Buku BKSN 2023
Buku BKSN 2023
3. Dua figur nabi yang menjadi fokus BKSN 2023 juga diilustrasikan
dengan dua warna kontras (biru muda dan jingga), serta dua ilustrasi
di bagian bawah. Ilustrasi pertama menggambarkan latar belakang
perwartaan Nabi Yoel, yakni kepulangan kembali bangsa Israel ke ta-
nah terjanji sesudah mengalami pembuangan. Ilustrasi kedua meng-
gambarkan dua kisah populer Nabi Yunus. Pertama, saat ia berada
di dalam perut ikan yang besar selama 40 hari 40 malam karena
ketidaktaatannya pada Allah Kedua, ketika ia berlindung dari terik
matahari di bawah naungan “pohon jarak” dengan hati kesal karena
pengampunan Allah kepada orang Niniwe.
ALLAH
SUMBER KASIH DAN KESELAMATAN
Layout MasGerard
“Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang,
yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia”
(Yun. 4:2)
Daftar Isi
07 Kata Pengantar
11
Gagasan Pendukung:
Allah Sumber Kasih & Keselamatan
12 Pendahuluan
Pertemuan Pertama:
Kasih Allah Menggerakkan Evangelisasi Diri .....................................19
Pertemuan Kedua:
Kasih Allah Menggerakkan Pertobatan .....................................30
Pertemuan Ketiga:
Kasih Allah Menyelamatkan .....................................39
Pertemuan Keempat:
Kasih Allah Mempersatukan .....................................46
Pertemuan Pertama:
Kasih Allah Menggerakkan Evangelisasi Diri .....................................54
Pertemuan Kedua:
Kasih Allah Menggerakkan Pertobatan .....................................61
Pertemuan Ketiga:
Kasih Allah Menyelamatkan .....................................67
Pertemuan Keempat:
Kasih Allah Mempersatukan .....................................73
79 Pendalaman Kitab Suci Remaja
Pertemuan Pertama:
Kasih Allah Menggerakkan Evangelisasi Diri .....................................80
Pertemuan Kedua:
Kasih Allah Menggerakkan Pertobatan .....................................90
Pertemuan Ketiga:
Kasih Allah Menyelamatkan .....................................99
Pertemuan Keempat:
Kasih Allah Mempersatukan ...................................108
Pertemuan Pertama:
Aku Dipilih untuk Mewartakan Kasih Allah ....................................118
Pertemuan Kedua:
Kasih Allah Memanggil Aku untuk Bertobat ...................................128
Pertemuan Ketiga:
Allah Yang Maha Kasih Adalah Penyelamat ...................................136
Pertemuan Keempat:
Allah Yang Mempersatukan Kita ...................................145
Kata Pengantar 07
Sebagai bagian dari seluruh manusia yang tinggal di bumi yang
sama, sedikit banyak, kita juga mengalami kecemasan, ketakutan, dan
kebingungan di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ini. Pertanyaan
yang muncul di benak kita, sekalipun dengan nada pesimis, adalah “apa
yang akan terjadi setelah ini?” Di sisi lain, sebagai bagian dari umat beri-
man, kita percaya bahwa ada kehendak Allah di balik semua masalah ini,
meskipun kita tidak tahu juga apa kehendak Allah di sini. Akhirnya, ma-
nusia hanya bisa berhenti pada tahap menduga-duga atau menafsirkan-
nya.
Sekalipun harus tetap waspada terhadap segala peristiwa di du-
nia yang akan terjadi nanti, sebagai umat beriman, kita tidak perlu terlalu
khawatir berlebihan. Sebab, Yesus pernah mengajarkan, “Janganlah kha-
watir tentang hari esok, karena hari esok mempunyai kekhawatirannya
sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” (Mat. 6:34). Yang ki-
ranya penting kita lakukan adalah merefleksikan semua peristiwa hidup
sambil bertanya, “apa tujuan Allah, Sang Pencipta dalam berbagai peris-
tiwa di dunia ini?” Pertanyaan ini kemudian melahirkan pertanyaan baru:
“Siapakah Allah dalam semua peristiwa ini?” Ada banyak rujukan untuk
menemukan jawabannya. Namun, sebagai umat Kristiani, kita meyakini,
Kitab Suci sebagai wadah Sabda Allah, juga memberikan petunjuk untuk
menjawab pertanyaan tersebut.
Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2023 kembali mengajak kita
sebagai umat Gereja Katolik di Indonesia untuk merenungkan kembali
sosok Allah, sang Pencipta ini. Dalam BKSN 2022, bersama nabi Amos
dan Hosea, kita telah diajak untuk mengenal Allah, sebagai sumber ha-
rapan hidup baru, dengan ayat emas “Carilah TUHAN, maka kamu akan
hidup” (Amos 5:6). Dalam BKSN 2023 ini, bersama dengan Nabi Yunus
dan Yoel, kita diajak untuk merenungkan “Allah Sumber Kasih dan Ke-
selamatan”, dengan ayat emas “Engkaulah Allah yang pengasih dan pe-
nyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Yun. 4:2).
Mengapa Nabi Yunus dan Yoel? Ini tidak dapat dilepaskan dari
kesepakatan dalam Pertemuan Nasional LBI 2021, yang mengajak umat
Katolik di Indonesia, selama empat tahun sejak 2022, untuk merenung-
kan pewartaan dari kedua belas nabi-nabi kecil dalam BKSN. Jika pada ta-
hun sebelumnya (2022), kita mempelajari dan merenungkan pewartaan
nabi Amos dan Hosea, pada tahun ini (2023), pewartaan Nabi Yunus dan
Yoel akan menjadi materi studi Kitab Suci kita dalam BKSN.
08 Kata Pengantar
Mengapa tema BKSN 2023 adalah Allah Sumber Kasih dan Ke-
selamatan? Ini terkait dengan pesan inti dari pewartaan kedua nabi
tersebut. Nabi Yunus mewartakan Allah, Sang Pencipta, sebagai sumber
Kebenaran yang penuh rahmat dan kerahiman, yang meminta perto-
batan para pendosa, menganugerahkan pengampunan dan melepaskan
hukuman. Salah satu perkataannya yang kemudian menjadi ayat emas
BKSN 2023 adalah “Allah yang pengasih dan penyayang, panjang sabar
dan berlimpah kasih setia” (Yun. 4:2). Sementara itu, Nabi Yoel, di tengah
komunitas Israel yang sedang mengalami keputusasaan, kesukaran dan
ratapan karena kehilangan harapan, menyatakan bahwa Allah itu “ada”
dan hadir di antara umat-Nya (Yl. 2:27). Ia “pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Yl. 2:13) dan “berbelaskasihan
kepada umat-Nya” (Yl. 2:18). Melalui Nabi Yoel, Allah memberikan jami-
nan kepada mereka bahwa Dialah yang akan memegang kendali dan akan
memperbaiki kesalahan umat-Nya.
Dalam BKSN 2023, sembari mengenal siapakah Allah, kita akan
berfokus pada “Kasih Allah”, sebab Kasih sangat identik dengan Allah
sendiri. Karena itu, dalam empat pertemuan mingguan, secara khusus
kita akan membaca, mempelajari, dan merenungkan secara berurutan
kasih Allah yang menggerakkan evangelisasi diri (Yun. 1:1-17), mengge-
rakkan pertobatan (Yun. 4:1-11), menyelamatkan (Yl. 2:23-27), dan mem-
persatukan (Yl. 2:28-32).
Tidak menutup kemungkinan, uraian atau gagasan yang membi-
carakan tema-tema dalam pertemuan mingguan ini dirasa kurang relevan
dengan situasi dan kondisi aktual masyarakat di tingkat paroki maupun
lingkungan di masing-masing keuskupan. Oleh sebab itu, para fasilitator
dapat secara kreatif mengembangkan uraian atau gagasan tersebut de-
ngan menyesuaikan diri dengan konteks gereja setempat. Meski demiki-
an, tema-tema beserta uraiannya paling tidak dapat menjadi batu lon-
catan sekaligus inspirasi untuk berbagi pengalaman iman berdasarkan
Sabda Allah dalam Kitab Suci.
Dalam buku ini, Lembaga Biblika Indonesia menawarkan me-
tode standar pertemuan kelompok atau komunitas basis dalam memba-
has tema-tema tersebut. Namun demikian, metode ini bukanlah metode
yang mutlak atau satu-satunya, yang harus diterapkan ke tengah komu-
nitas basis. Para fasilitator dan peserta pertemuan dapat menggunakan
metode yang lain, seperti Lectio Divina atau metode tujuh langkah (7
Steps), jika dirasa metode yang lain lebih cocok dengan kondisi dan kon-
Kata Pengantar 09
teks komunitas basis atau lingkungan. Yang terpenting adalah bahwa
apapun metodenya, tujuan dan manfaat dalam pertemuan itu tercapai,
yaitu menemukan inspirasi dari Kitab Suci untuk kehidupan beriman
kita dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari demi terwu-
judnya Kerajaan Allah di tengah-tengah kita, dalam Gereja dan masyara-
kat.
Akhirnya, kami mengucapkan limpah terima kasih untuk Romo
F.X. Marmidi SCJ yang telah menyiapkan gagasan dasar untuk buku pan-
duan BKSN 2023; tim dosen bersama mahasiswa Prodi Pendidikan Ke-
agamaan Katolik, Unika Atma Jaya, Jakarta yang telah menyiapkan ma-
teri pertemuan per kategori dewasa, remaja, dan anak-anak; dan Komisi
Liturgi KWI yang menyiapkan teks misa untuk Minggu Kitab Suci Nasi-
onal. Semoga dengan BKSN 2023 ini kita semakin diteguhkan untuk tetap
setia dalam menjalankan tugas dan panggilan kita sebagai orang Kristiani
dan murid Yesus Kristus, yang selalu percaya bahwa Allah adalah Sumber
Kasih dan Keselamatan. Tuhan memberkati kita semua.
10 Kata Pengantar
20
BKSN 23
BulanKitabSuciNasional
AL L A H
SUMBER KASIH DAN KESELAMATAN
“Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang,
yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia”
(Yun. 4:2)
Gagasan Pendukung
PENDAHULUAN
I
Situasi Hidup dan Pertanyaan Orang Beriman
12 Gagasan Pendukung
seseorang memiliki pengharapan dan impian baru meski di saat yang
sama ia merangkak untuk memulihkan kehidupan dalam bayang-bayang
peristiwa kepedihan di masa lalu.
Pendahuluan 13
media ini sangat membantu dalam melakukan berbagai kepentingan, pe-
kerjaan, dan aktivitas. Ketika perjumpaan dan pertemuan fisik kembali
normal, hal tersebut tetap melekat dalam kebiasaan hidup. Dalam hal ini,
sudah sejak sebelum pandemi, Laudato Si’ sudah memperingatkan bah-
wa dinamika media massa dan dunia digital “dapat menghalangi orang
untuk belajar hidup dengan kebijaksanaan, berpikir secara mendalam,
mencintai dengan murah hati… kadang-kadang juga menghalangi kita
untuk kontak langsung dengan kesusahan, kecemasan, dan sukacita
orang lain dan kompleksitas pengalaman pribadinya” (no. 47).
Kedua, Ensiklik Fratelli Tutti berbicara tentang masalah-masalah
yang berhubungan dengan persaudaraan dan persahabatan. Sulit untuk
menaruh cinta kasih yang melampaui batas-batas geografis, sosial, bu-
daya, ekonomi, dan politik. Persaudaraan sejati sedang mengalami kri-
sis! Kesulitan dan krisis tersebut, menurut Paus Fransiskus, dapat dipicu
oleh beberapa hal, antara lain: perbedaan pelbagai ideologi dalam sebuah
negara dapat menciptakan fanatisme sektarian dan menghilangkan rasa
sosial serta mengancam persatuan (no. 11); kepentingan ekonomi sering
memanfaatkan konflik-konflik lokal untuk memaksakan budaya dan
produk tunggal (no. 12); ketika politik berhadapan dengan kekuatan eko-
nomi, ia akan rapuh dan rentan digunakan untuk menguasai dan tidak
mampu menjadi sarana untuk menyejahterakan masyarakat (no.12); se-
buah bangsa yang meninggalkan tradisi budayanya, entah karena meni-
ru, mengganti dengan budaya lain, atau membiarkannya hilang, ia akan
kehilangan identitas spiritual dan konsistensi moralnya (no. 14); “kekaya-
an telah meningkat, tetapi tanpa keseimbangan, dan yang terjadi adalah
‘munculnya bentuk-bentuk baru kemiskinan’” (no. 21). Hal-hal tersebut
menggambarkan kerapuhan manusiawi yang membuat orang untuk su-
lit menjalin persaudaraan dan persahabatan sehingga keluarga manusia
semakin memudar. Jika demikian, apa yang akan terjadi dengan hidup,
keluarga, komunitas, pekerjaan, bangsa kita?
14 Gagasan Pendukung
mencari aman. Dalam situasi masyarakat yang sedang bangkit memu-
lihkan diri dari keterpurukan, sementara kerapuhan manusiawi masih
menggerogoti keluarga manusia dalam berbagai aspek kehidupan, bera-
nikah pengikut Kristus diutus menjadi pewarta kasih Tuhan? Dapatkah
ia menaruh kepercayaan kepada Tuhan sebagai sumber keselamatan?
Pemulihan seperti apa yang ingin Tuhan lakukan untuk umat-Nya yang
terluka? Siapakah Allah yang kepada-Nya umat menggantungkan hara-
pannya?
II
Mendalami Teks Kitab Suci
Dalam Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2023 ini, kita diajak
untuk mendalami tema tentang Allah sebagai sumber kasih dan kesela-
matan. Tema ini terinspirasi oleh dua kitab nabi-nabi kecil, yaitu Yunus
dan Yoel. Kedua kitab ini dengan tegas menyatakan: “Allah yang pengasih
dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Yun. 4:2;
Yl. 2:13). Tema akan didalami dalam empat subtema dengan berpangkal
dari teks-teks pilihan dari kitab Yunus dan kitab Yoel.
Pendahuluan 15
hanya sehari dan semua orang yang tinggal di kota itu bertobat, padahal
untuk mengelilingi kota tersebut dibutuhkan tiga hari perjalanan (3:3-
4). Kejadian-kejadian yang sangat mengagumkan dan sangat singkat itu
ibarat pohon jarak yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam
satu malam pula (4:10).
Nama Yunus dalam bahasa Ibrani, yônâ, berarti “[burung] mer-
pati”. Dari Kitab Yunus sendiri terlihat bahwa Yunus adalah seorang
nasionalis (Israel) dan anti-asing. Katanya dengan tegas, “Aku seorang
Ibrani” (1:9). Secara implisit, kitab ini mengungkapkan bahwa Yunus
adalah seorang nabi yang berdedikasi, disiplin, dan berkemauan keras.
Akan tetapi ia juga dapat menjadi pemarah dan keras kepala, bahkan
melawan perintah Tuhan. Kitab Yunus merupakan cerita kenabian yang
mengundang para pembacanya untuk mengenal, bersama Yunus, Allah
Kebenaran: Allah sebagai Pencipta adalah Allah yang penuh rahmat; se-
bagai Allah yang benar Ia menggerakkan pertobatan, pengampunan dan
melepaskan hukuman, dan karena ini Ia adalah “Allah yang pengasih dan
penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (4:2).
II.II. Pertemuan-pertemuan
Nabi Yunus dan nabi Yoel diutus untuk mewartakan Tuhan Allah
yang sama bahwa Ia adalah Allah yang pengasih dan penyayang, yang
panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Yun. 4:2; Yl. 2:13). Keduanya
mengajak umat beriman pada zaman mereka maupun zaman sekarang
untuk mengenal bahwa Tuhan Allah menjadi sumber kasih dan kesela-
matan mereka. Namun, dalam mewartakan Tuhan itu, kedua nabi terse-
but berkarya dalam konteks yang berbeda. Nabi Yunus lebih berfokus
pada pergulatannya sendiri dalam menjalani panggilan dan perutusan-
nya sebagai nabi, sedangkan nabi Yoel lebih melihat situasi umat beri-
man yang hendak membangun hidup dan bangsanya yang telah hancur.
Selama BKSN, kita akan mengadakan empat kali pertemuan
dalam setiap minggu untuk mendalami empat subtema tertentu sesuai
dengan perikop yang ditawarkan:
16 Gagasan Pendukung
Pada pertemuan pertama, kita akan mendalami subtema Kasih
Allah Menggerakkan Evangelisasi Diri. Dokumen Konsili Vatikan II men-
uliskan: “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang
zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita,
merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid
Kristus juga” (GS 1). Sebagai murid Kristus, kita tidak hanya mengalami
bersama semua orang, baik yang beriman maupun tidak, baik yang se-
iman maupun yang berbeda iman, situasi dunia baik yang menggembi-
rakan maupun yang menyusahkan, tetapi juga memiliki tanggung jawab
untuk memelihara kehidupan sebagaimana yang dikehendaki oleh Tu-
han. Secara khusus, kita dipanggil untuk mewartakan kabar suka cita In-
jil Tuhan.
Belajar dari nabi Yunus, menerima perutusan untuk menjadi
nabi-Nya itu tidak mudah. Kesulitan yang dialami oleh Yunus adalah
bahwa Ia memiliki pemikiran dan kemauan sendiri yang berseberangan
dengan kehendak dan kemauan Allah terhadap dirinya. Perikop Yun. 1:1-
17 mengajarkan bahwa meski sang nabi lari menjauh dari Tuhan dengan
menolak tugas yang diberikan kepadanya, Tuhan tetap dengan kasih
mencarinya terus menerus. Rupanya, bila Tuhan berkehendak, manu-
sia yang rapuh pun terus Ia cari, kasihi, dan mampukan untuk menjadi
alat-Nya. Allah yang penuh kasih inilah yang menggerakkan sang utusan
untuk menginjili dirinya sendiri dengan mengakui-Nya sebagai Tuhan di
tengah-tengah orang asing. Yunus menjadi gambaran umat beriman un-
tuk terlebih dahulu mengakui dan mengalami Allah yang mengasihinya
sebagai wujud evangelisasi diri sehingga kemudian ia sungguh mampu
mewartakan Allah yang mengasihi dan mengampuni.
Subtema yang akan kita dalami dalam pertemuan kedua adalah
Kasih Allah Menggerakkan Pertobatan. Pengalaman terpapar virus Co-
vid-19, juga pengalaman-pengalaman lain yang mendatangkan kepedihan
dan kematian, membuktikan bahwa manusia itu rapuh. Untuk memulih-
kan kehidupan yang telah terluka dan terpapar itu, dan karena kerapuhan
yang dimiliki oleh manusia, sebagaimana yang dikatakan dalam Doku-
men Humana Communitas, kita dituntut untuk berani bertobat. Perto-
batan tidak hanya dilakukan oleh para penguasa atau penentu kebijakan
hidup bersama dalam masyarakat dan negara, tetapi juga terutama oleh
pelaku pewarta pertobatan itu sendiri. Perikop Yun. 4:1-11 menceritakan
sang nabi yang bena-benar pergi mewartakan pertobatan. Pada saat yang
sama, ia menemukan alasan Allah mengutus dirinya, yaitu bahwa Allah
Pendahuluan 17
itu pengasih dan penyayang. Allah lebih memilih untuk mengampuni
daripada menghukum. Maka, lewat nabi-Nya Ia meminta orang-orang
berdosa, meski sebelumnya mereka tidak mengenal-Nya, untuk berto-
bat. Pertobatan ini membuahkan keselamatan; mereka tidak jadi dihu-
kum, tetapi diberkati.
Pada pertemuan ketiga, kita akan mendalami subtema tentang
Kasih Allah Menyelamatkan. Peristiwa yang dialami bangsa Yehuda pada
masa lalu mirip dengan pengalaman kita semua pada masa kini. Ketika
bangsa Yehuda kembali ke tanah leluhurnya, ternyata mereka menemu-
kan kehancuran dan kemiskinan. Begitupun, ketika orang-orang men-
coba kembali beraktivitas normal setelah sekian lama terpuruk karena
Covid, tidak sedikit mereka menemukan keadaan yang masih dalam
keterpurukan. Untuk umat beriman yang sedang dalam situasi tersebut,
kitab Yoel 2:23-27 meyakinkan bahwa Tuhan tidak tinggal diam. Kare-
na kasih-Nya, Ia akan memulihkan keadaan umat-Nya seperti sebelum
mereka dihancurkan, bahkan lebih. Hal-hal yang selama ini dihitung
rugi akan diganti dengan berkat yang sepadan. Itulah saat keselamatan
di mana Tuhan sungguh memihak untuk membela dan menyelematkan
umat-Nya.
Pertemuan keempat bertemakan Kasih Allah Mempersatukan.
Sebelumnya Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti telah mengingatkan kita
bahwa di tengah-tengah keegoisan kelompok, ideologi tertentu, suku
atau bangsa yang merenggangkan persaudaraan, dunia membutuhkan
‘berjalan bersama’ yang menyatukan. Perikop yang hendak kita bahas
dalam pertemuan keempat yakni Yl 2:28-32 menegaskan bahwa yang
menyatukan umat beriman adalah Allah karena kasih-Nya dalam wu-
jud Roh-Nya tinggal atas semua orang beriman. Allah menyatukan umat
beriman melalui Roh-Nya yang dicurahkan dalam diri semua orang dan
semua orang menerima Roh yang sama dari sumber pemberi yang sama.
Roh ini memampukan umat beriman untuk bernubuat dan mewartakan
firman Tuhan.
18 Gagasan Pendukung
Pertemuan Pertama
Kata orang bijak, hidup itu seperti roda yang berputar. Dalam
kehidupan, terkadang ada badai, bahkan badai yang sangat dahsyat;
terkadang juga tenang dan sangat damai. Tentu, kita semua menginginkan
ketenangan, kedamaian, kestabilan dan kepastian. Itu yang kita harapkan
di masa-masa setelah pandemi ini. Yun. 1:1-17 menyoroti pergulatan nabi
Yunus saat menerima tugas dari Tuhan untuk mewartakan pertobatan
kepada orang-orang di Niniwe. Bagaimana mungkin Tuhan mengutusnya
kepada bangsa yang memusuhi umat-Nya sendiri? Padahal, orang yang
jahat meski dihukum! Demikian kira-kira yang ada dalam pikiran sang
nabi saat ia memberontak untuk menolak perutusan Tuhan. Dalam
perjalanan menjauh dari Tuhan itulah, badai menerjang kapal yang
ditumpangi oleh Yunus dan kapal hampir tenggelam.
Ternyata, pikiran Allah itu bukan pikiran manusia; jalan Allah
kadang berseberangan dengan keinginan manusia. Jalan-Nya adalah kasih
dan kasih ini mengutamakan pengampunan daripada penghukuman.
Dalam perutusannya, Yunus ditantang untuk mengakui Tuhan-nya,
Tuhan yang mengasihi dan mengampuni agar badai yang menerjang
kapal dapat menjadi reda dan penumpang menjadi selamat. Begitupun,
di tengah badai kehidupan, umat beriman diajak untuk mengevangelisasi
dirinya dengan mengakui Tuhan agar mengalami-Nya sebagai Allah yang
mengasihi dan mengampuni.
Pertemuan Pertama 19
I. Bacaan Yunus 1:1-17
¹Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian:
²“Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap
mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” ³Tetapi Yunus
bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia
pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat
ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk
berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan
TUHAN. ⁴Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah
badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. ⁵Awak
kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya,
dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk
meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang
paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak.
⁶Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata: “Bagaimana
mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada
Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita
tidak binasa.” ⁷Lalu berkatalah mereka satu sama lain: “Marilah kita buang
undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka
ini.” Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi. ⁸Berkatalah
mereka kepadanya: “Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa
oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa
negerimu dan dari bangsa manakah engkau?” ⁹Sahutnya kepada mereka:
“Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit,
yang telah menjadikan lautan dan daratan.” ¹⁰Orang-orang itu menjadi
sangat takut, lalu berkata kepadanya: “Apa yang telah kauperbuat?”
-- sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh
dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka.
¹¹Bertanyalah mereka: “Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi
reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora.”
¹²Sahutnya kepada mereka: “Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam
laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab
aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.” ¹³Lalu
berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa
kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut
semakin bergelora menyerang mereka. ¹⁴Lalu berserulah mereka kepada
TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami
20 Gagasan Pendukung
binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan
kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN,
telah berbuat seperti yang Kaukehendaki.” ¹⁵Kemudian mereka
mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut
berhenti mengamuk. ¹⁶Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada
TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta
mengikrarkan nazar. ¹⁷Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor
ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan
itu tiga hari tiga malam lamanya.
II.I. Pengantar
Yun 1:1-17 menceritakan awal perjalanan Yunus sebagai seorang
nabi. Ia diutus oleh Tuhan untuk pergi ke kota Niniwe dan menyerukan
pertobatan bagi penduduk kota tersebut. Akan tetapi, ia menolak
perutusan itu dengan menjauh dari Tuhan dan dari tempat ke mana
seharusnya ia diutus (1:1-3). Dalam rangka menjauh itu, Yunus pergi
dengan naik kapal (1:4-14), ia dibuang ke laut (1:15-16), dan ia ditelan
seekor ikan besar dan berada di dalam perutnya (1:17–2:10).
Untuk memahami cerita dalam Yun 1:1-17, baiklah kita memahami
nama kota-kota yang disebut dalam perikop ini, yaitu Yerusalem, Niniwe,
dan Tarsis.
• Yerusalem. Yunus diutus oleh Tuhan ke tanah asing. Meski tidak
disebut dalam Yun 1:1-17, dapat dipastikan bahwa ketika diutus
untuk pertama kalinya, Yunus berada di Yerusalem. Yerusalem
merupakan kota tanah air dari orang-orang Ibrani yang takut akan
Tuhan (1:9). Dari Yerusalem, Yunus turun ke Yafo (sekarang Tel
Aviv) di pantai Laut Tengah. Sejak sekitar tahun 480 SM, terdapat
kapal laut yang berangkat dari pelabuhan Yafo ke arah Spanyol.
• Niniwe. Sekitar abad ke-8 SM, di zaman kerajaan Asyur, Niniwe
merupakan kota terbesar di dunia. Luasnya diperkirakan 500
hektar, “tiga hari perjalanan” (Yun. 3:2) bila dikelilingi. Sedangkan
kota Yerusalem saat itu hanya sekitar 20 hektar. Kota Niniwe
berjarak sekitar 1120 km dari Yerusalem ke arah timur-utara.
Untuk pergi ke sana dari arah Yerusalem, orang mesti melewati
bukit-bukit dan padang pasir. Tuhan mengutus Yunus, dari sebuah
kota kecil Yerusalem, untuk pergi ke kota yang besar itu, sebuah
Pertemuan Pertama 21
ibu kota dari sebuah kerajaan yang untuk pertama kalinya dalam
sejarah menyatukan semua kerajaan beradab dari Mesir hingga
Arabia, Teluk Persia, dan Armenia.
• Tarsis. Kemungkinan kota Tarsis terletak di ujung selatan-
barat dari Yerusalem, di pesisir Spanyol sekarang. Jaraknya dari
Yerusalem sekitar 5300 km. Jadi, Tarsis adalah tempat paling jauh
yang berseberangan dengan Niniwe, tempat Yunus diutus untuk
pergi. Nama Tarsis bisa berarti “peleburan logam”. Di kota itu
para pedagang menukarkan “perak, besi, timah putih, dan timah
hitam” (Yeh. 27:12). Menurut Yes. 66:19, Tarsis adalah kota di mana
penduduknya belum pernah mendengar tentang Allah Israel,
Allah-nya Yunus.
Cerita dalam Yun 1:1-17 terjadi dalam dua adegan. Adegan pertama
(1:1-3) mengetengahkan Tuhan dan Yunus; sedangkan tempat terjadinya
cerita adalah di jalan menuju Yafo. Adegan kedua (1:14-16) menampilkan
tokoh-tokoh: Tuhan, Yunus, awak kapal, dan nakhoda; cerita terjadi di
dalam kapal di atas laut.
22 Gagasan Pendukung
Terjadi ironi antara perintah Tuhan “bangunlah, pergilah” dan
jawaban Yunus “bersiap untuk melarikan diri” (Yun 1:3). Bukannya ke
Niniwe, Yunus malah pergi ke arah yang bersebrangan, yaitu ke Tarsis.
Dengan melarikan diri ke Tarsis, Yunus menjauhkan diri, mungkin secara
rohani dan fisik, dari Tuhan dan dari Niniwe.
Alasan Yunus melarikan diri tidak diceritakan secara jelas.
Ketika Tuhan menyebut kejahatan manusia dan manusia tidak mau
bertobat, maka salah satu yang ada dalam benak orang beriman saat
itu adalah bahwa Tuhan akan membalas kejahatan dengan hukuman
sehingga terjadilah keadilan. Dapat terjadi bahwa Yunus lari ke arah yang
berseberangan dengan arah perutusannya karena ia tidak ingin menjadi
alat dari kemurkaan Allah yang akan menghukum kota pendosa; seakan
ia tidak mau terlibat dalam rencana Tuhan untuk mengadili kota yang
menguasai dunia pada waktu itu. Dalam kitab nabi-nabi lain, Kerajaan
Asyur dengan Niniwe sebagai ibu kotanya dikenal sebagai bangsa yang
menindas Israel (lih. Yes. 9:3; 14:25) dan yang penuh dengan kejahatan
dan dursila (lih. Nah. 1:11; 2:1; 3:19), serta pertengkaran dan perampasan
(lih. Nah. 3:1).
Di ayat 3, terdapat kata dalam Bahasa Ibrani yrd (“turun”) yang
menggambarkan bagaimana Yunus melarikan diri: Yunus “pergi (turun)
ke Yafo... naik (turun ke) kapal”. Kata ini ditemukan lagi dalam 1:5,
“Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah… lalu tidur
dengan nyenyak”. Semestinya, nabi yang benar itu selalu siap melayani
Tuhan (lih. 1Raj. 17:1), akan tetapi Yunus melarikan diri dengan mencari
tempat yang aman untuk bersembunyi. Dalam mencari kenyamanan,
bila burung merpati cenderung mencari tempat di ketinggian, sebaliknya
Yunus mencari tempat yang paling bawah, dalam ruang kapal yang paling
bawah (1:5), bahkan di dalam perut ikan di dalam laut (1:17).
Pertemuan Pertama 23
Perbedaan yang mencolok antara tindakan para awak kapal dan
Yunus disebut dalam ay. 5: sementara awak kapal takut, berseru kepada
allah dengan doa, dan berusaha menyelamatkan kapal dengan membuang
isi muatan, sebaliknya Yunus mencari ketenangan dan kenyamanan
dengan tidur “dalam ruang kapal yang paling bawah”. Ungkapan “ruang
yang paling bawah”, dalam konteks yang berbeda, menggambarkan
bagian yang paling ekstrem atau mendalam dari sebuah wilayah (Hak.
19:1,18; 2Raj. 19:23; Yes. 37:24), gua (1Sam. 24:4), rumah (Am. 6:10), liang
kubur (Yes. 14:15; Yeh. 32:23), atau bumi (Yer. 6:22; 25:32; 31:8; 50:41).
Dalam Yes 14:15, tempat paling dalam di liang kubur sejajar dengan “dunia
orang mati” (Ibrani: she’ol). “Dunia orang mati”, di satu sisi dapat menjadi
metafora akan keadaan yang begitu dekat dengan kematian (Yun. 2:2), di
lain sisi menjadi gambaran akan sebuah tempat di mana seseorang tidak
dapat melarikan diri lagi (lih. Mzm. 89:48; Am. 9:2).
Melihat Yunus terlelap tidur, nakhoda kapal membangunkannya:
“Bangunlah, berserulah kepada Allahmu” (Yun. 1:6). Kata perintah:
“bangunlah” mengingatkan pada perintah Tuhan di awal perutusan sang
nabi: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe.” Dengan mengatakan “Allahmu”,
nampaknya sang nakhoda tak mengenal Allah-nya Yunus, jadi bukan
orang Ibrani. Akan tetapi dalam keadaan yang genting di mana kapal
hampir karam, ia-lah yang terlebih dahulu mengambil inisiatif, tidak
hanya untuk menyelamatkan kapal dan penumpangnya, namun terutama
memanggil Yang Ilahi. Sementara sang nabi malah seperti orang yang
tidak memiliki harapan lagi untuk hidup, tidak peduli dengan situasi
yang menerpa, apalagi berdoa kepada Tuhan untuk menyelamatkan.
Nampaknya, sang nakhoda lebih beriman ketimbang Yunus.
24 Gagasan Pendukung
umumnya, “membuang undi” mengandung arti meminta kepada Tuhan
untuk menyelesaikan pertengkaran dan perselisihan yang sedang terjadi.
“Tuhan telah memerintahkan tuanku untuk memberikan tanah itu kepada
orang Israel sebagai milik pusaka dengan membuang undi” (Bil. 36:2); “Undi
dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada Tuhan”
(Ams. 16:33); “Undian mengakhiri pertengkaran, dan menyelesaikan persoalan
antara orang-orang berkuasa” (Ams. 18:18).
Pertemuan Pertama 25
komponen dalam alam semesta sebagaimana tertulis dalam Kel. 20:11,
“Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut
dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh.” Inti dari pertanyaan
awak kapal dijawab oleh Yunus dengan menekankan kekuasaan Allah
sebagai pencipta alam.
Dari “takut”-nya Yunus bergeser ke “takut”-nya para awak kapal:
Mereka “menjadi sangat takut” (Yun. 1:10a). Takutnya mereka berhubungan
dengan pernyataan tentang Tuhan yang baru saja dikatakan oleh Yunus.
Dari apa yang dikatakan Yunus tersebut, mereka tahu bahwa Yunus
“melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN” (ay. 10c). Inilah penyebab
badai! Dalam hal ini, ketakutan Yunus adalah takut akan Tuhan, bukan
takut karena badai, jadi ia sedang pergi menjauh dari Allahnya.
Allahnya Yunus adalah Penguasa laut, dan Yunus sedang
bertengkar dengan-Nya. Karena itu, ketika para awak kapal menanyakan
apa yang harus mereka buat sehubungan dengan Yunus supaya laut tidak
mengamuk lagi, sang nabi meminta mereka supaya membuangnya ke
laut (ay. 11-12). Permintaan Yunus ini menandakan perubahan dalam
kesadarannya: sekarang ia siap menerima pengadilan Tuhan karena
ketidaktaatannya dan ingin membayarnya dengan hidupnya. Namun
yang masih menjadi pertanyaan adalah: Apakah kesiapannya untuk
menjadi korban ini karena ingin menyelamatkan hidup para awak kapal
atau karena ia ingin mati? Besar kemungkinan bahwa bagi Yunus bisa
dikatakan demikian: Lebih baik mati daripada masuk dalam rencana
Allah untuk mempertobatkan Niniwe!
Sebelum para awak kapal membuang Yunus ke laut, mereka
masih berusaha “dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali
ke darat, tetapi mereka tidak sanggup” (ay. 13). Mereka lebih memikirkan
keselamatan bersama ketimbang segera menyingkirkan orang yang
dianggap sebagai penyebab badai. Kegagalan mereka untuk sampai
ke darat mendorong mereka untuk berseru kepada Tuhan, Allahnya
Yunus (ay. 14). Di sini ditemukan lagi hal yang kontras: sementara nabi
menolak untuk berdialog dengan Allahnya, para awak kapal yang tidak
mengenal Tuhan memohon kepada-Nya, bahkan mereka menyerukan
nama Tuhan. Dalam permohonan mereka, para awak kapal menyerahkan
diri pada kehendak Tuhan (“sebab Engkau, Tuhan, telah berbuat seperti
yang Engkau kehendaki”) dan menjelaskan ketakutan mereka akan dosa
(“janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang
ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang
26 Gagasan Pendukung
tidak bersalah”). Sekali lagi, sementara sang nabi melarikan diri untuk
menghindari kehendak Tuhan atas dirinya, para awak kapal malah
mencari kehendak-Nya dan keselamatan dari-Nya.
Pertemuan Pertama 27
Luk 8:22-25). Ketika badai mengamuk dan membuat kapal terombang-
ambing hampir terguling, apa yang terjadi dengan para penumpangnya
dan apa yang dilakukan oleh mereka? Baik Yun 1 maupun Mat 8:23-27;
par. menceritakan bahwa yang di dalam kapal adalah para awak kapal/
para murid yang sedang ketakutan dan Yunus/Yesus yang sedang tidur
di ‘dalam ruang yang paling bawah’ atau di buritan. Baik para awal kapal
maupun para murid berseru kepada Allah Tuhan mereka supaya mereka
diselamatkan. Akan tetapi, sementara para awak kapal berseru kepada
Yang Ilahi Allah mereka, para murid berseru kepada Tuhan Yesus.
Masih dalam perbandingan antara Yun. 1 dan Mat. 8:23-27; par.,
bila awak kapal membangunkan Yunus agar ia segera berseru kepada
Tuhan supaya badai tenang, para murid membangunkan Yesus dengan
berkata: “Tuhan, tolonglah, kami binasa” (Mat. 8:25). Perbandingan
ini bukan mau mengatakan bahwa Yunus disamakan dengan Yesus,
melainkan untuk mengoreksi bahwa yang semestinya dilakukan oleh
Yunus adalah berseru kepada Tuhan, bukannya melanjutkan tidurnya.
Selanjutnya, tidak diceritakan bahwa Yunus benar-benar berseru kepada
Tuhan; ia hanya membuat pengakuan: “aku takut akan Tuhan” (Yun
1:9). Kedua kisah juga menggarisbawahi bahwa badai diam dan laut
kembali tenang karena tindakan Tuhan Allah. Hanya bedanya, Tuhan
menenangkan badai sebagai jawaban-Nya atas dibuangnya Yunus dari
kapal, atau sebagai jawaban-Nya atas permohonan para murid. Kedua
kisah ditutup dengan reaksi para awak kapal atau para murid; sementara
para awak kapal memercayai Tuhan dan menyembah-Nya, para murid
menanyakan tentang siapa Yesus yang telah menenangkan badai itu.
Penjelasan di atas memberi insiprasi bahwa yang dapat dilakukan
oleh orang beriman saat badai krisis kehidupan menerpa dirinya adalah
berseru kepada Tuhan, takut akan Tuhan, membuang ‘beban-beban dosa’
untuk meringankan kapal kehidupan, dan memercayai keterlibatan dan
kuasa Tuhan. Tuhan berkuasa atas daratan dan lautan; Ia juga berkuasa
untuk mengubah badai menjadi tenang.
Di tengah badai krisis, Yunus sungguh ditantang untuk dapat
takluk kepada kehendak Tuhan. Para awak kapal mengingatkan dan
mengajaknya untuk berseru kepada Tuhan agar mereka semua selamat.
Inilah tindakan evangelisasi. Seorang nabi pun mesti terus menerus
diingatkan untuk melakukan perannya secara benar. Meskipun kita
terkadang berada dalam situasi badai – mengalami masalah penyakit,
ekonomi, ketidakadilan, diskriminasi, dll – kita semua dipanggil untuk
28 Gagasan Pendukung
menjadi nabi, bukan hanya duduk dalam keterpurukan meratapi nasib
tanpa harapan. Bahkan, berusaha untuk keluar dari keterpurukan,
itupun sudah berjalan sebagai nabi. Di satu sisi, kita diutus mewartakan
kebenaran firman Tuhan, di lain sisi kita membuka telinga, pikiran, hati,
dan kehendak untuk terus menerus diperbarui dan diingatkan oleh
Tuhan melalui firman-Nya dan sesama agar kita dapat berperan secara
benar sebagai nabi-nabi Allah yang pengasih dan penyayang.
Evangelisasi diri mesti terus menerus dilakukan agar kita
semakin menjadi nabi yang benar yang memiliki suara hati dari Tuhan
sendiri dan bukan nabi palsu. Tuhan Allah yang pengasih dan penyayang
ini ditemukan dalam kehendak-Nya yang mengutus Yunus sebagai nabi
untuk mempertobatkan orang-orang berdosa di Niniwe. Meski penduduk
kota itu jahat, namun Tuhan tidak mau begitu saja menghukum mereka.
Tuhan mengedepankan pengampunan. Benar bahwa “Allah adalah
kasih” (1Yoh. 4:16). Allah yang pengasih dan penyayang seperti inilah
yang dalam evangelisasi diri hendaknya mengisi suara hati dan tindakan
umat beriman di zaman ini. Sebagai nabi, kita menghidupi dua hal, yaitu
pertama kasih Allah dan kedua menjadi nabi kasih-Nya itu.
Pertemuan Pertama 29
Pertemuan Kedua
30 Gagasan Pendukung
I. Bacaan Yunus 4:1-11
¹Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.
²Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, bukankah telah
kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku
dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah
yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih
setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-
Nya. ³Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih
baik aku mati dari pada hidup.” ⁴Tetapi firman TUHAN: “Layakkah
engkau marah?” ⁵Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal
di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk
di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu.
⁶Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak
melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada
kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.
⁷Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah
datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu.
⁸Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah
angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala
Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: “Lebih
baiklah aku mati dari pada hidup.” ⁹Tetapi berfirmanlah Allah kepada
Yunus: “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” Jawabnya:
“Selayaknyalah aku marah sampai mati.” ¹⁰Lalu Allah berfirman: “Engkau
sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak
berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam
satu malam dan binasa dalam satu malam pula. ¹¹Bagaimana tidak Aku
akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih
dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan
tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”
II.I. Pengantar
Bila Yun. 1:1-17 menjadi bagian kesatuan dari cerita bab 1–2,
perikop 4:1-11 merupakan bagian dari cerita bab 3–4. Setelah Yunus
dimuntahkan oleh seekor ikan besar ke daratan, Tuhan memerintahkan
kepadanya untuk kedua kalinya, perintah seperti dalam perutusan
Pertemuan Kedua 31
pertama ketika ia menolak dengan melarikan diri: “Bangunlah, pergilah
ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan
yang Kufirmankan kepadamu” (3:2; lih. 1:2). Akan tetapi terdapat juga
perbedaan antara perintah pertama dan kedua ini, tepatnya mengenai
alasan mengapa Yunus harus pergi ke Niniwe. Alasan pada perintah
pertama adalah “karena kejahatannya [penduduk kota Niniwe] telah
sampai kepada-Ku” (1:2), pada perintah kedua berbunyi: “sampaikanlah
kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu” (3:2). Penekanan
perintah kedua ini adalah kewajiban untuk mematuhi perintah Tuhan,
dari pihak Yunus, karena perintah tersebut merupakan firman Allah.
Seorang nabi semestinya melakukan persis seperti yang diperintahkan
oleh Tuhan dan berjalan sesuai dengan firman-Nya.
Tanggapan yang diberikan oleh Yunus ketika menerima dua
perintah Tuhan itu berbeda. Di perintah pertama, ia melarikan diri. Di
perintah kedua, ia tunduk/taat dengan pergi ke Niniwe. Di perintah yang
kedua ini, nampak nyata kasih Tuhan sebab Ia tetap bersikeras memanggil
Yunus sebagai nabi-Nya meskipun sebelumnya Yunus pernah tidak taat
dan malah melarikan diri. Isi firman Tuhan yang disampaikan oleh Yunus
kepada orang-orang Niniwe adalah: “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe
akan ditunggangbalikkan” (3:4). Kata “ditunggangbalikkan” pernah
disebut dalam Kej. 19:21, 25, 29 untuk menggambarkan kehancuran
Sodom dan Gomora. Akan tetapi bila Sodom dan Gomora benar-benar
ditunggangbalikkan, Niniwe tetap aman karena orang-orang Niniwe
bertobat dan “percaya kepada Allah” (Yun. 3:5).
Yun. 4:1-11 lebih bercerita tentang pergulatan sang nabi sendiri
setelah mewartakan pertobatan daripada tentang pertobatan orang-
orang Niniwe. Bila di atas kapal, sikap Yunus yang ‘memberontak’
diperlawankan dengan sikap awak kapal yang ‘taat’ (Yun. 1); di Niniwe
sementara orang-orang Niniwe bertobat (Yun. 3), Yunus memberontak
untuk kedua kalinya (Yun. 4). Meskipun sang nabi menaati perintah
Tuhan, belum tentu itu dilakukannya dengan sepenuh hati. Di sinilah
pergulatan Yunus. Bila di atas kapal ia lebih memilih untuk dibuang ke
laut daripada berseru kepada Allah (1:12), setelah Niniwe diampuni, ia
memilih untuk mati daripada mengenal kebenaran Tuhan (4:3). Juga,
sebagaimana awalnya ia menghindar untuk pergi ke Niniwe (1:3), setelah
membuat orang-orang Niniwe bertobat, ia menolak untuk meninggalkan
Niniwe dan kembali ke negerinya (4:5). Ia tetap tinggal di sebelah timur
kota Niniwe dan mencoba untuk membuktikan kepada Allah bahwa
32 Gagasan Pendukung
dirinya benar. Apa yang sebenarnya membuat Yunus menolak untuk
mewartakan pertobatan (Yun. 1) dan seakan terpaksa melakukannya
(Yun. 4)?
Pertemuan Kedua 33
Kekesalan Yunus ditumpahkan dengan meminta Tuhan untuk
mencabut nyawanya. “Lebih baik mati daripada hidup”, ungkapnya (4:3).
Sebelum Yunus, juga pernah dikisahkan seorang nabi yang menginginkan
untuk mati dalam rangka menjalankan perutusan dari Tuhan, namanya
Elia. Setelah mengalahkan para nabi Baal di gunung Karmel, Elia diancam
oleh Ahab, raja Israel, untuk dibunuh. Saat ia melarikan diri dari bahaya
itu, ia meminta Tuhan untuk mengambil nyawanya karena merasa gagal
(1Raj. 19:4). Terdapat persamaan dan perbedaan antara Elia dan Yunus.
Bila Elia ingin mati karena merasa misinya tidak berhasil, sebaliknya
Yunus ingin mati karena justru misinya berhasil!
Nampaknya, pengampunan yang diberikan kepada kota Niniwe
yang jahat merusak keyakinan Yunus. Ia lebih menginginkan keadilan dan
menolak berdamai dengan cara Tuhan yang mengasihi dan mengampuni.
Saat di atas kapal, Yunus memilih mati daripada tunduk pada kehendak
Tuhan yang mengutusnya (Yun. 1), sekarang pun ia kembali meminta
untuk mati karena tidak senang dengan sikap Tuhan yang berbelas kasih.
Menanggapi sikap Yunus ini, Tuhan bertanya kepadanya: “Layakkah
engkau marah?” (4:4). Pertanyaan ini mengungkapkan secara implisit
penolakan Tuhan untuk memenuhi permintaan kematian Yunus. Tuhan
yang menggerakkan orang-orang Niniwe untuk bertobat dari jalan yang
jahat mengisyaratkan bahwa nabi-Nya harus bertobat dari kebenaran dan
keyakinannya sendiri.
34 Gagasan Pendukung
memberi tanda lewat angin badai laut dan seekor ikan besar (Yun. 1), kini
Ia membuat tanda dengan menumbuhkan pohon jarak untuk menghibur
nabi-Nya yang sedang sangat kesal terhadap-Nya. Lewat tanda ini,
diketahui dalam diri Yunus bahwa hal dari Tuhan yang menyukakan
dirinya membuatnya bersukacita, tetapi hal dari Tuhan yang tidak sama
dengan pikiran dan keyakinannya membuatnya kesal (4:6). Meski Tuhan
terus mendatanginya, Yunus tetap tidak dapat keluar dari kekesalan
hatinya karena menemukan kenyataan bahwa Tuhan yang sebenarnya
adalah Pengasih dan Penyayang kepada semua orang. Berhadapan
dengan karakter Tuhan ini, sekali lagi, sang nabi bersikukuh dengan
keinginannya: lebih baik mati daripada hidup, bahkan marah sampai
mati (4:8-9).
Menanggapi pemberontakan dan protes dari nabi-Nya tersebut,
Allah memberikan pernyataan yang terakhir tentang diri-Nya (4:9-11).
“Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang
berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak
tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang
banyak?” (4:11).
Pertemuan Kedua 35
berdosa. Seperti kisah Ayub, kisah Yunus diakhiri dengan penyerahan diri
setelah memberontak kepada Tuhan. Bila Ayub mengakhiri perjalanan
imannya dengan mengakui kebenaran Allah secara eksplisit (“Oleh sebab
itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam
debu dan abu” [Ayub 42:6]), pengakuan Yunus terjadi dalam kediaman
dan keheningan.
36 Gagasan Pendukung
menghendaki mereka hidup dalam damai dan mengalami kegembiraan
sebagaimana yang Ia lakukan untuk Yunus. Yunus juga seorang manusia
yang rapuh, sama seperti kita, akan tetapi kerapuhan ini tidak menjadi
alasan bagi Tuhan untuk menyalahkannya. Karena Ia adalah Tuhan
pengasih dan penyayang, kerapuhan manusia justru menjadikan-Nya
selalu hadir, menyertai, dan membimbing manusia untuk bertobat.
Kisah Zakheus dalam Injil Lukas dapat menjadi gambaran lebih
jauh bagaimana Tuhan Yesus yang penuh kasih mendekati orang berdosa
sehingga orang tersebut bertobat. Yesus-lah yang pertama kali menyapa
Zakheus dengan memanggil namanya saat ia sedang di atas pohon ingin
melihat-Nya lewat. Lalu Yesus mengatakan: “Aku harus menumpang
[tinggal] di rumahmu” (19:5). Kehadiran Yesus di rumah dan keluarga
Zakheus inilah yang membuatnya bertobat dengan cara tidak lagi korupsi
dan bermurah hati dengan membagikan hartanya kepada orang miskin.
Kasih dan penyertaan Yesus menggerakkan orang untuk bertobat.
Dari pihak manusia sendiri, pertobatan adalah sebuah
perjuangan. Butuh keberanian untuk bertobat. Seluruh ayat dalam bab
4 dari kitab Yunus menceritakan pergulatan Yunus menuju pertobatan.
Perjalanan Yunus yang menyimpang dari kehendak Allah bukan soal
tindakan dosa seperti memeras atau membunuh, tetapi keyakinan dan
pikiran yang menolak Tuhan yang menurutnya berbuat tidak adil. Tuhan
itu semestinya menghukum orang berdosa, itu adil! Tapi kenyataannya,
Tuhan menyatakan diri sebagai yang pengasih dan penyayang. Orientasi
pertobatan Yunus mengarah pada persetujuan dirinya akan apa yang Allah
lakukan untuk umat-Nya, dan ia dengan rela dan bahagia menjadi nabi-
Nya. Hidup sepadan dengan kehendak Allah yang menyatakan diri-Nya,
inilah pertobatan! Tentu saja, dalam kehidupan umat beriman, pertobatan
tidak berhenti pada pemahaman seperti itu. Orientasi pertobatan Yunus
dapat menjadi model pertobatan kita yang selanjutnya pertobatan itu kita
wujudkan dalam tindakan nyata seperti yang dilakukan oleh Zakheus.
Kita semua dipanggil untuk menjadi nabi-nabi kasih Allah.
Pertemuan Kedua 37
IV. Pertanyaan Pendalaman
1. Bila kita menemukan diri kita atau orang lain bertindak jahat
merugikan diri kita dan atau sesama, dalam benak dan keyakinan
kita, apa yang Tuhan semestinya lakukan untuk mereka?
2. Hal-hal apa saja yang menghalangi kita untuk dapat bertobat?
3. Sungguhkah Tuhan yang menyertai dan membimbing kita, bahkan
hadir dalam diri kita melalui Sakramen Ekaristi yang kita terima,
menggerakkan kita untuk bertobat?
4. Bagaimana kita memandang kerapuhan kita: Apakah sebagai
alasan Tuhan menjauhi kita, atau kita menjauhi Tuhan?
38 Gagasan Pendukung
Pertemuan Ketiga
Pertemuan Ketiga 39
Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu. ²⁶Maka kamu akan makan
banyak-banyak dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama
TUHAN, Allahmu, yang telah memperlakukan kamu dengan ajaib; dan
umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya. ²⁷Kamu
akan mengetahui bahwa Aku ini ada di antara orang Israel, dan bahwa
Aku ini, TUHAN, adalah Allahmu dan tidak ada yang lain; dan umat-Ku
tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya.
II.I. Pengantar
Perikop Yl. 2:23-27 menjadi bagian dari bab 1–2. Kedua bab ini
dibuka dengan ajakan untuk menyadari krisis kehidupan yang sedang
dialami oleh umat beriman (1:2-3). Krisis ini begitu berat sehingga tidak
ada bandingannya dengan krisis lain yang pernah terjadi dalam sejarah
sebelumnya. Tepatnya, bangsa sedang mengalami kehancuran dan
penderitaan; kekeringan melanda (1:15-18); api menghanguskan hutan
dan ladang (1:19-20); musuh sudah mengancam (2:1-11). Menghadapi
krisis ini, nabi Yoel mengajak para pembacanya untuk meratap dan
menangis (2:12-14).
Ratapan dan tangisan adalah ungkapan pertobatan. Semua
umat, terutama para imam dan pelayan-pelayan Tuhan, diajak untuk
meratap. Ratapan pertobatan ini dilakukan dengan puasa (2:15-17) dan
memanjatkan doa-doa. Para imam dan pelayan Tuhan menjadi orang
terdepan dalam berdoa. Isi doa yang disampaikan berkaitan dengan
permohonan akan keselamatan bangsa: “Sayangilah, ya Tuhan, umat-Mu,
dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela” (2:17).
Ajakan untuk meratap diindahkan oleh umat. Tuhan Allah
yang berbelas kasih menjawab seruan ratapan mereka dengan berjanji
untuk menyelamatkan mereka (2:18-20). Mereka dikuatkan untuk dapat
bersukacita dan untuk tidak menjadi takut (2:21-24). Ia sendirilah yang
akan memulihkan keadaan umat-Nya sehingga mereka akan mengenal-
Nya sebagai Allah mereka (2:24-27). Bahkan, mereka akan dipenuhi
dengan kelimpahan berkat-Nya. Perikop 2:23-27 berbicara tentang janji
Tuhan untuk memulihkan umat-Nya.
40 Gagasan Pendukung
II.II. Pendalaman Bacaan
Allah sebagai Sumber Sukacita (ay. 23-24)
Secara manusiawi, orang sulit tersenyum bahagia saat mengalami
krisis hidup dan penderitaan. Bila ia dapat bersukacita pastilah ia
memiliki alasan mendasar, alasan yang jauh lebih kuat ketimbang situasi
yang dialaminya. Nubuat Yoel dalam 2:23-27 dibuka dengan ajakan untuk
bersukacita. Alasannya adalah Tuhan: “bersukacitalah karena Tuhan,
Allahmu!” (ay. 23). Tuhan hadir dan telah melakukan sesuatu demi
kepentingan umat-Nya.
Di tengah kesulitan, kadang orang menginginkan kehidupan
yang lain. Akan tetapi, Nabi Yoel mengajak umat untuk bersyukur
atas kehidupan yang sudah diperoleh sampai saat ini. Kehidupan saat
ini merupakan kelanjutan dari masa lampau di mana Tuhan pernah
menyelamatkan. Melihat karya Tuhan di masa lalu membantu orang
masa kini untuk memiliki harapan. Menurut nabi Yoel, harapan itu
adalah bahwa Tuhan akan mengirimkan ‘hujan’. Ia akan membalikkan
‘kekeringan’ dan memberkati umat-Nya dengan kemakmuran.
Kemakmuran berupa gandum, anggur, dan minyak akan berlimpah (ay.
24).
Pertemuan Ketiga 41
dengan tindakan Tuhan terhadap Ayub; setelah anak-anaknya dan harta
miliknya diambil darinya, Tuhan memberikan kompensasi kepadanya:
“Lalu Tuhan memulihkan keadaan Ayub… Tuhan memberikan kepada
Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu” (Ayb. 42:10).
Kehancuran yang merugikan umat dan yang akan dipulihkan oleh
Tuhan adalah “tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang
pindahan” (Yl. 2:25). Yang dimaksud dengan “belalang pindahan” barang
kali merujuk pada invasi tentara Babel yang telah menghancurkan
kota Yerusalem dan penduduknya. Menurut nabi Yeremia, peristiwa
kehancuran Yerusalem oleh tentara Babel di bawah pimpinan rajanya
Nebukadnezar merupakan inisiatif Tuhan. Tuhan mengizinkan hal itu
terjadi karena umat-Nya tidak mau bertobat (lih. Yer. 25:9). Nabi Yoel
pun menegaskan demikian: “tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke
antara kamu” (2:25). Kehancuran dan penderitaan dalam peristiwa itulah
yang dimaksud dengan ‘kerugian’. Sekarang kehancuran itu akan dibalik.
Tuhan akan memulihkan apa yang dihancurkan oleh “tentara-Ku yang
besar”. Dengan cara ini nabi Yoel meyakinkan dan menghibur umat-Nya
yang kembali ke tanah airnya dengan menegaskan janji Tuhan bahwa
tanah itu akan kembali seperti keadaan semula dan mereka akan lebih
bahagia.
42 Gagasan Pendukung
kesusahan. Bahkan, pemulihan tersebut dilakukan untuk menyatakan
karakter Tuhan sendiri bahwa Ia adalah Allah yang “pengasih dan
penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (2:13) dan memiliki
“belas kasihan kepada umat-Nya” (2:18). Karena itulah, mereka harus
tahu dan sadar bahwa tidak ada Allah lain selain Dia.
Selama ini, godaan terbesar yang sering membuat umat Allah
jatuh ke dalam dosa yang mendatangkan kesengsaraan bagi diri mereka
adalah menjadikan berhala atau patung buatan untuk disembah. Berhala,
rejeki, dan kemakmuran adalah pemberian Tuhan, bukan Tuhan. Ketika
manusia memilih untuk men-tuhan-kan pemberian dan melupakan sang
Pemberinya, di sanalah dosa penyembahan berhala terjadi. Dalam hal ini,
nabi Yoel mengingatkan supaya umat beriman hanya menyembah Allah
saja; Allah semestinya tidak mempunyai rival! Dalam sejarah umat Allah
dahulu (lih. Ul. 8:10-20), mereka telah diperingatkan tentang bahaya
menjadi puas: melupakan Tuhan dalam kepuasan atau keangkuhan.
Demikian juga sekarang, hanya Tuhan-lah yang layak untuk disembah
dan dipuji, bukan pemberian-Nya yang meskipun dapat menawarkan
kepuasan hidup.
Dengan demikian, tujuan Tuhan memulihkan umat-Nya dengan
membuat mereka makan kenyang dan makmur bukan sekedar diukur
dari perut yang kenyang, lidah yang puas merasakan makanan, atau
harta yang melimpah. Maksud Tuhan bagi orang-orang di zaman nabi
Yoel dan bagi kita sekarang jauh lebih besar dari hal tersebut. Pemulihan,
seperti kesehatan, keamanan, atau entah apapun wujudnya, bergantung
pada hubungan yang benar dengan Tuhan. Inilah orientasi orang yang
memiliki iman kepada Tuhan yang ada di tengah-tengah umat-Nya. Jenis
orientasi hidup semacam ini diminta oleh Yesus sendiri: “carilah dahulu
Kerajaan.
Pertemuan Ketiga 43
memulihkan keadaan umat-Nya. Tuhan memulihkan keadaan Ayub yang
dulu kehilangan keluarga dan kepunyaannya kini menerima dua kali lipat
dari apa yang telah direbut darinya itu (lih. Ayb. 42:10).
Ide tentang pemulihan juga ditemukan dalam konteks mengikuti
Tuhan Yesus. Ketika Petrus menanyakan kepada Yesus tentang upah
mengikut-Nya: “Kami telah meninggalkan segala kepunyaan kami
dan mengikut Engkau”, Yesus menjawab: “setiap orang yang karena
Kerajaan Allah meninggalkan rumahnya, isterinya atau saudaranya…
akan menerima Kembali lipat ganda pada masa ini juga” (Luk. 18:28-
30). Sebagai pengikut Yesus, keyakinan akan Allah yang menyelamatkan
dengan cara memulihkan apa yang telah hilang atau rusak dalam hidup
kita hendaknya dibarengi dengan keseriusan kita untuk mengikuti Yesus.
Bila kita mencuri atau korupsi lalu kita dihukum sekian tahun, itu karena
dosa dan kita mesti bertobat. Akan tetapi bila kita rugi atau terluka bukan
karena kesalahan kita, apalagi dalam rangka mempertahankan iman
dan mengikuti Yesus, kiranya patut kita berharap bahwa Tuhan akan
memulihkan hidup kita.
Mengapa kita boleh yakin bahwa Tuhan menyelamatkan
dengan memulihkan keadaan kita? Itu bukan karena tidak ada jalan
atau cara lain selain meminta bantuan Tuhan. Iman bukanlah pelarian
dari sesuatu yang secara manusiawi kita gagal mendapatkannya. Itu
semua karena kenyataan iman kita yang mengakui bahwa Tuhan itu ada
dan hadir. Ia adalah Imanuel, artinya Allah yang menyertai kita. Setiap
kali kita menerima Ekaristi dan sakramen-sakramen, di sanalah secara
nyata Tuhan berkenan hadir dalam diri kita. Keberadaan dan kehadiran
Tuhan itu bukan seperti patung yang diam membisu. Ia aktif bekerja
memberdayakan dan membimbing kita untuk dapat menjadi pulih.
Seperti yang dikatakan dalam perikop Yl. 2:23-27, seringkali
ide keselamatan dan pemulihan dari Tuhan dihubungkan dengan
kemakmuran manusiawi. Siapa yang diselamatkan mendapat berkat
manusiawi yang melimpah, atau sebaliknya, siapa yang mendapat berkat
melimpah berarti ia diselamatkan Tuhan. Kitab Yoel mengingatkan bahwa
pemulihan yang dilakukan oleh Tuhan itu mempunyai tujuan supaya umat
mampu mengenal diri-Nya secara lebih mendalam. Kemamuran adalah
berkat anugerah Tuhan, bukan Tuhan. Karena itu yang mesti disembah
dan dicari pertama-tama adalah Sang Penganugerah atau Pemberi, bukan
pemberiannya. “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33).
44 Gagasan Pendukung
IV. Pertanyaan Pendalaman
Pertemuan Ketiga 45
Pertemuan Keempat
²⁸Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan men-
curahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-
laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan
mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-peng-
lihatan. ²⁹Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan
Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu. ³⁰Aku akan mengadakan mujizat-
mujizat di langit dan di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan
asap. ³¹Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi
darah sebelum datangnya hari Tuhan yang hebat dan dahsyat itu. ³²Dan
46 Gagasan Pendukung
barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan, sebab
di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang
telah difirmankan Tuhan; dan setiap orang yang dipanggil Tuhan akan
termasuk orang-orang yang terlepas.
II.I. Pengantar
Setelah Tuhan berencana untuk memulihkan kerusakan akibat
belalang dan kekeringan (Yl. 2:23-27), kini Ia memberikan serangkaian
janji yang lebih mendalam (2:28-32). Janji-janji tersebut meliputi
pencurahan Roh Allah atas semua orang beriman (2:28-29), mukjizat-
mukjizat di akhir zaman (2:30-31), dan keselamatan (2:32).
Janji Tuhan tentang pencurahan Roh-Nya disebut juga dalam
kitab-kitab lain. Dalam kitab Yesaya, Tuhan berfirman: “Aku akan men-
curahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat
yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan
berkat-Ku ke atas anak cucumu” (44:3). Kitab Yehezkiel memuat firman
Tuhan demikian: “Mereka akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan, Allah
mereka… Aku mencurahkan Roh-Ku ke atas kaum Israel” (39:28-29).
Sedangkan kitab Zakharia menuliskan: “Aku akan mencurahkan roh
pengasihan… atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang
kepada dia yang telah mereka tikam” (12:10). Pencurahan Roh Tuhan
dapat dihubungkan dengan pemberian berkat materi, atau dengan tujuan
supaya umat semakin mengenal Allah dan menyembah-Nya. Berbeda
dengan ketiga kitab di atas, kitab Yoel membicarakan Tuhan yang men-
curahkan Roh-Nya supaya umat yang dicurahi mampu bernubuat dan
mempunyai penglihatan. Pencurahan Roh adalah pemberian yang lebih
lanjut dan mendalam setelah pemberian berkat jasmani dan materi (lih.
Yl. 2:23-27). Inilah berkat rohani. Artinya, bila merupakan kelanjutan
dari rangkaian pemberian Tuhan dalam rangka memulihkan umat-Nya,
tanpa penerimaan Roh, meskipun umat sudah menerima berkat rejeki
dan jasmani, belumlah lengkap disebut sebagai pemberian Tuhan yang
menyelamatkan.
Yl. 2:28-32 juga menghubungkan pencurahan Roh dengan
“mujizat-mujizat di langit dan di bumi” dengan ditandai oleh darah
dan api. Ini menandakan penghakiman Tuhan di akhir zaman. Karena
itu, kitab Yoel mengajak umat supaya bertobat. Bahkan, pertobatan
Pertemuan Keempat 47
diperlukan sebelum Tuhan menyingkirkan kerusakan akibat belalang dan
kekeringan. Dengan bertobat, manusia terhindar dari hukuman api. Bila
manusia bertobat, Tuhan dengan murah hati mengerti kekrisisan umat-
Nya dan memulihkan mereka. Di akhir zaman Tuhan akan mencurahkan
Roh-Nya secara penuh ke seluruh umat-Nya dan membawa mereka ke
dalam hubungan baru dengan-Nya. Kuasa Roh akan menarik mereka
untuk memanggil nama-Nya dan dengan demikian mereka lolos dari
penghakiman yang akan menimpa penduduk dunia.
48 Gagasan Pendukung
15). Nubuat kenabian sering kali diperoleh dari penglihatan (lih. Yes.
1:1; Am. 1:1). Dalam Yl. 2:28-29, nabi Yoel menguatkan segenap umat
beriman bahwa meskipun penampilan luar mereka hancur, Tuhan tidak
berpaling menjauhi mereka, Ia tetap ingin menjalin komunikasi dengan
mereka dan menyatakan diri-Nya kepada mereka. Roh yang dicurahkan
memampukan mereka untuk menerima firman Tuhan, menyembah-Nya
dan mewartakan nama-Nya.
Pertemuan Keempat 49
dikuatkan dengan sikap yang terus “berseru kepada nama Tuhan” karena
siapa pun yang mempraktikkan sikap tersebut akan diselamatkan.
Ungkapan “berseru kepada nama Tuhan” tidak berarti hanya memohon
bantuan kepada Tuhan pada saat bencana. Ungkapan tersebut dapat
berarti memuji Tuhan dalam ibadah (Kej. 12:8), mengakui-Nya di antara
mereka yang beragama lain (Yes. 41:25), atau menyembah-Nya di tengah-
tengah dunia yang tidak mengenal-Nya (Yes. 12:4; Mzm. 105:1; Zak. 13:9).
Dalam situasi kehancuran, “menyerukan nama Tuhan” itu dapat menjadi
dorongan bagi mereka untuk kembali kepada Tuhan dengan harapan
bahwa mereka akan diselamatkan dari kehancuran di hari Tuhan.
Nabi Yoel mengingatkan akan keberadaan gunung Sion dan
Yerusalem. Keberadaan kedua tempat ini juga menjadi tanda harapan
karena tempat tersebut merupakan pusat dari janji-janji yang pernah
dibuat oleh Tuhan kepada umat-Nya. Meskipun sekarang umat Tuhan
berada dalam situasi suram, Ia pasti selalu ingat akan janji-Nya.
Sebagaimana janji itu dimulai oleh-Nya sendiri dengan memanggil
mereka untuk menjadi umat-Nya, mereka yang berseru kepada Tuhan
adalah orang-orang yang akan dipanggil-Nya sebagai milik-Nya yang
dikasihi dan diselamatkan.
50 Gagasan Pendukung
terang surat Paulus tersebut akan menghantar kita untuk menemukan
bahwa bila umat beriman berpegang pada Roh yang sama, mereka akan
bersatu. Akan tetapi bila mereka hanya melihat karunia atau pemberian
saja, mereka dapat berbeda-beda dan bahkan terpecah. Kitab Yoel ditulis
untuk meyakinkan umat bahwa Tuhan akan memulihkan umat-Nya.
Demikian juga, umat manusia sekarang butuh pulih dari pertengkaran
dan kebencian. Bahwa ada orang yang memerintah rakyat, atau berkata-
kata untuk orang banyak, atau memiliki kedudukan tertentu secara
politis dalam negara – sebagai orang beriman itu semua mesti dipahami
sebagai karunia atau pemberian yang digunakan untuk membangun
bangsa, pemberian untuk mengkomunikasikan firman Tuhan yang benar,
bukan malah memecah belah keluarga manusia dengan menonjolkan
perbedaan karunia dan meninggikan miliknya sendiri.
Pernyataan Yl. 2:32, “barangsiapa yang berseru kepada nama
Tuhan akan diselamatkan” digunakan oleh Paulus dalam suratnya kepada
jemaat di Roma (10:13). Di sini Paulus menambahkan bahwa Tuhan yang
disembah dan yang menyelamatkan adalah Allah yang satu dari semua
orang. Meski orang dapat berbeda-beda, suku, bahasa, pendidikan, dll.,
tetapi mereka mempunyai Allah yang satu dan sama. Kriteria untuk
diselamatkan oleh Tuhan bukanlah kaya atau miskin, guru atau pedagang,
agamawan atau politisi, dll., tetapi berseru kepada Tuhan. Tuhanlah yang
menyelamatkan, bukan keunikan pemberian Tuhan yang dianggap lebih
unggul atau lebih baik dari yang lain. Dalam menyerukan nama Tuhan,
kita semua adalah keluarga yang bersaudara karena kita mempunyai
Allah yang satu dan sama.
Pertemuan Keempat 51
20
BKSN 23
BulanKitabSuciNasional
AL L A H
SUMBER KASIH DAN KESELAMATAN
Tim Penyusun
Theresia Vita Prodeita, M.Hum
Richard Johanes Rantung
Theresia Kustanti Dewi
PEMBUKA
Setelah deskripsi singkat terkait situasi dan tema disampaikan, fasilitator
lalu mengajak peserta untuk memulai pertemuan pertama dengan ritus
pembuka.
Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Pengantar
Fasilitator menyampaikan pengantar singkat di bawah ini sebelum pem-
bacaan teks Kitab Suci.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada perte-
muan pertama ini, kita akan membaca, mendalami, dan mere-
nungkan teks dari kitab Yunus (Yun. 1:1-17). Perikop ini meng-
gambarkan pergulatan dan pemberontakan Yunus ketika Tuhan
mengutusnya pergi ke Niniwe, ibu kota Asyur, untuk mempertobatkan
penduduknya. Alih-alih pergi ke Niniwe, Yunus berusaha lari dari Tuhan
ke arah sebaliknya, yaitu ke kota Tarsis. Akan tetapi, Tuhan Sang empu-
nya langit tetap mencari Yunus untuk dijadikan alat kasih-Nya. Melalui
pengalaman menjauh dari Allah, Yunus ditantang untuk taat pada ren-
cana kasih Allah. Pada akhirnya, kasih Allah inilah yang mendorong Yu-
nus untuk mengakui Tuhan di tengah-tengah bangsa asing sebagai ben-
tuk dari penginjilan terhadap dirinya sendiri.
Doa Pembuka
P: Marilah kita berdoa.
Allah sumber rahmat dan kekuatan kami, kami sungguh menyadari
bahwa terkadang rencana-Mu bukanlah rencana kami, jalan-Mu ber-
seberangan dengan jalan kami. Ajarilah kami untuk dengan rendah
hati membuka telinga, hati, dan pikiran kami serta menundukkan
diri kami pada kehendak dan rencana-Mu dalam hidup kami. Demi
Kristus Tuhan dan Pengantara kami.
U: Amin.
Pertemuan Pertama 55
Yun. 1:1-17
1
Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, 2“Pergilah
segera ke Niniwe, kota yang besar itu, serukanlah peringatan terhadap
mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” 3Tetapi, Yunus
bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. Ia
pergi ke Yafo dan mendapati di sana sebuah kapal, yang akan berang-
kat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk
berlayar bersama mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. 4Namun,
TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar,
sehingga kapal itu hampir saja hancur. 5Awak kapal ketakutan, masing-
masing berteriak-teriak kepada ilahnya. Mereka membuang ke dalam
laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Sementara itu, Yu-
nus telah turun ke bagian kapal yang paling bawah, berbaring di situ,
dan tertidur nyenyak. 6Datanglah nakhoda menemuinya dan berkata:
“Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berse-
rulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan memperhatikan kita,
sehingga kita tidak binasa.” 7Kemudian mereka berkata satu sama lain,
“Marilah kita membuang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa
malapetaka ini menimpa kita.” Mereka pun membuang undi dan undi
itu jatuh pada Yunus. 8Kata mereka kepadanya, “Beritahukanlah kepada
kami, karena siapa malapetaka ini menimpa kita. Apa pekerjaanmu dan
dari mana asalmu? Apa negerimu dan dari bangsa mana engkau?” 9Sa-
hutnya kepada mereka, “Aku orang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah
Semesta Langit, yang menjadikan lautan dan daratan.” 10Orang-orang itu
sangat ketakutan dan berkata kepadanya, “Apa yang telah kaulakukan?”
Orang-orang itu mengetahui bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan
TUHAN, sebab hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. 11Mereka
bertanya, Apa yang harus kami lakukan padamu, supaya laut mereda
terhadap kami?” 12Sahutnya kepada mereka, “Angkatlah aku campakkan
aku ke dalam laut supaya laut mereda dan tidak menyerang kamu lagi.
Sebab aku tahu bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.”
13
Orang-orang itu justru mendayung untuk membawa kapal itu kembali
ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora me-
nyerang mereka. 14Mereka berseru kepada TUHAN, katanya, “Ya TUHAN,
janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini.
Janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak
bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehen-
daki.” 15Kemudian mereka mengangkat Yunus, dan mencampakkannya
Pendalaman Teks
Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami Yun. 1:1-17 dengan men-
jawab beberapa pertanyaan penuntun berikut ini. Pendalaman bisa juga
dibuat dengan cara tertentu (misalnya dengan berdiskusi atau membaca
ulang teks Yun. 1:1-17), sehingga peserta mengingat dan semakin menge-
nal teks tersebut.
1. Apakah Yunus seorang nabi? Lihat ay. 1
2. Apa tugas yang diberikan Tuhan Allah kepada Nabi Yunus? Lihat ay.
2.
3. Mengapa Yunus melarikan diri ketika diutus ke Niniwe untuk me-
wartakan pertobatan? Lihat ay. 3.
4. Tunjukanlah perbedaan sikap antara para awak kapal dengan Yunus
berhadapan dengan badai besar dan kapal hampir saja karam? Lihat
ay. 4-6.
5. Apa yang dilakukan para awak kapal untuk mengetahui siapa yang
menjadi penyebab terjadinya malapetaka? Lihat ay. 7
6. Apa yang harus dilakukan para awak kapal agar angin badai mereda
dan laut menjadi tenang? Lihat ay. 11-12, 15
Penjelasan Teks
Setelah mendengarkan diskusi dan jawaban peserta, pendamping mem-
berikan penegasan atas teks dengan menyampaikan beberapa poin beri-
kut.
Saudara-saudari yang terkasih, terima kasih telah berusaha me-
mahami teks dari Kitab Nabi Yunus (1:1-17) serta membagikan pengertian
masing-masing.
1. Pada bagian awal perikop, Yunus digambarkan sebagai seorang yang
menerima firman Tuhan. “Datanglah firman Tuhan kepada Yunus”
(Yun. 1:1). Penerimaan firman ini menjadi tanda nyata bahwa Yunus
adalah seorang nabi.
Pertemuan Pertama 57
2. Tuhan menugaskan Nabi Yunus ke kota Niniwe, kota yang menjadi
musuh dari bangsanya sendiri. Dia diminta untuk menyerukan per-
tobatan karena mereka sudah banyak berbuat jahat dan dosa di mata
Allah. Kita bisa sejajarkan tugas yang diberikan kepada Yunus dengan
seorang yang diminta untuk mengajak orang yang memusuhi dan ja-
hat sama kita untuk bertobat agar hubungan menjadi baik kembali.
3. Yunus melarikan diri karena cara pandang dan perlakuannya kepada
orang-orang Niniwe berbeda dan bertentangan dengan cara pan-
dang dan perlakuan Allah. Menurut Yunus, orang-orang Niniwe yang
dikenal sebagai penindas, perampok, dan penjahat yang harus dihu-
kum berat supaya ada keadilan. Namun, menurut Tuhan Allah yang
pengasih dan penyayang, mereka harus diampuni dan diselamatkan.
Mereka tidak boleh dihukum begitu saja, tetapi harus diwartakan
pertobatan terlebih dahulu. Perbedaan cara pandang dan perlakuan
inilah yang membuat Yunus menolak perintah Allah dan mengambil
arah yang berseberangan untuk menjauh diri dari Tuhan.
4. Para awak kapal ketakutan dan berseru kepada ilah masing-masing.
Mereka juga berusaha menyelamatkan kapal dengan cara membuang
isi muatannya dan berusaha membawa kapal kembali ke darat. Se-
baliknya, Yunus mencari ketenangan dan kenyamanan dengan ti-
dur nyenyak di bagian paling bawah kapal. Dia tidak peduli dengan
situasi yang menerpa, apalagi berdoa untuk memohon keselamatan
kepada Tuhan.
5. Para awak kapal membuang undi untuk mengetahui siapa yang men-
jadi penyebab terjadi malapetaka. Membuang undi bagi orang Israel
dimaksudkan untuk mengenal petunjuk dari Tuhan. Namun, di sini
nakhoda dan para awak kapal yang melakukannya untuk meminta
petunjuk Tuhan. Undian jatuh kepada Yunus, yang berarti bahwa di-
alah yang bersalah dan berdosa sehingga terjadi malapetaka. Dia lalu
mengakui dirinya sebagai penyebab terjadi badai karena melarikan
diri atau menjauhkan diri dari hadapan TUHAN. Dia melarikan diri
dari tugasnya untuk mewartakan pertobatan kepada orang-orang
Niniwe yang menjadi musuh bangsanya dan yang melakukan banyak
kesalahan dan dosa.
6. Para awak kapal harus membuang Yunus ke laut sesuai permintaan-
nya. Setelah Yunus dibuang, angin reda dan laut tenang. Nampaknya,
supaya angin reda dan laut tenang serta kapal bisa berlayar sampai
tujuan, mereka harus membuang ‘sumber dosa’ yang ada di kapal.
Pertemuan Pertama 59
PENUTUP
Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan
Allah agar mereka sanggup melaksanakan kehendak-Nya serta mampu
mewujudkan niat pribadi untuk melakukan aksi nyata.
Doa Penutup
P: Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur atas perlindungan dan
penyertaan-Mu sepanjang kegiatan sharing kami ini. Kami mohon
mampukanlah kami mendengarkan dan memahami suara-Mu serta
taat pada kehendak-Mu. Semoga Engkau senantiasa memperbarui
hidup kami, sehingga kami mampu menjalankan peran kami dengan
baik dalam mewartakan kebenaran firman-Mu. Demi Kristus, Tuhan
dan Pengantara kami.
U: Amin.
Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
PEMBUKA
Setelah deskripsi singkat terkait situasi dan tema disampaikan, fasilita-
tor lalu mengajak peserta untuk memulai pertemuan kedua dengan ritus
pembuka.
Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Tanda Salib
P: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
P: Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
Pertemuan Kedua 61
Pengantar
Fasilitator menyampaikan pengantar singkat di bawah ini sebelum pemba-
caan teks Kitab Suci.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, kita akan menda-
lami perikop Yun. 4:1-11. Berhadapan dengan kekesalan Yunus yang lebih
menginginkan hukuman terhadap orang-orang Niniwe, tanpa kenal le-
lah Allah terus-menerus memberi tanda agar Yunus memahami diri-Nya
yang berbelas kasih dan kehendak-Nya untuk memberi pengampunan
kepada semua orang yang berdosa. Pada akhirnya, dalam diam dan ke-
heningan, Yunus menyadari pentingnya martabat kehidupan manusia
yang seharusnya dikasihi dan diampuni.
Doa Pembuka
P: Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang berbelas kasih, Engkau tidak pernah berhenti
menunjukkan cinta kasih-Mu kepada manusia. Cinta-Mu telah
menggerakkan kami untuk berani mengakui kesalahan dan kelalaian
kami. Dengan rendah hati, izinkanlah kami masuk dalam lautan
kasihmu yang luas dan tak terselami, yang akan memulihkan kami
dari segala luka dan dosa kami. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara
kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau, dalam persekutuan
dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa.
U: Amin.
Yun. 4:1-11
1
Tetapi, hal itu membuat Yunus sangat gusar dan marah. 2Lalu
ia berdoalah kepada TUHAN, “Ya TUHAN, bukankah hal ini telah ku-
katakan, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya aku dahulu me-
larikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu bahwa Engkaulah Allah yang pe-
ngasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang
menyesal atas malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. 3Sekarang, ya
Pendalaman Teks
Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami Yun. 4:1-11 dengan men-
jawab beberapa pertanyaan penuntun berikut ini. Pendalaman bisa juga
dibuat dengan cara tertentu (misalnya dengan berdiskusi atau membaca
ulang teks Yun. 4:1-11), sehingga peserta mengingat dan semakin menge-
nal teks tersebut.
1. Mengapa Yunus sangat gusar dan marah kepada Allah? Lihat ay. 1-2.
2. Apa bentuk persis dari ungkapan kegusaran dan kemarahan Yunus
kepada Allah? Lihat ay. 3
3. Apa tanggapan Tuhan terhadap pilihan Yunus yang ingin mati saja
daripada hidup? Lihat ay. 4.
4. Tanda apa yang diberikan Allah untuk menyadarkan Yunus bahwa
Dia adalah pengasih dan penyayang yang mengampuni orang ber-
dosa yang bertobat? Lihat ay. 6
5. Apa reaksi Yunus ketika pohon jarak menjadi layu karena digrogroti
Pertemuan Kedua 63
ulat sehingga sinar matahari menyengat kepalanya hingga dia rebah
tak berdaya dan apa tanggapan Allah terhadap reaksinya? Lihat ay.
7-11
Penjelasan Teks
Setelah mendengarkan diskusi dan jawaban peserta, fasilitator memberi-
kan penjelasan dengan menyampaikan beberapa poin di bawah ini.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, terima kasih telah
berusaha memahami teks dari Kitab Nabi Yunus (4:1-11) dan membagikan
jawaban dan pengertian masing-masing.
1. Yunus sangat gusar dan marah karena melihat apa yang dilakukan
Tuhan Allah. Allah membatalkan malapetaka yang hendak didatang-
kan-Nya kepada orang-orang Niniwe karena pertobatan mereka (3:9-
10). Yunus gusar dan marah karena Allah itu pengasih dan penyayang
(4:2). Bagi Yunus, Allah seharusnya bersikap adil dengan menghu-
kum penduduk Niniwe karena kejahatan mereka, bukan malah men-
gampuni mereka.
2. Kegusaran dan kemarahan Yunus terungkap jelas dalam permintaan-
nya. Dia meminta lebih baik mati saja daripada hidup. Permintaan
ini mengingatkan kita pada keinginannya yang sama ketika melari-
kan diri dari hadapan Tuhan Allah. Saat di atas kapal, dia memilih
lebih baik mati saja daripada tunduk pada kehendak Allah (1:12),
sekarang pun dia kembali meminta untuk mati saja daripada hidup
(4:2) karena tidak senang dengan sikap Allah yang berbelas kasih ke-
pada penduduk kota Niniwe. Dia tidak senang dengan pengampu-
nan yang diberikan Allah kepada mereka yang bertobat. Dia menolak
untuk berdamai dengan cara Tuhan yang mengasihi dan mengam-
puni orang berdosa yang bertobat.
3. Menanggapi permintaan Yunus yang bernada marah, Allah bertanya
kepadanya: “Layakkah engkau marah?” (4:4). Pertanyaan ini men-
gungkapkan secara implisit penolakan Allah akan permintaan Yunus.
Allah lebih menghendaki agar Yunus bertobat dengan tidak mengi-
kuti kebenaran dan keyakinannya sendiri, tetapi mengikuti kehen-
dak Allah.
4. Tuhan Allah tidak jemu-jemu memberi tanda supaya Yunus mema-
hami diri-Nya sebagai pengasih dan penyayang serta panjang sabar
yang mengampuni orang berdosa yang bertobat. Tanda kasih sayang-
Nya kepada Yunus diungkapkan-Nya dengan menumbuhkan pohon
Pertemuan Kedua 65
3. Bila saya melakukan kesalahan terhadap orang lain, apakah saya
dengan rendah hati berani mengakui kesalahan tersebut dan me-
minta maaf?
Doa Umat
Setelah sharing pengalaman dan mengungkapkan niat untuk melakukan
aksi nyata, fasilitator mengajak peserta untuk mengungkapkan doa umat
dan doa sesuai dengan ujud masing-masing. Doa umat ditutup dengan
doa Bapa Kami.
PENUTUP
Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan
Allah agar mereka sanggup melaksanakan kehendak-Nya serta mampu
mewujudkan niat pribadi untuk melakukan aksi nyata.
Doa Penutup
P: Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlim-
pah kasih setia, kami berterima kasih atas sabda-Mu yang meneguh-
kan kami. Dalam kerapuhan manusiawi kami, ajarilah kami agar
mampu menyadari siapakah diri kami di hadapan-Mu dan di hada-
pan sesama. Tolonglah kami agar tidak mudah menghakimi orang
lain dan menganggap diri lebih sempurna dari orang lain. Tumbuh-
kanlah rasa kasih dan penghargaan kami terhadap martabat kehidu-
pan manusia, sebagaimana Engkau menunjukkan rasa kasih dan
sayang-Mu kepada bangsa Niniwe. Demi Kristus, Tuhan dan Pengan-
tara kami.
U: Amin.
Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
PEMBUKA
Setelah deskripsi singkat terkait situasi dan tema disampaikan, fasilita-
tor lalu mengajak peserta untuk memulai pertemuan ketiga dengan ritus
pembuka.
Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Tanda Salib
P: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
P: Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
Pertemuan Ketiga 67
Pengantar
Fasilitator menyampaikan pengantar singkat di bawah ini sebelum pem-
bacaan teks Kitab Suci.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam pertemuan
ketiga ini, kita akan mendalami sebuah teks singkat dari kitab Nabi Yoel,
yakni Yl. 2:23-27. Dalam teks ini, Nabi Yoel meyakinkan dan menghibur
umat Allah yang baru kembali dari pembuangan dengan menegaskan
janji Tuhan bahwa tanah air mereka akan kembali seperti semula dan ke-
adaan mereka akan dipulihkan.
Istilah “memulihkan” memiliki arti “mengganti rugi” sebagaima-
na dapat kita temukan dalam Kel. 22:1. Kehancuran umat akibat invasi
tentara Babel dianggap sebagai “kerugian”. Kerugian inilah yang diganti
oleh Allah, kehancuran inilah yang akan dipulihkan oleh Allah. Allah
memulihkan keadaan umat-Nya untuk menunjukkan “belas kasihan ke-
pada umat-Nya” (Yl. 2:18). Allah itu “pengasih dan penyayang, panjang
sabar, dan berlimpah kasih setia” (Yl. 2:13).
Doa Pembuka
P: Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang berbelas kasih, rahmat dan kemurahan-Mu adalah
bukti kesetiaan-Mu kepada kami. Semoga kami senantiasa mampu
menyadari kehadiran-Mu dalam hidup kami. Ajarilah kami untuk se-
lalu bersyukur atas rahmat kehidupan dari-Mu dan pulihkanlah kami
dari segala luka dan keterpurukan kami. Demi Kristus, Tuhan dan
Pengantara kami.
U: Amin.
Yoel 2:23-27
23
Hai bani Sion, bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena
TUHAN, Allahmu! Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada
awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya bagimu hujan, hujan
Pendalaman Teks
Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami Yl. 2:23-27 dengan men-
jawab beberapa pertanyaan penuntun berikut ini. Pendalaman bisa juga
dibuat dengan cara tertentu (misalnya dengan berdiskusi atau membaca
ulang teks Yl. 2:23-27), sehingga peserta mengingat dan semakin menge-
nal teks tersebut.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, marilah kita dala-
mi kisah Nabi Yoel yang telah kita baca dan simak bersama dengan men-
jawab beberapa pertanyaan berikut:
1. Apa alasan Nabi Yoel mengajak umat Israel bersuka cita? Lihat ay. 23
2. Apa dasarnya umat Israel diajak oleh Nabi Yoel untuk memiliki ha-
rapan di tengah kesulitan dan persoalan hidup mereka? Lihat ay. 24
3. Apa janji Allah kepada umat Israel ketika mereka berada dalam
situasi sulit dan susah karena serbuan tentara Babel? Lihat ay. 25
4. Apa tujuan Allah memulihkan keadaan umat Israel? Lihat. 26-27
Penjelasan Teks
Setelah mendengarkan diskusi dan jawaban peserta, fasilitator memberi-
kan penjelasan dengan menyampaikan beberapa poin di bawah ini.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, terima kasih telah
berusaha memahami teks dari Kitab Yoel (2:23-27) serta membagikan
pengertian masing-masing.
Pertemuan Ketiga 69
1. Nubuat Yoel dalam 2:23-27 dibuka dengan ajakan untuk bersukacita.
Alasannya adalah kehadiran Tuhan sendiri. “Bersukacitalah karena
Tuhan, Allahmu!” (ay. 23). Tuhan hadir dan telah melakukan sesuatu
demi kepentingan umat-Nya. Tuhan juga akan menyelamatkan me-
reka. Keselamatan dipahami sebagai pemulihan. Memulihkan dapat
berarti mengganti rugi apa yang telah hilang atau rusak.
2. Di tengah kesulitan, kita kadang menginginkan kehidupan yang
lain. Akan tetapi, Nabi Yoel mengajak kita untuk bersyukur atas ke-
hidupan yang sudah diperoleh sampai saat ini. Melihat karya Tuhan
di masa lalu membantu umat masa kini untuk memiliki harapan.
Harapan terungkap dalam sebuah keyakinan bahwa Tuhan akan
mengirimkan ‘hujan’. Ia akan membalikkan ‘kekeringan’ dan mem-
berkati umat-Nya dengan kemakmuran berupa melimpahnya hasil
gandum, anggur, dan minyak (ay. 24).
3. Tuhan berjanji, “Aku akan memulihkan kepadamu” (ay. 25), yang
berarti bahwa Tuhan akan mengganti kerugian yang diderita umat-
Nya. Nabi Yoel menggunakan serangan belalang untuk menggam-
barkan serangan pasukan musuh yang menyebabkan kehancuran
Yerusalem dan penderitaan terhadap penduduknya. Kehancuran
dan penderitaan inilah yang dimaksud dengan ‘kerugian’ dan akan
‘dibayar’ atau dipulihkan oleh Tuhan. Pemulihan yang dilakukan
Tuhan jauh lebih besar bahkan bisa berkali-kali lipat daripada kesu-
litan yang telah dialami bangsa Israel. Pemulihan Tuhan membawa
kemakmuran dan kehormatan bagi umat-Nya.
4. Melalui peristiwa pemulihan, Allah mengajak umat-Nya untuk me-
ngetahui bahwa Ia ada dan hadir di tengah-tengah mereka; Ia me-
nyertai mereka yang sedang dalam kesusahan. Bahkan, pemulihan
tersebut dilakukan untuk menyatakan karakter-Nya sendiri sebagai
Allah yang “pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah
kasih setia” (2:13) dan memiliki “belas kasihan kepada umat-Nya”
(2:18). Karena itulah, mereka harus tahu dan sadar bahwa tidak ada
Allah lain selain Dia. Hanya Tuhan-lah yang layak untuk disembah
dan dipuji, bukan pemberiannya.
Doa Umat
Setelah sharing pengalaman dan mengungkapkan niat untuk melakukan
aksi nyata, fasilitator mengajak peserta untuk mengungkapkan doa umat
sesuai dengan ujud masing-masing termasuk doa mohon agar kita selalu
sadar hanya Dialah yang pantas dipuji dan disembah. Doa umat ditutup
dengan doa Bapa Kami.
PENUTUP
Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan
Allah agar mereka sanggup melaksanakan kehendak-Nya serta mampu
mewujudkan niat pribadi untuk melakukan aksi nyata.
Doa Penutup
P: Marilah kita berdoa.
Allah yang mahabaik, kami bersukacita dan bersorak-sorai karena
Engkau Allah kami. Engkau senantiasa melimpahkan berkat dan
kemurahan-Mu dalam hidup kami. Dampingilah kami Tuhan, agar
semakin hari kami semakin mengenal-Mu dengan sungguh dan tan-
pa ragu mengikuti kehendak-Mu. Semoga segala niat dan kehendak
baik kami dapat terwujud demi keluhuran dan kemuliaan nama-Mu.
Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U: Amin.
Pertemuan Ketiga 71
Berkat dan Pengutusan
P: Marilah kita memohon berkat Tuhan. Semoga Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
P: Semoga kita sekalian dilimpahi berkat Allah yang mahakuasa. Dalam
nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
PEMBUKA
Setelah menyampaikan deskripsi singkat terkait situasi dan tema,
pendamping mengajak peserta memulai pertemuan keempat dengan ri-
tus pembuka.
Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Tanda Salib
P: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
P: Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
Pertemuan Keempat 73
Pengantar
Fasilitator menyampaikan pengantar singkat di bawah ini sebelum pem-
bacaan teks Kitab Suci.
Saudara-saudari yang terkasih, kita akan mendalami bersama
perikop Yl. 2:28-32. Dalam perikop ini, Allah berfirman bahwa Roh-
Nya akan dicurahkan ke atas semua umat beriman sebagai cara untuk
menyatukan manusia. Pencurahan ini merupakan berkat rohani, yaitu
pemberian Allah yang lebih mendalam setelah manusia menerima ber-
kat jasmani dan rejeki. Allah mencurahkan Roh-Nya agar mereka yang
menerimanya dapat ‘bernubuat’ dan ‘mendapat penglihatan’ (ay. 28).
Tanpa pencurahan Roh, rejeki dan berkat jasmani yang diterima manusia
belum dapat disebut pemberian Allah yang menyelamatkan.
Doa Pembuka
P: Marilah kita berdoa.
Allah yang penuh kasih, Engkau senantiasa hadir ketika ada cinta ka-
sih. Kami bersyukur atas kehadiran, penyertaan, dan penyelamatan-
Mu dalam hidup kami. Curahkanlah Roh Kudus-Mu kepada kami
agar kami senantiasa terdorong untuk mewujudkan kasih persauda-
raan di tengah-tengah perbedaan. Demi Kristus, Tuhan dan Pengan-
tara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau, dalam perseku-
tuan dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa.
U: Amin.
Yoel 2:28-32
28
“Akan terjadi kemudian, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-
Ku ke atas semua manusia; anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan
bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, taruna-
tarunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. 29Juga ke atas ham-
ba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada
hari-hari itu. 30Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di
Pendalaman Teks
Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami Yl. 2:28-32 dengan men-
jawab beberapa pertanyaan penuntun berikut ini. Pendalaman bisa juga
dibuat dengan cara tertentu (misalnya dengan berdiskusi atau membaca
ulang teks Yl. 2:28-32), sehingga peserta mengingat dan semakin menge-
nal teks tersebut.
1. Apa yang dimaksudkan dengan Roh dan kepada siapa Tuhan men-
curahkan Roh-Nya? Lihat ay. 28-29.
2. Apa yang dimaksudkan dengan Hari Tuhan?
3. Apa tanda-tanda yang terlihat sebelum Hari Tuhan datang? Lihat ay.
30-31
4. Apa yang akan terjadi dengan alam semesta sebelum datangnya Hari
Tuhan? Lihat ay. 31.
5. Apa yang harus dilakukan agar kita diselamatkan pada waktu Hari
Tuhan datang? Lihat ay. 32
Penjelasan Teks
Setelah mendengar diskusi dan tanya jawab peserta, pendamping mem-
berikan penegasan dengan menyampaikan beberapa poin berikut.
1. Roh (rûaḥ dalam bahasa Ibrani) dipahami sebagai “angin”, “nafas”,
atau “prinsip kehidupan”. “Nafas” Tuhan itu dicurahkan kepada
semua manusia untuk menyokong hidup mereka dan menguatkan
mereka yang dipilih-Nya dalam menjalankan tugas perutusan.
Tuhan mencurahkan Roh-Nya kepada semua orang, tanpa kecuali.
Semua orang, tanpa memandang jenis kelamin (laki-laki atau perem-
puan), usia (anak-anak, tua, pemuda), atau status sosial (hamba,
pelayan), dicurahi Roh-Nya. Hal ini menjadi tanda dan bukti nyata
bahwa Allah hadir dalam diri semua orang beriman dan di tengah ko-
Pertemuan Keempat 75
munitas umat-Nya. Tempat tinggal Tuhan tidak hanya di surga, na-
mun juga, melalui Roh-Nya, di tengah dan dalam diri umat beriman.
2. Hari Tuhan dalam Kitab Nabi Yoel lebih menunjuk pada saat Tuhan
menghakimi umat-Nya, saat penentuan di mana yang bertobat akan
diselamatkan dan yang tetap tinggal dalam perbuatan dosa akan di-
musnahkan. Jika kita tidak mau dihukum oleh Allah, maka kita harus
bertobat. Sebab, Allah mau mengampuni dan menerima kita kem-
bali dengan penuh kasih, jika kita sungguh-sungguh ingin berubah
dengan tidak lagi melakukan hal-hal yang penuh dosa. Meski kita
berdosa, selama mau bertobat dan kembali kepada Allah, mengubah
sikap dan perilaku jahat menjadi lebih baik sesuai dengan kehendak
Tuhan, maka kita akan mendapatkan pengampunan dari Tuhan dan
diselamatkan.
3. Kedatangan Hari Tuhan bisa diketahui melalui tanda-tanda alam
berupa darah, api, asap, dan gelap gulita. Tanda-tanda tersebut
pernah dibuat oleh Tuhan dalam bentuk tulah-tulah untuk meng-
hukum Firaun dan kerajaannya guna membebaskan umat-Nya dari
perbudakan (lih. Kel. 7:14-24; 10:21-29). Nabi Yoel bisa jadi hendak
mengingatkan bahwa sama seperti Tuhan membebaskan umat-Nya
dari penderitaan di Mesir, demikian pula sekarang Ia akan membawa
pembebasan kembali bagi umat-Nya dengan tanda-tanda alam.
4. Kriteria untuk diselamatkan oleh Tuhan bukanlah kaya atau miskin,
guru atau pedagang, agamawan atau politisi, dll., tetapi berseru kepa-
da Tuhan. Ungkapan “berseru kepada nama Tuhan” ini tidak berarti
hanya memohon bantuan kepada Tuhan pada saat bencana. Ungka-
pan tersebut dapat berarti memuji Tuhan dalam ibadah, mengakui-
Nya di antara mereka yang beragama lain, atau menyembah-Nya di
tengah-tengah dunia yang tidak mengenal-Nya.
Doa Umat
Setelah sharing pengalaman dan mengungkapkan niat untuk melaku-
kan aksi nyata, fasilitator mengajak peserta untuk mengungkapkan doa
umat sesuai dengan ujud masing-masing, termasuk mendoakan agar per-
saudaraan sejati terbangun di tengah umat. Doa umat ditutup dengan
doa Bapa Kami.
PENUTUP
Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan
Allah agar mereka sanggup melaksanakan kehendak-Nya serta mampu
mewujudkan niat pribadi untuk melakukan aksi nyata.
Doa Penutup
P: Marilah kita berdoa.
Allah Bapa di dalam surga, Engkau berjanji akan menyelamatkan
kami yang dengan setia berseru-seru kepada-Mu. Curahkanlah Roh
Kudus-Mu kepada kami agar Ia senantiasa mendorong dan mendi-
dik kami untuk berseru, memuji, dan mengakui-Mu dengan benar.
Semoga kami mampu mengenal bimbingan Roh Kudus-Mu yang
akan memulihkan kami dari segala permusuhan dan kebencian se-
hingga kami dapat hidup sebagai satu keluarga yang bersaudara.
Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U: Amin.
Pertemuan Keempat 77
P: Semoga kita sekalian dilimpahi berkat Allah yang mahakuasa. Dalam
nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
AL L A H
SUMBER KASIH DAN KESELAMATAN
Tim Penyusun
Kanisius Komsiah Dadi, M.Pd
Theresia Maria Margi Jatining Kasih
Lusia Sinta Dewi
Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Yunus
Penulis lagu: Wawa Lukman
Tanda Salib
P: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
P: Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
Pertemuan Pertama 81
Pengantar
Pendamping menyampaikan pengantar singkat berikut sebelum pemba-
caan teks Kitab Suci.
Sahabat, Remaja Katolik yang terkasih dalam Tuhan, dalam per-
temuan minggu pertama ini, kita diajak untuk merenungkan dan men-
dalami subtema, “Kasih Allah Menggerakkan Evangelisasi Diri.” Tema ini
direnungkan dan didalami bersama dengan membaca dan mendiskusi-
kan kisah Nabi Yunus. Kita tahu bahwa Nabi Yunus dipanggil Allah un-
tuk membawa pesan Allah kepada orang-orang Niniwe, tetapi ditolaknya
dengan melarikan diri. Dia tidak mau membantu Allah menyelamatkan
orang-orang Niniwe yang berperilaku jahat dan penuh dosa karena dia
menginginkan agar Allah menghukum mereka.
Sahabat, Remaja Katolik yang baik, Yunus itu sebenarnya orang
yang baik. Dia adalah orang yang beriman kepada Allah. Dia bersama
dengan bangsanya juga sudah mengalami dikasihi dan diselamatkan oleh
Allah. Namun, dia tidak mau kasih dan keselamatan itu dibagikan kepada
orang-orang dari bangsa lain.
Doa Pembuka
P: Marilah kita berdoa.
Allah Bapa sumber kasih dan keselamatan kami, syukur dan terima
kasih atas semua kebaikan-Mu untuk kami, para Remaja Katolik.
Kehadiran-Mu sungguh kami rasakan dalam diri orang tua, teman,
dan para sahabat. Saat ini kami hendak merenungkan firman-Mu
yang menjadi pelita bagi langkah kami. Bukalah hati dan budi kami
agar kami tergerak untuk membagikan pemahaman dan pengalaman
kami tentang kasih dan pengampunan-Mu. Dengan pengantaraan
Yesus Kristus, Putra-Mu dan Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa
bersama Dikau dan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa.
U: Amin.
Pertemuan Pertama 83
ke dalam laut. Laut pun berhenti mengamuk. 16Orang-orang itu menjadi
sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan kurban sembeli-
han kepada TUHAN serta mengikrarkan nazar. 17Atas penentuan TUHAN
datanglah seekor ikan besar untuk menelan Yunus. Yunus pun tinggal di
dalam perut ikan itu selama tiga hari tiga malam.
P: Demikianlah sabda Tuhan.
U: Syukur kepada Allah.
Pendalaman Teks
Pendamping mengajak peserta untuk melihat kembali bacaan tadi secara
perlahan-lahan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
berikut.
Para sahabat, Remaja Katolik, yang dikasihi Allah. Mari kita
mendalami kisah Nabi Yunus dengan menjawab beberapa pertanyaan
berikut:
1. Apa tugas yang diberikan Tuhan Allah kepada Nabi Yunus? Lihat ay.
2.
2. Mengapa Yunus melarikan diri ketika diutus ke Niniwe untuk me-
wartakan pertobatan? Lihat ay. 3.
3. Tunjukanlah perbedaan sikap antara para awak kapal dengan Yunus
berhadapan dengan badai besar dan kapal hampir saja karam? Lihat
ay. 4-6.
4. Apa yang dilakukan para awak kapal untuk mengetahui siapa yang
menjadi penyebab terjadinya malapetaka? Lihat ay. 7
5. Apa yang harus dilakukan para awak kapal agar angin badai mereda
dan laut menjadi tenang? Lihat ay. 11-12, 15
Penjelasan Teks
Setelah mendengarkan diskusi dan jawaban peserta, pendamping mem-
berikan penegasan atas teks dengan menyampaikan beberapa poin beri-
kut.
Para Sahabat, Remaja Katolik yang terkasih, terima kasih telah
berusaha memahami teks dari Kitab Nabi Yunus (1:1-17) serta membagi-
kan pengertian masing-masing.
1. Tuhan menugaskan Nabi Yunus ke kota Niniwe, kota yang menjadi
musuh dari bangsanya sendiri. Dia diminta untuk menyerukan per-
tobatan karena mereka sudah banyak berbuat jahat dan dosa di mata
Allah. Kita bisa sejajarkan tugas yang diberikan kepada Yunus dengan
Pertemuan Pertama 85
Sharing dan Aksi Nyata
Pendamping mengajak peserta untuk men-sharing-kan pengalaman pri-
badi mereka dan untuk mengungkapkan niat melakukan aksi nyata de-
ngan arahan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Agar pengalaman dan
niat itu sungguh keluar dari dalam diri masing-masing peserta, alangkah
baiknya digunakan kata ganti “saya”, alih-alih “kita” atau “kami”.
Para sahabat, remaja Katolik yang terkasih, marilah kita bertan-
ya kepada diri sendiri, berbagi kisah-pengalaman, dan membangun aksi
nyata dengan bantuan pertanyan-pertanyaan berikut:
1. Apa tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan oleh orang tua
dan para guru kepada saya?
2. Apakah saya pernah melarikan diri dari tugas dan pekerjaan yang
diberikan dan mengapa saya melakukannya?
3. Apa yang membuat saya lari dari hadapan Tuhan sehingga tidak lagi
rajin berdoa, tidak lagi rajin membaca kitab suci, dan tidak rajin
ikut misa dan kegiatan rohani lainnya?
4. Apa bentuk dari “sumber-sumber dosa” yang menyebabkan saya su-
lit mendapatkan nilai yang baik di sekolah dan sulit bergaul dengan
teman-teman lain?
5. Apakah saya berani membuang “sumber-sumber dosa” dalam diri
saya demi bisa meraih impian dan cita-cita?
Pertemuan Pertama 87
Bapa Kami
PENUTUP
Pendamping mengajak peserta berdoa memohon bantuan Allah, agar
me-reka sanggup melaksanakan kehendak-Nya serta mampu mewujud-
kan niat pribadi untuk melakukan aksi nyata.
Doa Penutup
P: Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur atas perlindungan-Mu
terhadap kami dalam kegiatan sharing iman ini. Melalui kegiatan ini,
kami semakin mengerti dan menyadari bahwa Engkaulah Allah sum-
ber kasih dan keselamatan yang sejati. Seperti kepada Nabi Yunus,
Engkau memberikan kepercayaan untuk mewartakan pertobatan
kepada orang-orang Niniwe, demikian pula Engkau memberikan
kepercayaan kepada kami, para Remaja Katolik, untuk mewartakan
pertobatan. Maka, bantulah kami agar terlebih dahulu mewartakan-
nya bagi diri kami sendiri. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan
kami.
U: Amin.
Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Pertemuan Pertama 89
Pertemuan Kedua
KASIH ALLAH
MENGGERAKKAN PERTOBATAN
(Yun. 4:1-11)
Deskripsi Situasi Remaja dan Tema
Fasilitator membuka pertemuan dengan membacakan deskripsi singkat
terkait situasi aktual dan tema pertemuan kedua.
Para sahabatku yang terkasih dalam Kristus, pernahkah kamu
mengeluh karena merasa bebanmu-lah yang paling berat sehingga kamu
merasa putus asa atau bahkan mengatakan Tuhan tidak mencintaimu
lagi? Patut disadari bahwa masalah dalam hidup itu tidak akan berhenti
selama kita masih bernapas. Setiap orang pada dasarnya memiliki masalah
dan beban hidupnya masing-masing Namun, hal itu bukan berarti bahwa
Allah tidak mengasihi kita lagi.
Pada pertemuan kedua ini kita akan berbicara, merenungkan,
dan mendalami subtema, “Kasih Allah Menggerakkan Pertobatan.”
Landasan perikop Kitab Suci yang dipakai adalah kisah tentang belas
kasih TUHAN yang melampui kepicikan Yunus (Yun. 4:1-11). Melalui
bacaan ini kita diajak untuk mengubah pola pikir kita tentang Allah dari
Allah yang menghukum orang yang berdosa ke Allah yang penyayang dan
penuh kasih. Kasih Allah inilah yang menggerakan orang untuk bertobat.
PEMBUKA
Setelah menyampaikan deskripsi singkat terkait situasi dan tema,
pendamping mengajak peserta memulai pertemuan kedua dengan ritus
pembuka.
Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Tanda Salib
P: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
P: Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
Pengantar
Pendamping menyampaikan pengantar singkat berikut sebelum pemba-
caan teks Kitab Suci.
Sahabat-sahabatku yang terkasih, dalam pertemuan kedua ini,
kita diajak untuk mendalami, mencari pesan, dan merenungkan sub-
tema, “kasih Allah menggerakkan pertobatan” dengan berlandaskan pada
perikop tentang belas kasih Tuhan melampaui kepicikan Yunus (Yun.
4:1-11). Dalam perikop ini Yunus memperlihatkan kasih Allah yang sifat-
nya tak terbatas dan menjangkaui semua orang. Kasih Allah inilah yang
menggerakkan dan membawa kita sendiri menuju pertobatan.
Pertemuan Kedua 91
Doa Pembuka
P: Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang kekal dan kuasa, kami bersyukur atas segala berkat
dan kesempatan istimewa yang Engkau berikan kepada kami untuk
lebih memahami maksud-Mu dalam permenungan kami tentang
kasih-Mu yang menggerakkan kami sendiri untuk bertobat. Ya Bapa,
utuslah Roh Kudus-Mu untuk menerangi hati dan pikiran kami agar
kami sungguh-sungguh memahami kasih-Mu yang tak terbatas bagi
semua orang. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami, yang
hidup dan berkuasa bersama Dikau, dalam persekutuan dengan Roh
Kudus, Allah sepanjang segala masa.
U: Amin.
Yunus 4:1-11
1
Tetapi, hal itu membuat Yunus sangat gusar dan marah. 2Lalu ia
berdoalah kepada TUHAN, “Ya TUHAN, bukankah hal ini telah kukata-
kan, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya aku dahulu melarikan
diri ke Tarsis, sebab aku tahu bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan
penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal
atas malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. 3Sekarang, ya TUHAN,
ambilah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati daripada hidup.”
4
Tetapi firman TUHAN, “Patutkah engkau marah?” 5 Yunus keluar dari
kota itu, lalu duduk di sebelah timurnya. Di situ ia mendirikan sebuah
pondok dan duduk di bawah naungannya, melihat apa yang akan terjadi
atas kota itu. 6Atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon
jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia lepas dari
kegusaran hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu. 7
Tetapi, keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah
datanglah seekor ulat, yang menggerogoti pohon jarak itu, sehingga layu.
8
Ketika matahari terbit, atas penentuan Allah bertiuplah angin timur
yang panas dan sinar matahari menyengat kepala Yunus sehingga ia re-
Pendalaman Teks
Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami Yunus 4:1-11 dengan men-
jawab beberapa pertanyaan penuntun berikut ini. Pendalaman bisa juga
dibuat dengan cara tertentu (misalnya dengan berdiskusi atau membaca
ulang teks Yunus 4:1-11), sehingga peserta mengingat dan semakin men-
genal teks tersebut.
Sahabat-sahabatku yang terkasih dalam Kristus, setelah men-
dengarkan perikop tentang Yunus, kita mendalaminya dengan mendis-
kusikan beberapa pertanyaan di bawah ini
1. Mengapa Yunus sangat gusar dan marah kepada Allah? Lihat ay. 1-2.
2. Apa bentuk persis dari ungkapan kegusaran dan kemarahan Yunus
kepada Allah? Lihat ay. 3
3. Apa tanggapan Tuhan terhadap permintaan Yunus untuk mati dari-
pada hidup? Lihat ay. 4.
4. Tanda apa yang diberikan oleh Allah untuk menyadarkan Yunus
bahwa Dia adalah pengasih dan penyayang yang mengampuni orang
berdosa yang bertobat? Lihat ay. 6
5. Apa reaksi Yunus ketika pohon jarak menjadi layu karena digrogroti
ulat sehingga sinar matahari menyengat kepalanya hingga dia rebah
tak berdaya dan apa tanggapan Allah atas reaksinya? Lihat ay. 7-11
Penjelasan Teks
Setelah mendengarkan diskusi dan jawaban peserta, pendamping mem-
berikan penegasan atas teks dengan menyampaikan beberapa poin beri-
kut.
Pertemuan Kedua 93
Para sahabat, remaja Katolik yang terkasih, terima kasih telah
berusaha memahami teks dari Kitab Nabi Yunus (4:1-11) serta membagi-
kan pengertian masing-masing.
1. Yunus sangat gusar dan marah karena melihat apa yang dilakukan
Tuhan Allah. Allah berbelas kasih dan tidak jadi menghukum orang-
orang Niniwe. Alasan ini terungkap jelas ketika menjelaskan ten-
tang mengapa dia dulu melarikan diri dari tugas dan perutusan-Nya.
“Itulah sebabnya aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu
bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, panjang sabar
dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal atas malapetaka yang
hendak didatangkan-Nya” (4:2). Jadi, Yunus gusar dan marah karena
mengetahui bahwa Tuhan Allah itu pengasih dan penyayang.
2. Kegusaran dan kemarahan Yunus terungkap jelas dalam permintaan-
nya untuk mati saja daripada hidup. Permintaan ini mengingatkan
kita pada keinginannya yang sama ketika melarikan diri dari hada-
pan Tuhan Allah. Saat di atas kapal, Yunus memilih mati daripada
tunduk pada kehendak Allah (1:12), sekarang pun dia kembali me-
minta untuk mati daripada hidup (4:2) karena tidak senang dengan
sikap Allah yang berbelas kasih kepada penduduk kota Niniwe. Dia
menolak untuk berdamai dengan cara Tuhan yang mengasihi dan
mengampuni orang berdosa yang bertobat.
3. Menanggapi permintaan Yunus yang bernada marah, Allah bertanya
kepadanya: “Layakkah engkau marah?” (4:4). Pertanyaan ini men-
gungkapkan secara implisit penolakan Allah akan permintaan Yunus.
Allah lebih menghendaki agar Yunus bertobat dengan tidak mengi-
kuti kebenaran dan keyakinannya sendiri, tetapi mengikuti kehen-
dak Allah.
4. Tuhan Allah tidak jemu-jemu memberi tanda supaya Yunus mema-
hami diri-Nya sebagai pengasih dan penyayang serta panjang sabar,
yang mengampuni orang berdosa yang bertobat. Tanda kasih sa-
yangnya kepada Yunus terungkap dalam tindakan-Nya menumbuh-
kan pohon jarak dalam satu malam. Tindakan Allah ini membuatnya
senang dan bersukacita karena terlindungi dari panas terik. Namun,
tindakan Allah yang berbeda dengan pikiran dan keinginannya mem-
buat Yunus menjadi sangat gusar dan marah.
5. Yunus menjadi marah karena pohon jarak menjadi layu karena di-
grogoti ulat. Akibatnya, angin yang berhawa panas dan matahari yang
terik menyengat kepalanya hingga membuatnya rebah tak berdaya.
Doa Umat
Setelah sharing pengalaman dan mengungkapkan niat untuk melakukan
aksi nyata, fasilitator mengajak peserta untuk mengungkapkan doa umat
Pertemuan Kedua 95
dan doa sesuai dengan ujud masing-masing. Doa umat ditutup dengan
doa Bapa Kami.
P: Bagi Para Pemimpin Bangsa dan Negara
Semoga Allah Bapa yang penuh kasih selalu menguatkan mereka
dalam panggilan mereka sebagai pemimpin bangsa dan negara agar
mereka bijaksana dalam mengambil keputusan dan menerapkan
cinta kasih demi kebaikan dan kesejahteraan bersama. Marilah kita
mohon
U: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
P: Bagi Bapa Paus, Uskup, Para Imam, dan biarawan-biarawati Gereja
Semoga Allah Bapa yang penuh kasih semakin menguatkan pang-
gilan mereka agar mereka senantiasa menghayati setiap detik pang-
gilan hidup mereka dan hidup selaras dengan kehendak-Mu. Marilah
kita mohon. Marilah kita mohon
U: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
P: Bagi Kaum Remaja Katolik
Semoga Roh Kudus-Mu senantiasa menaungi hidup mereka agar
mereka dapat melaksanakan karya perutusan-Mu di dalam hidup
mereka masing-masing. Semoga karena kasih-Mu yang setiap hari
menopang hidup mereka dapat menggerakkan mereka untuk terus
menerus mengusahakan pertobatan agar semakin hidup sesuai de-
ngan kehendak-Mu. Marilah kita mohon.
U: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
Bapa Kami
PENUTUP
Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan
Allah agar mereka sanggup melaksanakan kehendak-Nya serta mampu
mewujudkan niat pribadi untuk melakukan aksi nyata.
Doa Penutup
P: Marilah kita berdoa.
Allah Bapa kami yang penuh kasih, terima kasih atas kasih-Mu yang
tak terbatas di dalam hidup kami. Engkau selalu menguatkan kami
ketika kami rapuh. Tangan-Mu yang lembut selalu terulur ketika
Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Pertemuan Kedua 97
Kau Bapaku yang baik
Mengerti bahasa tetesan air mata
Tak Kau biarkan kuberjalan sendirian
S’bab Kau Bapaku yang baik
Engkau sungguh baik
PEMBUKA
Setelah menyampaikan deskripsi singkat terkait situasi dan tema,
pendamping mengajak peserta memulai pertemuan ketiga dengan ritus
pembuka.
Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Pertemuan Ketiga 99
Allah Peduli
Oleh Nikita
Pengantar
Pendamping menyampaikan pengantar singkat berikut sebelum pemba-
caan teks Kitab Suci.
Sahabat remaja Katolik yang dikasihi Tuhan, pada pertemuan
yang ketiga ini kita akan merenungkan, mendalami, dan berbagai kisah
dan pengalaman tentang kasih Allah yang menyelamatkan. Melalui nabi
Yoel, kita diajak untuk menyadari dan meyakini bahwa Allah selalu me-
nyertai kita dalam menghadapi setiap persoalan hidup kita dan akan
memulihkan keadaan kita yang terpuruk menjadi penuh sukacita dan
sorak-sorai.
Doa Pembuka
P: Marilah kita berdoa.
Allah Bapa Yang Mahakasih, Engkau selalu menyertai setiap langkah
hidup kami. Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat-Mu atas ke-
baikan dan kasih-Mu yang melimpah bagi kami, para remaja Katolik.
Bapa yang baik, saat ini kami ingin semakin mengenal-Mu dengan
merenungkan kisah Nabi Yoel. Kami mohon bimbingan Roh Kudus
untuk menerangi hati kami, sehingga melalui inspirasi Nabi Yoel
kami semakin menyadari kasih-Mu yang menyelamatkan dalam situ-
asi hidup kami yang terpuruk. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan
kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, kini
dan sepanjang segala masa.
U: Amin.
Pendalaman Teks
Pendamping mengajak peserta untuk melihat kembali teks Yl. 2:23-27
dan membacanya secara perlahan-lahan dalam hati sambil merenung-
kannya sebagai persiapan untuk menemukan jawaban atas beberapa per-
tanyaan penuntun berikut.
Para sahabat, Remaja Katolik yang dikasihi Allah, marilah kita
dalami kisah Nabi Yoel yang telah kita baca dan simak bersama dengan
menjawab beberapa pertanyaan berikut:
1. Apa alasan nabi Yoel mengajak umat Israel bersuka cita? Lihat ay. 23
2. Apa dasarnya umat Israel diajak oleh nabi Yoel untuk memiliki hara-
pan di tengah kesulitan dan persoalan hidup mereka? Lihat ay. 24
3. Apa janji Allah kepada umat Israel ketika mereka berada dalam
situasi sulit dan susah karena serbuan tentara Babel? Lihat ay. 25
4. Apa tujuan Allah memulihkan keadaan umat Israel? Lihat. 26-27
Penjelasan Teks
Setelah mendengar diskusi dan tanya jawab peserta, pendamping mem-
berikan penegasan dengan menyampaikan beberapa poin berikut.
Doa Umat
Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan doa umat sesuai
dengan ujud masing-masing. Doa umat ditutup dengan doa Bapa Kami.
P: Kita berdoa bagi para pemimpin Gereja
Allah Bapa kami, curahkanlah rahmat penyertaan dan kasih-Mu bagi
para Gembala kami. Semoga mereka setia dalam tugas panggilan dan
Bapa Kami
PENUTUP
Pendamping mengajak peserta berdoa memohon bantuan Allah, agar
mereka sanggup melaksanakan kehendak-Nya serta mampu mewujud-
kan niat pribadi untuk melakukan aksi nyata.
Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
PEMBUKA
Setelah menyampaikan deskripsi singkat terkait situasi dan tema,
pendamping mengajak peserta memulai pertemuan keempat dengan ri-
tus pembuka.
Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Tanda Salib
P: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
P: Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
Pengantar
Pendamping menyampaikan pengantar singkat berikut sebelum pemba-
caan teks Kitab Suci.
Doa Pembuka
P: Marilah kita berdoa.
Allah Yang Maha Kasih, kami, Para Sahabat Putera-Mu, Yesus Kris-
tus, sungguh bersyukur dan berterima kasih atas anugerah Roh-Mu
kepada semua orang tanpa kecuali. Bimbinglah kami agar kami bisa
hidup bersaudara dengan semua orang karena kami sama-sama dia-
nugerahi oleh Roh-Mu. Demi Yesus Kristus, Sahabat kami, yang hi-
dup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang
masa.
U: Amin.
Yoel 2:28-32
28
“Akan terjadi kemudian, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-
Ku ke atas semua manusia; anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan
bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, taruna-
tarunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. 29Juga ke atas ham-
ba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada
hari-hari itu. 30Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di
bumi: darah, api, dan gumpalan-gumpalan asap. 31Matahari akan berubah
menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari
TUHAN yang dahsyat dan mengerikan. 32Siapa saja yang berseru kepada
nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di Gunung Sion dan di Yeru-
salem akan ada keselamatan; seperti yang telah difirmankan TUHAN,
setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang
terluput.”
Pendalaman Teks
Pendamping mengajak peserta untuk melihat kembali teks Yoel 2:28-32
dan membacanya secara perlahan-lahan dalam hati sambil merenungkan-
nya sebagai persiapan untuk menemukan jawaban atas beberapa pertan-
yaan penuntun berikut.
1. Apa yang dimaksudkan dengan Roh dan kepada siapa Tuhan men-
curahkan Roh-Nya? Lihat ay. 28-29.
2. Apa yang dimaksudkan dengan Hari Tuhan?
3. Apa tanda-tanda yang terlihat sebelum Hari Tuhan datang? Lihat ay.
30-31
4. Apa yang akan terjadi dengan alam semesta sebelum datangnya Hari
Tuhan? Lihat ay. 31.
5. Apa yang harus dilakukan agar kita diselamatkan pada waktu Hari
Tuhan datang? Lihat ay. 32
Penjelasan Teks
Setelah mendengar diskusi dan tanya jawab peserta, pendamping mem-
berikan penegasan dengan menyampaikan beberapa poin berikut.
Para sahabat, remaja Katolik yang terkasih, terima kasih telah
berusaha memahami teks dari Kitab Yoel (2:28-32) serta membagikan
pengertian masing-masing.
1. Roh itu adalah angin, nafas, dan prinsip kehidupan. Roh itu kita
dapatkan dari Allah secara gratis. Apa buktinya? Apakah kita harus
bayar ketika menghirup udara? Apakah kita harus membayar ketika
merasakan angin sepoi-sepoi? Tentu tidak. Ketika Roh diartikan se-
bagai napas, maka Allah memberikannya kepada kita secara cuma-
cuma untuk menopang kehidupan kita.
Tuhan mencurahkan Roh-Nya kepada semua orang, tanpa kecuali.
Semua orang, tanpa memandang jenis kelamin (laki-laki/perem-
puan), usia (anak-anak/tua/pemuda), atau status sosial (hamba-
pelayan), dicurahi oleh Roh Allah. Semua orang dicurahi oleh Roh-
Nya yang tanda dan bukti nyata bahwa Allah hadir dalam diri semua
orang beriman dan di tengah komunitas umat-Nya. Tempat tinggal
Tuhan tidak hanya di surga, namun juga, melalui Roh-Nya, di tengah
dan dalam diri umat beriman.
Uji Imajinasi
Pendamping mengajak peserta untuk berimajinasi. Kepada peserta di-
sodorkan suatu keadaan. Peserta diajak untuk berimajinasi hal terbaik
apa yang akan mereka lakukan dalam keadaan tersebut, yang menunjuk-
kan bahwa mereka ini adalah remaja Katolik yang sangat dikasih Tuhan
Yesus.
1. Situasi yang sedang berlangsung (kisah dapat disesuaikan dengan
kondisi setempat).
Contoh kisah seorang remaja bernama Dadi
Saya adalah seorang remaja yang dibesarkan dalam keluarga Kato-
lik yang harmonis. Orang tua sungguh menyayangi saya. Tetapi, saya
merasa harus bisa mandiri dan banyak bergaul dengan teman-teman
remaja lain, agar tidak dianggap anak mami. Tidak jarang saya pu-
lang malam sehingga tidak ikut doa dan makan bersama lagi de-
ngan orang tua dan kakak serta adik. Sebenarnya, saya lebih banyak
menghabiskan waktu di gereja bersama dengan teman-teman mis-
dinar dan orang muda katolik (OMK). Saya senang kumpul bersama
teman-teman di gereja sehingga kadang lupa pulang. Tidak jarang
pekerjaan rumah, saya tinggalkan. Kadang Ibu telpon, tapi saya tidak
jawab. Ketika dia tanya, kenapa gak jawab telpon, selalu ada alasan,
seperti habis pulsa, batere habis, dan lain sebagainya. Seiring waktu
berjalan, lama-lama saya menjadi sangat jarang berkumpul dengan
keluarga di rumah. Suatu hari, saya main di rumah salah satu teman
misdinar atau OMK. Saya melihat orang tua dia begitu dekat de-
ngannya. Saya diajak makan bersama mereka. Sebelum makan, me-
reka berdoa bersama. Kejadian ini persis sama dengan kebiasaan di
rumah saya. Sejenak saya merasa sungguh bersalah kepada orang tua.
Ternyata pengalaman di rumah teman itu, menyadarkan saya betapa
pentingnya doa dan makan bersama keluarga. Saya menyadari Allah
telah mencurahkan Roh Kudus dalam keluarga saya sehingga kami
bisa bersatu dalam kasih Tuhan, tetapi saya menyangkalnya. Setelah
Doa Umat
Pendamping mengajak peserta untuk mengungkapkan doa umat sesuai
dengan ujud masing-masing. Doa umat ditutup dengan doa Bapa Kami.
P: Kita berdoa bagi keluarga kita masing-masing
Allah Bapa yang Mahabaik, kami bersyukur atas orang tua dan kelu-
arga yang Engkau berikan kepada kami. Semoga setiap anggota kelu-
arga kami selalu mampu menghadirkan kasih-Mu di tengah keluarga
kami. Marilah kita mohon.
U: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
P: Bagi kaum Remaja Katolik
Ya Allah, Engkau telah menyadarkan kami, melalui Nabi Yoel bahwa
untuk mendapatkan keselamatan dari-Mu, kami harus mampu ber-
tobat dan kembali ke jalan-jalan yang sesuai dengan kehendak-Mu.
Ajarlah dan bimbinglah kami, kaum remaja, yang saat ini masih se-
dang mencari jati dirinya yang sejati, untuk selalu setia kepada aja-
ran-Mu. Marilah kita mohon.
U: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
P: Kita berdoa bagi para Imam
Allah Bapa yang Mahabijaksana. Syukur atas kehadiran para gem-
bala kami, yaitu para Imam yang selalu mendampingi, mengajar, dan
menuntun kami dalam kehidupan rohani. Semoga mereka membu-
ka hati lebih lebar bagi para remaja katolik yang sedang bergumul
menghadapi berbagai tantangan kehidupan zaman ini. Marilah kita
mohon
U: Kabulkanlah doa kami ya Tuhan
P: Kita berdoa bagi para guru dan pengurus lingkungan
Bapa yang penuh kasih, curahkanlah Roh Cinta Kasih-Mu dalam hati
mereka masing-masing, agar dalam usaha mendidik kami, kaum
Bapa Kami
PENUTUP
Pendamping mengajak peserta berdoa memohon bantuan Allah, agar
mereka sanggup melaksanakan kehendak-Nya serta mampu mewujud-
kan niat pribadi untuk melakukan aksi nyata.
Doa Penutup
P: Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang Maha Pengasih, kami bersyukur atas pengalaman
dikasihi, dan dicurahi Roh-Mu yang Kudus. Kami mohon bantulah
kami dengan Roh Kudus-Mu, agar kami semakin percaya dan men-
cintai-Mu sebagaimana Engkau telah mencintai dan menyelamatkan
kami dari dosa. Semoga kami pun dapat saling mengasihi, mengam-
puni satu sama lain sebagai tanda bahwa kami mengasihi dan per-
caya kepada-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U: Amin.
Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
AL L A H
SUMBER KASIH DAN KESELAMATAN
Tim Penyusun
Dr Liria Tjahaja, M.Si
Twiggy Fatwana
Gisela Rosa Mistika Sanjaya
PEMBUKA
Setelah memberikan gambaran situasi hidup anak sehari-hari yang ter-
kait dengan subtema pertama, fasilitator lalu mengajak anak-anak untuk
memulai pertemuan dengan ritus pembuka.
Lagu Pembuka
Lagu berikut ini dapat dilihat pada
Tanda Salib
P: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
P: Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
Doa Pembuka
P: Marilah kita berdoa.
Allah yang mahakuasa dan kekal, terpujilah nama-Mu yang maha
kasih, dan yang selalu mendampingi kami dalam kehidupan kami
sehari-hari. Engkau adalah Allah yang menjadi sumber hidup dan
sukacita kami. Kami bersyukur untuk hari ini karena kami bisa ber-
kumpul bersama di tempat ini. Terangilah hati dan pikiran kami
dengan Roh Kudus-Mu agar kami dapat belajar, bermain, dan ber-
sukacita bersama dengan teman-teman kami melalui bacaan firman-
Mu. Bimbinglah kami agar semakin dekat dengan-Mu, dan menjadi
anak-anak yang selalu berusaha melakukan perbuatan baik seturut
kehendak-Mu. Doa ini kami kami sampaikan dengan pengantaraan
Kristus, Tuhan kami.
U: Amin.
Pertemuan Pertama 119
PERMAINAN
Langkah-langkah Permainan:
1. Fasilitator mempersiapkan bahan permainan sebagai berikut:.
a. Kertas putih dipotong kecil-kecil sebanyak jumlah anak yang ha-
dir (atau boleh lebih). Di setiap potongan kertas, ditulisi jenis-
jenis perbuatan baik dan juga jenis-jenis perbuatan yang tidak
baik.
Adapun contoh perbuatan baik antara lain:
• Menghormati orangtua
• Mengampuni teman yang bersalah
• Rajin belajar
• Rajin berdoa
• Bersikap jujur
• Menolong sesama yang miskin
• Taat menjalankan ajaran agama
• Mendoakan orang sakit
• Mau berkorban untuk orang lain
• Menyesali kesalahan yang sudah diperbuat
Sementara itu contoh perbuatan tidak baik antara lain:
• Membenci teman
• Menolak perintah Tuhan
• Malas belajar
• Menyontek
• Bertengkar
• Sulit mengampuni
• Melawan dan berkata kasar kepada orang tua
• Malas berdoa
• Merusak lingkungan
• Menyakiti makhluk ciptaan Tuhan
b. Sedotan minuman untuk memasukkan potongan kertas yang
sudah ditulisi.
c. Satu wadah semacam baskom ukuran sedang untuk memasuk-
kan semua kertas yang sudah dimasukkan dalam sedotan.
d. Dua buah wadah untuk tempat memasukkan gulungan kertas
dalam sedotan.
e. Dua buah wadah (bisa berupa toples atau mangkok plastik).
Wadah yang satu diberi tulisan, “Perbuatan Baik Sesuai Kasih
Makna Permainan
1. Di dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak pasti sering dihadapkan
pada pilihan untuk mengambil sikap baik yang dikehendaki Allah
atau sikap tidak baik yang bukan kehendak Allah.
2. Ada banyak godaan yang membuat kita tidak berbuat baik atau ti-
dak menuruti kehendak Allah dan bahkan menjauhi perintah Allah.
3. Sebagai anak-anak kesayangan Allah, kita semua diharapkan dapat
selalu berjuang untuk membuang sikap-sikap yang kurang baik dan
berusaha untuk melakukan sikap-sikap baik yang dikehendaki Allah
agar kehidupan bersama juga menjadi lebih baik dan membawa
kebahagiaan bagi semua orang.
Pendalaman Teks
Fasilitator mengajak anak-anak untuk mendalami teks kitab suci dari
Yun. 1: 1-17 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Anak-anak dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
2. Fasilitator membagikan 2 buah amplop kepada setiap kelompok.
Amplop yang pertama berisi pertanyaan-pertanyaan untuk menda-
lami teks kitab suci. Amplop yang kedua berisi potongan-potongan
kertas yang memuat potongan kalimat yang dapat dirangkai dan
digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pendalaman
kitab suci.
Adapun pertanyaan-pertanyaan pendalaman kitab suci yang ada
pada amplop pertama adalah:
a. Siapa tokoh-tokoh yang ada dalam perikop Yun.1:1-17?
(Jawaban: Yunus, nakhoda, awak kapal, para penumpang kapal)
b. Dalam perikop kitab suci ini, Tuhan berfirman kepada tokoh
siapa? (Jawaban: Yunus)
c. Apa yang dikehendaki oleh Tuhan?
(Jawaban: Tuhan meminta Yunus pergi ke kota Niniwe dan ber-
seru kepada mereka yang telah berbuat jahat supaya bertobat).
d. Apa yang dilakukan Yunus saat menerima perintah Allah untuk
pergi ke kota Niniwe?
(Jawaban: Yunus melarikan diri ke kota Tarsis)
e. Mengapa Yunus berbuat demikian?
(Jawaban: Yunus menolak perintah Allah dan ingin berlari men-
jauh dari Tuhan)
f. Malapetaka apa yang terjadi saat Yunus berada di atas kapal
yang membawanya ke kota Tarsis?
(Jawaban: Terjadi angin ribut dan badai besar di tengah laut)
g. Apa yang dilakukan oleh nakhoda kapal ketika tahu Yunus tidur
dengan nyenyak di ruang kapal yang paling bawah?
Penjelasan Teks
Fasilitator menyampaikan kepada anak-anak mengenai isi pesan kitab
suci
Anak-anak terkasih, kisah nabi Yunus mengajarkan kepada kita
bahwa untuk bisa taat mengikuti perintah atau kehendak Allah ternyata
bukan hal yang mudah. Seringkali ada berbagai tantangan yang mem-
buat kita menolak mengikuti jalan dan petunjuk yang sudah Allah beri-
kan.
Ketika diberi tugas oleh Allah, Nabi Yunus menolak untuk meng-
ikuti apa yang difirmankan oleh Allah karena Yunus masih memiliki pe-
mikiran dan kemauannya sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak
Allah. Dalam pelariannya untuk menghindari Allah, Yunus justru harus
menghadapi ombak dan badai besar yang hampir menenggelamkan ka-
pal yang ditumpanginya. Dalam kondisi diterpa badai, nakhoda kapal
meminta Yunus berseru kepada Allah agar diselamatkan. Hal ini menun-
jukkan bahwa sebagai seorang nabi yang ditugaskan menjadi pewarta ke-
selamatan, Yunus diingatkan untuk dapat bersikap rendah hati dan mau
mengandalkan Allah Sang Penguasa kehidupan.
Dalam kisah Yunus diceritakan bahwa demi keselamatan orang
banyak, Yunus yang menjadi penyebab terjadinya badai, akhirnya harus
dibuang ke laut agar badai menjadi reda. Tindakan seperti ini juga men-
gajarkan kepada kita bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita juga harus
berani membuang dan menjauhi hal-hal yang dapat membuat diri kita
jatuh dalam dosa. Kisah Yunus mengingatkan kita bahwa untuk menjadi
seorang nabi atau pewarta yang baik, diharapkan tetap mau membuka
diri untuk mendengarkan suara Allah. Di dalam kelemahan dirinya se-
bagai seorang nabi, Yunus yang telah berbuat salah juga masih tetap di-
cari oleh Allah yang mengasihinya dan terus dibimbing oleh Allah untuk
dapat kembali melakukan tugas serta tanggung jawab yang diberikan Al-
lah kepadanya.
Bapa Kami
Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Setinggi-tingginya langit
Lebih tinggi Kasih Yesusku
Sedalam-dalam lautan
Lebih dalam Kasih Yesusku
Seindah-indah pelangi
Lebih indah Kasih Yesusku
PEMBUKA
Setelah memberikan gambaran situasi hidup anak sehari-hari yang ter-
kait dengan tema kedua (2) BKSN, fasilitator lalu mengajak anak-anak
untuk memulai pertemuan dengan ritus pembuka.
Lagu Pembuka
Lagu berikut ini dapat dilihat pada
Tanda Salib
P: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
P: Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
Doa Pembuka
P: Marilah kita berdoa.
Allah yang kekal dan kuasa, terima kasih karena sampai hari ini kami
tetap mengalami kasih-Mu yang kami terima melalui berbagai peris-
tiwa dalam hidup kami dan juga melalui sesama yang kami jumpai.
Hari ini kami kembali berkumpul untuk mendengarkan Sabda-
Mu. Semoga Sabda-Mu dapat selalu membantu kami untuk lebih
mendekatkan diri kepada-Mu dan mendorong kami untuk selalu
berjalan sesuai kehendak-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara
kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau, dalam persekutuan
dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa.
U: Amin.
Makna Permainan
1. Mengikuti jalan yang benar memang tidak mudah.
2. Untuk menuju jalan yang benar kadang harus terus berkali-kali
mengulang dari nol atau dari awal.
3. Setiap mau mulai lagi harus berpikir keras bagaimana agar tidak lagi
masuk di jalan yang salah.
4. Kita pasti berusaha untuk tidak terus menerus salah dengan belajar
dari kesalahan yang sudah dilakukan
Yun 4: 1-11
1
Tetapi, hal itu membuat Yunus sangat gusar dan marah. 2Lalu
ia berdoalah kepada TUHAN, “Ya TUHAN, bukankah hal ini telah ku-
katakan, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya aku dahulu me-
larikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu bahwa Engkaulah Allah yang pe
ngasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang
menyesal atas malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. 3Sekarang, ya
TUHAN, ambilah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati daripada
hidup.” 4Tetapi firman TUHAN, “Patutkah engkau marah?” 5Yunus keluar
dari kota itu, lalu duduk di sebelah timurnya. Di situ ia mendirikan se-
buah pondok dan duduk di bawah naungannya, melihat apa yang akan
terjadi atas kota itu. 6Atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang
pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia lepas
dari kegusaran hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak
itu. 7Tetapi, keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan
Allah datanglah seekor ulat, yang menggerogoti pohon jarak itu, sehing-
ga layu. 8Ketika matahari terbit, atas penentuan Allah bertiuplah angin
timur yang panas dan sinar matahari menyengat kepala Yunus sehingga ia
rebah tak berdaya. Lalu ia minta mati, katanya, “Lebih baik aku mati dari-
pada hidup.” 9Firman Allah kepada Yunus, “Patutkah engkau marah kare-
na pohon jarak itu?” Jawabnya, “Selayaknyalah aku marah sampai mati.”
10
Lalu Allah berfirman, “Engkau mengasihani pohon jarak itu, padahal
engkau tidak berjerih payah atau menumbuhkannya. Ia tumbuh dalam
satu malam dan binasa dalam satu malam pula. 11Bagaimana mungkin
Aku tidak mengasihani Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk
lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang tidak tahu membedakan
tangan kanan dari tangan kiri, beserta ternaknya yang banyak?”
P: Demikianlah sabda Tuhan.
U: Syukur kepada Allah.
Pendalaman Teks
Fasilitator mengajak anak-anak untuk mendalami teks kitab suci Yun. 4:
1-11 dengan pertanyaan sebagai berikut:
Doa permohonan yang ditutup dengan doa Bapa Kami
Setelah menuliskan niat-niat yang akan dilakukannya untuk melak-
sanakan pesan kitab suci dalam hidup sehari-hari, beberapa anak diminta
untuk menyampaikan doa permohonan agar niatnya dapat dilaksanakan.
Sebelum doa permohonan dipanjatkan, fasilitator mengawalinya dengan
doa sebagai berikut:
P: “Allah Bapa yang baik, pada kesempatan ini dengarkanlah doa-doa
yang dipanjatkan oleh anak-anak-Mu yang ingin mendekatkan diri
pada-Mu dan mengungkapkan niat-niat hatinya.”
Perwakilan Anak: “Allah Bapa Sang Maha Kasih, sebagai tanda perto-
batan kami, bantulah kami untuk dapat mengubah hidup kami dengan
niat-niat yang kami sampaikan ini”
Beberapa anak diminta untuk membacakan doa yang berisi niat-niat
Bapa Kami
PENUTUP
Doa Penutup
P: Marilah kita berdoa.
Tuhan, Bapa kami, terima kasih atas Sabda-Mu. Dalam segala kelema-
han dan kekurangan kami, sertailah kami selalu agar tidak menjauh
dari-Mu. Semoga Sabda-Mu yang kami dengar pada hari ini, selalu
menyadarkan kami bahwa hanya Engkaulah kekuatan dan andalan
kami agar kami tidak mudah jatuh dalam dosa dan selalu ingat untuk
kembali kepada-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U: Amin.
Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
PEMBUKA
Setelah memberikan gambaran situasi hidup anak sehari-hari yang ter-
kait dengan tema ketiga BKSN, fasilitator lalu mengajak anak-anak untuk
memulai pertemuan dengan ritus pembuka.
Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Reff:
Ia membimbingku ke air yang tenang, Ia menyegarkan jiwaku
Reff…
Sebab aku akan diam dalam rumah Bapa s’panjang masa
Tanda Salib
P: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
P: Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
Doa Pembuka
P: Marilah kita berdoa.
Allah yang penuh belas kasihan, kami bersyukur karena pada ke-
sempatan ini kami dapat berkumpul bersama, untuk kembali men-
dengarkan Firman-Mu. Terima kasih karena kami dapat mengalami
berkat dan karunia yang Engkau berikan kepada kami lewat teman-
teman kami yang hadir di dalam pertemuan ini. Allah Bapa, ber-
katilah kami semua agar pertemuan yang kami laksanakan hari ini
bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan dari awal sampai
akhir nanti. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami, yang hidup
dan berkuasa bersama Dikau, dalam persekutuan dengan Roh Ku-
dus, Allah sepanjang segala masa.
U: Amin.
PERMAINAN
Langkah-langkah Permainan:
1. Fasilitator menyiapkan beberapa sarana yang akan digunakan untuk
bermain yang terdiri dari :
a. 2 lembar kertas HVS A4
b. 1 lembar kertas HVS berwarna merah
c. 1 lembar kertas HVS berwarna biru
d. 1 lembar kertas HVS berwarna kuning
Pertemuan Ketiga 137
e. 1 buah kursi
f. 1 buku Alkitab
2. Fasilitator memilih 3 orang anak untuk terlibat dalam permainan,
sedangkan anak-anak yang lain bertugas mengamati jalannya per-
mainan.
3. Tiga orang anak yang diminta terlibat dalam permainan maju ke
depan dan mendengarkan sebuah kasus yang akan diceritakan oleh
fasilitator dengan suara lantang agar anak-anak lain juga dapat men-
dengarnya
4. Fasilitator menceriterakan sebuah kasus sebagai berikut: Ada se
seorang yang sedang sakit keras. Ia membutuhkan obat, namun oleh
seorang tabib yang mengobatinya, obat tersebut masih dirahasiakan.
Menurut sang tabib, obat tersebut hanya bisa ditemukan kalau ada
teman-teman dari si sakit yang mampu dan berhasil membaca pe-
tunjuk rahasia yang ada di sekitar ruangan ini. Maka marilah kalian
bertiga yang telah ditunjuk dalam permainan ini, berperan sebagai
teman-teman dari orang yang sedang sakit tersebut. Kalian diharap-
kan dapat membantu si sakit untuk mendapatkan obat rahasia terse-
but. Sebagai langkah awal dari pencarian, maka silahkan kalian ber-
tiga menemukan petunjuknya dari tempat yang bertuliskan POS 1.
Untuk menemukan POS-POS ataupun petunjuk lainnya, sangat ter-
gantung dari kemampuan kalian menemukan jawaban di POS 1.
5. Fasilitator memberi tanda/aba-aba bahwa permainan sudah bisa
dimulai.
6. Ketiga anak yang ditunjuk langsung bisa bergerak ke tempat yang
bertuliskan POS 1.
Adapun proses jalannya penemuan obat rahasia tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Petunjuk di POS 1
Ada selembar kertas putih di lantai yang bertuliskan: “Selesaikan
teka-teki ini untuk menuju ke petunjuk selanjutnya: Aku adalah
sesuatu yang tidak pernah berdiri meskipun kakiku ada empat,
Carilah aku” (Jawabannya: “Kursi”) Kalau kalian tahu jawaban-
nya, maka itulah petunjuk yang kedua. Silahkan menuju ke pe-
tunjuk ke dua tersebut, untuk menemukan petunjuk selanjut-
nya.”
b. Petunjuk ke-2: (dapat ditemukan pada selembar kertas putih
yang ada di bawah kursi). Kertas putih yang ditemukan bertu-
Yoel 2:23-27
23
Hai bani Sion, bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena
TUHAN, Allahmu! Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada
awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya bagimu hujan, hujan
pada awal dan hujan pada akhir musim seperti semula. 24Tempat-tempat
pengirikan akan penuh dengan gandum, dan tempat-tempat penampu-
ngan berkelimpahan anggur dan minyak. 25Aku akan memulihkan kepad-
amu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan,
belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, pasukan-Ku
yang besar yang Kukirim ke tengah-tengah kamu. 26Kamu akan makan
sepuasnya dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TU-
HAN, Allahmu, yang melakukan perbuatan Ajaib bagimu. Umat-Ku tidak
akan mendapat malu lagi untuk selama-lamanya. 27Kamu akan menge-
tahui bahwa Aku ada di antara orang Israel, dan bahwa Akulah TUHAN,
Allahmu; dan tidak ada yang lain. Umat-Ku tidak akan mendapat malu
lagi untuk selama-lamanya.
P: Demikianlah sabda Tuhan.
U: Syukur kepada Allah.
Untuk Teman :
Bapa Kami
PENUTUP
Doa Penutup
P: Marilah kita berdoa.
Allah yang mahabaik, terima kasih atas penyertaan yang telah Eng-
kau berikan sehingga kegiatan yang kami laksanakan hari ini berja-
lan baik dan lancar. Semoga dengan bantuan rahmat-Mu, kami dapat
hidup sesuai dengan panggilan-Mu dan mampu menanggapinya
kehadiran-Mu melalui doa dan karya kami sehari-hari. Demi Kristus,
Tuhan dan Pengantara kami.
U: Amin.
Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Semua Baik
Dari semula
T’lah Kau tetapkan
Hidupku dalam tangan-Mu, dalam rencana-Mu, Tuhan
Rencana indah t’lah Kau siapkan
Bagi masa depanku yang penuh harapan
S’mua baik, s’mua baik
S’gala yang t’lah Kau perbuat di dalam hidupku
S’mua baik, sungguh teramat baik
Kau jadikan hidupku berarti
Dari semula
T’lah Kau tetapkan
Hidupku dalam tangan-Mu, dalam rencana-Mu, Tuhan
Rencana indah t’lah Kau siapkan
Bagi masa depanku yang penuh harapan
S’mua baik, s’mua baik
S’gala yang t’lah Kau perbuat di dalam hidupku
S’mua baik, sungguh teramat baik
Kau jadikan hidupku berarti
S’mua baik, s’mua baik
S’gala yang tlah Kau perbuat di dalam hidupku
S’mua baik, sungguh teramat baik
Kau jadikan hidupku berarti
Kau jadikan hidupku berarti
PEMBUKA
Setelah memberikan gambaran situasi hidup anak sehari-hari yang terkait
dengan tema keempat BKSN, fasilitator lalu mengajak anak-anak untuk
memulai pertemuan dengan ritus pembuka.
Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.
Tanda Salib
P: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
P: Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
Doa Pembuka
P: Marilah kita berdoa.
Allah Sang Penyelamat kami, terima kasih karena Engkau telah me-
ngumpulkan kami di tempat ini. Terangilah pikiran dan hati kami
agar bersama dengan teman-teman yang lain, kami dapat mende-
ngarkan Sabda-Mu yang akan kami dalami pada hari ini. Semoga per-
temuan hari ini, membantu kami untuk semakin beriman dan sema-
kin mampu menjadi anak-anak yang dapat bersikap dan berperilaku
sesuai dengan pesan yang Kau sampaikan melalui Sabda-Mu. Demi
Kristus, Tuhan dan Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa ber-
sama Dikau, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, Allah sepanjang
segala masa.
U: Amin.
Makna Permainan
1. Dalam permainan dijumpai adanya perbedaan peran dari masing-
masing anggota kelompok yang diharapkan dapat menyumbang
pada terbentuknya suatu gambar kelompok.
2. Walaupun setiap anggota memiliki peran yang berbeda, namun se-
tiap kelompok dipersatukan oleh tujuan yang sama yaitu terciptanya
suatu gambar yang bagus untuk kelompok
3. Peran masing-masing orang untuk menggambar ternyata tidak
sama banyak karena bentuk-bentuk yang digunakan tidak sama
Yoel 2:28-32
28
“Akan terjadi kemudian, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-
Ku ke atas semua manusia; anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan
bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, taruna-
tarunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. 29Juga ke atas ham-
ba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada
hari-hari itu. 30Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di
bumi: darah, api, dan gumpalan-gumpalan asap. 31Matahari akan berubah
menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari
TUHAN yang dahsyat dan mengerikan. 32Siapa saja yang berseru kepada
nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di Gunung Sion dan di Yeru-
salem akan ada keselamatan; seperti yang telah difirmankan TUHAN,
setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang
terluput.”
P: Demikianlah sabda Tuhan.
U: Syukur kepada Allah.
Pendalaman Teks
Fasilitator mengajak anak-anak untuk mendalami teks kitab suci Yl. 2:28-
32 dengan pertanyaan sebagai berikut:
1. Dalam kitab Yl.2:28-32, Allah melakukan pencurahan Roh kepada
siapa saja?
2. Selain mencurahkan Roh-Nya, apakah ada hal lain lagi yang dilakukan
Allah dan dinyatakan oleh Nabi Yoel?
3. Menurut Nabi Yoel, apa yang harus dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh keselamatan?
Doa permohonan yang ditutup dengan doa Bapa Kami
Setelah membicarakan tentang upaya-upaya yang akan dilakukannya un-
tuk membangun persaudaraan dalam hidup sehari-hari, beberapa anak
diminta untuk menyampaikan doa permohonan agar upaya-upaya yang
akan dilakukannya dapat terlaksana dengan baik. Doa permohonan dari
anak-anak tersebut diawali oleh fasilitator dengan doa sebagai berikut:
Bapa Kami
PENUTUP
Doa Penutup
P: Marilah kita berdoa.
Allah Sang Penyelamat kami, terima kasih karena Engkau selalu me-
nyatukan kami sebagai putra dan putri-Mu yang Kau kasihi. Walau-
pun kami berbeda-beda, kami tahu bahwa Engkau tetap mengasihi
kami tanpa kecuali. Allah Bapa kami, curahkanlah Roh-Mu kepada
kami agar dapat selalu membangun hidup rukun sebagai saudara.
Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami, yang hidup dan berkuasa
bersama Dikau, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, Allah sepan-
jang segala masa.
U: Amin.
AL L A H
SUMBER KASIH DAN KESELAMATAN
Tim Penyusun
Komisi Liturgi KWI
Lagu Pembuka
“Siapa yang berpegang” (PS 650).
Tanda Salib
I: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U: Amin.
Salam
I: Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan
persekutuan Roh Kudus bersamamu.
U: Dan bersama rohmu.
Pengantar
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada hari Min-
ggu ini, kita memasuki Hari Minggu pertama dalam Bulan Kitab Suci
Nasional 2023. Setiap Bulan September, Gereja secara khusus mengajak
umat untuk memberi perhatian lebih pada Kitab Suci melalui kegiatan-
kegiatan pembacaan, permenungan, dan pendalaman Kitab Suci, baik
secara pribadi maupun bersama, di lingkungan atau komunitas.
Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2023 mengajak kita sebagai
umat Gereja Katolik di Indonesia untuk merenungkan sosok Allah, sang
Pencipta, sebagai sumber kasih dan keselamatan. Bersama dengan Nabi
Yunus dan Yoel, kita diajak untuk merenungkan tema “Allah Sumber Ka-
sih dan Keselamatan.” Mengapa temanya adalah Allah Sumber Kasih dan
Keselamatan? Ini terkait dengan pesan inti dari pewartaan kedua nabi
tersebut.
Nabi Yunus mewartakan Allah, Sang Pencipta, sebagai sumber
Kebenaran yang penuh rahmat dan kerahiman, yang meminta pertobatan
para pendosa, menganugerahkan pengampunan dan melepaskan huku-
Tobat
I: Saudara-Saudari, marilah mengakui dosa-dosa kita, supaya kita layak
merayakan misteri suci ini.
Hening sejenak
Tuhan Kasihanilah
“Kyrie” (PS 342 – Misa de Angelis).
Madah Kemuliaan
“Gloria” (PS 343 – Misa de Angelis).
Doa Kolekta
I: Marilah kita berdoa.
Allah mahakuasa, Engkaulah sumber segala yang terbaik, penuhilah
hati kami dengan kasih akan nama-Mu, dan semoga dengan bertam-
bahnya kesalehan kami, Engkau menumbuhkan kebaikan dalam diri
kami, dan dengan tetap tekun kami menjaganya, Engkau berkenan
memelihara kebaikan yang telah Kautumbuhkan. Dengan penganta-
raan Tuhan kami Yesus Kristus Putra-Mu, yang Hidup dan Berkuasa
bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala
masa.
U: Amin.
Homili
Syahadat
Doa Umat
I: Saudara-saudari terkasih,
Tuhan Yesus bersabda, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus
menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikuti Aku”. Marilah kita
berdoa kepada Allah Bapa dengan pengantaraan Yesus Kristus, Pu-
tra-Nya agar kita mampu menyertai-Nya dalam langkah hidup kita.
L: Bagi para pemimpin dan tokoh umat yang dijauhi serta dicemooh
karena mewartakan keadilan dan kebenaran
Semoga Allah menyertai mereka, supaya tetap tabah, setia, dan tetap
berjuang mempertahankan keadilan dan kebenaran. Marilah kita
mohon ...
U: Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.
LITURGI EKARISTI
Lagu Persembahan
“Kurenungkan Sabda-Mu, Tuhan” (PS 369).
Persiapan Persembahan
I: Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemura-
han-Mu kami menerima roti, yang kami persembahkan kepada-Mu,
hasil bumi dan usaha manusia, yang bagi kami akan menjadi roti ke-
hidupan.
U: Terpujilah Allah selama-lamanya.
I: Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemura-
han-Mu kami menerima anggur, yang kami persembahkan kepada-
Mu, hasil pokok anggur dan usaha manusia, yang bagi kami akan
menjadi minuman rohani.
U: Terpujilah Allah selama-lamanya.
I: Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persemba-
hanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U: Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan ke-
selamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
Kudus
“Sanctus” (PS 387).
Bapa Kami
I: Atas petunjuk Penyelamat kita, dan menurut ajaran ilahi, maka bera-
nilah kita berdoa.
I+U:Bapa kami yang ada di surga…
I: Tuhan, kami mohon, bebaskanlah kami dari segala yang jahat, sudi-
lah memberi damai sepanjang hidup kami, supaya kami yang telah
dikuatkan oleh kelimpahan belas kasih-Mu, selalu bebas dari dosa,
dan dijauhkan dari segala gangguan: sambil menantikan harapan
yang membahagiakan dan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kris-
tus.
U: Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-la-
manya.
Doa Damai
I: Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah bersabda kepada para rasul-Mu:
Damai-Ku Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu:
janganlah memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman
Gereja-Mu; dan berilah kami damai dan kesatuan sesuai dengan ke-
hendak-Mu. Engkau yang hidup dan meraja sepanjang segala masa.
U: Amin.
Persiapan Komuni
I: Lihatlah Anak Domba Allah, lihatlah Dia yang menghapus dosa du-
nia. Berbahagialah saudara-saudari yang diundang ke Perjamuan
Anak Domba.
I+U: Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang pada saya, tetapi
bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.
Komuni
Antifon Komuni
Mzm. 31:20
Betapa berlimpahlah kebaikan-Mu, Tuhan,
yang Engkau sediakan bagi orang yang takut akan Dikau.
Atau:
Mat. 5:9-10
Berbahagialah orang yang membawa damai,
sebab mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya karena melakukan kehendak Allah,
sebab milik merekalah Kerajaan Surga.
Pengumuman
Amanat Pengutusan
Imam dengan amat singkat dapat menandaskan amanat perayaan, yakni
Allah adalah sumber kasih dan keselamatan, yang meminta pertobatan
para pendosa, menganugerahkan pengampunan dan melepaskan huku-
man. Dia adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah
kasih setia dan berbelaskasihan kepada umat-Nya.
Berkat
I: Tuhan bersamamu.
U: Dan bersama rohmu.
I: Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara seka-
lian:
Bapa dan Putra + dan Roh Kudus.
U: Amin.
Pengutusan
I: Saudara-saudari, pergilah, mewartakan Injil Tuhan.
U: Syukur kepada Allah.
Perarakan Keluar
Lagu Penutup
“Yesus tlah Bersabda” (PS 365).
Logo ini bertujuan untuk mengingatkan bahwa dalam tradisi Gereja Kato-
lik, tujuan membaca, mempelajari, dan merenungkan Kitab Suci adalah
untuk mengenal Kristus dan semakin serupa dengan-Nya. Dua pujangga
Gereja menegaskan hal ini. Hugo dari Santo Victor, mengatakan "Seluruh
Kitab Suci adalah satu buku saja dan buku yang satu ini adalah Kristus,
karena seluruh Kitab ilahi ini berbicara tentang Kristus dan seluruh Kitab
ilahi terpenuhi dalam Kristus." Demikian pula Santo Hieronimus, yang
mengatakan ungkapan yang sangat terkenal: “Tidak mengenal Kitab Suci
berarti tidak mengenal Kristus” (Ignoratio Scripturarum, Ignoratio Chris-
ti Est).
Catatan teknis. Dalam terbitan Alkitab TB2 kitab Ester di bagian Deu-
terokanonika, keenam bagian tambahan lazimnya disisipkan dengan pe-
tunjuk alfabetis (A-F) ke tengah kesepuluh bab dengan petunjuk numer-
ik (1-10). Cara ini dianggap solusi terbaik, sebab membantu orang untuk
membaca tambahan-tambahan itu dalam konteks yang sesungguhnya,
tanpa mengubah angka bab dan ayat yang sudah lazim dipakai dalam
kitab Ester versi Ibrani.