RENCANA
STRATEGIS
STRATEGIS
Kementerian Perindustrian
Tahun 2020-2024
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
2020
2020
2 Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
Sehubungan telah terbitnya Peraturan Presiden nomor 18 Tahun 2020
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2020-2024, semua kementerian/lembaga wajib menyusun rencana
stretegis 5 (lima) periode 2020-2024 yang mengacu pada perpres tersebut.
ttd.
BAB I
PENDAHULUAN
Rencana Induk Pembangunan Industri secara selektif melalui penyiapan SDM (wirausaha
Nasional Tahun 2015-2035 telah menetapkan industri, tenaga kerja industri, pembina industri,
penahapan capaian pembangunan Industri dan konsultan industri) yang ahli dan kompeten di
kedalam tiga periode, yaitu tahap I (2015-2019) bidang industri, serta meningkatkan penguasaan
diarahkan pada peningkatan nilai tambah teknologi. Tahap II (2020 – 2024) diarahkan
sumber daya alam pada industri hulu berbasis pada pencapaian keunggulan kompetitif dan
agro, mineral dan migas, yang diikuti dengan berwawasan lingkungan melalui penguatan
pembangunan industri pendukung dan andalan struktur industri dan penguasaan teknologi,
2 Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
serta didukung oleh SDM yang berkualitas, kali rasio produktivitas tenaga kerja terhadap
sedangkan tahap III (2025 – 2035) adalah visi biaya, serta peningkatan porsi pengeluaran
Indonesia menjadi negara industri tangguh yang litbang menjadi 2 (dua) persen terhadap PDB.
bercirikan struktur industri nasional yang kuat Fokus pengembangan industri pada periode
dan dalam, berdaya saing tinggi di tingkat global, tahun 2020 – 2024 merupakan tahap II dari
serta berbasis inovasi dan teknologi. pembangunan industri nasional dengan arah
rencana pembangunan industri nasional
Sejalan dengan fokus Kebijakan Industri
pada tahap ini dimaksudkan untuk mencapai
Nasional 2020 – 2024 serta dalam menghadapi
keunggulan kompetitif dan berwawasan
era Making Indonesia 4.0, Kementerian
lingkungan melalui penguatan struktur industri
Perindustrian telah meluncurkan inisiatif
dan penguatan teknologi yang didukung oleh
Making Indonesia 4.0 yang bertujuan untuk
SDM yang berkualitas dengan uraian sebagai
mempersiapkan Indonesia menjadi sepuluh
berikut.
besar ekonomi dunia pada tahun 2030 melalui
pencapaian tiga aspirasi utama yaitu peningkatan
porsi net-ekspor menjadi 10% dari nilai pasar
semua barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara pada periode tertentu (PDB), dua
2
Penguasaan Teknologi
• Pembentukan ekosistem inovasi
melalui pengembangan pusat-pusat
1 inovasi teknologi oleh pemerintah,
swasta, masyarakat, dan universitas;
• Menerapkan insentif fiskal dan
Penguatan Struktur Industri Dilaksanakan nonfiskal untuk menarik investasi
Melalui: teknologi;
• Perbaikan alur material melalui • Membangun infrastruktur digital
pembangunan industri hulu; nasional; dan
• Memperkuat iklim investasi dan • Pengembangan Industri Hijau.
keterbukaan perdagangan dalam
rantai nilai produksi global;
• Menarik investasi asing melalui insentif
dan kolaborasi untuk percepatan
transfer teknologi;
• Mendesain ulang zona industri
nasional; dan 3
• Pemberdayaan IKM melalui dukungan
pengembangan kompetensi internal,
pengembangan ekosistem bisnis, Peningkatan Kualitas SDM
kelembagaan, dan penyediaan • Peningkatan kompetensi SDM Industri
fasilitas. melalui pendidikan vokasi dan diklat
berbasis kompetensi;
• Pembangunan infrastruktur tenaga
kerja industri berbasis kompetensi;
dan
• Pembangunan dan pengembangan
lembaga pendidikan vokasi dan diklat
berbasis kompetensi.
Tabel 1.1
Perkembangan Pertumbuhan PDB Indonesia Triwulanan 2015-2019 (%)
Triwulan
Tahun Jumlah
I II III IV
2015 4.83 4.78 4.78 4.88 4.88
2016 4.94 5.08 5.06 5.03 5.03
2017 5.01 5.01 5.03 5.07 5.07
2018 5.06 5.17 5.17 5.17 5.17
2019 5.07 5.06 5.04 5.02 5.02
Sumber: BPS diolah Kemenperin
Berdasarkan data IMF, pertumbuhan dan pada tahun 2015-2018 masih stabil meningkat
ekonomi Indonesia tahun 2019 bila dibandingkan hingga level 5,2%, sedangkan Malaysia pada
dengan beberapa negara ASEAN (lihat Tabel tahun 2015-2019 mengalami pertumbuhan yang
1.2) mengalami pertumbuhan yang lebih naik-turun, sempat tumbuh sebesar 5,7% namun
stabil. Sedangkan beberapa negara seperti pada tahun 2019 turun menjadi 4,5% serta
Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Singapura pada tahun 2017 sebesar 3,7% dan
Vietnam mengalami pertumbuhan yang naik- pada tahun 2019 juga mengalami perlambatan
turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. pertumbuhan menjadi 0,5%.
Pertumbuhan Indonesia tahun 2019 sebesar 5,0%
Tabel 1.2
Perkembangan dan Prognosa PDB Beberapa Negara ASEAN
PDB (%)
No Negara
2015 2016 2017 2018* 2019**
1 Indonesia 4,9 5,0 5,1 5,2 5,0
2 Singapura 2,9 3,0 3,7 3,1 0,5
3 Malaysia 5,0 4,4 5,7 4,7 4,5
4 Thailand 3,1 3,4 4,0 4,1 2,9
5 Vietnam 6,7 6,2 6,8 7,1 6,5
6 Filipina 6,1 6,9 6,7 6,2 5,7
Sumber: IMF World Economic Outlook database 2020
Pertumbuhan ekonomi global selama pada tahun 2019 sebesar 6,1%, bila dilihat dari
tahun 2019 mayoritas cenderung melemah bila percepatan pertumbuhan hanya Jepang yang
dibandingkan dengan tahun 2017. Berdasarkan mengalami percepatan pertumbuhan sedangkan
tabel 1.3 pada tahun 2019 Indonesia hanya 6 negara lainnya mengalami perlambatan.
kalah dengan Cina dengan pertumbuhan
6 Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
Tabel 1.3
Perkembangan dan Prognosa PDB Beberapa Negara Lain
GDP (%)
No Negara
2015 2016 2017 2018* 2019**
1 USA 2,9 1,6 2,4 2,9 2,4
2 Rusia -2,3 0,3 1,6 2,3 1,1
3 Cina 6,9 6,7 6,8 6,6 6,1
4 Jepang 1,2 0,6 1,9 0,8 0,9
5 Inggris 2,3 1,8 1,8 1,4 1,2
6 Perancis 1,1 1,1 2,3 1,7 1,2
7 Australia 2,5 2,8 2,4 2,7 1,7
Sumber: IMF World Economic Outlook database 2020
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2010 selalu
2015-2019 tumbuh. Pada tahun 2018 tumbuh sebesar 5,17%
lebih tinggi dibanding periode sebelumnya yang
Kinerja perekonomian Indonesia pada tumbuh sebesar 5,07%. Data selengkapnya
tahun 2015-2019 sesuai Produk Domestik tersaji pada tabel 1.4.
Tabel 1.4
Pertumbuhan PDB berdasarkan lapangan usaha tahun 2015 – 2019 (Y to Y) tahun dasar 2010 (%)
Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Sektor industri mencatatkan defisit perdagangan
Pengolahan Nonmigas pada Tahun dengan nilai defisit sebesar US$ 10,8 miliar.
2015-2019 Perlambatan ekonomi dan melemahnya
permintaan dunia terhadap produk-produk
Perdagangan sektor industri pada tahun Indonesia yang didorong dengan penurunan
2019 sebesar US$ 263,97 miliar lebih rendah harga komoditas ekspor Indonesia menjadi
dari tahun 2018 sebesar US$ 277,71 miliar. beberapa penyebab dari penurunan ekspor.
147,62
Terhadap Total Ekspor Nasional
(USD Miliar)
137,40
Impor
130,09
Ekspor
126,57
125,10
122,17
110,50
108,24
75,56%
Bahan Kimia & Logam Dasar Makanan & Tekstil & Bahan Kimia & Barang dari Logam,
Barang dari Bahan Minuman Pakaian Jadi Barang dari Bahan Komputer, Barang
Kimia Kimia Elektronik, Optik &
Peralatan Listrik
Gambar 1.1
Perdagangan Sektor Industri Tahun 2016 - 2019
Sektor industri memberikan kontribusi Serikat sebesar US$ 17,26 miliar, Cina sebesar
terbesar yaitu sebesar 75,56% terhadap total US$ 17,06 miliar, dan Jepang sebesar
ekspor nasional sebesar US$ 167,50 miliar. US$ 11,01 miliar menjadi 3 besar negara tujuan
Berdasarkan Gambar 1.1, bila dilihat berdasarkan ekspor dengan total nilai ekspor sebesar 45,33
tahun 2016 – 2019 total nilai perdagangan miliar, sedangkan untuk negara asal impor
industri terbesar pengolahan nonmigas terjadi terbesar masih di tempati oleh Cina sebesar US$
pada tahun 2018, sedangkan terendah terjadi 42,98 miliar, Jepang sebesar US$ 15,55 miliar,
pada tahun 2016 sebesar US$ 218,74 miliar. Thailand sebesar US$ 9,19 miliar dengan total
Nilai ekspor terbesar sektor industri masih nilai sebesar 67,72 miliar.
ditempati oleh industri makanan dan minuman
Impor Indonesia terbesar dilakukan untuk
yaitu sebesar US$ 27,28 miliar, sedangkan nilai
pembelian bahan baku/bahan penolong sebesar
impor terbesar ditempati oleh industri barang dari
US$ 125,90 miliar atau sebesar 73,75% dari total
logam, komputer, barang elektronik, optik, dan
impor, terbesar kedua dilakukan untuk impor
peralatan listrik sebesar US$ 30,54 miliar.
pembelian barang-barang modal sebesar US$
Negara tujuan ekspor terbesar masih sama 28,41 miliar atau sebesar 16,64%. Secara lengkap
dengan tahun sebelumnya, dimana Amerika dapat dilihat pada gambar 1.2.
10 Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
73,75%
USD125,90 Miliar
Bahan Baku/Penolong
16,64%
USD28,41 Miliar
Barang-Barang Modal
9,61%
USD16,41 Miliar
Barang-Barang Konsumsi
Gambar 1.2
Impor Indonesia menurut Penggunaan Barang Tahun 2019
274,8
236,0
222,3
215,9
(Rp Triliun)
2015 2016 2017 2018 2019
Industri Logam, Mesin & Industri Makanan Industri Kimia & Industri Kendaraan Industri Mineral
Elektronik; dan Industri Farmasi Bermotor & Alat Nonlogam
Instru. Kedokteran, Transportasi Lain
Presisi dan Optik & Jam
Gambar 1.3
Investasi Sektor Industri Tahun 2019
Aspirasi masyarakat merupakan harapan dan Terkait Prinsip 3E dalam Pelayanan Publik
tujuan dari masyarakat untuk kemajuan industri
dimasa yang akan datang. Adapun aspirasi Prinsip 3E merupakan Ekonomis, Efisien dan
masyarakat telah dirangkum sebagai berikut: Efektivitas. Ekonomis berarti penggunaan sumber
daya yang ada dengan hati-hati (input), Efisien
berarti mengunakan sumber daya dengan tepat
Terkait Tantangan Lingkungan
guna (Proses) dan Efektivitas (Output/Outcome)
Tantangan lingkungan yang dihadapi saat ini berarti tepat sasaran. Implementasi prinsip ini pada
adalah perubahan yang begitu cepat, tidak pasti, seluruh aspek, fungsi dan sistem sangat penting
rumit dan menyebabkan keraguan atau biasa agar kualitas pelayanan publik menjadi optimal
disebut kondisi VUCA (Volatility, Uncertainty, dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Complexity dan Ambiguity). Faktor penyebab
terjadinya kondisi ini adalah perkembangan
teknologi akibat revolusi industri 4.0, perubahan
regulasi dan kebijakan akibat perang dagang
serta eningkatnya globalisasi akibat krisis yang
terjadi. Akibatnya Kementerian diharapkan
untuk dinamis dan mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan dengan mampu
mempelajari fenomena perubahan lingkungan
dan menyerap informasi yang berkembang
dan mampu memprediksi outcome/impact dari
suatu kebijakan.
Potensi Permasalahan
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, DAN
SASARAN STRATEGIS
Salah satu prioritas nasional pada Rencana Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat,
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan
yang terkait dengan pembangunan sektor Gotong Royong apabila dipandang dalam sudut
industri nasional adalah memperkuat ketahanan pandang sektor industri yaitu mewujudkan industri
ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas tangguh dengan mengandalkan kemampuan
dan meningkatkan sumber daya manusia yang dan kekuatan sendiri dalam mengelola sumber
berkualitas dan berdaya saing. Kementerian daya yang ada dengan peningkatan nilai tambah,
Perindustrian sebagai menteri yang membantu penyerapan tenaga kerja melalui penambahan
Presiden di bidang perindustrian, maka visi lapangan kerja baru serta meningkatnya
Kementerian Perindustrian ditetapkan sama investasi dan ekspor sektor industri sehingga
dengan visi Presiden dan Wakil Presiden Tahun dapat bersaing dengan negara maju lainnya.
2020-2024. Pemanfaatan teknologi dimaksudkan dapat
mengelola sumber daya yang ada dengan
Visi Presiden dan Wakil Presiden adalah
kekuatan SDM yang kompeten dan IPTEK yang
“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat,
inovatif melalui implementasi Making Indonesia
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan
4.0 untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
Gotong Royong”.
yang adil dan merata.
B Misi
Mengacu berdasarkan visi Presiden dan Wakil Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Presiden di atas berusaha untuk dicapai melalui Nasional Tahun 2020-2024, maka 9 (sembilan)
9 (sembilan) misi yang telah dimandatkan melalui Misi Presiden dan Wakil Presiden yang juga
Peraturan Presiden nomor 18 tahun 2020 tentang merupakan Misi Kementerian Perindustrian yaitu:
C Tujuan
Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Pencapaian tujuan secara khusus akan
Misi pembangunan industri, Kementerian dipantau melalui pengukuran indikator kinerja
Perindustrian menetapkan tujuan pembangunan tujuan yang juga menjadi indikator kinerja utama
industri 5 (lima) tahun ke depan yaitu (IKU), yaitu:
“Meningkatnya Peran Sektor Industri dalam
Perekonomian Nasional“.
2020 2021 2022 2023 2024
D Sasaran Strategis
Sasaran strategis pembangunan sektor perspective, dan learning and growth perspective.
industri merupakan kondisi yang ingin dicapai Pada peta strategi Kementerian Perindustrian
oleh Kementerian Perindustrian sebagai suatu dapat digambarkan beberapa sasaran strategis
impact/outcome dari 4 (empat) program yang yang ingin dicapai selama 5 tahun ke depan.
dilaksanakan oleh Kementerian Perindustrian. Sasaran strategis tersebut dicapai melalui indikator
Dalam penyusunannya, Kementerian kinerja program (indikator kinerja pada unit
Perindustrian menjabarkan ke dalam 6 (enam) organisasi setingkat Eselon I) dan indikator kinerja
misi dan menggunakan pendekatan metode kegiatan (indikator kinerja pada unit organisasi
Balanced Scorecard (BSC) yang dibagi dalam setingkat Eselon II, unit pelaksana teknis, dan
empat perspektif, yakni stakeholders prespective, unit pendidikan). Peta strategi Kementerian
customer perspective, internal process Perindustrian dapat di lihat pada gambar 2.1.
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,
KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN
AGENDA 1
Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang
Berkualitas dan Berkeadilan.
Arah Kebijakan:
a. Penguatan kewirausahaan dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) dan koperasi yang dilaksanakan dengan strategi meliputi:
AGENDA 3
Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas
dan Berdaya Saing
Arah Kebijakan:
Meningkatkan produktivitas dan daya saing melalui:
a. Pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis kerjasama industri,
mencakup:
Pembangunan ekonomi dalam lima tahun 3. industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka;
ke depan diarahkan untuk meningkatkan 4. industri alat transportasi;
ketahanan ekonomi yang ditunjukkan oleh 5. industri elektronika dan telematika/ICT;
kemampuan dalam pengelolaan dan penggunaan 6. industri pembangkit energi;
sumber daya ekonomi, dalam memproduksi 7. industri barang modal, komponen, bahan
barang dan jasa bernilai tambah tinggi untuk penolong dan jasa industri;
memenuhi pasar dalam negeri dan ekspor. 8. industri hulu agro;
Hasilnya diharapkan mendorong pertumbuhan 9. industri logam dasar dan bahan galian
yang inklusif dan berkualitas, ditunjukkan bukan logam; dan
dengan keberlanjutan daya dukung sumber daya 10. industri kimia dasar berbasis migas dan
ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan secara batubara.
adil dan merata.
Berdasarkan 10 industri prioritas tersebut
Pembangunan ekonomi akan dilaksanakan diatas, pada implementasi Making Indonesia 4.0
melalui dua pendekatan, yaitu: lebih di fokuskan pada 5 sektor industri, yaitu:
1. industri pangan (makanan dan minuman); Untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut
2. industri farmasi, kosmetik, dan alat di atas, strategi dan langkah operasional yang
kesehatan; akan ditempuh adalah:
30 Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
1. Kebijakan pengembangan sumber daya industri
No Arah Kerangka Regulasi dan/ Urgensi Pembentukan Unit Unit Terkait Target
atau Kebutuhan Regulasi Berdasarkan Evaluasi Regulasi Penanggung Penyelesaian
Eksisting, Kajian dan Penelitian Jawab
1 Penyusunan RUU tentang Bahan Sinergi Kebijakan antar K/L terkait Ditjen IKFT Dit. IKHu 2024
Kimia peredaran bahan kimia di dalam
negeri
2 RPP tentang Perizinan dan Mengatur Izin Produksi, Ditjen IKFT Dit. IKHu 2020
Pelaporan Bahan Kimia Daftar Penyimpanan, Transportasi,
dan Bahan Kimia Organik Diskret penanganan, ekspor impor bahan
Nondaftar kimia daftar
3 RPP tentang Tindakan Amanat UU Nor 3 Tahun 2014 Ditjen KPAII Dit. KIUI 2021
Pengamanan dan Penyelamatan tentang Perindustrian Pasal 99
Industri
4 RPP tentang Revisi PP Nomor Amanat UU Nor 3 Tahun 2014 Setjen Biro 2020
14 Tahun 2015 tentang Rencana tentang Perindustrian Perencanaan
Induk Pembangunan Industri
Nasional Tahun 2015–2035
5 RPP tentang Industri Maritim Amanat Pasal 27 ayat (5) Undang- Ditjen Direktorat 2022
Undang Nomor 32 Tahun 2014 ILMATE IMATAP
tentang Kelautan
6 RPP tentang Revisi PP 142 tahun Amanat PP 24 Tahun 2018 tentang Ditjen KPAII Dit. PI 2021
2015 tentang Kawasan Industri Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik
7 RPP tentang Perwilayahan Amanat UU No 3 Tahun 2014 Ditjen KPAII Dit. PI 2022
Industri tentang Perindustrian pasal 14
ayat 4
8 RPerpres tentang Pengadaan Amanat UU Nomor 3 Tahun 2014 BPPI Pusat Litbang 2023
Teknologi Industri Melalui Proyek tentang Perindustrian Pasal 39 IKFTLMATE
Putar Kunci Ayat (3)
9 RPerpres tentang Kebijakan Amanat PP Nomor 14 Tahun 2015 Setjen Biro 2020
Nasional Tahun 2020 – 2024 tentang Rencana Induk Perencanaan
Pembangunan Industri Nasional
Tahun 2015 – 2035
10 RPerpres tentang Peta Jalan Amanat UU Nomor 3 Tahun 2014 Setjen Biro 2020
Implementasi Revolusi Industri tentang Perindustrian Pasal 112 Perencanaan
Keempat (Making Indonesia 4.0) Ayat (4)
Tahun 2019-2030
D Kerangka Kelembagaan
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
Untuk mencapai sasaran strategis yang telah strategis yang telah ditetapkan merupakan
ditetapkan untuk tahun 2020-2024, Kementerian kondisi yang akan dicapai secara nyata
Perindustrian akan melaksanakan program dan mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan
dan kegiatan sesuai dengan arah kebijakan oleh adanya hasil (outcome/impact) dari satu
dan strategi Kementerian Perindustrian yang atau beberapa program. Indikator Kinerja Sasaran
telah dijabarkan pada bab III serta struktur Strategis Kementerian Perindustrian adalah
organisasi Kementerian Perindustrian. Sasaran sebagai berikut:
Tabel 4.1
Sasaran Strategis Kementerian Perindustrian 2020-2024
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
1 Pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas Persen 5,3 5,8 6,8 7,8 8,4
2 Kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap Persen 17,8 18,0 18,3 18,6 18,9
PDB
3 Tenaga kerja di sektor industri nonmigas Juta Orang 19,2 19,9 20,6 21,5 22,5
4 Nilai ekspor produk industri pengolahan nonmigas US$ Miliar 133,1 141,6 151,9 164,9 181,6
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri terhadap Persen 15 15,2 15,4 15,5 15,7
total pekerja
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri nonmigas Rp. Juta/ 111,8 113,8 116,7 120,3 124,7
orang/tahun
3 Produktivitas sektor industri pengolahan nonmigas Nilai 1,99 2,03 2,06 2,11 2,15
4 Nilai investasi sektor industri pengolahan nonmigas Rp. Triliun 256,3 326,7 425,3 566,2 769,1
7 Lulusan pelatihan vokasi industri berbasis Orang 36.000 74.000 110.000 137.000 157.000
kompetensi (kumulatif)
2 Kontribusi ekspor produk industri berteknologi Persen 13 13,15 13,30 13,50 13,70
tinggi
4 Sumber Daya Manusia Industri 4.0 yang kompeten Orang 500 500 500 500 500
1 Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) (rerata Persen 49,0 49,9 50,9 52,0 53,0
tertimbang)
2 Persentase nilai capaian penggunaan produk Persen 46,63 48,02 49,47 50,95 52,48
dalam negeri dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah
3 Produk tersertifikasi TKDN ≥ 25% yang masih Produk 6.200 6.630 7.130 7.640 8.400
berlaku (kumulatif)
1 Pertumbuhan ekspor industri pengolahan nonmigas Persen 5,3 6,4 7,3 8,6 10,1
2 Kontribusi ekspor produk industri pengolahan Persen 74,3 74,9 75,5 76 76,5
nonmigas terhadap terhadap total ekspor
3 Rasio impor bahan baku sektor industri terhadap Persen 37,80 37,30 37,10 37,00 36,80
PDB sektor industri nonmigas
1 Proporsi nilai tambah IKM terhadap total nilai Persen 18,60 18,80 19,20 19,60 20
tambah industri pengolahan nonmigas
2 Wirausaha industri kecil yang tumbuh WUB 4.000 8.000 12.000 16.000 20.000
(kumulatif)
3 IKM yang melakukan kemitraan dengan industri IKM 50 120 190 265 340
besar sedang dan sektor ekonomi lainnya (kumulatif)
4 Proporsi nilai penyaluran pinjaman perbankan Persen 2,40 2,75 3,35 4,05 5
kepada IKM
2 KI yang dikembangkan KI 18 22 26 30 33
(kumulatif)
4 Persentase nilai tambah sektor industri yang Persen 29,9 30,7 31,5 32,3 33,1
diciptakan di luar Jawa
SS8 Terselenggaranya Urusan Pemerintahan di Bidang Perindustrian yang Berdaya saing dan Berkelanjutan
1 Batas toleransi temuan pengawasan eksternal Persen 1,5 1,4 1,3 1,2 1
2 ASN yang meningkat kompetensinya Orang 500 550 600 650 700
1 Data dan informasi sesuai dengan kebutuhan Skala 3 3,1 3,12 3,15 3,18
pengambil keputusan
2 Tingkat ketepatan waktu penyampaian informasi Persen 100 100 100 100 100
baku secara periodik
SS12 Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
1 Tingkat akuntabilitas laporan keuangan dan BMN Predikat WTP WTP WTP WTP WTP
SS13 Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan serta Pengendalian yang Berkualitas dan Akuntabel
Indikator kinerja program merupakan alat ukur ditetapkan tujuan, sasaran strategis, indikator
yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian kinerja serta target dalam struktur manajemen
hasil dari suatu program. Indikator kinerja kinerja yang merupakan sasaran kinerja
program telah ditetapkan secara spesifik untuk program yang secara akuntabilitas berkaitan
mengukur pencapaian kinerja berkaitan dengan dengan seluruh unit organisasi setingkat
sasaran strategis yang mendukung pencapaian Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian.
tujuan. Indikator kinerja program juga merupakan Pohon kinerja keterkaitan antara RPJMN
kerangka akuntabilitas dalam mengukur 2020-2024 dengan Renstra Kemenperin Tahun
pencapaian kinerja unit organisasi dalam 2020-2024 sebagaimana tercantum dalam
mendukung kinerja Kementerian Perindustrian. bagan 1 di lampiran yang merupakan bagian
Pada Renstra Kemenperin 2020-2024 telah tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Indikator kinerja kegiatan merupakan alat ukur merupakan sasaran kinerja kegiatan yang secara
yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi
keluaran dari suatu kegiatan. Indikator Kinerja setingkat Eselon II, unit pelaksana teknis, dan
Kegiatan telah ditetapkan secara spesifik unit pendidikan. Pedoman kinerja Kementerian
untuk mengukur pencapaian kinerja kegiatan Perindustrian sebagaimana tercantum pada
berkaitan dengan sasaran kegiatan. Indikator tabel 2 di lampiran yang merupakan bagian tidak
kinerja kegiatan dalam struktur manajemen terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
kinerja di lingkungan Kementerian Perindustrian
B Kerangka Pendanaan
Dalam rangka mencapai visi dan misi tahun 2020-2024, dibutuhkan pendanaan bagi program dan
kegiatan. Kebutuhan anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2020 – 2024 adalah:
Tabel 4.2
Kebutuhan Pendanaan Program Kementerian Perindustrian Tahun 2020 – 2024 (Rp Miliar)
BAB V
PENUTUP
B.1. Penguatan Kewirausahaan dan Usaha B.2. Peningkatan Nilai Tambah, Lapangan Kerja, dan Investasi di Sektor B.3. Peningkatan Ekspor Bernilai Tambah Tinggi dan B.4. Penguatan Pilar Pertumbuhan dan
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Riil, dan Industrialisasi Penguatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Daya Saing Ekonomi
RPJMN Tahun 2020-2024
7. Proporsi nilai penyaluran pinjaman 2. Pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas Tj. 1 6. Pertumbuhan ekspor industri pengolahan SS4.1 11. Jumlah perusahaan dengan nilai Indonesia
SS5.4 SS2.1
perbankan kepada IKM Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) > 3.0
4. Kontribusi PDB industri pengolahan nonmigas Tj. 2 7. Nilai ekspor produk industri pengolahan Tj. 4
12. Jumlah sentra industri kecil dan 12. Jumlah perusahaan yang tersertifikasi Standar SS8.1
menengah (IKM) baru di luar Jawa SS6.5 32. Jumlah tenaga kerja industri pengolahan Tj. 3 8. Kontribusi ekspor produk industri berteknologi SS2.2 Industri Hijau (SIH)
yang beroperasi tinggi
34. Kontribusi tenaga kerja di sektor industri terhadap total pekerja SS1.1 14. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
13. Proporsi nilai tambah IKM terhadap SS3.1
total nilai tambah industri SS5.1 41. Nilai realisasi PMA dan PMDN industri pengolahan SS1.4 (rerata tertimbang)
pengolahan nonmigas 48. Jumlah Kawasan Industri (KI) prioritas di luar Jawa yang beroperasi 15. Jumlah produk tersertifikasi TKDN > 25%
15. Jumlah produk tersertifikasi TKDN > 25% yang
SS6.1 SS3.3
dan meningkatkan investasi yang masih berlaku
masih berlaku
49. Jumlah Kawasan Industri (KI) yang dikembangkan SS6.2
Nonmigas
1. Persentase tenaga kerja di sektor industri nonmigas terhadap total 1. Perusahaan dengan nilai Indonesia Industry 4.0 Readiness 1. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) (rerata tertimbang) 1. Pertumbuhan ekspor produk industri pengolahan
pekerja Index (INDI 4.0) > 3.0 2. Persentase nilai capaian penggunaan produk dalam negeri dalam nonmigas
2. Kontribusi ekspor produk industri berteknologi tinggi pengadaan barang dan jasa pemerintah 2. Kontribusi ekspor produk industri terhadap total
2. Produktivitas tenaga kerja sektor industri nonmigas
ekspor
3. Produktivitas sektor industri pengolahan nonmigas 3. Tumbuhnya IKM startup berbasis teknologi 3. Produk tersertifikasi TKDN > 25% yang masih berlaku
3. Rasio impor bahan baku industri terhadap PDB sektor
4. Nilai investasi sektor industri pengolahan nonmigas 4. Sumber Daya Manusia Industri 4.0 yang kompeten 4. Persentase SNI bidang industri yang diterapkan industri nonmigas
5. Persentase hasil riset lima tahun terakhir yang telah dimanfaatkan 4. Penambahan jenis produk industri pengolahan
oleh industri nonmigas yang diekspor
6. Persentase lulusan pendidikan vokasi yang mendapatkan
pekerjaan dalam 1 tahun setelah kelulusan
7. Lulusan pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi
Terselenggaranya Urusan
Penguatan Kewirausahaan dan Industri Meningkatnya Persebaran Tersedianya Regulasi Pemerintahan di Bidang
SS5 SS6 SS7 Pembangunan Industri SS8
Kecil dan Menengah (IKM) Industri Perindustrian yang Berdaya Saing
yang Efektif dan Berkelanjutan
1. Proporsi nilai tambah IKM terhadap total nilai tambah industri 1. Kawasan Industri (KI) prioritas di luar Jawa yang beroperasi dan meningkatkan 1. Efektifitas regulasi industri 1. Perusahaan industri menengah besar yang
pengolahan nonmigas investasi tersertifikasi Standar Industri Hijau (SIH)
2. Wirausaha industri kecil yang tumbuh 2. Kawasan industri (KI) yang dikembangkan berdasarkan SIH yang ditetapkan
3. IKM yang melakukan kemitraan dengan industri besar sedang dan 3. Kawasan industri (KI) dengan zona tematik yang beroperasi 2. Infrastruktur kompetensi industri
sektor ekonomi lainnya 4. Persentase nilai tambah sektor industri yang diciptakan di luar Jawa
4. Proporsi nilai penyaluran pinjaman perbankan kepada IKM 5. Tumbuhnya sentra industri kecil dan menengah (IKM) di luar Jawa yang
beroperasi
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
3. Persentase lulusan pendidikan vokasi yang mendapatkan pekerjaan dalam 1 tahun setelah kelulusan SS1.6
11. Jumlah produk inovasi yang dimanfaatkan industri / badan usaha SS1.5
1. Persentase tenaga kerja di sektor industri nonmigas terhadap total 1. Perusahaan dengan nilai Indonesia Industry 4.0 Readiness 1. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) (rerata tertimbang) 1. Pertumbuhan ekspor produk industri pengolahan
pekerja Index (INDI 4.0) > 3.0 nonmigas
2. Persentase nilai capaian penggunaan produk dalam negeri dalam
2. Kontribusi ekspor produk industri berteknologi tinggi pengadaan barang dan jasa pemerintah 2. Kontribusi ekspor produk industri terhadap total
2. Produktivitas tenaga kerja sektor industri nonmigas
ekspor
3. Produktivitas sektor industri pengolahan nonmigas 3. Tumbuhnya IKM startup berbasis teknologi 3. Produk tersertifikasi TKDN > 25% yang masih berlaku
3. Rasio impor bahan baku industri terhadap PDB sektor
4. Nilai investasi sektor industri pengolahan nonmigas 4. Sumber Daya Manusia Industri 4.0 yang kompeten 4. Persentase SNI bidang industri yang diterapkan industri nonmigas
5. Persentase hasil riset lima tahun terakhir yang telah dimanfaatkan 4. Penambahan jenis produk industri pengolahan
oleh industri nonmigas yang diekspor
6. Persentase lulusan pendidikan vokasi yang mendapatkan
pekerjaan dalam 1 tahun setelah kelulusan
7. Lulusan pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi
Terselenggaranya Urusan
Penguatan Kewirausahaan dan Industri Meningkatnya Persebaran Tersedianya Regulasi Pemerintahan di Bidang
SS5 SS6 SS7 Pembangunan Industri SS8
Kecil dan Menengah (IKM) Industri Perindustrian yang Berdaya Saing
yang Efektif dan Berkelanjutan
1. Proporsi nilai tambah IKM terhadap total nilai tambah industri 1. Kawasan Industri (KI) prioritas di luar Jawa yang beroperasi dan meningkatkan 1. Efektifitas regulasi industri 1. Perusahaan industri menengah besar yang
pengolahan nonmigas investasi tersertifikasi Standar Industri Hijau (SIH)
2. Wirausaha industri kecil yang tumbuh 2. Kawasan industri (KI) yang dikembangkan berdasarkan SIH yang ditetapkan
3. IKM yang melakukan kemitraan dengan industri besar sedang dan 3. Kawasan industri (KI) dengan zona tematik yang beroperasi 2. Infrastruktur kompetensi industri
sektor ekonomi lainnya 4. Persentase nilai tambah sektor industri yang diciptakan di luar Jawa
4. Proporsi nilai penyaluran pinjaman perbankan kepada IKM 5. Tumbuhnya sentra industri kecil dan menengah (IKM) di luar Jawa yang
beroperasi
53
Tabel 1
54
1 Pertumbuhan PDB industri pengolahan Persen 5,3 5,8 6,8 7,8 8,4 IA, ILMATE,
nonmigas IKFT dan IKMA
2 Kontribusi industri pengolahan nonmigas Persen 17,8 18,0 18,3 18,6 18,9 IA, ILMATE,
terhadap PDB IKFT dan IKMA
3 Tenaga kerja di sektor industri nonmigas Juta Orang 19,2 19,9 20,6 21,5 22,5 IA, ILMATE,
IKFT dan IKMA
4 Nilai ekspor produk industri pengolahan US$ Miliar 133,1 141,6 151,9 164,9 181,6 IA, ILMATE,
nonmigas IKFT dan IKMA
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 15 15,2 15,4 15,5 15,7 IA, ILMATE,
terhadap total pekerja IKFT dan IKMA
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Rp. Juta/ 111,8 113,8 116,7 120,3 124,7 IA, ILMATE,
nonmigas orang/tahun IKFT dan IKMA
3 Produktivitas sektor industri pengolahan Nilai 1,99 2,03 2,06 2,11 2,15 IA, ILMATE,
nonmigas IKFT dan IKMA
4 Nilai investasi sektor industri pengolahan Rp. Triliun 256,3 326,7 425,3 566,2 769,1 IA, ILMATE,
nonmigas IKFT dan KPAII
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
7 Lulusan pelatihan vokasi industri berbasis Orang 36.000 74.000 110.000 137.000 157.000 BPSDMI
kompetensi (kumulatif)
2 Kontribusi ekspor produk industri berteknologi Persen 13 13,15 13,30 13,50 13,70 IA, ILMATE,
tinggi IKFT, dan IKMA
3 Tumbuhnya IKM startup berbasis teknologi IKM 20 60 100 160 260 IKMA
(kumulatif)
4 Sumber Daya Manusia Industri 4.0 yang Orang 500 500 500 500 500 BPSDMI
kompeten
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
1 Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Persen 49,0 49,9 50,9 52,0 53,0 - - - - - IA, ILMATE,
(rerata tertimbang) IKFT, dan IKMA
2 Persentase nilai capaian penggunaan produk Persen 46,63 48,02 49,47 50,95 52,48 - - - - - Setjen
dalam negeri dalam pengadaan barang dan
jasa pemerintah
3 Produk tersertifikasi TKDN Produk 6.200 6.630 7.130 7.640 8.400 - - - - - Setjen
≥ 25% yang masih berlaku (kumulatif)
1 Pertumbuhan ekspor industri pengolahan Persen 5,3 6,4 7,3 8,6 10,1 - - - - - IA, ILMATE,
nonmigas IKFT, dan IKMA
2 Kontribusi ekspor produk industri pengolahan Persen 74,3 74,9 75,5 76 76,5 - - - - - IA, ILMATE,
nonmigas terhadap total ekspor IKFT, dan IKMA
3 Rasio impor bahan baku sektor industri Persen 37,80 37,30 37,10 37,00 36,80 - - - - - IA, ILMATE,
terhadap PDB sektor industri nonmigas IKFT, dan IKMA
1 Proporsi nilai tambah IKM terhadap total nilai Persen 18,60 18,80 19,20 19,60 20 - - - - - IKMA
tambah industri pengolahan nonmigas
2 Wirausaha industri kecil yang tumbuh WUB 4.000 8.000 12.000 16.000 20.000 - - - - - IKMA
(kumulatif)
3 IKM yang melakukan kemitraan dengan IKM 50 120 190 265 340 - - - - - IKMA
industri besar sedang dan sektor ekonomi (kumulatif)
lainnya
4 Proporsi nilai penyaluran pinjaman perbankan Persen 2,40 2,75 3,35 4,05 5 - - - - - IKMA
kepada IKM
4 Persentase nilai tambah sektor industri yang Persen 29,9 30,7 31,5 32,3 33,1 - - - - - KPAII
diciptakan di luar Jawa
55
56
SS8 Terselenggaranya Urusan Pemerintahan di Bidang Perindustrian yang Berdaya saing dan Berkelanjutan
1 Batas toleransi temuan pengawasan eksternal Persen 1,5 1,4 1,3 1,2 1 - - - - - Itjen
2 ASN yang meningkat kompetensinya Orang 500 550 600 650 700 - - - - - Setjen
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
1 Data dan informasi sesuai dengan kebutuhan Skala 3 3,1 3,12 3,15 3,18 - - - - - Setjen
pengambil keputusan
2 Tingkat ketepatan waktu penyampaian Persen 100 100 100 100 100 - - - - - Setjen
informasi baku secara periodik
SS12 Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
1 Tingkat akuntabilitas laporan keuangan dan Predikat WTP WTP WTP WTP WTP - - - - - Setjen
BMN
SS13 Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan serta Pengendalian yang Berkualitas dan Akuntabel
Program Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian 195 570 570 570 570
1 Persentase nilai capaian penggunaan produk Persen 46,63 48,02 49,47 50,95 52,48 - - - - - P3DN
dalam negeri dalam pengadaan barang dan
jasa pemerintah
2 Produk tersertifikasi TKDN ≥ 25% yang masih Produk 6.200 6.630 7.130 7.640 8.400 - - - - - P3DN
berlaku (kumulatif)
SP3 Terwujudnya Sistem Informasi Industri yang Andal dan Efektivitas Publikasi Kinerja Industri
1 Tingkat kesesuaian data dan informasi Skala (1-4) 2,8 2,81 2,82 2,83 2,85 - - - - - Pusdatin
industri terhadap permintaan eksternal
1 Batas toleransi temuan material pengawasan Persen 1,5 1,4 1,3 1,2 1 - - - - - Ir 1, Ir 2, Ir 3,
eksternal dan Ir 4
Kegiatan Peningkatan Layanan Legislasi, Advokasi, Dokumentasi, dan Informasi Hukum 6,00 22,41 22,41 22,41 22,41
2 Persentase kasus hukum yang diselesaikan Persen 100 100 100 100 100 - - - - - Rokum
Kegiatan Peningkatan Layanan Administrasi, Layanan Pengadaan, Layanan Kesehatan dan Manajemen Perkantoran Berbasis Teknologi 32,48 54,13 54,13 54,13 54,13
2 Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Nilai 3,2 3,4 3,5 3,7 4,0 - - - - - Romum
Elektronik (SPBE)
Kegiatan Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia 6,00 18,88 18,88 18,88 18,88
Kegiatan Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan dan Barang Milik Negara Yang Profesional 55,21 68,27 68,27 68,27 68,27
Perindustrian
3 Tingkat akuntabilitas laporan keuangan dan Opini WTP WTP WTP WTP WTP - - - - - Rokeu
BMN
Kegiatan Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan 12,46 80,04 80,04 80,04 42,03
SK1 Meningkatnya Kualitas dan Efektivitas Perencanaan Program, Anggaran, dan Evaluasi Kinerja Industri
Kegiatan Pembangunan Sistem Informasi Industri yang Terintegrasi dan Handal 19,71 78,09 78,09 78,09 100,00
1 Tersedianya data dan informasi sesuai Skala 3,0 3,10 3,12 3,15 3,18 - - - - - Pusdatin
dengan kebutuhan pengambil keputusan (1-4)
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
2 Tingkat ketepatan waktu penyampaian Persen 100 100 100 100 100 - - - - - Pusdatin
informasi baku secara periodik
SK1 Meningkatnya Pemberitaan Media Massa dan Interaksi Media Sosial Terhadap Kinerja Industri
1 Tingkat Interaksi (Engagement Rate) akun persen 2 2,2 2,4 2,6 3 - - - - - Rohumas
media sosial Kemenperin dengan masyarakat
Kegiatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri 11,60 36,91 36,91 36,91 36,91
1 Persentase nilai capaian penggunaan produk Persen 46,63 48,02 49,47 50,95 52,48 - - - - - P3DN
dalam negeri dalam pengadaan barang dan
jasa pemerintah
2 Nilai produk dalam negeri yang digunakan Triliun 1,0 1,25 1,5 1,7 2,0 - - - - - P3DN
dalam proses pengadaan pemerintah
1 Jumlah produk tersertifikasi TKDN ≥ 25% yang Produk 6.200 6.630 7.130 7.640 8.400 - - - - - P3DN
masih berlaku (kumulatif)
2 Jumlah sertifikasi TKDN Sertifikat 1.000 2.000 2.300 2.500 2.700 - - - - - P3DN
Kegiatan Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja 7,94 75,25 75,25 75,25 91,35
1 Indeks kepuasan ketersediaan sarana dan Indeks 3 3,2 3,5 3,8 4 - - - - - Romum
prasarana
Kegiatan Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat I 1,71 8,33 8,33 8,33 8,33
SK1 Terwujudnya Keefektifan dan Keefisienan Program Kerja Unit Kerja Cakupan Tugas Inspektorat I
SK2 Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Unit Kerja Cakupan Tugas Inspektorat I yang Baik
1 Index penerapan manajemen risiko (MRI) Level 3,0 3,0 3,0 4,0 4,0 - - - - - Ir 1
cakupan tugas Inspektorat I
Kegiatan Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat II 1,21 8,33 8,33 8,33 8,33
SK1 Terwujudnya Keefektifan dan Keefisienan Program Kerja Unit Kerja Cakupan Tugas Inspektorat II
1 Batas toleransi temuan material Persen 1,5 1,4 1,3 1,2 1,0 - - - - - Ir 2
pengawasan eksternal pada cakupan tugas
Inspektorat II
SK2 Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Unit Kerja Cakupan Tugas Inspektorat II yang Baik
1 Index penerapan manajemen risiko (MRI) Level 3,0 3,0 3,0 4,0 4,0 - - - - - Ir 2
cakupan tugas Inspektorat II
Kegiatan Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat III 1,33 8,33 8,33 8,33 8,33
SK1 Terwujudnya Keefektifan dan Keefisienan Program Kerja Unit Kerja Cakupan Tugas Inspektorat III
1 Batas toleransi temuan material Persen 1,5 1,4 1,3 1,2 1,0 - - - - - Ir 3
pengawasan eksternal pada cakupan tugas
Inspektorat III
SK2 Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Unit Kerja Cakupan Tugas Inspektorat III yang Baik
1 Index penerapan manajemen risiko (MRI) Level 3,0 3,0 3,0 4,0 4,0 - - - - - Ir 3
cakupan tugas Inspektorat III
Kegiatan Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat IV 1,06 8,43 8,43 8,43 8,43
SK1 Terwujudnya Keefektifan dan Keefisienan Program Kerja Unit Kerja Cakupan Tugas Inspektorat IV
1 Batas toleransi temuan material Persen 1,5 1,4 1,3 1,2 1,0 - - - - - Ir 4
pengawasan eksternal pada cakupan tugas
Inspektorat IV
SK2 Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Unit Kerja Cakupan Tugas Inspektorat IV yang Baik
1 Index penerapan manajemen risiko (MRI) Level 3,0 3,0 3,0 4,0 4,0 - - - - - Ir 4
cakupan tugas Inspektorat IV
Kegiatan Dukungan Manajemen, Pembinaan, Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Serta Dukungan Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal 24,80 46,60 46,60 46,60 46,60
SK1 Terwujudnya Keefektifan dan Keefisienan Program Kerja Unit Kerja di Lingkungan Kementerian Perindustrian
1 Rekomendasi hasil pengawasan internal telah Persen 91 91,5 92 92,5 93 - - - - - Ses Itjen
ditindaklanjuti oleh Satker sesuai dengan
rencana aksi
2 Penilaian index penerapan manajemen risiko Level 3,0 3,0 3,0 4,0 4,0 - - - - - Ses Itjen
(MRI) Kementerian Perindustrian
61
62
Program Nilai Tambah dan Daya Saing Industri 576 2.147 2.157 2.166 2.175
1 Pertumbuhan PDB industri pengolahan Persen 5,3 5,8 6,8 7,8 8,4 - - - - - ILMATE, IA,
nonmigas IKFT, dan IKMA
2 Kontribusi industri pengolahan nonmigas Persen 17,8 18,0 18,3 18,6 18,9 - - - - - ILMATE, IA,
terhadap PDB IKFT, dan IKMA
3 Tenaga kerja di sektor industri nonmigas Juta Orang 19,2 19,9 20,6 21,5 22,5 - - - - - ILMATE, IA,
IKFT, dan IKMA
4 Nilai ekspor produk industri pengolahan US$ Miliar 133,1 141,6 151,9 164,9 181,6 - - - - - ILMATE, IA,
nonmigas IKFT, dan IKMA
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 15 15,2 15,4 15,5 15,7 - - - - - ILMATE, IA,
terhadap total pekerja IKFT, dan IKMA
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Rp Juta / 111,8 113,8 116,7 120,3 124,7 - - - - - ILMATE, IA,
nonmigas orang/tahun IKFT, dan IKMA
3 Produktivitas sektor industri pengolahan Nilai 1,99 2,03 2,06 2,11 2,15 - - - - - ILMATE, IA,
nonmigas IKFT, dan IKMA
4 Nilai investasi sektor industri pengolahan Rp. Triliun 256,3 326,7 425,3 566,2 769,1 - - - - - ILMATE, IA,
nonmigas IKFT, dan IKMA
2 Kontribusi ekspor produk industri berteknologi Persen 13,00 13,15 13,30 13,50 13,70 - - - - - ILMATE, IA,
tinggi IKFT, dan IKMA
1 Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Persen 49,0 49,9 50,9 52,0 53,0 - - - - - ILMATE, IA,
(rerata tertimbang) IKFT, dan IKMA
1 Pertumbuhan ekspor industri pengolahan Persen 5,3 6,4 7,3 8,6 10,1 - - - - - ILMATE, IA,
nonmigas IKFT, dan IKMA
2 Kontribusi ekspor produk industri pengolahan Persen 74,3 74,9 75,5 76 76,5 - - - - - ILMATE, IA,
nonmigas terhadap terhadap total ekspor IKFT, dan IKMA
3 Rasio impor bahan baku sektor industri Persen 37,80 37,30 37,10 37,00 36,80 ILMATE, IA,
terhadap PDB sektor industri nonmigas IKFT, dan IKMA
1 Proporsi nilai tambah IKM terhadap total nilai Persen 18,60 18,80 19,20 19,60 20 - - - - - IKMA
tambah industri pengolahan nonmigas
2 Wirausaha industri kecil yang tumbuh WUB 4.000 8.000 12.000 16.000 20.000 - - - - - IKMA
(kumulatif)
3 IKM yang melakukan kemitraan dengan IKM 50 120 190 265 340 - - - - - IKMA
industri besar sedang dan sektor ekonomi (kumulatif)
lainnya
4 Proporsi nilai penyaluran pinjaman perbankan Persen 2,40 2,75 3,35 4,05 5 - - - - - IKMA
kepada IKM
4 Persentase nilai tambah sektor industri yang Persen 29,9 30,7 31,5 32,3 33,1 - - - - - KPAII
diciptakan di luar Jawa
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan 7,00 105,96 105,96 105,96 105,96
Tj Meningkatnya Peran Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan dalam Perekonomian Nasional
1 Pertumbuhan PDB industri maritim, alat Persen 4,86 5,41 6,71 7,74 8,46 - - - - - IMATAP
transportasi, dan alat pertahanan
2 Kontribusi PDB industri maritim, alat Persen 1,70 1,70 1,70 1,70 1,70 - - - - - IMATAP
transportasi, dan alat pertahanan terhadap
PDB nasional
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri maritim, Ribu Orang 510,22 524,22 541,41 561,80 584,56 - - - - - IMATAP
alat transportasi, dan alat pertahanan
SK1 Meningkatnya Daya Saing dan Kemandirian Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 0,40 0,40 0,40 0,41 0,41 - - - - - IMATAP
maritim, alat transportasi, dan alat pertahanan
terhadap total pekerja
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Rp Juta / 434,87 444,87 458,35 474,58 493,29 - - - - - IMATAP
maritim, alat transportasi, dan alat pertahanan orang/tahun
63
64
3 Nilai realisasi investasi industri maritim, alat Rp. Triliun 25,81 32,75 42,40 56,12 75,72 - - - - - IMATAP
transportasi, dan alat pertahanan
SK2 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di Sektor Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan
2 Kontribusi ekspor produk industri maritim, alat Persen 3,16 3,22 3,28 3,38 3,48 - - - - - IMATAP
transportasi dan alat pertahanan berteknologi
tinggi
SK3 Meningkatnya Kemampuan Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan
1 TKDN industri maritim, alat transportasi, dan Persen 60,51 61,71 62,95 64,20 65,49 - - - - - IMATAP
alat pertahanan (rerata tertimbang)
SK4 Meningkatnya Penguasaan Pasar Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan
1 Pertumbuhan ekspor produk industri maritim, Persen 4,03 6,03 7,05 7,92 9,17 - - - - - IMATAP
alat transportasi, dan alat pertahanan
2 Kontribusi ekspor produk industri maritim, alat Persen 5,97 6,00 6,03 6,04 6,02 - - - - - IMATAP
transportasi, dan alat pertahanan terhadap
total ekspor
3 Rasio impor bahan baku industri maritim, alat Persen 0,06 0,07 0,07 0,07 0,07 - - - - - IMATAP
transportasi, dan alat pertahanan terhadap
PDB sektor industri maritim, alat transportasi,
dan alat pertahanan
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Elektronika dan Telematika 7,34 105,38 105,38 105,38 105,38
1 Pertumbuhan PDB industri elektronika dan Persen 2,45 3,09 4,41 5,57 6,67 - - - - - IET
telematika
2 Kontribusi PDB industri elektronika dan Persen 0,42 0,41 0,41 0,41 0,41 - - - - - IET
telematika terhadap PDB nasional
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Ribu Orang 180,37 184,67 189,99 196,28 203,26 - - - - - IET
elektronika dan telematika
4 Nilai ekspor produk industri elektronika dan US$ Miliar 8,07 8,66 9,40 10,35 11,55 - - - - - IET
telematika
SK1 Meningkatnya Daya Saing dan Kemandirian Industri Elektronika dan Telematika
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 - - - - - IET
elektronika dan telematika terhadap total
pekerja
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Rp Juta / 311,62 312,87 316,62 322,64 331,41 - - - - - IET
elektronika dan telematika orang/tahun
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
3 Nilai realisasi investasi industri elektronika Rp. Triliun 5,77 7,24 9,27 12,16 16,32 - - - - - IET
dan telematika
SK2 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di Sektor Industri Elektronika dan Telematika
2 Kontribusi ekspor produk industri elektronika Persen 2,9 2,93 2,96 2,99 3,02 - - - - - IET
dan telematika berteknologi tinggi
1 TKDN industri elektronika dan telematika Persen 32,14 32,78 33,44 34,10 34,79 - - - - - IET
(rerata tertimbang)
1 Pertumbuhan ekspor produk industri Persen 4,66 7,26 8,57 10,08 11,62 - - - - - IET
elektronika dan telematika
2 Kontribusi ekspor produk industri elektronika Persen 4,51 4,58 4,67 4,77 4,87 - - - - - IET
dan telematika terhadap total ekspor
3 Rasio impor bahan baku industri elektronika Persen 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05 - - - - - IET
dan telematika terhadap PDB sektor industri
elektronika dan telematika
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian 7,00 104,77 104,77 104,77 104,77
Tj Meningkatnya Peran Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian dalam Perekonomian Nasional
1 Pertumbuhan PDB industri permesinan dan Persen 3,91 4,62 6,23 7,55 8,60 - - - - - IPAMP
alat mesin pertanian
2 Kontribusi PDB industri permesinan dan alat Persen 0,80 0,79 0,79 0,79 0,79 - - - - - IPAMP
mesin pertanian terhadap PDB nasional
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Ribu Orang 569,91 581,14 595,19 611,70 629,87 - - - - - IPAMP
permesinan dan alat mesin pertanian
4 Nilai ekspor produk industri permesinan dan US$ Miliar 4,46 4,91 5,47 6,20 7,11 - - - - - IPAMP
alat mesin pertanian
SK 1 Meningkatnya Daya Saing dan Kemandirian Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 - - - - - IPAMP
permesinan dan alat mesin pertanian
terhadap total pekerja
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Rp Juta / 151,58 155,08 160,40 167,39 176,05 - - - - - IPAMP
permesinan dan alat mesin pertanian orang/tahun
3 Nilai realisasi investasi industri permesinan Rp. Triliun 6,60 8,30 10,72 14,19 19,23 - - - - - IPAMP
dan alat mesin pertanian
65
66
SK 2 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di sektor Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian
1 Kontribusi ekspor produk industri permesinan Persen 0,17 0,18 0,19 0,21 0,23 - - - - - IPAMP
dan alat mesin pertanian berteknologi tinggi
1 TKDN industri permesinan dan alat mesin Persen 42,81 43,66 44,54 45,43 46,34 - - - - - IPAMP
pertanian (rerata tertimbang)
1 Pertumbuhan ekspor produk industri Persen 3,95 10,04 11,49 13,22 14,73 - - - - - IPAMP
permesinan dan alat mesin pertanian
2 Kontribusi ekspor produk industri permesinan Persen 2,49 2,60 2,72 2,85 2,99 - - - - - IPAMP
dan alat mesin pertanian terhadap total
ekspor
3 Rasio impor bahan baku industri permesinan Persen 1,03 1,03 1,03 1,02 1,01 - - - - - IPAMP
dan alat mesin pertanian terhadap PDB sektor
industri permesinan dan alat mesin pertanian
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam 7,80 108,49 108,49 108,49 108,49
1 Pertumbuhan PDB industri logam Persen 5,35 5,91 7,22 8,25 8,95 - - - - - IL
2 Kontribusi PDB industri logam terhadap PDB Persen 1,61 1,63 1,67 1,70 1,73 - - - - - IL
nasional
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri logam Ribu Orang 895,73 914,99 938,94 967,19 998,38 - - - - - IL
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
4 Nilai ekspor produk industri logam US$ Miliar 15,12 15,57 16,17 16,94 17,96 - - - - - IL
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 - - - - - IL
logam terhadap total pekerja
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Rp Juta / 244,19 252,46 263,05 275,68 290,15 - - - - - IL
logam orang/tahun
3 Nilai realisasi investasi industri logam Rp. Triliun 41,96 54,21 71,47 96,32 132,32 - - - - - IL
1 TKDN industri logam (rerata tertimbang) Persen 61,34 62,56 63,82 65,09 66,40 - - - - - IL
1 Pertumbuhan ekspor produk industri logam Persen 3,65 2,95 3,89 4,74 6,04 - - - - - IL
2 Kontribusi ekspor produk industri logam Persen 8,44 8,23 8,04 7,80 7,57 - - - - - IL
terhadap total ekspor
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
3 Rasio impor bahan baku industri logam Persen 11,36 10,92 10,44 9,92 9,36 - - - - - IL
terhadap PDB sektor industri logam
Kegiatan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika 37,55 60,40 60,40 60,40 60,40
Tj Meningkatnya Kualitas Pelayanan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika
SK1 Tersedianya Regulasi Pembangunan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika yang Efektif
SK2 Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika yang Profesional dan Berkepribadian
SK3 Terwujudnya Birokrasi Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika yang Efektif, Efisien, dan
Berorientasi Pada Layanan Prima
1 Indeks kepatuhan terhadap regulasi dalam Indeks 90 90,5 91 91,5 92 - - - - - Ses ILMATE
IKPA
3 Nilai maturitas SPIP Direktorat Jenderal Nilai 3,26 3,265 3,27 3,275 3,28 - - - - - Ses ILMATE
Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan
Elektronika
SK4 Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan serta Pengendalian yang Berkualitas dan Akuntabel
2 Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Nilai 78 78,5 79 79,5 80 - - - - - Ses ILMATE
Pemerintah (SAKIP) Direktorat Jenderal
Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan
Elektronika
SK5 Meningkatnya Kualitas Pelayanan Data dan Informasi Sektor Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika
1 Data dan informasi sesuai dengan kebutuhan Skala 3 3,1 3,12 3,15 3,18 - - - - - Ses ILMATE
pengambil keputusan di lingkungan
Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin,
Alat Transportasi dan Elektronika
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan 5,43 110,40 190,40 130,40 130,40
Tj Meningkatnya Peran Industri Hasil Hutan dan Perkebunan dalam Perekonomian Nasional
1 Pertumbuhan PDB industri hasil hutan dan Persen 2,75 3,13 3,97 4,76 5,17 - - - - - IHHP
perkebunan
2 Kontribusi PDB industri hasil hutan dan Persen 1,39 1,35 1,32 1,28 1,25 - - - - - IHHP
perkebunan terhadap PDB nasional
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri hasil Juta Orang 3,30 3,41 3,55 3,72 3,91 - - - - - IHHP
hutan dan perkebunan
4 Nilai ekspor produk industri hasil hutan dan US$ Miliar 15,87 17,49 19,34 21,43 23,75 - - - - - IHHP
perkebunan
SK1 Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 2,56 2,60 2,64 2,69 2,73 - - - - - IHHP
hasil hutan dan perkebunan terhadap total
pekerja
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri hasil Juta Rupiah/ 50,54 51,46 52,77 54,76 57,38 - - - - - IHHP
hutan dan perkebunan Orang/
Tahun
3 Nilai realisasi investasi industri hasil hutan dan Rp Trilyun 35,35 43,73 55,25 71,21 93,68 - - - - - IHHP
perkebunan
SK2 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di Sektor Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
1 Kontribusi ekspor produk industri hasil hutan Persen 1,67 1,68 1,69 1,70 1,71 - - - - - IHHP
dan perkebunan berteknologi tinggi
SK3 Meningkatnya Kemampuan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Dalam Negeri
1 Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Persen 54,75 55,85 56,97 58,10 59,27 - - - - - IHHP
(rerata tertimbang)
1 Pertumbuhan ekspor produk industri hasil Persen 9,61 10,23 10,60 10,79 10,82 - - - - - IHHP
hutan dan perkebunan
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
2 Kontribusi ekspor produk industri hasil hutan Persen 8,82 9,22 9,57 9,85 10,01 - - - - - IHHP
dan perkebunan terhadap total ekspor
3 Rasio impor bahan baku industri hasil hutan Persen 2,23 2,13 2,02 1,91 1,79 - - - - - IHHP
dan perkebunan terhadap PDB sektor industri
nonmigas
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan 6,89 179,50 105,10 143,70 138,30
Tj Meningkatnya Peran Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan dalam Perekonomian Nasional
1 Pertumbuhan PDB industri makanan, hasil Persen 7,22 7,49 8,37 9,44 9,95 - - - - - IMHLP
laut, dan perikanan
2 Kontribusi PDB industri makanan, hasil laut, Persen 6,42 6,69 7,02 7,34 7,68 - - - - - IMHLP
dan perikanan terhadap PDB nasional
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Juta Orang 4,89 5,08 5,31 5,58 5,89 - - - - - IMHLP
makanan, hasil laut, dan perikanan
4 Nilai ekspor produk industri makanan, hasil US$ Miliar 32,93 35,73 38,93 42,53 46,52 - - - - - IMHLP
laut, dan perikanan
SK1 Meningkatnya Daya Saing dan Kemandirian Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 3,80 3,87 3,95 4,03 4,11 - - - - - IMHLP
makanan, hasil laut, dan perikanan terhadap
total pekerja
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Juta Rupiah/ 155,2 162,4 168,9 175,3 182,2 - - - - - IMHLP
makanan, hasil laut, dan perikanan Orang/
Tahun
3 Nilai realisasi investasi industri makanan, hasil Rp Trilyun 41,79 55,51 75,23 104,20 147,02 - - - - - IMHLP
laut, dan perikanan
SK2 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di Sektor Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
SK3 Meningkatnya Kemampuan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Dalam Negeri
SK4 Meningkatnya Penguasaan Pasar Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
1 Pertumbuhan ekspor produk industri Persen 7,85 8,49 8,95 9,24 9,40 - - - - - IMHLP
makanan, hasil laut, dan perikanan
2 Kontribusi ekspor produk industri makanan, Persen 18,31 18,84 19,27 19,54 19,62 - - - - - IMHLP
hasil laut, dan perikanan terhadap total ekspor
3 Rasio impor bahan baku industri makanan, Persen 3,15 3,18 3,20 3,21 3,20 - - - - - IMHLP
69
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar 7,35 83,00 78,40 93,80 94,20
Tj Meningkatnya Peran Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar dalam Perekonomian Nasional
1 Pertumbuhan PDB industri minuman, hasil Persen 3,29 3,75 4,62 5,40 5,77 - - - - - Mintemgar
tembakau, dan bahan penyegar
2 Kontribusi PDB industri minuman, hasil Persen 1,18 1,17 1,17 1,16 1,16 - - - - - Mintemgar
tembakau, dan bahan penyegar terhadap
PDB nasional
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Juta Orang 0,83 0,86 0,89 0,92 0,96 - - - - - Mintemgar
minuman, hasil tembakau, dan bahan
penyegar
4 Nilai ekspor produk industri minuman, hasil US$ Miliar 3,56 3,83 4,15 4,50 4,89 - - - - - Mintemgar
tembakau, dan bahan penyegar
SK1 Meningkatnya Daya Saing dan Kemandirian Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 0,65 0,65 0,66 0,67 0,67 - - - - - Mintemgar
minuman, hasil tembakau, dan bahan
penyegar terhadap total pekerja
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Juta Rupiah/ 145,67 148,33 152,09 157,85 165,38 - - - - - Mintemgar
minuman, hasil tembakau, dan bahan Orang/
penyegar Tahun
3 Nilai realisasi investasi industri minuman, hasil Rp Trilyun 13,59 17,18 22,15 29,14 39,16 - - - - - Mintemgar
tembakau, dan bahan penyegar
SK2 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di Sektor Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
SK3 Meningkatnya Kemampuan Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Dalam Negeri
SK4 Meningkatnya Penguasaan Pasar Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar
1 Pertumbuhan ekspor produk industri Persen 7,07 7,70 8,17 8,50 8,70 - - - - - Mintemgar
minuman, hasil tembakau, dan bahan
penyegar
2 Kontribusi ekspor produk industri minuman, Persen 1,98 2,02 2,05 2,07 2,06 - - - - - Mintemgar
hasil tembakau, dan bahan penyegar
terhadap total ekspor
3 Rasio impor bahan baku industri minuman, Persen 0,43 0,43 0,43 0,42 0,41 - - - - - Mintemgar
hasil tembakau, dan bahan penyegar
terhadap PDB sektor industri nonmigas
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
Kegiatan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro 34,43 77,10 76,10 82,10 87,10
SK3 Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang Profesional dan Berkepribadian
SK4 Meningkatnya Kualitas Pelayanan Data dan Informasi Sektor Industri Agro
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki 9,32 141,00 141,00 141,00 141,00
Tj Meningkatnya Peran Industri Tekstil, Kulit,dan Alas Kaki dalam Perekonomian Nasional
1 Pertumbuhan PDB industri tekstil, kulit, dan Persen 4,40 4,88 5,89 6,76 7,31 - - - - - ITKAK
alas kaki
2 Kontribusi PDB industri tekstil, kulit, dan alas Persen 1,40 1,38 1,37 1,36 1,36 - - - - - ITKAK
kaki terhadap PDB nasional
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri tekstil, Juta Orang 4,90 5,03 5,19 5,38 5,60 - - - - - ITKAK
kulit, dan alas kaki
4 Nilai ekspor produk industri tekstil, kulit, dan US$ Miliar 19,07 20,08 21,36 23,10 25,35 - - - - - ITKAK
alas kaki
SK 1 Meningkatnya Daya Saing dan Kemandirian Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 3,81 3,84 3,86 3,88 3,90 - - - - - ITKAK
tekstil, kulit, dan alas kaki terhadap total
pekerja
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Rp Juta / 34,58 35,21 36,02 36,98 38,05 - - - - - ITKAK
tekstil, kulit, dan alas kaki orang/tahun
3 Nilai realisasi investasi industri tekstil, kulit, Rp. Triliun 16,84 21,20 27,27 35,82 48,01 - - - - - ITKAK
dan alas kaki
71
72
SK 2 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di Sektor Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki
SK3 Meningkatnya Kemampuan Industri Tekstil, Kulit,dan Alas Kaki Dalam Negeri
1 Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Persen 62,1 63,4 64,6 65,9 67,2 - - - - - ITKAK
(rerata tertimbang)
SK4 Meningkatnya Penguasaan Pasar Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki
1 Pertumbuhan ekspor produk industri tekstil, Persen 5,56 5,32 6,38 8,12 9,74 - - - - - ITKAK
kulit, dan alas kaki
2 Kontribusi ekspor produk industri tekstil, kulit, Persen 10,64 10,62 10,61 10,64 10,68 - - - - - ITKAK
dan alas kaki terhadap total ekspor
3 Rasio impor bahan baku industri tekstil, kulit, Persen 4,27 4,20 4,13 4,04 3,94 - - - - - ITKAK
dan alas kaki terhadap PDB sektor industri
nonmigas
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan Farmasi 7,23 102,47 102,47 102,47 102,47
Tj Meningkatnya Peran Industri Kimia Hilir dan Farmasi dalam Perekonomian Nasional
1 Pertumbuhan PDB industri kimia hilir dan Persen 4,45 4,86 5,68 6,63 7,12 - - - - - IKHF
farmasi
2 Kontribusi PDB industri kimia hilir dan farmasi Persen 1,08 1,08 1,08 1,08 1,08 - - - - - IKHF
terhadap PDB nasional
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri kimia Juta Orang 0,75 0,78 0,81 0,85 0,90 - - - - - IKHF
hilir dan farmasi
4 Nilai ekspor produk industri kimia hilir dan US$ Miliar 6,99 7,48 8,14 8,94 9,99 - - - - - IKHF
farmasi
SK 1 Meningkatnya Daya Saing dan Kemandirian Industri Kimia Hilir dan Farmasi
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 3,90 3,96 4,04 4,12 4,21 - - - - - IKHF
kimia hilir dan farmasi terhadap total pekerja
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Rp Juta / 195,46 196,85 198,59 200,92 203,48 - - - - - IKHF
kimia hilir dan farmasi orang/tahun
3 Nilai realisasi investasi industri kimia hilir dan Rp. Triliun 16,46 20,88 27,03 35,81 48,41 - - - - - IKHF
farmasi
SK 2 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di Sektor Industri Kimia Hilir dan Farmasi
1 Jumlah perusahaan dengan nilai Indonesia Perusahaan 3,00 3,00 4,00 5,00 6,00 - - - - - IKHF
Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) ≥ 3.0
di sektor industri kimia hilir dan farmasi
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
SK3 Meningkatnya Kemampuan Industri Kimia Hilir dan Farmasi Dalam Negeri
1 Pertumbuhan ekspor produk industri kimia Persen 7,71 6,96 8,75 9,95 11,72 - - - - - IKHF
hilir dan farmasi
2 Kontribusi ekspor produk industri kimia hilir Persen 3,90 3,96 4,04 4,12 4,21 - - - - - IKHF
dan farmasi terhadap total ekspor
3 Rasio impor bahan baku industri kimia hilir Persen 2,07 2,06 2,04 2,02 1,99 - - - - - IKHF
dan farmasi terhadap PDB sektor industri
nonmigas
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu 7,58 111,00 111,00 111,00 111,00
1 Pertumbuhan PDB industri kimia hulu Persen 5,33 6,70 7,90 8,46 9,03 - - - - - IKHu
2 Kontribusi PDB industri kimia hulu terhadap Persen 1,08 1,09 1,10 1,11 1,12 - - - - - IKHu
PDB nasional
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri kimia Juta Orang 0,46 0,48 0,50 0,53 0,56 - - - - - IKHu
hulu
4 Nilai ekspor produk industri kimia hulu US$ Miliar 7,05 7,33 7,65 7,95 8,28 - - - - - IKHu
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 0,36 0,36 0,37 0,38 0,39 - - - - - IKHu
kimia hulu terhadap total pekerja
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Rp Juta / 275,24 280,90 288,08 295,04 302,61 - - - - - IKHu
kimia hulu orang/tahun
3 Nilai realisasi investasi industri kimia hulu Rp. Triliun 31,85 40,72 53,12 70,85 96,34 - - - - - IKHu
1 Jumlah perusahaan dengan nilai Indonesia Perusahaan 3,00 3,00 4,00 4,00 5,00 - - - - - IKHu
Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) ≥ 3.0
di sektor industri kimia hulu
2 Kontribusi ekspor produk industri kimia hulu Persen 3,45 3,47 3,49 3,51 3,53 - - - - - IKHu
berteknologi tinggi
1 Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Persen 39,90 40,70 41,50 42,40 43,20 - - - - - IKHu
(rerata tertimbang)
73
74
1 Pertumbuhan ekspor produk Industri kimia Persen 10,26 3,87 4,43 3,88 4,20 - - - - - IKHu
hulu
2 Kontribusi ekspor produk industri kimia hulu Persen 3,94 3,87 3,80 3,66 3,49 - - - - - IKHu
terhadap total ekspor
3 Rasio impor bahan baku Industri Kimia Hulu Persen 13,06 12,76 12,42 12,04 11,62 - - - - - IKHu
terhadap PDB sektor industri nonmigas
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam 4,82 64,20 64,20 64,20 64,20
Tj Meningkatnya peran Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam dalam perekonomian nasional
1 Pertumbuhan PDB industri semen, keramik, Persen 3,87 4,21 4,99 5,90 6,37 - - - - - ISKPBGNL
dan pengolahan bahan galian nonlogam
2 Kontribusi PDB industri semen, keramik, dan Persen 0,59 0,57 0,56 0,54 0,53 - - - - - ISKPBGNL
pengolahan bahan galian nonlogam terhadap
PDB nasional
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri semen, Juta Orang 1,27 1,28 1,31 1,33 1,36 - - - - - ISKPBGNL
keramik, dan pengolahan bahan galian
nonlogam
4 Nilai ekspor produk industri semen, keramik, US$ Miliar 1,02 1,08 1,14 1,20 1,28 - - - - - ISKPBGNL
dan pengolahan bahan galian nonlogam
SK 1 Meningkatnya Daya Saing dan Kemandirian Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 0,99 0,98 0,97 0,96 0,95 - - - - - ISKPBGNL
semen, keramik, dan pengolahan bahan
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Rp Juta / 60,65 62,18 63,98 66,25 68,84 - - - - - ISKPBGNL
semen, keramik dan pengolahan bahan galian orang/tahun
nonlogam
3 Nilai realisasi investasi industri semen, Rp. Triliun 19,50 24,05 30,23 38,84 50,87 - - - - - ISKPBGNL
keramik, dan pengolahan bahan galian
nonlogam
SK 2 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di sektor Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam
1 Jumlah perusahaan dengan nilai Indonesia Perusahaan 2,00 3,00 3,00 4,00 5,00 - - - - - ISKPBGNL
Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) ≥
3.0 di sektor Industri Semen, Keramik dan
Pengolahan Bahan Galian Nonlogam
SK3 Meningkatnya Kemampuan Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam Dalam Negeri
1 Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Persen 37,9 38,7 39,4 40,2 41,0 - - - - - ISKPBGNL
(rerata tertimbang)
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
SK4 Meningkatnya Penguasaan Pasar Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam
1 Pertumbuhan ekspor produk industri semen, Persen 3,88 5,00 5,83 5,81 6,42 - - - - - ISKPBGNL
keramik dan pengolahan bahan galian
nonlogam
2 Kontribusi ekspor produk industri semen, Persen 0,57 0,57 0,57 0,55 0,54 - - - - - ISKPBGNL
keramik, dan pengolahan bahan galian
nonlogam terhadap total ekspor
3 Rasio impor bahan baku industri semen, Persen 0,91 0,92 0,92 0,93 0,93 - - - - - ISKPBGNL
keramik, dan pengolahan bahan galian
nonlogam terhadap PDB sektor industri
nonmigas
Kegiatan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil 37,34 66,33 66,33 66,33 66,33
Tj Meningkatnya Kualitas Pelayanan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
1 Tingkat kepuasan pegawai atas pelayanan Nilai 81,00 82,00 83,00 84,00 85,00 - - - - - Ses Ditjen IKFT
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia,
Farmasi, dan Tekstil
SK1 Tersedianya Regulasi Pembangunan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Efektif
SK2 Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil yang Profesional dan Berkepribadian
1 Indeks kompetensi, professional, dan Indeks 70,00 71,00 73,00 76,00 80,00 - - - - - Ses Ditjen IKFT
integritas pegawai Direktorat Jenderal
Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
SK3 Terwujudnya Birokrasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan
Prima
1 Indeks kepatuhan terhadap regulasi dalam Indeks 90,00 90,50 91,00 91,50 92,00 - - - - - Ses Ditjen IKFT
IKPA
2 Nilai laporan keuangan Direktorat Jenderal Nilai 83,00 84,00 85,00 86,00 87,00 - - - - - Ses Ditjen IKFT
Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
3 Nilai maturitas SPIP direktorat Jenderal Nilai 3,26 3,27 3,27 3,28 3,28 - - - - - Ses Ditjen IKFT
Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
4 Persentase nilai pengelolaan BMN terhadap Persen 76,00 77,00 78,00 79,00 80,00 - - - - - Ses Ditjen IKFT
total aset lancar Direktorat Jenderal Industri
Kimia, Farmasi, dan Tekstil
5 Nilai kearsipan Direktorat Jenderal Industri Nilai 76,00 77,00 78,00 79,00 80,00 - - - - - Ses Ditjen IKFT
Kimia, Farmasi, dan Tekstil
SK4 Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan, serta Pengendalian yang Berkualitas dan Akuntabel
1 Tingkat kesesuaian dokumen perencanaan Persen 95,00 96,00 96,00 96,00 96,00 - - - - - Ses Ditjen IKFT
dengan rencana program dan kegiatan
75
prioritas nasional
76
2 Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Nilai 77,00 78,00 79,00 80,00 81,00 - - - - - Ses Ditjen IKFT
Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perindustrian
SK5 Meningkatnya Kualitas Pelayanan Data dan Informasi Sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
1 Data dan informasi sesuai dengan kebutuhan Skala 3 3,1 3,12 3,15 3,18 - - - - - Ses Ditjen IKFT
pengambil keputusan di lingkungan Direktorat
Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Pangan, Barang dari Kayu, dan Furnitur 47,10 92,00 108,00 111,00 109,00
Tj Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah Pangan, Barang dari Kayu, dan Furnitur
1 Laju pertumbuhan PDB industri kecil dan Persen 7,2-7,6 7,5-7,9 7,7-8,0 7,9-8,3 8,2-8,6 - - - - - PBKF
menengah pangan, barang dari kayu, dan
furnitur
2 Penyerapan tenaga kerja industri kecil dan Juta orang 6,2-6,5 6,4-6,7 6,5-6,8 6,7-6,8 6,9-7,2 - - - - - PBKF
menengah pangan, barang dari kayu, dan
furnitur
SK 1 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di Sektor Industri Kecil dan Menengah Pangan, Barang dari Kayu, dan Furnitur
1 Terlaksananya pembinaan IKM pangan, IKM 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 - - - - - PBKF
barang dari kayu, dan furnitur dalam
penggunaan e – business (e-smart IKM) baik
melalui workshop, pendampingan, maupun
pembinaan lainnya
SK2 Meningkatnya Kemampuan Industri Kecil dan Menengah Pangan, Barang dari Kayu, dan Furnitur Dalam Negeri
1 Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Persen 37,70 38,46 39,23 40,01 40,81 - - - - - PBKF
industri aneka (rerata tertimbang)
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
SK3 Penguatan Kewirausahaan dan Industri Kecil dan Menengah Pangan, Barang dari Kayu, dan Furnitur
1 Proporsi nilai tambah IKM pangan, barang dari Persen 18,50 18,80 19,20 19,60 20,00 - - - - - PBKF
kayu, dan furnitur terhadap total nilai tambah
industri pengolahan nonmigas
2 Wirausaha baru industri kecil pangan, barang WUB 1.400 2.800 4.200 5.600 7.000 - - - - - PBKF
dari kayu, dan furnitur yang tumbuh (Kumulatif)
4 Proporsi nilai penyaluran pinjaman perbankan Persen 2,4 2,75 3,35 4,05 5 - - - - - PBKF
kepada IKM pangan, barang dari kayu, dan
furnitur
SK4 Meningkatnya Persebaran Industri Kecil dan Menengah Pangan, Barang dari Kayu, dan Furnitur
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Kerajinan, dan Industri Aneka 48,36 100,00 115,00 119,00 118,00
Tj Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Kerajinan, dan Industri Aneka
1 Pertumbuhan industri aneka Persen 0,69 0,72 0,95 1,23 1,71 - - - - - KSKIA
2 Kontribusi industri aneka terhadap PDB Persen 0,11 0,12 0,13 0,14 0,15 - - - - - KSKIA
3 Jumlah tenaga kerja di sektor industri aneka Ribu Orang 747,43 782,21 819,58 860,16 903,61 - - - - - KSKIA
4 Nilai ekspor produk industri aneka US$ Juta 8.801 9.197 9.743 10.431 11.263 - - - - - KSKIA
5 Laju pertumbuhan PDB industri kecil dan Persen 4,7-5,0 5,1-5,5 5,5-5,8 5,9-6,3 6,2-6,6 - - - - - KSKIA
menengah kimia, sandang, dan kerajinan
6 Penyerapan tenaga kerja industri kecil dan Juta orang 3,4-3,5 3,4-3,5 3,5-3,6 3,6-3,7 3,7-3,8 - - - - - KSKIA
menengah kimia, sandang, dan kerajinan
1 Persentase tenaga kerja di sektor industri Persen 0,58 0,60 0,61 0,63 0,65 - - - - - KSKIA
aneka terhadap total pekerja
2 Produktivitas tenaga kerja sektor industri Rp Juta / 20,02 20,39 20,90 21,70 22,76 - - - - - KSKIA
aneka orang/tahun
3 Nilai investasi sektor industri aneka Rp. Triliun 1,80 2,10 2,45 2,85 3,31 - - - - - KSKIA
SK2 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di Sektor Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Kerajinan, dan Industri Aneka
1 Terlaksananya pembinaan IKM kimia, IKM 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 - - - - - KSKIA
sandang, kerajinan, dan industri aneka dalam
penggunaan e – business (e-smart IKM) baik
melalui workshop, pendampingan, maupun
pembinaan lainnya
2 Kontribusi ekspor produk industri Aneka Persen 0,15 0,16 0,17 0,18 0,19 - - - - - ITKAK
berteknologi tinggi
SK3 Meningkatnya Kemampuan Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Kerajinan, dan Industri Aneka Dalam Negeri
1 Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Persen 37,70 38,46 39,23 40,01 40,81 - - - - - KSKIA
industri aneka (rerata tertimbang)
1 Pertumbuhan ekspor industri aneka Persen 3,47 4,51 5,93 7,07 7,97 - - - - - KSKIA
2 Kontribusi ekspor produk industri aneka Persen 4,74 4,65 4,55 4,42 4,29 - - - - - KSKIA
terhadap total ekspor
3 Rasio impor bahan baku sektor industri aneka Persen 0,36 0,35 0,34 0,33 0,32 - - - - - KSKIA
terhadap PDB sektor industri nonmigas
77
78
SK5 Penguatan Kewirausahaan dan Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan
1 Proporsi nilai tambah IKM kimia, sandang, dan Persen 18,50 18,80 19,20 19,60 20 - - - - - KSKIA
kerajinan terhadap total nilai tambah industri
pengolahan nonmigas
2 Wirausaha baru industri kecil kimia, sandang, WUB 1.400 2.800 4.200 5.600 7.000 - - - - - KSKIA
dan kerajinan yang tumbuh (Kumulatif)
3 IKM kimia, sandang, dan kerajinan yang IKM 20 60 90 120 160 - - - - - KSKIA
melakukan kemitraan dengan industri besar (Kumulatif)
sedang dan sektor ekonomi lainnya
4 Proporsi nilai penyaluran pinjaman perbankan Persen 2,4 2,75 3,35 4,05 5 - - - - - KSKIA
kepada IKM kimia, sandang, dan kerajinan
SK6 Meningkatnya Persebaran Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Kerajinan, dan Industri Aneka
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Logam, Mesin, Elektronika, dan Alat Angkut 46,17 90,00 105,00 109,00 107,00
Tj Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah Logam, Mesin, Elektronika, dan Alat Angkut
1 Laju pertumbuhan PDB industri kecil dan Persen 3,9-4,3 4,5-4,9 4,8-5,2 5,3-5,7 5,7-6,0 - - - - - LMEA
menengah logam, mesin, elektronika, dan alat
angkut
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
2 Penyerapan tenaga kerja industri kecil dan Juta orang 0,70-0,79 0,75-0,84 0,80-0,89 0,85-0,94 0,94-1,0 - - - - - LMEA
menengah logam, mesin, elektronika, dan alat
angkut
SK1 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di Sektor Industri Kecil dan Menengah Logam, Mesin, Elektronika, dan Alat Angkut
1 Tumbuhnya startup IKM logam, mesin, IKM 20 60 100 160 260 - - - - - LMEA
elektronika, dan alat angkut berbasis (kumulatif)
teknologi
2 Terlaksananya pembinaan IKM logam, IKM 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 - - - - - LMEA
mesin, elektronika, dan alat angkut dalam
penggunaan e – business (e-smart IKM) baik
melalui workshop, pendampingan, maupun
pembinaan lainnya
SK2 Meningkatnya Kemampuan Industri Kecil dan Menengah Logam, Mesin, Elektronika, dan Alat Angkut Dalam Negeri
1 Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Persen 37,70 38,46 39,23 40,01 40,81 - - - - - LMEA
industri aneka (rerata tertimbang)
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
SK3 Penguatan Kewirausahaan dan Industri Kecil dan Menengah Logam, Mesin, Elektronika, dan Alat angkut
1 Proporsi nilai tambah IKM logam, mesin, Persen 18,5 18,8 19,2 19,6 20 - - - - - LMEA
elektronika, dan alat angkut terhadap total
nilai tambah industri pengolahan nonmigas
2 Wirausaha baru industri kecil logam, mesin, WUB 1.200 2.400 3.600 4.800 6.000 - - - - - LMEA
elektronika, dan alat angkut yang tumbuh (Kumulatif)
4 Proporsi nilai penyaluran pinjaman perbankan Persen 2,40 2,75 3,35 4,05 5 - - - - - LMEA
kepada IKM logam, mesin, elektronika, dan
alat angkut
SK4 Meningkatnya Persebaran Industri Logam, Mesin, Elektronika, dan Alat Angkut
Kegiatan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil, Menengah, dan Aneka 145,22 273,00 227,00 216,00 221,00
Tj Meningkatnya Kualitas Pelayanan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka
1 Tingkat kepuasan pegawai atas pelayanan Nilai 81,00 82,00 83,00 84,00 85,00 - - - - - Set Ditjen IKMA
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kecil,
Menengah, dan Aneka
SK1 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0 di Sektor Industri Kecil Menengah, dan Aneka
1 Terlaksananya IKM dalam penggunaan IKM 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 - - - - - Set Ditjen IKMA
e-business (e-smart IKM) melalui workshop,
pendampingan, maupun pembinaan lainnya
1 Proporsi nilai tambah IKM terhadap total nilai Persen 18,5 18,8 19,2 19,6 20 - - - - - Set Ditjen IKMA
tambah industri pengolahan nonmigas (Pusat, BPIPI,
Dekonsentrasi
IKM)
SK3 Berkembangnya Ekosistem Bisnis yang Kondusif dan Mendukung Pemberdayaan IKM
2 Jumlah usulan insentif dan disinsentif bagi Dokumen 1 1 1 1 1 - - - - - Set Ditjen IKMA
IKMA
79
80
4 Jumlah IKM yang dilayani di klinik HKI dan IKM 200 250 300 300 300 - - - - - Set Ditjen IKMA
kemasan
SK4 Meningkatkan Kerjasama dengan Lembaga Pendidikan, Lembaga Litbang, Lembaga Pembiayaan, Asosiasi Industri, Asosiasi Profesi dan lainnya serta Penguatan Kelembagaan
1 Jumlah kerjasama yang dilakukan dan tindak Kerjasama 3 3 4 4 4 - - - - - Set Ditjen IKMA
lanjut
2 Penyediaan dan pemberdayaan tenaga Penyuluh 240 240 240 240 240 - - - - - Set Ditjen IKMA
penyuluh (TPL, penyuluh)
SK5 Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka yang Profesional dan Berkepribadian
1 Indeks kompetensi, professional, dan Indeks 70,00 71,00 73,00 76,00 80,00 - - - - - Set Ditjen IKMA
integritas pegawai Direktorat Jenderal
Industri Kecil, Menengah, dan Aneka
SK6 Terwujudnya Birokrasi Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
1 Indeks kepatuhan terhadap regulasi dalam Indeks 90,00 90,50 91,00 91,50 92,00 - - - - - Set Ditjen IKMA
IKPA
2 Nilai Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Nilai 83,00 84,00 85,00 86,00 87,00 - - - - - Set Ditjen IKMA
Industri Kecil, Menengah, dan Aneka
3 Nilai maturitas SPIP Direktorat Jenderal Nilai 3,26 3,27 3,27 3,28 3,28 - - - - - Set Ditjen IKMA
Industri Kecil, Menengah, dan Aneka
4 Persentase nilai pengelolaan BMN terhadap Persen 76,00 77,00 78,00 79,00 80,00 - - - - - Set Ditjen IKMA
total aset lancar Direktorat Jenderal Industri
Kecil, Menengah, dan Aneka
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
5 Nilai kearsipan Direktorat Jenderal Industri Nilai 76,00 77,00 78,00 79,00 80,00 - - - - - Set Ditjen IKMA
Kecil, Menengah, dan Aneka
SK7 Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan, serta Pengendalian yang Berkualitas dan Akuntabel
1 Tingkat kesesuaian dokumen perencanaan Persen 95,00 96,00 96,00 96,00 96,00 - - - - - Set Ditjen IKMA
dengan rencana program dan kegiatan
prioritas nasional
2 Nilai SAKIP Direktorat Jenderal Industri Kecil, Nilai 77,00 78,00 79,00 80,00 81,00 - - - - - Set Ditjen IKMA
Menengah, dan Aneka
Kegiatan Peningkatan Ketahanan dan Iklim Usaha Industri 5,92 14,00 16,50 18,50 21,50
Kegiatan Pengembangan Akses Sumber Daya Industri Internasional 38,04 25,10 29,40 33,90 36,50
3 Peningkatan kemampuan ekspor industri Perusahaan - 500 500 500 500 - - - - - ASDIPI
Kegiatan Pengembangan Akses Industri Internasional 4,69 11,50 14,00 16,00 17,00
2 KI yang dikembangkan KI 18 22 26 30 33 - - - - - PI
4 Persentase nilai tambah yang diciptakan di Persen 29,9 30,7 31,5 32,3 33,1 - - - - - PI
luar pulau Jawa
81
Kegiatan Penyusunan dan Evaluasi Program Peningkatan Ketahanan, Pengembangan Perwilayahan Industri serta pengembangan Akses Industri
46,82 67,40 87,10 87,40 89,50
Internasional
SK3 Industrial intelligence dan peluang kerja sama industri di luar negeri
Program Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 568 1.298 1.288 1.279 1.270
Tj Meningkatnya Kontribusi Inovasi dalam rangka Mendukung Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan Nonmigas
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
1 Persentase hasil riset lima tahun terakhir yang Persen 15 17 20 25 30 - - - - - Balai Besar,
telah dimanfaatkan oleh industri Baristand,
BPPSI
2 Perusahaan industri/badan usaha yang Perusahaan 50 100 160 220 280 - - - - - Puslitbang IA,
memanfaatkan paket teknologi/supervisi/ (akumulasi) Puslitbang
konsultasi IKFTLMATE,
Balai Besar,
Baristand,
BPPSI
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024
SP5 Terselenggaranya Urusan Pemerintahan di Bidang Perindustrian yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan
2 Kepatuhan Lembaga Sertifikasi Industri Hijau Persen 100 100 100 100 100 - - - - - PIH
terhadap regulasi dalam melaksanakan
proses sertifikasi
3 Kepatuhan Lembaga Penilaian Kesesuaian Persen 100 100 100 100 100 - - - - - PSI
dalam menerbitkan SPPT SNI/sertifikat
kesesuaian sesuai regulasi
4 Rata-rata Indeks Kepuasan Masyarakat Indeks 3,5 3,5 3,6 3,6 3,6 - - - - - Balai Besar,
terhadap layanan jasa industri Baristand,
BPPSI, BSI
5 Proporsi riset berbasis kerjasama/kolaborasi Persen 50 75 100 100 100 - - - - - Puslitbang IA,
Puslitbang
IKFTLMATE,
Balai Besar,
Baristand,
BPPSI
Kegiatan Pengembangan, Penerapan dan Pengawasan Standardisasi Industri 7,82 155,00 54,12 55,12 54,34
Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau 6,11 31,05 33,80 36,45 40,15
Kegiatan Penyusunan rencana dan evaluasi program pengembangan teknologi dan kebijakan industri 41,61 183,22 167,44 124,51 139,63
Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Industri Agro 4,26 140,03 149,05 149,75 150,15
SK1 Meningkatnya Kinerja Litbangyasa dalam Rangka Mendukung Daya Saing dan Kemandirian Industri Pengolahan Nonmigas
SK2 Meningkatnya Penerapan Teknologi 4.0 untuk Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0
Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, Tekstil, Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika 4,02 248,24 246,39 247,19 246,39
SK1 Meningkatnya Kinerja Litbangyasa dalam Rangka Mendukung Daya Saing dan Kemandirian Industri Pengolahan Nonmigas
SK2 Meningkatnya Penerapan Teknologi 4.0 untuk Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0
Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri 504,42 540,46 637,19 665,98 639,34
SK1 Meningkatnya Kinerja Litbangyasa dalam Rangka Mendukung Daya Saing dan Kemandirian Industri Pengolahan Nonmigas
SK2 Meningkatnya Penerapan Teknologi 4.0 untuk Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0
Program Pendidikan dan Pelatihan Vokasi 754 985 985 985 985
1 Lulusan pelatihan vokasi industri berbasis Orang 36.000 38.000 36.000 27.000 20.000 - - - - - Pusdiklat
kompetensi Industri
2 Calon tenaga kerja program dual system yang Orang 3.200 4.000 5.000 5.900 6.400 - - - - - PPKVI
meningkat kompetensinya
3 Calon tenaga kerja yang memiliki sertifikasi Orang 1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 - - - - - PPKVI
internasional
1 Perusahaan yang memanfaatkan layanan Perusahaan 170 180 190 200 210 - - - - - PPKVI
industri
3 Penelitian yang didesiminasikan melalui Penelitian 140 160 200 230 250 - - - - - PPKVI
seminar nasional dan internasional
4 Tenaga pengajar yang meningkat kemampuan Orang 125 140 190 220 260 - - - - - PPKVI
dan kompetensinya
3 Asesor kompetensi dan lisensi Asesor 290 300 310 320 330 - - - - - Pusdiklat
Industri
4 Wirausaha industri yang tumbuh WUB 150 180 200 220 240 - - - - - Pusdiklat
Industri
Kegiatan Penyusunan dan Evaluasi Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri 42,32 55,71 57,30 59,08 60,71
SK1 Meningkatnya Kualitas Pelayanan Sekretariat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri
SK3 Terwujudnya Birokrasi Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima
Kegiatan Peningkatan Kualitas SDM Industri 149,45 274,47 265,97 223,99 190,90
SK1 Terselenggaranya Urusan Pemerintahan di Bidang Perindustrian yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan
1 Tenaga kerja industri yang mendapatkan Orang 20.000 20.000 10.000 10.000 5.000 - - - - - Pusdiklat
Sertifikasi Kompetensi Industri
2 Pelatihan 3 in 1 bagi calon tenaga kerja Orang 36.000 38.000 36.000 27.000 20.000 - - - - - Pusdiklat
industri Industri
3 Asesor kompetensi dan lisensi Asesor 290 300 310 320 330 - - - - - Pusdiklat
Industri
4 Wirausaha industri yang tumbuh WUB 150 180 200 220 240 - - - - - Pusdiklat
Industri
Kegiatan Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Vokasi Industri Berbasis Kompetensi Menuju Dual System 341,12 391,15 384,95 406,21 421,62
1 Tenaga kerja industri tingkat ahli yang Orang 2.500 2.600 2.800 2.900 2.900 - - - - - PPKVI
kompeten
2 Tenaga kerja industri lulusan D1 industri yang Orang 700 800 900 1000 1000 - - - - - PPKVI
kompeten
3 Calon tenaga kerja program dual system yang Orang 3.200 4.000 5.000 5.900 6.400 - - - - - PPKVI
meningkat kompetensinya
2 Pusat inovasi dan pengembangan industri 4.0 Utilisasi 30% 50% 70% 90% 95% - - - - - Set.BPSDMI
3 ASN dan tenaga kerja industri yang kompeten Orang 500 600 700 800 500 - - - - - Set.BPSDMI
di bidang industri 4.0
SK3 Terselenggaranya Urusan Pemerintahan di Bidang Perindustrian yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan
3 Penelitian yang didesiminasikan Penelitian 140 160 200 230 250 - - - - - PPKVI
5 Prosentase lulusan program studi keteknikan Persen 97% 97% 97% 98% 99% - - - - - PPKVI
industri
7 Tenaga pengajar yang meningkat kemampuan Orang 125 140 190 220 260 - - - - - PPKVI
dan kompetensinya
8 Perusahaan yang memanfaatkan layanan Perusahaan 170 180 190 200 210 - - - - - PPKVI
Industri
87
88
Kegiatan Peningkatan Kualitas Pendidikan Menengah Kejuruan Industri Berbasis Kompetensi Menuju Dual System 207,37 248,28 261,39 280,33 296,38
1 Tenaga kerja industri terampil yang kompeten Orang 2.000 2.100 2.200 2.400 2.000 - - - - - PPKVI
2 Calon tenaga kerja program dual system yang Orang 1.000 1.200 1.500 1.800 2.100 - - - - - PPKVI
meningkat kompetensinya
3 Calon tenaga kerja yang memiliki sertifikasi Orang 1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 - - - - - PPKVI
internasional
4 Prosentase lulusan program studi keteknikan Persen 97% 97% 97% 98% 99% - - - - - PPKVI
industri
6 Pengembangan SMK berbasis kompetensi SMK 965 965 965 965 965 - - - - - PPKVI
yang Link and Match dengan industri
7 Guru produktif kompeten yang mengikuti Orang 4.160 4.160 2.080 2.080 2.080 - - - - - PPKVI
pelatihan dan pemagangan
8 Insentif Silver Expert Orang 144 144 144 144 144 - - - - - PPKVI
1 ASN yang meningkat kompetensinya ASN 500 550 600 650 700 - - - - - Pusdiklat
Industri
Tabel 2
Pedoman Kinerja Renstra Kemenperin 2020-2024
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
Tj Meningkatnya Peran Sektor Industri dalam Perekonomian Nasional
Tj.1 Pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas 4,3 5,3 5,8 6,8 7,8 8,4
Definisi/Deskripsi
Peran industri dalam perekonomian diindikasikan melalui perkembangan laju pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas,
peningkatan kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB, tenaga kerja di sektor industri, dan nilai ekspor produk industri
pengolahan nonmigas.
PDB industri pengolahan merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan sektor industri pengolahan dalam jangka waktu tertentu.
PDB industri pengolahan terdiri dari sektor industri batubara dan pengilangan migas yang dikelola oleh Kementerian ESDM dan sektor
industri pengolahan nonmigas yang dikelola oleh Kementerian Perindustrian. Sehingga Kementerian Perindustrian mengupayakan
peningkatan nilai PDB industri pengolahan nonmigas setiap tahunnya.
Data pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas menggunakan data yang dipublikasikan oleh BPS pada awal tahun
anggaran berikutnya.
Sumber Data
Data pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Cara Menghitung (Formula)
Pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas = (PDB Atas Dasar Harga Konstan Industri Pengolahan Nonmigas Periode
(t) - PDB Atas Dasar Harga Konstan Industri Pengolahan Nonmigas Periode (t-1))/PDB Atas Dasar Harga Konstan Industri Pengolahan
Nonmigas Periode (t-1) dikali 100%.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
Tj Meningkatnya Peran Sektor Industri dalam Perekonomian Nasional
Tj.2 Kontribusi industri pengolahan nonmigas 17,5 17,8 18,0 18,3 18,6 18,9
terhadap PDB
Definisi/Deskripsi
Menurut tren pertumbuhan PDB tahun 2015-2019, sektor industri pengolahan nonmigas merupakan sektor yang memberikan
kontribusi terbesar dalam perkembangan PDB nasional sehingga diharapkan pertumbuhan PDB sektor industri pengolahan nonmigas
terus didorong dapat tumbuh pesat.
Sumber Data
Data distribusi PDB yang dipublikasikan oleh BPS.
Cara Menghitung (Formula)
Kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB dihitung dengan membagi nilai PDB Atas Dasar Harga Berlaku Industri
Pengolahan Nonmigas dengan total PDB Atas Dasar Harga Berlaku dikali 100%.
Sumber Data
Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dipublikasikan oleh BPS.
Cara Menghitung (Formula)
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri pengolahan dari Sakernas.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
Tj Meningkatnya Peran Sektor Industri dalam Perekonomian Nasional
Tj.4 Nilai ekspor produk industri pengolahan 126,6 133,1 141,6 151,9 164,9 181,6
nonmigas
Definisi/Deskripsi
Nilai ekspor produk industri pengolahan nonmigas berdasarkan data yang dikeluarkan BPS.
Sumber Data
Data ekspor produk industri pengolahan nonmigas yang dipublikasikan oleh BPS.
Cara Menghitung (Formula)
Berdasarkan nilai ekspor produk industri pengolahan nonmigas dari BPS.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S1 Meningkatnya Daya Saing dan Kemandirian Industri Pengolahan Nonmigas
S1.1 Persentase tenaga kerja di sektor industri 14,9 15,0 15,2 15,4 15,5 15,7
nonmigas terhadap total pekerja
Definisi/Deskripsi
Meningkatnya daya saing dan kemandirian industri pengolahan nonmigas dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan
produk dalam negeri dibandingkan dengan seluruh pangsa pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan daya saing
dan kemandirian dilakukan melalui pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing, dan kemandirian industri nasional.
Dengan semakin tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor industri nonmigas merupakan salah satu indikasi bahwa industri
nasional semakin mandiri, maju, dan berdaya saing. Persentase tenaga kerja di sektor industri nonmigas terhadap total pekerja
dihitung menggunakan data Sakernas.
Sumber Data
Data Sakernas yang dipublikasikan oleh BPS.
Cara Menghitung (Formula)
Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri nonmigas dibagi Total Tenaga Kerja dikali 100%.
Sumber Data
Data PDB dan Sakernas yang dipublikasikan oleh BPS dan diolah oleh Pusdatin.
Cara Menghitung (Formula)
Produktivitas tenaga kerja sektor industri nonmigas didapatkan dengan pembagian antara PDB industri nonmigas harga konstan
dan jumlah tenaga kerja di sektor industri nonmigas dari Sakernas.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S1 Meningkatnya Daya Saing dan Kemandirian Industri Pengolahan Nonmigas
S1.3 Produktivitas sektor industri pengolahan 2,02 1,99 2,03 2,06 2,11 2,15
Definisi/Deskripsi
Produktivitas sektor industri pengolahan nonmigas merupakan pembagian antara nilai output dengan nilai input antara
(intermediate input) di sektor industri besar sedang.
Nilai output adalah nilai keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan industri meliputi: barang yang dihasilkan; tenaga listrik
yang dijual; jasa industri yang diterima dari pihak lain; selisih nilai stok barang setengah jadi; dan penerimaan lain dari jasa nonindustri.
Sedangkan nilai input antara meliputi: biaya bahan baku; bahan bakar, tenaga listrik dan gas; dan sewa gedung, mesin dan alat-alat.
Sumber Data
Data Input dan Output Sektor Industri Skala Menengah Besar yang dipublikasikan oleh BPS dan diolah oleh Pusdatin
Cara Menghitung (Formula)
Nilai Output Sektor Industri Skala Menengah Besar dibagi Nilai Input Antara Sektor Industri Skala Menengah Besar. Nilai Output
dan Input Antara Industri Skala Menengah Besar mempunyai lag/keterlambatan 2 (dua) tahun. Untuk itu dilakukan prognosa dilakukan
sebagai berikut:
Output (t) = Output (t-2)*(1+ i (t-1))(1+i(t)) dimana Output(t)= output pada periode (t) dan i(t)= pertumbuhan indeks produksi IBS pada
periode ke (t).
Input (t) = Input (t-2)*(1+d(t-1))(1+d(t) dimana Input (t)= input antara pada periode (t) dan d(t)= pertumbuhan deflator pada periode
ke (t).
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S1 Meningkatnya Daya Saing dan Kemandirian Industri Pengolahan Nonmigas
S1.5 Persentase hasil riset lima tahun terakhir yang 13 15 17 20 25 30
telah dimanfaatkan oleh industri
Definisi/Deskripsi
Persentase hasil riset/inovasi yang dimanfaatkan perusahaan industri/badan usaha pada lima tahun terakhir. Persentase hasil riset/
inovasi yang dimanfaatkan perusahaan industri/badan usaha ini bukan merupakan uji coba hasil litbangyasa, akan tetapi perusahaan
telah menggunakan/membeli produk/alat/proses, atau telah terdapat perusahaan industri yang memproduksi prototipe litbangyasa.
Sumber Data
Laporan verifikasi pemanfaatan hasil litbangyasa.
Cara Menghitung (Formula)
Menghitung (akumulasi) dan memverifikasi jumlah prototipe/alat/mesin/teknologi proses hasil litbangyasa/inovasi Balai Besar/
Baristand yang telah dimanfaatkan perusahaan industri/badan usaha (termasuk IKM) selama lima tahun terakhir, dibagi dengan jumlah
total akumulasi litbangyasa yang telah dihasilkan selama lima tahun terakhir (Litbangyasa multiyears dihitung satu riset). Adapun
litbangyasa yang diterapkan dapat merupakan hasil litbang tahun-tahun yang lalu (maksimal 5 tahun).
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S1 Meningkatnya Daya Saing dan Kemandirian Industri Pengolahan Nonmigas
S1.7 Lulusan Pelatihan Vokasi Industri berbasis 35.000 36.000 74.000 110.000 137.000 157.000
kompetensi
Definisi/Deskripsi
Program pelatihan 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi, dan penempatan) SDM Industri, merupakan program penyiapan tenaga kerja
industri yang kompeten dengan dilatih kemudian disertifikasi dan lulusannya langsung ditempatkan dan bekerja di sektor industri.
Penyediaan SDM yang kompeten dan bersertifikat dilaksanakan melalui penyelenggaraan pendidikan pada balai diklat industri di
lingkungan Kementerian Perindustrian. Capaian target ini merupakan jumlah peserta program pelatihan 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi,
dan penempatan).
Jumlah lulusan pelatihan diklat sistem 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi, dan penempatan) pada 7 Balai Diklat Industri dan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Industri.
Sumber Data
Database Jumlah lulusan diklat dan tenaga kerja yang terserap oleh industri dari BPSDMI
Cara Menghitung (Formula)
Menghitung jumlah peserta diklat 3 in 1 pada Balai Diklat Industri dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri pada tahun berjalan
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S2 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0
S2.2 Kontribusi ekspor produk industri berteknologi 12,86 13 13,15 13,30 13,50 13,70
tinggi
Definisi/Deskripsi
Industri berteknologi tinggi adalah industri yang intensitas penelitian dan pengembangannya (research and development (R&D))
tinggi untuk menghasilkan suatu produk*. Industri ini ditandai dengan rasio pengeluaran untuk R&D terhadap nilai tambah bruto tinggi.
Produk-produk industri berteknologi tinggi berada dibawah binaan Direktorat Jenderal Industri Agro, Direktorat Jenderal ILMATE dan
Direktorat Jenderal IKFT.
*Definisi diambil dari referensi UNIDO, OECD dan WITS.
Sumber Data
Data ekspor sektor industri yang dipublikasikan oleh BPS.
Cara Menghitung (Formula)
Kontribusi ekspor produk industri berteknologi tinggi merupakan nilai ekspor produk industri berteknologi tinggi dibagi dengan
total nilai ekspor Indonesia.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S2 Penguatan Implementasi Making Indonesia 4.0
S2.4 Sumber Daya Manusia Industri 4.0 yang kompeten 205 500 500 500 500 500
Definisi/Deskripsi
Sumber Daya Manusia Industri 4.0 yang kompeten merupakan ASN dan Tenaga Kerja Industri yang memiliki kompetensi dalam
bidang industri 4.0. Diklat terdiri atas diklat: Awareness Industry 4.0, Infografis, dan Transformasi Industri 4.0.
Sumber Data
Sumber Daya Manusia Industri 4.0 yang kompeten dari BPSDMI.
Cara Menghitung (Formula)
Jumlah lulusan diklat 4.0 yang kompeten.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S3 Meningkatnya Kemampuan Industri Dalam Negeri
S3.1 Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) (rerata 48,1 49,0 49,9 50,9 52,0 53,0
tertimbang)
Definisi/Deskripsi
Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) merupakan suatu kebijakan pemberdayaan industri yang bertujuan
untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri oleh pemerintah, badan usaha dan masyarakat serta memberdayakan industri
dalam negeri melalui pengamanan pasar domestik, mengurangi ketergantungan kepada produk impor, dan meningkatkan nilai
tambah di dalam negeri; dan memperkuat struktur industri dengan meningkatkan penggunaan barang modal, bahan baku,
komponen, teknologi dan SDM dari dalam negeri.
Sumber Data
Daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri dapat dilihat pada website (http://tkdn.kemenperin.go.id)
Cara Menghitung (Formula)
Nilai rata-rata berdasarkan nilai sertifikat TKDN yang telah diterbitkan.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S3 Meningkatnya Kemampuan Industri Dalam Negeri
S3.3 Produk tersertifikasi TKDN ≥ 25% yang masih 6.097 6.200 6.630 7.130 7.640 8.400
berlaku
Definisi/Deskripsi
Produk tersertifikasi TKDN ≥ 25% yang masih berlaku merupakan jumlah produk industri yang diberikan sertifikat TKDN pada
tahun tersebut dan bukan merupakan jumlah kumulatif produk industri yang tersertifikasi sampai dengan tahun berjalan.
Jumlah produk industri yang memiliki sertifikat TKDN dengan nilai capaian ≥ 25% yang masih berlaku berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 2018 tentang pemberdayaan industri. Dijelaskan pada pasal 64 ayat 1, produk industri mendapatkan hak
untuk diberikan preferensi harga.
Sumber Data
Daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri dapat dilihat pada website (http://tkdn.kemenperin.go.id)
Cara Menghitung (Formula)
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S4 Meningkatnya Penguasaan Pasar Industri
S4.1 Pertumbuhan ekspor industri pengolahan (2,7) 5,3 6,4 7,3 8,6 10,1
nonmigas
Definisi/Deskripsi
Dengan meningkatnya penguasaan pasar industri, maka diharapkan dapat meningkatkan peran sektor industri dalam
perekonomian nasional. Untuk mencapai peningkatan penguasaan pasar industri sektor industri, salah satunya diukur melalui
pencapaian indikator kinerja pertumbuhan ekspor industri pengolahan nonmigas.
Sumber Data
Data ekspor industri pengolahan nonmigas yang dipublikasikan oleh BPS.
Cara Menghitung (Formula)
Pertumbuhan Ekspor Industri Pengolahan Nonmigas = (Ekspor Industri Pengolahan Nonmigas periode (t) – Ekspor Industri
Pengolahan Nonmigas periode (t-1))/Ekspor Industri Pengolahan Nonmigas periode (t-1) dikali 100%.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S4 Meningkatnya Penguasaan Pasar Industri
S4.3 Rasio impor bahan baku sektor industri terhadap 37,98 37,80 37,30 37,10 37,00 36,80
PDB sektor industri nonmigas
Definisi/Deskripsi
Rasio impor bahan baku sektor industri terhadap PDB sektor industri nonmigas diharapkan semakin menurun setiap tahunnya
agar produk yang diimpor lebih memiliki nilai tambah.
Sumber Data
Data impor bahan baku sektor industri dan PDB sektor industri nonmigas yang dipublikasikan oleh BPS.
Cara Menghitung (Formula)
Nilai impor Bahan Baku Sektor Industri dibagi PDB Harga Berlaku Sektor Industri Nonmigas dikali 100%.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S4 Meningkatnya Penguasaan Pasar Industri
S4.4 Penambahan jenis produk industri pengolahan 26,8 27 28 29 30 32
nonmigas yang di ekspor
Definisi/Deskripsi
Salah satu upaya meningkatkan ekspor produk industri manufaktur yaitu dengan memperbanyak jenis produk yang diekspor
(diversifikasi). Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan tarif preferensi guna mengekspor produk ke negara mitra FTA/PTA/EPA.
Semakin bertambahnya jenis produk yang di ekspor menggunakan tarif preferensi mengindikasikan semakin banyak produk industri
nasional yang diterima oleh negara-negara lain, baik sebagai bahan baku, komponen, maupun produk akhir.
Sumber Data
Data jenis produk industri pengolahan nonmigas yang di ekspor menggunakan tarif preferensi dari Kementerian Perdagangan.
Cara Menghitung (Formula)
Jumlah HS produk industri pengolahan yang diekspor menggunakan tarif preferensi dibagi total jumlah HS produk industri
pengolahan yang diekspor (ke negara mitra FTA/PTA/EPA) kali 100%.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S5 Penguatan Kewirausahaan dan Industri Kecil dan Menengah (IKM)
S5.2 Wirausaha industri kecil yang tumbuh 7.986 4.000 8.000 12.000 16.000 20.000
Definisi/Deskripsi
Wirausaha industri kecil yang tumbuh merupakan jumlah industri kecil yang memiliki legalitas usaha secara kumulatif sampai
dengan tahun berjalan. Industri kecil yang tumbuh diwujudkan melalui penumbuhan wirausaha industri baru.
Kementerian Perindustrian melaksanakan kegiatan penumbuhan wirausaha IKM melalui pelatihan teknis dan manajemen
kewirausahaan, bantuan mesin/peralatan, serta inkubator bisnis kreatif. Kriteria wirausaha industri baru merupakan wirausaha yang
telah memiliki legalitas usaha.
Sumber Data
Data wirausaha industri kecil dari Ditjen IKMA.
Cara Menghitung (Formula)
Kriteria wirausaha industri baru merupakan wirausaha yang telah memiliki legalitas usaha.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S5 Penguatan Kewirausahaan dan Industri Kecil dan Menengah (IKM)
S5.3 IKM yang melakukan kemitraan dengan industri NA 50 120 190 265 340
besar sedang dan sektor ekonomi lainnya
Definisi/Deskripsi
Penguatan Kewirausahaan dan IKM dapat diindikasikan dengan banyaknya IKM yang melakukan kemitraan dengan industri besar
sedang dan sektor ekonomi lainnya. Kriteria perhitungan IKM yang melakukan kemitraan dengan industri besar sedang dan sektor
ekonomi lainnya adalah jumlah IKM yang melakukan penjajakan kerjasama, perjanjian, dan kontrak.
Sumber Data
Data IKM yang melakukan kemitraan dengan industri besar sedang dan sektor ekonomi lainnya dari Ditjen IKMA.
Cara Menghitung (Formula)
Data IKM yang melakukan kemitraan dengan industri besar sedang dan sektor ekonomi lainnya dari Ditjen IKMA.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S6 Meningkatnya Persebaran Industri
S6.1 Kawasan Industri (KI) prioritas di luar Jawa yang 8 11 13 15 16 17
beroperasi dan meningkatkan investasi
Definisi/Deskripsi
KI prioritas di luar Jawa yang beroperasi dan meningkatkan investasi merupakan KI yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan
Industri (IUKI) efektif. KI yang beroperasi di luar Jawa dimungkinkan sama dari tahun ke tahun dan sudah memiliki anchor industry.
Jumlah KI yang beroperasi merupakan kumulatif, sehingga menunjukkan jumlah KI yang telah difasilitasi perizinannya. Pada RPJMN
tahun 2020-2024, ditargetkan sebanyak 9 (sembilan) KI prioritas di luar Jawa telah memiliki IUKI efektif, meliputi: Teluk Weda, Galang
Batang, Ketapang, Bintan Aerospace, Takalar, Tanggamus, Ladong, Tanjung Enim, dan Sadai.
Sumber Data
Data KI dari Ditjen KPAII.
Cara Menghitung (Formula)
Jumlah KI yang telah memiliki IUKI efektif.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S6 Meningkatnya Persebaran Industri
S6.2 Kawasan Industri (KI) yang dikembangkan 15 18 22 26 30 33
Definisi/Deskripsi
KI yang dikembangkan merupakan kawasan-kawasan yang difasilitasi. Pemenuhan terhadap infrastruktur dasar dan penunjangnya
merupakan prasyarat bagi pengembangan KI ke depannya. Dalam periode 2020 – 2024, target pengembangan KI baru berjumlah 18
KI, meliputi: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, Tenayan, Tanjung Buton, Kemingking, Way Pisang, Katibung, Pesawaran, Batanjung, Surya
Borneo, Jorong, Batu Licin, Tanah Kuning, Brebes, Palu, Bangkalan, Sumbawa Barat, dan Teluk Bintuni.
Sumber Data
Data KI dari Ditjen KPAII.
Cara Menghitung (Formula)
Jumlah KI yang difasilitasi pemenuhan infrastrukturnya.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S6 Meningkatnya Persebaran Industri
S6.4 Persentase nilai tambah sektor industri yang 29,55 29,9 30,7 31,5 32,3 33,1
diciptakan di luar Jawa
Definisi/Deskripsi
Peningkatan kontribusi nilai tambah sektor industri di luar Jawa menunjukkan adanya penyebaran pembangunan industri di luar
Jawa. Hal-hal yang memicu semakin meningkatnya kontribusi nilai tambah di luar Jawa perbaikan infrastruktur, ketersediaan energi
(gas dan listrik) dan peningkatan SDM/tenaga kerja yang kompeten sehingga menyebabkan investasi-investasi baru khususnya di
sektor industri manufaktur mulai bertumbuh di luar Jawa. Pembangunan kawasan industri prioritas di luar Jawa memberikan dampak
positif bagi peningkatan kontribusi sektor industri. Dengan adanya pembangunan Kawasan Industri Prioritas diharapkan ke depannya
kontribusi nilai tambah sektor industri di luar Jawa terhadap nilai tambah sektor industri nasional meningkat.
Sumber Data
Data nilai tambah regional dari BPS.
Cara Menghitung (Formula)
Nilai tambah sektor industri pengolahan nonmigas di luar Jawa dibandingkan nilai tambah sektor industri pengolahan nonmigas
secara nasional.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S7 Tersedianya Regulasi Pembangunan Industri yang Efektif
S7.1 Efektifitas regulasi bidang industri yang ditetapkan NA 72 74 76 78 80
Definisi/Deskripsi
Sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, peran pemerintah dalam mendorong
kemajuan sektor industri ke depan dilakukan secara terencana serta disusun secara sistematis dalam suatu dokumen perencanaan.
Dokumen perencanaan tersebut harus menjadi pedoman dalam menentukan arah kebijakan pemerintah dalam mendorong
pembangunan sektor industri menjadi panduan bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembangunan industri
nasional. Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif diukur melalui indikator kinerja yaitu efektifitas regulasi industri.
Efektifitas kebijakan industri dari hasil survei yang dilakukan oleh pihak independen dengan mengetahui dampak regulasi yang
telah disusun oleh Kementerian Perindustrian secara lebih spesifik, sehingga dapat diketahui sejauh mana regulasi yang disusun
berdampak terhadap industri.
Sumber Data
Biro Hukum.
Cara Menghitung (Formula)
Efektifitas kebijakan industri dari hasil survei yang dilakukan oleh Biro Hukum dengan mengetahui dampak regulasi yang telah
disusun oleh Kementerian Perindustrian. Pengukuran efektifitas regulasi industri dilakukan dengan menggunakan metode.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S8 Terselenggaranya Urusan Pemerintahan di Bidang Perindustrian yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan
S8.2 Infrastruktur kompetensi industri 13 20 20 20 20 20
Definisi/Deskripsi
Infrastruktur kompetensi industri merupakan penambahan jumlah SKKNI yang ditetapkan serta LSP dan TUK yang terbentuk
dibidang industri pada tahun berjalan.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan
(knowledge), keterampilan dan/atau keahlian (skills) serta sikap kerja (attitude) yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat
jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)
merupakan lembaga yang mendapatkan lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang memiliki keahlian dan dapat
dipercaya untuk melaksanakan kegiatan pemberian sertifikat kompetensi. Sedangkan Tempat Uji Kompetensi (TUK), merupakan
tempat kerja profesi atau tempat yang memiliki sarana dan prasarana dengan kriteria setara dengan tempat kerja profesi yang
diverifikasi oleh LSP untuk menjadi tempat untuk kompetensi.
Sumber Data
Data infrastruktur kompetensi industri dari BPSDMI.
Cara Menghitung (Formula)
Jumlah SKKNI yang tersusun dan disahkan oleh BNSP.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S9 Tercapainya Pengawasan Internal yang Efektif dan Efisien
S9.2 Rekomendasi hasil pengawasan internal telah 90 91 91,5 92 92,5 93
ditindaklanjuti oleh satker
Definisi/Deskripsi
Indikator Rekomendasi hasil pengawasan internal telah ditindaklanjuti oleh satker merupakan perbandingan rekomendasi
hasil pengawasan yang ditindaklanjuti terhadap total rekomendasi hasil pengawasan. Tindak lanjut terhadap rekomendasi hasil
pengawasan internal tidak sekedar pemenuhan kewajiban yang bersifat administratif. Akan tetapi, tindak lanjut yang dilaksanakan
oleh unit kerja/satker bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi dikarenakan melalui tindak lanjut tersebut, unit kerja secara
otomatis telah melakukan perbaikan terhadap sistem maupun akuntabilitas organisasi.
Sumber Data
Bagian Pengelolaan Tindak Lanjut dan Evaluasi Hasil Pengawasan, database Itjen
Cara Menghitung (Formula)
Rekomendasi hasil pengawasan internal telah ditindaklanjuti oleh satker dihitung melalui perbandingan rekomendasi hasil
pengawasan yang ditindaklanjuti terhadap total rekomendasi hasil pengawasan.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S10 Terwujudnya ASN Kementerian Perindustrian yang Professional dan Berkepribadian
S10.1 Indeks kompetensi, profesional, dan integritas NA 70 71 73 76 80
pegawai Kementerian Perindustrian
Definisi/Deskripsi
Indeks kompetensi, profesional, dan integritas pegawai Kementerian Perindustrian adalah tingkat kompetensi SDM Kementerian
Perindustrian yang diukur dari kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga ASN tersebut dapat melaksanakan
tugas secara profesional, efektif dan efisien.
Pengukuran dilakukan melalui agregat dari berberapa variabel antara lain presentase pemenuhan standar kompetensi yang
diukur dengan asesmen; presentase nilai kinerja pegawai minimal baik; presentase tingkat kehadiran pegawai; persentase tingkat
kepatuhan LHKASN/LHKPN; serta variabel-variabel lain sesuai dengan kebutuhan (penetapan variabel yang digunakan untuk
penghitungan indikator kinerja dapat berubah yaitu bisa bertambah atau berkurang dengan menyesuaikan situasi dan kondisi yang
terjadi).
Sumber Data
Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Cara Menghitung (Formula)
No Kegiatan Pengukuran Contoh Cara Pengukuran Hasil Hasil Total Target Capaian
1 Penilaian Kinerja Pegawai dengan nilai 4000 pegawai / 5000
Individu kinerja minimal baik 70% / pegawai = 80%
jumlah pegawai
2 Disiplin Tingkat kehadiran pegwai Kemenperin rata-rata =
dari sistem absensi per 84%
tahun
77% 70% 110,48%
3 Disiplin Jumlah pegawai yang 4500 pegawai / 5000
melaporkan LHKASN/LH- pegawai 90%
KPN / jumlah pegawai
4 Variabel-variabel Menyesuaikan Menyesuaikan
lain sesuai
kebutuhan
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S11 Terwujudnya Sistem Informasi Industri yang Berkualitas
S11.1 Data dan informasi sesuai dengan kebutuhan NA 3 3,1 3,12 3,15 3,18
pengambil keputusan
Definisi/Deskripsi
Indikator Kinerja ini diharapkan mampu menggambarkan tingkat kesesuaian data dan informasi industri yang dimililki Pusdatin
terhadap pemintaan data dan informasi dari pimpinan di lingkungan Gedung Pusat Kementerian Perindustrian. Kuesioner berisi
pertanyaan tentang tingkat keakuratan, kelengkapan dan kemudahan akses pimpinan dalam memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan. Arti nilai skala likert:
Indeks 0,0 - 1,0 : Sangat Tidak Setuju;
Indeks 1,1 - 2,0 : Tidak Setuju;
Indeks 2,1 - 3,0 : Setuju; dan
Indeks 3,1 - 4,0 : Sangat Setuju.
Sumber Data
Hasil kuisioner dari Pusdatin Kemenperin.
Cara Menghitung (Formula)
Pengukuran dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada Pimpinan (Eselon III) di Gedung Pusat Kementerian
Perindustrian pada bulan Januari dan Juli.
Total informasi baku yang diunggah tepat waktu pada tahun tersebut
Persentase ketepatan waktu = x 100%
Total informasi baku yang harus diunggah pada tahun tersebut
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S12 Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi Pada Layanan Prima
S12.1 Tingkat akuntabilitas laporan keuangan dan WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Barang Milik Negara
Definisi/Deskripsi
Merupakan tingkat kualitas laporan keuangan dan BMN yang dipublikasikan oleh BPK. Opini Wajar tanpa pengecualian (biasa
disingkat WTP) adalah opini audit yang akan diterbitkan jika laporan keuangan dianggap memberikan informasi yang bebas dari salah
saji material.
Sumber Data
Hasil audit dari Kementerian Keuangan.
Cara Menghitung (Formula)
Nilai WTP diperoleh dari hasil evaluasi oleh BPK.
Baseline Target
Kode Indikator Kinerja
2019 2020 2021 2022 2023 2024
S13 Tersusunnya Perencanaan Program, Pengelolaan Keuangan Serta Pengendalian yang Berkualitas dan Akuntabel
S13.1 Tingkat kesesuaian dokumen perencanaan 95,7 95,5 96 96,5 97 97,5
dengan rencana program dan kegiatan prioritas
nasional
Definisi/Deskripsi
Tingkat kesesuaian dokumen perencanaan dengan rencana program dan kegiatan prioritas nasional adalah persentase
kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen trilateral meeting.
Target ini dicapai melalui beberapa tahap kegiatan seperti penilaian dan reviu program/kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan yang
mendukung pencapaian kinerja ini antara lain penyempurnaan dokumen perencanaan dan menyusun perencanaan jangka panjang,
menengah dan pendek.
Sumber Data
Dokumen Trilateral Meeting antara Kementerian Perindustrian dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
dan Kementerian Keuangan dan Dokumen Renja Kementerian Perindustrian.
Cara Menghitung (Formula)
Perbandingan Trilateral Meeting antara Kementerian Perindustrian dengan Bappenas, dan Kementerian Keuangan dibandingkan
dengan Dokumen Renja Kementerian Perindustrian.