Anda di halaman 1dari 112

Machine Translated by Google

Machine Translated by Google

ii VISI BIMP-EAGA 2025


Machine Translated by Google
Machine Translated by Google
Machine Translated by Google

ISI

Angka dan Kotak Kami

Singkatan viii

Ringkasan bisnis plan xi

Bab 1: Pendahuluan dan Konteks Pengembangan: Sejarah Bersama, Masa Depan Bersama 1

Perkenalan 1

Fitur unik 2

Dekade Pertama Kerjasama 2

Revitalisasi Kerjasama Subregional 3

Kepemilikan Tingkat Tinggi dan Komitmen Politik 3

Roadmap Pembangunan 2006-2010 3

Implementasi Blueprint 2012-2016 5

Pelajaran yang Membentuk Kerjasama BIMP-EAGA 6

Terus Maju: 2017-2025 7

Bab 2: Visi 2025: BANGKIT BIMP-EAGA untuk Mempersempit Kesenjangan Pembangunan 10

BIMP-EAGA Aspirasi untuk tahun 2025 10

Kerangka Pemandu BEV 2025 10

Aset, Pendorong dan Tantangan 10

Fitur Utama 10

Mewujudkan Visi Menjadi Kenyataan 13

Bab 3: Jalur Pengembangan BIMP-EAGA 2025 (Strategi Sektor) 15

Pilar Konektivitas 15

Strategi Sektor Transportasi: Transportasi Multi-Modal yang Saling Terhubung, Lancar, dan Aman 15
Konteks Pengembangan Sektor Transportasi 15
Isu Strategis dan Tantangan Sektor Transportasi 16
Strategi Sektor Transportasi 17
Machine Translated by Google

iv VISI BIMP-EAGA 2025

Pilar Konektivitas 19
Strategi Sektor Fasilitasi Perdagangan dan Investasi: Perdagangan Lintas Batas yang Layak
dan Lingkungan Investasi yang Kondusif 19
Konteks Pengembangan Fasilitasi Perdagangan dan Investasi 19
Isu Strategis dan Tantangan Fasilitasi Perdagangan dan Investasi 20
Strategi Bidang Fasilitasi Perdagangan dan Penanaman Modal 21

Strategi Sektor Infrastruktur Tenaga dan Energi: Sektor Energi yang Tangguh dan Aman 24
Konteks Pengembangan Sektor Infrastruktur Tenaga dan Energi 25
Isu dan Tantangan Infrastruktur Tenaga dan Energi 25
Strategi Bidang Infrastruktur Tenaga dan Energi 25

Strategi Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK): BIMP-EAGA sebagai an


Komunitas Berkemampuan TIK 28
Konteks Pengembangan TIK 28
Isu dan Tantangan Strategis TIK 28
Strategi Sektor TIK 29

Pilar Keranjang Makanan 32

Strategi Sektor Agribisnis: Agroindustri dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Tahan Iklim 32
Konteks Pengembangan Sektor Agribisnis 32
Isu Strategis dan Tantangan Sektor Agribisnis 33
Strategi Sektor Agribisnis (Agroindustri dan Perikanan). 34

Pilar Pariwisata 37

Strategi Sektor Pariwisata: Destinasi Pariwisata Berkelanjutan dan Inklusif di Asia dan Pasifik
37
Konteks Pengembangan Sektor Pariwisata 37
Isu Strategis dan Tantangan Sektor Pariwisata 38
Strategi Sektor Pariwisata 39

Pilar Lingkungan 41

Strategi Sektor Lingkungan: Pendekatan Manajemen Berkelanjutan dalam BIMP-EAGA


Ekosistem 41
Konteks Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup 41
Isu dan Tantangan Strategis Bidang Lingkungan Hidup 42
Strategi Bidang Lingkungan 42

Pilar Sosial Budaya dan Pendidikan 45

Strategi Sektor Sosial Budaya dan Pendidikan: Konektivitas Orang-ke-Orang dan


Pertukaran Budaya 45
Konteks Pembangunan Sosial Budaya dan Pendidikan 45
Isu dan Tantangan Strategis Pembangunan Sosial Budaya dan Pendidikan 46
Strategi Bidang Sosial Budaya dan Pendidikan 46
Machine Translated by Google

ISI di dalam

Bab 4: Mekanisme Kelembagaan dan Proses Operasi 49

Kebijakan Tingkat Tinggi dan Bimbingan Strategis 50

Koordinasi Subregional 50

Koordinasi Nasional (Dalam Negeri). 50

Tingkat operasional 51

Partisipasi Pemerintah Daerah 51

Keterlibatan Sektor Swasta 51

Kerjasama dengan Mitra 52

Review dan Perbaikan Mekanisme Kelembagaan dan Proses Operasional 52

Bab 5: Menerapkan BEV 2025 54

Meningkatkan Manajemen Proyek 54

Inisiatif Konvergensi 55

Penguatan Kesadaran Masyarakat 56

Membangun Platform Pengetahuan dan Membangun Kapasitas 57

Memperluas Aliansi dan Kemitraan Strategis 57

Bab 6: Pemantauan dan Evaluasi Berbasis Hasil 58

Mengukur Keberhasilan BIMP-EAGA 58

Pemantauan dan Evaluasi Berbasis Hasil 58

Mengembangkan Kerangka 58

Pekerjaan yang Sedang Berlangsung 59

Pendekatan Bertahap 59

Melaksanakan RBME 60

Kerangka Hasil Program BIMP-EAGA 60

Lampiran

Proyek Infrastruktur Prioritas (PIP) 62

Daftar Proyek BEV 2025 berdasarkan Sektor dan Prioritas Strategis (2017–2025) 64
Sekilas tentang BIMP-EAGA: Ringkasan Informasi Statistik 83

Terima kasih 93
Machine Translated by Google

GAMBAR DAN KOTAK

Angka

1 Peta BIMP-EAGA 2 1
Visi 2025: BANGKIT BIMP-EAGA 10

3 Aset, Pendorong dan Tantangan BIMP-EAGA 10

4 Fitur Kerangka Pemandu BEV 2025 11

5 Kerangka Panduan BEV 2025 11

6 Pengaruh Road Map dan Implementasi Blueprint terhadap Guiding Framework BEV 2025 12

7 Rute dan Strategi Koridor Ekonomi Prioritas BIMP EAGA 13

8 Sasaran BEV 2025 (Hasil) 9 14

Aset Transportasi, Pengemudi, Tantangan dan Kemacetan 16

10 Hasil, Keluaran dan Metrik Strategi Sektor Transportasi 17

11 Aset, Pendorong, Tantangan dan Hambatan TIF 19

12 Hasil Strategi Sektor TIF, Keluaran dan Metrik 22

13 Infrastruktur Ketenagalistrikan dan Energi Aset, Pendorong, Tantangan dan Hambatan 25

14 Hasil, Keluaran dan Metrik Strategi Sektor Infrastruktur Tenaga dan Energi 26

15 Aset, Pendorong, Tantangan, dan Hambatan TIK 29

16 Hasil, Keluaran dan Metrik Strategi Sektor TIK 30

17 Aset, Pendorong, Tantangan dan Hambatan Agribisnis 32

18 Hasil, Keluaran dan Metrik Strategi Sektor Agribisnis 35

19 Aset Pariwisata, Pendorong, Tantangan dan Hambatan 37

20 Hasil, Keluaran dan Metrik Strategi Sektor Pariwisata 39

21 Lingkungan Aset, Pendorong, Tantangan dan Kemacetan 41

22 Hasil, Keluaran dan Metrik Strategi Sektor Lingkungan Hidup 43

23 Aset, Pendorong, Tantangan, dan Hambatan SCE 45

24 Hasil Strategi Sektor SCE, Keluaran dan Metrik 47


25 Struktur Kelembagaan BIMP-EAGA 49

26 Siklus Proyek BIMP-EAGA 55


27 Tiga Tingkat BEV 2025 RBME 58
28 RBME dalam Struktur Kelembagaan BIMP-EAGA 59

29 Kerangka Hasil Program Keseluruhan BIMP-EAGA 61

Kami
Machine Translated by Google

GAMBAR DAN KOTAK vi

Kotak

1 Tujuan Peta Jalan BIMP-EAGA 4

2 Proyek Jembatan Pandaruan 5

3 Proyek Interkoneksi Jaringan Listrik Trans Borneo Sarawak-Kalimantan Barat 6

4 Pelajaran yang Membentuk Kerjasama BIMP-EAGA 6

5 BEV 2025 Kriteria Pemilihan Proyek 54


Machine Translated by Google

SINGKATAN

ADB Bank Pembangunan Asia


TINDAKAN Sistem Transit Bea Cukai ASEAN
MEA Masyarakat Ekonomi ASEAN
AEO Operator Ekonomi Resmi
mampu Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN

APGCC Komite Konsultatif Jaringan Tenaga Listrik ASEAN

AQRF Kerangka Referensi Kualifikasi ASEAN


ASEAN Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara

BIMP-EAGA Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area


BEBC Dewan Bisnis BIMP-EAGA
BEMCA Asosiasi Media dan Komunikator BIMP-EAGA
TERBAIK Sistem Kabel Terestrial Kapal Selam BIMP-EAGA
BEV 2025 Visi BIMP-EAGA 2025
BIMP-FC Pusat Fasilitasi BIMP-EAGA
CBET ekowisata berbasis masyarakat bea
CIQS cukai, imigrasi, karantina dan keamanan
CTI Inisiatif Segitiga Karang
CWG klaster dan kelompok kerja mitra
DP pengembangan
FBS Strategi Keranjang Makanan
GCAP Rencana Aksi Kota Hijau
GCI Inisiatif Kota Hijau
GRK gas rumah kaca
GSSC Koridor Sulu-Sulawesi Raya
MEMBERSIHKAN Kepala Utilitas dan Otoritas Tenaga Listrik ASEAN
DI SINI institusi pendidikan tinggi
HOB Jantung Kalimantan
HRD pengembangan sumber daya manusia
IB Cetak Biru Implementasi
ICMU Unit Pemantauan Infrastruktur dan Konektivitas
TIK teknologi Informasi dan komunikasi
IMT-GT Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand
LGF Forum Pemerintah Daerah

viii
Machine Translated by Google

SINGKATAN ix

LTWG Kelompok Kerja Perhubungan Darat


MOU nota kesepahaman
MM Rapat Menteri
MPAC 2025 Rencana Induk Konektivitas ASEAN 2025
MRA Pengaturan Saling Pengakuan
UMKM usaha mikro, kecil dan menengah
MTR tinjauan jangka menengah

NS Sekretariat Nasional
NSO Kantor Statistik Nasional
PB Wilayah Utara (Australia)
NCSS Pemrakarsa proyek Kapal
hal Berukuran Non-Konvensi
PAC Komite Penilai Proyek
PIP memprioritaskan proyek-proyek
PPP infrastruktur kemitraan publik-swasta
LUBANG
Tim Implementasi Proyek
QF Kerangka Kualifikasi
RDA Penasihat Pembangunan Daerah
RoRo Roll-on-Roll-off
RRP kaidah, ketentuan dan tata cara
SCD pembangunan sosial budaya
SCE sosial budaya dan pendidikan
Kita usaha kecil dan menengah
PANDAI BESI pengembangan UKM
SSME Ekoregion Laut Sulu-Sulawesi
SEBAGAI Rapat Pejabat Tinggi
SPM rapat perencanaan strategis
TIF Fasilitasi Perdagangan dan Investasi
TVET teknis, pendidikan kejuruan dan pelatihan
WBEC Koridor Ekonomi Kalimantan Barat
WG Kelompok kerja
WTO Pemantauan dan evaluasi
RBME berbasis hasil Organisasi Perdagangan Dunia
BANGKIT tangguh, inklusif, berkelanjutan, dan kompetitif secara ekonomi
UNESCO Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa

Catatan: Dalam laporan ini, “$” mengacu pada dolar AS kecuali dinyatakan lain
Machine Translated by Google

X VISI BIMP-EAGA 2025

VISI BIMP-EAGA 2025


Tangguh, Inklusif, Berkelanjutan, dan Berdaya Saing Ekonomi (RISE)
BIMP-EAGA untuk mempersempit kesenjangan pembangunan

Agroindustri
Manufaktur dan perikanan yang Destinasi
yang berkelanjutan, wisata
kompetitif dan ramah lingkungan
berdaya saing berkelanjutan
dan tahan iklim

Konektivitas Keranjang makanan Pariwisata Lingkungan Sosial Budaya


dan Pendidikan
• Transportasi - peningkatan pergerakan • Agribisnis - • Pariwisata - • Lingkungan -
barang dan orang (jalur udara, fasilitas pengembangan akses, ekowisata • Sosial budaya
bandara, layanan penyeberangan, rantai pasokan/ konektivitas berkelanjutan dan Pendidikan -
fasilitas pelabuhan, dan infrastruktur nilai subregional dan dalam apresiasi
jalan dan lainnya) untuk pengembangan ekosistem, praktik yang diperkaya
komoditas infrastruktur, pertanian dan atas budaya dan
• Infrastruktur Tenaga dan Energi - proyek prioritas situs ekowisata perikanan yang warisan bersama,
interkoneksi, proyek energi dan sirkuit berkelanjutan dan dan
Keluaran
Sektor terbarukan, elektrifikasi pedesaan, serta wisata tahan iklim, serta penguatan
efisiensi dan konservasi energi teknologi produksi kemitraan
Strategis
Pilar
dan

dikembangkan, bersih dan antara


program dan masyarakat hijau yang dipromosikan pendidikan
• Perdagangan dan Investasi dan pelatihan
dengan mata kejuruan teknis
Fasilitasi - RRP yang disederhanakan untuk
pencaharian berkelanjutan dan pendidikan
memfasilitasi perdagangan lintas batas,
tinggi
UKM terintegrasi dalam rantai pasokan/
nilai, dan inisiatif perdagangan
dan promosi bersama
• Informasi dan Komunikasi
Teknologi - infrastruktur
konektivitas TIK yang
ditingkatkan dan diperbarui, sumber
daya manusia TIK yang
kompeten, dan inovasi teknologi

l
S Saya
Cav _TDan Saya
CSAYA
H
Dan
T
C Saya

NN P Dia
TS N
tidak
_
TSaya N
C HAI Ekonomis dalam
di
T C
Dia
Koridor HAIT Saya
Saya

N di dalam
Program dan Saya
T
A
Proyek Dan l

P Dia
HAI
Ple
C Nn - -P Pl
HAI
HAI DiaHAI
Dia

tC
eT Saya
di dalam
Saya

TDan

Hasil Pemantauan dan Evaluasi

Badan Kelembagaan BIMP-EAGA, Pemerintah Daerah dan Sektor Swasta


Machine Translated by Google

RINGKASAN BISNIS PLAN

Inisiatif Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) didirikan pada tahun 1994 oleh
empat negara sebagai strategi bersama untuk mempercepat pembangunan sosial ekonomi di daerah yang kurang berkembang dan
terpencil secara geografis di negara-negara anggota. Sejak awal, program kerja sama mengadopsi pendekatan pembangunan publik-
swasta, dengan sektor swasta berfungsi sebagai mesin pertumbuhan dan sektor publik mengambil peran yang memungkinkan. BIMP-
EAGA mencakup seluruh kesultanan Brunei Darussalam; provinsi di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua di Indonesia; negara
bagian Sabah dan Sarawak dan wilayah federal Labuan di Malaysia; dan seluruh pulau Mindanao dan provinsi pulau Palawan di
Filipina. Rasa kepemilikan yang kuat dari negara-negara anggota dan komitmen mereka terhadap prakarsa ini memungkinkan BIMP-
EAGA mencapai keberhasilan yang patut dicatat dalam 20 tahun terakhir.

Meskipun banyak tantangan, negara-negara anggota terlibat dalam upaya signifikan yang diarahkan untuk mempertahankan kerja
sama BIMP-EAGA guna mengatasi tantangan dan masalah pembangunan bersama. BIMP-EAGA terus menjadi sangat relevan
sebagai: (i) program kerja sama yang mapan; (ii) platform untuk sinergi dan saling melengkapi dalam prioritas pembangunan di area
fokus; dan (iii) sarana yang efektif untuk berkontribusi pada agenda integrasi regional ASEAN.

Visi BIMP-EAGA 2025 (BEV 2025) dirumuskan untuk memastikan bahwa negara-negara anggota selaras dengan tren, peluang, dan
tantangan pembangunan regional dan global yang akan memengaruhi masa depan kerja sama ekonomi. BEV 2025 dibangun di atas
keberhasilan dan kemajuan yang dicapai oleh BIMP-EAGA sejauh ini. Ini didasarkan pada komitmen yang dibuat oleh negara-negara
anggota melalui rencana pembangunan nasional dan lokal mereka untuk mempromosikan kerja sama subregional. Konsultasi nasional
dan lokakarya perencanaan sektor dilakukan untuk memastikan partisipasi terbesar dari para pemangku kepentingan BIMP-EAGA
(pemerintah pusat dan daerah, klaster sektor dan kelompok kerja, dan sektor swasta) dalam perumusan BEV 2025. Mengingat fakta
bahwa Inisiatif BIMP-EAGA dianggap sebagai blok bangunan integrasi ekonomi ASEAN, Pertemuan Pejabat Senior BIMP-EAGA
sepakat untuk menyelaraskan periode rencana strategis ini dengan Visi ASEAN 2025: Terus Maju Bersama.

Visi BIMP-EAGA untuk tahun 2025 adalah “Resilient, Inclusive, Sustainable and Economicly competitive (RISE)
BIMP-EAGA untuk mempersempit kesenjangan pembangunan.” BIMP-EAGA bercita-cita untuk mencapai tingkat ketahanan dalam
perkembangannya yang akan melindungi subkawasan dari dampak guncangan eksternal dan mempercepat pemulihan. Ini bermaksud
untuk mendorong inklusivitas dengan mempersempit kesenjangan pembangunan di setiap negara, dan antara subkawasan dan
ASEAN. Semua inisiatif BIMP-EAGA akan mempertimbangkan dampak lingkungan dan mengupayakan pengelolaan sumber daya
alam yang berkelanjutan. Terakhir, upaya pengembangan BIMP-EAGA akan diarahkan pada pertumbuhan industri di mana BIMP-
EAGA sudah memiliki, atau dapat dengan mudah mengembangkan, keunggulan kompetitif.

BEV 2025 berfokus pada penyampaian tiga hasil utama: (i) sektor manufaktur yang kompetitif dan ramah lingkungan yang bertujuan
untuk bertransisi dari ekstraksi sumber daya ke tingkat pemrosesan dan produksi bernilai tambah yang lebih tinggi; (ii) agroindustri
dan perikanan yang berkelanjutan, kompetitif dan tahan iklim untuk memastikan ketahanan pangan, pengembangan ekspor dan mata
pencaharian; dan (iii) BIMP-EAGA sebagai tujuan wisata multi-negara yang berkelanjutan, berkembang dengan baik dan terhubung,
untuk menguntungkan daerah-daerah yang kurang berkembang.

xi
Machine Translated by Google

xii VISI BIMP-EAGA 2025

Mengingat bahwa konektivitas sangat penting untuk kelancaran pergerakan barang dan orang di seluruh BIMP-EAGA, dan
untuk integrasinya di ASEAN dan seluruh dunia, Koridor Ekonomi Kalimantan Barat, Koridor Ekonomi Sulu-Sulawesi Raya, dan
koridor ekonomi lainnya menyediakan ruang fokus pada konektivitas fisik, institusional dan orang-ke-orang yang dikejar.
Pendekatan pembangunan BIMP-EAGA adalah memobilisasi sektor swasta sebagai mesin pertumbuhan, dengan pemerintah
(khususnya di tingkat daerah) menyediakan lingkungan yang fasilitatif dan kondusif yang mendorong dan mendukung investasi
sektor swasta. Pemberdaya utama BEV 2025 adalah pemerintah daerah yang aktif dan suportif, serta sektor swasta yang
terlibat dan berdaya.

Jalur pengembangan BIMP-EAGA hingga tahun 2025 dipandu oleh dorongan strategis jangka panjang untuk meningkatkan
konektivitas di dalam dan di luar BIMP-EAGA, menjadikan subkawasan sebagai keranjang makanan di ASEAN dan seluruh
Asia, mempromosikan BIMP-EAGA sebagai pariwisata utama tujuan wisata, memastikan pengelolaan sumber daya alam yang
berkelanjutan, dan mempromosikan konektivitas orang-ke-orang melalui pemahaman sosial budaya dan peningkatan mobilitas.
Sorotan dari hasil dan keluaran strategi sektor dirangkum di bawah ini:

• Transportasi. Subkawasan yang saling terhubung dengan transportasi multimoda yang lancar dan aman. Keluaran:
peningkatan pergerakan barang dan orang, dengan kiriman per subsektor (yaitu udara, laut dan darat); rute udara intra-
EAGA dan fasilitas bandara; layanan feri dan fasilitas pelabuhan; dan jalan serta fasilitas infrastruktur lainnya.

• Fasilitasi Perdagangan dan Investasi. Perdagangan lintas batas yang berkelanjutan dan kompetitif di dalam subkawasan
(perdagangan intra-EAGA) dan dengan seluruh dunia (ekstra-EAGA) serta lingkungan investasi yang kondusif di dalam
subkawasan tersebut. Keluaran: aturan, regulasi, dan prosedur yang disederhanakan untuk memfasilitasi perdagangan
lintas batas; UKM terintegrasi dalam rantai pasokan/nilai; dan inisiatif perdagangan dan promosi bersama.
• Infrastruktur Tenaga dan Energi. Sektor energi yang tangguh dan lebih baik untuk pembangunan berkelanjutan.
Keluaran: proyek interkoneksi; proyek energi terbarukan; elektrifikasi pedesaan; serta program efisiensi dan konservasi
energi.
• Teknologi Informasi dan Komunikasi. BIMP-EAGA sebagai satu komunitas yang mendukung TIK dengan infrastruktur
berkualitas tinggi, aksesibilitas yang lebih baik, sumber daya manusia yang kompeten, dan inovasi teknologi. Keluaran:
peningkatan dan pembaruan konektivitas dan infrastruktur TIK (keras dan lunak); sumber daya manusia TIK yang
kompeten; dan inovasi teknologi.
• Agribisnis. Agroindustri dan perikanan yang berkelanjutan, berdaya saing dan tahan iklim. Keluaran utama: pengembangan
rantai pasokan/nilai subregional untuk komoditas prioritas dengan potensi tertinggi untuk perdagangan dan pemrosesan
intra-EAGA dan ekstra-EAGA.
• Pariwisata. BIMP-EAGA sebagai tujuan ekowisata pilihan di Asia dan Pasifik. Keluaran: peningkatan akses pariwisata,
konektivitas dan infrastruktur; situs ekowisata dikembangkan dan dipromosikan; sirkuit pariwisata yang melibatkan
setidaknya dua negara; dan masyarakat untuk mengadopsi mata pencaharian berkelanjutan dan ekowisata berdasarkan
standar ASEAN.

• Lingkungan. Mengarusutamakan pendekatan pengelolaan berkelanjutan dalam ekosistem BIMP-EAGA.


Keluaran: ekowisata berkelanjutan dalam ekosistem; praktik pertanian dan perikanan yang berkelanjutan dan tahan
iklim; dan teknologi produksi bersih dan hijau dipromosikan.
• Sosial Budaya dan Pendidikan. Peningkatan konektivitas orang-ke-orang dan pertukaran pengetahuan, dan
pengembangan sumber daya manusia yang sangat kompeten. Keluaran: apresiasi yang diperkaya atas budaya dan
warisan bersama BIMP-EAGA; dan memperkuat kemitraan antara lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan
kejuruan teknis, dan lembaga pendidikan tinggi.

Struktur kelembagaan BIMP-EAGA telah memadai dalam memfasilitasi konsultasi dan dialog antar negara anggota baik di
tingkat nasional maupun subregional. Struktur kelembagaan saat ini sederhana, cukup fleksibel dan secara umum efektif dalam
mendukung pendekatan berbasis proyek dan berbasis aktivitas dari kerjasama BIMP-EAGA. BIMP-EAGA akan terus meninjau
mekanisme kelembagaan dan proses kerjasamanya secara teratur, dipimpin oleh Pusat Fasilitasi BIMP-EAGA di tingkat
subregional dan Sekretariat Nasional di tingkat negara, untuk memastikan mereka tetap tanggap terhadap kebutuhan subregion.
Machine Translated by Google

RINGKASAN BISNIS PLAN xiii

Meskipun tidak akan ada perubahan mendasar dalam organisasi dan pengaturan kerja sama dalam BIMP EAGA,
pengaturan implementasi akan sangat diperkuat dengan proses perencanaan, implementasi, pemantauan dan evaluasi
proyek yang lebih disiplin, untuk memastikan penyampaian yang berkualitas dan akuntabilitas yang lebih besar.

Komite Penilai Proyek akan diaktifkan untuk secara berkala menilai kepatuhan terhadap persyaratan proyek subregional,
sebagaimana ditetapkan dalam Manual Proyek BIMP-EAGA. Tim Implementasi Proyek akan dibentuk untuk mengawasi
pelaksanaan proyek, melaporkan kemajuan, dan memantau serta melacak target dan indikator tingkat proyek. Inisiatif
konvergensi, yang pada dasarnya merupakan pendekatan multisektoral untuk pengembangan proyek, akan dilakukan untuk
memastikan keterkaitan strategi lintas sektor dan untuk memperkuat implementasi proyek melalui identifikasi bersama,
perumusan, dan implementasi intervensi multisektor.

Dukungan komunikasi yang kuat untuk meningkatkan kesadaran publik tentang BIMP-EAGA akan dilakukan, yang akan
mencakup acara kerjasama multisektoral, kampanye digital dan internet, dukungan kelembagaan melalui kebangkitan
Asosiasi Media dan Komunikator BIMP-EAGA, pemutakhiran BIMP-EAGA secara berkala. Database EAGA, dan promosi
penggunaannya di kalangan peneliti ekonomi dan kelompok media. Kemitraan pengetahuan akan dikembangkan untuk
menghasilkan produk dan layanan pengetahuan yang digerakkan oleh permintaan, seperti pelatihan dan penelitian untuk
pemangku kepentingan BIMP-EAGA. Acara pelatihan, lokakarya, dan kegiatan peningkatan kapasitas lainnya akan
dilanjutkan dalam kemitraan dengan pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan mitra pembangunan.

BIMP-EAGA akan terus bekerja sama dengan ASEAN dan inisiatif subregional lainnya (yaitu Heart of Borneo dan Coral
Triangle Initiative) untuk mengejar kerja sama di bidang yang menjadi kepentingan bersama. Mitra eksternal lainnya akan
dicari untuk potensi mereka sebagai pemodal, penyedia bantuan teknis, mitra pengetahuan, dan kontributor nilai tambah
untuk mewujudkan visi BIMP-EAGA.

Di bawah BEV 2025, sistem pemantauan dan evaluasi berbasis hasil dirancang untuk menilai efektivitas pembangunan
BIMP-EAGA secara keseluruhan di tingkat makro, sektor, dan proyek. Hasil pengembangan yang luas untuk mencapai hasil
BIMP-EAGA secara keseluruhan dari manufaktur yang kompetitif dan ramah lingkungan; agroindustri dan perikanan yang
berkelanjutan, berdaya saing dan tahan iklim; dan penetapan subkawasan sebagai tujuan wisata berkelanjutan akan diukur
berdasarkan data ekonomi makro. Pada tingkat sektor akan diukur pencapaian outcome dan output sektor berdasarkan
target dan indikator yang telah ditetapkan.
Ini akan digabungkan untuk menilai kontribusi sektor terhadap hasil BIMP-EAGA secara keseluruhan. Indikator tingkat
proyek akan dipantau dan digabungkan untuk menilai kontribusi terhadap strategi sektor, sebagai bagian dari peralihan ke
program yang lebih berfokus pada hasil. BEV 2025 dipandang sebagai dokumen yang hidup, dan karenanya akan ditinjau
kembali secara berkala dan disempurnakan dalam pelaksanaannya dari tahun 2017 hingga 2025.
Machine Translated by Google
Machine Translated by Google

PENDAHULUAN DAN
1 KONTEKS PEMBANGUNAN
BERBAGI SEJARAH, BERBAGI MASA DEPAN

Perkenalan

Didirikan pada tahun 1994 oleh empat negara anggotanya, inisiatif Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Filippines East
ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) bercita-cita untuk mempercepat pembangunan sosial ekonomi di daerah yang kurang
berkembang dan terpencil secara geografis di keempat negara tersebut. BIMP-EAGA dikonseptualisasikan dan dimulai
selama ledakan ekonomi. Stabilitas ekonomi pada saat itu, prakiraan optimis akan pertumbuhan yang lebih tinggi dan
berkelanjutan, serta kecenderungan menuju integrasi ekonomi regional di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
(ASEAN) mendorong keempat pemerintah untuk fokus membawa masing-masing daerah tertinggal, terpinggirkan, dan
terpencil ke dalam arus utama pembangunan.

Penciptaan BIMP-EAGA merupakan strategi bersama untuk menghasilkan pertumbuhan yang seimbang dan inklusif di
negara-negara peserta dan berkontribusi pada integrasi ekonomi regional. Prakarsa kerja sama subkawasan ini merupakan
bagian dari tujuan yang lebih luas untuk mempersempit kesenjangan pembangunan—di dalam setiap negara, lintas
subkawasan, dan di antara negara-negara anggota ASEAN.

BIMP-EAGA mencakup seluruh


Gambar 1. Peta BIMP-EAGA
kesultanan Brunei Darussalam; provinsi
Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan
Papua di Indonesia; negara bagian
Sabah dan Sarawak dan wilayah
federal Labuan di Malaysia; dan seluruh
pulau Mindanao dan provinsi pulau
Palawan di Filipina. Pada tahun 1994,
dengan pengecualian Brunei
Darussalam, wilayah ini termasuk yang
paling tidak berkembang di negaranya
masing-masing; mereka dihubungkan
oleh tradisi perdagangan dan hubungan
ekonomi yang berusia berabad-abad,
dengan barter sebagai bentuk utama
perdagangan hingga beberapa dekade
yang lalu. Subkawasan ini mencakup
luas total 1,6 juta kilometer persegi,
dengan perkiraan populasi 73 juta jiwa.

1
Machine Translated by Google

2 VISI BIMP-EAGA 2025

Fitur unik
BIMP-EAGA memiliki keistimewaan unik sebagai program kerja sama ekonomi antar pemerintah. Lingkupnya subnasional
(dengan pengecualian Brunei Darussalam) yang berfokus pada wilayah yang kurang berkembang dari empat negara
anggota. Sejak awal, BIMP-EAGA berpusat pada kemitraan publik-swasta sebagai landasan pembangunan, dengan sektor
swasta berfungsi sebagai mesin pertumbuhan dan sektor publik mengambil peran yang memungkinkan. Sektor swasta
memobilisasi perdagangan dan investasi sementara sektor publik, baik di tingkat pemerintah pusat maupun daerah,
menyediakan lingkungan kebijakan dan peraturan yang kondusif yang mendorong dan memfasilitasi prakarsa ekonomi
sektor swasta. Tujuan jangka pendek hingga menengah dari BIMP-EAGA adalah untuk mengintegrasikan perekonomian
subkawasan melalui peningkatan perdagangan, pariwisata, dan investasi intra-EAGA. Tujuan jangka panjangnya adalah
untuk mengubah ekonomi BIMP-EAGA dari ekonomi berbasis ekstraksi sumber daya menjadi berbasis pemrosesan nilai
tambah dan aktivitas berbasis non-sumber daya. Sejak awal, BIMP-EAGA telah mencapai kesuksesan yang patut dicatat,
dengan kepemilikan dan komitmen yang kuat, seperti yang ditunjukkan oleh sumber daya keuangan, manusia dan teknis
yang disediakan oleh pemerintah anggota. Sebagian besar proyek dan kegiatan didanai sepenuhnya oleh pemerintah,
dan upaya signifikan telah diarahkan untuk mempertahankan BIMP-EAGA meskipun ada beberapa tantangan. BIMP-
EAGA terus menjadi sangat relevan sebagai program kerja sama yang mapan dalam berbagai masalah. Ini adalah
platform untuk sinergi dan saling melengkapi dengan ASEAN, dan berfungsi sebagai kendaraan yang efektif untuk
memberikan hasil dalam skala yang lebih kecil, dengan hasil yang lebih terfokus, di tingkat subregional.

Dekade Pertama Kerjasama (1994–2005)

Dalam dua tahun pertama, BIMP-EAGA dengan cepat mencapai hasil berkat komitmen kuat dari para pemimpin pemerintah
yang berpartisipasi. Strategi pembangunan nasional untuk mendukung prakarsa kerja sama telah disusun; kebijakan
nasional dimodifikasi, perjanjian kerja sama difasilitasi, dan pengaturan lintas batas dieksplorasi. Kebijakan liberalisasi
sektor transportasi, khususnya, meningkatkan pergerakan orang dan barang.
Hubungan udara dan laut komersial baru dibangun antara daerah perkotaan besar. Dari sektor-sektor produktif dalam
BIMP-EAGA, pariwisata paling diuntungkan dengan investasi baru yang substansial dalam hotel dan fasilitas terkait
pariwisata lainnya. Pada akhir tahun 1996, BIMP-EAGA hampir lepas landas.

Namun kemudian serangkaian pembalikan yang dipicu oleh krisis keuangan Asia tahun 1997 secara signifikan
memperlambat perkembangan kerja sama dalam BIMP-EAGA. Karena lingkungan ekonomi di Asia Tenggara secara
umum melemah, pemerintah mengalihkan perhatiannya ke isu-isu nasional, terutama yang memengaruhi pusat keuangan
dan industri tradisional mereka. Fenomena cuaca El Niño dan La Niña yang mengikuti pada tahun 1998—yang terburuk dalam catatan—
memiliki dampak yang sangat menghancurkan ekonomi BIMP-EAGA yang paling bergantung pada pertanian,
mengakibatkan hilangnya produktivitas dan meningkatnya insiden kemiskinan. Namun, masalah perdamaian dan ketertiban
yang muncul dan hubungannya yang kuat dengan meluasnya kemiskinan di beberapa bagian subkawasan mempengaruhi
para pemimpin negara anggota BIMP-EAGA untuk merevitalisasi inisiatif kerja sama. Pada tahun 2001, dengan bangkitnya
kembali negara-negara anggota dari krisis tahun 1997, kesempatan untuk pembangunan regional terbuka kembali.

Revitalisasi Kerjasama Subregional

Di antara kegiatan pertama yang dilakukan untuk merevitalisasi kerjasama BIMP-EAGA adalah penilaian terhadap struktur
kelembagaan dan mekanisme kerjasamanya. Isu-isu utama, kendala dan kesenjangan diidentifikasi, dan perubahan
dilakukan terhadap kerangka kelembagaan yang ada. Pembentukan Pusat Fasilitasi BIMP-EAGA (BIMP-FC) terbukti
menjadi salah satu perkembangan kelembagaan yang paling penting. BIMP-FC menyediakan sarana untuk memperkuat
koordinasi antar berbagai lembaga subregional. Ini telah berfungsi sebagai mekanisme yang efektif untuk memfasilitasi
pelaksanaan proyek dan merasionalisasi agenda Pertemuan Pejabat Senior (SOM) dan Pertemuan Menteri (MM). Melalui
persiapan yang efisien untuk acara-acara ini, BIMP FC telah membantu memastikan kesuksesan mereka baik dari segi
substansi maupun logistik. BIMP-FC juga berfungsi sebagai
Machine Translated by Google

PENDAHULUAN DAN KONTEKS PENGEMBANGAN 3

gerbang kelembagaan untuk keterlibatan yang lebih terstruktur dengan mitra pembangunan BIMP-EAGA, dan mengoordinasikan
pelaksanaan program dan kegiatan bantuan mitra pembangunan.

Partisipasi pemerintah daerah disikapi melalui formalisasi Local Government Forum (LGF). LGF adalah tempat untuk dialog di
antara para eksekutif lokal dari negara bagian dan provinsi yang berpartisipasi dalam agenda pembangunan ekonomi bersama.
Namun, belum ada pertemuan LGF yang dihadiri oleh mayoritas eksekutif lokal BIMP-EAGA. Sejauh ini, LGF hanya dihadiri oleh
sejumlah kecil eksekutif daerah dan partisipasinya masih tidak teratur.

Juga selama periode ini, kerjasama dalam fasilitasi perdagangan didukung dengan pembentukan Satuan Tugas Bea Cukai, Imigrasi,
Karantina dan Keamanan (CIQS) (TF). Kegiatan TF berkisar pada prioritas berikut: (i) menyederhanakan dan menstandarkan proses
CIQS lokal; (ii) meningkatkan kapasitas lokal untuk menerapkan standar internasional; (iii) memperkuat koordinasi antarlembaga;
dan (iv) mendorong kepatuhan sektor swasta yang lebih baik terhadap peraturan dan prosedur. Pemerintah yang berpartisipasi
mengadopsi pendekatan pragmatis untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan nasional dan tantangan daerah dalam
mematuhi standar fasilitasi perdagangan internasional dan pedoman dari badan internasional, termasuk ASEAN, Organisasi
Perdagangan Dunia, Organisasi Pabean Dunia, Organisasi Kesehatan Dunia, Organisasi Internasional untuk Migrasi , dan
Organisasi Maritim Internasional, antara lain. Kepatuhan negara-negara BIMP-EAGA terhadap komitmen internasional diperkuat
melalui konsultasi kebijakan ekstensif dan pembangunan kapasitas.

Kepemilikan Tingkat Tinggi dan Komitmen Politik

Inovasi yang paling signifikan adalah pembentukan KTT Pemimpin BIMP-EAGA tahunan, yang berfungsi sebagai landasan untuk
menegaskan kembali dan menunjukkan komitmen berkelanjutan terhadap prakarsa kerja sama BIMP-EAGA di tingkat politik
tertinggi. KTT ini dimulai pada tahun 2003 dan setiap tahun diadakan kembali dengan KTT ASEAN. Pernyataan bersama yang
dikeluarkan pada setiap pertemuan puncak berisi arahan dari para pemimpin yang memperkuat fokus dan pelaksanaan program
dan proyek BIMP-EAGA. KTT tersebut memberikan BIMP-EAGA visibilitas yang lebih tinggi di tingkat regional/ASEAN dan
keunggulan dalam birokrasi nasional masing-masing. Leaders Summit juga telah mendorong penyelenggaraan pertemuan tingkat
menteri dan tingkat tinggi (misalnya, tentang transportasi, pertanian dan perikanan, TIK dan bea cukai) yang memberikan panduan
dan arahan khusus sektor.

Penciptaan berbagai platform subregional ini memperkuat pengambilan keputusan dan integrasi, selain mengoptimalkan mekanisme
yang ada. Hal ini menghasilkan orientasi dan arah yang lebih jelas untuk pengembangan BIMP-EAGA ke depan. Untuk
mempertahankan momentum tersebut, Pertemuan Tingkat Menteri BIMP-EAGA ke-9 yang diselenggarakan di Balikpapan, Indonesia
pada bulan November 2004 menyerukan perumusan Peta Jalan Pembangunan BIMP-EAGA 2006–2010.

Peta Jalan Menuju Pembangunan (2006–2010)

Roadmap Pembangunan BIMP-EAGA 2006-2010 (Roadmap) mengidentifikasi dorongan strategis yang luas dan tujuan dan sasaran
khusus klaster/sektor untuk memandu implementasi proyek. Roadmap tersebut memperluas tujuan awal untuk mempromosikan
perdagangan intra-EAGA, untuk mengembangkan keunggulan kompetitif subkawasan di pasar regional dan global dengan
mempromosikan pelengkap lintas batas, industri produktif, dan rantai nilai.
Dalam strategi pengembangan ini, empat tujuan diidentifikasi (Kotak 1) dan target ditetapkan untuk meningkatkan perdagangan
intra EAGA sebesar 10%, investasi sebesar 10%, dan pariwisata sebesar 20%.
Machine Translated by Google

4 VISI BIMP-EAGA 2025

Pencapaian besar di bawah Roadmap adalah


Kotak 1. Peta Jalan Pembangunan BIMP-EAGA 2006–2010 penandatanganan Memorandum of Understanding
(MOU) terpisah pada tahun 2007 untuk pengembangan
transportasi udara, laut dan darat untuk meningkatkan
Tujuan
konektivitas transportasi di BIMP-EAGA. MOU terkait
transportasi ini dianggap sebagai dokumen tengara,
• Mempromosikan perdagangan dan investasi intra dan ekstra EAGA bahkan dalam konteks ASEAN yang lebih luas, karena
di sektor-sektor prioritas terpilih: agroindustri dan sumber daya alam, mereka mengejar implementasi, berdasarkan uji coba,
pariwisata, transportasi, infrastruktur dan TIK, dengan penekanan berbagai perjanjian ASEAN termasuk AFAFIST,1
khusus pada pengembangan UKM di sektor-sektor ini AFAGIT dan AFAMT.
Didorong oleh MOU ini, Brunei Darussalam, Indonesia
• Mengkoordinasikan pengelolaan sumber daya alam untuk pembangunan dan Malaysia meliberalisasi peraturan transportasi darat
subregional yang berkelanjutan dan protokol perizinan untuk memungkinkan pergerakan
bus dan gerbong lintas batas di Pulau Kalimantan. Di
• Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan dukungan
bawah MOU tautan udara, bandara yang ditunjuk
infrastruktur untuk integrasi ekonomi, dengan partisipasi aktif sektor
swasta diberikan hak kebebasan lalu lintas kelima yang
kemudian mendorong maskapai penerbangan untuk
• Memperkuat struktur dan mekanisme BIMP-EAGA untuk implementasi
meluncurkan layanan udara intra-EAGA yang baru.
Roadmap yang efektif
Pelabuhan ditetapkan sebagai pelabuhan masuk
prioritas untuk perdagangan subregional di bawah MOU
tentang hubungan laut, dan peningkatan sebagian besar
pelabuhan ini dilakukan.

Untuk memberikan fokus spasial yang lebih koheren pada strategi konektivitas Peta Jalan, KTT Pemimpin BIMP-EAGA ke-4
yang diadakan di Singapura pada bulan November 2007 mendukung pengembangan koridor ekonomi untuk mengarahkan
investasi infrastruktur ke ruang geografis yang terdefinisi dengan baik di subkawasan tersebut. Dua koridor ekonomi
ditetapkan sebagai prioritas pembangunan, yaitu Koridor Ekonomi Kalimantan Barat (WBEC) dan Koridor Sulu-Sulawesi
Raya (GSSC). WBEC terdiri dari Brunei Darussalam, Kalimantan Barat di Indonesia, dan Sarawak dan Sabah di Malaysia.
Ini memiliki infrastruktur transportasi yang cukup mapan dan keterkaitan dari Pontianak di Kalimantan Barat ke Kuching di
Malaysia dan Brunei Darussalam. Perdagangan dan investasi dalam koridor melalui titik-titik penyeberangan perbatasan
tradisional juga terjalin dengan baik.
GSSC, di sisi lain, adalah koridor maritim yang terutama ditentukan oleh geografi laut Sulu Sulawesi, dan mencakup
Sulawesi Utara di Indonesia, Sabah di Malaysia, serta Mindanao dan Palawan di Filipina. Hubungan perdagangan historis
yang sangat kuat menjadi ciri koridor ini, dengan perdagangan terkonsentrasi antara Sulawesi Utara dan Mindanao, dan
antara Sabah dan Mindanao. GSSC juga merupakan pusat perdagangan barter di BIMP-EAGA, di mana perdagangan
produk pertanian dan akuakultur cukup maju. Konektivitas transportasi dalam GSSC terdiri dari arus perdagangan port-to-
port dan jasa pelayaran di perairan Sulu-Sulawesi.

Inisiatif fasilitasi perdagangan diluncurkan selama periode Roadmap, dengan penyederhanaan formalitas lintas batas melalui
peningkatan kapasitas petugas bea cukai, imigrasi, karantina, dan keamanan (CIQS) dari pelabuhan terpilih. Lebih dari 300
pejabat CIQS lokal menerima pelatihan yang memperkuat manajemen risiko dan sistem izin pos berbasis perdagangan di
titik masuk. Berbagai studi diagnostik, analisis situasi, dan studi pelepasan waktu dilakukan yang memberikan dasar untuk
merampingkan dan menyederhanakan proses yang pada gilirannya menghasilkan kinerja operasional yang lebih baik.
Penilaian pasca-pelatihan menunjukkan kemajuan signifikan dalam meningkatkan kapasitas CIQS lokal, mempercepat
proses reformasi kelembagaan dan kebijakan, memungkinkan pengambilan keputusan yang terinformasi, dan meningkatkan
kejelasan dan transparansi dalam formalitas lintas batas melalui pembagian informasi yang lebih luas antara pejabat
perbatasan dan pedagang.

1 AFAFIST=Perjanjian Kerangka Kerja ASEAN tentang Fasilitasi Transportasi Antar Negara; AFAGIT=Perjanjian Kerangka Kerja ASEAN tentang
Fasilitasi Barang Dalam Perjalanan; AFAMT=Perjanjian Kerangka Kerja ASEAN tentang Transportasi Multimoda
Machine Translated by Google

PENDAHULUAN DAN KONTEKS PENGEMBANGAN 5

Pada tahun 2008, negara-negara BIMP-EAGA sepakat untuk memprioritaskan community-based ecotourism (CBET) untuk
pengentasan kemiskinan sebagai fokus utama pengembangan pariwisata. Visi dari strategi CBET adalah menjadikan BIMP
EAGA tujuan ekowisata multi-negara yang kompetitif secara global, berkembang dengan baik, dan terhubung, dengan
sirkuit dan lokasi di mana masyarakat dapat menikmati manfaat sosial ekonomi melalui partisipasi dalam kegiatan CBET.
Empat lokasi percontohan CBET, masing-masing satu per negara anggota, segera diprioritaskan dan pengembangan lokasi-
lokasi ini diupayakan oleh masing-masing negara. Pada tahun 2011, keempat lokasi percontohan siap untuk dipasarkan
dan dipromosikan sebagai tujuan wisata yang lengkap.

Penilaian tengah semester dan akhir yang dilakukan masing-masing pada tahun 2008 dan 2010 menyimpulkan bahwa
Roadmap telah mencapai kemajuan yang sedang dan implementasi proyek tidak merata. Beberapa proyek tidak terkait
langsung dengan strategi, memiliki desain dan implementasi yang lemah, dan tidak memiliki sistem pemantauan dan
evaluasi yang mapan. Pada bulan Oktober 2010, Pertemuan Tingkat Menteri BIMP-EAGA ke-15 memutuskan bahwa
strategi Roadmap, meski tetap valid dan relevan, memerlukan dokumen pengganti yang akan berfokus pada implementasi
proyek yang lebih efektif.

Cetak Biru Implementasi (2012–2016)

Implementasi Cetak Biru 2012-2016 (IB) dirancang untuk meningkatkan implementasi dari dorongan strategis dan
memperkuat persiapan dan implementasi proyek. Sementara IB mempertahankan dorongan strategis dari Peta Jalan,
beberapa penyempurnaan dan elemen baru ditambahkan dan awalnya dikelompokkan menjadi empat pilar strategis—
Konektivitas, Keranjang Pangan, Pariwisata, dan Lingkungan—dengan pilar kelima, Pilar Sosial-Budaya dan Pendidikan,
yang dibuat pada tahun 2015.

Pilar Konektivitas mencakup identifikasi infrastruktur penting yang diperlukan untuk melengkapi “mata rantai yang hilang”
dalam dua koridor ekonomi prioritas BIMP-EAGA, WBEC dan GSSC. Daftar Proyek Infrastruktur Prioritas (PIP) yang
dikembangkan pada tahun 2009 merupakan bagian dari komitmen negara-negara anggota BIMP-EAGA untuk meningkatkan
upaya pembangunan infrastruktur. Dua dari PIP subregional paling terkenal yang diselesaikan di bawah IB adalah (i) proyek
Jembatan Pandaruan dan (ii) Proyek Interkoneksi Jaringan Listrik Trans-Borneo Sarawak-Kalimantan Barat (dengan
perincian di Kotak 2 dan 3). Di bawah PIP, berbagai proyek pembangunan dan peningkatan jalan dalam negeri
dilaksanakan, khususnya di Kalimantan, Indonesia dan di Mindanao, Filipina. Proyek jalan bertujuan untuk menghubungkan
area produksi di pedalaman ke pelabuhan utama. Bersamaan dengan proyek jalan, beberapa bandara dan pelabuhan
ditingkatkan selama periode IB.

Kotak 2. Proyek Jembatan Pandaruan

Salah satu PIP di bawah IB, proyek Jembatan Pandaruan (Jembatan Persahabatan Brunei Darussalam-Malaysia) selesai pada tahun
2013 dengan perkiraan biaya $9 juta. Jembatan bebas pulsa menghubungkan area yang ditunjuk yang menghubungkan Brunei
Darussalam dan Sarawak, Malaysia. Selain pembangunan jembatan, jalan sepanjang 700 meter dari Jembatan Pandaruan ke Depo
Imigrasi Pandaruan juga diperbaiki dengan biaya $10 juta. Pembukaan jembatan secara signifikan mengurangi waktu tempuh dari
hampir lima jam melalui layanan feri di Sungai Pandaruan menjadi kurang dari satu jam, dan membantu memfasilitasi pergerakan
melalui darat untuk meningkatkan perdagangan, perdagangan, dan pariwisata antara kedua negara. Pemeliharaannya dilakukan
bersama oleh Pemerintah kedua negara melalui perjanjian yang berkaitan dengan pengelolaan, pemeliharaan dan penggunaan jembatan.
Machine Translated by Google

6 VISI BIMP-EAGA 2025

Kotak 3. Proyek Interkoneksi Jaringan Listrik Trans Borneo Sarawak-Kalimantan Barat

Proyek interkoneksi Trans Borneo Power Grid Sarawak-Kalimantan Barat adalah yang pertama antara Indonesia dan Malaysia.
Proyek tersebut, terdaftar sebagai prioritas di bawah Jaringan Listrik ASEAN (APG) dan Rencana Induk Konektivitas ASEAN,
melibatkan koneksi jaringan-ke-jaringan 275 kV antara Sarawak dan Kalimantan Barat. Proyek ini memiliki dampak yang signifikan.
Untuk Sarawak, ini adalah pertama kalinya mengekspor tenaga air, dan untuk Kalimantan Barat, mendapat energi terbarukan dan
akan memiliki kemampuan untuk bertukar tenaga. Proyek interkoneksi listrik menggerakkan wilayah ini lebih dekat untuk membangun
jaringan transmisi listrik regional yang melintasi Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia. Perusahaan Listrik Negara (PLN),
perusahaan listrik milik negara Indonesia, saat ini menggunakan minyak untuk pembangkit listrik di Kalimantan Barat, yang telah
menaikkan biaya hingga $0,25 per kilowatt-hour (kWh). Di bawah perjanjian pertukaran listrik yang ditandatangani dengan Sarawak,
biaya listrik di Kalimantan Barat dapat dipotong menjadi $0,18/kWh, sedangkan emisi karbon dioksida dari pembangkit berbasis
bahan bakar fosil dapat dikurangi hingga 400.000 ton setiap tahun pada tahun 2020. Diperkirakan 230 megawatt jam kekuasaan
dapat dipertukarkan setiap jam antara sistem Kalimantan Barat dan Sarawak. Proyek interkoneksi listrik ini meluncurkan hubungan
jangka panjang antara negara-negara Kalimantan dan merupakan langkah maju untuk mewujudkan interkoneksi APG. Manfaat
pembangunan sosial juga signifikan. Diperkirakan 8.000 rumah tangga akan memperoleh manfaat dari efisiensi energi, penyediaan
penerangan hemat energi, dan pusat komunitas yang lebih baik, seperti rumah sakit dan sekolah, yang akan memiliki akses ke
sumber listrik yang andal. Proyek ini diperkirakan menelan biaya $ 102 juta. Proyek jaringan listrik selanjutnya mendorong penilaian
interkoneksi jaringan listrik lain yang layak di subkawasan tersebut. Itu ditugaskan dan diberi energi pada 16 Januari 2016.

Pelajaran yang Membentuk Kerjasama BIMP-EAGA

Ketertarikan yang berkelanjutan pada prakarsa kerja sama


Kotak 4. Pelajaran yang membentuk Kerjasama BIMP-EAGA
subregional BIMP-EAGA sebagian untuk mendukung tujuan
integrasi ekonomi regional ASEAN, tetapi sebagian besar
sebagai pengakuan atas peran penting kerja sama tersebut • Intervensi pemerintah yang konsisten dan lebih terfokus
dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi di area fokus • Sektor swasta penting untuk keberhasilan kerjasama subregional
BIMP-EAGA.
Melemahnya ekonomi global, penurunan investasi langsung
• Peran penting pemerintah daerah
asing yang mengalir ke negara-negara berkembang, dan
• Sekretariat subregional yang kuat
meningkatnya persaingan dari para pemain ekonomi regional
dan global baru mendorong BIMP-EAGA untuk menilai kembali • Hubungan kelembagaan dengan Sekretariat ASEAN

strategi pembangunannya dan menimbun pembelajaran dalam


mengejar pembangunan kerjasama ekonomi untuk lebih dari
dua puluh tahun.

Beberapa pelajaran penting yang dipelajari dan digunakan untuk membentuk rencana kerja sama di masa depan adalah sebagai berikut:

• Intervensi pemerintah yang konsisten dan lebih terfokus. Sementara pertumbuhan yang digerakkan oleh pasar dan didorong
oleh sektor swasta tetap menjadi tujuan utama, tindakan pemerintah untuk mengatasi masalah dasar dari area pertumbuhan
pertama-tama harus membuka jalan bagi investasi dan kegiatan sektor swasta. Kurangnya infrastruktur fisik yang memadai
tetap menjadi tantangan utama, bersamaan dengan konektivitas dalam hal transportasi, listrik, dan TIK. Ini adalah area di mana
intervensi pemerintah paling tepat, baik dalam mengisi kesenjangan infrastruktur atau menyediakan lingkungan kebijakan dan
peraturan untuk kemitraan publik-swasta dalam proyek yang relevan. Pemerintah juga memainkan peran penting dalam
menyelesaikan masalah seperti fasilitasi transportasi, fasilitasi perdagangan lintas batas, penghapusan hambatan dan tindakan
non-tarif, dan penyederhanaan aturan, regulasi, dan prosedur CIQS. Pemerintah nasional memiliki progresif
Machine Translated by Google

PENDAHULUAN DAN KONTEKS PENGEMBANGAN 7

membahas masalah kebijakan dan tantangan pembangunan di bawah Roadmap dan IB, termasuk pembangunan
infrastruktur. Pengembangan dan peningkatan bandara dan pelabuhan, serta pembangunan jaringan jalan yang
menghubungkan pedalaman ke pelabuhan, telah dilakukan secara agresif, sementara langkah-langkah fasilitasi
transportasi dan perdagangan terus didiskusikan dan dinegosiasikan.
• Sektor swasta penting untuk keberhasilan kerjasama subregional. BIMP-EAGA mengakui peran sentral sektor
swasta sebagai salah satu mesin pertumbuhan subkawasan. Lebih dari 90 persen sektor swasta subkawasan
termasuk dalam kategori usaha kecil dan menengah (UKM). Untuk mendukung tulang punggung ekonomi
subkawasan, BIMP-EAGA melembagakan agenda pengembangan UKM, dengan kelompok kerja yang
didedikasikan untuk mengidentifikasi dan mengatasi kendala pengembangan UKM.
• Peran penting pemerintah daerah. Pemerintah nasional atau pusat memainkan peran proaktif dalam BIMP-EAGA
bahkan ketika masyarakat lokal adalah penerima manfaat langsung dari hasil pengembangan kerjasama. Untuk
memastikan efektivitas kerja sama, agenda dan prioritas pembangunan daerah harus diselaraskan dengan kuat
dengan prioritas pembangunan sosial dan ekonomi pemerintah daerah, dan harus secara langsung berkontribusi
pada realisasi aspirasi masyarakat setempat. Penyelarasan ini juga bergantung pada keterlibatan aktif eksekutif
lokal dalam perumusan, implementasi, dan pemantauan proyek dan kegiatan prioritas. Meskipun pemerintah
daerah memiliki kekuasaan yang terbatas untuk melakukan reformasi kebijakan dan peraturan, eksekutif daerah
memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan bisnis lokal yang kondusif di daerah mereka masing-
masing, di mana mereka dapat, misalnya, menambah insentif investasi nasional dengan insentif lokal. Bidang
penting lain dari pengaruh pemerintah daerah adalah pengembangan UKM, yang memerlukan dukungan seperti
menyediakan akses ke informasi tentang pasar potensial untuk barang-barang yang diproduksi secara lokal,
membantu meningkatkan dan memasarkan layanan dan fasilitas terkait pariwisata berbasis masyarakat, dan
memperkuat infrastruktur jarak jauh, antara lain yang lain.
• Sekretariat subregional yang kuat. Mekanisme kelembagaan terdesentralisasi yang diadopsi oleh BIMP-EAGA
pada tahun-tahun awalnya memberikan fleksibilitas operasional yang dibutuhkan oleh skema kerjasama baru.
Namun, begitu lembaga dalam negeri telah terbentuk, hal ini seharusnya segera diikuti oleh organisasi berskala
BIMP-EAGA yang bertugas mengoordinasikan proyek dan kegiatan di tingkat subregional.
BIMP-FC, yang baru dibentuk pada tahun 2003, telah menyediakan berbagai fungsi koordinasi di berbagai lembaga
subregional.
• Hubungan kelembagaan dengan Sekretariat ASEAN. BIMP-EAGA adalah salah satu blok bangunan ASEAN
dalam integrasi regional, dan berfungsi sebagai laboratorium untuk menguji strategi integrasi ekonomi ASEAN
dalam skala yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Pengalaman BIMP-EAGA dalam mengimplementasikan
perjanjian dan protokol regional memberi ASEAN pelajaran dan perspektif yang lebih baik tentang masalah dan
persyaratan untuk implementasi perjanjian dan protokol ini di seluruh ASEAN. Hubungan kelembagaan yang lebih
dekat antara Sekretariat ASEAN dan BIMP-FC membantu BIMP-EAGA mengikuti perkembangan di berbagai
bidang kerja sama regional, termasuk implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Master Plan on
ASEAN Connectivity (MPAC) dan protokol dan rencana aksi mereka. Sekretariat ASEAN juga membuka peluang
untuk memperluas kemitraan BIMP-EAGA dengan mitra strategis ASEAN.

Terus Maju (2017-2025)

Dalam merumuskan BIMP-EAGA Vision 2025 (BEV 2025), negara-negara anggota selaras dengan tren, peluang dan
tantangan pembangunan regional dan global yang akan mempengaruhi masa depan kerja sama ekonomi.
Agar BIMP-EAGA tetap relevan dalam jangka panjang, BIMP-EAGA harus menanggapi tren, memanfaatkan peluang, dan
memitigasi potensi dampak negatif dari tantangan.

Kemajuan ekonomi dalam BIMP-EAGA terlihat telah meningkat secara progresif, namun kesenjangan pembangunan tetap
ada di dalam dan antar negara dan di ASEAN secara keseluruhan. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita dalam BIMP-
Machine Translated by Google

8 VISI BIMP-EAGA 2025

EAGA, meskipun meningkat, tetap berada di bawah rata-rata nasional dan regional. Insiden kemiskinan telah meningkat
secara signifikan tetapi masih lebih tinggi dari rata-rata nasional negara-negara anggota. Sementara negara-negara BIMP-
EAGA telah pulih dari resesi besar dengan kecepatan yang lebih baik dibandingkan Asia dan seluruh dunia, kekuatan kinerja
ekonominya bergantung pada pemeliharaan ketahanan dan daya saingnya.

BIMP-EAGA dianggap memiliki potensi untuk berkontribusi pada realisasi basis produksi tunggal ASEAN, asalkan rantai
pasokan dan nilai ditetapkan dengan kuat dan keikutsertaan dan partisipasi aktif UKM dipromosikan. UKM berperan penting
dalam mencapai pembangunan sektor swasta yang berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di
BIMP-EAGA. Mereka menyediakan persemaian untuk mengembangkan keterampilan kewirausahaan, menciptakan lapangan
kerja, memperluas partisipasi dalam sektor ekonomi produktif, memenuhi permintaan domestik akan barang dan jasa
berbiaya rendah, dan berfungsi sebagai inkubator teknologi. Meningkatkan mobilitas orang dan barang membutuhkan
transportasi multimoda yang andal—udara, darat, dan laut—dikombinasikan dengan industri logistik dan jasa yang efisien.
Langkah-langkah untuk meningkatkan kelancaran arus barang melintasi perbatasan melalui fasilitasi perdagangan yang
dinamis dan pembangunan infrastruktur juga diperlukan. Peningkatan produktivitas pertanian dalam BIMP-EAGA sangat
penting tidak hanya untuk memastikan ketahanan pangan subkawasan dan menyediakan mata pencaharian, tetapi juga
untuk mempertahankan ekspor di pasar regional dan global. Ketahanan dan keberlanjutan sektor pertanian membutuhkan
perhatian yang lebih besar untuk mengatasi dampak dan memitigasi risiko perubahan iklim, dan mengatasi penipisan sumber
daya alam. Kebijakan dan tindakan harus ditetapkan untuk membangun kapasitas produsen petani kecil untuk beradaptasi
dengan perubahan iklim dan mengelola ekosistem kritis secara berkelanjutan.

Mempercepat pertumbuhan BIMP-EAGA memerlukan transisi dari ekstraksi sumber daya ke tingkat pemrosesan dan
produksi bernilai tambah yang lebih tinggi, sejalan dengan kebutuhan untuk melestarikan dan melindungi lingkungan melalui
pemilihan industri yang cermat yang mengadopsi teknologi bersih dan hijau. Sebagai konsekuensi dari pertumbuhan
ekonomi, permintaan energi BIMP-EAGA diperkirakan akan meningkat. Investasi infrastruktur besar-besaran akan dibutuhkan
untuk pembangkit listrik, transmisi dan distribusi, seiring dengan kebutuhan untuk mendiversifikasi dan mengoptimalkan
sumber daya energi dan mengadopsi alternatif energi yang berorientasi pada pertumbuhan hijau. Konektivitas energi juga
perlu dibuat lebih inklusif, mengingat masih banyak daerah pedesaan yang belum memiliki akses listrik.

Kecenderungan urbanisasi yang cepat tampaknya akan terus berlanjut, yang berpotensi menyebabkan meningkatnya
ketimpangan di wilayah BIMP-EAGA. Namun, perencanaan terpadu dan lingkungan, yang mencakup penyelarasan strategi
subregional BIMP-EAGA dengan rencana pembangunan subnasional, dapat membantu daerah-daerah yang tertinggal dalam
pertumbuhan ekonomi, melalui pendekatan koridor ekonomi untuk perencanaan pembangunan perkotaan dan pedesaan.
BIMP EAGA dapat mengejar pembangunan kota yang lebih berkelanjutan dan layak huni sebagai tanggapan terhadap
urbanisasi yang cepat dan tantangan terkait penurunan kualitas lingkungan, konsumsi sumber daya yang tidak efisien, dan
pertumbuhan yang tidak adil, sambil memanfaatkan peluang untuk merancang investasi inovatif dengan pilihan teknologi
dan pertumbuhan rendah karbon.

Prakiraan saat ini menunjukkan bahwa kedatangan wisatawan asing dan domestik di BIMP-EAGA akan tumbuh, dengan
peningkatan yang sesuai dalam penerimaan pariwisata. Subkawasan ini menikmati keanekaragaman hayati laut dan darat,
dan memiliki banyak daya tarik budaya. Ini memiliki potensi untuk menjadi tujuan ekowisata kelas dunia dengan sirkuit
pariwisata multi-negara yang menarik pasar hasil tinggi, di mana masyarakat yang bermitra dengan sektor swasta dapat
memperoleh manfaat langsung dari kegiatan pariwisata yang membantu melindungi warisan alam dan budaya subkawasan
yang kaya.

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) diharapkan memainkan peran penting dalam mendukung perdagangan,
meningkatkan literasi, meningkatkan investasi, dan memperbesar pasar. Perkembangan TIK diharapkan dapat memfasilitasi
pertukaran informasi, menghubungkan orang, dan mengurangi biaya transaksi terkait bisnis dan perdagangan. Akses
informasi yang lebih baik di daerah-daerah yang kurang berkembang dan terpinggirkan dari BIMP-EAGA dapat mempersempit
kesenjangan pembangunan dan memfasilitasi pengembangan pasar yang berpihak pada kaum miskin. Industri layanan TIK
lokal dengan potensi keterkaitan ke area BIMP-EAGA lainnya diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja, terutama bagi
perempuan dan pemuda, serta mempromosikan perdagangan dan daya saing melalui ekspor. Sektor TIK juga dapat
membantu mendorong inovasi di seluruh perekonomian dan meningkatkan produktivitas.
Machine Translated by Google

PENDAHULUAN DAN KONTEKS PENGEMBANGAN 9

BIMP-EAGA bertujuan untuk memperkuat konektivitas orang-ke-orang dengan mempromosikan pemahaman sosial dan budaya
intra-EAGA yang lebih dalam dan meningkatkan mobilitas intra-EAGA. Sejarah pertukaran sosio-budaya BIMP-EAGA yang
panjang dan kaya merupakan fondasi yang kuat untuk kerja sama ekonomi dan keberlanjutan jangka panjang. Memanfaatkan
modal sosial akan membantu membentuk kader orang-orang berketerampilan tinggi yang akan secara kompeten mengejar dan
mendukung prakarsa pembangunan subkawasan.

BEV 2025 dibangun di atas keberhasilan dan kemajuan penting yang dicapai oleh BIMP-EAGA sejauh ini. Ini didasarkan pada
komitmen yang dibuat oleh negara-negara anggota melalui rencana pembangunan nasional dan lokal mereka untuk
mempromosikan kerja sama subregional. Konsultasi nasional dan lokakarya perencanaan sektor dilakukan untuk memastikan
partisipasi terbesar dari para pemangku kepentingan BIMP-EAGA (pemerintah pusat dan daerah, klaster sektor dan kelompok
kerja, dan sektor swasta) dalam perumusan BEV 2025. Mengingat fakta bahwa BIMP -Inisiatif EAGA dianggap sebagai blok
bangunan integrasi ekonomi ASEAN, BIMP-EAGA MM sepakat untuk menyelaraskan periode rencana strategis ini dengan Visi
ASEAN 2025: Terus Maju Bersama.

Pendekatan partisipatif ini melengkapi arahan top-down yang ditetapkan oleh Pemimpin BIMP-EAGA, Menteri dan Pejabat
Senior. Lokakarya dan konsultasi menetapkan bahwa: (i) BIMP-EAGA memiliki sumber daya (alam dan manusia) yang diperlukan
untuk pembangunan ekonomi; (ii) ekonomi subkawasan telah membaik dan pendapatan rumah tangga telah meningkat di
sebagian besar negara bagian dan provinsi; dan (iii) ada kebutuhan untuk membahas dan memperkuat konektivitas dalam
segala bentuknya—fisik, kelembagaan, dan orang-ke-orang. Pemangku kepentingan memvalidasi prioritas jangka panjang BIMP-
EAGA untuk berkembang menjadi keranjang makanan regional dan tujuan wisata utama dengan ketentuan bahwa sumber daya
alam dikelola secara berkelanjutan dan konektivitas ditingkatkan di dalam dan di luar BIMP-EAGA. Para pemangku kepentingan
juga menyepakati perlunya secara agresif mengejar salah satu tujuan awal pengembangan kerja sama, yaitu transisi dari
ekonomi yang didasarkan pada ekstraksi sumber daya menjadi ekonomi yang terlibat dalam pemrosesan atau manufaktur tingkat
tinggi.

BEV 2025 disusun sebagai dokumen penerus Roadmap dan IB. Hal ini dibangun di atas semua dokumen, kerangka kerja dan
arahan strategi BIMP-EAGA sebelumnya, dan dirancang untuk secara efektif mengatasi tantangan kritis dalam BIMP-EAGA
yang diidentifikasi oleh para pemangku kepentingan: (i) partisipasi sektor swasta dan pemerintah daerah yang lemah; (ii)
lemahnya koordinasi; (iii) implementasi proyek yang lambat; (iv) kurangnya koherensi/kejelasan dalam hal tujuan pembangunan
BIMP-EAGA yang luas dan inisiatif sektor; (v) perlunya konvergensi (multi sektoral); dan (vi) kebutuhan akan proyek-proyek sub-
regional yang memberi nilai tambah yang dipandu oleh strategi sektor yang jelas.

Pemangku kepentingan BIMP-EAGA juga mencatat bahwa bahkan dengan kemajuan yang stabil dan pencapaian yang cukup
besar dalam mengimplementasikan Roadmap dan IB, sulit untuk secara tepat mengukur sejauh mana keempat negara telah
berhasil mencapai tujuan BIMP-EAGA. Para pemangku kepentingan mengidentifikasi perlunya pemantauan dan evaluasi yang
lebih baik, dan koordinasi multisektor untuk memaksimalkan hasil. Persyaratan penting bagi BIMP-EAGA adalah untuk
menentukan hasil nyata dan realistis apa yang dapat diberikan dalam jangka waktu 2017-2025. Terakhir, ditetapkan bahwa BIMP-
EAGA, sebagai bagian dari ASEAN, harus lebih proaktif dalam memberikan kontribusi bagi terwujudnya integrasi kawasan,
sesuai dengan Visi ASEAN 2025.
Machine Translated by Google

VISI 2025: BANGKIT BIMP-EAGA UNTUK


2 MEMPERsempit KESENJANGAN PEMBANGUNAN

BIMP-EAGA Aspirasi untuk tahun 2025 Gambar 2. Visi 2025: RISE BIMP-EAGA

Ulet
Visi BIMP-EAGA 2025 adalah “Tangguh, Inklusif, Berkelanjutan
BIMP-EAGA mencapai tingkat
dan Berdaya Saing Ekonomi (RISE)
pembangunan yang akan melindungi
BIMP-EAGA untuk mempersempit kesenjangan pembangunan.”
subkawasan dari dampak guncangan
RISE mengacu pada kualitas utama subkawasan (Gambar 2). eksternal dan akan memungkinkan pemulihan dini.

Inklusif

Kerangka Pemandu BEV 2025 BIMP-EAGA mempersempit kesenjangan


pembangunan, di dalam masing-masing negara,
dan antara subkawasan dan ASEAN.
Kerangka panduan BEV 2025 merupakan hasil konsultasi
partisipatif dengan pemangku kepentingan BIMP-EAGA. Proses
Berkelanjutan
partisipatif menyediakan pendekatan dari bawah ke atas untuk
melengkapi arah dari atas ke bawah. Ini menekankan kepemilikan
Inisiatif BIMP-EAGA mempertimbangkan
yang kuat oleh para pemangku kepentingan, dengan sektor
dampak lingkungan dan mengelola sumber daya
swasta dan pemerintah daerah sebagai pendukung utama.
alam secara berkelanjutan.

Kompetitif secara ekonomi

Aset, Pendorong dan Tantangan Upaya pengembangan diarahkan pada industri yang
sedang berkembang di mana BIMP-EAGA sudah memiliki

Para pemangku kepentingan dalam konsultasi perencanaan atau dapat dengan mudah mengembangkan

nasional dan sektor mengidentifikasi aset, pendorong, dan keunggulan kompetitif.

tantangan untuk menentukan arah BIMP EAGA di masa


mendatang (Gambar 3). Konsultasi para pemangku kepentingan Gambar 3. Aset, Pendorong dan Tantangan BIMP-EAGA
memvalidasi prioritas jangka panjang BIMP-EAGA (sebagaimana
dinyatakan oleh Pemimpin, Menteri dan Pejabat Senior) untuk
Aset Umum
menjadi keranjang makanan regional dan tujuan wisata utama Sumber daya alam, agroindustri dan perikanan,
asalkan sumber daya alam dikelola secara berkelanjutan dan modal manusia dan pariwisata

konektivitas ditingkatkan di dalam dan di luar BIMP-EAGA.


Pendorong Pertumbuhan

Peningkatan pendapatan, peningkatan populasi,


peningkatan infrastruktur dan konektivitas
Fitur Utama
Tantangan
Kerangka panduan BEV 2025 dirancang untuk selektivitas,
kejelasan , dan fokus yang lebih besar dari inisiatif dan proyek Konektivitas transportasi, perbedaan tingkat
sektor, untuk memastikan konvergensi dan sinergi, dan untuk pembangunan ekonomi, perbedaan lingkungan
mengidentifikasi BIMP-EAGA yang nyata dan kebijakan dan peraturan, kurangnya koordinasi dan
sinergi antara dan di antara kelompok/sektor, dan
implementasi proyek yang lemah

10
Machine Translated by Google

VISI 2025: BANGKIT BIMP-EAGA UNTUK MEMPERsempit KESENJANGAN PEMBANGUNAN 11

hasil realistis yang mencakup periode 2017– Gambar 4. Fitur Kerangka Pemandu BEV 2025
2025. Secara koheren mengintegrasikan
berbagai elemen strategi BIMP-EAGA Vertikal • Tujuan Tujuan (Hasil) Visi (Dampak)
Keterkaitan • Proyek Pilar Strategis Sektor
sebagaimana dirangkum dalam Gambar 4.
Kerangka panduan BEV 2025 disajikan pada GambarHorisontal
5.
Integrasi lintas sektor (multi sektoral)
Keterkaitan

Geografis Fokus spasial pada koridor BIMP-EAGA


Integrasi

ASEAN Link BIMP-EAGA sebagai bagian dari ASEAN

Hasil
Dari kegiatan dan output ke hasil
orientasi

Gambar 5. Kerangka Pemandu BEV 2025

Ulet
PENGLIHATAN
Inklusif
(Dampak) Berkelanjutan
RISE BIMP-EAGA untuk

Kompetitif secara ekonomi mempersempit kesenjangan pembangunan

Agroindustri
SASARAN dan perikanan yang Destinasi wisata
Manufaktur yang berkelanjutan,
(Hasil) berkelanjutan
kompetitif
G dan ramah lingkungan
berdaya saing dan
tahan iklim

• EAGA mewakili 20% ekonomi BIMP


• Perdagangan intra-EAGA meningkat menjadi 10% dari total perdagangan
• Ekspor EAGA meningkat menjadi $240 miliar
• FDI meningkat menjadi $66 miliar
TUJUAN
• Kedatangan wisatawan asing dan domestik meningkat menjadi 124 juta
• Hasil pertanian dan perikanan meningkat sebesar 10%
• 200 UKM mengadopsi teknologi hijau
Tahun Dasar: 2015

Orang

PENDEKATAN ke orang
Pemerintah lokal Sektor swasta

Fisik Kelembagaan

STRATEGIS Sosial budaya dan


PILAR Konektivitas Food Basket Tourism Environment Pendidikan

PROGRAM DAN PROYEK KORIDOR EKONOMI

PEMANTAUAN DAN EVALUASI HASIL

Kerangka Pemandu Visi BIMP-EAGA 2025

Kerangka panduan BEV 2025 memastikan selektivitas, kejelasan, dan fokus yang lebih besar dalam semua inisiatif BIMP-EAGA. Ini membantu
memprioritaskan investasi, mengidentifikasi proyek yang secara langsung berkontribusi untuk mencapai tujuan strategis secara keseluruhan,
memfasilitasi koordinasi lintas sektor, dan memusatkan upaya dalam koridor ekonomi BIMP-EAGA.
Machine Translated by Google

12 VISI BIMP-EAGA 2025

Ini berfokus pada memberikan tiga hasil atau hasil: (i) manufaktur yang kompetitif dan ramah lingkungan; (ii) agroindustri dan
perikanan yang berkelanjutan, berdaya saing dan tahan iklim; dan (iii) pariwisata berkelanjutan, semuanya mengarah pada
pencapaian visi (dampak). Hal ini dipandu oleh dorongan strategis jangka panjang yang ditetapkan dalam Road Map (2006–
2010) dan IB (2012–2016) sebagaimana dirangkum dalam Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh Roadmap dan Implementasi Blueprint terhadap Guiding Framework BEV 2025
Peta Jalan (2006-2010)
Cetak Biru Implementasi Visi BIMP-EAGA 2025
(2012–2016) (2017–2025)
Subkawasan dengan pembangunan ekonomi yang dapat diterima secara Tangguh, Inklusif, Berkelanjutan dan Ekonomis kompetitif (RISE) BIMP-
Penglihatan

(Dampak)
sosial dan berkelanjutan serta berpartisipasi penuh dalam EAGA untuk mempersempit pembangunan
proses pembangunan ASEAN celah

Untuk mempercepat pembangunan ekonomi, meningkatkan daya Sama


Misi
saing ekspor dan meningkatkan daya tarik subkawasan bagi investor
lokal dan asing

a) Memfasilitasi pergerakan orang, barang, dan jasa yang lebih bebas a) Manufaktur yang kompetitif dan ramah lingkungan
Sasaran

b) Rasionalisasi pembangunan infrastruktur vital b) Industri agro dan perikanan yang berkelanjutan, kompetitif dan
c) Mengkoordinasikan pengelolaan ekosistem dan sumber daya bersama tahan iklim
Hasil)
(Hasil
atau

untuk memastikan pembangunan berkelanjutan c) Tujuan wisata berkelanjutan

a) Meningkatkan perdagangan intra dan ekstra EAGA sebesar 10% a) EAGA mewakili 20% ekonomi BIMP
b) Meningkatkan investasi sebesar 10% b) Perdagangan intra-EAGA meningkat menjadi 10% dari total perdagangan
c) Meningkatkan kedatangan wisatawan intra dan ekstra EAGA sebesar 20% c) Ekspor BIMP-EAGA meningkat menjadi $240 miliar
d) FDI meningkat menjadi $66 miliar
e) Kedatangan wisatawan asing dan domestik meningkat menjadi 124
(SMART)
Tujuan
juta
f) Hasil pertanian dan perikanan meningkat sebesar 10%
g) 200 UKM mengadopsi teknologi hijau

a) Meningkatkan konektivitas di dalam BIMP-EAGA serta wilayah lain di Sama


luarnya
b) Membangun BIMP-EAGA sebagai food basket ASEAN
dan Asia lainnya

Strategis
Pilar
c) Mempromosikan BIMP-EAGA sebagai tujuan wisata regional utama

d) Memastikan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan


e) Mempromosikan pembangunan sosial budaya dan pendidikan
Machine Translated by Google

VISI 2025: BANGKIT BIMP-EAGA UNTUK MEMPERsempit KESENJANGAN PEMBANGUNAN 13

Mewujudkan Visi Menjadi Kenyataan

Pada Gambar 5, tanda panah menunjukkan keterkaitan dan integrasi berbagai elemen kerangka panduan BEV 2025.

Dari bawah ke atas:

• Koridor Ekonomi memberikan fokus spasial pada pendekatan konektivitas. Ruang geografis yang terdefinisi
dengan baik mengarahkan investasi dan pengembangan infrastruktur. Fokus tersebut diharapkan dapat
memfasilitasi pergerakan lintas batas dari faktor-faktor produksi yang mendorong perdagangan, investasi,
pariwisata dan kegiatan ekonomi lainnya. Koridor ekonomi meningkatkan daya saing BIMP-EAGA dengan
menghubungkan produksi dengan rantai pasokan dan memberikan peluang bagi UKM. Konfigurasi WBEC
dan GSSC saat ini akan dinilai untuk memperluas koridor ke area baru atau mengembangkan koridor ekonomi
baru. Cakupan provinsi peserta BIMP-EAGA dalam koridor ekonomi prioritas akan diperluas. Sebagian besar
program dan proyek pada tahun 2017–2025 akan terkonsentrasi pada bagian dan subbagian dari koridor
ekonomi prioritas dan/atau koridor yang baru ditetapkan.

Gambar 7. Rute dan Strategi Koridor Ekonomi Prioritas BIMP EAGA

Rute Koridor Strategi Pembangunan

• Pontianak–Kuching Koridor migas BIMP-


Kalimantan Barat • Kuching–Bandar Seri EAGA; manufaktur
Ekonomis Begawan ringan, kelapa sawit dan
Koridor • Bandar Seri Begawan– pengolahan berbasis kayu,
Kota Kinabalu pariwisata. Berpotensi
• Muara–Labuan menjadi pusat keuangan.

• Palawan–Sabah
• Semenanjung Zamboanga– Koridor Maritim; pusat saraf
Sabah (termasuk perdagangan barter di
Lebih besar
Basilan, Sulu dan BIMP-EAGA, dengan
Sulu-Sulawesi Tawi-Tawi di perdagangan pertanian dan
Koridor Filipina) akuakultur yang maju. Konektivitas
• Davao (Davao del Sur) transportasi adalah arus
• General Santos–Utara perdagangan port-to-port dan jasa pelayaran.
Sulawesi

Pilar strategis berbasis IB, dengan tambahan pembangunan sosial budaya dan pendidikan. Lima pilar konektivitas,
keranjang pangan, pariwisata, lingkungan dan pembangunan sosial budaya dan pendidikan menekankan prioritas
strategis dengan bidang kerja sama yang terdefinisi dengan baik.

Pendekatan konektivitas atau persimpangan pendekatan fisik (infrastruktur keras), orang-ke-orang, dan
kelembagaan (infrastruktur lunak, termasuk lembaga, mekanisme dan proses) memperkuat kebutuhan akan
konvergensi atau inisiatif multi-sektoral. Peningkatan konektivitas sangat penting untuk kelancaran pergerakan
barang dan orang di seluruh BIMP-EAGA dan untuk integrasinya dengan ASEAN dan seluruh dunia.
Machine Translated by Google

14 VISI BIMP-EAGA 2025

Visi, Sasaran dan Sasaran mencakup visi (dampak yang Gambar 8. Tujuan BEV 2025 (Hasil)
diinginkan) RISE BIMP-EAGA untuk mempersempit kesenjangan
Manufaktur yang kompetitif dan ramah lingkungan
pembangunan dalam jangka panjang hingga tahun 2025. Sasaran Hasil
Ubah ekonomi BIMP-EAGA dari ekstraksi sumber daya ke
(outcome atau hasil yang diinginkan) ada di Gambar 8.
1 pemrosesan tingkat tinggi dan aktivitas berbasis non-
sumber daya

Tujuan BEV 2025 memiliki target dan indikator yang jelas (2015,
Agroindustri dan perikanan yang berkelanjutan, berdaya
baseline): Hasil saing dan tahan iklim
Pembangunan berkelanjutan dan integrasi ekonomi agroindustri dan

(i) EAGA mewakili 20% ekonomi BIMP


2 perikanan untuk memastikan ketahanan pangan,
pengembangan ekspor, dan mata pencaharian berkelanjutan
(ii) Perdagangan Intra-EAGA meningkat menjadi 10% dari total yang berkontribusi pada pengentasan kemiskinan

berdagang
Destinasi wisata berkelanjutan
(iii) Ekspor BIMP-EAGA meningkat menjadi $240 miliar Hasil
Menjadikan BIMP-EAGA tujuan wisata multi-negara yang

3 berkelanjutan, berkembang dengan baik dan terhubung yang


bermanfaat bagi daerah-daerah yang kurang berkembang
(iv) FDI meningkat menjadi $66 miliar

(v) Kedatangan wisatawan asing dan domestik meningkat


menjadi 124 juta

(vi) Hasil pertanian dan perikanan meningkat sebesar 10%

(vii) 200 UKM mengadopsi teknologi hijau

Enabler adalah aktor kunci yang akan membantu mewujudkan visi, tujuan dan sasaran BIMP-EAGA. Karena ini merupakan program kerja sama
ekonomi subregional antar pemerintah, peran pemerintah nasional diberikan. Pendekatan pembangunan BIMP-EAGA adalah memobilisasi sektor
swasta sebagai mesin pertumbuhan, dengan pemerintah (terutama di tingkat daerah) menyediakan lingkungan yang fasilitatif dan kondusif yang
mendorong dan mendukung investasi sektor swasta. Pemberdaya utama adalah pemerintah daerah yang aktif dan mendukung serta sektor
swasta yang terlibat dan berdaya.

Hasil Pemantauan dan Evaluasi ditunjukkan dengan panah dua arah, karena inisiatif BIMP-EAGA membutuhkan pelacakan dan kalibrasi ulang
yang konstan agar tetap relevan saat bekerja untuk mencapai visinya. Kerangka pemantauan dan evaluasi hasil dimasukkan untuk menilai
kemajuan inisiatif prioritas, di tingkat makro, sektor dan proyek.
Machine Translated by Google

PENGEMBANGAN BIMP-EAGA
3 PATH 2025: STRATEGI SEKTOR

Pilar Konektivitas
STRATEGI SEKTOR TRANSPORTASI
TERSAMBUNG, MULUS DAN AMAN
ANGKUTAN MULTIMODAL

Konteks Pengembangan Sektor Transportasi

Konektivitas transportasi telah menjadi landasan pengembangan kerja sama dalam BIMP-EAGA. Subkawasan adalah kepulauan, oleh
karena itu jaringan transportasi yang efisien, aman dan terintegrasi sangat penting untuk mengoptimalkan integrasi ekonomi
subkawasan. Konektivitas transportasi meningkatkan daya tarik kawasan ini sebagai tujuan produksi, manufaktur, pariwisata, dan
investasi tunggal, serta memperkaya potensi perdagangan, pariwisata, dan investasi intra-EAGA. Jaringan transportasi yang terintegrasi
mempersempit kesenjangan pembangunan dengan menyediakan akses ke pasar bagi komunitas pedesaan yang miskin, di mana area
produksi berada. Fasilitasi transportasi yang lebih baik juga dapat mempercepat pengembangan sistem logistik dan jaringan transportasi
multimoda yang diperlukan untuk kelancaran pergerakan barang dan orang.

Sejak peluncuran BIMP-EAGA pada tahun 1994, perbaikan telah dilakukan dalam konektivitas transportasi, khususnya di bawah
Roadmap dan IB. Perbaikan ini terdiri dari infrastruktur fisik (yaitu proyek pembangunan/peningkatan jalan dan pelabuhan) dan
prakarsa fasilitasi transportasi (misalnya MOU tentang transportasi). Namun, sebagian besar proyek infrastruktur fisik tampaknya
merupakan proyek yang berdiri sendiri yang menunjukkan manfaat di tingkat nasional tetapi gagal menunjukkan dampak subregional
dengan jelas. Hanya beberapa proyek yang memperhitungkan kebutuhan untuk menghubungkan dua koridor ekonomi prioritas (yaitu
WBEC dan GSSC). Masih ada kebutuhan mendesak untuk berkontribusi secara langsung pada pengembangan koridor pasokan/rantai
nilai dan logistik.

Pada konsultasi sektor transportasi tahun 2015, para pemangku kepentingan mengidentifikasi aset, pendorong pertumbuhan, tantangan
dan hambatan implementasi untuk sektor tersebut (Gambar 9). Para pemangku kepentingan mengakui bahwa infrastruktur, sumber
daya manusia, sumber daya alam, dan kedekatan geografis merupakan aset utama yang terkait dengan transportasi di subkawasan ini.
Dari segi infrastruktur, BIMP-EAGA memiliki lokasi strategis pelabuhan dan bandara yang didukung oleh jaringan jalan raya.
Subkawasan ini juga memiliki sumber daya manusia yang kompeten untuk mengembangkan industri transportasi dan logistik, antara
lain. Sumber daya alam melimpah, dan BIMP-EAGA adalah pengekspor utama beberapa komoditas pertanian dan perikanan terpenting
di ASEAN. Untuk mewujudkan tujuan BIMP-EAGA menjadi keranjang pangan regional, infrastruktur yang baik serta layanan transportasi
dan logistik yang efisien merupakan komponen penting dari rantai pasokan. Kedekatan geografis merupakan aset sekaligus tantangan
di sektor transportasi. BIMP-EAGA

15
Machine Translated by Google

16 VISI BIMP-EAGA 2025

daerah lebih dekat satu sama lain daripada ke ibukota negara


Gambar 9. Aset Transportasi, Pengemudi,
masing-masing, dan ini merupakan keuntungan dalam Tantangan dan Kemacetan
konektivitas transportasi subregional.
Namun, topografi kepulauan BIMP-EAGA, yang mencakup Aset Umum
beberapa ekonomi pulau, membuat konektivitas lebih menjadi
tantangan.

Beberapa pendorong pertumbuhan yang saling terkait juga


diidentifikasi. Karena kawasan BIMP-EAGA merupakan
Pendorong Pertumbuhan
kawasan berkembang, terdapat potensi untuk pengembangan
infrastruktur transportasi, layanan transportasi dan logistik
lebih lanjut. Sejak tahun 2007, BIMP-EAGA telah
menandatangani MOU untuk meningkatkan transportasi
udara, darat dan laut. Implementasi perjanjian subregional ini
sangat signifikan dan progresif, menghasilkan tindakan kolektif
Tantangan
yang meningkat untuk meningkatkan konektivitas transportasi.

Terlepas dari kendala implementasi, negara-negara anggota


telah berkomitmen untuk menyempurnakan proses negosiasi
dan mempercepat implementasi MOU. Dengan penekanan
berkelanjutan pada fasilitasi transportasi, transportasi darat
dan layanan feri telah mengalami peningkatan yang signifikan Hambatan Implementasi
di Pulau Kalimantan. Pendorong pertumbuhan terkait adalah
meningkatnya populasi di dalam subkawasan, yang
menghasilkan permintaan yang lebih besar untuk konektivitas
dan layanan transportasi.

Isu Strategis dan Tantangan Sektor Transportasi

Konektivitas transportasi subregional yang buruk merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh perekonomian BIMP-EAGA.
Dalam sektor transportasi, tingkat pembangunan yang tidak merata di seluruh perekonomian menimbulkan tantangan lain, karena hal ini
mengakibatkan: (i) prioritas dan agenda pembangunan yang berbeda, seperti prioritas infrastruktur, (ii) perbedaan dalam standar teknis,
keselamatan, lingkungan dan administrasi di sektor transportasi, dan (iii) kebijakan dan peraturan yang berbeda terkait transportasi dan
fasilitasi transportasi, serta pengembangan logistik. Masalah lain yang teridentifikasi adalah kurangnya promosi yang efektif tentang
peluang perdagangan, pariwisata dan investasi BIMP-EAGA, baik di dalam maupun di luar subkawasan. Hal ini berdampak negatif pada
perkembangan perdagangan, yang pada gilirannya menyebabkan kurangnya pemanfaatan infrastruktur perangkat keras, khususnya
pelabuhan.

Sektor transportasi juga mencatat masalah kelembagaan yang membebani kerja sama yang efektif, mengidentifikasi kurangnya koordinasi
dan konvergensi lintas sektor sebagai tantangan terbesar. Konvergensi di tingkat strategis tampaknya cukup, dengan strategi sektor jelas
mendukung tujuan dan sasaran umum subregional.
Namun, sinergi di tingkat proyek masih lemah. Setiap sektor umumnya mengidentifikasi dan memprioritaskan proyek-proyek yang
independen dari sektor lain, sehingga kehilangan peluang untuk memberikan dampak yang lebih substantif melalui proyek-proyek multi-
sektor yang terintegrasi.

Peran klaster transportasi, dan kelompok kerja udara, laut, dan daratnya, adalah menerjemahkan tantangan ini menjadi peluang dengan
secara langsung mengatasi masalah dan dengan mendukung inisiatif klaster dan kelompok kerja lain (CWG) yang bertujuan untuk
menciptakan peluang serupa.
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 17

Strategi Sektor Transportasi

Sektor transportasi bertujuan untuk membangun subkawasan yang saling terhubung dengan transportasi multimoda yang lancar dan aman.
Keluaran sektor yang dimaksud adalah peningkatan pergerakan barang dan orang di subkawasan, dengan kiriman per subsektor (yaitu
udara, laut dan darat) sebagai berikut: (i) rute udara intra-EAGA dan fasilitas bandara; (ii) layanan feri dan fasilitas pelabuhan; (iii) jalan dan
fasilitas infrastruktur lainnya. Outcome sektor, output dan indikator serta target (metrik) dirangkum dalam Gambar 10.

Pembangunan dan konektivitas transportasi sebagai sektor pendukung hanya menyediakan sarana untuk memindahkan orang dan barang
lintas subkawasan. Sektor agribisnis dan pariwisata berada pada posisi yang lebih baik untuk memastikan bahwa faktor muatan cukup
untuk membuat operasi transportasi layak. Untuk mencapai tujuan BEV 2025, sektor transportasi berupaya untuk memperkuat konvergensi
dengan sektor agribisnis, fasilitasi perdagangan dan investasi (TIF) dan pariwisata untuk memastikan bahwa transportasi secara langsung
memenuhi kebutuhan konektivitas mereka. Prioritas bersama dan implementasi proyek dengan sektor agribisnis, TIF dan pariwisata
memastikan bahwa prioritas agenda disinkronkan dalam menyelesaikan tantangan terkait mobilitas orang dan barang.

Sektor transportasi memiliki empat prioritas strategis:


Gambar 10. Hasil, Keluaran dan Metrik Strategi Sektor Transportasi

Setidaknya
Prioritas Strategis 1: Peningkatan konektivitas Sebuah
satu multimodal
transportasi multimoda (udara, darat dan laut), subregion yang saling Peningkatan
sistem fasilitasi
terhubung secara mulus,
sebagaimana mestinya, di dalam dan di antara Metrik
Hasil
dan

transportasi
TRANSPORTASI
SEKTOR

aman, dan multi-modal transportasi


koridor ekonomi prioritas GSSC dan WBEC. didirikan di udara, darat, dan laut di
mengangkut
GSSC dan GSSC dan WBEC
Pendekatan sepanjang koridor untuk perencanaan
WBEC
transportasi akan dilakukan, baik dalam hal infrastruktur
fisik maupun fasilitasi transportasi di koridor ekonomi
prioritas (dengan perluasan yang diusulkan) dan/

Peningkatan gerakan
atau dalam koridor ekonomi baru lainnya yang akan
orang dan barang di
didirikan. Konektivitas yang ditingkatkan antara dan di subkawasan:
dalam koridor ekonomi prioritas akan mendukung jalur udara dan laut,

pengembangan rantai pasokan/nilai subregional dan bandara, pelabuhan


Keluaran
Metrik
dan

laut, jalan dan


berfungsi sebagai platform untuk mengembangkan TRANSPORTASI
SEKTOR

infrastruktur lainnya
sistem transportasi multimoda. Sistem seperti itu fasilitas
dibangun di atas jaringan transportasi udara, laut, dan
darat yang ada, meskipun terbatas, telah melayani
kebutuhan para pemangku kepentingan. Pembentukan • 5 rute udara intra-EAGA baru
dan kebangkitan rute udara dan laut intra-EAGA dan
• 2 layanan feri baru (termasuk RoRo) dalam BIMP-EAGA
rute pelayaran pelayaran akan dilaksanakan oleh • Jalan yang dibangun atau ditingkatkan (diukur dalam kilometer)

sektor swasta. • 12 prasarana dan sarana bandara ditingkatkan

Prioritas Strategis 2: Peningkatan fasilitasi


transportasi. MOU tentang transportasi darat, udara dan laut, yang didasarkan pada kesepakatan ASEAN, memandu pelaksanaan fasilitasi
transportasi di BIMP-EAGA. Meskipun implementasi MoU berjalan progresif, sektor transportasi akan terus meningkatkan ruang lingkup
dan substansi perjanjian serta memastikan bahwa semua ketentuan dilaksanakan sepenuhnya. Klaster transportasi telah menyelesaikan
Protokol untuk Mengubah Nota Kesepahaman tentang Perluasan Hubungan Udara, yang memberikan pendekatan yang lebih fleksibel
untuk memfasilitasi kesinambungan layanan pada rute yang ada dan masuknya rute baru. Mengenai langkah ke depan untuk Kapal
Berukuran Non Konvensi (NCSS), dan untuk memfasilitasi dan mempromosikan perdagangan maritim di dalam subkawasan, BIMP EAGA
akan mengadopsi pendekatan bilateral untuk negosiasi dan kesepakatan terkait dengan operasi yang aman dari
Machine Translated by Google

18 VISI BIMP-EAGA 2025

NCSS melintasi perairan BIMP-EAGA. Di bidang transportasi darat, Kelompok Kerja Transportasi Darat (LTWG)
akan mempromosikan berbagai inisiatif fasilitasi transportasi. Hal ini dapat mencakup: (i) mengadopsi skema izin
umum untuk penerbitan izin pengoperasian bus dan gerbong lintas batas di Pulau Kalimantan, dan (ii) mempercepat
diskusi tentang pembentukan sistem asuransi kendaraan pihak ketiga subregional. Klaster transportasi akan bekerja
sama dengan Kelompok Kerja CIQS dalam kemungkinan penerapan ketentuan khusus dan relevan dari Sistem
Transit Bea Cukai ASEAN (ACTS) yang akan diujicobakan di Malaysia, Singapura, dan Thailand pada tahun 2017.
Bergantung pada hasil uji coba inisiatif, BIMP-EAGA dapat mempertimbangkan untuk mengadopsi skema tersebut.
LTWG juga akan bekerja sama dengan CIQS WG di bawah Klaster Trade and Investment Facilitation (TIF) untuk
mencatat kemajuan, implikasi, dan potensi implementasi yang mungkin dilakukan di subkawasan Authorized
Economic Operator (AEO) dan mekanisme transit bea cukai lainnya. Untuk mempertahankan BIMP-EAGA sebagai
komponen penting dari upaya integrasi ekonomi ASEAN, sektor transportasi juga akan memastikan bahwa inisiatif
transportasi subregional terus melengkapi upaya konektivitas regional. MPAC 2025 memberikan panduan tentang
inisiatif yang dapat diterapkan oleh sektor transportasi dalam BIMP-EAGA.

Prioritas Strategis 3: Peningkatan infrastruktur dan fasilitas di pelabuhan laut, bandara, dan jalur darat
prioritas yang ditetapkan. Agenda penting untuk sektor transportasi adalah penyelesaian infrastruktur dan fasilitas
fisik vital seperti peningkatan (i) bandara dan pelabuhan laut prioritas yang ditunjuk serta fasilitas terkaitnya, dan (ii)
jalan menuju pelabuhan-pelabuhan tersebut dari area produksi, termasuk dari pedalaman. Daftar PIP yang terkait
dengan sektor transportasi akan ditinjau dan divalidasi ulang untuk menentukan dengan jelas dampak subregional
tertentu dari proyek-proyek prioritas ini. Karena sebagian besar PIP saat ini digerakkan oleh sektor publik, konfirmasi
akan dibuat untuk menyelaraskan dengan rencana pembangunan prioritas negara-negara anggota serta komitmen
pembiayaan vis à-vis anggaran proyek. Sektor transportasi akan berkonsultasi dengan sektor swasta dan pemerintah
daerah untuk memastikan bahwa kebutuhan infrastruktur mereka termasuk dalam PIP generasi kedua.

Prioritas Strategis 4: Memperkuat konvergensi tingkat proyek dengan sektor agribisnis, pariwisata, CIQS,
serta perdagangan dan investasi dalam pengembangan rantai pasokan/nilai subregional dan layanan
logistik serta konektivitas transportasi terkait pariwisata. Sektor transportasi akan memprioritaskan memenuhi
persyaratan konektivitas dari sektor pariwisata, perdagangan dan investasi, dan agribisnis. Meskipun konvergensi
pada level strategis telah tercapai, langkah selanjutnya adalah memastikan sinergi yang terealisasi pada level
proyek. Sektor transportasi bertujuan untuk melakukan prioritas bersama dan implementasi proyek dengan CIQS
serta sektor perdagangan dan investasi, pariwisata dan agribisnis dan bertujuan untuk mengisi kesenjangan terkait
transportasi dalam rantai pasokan/nilai dari sektor-sektor ini. Dalam hal pariwisata, sektor transportasi akan
mendukung dan memfasilitasi pengembangan rute tujuan dan memberikan dukungan untuk meningkatkan faktor muatan layanan transpo
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 19

Pilar Konektivitas
FASILITASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI
STRATEGI SEKTOR
PERDAGANGAN LINTAS BATAS YANG LAYAK DAN KONDUSIF
LINGKUNGAN INVESTASI

Konteks Pengembangan Fasilitasi Perdagangan dan Investasi

Sejak awal, negara-negara anggota, dan terutama


Gambar 11. Aset, Pendorong, Tantangan dan Hambatan TIF
komunitas bisnis lokal mereka, mengakui pentingnya
fasilitasi perdagangan dan investasi (TIF) dalam Aktiva
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
mempertahankan pengentasan kemiskinan di subkawasan tersebut.
TIF dipandang sebagai pilar pertumbuhan ekonomi
dalam BIMP-EAGA dan stimulus bagi sektor
agribisnis, manufaktur, dan pariwisata. Fasilitasi
perdagangan sangat penting dalam membantu Pendorong Pertumbuhan
mengurangi biaya transaksi perdagangan; dirancang
untuk menguntungkan bisnis, khususnya UKM; dan
dianggap penting untuk liberalisasi perdagangan,
yang pada gilirannya mendorong integrasi ekonomi
yang lebih besar.

Tantangan
Sementara investasi dalam infrastruktur transportasi
di wilayah BIMP-EAGA telah mengarah pada
konektivitas fisik, kemudahan memindahkan barang
dan orang melintasi perbatasan tetap menjadi
tantangan karena hambatan kebijakan, peraturan
dan prosedur yang ada. Upaya fasilitasi perdagangan
telah dilakukan melalui inisiatif CIQS yang hasilnya Hambatan Implementasi
dimaksudkan untuk menyelaraskan aturan, peraturan,
dan prosedur CIQS di pelabuhan BIMP EAGA dan
penyeberangan perbatasan darat.

Pada konsultasi sektor tahun 2015, pemangku


kepentingan mengidentifikasi aset, pendorong,
tantangan, dan hambatan implementasi sektor TIF
(Gambar 11). Aset termasuk infrastruktur seperti bandara, pelabuhan dan jalan, setidaknya di kota-kota besar BIMP-
EAGA, yang cukup untuk mendukung kegiatan perdagangan tertentu. Sumber daya manusia yang terampil dan terdidik
juga melimpah di subwilayah tersebut. Aset terpenting terdiri dari sumber daya alam BIMP-EAGA yang digunakan untuk
memproduksi berbagai komoditas, baik segar maupun olahan. Beberapa dari komoditas ini diproduksi bersama oleh
wilayah BIMP-EAGA—termasuk beras, sayuran, kelapa, ikan, dan produk budidaya, antara lain—dan ini merupakan
keuntungan dalam mencapai skala ekonomi.
Machine Translated by Google

20 VISI BIMP-EAGA 2025

Zona ekonomi dan industri yang diselenggarakan oleh berbagai negara bagian dan provinsi di BIMP-EAGA merupakan
lokasi yang ideal untuk pemrosesan dan manufaktur, serta menawarkan insentif pajak dan non-pajak. Peningkatan
pendapatan rumah tangga merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan BIMP-EAGA. Hal ini menyebabkan
peningkatan permintaan dan konsumsi produk lokal dan impor. Peningkatan pendapatan juga menghasilkan peluang
kewirausahaan yang lebih besar, terutama bagi UKM, karena lebih banyak pendapatan yang dapat dibelanjakan dapat
diarahkan untuk memulai bisnis. Penggunaan teknologi yang lebih luas dalam bisnis dan industri menciptakan efisiensi,
tidak hanya dalam produksi, tetapi juga dalam pemasaran dan promosi, melalui peningkatan penggunaan media sosial.
Lingkungan pendukung untuk bisnis meningkat di hampir semua bidang yang dicakup oleh BIMP-EAGA, dan ini telah
memunculkan peluang bisnis-ke-bisnis. Tren pasar global seperti yang berada di bawah rezim WTO dan skema
integrasi ekonomi ASEAN membuka pasar baru dan lebih besar bagi produsen dan pabrikan BIMP-EAGA. Penggerak
penting pertumbuhan perdagangan dan investasi adalah UKM. Meskipun nilai investasi individu mungkin kecil, total
investasi gabungan mereka sangat besar, karena mereka terdiri dari sebagian besar perusahaan di subkawasan
tersebut. UKM juga merupakan mayoritas pedagang yang melakukan bisnis lintas batas dan dapat dilihat sebagai
tulang punggung sektor perdagangan BIMP-EAGA.

Isu Strategis dan Tantangan Fasilitasi Perdagangan dan Investasi

Sektor perdagangan dan investasi BIMP-EAGA menghadapi banyak tantangan dan hambatan implementasi, sebagai
berikut:

(i) Kurangnya infrastruktur dan buruknya konektivitas transportasi dan layanan logistik. Kurangnya
infrastruktur yang memadai di negara-negara anggota telah lama diidentifikasi mempengaruhi mobilitas barang
internal, terutama dari area produksi ke pelabuhan dan pasar. Konektivitas transportasi yang buruk dan
kurangnya layanan logistik subregional yang efisien berdampak negatif, terutama pada pengembangan
perdagangan intra-regional dan rantai pasokan/nilai subregional.
(ii) Pertukaran informasi yang lemah tentang peluang bisnis dan menjalankan bisnis di BIMP-EAGA. Hal ini
disebabkan kurangnya mekanisme yang efektif untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi tentang
peluang bisnis dan lingkungan peraturan. Jaringan sektor swasta saat ini terbatas pada organisasi fokus yang
terdiri dari Dewan Bisnis BIMP-EAGA (BEBC), yang dalam banyak kasus mengecualikan organisasi sektor
swasta lainnya, seperti kamar dagang, asosiasi industri, dan pengelompokan terkait.

(iii) Kurangnya transparansi dan aturan, peraturan, dan prosedur perdagangan lintas batas yang tidak praktis
(RRP). Ini mungkin tantangan yang paling dirujuk oleh sektor swasta, khususnya para pedagang lintas batas.
Tindakan telah dimulai di masa lalu melalui inisiatif CIQS untuk merampingkan dan menyederhanakan RRP
di perlintasan perbatasan dan pelabuhan tertentu, termasuk meningkatkan pelepasan barang berisiko rendah
secara tepat waktu.
(iv) Kurangnya insentif investasi bersama. Hal ini dilaporkan membatasi investasi lintas batas.
Insentif investasi bersama di seluruh subkawasan mungkin sulit dicapai, karena insentif investasi diputuskan
di tingkat nasional. Di tingkat subnasional, pemerintah daerah dapat meningkatkan insentif nasional, tetapi ini
biasanya bersifat administratif daripada insentif terkait tarif. (v) Kurangnya sumber pendanaan (modal dan
kredit). Ini adalah tantangan lain yang mungkin sulit untuk diatasi di tingkat subnasional, bilateral atau subregional.
Disparitas ada dalam kebijakan dan peraturan terkait perbankan dan keuangan nasional yang membatasi
layanan kredit dan perbankan untuk perusahaan dalam negeri.
Upaya telah dilakukan di masa lalu untuk membentuk dana modal ventura BIMP-EAGA, tetapi tidak ada
peminat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak sumber dana kreatif online,
Machine Translated by Google

21
JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 21

dikenal sebagai crowdfunding, diarahkan khusus pada UMKM. Ini dapat memberikan alternatif yang layak untuk
kredit bank tradisional.
(vi) Koordinasi yang buruk lintas sektor dan antara pemerintah pusat dan daerah. Koordinasi telah meningkat
secara signifikan selama lima tahun terakhir, meskipun terutama pada tingkat strategis daripada tingkat proyek.
Hasilnya adalah proyek yang berdiri sendiri yang berdampak kecil pada keuntungan jangka panjang.

Strategi Bidang Fasilitasi Perdagangan dan Penanaman Modal

Klaster TIF terdiri dari tiga kelompok kerja (WGs)—Pengembangan UKM (SMED), CIQS dan Statistik—
masing-masing dengan fokus intervensi yang berbeda. SMED WG sangat membebani pertumbuhan perdagangan dan
investasi, sedangkan CIQS WG sebagian besar mendefinisikan lingkungan fasilitasi perdagangan lintas batas. Untuk
bagiannya, Pokja Statistik menyiapkan informasi statistik penting dan basis data tentang perdagangan, investasi, pariwisata,
dan informasi pembangunan penting lainnya. Klaster TIF memastikan bahwa prioritas strategis kelompok kerja terwakili
dengan baik dalam strategi sektor.

Sektor swasta dalam BIMP-EAGA sebagian besar terdiri dari UKM, yang beroperasi di semua sektor ekonomi. Dengan
demikian, kinerja sektor UKM secara signifikan mempengaruhi ekonomi negara-negara anggota, khususnya dalam hal
mencapai pertumbuhan yang merata dan pembangunan berkelanjutan di subkawasan tersebut. Meningkatkan partisipasi
UKM dalam inisiatif lintas batas secara langsung dan berdampak positif pada perdagangan dan investasi subregional.
Karena mayoritas pedagang lintas batas adalah UKM, bisnis mereka akan mendapat manfaat terbesar dari perampingan
RRP CIQS lintas batas.

Strategi sektor TIF mendukung dan sejalan dengan tujuan BEV 2025 serta berupaya menjawab tantangan dan permasalahan
dalam mengembangkan perdagangan dan investasi di subkawasan tersebut. Sektor TIF mengidentifikasi dua tujuan (hasil),
yang bertujuan untuk membangun: (i) perdagangan lintas batas yang berkelanjutan dan kompetitif di dalam subkawasan
(perdagangan intra EAGA) dan dengan seluruh dunia (ekstra-EAGA), dan (ii) a lingkungan investasi yang kondusif di
subkawasan. Keluaran sektor TIF yang akan disampaikan meliputi RRP yang disederhanakan untuk memfasilitasi
perdagangan lintas batas, UKM terintegrasi dalam rantai pasokan/nilai, dan inisiatif perdagangan dan promosi bersama.
Hasil, keluaran, dan target serta indikator (metrik) dirangkum dalam Gambar 12.

Strategi sektor TIF memiliki empat prioritas strategis yang disajikan di bawah ini. Prioritas ini mengakui bahwa konvergensi
tingkat proyek dengan sektor lain diperlukan untuk keberhasilan sektor TIF.

Prioritas Strategis 1: Perampingan RRP dan fasilitasi perdagangan lintas batas (impor dan ekspor). Perdagangkan
RRP di pos perdagangan terpilih (misalnya, penyeberangan perbatasan paling aktif dan pelabuhan mitra) akan disederhanakan dan/
atau disederhanakan untuk memfasilitasi pertumbuhan perdagangan lintas batas. Reformasi dalam RRP perdagangan di
tingkat negara akan ditujukan untuk meningkatkan lingkungan perdagangan lintas batas bagi UKM dengan berfokus pada
kebutuhan mereka dan mengatasi kemacetan. Pelajaran dari pengalaman implementasi sebelumnya terkait upaya CIQS
dalam merampingkan RRP di titik lintas batas dan pelabuhan mitra akan diperhitungkan. Peningkatan jumlah titik lintas
batas percontohan akan dipertimbangkan, berdasarkan aktivitas perdagangan di titik-titik tersebut. Langkah reformasi yang
penting adalah peningkatan transparansi dengan mengadopsi RRP yang disederhanakan serta menyebarkan informasi
tentang hal ini di kalangan pedagang dan UKM. Meningkatkan waktu pengeluaran barang juga merupakan target penting
untuk CIQS WG, yang akan memerlukan evaluasi RRP bea cukai dan karantina, mengingat bahwa produk pertanian segar
dan olahan adalah yang paling banyak diperdagangkan lintas batas. Langkah-langkah fasilitasi perdagangan lainnya akan
dievaluasi untuk implementasi bersama dengan sektor-sektor terkait termasuk, namun tidak terbatas pada, skema AEO
dengan sektor transportasi.
Machine Translated by Google

22 VISI BIMP-EAGA 2025

Gambar 12. Hasil, Keluaran dan Metrik Strategi Sektor TIF

• Perdagangan intra-
EAGA atau lintas batas BERDAGANG:

Berkelanjutan dan INVESTASI:


meningkat sebesar
10% (baseline 2016) perdagangan Terbentuk kondusif 10% tahunan
Metrik
Hasil
dan

FASILITASI
BIDANG

• Ekspor ekstra-EAGA lintas batas yang lingkungan meningkat


PERDAGANGAN
INVESTASI
DAN

(seluruh dunia) kompetitif di dalam investasi di FDI dan


subkawasan dan dengan subwilayah investasi
meningkat sebesar
seluruh dunia dalam negeri
10% (baseline
2016)

Efisien Terintegrasi Peningkatan


aturan, peraturan UKM perdagangan dan
dan prosedur untuk dalam rantai investasi bersama
memfasilitasi pasokan/nilai inisiatif
perdagangan lintas batas subregional promosi

Keluaran
Metrik
dan

FASILITASI
BIDANG

PERDAGANGAN
INVESTASI
DAN

• Waktu penyelesaian • 200 UKM • Setidaknya 2 kegiatan promosi


(jumlah hari) berpartisipasi dalam perdagangan dan
ditingkatkan (baseline 2016) rantai pasokan/nilai pada investasi EAGA
• Waktu izin berkurang tahun 2025 dilaksanakan per tahun
sebesar 10% untuk barang berisiko • Minimal 4
rendah (baseline 2016) usaha/proyek baru/
ekspansi

Prioritas Strategis 2: Identifikasi dan promosi peluang investasi dalam rantai pasokan/nilai di sepanjang
koridor ekonomi prioritas. TIF akan memilih industri dalam koridor ekonomi yang akan diprioritaskan untuk
membangun rantai pasokan/nilai subregional di mana tantangan dan kesenjangan akan diidentifikasi. Dalam mengisi
kesenjangan dalam rantai industri, TIF akan berupaya menerjemahkan tantangan menjadi peluang investasi.
Portofolio investasi dengan profil investasi akan dikembangkan dan dipromosikan serta dipasarkan secara aktif. TIF
juga akan meninjau dan meningkatkan, jika perlu, insentif investasi bekerja sama dengan pemerintah daerah dan
sektor swasta. Pendirian baru atau penguatan kawasan ekonomi khusus yang ada di koridor ekonomi akan menjadi
bagian dari prioritas strategis ini.

Prioritas Strategis 3: Peningkatan partisipasi UKM dalam rantai pasok/nilai koridor. Sebagai tulang punggung
perekonomian BIMP-EAGA, UKM sangat mempengaruhi pertumbuhan perdagangan, investasi dan pariwisata. UKM
di seluruh BIMP-EAGA menghadapi tantangan serupa, termasuk keterbatasan yang ditimbulkan oleh ukuran
perusahaan, keterampilan manajemen yang buruk, dan kurangnya akses ke informasi, teknologi, pembiayaan, dan
pasar. Melalui pengembangan rantai pasokan/nilai subregional, TIF akan secara progresif mengatasi tantangan dan
memfasilitasi perdagangan dan investasi UKM. Koridor ekonomi akan menyediakan platform untuk memanfaatkan
kapasitas UKM untuk melakukan perdagangan dan investasi lintas batas, sebagai persiapan untuk melibatkan wilayah yang lebih luas dan
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 23

pasar internasional. Langkah-langkah akan berfokus pada peningkatan akses UKM ke pembiayaan, teknologi, dan pasar
di tingkat dalam negeri.

Prioritas Strategis 4: Meningkatkan prakarsa promosi investasi dan perdagangan sektor publik-swasta. Ini
melibatkan pengorganisasian bersama inisiatif perdagangan dan investasi sektor publik-swasta baik di dalam subkawasan
dan di pasar ekstra-EAGA yang ditargetkan, serta kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah daerah, dan
keterlibatan dengan kamar dagang, asosiasi industri, dan sektor swasta lainnya. kelompok melalui BEBC dan kelompok
dan kelompok kerja. TIF juga akan meningkatkan pemanfaatan teknologi digital dalam mendorong perdagangan dan
investasi, termasuk namun tidak terbatas pada pengembangan fasilitas e-commerce.
Machine Translated by Google

24 VISI BIMP-EAGA 2025

Pilar Konektivitas
INFRASTRUKTUR TENAGA DAN ENERGI
STRATEGI SEKTOR
SEKTOR ENERGI TAHUN DAN AMAN

Konteks Pengembangan Sektor Infrastruktur Tenaga dan Energi

Akses yang andal ke sumber energi berkelanjutan merupakan prasyarat utama untuk pertumbuhan ekonomi. Negara-negara dalam BIMP-
EAGA beralih dari ketergantungan pada minyak, menuju batu bara dan gas alam. Ketergantungan yang tinggi pada batu bara dan gas
oleh negara-negara tertentu memiliki implikasi negatif bagi profil emisi gas rumah kaca nasional subkawasan tersebut, serta perubahan
iklim global. Namun, negara-negara dalam subkawasan ini juga mencari cara untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan dalam
negeri, karena biaya sumber energi terbarukan secara global terus menurun, dan energi terbarukan sekarang menarik lebih banyak
investasi daripada sumber bahan bakar fosil.

BIMP-EAGA memiliki sumber daya energi yang melimpah baik energi konvensional maupun energi terbarukan, termasuk gas alam,
batubara, tenaga air, surya, biomassa, angin, dan sumber panas bumi, yang semuanya memiliki potensi untuk dikembangkan di banyak
wilayah di subregion. Selain sumber energi yang ada dan potensial tersebut, kebutuhan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya secara berkelanjutan menjadi pendorong pertumbuhan sektor ini. Meningkatkan infrastruktur listrik di masing-masing bagian
subkawasan juga mendorong pembangunan lebih lanjut. Proyek interkoneksi Trans Borneo Power Grid Sarawak-Kalimantan Barat,
misalnya, telah memunculkan identifikasi dan kemungkinan implementasi proyek interkoneksi bilateral lainnya. Saat ini dalam diskusi
kemungkinan interkoneksi Sarawak-Brunei. Potensi proyek jalur pipa interkoneksi sedang diidentifikasi berdasarkan studi pra-kelayakan
yang dilakukan oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) pada kantong-kantong listrik prioritas.

Meskipun BIMP-EAGA memiliki sumber daya energi konvensional dan terbarukan yang melimpah, banyak daerah di subkawasan
tersebut masih memiliki akses terbatas atau tidak ada sama sekali ke listrik dan listrik yang dapat diandalkan, memadai dan terjangkau;
ini telah memperlambat pembangunan, terutama di daerah pedesaan. Pemenuhan tujuan BEV 2025, untuk sebagian besar, dapat
mengakibatkan daerah pedesaan yang terpinggirkan dan miskin mendapatkan akses yang lebih besar ke infrastruktur dan layanan listrik dan energi.

Isu dan Tantangan Strategis Infrastruktur Tenaga dan Energi

Pada konsultasi sektoral yang diselenggarakan pada tahun 2015, para pemangku kepentingan mengidentifikasi aset, pendorong,
tantangan, dan hambatan implementasi di sektor listrik dan energi, yang dirangkum dalam Gambar 13. Mereka mengidentifikasi
interkoneksi jaringan listrik untuk mengatasi masalah akses, dengan beberapa area dalam BIMP-EAGA mengambil keuntungan dari
kelebihan daya yang dihasilkan di daerah lain di subkawasan tersebut. Interkoneksi ini bukanlah tugas yang mudah, mengingat konfigurasi
geografis BIMP-EAGA. Subkawasan ini sebagian besar merupakan kepulauan, dan hal ini menimbulkan tantangan untuk membangun
jaringan listrik subkawasan yang terintegrasi sepenuhnya—sehingga kegagalan untuk memanfaatkan sumber yang lebih murah dari
negara tetangga. Tingkat pembangunan ekonomi yang berbeda di seluruh wilayah harus dipertimbangkan, mengingat permintaan akan
tenaga listrik sangat bergantung pada tingkat perkembangan industri.
Komplikasi lain termasuk batas yurisdiksi antar negara. Interkoneksi lintas batas mengarah pada negosiasi yang sulit karena perbedaan
tidak hanya dalam kebijakan tetapi juga dalam struktur pasar listrik dan standar teknis, antara lain.
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 25

Satu persepsi adalah bahwa BIMP-EAGA menduplikasi Gambar 13. Aset Infrastruktur Ketenagalistrikan, Pendorong,
upaya ASEAN dalam inisiatif regional untuk Tantangan dan Hambatan
interkoneksi jaringan listrik. Hal ini menimbulkan
Aktiva
perbedaan prioritas di antara pemerintah nasional
terkait dengan pengembangan sektor listrik dan energi
di tingkat negara bagian, provinsi, dan pemerintah daerah.

Isu-isu utama yang timbul dalam lingkungan kebijakan


dan peraturan yang terkait dengan tenaga dan energi Pendorong Pertumbuhan
disebabkan oleh perbedaan di antara negara-negara
anggota BIMP-EAGA dalam hal peraturan, standar
teknis, dan struktur pasar, serta persetujuan dan
proses peraturan. Keberhasilan proyek interkoneksi
Jaringan Listrik Trans Borneo Sarawak Kalimantan
Barat dan rezim perdagangan listrik yang sedang
diterapkan dapat memberikan model untuk interkoneksi Tantangan
jaringan listrik masa depan di subwilayah dan mungkin
dapat memulai harmonisasi lingkungan kebijakan.

Upaya ASEAN dalam membangun ASEAN Power


Grid juga akan dipertimbangkan.

Salah satu masalah kelembagaan yang teridentifikasi


adalah terbatasnya partisipasi sektor swasta, karena
Hambatan Implementasi
diperlukan investasi modal yang sangat besar di
sektor ini dan persetujuan peraturan untuk proyek energi.
Pemerintah masih memiliki preferensi untuk kontraktor
lokal. Insentif dan tingkat tarif saat ini tampaknya
cukup menarik untuk partisipasi sektor swasta. Sisi
positifnya, dalam rangka pengembangan kerjasama
BIMP EAGA secara umum telah tersedia kelembagaan
yang diperlukan, termasuk struktur BIMP-EAGA di
tingkat subregional. Di tingkat regional, lembaga-lembaga seperti Kepala Utilitas dan Otoritas Listrik ASEAN (HAPUA)
dan Komite Konsultatif Jaringan Listrik ASEAN (APGCC) berupaya menyelaraskan lingkungan kebijakan dan peraturan
untuk pengembangan listrik dan energi. BIMP-EAGA, bagaimanapun, harus memperkuat hubungan dan koordinasi
kelembagaannya dengan badan-badan ASEAN ini. Para pemangku kepentingan juga mencatat bahwa sumber
pendanaan untuk proyek listrik dan energi tersedia dari berbagai lembaga pendanaan seperti negara anggota itu
sendiri, ADB, Japan International Cooperation Agency, dan Japan Bank for International Cooperation.

Strategi Bidang Infrastruktur Tenaga dan Energi

Strategi tersebut dipusatkan pada peningkatan pemanfaatan sumber daya energi daerah secara optimal untuk
meningkatkan akses energi terutama di pedesaan, mengoptimalkan penggunaan sumber daya energi dalam negeri,
dan meningkatkan ketahanan energi daerah. Sasaran (outcome) yang dimaksud adalah sektor energi yang tangguh
dan lebih baik untuk pembangunan berkelanjutan, dengan tingkat elektrifikasi sebagai indikator dan target (metrik).
Tujuan (output) yang ingin dicapai adalah: (i) proyek dan studi interkoneksi; (ii) proyek energi terbarukan; (iii) elektrifikasi
pedesaan; dan (iv) program efisiensi dan konservasi energi dengan indikator dan target yang sesuai (Gambar 14).
Machine Translated by Google

26 VISI BIMP-EAGA 2025

Gambar 14. Hasil, Keluaran dan Metrik Strategi Sektor Infrastruktur Tenaga dan Energi

Sektor energi yang


Tingkat elektrifikasi
tangguh dan ketahanan
Metrik
Hasil
dan
pedesaan meningkat
energi yang lebih baik
ENERGI
DAYA
DAN

menjadi 100% rumah


INFRASTRUKTUR
BIDANG
untuk berkelanjutan
tangga pada tahun 2025
pembangunan di
BIMP-EAGA

Terbarukan Efisiensi dan


Interkoneksi Pedesaan

Elektrifikasi konservasi energi


proyek proyek energi
subregional

Keluaran
Metrik
dan

ENERGI
DAYA
DAN
• Pelaksanaan FS dari • Penilaian • Peningkatan kebijakan dan • Identifikasi
INFRASTRUKTUR
BIDANG
3 koneksi sumber daya lingkungan peraturan untuk Kota Hijau
enclave (dalam negara) ET diselesaikan mengatasi hambatan Inisiatif
atau oleh negara-negara anggota Pengembangan proyek
interkoneksi (lintas • Lokakarya sumber energi ET konvergensi
negara) pengembangan • Berbagi inisiatif dalam
• 7 Interkoneksi atau energi biomassa selesai elektrifikasi pedesaan
koneksi enclave dimulai • Sistem menggunakan RE
atau pembangkit terdistribusi • Melaksanakan
diterapkan dipromosikan lokakarya EE&C per negara
anggota

Prioritas strategis (area fokus) sektor ketenagalistrikan dan energi adalah:

Prioritas Strategis 1: Mengembangkan pendekatan untuk mengintensifkan keterlibatan pemerintah daerah,


perusahaan listrik dan sektor swasta. Hal ini akan berfokus pada promosi peluang investasi dalam BIMP-EAGA dalam
pembangkit listrik, dan transmisi (interkoneksi lintas negara dan koneksi enclaved dalam negara), dan proyek terbarukan
besar atau kecil. Peluang investasi ini dapat menghasilkan proyek interkoneksi yang nyata untuk dilaksanakan oleh
perusahaan listrik (BUMN atau swasta). Studi pelingkupan ADB dapat menjadi panduan dalam mengidentifikasi tiga potensi
kantong kekuatan lintas negara: penghubung Kalimantan Barat-Kalimantan Selatan, sambungan tulang punggung timur
dari Kalimantan ke Banjarmasin ke Bontang, dan interkoneksi Sabah Kalimantan Utara.

Prioritas Strategis 2: Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk mendorong investasi terkait energi oleh
pemerintah nasional. Penyelarasan dengan infrastruktur jaringan regional ASEAN akan membantu meningkatkan
keandalan pasokan karena pembangunan sektor energi dalam BIMP-EAGA tidak merata. Perbaikan rezim kebijakan dan
harmonisasi kerangka peraturan akan diupayakan sejalan dengan upaya ASEAN terkait standar teknis, prosedur operasi,
dan kerangka peraturan antar negara anggota. Di bawah prioritas strategis ini, kerja sama dan kolaborasi antara dan di
antara lembaga energi nasional dan regional (seperti HAPUA, Pusat Energi ASEAN dan APGCC) dalam kebijakan energi,
perencanaan dan berbagi informasi keamanan pasokan akan diupayakan.
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 27

Prioritas Strategis 3: Meningkatkan kerjasama dan memperkuat implementasi pengembangan energi


terbarukan dan meningkatkan akses energi di pedesaan. Penelitian bersama dan pengembangan teknologi di
bidang energi terbarukan akan diupayakan secara aktif. Kemitraan dan kolaborasi dengan penyedia teknologi energi
terbarukan akan menjadi landasan dari dorongan strategis ini. Pengembangan kerangka kerjasama energi terbarukan
yang koheren yang dapat mencakup berbagi pengalaman tentang perumusan dan implementasi kebijakan, dan
perluasan pasar dapat dipertimbangkan. Peningkatan kapasitas bagi para pemangku kepentingan (antara lain
pemerintah, sektor swasta, lembaga keuangan, dan pengembang) dapat dilakukan. Di bawah prioritas strategis ini,
infrastruktur jaringan regional yang dikejar dalam kerangka ASEAN akan dipertimbangkan. Interkoneksi listrik melalui
jaringan regional dapat membantu meningkatkan keandalan pasokan karena pembangunan sektor energi di wilayah
BIMP EAGA tidak merata. Beberapa wilayah BIMP-EAGA bergantung pada impor bahan bakar fosil yang mahal dan
membutuhkan kapasitas pembangkitan tambahan, sementara yang lain memiliki surplus listrik yang dapat
diperdagangkan lintas batas. Pengembangan sistem energi terdesentralisasi dan/atau terdistribusi off-grid untuk
daerah terisolasi khususnya untuk energi terbarukan dapat dieksplorasi. Skema elektrifikasi pedesaan yang efektif di wilayah BIMP-

Prioritas Strategis 4: Mendorong efisiensi dan konservasi energi. Sebagai prioritas strategis, hal ini akan
memerlukan peningkatan efisiensi dan konservasi energi di kedua sisi permintaan dan penawaran. Program efisiensi
dan konservasi energi akan dipromosikan di area BIMP-EAGA. Berbagi pengetahuan dan pengalaman akan
dilakukan. Proyek percontohan dalam efisiensi dan konservasi energi dapat dilaksanakan secara khusus di bawah
Inisiatif Kota Hijau BIMP-EAGA dalam kemitraan dengan sektor lingkungan. Di tingkat subregional, mempromosikan
standar umum, seperti Standar Kinerja Energi Minimum (MEPS) untuk peralatan rumah tangga dan komersial, dapat
dieksplorasi. Mempromosikan standar umum, dan “uji sekali dan jual di mana saja” adalah inisiatif yang dapat
dipertimbangkan dalam kerangka kerja BIMP-EAGA. Negara-negara BIMP-EAGA memiliki upaya berkelanjutan untuk
mengembangkan MEP untuk berbagai peralatan.
Machine Translated by Google

28 VISI BIMP-EAGA 2025

Pilar Konektivitas
INFORMASI DAN KOMUNIKASI
STRATEGI SEKTOR TEKNOLOGI (TIK).
BIMP-EAGA SEBAGAI KOMUNITAS YANG BERKEMAMPUAN TIK

Konteks Pengembangan TIK

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memiliki peran penting dalam mendukung perdagangan, meningkatkan literasi,
meningkatkan investasi, dan memperbesar pasar melalui kemampuannya untuk mengembangkan produk dan layanan baru,
memfasilitasi pertukaran informasi, menghubungkan orang, dan mengurangi biaya bisnis dan perdagangan. transaksi terkait.
Pertumbuhan sektor TIK—infrastruktur, jaringan, industri produk dan layanan TIK, dan media—dapat membantu mengurangi
kemiskinan (secara langsung dan/atau tidak langsung), meningkatkan produktivitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam konteks BIMP-EAGA, peningkatan fasilitas dan layanan TIK serta pembangunan infrastruktur telekomunikasi diharapkan
dapat meningkatkan akses layanan voice, data, dan internet terutama di daerah-daerah terpencil. Menyediakan akses ke
informasi terutama di daerah-daerah yang terpinggirkan dan tertinggal dari BIMP-EAGA dapat mempersempit kesenjangan
pembangunan dengan menyamakan peluang dan memungkinkan pengembangan pasar yang berpihak pada orang miskin,
seperti keuangan mikro dan penggunaan perangkat TIK untuk mengatasi kemiskinan. Industri layanan TIK lokal dengan
potensi keterkaitan ke area BIMP-EAGA lainnya diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja, terutama bagi perempuan dan
pemuda, serta mempromosikan perdagangan dan daya saing melalui ekspor. Sektor TIK membantu mendorong inovasi di
seluruh perekonomian dan sangat meningkatkan produktivitas. TIK juga dapat memainkan peran penting dalam mendukung
sektor lain, misalnya memodernisasi bea cukai untuk fasilitasi perdagangan yang lebih baik.

Kekuatan sektor TIK dalam BIMP-EAGA mencakup sumber daya manusia yang terlatih dan sangat terampil, peningkatan
infrastruktur dan investasi terkait TIK lainnya, serta kemitraan yang kuat antara dan di antara pemerintah, akademisi, dan
sektor swasta. Semua aset utama ini berkontribusi pada perkembangan pesat sektor TIK di BIMP-EAGA. Selain itu, sektor TIK
adalah tempat kepemimpinan dan partisipasi sektor swasta paling kuat di antara sektor dan klaster BIMP-EAGA. Forum CEO
TIK telah memainkan peran yang sangat aktif dalam mengidentifikasi, memprioritaskan dan memastikan implementasi berbagai
proyek dan inisiatif TIK. Ini menyediakan mekanisme model untuk memperkuat partisipasi sektor swasta dan pelaku industri
dalam pengembangan sektor BIMP-EAGA lainnya. Sebagian besar proyek tersebut dipimpin oleh sektor swasta termasuk
proyek Sistem Kabel Submarine Terrestrial (BEST) BIMP-EAGA yang dirancang untuk berkontribusi pada Koridor Broadband
ASEAN di bawah MPAC 2025. Konektivitas TIK yang ditingkatkan diharapkan berdampak positif terhadap tarif telekomunikasi,
mengatasi kesenjangan digital, menjadikan subkawasan ini sebagai pusat investasi yang menarik, dan menyediakan platform
yang diperlukan untuk meningkatkan pengembangan rantai pasokan bagi UKM di bidang pertanian, perikanan, dan pariwisata,
antara lain.

Isu dan Tantangan Strategis TIK

Negara-negara BIMP-EAGA berada pada tahap dan kecepatan yang berbeda dalam mengubah peraturan dan membuka
pasar telekomunikasi mereka untuk kompetisi, sambil memulai liberalisasi dan privatisasi untuk menarik investasi sektor swasta
yang lebih besar dan memperluas jangkauan dan akses. Reformasi pasar TIK memiliki dampak yang cukup besar. Penetrasi
mendalam jaringan seluler, pesan teks, dan jaringan serta perangkat yang mendukung internet telah menciptakan peluang
bagi pemerintah dan pengusaha untuk berinteraksi langsung dengan rumah tangga dan bisnis, serta memberikan layanan
dengan jangkauan yang lebih luas dan efisiensi yang lebih besar. Pemerintah memperbarui
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 29

kerangka peraturan, penataan kemitraan publik Gambar 15. Aset, Pendorong, Tantangan, dan Hambatan TIK
swasta, dan bekerja untuk meningkatkan lingkungan
bisnis. Semua tren ini memberikan peluang untuk Aktiva
kolaborasi di tingkat subregional mengingat lingkungan
hukum dan peraturan yang tepat.

Pada konsultasi sektor yang diadakan pada tahun


Pendorong Pertumbuhan
2015, para pemangku kepentingan mengidentifikasi
aset, pendorong, tantangan, dan hambatan
sebagaimana dirangkum dalam Gambar 15. Isu dan
tantangan strategis utama yang diidentifikasi adalah:
kebijakan yang sudah ketinggalan zaman; hambatan
hukum; dan persaingan di antara penyedia layanan,
yang memengaruhi akses, keterjangkauan, dan kualitas
Tantangan
layanan. Kurangnya kesadaran tentang penggunaan
TIK dan manfaatnya serta kesenjangan pengembangan
TIK di antara area BIMP-EAGA juga dianggap sebagai
masalah jangka panjang yang mempengaruhi pertumbuhan sektor ini.
Pemangku kepentingan TIK juga menunjukkan bahwa
daripada mengadopsi “intervensi langsung”, pemerintah
BIMP EAGA harus fokus pada “memungkinkan
intervensi” seperti mempromosikan penggunaan TIK
oleh sektor swasta (khususnya UKM), pengembangan Hambatan Implementasi
berkelanjutan tenaga kerja TIK terampil, menerapkan
kebijakan inovasi, mempromosikan kewirausahaan
TIK, dan memfasilitasi pendekatan bottom-up (untuk
melengkapi arah top-down) untuk inovasi TIK.

Strategi Sektor TIK

Untuk mengatasi kendala kebijakan dan tantangan jangka panjang lainnya, sebuah MOU untuk Kerjasama Pemerintahan dan
Pembangunan di Bidang TIK dan multimedia telah diselesaikan. Lingkup kerja sama akan mencakup promosi kebijakan dan
kerangka kerja TIK yang akan membantu harmonisasi regulator, sektor swasta, dan masyarakat untuk memastikan
implementasi inisiatif TIK dan multimedia yang cepat di negara-negara peserta. Nota kesepahaman tersebut juga mencakup
bidang kerja sama lain seperti: (i) peningkatan kapasitas untuk infrastruktur TIK lunak dan keras dan industri kreatif multi-
media dan digital; (ii) meningkatkan keterampilan profesional TIK; dan (iii) pengembangan produk dan layanan kreatif TIK dan
multimedia serta digital yang menyediakan kerangka menyeluruh dalam strategi sektor TIK di bawah BEV 2025.

Menyadari bahwa TIK adalah sektor yang cepat berubah, strategi sektor yang diuraikan dalam BEV 2025 akan ditinjau dan
direvisi sebagaimana mestinya dari waktu ke waktu. Alasan untuk mengadopsi pendekatan kohesif, strategis dan subregional
untuk pengembangan sektor TIK BIMP-EAGA sejalan dengan tujuan jangka panjang BEV 2025, mengingat bahwa TIK
dianggap sebagai pendorong, mesin pertumbuhan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. dalam BIMP-EAGA. Tujuan
(hasil) sektor TIK yang luas adalah agar BIMP-EAGA menjadi satu komunitas yang mendukung TIK dengan infrastruktur
berkualitas tinggi, peningkatan aksesibilitas, sumber daya manusia yang kompeten, dan inovasi teknologi.
Tujuan (output) adalah: (i) peningkatan dan pembaruan konektivitas dan infrastruktur TIK (hard and soft); (ii) sumber daya
manusia TIK yang kompeten; dan (iii) inovasi teknologi. Ini akan diukur dengan menggunakan target dan indikator berikut
(metrik): peningkatan akses informasi terutama di daerah pedesaan, broadband
Machine Translated by Google

30 VISI BIMP-EAGA 2025

Gambar 16. Hasil, Keluaran dan Metrik Strategi Sektor TIK

BIMP-EAGA sebagai single


Komunitas yang didukung TIK
Akses informasi di dengan infrastruktur Cakupan broadband

SEKTOR
TIK
BIMP-EAGA mengikuti berkualitas tinggi, aksesibilitas 100% pada tahun 2025
ITU standards yang lebih baik, sumber daya
manusia yang kompeten dan
Metrik
Hasil
dan

inovasi teknologi

Konektivitas
SDM TIK yang Inovasi teknologi
dan infrastruktur kompeten
TIK yang lebih
dikembangkan dikembangkan
baik (keras dan lunak)

SEKTOR
TIK

Keluaran
Metrik
dan

• 100% populasi BIMP- • Menggandakan • Pintar

EAGA memiliki jumlah masyarakat


akses informasi yang terbentuk di setiap
profesional TIK
yang kompeten daerah di
BIMP-EAGA
pada tahun 2025
(berdasarkan
baseline negara 2016)

penetrasi, profesional TIK yang kompeten dilatih, jumlah inovasi, dan “teknopreneur” dan UKM didukung (Gambar 16).

Prioritas strategis sektor TIK (area fokus) adalah:

Prioritas Strategis 1: Infrastruktur keras dan lunak TIK dikembangkan dan diperbarui. Infrastruktur TIK (seperti
BEST Cable System) akan dikembangkan untuk meningkatkan konektivitas, memperluas jangkauan dan akses
khususnya di pedesaan. Mengingat nilai internet berkecepatan tinggi untuk pengembangan BIMP-EAGA, dan perlunya
biaya rendah untuk memperluas jangkauan, pemerintah BIMP-EAGA dapat mempertimbangkan untuk meninjau dan
menyinkronkan kebijakan yang tepat yang dapat menarik investasi dan menjaga harga tetap rendah. Di bawah
prioritas strategis ini (dan dipandu oleh MOU yang berfungsi sebagai kerangka menyeluruh), negara-negara BIMP-
EAGA perlu terus meningkatkan kerangka kebijakan dan peraturan mereka untuk menghadapi perubahan cepat di
sektor TIK dan model bisnis. Telah diakui bahwa konektivitas merupakan isu kritis yang harus ditangani, dan sejumlah
masalah subregional memerlukan solusi elektronik. Beberapa aplikasi TIK dapat diuji coba seperti: (i) data terbuka/
besar; (ii) menyiapkan sistem TIK untuk manajemen perbatasan terkoordinasi di perbatasan terpilih di GSSC dan
WBEC; (iii) portal UKM BIMP-EAGA berbasis web untuk memfasilitasi e-commerce yang dapat mencakup penggunaan
pembayaran elektronik dengan fitur keamanan dan perlindungan konsumen (lihat Prioritas Strategis 2 terkait
pengembangan e-commerce); dan (iv) aplikasi agroindustri dan pariwisata.
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 31

Prioritas Strategis 2: Mempromosikan e-commerce di tingkat subregional. Kerangka kerja sama e-commerce
BIMP-EAGA yang akan dikembangkan, termasuk: (i) infrastruktur dan layanan TIK yang andal dan terjangkau; (ii)
fasilitasi logistik dan perdagangan; (iii) pendidikan dan kesadaran e-commerce; (iv) pengembangan kapasitas; (v)
dukungan kebijakan, advokasi, dan koordinasi; dan (vi) berbagi informasi, antara lain.

Prioritas Strategis 3: Pengembangan Sumber Daya Manusia di Bidang TIK. Kebutuhan TIK dalam hal
pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur keras dan lunak di sektor BIMP-EAGA lainnya (misalnya,
pendidikan sosial budaya, pertanian, fasilitasi perdagangan, dan pariwisata) akan diidentifikasi. Jika memungkinkan,
skema akreditasi standar keterampilan TIK di tingkat BIMP-EAGA (yaitu Sertifikasi Profesi TIK BIMP-EAGA dan
Akreditasi Kelembagaan, selaras dengan ASEAN) dapat dikembangkan dan diujicobakan di industri terpilih yang
mendukung hasil BEV 2025 di bidang manufaktur, agroindustri , perikanan dan pariwisata. Ini akan membutuhkan
sistem pendaftaran untuk profesional TIK BIMP-EAGA, mengidentifikasi standar keterampilan, memetakan tingkat
kompetensi dan memiliki definisi standar. Semua kegiatan pengembangan kapasitas yang terkait dengan
pengembangan tenaga kerja TIK BIMP EAGA yang sangat terampil, meningkatkan literasi TIK masyarakat pedesaan
dan pengusaha (khususnya kaum muda dan perempuan), menciptakan sistem metrik seperti balance scorecard untuk
seluruh BIMP-EAGA dan kapasitas dan ketersediaan bakat lokal serta mendukung industri TIK lokal akan menjadi
bagian dari prioritas strategis ini. Kegiatan pengembangan kapasitas lainnya berdasarkan MOU akan diidentifikasi dan dilaksanakan s
Kemitraan antara dan di antara pemerintah, industri dan akademisi akan diupayakan (misalnya penelitian dan
pengembangan, peta jalan TIK).

Prioritas Strategis 4: Pengembangan kewirausahaan TIK dan pengembangan produk dan layanan TIK.
Pengembangan sumber daya manusia (Prioritas Strategis 3) merupakan komponen penting dalam mengembangkan
dan mempertahankan industri layanan berbasis TIK dan dalam membangun budaya kewirausahaan TIK. Di bawah
prioritas strategis ini, BIMP-EAGA akan terus memberikan dukungan kepada para technopreneur, start-up dan UKM
untuk menciptakan sistem inkubasi bisnis. Startuphub@BIMP-EAGA, sebuah proyek sektor swasta yang menyediakan
layanan bagi para teknopreneur pemula, akan diperkuat dan diperluas; inkubator bisnis semacam itu memamerkan
proyek-proyek sektor swasta yang layak bank dan berfungsi sebagai pusat pelatihan bagi para profesional TIK. Platform
crowdfunding yang baru diluncurkan juga akan menjadi bagian dari prioritas strategis ini. Acara lain yang merupakan
sumber dari proyek yang diprakarsai sektor swasta dapat diperkuat, termasuk pertemuan rutin jaringan regional
pemimpin industri di bawah Forum CEO TIK, serta acara TIK regional lainnya, seperti Pertukaran Mata Pencaharian
Filipina (LIVEX). . Prioritas strategis ini juga akan mencakup pengembangan produk dan layanan TIK serta produk dan
layanan multi-media, seperti yang diusulkan dalam MOU.
Machine Translated by Google

32 VISI BIMP-EAGA 2025

Pilar Keranjang Makanan


STRATEGI SEKTOR AGRIBISNIS
KOMPETITIF DAN TAHAN IKLIM
AGRO-INDUSTRI DAN PERIKANAN

Konteks Pengembangan Sektor Agribisnis

Pada tanggal 26 November 2010, Pertemuan Menteri


Gambar 17. Aset, Pendorong, Tantangan dan
Pertanian dan Perikanan mengadopsi kerangka
Hambatan Agribisnis
strategis inisiatif keranjang makanan untuk BIMP-
EAGA. Food basket strategy (FBS) sejak saat itu Aktiva
menjadi kerangka kebijakan menyeluruh BIMP
EAGA untuk pembangunan berkelanjutan sektor
agroindustri dan perikanan. Tujuan FBS adalah untuk
mencapai pembangunan berkelanjutan dan integrasi
subregional dari sektor agroindustri dan perikanan
untuk memastikan ketahanan pangan, mata Pendorong Pertumbuhan

pencaharian berkelanjutan, dan pengentasan


kemiskinan di BIMP-EAGA. FBS memiliki empat
tujuan yang khas namun saling memperkuat, untuk:
(i) memastikan ketahanan pangan jangka panjang di
subkawasan BIMP EAGA; (ii) mengoptimalkan
potensi produk pertanian, peternakan, dan perikanan
Tantangan
untuk ekspor; (iii) mempromosikan mata pencaharian
yang berkelanjutan bagi petani dan nelayan; dan (iv)
memperkuat partisipasi dan meningkatkan kesadaran
akan FBS baik di sektor publik maupun swasta di
subwilayah.

Pada konsultasi sektor yang diadakan pada tahun Hambatan Implementasi


2015, para pemangku kepentingan mengidentifikasi
aset, pendorong, tantangan, dan hambatan
implementasi (Gambar 17). Aset utama termasuk
tanah yang melimpah dan sumber daya alam maritim
yang menghasilkan beberapa sumber daya tanaman
pertanian, perikanan dan akuakultur yang paling
penting. BIMP-EAGA menghasilkan banyak
komoditas pertanian dan perikanan yang jika dikonsolidasikan dapat menghasilkan skala ekonomi yang kondusif untuk
pengembangan ekspor. Meskipun kontribusi pertanian dan perikanan terhadap PDB subwilayah menurun, mayoritas
penduduk pedesaan, di mana angka kemiskinan tertinggi, tetap mengandalkan pertanian dan perikanan sebagai sumber
utama mata pencaharian dan pendapatan keluarga. BIMP-EAGA masih memiliki lahan yang luas yang dapat dimanfaatkan
untuk mengembangkan produksi berbagai komoditas baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Aset lainnya termasuk
kumpulan tenaga kerja yang substansial, karena BIMP-EAGA adalah rumah bagi populasi besar dengan sumber daya
tenaga kerja—tidak terampil, terampil, manajerial—yang dapat disalurkan untuk mengembangkan sektor pertanian. BIMP-EAGA juga menampung
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 33

pelabuhan laut dan bandara utama negara anggota yang terhubung ke pasar domestik dan/atau regional. Jaringan jalan
sedang dibangun atau ditingkatkan untuk menghubungkan area produksi ke pelabuhan laut dan bandara ini, memungkinkan
mobilitas barang yang lebih besar.

Pendorong pertumbuhan yang mempengaruhi sektor agribisnis BIMP-EAGA antara lain adalah pertumbuhan populasi dan
peningkatan pendapatan, yang mengakibatkan meningkatnya permintaan dan konsumsi produk makanan segar dan olahan.
Produksi pangan, bagaimanapun, telah meningkat pada tingkat yang lebih lambat dari populasi—artinya permintaan melebihi
pasokan produk makanan yang pada gilirannya menciptakan peluang untuk memperluas produksi. Dengan fokus pemerintah
nasional untuk mengurangi jumlah orang yang mengalami kemiskinan dan kelaparan, ada tekanan yang lebih besar pada
sektor pertanian untuk menghasilkan makanan yang aman, mudah diakses, dan terjangkau. Teknologi juga mendorong
produktivitas ke atas bahkan tanpa meningkatkan area produksi, melalui penggunaan varietas unggul dan praktik pengelolaan
pertanian yang lebih baik di tingkat produksi. Mesin dan teknologi inovatif untuk pemrosesan makanan, dan peningkatan
penggunaan TIK, memiliki efek di seluruh rantai distribusi. Globalisasi juga telah membuka pasar baru bagi produk pertanian
dan makanan. Industri makanan halal saja diperkirakan memiliki nilai pasar global lebih dari $2 triliun. Integrasi ekonomi
ASEAN juga dianggap sebagai pendorong pertumbuhan utama. Ketika ASEAN semakin dekat untuk mewujudkan tujuan
pasar tunggal dan basis produksinya, dan ketika hambatan non tarif diselesaikan, perdagangan makanan dan produk
pertanian intra-ASEAN diperkirakan akan meningkat secara dramatis.

Diakui secara luas pada konsultasi bahwa produk agro-perikanan segar dan olahan merupakan volume terbesar perdagangan
intra-EAGA. Petani kecil, yang merupakan mayoritas produsen dan pedagang di BIMP-EAGA, menemukan bahwa
produktivitas mereka terancam oleh dampak perubahan iklim ditambah dengan rendahnya kapasitas petani dan nelayan
untuk memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim.

Isu Strategis dan Tantangan Sektor Agribisnis

Isu-isu utama yang menghalangi pembangunan dan integrasi sektor pertanian dan perikanan dalam BIMP EAGA meliputi
penipisan sumber daya, perubahan iklim, geografi, dan konektivitas transportasi. Dua yang pertama berhubungan langsung
dengan produktivitas sektor dan dua yang terakhir berdampak pada integrasi.

Pemangku kepentingan telah menunjuk pertumbuhan populasi, peningkatan industrialisasi dan urbanisasi yang cepat sebagai
kontribusi langsung terhadap penipisan sumber daya. Perubahan pola penggunaan lahan, seperti konversi menjadi
penggunaan komersial dan industri yang lebih menguntungkan, telah mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian. Ditambah
dengan lambatnya pengenalan teknologi produksi yang lebih modern dan sistem manajemen pertanian, hal ini telah
menyebabkan penurunan produktivitas pertanian yang stabil. Ketika pertanian dataran rendah menjadi ruang komersial dan
industri, kawasan hutan telah diterobos sebagai kawasan alternatif untuk perkebunan skala besar. Bersama dengan praktik
“tebang dan bakar” yang tidak berkelanjutan, sumber daya hutan berkurang dengan kecepatan yang semakin mengkhawatirkan.
Di sisi lain, ancaman terhadap kelestarian sumber daya laut terus meningkat meski regulasi dan penegakan hukum semakin
ketat. Ancaman umum meliputi: praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan dan merusak (misalnya, praktik
penangkapan ikan dengan pukat dasar, praktik penangkapan ikan yang tidak dilaporkan, ilegal dan tidak diatur), peningkatan
intensitas perikanan, pengasaman laut, dan pemutihan karang. Lebih dari 80% pencemaran laut dikatakan berasal dari
sumber-sumber berbasis darat yang mencakup penggundulan hutan, pengelolaan limbah yang buruk, peningkatan populasi,
dan pertumbuhan pembangunan pesisir.

Perubahan iklim menghadirkan tantangan lain. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim secara
garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama adalah dampak biofisik, yang meliputi: (i) efek fisiologis pada
tanaman, padang rumput, hutan dan ternak (kuantitas, kualitas); (ii) perubahan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan,
tanah dan air; (iii) meningkatnya tantangan gulma dan hama; dan (iv) perubahan salinitas laut dan kenaikan permukaan laut
dan suhu yang mengakibatkan perubahan migrasi ikan dan pola habitat. Kedua, dampak sosial ekonomi yang meliputi: (i)
penurunan hasil dan produksi; (ii) mengurangi PDB marjinal dari
Machine Translated by Google

34 VISI BIMP-EAGA 2025

pertanian; (iii) fluktuasi harga pasar dunia; (iv) perubahan distribusi geografis rezim perdagangan; (v) peningkatan
jumlah orang yang berisiko kelaparan dan kerawanan pangan; dan (vi) migrasi dan kerusuhan sipil.

Integrasi sektor pertanian dan perikanan BIMP-EAGA terhambat oleh geografi kepulauannya dan kurangnya
konektivitas transportasi intra-EAGA yang efisien dan andal. Subkawasan ini terdiri dari banyak ekonomi pulau kecil
yang hampir autarki yang, meskipun produktif, terutama di bidang pertanian dan perikanan, terus dipisahkan dari
pasar. Perekonomian pulau yang miskin ini memiliki populasi kecil yang membuat investasi bahkan dalam infrastruktur
terkait perdagangan skala kecil (yaitu pelabuhan kecil) tidak dapat bertahan secara ekonomi. Masalah ini diperparah
dengan kurangnya konektivitas transportasi, terutama jasa pelayaran, untuk menghubungkan pusat produksi dengan
pusat pengolahan dan pasar. Perbedaan lingkungan kebijakan dan peraturan (misalnya protokol perdagangan),
perbedaan prioritas wilayah nasional dan daerah, partisipasi sektor swasta yang lemah, dan keterlibatan pemerintah
daerah yang terbatas menimbulkan tantangan bagi integrasi sektor pertanian dan perikanan BIMP-EAGA.

Strategi Sektor Agribisnis (Agroindustri dan Perikanan).

Ada potensi besar untuk mengubah BIMP-EAGA menjadi basis produksi tunggal untuk agro-perikanan, asalkan
produk agro-perikanan diperdagangkan secara bebas di dalam subkawasan. Strategi sektor agribisnis mengadopsi
salah satu dari tiga tujuan BEV 2025 untuk mencapai “agroindustri dan perikanan yang berkelanjutan, kompetitif dan
tahan iklim” sebagai hasil sektor yang diinginkan. Output sektor utama adalah pengembangan rantai pasokan/nilai
subregional untuk setidaknya lima (5) komoditas prioritas: (i) udang; (ii) beras; (iii) kelapa; (iv) ternak; dan (v) rumput
laut—yang semuanya memiliki potensi tertinggi untuk perdagangan dan pemrosesan intra-EAGA dan ekstra-EAGA.
Indikator dan target (metrik) untuk outcome dan output diilustrasikan pada Gambar 18.

Ketiadaan rantai pasokan/nilai yang efisien di dalam subkawasan telah menjadi tantangan besar dalam
mengembangkan dan mengintegrasikan sektor agribisnis BIMP-EAGA. Di sepanjang rantai pasokan/nilai, sektor ini
akan melihat kendala khusus untuk perdagangan dan peluang untuk memfasilitasi arus barang dari peternakan ke
pusat pengolahan ke pelabuhan dan akhirnya ke pasar, dengan mempertimbangkan keunggulan kompetitif dari area
fokus BIMP-EAGA dalam hal biaya produksi, volume produksi, ketersediaan fasilitas pemrosesan, dan kedekatan dengan pasar.
Rantai pasokan/nilai juga diharapkan dapat mengidentifikasi peluang investasi terutama untuk mengisi kesenjangan
dalam rantai komoditas, termasuk, antara lain, pengembangan sektor logistik (yaitu penyimpanan dan pergudangan,
fasilitas dan layanan transportasi, fasilitas rantai dingin, pengemasan, dll. .).

Tiga prioritas strategis sektor agribisnis adalah:

Prioritas Strategis 1: Ketahanan pangan jangka panjang di subkawasan. Meningkatkan implementasi kebijakan/
inisiatif ketahanan pangan nasional dalam BIMP-EAGA. Memastikan produksi pangan yang berkelanjutan, termasuk
meningkatkan produktivitas dan profitabilitas dengan mendorong kerja sama dalam R&D dan pengembangan
teknologi; optimalisasi penggunaan sumber daya lahan dan air untuk produksi agro-perikanan; dan meningkatkan
infrastruktur pertanian, peternakan, dan perikanan. Peningkatan kapasitas petani dan nelayan dalam meningkatkan
produksi dan produktivitas, serta mengatasi dampak buruk perubahan iklim terhadap ketahanan pangan. Ini juga
dapat mencakup pengembangan sistem informasi ketahanan pangan, memastikan stok penyangga untuk bantuan
darurat pangan, merumuskan kerangka kebijakan ketahanan pangan, dan membangun layanan fasilitasi untuk
meningkatkan akses pembiayaan bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di bidang agribisnis dan sektor perikanan.

Prioritas Strategis 2: Produk agro dan perikanan berkualitas tinggi untuk ekspor. Produk agroindustri dan
perikanan dengan potensi tinggi untuk ekspor intra dan ekstra EAGA akan diidentifikasi dan diprioritaskan. Daftar
panjang komoditas telah diidentifikasi dan masing-masing komoditas ini akan dinilai menurut potensi masing-masing
untuk membangun skala ekonomi dalam hal produksi, pemasaran dan distribusi. Lima komoditas prioritas telah
teridentifikasi sejak awal—beras, udang, kelapa, sapi, dan rumput laut—tetapi bisa jadi
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 35

Gambar 18. Outcome, Output dan Metrik Strategi Sektor Agribisnis

Berkelanjutan,
kompetitif, dan tahan
Metrik
Hasil
dan
Hasil pertanian Hasil perikanan
iklim
AGRIBISNIS
SEKTOR

meningkat sebesar 10% meningkat sebesar 10%


agroindustri dan
perikanan

Rantai pasokan/
nilai subregional untuk
lima komoditas
prioritas: udang,
beras, kelapa, sapi, dan
Keluaran
Metrik
dan

rumput laut
AGRIBISNIS
SEKTOR

dikembangkan

• Volume ekspor agroindustri dan perikanan intra-EAGA pada komoditas prioritas


meningkat sebesar 5%
• Volume ekspor agroindustri dan perikanan ekstra-EAGA dari komoditas prioritas
meningkat sebesar 9%

berubah selama implementasi BEV 2025, tergantung pada prioritas kebijakan negara, permintaan pasar, dan tren
pembangunan yang berubah. Komoditas prioritas lainnya yang teridentifikasi adalah jagung, karet, kelapa sawit, pisang,
unggas (ayam dan itik), perikanan bernilai tinggi, tuna dan sarden. Untuk meningkatkan pasar ekspornya, sektor agribisnis
akan memperkuat kerja sama dalam pengembangan industri makanan halal yang merupakan pasar global bernilai triliunan
dolar yang sedang tumbuh. Ini akan mencakup penyederhanaan dan harmonisasi proses akreditasi dan sertifikasi halal
sejalan dengan protokol nasional dan regional. Produksi dan ekspor komoditas “gaya hidup” yang melayani pasar makanan
kesehatan akan dikejar, yang berarti meningkatkan produktivitas buah dan sayuran yang ditanam secara organik dan
menetapkan dan/atau meningkatkan proses sertifikasi organik BIMP-EAGA. Inisiatif yang mempromosikan konsolidasi volume
produk di tingkat subregional, baik untuk perdagangan lintas batas atau untuk ekspor langsung ke tujuan regional dan
internasional, akan diupayakan secara aktif. Konsolidator utama dapat ditemukan di ibu kota, untuk mengkonsolidasikan
produk dari berbagai bagian negara untuk ekspor regional dan internasional, memanfaatkan layanan logistik yang efisien dari
ibu kota ke tujuan pasar. Konsolidasi subregional dari komoditas terpilih yang diproduksi dalam volume besar dalam BIMP-
EAGA dapat diekspor ke pasar regional dan internasional yang sama, asalkan logistik dan transportasi subregional
dikembangkan.

Langkah-langkah untuk mengurangi hambatan teknis dan non-tarif terhadap perdagangan pertanian dan perikanan di dalam
subkawasan akan diidentifikasi dan diupayakan, termasuk yang terkait dengan fasilitasi transportasi dan perdagangan. Jika
penghapusan hambatan perdagangan tidak melibatkan reformasi kebijakan, solusi administratif akan diidentifikasi dan
diterapkan, awalnya di tingkat bilateral. Kerja sama akan diperluas untuk mencakup penetapan standar dengan mengadopsi
standar yang selaras dengan kerangka kerja ASEAN, serta meningkatkan langkah-langkah sanitasi dan fito-sanitasi. Dalam kombinasi,
Machine Translated by Google

36 VISI BIMP-EAGA 2025

prakarsa ini selanjutnya akan memberi produsen BIMP-EAGA akses ke pasar ASEAN yang lebih luas pada
awalnya, dan akhirnya ke pasar internasional lainnya. Prioritas strategis ini juga akan mencakup inisiatif untuk
promosi bersama perdagangan dan investasi, serta untuk mempromosikan produk organik dan halal di sektor
agribisnis.

Prioritas Strategis 3: Penghidupan berkelanjutan bagi para nelayan dan petani di subwilayah. Inisiatif
penting di bawah prioritas strategis ini adalah untuk mempromosikan praktik terbaik dalam pertanian dan
perikanan berkelanjutan melalui intervensi di lapangan seperti agroindustri dan layanan penyuluhan perikanan.
Membangun kapasitas petani dan nelayan untuk memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim adalah
inisiatif penting lainnya. Kolaborasi dengan organisasi pembangunan internasional yang memiliki proyek dalam
cakupan geografis BIMP-EAGA, seperti Coral Triangle Initiative (CTI), Sulu-Sulawesi Marine Ecoregion (SSME),
dan program serupa lainnya untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dan penelitian akan dieksplorasi.
Konvergensi dengan klaster lingkungan dan pariwisata juga akan diupayakan, terutama dalam peningkatan
kapasitas untuk mata pencaharian berkelanjutan dan berbagi praktik terbaik tentang pengelolaan berkelanjutan
ekosistem laut dan pertanian yang vital.
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 37

Pilar Pariwisata
STRATEGI SEKTOR PARIWISATA
PARIWISATA BERKELANJUTAN DAN INKLUSIF
TUJUAN DI ASIA DAN PASIFIK

Konteks Pengembangan Sektor Pariwisata

Pembangunan pariwisata telah menjadi salah satu pilar integrasi


Gambar 19. Aset Pariwisata, Pendorong,
ekonomi BIMP-EAGA sejak inisiatif diluncurkan pada tahun Tantangan dan Hambatan
1994. Pariwisata dikategorikan sebagai salah satu sektor jalur
cepat untuk kerjasama karena potensinya untuk berkontribusi Aktiva
pada pengentasan kemiskinan dan penyempitan pembangunan
kesenjangan dalam subregional.

Meskipun sumber daya pariwisata cukup mirip di seluruh BIMP-


EAGA, setiap area menawarkan pengalaman unik bagi
wisatawan. Banyak situs dan tujuan ekowisata terletak di
daerah pedesaan dengan budaya, tradisi, dan gaya hidup yang Pendorong Pertumbuhan

berbeda.
Dampak pariwisata terhadap penciptaan lapangan kerja
pedesaan dan pertumbuhan ekonomi cukup besar.

Pada konsultasi sektor yang diadakan pada tahun 2015, para


pemangku kepentingan mengidentifikasi aset, pendorong,
Tantangan
tantangan, dan hambatan implementasi (Gambar 19). BIMP-
EAGA dikenal dengan kekayaan sejarah, warisan dan
budayanya, yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan
domestik maupun mancanegara. Kelimpahan lokasi wisata di
subkawasan ini merupakan aset lain. BIMP-EAGA menampung
enam Situs Warisan Dunia yang diidentifikasi oleh Organisasi
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNESCO): Taman Nasional Lorentz di Papua,
Indonesia; Taman Gunung Kinabalu di Sabah, Malaysia; Taman Hambatan Implementasi
Nasional Gunung Mulu di Sarawak, Malaysia; Sungai Bawah
Tanah Puerto Princesa di Palawan, Filipina; Taman Nasional
Karang Tubbataha, juga di Palawan, Filipina; dan Suaka
Margasatwa Gunung Himiguitan Range di Davao, Filipina.
Melengkapi Situs Warisan Dunia ini adalah situs warisan dan
budaya nasional dan taman alam. Atraksi wisata lainnya
termasuk bentangan panjang pantai murni dan liburan pulau.
BIMP-EAGA menawarkan berbagai kegiatan rekreasi termasuk
menyelam, trekking, mendaki gunung, berlayar, dan golf. Masakan khas subkawasan ini menjadi daya tarik tambahan. BIMP-EAGA memiliki
kader penyedia layanan yang substansial yang terdiri dari operator tur berpengalaman, pemandu wisata, dan agen perjalanan. Ini
Machine Translated by Google

38 VISI BIMP-EAGA 2025

penyedia layanan dipimpin oleh sektor swasta, dan berkontribusi secara signifikan terhadap promosi dan pemasaran
pariwisata di subkawasan tersebut.

Beberapa faktor diidentifikasi sebagai pendorong pertumbuhan industri pariwisata di BIMP-EAGA. Ini termasuk peningkatan
konektivitas di beberapa daerah, seperti jalur transportasi darat dan jalur penyeberangan di Pulau Kalimantan. BIMP-EAGA
menawarkan berbagai macam akomodasi, mulai dari resor mewah hingga hotel murah dan homestay yang nyaman.
Oleh karena itu, BIMP-EAGA mampu menarik banyak wisatawan, termasuk backpacker, pecinta alam, pencari budaya,
dan pelancong kelas atas. Paket wisata yang diarahkan pada target atau ceruk pasar sedang dikembangkan untuk
meningkatkan “pengalaman” BIMP-EAGA. Infrastruktur dan fasilitas pariwisata telah ditingkatkan dan destinasi menjadi
lebih mudah diakses. Promosi, pemasaran, dan publisitas juga telah meningkat, meskipun sebagian besar upaya telah
dilakukan di tingkat negara. Situs perjalanan online dan media sosial khususnya telah memberikan kontribusi yang sangat
besar terhadap pemasaran destinasi BIMP-EAGA. Namun, pendorong utama pertumbuhan sektor pariwisata adalah
partisipasi aktif sektor swasta dan investasi besar yang dilakukan dalam perangkat keras pariwisata—hotel, pengembangan
destinasi; dan perangkat lunak—pemasaran, promosi dan publisitas, serta pengembangan paket wisata.

Isu Strategis dan Tantangan Sektor Pariwisata

Sektor pariwisata mengadopsi strategi dengan tema “Asia Khatulistiwa”, menyoroti daya saing subkawasan ini dalam
ekowisata, khususnya ekowisata berbasis masyarakat (CBET). Baik pemangku kepentingan sektor publik maupun swasta
telah meningkatkan pemasaran dan promosi BIMP-EAGA sebagai tujuan ekowisata tunggal. Meskipun upaya meningkat,
bagaimanapun, pariwisata lintas batas belum berhasil.

Kurangnya konektivitas langsung intra-EAGA, terutama jalur udaranya, merupakan tantangan paling serius untuk
menetapkan BIMP-EAGA sebagai tujuan ekowisata tunggal. Meskipun bandara utama di subkawasan memiliki koneksi
internasional langsung, dilayani oleh maskapai lama dan berbiaya rendah, mobilitas dari satu lokasi BIMP-EAGA ke lokasi
lain dibatasi oleh kurangnya layanan udara. Pengembangan paket wisata subregional telah berlangsung, namun
pelaksanaannya bergantung pada ketersediaan jaringan transportasi langsung. Beberapa keberhasilan telah dicatat, seperti
peningkatan konektivitas transportasi darat di Pulau Kalimantan. Sektor pariwisata yang terintegrasi tetap menjadi tujuan,
namun kenyataannya tanpa konektivitas udara, pengembangan pariwisata subregional akan terbatas. Negara-negara
anggota juga menghadapi kendala anggaran dalam melaksanakan proyek terutama dalam hal pemasaran bersama,
publisitas dan promosi. Namun, perlu dicatat bahwa masing-masing negara anggota meningkatkan pemasaran, publisitas,
dan promosi tujuan wisata di wilayah BIMP-EAGA masing-masing. Tantangan lain yang diidentifikasi oleh para pemangku
kepentingan pariwisata berasal dari perbedaan kebijakan visa di antara negara-negara anggota, yang mempengaruhi
mobilitas wisatawan di dalam subkawasan, terutama yang berasal dari luar ASEAN. Turis-turis ini diharuskan mendapatkan
visa sebelum atau pada saat kedatangan di pelabuhan masuk BIMP-EAGA, yang tidak semuanya merupakan pelabuhan
internasional dengan layanan visa-on-arrival.

Terlepas dari keanekaragaman hayati laut dan daratnya yang tak tertandingi, dan sumber daya budaya yang kaya, BIMP-
EAGA belum dapat sepenuhnya menyadari potensinya untuk menjadi satu tujuan ekowisata kelas dunia. Faktor-faktor lain
yang menghambat pengembangan pariwisata adalah: kurangnya tujuan subregional dan kerangka pengembangan situs
yang koheren dan disepakati bersama; gerbang terbelakang, last-mile dan infrastruktur masyarakat; investasi sektor swasta
yang terbatas dalam produk dan layanan wisata terkait ekowisata; dan kurangnya pengetahuan dan keterampilan di tingkat
lokal untuk mengeksploitasi peluang mata pencaharian yang terkait dengan sektor pariwisata.

Selain itu, produk ekowisata dan merek Equator Asia yang ada di subkawasan ini masih belum banyak dikenal di pasar
sumber utama, karena kurangnya kegiatan pemasaran dan promosi yang terfokus.
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 39

Strategi Sektor Pariwisata

Alasan untuk mengadopsi pendekatan strategis dan subregional terpadu untuk pengembangan pariwisata BIMP-EAGA
sejalan dengan tujuan (hasil) jangka panjang BEV 2025 untuk menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan. Strategi ini
bertujuan untuk melindungi warisan alam dan budaya bersama subkawasan, mempercepat pertumbuhan ekonomi inklusif
di dalam dan di seluruh subkawasan, dan memfasilitasi sinkronisasi standar layanan dan replikasi praktik terbaik.
Mempromosikan BIMP–EAGA sebagai tujuan tunggal dengan fasilitas dan layanan ekowisata kelas dunia akan
meningkatkan kelangsungan hubungan udara, laut, dan darat subregional, merangsang permintaan untuk meningkatkan
penerapan prosedur CIQS yang disederhanakan secara luas, dan mendorong investasi dalam infrastruktur dan layanan
yang berkontribusi pada sirkuit pariwisata multi-negara yang bernilai tambah. Strategi pariwisata memandang “pariwisata
sebagai suatu sistem,” yang memerlukan kerja sama dengan berbagai sektor. Ini mendefinisikan ekowisata sebagai
segmen industri utama yang mempromosikan perjalanan yang bertanggung jawab yang akan berdampak pada mata pencaharian masyara

Tujuan sektor pariwisata yang luas (hasil) adalah untuk menetapkan BIMP-EAGA sebagai tujuan ekowisata pilihan di Asia
dan Pasifik. Output strategi sektor pariwisata adalah: (i) peningkatan akses, konektivitas dan infrastruktur pariwisata; (ii)
situs ekowisata yang akan dikembangkan dan dipromosikan, seperti Situs Warisan Dunia UNESCO, situs warisan dan
budaya nasional, dan taman alam, antara lain; (iii) sirkuit pariwisata yang melibatkan setidaknya dua negara untuk
dikembangkan; dan (iv) masyarakat untuk mengadopsi mata pencaharian berkelanjutan dan ekowisata berdasarkan
standar ASEAN. Hasil sektor, keluaran dan indikator serta target terkait (metrik) dirangkum dalam Gambar 20.

Gambar 20. Outcome, Output dan Metrik Strategi Sektor Pariwisata

BIMP-EAGA dari
Jumlah turis Penerimaan pariwisata
tujuan
kedatangan meningkat
PARIWISATA
SEKTOR

Metrik
Hasil
dan

ekowisata di Asia dan meningkat sebesar 5%


setidaknya 5% per tahun Pasifik setiap tahun

Akses pariwisata, Sirkuit Ekowisata


Situs ekowisata pariwisata berkelanjutan dan
konektivitas, dan
infrastruktur untuk standar ASEAN
dikembangkan dan dikembangkan,
situs ekowisata dipromosikan dipromosikan dan diadopsi oleh
dijual masyarakat
ditingkatkan
PARIWISATA
SEKTOR
Keluaran
Metrik
dan

• 16 situs CBET didirikan untuk EAGA


• Sedikitnya 12 sirkuit pariwisata yang melibatkan dua negara
• Masing-masing 4 komunitas per negara untuk dilatih dalam ekowisata berkelanjutan dan ASEAN
standar pariwisata
• Setidaknya 1 rute baru yang menghubungkan wilayah EAGA
• Setidaknya 1 kapal pesiar untuk singgah di pelabuhan EAGA
Machine Translated by Google

40 VISI BIMP-EAGA 2025

Prioritas strategis sektor pariwisata (area fokus) adalah:

Prioritas Strategis 1: Pengembangan akses dan infrastruktur pendukung pariwisata (keras dan lunak). Akan ada
kolaborasi tingkat proyek yang ditingkatkan dengan kluster transportasi dan operator layanan transportasi untuk membangun
dan/atau memperluas konektivitas udara, darat, dan maritim intra-EAGA. Klaster pariwisata akan menentukan permintaan
untuk layanan transportasi yang berbeda dan dengan demikian akan mengidentifikasi jalur transportasi udara, laut dan darat
dengan potensi terbesar untuk beban penumpang yang berkelanjutan. Konektivitas udara melalui konvergensi, menargetkan
koneksi dari setiap negara BIMP ke setidaknya satu negara anggota lainnya dan ko-terminalisasi akan dilakukan. Karena
layanan udara intra-EAGA terus menghadapi tantangan, layanan transportasi lain akan dieksplorasi untuk tujuan pariwisata,
termasuk layanan pengiriman penumpang. Wisata kapal pesiar juga akan dikejar sejalan dengan ASEAN Cruise Tourism
Strategy yang diluncurkan pada Januari 2016. Cluster Pariwisata akan berkolaborasi dengan LTWG untuk lebih meningkatkan
pengoperasian bus wisata di Pulau Kalimantan. Perbedaan kebijakan keimigrasian dan pemberian fasilitas visa on arrival
akan diselesaikan dengan TIF Cluster/CIQS WG. Tindakan administratif lainnya yang akan memfasilitasi mobilitas wisatawan
akan diidentifikasi.

Prioritas Strategis 2: Pengembangan Produk Ekowisata. Pendirian destinasi pariwisata multi-negara yang terutama
berfokus pada CBET akan didukung dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta
dalam: (i) pengembangan destinasi dan lokasi; (ii) penyediaan infrastruktur dan fasilitas publik yang diperlukan untuk
meningkatkan konektivitas dan melindungi aset pariwisata; dan (iii) langkah-langkah untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan wisatawan.
Investasi UKM akan dipromosikan dan didorong dalam operasi perhotelan, transportasi dan wisata.
Dukungan sektor swasta akan dimobilisasi untuk intervensi rantai nilai terkait pariwisata, termasuk penyediaan sumber daya
keuangan untuk memfasilitasi pengembangan usaha terkait pariwisata, dengan fokus pada kemitraan masyarakat publik-
swasta. Prioritas strategis ini akan mencakup pemasaran bersama dan promosi produk ekowisata. Pemasaran dan promosi
akan disaring dan diarahkan pada segmen (niche market) pasar pariwisata yang sesuai, dengan tetap memperhatikan daya
dukung fasilitas di berbagai destinasi di BIMP EAGA. Ceruk pasar yang terdefinisi dengan baik memungkinkan fokus dan
selektivitas yang lebih besar dalam inisiatif pemasaran dan promosi yang akan dilakukan di tingkat subregional. Cluster
Pariwisata akan mengadopsi satu atau dua proyek “unggulan” (misalnya CBET, Situs Warisan UNESCO) untuk bersama-
sama memasarkan dan mempromosikan di tingkat subregional, untuk memfasilitasi desain dan isi materi dan brosur
informasi umum.

Prioritas Strategis 3: Pengembangan Sumber Daya Manusia Pariwisata. Tindakan akan diambil untuk meningkatkan
keterampilan dan kapasitas masyarakat, pengelola pariwisata, pelatih, dan lembaga pendidikan dan pelatihan pariwisata
dalam pengembangan ekowisata dan dalam memenuhi standar pariwisata ASEAN (misalnya untuk homestay, hotel hijau,
dan toilet umum), antara lain. Di tingkat ASEAN, harmonisasi standar dan persyaratan bagi para profesional di sektor
pariwisata adalah yang paling maju, dengan Mutual Recognition Arrangements (MRA) sudah diadopsi. Sebagai blok
bangunan ASEAN, Kluster Pariwisata BIMP-EAGA akan menjajaki percontohan “jabatan pekerjaan” terpilih di bawah MRA
sektor pariwisata ASEAN untuk memungkinkan mobilitas sumber daya manusia dalam pariwisata intra-EAGA yang lebih
besar. BIMP-EAGA bermaksud memposisikan dirinya sebagai pusat keunggulan dengan menguji coba sertifikasi jabatan
pariwisata tertentu di bawah MRA ASEAN. Dalam kaitan ini, konvergensi yang lebih kuat akan diupayakan dengan Cluster
Socio-Cultural and Education (SCE), yang juga melihat MRA.

Prioritas Strategis 4: Mempromosikan pendekatan terkoordinasi untuk pengelolaan alam, budaya dan warisan.
Pertukaran pengetahuan dan berbagi pengalaman tentang standar dan praktik terbaik (studi kasus) pengelolaan warisan
alam dan budaya akan dipromosikan, untuk mengkoordinasikan pendekatan untuk mengelola dampak lingkungan dan sosial
dari ekowisata. Situs model dapat diidentifikasi dan praktik terbaik direplikasi. Konvergensi dengan Cluster Lingkungan akan
diupayakan.
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 41

Pilar Lingkungan
STRATEGI SEKTOR LINGKUNGAN
PENDEKATAN MANAJEMEN BERKELANJUTAN DI
EKOSISTEM BIMP-EAGA

Konteks Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup

Peran sektor lingkungan dalam mencapai pembangunan Gambar 21. Aset Lingkungan, Pendorong, Tantangan
ekonomi berkelanjutan di BIMP EAGA tidak bisa dan Kemacetan
terlalu ditekankan. Sumber daya alam yang melimpah
Aktiva
di subkawasan ini perlahan-lahan terkikis sebagai
akibat dari berbagai ancaman lingkungan alam dan
manusia, antara lain, (i) praktik-praktik yang tidak
berkelanjutan di sektor pertanian, industri, manufaktur,
dan jasa, (ii) perubahan pola penggunaan lahan
karena urbanisasi yang cepat dan pertumbuhan
populasi, (iii) penangkapan ikan ilegal yang tidak
Pendorong Pertumbuhan
diatur dan tidak dilaporkan, (iv) konversi dan/atau
intrusi ke lahan hutan untuk pembangunan perkebunan,
dan (v) kurangnya kapasitas, terutama di kalangan
petani kecil, untuk secara efektif mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim dan dampaknya.
Pembangunan berkelanjutan bukan semata-mata
urusan lingkungan; merupakan tantangan yang harus Tantangan
dijawab oleh semua sektor. Namun, sektor lingkungan
diharapkan untuk memastikan bahwa semua sektor
melakukan bagiannya dalam melindungi dan
melestarikan—bila perlu—sumber daya alam dan
keanekaragaman hayati di subkawasan tersebut.
Pendekatan multi-sektor untuk pembangunan
berkelanjutan ini terbukti dalam tiga tujuan BEV 2025, Hambatan Implementasi
di mana keberlanjutan adalah kunci pengembangan
sektor manufaktur, pertanian dan perikanan, serta
pariwisata.

Pada konsultasi sektor yang diadakan pada tahun


2015, pemangku kepentingan mengidentifikasi aset,
pendorong, tantangan, dan hambatan implementasi
(Gambar 21). Sektor lingkungan mengidentifikasi
kekuatan inti BIMP-EAGA sebagai berikut: (i) keanekaragaman hayati darat dan laut; (ii) sumber daya air yang melimpah;
dan (iii) energi terbarukan sebagai sumber energi berkelanjutan yang dapat berkontribusi pada konservasi keanekaragaman
hayati dan merupakan potensi konvergensi dengan klaster infrastruktur energi dan energi.
Machine Translated by Google

42 VISI BIMP-EAGA 2025

Kekhawatiran global saat ini mendorong pengembangan kerjasama di sektor lingkungan. Ini termasuk (i) mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim, (ii) pengelolaan ekosistem kritis yang berkelanjutan, dan (iii) hubungan lingkungan-energi-
pangan. Negara-negara BIMP-EAGA adalah penandatangan dan anggota berbagai perjanjian dan program
internasional seperti proyek Heart of Borneo (HOB) yang melibatkan Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia;
Coral Triangle Initiative (CTI) yang diikuti oleh Indonesia, Malaysia dan Filipina (untuk BIMP-EAGA), bersama dengan
negara lain seperti Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Timor Leste (juga dikenal sebagai CT6); dan SSME, yang
merupakan salah satu bentang laut prioritas dalam CTI. Program-program ini, meskipun dilaksanakan di luar kerangka
BIMP-EAGA, dengan mekanisme kelembagaan dan pelaksanaan yang terpisah, memberikan peluang untuk kemitraan
dan kolaborasi yang dapat mendorong kerjasama lingkungan subregional. Terakhir, meskipun masih terbatas,
kesadaran dan keterlibatan para pemangku kepentingan (pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat setempat)
dalam inisiatif terkait lingkungan semakin meningkat.

Isu dan Tantangan Strategis Bidang Lingkungan Hidup

Sektor lingkungan kemungkinan akan mendapat manfaat terbesar dari kerja sama, mengingat ancaman terhadap
lingkungan tidak dibatasi oleh batas-batas negara. Pada saat yang sama, sektor ini menimbulkan tantangan unik
untuk kerja sama, karena negara-negara anggota memiliki kebijakan, peraturan, dan prioritas nasional yang berbeda
terkait dengan pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan. Seperti diungkapkan oleh konsultasi
pemangku kepentingan, terdapat perbedaan antara kebijakan nasional—yang seringkali didorong oleh komitmen
terhadap perjanjian dan protokol regional dan internasional—dengan realitas dan prioritas di tingkat subnasional. Di
dalam subkawasan, perbedaan tingkat pembangunan ekonomi dan sosial, serta kesulitan dalam melakukan reformasi
kebijakan di tingkat subnasional, semakin memperumit pengembangan kerjasama.

Masalah besar lainnya adalah keterlibatan dan mobilisasi sektor swasta dan dukungan masyarakat lokal yang relatif
lemah untuk perlindungan sumber daya alam. Sementara kesadaran akan dampak perubahan iklim dan penipisan
sumber daya alam semakin meningkat, terdapat kebutuhan untuk memperkuat penyebaran informasi guna melibatkan
sektor swasta dan masyarakat lokal dalam prakarsa terkait lingkungan, dan untuk meningkatkan investasi sektor
swasta dalam teknologi bersih dan hijau .

Beberapa area di BIMP-EAGA terus mengalami krisis listrik atau memiliki akses terbatas ke sumber daya dan energi
yang dapat diandalkan. Tantangan utama di bidang energi berkelanjutan adalah penerapan efektif dari pendekatan
bubungan ke karang dalam pengelolaan DAS dan DAS terpadu. Pendekatan ekosistem ini sangat relevan untuk
sumber daya air lintas batas, di mana kolaborasi regional memainkan peran kunci dalam melindungi cekungan sungai
dan danau, air tanah, dan ekosistem laut yang besar.

Kebutuhan untuk mengarusutamakan bidang lingkungan hidup di antara pilar-pilar strategis BIMP-EAGA menimbulkan
persoalan koordinasi antar dan antar bidang yang tidak efektif, yang pada gilirannya menghambat konvergensi tujuan,
sasaran, dan prioritas strategis lintas bidang. Karena lingkungan mendukung semua sektor, ada kebutuhan untuk
memperkuat dimensi lingkungan di semua proyek subregional.

Strategi Bidang Lingkungan

Sasaran sektor lingkungan untuk mengarusutamakan pendekatan pengelolaan berkelanjutan dalam ekosistem BIMP-
EAGA tidak hanya mendukung sasaran BEV 2025 secara keseluruhan; ketiga hasil BEV 2025 memiliki dimensi
lingkungan yang berbeda. Tujuan sektor dengan tepat mereferensikan tiga hasil utama BEV 2025, mengidentifikasi
satu keluaran berbeda per hasil keseluruhan BEV 2025 yang diharapkan. Pendekatan multi-sektor untuk pembangunan
berkelanjutan adalah keharusan yang akan mendorong sektor lingkungan. Outcome sektor lingkungan, output dan
indikator serta target (metrik) diringkas sebagai Gambar 22.
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 43

Gambar 22. Hasil, Keluaran dan Metrik Strategi Sektor Lingkungan Hidup

Tiga pendekatan Berkelanjutan


pengelolaan pendekatan
Metrik
Hasil
dan
berkelanjutan dikembangkan manajemen di
LINGKUNGAN
SEKTOR
dan dipromosikan di ekosistem
ekosistem BIMP-EAGA BIMP-EAGA

Praktik pertanian Teknologi produksi


Berkelanjutan
dan perikanan bersih dan
ekowisata di
yang berkelanjutan dan hijau
ekosistem
tahan iklim dipromosikan

Keluaran
Metrik
dan

LINGKUNGAN
SEKTOR

• Praktik terbaik dan • Praktik dan standar • Setidaknya 1 kota per negara
standar yang disusun pada terbaik disusun pada tahun dengan GCAP di RP1-RP2
tahun 2018 dan disebarluaskan 2018 dan disebarluaskan • GCAP diterapkan pada tahun
pada tahun 2019 pada tahun 2019
2025
• Setidaknya 2 komunitas per • Setidaknya 1 komunitas per • 200 UKM mengadopsi teknologi
negara mengadopsi praktik negara mengadopsi produksi bersih dan hijau
ekowisata berkelanjutan praktik pertanian pada tahun 2025
dan penangkapan ikan yang
berkelanjutan dan tahan iklim

Bidang lingkungan memiliki empat prioritas strategis:

Prioritas Strategis 1: Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan isu mendesak yang harus
segera diatasi, karena berdampak pada keberlanjutan sumber daya alam dan mata pencaharian masyarakat pertanian,
perikanan, dan ekowisata. Di bawah dorongan strategis ini, sektor lingkungan akan menyusun praktik terbaik dalam
pembangunan berkelanjutan kegiatan pertanian, perikanan, dan ekowisata dan akan memberikan bantuan di lapangan
untuk memilih masyarakat pedesaan dalam mengadopsi praktik terbaik untuk mengurangi risiko dan beradaptasi dengan
perubahan iklim. Atas dasar upaya terbaik, data tentang tingkat emisi gas rumah kaca (GRK) di BIMP-EAGA akan
dikompilasi sebagai alat untuk keputusan kebijakan dan tindakan spesifik yang akan diambil untuk mengurangi GRK.

Prioritas Strategis 2: Promosi teknologi bersih dan hijau. Kolaborasi akan dilakukan dengan organisasi penelitian
dan akademisi untuk mengidentifikasi teknologi bersih dan hijau yang sesuai untuk diadopsi oleh industri.
Kemitraan dengan industri dan perusahaan individu, terutama dengan UKM, akan diupayakan untuk mempromosikan
penggunaan proses bersih dan hijau dalam operasi bisnis mereka. Pembentukan Inisiatif Kota Hijau BIMP-EAGA (GCI)
akan dilakukan dengan keterlibatan aktif dan kemitraan dengan pemerintah daerah untuk mengubah kota-kota terpilih
menjadi kota hijau. GCI bertujuan untuk mempromosikan kota yang layak huni dan berkelanjutan melalui penekanan
yang seimbang pada tiga komponen pembangunan perkotaan: lingkungan, daya saing ekonomi
Machine Translated by Google

44 VISI BIMP-EAGA 2025

dan ekuitas. Rencana Aksi Kota Hijau (GCAP) akan dikembangkan menggunakan proses partisipatif. Tipikal GCAP
berisi antara lain strategi dan target konkret untuk mengejar pertumbuhan rendah karbon, meningkatkan kualitas
lingkungan, dan memperkuat daya saing ekonomi.

Prioritas Strategis 3: Pengelolaan sumber daya alam dan ekosistem yang berkelanjutan. Langkah-langkah akan
diambil untuk mempromosikan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Ini akan menyatukan perencanaan
penggunaan lahan, pengelolaan air, konservasi keanekaragaman hayati dan keberlanjutan industri seperti pertanian,
perikanan dan pariwisata terutama yang terjadi dalam ekosistem. Kemitraan akan diupayakan dengan pemerintah
daerah, masyarakat lokal, sektor swasta, industri dan akademisi untuk melibatkan mereka, berkontribusi langsung
dan berpartisipasi aktif dalam perumusan dan pelaksanaan program perlindungan dan konservasi serta promosi jasa
lingkungan menuju pembangunan hijau. Ini akan mencakup menjajaki skema pembayaran untuk jasa lingkungan.
Kolaborasi dan kemitraan juga akan diupayakan dengan organisasi dan lembaga terkait seperti, namun tidak terbatas
pada, CTI, SSME dan HOB, dengan tujuan berbagi dan memperluas sumber daya pengetahuan, pengalaman dan
pembelajaran, khususnya di bidang pengelolaan ekosistem.

Prioritas Strategis 4: Meningkatkan kesadaran publik dan peningkatan kapasitas pemangku kepentingan
terkait tentang kelestarian lingkungan. Kesadaran publik tentang isu-isu seperti perubahan iklim, penipisan sumber
daya alam, dan praktik industri yang tidak berkelanjutan serta dampaknya terhadap generasi mendatang diperlukan
untuk mendorong keterlibatan dan partisipasi pemangku kepentingan dalam upaya perlindungan dan konservasi.
Cluster Lingkungan akan mendokumentasikan pengalaman dan pembelajaran dari proyek-proyek yang akan
dilaksanakan. Informasi dan materi edukasi akan disebarluaskan melalui berbagai cara, seperti publikasi cetak dan
digital, termasuk namun tidak terbatas pada website dan penggunaan media sosial. Klaster tersebut akan bermitra
dengan pemerintah daerah untuk menjangkau masyarakat dan sektor usaha lokal dalam upaya meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam program pelestarian lingkungan. Ini juga akan merumuskan program peningkatan
kapasitas berdasarkan kebutuhan pemangku kepentingan tertentu. Diantisipasi bahwa komponen pembangunan
kapasitas dari dorongan strategis ini akan dipisah sesuai kebutuhan.

Konvergensi di tingkat proyek dengan sektor lain, seperti pariwisata untuk ekowisata, energi untuk energi terbarukan
dan efisiensi energi, pertanian untuk praktik pertanian dan perikanan ramah iklim, dan semua sektor lain untuk GCI
adalah kunci untuk mencapai tujuan sektor pengarusutamaan lingkungan lintas sektor. Yang lebih penting daripada
studi dan penilaian adalah proyek yang mempromosikan dan memperkuat keterlibatan di lapangan dengan para
pemangku kepentingan (yaitu, sektor swasta dan bisnis, masyarakat lokal dan pemerintah daerah). Keterlibatan
proaktif akan dilakukan dengan organisasi dengan tujuan dan sasaran yang sama, dan yang beroperasi di wilayah
geografis yang sama, seperti CTI, HOB, dan Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT) untuk GCI.
Kolaborasi dengan lembaga akademik, organisasi penelitian, dan organisasi lingkungan internasional dapat
memperluas sumber pengetahuan dan praktik terbaik dalam pengelolaan lingkungan pada umumnya, dan perubahan
iklim pada khususnya.
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 45

Pilar Sosial Budaya dan Pendidikan


SOSIAL BUDAYA DAN PENDIDIKAN
STRATEGI SEKTOR
KONEKTIVITAS ORANG KE ORANG DAN
PERTUKARAN BUDAYA

Konteks Pembangunan Sosial Budaya dan Pendidikan

Sektor Socio-cultural and Education (SCE) adalah


Gambar 23. Aset, Pendorong, Tantangan, dan Hambatan SCE
sektor kerjasama terbaru dalam BIMP-EAGA dan
bertanggung jawab untuk mengembangkan Aktiva
konektivitas orang-ke-orang dan mempromosikan
SCD: kekayaan warisan, budaya dan tradisi; nilai-
pertukaran sosial budaya. Sektor ini memiliki dua
nilai komunal keragaman permainan dan olahraga
komponen pembangunan—sosial budaya (SCD)
HRD: modal manusia, pendidikan tinggi dan
dan sumber daya manusia (SDM)—keduanya lembaga TVET, kemitraan yang ada dan populasi
digerakkan terutama oleh sumber daya manusia subkawasan. muda

Pada konsultasi sektor tahun 2015, pemangku Pendorong Pertumbuhan

kepentingan mengidentifikasi aset, pendorong,


tantangan, dan hambatan implementasi untuk SCE
(Gambar 23). Aset subsektor SCD meliputi (i)
kekayaan warisan, budaya dan tradisi subkawasan,
(ii) sikap dan nilai yang unik dan komunal, dan (iii)
keragaman permainan dan olahraga. Di samping Tantangan
sumber daya manusia adalah lembaga akademik
Geografi kepulauan menimbulkan tantangan dalam
yang mempersiapkan dan memanfaatkan modal mobilitas sumber daya
manusia melalui pendidikan dan pelatihan Perubahan iklim mengubah budaya dan tradisi
keterampilan yang tepat. Sektor swasta dan publik Konektivitas yang terbatas mempengaruhi mobilitas orang
sangat terlibat dan aktif terlibat dalam Overpopulasi, masalah pekerjaan dan
pengembangan sumber daya manusia, dan pengembangan keterampilan
kemitraan sektor publik dan swasta kuat dan
progresif. Rencana strategi masing-masing negara Hambatan Implementasi
tersedia untuk memberikan arahan yang jelas bagi
Kebijakan dan peraturan: Migrasi, pengembangan
prakarsa sosial budaya agar berpotensi menjadi
kurikulum, dan sistem pendidikan yang berbeda
sumber kerangka kerja sama strategis subregional. Kelembagaan: Keterbatasan sumber daya (pendanaan)
Perkembangan, akses, dan penggunaan teknologi untuk inisiatif sosial budaya dan program HRD dan
—khususnya TIK—memicu kebutuhan untuk perlu diselaraskan dengan standar regional
mendapatkan lebih banyak informasi tentang dan internasional
budaya, warisan, dan sejarah regional dan global.

Mirip dengan SCD, subsektor HRD juga mengidentifikasi sumber daya manusia sebagai aset terpenting BIMP-
EAGA. Membantu memastikan sumber daya manusia menjadi kompeten dan kompetitif adalah pendidikan dan
pelatihan teknis, kejuruan (TVET) dan perguruan tinggi (HEI), banyak di antaranya yang diakui secara internasional.
Machine Translated by Google

46 VISI BIMP-EAGA 2025

BIMP-EAGA juga menyelenggarakan universitas berorientasi penelitian dengan peneliti berkaliber tinggi. Lembaga
penelitian pelengkap adalah pusat pelatihan keterampilan yang memastikan BIMP-EAGA akan memiliki orang-orang
dengan keterampilan yang tepat untuk memajukan industri. Bahkan sebelum kelompok kerja HRD diresmikan, beberapa
institusi akademik telah mulai menerapkan program kembaran yang berbagi program akademik dan pengalaman belajar
lintas institusi. Peran subsektor SCD dan HRD dalam mewujudkan tujuan BIMP-EAGA tidak bisa terlalu ditekankan.
Memanfaatkan sumber daya manusia memastikan bahwa BIMP-EAGA akan memiliki kader orang-orang yang sangat
terampil dan kompeten yang dilatih untuk mengejar dan mendukung prakarsa pembangunan subkawasan. Budaya, di
sisi lain, memengaruhi perilaku yang pada gilirannya memengaruhi kinerja politik, sosial, dan ekonomi. Sejarah panjang
ikatan sosial-budaya BIMP EAGA adalah dasar dari kerja sama ekonomi subregional; dengan demikian, revitalisasi
hubungan sosial-budaya merupakan elemen penting dari keberlanjutan jangka panjang BIMP-EAGA.

Isu Strategis Pembangunan Sosial Budaya dan Pendidikan dan


Tantangan

SCD mengidentifikasi pendanaan sebagai tantangan utama; sumber daya untuk prakarsa sosial-budaya belum tersedia
dan geografi kepulauan BIMP-EAGA menghadirkan tantangan dalam menciptakan dan memobilisasi jaringan sumber
daya subregional. Perubahan iklim tidak hanya mengubah lanskap BIMP-EAGA dan mendorong menipisnya sumber
daya alam; itu juga mengubah cara hidup orang, dan mengubah budaya dan tradisi. Politik dan perbedaan prioritas dan
sistem pemerintahan menyebabkan lemahnya dukungan terhadap kegiatan pembangunan sosial budaya. Meskipun
sumber daya manusia merupakan aset dan penggerak pertumbuhan, aspek-aspek tertentu dari sumber daya manusia
dapat diklasifikasikan sebagai tantangan. Ini antara lain dalam konteks kelebihan populasi, masalah ketenagakerjaan,
dan pengembangan keterampilan. Seiring bertambahnya populasi, kebutuhan finansial untuk pengembangan sumber
daya manusia juga meningkat.

Demikian pula, pengembangan dan integrasi sektor HRD dalam BIMP-EAGA akan menghadapi banyak tantangan.
Sementara industri dan sektor swasta mendukung inisiatif HRD, komitmen dari komponen pemangku kepentingan yang
lebih luas masih perlu diperkuat. Diperlukan peningkatan pendanaan pemerintah dan dukungan keuangan sektor
swasta untuk program-program HRD, karena sebagian besar badan usaha dalam BIMP-EAGA terdiri dari UKM yang
memiliki keterbatasan sumber daya yang signifikan. Lembaga-lembaga dalam BIMP-EAGA perlu segera menyelaraskan
dengan standar regional dan internasional agar tetap relevan dan kompetitif, tetapi sumber daya yang terbatas—teknis,
manusia, dan keuangan—menghambat kemampuan atau kapasitas mereka untuk mengambil tindakan yang tepat.
Bergerak menuju sistem Kerangka Kualifikasi (QF) umum membutuhkan penerimaan oleh negara-negara anggota MRA
dalam profesi dan sektor tertentu. Kurangnya konektivitas dalam BIMP-EAGA memengaruhi potensi pertukaran siswa
dan pengajar antar sekolah di subkawasan. Kemauan politik yang kuat diperlukan untuk menjamin bahwa tindakan
kebijakan diambil untuk mengatasi isu-isu yang terkait, misalnya otonomi akademik, pendidikan transnasional, MRA,
dan pengembangan kurikulum. Akhirnya, meskipun wilayah BIMP-EAGA memiliki sejarah dan warisan yang sama,
keragaman mereka sehubungan dengan ekspresi keagamaan, dalam beberapa kesempatan, menimbulkan ketegangan.

Strategi Bidang Sosial Budaya dan Pendidikan

SCE merupakan klaster baru dan masih dalam tahap awal pengembangan kelembagaan, termasuk pemindaian
lingkungan sosial budaya dan pendidikan dalam BIMP-EAGA. SCE telah merencanakan untuk melakukan studi dan
penilaian awal, dan mengadakan acara untuk mengumpulkan dan mengkonsolidasikan informasi yang diperlukan untuk
menyempurnakan strategi sektor. Hasil yang diinginkan SCD dan HRD untuk meningkatkan konektivitas orang-ke-orang
dan pertukaran pengetahuan, dan untuk mengembangkan tenaga kerja yang sangat kompeten, adalah valid dan
relevan di bawah BEV 2025. Hasil, keluaran dan indikator serta target (metrik) sektor SCE adalah dirangkum dalam Gambar 24.
Machine Translated by Google

JALUR PEMBANGUNAN BIMP-EAGA 2025: STRATEGI SEKTOR 47

Gambar 24. Hasil, Output dan Metrik Strategi Sektor SCE

• 28 budaya • 70% TVET

pertukaran dan SCD: tingkat sertifikasi


SDM:
festival • kompetensi
Konektivitas orang-ke- Mengembangkan
5.000 artis/ • 30% dari HEI/TVI
PENDIDIKAN
BIDANG

orang yang ditingkatkan sumber daya manusia


Metrik
Hasil
dan

peserta dan 100.000 program


dan pertukaran
BUDAYA
SOSIAL
DAN

yang berkompeten tinggi


audiens publik yang selaras dengan
pengetahuan di yang dibutuhkan
langsung BIMP-EAGA AQRF (MRA)
oleh komunitas BIMP-EAGA
• 8 pelatihan
subregional per tahun

SDM:
Memperkuat kemitraan antara
SCD:
Teknis BIMP-EAGA
Peningkatan apresiasi Pendidikan Kejuruan dan
terhadap BIMP-EAGA dibagikan
Pelatihan (TVET) dan Lebih Tinggi
budaya dan warisan
Lembaga Pendidikan (HEI)
tentang peningkatan kompetensi
PENDIDIKAN
BIDANG

dan berbagi inovasi dan teknologi


Keluaran
Metrik
dan

BUDAYA
SOSIAL
DAN

• 4 Game Persahabatan • 1 Pameran Tekstil


• 5 BUDAYAW Celebration of • 1 Konferensi tentang
Keragaman budaya BIMP-EAGA Sejarah BIMP-EAGA dan • 9
Sabah International Folklore Budaya
• 24 LPT dan kemitraan kelembagaan
Festival • 4 cultural education • 1
TVET •
Berkat Dari Laut Culinary pertukaran •
Setidaknya 8 program pelatihan
Festival (Brunei Darussalam) 9 publikasi
dilaksanakan dan diikuti oleh
• 3 Kerajaan ARMM 2 negara anggota BIMP-EAGA

Prioritas strategis sektor SCE (area fokus) adalah:

Prioritas Strategis 1: Mempromosikan, melestarikan, dan mempertahankan budaya dan warisan BIMP-EAGA.
SCD akan menyelenggarakan acara sosial budaya seperti festival kuliner, budaya dan olahraga, kunjungan ke industri
budaya dan kreatif, serta pameran seni. Alasan untuk acara ini adalah kontak orang-ke-orang yang akan memperluas
apresiasi terhadap perbedaan halus dalam budaya serupa di subkawasan. Untuk memaksimalkan visibilitas dan
dampak dari acara-acara ini, SCD akan bekerja sama dengan sektor pariwisata dalam acara-acara budaya utama di
dalam negeri. SCD akan menyelenggarakan Festival Budayaw BIMP-EAGA dan berupaya menjadikannya sebagai
acara rutin dua tahunan (mirip dengan Pertandingan Persahabatan dan Pameran Dagang) yang diadakan secara bergilir di area BIMP
Festival Budayaw bertujuan untuk: (i) menampilkan keragaman ekspresi kreatif para ahli budaya dan seniman dari
subregion BIMP-EAGA; (ii) meningkatkan kesadaran dan apresiasi publik terhadap bentang alam dan aspirasi
masyarakatnya; (iii) menumbuhkan pengertian dan solidaritas; (iv) mengarusutamakan event banner dalam wisata
budaya di daerah; (v) memobilisasi kolaborasi dan konvergensi di antara berbagai pemangku kepentingan (publik dan
swasta) untuk mempromosikan kontribusi seniman dan pekerja budaya untuk pembangunan berkelanjutan; dan (vi)
menemukan area untuk konvergensi dalam memperluas hubungan dan pertukaran orang-ke-orang. SCD juga berniat untuk melakukan
Machine Translated by Google

48 VISI BIMP-EAGA 2025

penelitian tentang budaya dan tradisi BIMP-EAGA. Juga di bawah dorongan strategis ini, penerbitan direktori seniman,
buku meja kopi, dan video dokumenter akan diupayakan, untuk lebih mempromosikan pertukaran sosial budaya.

Prioritas Strategis 2: Melakukan konsultasi dan kolaborasi multisektoral. Forum TVET dan KTT pendidikan tinggi
berfungsi sebagai platform untuk mengembangkan kemitraan dan jaringan kelembagaan. Acara ini ditujukan untuk
mengidentifikasi kebutuhan spesifik dari berbagai industri untuk memandu perumusan produk dan layanan
pengetahuan yang digerakkan oleh permintaan, seperti pelatihan dan penelitian. Kemitraan antara akademisi dan
industri akan membantu memastikan bahwa keterampilan yang dikembangkan akan diubah menjadi pekerjaan.
Pemetaan kompetensi pekerjaan dan referensi ke ASEAN Qualifications Reference Framework (AQRF) sedang
diupayakan di bawah prioritas strategis ini. HRD akan bekerja sama dengan semua klaster BIMP-EAGA dalam
mengidentifikasi kebutuhan HRD yang kritis untuk industri. HRD juga akan mempertimbangkan untuk mempromosikan
prakarsa ASEAN yang lebih luas tentang mobilitas tenaga kerja di BIMP-EAGA, antara lain termasuk pertukaran
fakultas dan mahasiswa di bidang penelitian, teknologi dan industri.
Machine Translated by Google

MEKANISME KELEMBAGAAN
4 DAN PROSES OPERASI

Struktur kelembagaan BIMP-EAGA dimodelkan dengan kerangka kelembagaan ASEAN, berbagi struktur
bertingkat dan hierarkis. Struktur BIMP-EAGA yang ditunjukkan pada Gambar 25 menggambarkan peran
dan tanggung jawab mekanisme kelembagaan. Perubahan dari struktur IB adalah sebagai berikut: (i)
Kelompok Kerja Statistik baru sebagai bagian dari Klaster TIF, untuk mendukung dan mempertahankan
basis data subregional; (ii) Infrastruktur dan Unit Pemantauan Konektivitas (ICMU) akan dibubarkan dan
fungsinya untuk memantau perkembangan pelaksanaan PIP dialihkan ke CWG dan Sekretariat Nasional
(NS); dan (iii) penambahan Pilar Sosial Budaya dan Pendidikan dengan klaster SCE yang sesuai dan
kelompok kerja untuk HRD dan SCD.

Gambar 25. Struktur Kelembagaan BIMP-EAGA

KTT Pemimpin

Kementerian/Lembaga Lini
Transportasi, Pertanian, dan Pemerintah

Pertemuan TIK
Menteri setempat ADB
Pimpinan Rapat Pabean Pertemuan Forum (Daerah
Penasihat)
Senior
Pejabat BEBC
Perkembangan
Pertemuan
Mitra

BIMP BIMP
NS FC

Makanan
Sosial
Makanan
Pariwisata Lingkungan
Lingkungan Budaya dan
Keranjang Konektivitas
Pilar Konektivitas Pariwisata
Keranjang Pendidikan
Pilar Pilar Pilar
Pilar Pilar
Pilar
Pilar Pilar

Perdagangan dan Kekuatan dan


TIK Sosial Budaya
Agribisnis Mengangkut Investasi Energi Pariwisata Lingkungan
Gugus Infrastruktur dan Pendidikan
Gugus Fasilitasi Infrastruktur Gugus Gugus
Gugus Gugus
Gugus Gugus

WG
Air Laut
WG
HRD
WG
Tanah
Pokok CIQS
WG SCD
WG
PANGGILAN
BESI

Perikanan
WG
Statistik
WG

Agroindustri
WG

49
Machine Translated by Google

50 VISI BIMP-EAGA 2025

Kebijakan Tingkat Tinggi dan Bimbingan Strategis

KTT, MM dan SOM memberikan kebijakan menyeluruh dan arahan strategis yang didukung oleh NS dan BIMP-FC, yang
berfungsi sebagai sekretariat subregional. Koordinasi di tingkat strategis dengan negara bagian, provinsi, dan pemerintah
daerah yang berpartisipasi dilakukan oleh MM melalui LGF yang diikuti oleh kepala pemerintah provinsi dan negara bagian
yang terlibat dalam BIMP-EAGA; sedangkan koordinasi dengan pihak swasta dilakukan oleh SOM, melalui BIMP-EAGA
Business Council (BEBC). Sektor-sektor tertentu seperti transportasi, pertanian, dan TIK mengadakan pertemuan tingkat
menteri, seperti pertemuan kepala bea cukai, yang memberikan panduan khusus sektor yang selaras dengan arahan luas dari
para Pemimpin BIMP-EAGA. Pertemuan-pertemuan yang melibatkan kementerian/lembaga terkait ini diselenggarakan sesuai
kebutuhan. Pertemuan perencanaan strategis (SPM) tahunan memberikan kesempatan untuk penyelarasan strategi sektor
dengan tujuan BIMP-EAGA secara keseluruhan dan menyatukan semua pemangku kepentingan. SOM memberikan panduan
strategis kepada CWG pada SPM tahunan dan juga menilai kemajuan dan pencapaian strategi dan proyek sektor.

Koordinasi Subregional

BIMP-FC, didirikan pada tahun 2003, ditugaskan untuk mengkoordinasikan berbagai badan BIMP-EAGA, termasuk NS dan
CWG, melalui pertemuan rutin dan penyebaran laporan. BIMP-FC memfasilitasi implementasi proyek dengan menindaklanjuti
tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan dengan menyelenggarakan pertemuan tindak lanjut yang kritis.
Sebagai Sekretariat SOM dan MM, ia memberikan dukungan teknis dan administratif dalam persiapan pertemuan tingkat
tinggi. BIMP-FC memberikan laporan berkala kepada SOM tentang kemajuan pelaksanaan proyek.
Ini juga berfungsi sebagai titik fokus untuk berbagai mitra pembangunan seperti pemerintah Republik Rakyat Tiongkok,
Jepang, dan Northern Territory (NT) Australia, serta untuk Sekretariat ASEAN, dan Bank Pembangunan Asia (ADB) , diantara
yang lain.

Koordinasi Nasional (Dalam Negeri).

Struktur dalam negeri mencerminkan struktur kelembagaan subregional. Peran NS adalah untuk mengoordinasikan kegiatan
kementerian masing-masing yang berpartisipasi dalam BIMP-EAGA dan sektor swasta melalui organisasi fokus negara BEBC
dan organisasi terkait lainnya. NS berfungsi sebagai fokus utama dan titik kontak dengan pemerintah provinsi, negara bagian
dan lokal serta dengan organisasi fokus BEBC.
Konsultasi dalam negeri, dialog, dan mekanisme umpan balik merupakan inti dari kegiatan NS. Badan-badan yang saat ini
ditetapkan sebagai NS dalam BIMP-EAGA adalah: (i) Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Brunei Darussalam; (ii)
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia; (iii) Unit Perencanaan Ekonomi Federal di bawah Kantor Perdana
Menteri didukung oleh unit perencanaan ekonomi negara bagian Sabah dan Sarawak dan Labuan Corporation untuk Malaysia;
dan (iv) Otoritas Pembangunan Mindanao di bawah Kantor Presiden Filipina.

Tingkat operasional

CWG, yang diatur di bawah setiap pilar strategis, merupakan unit operasi yang bertanggung jawab untuk menerjemahkan
dorongan strategis sektor ke dalam proyek yang secara jelas berdampak pada tujuan kerja sama BIMP-EAGA. CWG
merumuskan strategi sektor, mengidentifikasi dan melaksanakan proyek, dan mengembangkan sistem pemantauan hasil
untuk proyek. Fungsi penting dari klaster adalah untuk melayani sebagai mekanisme untuk memeriksa dan memprioritaskan
proyek untuk memastikan bahwa pertimbangan tertinggi diberikan kepada proyek yang berkontribusi langsung pada realisasi tujuan subkawasan.
Machine Translated by Google

MEKANISME KELEMBAGAAN DAN PROSES OPERASI 51

CWG juga memainkan peran penting dalam mengkonsolidasikan dan mengangkat kepentingan dan agenda BIMP-EAGA
dari pemerintah provinsi, negara bagian dan lokal, serta dari sektor swasta, ke badan pembuat keputusan yang lebih tinggi.
Selain itu, CWG bekerja sama dengan perwakilan klaster BEBC dan kelompok sektor swasta lainnya dalam memfasilitasi
partisipasi aktif sektor swasta dalam kegiatan dan proyek klaster.

CWGs diketuai oleh keempat negara tersebut secara bergilir, berdasarkan prinsip tanggung jawab bersama terutama pada
level operasional. Peran, tanggung jawab, dan akuntabilitas para ketua CWG ditentukan dengan baik. Ketua Klaster
melapor kepada SOM atas nama semua kelompok kerja di bawah klaster.
Ketua Kelompok Kerja memastikan pengiriman hasil kolektif yang efektif dan tepat waktu dari pelaksana proyek nasional
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan. Mereka bertanggung jawab untuk keseluruhan koordinasi pelaksanaan
proyek dan memberikan hasil proyek di tingkat subregional. Tanggung jawab khusus meliputi: (i) memantau kemajuan
proyek dan melaporkannya ke SOM; (ii) meminta arahan dari SOM tentang isu dan masalah yang terkait dengan
pelaksanaan proyek yang membutuhkan solusi di tingkat subregional; (iii) mengadakan pertemuan yang mencakup
persiapan substantif bekerja sama dengan BIMP-FC dan NS; dan (iv) menyediakan dan memfasilitasi sarana bagi
pelaksana proyek nasional (tim proyek) untuk berkoordinasi di sela-sela pertemuan rutin.

Partisipasi Pemerintah Daerah


LGF berfungsi sebagai platform utama bagi para pemimpin pemerintah daerah BIMP-EAGA yaitu menteri utama Sabah
dan Sarawak dan ketua Labuan Corporation di Malaysia, dan gubernur provinsi Indonesia dan Filipina; Brunei Darussalam
diwakili oleh Kementerian Dalam Negeri untuk terlibat dalam dialog dan berbagi pengalaman dan pembelajaran tentang
inisiatif pembangunan. LGF juga mempromosikan kegiatan kerja sama dan peluang untuk perdagangan dan investasi
lintas batas secara bilateral atau multilateral. LGF berpartisipasi di level MM.

Keterlibatan Sektor Swasta


BEBC adalah organisasi payung yang mewakili sektor swasta BIMP-EAGA. Itu telah diberikan status negara kelima dan
Ketuanya menikmati peringkat yang sama dengan Pejabat Senior, dengan perwakilan yang sesuai di SOM. Sebagai
organisasi sektor swasta, ia memiliki struktur independen di tingkat negara dan subregional.
BEBC mengadopsi aturan dan mekanismenya sendiri mengenai perwakilan dan partisipasi dalam pertemuan subregional,
konsisten dengan struktur kelembagaan sektor publik namun independen. Keketuaan BEBC dirotasi di antara empat
negara anggota dan berasal dari salah satu organisasi fokus negara.
Tugas utama BEBC adalah untuk berkonsultasi dan berdialog dengan sektor swasta mengenai isu dan tantangan yang
terkait dengan sektor kerja sama.

Daftar masalah dan tantangan yang terkonsolidasi bersama dengan rekomendasi tentang cara meningkatkan lingkungan
bisnis disampaikan oleh Ketua BEBC kepada SOM untuk tindakan yang tepat. Tugas penting BEBC adalah mengidentifikasi
proyek-proyek yang dipimpin oleh sektor swasta yang mendukung agenda pengembangan BIMP-EAGA. BEBC juga
memainkan peran kunci dalam promosi perdagangan, pariwisata dan investasi baik di dalam maupun di luar BIMP-EAGA,
dengan mengatur dan berpartisipasi dalam pameran dan konferensi perdagangan, pariwisata dan investasi tertentu dan
kegiatan pencocokan bisnis. CWG juga melibatkan pemain industri dalam sektor mereka. Contohnya adalah Forum CEO
TIK di bawah Klaster TIK, salah satu kelompok sektor swasta yang paling aktif.
Machine Translated by Google

52 VISI BIMP-EAGA 2025

Kerjasama dengan Mitra

Pada tahun 2002, ADB setuju untuk mengambil peran BIMP-EAGA Regional Development Advisor (RDA). Sejak
saat itu ADB telah memberikan berbagai bantuan teknis dan layanan konsultasi, termasuk mendefinisikan ulang
arah dan prioritas strategis, memperkuat kelembagaan dan mekanisme kerja sama, pengembangan sektor, dan
memobilisasi sumber daya teknis dan keuangan untuk mendukung pelaksanaan dan fasilitasi proyek. Selain itu,
ADB memberikan fasilitas pinjaman kepada negara-negara anggota dalam pembangunan infrastruktur penting
yang meningkatkan konektivitas di dalam subkawasan. Sebagai RDA, ADB berpartisipasi dalam KTT, MM, SOM,
dan pertemuan klaster terpilih.

Sejak tahun 2004, BIMP-EAGA telah menarik minat Development Partners (DPs) yang saat ini termasuk pemerintah
China, Jepang dan NT Australia. Tujuan utama dari kemitraan ini adalah untuk memperkuat dialog, kerja sama dan
keterlibatan yang saling menguntungkan seperti dalam pengembangan perdagangan dan investasi di berbagai
sektor termasuk pertanian dan perikanan, pariwisata, transportasi dan TIK. Bidang kemitraan lainnya adalah dalam
pengembangan UKM, berbagi pengetahuan dan pembangunan kapasitas, termasuk bantuan teknis dalam
pelaksanaan studi mani, penilaian sektor dan pertukaran teknis. SOM terpisah dengan China, Jepang dan NT
diadakan setiap tahun, berurutan dengan SOM BIMP-EAGA.

Sebagai bagian dari ASEAN, inisiatif BIMP-EAGA dimaksudkan untuk memperdalam kerja sama ekonomi
subregional dalam upaya integrasi ASEAN yang lebih luas yang membutuhkan kerja sama yang lebih erat antara
BIMP-EAGA dan ASEAN. Sekretariat ASEAN terus membantu BIMP-EAGA dalam mendefinisikan secara jelas
hubungan koordinasi antara lembaga BIMP-EAGA dengan Sekretariat ASEAN dan berbagai badan ASEAN.
ASEAN juga membantu BIMP-EAGA membangun kemitraan dengan mitra strategisnya, serta memberikan bantuan
dalam mencari dan memobilisasi sumber daya untuk implementasi beberapa tindakan.

Tinjauan dan Penyempurnaan Mekanisme Kelembagaan dan Operasional


Proses

Struktur kelembagaan BIMP-EAGA telah memadai dalam memfasilitasi konsultasi dan dialog antar negara anggota
baik di tingkat nasional maupun subregional. Struktur kelembagaan dalam negeri juga tersedia dan sama-sama
memadai untuk konsultasi dan koordinasi di antara kementerian dan badan yang berbeda, untuk melibatkan
pemerintah daerah dan sektor swasta, dan untuk membangun posisi negara yang konvergen pada berbagai item
agenda di tingkat BIMP-EAGA.

Struktur kelembagaan saat ini sederhana, cukup fleksibel dan secara umum efektif dalam mendukung pendekatan
berbasis proyek dan berbasis aktivitas dari program kerjasama BIMP-EAGA. Kapasitas NS dan BIMP-FC
ditingkatkan dan CWG mempertajam efektivitas dan fokus kerja sektor mereka. BIMP-EAGA akan terus meninjau
mekanisme kelembagaan dan proses kerja samanya secara teratur, dipimpin oleh BIMP-FC di tingkat subregional
dan NS di tingkat dalam negeri, untuk memastikan mereka tetap responsif terhadap kebutuhan subkawasan. Di
bawah BEV 2025, beberapa area untuk perbaikan telah diidentifikasi dan dapat diupayakan:

• Sektor swasta. Keterlibatan pihak swasta dalam kegiatan kerjasama akan diperkuat melalui keterlibatan di
tingkat CWG pelaku industri dan pemangku kepentingan di sektor masing-masing.
Forum CEO TIK adalah model yang baik untuk melibatkan sektor swasta yang dapat direplikasi di sektor
lain. Dengan pendekatan ini, BEBC dapat membantu memperluas platform konsultatif dan mekanisme
umpan balik tentang masalah dan tantangan yang dihadapi oleh sektor swasta BIMP-EAGA, khususnya UKM.
• Forum Pemerintah Daerah. Keterlibatan pemerintah daerah akan ditingkatkan dengan penataan formal LGF,
yang saat ini bertemu di bawah pengaturan ad hoc. Seorang convenor akan diidentifikasi
Machine Translated by Google

MEKANISME KELEMBAGAAN DAN PROSES OPERASI 53

untuk memimpin struktur LGF baru. Partisipasi langsung pemerintah daerah dalam pengembangan
kerjasama dan prioritas proyek serta implementasi akan diperkuat melalui proses yang dinamis dan
fleksibel. Ini dapat mencakup pengaturan khusus proyek seperti GCI, kembaran, adopsi konsep kota
kembar, dan mekanisme lain di mana pemerintah negara bagian, provinsi, dan lokal dapat berpartisipasi
secara aktif.
• Komite Penilai Proyek. Penguatan proses penentuan prioritas proyek dengan aktivasi Project Appraisal
Committee (PAC). PAC bertugas menilai konsep proyek sebelum dimasukkan ke dalam daftar proyek
prioritas BIMP-EAGA. Kerangka acuan PAC akan ditinjau untuk memastikan efektivitas dalam
mengevaluasi proyek, berdasarkan kontribusi proyek terhadap hasil BEV 2025.

• Tim Pelaksana Proyek. Memperkuat proses pelaksanaan proyek melalui pembentukan Tim Pelaksana
Proyek (PIT) untuk setiap proyek prioritas yang telah ditetapkan. PIT akan ditugaskan untuk menyiapkan
implementasi terperinci dan rencana aksi untuk setiap proyek prioritas yang akan mencakup, antara lain,
sistem pemantauan dan evaluasi pragmatis dengan target dan indikator tingkat proyek untuk mengukur
kinerja proyek.
• Pusat Fasilitasi BIMP-EAGA. Finalisasi pengaturan kelembagaan pembentukan BIMP-FC dan penguatan
sekretariat subregional BIMP-EAGA, agar organisasi dapat lebih efektif dan berkelanjutan menangani
kebutuhan koordinasi BIMP-EAGA yang terus meningkat. • Mitra Pembangunan. Daya serap
BIMP-EAGA untuk bantuan teknis dan hibah yang mengalir dari DP akan diperkuat, khususnya di kalangan
CWG. Langkah-langkah untuk meningkatkan identifikasi proyek dan meningkatkan kapasitas untuk
menyiapkan konsep dan proposal proyek akan diberlakukan. Sebuah strategi akan dikembangkan untuk
mendorong para mitra untuk mendanai dan/atau berinvestasi dalam proyek-proyek subregional.
Machine Translated by Google

5 PELAKSANAAN BEV 2025

Untuk memastikan implementasi BEV 2025 yang efektif, penting untuk mengatasi kelemahan dalam manajemen proyek,
mempromosikan inisiatif konvergensi, memperkuat kesadaran publik, membangun platform pengetahuan dan membangun
kapasitas, serta memperluas kemitraan. Meskipun tidak akan ada perubahan mendasar dalam pengaturan organisasi dan
kerja sama dalam BIMP-EAGA, pengaturan implementasi akan sangat diperkuat.

Meningkatkan Manajemen Proyek

Salah satu peningkatan besar di bawah BEV 2025


Kotak 5. Kriteria BEV 2025 untuk Pemilihan Proyek
adalah penguatan mekanisme dan proses manajemen
proyek. CWG telah menjadi mekanisme yang efektif
Proyek BEV 2025 untuk 2017-2025 harus memenuhi salah
untuk konsultasi, dialog dan umpan balik di antara
satu atau kombinasi dari kriteria berikut:
negara-negara anggota, tetapi struktur dan pertemuan
sekali setahun tidak memungkinkan untuk persiapan,
• konsisten dan melengkapi lokal dan nasional
pelaksanaan dan koordinasi proyek yang efisien dan
rencana pembangunan
efektif.
• subregional yang melibatkan setidaknya dua (2) negara

Di bawah BEV 2025, proses perencanaan, implementasi, • proyek nasional yang memiliki implikasi subregional, atau yang dapat
pemantauan, dan evaluasi proyek yang lebih disiplin memperoleh manfaat dari sinergi subregional
akan diadopsi untuk memastikan pengiriman yang • memiliki sosial, ekonomi dan lingkungan yang positif
berkualitas dan akuntabilitas yang lebih besar. PAC akan dampak
diaktifkan untuk menilai secara berkala apakah proyek
• mengkatalisasi investasi sektor swasta khususnya UKM
yang diprioritaskan oleh CWG memenuhi persyaratan
• membutuhkan pemerintah daerah yang aktif
proyek subregional sebagaimana ditentukan dalam
Manual Proyek BIMP-EAGA. Proyek dengan konsep • terkait dengan ASEAN

yang terdefinisi dengan baik, rencana implementasi, dan


menggunakan pendekatan berbasis hasil akan
dipertimbangkan di bawah BEV 2025. Pertimbangan lain
termasuk kontribusi terhadap hasil dan keluaran sektor dan tujuan BIMP-EAGA secara keseluruhan. Kriteria indikatif untuk
pemilihan proyek ada di Kotak 5. Proyek-proyek yang disetujui (dengan jadwal, anggaran, rencana implementasi, dan pemilik/
pelaksana proyek) dalam jalur lokal dan nasional serta proyek-proyek kemitraan pemerintah-swasta (PPP) yang disetujui
yang mencakup periode BEV 2025 2017–2025 akan disertakan. Pendanaan untuk proyek akan berasal dari pemerintah
nasional, negara bagian, provinsi dan lokal, sektor swasta dan mitra pembangunan. Selain itu, proyek PPP akan dipromosikan
di bawah BEV 2025.

Siklus proyek BIMP-EAGA dengan peran ada di Gambar 26. Setiap proyek yang diusulkan di bawah BEV 2025 akan memiliki
pengusul proyek (PP) yang ditugaskan untuk menyiapkan konsep proyek, mengidentifikasi potensi pendanaan, dan
mengembangkan proposal lengkap. Setiap proyek yang disetujui akan memiliki PIT dengan petunjuk negara untuk
akuntabilitas dalam memberikan hasil. PIT akan memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi pelaksanaan proyek di
lapangan, melaporkan kemajuan secara berkala, serta memantau dan melacak target dan indikator tingkat proyek. PIT dapat mencakup sebagai

54
Machine Translated by Google

PELAKSANAAN BEV 2025 55

Gambar 26. Siklus Proyek BIMP-EAGA

Memantau dan Mengembangkan Proyek


Evaluasi Konsep
PIT dibantu oleh NS,
Proyek
CWG dan BIMP-FC
Pemrakarsa (PP)
(sesuai kebutuhan)

7 1 Menilai
Melaksanakan Berbasis Hasil Proyek
Proyek Pemantauan dan Konsep
Evaluasi
Proyek
Penerapan
6 2 Penilaian Proyek
Komite
Penerapan/
Tim (PIT) Desain/ (PAC)
Fasilitasi
Proyek
Persiapan

5 3 Mengadopsi Proyek
Konsep
Berkembang penuh
Proposal proyek 4 Cluster dan
Kelompok Kerja
hal
(CWG)
Mengidentifikasi potensi Pejabat Senior
mendukung
sumber pendanaan
PP dibantu oleh NS,
CWG dan BIMP-FC
(sesuai kebutuhan)

anggota PP sektor publik atau swasta, kementerian dan lembaga terkait yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
aktual atau untuk mengawasi pelaksanaan proyek, serta organisasi dan lembaga lain yang terlibat langsung atau
penting dalam pelaksanaan proyek. PIT akan memiliki fleksibilitas untuk memutuskan pengaturan kerja yang sesuai
dengan proyek mereka. Kerangka acuan PIT akan mencakup identifikasi indikator tingkat proyek yang tidak hanya
mengukur kinerja proyek tetapi juga berkontribusi untuk mewujudkan tujuan dan sasaran BIMP-EAGA sektor dan keseluruhan.

Inisiatif Konvergensi

Di bawah BEV 2025, inisiatif konvergensi yang pada dasarnya merupakan pendekatan multisektoral akan diupayakan.
Konvergensi antara dan di antara CWG akan berfungsi sebagai pendekatan implementasi untuk memastikan
keterkaitan dengan strategi sektor dan untuk memperkuat implementasi proyek melalui identifikasi bersama,
perumusan, dan implementasi intervensi multisektor. Inisiatif konvergensi bukanlah hal baru bagi BIMP-EAGA karena
telah diuji oleh CWG terpilih di bawah IB, dengan hasil yang terbatas. Beberapa faktor menghambat implementasi
yang efektif seperti: (i) aliansi terbatas pada tingkat strategis di antara CWG; (ii) implementasi pada tahap akhir IB,
yang mempersulit penataan kembali tujuan, sasaran, dan prioritas proyek; dan (iii) tidak ada mekanisme implementasi
konvergensi yang jelas di tingkat operasi. Konvergensi terbatas pada representasi silang dalam pertemuan dan
berbagi informasi tentang isu-isu dan tantangan yang dihadapi oleh CWG terkait dalam pelaksanaan proyek. Meskipun
demikian, latihan berbagi informasi menghasilkan pengakuan oleh CWGs
Machine Translated by Google

56 VISI BIMP-EAGA 2025

kebutuhan untuk memperdalam keselarasan di tingkat strategis dan memperkuat konvergensi dengan bekerja sama di
tingkat proyek.

Spesifik penting dalam prakarsa konvergensi pengujian percontohan untuk memandu CWG yang berpartisipasi agar bekerja
secara efisien dan efektif dalam skema “siapa melakukan apa, kapan, di mana, dan bagaimana”. Dalam proses penyusunan
prioritas strategis sektor BEV 2025, CWG mengidentifikasi persyaratan dari sektor lain untuk memungkinkan mereka
menyelesaikan proyek masing-masing. Persyaratan lintas sektor ini menentukan tingkat konvergensi yang dibutuhkan oleh
suatu proyek. Sementara CWG akan memutuskan implementasi terperinci dan mekanisme operasi, sangat disarankan agar
PIT khusus untuk proyek konvergensi dan terpisah dari CWG didirikan. Komposisi PIT dapat mencakup lembaga sektor
publik yang sesuai (walaupun bukan anggota tetap CWG) dan sektor swasta.

Contoh inisiatif konvergensi adalah inisiatif BIMP-EAGA Green Cities Initiative (GCI) yang diusulkan, sebuah proyek di bawah
Cluster Lingkungan yang bertujuan untuk mengubah kota-kota terpilih di subkawasan menjadi kota layak huni yang
merupakan daerah perkotaan yang kompetitif, adil dan ramah lingkungan. Meskipun klaster utama adalah lingkungan,
komponen proyek akan membutuhkan konvergensi, antara lain, dengan sektor transportasi, pertanian, perdagangan dan
investasi, pariwisata dan energi, yang intervensinya harus disinkronkan dengan klaster lingkungan. Contoh lain adalah
pengembangan situs CBET di mana Cluster Pariwisata akan memimpin dan bekerja dengan: (i) Kelompok Kerja CIQS untuk
urusan imigrasi wisatawan seperti fasilitas visa-on arrival di pelabuhan udara dan laut tertentu; (ii) Cluster Transportasi,
yang akan memfasilitasi akses ke tujuan melalui peningkatan layanan transportasi udara, laut atau darat; (iii) SCE Cluster
untuk peningkatan SDM pariwisata, antara lain pelatihan pramuwisata dan masyarakat dalam mengadopsi standar pariwisata
ASEAN; dan (iv) Klaster Lingkungan untuk memastikan praktik ekowisata berkelanjutan diadopsi oleh masyarakat, dan
pendekatan terkoordinasi dalam mengelola dampak lingkungan dan sosial dari ekowisata.

Penguatan Kesadaran Masyarakat

BEV 2025 membutuhkan dukungan komunikasi yang kuat untuk lebih meningkatkan kesadaran publik terhadap BIMP-EAGA
sebagai program kerja sama subregional. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan pengenalan merek BIMP
EAGA oleh pemerintah nasional, negara bagian, provinsi dan lokal, serta oleh sektor swasta dan mitra pembangunan.
Namun, dan khususnya dengan pernyataan visi baru “Tangguh, Inklusif, Berkelanjutan, dan Berdaya Saing Ekonomis (RISE)
BIMP-EAGA untuk mempersempit kesenjangan pembangunan”, ada kebutuhan untuk memiliki “suara terpadu dan kerangka
panduan yang jelas” dalam berkomunikasi potensi dan agenda pembangunan subwilayah.
Di bawah BEV 2025, rencana komunikasi akan dikembangkan untuk mencakup:

• Kerja sama multisektoral dalam acara-acara penting - Acara-acara besar (misalnya pertemuan tingkat tinggi, acara
khas BIMP-EAGA termasuk permainan persahabatan, Festival Budayaw, pameran dagang BIMP-EAGA dan IMT-GT,
dan pameran dagang lainnya) akan dimaksimalkan seiring platform utama untuk kerja sama multisektoral dalam
menyiarkan kisah sukses BIMP EAGA dan dampak pembangunan. Pada acara ini, pemerintah, misalnya, dapat
mengkomunikasikan kebijakan dan investasi publik yang memfasilitasi pengembangan BIMP-EAGA. Untuk
bagiannya, sektor swasta mampu mempromosikan peluang dan keberhasilan investasi bisnis.
• Kampanye Digital dan Internet - Situs web yang saat ini dikelola oleh BIMP-FC, BEBC, dan CWG tertentu (seperti
situs Equator Asia, untuk tujuan pariwisata) akan terus berfungsi sebagai saluran utama untuk informasi tentang
BIMP-EAGA. Upaya signifikan akan dilakukan untuk merevitalisasi situs yang ada, memperkuat tautan (terutama
dengan satu sama lain), dan menarik lebih banyak pengunjung. Buletin elektronik sederhana yang dikirim setiap
bulan atau dua minggu sekali ke audiens target tertentu yang diambil dari daftar pemangku kepentingan BIMP-EAGA
dapat berfungsi untuk meningkatkan lalu lintas ke situs web ini. Platform media sosial juga dapat dieksplorasi sebagai
sarana untuk meningkatkan kampanye penyebaran informasi di BIMP-EAGA.
Machine Translated by Google

PELAKSANAAN BEV 2025 57

• Dukungan Kelembagaan - Dukungan komunikasi akan diselaraskan dengan kegiatan komunikasi dan koordinasi
yang ada dari NS, CWG, BIMP-FC, dan BEBC. Badan-badan kelembagaan ini akan terus berfungsi sebagai
saluran utama informasi dan telah mengembangkan, dari waktu ke waktu, sistem pertukaran dan penjangkauan
informasi publik formal dan informal. Asosiasi Media dan Komunikator BIMP-EAGA (BEMCA) akan dihidupkan
kembali, mengingat dukungan berkelanjutan untuk BEMCA oleh praktisi media lokal dan jurnalis telah
menghasilkan liputan media yang signifikan untuk BIMP-EAGA.
• Basis Data BIMP-EAGA - Dikelola oleh BIMP-FC dan ditempatkan di situs web BIMP-EAGA, basis data berisi
statistik perdagangan, pariwisata dan investasi serta informasi pembangunan terkait lainnya yang
dikonsolidasikan oleh kantor statistik nasional negara-negara BIMP-EAGA. Upaya akan dilakukan untuk
mempromosikan penggunaan database ini di kalangan peneliti ekonomi dan media.

Membangun Platform Pengetahuan dan Membangun Kapasitas

Di tahun-tahun mendatang, BIMP-EAGA akan beralih ke masalah integrasi regional yang semakin kompleks yang
membutuhkan kerja analitis, pembangunan konsensus, serta produk dan layanan pengetahuan lainnya yang dapat
memandu keputusan strategis utama di bawah BEV 2025. Selain itu, membangun kapasitas pejabat pemerintah
dalam BIMP-EAGA akan sangat penting untuk memastikan penerapan strategi dan proyek yang efektif. Klaster SCE
telah membangun jaringan untuk institusi pendidikan tinggi serta institusi pelatihan teknis dan kejuruan. Kemitraan ini
diharapkan dapat menghasilkan produk dan layanan pengetahuan yang digerakkan oleh permintaan seperti pelatihan
dan penelitian untuk pemangku kepentingan BIMP-EAGA. Acara pelatihan, lokakarya, dan kegiatan peningkatan
kapasitas lainnya, termasuk strategi sektor dan manajemen proyek, akan dilanjutkan dalam kemitraan dengan
pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan mitra pembangunan.

Memperluas Aliansi dan Kemitraan Strategis

BIMP-EAGA berkomitmen untuk memastikan hubungan yang lebih kuat dengan inisiatif regional lainnya di luar
pengaturan kelembagaannya saat ini. Hubungan BIMP-EAGA dengan ASEAN sebagai bagiannya terjalin dengan
baik, dan secara historis telah membantu mendorong sejumlah prakarsa ASEAN. Di bawah BEV 2025, BIMP-EAGA
akan terus bekerja sama dengan ASEAN dan inisiatif subregional lainnya seperti program HOB, CTI, dan IMT-GT,
untuk menjalin kerja sama di bidang yang menjadi kepentingan bersama. Mitra eksternal lainnya akan dikejar secara
aktif mengingat potensi mereka sebagai penyandang dana, penyedia bantuan teknis, mitra pengetahuan dan
kontributor nilai tambah untuk mewujudkan visi BIMP-EAGA.
Machine Translated by Google

PEMANTAUAN BERBASIS HASIL


6 DAN EVALUASI

Mengukur Keberhasilan BIMP-EAGA

Di bawah BEV 2025, sistem pemantauan dan evaluasi BIMP-EAGA lebih dari sekadar fungsi tambahan untuk menyiapkan hasil
pelaporan; mereka sangat penting untuk manajemen proyek dan secara langsung diselaraskan dengan metodologi kolaboratif,
pembelajaran dan adaptasi yang dirancang untuk memaksimalkan dampak proyek. Pengukuran kemajuan proyek secara teratur akan
memungkinkan BIMP-EAGA untuk bekerja dengan para pendukung dan pelaksana proyek untuk membuat penyesuaian yang
diperlukan untuk kinerja proyek yang optimal. Pemantauan hasil BIMP-EAGA akan menggunakan berbagai pendekatan, termasuk
metode kuantitatif (misalnya laporan pencapaian proyek) dan kualitatif (misalnya diskusi kelompok fokus dan wawancara informan
kunci).

Pemantauan Berbasis Hasil dan Gambar 27. Tiga Level BEV 2025 RBME
Evaluasi
BEV 2025 - MAKRO
Tingkat
Melacak hasil pengembangan yang luas untuk
Sistem pemantauan dan evaluasi berbasis hasil (RBME) yang
diusulkan di bawah BEV 2025 akan mengatasi kelemahan 1 mencapai manufaktur yang kompetitif dan ramah
lingkungan; agroindustri dan perikanan yang
pemantauan dan kurangnya evaluasi yang diamati dalam berkelanjutan, berdaya saing dan tahan iklim;
implementasi Roadmap dan IB. RBME bertujuan untuk dan tujuan wisata yang berkelanjutan. Target dan
indikator akan menjadi data ekonomi makro yang
memperkuat kesadaran dan kepemilikan atas dorongan dan
diidentifikasi dalam tujuan BEV 2025 dan fokus pada
proyek strategis BEV 2025. Ini dirancang untuk menilai target pembangunan BIMP-EAGA secara luas.
efektivitas pembangunan BIMP-EAGA secara keseluruhan Pemantauan data ekonomi makro dilakukan secara berkala setiap tahun.
sebagai program kerja sama subregional di berbagai tingkatan,
berangkat dari praktik pemantauan kemajuan yang biasa saja. SEKTOR
Tingkat
Ini akan memungkinkan BIMP-EAGA untuk menyampaikan
Tinjauan efektivitas strategi sektor BIMP-EAGA
kepada para pemangku kepentingan manfaat dari pendekatan
berbasis proyeknya.
2 berdasarkan hasil dan keluaran sektor.
Ditujukan untuk menilai kontribusi sektor terhadap
tiga tujuan BIMP-EAGA. Hasil dan keluaran sektor
dengan target dan indikator yang jelas akan
digabungkan.
Di bawah BEV 2025, kerangka pemantauan dan evaluasi
berbasis hasil yang komprehensif dengan tiga tingkatan PROYEK
Tingkat
diusulkan (Gambar 27).
Pengukuran kontribusi proyek BIMP-EAGA
3 terhadap strategi sektor. Hasil dan keluaran
proyek dengan target dan indikator yang
ditetapkan akan digabungkan.
Mengembangkan Kerangka

Kerangka kerja RBME dapat dikembangkan dari waktu ke waktu, dan indikator perlu disusun secara partisipatif untuk menghasilkan
kesadaran dan kepemilikan yang lebih baik terhadap tujuan dan sasaran BIMP-EAGA.
Peran dan tanggung jawab harus didefinisikan dengan baik untuk memastikan akuntabilitas dan manajemen yang tepat dari organisasi

58
Machine Translated by Google

PEMANTAUAN DAN EVALUASI BERBASIS HASIL 59

proses RBME. Dalam hal proyek, sistem pemantauan dan evaluasi proyek (yang mencakup kerangka hasil) sebagaimana
diuraikan dalam Panduan Proyek BIMP-EAGA akan diterapkan.

CWG, NS, dan BIMP-FC perlu menyepakati langkah-langkah dasar, serta serangkaian indikator di tingkat strategis dan
operasional. Baseline tidak mudah untuk diidentifikasi dan sumber data perlu diverifikasi.
Tanggung jawab keseluruhan untuk mengadopsi dan mengelola kerangka hasil digabungkan dalam pengaturan
kelembagaan BIMP-EAGA di tingkat strategis dan operasional, sebagaimana dirangkum dalam Gambar 28.

Gambar 28. RBME dalam Struktur Kelembagaan BIMP-EAGA

Peran dan Tanggung Jawab Pemantauan dan Evaluasi

• Menteri BIMP-EAGA bekerja melalui Senior


Strategis Pejabat dan CWG bertanggung jawab untuk pemantauan dan
evaluasi
Tingkat
• BIMP-FC menggabungkan semua laporan dan memperbarui
Pertemuan Pejabat Senior dan Pertemuan Tingkat Menteri

• CWG bersama NS, dan BIMP-FC bekerja sama untuk


menerapkan sistem pemantauan dan evaluasi
Operasional
Tingkat • NS berkoordinasi dengan CWG berkonsolidasi
laporan dari pelaksana proyek nasional dan diserahkan
kepada BIMP-FC

Pekerjaan yang Sedang Berlangsung

Mengingat BEV 2025 merupakan dokumen yang hidup, pemantauan dan evaluasi hasil akan fleksibel dan dapat ditinjau
kembali serta disesuaikan secara berkala. Evaluasi jangka menengah BEV 2025 akan dilakukan setelah empat tahun
pelaksanaan. Tinjauan berkala akan dilakukan setiap tahun oleh pejabat senior, NS, CWG dan BIMP-FC.
CWG dapat memasukkan pemantauan dan evaluasi hasil dalam agenda pertemuan tahunan.

Pendekatan Bertahap

Karena target dan indikator membutuhkan waktu untuk berkembang, pendekatan bertahap dapat diadopsi, yaitu tahun
pertama akan fokus pada persiapan dan implementasi awal, dengan indikator dan target sudah ada pada akhir 2017,
dan operasional sistem yang berfungsi penuh pada akhir 2018 . Untuk memastikan integrasi terbesar dari sistem
pemantauan, BIMP-FC akan mengoordinasikan upaya pemantauan dengan pemrakarsa proyek. Pemrakarsa dan
pelaksana proyek ini sendiri yang akan bertanggung jawab atas pengumpulan data. Laporan RBME akan dirancang
untuk secara jelas menunjukkan nilai pemantauan kinerja yang akurat dan tepat waktu. Untuk proyek sektor publik,
BIMP FC akan bekerja sama dengan NS dan lembaga terkait untuk memanfaatkan sistem manajemen proyek yang
sudah ada dan digunakan oleh lembaga pelaksana proyek.
Machine Translated by Google

60 VISI BIMP-EAGA 2025

Melaksanakan RBME
Berikut ini pembahasan singkat tentang rencana BIMP-EAGA untuk: a) pemilihan indikator; b) pengumpulan data dasar; dan c)
pelaporan dalam penyusunan RBME awal:

Pemilihan indikator. Di tingkat strategis, indikator awal yang dipilih oleh CWG akan disempurnakan saat BEV 2025 diimplementasikan.
Di tingkat proyek, pengusul dan pelaksana proyek akan diberi keleluasaan untuk memilih indikator yang relevan dengan proyek
mereka, tetapi dengan berkonsultasi dengan NS dan BIMP-FC. Indikator kinerja harus dapat: (i) mengukur kinerja proyek secara
kredibel; (ii) memberikan informasi yang berguna untuk keputusan manajemen yang tepat waktu; dan (iii) menanggapi persyaratan
pelaporan BIMP-EAGA. Data yang dimasukkan dalam RBME akan memenuhi kriteria kualitas validitas, reliabilitas, ketepatan waktu,
presisi dan integritas yang wajar; dan mereka akan dipisahkan sesuai jenis kelamin dan variabel lain yang menarik, seperti etnis dan
usia.
Indikator yang dipilih harus sesuai dengan kepentingan proyek yang dapat dikelola dan harus memungkinkan proyek untuk mengukur
dampak yang secara langsung dikaitkan dengan upayanya.

Pengumpulan data dasar. Pemrakarsa dan pelaksana proyek akan diminta untuk menyiapkan rencana pengumpulan data dasar
yang akan diserahkan bersama dengan proposal proyek akhir. Proses pengembangan data dasar akan mencakup tinjauan data yang
tersedia dari berbagai sumber, seperti data yang diperoleh melalui berbagai NSO dan lembaga pengumpul statistik; baru saja
menyelesaikan survei publik (nasional atau lokal) dan sektor swasta; dan informasi yang tersedia dari organisasi lain, seperti lembaga
pembangunan.

Pelaporan. Pemrakarsa dan pelaksana proyek akan menyerahkan laporan pemantauan dan evaluasi dua kali setahun kepada Ketua
klaster dan/atau kelompok kerja, sebagaimana mestinya. Laporan tersebut dapat mencakup: (i) ringkasan pencapaian; (ii) tantangan
yang dihadapi; (iii) tindakan menengah yang diambil untuk menyelesaikan tantangan, dan hasil dari tindakan tersebut; (iv) masalah
yang diantisipasi, dan tindakan yang akan diambil untuk mencegah eskalasi masalah, terutama tindakan yang memerlukan intervensi
SOM; dan (v) kemajuan indikator.

Kerangka Hasil Program BIMP-EAGA


Ringkasan kerangka kerja hasil program BIMP-EAGA berdasarkan tiga tingkat RBME, disandingkan dengan kerangka panduan BEV
2025, diilustrasikan pada Gambar 29. Ini berfungsi sebagai panduan keseluruhan untuk memastikan bahwa strategi dan proyek sektor
berkontribusi pada tujuan BIMP-EAGA, tujuan (hasil) dan visi (dampak). Badan kelembagaan BIMP-EAGA disertakan untuk
menggarisbawahi peran masing-masing dalam memastikan bahwa pengembangan BEV 2025 dilaksanakan dan memberikan hasil
yang diinginkan.
Machine Translated by Google

PEMANTAUAN DAN EVALUASI BERBASIS HASIL 61

Gambar 29. Kerangka Hasil Program Keseluruhan BIMP-EAGA

Pemantauan Hasil
Ulet
dan PENGLIHATAN
Inklusif
Evaluasi (Dampak) Berkelanjutan
RISE BIMP-EAGA untuk

Kompetitif secara ekonomi mempersempit kesenjangan pembangunan

Agroindustri
SASARAN dan perikanan yang Destinasi wisata
Manufaktur yang
berkelanjutan,
(Hasil) kompetitif
G dan ramah lingkungan berkelanjutan
berdaya saing dan
tahan iklim

Makro (Tingkat 1)
• EAGA mewakili 20% ekonomi BIMP
• Perdagangan intra-EAGA meningkat menjadi 10% dari total perdagangan
• Ekspor EAGA meningkat menjadi $240 miliar
TUJUAN • FDI meningkat menjadi $66 miliar
• Kedatangan wisatawan asing dan domestik meningkat menjadi 124 juta
• Hasil pertanian dan perikanan meningkat sebesar 10%
• 200 UKM mengadopsi teknologi hijau Tahun Dasar: 2015

Orang

PENDEKATAN ke orang
Pemerintah lokal Sektor swasta

Fisik Kelembagaan

Sektor (Tingkat 2)
STRATEGIS Sosial budaya dan
PILAR Konektivitas Food Basket Tourism Environment Pendidikan

Proyek (Tingkat 3) PROGRAM DAN PROYEK KORIDOR EKONOMI

• Menteri • Cluster dan Kelompok Kerja


BIMP-EAGA
• Pejabat Senior • BEBC
KELEMBAGAAN
• Sekretariat Nasional • Yang lain
TUBUH
• BIMP-FC
Machine Translated by Google

LAMPIRAN 1
INFRASTRUKTUR PRIORITAS
PROYEK (PIP)

Diperkirakan
Biaya proyek
No Nama Proyek/Sektor (US$ Juta) Negara Pimpin

I JALAN, KERETA API DAN JEMBATAN 12.659

1 Jembatan Temburong 1.000 Brunei Darussalam

2 Tanjungselor ke Jalan Perbatasan Sabah 131 Indonesia

3 Pontianak-Entikong Transport Link (Tayan-Serawak Road Rehabilitation) 35 Indonesia

4 Manado-Bitung Link (Toll Road Component) 400 Indonesia

5 Balikpapan-Samarinda (Toll Road, East Kalimantan) 877 Indonesia

6 Railway Makassar-ParePare (South Sulawesi) 492 Indonesia

7 Baland Island Bridge (East Kalimantan) 103 Indonesia

8 Kereta Api Pare-Pare-Mamuju 470 Indonesia

9 Rehabilitation of Balai Karangan Entikong Road 32 Indonesia

10 Jalan Raya Pan-Borneo (Sarawak dan Sabah) 7.000 Malaysia

11 Pembangunan Jalan Kalabakan, Serudong (Sabah) 193 Malaysia

12 Jembatan Limbang (Sarawak) 50 Malaysia

13 Jalan Koridor Pengembangan Mindanao Barat 209 Filipina

14 Sistem Kereta Api Berkecepatan Tinggi TransMindanao 1.000 Filipina

15 Perbaikan Jalan Kota Davao-General Santos 67 Filipina

16 Perluasan Jalan Tol Palawan 600 Filipina


II JASA TRANSPORTASI DARAT 23

17 International Freight Terminal in West Kalimantan (Aruk, Entikong, and 23 Indonesia


Nangbadau)
BANDARA III 1.740

18 Rehabilitasi Perkerasan Runway Bandara Internasional Brunei 57 Brunei Darussalam

19 Bandara Mukah 93 Malaysia

20 Terminal Penumpang Bandara Puerto Princesa 83 Filipina

21 General Santos Airport (Aerotropolis) 21 Filipina

22 Pembangunan Bandara Internasional Davao 879 Filipina

23 Pembangunan Bandara Laguindingan 347 Filipina

24 Pembangunan Bandara Internasional Zamboanga 1 Filipina

25 Bandara Sanga-Sanga 3 Filipina

26 Bandara Regional San Vicente 10 Filipina

27 Modernisasi Bandara Busuanga 86 Filipina

28 Bandara Internasional Palawan Selatan 160 Filipina

62
Machine Translated by Google

PROYEK INFRASTRUKTUR PRIORITAS (PIPS) 63

Diperkirakan
Biaya proyek
No Nama Proyek/Sektor (US$ Juta) Negara Pimpin
IV PELABUHAN 3.776

29 Manado-Bitung Link (Manado Port Expansion) 350 Indonesia

30 Manado-Bitung Link (Bitung International Port Expansion) 2.615 Indonesia

31 Pelabuhan Baru Makassar 98 Indonesia

32 Perluasan Pelabuhan Peti Kemas Teluk Sepangar 231 Malaysia

33 Klaster Industri Kelapa Sawit Lahad Datu (Pelabuhan Kontainer) 201 Malaysia

34 Pengerukan Pelabuhan Kuching 100 Malaysia

35 Pengerukan Pelabuhan Tawau 6 Malaysia

36 Pelabuhan Zamboanga 3 Filipina

37 Pelabuhan Bongao 4 Filipina

38 Polloc Freeport dan EcoZone 11 Filipina

39 Pelabuhan General Santos (Dermaga Makar). 27 Filipina


40 Pelabuhan Titik Brooke 12 Filipina

41 Pelabuhan Davao (Sasa). 82 Filipina

42 Pelabuhan Perikanan Terpadu Puerto Princesa 17 Filipina

43 Pelabuhan Kapal Pesiar Kota Puerto Princesa 15 Filipina

44 Pelabuhan RoRo Omong kosong 4 Filipina


V INFRASTRUKTUR TENAGA DAN ENERGI 2.186
45 Interkoneksi Jaringan Listrik Kalimantan Utara 82 Indonesia

46 Proyek Hidro Limbang 1 (Interkoneksi Sarawak-Sabah) 160 Malaysia

47 Proyek Hidro Limbang 2 (Interkoneksi Sarawak-Sabah) 345 Malaysia

48 Proyek Hidro Limbang 3 (Interkoneksi Sarawak-Sabah) 487 Malaysia

49 Lawas Hydro Project (Interkoneksi Sabah-Sarawak) 211 Malaysia

50 Proyek Interkoneksi Visayas-Mindanao 900 Filipina

51 Peningkatan Tulang Punggung Transmisi Mindanao 1 Filipina

VI KOMUNIKASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI (TIK) 150

52 Proyek Sistem Kabel Submarine Terrestrial (BEST) BIMP-EAGA 150 Sektor swasta

VII FASILITASI PERDAGANGAN (FASILITAS CIQS) 433

53 Entikong Border Crossing 6 Indonesia

54 KEK Bitung 175 Indonesia

55 Zona Ekonomi Khusus Zamboanga 135 Filipina

56 Zona Perusahaan Pariwisata San Vicente 117 Filipina

VIII PEMBANGUNAN KOTA 400

57 Inisiatif Kota Hijau BIMP-EAGA 400 BIMP

HASIL AKHIR 21.367

CATATAN: Ini adalah daftar awal per 4 April 2017. Proyek dan perkiraan biaya proyek dapat ditinjau dan divalidasi oleh Negara Anggota.
Machine Translated by Google

LAMPIRAN 2
DAFTAR PROYEK BEV 2025
PER SEKTOR DAN STRATEGIS
PRIORITAS (2017–2025)

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Pilar Strategis: KONEKTIVITAS YANG DITINGKATKAN

MENGANGKUT

Prioritas Strategis 1: Hubungan Udara


Peningkatan konektivitas
Kebangkitan kembali jalur udara (konvergensi dengan Cluster Pariwisata)
transportasi multimoda (udara,
Konektivitas udara intra-EAGA dalam BIMP-EAGA sangat penting terutama untuk pertumbuhan
darat dan laut), sebagaimana
pariwisata subregional dan untuk pengembangan perdagangan sampai batas tertentu.
mestinya, di dalam dan di antara
Beberapa layanan udara intra-EAGA telah diluncurkan di masa lalu, tetapi kemudian
koridor ekonomi prioritas GSSC dan WBEC
ditangguhkan karena, antara lain, faktor muatan yang rendah dan pemasaran serta promosi
yang tidak memadai. Dua maskapai yang melayani rute subregional, Sriwijaya Air Indonesia
dan MASwings Malaysia, telah menunjukkan minat untuk menghidupkan kembali rute yang
ditangguhkan dan sedang meninjau dan menegosiasikan ulang rute/tujuan layanan udara
berikut: • Puerto Princesa -Kota Kinabalu
• Mulu-Bandar Seri Begawan •
Davao -Manado •
Pontianak-Bandar Seri Begawan •
Balikpapan-Bandar Seri Begawan
Implementasi penuh Protokol MoU on Air Linkages (konvergensi dengan Tourism
Cluster)
Menteri Perhubungan negara-negara anggota BIMP-EAGA pada tahun 2007 menandatangani
MOU tentang Hubungan Udara yang memberikan hak kebebasan lalu lintas kelima ke bandara-
bandara terpilih di subkawasan tersebut. Protokol untuk Mengubah Nota Kesepahaman
tentang Perluasan Hubungan Udara bertujuan untuk memberikan pendekatan yang lebih
fleksibel untuk memfasilitasi kesinambungan layanan pada rute udara yang ada dan masuknya
rute baru. Di bawah protokol tersebut, bandara Makassar, Mulu, Sandakan, Tawau dan
Cagayan de Oro akan ditetapkan sebagai titik BIMP-EAGA yang baru dan bandara Solo
(Indonesia), Johor (Malaysia) dan Cebu (Filipina), semuanya berlokasi di luar BIMP-EAGA,
ditetapkan sebagai titik ko-terminalisasi. Ko-terminalisasi akan memungkinkan penyertaan
bandara di luar BIMP-EAGA sebagai bagian dari putaran layanan udara untuk meningkatkan
keberlanjutan layanan udara dengan penyertaan bandara non-BIMP-EAGA dengan lalu lintas
yang lebih mapan. Konvergensi antara Air Linkages WG dan Tourism Cluster akan
mengidentifikasi dan menetapkan rute udara yang akan mendukung co-terminalization.
Kaitan Laut
Membangun layanan pengiriman intra-EAGA (proyek konvergensi dengan Cluster
Agribisnis)
Mengingat geografi kepulauannya, layanan maritim sangat penting untuk pengembangan dan
pertumbuhan intra-EAGA. Membangun layanan pengiriman antar pelabuhan utama di BIMP-
EAGA akan dilakukan secara aktif dengan layanan pelabuhan mitra berikut sebagai prioritas:

• Bitung-General Santos/Davao
• Bitung-Tahuna-Gensan

64
Machine Translated by Google

DAFTAR PROYEK BEV 2025 BERDASARKAN SEKTOR DAN PRIORITAS STRATEGIS (2017–2025) 65

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


• Brooke's Point-Sandakan/Kota Kinabalu
• Brooke's Point/Bataraza-Kudat
• Brooke's Point-Brunei Darussalam
• Bongao-Tawi-Tawi-Lahad Datu •
Bataraza-Kudat

Mengembangkan rute pelayaran pelayaran BIMP-EAGA (konvergensi dengan Cluster Pariwisata)


Didorong oleh meningkatnya jumlah kunjungan pelabuhan dalam beberapa tahun terakhir oleh kapal
pesiar di pelabuhan-pelabuhan terpilih di BIMP-EAGA, Cluster Pariwisata akan mengejar pengembangan
pariwisata kapal pesiar. Sebagai proyek konvergensi dengan sektor pariwisata, Sea Linkages WG
akan memberikan dukungan dalam mengidentifikasi rute dan pelabuhan panggilan yang layak untuk
wisata kapal pesiar di BIMP-EAGA. Dukungan tersebut akan mencakup, antara lain, penilaian
kelayakan teknis pelabuhan untuk menerima kapal pesiar, penyediaan fasilitas terkait wisata pesiar di
pelabuhan yang ada yang diidentifikasi cocok untuk kapal pesiar, dan/atau pembangunan/
pengembangan pelabuhan khusus untuk kapal/kapal pesiar .

Prioritas Strategis 2: Implementasi skema izin bersama


Peningkatan fasilitasi transportasi Di bawah MOU tentang Bus Komersial dan Pelatih yang ditandatangani pada tahun 2007, Brunei,
Indonesia dan Malaysia telah mengeluarkan izin untuk mengoperasikan bus dan pelatih melintasi
perbatasan di Pulau Kalimantan. Persoalan yang muncul di kalangan penyelenggara adalah perbedaan
aturan, prosedur, dan persyaratan dalam penerbitan izin, serta syarat/jangka waktu yang berbeda-
beda. Proyek akan menetapkan skema izin bersama dengan jangka waktu/masa berlaku yang sama,
dan akan memfasilitasi dan meningkatkan transparansi dalam peraturan dan proses penerbitan izin.

Mendukung pelaksanaan Authorized Economic Operator (AEO) dan Mekanisme Transit


Kepabeanan Otoritas
Kepabeanan ASEAN telah berkomitmen untuk membentuk program-program AEO nasional berdasarkan
SAFE Framework of Standards (FoS) yang dikembangkan oleh World Customs Organization (WCO),
dengan tujuan untuk meningkatkan keamanan rantai pasokan dan memfasilitasi perdagangan.
Transport Cluster akan bekerja sama dengan CIQS WG dalam kemungkinan penerapan ketentuan
spesifik dan relevan dari Sistem Transit Bea Cukai ASEAN (ACTS) yang akan diujicobakan di negara-
negara tertentu seperti Singapura, Malaysia dan Thailand pada akhir 2016 dan awal 2017. BIMP-EAGA
akan mempertimbangkan untuk mengadopsi skema tersebut berdasarkan hasil kegiatan percontohan.
LTWG juga akan bekerja dengan CIQS WG untuk melacak kemajuan, implikasi, dan potensi penerapan
AEO dan mekanisme transit bea cukai lainnya.

Tinjauan kebijakan penerbangan (sesuai kebutuhan)


Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk mengidentifikasi reformasi kebijakan, peraturan dan administrasi
yang sesuai untuk lebih meningkatkan konektivitas udara intra-EAGA. Tinjauan ini juga bertujuan untuk
menjajaki skema insentif untuk merasionalisasi biaya operasi (misalnya biaya pendaratan dan biaya
bandara lainnya) guna mendorong lebih banyak maskapai penerbangan untuk melayani rute BIMP-
EAGA.
Machine Translated by Google

66 LAMPIRAN 2
VISI BIMP-EAGA 2025

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Prioritas Strategis 3: Proyek Pengembangan Bandara
Peningkatan infrastruktur dan fasilitas
Bandara Internasional Brunei
di pelabuhan laut prioritas yang
Proyek ini melibatkan rehabilitasi perkerasan landasan pacu.
ditunjuk, bandara dan jalur darat

Pengembangan Bandara Puerto


Princesa Peningkatan tersebut mencakup pembangunan gedung terminal penumpang baru,
gedung terminal kargo, apron, penghubung taxiway, sistem navigasi udara baru, dan fasilitas
pendukung lainnya.

Bandara Internasional Zamboanga Baru


Peningkatan dan rehabilitasi bandara akan mencakup lapisan aspal di landasan pacu, perluasan
dan rehabilitasi gedung terminal penumpang untuk memasukkan fasilitas baru seperti konveyor
kargo dan dua pemindai x-ray baru, serta pembangunan gedung kargo baru.

Bandara General Santos


Rehabilitasi dan peningkatan gedung terminal bandar udara ini meliputi penambahan jalan
setapak tertutup dan area parkir kendaraan, penyediaan alat bantu navigasi baru, perluasan
ruang apron, pembangunan fasilitas pengolahan limbah, dan pembangunan gedung penyambut
dan pos pemeriksaan keamanan kendaraan. serta fasilitas pendukung lainnya.

Bandara Laguindingan
Proyek ini akan melibatkan pembangunan kembali fasilitas sisi udara dan sisi darat bandara.

Bandara Internasional Davao


Proyek ini akan melibatkan pembangunan kembali fasilitas sisi udara dan sisi darat bandara.

Bandara Sanga-Sanga
Proyek ini akan melibatkan pembangunan kembali fasilitas sisi udara dan sisi darat bandara.

Bandara Saint Vincent


Proyek ini akan melibatkan pembangunan kembali fasilitas sisi udara dan sisi darat bandara.

Bandara Busuanga
Proyek ini akan melibatkan pembangunan kembali fasilitas sisi udara dan sisi darat bandara.

Bandara Palawan Selatan


Proyek ini akan melibatkan pembangunan kembali fasilitas sisi udara dan sisi darat bandara.

Wajah bandara
Proyek ini akan melibatkan pengembangan gedung bandara baru.
Machine Translated by Google

DAFTAR PROYEK BEV 2025 BERDASARKAN SEKTOR DAN PRIORITAS STRATEGIS (2017–2025) 67

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Proyek Pembangunan Pelabuhan

Pelabuhan Titik Brooke

Pelabuhan terbesar kedua di Palawan akan menjalani pekerjaan rehabilitasi/perbaikan meliputi: RC Pier dan Roll-
on Roll-off (RoRo) ramp; Gedung Otoritas Pelabuhan Filipina (PPA); dan pendekatan Dermaga RC. Subproyek
meliputi: relokasi pemecah gelombang yang ada; perbaikan gedung terminal penumpang; perluasan gedung TMO;
dan pelebaran causeway dan pier approach.

Pelabuhan General Santos (Dermaga Makar)


Sebagai bagian dari Program II Pelabuhan Mindanao, proyek tersebut meliputi: perluasan dan reklamasi pelabuhan
dengan penyimpanan terbuka (3,4 hektar), pembangunan gudang, pemasangan Rel Dermaga Dermaga, dan
pembangunan gedung terminal penumpang.
Perkiraan biaya proyek: $27 juta.

Pelabuhan
Zamboanga Proyek ini meliputi pembangunan dermaga untuk derek gantry yang dipasang di rel dan pembangunan
dermaga derek pantai. Perkiraan biaya proyek: $3 juta.

Peningkatan dan perluasan Pelabuhan Bongao


Pelabuhan Bongao di Tawi-Tawi dekat dengan pusat BIMP EAGA dan berpotensi sebagai pintu gerbang
internasional. Proyek tersebut mencakup peningkatan dan perluasan Pelabuhan Bongao melalui rehabilitasi
pelabuhan yang ada, perluasan dermaga utama, dan pembangunan ramp RoRo tambahan dan gudang baru.
Perkiraan biaya proyek: $4 juta.

Polloc Freeport dan Eco Zone


Polloc Freeport berlokasi strategis untuk melayani sebagai titik perdagangan dan transshipment utama di Mindanao,
serta pusat Halal di Filipina. Proyek perluasan tersebut mencakup pembangunan ramp RoRo tambahan dan jalan
pelabuhan Polloc, perpanjangan warf utama, dan pemasangan spatbor karet tambahan dan tonggak tambatan.

Pekerjaan pengerukan juga sedang direncanakan untuk memungkinkan kapal pelayaran internasional yang lebih
besar berlabuh. Perkiraan biaya proyek: $11 juta, dengan penyelesaian diharapkan pada 4Q 2019.

Pelabuhan Kapal Pesiar Kota Puerto Princesa


Proyek ini akan menjadi pelabuhan kapal pesiar pertama yang didirikan di Palawan, didedikasikan untuk
meningkatnya jumlah kapal pesiar yang berlabuh di Puerto Princesa. Estimasi biaya proyek: $ 15 juta.

Pelabuhan Baru Makassar

Makassar New Port akan dikembangkan sebagai terminal peti kemas. Pembangunan akan dilakukan dalam tiga
tahap. Fase 1 akan selesai pada 2017 (2013-2017), dan melibatkan pembangunan tiga dermaga baru dengan total
panjang 750 meter.
Tahap ini disiapkan untuk pembangunan terminal peti kemas berkapasitas hingga 1 juta TEUS per tahun.
Pembangunan jalan akses, tempat penumpukan peti kemas dan fasilitas gedung terkait diperlukan untuk
pengembangan fase ini. Tahap 2 sedang berlangsung (2013-2022), dengan perkiraan biaya proyek sebesar $98
juta.

Perluasan Pelabuhan Kontainer Teluk Sepangar


Pelabuhan diposisikan sebagai pusat transhipment untuk BIMP-EAGA. Rencana perluasan jangka panjangnya
(hingga 2030) akan menghasilkan peluang investasi bagi sektor swasta dalam penyediaan layanan dan kegiatan
pelabuhan serta di seluruh rantai pasokan logistik. Fasilitas yang lebih baik, dan draf yang lebih dalam akan
memungkinkan pelabuhan meningkatkan kapasitasnya untuk menangani throughput yang lebih tinggi dari kapasitas
500.000 TEUs per tahun menjadi 1,2 juta TEUS per tahun. Untuk tahap awal, proyek ini akan memperluas panjang
dermaga dari 500 meter menjadi 1,2 km, dan area penumpukan dari 15 menjadi 60 hektar.
Machine Translated by Google

68 LAMPIRAN 2
VISI BIMP-EAGA 2025

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Proyek Pembangunan Jalan

Pontianak to Entikong Transport Link


Ruas Jalan Tayan ke Sarawak, yang melibatkan perbaikan jalan penghubung dari Pontianak
ke perbatasan Sarawak, akan memperpendek rute sejauh 100 km.

Tanjungselor hingga perbatasan Sabah


Terletak di Kalimantan Utara, Indonesia, proyek ini melibatkan pembangunan jalan sepanjang
188,66 km menuju perbatasan Sabah. Sebagian besar jalan asli tidak diaspal dan dalam
kondisi buruk, dan jalur jalan yang melibatkan lereng curam dan belokan tajam tidak cocok
untuk angkutan barang. Proyek ini terdiri dari empat paket: CW-08 (34,80 km), CW-09 (65,30
km), CW-10 (45,15 km), dan CW-11 (43,41 km). Kemajuan paket masing-masing sebesar
61%, 55%, 55% dan 22,4%. Kecuali CW-11 yang diharapkan selesai pada 2018, sisanya
selesai pada pertengahan 2017. Total harga kontrak untuk proyek tersebut: $131 juta.

Manado-Bitung Link Road Enhancement


Berlokasi di Sulawesi Utara, Indonesia, proyek ini melibatkan pembangunan jalan tol antara
Manado dan Bitung, untuk meningkatkan sinergi transportasi dan pertumbuhan ekonomi.

Jalan Davao-General Santos


Jalan Davao-General Santos adalah fasilitas transportasi darat utama di South Central
Mindanao Development Corridor. Pelebaran dan peningkatan jalan akan membantu
memastikan perdagangan dan pengangkutan barang dan orang yang lebih efisien antara dua
kota yang mengalami urbanisasi cepat ini, yang akan memainkan peran penting dalam
perdagangan antar-EAGA dengan dibukanya rute pelayaran Davao-GSC-Bitung.

Peningkatan Jalan di Mindanao


Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pergerakan barang dan orang, di bawah
Rencana Pembangunan Filipina, 2011–2016. Ruas jalan yang dijadwalkan untuk perbaikan di
Mindanao berada di provinsi berikut: Zamboanga del Norte, Misamis Oriental, Agusan del
Norte, dan Cotabato Utara. Pembangunan ruas-ruas jalan ini sedang berlangsung.

Jalan Koridor Mindanao Barat


Pekerjaan persiapan sedang dilakukan untuk proyek jalan yang mendukung prioritas Filipina
untuk peningkatan jaringan jalan negara dan pengembangan Mindanao. Penekanannya adalah
pada peningkatan konektivitas di wilayah Mindanao dengan infrastruktur jalan yang tidak
memadai, dan memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim dan bencana. Keluaran
utama meliputi (i) peningkatan jalan di Mindanao, (ii) desain teknis terperinci untuk peningkatan
jalan di bawah proyek mendatang, dan (iii) penguatan kapasitas kelembagaan Departemen
Pekerjaan Umum dan Jalan Raya (DPWH).

Proyek Koridor Pembangunan Mindanao Barat


Koridor Pembangunan Mindanao Barat adalah pintu gerbang Filipina ke BIMP-EAGA. Perbaikan
jalan yang menghubungkan kotamadya Gutalac, Baliguian, Siocon, Sirawai, Sibuco, dan Kota
Zamboanga; dan jalan yang menghubungkan Sindangan, Bayog dan Lakewood telah
mendapatkan alokasi dana pada tahun 2017 dan seterusnya untuk meningkatkan konektivitas
antara area produksi dan pasar.
Machine Translated by Google

DAFTAR PROYEK BEV 2025 BERDASARKAN SEKTOR DAN PRIORITAS STRATEGIS (2017–2025) 69

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Perluasan Jalan Tol Palawan
Melibatkan pelebaran jalan raya utara-selatan sepanjang 600 km menjadi enam jalur, termasuk
jalur sepeda dan teluk darurat. Proyek ini dirancang untuk memungkinkan perjalanan
berkecepatan tinggi antar kota guna memangkas waktu perjalanan ke tujuan wisata di Palawan
utara dan selatan. Proyek ini akan melengkapi Pelabuhan RoRo Buliluyan (Bataraza) dan
pelabuhan RoRo lain yang diusulkan di El Nido untuk terhubung ke Coron, yang pada gilirannya
akan terhubung ke Mindoro di sepanjang tulang punggung bahari barat Filipina. Jalan raya yang
diperluas akan menjadi penghubung EAGA ke Manila melalui Kudat, dan pada akhirnya akan
diajukan untuk dipertimbangkan sebagai jalan raya ASEAN.

Jalan Raya Pan-Borneo (Pulau Borneo, Malaysia)


Proyek ini melibatkan dua komponen, bagian Sabah dan Sarawak dari Jalan Raya Pan Borneo
(juga disebut sebagai Jalan Raya Trans-Borneo). Jalan Raya Pan Borneo direncanakan menjadi
tulang punggung transportasi negara bagian Sabah dan Sarawak, dan akan berperan besar
dalam membuka koridor dan peluang ekonomi. Perkiraan biaya proyek: $7 miliar – $3 miliar
untuk Sabah; $4 miliar untuk Sarawak.

a) Jalan Tol Pan-Borneo Sabah adalah jalan tol ganda sepanjang 1.236 km dari Tawau ke
Kota Kinabalu. Proyek ini diharapkan selesai pada tahun 2022 dan akan dilaksanakan dalam
tiga tahap: Sindumin ke Tawau, Tamparuli ke Ranau, dan membentang di Kimanis-Keningau-
Tawau.

b) Jalan Tol Pan-Borneo Sarawak dari Telok Melano ke Merapok akan menempuh jarak total
1.089 km saat selesai pada tahun 2022. Proyek ini memiliki empat komponen: Persimpangan
Nyabau-Bakun, yang akan memiliki panjang jalan sekitar 43 km dan akan mencakup
pembangunan 4 jembatan, 26 halte bus, dan 2 jembatan penyeberangan; Jembatan Bintangor-
Sungai Kua sepanjang 76 km dan akan dikerjakan dalam tiga seksi (Julau, Sibu dan Batang
Rajang), meliputi 2 simpang susun, 1 layby, 18 jembatan, 79 halte bus dan 7 jembatan
penyeberangan; Telor Melano-Sematan yang meliputi jalan sepanjang 33 km dan 6 jembatan;
dan Persimpangan Bundaran Serian-Pantu, yang akan dibangun dalam dua seksi (Serian
dan Pantu). Proyek ini melibatkan 75 km jalan, 3 simpang susun, 1 layby, 84 halte bus dan 8
jembatan penyeberangan.

Meningkatkan Koridor Pertumbuhan di Proyek Sektor Jalan Mindanao


Proyek ini akan mempromosikan pembangunan ekonomi inklusif dengan memperbaiki tiga jalan
di Semenanjung Zamboanga di Mindanao barat. Tiga jalan inti awal adalah: Alicia ke Malangas,
23,7 km; Tampilisan ke Sandayong, 17,1 km; dan Lutiman-Guicam-Sewing, 37,5 km.

Pendirian Pusat Peristirahatan dan Rekreasi di sepanjang Rute Bus BIMP-EAGA


Proyek ini melibatkan pembangunan berkelanjutan dan peningkatan pusat peristirahatan dan
rekreasi di titik-titik terpilih di sepanjang Jalan Raya Pan-Borneo. Tempat istirahat dan rekreasi
di sepanjang jalur bus antara lain food court, convenience store, surau, kios BBM, toilet, tempat
parkir kendaraan, travellers information center, dan rambu-rambu untuk mengarahkan
pengendara.
Machine Translated by Google

70 LAMPIRAN 2
VISI BIMP-EAGA 2025

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Jembatan Limbang (Sarawak, Malaysia)
Proyek ini melibatkan pembangunan Jembatan Sungai Limbang bersama dengan Jembatan Sungai
Bunut No. 2 dan jalan penghubung.

Jalan Kalabakan (Serudong, Sabah, Malaysia-Federal)


Proyek ini melibatkan pembangunan jalan raya tunggal antara Kalabakan ke Serudong di Sabah.

Terminal Kargo Internasional Entikong


Proyek ini meliputi: perumusan analisis dampak lalu lintas; Akuisisi tanah; dan pembangunan fasilitas
terminal.

Prioritas Strategis 4: Mengembangkan dan melaksanakan proyek konvergensi dengan sektor pariwisata dan
Memperkuat konvergensi di agribisnis
tingkat proyek dengan sektor Meningkatkan konektivitas transportasi tetap menjadi salah satu keharusan bagi BIMP-EAGA karena
agribisnis dan pariwisata di pengaruhnya terhadap perkembangan dan pertumbuhan pariwisata dan perdagangan subregional.
pengembangan pasokan subregional/ Sebagai sektor pendukung dan jasa, transportasi tidak dapat dengan sendirinya mencapai tujuan dan
rantai nilai dan layanan logistik serta sasaran BIMP-EAGA. Untuk memaksimalkan kontribusi sektor transportasi dalam pencapaian visi
konektivitas transportasi terkait BIMP-EAGA, konvergensi dengan klaster agribisnis, pariwisata dan perdagangan dan investasi akan
pariwisata diupayakan secara agresif. Sektor transportasi antara lain akan mendukung sektor pariwisata dalam
pengembangan rute destinasi dan membantu peningkatan load factor jasa transportasi udara, laut,
dan darat.

FASILITASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI

Prioritas Strategis 1: Program peningkatan kapasitas


Penyederhanaan aturan, regulasi Klaster TIF akan menyusun program yang berfokus pada peningkatan kapasitas teknis pejabat
dan prosedur serta fasilitasi perbatasan untuk memfasilitasi proses perbatasan. Pelatihan dan lokakarya akan mencakup:
perdagangan lintas batas (impor pembangunan kapasitas untuk Authorized Economic Operators (AEOs); peningkatan training of
dan ekspor) trainers (TOT) dalam mendeteksi dokumen palsu dan penipu; peningkatan kapasitas dalam
manajemen risiko di BIMP-EAGA; dan seminar teknis tentang penyakit zoonosis yang muncul, seperti
flu burung. Pelatihan dan lokakarya tambahan akan diselenggarakan tergantung pada kebutuhan.

Pendirian dan peningkatan/peningkatan fasilitas Proyek ini


bertujuan untuk mengurangi waktu tempuh dan meningkatkan kenyamanan bagi pengguna jalan dan
untuk meningkatkan konektivitas di BIMP-EAGA dengan peningkatan fasilitas dan/
atau pendirian kantor CIQS yang tepat di area tertentu. Ini akan mencakup: pendirian fasilitas CIQS
di Bantul, Distrik Nabawan, Sabah, Malaysia, dan di Malinau, Kalimantan Utara, Indonesia; Perbatasan
Kuala Lurah (Brunei); dan Lintas Batas Entikong (Indonesia).

Perlindungan Pulau Kalimantan dari OPT Karantina Menuju “Sistem Satu Borneo SPS”

Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan strategi kerjasama untuk perlindungan Borneo dari
serbuan hama dan penyakit karantina. Tujuannya adalah untuk membangun kerjasama antar/intra
antar lembaga karantina negara anggota untuk perlindungan Kalimantan dari hama dan penyakit,
serta spesies invasif yang dapat mengancam kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan
secara keseluruhan; dan untuk melindungi dan memfasilitasi pergerakan barang dan orang yang
aman dan terjamin melalui titik masuk dan keluar nasional dari pulau Kalimantan. Prinsip-prinsip
utama untuk strategi tersebut termasuk mencapai atau mempertahankan standar kesehatan dan
kesejahteraan hewan yang tinggi secara konsisten; peningkatan kesehatan masyarakat; memperkuat
kapasitas untuk menghadapi keadaan darurat dalam kerangka kebijakan yang didasarkan pada bukti
ilmiah dan veteriner yang kuat; pengurangan beban regulasi jika memungkinkan; fasilitasi kegiatan
bersama antara masing-masing layanan veteriner dan lembaga penegak terkait dari masing-masing
negara; dan pengaturan pemantauan tingkat tinggi.
Machine Translated by Google

DAFTAR PROYEK BEV 2025 BERDASARKAN SEKTOR DAN PRIORITAS STRATEGIS (2017–2025) 71

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Studi rilis waktu (TRS) di port BIMP-EAGA
Globalisasi telah membawa peningkatan dramatis dalam perdagangan lintas batas. Akibatnya,
perhatian yang lebih besar difokuskan pada perdagangan dan proses regulasi yang dilakukan
di perbatasan. Pengiriman barang yang cepat dan efisien semakin penting dan memberikan
manfaat yang signifikan bagi semua yang terlibat dalam rantai pasokan. Administrasi bea
cukai telah melakukan upaya untuk merampingkan prosedur antar-lembaga di perbatasan.
Untuk memastikan bahwa langkah-langkah fasilitasi diterapkan secara efektif, time release
study (TRS) telah digunakan untuk meningkatkan kinerja fungsi yang diukur. BIMP-EAGA
telah melakukan TRS di pelabuhan dan perlintasan perbatasan terpilih, menghasilkan
peningkatan kinerja di titik-titik tersebut. Proyek ini akan memungkinkan Klaster TIF dan
Kelompok Kerja CIQS untuk memperluas cakupan TRS di antara pelabuhan-pelabuhan lain
dan perlintasan perbatasan dengan mobilitas orang dan barang yang signifikan, guna
mengidentifikasi reformasi prosedural dan/atau administrasi untuk meningkatkan proses perbatasan.
Prioritas Strategis 2: Pengembangan rantai pasokan/nilai untuk komoditas prioritas
Identifikasi dan promosi Rantai nilai global dan regional semakin memengaruhi pertumbuhan ekonomi, perdagangan
peluang investasi dalam rantai masa depan, pola investasi asing langsung (FDI), penciptaan lapangan kerja, dan distribusi
pasokan/nilai di sepanjang koridor nilai tambah di sepanjang rantai nilai global (GVC). BIMP-EAGA dapat memanfaatkan
ekonomi prioritas pemahaman yang lebih baik tentang pasokan dan rantai nilai subregional untuk komoditas
yang berpotensi untuk diproses dan diekspor lebih lanjut. Penilaian mendalam tentang pasokan/
rantai nilai komoditas tertentu akan membantu pemerintah dan industri dalam pengembangan
rantai nilai, yang mencakup peningkatan infrastruktur dan konektivitas, mendorong lingkungan
yang ramah bisnis, memastikan pasar tenaga kerja yang fleksibel, kemudahan akses ke
kredit, inovasi, stabilitas ekonomi makro, dan peningkatan sektor jasa efisiensi. Lingkungan
keseluruhan juga dapat mencakup kebijakan sosial dan kebijakan persaingan, serta kebijakan
untuk investasi di bidang pendidikan, keterampilan, teknologi, dan infrastruktur strategis.
Proyek ini akan dilakukan dalam konvergensi dengan klaster agribisnis dan transportasi
terutama, dan juga dengan klaster lingkungan dan sosial budaya dan pendidikan.

Pembentukan Zona Ekonomi Khusus Tebedu-Entikong Zona


Ekonomi Khusus (KEK) Tebedu (Malaysia)-Entikong (Indonesia) dirancang untuk:
mempromosikan perdagangan lintas batas yang layak; mengembangkan lingkungan investasi
yang kondusif yang memanfaatkan dan memaksimalkan keunggulan kompetitif subkawasan
dengan memanfaatkan sumber daya dan kekuatan kolektif Malaysia dan Indonesia;
menciptakan penggerak ekonomi khususnya di bidang manufaktur dan jasa; dan meningkatkan
konektivitas transportasi di wilayah tersebut. KEK akan memiliki komponen-komponen berikut:
implementasi perdagangan internasional melalui Gerbang Tebedu-Entikong, yang akan
memerlukan peningkatan Fasilitas CIQS Entikong, membangun Pelabuhan Darat Entikong
untuk melengkapi Pelabuhan Darat Tebedu, dan menominasikan Entikong sebagai pelabuhan
yang diakui oleh Indonesia untuk impor dari 7 kategori Barang Yang Dibatasi (Impor Tertentu);
peningkatan infrastruktur logistik dan proyek konektivitas transportasi di Sarawak, seperti
Proyek Jalan Tebedu-Serian, di mana Malaysia mengusulkan peningkatan Jalan Tebedu-
Serian menjadi jalur lalu lintas ganda di Pan Borneo Highway Fase II dan proyek peningkatan
Terminal Peti Kemas Senari; mengorganisir tim studi bersama dan mendirikan KEK; penunjang
kegiatan industri; dan membangun pengaturan sumber daya manusia yang akan mencakup
mobilitas tenaga kerja.
Machine Translated by Google

72 LAMPIRAN 2
VISI BIMP-EAGA 2025

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Prioritas Strategis 3: Implementasi koridor rantai pasok/nilai untuk industri prioritas
Peningkatan partisipasi UKM dalam Pengalaman ekonomi maju menunjukkan bahwa UKM memainkan peran penting dalam transformasi
rantai pasok/nilai koridor industri dan pembangunan industri negara secara keseluruhan. Sebagai katalisator peningkatan
kegiatan ekonomi di pedesaan, UKM berperan penting dalam mengatasi kemiskinan pedesaan dan
mempersempit kesenjangan pembangunan. Dalam BIMP-EAGA, UKM terdiri dari sebagian besar
sektor swasta dan beroperasi di semua sektor ekonomi. Kinerja UKM akan sangat berdampak pada
perekonomian di area fokus BIMP-EAGA, terutama dalam hal pertumbuhan yang merata dan inklusif
serta pembangunan berkelanjutan di subkawasan tersebut. Untuk memastikan partisipasi aktif UKM
dalam rantai pasokan/nilai koridor, proyek akan mengidentifikasi portofolio investasi UKM potensial
(yang akan dikembangkan oleh Klaster TIF) yang memberikan informasi tentang investasi spesifik
termasuk persyaratan peraturan, prosedural dan hukum

Prioritas Strategis 4: Promosi perdagangan dan investasi


Meningkatkan prakarsa promosi Ini melibatkan pengorganisasian bersama inisiatif perdagangan dan investasi sektor publik-swasta
perdagangan dan investasi sektor baik di dalam subkawasan dan di pasar ekstra-EAGA yang ditargetkan, serta kolaborasi antara
publik-swasta bersama sektor swasta dan pemerintah daerah, dan keterlibatan dengan kamar dagang, asosiasi industri, dan
sektor swasta lainnya. kelompok melalui BEBC dan kelompok dan kelompok kerja. TIF juga akan
meningkatkan pemanfaatan teknologi digital dalam mendorong perdagangan dan investasi, termasuk
namun tidak terbatas pada pengembangan fasilitas e-commerce.

INFRASTRUKTUR TENAGA DAN ENERGI

Prioritas Strategis 1: Studi kelayakan/teknis pada kantong listrik dan/atau interkoneksi jaringan
Mengembangkan pendekatan untuk Mempromosikan investasi di bidang ketenagalistrikan, baik pembangkitan, interkoneksi, maupun
mengintensifkan keterlibatan pemerintah distribusi, memerlukan informasi yang komprehensif dan terkini tentang kebutuhan dan persyaratan
daerah dan sektor swasta lokasi tertentu. Beberapa studi penting tentang interkoneksi jaringan listrik telah diselesaikan, yang
telah mengidentifikasi potensi interkoneksi jaringan listrik di Pulau Kalimantan. Klaster Infrastruktur
Tenaga dan Energi akan mendorong dilakukannya studi kelayakan strategis dan teknis untuk
menentukan investasi mana yang akan diprioritaskan dan tepat, terutama untuk keterlibatan
pemerintah daerah dan swasta. Contohnya adalah studi oleh Filipina untuk interkoneksi jaringan
listrik antara Mindanao dan Visayas. Meskipun merupakan proyek nasional, hal ini dapat berdampak
besar pada interkoneksi antara Pulau Kalimantan dan Mindanao, dengan memperluas basis
permintaan listrik di Mindanao.

Interkoneksi Brunei Darussalam-Sarawak


Proyek ini melibatkan tiga komponen: Proyek 1, terdiri dari 275kV dari Tudan, Sarawak hingga
Lumut, Brunei Darussalam (target penyelesaian paling awal: 2017); Proyek 2, terdiri dari 132kV dari
Bangar, Brunei Darussalam hingga Lawas, Sarawak (target penyelesaian paling awal: 2019); dan
Proyek 3, terdiri dari 275kV dari Lawas, Sarawak hingga Sipitang, Sabah (target penyelesaian paling
awal: 2023). Persyaratan teknis awal proyek interkoneksi, rute dan prinsip potensial telah
dikembangkan oleh tim teknis bersama, termasuk durasi proyek dan perkiraan anggaran awal.
Machine Translated by Google

DAFTAR PROYEK BEV 2025 BERDASARKAN SEKTOR DAN PRIORITAS STRATEGIS (2017–2025) 73

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Interkoneksi Jaringan Listrik Kalimantan Utara-Sabah
Tujuan utama interkoneksi antar negara adalah untuk mengurangi keseluruhan biaya ekonomi gabungan
layanan listrik melalui pertukaran sumber daya yang lebih efisien. Perdagangan energi dapat
memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan tetapi akan membutuhkan pengeluaran
finansial yang signifikan untuk infrastruktur energi yang dibutuhkan.
Penetapan harga energi memerlukan pertimbangan yang hati-hati, dengan perincian terkait yang
dibagikan di antara mitra proyek untuk memastikan bahwa struktur ekonomi dan keuangan yang
diperlukan sudah ada sebelum interkoneksi memulai operasi. PLN dan Sabah Energy Berhad (SEB)
menandatangani MOU pada 2014/15 untuk menjajaki kelayakan membangun pembangkit listrik tenaga
batu bara atau air 200MW di Kalimantan Utara dan mengekspor listrik ke Sabah.
Ini dimaksudkan sebagai proyek enklave, dengan semua kekuatan untuk Sabah. ADB telah
menyelesaikan studi tentang interkoneksi listrik di Kalimantan. Sebuah model dikembangkan untuk
mengasumsikan interkoneksi akan berupa jalur sepanjang 150 km, 275 kV antara Malinau (Kalimantan
Utara) dan Kalabakan (Sabah). Sambungan Sabah ini direpresentasikan dalam model sebagai beban
200 MW yang akan konstan selama 24 periode. Pembangkit batu bara baru juga ditambahkan ke model
di Malinau untuk mewakili potensi proyek pembangkit baru. BARAT SCEN kasus saling berhubungan
dan tidak saling berhubungan tahun 2030 dan 2035 dipelajari.
Skenario yang saling terhubung ditemukan memiliki manfaat biaya sebesar $1,263 miliar selama periode
2025-2040, dibandingkan dengan skenario yang tidak saling terhubung. Studi lanjutan tentang kelayakan
Interkoneksi Jaringan Listrik Kalimantan Utara dan Sabah sedang diusulkan, untuk melakukan analisis
teknik (aliran daya) dan ekonomi.

Prioritas Strategis 2: Berbagi informasi tentang kebijakan energi, kerangka peraturan dan standar teknis dengan
Menyediakan lingkungan yang kondusif lembaga energi regional (misalnya HAPUA, APGCC, ACE)
untuk mendorong investasi Salah satu prioritas sektor ketenagalistrikan ASEAN sebagaimana diatur dalam MPAC adalah
terkait energi oleh pemerintah pembentukan infrastruktur jaringan listrik regional. Perbaikan dalam rezim kebijakan dan kerangka
pusat peraturan serta harmonisasi standar teknis dan prosedur operasi sudah diupayakan di tingkat ASEAN.

BIMP-EAGA akan memperkuat hubungan kelembagaan, kerja sama dan kolaborasi dengan lembaga-
lembaga regional yang mencakup Kepala Otoritas Utilitas Listrik ASEAN (HAPUA), Komite Konsultatif
Jaringan Listrik ASEAN (APGCC) dan Pusat Energi ASEAN (ACE) untuk meningkatkan berbagi
informasi di seperti perencanaan energi, pasokan dan keamanan.

Prioritas Strategis 3: Energi terbarukan


Meningkatkan kerjasama dan memperkuat Pengembangan penelitian dan teknologi bersama di bidang energi terbarukan akan diupayakan secara
implementasi pengembangan energi aktif serta kemitraan dan kolaborasi dengan penyedia teknologi energi terbarukan. Pengembangan
terbarukan dan meningkatkan akses kerangka kerja sama energi terbarukan yang koheren termasuk berbagi pengalaman tentang perumusan
energi di pedesaan dan implementasi kebijakan, dan perluasan pasar adalah salah satu prioritasnya. Proyek ini juga akan
melihat pengembangan sistem energi terdesentralisasi dan/atau terdistribusi off-grid menggunakan
teknologi energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan banyak ekonomi pulau di subkawasan tersebut.

elektrifikasi pedesaan
Listrik saja mungkin tidak dapat menciptakan semua kondisi untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi di
zaman sekarang ini sangat penting untuk kebutuhan dasar manusia dan kegiatan ekonomi.
Di daerah pedesaan, kurangnya akses listrik merupakan salah satu hambatan utama bagi pembangunan
ekonomi. Elektrifikasi pedesaan dapat disediakan melalui jaringan listrik atau melalui pembangkitan
terdesentralisasi yang seringkali didasarkan pada energi terbarukan. BIMP EAGA terdiri dari banyak
komunitas pulau kecil yang sebagian besar berada di luar jaringan listrik dan perdebatan tentang biaya
dan manfaat memberi energi pada area ini sedang berlangsung. Tujuan dari proyek ini termasuk
menyediakan listrik di daerah pedesaan dan berbagi pengetahuan, pengalaman dan pelajaran dari
negara-negara anggota tentang elektrifikasi pedesaan, termasuk efektivitas berbagai cara untuk
menerapkan elektrifikasi pedesaan untuk pembangunan. Hasil yang diharapkan dari proyek ini adalah
kebijakan dan peraturan yang lebih dapat diterima atau dirasionalisasi untuk mengatasi elektrifikasi
pedesaan di BIMP-EAGA.
Machine Translated by Google

74 LAMPIRAN 2
VISI BIMP-EAGA 2025

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Prioritas Strategis 4: Penyusunan dan berbagi praktik terbaik efisiensi energi dan konservasi energi
Mempromosikan efisiensi energi Efisiensi energi dan konservasi energi bermanfaat bagi individu, industri, dan seluruh masyarakat,
dan konservasi dengan mengurangi jumlah dan biaya energi yang dikonsumsi. Manfaatnya termasuk perlindungan
terhadap kenaikan biaya energi dan berkurangnya permintaan untuk pembangkit listrik berbahan bakar
fosil konvensional. Hal ini dapat diterjemahkan menjadi lingkungan yang lebih bersih dan mengatasi
masalah perubahan iklim, serta mengurangi dan/atau menghindari ekstraksi sumber daya tambahan
(misalnya pengeboran minyak dan gas, penambangan batu bara). Efisiensi energi adalah penggunaan
teknologi yang membutuhkan lebih sedikit energi untuk menjalankan fungsi yang sama. Contoh efisiensi
energi antara lain menggunakan bola lampu compact fluorescent light (CFL) atau lampu LED sebagai
pengganti lampu pijar dan/atau menggunakan peralatan berperingkat bintang yang menggunakan lebih sedikit energi.
Konservasi energi dicapai melalui perubahan perilaku yang tidak memerlukan biaya tambahan, seperti
mematikan lampu atau mencabut kabel komputer dan elektronik lainnya saat tidak digunakan. Cluster
Infrastruktur Tenaga dan Energi (PEIC) akan menyusun praktik terbaik efisiensi energi dan konservasi
energi dan menyebarluaskannya melalui situs web BIMP-EAGA, media sosial, dan saluran informasi
lainnya. PEIC juga akan berkolaborasi dengan Cluster Lingkungan dalam pengembangan Inisiatif Kota
Hijau BIMP EAGA untuk memastikan efisiensi energi dan konservasi energi sebagai kegiatan prioritas.
Mempromosikan standar umum, dan “uji sekali dan jual di mana saja” adalah inisiatif yang dapat
dipertimbangkan dalam kerangka kerja BIMP-EAGA.

Negara-negara BIMP-EAGA sedang dalam proses menetapkan Standar Kinerja Energi Minimum
(MEPS) untuk peralatan rumah tangga dan komersial. Praktik terbaik dalam negeri dan pelajaran yang
dipetik dapat disusun dan dibagikan di tingkat subregional.

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Prioritas Strategis 1: Buka/Data Besar


Mengembangkan infrastruktur Data besar terdiri dari kumpulan data yang sangat besar, kompleks, dan cepat berubah. Contoh big
keras dan lunak TIK data termasuk kumpulan data yang dikumpulkan oleh instansi pemerintah (misalnya, cuaca, sensus,
layanan kesehatan); data non-publik untuk pemasaran, bisnis, analisis; dan penelitian ilmiah, penelitian
akademik dan media sosial. Data terbuka, di sisi lain, ditentukan oleh penggunaannya. Semua definisi
data terbuka mencakup dua fitur dasar: data harus tersedia secara publik untuk digunakan siapa saja,
dan harus dilisensikan dengan cara yang memungkinkan untuk digunakan kembali. Ada juga
kesepakatan umum bahwa open data harus mudah digunakan dan gratis. Bahkan sejumlah kecil data,
ketika dipublikasikan, dapat berdampak besar pada warga negara. Contohnya adalah pemerintah
daerah menyediakan peta perencanaan penggunaan lahan, atau menyediakan peta jalan untuk
merancang aplikasi guna membantu orang menavigasi transportasi umum. Klaster TIK bermaksud
untuk menyediakan platform untuk mengkonsolidasikan sejumlah dataset yang relevan dari berbagai
sumber dan membuatnya tersedia dan dapat diakses. Inisiatif awal/percontohan adalah pendaftaran
online UKM di Filipina dengan membuka kunci data pendaftaran UKM dari lima unit di Davao City. Proof
of concept, yang akan mengidentifikasi kebijakan apa yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan
proyek, sedang dikembangkan. Setelah selesai, platform untuk informasi yang sebanding dan dapat
dibagikan akan dibuat, dan pada akhirnya platform seluler akan dikembangkan untuk tujuan ini.

Sistem Kabel Kapal Selam dan Terestrial BIMP-EAGA (BEST).


Proyek ini akan menghubungkan semua negara anggota BIMP-EAGA menggunakan platform
komunikasi hybrid baik melalui kabel bawah laut, satelit, atau sistem terestrial. Proyek ini memiliki
potensi dampak yang tinggi untuk mendukung berbagai inisiatif prioritas di bawah BIMP-EAGA,
khususnya ekowisata dan e-commerce, dan juga berpotensi berkontribusi pada rencana pembentukan
Koridor Broadband ASEAN. Implementasi proyek ini dapat mengatasi kesenjangan digital dan dapat
secara positif memengaruhi tarif telekomunikasi untuk menjadikan BIMP-EAGA sebagai wilayah yang
lebih kompetitif untuk hubungan keranjang makanan dan ekowisata. Proyek ini dipimpin oleh sektor
swasta dan akan melibatkan partisipasi sektor swasta dari semua negara anggota BIMP-EAGA. Proyek
ini akan menyediakan teknologi dan konektivitas berkecepatan tinggi dan canggih di dalam dan di luar
BIMP-EAGA.
Machine Translated by Google

DAFTAR PROYEK BEV 2025 BERDASARKAN SEKTOR DAN PRIORITAS STRATEGIS (2017–2025) 75

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Prioritas Strategis 2: Internet of things (IOT) dan e-Commerce: ICT Rural Outreach Program (IROP) II (Versi 2.0)
Mempromosikan e-commerce di tingkat
subregional Ini adalah proyek yang mengintegrasikan teknologi TIK dan pertanian melalui platform e-commerce dan
teknologi IOT untuk lebih mengembangkan iROP (ICT Rural Outreach Program).
Proyek ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan digital yang ada di antara daerah pedesaan di BIMP-
EAGA. Ini akan membekali orang dengan pengetahuan dan keterampilan TIK agar mandiri; menciptakan
masyarakat pengetahuan; memacu industri pertanian; dan berkontribusi terhadap diversifikasi dan
pengembangan ekonomi melalui pengembangan industri TIK di subwilayah. Platform terintegrasi untuk
berbagi informasi dan penjualan silang produk untuk petani dapat membantu mendiversifikasi dan
mempertahankan pertumbuhan ekonomi, dengan dukungan dari sektor swasta melalui BEBC dan lembaga
pemerintah pusat dan daerah masing-masing. IROP II akan membuat platform e-commerce di mana: petani
diharapkan dapat meningkatkan hasil panen dengan bertukar informasi pertanian penting tentang hal-hal
seperti jenis tanah, budidaya tanah untuk memperkaya pertanian, prakiraan cuaca dan jenis tanaman;
mahasiswa dari universitas dan perguruan tinggi pertanian akan mendapat manfaat dari transfer
keterampilan dan mengembangkan kapasitas; unit pertanian pemerintah akan memiliki informasi terkini
menggunakan platform bersama; dan konsumen akan diberi akses yang lebih baik ke produk-produk
pertanian. Jaringan ahli akan dikembangkan dan dimanfaatkan untuk memberikan keahlian pertanian.
Rekomendasi kebijakan dan peraturan yang menggunakan IOT di bidang pertanian dalam BIMP-EAGA
akan diidentifikasi sebagai bagian dari keluaran proyek.

Perdagangan elektronik

Perdagangan elektronik, umumnya dikenal sebagai e-commerce atau eCommerce, adalah perdagangan
atau fasilitasi perdagangan produk atau layanan dengan menggunakan jaringan komputer, seperti Internet
atau jaringan media sosial online. Keuntungan terbesar dari e-commerce adalah dapat mengesampingkan
batasan geografis, karena pembeli dan penjual dapat menyelesaikan transaksi perdagangan dari berbagai
belahan dunia. E-commerce akan memungkinkan, misalnya, pembeli dari Sabah untuk mencari penjual di
Mindanao. Klaster ICT yang berkonvergensi dengan Klaster TIF akan membentuk platform untuk
pengembangan e-commerce di subregional. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka
kerjasama e-commerce yang akan mencakup: infrastruktur dan layanan TIK yang andal dan terjangkau;
fasilitasi logistik dan perdagangan; pendidikan dan kesadaran e-commerce; pengembangan kapasitas;
dukungan kebijakan, advokasi, dan koordinasi; dan berbagi informasi, antara lain. Proyek ini akan
mempresentasikan penilaian penerapan e-commerce di negara-negara anggota subkawasan, untuk
mengidentifikasi dan memaksimalkan peluang dan mengatasi tantangan dalam implementasi E-commerce.
Proyek ini bertujuan untuk merumuskan Roadmap E-Commerce BIMP-EAGA 2017-2025 yang komprehensif.
Platform e-Commerce BIMP-EAGA akan dikembangkan dan diimplementasikan untuk berbagi informasi
dan penjualan silang serta pembelian produk dan layanan di antara UMKM dan perusahaan.

Prioritas Strategis 3: Keterkaitan universitas dan industri


Pengembangan Sumber Daya Manusia di Skema akreditasi standar keterampilan TIK di tingkat BIMP-EAGA tetapi selaras dengan ASEAN akan
bidang TIK dikejar dan diujicobakan di industri terpilih yang mendukung hasil BEV 2025 di bidang manufaktur,
agroindustri, perikanan, dan pariwisata. Sistem pendaftaran akan dieksplorasi untuk profesional TIK BIMP-
EAGA, mengidentifikasi standar keterampilan, memetakan tingkat kompetensi dan memiliki definisi standar.
Semua kegiatan pengembangan kapasitas yang berkaitan dengan pengembangan tenaga kerja TIK BIMP-
EAGA yang sangat terampil, meningkatkan literasi TIK masyarakat pedesaan dan pengusaha terutama
pemuda dan perempuan, dan mendukung industri TIK lokal akan menjadi bagian dari kegiatan proyek.
Kegiatan pengembangan kapasitas lainnya akan diidentifikasi dan dilaksanakan sesuai kebutuhan.
Kemitraan antara dan di antara pemerintah, industri dan akademisi akan diupayakan (misalnya penelitian).
Machine Translated by Google

76 LAMPIRAN 2
VISI BIMP-EAGA 2025

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Prioritas Strategis 4: Startuphubs@BIMP-EAGA
Pengembangan kewirausahaan TIK Proyek ini bertujuan untuk membangun jaringan hub startup atau Inkubator Bisnis Teknologi di
dan pengembangan produk dan BIMP-EAGA yang akan memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan sumber daya.
layanan TIK Ini akan melengkapi hub startup yang ada dan yang akan datang seperti BizStart@BIMP EAGA.
Komponen dan kegiatan proyek meliputi: kegiatan peningkatan kapasitas dan pelatihan; identifikasi
rekomendasi kebijakan dan peraturan untuk BIMP-EAGA; pembentukan 6 hingga 15 hub startup;
berbagi pengetahuan dan pengalaman di tingkat nasional dan subregional; dan promosi kemitraan
multisektoral. Proyek ini akan memberikan dukungan pengembangan yang komprehensif untuk
komunitas startup di BIMP EAGA. Tantangan umum yang dihadapi oleh startup di BIMP-EAGA
termasuk dukungan yang tidak memadai dan kesulitan dalam mengakses layanan terkait inkubasi,
pasar, teknologi, dan dukungan pemerintah. Proyek ini dapat secara signifikan mempercepat
tingkat operasi perusahaan rintisan dan menyediakan tempat kolaborasi untuk kemajuan bersama
semua perusahaan rintisan di kawasan ini.

Innovation@BIMPEAGA
Innovation@BIMP-EAGA adalah proyek yang menyediakan keterkaitan lintas sektor, serta peluang
dalam bisnis, perdagangan, dan investasi. Ini termasuk komponen utama yang membentuk
ekosistem TIK, tetapi sangat terfokus pada sumber daya manusia. Sebagai acara tahunan yang
berpusat pada BIMP-EAGA, ini menyoroti inovasi lokal (pitching + hackathon) melalui acara
terkoordinasi yang diselenggarakan di setiap negara, menangani isu-isu spesifik dan target proyek
kelompok prioritas, yaitu fasilitasi perdagangan dan investasi, agribisnis, pariwisata, lingkungan,
sosial budaya dan pendidikan, transportasi, tenaga dan energi.

Pilar Strategis: KERANJANG MAKANAN


AGRIBISNIS

Prioritas Strategis 1: proyek beras BIMP-EAGA


Ketahanan pangan jangka panjang Beras merupakan makanan pokok dalam BIMP-EAGA dan merupakan produk pertanian unggulan
di subkawasan di subkawasan tersebut, tetapi ada kekhawatiran mendesak yang perlu ditangani, termasuk:
dampak perubahan iklim pada sektor beras, informasi yang terfragmentasi tentang industri beras,
dan hambatan perdagangan industri beras. Komponen proyek meliputi: Pengujian Varietas Hibrida
dan Produksi Benih (2017); Teknologi Pertanian Perubahan Iklim (2017-2025); Penyusunan
Manual GAP untuk Beras (2017-2025); Protokol CIQS (2017-2019); dan Perdagangan dan Promosi
(2017-2025).

Prioritas Strategis 2: Produksi udang laut berkualitas tinggi untuk ekspor di BIMP-EAGA
Produk berbasis agro dan Proyek ini bertujuan untuk memperkuat daya saing Industri udang laut melalui peningkatan kualitas
perikanan berkualitas tinggi untuk ekspor budidaya udang dan peningkatan produksi, khususnya untuk pasar ekspor. Brunei, Malaysia dan
Filipina saat ini memiliki produksi gabungan sekitar 24.000 metrik ton berbagai jenis udang laut.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan volume produksi udang sebesar 20-30% pada tahun 2020.

Integrasi peternakan sapi dengan produksi kelapa sawit


Proyek ini berfokus pada integrasi produksi ternak di perkebunan kelapa sawit, sebagai sarana
untuk memaksimalkan lahan yang digunakan untuk produksi tanaman industri dan produksi
pangan. Berdikari PT (Persero) yang bisnis utamanya adalah pembibitan sapi, akan melakukan
studi untuk menilai kelayakan teknis dan finansial dari proyek tersebut dan kebutuhan infrastruktur
untuk peternakan sapi dan kelapa sawit terpadu, termasuk pemasangan sistem irigasi dan
pembangunan paddock.
Machine Translated by Google

DAFTAR PROYEK BEV 2025 BERDASARKAN SEKTOR DAN PRIORITAS STRATEGIS (2017–2025) 77

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Pengembangan industri halal di BIMP-EAGA
Halal adalah industri penting yang perlu dikembangkan lebih lanjut, khususnya di Filipina. Proyek ini
bertujuan untuk memberikan panduan dalam mengembangkan industri halal yang kompetitif yang
menghasilkan produk dan layanan halal yang sesuai dengan pasar untuk pasar lokal dan global. Proyek
ini diharapkan dapat memperkuat harmonisasi industri halal di antara negara-negara anggota EAGA,
khususnya sektor agroindustri dan perikanan. Ini akan mencakup pengembangan standar halal untuk
komoditas pangan dan non-pangan, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan infrastruktur,
dan pengembangan produk dan transfer teknologi.

Prioritas Strategis 3: Mengembangkan dan meningkatkan partisipasi UMKM dalam rantai pasok industri rumput laut di
Penghidupan berkelanjutan bagi nelayan BIMP-EAGA
orang-orang dan petani dalam Produksi dan pengolahan rumput laut merupakan industri penting dalam BIMP-EAGA tidak hanya karena
subwilayah potensi ekspornya tetapi juga karena sejumlah besar petani pesisir hanya bergantung pada produksi
rumput laut sebagai usaha mikro untuk penghidupan mereka.
Proyek ini melibatkan berbagi penelitian tentang teknologi produksi dan praktik akuakultur yang baik,
pengembangan produk bersama, dan pelaksanaan pelatihan dan lokakarya bersama untuk meningkatkan
manajemen dan produktivitas tambak.

Produksi kelapa terpadu petani kecil di BIMP-EAGA


Industri kelapa BIMP-EAGA masih didominasi oleh produk bernilai tambah rendah yang dihasilkan oleh
perkebunan rakyat. Untuk mempercepat pertumbuhan, industri kelapa perlu meningkatkan daya saingnya
melalui perluasan produk dan diversifikasi produk yang dipimpin pasar. Selain minyak kelapa dan kopra
untuk ekspor, industri juga harus mempertimbangkan untuk mengalihkan fokus dari minyak nabati ke
produk oleokimia untuk makanan, produk nutraceutical, dan produk bernilai tambah lainnya. Klaster
Agribisnis akan mengidentifikasi produk kelapa yang spesifik dan persyaratan untuk pengembangan lebih
lanjut produk tersebut untuk pasar domestik dan ekspor. Klaster juga akan mengidentifikasi dukungan
teknis, infrastruktur, dan kelembagaan yang diperlukan untuk mendorong lebih banyak petani kelapa
terlibat dalam diversifikasi produk dan pengolahan bernilai tinggi.

Kemitraan bisnis dalam perluasan produksi kelapa sawit (Filipina dengan Malaysia)
Mengikuti Malaysia dan Indonesia, Filipina mengembangkan industri kelapa sawitnya.
Pada tahun 2015, Bali Oil Palm menandatangani MoU dengan FGV/FASSB untuk berkolaborasi dalam:
penyediaan dan distribusi bibit kecambah ML 161 dan produk FASSB lainnya; penyediaan dan distribusi
pupuk Felda; bantuan teknis dalam hal praktik terbaik dalam desain perkebunan, pengelolaan dan
pemeliharaan, pengelolaan hama dan serangga; dan pelatihan teknis, layanan laboratorium dan R&D.
Machine Translated by Google

78 LAMPIRAN 2
VISI BIMP-EAGA 2025

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Pilar Strategis: PENGEMBANGAN PARIWISATA
PARIWISATA

Prioritas Strategis 1: Konektivitas udara (konvergensi dengan Transport Cluster)


Akses wisata dan infrastruktur Kurangnya konektivitas langsung intra-EAGA, terutama jalur udaranya, merupakan tantangan paling
pendukung dikembangkan (keras serius untuk menetapkan BIMP-EAGA sebagai tujuan ekowisata tunggal. Meskipun bandara utama
dan lunak) di subkawasan memiliki koneksi internasional langsung, dilayani oleh maskapai lama dan berbiaya
rendah, mobilitas dari satu lokasi BIMP-EAGA ke lokasi lain dibatasi oleh kurangnya layanan udara.
Pengembangan paket wisata subregional telah berlangsung, namun pelaksanaannya bergantung
pada ketersediaan jaringan transportasi langsung. Konektivitas udara melalui konvergensi dengan
Transport Cluster, menargetkan koneksi dari setiap negara BIMP ke setidaknya satu negara anggota
lainnya dan terminalisasi bersama akan dilakukan. Cluster Pariwisata dan Transportasi akan
bersama-sama merencanakan rute tujuan dan akan menyinkronkan pengembangan jadwal layanan
penerbangan serta kegiatan pemasaran dan promosi untuk memastikan bahwa layanan penerbangan
disesuaikan dengan paket wisata yang sesuai.

Pengembangan wisata kapal pesiar BIMP-EAGA (konvergensi dengan Transport Cluster)


Di bawah proyek ini, Cluster Pariwisata akan mengidentifikasi/memprofil pelabuhan persinggahan
yang memiliki fasilitas dasar yang ada untuk menerima kapal pesiar, mengidentifikasi fasilitas yang
perlu ditingkatkan, mengajukan pendanaan ke pemerintah masing-masing, melibatkan kapal pesiar
dan ground handler, dan mengembangkan paket untuk promosi dan pemasaran yang termasuk
kunjungan ke situs CBET.

Prioritas Strategis 2: Situs Community Based Eco-Tourism (CBET).


Pengembangan produk ekowisata Pada tahun 2008, negara-negara BIMP-EAGA sepakat untuk memprioritaskan CBET untuk
pengentasan kemiskinan sebagai fokus utama pengembangan pariwisata. Visi dari strategi CBET
adalah menjadikan BIMP-EAGA tujuan ekowisata multi-negara yang kompetitif secara global,
berkembang dengan baik, dan terhubung, dengan sirkuit dan lokasi di mana masyarakat dapat
menikmati manfaat sosial ekonomi melalui partisipasi dalam kegiatan CBET. Empat lokasi percontohan
CBET, masing-masing satu per negara anggota, segera diprioritaskan dan pengembangan lokasi-
lokasi ini diupayakan oleh masing-masing negara. Pada tahun 2011, keempat lokasi percontohan
siap untuk dipasarkan dan dipromosikan sebagai tujuan wisata yang berkembang pesat. Lokasi
CBET tambahan untuk pengembangan akan diidentifikasi dan dipromosikan secara aktif.

Situs Warisan Dunia UNESCO


BIMP-EAGA memiliki enam Situs Warisan Dunia UNESCO (WHS): Taman Nasional Gunung Mulu di
Sarawak dan Taman Kinabalu di Sabah (Malaysia); Taman Nasional Lorentz di Papua (Indonesia);
Taman Nasional Terumbu Tubatahha dan Taman Nasional Subterranean Puerto Princesa, keduanya
di Palawan, dan Suaka Margasatwa Mt. Hamiguitan Range di Mindanao (Filipina). Tujuan dari proyek
ini adalah untuk membangun dan bersama-sama mempromosikan dan memasarkan pariwisata yang
melibatkan WHS.

Taman nasional dan laut


Selain WHS UNESCO, negara-negara anggota memiliki banyak taman nasional dan laut yang
merupakan destinasi kelas dunia. Proyek ini melibatkan pengemasan taman nasional dan laut ini
sebagai lingkaran pariwisata. Cluster Pariwisata akan mengembangkan materi dan brosur informasi
kolektif dan akan melakukan kegiatan promosi dan pemasaran bersama di ceruk pasar yang
diidentifikasi bersama.

Acara tanda tangan


Proyek ini bertujuan untuk mempromosikan acara khas yang berbeda dari area fokus subkawasan
sebagai bagian integral dari strategi untuk mempromosikan dan memasarkan BIMP-EAGA sebagai
tujuan tunggal. Setiap negara anggota mengidentifikasi lima acara khas yang akan dipromosikan
bersama di dalam BIMP-EAGA dan pasar eksternal melalui brosur dan jaminan serta materi promosi
lainnya.
Machine Translated by Google

DAFTAR PROYEK BEV 2025 BERDASARKAN SEKTOR DAN PRIORITAS STRATEGIS (2017–2025) 79

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


pariwisata halal
Wisata halal telah menjadi segmen atau ceruk pasar yang berkembang mengingat meningkatnya jumlah
wisatawan Muslim yang mencari destinasi yang ramah keluarga. Sebagai ceruk pasar, pariwisata ramah halal
mencakup hotel halal, transportasi halal (maskapai penerbangan halal), restoran halal, dan paket wisata halal
yang dirancang khusus untuk memenuhi pertimbangan Muslim dan memenuhi kebutuhan Muslim. Klaster
Pariwisata akan mengumpulkan informasi tentang persyaratan wisata halal dan berbagi praktik terbaik dengan
penyedia layanan pariwisata, termasuk namun tidak terbatas pada hotel, restoran, agen perjalanan, dan
operator tur. Proses akreditasi untuk wisata halal juga akan dipertimbangkan.

Prioritas Strategis 3: Peningkatan kapasitas (konvergensi dengan klaster SCE)


Pengembangan Sumber Daya Manusia di Tindakan akan diambil untuk meningkatkan keterampilan dan kapasitas masyarakat, pengelola pariwisata,
Pariwisata pelatih, dan lembaga pendidikan dan pelatihan pariwisata dalam pengembangan ekowisata dan dalam
memenuhi standar pariwisata ASEAN (misalnya untuk homestay, hotel hijau, dan toilet umum), antara lain. Di
tingkat ASEAN, harmonisasi standar dan persyaratan bagi para profesional di sektor pariwisata adalah yang
paling maju, dengan Mutual Recognition Arrangements (MRA) sudah diadopsi. Kluster Pariwisata BIMP-EAGA
akan menjajaki uji coba “jabatan” tertentu di bawah MRA sektor pariwisata ASEAN untuk memungkinkan
mobilitas sumber daya manusia dalam pariwisata intra-EAGA yang lebih besar. BIMP-EAGA bermaksud
memposisikan dirinya sebagai pusat keunggulan dengan menguji coba sertifikasi tenaga kerja untuk jabatan
pekerjaan pariwisata tertentu di bawah MRA ASEAN. Dalam kaitan ini, konvergensi yang lebih kuat akan
diupayakan dengan Cluster Sosial Budaya dan Pendidikan (SCE), yang juga melihat MRA.

Prioritas Strategis 4: Platform berbagi info standar dan praktik terbaik/studi kasus atau forum reguler untuk pemangku
Mempromosikan pendekatan kepentingan ekowisata (konvergensi dengan Cluster Lingkungan)
terkoordinasi terhadap pengelolaan Proyek ini melibatkan kompilasi praktik terbaik dan pelaksanaan studi kasus terpilih untuk menunjukkan
alam, budaya dan warisan pendekatan yang berhasil dalam pengelolaan alam, budaya, dan warisan. Praktik terbaik dan studi kasus akan
dibagikan kepada pemangku kepentingan melalui publikasi dan forum lain tentang pengembangan ekowisata.
Tujuannya adalah untuk mendorong para pemangku kepentingan pariwisata untuk mengadopsi praktik-praktik
terbaik di wilayah perhatian mereka masing-masing dan juga mengadopsi pendekatan terkoordinasi untuk
pengelolaan dan mitigasi dampak sosial dan lingkungan dari ekowisata. Situs model akan diidentifikasi di mana
praktik terbaik dapat direplikasi. Proyek ini akan dilakukan dalam konvergensi dengan Cluster Lingkungan.

Promosi dan Pemasaran Bersama (materi jaminan, situs web Equator Asia, media sosial, media
tradisional)
Sektor pariwisata mengadopsi strategi seputar tema “Asia Khatulistiwa”, menyoroti daya saing subkawasan ini
dalam ekowisata, khususnya CBET. Baik pemangku kepentingan sektor publik maupun swasta telah
meningkatkan pemasaran dan promosi BIMP-EAGA sebagai tujuan ekowisata tunggal. Meskipun upaya
meningkat, bagaimanapun, pariwisata lintas batas belum berhasil. Tujuan dari promosi dan pemasaran bersama
ini adalah untuk membangkitkan kesadaran yang lebih luas tentang merek Equator Asia BIMP-EAGA melalui
peningkatan materi jaminan, peningkatan publisitas melalui media tradisional, penggunaan media sosial yang
lebih besar, dan situs web Equator Asia yang diperbarui secara berkala.
Machine Translated by Google

80 LAMPIRAN 2
VISI BIMP-EAGA 2025

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Pilar Strategis: PENGELOLAAN LINGKUNGAN
LINGKUNGAN

Prioritas Strategis 1: Inventarisasi emisi GRK


Adaptasi dan mitigasi perubahan Proyek, berdasarkan prinsip bahwa “Anda tidak dapat memotong apa yang tidak Anda
iklim hitung,” bertujuan untuk mengidentifikasi sumber emisi dan memberikan pengukuran.
Inventarisasi emisi GRK akan membantu dalam menentukan standar dan alat yang
diperlukan untuk mengukur emisi, membangun strategi penurunan emisi yang lebih efektif,
menetapkan sasaran penurunan emisi yang terukur dan lebih ambisius, serta melacak
kemajuan secara lebih akurat dan komprehensif.
Prioritas Strategis 2: Promosi energi terbarukan (konvergensi dengan Klaster Infrastruktur Tenaga dan
Promosi teknologi bersih dan Energi)
hijau Penelitian bersama dan pengembangan teknologi di bidang energi terbarukan dan teknologi
bersih dan hijau lainnya akan diupayakan secara aktif. Proyek ini akan mempromosikan
kemitraan dan kolaborasi dengan penyedia teknologi energi terbarukan dan lembaga lain
yang mempromosikan teknologi bersih dan hijau.
Inisiatif Kota Hijau BIMP EAGA (konvergensi dengan Cluster lain)
Skala urbanisasi saat ini belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk pertumbuhan populasi
perkotaan Asia dan jumlah kota-kota besar yang padat penduduk. Proyek ini bertujuan untuk
memberi pemerintah daerah cara-cara praktis untuk melibatkan pengelola kota, praktisi
pembangunan, bisnis, dan warga untuk membuat lebih banyak kota lebih layak huni dengan
membangun aset fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan sumber daya manusia yang unik dari
setiap kota. Rencana Aksi Kota Hijau (Green City Action Plan/GCAP) akan dikembangkan
untuk kota-kota percontohan terpilih dalam BIMP-EAGA, berdasarkan pengalaman kota-kota
di mana GCAP dari berbagai lingkup teknis dan tingkat keterlibatan kelembagaan dilakukan.
GCAP terdiri dari visi pembangunan bersama, dan program dan tindakan investasi yang
diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan mencapai pertumbuhan yang
kompetitif, inklusif, dan tangguh di kota-kota model terpilih.
Prioritas Strategis 3: Promosi pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dalam ekosistem
Pengelolaan sumber daya alam dan Langkah-langkah akan diambil untuk mempromosikan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
ekosistem yang berkelanjutan Ini akan menyatukan perencanaan penggunaan lahan, pengelolaan air, konservasi
keanekaragaman hayati dan keberlanjutan industri seperti pertanian, perikanan dan
pariwisata terutama yang terjadi dalam ekosistem kritis. Kemitraan akan diupayakan dengan
pemerintah daerah, masyarakat lokal, sektor swasta, industri dan akademisi untuk melibatkan
mereka, berkontribusi langsung dan berpartisipasi aktif dalam perumusan dan pelaksanaan
program perlindungan dan konservasi serta promosi jasa lingkungan menuju pembangunan
hijau. Ini akan mencakup eksplorasi skema pembayaran untuk jasa lingkungan, serta
kolaborasi dan kemitraan dengan organisasi dan lembaga terkait seperti, namun tidak
terbatas pada, CTI, SSME dan HOB, dengan tujuan untuk berbagi dan memperluas sumber
daya pengetahuan, pengalaman dan pelajaran yang dipetik , khususnya di bidang
pengelolaan ekosistem kritis.

Prioritas Strategis 4: Pengembangan materi pendidikan informasi


Mempromosikan kesadaran publik Penyebaran informasi yang luas merupakan kunci untuk menciptakan kesadaran dan
dan peningkatan kapasitas bagi mendorong keterlibatan dan partisipasi yang lebih besar dari basis pemangku kepentingan
pemangku kepentingan terkait yang lebih luas dalam upaya melindungi dan melestarikan sumber daya alam dan menjaga
tentang kelestarian lingkungan keutuhan lingkungan. Di bawah proyek ini, berbagai materi dan alat pendidikan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan dikembangkan. Daftar proyek awal meliputi:
pengembangan modul pendidikan lingkungan dan permainan papan tentang lingkungan
laut, untuk masyarakat di Sabah, Malaysia; Pulau Mantanani-Pulau Rendah Karbon Terpadu;
dan kerangka kerja dan sistem penilaian kota rendah karbon. Materi pendidikan dan cara
penyebarannya, serta kegiatan peningkatan kapasitas akan diputuskan berdasarkan
kebutuhan komunitas lokal tertentu.
Machine Translated by Google

DAFTAR PROYEK BEV 2025 BERDASARKAN SEKTOR DAN PRIORITAS STRATEGIS (2017–2025) 81

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Pilar Strategis: SOSIAL BUDAYA DAN PENDIDIKAN
SOSIAL BUDAYA DAN PENDIDIKAN

Prioritas Strategis 1: Acara tanda tangan BIMP-EAGA (konvergensi dengan Cluster Pariwisata)
Promosikan, lestarikan, dan pertahankan SCE Cluster, khususnya Social-Cultural Development (SCD) Working Group, akan mendukung
budaya dan warisan BIMP-EAGA pelaksanaan berbagai acara yang bertujuan untuk mempromosikan dan menampilkan
keragaman namun kesamaan budaya dan warisan BIMP-EAGA, dan sebagai sarana untuk
meningkatkan masyarakat- konektivitas ke orang-orang di subregional. Acara khas meliputi
festival dan pameran budaya, pertukaran dan kunjungan budaya, acara olahraga, festival
kuliner, dan acara serupa. Untuk memaksimalkan visibilitas dan dampak dari acara-acara ini,
SCD akan bekerja sama dengan Custer Pariwisata pada acara budaya khas dalam negeri,
termasuk: Permainan Persahabatan, Festival Cerita Rakyat Internasional Sabah, Festival
Kuliner Berkat dari Laut, Pakaradjaan sa ARMM, Pameran Tekstil, dan Konferensi tentang
Sejarah dan Budaya BIMP EAGA.
Inventarisasi/pemetaan industri budaya di BIMP-EAGA
UNESCO mendefinisikan industri budaya dan kreatif (CCI) sebagai kegiatan “yang tujuan
utamanya adalah produksi atau reproduksi, promosi, distribusi, atau komersialisasi barang,
jasa, dan kegiatan yang bersifat budaya, seni, atau terkait warisan.”
Budaya dan kreativitas telah lama dianggap sebagai katalis pembangunan, tetapi hanya
sebagian yang dipahami dan dihargai. Sektor CCI meliputi periklanan, arsitektur, buku, game,
musik, film, surat kabar dan majalah, seni pertunjukan, radio, televisi, dan seni visual. Pada
2015, sektor-sektor ini menghasilkan total pendapatan global sebesar $2.250 miliar. Asia Pasifik
adalah pasar CCI terbesar di dunia, dengan pendapatan $743 miliar dan 12,7 juta pekerjaan.
Untuk memanfaatkan semakin pentingnya dan pengaruh ekonomi CCI, SCD akan
menginventarisasi dan memetakan CCI di BIMP-EAGA.
SCD juga bermaksud untuk melakukan penelitian tentang budaya dan tradisi BIMP-EAGA dan
menerbitkan direktori seniman, buku meja kopi, dan video dokumenter untuk lebih
mempromosikan pertukaran sosial budaya.
BUDAYAW: Festival BIMP-EAGA
SCD akan menyelenggarakan BUDAYAW: Perayaan Keanekaragaman Budaya BIMP-EAGA
dan berupaya menjadikannya sebagai acara rutin dua tahunan (mirip dengan Pertandingan
Persahabatan dan Pameran Dagang) yang akan diadakan secara bergilir di area BIMP-EAGA .
Festival Budayaw bertujuan untuk: menampilkan keragaman ekspresi kreatif dari para
budayawan dan seniman dari subwilayah; meningkatkan kesadaran dan apresiasi publik
terhadap bentang alam dan aspirasi masyarakat dari BIMP-EAGA; memupuk pengertian dan
solidaritas di antara populasi multikultural di subkawasan tersebut; mengarusutamakan acara
spanduk dalam budaya-pariwisata di daerah; memobilisasi kolaborasi dan konvergensi di antara
berbagai pemangku kepentingan (publik dan swasta) untuk mempromosikan kontribusi seniman
dan pekerja budaya untuk pembangunan berkelanjutan; dan menemukan area untuk konvergensi
dalam memperluas hubungan dan pertukaran orang-ke-orang.
Machine Translated by Google

82 LAMPIRAN 2
VISI BIMP-EAGA 2025

Prioritas Strategis Sektor Proyek/Kegiatan


Prioritas Strategis 2: Forum TVET BIMP-EAGA dan Education Summit
Kejar konsultasi multi-sektoral Forum TVET dan KTT pendidikan tinggi merupakan langkah awal untuk membangun jaringan institusi
dan kolaborasi di BIMP-EAGA. Acara tersebut memberikan kesempatan bagi lembaga pembelajaran untuk mengenal
satu sama lain dan bidang spesialisasi dan kompetensi inti mereka yang akan menjadi dasar
kemitraan. Mengadakan acara ini secara teratur sedang dipertimbangkan, untuk menyediakan forum
bagi perencanaan dan pengembangan proyek dan rencana aksi yang relevan.

Pembentukan jaringan BIMP-EAGA lembaga pendidikan dan pelatihan teknis dan kejuruan
(TVET) dan lembaga pendidikan tinggi (HEI)
Jejaring lembaga pembelajaran ini bertujuan untuk mendorong kerja sama dan solidaritas di antara
lembaga pendidikan dan pelatihan dalam BIMP-EAGA dalam memperkuat dan mempromosikan
pengembangan sumber daya manusia di subkawasan. Di antara inisiatif yang dipertimbangkan di
bawah jaringan adalah meningkatkan kemitraan antara akademisi dan industri dalam mengembangkan
keterampilan yang dapat diterjemahkan ke dalam pekerjaan dan pemetaan kompetensi pekerjaan
dan referensi ke Kerangka Referensi Kualifikasi ASEAN (AQRF). Proyek ini juga akan mempromosikan
prakarsa ASEAN yang lebih luas tentang mobilitas tenaga kerja di BIMP-EAGA, antara lain termasuk
pertukaran fakultas dan mahasiswa di bidang penelitian, teknologi, dan industri.

Kamp Kewirausahaan BIMP-EAGA


Kamp Kewirausahaan BIMP-EAGA (BEEC) ditargetkan untuk siswa dari TVET dan HEI. Jumlah total
peserta akan dibatasi hingga 30 siswa: 20 dari masing-masing lembaga BIMP-EAGA yang
berpartisipasi dan 10 dari lembaga lokal.
Melaksanakan BEEC setiap tahun akan: membangkitkan kesadaran akan peluang bisnis;
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan kewirausahaan dan kepemimpinan peserta;
meningkatkan kesadaran budaya peserta; dan mengembangkan kreativitas dan keterampilan berpikir
kritis mereka.

CATATAN: Ini adalah daftar awal. Proyek dan deskripsinya tunduk pada tinjauan dan penyempurnaan oleh kelompok dan kelompok
kerja terkait.
Machine Translated by Google

LAMPIRAN 3
SEKILAS BIMP-EAGA
INFORMASI SINGKAT STATISTIK

PROFIL1
Kawasan Pertumbuhan ASEAN Timur Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Filipina (BIMP-EAGA) diluncurkan pada
tahun 1994 sebagai inisiatif kerja sama oleh empat negara BIMP-EAGA untuk mempercepat pembangunan ekonomi.
Kecuali untuk Brunei Darussalam (selanjutnya disebut sebagai Brunei), BIMP-EAGA terdiri dari wilayah-wilayah yang
secara geografis jauh dari ibu kota negaranya, namun berdekatan secara strategis satu sama lain. Selain itu, negara
bagian dan provinsi ini sangat luas, mencakup lebih dari 60% luas daratan BIMP; tetapi berpenduduk jarang dengan
kurang dari 20% populasi BIMP dan 18% angkatan kerja. Kepadatan populasi EAGA hanya 46 orang per kilometer
persegi. Terlepas dari tantangan ini, EAGA berkontribusi masing-masing sekitar 17% dan 11% dari total kegiatan
ekonomi dan total perdagangan BIMP.

% dari %
Profil umum Satuan Tahun USIA BIMP ASEAN

Populasi 000 2015 73.133 18.9 11.6

Luas lahan km2 2015 1.586.778 62.2 35.3


Tenaga kerja 000 2015 32.531 18.2 10.3

orang/
Kepadatan penduduk 2015 46 152* 140*
km2

PDB dengan harga saat ini juta US$ 2014 268.704 17.6 10.7

juta
PDB pada PPP $ saat ini 2014 722.914 17.3 11.0
PPP$
Jumlah perdagangan internasional juta US$ 2015 89.285 11.1 3.9
Catatan: Data angkatan kerja ASEAN mengacu pada tahun 2014.
* Mengacu pada orang/km2 , bukan dalam persentase.

1 BIMP mengacu pada seluruh wilayah Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Sampul BIMP-EAGA (EAGA).
the entire sultanate of Brunei Darussalam (Brunei); the provinces in Kalimantan, Sulawesi, Maluku and West Papua of Indonesia
(Indonesia-EAGA); the states of Sabah and Sarawak and the federal territory of Labuan in Malaysia (Malaysia-EAGA);
and Mindanao and the province of Palawan in the Philippines (Philippines-EAGA).

83
Machine Translated by Google

84 VISI BIMP-EAGA 2025

EKONOMI2
Kesenjangan ekonomi antara EAGA dan BIMP tercermin dalam indikator ekonomi utama. Pada tahun 2014, tingkat pertumbuhan
BIMP mencapai 5,3% dibandingkan dengan 4,7% yang dicapai oleh EAGA. Rata-rata pendapatan per kapita di EAGA masih lebih
rendah dibandingkan BIMP dan ASEAN.

Indikator kunci USIA BIMP ASEAN


Tingkat pertumbuhan tahunan PDB riil dalam%, 2014 4.7 5.3 4.7

PDB per kapita pada US$ saat ini, 2014 3.714 3.996 4.057

PDB per kapita pada PPP$ saat ini, 2014 9.992 10.916 10.569

Total ekspor, miliar US$, 2015 68 415 1.185

Total impor, miliar US$, 2015 20 367 1.091

Tingkat pengangguran dalam %, 2015 5.3 6.0 3.7

Semua perekonomian EAGA, selain Brunei, mengalami pertumbuhan yang kuat dengan akselerasi Malaysia-EAGA dan Filipina-
EAGA pada tahun 2014.

Tingkat pertumbuhan PDB riil pada mata uang nasional di EAGA

.
Filipina
.
Indonesia
.
Persen

. Malaysia

.
Brunei
-.

-.

Catatan: Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia menggunakan tahun dasar 2010; sedangkan Filipina menggunakan 2000.

Sejak 2012, pertumbuhan EAGA secara konsisten lebih rendah dari pertumbuhan BIMP dan ASEAN. Namun pada tahun 2014
terjadi sedikit peningkatan di EAGA, mempersempit kesenjangan tingkat pertumbuhan dengan BIMP dan ASEAN.

EAGA, BIMP, dan tingkat pertumbuhan PDB ASEAN pada PPP$ saat ini
12

10
ASEAN

8
Persen

BIMP
6

USIA
4

2
2011 2012 2013 2014

2 PPP$ mengacu pada paritas daya beli yang dikonversikan produk domestik bruto (PDB). Filipina-EAGA hanya mencakup Mindanao.
Machine Translated by Google

SEKILAS BIMP-EAGA 85

Ukuran EAGA Indonesia, Malaysia dan Filipina, diukur dengan PDB pada PPP $ saat ini, telah
meningkat secara stabil sejak 2010. Namun dalam hal tingkat pertumbuhan, Indonesia-EAGA sedikit
melambat pada tahun 2014, seperti halnya dengan Brunei.

PDB dan tingkat pertumbuhan pada PPP saat ini di EAGA

Persen

Miliar
PPP

Brunei Indonesia-EAGA Malaysia-EAGA Filipina-EAGA

Catatan: Batang mengacu pada nilai (LHS) sedangkan garis mengacu pada persentase (RHS)3

Di EAGA Indonesia, Malaysia dan Filipina, PDB per kapita pada PPP$ saat ini telah meningkat sejak
2010, tetapi PDB per kapita EAGA masih tetap lebih rendah dibandingkan BIMP dan ASEAN.
Meskipun pertumbuhannya stabil, kesenjangan pembangunan antara EAGA dan BIMP yang diukur
dengan PDB per kapita semakin melebar. Pada tahun 2010, PDB per kapita EAGA adalah 96% dari
BIMP tetapi menyusut menjadi 92% pada tahun 2014.

PDB per kapita pada PPP saat ini di EAGA PDB per kapita pada PPP saat ini
25 84

, ,
20 ,
82
15 PPP
,
,
80
Ribuan
PPP 10 Ribuan
PPP

78 , ,
5
,
,
0 76
2010 2011 2012 2013 2014 ,
USIA Indonesia-EAGA Malaysia-EAGA
USIA BIMP ASEAN
Filipina-EAGA Brunei (kanan)

EAGA secara keseluruhan tidak mampu mempersempit kesenjangan pembangunan, sementara


Indonesia-EAGA terlihat mencapai paritas dengan rata-rata nasional selama periode 2010–2014.

PDB per kapita pada PPP saat ini

Ribuan
PPP

Malaysia Malaysia
Indonesia Indonesia
Filipina Filipina

USIA BIMP

3 LHS – skala tangan kiri; RHS - skala tangan kanan.


Machine Translated by Google

86 VISI BIMP-EAGA 2025

Dalam EAGA, Indonesia-EAGA adalah ekonomi terbesar, sedangkan Filipina-EAGA adalah yang paling cepat berkembang.

PDB EAGA, tingkat pertumbuhan PDB, dan PDB per kapita


.
di PPP saat ini,
Filipina-EAGA
(PPP, ; .%)
.
Malaysia-EAGA
(PPP, ; .%)
.
Persen

USIA
. (PPP, ; .%)

Indonesia-EAGA
. (PPP, ; .%)
Brunei
(PPP,;
.
, , , , ,

-. PDB per kapita pada PPP saat ini

Catatan: Angka dalam tanda kurung masing-masing mengacu pada PDB per kapita dan tingkat pertumbuhan PDB.

Pada tahun 2014, PDB EAGA pada PPP$ saat ini merupakan sekitar 17,3% dari BIMP dan sekitar 11% dari ASEAN.

Pangsa PDB EAGA di BIMP, Pangsa PDB EAGA di ASEAN,


PDB pada PPP saat ini, PDB pada PPP saat ini,

USIA USIA
.% .%

Sisa
Sisa
ASEAN
BIMP
.%
.%

Kontribusi PDB EAGA Indonesia, Malaysia dan Filipina terhadap perekonomian nasional mereka tetap antara 15% hingga
18% pada tahun 2014.

Ukuran EAGA dalam BIMP, PDB pada PPP saat ini,


,
.%
,

Miliar
PPP
,
.%
, .% .%

% .% .%
-
Brunei Indonesia Malaysia Filipina

Sisa dari BIMP EAGA


Machine Translated by Google

SEKILAS BIMP-EAGA 87

Pada tahun 2014, Indonesia-EAGA menyumbang hampir dua pertiga dari total perekonomian EAGA sementara Brunei,
sebagai yang terkecil, menyumbang hampir 5%.

Pangsa PDB pada PPP saat ini di EAGA,

Brunei,
.%
Filipina-EAGA,
.%

Malaysia-EAGA,
.%

Indonesia-EAGA,
.%

PEKERJAAN4 DAN KEMISKINAN5


Pengangguran di EAGA, BIMP dan ASEAN cenderung menurun hingga tahun 2014 tetapi mencatat kenaikan marjinal di
tahun 2015. Pengangguran di EAGA tetap lebih rendah daripada BIMP tetapi lebih tinggi daripada di ASEAN. Di Malaysia-
EAGA dan Filipina-EAGA tetap di bawah 6% sejak 2005, sementara di Indonesia-EAGA, tingkat pengangguran mengalami
penurunan besar selama bertahun-tahun, dari 11% di tahun 2005 menjadi di bawah 6% di tahun 2015.

Tingkat pengangguran di EAGA, BIMP, dan ASEAN Tingkat pengangguran di EAGA


12
12
Indonesia -
10 BIMP 10
USIA

8 Brunei-EAGA
8
USIA Persen

Persen
Malaysia-EAGA
6 6

Filipina
ASEAN 4
4
USIA
2
2
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

4
Pengangguran di Filipina-EAGA hanya mencakup Mindanao.
5
Kemiskinan Malaysia didasarkan pada konsep rumah tangga sedangkan Indonesia dan Filipina didasarkan pada jumlah penduduk;
Insiden kemiskinan di Filipina-EAGA hanya mencakup Mindanao; Insiden kemiskinan di EAGA dan BIMP tidak termasuk Brunei.
Machine Translated by Google

88 VISI BIMP-EAGA 2025

Insiden kemiskinan di Indonesia dan Malaysia-EAGA menurun secara signifikan antara tahun 2007 dan 2014, sedangkan di Filipina-EAGA
tetap pada tingkat yang sama selama bertahun-tahun. Pada tahun 2015, tingkat kemiskinan di Filipina-EAGA dan Malaysia-EAGA lebih
tinggi dari rata-rata nasionalnya, sementara tidak ada perbedaan di Indonesia-EAGA dan wilayah Indonesia lainnya.

Insiden kemiskinan di EAGA Insiden kemiskinan di EAGA dan BIMP


50 50
41.3
40 40
Filipina
30 30 26.3
Indonesia
Persen Persen

20 20
11.2 11.2
10 10
Malaysia 2.4
0,6
- -
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Indonesia Malaysia Filipina

PERDAGANGAN BARANG6

Total perdagangan yang didorong oleh ekspor, telah menurun sejak tahun 2012. Namun, neraca perdagangan tetap positif, meski menyusut
menjadi 48 miliar US$ pada tahun 2015.

Perdagangan barang, EAGA

Miliar
US$

Impor Ekspor Neraca perdagangan Total perdagangan

Perdagangan EAGA dengan seluruh dunia (ekstra-EAGA) secara signifikan lebih tinggi daripada perdagangan antar-EAGA, menunjukkan
bahwa EAGA tetap merupakan ekonomi terbuka.

Tren perdagangan antar dan ekstra EAGA

150

125

100

75
Miliar
US$

50

25

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Perdagangan antar-EAGA Perdagangan ekstra-EAGA

6
Perdagangan antar daerah mengacu pada perdagangan EAGA dengan BIMP; Perdagangan ekstra-regional mengacu pada perdagangan EAGA dengan seluruh dunia, tidak termasuk
BIMP.
Machine Translated by Google

SEKILAS BIMP-EAGA 89

Perdagangan antar daerah di Indonesia dan Malaysia-EAGAs dan Brunei masih relatif rendah pada tahun 2015 dengan
ekspor di bawah 10% dan impor di bawah 30%. Ekspor ekstra-EAGA, bagaimanapun, melebihi 90% di ketiga EAGA sementara
impor ekstra-EAGA berkisar antara 72%–93% pada tahun 2015.

Malaysia-EAGA perdagangan antar dan ekstra-regional


dalam jutaan AS,

Ekspor .% .%

Impor .% 93,0%

Juta-US $ , , , , , ,
Antar daerah Ekstra-regional

Indonesia-EAGA inter- and extra-regional trade,

Ekspor .% .%

Impor .% 80,8%

Juta-US $ , , , ,
Antar daerah Ekstra-regional

Perdagangan antar dan ekstra regional Brunei,

Ekspor .% .%

Impor .% .%

Juta-US $ , , ,

Antar daerah Ekstra-regional

INVESTASI7
EAGA umumnya menarik sekitar 10% dari total investasi ke BIMP. Sejak 2013, investasi ke EAGA telah bertahan sekitar 30
miliar US$ per tahun.

Besarkan dan bagikan investasi di BIMP dan EAGA


350

300 10,9%

250 10,7%
Miliar
US$

200
9,4% 18,8%
150
11,0%
8,6% 89,1%
100 89,3%
90,6% 81,2%
91,4% 89,0%
50
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Investasi di BIMP Investasi di EAGA

Catatan: Persentase dalam bilah bertumpuk mengacu pada bagian investasi di EAGA dan BIMP.

7 Investasi mengacu pada realisasi investasi di Brunei di semua sektor; realisasi investasi di semua sektor kecuali hulu minyak dan
gas, dan keuangan dan perbankan untuk Indonesia; investasi yang disetujui di sektor manufaktur hanya untuk Malaysia; dan realisasi
investasi di semua sektor untuk Filipina.
Machine Translated by Google

90 VISI BIMP-EAGA 2025

Investasi di EAGA sebagian besar terdiri dari FDI daripada investasi dalam negeri dengan FDI meningkat secara signifikan
sejak 2013. Pada tahun 2010 FDI mewakili sekitar 73% dari total investasi sebesar 11 miliar US$ namun meningkat menjadi
82% dari total investasi sebesar 34 miliar US$ pada tahun 2015 .

Ukuran investasi di EAGA


40

6
30 8
6
Miliar
US$

20

5 28
7 25
10 3 22

9 11
8
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015

FDI Investasi dalam negeri

Total investasi di Brunei telah stabil selama bertahun-tahun, namun pada tahun 2015 mencatat disinvestasi domestik yang
kecil, namun diimbangi oleh FDI.

1.400 Realisasi investasi di Brunei

900

Juta
US$

400

(100) 2010 2011 2012 2013 2014 2015

FDI Investasi dalam negeri

FDI di Indonesia-EAGA terus meningkat dari 3,5 miliar US$ pada tahun 2010 menjadi US$ 8,8 miliar US$ pada tahun 2015.

15 Menyetujui investasi di Indonesia-EAGA7

12

9
Miliar
US$

-
2010 2011 2012 2013 2014 2015

FDI Investasi dalam negeri


Machine Translated by Google

SEKILAS BIMP-EAGA 91

FDI di sektor manufaktur di Malaysia-EAGA mengalami penurunan pada tahun 2015, namun diimbangi dengan
peningkatan investasi dalam negeri.

5 Menyetujui investasi di Malaysia-EAGA7

3
Miliar
US$

-
2010 2011 2012 2013 2014 2015

FDI Investasi dalam negeri

Investasi di Filipina-EAGA sebagian besar didorong oleh FDI, sebesar 19 miliar US$ pada tahun 2015.

25 Realisasi investasi di Filipina-EAGA

20

15

Miliar
US$
10

-
2010 2011 2012 2013 2014 2015

FDI Investasi dalam negeri


Machine Translated by Google

92 VISI BIMP-EAGA 2025

PARIWISATA

Selama periode 2008–2014, pariwisata di EAGA semakin meningkat didukung oleh pariwisata domestik. Rata-rata 86 dari setiap 100
pengunjung EAGA adalah wisatawan domestik.8 Kedatangan internasional turun pada tahun 2014 menjadi sekitar 5,2 juta pengunjung
tetapi meningkat kembali pada tahun 2015 dengan mencatat 9,4 juta pengunjung, peningkatan yang signifikan sekitar 78%, disebabkan
oleh peningkatan substansial di Malaysia -EAGA.

Kedatangan pengunjung ke EAGA

75
Lokal
60

45

pengunjung/
perjalanan
Juta
30

Internasional
15

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Catatan: Kedatangan Domestik ke Indonesia-EAGA mengacu pada jumlah perjalanan.

Kedatangan pengunjung asing tetap stabil selama bertahun-tahun di Brunei dan Indonesia-EAGA, sementara di Filipina-EAGA, terlihat
peningkatan pesat. Di Malaysia-EAGA, kedatangan turis asing jauh melebihi gabungan kedatangan ke Brunei, Indonesia dan Filipina-
EAGA. Pariwisata domestik berkembang pesat di Malaysia-EAGA, sementara di Filipina-EAGA terlihat peningkatan yang lambat
namun bertahap. Di Indonesia-EAGA, pariwisata domestik secara konsisten tetap tinggi selama bertahun-tahun.

12.000 Kedatangan pengunjung asing ke EAGA 35.000 Kedatangan domestik ke EAGA

30.000
10.000

25.000
8.000 perjalanan
Ribuan

pengunjung
Ribuan

20.000
6.000
15.000
4.000
10.000

2.000 5.000

-
-
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Brunei Indonesia-EAGA Malaysia-EAGA Filipina-EAGA


Brunei Indonesia-EAGA Malaysia-EAGA Filipina-EAGA

8 Kedatangan wisatawan ke Indonesia tercatat di titik masuk. Jadi turis yang tiba di Jakarta yang melakukan perjalanan ke Indonesia-EAGA adalah
dianggap sebagai wisatawan domestik.
Machine Translated by Google

UCAPAN TERIMA KASIH

Laporan BEV 2025 dimungkinkan dengan dukungan penuh dan partisipasi aktif dari pemangku kepentingan
sektor publik dan swasta BIMP-EAGA selama sesi konsultasi dan perencanaan sektor nasional dan
subregional. Sekretariat Nasional, ketua negara dan anggota dari berbagai klaster dan kelompok kerja
termasuk perwakilan dari pemerintah daerah dan lembaga lokal dari kementerian nasional, Dewan Bisnis
BIMP-EAGA dan cabang lokalnya, dan sektor swasta lainnya, seperti CEO TIK Forum, berperan penting
dalam membentuk kerangka strategis dan strategi sektor. Satgas BEV 2025 memberikan arahan strategis
dalam merumuskan kerangka panduan dan membantu memastikan kualitas dokumen. Para Menteri dan
Pejabat Senior memberikan panduan secara keseluruhan. Bank Pembangunan Asia memberikan dukungan
yang tak ternilai dalam melakukan konsultasi dan sesi perencanaan, menyiapkan laporan latar belakang
dan makalah sektor, dan mencetak BEV 2025. Pusat Fasilitasi BIMP-EAGA memberikan kepemimpinan,
bimbingan teknis, dan koordinasi keseluruhan proses BEV 2025.

93
Machine Translated by Google
Machine Translated by Google
Machine Translated by Google

96 VISI BIMP-EAGA 2025

Anda mungkin juga menyukai