pemikirannya tentang Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa. Menurutnya:
R
gemene deler, kleinste gemene veelvould. Saya melihat bahwa bangsa Indonesia
percaya pada adanya satu zat yang baik, yaitu Tuhan. Ada juga orang yang
tidak percaya kepada Tuhan, tetapi sebagai grootste gemene deler, klienste
gemene veelvould, bangsa Indonesia percaya kepada Tuhan..” 9
“Mengingat ini semua, het kan niet anders of kita ini harus satu rakyat yang
mempunyai kepercayaan. Dus, kalau aku memakai ketuhanan sebagai satu
pengikat keseluruhan, tentu bisa diterima. Sebaliknya kalau saya tidak
memakai ketuhanan ini sebagai satu alat pengikat salah satu elemen, daripada
meja statis dan leitstar dinamis itu, maka saya akan menghilangkan atau
membuang satu elemen yang binded.” 10
8
Buku Lahirnya Pancasila Boeng Karno Menggembleng Dasar-Dasar Negara,op.cit No,1, hlm. 30-31
9
Sukarno, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno, Yogyakarta: Media Pressindo, 2017, hlm. 151
10
Sukarno, loc.cit.,hlm. 152
T
ketuhanan bagi leitstar Pancasila ini menjadi prasyarat utama jika
Indonesia ingin menjadi bangsa yang mengejar kebaikan. Selain
AF
sebagai leitstar, ketuhanan juga menjadi elemen baku atau “meja statis”
yang menjadi ciri utama masyarakat Indonesia. Ir.Sukarno menemukan
hal ini sebagaimana ia temukan sila-sila Pancasila yang lain. Dalam
kaitan ini, Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan titik temu di antara
R
11
Sukarno, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno,op.cit.,No 10 ,hlm. 155
12
Loc.cit.
“Nah, oleh karena bangsa atau rakyat adalah satu jiwa, maka pada waktu kita
memikirkan dasar statis atau dasar dinamis bagi bangsa, tidak boleh mencari
hal-hal di luar jiwa rakyat itu sendiri. Kalau kita mencari hal-hal di luar jiwa
rakyat itu sendiri, kandas. Ya bisa menghikmati satu dua, seratus dua ratus
orang, tetapi tidak bisa menghikmati sebagai jiwa tersendiri. Kita harus
tinggal di dalam lingkungan dan lingkaran jiwa kita sendiri. Itulah
kepribadian… Dicari-cari, berkristalisasi di dalam lima hal ini: Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kebangsaan, Perikemanusiaan, Kedaulatan Rakyat,
Keadilan Sosial. Dari zaman dahulu sampai zaman sekarang, ini yang nyata
selalu menjadi isi daripada jiwa bangsa Indonesia. Satu waktu ini lebih timbul,
T
lain waktu itu yang lebih kuat. Tetapi selalu Schake ng itu lima ini”.13
AF
Penjelasan Ir.Sukarno ini ia letakkan dalam konteks pendasaran nilai-
nilai Pancasila di dalam apa yang ia sebut sebagai jiwa bangsa. Sebab
jika ingin menetapkan dasar negara sebagai dasar statis yang mengikat
semua orang, serta leitstar (bintang pemandu) dimanis yang
R
mengarahkan perjalanan bangsa; maka nilai- nilai itu tidak bisa digali di
luar kultur bangsa. Proses penggalian nilai-nilai itu tidak dangkal,
D
“Dan saya menolak tuduhan bahwa saya menggali ini kurang dalam.
Sebaliknya saya berkata, penggalian saya itu sampai zaman sebelum ada
agama Islam. Saya gali sampai zaman Hindu dan pra- Hindu. Masyarakat
Indonesia ini boleh saya gambarkan dengan saf-safan. Saf ini di atas saf itu, di
atas saf itu saf lagi. Saya melihat macam- macam saf. Saf pra-Hindu, yang
pada waktu itu kita telah menjadi bangsa yang berkultur dan bercita-cita.
Berkultur sudah, beragama sudah, hanya agamanya lain dengan agama
sekarang”. 14
Menurutnya:
“Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa jadi dasar yang memimpin cita- cita
kenegaraan kita untuk menyelenggarakan segala yang baik bagi rakyat dan
masyarakat, sedangkan dasar kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
kelanjutan dengan perbuatan dalam praktik hidup daripada dasar yang
memimpin tadi. Dasar persatuan Indonesia menegaskan sifat negara
Indonesia sebagai negara nasional, berdasarkan ideologi sendiri dengan
bersendi kepada Bhinneka Tunggal Ika, sedangkan dasar kerakyatan
menciptakan pemerintahan yang adil, yang dilakukan dengan rasa
tanggung jawab, agar terlaksana keadilan sosial yang tercantum sebagai
sila kelima. Dasar keadilan sosial ini adalah pedoman dan tujuan kedua-
duanya”.15
15
Mohammad Hatta,op.cit.,No.6, hlm. 30
“Kita bukan saja harus mendirikan Negara Indonesia Merdeka, tetapi kita
harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa. Justru inilah prinsip
saya yang kedua. Inilah filosofische principe yang nomor dua, yang saya
usulkan kepada Tuan-tuan, yang boleh saya namakan internasionalisme. …
T
“My nationalism is humanity”, demikian ungkapan Ghandi yang disitir
Ir.Sukarno.
AF
Dalam Kursus Pancasila, 5 Juli 1958, Ir.Sukarno memaparkan
pandangannya mengenai sila kemanusiaan yang merupakan substansi
dari ide internasionalisme. Menurutnya:
R
“Historis paradox dari abad yang kita alami ialah, politik: kita melihat
terjadinya bangsa- bangsa, terjadinya negara-negara nasional, terjadinya
16
Buku Lahirnya Pancasila Boeng Karno Menggembleng Dasar-Dasar Negara, op.cit,No.1, hlm. 24-25
17
Sukarno, op.cit., No.10, hlm. 205
T
pada cakupan kebangsaan yang melampaui keindonesiaan, dan meluas
pada kesejahteraan dunia serta kemanusiaan. Dalam rangka prinsip
AF
kemanusiaan yang adil dan beradab ini, menurut Bung Hatta, perlu
diberi tempat yang layak dalam peraturan perundang-undangan,
berbagai hak-hak dan kewajiban asasi warga negara. Terutama hak
hidup (keselamatan jiwa), hak atas keselamatan badan dan hak atas
R
18
Sukarno, op.cit., No.10, hlm. 206
T
“Membangunkan semangat kebangsaan pada angsa yang tidak merdeka,
artinya membangunkan semangat kemanusiaannya Cinta bangsa dan tanah
AF
air sudah menjadi nyanyian merdu di telinga banyak orang, terutama bagi
bangsa yang tidak merdeka, karena bangsa itu menjadi ukuran manusia
dalam pergaulan internasional. Kalau satu bangsa mulia dan tinggi
derajatnya, orangnya pun dihargai pula. Kalau seseorang tidak mempunyai
R
Dari pemikiran kedua pendiri bangsa ini, maka bisa disimpulkan bahwa
pendirian negara memang ditujukan pada pemuliaan martabat
manusia. Hal ini dilatari oleh pengamalan penjajahan yang membuat
masyarakat Indonesia tidak mendapatkan kemuliaan kemanusiaan
tersebut. Dengan demikian, ketika Negara Indonesia didirikan
berdasarkan Pancasila, maka pemuliaan martabat manusia menjadi
tujuan utama dari pendirian negara tersebut. Itulah mengapa ujung
dari Pancasila adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
19
Hatta, op.cit.,No.6, hlm. 32-34.
20
Mohammad Hatta, Kebangsaan dan Kerakyatan dalam Demokrasi Kita, Pikiran-pikiran tentang
Demokrasi dan Kedaulatan Rakyat, Bandung: Sega Arsy, 2014, hlm. 12-13
T
tetapi „semua buat semua‟. Inilah salah satu dasar pikiran yang nanti akan
saya kupas lagi. Maka, yang selalu mendengung di dalam saya punya jiwa,
bukan saja di dalam beberapa hari di Sidang Dokurutzu Zyunbi Tyoosakai
AF
ini, akan tetapi sejak tahun 1918, 25 tahun yang lebih, ialah: dasar pertama,
yang baik dijadikan dasar buat negara Indonesia, ialah dasar kebangsaan”.21
semua buat semua”, bukan negara untuk satu orang dan satu golongan.
Negara semua buat semua inilah yang disebut sebagai negara nasional,
dimana tali pemersatunya ialah paham kebangsaan, bukan paham
keagamaan. Mengapa? Karena agama tentu beragam. Agama tidak bisa
dijadikan tali pemersatu kemajemukan masyarakat yang memiliki
agama berbeda-beda. Umat Kristen tentu tidak mau diatur oleh hukum
Islam, demikian sebaliknya. Dengan demikian, tidak menempatkan
agama sebagai sila pertama dasar negara, tidak berarti menolak agama
di dalam kehidupan bernegara. Demikian pula tidak menempatkan
ketuhanan sebagai sila pertama tidak berarti menolak Tuhan di dalam
kehidupan bernegara. Hal ini lebih terkait dengan kebutuhan
kontekstual untuk mendirikan negara bersama yang membutuhkan
21
Buku Lahirnya Pancasila Boeng Karno Menggembleng Dasar-Dasar Negara, Op.cit.,No.1, hlm. 18
“Apa, menurut pendapat saya, yang dinamakan bangsa itu? Saya lantas
menjawab: baik saya menerima, Renan saya menerima, Otto Bauer saya
terima. Tetapi saya tambah dengan satu syarat! Bangsa adalah segerombolan
manusia yang –kalau mengambil Renan- keras ia punya le deir d‟etre
ensemble- kalau mengambil Otto Bauer –keras ia punya
charaktergemeinschaft, tetapi yang berdiam di atas satu wilayah geopolitik
yang nyata satu persatuan, satu kesatuan..”22
T
masyarakat ingin hidup bersama? Karena mereka mengalami nasib
yang sama yang kemudian membentuk karakter yang sama. Keinginan
AF
untuk hidup bersama sebagai kelanjutan dari kesamaan nasib,
pengalaman dan karakter ini lalu diletakkan dalam konteks kehidupan
geo-politik yang menyatu. Dengan demikian, sebuah bangsa ialah
sebuah masyarakat yang hidup bersama di sebuah wilayah kesatuan
R
22
Sukarno, op.cit.,No.9, hlm. 176
4.
T
Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
AF
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan merupakan sila demokrasi di dalam
Pancasila. Dalam hal ini Ir.Sukarno menyatakan :
R
Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara
untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan
negara„ semua buat semua‟, „satu buat semua, semua buat satu‟. Saya yakin
syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan
perwakilan”. 25
23
Mohammad Hatta, op.cit., No.6, hlm. 35
24
Mohammad Hatta, op.cit., No.20, hlm. 17
25
Buku, Lahirnya Pancasila Boeng Karno Menggembleng Dasar-dasar Negara, op. cit., No.1,hlm. 25
menurut resepnya Fransche Revolutie. Tak lain tak bukan adalah yang
dinamakan democratie di sana itu hanyalah politieke democratie saja; semata-
mata tidak ada ekonomische democratie sama sekali… Kalau kita mencari
demokrasi, hendaknya bukan demokrasi Barat, tetapi permusyawaratan yang
memberi hidup, yakni politiek economische democratie yang mampu
mendatangkan kesejahteraan sosial!.. Maka oleh karena itu jikalau kita
memang betul-betul mengerti, mengingat, mencintai rakyat Indonesia,
marilah kita terima prinsip hal sociale rechtvaardigheid ini, yaitu bukan saja
persamaan politik,… pun di atas lapangan ekonomi kita harus mengadakan
persamaan, artinya kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya”.27
26
Buku, Lahirnya Pancasila Boeng Karno Menggembleng Dasar-Dasar Negara, Op.cit., No.1, hlm. 25
27
Loc.cit., hlm. 28
T
demokrasi, yang kalau tidak diberantas akan merubuhkan demokrasi,
seperti ternyata dalam sejarah segala masa”.28
AF
Prinsip kerakyatan yang merupakan turunan nilai dari ketuhanan ini,
selain menjaga demokrasi dari korupsi dan anarki, juga akan menjamin
penyelenggaraan negara dari praktik kekuasaan totaliter. Sebab menurut
Hatta, demokrasi di dalam Pancasila ditopang oleh sila-sila lainnya,
R
28
Mohammad Hatta, Op.cit., No.6, hlm. 35-36
T
“Kita berpikir dan berasa bukan sekadar hanya secara teknis, tetapi secara
kejiwaan, secara psikologis nasional, secara kekeluargaan. Di dalam alam
AF
pikiran dan perasaan yang demikian itu, maka demokrasi dus bagi kita bukan
sekadar alat teknis saja, tetapi satu geloof, satu kepercayaan, dalam usaha
mencapai bentuk masyarakat sebagai yang kita cita-citakan. Kita
mempunyai kepercayaan, bahwa hidup kekeluargaan tidak mungkin bisa
R
Maka oleh karena itulah bagi kita bangsa Indonesia, demokrasi atau
kedaulatan rakyat mempunyai corak nasional, satu corak kepribadian kita,
satu corak yang dus tidak perlu sama dengan corak demokrasi yang
dipergunakan oleh bangsa-bangsa lain sebagai alat teknis. Artinya
demokrasi kita adalah demokrasi Indonesia; demokrasi yang disebutkan
kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Tidak perlu identik, artinya sama
dengan, demokrasi yang dijalankan oleh bangsa-bangsa lain…
29
Sukarno, Op.cit.,No.9., hlm. 246-251
penetapan UUD 1945, pasal 27 ayat 2, “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. 30
D
T
AF
R
D
32
Mohammad Hatta, Op.cit.,No.6., hlm. 38
T
sila-sila Pancasila. Peneguhan Pancasila sebagai dasar negara
sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945
AF
juga dimuat dalam Ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998 tentang
Pencabutan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan
Penetapan tentang Penegasan Pancasila Dasar Negara. Paparan ini
R
dilakukan tindakan lebih lanjut, baik karena bersifat einmalig (sekali dan
tidak berubah), telah dicabut maupun telah selesai dilaksanakan. Dalam
kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dijabarkan dalam Undang-Undang Dasar NRI Tahun
1945. Bahwa Pancasila benar-benar menjadi dasar negara, tercermin
dari Alinea Keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang
menyatakan Pemerintah Negara Indonesia dibentuk untuk :
T
B. Pancasila Sebagai Filsafat Dasar (Philosofische grondslag)
AF
Pancasila adalah dasar negara, ideologi bangsa, pandangan hidup dan
pemersatu bangsa. Ketika pertama kali diusulkan oleh Ir.Sukarno
pada 1 Juni 1945, dasar negara ini ia sebut dengan tiga istilah. Pertama,
filsafat dasar negara (Philosofische grondslag) sebanyak 4 kali. Kedua,
R
Pada titik ini, hal yang perlu dipahami ialah bahwa nilai-nilai Pancasila
merupakan nilai-nilai filosofis. Artinya, nilai-nilai tersebut mengandung
pokok- pokok pemikiran yang bersifat ilmiah dan akademik sehingga
membentuk sebuah sistem pengetahuan. Dengan demikian nilai-nilai
Pancasila bukan nilai- nilai yang normatif, karena sejak awal diusulkan
dan dirumuskan sebagai nilai- nilai filosofis. Hal ini bisa kita pahami di
T
dalam kandungan konseptual dari lima nilai tersebut.
AF
Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung konsep Ketuhanan
Yang Maha Esa, yang diamalkan secara toleran, inklusif dan saling
hormat menghormati. Nilai ketuhanan ini juga harus dipahami dalam
R
T
pertanyaan tersebut tetap menjadi isu utama yang menjadi dasar
pembicaraan pada sidang pertama.
AF
Persidangan yang menghadirkan banyak pembicara tersebut belum
menjawab pertanyaan Ketua BPUPK tentang dasar negara. Terdapat 39
pembicara yang mengemukakan ide sejak 29 Mei-1 Juni 1945.34
R
33
Mohammad Hatta, Uraian Pancasila,op.cit.,no.1, hlm 30
34
RM AB Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, Memuat Salinan Dokumen Otentik
Badan Oentoek Menyelidiki Oesaha-oesaha Persiapan Kemerdekaan, (Edisi Revisi), Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016, hlm. 96-167
T
membentuk tiga konsep utama, yakni sosio-nasionalisme, sosio-
demokrasi dan ketuhanan. Dengan demikian, Ir.Sukarno tidak hanya
AF
mencetuskan nama Pancasila. Sebab ia juga merumuskan konsep-
konsep di dalam Pancasila tersebut.
Ketiga, sebagai penggali Pancasila yang ia letakkan dalam rangka dasar
filsafat (Philosofische grondslag). Dasar filsafat atau dasar filosofis inilah
R
yang dimaksud sebagai “dasar negara” yang sedang dicari oleh Sidang
BPUPK.
D
35
Achmad Basarah, Ir.Sukarno, Islam dan Pancasila, Jakarta, Penerbit Konstitusi Press, 2017,
hlm.23-28
T
Dengan demikian, pengertian Ir.Sukarno tentang Weltanschauung itu
AF
dekat dengan ideologi. Dengan kata lain, Pancasila sebagai pandangan
hidup atau pandangan dunia bangsa Indonesia hendak dijadikan
sebagai ideologi negara. Tawaran dasar negara sebagai dasar filosofis
dan pandangan dunia ini, Ir.Sukarno disampaikan sebagai berikut36:
R
“Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan
D
hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka Tuan Ketua yang mulia,
yaitu bukan dasarnya Indonesia merdeka. Menurut anggapan saya yang
diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda
“Philosofische grondslag” daripada Indonesia Merdeka. Philosofische grondslag
itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat, yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka
yang kekal dan abadi”.
“Saya mengerti apakah yang Paduka Tuan Ketua kehendaki! Paduka Tuan
Ketua minta dasar, minta Filosofische Grondslag, atau jikalau kita oleh
memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia
meminta suatu Weltanschauung di atas mana kita mendirikan negara
Indonesia itu”.37
T
harus mencari persetujuan, mencari persetujuan faham. Kita bersama-sama
mencari persatuan Filosofische grondslag, mencari satu Weltanschauung yang
AF
kita semua setuju. Saya katakan lagi setuju. Yang saudara Mr.Muhammad
Yamin setuju, yang Ki Bagoes setuju, yang Ki Hajar setuju, yang Saudara
Sanoesi setujui, yang Saudara Abikoesno setujui, yang Saudara Lim
Koen Hian setujui. Pendeknya kita semua mencari satu modus”. 38
R
Dari pernyataan ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa tujuan utama
Ir.Sukarno dalam Pidato 1 Juni ialah; pertama, merumuskan dasar
D
T
beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing
secara leluasa, berkeadaban dan berkeadilan;
AF
4. Bangsa Indonesia melaksanakan perintah agama dan
kepercayaannya masing-masing dengan tetap mengedepakan
harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
5. Bangsa Indonesia tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
R
39
Sekretariat Jenderal MPR-RI, Bahan Tayang Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR-RI
(Jakarta: Sekretariat Jendreal MPR-RI, 2017). h. 19-24
Persatuan Indonesia
1. Negara Kebangsaan Indonesia bukan sekedar timbul karena
persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib, tetapi lebih
dari itu karena juga adanya persatuan antara orang dengan tanah air
yang didiaminya;
T
2. Persatuan Indonesia bernafaskan semangat kebangsaan yang
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
AF
yang senasib dan sepenanggungan dalam bingkai NKRI. Persatuan
Indonesia adalah sikap kebangsaan yang saling menghormati
perbedaan dan keberagaman masyarakat dan bangsa Indonesia;
3. Bangsa Indonesia mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta
R
Indonesia didirikan
T
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1. Negara untuk bersungguh-sungguh
AF
memajukan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia baik lahir
maupun batin;
2. Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang mengakui dan
R
T
diperkenalkan oleh Augustin Barruel (1741-1820) pada tahun 178940.
Paham kebangsaan lebih menunjuk pada pengertian subjektif yang
AF
bersumber dari cara berpikir dari keseluruhan masyarakat di wilayah
bersangkutan yang dilandasi oleh kesadaran tentang persamaan nasib,
budaya, pandangan hidup dan kebutuhan bersama untuk melanjutkan
kehidupan di wilayah yang bersangkutan. Dengan demikian,
R
40
Dikutip dari M.Rusli Karim, “Arti Dan Keberadaan Nasionalisme”, dalam Analisis
CSIS,Tahun XXV.No.2,Maret-April 1996, hlm 95-108; Augustin Barruel ( 2, October
1741–5, October,1820) adalah seorang rohaniwan. Pernyataannya tentang istilah
kebangsaan (nasionalisme) terkait dengan tulisan-tulisannya tentang terjadinya Revolusi
Perancis 1789. Menurut pernyataannya, Revolusi Perancis 1789 direncanakan dan
dilaksanakan oleh sebuah konspirasi (Barruel wrote that the French Revolution was planned and
executed by the secret societies);
T
Mengikuti uraian di atas maka kebangsaanlah yang sebenarnya
AF
mempersatukan warga masyarakat yang berbeda agama, suku
maupun ras dalam suatu komunitas yang secara hukum disebut
negara. Berdasarkan hal tersebut kita bisa memahami makna negara
kebangsaan Indonesia mengindikasikan bersatunya bangsa Indonesia
R
41
M.Rusli Karim loc.cit; Mingshengli. “Nationalism And Imperialism”, In R. Fortner & M.
Fackler (Eds.), International Handbook of Media and Mass Communication Theory Malden, MA:
Wiley-Blackwell, 2014, pp.667-689; Stanley Hoffman, “The Nation, Nationalism, and
After: The Case of France”, The Tanner Lectures on Human Values, Delivered at Princeton
University March 3 and 4, 1993, p 217-220;
42
Anak Agung Banyu Perwita, “Konflik Antar Etnis Dalam Masyarakat Global Dan
Relevansinya Bagi Indonesia”, dalam, Analisis CSIS, Tahun XXV.No.2,Maret-April
1996,hlm,153-154;
43
Vinsensio M.A. Dugis,”Defining Nationalism in the Era of Globalization,” Dalam Jurnal
Masyarakat Kebudayaan Dan Politik, Th XII, No. 2, hlm 51-57;
T
kemewahan sekeliling penguasa. Demikianlah maka Revolusi
Perancis 1789 merupakan peristiwa ketatanegaraan yang penting
AF
dalam perkembangan sistem ketatanegaraan di dunia, yaitu
mendekonstruksi paham Negara Kekuasaan yang menempatkan Raja
sebagai penguasa sekaligus tiga cabang kekuasaan (Machtsstaat), dan
melahirkan sistem ketatanegaraan baru yaitu demokrasi, dan Negara
R
T
peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh negara.
AF
Pembukaan Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945
mengamanatkan bahwa tujuan negara Republik Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Alinea Keempat adalah (1) melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; (2)
R
T
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
AF
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ditentukan bahwa:
Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara.
T
Inti Pancasila adalah gotong royong. Hal ini seharusnya
AF
diaktualisasikan pula dalam pelaksanaan peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Gotong royong adalah bentuk sikap dinamis
yang merefleksikan kepedulian bersama. Dengan menjadikan
semangat gotong royong sebagai jiwa dan roh di dalam pelaksanaan
R
T
AF
R
D
A. Sejarah Demokrasi
Surutnya pengaruh ajaran Ketuhanan dalam hukum alam telah
mendorong makin mengedepannya proses-proses rasionalisasi bidang-
bidang kehidupan. Inilah yang melandasi Eropa Barat masuk pada era
Rasionalisme. Era ini disebut juga sebagai Abad Pencerahan yang terjadi
dari tahun 1650 hingga awal 1800-an. Terminologi “Era Pencerahan”
digunakan sebagai lawan dari terminologi “Era Kegelapan” yang
menunjukkan keadaan dimana manusia telah dicerahkan, dibebaskan
pikirannya dari belenggu dominasi ajaran Ketuhanan kemudian dicerahkan
sehingga mampu mendayagunakan akal budi dan rasionya untuk
membentuk kehidupan sosial bersama.
T
AF
Akan tetapi masyarakat dalam lingkup negara bangsa masih didominasi
oleh kekuasaan Raja yang berkuasa mutlak. Monarkhi - monarkhi absolut
di Eropa memandang bahwa kedaulatan adalah atribut kekuasaan Raja
yang berkuasa mutlak. L‟etat c‟est moi (negara adalah saya) merupakan
R
44
Franz Magnis Suseno, Etika Politik ,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1991, hlm. 289-
290; Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah ,Yogyakarta: Kanisius,1981, hlm.
110-115
; (5) tertib dan (6) aman. Hak asasi manusia dalam demokrasi
Pancasila adalah hak asasi yang menyeimbangkan hak individu
dengan hak masyarakat dengan mengedepankan musyawarah untuk
mencapai titik temu. Keamanan negara sebagai kepentingan bersama,
yang tidak boleh dilanggar dengan tuntutan-tuntutan kebebasan
berdalih penghormatan HAM. Dalam demokrasi berdasarkan
Pancasila, harus dilakukan penyeimbangan antara kepentingan
kebebasan individu warga negara dengan kepentingan keamanan
negara. Justifikasi atas penyeimbangan kepentingan itu adalah: negara
mempunyai tugas utama yaitu menciptakan keamanan dan
kesejahteraan. Untuk dapat melaksanakan itu, negara melalui
aparaturnya, harus tetap diberi ruang untuk mengatur dan mengawasi
pelaksanaan hak asasi manusia (HAM) melalui penegakan hukum.
“Tidak ada ilmu ekonomi yang dapat dibangun bebas daripada keyakinan politik
T
dan agama…maka sistem ilmiah daripada ekonomi harus mempunyai dasar sosial
yang luas…tidak ada ilmu yang wetfrei (bebas nilai)…Politik perekonomian
AF
mengemukakan tujuan yang normative, coraknya itu ditentukan oleh ideologi, politik
negara dan paham kemasyarakatan…, Lingkungan tempat kita dilahirkan dan hidup
sebagai anggota masyarakat, tingkat kecerdasan hidup dan kebudayaan
bangsa…semuanya berpengaruh atas tujuan perkembangan orde ekonomi…”
R
T
prinsip-prinsip demokrasi ekonomi sebagaimana digagas oleh para
pendiri bangsa yang mengarah pada semangat gotong-royong,
AF
kebersamaan dan mewujudkan keadilan sosial, d e n g a n prinsip-
prinsip yang tumbuh dalam perkembangan kesadaran masyarakat baik
secara nasional maupun global, seperti: perkembangan teknologi
informasi persoalan lingkungan hidup, tanggung jawab sosial
R
46
Satjipto Rahardjo, “Negara Hukum Yang Membahagiakan Rakyatnya”, Makalah
dipresentasikan dalam Seminar Membangun Hukum yang Berkeadilan, Semarang,
Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro,2008, hlm 3-5
T
Modal sosial utama untuk perbaikan kedepan adalah kebenaran nilai-
nilai Pancasila. Dalam perspektif teoretik melalui Sistem Ekonomi
AF
Pancasila, perekonomian dapat diselenggarakan negara berdasarkan
asas keberpihakan, asas kekeluargaan dan gotong-royong, tetapi
bukan bercorak yang condong pada ekonomi kapitalis.
Penyelenggaraan ekonomi berdasarkan Pancasila, yang dibangun
R
T
tantangan untuk maju, dan melakukan perbaikan pada sistem
penyelenggaraan demokrasi berdasarkan Pancasila. Hal paling
AF
penting adalah bahwa, pilar-pilar tersebut di atas ditegakkan di
atas fondasi utama yang harus kokoh, yaitu semangat
kebangsaan, karena kebangsaan lah yang mempertemukan
individu-warga negara untuk menjalani kehidupan di tanah air
R
A. Pengertian
T
Pembangunan Nasional berdasarkan Pancasila didefinisikan sebagai suatu
AF
pembangunan yang merupakan sarana untuk mewujudkan masyarakat
adil dan makmur yang didasarkan pada prinsip-prinsip : Pertama,
berdaulat di bidang politik; Kedua, berdiri di atas kaki sendiri di bidang
ekonomi, Ketiga, berkepribadian dalam bidang kebudayaan dan keempat
R
B. Ruang Lingkup
Guna mewujudkan masyarakat adil dan makmur tersebut maka
perumusan sasaran pembangunan sebagai Perwujudan Nilai-Nilai
Pancasila menyiratkan kehendak rakyat Indonesia untuk maju dan
menjadi bangsa yang memiliki keunggulan peradaban di antara bangsa-
T
bangsa lain di muka bumi. Rencana besar ini haruslah mencakup
pembangunan dalam lingkup pembangunan sumber daya manusia, politik,
AF
ekonomi dan budaya.
atau ragam kuliner khas merupakan warisan budaya nasional yang harus
dipertahankan, diakui eksistensinya, dan dijadikan alat diplomasi
kebudayaan.
C. Prinsip Pelaksanaan
Kelima unsur yang harus terwujud dalam apa yang disebut Masyarakat
Adil dan Makmur Berdasarkan Pancasila tersebut di atas diharapkan dapat
direalisasikan setahap demi setahap oleh penyelenggara negara, dengan
modal dasar utama :
1) Keunggulan sumber daya manusia, penguasaan teknologi,
2) Religiusitas,sikap toleran dan moderat ;
3) Keamanan nasional yang ditopang komponen utama TNI dan POLRI;
4) Kepastian hukum dan perundang-undangan ;
5) Lingkungan Hidup yang baik dan sehat;
6) Keberagaman dan kekayaan budaya ;
7) Posisi geografis sebagai negara kepulauan, maritim dan agraris serta
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya;
T
8) Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
AF
(BUMD), UKM dan Koperasi ;
9) Layanan perhubungan dan komunikasi handal yang mempercepat
pembangunan ekonomi rakyat dan pencapaian kesejahteraan ;
R
Dari kesepuluh modal dasar utama tersebut, modal terbesar dan terpenting
D
E. Sasaran
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menyatakan tujuan didirikannya Negara Indonesia yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
T
mengembangkan kerohanian, kepribadian, karakter ketaqwaan
serta sikap toleran dan menghormati keberadaan penganut agama
AF
dan kepercayaan yang berbeda;
b. Melaksanakan pembinaan agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
yang Maha Esa untuk membangun masyarakat yang saleh,
R
T
kekuatan rakyat, dengan tujuan untuk menjamin pertahanan dan
keamanan nasional, serta mengupayakan terciptanya perdamaian
AF
dunia;
g. Semakin memperkuat usaha pertahanan dan keamanan negara
yang dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
R
i. T
Menyempurnakan tata kelola pertanahan oleh negara, yang
AF
mampu menjamin hak rakyat atas tanah sebagai syarat mutlak
dalam pembangunan menyeluruh yang berdasarkan prinsip tanah
sebagai alat produksi yang dapat menghadirkan kesejahteraan;
R
umum;
i. Mendorong terlaksananya kepastian hukum yang menjadi
D
9. Bidang Kemaritiman ;
T
hingga hilir seperti pembangunan industri dan sistem logistik
secara nasional;
AF
f. Membangun karakter bangsa maritim sebagai bentuk
“reinventing nation” dari sejarah kejayaan maritim bangsa
Indonesia di masa lalu rangka pembangunan di bidang
kemaritiman.
R
Tidak ada bangsa yang besar jika tidak bertumpu pada ideologi yang mengakar
pada hati nurani bangsanya. Jepang, Jerman, Amerika Serikat, Inggris maupun
Tiongkok sebagai negara Asia yang sangat diperhitungkan saat ini,
menemukan kekokohannya pada fondasi ideologi yang mengakar kuat dalam
budaya masyarakatnya. Sebaliknya, bukan hal baru bila sebuah negeri mudah
terkoyak-koyak oleh perang saudara karena alasan kedaerahan, kesukuan atau
agama, atau karena campur tangan pihak asing. Menjelang masuk tahun 2000,
karena pengaruh–pengaruh seperti itu, Yugoslavia pecah dan bubar, menjadi
sebuah tragedi besar, karena disertai kekejaman antar warga negaranya.
Demikian pula, memasuki abad millennium, konflik yang sengit dan berdarah
telah terjadi di Afrika, di Timur Tengah dan sampai kini, terjadi karena
T
dijadikan modal oleh bangsa Indonesia untuk melakukan pembangunan
nasional yang secara garis besar meliputi pembangunan di bidang: (a) mental,
AF
agama, dan pendidikan; (b) bidang kemasyarakatan; (c) bidang ketatanegaraan;
dan (d) bidang ekonomi dan keuangan. Artinya, pembangunan nasional harus
benar-benar merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
nyata bangsa Indonesia, dan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
R
Jika mencermati dengan pikiran dan hati jernih, pengalaman dan tantangan
berbangsa dan bernegara hingga sekarang, sulit membayangkan Negara
T
Materi Dasar Pembinaan Ideologi Pancasila ini diperuntukkan bagi seluruh
AF
elemen masyarakat Indonesia Dalam kedudukan seperti itu buku ini
memberikan pemahaman tentang tentang kedudukan Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dan bagaimana mewujudkan nilai-nilai
Pancasila dalam pembangunan nasional.
R
pokok masyarakat adil dan makmur menurut ajaran Pancasila, yaitu: pertama,
terjaminnya sandang- pangan, perumahan yang layak bagi warga negara;
kedua, adanya jaminan kesehatan dan pendidikan bagi setiap warga negara
Indonesia; ketiga adanya jaminan hari tua setiap warganegara Indonesia;
keempat,adanya jaminan setiap warganegara Indonesia dapat menikmati dan
mengembangkan kebudayaan dan menyempurnakan kehidupan
kerohaniannya; kelima,terbukanya kesempatan luas bagi bangsa
Indonesia untuk bekerja dan berbuat untuk kepentingan umat manusia di
seluruh dunia.
Pembangunan yang kita laksanakan ke depan adalah untuk mewujudkan Visi
Indonesia 2045 yaitu Mewujudkan Indonesia Berdaulat, Adil dan Makmur,
dan Impian Indonesia 2015--2085 yaitu:
T
Untuk mewujudkan Visi-Indonesia 2045 dan Impian Indonesia 2015--2085
tersebut, kita harus semakin memperkukuh Pancasila sebagai pandangan
AF
hidup dan dasar negara, yang nilai-nilainya harus diwujudkan melalui proses
pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap. Demikianlah, maka
Pancasila tidak bisa direduksi perannya hanya sebagai pedoman tingkah laku
individu saja, tetapi lebih dari itu. Pancasila menjadi cita-cita bangsa Indonesia.
R
Pancasila bukan hanya berbicara masa lalu, melainkan juga harapan di masa
depan menghadapi tantangan baru di zaman yang semakin pesat berkembang.
D
==========
Anonim Lahirnja Pantja Sila : Boeng Karno Menggembleng Dasar-Dasar Negara, (Kata Pengantar
Oleh : Dr.K.R.T Radjiman Wedyodiningrat) Jogjakarta,Penerbit Oesaha Penerbitan
Goentoer, 1947;
Basarah, Achmad, Ir.Sukarno, Islam dan Pancasila, Jakarta, Penerbit Konstitusi Press, 2017;
Kusuma, RM A.B., Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, Memuat Salinan Dokumen Otentik
Badan Oentoek Menyelidiki Oesaha-oesaha Persiapan Kemerdekaan, (Edisi Revisi), Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016;
Latif, Yudi, Revolusi Pancasila, Kembali ke Rel Perjuangan Bangsa, Bandung: Mizan, 2016;
T
-------------------------------, Kebangsaan dan Kerakyatan dalam Demokrasi Kita, Pikiran-pikiran tentang
Demokrasi dan Kedaulatan Rakyat, Bandung: Sega Arsy, 2014;
AF
Huijbers, Theo, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah ,Yogyakarta: Kanisius,1981;
Sekretariat Jenderal MPR-RI, Bahan Tayang Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR-RI
(Jakarta: Sekretariat Jendreal MPR-RI, 2017);
R
Sukarno, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno, Yogyakarta: Media Pressindo, 2017;
D
Banyu Perwita, Anak Agung, “Konflik Antar Etnis Dalam Masyarakat Global Dan
Relevansinya Bagi Indonesia”, dalam, Analisis CSIS, Tahun XXV.No.2,Maret-April
1996, hlm,153-154;
Drijarkara SJ, “ Pantjasila dan Religi” Prasaran dalam Seminar Pantjasila Ke : I 16 Pebruari
Sampai Dengan 20 Pebruari 1959 di Jogjakarta, Diterbitkan Oleh : Panitia Seminar
Pantjasila, Jogjakarta,1959, hlm 47-79 ;
Hoffman, Stanley, “The Nation, Nationalism, and After: The Case of France”, The Tanner
Lectures on Human Values, Delivered at Princeton University March 3 and 4, 1993, p
217-220;
T
Ekonomi Dan Industri Nasional Republik Indonesia, 21-23 Januari 2019) ;
AF
R
D