Anda di halaman 1dari 345

REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN AWAL
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL
(RPJMN)
2020 - 2024

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
2019
RANCANGAN AWAL
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL
(RPJMN)
2020-2024

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
2019
DAFTAR ISI ii

BAB 1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL IV 2020-2024:


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong 1
• Arahan RPJP Nasional 2005 – 2025 2
• Tema dan Agenda Pembangunan 3
• Kerangka Ekonomi Makro 2020-2024 7
• Batasan Pembangunan (Development Constrant) 18
• Kaidah Pembangunan 27
• Pengarusutamaan dalam RPJMN IV 2020-2024 30
• Proyek Prioritas Strategis (Major Project) RPJMN 2020-2024 32

BAB 2 MEMPERKUAT KETAHANAN EKONOMI UNTUK PERTUMBUHAN


YANG BERKUALITAS DAN BERKEADILAN 41
• Pendahuluan 42
• Capaian Pembangunan 2015-2019 43
• Lingkungan dan Isu Strategis 48
• Sasaran, Target dan Indikator 54
• Arah Kebijakan dan Strategi 61

BAB 3 MENGEMBANGKAN WILAYAH UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN


& MENJAMIN PEMERATAAN 77
• ondisi Saat Ini
K 78
• Isu Strategis Kewilayahan 80
• Visi, Misi dan Rencana Aksi Bidang Kewilayahan 83
• Arahan Umum dan Target Pembangunan Kewilayahan 88
• Arahan Pembangunan Wilayah Pulau 103

BAB 4 MENINGKATKAN SDM BERKUALITAS DAN BERDAYA SAING 141


• Pendahuluan 142
• Capaian Pembangunan 2015-2019 143
• Lingkungan dan Isu Strategis 144
• Sasaran, Target, dan Indikator 154
• Arah Kebijakan dan Strategi 159

ii Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


BAB 5 REVOLUSI MENTAL DAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN 171
• Pendahuluan 172
• Capaian Pembangunan 2015-2019 173
• Lingkungan dan Isu Strategis 174
• Sasaran, Target, dan Indikator 182
• Arah Kebijakan dan Strategi 183

BAB 6 MEMPERKUAT INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN


EKONOMI & PELAYANAN DASAR 185
• Pendahuluan 182
• Capaian Pembangunan 2015-2019 188
• Lingkungan dan Isu Strategis 195
• Sasaran, Target, dan Indikator 217
• Arah Kebijakan dan Strategi 228

BAB 7 MEMBANGUN LINGKUNGAN HIDUP, MENINGKATKAN KETAHANAN


BENCANA, DAN PERUBAHAN IKLIM 241
• Pendahuluan 242
• Capaian Pembangunan 2015-2019 243
• Lingkungan dan Isu Strategis 248
• Sasaran, Target, dan Indikator 264
• Arah Kebijakan dan Strategi 267

BAB 8 MEMPERKUAT STABILITAS POLHUKAM DAN TRANSFORMASI


PELAYANAN PUBLIK 271
• Pendahuluan 272
• Capaian Pembangunan 2015-2019 276
• Lingkungan dan Isu Strategis 284
• Sasaran, Target, dan Indikator 296
• Arah Kebijakan dan Strategi 303

BAB 9 KAIDAH PELAKSANAAN 309


• Kerangka Regulasi 310
• Kerangka Kelembagaan 321
• Kerangka Pendanaan 323
• Kerangka Evaluasi dan Pengendalian 334

iii
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH
NASIONAL IV 2020-2024:
Terwujudnya Indonesia Maju
yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan
Gotong-Royong
Arahan RPJPN 2005-2025

1
Tema dan Agenda Pembangunan
Kerangka Ekonomi Makro
Batasan Pembangunan (Development Constraint)
Kaidah Pembangunan
Pengarusutamaan RPJMN IV 2020-2024
Proyek Prioritas Strategis (Major Project) RPJMN 2020-2024
Arahan RPJP Nasional 2005 – 2025

Rencana Pembangunan Jangka Menengah menekankan terbangunnya struktur perekonomian


Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan tahapan yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di
terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
menjadi sangat penting. RPJMN 2020-2024 akan
mempengaruhi pencapaian target pembangunan Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun
dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita 2020-2024 yang merupakan amanat RPJPN 2005-
Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan 2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana
setara dengan negara-negara berpenghasilan pembangunan nasional periode terakhir. Keempat
menengah atas (upper-middle income country/MIC) pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 agenda
yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber pembangunan yang didalamnya terdapat Program
daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.
rakyat yang lebih baik.
Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan
Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
pembangunan jangka menengah 2020-2024 Target-target dari 17 tujuan (goals) dalam Tujuan
adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan indikatornya telah ditampung dalam 7 agenda
pembangunan di berbagai bidang dengan pembangunan.

Gambar 1.1 Empat Pilar RPJMN IV tahun 2020 - 2024

Kelembagaan politik dan hukum yang mantap

Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat

Struktur ekonomi yang semakin maju dan kokoh

Terwujudnya keanekaragaman hayati yang terjaga

2 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Tema dan Agenda Pembangunan

Terwujudnya Indonesia
Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-
Royong

7 Agenda Pembangunan RPJMN IV tahun 2020 - 2024

Memperkuat Ketahanan
Ekonomi untuk Pertumbuhan
yang Berkualitas
Memperkuat Infrastruktur untuk
Mendukung Pengembangan
Ekonomi dan Pelayanan Dasar

Mengembangkan Wilayah untuk


Mengurangi Kesenjangan

Membangun Lingkungan Hidup,


Meningkatkan Ketahanan
Bencana dan Perubahan Iklim
Meningkatkan Sumber Daya
Manusia yang Berkualitas dan
Berdaya Saing
Memperkuat Stabilitas
Polhukhankam dan
Transformasi Pelayanan Publik

Revolusi Mental dan


Pembangunan Kebudayaan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 3


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Memperkuat Mengembangkan Wilayah Meningkatkan Sumber
Ketahanan Ekonomi untuk Mengurangi Daya Manusia yang
untuk Pertumbuhan Kesenjangan & Berkualitas dan Berdaya
yang Berkualitas Menjamin Saing
Pemerataan

Peningkatan inovasi Pengembangan wilayah Manusia merupakan modal


dan kualitas Investasi ditujukan untuk utama pembangunan
merupakan modal meningkatkan pertumbuhan nasional untuk menuju
utama untuk mendorong ekonomi dan pemenuhan pembangunan yang inklusif
pertumbuhan ekonomi pelayanan dasar dengan dan merata di seluruh
yang lebih tinggi, memperhatikan harmonisasi wilayah.
berkelanjutan dan antara rencana pembangunan
mensejahterakan secara dengan pemanfaatan ruang. Pemerintah Indonesia
adil dan merata. berkomitmen untuk
Pengembangan wilayah meningkatkan kualitas dan
Pembangunan ekonomi yang mampu menciptakan daya saing SDM yaitu sumber
akan dipacu untuk tumbuh kesinambungan dan daya manusia yang sehat
lebih tinggi, inklusif dan keberlanjutan ini dapat dan cerdas, adaptif, inovatif,
berdaya saing melalui: dilakukan melalui: terampil, dan berkarakter,
1) Pengelolaan sumber 1) Pengembangan sektor/ melalui:
daya ekonomi yang komoditas/kegiatan 1) Pengendalian penduduk
mencakup pemenuhan unggulan daerah, dan penguatan tata kelola
pangan dan pertanian 2) Distribusi pusat-pusat kependudukan;
serta pengelolaan pertumbuhan (PKW) ke 2) Penguatan pelaksanaan
kemaritiman, kelautan wilayah belum berkembang, perlindungan sosial;
dan perikanan, sumber 3) Peningkatan daya saing 3) Peningkatan akses
daya air, sumber daya wilayah yang inklusif, dan kualitas pelayanan
energi, serta kehutanan; 4) Memperkuat kemampuan kesehatan menuju
dan SDM dan Iptek berbasis cakupan kesehatan
2) Akselerasi peningkatan kewilayahan dalam semesta;
nilai tambah agro- mendukung ekonomi 4) Peningkatan pemerataan
fishery industry, unggulan daerah, serta layanan pendidikan
kemaritiman, energi, 5) Meningkatkan IPM melalui berkualitas;
industri, pariwisata, pemenuhan pelayanan 5) Peningkatan kualitas anak,
serta ekonomi kreatif dasar secara merata. perempuan, dan pemuda;
dan digital 6) Pengentasan kemiskinan;
dan
7) Peningkatan produktivitas
dan daya saing.

4 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Revolusi Mental Memperkuat Infrastruktur Membangun Lingkungan
dan Pembangunan untuk Mendukung Hidup, Meningkatkan
Kebudayaan Pengembangan Ekonomi Ketahanan Bencana dan
& Pelayanan Dasar Perubahan Iklim

Revolusi mental sebagai Perkuatan infrastruktur Pembangunan nasional perlu


gerakan kebudayaan memiliki ditujukan untuk mendukung memperhatikan daya dukung
kedudukan penting dan aktivitas perekonomian serta sumber daya alam dan daya
berperan sentral dalam mendorong pemerataan tampung lingkungan hidup,
pembangunan untuk pembangunan nasional. kerentanan bencana, dan
mengubah cara pandang, perubahan iklim.
sikap, perilaku yang Pemerintah Indonesia akan
berorientasi pada kemajuan memastikan pembangunan Pembangunan lingkungan
dan kemodernan. infrastruktur akan didasarkan hidup, serta peningkatan
kebutuhan dan keunggulan ketahanan bencana dan
Revolusi mental dilaksanakan wilayah melalui: perubahan iklim akan
secara terpadu yang bertumpu 1) Menjadikan keunggulan diarahkan melalui kebijakan:
pada: wilayah sebagai acuan 1) Peningkatan Kualitas
1) Revolusi mental dalam untuk mengetahui Lingkungan Hidup;
sistem pendidikan; kebutuhan infrastruktur 2) Peningkatan Ketahanan
2) Revolusi mental dalam tata wilayah, Bencana dan Iklim; serta
kelola pemerintahan; dan 2) Peningkatan pengaturan, 3) Pembangunan Rendah
3) Revolusi mental dalam pembinaan dan Karbon.
sistem sosial. Selain pengawasan dalam
itu revolusi mental juga pembangunan,
diperkuat melalui upaya 3) Pengembangan
pemajuan dan pelestarian infrastruktur perkotaan
kebudayaan, memperkuat berbasis TIK,
moderasi beragama; dan 4) Rehabilitasi sarana dan
meningkatkan budaya prasarana yang sudah
literasi, inovasi, dan tidak efisien,
kreativitas 5) Mempermudah
perijinan pembangunan
infrastruktur.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 5


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Memperkuat Stabilitas
Polhukhankam
dan Transformasi
Pelayanan Publik

Negara wajib terus hadir


dalam melindungi segenap
bangsa, memberikan rasa
aman serta pelayanan
publik yang berkualitas pada
seluruh warga negara dan
menegakkan kedaulatan
negara.

Pemerintah akan terus


berupaya meningkatkan tata
kelola pemerintahan yang
baik dan transparan yang
dapat diakses oleh semua
masyarakat melalui:
1) Reformasi kelembagaan
birokrasi untuk pelayanan
publik berkualitas,
2) Meningkatkan Hak Hak
Politik Dan Kebebasan
Sipil,
3) Memperbaiki sistem
peradilan, penataan
regulasi dan tata kelola
keamanan siber,
4) Mempermudah akses
terhadap keadilan dan
sistem anti korupsi.
5) Mempermudah akses
terhadap pelayanan dan
perlindungan WNI di Iuar
negeri

6 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Kerangka Ekonomi Makro 2020-2024

Kilas Balik Ekonomi Makro 2015-2018

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Dari sisi pengeluaran, investasi tumbuh rata-rata
Menengah (RPJMN) 2015-2019 menghadapi 5,6 persen per tahun dan merupakan pendorong
berbagai tantangan peristiwa ekonomi global, utama pertumbuhan ekonomi. Dukungan terhadap
seperti krisis utang Yunani, Brexit, ketidakpastian pertumbuhan investasi utamanya bersumber
kebijakan Amerika Serikat terkait proteksionisme dari perbaikan iklim investasi, pembangunan
perdagangan dan normalisasi kebijakan moneter, infrastruktur, dan peningkatan layanan investasi.
proses rebalancing ekonomi Tiongkok, dan Selanjutnya, konsumsi rumah tangga mampu
berakhirnya era commodity boom. Hal tersebut tumbuh rata-rata 5,0 persen per tahun. Di samping
menyebabkan pemulihan pertumbuhan ekonomi itu, konsumsi pemerintah tumbuh rata-rata 3,0
dan perdagangan dunia pasca krisis keuangan persen per tahun di tengah tekanan menurunnya
global tahun 2008 berjalan lamban. pendapatan negara. Sementara itu, baik ekspor
maupun impor barang dan jasa riil tumbuh rata-rata
Namun demikian, perekonomian domestik tetap 2,9 persen per tahun.
tumbuh rata-rata 5,0 persen per tahun sepanjang
empat tahun pertama pelaksanaan RPJMN (2015- Stabilitas makro ekonomi diupayakan tetap terjaga,
2018), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata yang tercermin dari laju inflasi dan nilai tukar yang
negara berkembang dunia sebesar 4,5 persen per terkendali, cadangan devisa yang meningkat, dan
tahun. Pencapaian tersebut didukung oleh berbagai defisit transaksi berjalan yang berada dalam batas
kebijakan reformasi struktural, antara lain melalui aman. Sepanjang 2015-2018, inflasi mencapai rata-
kebijakan perbaikan iklim investasi, perbaikan daya rata 3,3 persen per tahun, berada dalam rentang
saing industri, perbaikan efisiensi logistik, stimulus target. Sementara itu, di tengah upaya pengendalian
ekspor, serta promosi pariwisata dan penguatan nilai tukar dan defisit transaksi berjalan, kondisi
daya beli masyarakat. neraca pembayaran Indonesia masih relatif kuat
yang tercermin dari peningkatan cadangan devisa
Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tersebut Indonesia dari USD111,9 miliar pada 2014 menjadi
didorong oleh pertumbuhan di berbagai sektor. USD120,7 miliar pada Desember 2018.
Industri pengolahan tumbuh rata-rata 4,3 persen
per tahun. Selanjutnya, industri pertanian tumbuh Di sisi fiskal, kebijakan tetap diarahkan untuk
rata-rata 3,7 persen per tahun, di antaranya melalui mendukung pertumbuhan dan menjaga
perbaikan infrastruktur pertanian untuk memacu stabilitas ekonomi, dengan tetap memperhatikan
produktivitas. Sementara itu, industri jasa mampu kesinambungan fiskal jangka menengah. Hal ini
menjadi motor pertumbuhan ekonomi, di antaranya tercermin dari rasio utang yang lebih rendah dari
industri jasa informasi dan komunikasi dan industri 30 persen PDB, defisit anggaran yang terjaga lebih
transportasi dan pergudangan yang tumbuh rendah dari 3 persen PDB, dan defisit anggaran
masing-masing sebesar 8,8 dan 7,4 persen per dan keseimbangan primer yang terus mengecil dan
tahun. menuju positif pada 2018.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 7


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Melalui kinerja perekonomian yang kuat dan menengah-tinggi1. Tingkat kemiskinan diturunkan
stabil, kesejahteraan masyarakat mengalami hingga satu digit (9,82 persen pada Maret 2018)
peningkatan. Ekspansi perekonomian domestik didorong salah satunya melalui efektivitas program
diperkirakan mampu menciptakan tambahan lebih penanggulangan kemiskinan. Rasio gini mengalami
dari 9 juta lapangan kerja pada 2015-2018. Tingkat penurunan dari 0,414 pada 2014 menjadi 0,389 pada
pengangguran terbuka turun menjadi 5,34 persen 2018, menunjukkan berkurangnya ketimpangan
pada 2018 dari 5,94 persen pada 2014. Di sisi lain, antar golongan pendapatan. Target pembangunan
PDB per kapita terus meningkat dari USD3.531 lainnya yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
pada 2014 menjadi USD3.927 pada 2018, setara mengalami peningkatan dari dari 68,9 pada 2014
dengan GNI per kapita (Atlas Method) USD3.840, menjadi 71,39 pada 2018.
berada di ambang batas negara berpendapatan

Gambar 1.2 Pencapaian Kerangka Ekonomi Makro (KEM) 2015-2018

Pertumbuhan Pertumbuhan Tingkat Inflasi


PDB Per Kapita
Ekonomi Investasi (2015-2018)
(2018)
(2015-2018) (2015-2018)

5,0 5,6 3,927


USD
3,3
persen persen persen

CAPAIAN KEM 2015-2018

Tingkat Kemiskinan TPT


(2018) (2018) Rasio Gini IPM

9,82 5,34
(2018) (2018)

persen persen 0,389 71,39

1.Batas GNI per kapita (Atlas Method) negara berpendapatan menengah tinggi menurut World Bank per Juli 2018
sebesar USD3896.

8 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Tantangan Perekonomian 2020-2024

Ketidakpastian Global Indonesia untuk dapat naik kelas menjadi negara


Ke depan, risiko ketidakpastian masih akan berpendapatan tinggi atau mengejar ketertinggalan
mewarnai perkembangan perekonomian dunia. pendapatan per kapita negara peers.
Pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia
diperkirakan akan cenderung stagnan dengan Stagnannya pertumbuhan ekonomi utamanya
tren melambat, masing-masing diproyeksikan2 disebabkan oleh tingkat produktivitas yang rendah
sebesar 3,6 dan 3,8 persen per tahun, sepanjang seiring tidak berjalannya transformasi struktural.
2020-2024. Harga komoditas internasional ekspor Hasil diagnosis terhadap pertumbuhan ekonomi
utama Indonesia diperkirakan juga akan cenderung (Growth Diagnostics)3 menemukan bahwa faktor
menurun, di antaranya batu bara dan minyak kelapa yang menjadi kendala utama yang mengikat (the
sawit, seiring dengan beralihnya permintaan dunia most binding constraint) pertumbuhan ekonomi
ke produk yang lain. Adapun risiko ketidakpastian Indonesia adalah regulasi yang tidak mendukung
lainnya yang perlu diantisipasi antara lain perang penciptaan dan pengembangan bisnis, bahkan
dagang, perlambatan ekonomi China, dan risiko cenderung membatasi, serta kualitas institusi
geopolitik di Timur Tengah. yang rendah. Selain itu, kualitas sumber daya
manusia (SDM) menjadi kendala mengikat bagi
Pertumbuhan Ekonomi yang Stagnan pertumbuhan ekonomi jangka menengah-panjang.
Jika tidak diatasi saat ini, rendahnya kualitas SDM
Selepas krisis ekonomi 1998, rata-rata pertumbuhan akan menghalangi Indonesia untuk bersaing di
ekonomi Indonesia hanya pada kisaran 5,3 persen era digital dan beralih ke manufaktur berteknologi
per tahun. Bahkan dalam empat tahun terakhir tinggi. Kendala lain yang masih harus diatasi adalah
pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung rendahnya penerimaan perpajakan dan kualitas
stagnan pada kisaran 5,0 persen. Dengan belanja, serta infrastruktur yang masih harus
tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut, sulit bagi ditingkatkan, terutama terkait konektivitas.

Gambar 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Persen YoY)


basis pertumbuhan
15 lonjakan
yang rendah
harga minyak penurunan pertumbuhan dari sektor
10 harga minyak manufaktur & liberalisasi
lonjakan harga komoditas

5
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
1968-1979 1980-1996 2000-2018
0 7,5% 6,4% 5,3%

-5

-10
Krisis Keuangan Asia
-15
1968 1973 1978 1983 1988 1993 1998 2003 2008 2013 2018

2. Berdasarkan World Economic Outlook Database IMF Juli 2019


3. Studi Growth Diagnostic Bappenas 2018

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 9


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Defisit Transaksi Berjalan yang Meningkat Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital
Tidak berkembangnya industri pengolahan Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri
berdampak pada kinerja perdagangan internasional 4.0. Revolusi tersebut memberikan tantangan
Indonesia. Hingga saat ini, ekspor Indonesia masih dan peluang bagi perkembangan perekonomian
didominasi oleh ekspor komoditas, tidak berbeda ke depan. Di satu sisi, digitalisasi, otomatisasi,
dengan periode 40 tahun yang lalu. Rasio ekspor dan penggunaan kecerdasan buatan dalam
terhadap PDB terus menurun dari 41,0 persen aktivitas ekonomi akan meningkatkan produktivitas
pada 2000 menjadi 21,0 persen pada 2018. dan efisiensi dalam produksi modern, serta
Akibatnya, Indonesia masih mengalami defisit memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
transaksi berjalan hingga mencapai 3,0 persen konsumen. Digital teknologi juga membantu proses
PDB, sementara beberapa negara peers sudah pembangunan di berbagai bidang di antaranya
mencatatkan surplus. Di tengah kondisi keuangan pendidikan melalui distance learning, pemerintahan
global yang ketat, peningkatan defisit transaksi melalui e-government, inklusi keuangan melalui
berjalan menjadi penghambat bagi akselerasi fin-tech, dan pengembangan UMKM seiring
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. berkembangnya e-commerce. Namun di sisi lain,
perkembangan revolusi industri 4.0 berpotensi
menyebabkan hilangnya pekerjaan di dunia.
Studi dari Mckinsey memperkirakan 60 persen
jabatan pekerjaan di dunia akan tergantikan oleh
otomatisasi. Di Indonesia diperkirakan 51,8 persen
potensi pekerjaan yang akan hilang. Di samping
itu, tumbuhnya berbagai aktivitas bisnis dan jual
beli berbasis online belum dibarengi dengan
upaya pengoptimalan penerimaan negara serta
pengawasan kepatuhan pajak atas transaksi-
transaksi tersebut. Hal ini penting mengingat
transaksi digital bersifat lintas negara.

Industry
4.0

10 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sasaran Ekonomi Makro 2020-2024
Sasaran Makro Pembangunan
Pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat meningkat Selain menjaga pertumbuhan ekonomi, stabilitas
rata-rata 5,4 – 6,0 persen per tahun, yang didorong inflasi tetap menjadi prioritas. Sasaran inflasi 2020-
oleh peningkatan produktivitas, investasi yang 2024 dijaga stabil dengan tren menurun, sebesar
berkelanjutan, perbaikan pasar tenaga kerja, 3,0 ± 1 persen pada tahun 2020-2022, dan 2,5 ± 1
dan peningkatan kualitas SDM. Dengan target persen pada tahun 2023-2024. Pencapaian sasaran
pertumbuhan ekonomi tersebut, GNI per kapita tersebut akan diupayakan melalui penyelesaian
(Atlas Method) diharapkan meningkat menjadi permasalahan struktural, pengelolaan ekspektasi,
USD5.550 – 5.930 per kapita pada 2024. dan penguatan koordinasi.

Gambar 1.4 Skenario Pertumbuhan Ekonomi 2020-2024


Pertumbuhan Ekonomi, Persen
6,5
(GNI Per Kapita Harga Berlaku Atlas Method ) (5.930)
6,2
(5.500)
6,1
5,9
(5.730)
(5.100)

5,7 5,9
(4.710) (5.350)
5,5 5,4 5,6
(4.350) (4.650) (4.990) 5,5
5,3 (5.550)
(4.320) 5,4
5,3 5,4 (5.230)
5,2 (4.920)
(4.620)
(4.310)

2020 2021 2022 2023 2024

Rendah Sedang Tinggi

Gambar 1.5 Rincian Pertumbuhan Ekonomi 2020-2024


RATA-RATA 2020-2024
SKENARIO RENDAH DAN TINGGI
2015-2018 PDB SISI PRODUKSI (PERSEN/TAHUN) PDB SISI PENGELUARAN
Industri Pengolahan
4,3 5,4 - 7,0 2015-2018

Pertanian Konsumsi RT & LNPRT


3,7 5,0
3,8 - 3,9 5,2 - 5,3
Perdagangan Konsumsi Pemerintah
4,0 5,5 – 6,2 4,4 - 5,0
3,0
Jasa Keuangan Investasi
6,8 6,3 – 7,2 5,9 - 7,0
5,6
PERTUMBUHAN
Informasi dan Komunikasi EKONOMI INDONESIA Ekspor
8,8 7,3 – 8,1 4,2 - 5,0 2,9

6,1
Konstruksi 5,4-6,0 Impor
5,8 - 6,2 4,3 - 4,9 2,9
Pertambangan
0,1 1,7 - 1,9
Perhitungan Bappenas (sangat sementara)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 11


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Gambar 1.6 Sasaran Makro Pembangunan 2020-2024

Defisit Transaksi
Share Industri Berjalan
Tingkat Investasi Pengolahan
5,9-7,0 2,2-1,6
persen (2020-2024)
20,0-21,1 persen PDB (2024)
persen (2024)

Pertumbuhan
Pertumbuhan Ekspor Industri Pengolahan Rasio Pajak
Tingkat Inflasi Non Migas
1,5-3,5
Non Migas
5,9-7,5 10,8-11,7
persen (2024)
5,7-7,3 persen persen (2020-2024)
persen PDB
(2020-2024) (2020-2024)

SASARAN MAKRO PEMBANGUNAN 2020-2024

Tingkat Kemiskinan TPT Rasio Gini IPM


6,5-7,0 4,0-4,6 0,370-0,374 75,54
persen (2024) persen (2024) (2024) (2024)

Kondisi makro tersebut berdampak pada Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang
peningkatan perbaikan kualitas pertumbuhan. berkualitas dalam lima tahun ke depan, perbaikan
Tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran transformasi struktural menjadi salah satu kunci
terbuka diharapkan menurun menjadi 6,5 – 7,0 utama. Perbaikan transformasi struktural utamanya
persen dan 4,0 – 4,6 persen pada 2024. Tingkat didorong oleh revitalisasi industri pengolahan,
rasio gini menurun menjadi 0,370 – 0,374 pada 2024. dengan tetap mendorong perkembangan sektor
Sementara IPM diharapkan meningkat menjadi lain melalui transformasi pertanian, hilirisasi
75,54 pada tahun 2024, yang mengindikasikan pertambangan, pembangunan infrastruktur yang
perbaikan kualitas sumber daya manusia. berkelanjutan, dan transformasi sektor jasa.

Gambar 1.7 Sasaran PDB Sisi Produksi: Transformasi Struktural untuk Peningkatan Kesejahteraan
REVITALISASI INDUSTRI TRANSFORMASI PERTANIAN TRANSFORMASI SEKTOR JASA

INDUSTRI PERTANIAN JASA

4,3 3,7 5,7


5,4-7,0 3,8-3,9 6,8-7,1
2015-2018 2015-2018 2015-2018
2020-2024 2020-2024 2020-2024

Memperbaiki lingkungan usaha yang Meningkatkan produktivitas lahan dan Mendorong sektor jasa dengan nilai tambah yang
mendukung modernisasi industri, termasuk memperkuat nilai tambah pertanian tinggi didorong oleh inovasi dan teknologi
melalui penerapan Industri 4.0

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR HILIRISASI PERTAMBANGAN

LISTRIK KONSTRUKSI PERTAMBANGAN Keterangan:


Rata-rata pertumbuhan (Persen)
2020-2024
2015-2018
3,3 6,1 0,1 (rendah tinggi)
4,9-5,5 5,8-6,1 1,7-1,9
2015-2018 2015-2018 2015-2018
2020-2024 2020-2024 2020-2024
Melanjutkan pembangunan infrastruktur terutama konektivitas dan Peningkatan nilai tambah pertambangan yang
energi untuk mendukung ekspansi ekonomi dan pertumbuhan inklusif mendukung pengembangan industri hilir

12 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Memperkuat Permintaan Domestik
Dari sisi permintaan domestik, konsumsi masyarakat modal tetap bruto) yang tumbuh 5,9 – 7,0 persen
(rumah tangga dan LNPRT) diharapkan akan tumbuh per tahun. Untuk mencapai target tersebut,
rata-rata 5,2 – 5,3 persen per tahun. Peningkatan investasi swasta (asing maupun dalam negeri) akan
konsumsi masyarakat didorong oleh peningkatan didorong melalui deregulasi prosedur investasi,
pendapatan masyarat seiring dengan penciptaan sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perizinan,
lapangan kerja yang lebih besar dan lebih baik, termasuk meningkatkan EoDB Indonesia dari
stabilitas harga, dan bantuan sosial pemerintah peringkat 73 pada 2018 menjadi peringkat 40 pada
yang lebih tepat sasaran. 2024. Peningkatan investasi juga didorong oleh
peningkatan investasi pemerintah, termasuk BUMN,
Konsumsi pemerintah akan tumbuh rata-rata 4,4 – terutama untuk infrastruktur. Hal ini ditunjukkan
5,0 persen per tahun didukung oleh peningkatan dengan peningkatan stok infrastruktur menjadi 50,0
belanja pemerintah, baik pusat maupun transfer ke persen PDB dan belanja modal pemerintah tumbuh
daerah, seiring dengan peningkatan pendapatan 20,1 – 24,2 persen per tahun sepanjang 2020-
negara, terutama penerimaan perpajakan. 2024. Peningkatan investasi akan ditujukan pada
peningkatan produktivitas, yang akan mendorong
Ekspansi perekonomian 2020-2024 terutama akan peningkatan efisiensi investasi.
didorong oleh peningkatan investasi (pembentukan

Gambar 1.8 Sasaran PDB Sisi Pengeluaran: Memperkuat Permintaan Domestik

KONSUMSI RT & LNPRT KONSUMSI PEMERINTAH INVESTASI

5,0 5,2 – 5,3 3,0 4,4 – 5,0 5,6 5,9 – 7,0

Konsumsi masyarakat meningkat Dorongan pemerintah berupa Memberikan fasilitas kemudahan


seiring dengan peningkatan belanja yang lebih berkualitas usaha dan investasi, meningkatkan
pendapatan dan penciptaan serta penerimaan perpajakan kepastian hukum, dan melanjutkan
lapangan kerja yang lebih baik yang optimal pembangunan infrastruktur

5.550-5.930 4,9-5,4 16,2-17,1


5,7
GNI per kapita 2024 Transfer ke Daerah dan Share PMA/PMDN
(USD Harga Berlaku Dana Desa 2020-2024 ICOR 2024 - 2024
Atlas Method) (Rata-rata, Persen PDB) skenario tinggi thd Investasi
(Persen)
6,5-7,0 9,8-10,3 50,0 6,1-7,0
Tingkat Kemiskinan 2024
Belanja Pemerintah Stok Infrastruktur Pertumbuhan Capex
(Persen)
Pusat 2020-2024 2024 (Persen PDB) – BUMN 2020-2024
(Rata-rata, Persen skenario sedang (Rata-rata, Persen)
4,0-4,6 PDB) 10,8-11,7
Keterangan: TPT 2024 1,5-1,7
Rata-rata pertumbuhan (Persen) Rasio Pajak 2020-2024
(Persen) (Persen PDB) Belanja Modal
2020-2024 Pemerintah 2020-2024
2015-2018
(rendah tinggi) (Rata-rata, Persen PDB)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 13


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Diversifikasi Ekspor dan Stabilitas Eksternal
Secara keseluruhan, ekspor barang dan jasa tumbuh Amerika Latin, dan Eropa Timur. Sementara impor
rata-rata 4,2 – 5,0 persen per tahun. Peningkatan barang dan jasa tumbuh rata-rata 4,3 – 4,9 persen
ekspor barang 2020-2024 akan didukung oleh per tahun didorong oleh peningkatan permintaan
revitalisasi industri pengolahan yang mendorong domestik, terutama investasi.
diversifikasi produk ekspor non-komoditas, terutama
ekspor produk manufaktur berteknologi tinggi dan Kinerja perdagangan internasional yang membaik
mengurangi ketergantungan impor. Peningkatan akan mendorong penguatan stabilitas eksternal,
juga akan didorong oleh peningkatan ekspor jasa, yang ditandai dengan perbaikan defisit transaksi
utamanya jasa perjalanan, melalui pengembangan berjalan menjadi 2,2 – 1,6 persen PDB dan
sektor pariwisata. Diversifikasi ekspor tidak hanya peningkatan cadangan devisa menjadi USD132,3 –
dilakukan dari sisi produk, namun juga dalam hal 168,2 miliar pada 2024.
negara tujuan ekspor. Perluasan pasar ekspor
utamanya akan dilakukan ke kawasan Afrika,

Gambar 1.9 Sasaran PDB Sisi Pengeluaran: Diversifikasi Ekspor dan Stabilitas Eksternal

EKSPOR BARANG DAN JASA IMPOR BARANG DAN JASA

2,9 4,2 – 5,0 2,9 4,3 – 4,9

Kontribusi net ekspor diharapkan menuju positif, didukung oleh revitalisasi sektor industri pengolahan yang mendorong
diversifikasi produk ekspor dan ketergantungan terhadap impor. Peningkatan ekspor juga didukung oleh
pengembangan sektor pariwisata

19,0 - 21,1 5,8 - 7,5 5,9 - 7,3


Share Industri Pertumbuhan Industri Pertumbuhan Ekspor Non Migas
Manufaktur 2024 Manufaktur Non Migas 2020-2024 (Rata-Rata, Persen)
(Persen PDB) 2020-2024 (Rata-Rata, Persen)

26,0 28,0 58,0 - 65,5


Jumlah Wisman 2024* Devisa Pariwisata 2024* Share Ekspor
- skenario moderat - skenario moderat Manufaktur terhadap
(Juta Kunjungan) (USD Miliar) Total Ekspor 2024
(Persen)

STABILITAS EKSTERNAL YANG KUAT

132,3 - 168,2 2,2 - 1,6


Keterangan:
Rata-rata pertumbuhan (Persen) Cadangan Devisa Defisit Transaksi
2020-2024 2024 Berjalan 2024
2015-2018 (USD Miliar) (Persen PDB)
(rendah tinggi)

* target, kesepakatan dengan Kemenpar, termasuk MPD

14 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Menjaga Kesinambungan Fiskal

Pemerintah berkomitmen untuk menjaga APBN yang perpajakan sebagai instrumen pendorong investasi
sehat dengan tetap memberikan stimulus terhadap melalui penyediaan insentif fiskal yang mendukung
perekonomian. Pendapatan negara ditargetkan aktivitas penciptaan nilai tambah ekonomi (industri
meningkat menjadi rata-rata 13,1 – 14,2 persen PDB manufaktur, pariwisata, ekonomi kreatif dan digital).
per tahun, dengan rasio perpajakan mencapai rata-
rata 10,8 – 11,7 persen PDB per tahun. Hal ini dicapai Stimulus terhadap perekonomian lainnya juga
melalui perbaikan yang sifatnya berkelanjutan baik dilakukan dengan penajaman belanja negara. Total
dari sisi administrasi maupun kebijakan. Dari sisi belanja negara akan mencapai rata-rata 14,7 – 15,6
administrasi, akan terus dilakukan pembaruan persen PDB per tahun, dengan belanja pemerintah
sistem administrasi perpajakan sebagai upaya pusat mencapai rata-rata 9,8 – 10,3 persen PDB
perbaikan basis data perpajakan dan peningkatan per tahun dan TKDD sebesar 4,9 – 5,4 persen
kepatuhan. Dari sisi kebijakan, pemerintah akan PDB. Defisit akan dijaga pada rata-rata 1,6 – 1,4
terus melakukan penggalian potensi penerimaan, persen PDB selama 2020-2024, berada di bawah
antara lain potensi yang berasal dari aktivitas batas defisit yang diperbolehkan undang-undang.
jasa digital lintas negara, reformasi kebijakan Keseimbangan primer diarahkan menuju positif,
cukai melalui penyederhanaan struktur tarif cukai sebesar rata-rata 0,1 – 0,3 persen PDB. Dengan
Hasil Tembakau (HT), peningkatan tarif cukai HT, komposisi tersebut, rasio utang akan dijaga di
dan ekstensifikasi barang kena cukai. Adapun, bawah 30 persen PDB.
kebijakan ini juga diimbangi dengan peran kebijakan

Gambar 1.10 Proyeksi Postur APBN 2020-2024

MOBILISASI PENAJAMAN BELANJA


PEMBIAYAAN
PENDAPATAN NEGARA NEGARA

13,1 – 14,2% PDB 14,7 – 15,6% PDB 1,6 – 1,4% PDB

Penerimaan Belanja Transfer ke Primary


PNBP Hibah Pemerintah Daerah dan Defisit
Perpajakan Pusat Dana Desa Balance

10,8-11,7% PDB1 2,3-2,5% PDB 0,1-0,0% PDB 9,8-10,3% PDB 4,9-5,4% PDB 0,1 - 0,3 % PDB (1,6) - (1,4)% PDB

11,8-12,8% PDB2

1
Tax Ratio arti sempit
Belanja K/L Belanja Non K/L Rasio Utang
2
Tax Ratio arti luas
5,6-6,0% PDB 4,1 - 4,3% PDB
29,1 – 28,7% PDB
* Rata-rata 2020-2024
Skenario rendah - tinggi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 15


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Menjaga Stabilitas Inflasi dan Nilai Tukar
(share) perekonomian secara nominal sebesar
Laju inflasi yang rendah dan stabil diharapkan 2,1 persen ke luar Pulau Jawa dan Sumatera.
dapat menjaga daya beli dan mendorong konsumsi Angka pergeseran ini telah mempertimbangkan
masyarakat sehingga dapat mendukung akselerasi kemampuan wilayah yang berpotensi untuk tumbuh
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pemerintah lebih cepat dari Pulau Jawa dan Sumatera.
dan Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga
tren penurunan laju inflasi rendah dan stabil dalam Pulau Sumatera tetap menjaga momentum
jangka menengah. pertumbuhan dan diperkirakan akan menyamai
tingkat pertumbuhan Pulau Jawa. Kebijakan hilirisasi
Dalam kurun waktu 2020-2024, kebijakan komoditas unggulan, pengembangan potensi
pengendalian inflasi diarahkan untuk: (i) meningkatkan pariwisata dan perkuatan infrastruktur konektivitas
ketersediaan komoditas pangan strategis; (ii) dalam mendukung industrialisasi menjadi kunci
memperkuat tata kelola sistem logistik nasional percepatan pertumbuhan Pulau sumatera.
dan konektivitas antarwilayah; (iii) meningkatkan
kerjasama antardaerah; (iv) menjangkar ekspektasi Pulau Jawa – Bali tetap menjadi wilayah yang
inflasi dalam sasaran yang ditetapkan; serta (iv) memiliki porsi (share) terbesar dalam perekonomian
meningkatkan kualitas data/statistik. didorong oleh pergeseran struktur ekonomi ke arah
sektor jasa dengan tetap mendorong pertumbuhan
Sepanjang 2020-2024, nilai tukar stabil pada tingkat lebih tinggi di sektor industri pengolahan. Pergeseran
fundamentalnya untuk menjaga daya saing ekspor. struktur ekonomi ini diharapkan mampu menjaga
Hal ini dapat dicapai melalui: (i) pengendalian tingkat pertumbuhan ekonomi pulau Jawa - Bali yang
inflasi; (ii) optimalisasi suku bunga acuan Bank lebih stabil sebagai penopang utama pertumbuhan
Indonesia; (iii) kecukupan likuiditas; (iv) pendalaman ekonomi nasional.
pasar keuangan; (v) penurunan defisit transaksi
berjalan; serta (vi) sinergi kebijakan yang diarahkan Pertumbuhan ekonomi Pulau Nusa Tenggara
untuk penerapan reformasi struktural yang mampu bertumpu pada hilirisasi sumber daya alam,
meningkatkan daya saing perekonomian domestik. perdagangan, dan pariwisata. Pulau Nusa Tenggara
diarahkan untuk melakukan diversifikasi industri
pengolahan yang berbasis pada sektor pertanian,
Mengurangi Ketimpangan Wilayah peternakan, dan perkebunan dengan harapan
mampu mengurangi ketergantungan perekonomian
Pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah diharapkan pulau tersebut pada sektor pertambangan.
berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi
nasional. Kebijakan di setiap wilayah diharapkan Pertumbuhan ekonomi Pulau Kalimantan akan
dapat selaras dengan kebijakan di tingkat nasional, meningkat terutama didorong oleh investasi
dengan tetap memperhatikan keunggulan dan untuk pembangunan Ibu Kota Negara yang
karakteristik wilayah dalam rangka mengurangi dapat menciptakan efek pengganda besar bagi
ketimpangan antar wilayah. perekonomian, khususnya di Pulau Kalimantan dan
kawasan Indonesia timur pada umumnya. Pulau
Perekonomian nasional dalam kurun waktu lima Sulawesi masih menjadi penopang pertumbuhan
tahun ke depan diarahkan agar tumbuh lebih cepat di kawasan Indonesia timur dengan didorong oleh
di luar Pulau Jawa dan Sumatera. Pergeseran investasi untuk hilirisasi sumber daya alam dan
perekonomian ditandai dengan bergesernya porsi pusat perdagangan kawasan timur.

16 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Perekonomian Pulau Maluku diharapkan tumbuh oleh hilirisasi sumber daya alam dan diversifikasi
tinggi dengan didorong oleh pengembangan industri pengolahan berbasis perkebunan, pangan,
industri perikanan, pariwisata, dan hilirisasi sumber dan perikanan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
daya alam. Pulau Papua diharapkan tumbuh di kedua pulau ini diharapkan mampu mengejar
lebih tinggi untuk meningkatkan skala ekonomi ketertinggalan dari wilayah lainnya.
di kawasan Indonesia timur dengan didorong

Gambar 1.11 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi per Pulau

SUMATERA KALIMANTAN Skenario Sedang


SULAWESI
Indonesia
2020: 4,8% 2020: 6,4% 2020: 6,8% 2020: 5,3
2024: 5,6% 2024: 8,9% 2024: 8,8% 2024: 6,1

MALUKU
2020: 6,1%
2024: 7,0%

JAWA & BALI PAPUA


NUSA TENGGARA
2020: 5,4% 2020: 6,0%
2020: 5,9%
2024: 5,7% 2024: 8,1%
2024: 7,9%
Sumber : Perhitungan Bappenas
* angka proyeksi sangat sementara
* hasil exercise tim DitPMAS dan PWK setelah temu TW I-2019 Bappeda seluruh Indonesia

Kebutuhan Investasi dan Pembiayaan Pertumbuhan Ekonomi Berwawasan


Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi Lingkungan
rata-rata 5,4 – 6,0 persen per tahun, dibutuhkan Aspek lain pembangunan ekonomi ke depan adalah
investasi sebesar Rp35.463,3 – 36.359,3 triliun aspek lingkungan. Perubahan iklim dan menurunnya
sepanjang tahun 2020-2024. Dari total kebutuhan daya dukung lingkungan dapat berdampak negatif
tersebut, pemerintah dan BUMN akan menyumbang terhadap pencapaian target pertumbuhan ekonomi.
masing-masing sebesar 7,6 – 9,1 persen dan 8,3 – Oleh karenanya pembangunan ke depan harus
8,6 persen, sementara sisanya akan dipenuhi oleh diarahkan untuk mempertahankan keseimbangan
masyarakat atau swasta. antara pertumbuhan ekonomi, target penurunan
dan intensitas emisi serta kapasitas daya dukung
Pembiayaan kebutuhan investasi pada tahun 2020- SDA dan daya tampung LH saat ini dan di masa
2024 diupayakan dengan pendalaman sektor yang akan datang.
keuangan baik bank maupun non-bank, antara lain
melalui peningkatan inklusi keuangan, perluasan
inovasi produk keuangan, pengembangan
infrastruktur sektor jasa keuangan, dan optimalisasi
alternatif pembiayaan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 17


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Batasan Pembangunan
(Development Constraint)

Kondisi Daya Dukung Sumber Daya Alam


Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup

Keterbatasan daya dukung sumber daya alam dan jasa lingkungan yang tiada terhingga nilainya,
daya tampung lingkungan hidup dalam mendukung antara lain sebagai penghasil oksigen, sumber
pembangunan dapat didefinisikan sebagai batas plasma nutfah, regulator air di alam, penyerap emisi
kemampuan sumber daya alam untuk mendukung gas rumah kaca, pencegah bencana erosi serta
perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan banjir, dan menjadi benteng terakhir bagi daya
keseimbangan antar keduanya; serta kemampuan dukung daya tampung di daratan. Nilai manfaat
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/ jasa lingkungan hutan yang paling optimal tersebut
atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan terdapat pada hutan primer, yakni tutupan hutan
ke dalamnya. Kondisi tersebut wajib menjadi alam dengan kondisi masih utuh yang belum
pertimbangan dalam setiap proses perencanaan mengalami gangguan eksploitasi oleh manusia.
pembangunan mengingat sumber daya alam dan
lingkungan hidup merupakan modal utama yang Ironisnya, luas tutupan hutan primer di Indonesia
menentukan keberlanjutan pembangunan. cenderung semakin menyusut. Walaupun laju
deforestasi telah berhasil dikurangi secara signifikan
Berdasarkan hasil analisis Kajian Lingkungan Hidup dibandingkan pada masa sebelum tahun 2000,
Strategis (KLHS) yang dilakukan oleh Kementerian namun luas tutupan hutan primer semakin menyusut
PPN/Bappenas telah diidentifikasi beberapa sehingga diproyeksikan hanya akan tinggal tersisa
parameter daya dukung sumber daya alam dan 24,0% dari total luas daratan nasional (188 juta ha) di
daya tampung lingkungan hidup yang perlu tahun 2045, dibandingkan dengan kondisi di tahun
diperhatikan aspek ketersediaan dan kualitasnya 2015 sebesar 24,6% total luas daratan nasional dan
(yang semakin berkurang) maupun karakteristiknya tahun 2000 yang mencapai 27,9% total luas daratan
yang tergolong rentan dan berisiko tinggi untuk nasional, (Gambar 1.12).
menunjang pembangunan, baik pada periode
RPJMN 2020-2024 dan pasca 2024. Parameter Gambar 1.12 Proyeksi Penurunan Tutupan Hutan
tersebut setidaknya meliputi: (a) Tutupan Hutan Primer (skenario fair)
Primer; (b) Tutupan Hutan di atas Lahan Gambut;
27,9%
(c) Habitat Spesies Kunci; (d) Luas Pemukiman total luas daratan

di Area Pesisir terdampak Perubahan Iklim; (e) 54


52
Kawasan Rawan Bencana; (f) Ketersediaan Air; (g)
24,6%
24,0%
luas (juta ha)

50 total luas
total luas
Ketersediaan Energi; serta (h) Tingkat Emisi dan
daratan
48 daratan
46
Intensitas Emisi Gas Rumah Kaca. 44
42
40
A. Tutupan Hutan Primer 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045

Hutan memiliki peranan yang sangat penting bagi


Proyeksi Data Historis

keberlangsungan kehidupan. Hutan memberikan Sumber: Bappenas, 2019

18 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Di sisi lain, kebijakan moratorium hutan primer yang hutan primer tidak berlanjut maka luas tutupan hutan
telah diterapkan sejak tahun 2011 belum mampu primer harus dapat dipertahankan pada rentang
sepenuhnya mencegah penurunan luas hutan luas minimal ±45-46 juta ha (kondisi tahun 2019),
primer. Berdasarkan analisis KLHS untuk tutupan atau sekitar 24-25% dari luas total lahan nasional
lahan (Bappenas, 2019), selama tujuh tahun dengan sebaran seperti pada Gambar 1.13.
pelaksanaan kebijakan penundaan pemberian
izin baru dan penyempurnaan tata kelola hutan B. Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut
alam primer dan lahan gambut, sedikitnya tiga juta Lahan gambut berperan sangat penting dalam
hektar hutan alam primer dan lahan gambut atau hubungannya dengan daya dukung sumber daya
kira-kira setara dengan lima kali luas Pulau Bali alam dan daya tampung lingkungan hidup di
telah terkonversi untuk penggunaan lain. Selain itu, Indonesia. Selain kaya akan keanekaragaman hayati
setiap tahunnya juga masih ditemukan ribuan titik dan memiliki fungsi hidrologis yang sangat penting
api menghancurkan kawasan hutan yang dilindungi dalam mengatur tata air di wilayah sekitarnya,
dalam Peta Moratorium tersebut. ekosistem gambut juga mengandung cadangan
karbon yang sangat tinggi sehingga diperlukan
Area Moratorium Hutan Primer merupakan batasan upaya terintegrasi dalam mengkonservasi dan
yang secara mutlak harus diperhatikan dalam merestorasinya. Ekosistem gambut saat ini
perencanaan pembangunan. Agar tren kehilangan terus mengalami ancaman terutama dari upaya

Gambar 1.13 Sebaran Tutupan Hutan Primer Indonesia yang Ingin Dipertahankan

Sumber: Bappenas, 2019

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 19


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
pengeringan ekosistem gambut. Pembabatan lahan gambut yang telah diberlakukan sejak tahun
hutan serta kebakaran di lahan gambut yang 2015, namun belum sepenuhnya mampu mencegah
berpotensi meningkatkan emisi gas rumah kaca terjadinya konversi tutupan hutan di atas lahan gambut.
(GRK) dan mengganggu keseimbangan kehidupan
pada ekosistem gambut tersebut. Percepatan upaya pemulihan dan restorasi gambut,
yang ditandai dengan dibentuknya lembaga
Terdapat beberapa data dan informasi yang khusus Badan Restorasi Gambut (BRG) pada
berbeda mengenai luas lahan gambut beserta tahun 2016 juga belum menunjukkan hasil yang
kondisi tutupan lahan di atasnya karena faktor optimal. Data terakhir dari Laporan Kinerja BRG
perbedaan definisi, metodologi pemetaan, dan (2018), menunjukkan bahwa total lahan gambut
sifat gambut yang dinamis hingga menyebabkan yang telah berhasil direstorasi pada kawasan
fluktuasi angka luas lahan gambut. Berdasarkan budidaya berizin/konsesi (Hak Guna Usaha dan Izin
hasil analisis spasial KLHS oleh Bappenas (2019) Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan) hanya mencapai
seperti ditampilkan pada Tabel 1.1 diketahui 143.448 ha dari target 1.784.353 ha sampai tahun
bahwa tren luas tutupan hutan, baik hutan primer 2020 (8%); sementara lahan gambut yang berhasil
maupun sekunder yang terletak di atas lahan direstorasi pada kawasan non-izin (HL, HP, KK,
gambut cenderung semakin berkurang sehingga APL) baru mencapai 682.694 dari target 892.248 ha
menunjukkan semakin meluasnya kerusakan pada sampai tahun 2020 (77%). Dengan demikian, dapat
lahan gambut dari tahun ke tahun. dikatakan bahwa upaya restorasi gambut belum
memenuhi target yang diharapkan
Kerusakan tutupan hutan di atas lahan gambut
paling besar terjadi di Pulau Kalimantan dan Dalam rencana pembangunan ke depan total tutupan
Sumatera. Alih fungsi hutan menjadi area pertanian hutan di atas lahan gambut perlu dipertahankan
dan perkebunan serta terjadinya kebakaran hutan pada luas minimal 9,2 juta ha seperti kondisi di
dan lahan merupakan pemicu utama terjadinya tahun 2000 dengan sebaran seperti terlihat pada
penurunan luas tutupan hutan tersebut. Gambar 1.14. Dengan demikian, pada periode
RPJMN 2020-2024 diperlukan tambahan gambut
Pemerintah Indonesia telah menerapkan beberapa yang direstorasi seluas 1,5-2 juta ha dari kondisi
kebijakan penting terkait perlindungan dan di tahun 2015 sesuai Perpres Moratorium Gambut
pengelolaan lahan gambut, meskipun belum secara untuk mencapai batas minimal tersebut. Untuk itu,
optimal melindungi lahan gambut dari kerusakan. upaya restorasi lahan gambut perlu tetap menjadi
Salah satu kebijakan tersebut adalah moratorium prioritas dalam RPJMN 2020-2024.

Tabel 1.1 Perubahan Luas Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut


Luas Tutupan Hutan di Lahan Gambut
Luas Lahan Gambut
Pulau 2000 2015
(Ha)
Ha % Ha %
Sumatera 4.120.325 1.789.500 43,43 837.675 20,33
Kalimantan 4.694.625 2.545.300 54,22 1.871.800 39,87
Papua 6.376.975 4.896.300 76,78 4.817.275 75,54
Total Nasional 15.191.925 9.231.100 60,76 7.526.750 49,54

Sumber: Bappenas, 2019

20 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 1.14 Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut Tahun 2015

Sumber: Bappenas, 2019

C. Habitat Spesies Kunci


Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan Keanekaragaman spesies yang dimiliki Indonesia
ciri khas ekosistem yang luar biasa dan masing- tidak terlepas dari adanya peran daya dukung
masing pulau memiliki endemisitas yang tinggi lingkungan yang memberikan dukungan terhadap
(IBSAP 2015-2020). Beberapa spesies endemik keberlangsungan hidup setiap individu spesies.
yang terdapat di Indonesia antara lain komodo Daya dukung lingkungan yang utama bagi tiap
(Varanus komodoensis), orangutan (Pongo spp.), spesies adalah ketersediaan habitat sebagai
burung cendrawasih (Paradisaea ssp.), badak jawa tempat individu spesies untuk berlindung, mencari
(Rhinoceros sondaicus), maleo (Macrocephalon makan, dan berkembang biak untuk melestarikan
maleo), dan anoa (Bubalus spp.) kelangsungan jenisnya.

Potensi keanekaragamanan hayati serta kelimpahan Habitat merupakan suatu kawasan yang terdiri
jumlah spesies, memiliki peran penting dalam dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik
menjaga keseimbangan dan kelestarian suatu yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan
ekosistem. Hal ini karena keanekaragaman hayati sebagai tempat hidup dan berkembangbiaknya
sebagai sumber daya alam merupakan bagian satwa liar (Alikodra, 2002). Habitat memiliki fungsi
dari mata rantai ekosistem yang dapat menunjang dalam penyediaan air dan pelindung yang terdapat
dan menjadikan ekosistem mampu memenuhi pada komponen fisik dan biotik dalam suatu
kebutuhan setiap makhluk hidup. ekosistem.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 21


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Salah satu faktor pembatas yang harus menjadi Badak Jawa, Owa Jawa, Gajah Kalimantan, Orang
perhatian utama dalam arah pembangunan di Utan Kalimantan, Orang Utan Sumatera, Gajah
Indonesia adalah habitat dari spesies kunci. Spesies Sumatera, dan Harimau Sumatera. Habitat spesies
kunci ini merupakan jenis dari tumbuhan atau kunci yang terancam punah diproyeksikan akan
satwa yang diprioritaskan untuk dilindungi serta berkurang secara signifikan akibat pengurangan
dapat mewakili keanekaragaman hayati secara luas tutupan hutan (Gambar 1.15).
keseluruhan dalam sebuah ekosistem.
Analisis menunjukkan bahwa tutupan hutan pada
Spesies kunci memainkan peranan yang penting habitat spesies kunci di sebelah barat garis
di dalam struktur, fungsi atau produktifitas dari Wallacea akan menyusut dari 80,3% di tahun
habitat atau ekosistem. Jika jenis ini hilang akan 2000 menjadi 49,7% di tahun 2045, terutama
mengakibatkan perubahan yang signifikan atau pada wilayah Sumatera dan Kalimantan. Habitat
fungsi yang salah dapat berefek pada skala yang spesies kunci di Sumatera mengalami penurunan
lebih besar. luasan habitat yang paling besar dibandingkan
habitat spesies kunci di region lain. Habitat spesies
Terdapat sembilan spesies kunci yang menjadi faktor gajah, harimau, dan orangutan akan terancam
pembatas di dalam analisis daya dukung dan daya keberadaannya jika pembangunan di wilayah
tampung lingkungan hidup, yaitu Babirusa, Anoa, Sumatera tidak mempertimbangkan keberadaan

Gambar 1.15 Proyeksi Penyusutan Tutupan Hutan pada Habitat Beberapa Spesies Kunci selama periode
2000-2045.

Gajah Kalimantan
−1%
Orangutan
Sumatera Anoa Babirusa
Orangutan Borneo
−48% −38% −8% −2%

Gajah Sumatera
−44%

Harimau Sumatera
−39%

Badak Jawa
−12% Owa Jawa
−12%

Sumber: Bappenas, 2019

22 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


habitat dari spesies tersebut. Di region Kalimantan, Berdasarkan hasil analisis diketahui daerah
habitat spesies yang paling terancam adalah habitat pemukiman yang saat ini sudah terkena efek abrasi/
spesies orangutan. Sedangkan luas key biodiversity akresi sepanjang 11 km. Daerah pemukiman yang
areas di sisi timur Garis Wallacea, khususnya wilayah berpotensi terkena efek abrasi/akresi sepanjang
Papua diperkirakan juga berkurang signifikan akibat 253 km. Sedangkan daerah pemukiman yang perlu
dari masifnya pembangunan. waspada akan dampak abrasi/akresi sepanjang
155 km. Kondisi tersebut menjadi faktor pembatas
Sesuai hasil analisis daya dukung dan daya tampung bagi pembangunan karena area yang rentan abrasi/
lingkungan hidup untuk luasan habitat spesies kunci, akresi tersebut tentunya tidak dapat dimanfaatkan
luas tutupan habitat spesies kunci secara nasional secara optimal untuk mendukung pembangunan,
terutama di sebelah barat Garis Wallacea dan Pulau khususnya mengancam keberlangsungan
Sulawesi yang harus dipertahankan adalah minimal pemukiman dan industri yang sudah terdapat di
seluas 43,2 juta ha. Bila luasan habitat satwa kunci area tersebut.
ini tidak dapat dipertahankan maka dikhawatirkan
memicu ketidakstabilan ekosistem yang dapat E. Kawasan Rawan Bencana
menjadi hambatan utama dalam mewujudkan Secara geografis, Indonesia merupakan negara
pembangunan Indonesia ke arah yang lebih yang rawan akan bencana, baik bencana
berkelanjutan. hidrometeorologis maupun geologis. Sebagian
besar wilayah Indonesia terletak di atas jalur-
D. Luas Pemukiman di Area Pesisir jalur sumber gempa besar dari zona megathrust-
terdampak Perubahan Iklim subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif sehingga
Kemiringan lereng pantai menjadi faktor yang paling bukan hanya berpotensi menimbulkan kerusakan
dominan dalam menentukan tingkat kerentanan di infrastruktur dan konektivitas dasar namun
daerah pesisir pantai. Daerah pesisir pantai yang juga dapat menimbulkan kerugian korban jiwa
memiliki tingkat kerentanan tinggi merupakan yang sangat besar. Sekitar 217 juta (77 persen)
daerah yang rawan terjadi abrasi dengan tingkat penduduk berpotensi terpapar gempa >0.1 g, dan
kemiringan yang rendah (landai), sedangkan daerah 4 juta tinggal 1 km dari sesar aktif; Sekitar 3,7 juta
pesisir pantai yang memiliki tingkat kerentanan penduduk berpotensi terpapar tsunami;Sekitar 5
yang rendah merupakan daerah yang aman dari juta penduduk bermukim dan beraktivitas di sekitar
bahaya abrasi dengan tingkat kemiringan yang gunungapi aktif.
tinggi (curam).
Kawasan rawan bencana tergolong berisiko
Kenaikan tinggi gelombang laut akibat perubahan tinggi untuk menunjang pembangunan sehingga
iklim telah mendorong perubahan kemiringan perlu dipertimbangkan sebagai batasan dalam
lereng pantai dan lingkungan pantai akibat banjir merencanakan pembangunan. Oleh karena itu, zona
dan perubahan suplai sedimen. Tinggi muka air laut dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi
pada tahun 2040 diproyeksikan akan mengalami perlu diprioritaskan menjadi kawasan lindung dalam
kenaikan hingga 50 cm dibandingkan pada penataan ruang wilayah, dibandingkan sebagai
tahun 2000. Hal ini diperkirakan meningkatkan kawasan budidaya. Apabila hal tersebut tidak bisa
cakupan wilayah pesisir rentan abrasi/akresi akibat dihindari, maka perlu didukung dengan adanya
perubahan tinggi muka air laut hingga sepanjang peningkatan upaya adaptasi dan pengurangan risiko
lebih dari 18.480 km di tahun 2045. bencana untuk mengurangi kerugian akibat bencana.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 23


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
F. Ketersediaan Air

Kerusakan tutupan hutan diperkirakan akan cukup tinggi, berkurangnya kemampuan produksi
memicu terjadinya kelangkaan air baku khususnya energi domestik diperkirakan dapat mempengaruhi
pada pulau-pulau yang memiliki tutupan hutan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi
sangat rendah seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa di tingkat nasional di masa yang akan datang.
Tenggara. Dari hasil proyeksi, kelangkaan air baku Bila kebutuhan energi jauh melampaui suplai
juga mulai merebak pada beberapa wilayah lainnya dalam negeri, hal ini diprediksi akan mengganggu
dikarenakan dampak dari perubahan iklim global defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit)
yang menerpa sebagian besar wilayah Indonesia. pemerintah yang dapat berdampak pada kestabilan
kurs Rupiah dan pertumbuhan ekonomi.
Diperkirakan luas wilayah kritis air meningkat dari 6
persen di tahun 2000 menjadi 9.6 persen di tahun Guna mengurangi kelangkaan energi tersebut,
2045. Saat ini ketersediaan air sudah tergolong maka porsi energi baru terbarukan harus
langka hingga kritis di sebagian besar wilayah Pulau ditingkatkan hingga minimal 19,5 persen dari
Jawa dan Bali; sementara Sumatera bagian selatan, bauran energi nasional pada tahun 2024. Selain itu,
Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi bagian selatan diperlukan peningkatan upaya penemuan sumber-
akan langka/kritis air di tahun 2045. sumber energi baru yang dapat dieksploitasi untuk
mengantisipasi laju penurunan cadangan sumber
Agar kelangkaan air tidak sampai menghambat daya energi fosil di masa mendatang.
pembangunan maka wilayah aman air secara
nasional perlu dipertahankan seluas minimal 175,5 H. Tingkat Emisi dan Intensitas Emisi GRK
juta ha (93 persen dari luas wilayah Indonesia); Emisi GRK semakin meningkat pada kondisi baseline,
sedangkan ketersediaan air pada setiap pulau sedangkan intensitas emisi meskipun cenderung
harus dipertahankan di atas 1.000 m3/kapita/tahun. menurun namun belum mampu mendukung upaya
Khusus untuk Pulau Jawa, mengingat ancaman krisis penurunan emisi secara keseluruhan. Melalui Perpres
air sudah sangat mengkhawatirkan maka proporsi 61/2011 tentang RAN GRK. Pemerintah Indonesia
wilayah aman air perlu ditingkatkan secara signifikan. secara sukarela telah memiliki komitmen untuk
menurunkan emisi GRK 26 persen dengan usaha
G. Ketersediaan Energi sendiri, dan 41 persen di bawah baseline dengan
Tantangan pemenuhan kebutuhan energi ke depan dukungan internasional pada tahun 2020. Dalam
diperkirakan akan semakin berat. Cadangan sumber pertemuan UNFCCC COP 21 tahun 2015 di Paris
energi fosil (non-terbarukan) seperti minyak dan gas komitmen ini ditingkatkan sehingga target penurunan
bumi semakin menipis, sementara pengembangan emisi menjadi minimal 29 persen dibawah baseline
sumber energi terbarukan juga masih belum pada tahun 2030.
signifikan untuk dapat mencukupi kebutuhan
Untuk menuju pencapaian target penurunan emisi
Suplai energi domestik pada tahun 2018 hanya 29 persen (skenario fair) maka emisi GRK harus
mampu memenuhi sekitar 75 persen dari dipertahankan di bawah 1,53 Gton CO2e/tahun
permintaan energi nasional dan diperkirakan akan pada tahun 2024. Adapun intesitas emisi GRK
terus menurun hingga 28 persen di tahun 2045. harus dipertahankan di bawah 334,82 ton CO2e/
Dengan harapan pertumbuhan ekonomi yang relatif milyarRp pada tahun 2024 sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 1.16.

24 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 1.16 Batasan Tingkat Emisi dan Intensitas Emisi yang diperbolehkan

Total Emisi
4000000
Batas atas emisi
3500000
yang di perbolehkan
gIGA GR co2/YEAR

3000000

2500000

2000000

1500000

1000000

500000

0
2000

2002

2006

2008

2010

2012

2016

2018

2020

2022

2026

2028

2030

2032

2036

2038

2040

2042

2046

2048

2050
2004

2014

2024

2034

2044
Fair

Intensitas Emisi
1,000
Batas atas intensitas emisi
800 yang di perbolehkan
Ton/Bilion Rp

600

400

200

0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Fair

Sumber: Bappenas, 2019

Penutup sektor untuk mengatasi tantangan tersebut. Untuk itu


Keterbatasan daya dukung sumber daya alam perencanaan pembangunan perlu memperhatikan
dan degradasi daya tampung lingkungan hidup keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya
merupakan tantangan nyata yang dapat menghambat alam dan pencapaian target-target pembangunan
pencapaian target-target pembangunan. Diperlukan serta memperhatikan arahan fungsi ruang dalam
upaya yang holistik dan terintegrasi dari berbagai pembangunan kewilayahan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 25


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Kapasitas Fiskal dan Pendanaan
Pembangunan

Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran besar dan semakin beragam, diperlukan sebuah
pembangunan jangka menengah 2020-2024 strategi pendanaan yang dapat mengoptimalkan
adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang pemanfaatan seluruh kapasitas pendanaan yang
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan ada untuk mencapai sasaran pembangunan.
pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian Pemanfaatan pendanaan pembangunan diutamakan
yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya dengan mempertimbangkan Standar Pelayanan
manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Minimal (SPM) serta kegiatan investasi yang
memberikan daya ungkit (leverage) yang tinggi bagi
Sasaran tersebut dapat dicapai melalui investasi pembangunan nasional. Untuk itu, perlu mendorong
publik yang berkualitas yaitu: 1) tepat sasaran dan dan mensinergikan partisipasi berbagai pemangku
waktu; 2) memberikan dampak positif yang signifikan kepentingan untuk memperkuat pemanfaatan
dan berkelanjutan; 3) konsisten dengan arah pendanaan pembangunan. Untuk pemerintah pusat
kebijakan, program, dan rencana pembangunan; dan daerah diarahkan penyediaan pelayanan dasar
serta 4) penggunaan sumber daya dan dana yang kepada masyarakat, sedangkan untuk badan usaha
efisien. (BUMN dan Swasta) difokuskan untuk memperkuat
pertumbuhan ekonomi dan pencapaian sasaran
Dalam lima tahun terakhir, penerimaan perpajakan pembangunan.
terhadap PDB (tax ratio) Indonesia masih rendah,
bahkan lebih rendah dibandingkan dengan Untuk mengoptimalkan pemanfaatan pendanaan
tax ratio negara yang berpendapatan setara. perlu dilakukan integrasi pendanaan pembangunan
Akar permasalahan utama dari rendahnya tax pada sumber pemerintah (K/L, Non K/L, Transfer Ke
ratio tesebut adalah kebijakan perpajakan yang Daerah dan Dana Desa) serta pembiayaan yang
belum cukup memadai untuk mewujudkan sistem berasal dari BUMN, kerjasama pemerintah dan
perpajakan yang mampu memobilisasi penerimaan badan usaha, maupun masyarakat yang selaras
perpajakan secara optimal. Selain itu, sistem dengan implementasi prinsip Money Follow Program.
administrasi perpajakan, kepatuhan individu dalam Selain itu, pemerintah perlu lebih mendorong
kewajiban perpajakan, serta peran kelembagaan pemanfaatan sumber-sumber pendanaan yang
perpajakan turut mempengaruhi terhadap berasal dari masyarakat dan swasta melalui skema
belum optimalnya kinerja perpajakan. Berbagai - skema pembiayaan yang inovatif termasuk melalui
permasalahan perpajakan tersebut menyebabkan pengembangan skema Kerjasama Pemerintah dan
terbatasnya ruang fiskal untuk mendanai kebutuhan Badan Usaha (KPBU)maupun bentuk pendanaan
pembangunan. inovatif (innovative financing) lainnya.

Dengan keterbatasan kapasitas fiskal dalam


membiayai kebutuhan pembangunan yang

26 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


KAIDAH PEMBANGUNAN NASIONAL 2020-2024

MEMBANGUN KEMANDIRIAN
Melaksanakan pembangunan berdasarkan kemampuan dalam
negeri sesuai dengan kondisi masyarakat, pranata sosial yang ada
dan memanfaatkan kelebihan dan kekuatan bangsa indonesia.

Memiliki Kemampuan Ilmu Pengetahuan Memiliki kecukupan sumberdaya


yang mumpuni dalam pembangunan manusia yang memiliki skill dan
baik pengelolaan sumberdaya alam, tata kecakapan dalam memenuhi kebutuhan
kelola pemerintahan dan pengambilan pembangunan
keputusan.

Mampu mendorong tumbuhnya iptek Memiliki kemampuan mendorong


berkualitas dan tidak lagi pada prinsip tumbuhnya kreativitas, tanggung jawab,
asimetris terhadap bangsa lain dan dan pelayanan kepada bangsa sendiri.
bernilai budaya bangsa.

Menjadi negara yang selalu aktif, terbuka


dalam bekerjasama dalam memberikan
pengaruh terhadap kemajuan bangsa
dan negara Indonesia

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 27


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
MENJAMIN KEADILAN
keadilan adalah pembangunan dilaksanakan untuk memberikan
manfaat yang sesuai dengan apa yang menjadi hak warganegara,
bersifat proporsional dan tidak melanggar hukum dalam menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur.

Mengembangkan pola distribusi yang Keseimbangan dan konsistensi dalam upaya


berimbang antara input dengan output penetrasi pembangunan untuk sampai
dalam mempertahankan keseimbangan kepada masyarakat pada level minimum
dalam berbangsa dan bernegara yang diharapkan

Memberikan share yang seimbang Bersikap inclusive atas setiap pencapaian dan
dalam pencapaian pembangunan untuk evaluasi pembangunan untuk melakukan
mengurangi kesenjangan wilayah secara koreksi serta perbaikan yang menjunjung
bertanggung jawab. tinggi pemerataan

Kepercayaan dan tanggung jawab atas Kesetaraan akses dalam setiap perencanaan,
keputusan rencana pembangunan untuk program dan implementasi sehinga setiap
menciptakan tatanan kehidupan yang orang paham tentang hak dan kemampuannya
berkualitas dalam berpartisipasi terhadap pembangunan

28 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


MENJAGA KEBERLANJUTAN
keberlanjutan adalah memastikan bahwa upaya pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri pada saatnya nanti

Melakukan penguatan, percepatan dan Menciptakan sebuah kerangka pembangunan


pengelolaan pembangunan dengan untuk menumbuhan sistem ekonomi
mempertimbangkan kemampuan dasar pembangunan yang sehat antara input, proses
bangsa atas kecukupan dan ketersediaan dan output pembangunan sehingga tidak
fondasi ekonomi menyebabkan terjadinya defisiensi

Mempertimbangkan keberadaan dan pola Terpatrinya orientasi sikap (attitude) yang


sosial budaya dan nilai-nilai dalam masyarakat bertanggung jawab sebaai basis nilai dan
untuk menumbuhkan tatanan pengelolaan etika universal untuk mengikat keberagaman
pembangunan inclusive dan interaksi sosial
sebagai sebuah supporting system dalam bangsa dalam menciptakan tata pembangunan
koherensi pembangunan yang maju

Penguatan komitment dalam menjamin Bersifat inclusive dalam mengadaptasikan


terciptanya keseimbangan antara berbagai dinamika pembangunan dengan
tujuan pembangunan manusia dengan pendekatan dan keilmuan yang mampu
kemampuan alam dan lingkungan menumbuhkan sistem tata nilai yang
bertanggung jawab secara integrative

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 29


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Pengarusutamaan dalam RPJMN IV 2020-2024
Untuk mempercepat pencapaian target target-target dari fokus pembangunan, mainstreaming
pembangunan nasional, RPJMN IV tahun 2020 - juga bertujuan untuk memberikan akses pembangunan
2024 telah ditetapkan 6 (enam) pengarustamaan yang merata dan adil dengan meningkatkan efisiensi
(mainstreaming) sebagai bentuk pendekatan inovatif tata kelola dan juga adaptif terhadap faktor eksternal
yang akan menjadi katalis pembangunan nasional yang lingkungan. Hal ini perlu dilakukan oleh Indonesia
berkeadilan dan adaptif. Keenam pengarustamaan untuk mencapai tujuan global.
(mainstreaming) memiliki peran yang vital dalam
pembangunan nasional dengan tetap memperhatikan Uraian terkait pengarusutamaan disampaikan
kelestarian lingkungan serta partisipasi dari dalam lampiran 1.
masyarakat. Selain mempercepat dalam mencapai

Tata Kelola
Gender Pemerintahan Pembangunan
yang Baik Berkelanjutan

Pengarusutamaan gender Tata kelola pemerintahan yang Pembangunan yang


(PUG) merupakan strategi efektif, efisien, dan akuntabel dalam berkelanjutan harus dapat
untuk mengintegrasikan mendukung peningkatan kinerja menjaga keberlanjutan
perspektif gender di seluruh dimensi pembangunan kehidupan ekonomi dan
dalam pembangunan. sosial masyarakat, menjaga
Indikator, antara lain:
PUG ditujukan 1) Persentase instansi pemerintah kualitas lingkungan hidup,
untuk mewujudkan yang menyusun rencana kebutuhan serta meningkatkan
kesetaraan gender dalam ASN jangka menengah, rencana pembangunan yang inklusif
pembangunan, yaitu pengembangan kompetensi ASN, dan pelaksanaan tata kelola
dan pola karir instansi
pembangunan yang 2) Persentase instansi pemerintah yang mampu menjaga
lebih adil dan merata yang telah menyusun proses bisnis peningkatan kualitas
bagi seluruh penduduk instansional kehidupan dari satu generasi
Indonesia baik laki-laki 3) Persentase instansi pemerintah yang ke generasi berikutnya
telah menyusun arsitektur SPBE
maupun perempuan. instansional Indikator:
4) Jumlah instansi pemerintah yang
menerapkan manajemen risiko dalam 1) Pertumbuhan PDB
Indikator:
pengelolaan kinerja instansi 2) Indeks Pembangunan
1) Indeks Pembangunan
5) Jumlah instansi pemerintah yang Manusia
Gender (IPG) menerapkan Zona Integritas untuk 3) Indeks Kualitas Lingkungan
2) Indeks Pemberdayaan birokrasi yang bersih dan akuntabel Hidup
Gender (IDG) 6) Jumlah instansi pemerintah yang
menyusun dan penegakan kode etik 4) Indeks Anti Korupsi
3) Tingkat Partisipasi
dan kode prilaku 5) Indeks Pelayanan Publik
Angkatan Kerja (TPAK)
7) Jumlah instansi pemerintah yang (K/L)
telah menerapkan standar pelayanan 6) Indeks Akuntabilitas
publik 7) Indeks Resiko Bencana
8) Jumlah instansi pemerintah yang
menerapkan Inovasi pelayanan Indonesia

30 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Kerentanan Bencana Modal Sosial Transformasi Digital
dan Perubahan dan Budaya
Iklim

Pengarusutamaan Kerentanan Pengarusutamaan modal sosial Perkembangan pesat teknologi


Bencana dan Perubahan budaya dimaksudkan sebagai khususnya teknologi digital
Iklim menitikberatkan pada strategi internalisasikan nilai telah mempengaruhi berbagai
upaya penanganan dan dan pendayagunaan kekayaan aspek kehidupan. Sehingga
pengurangan kerentanan budaya sebagai kekuatan perlu untuk menyelaraskannya
bencana, peningkatan penggerak dan modal dasar dengan pembangunan nasional
ketahanan terhadap risiko pembangunan
perubahan iklim, serta Indikator:
upaya peningkatan mitigasi Indikator: 1) Meningkatnya NRI (Network
perubahan iklim melalui Meningkatkan peran kebudayaan Readiness Index) untuk
pelaksanaan pembangunan dalam pembangunan yang mengukur bagaimana
rendah karbon di tandai dengan Indeks teknologi khususnya teknologi
Pembangunan Kebudayaan komunikasi dan informasi (TIK)
Indikator: meliputi antara lain: dapat memberikan dampak
1) Persentase Peningkatan 1) Dimensi ekonomi budaya terhadap suatu negara.
Indeks Ketahanan Bencana 2) Dimensi ketahanan sosial 2) Memperkuat IDI (ICT
Daerah budaya Development Index)
2) Persentase penurunan 3) Dimensi kebebasan untuk melihat bagaimana
potensi kehilangan PDB berekspresi pengembangan TIK
akibat dampak perubahan suatu negara dari sisi
iklim infrastrukturnya.
3) Persentase penurunan emisi
gas rumah kaca
4) Persentase penurunan
intensitas emisi gas rumah
kaca

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 31


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Proyek Prioritas Strategis (Major Project)
RPJMN 2020-2024
Di dalam melaksanakan agenda pembangunan Di dalam pendanaannya dilakukan langkah-langkah
(prioritas nasional) RPJMN 2020-2024 disusun integrasi antar sumber pendanaan melalui Belanja
Proyek Prioritas Strategis (Major Project). Proyek ini K/L serta sumber-sumber pendanaan lainnya seperti
disusun untuk membuat RPJM lebih konkrit dalam Subsidi, Transfer Ke Daerah, Daerah, Masyarakat,
menyelesaikan isu-isu pembangunan, terukur dan BUMN serta sumber pendanaan lainnya. Selain
manfaatnya langsung dapat dipahami dan dirasakan itu juga diupayakan langkah-langkah mendorong
masyarakat. Proyek-proyek ini merupakan proyek inovasi skema pendanaan (creative financing)
yang memiliki nilai strategis dan daya ungkit tinggi antara lain seperti KPBU, Blended Finance, Green
untuk mencapai sasaran prioritas pembangunan. Finance serta Output Based Transfer/Hibah ke
daerah.
Pada RPJMN 2020-2024 direncanakan 41 Proyek
Prioritas Strategis (Major Project) yang dirinci Rencana pelaksanaan dan pendanaan proyek-
hingga proyek dengan target, lokasi dan instansi proyek ini akan terus diperkuat di dalam proses
pelaksana yang jelas. Dalam penyusunan dan perencanaan penganggaran tahunan. Hal ini
pelaksanaannya, Proyek Prioritas Strategis (Major untuk memastikan Proyek Prioritas Strategis (Major
Project) melibatkan Kementerian/Lembaga (K/L), Project) dapat terlaksana secara lebih efektif dan
Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara efisien.
(BUMN) serta Masyarakat/Badan Usaha.
Selain itu, Proyek Prioritas Strategis (Major Project)
Proyek Prioritas Strategis (Major Project) menjadi dapat menjadi alat kendali pembangunan sehingga
fokus penekanan kebijakan dan pendanaan dalam sasaran dan target Pembangunan dalam RPJMN
RPJM dan RKP tahunannya. Proyek ini dapat 2020-2024 dapat terus dipantau dan dkendalikan.
dikelompokkan menjadi proyek untuk mendorong
pertumbuhan, pembangunan sumber daya manusia
dan memperkuat stabilitas dan mitigasi bencana.

32 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Daftar Proyek Prioritas Strategis (Major Project) RPJMN 2020-2024

Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Triliun)
MENDORONG PERTUMBUHAN
1 8 Destinasi Pariwisata • Meningkatnya devisa sektor Rp 138,9 a.l Kemenpar,
Unggulan: pariwisata menjadi 28 miliar • APBN: Rp 37 KemenPUPR,
Danau Toba, Borobudur USD (2024) • Swasta: Rp 94,3 Pemda, Badan
Dskt, Lombok, Labuan • Meningkatnya jumlah • PHLN: Rp 7,2 Usaha (BUMN/
• KPBU Rp 0,4
Bajo, Bromo-Tengger- wisatawan nusantara 350- Swasta)
Semeru, Wakatobi, 400 juta perjalanan dan
Likupang, dan Revitalisasi wisatawan mancanegara 26
Bali juta kedatangan (2024)

2 9 Kawasan industri • Industrialisasi diluar Pulau Rp 149,4 a.l KemenESDM,


di luar Jawa dan 31 Jawa, mampu mencapai • APBN: Rp 7,6 Kemenperin,
smelter target pertumbuhan ekonomi • Swasta: Rp 141 Pemda, Badan
diluar Pulau Jawa sebesar: • KPBU: Rp 0,8 Usaha (BUMN/
Sumatera 5,6%; Nusa Swasta)
Tenggara 7,9%; Kalimantan
8,9%; Sulawesi 8,8%; Maluku
7,0%; Papua 8,1% (Tahun
2024)
3 Penguatan Jaminan • Meningkatnya pendapatan Rp 295,7 a.l Kementan, KKP,
Usaha Serta 350 petani rata-rata 5,8% per • APBN: Rp 281,7 KemenBUMN,
Korporasi Petani dan tahun dan pendapatan (belanja K/L dan KemenKopUKM,
Nelayan nelayan rata-rata 10% per Non K/L) Kemenperin, Badan
• Swasta: Rp 14
tahun (target SDGs). Usaha (BUMN/
Swasta)
4 Industri 4.0 di 5 Sub • Meningkatnya kontribusi Rp 103,2 a.l Kemenperin,
Sektor Prioritas: industri dalam PDB menjadi • APBN: Rp 19,7 Kemendag, KPPU,
Makanan dan Minuman, 19,9%-21,1% • Swasta: Rp 82,6 Badan Usaha
Tekstil dan Pakaian Jadi, • KPBU Rp 0,9 (BUMN/ Swasta)
Otomotif, Elektronik, Kimia
dan Farmasi
5 Infrastruktur TIK • Mengurangi kesenjangan Rp 478 a.l Kominfo,
untuk Mendukung digital • KPBU: Rp 3 Kemenkes, Badan
Transformasi Digital • Menyediakan layanan internet • APBN: Rp 37 Usaha (BUMN/
cepat untuk mendukung • Swasta: Rp 447 Swasta), K/L terkait
digitalisasi sektor ekonomi,
sosial, dan pemerintahan
6 Pendidikan dan • Meningkatnya pekerja Rp 332,5 a.l Kemenaker,
Pelatihan Vokasi untuk berkeahlian menengah dan (APBN dan Swasta) Kemdikbud,
Industri 4.0 tinggi menjadi 50% (2024) Kemristekdikti
• Meningkatnya lulusan
pendidikan dan pelatihan
vokasi bersertifikat
kompetensi menjadi 2 juta
orang (2024)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 33


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Triliun)
7 Pembangunan • Meningkatnya kapabilitas Rp 2,3 a.l Kemristekdikti &
Science Techno Park penciptaan inovasi dan (APBN) Perguruan Tinggi
(Optimalisasi Triple Helix produk inovasi nasional Negeri (UGM, IPB,
di 4 Major Universitas) ITB dan UI)

8 Jalan Tol Trans • Menurunkan waktu tempuh Rp 309 a.l KemenPUPR,


Sumatera Aceh- Lampung – Aceh dari 48 jam • APBN: Rp 140,9 Badan Usaha
Lampung menjadi 30 jam • Badan Usaha: Rp (BUMN/ Swasta)
168

9 KA Cepat Pulau Jawa Berkurangnya waktu tempuh: Rp 100 a.l Kemenhub,


(Jakarta – Semarang • Jakarta – Semarang dari 5 • APBN: Rp 58 PUPR, Badan
dan Jakarta – Bandung) jam menjadi 3,5 jam • Badan Usaha: Usaha (BUMN/
• Jakarta – Bandung dari 3 jam Rp 42 Swasta)
menjadi 40 menit
10 Kereta Api Angkutan • Terhubungnya Kawasan Rp 13,1 a.l Kemenhub,
Barang Makassar-Pare Industri dengan Pelabuhan • APBN: Rp.10,8 KemenBUMN,
Pare Garongkong dan Makassar • Badan Usaha: Badan Usaha
New Port Rp.2,3 (BUMN/ Swasta)
• Mengurangi beban angkutan
barang di Jalan Nasional
Lintas Barat Sulawesi 20-30%
pada tahun 2045 (target 1,5
juta ton/tahun)
11 Jaringan 7 Pelabuhan • Meningkatkan kinerja Rp 113 a.l Kemenhub,
Utama Terpadu pelabuhan dengan • APBN: Rp 2 Badan Usaha
standardisasi pelabuhan • BUMN: Rp 34 (BUMN/ Swasta)
utama (nilai turn round time • KPBU dan Swasta
: Rp 77
maksimum 24 jam)
• Meningkatkan efisiensi rute
pelayaran domestik dengan
membentuk loop secara
teratur menjadi 27%
• Menurunkan biaya
operasional pelabuhan
sebesar 15%, menurunkan
defisit neraca jasa sebesar
10% & biaya logistik sebesar
1,6% terhadap PDB (Rp 765 T
selama 5 tahun)
12 18 Waduk Multiguna • Tersedianya pasokan air baku Rp 201,5 a.l KemenPUPR,
dari waduk 23,5 m3/detik dan • APBN: Rp 47,5 Kemen ESDM,
pasokan listrik 2.438 MW • KPBU: Rp 90 Kemen LHK, Badan
• Tersedianya pasokan air di 51 • Swasta : Rp 64 Usaha (BUMN/
daerah irigasi premium Swasta)

34 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Triliun)
13 Pembangkit Listrik • Tersedianya pasokan untuk Rp 1.081,0 a.l KemenPUPR,
21.000 MW dan penggunaan listrik 1300 kWh (Badan Usaha) Kementan, Kemen
Transmisi 37.000 kms per kapita ESDM, Badan
• Menurunkan tingkat Usaha (BUMN/
pemadaman listrik (SAIDI) Swasta)
di sistem utama maksimal
menjadi 36 jam di 2024
14 Pembangunan Energi • Meningkatnya porsi energi Rp 101,1 a.l Kementan
Terbarukan B100 baru terbarukan dalam bauran • APBN: Rp 16,1 KemenESDM,
Berbasis Kelapa Sawit energi nasional menjadi • BPDPKS: Rp 60 BPDPKS, Badan
19,5% • Swasta : Rp 25 Usaha (BUMN/
Swasta)
15 Pembangunan Dua • Menambah kapasitas Rp 441,7 a.l KemenESDM
Kilang Baru produksi minyak menjadi (Badan Usaha) & Badan Usaha
1.269 MBCD di tahun 2027; (BUMN/ Swasta)
• Memperbaiki neraca
perdagangan di sektor migas.
16 Pipa Gas Bumi Trans • Memenuhi kebutuhan gas Rp 30 a.l. Kementerian
Kalimantan (1.700 KM) bumi di sektor industri, (Badan Usaha) ESDM, Badan
pembangkit listrik, hingga Usaha (BUMN/
kebutuhan jaringan gas Swasta)
rumah tangga dan komersial
di Kalimantan;
• Mendukung penyediaan
energi untuk calon ibukota
negara;
17 Integrasi Pembangunan • Mendorong pertumbuhan Rp 28,04 a.l BP Batam,
Wilayah Batam – Bintan industri dan pariwisata Batam- • APBN: Rp 0,04 KemenPUPR,
Bintan • KPBU: Rp 18,5 Pemda, Badan
• Swasta: Rp 5,4 Usaha (BUMN/
• BUMN: Rp 4,1
Swasta)
18 Sistem Angkutan Umum • Meningkatkan pangsa pasar Rp 156,1 a.l Kemenhub,
Massal Perkotaan di 6 pengguna angkutan umum • APBN: Rp 71,9 KemenPUPR,
Wilayah Metropolitan: setiap kota 30% • Badan Usaha: Rp Pemda, Badan
Jakarta, Surabaya, 31,2 Usaha (BUMN/
• APBD: Rp 53
Bandung, Medan, Swasta)
Semarang, dan Makassar
19 Pengembangan • Meningkatnya share PDRB Rp 274,5 KemenPUPR,
Wilayah Metropolitan: wilayah Metropolitan luar (APBN, KPBU & Kemenhub,
Palembang, Banjarmasin, Jawa terhadap Nasional Swasta) Kominfo, Kemen
Makassar, Denpasar • Menigkatkan indeks kota ESDM, Kemendagri,
berkelanjutan (IKB) untuk BPS, Badan Usaha
kabupaten/kota didalam (BUMN/ Swasta)
wilayah metropolitan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 35


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Triliun)
20 Pengembangan Kota • Meningkatnya Indeks Kota Rp 3,6 a.l KemenPUPR,
Baru: Berkelanjutan untuk Kab. (APBN, Badan Kemenhub, Badan
Maja, Tanjung Selor, Lebak (Maja), Kab. Bulungan Usaha & Swasta) Usaha (BUMN/
Sofifi, dan Sorong (Tanjung Selor), Kota Tidore Swasta)
Kepulauan (Sofifi), Kota
Sorong (Sorong)
21 Ibu Kota Negara (IKN) • Mendorong pembangunan Rp 466 a.l Bappenas,
KTI untuk pemerataan wilayah (APBN, KPBU & KemenATR/BPN,
Swasta) KemenPUPR,
Badan Usaha
(BUMN/ Swasta)
22 Pengamanan Pesisir • Mengatasi bencana banjir rob Rp 50,9 a.l KemenPUPR,
5 Perkotaan Pantura di DKI Jakarta, Semarang, • APBN: Rp 40,5 KemenESDM,
Jawa Pekalongan, Demak, dan • KPBU: Rp 10,4 KemenLHK, Pemda,
Cirebon Badan Usaha
• Menurunkan waktu tempuh (BUMN/ Swasta)
Semarang – Demak (1 jam
menjadi 25 menit)
23 Pembentukan National • Menurunnya angka serangan Rp 4,2 a.l BSSN, Polri,
Cybersecurity Operation siber Kemenhan/TNI, BIN
Center (NSOC) dan
121 Security Operation
Center (SOC) dan
Cyber Security Incident
Response Team (CSIRT)
24 Infrastruktur Jaringan • Penghematan subsidi LPG Rp 64 a.l KemenESDM,
Gas Kota untuk 4 Juta sebesar Rp. 297,6 M per • Badan Usaha: Badan Usaha
Sambungan Rumah tahun Rp 10 (BUMN/ Swasta)
• Mengurangi import LPG • APBN: Rp 8
• KPBU: Rp 46
sebesar 603,720 Ribu ton per
tahun
25 Pemulihan Empat • Penurunan erosi di Rp 30,4 a.l. KemenPUPR,
Daerah Aliran Sungai wilayah DAS kritis dengan • APBN: Rp 27,2 Kemen LHK,
Kritis penghijauan lahan kritis »»DAK: Rp 3,2
150.000 Ha
• Reduksi dampak bencana
banjir di Provinsi Banten,
DKI Jakarta, Jawa Barat dan
Sumatera Utara
26 Pemulihan Pasca • Meningkatnya infrastruktur Rp 50,7 a.l BNPB,
Bencana: berketahanan bencana dan • APBN: Rp 40,4 Kemensos,
(Kota Palu dan pelayanan dasar di Kota • APBD: Rp 1,9 KemenPUPR,
Sekitarnya, Pulau Lombok Palu dan Sekitarnya, Pulau • Hibah: Rp 3,2 Masyarakat, Badan
• Masyarakat dan
dan Sekitarnya, Serta Lombok dan Sekitarnya, Serta Usaha (BUMN/
Badan Usaha:
Kawasan Pesisir Selat Kawasan Pesisir Selat Sunda Rp 5,2 Swasta)
Sunda)

36 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Triliun)
27 Pembangunan Fasilitas • Meningkatnya kapasitas Rp 6,1 a.l KLHK,
Pengolahan Limbah B3 jumlah limbah B3 yang terolah • APBN: Rp 2,1 Kemenkes,Kemen
hingga 26.880 ton/tahun • KPBU: Rp 3 PUPR, Badan
• Mengurangi 30% biaya • Swasta Murni: Usaha (BUMN/
Rp 1
transportasi pengelolahan Swasta)
limbah B3
28 Penguatan Sistem • Meningkatnya kecepatan Rp 16,9 a.l BMKG, BNPB,
Peringatan Dini Bencana penyampaian peringatan dini (APBN) KLHK, BPPT
bencana dari 5 menit menjadi
3 menit
29 Bekraf Creative District • Mendukung peningkatan Rp 100,2 a.l BEKRAF,
di Maja, Rangkasbitung, investasi sebesar Rp 90 Triliun • APBN: Rp 0,2 KemenPUPR,
• Penciptaan 2 Juta lapangan • K/L, KPBU: Rp 10 BUMN/Swasta,
dan Karawang kerja baru dibidang ekonomi • Swasta dan BUMN Badan Usaha
Rp 90
kreatif (BUMN/ Swasta)
30 Revitalisasi Tambak di • Meningkatnya produksi Rp 12 a.l KKP,
Pantai Utara Jawa dan perikanan budidaya (ikan KemenPUPR,
Lampung menjadi 10,32 Juta ton) Kemendag, Pemda,
• meningkatnya pertumbuhan Badan Usaha
ekspor udang 8% per tahun (BUMN/ Swasta)
31 Integrasi Pelabuhan • Meningkatkan produksi Rp 66 a.l KKP,
Perikanan dan Fish perikanan tangkap bernilai KemenPUPR,
Market Bertaraf ekonomi tinggi menjadi 10,10 Kemenperin,
Internasional Juta ton pada tahun 2024 Pemda, Badan
• Meningkatnya nilai ekspor Usaha (BUMN/
hasil perikanan menjadi USD Swasta)
8,2 miliar pada tahun 2024

MENDORONG PEMERATAAN
32 Jembatan Udara 115 • Menurunkan disparitas harga Rp 10,2 a.l Kemenhub,
Rute di Papua bahan pokok di Wilayah (APBN)
Papua mencapai rata-rata
sebesar 57,21%
33 Jalan Trans pada • Meningkatkan konektivitas Rp 12 a.L KemenPUPR,
18 Pulau Tertinggal, dan mobilitas barang • APBN: Rp 12 Pemda
Terluar, dan Terdepan dan penumpang untuk »»DAK: Rp 3,8
menurunkan harga komoditas
34 Jalan Trans Papua • Meningkatkan konektivitas Rp 15,3 a.L KemenPUPR,
Merauke - Sorong dan aksesibilitas bagi wilayah (APBN) Pemda,
perdalaman, terutama wilayah
Pegunungan Tengah Papua
• Mengurangi biaya logistik
angkutan bahan pokok
mencapai 50%.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 37


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Triliun)
35 Pusat Kegiatan Strategis • Pusat perkotaan sebagai Rp 7,8 a.l KemenPUPR,
Nasional: pusat pertumbuhan • APBN: Rp 7,4 Kemenhub,
PKSN Paloh-Aruk, PKSN ekonomi untuk mendorong • KPBU: Rp 0,4 Kemendag, Badan
Nunukan, PKSN Atambua, perkembangan kawasan di Usaha (BUMN/
PKSN Kefamenanu, sekitarnya Swasta)
PKSN Jayapura, & PKSN
Merauke
36 Wilayah Adat Papua: • Meningkatkan pertumbuhan Rp 27,5 a.l KemenPUPR,
Wilayah Adat Laa Pago ekonomi, pemerataan (APBN) Kemenhub, Pemda,
dan Wilayah Adat pembangunan, dan Badan Usaha
Domberay kesejahteraan masyarakat (BUMN/ Swasta)
pada 10 Kabupaten di
Wilayah Adat Laa Pago dan
11 Kabupaten di Wilayah Adat
Domberay
37 Percepatan Penurunan • Menurunkan angka kematian Rp 229,5 a.l Kemenkes,
Kematian Ibu dan lbu hingga 183 per 100.000 • APBN: Rp 229,5 BKKBN,
Stunting kelahiran hidup »»DAK: Rp 21 KemenPUPR,
• Menurunnya prevalensi Kemensos, Pemda
stunting hingga 19%
38 Akses Air Minum • Meningkatnya akses air Rp 157 a.l KemenPUPR,
Perpipaan (10 Juta minum layak pada tahun 2024 • APBN: Rp 118,8 Pemda, Badan
Sambungan Rumah) menjadi 100% »»DAK: Rp 71,8 Usaha (BUMN/
»»Hibah: Rp 14,4 BUMD/Swasta)
• APBD: Rp 22,93
• KPBU: Rp 15,3

39 Akses Sanitasi (Air • Meningkatnya rumah tangga Rp 177,5 a.l KemenPUPR,


Limbah) Layak dan yang memiliki akses sanitasi • APBN: Rp 94,8 Kemkes,
Aman (90% Rumah layak menjadi 90% »»DAK: Rp 12 Kemendagri,
Tangga) • APBD: Rp 14,7 Pemda, Badan
• Masyarakat: Rp
Usaha (BUMN/
64,3
• Swasta: Rp 3,6 Swasta)

40 Rumah Susun • Meningkatnya akses Rp 350,0 a.l Kemen PUPR,


Perkotaan (1 Juta) masyarakat terhadap • APBN, APBD & Pemda, Badan
perumahan layak, aman KPBU: Rp 100 Usaha (BUMN/
dan terjangkau untuk sejuta • BUMN/Swasta: Swasta)
Rp 250
rumah tangga perkotaan
dan mencegah terbentuknya
permukiman kumuh
41 Integrasi Bantuan • Meningkatkan ketepatan Rp 1.210 a.l Kemensos,
Sosial Menuju Skema sasaran dan efektifitas (APBN) Kemen Kominfo,
Perlindungan Sosial program bantuan sosial non BPS
Menyeluruh (5T) tunai
• Mendorong cakupan layanan
keuangan formal terutama
masyarakat miskin dan rentan
* Keterangan: Daftar Proyek Prioritas Strategis (Major Project) dan indikasi pendanaannya akan dimutahirkan hingga penetapan
Peraturan Presiden tentang RPJMN 2020-2024

38 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 39
Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
MEMPERKUAT KETAHANAN
EKONOMI UNTUK
PERTUMBUHAN YANG
BERKUALITAS DAN
BERKEADILAN
Pendahuluan

2
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Pembangunan ekonomi dalam lima tahun ke Pembangunan ekonomi akan dilaksanakan melalui
depan diarahkan untuk meningkatkan ketahanan dua pendekatan, yaitu: (1) pengelolaan sumber
ekonomi yang ditunjukkan oleh kemampuan daya ekonomi, dan (2) peningkatan nilai tambah
dalam pengelolaan sumber daya ekonomi, dan ekonomi. Kedua pendekatan ini menjadi landasan
dalam menggunakan sumber daya tersebut untuk bagi sinergi dan keterpaduan kebijakan lintas sektor
memproduksi barang dan jasa bernilai tambah yang mencakup sektor pangan dan pertanian,
tinggi untuk memenuhi pasar dalam negeri dan kemaritiman dan perikanan, industri pengolahan,
ekspor. Hasilnya diharapkan dapat mendorong pariwisata, ekonomi kreatif, dan ekonomi digital.
pertumbuhan yang berkualitas yang ditunjukkan Pelaksanaan kedua fokus tersebut akan didukung
dengan keberlanjutan daya dukung sumber daya dengan perbaikan data untuk menjadi rujukan
ekonomi yang dimanfaatkan untuk peningkatan pemantauan dan evaluasi capaian pembangunan,
kesejahteraan secara adil dan merata. serta perbaikan kualitas kebijakan.

42 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Capaian Pembangunan 2015-2019

Capaian produksi pengelolaan


pangan meningkat sebesar 4,7 %
untuk padi, 15,2 % untuk jagung,
dan 15,0 % untuk daging.

Peningkatan kunjungan wisatawan


mancanegara dari 9,4 juta orang di
tahun 2014 menjad 15,8 juta orang
Angka kerawanan pangan di tahun 2018
menurun menjadi 7,9 %.

Kontribusi ekspor ekonomi kreatif


mencapai USD 19,9 miliar atau
Konsumsi ikan masyarakat terus 13,8% dari total ekspor Indonesia.
meningkat dari 41,11 kg/kapita/
tahun 2015 menjadi 50,69 kg/
kapita/tahun pada tahun 2018.

Penciptaan lapangan kerja baru


sekitar 9,4 juta (kumulatif 2015-
2018) dan pengangguran terbuka
menurun menjadi 5,3% di tahun
Rasio elektrifikasi mencapai 98,3% 2018

Peningkatn realisasi nilai investasi


dari Rp545,4 triliun pada tahun
8 Kawasan Industri / Kawasan 2015 menjadi Rp721,3 triliun pada
Ekonomi Khusus sudah beroperasi tahun 2018
dengan nilai investasi sebesar
Rp179,9 triliun dari PMA dan PMDN

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 43


Pada periode 2015-2019, pengelolaan pangan pemanfaatan bahan bakar nabati.
menunjukkan capaian produksi yang meningkat
diantaranya surplus beras sekitar 2,8 juta ton pada Akses ke sumber energi lainnya, seperti gas, juga
tahun 2018 dan rata-rata pertumbuhan daging semakin diperluas. Sampai dengan tahun 2018,
sebesar 5,5% per tahun. Produksi perikanan jaringan gas telah dibangun sebanyak 463.643
tangkap, termasuk di 11 Wilayah Pengelolaan sambungan (kumulatif) untuk rumah tangga dan
Perikanan (WPP) juga meningkat, mencapai 7,25 juta sepanjang 10.942,48 km (kumulatif) untuk pipa
ton pada tahun 2018. Produksi perikanan budidaya transmisi dan distribusi. Pemanfaatan gas bumi untuk
juga meningkat menjadi 17,25 juta ton, yang kebutuhan dalam negeri juga cukup baik dengan
mencakup 6,88 juta ton ikan budidaya (termasuk realisasi Domestic Market Obligation (DMO) mencapai
udang) dan 10,37 juta ton rumput laut. Selanjutnya 60 persen dari produksi gas bumi tahun 2018.
produksi garam pada tahun 2018 adalah sebesar
2,72 juta ton. Meskipun beberapa indikator menunjukkan capaian
positif, namun pengelolaan berbagai sumber daya
Perbaikan produksi pangan juga didukung ekonomi ke depan masih perlu ditingkatkan. Di
pembangunan infrastruktur tampungan air dalam pengelolaan sumber daya pangan, misalnya,
sebanyak 16 bendungan, serta rehabilitasi 788,6 (1) keterhubungan antara sentra produksi pangan
ribu hektar lahan kritis. Konservasi kawasan perairan dan wilayah dengan permintaan pangan tinggi
sebagai salah satu alat pengelolaan perikanan juga masih perlu diperkuat, serta (2) kecukupan pasokan
ditingkatkan luasannya menjadi 20,8 juta hektar atau dan kualitas pangan di wilayah rentan kelaparan,
sekitar 6,4 persen dari total luas wilayah perairan stunting, kemiskinan dan perbatasan perlu lebih
yang meliputi 172 kawasan pada tahun 2018. difokuskan dalam pengelolaan pangan dan (3)
integrasi data produksi pangan strategis dengan
Peningkatan pengelolaan dan produksi sumber realisasi impor.
pangan ini memungkinkan perbaikan kualitas
konsumsi dan gizi masyarakat seperti ditunjukkan Pengelolan cadangan air juga masih perlu
dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar ditingkatkan. Cadangan air secara nasional
91,3/100, dan angka kerawanan pangan yang sebenarnya masih dalam kategori aman. Namun,
menurun menjadi 7,9 persen. Konsumsi ikan perhatian khusus perlu diberikan untuk cadangan air
masyarakat juga terus meningkat dari 41,11 kg/ di Pulau Jawa yang sudah memasuki status langka,
kapital/tahun pada tahun 2015 menjadi 50,69 kg/ dan di wilayah Bali-Nusa Tenggara yang sudah
kapita/ tahun. Akses mayarakat ke sumber air minum berstatus stres. Perbaikan juga perlu dilakukan
yang layak juga meningkat menjadi 87,75 persen untuk kualitas air yang cenderung menurun sejak
pada tahun 2018. tahun 2015.

Kualitas kehidupan masyarakat juga meningkat Di sisi sumber daya energi, pemenuhan kebutuhan
dengan akses ke sumber energi yang lebih baik. energi nasional masih perlu ditingkatkan. Konsumsi
Hal ini terlihat dari rasio elektrifikasi (RE) yang telah listrik nasional baru mencapai 1.064 kWh per kapita
mencapai 98,3 persen pada tahun 2018. Capaian ini pada tahun 2018, atau jauh lebih rendah dibandingkan
didukung perluasan jaringan distribusi listrik, serta dengan rata-rata konsumsi listrik negara maju yang
pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan mencapai 4.000 kWh per kapita. Pemanfaatan
terbarukan (EBT) termasuk melalui pembangunan EBT juga perlu ditingkatkan untuk mencapai target
EBT skala kecil, penerapan smartgrid, dan bauran EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025.

44 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sampai dengan tahun 2018, porsi bauran EBT baru Salah satu upaya yaitu dengan menarik investasi untuk
mencapai 7,68 persen, atau sekitar 2,5 persen (9,8 hilirasi sumber daya alam di kawasan industri (KI) dan
GW) dari potensi yang ada (441,7 GW). Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis industri
terutama yang dibangun di luar Jawa.
Pengelolaan sumber daya ekonomi, baik pangan,
pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, air Dari 21 KI/KEK prioritas di luar Jawa, sampai dengan
maupun energi, diharapkan dapat memasok bahan tahun 2018 baru 8 KI/KEK yang sudah beroperasi,
baku yang berkualitas untuk diolah menjadi produk yaitu KI/KEK Sei Mangkei, KI Dumai, KEK Galang
bernilai tambah tinggi. Namun pemanfaatannya Batang, KI Ketapang, KI Bantaeng, KI Konawe,
sampai saat ini belum optimal. Hal ini ditunjukkan oleh KI/ KEK Palu, dan KI Morowali. Nilai investasi yang
lemahnya keterkaitan hulu hilir pertanian dan defisit telah direalisasikan sebesar Rp.179,9 triliun dari 58
perdagangan komoditas pertanian yang disebabkan perusahaan PMA dan PMDN. Pengembangan KI dan
ekspor pertanian yang masih bertumpu pada kelapa KEK lainnya masih menghadapi tantangan dalam
sawit, serta adanya permasalahan terkait keterbatasan pengadaan lahan, pengelolaan, konektivitas, akses
kesempatan kerja di perdesaan, menurunnya minat energi yang kompetitif, dan rendahnya investasi.
petani muda, dan masih tingginya tingkat kemiskinan
di sektor pertanian. Kapasitas industri nasional untuk mengolah
dan mengekspor produk bernilai tambah tinggi
Industri nasional juga belum dapat memanfaatkan juga masih terbatas. Kondisi ini menyebabkan
sumber daya yang ada secara optimal sehingga pertumbuhan nilai tambah industri nasional pada
masih bergantung pada impor. Sekitar 71,0 persen periode 2015-2018 masih lebih rendah dibandingkan
dari total impor merupakan impor bahan baku dan dengan rata-rata pertumbuhan nasional. Kontribusi
bahan antara/pendukung industri pengolahan. Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi juga cenderung stagnan pada kisaran 20,0 persen
ketergantungan impor, tetapi hasilnya belum signifikan. dalam empat tahun terakhir.

Gambar 2.1. Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan dan Nasional

7%
6% 4,98% 5,03% 5,07% 5,17%
4,88%
5%
4%
3%
2%
1%
0%
2014 2015 2016 2017 2018
-1%
-2%
-3%
-4% Industri Industri Migas Industri Non Migas Nasional

Sumber: BPS, 2018 (diolah)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 45


Terlepas dari kinerja industri pengolahan yang stagnan, USD 130 miliar dalam periode 2013-2020. Layanan
peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Fintech berbasis peer-to-peer lending (P2P) sampai
yang lebih tinggi ke depan tetap besar. Peluang tahun 2020 juga diperkirakan semakin luas untuk
tersebut dikontribusikan perkembangan pariwisata, menjangkau 145 juta pengguna telepon pintar (53,0
serta ekonomi kreatif dan digital. Kontribusi pariwisata persen penduduk). Pemanfaatan IoT juga berpotensi
dalam penciptaan devisa meningkat dari USD 11,2 untuk mendorong integrasi pengelolaan pemerintah,
miliar di tahun 2014 menjadi USD 15,2 miliar di tahun dunia usaha dan masyarakat sehingga menjadi lebih
2017. Kenaikan devisa ini dihasilkan dari peningkatan efisien. Perkembangan ekonomi digital ke depan
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) untuk masih dihadapkan pada tantangan terkait kerangka
menikmati wisata alam dan budaya di Indonesia dari regulasi, serta kecepatan untuk penerapan teknologi
9,4 juta orang di tahun 2014 menjadi 15,8 juta orang telekomunikasi seperti 5G.
pada tahun 2018. Aktivitas wisatawan nusantara juga
meningkat dari 252 juta orang di tahun 2014 menjadi Pertumbuhan ekonomi telah berhasil menciptakan
277 juta orang di tahun 2017. Secara total, kontribusi lapangan kerja yang cukup tinggi. Selama 2015-
sektor pariwisata kepada perekonomian nasional 2018, rata-rata setiap 1 persen pertumbuhan
diperkirakan meningkat dari 4,2 persen di tahun 2015 ekonomi dapat menciptakan 460.000 lapangan
menjadi 4,8 persen di tahun 2018. kerja, sehingga tercipta lapangan kerja baru sekitar
9,4 juta dan pengangguran terbuka menurun dari
Kreativitas dalam pemanfaatan dan pemaduan 6,2 persen (2015) menjadi 5,3 persen (2018). Sektor
sumber daya ekonomi dan budaya juga mendorong jasa mampu menciptakan lapangan kerja tertinggi
perkembangan aktivitas ekonomi kreatif. Beberapa yaitu sekitar 9,8 juta orang tenaga kerja, sedangkan
indikatornya diantaranya pertumbuhan nilai tambah sektor industri pengolahan hanya mampu menyerap
ekonomi kreatif yang mencapai 4,9 persen di tahun sekitar 3,0 juta orang, dan tenaga kerja di sektor
2016, dengan kontribusi ekspor mencapai USD 19,9 pertanian menurun sekitar 3,3 juta orang. Proporsi
miliar atau 13,8 persen dari total ekspor. Jumlah tenaga pekerja formal juga meningkat dari 42,3 persen
kerja yang diserap di sektor ekonomi kreatif juga pada 2015 menjadi 43,2 persen pada 2018.
meningkat dari 15,5 juta orang di tahun 2014 menjadi
17,4 juta orang di tahun 2017. Capaian ekspor dan Selain penciptaan kesempatan kerja di dalam
tenaga kerja ekonomi kreatif tersebut telah melampaui negeri, tenaga kerja Indonesia juga ikut mengisi
target-target dalam RPJMN 2015-2019. pangsa pasar kerja luar negeri. Selama periode
2015-2018, penempatan pekerja migran Indonesia
Sejalan dengan perkembangan ekonomi digital, mencapai 1,2 juta orang. Jumlah penempatan
berbagai sumber daya ekonomi saat ini dapat pekerja migran di sektor formal mencapai 550
dimanfaatkan dengan kecepatan distribusi dan ribu orang atau 47,0 persen, sedangkan informal
kualitas yang semakin baik. Penetrasi penetrasi sebanyak 625 ribu orang atau 53,0 persen. Nilai
ekonomi digital yang berlangsung cepat dan dinamis remitansi pekerja migran Indonesia pun mencapai
telah membentuk lansekap ekonomi digital di Indonesia USD 10,971 miliar pada 2018.
saat ini tidak saja mencakup on demand services,
e-commerce dan financial technology (Fintech), Aktivitas peningkatan nilai tambah di berbagai
namun juga penyedia layanan internet of things (IoT). sektor belum sepenuhnya dapat mendorong
Proyeksi perkembangan ekonomi digital di Indonesia perbaikan perekonomian secara struktural. Upaya-
di antaranya ditunjukkan oleh pertumbuhan nilai upaya afirmasi masih diperlukan khususnya untuk
transaksi e-commerce sebesar 1.625 persen menjadi meningkatkan kapasitas dan nilai tambah usaha

46 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini penting telah memberikan fasilitas Kemudahan Investasi
mengingat UMKM mempekerjakan sekitar 97,0 Langsung Konstruksi (KLIK) kepada 318 proyek di
persen tenaga kerja di Indonesia. KI senilai Rp 334,4 triliun.

Berbagai capaian pembangunan tersebut Perbaikan dari sisi tata kelola juga ditunjukkan dari
juga didukung dengan perbaikan tata kelola peningkatan kualitas data dan informasi. Sensus
pembangunan. Salah satu capaian ditunjukkan dari Ekonomi yang dilaksanakan pada tahun 2016
perbaikan peringkat Ease of Doing Business (EoDB) menjadi pondasi bagi analisis ekonomi dan dunia
dari 106 pada tahun 2015 menjadi 72 pada tahun usaha untuk pembangunan ke depan. Perbaikan
2017. Peringkat EoDB turun menjadi 73 pada tahun kualitas data produksi beras pada tahun 2018
2018, meskipun skor distance to frontier (DTF) EoDB menjadi basis bagi perbaikan kebijakan pangan.
menunjukkan peningkatan dari 61,2 pada tahun 2015 Perbaikan dan penyediaan data-data pariwisata,
menjadi 67,9 pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan ekonomi kreatif dan investasi juga dilaksanakan
tantangan bahwa meskipun Indonesia terus untuk meningkatkan keakurasian dari pencapaian
memperbaiki EoDB, negara-negara lain ternyata target-target pembangunan dan basis pengambilan
dapat memperbaiki lebih cepat. Percepatan dalam kebijakan.
perbaikan EoDB diharapkan dapat mendorong iklim
usaha yang semakin kondusif. Seiring dengan proyeksi naiknya status menjadi
upper-middle income country, Indonesia diharapkan
Hasil dari perbaikan EoDB dalam periode 2015-2018 dapat menjadi negara anggota Organisation for
ditunjukkan dari peningkatan realisasi nilai investasi Economic Co-operation and Development (OECD)
dari Rp.545,4 triliun pada tahun 2015 menjadi menjadi key partners dari negara berkembang
Rp.721,3 triliun pada tahun 2018. Penanaman selain Tiongkok, Brazil, India, dan Afrika Selatan. Hal
Modal Dalam Negeri (PMDN) terus meningkat, ini mencerminkan posisi Indonesia yang dipandang
meskipun proporsinya baru sebesar 45,6 persen. sangat penting dan strategis, baik secara regional
Kondisi ini menunjukkan tantangan bagi perbaikan maupun global.
kualitas investasi dengan meningkatkan proporsi
PMDN. Sebaran investasi juga menjadi aspek
yang perlu diperbaiki, mengingat realisasi investasi
masih terfokus di Jawa (56,2 persen). Percepatan
pembangunan infrastruktur, penyiapan tenaga
kerja terampil, kepastian lahan, dan harmonisasi
peraturan menjadi kunci untuk penyebaran investasi
ke luar Jawa. Aspek-aspek tersebut juga menjadi
kunci sukses dari upaya percepatan pembangunan
kawasan industri dan kawasan pariwisata sebagai
pusat pertumbuhan baru di luar Jawa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan investasi


di pusat-pusat pertumbuhan adalah melalui
kemudahan izin dan fasilitasi investasi. Sejak tahun
2014 hingga Maret 2019, 34 proyek di KEK senilai
Rp.10,8 triliun telah menerima izin. Pemerintah juga

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 47


Lingkungan dan Isu Strategis

Keberlanjutan Sumber
Daya Alam

Ketersediaan sumber daya alam (SDA) yang rendah seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
menjadi modal utama dalam pembangunan makin Resiko kelangkaan air baku juga meningkat di wilayah
berkurang. SDA tidak hanya menjadi sumber bahan lainnya sebagai dampak perubahan iklim. Luas wilayah
mentah bagi kebutuhan industri dalam negeri, tetapi kritis air diperkirakan akan meningkat dari 6,0 persen di
juga menjadi sumber devisa. tahun 2000 menjadi 9,6 persen di tahun 2045.

Dari sumber daya energi, salah satu tantangan adalah Gambar 2.2. Proyeksi Keberlanjutan Hutan dan Air
menipisnya cadangan energi fosil, baik minyak, gas hingga 2045
dan juga batubara. Penemuan cadangan minyak
dan gas bumi baru belum signifikan. Pada lima tahun
terakhir, Reverse Replacement Ratio (RRR) minyak
dan gas bumi rata-rata hanya sebesar 70,4 persen.
Di sisi lain, pemanfaatan sumber energi alternatif dan
efisiensi dalam penggunaan energi perlu ditingkatkan.
Tutupan Hutan Kelangkaan air Luas habita
berkurang dari 50% (93,4 di Pulau Jawa, Bali dan Nusa satwa langka te
Keberlanjutan sumber daya kemaritiman dan Juta ha) Tahun 2017 hingga Tenggara meningkat hingga 2030. punah di empat p
kelautan, termasuk di dalamnya perikanan, juga tinggal 38% (71,4 juta ha) dari Proporsi luas wilayah krisis air (Sumatra, Jawa, K
total lahan Indonesia (188 meningkat dari 6,0% di tahun dan Sulawesi) ber
mengalami beberapa tantangan antara lain juta ha) di tahun 2045 2000 menjadi 9,6% di tahun 2045. 80,3% di tahu
pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap Kualitas air diperkirakan juga
menurun signifikan
menjadi 49,7 %
2045.
dengan memperhatikan maximum sustainable yield Sumber: Perhitungan Bappenas

(MSY) dan pemanfaatan lahan perikanan budidaya


secara berkelanjutan

Keberlanjutan pembangunan juga menghadapi lndonesia sebagai negara dengan keanekaragaman


tantangan degradasi dan deplesi SDA terbarukan hayati tinggi mempunyai peluang besar untuk
seperti hutan, air dan keanekaragaman hayati. mengembangkan produk dari keragaman
Walaupun laju deforestasi telah berkurang secara hayatinya. Pemanfaatan keanekaragaman hayati
signifikan dibandingkan sebelum tahun 2000, tutupan melalui kegiatan bioprospekting dapat memenuhi
hutan diperkirakan tetap menurun dari 50,0 persen kebutuhan bahan baku obat, sandang, pangan,
dari luas lahan total Indonesia (188 juta ha) di tahun rempah, pakan ternak, penghasil resin, pewarna
2017 menjadi sekitar 38,0 persen di tahun 2045. Hal ini dan lain-lain. Di samping itu, diversifikasi produk
akan berdampak pada kelangkaan air baku khususnya primer tumbuhan obat menjadi produk sekunder
pada pulau-pulau yang memiliki tutupan hutan sangat memiliki nilai tambah ekonomi yang tinggi.

48 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Efektivitas Tata Kelola
Sumber Daya Ekonomi

Pengelolaan sumber daya ekonomi menghadapi peraturan daerah yang terpisah. Untuk itu, diperlukan
tantangan terkait daya dukung lingkungan, penguatan penyelarasan antara RTRW dengan
ketersediaan lahan, keterbatasan infrastruktur, RZWP3K dan, Rencana Zonasi Kawasan Strategis
penataan ruang, serta kesejahteraan petani-nelayan Nasional/Tertentu (RZ KSN/KSNT).
dan masyarakat yang bergantung penghidupannya
pada pemanfaatan sumber daya alam. Di sisi pengelolaan dan pemanfaatan energi,
kondisinya saat ini dirasakan masih kurang efisien.
Pengelolaan sumber daya pangan dan pertanian Pada tahun 2017, terdapat gap yang besar antara
menghadapi isu semakin meningkatnya kebutuhan intensitas energi primer (434 setara barel minyak
akan lahan dan air sebagai dampak dari peningkatan (SBM) per miliar Rupiah) dan energi final (231 SBM
aktivitas perekonomian. Kondisi ini menyebabkan per miliar Rupiah). Selain itu, pemanfaatan batubara
peningkatan persaingan dalam pemanfaatan lahan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri belum
dan air, khususnya di antara sektor pertanian, optimal. Pemberlakuan DMO batubara dengan
industri pengolahan, dan perumahan. harga berbasis pasar dapat menjadi peluang untuk
meningkatkan rasio cadangan produksi batubara
Isu lain yang tidak kalah penting adalah peningkatan dan pengembangan pembangkit EBT. DMO
kebutuhan pangan seiring dengan peningkatan batubara saat ini baru mencapai 23,5 persen dari
populasi penduduk sebesar 1,2 persen. Di sisi lain, produksi batubara sebesar 548 juta ton pada tahun
produksi pangan sangat juga dipengaruhi oleh 2018.
faktor musim, serta ketersediaan dan kehandalan
sarana prasarana produksi termasuk irigasi. Isu-isu pengelolaan dan pemanfaatan energi
Ketidakpastian produksi menyebabkan fluktuasi lainnya yang perlu ditangani yaitu (1) kecukupan
harga pangan, misalnya beras rata-rata 0,6 persen pasokan energi terutama gas; dan listrik untuk
per bulan. Dari sisi produsen, produktivitas yang memenuhi kebutuhan sektor riil; (2) inefisiensi dalam
rendah dan fluktuasi harga menyebabkan daya penyediaan infrastruktur energi karena perbedaan
tawar petani (nilai tukar petani) masih rendah yaitu antara lokasi produksi dan pemanfaatan energi;
sebesar rata-rata 101,3 pada tahun 2017. (3) kualitas dan kehandalan penyaluran energi
terutama di luar Jawa; (4) pemanfaatan energi belum
Produksi dan produktivitas kelautan dan perikanan memberi dampak pengembangan ekonomi secara
juga belum optimal karena masih didominasi luas; (5) konsumsi energi yang belum efisien; dan
perikanan skala kecil dan penggunaan teknologi (6) belum adanya fasilitas cadangan penyangga
tradisional. Tantangan lainnya berkaitan dengan energi nasional untuk mengantisipasi kondisi
belum optimalnya kelembagaan Wilayah Pengelolaan krisis dan darurat energi. Penghematan energi di
Perikanan (WPP) serta belum terintegrasinya tata sektor industri, transportasi, bangunan dan sarana
ruang laut dan darat. Saat ini Rencana Tata Ruang komersial perlu terus ditingkatkan dengan potensi
Wilayah (RTRW) dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir penghematan sekitar 30,0 persen dari penggunaan
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) ditetapkan dengan energi saat ini.

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 49


jasa informal dengan kontribusi pertumbuhan yang
Transformasi Struktural rendah. Sektor industri pengolahan, yang memiliki
Berjalan Lambat potensi terbesar untuk mendorong pertumbuhan
dan penciptaan lapangan kerja formal, masih
Setelah era reformasi pada tahun 1998, Indonesia menghadapi tantangan kenaikan upah tenaga
belum mampu melanjutkan transformasi sosial kerja yang belum diikuti dengan peningkatan
ekonomi yang terhenti akibat krisis. Rata-rata produktivitas yang setara. Terbatasnya kesempatan
pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia terus kerja di dalam negeri menjadikan pangsa pasar
turun dari sebelumnya mencapai 6,0 persen pada kerja luar negeri sebagai alternatif bagi calon
periode 1990-2000 hingga mencapai rata-rata pekerja migran Indonesia. Namun, sebagian besar
sekitar 5,0 persen pada periode 2000-2015. lapangan kerja yang dapat diisi adalah pekerjaan
dengan kualifikasi atau keahlian rendah.
Kondisi tranformasi struktural yang berjalan lambat
ini juga ditandai dengan kontribusi PDB industri Gambar 2.4. Tingkat Pendidikan Pekerja di Indonesia
pengolahan yang menurun menjadi 19,9 persen. 140
11,65
Di sisi lain, kontribusi PDB sektor primer sebesar 120 8,26 9,56 11,09 11,32

20,9 persen dan kontribusi PDB sektor jasa terus 2,96 3,09 3,42 3,29 3,46
13,68
100 10,52 10,84 12,17 12,59
meningkat menjadi sekitar 59,2 persen pada tahun
80 18,58 19,81 20,41 21,13 22,34
2018.
60 20,35 20,7 21,36 21,72 22,43

Peningkatan PDB sektor jasa menunjukkan adanya 40


transisi sumber pertumbuhan dari sektor primer 20
53,96 50,83 49,97 50,98 50,46
ke tersier. Namun transisi ekonomi tersebut belum
0
mampu mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi. 2014 2015 2016 2017 2018
Sektor jasa yang menyerap perpindahan tenaga
kerja dari sektor primer didominasi oleh sektor SD SMP SMA SMK Diploma Universitas
Sumber: BPS
Gambar 2.3. Perbandingan Produktivitas di Berbagai Sektor
Rp Juta/Orang
1.000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2015 2016 2017 2018
Real Estate Informasi dan Komunikasi Pertambangan
Listrik, Gas, dan Es Jasa Keuangan dan Asuransi Konstruksi
Industri Pengolahan Transportasi dan Pergudangan Perdagangan
Jasa-jasa lainnya Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum* Pertanian
Air Nasional
Sumber: BPS, 2018 (diolah)

50 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Masalah produktivitas yang rendah ini berkaitan Lambatnya transformasi struktural di Indonesia
dengan kualitas SDM yang rendah, karena tenaga juga berkaitan dengan rendahnya ekspor. Rasio
kerja masih didominasi oleh lulusan SD (40,7 nilai ekspor/PDB Indonesia baru mencapai 19,0
persen), sementera tidak semua tenaga kerja lulusan persen, atau jauh di bawah Thailand (69,0 persen),
pendidikan yang lebih tinggi memiliki kesiapan dan Vietnam (93,0 persen) dan Singapura (172,0
kapasitas sesuai kebutuhan dunia kerja. Mismatch persen). Keunggulan sumber daya alam yang ada
keterampilan, kesenjangan kualitas pendidikan di Indonesia juga belum banyak diolah menjadi
antarwilayah, keterbatasan talenta untuk siap dilatih produk bernilai tambah tinggi, seperti ditunjukkan
dan bekerja menjadi isu-isu yang perlu ditangani dengan ekpor produk Indonesia yang didominasi
dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja. oleh komoditas (lebih dari 50 persen), terutama
olahan CPO, logam dasar, karet dan makanan.

Gambar 2.5 Kondisi Ekspor Indonesia Dibandingkan Negara-Negara Lain

Sumber: Atlas of Economic Complexity, World Development Indicators (2016), dan Bank Dunia (2018)

Gambar 2.6 Persentase Ekspor Industri Berteknologi Tinggi


40

35

30

25

20

15

10

0
1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Indonesia Thailand Vietnam India Brazil Turki


Sumber: Bank Dunia, diolah

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 51


Gambar 2.7. Keterkaitan Hulu-Hilir yang Menurun
dalam 15 Tahun Terakhir yang berorientasi ekspor. Investasi juga bergeser
dari sektor sekunder ke sektor tersier dalam dua
tahun terakhir.

Peningkatan kualitas investasi juga dihadapkan pada


tantangan pengelolaan persaingan usaha. Data
Global Competitiveness Index (2019) menunjukkan
bahwa tingkat konsentrasi industri di Indonesia—
yang diukur melalui nilai dominasi pasar—masih
cukup tinggi, yaitu 4,0. Angka ini menunjukkan bahwa
Sumber: Analisis Bappenas industri hanya didominasi oleh beberapa pelaku
usaha. Penumbuhan industri baru melalui investasi,
Rasio ekspor yang rendah dan dominasi ekspor dan kemudahan pengembangan usaha diharapkan
komoditas menggambarkan tiga isu dalam struktur dapat meningkatkan persaingan usaha yang sehat,
industri nasional yang perlu ditangani ke depan. efisiensi, serta pertumbuhan yang inklusif.
Pertama, adanya disharmoni antara sektor hulu dan
hilir menyebabkan kerentanan dalam rantai pasok/ Upaya peningkatan investasi dan ekspor, termasuk
nilai industri nasional sehingga daya saing industri pariwisata, juga dilakukan melalui diplomasi
nasional rendah. Kedua, kapasitas inovasi di ekonomi. Namun, pelaksanaannya belum berjalan
Indonesia rendah seperti yang ditunjukkan ekspor secara optimal dikarenakan beberapa kendala:
produk industri berkandungan teknologi tinggi asal (1) belum terpadunya kebijakan dan koordinasi
Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan diplomasi ekonomi, (2) belum adanya mekanisme
negara-negara yang setara. koordinasi penyelenggaraan investasi ke luar negeri,
(3) belum harmonisnya regulasi dalam negeri yang
Ketiga, kualitas investasi rendah dimana investasi menunjang pelaksanaan perundingan perjanjian
belum sepenuhnya berorientasi ekspor dan dagang, (4) belum optimalnya koordinasi untuk
menjalankan transfer teknologi dan pengetahuan, mendukung investor dalam negeri yang berinvestasi
khususnya untuk Penanaman Modal Asing (PMA). ke luar negeri, (5) Belum optimalnya sinergi antara
Harapan adanya transfer teknologi dan pengetahuan Pemerintah, BUMN, Swasta dan Masyarakat dalam
dari masuknya PMA yang dapat mendorong inovasi mendorong diplomasi ekonomi, (6) belum optimalnya
dan diversifikasi produk ekspor belum sepenuhnya penetrasi Indonesia ke pasar non tradisional.
terwujud. Sebagian besar investasi masih menyasar
pasar dalam negeri yang besar, dan belum banyak Transformasi struktural yang berjalan lambat juga
ditunjukkan oleh dominasi usaha skala mikro dalam
Gambar 2.8. Pergeseran Investasi ke Sektor Tersier
struktur pelaku usaha nasional (99,0 persen).
54,8 Kondisi ini menunjukkan adanya hollow middle
50,9
43,3 42,4 yang menjadikan kapasitas dunia usaha untuk
Sektor Primer membangun keterkaitan hulu-hilir menjadi terbatas.
30,7 30,8
39,3 39,6 Sektor Sekunder Upaya untuk meningkatkan skala usaha UMKM saat
Sektor Tersier ini belum menunjukkan hasil yang signifikan.
17,4 18,0 18,3
14,5
Di sisi lain, percepatan transformasi struktural
2015 2016 2017 2018 masih dapat dilaksanakan dengan meningkatkan
Sumber: BKPM, diolah

52 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


keterkaitan usaha antarUMKM, kemitraan usaha Industry
4.0
Revolusi Industri 4.0 dan
antara UMKM dan usaha besar, serta kewirausahan.
Ekonomi Digital
Fasilitasi UMKM untuk berkoperasi terus dilaksanakan
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan skala Pada tahun 2018, Pemerintah telah meluncurkan
ekonomi. Namun upaya ini masih menghadapi gerakan Making Indonesia 4.0. Gerakan ini
tantangan kapasitas koperasi untuk menjadi usaha sejalan dengan era digitalisasi yang memfasilitasi
yang modern dan profesional. Kemitraan juga terus pengintegrasian informasi untuk tujuan peningkatan
didorong, namun baru sekitar 7,0 persen usaha mikro produktivitas, efisiensi, dan kualitas layanan.
dan kecil (UMK) yang menjalin kemitraan dengan
perusahaan lain. Sementara tren perbaikan terdapat Pemanfaatan ekonomi digital ke depan memiliki
dari sisi kewirausahaan seperti ditunjukkan rasio potensi yang besar untuk tujuan peningkatan nilai
kewirausahaan di Indonesia yang sudah mencapai 3,2 tambah ekonomi. Sebagai contoh, pemanfaatan
persen pada tahun 2017. Kondisi ini ditunjang oleh tren Industry 4.0 sepanjang rantai nilai dapat
peningkatan masyarakat yang berwirausaha dalam meningkatkan efisiensi hulu-hilir serta kontribusi
beberapa tahun terakhir. Data Global Entrepreneurship nilai tambah industri pengolahan secara agregat
Monitor (2017) juga menunjukkan bahwa minat dan dalam perekonomian.
motivasi masyarakat untuk berwirausaha cukup
tinggi yaitu 47,7 persen atau lebih besar dari rata-rata Namun tantangan yang dihadapi Indonesia dalam
global sebesar 43,4 persen. Tren ini sejalan dengan era digitalisasi juga cukup besar. Dari sisi kesiapan
perkembangan ekonomi digital yang membuka inovasi untuk menghadapi revolusi digital seperti
banyak kesempatan berusaha . yang ditunjukkan oleh Network Readiness Index,
Indonesia berada pada peringkat 73 dari 139
Tantangannya adalah minat berwirausaha tersebut negara. Sementara negara-negara yang setara
belum diikuti dengan kapasitas yang memadai memiliki kesiapan yang lebih baik, seperti Malaysia
untuk menjalankan usaha. Sebagian besar (peringkat 31), Turki (48), China (59), Thailand (62).
wirausaha merupakan usaha mencontoh dan Indonesia memiliki keunggulan dalam harga, namun
tidak didasarkan pada pemahaman tentang model jauh tertinggal dalam infrastruktur dan pemanfaatan
bisnis, pasar dan inovasi. oleh masyarakat.

Gambar 2.9. Network Readiness Index Negara-negara


Kesiapan Indonesia untuk mengadopsi dan
di Asia
Iklim Politik dan Peraturan
6
mengeksplorasi teknologi digital yang mampu
Dampak Sosial 5 Iklim Usaha dan mendorong transformasi dalam pemerintahan, model
4 Inovasi
3 usaha dan pola hidup masyarakat juga dianggap
Dampak 2 Infrastruktur dan
Ekonomi 1 Konten Digital kurang. Hal ini ditunjukkan oleh data World Digital
Competitiveness Ranking tahun 2019 dimana
0

Indonesia berada pada peringkat ke 56 dari 63


Penggunaan Keterjangkauan
oleh Pemerintah

Penggunaan oleh Harga/Keterjangkauan


negara. Cara beradaptasi, pendidikan dan pelatihan,
Dunia Usaha
Penggunaan ekosistem teknologi dan integrasi informasi teknologi
oleh Individu
menjadi isu-isu yang perlu diperbaiki agar Indonesia
Indonesia Thailand
dapat memanfaatkan kemajuan teknologi digital bagi
Malaysia China
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas
Sumber: Global Information Technology Report, World Economic hidup.
Forum (2016)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 53


Tantangan lain yang dihadapi oleh Indonesia menjadikan banyak model usaha konvensional
berkaitan dengan pengembangan SDM dan tidak lagi relevan. Kondisi ini mengharuskan adanya
persaingan usaha. Era digitalisasi membawa kebijakan dan pola adaptasi yang menyeluruh
dampak pada perubahan pola bekerja dan dalam pemanfaataan transformasi digital bagi
berpotensi menghilangkan pekerjaan yang keberlanjutan dan pemerataan pertumbuhan
bersifat sederhana dan repetitif. Di sisi lain, pola ekonomi, serta perbaikan kualitas kehidupan sosial
perdagangan dan penyediaan layanan berbasis dan lingkungan.
daring serta penggunaan pembayaran nontunai

Sasaran, Target dan Indikator

Dalam lima tahun mendatang, sasaran yang akan pembangungan ekonomi yang berkelanjutan;
diwujudkan dalam rangka memperkuat ketahanan dan
ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas 2. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja,
adalah sebagai berikut: investasi, ekspor dan daya saing perekonomian
1. Meningkatnya daya dukung dan kualitas Target-target yang akan diwujudkan secara terinci
sumber daya ekonomi sebagai modalitas bagi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Sasaran, Indikator dan Target Tahun 2020-2024

No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024


A. Meningkatnya daya dukung dan kualitas sumber daya ekonomi sebagai modalitas bagi pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan
1 Pemenuhan 1. Porsi EBT dalam bauran energi
13,4% 19,5%
kebutuhan nasional (7.2.1*)
energi dengan 2. Intensitas energi primer (7.3.1*) 421 SBM/Rp. Milliar 404 SBM/Rp. Miliar
mengutamakan
3. Penurunan Intensitas energi final 0,9 SBM/Rp. Milliar 0,8 SBM/Rp. Miliar
peningkatan
energi baru 4. Kapasitas terpasang pembangkit EBT 11,2 GW 17,4 GW
terbarukan 5. Produksi gas alam 1,1 juta SBM/hari 1,2 juta SBM/hari
(EBT) 6. Produksi biofuel 9,4 juta kilo liter 10,2 juta kilo liter
7. Domestic Market Obligation (DMO)
44,9% 50,8%
Batubara
8. Domestic Market Obligation (DMO)
27% 31%
Gas untuk industri
9. TKDN Sektor pembangkit EBT
a. Surya 40% 40%
b. Bioenergi 40% 40%
c. Panas Bumi 30% 30%

54 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
2 Peningkatan 1. Luas minimal kawasan berfungsi
65 juta ha 65 juta ha
kuantitas/ lindung
ketersediaan 2. Kawasan hutan produksi 36 juta ha 36 juta ha
air untuk
3. Peningkatan persentase irigasi
mendukung 15% 20%
premium
pertumbuhan
ekonomi 4. Pembangunan jaringan irigasi baru
100.000 ha 500.000 ha
(kumulatif)
5. Penyediaan air baku (kumulatif) 13,44 m3/detik 40 m3/detik
6. Pemanfaatan bendungan untuk listrik
113 MW 188 MW
(kumulatif)
7. Penyelesaian pembangunan
10 unit 60 unit
bendungan baru (kumulatif)
3 Peningkatan 1. Skor Pola Pangan Harapan (2.2.2(c)) 90,4 95,2
ketersediaan, 2. Angka Kecukupan Energi (AKE)
akses dan 2.100 kkal/hari 2.100 kkal/hari
(2.1.2(a))
kualitas
3. Angka Kecukupan Protein (AKP) 57 gram/ kapita/hari 57 gram/ kapita/hari
konsumsi
pangan 4. Prevalensi Ketidakcukupan
Konsumsi Pangan (Prevalence of 6,40 5,38
Undernourishment/PoU)
5. Prevalensi Penduduk dengan
Kerawanan Pangan Sedang atau
5,21 4,05
Berat (Food Insecurity Experience
Scale/FIES)
6. Global food security index 56,9 64,1
7. Produksi padi (gabah kering giling) 59,1 juta ton 64,7 juta ton
8. Produksi jagung 31,9 juta ton 39,6 juta ton
9. Produksi daging 4,1 juta ton 4,61 juta ton
10. Produksi umbi-umbian 23,3 juta ton 26,2 juta ton
56,4 kg/kapita/
11. Konsumsi ikan (2.2.2(c)) 62 kg/kapita/ tahun
tahun
12,93 kg/kapita/ 14,62 kg/kapita/
12. Konsumsi daging
tahun tahun
13. Konsumsi protein asal ternak 10,65 gram/kap/hari 11,04 gram/kap/hari
260,2 gram/kapita/ 316,3 gram/kapita/
14. Konsumsi sayur dan buah
tahun tahun
15. Luas lahan Produksi beras
10.000 ha padi 200.000 ha padi
biofortifikasi
16. Jumlah varietas unggul tanaman dan 30 varietas unggul 30 varietas unggul
hewan untuk pangan yang dilepas tanaman baru dan 8 tanaman baru dan 8
(2.5.1*) galur hewan ternak galur hewan ternak
17. Sumber daya genetika tanaman
dan hewan sumber pangan yang 4.250 aksesi 4.250 aksesi
terlindungi/tersedia (2.5.2*)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 55


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
18. Tingkat adopsi teknologi pertanian
70-80% 80-95%
oleh petani
19. Nilai tambah per tenaga kerja Rp 36,19 juta/ Rp 45,44 juta/tenaga
pertanian (2.3.1*) tenaga kerja kerja
20. Nilai tukar petani 103 105
4 Peningkatan
pengelolaan 1. Menjamin akurasi pendataan stock
kemaritiman 11 WPP 11 WPP
dan pemanfaatan WPP
dan kelautan
2. Model percontohan penguatan tata
3 WPP 11 WPP
kelola WPP (14.2.1(b))
3. Luas kawasan konservasi laut/
23,4 juta ha 26,9 juta ha
perairan (14.5.1*)
4. Penyelesaian penataan ruang laut dan
35 RZ 85 RZ
zonasi pesisir
5. Pemetaan bathimetri prioritas skala
63% 100%
1:50.000
6. Produksi ikan 15,47 juta ton 20,42 juta ton
7. Proporsi tangkapan jenis ikan yang
berada dalam batasan biologis yang 64% ≤ 80%
aman (14.4.1*)
8. Produksi rumput laut 10,99 juta ton 12,33 juta ton
9. Produksi garam 3,0 jutan ton 3,4 juta ton
10. Jumlah pendanaan pelaku usaha
3 triliun 4,2 triliun
kelautan dan perikanan skala kecil
11. Jumlah hasil riset kemaritiman,
kelautan dan perikanan yang 5 hasil riset 15 hasil riset
diadopsi/diterapkan
12. Kawasan kluster sentra produksi
10 kawasan 50 kawasan
perikanan budidaya unggulan
B. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja, investasi, ekspor, dan daya saing perekonomian
1 Penguatan 1. Rasio kewirausahaan nasional 3,55% 3,95%
kewirausahaan 2. Pertumbuhan wirausaha baru 3% 4%
dan Usaha
3. K ontribusi koperasi terhadap PDB 5,10% 5,50%
Mikro, Kecil
dan Menengah 4. Presentase UMKM yang melakukan
7% 10%
(UMKM), dan kemitraan
koperasi 5. Proporsi UMKM yang Mengakses
Kredit Lembaga Keuangan Formal 25,18% 30,78%
(8.10.1(b))
6. Rasio kredit UMKM terhadap total
19,75% 22%
kredit perbankan
7. Proporsi Penyaluran Kredit Usaha
60% 80%
Rakyat (KUR) Sektor Produksi
8. Proporsi Nilai penyaluran pinjaman
2,4% 5%
perbankan kepada IKM (9.3.2*)

56 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
9. Kenaikan volume usaha koperasi per
20% 23%
tahun
10. Jumlah sentra Industri Kecil dan
30 Sentra
Menengah (IKM) baru di luar Jawa 3 Sentra
(kumulatif 2020-2024
yang beroperasi
11. Proporsi nilai tambah IKM terhadap
total nilai tambah industri pengolahan 18,5% 20%
non migas (9.3.1*)
12. Kontribusi usaha sosial 1,9% PDB 2,5% PDB
13. Penumbuhan start-up 700 unit (kumulatif) 3.500 unit (kumulatif)
2 Peningkatan 1. Pertumbuhan PDB industri
5,0% 5,9-8,4%
nilai tambah, pengolahan (9.2.1(a))
lapangan kerja, 2. Pertumbuhan PDB industri
dan investasi di 5,7% 6,1-8,4%
pengolahan non migas
sektor riil, dan
3. Kontribusi PDB industri pengolahan
industrialisasi 19,6% 19,9-21,1%
(9.2.1*)
4. Kontribusi PDB industri pengolahan
17,6-17,7% 17,9-19,1%
non migas
5. Pertumbuhan PDB pertanian 3,7% 3,9-4,0%
6. Pertumbuhan PDB Perkebunan 3,50% 3,94%
a. Peningkatan Produksi Kakao 0,3% 2,7%
b. Peningkatan Produksi Kopi 0,9% 1,3%
c. Peningkatan Produksi Karet 0,6% 1,9%
d. Peningkatan Produksi Kelapa
Dalam 0,4% 2%
e. Peningkatan Produksi Kelapa Sawit 7,1% 2,7%
f. Peningkatan Produksi Lada 2,0% 5,9%
g. Peningkatan Produksi Pala 2,7% 6,6%
h. Peningkatan Produksi Cengkeh 3,0% 4,8%
7. Pertumbuhan PDB Hortikultura 3,44% 4,20%
a. Peningkatan Produksi Buah-
buahan 2,7% 5,7%
b. Peningkatan Produksi Sayuran 2,4% 3,1%
c. Peningkatan Produksi Florikultura 3,5% 5,5%
d. Peningkatan Produksi Fitofarmaka 3,5% 7,85%
8. Kontribusi PDB kemaritiman 6,5% 7,8%
9. Produksi kayu terutama dari hutan
56 juta m3/tahun 60 juta m3/tahun
produksi
10. Kontribusi PDB pariwisata (8.9.1*) 4,8% 5,5%
11. Destinasi pariwisata prioritas yang
3 destinasi 8 destinasi
diselesaikan
12. Destinasi wisata alam berkelanjutan 25 kawasan hutan 25 kawasan hutan
berbasiskan kawasan hutan prioritas prioritas prioritas

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 57


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
13. Destinasi wisata bahari 7 destinasi 7 destinasi
Rp1.189-Rp1.214
14. Nilai tambah ekonomi kreatif Rp.1.689 triliun
triliun
15. Jumlah kab/kota kreatif yang 20 kab/kota
4 kab/kota
difasilitasi (kumulatif)
16. Jumlah kawasan dan klaster kreatif
8 lokasi 11 lokasi
yang dikembangkan
17. Revitalisasi ruang kreatif 30 unit 42 unit
18. Kontribusi ekonomi digital 3,2% 4,7%
19. Pertumbuhan PDB informasi dan
7,3% 7,5– 8,8%
telekomunikasi
20. Nilai transaksi e-commerce Rp 260 triliun Rp 600 trilun
21. Penyediaan lapangan kerja per tahun 2,7-3,0 juta orang 2,7-3,0 juta orang
22. Laju pertumbuhan PDB per tenaga
3,0-4,0% 3,5-4,5%
kerja (8.2.1*)
23. Jumlah tenaga kerja industri
19,7 juta orang 22,5 juta orang
pengolahan
24. Kontribusi tenaga kerja di sektor
14,2% 15,7%
industri terhadap total pekerja (9.2.2*)
25. Jumlah tenaga kerja pariwisata
13 juta orang 15 juta orang
(8.9.2*)
26. Jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif 19 juta orang 21 juta orang
27. Jumlah dokumen kerjasama
penempatan dan perlindungan
pekerja migran antara RI dengan 20 dokumen 30 dokumen
negara tujuan penempatan dan kerjasama kerjasama
lembaga internasional lainnya
(10.7.2(a))
28. Persentase pekerja migran Indonesia
yang bekerja pada pemberi kerja
57% 70%
berbadan hukum terhadap total
pekerja migran (10.7.2(b))
29. Pertumbuhan investasi (PMTB) 6,0% 6,1-8,0%
30. Peringkat kemudahan berusaha Menuju 40 40
di Indonesia (ranking EoDB) yang
ditunjukkan antara lain dengan
meningkatnya indikator memulai
usaha:
a. jumlah prosedur 7 prosedur 5 prosedur
b. waktu 12 hari 4 hari
Rp 1.354,3-1.500,0
31. Nilai realisasi PMA dan PMDN Rp 886,0 triliun
triliun
32. Kontribusi PMDN terhadap total
46,7% 49,0-49,5%
realisasi PMA dan PMDN

58 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
33. Nilai realisasi PMA dan PMDN industri
Rp 284,4 triliun Rp 606,7-825,0 triliun
pengolahan
34. Implementasi Perizinan Berusaha
100 K/L/D 300 K/L/D
Terintegrasi Secara Elektronik/OSS
35. Belanja Modal (Capex) BUMN Rp 490-525 trilliun Rp 650-680 triliun
36. Profitabilitas BUMN Rp 227 triliun Rp 335 triliun
37. Jumlah Kawasan Industri (KI) di luar
3 KI 9 KI (kumulatif)
Jawa yang beroperasi
38. Jumlah Kawasan Industri (KI) di luar
3 KI 10 KI (kumulatif)
Jawa yang dikembangkan
39. Jumlah kawasan industri dengan zona
2 Kawasan 5 Kawasan
halal
40. Jumlah Daerah Tertib Ukur (DTU) 10 DTU 10 DTU
41. Indeks persepsi persaingan usaha 4,5 5,0
42. Persentase SNI bidang industri yang
5% 20%
diterapkan
3 Peningkatan USD -0,6 s/d 2,0
1. Neraca perdagangan USD 15,0 miliar
ekspor bernilai miliar
tambah tinggi 2. Pertumbuhan ekspor barang dan jasa 3,5-4,1% 5,0-5,9%
dan penguatan
3. Pertumbuhan ekspor nonmigas 4,1-4,7% 7,8-9,6%
Tingkat
Kandungan 4. Ekspor hasil pertanian US$ 30.305,03 juta US$ 33.327,1 juta
Dalam Negeri 5. Ekspor hasil perikanan USD 6,1 miliar USD 8,2 miliar
(TKDN) 6. Pertumbuhan ekspor industri
9,5-10,4% 13,4-17,2%
pengolahan
7. Nilai ekspor produk industri USD 86,7-89,0 USD 129,9-155,9
pengolahan miliar miliar
8. Kontribusi Ekspor Produk Industri
10,8-11,0% 13%
berteknologi tinggi
9. Rasio ekspor jasa terhadap PDB
2,6% 2,7-2,9%
(BoP)
10. Nilai devisa pariwisata (8.9.1(c)) USD 19-21 miliar USD 28 miliar
11. Jumlah wisatawan mancanegara
18,5 juta orang 26 juta orang
(8.9.1(a))
12. Jumlah warisan budaya yang
diregenerasi (cultural heritage 4 lokasi 20 lokasi (kumulatif)
regeneration)
USD 21,5-22,3
13. Nilai ekspor ekonomi kreatif USD 24,5 miliar
miliar
14. Tingkat Komponen Dalam Negeri
43,3% 50%
(TKDN) (Rerata Tertimbang)
15. Jumlah produk tersertifikasi TKDN ≥
6.000 produk 8.400 produk
25% yang masih berlaku

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 59


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
350-400 juta
16. Jumlah wisatawan nusantara (8.9.1(b) 312 juta perjalanan
perjalanan
17. Jumlah sektor prioritas yang difasilitasi
investasi dalam jaringan produksi 3 Sektor 5 Sektor
global
18. Jumlah promosi Tourism, Trade and 8 Promosi 8 Promosi
Investment (TTI) terintegrasi Terintegrasi Terintegrasi
19. Jumlah negara akreditasi yang
90 negara 98 negara
meningkat nilai perdagangan
20. Jumlah negara akreditasi yang
mencapai target peningkatan jumlah 70 negara 78 negara
wisatawan mancanegara ke Indonesia
21. Jumlah ratifikasi perjanjian kerjasama
4 ratifikasi 4 ratifikasi
ekonomi internasional
22. Pertumbuhan jumlah produk dalam
negeri dalam pengadaan barang/jasa 5% 5%
pemerintah
23. PTA/FTA/CEPA yang disepakati 20 (kumulatif) 40 (kumulatif)
24. Keanggotaan OECD Pendaftaran Anggota OECD
4 Penguatan pilar 1. Kontribusi sektor jasa keuangan/PDB 4,2% 4,4%
pertumbuhan 2. Rasio M2/PDB 40,3-40,5% 41,4-42,9%
dan daya saing
3. Jumlah ATM per 100.000 penduduk
ekonomi 55,8 unit 57,5 unit
(8.10.1*)
4. Jumlah bank per 100.000 penduduk
15,4 unit 15,3 unit
(8.10.2*)
5. Skema pembiayaan berbasis HKI 1 skema 1 skema
6. Biaya logistik terhadap PDB 23,2% 18%
7. Skor logistic performance index 3,2 3,5
8. Tingkat Inflasi 3 ± 1% 2,8%
9. Inflasi pangan bergejolak 3,2 ± 1% 3,1%
10. Jumlah pelaku kreatif yang difasilitasi
8.500 orang 15.000 orang
infrastruktur TIK
11. Jumlah perusahaan dengan nilai 60 perusahaan
Indonesia Industry 4.0 Readiness 30 perusahaan
(kumulatif)
Index (INDI 4.0) ≥ 3.0
12. Jumlah perusahaan yang tersertifikasi
28 perusahaan 71 perusahaan
Standar Industri Hijau (SIH)
13. Jumlah lokasi penerapan sustainable
12 lokasi 22 lokasi
tourism development (12.b.1)
14. Peringkat Travel and Tourism
40** 29-34
Competitiveness Index
15. Rasio perpajakan terhadap PDB
10,4-10,7% 11,2-12,8%
(17.1.1(a))

60 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
16. Imbal Hasil (Yield) Surat Berharga
Menurun Menurun
Negara
17. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Meningkat Meningkat
18. Pengalihan subsidi harga (pupuk, Terlaksana
LPG, listrik) menjadi subsidi langsung Selesai
bertahap
tepat sasaran***
19. Pembaharuan sistem inti administrasi
perpajakan (core tax administration 1,5% Selesai
system)
20. Ketersediaan data statistik ekonomi
2 database 2 database
kreatif
21. Ketersediaan data statistik pariwisata 3 database 3 database
22. Ketersediaan data statistik
1 database 1 database
e-commerce
23. Perbaikan data produksi pangan
2 database 2 database
(beras, jagung, kedelai)
Keterangan:
Beberapa sasaran belum memiliki target karena masih dalam tahap perhitungan
* Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global untuk Sustainable Development Goals (SDGs)
** Indeks TTCI diukur setiap tahun ganjil, sehingga target tahun 2020 merupakan target tahun 2019
*** Indikator ini akan menjadi rujukan bagi IKU K/L terkait: Kementerian Pertanian, Kementerian ESDM, dan Kementerian Sosial
Angka dalam kurung pada indikator menunjukkan indikator SDGs

Arah Kebijakan dan Strategi

Pengelolaan Sumber
Daya Ekonomi

Arah kebijakan dalam rangka pengelolaan sumber Pemanfaatan sumber daya gas bumi dan
daya ekonomi pada tahun 2020-2024 mencakup: batubara untuk industri dan kelistrikan ke depan
(i) Pemenuhan kebutuhan energi dengan akan difokuskan pada (1) pemanfaatan gas dari
mengutamakan peningkatan energi baru ladang Blok A Aceh, Natuna Timur, Jambaran
terbarukan (EBT) yang akan dilaksanakan Tiung Bumi (Jawa Timur), Tangguh Train 3 dan
dengan strategi (1) mengakselerasi Asap-Kido-Merah (Papua Barat), dan Abadi
pengembangan pembangkit energi baru (Maluku); dan (2) pemanfaatan batubara dari
dan terbarukan; (2) meningkatkan pasokan Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan
bahan bakar nabati; (3) meningkatkan Kalimantan Timur.
pelaksanaan konservasi dan efisiensi energi; (4)
meningkatkan pemenuhan energi bagi industri; Pengembangan bahan bakar nabati akan
(5) mengembangkan industri pendukung EBT. dilaksanakan secara bertahap untuk mencapai

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 61


kapasitas produksi B100 yang memadai. Danau Kerinci, Danau Rawadanau, Danau
Kapasitas produksi B100 dipenuhi melalui Rawapening, Danau Batur, Danau Sentarum,
pemberdayaan perkebunan sawit rakyat. Danau Kascade Mahakam (Semayang-
Melintang-Jeumpang), Danao Tondano, Danau
Penyediaan energi bagi industri dan kelistrikan Limboto, Danau Poso, Danau Tempe, Danau
juga akan dipenuhi melalui pengembangan Matano, dan Danau Sentani.
potensi energi terbarukan di Kawasan Industri
yang dikombinasikan dengan energi yang (2) Danau Prioritas Nasional II
telah tersedia. Pola penyediaan ini akan Danau Laut Tawar, Danau Aneuk Laut, Danau
difokuskan pada Kawasan Industri di Sumatera Di Atas, Danau Di Bawah, Danau Tasik Zamrud,
bagian utara, Sumatera bagian selatan, Jawa, Danau Dendam Tak Sudah, Danau Ranau,
Kalimantan bagian timur, Sulawesi bagian utara Danau Bratan, Danau Segara Anak, Danau
dan selatan, Maluku Utara dan Papua Barat. Taliwang, Danau Kelimutu, Danau Lindu, Danau
Peningkatan penyediaan energi listrik juga Mahalona, Danau Towuti, dan Danau Paniai.
diupayakan dengan dimulainya pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di (iii) Peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas
Kalimantan. konsumsi pangan yang akan dilaksanakan
dengan strategi (1) meningkatkan kualitas
Pengembangan potensi energi terbarukan konsumsi, keamanan, fortifikasi dan biofortifikasi
dapat didukung dengan pemberian insentif pangan; (2) meningkatkan ketersediaan pangan
fiskal terhadap industri energi baru terbarukan hasil pertanian dan pangan hasil laut terutama
melalui peningkatan produktivitas dan teknik
(ii) Peningkatan kuantitas/ketersediaan air produksi secara berkelanjutan untuk menjaga
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi stabilitas pasokan dan harga kebutuhan pokok;
yang dilaksanakan dengan strategi (1) (3) meningkatkan produktivitas, kesejahteraan
memantapkan kawasan hutan dengan indeks sumber daya manusia (SDM) pertanian dan
jasa lingkungan tinggi sebagai kawasan kepastian pasar; (4) menjaga keberlanjutan
lindung air; (2) mengelola hutan berkelanjutan; produktivitas sumber daya pertanian yang
(3) menyediakan air untuk pertanian, (4) adaptif terhadap perubahan iklim, digitalisasi
menyediakan air baku untuk kawasan prioritas; pertanian, pengelolaan lahan dan air irigasi;
(5) meningkatkan potensi pemanfaatan waduk (5) meningkatkan tata kelola sistem pangan
untuk listrik, (6) memelihara, memulihkan, dan nasional.
konservasi sumber daya air dan ekosistemnya
termasuk revitalisasi danau dan infrastruktur Pelaksanaan dari strategi pertama mencakup
hijau; (7) mengembangkan waduk multiguna pengembangan benih padi biofortifikasi,
dan modernisasi irigasi. fortifikasi beras, pengembangan nanoteknologi
pangan, pengembangan pangan lokal, dan
Pemeliharaan, pemulihan dan konservasi diversifikasi bahan pangan di tingkat masyarakat.
melalui revitalisasi danau difokuskan pada 30 Fasilitasi budidaya padi, jagung, ternak dan
danau prioritas nasional yaitu: komoditas pangan strategis serta penyediaan
input produksi diantaranya sistem perbenihan
(1) Danau Prioritas Nasional I nasional pupuk bersubsidi yang tepat sasaran
Danau Toba, Danau Maninjau, Danau Singkarak, menjadi fokus pelaksanaan dari strategi kedua.

62 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Strategi ketiga mencakup penguatan basis kemaritiman dan kelautan serta database
data petani, pembentukan korporasi petani, kelautan dan perikanan.
asuransi pertanian, pelatihan dan penyuluhan.
Strategi keempat mencakup pengelolaan lahan, Strategi pertama mencakup penguatan data stok
termasuk lahan suboptimal, low land, upland, perikanan dan kelembagaan WPP, pengelolaan
dan lahan kering, efisiensi air, pertanian digital Perairan Umum Daratan (PUD), penyelesaian
dan penggunaan teknologi pesawat nirawak. rencana zonasi laut, serta pemanfaatan
Strategi kelima mencakup penguatan sistem ruang laut dan pulau-pulau kecil, termasuk
logistik pangan nasional, integrasi sistem data penyelarasan RZWP3K dan RTRW Provinsi dan
produksi pangan nasional dan data ekspor penataan perizinan. Strategi kedua dilaksanakan
impor produk pangan strategis, pengembangan melalui pemanfaatan konservasi perairan secara
resi gudang, pengelolaan sistem pangan berkelanjutan, dan peningkatan pemanfaatan
berkelanjutan dan sistem pangan perkotaan marine bioproduct. Strategi ketiga dapat
(urban food) serta pengelolaan limbah pangan mencakup restrukturisasi armada penangkapan
(food waste). ikan menuju armada yang lebih economic-scale,
pengembangan perikanan budidaya modern
Pengelolaan sumber daya pangan akan berkelanjutan, ekstensifikasi dan intensifikasi
difokuskan pada (1) daerah sentra produksi lahan garam, peningkatan kualitas garam,
dan daerah dengan tingkat permintaan tinggi di pengembangan sentra kelautan dan perikanan,
Sumatera, Jawa dan Sulawesi; dan (2) daerah dan peningkatan sistem karantina ikan. Fasilitasi
yang rentan kelaparan dan stunting, dan daerah usaha dan investasi pemberian asuransi nelayan
miskin dan perbatasan di Maluku dan Papua. dan pembudidaya ikan, serta pengembangan
pembiayaan/bank mikro nelayan merupakan
(iv) Peningkatan pengelolaan kemaritiman dan bagian dari pelaksanaan strategi keempat.
kelautan yang dilaksanakan dengan menjadikan Strategi kelima dapat mencakup pelatihan dan
Wilayah Pengelolaan Perikanan sebagai basis penyuluhan, inovasi teknologi perikanan tangkap
spasial dalam pembangunan dan pemanfaatan dan budidaya yang berkelanjutan dan produktif;
kelautan dan perikanan, yang meliputi strategi: serta inovasi teknologi dan riset kelautan.
(1) meningkatkan pengelolaan Wilayah
Pengelolaan Perikanan (WPP) dan penataan Pengelolaan perikanan akan difokuskan
kelembagaan WPP sesuai dengan prinsip pada penguatan manajemen di 11 WPP, dan
berkelanjutan; dan penataan ruang laut dan sentra-sentra produksi perikanan budidaya
rencana zonasi pesisir; (2) mengelola ekosistem yang berdaya saing. Komoditas unggulan
kelautan dan pemanfaatan jasa kelautan secara perikanan budidaya meliputi: udang, nila, lele/
berkelanjutan, serta pengelolaan ruang laut; patin, bandeng dan rumput laut. Komoditas
(3) meningkatkan produksi, produktivitas, udang akan dikembangkan di Sumatera, NTB,
standardisasi, dan mutu produk kelautan dan Jawa, dan Sulawesi. Komoditas Nila akan
perikanan termasuk ikan, rumput laut dan garam; dikembangkan di Sumatera, Jawa, Kalimantan,
(4) meningkatkan fasilitasi usaha, pembiayaan, dan Sulawesi. Komoditas Rumput Laut akan
dan akses perlindungan usaha kelautan dan dikembangkan di Nusa Tenggara, Sulawesi,
perikanan skala kecil serta akses terhadap Maluku, dan Kalimantan. Selanjutnya, sentra
pengelolaan sumber daya; (5) meningkatkan garam berada di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan
kompetensi SDM, inovasi teknologi dan riset Nusa Tenggara.

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 63


layanan usaha; (4) pengembangan sentra
Peningkatan Nilai
industri kecil dan menengah (IKM), dan (5)
Tambah Ekonomi penyediaan insentif fiskal. Nilai tambah usaha
sosial ditingkatkan melalui pendampingan
Arah kebijakan dalam rangka peningkatan nilai akses permodalan, pengembangan impact
tambah ekonomi pada tahun 2020-2024 mencakup: investment, peningkatan kapasitas, serta
(i) Penguatan kewirausahaan dan usaha mikro, fasilitasi akses kepada pengadaan barang dan
kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi jasa pemerintah.
yang dilaksanakan dengan strategi (1)
meningkatkan kemitraan usaha antara Usaha Pengembangan kewirausahaan, UMKM, dan
Mikro Kecil dan Usaha Menengah Besar; (2) koperasi diarahkan (1) sesuai potensi daerah
meningkatkan kapasitas usaha dan akses dan untuk mendukung pengembangan
pembiayaan bagi wirausaha; (3) meningkatkan KEK, Kawasan Industri, kawasan pariwisata,
kapasitas, jangkauan, dan inovasi koperasi; (4) Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN),
meningkatkan penciptaan peluang usaha dan serta peningkatan aktivitas ekonomi produktif
start-up; (5) meningkatkan nilai tambah usaha di wilayah Tertinggal Terdepan Terluar (3T),
sosial. dan (2) terintegrasi dengan pengembangan
infrastruktur.
Pelaksanaan strategi pertama mencakup
pengembangan kapasitas usaha dan kualitas (ii) Peningkatan nilai tambah, lapangan
produk, penguatan kapasitas kelembagaan kerja, dan investasi di sektor riil, dan
dan perluasan kemitraan usaha. Selain itu, industrialisasi yang dilaksanakan dengan
pengembangan kapasitas kewirausahaan dan strategi (1) meningkatkan industri pengolahan
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) berbasis pertanian, kehutanan, perikanan,
juga didukung melalui penyediaan insentif kemaritiman, dan non agro yang terintegrasi
fiskal yang berorientasi ekspor. Peningkatan hulu-hilir; (2) meningkatkan industrialisasi
pembiayaan bagi wirausaha dilaksanakan berbasis hilirisasi sumber daya alam, termasuk
melalui penyediaan skema pembiayaan bagi melalui pengembangan smelter dan kawasan
wirausaha dan UMKM, termasuk modal awal industri terutama di luar Jawa; (3) meningkatkan
usaha, serta pendampingan mengakses kredit/ daya saing destinasi dan industri pariwisata
pembiayaan. Pelaksanaan strategi ketiga yang didukung penguatan rantai pasok dan
mencakup peningkatan kapasitas pengurus ekosistem pariwisata, termasuk wisata alam;
dan manajer koperasi, pendampingan (4) meningkatkan nilai tambah dan daya
kelompok untuk berkoperasi, pengembangan saing produk dan usaha kreatif dan digital; (5)
jangkauan dan cakupan usaha koperasi, serta memperbaiki iklim usaha dan meningkatkan
pengembangan inovasi koperasi. investasi, termasuk reformasi ketenagakerjaan;
(6) mengembangkan industri halal.
Pelaksanaan strategi penciptaan peluang
usaha dan start-up dilaksanakan melalui (1) Akselerasi industrialisasi berbasis pertanian
pelatihan kewirausahaan bagi wirausaha dan non pertanian akan difokuskan pada (1)
pemula termasuk bagi generasi muda, industri pengolahan hulu agro, kimia dan logam;
perempuan, santri, dan penyandang disabilitas; dan (2) industri pengolahan yang memiliki
(2) inkubasi usaha; (3) penguatan kapasitas kontribusi nilai tambah dan daya saing yang

64 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


tinggi yaitu makanan minuman, farmasi dan efisiensi dan nilai tambah; dan (9) penyediaan
alat kesehatan, alat transportasi termasuk yang insentif untuk penumbuhan dan peningkatan
berbahan bakar listrik, elektrikal dan elektronik, skala industri, termasuk melalui pembiayaan
mesin dan peralatan, tekstil dan produk tekstil, industri.
dan alas kaki. Pelaksanaannya juga didukung
harmonisasi dan penguatan sinergi kebijakan Pelaksanaan industrialisasi yang berbasis
antara sektor primer, sekunder dan tersier. investasi juga disinergikan dengan kebijakan
dan strategi pengembangan kewirausahaan,
Pengembangan industri pertanian dan koperasi dan UMKM. Sinergi ini diwujudkan
kehutanan difokuskan kepada pengolahan dalam kemitraan usaha hulu hilir dengan
turunan komoditas utama seperti peternakan, usaha-usaha rakyat dalam bentuk sentra IKM,
kelapa sawit, kelapa, karet, kayu, rotan, kakao, termasuk agroindustri perdesaan, yang dikelola
kopi, tanaman obat, buah-buahan, florikultura koperasi, usaha perdesaan, dan lembaga sosial
dan rempah-rempah. Pengembangannya juga ekonomi lainnya yang berbasis masyarakat.
akan diperkuat dengan kepastian yurisdiksi
berkelanjutan antara lahan pertanian dan lahan Dukungan bagi industrialisasi terintegrasi
agroforestry. Khusus untuk industri pengolahan hulu-hilir dan yang berbasis hilirisasi sumber
perikanan, peningkatan nilai tambah juga daya alam juga dilaksanakan melalui
dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas dan pengembangan Kawasan Industri (KI) dan
produktivitas industri pengolahan, penerapan smelter. Pengembangan KI difokuskan
standarisasi mutu, penyediaan sarana dan untuk KI di luar Pulau Jawa yang mencakup
prasarana sistem rantai dingin, penguatan 9 KI prioritas yang akan difokuskan untuk
sistem logistik ikan, perluasan akses pasar percepatan kesiapan sarana penunjang,
dalam dan luar negeri dan penguatan branding fasilitasi perizinan dan penguatan investasi.
produk perikanan Indonesia. Selain itu, terdapat 10 KI baru di luar Pulau Jawa
yang akan dikembangkan dalam kerangka
Industrialisasi dilaksanakan melalui (1) Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha
peningkatan produktivitas; (2) penguatan (KPBU), kerja sama regional, industrialisasi
rantai pasok/nilai melalui harmonisasi kebijakan dengan memanfaatkan infrastruktur yang sudah
yang mempengaruhi efisiensi alur input- dibangun, pemulihan pascabencana, serta
proses-output-distribusi, dan pengembangan diversifikasi perekonomian daerah.
pemasok; (3) diversifikasi dan peningkatan
kualitas produk industri hulu, antara dan hilir Dukungan untuk KI di luar Pulau Jawa juga
untuk penyediaan bahan baku, bahan antara/ mencakup penyiapan SDM terampil melalui kerja
penolong dan barang jadi; (4) perluasan sama vokasi antara Kementerian/Lembaga,
pengembangan permesinan termasuk untuk lembaga diklat, industri dan Pemerintah
mendukung pemutakhiran mesin-mesi industri Daerah. Beberapa kawasan industri juga akan
dan perlusan aktivitas industri di perdesaan; difasilitasi penyusunan Rencana Rinci Tata
(5) penguatan infrastruktur pendukung industri, Ruang/Rencana Detil Tata Ruang (RRTR/RDTR)
termasuk untuk standardisasi dan sertifikasi; di sekitar kawasan industri.
(6) penguatan jasa industri; (7) penguatan
penerapan manajemen industri modern; (8) Khusus kawasan industri di pantai utara Jawa,
penguatan circular economy sebagai sumber termasuk KI Madura, akan diintegrasikan

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 65


dengan dukungan konektivitas, serta pasokan pengembangan pengetahuan, pendidikan dan
energi dan SDM yang memadai. Dukungan kesukarelawanan yang terintegrasi dengan
ini diharapkan dapat menurunkan biaya, serta kegiatan wisata.
meningkatkan produktivitas dan daya saing
industri pengolahan. Pengembangan amenitas dan atraksi wisata
juga akan melibatkan industri dan partisipasi
Hilirisasi sumber daya alam melalui masyarakat. Pelaksana-annya antara lain
pembangunan smelter akan difokuskan pada mencakup kerja sama pembiayaan, perbaikan
hasil tambang nikel (22 smelter), bauksit (5 pengelolaan destinasi, penerapan standar
smelter), besi (2 smelter), timbal (1 smelter) dan layanan, penguatan rantai pasok industri
tembaga (1 smelter). pariwisata, penataan kota sebagai service hub
pariwisata, penataan kawasan perdesaan untuk
Dalam lima tahun mendatang, peningkatan mendukung pariwisata, serta pengembangan
nilai tambah pariwisata akan difokuskan pada desa wisata.
peningkatan lama tinggal dan pengeluaran
wisatawan sebagai hasil dari perbaikan Dalam 20 DPP, destinasi wisata alam yang
aksesibilitas, atraksi dan amenitas di 20 akan dikembangkan mencakup 25 destinasi
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP). Fokus ekowisata berbasis Kawasan Hutan Prioritas,
utamanya yaitu percepatan kesiapan 10 DPP 15 taman bumi (Geopark), serta 7 wisata bahari
(Danau Toba, Borobudur dan sekitarnya, yang berbasis Taman Wisata Perairan, dan
Lombok-Mandalika, Labuan Bajo, Bromo- Suaka Alam Perairan.
Tengger-Semeru, Wakatobi, Tanjung Kelayang,
Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu dan Kota Peningkatan nilai tambah ekonomi kreatif
Tua Jakarta dan Morotai). akan dilaksanakan melalui (1) pendampingan
dan inkubasi; (2) pengembangan center of
Selain itu pengembangan 10 DPP baru, termasuk excellence; (3) fasilitasi inovasi dan penguatan
Manado-Likupang, akan difasilitasi dalam brand, (4) pengembangan dan revitalisasi
rangka peningkatan kontribusi nilai tambah ruang kreatif, klaster/kota kreatif dan Bekraf
dan devisa pariwisata sesuai potensinya. Creative District (BCD); (5) penerapan dan
Revitalisasi Bali juga akan dilaksanakan untuk komersialisasi hak atas kekayaan intelektual;
meningkatkan daya dukung. serta (6) penguatan rantai pasok dan skala
usaha kreatif. Peningkatan populasi pelaku
Jenis pariwisata akan ditingkatkan usaha digital juga akan difasilitasi melalui
diversifikasinya untuk mencakup (1) wisata alam pengembangan klaster digital, termasuk yang
(ekowisata, wisata bahari, wisata petualangan); berbasis desa, kemudahan usaha, serta akses
(2) wisata budaya (heritage tourism, wisata kepada pembiayaan dan pasar.
sejarah, wisata kuliner, wisata kota yang
difokuskan pada Cultural Heritage Regeneration, Penguatan ekonomi kreatif dan ekonomi digital
dan wisata desa); (3) wisata buatan (meeting - ke depan difokuskan pada 8 klaster kreatif di
incentive - convention - exhibition / MICE, dan Jawa, Bali, Medan dan Makassar. Sektor yang
wisata olah raga). Pengembangan ketiga jenis akan diperkuat yaitu kuliner, fesyen, kriya,
pariwisata tersebut juga membuka kesempatan aplikasi dan konten digital, e-sport dan games,
bagi wisatawan untuk terlibat dalam kegiatan film, dan musik. Perluasan aktivitas ekonomi

66 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


kreatif dilaksanakan secara bertahap di wilayah koordinasi dan sinkronisasi kebijakan; (2)
lain yang memiliki potensi nilai tambah yang pengembangan industri halal; (3) pembentukan
besar. Badan Pengembangan Ekonomi Syariah; (4)
pelaksanaan rencana induk Ekonomi Syariah
Perbaikan iklim usaha dan peningkatan 2019 – 2024; dan (5) penerapan kebijakan
investasi dilaksanakan melalui (1) harmonisasi perlindungan konsumen dan tertib niaga.
dan sinkronisasi peraturan serta kebijakan
antarsektor dan wilayah; (2) fasilitasi kemudahan (iii) Peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi
usaha dan investasi, serta pemberian fasilitas dan penguatan Tingkat Kandungan Dalam
kepabeanan dan insentif fiskal terhadap industri Negeri (TKDN) yang akan dilaksanakan dengan
dalam negeri; (3) reformasi ketenagakerjaan strategi (1) meningkatkan diversifikasi, nilai
melalui upaya penciptaan iklim ketenagakerjaan tambah, dan daya saing produk ekspor dan jasa;
yang kondusif yang didukung oleh hubungan (2) meningkatkan akses dan pendalaman pasar
industrial yang harmonis, penguatan collective ekspor; (3) mengelola impor; (4) meningkatkan
bargaining, penyempurnaan peraturan kandungan dan penggunaan produk dalam
ketenagakerjaan, peningkatan keahlian dan negeri termasuk melalui pengadaan pemerintah
produktivitas tenaga kerja, peningkatan yang efektif; (5) meningkatkan partisipasi dalam
peran pemerintah daerah, serta peningkatan jaringan produksi global; (6) meningkatkan citra
perlindungan tenaga kerja baik di dalam negeri dan diversifikasi pemasaran pariwisata, serta
maupun di luar negeri. Perlindungan tenaga produk kreatif dan digital; (7) meningkatkan
kerja akan diwujudkan melalui penerapan efektivitas Prefrential Trade Agreement (PTA)/
sistem perlindungan sosial universal bagi Free Trade Agreement (FTA)/ Comprehensive
pekerja, pembenahan sistem pelayanan Economic Partnership Agreement (CEPA) dan
penempatan dan perlindungan pekerja diplomasi ekonomi.
migran, dan penerapan sistem pengawasan
ketenagakerjaan secara efektif; (4) penguatan Strategi peningkatan dan perluasan ekspor
kebijakan dan kelembagaan persaingan usaha; akan difokuskan pada (1) peningkatan ekspor
dan (5) peningkatan kapasitas, kapabilitas produk industri yang lebih kompleks termasuk
serta daya saing BUMN melalui pembentukan yang berteknologi menengah dan tinggi; (2)
holding BUMN dan membuka pasar pada peningkatan ekspor jasa melalui peningkatan
jaringan internasional. kapasitas dari pelaku sektor jasa dalam negeri
berdasarkan peta kompetensi, harmonisasi
Perbaikan iklim usaha dan peningkatan regulasi sektor jasa, serta penyediaan statistik
investasi akan difokuskan untuk mendukung perdagangan jasa; (3) penguatan platform
sektor prioritas nasional seperti energi, industri informasi ekspor dan impor yang mencakup
pengolahan terutama yang berorientasi ekspor, informasi pasar, regulasi dan prosedur, serta
pariwisata, ekonomi kreatif, ekonomi digital, insentif dan advokasi termasuk tentang
serta pendidikan dan pelatihan vokasi. kerja sama bilateral dan multilateral; (4)
pengembangan marketplace berorientasi
Peningkatan industri halal dilaksanakan ekspor, termasuk yang dapat dimanfaatkan oleh
sebagai bagian dari pengembangan ekonomi UMKM dan start-up teknologi untuk memasok
dan keuangan syariah yang mencakup (1) produk dan jasa ke pasar internasional; dan (5)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 67


fasilitasi peningkatan daya saing brand barang nation branding. Berbagai event promosi
dan jasa Indonesia. pariwisata akan dijadikan sebagai wahana untuk
meningkatkan penghargaan dan perayaan
Peningkatan akses dan pendalaman pasar terhadap warisan alam, budaya dan keragaman
ekspor akan didukung diantaranya dengan tatanan sosial masyarakat yang memperkuat
pembiayaan ekspor dan impor, serta penguatan regenerasi dan citra bangsa Indonesia.
skema kerja sama business-to-business. Keterpaduan pemasaran juga akan melibatkan
Perluasan pasar ekspor akan mencakup diaspora Indonesia dalam perayaan kekayaan
kawasan Afrika, Amerika Latin, dan Eropa Timur. budaya, termasuk kekayaan kuliner Indonesia
melalui diplomasi gastronomi.
Pelaksanaan strategi pengelolaan impor akan
disinergikan dengan strategi peningkatan Berbagai strategi tersebut akan didukung
TKDN serta penggunaan produk dalam negeri. optimalisasi kerja sama ekonomi dan diplomasi
Sinergi kedua strategi ini akan didukung ekonomi. Salah satu langkah konkrit yaitu melalui
dengan pengembangan pemasok komponen, penguatan perwakilan pariwisata, perdagangan
serta peningkatan kualitas barang dan jasa dan investasi di luar negeri, promosi terintegrasi,
dalam negeri untuk pengadaan industri dan dan memperluas keanggotaan dan partisipasi
pemerintah. Promosi pariwisata melalui berbagai aktif Indonesia di organisasi dan inisiatif
event dan kemudahan akses perjalanan di internasional seperti OECD, World Trade
dalam negeri diharapkan dapat meningkatkan Organization (WTO), Asia-Pacific Economic
pilihan wisatawan nusantara untuk berwisata Cooperation (APEC), dan Belt Road Initiatives
di dalam negeri, sehingga impor jasa dapat (BRI). Pelaksanaannya membutuhkan reformasi
dikelola lebih baik. tata kelola dan kebijakan pemerintahan dalam
rangka mencapai standar yang berlaku dan
Strategi peningkatan dan perluasan ekspor, mendukung pelaksanaan kebijakan-kebijakan
serta pengelolaan impor juga dilaksanakan yang disepakati dan direkomendasikan.
secara sinergi dengan peningkatan partisipasi
di rantai produksi global antara lain dengan (iv) Penguatan pilar pertumbuhan dan daya saing
memberikan insentif fiskal terhadap bahan ekonomi yang dilaksanakan dengan strategi (1)
baku melalui Kemudahan Impor Tujuan Ekspor. meningkatkan pendalaman sektor keuangan;
Sinerginya diwujudkan dalam bentuk fasilitasi (2) mengoptimalkan pemanfaatan teknologi
pengembangan kerja sama investasi di dalam digital dan industri 4.0; (3) meningkatkan sistem
negeri (inbound), serta diplomasi ekonomi dan logistik dan stabilitas harga; (4) meningkatkan
kerja sama investasi di negara tujuan ekspor penerapan praktik berkelanjutan di industri
(outbound). Pelaksanaannya membutuhkan pengolahan dan pariwisata; (5) reformasi fiskal;
peran aktif dan kerja sama dengan aktor non- (6) meningkatkan ketersediaan dan kualitas
pemerintah. Selain itu, peningkatan ekspor data dan informasi perkembangan ekonomi,
juga dapat dilaksanakan melalui pendekatan terutama pangan, kemaritiman, pariwisata,
fasilitasi bahan baku impor untuk tujuan ekspor. ekonomi kreatif, dan ekonomi digital.

Peningkatan citra dan diversifikasi pemasaran Pendalaman sektor keuangan, baik konvensional
pariwisata akan difokuskan pada inovasi dan maupun syariah, dilaksanakan dengan (1)
keterpaduan pemasaran, serta penguatan peningkatan akses keuangan masyarakat

68 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


(inklusi keuangan); (2) perluasan inovasi produk SDG ke-12 yaitu memastikan pola konsumsi
keuangan dengan pemanfaatan teknologi; (3) dan produksi yang berkelanjutan. Fokus
pengembangan infrastruktur sektor keuangan; pelaksaannya yaitu penerapan Standar Industri
(4) penempatan devisa hasil ekspor (DHE) Hijau/SNI/ISO 14001 oleh industri pengolahan
pada Sistem Keuangan di dalam negeri; dan (5) untuk pengelolaan risiko lingkungan, serta
harmonisasi dan penguatan kebijakan sektor sertifikasi praktik pariwisata berkelanjutan.
keuangan atas dasar kedaulatan, stabilitas
dan integritas sistem keuangan, prinsip kehati- Strategi penguatan reformasi fiskal akan
hatian, serta pencegahan dan pemberantasan difokuskan pada optimalisasi kontribusi
tindak pidana pencucian uang. penerimaan negara dan peningkatan belanja
negara yang lebih berkualitas serta pembiayaan
Penerapan kemajuan teknologi, terutama utang yang produktif dan efisien.
industri 4.0 dalam lima tahun mendatang
dilaksanakan secara bertahap di lima subsektor Optimalisasi penerimaan negara diarahkan
yaitu makanan-minuman, tekstil dan pakaian untuk medukung daya saing dengan target
jadi, otomotif, elektronik, dan kimia termasuk yang lebih realistis dan optimal, disertai
farmasi. Penerapannya juga diperluas untuk dukungan terhadap perekonomian dan dunia
meningkatkan efisiensi, produktivitas dan usaha melalui insentif fiskal.
daya saing di sektor pertanian, perikanan dan
kemaritiman, kehutanan, energi, pariwisata, Optimalisasi perpajakan mencakup pembaruan
ekonomi kreatif, transportasi, perdagangan, sistem inti administrasi perpajakan (core tax
dan jasa keuangan. system) dan smart customs and excise system,
upaya intensifikasi dan ekstensifikasi baik obyek
Penguatan sistem logistik akan difokuskan dan subyek pajak maupun perluasan barang
pada peningkatan efisiensi distribusi nasional kena cukai, penyederhanaan struktur tarif cukai
untuk kelancaran arus barang dan jasa hasil tembakau (HT), peningkatan tarif cukai
antarwilayah. Pelaksanaannya akan dilengkapi HT, serta penguatan kelembagaan penerimaan
dengan pembangunan Pusat Logistik Berikat, negara.
pengembangan National Logistic Ecosystems,
serta peningkatan kualitas pasar rakyat melalui Optimalisasi PNBP dilakukan dengan
perbaikan tata kelola, penerapan SNI pasar dan penyempurnaan regulasi PNBP, peningkatan
pemanfaatan teknologi digital. Perbaikan sistem kepatuhan dan intensifikasi pengawasan PNBP,
logistik juga diarahkan untuk meningkatkan peningkatan PNBP dari pengelolaan Barang
efisiensi perdagangan internasional melalui Milik Negara (BMN) dan kinerja Badan Layanan
percepatan arus barang impor dan ekspor Umum (BLU), pengembangan layanan berbasis
dengan penerapan integrasi proses bisnis di digital untuk meningkatkan PNBP, serta
bidang impor dan ekspor di semua K/L terkait pengembangan PNBP-earmark untuk memenuhi
melalui sistem Indonesia National Single kebutuhan pendanaan pembangunan ibu kota
Window (INSW). negara baru.

Pelaksanaan strategi penerapan praktik Peningkatan belanja negara yang berkualitas


berkelanjutan di sektor industri dan pariwisata dilaksanakan melalui penajaman belanja barang
merupakan bentuk komitmen pelaksanaan dan penguatan belanja modal untuk semakin

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 69


fokus pada program produktif dan mendorong Peningkatan ketersediaan kualitas data dan
pertumbuhan ekonomi. informasi difokuskan melalui (1) peningkatan
ketersediaan data dan informasi statistik
Pengelolaan subsidi ditujukan untuk berkualitas; (2) peningkatan koordinasi,
meningkatan efektivitas dan efisiensi melalui integrasi, dan sinkronisasi kegiatan statistik
upaya perbaikan ketepatan sasaran. Reformasi yang diselenggarakan pemerintah pusat,
fiskal juga diarahkan untuk memperkuat kualitas pemerintah daerah dan swasta; (3) peningkatan
desentralisasi fiskal melalui pengelolaan hubungan dengan responden dan pengguna
Transfer ke Daerah dan Dana Desa berbasis data; (4) peningkatan jumlah dan kompetensi
kinerja, serta perbaikan pengelolaan keuangan SDM; (5) peningkatan sarana dan prasarana,
daerah yang efisien, efektif, dan akuntabel. termasuk yang berbasis teknologi informasi
dan komunikasi dalam kegiatan statistik;
Dari sisi pengelolaan pembiayaan, reformasi (6) peningkatan penggunaan standar dan
fiskal akan ditempuh dengan mendorong metodologi statistik internasional di Indonesia;
pengembangan skema pembiayaan yang dan (7) peningkatan ketersediaan statistik
inovatif dan inklusif dengan mengutamakan dengan menerapkan standar penjaminan
pendalaman pasar keuangan domestik. kualitas.

Indikasi Lokasi
Sentra Produksi
Pangan

70 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sentra Hilirisasi
Pertanian

Wilayah Pengelolaan
Perikanan

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 71


Sentra Produksi Perikanan
Budidaya dan Garam

Sumber Gas Bumi dan Batubara


untuk Industri dan Listrik

72 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Potensi Pengembangan Kawasan Industri
Berbasis Energi Terbarukan

Hilirisasi SDA melalui Kawasan Industri


di Luar Pulau Jawa

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 73


Hilirisasi SDA melalui Pengembangan
Smelter

Destinasi Pariwista

74 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Lokasi Pengembangan
Klaster Ekonomi Kreatif

Regenerasi Warisan Budaya


(Cultural Heritage Regeneration)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 75


MENGEMBANGKAN
WILAYAH UNTUK
MENGURANGI
KESENJANGAN &
MENJAMIN PEMERATAAN
Kondisi Saat Ini

3
Isu Strategis Kewilayahan
Visi, Misi dan Rencana Aksi Bidang Kewilayahan
Arahan Umum dan Target Pembangunan Kewilayahan
Arahan Pembangunan Wilayah Pulau
Kondisi Saat Ini

Kondisi pembangunan kewilayahan saat ini sesuai Februari 2019, Tingkat Pengangguran Terbuka
dengan capaian pembangunan tahun 2015- (TPT) nasional berada pada angka 5,01 %. Angka
2019 adalah bahwa sumbangan Pulau Jawa dan TPT tertinggi tercatat di Provinsi Jawa Barat sebesar
Sumatera masih dominan dan tidak mengindikasikan 7,73 persen dan angka TPT terendah di Provinsi Bali
pergeseran. Di tahun 2018, kontribusi ekonomi Pulau sebesar 1,19 persen.
Jawa sebesar 58,29% dan Pulau Sumatera sebesar
21.53% terhadap PDB nasional. Dari seluruh Sementara itu, upaya untuk mengurangi 80
Wilayah Pulau, hanya Pulau Sulawesi, Pulau Bali kabupaten daerah tertinggal masih terkendala oleh
dan Nusa Tenggara yang sampai akhir tahun 2018 terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana
masih mengikuti target kontribusi ekonomi pulau pelayanan dasar dan pendukung ekonomi di
terhadap PDB nasional yang tertuang dalam RPJMN daerah tertinggal, akibatnya kapasitas sumber daya
2015-2019. Ketimpangan antarprovinsi di dalam manusia dan pendapatan masyarakat di daerah
wilayah pulau paling tinggi adalah di Pulau Jawa- tertinggal, terutama yang berada di wilayah Papua
Bali dan Kalimantan. Ketimpangan antardesa-kota dan Nusa Tenggara belum dapat ditingkatkan
dalam wilayah pulau paling tinggi adalah di Pulau secara optimal. Angka kemiskinan dan IPM di desa
Jawa-Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Penting dan daerah tertinggal telah menunjukan perbaikan.
untuk menjadi catatan adalah tingkat ketimpangan Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan pada
antarwilayah yang rendah belum tentu merefleksikan 2015-2019 dimulai dengan tahap perencanaan
keberhasilan kebijakan distribusi pembangunan. untuk 10 wilayah metropolitan (WM), 11 kota baru
Namun demikian, tingkat ketimpangan yang rendah dan 11 KEK. Sampai dengan akhir 2018 dua WM
bisa jadi mencerminkan tingkat pembangunan yang telah dalam tahap legalisasi (Surabaya, Jakarta),
rendah dan merata di seluruh wilayah, sepertinya dua WM dalam tahap penyusunan Rperpres
halnya yang terjadi di wilayah Pulau Maluku. (Manado dan Banjar), dan satu WM dalam tahap
Mengatasi hal tersebut, pemindahan Ibu Kota penyusunan materi teknis (Palembang). Investasi
Negara ke luar Jawa diharapkan dapat mengubah untuk infrastruktur perkotaan diarahkan ke 10 WM
orientasi investor dari pulau Jawa ke luar Jawa. tersebut. Untuk KEK, sampai dengan akhir 2018,
enam KEK telah operasional dan telah dilengkapi
Untuk indikator tingkat kemiskinan sampai dengan infastruktur penunjang di dalam maupun di luar KEK.
Maret 2019, jumlah penduduk miskin mencapai Yang masih diperlukan adalah anchor industries
25,14 Juta. Jumlah wilayah yang mengalami yang dapat memastikan industri hilir operasional
kemiskinan di atas angka kemiskinan nasional adalah dan untuk memastikan peningkatan investasi di
16 dari 33 provinsi dengan provinsi kemiskinan dalam kawasan.
tertinggi adalah Provinsi Papua, Papua Barat, NTT,
Maluku dan Gorontalo. Sedangkan wilayah dengan Untuk kondisi sosial saat ini dapat ditunjukkan
tingkat kemiskinan di bawah angka kemiskinan dengan capaian angka Indeks Pembangunan
nasional adalah provinsi yang ada di wilayah Pulau Manusia (IPM). Pada tahun 2018, IPM Indonesia
Kalimantan. Secara jumlah, Pulau Jawa-Bali adalah mencapai 71,39 meningkat sebesar 0,58 dari tahun
rumah bagi penduduk miskin terbanyak. Sedangkan sebelumnya. Capaian IPM tertinggi ditempati oleh
untuk indikator pengangguran, sampai dengan Provinsi DKI Jakarta dengan IPM sebesar 80,47,

78 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Tabel 3.1 Capaian Pembangunan 2015-2019
Capaian Kumulatif Sasaran RPJMN
No Indikator
2015-2018 2015-2019
A. Pembangunan Wilayah
1 Penurunan Desa Tertinggal (Desa) 6.518 5.000
2 Peningkatan Desa Mandiri (Desa) 2.665 2.000
Kabupaten Daerah Tertinggal Terentaskan
3 62 80
(Kabupaten)
4 Persentase Penduduk Miskin di Daerah Tertinggal 17,41 (2018) 15-15,6
5 Rata-rata IPM di Daerah Tertingal 61,95 (2018) 62,78
B. Pemerataan Pembangunan
1 Perencanaan Metropolitan di Luar Jawa (Kota) 3 6
2 KEK di Luar Jawa (Lokasi) 11 11
Penguatan 39 Pusat Pertumbuhan sebagai PKL/PKW
3 39 39
(Kawasan)
Optimalisasi 20 kota sedang di luar Jawa sebagai
4 15 20
PKN/PKW (kawasan)
5 Inkubasi Kota Baru 9 11
6 Sertipikat Hak Atas Tanah (bidang) 11.969.998 7.115.765
C. Kontribusi Antar-Pulau
1 Peran Sumatera dalam PDB Nasional (%) 21,53 24,60
2 Peran Jawa dalam PDB Nasional (%) 58,29 55,10
3 Peran Bali-Nustra dalam PDB Nasional (%) 3,04 2,60
4 Peran Kalimantan dalam PDB Nasional (%) 8,07 9,60
5 Peran Sulawesi dalam PDB Nasional (%) 6,28 5,20
6 Peran Maluku-Papua dalam PDB Nasional (%) 2,57 2,90

sedangkan capaian terendah ditempati oleh Provinsi Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara,
Papua dengan IPM sebesar 60,06. Meskipun masih dan Sulawesi Tenggara. Pada tingkat kabupaten/
yang terendah, namun capaian IPM Provinsi Papua kota, capaian IPM tertinggi ditempati oleh Kota
pada tahun ini telah membuat statusnya berubah Yogyakarta dengan IPM sebesar 86,11, sedangkan
dari rendah menjadi sedang. Provinsi DKI Jakarta capaian terendah ditempati oleh Kabupaten Nduga
untuk pertama kalinya dan satu-satunya tercatat dengan IPM sebesar 29,42. Sama halnya dengan
sebagai provinsi yang telah memasuki status status pembangunan manusia di tingkat provinsi,
pembangunan manusia sangat tinggi. Sementara terdapat kabupaten/kota yang sudah berada pada
itu, tujuh provinsi tercatat mulai memasuki status kategori pembangunan manusia sangat tinggi.
pembangunan manusia tinggi yaitu Provinsi Jambi, Pada tahun 2018 tercatat sebanyak 29 kabupaten/
Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan kota (5,64 persen) telah mencapai status sangat

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 79


tinggi. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumya provinsi dengan persentase hunian layak terendah
yang berjumlah 23 kabupaten/kota. Sebagian adalah Papua sebesar 19,17 persen dan Provinsi
besar dari kabupaten/kota yang berstatus sangat Kepulauan Bangka Belitung sebesar 20,85 persen.
tinggi berada di Pulau Jawa. Selain kabupaten/ Untuk indikator persentase rumah tangga yang
kota dengan status pembangunan manusia sangat memiliki akses sanitasi layak secara nasional
tinggi, terdapat 163 kabupaten/kota (31,71 persen) sudah mencapai 74,58 persen dengan provinsi
yang berstatus tinggi, 296 kabupaten/kota (57,59 tertinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta, Bali, dan
persen) berstatus sedang, dan 26 kabupaten/kota DKI Jakarta sedangkan provinsi terendah adalah
(5,06 persen) yang masih berstatus rendah. Provinsi Papua. Kemudian untuk persentase rumah
tangga yang memiliki akses air minum layak secara
Selanjutnya untuk indikator kondisi sanitasi layak, nasional sudah mencapai 61,30 persen dengan
hunian layak, dan air minum layak, secara nasional provinsi tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Timur,
persentase rumah tangga yang menempati hunian Bali, dan Kepulauan Riau sedangkan provinsi
layak baru sebesar 38,30 persen dengan beberapa terendah adalah Provinsi Bengkulu, Lampung, dan
provinsi tertinggi adalah Provinsi Bali, DI Yogyakarta, Papua.
Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara sedangkan

Isu Strategis Kewilayahan


Isu strategis utama bidang kewilayahan adalah masih yang masih rendah (11 operasional dari 13 KEK,
adanya kesenjangan antar wilayah yang ditandai 5 operasional dari 14 KI, 2 dari 4 KPBPB, dan 10
dengan: (a) Kemiskinan di KTI (18,01 persen), KBI Destinasi Pariwisata Prioritas); (b) Konektivitas
(10,33 persen), perdesaan (13.47 persen) dan dari dan menuju Pusat-Pusat Pertumbuhan yang
perkotaan (7,20 persen) yang tinggi (BPS, 2017); (b) lemah; dan (c) Kawasan Strategis Kabupaten
Ketimpangan Pendapatan Perdesaan (GR = 0,324) yang belum berkembang.
dan Perkotaan (GR = 0,4); (c) terjadinya konsentrasi
kegiatan ekonomi di KBI terutama Pulau Jawa; (d) 2. Pengelolaan urbanisasi yang belum optimal yang
keterbatasan sarana prasarana dan aksesibilitas di ditandai dengan 1 persen pertambahan jumlah
daerah tertinggal, desa dan kawasan perdesaan, populasi penduduk urban yang hanya dapat
kawasan transmigrasi, kawasan perbatasan; dan (e) meningkatkan 1,4 persen PDB. Hal ini berbeda
belum optimalnya pengembangan ekonomi lokal di bila dibandingkan dengan Cina dan Negara Asia
daerah tertinggal, kawasan perbatasan, desa dan Timur dan Pasifik lain yang rerata bisa mencapai
kawasan perdesaan, serta kawasan transmigrasi. 2,7% PDB.
Selain itu, isu kesenjangan antar wilayah ditandai
pula dengan hal berikut. 3. Pemanfaatan ruang yang belum sesuai dan
sinkron dengan rencana tata ruang, yang
1. Penguatan pertumbuhan pusat-pusat wilayah ditandai dengan: (a) Terbatasnya ketersediaan
yang masih rendah, yang ditandai oleh: (a) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang
Tingkat keberhasilan Pusat Pertumbuhan Wilayah berkualitas sebagai acuan perizinan dan

80 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


pengendalian pemanfaatan ruang, terutama tanah bersertipikat yang terdigitasi baru 20,91
dikarenakan belum tersedianya peta dasar skala persen; (c) 26,14 juta rumah tangga tani hanya
1 : 5.000; (b) Belum berjalannya pengendalian menguasai lahan rata-rata 0,89 hektar dan 14,25
pemanfaatan ruang secara optimal dikarenakan juta rumah tangga tani hanya menguasai lahan
belum tersedianya instrumen pengendalian kurang dari 0,5 hektar/keluarga (Sensus Pertanian
pemanfaatan ruang; (c) Adanya tumpang BPS, 2013); (d) Sengketa, konflik dan perkara
tindih perizinan pemanfaatan ruang yang akan pertanahan yang terselesaikan baru 4.031 kasus
diselesaikan melalui pelaksanaan Kebijakan Satu dari total 10.802 kasus yang ditangani.
Peta yang diintegrasikan dalam pelaksanaan
Satu Data Indonesia; (d) Desa-desa dalam 6. Menurunnya daya dukung lingkungan Jakarta
kawasan hutan dan perkebunan besar tidak sebagai ibukota. Indikator penandanya antara
dapat melaksanakan kewenangannya terutama lain tingginya angka kejadian banjir, penurunan
untuk pembangunan infrastruktur (sekitar permukaan tanah, kenaikan muka air laut,
25.000 desa); dan (e) Kejadian bencana akibat kualitas air sungai 96% tercemar berat, dan
pemanfaatan ruang yang belum sesuai dengan jumlah kerugian akibat kemacetan mencapai
rencana tata ruang semakin meningkat (sekitar 65 triliun rupiah per tahun (World Bank, 2017).
2.000 kasus kejadian banjir, longsor, kebakaran Selain itu, wilayah metropolitan Jakarta telah
hutan, dan sebagainya). menjadi area dengan jumlah populasi penduduk
terbesar di Indonesia. Wilayah metropolitan
4. Rendahnya pemenuhan pelayanan dasar dan Jakarta sendiri berkontribusi sebesar 20,85
daya saing daerah, yang ditandai dengan: persen (BPS, 2018), mengindikasikan dominasi
(a) Akses dan kualitas pelayanan dasar yang wilayah dalam perekonomian nasional dan
terbatas, antara lain angka rumah layak huni tingginya gap dengan daerah lain di Indonesia.
hanya mencapai 36,3 persen, air minum layak
61,29 persen, sanitasi (air limbah) layak 74,58 Untuk mengurangi ketimpangan, laju pertumbuhan
persen (termasuk sanitasi aman 7,42 persen) ekonomi di luar Pulau Jawa-Bali harus dipacu,
(BPS 2018, diolah Bappenas berdasarkan definisi terutama Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau
SDGs 2030); (b) Ketergantungan APBD terhadap Sumatera, Pulau Kalimantan dan Pulau Papua.
Dana Transfer yang tinggi (rata- rata >70 persen Dari tingkat kemiskinan hanya pulau Kalimantan
APBD Kab/ Kota dan >50 persen APBD Provinsi yang rendah, pulau yang lainnya masih relatif tinggi
dari Pusat) serta sumber Pendanaan Non APBN terutama Papua dan Nusa Tenggara. Ke depannya
yang kurang optimal; (c) Peraturan Perundangan diharapkan kemiskinan di kedua pulau tersebut
yang belum harmonis, (d) belum optimalnya bisa ditekan ke level di bawah 20 persen dan 10
Kerjasama dan Inovasi Daerah yang belum persen. Penting untuk diperhatikan, secara jumlah
berkembang; dan (e) Proses perizinan yang Pulau Jawa-Bali merupakan rumah bagi penduduk
lama dan berbiaya tinggi, (f) Belum optimalnya miskin terbanyak. Sedangkan untuk pengangguran,
sinergi perencanaan Pusat-daerah. secara rata-rata angkanya cukup merata di semua
pulau, yaitu berkisar 4-5 persen, kecuali pulau
5. Rendahnya kepastian hukum hak atas tanah dan Maluku yang memiliki tingkat pengangguran paling
tingginya ketimpangan pemilikan, penguasaan, tinggi. Ketimpangan antar-provinsi dalam wilayah
penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang pulau, yang paling tinggi adalah Pulau Jawa-Bali
ditandai dengan: (a) Cakupan peta dasar dan Pulau Kalimantan. Adapun ketimpangan antar
pertanahan baru 48,4 persen; (b) Cakupan bidang desa-kota dalam wilayah pulau, yang paling tinggi

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 81


adalah Pulau Jawa-Bali, Kepulauan Nusa Tenggara 2015, tercatat terdapat 12.478 kejadian bencana
dan Pulau Sulawesi. Penting untuk menjadi catatan dan terjadi peningkatan sangat signifikan pada 3
adalah tingkat ketimpangan antar-wilayah yang tahun terakhir. Pada tahun 2018 terdapat sebanyak
rendah belum tentu merefleksikan keberhasilan 3.525 kejadian bencana. Kejadian bencana dapat
kebijakan distribusi pembangunan. Namun merusak hasil-hasil pembangunan yang dicapai
demikian, tingkat ketimpangan yang rendah bisa puluhan tahun dalam waktu singkat. Pada tahun
jadi mencerminkan tingkat pembangunan yang 2016, kerugian ekonomi lebih dari Rp7 Triliun (setara
rendah dan merata di seluruh wilayah, sepertinya 0,08% dari PDB) dihadapi akibat dampak kejadian
halnya yang terjadi di wilayah Pulau Maluku. bencana yang dialami. Sementara pada tahun 2017,
kejadian bencana menimbulkan dampak kerugian
Posisi strategis wilayah yang terletak di garis ekonomi yang mencapai sekitar Rp4,7 Triliun
khatulistiwa dan berada pada zona pertemuan atau 0,05% dari PDB. Hal tersebut menyebabkan
lempeng besar maupun kecil menyebabkan upaya mengurangi ketimpangan antarwilayah dan
Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat
state) memiliki risiko terhadap bencana geologi menjadi terhambat
maupun hidrometeorologi sangat tinggi. Sejak tahun

Tabel 3.2 Isu-isu Strategis Wilayah Pulau

Wilayah Kemiskinan Tingkat Kesenjangan Kesenjangan


No
Pembangunan Jumlah (ribu jiwa) % Pengangguran (%) Antar Wilayah* Desa-Kota*

1 Sumatera 5.969,1 10,4 5,2 0,40 0,17

2 Jawa Bali 14.112,9 9,2 5,8 0,73 0,53

3 Nusa Tenggara 1.882,9 18,3 3,3 0,23 0,32

4 Kalimantan 988,5 6,2 5,0 0,72 0,08

5 Sulawesi 2.107,6 10,9 4,9 0,15 0,29

6 Maluku 289,7 13,4 7,6 0,09 0,19

7 Papua 1.123,3 26,7 4,2 0,16 0,07


* Indeks Williamson

82 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Visi, Misi dan Rencana Aksi Bidang Kewilayahan
Dokumen RPJMN 2020-2024 merupakan 4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.
penerjemahan dari visi-misi dan janji Presiden-Wakil 5. Kemajuan budaya yang mencerminkan
Presiden terpilih. Sehingga dalam penyusunannya kepribadian bangsa.
perlu memperhatikan dokumen tersebut. Sebagai 6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi,
kelanjutan, percepatan, pengembangan, serta bermartabat, dan tepercaya.
pemajuan dari visi sebelumnya maka dalam 7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan
periode 5 tahun mendatang maka visi yang memberikan rasa aman pada seluruh warga.
dirumuskan adalah “Maju yang Berdaulat, Mandiri, 8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif,
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong- dan tepercaya.
Royong”. Upaya mewujudkan visi Indonesia Maju 9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Negara Kesatuan.
Berlandaskan Gotong Royong ditempuh dengan
sembilan misi sebagai berikut. Mengacu pada visi-misi yang sudah dirumuskan
oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih maka yang
1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia. terkait dengan bidang kewilayahan adalah upaya
2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan memperkecil ketimpangan antardaerah dengan
berdaya saing. program aksi sebagai berikut.
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan.

Tabel 3.3 Pemetaan Misi dan Program Aksi Terkait Bidang Kewilayahan
Misi Program Aksi Langkah
Peningkatan Mengembangkan • Percepatan pemerataan pembangunan infrastruktur dasar,
Kualitas Reformasi Sistem terutama SPAM dan perbaikan sanitasi, seperti tiap rumah
Manusia Kesehatan tangga memiliki jamban, untuk meningkatkan kualitas hidup
Indonesia sehat
• Mempercepat pemerataan fasilitas dan kualitas pelayanan
kesehatan, termasuk di desa-desa dan wilayah 3T (Tertinggal,
Terdepan, dan Terluar), kawasan perbatasan, serta kawasan
transmigrasi. dengan skema DAK Fisik.
Mengembangkan • Mempercepat pemerataan penyediaan sarana-prasarana
Reformasi Sistem pendidikan dan infrastruktur pendukungnya di seluruh wilayah
Pendidikan Indonesia, terutama di wilayah-wilayah yang infrastruktur
pendidikannya masih kurang
• Memperluas beasiswa afirmasi dengan memberikan
kesempatan mahasiswa-mahasiswa miskin, di wilayah
3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), santri dan siswa
lembaga-lembaga pendidikan keagamaan, untuk memperoleh
beasiswa pendidikan (Bidik Misi maupun LPDP), serta
memperluas akses mahasiswa mendapatkan pinjaman dana
pendidikan dari perbankan.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 83


Misi Program Aksi Langkah
Struktur Meningkatkan • Mempercepat pemerataan pembangunan infrastruktur
Ekonomi yang Nilai Tambah dari untuk menumbuhkan sentra-sentra ekonomi baru dengan
Produktif, Pemanfaatan mengembangkan pembiayaan kreatif dan inovatif yang
Mandiri, dan Infrastruktur melibatkan Swasta, BUMN, maupun BUMD
Berdaya Saing • Mengintegrasikan pembangunan infrastruktur dengan
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus dan Kawasan
Industri
• Memperluas akses perumahan/tempat tinggal/hunian dan
bedah rumah bagi 5 juta Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR), buruh, ASN, prajurit TNI, dan anggota Polri
• Mengembangkan infrastruktur perkotaan: perumahan/tempat
tinggal/hunian, transportasi massal, sentra-sentra ekonomi
yang terintegrasi, serta memastikan ketersediaan infrastruktur
air bersih, tenaga listrik, dan pengolahan limbah/sampah
Melanjutkan • Mengembangkan sentra-sentra inovasi serta peningkatan
Revitalisasi Industri anggaran riset untuk mendorong inovasi teknologi serta
dan Infrastruktur revitalisasi science-technopark untuk keperluan masyarakat
Pendukungnya serta pengembangan teknologi yang diperlukan di era revolusi
untuk Menyongsong industri 4.0.
Revolusi Industri 4.0.
Mengembangkan • Mempercepat pengembangan sektor pariwisata yang
Sektor-Sektor Ekonomi memberikan nilai tambah bagi perekonomian daerah
Baru dan masyarakat sekitarnya. Fokus pada melanjutkan
pembangunan 10 destinasi wisata baru (“Bali Baru”).
Pembangunan Redistribusi Aset • Mempercepat pelaksanaan redistribusi aset (reforma agraria)
yang demi Pembangunan dan perhutanan sosial yang tepat sasaran guna memberikan
Merata dan Berkeadilan peluang bagi rakyat yang selama ini tidak memiliki lahan/asset
Berkeadilan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi.
• Melanjutkan pendampingan masyarakat dalam penggunaan,
pemanfaatan, dan produksi atas tanah objek reforma agrarian
dan perhutanan sosial sehingga lebih produktif.
• Melanjutkan pendampingan masyarakat dalam penggunaan,
pemanfaatan, dan produksi atas tanah objek reforma agrarian
dan perhutanan sosial sehingga lebih produktif.
• Melanjutkan percepatan legalisasi (sertifikasi) atas tanah-
tanah milik rakyat termasuk tanah milik transmigran, dan tanah
wakaf, sehingga memiliki kepastian hukum dan mencegah
munculnya sengketa atas tanah.

84 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Misi Program Aksi Langkah
Melanjutkan • Memperbaiki pelayanan dasar bagi warga desa, seperti air
Pemanfaatan bersih, sanitasi, dan listrik desa.
Dana Desa untuk • Mengembangkan ekonomi produktif dan industri perdesaan,
Pengurangan terutama digerakkan oleh BUMDES dan pelaku-pelaku UMKM/
Kemiskinan dan Koperasi di desa untuk mengembangkan sentra-sentra
Kesenjangan di ekonomi baru di perdesaan.
Perdesaan • Mengembangkan kawasan perdesaan dan kawasan
transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan lokal dengan
mempromosikan produk unggulan yang berbasis sumber
daya ekonomi lokal
• Meningkatkan kapasitas dan tata kelola pemerintahan desa,
sehingga lebih adaptif untuk melakukan inovasi, partisipatif-
inklusif, transparan, serta akuntabel.
• Memperkuat fungsi pendamping desa dalam melakukan
monitoring dan evaluasi pembangunan desa secara efektif
dan efisien.
• Mendorong dijitalisasi desa sebagai media pembelajaran
daring, sumber informasi pembangunan desa, serta akses ke
pasar daring
Mengembangkan • Mengembangkan sektor ekonomi dan produk unggulan
Potensi Ekonomi yang menciptakan nilai tambah bagi daerah dan warganya,
Daerah untuk terutama di daerah tertinggal, kawasan perbatasan, desa dan
Pemerataan kawasan perdesaan, serta kawasan transmigrasi.
Pembangunan • Mempercepat kemudahan berusaha di daerah termasuk
Antarwilayah reformasi pelayanan perizinan yang berbasis sistem informasi
digital (e-gov)
• Meningkatkan pemanfaatan infrastruktur konektivitas yang
terintegrasi dengan pengembangan sektor ekonomi unggulan
daerah.
• Mempercepat kemudahan berusaha di daerah termasuk
reformasi pelayanan perizinan yang berbasis sistem informasi
digital (e-gov).
• Mempermudah kemunculan wirausahawan wirausahawan
baru di daerah, dengan insentif, bantuan permodalan, dan
fasilitas usaha.
• Menyiapkan sumber daya manusia yang terampil serta
terintegrasi dengan kebutuhan pengembangan industri
unggulan
• Memaksimalkan kerja sama antara pemerintah daerah,
swasta, dan masyarakat untuk pemajuan ekonomi daerah.
• Meningkatkan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam mengembangkan sentra-sentra pertumbuhan
ekonomi baru untuk menekan angka kemiskinan, mengurangi
ketimpangan antarwarga dan juga antarwilayah.
• Meningkatkan peran kelurahan dalam mengatasi kemiskinan
dan ketimpangan perkotaan melalui penataan pengelolaan
fiskal.
• Pembangunan Ibu kota Negara di luar pulau Jawa

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 85


Misi Program Aksi Langkah
Mencapai Pengembangan • Melanjutkan kebijakan satu peta untuk menghindari tumpang
Lingkungan Kebijakan Tata Ruang tindih penggunaan ruang.
Hidup yang Terintegrasi • Pengendalian dan pengawasan kepatuhan pelaksanaannya
Berkelanjutan serta menindak tegas penyimpangannya
Mitigasi Perubahan • Memperbanyak hutan kota dan ruang terbuka hijau
Iklim • Melanjutkan konservasi lahan gambut
Penegakan Hukum • Merehabilitasi kerusakan lingkungan untuk menjamin daya
dan Rehabilitasi dukung lingkungan secara berkelanjutan termasuk rehabilitasi
Lingkungan Hidup hutan dan lahan, konservasi laut, serta Daerah Aliran Sungai
(DAS).
Kemajuan Mengembangkan • Merevitalisasi dan meningkatkan pembangunan pusat
Budaya yang Pemajuan Seni- kebudayaan, museum, dan warisan budaya di daerah-daerah.
Mencerminkan Budaya
Kepribadian Mengembangkan • Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana olahraga yang
Bangsa Olahraga untuk sudah tersedia untuk mendukung pembinaan olahraga,
Tumbuhkan Budaya khususnya di desa-desa
Sportivitas dan
Berprestasi
Restorasi Toleransi • Meningkatkan kesetiakawanan sosial antarwarga dalam
dan Kerukunan Sosial menyelesaikan masalah-masalah bersama, serta dalam
penanganan bencana
Penegakan Penghormatan, • Melindungi dan memajukan hak-hak masyarakat adat, mulai
Sistem Hukum Perlindungan, dan dari legal aspek, pemberdayaan ekonomi, perlindungan
yang Bebas Pemenuhan HAM hukum, hingga pada pemanfaatan sumber daya alam yang
Korupsi, lestari
Bermartabat, • Melindungi hak-hak masyarakat di bidang pertanahan
dan Tepercaya • Memperluas cakupan kampung/desa layak anak untuk
memastikan pendidikan anak usia dini dimulai dari lingkungan
yang ramah
Perlindungan Melanjutkan Haluan • Melanjutkan diplomasi kawasan perbatasan dan memperkuat
bagi Segenap Politik Luar Negeri keamanan di wilayah perbatasan dengan negara yang
Bangsa dan yang Bebas Aktif berbatasan langsung dengan Indonesia
Memberikan Reformasi Pelayanan • Mempercepat pengintegrasian pelayanan daerah dan pusat
Rasa Aman Publik dalam satu lokasi yang dekat dengan pusat kegiatan ekonomi
pada Seluruh masyarakat dalam bentuk Mall Pelayanan Publik.
Warga • Membangun Hub Inovasi pelayanan publik sebagai pusat
pembelajaran, jaringan informasi, dan bimbingan inovasi
pelayanan publik
• Memantapkan pelayanan publik berbasis online yang
transparan dan memberikan kepastian, di antaranya melalui
Online Single Submission

86 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Misi Program Aksi Langkah
Sinergi Menata Hubungan • Menata hubungan kerja Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Pemerintah Pusat dan Daerah Daerah, mulai dari proses perencanaan, penganggaran, dan
Daerah dalam yang Lebih Sinergis bantuan keuangan, sampai pembinaaan dan pengawasan.
Kerangka • Meningkatkan fungsi pembinaan dan pengawasan Pemerintah
Negara Pusat terhadap daerah otonom dan Daerah Khusus/Daerah
Kesatuan Istimewa, terutama dalam hal penyelenggaraan urusan
pemerintahan, pengelolaan keuangan daerah, dan pelayanan
pada masyarakat.
• Memantapkan peran gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat dalam fungsi pembinaan dan pengawasan serta
menyinergikan kepentingan antar-kabupaten/kota di
wilayahnya masing-masing.
• Menata kembali kebijakan pemekaran wilayah guna
memperkuat kedaulatan dan integritas NKRI, serta
meningkatkan kapasitas daerah otonom hasil pemekaran.
• Membangun sistem insentif bagi daerah otonom yang
berkinerja baik.
Meningkatkan • Memperkuat deregulasi peraturan daerah (perda) dengan
Kapasitas Daerah mengevaluasi perda-perda yang bermasalah.
Otonom dan Daerah • Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengelola anggaran
Khusus/Daerah secara tepat sasaran dan berorientasi outcome.
Istimewa dalam • Money Follow Program dengan memfokuskan penggunaan
Pelayanan Publik dan anggaran untuk mengembangkan sektor unggulan daerah,
Peningkatan Daya upaya penurunan angka pengangguran, menekan kemiskinan
Saing Daerah dan kesenjangan.
• Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan desa untuk
mengelola dana transfer daerah dan Dana Desa.
• Mereformasi pelayanan publik dengan menempatkan desa,
kelurahan, dan kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan
publik.
• Mengawal implementasi UU Desa secara sistematis,
konsisten, dan berkelanjutan dengan fasilitasi, supervisi, dan
pendampingan.
• Mencegah praktik korupsi di daerah melalui transparansi
pengelolaan anggaran.
Mengembangkan • Mendorong kerja sama antar-daerah otonom dalam
Kerja Sama Antar- menyelesaikan masalah-masalah bersama seperti masalah
Daerah Otonom transportasi, penanganan limbah, dan juga penanganan
dalam Peningkatan masalah dalam ekosistem Daerah Aliran Sungai.
Pelayanan Publik dan • Mendorong kerja sama antar-daerah otonom dalam memacu
Membangun Sentra- pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing.
Sentra Ekonomi Baru

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 87


Arahan Umum dan Target Pembangunan
Kewilayahan

Pembangunan kewilayahan merupakan salah satu 2. Meningkatnya keunggulan kompetitif pusat-


prioritas nasional dalam RPJMN 2020-2024 yang pusat pertumbuhan wilayah
diarahkan untuk menyelesaikan isu strategis utama 3. Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan
yaitu ketimpangan antar wilayah. Pembangunan dasar, daya saing serta kemandirian daerah
kewilayahan sekaligus merupakan penjabaran 4. Meningkatnya sinergi pemanfaatan ruang
dari pembangunan nasional. Pembangunan wilayah
kewilayahan merupakan salah satu prioritas
nasional dalam RPJMN 2020-2024 yang diarahkan Target pertumbuhan ekonomi nasional dalam
untuk menyelesaikan isu strategis utama yaitu periode 2020-2024 dibuat dalam 3 (tiga) skenario
ketimpangan antar wilayah. Tujuan pembangunan yaitu: (i) skenario rendah yaitu 5,4; (ii) skenario
utamanya disusun untuk mneyelesaikan isu moderat sebesar 5,7; dan (iii) skenario tinggi sebesar
ketimpangan antar wilayah, antara lain: 6,0. Berdasarkan skenario target pertumbuhan
ekonomi nasional moderat tersebut kemudian
1. Meningkatnya pemerataan antarwilayah (KBI- diturunkan dalam target pertumbuhan ekonomi
KTI, Jawa-luar Jawa) setiap pulau besar dan setiap provinsi.

Tabel 3.4 Target pembangunan kewilayahan berbasis pulau dan tingkat kemiskinannya

Wilayah Target Pertumbuhan Target tingkat kemiskinan

Sumatera 4,8 – 5,6 % 7,99 - 5,76%

Jawa-Bali 5,4 – 5,7 % 7,73 - 5,93%

Nusa Tenggara 5,9 – 7,9 % 16,85 - 13,69%

Kalimantan 6,4 – 8,9 % 4,06 – 3,29 %

Sulawesi 6,8 – 8,8 % 9,65 – 7,90 %

Maluku 6,1 – 7,0 % 11,49 – 9,40 %

Papua 6,0 – 8,1 % 23,28 – 19,02 %

Berdasarkan target pertumbuhan ekonomi nasional dan pulau besar kemudian diturunkan kembali menjadi
target pertumbuhan ekonomi pada tingkat provinsi berikut ini.

88 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Tabel 3.5 Target pembangunan kewilayahan berbasis provinsi dan tingkat kemiskinannya

Pertumbuhan Pertumbuhan
Kemiskinan Kemiskinan
Provinsi Ekonomi Provinsi Ekonomi
2020 2024 2020 2024 2020 2024 2020 2024
Aceh 4,0 4,7 13,34 11,75 Kalimantan
4,4 5,7 6,43 5,23
Barat
Sumatera Utara 5,5 6,4 8,43 6,83
Kalimantan
Sumatera Barat 5,1 5,9 5,94 4,55 4,9 5,7 4,72 3,50
Tengah
Riau 3,4 4,0 6,75 5,70 Kalimantan
8,0 9,3 4,20 3,04
Jambi 4,7 5,5 7,29 5,74 Selatan

Sumatera Kalimantan
5,9 6,9 11,65 10,38 6,5 10,1 5,58 4,24
Selatan Timur

Bengkulu 5,2 6,0 13,40 12,09 Kalimantan


7,9 9,0 5,85 4,44
Utara
Lampung 5,7 6,6 11,56 10,01
Sulawesi Utara 7,3 9,2 7,00 5,65
Kep. Bangka
3,3 3,8 4,40 3,44 Sulawesi
Belitung 6,8 8,6 13,00 11,26
Tengah
Kep. Riau 3,9 4,5 5,30 4,21
Sulawesi
DKI Jakarta 5,5 5,9 3,18 2,25 7,1 9,0 8,46 6,91
Selatan
Jawa Barat 5,3 5,8 6,31 4,85 Sulawesi
5,7 8,3 10,76 8,70
Jawa Tengah 5,1 5,4 9,81 8,48 Tenggara

DI Yogyakarta 5,5 6,2 9,11 7,75 Gorontalo 7,8 9,8 15,00 13,26

Jawa Timur 5,3 5,6 10,08 8,30 Sulawesi Barat 5,9 7,6 9,62 8,00

Banten 5,1 5,5 4,80 3,60 Maluku 5,9 6,8 17,02 15,19

Bali 5,7 6,6 3,52 2,65 Maluku Utara 6,2 7,2 6,00 4,38

Nusa Tenggara Papua Barat 6,0 7,6 20,03 16,05


5,2 6,0 13,52 11,87
Barat Papua 6,0 8,3 24,19 19,98
Nusa Tenggara
6,8 10,2 18,00 15,69
Timur

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 89


1. Sasaran dan Arah Kebijakan

Berdasarkan isu strategis, visi-misi dan program agregat, mendorong diversifikasi ekonomi Pulau
aksi, serta sasaran pembangunan tersebut Kalimantan, sumber pertumbuhan ekonomi baru
kemudian disusun arah kebijakan pembangunan jangka Panjang terutama untuk Wilayah Pulau
berbasis kewilayahan. Secara umum arah kebijakan Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia, dan
pembangunan berbasis kewilayahan untuk kurun mengurangi ketimpangan antar wilayah;
waktu 2020- 2024 sebagai berikut: 8. Peningkatan peran dan efisiensi pelayanan kota
1. Pembangunan desa terpadu dan penguatan kecil-menengah untuk meningkatkan sinergi
keterkaitan desa-kota melalui pengembangan pembangunan perkotaan dan pedesaan;
kawasan perdesaan, kawasan transmigrasi, 9. Penegakan rencana tata ruang yang berbasis
kawasan perbatasan, dan daerah tertinggal yang mitigasi bencana melalui peningkatan efektivitas
difokuskan pada pemenuhan pelayanan dasar, instrumen pengendalian pemanfaatan ruang,
peningkatan aksesibilitas, dan pengembangan terutama kelengkapan RDTR serta mempercepat
ekonomi yang mendukung pusat pertumbuhan penyediaan peta dasar skala besar (1:5.000)
wilayah; secara nasional. Di samping itu, juga diterapkan
2. Optimalisasi pengembangan pusat-pusat mekanisme insentif dan disinsentif, serta sanksi
pertumbuhan wilayah (KEK, KI, KPBPB, bagi pelanggaran pemanfaatan ruang;
Destinasi Pariwisata Prioritas, dan kawasan 10. Peningkatan kepastian hukum hak atas tanah
lainnya yang telah ditetapkan) yang didukung melalui sertifikasi hak atas tanah terutama
dengan konektivitas antar-wilayah yang tinggi di wilayah yang diarahkan sebagai koridor
untuk meningkatan nilai tambah dari sumber pertumbuhan ekonomi dan pemerataan serta
daya alam dan daya saing wilayah; wilayah sekitarnya (termasuk di kawasan
3. Penataan hubungan pusat dan daerah yang transmigrasi); publikasi batas kawasan hutan
lebih sinergis; dan non hutan dalam skala kadastral; dan
4. Peningkatkan kapasitas daerah otonom deliniasi batas wilayah adat.
dan daerah khusus/daerah istimewa dalam 11. Penyediaan tanah bagi pembangunan untuk
pelayanan publik dan peningkatan daya saing kepentingan umum melalui pembentukan bank
daerah; tanah; serta peningkatan pelayanan pertanahan
5. Pengembangan kerja sama antardaerah melalui pelayanan modern berbasis digital dan
otonom dalam peningkatan pelayanan publik penerimaan PNS petugas ukur pertanahan.
dan membangun sentra-sentra ekonomi baru;
6. Optimalisasi Wilayah Metropolitan (WM) dan Selain arah kebijakan umum pembangunan berbasis
kota besar di luar Jawa, termasuk perencanaan kewilayahan tersebut diatas terdapat penekanan
ruang, pembangunan infrastruktur perkotaan, kebijakan, khususnya dalam pelaksanaan
perencanaan investasi dan pembiayaan desentralisasi dan otonomi daerah yang masih
pembangunan dengan tetap mempertahankan perlu untuk ditingkatkan, baik dari sisi kelembagaan
pertumbuhan dan meningkatkan daya dukung pemerintah daerah, kapasitas aparatur daerah,
lingkungan untuk WM dan kota besar di Jawa; dan keuangan daerah. Untuk mengoptimalkan
7. Pembangunan Ibu kota Negara di luar pulau Jawa pelaksanaan pembangunan daerah, diperlukan
di posisi yang lebih seimbang secara spasial penguatan pada kebijakan desentralisasi dan
dan ekonomi, sebagai stimulus pertumbuhan otonomi daerah yang fokus kepada (i) Peningkatan
perekonomian melalui peningkatan permintaan tata kelola dan kapasitas pemerintah daerah dan

90 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


pemerintah desa (kelembagaan, keuangan, dan Mengingat kondisi yang rawan terhadap bencana,
SDM aparatur) dan (ii) Penataan pola hubungan pembangunan kewilayahan harus berdasarkan
pusat-daerah, pengembangan kerjasama antar konsep penguatan pengurangan risiko bencana
daerah, pola-pola kolaborasi multipihak, dan yang holistik dan integratif melalui pengarusutamaan
menghasilkan inovasi daerah. Fokus kebijakan penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan
tersebut dilaksanakan untuk mencapai sasaran iklim intrasektor yang diarahkan kepada peningkatan
utama, yaitu: (i) percepatan kemudahan berusaha investasi mitigasi struktural dan non struktural serta
dan reformasi pelayanan perizinan, (ii) penerapan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim di
Standar Pelayanan Minimal (SPM) di daerah, (iii) daerah rawan bencana, terutama pada lokasi pusat-
peningkatan inovasi daerah, (iv) peningkatan pusat pertumbuhan wilayah serta kota metropolitan
pendapatan daerah, (v) pengelolaan keuangan pada setiap wilayah pulau. Mitigasi non-struktural
daerah yang efektif dan efisien, (vi) realisasi belanja yang dimaksud mencakup antara lain, optimalisasi
daerah yang berkualitas, (vii) peningkatan penataan pengaturan dan pengendalian pemanfaatan ruang
hubungan pusat-daerah, (viii) peningkatan kawasan, pembangunan budaya sadar bencana,
kerjasama antar daerah, dan (ix) pelaksanaan serta kesiapsiagaan pemerintah daerah dan
kebijakan dan peningkatan tata kelola otonomi masyarakat.
khusus.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 91


2. Strategi Pengembangan Wilayah

Strategi yang digunakan dalam kebijakan nusantara, dan mempertimbangkan pola persebaran
pembangunan berbasis kewilayahan adalah strategi pusat kegiatan seperti Pusat Kegiatan Nasional
pertumbuhan dan strategi pemerataan. Strategi (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Arah
pertumbuhan adalah strategi berbasis ekonomi yang pembangunan wilayah dalam koridor pertumbuhan
dilaksanakan pada daerah-daerah yang memiliki dan pemerataan tetap disusun berdasarkan potensi
daya kompetitif yang tinggi dengan mendorong dan karakteristik masing-masing wilayah.
operasionalisasi dan meningkatkan investasi pada
pusat-pusat pertumbuhan yakni pada Kawasan Koridor pertumbuhan berorientasi untuk memacu
Ekonomi Khusus, Kawasan Industri, Destinasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui percepatan
Pariwisata Prioritas, Kawasan Perdagangan Bebas pengembangan kawasan-kawasan pertumbuhan,
dan Pelabuhan Bebas, dan pusat pertumbuhan meliputi PKN, PKW, KEK, KI, dan KSPN, serta kota-
lainnya yang telah ditetapkan; serta pengembangan desa pada kabupaten/kota yang terletak pada koridor
sektor-sektor unggulan seperti sektor manufaktur, pertumbuhan. Sementara koridor pemerataan
pariwisata dan sebagainya melalui Pembangunan berorientasi untuk pemenuhan pelayanan dasar
Ibu Kota Negara di luar Pulau Jawa. yang lebih merata melalui pengembangan PKW
dan PKL sehingga terbentuk pusat-pusat pelayanan
Sementara itu strategi pemerataan adalah strategi dasar baru yang menjangkau daerah pelayanan
yang mendorong pertumbuhan pusat-pusat aktivitas yang lebih luas, pada kabupaten/kota pada koridor
melalui: (a) pengembangan ekonomi wilayah/lokal pemerataan. Untuk lebih jelasnya wilayah yang
melalui penyediaan sarana prasarana perekonomian merupakan koridor pertumbuhan dan pemerataan
dengan memperhatikan karakteristik aktivitas dapat dilihat pada lampiran.
ekonomi di masing-masing wilayah termasuk
peningkatan kapasitas sumber daya manusia, baik Di luar koridor pertumbuhan dan pemerataan,
di daerah tertinggal, kawasan perbatasan, desa dan diidentifikasi juga arah pembangunan wilayah yang
kawasan perdesaan, serta kawasan transmigrasi, sifatnya umum (generik) untuk seluruh wilayah,
dan (b) pemenuhan pelayanan dasar di seluruh yang meliputi pengurangan angka kemiskinan dan
wilayah, terutama di daerah tertinggal, kawasan kesenjangan di setiap wilayah dengan arah strategi
perbatasan, desa dan kawasan perdesaan, serta (a) meningkatkan akses dan mutu kesehatan; (b)
kawasan transmigrasi. meningkatkan akses dan mutu pendidikan; (c)
meningkatkan akses dan mutu permukiman; (d)
Strategi pertumbuhan dan strategi pemerataan meningkatkan akses dan mutu air bersih; dan (e)
tersebut diterjemahkan menjadi koridor meningkatkan akses dan mutu energi (listrik).
pembangunan yang terdiri dari dua jenis koridor,
yaitu koridor pertumbuhan dan koridor pemerataan. Sementara itu, upaya peningkatan kewaspadaan
Konsep koridor tersebut disusun berdasarkan dalam rangka mitigasi dan pengurangan risiko
perhitungan Regional Competitive Advantage bencana di setiap wilayah pulau dilaksanakan
(RCA) berdasarkan angka PDRB tahun 2017. dengan strategi (a) pengembangan sistem
Unsur penyusunan koridor adalah jalur manufaktur peringatan dini multiancaman bencana; (b)
nusantara, jalur mineral nusantara, jalur pariwisata peningkatan kapasitas aparat dan masyarakat; serta

92 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


(c) perluasan dan penguatan kerjasama multipihak tentunya sesuai dengan karakteristik fisik dan sosial
dan multisektor dalam mitigasi bencana. Strategi budaya wilayah dan berbasis kearifan lokal.
mitigasi dan pengurangan risiko bencana tersebut

Gambar 3.1 Strategi Pertumbuhan dan Pemerataan Wilayah

Kawasan Strategis
Strategi Pertumbuhan

• PKN, PKW, KEK, KSPN


Kerangka • Kota-Desa
Ekonomi Makro Arahan Sektor

Pertumbuhan Sektor Unggulan • Transportasi


Ekonomi • Energi, dsb
• Manufaktur
• Pariwisata, dsb

Pemenuhan
Mitigasi Bencana Tata Kelola
Pelayanan Dasar
Strategi Pemerataan

Pemerataan
Pembangunan Kawasan Strategis Arahan Sektor

Pusat Pertumbuhan • PKW, PKL • Sektor Utama


Ekonomi Lokal • Kota - desa • Sektor Pendukung

Gambar 3.2 Koridor pertumbuhan dan pemerataan wilayah secara spasial adalah sebagai berikut

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 93


3. Program Prioritas Kewilayahan
Prioritas Nasional (PN) bidang kewilayahan bertujuan Kemudian pada tiap-tiap dirumuskan Program
mengembangkan wilayah untuk mengurangi Prioritas (PP) dilaksanakan 6 Kegiatan Prioritas (KP)
kesenjangan dan menjamin pemerataan. Untuk meliputi:
mencapai tujuan tersebut maka dirumuskan 1. Pengembangan Kawasan Strategis
Program Prioritas (PP) pembangunan kewilayahan 2. Pengembangan Sektor Unggulan
berbasis pulau yaitu: 3. Pengembangan Kawasan Perkotaan
1. Program Prioritas Pembangunan Wilayah 4. Pemenuhan Pelayanan Dasar
Sumatera 5. Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan
2. Program Prioritas Pembangunan Wilayah Jawa- Perbatasan, Perdesaan, dan Transmigrasi
Bali 6. Kelembagaan dan Keuangan Daerah
3. Program Prioritas Pembangunan Wilayah Nusa
Tenggara Target pembangunan kewilayahan berbasis pulau
4. Program Prioritas Pembangunan Wilayah tersebut akan dicapai melalui 6 kegiatan prioritas
Kalimantan kewilayahan.
5. Program Prioritas Pembangunan Wilayah
Sulawesi
6. Program Prioritas Pembangunan Wilayah Maluku
7. Program Prioritas Pembangunan Wilayah Papua

Tabel 3.6 Indikator dan Target Kegiatan Prioritas (KP)


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
PN1 Memperkuat Ketahanan Ekonomi Untuk Pertumbuhan yang Berkualitas
PP Peningkatan Kuantitas/Ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
KP Optimalisasi Pemanfaatan Waduk Multiguna
1 Luas kawasan lindung nasional 65 juta ha 65 juta ha
2 Kawasan hutan produksi 36 juta ha 36 juta ha
3 Pembangunan bendungan multiguna 17 unit 58 unit
Revitalisasi WPP dan menjamin akurasi
4 11 WPP 11 WPP
pendataan stock dan pemanfaatan
Jumlah sentra Industri Kecil dan Menengah 50 sentra (kumulatif
5 10 sentra
(IKM) baru di luar Jawa yang beroperasi 2020-2024)
6 Destinasi pariwisata prioritas yang diselesaikan 3 destinasi 8 destinasi
Destinasi wisata alam berkelanjutan berbasiskan
7 10 klaster 10 klaster
taman nasional
8 Destinasi wisata bahari 6 destinasi 6 destinasi
20 kab/kota/kawasan
9 Jumlah kab/kota kreatif yang difasilitasi 4 kab/kota/kawasan
(kumulatif)
Jumlah kawasan dan klaster kreatif yang
10 8 lokasi 10 lokasi
dikembangkan

94 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
11 Revitalisasi ruang kreatif 25 unit 40 unit
Jumlah Kawasan Industri (KI) yang difasiliasi di 9 KI prioritas dan 10 9 KI prioritas dan 10
12
luar Jawa KI pengembangan KI pengembangan
13 Jumlah kawasan industri halal 2 kawasan 3 kawasan
14 Jumlah Daerah Tertib Ukur (DTU) 10 DTU 10 DTU
PN2 Mengembangkan Wilayah Untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan
A. KP Pengembangan Kawasan Strategis
Rasio laju pertumbuhan investasi kawasan
1 (KEK/KI/KSPN) terhadap laju pertumbuhan N/A >1
investasi wilayah (per pulau/provinsi)
B. KP Pengembangan Sektor Unggulan
Persentase peningkatan produksi komoditas
1 N/A 4%
unggulan
c. KP Pengembangan Kawasan Perkotaan
1 Perencanaan wilayah metropolitan di luar Jawa 3 wilayah metropolitan 3 wilayah metropolitan
Pengembangan wilayah metropolitan di luar
2 - 4 wilayah metropolitan
Jawa
3 Peningkatan kualitas wilayah metropolitan Jawa - 4 wilayah metropolitan
4 Pembangunan Ibukota Negara 1 1
Pengembangan Kota Besar, Sedang, Kecil
5 54 kota
sebagai PKN/PKW (kota)
6 Pembangunan kota baru - 4 kota baru
D. KP Pemenuhan Pelayanan Dasar
Proporsi rumah tangga yang menempati hunian
1 - 70,00%
layak
E. KP Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Pedesaan, dan Transmigrasi
Desa Mandiri: 5.559 Desa Mandiri: 10.559
Desa Berkembang:
Desa Berkembang:
Peningkatan status pembangunan desa menjadi 59.879
1 54.879
berkembang dan mandiri (desa) (naik 5000)
Desa Tertinggal: Desa Tertinggal: 3.232
13.232* (turun 10.000)
2 Penurunan angka kemiskinan desa (%) 12,85% 9,9%
Penetapan batas administrasi desa/kelurahan
3 202 desa 10.394 desa
(desa)
Kecamatan lokasi prioritas perbatasan negara
4 yang ditingkatkan kesejahteraan dan tata 187 157
kelolanya (kecamatan)
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang
5 dikembangkan termasuk ekonomi kawasan 10 14
sekitarnya (PKSN)

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 95


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
37
6 Jumlah daerah tertinggal (kabupaten) 62 (terentaskan 25
kabupaten)
Persentase penduduk miskin di daerah 26,1% (2018) 25,5
7 23,5 – 24
tertinggal (%) (2019)**
58,11 (2018)
8 Rata-rata IPM di daerah tertinggal 62,2 – 62,7
58,82 (2019)**
• KPPN Inisiasi: 1 • KPPN Inisiasi: 0
• KPPN Konsolidasi: • KPPN Konsolidasi:
Pengembangan Kawasan Perdesaan sebagai
31 11
9 Kawasan Perkembangan Status Kawasan
• KPPN Mandiri: 27 • KPPN Mandiri: 43
Perdesaaan Prioritas Nasional (KPPN)
• KPPN Berdaya • KPPN Berdaya
Saing: 1 Saing: 6
28 kawasan 12 kawasan
transmigrasi transmigrasi
berkembang berkembang
24 kawasan 33 kawasan
10 Jumlah kawasan transmigrasi yang direvitalisasi
transmigrasi mandiri transmigrasi mandiri
0 kawasan 7 kawasan
transmigrasi berdaya transmigrasi berdaya
saing saing
F. KP Kelembagaan dan Keuangan Daerah
Jumlah daerah dengan penerimaan daerah
1 313 542
meningkat
Jumlah daerah dengan realisasi belanja
2 102 542
berkualitas
Jumlah daerah yang melaksanakan tata kelola
3 102 542
keuangan yang efektif dan efisien

Persentase jumlah daerah yang memiliki indeks


4 12% 36%
inovasi tinggi

Jumlah daerah yang memiliki PTSP Prima


5 200 542
berbasis elektronik

Jumlah daerah yang melaksanakan tata kelola


6 102 542
keuangan yang efektif dan efisien
Jumlah daerah yang mengimplementasikan
7 10 58***
Kesepakatan dan Perjanjian Kerja Sama Daerah

8 Persentase capaian penerapan SPM di daerah N/A**** 100%

96 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024

9 Nilai Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah 2,82 3,18


Daerah (EPPD)
Jumlah daerah dengan indeks kinerja GWPP
10 NA ***** 34
kategori baik
Jumlah pelaksanaan kebijakan (regulasi) pada
11 1 regulasi 2 regulasi
daerah otonomi khusus dan daerah istimewa
125.810 NLP (seluruh
12 Jumlah lembar Peta Dasar RBI skala 1: 5.000 5.013 NLP wilayah Indonesia non
hutan)

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis 10 Rancangan 18 Rancangan


13
Nasional (KSN) Perpres Perpres

10 Rancangan
14 RDTR Perbatasan Negara 10 Matek RDTR KPN
Perpres
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota
15 yang Berketahanan Bencana dan Perubahan 37 Kab/Kota* 250 Kab/Kota
Iklim
Luas bidang tanah bersertipikat yang terdigitasi
16 13,78 juta Ha 52,12 juta Ha
dan berkualitas baik
Jumlah Kantor Wilayah ATR/BPN dan Kantor 34 Kantor Wilayah
17 Pertanahan yang menerapkan pelayanan 0 ATR/BPN dan 467
pertanahan modern berbasis digital Kantor Pertanahan
18 Pembentukan dan operasionalisasi Bank Tanah 0 1
PN3 Meningkatkan SDM Berkualitas dan Berdaya Saing
PP Pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan
KP Pendampingan dan Layanan Terpadu
Persentase daerah yang menyelenggarakan
1 25% 80%
layanan terpadu penanggulangan kemiskinan
Jumlah kab/kota yang memanfaatkan sistem
perencanaan, penganggaran dan monev unit
2 86 kab/kota 300 kab/kota
terpadu dalam proses penyusunan program-
program penanggulangan kemiskinan
PP Pengentasan Kemiskinan
KP Reforma Agraria
Pembaruan kawasan hutan untuk masyarakat
1 2 juta ha 10 juta ha
pedesaan dan desa
2 Jumlah bidang tanah yang diredistribusi 750.000 7.750.000
3 Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi 6.286.087 56.286.087
PN4 Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan
N/A

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 97


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
PN5 Memperkuat Infrastruktur Untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar
PP1 Infrastruktur Pelayanan Dasar
A. KP1 Penyediaan Akses Perumahan dan Permukiman Layak, Aman dan Terjangkau
Jumlah hunian baru layak yang terbangun
1 547.000 unit
melalui peran pemerintah, termasuk BUMN
Jumlah hunian yang terbangun melalui peran
2 125.000 unit
masyarakat dan dunia usaha
Jumlah rumah tangga yang menerima fasilitas
161.540 Rumah
3 pembiayaan perumahan, termasuk SMF dan
Tangga
TAPERA
Jumlah rumah tangga yang menerima bantuan/ 255.000 Rumah
4
subsidi pembiayaan perumahan Tangga
Jumlah peningkatan kualitas hunian melalui
5 213.445 unit
peran pemerintah
Jumlah kabupaten/kota yang mengembangkan
6 iklim kondusif perumahan melalui reformasi 48 Kab/Kota
perizinan dan administrasi pertanahan
Jumlah kabupaten/kota yang
7 mengimplementasikan pemenuhan standar 48 Kab/Kota
keandalan bangunan
Jumlah kawasan permukiman kumuh di
8 perkotaan yang ditangani melalui peremajaan 5 kawasan
kota
B. KP2 Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi Yang Layak dan Aman
Jumlah sambungan rumah yang terlayani
1 743.700 SR
SPALD-T skala kota
Jumlah sambungan rumah yang terlayani
2 72.000 SR
SPALD-T skala regional
Jumlah sambungan rumah SPALD-T yang
3 2.232.120 SR
terlayani skala permukiman
5.039.057 Rumah
4 Jumlah rumah tangga yang terlayani IPLT
Tangga
Jumlah rumah tangga yang terlayani TPA 19.428.776 Rumah
5
dengan standar sanitary landfill Tangga
1.580.796 Rumah
6 Jumlah rumah tangga yang terlayani TPS3R
Tangga
1.585.405 Rumah
7 Jumlah rumah tangga yang terlayani TPST
Tangga
Jumlah kabupaten/kota yang memiliki sistem
8 pengelolaan air limbah, termasuk layanan 308 Kab/Kota
lumpur tinja

98 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
Jumlah kabupaten/kota yang memiliki sistem
9 308 Kab/Kota
pengelolaan sampah domestik
Peningkatan Jumlah sambungan rumah tangga
10 10.000.000 SR
dengan akses air minum layak perpipaan
Jumlah rumah tangga dengan akses air minum 50.502.020 Rumah
11
layak Bukan Jaringan Perpipaan Terlindungi Tangga
Jumlah sambungan rumah tangga dengan
12 akses air minum aman (akses air minum aman 10.892.869 SR
susenas dalam proses persiapan)
13 Persentase PDAM dengan kinerja sehat 100 %
14 Persentase angka BABS di tempat terbuka 0%
C. KP3 Pengelolaan Air Tanah dan Air Baku Berkelanjutan
Pembangunan embung air baku di pulau pulau
1 144 embung
kecil terluar
Pembangunan sumur air tanah di pulau pulau
2 600 titik
kecil terluar
Pembangunan sistem pemantauan kualitas
3 sumber air baku (WS Citarum dan Kawasan 31 kab/kota
Pesisir Utara Pulau Jawa
Pembangunan/ Peningkatan Sistem Informasi
4 Terpadu Hidrologi, Hidrometeorologi, 35 wilayah sungai
Hidrogeologi, dan Kualitas Air (kumulatif)
D. KP5 Ketahanan Kebencanaan Infrastruktur
1 Jumlah danau yang dikonservasi 15 Danau Prioritas
2 Pemasangan alat pemantauan penurunan tanah 32 kab/kota
E. KP6 Waduk Multipurpose dan Modernisasi Irigasi
1 Pengembangan fungsi waduk untuk irigasi 325 ribu ha
2 Modernisasi irigasi 8 daerah irigasi
PP2 Penguatan Konektivitas
A. KP1 Konektivitas Transportasi Jalan
Pembangunan jalan trans/ lingkar pulau terluar
1 13 lokasi
dan tertinggal
2 Penuntasan jalan trans papua 703 km
3 Tol Trans Sumatera 7 koridor tol
B. KP2 Konektivitas Transportasi KA
1 Pembangunan KA Barang Makassar - Parepare 76 km
2 KA Cepat Jakarta Semarang Surabaya 103 km
3 KA Cepat Jakarta Bandung 143 km

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 99


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
C. KP3 Konektivitas Transportasi Laut
1 Teknologi Informasi Pelayaran 200 lokasi
D. KP4 Konektivitas Transportasi Udara
1 Jembatan Udara Papua 30 rute
2 Bandara Baru 25 lokasi
3 Peningkatan Bandara Utama 10 lokasi
E. KP5 Konektivitas Transportasi Darat dan Antar Moda
1 Pelabuhan SDP Mendukung Pariwisata 500
2 SDP 250
3 Jalan 350
4 Terminal Penumpang dan Barang Antar Negara 7 lokasi
Terminal Penumpang dan barang di koridor
5 50 lokasi
utama
PP3 Infrastruktur Perkotaan
A. KP1 Sistem Angkutan Masal Perkotaan
Sistem Angkutan Umum Massal Perkotaan
1 6 Kota Metropolitan
Berbasis Rel (MRT, LRT, Komuter , Trem
Sistem Angkutan Umum Massal Perkotaan
2 34 lokasi
Berbasis Jalan (BRT)
Subsidi /PSO Angkutan Umum Massal
3 34 lokasi
Perkotaan berbasis rel dan jalan
B. KP2 Infrastruktur Jalan Perkotaan
1 Jalan Lingkar tol dan non tol 30 kota
2 Flyover dan underpass 23 lokasi
Pengembangan Automatic Traffic Control
3 20 lokasi
System (ATCS)
C. KP4 Infrastruktur dan Ekosistem ICT Perkotaan
1 Jumlah kota yang terlayani teknologi 5G 30 kota
D. KP5 Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi (Air Limbah dan Sampah ) yang Layak dan Aman
di Perkotaan
Jumlah kab kota yang menyelenggarakan Kota Medan, Kota
1 pelayanan air minum dan air limbah yang Palembang, Kota
terintegerasi kab kota kawasan Boogor

* capaian kumulatif tahun 2015-2018


** estimasi capaian tahun 2019
*** termasuk 10 metropolitan prioritas
**** data capaian SPM berdasarkan PP No. 2/2018 belum tersedia. Data yang tersedia adalah capaian SPM
berdasarkan PP No. 65/2005 yaitu sebesar 52%
*****indikator baru 2020-2024

100 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


4. Major Projects
Kegiatan prioritas dalam tujuh wilayah pulau dan e. Industrialisasi Berbasis Hilirisasi Produk
kepulauan diuraikan dalam bentuk Proyek Prioritas Sumber Daya Alam di luar Pulau Jawa.
Nasional (Pro PN) dan Proyek Prioritas K/L (Pro K/L). 2. Major Project dalam rangka mengembangkan
Untuk beberapa Proyek Prioritas Nasional (Pro PN) wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan
dan Proyek Prioritas K/L (Pro K/L) ada yang sifatnya menjamin pemerataan, yaitu:
strategis dan menjadi unggulan atau yang dikenal a. Pembangunan Wilayah Batam-Bintan;
sebagai Major Projects. Berikut daftar Major b. Pengembangan Kawasan Kota Baru (Maja,
Projects dalam rancangan awal RPJMN 2020-2024. Tanjung Selor, Sofifi, Sorong);
1. Major Project dalam rangka memperkuat c. Pengembangan Wilayah Metropolitan (WM
ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang Palembang, WM Banjarmasin, WM Denpasar,
berkualitas yaitu: WM Makassar);
a. Penguatan Jaminan Usaha dan Korporasi d. Pengembangan Ekonomi Kawasan
Petani dan Nelayan; Perbatasan (PKSN Paloh Aruk, PKSNNunukan,
b. Akselerasi Energi Terbarukan dan bahan PKSN Atambua, PKSN Kafemenanu, PKSN
bakar nabati berbasis komunitas; Jayapura, PKSN Merauke);
c. Perluasan Penerapan Industri 4.0; e. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah
d. Penyelesaian Pembangunan Kawasan Terdampak Bencana (Serang-Pandeglang,
Pariwisata: Danau Toba, Borobudur Dskt, Kota Palu, Kab. Sigi, Donggala, dan Parigi
Lombok, Labuan Bajo, Bromo-tengger- Moutong, Pulau Lombok, Pulau Sumbawa,
semeru, dan Wakatobi; Kota Bima);

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 101


f. Pengembangan Wilayah Adat (Laa Pago dan o. Sistem Angkutan Umum Massal Perkotaan di
Domberay); enam Kota Metropolitan: Jakarta, Surabaya,
g. Pembangunan Ibu Kota Negara di Kabupaten Medan, Bandung, Semarang, dan Makasar;
Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai p. Pengembangan Infrastruktur Gas Kota;
Kartanegara, Kalimantan Timur. q. Penyelesaian Program 35.000 MW;
3. Major Project dalam rangka meningkatkan SDM r. r.
Revitalisasi Kilang Minyak (Balikpapan,
berkualitas dan berdaya saing yaitu: Cilacap, Balongan, Dumai) dan Pembangunan
a. Percepatan Penurunan Kematian Ibu dan dua Kilang Baru (Tuban & Bontang);
Stunting; s. Pembangunan Pipa Gas Bumi Trans
b. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kalimantan;
Vokasi untuk Industri 4.0; t. Program Transformasi Digital: Penuntasan
c. Pembangunan Science Technopark Infrastruktur TIK (Satelit Multifungsi dan
(optimalisasi Triple Helix di empat major Lastmile), dan dari Sektor-sektor Lain
universitas); (Pemanfaatan)
d. Digitalisasi dan Integrasi Bantuan Sosial 5. Major Project dalam rangka membangun
4. Major Project dalam rangka memperkuat lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan
infrastruktur untuk mendukung pengembangan bencana, dan perubahan iklim yaitu:
ekonomi dan pelayanan dasar yaitu: a. Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah
a. Rumah Susun Perkotaan (1 juta); B3 Medis dan Pengolahan Limbah B3
b. Akses Sanitasi (Air Limbah) Layak dan Aman Terpadu;
(90% rumah Tangga); b. Penguatan Sistem Mitigasi Multi Ancaman
c. Akses Air Minum Perpipaan (10 Juta Bencana Terpadu
Sambungan Rumah); 6. Major Project dalam rangka memperkuat
d. Pengelolaan Citarum Harum; stabilitas Polhukhankam dan transformasi
e. Perluasan Distribusi Air Bersih di Seluruh pelayanan publik yaitu Penguatan Keamanan
Wilayah; Siber.
f. Pengelolaan Terpadu Pesisir Pantai Utara
Pulau Jawa: Jalan Tol Semarang-Demak
Terintegrasi Tanggul Laut;
g. Pengembangan Waduk Multiguna dan
Modernisasi Irigasi;
h. Pengembangan Jaringan tujuh Pelabuhan
Laut Terpadu
i. Pembangunan KA Angkutan Barang: KA
Sulawesi (Makasar-Pare pare);
j. Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera;
k. Pembangunan KA Cepat Jakarta-Semarang-
Surabaya dan Jakarta-Bandung;
l. Pembangunan Jalan Trans Papua;
m. Pembangunan Jembatan Udara Papua;
n. Pembangunan Jalan Trans/Lingkar Pulau
Terluar/Tertinggal (Morotai, Nias, Saumlaki,
Sumba, dll);

102 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Arahan Pembangunan Wilayah
1. Arah Pembangunan Wilayah Pulau Papua

Percepatan pembangunan wilayah Pulau Papua dan Keerom; (3) WA Mee Pago meliputi Kabupaten
berlandaskan pada pendekatan budaya dan Nabire, Intan Jaya, Paniai, Dogiyai, Deiyai, dan
kontekstual Papua, yang tercermin melalui strategi Mimika; (4) WA Anim Ha meliputi Kabupaten Asmat,
dan kebijakan pembangunan yang berbasis Merauke, Mappi, dan Boven Digoel; serta (5) WA
ekologis dan wilayah adat (WA). Adapun distribusi Saereri meliputi Kabupaten Supiori, Biak Numfor,
Wilayah Adat di Pulau Papua terdiri atas lima WA di Kepulauan Yapen, dan Waropen. Sementara itu,
Provinsi Papua dan dua WA di Provinsi Papua Barat. Wilayah Adat (WA) di Provinsi Papua Barat adalah:
Wilayah Adat di Provinsi Papua adalah: (1) WA Laa (1) WA Domberay yang meliputi Kota Sorong,
Pago meliputi Kabupaten Puncak, Puncak Jaya, Kabupaten Sorong, Raja Ampat, Tambrauw,
Tolikara, Mamberamo Tengah, Lanny Jaya, Nduga, Maybrat, Sorong Selatan, Pegunungan Arfak,
Jayawijaya, Yalimo, Yahukimo, dan Pegunungan Manokwari, Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, dan
Bintang; (2) WA Mamta meliputi Kota Jayapura, Teluk Wondama; serta (2) WA Bomberay meliputi
Kabupaten Mamberamo Raya, Sarmi, Jayapura, Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana.

Gambar 3.3. Peta Wilayah Adat di Pulau Papua

Raja Ampat

Kota Sorong
WA Saireri
Tambrauw Manokwari Supiori
Biak Numfor
Peg.
WA Mamta/Tabi
Sorong Maybrat
Arfak
Manokwari Selatan
Yapen
Sorong Selatan Teluk Bintuni

Teluk
Sarmi Kota Jayapura
Wondama Mamberamo
WA Domberai Waropen Raya

Jayapura
Fakfak
Keerom
Intan
Kaimana Puncak Tolikara Mamberamo
Nabire Jaya
Puncak Jaya Tengah Yalimo
WA Bomberai Dogiyai Paniai Lanny
Deiyai Jaya Jayawijaya
WA Laa Pago
mimika Nduga Yahukimo Peg.
Bintang

KPE Bomberai WA Meepago


asmat

KPE Domberai
Boven Digoel
KPE Saireri
KPE Meepago Mappi

KPE Mamta/Tabi
WA Anim Ha
KPE Laa Pago
KPE Anim Ha Merauke

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 103


Pembangunan wilayah Papua juga dilandasi 4. Potensi kawasan pariwisata berbasis alam dan
dengan kerangka Otonomi Khusus yang memuat budaya belum dikembangkan dengan baik;
prinsip keberpihakan, afirmasi, perlindungan, 5. Potensi bencana yang relatif tinggi dan
percepatan pembangunan, pemerataan distribusi belum sepenuhnya diantisipasi dengan upaya
pembangunan, pemberdayaan, dan keberlanjutan kesiapsiagaan, mitigasi, dan adaptasi yang
lingkungan. Untuk itu, pendekatan kultur menjadi komprehensif.
faktor strategis dalam kerangka manajemen 6. Infrastruktur dan layanan dasar yang masih
otonomi khusus yang inklusif. Nilai inklusif dalam terbatas;
pembangunan tercermin dari proses pembangunan 7. Ketahanan fisik dan sosial kota masih rentan
Papua yang terbuka (open governance), partisipatif, atas perubahan iklim, bencana dan polusi, dan
dan kolaboratif dalam pelayanan dasar di seluruh juga rentan terhadap kesenjangan social dan
pelosok Pulau Papua. kemiskinan perkotaan; dan
8. Pelayanan SPM yang masih perlu ditingkatkan.
Wilayah Pulau Papua berada di jalur besar gempa
bumi yaitu di Zona Sesar Sorong yang merupakan Oleh sebab itu, arah kebijakan pembangunan wilayah
salah satu sesar aktif pergerakannya. Wilayah Pulau Papua diarahkan untuk pada pembangunan
Papua juga memiliki bentang alam sungai-sungai berbasiskan kearifan lokal dengan mengoptimalkan
besar dengan kondisi topografi wilayah bervariasi, otonomi khusus. Pengembangan wilayah secara
mulai dari dataran rendah berawa sampai dataran umum bertumpu pada pengolahan sumber daya
tinggi yang dipenuhi dengan hutan hujan tropika, alam yang dihasilkan dari sentra produksi perikanan
padang rumput dan lembah. Dilihat dari kondisi di Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) dan
tersebut, wilayah Pulau Papua rentan terhadap sentra produksi pertanian dan perkebunan yang
bencana. Berdasarkan data kejadian bencana di tersebar di beberapa Kawasan Perdesaan Prioritas
wilayah Pulau Papua dalam kurun waktu 5 tahun Nasional (KPPN), Pusat Kegiatan Strategis Nasional
terakhir, terdapat 5 jenis kejadian bencana yang (PKSN) dan kawasan transmigrasi. Selanjutnya,
terjadi, yaitu banjir, gelombang ekstrim dan abrasi, pengolahan sumber daya alam berupa perkebunan,
gempa bumi, tanah longsor dan cuaca ekstrim. Dari pertambangan, dan perikanan yang difokuskan
kelima kejadian bencana tersebut, bencana banjir pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta
dan gempa bumi adalah bencana yang paling pengolahan pupuk dan petrokimia yang difoksukan
sering terjadi dan mengakibatkan banyak kerugian. pada Kawasan Industri (KI). Outlet untuk komoditas
mentah maupun barang hasil olahan di Pulau Papua
Isu strategis pembangunan Pulau Papua secara direncanakan berlokasi di pelabuhan hub Sorong.
umum adalah berikut:
1. Optimalisasi pelaksanaan Otonomi Khusus Selain pengembangan ekonomi berbasis
Papua dan kapasitas pemerintahan daerah yang sumber daya alam, dikembangkan juga kawasan
perlu ditingkatkan, serta pengembangan wilàyah strategis prioritas berbasis pariwisata, yaitu
adat dalam mendukung perekonomian wilayah; Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), dan Kota
2. Pengembangan industri skala kecil menengah Baru. Secara khusus, kearifan lokal juga diadopsi
berbasis sumber daya alam belum optimal; dalam pembangunan Papua melalui pendekatan
3. Konektivitas yang memadai dan terintegrasi pengembangan wilayah adat.
masih belum terwujud;

104 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Secara rinci, strategi pembangunan Pulau Papua pendamping desa dan peran serta masyarakat
meliputi: desa yang inklusif; serta penetapan batas desa
1. Mengembangkan sentra produksi pertanian,
perkebunan, dan perikanan; Dalam rangka mendukung keberlanjutan
2. Mengembangkan destinasi pariwisata alam lingkungan, maka beberapa kaidah pembangunan
dan budaya; rendah karbon yang dilaksanakan di wilayah Pulau
3. Mengembangkan pusat-pusat pengembangan Papua adalah sebagai berikut:
ekonomi lokal utama sesuai dengan sosio- 1. Mengoptimalkan upaya rehabilitasi hutan dan
antropologis masyarakat; lahan untuk mempertahankan luas tutupan hutan
4. Mengembangkan konektivitas antarmoda yang dan mengkonservasi sumber daya air;
terintegrasi antara moda transportasi laut, darat, 2. Mengupayakan konservasi dan perlindungan
dan udara; kawasan hutan;
5. Meningkatkan kualitas SDM khususnya 3. Mengembangkan energi baru terbarukan;
sekolah berpola asrama, pendidikan vokasional 4. Mengoptimalkan pengelolaan sampah dan
pertanian, perkebunan, dan perikanan, serta limbah bahan berbahaya beracun secara
pemerataan layanan kesehatan; terpadu;
6. Mengoptimalkan pelaksanaan otonomi khusus: 5. Mengembangkan sarana dan prasarana
meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah, transportasi massal;
mempercepat penerapan SPM; memberdayakan 6. Menegakkan hukum atas kejahatan di bidang
masyarakat adat; mempercepat pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup; dan
kawasan kampung; menguatkan peran distrik 7. Menerapkan kaidah ekowisata berkelanjutan
atau kecamatan; menguatkan kerjasama antar dalam pengembangan kawasan wisata.
kabupaten di masing-masing wilayah adat (7
wilayah adat); dan mempercepat pembangunan Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Pulau
kawasan perbatasan Papua yang ditargetkan sebesar 6,0% (2020) – 8,1%
7. Mengurangi kesenjangan antarwilayah antara (2024), maka diidentifikasi komoditas unggulan
pesisir dan pegunungan; Pulau Papua yang meliputi pala, kakao, sagu, kopi,
8. Mengarusutamakan penanggulangan bencana kelapa, karet, emas, tembaga, batubara, minyak
dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan dan gas bumi, serta perikanan tangkap, dengan
kepada peningkatan investasi mitigasi struktural sentra produksi yang tersebar di setiap provinsi
dan non struktural serta adaptasi masyarakat sebagai berikut:
terhadap perubahan iklim di daerah rawan 1. Provinsi Papua: kakao, sagu, kopi, kelapa, karet,
bencana berbasis kearifan lokal masyarakat emas, tembaga, dan perikanan tangkap; dan
khususnya kawasan DAS serta pantai utara 2. Provinsi Papua Barat: pala, kelapa, sagu,
Pulau Papua; dan batubara, minyak dan gas bumi, serta perikanan
9. Membangun desa secara terpadu yang tangkap.
mencakup pengembangan desa wisata, desa
digital dan produk unggulan desa; transformasi Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang
ekonomi desa dan peningkatan peran badan ada di wilayah Pulau Papua adalah sebagai berikut:
usaha milik desa; perbaikan pelayanan dasar 1. WPP 717, yang meliputi Perairan Teluk
air minum, sanitasi dan listrik desa; peningkatan Cenderawasih dan Samudera Pasifik dengan
kapasitas aparatur desa dalam hal pemanfaatan potensi produksi 1.054,7 ribu ton dan produksi
dana desa dan tata kelola aset desa; penguatan eksisting mencapai 86,5 ribu ton (8,2%); dan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 105


2. WPP 718, yang meliputi Laut Aru, Laut Arafuru, dan Kawasan Transmigrasi Muting di Kabupaten
dan Laut Timor bagian Timur dengan potensi Merauke; dan
produksi 2.637,6 ribu ton dan produksi eksisting 6. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Tanah
mencapai 153,9 ribu ton (5,8%). Merah, PKSN Jayapura, dan PKSN Merauke.

Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas Sedangkan untuk mendorong pengembangan


pengembangan kawasan berbasis sumber daya kawasan berbasis non-sumber daya alam, kawasan
alam pada koridor pertumbuhan dan pemerataan, strategis prioritas yang dikembangkan adalah:
maka dikembangkan kawasan strategis prioritas 1. Kota Baru Sorong; dan
yang terdiri dari: 2. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru Raja
1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong; Ampat
2. Kawasan Industri (KI) Teluk Bintuni; 3. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru Biak –
3. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Teluk Cenderawasih.
Biak, Timika, Sarmi, dan Merauke;
4. Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) Selain itu, dalam rangka meningkatkan
Jayapura, Manokwari, Raja Ampat, dan Merauke; perekonomian lokal, terdapat strategi
5. Kawasan Transmigrasi Werianggi Werabur pengembangan masing-masing wilayah adat
di Kabupaten Teluk Wondama, Kawasan untuk mendorong pengembangan komoditas
Transmigrasi Bomberay-Tomage di Kabupaten unggulan. Adapun lingkup wilayah adat dan strategi
Fak-Fak, Kawasan Transmigrasi Senggi di pengembangannya tercantum pada tabel berikut:
Kabupaten Keerom, Kawasan Transmigrasi Salor

Tabel . Lingkup Wilayah Adat dan Strategi Pengembangannya

Wilayah Adat Kabupaten/Kota Strategi Pengembangan


Kabupaten Puncak, Puncak Jaya,
Strategi pengembangan ekonomi
Tolikara, Mamberamo Tengah, Lanny
Laa Pago menjadi bagian dari Major Project
Jaya, Nduga, Jayawijaya, Yalimo,
Wilayah Adat Laa Pago.
Yahukimo, dan Pegunungan Bintang
Hilirisasi industri perikanan, industri
Kabupaten Supiori, Biak Numfor, pengalengan ikan dan industri pariwisata
Saireri
Kepulauan Yapen, dan Waropen budaya dan bahari Kepulauan Padaido
dan Kepulauan Ambai
Hilirisasi industri sagu, kelapa, kakao
Kota Jayapura, Kabupaten Mamberamo
Tabi dan pengembangan pariwisata Danau
Raya, Sarmi, Jayapura, dan Keerom
Sentani dan wisata bahari
Hilirisasi industri pertambangan, sagu,
Kabupaten Nabire, Intan Jaya, Paniai,
Mee Pago perkebunan kelapa sawit, kopi dan
Dogiyai, Deiyai, dan Mimika
pariwisata Danau Paniai
Kabupaten Asmat, Merauke, Mappi, dan Hilirisasi industri tebu, sagu, perikanan,
Anim Ha
Boven Digoel industri pangan dan industri peternakan

106 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Wilayah Adat Kabupaten/Kota Strategi Pengembangan
Hilirisasi industri pala, peternakan dan
Bomberay Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana pariwisata budaya dan bahari Teluk
Triton
Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Raja
Ampat, Tambrauw, Maybrat, Sorong Strategi pengembangan ekonomi
Domberay Selatan, Pegunungan Arfak, Manokwari, menjadi bagian dari Major Project
Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, dan Wilayah Adat Domberay.
Teluk Wondama

Pengembangan kawasan strategis prioritas tersebut, aspek pemerataan pelayanan dasar, yang meliputi:
selain didukung dengan pengembangan outlet 1. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan
pelabuhan hub Pelabuhan Sorong, sebagaimana dengan lokus prioritas yaitu 26 kecamatan lokasi
disebutkan sebelumnya, juga didukung infrastruktur prioritas di Provinsi Papua dan 3 kecamatan
transportasi; energi, telekomunikasi dan lokasi prioritas di Provinsi Papua Barat
informatika; pengairan dan irigasi; serta perumahan 2. Penanganan stunting dengan lokasi fokus
dan permukiman. Uraian rinci pembangunan prioritas mencakup seluruh kabupaten/kota di
infrastruktur tersebut terdapat pada lampiran matriks Provinsi Papua dan Papua Barat;
pembangunan kewilayahan dan lampiran peta arah 3. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh
pembangunan per pulau. provinsi wilayah Papua;
4. Peningkatan alokasi untuk percepatan
Selain infrastruktur, pengembangan kawasan pemberantasan buta aksara bagi penduduk
sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat usia produktif (15-59 tahun) di Provinsi Papua
bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan sejumlah 178.500 orang;
kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan 5. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat
sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan sasaran melalui Program Keluarga Harapan,
(SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia
Latihan Kerja (BLK). Sehat untuk mencapai target kemiskinan tahun
2024 yaitu 19,98% di Provinsi Papua, dan 16,05%
Pengembangan SMK di wilayah Papua secara di Provinsi Papua Barat;
keseluruhan berjumlah 35 SMK yang mendukung 6. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan
sektor energi, industri, industri kreatif, kemaritiman, (NIK) dengan target prioritas yang meliputi
dan pariwisata. Adapun pengembangan BLK di Provinsi Papua (Kab. Puncak, Kab. Tolikara,
wilayah ditargetkan sebanyak 15 unit yang tersebar Kab. Deiyai, Kab. Nduga, Kab. Yahukimo, Kab.
dan mendukung pemenuhan kebutuhan tenaga Puncak Jaya, Kab. Yalimo, Kab. Intan Jaya,
kerja di sektor prioritas yang meliputi: tenaga presisi Kab. Dogiyai, Kab. Paniai, Kab. Asmat, Kab.
tekstil, petani subsisten, buruh konstruksi gedung, Mamberamo Jaya, Kab. Pegunungan Bintang,
dan manajer umum perdagangan. Kab. Mappi, Kab. Jayawijaya, Kab. Waropen,
Kab. Biak Numfor, Kab. Sarmi, Kab. Mimika,
Di samping memacu pertumbuhan, pembangunan Kab. Jayapura, Kab. Kepulauan Yapen, Kab.
wilayah Pulau Papua juga harus memperhatikan Supiori, Kab. Nabire, Kab. Boven Digoel, dan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 107


Kab. Merauke) dan Provinsi Papua Barat (Kab. 8. Penyediaan akses air minum dan sanitasi untuk
Pegunungan Arfak, Kab. Kaimana, Kab. Raja mencapai target 2024 berupa: sanitasi layak
Ampat, Kab. Manokwari Selatan, Kab. Maybrat, dan aman sebesar 43% di Provinsi Papua dan
Kab. Sorong Selatan, Kab. Manokwari, dan Kab. 88% di Provinsi Papua Barat; akses penanganan
Teluk Bintuni); sampah sebesar 83% baik di Provinsi Papua
7. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan maupun Papua Barat, serta akses air minum
target prioritas meliputi Provinsi Papua (Kab. layak sebesar 100% di Provinsi Papua dan di
Lanny Jaya, Kab. Mamberamo Tengah, Kab. Provinsi Papua Barat;
Nduga, Kab. Deiyai, Kab. Intan Jaya, Kab. 9. Penyediaan akses perumahan untuk mencapai
Tolikara, Kab. Dogiyai, Kab. Asmat, Kab. target rumah layak huni 2024 sebesar 30,4%
Mappi, Kab. Puncak, Kab. Mamberamo Raya, di Provinsi Papua dan 86,1% di Provinsi Papua
Kab. Jayawijaya, Kab. Pegunungan Bintang, Barat; dan
Kab. Biak Numfor, Kab. Yahukimo, Kab. 10. Percepatan pembangunan daerah tertinggal
Puncak Jaya, Kab. Paniai, Kab. Supiori, Kab. dengan fokus pada pemenuhan pelayanan dasar,
Boven Digoel, Kab. Yahlimo, Kab. Sarmi, Kab. peningkatan konektivitas dan pengembangan
Kepulauan Yapen, Kab. Jayapura, Kab. Nabire, infrastruktur di 22 kabupaten tertinggal di Provinsi
dan Kab. Waropen) dan Provinsi Papua Barat Papua dan 8 kabupaten tertinggal di Provinsi
(Kab. Pegunungan Arfak, Kab. Maybrat, Kab. Papua Barat. Dari 22 kabupaten tertinggal di
Manokwari Selatan, Kab. Sorong Selatan, Kab. Provinsi Papua, terdapat 20 kabupaten yang
Tambrauw, Kab. Manokwari, Kab. Raja Ampat, berada dalam koridor kewilayahan, antara lain:
Kab. Teluk Wondama, Kab. Kaimana, dan Kab. a) koridor pertumbuhan: Keerom, Nabire, Boven
Teluk Bintuni); Digoel, Deiyai, Jayawijaya, Paniai, Dogiyai, Intan

108 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Jaya, Puncak, Yalimo, Puncak Jaya, Pegunungan 12. Pemenuhan standar pelayanan minimal
Bintang, Tolikara; b) koridor pemerataan: Supiori, kebencanaan melalui peningkatan kapasitas
Mappi, Mamberamo Raya, Mamberamo Tengah, pemerintah daerah, masyarakat, dan penyediaan
Lanny Jaya, Yahukimo, dan Nduga. Adapun 8 penyiapan logistik kebencanaan sesuai karakter
kabupaten tertinggal di Provinsi Papua Barat ancaman bencana di wilayah masing-masing
seluruhnya berada dalam koridor kewilayahan terutama di kawasan strategis nasional yang
yang terdiri atas: a) koridor pertumbuhan: Teluk memiliki risiko bencana tinggi.
Wondama, Sorong, Tambrauw, Manokwari
Selatan; b) koridor pemerataan: Teluk Bintuni, Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai
Maybrat, Sorong Selatan, dan Pegunungan strategi pengembangan koridor pertumbuhan dan
Arfak; dan pemerataan, maka dirancang lima Major Project di
11. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta wilayah Papua sebagai berikut (Gambar 3.4):
pelaku pembangunan lainnya terhadap 62 1. Pengembangan Kawasan Kota Baru Sorong;
daerah tertinggal yang telah terentaskan tahun 2. Pengembangan Wilayah Adat: (a) Domberay
2019, selama maksimal 3 tahun (2020 – 2022), dan (b) Laa Pago;
yang mana untuk Pulau Papua berlokasi di 5 3. Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan:
kabupaten berikut, antara lain: a) Provinsi Papua: (a) PKSN Jayapura dan (b) PKSN Merauke:
Merauke, Biak Numfor, Kepulauan Yapen, dan 4. Pembangunan Jalan Trans Papua; dan
Sarmi; b) Provinsi Papua Barat: Raja Ampat. 5. Pembangunan Jembatan Udara Papua.

Gambar 3.4. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Papua

2a

3a

2b

4 Pembangunan Jalan
Trans Papua

5 Pembangunan Jembatan 3b
Udara Papua

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 109


2. Arah Pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku

Kepulauan Maluku terkenal dengan sumber daya juga rentan terhadap kesenjangan sosial dan
alam perkebunan dan perikanan. Dalam upaya kemiskinan perkotaan; dan
untuk lebih memacu pertumbuhan ekonomi wilayah, 7. Pelayanan SPM yang masih perlu ditingkatkan.
maka untuk lima tahun ke depan direncanakan
pengembangan kawasan pariwisata dan kawasan Oleh sebab itu, arah kebijakan pembangunan wilayah
industri guna optimalisasi potensi keindahan alam Kepulauan Maluku diarahkan untuk percepatan
dan sumber daya alam pertambangan yang ada di pertumbuhan dan pengembangan potensi wilayah
Kepulauan Maluku. dengan memantapkan perannya sebagai lumbung
perikanan nasional. Pengembangan wilayah secara
Wilayah Maluku merupakan wilayah kepulauan yang umum bertumpu pada pengolahan sumber daya
terdiri dari pulau-pulau kecil dan dikelilingi lautan alam yang dihasilkan dari sentra produksi perikanan
luas menyebabkan pengaruh iklim terhadap kondisi di Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) dan
wilayah sangat tinggi sehingga memiliki ancaman sentra produksi pertanian dan perkebunan yang
bencana banjir, gelombang ekstrim dan abrasi, tersebar di beberapa Kawasan Perdesaan Prioritas
gempa bumi, kekeringan, letusan gunung api, puting Nasional (KPPN), PKSN dan kawasan transmigrasi.
beliung (cuaca ekstrim), dan tanah longsor. Sekitar Selanjutnya, pengolahan sumber daya alam
86,7% kejadian bencana di wilayah Kepulauan logam berupa nikel juga dikembangkan dengan
Maluku merupakan bencana hidrometeorologi dan pembangunan Kawasan Industri (KI). Outlet untuk
bencana geologi sekitar 13,3%. Bencana gempa komoditas mentah maupun barang hasil olahan
bumi, banjir, dan tanah longsor mengakibatkan di Maluku direncanakan berlokasi di beberapa
dampak korban jiwa dan kerugian ekonomi yang pelabuhan feeder yang ada di Kepulauan Maluku.
paling besar dibandingkan bencana lainnya.
Selain pengembangan ekonomi berbasis sumber
Isu strategis pembangunan wilayah Kepulauan daya alam, dikembangkan juga kawasan strategis
Maluku secara umum adalah berikut: prioritas berbasis pariwisata, yaitu Destinasi
1. Pengembangan industri skala kecil menengah Pariwisata Prioritas (DPP)/Kawasan Ekonomi
berbasis sumberdaya alam belum optimal; Khusus (KEK), dan Kota Baru sebagai pemacu
2. Konektivitas yang memadai dan terintegrasi pertumbuhan ekonomi Wilayah Kepulauan Maluku.
masih belum terwujud (khusus Kepulauan
Maluku konektivitas intra-pulau dan inter-pulau Adapun strategi pembangunan wilayah Kepulauan
belum memadai); Maluku meliputi:
3. Potensi kawasan pariwisata berbasis alam dan 1. Mengembangkan komoditas unggulan Kakao,
budaya belum dikembangkan dengan baik; Kelapa, Pala, Cengkeh, Emas, Batubara, Minyak
4. Potensi bencana yang relatif tinggi dan dan Gas Bumi, serta Perikanan Tangkap;
belum sepenuhnya diantisipasi dengan upaya 2. Mengembangkan hilirisasi komoditas unggulan
kesiapsiagaan, mitigasi, dan adaptasi yang yang berpotensi memiliki nilai tambah tinggi;
komprehensif; 3. Mengembangkan potensi pariwisata
5. Infrastruktur dan layanan dasar yang masih daerah sebagai salah satu motor penggerak
terbatas; pengembangan ekonomi lokal melalui sektor jasa;
6. Ketahanan fisik dan sosial kota masih rentan 4. Mengembangkan kawasan perikanan terpadu
atas perubahan iklim, bencana dan polusi, dan dan industri pengolahan hasil perikanan;

110 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


5. Menguatkan konektivitas antar pulau untuk unggulan wilayah Kepulauan Maluku yang meliputi
mendukung industri perikanan dan pariwisata; pala, cengkeh, kelapa, dan perikanan tangkap
6. Percepatan penerapan SPM; dengan sentra produksi yang tersebar di provinsi
7. Mengarusutamakan penanggulangan bencana sebagai berikut:
dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan 1. Provinsi Maluku: pala, cengkeh, kelapa,
kepada peningkatan investasi mitigasi struktural batubara, emas, minyak dan gas bumi, serta
dan non struktural serta adaptasi masyarakat perikanan tangkap; dan
terhadap perubahan iklim di daerah rawan 2. Provinsi Maluku Utara: pala, cengkeh, kelapa,
bencana berbasis kearifan lokal masyarakat; dan kakao, batubara, dan perikanan tangkap.
8. Pembangunan desa terpadu yang mencakup
pengembangan desa wisata, desa digital dan Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang
produk unggulan desa; transformasi ekonomi ada di wilayah Kepulauan Maluku adalah sebagai
desa dan peningkatan peran badan usaha milik berikut:
desa; perbaikan pelayanan dasar air minum, 1. WPP 714, yang meliputi Teluk Tolo dan Laut
sanitasi dan listrik desa; peningkatan kapasitas Banda dengan potensi produksi 788,9 ribu ton
aparatur desa dalam hal pemanfaatan dana dan produksi eksisting mencapai 812,0 ribu ton
desa dan tata kelola aset desa; penguatan (102,9%); dan
pendamping desa dan peran serta masyarakat 2. WPP 715, yang meliputi Perairan Teluk Tomini,
desa yang inklusif; serta penetapan batas desa. Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram, dan
Teluk Berau dengan potensi produksi 1.242,5
Dalam rangka mendukung keberlanjutan ribu ton dan produksi eksisting mencapai 870,2
lingkungan, maka beberapa kaidah pembangunan ribu ton (70,0%).
rendah karbon yang dilaksanakan di wilayah
Kepulauan Maluku adalah sebagai berikut: Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas
1. Meningkatkan fungsi dan daya dukung daerah pengembangan kawasan berbasis sumber daya
aliran sungai; alam pada koridor pertumbuhan dan pemerataan,
2. Mengupayakan konservasi dan perlindungan maka dikembangkan kawasan strategis prioritas
habitat spesies kunci; yang terdiri dari:
3. Mengembangkan energi baru terbarukan; 1. Kawasan Industri (KI) Teluk Weda;
4. Mengoptimalkan pengelolaan sampah dan limbah 2. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
bahan berbahaya beracun secara terpadu; Morotai, Moa, Saumlaki, dan Tual;
5. Mengembangkan sarana dan prasarana 3. Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN)
transportasi massal; Maluku Tengah dan Morotai; dan
6. Mengoptimalkan upaya reklamasi lahan bekas 4. Kawasan Transmigrasi Kobisonta di Kabupaten
tambang; Maluku Tengah, Kawasan Transmigrasi
7. Menerapkan kaidah ekowisata berkelanjutan Pulau Mangoli di Kabupaten Kepulauan Sula
dalam pengembangan kawasan wisata; dan dan Kawasan Transmigrasi Pulau Morotai di
8. Memodernisasi kapal dan peralatan penangkap Kabupaten Pulau Morotai.
ikan.
Sedangkan untuk mendorong pengembangan
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi wilayah kawasan berbasis non-sumber daya alam, kawasan
Kepulauan Maluku yang ditargetkan sebesar 6,1% strategis prioritas yang dikembangkan:
(2020) – 7,0% (2024), maka diidentifikasi komoditas 1. Kota Baru Sofifi; dan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 111


2. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)/ Kawasan 3. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh
Ekonomi Khusus (KEK) Morotai. provinsi wilayah Kepulauan Maluku;
4. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat
Pengembangan kawasan strategis prioritas sasaran melalui Program Keluarga Harapan,
tersebut didukung dengan outlet pelabuhan feeder Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia
di Pelabuhan Ambon dan Pelabuhan Ternate. Sehat untuk mencapai target kemiskinan tahun
Disamping itu, dukungan infrastruktur transportasi; 2024, yaitu 15,19% di Maluku dan 4,38% di
energi, telekomunikasi dan informatika; pengairan Provinsi Maluku Utara;
dan irigasi; serta perumahan dan permukiman juga 5. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan
dibangun untuk mendukung kawasan strategis (NIK) dengan target prioritas meliputi Provinsi
prioritas tersebut. Uraian rinci pembangunan Maluku (Kab. Seram Bagian Timur, Kab. Maluku
infrastruktur tersebut terdapat pada lampiran matriks Barat Daya, Kab. Maluku Tenggara Barat, Kab.
pembangunan kewilayahan dan lampiran peta arah Seram Bagian Barat, Kab. Buru, Kab. Maluku
pembangunan per pulau. Tengah, Kab. Kepulauan Aru, dan Kab. Buru
Selatan) dan Provinsi Maluku Utara (Kab.
Selain infrastruktur, pengembangan kawasan Halmahera Selatan, Kab. Halmahera Utara, Kab.
sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat Pulau Mortai, dan Kab. Pulau Taliabu);
bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan 6. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan
kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan target prioritas meliputi Provinsi Maluku (Kab.
sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan Seram Bagian Timur, Kab. Maluku Barat Daya,
(SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai Kab. Maluku Tenggara Barat, Kab. Seram Bagian
Latihan Kerja (BLK). Barat, Kab. Maluku Tenggara, Kab. Maluku
Tengah, Kab. Kepulauan Aru, Kab. Buru Selatan,
Pengembangan SMK di wilayah Kepulauan Maluku dan Kota Tual) dan Provinsi Maluku Utara (Kab.
secara keseluruhan berjumlah 32 SMK yang Halmahera Selatan, Kab. Halmahera Utara, Kab.
mendukung sektor energi, industri, kemaritiman, Pulau Morotai, dan Kab. Pulau Taliabu);
dan pariwisata. Adapun pengembangan BLK 7. Penyediaan akes air minum dan sanitasi untuk
ditargetkan sebanyak 6 unit yang tersebar dan mencapai target 2024 berupa: sanitasi layak dan
mendukung pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di aman sebesar 77% di Provinsi Maluku dan 75%
sektor prioritas yang meliputi: tenaga presisi tekstil, di Provinsi Maluku Utara; akses penanganan
petani subsisten, buruh konstruksi gedung, serta sampah sebesar 83% baik di Provinsi Maluku
manajer umum perdagangan. maupun Provinsi Maluku Utara; serta akses air
minum layak sebesar 100% di Provinsi Maluku
Disamping memacu pertumbuhan, pembangunan dan di Provinsi Maluku Utara;
wilayah Kepulauan Maluku juga harus memperhatikan 8. Penyediaan akses perumahan untuk mencapai
aspek pemerataan pelayanan dasar, yang meliputi: target rumah layak huni 2024 sebesar 63,5% di
1. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan Provinsi Maluku dan 61,1% di Provinsi Maluku
dengan lokus prioritas yaitu 12 kecamatan lokasi Utara;
prioritas di Provinsi Maluku dan 6 kecamatan 9. Percepatan pembangunan daerah tertinggal
lokasi prioritas di Provinsi Maluku Utara. dengan fokus pada pemenuhan pelayanan dasar,
2. Penanganan stunting dengan lokasi fokus prioritas peningkatan kapasitas sumber daya manusia,
mencakup 6 kabupaten di Provinsi Maluku dan 4 dan pengembangan ekonomi lokal berbasis
kabupaten di Provinsi Maluku Utara; komoditas unggulan dengan memanfaatkan

112 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


teknologi digital di 6 kabupaten tertinggal di 11. Pemenuhan standar pelayanan minimal
Provinsi Maluku dan 2 kabupaten tertinggal di kebencanaan melalui peningkatan kapasitas
Provinsi Maluku Utara. Dari 6 kabupaten tertinggal pemerintah daerah, masyarakat, dan logistik
di Provinsi Maluku, terdapat 4 kabupaten yang kebencanaan terutama pada daerah Kota
termasuk dalam koridor kewilayahan, khususnya Ambon, Kota Ternate, Kab. Seram Bagian
koridor pemerataan, antara lain: Buru Selatan, Barat, Kab. Seram Bagian Timur, Kab. Maluku
Kepulauan Aru, Maluku Barat Daya, dan Maluku Tengah, Kab. Maluku Tenggara, Kab. Buru, Kab.
Tenggara Barat. Sementara itu, untuk Provinsi Halmahera Utara, Kab. Halmahera Timur, Kab.
Maluku Utara, kabupaten tertinggal yang termasuk Tidore, Kab. Pulau Morotai, dan Kab. Sula.
dalam koridor kewilayahan adalah Kepulauan
Sula yang berada pada koridor pemerataan. Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai
10. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta strategi pengembangan koridor pertumbuhan dan
pelaku pembangunan lainnya terhadap 62 pemerataan, maka dirancang dua Major Project di
daerah tertinggal yang telah terentaskan tahun wilayah Kepulauan Maluku adalah sebagai berikut
2019, selama maksimal 3 tahun (2020 – 2022), (Gambar 3.5):
yang mana untuk Pulau Maluku berlokasi di 1. Pengembangan Kawasan Kota Baru Sofifi; dan
6 kabupaten berikut, antara lain: a) Provinsi 2. Pembangunan Jalan Trans/Lingkar pulau terluar/
Maluku: Buru dan Maluku Tengah; b) Provinsi tertinggal: (a) Morotai dan (b) Saumlaki.
Maluku Utara: Pulau Morotai, Halmahera Barat,
Halmahera Selatan, dan Halmahera Timur.

Gambar 3.5. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Maluku

2a

2b

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 113


3. Arah Pembangunan Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara

Kepulauan Nusa Tenggara yang memiliki basis 5. Infrastruktur dan layanan dasar perkotaan
sumber daya alam perkebunan dan pertanian yang masih terbatas;
secara umum masih belum menunjukkan 6. Penerapan SPM yang masih perlu ditingkatkan;
perkembangan ekonomi yang optimal. Oleh sebab 7. Ketahanan fisik dan sosial kota masih rentan
itu, pengembangan sektor pertumbuhan alternatif, atas perubahan iklim, bencana dan polusi, dan
dalam hal ini pariwisata, perlu dipacu. Dalam lima juga rentan terhadap kesenjangan sosial dan
tahun ke depan, pengembangan kawasan pariwisata kemiskinan perkotaan; dan
tersebut akan menjadi fokus pembangunan. 8. Masih terdapat pelanggaran perbatasan,
sengketa batas, dan aktivitas ilegal di perbatasan
Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara merupakan negara.
zona tektonik kompleks pertemuan tiga lempeng
aktif (lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, Oleh sebab itu, Arah Kebijakan pembangunan
dan lempeng Pasifik) sehingga menyebabkan wilayah Kepulauan Nusa Tenggara diarahkan
aktivitas seismik dan vulkanik yang sangat tinggi. agar mempercepat pertumbuhan wilayah.
Beberapa gempa besar pernah terjadi di wilayah Pengembangan wilayah secara umum bertumpu
Kepulauan Nusa Tenggara dan diantaranya diikuti pada pengolahan sumber daya alam yang
dengan terjadinya tsunami, salah satunya yaitu dihasilkan dari sentra produksi perikanan di
kejadian gempa bumi dan tsunami Pulau Lombok Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) dan
dan Sekitarnya dengan magnitudo M7.0 pada sentra produksi peternakan dan perkebunan yang
tahun 2018 akibat aktivitas “megathrust” Sesar Naik tersebar di beberapa Kawasan Perdesaan Prioritas
Busur Belakang Flores (Flores Back Arc Thrust) Nasional (KPPN), PKSN dan kawasan transmigrasi.
yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta Selanjutnya outlet untuk komoditas mentah
benda cukup besar. Wilayah Kepulauan Nusa maupun barang hasil olahan di Nusa Tenggara
Tenggara juga memiliki potensi bahaya bencana direncanakan berlokasi di pelabuhan feeder yang
hidrometeorologis yang tinggi seperti banjir dan ada di Kepulauan Nusa Tenggara.
kekeringan. Selain itu, guncangan akibat gempa
bumi dan kondisi curah hujan rata-rata yang tinggi Selain pengembangan ekonomi berbasis
juga dapat menimbulkan potensi bahaya bencana sumber daya alam, dikembangkan juga kawasan
longsor. strategis prioritas berbasis pariwisata, yaitu
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) dan/atau
Isu strategis pengembangan Wilayah Nusa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai pemacu
Tenggara secara umum adalah berikut: pertumbuhan ekonomi Wilayah Kepulauan Nusa
1. Pengembangan industri berbasis sumber Tenggara.
daya alam belum optimal;
2. Konektivitas intrapulau dan interpulau yang Adapun strategi pembangunan Kepulauan Nusa
memadai belum terwujud; Tenggara meliputi:
3. Upaya pengembangan destinasi pariwisata 1. Mengembangkan destinasi pariwisata alam
berbasis alam dan budaya masih rendah; dan budaya;
4. Potensi bencana yang relatif tinggi dan belum 2. Mengembangkan sentra budidaya peternakan,
sepenuhnya diantisipasi dengan upaya mitigasi perikanan, dan perkebunan;
dan adaptasi yang komprehensif. 3. Mendorong industri kreatif berbasis budaya;

114 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


4. Meningkatkan pendidikan vokasional budidaya, dan perikanan tangkap; dan
pariwisata, perikanan, dan perkebunan; 2. Provinsi Nusa Tenggara Timur: jambu mete,
5. Menguatkan konektivitas antarwilayah untuk kakao, kopi, kelapa, tebu, garam, dan perikanan
mendukung industri perikanan, peternakan, dan budidaya.
pariwisata;
6. Meningkatkan peran dan efisiensi pelayanan kota Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)
besar, menengah, dan kecil untuk meningkatkan yang ada di wilayah Nusa Tenggara adalah sebagai
sinergi pembangunan perkotaan dan berikut:
perdesaan; 1. WPP 573, yang meliputi di WPP 573, meliputi
7. Mengarusutamakan penanggulangan bencana Samudera Hindia Selatan Jawa – Laut Timor
dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan Barat dengan potensi produksi 1.267,5 ribu ton
kepada peningkatan investasi mitigasi dan produksi eksisting mencapai 559,7 ribu ton
struktural dan non struktural serta adaptasi (44,1%);
masyarakat terhadap perubahan iklim di 2. WPP 713, yang meliputi Selat Makassar, Teluk
daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal Bone, Laut Flores, dan Laut Bali dengan potensi
masyarakat khususnya kawasan utara dan 1.177,9 ribu ton dan produksi perikanan eksisting
selatan Kepulauan Nusa Tenggara dengan tetap 598,6 ribu ton (50,8%); dan
memperhatikan pemulihan pascabencana 3. WPP 714, yang meliputi Teluk Tolo dan Laut
Pulau Lombok dan Sekitarnya. Banda dengan potensi 788,9 ribu ton dan
8. Mempercepat penerapan SPM; produksi perikanan eksisting 812,0 ribu ton
9. Menguatkan kemampuan pertahanan dan (102,9%).
keamanan di kawasan perbatasan negara; dan
10. Pembangunan desa terpadu yang mencakup Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas
pengembangan desa wisata, desa dijital dan pengembangan kawasan berbasis sumber daya
produk unggulan desa; transformasi ekonomi alam pada koridor pertumbuhan dan pemerataan,
desa dan peningkatan peran badan usaha milik maka dikembangkan kawasan strategis prioritas
desa; perbaikan pelayanan dasar air minum, yang terdiri dari:
sanitasi dan listrik desa; peningkatan kapasitas 1. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
aparatur desa dalam hal pemanfaatan dana Rote Ndao dan Sumba Timur;
desa dan tata kelola asset desa; penguatan 2. Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN)
pendamping desa dan peran serta masyarakat Ngada, Manggarai Barat, Sumba Timur,
desa yang inklusif; serta penetapan batas desa. Sumbawa, Dompu, Lombok Timur, dan Lombok
Tengah.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Kepulauan 3. Kawasan Transmigrasi Tambora di Kabupaten
Nusa Tenggara yang ditargetkan sebesar 5,9% Bima, Kawasan Transmigrasi Labangka di
(2020) – 7,9% (2024), maka diidentifikasi komoditas Kabupaten Sumbawa, Kawasan Transmigrasi
unggulan Kepulauan Nusa Tenggara yang meliputi Kobalima Timur di Kabupaten Malaka, Kawasan
jambu mete, kakao, kopi, kelapa, tebu, garam, Transmigrasi Ponu di Kabupaten Timor Tengah
tembaga, emas, perikanan budidaya, dan perikanan Utara dan Kawasan Transmigrasi Melolo di
tangkap dengan sentra produksi yang tersebar di Kabupaten Sumba Timur.
provinsi sebagai berikut: 4. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
1. Provinsi Nusa Tenggara Barat: jambu mete, Atambua dan PKSN Kefamenanu
kopi, tebu, garam, tembaga, emas, perikanan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 115


Sedangkan untuk mendorong pengembangan komoditas unggulan dengan memanfaatkan
kawasan berbasis non-sumber daya alam, kawasan teknologi digital, dan pengembangan
strategis prioritas yang dikembangkan: infrastruktur di 13 kabupaten tertinggal di
1. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)/Kawasan Provinsi Nusa Tenggara Timur dan 1 kabupaten
Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika; dan tertinggal di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Labuan Bajo. Dari 13 kabupaten tertinggal di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, terdapat 9 kabupaten yang
Pengembangan kawasan strategis prioritas tersebut termasuk dalam koridor kewilayahan, yaitu: a)
didukung dengan outlet pelabuhan feeder di koridor pertumbuhan: Manggarai Timur dan
Pelabuhan Tenau Kupang. Disamping itu, dukungan Kupang; dan b) koridor pemerataan, antara
infrastruktur transportasi; energi, telekomunikasi dan lain: Belu, Sumba Barat, Sumba Timur, Malaka,
informatika; pengairan dan irigasi; serta perumahan Sumba Barat Daya, Timor Tengah Selatan, dan
dan permukiman juga dibangun untuk mendukung Sumba Tengah. Adapun Kabupaten Lombok
kawasan strategis prioritas tersebut. Uraian rinci Utara sebagai satu-satunya daerah tertinggal
pembangunan infrastruktur tersebut terdapat pada di Provinsi Nusa Tenggara Barat berada pada
lampiran matriks pembangunan kewilayahan dan koridor pemerataan;
lampiran peta arah pembangunan per pulau. 2. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta
pelaku pembangunan lainnya terhadap 62
Selain infrastruktur, pengembangan kawasan daerah tertinggal yang telah terentaskan
sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat tahun 2019, selama maksimal 3 tahun (2020 –
bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan 2022), yang mana untuk Pulau Nusa Tenggara
kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan berlokasi di 12 kabupaten berikut, antara lain:
sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan a) Provinsi Nusa Tenggara Barat: Bima, Dompu,
(SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur,
Latihan Kerja (BLK). Sumbawa, dan Sumbawa Barat; b) Provinsi Nusa
Tenggara Timur: Ende, Manggarai, Manggarai
Pengembangan SMK di wilayah Nusa Tenggara Barat, Nagekeo, dan Timor Tengah Utara.
secara keseluruhan berjumlah 81 SMK yang 3. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan
mendukung sektor energi, industri, industri kreatif, dengan lokus prioritas yaitu 20 kecamatan lokasi
kemaritiman, dan pariwisata. Adapun pengembangan prioritas di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT);
BLK ditargetkan sebanyak 15 unit yang tersebar dan 4. Mengembangkan desa wisata sebagai destinasi
mendukung pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di pendukung di sekitar kawasan KSPN dan KEK
sektor prioritas yang meliputi: tenaga presisi tekstil, untuk menggerakan ekonomi lokal;
buruh petani, buruh konstruksi gedung, dan manajer 5. Mempercepat pemenuhan SPM melalui
umum perdagangan. peningkatan akses terhadap pelayanan dasar,
Pendidikan, dan kesehatan di daerah tertinggal
Di samping memacu pertumbuhan, maka dan Kawasan perbatasan;
pembangunan wilayah Nusa Tenggara juga 6. Penanganan stunting dengan lokus prioritas
mengakomodir pemerataan pelayanan dasar, yang mencakup 21 kabupaten di Provinsi Nusa
meliputi: Tenggara Timur (NTT) dan 8 kabupaten di
1. Percepatan pembangunan daerah tertinggal Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB);
dengan fokus pada pemenuhan pelayanan 7. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh
dasar, pengembangan ekonomi lokal berbasis provinsi wilayah Nusa Tenggara;

116 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


8. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat 12. Penyediaan akses perumahan untuk mencapai
sasaran melalui Program Keluarga Harapan, target rumah layak huni 2024 sebesar 77,5% di
Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia Provinsi NTB dan 59,2% di Provinsi NTT; dan
Sehat untuk mencapai target kemiskinan tahun 13. Pemenuhan standar pelayanan minimal
2024 yaitu 11,87% di NTB, dan 15,69% di NTT; kebencanaan melalui peningkatan kapasitas
9. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan pemerintah daerah, masyarakat, dan logistik
(NIK) dengan target prioritas mencakup Provinsi kebencanaan sesuai karakter ancaman bencana
Nusa Tenggara Timur (Kab. Manggarai, Kab. di wilayah masing-masing, terutama di kawasan
Manggarai Timur, Kab. Ende, Kab. Sumba Barat strategis nasional yang memiliki risiko bencana
Daya, Kab. Sumba Timur, Kab. Timor Tengah tinggi.
Utara, Kab. Alor, Kab. Belu, Kab. Kupang, Kab.
Timor Tengah Selatan, dan Kab. Malaka); Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai
10. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan strategi pengembangan koridor pertumbuhan dan
target prioritas mencakup Provinsi Nusa pemerataan, maka dirancang empat Major Project
Tenggara Barat (Kab. Lombok Tengah) dan di wilayah Nusa Tenggara adalah sebagai berikut
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kab. Sikka, Kab. (Gambar 3.6):
Rote Ndao, Kab. Manggarai Barat, Kab. Sumba 1. Penyelesaian Pembangunan Kawasan
Barat, Kab. Manggarai, Kota Kupang, Kab. Pariwisata: (a) Lombok dan (b) Labuan Bajo;
Ngada, dan Kab. Sabu Raijua); 2. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Terdampak
11. Penyediaan akses air minum dan sanitasi untuk Bencana: (a) Pulau Lombok, (b) Pulau Sumbawa,
mencapai target 2024 berupa: sanitasi layak dan dan (c) Kota Bima;
aman sebesar 84% di Provinsi NTB dan 80% 3. Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan:
di Provinsi NTT; akses penanganan sampah (a) PKSN Atambua dan (b) PKSN Kafemenanu;
sebesar 59% di Provinsi NTB dan 55% di Provinsi dan
NTT; serta akses air minum layak sebesar 100% 4. Pembangunan Jalan Trans/Lingkar pulau terluar/
di Provinsi NTB dan di Provinsi NTT; tertinggal Pulau Sumba.

Gambar 3.6. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Nusa Tenggara

2a
2c 1b
1a 2b
3a

3b
4

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 117


4. Arah Pembangunan Wilayah Pulau Sulawesi

Selama kurun waktu tahun 2008-2017, sebanyak 5. Tingkat kemiskinan dan pengangguran,
1.605 kejadian bencana terjadi di wilayah Sulawesi. terutama di kawasan perdesaan yang masih
Sebagian besar didominasi oleh bencana tinggi;
hidrometeorologi sebanyak 98,1% dan bencana 6. Infrastruktur dan layanan dasar perkotaan
geologi sebanyak 1,9%. Dampak kerugian yang yang masih terbatas;
diakibatkan oleh bencana terkait hidrometerologi 7. Ketahanan fisik dan sosial kota masih rentan
sebesar 97,4% dan bencana gempabumi geologi atas perubahan iklim, bencana dan polusi, dan
2,6%. Ancaman bencana yang perlu mendapatkan juga rentan terhadap kesenjangan sosial dan
perhatian penanganan adalah bencana banjir, kemiskinan perkotaan; dan;
kekeringan, puting beliung (cuaca ekstrim), dan 8. Tata kelola dan kelembagaan pengelolaan
tanah longsor. Wilayah Sulawesi juga memiliki kawasan metropolitan yang belum optimal; dan
ancaman bencana geologi yang perlu diperhatikan 9. Akses dan mutu pelayanan dasar (Standar
yaitu gempa bumi dan tsunami karena berada di Pelayanan Minimal/SPM) di daerah belum
jalur besar gempa bumi, yaitu di zona sesar Palu optimal.
Koro.
Oleh sebab itu arah kebijakan pembangunan
Dengan pertumbuhan ekonomi yang konsisten wilayah Pulau Sulawesi diarahkan agar
tinggi, Pulau Sulawesi berpeluang menjadi alternatif dikonsentrasikan untuk tetap dalam pertumbuhan
pendorong pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa- tinggi sekaligus mengembangkan peran wilayah
Bali. Namun demikian, mengingat Pulau Sulawesi sebagai hub perdagangan nasional dan hub outlet
memiliki potensi bencana alam yang beragam dan internasional di wilayah timur Indonesia, yaitu di
tinggi, maka pembangunan Pulau Sulawesi perlu Pelabuhan Bitung. Pengembangan wilayah secara
dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan umum bertumpu pada pengolahan sumber daya
mitigasi dan adaptasi bencana. alam yang dihasilkan dari sentra produksi perikanan
di Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT),
Isu strategis pengembangan wilayah Sulawesi sentra produksi pertanian dan perkebunan yang
secara umum adalah berikut: tersebar di beberapa Kawasan Perdesaan Prioritas
1. Pengembangan industri berbasis sumber daya Nasional (KPPN), PKSN, kawasan transmigrasi dan
alam dan pusat-pusat pertumbuhan, termasuk kawasan pertambangan (logam dasar). Selanjutnya,
kawasan pariwisata berbasis alam, belum pengolahan sumber daya alam berupa getah pinus,
optimal dalam mendukung pengembangan kakao, rotan, dan perikanan yang difokuskan di
ekonomi wilayah; Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)/Kawasan Industri
2. Konektivitas antar wilayah yang memadai dan (KI).
hub internasional untuk wilayah timur masih
belum terwujud; Selain pengembangan ekonomi berbasis sumber
3. Produktivitas sektor tanaman pangan untuk daya alam, dikembangkan juga kawasan strategis
mendukung peran Pulau Sulawesi sebagai prioritas berbasis pariwisata, yaitu Destinasi
lumbung pangan nasional belum optimal; Pariwisata Prioritas (DPP), serta wilayah metropolitan
4. Potensi bencana yang tinggi dan belum sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi Wilayah
sepenuhnya diantisipasi dengan upaya mitigasi Pulau Sulawesi.
dan adaptasi yang komprehensif;

118 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Adapun strategi pembangunan Pulau Sulawesi 1. Mempertahankan luasan dan meningkatkan
meliputi: produktivitas lahan pertanian pangan;
1. Mengembangkan industri pengolahan 2. Mengoptimalkan potensi sumber energi baru
(hilirisasi) sumber daya alam (pertanian, terbarukan;
perkebunan, logam dasar, dan kemaritiman) 3. Mengatur ulang arahan tata ruang khususnya
melalui pemanfaatan dan keterpaduan bagi pemukiman dan pusat-pusat kegiatan yang
pembangunan infrastruktur; berada pada lokasi rawan bencana alam;
2. Menjamin pemenuhan konektivitas dan 4. Meningkatkan pembinaan lingkungan dan upaya
infrastruktur pelayanan dasar pada kawasan; reklamasi pada lahan bekas tambang;
3. Mempertahankan peran sebagai lumbung 5. Menerapkan kaidah-kaidah ekowisata dan
pangan nasional khususnya Sulawesi Selatan; pariwisata berkelanjutan dalam pengembangan
4. Meningkatkan ketersediaan air melalui kawasan pariwisata;
pengamanan air tanah dan air baku 6. Menegakkan hukum atas kejahatan di bidang
berkelanjutan; sumber daya alam dan lingkungan hidup;
5. Mengarusutamakan penanggulangan bencana 7. Optimalisasi pengelolaan sampah dan limbah
dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan bahan berbahaya beracun secara terpadu;
kepada peningkatan investasi mitigasi 8. Mengembangkan sarana dan prasarana
struktural dan non struktural serta adaptasi transportasi massal.
masyarakat terhadap perubahan iklim di
daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Pulau
khususnya kawasan utara Pulau Sulawesi Sulawesi yang ditargetkan sebesar 6,8% (2020) –
dengan tetap memperhatikan pemulihan pasca 8,8% (2024), maka diidentifikasi komoditas unggulan
bencana Kota Palu dan sekitarnya; Pulau Sulawesi yang meliputi kelapa, cengkeh,
6. Meningkatkan kerja sama antar daerah otonom pala, kakao, kopi, jambu mete, nilam, tebu, emas,
di wilayah metropolitan, termasuk wilayah nikel, bijih besi, batu bara, minyak dan gas bumi,
pengembangan lainnya (misal pariwisata, perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan
industri, kepulauan); sentra produksi yang tersebar di provinsi sebagai
7. Mempercepat penerapan SPM; dan berikut:
8. Pembangunan desa terpadu yang mencakup 1. Provinsi Gorontalo: Kelapa, kakao dan cengkeh
pengembangan desa wisata, desa dijital dan 2. Provinsi Sulawesi Barat: Kakao dan perikanan
produk unggulan desa; transformasi ekonomi tangkap
desa dan peningkatan peran badan usaha milik 3. Provinsi Sulawesi Selatan: Kakao, kopi, cengkeh,
desa; perbaikan pelayanan dasar air minum, jambu mete, nilam, nikel, batu bara, minyak dan
sanitasi dan listrik desa; peningkatan kapasitas gas bumi, perikanan tangkap dan perikanan
aparatur desa dalam hal pemanfaatan dana budidaya
desa dan tata kelola asset desa; penguatan 4. Provinsi Sulawesi Tengah: Kakao, cengkeh,
pendamping desa dan peran serta masyarakat kelapa, bijih besi, nikel, batu bara, minyak dan
desa yang inklusif; serta penetapan batas desa. gas bumi, dan perikanan budidaya
5. Provinsi Sulawesi Tenggara: Kakao, kelapa,
Dalam rangka mendukung keberlanjutan tebu, cengkeh, jambu mete, nikel, dan perikanan
lingkungan, maka beberapa kaidah pembangunan budidaya.
rendah karbon yang dilaksanakan di wilayah Pulau 6. Provinsi Sulawesi Utara: Kelapa, cengkeh, pala,
Sulawesi adalah sebagai berikut: kopi, kakao, emas, dan perikanan tangkap

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 119


Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang Kawasan Transmigrasi Palolo di Kabupaten Sigi,
ada di wilayah Sulawesi adalah sebagai berikut: Kawasan Transmigrasi Bungku di Kabupaten
1. WPP 713, yang berlokasi di Selat Makassar, Morowali, Kawasan Transmigrasi Air Terang
Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali dengan di Kabupaten Buol, Kawasan Transmigrasi
potensi produksi 1.177,9 ribu ton dan produksi Tampolore - Pamona Timur di Kabupaten Poso,
eksisting mencapai 598,6 ribu ton (50,8%); Kawasan Transmigrasi Padauloyo di Kabupaten
2. WPP 714, yang berlokasi di Teluk Tolo dan Tojo Una – Una, Kawasan Transmigrasi Bahari
Laut Banda dengan potensi 788,9 ribu ton Tomini Raya di Kabupaten Parigi Moutong,
dan produksi perikanan eksisting 812 ribu ton Kawasan Transmigrasi Gilireng di Kabupaten
(102,9%); Wajo, Kawasan Transmigrasi Masamba di
3. WPP 715, yang berlokasi di Teluk Tomini, Laut Kabupaten Luwu Utara, Kawasan Transmigrasi
Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Mahalona di Kabupaten Luwu Timur, Kawasan
Berau dengan potensi 1.242,9 ribu ton dan Transmigrasi Sumalata di Kabupaten Gorontalo
produksi perikanan eksisting 870,2 ribu ton Utara, Kawasan Transmigrasi Pulubala di
(70%); dan Kabupaten Gorontalo, Kawasan Transmigrasi
4. WPP 716, yang berlokasi di Laut Sulawesi Paguyuman Pantai dan Kawasan Transmigrasi
(Utara Pulau Halmahera) dengan potensi 597,1 Pawonsari di Kabupaten Boalemo.
ribu ton dan produksi perikanan eksisting 261,9 6. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
ribu ton (43,9%). Tahuna

Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas Sedangkan untuk mendorong pengembangan


pengembangan kawasan berbasis sumber daya kawasan berbasis non-sumber daya alam, kawasan
alam pada koridor pertumbuhan dan pemerataan, strategis prioritas yang dikembangkan:
maka dikembangkan kawasan strategis prioritas 1. Wilayah Metropolitan Manado;
yang terdiri dari: 2. Wilayah Metropolitan Makassar;
1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)/Kawasan 3. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru Manado
Industri (KI) Bitung; – Likupang;
2. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)/Kawasan 4. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru
Industri (KI) Palu; Makassar- Selayar – Toraja;
3. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) 5. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Wakatobi
Talaud, Tahunda dan Buton Selatan;
4. Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) Pengembangan kawasan strategis prioritas tersebut
Buol, Poso, Mamuju, Pinrang, Morowali, Mamuju didukung dengan pengembangan outlet pelabuhan
Tengah, Konawe Selatan, Wakatobi, Muna, Barru, hub Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Makassar.
Luwu Timur Bone, Minahasa Utara, Gorontalo, Disamping itu, dukungan infrastruktur transportasi;
Boalemo, Gorontalo Utara. energi, telekomunikasi dan informatika; pengairan
5. Kawasan Transmigrasi Tinanggea di Kabupaten dan irigasi; serta perumahan dan permukiman juga
Konawe Selatan, Kawasan Transmigrasi Mutiara dibangun untuk mendukung kawasan strategis
di Kabupaten Muna, Kawasan Transmigrasi prioritas tersebut. Uraian rinci pembangunan
Asinua-Routa di Kabupaten Konawe, Kawasan infrastruktur tersebut terdapat pada lampiran matriks
Transmigrasi Tobadak di Kabupaten Mamuju pembangunan kewilayahan dan lampiran peta arah
Tengah, Kawasan Transmigrasi Sarudu Baras pembangunan per pulau.
di Kabupaten Mamuju Utara/Pasang Kayu,

120 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Selain infrastruktur, pengembangan kawasan kewilayahan, antara lain: Sigi dan Donggala
sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat berada pada koridor pemerataan, sedangkan
bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan Tojo Una-una berada pada koridor pertumbuhan.
kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan 4. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta
sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan pelaku pembangunan lainnya terhadap 62
(SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai daerah tertinggal yang telah terentaskan tahun
Latihan Kerja (BLK). 2019, selama maksimal 3 tahun (2020 – 2022),
yang mana untuk Pulau Sulawesi berlokasi di
Pengembangan SMK di wilayah Sulawesi secara 15 kabupaten berikut, antara lain: a) Provinsi
keseluruhan berjumlah 256 SMK yang mendukung Gorontalo: Boalemo, Gorontalo Utara, Pohuwato;
sektor industri, pariwisata dan kemaritiman. Adapun b) Provinsi Sulawesi Barat: Mamuju, Sulawesi
pengembangan BLK ditargetkan sebanyak 44 Tengah; c) Provinsi Sulawesi Selatan: Jeneponto;
unit yang tersebar dan mendukung pemenuhan d) Provinsi Sulawesi Tengah: Banggai
kebutuhan tenaga kerja di sektor prioritas yang Kepulauan, Banggai Laut, Buol, Morowali
meliputi: tenaga presisi tekstil, petani terlatih, buruh Utara, Parigi Moutong, Toli-toli; dan e) Provinsi
konstruksi gedung, manajer umum perdagangan Sulawesi Tenggara: Bombana, Konawe, Konawe
dan pelayan, pramuwisata, koki. Kepulauan.
5. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh
Disamping memacu pertumbuhan, maka provinsi wilayah Sulawesi
pembangunan wilayah Sulawesi juga mengakomodir 6. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat
pemerataan pelayanan dasar, yang meliputi: sasaran melalui Program Keluarga Harapan,
1. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia
dengan lokus prioritas yaitu 3 kecamatan Sehat untuk mencapai target kemiskinan tahun
lokasi prioritas di Provinsi Sulawesi Tengah, 1 2024 yaitu 5,65% di Provinsi Sulawesi Utara,
kecamatan lokasi prioritas di Provinsi Gorontalo, 11,26% di Provinsi Sulawesi Tengah, 8,7% di
dan 6 kecamatan lokasi prioritas di Provinsi Provinsi Sulawesi Tenggara, 13,26% di Provinsi
Sulawesi Utara; Gorontalo, 8% di Provinsi Sulawesi Barat, dan
2. Penanganan stunting dengan lokasi fokus 6,91% di Provinsi Sulawesi Selatan;
prioritas mencakup 4 Kabupaten di Provinsi 7. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan
Sulawesi Utara, 4 Kabupaten di Provinsi Sulawesi (NIK) dengan target prioritas yang meliputi
Tengah, 11 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Provinsi Sulawesi Tengah (Kab. Donggala,
Selatan, 6 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Kab. Sigi dan Kab. Banggai Laut) dan Provinsi
Tenggara, 4 Kabupaten di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara (Kab. Minahasa Utara);
dan 5 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat; 8. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan
3. Percepatan pembangunan daerah tertinggal target prioritas meliputi: Provinsi Sulawesi Utara
dengan fokus pada pengembangan ekonomi (Kab. Bolaang Mongondow), Provinsi Sulawesi
lokal berbasis komoditas unggulan dengan Tengah (Kab. Toli-toli, Kab. Donggala, Kab. Parigi
memanfaatkan teknologi digital, pemenuhan Moutong, Kab. Sigi, Kab. Banggai Kepulauan,
pelayanan dasar yang memperhatikan aspek Kab. Banggai), Provinsi Sulawesi Tenggara (Kab.
mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap resiko Konawe Utara, Kab. Kepulauan Konawe, Kab.
bencana di 3 kabupaten tertinggal di Provinsi Konawe Selatan dan Kab. Bombana), Provinsi
Sulawesi Tengah. Ketiga kabupaten tertinggal di Sulawesi Barat (Kab. Mamasa dan Kab. Mamuju)
Provinsi Sulawesi Tengah berada pada koridor dan Provinsi Sulawesi Selatan (Kab. Jeneponto);

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 121


9. Penyediaan akses air minum dan sanitasi untuk 11. Pemenuhan standar pelayanan minimal
mencapai target 2024 berupa: akses sanitasi kebencanaan melalui peningkatan kapasitas
layak dan aman sebesar 90% di Provinsi pemerintah daerah, masyarakat, dan logistik
Sulawesi Utara, 73% di Provinsi Sulawesi kebencanaan sesuai karakter ancaman bencana
Tengah, 70% di Provinsi Gorontalo, 81% di di wilayah masing-masing, terutama di kawasan
Provinsi Sulawesi Tenggara, 95% di Provinsi strategis nasional yang memiliki risiko bencana
Sulawesi Selatan, dan 80% di Provinsi Sulawesi tinggi.
Barat; akses penanganan sampah sebesar
83% di Provinsi Sulawesi Utara, 66% di Provinsi Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai
Sulawesi Tengah, 68% di Provinsi Gorontalo, strategi pengembangan koridor pertumbuhan dan
76% di Provinsi Sulawesi Tenggara, 83% di pemerataan, maka dirancang enam Major Project di
Provinsi Sulawesi Selatan, dan 57% di Provinsi wilayah Sulawesi adalah sebagai berikut (Gambar 3.7):
Sulawesi Barat; dan akses air minum layak 1. Penyelesaian Pembangunan Kawasan Pariwisata
sebesar 100% di Provinsi Sulawesi Utara, di Wakatobi
Provinsi Sulawesi Tengah, di Provinsi Gorontalo, 2. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Terdampak
di Provinsi Sulawesi Tenggara, di Provinsi Bencana (Kota Palu, Kab. Sigi, Donggala, dan
Sulawesi Selatan, dan di Provinsi Sulawesi Barat; Parigi Moutong)
10. Penyediaan akses perumahan untuk mencapai 3. Pengembangan Wilayah Metropolitan Makassar
target rumah layak huni 2024 sebesar 75,5% 4. Pembangunan KA Angkutan Barang: KA
di Provinsi Sulawesi Utara, 70% di Provinsi Sulawesi Makasar-Pare pare
Gorontalo, 76,6% di Provinsi Sulawesi Tengah, 5. Sistem Angkutan Umum Masal Perkotaan di
71% di Provinsi Sulawesi Barat, 77,7% di Provinsi Metropolitan Makassar
Sulawesi Selatan dan 83,1% di Provinsi Sulawesi 6. Rumah Susun Perkotaan (1 Juta) di Provinsi
Tenggara; Sulawesi Selatan

Gambar 3.7. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Sulawesi

4
6
3
5 1

122 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


5. Arah Pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan

Dikenal sebagai lumbung energi nasional dan paru- 2. Potensi bencana tinggi, khususnya bencana
paru dunia, Pulau Kalimantan masih bertumpu pada kebakaran hutan dan lahan, serta banjir, yang
ekstraksi sumber daya alam pertambangan dalam belum sepenuhnya diantisipasi dengan upaya
pertumbuhan ekonominya. Mengingat bahwa kesiapsiagaan, mitigasi dan adaptasi yang
pengembangan sumber daya alam pertambangan komprehensif;
berpotensi mendegradasi kawasan hutan, maka 3. Penguatan peran daerah perbatasan sebagai
selama lima tahun ke depan sektor alternatif pintu beranda negara belum optimal;
pertumbuhan ekonomi akan dipacu. Pemindahan 4. Menurunnya penerimaan daerah akibat
IKN dari Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan diharapkan ketergantungan yang tinggi pada komoditas
dapat membantu mendorong diversifikasi ekonomi mentah sehingga perekonomian Kalimantan
dan peningkatan output sektor ekonomi non rentan terhadap pergerakan harga komoditas di
tradisional seperti jasa, pemerintahan, transportasi, pasar global;
perdagangan, pengolahan akan terpacu untuk 5. Infrastruktur dan layanan dasar untuk kesehatan
menopang pertumbuhan ekonomi Pulau Kalimantan. dan produktivitas yang masih terbatas serta
Selain itu juga diharapkan terjadi peningkatan penerapan SPM yang masih perlu ditingkatkan;
perdagangan antarwilayah, meningkatkan 6. Tata kelola dan kelembagaan pengelolaan
kesempatan kerja dan menurunkan ketimpangan kawasan metropolitan serta kerjasama antar
pendapatan, serta menciptakan peluang investasi daerah yang belum optimal;
baru dan peningkatan kontribusi investasi Pulau 7. Konektivitas intra-wilayah belum memadai;
Kalimantan terhadap nasional. 8. Pengembangan industri berbasis sumberdaya
alam belum optimal;
Meski relatif aman terhadap bencana alam, Wilayah 9. Ketahanan fisik dan sosial kota masih rentan
Pulau Kalimantan tetap memiliki ancaman berupa titik atas perubahan iklim, bencana dan polusi, dan
panas (hotspots) terbanyak serta wilayah kebakaran juga rentan terhadap kesenjangan sosial dan
hutan dan lahan terluas di Indonesia. Pada periode kemiskinan perkotaan
2015-2019 tercatat 214 kejadian bencana yang
terjadi di Pulau Kalimantan. Jenis bencana dengan Arah kebijakan pengembangan Wilayah Pulau
frekuensi tertinggi adalah kebakaran hutan dan Kalimantan secara umum diarahkan untuk
lahan (85 kasus). Secara persebaran Kalimantan mempercepat pertumbuhan, diversifikasi, dan
Barat memiliki 558 titik panas seluas 3.315 Ha; pelestarian alam. Pengembangan wilayah bertumpu
Kalimantan Tengah 100 titik panas seluas 3.618 Ha; pada pengolahan sumber daya alam yang
Kalimantan Selatan 62 titik panas seluas 4.670 Ha; dihasilkan dari sentra produksi perkebunan yang
Kalimantan Timur 105 titik panas seluas 4.430 Ha; tersebar di beberapa Kawasan Perdesaan Prioritas
dan Kalimantan Utara 36 titik panas seluas 859 Ha. Nasional (KPPN), PKSN, kawasan transmigrasi,
kawasan pertambangan minyak bumi, gas bumi
Isu Strategis pengembangan Wilayah Pulau dan batubara, serta sentra produksi perikanan di
Kalimantan secara umum adalah: SKPT. Selanjutnya, pengolahan sumber daya alam
1. Peran Wilayah Pulau Kalimantan sebagai paru- berupa kelapa sawit, kayu, alumunium, dan bauksit,
paru dunia terancam dengan tingginya ancaman yang difokuskan pada Kawasan Industri (KI) dan/
kerusakan hutan; atau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Outlet untuk

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 123


komoditas mentah maupun barang olahan di Pulau 11. Pembangunan desa terpadu yang mencakup
Kalimantan diarahkan di pelabuhan hub Pontianak. pengembangan desa wisata, desa dijital dan
produk unggulan desa; transformasi ekonomi
Selain pengembangan ekonomi berbasis sumber desa dan peningkatan peran badan usaha milik
daya alam, dikembangkan juga kawasan strategis desa; perbaikan pelayanan dasar air minum,
prioritas berbasis pariwisata, yaitu Destinasi sanitasi dan listrik desa; peningkatan kapasitas
Pariwisata Prioritas (DPP), serta Wilayah Metropolitan aparatur desa dalam hal pemanfaatan dana
dan Kota Baru sebagai pemacu pertumbuhan desa dan tata kelola asset desa; penguatan
ekonomi Wilayah Pulau Kalimantan. pendamping desa dan peran serta masyarakat
desa yang inklusif; serta penetapan batas desa.
Secara rinci, strategi pembangunan Pulau
Kalimantan adalah sebagai berikut: Dalam rangka mendukung keberlanjutan
1. Mempertahankan peran sebagai lumbung energi lingkungan, pembangunan Wilayah juga dilakukan
nasional; dengan memperhatikan kaidah pembangunan
2. Mengembangkan industri pengolahan (hilirisasi) rendah karbon:
sumber daya alam perkebunan dan hasil 1. Mengoptimalkan upaya rehabilitasi hutan dan
tambang; lahan untuk mempertahankan luas tutupan hutan
3. Menguatkan peran kawasan perdesaan prioritas dan mengkonservasi sumber daya air;
nasional agar menjamin basis produksi untuk 2. Mengkonservasi hutan primer dan habitat
hilirisasi industri; spesies kunci;
4. Revitalisasi kawasan transmigrasi 3. Mengembangkan energi baru terbarukan;
5. Pengembangan ekonomi kawasan perbatasan 4. Mengoptimalkan pengelolaan sampah dan
negara limbah bahan berbahaya beracun secara
6. Menjaga kawasan dengan fungsi pelestarian terpadu;
lingkungan dan ekologis; 5. Mengembangkan sarana dan prasarana
7. Menjamin pemenuhan konektivitas, infrastruktur transportasi massal;
pelayanan dasar pada wilayah metropolitan, 6. Menegakkan hukum atas kejahatan di bidang
kota dan perkotaan; sumber daya alam dan lingkungan hidup.
8. Meningkatkan kapasitas pemerintahan
daerah untuk mempercepat penerapan SPM, Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Pulau
meningkatkan kerjasama antara daerah dan Kalimantan yang ditargetkan sebesar 6,4% (2020) –
meningkatkan PAD; 8,9% (2024), maka diidentifikasi komoditas unggulan
9. Mengarusutamakan penanggulangan bencana Pulau Kalimantan yang meliputi karet, kelapa sawit,
dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan lada, kakao, perikanan tangkap dan pertambangan
kepada peningkatan investasi mitigasi (bauksit, emas, bijih besi, minyak bumi, gas bumi
struktural dan non struktural serta adaptasi dan batubara) yang tersebar di provinsi sebagai
masyarakat terhadap perubahan iklim di berikut:
daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal 1. Provinsi Kalimantan Barat: karet, lada, kelapa
masyarakat; sawit, bauksit, emas, dan batu bara;
10. Pembangunan Ibu Kota Negara sebagai Pusat 2. Provinsi Kalimantan Selatan: kelapa sawit, karet,
Pertumbuhan Nasional yang terintegrasi dengan bijih besi, batubara, minyak dan gas bumi, serta
wilayah sekitarnya; dan perikanan tangkap

124 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


3. Provinsi Kalimantan Tengah: kelapa sawit, karet, 5. Kawasan Transmigrasi Salim Batu di Kabupaten
kakao, emas, batubara, minyak dan gas bumi, Bulungan, Kawasan Transmigrasi Seimenggaris
serta perikanan tangkap; di Kabupaten Nunukan, Kawasan Transmigrasi
4. Provinsi Kalimantan Timur: kelapa sawit, kakao, Rasau Jaya di Kabupaten Kubu Raya, Kawasan
karet, lada, minyak dan gas bumi serta batubara; Transmigrasi Gerbang Mas Perkasa dan
5. Provinsi Kalimantan Utara: kelapa sawit, karet Kawasan Transmigrasi Subah di Kabupaten
dan perikanan tangkap. Sambas, Kawasan Transmigrasi Belantikan Raya
di Kabupaten Lamandau, Kawasan Transmigrasi
Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang Kerang di Kabupaten Paser, Kawasan
ada di wilayah Sulawesi adalah sebagai berikut: Transmigrasi Maloy Kaliorang di Kabupaten
1. WPP 711, yang berlokasi di Selat Karimata, Laut Kutai Timur, Kawasan Transmigrasi Cahaya Baru
Natuna dan Laut Cina Selatan dengan potensi di Kabupaten Barito Kuala;
produksi 767,1 ribu ton dan produksi eksisting 6. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Paloh
mencapai 608,5 ribu ton (79,3%); Aruk, PKSN Jagoi Babang, PKSN Nunukan,
2. WPP 712, yang berlokasi di Laut Jawa dengan PKSN Long Midang, dan PKSN Tou Lumbis.
potensi produksi 1.341,6 ribu ton dan produksi
eksisting mencapai 1.106,6 ribu ton (82,5%); Sedangkan untuk mendorong pengembangan
3. WPP 713, yang berlokasi di Selat Makassar, kawasan berbasis non-sumber daya alam, kawasan
Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali dengan strategis prioritas yang dikembangkan:
potensi produksi 1.177,9 ribu ton dan produksi 1. Wilayah Metropolitan Banjarmasin;
eksisting mencapai 598,6 ribu ton (50,8%); dan 2. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru
4. WPP 716, yang berlokasi di Laut Sulawesi (Utara Derawan-Berau;
Pulau Halmahera) dengan potensi 597,1 ribu ton 3. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru Sambas
dan produksi perikanan eksisting 261,9 ribu ton - Singkawang; dan
(43,9%). 4. Kota Baru Tanjung Selor

Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas Pengembangan kawasan strategis prioritas


pengembangan kawasan berbasis sumber daya tersebut, selain didukung dengan pengembangan
alam pada koridor pertumbuhan dan pemerataan, outlet pelabuhan hub Pelabuhan Pontianak/
maka dikembangkan kawasan strategis prioritas Kijing, sebagaimana disebutkan sebelumnya,
yang terdiri dari: juga didukung infrastruktur transportasi; energi,
1. Kawasan Industri (KI) Tanah Kuning, KI telekomunikasi dan informatika; pengairan dan
Buluminung, KI Batulicin, KI Jorong, KI Surya irigasi; serta perumahan dan permukiman. Uraian
Borneo dan KI Ketapang; rinci pembangunan infrastruktur tersebut terdapat
2. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)/Kawasan pada lampiran matriks pembangunan kewilayahan
Industri (KI) Maloy Batuta Trans Kalimantan dan lampiran peta arah pembangunan per pulau.
(MBTK);
3. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Selain infrastruktur, pengembangan kawasan
Sebatik; sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat
4. Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan
Kotawaringin Barat, Berau, Kutai Timur, Kubu kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan
Raya, Mempawah, Bengkayang, Barito Kuala, sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan
Banjar, Nunukan, dan Sambas;

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 125


(SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai 4. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh
Latihan Kerja (BLK). provinsi wilayah Kalimantan;
5. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat
Pengembangan SMK di wilayah Kalimantan secara sasaran melalui Program Keluarga Harapan,
keseluruhan berjumlah 271 SMK yang mendukung Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia Sehat
sektor energi, industri, industri kreatif, ketahanan untuk mencapai target kemiskinan tahun 2024
pangan, pariwisata dan kemaritiman. Adapun yaitu 5,23% di Provinsi Kalimantan Barat, 3,5%
pengembangan BLK ditargetkan sebanyak 36 di Provinsi Kalimantan Tengah, 4,44% di Provinsi
unit yang tersebar dan mendukung pemenuhan Kalimantan Utara, 4,24% di Provinsi Kalimantan
kebutuhan tenaga kerja di sektor prioritas yang Timur, dan 3,04% di Provinsi Kalimantan Selatan;
meliputi: tenaga presisi tekstil, buruh pertanian, 6. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan
buruh konstruksi gedung dan manajer umum (NIK) dengan target prioritas Provinsi Kalimantan
(perdagangan). Timur (Kab. Mahakam Ulu);
7. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan
Disamping memacu pertumbuhan, maka target prioritas Provinsi Kalimantan Barat (Kab.
pembangunan wilayah Sulawesi juga mengakomodir Sanggau).
pemerataan pelayanan dasar, yang meliputi: 8. Penyediaan akses air minum dan sanitasi dengan
1. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta target: (1) Akses sanitasi (air limbah) layak
pelaku pembangunan lainnya terhadap 62 dan aman pada 2024 menjadi 83% di Provinsi
daerah tertinggal yang telah terentaskan tahun Kalimantan Barat, 80% Provinsi Kalimantan
2019, selama maksimal 3 tahun (2020 – 2022), Tengah, 90% Provinsi Kalimantan Utara, 90%
yang mana untuk Pulau Kalimantan berlokasi Provinsi Kalimantan Timur, dan 87% Provinsi
di 12 kabupaten berikut, antara lain: a) Provinsi Kalimantan Selatan; (2) Penanganan sampah
Kalimantan Barat: Sintang, Kapuas Hulu, pada 2024 menjadi sebesar 83% di seluruh
Bengkayang, Kayong Utara, Ketapang, Landak, provinsi di Pulau Kalimantan; (3) Air minum layak
Melawi, Sambas; b) Provinsi Kalimantan Selatan: pada 2024 menjadi sebesar 100% di Provinsi
Hulu Sungai Utara; c) Provinsi Kalimantan Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah,
Tengah: Seruyan; d) Provinsi Kalimantan Timur: Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Kalimantan
Mahakam Ulu; dan e) Provinsi Kalimantan Utara: Timur dan Provinsi Kalimantan Selatan;
Nunukan. 9. Penyediaan akses perumahan untuk mencapai
2. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan target rumah layak huni 2024 sebesar 88,1%
dengan lokus prioritas yaitu 2 kecamatan di Provinsi Kalimantan Barat; 75,3% di Provinsi
lokasi prioritas di Provinsi Kalimantan Barat, 2 Kalimantan Tengah; 65,5% di Provinsi Kalimantan
kecamatan lokasi prioritas di Provinsi Kalimantan Selatan; 91% di Provinsi Kalimantan Timur;
Timur, dan 11 kecamatan lokasi prioritas di 90,6% di Provinsi Kalimantan Utara.
Provinsi Kalimantan Utara; 10. Pemenuhan standar pelayanan minimal
3. Penanganan stunting dengan lokasi fokus kebencanaan melalui peningkatan kapasitas
prioritas mencakup 5 Kabupaten di Provinsi pemerintah daerah, masyarakat, dan logistik
Kalimantan Barat, 4 Kabupaten di Provinsi kebencanaan, sesuai karakter ancaman
Kalimantan Selatan, 5 Kabupaten di Provinsi bencana di wilayah masing-masing, terutama di
Kalimantan Tengah, 4 Kabupaten di Provinsi kawasan strategis nasional yang memiliki risiko
Kalimantan Timur, dan 3 Kabupaten di Provinsi bencana tinggi.
Kalimantan Utara;

126 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai
strategi pengembangan koridor pertumbuhan dan
pemerataan, maka dirancang tujuh Major Project di
wilayah Kalimantan adalah sebagai berikut (Gambar
3.8):
1. Pengembangan Kawasan Kota Baru: Tanjung
Selor
2. Pengembangan Wilayah Metropolitan
Banjarmasin
3. Pembangunan Ibu Kota Negara
4. Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan
(Paloh Aruk dan Nunukan)
5. Revitalisasi Kilang Minyak Balikpapan
6. Pembangunan Kilang Baru Bontang
7. Pembangunan Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan

Gambar 3.8. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Kalimantan

5
3

7 Pembangunan Pipa Gas Bumi


Trans Kalimantan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 127


6. Arah Pembangunan Wilayah Pulau Sumatera

Pulau Sumatera berada pada posisi geografis yang 4. Belum stabilnya harga komoditi karet dan
sangat strategis karena berdekatan dengan negara- sawit yang diikuti dengan turunnya kualitas
negara lain terutama pada benua Asia. Berbagai produk, serta kurang kompetitifnya harga gas
inisiasi kerja sama internasional yang mencakup untuk kegiatan industri sehingga menghambat
wilayah sumatera diantaranya Indonesia Malaysia laju produktivitas industri, terutama di Provinsi
Thailand Growth Triangle, Inisiatif integrasi kawasan Sumatera Utara;
(belt and road initiatives), masyarakat ekonomi 5. Belum terintegrasinya serta belum optimalnya
ASEAN. Kondisi ini berpotensi dalam membuka pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
pintu perdagangan, investasi serta diversifikasi dikarenakan permasalahan mendasar yaitu,
pasar pada skala regional maupun global dengan lahan, perizinan, infrastruktur, dan pengelolaan
memperhatikan isu strategis pada wilayah Pulau kawasan sehingga belum terciptanya multiplier
Sumatera. effect dari pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi tersebut;
Namun demikian, Pulau Sumatera memiliki potensi 6. Belum optimalnya integrasi konektivitas intra-
bencana yang tinggi karena terdapat zona subduksi wilayah dan antar-wilayah baik darat, laut, dan
yang terus aktif dalam 15 tahun terakhir sepanjang udara dan belum optimalnya hub internasional
Pantai Barat Sumatera. Hal tersebut menyebabkan sebagai pintu gerbang perdagangan barang
wilayah barat Pulau Sumatera cenderung memiliki dan jasa;
risiko bencana yang meliputi bencana gempa bumi, 7. Masih Rendahnya kualitas sumber daya
tsunami, dan letusan gunung api. Selain itu, Pulau manusia siap pakai yang diakibatkan belum
Sumatera juga memiliki ancaman berupa titik panas optimalnya pelayanan pendidikan dan kesehatan
(hotspots) yang berada pada wilayah timur dan terutama di daerah pedalaman, daerah tertinggal,
berpotensi terjadi bencana kebakaran hutan dan dan pulau-pulau kecil terluar;
lahan. 8. Belum optimalnya pengembangan potensi
kawasan pariwisata berbasis ekonomi lokal;
Isu strategis pembangunan Wilayah Pulau Sumatera 9. Potensi bencana alam relatif tinggi khususnya
antara lain: di kawasan pantai barat Pulau Sumatera serta
1. Masih tingginya ketimpangan pembangunan belum sepenuhnya diantisipasi dengan upaya
terutama wilayah Sumatera bagian barat, dan mitigasi dan adaptasi yang komprehensif;
tingginya tingkat kemiskinan terutama pada 10. Degradasi lingkungan yang diakibatkan alih
wilayah Sumatera bagian utara; fungsi lahan menjadi perkebunan, pembukaan
2. Belum optimalnya pengembangan hilirisasi lahan hutan secara ilegal, serta pembakaran
industri berbasis sumber daya alam yang lahan gambut;
mencakup komoditas pertanian, perkebunan, 11. Masih terdapatnya praktik illegal fishing,
perikanan, migas dan batubara; human trafficking dan narkoba terutama pada
3. Belum adanya commodities trading house daerah perbatasan, serta praktik penanaman,
yang terintegrasi, serta masih rendahnya perdagangan, dan pemanfaatan tanaman ganja
perkembangan usaha koperasi dan UKM sebagai secara ilegal;
dasar penguatan struktur dan fundamental 12. Pengelolaan dan kualitas belanja dana APBD
perekonomian lokal; sebagian daerah dan dana Otonomi Khusus
Aceh dapat terus ditingkatkan.

128 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Prospek pertumbuhan wilayah Pulau Sumatera pengembangan industri kedirgantaraan. Secara
cenderung meningkat dengan didukung perbaikan spesifik, pembangunan di Provinsi Aceh juga
kinerja ekspor dan konsumsi. Hal tersebut memberi perhatian kepada kawasan pembangunan
dikarenakan adanya pembangunan jalan tol trans alternatif di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten
sumatera yang diperkirakan akan meningkatkan Bireuen, dan Kabupaten Gayo Lues.
pergerakan barang, memperbaiki sistem logistik
Pulau Sumatera, dan memicu perkembangan Selain pengembangan ekonomi berbasis
ekonomi wilayah. Selain itu, pengembangan sumber daya alam, dikembangkan juga kawasan
kawasan ekonomi di sepanjang koridor pesisir strategis prioritas berbasis pariwisata, yaitu
timur Sumatera, yang ditujukan untuk hilirisasi beberapa Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP);
komoditas unggulan juga berpotensi menjadi pusat Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
pertumbuhan yang mendongkrak perekonomian. Bebas (KPBPB) dan Wilayah Metropolitan untuk
Meskipun, outlook perekonomian global masih memacu pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera.
penuh ketidakpastian, tetapi prospek pertumbuhan Pengembangan berbagai kawasan strategis
kawasan Asia diperkirakan masih tetap terjaga. prioritas diarahkan pada kawasan yang telah siap
serta memiliki daya tarik investasi dengan struktur
Secara umum, arah kebijakan pembangunan kelembagaan dan pengelolaan yang kuat dan
wilayah Pulau Sumatera diarahkan sebagai pusat kompeten, sehingga dapat menciptakan dampak
pertumbuhan ekonomi yang mempunyai skala yang signifikan bagi perekonomian Wilayah
ekonomi besar pada koridor pesisir timur yang Sumatera.
berorientasi pada daya saing internasional dengan
didukung pengembangan hub internasional di Arah kebijakan tersebut diterjemahkan dalam
Kuala Tanjung sebagai outlet di wilayah Indonesia strategi berupa:
Bagian Barat. Untuk itu, inisiatif pengembangan 1. Mengembangkan komoditas unggulan kelapa
di Pulau Sumatera akan menitik beratkan pada sawit, kakao, karet, dan kopi, dan hilirisasi
pengembangan industri hilir berbasis komoditas. komoditas unggulan yang berpotensi memiliki
Pengembangan wilayah Pulau Sumatera secara nilai tambah tinggi;
umum akan bertumpu pada pengolahan sumber 2. Mengembangkan potensi pariwisata
daya alam yang dihasilkan dari sentra produksi daerah sebagai salah satu motor penggerak
perikanan di Sentra Kelautan Perikanan Terpadu pengembangan ekonomi lokal;
(SKPT), PKSN, sentra produksi pertanian dan 3. Mengembangkan industri kedirgantaraan;
perkebunan yang tersebar di beberapa Kawasan 4. Mengarusutamakan penanggulangan bencana
Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN), kawasan dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan
transmigrasi dan kawasan pertambangan minyak, kepada peningkatan investasi mitigasi
gas bumi dan batubara. Selanjutnya, pengolahan struktural dan non struktural serta adaptasi
sumber daya alam berupa kelapa sawit, karet, kayu, masyarakat terhadap perubahan iklim di
bauksit, alumina, minyak dan gas bumi, tersebut daerah rawan bencana dengan fokus utama
difokuskan di beberapa Kawasan Ekonomi Khusus pada peningkatan ketahanan kawasan pantai
(KEK) maupun Kawasan Industri (KI), serta Kawasan barat Sumatera dan memperhatikan pemulihan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas pascabencana Kawasan Selat Sunda dan
(KPBPB). Selain prioritas utama menitik beratkan Sekitarnya. Mitigasi non-struktural yang
pada hilirisasi industri, kedepan, pengembangan dimaksud mencakup optimalisasi pengaturan
industri juga diarahkan untuk menangkap peluang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 129


serta pembangunan budaya sadar bencana 4. Konservasi dan perlindungan habitat spesies
dan kesiapsiagaan pemerintah daerah dan kunci;
masyarakat; 5. Pengembangan energi baru terbarukan;
5. Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi 6. Optimalisasi pengelolaan sampah dan limbah
perkotaan, sanitasi dan air bersih, serta bahan berbahaya beracun secara terpadu;
pengelolaan sampah dan limbah; 7. Pengembangan sarana dan prasarana
6. Pembangunan jaringan jalan tol Lintas Sumatera transportasi massal.
yang dipadukan dengan jaringan multi moda
pelabuhan, bandara, dan jaringan jalan non-tol; Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dalam
7. Memperkuat konektivitas dan memantapkan rentang 4,8% (2020) – 5,6% (2024), maka
sistem logistik wilayah dalam mendukung diidentifikasi komoditas unggulan Pulau Sumatera
industrialisasi khususnya di koridor pesisir timur yang meliputi gambir, kakao, kelapa, kelapa sawit,
Wilayah Sumatera; karet, kopi, lada, nilam, pala, tebu, perikanan
8. Mengendalikan alih fungsi lahan dan melakukan tangkap, perikanan budidaya dan pertambangan
upaya pencegahan terjadinya pembakaran (emas, timah, minyak bumi, gas bumi dan batubara)
lahan gambut. dengan sentra produksi yang tersebar di provinsi
9. Pembangunan desa terpadu yang mencakup sebagai berikut:
pengembangan desa wisata, desa dijital dan 1. Provinsi Aceh: kopi, nilam, kakao, pala, karet,
produk unggulan desa; transformasi ekonomi kelapa sawit, kelapa, dan perikanan tangkap;
desa dan peningkatan peran badan usaha milik 2. Provinsi Bangka Belitung: lada, karet, timah, dan
desa; perbaikan pelayanan dasar air minum, perikanan tangkap;
sanitasi dan listrik desa; peningkatan kapasitas 3. Provinsi Bengkulu: kopi, karet, kakao, kelapa
aparatur desa dalam hal pemanfaatan dana sawit, dan emas
desa dan tata kelola asset desa; penguatan 4. Provinsi Jambi: nilam, karet, kelapa sawit, kopi,
pendamping desa dan peran serta masyarakat kelapa, dan batubara;
desa yang inklusif; serta penetapan batas desa. 5. Provinsi Kepulauan Riau: karet, perikanan
10. Mengembangkan pembangunan alternatif untuk tangkap, dan perikanan budidaya:
mentransformasi kawasan rawan ganja menjadi 6. Provinsi Lampung: kopi, karet, lada, tebu, kakao,
kawasan ekonomi lokal sebagai bagian terpadu kelapa, dan perikanan budidaya;
pembangunan daerah 7. Provinsi Riau: kelapa sawit, kelapa, karet, emas,
perikanan tangkap, minyak bumi, dan gas bumi;
Dalam rangka mendukung keberlanjutan 8. Provinsi Sumatera Utara: karet, kopi, kelapa
lingkungan, pembangunan wilayah Pulau Sumatera sawit, nilam, dan perikanan tangkap;
diarahkan untuk memenuhi kaidah pembangunan 9. Provinsi Sumatera Barat: gambir, kakao, kopi,
rendah karbon yang meliputi: nilam, karet, kelapa sawit, kelapa, dan perikanan
1. Optimalisasi upaya rehabilitasi hutan dan lahan tangkap;
untuk mempertahankan luas tutupan hutan dan 10. Provinsi Sumatera Selatan: kopi, karet, kelapa
mengkonservasi sumber daya air; sawit, lada, minyak bumi, gas bumi dan batubara.
2. Penegakan hukum atas kejahatan di bidang
sumber daya alam dan lingkungan hidup; Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)
3. Mempertahankan luasan dan meningkatkan yang ada di wilayah Pulau Sumatera adalah sebagai
produktivitas lahan pertanian pangan, terutama berikut:
padi; 1. WPP 571, yang berlokasi di Selat Malaka dan

130 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Laut Andaman dengan potensi produksi 425,4 Silaut di Kabupaten Pesisir Selatan, Kawasan
ribu ton dan produksi eksisting mencapai 560,1 Transmigrasi Parit Rambutan di Kabupaten Ogan
ribu ton (131,7%); dan Ilir, Kawasan Transmigrasi Telang di Kabupaten
2. WPP 572, yang berlokasi di Samudera Hindia Banyuasin, Kawasan Transmigrasi Kikim di
(Barat Sumatera) dan Selat Sunda dengan Kabupaten Lahat, Kawasan Transmigrasi
potensi 1.240,9 ribu ton dan produksi perikanan Lagita di Kabupaten Bengkulu Utara, Kawasan
eksisting 985,5 ribu ton (79,4%). Transmigrasi Rawa Pitu di Kabupaten Tulang
Bawang, dan Kawasan Transmigrasi Mesuji di
Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas Kabupaten Mesuji;
pengembangan kawasan berbasis sumber daya 14. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
alam pada koridor pertumbuhan dan pemerataan, Sabang dan PKSN Ranai; dan
maka dikembangkan kawasan strategis prioritas
yang terdiri dari: Sedangkan untuk mendorong pengembangan
1. Kawasan Industri (KI)/Kawasan Ekonomi Khusus kawasan berbasis non-sumber daya alam, kawasan
(KEK) Arun Lhokseumawe; strategis prioritas yang dikembangkan:
2. Kawasan Industri (KI)/Kawasan Ekonomi Khusus 1. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
(KEK) Sei Mangkei; Bebas (KPBPB) Sabang, Batam, Bintan, dan
3. Kawasan Industri (KI)/Kawasan Ekonomi Khusus Karimun
(KEK) Galang Batang; 2. Kawasan Industri (KI) Bintan Aerospace;
4. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api- 3. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)/Kawasan
api; Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang;
5. Kawasan Industri (KI) Kuala Tanjung; 4. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Danau Toba;
6. Kawasan Industri (KI) Kemingking; 5. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru
7. Kawasan Industri (KI) Sadai; Padang-Bukittinggi;
8. Kawasan Industri (KI) Way Pisang; 6. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru Batam-
9. Kawasan Industri (KI) Sebalang; Bintan; dan
10. Kawasan Industri (KI) Tanjung Enim; 7. Wilayah Metropolitan Medan; dan
11. Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) 8. Wilayah Metropolitan Palembang
Aceh Timur, Toba Samosir, Samosir, Agam,
Banyuasin, Muaro Jambi, Belitung, Bangka Pengembangan kawasan strategis prioritas
Selatan, Belitung Timur, Bintan Kepulauan, tersebut didukung dengan pengembangan
Karimun, Tulang Bawang, dan Mesuji; outlet pelabuhan hub Pelabuhan Kuala Tanjung.
12. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Disamping itu, dukungan infrastruktur transportasi;
Simeulue, Sabang, Mentawai, Enggano Natuna energi, telekomunikasi dan informatika; pengairan
dan Anambas; dan irigasi; serta perumahan dan permukiman juga
13. Kawasan Transmigrasi Ketapang Nusantara dibangun untuk mendukung kawasan strategis
di Kabupaten Aceh Tengah, Kawasan prioritas tersebut. Uraian rinci pembangunan
Transmigrasi Samar Kilang di Kabupaten infrastruktur tersebut terdapat pada lampiran matriks
Bener Meriah, Kawasan Transmigrasi Selaut di pembangunan kewilayahan dan lampiran peta arah
Kabupaten Simeuleu, Kawasan Transmigrasi pembangunan per pulau.
Bathin III Ulu di Kabupaten Bungo, Kawasan
Transmigrasi Batu Betumpang di Kabupaten Selain infrastruktur, pengembangan kawasan
Bangka Selatan, Kawasan Transmigrasi Lunang sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 131


bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan 2. Penanganan stunting dengan lokasi fokus
kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan prioritas mencakup 10 Kabupaten/Kota di
sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan Aceh, 6 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat, 15
(SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, 4 Kabupaten
Latihan Kerja (BLK). Pengembangan SMK di di Riau, 4 Kabupaten di Jambi, 6 Kabupaten/Kota
wilayah Sumatera secara keseluruhan berjumlah di Sumatera Selatan, 4 Kabupaten di Bengkulu, 6
709 SMK yang mendukung sektor energi, industri, Kabupaten di Lampung, 3 Kabupaten di Bangka
industri kreatif, ketahanan pangan, pariwisata Belitung dan 3 Kabupaten di Kepulauan Riau;
dan kemaritiman. Adapun pengembangan BLK 3. Percepatan pembangunan daerah tertinggal
di wilayah Sumatera ditargetkan sebanyak 90 dengan fokus pada peningkatan kapasitas
unit yang tersebar dan mendukung pemenuhan sumber daya manusia, dan pemenuhan
kebutuhan tenaga kerja di sektor prioritas yang pelayanan dasar yang memperhatikan aspek
meliputi: tenaga presisi tekstil, petani terlatih, buruh mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap resiko
konstruksi gedung, manajer umum perdagangan bencana di 1 kabupaten tertinggal di Provinsi
dan pelayan, pramuwisata, koki. Lampung, 1 kabupaten tertinggal di Provinsi
Sumatera Barat, 1 kabupaten tertinggal di
Disamping memacu pertumbuhan, maka Provinsi Sumatera Selatan, dan 4 kabupaten
pembangunan wilayah Sumatera juga tertinggal di Provinsi Sumatera Utara. Dari 7
mengakomodasi pemerataan pelayanan dasar, kabupaten tertinggal di Pulau Sumatera, 6
yang meliputi: kabupaten termasuk dalam koridor kewilayahan,
1. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan khususnya koridor pemerataan, antara lain:
dengan lokus prioritas yaitu 2 kecamatan lokasi Pesisir Barat di Provinsi Lampung, Kepulauan
prioritas di Provinsi Sumatera Utara; Mentawai di Provinsi Sumatera Barat; Nias, Nias

132 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Barat, Nias Utara, dan Nias Selatan di Provinsi Selatan, Kab. Tapanuli Selatan, Kab. Padang
Sumatera Utara. Lawas Utara, Kab. Mandailing Natal, Kab.
4. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta Padang Lawas), Provinsi Sumatera Barat (Kab.
pelaku pembangunan lainnya terhadap 62 Kepulauan Mentawai, Kab. Sijunjung), Provinsi
daerah tertinggal yang telah terentaskan tahun Bengkulu (Kab. Bengkulu Tengah), Provinsi
2019, selama maksimal 3 tahun (2020 – 2022), Lampung (Kab. Lampung Selatan), Provinsi
yang mana untuk Pulau Sumatera berlokasi di 6 Sumatera Selatan (Kab. Ogan Komering Ilir) dan
kabupaten berikut, antara lain: a) Provinsi Aceh: Provinsi Riau (Kab. Rokan Hilir, Kab. Bengkalis,
Aceh Singkil; b) Provinsi Bengkulu: Seluma; c) Kab. Rokan Hulu, Kab. Kepulauan Meranti, Kab.
Provinsi Lampung: Lampung Barat; d) Provinsi Indragiri Hulu, Kab, Indragiri Hilir).
Sumatera Barat: Pasaman Barat, Solok Selatan, 9. Penyediaan akses air minum dan sanitasi di
dan Musi Rawas. masing-masing provinsi untuk mencapai target
5. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh 2024 yang berupa akses air minum, akses sanitasi
provinsi wilayah Sumatera; layak dan aman, dan akses sampah di perkotaan
6. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat berturut-turut sebesar: Provinsi Aceh (100%, 80%
sasaran melalui Program Keluarga Harapan, dan 69%), Provinsi Sumatera Utara (100%, 95%,
Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia dan 74,43%), Provinsi Sumatera Barat (100%,
Sehat untuk mencapai target kemiskinan tahun 85%, dan 75,64%), Provinsi Bengkulu (100%,
2024 yaitu 11,75% di Provinsi Aceh, 6,83% 79%, dan 53,24%), Provinsi Lampung (100%,
di Provinsi Sumatera Utara, 4,55% di Provinsi 90%, dan 56,44%), Provinsi Sumatera Selatan
Sumatera Barat, 12,09% di Provinsi Bengkulu, (100%, 90%, dan 76,91%), Provinsi Kep. Bangka
10,01% di Provinsi Lampung, 5,7% di Provinsi Belitung (100%, 90%, dan 56,8%), Provinsi
Riau, 4,21% di Provinsi Kepulauan Riau, 5,74% Jambi (100%, 90%, dan 64,54%), Provinsi Kep.
di Provinsi Jambi, 3,44% di Provinsi Kepulauan Riau (100%, 80%, dan 91,6%) dan Provinsi Riau
Bangka Belitung dan 10,38% di Provinsi (100%, 90%, dan 53,48%).
Sumatera Selatan; 10. Penyediaan akses perumahan untuk mencapai
7. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan target rumah layak huni 2024 sebesar 76,3%
(NIK) dengan target prioritas yang meliputi di Provinsi Aceh, 89,7% di Provinsi Sumatera
Provinsi Sumatera Utara (Kab. Tapanuli Utara, Utara, 95,5% di Provinsi Riau, 89,7% di Provinsi
Kab. Padang Lawas Utara, Kab. Nias dan Kab. Kepulauan Riau, 69,1% di Provinsi Jambi, 29,3%
Nias Selatan) dan Provinsi Sumatera Barat (Kab. di Provinsi Kep. Bangka Belitung, 70% di Provinsi
Kepulauan Mentawai); Sumatera Selatan, 53,8% di Provinsi Lampung,
8. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan 66,9% di Provinsi Bengkulu dan 67,1% di Provinsi
target prioritas meliputi: Provinsi Aceh (Kab. Aceh Sumatera Barat.
Utara, Kab. Aceh Timur, Kab. Aceh Ternggara, 11. Pemenuhan standar pelayanan minimal
Kab. Subulussalam), Provinsi Sumatera Utara kebencanaan melalui peningkatan kapasitas
(Kab. Langkat, Kab. Medan, Kab. Karo, Kab. Deli pemerintah daerah, masyarakat, dan logistik
Serdang, Kab. Serdang Berdagai, Kab. Batubara, kebencanaan, sesuai karakter ancaman
Kab. Asahan, Kab. Humbang Hasundutan, Kab. bencana di wilayah masing-masing, terutama di
Labuhan Batu, Kab. Labuhan Batu Selatan, kawasan strategis nasional yang memiliki risiko
Kab. Dairi, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Tapanuli bencana tinggi.
Tengah, Kab. Nias Utara, Kab. Nias, Kab. Nias

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 133


Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai 4. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Terdampak
strategi pengembangan koridor pertumbuhan Bencana (Pesawaran-Lampung Selatan-
dan pemerataan, maka dirancang sembilan Major Tanggamus)
Project di wilayah Pulau Sumatera adalah sebagai 5. Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera
berikut (Gambar 3.9): 6. Pembangunan jalan trans/lingkar pulau terluar/
1. Penyelesaian pembangunan Kawasan Pariwisata tertinggal Nias
Danau Toba 7. Sistem angkutan masal perkotaan kota
2. Percepatan pembangunan Wilayah Batam- metropolitan Medan
Bintan 8. Revitalisasi kilang minyak Dumai
3. Pengembangan Wilayah Metropolitan 9. Rumah Susun Perkotaan (1 Juta) di Provinsi
Palembang Sumatera Utara

Gambar 3.9. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Sumatera

9
7
1

8
6 2

5 Pembangunan Jalan 4
Tol Trans Sumatera

134 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


7. Arah Pembangunan Wilayah Pulau Jawa-Bali

Sebagai penghela utama pertumbuhan ekonomi Fenomena peningkatan jumlah penduduk yang
nasional, dengan proporsi kontribusi PDB Nasional dihadapi Pulau Jawa-Bali akan meningkatkan jumlah
mencapai lebih dari 50%, Pulau Jawa-Bali juga potensi risiko jiwa terpapar terhadap bencana.
mengalami peningkatan kepadatan penduduk yang Pada tahun 2015, dari 149,3 juta jiwa penduduk
signifikan dibandingkan wilayah lain di Indonesia. Jawa-Bali, sekitar 142,5 juta jiwa (95,4%) terpapar
Berdasarkan data dari BPS pada tahun 2015 sekitar terhadap berbagai jenis bencana. Berdasarkan
58% penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa- jenis ancaman bencana, keterpaparan aset fisik
Bali dengan kepadatan rata-rata 1.042 jiwa/km2. yang paling tinggi adalah untuk ancaman bencana
Pada tahun 2045, BPS memproyeksikan bahwa gempabumi, banjir, tanah longsor, banjir bandang
penduduk Indonesia akan bertambah 65,9 juta jiwa dan tsunami. Sementara untuk potensi kerugian
dari kondisi di tahun 2015, dan 72,8 persennya ekonomi paling tinggi terpapar adalah akibat
akan tinggal di perkotaan. Upaya penyebaran bencana banjir, kekeringan, tanah longsor dan
pertumbuhan ke luar Pulau Jawa-Bali telah dirintis gempa bumi.
sejak lama, namun pencapaiannya belum optimal.
Isu strategis pengembangan wilayah Pulau Jawa-
Dalam lima tahun ke depan, untuk mencapai Bali secara umum adalah berikut:
tujuan yang diharapkan dalam rangka pemerataan 1. Aktivitas ekonomi secara masif pada kawasan
pertumbuhan wilayah, maka direncanakan budidaya maupun kawasan lindung, seperti
pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Pulau pada kawasan karst, mengakibatkan kerusakan
Kalimantan dan pengembangan wilayah lingkungan dan keanekaragaman hayati;
metropolitan dan kota baru di luar Pulau Jawa. 2. Tingkat ketersediaan air yang semakin
Secara bersamaan, kegiatan ekonomi di Pulau berkurang yang tidak sebanding dengan tingkat
Jawa-Bali akan difokuskan pada kegiatan ekonomi permintaan yang terus meningkat;
berbasis jasa dan industri teknologi tinggi. 3. Tingginya perubahan konversi lahan pertanian
pangan beririgasi teknis yang mengancam
Sementara itu, berdasarkan data kejadian bencana peran Jawa-Bali sebagai lumbung pangan
di Wilayah Pulau Jawa-Bali dalam kurun waktu 30 nasional; dan
tahun terakhir (1985-2015), 98,5% kejadian bencana 4. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
terkait hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, cuaca dan potensi ancaman bencana mengakibatkan
ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, tingginya resiko bencana Jawa-Bali, namun
gelombang ekstrim dan abrasi dan banjir bandang), belum sepenuhnya didukung dengan upaya
sisanya 1,5% merupakan bencana terkait geologi mitigasi dan adaptasi yang komprehensif.
(gempabumi, letusan gunung api dan tsunami).
Dari jenis bencana hidrometeorologi, bencana yang Mengingat peran dan posisi Pulau Jawa-Bali
paling banyak terjadi adalah banjir sebanyak 3.820 sebagai penghela utama pertumbuhan nasional, dan
kejadian, tanah longsor 3.813 kejadian dan cuaca mempertimbangkan isu strategis yang mayoritas
ekstrim 3.486 kejadian. Sementara jenis bencana terkait keterbatasan daya dukung lingkungan,
geologi, bencana gempa bumi terjadi sebanyak 121 sebagaimana diuraikan diatas, maka arah
kejadian, letusan gunung api sebanyak 57 kejadian kebijakan pembangunan wilayah Pulau Jawa Bali
dan bencana tsunami sebanyak 11 kejadian. diarahkan untuk optimalisasi dan pengendalian
pembangunan untuk mendukung keberlanjutan.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 135


Pengembangan wilayah masih mengandalkan pengaturan dan pengendalian pemanfaatan
pengolahan sumber daya alam yang dihasilkan ruang kawasan serta pembangunan budaya
dari sentra produksi sentra produksi pertanian dan sadar bencana dan kesiapsiagaan pemerintah
perkebunan yang tersebar di beberapa Kawasan daerah dan masyarakat;
Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN). Namun 7. Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi
demikian, mengingat keterbatasan lahan di Jawa- perkotaan, sanitasi, air bersih, pengelolaan
Bali dan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sampah, transportasi massal multimoda di
maka pengembangan industri manufaktur berbasis kawasan perkotaan terutama Metropolitan
teknologi tinggi terutama pada Kawasan Industri Jabodetabekjur, Kedungsepur, dan
(KI), menjadi fokus pembangunan lima tahun ke Gerbangkertasusila; dan
depan. Pengembangan kawasan industri tersebut 8. Memindahkan pusat pemerintahan dan Ibu Kota
juga dibarengi dengan pengembangan kawasan Negara keluar Pulau Jawa.
pariwisata, serta kawasan ekonomi kreatif dan digital 9. Pembangunan desa terpadu yang mencakup
yang berfokus pada Kawasan Ekonomi Khusus pengembangan desa wisata, desa digital dan
dan/atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), produk unggulan desa; transformasi ekonomi
serta kawasan metropolitan di Jawa-Bali guna desa dan peningkatan peran badan usaha milik
mengoptimalkan potensi pariwisata budaya, alam dan desa; perbaikan pelayanan dasar air minum,
Meeting, Incentive, Conference, Exhibition (MICE). sanitasi dan listrik desa; peningkatan kapasitas
aparatur desa dalam hal pemanfaatan dana
Adapun strategi pembangunannya meliputi: desa dan tata kelola asset desa; penguatan
1. Mengembangkan pusat industri manufaktur, pendamping desa dan peran serta masyarakat
penghasil produk akhir dan produk antara yang desa yang inklusif; serta penetapan batas desa.
berorientasi ekspor dengan memanfaatkan
teknologi tinggi menuju industri 4.0; Beberapa kaidah pembangunan rendah karbon
2. Mempertahankan lumbung pangan nasional; yang menjadi pelengkap strategi pembangunan
3. Mengendalikan pembangunan untuk menekan wilayah Jawa-Bali adalah sebagai berikut:
laju alih fungsi lahan produktif dan menjaga 1. Mengendalikan pencemaran dan kerusakan
kelestarian wilayah Jawa bagian selatan; lingkungan hidup;
4. Mengembangkan destinasi pariwisata berbasis 2. Menegakkan hukum atas kejahatan di bidang
alam, budaya, dan MICE; sumber daya alam dan lingkungan hidup;
5. Mengembangkan kawasan berbasis ekonomi 3. Mempertahankan luasan dan meningkatkan
kreatif dan digital produktivitas lahan pertanian pangan, terutama
6. Mengarusutamakan penanggulangan bencana padi;
dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan 4. Optimalisasi upaya rehabilitasi hutan dan lahan
kepada peningkatan investasi mitigasi untuk mempertahankan luas tutupan hutan dan
struktural dan non struktural serta adaptasi mengkonservasi sumber daya air;
masyarakat terhadap perubahan iklim di 5. Konservasi dan perlindungan habitat spesies
daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal kunci;
masyarakat dengan fokus utama pada kawasan 6. Mengembangkan energi baru terbarukan;
pantai selatan Pulau Jawa dan memperhatikan 7. Optimalisasi pengelolaan sampah dan limbah
pemulihan pascabencana Kawasan Selat bahan berbahaya beracun secara terpadu; dan
Sunda dan Sekitarnya. Mitigasi non-struktural 8. Mengembangkan sarana dan prasarana
yang dimaksud mencakup optimalisasi transportasi massal.

136 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dalam Di samping itu, dikembangkan juga kawasan
rentang 5,4% (2020) – 5,7% (2024), maka strategis prioritas lain untuk mendorong
diidentifikasi komoditas unggulan nasional di Pulau pertumbuhan ekonomi berbasis non-sumber daya
Jawa-Bali dan komoditas unggulan Pulau Jawa-Bali alam yang terdiri:
yang meliputi cengkeh, kelapa, kopi, nilam, teh, 1. Kawasan pariwisata:
tebu, kakao, garam, emas, perikanan tangkap dan a. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Kep.
budidaya dengan sentra produksi yang tersebar di Seribu;
provinsi sebagai berikut: b. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)/Kawasan
1. Provinsi DI Yogyakarta: kelapa, kakao, dan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung;
perikanan budidaya; c. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru
2. Provinsi Bali: kopi, kakao, dan kelapa; Bandung-Halimun-Cilteuh;
3. Provinsi Banten: kelapa, kakao, dan cengkeh; d. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)
4. Provinsi DKI Jakarta: perikanan tangkap; Borobudur;
5. Provinsi Jawa Barat: teh, cengkeh, nilam, kopi, e. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Bromo –
garam, kelapa, tebu, emas dan perikanan Tengger – Semeru;
budidaya; f. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru
6. Provinsi Jawa Tengah: teh, tebu, kopi, kelapa Banyuwangi; dan
dan perikanan tangkap; g. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)
7. Provinsi Jawa Timur: tebu, kopi, garam, dan Revitalisasi Bali
kelapa. 2. Kawsasan Berbasis Ekonomi Kreatif dan Digital
a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari;
Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) dan
yang ada di wilayah Pulau Jawa Bali adalah sebagai b. Rencana Penetapan dan Pengembangan
berikut: Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bekraf
1. WPP 712, yang berlokasi di Laut Jawa dengan Creative District Maja-Rangkas; dan
potensi produksi 1.341,6 ribu ton dan produksi c. Rencana Penetapan dan Pengembangan
eksisting mencapai 1.106,6 ribu ton (82,5%); dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bekraf
2. WPP 573, yang berlokasi di Samudera Hindia Creative District Karawang
(Selatan Jawa) dengan potensi 1.267,5 ribu ton 3. Kota dan Metropolitan:
dan produksi perikanan eksisting 559,7 ribu ton a. Wilayah Metropolitan Jakarta;
(44,1%). b. Wilayah Metropolitan Bandung;
c. Wilayah Metropolitan Semarang;
Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas, d. Wilayah Metropolitan Surabaya;
maka dikembangkan Kawasan Industri (KI) Madura, e. Wilayah Metropolitan Denpasar; dan
Rencana Pengembangan Kawasan Industri (KI) f. Kota Baru Maja.
Brebes, Rencana Penetapan dan Pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)/Kawasan Industri Pengembangan kawasan strategis prioritas
(KI) Kendal, dan Kawasan Perdesaan Prioritas tersebut didukung dengan pengembangan outlet
Nasional (KPPN) Pandeglang, Sukabumi, Magelang, pelabuhan hub Pelabuhan Tanjung Priok dan
Kendal, Pamekasan, Banyuwangi, Klungkung dan Pelabuhan Tanjung Perak. Disamping itu, dukungan
Buleleng. Kawasan ini didukung dengan outlet infrastruktur transportasi; energi, telekomunikasi dan
pelabuhan hub Pelabuhan Tanjung Priok dan informatika; pengairan dan irigasi; serta perumahan
Pelabuhan Tanjung Perak. dan permukiman juga dibangun untuk mendukung

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 137


kawasan strategis prioritas tersebut. Uraian rinci 3. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh
pembangunan infrastruktur tersebut terdapat pada provinsi wilayah Pulau Jawa-Bali;
lampiran matriks pembangunan kewilayahan dan 4. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat
lampiran peta arah pembangunan per pulau. sasaran melalui Program Keluarga Harapan,
Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia
Selain infrastruktur, pengembangan kawasan Sehat untuk mencapai target kemiskinan tahun
sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat 2024 yaitu 3,6% di Banten, 4,85% di Jawa Barat,
bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan 2,25% di DKI Jakarta, 8,48% di Jawa Tengah,
kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan 7,75% di DI Yogyakarta, 8,3% di Jawa Timur dan
sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan 2,65% di Bali;
(SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai 5. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan
Latihan Kerja (BLK). (NIK) dengan target prioritas yang meliputi
Provinsi Banten (Kab. Tangerang, Kotan
Pengembangan SMK di wilayah Jawa-Bali Tangerang Selatan, Kab. Pandeglang dan Kab.
secara keseluruhan berjumlah 1.817 SMK yang Lebak), Provinsi Jawa Barat (Kab. Bekasi, Kab.
mendukung sektor energi, industri, industri kreatif, Subang dan Kab. Bogor) dan Provinsi Jawa
kemaritiman, ketahanan pangan dan pariwisata. Timur (Kab. Bangkalan, Kab. Sampang dan Kab.
Adapun pengembangan BLK di wilayah Jawa- Bali Jember);
berjumlah 108 unit yang tersebar dan mendukung 6. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan
pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di sektor target prioritas meliputi: Provinsi Banten (Kab.
prioritas yang meliputi: tenaga presisi tekstil, petani Pandeglang, Kab. Lebak dan Kab. Serang),
terlatih, buruh konstruksi gedung, manajer umum Provinsi Jawa Barat (Kab. Bogor) dan Provinsi
perdagangan dan manajer perusahaan (gedung). Jawa Timur (Kab. Bangkalan, Kab. Sampang
dan Kab. Jember).
Disamping memacu pertumbuhan, maka 7. Penyediaan akses air minum dan sanitasi untuk
pembangunan wilayah Pulau Jawa-Bali juga mencapai target 2024 berupa: akses sanitasi
mengakomodir pemerataan pelayanan dasar, yang layak dan aman sebesar 90% di Provinsi Banten,
meliputi: 100% di Provinsi DKI Jakarta, 90% di Provinsi
Jawa Barat, 95% di Provinsi Jawa Tengah,
1. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta 95% di Provinsi DI Yogyakarta, 95% di Provinsi
pelaku pembangunan lainnya terhadap 62 daerah Jawa Timur dan 90% di Provinsi Bali; akses
tertinggal yang telah terentaskan tahun 2019, penanganan sampah sebesar 83% di Provinsi
selama maksimal 3 tahun (2020 – 2022), yang Banten, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa
mana untuk Pulau Jawa berlokasi di 6 kabupaten Barat, Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Bali,
berikut, antara lain: a) Provinsi Banten: Lebak, 75% di Provinsi Jawa Tengah, 82% di Provinsi
Pandeglang; b) Provinsi Jawa Timur: Bangkalan, Jawa Timur; dan akses air minum layak sebesar
Bondowoso, Sampang, dan Situbondo. 100% di Provinsi Banten, Provinsi DKI Jakarta,
2. Penanganan stunting dengan lokasi fokus Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah,
prioritas mencakup 3 kabupaten di Bali, 2 wilayah Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur dan
administratif di DKI Jakarta, 3 kabupaten di DI Provinsi Bali;
Yogyakarta, 16 kabupaten di Jawa Tengah, 20 8. Penyediaan akses perumahan untuk mencapai
kabupaten di Jawa Barat, 16 kabupaten di Jawa target rumah layak huni 2024 sebesar 69,7% di
Timur dan 4 kabupaten di Banten; Provinsi Banten, 47,9% di Provinsi DKI Jakarta,

138 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


57,3% di Provinsi Jawa Barat, 82,3% di Provinsi 3. Pengembangan Wilayah Metropolitan Denpasar;
Jawa Tengah, 87,1% di Provinsi DI Yogyakarta, 4. Kota Baru Maja;
78% di Provinsi Jawa Timur dan 86,9% di Provinsi 5. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Terdampak
Bali. Bencana (Serang-Pandeglang);
9. Pemenuhan standar pelayanan minimal 6. Pengelolaan Citarum Harum;
kebencanaan melalui peningkatan kapasitas 7. Pengelolaan Terpadu Pesisir Pantai Utara Pulau
pemerintah daerah, masyarakat, dan logistik Jawa: Jalan Tol Semarang-Demak Terintegrasi
kebencanaan, sesuai karakter ancaman Tanggul Laut;
bencana di wilayah masing-masing, terutama di 8. Pembangunan KA Cepat Jakarta-Semarang-
kawasan strategis nasional yang memiliki risiko Surabaya & Jakarta-Bandung;
bencana tinggi. 9. Revitalisasi Kilang Minyak (Cilacap dan
Balongan);
Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai 10. Pembangunan Kilang Baru Tuban;
strategi pengembangan koridor pertumbuhan dan 11. Sistem Angkutan Umum Masal Perkotaan di
pemerataan, maka dirancang dua belas Major Metropolitan: (a) Jakarta; (b) Bandung; (c)
Project di wilayah Pulau Jawa-Bali adalah sebagai Semarang; dan (d) Surabaya; dan
berikut (Gambar 3.10): 12. Rumah Susun Perkotaan (1 Juta): (a) Provinsi
1. Penyelesaian Pembangunan Kawasan DKI Jakarta; (b) Provinsi Jawa Barat; (c) Provinsi
Pariwisata: Borobudur dan sekitarnya; Jawa Tengah; dan (d) Provinsi Jawa Timur
2. Penyelesaian Pembangunan Kawasan
Pariwisata: Bromo-Tengger-Semeru,

Gambar 3.10. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Jawa-Bali

11a 12a
5 4

11c 12c 10
6 7
11b 12b 11d 12d

9 1
2

8 Pembangunan KA Cepat Jakarta-Semarang-Surabaya


& Jakarta-Bandung

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 139


MENINGKATKAN SUMBER
DAYA MANUSIA BERKUALITAS
DAN BERDAYA SAING
Pendahuluan

4
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Struktur penduduk Indonesia ditandai dengan Pembangunan Indonesia 2020-2024 ditujukan untuk
tingginya proporsi penduduk usia produktif. Pada membentuk sumber daya manusia yang berkualitas
tahun 2018, penduduk usia produktif di Indonesia dan berdaya saing, yaitu sumber daya manusia
mencapai 68,6 persen atau 181,3 juta jiwa dengan yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil,
angka ketergantungan usia muda dan tua yang dan berkarakter. Untuk mencapai tujuan tersebut,
rendah, yaitu 45,7. Perubahan struktur penduduk kebijakan pembangunan manusia diarahkan pada
ini akan membuka peluang bagi Indonesia untuk pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola
mendapatkan bonus demografi (demographic kependudukan, pemenuhan pelayanan dasar dan
dividend) yang dalam jangka menengah dan perlindungan sosial, peningkatan kualitas anak,
panjang akan mendorong pertumbuhan ekonomi perempuan dan pemuda, pengentasan kemiskinan,
yang tinggi dan menghantarkan Indonesia menjadi serta peningkatan produktivitas dan daya saing
negara berpenghasilan menengah ke atas. Bonus angkatan kerja. Kebijakan pembangunan manusia
demografi ini akan diperoleh dengan prasyarat tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan siklus
utama tersedianya sumber daya manusia (SDM) hidup, dan inklusif termasuk memperhatikan kebutuhan
yang berkualitas dan berdaya saing. penduduk usia lanjut maupun penduduk penyandang
disabilitas, dan pengelolaan SDM bertalenta.

142 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Capaian Pembangunan 2015-2019

Laju Pertumbuhan
Penduduk

Status Awal:
1,14% (2015-2016)
Capaian Akhir: Kepemilikan akta kelahiran
1,07% (2017-2018) penduduk usia 0-17 tahun

Status Awal:
81,68% (2016)
Angka kelahiran total
Capaian Akhir:
(Total Fertility Rate/TFR) 83,55% (Maret, 2018)
Status Awal:
2,41 (SP 2010)
Capaian Akhir: Proporsi pekerja pada
2,28 (Supas 2015) bidang pekerjaan
berkeahlian menengah
dan tinggi
Cakupan kepesertaan JKN Status Awal:
Kesehatan 38,10% (2014)
Capaian Akhir:
Status Awal: 39,57% (2018)
62% (BPJS, 2015)
Capaian Akhir:
83,3% (BPJS, 1 Juli 2019)
Peringkat Global
Innovation Index
Prevalensi stunting (pendek
Status Awal:
dan sangat pendek) pada
97/141 (2015)
balita Capaian Akhir:
85/129 (2019)
Status Awal:
37,2% (Riskesdas, 2013)
Capaian Akhir:
30,8% (Riskesdas, 2018)
Indeks Pembangunan
Pemuda
Rata-rata lama sekolah Status Awal:
penduduk usia 15 tahun 48,67 (2015)
ke atas Capaian Akhir:
Status Awal: 51,50 (2018)
8,22 tahun (2014)
Capaian Akhir:
8,52 tahun (2018)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 143


Lingkungan dan Isu Strategis

Pengendalian Penduduk dan Penguatan


Tata Kelola Kependudukan

Penduduk tumbuh seimbang merupakan salah dari sekolah menuju dunia kerja, serta penyiapan
satu prasyarat untuk meningkatkan kualitas hidup kehidupan berkeluarga dan lansia.
manusia dan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
diwujudkan melalui pengendalian kuantitas, Ketimpangan sumber perekonomian menyebabkan
peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas perpindahan penduduk yang tidak merata. Tahun
penduduk. Dengan penduduk tumbuh seimbang, 2018, hampir 56 persen penduduk Indonesia tinggal
daya tampung dan daya dukung lingkungan dapat di Pulau Jawa, dengan luas pulau hanya sekitar 6
tetap terjaga. Hal ini dapat dicapai salah satunya persen daratan Indonesia. Seiring dengan masih
dengan menurunkan rata-rata angka kelahiran total adanya kesenjangan kesempatan perekonomian
(Total Fertility Rate/TFR) nasional sampai pada antarwilayah, mobilitas penduduk di Indonesia
tingkat replacement rate yaitu 2,1. Laju pertumbuhan diperkirakan terus meningkat dan belum merata arus
penduduk telah menurun dari 1,49 persen (SP 2010) perpindahannya. Sebagian kecil provinsi mempunyai
menjadi 1,43 persen (Supas 2015). Namun, jumlah arus perpindahan yang positif, banyak penduduk
penduduk secara absolut meningkat dari 237,6 pendatang, seperti di DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta.
juta pada tahun 2010 menjadi 255,2 juta di tahun Sementara sebagian besar lainnya memiliki net
2015, dimana lebih dari 60 persennya merupakan migration yang negatif, banyak penduduk yang
penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun). berpindah meninggalkan wilayah asalnya, terutama
di sebagian provinsi di Indonesia Bagian Timur.
Jumlah penduduk usia produktif yang besar
tersebut harus dimanfaatkan agar Indonesia Teknologi komunikasi yang berkembang pesat telah
dapat memaksimalkan bonus demografi. Apabila mempengaruhi pola mobilitas. Teknologi komunikasi
tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan memungkinkan komunikasi jarak jauh, kerja sama
tingginya tingkat penganguran, konflik sosial, serta jarak jauh (termasuk outsourcing). Hal ini tidak hanya
tekanan pada pangan dan lingkungan. Selain itu, mempunyai pengaruh terhadap kebijakan mobilitas
perubahan struktur umur penduduk yang cepat penduduk, namun juga kebijakan-kebijakan lainnya
juga membawa implikasi terhadap penduduk yang yang terkait. Oleh karena itu, penanganan mobilitas
menua (ageing population) yang tidak produktif. penduduk harus diarahkan pada pemerataan
Perubahan struktur umur penduduk tersebut dapat kesejahteraan antar wilayah dan bersifat lintas
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sektor; salah satunya adalah mobilitas penduduk
ekonomi di Indonesia dengan memberikan yang akurat dan terus mutakhir. Hal ini antara lain
perhatian pada pembangunan manusia dapat dilakukan dengan percepatan perluasan
berdasarkan siklus hidup. Pendekatan siklus administrasi kependudukan dan penggunaan
hidup mencakup 1000 Hari Pertama Kehidupan, mobile positioning data (MPD) menuju satu data
pendidikan usia dini, pola asuh dan pembentukan kependudukan yang digunakan untuk formulasi
karakter anak dalam keluarga, remaja, transisi kebijakan terkait penduduk dan tata wilayah.

144 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Dalam pelaksanaan perluasan cakupan pelayanan seperti permasalahan data, prosedur administrasi
dasar dan perlindungan sosial masih banyak yang lama, program-program yang belum terintegrasi
terkendala dengan keserasian pendataan dengan optimal membutuhkan penanganan yang
penduduk. Data penentuan target baik pelayanan lebih komprehensif serta didukung dengan akurasi
dasar maupun perlindungan sosial telah berbasis data agar lebih tepat sasaran.
Nomor Induk Kependudukan (NIK). Namun
demikian, masih banyak penduduk yang belum Selain bantuan sosial, perlindungan sosial bagi
melaporkan, menyelaraskan, maupun mencatatkan penduduk diselenggarakan dalam bentuk jaminan
NIK tersebut, atau bahkan belum memiliki NIK. sosial. Jaminan sosial terdiri dari jaminan kesehatan
Sebagai konsekuensi, statistik hayati yang lengkap dan jaminan sosial bidang ketenagakerjaan.
dan valid sebagai dasar acuan penyusunan Jaminan sosial bidang ketenagakerjaan meliputi
kebijakan belum tersedia. Cakupan pendaftaran jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian,
penduduk dan pencatatan sipil masih menghadapi jaminan pensiun, dan jaminan hari tua. Program
tantangan dalam menjangkau wilayah sulit jaminan sosial menghadapi berbagai tantangan, di
maupun penduduk kelompok khusus. Pelayanan antaranya: (a) perluasan kepesertaan jaminan sosial
administrasi kependudukan belum sepenuhnya terutama kepesertaan pekerja informal atau Pekerja
menjangkau wilayah Tertinggal, Terdepan, Terluar Bukan Penerima Upah (PBPU) melambat; (b)
(3T). Selain itu, administrasi kependudukan belum jumlah peserta tidak aktif (berhenti membayar iuran)
sepenuhnya terintegrasi lintas sektor. Di samping cukup banyak dan kepatuhan para pemberi kerja
untuk memperluas cakupan pelayanan dasar maupun pada kelompok PBPU; (c) regulasi Jaminan
dan perlindungan sosial, cakupan administrasi Kesehatan Nasional (JKN) dan Jaminan Sosial
kependudukan yang komprehensif akan bidang Ketenagakerjaan masih belum harmonis;
menghasilkan statistik hayati yang mumpuni. (d) kelembagaan Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) belum optimal terutama dari sisi koordinasi
antar kelembagaan dan penegakan fungsi Dewan
Jaminan Sosial Nasional (DJSN); (e) respon
Perlindungan Sosial lembaga pengawasan terhadap pelanggaran belum
sekuat yang diharapkan; (f) lembaga aktuaria yang
Bagi Seluruh Penduduk diperlukan untuk memperkirakan dan menegakkan
keberlanjutan fiskal program belum terkoordinasi
Perlindungan sosial ditujukan untuk melindungi dengan baik serta lembaga yang independen belum
seluruh penduduk Indonesia dari guncangan tersedia; dan (g) sistem monitoring dan evaluasi
ekonomi, guncangan sosial, bahkan guncangan masih parsial dan belum terintegrasi dengan baik.
karena adanya bencana alam dan perubahan iklim.
Meskipun kesejahteraan penduduk meningkat, Terlepas dari semakin seringnya kejadian bencana
jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin saat alam serta adanya perubahan iklim di beberapa
terjadi guncangan masih cukup tinggi. Perlindungan tempat, perlindungan sosial yang adaptif belum
sosial bagi penduduk miskin dan rentan diberikan sepenuhnya berkembang. Sistem yang ada saat
melalui bantuan sosial untuk mengurangi beban ini belum mampu untuk merespon kebutuhan
pengeluaran mereka. Pelaksanaan bantuan sosial penduduk yang menjadi korban bencana. Oleh
akan terus disempurnakan sehingga akan menjadi karena itu, penduduk yang berada pada daerah
lebih efektif dalam mencapai penurunan tingkat rawan bencana menjadi rentan miskin. Terlebih
kemiskinan yang ditargetkan. Berbagai kendala lagi, penduduk yang mengalami perubahan iklim

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 145


Gambar 4.1 Cakupan JKN Berdasarkan Kelompok Peserta (dalam juta jiwa)

133,4 156,8 171,9 186,6 203,1 221,2


250 8,8 11,2 15,4 20 28,4 37,2
86,4 87,8 91,1 92,4 92,1 94,1
200 24,3 37,9 41 43,9 46,5 52,3
9,1 15 19,3 25,3 31 32,6
150 4,9 5 5,1 5 5,1 5

100

50

0
2014 2015 2016 2017 2018 2019*
PBI-APBN PPU PBPU BP PBI-APBD/Integrasi Jamkesda Total

Sumber: BPJS Kesehatan


Keterangan:
PBI: Penerima Bantuan Iuran PBPU: Peserta Penerima Upah PBPU: Peserta Bukan Penerima Upah BP: Bukan Pekerja

yang secara pasti belum mempunyai kemampuan tersebut merupakan penyandang disabilitas ganda.
untuk beradaptasi dalam penyesuaian mata Penyandang disabilitas memiliki tingkat partisipasi
pencaharian atau penyesuaian produksi sesuai yang rendah dalam berbagai bidang seperti
iklim yang berubah. Perlindungan sosial pun masih pendidikan dan ketenagakerjaan serta kurang
belum memihak sepenuhnya terhadap kelompok memiliki akses terhadap fasilitas dan layanan publik
khusus antara lain penyandang disabilitas maupun yang menyebabkan penyandang disabilitas berisiko
penduduk lansia yang rentan miskin. Kesejahteraan lebih tinggi hidup di bawah garis kemiskinan.
kelompok penduduk tersebut masih cukup rentan
dan belum sepenuhnya diperhatikan. Bertambahnya
usia penduduk berkaitan erat dengan penurunan
kapasitas intrinsik dan kapabilitas fungsional.
Pemenuhan Layanan
Penduduk lansia yang tidak mampu melakukan Dasar
aktivitas sehari hari sebesar 7,9 persen dan sebesar
11,4 persen yang tidak mempunyai kemampuan Derajat kesehatan dan tingkat pendidikan membaik,
berbicara, melihat, dan mendengar (SUPAS 2015). namun belum menjangkau seluruh penduduk.
Selain itu, tingkat kesejahteraan lanjut usia masih Kematian ibu dan bayi masih tinggi. Kapasitas
rendah, dan tingkat kemiskinannya relatif lebih tenaga kesehatan, sistem rujukan maternal, dan tata
tinggi dari kelompok umur lainnya. Penduduk lanjut laksana pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta
usia juga rentan terhadap kekerasan, kejahatan, pelayanan kesehatan reproduksi belum berjalan
penipuan, diskriminasi, dan eksklusi. optimal. Penggunaan kontrasepsi (Contraceptive
Prevalence Rate/CPR) cara modern menurun dari
Kondisi yang dialami oleh kelompok lansia tersebut 57,9 persen (SDKI 2012) menjadi 57,2 persen
pada dasarnya juga terjadi pada penyandang (SDKI 2017). Angka kelahiran (Age Specific Fertility
disabilitas. Berdasarkan SUPAS 2015, terdapat 8,56 Rate/ASFR) umur 15-19 tahun juga masih tinggi
persen atau sekitar 21,84 juta penduduk merupakan disebabkan rendahnya pemahaman remaja tentang
penyandang disabilitas, di mana 48,5% dari jumlah kesehatan reproduksi dan masih tingginya angka

146 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


perkawinan anak serta penyiapan kehidupan stroke, jantung dan diabetes. Kondisi lingkungan
berkeluarga yang masih belum optimal. Pemahaman diperburuk dengan polusi udara, air dan sanitasi
orangtua mengenai pola asuh yang baik, kesehatan dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
lingkungan serta kemampuan menyediakan gizi yang belum terkelola dengan baik. Proporsi rumah
yang cukup juga masih rendah sehingga prevalensi tangga yang memiliki akses terhadap rumah layak
stunting masih tinggi. huni hanya 38,3 persen, dengan akses terhadap air
minum layak 87,75 persen termasuk akses terhadap
Prevalensi penyakit menular utama (HIV/AIDS, air aman 6,80 persen dan akses terhadap sanitasi
TB dan malaria) masih tinggi disertai dengan layak 74,58 persen termasuk 7,42 persen akses
ancaman emerging diseases akibat tingginya terhadap sanitasi aman (BPS, 2018).
mobilitas penduduk. Pola hidup yang tidak sehat
meningkatkan faktor risiko penyakit seperti obesitas, Sistem rujukan pelayanan kesehatan belum optimal
tekanan darah tinggi, dan masih tingginya merokok dilihat dari banyaknya antrian pasien. Puskesmas
serta kurangnya aktivitas fisik, sehingga mendorong dan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP)
meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) seperti swasta belum mampu secara maksimal berperan

Gambar 4.2 10 Peringkat Teratas dan Perubahan Beban Penyakit (Disability Adjusted Life Years/DALYs) Tahun 1990
dan 2017 di Indonesia

1990 2017 % Perubahan


1990-2017

01 Gangguan Neonatal Stroke 01 + 93,4%

02 Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Penyakit Jantung Iskemik 02 + 113,9%

03 Diare Diabetes 03 + 157,1%

04 Tuberkulosis Gangguan Neonatal 04 - 52,5%

05 Stroke Tuberkulosis 05 - 45,1%

06 Kecelakaan Lalu Lintas Sirosis 06 + 17,3%

07 Cacat Bawaan Diare 07 - 63,4%

08 Penyakit Jantung Iskemik Nyeri Puggung Bawah 08 + 84,1%

09 Sirosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis 09 + 76,7%

10 Campak Kecelakaan Lalu Lintas 10 - 32,1%


Penyakit menular/masalah kesehatan ibu, anak dan gizi
11 Diabetes
Penyakit tidak menular Cedera
Sumber: Global Burden of Disease, 2017

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 147


sebagai gate keeper. Kekosongan obat dan vaksin pendidikan tinggi (PT) juga masih sangat rendah,
serta penggunaan obat yang tidak rasional masih yaitu masing-masing sebesar 36,06 persen, dan
terjadi, ketergantungan yang tinggi terhadap impor 30,19 persen (Susenas, 2018). Kesenjangan
bahan baku sediaan farmasi dan alat kesehatan, pendidikan antar kelompok ekonomi juga masih
serta sistem pengawasan obat dan makanan belum menjadi permasalahan dan semakin lebar seiring
optimal. Ketimpangan kinerja sistem kesehatan dengan semakin tingginya jenjang pendidikan. Rasio
antar wilayah juga masih tinggi misalnya cakupan APK 20 persen penduduk termiskin dibandingkan 20
imunisasi yang rendah di Indonesia bagian timur. persen terkaya pada jenjang menengah dan tinggi
Fasilitas kesehatan yang terakreditasi dan tenaga pada tahun 2018, masing-masing sebesar 0,67 dan
kesehatan masih menumpuk di Jawa-Bali dan 0,16. Kesenjangan taraf pendidikan antarwilayah
daerah perkotaan. juga masih tinggi.

Di bidang pendidikan, pada tahun 2018, masih Pembelajaran berkualitas juga belum berjalan
terdapat 4,4 juta anak usia 7-18 tahun yang tidak secara optimal dan merata antarwilayah. Upaya
atau belum mendapatkan layanan pendidikan (anak yang dilakukan belum dapat meningkatkan kualitas
tidak sekolah/ATS). ATS disebabkan pada masih pembelajaran yang menumbuhkan kecakapan
rendahnya upaya lintas sektor dalam meminimalisasi berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).
hambatan sosial, ekonomi, budaya, maupun Hasil PISA (Program for International Student
geografis, serta pola layanan pendidikan yang Assessment), menunjukkan bahwa proporsi siswa
belum optimal untuk anak berkebutuhan khusus, yang berada di atas standar minimum kompetensi
anak jalanan dan anak terlantar, anak berhadapan matematika, sains, dan literasi, pada periode 2006-
dengan hukum, anak dalam pernikahan atau ibu 2015, menunjukkan perkembangan yang masih
remaja, dan anak yang bekerja atau pekerja anak. rendah. Pada PISA 2015, proporsi siswa yang berada
Partisipasi pendidikan pada jenjang PAUD dan di atas standar minimum kompetensi matematika,

Gambar 4.3 Kesenjangan Taraf Pendidikan Antarwilayah dari Pencapaian Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15
Tahun Keatas per Provinsi, 2018

Sumber: Susenas BPS

148 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 4.4 Proporsi Anak Kelas 9 di Atas Standar Minimum Kemampuan Matematika, Sains, dan Membaca pada
Tes PISA

50% 46% 45% 45%


42%

38% 45%

30% 34% 35% 34%


32%
24%
23%
10%
2006 2009 2012 2015

Matematika Membaca Sains

Sumber: PISA 2015

Gambar 4.5 Perbandingan Beberapa Negara Mengenai Proporsi Anak di Bawah Standar Minimum Kemampuan
Matematika pada Tes PISA

100%

80%

60%

40%
68,6%
53,8%
20%
19,1% 23,4%
15,5%
0%
Indonesia Thailand Vietnam Korea OECD Av.
below level 2 level 2 level 3 level 4 level 5 level 6

Sumber: PISA 2015

jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain kualitas pembelajaran. Hasil Uji Kompetensi Guru
di kawasan ASEAN. (UKG) 2015, menunjukkan nilai rata-rata sebesar
53,02, lebih rendah dari standar kompetensi
Selain itu, hasil Asesmen Kompetensi Siswa minimum sebesar 60,0. Sementara itu, pada jenjang
Indonesia (AKSI), menunjukkan bahwa kompetensi pendidikan tinggi, hanya 14,3 persen dari 272.754
siswa di berbagai wilayah masih sangat jauh dosen yang berkualifikasi doktor/S-3 (Kemristekdikti,
tertinggal. Hal ini terlihat dari masih rendahnya Mei 2018).
siswa yang mencapai batas kompetensi minimum,
seperti di Sulawesi Barat untuk membaca (20,92 Kesenjangan mutu antarsatuan pendidikan tinggi
persen), Maluku untuk matematika (12,19 persen), menjadi persoalan krusial di Indonesia. Jumlah
dan Gorontalo untuk sains (13,52 persen). Kualitas perguruan tinggi yang begitu besar, yakni 4.650
pendidik menjadi faktor utama yang mempengaruhi lembaga, menyebabkan upaya tata kelola di

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 149


pendidikan tinggi belum berjalan optimal. Persoalan berjalan optimal. Pemenuhan hak anak dalam kondisi
kualitas juga terkait erat dengan belum terwujudnya tertentu masih memerlukan upaya yang besar. Masih
diferensiasi misi perguruan tinggi dalam mengemban ada sekitar 28,98 persen anak di dalam lapas yang
tridharma perguruan tinggi, yaitu pengajaran, belum mendapatkan akses pendidikan (Kementerian
penelitian, dan pengabdian masyarakat. Selama ini, Hukum dan HAM, 2019) dan 16,4 persen anak belum
perguruan tinggi belum fokus dalam mengemban memiliki akta kelahiran (Susenas, 2018). Selain itu,
tiga fungsi tersebut, yakni apakah sebagai research tindak kekerasan terhadap anak masih terjadi. Pada
university yang menekankan pada aspek knowledge tahun 2018, terdapat sekitar 61,7 persen laki-laki
production melalui riset multi dan lintas disipliner; dan 62 persen perempuan usia 13-17 tahun yang
sebagai teaching university yang fokus pada pernah mengalami kekerasan sepanjang hidupnya
pembelajaran dan pengabdian masyarakat, atau (SNPHAR). Di samping itu, sekitar 23 persen pelajar
sebagai vocational university yang menekankan pernah terlibat perkelahian (SNKBS, 2015), 11,21
pada kemitraan dengan industri dan penyiapan persen perempuan usia 20-24 tahun menikah sebelum
lulusan berkeahlian dan berketerampilan. usia 18 tahun (Susenas, 2018), dan meningkatnya
laporan cyber crime yang melibatkan anak dari 608
kasus di tahun 2017 menjadi 679 kasus di tahun 2018
(KPAI). Selanjutnya, perilaku berisiko perlu ditangani
Peningkatan Kualitas sedini mungkin untuk mencegah dampak jangka
Anak, Perempuan, panjang bagi anak. Saat ini terdapat sekitar 9,1 persen
dan Pemuda penduduk usia 10-18 tahun merokok (Riskesdas,
2018) dan sekitar 1,9 persen pelajar di bawah usia
lima belas tahun yang menggunakan narkotika dalam
Intervensi berdasarkan kebutuhan yang sesuai satu tahun terakhir (SPPGN, 2016).
dengan tahap kehidupan dan karakteristik
individu diperlukan dalam mewujudkan SDM yang Kekerasan terhadap perempuan (KtP) terus meningkat
berkualitas dan berdaya saing. Anak, perempuan, dengan spektrum yang beragam. Hasil Survei
dan pemuda merupakan kelompok penduduk Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN)
yang memiliki kriteria spesifik sehingga dibutuhkan
pendekatan yang berbeda demi menjamin
kualitas hidup mereka. Pemenuhan hak dan
perlindungan anak penting untuk memastikan anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Perlindungan perempuan menjadi faktor penting
untuk memastikan keterlibatan mereka dalam setiap
sektor pembangunan. Sementara itu, pembangunan
pemuda memiliki arti penting bagi keberlangsungan
suatu negara-bangsa karena pemuda adalah 1,9%
penerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa dan 9,1 % anak usia pelajar di bawah
salah satu penentu optimalisasi bonus demografi.
10-18 tahun usia 15 tahun
merokok menggunakan
Pemenuhan hak dan perlindungan anak, perlindungan (Riskesdas, 2018) narkotika
perempuan, serta pembangunan pemuda belum (SPPGN, 2016)

150 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


aktif dalam kegiatan organisasi (Susenas, 2018).
Sebagian pemuda cenderung memiliki perilaku
berisiko yang berakibat pada terjadinya cidera,
penyakit, dan nonproduktivitas. Penyalahguna
narkoba usia kurang dari 30 tahun masih lebih
tinggi dari usia lebih dari 30 tahun, yaitu 3,0
berbanding 2,8 (BNN, 2017). Sekitar 63,8 persen
jumlah infeksi HIV baru pada rentang usia 15–19
dan sekitar 56,5 persen pada rentang usia 20–24
1 dari 3 perempuan
tahun (Kemenkes, 2018). Selanjutnya, sekitar 26,3
usia 15-64 tahun pernah mengalami
persen pemuda merokok (Susenas, 2017).
kekerasan fisik selama hidupnya

tahun 2016 menunjukkan 1 dari 3 perempuan usia 15-


Pengentasan
64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik selama
hidupnya. Jumlah KtP yang dilaporkan pada tahun Kemiskinan
2018 meningkat 14 persen dibandingkan tahun 2019
yaitu dari 348.466 kasus menjadi 406.178 kasus. Dalam satu dekade terakhir ekonomi Indonesia
Dari jumlah tersebut, 71 persen adalah kekerasan tumbuh positif. Namun, elastisitasnya terhadap
dalam rumah tangga (KDRT) dan 28 persen tingkat kemiskinan menurun sehingga laju penurunan
adalah kekerasan di komunitas seperti perkosaan, kemiskinan cenderung melambat. Hal ini terjadi
pencabulan, dan kekerasan seksual. Di dalam KDRT, antara lain karena sektor ekonomi yang mengalami
kasus inses adalah bentuk kekerasan seksual yang pertumbuhan cukup tinggi seperti sektor keuangan dan
paling dominan dan anak perempuan paling rentan jasa bukan merupakan sektor andalan penghidupan
menjadi korban. Kasus inses sering tidak terungkap bagi masyarakat miskin dan rentan. Sebagai contoh,
dan sulit dilaporkan karena pelakunya adalah orang sektor pertanian yang menjadi tumpuan penghidupan
yang terdekat dengan korban. Kekerasan pada mayoritas tenaga kerja, khususnya tenaga kerja
pekerja migran perempuan juga masih terjadi mulai miskin, memiliki produktivitas yang rendah serta
dari pemberangkatan, transit, dan pemulangan kontribusi terhadap PDRB yang cenderung menurun.
(Catatan Tahunan Komnas Perempuan, 2019). Di Sebanyak 49,8 persen kepala keluarga dari kelompok
samping itu, jumlah kasus tindak pidana perdagangan miskin dan rentan bekerja di sektor pertanian dan
orang (TPPO) juga masih tinggi dengan modus yang 13,4 persen bekerja di sektor perdagangan dan
semakin kompleks. Jumlah korban TPPO pada jasa akomodasi (Susenas, 2018). Di sisi lain, rata-
tahun 2018 mencapai 297 orang dimana 70 persen rata pendapatan sektor tersebut merupakan yang
diantaranya adalah perempuan dan anak perempuan terendah, rata-rata pendapatan sektor pertanian
(Bareskrim Polri, 2019). adalah Rp. 743.399,- sementara sektor perdagangan
dan jasa akomodasi sebesar Rp. 1.218.955,- per
Peran dan partisipasi pemuda dalam pembangunan bulan (Sakernas, 2017). Rendahnya produktivitas di
juga belum optimal. Hanya 6,7 persen pemuda sektor ini karena masih minimnya kepemilikan aset
yang pernah memberikan saran/pendapat dalam produktif, minimnya akses terhadap pembiayaan
kegiatan pertemuan dan hanya 6,4 persen terlibat serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan.

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 151


Rumah tangga miskin dan rentan yang memiliki Peningkatan
akses terhadap layanan keuangan hanya sekitar 25,6
1
sst
PL
t
PLACE
LA
LLAC
ACE

Produktivitas dan
1
Daya Saing
2
persen (Susenas, 2018). Selain minimnya pendanaan
3

yang sesuai dengan profil usaha kelompok miskin


dan rentan dibutuhkan juga pengembangan skema
pendanaan bagi dunia usaha dengan kegiatan yang Produktivitas dan daya saing manusia Indonesia
memiliki dampak sosial (social impact fund). Dalam masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan Global Human
hal kemandirian ekonomi, kelompok miskin dan rentan Capital Index oleh World Economic Forum (WEF)
masih sulit bersaing dalam usaha produktif karena 2017, peringkat SDM Indonesia berada pada posisi
daya saing yang rendah, akses terhadap pasar dari 65 dari 130 negara, tertinggal dibandingkan Malaysia
produk yang dihasilkan serta kolaborasi usaha yang (peringkat 33), Thailand (peringkat 40), dan Vietnam
rendah dan kolaborasi keperantaraan usaha belum (peringkat 64). Meskipun produktivitas tenaga kerja
optimal. Indonesia mengalami peningkatan, yaitu dari 81,9
juta rupiah/orang pada tahun 2017 menjadi 84,07 juta
Saat ini terdapat dua kerangka kebijakan dalam rupiah/orang pada tahun 2018, produktivitas tenaga
upaya pengentasan kemiskinan, yaitu kerangka kerja Indonesia masih tertinggal dibandingkan
kebijakan makro dan mikro. Dalam kerangka dengan Singapura dan Malaysia. Selain itu,
kebijakan makro, pemerintah perlu terus menjaga pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 4,9 persen di
stabilitas inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi tahun 2017, hanya 0,6 persen yang bersumber dari
yang inklusif, menciptakan lapangan kerja produktif, Total Factor Productivity (TFP). Sisanya 2,8 persen
menjaga iklim investasi dan regulasi perdagangan, pertumbuhan ekonomi bersumber dari modal kapital
meningkatkan produktivitas sektor pertanian, dan 1,5 persen dari modal manusia.
serta mengembangkan infrastruktur di wilayah
tertinggal. Sedangkan dalam kerangka mikro, Kebutuhan tenaga kerja terampil, kreatif, inovatif
upaya mengurangi kemiskinan dikelompokkan dan adaptif belum dapat dipenuhi secara optimal.
dalam dua strategi utama, yaitu penyempurnaan Rendahnya kualitas tenaga kerja yang belum
kebijakan bantuan sosial yang bertujuan untuk merespon perkembangan kebutuhan pasar
menurunkan beban pengeluaran dan peningkatan kerja merupakan salah satu penyebab mengapa
pendapatan kelompok miskin dan rentan melalui produktivitas dan daya saing Indonesia masih
program ekonomi produktif. Strategi kedua ini tertinggal. Saat ini proporsi pekerja pada bidang
perlu dikembangkan pemerintah dalam upaya keahlian menengah dan tinggi di Indonesia hanya
menjadikan kelompok miskin dan rentan lebih sekitar 39,57 persen (Sakernas Agustus, 2018), lebih
produktif dan berdaya secara ekonomi sehingga rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
tidak terus bergantung pada bantuan pemerintah. Sementara itu, pekerja masih didominasi lulusan
Selain itu, pemerintah mengupayakan pendanaan SMP ke bawah (58,77 persen atau 72,88 juta orang),
bagi inisiatif-inisiatif masyarakat yang terbukti sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
memiliki dampak sosial ekonomi. Dalam jangka lulusan pendidikan menengah dan tinggi mencapai
menengah kombinasi dari berbagai skema tersebut 7,79 persen. Informasi pasar kerja andal yang belum
diharapkan dapat mendorong kelompok rentan tersedia dan keterlibatan industri yang rendah,
untuk dapat meningkat menjadi kelompok ekonomi menyebabkan masih terjadinya mismatch antara
menengah. penyediaan layanan pendidikan, termasuk pendidikan
dan pelatihan vokasi, dengan kebutuhan pasar kerja.

152 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 4.6 Jumlah dan kualifikasi SDM Iptek tahun 2018

S3 S3 S3
146 41.066
1.284

PENELITI PEREKAYASA DOSEN

Dari 301.885 SDM Iptek <S3 <S3 <S3


7.450 249.621
hanya 14,08% berkualifikasi S3 2.318

Sumber: diolah dari data Pusbindiklatren LIPI, Pusbindiklatren BPPT, dan Kemristekdikti, Juni 2018

Program studi yang dikembangkan pada jenjang itu, infrastruktur litbang masih terbatas. Jumlah
pendidikan tinggi juga belum sepenuhnya menjawab SDM Iptek masih terbatas dan hanya 14,08 persen
potensi dan kebutuhan pasar kerja. Saat ini, mahasiswa diantaranya yang berkualifikasi S3. Ekosistem
aktif dan lulusan perguruan tinggi sebagian besar inovasi belum sepenuhnya tercipta sehingga proses
didominasi oleh program studi sosial humaniora. hilirisasi dan komersialisasi hasil litbang terhambat.
Sementara itu, jumlah mahasiswa dan lulusan bidang Kolaborasi triple helix belum didukung oleh kapasitas
ilmu sains dan keteknikan masih terbatas. Pada perguruan tinggi yang memadai sebagai sumber
jalur pendidikan dan pelatihan vokasi, peningkatan inovasi teknologi (center of excellence).
kualitas layanan belum sepenuhnya didukung dengan
sarana dan prasarana pembelajaran dan praktik Perguruan tinggi belum terlalu fokus dalam
yang memadai dan berkualitas, kecukupan pendidik mengembangkan bidang ilmu yang menjadi
produktif berkualitas, kecukupan magang dan keunggulan dan masih kurang terhubung dengan
praktik kerja, serta keterbatasan kapasitas sertifikasi jejaring kerjasama riset, baik antara perguruan
kompetensi. Selain itu, pembelajaran juga belum tinggi dan pusat-pusat penelitian di dalam dan luar
mendorong penguasaan soft-skills yang mendukung negeri. Dari sisi produktivitas penelitian, jumlah
kebekerjaan, seperti penguasaan bahasa asing, publikasi dosen di jurnal internasional mengalami
serta kemampuan berpikir kritis, analisis, inovasi, peningkatan, namun kualitasnya masih perlu
kepemimpinan, negosiasi, dan kerja tim. ditingkatkan. Jumlah publikasi internasional yang
dapat disitasi pada tahun 2018 baru mencapai
Kapasitas adopsi Iptek dan penciptaan inovasi 31.708 (peringkat 22 dari 233 negara).
Indonesia masih rendah. Indonesia berada di
peringkat 85 dari 129 negara dengan skor Global Meskipun jumlah paten yang diberikan (granted)
Innovation Index (GII) 29,72 dari skala 0-100 terus meningkat dan mencapai 991 paten di tahun
(2019). Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya 2019, jumlah aplikasi pendaftaran paten dari warga
belanja litbang terhadap PDB, jumlah paten, serta negara Indonesia masih rendah dan berfluktuasi
publikasi sains dan teknik di tingkat global. Selain setiap tahunnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 153


Tabel 4.1 Perkembangan jumlah aplikasi pendaftaran paten dan paten yang diberikan (2015-2019)

Tahun
Indikator
2015 2016 2017 2018 2019*
1 Aplikasi pendaftaran paten 1244 1391 1777 1362 760
2 Jumlah paten yang diberikan 233 399 568 790 991
Paten diberikan berdasarkan tahun
3
pendaftaran:
2019 17
2018 27 276
2017 17 169 253
2016 9 64 141 129
2015 0 13 85 138 131
2014 9 34 80 82 65
2013 23 95 87 95 53
2012 28 78 57 66 25
2011 51 71 63 31 21
2010 45 49 51 14 9
2009 26 20 23 9 2
2008 19 15 18 7 3
*) per 18 Oktober 2019

Sumber: https://pdki-indonesia.dgip.go.id [diakses 18 Oktober 2019]

sistem inovasi di Indonesia belum sepenuhnya pada tahun 2015 menjadi 31,38 persen pada tahun
tercipta. Untuk mendorong produktivitas ekonomi 2018 (MSBP-BPS). Pembangunan olahraga perlu
melalui inovasi teknologi, perlu dibangun ekosistem ditempuh melalui pemassalan olahraga untuk
inovasi yang didukung dengan komitmen mengembangkan kesadaran masyarakat dalam
peningkatan belanja litbang nasional. meningkatkan kesehatan, kebugaran, kegembiraan,
dan hubungan sosial.
Prestasi olahraga juga menjadi salah satu indikator
daya saing SDM Indonesia. Namun, budaya dan Selain talenta unggul dari dalam negeri, manajemen
prestasi olahraga Indonesia masih tertinggal. talenta akan memanfaatkan diaspora bertalenta
Indonesia telah sukses sebagai tuan rumah pada tinggi Indonesia yang saat ini bekerja di luar
Asian Games 2018 dan berhasil memperoleh negeri. Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri,
peringkat ke-4 dari sebelumnya peringkat ke- sampai Juli 2019 terdapat sekitar 8.828 warga
17 pada Asian Games tahun 2014. Akan tetapi di negara Indonesia yang bekerja di luar negeri di
tingkat dunia, Indonesia hanya mampu memperoleh profesi berkeahlian tinggi di berbagai bidang
satu medali emas pada Olimpiade tahun 2016 di seperti pertambangan dan minyak, hukum, industri
Brazil. Budaya olahraga masyarakat tercatat masih pengolahan, penerbangan, pendidikan. teknologi
rendah meskipun terus meningkat dari 27,61 persen informasi, industri mode, dan seni budaya.

154 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sasaran, Target, dan Indikator
Tabel 4.1 Sasaran/Indikator/Target Pembangunan Manusia

No Indikator Baseline Target 2024


1. Terwujudnya pengendalian penduduk dan menguatnya tata kelola kependudukan
2,28
1 Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) 2,10
(SUPAS, 2015)
Persentase cakupan kepemilikan NIK 96 100
Persentase kepemilikan akta kelahiran penduduk usia
83,3 100
0-17 tahun
2 Persentase kepemilikan akta kematian N.A 100
Persentase kepemilikan buku nikah N.A 100
Persentase kepemilikan akta perceraian N.A 100
Penyebab kematian Belum Diterapkan 100
Persentase daerah yang menyelenggarakan layanan
3 25% 80%
terpadu penanggulangan kemiskinan
Persentase provinsi/kabupaten/kota yang
memanfaatkan sistem perencanaan, penganggaran
4 dan monitoring evaluasi unit terpadu dalam proses 15,69% 60,95%
penyusunan program-program penanggulangan
kemiskinan
Persentase daerah yang aktif melakukan
5 pemutakhiran data terpadu penanggulangan 15% 70%
kemiskinan
2. Meningkatnya perlindungan sosial bagi seluruh penduduk
Persentase penduduk yang tercakup dalam program
perlindungan sosial:
a. Proporsi penduduk yang tercakup dalam program
1 78,7% 98%
jaminan sosial (%)
b. Proporsi rumah tangga miskin dan rentan yang 65,2 %
80%
memperoleh bantuan sosial pemerintah (%) (Susenas, 2018)

Cakupan penerima bantuan non-tunai dan subsidi


tepat sasaran:
10 juta KK 10 juta KK
a. Bantuan keluarga untuk kesehatan dan pendidikan
2
b. Bantuan Pangan Melalui Kartu Sembako
15,6 juta KK 15,6 juta KK
c. Bantuan elpiji 3 kg
31,4 juta KK 31,4 juta KK
d. Bantuan listrik daya 450 VA dan 900 VA
31,4 juta KK 31,4 juta KK
Cakupan penerima bantuan iuran (PBI) Jaminan
96,6 juta penduduk 112,9 juta
3 Kesehatan Nasional dari 40 persen penduduk
(1 Februari 2019) penduduk
berpendapatan terbawah
4 Mobilitas penduduk lanjut usia (%) 92,1% (Supas, 2015) 94%

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 155


No Indikator Baseline Target 2024
5 Kapasitas penduduk lansia (%) 88,6 % (Supas, 2015) 90%
83,3%
6 Cakupan kepesertaan JKN 98%
(1 Juli 2019)
Cakupan kepesertaan BPJS TK
7 a. Pekerja formal 40% > 30%
b. Pekerja informal 5% > 30%
Jumlah cakupan penerima bantuan iuran (PBI)
8 - 20 juta pekerja
Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan
Jumlah Sistem Perlindungan Sosial Adaptif
9 - 1
yang terbangun
10 Indeks keberfungsian sosial penyandang disabilitas 0,34 0,41
11 Indeks keberfungsian sosial lanjut usia 0,26 0,34
12 Indeks keberfungsian sosial anak 0,34 0,41
Indeks keberfungsian sosial korban penyalahgunaan
13 0,34 0,41
NAPZA
Indeks keberfungsian sosial tuna sosial dan korban
14 0,34 0,41
perdagangan orang
Jumlah kawasan ramah lansia yang dibangun
15 2 2
(kabupaten/kota/komunitas)
Persentase rumah tangga dengan lanjut usia yang
16 18,9% 25%
memperoleh bantuan sosial
Persentase anak dengan disabilitas usia sekolah yang
17 37,5% 50%
memiliki akses terhadap layanan pendidikan dasar
Persentase pemerintah daerah yang menerapkan
18 2,7% 7,5%
prinsip-prinsip kabupaten/kota inklusif
3. Terpenuhinya layanan dasar
305
1 Angka kematian ibu (per 100.000 kelahiran hidup) 183
(SUPAS, 2015)
24
2 Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) 16
(SDKI, 2017)
Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Cara Modern 57,2
3 63,4
(mCPR) (SDKI, 2017)
10,6%
4 Unmet Need KB (persen) 7,4
(SDKI, 2017)
36
5 ASFR 15 – 19 Tahun 18
(SDKI, 2017)
Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada 30,8%
6 19
balita (persen) (Riskesdas, 2018)
Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada 10,2%
7 7
balita (persen) (Riskesdas, 2018)

156 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


No Indikator Baseline Target 2024
Insidensi HIV (per 1.000 penduduk yang tidak 0,24
8 0,18
terinfeksi HIV) (Kemkes, 2018)
319
9 Insidensi TB (per 100.000 penduduk) (Global TB Report, 190
2017)
285
10 Eliminasi malaria (kab/kota) 405
(Kemkes, 2018)
9,1%
11 Persentase merokok penduduk usia 10-18 tahun 8,7
(Riskesdas, 2018)
Prevalensi obesitas pada penduduk umur ≥ 18 tahun 21,8%
12 21,8
(persen) (Riskesdas, 2018)
Persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 57,9%
13 90
12-23 bulan (Riskesdas, 2018)
Persentase fasilitas kesehatan tingkat pertama 40%
14 100
terakreditasi (Kemkes, 2018)
63%
15 Persentase rumah sakit terakreditasi 100
(Kemkes, 2018)
Persentase puskesmas dengan jenis tenaga 23%
16 83
kesehatan sesuai standar (Kemkes, 2018)
15%
17 Persentase puskesmas tanpa dokter 0
(Kemkes, 2018)
Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat 86%
18 96
esensial (Kemkes, 2018)
78,6%
19 Persentase obat memenuhi syarat 92,3
(BPOM, 2019)
76%
20 Persentase makanan memenuhi syarat 90
(BPOM, 2019)
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke 8,52 tahun
21 9,18
Atas (Tahun) (Susenas, 2018)
12,92 tahun
22 Harapan Lama Sekolah (Tahun) 13,89
(Susenas, 2018)

Tingkat Penyelesaian Pendidikan (Persen)


91,80 97,41
c. SD/MI/ sederajat
(Susenas 2018)
23 81,70 93,78
d. SMP/MTs/ sederajat
(Susenas 2018)
61,52 88,22
e. SMA/SMK/MA/sederajat
(Susenas 2018)
Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Tinggi (PT) 30,19
24 41,74
(Persen) (Susenas 2018)
Persentase anak kelas 1 SD/MI/SDLB yang
74,50
25 pernah mengikuti pendidikan anak usia dini 77,78
(Susenas, 2018)
(TK/RA/BA/PAUD)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 157


No Indikator Baseline Target 2024
Rasio Angka Partisipasi Kasar (APK) 20 Persen
Termiskin dan 20 Persen Terkaya
a. SMA/SMK/MA/Sederajat 0,67 0,78
26
(Susenas 2018)
b. Pendidikan Tinggi 0,16 0,50
(Susenas 2018)
Nilai rata-rata hasil PISA:
a. Membaca 397 412,6
27
b. Matematika 386 396,8
c. Sains 403 418,0
Proporsi Anak di Atas Batas Kompetensi Minimal
dalam Test PISA (Persen):
28 a. Membaca 44,62% 49,80%
b. Matematika 31,40% 39,83%
c. Sains 44,05% 48,00%
12,1
29 Persentase Guru Profesional (Persen) 22,8
(Kemdikbud, 2018)
85
30 Jumlah Perguruan Tinggi Terakreditasi A (Unggul) 225
(Kemristekdikti, 2018)
4. Meningkatnya kualitas anak, perempuan dan pemuda
67,9
1 Indeks Komposit Kesejahteraan Anak (IKKA) 81,46
(2017)
Proporsi perempuan umur 20 – 24 tahun yang 11,21
2 8,74
menikah sebelum 18 tahun (Susenas, 2018)
Laki-laki: 61,7%
Prevalensi anak usia 13-17 tahun yang pernah
3 Perempuan: 62% Menurun
mengalami kekerasan sepanjang hidupnya
(SNPHAR, 2018)
51,50
4 Indeks Pembangunan Pemuda 57,67
(2018)
Prevalensi kekerasan terhadap perempuan usia 15-64 9,40
5 Menurun
tahun di 12 bulan terakhir (SPHPN, 2016)
5. Terwujudnya pengentasan kemiskinan
Persentase rumah tangga miskin dan rentan yang
1 memiliki aset produktif (layanan keuangan, modal, 27,9% 40%
lahan, pelatihan)
Persentase rumah tangga miskin dan rentan yang
2 25,6% 50%
mengakses pendanan usaha
Pembaruan kawasan hutan untuk masyarakat
3 2 juta ha 10 juta ha
pedesaan dan desa
Luas bidang tanah yang diredistribusi dalam kerangka
4 553.140 3.946.860
Reforma Agraria (Kumulatif) (Ha)
Luas bidang tanah yang dilegalisasi dalam kerangka
5 0 4.500.000
Reforma Agraria (Kumulatif) (Ha)

158 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


No Indikator Baseline Target 2024
6. Meningkatnya Produktivitas dan Daya Saing
Persentase angkatan kerja berpendidikan menengah 42,54
1 52,1%
ke atas (Sakernas, 2018)
Proporsi pekerja berkeahlian menengah dan tinggi 39,57%
2 50%
(persen) (Sakernas, 2018)
915.671
3 Jumlah lulusan pelatihan vokasi 2,8 juta
(14 K/L, 2018)
Lulusan pendidikan dan pelatihan vokasi bersertifikat 472.089
4 2.000.000
kompetensi (orang) (BNSP, 2017)
Jumlah prodi per bidang ilmu yang dikembangkan di
PT
5
a. Sains keteknikan 40,9% 50%
b. Sosial humaniora 59,1% 50%

Persentase lulusan PT menurut program studi


6 a. Sains keteknikan
39,9% 45%
b. Sosial humaniora
60,1% 55%
63%
7 Persentase lulusan PT yang langsung bekerja 80%
(Kemristekdikti, 2017)

Jumlah PT yang Masuk ke dalam World Class


University
- 1 (UI)
8 a. Top 100
1 (UI) 2 (ITB dan UGM)
b. Top 300
2 (ITB dan UGM) 3 (IPB, Unair,
c. Top 500
Unpad)

Jumlah publikasi ilmiah dan sitasi di jurnal


internasional
9
a. Jumlah Publikasi (Artikel) Internasional 13.000 20.937
b. Jumlah Sitasi di Jurnal Internasional 5.236 8.433
(Kemristekdikti, 2019)
94
10 Jumlah Prototipe dari Perguruan Tinggi 243
(Kemristekdikti, 2017)
Jumlah HKI yang didaftarkan dari hasil litbang 762
11 1.849
Perguruan Tinggi (Kemristekdikti, 2017)
Jumlah produk inovasi dari tenant Perusahaan Pemula 143
12 700
Berbasis Teknologi (PPBT) yang dibina (Kemristekdikti, 2018)
Jumlah produk inovasi yang dimanfaatkan industri/ 52
13 210
badan usaha (Kemristekdikti, 2018)
Permohonan Paten yang Memenuhi Syarat
14 1.362 3.000
Administrasi Formalitas KI (Domestik)
790
15 Paten Granted (Domestik) 1.000
(Kemhukham, 2018)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 159


No Indikator Baseline Target 2024
14,08
Persentase SDM Iptek (dosen, peneliti, perekayasa)
16 (Kemristekdikti, LIPI, 20*
Berkualifikasi S3
BPPT)
81
17 Pusat Unggulan Iptek yang ditetapkan 138*
(Kemristekdikti, 2018)
48
18 Jumlah pranata litbang yang terakreditasi (aktif) 75*
(KNAPP, 2018)
19 Jumlah publikasi internasional yang dapat disitasi 72.146 150.000
Jumlah infrastruktur Iptek strategis yang
20 6 10
dikembangkan
Jumlah STP strategis yang dikembangkan hingga
45 8**
beroperasi secara penuh:
21
a. Berbasis Perguruan Tinggi 17 5
b. Berbasis Non Perguruan Tinggi 28 3
22 Hasil inovasi Prioritas Riset Nasional N/A 40*
Penerapan teknologi untuk mendukung pembangunan
yang berkelanjutan:
a. Penerapan teknologi untuk keberlanjutan 12 24
23
pemanfaatan sumber daya alam
b. Penerapan teknologi untuk pencegahan dan 35 35
mitigasi pascabencana
24 Persentase anggaran litbang terhadap PDB 0,25 0,42
Budaya dan prestasi olahraga:
a. Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas 31,38%
40%
yang melakukan olahraga selama seminggu terakhir (2018)
Peringkat ke-4 Peringkat ke-5
b. Peringkat Asian Games
(2018) (2022)
25 Peringkat ke-4
Peringkat ke-5
c. Peringkat Asian Para Games sampai ke-6
(2018)
(2022)
1 medali emas
d. Jumlah perolehan medali pada Olympic Games 3 medali emas
(2016)
e.Jumlah perolehan medali pada Paralympic Games - 3 medali emas

Keterangan:
*) angka kumulatif
**) indikasi lokasi: UI, UGM, ITB, IPB, ITS, CSTP LIPI, Puspiptek Serpong Kemristekdikti, NSTP Pasar Jumat BATAN

160 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Arah Kebijakan dan Strategi
1. Mengendalikan pertumbuhan penduduk mencakup: a) Penyediaan statistik hayati
dan memperkuat tata kelola kependudukan, yang akurat dari data lintas sektor; dan
melalui: b) Pemanfaatan statistik hayati secara
1.1) Percepatan cakupan administrasi optimal untuk pembangunan dan
kependudukan, mencakup: pelayanan publik.
a) Perluasan jangkauan layanan b) Penguatan koordinasi, kolaborasi, dan
pendaftaran penduduk pencatatan sipil sinkronisasi antar-kementerian/lembaga,
bagi seluruh penduduk dan WNI di pemerintah provinsi, pemerintah
luar negeri, mencakup: a) Pendekatan kabupaten/kota, dan pemangku
layanan ke tingkat desa dan kelurahan kepentingan dalam layanan pendaftaran
serta layanan di seluruh kantor Perwakilan penduduk dan pencatatan sipil serta
Republik Indonesia; b) Peningkatan pengembangan statistik hayati,
layanan pendaftaran penduduk dan mencakup: a) Penyusunan kerangka
pencatatan sipil yang mudah dan cepat; kebijakan dan prosedur pencatatan
c) Pengembangan sistem pendaftaran sipil dan pendaftaran penduduk yang
penduduk dan pencatatan sipil berbasis menyeluruh dan selaras antar sektor;
teknologi informasi dan terhubung lintas dan b) Penyelenggaraan tata kelola
sektor; dan d) Keterhubungan antar pendaftaran penduduk dan pencatatan
sistem informasi di berbagai lembaga sipil yang selaras antara pemerintah
pemerintah. pusat dan daerah.
b) Peningkatan kesadaran dan keaktifan 1.3) Pemaduan dan sinkronisasi kebijakan
masyarakat dalam mencatatkan peristiwa pengendalian penduduk, mencakup: a)
kependudukan dan peristiwa penting, Penguatan sinergitas kebijakan pengendalian
mencakup: a) Pelibatan berbagai sektor penduduk dalam mewujudkan penduduk
pemerintahan dan elemen masyarakat tumbuh seimbang; b) Penguatan kapasitas
untuk aktif dalam sosialisasi dan dan kapabilitas kelembagaan pusat, provinsi
advokasi; dan b) Pengembangan sistem serta kabupaten dan kota dalam bidang
insentif yang tepat untuk mendorong pengendalian penduduk; dan c) Pemanfaatan
penduduk dan WNI di luar negeri untuk data dan informasi kependudukan serta
melaporkan peristiwa pendaftaran sinergitas pendataan keluarga.
penduduk dan pencatatan sipil.
c) Percepatan kepemilikan dokumen 2. Memperkuat pelaksanaan perlindungan
pendaftaran penduduk dan pencatatan sosial, melalui:
sipil bagi kelompok khusus. 2.1) Penguatan pelaksanaan jaminan sosial,
1.2) Integrasi sistem administrasi mencakup:
kependudukan, mencakup: a) Pengembangan program SJSN yang
a) Peningkatan ketersediaan dan kualitas komprehensif dan terintegrasi, termasuk
statistik hayati yang akurat, lengkap, pengembangan Jaminan Pekerjaan
dan tepat waktu untuk perencanaan (Unemployment Benefit), Perawatan
dan pelaksanaan pembangunan, Jangka Panjang (Long Term Care)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 161


berbasis kontribusi, dan Program 2.2) Penguatan pelaksanaan penyaluran
Rehabilitasi Kerja (Return to Work); bantuan sosial dan subsidi yang tepat
b) Keberlanjutan pendanaan dan penguatan sasaran, mencakup: a) pengembangan
tata kelola SJSN, termasuk perluasan digitalisasi dan integrasi penyaluran bantuan
dan pengembangan sistem kepesertaan, sosial dan subsidi tepat sasaran untuk
sinergi data dasar kependudukan, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
basis data terpadu (BDT) dan data bantuan, antara lain melalui Kartu Sembako
BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan, yang akan mengintegrasikan pemberian
penyesuaian sistem iuran, tarif dan paket bantuan pangan dan energi (listrik dan
manfaat, dan perbaikan sistem tata kelola tabung gas 3 kg) ke dalam satu kartu; b)
SJSN didukung dengan pembangunan peningkatan sinergi basis data terpadu (BDT)
sistem monitoring dan evaluasi yang kesejahteraan sosial dengan data dasar
terintegrasi, serta pengembangan kependudukan serta basis data program
sistem pencegahan dan penanganan bantuan sosial lainnya; c) peningkatan
kecurangan pelaksanaan jaminan sosial; inklusi keuangan melalui literasi bagi
c) Peningkatan efektivitas JKN penerima manfaat; d) pemberian insentif
didukung pemerataan penyediaan untuk mendorong partisipasi sekolah hingga
pelayanan kesehatan (supply side) perguruan tinggi bagi anak-anak dari keluarga
dan peningkatan kualitas pelayanan penerima bantuan sosial pendidikan dan
kesehatan, perumusan paket manfaat kesehatan; e) pengembangan variasi bantuan
JKN secara eksplisit, penerapan active pangan, tidak hanya terbatas beras dan telur
purchasing termasuk perbaikan sistem tetapi juga bahan pangan lokal, sayuran,
pembayaran fasilitas kesehatan dan daging, ikan, dan Makanan Pendamping ASI
pengembangan mekanisme cost- (MPASI) untuk menjamin asupan gizi bagi
sharing, penguatan health technology ibu hamil, anak usia dibawah dua tahun dan
assessment (HTA), dewan pertimbangan perbaikan gizi anak usia sekolah dari keluarga
klinis, dan tim kendali mutu dan kendali penerima bantuan sosial; dan f) peningkatan
biaya, pengembangan dan penerapan peran Pemda dalam pendampingan dan
pedoman nasional pelayanan kesehatan, penyaluran bantuan.
peningkatan penyedia pelayanan 2.3) Perlindungan sosial adaptif, mencakup: a)
kesehatan sesuai standar di seluruh pengembangan perlindungan sosial yang
wilayah terutama melalui kerjasama terintegrasi dengan risiko ekonomi dan sosial
dengan swasta, integrasi data JKN terhadap perubahan iklim dan bencana
dengan sistem informasi kesehatan alam; b) penguatan sistem kelembagaan
dan pemanfaatan data pelayanan BPJS perlindungan sosial yang responsif terhadap
kesehatan untuk penyusunan kebijakan risiko sosial dan ekonomi akibat perubahan
bagi para pemangku kepentingan; dan iklim dan bencana alam; c) pengembangan
d) Penguatan kelembagaan SJSN termasuk sistem pembiayaan perlindungan sosial
perbaikan tata kelola hubungan untuk mengatasi risiko perubahan iklim dan
antarlembaga dan harmonisasi peraturan bencana alam.
perundangan yang terkait, dan integrasi 2.4) Peningkatan kesejahteraan sosial,
implementasi operasional JKN dan SJSN mencakup: a) pengembangan sistem
Ketenagakerjaan. perawatan jangka panjang (long term care)

162 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


terintegrasi dan holistik; b) pembangunan 2.5) Penguatan pelaksanaan pendampingan
masyarakat, lingkungan, dan sarana dan layanan terpadu, mencakup: a)
prasarana ramah anak, lanjut usia dan perluasan sertifikasi sumber daya manusia
penyandang disabilitas; c) penghormatan, dan akreditasi lembaga kesejahteraan
pelindungan, dan pemenuhan terhadap sosial; b) peningkatan peran dan kapasitas
hak anak, lanjut usia dan penyandang pendamping masyarakat; c) peningkatan
disabilitas; d) implementasi Rencana pengetahuan, pemahaman mengenai
Induk Penyandang Disabilitas (RIPD) Pendidikan anak, kesehatan dan gizi serta
sesuai dengan peraturan Pemerintah No. pengelolalaan keuangan bagi keluarga;
70 Tahun 2019, tentang Perencanaan, dan d) penguatan mekanisme pengaduan,
Penyelenggaraan, dan Evaluasi terhadap pendataan dan layanan terpadu.
Penghormatan, Pelindungan, dan
Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, 3. Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju
untuk mewujudkan pembangunan inklusif; cakupan kesehatan semesta terutama
e) penguatan kelembagaan pelaksana penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary
program kelanjutusiaan, f) pemberdayaan Health Care) dengan mendorong peningkatan
pemberdayaan kelanjutusiaan bagi lanjut upaya promotif dan preventif, didukung inovasi
usia, g) pengembangan pendidikan dan dan pemanfaatan teknologi, melalui:
keterampilan sepanjang hayat bagi lanjut 3.1) Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga
usia; dan h) penguatan pelayanan sosial berencana (KB) dan kesehatan reproduksi,
bagi kelompok rentan diantaranya kelompok mencakup: a) peningkatan pelayanan
masyarakat adat, orang dengan HIV/AIDS maternal dan neonatal berkesinambungan
serta korban penyalahgunaan napza. di fasilitas publik dan swasta dengan

Sumber: UNICEF Indonesia, 2019

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 163


mendorong seluruh persalinan di fasilitas penurunan stunting dengan peningkatan
kesehatan, peningkatan cakupan dan efektivitas intervensi spesifik, perluasan
kualitas pelayanan antenatal dan neonatal, dan penajaman intervensi sensitif secara
peningkatan kompetensi tenaga kesehatan, terintegrasi; d) peningkatan intervensi yang
perbaikan sistem rujukan maternal yang bersifat life saving dengan didukung bukti
didukung dengan peningkatan kapasitas (evidence based policy) termasuk fortifikasi
sistem kesehatan dan penguatan regulasi, pangan; e) penguatan advokasi, komunikasi
penyediaan sarana prasarana dan farmasi, sosial dan perubahan perilaku hidup sehat
jaminan ketersediaan darah setiap saat, terutama mendorong pemenuhan gizi
dan pencatatan kematian ibu di fasilitas seimbang berbasis konsumsi pangan (food
pelayanan kesehatan; b) perluasan dan based approach); f) penguatan sistem
pengembangan imunisasi dasar lengkap; surveilans gizi; g) peningkatan komitmen
c) peningkatan gizi remaja putri dan ibu dan pendampingan bagi daerah dalam
hamil; d) perluasan akses dan kualitas intervensi perbaikan gizi dengan strategi
pelayanan KB serta kesehatan reproduksi sesuai kondisi setempat; dan h) respon
sesuai karakteristik wilayah yang didukung cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat.
oleh optimalisasi peran sektor swasta dan 3.3) Peningkatan pengendalian penyakit,
pemerintah daerah dengan advokasi, dengan perhatian khusus pada HIV/AIDS, TB,
komunikasi, informasi, edukasi (KIE) dan malaria, jantung, stroke, hipertensi, diabetes,
konseling; peningkatan kompetensi Penyuluh kanker, emerging diseases, penyakit yang
Keluarga Berencana (PKB) dan Petugas berpotensi menimbulkan kejadian luar
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), biasa, penyakit tropis terabaikan (kusta,
tenaga lini lapangan, dan tenaga kesehatan filariasis, schistosomiasis), gangguan
dalam pelayanan KB; penguatan fasilitas jiwa, cedera, gangguan penglihatan, dan
pelayanan kesehatan, jaringan dan jejaring penyakit gigi dan mulut, mencakup: a)
fasilitas pelayanan kesehatan serta upaya pencegahan dan pengendalian faktor risiko
kesehatan bersumber daya masyarakat; penyakit termasuk perluasan cakupan
dan peningkatan KB pasca persalinan; dan deteksi dini, penguatan surveilans real time,
e) peningkatan pengetahuan, pemahaman pengendalian vektor dan perluasan layanan
dan akses layanan kesehatan reproduksi berhenti merokok; b) penguatan health
remaja secara lintas sektor yang responsif security terutama peningkatan kapasitas
gender. untuk pencegahan, deteksi, dan respon
3.2) Percepatan perbaikan gizi masyarakat cepat terhadap ancaman penyakit termasuk
untuk pencegahan dan penanggulangan penguatan alert system kejadian luar biasa
permasalahan gizi ganda, mencakup: dan karantina kesehatan; c) peningkatan
a) penguatan komitmen, kampanye, cakupan penemuan kasus dan pengobatan
pemantauan dan evaluasi upaya perbaikan serta penguatan tata laksana penanganan
gizi masyarakat; b) pengembangan sistem penyakit dan cedera; d) pengendalian
jaminan gizi dan tumbuh kembang anak resistensi antimikroba; e) penguatan sanitasi
dengan pemberian jaminan asupan gizi sejak total berbasis masyarakat.
dalam kandungan, perbaikan pola asuh 3.4) Pembudayaan Gerakan Masyarakat
keluarga, dan perbaikan fasilitas air bersih Hidup Sehat (Germas), mencakup: a)
dan sanitasi lingkungan; c) percepatan pengembangan kawasan sehat antara lain

164 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sumber: Kementerian PUPR, 2018

kabupaten/kota sehat, pasar sehat, upaya penyediaan pilihan pangan sehat termasuk
kesehatan sekolah (UKS) dan lingkungan penerapan label pangan dan perluasan
kerja sehat; b) penyediaan lingkungan yang akses terhadap buah dan sayur.
mendorong aktivitas fisik seperti penyediaan 3.5) Penguatan sistem kesehatan dan
ruang terbuka publik, transportasi masal dan pengawasan obat dan makanan,
konektivitas antarmoda, lingkungan sehat, mencakup:
dan penurunan polusi udara; c) regulasi a) Penguatan pelayanan kesehatan
yang mendorong pemerintah pusat dan dasar dan rujukan yang difokuskan
daerah serta swasta untuk menerapkan pada penguatan fungsi puskesmas dan
pembangunan berwawasan kesehatan jaringannya dalam upaya kesehatan
dan mendorong hidup sehat termasuk masyarakat yang berkualitas dan
pengembangan standar dan pedoman untuk didukung peningkatan kapasitas tenaga
sektor non kesehatan, peningkatan harga kesehatan, sarana dan prasarana,
dan cukai rokok secara bertahap dengan serta pembiayaan; optimalisasi
mitigasi dampak bagi petani tembakau dan penguatan pelayanan kesehatan
pekerja industri hasil tembakau, pelarangan dasar melalui pendekatan keluarga;
total iklan dan promosi rokok, perbesaran revitalisasi posyandu dan upaya
pencantuman peringatan bergambar bahaya kesehatan bersumber daya masyarakat
merokok, dan perluasan pengenaan cukai lainnya; pengembangan kebijakan
pada produk pangan yang berisiko tinggi khusus untuk pelayanan kesehatan di
terhadap kesehatan dan pengaturan produk daerah terpencil, sangat terpencil dan
makanan dengan kandungan gula, garam daerah dengan karakteristik geografis
dan lemak; d) promosi perubahan perilaku tertentu (kepulauan) termasuk sistem
hidup sehat yang inovatif, pemberdayaan rujukan, pola pembiayaan, regulasi
masyarakat dan penggerakan masyarakat dan kelembagaan; pengembangan
madani untuk hidup sehat; dan e) peningkatan pelayanan kesehatan lanjut usia;

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 165


penyempurnaan sistem akreditasi (seperti tenaga promosi kesehatan,
pelayanan kesehatan pemerintah dan dokter keluarga layanan primer, dan
swasta; pemenuhan dan pemerataan perawat komunitas); penyesuaian
penyediaan sarana, prasarana, dan program studi dan lembaga pendidikan
alat kesehatan yang mengacu rencana bidang kesehatan dengan kebutuhan
induk penyediaan fasilitas pelayanan dan standar; dan pemenuhan tenaga
kesehatan; pemanfaatan inovasi kesehatan sesuai standar dan tenaga
teknologi dalam pelayanan kesehatan non-kesehatan termasuk tenaga sistem
meliputi perluasan sistem rujukan online informasi dan administrasi keuangan
termasuk integrasi fasilitas kesehatan untuk mendukung tata kelola di fasilitas
swasta dalam sistem rujukan, perluasan pelayanan kesehatan;
cakupan dan pengembangan jenis c) Pemenuhan dan peningkatan daya
layanan telemedicine, digitalisasi rekam saing sediaan farmasi dan alat
medis dan rekam medis online; perluasan kesehatan yang difokuskan pada
pelayanan kesehatan bergerak (flying efisiensi penyediaan obat dan vaksin
dan sailing health care) dan gugus dengan mengutamakan kualitas produk;
pulau; pengembangan dan peningkatan penguatan sistem logistik farmasi real time
kualitas RS khusus; dan penyediaan berbasis elektronik; peningkatan promosi
pengelolaan limbah medis fasilitas dan pengawasan penggunaan obat
pelayanan kesehatan dan pengendalian rasional; pengembangan obat, produk
bahan berbahaya dan beracun (B3); biologi, reagen, dan vaksin bersertifikat
b) Pemenuhan dan peningkatan halal yang didukung oleh penelitian
kompetensi tenaga kesehatan yang dan pengembangan life sciences; dan
difokuskan pada afirmasi pemenuhan pengembangan produksi dan sertifikasi
tenaga kesehatan strategis termasuk alat kesehatan untuk mendorong
dengan pengembangan paket pelayanan kemandirian produksi dalam negeri;
kesehatan (tenaga kesehatan, farmasi d) Peningkatan efektivitas pengawasan
dan alat kesehatan); afirmasi pendidikan obat dan makanan yang difokuskan
(beasiswa dan tugas belajar) tenaga pada perluasan cakupan dan kualitas
kesehatan untuk ditempatkan di daerah pengawasan pre dan post market obat
tertinggal, perbatasan, dan kepulauan dan pangan berisiko yang didukung
(DTPK) dan daerah kurang diminati; oleh peningkatan kompetensi SDM
afirmasi pendayagunaan dan mekanisme pengawas pemenuhan sarana prasarana
re-distribusi tenaga kesehatan yang laboratorium; peningkatan riset;
ditempatkan di fasilitas pelayanan percepatan dan perluasan proses layanan
kesehatan; pengembangan mekanisme publik termasuk registrasi; perluasan
kerjasama pemenuhan tenaga kesehatan pemanfaatan teknologi informasi dalam
melalui penugasan sementara dan pengawasan obat dan makanan;
kontrak pelayanan; perluasan pendidikan peningkatan kepatuhan dan kemandirian
dan pelatihan tenaga kesehatan fokus pelaku usaha dalam penerapan sistem
pada pelayanan kesehatan dasar; manajemen mutu dan pengawasan
pengembangan tenaga kesehatan untuk produk; peningkatan peran serta
penguatan pelayanan kesehatan dasar masyarakat dalam pengawasan; dan

166 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


perluasan penyidikan dan penindakan kelas awal dan literasi baru (literasi
terhadap pelanggaran ketentuan digital, data, dan sosial) dengan strategi
peraturan perundang-undangan di bidang pengajaran efektif dan tepat; c) peningkatan
obat dan makanan; kompetensi dan profesionalisme pendidik;
e) Penguatan tata kelola, pembiayaan, d) penguatan kualitas penilaian hasil belajar
penelitian dan pengembangan siswa, terutama melalui penguatan peran
kesehatan yang difokuskan pada, pendidik dalam penilaian pembelajaran di
pengembangan kebijakan untuk kelas, serta peningkatan pemanfaatan hasil
penguatan kapasitas pemerintah provinsi penilaian sebagai bagian dalam perbaikan
dan kabupaten/kota; pendampingan proses pembelajaran; e) peningkatan
perbaikan tata kelola pada daerah pemanfaatan TIK dalam pembelajaran,
yang memiliki masalah kesehatan terutama dalam mensinergikan model
untuk pencapaian target nasional dan pembelajaran jarak jauh (distance
mendorong pemenuhan SPM kesehatan; learning), dan sistem pembelajaran online;
integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi f) integrasi softskill (keterampilan non-
sistem informasi kesehatan pusat dan teknis) dalam pembelajaran, g) peningkatan
daerah termasuk penerapan sistem kualitas pendidikan karakter, agama
single entry; penguatan data rutin; inovasi dan kewargaan; h) peningkatan kualitas
dan pemanfaatan teknologi digital untuk pendidikan keagamaan, termasuk kualitas
pengumpulan data, media promosi, pendidikan di pesantren; dan i) peningkatan
komunikasi, dan edukasi kesehatan kualitas layanan pendidikan kesetaraan dan
termasuk big data; peningkatan pendidikan keaksaraan.
pemanfaatan anggaran untuk penguatan
promotif dan preventif berbasis bukti;
pengembangan sumber pembiayaan
baru seperti penerapan earmark cukai dan
pajak, kerjasama pemerintah dan swasta;
peningkatan kapasitas dan kemandirian
pembiayaan fasilitas kesehatan milik
pemerintah; dan penguatan penelitian
dan pengembangan untuk efektivitas
inovasi intervensi, dan evaluasi sistem
kesehatan untuk mendukung pencapaian
prioritas nasional.

4. Meningkatkan pemerataan layanan pendidikan


berkualitas, melalui:
4.1) Peningkatan kualitas pengajaran dan
pembelajaran, mencakup: a) penerapan
kurikulum dengan memberikan penguatan
pengajaran berfokus pada kemampuan
matematika, literasi dan sains di semua
jenjang; b) penguatan pendidikan literasi

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 167


4.2) Peningkatan pemerataan akses layanan kembali bersekolah, dengan pendataan
pendidikan di semua jenjang dan tepat, penjangkauan dan pendampingan
percepatan pelaksanaan Wajib Belajar 12 efektif, revitalisasi gerakan kembali
Tahun, mencakup: a) pemberian bantuan bersekolah, dan model pembelajaran
pendidikan memadai bagi anak keluarga tepat untuk anak berkebutuhan khusus,
kurang mampu, dari daerah afirmasi, anak yang bekerja, berhadapan dengan
dan anak berprestasi, termasuk bantuan hukum, terlantar, jalanan, dan di daerah
bagi lulusan pendidikan menengah yang bencana; e) peningkatan pemahaman dan
melanjutkan ke Pendidikan Tinggi dari peran keluarga dan masyarakat mengenai
keluarga tidak mampu melalui Program KIP pentingnya pendidikan; dan f) peningkatan
Kuliah; b) pemerataan layanan pendidikan layanan 1 tahun pra-sekolah.
antarwilayah, dengan memberikan 4.3) Peningkatan profesionalisme, kualitas,
keberpihakan kepada daerah yang pengelolaan, dan penempatan pendidik
kemampuan fiskal dan kinerja pendidikannya dan tenaga kependidikan yang merata,
rendah, dan penerapan model layanan mencakup: a) peningkatan kualitas
yang tepat untuk daerah 3T (tertinggal, pendidikan calon guru melalui revitalisasi
terdepan, terluar), seperti pendidikan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga
terintegrasi (sekolah satu atap/SATAP), Kependidikan) dan penguatan Pendidikan
sekolah terbuka, pendidikan jarak jauh, dan Profesi Guru (PPG); b) pemenuhan
pendidikan berpola asrama; c) pemerataan kualifikasi akademik minimal untuk guru
memperoleh pendidikan tinggi berkualitas (S1/DIV) dan dosen/peneliti (S2/S3); c)
melalui perluasan daya tampung terutama peningkatan pengelolaan, pemenuhan,
untuk bidang-bidang yang menunjang dan pendistribusian pendidik dan tenaga
kemajuan ekonomi dan penguasaan sains kependidikan berdasarkan pemetaan
dan teknologi; d) Penanganan anak usia komprehensif mengenai kebutuhan dan
sekolah yang tidak sekolah (ATS) untuk ketersediaan; d) peningkatan kualitas

168 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


sistem penilaian kinerja sebagai acuan bantuan operasional satuan pendidikan
untuk pembinaan, pemberian penghargaan, untuk peningkatan kualitas layanan;
serta peningkatan kompetensi pendidik dan f) pengendalian ijin pendirian satuan
tenaga kependidikan; dan e) peningkatan pendidikan baru yang tidak sesuai
kesejahteraan pendidik dan tenaga kebutuhan dan tidak memenuhi standar
kependidikan berbasis kinerja. mutu; g) penguatan tata kelola pendidikan
4.4) Penguatan penjaminan mutu pendidikan tinggi melalui upaya penyederhanaan
untuk meningkatkan pemerataan kualitas jumlah dan penggabungan perguruan
layanan antarsatuan pendidikan dan tinggi; h) peningkatan koordinasi lintas
antarwilayah, mencakup: a) peningkatan sektor dan antar tingkatan pemerintahan
kualitas peta mutu pendidikan sebagai dalam penguatan pengembangan anak
acuan untuk upaya peningkatan mutu usia dini holistik integratif (PAUD HI); dan
layanan pendidikan b) penguatan kapasitas i) peningkatan komitmen dan kapasitas
dan akselerasi akreditasi satuan pendidikan daerah dalam pendidikan gizi untuk anak
dan program studi; c) penguatan Standar sekolah.
Nasional Pendidikan; dan d) penguatan
budaya mutu dengan peningkatan 5. Meningkatkan kualitas anak, perempuan, dan
kemampuan kepala sekolah dan pengawas, pemuda, melalui:
penerapan manajemen berbasis sekolah 5.1) Perwujudan Indonesia Layak Anak
(MBS), serta pengembangan unit melalui penguatan Sistem Perlindungan
penjaminan mutu di tingkat daerah dan Anak yang responsif terhadap keragaman
satuan pendidikan. dan karakteristik wilayah anak untuk
4.5) Peningkatan tata kelola pembangunan memastikan anak menikmati haknya,
pendidikan, strategi pembiayaan, dan mencakup: a) Penguatan regulasi dan
peningkatan efektivitas pemanfaatan penegakkan hukum yang proporsional
Anggaran Pendidikan, mencakup: terhadap kepentingan terbaik anak; b)
a) peningkatan validitas data pokok penguatan efektivitas kelembagaan melalui
pendidikan dengan meningkatkan peran peningkatan kapasitas SDM, penyedia
daerah dalam pelaksanaan validasi dan layanan, koordinasi, sistem data dan
verifikasi di tingkat satuan pendidikan; b) informasi, serta fungsi pembinaan dan
peningkatan kualitas perencanaan dalam pengawasan; c) peningkatan pemahaman
mendorong pemenuhan standar pelayanan tentang perlindungan anak bagi para
minimal (SPM) bidang pendidikan; c) pemangku kepentingan, masyarakat,
peningkatan sinkronisasi perencanaan dan keluarga, dan anak; d) penguatan jejaring
pelaksanaan pembangunan pendidikan antara pemerintah dengan komunitas,
antartingkatan pemerintahan dalam media massa, dunia usaha, dan lembaga
menjaga kesinambungan pendidikan masyarakat; e) peningkatan partisipasi
antarjenjang; d) peningkatan efektifitas anak dalam pembangunan sesuai dengan
pemanfaatan Anggaran Pendidikan untuk tingkat kematangan usianya; f) penguatan
peningkatan akses, kualitas, relevansi, dan upaya pencegahan dan penanganan
daya saing pendidikan, dan pemenuhan berbagai tindak kekerasan, eksploitasi,
ketentuan Anggaran Pendidikan di daerah; dan penelantaran pada anak, terutama
e) peningkatan efektivitas pemanfaatan isu perkawinan anak dan pekerja anak;

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 169


g) penguatan pengasuhan di lingkungan pertukaran pemuda, dan keikutsertaan
keluarga pengasuhan sementara di institusi dalam pelestarian lingkungan; serta
lainnya; h) peningkatan akses layanan (c) pencegahan perilaku berisiko pada
dasar yang terpadu, ramah dan inklusif pemuda, termasuk pencegahan atas bahaya
bagi seluruh anak terutama bagi anak yang kekerasan, perundungan, penyalahgunaan
berada pada situasi dan kondisi khusus, napza, minuman keras, penyebaran penyakit
dan i) peningkatan layanan dan rehabilitasi HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual.
bagi anak yang membutuhkan perlindungan
khusus. 6. Mengentaskan kemiskinan, melalui:
5.2) Peningkatan perlindungan perempuan, 6.1) Akselerasi penguatan ekonomi keluarga,
termasuk pekerja migran dari kekerasan mencakup: (a) pembinaan rencana
dan tindak pidana perdagangan orang keuangan keluarga pra dan paska
(TPPO), mencakup: a) penguatan kebijakan pernikahan, termasuk rencana investasi
dan regulasi pencegahan, penanganan, keluarga; dan (b) pelatihan usaha serta
rehabilitasi, pemulangan, dan reintegrasi; b) pemberian akses usaha produktif bagi
peningkatan pengetahuan dan pemahaman keluarga miskin dan rentan; (c) fasilitasi
perempuan, keluarga, masyarakat, dunia pendanaan ultra mikro bagi individu atau
usaha, dan pemangku kepentingan lainnya kelompok usaha produktif; (d) akses
tentang kekerasan terhadap perempuan pendanaan lanjutan bagi usaha produktif
(KtP) dan TPPO; c) peningkatan kapasitas dari kelompok miskin dan rentan; dan e)
aparat penegak hukum dan pemerintah penyelenggaraan kewirausahaan sosial.
tentang KtP dan TPPO; d) penguatan 6.2) Keperantaraan usaha dan dampak sosial,
kelembagaan perlindungan perempuan mencakup: (a) penguatan kapasitas usaha
dari tindak kekerasan melalui peningkatan kelompok miskin dan rentan dengan skema
kapasitas SDM penyedia layanan, koordinasi pembinaan usaha serta menghubungkan
antarunit penyedia layanan, penguatan dengan mitra usaha strategis; (b)
data dan informasi, serta pengawasan; e) pengembangan skema pendanaan program
pengembangan sistem data terpadu KtP ekonomi produktif yang berdampak sosial;
dan TPPO; f) pengembangan sistem layanan c) transformasi ekonomi kampung terpadu
terpadu penanganan KtP dan TPPO; dan g) (TEKAD); dan d) penguatan forum tanggung
penguatan jejaring dan kerja sama antara jawab sosial perusahaan.
pemerintah (pusat dan daerah), komunitas, 6.3) Reforma agraria, mencakup: (a)
pelaku media massa, dunia usaha dan penyediaan sumber Tanah Obyek Reforma
lembaga bantuan hukum. Agraria (TORA), termasuk melalui pelepasan
5.3) Peningkatan kualitas pemuda, mencakup: kawasan hutan; (b) pelaksanaan redistribusi
(a) penguatan kapasitas kelembagaan, tanah, termasuk untuk pengembangan
koordinasi strategis lintas pemangku kawasan transmigrasi; (c) pemberian
kepentingan, serta pengembangan peran sertipikat tanah (legalisasi), termasuk untuk
dunia usaha dan masyarakat dalam kawasan transmigrasi yang penempatan
menyelenggarakan pelayanan kepemudaan sebelum tahun 1998; dan (d) pemberdayaan
yang terintegrasi; (b) peningkatan partisipasi masyarakat penerima TORA.
aktif sosial dan politik pemuda, diantaranya 6.4) Pembaruan kawasan hutan untuk
melalui peran pemuda di forum internasional, masyarakat, melalui skema reforma

170 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


agraria dan perhutanan sosial, mencakup: b) Reformasi penyelenggaraan pendidikan
(a) pelepasan kawasan hutan sebagai dan pelatihan vokasi, meliputi penguatan
tanah Obyek Reforma Agraria (TORA); pembelajaran inovatif dengan
(b) penyiapan prakondisi masyarakat penyelarasan program studi/bidang
pedesaan dan kawasan; (c) pengembangan keahlian mendukung pengembangan
usaha perhutanan sosial; (d) pengelolaan sektor unggulan dan kebutuhan industri/
kolaboratif sumber daya hutan bersama swasta; penyelarasan kurikulum dan
masyarakat desa dan pengembangan pola pembelajaran sesuai kebutuhan
usahanya; dan (e) peningkatan kapasitas industri; penguatan pembelajaran
institusi dan kelembagaan masyarakat untuk penguasaan karakter kerja,
dalam usaha perhutanan sosial. softskills dan bahasa asing; penguatan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
7. Meningkatkan produktivitas dan daya saing, vokasi sistem ganda (dual TVET system)
melalui: yang menekankan pada penguasaan
7.1) Pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis keterampilan berbasis praktik dan
kerjasama industri, mencakup: magang di industri; perluasan penerapan
a) Peningkatan peran dan kerja sama teaching factory/teaching industry
industri/swasta dalam pendidikan dan berkualitas sebagai salah satu sistem
pelatihan vokasi, meliputi pengembangan pembelajaran standar industri; revitalisasi
sistem insentif/regulasi untuk mendorong dan peningkatan kualitas sarana dan
peran industri/swasta dalam pendidikan prasarana pembelajaran dan praktek
dan pelatihan vokasi; peningkatan peran kerja pendidikan dan pelatihan vokasi
daerah dalam koordinasi intensif dengan sesuai standar; peningkatan kerja sama
industri/swasta untuk pengembangan pemanfaatan fasilitas praktik kerja
pendidikan dan pelatihan vokasi di di industri, termasuk unit produksi/
wilayahnya; dan pemetaan kebutuhan teaching factory/teaching industry;
keahlian termasuk penguatan informasi penguatan pelatihan kecakapan kerja
pasar kerja; dan kewirausahaan di sekolah, madrasah,

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 171


dan pesantren; peningkatan fasilitasi dan dan peningkatan kerja sama konsorsium
kualitas pemagangan; dan penyusunan riset antarperguruan tinggi maupun
strategi penempatan lulusan; antarperguruan tinggi dan lembaga
c) Peningkatan kualitas dan kompetensi penelitian di dalam dan luar negeri; (b)
pendidik/instruktur vokasi, terutama dengan Pengembangan kerja sama perguruan tinggi
peningkatan pelatihan pendidik/instruktur dengan industri dan pemerintah dengan
vokasi sesuai kompetensi; peningkatan menyediakan insentif bagi perguruan tinggi
keterlibatan instruktur/praktisi dari industri dan industri yang mengembangkan kerja
untuk mengajar di satuan pendidikan sama litbang strategis dan memfasilitasi
dan pelatihan vokasi; dan peningkatan mobilitas peneliti antarperguruan tinggi
pemagangan guru/instruktur di industri; dengan pihak industri; (c) Peningkatan
d) Penguatan sistem sertifikasi kompetensi kualitas dan pemanfaatan penelitian dengan
vokasi, terutama dengan pengembangan meningkatkan interaksi perguruan tinggi dan
standar kompetensi sesuai kebutuhan industri; (d) Peningkatan kualitas lulusan
industri; penguatan kelembagaan dan perguruan tinggi melalui pengembangan
peningkatan kapasitas pelaksanaan prodi yang adaptif dan desain kurikulum
sertifikasi profesi; dan sinkronisasi sistem pembelajaran yang sesuai dengan
sertifikasi yang ada di berbagai sektor; dan kebutuhan industri dan pembangunan
e) Peningkatan tata kelola pendidikan daerah, perluasan sertifikasi, program untuk
dan pelatihan vokasi, terutama dengan percepatan masa tunggu bekerja, dan
pengendalian ijin pendirian satuan pelatihan kewirausahaan untuk mendorong
pendidikan vokasi baru dan program studi tumbuhnya wirausahawan muda; (e)
yang tidak sesuai standar dan kebutuhan Pengembangan dana abadi (endowment
industri/pasar kerja; peningkatan fund) di perguruan tinggi yang bersumber
penilaian kualitas satuan pendidikan dari dana masyarakat, termasuk sektor
melalui akreditasi program studi dan swasta dan filantropi untuk pengembangan
satuan pendidikan vokasi; pengaturan pendidikan dan pembelajaran di perguruan
untuk fleksibilitas pengelolaan keuangan tinggi; (f) Perwujudan diferensiasi misi
pada unit produksi/teaching factory/ dengan mendorong fokus perguruan tinggi
teaching industry; pengembangan dalam mengemban tridharma perguruan
skema pendanaan peningkatan keahlian; tinggi, yakni sebagai research university,
pembentukan Komite Vokasi yang teaching university, atau vocational
mengoordinasikan dan mengendalikan university; dan (g) Penguatan pembinaan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan perguruan tinggi swasta (PTS) dalam rangka
vokasi; dan peningkatan akses ke peningkatan kualitas pendidikan tinggi.
pelatihan vokasi melalui penerapan Kartu 7.3) Peningkatan kapabilitas iptek dan
Pra-Kerja penciptaan inovasi mencakup: a)
7.2) Penguatan pendidikan tinggi berkualitas Pemanfaatan iptek dan inovasi di bidang-
mencakup: (a) Pengembangan perguruan bidang fokus Rencana Induk Riset Nasional
tinggi sebagai produsen iptek-inovasi dan 2017-2045 untuk pembangunan yang
pusat keunggulan (center of excellence) berkelanjutan yang mencakup integrasi
yang mencakup penguatan fokus bidang pelaksanaan riset dengan skema flagship
ilmu sesuai potensi daerah setempat nasional Prioritas Riset Nasional untuk

172 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


menghasilkan produk riset dan produk inovasi (PPBT); serta d) Peningkatan jumlah dan
strategis, diantaranya adalah pembangkit kualitas belanja litbang melalui pembentukan
listrik tenaga nuklir skala industri, bahan Badan Riset Nasional (BRN) yang ditunjang
bakar alternatif dari kelapa sawit, kendaraan oleh inisiatif Dana Abadi Penelitian,
listrik termasuk baterai lithium ion dan pengembangan pendanaan alternatif, kerja
sistem fast charging, kereta cepat, pesawat sama pendanaan litbang dengan pihak di
amphibi, pesawat terbang tanpa awak, luar pemerintah, dan pemberian insentif
bahan baku obat, dan pabrik garam industri, fiskal kepabeanan untuk penelitian dan
pemetaan potensi sumber daya alam dan pengembangan Iptek-inovasi.
sumber daya budaya wilayah dengan 7.4) Pengembangan budaya dan peningkatan
pendekatan multidisiplin, inovasi teknologi prestasi olahraga di tingkat regional dan
produksi untuk pemanfaatan sumber daya internasional, mencakup: (a) Penguatan
alam yang berkelanjutan (teknologi tepat dan penataan regulasi keolahragaan; (b)
guna bidang pertanian dan perikanan, serta Pengembangan budaya olahraga melalui
riset dan inovasi sosial yang berkontribusi keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat;
bagi pengembangan ilmu pengetahuan (b) Penataan sistem pembinaan olahraga
dan kebijakan publik), penerapan teknologi secara berjenjang dan berkesinambungan
untuk pencegahan bencana dan mitigasi berbasis cabang olahraga Olimpiade dan
pascabencana, pengembangan budaya potensi daerah didukung penerapan sport
riset ilmiah dan inovasi, dan penguasaan science, statistik keolahragaan serta sistem
Teknologi Garda Depan untuk bidang- remunerasi dan penghargaan; (c) Penataan
bidang strategis seperti kesehatan dan kelembagaan olahraga untuk meningkatkan
farmasi, teknologi digital dan cyber security, prestasi keolahragaan; (d) Peningkatan
material maju, energi baru terbarukan, ketersediaan tenaga keolahragaan
tenaga nuklir, pertahanan dan keamanan, berstandar internasional; (e) Peningkatan
serta keantariksaan; b) Pengembangan prasarana dan sarana olahraga berstandar
Research Power-House yang mencakup internasional yang ramah difabel; dan (f)
peningkatan kuantitas dan kapabilitas SDM Pengembangan peran dunia usaha dalam
Iptek, pengembangan dan penguatan pendampingan, pembiayaan, dan industri
infrastruktur litbang strategis, penguatan olahraga.
Pusat Unggulan Iptek, pengelolaan data 7.5) Pengelolaan manajemen talenta nasional,
kekayaan hayati dan kekayaan intelektual, mencakup: (a) Pemetaan kebutuhan dan
serta pengembangan jaringan kerja sama persediaan talenta berdasarkan bidang
riset dalam dan luar negeri; c) Penciptaan keahlian dan profesi; (b) Pengelolaan
ekosistem inovasi yang mencakup database persediaan dan kebutuhan talenta
penguatan kerja sama triple-helix, perbaikan (talent pool); (c) Peningkatan keahlian,
tata kelola paten/KI, penguatan Science kapasitas, dan kinerja, serta pengembangan
Techno Park (STP) utama, perintisan fungsi karir dan prestasi talenta; (d) Penciptaan
Technology Commercialization Office dalam lingkungan yang kondusif sebagai daya
kerangka Manajemen Inovasi di perguruan tarik untuk mengakuisisi talenta, serta bagi
tinggi, perintisan Technology Transfer Office pengembangan potensi, minat, keahlian,
di STP atau LPNK Iptek, dan pembinaan dan prestasi talenta; dan (e) Pembentukan
Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Lembaga Manajemen Talenta Indonesia.

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 173


REVOLUSI MENTAL
DAN PEMBANGUNAN
KEBUDAYAAN
Pendahuluan

5
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Revolusi mental merupakan gerakan kebudayaan negara-bangsa majemuk, memiliki keragaman


untuk mengubah cara pandang, sikap, perilaku yang suku, adat-istiadat, budaya, bahasa, dan
berorientasi pada kemajuan melalui internalisasi agama, yang membentuk satu kesatuan dalam
nilai-nilai esensial revolusi mental pada individu, keragaman: Bhinneka Tunggal Ika. Maka setiap
keluarga, insititusi sosial, masyarakat sampai komponen bangsa harus senantiasa membangun
dengan lembaga-lembaga negara. Nilai-nilai harmoni dalam perbedaan dan keragaman, yang
esensial revolusi mental tersebut meliputi integritas, dilandasi oleh semangat persatuan dan kesatuan
etos kerja, dan gotong royong yang merupakan bangsa. Kekuatan bangsa Indonesia terletak
nilai luhur budaya bangsa. Revolusi mental sebagai pada perbedaan dan keragaman, bukan pada
gerakan kebudayaan memiliki kedudukan penting persamaan dan keseragaman. Untuk memperkuat
dan berperan sentral dalam pembangunan nasional. Bhinneka Tunggal Ika, kesadaran sebagai negara-
Hal ini dikarenakan karakter dan sikap mental dapat bangsa yang majemuk harus ditanamkan sejak
menjadi faktor penentu untuk mencapai kemajuan dini di dalam keluarga, diperkuat di dalam sistem
melalui proses pembangunan dan modernisasi. pendidikan, dan terus dipupuk dan dirawat di dalam
Mentalitas disiplin, etos kemajuan, etika kerja, jujur, sistem sosial-kemasyarakatan.
taat hukum dan aturan, tekun, dan gigih adalah
karakter dan sikap mental yang diperlukan untuk Untuk itu dalam RPJMN IV Tahun 2020-2024,
mewujudkan negara-bangsa yang maju, modern, revolusi mental terus dilanjutkan secara lebih
unggul, dan berdaya saing, sehingga mampu holistik dan integratif yang bertumpu pada: (1)
berkompetisi dengan negara-negara lain. revolusi mental dalam sistem pendidikan dengan
menekankan nilai-nilai integritas, etos kerja, gotong
Indonesia sebagai negara adikuasa di bidang royong, dan budi pekerti dalam pembelajaran; (2)
kebudayaan memiliki kekayaan budaya yang revolusi mental dalam tata kelola pemerintahan
melimpah. Kekayaan budaya tersebut dapat dengan pembudayaan nilai-nilai transparansi
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk dan akuntabilitas; dan (3) revolusi mental dalam
memperkuat karakter dan memperteguh jati diri sistem sosial dengan pembudayaan nilai-nilai
bangsa, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan luhur budaya bangsa dalam institusi keluarga dan
mempengaruhi arah perkembangan peradaban interaksi antarwarga. Selain itu revolusi mental juga
dunia. Selain itu melalui gerakan revolusi mental, diperkuat melalui upaya pemajuan dan pelestarian
nilai budaya dan kearifan lokal dapat memperkuat kebudayaan, memperkuat moderasi beragama
kohesi sosial, kerukunan, toleransi, gotong royong, untuk mengukuhkan kerukunan; dan meningkatkan
dan kerja sama antarwarga sebagai syarat utama budaya literasi, inovasi, dan kreativitas bagi
bagi keberhasilan pembangunan nasional. terwujudnya masyarakat berpengetahuan, inovatif,
kreatif, dan berkarakter.
Revolusi mental sebagai gerakan kebudayaan
harus pula meneguhkan Indonesia sebagai

176 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Capaian Pembangunan 2015-2019

Indeks Pembangunan Masyarakat yang menunjukkan kohesi sosial,


inklusi sosial, dan pengembangan kapasitas masyarakat sipil terus
meningkat dari 0,55 pada tahun 2015 menjadi 0,59 pada tahun
2016.

Indeks Pembangunan Kebudayaan yang menunjukkan antara lain


ketahanan sosial budaya, pelestarian warisan budaya, ekspresi
budaya, dan ekonomi budaya telah mencapai 53,74 pada tahun
2018

Indeks Kerukunan Umat Beragama yang menunjukkan tingkat


toleransi, kesetaraan dan kerja sama antarumat beragama
meningkat dari 75,36 pada tahun 2015 menjadi 75,47 pada tahun
2016, namun mengalami penurunan pada tahun 2019 menjadi
73,83.

Indeks Pembangunan Keluarga sebagai ukuran keberhasilan


pembangunan keluarga, berdasarkan kajian perumusan indikator
pembangunan keluarga tahun 2018 dihasilkan baseline 53,57; dan
tren perkara perceraian meningkat dari 344.237 perkara pada tahun
2014 menjadi 365.633 perkara di tahun 2016 (Statistik Indonesia, 2017).
Sementara median usia kawin pertama perempuan terus meningkat
dan hampir mencapai usia menikah ideal, yaitu 21,8 tahun (Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia – SDKI 2017).

Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 177


Lingkungan dan Isu Strategis

Melemahnya ideologi Pancasila dan


ketahanan budaya bangsa

Indonesia sebagai negara-bangsa majemuk Pancasila merupakan kepribadian bangsa yang


menghadapi persoalan kebangsaan yang cukup mencerminkan nilai, sikap mental, dan tingkah laku
serius dengan melemahnya ideologi Pancasila. bangsa Indonesia. Pancasila menjadi benteng
Semboyan bhinneka tunggal ika yang menjadi ruh pertahanan budaya bangsa yang dapat menjadi
bagi bangsa ini untuk tetap bersatu dalam perbedaan penyaring nilai-nilai budaya asing yang tidak selaras
dan keragaman terganggu dengan menguatnya dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Berbagai
radikalisme, terorisme, dan ideologi transnasional upaya pembinaan dan aktualisasi Pancasila sekaligus
lainnya yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. untuk merespons arus globalisasi yang membawa
Menghadapi persoalan tersebut, kedudukan dampak sangat luas, baik sosial, budaya, ekonomi,
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara harus maupun politik. Globalisasi membuat pergaulan
diperkuat, agar negara-bangsa Indonesia tetap antarnegara semakin intensif, mobilitas manusia
berdiri dengan kokoh dan dapat mengemban amanat kian mudah dan cepat, serta pertukaran budaya
Undang-Undang Dasar 1945 dengan baik untuk antarbangsa kian longgar. Bila tidak diantisipasi
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh dengan baik, pertukaran budaya melalui globalisasi
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan tentu dapat melemahkan ketahanan budaya bangsa
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan Indonesia.
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi Pertukaran budaya global yang tidak disertai dengan
dan keadilan sosial. ketahanan budaya yang tangguh dapat menggerus
nilai-nilai luhur budaya bangsa. Nilai kehidupan
Untuk itu pembinaan dan aktualisasi Pancasila masyarakat silih asah (saling bertukar pikiran),
dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan silih asih (saling mengasihi), dan silih asuh (saling
bernegara mutlak diperlukan. Secara kelembagaan menjaga dan melindungi) mulai memudar digantikan
pada tahun 2017 Pemerintah telah membentuk Unit dengan sikap saling menghujat, saling mencurigai,
Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila, yang dan saling membenci. Padahal nilai dan kearifan
kemudian pada tahun 2018 berubah menjadi Badan lokal tersebut bila dilestarikan dan dikembangkan
Pembinaan Ideologi Pancasila. Lembaga ini bersama dengan baik dapat digunakan untuk membangun
dengan kementerian/lembaga terkait menyusun arah relasi sosial yang harmonis dan memperkuat daya
kebijakan dan strategi pembinaan ideologi Pancasila. rekat sosial masyarakat.
Langkah maju ini perlu diikuti dengan pembinaan
dan aktualisasi Pancasila bagi seluruh warga negara
mulai dari lingkup keluarga dan masyarakat.

178 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Belum optimalnya
pemajuan kebudayaan
Indonesia

Indonesia sebagai negara-bangsa majemuk Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (MSBP)
memiliki khazanah budaya yang kaya dan tahun 2018, persentase penduduk yang pernah
melimpah bersumber dari nilai, tradisi, adat terlibat sebagai pelaku/pendukung pertunjukkan
istiadat, kearifan lokal, seni, dan bahasa yang seni yang menjadikan keterlibatan sebagai sumber
tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. penghasilan hanya sebesar 0,31 persen dari total
Kekayaan budaya tersebut tidak cukup hanya untuk jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Produk-
dilestarikan, tapi juga perlu dikembangkan dan produk tradisional sebagai hasil karya budaya
dimanfaatkan. Undang-undang Nomor 5 Tahun juga masih sepi peminat, hanya 59,81 persen
2017 tentang Pemajuan Kebudayaan membawa rumah tangga yang masih menggunakan produk
arah baru dalam pembangunan kebudayaan tradisional.
dengan menjadikan kebudayaan sebagai investasi
untuk membangun masa depan dan peradaban
bangsa. Melalui pemajuan kebudayaan, diharapkan
kekayaan budaya dapat menjadi kekuatan
penggerak dan modal dasar pembangunan.

Untuk meningkatkan peran kebudayaan dalam


pembangunan perlu dilakukan upaya pemajuan
kebudayaan dengan membangun ekosistem
kebudayaan yang berkelanjutan, serta tata kelola
pembangunan yang efektif dan efisien. Ekosistem
kebudayaan merupakan jejaring kebudayaan yang
saling membangun antara pelaku, pengguna,
infrastruktur, lingkungan dan unsur kebudayaan
lainnya. Saat ini ekosistem kebudayaan belum
berjalan dengan optimal. Masyarakat dan pelaku
budaya belum sepenuhnya merasakan manfaat dari
kekayaan budaya yang dimiliki bangsa ini. Hal ini
tercermin dari masih rendahnya minat masyarakat
untuk mengembangkan dan memanfaatkan
kekayaan budaya. Berdasarkan data Susenas

Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 179


Masih lemahnya
Belum mantapnya
pemahaman dan
pendidikan karakter
pengamalan nilai-
dan budi pekerti
nilai ajaran agama

Pendidikan merupakan pilar kebangsaan Dalam kerangka pembangunan nasional agama


yang memiliki peran penting dalam dapat menjadi landasan spiritual, moral dan etika
menumbuhkembangkan semangat cinta tanah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai
air dan bela negara, membangun karakter dan Sila Pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa,
meneguhkan jati diri bangsa, serta memperkuat para pendiri bangsa menempatkan nilai agama
identitas nasional. Pendidikan karakter dan budi sebagai landasan moralitas bangsa. Nilai-nilai
pekerti sebagai salah satu pusat dari proses agama dapat ditransformasikan untuk membentuk
pembentukan kepribadian anak didik sangat insan yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia,
diperlukan untuk membangun watak yang baik, berkepribadian luhur, dan bermanfaat bagi diri dan
memupuk mental yang tangguh, membina perangai lingkungannya. Namun karena masih lemahnya
yang lembut, dan menanamkan nilai-nilai kebajikan pemahaman dan pengamalan nilai agama, moralitas
yang selaras dengan prinsip-prinsip moral dan etika keagamaan tersebut belum dapat terwujud dengan
yang hidup di dalam masyarakat. baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun pendidikan karakter dan budi pekerti belum Pelayanan keagamaan yang berkualitas dapat
sepenuhnya dapat mewujudkan lingkungan sekolah meningkatkan pemahaman dan pengamalan
dan budaya belajar yang mampu menumbuhkan nilai agama. Pelayanan keagamaan di tingkat
kebiasaan perilaku yang baik. Hal ini tercermin kecamatan dilakukan melalui Kantor Urusan Agama
dari rendahnya indeks integritas sekolah dalam (KUA), meskipun belum semua kecamatan memiliki
mengikuti Ujian Nasional, yakni masih 30 persen KUA. Sampai saat ini baru 5.820 kecamatan
daerah yang memiliki indeks integritas UN rendah dari 7.094 kecamatan yang telah memiliki KUA.
(Kemdikbud, 2017). Pelajar pengguna Narkoba Pengembangan ekonomi umat dan sumber daya
juga masih tinggi, dari 3,3 juta pengguna Narkoba, keagamaan juga masih belum optimal. Berdasarkan
sebanyak 24 persen atau 810.267 orang pengguna kajian BAZNAS diperkirakan potensi zakat Indonesia
adalah pelajar (BNN, 2017). Selain itu kekerasan mencapai Rp 286 triliun per tahun (BAZNAS,
fisik di kalangan pelajar juga masih marak terjadi, 2017), namun pengumpulan zakat yang tercatat
sekitar 32,7 persen pelajar pernah setidaknya satu oleh BAZNAS pada tahun 2017 baru mencapai
kali diserang secara fisik (Survei Nasional Kesehatan Rp 6 triliun. Penyelenggaraan jaminan produk
Berbasis Sekolah – SNKBS, 2015), dan partisipasi halal dalam pelaksanaannya masih terhambat
pemuda dalam kegiatan sosial kemasyarakatan oleh terbatasnya infrastruktur dan SDM, serta
mengalami penurunan dari 82,0 (Susenas MSBP, masih rendahnya kesadaran pelaku usaha untuk
2015) menjadi 81,4 (Susenas MSBP, 2018). memperoleh sertifikat halal. Sementara itu, kualitas
penyelenggaraan ibadah haji terus meningkat, yang
ditandai dengan indeks kepuasan jamaah haji pada
tahun 2019 sebesar 85,91 atau naik 0,68 poin dari
tahun 2018.

180 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Belum kukuhnya moderasi beragama untuk
memperkuat toleransi dan kerukunan

Moderasi beragama merupakan upaya strategis dalam disertai dengan kearifan dan pengetahuan dapat
rangka memperkokoh toleransi dan meneguhkan memicu perselisihan yang berpotensi mengganggu
kerukunan dalam kebhinekaan. Masyarakat kerukunan dan harmoni sosial. Pengamalan nilai-nilai
Indonesia yang memeluk agama beragam perlu agama secara baik bagi seluruh umat, yang disertai
mengembangkan wawasan dan sikap moderasi penghargaan dan penghormatan atas perbedaan,
beragama, untuk membangun saling pengertian, diharapkan dapat menjadi perekat dan pemersatu
merawat keragaman, dan memperkuat persatuan bangsa.
di antara umat beragama yang berbeda. Perspektif
moderasi beragama merujuk pada pandangan bahwa Indeks Kerukunan Umat Beragama menurun dari
umat beragama harus mengambil jalan tengah dalam 75,36 pada tahun 2015 menjadi 73,83 pada 2019.
praktik kehidupan beragama. Penurunan indeks ini menggambarkan masih
lemahnya toleransi, kesetaraan, dan kerja sama
Indonesia sebagai negara dengan suku bangsa, antarumat. Untuk memperkukuh kerukunan berbagai
agama, dan kepercayaan yang beragam perlu upaya terus dilakukan, antara lain dengan memperkuat
mengelola keragaman tersebut dengan baik untuk peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
meminimalisir risiko timbulnya konflik di antara di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan
warga negara maupun antarkelompok dan pemeluk sebagai wadah komunikasi dan dialog lintas iman
agama. Gejala intoleransi yang mulai mengemuka untuk menyelesaikan persoalan kehidupan beragama.
perlu mendapat perhatian serius agar tidak merusak
semangat persatuan dalam kemajemukan. Sementara
itu, perkembangan teknologi dan informasi yang tidak

Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 181


Belum optimalnya
peran keluarga

Keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan


karakter dan kepribadian individu dari usia dini
sampai dewasa. Penanaman karakter anak dilakukan
melalui internalisasi nilai, baik di dalam keluarga inti,
keluarga besar, maupun masyarakat. Keluarga juga
berperan penting dalam pembentukan karakter dan
kepribadian, terutama untuk menginternalisasi nilai-
nilai luhur budaya bangsa dan mencegah perilaku
berisiko. Selanjutnya, sebagai orang tua, laki-laki
dan perempuan memiliki peran dan tanggung
jawab yang sama dalam mendidik anak di dalam
keluarga.

Indonesia memiliki 81.210.230 keluarga (SUPAS,


2015). Dari jumlah tersebut, sebanyak 76 persen
(61,75 juta) keluarga dengan kepala keluarga laki-
laki, dan 24 persen (19,45 juta) keluarga dengan
kepala keluarga perempuan. Saat ini, pembangunan
keluarga masih dihadapkan pada sejumlah
permasalahan antara lain: (a) masih tingginya
angka perkawinan anak 11,2 persen (Susenas
2018); (b) meningkatnya angka perceraian rata-
rata 3 persen pertahun (Pengadilan Agama, 2017);
dan (c) meningkatnya angka kehamilan yang tidak
diinginkan, yaitu sebesar 7,1 persen kehamilan
yang tidak direncanakan, dan dianggap bukan
waktu yang tepat oleh 1,3 persen perempuan yang
menikah (SUPAS, 2015)..

182 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Rendahnya budaya literasi,
inovasi, dan kreativitas

Literasi merupakan faktor esensial dalam upaya masyarakat untuk memperoleh informasi. Tingkat
membangun fondasi yang kukuh bagi terwujudnya literasi bangsa Indonesia memang masih perlu
masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif, terus ditingkatkan. Berdasarkan data Susenas
dan berkarakter. Pada era revolusi industri MSBP tahun 2018, penduduk usia 10 tahun ke atas
4.0, masyarakat dengan budaya literasi tinggi yang membaca selain kitab suci baik cetak maupun
mutlak diperlukan untuk menghadapi tantangan elektronik baru mencapai 45,72 persen, sementara
zaman. Pada era ini wajah dunia akan banyak penduduk yang mengakses internet masih sebesar
berubah dengan adanya proses otomatisasi yang 43,47 persen. Hal ini tentu menjadi tantangan dalam
memungkinkan terjadinya pembagian tugas antara upaya meningkatkan literasi masyarakat dengan
manusia dan piranti lunak. Akibatnya akan banyak memperluas akses informasi dan pengetahuan ke
pekerjaan yang hilang dan digantikan oleh mesin, seluruh pelosok negeri.
meskipun di sisi lain muncul pekerjaan-pekerjaan
baru yang berbasiskan pada inovasi dan kreativitas
yang didasarkan pada akal budi dan karya budaya
manusia.

Sementara itu literasi sebagai bentuk cognitive skills


memampukan manusia untuk mengidentifikasi,
memahami, dan menginterpretasi informasi yang
diperoleh untuk ditransformasikan ke dalam
kegiatan-kegiatan produktif yang memberi manfaat
sosial, ekonomi, dan kesejahteraan. Literasi
memiliki kontribusi positif dalam rangka membantu
menumbuhkan kreativitas dan inovasi, serta
meningkatkan keterampilan dan kecakapan sosial
seperti komunikasi, negosiasi, kerja kelompok,
dan relasi sosial yang sangat dibutuhkan pada era
revolusi industri 4.0.

Mewujudkan masyarakat yang memiliki kemampuan


literasi merupakan kebutuhan mendesak untuk
menghadapi tantangan zaman yang terus
berkembang dan berubah. Salah satu tolok ukur
untuk menilai tingkat literasi suatu bangsa antara
lain melalui budaya kegemaran membaca yang
mencerminkan minat dan kemudahan akses

Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 183


Sasaran, Target, dan Indikator

1 2

Semakin mantapnya daya rekat Menguatnya moderasi


sosial serta ketahanan dan beragama untuk mewujudkan
pemajuan kebudayaan untuk kerukunan umat dan
membangun karakter bangsa yang membangun harmoni sosial
tangguh, kompetitif, berakhlak dalam kehidupan masyarakat,
mulia, dan bermoral berdasarkan yang ditandai dengan Indeks
Pancasila, yang ditandai Indeks Kerukunan Umat Beragama pada
Pembangunan Masyarakat pada tahun 2019 sebesar 73,83 dan
tahun 2016 sebesar 0,59 dan terus terus meningkat pada tahun 2024.
meningkat pada tahun 2024, serta
Indeks Pembangunan Kebudayaan
pada tahun 2018 sebesar 53,74 dan
terus meningkat pada tahun 2024.

3
Meningkatnya ketahanan dan
kualitas keluarga, yang ditandai
oleh Indeks Pembangunan Keluarga
dari 53,57 berdasarkan baseline
2018 menjadi 57,57 pada 2024,
dan Median Usia Kawin Pertama
Perempuan dari 21,8 (SDKI 2017)
menjadi 22,1 pada 2024.

184 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Arah Kebijakan dan Strategi
1. Revolusi mental dan pembinaan ideologi generasi, sebagai upaya penguatan fungsi
Pancasila untuk memperkukuh ketahanan dan nilai keluarga; dan (c) pewujudan
budaya bangsa dan membentuk mentalitas lingkungan yang kondusif melalui
bangsa yang maju, modern, dan berkarakter, penguatan masyarakat, kelembagaan,
melalui: regulasi, penyediaan sarana dan
a. Revolusi mental dalam sistem prasarana, serta partisipasi dunia usaha.
pendidikan untuk pemantapan
pendidikan agama, karakter dan d. Penguatan pusat-pusat perubahan
budi pekerti untuk memperkuat nilai gerakan revolusi mental, mencakup: (a)
integritas, etos kerja, dan gotong royong, pemantapan pelaksanaan Inpres No.12/2016
mencakup: (a) pengembangan budaya tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental;
belajar dan lingkungan sekolah yang dan (b) penguatan pusat-pusat perubahan
menyenangkan dan bebas dari kekerasan gerakan revolusi mental di daerah.
(bullying free school environment); (b)
penguatan pendidikan agama dan e. Pembangunan dan pembudayaan sistem
etika; dan (c) peningkatan kepeloporan ekonomi kerakyatan berlandaskan
dan kesukarelawanan pemuda, dan Pancasila, mencakup: (a) revitalisasi spirit
pengembangan pendidikan kepramukaan. koperasi sebagai soko guru perekonomian
Indonesia; (b) peningkatan etos kerja dan
b. Revolusi mental dalam tata kelola kewirausahaan berlandaskan semangat
pemerintahan untuk penguatan budaya gotong royong; dan (c) penumbuhan
birokrasi yang bersih, melayani, dan budaya konsumen cerdas dan cinta produk
responsif terhadap perubahan dan dalam negeri.
perkembangan jaman, mencakup: (a)
Peningkatan budaya kerja pelayanan f. Pembinaan ideologi Pancasila,
publik yang ramah, cepat, efektif, dan pendidikan kewargaan, wawasan
efisien; dan (b) penerapan disiplin, reward kebangsaan, dan bela negara untuk
dan punishment dalam birokrasi. menumbuhkan jiwa nasionalisme dan
patriotisme, mencakup: (a) pembinaan
c. Revolusi mental dalam sistem sosial ideologi Pancasila, penguatan pendidikan
untuk penguatan kualitas dan peran kewargaan, nilai-nilai kebangsaan, dan
keluarga serta masyarakat dalam bela negara; (b) peningkatan peran
pembentukan karakter sejak usia dini dan fungsi Badan Pembinaan Ideologi
berdasarkan karakteristik wilayah dan Pancasila (BPIP) sebagai perumus
target sasaran yang responsif gender, kebijakan umum pembinaan ideologi
mencakup: (a) penyiapan kehidupan Pancasila; (c) harmonisasi dan evaluasi
berkeluarga dan kecakapan hidup; peraturan perundang-undangan yang
(b) peningkatan ketahanan keluarga bertentangan dengan ideologi Pancasila;
berdasarkan siklus hidup dengan dan (d) membersihkan unsur-unsur yang
memperhatikan kesinambungan antar anti ideologi negara.

Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 185


2. Meningkatkan pemajuan dan pelestarian mencakup: (a) pengembangan diplomasi
kebudayaan untuk memperkuat karakter dan budaya melalui pengembangan bahasa
memperteguh jati diri bangsa, meningkatkan Indonesia sebagai bahasa internasional,
kesejahteraan rakyat, dan mempengaruhi muhibah seni budaya, dan kuliner
arah perkembangan peradaban dunia, melalui: nusantara; dan (b) penguatan pusat studi
a. Revitalisasi dan aktualisasi nilai dan rumah budaya Indonesia di luar negeri.
budaya dan kearifan lokal, mencakup:
(a) pelindungan, pengembangan, dan e.
Pengembangan tata kelola
pemanfaatan nilai budaya, tradisi, sejarah pembangunan kebudayaan, mencakup:
dan kearifan lokal untuk memperkuat (a) pengelolaan dana perwalian
kohesi sosial, kerukunan, toleransi, gotong- kebudayaan; (b) peningkatan kualitas
royong, dan kerja sama antarwarga; (b) sumber daya manusia kebudayaan;
peningkatan akses dan kualitas pelayanan (c) peningkatan sarana dan prasarana
museum, arsip, dan perpustakaan; dan kebudayaan; (d) pengembangan sistem
(c) Pelestarian, pengembangan dan pendataan kebudayaan terpadu; dan (e)
pemanfaatan manuskrip dan arsip sebagai pengembangan kerja sama dan kemitraan
sumber nilai budaya, sejarah, dan memori dalam pemajuan kebudayaan.
kolektif bangsa.
3. Memperkuat moderasi beragama untuk
b. Pengembangan dan pemanfaatan mengukuhkan toleransi, kerukunan dan
kekayaan budaya untuk memperkuat harmoni sosial, melalui:
karakter bangsa dan kesejahteraan a. Penguatan cara pandang, sikap, dan
rakyat, mencakup: (a) pengembangan praktik beragama dalam perspektif jalan
produk seni, budaya, dan film; (b) tengah untuk memantapkan persaudaraan
penyelenggaraan festival budaya dan dan kebersamaan di kalangan umat
membangun opera berkelas internasional; beragama, mencakup: (a) pengembangan
(c) pelestarian cagar budaya untuk penyiaran agama untuk perdamaian dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan kemaslahatan umat; (b) penguatan sistem
(d) pengembangan budaya bahari dan pendidikan yang berperspektif moderat
sumber daya maritim. mencakup pengembangan kurikulum,
materi dan proses pengajaran, pendidikan
c. Pelindungan hak kebudayaan dan guru dan tenaga kependidikan, dan
ekspresi budaya untuk memperkuat rekrutmen guru; (c) penguatan peran
kebudayaan yang inklusif, mencakup: (a) pesantren dalam mengembangkan
pengembangan wilayah adat sebagai pusat moderasi beragama melalui peningkatan
pelestarian budaya dan lingkungan hidup; pemahaman dan pengamalan ajaran agama
(b) pemberdayaan masyarakat adat dan untuk kemaslahatan; (d) pengelolaan rumah
komunitas budaya; dan (c) pelindungan ibadah sebagai pusat syiar agama yang
kekayaan budaya komunal dan hak cipta. toleran; dan (e) pemanfaatan ruang publik
untuk pertukaran ide dan gagasan di
d. Pengembangan diplomasi budaya kalangan pelajar, mahasiswa, dan pemuda
untuk memperkuat pengaruh Indonesia lintas budaya, lintas agama, dan lintas suku
dalam perkembangan peradaban dunia, bangsa.

186 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


b. Penguatan harmoni dan kerukunan umat
beragama, mencakup: (a) pelindungan
umat beragama untuk menjamin hak-
hak sipil dan beragama; (b) penguatan
peran lembaga agama, organisasi
sosial keagamaan, tokoh agama, tokoh
masyarakat, ASN, TNI, dan Polri sebagai
perekat persatuan dan kesatuan bangsa;
dan (c) penguatan Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) untuk membangun
solidaritas sosial, toleransi, dan gotong
royong. membaca; (b) pengembangan perbukuan
dan penguatan konten literasi; (c)
c. Penyelarasan relasi agama dan budaya, peningkatan akses dan kualitas layanan
mencakup: (a) penghargaan atas ekspresi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
budaya berbasis nilai-nilai agama; (b)
pengembangan literasi khazanah budaya b. Pengembangan, pembinaan, dan
bernafas agama; (c) pelestarian situs pelindungan Bahasa Indonesia,
keagamaan dan pemanfaatan perayaan bahasa dan aksara daerah, serta sastra
keagamaan dan budaya untuk memperkuat mencakup: (a) penggunaan Bahasa
toleransi. Indonesia dalam forum-forum kenegaraan
di tingkat nasional dan internasional; (b)
d.
Peningkatan kualitas pelayanan pengembangan pendidikan sastra di
kehidupan beragama, mencakup: satuan pendidikan dan komunitas; (c)
(a) peningkatan fasilitasi pelayanan pengajaran bahasa daerah di kelas awal di
keagamaan; (b) peningkatan pelayanan sekolah; (d) revitalisasi bahasa dan aksara
bimbingan perkawinan dan keluarga; (c) daerah sebagai khazanah budaya bangsa.
Penguatan penyelenggaraan jaminan
produk halal; dan (d) peningkatan kualitas c. Pengembangan budaya Iptek, inovasi,
penyelenggaran haji dan umrah. kreativitas, dan daya cipta, mencakup:
(a) peningkatan budaya riset dan model
e. Pengembangan ekonomi umat dan pembelajaran discovery and inquiry
sumber daya keagamaan, mencakup: (a) learning; (b) pengembangan budaya
pemberdayaan dana sosial keagamaan; produksi dan kreativitas berbasis inovasi;
(b) pengembangan kelembagaan ekonomi dan (c) pengembangan ekperimentasi
umat; dan (c) pengelolaan dana haji secara ilmiah sejak usia dini di lembaga pendidikan
profesional, transparan, dan akuntabel.
d. Penguatan institusi sosial penggerak
4. Meningkatkan literasi, inovasi, dan literasi dan inovasi, mencakup: (a)
kreativitas bagi terwujudnya masyarakat pengembangan mitra perpustakaan (library
berpengetahuan, dan berkarakter, melalui: supporter); (b) pengembangan inovasi
a. Peningkatan budaya literasi, mencakup: sosial dan filantropi untuk penguatan
(a) pengembangan budaya kegemaran literasi dan inovasi masyarakat.

Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 187


MEMPERKUAT
INFRASTRUKTUR
UNTUK MENDUKUNG
PEMBANGUNAN EKONOMI
& PELAYANAN DASAR
Pendahuluan

6
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Pembangunan infrastruktur merupakan salah


satu pilihan strategis dalam rangka mempercepat
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Indonesia.
Perhatian pemerintah di bidang infrastruktur pada
beberapa tahun terakhir telah berdampak pada
peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur di
Indonesia. Namun demikian, daya saing infrastruktur
Indonesia masih perlu terus ditingkatkan. The Global
Competitiveness Report tahun 2018 menempatkan
posisi daya saing infrastruktur Indonesia di posisi 71,
masih tertinggal jika dibandingkan negara ASEAN
lainnya, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Beberapa hal yang masih memerlukan percepatan
antara lain pembangunan infrastruktur penggerak
ekonomi, pemerataan pelayanan dasar di seluruh
Indonesia, dan pembangunan infrastruktur untuk
menopang perkembangan berbagai kota seiring
dengan urbanisasi di Indonesia. Untuk itu pada
periode 2020-2024, pembangunan infrastruktur
akan diprioritaskan pada tiga fokus utama, yaitu
Infrastruktur untuk Pemerataan Pembangunan,
Infrastruktur untuk Pembangunan Ekonomi, dan
Infrastruktur untuk Pembangunan Perkotaan.
Ketiga fokus utama tersebut akan ditopang oleh
pembangunan energi dan ketenagalistrikan,
pelaksanaan transformasi digital. Selain itu,

190 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


pembangunan infrastruktur 2020-2024 juga
akan dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa pengarusutamaan seperti ketangguhan
menghadapi bencana, kesetaraan gender, tata
kelola pemerintahan yang baik, pembangunan
berkelanjutan, serta modal sosial dan budaya.

Dalam upaya mencapai target pertumbuhan PDB


skenario menengah serta target stok infrastruktur
dalam RPJMN 2020- 2024, kebutuhan belanja
infrastruktur mencapai Rp 6.445 Triliun atau rata-
rata 6,08 persen dari PDB. Namun demikian,
kemampuan pemerintah untuk mendanai hanya
sebesar Rp 2.385 Triliun (hanya 37 persen dari total
kebutuhan). Untuk itu diperlukan upaya inovatif untuk
mendorong peran serta investasi masyarakat dan
badan usaha melalui skema Kerjasama Pemerintah
dan Badan Usaha (KPBU) dan skema pembiayaan
inovatif lainnya. Hal ini sesuai dengan paradigma
baru pendanaan infrastruktur yang menjadikan
APBN/APBD sebagai alternatif sumber pendanaan
terakhir.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 191
Capaian Pembangunan RPJMN 2015-2019

52
Peringkat kualitas infrastruktur
Indonesia di 2017 yang naik dari
62 di 2015

Global Competitiveness index

36 Indonesia di 2017 membaik


dari capaian 2015 yang di
peringkat 37

Rasio Elektrifikasi 2018 yang


meningkat dari 2015 yang
hanya 88,3%
98,3%

46
Peringkat logistik Indonesia
membaik di 2018 jika
dibandingkan tahun 2016 (63)

Indeks Kualitas Lingkung (IKLH)


tahun 2017 yang meningkatkan
dibandingkan tahun 2013 66,19%
(63,20%)

192 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pembangunan infrastruktur merupakan salah infrastruktur dilakukan secara masif dan merata
satu prioritas yang mendapatkan penekanan sebagaimana disajikan infografis berikut:
pada periode RPJMN 2015-2019. Pembangunan

Perumahan dan Permukiman

Persentase RT Yang Persentase RT Yang Persentase RT Yang


54,1% Menempati Rumah
Layak Huni 2018 74,6 % Memiliki Akses Sanitasi
Layak dan Aman 2018 87,8% Memiliki Akses Air
Minum Layak 2018

Sumber Daya Air*

1 juta Ha

16 24,9
m /detik
3 Irigasi Baru
Bendungan
Baru
tambahan kapasitas
air baku 3 juta Ha Rehabilitasi
Irigasi Eksisting

* Proyeksi capaian sd 2019

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 193
Keselamatan dan Keamanan Keselamatan Transportasi

Rasio Fatalitas Kecelakaan Rasio Kejadian Kecelakaan Rasio Kejadian Rasio Kejadian
Lalu Lintas per 10.000 Pelayaran per 10.000 Kecelakaan KA per 1 juta Kecelakaan Penerbangan
Kendaraan Pelayaran Km Perjalanan KA per 1 juta Penerbangan

2010*: 3,93 2015: 1,38 2015: 1,15 2015: 16,7


2018: 2,02 2018: 1,07 2018: 0,24 2018: 2,79
*Baseline Tahun 2010 sesuai
Program Dekade Aksi
Keselamatan Jalan

Aksesibilitas Daerah 3T, Daerah Rawan Bencana, dan Daerah Terisolir

Capaian pembangunan jalan perbatasan*

Jalan Perbatasan Jalan Perbatasan Jalan Perbatasan


Kalimantan Nusa Tenggara Timur Papua

• Total Panjang : 1.921 km • Total Panjang : 176,2 km • Total Panjang : 1.287 km


• Jalan Tembus : 1.692 km • Jalan Tembus : 176,2 km • Jalan Tembus : 1.098 km
• Jalan Belum Tembus : 229 km • Jalan Belum Tembus : 0 km • Jalan Belum Tembus : 189 km

*Capaian pada tahun 2015 sampai dengan 2018

194 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Capaian Pengembangan bandara di perbatasan,
di daerah rawan bencana, dan di daerah terisolir

26 Bandara di
Daerah Perbatasan 58 Bandara di
Daerah Rawan Bencana 50 Bandara pembuka
Daerah Terisolir

*Capaian pada tahun 2015 sampai dengan 2018

Capaian Transportasi Perintis

296 222 8 134 412


Trayek Trayek Rute
Angkutan Trayek Trayek Angkutan Angkutan
Jalan ASDP Kereta Api Laut Udara

*Capaian pada tahun 2015 sampai dengan 2018

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 195
Konektivitas
Laut

120 18
Fasilitas Rute Angkutan
Pelabuhan Barang Tol Laut

*Capaian sampai dengan tahun 2018

Udara Darat

14 Bandara
Baru 3.387 km Jalan
Baru 94% Kondisi mantap
Jalan Nasional 2019
BRT di
38 Kota

*Capaian 2015-2019

88% Ketepatan Waktu


Pelayanan 947 km
Jalan Tol Baru 720 km Jalan
KA Baru 4 KA
Perkotaan

*Capaian sampai dengan tahun 2018

Energi Ketenagalistrikan*
Rasio Elektifikasi Konsumsi Listrik

98,30% 1.064 kWh/


Kapita
Kapasitas
Pembangkit 62,4 GW Bauran EBT di
Pembangkitan 12,4 %

*capaian sampai dengan tahun 2018

196 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Teknologi Informasi Dan Komunikasi

64,8%
Penetrasi Pengguna
Internet 2018

Seluruh ibukota kabupaten/kota tersambung


jaringan tulang punggung fiber
fiberoptic
optic

Daerah Nonkomersial
90,8% *
466 kab/kota
telah terjangkau
jaringan 4G
1.086 BTS di 110
Kabupaten

88,1%
453 kab/kota
telah terjangkau
jaringan 3G

* berdasarkan wil. administrasi terjangkau sinyal 100%

4.111
atau permukiman terjangkau > 50%
akses internet pitalebar
di 386 Kabupaten

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 197
Lingkungan dan Isu Strategis

Lingkungan Strategis
RPJMN 2020-2024 merupakan periode akhir dari
RPJPN 2005-2025 serta menjadi langkah awal
perwujudan Visi Indonesia 2045. Di samping itu,
RPJMN 2020-2024 juga sebagai upaya untuk
menjawab persoalan kemiskinan, kesenjangan,
dan keberlanjutan daya dukung lingkungan yang
selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals-SDGs). Berbagai
dokumen pembangunan jangka panjang tersebut
di atas menjadi bagian utama dalam perumusan
kerangka pembangunan infrastruktur 2020-2024.
Sasaran Pembangunan
Visi Indonesia 2045 Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs)
Indonesia diproyeksikan menjadi negara
berpendapatan tinggi dan menjadi peringkat kelima Pemerintah Indonesia berkomitmen dalam mencapai
negara dengan PDB terbesar di dunia pada tahun target dan indikator SDGs melalui pengintegrasian
2045. Untuk mewujudkan Visi Indonesia 2045 target tersebut dalam dokumen perencanaan
tersebut ditetapkan empat pilar pembangunan pembangunan nasional. Pembangunan infrastruktur
yang terdiri dari: (i) Pembangunan manusia serta berkontribusi dalam pencapaian Tujuan 2
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; “Tanpa Kelaparan” melalui pembangunan waduk
(ii) Pembangunan ekonomi berkelanjutan; (iii) multiguna dan modernisasi irigasi. Tujuan 6 “Air
Pemerataan pembangunan; serta (iv) Pemantapan Bersih dan Sanitasi Layak” diwujudkan dengan
ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan. pengembangan sistem penyediaan air minum
Pilar ketiga “Pemerataan Pembangunan” tersebut dan pembangunan prasarana sanitasi. Kemudian,
diimplementasikan salah satunya melalui Tujuan 7 “Energi Bersih dan Terjangkau” diwujudkan
“Pembangunan Infrastruktur yang Merata dan dengan pembangunan prasarana energi dan
Terintegrasi”, di mana pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang berkelanjutan. Tujuan 9
bertujuan untuk mewujudkan konektivitas “Industri, Inovasi dan Infrastruktur” dan Tujuan
antarwilayah secara fisik dan virtual, menyediakan 11 “Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan”
layanan dasar bagi masyarakat, menciptakan diwujudkan dengan penyediaan perumahan dan
pemerataan pembangunan dan memperkuat permukiman, serta pengembangan konektivitas dan
ketahanan terhadap bencana dan perubahan iklim. transportasi umum massal.

198 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


RPJPN 2005-2025 Kerangka Infrastruktur 2020-2024
Sejalan dengan tahapan yang diamanatkan RPJPN Pembangunan infrastruktur periode 2020-
tahun 2005-2025, RPJMN 2020-2024 ditujukan 2024 berfokus pada tiga kerangka utama, yaitu
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang Infrastruktur Pelayanan Dasar, Infrastruktur
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan Ekonomi, dan Infrastruktur Perkotaan. Kerangka
pembangunan di berbagai bidang dengan utama tersebut didukung oleh pembangunan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian energi dan ketenagalistrikan serta pelaksanaan
yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif transformasi digital. Pembangunan infrastruktur
di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM untuk pelayanan dasar diarahkan untuk mewujudkan
berkualitas dan berdaya saing. Pada periode ini pemerataan pembangunan di seluruh wilayah
struktur perekonomian diharapkan sudah semakin Indonesia. Infrastruktur layanan dasar yang akan
maju dan kokoh ditandai dengan daya saing dibangun mencakup penyediaan akses perumahan
perekonomian yang kompetitif dan berkembangnya dan permukiman layak, aman dan terjangkau,
keterpaduan antara industri, sumber daya alam penyediaan akses air minum dan sanitasi (air
(seperti kelautan, pertanian, dan pertambangan), limbah dan sampah), pengelolaan air tanah dan air
dan sektor jasa. Kondisi berbangsa dan bernegara baku berkelanjutan, keselamatan dan keamanan
juga sudah semakin maju dan sejahtera yang transportasi, ketahanan kebencanaan infrastruktur,
didukung oleh diselenggarakannya jaringan serta waduk multiguna dan modernisasi irigasi.
transportasi, telekomunikasi dan informatika, Pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan
elektrifikasi, sanitasi dan air bersih serta irigasi yang ekonomi berfokus pada konektivitas transportasi jalan,
andal bagi seluruh masyarakat dan menjangkau kereta api, laut, udara, darat, dan antarmoda, akses
seluruh wilayah NKRI. Dengan demikian, kebutuhan dan pasokan energi dan tenaga listrik berkelanjutan,
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan serta penuntasan dan pemanfaatan infrastruktur TIK
sarana pendukung dapat terpenuhi dan kota tanpa dan pendukung transformasi digital. Pembangunan
permukiman kumuh dapat diwujudkan. infrastruktur untuk perkotaan berfokus pada sistem
angkutan masal umum perkotaan, infrastruktur jalan
perkotaan, energi dan ketenagalistrikan perkotaan,
infrastruktur dan ekosistem TIK perkotaan, akses air
minum dan sanitasi perkotaan, serta penyediaan
akses perumahan dan permukiman perkotaan.
Pembangunan infrastruktur juga didasarkan pada
pengarusutamaan terhadap ketahanan bencana,
kesetaraan gender, tata kelola pemerintahan yang
baik, pembangunan berkelanjutan, transformasi
digital serta modal dan sosial budaya. Kerangka
pembangunan infrastruktur bertujuan untuk
mewujudkan sasaran utama RPJMN 2020-2024.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 199
Isu dan Tantangan
Infrastruktur Pelayanan Dasar

Penyediaan Akses Perumahan dan Permukiman Layak,


Aman dan Terjangkau

Keterbatasan akses perumahan dan permukiman tersebut disebabkan oleh sistem pembiayaan
yang layak, aman, dan terjangkau. perumahan yang belum berkembang. Pembiayaan
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan perumahan belum memproduksi KPR berisiko
dasar manusia yang dijamin dalam Pasal 28(h) rendah dengan jumlah besar, berkelanjutan, serta
Undang-Undang Dasar 1945, namun dukungan lembaga penyalur KPR yang ada saat ini masih
pemerintah, pemerintah daerah dan dunia usaha belum beragam. Kebijakan pemerintah melalui
untuk pemenuhan kebutuhan tersebut masih pemberian kemudahan dan bantuan perumahan
terbatas. berupa subsidi dan bantuan stimulan pembangunan
rumah belum berjalan optimal dan berkelanjutan
Pada sisi permintaan, akses masyarakat terhadap karena skema subsidi saat ini masih bersifat
pembiayaan perumahan masih perlu ditingkatkan regresif dan sangat bergantung pada ketersediaan
terutama untuk menjangkau masyarakat anggaran pemerintah.
berpenghasilan rendah. Rendahnya pembiayaan
rumah diindikasikan dengan rasio KPR terhadap Pada sisi pasokan, lokasi rumah yang terjangkau
PDB Indonesia masih dibawah 3 persen (2017) bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan
dan cukup tertinggal dibandingkan Malaysia yang menengah ke bawah cenderung tersebar serta
sudah mencapai 38,4 persen. Selain itu, fasilitas menjauh dari pusat kota sehingga menyebabkan
pembiayaan tersebut belum dapat diakses secara pengembangan wilayah perkotaan yang tidak
luas oleh pekerja informal dan masyarakat yang terstruktur (urban sprawl). Kondisi tersebut
membangun rumah secara swadaya. Kondisi disebabkan oleh manajemen perkotaan yang

200 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


belum efektif serta tidak terintegrasinya perumahan Di tingkat daerah, meskipun seluruh provinsi dan
dengan sistem transportasi publik dan infrastruktur kabupaten/kota telah memiliki Organisasi Perangkat
dasar permukiman. Pada sisi lain, masih terdapat Daerah (OPD) yang menangani perumahan dan
45,9 persen rumah tangga yang menempati hunian kawasan permukiman namun keberadaannya belum
tidak layak dan permukiman kumuh berdasarkan diiringi dengan peningkatan kapasitas kelembagaan
empat aspek minimal kelayakan hunian yaitu termasuk sumber daya manusia. Peran pemerintah
ketahanan bangunan, luas lantai per kapita, akses daerah masih perlu ditingkatkan terutama dalam
air minum, dan sanitasi. Di samping itu, pembinaan menciptakan iklim kondusif bagi industri perumahan
dan pengawasan di bidang perumahan dan seperti perizinan dan pemenuhan standar keandalan
kawasan permukiman perlu ditingkatkan untuk bangunan serta memastikan penyediaan perumahan
menjamin keandalan dan tertib bangunan dalam yang serasi dengan tata ruang dan ketersediaan
rangka mengurangi risiko terhadap bencana, serta infrastruktur dasar permukiman.
mencegah tumbuhnya permukiman kumuh.
Belum optimalnya peningkatan akses air minum
Dalam rangka mengelola pembangunan perumahan layak dan aman.
dan permukiman yang multisektor dan multipihak, Tantangan penyediaan air minum antara lain
keterpaduan kebijakan dan program masih perlu masih lemahnya tata kelola dan kelembagaan
ditingkatkan baik antarpemangku kepentingan penyelenggaraan air minum serta rendahnya
di tingkat pusat maupun daerah. Keterpaduan komitmen dan kapasitas pemerintah daerah sebagai
kebijakan nasional sangat diperlukan dalam seluruh penyelenggara utama dari Sistem Penyediaan Air
rantai nilai (value chain) penyediaan perumahan Minum (SPAM). Hingga tahun 2018 akses air minum
terutama terkait pertanahan untuk mengendalikan perpipaan baru menjangkau 20,14 persen dari
harga lahan serta pembiayaan perumahan yang seluruh rumah tangga di Indonesia. Sesuai dengan
efisien dan inklusif. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan akses air

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 201
minum untuk masyarakat harus memenuhi kriteria belum dapat menunjukkan kinerja yang optimal,
sebagai air minum aman yaitu, berasal dari sumber dimana baru 59,6 persen PDAM berkinerja sehat.
air yang layak, berada di dalam atau di halaman Beberapa tantangan yang dihadapi oleh PDAM
rumah, dapat diakses setiap saat dibutuhkan, dan adalah menjaga kuantitas dan kualitas air baku,
kualitasnya memenuhi standar kesehatan. Pada meningkatkan manajemen PDAM baik teknis,
saat ini diperkirakan baru 6,8 persen rumah tangga keuangan, dan sumber daya manusia, serta
yang memiliki akses air minum aman. menetapkan tarif air minum yang dapat memenuhi
kebutuhan untuk oprasional dan pengembangan
Pemerintah daerah sebagai penanggung jawab pelayanan air minum.
utama dalam penyediaan air minum untuk
masyarakat perlu meningkatkan komitmennya Dalam rangka pencapaian Tujuan Pembangunan
melalui pengintegrasian target dan sasaran Berkelanjutan, selain dukungan pembiayaan dari
penyediaan air minum nasional dalam dokumen pemerintah perlu dirumuskan kebijakan yang
perencanaan daerah dan didukung dengan menyeimbangkan penyediaan air minum sebagai
alokasi APBD yang memadai. Penyediaan layanan hak dasar (domestik) dan non domestik. Diharapkan
air minum pada masyarakat dilakukan melalui dari pelanggan non domestik dapat meningkatkan
perluasan dan pemanfaatan kapasitas yang telah minat investasi dari badan usaha serta layanan
terbangun sebesar 57.000 liter/detik, perningkatan kepada pelanggan domestik.
dan pembangunan SPAM baru yang disertai
dengan pengelolaan aset yang diharapkan dapat Belum optimalnya peningkatan akses layanan
menurunkan tingkat kebocoran yang saat ini masih sanitasi layak dan aman.
mencapai 33 persen serta menjamin keberlanjutan Persentase perilaku Buang Air Besar Sembarangan
dari infrastruktur yang telah terbangun. (BABS) di tempat terbuka masih cukup tinggi (9,36
persen atau setara 25 juta jiwa) dan menyebabkan
PDAM sebagai badan usaha di bawah pemerintah Indonesia berada di peringkat 3 dunia untuk
daerah untuk menyelenggarakan kegiatan SPAM angka BABS di tempat terbuka. Sementara itu,

202 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


operasionalisasi Instalasi Pengolahan Air Limbah 2017 menunjukkan hanya 19 dari 47 kabupaten/
Skala Kota belum optimal yang ditandai dengan kota yang dikaji telah mengalokasikan anggaran
masih terdapat 36,3 persen kapasitas yang masih pengembangan sektor sanitasi yang ideal minimal
IPAL dapat dimanfaatkan. Sistem Pengelolaan 2 persen dari total APBD.
Air Limbah Domestik (SPALD) setempat juga
menghadapi tantangan yang sama, yang salah Fungsi kelembagaan regulator dan operator
satunya terlihat dari rendahnya jumlah Instalasi layanan dasar di daerah masih terbatas baik
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang beroperasi dalam jumlah maupun kapasitas. Sebagai contoh,
secara optimal. baru 77 kabupaten/kota yang sudah memiliki Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) atau Badan
Akses rumah tangga terhadap pengelolaan Usaha Milik Daerah (BUMD) pengelolaan layanan
sampah domestik di perkotaan hanya mencakup air limbah domestik (Kementerian PUPR, 2018).
61 persen rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh
masih rendahnya penerapan prinsip pengurangan Implementasi kebijakan penyediaan layanan
sampah dan terbatasnya infrastruktur reduksi dasar permukiman juga belum optimal. Hal
sampah, seperti Tempat Pengolahan Sampah tersebut ditunjukkan dengan belum terintegrasinya
Terpadu (TPST) dan Tempat Pengelolaan Sampah perencanaan antar sektor seperti Strategi
Reuse, Reduce, Recycle (TPS 3R). Di sisi lain, Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) dengan rencana
upaya pengangkutan sampah di perkotaan pembangunan daerah dan rencana tata ruang,
mengalami tantangan karena masih kurangnya serta implementasi perencanaan yang belum
armada pengangkutan dan adanya tantangan maksimal. Hal ini terlihat dari telah disusunnya
geografis. dokumen SSK di 489 kabupaten/kota (di 33
provinsi) namun masih terdapat 9 provinsi yang
Alokasi anggaran untuk program perumahan dan peningkatan akses sanitasinya perlu percepatan
permukiman masih sangat terbatas. Laporan yang signifikan.
Urban Sanitation Development Program tahun

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 203
Pengelolaan Air Tanah dan
Air Baku Berkelanjutan Masih
Terbatas

Pengelolaan air tanah dan air baku berkelanjutan Di sisi lain, belum meratanya distribusi air
menghadapi beberapa tantangan, antara lain: menyebabkan tingginya tingkat ketergantungan atas
ketersediaan air baku antarwilayah yang tidak air tanah di beberapa wilayah. Ekstraksi air tanah
merata; 60 persen penduduk tinggal di Pulau Jawa memiliki porsi sebesar 46 persen dari pemenuhan
dengan kebutuhan air yang sangat besar; ekstraksi kebutuhan air domestik. Penggunaan air tanah
air tanah yang tinggi; pencemaran sumber air di beberapa wilayah perlu diperhatikan. Sebagai
pada 65 persen wilayah sungai; serta peningkatan contoh, 45 persen air tanah di Jakarta tercemar oleh
kebutuhan air yang signifikan pada 10 wilayah bakteri E-Coli. Ekstraksi air tanah secara masif juga
aglomerasi perkotaan. ditengarai menjadi penyebab penurunan muka tanah
di wilayah aglomerasi pesisir utara Jawa.
Pada tahun 2018, kapasitas penyediaan air baku
di Indonesia mencapai 198,8 m3/s, memenuhi 34 Efisiensi pemanfaatan air dapat ditingkatkan melalui
persen dari total kebutuhan domestik dan industri. penerapan teknologi, untuk mengatur volume air
Proyeksi kebutuhan air baku pada tahun 2024 dan integrasi pemanfaatan berbagai sumber air
mencapai 582 m3/s. Apabila pada periode 2020- (conjunctive use). Investasi penyediaan infrastruktur
2024 menargetkan 50 persen dari total kebutuhan air air baku juga perlu didukung dengan pengembangan
baku harus terpenuhi, hal itu menunjukkan perlunya skema kerjasama pemerintah dan swasta sebagai
tambahan penyediaan air baku sebesar 92,2 m3/s. alternatif pembiayaan.

Gambar 6.1 Bauran Sumber Air untuk Keperluan


Domestik (2018)

Lain-lain
13% Air Tanah
PDAM
46%
9%
Air
Kemasan
4%

Sungai/
Danau/
Kolam
9%
Mata Air
19%

204 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


memadai. Alokasi pendanaan untuk pemeliharaan
Keselamatan dan Keamanan dan perawatan prasarana kereta api (infrastructure
Transportasi maintenance) baru mencapai 64 persen dari
kebutuhan.

Isu utama keselamatan moda transportasi jalan Tantangan utama keselamatan moda transportasi
adalah tingginya angka kematian akibat kecelakaan perairan yang meliputi angkutan laut serta angkutan
lalu lintas. Pada tahun 2018, jumlah korban sungai, danau, dan penyeberangan adalah belum
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia efektifnya peran syahbandar dalam menjamin
mencapai 29.478 orang, atau rata-rata mencapai keselamatan pelayaran, belum optimalnya kelaikan
3-4 orang setiap jam. Kecelakaan lalu lintas menjadi prasarana dan sarana, belum terbangun atau
penyebab kematian ke-3 terbesar di Indonesia, berjalannya sistem informasi dan tiket, serta masih
setelah penyakit jantung dan stroke. Tingginya lemahnya kapasitas sumber daya manusia pada
tingkat fatalitas mengakibatkan kerugian ekonomi otoritas dan operator layanan angkutan. Belum
yang besar dan berpotensi menurunkan tingkat optimalnya peran syahbandar dalam menjamin
kesejahteraan, mengingat sebagian besar korban keselamatan pelayaran terlihat dari belum efektifnya
(77 persen) berada pada usia produktif (15-64 tahun) kewenangan syahbandar untuk memastikan muatan
yang pada umumnya merupakan pencari nafkah. kapal sesuai aspek kapasitas penumpang maupun
Tingginya jumlah korban jiwa akibat kecelakaan jenis barang. Terkait permasalahan kapasitas
lalu lintas disebabkan oleh berbagai aspek, sumber daya manusia, kompetensi nahkoda
meliputi kelaikan kendaraan, kondisi prasarana dan awak kapal serta kapasitas syahbandar
jalan, perilaku pengguna jalan, maupun kecepatan dalam melakukan inspeksi kelaikan pelayaran
penanganan bagi korban kecelakaan. Koordinasi masih lemah. Selain itu, belum berkembangnya
yang kurang optimal dari berbagai pemangku sistem informasi dan tiket mengakibatkan jumlah
kepentingan menjadi kendala terwujudnya sistem penumpang belum dapat terkendali sesuai dengan
lalu lintas jalan yang lebih berkeselamatan. kapasitas kapal. Disamping itu, ketersediaan dan
kelaikan prasarana keselamatan seperti peralatan
Di bidang perkeretaapian, permasalahan navigasi dan pemantau cuaca masih terbatas.
keselamatan adalah kurangnya kelaikan kondisi
sarana dan prasarana termasuk sarana kereta, Dari aspek pencarian dan pertolongan korban
prasarana rel, serta sistem sinyal, telekomunikasi pada kejadian bencana termasuk kecelakaan
dan listrik kereta api. Pada saat ini, sebagian dari transportasi, isu yang dihadapi adalah masih
lokomotif maupun sarana KRL yang ada telah terbatasnya ketersediaan sumber daya manusia
berusia di atas 30 tahun, sementara, berdasarkan dan peralatan. Kebutuhan tenaga penyelamat
tolok ukur internasional usia laik operasi bagi (rescuer) saat ini mencapai 3.564 personel,
lokomotif dan sarana kereta api adalah di bawah 25 namun yang tersedia saat ini baru sejumlah
tahun. Selain itu, panjang jalur KA yang memenuhi 1.673 personel (46,94 persen). Aspek lain adalah
standar (Track Quality Index/TQI kategori 1 dan 2) ketersediaan sarana dan prasarana pertolongan
baru mencapai 80 persen dari keseluruhan jaringan dan penyelamatan yang dimiliki belum sepenuhnya
KA. Data kecelakaan KA pada kurun 2015-2017 memenuhi kebutuhan sesuai dengan luas dan
menunjukkan bahwa kecelakaan KA didominasi kondisi geografis, karakteristik kecelakaan, jenis
oleh kejadian tergelincir keluar jalur (anjlok) yang bencana, serta kemampuan menjangkau seluruh
menggambarkan kondisi prasarana KA yang kurang wilayah Indonesia

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 205
Ketahanan Kebencanaan
Infrastruktur

Untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap Secara khusus, pengembangan kawasan pesisir
bencana seperti banjir; gempa bumi; tanah longsor; utara (Pantura) Pulau Jawa sebagai tulang punggung
dan letusan gunung berapi, dibutuhkan infrastruktur ekonomi nasional yang ditunjukkan oleh sumbangan
ketahanan bencana yang memadai. Ketersediaan 20 persen GDP Indonesia di 3 kawasan aglomerasi
infrastruktur kebencanaan merupakan upaya perkotaan, masih menghadapi beberapa tantangan.
pencegahan, adaptasi, serta antisipasi dampak Pengembangan kawasan ini menghadapi potensi
kerugian baik secara finansial maupun korban jiwa. kenaikan muka air laut, banjir rob dan penurunan
Kerugian finansial akibat bencana alam dalam kurun tanah terutama di DKI Jakarta, Pekalongan, dan
waktu 2002-2015 di Indonesia mencapai 1,26 miliar Semarang. Apabila permasalahan tersebut tidak
USD per tahun (International Disaster Database, segera ditangani, sebagian wilayah Pantura Jawa
2018). Risiko bencana juga semakin meningkat akan mengalami peningkatan frekuensi bencana
seiring tren urbanisasi serta perubahan iklim. banjir. Kawasan Pantura Jawa juga mengalami
Pengembangan infrastruktur ketahanan bencana abrasi yang mengakibatkan kehilangan lahan dan
dihadapkan pada tantangan akibat perkembangan degradasi ekosistem di kawasan Pantura Jawa.
perkotaan dan kawasan strategis di zona rawan
bencana. Kawasan perkotaan seperti Jakarta, kota- Selain kerentanan terhadap bencana alam,
kota pesisir utara Jawa, serta beberapa wilayah Indonesia juga dihadapkan pada meningkatnya
sungai prioritas menghadapi kerawanan bencana risiko bencana lingkungan. Proses pemulihan kondisi
yang semakin tinggi. Upaya pengurangan resiko lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama dan
bencana perlu didukung oleh kebijakan penataan sangat bergantung pada pemulihan kondisi daerah
ruang yang memperhatikan mitigasi terhadap risiko tangkapan air (catchment area). Upaya rehabilitasi
bencana. hutan dan lahan belum mampu mengatasi laju
kerusakan lahan. Di samping itu, kinerja pemulihan 15
DAS kritis dan 15 danau prioritas, serta pengelolaan
kawasan rawa dan gambut masih rendah.

Penurunan risiko bencana melalui pengembangan


industri konstruki menghadapi kendala akibat
keterbatasan SDM dan belum berkembangnya
ekosistem industri konstruksi. Kemampuan SDM
konstruksi dalam mengadopsi teknologi infrastruktur
tahan bencana juga masih terbatas. Ekosistem
industri konstruksi infrastruktur belum mengadopsi
standar infrastruktur yang tahan bencana.

206 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Waduk Multiguna dan
Modernisasi Irigasi

Kapasitas tampungan air masih rendah akibat sistem irigasi. Pulau Jawa sebagai lumbung
terbatasnya jumlah bendungan, embung, dan pangan nasional dihadapkan pada tingginya alih
penampung air lainnya. Kapasitas tampungan air fungsi lahan dari pertanian ke fungsi lain serta
baru mencapai 15,7 miliar m3 dari target 19,8 miliar peningkatan penggunaan sumber air irigasi untuk
m3 pada tahun 2019. Selain itu, kapasitas tampung kebutuhan kawasan perkotaan dan industri. Upaya
bendungan yang telah dibangun mengalami penyediaan infrastruktur irigasi perlu diselaraskan
penurunan akibat sedimentasi dan usia bendungan dengan lahan pertanian baru. Kinerja sistem irigasi
yang semakin tua. Rata-rata penurunan volume juga masih rendah, terutama pada daerah irigasi
tampungan waduk akibat sedimentasi mencapai yang merupakan kewenangan daerah. Sebagian
19 persen, bahkan di pulau Jawa mencapai 31 besar sistem irigasi belum didukung dengan
persen. Pemanfaatan bendungan sebagai sumber keandalan pasokan air. Hingga tahun 2019, hanya
energi listrik masih sangat rendah, yaitu sekitar 28 12,5 persen luasan daerah irigasi yang dilayani
persen dari potensi listrik yang dapat dihasilkan. oleh waduk sehingga pasokan air sebagian besar
Upaya pengelolaan bendungan secara optimal juga sistem irigasi masih kurang andal. Upaya operasi
terkendala oleh tingkat keamanan bendungan dan dan pemeliharaan sistem irigasi perlu ditingkatkan
kapasitas operasi bendungan yang masih rendah. melalui pengelolaan sistem irigasi modern yang
berpotensi untuk mendukung produk pertanian
Pengelolaan sumber daya air untuk mendukung bernilai tinggi, seperti perkebunan, peternakan,
ketahanan pangan dan nutrisi dihadapkan pada hortikultura, dan perikanan.
rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 207
Infrastruktur Ekonomi

Konektivitas Jalan

Jaringan jalan sebagai moda utama angkutan pariwisata juga masih terbatas. Masih terdapat
penumpang dan logistik, dihadapkan pada sejumlah simpul transportasi (bandara, pelabuhan,
tantangan belum memadainya kualitas prasarana dan terminal) yang belum memiliki akses jalan
jalan serta masih kurangnya ketersediaan jaringan yang memadai. Ketersediaan jaringan jalan pada
jalan untuk mendukung pengembangan wilayah. daerah 3T termasuk pada pulau tertinggal, terluar,
Total panjang jaringan jalan mencapai 582.200 km, dan terdepan, juga masih belum memadai untuk
yang terdiri dari jalan nasional sepanjang 47.017 mendukung aksesibilitas masyarakat.
km, dan jalan daerah (provinsi dan kabupaten/
kota) sepanjang 481.183 km. Dari aspek kualitas,
terdapat ketimpangan antara jalan nasional dengan
jalan daerah. Jalan nasional memiliki proporsi 8
persen dari seluruh jaringan yang ada, dengan
Konektivitas Kereta Api
kondisi mantap mencapai 94 persen, sementara
jalan daerah yang memiliki proporsi 92 persen
dari seluruh jaringan jalan, baru mencapai kondisi
mantap sebesar 68,4 persen untuk provinsi, dan Isu utama konektivitas KA adalah masih rendahnya
57,7 persen untuk kabupaten/kota. Kualitas jalan peran KA dalam mendukung angkutan barang dan
yang ada juga belum ditunjang sepenuhnya dengan pergerakan penumpang antarkota secara lebih
penyediaan kelengkapan jalan yang memadai, cepat dan efisien. Porsi angkutan barang yang
terutama drainase yang merupakan kelengkapan diangkut oleh KA baru mencapai 2 persen dari
penting dalam mencegah kerusakan jalan akibat jumlah barang yang diangkut oleh seluruh moda
genangan air. transportasi. Angkutan barang yang diangkut
oleh KA masih didominasi oleh barang tambang.
Pada sisi lain, ketersediaan jaringan jalan yang ada Sementara angkutan peti kemas yang berperan
belum memadai dalam mendukung pengembangan penting dalam sistem logistik belum memanfaatkan
wilayah, baik untuk mendukung pertumbuhan moda KA secara optimal. Peran KA juga masih
ekonomi maupun pemerataan pembangunan. terbatas dalam mendukung koridor aglomerasi
Kurangnya ketersediaan jalan pada jalur logistik perkotaan yang memiliki tingkat permintaan
terlihat dari kinerja waktu tempuh pada jalan lintas perjalanan antarkota yang tinggi. Waktu tempuh
utama pulau yang baru mencapai 2,3 jam per 100 koridor aglomerasi Jakarta-Surabaya melalui KA
km. Ketersediaan jalan tol pada jalur utama logistik saat ini masih 9 jam, demikian juga koridor Jakarta-
masih terbatas di sepanjang jalur Pantura Jawa. Bandung yang masih memerlukan waktu 3-4 jam,
Ketersediaan jaringan jalan untuk mendukung sehingga tidak kompetitif dengan angkutan udara
pengembangan kawasan industri maupun maupun jalan tol.

208 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Konektivitas Laut

Isu strategis transportasi laut adalah belum nasional yang mencapai 9 persen per tahun pada
terwujudnya efisiensi kinerja angkutan logistik yang periode 2015-2017. Disamping itu, peran angkutan
antara lain disebabkan oleh kinerja pelabuhan udara perintis belum optimal dalam medukung
yang belum memenuhi standar, jaringan pelayaran pergerakan penumpang dan distribusi barang yang
yang masih menggunakan ukuran kapal dapat menjangkau daerah 3T. Prasarana lapangan
yang belum optimal dengan rute yang belum terbang kecil (airstrip) untuk mendukung angkutan di
membentuk jaringan saling terhubung (loop), belum wilayah 3T, khususnya di wilayah Papua kondisinya
berkembangnya kawasan pendukung pelabuhan kurang memadai, belum dikelola dengan baik,
(hinterland), masih terbatasnya konektivitas serta belum memenuhi standar keselamatan. Peran
multimoda dan antarmoda pada pelabuhan dan angkutan udara untuk mendukung sektor pariwisata
hinterland, serta terbatasnya pemanfaatan teknologi masih terbatas. Kualitas pelayanan bandara serta
informasi logistik kemaritiman. Disamping itu, rute angkutan udara yang mendukung pariwisata
armada kapal niaga dalam negeri masih didominasi belum optimal. Selain itu, pengembangan bandara
oleh kapal berumur di atas 25 tahun. Isu strategis perairan (waterbased airport) dalam mendukung
lainnya adalah kebutuhan peran angkutan laut yang peningkatan destinasi pariwisata perairan belum
lebih besar dalam menjangkau daerah kepulauan berkembang.
dan 3T dalam rangka mengurangi disparitas harga
barang antarwilayah. Moda angkutan laut yang
melayani wilayah 3T masih belum mengoptimalkan
keterpaduan antarmoda transportasi termasuk Konektivitas Darat
moda jalan, angkutan perintis darat, dan udara.
Keterbatasan moda angkutan laut dalam melayani
wilayah 3T juga disebabkan oleh belum memadainya Isu penting dalam penyelenggaraan transportasi
fasilitas pelabuhan dalam melayani bongkar muat darat adalah masih tingginya angka pelanggaran
peti kemas. muatan berlebih (overloading) di jalan. Pada jalur
Pantura Jawa, terdapat rata-rata 12.000 truk barang
yang melintas per harinya, dimana sebanyak 67,5
persen truk yang diperiksa melanggar ketentuan
Konektivitas Udara batas maksimal kapasitas angkut. Pada sisi lain,
angkutan ferry jarak jauh (long distance ferry/LDF)
yang berpotensi untuk menurunkan beban angkutan
jalan belum cukup berkembang. Pengembangan
Isu strategis pembangunan transportasi udara transportasi sungai, danau, dan penyeberangan
adalah belum memadainya kapasitas bandara dan masih terbatas, khususnya untuk mendukung
kapasitas angkut dalam mendukung pengembangan kawasan pariwisata dan daerah 3T yang berbasis
wilayah, khususnya pada bandara-bandara kepulauan. Selain itu, terdapat isu penggunaan
utama. Kapasitas bandara termasuk landasan dan kapal penyeberangan yang belum memenuhi
terminal masih belum optimal dalam memenuhi spesifikasi dan berumur di atas 25 tahun, termasuk
peningkatan pertumbuhan volume angkutan udara untuk mendukung angkutan perintis.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 209
Infrastruktur Perkotaan

Energi dan Ketenagalistrikan


Transportasi Perkotaan
Perkotaan

Isu strategis transportasi perkotaan adalah belum Peningkatan kebutuhan listrik perkotaan jika tidak
memadainya ketersediaan sistem angkutan umum diiringi dengan diversifikasi sumber penyediaan
massal perkotaan di kota-kota besar. Sebagai listrik berpotensi semakin menurunkan mutu
contoh, jika dibandingkan dengan beberapa kota di lingkungan mengingat sebagian besar pembangkit
Asia, jaringan MRT yang terbangun di Jakarta baru listrik di Indonesia saat ini masih menggunakan
sepanjang 15 km, masih jauh di bawah Tokyo (304 sumber energi fosil. Potensi tenaga surya
km), Singapura (200 km), Hong Kong (187 km), dan merupakan salah satu sumber energi bersih di
Kuala Lumpur (52 km). Kondisi tersebut berdampak perkotaan yang saat ini belum dimanfaatkan secara
pada rendahnya pangsa angkutan umum di kota- optimal. Namun demikian, pemanfaatan atap panel
kota besar di Indonesia. Pangsa angkutan umum di surya (solar rooftop) masih terkendala produksi sel
Jakarta, Bandung, dan Surabaya masih di bawah 20 surya dalam negeri yang terbatas. Sifat energi surya
persen, sementara kota-kota besar lain di Asia telah yang intermitten (tidak stabil) dan kesiapan jaringan
memiliki pangsa angkutan umum di atas 50 persen, listrik dalam menerima pembangkit listrik tenaga
seperti Hong Kong (92 persen), Singapura (61 surya juga menjadi tantangan yang lain dalam
persen), dan Tokyo (51 persen). Rendahnya pangsa pemanfaatan potensi tenaga surya di perkotaan.
angkutan umum berdampak pada kemacetan lalu
lintas dan kerugian ekonomi akibat kemacetan Pengembangan mobil listrik dan angkutan masal
lalu lintas. Berdasarkan data Tomtom Traffic bertenaga listrik akan memerlukan fasilitas
Index (2019), Jakarta menempati urutan ke-7 kota charging atau penyediaan daya. Untuk itu perlu
termacet di dunia. Nilai kerugian akibat kemacetan dikembangkan infrastruktur pengisian kendaraan
lalu lintas lintas di Jakarta mencapai Rp 65 triliun listrik (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum/
per tahun. Di sisi lain, upaya pengembangan SPKLU) di berbagai kota. Peran badan usaha perlu
angkutan umum massal masih dibatasi oleh batas didorong untuk ikut serta dalam penyediaan SPKLU.
administratif pemerintahan, sehingga sulit untuk
mengembangkan sistem angkutan umum yang
selaras dengan pergerakan orang di kawasan
perkotaan.

210 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Penyediaan Akses Air Minum
Infrastruktur dan Ekosistem dan Sanitasi yang Layak dan
TIK Perkotaan Aman di Perkotaan

Infrastruktur dan pemanfaatan TIK merupakan Penyediaan infrastruktur layanan air minum
bagian penting dalam pembangunan perkotaan dan sanitasi di perkotaan masih lemah. Tingkat
di berbagai kota besar di negara-negara maju. pelayanan air minum layak di kawasan perkotaan
Pengembangan kota cerdas, sebagai salah satu baru mencapai 51,54 persen, sementara itu cakupan
tujuan pembangunan perkotaan, saat ini belum layanan akses air minum perpipaan baru mencapai
didukung pemanfaatan TIK yang handal dalam 29,30 persen. Begitu halnya dengan layanan air
berbagai layanan perkotaan. Pemanfaatan TIK limbah domestik yang layak di perkotaan hanya
di perkotaan saat ini masih cukup rendah. Baru 69,36 persen, termasuk di dalamnya terdapat akses
sedikit kota yang terlayani sistem layanan darurat aman 11,12 persen). Permasalahan lainnya adalah
112 terintegrasi, sistem pelaporan masyarakat masih terdapat rumah tangga yang mempraktikan
terpadu seperti Layanan Aspirasi dan Pengaduan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat
Online Rakyat (LAPOR), serta layanan pemerintah terbuka (3,85 persen), dan rumah tangga yang
berbasis digital lainnya. Selain itu, penetrasi akses memiliki toilet namun tidak memiliki tangki septik
infrastruktur TIK juga belum optimal. Tingkat (pembuangan langsung ke kolam/sawah/sungai/
penetrasi akses tetap pita lebar di perkotaan masih danau/laut dan/ atau pantai/tanah lapang/kebun)
rendah yaitu dibawah 9 persen dari rumah tangga sebesar 8,52 persen di perkotaan. Permasalahan
perkotaan. Hal ini juga menunjukkan bahwa tersebut menimbulkan penurunan kualitas
masyarakat lebih mengutamakan akses nirkabel. Di lingkungan permukiman, penurunan kualitas air,
samping itu, pemanfaatan akses nirkabel tersebut dan penyakit yang ditularkan melalui air seperti
juga masih diprioritaskan untuk interaksi dan diare dan stunting.
media sosial dibanding untuk mengakses layanan
pemerintah sehingga manfaat dari layanan TIK Di sisi lain, rendahnya akses air limbah yang aman
yang telah disediakan pemerintah menjadi kurang di perkotaan disebabkan oleh pemanfaatan Instalasi
maksimal. Pengolahan Air Limbah Skala Kota dan penyediaan
layanan pengolaan lumpur tinja (Fecal Sludge
Management) yang belum optimal. Perlu upaya dan
kerja lebih keras dalam percepatan pembangunan
SPAM dan air limbah khususnya di perkotaan
sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 211
Penyediaan Akses Perumahan Energi dan Ketenagalistrikan
dan Permukiman Layak, Aman, Pembangunan energi dan ketenagalistrikan akan
dan Terjangkau di Perkotaan dihadapkan pada upaya menyeimbangkan 3 (tiga)
unsur yaitu: (i) keberlanjutan penyediaan energi dan
ketenagalistrikan; (ii) akses serta keterjangkauan
Pesatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan energi dan ketenagalistrikan; serta (iii) kecukupan
akibat pertumbuhan secara alami dan urbanisasi penyediaan energi dan ketenagalistrikan.
menyebabkan peningkatan kebutuhan hunian di
perkotaan. Namun, belum optimalnya manajemen
efisiensi lahan perumahan di perkotaan
menyebabkan berkembangnya perumahan
dan permukiman yang tidak layak, tidak teratur, Keberlanjutan Penyediaan
bahkan ilegal. Selain itu, kebutuhan masyarakat Energi dan Ketenagalistrikan
berpenghasilan rendah untuk tinggal di dekat
tempat bekerja menyebabkan masyarakat tinggal di
hunian tidak layak (57,53 persen), dimana sebagian Sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia
diantaranya menempati permukiman kumuh atau masih menggunakan energi fosil (minyak, batubara,
ilegal. Pada daerah tertentu, dibutuhkan upaya dan gas bumi) yang mencapai 87,68 persen di 2017.
peremajaan kawasan, pengembangan kawasan Hal tersebut berdampak pada penurunan mutu
hunian vertikal berdensitas tinggi yang didukung lingkungan. Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan
dengan infrastruktur dasar dan ruang terbuka hijau (EBT) perlu terus didorong untuk mendukung
yang memadai, serta pengembangan perumahan pencapaian komitmen penurunan emisi Gas Rumah
dan permukiman yang terintegrasi dengan sistem Kaca (GRK) dan juga target bauran EBT pada
transportasi publik penyediaan energi primer sebesar 23 persen pada
tahun 2025.

Susut energi di transmisi dan distribusi juga masih


besar (9,60 persen) sehingga perlu terus diturunkan
untuk mendorong tercapainya pemanfaatan energi
yang efisien. Selain itu, efisiensi di pembangkitan
dapat dilakukan antara lain melalui pengelolaan
kualitas bahan bakar, penggantian mesin dan
perangkat lunak untuk perangkat kontrol, serta
penggunaan teknologi seperti ultra super critical dan
super critical yang merupakan teknologi batubara
bersih untuk PLT Batubara. Sedangkan sebagai
upaya pemanfaatan energi bersih, penggunaan gas
bumi dapat dimaksimalkan untuk mengurangi emisi
karbon dan untuk mengurangi penggunaan BBM
(pengganti PLTD).

212 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Akses Serta Keterjangkauan Kecukupan Penyediaan
Energi dan Ketenagalistrikan Energi dan Tenaga Listrik

Pada tahun 2018, 1,7 persen penduduk Indonesia Indikator konsumsi listrik per kapita mencerminkan
(4,5 juta orang) belum memiliki akses terhadap listrik. tingkat pembangunan sosial ekonomi dan
Namun demikian tingkat keandalan pelayanan masih produktivitas masyarakat suatu negara. Konsumsi
perlu ditingkatkan. Rasio gangguan listrik tahunan listrik per kapita di Indonesia saat ini baru mencapai
di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 15,97 1.064 kWh pada tahun 2018, jauh dibandingkan
jam/pelanggan. Artinya dalam satu tahun setiap dengan Malaysia yang sudah mencapai 4.460 kWh
pelanggan rata-rata masih mengalami gangguan pada tahun 2016. Pengembangan kegiatan produktif
pemadaman selama 15,97 jam. Di beberapa wilayah masyarakat yang masih terbatas menjadi penyebab
seperti Sumatera Selatan dan Bengkulu rasio penggunaan listrik per kapita di Indonesia masih
gangguan ini masih cukup tinggi mencapai 73,92 cukup rendah jika dibandingkan dengan rata-rata
jam/pelanggan. Tingginya rasio gangguan tahunan konsumsi listrik per kapita di negara berpendapatan
tersebut menunjukkan masih rendahnya keandalan menengah lain.
akses listrik di Indonesia.
Tata kelola industri ketenagalistrikan juga
Untuk kegiatan sehari-hari, selain kebutuhan masih belum optimal. Kebijakan tarif listrik perlu
terhadaap listrik masyarakat juga memerlukan energi mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan
untuk memasak. Jumlah penduduk yang masih keberlanjutan industri penyediaan listrik. Dengan
menggunakan kayu bakar untuk memasak di tahun demikian, PT PLN sebagai penyedia listrik dapat
2017 juga masih cukup banyak (21,57 persen) karena mempertahankan dan mengembangkan industri
pertimbangan harga dan keterjangkauan pelayanan. kelistrikan. Di sisi lain, pengembangan kelembagaan
Di sisi lain, konsumsi Liquefied Petroleum Gas (LPG) untuk mendorong industri ketenagalistrikan masih
untuk kebutuhan dalam negeri sebagian besar masih perlu ditingkatkan agar industri dan distribusi
berasal dari impor (75 persen) yang disebabkan karena penyediaan listrik lebih efisien dan berkembang.
penurunan produksi bahan baku dalam negeri, dan
peningkatan konsumsi. Hingga tahun 2018, konsumsi Pemenuhan kebutuhan domestik atas gas bumi
LPG per tahun mencapai 7,5 juta metrik ton (MT). juga masih menjadi tantangan. Saat ini kebutuhan
domestik atas gas bumi masih mampu dipasok
Untuk menyediakan energi yang terjangkau terutama melalui produksi dalam negeri. Namun demikian
kepada masyarakat kecil, pemerintah menyusun penggunaan gas bumi masih belum optimal
kebijakan subsidi energi. Kebijakan dimaksud dikarenakan keterbatasan infrastruktur gas bumi.
diupayakan agar tepat sasaran, sehingga konsumsi Karenanya pembangunan dan pengembangan
energi lebih efisien dan tetap memperhatikan infrastruktur gas di Indonesia sangat diperlukan
kemampuan masyarakat tidak mampu. untuk memenuhi kebutuhan pasokan gas di
Indonesia. Pengembangan dua lapangan besar
gas bumi yang ditemukan di Kalimantan Timur dan
Kepulauan Natuna membutuhkan teknologi tinggi
dan investasi yang besar.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 213
Transformasi Digital Di samping itu, migrasi penyiaran dari sistem
analog ke sistem digital juga diperlukan untuk
Penuntasan Infrastruktur TIK meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum
frekuensi dan kualitas penyiaran khususnya
televisi. Digitalisasi penyiaran akan memberikan
ruang pemanfaatan spektrum frekuensi untuk
Peran TIK menjadi semakin besar dalam kebutuhan penggunaan lain (digital divident).
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan infrastruktur TIK perlu ditingkatkan
sejalan dengan perkembangan teknologi dan
kebutuhan masyarakat. Di samping itu untuk Pemanfaatan Infrastruktur TIK
mendorong pelayanan dasar dan meningkatkan
kegiatan sosial ekonomi, infrastruktur TIK perlu
diperluas agar menjangkau seluruh daerah dan
seluruh kelompok masyarakat. Peningkatan Pemanfaatan TIK sudah diterapkan untuk perluasan
keandalan dan kecepatan pelayanan informasi jangkauan layanan dan peningkatan kualitas layanan
memerlukan perluasan jaringan tetap pitalebar pada sektor pemerintahan, industri, jasa, maupun
(fixed broadband) dan jaringan bergerak pita sosial. Dalam bidang pemerintahan, pemanfaatan
lebar (mobile broadband). Tingkat kecepatan TIK dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas
jaringan tetap dan jaringan bergerak pitalebar layanan yang disediakan oleh pemerintah. Namun
di Indonesia masih rendah. Kecepatan rata-rata demikian, kondisi saat ini masih banyak instansi yang
jaringan tetap pitalebar baru mencapai 14,9 Mbps membangun aplikasi umum dan masih banyaknya
(2018) dibandingkan rata-rata dunia 46,1 Mbps data yang belum teringrasi membuat pemanfaatan
(2018). Sementara rata-rata tingkat kecepatan TIK menjadi tidak optimal. Dalam pelayanan umum,
jaringan bergerak pitalebar juga masih tergolong seperti pendidikan dan kesehatan, pemanfaatan TIK
lambat, yaitu 10,4 Mbps (2018) dibandingkan rata- dapat memperluas layanan dan pemerataan kualitas
rata dunia berada pada 22,8 Mbps (2018). Jumlah layanan. Meskipun demikian, saat ini penerapan
pelanggan jaringan tetap pita lebar di Indonesia pembelajaran jarak jauh pada dunia pendidikan
pada tahun 2018 juga masih sangat rendah (2,3 khususnya di perdesaan masih belum maksimal
persen dari total populasi), jauh dibawah rata-rata sehigga pemerataan kualitas pendidikan melalui
dunia yang sudah mencapai 12,4 persen. TIK masih belum efektif. Pemanfaatan TIK di bidang
kesehatan juga masih belum optimal dimana data
Jaringan tetap pitalebar perlu diperluas hingga kesehatan belum terintegrasi. Selain itu, beberapa
menjangkau kecamatan sementara akses pemanfaatan platform digital seperti telemedicine,
telekomunikasi dan internet melalui jaringan telediagnosis dan teknologi kesehatan lainnya juga
pitalebar perlu diperluas hingga seluruh desa. belum efektif.
Saat ini masih terdapat 7.971 desa belum
terlayani akses telekomunikasi dan internet karena Dalam bidang ekonomi, industri, maupun jasa,
tantangan geografis seperti daerah pegunungan pemanfaatan TIK juga dapat memberikan dampak
dan daerah terpencil. Perluasan jaringan tetap yang besar. Namun demikian, saat ini pemanfaatan
pitalebar dan jaringan bergerak pitalebar akan TIK di sektor pertanian dan perikanan masih
mempermudah akses masyarakat terhadap sangat minim, sehingga manfaat TIK bagi petani
layanan pemerintah. dan nelayan belum signifikan seperti memberikan

214 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


informasi harga yang paling aktual dan memperluas jasa TIK diperlukan agar Indonesia tidak hanya
jaringan penjualan kepada nelayan. Dalam bidang menjadi konsumen pasar TIK. Peningkatan penelitian
perdagangan dan ekonomi kreatif, pemanfaatan TIK dan pengembangan (research and development)
berdampak besar pada peningkatan pertumbuhan TIK serta penyempurnaan kebijakan industri seperti
ekonomi. Salah satu kajian menunjukkan kontribusi insentif pasar dan fiskal perlu diberlakukan agar
mitra start up ridesharing mencapai Rp 44,2 Triliun dapat mendorong peningkatan kemampuan industri
terhadap perekonomian nasional. Inovasi start TIK dalam negeri terutama menghadapi industri 4.0.
up digital tersebut perlu terus dikembangkan dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan Di era digital, berbagai jenis data dan informasi
ekonomi nasional. Mempertimbangkan besarnya dapat disimpan di jaringan internet yang saling
potensi pemanfaatan TIK tersebut, pemanfaatan terinterkoneksi tanpa dibatasi jarak dan waktu.
TIK diharapkan dapat diperluas untuk digitalisasi Terobosan teknologi tersebut telah memberikan
seluruh sektor pembangunan. berbagai kemudahan bagi aktivitas sosial ekonomi
dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Namun
demikian berbagai kemudahan tersebut juga
Fasilitas Pendukung memiliki konsekuensi potensi penyalahgunaan
Transformasi Digital data dan informasi. Jaminan keamanan bagi
masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha dalam
mempertukarkan data dan informasi di jaringan
Perkembangan TIK disamping mempercepat internet menjadi tantangan yang perlu dimitigasi
penyediaan barang dan jasa, juga menghasilkan seperti melalui peningkatan keamanan teknologi
berbagai barang dan jasa baru yang dapat informasi, penyempurnaan regulasi dan peningkatan
dimanfaatkan lebih lanjut seperti Mahadata (Big literasi masyarakat.
Data). Agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan
pengembangan barang dan jasa hasil TIK, perlu
ditingkatkan kemampuan literasi digital masyarakat
dalam memahami dan menggunakan informasi.

Luasnya pemanfaatan TIK membutuhkan berbagai


keahlian dalam mengelola perangkat TIK maupun
memanfaatkan informasi. Untuk itu perlu dilakukan
pengembangan SDM termasuk melalui pendidikan
vokasi bidang TIK. Pengembangan TIK juga
membutuhkan SDM yang berasal dari berbagai
bidang khususnya Science, Technology, Engineering,
dan Mathematics (STEM). Jumlah lulusan SDM
bidang STEM di Indonesia masih tertinggal, hanya
0,8 lulusan per 1.000 penduduk, jauh dibandingkan
India (2,0), China (3,4), bahkan Iran (4,2).

Pengembangan SDM TIK tersebut juga sejalan dengan


besarnya pasar TIK di Indonesia. Pengembangan
kemampuan SDM dalam memproduksi barang dan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 215
Sasaran, Target, • Standarisasi kinerja dan pengelolaan terpadu di
7 pelabuhan utama (Pelabuhan Belawan/ Kuala

dan Indikator tanjung, Pontianak/Kijing, Tanjung Priok, Tanjung


Perak, Makassar, Bitung, Sorong)
• Pengembangan 115 rute Jembatan Udara
Sasaran Pembangunan • Pembangunan dan/atau pengoperasian jalan tol
Infrastruktur Untuk Mendukung baru (2.500 km), jalan nasional baru (3.000 km), dan
Pengembangan Ekonomi & peningkatan kondisi mantap jalan nasional (98%)
• Penurunan waktu tempuh pada jalan lintas utama
Pelayanan Dasar pulau (1,9 jam per 100 km)
• Rute pelayaran yang saling terhubung (loop) (27%)
PP 1 – INFRASTRUKTUR
PELAYANAN DASAR
PP 3 – INFRASTRUKTUR
UNTUK MENDUKUNG
• Rumah Tangga yang menempati hunian layak
PERKOTAAN
dan terjangkau (70%)
• Rumah Tangga yang menempati hunian dengan • Pengembangan angkutan umum massal di 6
akses air minum layak (100%) dan aman (15%) Kota metropolitan (Jakarta, Surabaya, medan,
• Sambungan rumah tangga (SR) dengan akses Bandung, Makassar, Semarang)
air minum layak perpipaan (30%)
• Rumah Tangga yang menempati hunian dengan
akses sanitasi layak dan aman (air limbah) (90%,
PP 4 – ENERGI KETENAGA
termasuk akses aman 20%)
LISTRIKAN
• Rumah Tangga yang menempati hunian dengan
akses sampah yang terkelola dengan baik (80%
penanganan, 20% pengurangan) di perkotaan • Pembangunan Sambungan Jaringan Gas untuk
• Pembangunan 550.000 ha jaringan irigasi baru Rumah Tangga sebanyak 4.000.000 SR
• Rasio fatalitas kecelakaan jalan per 10.000 • Pemenuhan kebutuhan (konsumsi) listrik per
kendaraan (65 persen terhadap informasi dasar kapita nasional menjadi 1.300 kWh
2010) • Penurunan emisi GRK di pembangkitan 3,5 juta
• Peningkatan ketersediaan air baku domestik dan ton CO2 per tahun
industri (50 m3/ detik)
• Pembangunan 60 bendungan multiguna
• Peningkatan produktivitas pemakaian air untuk
PP 5 - TRANSFORMASI
DIGITAL
produksi padi hingga menjadi 3 m3/kg
• Penurunan resiko bencana di 20 Provinsi dengan
risiko bencana tinggi • Perluasan jangkauan infrastruktur jaringan tetap
pitalebar yang mencakup 60% total kecamatan
• Perluasan jangkauan infrastruktur jaringan
PP 2 – INFRASTRUKTUR bergerak pitalebar yang mencakup 95% desa
EKONOMI • Populasi yang terlayani penyiaran digital
mencakup 80%
• Pengembangan jaringan kereta api cepat (Jakarta- • Peningkatan pemanfaatan kapasitas Palapa Ring
Semarang, Jakarta-Bandung), dan kereta api mencapai 50% dari total kapasitas 1.404 Gbps
angkutan barang (Makassar-Pare Pare) • Fasilitasi start up unicorn baru (3 perusahaan)

216 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

PN 5. Memperkuat Infrastruktur Untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar


Terpenuhinya perumahan dan Persentase rumah tangga yang menempati
permukiman layak, aman, dan perumahan dan permukiman yang layak, aman,
terjangkau dan terjangkau (70%)
Meningkatnya tata kelola dan Produktivitas pemakaian air untuk produksi padi
pemanfaatan sumber daya air (3 m3/kg)
Meningkatnya konektivitas 1. Waktu tempuh pada jalan lintas utama
nasional pulau (1,9 jam per 100 km)
2. Porsi rute pelayaran yang membentuk
jaringan yang terhubung (loop) (27%)
Terpenuhinya kebutuhan energi 1. Pemenuhan kebutuhan energi nasional
nasional (MTOE)
2. Pemenuhan kebutuhan (konsumsi) listrik
per kapita (kWh
Meningkatnya indeks Indeks pembangunan Teknologi Informasi dan
pembangunan Teknologi Komunikasi (TIK)
Informasi dan Komunikasi (TIK)
PP1. Infrastruktur Pelayanan Dasar
Meningkatnya akses 1. Rasio KPR terhadap PDB (4 %)
masyarakat terhadap 2. Persentase rumah tangga yang menempati
perumahan dan permukiman hunian dengan kecukupan luas lantai per
layak, aman dan terjangkau kapita (95%)
3. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan ketahanan bangunan (atap,
lantai, dinding) (87%)
4. Persentase rumah tangga yang memiliki
sertifikat hak atas tanah (60%)
5. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses sanitasi (air limbah)
layak dan aman (90% layak, termasuk 20%
aman)
6. Persentase penduduk yang masih
mempraktikkan buang air besar
sembarangan di tempat terbuka (0%)
7. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses sampah yang terkelola
dengan baik (80% penanganan, 20%
pengurangan)
8. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses air minum layak
(100%)
9. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses air minum aman (15%)
Meningkatnya keselamatan dan Rasio fatalitas kecelakaan jalan per 10.000
keamanan transportasi kendaraan (65 persen terhadap informasi dasar
2010)

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 217
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

Meningkatnya pengelolaan 1. Ketersediaan air baku untuk kebutuhan


sumber daya air secara domestik, industri, dan kawasan prioritas (50
terintegrasi m3/detik)
2. Penurunan resiko bencana di wilayah risiko
bencana (20 Provinsi)
3. Volume tampungan air per kapita (63,9 m3/
kapita)
4. Jumlah bendungan yang indeks resikonya
turun (123 bendungan)
5. Daerah irigasi yang menerapkan
modernisasi irigasi (9 DI)
6. Luas lahan pertanian padi dan non-padi
yang beririgasi (590.650 Hektare)
KP 1. Penyediaan 1. Meningkatnya penyediaan Persentase rumah tangga yang menempati 1. Peningkatan Fasilitasi
akses perumahan hunian layak dan terjangkau hunian layak dan terjangkau Penyediaan Hunian Baru
dan permukiman (9.450.000 unit) 2. Peningkatan Fasilitasi
layak, aman dan 2. Meningkatnya rumah tangga Diukur menggunakan indikator: Pembiayaan Perumahan
terjangkau yang mendapat fasilitas a. Jumlah hunian baru layak yang terbangun 3. Pengembangan Fasilitasi
pembiayaan perumahan melalui peran pemerintah (2.450.000 unit), Peningkatan Kualitas Rumah
(1.550.000 unit) termasuk BUMN (1.500.000 unit) 4. Penyediaan Prasarana,
3. Tertanganinya permukiman b. Jumlah hunian baru layak yang terbangun Sarana dan Utilitas
kumuh di perkotaan (20 melalui peran masyarakat dan dunia usaha Perumahan dan Permukiman
kawasan) (6.000.000 unit) 5. Fasilitasi Peningkatan
c. Jumlah rumah tangga yang menerima Standar Keandalan
fasilitas pembiayaan perumahan (550.000 Bangunan dan Keamanan
rumah tangga), termasuk SMF (50.000 unit) Bermukim (IMB dan SLF)
dan TAPERA (500.000 unit) 6. Rumah Susun Perkotaan (1
d. Jumlah rumah tangga yang menerima Juta) (Major Project)
bantuan/subsidi pembiayaan perumahan 7. Fasilitasi Pengentasan
(1.000.000 rumah tangga) Permukiman Kumuh
e. Jumlah peningkatan kualitas hunian melalui Perkotaan
peran pemerintah (1.000.000 unit)
f. Jumlah kabupaten/ kota yang
mengembangkan iklim kondusif perumahan
melalui reformasi perizinan dan administrasi
pertanahan (48 kabupaten/ kota)
g. Jumlah kabupaten/ kota yang
mengimplementasikan pemenuhan standar
keandalan bangunan (48 kabupaten/ kota)
h. Jumlah kawasan permukiman kumuh
di perkotaan yang ditangani melalui
peremajaan kota (20 kawasan)

218 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 2. Penyediaan 1. Terpenuhinya akses air 1. Jumlah sambungan rumah yang terlayani 1. Penyelenggaraan Sistem
Akses Air Minum minum layak dan aman SPALD-T skala kota (743.700 SR) Penyediaan Air Minum dan
dan Sanitasi • Terpenuhinya 100% 2. Jumlah sambungan rumah yang terlayani Sanitasi Layak dan Aman
(Air Limbah dan akses air minum layak SPALD-T skala regional (72.000 SR) 2. Pembinaan Penyelenggaraan
Sampah) yang (termasuk 30% akses 3. Jumlah sambungan rumah yang terlayani Air Minum dan Sanitasi
Layak dan Aman perpipaan) SPALD-T skala permukiman (2.232.000 SR) Layak dan Aman
• Terpenuhinya 100 % 4. Jumlah rumah tangga yang terlayani 3. Pengaturan
PDAM dengan kinerja instalasi pengolahan lumpur tinja (5.040.000 Penyelenggaraan Air Minum
sehat Rumah Tangga) dan Sanitasi Layak dan
2. Tersedianya sistem layanan 5. Jumlah rumah tangga yang terlayani TPA Aman
sanitasi berkelanjutan dengan standar metode lahan urug saniter 4. Pengawasan Kualitas Air
• Terpenuhinya 90% akses (19.450.000 Rumah Tangga) Minum dan Sanitasi
sanitasi layak (termasuk 6. Jumlah rumah tangga yang terlayani TPS3R 5. Akses Sanitasi (Air Limbah)
20% aman) dan TPST (3.160.000 Rumah Tangga) Layak dan Aman (90% RT)
• Bebas BABS di tempat 7. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki sistem (Major Project)
terbuka (0%) pengelolaan air limbah, termasuk layanan 6. Akses Air Minum Perpipaan
• Terpenuhinya 100% lumpur tinja (308 Kabupaten/ Kota) (10 Juta Sambungan Rumah)
akses sampah yang 8. Jumlah rumah tangga dengan akses air (Major Project)
terkelola dengan baik di minum layak (Rumah Tangga)
perkotaan 9. Jumlah sambungan rumah tangga dengan
• Tersedianya layanan akses air minum layak jaringan perpipaan
sanitasi berkelanjutan (SR)
10. Jumlah rumah tangga dengan akses air
minum layak bukan jaringan perpipaan
terlindungi (Rumah Tangga)
11. Jumlah rumah tangga dengan akses air
minum aman (Rumah Tangga)
12. Persentase PDAM dengan kinerja sehat (%)
13. Persentase angka BABS di tempat terbuka
(0%)
KP 3. Pengelolaan Tambahan penyediaan air baku 1. Tambahan penyediaan air baku (50 m3/ Penyediaan dan pengamanan
Air Tanah dan Air dari sumber air terlindungi detik) air baku dan air tanah
Baku Berkelanjutan 2. Jumlah BWS/BBWS yang mengembangkan • Akses Air Minum Perpipaan
sistem penyediaan air baku terintegrasi air (10 Juta Sambungan Rumah)
permukaan dan air tanah (34 BWS/BBWS) Major Project)
3. Jumlah BWS/BBWS yang melaksanakan
konservasi air tanah (34 BWS/BBWS)
Wilayah sungai yang 1. Jumlah peraturan perundangan turunan UU Penataan regulasi serta
menetapkan kebijakan SDA yang ditetapkan (13 dokumen) perkuatan kelembagaan SDA
Pengelolaan SDA Terpadu 2. Jumlah wilayah sungai kewenangan pusat
yang memiliki PSDA terpadu (64 wilayah
sungai)
BWS/BBWS yang 1. Jumlah BWS/BBWS yang mengembangkan Pengembangan SISDA Terpadu
melaksanakan Pengelolaan Sistem Informasi SDA (34 BWS/BBWS) berbasis teknologi cerdas
SDA Terpadu berbasis 2. Jumlah BWS/BBWS yang mengembangkan (smart water management)
teknologi cerdas (smart water Sistem Informasi Hidrologi,
management) Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi (34
BWS/BBWS);
3. Jumlah stasiun pemantauan kualitas air (159
unit)

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 219
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 4. Keselamatan Menurunnya rasio kecelakaan 1. Rasio kejadian kecelakaan pelayaran per 1. Pelaksanaan rencana aksi
dan Keamanan transportasi 10.000 pelayaran (1,19) lima pilar keselamatan lalu
Transportasi 2. Rasio kejadian kecelakaan penerbangan per lintas dan angkutan jalan
1 juta penerbangan (kurang dari 1,0) 2. Pemenuhan sarana,
3. Rasio kejadian kecelakaan KA per 1 juta km prasarana, fasilitas,
perjalanan KA (0,26) kelembagaan dan sistem
informasi keselamatan dan
Meningkatnya kinerja layanan 1. Rata-rata waktu tanggap pencarian dan
keamanan transportasi dan
pencarian dan pertolongan pertolongan (25 menit)
SAR
3. Pembinaan dan pendidikan
SDM keselamatan
transportasi dan SAR
KP 5. Ketahanan Jumlah Provinsi yang 1. Jumlah wilayah sungai yang menetapkan Pengembangan kebijakan
Kebencanaan meningkatan ketahanan rencana induk peningkatan ketahanan wilayah untuk ketahanan
Infrastruktur terhadap bencana wilayah dan infrastruktur vital terhadap bencana dan penguatan
(hidrometeorologi, geologi, dan bencana hidrometeorologi (50 WS) infrastruktur tahan bencana
lingkungan) secara struktural 2. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki
dan non struktural rencana induk peningkatan ketahanan
wilayah dan infrastruktur vital terhadap
bencana geologi dan lingkungan (8
kabupaten/kota)
3. Jumlah kabupaten/kota dengan penurunan
muka tanah yang menetapkan peraturan
pengambilan air tanah (10 kabupaten/kota)
1. Jumlah wilayah sungai yang melakukan Pembangunan dan rehabilitasi
pembangunan dan peningkatan infrastruktur infrastruktur ketahanan bencana
pencegahan banjir (50 wilayah sungai) • Pemulihan 4 Daerah Aliran
2. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan Sungai Kritis (Major Project)
pembangunan dan peningkatan infrastruktur • Pengamanan Pesisir 5
pencegahan tanah longsor (120 kabupaten/ Perkotaan Pantura Jawa
kota) (Major Project)
3. Jumlah wilayah sungai yang melakukan
pembangunan dan peningkatan infrastruktur
pencegahan bencana lumpur dan sedimen
(11 wilayah sungai)
4. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan
pembangunan dan peningkatan infrastruktur
ketahanan bencana wilayah pesisir (20
kabupaten/kota)
5. Jumlah infrastruktur vital yang ditingkatkan
ketahanannya terhadap risiko bencana (42
unit)
1. Ketersediaan peta risiko bencana (banjir, Penyediaan sistem terpadu
gempa, dan tanah longsor) (Dokumen) peringatan dini dan tanggap
2. Jumlah wilayah sungai yang melakukan darurat bencana
pengembangan peringatan dini bencana • Pemulihan 4 Daerah Aliran
banjir (25 wilayah sungai) Sungai Kritis (Major Project)
3. Jumlah kawasan yang membangun sistem • Pengamanan Pesisir 5
peringatan dini bencana longsor (35 Perkotaan Pantura Jawa
kawasan) (Major Project)
Jumlah wilayah sungai yang 1. Panjang sungai yang dinormalisasi dan Restorasi dan konservasi
menerapkan konservasi ditingkatkan kapasitas alirannya (355 Km) infrastruktur alami
lingkungan dan sumber daya 2. Jumlah wilayah sungai yang dikonservasi (5
air wilayah sungai);
3. Jumlah kawasan rawa dengan peningkatan
tata kelola air (6 Kawasan)

220 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 6. Waduk Terbangunnya Infrastruktur 1. Jumlah perencanaan pembangunan Perencanaan pengembangan


Multipurpose dan Tampungan Air Multiguna bendungan baru multiguna (10 unit) bendungan multiguna dan
Modernisasi Irigasi Berbasis Wilayah 2. Jumlah perencanaan pemanfaatan pemanfaatan tampungan alami
tampungan alami (4 unit)
1. Jumlah bendungan multiguna yang Pembangunan dan rehabilitasi
dibangun (60 unit) bendungan
2. Jumlah bendungan yang direhabilitasi (5 • 18 Waduk Multiguna (Major
unit) Project)
Jumlah bendungan yang 1. Jumlah bendungan yang dimanfaatkan Optimalisasi dan pemanfaatan
ditingkatkan fungsinya sesuai fungsi rencananya (51 unit) tampungan
2. Jumlah tampungan alami yang direvitalisasi • 18 Waduk Multiguna (Major
dan dikembangkan manfaatnya (34 unit) Project)
Jumlah bendungan dengan 1. Jumlah bendungan yang indeks risikonya Peningkatan OP dan keamanan
peningkatan kinerja dan turun (123 unit) bendungan
penurunan indeks risiko 2. Jumlah bendungan yang ditingkatkan
operasinya (123 unit)
Peningkatan presentase 1. Pembangunan jaringan irigasi (550.000 Pembangunan dan Rehabilitasi
daerah irigasi dengan indeks Hektare) Jaringan Irigasi
kinerja di atas 70 persen 2. Rehabilitasi jaringan daerah irigasi
(2.000.000 Hektare)
1. Daerah irigasi yang mengelola pengukuran Peningkatan pengelolaan
data realisasi alokasi air (9 DI) alokasi air dan kapasitas
2. Jumlah daerah irigasi dengan peningkatan kelembagaan irigasi
kapasitas SDM dan kelembagaan terkait • 18 Waduk Multiguna (Major
modernisasi irigasi (46 DI) Project)
Meiningkatnya luas lahan Luas lahan komoditas pertanian bernilai tinggi Pembangunan sistem
beririgasi untuk komoditas beririgasi (40.650 Hektare) penyediaan air untuk komoditas
pertanian bernilai tinggi pertanian bernilai tinggi
PP 2. Infrastuktur Ekonomi
Meningkatnya Konektivitas 1. Panjang jalan tol baru yang terbangun dan/
wilayah atau beroperasi dalam 5 tahun (2.500 km)
2. Jumlah pelabuhan utama yang memenuhi
standar (7 pelabuhan )
3. Kinerja tepat waktu (on time performance)
penerbangan (90%)
4. Panjang jaringan KA yang beroperasi (7.635
km’s)

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 221
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 1. Konektivitas Meningkatnya kapasitas dan 1. Panjang jalan baru yang terbangun (3.000 1. Pmbangunan jalan strategis,
Jalan kualitas jaringan jalan km) • Jalan Trans Papua
2. Persentase kondisi mantap jalan nasional Merauke – Sorong (Major
(98%) Project)
3. Persentase kondisi mantap jalan provinsi • Jalan Trans pada 18
(75%) Pulau Tertinggal, Terluar
4. Persentase kondisi mantap jalan kabupaten/ dan Terdepan (Major
kota (65%) Project)
2. Pembangunan jalan tol
• Jalan Tol Trans Sumatera
Aceh – Lampung (Major
Project)
3. Pembangunan jalan
mendukung kawasan
prioritas (KI, KEK, KSPN, dan
kawasan perbatasan),
4. Pembangunan jalan
akses simpul transportasi
(pelabuhan, bandara,
terminal)
5. Preservasi jalan nasional
(termasuk peningkatan/
pelebaran),
6. Pembangunan dan
pemeliharaan jalan daerah
KP 2. Konektivitas 1. Terwujudnya konektivitas 1. Kondisi jalur KA sesuai standar Track 1. KA Cepat Pulau Jawa
Kereta Api Kereta Api Quality Index (TQI) kategori 1 dan 2 (100%) (Jakarta-Semarang dan
2. Meningkatnya integrasi 2. Jumlah simpul transportasi (bandara, Jakarta-Bandung) (Major
multimoda dengan KA pelabuhan) yang terakses KA (12 lokasi) Project);
2. Kereta Api Angkutan Barang
Makassar- Pare Pare (Major
Project);
3. Pembangunan jalur KA baru
(termasuk jalur ganda dan
reaktivasi) dan peningkatan
jalur KA di Pulau Jawa dan
Sumatera;
4. Pembangunan jalur KA
akses bandara (Bandara
Internasional Yogyakarta,
Raden Inten, Kertajati, Adi
Soemarmo), dan pelabuhan
(Tanjung Emas, Garongkong
dan Makassar New Port);
5. Pemeliharaan, perawatan,
dan pengoperasian
prasarana dan fasilias
perkeretaapian (IMO)
6. Penyediaan PSO dan perintis
KA

222 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 3. Konektivitas Meningkatnya kapasitas dan 1. Jumlah pelabuhan utama yang mencapai 1. Pengembangan pelabuhan
Laut kualitas pelayanan transportasi standar pelayanan (28 pelabuhan) utama tol laut
laut 2. Jumlah trayek subsidi tol laut (25 trayek) • Jaringan 7 Pelabuhan
Utama Terpadu (Major
Project)
• Pembangunan pelabuhan
baru Patimban
2. Pembangunan pelabuhan
mendukung kawasan
prioritas
• Pelabuhan cruise
3. Penyelenggaraan subsidi tol
laut dan perintis angkutan
laut
4. Pengadaan sarana dan
prasarana transportasi laut
5. Pengembangan teknologi
informasi pelayaran
KP 4. Konektivitas Meningkatnya konektivitas dan Jumlah rute jembatan udara (115 rute) 1. Jembatan udara 115 Rute di
Udara pelayanan transportasi udara Papua (Major Project)
2. Pembangunan 25 bandara
Meningkatnya kapasitas sarana 1. Jumlah bandara baru yang dibangun (25
baru,
dan prasarana transportasi bandara)
3. Pengembangan 10 bandara
udara 2. Jumlah bandara hub primer yang
hub primer,
ditingkatkan kapasitasnya (10 lokasi)
4. Rehabilitasi dan
3. Jumlah bandara perairan (waterbased
pengembangan 165 bandara
airport) yang dibangun (5 lokasi)
yang mendukung kawasan
prioritas (KSPN, KEK, dan
KI),
5. Pembangunan bandara
perairan (waterbased airport)
di 5 lokasi untuk mendukung
destinasi pariwisata perairan
KP 5. Konektivitas Terwujudnya konektivitas darat Jumlah pelabuhan penyeberangan baru yang 1. Pengembangan Unit
Darat yang andal dibangun (34 pelabuhan) Pelaksana Penimbangan
Kendaraan Bermotor
(UPPKB) di Pantura Jawa
dan Lintas Timur Sumatera
2. Pembangunan 26 kapal
penyeberangan perintis baru
3. Pembangunan 34 pelabuhan
penyeberangan,
4. Pembangunan 7 terminal
penumpang dan barang
antarnegara
PP 3. Infrastruktur Untuk Mendukung Perkotaan
Meningkatnya layanan Jumlah kota metropolitan dengan sistem
angkutan umum massal di 6 angkutan umum massal perkotaan yang
(enam) kota metropolitan dibangun dan dikembangkan (6 kota)

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 223
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 1. Transportasi 1. Meningkatnya layanan 1. Jumlah kota dengan angkutan massal yang 1. Pembangunan Sistem
Perkotaan angkutan umum massal dibangun dan dikembangkan (20 kota) Angkutan Umum Massal
perkotaan 2. Jumlah kota yang dibangun perlintasan Perkotaan
2. Mengurangi waktu di tidak sebidang (6 kota) • Sistem Angkutan Umum
perkotaan Massal di 6 Wilayah
Metropolitan (Major
Project)
2. Pembangunan fasilitas alih
moda yang terintegrasi
dengan pusat kegiatan
perekonomian, permukiman
dan fasilitas umum pada
simpul-simpul transportasi
3. Pembangunan perlintasan
tidak sebidang antara jalan
dan KA di perkotaan
4. Pembangunan jalan lingkar
perkotaan dan penyediaan
subsidi angkutan umum
massal perkotaan
KP 2. Energi dan Meningkatnya pasokan energi Jumlah tambahan pasokan listrik ramah Peningkatan diversifikasi energi
ketenagalistrikan ramah lingkungan lingkungan untuk perkotaan (MW) perkotaan
perkotaan
KP 3. Infrastruktur 1. Meningkatnya penetrasi 1. Persentase pelanggan layanan jaringan Pengembangan TIK Perkotaan
dan ekosistem TIK jaringan tetap pitalebar tetap pitalebar ( %)
perkotaan 2. Meningkatnya jumlah 2. Persentase kota/kab yang menerapkan
kabupaten/kota yang konsep kota cerdas ( %)
mengembangkan dan
mengimplementasi kota
cerdas
KP 4. Penyediaan Tersedianya akses air minum Jumlah kawasan perkotaan prioritas dengan Penyediaan dan
Akses Air Minum dan sanitasi yang layak dan penyediaan dan penyelenggaraan akses Penyelenggaraan Air Minum
dan Sanitasi yang aman air minum dan air limbah yang aman dan andal dan Sanitasi yang andal dan
Layak dan Aman di (Kab/Kota) Terintegrasi
Perkotaan
KP 5. Penyediaan Meningkatnya akses Jumlah hunian vertikal layak yang terbangun Fasilitasi Penyediaan
Akses Perumahan masyarakat terhadap untuk masyarakat berpenghasilan rendah di Perumahan di Perkotaan
dan Permukiman perumahan dan permukiman perkotaan (unit)
Layak, Aman dan yang layak, aman dan
Terjangkau di terjangkau
Perkotaan
PP 4. Energi Dan Ketenagalistrikan
Meningkatnya akses dan 1. Rasio Elektrifikasi 100%
pasokan energi dan tenaga 2. Pemenuhan kebutuhan (konsumsi) listrik per
listrik yang merata, andal, dan kapita 1.300 kWh
efisien 3. Penurunan emisi CO2 pembangkit 3,5 juta
ton/tahun
KP 1. Keberlanjutan Memperluas penyediaan 1. Susut jaringan 8,6% 1. Peningkatan efisiensi dan
Penyediaan Energi infrastruktur dan pemanfaatan 2. Bauran EBT di pembangkitan 15% produktivitas jaringan
Ketenagalistrikan energi dan tenaga listrik yang 2. Pemanfaatan EBT dan
bersih dan efisien penurunan emisi

224 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 2. Akses dan Meningkatnya akses energi 1. SAIDI terbesar sistem 36 jam/pelanggan 1. Penuntasan akses dan
Keterjangkauan dan tenaga listrik yang merata, 2. SAIDI rata-rata nasional 1 jam/pelanggan kualitas pelayanan energi
Energi dan terjangkau dan berkualitas 3. Penyediaan gas sebesar 215 ribu SBM dan ketenagalistrikan
Ketenagalistrikan (setara barel minyak) 2. Peningkatan keterjangkauan
pelayanan energi dan
ketenagalistrikan
3. Infrastruktur Jaringan
Gas Kota untuk 4 Juta
Sambungan Rumah (Major
Project)
4. Pipa Gas Bumi Trans
Kalimantan (1.700 km)
(Major Project)
KP 3. Kecukupan Meningkatnya jaminan dan 1. Penjualan tenaga listrik sebesar 339,9 TWh Peningkatan jaminan pasokan
Penyediaan Energi ketahanan pasokan serta 2. Cadangan operasional BBM menjadi 30 hari dan ketahanan energi dan
dan Tenaga Listrik kualitas tata kelola energi dan ketenagalistrikan
ketenagalistrikan • Pembangkit Listrik 21.000
MW dan Transmisi 37.000
KMS (Major Project)
• Pembangunan Dua Kilang
Baru (Major Poject)
PP 5. Transformasi Digital
1. Meningkatknya kontribusi 1. Pertumbuhan sektor informasi dan
sektor informasi dan komunikasi (7,3-8,1%)
komunikasi dalam 2. Persentase pengguna internet (82,30%)
pertumbuhan ekonomi 3. Proporsi populasi yang dijangkau jaringan
2. Meningkatnya bergerak pitalebar (94,5%)
pembangunan infrastruktur 4. Proporsi individu yang menguasai/memiliki
dan pemanfaatan TIK telepon genggam (75,7%)
KP 1. Penuntasan Meratanya akses layanan 1. Persentase desa yang mendapatkan 1. Pengembangan infrastruktur
infrastruktur TIK telekomunikasi dan internet di layanan telekomunikasi (95%) pitalebar
seluruh wilayah 2. Persentase jangkauan infrastruktur jaringan • Infrastruktur TIK untuk
serat optik hingga kecamatan (60%) Mendukung Transformasi
3. Kecepatan internet jaringan tetap pitalebar Digital (Major Project)
(fixed broadband) (25 Mbps) dan kecepatan 2. Pengembangan infrastruktur
internet jaringan bergerak pitalebar (mobile penyiaran
broadband) (20 Mbps) • Infrastruktur TIK untuk
4. Persentase populasi yang terlayani Mendukung Transformasi
penyiaran digital (80 %) Digital (Major Project)
5. Persentase populasi yang terlayani 3. Pengembangan infrastruktur
penyiaran radio publik (95 %) TIK pemerintahan
KP 2. Pemanfaatan Optimalisasi pemanfaatan TIK 1. Persentase kontribusi sektor informasi dan 1. Pemanfaatan TIK layanan
infrastruktur TIK untuk sektor strategis komunikasi terhadap PDB (5,7%) pemerintah
2. Jumlah UMKM yang mendapatkan pelatihan 2. Pemanfaatan TIK layanan
TIK (5000 UMKM) masyarakat dan dunia usaha
3. Persentase keterpaduan aplikasi umum
SPBE (100 %)
KP 3. Fasilitas Meningkatnya daya saing 1. Jumlah SDM yang mendapatkan pelatihan 1. Pengelolaan informasi
pendukung industri dan SDM TIK dalam TIK (125.000 orang) secara aman dan terintegrasi
transformasi digital negeri 2. Persentase integrasi data pemerintah • Infrastruktur TIK untuk
(100%) Mendukung Transformasi
3. Jumlah K/L yang memanfaatkan Mahadata Digital (Major Project)
(20 K/L) 2. Pengembangan literasi dan
keahlian TIK
3. Pengembangan dan fasilitasi
industri TIK

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 225
Arah Kebijakan dan Strategi

Infrastruktur Pelayanan Dasar

Penyediaan Akses Perumahan dan Permukiman 3) Peremajaan kota secara inklusif dan konsolidasi
Layak, Aman dan Terjangkau tanah dalam rangka mewujudkan kota tanpa
Arah kebijakan dalam pembangunan perumahan permukiman kumuh;
dan permukiman adalah meningkatkan akses 4) Pemanfaatan tanah milik negara/BUMN untuk
masyarakat secara bertahap terhadap perumahan mendukung penyediaan perumahan bagi
dan permukiman layak, aman dan terjangkau untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke
mewujudkan kota tanpa kumuh, inklusif dan layak bawah;
huni. Strategi dilakukan melalui tiga pendekatan 5) Pengembangan peran dunia usaha termasuk
utama, yakni pendekatan dari sisi permintaan BUMN/BUMD dalam penyediaan perumahan.
(demand side), dari sisi pasokan (supply side),
dan lingkungan yang mendukung (enabling Sedangkan strategi dari aspek penciptaan
environment). lingkungan yang mendukung (enabling
environment), dilakukan melalui:
Strategi dari sisi permintaan (demand side) melalui: 1) Penguatan implementasi standar keandalan
1) Pemantapan sistem pembiayaan primer dan dan tertib bangunan, kemudahan perizinan dan
sekunder perumahan, termasuk optimalisasi administrasi pertanahan;
permanfaatan sumber pembiayaan jangka 2) Peningkatan kapasitas pemerintah/pemerintah
panjang; daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam
2) Reformasi subsidi perumahan yang lebih efisien penyediaan perumahan;
dan tepat sasaran; 3) Peningkatan kolaborasi antara pemerintah,
3) Perluasan fasilitas pembiayaan perumahan pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha
terutama bagi masyarakat berpenghasilan dalam penyediaan perumahan;
tidak tetap dan membangun rumahnya secara 4) Pengembangan sistem insentif dan disinsentif
swadaya; dalam penyediaan perumahan.
4) Pengembangan layanan Badan Tabungan
Perumahan Rakyat (BP Tapera) untuk Proyek prioritas mendukung Penyediaan Akses
memperluas akses pembiayaan perumahan. Perumahan dan Permukiman Layak, Aman, dan
Terjangkau meliputi: i) Peningkatan Fasilitasi
Strategi dari sisi pasokan (supply side) melalui: Penyediaan Hunian Baru; ii) Peningkatan Fasilitasi
1) Peningkatan penyediaan perumahan yang sesuai Pembiayaan Perumahan; iii) Pengembangan
dengan tata ruang dan terpadu dengan layanan Fasilitasi Peningkatan Kualitas Rumah; iv) Penyediaan
infrastruktur dasar permukiman, termasuk sistem Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan
transportasi publik; Permukiman; v) Fasilitasi Peningkatan Standar
2) Pengembangan sistem perumahan publik Keandalan Bangunan dan Keamanan Bermukim
berbasis rumah susun di perkotaan; (IMB dan SLF); vi) Penyediaan 1 juta Rumah

226 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Susun Perkotaan (Major Project); dan vii) Fasilitasi dan pengamanan air baku dan air tanah termasuk
Pengentasan Permukiman Kumuh Perkotaan. major project “Akses Air Minum Perpipaan (10
Juta Sambungan Rumah”; ii) Penataan regulasi
Pengelolaan Air Tanah, Air Baku Berkelanjutan serta perkuatan kelembagaan SDA; dan iii)
Arah kebijakan dalam pengelolaan air tanah dan air Pengembangan SISDA Terpadu berbasis teknologi
baku berkelanjutan adalah percepatan penyediaan cerdas (smart water management).
air baku dari sumber air terlindungi, peningkatan
efektivitas pengelolaan sumber daya air terpadu, Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi Layak
dan pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan dan Aman
sumber daya air. Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
penyediaan akses air minum layak dan aman,
Strategi untuk percepatan penyediaan air baku dari adalah:
sumber air terlindungi antara lain: (a) Penambahan 1) Peningkatan tata kelola kelembagaan untuk
kapasitas air baku dari bendungan dan sumber air penyediaan air minum layak maupun aman,
lainnya didukung oleh pengamanan kualitas air; (b) melalui: (a) Integrasi arah kebijakan dan sasaran
Rehabilitasi dan peningkatan efisiensi infrastruktur pembangunan akses air minum layak maupun
penyedia air baku; dan (c) Pelaksanaan konservasi aman dalam dokumen perencanaan daerah;
air tanah yang terintegrasi dengan sistem (b) Peningkatan komitmen melalui alokasi
penyediaan air baku serta didukung oleh penegakan APBD yang memadai; (c) Perkuatan peran dan
peraturan pengambilan air tanah. Strategi tersebut Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui
perlu dikembangkan secara bersamaan dengan mekanisme pengendalian dan pembinaan secara
peningkatan kinerja Instalasi Pengolahan Air (IPA) berjenjang; (d) Peningkatan kualitas perencanaan
dan sistem distribusi air bersih. Percepatan sistem air minum yang terintegrasi (Jakstrada, RISPAM,
penyediaan air baku juga perlu melibatkan badan dan Rencana Bisnis PDAM) yang didukung
usaha. Ketersediaan air secara berkelanjutan dengan sistem data dan informasi (e) Perkuatan
juga perlu didukung oleh peningkatan kesadaran fungsi kelembagaan regulator air minum; serta
masyarakat terhadap perilaku hemat air. (f) Optimalisasi pendanaan dan pengembangan
alternatif pendanaan diantaranya melalui hibah
Strategi untuk peningkatan kebijakan pengelolaan berbasis kinerja serta kejasama pemerintah dan
sumber daya air terpadu antara lain: (a) Penyelesaian badan usaha (KPBU).
peraturan pemerintah terkait UU Sumber Daya Air;
(b) peningkatan kinerja pengelolaan wilayah sungai
melalui optimalisasi pola rencana SDA dalam
jejaring air, pangan, dan energi.

Strategi untuk pemanfaatan teknologi dalam


pengelolaan sumber daya air antara lain: (a)
Pengembangan sistem informasi sumber daya air;
dan (b) Pengembangan sistem informasi hidrologi,
hidrometeorologi, dan hidrogeologi.

Proyek prioritas mendukung Pengelolaan Air Tanah


dan Air Baku Berkelanjutan meliputi: i) Penyediaan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 227
2) Peningkatan kapasitas penyelenggara air (a) Penyusunan regulasi di daerah mengenai
minum, melalui: (a) Peningkatan kinerja PDAM pengelolaan air limbah domestik dan sampah;
melalui pendampingan teknis dan non teknis (b) Penyediaan mekanisme insentif bagi
untuk meningkatkan mutu layanan antara lain pemerintah daerah untuk mengalokasikan
penurunan tingkat kehilangan air, efisiensi anggaran pembangunan infrastruktur sanitasi
produksi, pengelolaan keuangan dan SDM, dan/atau penyediaan subsidi bagi operasional
penerapan tarif yang memadai, serta peningkatan dan pemeliharaan; dan (c) Penerapan regulasi
kualitas pelayanan; serta (b) Peningkatan daerah yang mengatur kewajiban pembayaran
kapasitas penyelenggara SPAM lainnya (UPTD, layanan sanitasi oleh masyarakat/ konsumen
BUMDes, KPSAM, dll). dan mewajibkan rumah tangga untuk menjadi
3) Pengembangan dan pengelolaan SPAM, melalui: pelanggan layanan pengelolaan lumpur tinja dan
(a) Optimalisasi dan pemanfaatan kapasitas SPAM dan sampah.
yang dapat dimanfaatkan; (b) Pengembangan 3) Pengembangan infrastruktur dan layanan
(perluasan, peningkatan, dan pembangunan sanitasi permukiman sesuai dengan karakteristik
baru) serta peningkatan pengelolaan aset dan kebutuhan daerah, melalui: (a) Bimbingan
(inventarisasi jaringan, operasi, pemeliharaan, teknis pembangunan infrastruktur sanitasi; (b)
dan perbaikan) SPAM Perpipaan dan Bukan Koordinasi perencanaan tata ruang dengan
Jaringan Perpipaan terlindungi; (c) Penyediaan pembangunan sanitasi; (c) Pengembangan
akses air minum untuk daerah rawan air dan konsep resource recovery dan circular
kepulauan; dan (d) Pengembangan teknologi economy; (d) Penyusunan panduan di tingkat
pengolahan dan pengamanan air minum. pusat mengenai pengelolaan sampah; (e)
4) Penyadaran masyarakat untuk menerapkan Pengembangan SDM dan teknologi melalui kerja
perilaku hemat air, mengakses layanan air sama dengan universitas; (f) Pembangunan
minum perpipaan atau menggunakan sumber infrastruktur sanitasi; (g) Pengembangan
air minum bukan jaringan perpipaan terlindungi teknologi menggunakan pendekatan bertahap
secara swadaya, serta menerapkan pengelolaan (incremental approach); dan (h) Pengelolaan
air minum aman dalam rumah tangga; data, pemantauan dan evaluasi berbasis
teknologi informasi, yaitu NAWASIS (National
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka Water and Sanitation Information Services/
penyediaan akses sanitasi yang layak dan aman Layanan Informasi Air Minum dan Sanitasi
adalah: Nasional).
1) Peningkatan kapasitas institusi dalam 4) Peningkatan perubahan perilaku masyarakat
layanan pengelolaan sanitasi, melalui: (a) dalam mencapai akses aman sanitasi, melalui:
Pengembangan sistem pengelolaan air limbah, (a) Pelaksanaan program perubahan perilaku
layanan lumpur tinja dan sistem pengelolaan di tiap desa dan kelurahan yang belum Stop
sampah; (b) Pemastian fungsi regulator layanan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat
pengelolaan air limbah domestik dan sampah; terbuka; (b) Penguatan mekanisme pemantauan
dan (c) Penguatan peran dan kapasitas PDAM yang terjadwal; (c) Penguatan keberlanjutan
sebagai penyedia jasa layanan pengelolaan air Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di
limbah domestik, terutama bagi daerah dengan tingkat kabupaten dan kota; dan (d) Penguatan
cakupan air perpipaan lebih dari 50 persen. kampanye pengurangan sampah.
2) Peningkatan komitmen kepala daerah untuk 5) Pengembangan kerja sama dan pola pendanaan,
layanan sanitasi yang berkelanjutan, melalui: melalui: (a) Penyediaan pola subsidi yang tepat

228 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


untuk meningkatkan kemampuan masyarakat; (b) manajemen keselamatan jalan, jalan yang
Pengembangan layanan sanitasi melalui sistem berkeselamatan, kendaraan yang berkeselamatan,
pembiayaan yang inovatif; (c) Fasilitasi pemerintah perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan, dan
daerah untuk melakukan kerja sama dengan penanganan pra dan pasca kecelakaan lalu lintas.
pihak lain; (d) Menciptakan wirausaha sanitasi di
daerah yang memiliki potensi; dan (e) Fasilitasi Kebijakan ini diperkuat dengan penerbitan regulasi
wirausaha sanitasi agar mampu menciptakan Peraturan Presiden tentang Rencana Umum Nasional
produk yang sesuai dengan standar. Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (RUNK
LLAJ) yang memuat rencana aksi keselamatan
Proyek prioritas mendukung penyediaan akses air jalan pada masing-masing pilar. Manajemen
minum dan sanitasi yang layak dan aman meliputi: keselamatan jalan perlu berfokus pada penguatan
i) Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum koordinasi antarunit kerja pemangku kepentingan
dan Sanitasi Layak dan Aman; ii) Pembinaan pada kementerian/lembaga tingkat pemerintah
Penyelenggaraan Air Minum dan Sanitasi Layak dan pusat, pemerintah daerah, lembaga pendidikan dan
Aman; iii) Pengaturan Penyelenggaraan Air Minum penelitian, badan usaha dan organisasi masyarakat.
dan Sanitasi Layak dan Aman; iv) Pengawasan Diperlukan penguatan kelembagaan baik di tingkat
Kualitas Air Minum dan Sanitasi; v) Akses Sanitasi pusat maupun di tingkat daerah yang dilakukan
(Air Limbah) Layak dan Aman (90% RT) (Major melalui keterpaduan koordinasi, pemanfaatan data
Project); vi) Akses Air Minum Perpipaan (10 Juta dan informasi, dan kegiatan penelitian yang dapat
Sambungan Rumah) (Major Project). menjadi basis bagi perencanaan dan pelaksanaan
rencana aksi keselamatan jalan nasional.
Keselamatan dan Keamanan Transportasi
Kebijakan keselamatan transportasi difokuskan pada Untuk moda transportasi lainnya, kebijakan
keselamatan lalu lintas jalan mengingat tingginya keselamatan diarahkan pada penguatan peran
jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu kelembagaan, peningkatan kelaikan keselamatan
lintas. Peningkatan keselamatan lalu lintas dan sarana dan prasarana, serta peningkatan kapasitas
angkutan jalan diarahkan melalui pelaksanaan SDM untuk mendukung kinerja keselamatan.
terpadu lima pilar keselamatan jalan yang meliputi Peningkatan keselamatan perkeretaapian dilakukan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 229
melalui penyediaan sarana dan prasarana
perkeretaapian yang memenuhi kelaikan, termasuk Strategi tersebut didukung oleh peningkatan
sarana kereta, prasarana rel dan persinyalan. Untuk kualitas industri konstruksi serta pengawasan mutu
menjamin kondisi prasarana perkeretaapian maka dan manajemen rantai pasok industri konstruksi.
kebutuhan perawatan prasarana harus dipenuhi. Kolaborasi antara lembaga penelitian dan pelaku
Tingkat keselamatan sarana perkeretaapian industri dalam penguasaan teknologi juga perlu
dipenuhi melalui peremajaan armada kereta api ditingkatkan serta didukung oleh peningkatan
sesuai dengan usia laik operasi yaitu dibawah kualitas SDM di bidang konstruksi.
25 tahun. Keselamatan transportasi laut dan
penyeberangan ditingkatkan melalui penguatan Strategi untuk mendukung pengelolaan terpadu
kelembagaan syahbandar, penyediaan infrastruktur kawasan rawan bencana antara lain: (a) penetapan
keselamatan, standardisasi kapal yang memenuhi rencana induk ketahanan wilayah terhadap bencana;
aspek keselamatan, dan pengembangan sistem (b) penyusunan peta risiko bencana berdasarkan
informasi penumpang (tiket) dan barang (manifes) karakteristik wilayah; (c) pengembangan sistem
untuk mencegah muatan berlebih. pemantauan penurunan tanah; dan (d) penyediaan
sistem peringatan dini bencana banjir dan tanah
Proyek prioritas mendukung keselamatan dan longsor.
kemanan transportasi meliputi: i) pelaksanaan
rencana aksi lima pilar keselamatan lalu lintas dan Strategi untuk mendukung restorasi dan konservasi
angkutan jalan; ii) pemenuhan sarana, prasarana, daerah aliran sungai antara lain: (a) normalisasi dan
fasilitas, kelembagaan dan sistem informasi peningkatan kapasitas aliran sungai; (b) konservasi
keselamatan dan keamanan transportasi dan kawasan rawa dan gambut; dan (c) pengendalian
SAR; serta iii) pembinaan dan pendidikan SDM pencemaran pada waduk dan danau dengan
keselamatan transportasi dan SAR. tingkat pencemaran tinggi.

Ketahanan Kebencanaan Infrastruktur Proyek prioritas mendukung. Ketahanan Kebencanaan


Arah kebijakan dalam pembangunan infrastruktur Infrastruktur meliputi: i) Pengembangan kebijakan
ketahanan bencana mencakup pengembangan wilayah untuk ketangguhan bencana dan penguatan
infrastruktur tangguh bencana dan penguatan infrastruktur vital tahan bencana; ii) Pembangunan
infrastruktur vital, pengelolaan terpadu kawasan dan rehabilitasi infrastruktur ketahanan bencana
rawan bencana, serta restorasi dan konservasi termasuk Major Project “Pemulihan 4 Daerah
daerah aliran sungai. Aliran Sungai Kritis” dan “Pengelolaan Terpadu
Pesisir 5 Perkotaan Pantura Jawa”; iii) Penyediaan
Strategi untuk pengembangan infrastruktur sistem terpadu peringatan dini dan tanggap
tangguh bencana dan penguatan infrastruktur darurat bencana; dan iv) Restorasi dan konservasi
vital terhadap risiko bencana banjir, gempa bumi, infrastruktur alami.
tsunami, tanah longsor, lumpur, dan sedimen antara
lain: (a) pembangunan dan peningkatan kualitas Waduk Multiguna dan Modernisasi Irigasi
infrastruktur tangguh bencana di kawasan prioritas Arah kebijakan dalam rangka optimalisasi
rawan bencana; (b) penilaian dan peningkatan waduk multiguna dan modernisasi irigasi
keamanan infrastruktur vital terhadap bencana; (c) adalah penambahan kapasitas tampungan air,
penetapan standar bangunan tangguh bencana; peningkatan dan pemanfaatan fungsi tampungan
dan (d) pengembangan infrastruktur hijau.

230 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Strategi untuk peningkatan kinerja bendungan
dan penurunan risiko bendungan antara lain: (a)
peningkatan tingkat keamanan bendungan dengan
risiko tinggi; (b) konservasi daerah tangkapan air
bendungan; (c) peningkatan kapasitas SDM bidang
pengelolaan bendungan; dan (d) peningkatan
kinerja operasi bendungan yang sesuai standar
dan didukung oleh unit pengelola bendungan yang
kompeten. Strategi tersebut didukung oleh penataan
aset bendungan sebagai barang milik negara.
air, peningkatan kinerja bendungan dan penurunan
indeks risiko bendungan, peningkatan efisiensi dan Strategi untuk peningkatan efisiensi dan kinerja
kinerja sistem irigasi, dan penyediaan air untuk sistem irigasi antara lain: (a) pembangunan jaringan
komoditas pertanian bernilai tinggi. irigasi baru; (b) rehabilitasi jaringan irigasi; (c)
peningkatan kapasitas kelembagaan irigasi; dan (d)
Strategi untuk penambahan kapasitas tampungan air peningkatan efektivitas alokasi air irigasi.
antara lain: (a) Perencanaan bendungan multiguna
dengan protokol berkelanjutan; (b) Perencana Strategi untuk penyediaan air untuk komoditas
pemanfaatan tampungan alami; (c) Rehabilitasi pertanian bernilai tinggi antara lain: (a) pembangunan
bendungan kritis; dan (d) Pembangunan bendungan tampungan air dan sistem irigasi untuk komoditas
multiguna dengan melibatkan badan usaha. perkebunan, peternakan, hortikultura dan perikanan;
dan (b) pembangunan jaringan irigasi untuk tambak
Strategi tersebut didukung oleh pengembangan rakyat. Strategi tersebut didukung oleh peningkatan
kawasan ekonomi terintegrasi berbasis bendungan partisipasi masyarakat dan kemitraan dengan
multiguna serta penerapan skema investasi badan usaha.
bendungan baru yang melibatkan BUMN dan
badan usaha. Proyek prioritas mendukung waduk multiguna
dan modernisasi irigasi meliputi: i) Perencanaan
Strategi untuk peningkatan dan pemanfaatan fungsi pengembangan bendungan multiguna dan
tampungan air adalah: (a) Pemanfaatan bendungan pemanfaatan tampungan alami; ii) Pembangunan
untuk berbagai keperluan secara terpadu seperti dan rehabilitasi bendungan termasuk komponen
air baku, irigasi, dan pengendali banjir; (b) Major Project “18 Waduk Multiguna”; iii) Optimalisasi
pengembangan potensi waduk untuk penyediaan dan pemanfaatan tampungan termasuk komponen
energi terbarukan; (c) revitalisasi danau kritis; dan Major Project “18 Waduk Multiguna”; iv) Peningkatan
(d) pemanfaatan potensi danau untuk air baku, dan OP dan keamanan bendungan; v) Pembangunan
kebutuhan lainnya. dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi termasuk
komponen Major Project “18 Waduk Multiguna”; vi)
Strategi tersebut didukung oleh peningkatan dan Peningkatan pengelolaan alokasi air dan kapasitas
pemulihan kondisi waduk serta pengembangan kelembagaan irigasi.
skema kerjasama dengan BUMN dan badan usaha
dalam optimalisasi fungsi waduk.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 231
transportasi dan akses jalan. Disamping itu,
diperlukan penguatan perencanaan DAK Bidang
Infrastruktur Ekonomi
Jalan agar pelaksanaannya selaras dengan prioritas
pengembangan wilayah.

Proyek prioritas mendukung konektivitas jalan


Konektivitas Jalan meliputi: i) pembangunan jalan strategis, contoh:
Peningkatan kualitas jalan dilaksanakan Jalan Trans Papua Merauke – Sorong (Major Project)
melalui pemenuhan kebutuhan pemeliharaan dan Jalan Trans pada 18 Pulau Tertinggal, Terluar,
jalan, termasuk pemeliharaan rutin jalan serta dan Terdepan (Major Project); ii) pembangunan
pemenuhan kelengkapan jalan. Pemenuhan jalan tol, contoh: Jalan Tol Trans Sumatera Aceh –
kebutuhan pemeliharaan jalan didorong melalui Lampung (Major Project); iii) pembangunan jalan
perbaikan tata kelola penyelenggaraan jalan yang mendukung kawasan prioritas (KI, KEK, KSPN,
memprioritaskan kegiatan pemeliharaan rutin dan dan kawasan perbatasan); iv) pembangunan jalan
berkala. Skema kerjasama antara Pemerintah dan akses simpul transportasi (pelabuhan, bandara,
Badan Usaha (KPBU) Availability Payment (AP) dan terminal); v) preservasi jalan nasional (termasuk
yang berbasis kinerja serta Program Hibah Jalan peningkatan/pelebaran); serta vi) pembangunan
Daerah yang mendorong kinerja pemeliharaan jalan dan pemeliharaan jalan daerah.
perlu diperluas. Skema KPBU-AP juga mendukung
kualitas jalan melalui keterpaduan penyelenggaraan Konektivitas Kereta Api
jalan dan pengoperasian jembatan timbang untuk Pembangunan konektivitas kereta api diprioritaskan
mengendalikan perilaku pembebanan berlebih di pada pengembangan KA angkutan barang dan KA
jalan (road overloading) yang menjadi penyebab cepat penumpang antarkota. Pengembangan KA
utama kerusakan jalan. angkutan barang dilaksanakan melalui keterpaduan
pembangunan jaringan KA, pembangunan
Peningkatan ketersediaan jaringan jalan yang kawasan, dan akses KA ke pelabuhan. Pendekatan
mendukung pengembangan wilayah dilaksanakan terpadu ini diterapkan dengan skema KPBU melalui
melalui pembangunan jalan pada jalan lintas utama pembangunan KA Trans Sulawesi Makassar
pulau, jalan yang mendukung kawasan industri – Parepare yang terhubung dengan kawasan
dan pariwisata prioritas, jalan akses ke simpul industri di Makassar dan sepanjang koridor KA
transportasi prioritas, jalan lingkar/trans pulau serta dengan Pelabuhan Makassar New Port dan
terluar dan jalan akses mendukung wilayah 3T dan Pelabuhan Garongkong. Pembangunan KA cepat
kawasan perbatasan. Sebagai contoh, penyelesaian penumpang antarkota difokuskan pada koridor
jalan tol Trans Sumatera yang menghubungkan aglomerasi Pulau Jawa khususnya antara Jakarta
Aceh – Lampung menjadi program prioritas untuk – Bandung dan Jakarta – Semarang – Surabaya.
menurunkan waktu tempuh dan menyediakan Pembangunan jalur KA pada koridor lain termasuk
akses ke pelabuhan utama Kuala Tanjung sehingga melanjutkan pembangunan jalur KA Trans Sumatera
mendorong berkembangnya kawasan industri di serta pembangunan jalur ganda dan reaktivasi jalur
sepanjang koridor tersebut. Pembangunan jalan KA di Pulau Jawa dan Sumatera. Dalam rangka
akses ke simpul prioritas diarahkan untuk menjamin mendukung transportasi antarmoda menuju bandara
kemanfaatan infrastruktur secara optimal seperti dan pelabuhan, akan dilaksanakan pembangunan
pelabuhan dan bandara. Diperlukan penguatan KA akses bandara dan pelabuhan.
koordinasi perencanaan pembangunan simpul

232 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sementara, untuk memenuhi pemeliharaan, Kelembagaan koordinasi antara operator pada
perawatan, dan pengoperasian prasarana serta ketujuh pelabuhan tersebut perlu dibangun untuk
fasilitas perkeretaapian dilaksanakan melalui menjamin tingkat standarisasi dan kompatibilitas
mekanisme Infrastructure Maintenance and infrastruktur dan pelayanan pada tujuh pelabuhan,
Operation (IMO) perkeretaapian. Dalam rangka sehingga mendorong terwujudnya efisiensi
penyediaan layanan perkeretaapian dengan tarif pelayaran. Peningkatan kinerja logistik juga perlu
yang terjangkau oleh masyarakat, diselenggarakan dilakukan melalui pengembangan sistem informasi
melalui skema PSO dan subsidi perintis. logistik (e-logistic) yang memudahkan pertukaran
data dan informasi diantara seluruh pelaku logistik
Proyek prioritas mendukung konektivitas KA serta pengembangan angkutan multimoda dan
meliputi: i) KA Cepat Pulau Jawa (Jakarta-Semarang antarmoda yang lebih efisien untuk akses maupun
& Jakarta-Bandung) (Major Project); ii) Kereta Api pada kawasan pendukung pelabuhan (hinterland).
Angkutan Barang Makassar-Pare Pare (Major Selain itu perlu dilakukan peremajaan kapal
Project); iii) pembangunan jalur KA baru (termasuk niaga dengan mengutamakan peran galangan
jalur ganda dan reaktivasi) dan peningkatan jalur kapal dalam negeri untuk pembuatan kapal.
KA di Pulau Jawa dan Sumatera; iv) pembangunan Untuk mendukung pembangunan di wilayah 3T,
jalur KA akses bandara dan pelabuhan (Bandara pembangunan konektivitas laut diarahkan pada
Internasional Yogyakarta, Raden Inten, Kertajati, penguatan keterpaduan angkutan tol laut bersubsidi
Adi Soemarmo), dan pelabuhan (Tanjung dengan moda transportasi lain termasuk angkutan
Emas, Garongkong dan Makassar New Port); v) barang udara bersubsidi (jembatan udara) dan
Pemeliharaan, perawatan, dan pengoperasian angkutan perintis darat.
prasarana dan fasilias perkeretaapian (IMO), serta
vi) penyediaan PSO dan perintis KA Proyek prioritas mendukung konektivitas laut
meliputi: i) pengembangan pelabuhan utama,
Konektivitas Laut contoh: Jaringan 7 Pelabuhan Utama Terpadu
Pembangunan konektivitas transportasi laut untuk (Major Project) dan pembangunan pelabuhan baru
mendukung kinerja logistik nasional dilaksanakan Patimban, ii) pembangunan pelabuhan mendukung
melalui standarisasi kinerja yang ditetapkan oleh kawasan prioritas, contoh: pelabuhan cruise, iii)
Kementerian Perhubungan pada sejumlah pelabuhan penyelenggaraan subsidi tol laut dan perintis
utama, antara lain meliputi tingkat kedalaman angkutan laut, iv) pengadaan sarana dan prasarana
pelabuhan, panjang dermaga, dan kinerja bongkar
muat. Standarisasi kinerja yang disertai dengan
pengembangan kawasan pada sejumlah pelabuhan
utama diharapkan meningkatkan konsolidasi
angkutan barang domestik serta memungkinkan
kapal-kapal berukuran lebih besar untuk singgah
membentuk rute jaringan saling terhubung (loop).
Terdapat tujuh pelabuhan utama yang dirancang
menjadi

titik konsolidasi barang domestik yaitu pelabuhan


Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Kijing, Tanjung Perak,
Makassar New Port, Bitung, dan Sorong.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 233
transportasi laut, dan v) pengembangan teknologi pengembangan 165 bandara mendukung kawasan
informasi pelayaran. prioritas (KSPN, KEK, dan KI), serta v) pembangunan
bandara perairan (waterbased airport) di 5 lokasi
Konektivitas Udara mendukung destinasi pariwisata perairan.
Pembangunan transportasi udara difokuskan pada
peningkatan bandara dan kapasitas angkut dalam Konektivitas Darat
mendukung pertumbuhan ekonomi dan aksesibilitas Pembangunan transportasi darat diprioritaskan
daerah 3T. Pembangunan/peningkatan kapasitas untuk mengurangi praktik pembebanan berlebih di
bandara dilakukan melalui pembangunan bandara jalan (road overloading) melalui penyelenggaraan
baru pengembangan bandara hub primer, rehabilitasi jembatan timbang yang terintegrasi dengan
dan pengembangan bandara, pengembangan penyelenggaraan jalan (skema KPBU-AP),
bandara mendukung kawasan prioritas (KSPN, KEK, pengembangan fasilitas dan perlengkapan jalan,
dan KI), serta serta pembangunan bandara perairan serta pembangunan terminal antarnegara untuk
(waterbased airport) untuk mendukung destinasi mendukung kemudahan arus penumpang dan
pariwisata perairan. Dukungan aksesibilitas daerah barang di wilayah perbatasan negara, pembangunan
3T dilaksanakan melalui peningkatan cakupan pelabuhan penyeberangan baru, pembangunan
layanan penerbangan perintis, implementasi kapal penyeberangan untuk mendukung daerah
Program Jembatan Udara terpadu dengan Tol 3T, dan penyediaan subsidi perintis untuk angkutan
Laut di Papua, serta revitalisasi skema subsidi penyeberangan, sungai, danau dan bus. Selain itu,
perintis penerbangan yang menjamin kepastian dalam rangka mendukung
dan keberlanjutan layanan (multiyears), termasuk
menggali potensi pemanfaatan skema pembiayaan keterpaduan layanan transportasi antarmoda akan
KPBU-AP. Kebutuhan konektivitas udara di wilayah dilaksanakan penyediaan angkutan bus yang
terpencil, terutama di Papua yang tergambar dari terhubung dengan simpul-simpul transportasi serta
keberadaan lapangan terbang (airstrip) yang cukup Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
dominan, perlu diakomodasi melalui dukungan
regulasi, pembinaan dan pengawasan termasuk Proyek prioritas konektivitas darat meliputi: i)
aspek keselamatan. pengembangan Unit Pelaksana Penimbangan
Kendaraan Bermotor (UPPKB) di Pantura Jawa dan
Proyek prioritas konektivitas udara meliputi: i) Lintas Timur Sumatera, ii) pembangunan 26 kapal
Jembatan Udara 115 Rute di Papua (Major Project), ii) penyeberangan, iii) pembangunan 34 pelabuhan
pembangunan 25 bandara baru, iii) pengembangan penyeberangan, serta iv) pembangunan terminal
10 bandara hub primer, iv) rehabilitasi dan penumpang dan barang antarnegara.

234 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


3) Pengembangan skema pembiayaan/pendanaan
Infrastruktur Perkotaan dan insentif yang tepat dan berkesinambungan.

Proyek prioritas mendukung energi dan lsitrik


berkelanjutan untuk perkotaan adalah Peningkatan
Transportasi Perkotaan diversifikasi energi perkotaan.
Pengembangan sistem angkutan umum massal
perkotaan diprioritaskan pada 6 (enam) kota Infrastruktur dan Ekosistem TIK Perkotaan
metropolitan utama, yaitu kawasan metropolitan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, dan meningkatkan infrastruktur dan ekosistem TIK
Makassar. Dalam upaya percepatan pengembangan perkotaan adalah:
angkutan umum massal di perkotaan metropolitan, 1) Penggelaran infrastruktur jaringan tetap
disiapkan Program Pembangunan Angkutan pitalebar untuk perkotaan (kawasan perumahan,
Umum Massal Perkotaan yang mengatur dukungan pusat ekonomi, pusat pendidikan), melalui (a)
pendanaan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah pemberian kemudahan perijinan penggelaran
Daerah dengan sejumlah kriteria. Kriteria penting infrastruktur jaringan tetap pitalebar; (b)
yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah yaitu meningkatkan kapasitas industri lokal pendukung
tersedianya rencana mobilitas perkotaan terpadu jaringan tetap pitalebar; dan (c) mendorong
dan keberadaan kelembagaan otoritas transportasi pengembangan layanan, aplikasi, maupun
perkotaan yang berbasis wilayah metropolitan konten yang mencerdaskan dan sesuai dengan
(lintas batas administratif). kebutuhan masyarakat perkotaan;
2) Pengembangan sistem layanan panggilan
Proyek prioritas transportasi perkotaan meliputi: darurat 112, melalui (a) pengembangan sistem
i) Pembangunan Sistem Angkutan Umum Massal layanan panggilan darurat dan pedoman
termasuk di 6 Wilayah Metropolitan (Major Project); penyelenggaraan bagi kabupaten/kota; (b)
ii) pembangunan fasilitas alih moda yang terintegrasi implementasi dan pendampingan sistem layanan
dengan pusat kegiatan perekonomian, permukiman panggilan darurat mandiri pada kabupaten/kota
dan fasilitas umum pada simpul-simpul transportasi, terpilih; dan (c) memperluas penggunaan sistem
iii) pembangunan perlintasan tidak sebidang antara layanan panggilan ke kabupaten/kota;
jalan dan KA di perkotaan, iv) pembangunan jalan 3) Pengembangan sistem Public Protection
lingkar perkotaan, serta v) penyediaan subsidi and Disaster Relief (PPDR), melalui (a)
angkutan umum massal perkotaan. pengembangan pilot project sistem PPDR dan
ujicoba penggunaan spektrum frekuensi khusus
Energi dan Listrik Berkelanjutan untuk Perkotaan untuk kebencanaan; (b) penyusunan regulasi,
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka standar layanan dan perangkat untuk sistem
pemenuhan energi dan listrik berkelanjutan untuk PPDR; dan (c) implementasi sistem PPDR
perkotaan adalah: terutama pada kabupaten/kota rawan bencana
1) Pemanfaatan energi surya atap (solar rooftop)
untuk rumah tangga beserta pengembangan Proyek prioritas mendukung infrastruktur dan
industri sel surya dalam negeri; ekosistem TIK perkotaan adalah Pengembangan
2) Pengembangan infrastruktur pendukung TIK Perkotaan.
kendaraan listrik dan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 235
Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi yang Total Berbasis Masyarakat (STBM) di tingkat
Layak dan Aman di Perkotaan kabupaten dan kota.
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
penyediaan akses air minum dan sanitasi (air limbah Proyek prioritas mendukung penyediaan akses
dan sampah) yang layak dan aman di perkotaan air minum dan sanitasi yang layak dan aman di
adalah: perkotaan adalah Penyediaan dan Penyelenggaraan
1) Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum Air Minum dan Sanitasi yang Andal dan Terintegrasi
(SPAM) dan Sanitasi di Perkotaan, melalui (a)
penguatan fungsi operator dan regulator; (b) Penyediaan Perumahan dan Permukiman Layak,
penyiapan layanan lumpur tinja perkotaan Aman dan Terjangkau di Perkotaan
(Fecal Sludge Management); (c) penyediaan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
layanan terintegrasi air minum, air limbah dan pemenuhan Arah kebijakan dan strategi dalam
persampahan; (d) penyediaan SPAM perpipaan rangka pemenuhan perumahan dan permukiman
dengan standar air minum aman (siap minum); layak, aman dan terjangkau di perkotaan adalah
(e) Pengembangan kawasan dengan layanan mengembangkan sistem perumahan publik melalui
Zona Air Minum Prima (ZAMP) atau air minum penyediaan rumah susun sederhana sewa dan
langsung dari keran; dan (f) Peningkatan rumah susun sederhana milik yang terintegrasi
keandalan pengelolaan jaringan air minum dengan sistem transportasi publik, dengan
melalui Smart Grid Water Management. pendekatan membentuk badan perumahan publik
2) Peningkatan perubahan perilaku masyarakat perkotaan di metropolitan terkait dengan penyediaan
dalam mencapai akses aman sanitasi, melalui tanah, pengelolaan aset, dan peremajaan kawasan
(a) pelaksanaan program perubahan perilaku di termasuk pengembangan kota baru (new town).
tiap kelurahan yang belum Stop Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) di tempat terbuka dan Proyek prioritas yang mendukung penyediaan
yang masih melakukan pembuangan langsung perumahan dan permukiman layak, aman dan
(memiliki toilet tetapi tidak memiliki tangki septik); terjangkau di perkotaan adalah Fasilitasi Penyediaan
(b) penguatan mekanisme pemantauan yang Perumahan di Perkotaan.
terjadwal; (c) penguatan keberlanjutan Sanitasi

236 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


perkotaan, LPG, dan kompor bersih berbasis
Energi dan listrik; (h) peningkatan kemampuan rekayasa
Ketenagalistrikan enjiniring nasional untuk pembangkit listrik dan
sarana prasarana gas/minyak yang didukung
industri dalam negeri; (i) perluasan penyaluran
Lima arah kebijakan dan strategi dalam rangka BBM satu harga; dan (j) pengembangan
pemenuhan akses dan pasokan energi dan tenaga infrastruktur pendukung kendaraan listrik.
listrik merata, handal, efisien, dan berkelanjutan, 4) Peningkatan tata kelola energi dan
adalah: ketenagalistrikan, ditempuh melalui (a)
1) Diversifikasi energi dan ketenagalistrikan untuk peningkatan tugas dan fungsi kelembagaan
pemenuhan kebutuhan, ditempuh melalui (a) di sektor ketenagalistrikan; (b) penguatan
pemanfaatan EBT seperti panas bumi, air, independensi operator sistem transmisi; serta
surya, dan biomasa, serta EBT lainnya; (b) (c) mendorong kebijakan harga/tarif energi
pengembangan mini/micro grid berbasis energi dan penerapannya sehingga mencapai harga
bersih; dan (c) pengembangan dan pemanfaatan keekonomian secara bertahap.
teknologi penyimpanan energi (energy storage 5) Pengembangan kebijakan pendanaan dan
system) termasuk baterai; dan (d) pemanfaatan pembiayaan, ditempuh melalui (a) pengembangan
energi surya atap (solar rooftop) untuk rumah subsidi tepat sasaran melalui subsidi langsung
tangga beserta pengembangan industri sel dan realokasi belanja; (b) penerapan penyesuaian
surya dalam negeri; tarif listrik; (c) memanfaatkan pembiayaan murah,
2) Peningkatan efisiensi pemanfaatan energi dan alternatif instrumen dan leverage asset; serta (d)
tenaga listrik, melalui (a) pengembangan Energy pengembangan skema pendanaan yang cocok
Service Company (ESCO); (b) memperluas, dan berkesinambungan.
merehabilitasi dan peningkatan kapasitas sistem
transmisi dan distribusi; (c) pengembangan Proyek prioritas mendukung keberlanjutan
sistem manajemen informasi dan kontrol data; penyediaan energi ketenagalistrikan meliputi: i)
(d) pengembangan dan pemanfaatan teknologi Peningkatan efisiensi dan produktivitas jaringan;
jaringan cerdas (smart grid) dan (e) pemanfaatan dan ii) Pemanfaatan EBT dan penurunan emisi.
teknologi yang lebih efisien dan rendah emisi Sementara proyek prioritas mendukung akses
(high efficiency and low emission/HELE). dan keterjangkauan energi dan ketenagalistrikan
3) Penguatan dan perluasan pelayanan pasokan meliputi: i) Penuntasan akses dan kualitas
energi dan tenaga listrik, ditempuh melalui (a) pelayanan energi dan ketenagalistrikan; ii)
pemenuhantenaga listrik di kawasan-kawasan Peningkatan keterjangkauan pelayanan energi dan
prioritas; (b) penyediaan bantuan pasang baru ketenagalistrikan; iii) Infrastruktur Jaringan Gas Kota
listrik untuk rumah tangga tidak mampu; (c) untuk 4 Juta Sambungan Rumah (Major Project);
dukungan penyediaan energi primer (gas dan dan iv) Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan (1.700 km)
batubara) untuk listrik; (d) peningkatan kapasitas (Major Project). Adapun proyek prioritas mendukung
kilang minyak dalam negeri; (e) peningkatan kecukupan penyediaan energi dan tenaga listrik
infrastruktur gas bumi, seperti jaringan pipa adalah Peningkatan jaminan pasokan dan ketahanan
transmisi gas dan distribusi non pipa khususnya energi dan ketenagalistrikan termasuk di dalamnya
LNG receiving terminal; (f) pengembangan dua Major Project: i) Pembangkit Listrik 21.000 MW
cadangan penyangga/operasional BBM dan dan Transmisi 37.000 KMS (Major Project); dan ii)
LPG; serta (g) pemanfaatan jaringan gas Pembangunan Dua Kilang Baru (Major Poject).

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 237
Transformasi Digital

Penuntasan Infrastruktur TIK


Arah kebijakan dan strategi dalam rangka penggelaran infrastruktur dan menurunkan biaya
mendukung penuntasan infrastruktur TIK adalah: pembangunan; dan
1) Optimalisasi dana Universal Service Obligation 8) Mendorong revitalisasi sarana dan prasarana
(USO) dalam menyediakan dan menjaga Lembaga Penyiaran Publik dengan
kualitas layanan akses telekomunikasi dan memperhatikan perkembangan teknologi.
internet, melalui penyediaan BTS untuk desa
non komersil, dan penyediaan satelit multifungsi Proyek prioritas mendukung penuntasan infrastruktur
untuk akses internet; TIK meliputi: i) Pengembangan infrastruktur pitalebar
2) Penyediaan layanan telekomunikasi dan internet termasuk di dalamnya komponen Major Project
yang dapat dijangkau masyarakat, melalui “Infrastruktur TIK untuk Mendukung Transformasi
pemberian kemudahan perizinan penggelaran Digital”; ii) Pengembangan infrastruktur penyiaran
infrastruktur telekomunikasi dan internet; dan termasuk di dalamnya komponen Major Project
3) Penggelaran infrastruktur jaringan tetap pitalebar “Infrastruktur TIK untuk Mendukung Transformasi
hingga ke kecamatan-kecamatan, dengan Digital”; dan iii) Pengembangan infrastruktur TIK
prioritas pada kawasan pariwisata strategis, pemerintahan
kawasan industri, perguruan tinggi, melalui
pemberian kemudahan perizinan penggelaran Pemanfaatan Infrastruktur TIK
infrastruktur jaringan tetap pitalebar, dan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
peningkatan kapasitas industri lokal pendukung mendukung pemanfaatan infrastruktur TIK adalah:
jaringan tetap pitalebar. 1) Perluasan layanan bantuan sosial non tunai,
4) Penataan alokasi spektrum frekuensi untuk konten digital pendidikan, konten digital informasi
mendorong kegiatan ekonomi, penyediaan publik, layanan digital kesehatan serta informasi
layanan dasar dan jaringan intra pemerintah pertanian, melalui pemberian insentif start up
yang aman; yang fokus pada layanan sosial, pendidikan,
5) Pengembangan jaringan intra pemerintah kesehatan, informasi publik serta informasi
didorong melalui pemanfaatan industri dalam pertanian;
negeri untuk meningkatkan kemandirian dan 2) Meningkatkan dan memfasilitasi pertumbuhan
daya saing nasional; start up yang ada, terutama yang mempunyai
6) Pelaksanaan migrasi penyiaran analog ke digital potensi untuk mendapatkan pendanaan dari
yang ditandai dengan Analog Switch Off (ASO), investor global; dan
dengan memperhatikan kesiapan industri, 3) Perluasan pemanfaatan TIK pada sektor-sektor
masyarakat, serta mempercepat selesainya pertumbuhan dalam rangka peningkatan
regulasi yang mendukung pelaksanaan tersebut; efisiensi, produktivitas, nilai tambah, dan
7) Mendorong terlaksananya pembangunan penciptaan permintaan, melalui peningkatan
infrastruktur pasif yang dapat digunakan secara produktivitas sektor ekonomi dengan
berbagi-pakai dalam rangka percepatan pemanfaatan TIK (digitalisasi sektor ekonomi).

238 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Proyek prioritas mendukung pemanfaatan pelaksanaan kinerja, melalui (a) mendorong
infrastruktur TIK meliputi: i) Pemanfaatan TIK pelaksanaan satu data dalam rangka
layanan pemerintah; dan ii) Pemanfaatan TIK pemanfaatan data yang saling interoperabilitas,
layanan masyarakat dan dunia usaha. terstandar serta dapat dibagipakaikan; (b)
mendorong pemanfaatan analisa dari Big Data
Fasilitas Pendukung Transformasi Digital untuk meningkatkan ketepatan perencanaan,
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka kinerja pelaksanaan pembangunan maupun
penyediaan fasilitas pendukung transformasi digital ketepatan pengawasan pembangunan; dan
adalah: (c) mendorong terbentuknya dashboard data
1) Peningkatan kemandirian industri dan SDM TIK nasional untuk mendukung pengambilan
dalam negeri, melalui (a) harmonisasi kebijakan kebijakan dan keputusan berbasis data yang
dan regulasi untuk mendorong pengembangan saling interoperabilitas, terstandar, serta dapat
industri TIK dalam negeri; (b) peningkatan dibagipakaikan.
kapasitas SDM TIK yang tepat sasaran untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri; (c) Proyek prioritas mendukung fasilitas pendukung
peningkatan literasi digital masyarakat; dan (d) transformasi digital meliputi: i) Pengelolaan
membangun industri perangkat TIK (5G, IoT, informasi secara aman dan terintegrasi termasuk
AI, dan lain-lain) di Indonesia, dengan tingkat di dalamnya komponen Major Project “Infrastruktur
komponen dalam negeri yang tinggi. TIK untuk Mendukung Transformasi Digital”; ii)
2) Adopsi pemanfaatan teknologi global (Big Pengembangan literasi dan keahlian TIK; dan iii)
Data, IoT, AI, dll) bersifat lintas sektor dalam Pengembangan dan fasilitasi industri TIK.
proses perencanaan, pemantauan, maupun

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 239
MEMBANGUN
LINGKUNGAN HIDUP,
MENINGKATKAN
KETAHANAN BENCANA,
& PERUBAHAN IKLIM
Pendahuluan

7
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Penurunan kualitas lingkungan hidup serta deplesi Memperhatikan kondisi tersebut, upaya membangun
sumber daya alam berpotensi menghambat lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan
keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bencana, dan perubahan iklim ditetapkan sebagai
saat ini masih bertumpu pada sektor komoditas dan salah satu prioritas nasional di dalam RPJMN
sumber daya alam. Selain itu, karakteristik Indonesia 2020-2024. Secara lebih spesifik, prioritas nasional
yang memiliki risiko bencana tinggi ditambah tersebut diuraikan ke dalam tiga kelompok kebijakan,
dengan adanya pengaruh perubahan iklim dapat yakni: (1) meningkatkan kualitas lingkungan hidup;
menimbulkan kehilangan, kerugian, dan kerusakan (2) meningkatkan ketahanan bencana dan iklim;
yang lebih besar di masa mendatang apabila tidak serta (3) menerapkan pendekatan pembangunan
diantisipasi dan ditangani dengan baik. rendah karbon.

242 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Capaian Pembangunan 2015-2019

01 02 03 04 05

Indeks Kualitas Pengurangan Penurunan laju Terkelolanya Penurunan


Lingkungan luas kebakaran deforestasi 27,43 juta ha Indeks Risiko
Hidup, berfluktu- hutan dan lahan, kawasan hutan, kawasan hutan Bencana Indo-
asi dari 64,84 di dari 2.611.411 ha dari 1,09 juta ha konservasi dan nesia (IRBI), dari
tahun 2015; di tahun 2015, di tahun 2015 20.9 juta ha 169,4 di tahun
menjadi 65,73 di menjadi 510.564 menjadi 0,48 kawasan konser- 2015, menjadi
tahun 2016; ha di tahun 2018 juta ha di tahun vasi laut hingga 135,8 di tahun
66,46 di tahun 2017 tahun 2018 2018
2017; dan 65,14
di tahun 2018

06 07 08 09 10

Pembentukan 34 Peningkatan Peningkatan Terlaksananya Persentase


Badan jumlah informasi jumlah informasi uji coba penurunan emisi
Penanggulangan peringatan dini peringatan dini implementasi gas rumah kaca
Bencana Daerah cuaca ekstrim gampa bumi dan rencana adaptasi sebesar 22,5% di
(BPBD) di tingkat yang disam- tsunami yang perubahan iklim tahun 2017
provinsi & 481 paikan kepada disampaikan (RAN-API) pada
BPBD di tingkat masyarakat, dari kepada mas- 15 daerah
kabupaten/kota 850 kali di Tahun yarakat, dari 151 percontohan
2015 menjadi kali di Tahun dan kaji ulang
37.230 kali di 2015 menjadi 181 pada 4 sektor
Tahun 2016, dan kali di Tahun prioritas
akurasinya 2016, dan akur- (Kelautan dan
meningkat 1% asinya meningkat pesisir, Air,
dibanding Tahun 13,8% dibanding Pertanian, &
2014 Tahun 2014 Kesehatan);

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 243
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

Kualitas lingkungan hidup di Indonesia secara Penanganan sumber pencemar tergolong belum
umum relatif stagnan sehingga diperlukan upaya optimal. Realisasi penanganan dan pengurangan
perbaikan yang lebih progresif untuk mencapai sampah domestik masih di bawah target RPJMN
hasil yang diharapkan di masa depan. Tren 2015-2019. Begitu pula kinerja pengendalian
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) nasional pencemaran sampah plastik dan limbah industri
menunjukkan kualitas air semakin memburuk, masih perlu lebih ditingkatkan.
kualitas udara secara absolut menurun, serta hanya
kualitas tutupan lahan yang mengalami perbaikan
(Gambar 7.1).

Gambar 7.1. Capaian Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup 2015-2019

Penanganan Sampah
Indeks Kualitas
Domestik 84,73%
Lingkungan Hidup
dari target RPJMN sebesar
84,96
87,03
84,76
16,7 juta ton/tahun
81,61

64,84
65,73 66,46 65,14

60,38 61,03 REHABILITASI HUTAN


58,55 58,68
53,10
57,83 56,88 & LAHAN
51,01
di dalam kesatuan
2015 2016 2017 2018
pengelolahan Hutan (KPH) &
Pengurangan Sampah daerah aliran sungai (DAS)
Indeks Kualitas Udara Indeks Kualitas Air 1,9 Juta Hektar dari
31,10% dari target
target 5,5 Juta Hektar
Indeks Kualitas Tutupan Lahan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 4,5 juta ton/tahun

Kawasan Hutan
Konservasi yang 27,43 Kawasan
Konservasi Laut 20,9
dikelola Juta Ha yang dikelola Juta Ha

Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan Penurunan Laju Deforestasi Kawasan Hutan
Luas Lahan Tahun Luas Lahan
Tahun Terbakar
2015 2.611.411 ha 2015 1,09 juta ha

2016 438.363 ha 2016 0,63 juta ha

2017 165.484 ha 2017 0,48 juta ha

Upaya Penegakan Hukum Pengelolaan Lingkungan hidup & Kehutanan Tahun 2018

2.677 3.135 541 132 18


Panduan Izin Sanksi Sengketa di luar Gugatan diajukan
ditangani Diawasi Administratif pengadilan diselesaikan ke prapeadilan*
*Potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP)dari putusan inkracht Rp 18,3 triliun

244 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Rehabilitasi hutan dan lahan untuk pemulihan lahan iklim (API) dengan pengurangan risiko bencana
kritis di dalam kesatuan pengelolaan hutan (KPH) (PRB) semakin ditingkatkan dalam periode 5 tahun
dan daerah aliran sungai (DAS) belum memenuhi terakhir, baik melalui kegiatan perencanaan dan
target akibat terkendala hak dan status lahan kritis upaya terintegrasi secara lintas sektor, antarwilayah
yang akan direhabilitasi, serta belum optimalnya dan para pemangku kepentingan dalam kegiatan
pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar DAS. adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko
Namun demikian, laju deforestasi di dalam kawasan kebencanaan, baik di tingkat daerah maupun di
hutan berhasil diturunkan. Luas hutan dan lahan tingkat nasional serta integrasinya dengan perjanjian
terbakar juga telah berkurang secara signifikan dan kerjasama global.
melalui penanggulangan yang efektif.
Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) pada
Upaya konservasi kawasan untuk mendukung pusat-pusat pertumbuhan nasional telah berhasil
pelestarian keanekaragaman hayati menunjukkan diturunkan (Gambar 7.2). Capaian tersebut
capaian yang positif. Luas serta efektifitas dihasilkan melalui pelaksanaan program dan
pengelolaan kawasan hutan konservasi dan kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan
kawasan konservasi laut terus ditingkatkan. Selain oleh kementerian/lembaga (K/L) bekerjasama
itu, sampai tahun 2018 telah dilakukan penetapan dengan pemerintah daerah, masyarakat, relawan,
serta pembinaan terhadap 35 unit kawasan dan pelaku usaha dalam kerangka pengurangan
ekosistem esensial (KEE) meliputi karst, mangrove, kerentanan (vulnerability) dan peningkatan
koridor hidupan liar, dan taman kehati dengan luas ketahanan (resilience) yang menjadi titik simpul
total 1.447.576,3 ha sehingga ~73 persen dari target konvergensi ancaman perubahan iklim dan risiko
kumulatif di tahun 2019 (48 unit) sudah tercapai. bencana.

Capaian kinerja penegakan hukum untuk mendukung Dalam rangka pengurangan kerentanan (vulnerability),
pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan semakin capaian yang telah diwujudkan adalah pelaksanaan
meningkat dalam aspek penanganan pengaduan, berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan
pengawasan izin; pemberian sanksi administratif, serta kapasitas adaptif di daerah-daerah rawan bencana.
penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Namun, Peningkatan kapasitas adaptif dilakukan melalui
potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pembangunan infrastruktur-infrastruktur strategis
yang cukup besar dari denda maupun nilai pengganti pada sektor-sektor prioritas; peningkatan SDM
kerugian dan pemulihan masih sulit direalisasikan pemerintah daerah dan masyarakat yaitu kegiatan
akibat proses eksekusi putusan pengadilan yang penyuluhan-penyuluhan, pelatihan dan simulasi
belum berhasil dilaksanakan. situasi bencana (drill); serta peningkatan regulasi
terkait ketahanan terhadap bencana dan iklim pada
Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim sektor prioritas.
Indonesia tercatat memiliki riwayat kejadian
bencana yang tinggi, dengan sebagian besar Sebagai upaya dalam meningkatkan (resilience)
di antaranya (>75 persen) merupakan bencana ketahanan terhadap bencana, telah dilakukan
hidrometeorologis yang terkait dengan iklim dan berbagai perbaikan dan penguatan dalam kerangka
dinamika perubahannya, antara lain puting beliung, regulasi, kerangka kelembagaan, dan kerangka
banjir, banjir bandang, longsor, kebakaran hutan dan pembiayaannya. Dalam penguatan kerangka
lahan, kekeringan serta cuaca ekstrim. Oleh karena regulasi, telah dilakukan beberapa perbaikan
itu, agenda konvergensi antara adaptasi perubahan peraturan perundangan yang terkait dengan

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 245
Gambar 7.2. Capaian Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim serta Pembangunan Rendah Karbon 2015-2019

Penyusunan Kajian & Peta risiko


bencana di 34 provinsi 170 Kab/Kota
Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) pada 136
Penyusunan rencana penanggulangan Kabupaten/Kota yang merupakan pusat-pusat
bencana (RPB) di 118 Kab/Kota
pertumbuhan di tahun 2018 mencapai 135,8 atau
penyusunan 64 rencana kontingensi &
uji lapangan di 36 lokasi berkurang 19,81% dari 169,4 di tahun 2015
Pembentukan desa tangguh bencana
di 594 desa/kelurahan di 186 kab/kota 515
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Pembentukan dan pemberian bantuan
peralatan pusat dalops di 104 lokasi (BPBD)
tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota yang telah
Instalasi sistem peringatan dini
terbentuk, yang terdiri dari 34 BPBD ditingkat
multiancaman bencana di 58 lokasi
provinsi & 481 BPBD tingkat kabupaten/kota

22,5% di tahun 2017 >12.400


Mendekati target penurunan Kegiatan mitigasi
emisi GRK 26% di tahun 2020 perubahan iklim oleh
7 K/L dan 34 Provinsi

Daerah 90%
15 Percontohan
RAN-API
Akurasi Informasi gempa bumi &
peringatan dini tsunami yang disampaikan

4 Sektor Prioritas
(Kelautan dan
dalam waktu kurang dari 5 menit

Pesisir, Air,
Pertanian &
91% 82% 77%
Ketersediaan layanan Akurasi Akurasi layanan
Kesehatan sistem operasi jaringan informasi informasi iklim di
komunikasi cuaca tingkat kecamatan

pengurangan risiko bencana dan penanggulangan penyusunan rencana penanggulangan bencana


bencana. Perbaikan dalam kerangka regulasi baik di (RPB), penyusunan rencana kontijensi, pembentukan
tingkat pusat maupun daerah tersebut, ditindaklanjuti desa tangguh bencana, penguatan sumberdaya
dengan penguatan kerangka kelembagaan terkait penanggulangan bencana dan pelatihan relawan
dengan penanggulangan bencana dan pengurangan kebencanaan, pembentukan dan pemberian
risiko bencana. Selain itu pada beberapa lokasi bantuan peralatan pusat pengendalian dan operasi,
juga telah dilakukan berbagai upaya pengurangan penyediaan peringatan dini gelombang tinggi saat
risiko bencana yang didukung oleh basis data terjadinya siklon tropis dan cuaca ekstrem lainnya,
yang kuat dari pilar meteorologi, klimatologi, dan peningkatan akurasi informasi layanan informasi
geofisika, yang meliputi penyusunan kajian dan gempabumi dan peringatan dini tsunami dalam waktu
peta risiko bencana, penguatan analisis mitigasi kurang dari 4 menit, serta instalasi sistem peringatan
bencana dalam penyusunan rencana tata ruang, dini multiancaman bencana. Dalam kerangka

246 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


pembiayaan, telah dilanjutkan komitmen Pemerintah RAN-GRK Kementerian PPN/Bappenas juga
dalam pembiayaan penanggulangan bencana, melakukan perhitungan nilai baseline dan potensi
khususnya dalam rangka investasi pengurangan emisi GRK tahunan yang menunjukkan bahwa nilai
risiko bencana, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca capaian penurunan emisi GRK pada tahun 2017
bencana serta inisiasi berbagai inovasi pembiayaan adalah sebesar 24% atau 450.102 Ribu Ton CO2e.
kebencanaan Adapun intensitas Emisi GRK pada tahun 2017
adalah sebesar 412 ton CO2e/miliar rupiah.
Adapun dalam rangka meningkatkan ketahanan
(resilience) terhadap perubahan iklim telah Capaian penurunan emisi dan intensitas emisi GRK
dilaksanakan kajian ilmiah bahaya perubahan merupakan kontribusi seluruh bidang (kehutanan
iklim pada empat sektor prioritas serta uji coba dan lahan gambut, pertanian, energi, industri,
implementasi rencana adaptasi perubahan iklim transportasi, dan pengelolaan limbah) dari kegiatan
pada lima belas daerah percontohan. Peningkatan Kementerian/Lembaga serta Organisasi Perangkat
ketahanan iklim juga didukung dengan penyediaan Daerah di 34 Provinsi dalam melaksanakan aksi
informasi iklim yang cepat dan akurat melalui mitigasi perubahan iklim sebagai implementasi dari
program pengembangan dan pembinaan Rencana Aksi Nasional dan Rencana Aksi Daerah
meteorologi, klimatologi dan geofisika yang juga penurunan emisi GRK (RAN/RAD GRK). Hingga
berperan penting untuk mendukung pengurangan Desember 2017 tercatat lebih dari 12.400 aksi
risiko bencana. mitigasi yang dilaporkan kepada Kementerian PPN/
Bappenas melalui sistem Pemantauan, Evaluasi,
Pembangunan Rendah Karbon dan Pelaporan (PEP) online.
Capaian penurunan emisi gas rumah kaca (GRK)
semakin mendekati target penurunan emisi GRK Dari hasil evaluasi kegiatan RAN-GRK dengan
26% di tahun 2020. Berdasarkan hasil kompilasi membandingkan antara target dan capaian
dan perhitungan oleh Sekretariat RAN-GRK penurunan emisi GRK tahun 2017 menunjukkan tiga
Kementerian PPN/Bappenas, capaian penurunan sektor (bidang berbasis lahan, energi, dan IPPU)
emisi GRK sampai dengan tahun 2017 adalah telah mencapai, bahkan melebihi, target tahunan.
sebesar 22,5% dari Baseline akumulatif hingga Perbandingan capaian dan target penurunan emisi
tahun 2017. Selain secara akumulasi, Sekretariat GRK tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 7.1. Perbandingan antara Target dan Capaian Penurunan Emisi GRK

Target Penurunan Potensi Penurunan Persentase Pemenuhan


No Bidang
Emisi GRK 2017 Emisi GRK 2017 Target (Efektivitas)
Kehutanan dan Lahan
1 1.048.801,93 396.700,24 37,82%
Gambut serta Pertanian
Energi, Transportasi dan
2 702.508,41 48.355,27 6,88%
Industri
3 Pengelolaan Limbah 159.940,07 6.648,46 4,16%

Catatan:
• Target Penurunan Emisi GRK menggunakan hasil pemodelan sistem dinamik (Indoclimos) yang disusun oleh Kementerian PPN/Bappenas
• Capaian penurunan emisi GRK merupakan pelaporan dari K/L dan pemerintah daerah pada tahun 2017

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 247
Lingkungan dan Isu Strategis
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup.
Deplesi Sumber Daya Alam dan Degradasi Kualitas Lingkungan Hidup

Tutupan hutan Indonesia cenderung selalu tutupan hutan sangat rendah, seperti Jawa, Bali dan
mengalami pengurangan setiap tahunnya. Rata-rata Nusa Tenggara.
laju deforestasi yang terjadi pada tahun 1990-2017
mencapai 1 juta hektar per tahun. Meskipun laju Walaupun cadangan air nasional secara keseluruhan
deforestasi turun hingga menjadi 480 ribu hektar masih dalam kategori aman, namun masih terdapat
di tahun 2017, namun tanpa kendali yang berarti, permasalahan dalam hal aksesibilitas, kontinuitas,
pengurangan tutupan hutan akan terus terjadi akibat dan juga kualitas yang belum memenuhi standar.
tekanan pembangunan. Proporsi luas wilayah krisis air secara nasional
diproyeksikan akan meningkat dari 6,0 persen di
Berdasarkan hasil pemodelan KLHS RPJMN 2020- tahun 2000 menjadi 9,6 persen di tahun 2045. Hal
2024, tutupan hutan diperkirakan berkurang dari ini akibat ketidakseimbangan neraca air akibat
50 persen luas lahan total Indonesia di tahun 2017 kondisi daerah hulu tangkapan air yang semakin
menjadi sekitar 47 persen di tahun 2045. Penurunan kritis serta eksplorasi air tanah yang berlebihan
tutupan hutan akan semakin memicu terjadinya terutama di daerah perkotaan. Beberapa wilayah
kelangkaan air, khususnya pada wilayah dengan seperti Pulau Jawa yang nilai ketersediaan air per

248 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


kapitanya sudah berstatus langka, dan Bali-Nusa Berkurangnya tutupan hutan juga memicu
Tenggara yang berstatus tertekan membutuhkan penyusutan luas habitat spesies langka di sebelah
perhatian khusus. barat garis Wallacea dari 80,3 persen di tahun
2000 menjadi 49,7 persen di tahun 2045. Kondisi
Kualitas air diperkirakan terus menurun signifikan yang sama diperkirakan akan terjadi di sebelah
akibat kondisi daerah hulu tangkapan air yang kritis timur garis Wallacea khususnya wilayah Papua.
dan pencemaran lingkungan. Kajian Bappenas Hal ini antara lain didorong oleh peningkatan
(2018) menunjukkan kandungan Biologycal luas perkebunan monokultur khususnya kelapa
Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen sawit yang semakin menekan tutupan hutan dan
Demand (COD) rata-rata (mg/L) secara nasional dapat mengakibatkan peningkatan kehilangan
diproyeksikan meningkat 1,1 kali lipat di tahun keanekaragaman hayati apabila tidak segera
2024 dan 1,2 kali di tahun 2030 dibandingkan dilakukan penanganan. Ketidakstabilan ekosistem
kondisi tahun 2020. Walaupun proyeksi nilai BOD alam tersebut membutuhkan langkah-langkah
dan COD tersebut belum melampaui standar baku antisipasi untuk membalikkan tren penurunan dan
mutu, namun nilai rata-rata BOD sudah mendekati menjaga keberlanjutan ketersediaannya.
ambang batas sehingga perlu diperhatikan.
Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman
hayati tinggi mempunyai peluang besar untuk
Tutupan Hutan mengembangkan produk dari keragaman hayatinya.
berkurang dari 50% (93,4 Pemanfaatan keanekaragaman hayati melalui
Juta ha) Tahun 2017 hingga kegiatan bioprospekting dapat memenuhi kebutuhan
tinggal 46% (86,5 juta ha)
bahan baku obat, sandang, pangan, rempah, pakan
dari total lahan Indonesia
(188 juta ha) di tahun 2045 ternak, penghasil resin, pewarna dan lain-lain. LIPI
(2014) mencatat sebanyak 410 spesies mikroba
telah diketahui berdasarkan data koleksi mikroba
Kelangkaan air pada berbagai koleksi jaringan Indonesia dan hasil
di Pulau Jawa, Bali dan Nusa
penelitian eksplorasi-bioprospeksi. Selain itu, hasil
Tenggara meningkat hingga
2030. Proporsi luas wilayah pengujian spons dan makroalgae menunjukkan
krisis air meningkat dari 6,0% potensi sebagai antitumor, antioksidan, antikanker
di tahun 2000 menjadi 9,6% dan antibakteri. Di samping itu, diversifikasi produk
di tahun 2045. Kualitas air
diperkirakan juga menurun primer tumbuhan obat menjadi produk sekunder
signifikan memiliki nilai tambah ekonomi yang tinggi.

Luas habitat ideal Daya tampung lingkungan hidup juga semakin


satwa langka terancam merosot akibat tingginya pencemaran dan upaya
punah di empat pulau besar
(Sumatra, Jawa, Kalimantan penanganannya yang belum optimal. Saat ini
dan Sulawesi) berkurang dari tingkat penanganan sampah secara nasional baru
80,3% di tahun 2000 mencapai 67 persen dari total proyeksi timbulan
menjadi 49,7 % di tahun
sampah sementara tingkat pengurangan sampah
2045.
hanya mencapai 2,26 persen.

Terkait pengelolaan sampah pada tahun 2018


Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018 jumlah timbunan sampah yang berhasil ditangani

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 249
mencapai 45,48 juta atau 68.83% dari total timbunan Meningkatnya Tindak Pelanggaran Hukum Sumber
sampah yang ada atau meningkat sebesar 2,63% Daya Alam dan Lingkungan Hidup
jika dibandingkan tahun sebelumnya. Sama halnya Tingginya kerusakan lingkungan hidup di Indonesia
dengan angka pengurangan timbunan sampah tidak lepas dari masih maraknya pelanggaran hukum
yang terus meningkat sebesar 1,39 juta ton pada di bidang sumber daya alam (SDA) dan lingkungan
tahun 2017 dan 1,81 juta ton pada tahun 2018. hidup; seperti illegal logging, kebakaran hutan dan
Namun masih terdapat timbulan sampah yang lahan, penambangan tanpa ijin, tumpahan minyak
belum tertangani pada tahun 2018 sebesar 18.7 di laut, perusakan terumbu karang, penguasaan
juta ton atau setara dengan 28,42% dari timbulan hutan non-prosedural, dan pencemaran limbah B3.
sampah yang dihasilkan. Hal ini disebabkan sistem Bahkan kawasan konservasi dan perlindungan juga
pengelolaan sampah yang belum optimal baik dari sisi tidak luput dari maraknya tindak kejahatan, seperti
infrastruktur, sarana prasarana penunjang, retribusi perambahan, illegal logging, penggunaan kawasan
pengelolaan sampah, kapasitas SDM, kelembagaan hutan dan kejahatan TSL.
dan penegakan hukumnya. Untuk itulah diperlukan
sistem pengelolaan sampah terintegrasi dari hulu Temuan Komisi Pemberantasan Korupsi pada tahun
sampai ke hilir menuju ekonomi sirkular. 2015 menunjukkan potensi kerugian negara tahun
2003-2014 akibat indikasi tidak tercatatnya produksi
Limbah B3 dan Limbah Medis telah menjadi isu kayu secara akurat yang bersumber dari dana
nasional. Pada tahun 2018 jumlah timbulan limbah reboisasi dan provisi sumber daya hutan sekitar
B3 dari RS adalah 294,66 ton/hari sementara 7,24 T/tahun, serta dari nilai komersial produk kayu
jumlah rumah sakit yang memiliki izin pengolahan sekitar 66,8 T/tahun. Selain kerugian negara, kasus
limbah B3 adalah sebanyak 69 rumah sakit dengan kejahatan SDA dan lingkungan hidup juga dapat
kapasitas pengolahan 54,20 ton/hari dan jumlah jasa mengakibatkan bencana ekologis, serta ancaman
pengolah limbah medis (pihak ketiga) berizin: 6 jasa terhadap kepastian hukum, kewibawaan negara,
dengan kapasitas 115,68 ton/hari, artinya terdapat dan ketahanan nasional.
41.9% limbah B3 medis yang belum terkelola dan
berpotensi terbuang langsung ke lingkungan atau Upaya penegakan hukum terhadap kasus-kasus
ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah SDA dan lingkungan hidup akan menghadapi
beberapa tantangan berupa beragamnya tipologi
Permasalahan lainnya adalah masih tingginya kejahatan; skala kejahatan yang masif dan lokasi
pencemaran laut khususnya sampah plastik di kejahatan yang tersebar bahkan lintas batas wilayah
laut sekitar 1,29 juta ton/tahun. Tingkat kebocoran administrasi; besarnya dampak dan nilai kerugian
sampah plastik ke perairan sungai hingga laut bahkan yang ditimbulkan; serta modus kejahatan yang
diprediksi telah mencapai lebih dari 70 persen semakin dinamis dan terorganisir.
jumlah timbulan. Selain menimbulkan pencemaran
lingkungan, kondisi ini mengakibatkan gangguan Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim
serius bagi kehidupan biota laut. Semakin banyak Tingginya Risiko Bencana di Indonesia
kejadian penyu, burung, hingga mamalia laut mati Dalam World Risk Report (2016), Indonesia
akibat menelan sampah plastik. Selain itu, kandungan dikategorikan sebagai negara dengan tingkat risiko
mikroplastik yang semula terakumulasi pada air dan bencana yang tinggi. Hal tersebut disebabkan
tubuh hewan kini ditemukan juga di tubuh manusia karena tingginya tingkat keterpaparan (exposure)
sehingga diprediksi akan menimbulkan banyak dan kerentanan (vulnerability) terhadap bencana.
masalah kesehatan di kemudian hari. Bahkan hampir 75 persen infrastruktur industri dan

250 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


konektivitas dasar di Indonesia, termasuk sarana Meskipun sebagian besar kejadian bencana
pendukungnya dibangun pada zona rawan/bahaya. dipicu oleh faktor iklim; namun karakteristik geologi
yang berada di pertemuan antar lempeng juga
Berdasarkan data pada Gambar 7.3 dapat dikenali menjadikan Indonesia menjadi kawasan yang
perbandingan jumlah dan tren peningkatan antara rawan dengan bencana geologis seperti gempa
dua jenis kejadian bencana alam yang terjadi di bumi, letusan gunung api beserta potensi tsunami
Indonesia, yaitu bencana hidrometeorologi akibat yang ditimbulkan. Secara frekuensi bencana
perubahan iklim dan bencana akibat aktivitas geologi ini memang jarang namun lebih berpotensi
geologi. Jumlah kejadian bencana hidrometeorologi menimbulkan korban jiwa maupun kerugian ekonomi
jauh lebih besar dan cenderung semakin meningkat dalam skala besar.
dibandingkan bencana geologi.
Hal ini diperburuk dengan banyaknya pemukiman
Gambar 7.3. Grafik Perbandingan Bencana & Jumlah penduduk dan infrastruktur penting yang dibangun
Kejadian Bencana Hidrometeorologi
di sekitar sesar aktif sehingga menimbulkan korban
jiwa dan kerugian ekonomi yang signifikan (Gambar
7.4)

Risiko Bencana terkait Karakteristik Geologi


Indonesia adalah wilayah yang terletak diatas jalur-
jalur sumber gempa besar dari zona megathrust-
subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif.
Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa 2017
yang mengacu pada konsep Probalistic Seismic
Hazard Analysis, KemenPUPR, segmen-segmen
sesar aktif yang berpotensi menghasilkan gempa
diatas skala magnitude 6.5 diidentifikasi mencapai
280 sesar. Hal ini menunjukan banyaknya potensi
lokasi yang dilintasi oleh sesar aktif dan terancam
bahaya deformasi oleh pergerakan sesar, selain
tentu saja terancam oleh potensi bahaya goncangan
Sumber: BNPB (2018)
gempanya.

Selama kurun waktu 8 tahun (2010-2017) terjadi Frekuensi gempabumi dengan magnitudo kurang
peningkatan 887 kejadian bencana hidrometeorologi; dari 5 SR juga relatif tinggi karena terjadi pada sesar
sementara dalam kurun waktu yang sama, bencana tektonik di kedalaman yang dangkal. Meskipun
geologi meningkat 64 kejadian. Jenis bencana dengan magnitudo yang kecil, gempa tersebut
hidrometereologi dengan peningkatan jumlah dapat menimbulkan kerusakan infrastruktur dan
kejadian terbesar selama kurun waktu 2010-2017 meresahkan masyarakat. Upaya pengamatan
adalah puting beliung (363 kejadian), kebakaran gempabumi dengan magnitudo kecil tersebut
hutan dan lahan (346 kejadian), tanah longsor (145 hingga saat ini masih belum optimal sehingga
kejadian), banjir (105 kejadian), dan gelombang informasinya pun tidak tersampaikan dengan
pasang/abrasi (17 kejadian). baik. Masih dibutuhkan penambahan jumlah dan
peningkatan kualitas peralatan pemantauan short

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 251
Gambar 7.4. Dampak Bencana Alam pada Tahun 2010-2017

Rata-rata Korban Jiwa Meninggal & Hilang Per 100.000 Jumlah Jiwa Terdampak Per 100.000 Pendududuk Tahun
Penduduk Tahun 2010-2017 2010-2017

3,000
1.00
2,527.92
0.80 2,500
0.80
2,000
0.60 1,436.33
1,500
0.40 862.08 872.22
0.24 0.22 1,000
604.02
0.18 0.13
0.20 500
0.21
0.11 0.14 410.63
319.50 415.62
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kerugian Ekonomi Akibat Bencana Tahun 2010-2017


(dalam Juta Rupiah dan persen GDP)
11,898,115
14,000,000
(0.17% PDB )
12,000,000 9,191,016
(0.11% PDB )
10,000,000 7,091,397
7,036,777 (0.08% PDB )
8,000,000 (0.08% PDB )
6,000,000
5,047,186
4,000,000 (0.07% PDB ) 5,255,767
4,742,405
(0.07% PDB ) 2,647,333
2,000,000 (0.05% PDB )
(0.03% PDB )
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kejadian Bencana & Korban Jiwa Tahun 2010-2017


2,500 3,892,986 4,500,000
3,674,369 4,000,000
2,000 1,907
3,500,000
2,814,265 3,394,839 3,000,000
1,500 2,500,000
1,059 1,663,103 979 2,000,000
1,000 824
725 1,500,000
584 596 604 525
573 428 954,241 512 995,581 578 1,000,000
500 320 276
378
500,000
475,529
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Kejadian Korban Jiwa (Meninggal & Hilang) Terdampak (Mengungsi & Menderita)
Sumber: BNPB (2018)

252 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 7.5. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Goncangan Gempabumi dan Sesar Aktif

Peta Percepatan Puncak di Batuan Dasar (SB) untuk Peta Distribusi Penduduk Terhadap Percepatan Puncak
prebabilitas terlampaui 2 persen dalam 59 tahun di Batuan Dasar (SB) Untuk Probabilitas Terlampaui 10
persen dalam 50 Tahun Indonesia

Peta Distribusi Populasi Terpapar Bahaya Peta Distribusi Fasilitas Pendidikan Terpapar
1 Km dari Sesar Bahaya 1 Km dari Sesar

Sumber: Pusgen (2018)

period seismograph sensor yang peka terhadap 50 persen penduduk Indonesia (±130 juta jiwa).
gempa skala kecil, terutama pada lokasi yang Pulau Sumatera (±48 juta jiwa), Pulau Sulawesi (±21
berada di sekitar sesar aktif. juta jiwa), Kepulauan Nusa Tenggara (±7 juta jiwa),
Kepulauan Maluku (±6 juta jiwa), dan Pulau Papua
Risiko tinggi karena goncangan yang tinggi (>0.5 g) (±4 juta jiwa). Sementara, Pulau Kalimantan memiliki
diestimasi pada wilayah Sumatera, Sulawesi, Maluku jumlah penduduk terdampak gempa bumi paling
dan Papua yang diberi warna merah. Sedangkan sedikit, yakni ±2 juta jiwa).
wilayah berisiko tinggi dengan bahaya goncangan
lebih dari 0.1 g dan memiliki densitas populasi tinggi Indonesia juga tergolong sebagai negara yang rawan
yaitu pada Ibukota Jakarta, Bandung, Semarang, tsunami, karena merupakan daerah pertemuan tiga
Yogyakarta, Surabaya, Sumatera Utara, Sumatra lempeng tektonik utama dunia, yakni Lempeng
Barat dan Aceh. Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng
Pasifik. Catatan sejarah tsunami di Indonesia
Sebaran penduduk terdampak oleh gempa bumi menunjukkan bahwa kurang lebih 172 tsunami yang
adalah wilayah Pulau Jawa dan Bali, yakni sekitar terjadi dalam kurun waktu antara tahun 1600–2012.

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 253
Gambar 7.6. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Tsunami
Lokasi Kejadian Gempabumi dan Tsunami Peta Risiko Tsunami Indonesia

Sumber: BNPB (2012)

Kabupaten/Kota Terpapar Bahaya Tsunami

Level of tsunami hazard along the Indonesian Location of capital city of coastal districts in Indone-
shoreline base on Deterministic Tsunami Hazard sian (Latif & Haris, 2009)
Analysis (Latief & Haris, 2009)

146 Ditrict cities faced to tsunami hazard:

• Very high (H > 8m) : 36 cities


• High (8m > H > 4m) : 57 cities
• Moderate (4m > H > 1m : 37 cities
• Low (H < 1m) : 16 cities

16 Provincial cities faced to tsunami hazard:

• Very High :
Banda Aceh, Padang, denpasar & Ternate
• High :
Level of tsunami hazard of coastal districts in Mataram, Kupang, Manado, Ambon, Manokwari
Indonesia (Latief & Haris, 2009) & Jayapura
• Moderate :
Lampung, Palu, Makasar, Kendari & Mamuju
• Low :
Sumber: Hamzah Latief, Group Riset Tsunami, Program Studi Jakarta
Oseanografi, PPMB ITB, Bandung, 11 Januari 2018

254 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sejumlah daerah di pulau-pulau yang berhadapan untuk sesar aktif yang relatif dekat dengan kota
langsung dengan zona penunjaman antar lempeng besar dengan penduduk dan infrastruktur yang
ini, seperti bagian barat Pulau Sumatra, selatan padat.
Pulau Jawa, Nusa Tenggara, bagian utara Papua,
serta Sulawesi dan Maluku merupakan kawasan Jangkauan pelayanan informasi gempabumi dan
yang sangat rawan tsunami. peringatan dini tsunami belum dapat menjangkau
seluruh daerah yang rawan terhadap gempabumi
Daerah dengan ancaman tsunami yang sangat dan tsunami. Peningkatan frekuensi kejadian
tinggi dan tersebar pada hampir seluruh wilayah gempabumi termasuk yang berpotensi tsunami
Indonesia, mulai dari pantai Barat Aceh, Sumatera menjadi peringatan bahwa keterpaparan masyarakat
Barat, Bengkulu, selatan Jawa, Nusa Tenggara, akan bencana tersebut masih tinggi, sehingga
Sulawesi bagian tengah dan utara, Maluku dan dibutuhkan perhatian khusus dalam menyusun
Maluku utara serta Papua bagian barat dan utara. rencana yang holistik dan terintegrasi dalam upaya
pemantauan untuk meningkatkan akurasi informasi
Hampir seluruh kabupaten/kota di garis pantai peringatan dini tsunami.
masuk dalam tingkat risiko Sangat Tinggi dan Tinggi
karena perkiraan tinggi gelombang di atas tiga Tidak hanya gempa dan tsunami, Indonesia
meter. Ada empat kawasan utama yang memiliki juga menyimpan potensi bencana geologi yang
risiko dan probabilitas tsunami tinggi, antara lain: berasal dari erupsi gunungapi Tercatat sebanyak
Megathrust Mentawai, Megathrust Selat Sunda 127 gunungapi (sekitar 13% gunungapi di dunia)
dan Jawa bagian selatan, Megathrust selatan Bali tersebar di wilayah Indonesia. Gunungapi tersebut
dan Nusa Tenggara, serta Kawasan Papua bagian membentuk busur kepulauan yang membentang
utara. Ada 3,7 juta jiwa yang berpotensi terpapar dari ujung barat sampai timur, yaitu dari pulau
bahaya bencana tsunami pada 2015, pada 2030 Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku,
jadi 4,4 juta jiwa (naik 19 persen). Maluku Utara, Sulawesi bagian utara, dan Kepulauan
Sangir Talaud.
Pemahaman informasi gempabumi dan peringatan
dini tsunami di masyarakat dapat dikatakan masih Erupsi gunungapi dapat menyebabkan bencana bagi
belum optimal, sehingga menyebabkan tingginya penduduk di sekitarnya, tidak kurang dari 5 juta jiwa
potensi dampak akibat ancaman gempabumi bermukim dan beraktivitas di sekitar gunungapi aktif,
dan tsunami. Kurang optimalnya pemahaman sehingga risiko bencana erupsi gunungapi sangat
masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor, antara besar. Dalam beberapa tahun ke depan potensi risiko
lain adalah masih kurangnya sosialisasi produk bencana gunungapi yang perlu mendapat perhatian
informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami adalah Gunung Sinabung, Gunung Merapi, Gunung
kepada masyarakat atau instansi terkait yang Soputan, Gunung Agung, dan Gunung Lokon.
memiliki kompetensi dalam memberikan pendidikan Sedangkan kawah gunungapi yang perlu mendapat
langsung kepada masyarakat, serta diikuti dengan perhatian khusus adalah kawah Gunung Ijen dan
masih kurangnya penelitian precursor gempabumi Gunung Dempo.

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 255
Gambar 7.7. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Erupsi Gunung Api

Sumber: PVMBG (per April 2018)

Tabel 7.2 Gunung Api Aktif di Indonesia

Jumlah Gunungapi Aktif


No Kategori Jumlah
Tipe A Tipe B Tipe C
1 Sumatera 13 11 6 30
2 Jawa 19 10 5 34
3 Lombok 1 - - 1
4 Bali 2 - - 2
5 Sumbawa 2 - - 2
6 Flores 17 3 5 25
7 Laut Banda 7 2 - 9
8 Sulawesi 6 2 5 13
9 Kepulauan Sangihe 5 - - 5
10 Halmahera 5 1 - 6
Jumlah 77 29 21 127

Sumber: Renas PB 2015-2019

256 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Peningkatan Potensi Dampak dan Risiko Bencana daerah dataran tinggi yang memiliki pengaruh
Hidrometereologi akibat Perubahan Iklim orografis tinggi.
Tren bencana hidrometereologi semakin meningkat di
dunia. Indonesia juga tercatat sebagai daerah rawan Besarnya pengaruh perubahan iklim terhadap curah
bencana hidrometereologi, baik yang diperburuk hujan di Indonesia ditunjukkan dengan semakin
oleh kondisi perubahan iklim serta degradasi kualitas tingginya curah hujan pada bulan-bulan basah
lingkungan akibat ulah manusia (antropogenic). dan semakin rendah curah hujan pada bulan-bulan
kering dengan rentang nilai perbedaan curah hujan
Perubahan iklim diprediksi menyebabkan temperatur berkisar -2,5 hingga 2,5 mm/hari.
permukaan di wilayah Indonesia meningkat
secara konsisten. Pada skenario RCP4.5, suhu di Dalam Skenario RCP4.5, penurunan curah hujan
Indonesia tahun 2100 diproyeksikan meningkat periode 2020 –2035 diproyeksikan mencapai 2
sekitar 1,5°C dibandingkan tren historis, sedangkan mm/hari. Pada skenario RCP8.5 periode 2020-2035
pada skenario RCP 8.5, peningkatan temperatur curah hujan masih lebih rendah (lebih kering) bila
maksimum diproyeksikan mencapai sekitar 3.5°. dibandingkan dengan periode tahun 2030-2045 pada
Kenaikan tertinggi temparatur rata-rata proyeksi di skenario RCP4.5 dan terjadinya peningkatan curah
Indonesia berpotensi mencapai nilai yang sama hujan sekalipun tetap lebih rendah dibandingkan
dengan rentang temperatur global pada tahun dengan periode tahun 2020-2035 maupun periode
2100, yaitu antara 1.5°C – 4°C hingga tahun 2100. tahun 2030-2045 pada skenario RCP4.5. Penurunan
curah hujan antara 0 – 2.5 mm/hari akan terjadi pada
Di samping itu, proyeksi curah hujan periode 2020- bulan Maret di sebagian besar wilayah Indonesia
2035 dan 2030-2045 dengan menggunakan skenario bagian selatan. Ancaman kekeringan klimatologis
RCP4.5 dan RCP8.5 berfluktuasi sekitar 2 mm/hari. diproyeksikan melalui skenario RCP8.5 pada periode
Dimana secara umum curah hujan lebih tinggi pada 2030-2045, peningkatan intensitas curah hujan akan
bulan Januari hingga April, dan September hingga tetap lebih rendah dibanding dengan periode dan
Desember. Berdasarkan distribusi spasial, daerah skenario yang lain.
yang memiliki curah hujan tinggi biasanya adalah

Gambar 7.8. Proyeksi Perubahan Suhu dan Curah Hujan di Indonesia

Proyeksi Suhu 2020-2034


• Skenario RCP 4.5 antara 0.45-0.75 °C
• Skenario RCP 8.5 relatif sama 0.6-1.9 °C
Proyeksi Suhu 2030-2045
• Skenario RCP 4.5 antara 0.75-1.3 °C
• Skenario RCP 8.5 relatif sama 0.9-1.5 °C
Proyeksi Suhu Hingga 2100
• Skenario RCP 4.5* mendekati 1.5 °C hingga
akhir abad ke-21
• Skenario RCP 8.5 meningkat mencapai sekitar
3.5 °C akhir abad ke-21

Sumber: BMKG dan BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 257
Hasil prediksi iklim dasawarsa untuk Indonesia besar wilayah Indonesia, terutama di Sumatera,
menunjukkan bahwa di masa mendatang akan Kalimantan dan Papua (Gambar 7.9). Sementara
terjadi penurunan curah hujan yang signifikan itu, prediksi indeks ekstrem basah pada Gambar
pada saat El Nino berlangsung, baik secara 7.10 menunjukkan adanya variasi selama periode
independen atau saat El Nino berbarengan RPJMN, dimana beberapa wilayah diprediksi akan
dengan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) lebih sering berada dalam kondisi di atas normal
positif. Prediksi dasawarsa untuk periode RPJMN (AN) terutama di wilayah selatan Indonesia, meliputi
juga menunjukkan kejadian iklim ekstrem kering bagian selatan Sumatera dan Sulawesi, sebagian
akan lebih sering berpeluang di atas normal (AN), besar Pulau Jawa serta sebagian Nusa Tenggara
yang diprediksi akan mendominasi sebagian dan Maluku.

Gambar 7.9. Prediksi Peluang Kejadian Iklim Ekstrem Kering Tahun 2020-2025

Tahun 2020 Tahun 2021

Tahun 2022 Tahun 2023

Tahun 2024 Tahun 2025

Sumber: BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

258 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 7.10. Prediksi Peluang Kejadian Iklim Ekstrem Basah Tahun 2020-2025

Tahun 2020 Tahun 2021

Tahun 2022 Tahun 2023

Tahun 2024 Tahun 2025

Sumber: BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

Prediksi peristiwa iklim ekstrem tersebut sangat diperlukan adanya langkah antisipasi dan mitigasi
penting untuk perencanaan antisipasi dan mitigasi bencana hidrometeorologis seperti banjir dan tanah
risiko bencana. Pada peristiwa iklim ekstrem kering, longsor.
perhatian lebih perlu ditujukan terutama pada
wilayah-wilayah yang berpotensi besar mengalami Antisipasi juga diperlukan untuk mencegah
bencana seperti kebakaran hutan, kegagalan panen bertambahnya angka jiwa terdampak bencana
dan kekurangan air bersih, serta untuk antisipasi dan kerugian ekonomi akibat tingginya ancaman
dampak turunan lainnya yang mungkin terjadi bencana hidrometeorologis di Indonesia. Tercatat
terkait dengan masalah polusi udara, kesehatan sekitar 100 juta penduduk Indonesia tinggal di
dan keselamatan transportasi, khususnya akibat daerah berpotensi banjir. Dalam periode 2005-2018
gangguan asap. Sementara pada wilayah yang kejadian banjir banyak terjadi di daerah Jawa Barat,
mengalami penguatan kejadian iklim ektrim basah Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat,

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 259
Gambar 7.11. Peta Proyeksi Bahaya Iklim Gelombang di Perairan Indonesia Tahun 2045: (a) bahaya iklim gelom-
bang dan (b) bahaya keselamatan pelayaran bagi kapal berbobot kurang dari 10 GT
(a) (b)

Sumber: BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Sulawesi mengurangi daya jelajah atau wilayah tangkap ikan
Selatan. Sementara kejadian longsor sering terjadi nelayan dan membahayakan keselamatan pelayaran
di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera dengan ukuran kapal di bawah 10GT.
Barat dan Papua dengan potensi jiwa terdampak
mencapai 14 Juta. Sedangkan untuk kebakaran Peningkatan tinggi gelombang juga akan
lahan dan hutan yang berdampak pada gangguan mendorong perubahan kemiringan lereng pantai
asap terjadi di Riau, Sumatera Selatan, Jambi, dan lingkungan pantai akibat banjir dan perubahan
Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, suplai sedimen.
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Bahaya lain yang ditimbulkan oleh perubahan suhu
Temperatur permukaan laut diproyeksikan naik dan curah hujan secara ekstrem meliputi perubahan
1oC dan 2oC dibandingkan tahun 2000 dan 1961. neraca air yang mempengaruhi analisis dalam
Sementara itu, salinitas permukaan terus menurun memproyeksikan bahaya banjir, ketersediaan
dari 33.2psu pada tahun 2000 menjadi 32.1psu pada air, dan kekeringan air; peningkatan bahaya
2040. Kondisi lautan yang semakin panas dan asam penerbangan; penurunan produksi pertanian;
memicu timbulnya berbagai gangguan terhadap hingga meningkatkan perkembangbiakan vektor
organisme laut, khususnya pemutihan terumbu penyakit DBD dan potensi heat-stress di wilayah
karang. Diperkirakan luas terumbu karang akan perkotaan. Kondisi tersebut turut andil terhadap
berkurang sebesar 70-90 persen hingga tahun 2030- meningkatnya risiko kejadian bencana di Indonesia.
2045 bila terdapat kenaikan 1.5oC (IPCC, 2018).
Masih Lemahnya Tata Kelola dan Pembiayaan
Perubahan temperatur permukaan laut juga (Investasi) Penanggulangan Bencana di
menyebabkan peningkatan tinggi gelombang laut, Daerah
terutama pada Laut Banda, Laut Sulawesi, Selatan Penguatan kerjasama dan tata kelola bencana didaerah
Jawa, barat Sumatra dan bagian selatan Laut Tiongkok merupakan mandat UU No. 23/2014, yang berimplikasi
Selatan. Kenaikan luasan wilayah yang memiliki tinggi kepada meningkatnya peran pemerintah daerah
gelombang rata-rata di atas 1 meter per tahun akan dalam urusan penanggulangan bencana. Terlebih,

260 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


melalui terbitnya PP No. 2/2018 dan Permendagri Kajian, perencanaan dan penanganan risiko
101/2018 yang mengamatkan pembenahan bencana lintas daerah administrasi juga perlu
mekanisme kerjasama antar kelembagaan di daerah mendapat perhatian. Tercatat banyak kawasan
dalam upaya mewujudkan Standar Pelayanan Minimal risiko bencana yang melintasi beberapa wilayah
Penanggulangan Bencana. administrasi pemerintahan, seperti: daerah aliran
sungai, kawasan gunung api, area kebakaran hutan
Saat ini upaya peningkatan ketahanan bencana dan pesisir rawan tsunami. Oleh karena itu, hasil-
belum didukung anggaran yang memadai, khususnya hasil kajian saintifik di bidang adaptasi perubahan
untuk pemulihan pascabencana. Berdasarkan iklim dan penanggulangan bencana haruslah
pemantauan dan evaluasi program 2017 terdapat dapat dimanfaatkan dalam perencanaan sampai
31 K/L yang terlibat pada penanggulangan bencana dengan pelaksanaan pembangunan, khususnya
dengan total anggaran Rp 54,670 triliun. Anggaran ini di tingkat daerah. Hal tersebut sangat penting
paling besar digunakan untuk prabencana sebesar guna mempersiapkan rencana pembangunan
Rp 32,370 triliun, tanggap darurat sebesar Rp11,975 yang responsif dan antisipatif terhadap
triliun, dan pascabencana hanya sebesar Rp 9,33 dampak perubahan iklim serta potensi bencana
triliun. Selain di level nasional, kurangnya alokasi hidrometeorologis dan geologis berdasarkan data,
anggaran pemulihan ini terjadi pula pada level informasi dan kajian yang ilmiah
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Pembangunan Rendah Karbon
Dari sisi pembiayaan, dukungan inovasi pembiayaan Transisi dari Penurunan Emisi Menuju
terhadap risiko kebencanaan belum banyak Pembangunan Rendah Karbon
dikembangkan. Berdasarkan studi, ‘Disaster Risk Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan
Financing and Insurance Strategy’ (Kemenkeu, penyebab utama terjadinya perubahan iklim yang
2018), . Dukungan inovasi pembiayaan dalam dapat mengancam kehidupan bangsa. Sebagai
bentuk pooling fund menyasar pada kemampuan upaya menanggulangi perubahan iklim, pada tahun
tata kelola risiko bencana. Selain dari kontribusi 2009 Pemerintah Indonesia telah menyampaikan
APBN/APBD, dana tersebut dapat berasal dari komitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar
himpunan dana swasta, badan internasional, 26 persen dengan usaha sendiri, dan mencapai 41
BUMN dan masyarakat, yang akan dilaksanakan persen dengan dukungan internasional pada tahun
oleh badan pengelolaan yang ditetapkan melalui 2020. Dalam pertemuan UNFCCC COP 21 tahun
regulasi. Pembentukan pooling fund dan produk 2015 di Paris komitmen ini ditingkatkan kepada
turunannya akan dirumuskan sebagai instrumen target penurunan emisi 29 persen di tahun 2030.
transfer risiko tepat sasaran yang memperkuat
pembiayaan dari APBN yang sudah berjalan. Seiring dengan dinamika pembangunan di tingkat
nasional maupun global, diperlukan penguatan
Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana integrasi antara upaya penanganan perubahan
dalam pengalokasian anggaran, rencana iklim dengan program dan pencapaian target-
pembangunan dan penataan ruang harus target pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan
terus ditingkatkan. Berdasarkan survei (BNPB, transisi penanganan perubahan iklim dari yang
2018), dari seluruh daerah yang telah menyusun hanya fokus pada upaya penurunan emisi GRK
dokumen RPB, tercatat hanya 45 persen yang telah kepada penanganan yang lebih holistik dengan
menggunakannya sebagai masukan RPJM Daerah. tetap menjaga keberkelanjutan dan keselarasan

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 261
antara pembangunan ekonomi, sosial-budaya, green investment untuk pembangunan yang lebih
dan perbaikan lingkungan hidup melalui kerangka berkelanjutan.
pembangunan rendah karbon.
Kebijakan utama pembangunan rendah karbon
Transisi menuju pembangunan rendah karbon antara lain meliputi penurunan laju deforestasi
penting untuk segera diaktualisasikan bukan dan peningkatan reforestasi hutan, peningkatan
hanya demi meminimalkan risiko dari dampak- penggunaan energi terbarukan sebagai pengganti
dampak negatif perubahan iklim, melainkan energi fosil, efisiensi energi, peningkatan
juga untuk mengakselerasi peluang peningkatan produktivitas pertanian melalui intensifikasi
daya saing perekonomian Indonesia secara lebih pertanian, serta efisiensi pemanfaatan sumber
berkelanjutan. Hal ini menginat pembangunan daya alam dan peningkatan kualitas lingkungan.
rendah karbon (PRK) merupakan platform Isu perubahan iklim dalam pembangunan rendah
baru pembangunan yang bertujuan untuk karbon akan menjadi basis kebijakan utama untuk
mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan di
sosial melalui kegiatan pembangunan untuk bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Melalui
menghasilkan emisi GRK yang rendah dan sinergi antara pertumbuhan ekonomi, pengentasan
mengurangi penggunaan sumber daya alam yang kemiskinan dan pengendalian emisi karbon yang
berlebihan. Konsep PRK menekankan pada trade- dilakukan dengan tepat, maka diharapkan kebijakan
off kebijakan lintas sektor yang dibutuhkan untuk pembangunan rendah karbon akan dapat menarik
menyeimbangkan target pertumbuhan ekonomi lebih banyak lagi peluang untuk menggerakkan
dan pengentasan kemiskinan dengan upaya perekonomian nasional dengan tetap menjaga
penurunan emisi; serta mendorong tumbuhnya keberlanjutan lingkungan hidup.

262 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Dukungan Terhadap Pembangunan Rendah
Karbon sangat bergantung kepada situasi politik.
Perumusan kebijakan yang selaras dengan prinsip
Penerapan pembangunan rendah karbon dalam keberlanjutan hanya dapat terwujud bila situasi
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan politik berlangsung kondusif.
nasional membutuhkan dukungan yang bersifat
lintas sektor dan multi-pihak, baik dari dalam Kemajuan teknologi perlu dimanfaatkan untuk
dan luar negeri. Pelibatan aktor non-pemerintah perencanaan, pengawasan, dan pengendalian
perlu ditingkatkan guna mendukung keberhasilan pembangunan beserta dampaknya terhadap
pencapaian target pembangunan. lingkungan secara lebih efisien. Hal ini akan
memungkinkan intervensi pembangunan rendah
Komitmen untuk menerapkan pembangunan rendah karbon dapat terlaksana dengan biaya, koordinasi,
karbon perlu diperkuat secara nasional maupun waktu yang lebih sedikit.
internasional; bukan hanya untuk membentuk
motivasi melainkan juga untuk memperkuat modal Inovasi usaha yang berprinsip ramah lingkungan
dan kapasitas para pihak. Dalam upaya ini maka juga perlu terus dikembangkan untuk menurunkan
kepentingan nasional perlu dijadikan sebagai dampak negatif pencemaran sekaligus
prioritas utama. meningkatkan kompetisi usaha ramah lingkungan. Di
samping itu, potensi dukungan dunia usaha melalui
Kondusifitas dan stabilitas politik nasional perlu program CSR pada bidang-bidang pembangunan
menjadi perhatian mengingat risiko dan potensi rendah karbon perlu lebih dioptimalkan.
dukungan terhadap kebijakan rendah karbon dan
tata kelola lingkungan hidup secara keseluruhan

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 263
Sasaran, Target dan Indikator
Sasaran, target, dan indikator outcome untuk prioritas nasional membangun lingkungan hidup, meningkatkan
ketahanan bencana, dan perubahan iklim dikelompokkan sebagai berikut:

Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim

Meningkatnya Indeks Kualitas Berkurangnya Kerugian Akibat


Lingkungan Hidup Dampak Bencana dan Bahaya Iklim

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Persentase potensi kehilangan PDB


(IKLH) mencapai 69,7 di tahun akibat dampak bencana dan iklim
2024 terhadap total PDB sebesar 0,49% di
tahun 2024

Pembangunan Rendah Karbon

Meningkatnya capaian penurunan emisi dan intensitas emisi Gas


Rumah Kaca terhadap baseline
• Persentase penurunan emisi GRK sebesar 27% di tahun 2024
• Persentase penurunan intensitas emisi GRK sebesar 30% di tahun 2024

Arah Kebijakan / Target Target


No Indikator (satuan)
Strategi 2020 2024
Indeks Kualitas Udara (IKU) 84,1 84,5
Peningkatan Indeks Kualitas Air (IKA) 55,1 55,5
Kualitas
1 Indeks Kualitas Air Laut (IKAL) 58,5 60,5
Lingkungan
Hidup Indeks Kualitas Tutupan Lahan dan Ekosistem Gambut
61,6 65,5
(IKTL)
Jumlah lokasi pemantauan kualitas lingkungan (lokasi) 1.139 1.141
Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi baku
1.668 3.750
Pencegahan mutu lingkungan (perusahaan)
Pencemaran Luas tutupan hutan dengan indeks jasa lingkungan
dan Kerusakan 65 65
tinggi yang dipertahankan (juta ha)
1.1 Sumber Daya
Luas Kawasan Konservasi Perairan (juta ha) 23,4 26,9
Alam dan
Lingkungan Persentase penurunan luas areal hutan dan lahan yang
2 2
Hidup terbakar setiap tahun (persen)
Akurasi informasi meteorologi (persen) 76 80
Akurasi informasi klimatologi (persen) 75 79

264 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Arah Kebijakan / Target Target
No Indikator (satuan)
Strategi 2020 2024
Penanggulangan Jumlah sampah yang terkelola secara nasional (juta
64,80 339,4*
Pencemaran ton)
dan Kerusakan Persentase penurunan sampah yang terbuang ke laut
1.2 Sumber Daya 20 60
dari baseline (persen)
Alam dan
Lingkungan Jumlah limbah B3 yang terkelola (juta ton) 99,19 126,49
Hidup
Luas lahan gambut terdegradasi yang dipulihkan dan
Pemulihan 301.800 1.512.800*
difasilitasi restorasi gambut (ha)
Pencemaran Jumlah lahan terkontaminasi limbah B3 yang dipulihkan
dan Kerusakan 260.000 1.200.000*
(ton)
1.3 Sumber Daya
Alam dan Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil rusak
36 72
Lingkungan yang dipulihkan (lokasi)
Hidup Jumlah spesies TSL terancam punah yang ditingkatkan
25 25
populasinya (jenis)
Penguatan Persentase pemegang izin yang taat terhadap
Kelembagaan peraturan terkait pengelolaan lingkungan hidup dan 30 40
dan Penegakan kehutanan (persen)
Hukum di Jumlah kasus pidana dan perdata lingkungan hidup
1.4 219 1.182*
Bidang Sumber dan kehutanan yang ditangani (kasus)
Daya Alam dan Jumlah daerah yang memiliki perencanaan
Lingkungan pemanfaatan dan pengendalian sumber daya alam dan 5 34*
Hidup lingkungan hidup (provinsi)
Persentase potensi kehilangan PDB akibat dampak
0,10 0,10
Peningkatan bencana (persen PDB)
Ketahanan Persentase potensi kehilangan PDB sektor terdampak
2 0,56 0,39
Bencana dan bahaya iklim (persen PDB)
Iklim Kecepatan penyampaian informasi peringatan dini
5,0 3,0
bencana kepada masyarakat (menit)
Rasio investasi PRB terhadap APBN (persen) 0,36 1,36
Penanggulangan Persentase kelengkapan peralatan sistem peringatan
2.1
Bencana dini untuk bencana tektonik dan hidrometeorologi 90 100
(persen)
Persentase potensi kehilangan PDB akibat bahaya iklim
0,425 0,211
di sektor kelautan dan pesisir (persen PDB)
Persentase potensi kehilangan PDB akibat bahaya iklim
0,023 0,026
Peningkatan di sektor air (persen PDB)
2.2
Ketahanan Iklim Persentase potensi kehilangan PDB akibat bahaya iklim
0,069 0,118
di sektor pertanian (persen PDB)
Persentase potensi kehilangan PDB akibat bahaya iklim
0,040 0,035
di sektor kesehatan (persen PDB)

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 265
Arah Kebijakan / Target Target
No Indikator (satuan)
Strategi 2020 2024
Persentase penurunan emisi GRK terhadap baseline
4,0 6,3
pada sektor energi (persen)
Persentase penurunan emisi GRK terhadap baseline
48,4 53,5
pada sektor lahan (persen)
Pembangunan Persentase penurunan emisi GRK terhadap baseline
3 8,3 9,0
Rendah Karbon pada sektor limbah (persen)
Persentase penurunan emisi GRK terhadap baseline
1,0 18,5
pada sektor IPPU (persen)
Persentase penurunan emisi GRK terhadap baseline
6,5 7,3
pada sektor pesisir dan kelautan (persen)
Porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi
13,4 19,5
Pembangunan nasional (persen)
3.1 Energi Persentase penurunan Intensitas Energi Primer
1,0 1,2
Berkelanjutan (persen)
Penurunan Intensitas Energi Final (SBM/milyar Rp) 0,9 0,8
Luas lahan gambut terdegradasi yang dipulihkan dan
301.800 1.512.800*
Pemulihan Lahan difasilitasi restorasi gambut (ha)
3.2
Berkelanjutan Luas hutan dan lahan yang terehabilitasi secara
615.000 3.215.000*
nasional (ha)
Jumlah sampah yang terkelola secara nasional (juta
64,80 339,4*
ton)
Jumlah rumah tangga yang terlayani TPA dengan
475.000 1.450.000
standar sanitary landfill (KK)
Jumlah rumah tangga yang terlayani TPS3R/TPST (KK) 260.595 781.785
Jumlah kabupaten/kota yang memiliki sistem
Pengelolaan pengelolaan air limbah (termasuk layanan lumpur tinja) 66 54
3.3
Limbah (Kab/Kota)
Jumlah sambungan rumah SPALD-T skala kota (SR) 77.700 200.000
Jumlah sambungan rumah SPALD-T skala regional (SR) 0 72.000
Jumlah sambungan rumah SPALD-T skala permukiman
145.000 626.000
(SR)
Jumlah rumah tangga yang terlayani IPLT (KK) 300.000 437.500
Pengembangan Jumlah standar dan kelembagaan Industri Hijau yang
3.4 5 25*
Industri Hijau dikembangkan
Rendah Karbon
3.5 Luas pemulihan ekosistem mangrove (ha) 10.000 50.000*
Pesisir dan Laut
*kumulatif dalam lima tahun

266 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan untuk prioritas nasional membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana,
dan perubahan iklim terdiri dari: (a) Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup; (b) Peningkatan Ketahanan
Bencana dan Iklim; dan (c) Pembangunan Rendah Karbon. Strategi untuk mewujudkan masing-masing arah
kebijakan diuraikan sebagai berikut:

Peningkatan Kualitas
Lingkungan Hidup

Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup dilakukan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
dengan mengintegrasikan upaya pencegahan, Plastik; (c) Penghapusan dan Penggantian Merkuri,
penanggulangan, dan pemulihan pencemaran terutama di lokasi PESK; serta (d) Pembangunan
dan kerusakan lingkungan hidup, serta penguatan Fasilitas Pengolahan Limbah B3 dan Limbah
kelembagaan dan penegakan hukum bidang Medis secara terpadu.
lingkungan hidup. 3. Pemulihan Pencemaran dan Kerusakan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup,
Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan yang dilaksanakan dengan: (a) Restorasi dan
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup pada Pemulihan Lahan Gambut; (b) Pemulihan Lahan
RPJMN 2020-2024 meliputi: Bekas Tambang dan Lahan Terkontaminasi
1. Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan Limbah B3; (c) Pemulihan Kerusakan Ekosistem
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, dan Lingkungan Pesisir dan Laut, termasuk
yang dilaksanakan dengan: (a) Pemantauan ekosistem mangrove, terumbu karang, dan
Kualitas Udara, Air, dan Air Laut; (b) Pemantauan padang lamun; (d) Pemulihan Habitat Spesies
Kinerja Pengelolaan Lingkungan pada Usaha Terancam Punah; serta (e) Peningkatan Populasi
dan/atau Kegiatan; (c) Penyediaan Informasi Spesies Tumbuhan dan Satwa Liar Terancam
Cuaca dan Iklim; (d) Pencegahan Kebakaran Punah.
Lahan dan Hutan; (e) Peningkatan Kesadaran 4. Penguatan Kelembagaan dan Penegakan
dan Kapasitas Pemerintah, Swasta dan Hukum di Bidang Sumber Daya Alam dan
Masyarakat terhadap Lingkungan Hidup; (f) Lingkungan Hidup, yang dilaksanakan dengan:
Pencegahan Kehilangan Keanekaragaman (a) Penguatan Regulasi dan Kelembagaan
Hayati dan Kerusakan Ekosistem melalui Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan
konservasi Kawasan dan perlindungan Hidup di Pusat dan Daerah; (b) Penguatan Sistem
keanekaragaman hayati terancam punah baik di Perizinan, Pengawasan, dan Pengamanan
daratan maupun perairan; serta (g) Penyediaan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Data dan Informasi Keanekaragaman Hayati dan Hidup; serta (c) Penguatan Mekanisme Pidana,
Ekosistem. Perdata, dan Mediasi dalam Proses Penegakan
2. Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan Hukum Bidang SDA & LH.
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
yang dilaksanakan dengan: (a) Penanganan
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan; (b)

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 267
Peningkatan Ketahanan terhadap daya rusak air; (c) Perlindungan
Bencana dan Iklim Ketahanan Pangan terhadap Perubahan Iklim;
serta (d) Perlindungan Kesehatan Masyarakat
dan Lingkungan dari Dampak Perubahan Iklim.
Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim dilakukan
melalui penguatan konvergensi antara pengurangan
risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim.

Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan Pembangunan Rendah


Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim pada Karbon
RPJMN 2020-2024 mencakup:
1. Penanggulangan Bencana, yang dilaksanakan Pembangunan Rendah Karbon dilakukan melalui
dengan: (a) Penguatan Data, Informasi, dan upaya penurunan emisi dan intensitas emisi pada
Literasi Bencana; (b) Penguatan Sistem, Regulasi bidang-bidang prioritas, yakni meliputi bidang
dan Tata Kelola Bencana; (c) Penguatan Rencana energi, lahan, limbah. Industri, dan kelautan.
Pengurangan Risiko Bencana melalui Rencana
Aksi Pengurangan Risiko Bencana secara Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan
nasional dan daerah yang akan diintegrasikan Pembangunan Rendah Karbon pada RPJMN 2020-
dengan Rencana Aksi Adaptasi Perubahan 2024 mencakup:
Iklim; (d) Peningkatan Sarana Prasarana 1. Pembangunan Energi Berkelanjutan, yang
Kebencanaan; (e) Integrasi Kerjasama Kebijakan dilaksanakan dengan: (a) Pengelolaan Energi Baru
dan Penataan Ruang berbasis Risiko Bencana; Terbarukan melalui pengembangan pembangkit
(f) Penguatan Penanganan Darurat Bencana; energi terbarukan serta meningkatkan pasokan
(g) Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi bahan bakar nabati dari bahan baku rendah
di daerah terdampak bencana; (h) Penguatan karbon; serta (b) Efisiensi dan Konservasi Energi.
sistem mitigasi multi ancaman bencana 2. Pemulihan Lahan Berkelanjutan yang
terpadu, terutama melalui penguatan INATEWS dilaksanakan dengan: (a) Restorasi dan
dan MEWS; dan (i) Peningkatan Pembiayaan Pengelolaan Lahan Gambut; (b) Rehabilitasi
Penanggulangan Bencana termasuk dalam Hutan dan Lahan; (c) Pengurangan Laju
pengembangan asuransi kebencanaan. Deforestasi; serta (d) Peningkatan Produktivitas
2. Peningkatan Ketahanan Iklim, yang dan Efisiensi Pertanian.
dilaksanakan dengan implementasi Rencana 3. Pengelolaan Limbah yang dilaksanakan
Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN- dengan (a) Pengelolaan Sampah Rumah
API) pada sektor-sektor prioritas, melalui: (a) Tangga; dan (b) Pengelolaan Limbah Cair.
Perlindungan Kerentanan Pesisir dan Sektor 4. Pengembangan Industri Hijau yang
Kelautan, baik berupa penguatan infrastruktur dilaksanakan dengan (a) Konservasi dan
adaptasi berbasis ekosistem, penyadartahuan Audit Penggunaan Energi pada Industri; (b)
masyarakat, pengembangan teknologi, maupun Penerapan Modifikasi Proses dan Teknologi;
diversifikasi mata pencaharian masyarakat serta (c) Manajemen Limbah Industri.
pesisir; (b) Perlindungan Ketahanan Air pada 5. Rendah Karbon Pesisir dan Laut yang
Wilayah Berisiko Iklim, melalui peningkatan dilaksanakan dengan Inventarisasi dan
penyediaan pasokan air baku dan perlindungan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Kelautan.

268 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 269
MEMPERKUAT STABILITAS
POLHUKHANKAM DAN
TRANSFORMASI PELAYANAN
PUBLIK
Pendahuluan

8
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan


Keamanan (Polhukhankam) Indonesia 2020-
2024 diarahkan menuju terwujudnya konsolidasi
demokrasi; supremasi hukum, penegakan hak asasi
manusia dan birokrasi profesional; tata pemerintahan
yang baik dan bersih dengan inovasi dan kualitas
pelayanan publik; rasa aman dan damai bagi seluruh
rakyat; serta keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan kedaulatan negara dari
berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar
negeri. Kondisi tersebut merupakan prasyarat untuk
mendukung terlaksananya pembangunan nasional . negara besar ke seascape, deglobalisasi dan
populisme yang menyebabkan kebijakan unilateral
Pembangunan Polhukhankam memperhatikan beberapa negara, instabilitas di kawasan Timur
perkembangan yang terjadi di dalam dan luar negeri. Tengah.
Beberapa isu domestik yang perlu diwaspadai
adalah intoleransi, demokrasi prosedural, Pada RPJMN 2020-2024 terdapat lima arah
kesenjangan tingkat reformasi birokrasi, perilaku kebijakan Pembangunan Polhukhankam, yaitu
koruptif, dan potensi ancaman keamanan dan Konsolidasi Demokrasi, Optimalisasi Kebijakan
kedaulatan negara. Di tingkat global, isu yang perlu Luar Negeri, Pemantapan Sistem Hukum Nasional,
menjadi perhatian adalah depolarisasi gravitasi Reformasi Kelembagaan Birokrasi, dan Pemantapan
politik internasional, pergeseran arena pertarungan Stabilitas Keamanan Nasional.

272 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Dinamika Geopolitik Global

Dinamika Kebijakan Luar


Depolarisasi Pusat Negeri Negara Adi Daya
Gravitasi Politik
Internasional

Melemahnya Tata Kelola Global


Instabilitas
Kawasan Timur Melemahnya Multilateralisme
Tengah dan Menguatnya Unilateralisme

Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2019

Dinamika geopolitik global berpengaruh terhadap menginisiasi pendanaan pembangunan infrastruktur


masa depan pembangunan Indonesia. Persaingan kawasan Asia - Afrika dengan investasi Better
antar kekuatan besar dunia menimbulkan Utilization of Investments Leading to Development
depolarisasi pusat geopolitik baik di Barat (Amerika (BUILD) Act.
dan Eropa) maupun di kawasan Timur (Asia). Selain
itu, terdapat dinamika geopolitik berupa sengketa Mudahnya pergerakan aktor non-negara secara
Laut Tiongkok Selatan (LTS). Klaim dan ekspansi transnasional mengakibatkan adanya dinamika
militer Tiongkok di LTS meningkatkan ketegangan ancaman nontradisional. Ancaman nontradisional
di kawasan. Amerika Serikat (AS) merespons yang mendapat perhatian besar adalah: (1)
Tiongkok dengan menggelar kekuatannya di LTS. Terorisme; (2) Perdagangan manusia; (3)
ASEAN telah mengupayakan pembentukan Code of Penyalahgunaan narkotika; (4) Perdagangan
Conduct (CoC) untuk menyelesaikan permasalahan barang-barang ilegal yang dilarang dan/atau
ini tetapi pada prosesnya menemui hambatan. dibatasi impor ekspornya (5) Illegal, Unreported and
Unregulated (IUU) fishing; dan (6) Keamanan siber.
Persaingan juga terjadi di sektor ekonomi. Perang
dagang AS dan Tiongkok menjadi contoh persaingan Sementara itu, isu lain yang perlu menjadi perhatian
di sektor ekonomi. Selain itu, persaingan juga terjadi Indonesia adalah melemahnya multilateralisme.
pada pembangunan infrastuktur kawasan Asia - Isu ini berdampak pada pelemahan tata kelola
Afrika. Tiongkok mendorong kerja sama Belt and global, yang mendorong negara-negara cenderung
Road Initiative (BRI), sementara Amerika Serikat menetapkan kebijakan unilateral.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 273


Lingkungan Strategis Nasional

Di tingkat nasional, fokus dan kebijakan


pembangunan Indonesia akan menghadapi
beberapa tantangan, yaitu demokrasi prosedural,
kesenjangan reformasi birokrasi, perilaku koruptif, Demokrasi Prosedural
adanya potensi ancaman kedaulatan negara
dan kecenderungan meningkatnya kejahatan
transnasional.

Indeks Demokrasi Indonesia menunjukkan masih


adanya kesenjangan demokrasi pada aspek Potensi Ancaman terhadap
Kebebasan Sipil (78,46), Hak-Hak Politik (65,79), dan
Kedaulatan Negara dan
Kejahatan Transnasional
Lembaga Demokrasi (75,25). Hal ini memperlihatkan
bahwa kualitas demokrasi di Indonesia masih perlu
ditingkatkan.

Tantangan lain yang dihadapi adalah tidak


Kualitas Reformasi
meratanya kualitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tidak Merata
Birokrasi. Capaian Reformasi Birokrasi di tingkat
Kabupaten/Kota masih rendah terlihat dari Skor B
ke atas Indeks RB baru mencapai 11,22% sehingga
perlu mendapat perhatian khusus. Sementara
itu, perilaku koruptif masih terjadi. Hal ini ditandai 1) Masih Adanya Perilaku
dengan masih adanya Kepala Daerah yang terbukti Koruptif
2) Penegakan Hukum yang
melakukan tindak pidana korupsi. Belum Optimal

Kelompok Kriminal Bersenjata yang mengancam


kedaulatan negara, seperti yang ada di Papua,
merupakan isu yang menonjol di tingkat nasional. Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2019

Selain itu, peredaran gelap dan penyalahgunaan


narkotika masih menjadi tantangan dalam
mewujudkan keamanan.

274 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Kerangka Pembangunan Polhukhankam

Koridor Hukum

Pertahanan dan Keamanan

Aspirasi
Masyarakat
Koridor Hukum

Koridor Hukum
Proses Tujuan
Politik Pembangunan

Administrasi
Pembangunan

Demokratis Profesional Aman Adil Sejahtera

Koridor Hukum
Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2019

Pembangunan nasional didasarkan atas aspirasi terhadap aspirasi masyarakat pada tahap
masyarakat melalui proses politik yang demokratis. berikutnya. Siklus tersebut akan berjalan apabila
Dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dibutuhkan didukung oleh situasi yang kondusif berdasarkan
adminstrasi pembangunan yang profesional. Hasil tata kelola yang baik dan koridor hukum yang
monitoring dan evaluasi atas dampak pencapaian berlaku serta keamanan nasional.
tujuan pembangunan merupakan umpan balik

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 275


Capaian Pembangunan RPJMN 2015-2019

Partisipasi pemilih dalam Pemilu


Legislatif 2019 mencapai 81,69% dan Status Pers Indonesia tahun 2018
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden kategori fairly free dengan indeks 69,00
2019 mencapai 81,97%

Partisipasi sektor swasta dalam


Ada 91.754 kasus terkait WNI yang KSST; Penciptaan manfaat ekonomi
dari kerjasama pembangunan
telah diselesaikan international

Pelaksanaan bantuan hukum untuk Indeks pembangunan hukum


40.216 orang (litigasi) dan 11.270 meningkat dari 0,31 di 2014 menjadi
kegiatan (non-litigasi) 0,61 di 2018

Instansi pemerintah yang bersih dan Instansi pemerintah yang efektif dan
akuntabel dangan opini WTP (91% K/L, efisien dengan skor B keatas indeks RB
97% Prov, 72% Kab, dan 86% Kota). (89% K/L, 68% Prov, & 10% untuk Kab/
Kota)

kontribusi MEF TNI mencapai 63,37% Laju prevalensi penyalahgunaan


Kontribusi Industri Pertahanan terhadap narkoba berhasil ditekan sebesar 0.03
Pemenuhan Alutsista mencapai 41,7%

276 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Praktik oligarki diharapkan dapat diminimalisasi
melalui proses demokrasi internal berkelanjutan di
dalam partai politik.

Tingginya biaya politik menuntut partai untuk


mendapatkan sumber pendanaan yang sering kali
bersifat ilegal. Hal ini berdampak pada rendahnya
transparansi dan akuntabilitas keuangan partai
politik. Dengan demikian, diperlukan inovasi dalam
kebijakan pembiayaan partai politik.

Efektivitas proses konsolidasi demokrasi juga


harus didukung oleh kerangka regulasi di bidang
politik yang komprehensif. Penataan peraturan
perundangan terkait partai politik dan tata kelola
kepemiluan menjadi dua aspek penting. Untuk
memperkuat proses tersebut diperlukan pula
pendidikan politik secara konsisten dan sistematis.
Pembangunan Politik Dalam
Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi
Negeri dengan tingkat partisipasi yang tinggi, rata-rata
Kehidupan demokrasi Indonesia ditandai dengan di atas 70 persen baik untuk pemilu dan pilkada.
masih lemahnya kinerja lembaga demokrasi seperti Pemilihan Umum 2019 yang dilaksanakan pada
partai politik, lembaga legislatif, dan tingginya
biaya politik. Kondisi ini tergambar dalam capaian
Gambar 8.1. Partisipasi Pemilih Pilkada Serentak
Indeks Demokrasi Indonesia/IDI (2009-2017)
bahwa beberapa variabel memiliki nilai konsisten
rendah, yaitu: peran partai politik, peran DPRD,
peran pemerintah daerah, dan partisipasi politik
dalam pengambilan keputusan dan pengawasan.
Peran DPRD untuk melakukan inisiatif penyusunan 74,50%
Peraturan Daerah yang berpihak kepada
74,01%
kepentingan rakyat belum optimal. Di sisi lain,
69,20%
pemerintah daerah secara umum dinilai belum
cukup mampu untuk menjalankan prinsip tata kelola
pemerintahan yang efektif.

Partai politik yang menjadi salah satu aktor


kunci belum berperan secara konsisten untuk 2015 2017 2018
mewujudkan konsolidasi demokrasi sesuai dengan
(Sumber: Komisi Pemilihan Umum, 2018)
amanat RPJPN 2005-2025. Secara internal, partai
politik terjebak pada praktik-praktik oligarki sehingga
belum mampu menjawab kepentingan rakyat.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 277


Partisipasi Pemilih 1999 - 2019
93,30% 84,07% 70,99% 75,11% 81,69%
100%
77,44% 72,56% 71,31% 81,97%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1999 2004 2009 2014 2019

Tingkat Partisipasi Pemilu Legislatif Tingkat Partisipasi Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Sumber: RPMN 2015-2019, Komisi Pemilihan Umum, 2019

17 April 2019 menunjukkan capaian yang tinggi Organisasi masyarakat sipil, kelompok agama
dalam tingkat partisipasi pemilih. Dalam pemilihan serta media massa berperan dalam menstabilkan
yang digelar serentak, tingkat partisipasi pemilu ketegangan-ketegangan politik, serta memastikan
Presiden dan Wakil Presiden sebesar 81,97 persen, terjadinya proses-proses politik yang lebih
dan Pemilihan Legislatif dengan tingkat partisipasi demokratis. Masyarakat sipil perlu mendapatkan
81,69 persen. Capaian ini telah melampaui target perhatian lebih baik untuk kemudian berperan bagi
partisipasi pemilih dalam RPJMN 2015-2019 penguatan lembaga demokrasi menuju demokrasi
sebesar 77,5 persen. Capaian tersebut tidak lepas yang terkonsolidasi.
dari dukungan dari seluruh pihak melalui rangkaian
program pendidikan pemilih yang menjadi Demokrasi yang terkonsolidasi mensyaratkan
Prioritas Nasional selama masa tahapan pemilu tersedianya informasi publik yang berkualitas,
berlangsung, termasuk pelaksanaan pemungutan merata, dan berkeadilan bagi seluruh
suara yang dilengkapi dengan festival budaya. lapisan masyarakat. Inpres No. 9 Tahun 2015
Peningkatan partisipasi pemilih ini juga menjadi mengamanatkan kepada Kementerian/Lembaga
salah satu indikasi bahwa kehidupan demokrasi dan Daerah untuk bersinergi dalam pengelolaan
Indonesia terus mengalami perkembangan. IDI komunikasi publik. Kebijakan Government Public
menunjukkan bahwa variabel Pemilu yang Bebas Relation (GPR), yang bertujuan mengintegrasikan
dan Adil berada pada skor 95,48, sangat baik pengelolaan komunikasi publik di K/L/D, dan
walaupun belum sempurna. Pemilu yang bebas dan menyebarkan informasi pemerintah secara
adil ini merupakan modalitas demokrasi yang perlu konsisten perlu terus dikuatkan. Dalam
dipertahankan secara konsisten. peningkatan keterbukaan informasi publik, telah

278 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Tersedianya Informasi Publik Berkualitas
Government Public Relations

01. Pengembangan Tenaga Humas Pemerintah


Integrasi Kanal Media Informasi Publik
Komisi Informasi di 33 Provinsi
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik

Jaminan Kebebasan Pers

02. Indeks Kemerdekaan Pers di 34 Provinsi


dengan status Agak Bebas/ Fairly Free (2018)

Peningkatan Kualitas Penyiaran:


Kepatuhan lembaga penyiaran terhadap
03. P3SPS mengalami peningkatan
Survei Indeks Kualitas Siaran TV dan upaya
Pembentukan Rating Nasional

terbentuk Komisi Informasi di 33 Provinsi, dan terus KPI pada tahun 2018 yaitu 50, dibandingkan tahun
diupayakan untuk segera terbentuk di Maluku Utara. 2017 yang berjumlah 82. Peningkatan kualitas
Terkait penyelesaian sengketa informasi publik, siaran TV juga terus dilakukan. Berdasarkan hasil
Komisi Informasi telah melakukan mekanisme VR survei Indeks Kualitas Siaran TV oleh KPI pada
(Vexatious Request) yang mengurangi jumlah tahun 2018 menunjukkan dari 8 (delapan) kategori
sengketa secara signifikan. Namun demikian, program siaran, 4 program siaran yang termasuk
pelaksanaannya belum optimal karena kurangnya kategori wisata budaya, religi, berita, dan talkshow
kesadaran aparatur dan masyarakat atas telah memenuhi standar kualitas KPI, sedangkan 4
manfaatnya. program siaran yang dikategorikan sebagai program
anak, variety show, sinetron, dan infotainment
Indeks Kemerdekaan Pers (IKP) Indonesia tahun belum memenuhi standar kualitas KPI. Diperlukan
2018 di 34 provinsi bernilai 69,00, membaik sosialisasi dan literasi agar masyarakat paham
dibandingkan 2017 dengan indeks bernilai 67,92. dan dapat mengambil sikap terhadap hasil survey
Kepatuhan lembaga penyiaran terhadap Pedoman dimaksud. Dengan demikian, upaya pembentukan
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran rating nasional dapat mewujudkan peningkatan
(P3SPS) meningkat pada tahun 2018, ditandai kualitas program siaran.
dengan menurunnya jumlah sanksi yang dikeluarkan

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 279


Pembangunan Politik Luar Negeri

Keamanan

129 Naskah Kesepakatan Perundingan Perbatasan


Rp 574 M Hak Finansial WNI/Pekerja Migran
Indonesia (PMI)
Pembebasan 347 WNI
181.942 Repatriasi WNI/PMI Bermasalah
91.754 Penyelesaian Kasus WNI

Kerjasama Pembangunan
International
245 Program KSST untuk 5.358 peserta dari 71
negara (2014-2018)
Mempromosikan inovasi lokal sebagai
pendorong pembangunan global
(Country-Led Knowledge Sharing)
Penunjukan 22 Center of Exellences
Penyampaian Sustainable Development Goals
Voluntary National Review 2017 dan 2019
Penanganan isu di fora internasional seperti G20,
ASEAN, dan Development Cooperation Forum

Sosial Budaya

Bali Democracy Forum (BDF), BDF Chapter Tunis


2017, BDF Chapter Berlin 2018, Bali Democracy
Students Conference 2018.
Penyelenggaraan Trilateral Ulema Conference of
Afghanistan-Indonesia-Pakistan

Kepemimpinan
dan Tata kelola

Kepemimpinan di Forum Internasional


Kontribusi pada Perdamaian Dunia
Isu Palestina

280 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pembangunan Hukum

Pelaksanaan bantuan
hukum dari tahun 2015 -
September 2019

Litigasi : 40.216 Orang


Non Litigasi: 11.270
Kegiatan

Sumber: Kementerian Hukum dan HAM, 2019


Indeks Pembangunan
Hukum (IPH)

2014: 0,31
2018: 0,61

Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2019

IPAK:

2018: 3,66
2019: 3,7

Penyelesaian Perkara
dengan Small Claim
Court (SCC)
Court

2016: 759 Perkara


Sep 2019: 5541 Perkara

Sumber: Mahkamah Agung, 2019 Jumlah Anak


Berhadapan dengan
Hukum (ABH) di
Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA)
pasca diberlakukan
diversi

2014: 3.556 Anak


Sep 2019: 1.403 Anak
Sumber: Kementerian Hukum dan HAM, 2019

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 281


Pembangunan Aparatur

Sejalan dengan agenda pembangunan aparatur Beragam kebijakan, program, dan kegiatan
negara dalam Rencana Pembangunan Jangka dalam kerangka reformasi birokrasi nasional, telah
Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 dan menunjukkan capaian yang sejalan dengan sasaran
Grand Design Reformasi Birokrasi tahun 2010 pembangunan bidang aparatur negara.
– 2025, berbagai kebijakan diarahkan untuk
mewujudkan 8 area perubahan yang meliputi: Pertama, perwujudan birokrasi yang bersih dan
mental aparatur, kelembagaan, tata laksana, SDM akuntabel terlihat dengan semakin meningkatnya
aparatur, akuntabilitas, pengawasan, peraturan jumlah Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
perundang-undangan, serta pelayanan publik. Daerah yang memperoleh: (1) Opini Wajar Tanpa
Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pengecualian (WTP); (2) skor B atas SAKIP; dan
Nasional (RPJMN) tahun 2015 – 2019, Agenda (3) persentase penerapan pengadaan barang/
reformasi birokrasi menekankan pada upaya untuk jasa pemerintah secara elektronik seiring dengan
menciptakan birokrasi bersih dan akuntabel, efektif ditetapkannya Perpres No.16/2018 tentang
dan efisien, serta pelayanan publik berkualitas. Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

Birokrasi yang bersih dan akuntabel dengan


meningkatnya capaian opini WTP dan Skor B
atau SAKIP

Opini WTP Tahun 2018: Skor B Atas SAKIP


K/L : 94% Tahun 2018:
Prov : 94% K/L : 92,77%
Kab. : 79% Prov : 94,12%
Kota : 90% Kab./Kota: 46,85%
Birokrasi yang transparan, efektif dan efisien
dengan meningkatnya capaian indeks RB

Indeks RB Kategori Baik Tahun 2018:


K/L : 93,98%
Prov : 70,59% Birokrasi yang memiliki pelayanan publik
Kab./Kota : 11,22% berkualitas dengan membaiknya tingkat
kepatuhan pelayanan publik berdasarkan
UU 25/2009 tentang pelayanan publik
Tingkat Kepatuhan atas UU 25/2009
Tahun 2018
Kementerian :5
Lembaga :1
Prov. : 10
Kab/Kota : 81
(Sumber: BPK, 2018; KemenPANRB, 2019; Ombudsman RI, 2018)

282 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pembangunan Pertahanan dan
Keamanan
Kedua, birokrasi yang efektif dan efisien, diwujudkan Pembangunan Pertahanan dan Keamanan
melalui penyempurnaan kebijakan reformasi telah mencapai tiga sasaran pokok. Hingga
birokrasi nasional dalam bentuk Road Map pertengahan 2019 capaian Minimum Esential
Reformasi Birokrasi Nasional Tahun 2015 – 2019 Force (MEF) sebesar 63,37 persen dan kontribusi
dengan visi reformasi birokrasi menuju birokrasi industri pertahanan terhadap pemenuhan alutsista
kelas dunia (world class bureaucracy). Selain itu, diperkirakan mencapai 41,7 persen. Sementara
perbaikan reformasi birokrasi di level instansi juga itu, laju prevalensi penyalahgunaan narkoba
semakin meningkat yang tercermin dari semakin diperkirakan sebesar 0,03 persen.
membaiknya nilai Indeks RB, yang didukung
dengan penguatan regulasi, melalui penetapan PP
No.11/2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil (PNS), PP No. 49/2018 tentang Manajemen
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK) dan Perpres No. 95/2018 tentang Sistem Pertengahan tahun 2019
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). kontribusi MEF sebesar
63.37%
Dari sisi penataan kelembagaan, 21 Lembaga Non
Struktural (LNS) dibubarkan, 2 diintegrasikan, serta
1 disempurnakan. Dari sisi Manajemen Sumber
Daya Manusia Aparatur Sipil Negera (ASN) sedang Realisasi kontribusi industri
dikembangkan Manajemen Talenta sebagai bagian pertahanan pada
dari penguatan kompetensi, profesionalitas, dan pertengahan 2019
daya saing ASN. sebesar 41,7%

Ketiga, perbaikan kualitas pelayanan publik terlihat


dengan mulai diterapkannya digitalisasi pelayanan
publik (e-Services), peningkatan tingkat kepatuhan Laju prevalensi
atas penerapan standar pelayanan publik sesuai penyalahguna narkoba
sebesar 0.03%
dengan UU No. 25/2009 tentang pelayanan publik,
integrasi sistem pengaduan masyarakat (LAPOR!-
SP4N), serta pembentukan Mall Pelayanan Publik.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2018

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 283


Lingkungan dan Isu Strategis

Konsolidasi Demokrasi

Lembaga Hak-hak Politik


Demokrasi & Kebebasan
Sipil

• Tingginya biaya politik dan rendahnya • Rendahnya kualitas implementasi


akuntabilitas dan transparansi • Tingginya potensi ancaman pada
• Potensi Intervensi terhadap kebebasan sipil
penyelenggara pemilu • Belum optimalnya kualitas dan
• Perlu penguatan peraturan kuantitas partisipasi
perundangan bidang politik

Komunikasi
Publik

• Pendekatan komunikasi publik yang


belum dinamis
• Ketergantungan penyiaran terhadap rating
• Misinformasi dan disinformasi konten
digital
• Ketimpangan masyarakat memahami
konten media
• Akses informasi yang belum merata dan
berkeadilan
• Kualitas pers dan jurnalistik

284 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri

Aspek Keamanan
Globalisasi berdampak pada mudahnya ancaman. Dalam aspek kewilayahan, Indonesia
pergerakan manusia antarnegara. Migrasi yang memiliki sengketa perbatasan, khususnya batas
dilakukan WNI ke luar negeri pun terus meningkat maritim, dengan sembilan negara. Pemerintah
berpotensi meningkatkan permasalahan WNI di luar secara intensif berdiplomasi untuk menjaga
negeri. Kompleksitas masalah yang dihadapi WNI kedaulatan wilayahnya sebagai negara kepulauan.
beragam sehingga diperlukan upaya intensif untuk Indonesia juga rentan menerima gangguan
memberikan perlindungan kepada WNI di mana keamanan dari aktor non-pemerintah seperti
pun berada. terorisme, penyelundupan narkoba hingga Illegal,
Unreported and Unregulated (IUU) Fishing.
Selain melindungi warganya, negara juga Pemerintah terus berupaya memerangi ancaman-
berkewajiban menjaga kedaulatan dari berbagai ancaman tersebut.

Gambar 8.2 Perbandingan Tren Mobilitas WNI ke Luar Negeri dengan Kasus WNI di Luar Negeri

Tren Jumlah WNI ke LN


(ribu Jiwa)
10.600

7.000
6.600

18,45

15,45 Tren Kasus WNI di LN


(ribu Jiwa)
12,42

2015 2016 2017 2021

(Sumber: Kementerian Luar Negeri, 2018)

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 285


Aspek Kerja Sama Pembangunan
pembangunan internasional dapat membantu
Internasional
memperkenalkan produk dan teknologi yang
Prioritas kebijakan bidang kerjasama pembangunan dikembangkan perusahaan swasta, serta
internasional saat ini adalah peningkatan meningkatkan citra dan pengakuan produk
perdagangan dan investasi untuk mendorong nasional di kawasan.
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Aspek Sosial-budaya
Dalam melaksanakan kebijakan tersebut, beberapa
isu yang dihadapi antara lain: Citra positif Indonesia sangat penting dalam
• Dari sisi kebijakan, diperlukan optimalisasi pergaulan Internasional, sehingga Indonesia perlu
Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular melakukan diplomasi publik, termasuk kerja sama
(KSST) yang mendukung upaya peningkatan pembangunan internasional. Indonesia telah
perdagangan dan investasi. memiliki modal dalam melakukan diplomasi publik,
• Dari sisi kelembagaan, diperlukan pembentukan yaitu negara demokratis, masyarakat pluralistik
kelembagaan pemberian bantuan dan kerjasama dan toleran, ekonomi progresif, keanekaragaman
pembangunan internasional satu pintu agar budaya, kekayaan kuliner dan diaspora Indonesia.
kerjasama pembangunan internasional dapat
dilaksanakan secara terencana, integratif, Untuk mengoptimalkan citra positif tersebut,
tepat sasaran, dan memberikan manfaat bagi diperlukan penguatan koordinasi dalam pelaksanaan
kepentingan nasional. diplomasi publik mengingat ada banyak aktor yang
• Dari sisi pendanaan, perlunya pemanfaatan terlibat. Selain itu, perlu ada kesepakatan tentang
sumber-sumber dan mekanisme pendanaan visi citra Indonesia yang akan ditampilkan kepada
baru, misalnya skema kredit ekspor yang publik internasional.
disalurkan melalui lembaga penyedia
pembiayaan ekspor Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar
• Dalam upaya penguatan pelaksanaan kerjasama di dunia, Indonesia juga perlu memperkuat
pembangunan internasional, diperlukan kepemimpinan di dunia internasional melalui: i)
partisipasi aktor non pemerintah, terutama promosi nilai-nilai Islam yang moderat (wasathiyah);
pihak swasta. Program-program kerjasama ii) mempererat ukhuwah islamiyah sesama Muslim

(Sumber: Kementerian Luar Negeri, 2018 bdf.kemlu.go.id)

286 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalMemperkuat


IV 2020-2024
Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 286
di dunia melalui organisasi internasional seperti,
Organisasi Kerjasama Islam (OKI), dan The
Standing Committee for Economic and Commercial
Cooperation (COMCEC) of The Organisation of
Islamic Cooperation; iii) mendukung kemerdekaan
Palestina melalui peningkatan kerjasama
pembangunan internasional, salah satunya
bekerjasama dengan Islamic Development Bank.

Aspek Kepemimpinan dan Tata Kelola


Pasukan Indonesia dalam Misi Pemeliharaan
Indonesia telah menjadi anggota di 240 organisasi/ Perdamaian membantu warga di daerah konflik
forum internasional, seperti, ASEAN, Indian Ocean Rim
(Sumber: Pusat Perdamaian dan Keamanan
Association (IORA), G20, dan PBB. Indonesia harus Indonesia, 2019)
memanfaatkan keanggotaannya untuk kepentingan
nasional. Inisiatif dan posisi yang disampaikan
Indonesia di dalam organisasi/forum internasional luar negeri, khususnya peningkatan koordinasi
dengan mengedepankan diplomasi total, antara antara Kementerian Luar Negeri dan K/L terkait
lain diplomasi maritim, perdamaian, kemanusiaan, agar Indonesia dapat segera menindaklanjuti
dan kerja sama ekonomi yang dapat meningkatkan kesepakatan atau komitmen di tingkat internasional.
pengaruh Indonesia di tatanan internasional. Selain itu, perlu pengaturan kewenangan Kepala
Perwakilan dan pejabat perbantuan di Perwakilan
Pada tingkat domestik, perlu penataan peran RI sehingga dapat memperjelas hak dan kewajiban
dan fungsi K/L dalam pelaksanaan kebijakan pejabat perbantuan di Perwakilan RI.

Kunjungan Presiden Joko Widodo di Kamp Pengungsi Rohingya dekat Cox’s Bazar, Bangladesh
sebagai Perwujudan Diplomasi Kemanusiaan Indonesia
(Sumber: Tempo.co, 28 Jan 2018 https://en.tempo.co/photo/56132/photos-jokowi-visits-rohingya-
refugee-camp-in-coxs-bazar#foto-1)

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 287


Penegakan Hukum Nasional

Gambar 8.3. Isu Strategis Pemantapan Sistem Hukum Nasional

Regulasi yang
Disharmoni
Inkonsisten
Tumpang Tindih
Multitafsir Indikator Penegakan Kontrak:
Kemudahan Berusaha
Peringkat 146 dari 190 Negara
Sumber: World Bank 2019

Tindak Pidana Korupsi berdasarkan


Melampaui Kapasitas Lembaga Jabatan Tahun 2019
Pemasyarakatan (Overcrowding) Anggota DPR dan DPRD: 108 orang
Mencapai Pejabat Eselon I/II/III: 24 orang
202% Swasta: 56 orang
Sumber: Kementerian Hukum dan HAM, 2019 Sumber: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2019

Upaya pembangunan hukum di Indonesia selama undangan (hyper regulation), regulasi yang tumpang
lima tahun terakhir terus dilakukan. Namun indeks tindih, inkonsisten, multitafsir, dan disharmoni yang
Rule of Law Indonesia selama kurun waktu lima berdampak pada ketidakpastian hukum. Di sisi lain,
tahun terakhir (2013-2018) menunjukkan penurunan. pelaksanaan sistem peradilan, baik pidana maupun
Menurut indeks tersebut, dimensi pembangunan perdata belum secara optimal memberikan kepastian
hukum Indonesia masih cenderung lemah, khususnya hukum dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
sistem peradilan (pidana dan perdata), penegakan Praktik suap masih marak terjadi di berbagai sektor
peraturan perundang-undangan, dan maraknya termasuk penegakan hukum, meskipun upaya
praktik korupsi. Permasalahan pembangunan bidang pencegahan dan penindakan sudah konsisten
hukum yang dihadapi saat ini, antara lain adalah dilakukan.
kondisi terlalu banyaknya peraturan perundang-

288 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Reformasi Kelembagaan Birokrasi

Aparatur negara memiliki peran strategis dalam untuk itu perlu penyederhanaan eselonisasi serta
pembangunan nasional dan daerah. Untuk perluasan jabatan fungsional dengan keahlian dan
mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan negara, kompetensi yang spesifik
diperlukan ASN yang mampu menjalankan peran
sebagai pelaksana kebijakan dan penyelenggara Kedua, dari sisi kelembagaan, kajian LAN
pelayanan publik, serta perekat dan pemersatu menunjukkan bahwa tumpang tindih tugas
bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. dan fungsi antarlembaga pemerintah pusat
(Kementerian, LPNK, LNS) masih terjadi. Tumpang
Namun, terdapat beberapa permasalahan yang tindih tersebut disebabkan karena belum adanya
menjadi isu strategis selama 5 tahun ke depan. penataan tugas dan fungsi dari lembaga-lembaga
Pertama, terkait dengan profesionalitas ASN, data tersebut. Lebih lanjut, fragmentasi tugas dan fungsi
KASN menunjukkan bahwa dari 34 Kementerian tersebut mempersulit pola koordinasi antarlembaga
baru 6 Kementerian yang menerapkan sistem merit sehingga tata kelola menjadi tidak efektif.
dengan sangat baik, yaitu Kementerian Keuangan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Salah satu upaya untuk mengatasi persoalan
Rakyat, Kementerian Kelautan dan Perikanan, koordinasi tersebut adalah dengan menerapkan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, automasi proses bisnis pemerintahan melalui SPBE
Kementerian BUMN dan Kementerian Pertanian. dan Satu Data Indonesia (SDI). Tantangan ke depan
adalah mewujudkan penerapan SPBE secara
Selain itu, hirarki eselonisasi saat initerdiridari terintegrasi, baik dari sisi tata kelola, aplikasi,
lima level membuat proses birokrasi tidak efisien, maupun infrastruktur.

Gambar 8.5 Isu Strategis Reformasi Kelembagaan Birokrasi 2020-2024

02 Kelembagaan dan
proses bisnis yang
lebih sederhana, 04 Pelayanan Publik
yang terintegrasi
responsif, adaptif dan secara daring dan
membuka ruang fisik
partisipasi publik
dalam pemerintah

01 ASN yang
profesional, 03 Akuntabilitas kinerja
dan pengawasan
berintegrasi, kreatif, yang andal, efektif
inovatif dan netral dan berintegritas

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 289


Ketiga, pada aspek pelayanan publik, data Keempat, dari sisi akuntabilitas, data BPK tahun
Ombudsman RI menunjukkan bahwa jumlah 2018 menunjukkan masih terdapat permasalahan
pengaduan masyarakat atas kinerja pelayanan masih kelemahan sistem pengendalian internal, Di
cukup signifikan. Pada tahun 2015 terdapat 6.859 samping itu, pengelolaan keuangan negara
pengaduan yang disampaikan kepada Ombudsman masih ditandai dengan ketidakpatuhan terhadap
dan meningkat menjadi 8.314 pada tahun 2018. ketentuan peraturan perundang-undangan, serta
Salah satu upaya untuk memperbaiki kinerja layanan ketidakefisienan dan ketidakefektifan. Untuk itu,
adalah perluasan penerapan pelayanan secara diperlukan sistem manajemen kinerja kelembagaan
terpadu yang mengintegrasikan berbagai layanan yang efektif dan andal yang didukung dengan
sektoral dan antar level pemerintahan, serta replikasi implementasi sistem integritas.
inovasi pelayanan publik.

Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional


Dinamika Ancaman Pertahanan

Dalam upaya mewujudkan kemampuan pertahanan, merupakan syarat agar industri pertahanan dapat
Indonesia dihadapkan pada dinamika lingkungan meningkatkan kontribusi bagi pemenuhan alutsista
strategis. Tren pertahanan kedepan ditunjukkan TNI sekaligus memiliki daya saing internasional guna
dengan adanya perlombaan persenjataan dan menjadi bagian dari global supply chain.
proliferasi senjata pemusnah masal, serta eskalasi
ancaman perang non konvensional. Di saat yang Dinamika Ancaman Siber
bersamaan ketegangan di Laut Tiongkok Selatan Perkembangan penggunaan teknologi dan
dapat memicu konflik terbuka. peningkatan aksesibilitas terhadap internet yang
signifikan berimplikasi pada adanya potensi
Sementara di lingkup nasional pertahanan negara ancaman siber. Salah satu bentuk perkembangan
dihadapkan pada gangguan kedaulatan di wilayah teknologi digital yang saat ini dikenal adalah the
tertentu dan bencana alam yang menelan banyak new hybrid of technology.
korban jiwa.
Berdasarkan Global Cybersecurity Index 2018,
Dukungan Industri Pertahanan Belum Indonesia berada pada peringkat 41 dengan
Optimal skor 0.776. Peringkat dan skor Indonesia tersebut
Meskipun beberapa kebutuhan alutsista TNI sudah mengalami peningkatan yang signifikan dibanding
mampu dipenuhi oleh industri pertahanan, namun, tahun 2017 yaitu sebesar 0.424 atau peringkat
beberapa jenis alutsista strategis seperti, pesawat 70. Meski demikian, dinamika keamanan siber
tempur, kapal perusak, roket, rudal, UCAV, dan radar di Indonesia terus meningkat seiring dengan
masih mengandalkan produksi luar negeri. perkembangan virus atau malware yang terjadi
pada tingkat global. Dalam hal ini, ketersediaan
Permasalahan yang dihadapi diantaranya pada SDM yang mumpuni dan infrastruktur keamanan
keterlibatan dalam penguasaan teknologi kunci dan/ siber yang handal sangat diperlukan. Selain itu,
atau kemampuan integrasi sistem. Dua hal tersebut, keterbatasan regulasi yang mengatur masalah

290 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Indonesia Menjadi Negara Tujuan Peredaran
ketahanan dan keamanan siber menyebabkan Gelap Narkotika
belum adanya aturan terkait tata kelola dan standar
keamanan siber di Indonesia. Struktur ekonomi di Indonesia menarik sindikat
perdagangan narkotika internasional. Hal ini ditandai
dengan besarnya pangsa pasar Indonesia yang
memiliki total populasi terbesar keempat di dunia,
Serangan Siber
serta adanya selisih harga jual yang cukup signifikan
Periode Januari - Agustus 2018 dari produsen narkotika hingga ke konsumen
penyalahguna. Sebagai contoh, rata-rata harga
jual Shabu Kristal di Indonesia adalah senilai Rp
01 Network Trojan
(Pencurian Data)
1,5 juta/gram. Harga jual ini menempati peringkat
dua tertinggi setelah Negara Filipina yang memiliki
31,71% nilai jual Shabu Kristal sebesar 1,8 juta/gram. Jika
dibandingkan dengan Thailand yang memiliki
harga jual Shabu Kristal senilai 688 ribu/gram dan
Myanmar senilai 216 ribu/gram, pasar Indonesia
02
Accsess Privilege User
(Serangan yang ditujukan sangat menarik bagi sindikat narkotika internasional
untuk mengambil alih untuk beroperasi karena perbedaan harga yang
sistem)
tinggi turut didukung oleh pangsa pasar yang
22,91% besar (UNODC,2019). Selain itu, peredaran gelap
narkotika semakin berkembang melalui adanya
kemajuan teknologi, sistem telekomunikasi, dan
03 Dos Attempt
(Serangan yang ditujukan
untuk melumpuhkan
transportasi. Beratnya hukuman bagi penyelundup
narkotika dan maraknya modus penyelundupan
sistem melalui Denial of narkotika yang melibatkan warga asing berdampak
Service (DOS))
pada hubungan bilateral antara Indonesia dengan
13,98% negara lain.

Kondisi geografis Indonesia yang merupakan


04
Information Leak
(Serangan yang ditujukan negara kepulauan menyebabkan banyaknya pintu
untuk melakukan
masuk baik yang legal maupun ilegal yang marak
pencurian informasi)
menjadi jalur penyelundupan narkotika, baik darat,
10,79% laut, dan udara. Penyelundupan narkotika tertinggi
terjadi melalui jalur laut. Tingginya penyelundupan
narkotika melalui jalur laut dikarenakan masih
05 Information Leak Attempt
(Serangan yang ditujukan
untuk melakukan
lemahnya pengawasan di wilayah laut Indonesia
yang menyebabkan banyak celah masuk melalui
pencurian informasi)
pelabuhan-pelabuhan ilegal.
12,62%

Sumber: Badan Siber dan Sandi Negara. 2018

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 291


Pelanggaran Wilayah dan angka Kejahatan
di Perbatasan

Jumlah kejahatan yang terjadi di perbatasan wilayah Ancaman lainnya yang juga datang adalah konflik
Indonesia sangat tinggi, bahkan menempati posisi di negara lain yang memaksa terjadinya migrasi
kedua tertinggi setelah kejahatan konvensional. yang melewati wilayah Indonesia. Banyaknya
Pada tahun 2017 tercatat terjadi 44.194 kasus konflik yang belum mereda di Timur Tengah dan
kejahatan transnasional, namun jumlah kasus yang Afrika Utara membuat beberapa migran tersebut
diselesaikan hanya sebanyak 27.027 kasus (sekitar memasuki wilayah Indonesia menggunakan jalur
61 persen). Terbatasnya infrastruktur dan lemahnya ilegal. Beberapa dari migran tersebut menggunakan
pengawasan di wilayah perbatasan menjadi Indonesia sebagai negara transit, yang berujung
penyebab tingginya kasus kejahatan di wilayah menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan
perbatasan. Beberapa tindak kejahatan tersebut perlindungan suaka. Hal ini bertentangan dengan
antara lain adalah penyelundupan narkotika, posisi Indonesia yang tidak meratifikasi Konvensi dan
penyelundupan barang, penyelundupan SDA dan Protokol PBB (UNHCR) Mengenai Status Pengungsi.
Hayati, perdagangan manusia lintas batas, dan
penyelundupan manusia lintas batas.

Gambar 8.6 Wilayah Perbatasan dan Jenis Tindak Pidana

Selat Malaka Sabah & Nunukan


Narkoba Terorisme
Perdagangan Narkoba
Penyelundupan Kep. Natuna Penyelundupan Kawasan Papua
Kep. Sangihe Penyelundupan
Manusia Narkoba Manusia Terorisme
Penyelundupan Narkoba
Penyelundupan Penyelundupan
Hewan Senjata Barang Ilegal
Penyelundupan
Senjata
Penyelundupan
Manusia

Perairan Selatan Jalur Darat Serawak-Kalbar


Indonesia Penyelundupan Kayu Ilegal
Penyelundupan Penyelundupan Barang Kawasan NTT
Manusia Ilegal Penyelundupan
Narkoba Manusia

Sumber, UNODC dan Bareskrim Polri, 2018

292 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Rendahnya Rasa Aman di Lingkungan
Masyarakat

Jumlah kejadian kejahatan terhadap nyawa, fisik, Berdasarkan data WHO, jumlah korban kejahatan
kesusilaan, dan perdagangan manusia rata-rata perempuan dan anak di Asia Tenggara adalah
masih tinggi di Indonesia. Kejahatan yang paling yang tertinggi di dunia. Data Susenas menunjukkan
sering terjadi adalah terhadap fisik atau kekerasan. bahwa korban kejahatan pada anak meningkat
Kejahatan terhadap fisik atau kekerasan dapat sebesar 0,63 persen dari semula 6,05 persen di
menimbulkan dampak bagi kesehatan fisik dan tahun 2015 menjadi 6,68 persen di tahun 2016.
mental sekaligus. Oleh karena itu, bagi korban
kekerasan memerlukan penanganan khusus seperti Selain tindakan kekerasan, perempuan dan anak
rehabilitasi. juga menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan
Orang (TPPO). Hal tersebut menunjukkan bahwa
Kejahatan terhadap perempuan dan anak menjadi eksploitasi terhadap manusia tidak mengenal jenis
perhatian di tiap negara, dan menjadi komitmen kelamin dan batasan umur.
global dalam target sasaran SDGs.

Tabel 8.1. Jumlah Kejadian Kejahatan terhadap Nyawa, Fisik, Kesusilaan, dan Perdagangan Manusia
Tahun 2014-2016

Tahun
Jenis Kejahatan
2015 2016 2017

Kejahatan terhadap nyawa


1.491 1.292 1.150
(pembunuhan)*

Kejahatan terhadap fisik atau


47.128 46.767 42.683
kekerasan*

Kejahatan terhadap kesusilaan


5.051 5.247 5.513
(pemerkosaan dan pencabulan)*

Kejahatan Perdagangan Orang


107 94 92
(Human Trafficking)**

Sumber:
(*) Statistik Kriminal Indonesia BPS, 2018
(**) Bareskrim Mabes Polri (2019)

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 293


Tingginya Angka Kejahatan dan
Pelanggaran Hukum di Laut

Perkembangan ekonomi dunia menuntut Dua kegiatan utama yang menyumbang kerusakan
pengiriman barang dan jasa yang lebih banyak ekosistem adalah IUU fishing dan pembuangan
kepada produsen dan konsumen di wilayah sampah atau limbah ke laut. Dalam kegiatan IUU
yang berbeda. UNCTAD (2017) mencatat bahwa fishing seringkali ditemukan pelanggaran dalam
jumlah muatan yang diantarkan menggunakan pengambilan ikan yang tidak memperhatikan unsur
jalur transportasi laut semakin meningkat setiap keberlanjutan seperti overfishing dan penggunaan
tahunnya. Selama tahun 2017, jumlah kapal yang alat terlarang seperti pukat, bom atau racun.
melintas di Selat Malaka sebanyak 180.322 kapal Pembuangan sampah atau limbah ke laut sering
dan di dalam perairan Indonesia sebanyak 7.218 terjadi di daerah yang mempunyai kepadatan lalu
kapal. Banyaknya kapal yang melintas tersebut lintas pelayaran dan pabrik-pabrik pengolahan.
berpotensi menjadi objek tindak kejahatan seperti Kedua tindakan tersebut merusak ekosistem yang
perompakan, penyelundupan, dan pembuangan dalam jangka panjang dapat mengurangi stok
limbah atau minyak kapal. sumber daya laut.

Gambar 8.7. Peta Kerawanan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2018

294 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Selama tahun 2014-2019, telah dilakukan Saat ini penyebaran paham ideologi berbasis
penangkapan terhadap 633 kapal pelaku illegal kekerasan dan perekrutan gencar dilakukan melalui
fishing yang terdiri dari Kapal Ikan Indonesia media sosial dan pesan instan. Sedangkan lima
sejumlah 252 kapal dan Kapal Ikan Asing 381 kapal. alat propaganda yang diidentifikasi paling sering
digunakan di media sosial yaitu melalui video,
Secara umum, perairan Indonesia masih belum forum diskusi (chat rooms), situs web (websites),
aman atas ancaman perompakan bersenjata atau gambar (images), dan tautan web, retweets, likes
perompakan. Pada tahun 2017 jumlah perompakan dan hashtags. Pada bulan Juli 2014, melalui media
di wilayah laut Indonesia sebanyak 43 kejadian daring, ISIS meluncurkan video propaganda di
atau paling tinggi apabila dibandingkan dengan Indonesia yang mengajak umat muslim Indonesia
Malaysia (7 kejadian), Filipina (22 kejadian), dan untuk memberikan kontribusi sumbangan baik fisik
Singapura (4 kejadian). ataupun keuangan untuk ISIS. Video propaganda
tersebut diunggah, dibagikan, dan tersebar melalui
Berdasarkan hal tersebut, sudah sepantasnya media sosial dan pesan instan.
perompakan kapal menjadi topik yang harus
diperhatikan. Hal ini juga seiring dengan peningkatan Menurut perkembangannya, penyebaran paham
konektivitas maritim di wilayah Indonesia yang radikal telah menyasar kelompok anak-anak dan
menyebabkan lalu lintas kapal semakin padat. Lalu perempuan. Hal tersebut ditunjukkan oleh sekitar 40
lintas yang padat cenderung akan menarik palaku perempuan dan 100 anak Indonesia dibawah umur
perompakan untuk melakukan tindak kejahatan. 15 tahun telah menyebrang ke Suriah. Peran utama
perempuan dalam aksi terorisme di Indonesia
Selain itu, tindak pidana terkait sumber daya alam antara lain membangun aliansi melalui perkawinan,
juga masih tinggi. Pada tahun 2015 terdapat 60 mencetak generasi radikal masa depan,
kapal ikan yang beroperasi tanpa ijin di indonesia, menyiapkan anak menjadi generasi radikal melalui
meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 10 home schooling, menanamkan paham radikal pada
kapal. Sementara itu, jumlah kapal penangkap anggota keluarga, mengelola forum percakapan
ikan tanpa dokumen yang lengkap di Indonesia dan pesan daring untuk perekrutan dan pernikahan,
dilaporkan sebanyak 31 kapal di tahun 2015. mengumpulkan dan mengelola dana baik untuk
meningkat dari tahun sebelumnya hanya berjumlah aksi terorisme atau dukungan bagi keluarga teroris,
4 kapal. Hal yang menjadi masalah utama dalam terlibat langsung sebagai kombatan, serta sebagai
pengamanan wilayah laut adalah isu kelembagaan kurir atau perbantuan logistik.
dan regulasi yang belum optimal mengatur
tentang tugas dan fungsi kewenangan pemangku Selain itu, penyebaran paham radikal juga terjadi
kepentingan terkait keamanan laut. di dalam lapas dan rumah tahanan. Penyebaran
paham radikal di dalam lapas dan rumah tahanan
Sarana Penyebaran Paham Radikal terjadi karena sistem manajeman lapas dan rumah
Semakin Beragam tahanan yang belum optimal. Hal ini diperparah
Secara umum peringkat dan skor Indonesia dalam dengan kondisi lapas dan rumah tahanan yang
Global Terrorism Index (GTI) tahun 2014-2017 terus melebihi kapasitas dan tidak adanya pemisahan
membaik seiring dengan upaya pemerintah untuk antara narapidana terorisme dengan narapidana
mencegah dan menanggulangi terorisme, dari lainnya. Disamping itu, akibat kekalahan ISIS di
yang semula dinilai sebagai negara rawan menjadi Suriah, di perkirakan jumlah returnees WNI akan
kategori sedang yang terdampak aksi terorisme. semakin meningkat.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 295


Sasaran, Target, dan Indikator
Konsolidasi Demokrasi

Terbentuknya lembaga
demokrasi yang efektif Terwujudnya demokrasi yang
terkonsolidasi, terpeliharanya
kebebasan sipil yang tinggi,
Meningkatnya Skor IDI Aspek Lembaga diimbangi menguatnya kinerja
Demokrasi lembaga-lembaga demokrasi
dan terjaganya hak-hak politik
warga secara optimal
Skor IDI sebesar 78,37

Terpenuhinya hak-hak Terwujudnya komunikasi


VOTE
politik dan terjaminnya publik yang efektif, integratif
kebebasan sipil dan partisipatif

Pemenuhan hak politik dan jaminan Penguatan Tata Kelola Komunikasi dan
kebebasan sipil: Informasi Publik
Skor IDI Aspek Hak Hak Politik Peningkatan kualitas konten
Skor IDI Aspek Kebebasan Sipil Peningkatan Kualitas SDM Bidang
Indeks Kerawanan Pemilu Komunikasi dan Informatika

296 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Reformasi Kelembagaan Birokrasi

Sasaran pembangunan bidang aparatur yaitu profesional, berintegritas, dan netral; manajemen
terwujudnya tata kepemerintahan yang baik, bersih, kinerja yang andal, efektif dan akuntabel; organisasi
dan berwibawa yang berdasarkan hukum serta dan proses bisnis birokrasi yang responsif dan
birokrasi yang profesional dan netral dalam bentuk adaptif; serta pelayanan publik yang berkualitas
reformasi kelembagaan birokrasi melalui ASN dan inovatif

Target Program Prioritas Reformasi Kelembagaan Birokrasi


(Persentase Indeks RB Komposit K/L:85%; Prov:85%; Kab/Kota:75%)

Terwujudnya Terwujudnya
ASN profesional, pelayanan publik
berintegritas, dan yang berkualitas dan
netral inovatif

• Instansi Pemerintah dengan • Jumlah K/L/D yang memiliki


Indeks Sistem Merit Kategori tingkat kepatuhan tinggi atas UU
Baik ke atas 25/2009 tentang Pelayanan Publik
• Kementerian : 100% • Kementerian : 12
• LPNK : 100% • Lembaga: 8
• Provinsi : 85% • Provinsi: 14
• Kab/Kota : 30% • Kab/Kota: 130

Terwujudnya Terwujudnya
kelembagaan akuntabilitas
yang efektif keuangan dan
berbasis prioritas kinerja
pembangunan
nasional • Instansi Pemerintah pusat (K/L)
yang mendapatkan Opini WTP
• Instansi Pemerintah dengan • K/L : 95%; Prov : 95%; Kab : 85%;
Indeks Maturitas SPBE kategori Kota: 95%
baik • Instansi Pemerintah dengan Skor
• Kementerian: 100% Sakip B ke atas:
• Provinsi : 80% • Kementerian : 100%
• Provinsi : 100%
• Kabupaten/Kota : 50%
• Kabupaten/Kota : 80%

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 297


Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri

Terjaganya integritas Menguatnya


wilayah NKRI dan kerjasama
Perlindungan WNI di pembangunan
luar negeri internasional

• Indeks Kemajuan Perundingan • Jumlah program/kegiatan Kerja sama


Selatan-Selatan dan Triangular (KSST)
Penyelesaian Perbatasan
(240)
Maritim (72.42) • Jumlah pendanaan kegiatan kerjasama
• Indeks Pelayanan dan pembangunan internasional termasuk
Perlindungan WN dan BHI di KSST (Rp 293 Miliar)
Luar Negeri (90) • Tingkat partisipasi aktor non
pemerintah dalam kegiatan kerjasama
pembangunan internasional (2,96-
3,16%)

Meningkatnya citra Meningkatnya peran


positif Indonesia di Indonesia di Tingkat
dunia internasional Regional dan Global

• Indeks citra Indonesia di dunia • Indeks pengaruh dan


internasional (4) peran Indonesia di dunia
internasional (95)

298 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Penegakan Hukum Nasional

Terwujudnya Terwujudnya sistem


regulasi yang anti korupsi yang
berkualitas optimal

Menurunnya persentase Meningkatnya skor Indeks Perilaku


permohonan judicial review yang Anti Korupsi
dikabulkan oleh MK dan MA

Terwujudnya sistem Terwujudnya


peradilan yang Pemenuhan akses
efektif, transparan terhadap keadilan
dan akuntabel

• Meningkatnya peringkat EoDB Meningkatnya indeks akses terhadap


Indonesia untuk aspek penegakan keadilan
kontrak, penyelesaian kepailitan,
dan mendapatkan kredit
• Menurunnya persentase residivis

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 299


Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional
Crime rate (127 orang / 100.000 penduduk)

• Clearance Rate Tindak


Pidana Terorisme

• Menurunnya
pelanggaran di • Terpenuhinya kekuatan
perbatasan pokok Minimum Essential
• Menurunnya jumlah Force (MEF) (100%)
kejadian terorisme • Kontribusi Industri
Pertahanan terhadap
Pemenuhan Alutsista (>50%)

• Response Time (2 jam)


• Persentase cakupan WPP • Terpenuhinya kekuatan
NRI yang dipantau dari pokok Minimum
kegiatan illegal fishing (75%) Essential Force (MEF) dan
• Persentase kepatuhan meningkatnya kontribusi
(compliance) pelaku usaha industri pertahanan terhadap
kelautan dan perikanan pemenuhan Alutsista
(93%)

• Mewujudkan keamanan • Persentase Penyelesaian


laut yang terbebas dari Kasus Kejahatan (69%)
kejahatan tradisional • Angka Prevalensi
dan transnasional Penyalahgunaan Narkotika
• Meningkatnya cakupan (1,69%)
pengawasan dalam
rangka pemberantasan • Terpeliharanya keamanan
IUU Fishing dan ketertiban masyarakat
dan meningkatnya pelayanan
Kepolisian
• Skor Global Cyber
Security Index (0,838)

• Menguatnya ketahanan
masyarakat terhadap
serangan siber
• Menguatnya tata kelola
pemangku kepentingan
terkait siber

300 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Arah Kebijakan dan Strategi:
Konsolidasi Demokrasi

Penataaan Lembaga Demokrasi


1. Memperkuat peraturan perundangan
bidang politik .
2. Mendorong demokrasi internal parpol
3. Memperkuat transparansi dan akuntabilitas
parpol
4. Memperkuat penyelenggara Pemilu.
5. Menyempurnakan UU Bidang Politik.

Penguatan Hak-Hak Politik dan Kebebasan


Sipil
1. Melakukan Pendidikan Politik dan
Pemilih secara Konsisten;
2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas
Peningkatan Kualitas Komunikasi Publik
organisasi masyarakat sipil;
1. Memperkuat tata kelola informasi dan
3. Mendorong penyelenggaraan
komunikasi publik di K/L/D;
kepemiluan yang baik.
2. Menyediakan konten informasi publik
yang, merata, dan berkeadilan, terutama di
wilayah 3T;
3. Meningkatkan kualitas SDM Bidang
Komunikasi dan Informatika;
4. Meningkatkan akses komunikasi publik;
5. Meningkatkan literasi TIK masyarakat;
6. Standardisasi lembaga pers dan jurnalis;
7. Meningkatkan kualitas isi atau program
siaran.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 301


Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri

Memperkuat integritas wilayah NKRI dan


perlindungan WNI di luar negeri
1. Peningkatan dan intensifikasi efektivitas
penyelesaian perbatasan dan percepatan Memperkuat Kerjasama Pembangunan
pemetaan batas negara Internasional:
2. Pembangunan norma dan hukum 1. Peningkatan penggunaan sumber-
internasional dalam melindungi kedaulatan sumber dan mekanisme pendanaan
Indonesia baru
3. Peningkatan kerja sama internasional 2. Penciptaan lingkungan yang
dalam pencegahan dan penanganan mendukung peningkatan partisipasi
kejahatan trans-nasional swasta dalam kerjasama pembangunan
4. Penguatan pelayanan dan perlindungan internasional
WNI dan BHI di tingkat bilateral, regional, 3. Penguatan KSST untuk mendukung
dan multilateral perdagangan dan investasi
5. Penguatan peran-serta aktor non- 4. Pembentukan lembaga pemberi
pemerintah bantuan dan kerjasama pembangunan
internasional

Meningkatkan Peran Indonesia di Tingkat


Meningkatkan Citra Positif Indonesia Di Dunia Regional dan Global:
Internasional: 1. Peningkatan Inisiasi/ Posisi Indonesia
1. Penyusunan Kebijakan Diplomasi Publik yang diterima di Tingkat Regional dan
Indonesia Global
2. Peningkatan Peran-Serta Aktor Non- 2. Peningkatan Peran Aktif Indonesia
Pemerintah dalam Diplomasi Publik yang dalam Perdamaian Dunia
Inklusif 3. Peningkatan Koordinasi di dalam
Negeri Untuk Melaksanakan Komitmen
Internasional
4. Penataan Peran, Struktur dan Fungsi K/L
dalam Melaksanakan Kebijakan Luar
Negeri Indonesia

302 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Penegakan Hukum Nasional
Pencapaian sasaran pokok pembangunan bidang hukum ke depan dilaksanakan melalui arah kebijakan
dan strategi sebagai berikut:

Penataan Perbaikan Sistem


Regulasi Hukum Pidana
dan Perdata
Penyempurnaan Hukum
Pembentukan Ekonomi untuk Mendukung
Lembaga Pengelola Kemudahan Berusaha
Regulasi Penerapan Pendekat-
Pembaruan anKeadilan Restoratif
Substansi hukum Dukungan TI di bidang
Hukum & Peradilan

Optimalisasi Peningkatan
Upaya Anti Akses Terhadap
Korupsi Keadilan
Penguatan Implementasi
Strategi Nasional Pemberdayaan hukum
Pencegahan Korupsi bagi Masyarakat
Optimalisasi Mekanisme Penguatan Layanan
Pemulihan dan Keadilan
Pengelolaan Aset

1. Penataan regulasi akan diwujudkan melalui


strategi:

a. Pembentukan Lembaga Pengelola b. Pembaruan substansi hukum, antara lain


Regulasi, dengan fokus: sinkronisasi perubahan KUHP, KUHAP, KUHAPer,
dengan pemangku kepentingan dalam regulasi terkait badan usaha, jaminan
pembentukan regulasi; integrasi proses benda bergerak, dan kepailitan.
monitoring dan evaluasi regulasi;
optimalisasi akses dan partisipasi publik
dalam penyusunan dan pembentukan
regulasi; penguatan harmonisasi dan
sinergitas kebijakan dan regulasi; dan
dukungan database berbasis teknologi
informasi.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 303


2. Perbaikan sistem Hukum Pidana dan Perdata 3. Penguatan sistem anti korupsi akan diwujudkan
melalui strategi: melalui strategi:

a. Penyempurnaan Hukum Ekonomi yang a. Penguatan upaya pencegahan korupsi,


Mendukung Kemudahan Berusaha, melalui melalui implementasi Aksi Pencegahan
penyusunan regulasi yang mendukung Korupsi sesuai Strategi Nasional
kemudahan berusaha, penguatan Pencegahan Korupsi ;
sistem berbasis TI dalam pelayanan dan b. Optimalisasi mekanisme pemulihan dan
penanganan permasalahan perdata, dan pengelolaan aset hasil tindak pidana
penguatan kelembagaan yang mendukung korupsi dalam sistem peradilan secara
pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan. menyeluruh serta pemanfaatannya untuk
mendukung pembangunan;
b. Penerapan Pendekatan Keadilan
Restoratif, melalui optimalisasi penggunaan 4. Peningkatan akses terhadap keadilan akan
regulasi yang tersedia dalam peraturan diwujudkan melalui strategi:
perundangundangan yang mendukung a. Penguatan layanan keadilan bagi seluruh
Keadilan Restoratif, optimalisasi peran kelompok masyarakat dalam bentuk
lembaga adat dan lembaga yang terkait peningkatan ketersediaan dan pelayanan
dengan alternatif penyelesaian sengketa, bantuan hukum yang berkualitas,
termasuk mengedepankan upaya peningkatan ketersediaan mekanisme
pemberian rehabilitasi, kompensasi, dan formal dan informal yang berkualitas,
restitusi bagi korban, termasuk korban serta perluasan keterjangkauan layanan
pelanggaran hak asasi manusia. keadilan.

c. Dukungan TI di bidang hukum dan b. Pemberdayaan hukum bagi masyarakat


peradilan, melalui penyediaan, pengelolaan dalam bentuk peningkatan kemampuan
serta berbagi pakai data antar penegak masyarakat dalam memahami hukum dan
hukum, termasuk di dalamnya penguatan mengakses keadilan, serta membangun
pengelolaan database di internal lembaga kapasitas masyarakat untuk berperan aktif
penegak hukum. menggunakan mekanisme dan layanan
dari dan untuk masyarakat dalam upaya
memperoleh kepastian hukum.

304 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Reformasi Kelembagaan Birokrasi

“Terwujudnya kepemerintahan
yang baik, bersih, dan berwibawa yang berdasarkan
hukum serta birokrasi yang profesional dan netral”

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

KELEMBAGAAN DAN
APARATUR SIPIL

AKUNTABILITAS
PROSES BISNIS

PENGAWASAN
KINERJA DAN
ORGANISASI
NEGARA

Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

1. Penguatan implementasi manajemen ASN, 3. Reformasi sistem akuntabilitas kinerja, melalui


melalui, penerapan manajemen talenta nasional Penguatan akuntabilitas kinerja organisasi dan
ASN dan peningkatan profesionalitas ASN, Perluasan implementasi sistem integritas.
penyederhanaan eselonisasi, serta penataan 4. Transformasi pelayanan publik melalui,
jabatan fungsional. Pelayanan Publik Berbasis Elektronik (e-service),
2. Penataan kelembagaan berbasis prioritas Penguatan pengawasan masyarakat atas kinerja
pembangunan nasional, melalui penataan pelayanan publik, Penguatan ekosistem inovasi,
kelembagaan dan proses bisnis instansi dan Penguatan pelayanan terpadu.
pemerintah dan penerapan SPBE terintegrasi.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 305


Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional

Stabilitas Keamanan Nasional ditandai dengan 2. Penguatan Kemampuan Pertahanan dibarengi


terjaganya keutuhan wilayah Negara Kesatuan dengan pendekatan Confidence Building
Republik Indonesia, diseganinya kekuatan Measures (CBM) dan reformasi anggaran
pertahanan di kawasan, serta meningkatnya rasa yang ditandai dengan terpenuhinya kekuatan
aman. Hal tersebut dicapai melalui: pokok minimum atau Minimum Essential Force
1. Penguatan Keamanan Dalam Negeri yang (MEF), dan meningkatnya kontribusi industri
ditandai dengan meningkatnya Clearance Rate pertahanan terhadap pemenuhan Alutsista. Hal
Tindak Pidana Terorisme. Hal ini diwujudkan ini diwujudkan dengan:
dengan: (1) Pengadaan Autsista,
(1) Penguatan Kapasitas Kelembagaan (2) Pemeliharaan dan Perawatan Alutsista,
Penanganan VEOs dan Terorisme; (3) Pembangunan Sarana-Prasarana
(2) Peningkatan Penanganan VEOs dan Pertahanan,
Terorisme; (4) Peningkatan Profesionalisme dan
(3) Penguatan Pertahanan dan Keamanan di Kesejahteraan Prajurit
Perbatasan dan Pulau Terluar; (5) Pembangunan Pertahanan Siber, dan
(4) Penguatan Tata Kelola dan Koordinasi (6) Pembangunan dan Pengembangan Industri
Intelijen Negara; Pertahanan.
(5) Peningkatan Profesionalisme SDM Intelijen;
dan 3. Penguatan Keamanan Laut yang ditandai
(6) Penanganan Konflik secara humanis. dengan meningkatnya kecepatan response
time, meningkatnya persentase cakupan WPP

306 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


NRI yang dipantau dari kegiatan illegal fishing, (4) Penanganan Kasus TPPO, serta Kejahatan
dan meningkatnya persentase kepatuhan terhadap Perempuan, Anak, dan Kelompok
(compliance) pelaku usaha kelautan dan Rentan Lainnya; dan
perikanan. Hal ini diwujudkan dengan: (5) Peningkatan Layanan Kepolisian yang
(1) Penguatan Kapasitas Pusat Informasi Profesional, Modern, dan Terpercaya
Maritim dan Sistem Penginderaan; dengan didukung oleh teknologi tinggi dan
(2) Penguatan Kapasitas Operasi Keamanan peningkatan kesejahteraan.
Laut; dan
(3) Penyelesaian Kasus Keamanan Laut. 5. Penguatan Keamanan dan Ketahanan Siber
yang ditandai dengan meningkatnya skor
4. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Indonesia dalam Global Cybersecurity Index.
Masyarakat yang ditandai dengan menurunnya Hal ini diwujudkan dengan:
Angka Prevalensi Penyalahgunaan Narkotika (1) Pembangunan dan Penguatan CERT
dan meningkatnya clearance rate. Hal ini (Computer Emergency Response Team);
diwujudkan dengan: (2) Penyusunan RUU Keamanan Siber dan
(1) Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika peraturan turunannya;
dan Prekursor Narkotika; (3) Penguatan Pengamanan Infrastruktur Siber;
(2) Penguatan Kapasitas Rehabilitasi Berbasis (4) Pencegahan dan Penyelesaian Kejahatan
Masyarakat; Siber,
(3) Peningkatan Pencegahan Penyalahgunaan (5) Penguatan Kapasitas SDM seluruh
Narkotika Berbasis Keluarga, Sekolah, dan pemangku kepentingan, dan
Masyarakat; (6) Peningkatan Kerjasama Internasional
Bidang Siber.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 307


KAIDAH PELAKSANAAN
Kerangka Regulasi

9
Kerangka Kelembagaan
Kerangka Pendanaan
Kerangka Evaluasi dan Pengendalian
Kerangka Regulasi
Kerangka regulasi yang disusun secara tepat, Gambar 9.1 Peran Regulasi Dalam Pembangunan

01
sederhana, fleksibel, dan membuka inovasi yang
konstruktif diyakini akan membantu memfasilitasi,
Memberikan kemudahan bagi
mendorong, dan mengatur perilaku masyarakat
aktivitas masyarakat dan mengurangi
serta penyelenggara Negara dalam rangka beban masyarakat
mencapai tujuan bernegara.

Untuk itu kualitas dan kuantitas regulasi harus


dilakukan dengan tatakelola yang tidak saja
memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku
02 Mendorong potensi kreatif warga
negara lebih mudah dilaksanakan

dalam pembentukan regulasi, namun juga mampu


menghasilkan regulasi yang sederhana, mudah

03
dipahami, dan tertib, serta memberikan manfaat
konkrit dalam pelaksanaan pembangunan Mendorong efektivitas dan efisiensi
nasional. Perubahan pola pikir yang selama ini penyelenggaraan negara dan
dilakukan Kementerian/Lembaga/Pemerintah pembangunan
Daerah untuk sebanyak-banyaknya membuat

04
regulasi harus diubah dengan penggunaan
teknologi informasi untuk menganalisis biaya
Memiliki nilai tambah atau
dan manfaat (Cost and Benefit Analysis/CBA) insentif bagi pelaku usaha untuk
pada regulasi yang akan dibuat berdasarkan mendukung sasaran
data-data yang akurat (evidence based) pada
lima tahun ke depan (2020-2024), pendekatan Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2018
tersebut akan sangat signifikan mengurangi
jumlah regulasi yang tidak perlu, dan otomatis mencabut, atau menggabungkan beberapa regulasi
akan menghemat biaya pembentukan peraturan (UU, PP, Perpres, Permen dan Perda Provinsi
perundang-undangan yang selama ini lebih serta Kabupaten/Kota) yang substansinya hampir
menghasilkan tumpang tindih dan konflik. sama satu dengan lainnya melalui langkah analisis
Instrumen Simplifikasi Regulasi (ISR) atau CBA. Hal
Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden 2020-2024 ini penting untuk dilakukan sehingga tidak terjadi
yang tertuang pada RPJMN 2020-2024 harus tumpang tindih kewenangan antar Kementerian/
dipermudah dengan kerangka regulasi yang lebih Lembaga/Pemerintah Daerah yang selama ini telah
sederhana. Sinergitas antara kebijakan dan regulasi menghambat pencapaian pembangunan nasional.
mulai dari hulu hingga hilir penting untuk dilakukan
melalui pendekatan perencanaan penganggaran Pendekatan “omnibus law” dalam praktiknya
berbasis program (money follows program) dan telah dilakukan melalui berbagai upaya antara
pendekatan “omnibus law”. Pendekatan dimaksud lain simplifikasi regulasi, deregulasi melalui paket
bukanlah membuat undang-undang tersendiri kebijakan ekonomi, dan reviu peraturan daerah.
yang bernama “omnibus”, namun lebih merupakan Langkah-langkah dimaksud akan terus dilanjutkan
pendekatan untuk menyederhanakan atau mengingat kondisi obesitas regulasi (overregulated)

310 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


masih terus terjadi. Sebagai contoh konkrit yakni 2) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
revisi UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan dan Keamanan; 3) Kementerian Koordinator Bidang
Umum yang mencabut Undang-Undang Nomor 42 Kemaritiman; 4) Kementerian Perhubungan; 5)
Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Kementerian Pariwisata; 6) Kementerian Pendidikan
Wakil Presiden, Undang-Undang Nomor 15 Tahun dan Kebudayaan; 7) Kementerian Pertanian; 8)
2011 tentang Penyelenggaraan Pemilu, Undang- Kementerian Dalam Negeri; 9) Kementerian Energi
Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pemilu Anggota DPR, dan Sumber Daya Mineral; 10) Kementerian Hukum
DPD, dan DPRD, serta Undang-Undang Nomor 11 dan HAM; 11) Kementerian Kelautan dan Perikanan;
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh pada Pasal 12) Kementerian Kesehatan; 13) Kementerian
57,dan 60 Ayat (1), (2), dan Ayat (4). Ketenagakerjaan; 14) Kementerian Keuangan;
15) Kementerian Komunikasi dan Informatika;
Perubahan pola pikir juga harus dilakukan 16) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
dengan membangun pemahaman bahwa regulasi Pertanahan Nasional; 17) Kementerian Pekerjaan
merupakan faktor pengintegrasi kebijakan dalam Umum dan Perumahan Rakyat; 18) Kementerian
rangka pencapaian pembangunan dengan harapan Perdagangan; 19) Kementerian Perindustrian;
mampu mengatasi kendala pembangunan nasional. 20) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Hal ini bertujuan untuk menciptakan iklim investasi Menengah; 21) Kementerian Lingkungan Hidup
yang kondusif bagi masyarakat dan dunia usaha. dan Kehutanan; 22) Badan Koordinasi Penanaman
Untuk mewujudkan hal tersebut, pendekatan Modal; dan 23) Badan Pengawas Obat dan Makanan.
“Omnibus Law” dapat diterapkan salah satunya Langkah pemangkasan atau penyederhanaan
pada bidang perizinan. Berdasarkan perolehan regulasi melalui pendekatan “omnibus law” serta
data sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi analisis CBA atau ISR perlu didorong sehingga
Hukum (JDIH) dari tiap Kementerian/Lembaga percepatan dalam pembangunan nasional dapat
terdapat 17.414 regulasi (UU, PP, Perpres, Permen, terwujud. Selain itu, perbaikan kualitas regulasi
Perka). Adapun data tersebut dihimpun dari juga harus dilakukan melalui perbaikan birokrasi,
23 Kementerian/Lembaga yang terkait dengan transparansi biaya, dan kejelasan proses, serta
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara efisiensi waktu, yang menjadi bagian penting
Elektronik (Online Single Submission/OSS) yakni: percepatan pencapaian sasaran RPJMN 2020-2024.
1) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;

Gambar 9.2 Pendekatan “Omnibus Law”


UNDANG - UNDANG
UNDANG - UNDANG
UNDANG - UNDANG
UNDANG - UNDANG
PP / PERPRES
PP / PERPRES PP / PERPRES
PP / PERPRES
PERMEN / PERKA
PERDA
PERDA PERDA
PERDA

Kaidah Pelaksanaan 311


Gambar 9.3 Alur Pikir Sinergi Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan Regulasi

Pengkajian Evaluasi Undang-Undang

Penelitian 3a Apabila hasil analisis merekomendasikan


Pembahasan
(analisis dan manfaat/CBA) pada perlunya revisi/ pembentukan/
pencabutan undang-undang

Naskah
Alternatif Kebijakan Akademik RUU

Apabila hasil analisis merekomendasikan pada tingkat


Non-Regulatory Policy: 3b peraturan pelaksanaan
Apabila hasil analisis
1. Revisi/pembentukan/pencabutan PP ke bawah
merekomendasikan tindakan
2. Penetapan kebijakan untuk mendukung
yang tidak bersifat pengaturan 3c undang-undang dan peraturan pelaksanaannya

PENGKAJIAN: meliputi kegiatan (1) menemukali permasalahan mendasar; (2) penetapan tujuan/sasaran; dan (3) Identifikasi regulasi yang
sudah ada dan/atau terkait

PENELITIAN meliputi kegiatan analisis mendalam terhadap hasil pengkajian termasuk analisis biaya dan manfaat (CBA) dan/atau analisis terhadap
regulasi yang ada.
3a. Hasil penelitian bisa merekomendasikan revisi/pembentukan/pencabutan pada tingkat UU
3b. Hasil penelitian tidak selalu merekomendasikan revisi/pembentukan/pencabutan UU namun bisa juga pada tingkat peraturan pelaksanaan
3c. Non-regulatory policy (kebijakan diluar peraturan): apabila hasil analisis merekomendasikan tindakan yang tidak bersifat pengaturan, misalnya
letersediaan anggaran pelaksanaan dari regulasi, SDM pelaksana, dll

Gambar alur pikir diatas merupakan pedoman • Rekomendasi untuk melakukan revisi/
dalam proses perumusan kebijakan dan/atau pembentukan/pencabutan pada regulasi di
pembentukan peraturan perundang-undangan bawah Undang-undang (peraturan pelaksana
(baca: regulasi) bagi setiap perumus kebijakan Undang-undang).
dan pembentuk regulasi. Proses evaluasi menjadi • Non-regulatory policy (kebijakan diluar
titik krusial dalam perumusan kebijakan dan/atau peraturan): apabila hasil analisis
pembentukan regulasi yang selanjutnya diikuti merekomendasikan tindakan yang tidak bersifat
dengan kajian awal mengenai urgensi kebutuhan pengaturan.
suatu KR dan/atau arah KR. Kajian awal meliputi:
(1) menemukenali permasalahan mendasar; (2) Alur pikir ini menekankan pada pentingnya proses
penetapan tujuan/sasaran; dan (3) identifikasi evaluasi yang secara tidak langsung dapat
regulasi yang sudah ada dan/atau terkait untuk memantau keberlakuan dan efektifitas suatu regulasi,
kemudian ditindaklanjuti dengan Penelitian yang sehingga hasil evaluasi suatu kebijakan dan regulasi
meliputi kegiatan analisis mendalam terhadap hasil tidak hanya fokus pada aspek legal formal tetapi
pengkajian termasuk analisis biaya dan manfaat juga dapat menyentuh aspek substansi (ekonomi,
(Cost and Benefit Analysis/CBA) dan/atau analisis sosial, lingkungan dan sebagainya). Selain itu,
terhadap regulasi yang ada. Hasil penelitian dapat proses evaluasi memberikan umpan balik terhadap
berupa: aspek kelembagaan dalam perencanaan dan
• Rekomendasi untuk melakukan revisi/ pembentukan regulasi yang memang memerlukan
pembentukan/pencabutan pada tingkat UU pembenahan secara mendasar baik secara fungsi
untuk dilanjutkan dengan Proses penyusunan maupun pendekatan.
Naskah Akademik.

312 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 9.4 Jumlah Peraturan Perundang-undangan
Sejak tahun 2014-2018 kuantitas peraturan yang disahkan Tahun 2014-2018
perundang-undangan mengalami tren fluktuatif
sebagaimana digambarkan pada grafik rekapitulasi 900

produk peraturan diatas. Meski demikian potensi 800 766


tumpang tindih tetap ada sehingga upaya sinergi 700
kebijakan perlu terus dilakukan dalam rangka
600
meningkatkan kualitas regulasi. Pendekatan a
472
whole government approach dalam penyusunan
500

regulasi penting dilakukan mengingat proses 400

pembentukannya yang hampir selalu lintas sektor. 300


196 173
200
142 124 138
Untuk memastikan sinergi antara kebijakan dan
135 107
104 100
100 42 66 60
regulasi, setiap kebijakan yang menjadi prioritas
14 20 18 13
2 1 1 2 0 6
0
pembangunan nasional harus didukung dengan 2014 2015 2016 2017 2018 Total

regulasi yang sejalan dengan perencanaan Undang-Undang Perpu PP Perpres

sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2020-2024.


Setiap Kerangka Regulasi yang tercantum dalam Sumber : peraturan.go.id, diolah Kementerian PPN/Bappenas 2019

RPJMN 2020-2024, akan menjadi bahan masukan


bagi penyusunan Program Legislasi Nasional 2024 perlu dilakukan melalui beberapa batu uji
(Prolegnas) Pemerintah 2020-2024. sebagai kriteria. Adapun batu uji tersebut meliputi:
(a) aspek legalitas, (b) aspek kebutuhan dan (c)
Dalam rangka memastikan dukungan kerangka aspek kemanfaatan (memberi manfaat yang besar
regulasi yang baik pada pelaksanaan RPJMN 2020- dan tidak menimbulkan beban yang berlebihan).

Gambar 9.5 Urgensi dan Landasan Hukum Integrasi Kerangka Regulasi dalam RPJMN 2020-2024
Sinergi proses perencanaan pembentukan regulasi dalam
rangka memfasilitaasi, mendorong, dan mengatur perilaku
masyarakat dan penyelenggara negara dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan nasional
UU 25/2004 - SPPN Meningkatkan efisiensi
pengalokasian anggaran
untuk keperluan
UU 17/2007 pembentukan regulasi

UU 12/2011
tentang
pembentukan peraturan
perundang-undangan

PP 17/2017 - SP4N Mengarahkan proses Meningkatkan kualitas


perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka
regulasi sesuai kebutuhan mendukung pencapaian
pembangunan prioritas pembangunan

Instrumen simplifikasi regulasi


Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2018
Cost and Benefit analysis dan regulatory impact assesment

Kaidah Pelaksanaan 313


Gambar 9.6 Prinsip – Prinsip Kerangka Regulasi yang Menjadi Koridor Penyusunan

Kebutuhan regulasi
dalam RPJMN yang
Memfasilitasi dan Mempertimbang- Memperhatikan Pelibatan
mendukung
mengatur perilaku kan aspek biaya asas-asas pemangku
kebijakan
masyarakat dan dan manfaat (CBA) pembentukan kepentingan
pembangunan
aparatur regulasi
nasional dan
Visi-Misi Presiden

Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2019

Adapun aspek tersebut diturunkan kedalam itu, penataan kelembagaan perumusan kebijakan
beberapa sub kriteria aspek sebagai berikut. dan regulasi merupakan hal yang perlu didorong
Pemerintah dalam rangka menginternalisasikan dan
Kedepannya peningkatan kualitas regulasi akan mengkonsolidasikan penerapan CBA, partisipasi
tetap menjadi perhatian, karena pengurangan masyarakat dengan penggunaan teknologi
kuantitas tanpa diikuti dengan perbaikan dari sisi informasi sehingga menghasilkan evidence based
mekanisme, sistem, dan peningkatan kapasitas policy (basis data dalam perumusan kebijakan)
perumus kebijakan dan pembentuk regulasi, akan sebagai upaya mendukung pencapaian prioritas
menimbulkan siklus permasalahan yang sama. Selain pembangunan nasional.

Gambar 9.7 Batu Uji Pengusulan Kerangka Regulasi (KR)

Aspek Berdasarkan Beban yang


Legalitas Kebutuhan Ditimbulkan

1. Apakah regulasi merupakan 1. Apakah regulasi mendesak untuk 1. Apakah regulasi akan membebani
amanat regulasi di atasnya ditetapkan? APBN dan/atau APBD?
dan/atau regulasi lain? 2. Apakah regulasi memberikan 2. Apakah regulasi akan memberikan
2. Apakah regulasi bertentangan menfaat bagi masyarakat? manfaat yang lebih besar daripada
dengan regulasi yang lain? 3. Apakah regulasi memberikan biaya yang akan dikeluarkan?
3. Apakah regulasi menimbulkan kemudahan bagi masyarakat?
disharmoni dan inkonsisten 4. Apakah regulasi berpotensi
dengan regulasi yang lain? menghambat pencapaian
4. Apakah regulasi menimbulkan sasaran dan target pembangunan
multitafsir (menimbulkan nasional?
pemahaman berbeda)?

Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2018

314 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Kebutuhan Regulasi pada Agenda Pembangunan RPJMN 2020-2024
Tabel 9.1 Rekapitulasi Kerangka Regulasi (KR) RPJMN 2020-2024

Kerangka Regulasi Arah


Agenda Pembangunan Kerangka
UU PP Perpres Regulasi
Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang
2 8 4 7
Berkualitas
Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan 6 9 19 5
Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan
10 18 19 2
Berdaya Saing
Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan Tidak Ada
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan
3 6 5 26
Ekonomi dan Pelayanan Dasar
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan
2 8 2 0
Bencana dan Perubahan Iklim
Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi
13 1 3 1
Pelayanan Publik

36 50 52 41
TOTAL REKAPITULASI KR
179

Agenda Pembangunan Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas


a. Undang-Undang (UU) c. Peraturan Presiden (Perpres)
1) RUU Lembaga Pembiayan Pembangunan 1) RPerpres Intergrated Tourism Master Plan (ITMP)
Indonesia 2) RPerpres tentang Asuransi Pertanian
2) Revisi UU No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi 3) RPerpres Peningkatan Kesejahteraan Petani
Legal Berbasis Koporasi Petani
4) RPerpres Perlindungan Lahan Pertanian
b. Peraturan Pemerintah (PP)
1) Revisi PP No. 57 Tahun 2010 tentang d. Arah Kerangka Regulasi
Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha 1) Regulasi Lembaga Keuangan/Perbankan untuk
dan Pengambilalihan Saham Perusahaan; mendukung pengembangan energi terbarukan
2) RPP Tata Cara Penanganan Perkara dan 2) Regulasi Bea Ekspor Batubara untuk mendukung
Pengenaan Sanksi Administratif Pelanggaran pengembangan energi terbarukan
Persaingan Usaha; 3) Regulasi tentang perizinan industri smelter
3) RPP KPPU; 4) Evaluasi tentang UU Perseroan dan UU BUMN
4) RPP tentang tentang Kriteria UMKM; 5) Regulasi tentang Badan Pangan Nasional
5) RPP tentang Koperasi Syariah 6) Regulasi tentang Jamu Nasional
6) RPP tentang Penjaminan Simpanan Koperasi 7) Regulasi tentang Rencana Induk Koperasi
7) RPP tentang tentang Fungsi, Peran dan Prinsip
Koperasi
8) RPP tentang Aturan Pemberdayaan Koperasi

Kaidah Pelaksanaan 315


Agenda Pembangunan Mengembangkan
Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan 5) RPerpres tentang Pembatasan Pengalihan Hak
Atas Tanah Pada Lokasi Pemindahan Ibukota
a. Undang-Undang (UU) Negara
1) Revisi UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi 6) RPerpres tentang Strategi Nasional Percepatan
Khusus Bagi Provinsi Papua Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS-
2) Revisi UU No. 28/2009 tentang Pajak Daerah dan PPDT) 2020-2024 (mencabut Perpres tentang
Restribusi Daerah STRANAS PPDT 2015-2019
3) Revisi UU No. 24/2011 tentang BPJS 7) RPerpres tentang Rencana Aksi Nasional
4) RUU tentang Pemindahan Ibu Kota Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
5) Revisi UU No.29 Tahun 2007 Tentang (RAN-PPDT) 2020
Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta Sebagai 8) RPerpres tentang Penetapan Daerah Tertinggal
Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia 2020-2024 (mencabut Perpres 131/2015 tentang
6) Revisi UU Perpajakan bagi Badan Usaha Penetapan Daerah Tertinggal 2015-2019)
Pembangun dan Pengelola Kawasan Ekonomi 9) RPerpres RTR KSN terkait Wilayah Metropolitan
Khusus dan Perusahaan di Kawasan Industri Palembang (Patunglaya)
10) RPerpres RTR KSN terkait Wilayah Metropolitan
b. Peraturan Pemerintah (PP) Banjarmasin (Banjarbakula)
1) Revisi PP No. 11/2010 tentang Penertiban dan 11) RPerpres RTR KSN terkait Wilayah Metropolitan
Pendayagunaan Tanah Terlantar Manado (Bimindo)
2) RPP Pedoman Pemberian Nama dan Perubahan 12) RPerpres RTR KSN terkait Wilayah Metropolitan
Nama Rupabumi Surabaya (Gerbangkertasusila)
3) Revisi PP 13/2017 tentang Perubahan Atas PP 13) RPerpres RTR KSN terkait Wilayah Metropolitan
No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Jakarta (Jabodetabekjur)
Wilayah Nasional (RTRWN) 14) RPerpres RTR KSN terkait Wilayah Metropolitan
4) RPP Pengendalian Pemanfaatan Ruang Denpasar (Sarbagita)
5) Revisi PP No.96 Tahun 2015 tentang Fasilitas 15) Revisi Perpres RTR Pulau /Kepulauan
dan Kemudahan di KEK 16) RPerpres RDTR Kawasan Perbatasan Negara
6) Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 17) RPerpres RTR Kawasan Strategi Nasional
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- 18) RPerpres tentang Kebijakan Perkotaan Nasional
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa 19) Revisi Perpres terkait Penataan Dewan Nasional
7) RPP Perkotaan dan peraturan turunannya terkait dan Dewan Kawasan KEK
Standar Pelayanan Perkotaan
8) RPP tentang Insentif untuk Swasta dalam d. Arah Kerangka Regulasi
Pembangunan Ibu Kota Negara 1) Peraturan perundangan tentang lembaga
9) RPP tentang Skema Pembiayaan Ibu Kota penyediaan tanah/bank tanah
Negara 2) Peraturan Turunan dari Rperpres Kebijakan
Perkotaan Nasional mengenai Penyusunan
c. Peraturan Presiden (Perpres) Petunjuk Teknis Perencanaan dan Pembangunan
1) RPerpres tentang Badan Otorita Persiapan dan Kota Hijau dan Tangguh
Pemindahan Ibu Kota Negara 3) Peraturan Turunan dari Rperpres Kebijakan
2) RPerpres RTR KSN IKN Perkotaan Nasional mengenai Penyusunan
3) RPerpres tentang RDTR Pusat Pemerintahan IKN Petunjuk Teknis Perencanaan dan Pembangunan
4) RPerpres tentang RDTR Pusat Ekonomi IKN Kota Pusaka

316 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


4) Peraturan Teknis terkait Penyusunan RPJMD 6) RPP tentang Pelaksanaan Rehabilitas Sosial
dan RKPD 7) RPP tentang Akomodasi yang Layak bagi
5) Penegasan Pengaturan Hubungan Kerja di Penyandang Disabilitas dalam Penegakan
Wilayah Batam dan Wewenang Dewan Kawasan Hukum
KPBPB Batam 8) RPP tentang Upaya Penanganan Fakir Miskin
9) RPP tentang Insentif dan Konsesi
Agenda Pembangunan Meningkatkan 10) RPP tentang Unit Layanan Disabilitas
Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Ketenagakerjaan
Berdaya Saing 11) RPP tentang Strategi Pembangunan Keluarga
a. Undang-Undang (UU) yang Komprehensif dan Terintegrasi
1) Revisi UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem 12) RPP Standar Mutu Pelayanan Kesehatan
Jaminan Sosial Nasional 13) RPP tentang Upaya Kesehatan Sekolah
2) Revisi UU 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan 14) RPP tentang Peraturan Pelaksanaan UU
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Kekarantinaan Kesehatan
3) RUU Sistem Pengasuhan Anak 15) RPP tentang Pembiayaan Kesehatan
4) RUU tentang Pengarusutamaan Gender 16) RPP tentang Label dan Iklan Pangan Olahan
5) Revisi UU Nomor 12 Tahun 2010 tentang 17) Revisi PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Gerakan Pramuka Pengamanan Bahan yang Mengandung
6) Revisi UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi
Keolahragaan Nasional (SKN). Kesehatan
7) RUU tentang Pengawasan Obat dan Makanan 18) RPP tentang Upaya Kesehatan Jiwa
8) Revisi UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit c. Peraturan Presiden (Perpres)
9) Revisi UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik 1) Revisi Perpres Nomor 46 Tahun 2014 tentang
Kedokteran Susunan Organisasi dan Tata Kerja, Tata Cara
10) Revisi UU Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Pengangkatan, Penggantian, dan Pemberhentian
Penyakit Menular anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional
2) RPerpres tentang Pengelolaan Data Terpadu
b. Peraturan Pemerintah (PP) Pananganan Fakir Miskin dan Orang Tidak
1) Revisi PP Nomor 44 Tahun 2015 tentang Mampu
Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja 3) Revisi Perpres Nomor 63 tahun 2017 tentang
dan Jaminan Kematian Bantuan Sosial Non Tunai
2) Revisi PP Nomor 45 Tahun 2015 tentang 4) Revisi Perpres Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Jaminan Pensiun Percepatan Penanggulangan Kemiskinan ( yang
3) Revisi PP Nomor 46 Tahun 2015 tentang sudah diperbarui dengan Perpres No 96 Tahun
Penyelenggaraan JHT 2015)
4) Revisi PP Nomor 60 tahun 2015 tentang 5) RPerpres tentang Kartu Pra Kerja.
Perubahan atas peraturan PP Nomor 46 Tahun 6) RPerpres tentang Pembentukan BLU/Holding
2015 tentang Penyelenggaraan JHT BLU untuk pengelolaan STP/Lembaga Litbang
5) Revisi PP Nomor 76 Tahun 2015 tentang dan pemasaran produk hasil riset STP/Lembaga
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor Litbang
101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan

Kaidah Pelaksanaan 317


Agenda Pembangunan Memperkuat
7) RPerpres tentang Penyederhanaan proses Infrastruktur untuk Mendukung
perizinan dan peraturan perundangan Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan
komersialisasi produk inovasi Dasar
8) RPerpres tentang Pemanfaatan prototype hasil
riset untuk K/L/D dan BUMN a. Undang-Undang (UU)
9) RPerpres tentang Mekanisme kerjasama antar 1) RUU Kerjasama Pemerintah dengan Badan
SDM Iptek dalam dan luar negeri Usaha (KPBU) untuk Penyediaan Infrastruktur
10) RPerpres tentang Mekanisme mobilisasi SDM 2) RUU Lembaga Pembiayaan Pembangunan
Iptek antar institusi litbang serta dengan BUMN Indonesia (LPPI)
dan Swasta 3) Revisi Lampiran Undang-Undang Nomor 23
11) RPerpres tentang Insentif pajak untuk R&D Tahun 2014 tentang Kewenangan Daerah
swasta, pendapatan atas HKI, dan Investasi
R&D
12) RPerpres Dana Abadi Penelitian, b. Peraturan Pemerintah (PP)
Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan 1) RPP tentang Pengelolaan Sanitasi
(Litbangjirap) 2) RPP Pengelolaan Air Limbah Domestik
13) RPerpes tentang Strategi Nasional Pencegahan 3) RPP untuk Penyelenggaraan/ Operasionalisasi
Perkawinan Anak TAPERA (Tabungan Perumahan Rakyat)
14) RPerpres tentang Strategi Nasional Penanganan 4) RPP terkait Sistem Pembiayaan Sekunder
Penanganan Anak Tidak Sekolah untuk Perumahan
Mendapatkan Layanan Pendidikan 5) RPP Pengembangan Sistem Penyediaan Air
15) RPerpres tentang Penataan Perencanaan, Minum
Penganggaran, dan Pemanfaatan Anggaran 6) RPP Rancangan Peraturan Pemerintah mengenai
Pendidikan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum
16) RPerpres tentang Pengelolaan Basis Data
Terpadu Penanggulangan Kemiskinan c. Peraturan Pemerintah (PP)
17) Rancangan Peraturan Presiden tentang 1) RPerpres Rencana Umum Nasional Keselamatan
Kabupaten Kota Sehat Jalan
18) Rancangan Peraturan Presiden tentang 2) RPerpres Pengembangan Satu Data
Penanggulangan TB 3) RPerpres tentang Pengelolaan Terminal Peti
19) Rancangan Peraturan Presiden tentang Kemas Secara Terpadu
Sertifikasi Halal Produk Obat, Produk Biologi 4) RPerpres Dukungan untuk Pengembangan
dan Alat Kesehatan Transportasi Perkotaan
5) RPerpres tentang Integrasi Pengelolaan
d. Arah Kerangka Regulasi Pelabuhan Hub Tol Laut
1) Revisi Peraturan Teknis terkait Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan d. Peraturan Presiden (Perpres)
Kabupaten/Kota 1) Kajian Kebutuhan Penyusunan UU Air Minum
2) Regulasi yang mendukung Percepatan dan Air Limbah/Sanitasi
Penurunan Kematian Ibu 2) Revisi Peraturan Teknis terkait Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan
3) Tata Cara Perhitungan Biaya Penyelenggaraan
Pengelolaan Sampah

318 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


4) Pedoman Konstruksi Fasilitas Pengolahan dan 24) Pedoman Tata Cara Monitoring dan Evaluasi
Pemrosesan Akhir Sampah SPM Air Limbah Domestik
5) Tata Cara Survei Utilitas dalam Tanah 25) Pedoman Pembiayaan Penyelenggaraan Sistem
6) Penyusunan Kriteria Pemanfaatan Lumpur Tinja Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD)
7) Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Air Minum 26) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
dan Sanitasi Terintegrasi Pengelolaan Air Limbah Domestik
8) Pedoman Penyelenggaraan Drainase
Lingkungan Agenda Pembangunan Membangun
9) Tata Cara Pemanfaatan Hasil Pengolahan Air Lingkungan Hidup, Meningkatkan
Limbah Domestik Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim
10) Tata Cara Perizinan Badan Usaha Sistem a. Undang-Undang (UU)
Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) 1) Revisi UU Nomor 18 Tahun 2013 tentang
11) Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
Timbulan dan Komposisi Sampah Perdesaan Hutan
12) Pedoman Pembentukan BUMD dan/atau BUMN 2) Revisi UU Nomor 31 Tahun 2009 tentang
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(SPALD)
13) Persyaratan Teknis Pengumpulan dan b. Peraturan Pemerintah (PP)
Penyediaan TPST dan/atau TPS 3R 1) Revisi PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang
14) Penyusunan Materi Teknis Panduan Penutupan Pengendalian Pencemaran Udara.
dan/atau Rehabilitasi TPA Sampah 2) Revisi PP Nomor 19 Tahun 1999 tentang
15) Pedoman Penyusunan RISPAM Menuju 100% Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan
Akses Air Minum Aman Laut.
16) Pedoman Teknis Sistem Perpipaan Air Minum 3) Revisi PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Aman Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
17) Pedoman / Standar Teknis Sistem Penyediaan Pencemaran Air
Akses Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan 4) Revisi PP Nomor 21 Tahun 2008 tentang
(BJP) Terlindungi Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
18) Regulasi / Pengaturan Terkait Batas Atas dan 5) RPP tentang Penegakan Hukum Pidana Terpadu
Batas Bawah Tarif Air Minum Lingkungan Hidup
19) Penyusunan Regulasi Bidang Air Limbah 6) RPP tentang Rencana Perlindungan dan
Domestik Pengelolaan Lingkungan Hidup.
20) Pedoman Pengawasan (Pemantauan, Evaluasi, 7) RPP tentang Tata Cara Penetapan Daya Dukung
dan Pelaporan) Penyelenggaraan Sistem dan Daya Tampung.
Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) 8) RPP tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
21) Standarisasi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Beracun
Penyehatan Lingkungan Permukiman
22) Panduan Praktis Pemenuhan SPM Air Limbah c. Peraturan Presiden (Perpres)
Domestik 1) Revisi Perpres Nomor 61 tahun 2008 tentang
23) Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Perpipaan Air Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) 2) RPerpres tentang Pembangunan Rendah Karbon

Kaidah Pelaksanaan 319


Agenda Pembangunan Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan
Publik

a. Undang-Undang (UU) b. Peraturan Pemerintah (PP)


1) Revisi UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang 1) Revisi atas Perubahan Kedua Atas Peraturan
Perubahan Terhadap UU Nomor 2 Tahun 2008 Pemerintah No 5 Tahun 2009 Tentang Bantuan
tentang Partai Politik Keuangan kepada Partai Politik
2) Revisi UU Nomor 37 Tahun 2008 tentang
Ombusdman RI c. Peraturan Presiden (Perpres)
3) Revisi UU Keuangan Negara dan UU SPPN 1) RPerpres tentang Ketentuan Sanksi bagi Pejabat
4) Revisi UU Nomor 37 tahun 1999 tentang Pembina Kepegawaian atas pelanggaran prinsip
Hubungan Luar Negeri sistem merit dalam manajemen Aparatur Sipil
5) Revisi UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang Negara
Perjanjian Internasional 2) Revisi Perpres 118 Tahun 2014 tentang
6) Revisi UU 35 nomor 35 Tahun 2009 tentang Sekretariat, Sistem dan Manejemen Sumber Daya
Narkotika Manusia, Tata Kerja, serta Tanggung Jawab dan
7) Revisi UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Keuangan Komisi Aparatur Sipil
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Negara
8) Revisi UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang 3) RPerpres Grand Design Reformasi Kelembagaan
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Birokrasi
Pembayaran Utang
9) Revisi UU Jaminan Benda Bergerak d. Arah Kerangka Regulasi
10) RUU Hukum Acara Perdata dalam HIR, Rbg dan 1) Penyusunan Pengaturan peta jalan diplomasi
RV publik
11) RUU Badan Usaha
12) Revisi UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana
13) RUU Kitab UU Hukum Pidana

320 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Kerangka Kelembagaan

Kerangka Kelembagaan (KK) merupakan salah pembangunan. Dengan menekankan nilai structure
satu kaidah pelaksanaan dalam RPJMN 2020 – follow strategy, maka pembentukan organisasi
2024, untuk mendorong efektivitas pelaksanana pemerintah didasarkan pada stategi untuk pencapaian
pembangunan dengan dukungan kelembagaan tujuan pembangunan. Adapun organisasi pemerintah
yang tepat ukuran, tepat fungsi dan tepat proses. sesuai dengan peraturan perundangan mencakup:
Dalam konteks delivery mechanism, kelembagaan (a) lembaga negara; (b) kementerian; (c) lembaga
difokuskan pada penataan organisasi pemerintah pemerintah non kementerian; (d) lembaga non
beserta aturan main di dalamnya, baik yang bersifat struktural; (e) pemerintah daerah beserta organisasi
inter maupun antar organisasi, yang berfungsi untuk perangkat daerah; dan (f) lembaga koordinasi
melaksanakan program-program pembangunan. lain seperti badan koordinasi, komite nasional, tim
Adapun fokus kebijakan kerangka kelembagaan nasional dan lain-lain.
dalam RPJMN 2020 – 2024 ditujukan pada organisasi
pemerintah yang mencakup rumusan tugas, fungsi, Dari kurun waktu pelaksanaan RPJMN 2015 - 2019,
kewenangan, peran, dan struktur. telah dilakukan penataan kelembagaan khususnya
Lembaga Non Struktural (LNS). Perkembangan
Kelembagaan yang tepat fungsi, tepat ukuran hasil penataan menunjukan bahwa terdapat 13 LNS
dan tepat proses diharapkan akan mendorong yang telah dihapuskan.
efektivitas kelembagaan yang sejalan dengan arah

Gambar 9.8 Kedudukan Kerangka Kelembagaan dalam Pembangunan

Presiden

Visi & Misi

Program
Pembangunan

Kerangka Regulasi Kerangka Kelembagaan Kerangka Pendanaan


(UU, Perpres, Permen, Fungsi dan struktur lembaga tata APBN dan Non APBN
Perka, Perda) kerja inter dan antar lembaga

Kaidah Pelaksanaan 321


Tabel 9.1 Jumlah Lembaga Non Struktural
Adapun urgensi kerangka kelembagaan dalam
Peraturan dokumen perencanaan dimaksudkan untuk:
2015 2016 2017
Perundangan
1. Mengarahkan penataan organisasi pemerintah
Undang-Undang 72 73 73 sejalan dan mendukung pencapaian pembangunan;
2. Mendorong efektivitas kelembagaan melalui
Peraturan Pemerintah 5 5 5 ketepatan struktur organisasi, ketepatan proses
(tata laksana) organisasi, serta pencegahan
Peraturan Presiden/ duplikasi tugas dan fungsi organisasi.
31 29 20
Keputusan Presiden

Jumlah 108 107 98 Pembentukan organisasi/lembaga pemerintah


berdampak pada beberapa aspek termasuk
beban belanja negara, untuk itu inisiatif penataan
Gambar 9.9 Laju Pembubaran Jumlah LNS organisasi harus memperhatikan prinsip-prinsip
kerangka kelembagaan sebagai berikut:

2015 2016 2017


2 LNS 9 LNS 2 LNS

Gambar 9.10 Prinsip Kerangka Kelembagaan

Sejalan dengan Memperhatikan


Mendukung outcome
kebijakan efisiensi dan efektivitas
pembangunan
Pembangunan nasional anggaran

Sejalan dengan Sejalan dengan mendorong pembatasan


peraturan perkembangan lingkungan pembentukan lembaga
perundangan strategis pembangunan baru

Dilakukan dengan Memperhatikan


Memperhatikan asas pembagian kewenangan/
transparan, partisipatif,
manfaat urusan antara pemerintah
dan akuntabel pusat dan daerah

Mengedepankan
kerjasama multi pihak
yang kolaboratif

322 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Aspek Kelayakan
Untuk memastikan kesesuaian dukungan kerangka
kelembagaan dengan pelaksanaan RPJMN 2020 – • Apakah usulan kerangka kelembagaan tidak
2024, perlu dilakukan beberapa tahapan penilaian tumpang tindih dengan kelembagaan yang ada ?
kelayakan. Adapun tahapan penilaian sebagai • Apakah usulan kerangka kelembagaan berdampak
berikut: (a) aspek kesesuaian; (b) aspek urgensi pada efisiensi pelaksanaan pembangunan ?
dan; (c) aspek kelayakan. Adapun penjabaran • Apakah usulan kerangka kelembagaan
ketiga aspek tersebut diturunkan dalam beberapa memperpendek rantai birokrasi dalam pelaksanaan
kebijakan ?
sub kriteria sebagai berikut.
• Apakah usulan kerangka kelembagaan berdampak
Aspek Kesesuaian langsung dan positif terhadap masyarakat ?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan seusai dengan • Apakah usulan kerangka kelembagaan realistis
Tujuan/Sasaran pembangunan nasional (RPJMN)? untuk diselesaikan (maksimal 3 tahun pertama
• Apakah usulan kerangka kelembagaan sesuaia RPJMN 2020 - 2024) ?
dengan kebijakan kerangka kelembagaan ?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan didukung
dengan kelengkapan dokumen pendukung (hasil
Aspek Urgensi kajian dan cost & benefit analysis)?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan berdampak
pada pencapaian target pembangunan?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan merupakan
amanat paraturan perundangan?

Kerangka Pendanaan
Dalam upaya mengoptimalkan dan mensinergikan (bank dan non bank); dan (3) Investor, baik
pemanfaatan sumber-sumber pendanaan perseorangan maupun badan usaha.
pembangunan diperlukan adanya kerangka
pendanaan yang mencakup sumber pendanaan, Sumber-sumber pendanaan tersebut memiliki
arah pemanfaatan, dan prinsip pelaksanaan karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
pendanaan pembangunan pemanfaatannya perlu disesuaikan dengan
karakteristik tersebut.

Sumber Sumber a) Pajak, merupakan penerimaan negara berasal


Pendanaan dari masyarakat yang diantaranya bersumber
dari pajak penghasilan, pajak pertambahan
nilai, pajak bumi dan bangunan, cukai, pajak
Sumber Pendanaan Pemerintah
perdagangan internasional, dan pajak lainnya.
Pendanaan pemerintah bersumber dari pajak, Pajak digunakan untuk membiayai kegiatan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) maupun operasional dan investasi pemerintah.
sumber keuangan lain seperti obligasi, pinjaman dan b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),
hibah dari dalam maupun luar negeri yang berasal merupakan penerimaan negara di luar
dari: (1) Lembaga Pembiayaan Pembangunan penerimaan pajak yang antara lain mencakup
Bilateral dan Multilateral; (2) Lembaga Keuangan penerimaan yang berasal dari pemanfaatan

Kaidah Pelaksanaan 323


sumber daya alam, pelayanan yang dilaksanakan Kementerian/Lembaga (K/L); mengelola
pemerintah, pengelolaan kekayaan negara portofolio utang; diteruspinjamkan kepada
dipisahkan, pengelolaan Barang Milik Negara, Pemerintah Daerah (Pemda) dan BUMN; dan
pengelolaan dana dan hak negara lainnya. dihibahkan kepada Pemda dengan fokus
PNBP digunakan untuk membiayai kegiatan pembiayaan pada infrastruktur ekonomi dan
operasional dan investasi pemerintah. sosial dengan alih teknologi; praktik baik
c) Hibah, merupakan penerimaan negara dalam internasional dan berbagi pengetahuan; proyek
bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan, rupiah, piloting yang dapat dilakukan replikasi dengan
barang, jasa dan/atau surat berharga yang tidak pendanaan rupiah; serta memiliki daya ungkit
perlu dibayar kembali, yang dapat berasal dari yang tinggi.
dalam maupun luar negeri. Hibah digunakan e) Pinjaman Dalam Negeri (PDN), adalah setiap
untuk mendukung program pembangunan pinjaman oleh pemerintah yang diperoleh dari
nasional dan penanggulangan bencana serta pemberi pinjaman dalam negeri yang harus
bantuan kemanusiaan dibayar kembali dengan persyaratan tertentu,
d) Pinjaman Luar Negeri (PLN), merupakan sesuai dengan masa berlakunya. Pinjaman dalam
penerimaan negara yang harus dibayarkan negeri utamanya digunakan untuk pengembangan
kembali dengan persyaratan tertentu dalam industri dalam negeri dan mendukung pencapaian
bentuk utang pemerintah yang diikat oleh suatu sasaran pembangunan nasional;
perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat f) Surat Berharga Negara (SBN), merupakan
berharga negara. Pinjaman luar negeri terdiri surat berharga berupa pengakuan utang dalam
atas pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan, yang mata uang Rupiah atau valuta asing yang dijamin
bersumber dari kreditor multilateral, kreditor pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara.
bilateral, kreditor swasta asing, dan lembaga Penerbitan SBN digunakan untuk membiayai
penjamin kredit ekspor. kegiatan operasional dan investasi pemerintah
g) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), ialah
Pinjaman Luar Negeri dapat digunakan untuk surat berharga negara yang diterbitkan dalam
membiayai defisit APBN dan kegiatan prioritas mata uang rupiah maupun valuta asing, yang

324 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


memiliki ciri khas menggunakan prinsip syariah lain yang tidak bertentangan dengan peraturan
dan memerlukan aset yang dijadikan sebagai perundang-undangan.
jaminan (underlying). SBSN-Project Based b) Pendanaan Badan Usaha dalam bentuk
Sukuk (SBSN-PBS) pemanfaatannya lebih penanaman modal baik dalam negeri maupun
diutamakan untuk pembangunan infrastrukur asing yang berasal dari kekayaan badan usaha
dan penyediaan sarana pelayanan umum. yang bersangkutan maupun yang diperoleh dari
pinjaman lembaga keuangan.
Sumber Pendanaan Non-Pemerintah c) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Sumber Pendanaan non-Pemerintah atau swasta (Corporate Social Responsibility - CSR),
dapat diperoleh dari: Badan Usaha (Swasta dan merupakan bentuk komitmen perusahaan
BUMN/D) dan masyarakat. untuk berkontribusi pada peningkatan kualitas
kehidupan komunitas setempat, maupun
Potensi sumber-sumber pendanaan non-pemerintah masyarakat pada umumnya. Pendanaan
yang dapat dimanfaatkan beserta karakteristiknya melalui CSR ini lebih banyak terfokus pada
diantaranya sebagai berikut: pembangunan sarana prasarana sosial,
lingkungan, bantuan kelangsungan hidup, dan
a) Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha pemberdayaan masyarakat.
(KPBU), merupakan kerjasama antara d) Filantropi, adalah sebuah aktivitas yang
pemerintah dengan badan usaha dalam dilakukan oleh sekelompok orang ataupun
menyediakan sarana dan prasarana layanan yayasan untuk kebaikan (kemaslahatan) publik
umum berdasarkan pembagian risiko antara atau masyarakat dengan semangat kebaikan
pemerintah dan swasta. KPBU dilakukan untuk: bersama melalui dana pribadi maupun
(i) menjembatani kesenjangan pembiayaan kelompok yang dihimpun secara sukarela.
melalui investasi swasta,termasuk prakarsa Kegiatan yang dilakukan filantropis dapat
badan usaha (unsolicited), pada penyediaan berupa pembangunan sarana prasarana sosial,
sarana dan prasarana layanan umum; dan (ii) lingkungan, bantuan kelangsungan hidup, dan
mendapatkan efisiensi sektor swasta. Dengan pemberdayaan masyarakat, dan advokasi.
skema KPBU ini, Pemerintah dapat menyediakan e) Dana Keagamaan merupakan dana yang
sarana dan prasarana layanan umum dengan dikumpulkan dari penganut agama tertentu yang
tepat waktu (on schedule), tepat anggaran (on berpotensi untuk digunakan dalam kegiatan
budget), dan tepat layanan (on service). Untuk pembangunan. Secara umum, dana keagamaan
mengembalikan investasi yang dikeluarkan oleh terfokus pada proyek/kegiatan/program yang
pihak swasta dalam pelaksanaan KPBU, terdapat bersifat sosial dan pengembangan ekonomi
beberapa skema pengembalian investasi yaitui: masyarakat.
(i) pembayaran oleh pengguna layanan (User
Pay) yang dapat didukung pemerintah melalui
fasilitas Dukungan Kelayakan (Viability Gap
Fund - VGF) atau dukungan pemerintah melalui
penyediaan sebagian aset; (ii) pengembalian
melalui pembayaran secara berkala oleh
Pemerintah berdasarkan prinsip ketersediaan
layanan (Availability Payment); (iii) bentuk-bentuk

Kaidah Pelaksanaan 325


Pengelolaan Pendanaan Implementasi Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (medium term expenditure framework)
Pembangunan
dan anggaran berbasis kinerja (performance
based budgeting) dalam perencanaan dan
penganggaran terus dilakukan secara bertahap
I. Pengelolaan Belanja
sesuai kapasitas dan kondisi pelaksanaan.
Pendanaan dari berbagai sumber tersebut dikelola
dengan fokus pada: (a) Pengelolaan Belanja Pusat Langkah pemerintah untuk meningkatkan
dan (b) Pengelolaan Dana Transfer ke Daerah dan kualitas alokasi pada prioritas harus diawali
Dana Desa. dengan peningkatan kualitas program/kegiatan
dan proyek prioritas pembangunan jangka
a) Pengelolaan Belanja Pusat menengah yang di rencanakan untuk mencapai
Arah Kebijakan pengelolaan belanja pemerintah sasaran pembangunan. Rencana pembangunan
pusat adalah meningkatkan kualitas alokasi tersebut harus fokus serta jelas sasaran yang
pendanaan prioritas pembangunan. Hal ini hendak dituju serta penanggung jawabnya.
menjadi kebijakan dasar perencanaan dan Selanjutnya dilakukan perkuatan pengendalian
penganggaran belanja Kementerian/Lembaga program/kegiatan dan proyek prioritas dan
dan belanja non-Kementerian/Lembaga. perkuatan sinergi pendanaan.
Pengelolaan belanja pemerintah pusat dilakukan
berdasarkan prinsip money follows program Perkuatan pengendalian. Alokasi pada prioritas
dengan pendekatan yang Holistik, Integratif, harus disertai dengan mekanisme pengendalian
Terpadu, dan Spasial (HITS). yang baik sehingga rencana pembangunan

Gambar 9.11 Arah Pengelolaan Belanja Pemerintah

ARAH PENGELOLAAN BELANJA PEMERINTAH

DANA TRANSFER
BELANJA PUSAT KE DAERAH DAN
DANA DESA

• Pemerataan SPM
• Kualitas Alokasi • Peningkatan Transparansi dan
Akuntabilitas
• Perkuatan Pengendalian • Peningkatan kualitas
Pemanfaatan TKDO
• Sinergi Pendanaan • Peningkatan Kinerja Belanja
Daerah dari TKDO

326 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


yang direncanakan dapat dipastikan ketepatan pencapaian prioritas nasional di daerah. Sinergi
pelaksanaannya. Untuk itu pemerintah akan pendanaan juga dilakukan dengan partisipasi
mengendalikan rencana pembangunan dari BUMN maupun masyarakat melalui
hingga tingkat proyek prioritas dimana lokasi mekanisme pendanaan yang ada.
dan penanggung jawab kegiatannya jelas
terukur. Penyempurnaan proyek prioritas juga Untuk mendukung langkah pengendalian
terus diupayakan baik pada kriteria pemilihan dan penguatan sinergi, pemerintah akan
maupun didalam mekanisme pengendalian mengintegrasi sistem dan data pada dokumen
pelaksanaannya. perencanaan, penganggaran, dan evaluasi.
Pengembangan sistem terintegrasi ini juga akan
Disamping itu upaya untuk meningkatkan meningkatkan ketepatan pengambilan kebijakan
efektivitas dan efisiensi program juga dilakukan melalui pemanfaatan basis data yang sama dan
secara berkesinambungan. Untuk itu dilakukan termutakhir. Hal ini sekaligus akan memperkuat
tinjau ulang (review) secara berkala terhadap transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan
program pembangunan. Tinjau ulang dilakukan belanja negara.
dengan mengacu hasil evaluasi terhadap kinerja
pembangunan dan kinerja anggaran. Hasil dari b) Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa
tinjau ulang ini kemudian digunakan sebagai Sebagai bentuk pelaksanaan kebijakan
salah satu pertimbangan dalam pengalokasian desentralisasi fiskal di Indonesia dan dalam
perencanaan pembangunan. Hasil tinjau ulang rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
ini juga digunakan sebagai bagian dari perbaikan Pemerintah menganggarkan dana Transfer ke
mekanisme pendanaan dan pelaksanaan Daerah dan Dana Desa (TKDD). Dana Transfer
program (delivery mechanism). ke Daerah dan Dana Desa terdiri atas 4 (empat)
komponen, yaitu: (1) Dana Perimbangan yang
Perkuatan sinergi pendanaan. Sinergi terbagi menjadi Dana Transfer Umum (DTU)
pendanaan dilakukan meliputi Belanja yang terdiri atas: Dana Bagi Hasil (DBH) dan
Kementerian/Lembaga (K/L), Non-K/L (antara lain Dana Alokasi Umum (DAU), serta Dana Transfer
subsidi/PSO dan hibah), Transfer ke Daerah dan Khusus yang terdiri atas Dana Alokasi Khusus
Dana Desa, pembiayaan dan sumber-sumber (DAK) Fisik dan Non-Fisik; (2) Dana Insentif
pendanaan lainnya. Pemanfaatan sumber Daerah; (3) Dana Otonomi Khusus dan Dana
pendanaan tersebut dilakukan secara terintegrasi Keistimewaan D.I Yogyakarta; dan (4) Dana
untuk mencapai sasaran pembangunan. Desa.
Integrasi dan sinergi antar sumber pendanaan ini
dilakukan sejak dari penyusunan Rencana Kerja Arah Kebijakan Dana Transfer ke Daerah dan
Pemerintah hingga RAPBN tiap tahunnya. Hal Dana Desa adalah sebagai berikut:
ini didukung oleh berbagai agenda koordinasi 1) Secara bertahap mengintegrasikan
lintas K/L, lintas instansi, dan antar tingkatan perhitungan pemenuhan Standar Pelayanan
pemerintahan dalam penyusunan Rencana Minimal (SPM) dalam perencanaan,
Kerja Pemerintah. Perkuatan sinergi pusat dan penganggaran, serta pemanfaatan TKDD.
daerah juga dilakukan melalui pengembangan Pemenuhan SPM terutama dalam sektor-
dan perluasan mekananisme hibah ke Daerah sektor pelayanan dasar merupakan kewajiban
(output based transfer). Hal ini juga sangat terkait mendasar pemerintah kepada masyarakat.
dengan pengendalian program untuk menjamin 2) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

Kaidah Pelaksanaan 327


dari proses perencanaan, penganggaran Arah Kebijakan Dana Transfer Khusus (DTK)
hingga pemanfaatan dana Transfer ke Daerah sebagai berikut: (1) Mendorong percepatan
dan Dana Desa (TKDD). penyediaan infrastruktur di daerah yang terkait
3) Mendorong peningkatan kualitas dengan pelayanan dasar dan tematik sesuai
pemanfaatan TKDD dan Dana Desa untuk dengan Prioritas Nasional; (2) Refocusing
belanja infrastruktur publik dan dukungan menu dan kegiatan Dana Transfer Khusus
pencapaian prioritas nasional seperti berdasarkan efektivitas menu dan kegiatan
penyelesaian permasalahan urban sector DAK; (3) Mempertajam sinkronisasi dan integrasi
(sanitasi, air minum), dan penyiapan SDM perencanaan dan penganggaran kegiatan
yang siap kerja; Dana Transfer Khusus dengan kegiatan APBN
4) Mendorong kinerja belanja daerah dari TKDD lainnya (seperti belanja K/L) guna pengendalian
yang efektif dan efisien, berprinsip value of pencapaian prioritas nasional di daerah; (4)
money serta sinergi dengan belanja Pusat. Pengalokasian memperhitungkan penyesuaian
unit cost dan kualitas kinerja pelaksanaan tahun-
Arah kebijakan bagi setiap komponen adalah tahun sebelumnya; (5) Penguatan penerapan
sebagai berikut: penyaluran berbasis kinerja dan peningkatan
efektivitas pemantauan; (6) Pemanfaatan
Arah Kebijakan Dana Bagi Hasil (DBH) sistem informasi berbasis web dalam proses
sebagai berikut: (1) Meningkatkan transparansi, perencanaan, penganggaran, pelaporan hingga
akuntabilitas dan kinerja pengelolaan DBH; pemantauan dan evaluasi Dana Transfer Khusus;
(2) Menetapkan alokasi DBH tepat waktu dan dan (7) Penguatan sistem dan basis data dan
tepat jumlah melalui komitmen percepatan peran APIP untuk meningkatkan akuntabilitas
penyelesaian kurang bayar/lebih bayar; (3) dan transparansi.
Meningkatkan optimalisasi dan efektivitas
penggunaan DBH. Arah Kebijakan Dana Insentif Daerah (DID)
sebagai berikut: (1) Penguatan peran DID
Arah Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai instrumen insentif dalam TKDD; (2)
sebagai berikut: (1) Menyempurnakan formulasi
DAU dengan mengevaluasi bobot Alokasi Dasar
(gaji PNSD) serta kebutuhan dan kapasitas
fiskal daerah; (2) mempertahankan afirmasi
kepada daerah kepulauan dengan tetap
memberikan bobot luas wilayah laut dalam
variabel luas wilayah menjadi 100 persen;
(3) Menyempurnakan formula DAU melalui
perbaikan indeks pemerataan kemampuan fiskal
antar daerah dan proporsi pembagian pagu
alokasi provinsi dan kabupaten/kota; dan (4)
Mengarahkan minimal 25 persen dari DTU (DAU
dan DBH) untuk belanja infrastruktur daerah
yang langsung terkait dengan percepatan
pembangunan fasilitas pelayanan publik dan
perekonomian daerah.

328 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Penyederhanaan dan penajaman formula ketepatan penggunaan; dan (2) meningkatkan
pengalokasian DID yang lebih mencerminkan pemantauan dan evaluasi dalam mendukung
prestasi dan kinerja daerah yang dihubungkan efektivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan
dengan penilaian atas inovasi, kreativitas, keistimewaan DIY;
keunggulan spesifik dan output/outcome
yang dihasilkan; (3) Mendorong pemanfaatan Arah Kebijakan Dana Desa sebagai
DID untuk mendukung kegiatan yang sesuai berikut: (1) Menyempurnakan pengalokasian
dengan kebutuhan dan prioritas daerah dalam Dana Desa dengan memperhatikan aspek
mempercepat penyediaan layanan dasar keadilan dan keberpihakan (afirmasi) dan
publik yang langsung menyentuh kebutuhan upaya pemberdayaan masyarakat desa;
masyarakat dan menciptakan komposisi yang (2) Meningkatkan kesiapan dan kapasitas
baik antar daerah.. pemerintah desa dan kelembagaan desa untuk
meningkatkan kinerja pelaksanaan dana desa;
Arah Kebijakan Dana Otonomi Khusus (3) Mendorong transparansi dan akuntabilitas
sebagai berikut: (1) Meningkatkan kualitas pemanfatan Dana Desa.
perencanaan; (2) Pengalokasian Dana Otsus
sesuai dengan peraturan perundang-undangan; II. Perluasan Kapasitas Pendanaan
(3) Mendorong pengelolaan dan optimalisasi Pengembangan potensi ruang/sumber pendanaan
pemanfaatan Dana Otsus; (4) Mendorong baru dilakukan dengan mengembangkan innovative
pelaporan atas pelaksanaan kegiatan oleh financing. Hal ini dilakukan untuk mendorong
Pemerintah Daerah secara akuntabel dan percepatan pencapaian sasaran pembangunan
transparan; (5) Memperkuat monitoring dan serta memperbesar porsi kerja sama pemerintah dan
evaluasi secara berkelanjutan. badan usaha guna menurunkan beban kontribusi
pendanaan pemerintah. Dari pengembangan
Arah Kebijakan Dana Keistimewaan innovative financing tersebut diharapkan agar
D.I.Yogyakarta sebagai berikut: (1) keahlian dan aset (sumber daya) masing-masing
Meningkatkan kualitas perencanaan dan pihak (pemerintah dan badan usaha) dapat
digunakan secara bersama untuk menyediakan jasa
dan/atau fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat
umum. Disamping itu memberikan keuntungan
bagi masing-masing pihak serta alokasi risiko yang
proporsional.

Selain itu, Pemerintah dapat melakukan eksplorasi dan


memaksimalkan pemanfaatan sumber pendanaan
baru dari sumber pendanaan non-konvensional. Hal
ini dimaksudkan untuk memanfaatkan perubahan
arsitektur keuangan global untuk menarik investasi
swasta. Secara khusus, Pemerintah perlu mencari
pendanaan sektor swasta untuk beberapa
jenis proyek investasi publik, pemanfaatan dan
sekuritisasi aset Pemerintah, mengundang aktor-
aktor pembangunan lainnya seperti filantropis,

Kaidah Pelaksanaan 329


pemanfaatan peningkatan nilai tanah (land value Pemanfaatan pinjaman langsung (direct lending)
capturing), skema konsesi terbatas, dan pendanaan diarahkan untuk mengurangi beban pinjaman
lain yang dapat dikembangkan. Pemerintah. Pinjaman langsung dengan penjaminan
pemerintah dapat menekan biaya menjadi lebih
Sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan murah dibandingkan dengan pinjaman komersial.
berkelanjutan, Pemerintah juga dapat Selain itu, pinjaman yang bersumber dari luar negeri
mengandalkan dan mengembangkan pendanaan dapat mengoptimalkan keunggulan komparatif
hijau (green funding) di masa depan. Dengan (comparative advantage) dari mitra pembangunan.
demikian, diharapkan bahwa banyak investasi Pinjaman langsung yang mendapatkan jaminan
publik di masa depan akan didanai dari bauran dapat diperuntukkan untuk membantu permodalan
berbagai sumber pendanaan (blended finance) BUMN. Namun demikian pemanfaatannya diarahkan
untuk kegiatan dengan manfaat publik yang besar, untuk kegiatan prioritas serta perlu didukung
sejalan dengan pencapaian target Pembangunan oleh evaluasi teknis yang memadai (feasibility
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals - assessment, engineering designs, analisis ekonomi,
SDGs) di Indonesia. keuangan, dan lingkungan).

Untuk mendanai penanganan bencana, Pemerintah


mengembangkan skema asuransi pembiayaan
tanggap darurat dan mempersiapkan skema
pembiayaan bersama melalui pooling of fund untuk
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Untuk pembiayaan program di pusat maupun


di daerah, skema Kerjasama Pemerintah Badan
Usaha/ Public Private Partnership (KPBU/PPP),
peningkatan peran swasta melalui kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR), pinjaman
langsung (direct lending) dari mitra pembangunan
kepada BUMN, dan Municipal Development Fund
(MDF) akan terus dikembangkan.

Pemanfaatan KPBU untuk pembangunan nasional


akan terus diperluas dan dikembangkan untuk sektor
sosial antara lain pendidikan, kesehatan, dan lain-
lain. Pengembangan pemanfaatan KPBU di sektor
sosial disertai dengan penyempurnaan terhadap
peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan
pemanfaatan CSR diarahkan pada peningkatan
keselarasan kegiatannya dengan program
pemerintah dalam mendukung pembangunan
nasional.

330 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pemerintah juga terus mengembangkan dan
Kaidah Pelaksanaan mengimplementasikan proses pengadaan Pemerintah
Pendanaan yang memasukkan kriteria keberlanjutan dengan
pendekatan yang lebih sistematis dan konsisten
Kebutuhan pendanaan pembangunan terus didasarkan pada praktik yang baik (best practice).
meningkat sedangkan sumber dana publik
terbatas. Di sisi lain berbagai sumber dan instrumen Selain efisiensi investasi publik, Pemerintah
pendanaan baru terus berkembang. Untuk itu, juga akan menetapkan syarat dan kondisi serta
diperlukan adanya pendekatan pengelolaan kerangka kerja dimana investasi swasta diharapkan
pendanaan untuk mendorong pertumbuhan dan berperan lebih besar, bahkan melebihi pembiayaan
kinerja investasi publik. Peningkatan efisiensi dan Pemerintah seperti misalnya di sektor energi. Untuk
kinerja investasi publik mensyaratkan adanya itu, dukungan dan kerjasama internasional dalam
perbaikan proses perencanaan investasi disemua hal akses keuangan, akses ke teknologi bersih,
sektor dan tingkat pemerintahan,termasuk dalam peningkatan kapasitas dan tatakelola akan tetap
mengalokasikan investasi Pemerintah untuk sektor diperlukan.
dan proyek yang tepat sehingga memberi daya
ungkit (leverage), melaksanakan proyek tepat waktu Penggunaan pendanaan pembangunan harus
dan tepat biaya serta peningkatan kapasitas dan dapat secara optimal memanfaatkan kapasitas
efisiensi kelembagaan. Upaya tersebut dilakukan pendanaan yang ada dan dilakukan secara lebih
bersamaan dengan pemberian stimulus bagi efektif. Untuk maksud tersebut diperlukan adanya
pihak swasta dan masyarakat melalui regulasi kaidah-kaidah yang digunakan sebagai pedoman
dan kebijakan yang memberikan insentif dalam pelaksanaan penggunaan pendaaan pembangunan
rangka mengoptimalkan peran pembiayaan non- yaitu:
Pemerintah dalam pembiayaan pembangunan 1. Fokus Meningkatkan Kualitas Alokasi pada
nasional (investasi publik). Prioritas melalui Proyek Prioritas dan Integrasi
Pendanaan, dilakukan dengan beberapa
Peningkatan kapasitas pembiayaan dan langkah yaitu
kualitas investasi Pemerintah dilakukan dengan a. Mengutamakan alokasi pada prioritas:
memperbaiki perencanaan dan kebijakan investasi Mengalokasikan sumber dana yang terbatas
publik, manajemen, tata kelola dan kebijakan, dengan mendahulukan kegiatan atau proyek
serta pemilihan proyek yang didasarkan pada yang menjadi prioritas nasional. Pendanaan
kriteria keberlanjutan lingkungan dan sosial. Untuk pembangunan harus diarahkan berdasarkan
itu strategi pembangunan nasional, wilayah dan pada strategi pembangunan nasional dimana
sektoral akan diperjelas dengan menyertakan fokus alokasi anggaran adalah pendanaan
rencana investasi untuk memandu investasi publik prioritas pembangunan terutama pada
maupun swasta dalam jangka panjang. Pemerintah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
menyusun strategi dan kebijakan termasuk yang menjadi kewajiban pemerintah untuk
mengembangkan strategi pembangunan rendah masyarakat.
karbon yang diselaraskan dengan komitmen b. Memperkuat sinergi dan integrasi
Perjanjian Paris dan mengintegrasikannya dalam pendanaan pembangunan dengan
rencana ekonomi dan pembangunan nasional. mensinergikan dan mengintegrasikan
pemanfaatan belanja K/L dan Non K/L (antara
Dari sisi mekanisme penyaluran (delivery mechanism), lain Subsidi, Dana Transfer Khusus, dan Dana

Kaidah Pelaksanaan 331


Desa) serta sumber pendanaan lainnya, skema pendanaan kerjasama pembangunan,
baik pusat, daerah maupun swasta untuk serta fasilitas pembiayaan luar negeri lainnya
mendukung pembiayaan prioritas nasional. dengan persyaratan yang menguntungkan.
Dalam pemanfaatan pinjaman luar negeri
2. Mengidentifikasi proyek yang dapat di lakukan terdapat beberapa hal yang menjadi
pemerintah pusat, daerah, BUMN, swasta dan pertimbangan diantaranya: tingkat bunga,
masyarakat. penyediaan barang tied dan untied, serta
Besarnya skala pembangunan nasional keunggulan komparatif mitra pembangunan.
Indonesia membutuhkan koordinasi, kerjasama
dan pembagian kerja diantara para pemangku Pemerintah akan terus meningkatkan
kepentingan. Untuk itu, dalam pelaksanaan pemanfaatan skema KPBU dengan melakukan
proyek pembangunan diperlukan identifikasi perkuatan pada beberapa aspek yaitu: regulasi;
serta pembagian tugas, kewenangan dan fungsi kantor bersama; peran empat pilar KPBU
tanggung jawab antara Pemerintah Pusat, (regulator, investee, transaction advisor, dan
Pemerintah Daerah, BUMN, swasta dan investor), serta perencanaan dan penyiapan
masyarakat. Hal ini dimaksudkan juga untuk proyek.
meningkatkan efektifitas pelaksanaan dan
efisensi penggunaan sumber daya nasional Disamping itu, Pemerintah dapat memperbesar
dalam pelaksanaan proyek pembangunan. pemanfaatan skema-skema pembiayaan yang
bersumber dari berbagai skema pembiayaan
3. Menyesuaikan modalitas pendanaan dengan tematik (thematic financing windows) termasuk
sasaran pembangunan serta memastikan didalamnya adalah skema pembiayaan hijau
kesiapan pelaksanaan proyek. (green financing). Selain menjadi sumber, skema-
Agar dapat terjadi kesesuaian perencanaan skema pembiayaan ini juga membantu Pemerintah
pendanaan program/kegiatan/proyek harus untuk memaksimalkan daya ungkit (leverage)
mempertimbangkan: sumber dana publik dan mendatangkan investasi
• Kapasitas dan keberlanjutan pendanaan, swasta dalam pembangunan.
termasuk kebutuhan pembiayaan yang
melampaui satu tahun anggaran; 5. Mendorong inovasi pendanaan pembangunan.
• Kesesuaian dengan karakteristik sumber Kebutuhan pembiayaan pembangunan akan
pendanaan; terus meningkat namun kemampuan Pemerintah
• Mekanisme penyaluran (delivery mechanism) terbatas, sehingga diperlukan upaya untuk
yang tepat dan efisien; dan mengembangkan berbagai sumber, skema,
• Tingkat kesiapan pelaksanaan (implementation dan instrumen pembiayaan, baik dari sisi jumlah
readiness). maupun efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya.
Dalam rangka mendorong inovasi pendanaan
4. Optimalisasi dan perluasan pemanfaatan pembangunan, maka perlu dilakukan:
sumber pendanaan yang ada. a. Memperkuat koordinasi antar pemangku
Sumber pendanaan pembangunan yang kepentingan dalam pemanfaatan bauran
telah ada dan dimanfaatkan saat ini seperti pembiayaan (blended finance)
dari pinjaman luar negeri dapat dioptimalkan Untuk mendanai program/proyek/kegiatan
melalui: pemanfaatan pinjaman dari lembaga dengan sumber, skema, dan instrumen
pembiayaan pembangunan dan pemanfaatan pembiayaan yang berbeda disesuaikan

332 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


dengan waktu, tahap, dan jenis kegiatan pendanaan non-Pemerintah;
yang spesifik. Dalam pelaksanaan dan • Mengutamakan penggunaan sumber-
pengembangan bauran pembiayaan sumber pendanaan non-Pemerintah
(blended finance) tersebut diperlukan sesuai dengan kelayakan finansial,
beberapa langkah diantaranya: ekonomi, dan sosialnya;
• Menyediakan dan menyempurnakan b. Mengembangkan Output Based Transfer.
kerangka hukum dan peraturan sebagai Untuk memperkuat pengendalian program
dasar inovasi pendanaan. Sebagai negara serta memperkuat sinergi antara Pemerintah
berpendapatan menengah atas, peluang Pusat dan Daerah dalam pencapaian sasaran
Indonesia mendapatkan pendanaan pembangunan Pemerintah akan melanjutkan
berbiaya lunak dan konvensional pengembangan hibah ke daerah sebagai
diperkirakan makin terbatas. Untuk bentuk mekanisme output based transfer.
mengotimalkan pemanfaatan pendanaan Mekanisme ini khususnya ditujukan untuk
tersebut perlu dukungan kerangka hukum mendukung pendanaan Pelayanan Dasar
yang memadai. kepada Masyarakat ataupun mendukung
• Memposisikan pembiayaan Pemerintah pencapaian target-target pembangunan
sebagai pengungkit (leveraging) dan tertentu.
katalisator untuk mengembangkan sumber

Gambar 9.12 Kaidah Pelaksanaan Pendanaan

Fokus Meningkatkan

01
Kualitas Alokasi pada
Prioritas melalui Proyek
Prioritas dan Integrasi
Pendanaan

02
Identifikasi Proyek yang
Dapat Dilakukan Pusat,
Daerah, BUMN, dan
Masyarakat
Menyesuaikan Modalitas

03
Pendanaan dengan Sasaran
Pembangunan serta
Memastikan Kesiapan
Pelaksanaan Proyek

04
Optimalisasi dan
Perluasan
Pemanfaatan Sumber
Pendanaan

05
Inovasi Pendanaan
Pembangunan

Kaidah Pelaksanaan 333


Kerangka Evaluasi dan Pengendalian
Landasan hukum evaluasi dan pengendalian informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan
pembangunan mencakup: (1) Undang-Undang dan kinerja pembangunan berdasarkan indikator
No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen
Pembangunan Nasional (SPPN), (2) Peraturan rencana pembangunan (mencakup input, output,
Pemerintah No.39/2006 tentang Tata Cara result, benefit, dan impact), termasuk di dalamnya
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana pencapaian hasil, kemajuan, dan kendala dalam
Pembangunan, (3) Peraturan Presiden No.2/2015 pelaksanaan pembangunan.
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019, dan (4) Peraturan Secara garis besar kerangka evaluasi dan
Pemerintah No.17/2017 tentang Sinkronisasi Proses pengendalian pembangunan nasional (termasuk
Perencanaan dan Penganggaran. aspek pemantauan yang melihat progres
pelaksanaan program/kegiatan per triwulan) dapat
Berdasarkan sejumlah landasan hukum tersebut, digambarkan pada Gambar 9.12 berikut. Evaluasi
pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan mencakup: (1) evaluasi atas proses penyusunan
dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dokumen (ex-ante) dan pelaksanaan RPJMN (on-
dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam going dan ex-post); serta (2) evaluasi atas proses
rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyusunan dokumen (ex-ante) dan pelaksanaan
penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut RKP (on-going dan ex-post). Sementara itu,
oleh pimpinan kementerian/lembaga (K/L) atau pengendalian mencakup tindakan korektif/akselerasi/
pemerintah daerah, melalui kegiatan pemantauan klarifikasi atas pelaksanaan program dan kegiatan
dan pengawasan. Sementara itu, evaluasi yang dilakukan berdasarkan hasil pemantauan dan
pelaksanaan rencana secara sistematis dilakukan evaluasi. Penjelasan lebih rinci mengenai evaluasi
dengan mengumpulkan dan menganalisis data dan dan pengendalian pada bagian berikut.

Gambar 9.13 Kerangka Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Nasional

Pemantauan Evaluasi

Progres 1 Evaluasi RPJMN 2 Evaluasi RKP


pelaksanaan
program/ Ex-ante: Ex-ante:
kegiatan per Quality Assurance Quality Assurance
triwulan Penyusunan RPJMN Penyusunan RKP

On Going: On Going:
Evaluasi paruh waktu Evaluasi RKP:
RPJMN Data TW III
Ex-Post: Ex-Post:
Evaluasi akhir RPJMN Evaluasi akhir RKP:
Evaluasi Dampak-Manfaat Data TW IV

PENGENDALIAN
Tindakan korektif atas pelaksanaan program prioritas dan kegiatan prioritas
berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi

334 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 9.4.2. Waktu Pelaksanaan Evaluasi RPJMN

A. Evaluasi dua kali (Gambar 9.13), yaitu :


Evaluasi dilakukan dalam rangka menilai pencapaian a. evaluasi paruh waktu RPJMN dilakukan pada
tujuan kebijakan, program, ataupun kegiatan dan tahun ketiga pelaksanaan RPJMN 2020-
menganalisis permasalahan yang terjadi dalam 2024, yang hasilnya digunakan sebagai
proses implementasi sehingga dapat menjadi umpan bahan masukan dalam penyusunan RKP
balik bagi perbaikan kinerja pembangunan. Hasil dan bahan untuk melakukan revisi RPJMN
evaluasi seharusnya dapat menyediakan data dan 2020-2024 jika diperlukan. Pada setiap tahun
informasi tentang efisiensi, efektivitas, kebutuhan, dilakukan evaluasi RKP yang merupakan
manfaat dan dampak program atau kegiatan bagian tahapan dari pelaksanaan RPJMN.
sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai Evaluasi RKP ini menjadi bahan masukan
masukan dalam perencanaan dan penganggaran untuk perencanaan RKP tahun berikutnya;
pada periode selanjutnya. Untuk itu perlu disusun b. evaluasi akhir RPJMN dilakukan pada
kerangka evaluasi untuk memastikan bahwa evaluasi tahun terakhir pelaksanaan RPJMN, yang
berjalan dengan baik dan hasil evaluasi bermanfaat hasilnya digunakan sebagai input dalam
bagi proses pengambilan kebijakan dan proses penyusunan RPJMN periode selanjutnya
penyusunan perencanaan dan penganggaran pada (RPJMN 2025-2029).
periode berikutnya. 3. Sumber Data
1. Tujuan Pelaksanaan Evaluasi, antara lain: (a) Sumber data yang digunakan dalam pelaksanaan
mengetahui hasil capaian kinerja pembangunan, evaluasi RPJMN adalah hasil evaluasi Renstra
identifikasi permasalahan dan tindak lanjut K/L dan data informasi lainnya yang terintegrasi,
yang direkomendasikan sebagai bahan untuk terpadu, dan handal antara lain:
perumusan dan perbaikan kebijakan/program/ a. Satu Data Indonesia
kegiatan; dan (b) membantu penentuan b. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
penyusunan sasaran dan target kinerja (SPBE),
pembangunan secara tepat. c. Data dan Informasi khusus, meliputi:
2. Waktu Pelaksanaan Evaluasi i. Data dan informasi dari BPK, BPKP, ORI;
Evaluasi RPJMN 2020-2024 dilakukan minimal ii. Laporan Kinerja Pembangunan Daerah;
serta
Gambar 9.14 Waktu Pelaksanaan Evaluasi RPJMN

Kaidah Pelaksanaan 335


iii. Hasil Survei dan Penelitian Tematik besar terhadap pencapaian pembangunan
(Domestik dan Internasional). nasional. Evaluasi meliputi keseluruhan
4. Pelaksana dan Penerima Hasil Evaluasi aspek, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi,
Evaluasi RPJMN dilakukan oleh Menteri dampak, dan keberlanjutan dari kegiatan/
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala program.
Bappenas berdasarkan laporan evaluasi Renstra Pemilihan jenis evaluasi ini tergantung dari tujuan
seluruh K/L, laporan evaluasi RKP pada periode evaluasi, sehingga bisa digunakan satu jenis
RPJMN berjalan, serta data pendukung lainnya atau kombinasi ketiganya secara bersamaan.
dari hasil survei dan penelitian. Hasil evaluasi 6. Mekanisme Evaluasi
disampaikan oleh Menteri kepada Presiden Kementerian PPN/Bappenas melakukan evaluasi
sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah dan RPJMN berdasarkan hasil evaluasi Renstra K/L
digunakan sebagai masukan/feedback dalam dan sumber data lain yang tersedia. Pelaksanaan
rangka pengambilan kebijakan dan proses evaluasi Renstra K/L dikoordinasikan oleh
perencanaan dan penganggaran selanjutnya. Kedeputian yang membidangi Evaluasi dan
5. Jenis Evaluasi Pengendalian Pembangunan bersama-sama
Kegiatan evaluasi dapat dilakukan dengan dengan Kedeputian yang membidangi sektor dan
menggunakan 3 jenis evaluasi, yaitu: regional.
a. Evaluasi Pengukuran Kinerja, dilakukan Mekanisme evaluasi dilakukan dengan
dengan membandingkan antara realisasi menggunakan jenis evaluasi yang sesuai dengan
dengan target yang telah ditetapkan (metode tujuan evaluasi (dapat menggunakan evaluasi
gap analysis), baik di level output, outcome, pengukuran kinerja, evaluasi pelaksanaan
dan impact. rencana pembangunan atau evaluasi kebijakan/
b. Evaluasi Pelaksanaan Rencana program strategis). Hasil evaluasi yang
Pembangunan, dilakukan untuk menjawab dilakukan oleh Kementerian PPN/Bappenas
pertanyaan yang bersifat deskriptif untuk disampaikan kepada Presiden sebagai bentuk
menjelaskan situasi pelaksanaan program pertanggungjawaban dan untuk segera
prioritas/kegiatan prioritas, antara lain: ditindaklanjuti, terutama pada kebijakan/program
(i) deskripsi proses yang terjadi, review strategis yang masih belum mencapai sasaran/
berdasarkan siapa, apa, kapan, dimana, target. Mekanisme pelaksanaan evaluasi RPJMN
bagaimana, dan berapa; (ii) deskripsi latar tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.14 berikut.
belakang program prioritas/kegiatan prioritas; 7. Pemanfaatan Hasil Evaluasi
serta (iii) deskripsi organisasi pelaksana dan Hasil evaluasi RPJMN 2020-2024 digunakan
pihak yang terkait. sebagai:
c. Evaluasi Kebijakan/Program Strategis, a. Bahan masukan dalam penyusunan RKP
dilakukan untuk menunjukkan klarifikasi periode selanjutnya dan RPJMN 2025-2029;
hubungan sebab-akibat kegagalan atau dan
keberhasilan rencana. Evaluasi dilakukan b. Dasar untuk melakukan revisi RPJMN 2020-
terhadap kebijakan atau program strategis 2024, dengan pertimbangan: (i) terjadi
dengan kriteria memiliki anggaran besar, perkembangan permasalahan pokok yang
yang berdampak besar terhadap target mendasar; dan (ii) terjadi perubahan arah
group/masyarakat, memiliki pengaruh yang kebijakan Presiden.

336 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 9.15. Mekanisme Evaluasi RPJMN

PRESIDEN

MEN PPN/KEPALA
BAPPENAS
SISTEM INFORMASI
(TERINTEGRASI, TERPADU, HANDAL) LAPORAN EVALUASI
LAPORAN EVALUASI RPJMN RENSTRA
Satu Data Indonesia
KEMENTERIAN/
1 LEMBAGA
(SDI)
LAPORAN EVALUASI
Sistem Pemerintahan
LAPORAN EVALUASI RKP RENJA
2 Berbasis Elektronik
(SPBE)

Data dan Informasi


3
khusus:
• BPK, BPKP, ORI EVALUASI EVALUASI PELAKSANAAN EVALUASI KEBIJAKAN
• Laporan Kinerja PENGUKURAN KINERJA RENCANA PEMBANGUNAN STRATEGIS PROGRAM BESAR
Pembangunan Daerah
• Hasil Survei dan Relevansi Dampak
Target Kinerja Deskripsi
Penelitian Tematik
(Domestik dan Pelaksanaan Efektivitas Efisiensi
Internasional) Pembangunan
Realisasi Kinerja Berkelanjutan

B. Pengendalian dan atau kegiatan prioritas.


Berdasarkan UU No. 25/2004 tentang Sistem c. Pengendalian tersebut merupakan tugas dan
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), fungsi yang melekat pada masing-masing
pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan instansi pemerintah baik di pusat maupun
dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan di daerah, dan dilakukan oleh pimpinan K/L
dan sasaran pembangunan melalui tindakan koreksi atau pemerintah daerah sesuai dengan tugas
dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana dan kewenangan masing-masing melalui
pembangunan. Untuk itu perlu disusun kerangka kegiatan pemantauan dan pengawasan.
pengendalian dengan penjelasan sebagai berikut. d. Satu hal yang harus dipahami, bahwa
1. Tujuan Pelaksanaan Pengendalian adalah untuk pengendalian dan pengawasan adalah
menjamin dan memastikan agar pelaksanaan berbeda karena pengawasan merupakan
program prioritas/kegiatan prioritas sesuai bagian dari pengendalian.
dengan rencana dan atau berjalan on-track e. Bila pengendalian dilakukan dengan disertai
dengan memperhatikan rekomendasi atau tindakan korektif (pelurusan), pada level
temuan atas hasil pemantauan dan evaluasi. program prioritas dan atau kegiatan prioritas
2. Ruang Lingkup Pengendalian, mencakup: pada paruh waktu pelaksanaan RPJMN,
a. Terdapat berbagai jenis pengukuran kinerja maka pengawasan adalah pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk kepentingan di lapangan yang dilakukan pada periode
pengendalian, baik dilakukan secara tertentu secara berulang kali.
bersamaan (komprehensif) atau hanya 3. Waktu Pelaksanaan Pengendalian
masing-masing jenis pengukuran tersendiri Pengendalian pelaksanaan pembangunan
b. Pengendalian yang dilakukan terdiri atas dilakukan seperti pada Gambar 9.15, mencakup:
pengendalian pelaksanaan program prioritas a. Berdasarkan hasil Evaluasi paruh waktu

Kaidah Pelaksanaan 337


RPJMN pada tahun ketiga pelaksanaan 4. Mekanisme Pengendalian, antara lain:
RPJMN 2020-2024, dilakukan tindakan a. Pengendalian merupakan langkah tindak
korektif untuk memastikan pelaksanaan lanjut yang ditempuh untuk menjamin
program nasional/kegiatan strategis berjalan agar pelaksanaan program prioritas/
on-track sebagaimana tercantum dalam kegiatan prioritas sesuai dengan rencana.
dokumen RPJMN. Tindakan korektif pada Pengendalian dilakukan melalui assessment
paruh waktu pelaksanaan RPJMN dilakukan (penilaian) program prioritas/kegiatan
pada program nasional/kegiatan strategis prioritas berdasarkan 3 (tiga) aspek utama,
(dengan besaran anggaran minimal tertentu yaitu perencanaan strategis, manajemen
yang ditentukan untuk pemilihan program pelaksanaan, dan kinerja.
nasional/kegiatan strategis) yang berdampak b. Proses verifikasi hasil assessment dilakukan
luas; dan melalui:
b. berdasarkan butir a di atas dan atau hasil (i) identifikasi penyimpangan yang terjadi
evaluasi RKP yang dilaksanakan setiap tahun dalam pelaksanaan program nasional/
dilakukan tindakan korektif pada semester kegiatan strategis,
kedua setiap pelaksanaan RKP pada program (ii) konfirmasi atas pelaksanaan program
prioritas/kegiatan prioritas tertentu (dengan prioritas/kegiatan prioritas, dan
besaran anggaran minimal tertentu yang (iii) klarifikasi atas ketidakjelasan pelaksanaan
ditentukan untuk pemilihan program prioritas/ program nasional/kegiatan strategis.
kegiatan prioritas).

Gambar 9.16. Waktu Pelaksanaan Pengendalian Pembangunan

dilakukan tindakan korektif pada paruh waktu (tahun ketiga) pelaksanaan


RPJMN pada program nasional/kegiatan strategis yang berdampak luas.

dilakukan tindakan korektif pada semester kedua setiap pelaksanaan


RKP pada program nasional/kegiatan strategis tertentu.

338 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


c. Keputusan untuk melakukan tindakan (iii) kebijakan restrukturisasi (penataan
korektif terhadap program prioritas/kegiatan kembali), yaitu perubahan atau perbaikan
prioritas mencakup 2 hal, yaitu tindakan atas desain program prioritas/kegiatan
konstruktif dan tindakan preventif. Tindakan prioritas.
konstruktif adalah tindakan membangun dan Tindakan preventif adalah tindakan
memperbaiki pelaksanaan program prioritas/ pengendalian untuk mengurangi atau
kegiatan prioritas, yang dapat dilaksanakan menghilangkan kemungkinan pelaksanaan
melalui kebijakan: program prioritas/kegiatan prioritas yang
(i) kebijakan refocusing (pemfokusan kembali), tidak sesuai target, yang dimungkinkan pula
yaitu pemfokusan langkah percepatan sampai pada keputusan untuk menghentikan
pencapaian target program prioritas/ pelaksanaan program prioritas/kegiatan
kegiatan prioritas; prioritas yang sifatnya penghentian
(ii) kebijakan reorientasi (peninjauan ulang), sementara ataupun penghentian tetap
yaitu peninjauan atau penyesuaian target apabila diperlukan (suspend definitif atau
dan langkah strategis pelaksanaan program sementara dalam Sistem KRISNA).
prioritas/kegiatan prioritas; dan Mekanisme pengendalian pembangunan tersebut
dapat dilihat pada Gambar 9.16 berikut.

Gambar 9.17. Mekanisme Pengendalian Pembangunan

PRESIDEN

PEMERINTAH DAERAH MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS KEMENTERIAN/LEMBAGA

PENGENDALIAN (RPJMN DAN RKP)

SISTEM INFORMASI Assessment Program Prioritas/Kegiatan Prioritas


(TERINTEGRASI, TERPADU, HANDAL) (Kriteria: Perencanaan Strategis, Manajemen Pelaksanaan, Kinerja)

Verifikasi Hasil Assessment


1 Satu Data Indonesia (SDI)

On-Track Tindakan Korektif


Sistem Pemerintahan Berbasis
2
Elektronik (SPBE)
Lanjut Tindakan Tindakan
Konstruktif Preventif
Laporan Evaluasi RPJMN dan
3 • Refocusing Penghentian
Laporan Evaluasi RKP
• Reorientasi
• Restrukturisasi
Data dan Informasi Persetujuan
4 Presiden
khusus:
• BPK, BPKP, ORI Surat Menteri PPN/
• Laporan Kinerja Pembangunan Daerah Kepala Bappenas ke Suspend
• Hasil Survei dan Penelitian Tematik Menteri Teknis/Kepala (Definitif/
(Domestik dan Internasional) Lembaga Pemerintah Sementara) dalam
Non Kementerian Sistem KRISNA

Kaidah Pelaksanaan 339


Kementerian PPN/
Bappenas

Jl. Taman Suropati No.2, Jakarta 10310


Telp: (021)31936207 Fax: (021)3145374
www.bappenas.go.id

Anda mungkin juga menyukai