Anda di halaman 1dari 64

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 1

2 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 3
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan nasional, serta menindaklanjuti Peraturan Presiden nomor 18 tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2020-2024, dan Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2020-2024, ditetapkan dokumen Rencana Strategis
Direktorat Kepatuhan Intern 2020-2024.

Sebagai dokumen perencanaan lima tahunan, Renstra Direktorat Kepatuhan Intern membahas
antara lain: (i) Reviu kondisi umum, potensi, dan permasalahan kepatuhan intern serta manajemen
risiko dalam lingkungan internal dan eksternal; (ii) Tujuan, dan sasaran Direktorat Kepatuhan
Intern; (iii) Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi, dan kerangka 2020-2024; dan (iv) Target
kinerja, serta rancangan kerangka pendanaannya.

Dokumen ini diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanaan tugas Direktorat Kepatuhan Intern
selama 5 tahun ke depan, dan dapat bermanfaat bagi pemangku kepentingan dan pihak- pihak
terkait lainnya.

Jakarta, September 2020


Direktur Kepatuhan Intern

Dra. Yuni Erni Aguslin, M.Si


NIP.196206061988032001

4 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


KATA
PENGANTAR

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 5


DAFTAR
ISI

KATA PENGANTAR 4
DAFTAR ISI 6

01 | Pendahuluan

Kondisi Umum 10
Potensi dan Permasalahan 14
Implementasi Sistem Pengendalian Internal 14
Pemerintah
Penyusunan Kerangka Kerja Manajemen 23
Risiko

Three Lines of Defense Sebagai Model 25


Pengendalian Kepatuhan Intern dan
Manajemen Risiko
Pemetaan dan Analisis Risiko Di Lingkungan 29
Direktorat Jenderal Cipta Karya

02 | Tujuan dan Sasaran

Tujuan Direktorat Kepatuhan Intern 36


Sasaran Kegiatan Direktorat Kepatuhan Intern 38

6 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


03 | Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi
dan Kerangka Kelembagaan

Arah Kebijakan dan Strategi Unit Organisasi 42

Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat 45


Kepatuhan Intern

Peningkatan Kualitas Pembinaan dan 45


Pengendalian Manajemen Risiko dalam
Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman
Peningkatan kualitas Pembinaan dan 46
pengendalian Kepatuhan Intern dalam
penyelenggaraan infrastruktur permukiman

Kerangka Regulasi 47

Kerangka Regulasi Kelembagaan 48

04 | Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan

Target Kinerja 52
Kerangka Pendanaan 55

05 | Penutup

Penutup 60

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 7


8 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern
01 PENDAHULUAN

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 9


Kondisi Umum

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu agenda besar dari Pemerintah Indonesia dalam
upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam rangka mewujudkan Indonesia
negara berdaulat, maju, adil dan makmur pada tahun 2045. Presiden menetapkan 5 (lima) arahan
utama sebagai strategi dalam pelaksanaan misi Nawacita dan pencapaian sasaran Visi Indonesia
2045. Kelima arahan tersebut mencakup Pembangunan Sumber Daya Manusia, Pembangunan
Infrastruktur, Penyederhanaan Regulasi, Penyederhanaan Birokrasi, dan Transformasi Ekonomi.

Kementerian PUPR bertugas memberikan kontribusi nyata dalam pencapaian target di bidang
pembangunan Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur pada RPJMN diarahkan untuk
menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi, mempermudah akses ke
kawasan wisata, mendongkrak lapangan kerja baru, dan mempercepat peningkatan nilai tambah
perekonomian rakyat.

Untuk pengembangan permukiman sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal
Cipta Karya melaksanakan program pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan
bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan
air limbah domestik dan drainase lingkungan serta persampahan.

Mengacu kepada kinerja 2015-2019, kinerja yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta
Karya selama kurun waktu tersebut diantaranya; peningkatan kualitas permukiman kumuh seluas
32.222 Ha dari target 38.431 Ha (83,84%), akses air minum layak tercapai 25.229,5 l/detik dari target
26.928 l/detik dan akses sanitasi layak tercapai 10.232.149 KK dari target 10.737.054 KK.

Pada RPJMN 2020-2024, beberapa target terkait pembangunan infrastruktur permukiman adalah
(i) Rumah tangga yang menempati hunian dengan 100% akses air minum layak dengan 15%
akses air aman (%); (ii) Rumah tangga dengan akses air minum jaringan perpipaan sebesar 30%;
(iii) Rumah tangga yang menempati hunian dengan akses sanitasi (air limbah domestik) 90%
layak dengan 15% aman; (iv) 3 Juta sambungan rumah yang terlayani SPALD-T skala permukiman/
kota/regional; (v) Jumlah rumah tangga yang terlayani instalasi pengolahan lumpur tinja (Rumah
Tangga); (vi) Rumah Tangga yang masih mempraktikkan buang air besar sembarangan (BABS) di
tempat terbuka sebesar 0 %; (vi) Rumah Tangga yang menempati hunian dengan akses sampah
yang terkelola dengan baik di perkotaan sebesar 80% penanganan dan 20% pengurangan; dan
(vii) penanganan infrastruktur layanan dasar di 10 KSPN. Sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN

10 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


2020-2024, pencapaian target keseluruhan pelayanan dasar infrastruktur permukiman tersebut
akan dipenuhi pada akhir tahun 2024.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, dalam RPJMN disebutkan proyek prioritas mendukung
penyediaan akses air minum dan sanitasi yang layak dan aman di antaranya: i) Pengembangan
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Layak dan Aman; ii) Pembinaan
Penyelenggaraan Air Minum dan Sanitasi Layak dan Aman; iii) Pengaturan Penyelenggaraan Air
Minum dan Sanitasi Layak dan Aman; iv) Pengawasan Kualitas Air Minum dan Sanitasi; v) Akses
Sanitasi (Air Limbah) Layak dan Aman (90 persen RT) (Major Project); vi) Akses Air Minum Perpipaan
(10 Juta Sambungan Rumah) (Major Project).

Untuk mencapai target tersebut, maka untuk menyelenggarakan infrastruktur permukiman


periode 2020-2024 dibentuk kelembagaan yag mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13/PRT/M/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dalam Peraturan tersebut, Direktorat
Jenderal Cipta Karya memiliki 9 Unit Eselon 2 dengan 2 unit kerja baru, yaitu Direktorat Bina Teknik
Permukiman dan Perumahan dan Direktorat Kepatuhan Intern. Selain itu Direktorat Jenderal
Cipta Karya didukung oleh 34 Balai Prasarana Permukiman Wilayah (PPW) dan 5 Balai Teknik yang
dibentuk melalui Permen PUPR Nomor 16/PRT/M/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 11


Cipta Karya
PUPR

,4% 2,1% ,7% 90,5


% ,6% ,3%
93 9 92
% 89 89
% 8 3,1 3 %
80 7% 8
71,

2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 1. Perbandingan Tingkat Penyerapan Keuangan Direktorat Jenderal Cipta


Karya dan Kementerian PUPR Tahun 2015-20191

Sejak tahun 2015, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengelola anggaran rata-rata di atas Rp. 19
Triliun dengan jumlah paket lebih dari 1000 paket per tahun. Mengacu pada kinerja keuangan
Direktorat Jenderal Cipta Karya sejak tahun 2015, rerata tingkat penyerapan keuangan
adalah sebesar 84% dengan jumlah realisasi Rp. 16,5 Triliun. Secara kelembagaan pengelola
proyek, Direktorat Jenderal mengalami kurang lebih 3 kali penggantian yang diakhiri dengan
pembentukan Balai PPW dan penyederhanaan Satker Pelaksanaan.

Pagu (Rp.000)
Realisasi (Rp.000) 66
56.8
3.3
69 0 2
9 8.0 3.41 0 9 .19
0
8
1 9 . 7 4 8
71 8.7 . 515 34 6.13 1.6
12
18. 17. 3 873 68 18 . 6
. 2 5 75
.62 16. 7.4 17 16.
9 13
14
.16 15.

2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 2. Pagu dan Tingkat Penyerapan Keuangan Direktorat Jenderal Cipta Karya
Tahun 2015-20192

1,2
Sumber: Integrated E-Monitoring, 2020

12 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


Beberapa permasalahan yang menyebabkan kondisi ini terjadi di antaranya (i) perubahan
kelembagaan pengelola proyek yang menyebabkan penyesuaian mekanisme pelaksanaan di
tingkat Satker; (ii) transisi pengelolaan proyek setelah terbentuknya Balai Prasarana Permukiman
Wilayah yang membutuhkan penyesuaian pada tahun pertama; (iii) perubahan pola PBJ dengan
pembentukan BP2JK yang merubah business process pengelolaan proyek di lingkungan Ditjen
Cipta Karya; (iv) kapasitas dan kuantitas SDM pengelola Proyek di Provinsi yang tidak memadai
dengan beban anggaran/ program yang ditugaskan; dan (v) belum terbangunya manajemen
proyek berbasis risiko baik oleh Satker maupun PPK.

Kondisi ini kemudian menyebabkan pengendalian risiko menjadi sangat penting di luar
pengendalian keuangan dan progres proyek semata. Direktorat Jenderal Cipta Karya memerlukan
peningkatan kualitas pelaksanaan Manajemen Risiko yang komprehensif hingga tingkat Satker
agar tujuan organisasi tercapai dengan kondisi optimal serta memperhatikan aspek akuntabilitas
dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan.

Direktorat Jenderal Cipta Karya menyadari bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu
berhadapan dengan risiko yang melekat pada kegiatan bisnisnya maupun operasional
pembangunan. Dalam rangka mengendalikan risiko tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya
menerapkan sistem manajemen risiko terintegrasi yang mencakup seluruh aspek risiko yang
dihadapi oleh Unit Kerja, Balai Prasarana Permukiman Wilayah dan Balai Teknik.

Direktorat Jenderal Cipta Karya akan mengimplementasikan suatu Kerangka Manajemen Risiko
(Risk Management Framework) yang bertujuan untuk memastikan risiko-risiko yang dihadapi
unit kompetensi maupun Balai Prasarana Permukiman Wilayah dapat diidentifikasi, diukur,
dikendalikan, dan dilaporkan dengan baik. Dalam pelaksanaan manajemen risiko yang efektif,
Direktorat Jenderal Cipta Karya melakukan pengembangan infrastruktur manajemen risiko
dengan mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No. 20/PRT/M/2018 dan peraturan lainnya serta
Standar Internasional yang berlaku.

Pembentukan Direktorat Kepatuhan Intern diharapkan akan memperkuat “value” pengendalian


risiko dengan memperkuat fungsi 2nd Line of Defense dalam pengendalian risiko dan kepatuhan
di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya. Direktorat Kepatuhan Intern akan memberikan
penguatan dalam pembinaan serta pengendalian manajemen risiko dan kepatuhan secara
terintegrasi sehingga terbentuk ekosistem sadar risiko di Direktorat Jenderal Cipta Karya.

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 13


Potensi dan Permasalahan
Implementasi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP adalah: “Proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.”

Keempat tujuan tersebut di atas tidak perlu dicapai secara khusus atau terpisah-pisah. Dengan
kata lain, instansi pemerintah tidak harus merancang secara khusus pengendalian untuk mencapai
satu tujuan. Suatu kebijakan atau prosedur dapat saja dikembangkan untuk dapat mencapai
lebih dari satu tujuan pengendalian. Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari
lima unsur, yaitu: (1) Lingkungan pengendalian; (2) Penilaian risiko; (3) Kegiatan pengendalian; (4)
Informasi dan komunikasi; dan (5) Pemantauan pengendalian intern.

14 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 15
Keterkaitan kelima unsur sistem pengendalian intern dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar tersebut menjelaskan bahwa kelima unsur pengendalian intern merupakan unsur yang
terjalin erat satu dengan yang lainnya.

Gambar 3. Unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Proses pengendalian menyatu pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
oleh pimpinan dan seluruh pegawai. Oleh karena itu, yang menjadi pondasi dari pengendalian
adalah orang-orang (SDM) di dalam organisasi yang membentuk lingkungan pengendalian yang
baik dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai instansi pemerintah3.

Penyelenggaraan unsur lingkungan pengendalian (delapan sub unsur) yang baik akan
meningkatkan suasana lingkungan yang nyaman yang akan menimbulkan kepedulian dan
keikutsertaan seluruh pegawai. Untuk mewujudkan lingkungan pengendalian yang demikian
diperlukan komitmen bersama dalam melaksanakannya. Komitmen ini juga merupakan hal yang
amat penting bagi terselenggaranya unsur-unsur SPIP lainnya.

3
Sumber: www.bpkp.go.id

16 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


Tingkat maturitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah tingkat
kematangan/kesempurnaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dalam
mencapai tujuan pengendalian intern sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Kerangka maturitas SPIP terpola dalam enam tingkatan yaitu: “Belum Ada”, “Rintisan”,
“Berkembang”, “Terdefinisi”, “Terkelola dan Terukur”, “Optimum”. Tingkatan dimaksud setara
masing-masing dengan level 0, 1, 2, 3, 4 dan 5.

Gambar 4. Karakteristik Level Maturitas Sistem Pengendalian Internal Pemerintah4

4
Peraturan Kepala BPKP Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Penilaian dan
Strategi Peningkatan Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 17


Tabel 1. Penjelasan Tingkat Maturitas SPIP

Tingkat Maturitas Keterangan

Ad hoc. Berdokumen; dalam keadaan perubahan


LEVEL 1
dinamis; tergantung pada individu perorangan

Preliminary. Risiko didefinisikan dengan cara yang


LEVEL 2 berbeda dan dikelola dalam silo. Kedisiplinan dalam
proses tidak ketat.

Defined. Kerangka penilaian/tanggapan umum


terhadap risiko mulai teratur. Pemimpin eksekutif
memberi pandangan terhadap risiko yang dihadapi
LEVEL 3
organisasi secara keseluruhan. Pelaksanaan rencana
diimplementasikan dengan memprioritaskan risiko
yang tinggi.

Integrated. Aktivitas manajemen risiko organisasi


terkoordinasi di seluruh area bisnis. Menggunakan
perangkat manajemen risiko dan proses yang
LEVEL 4
umum apabila diperlukan, dengan pemantauan
risiko keseluruhan organisasi, pengukuran dan
pelaporan.

Optimized. Mendiskusikan risiko bersama dengan


perencanaan strategis, alokasi modal, dan dalam
pengambilan keputusan sehari-hari. Sistem
LEVEL 5
peringatan dini untuk memberitahukan dewan dan
manajemen apabila risiko berada diatas batas yang
ditetapkan

Sumber: Norman Marks, 2011

18 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


Skor Maturitas SPIP Kementerian PUPR pada tahun 2018 berdasarkan hasil penilaian oleh BPKP
sebesar 3,052 dengan level 3 (terdefinisi), namun sesuai dengan hasil penilaian BPKP terdapat
rekomendasi bahwa harus disusun daftar risiko, peta risiko, rencana tindak pengendalian untuk
semua kegiatan yang menjadi tugas pokok dan fungsi.

Hal ini menunjukkan bahwa Unit Pelaksana atau Satuan Kerja belum seluruhnya menyusun
Manajemen Risiko (MR) di unit kerjanya sehingga pengendalian internal belum dilakukan secara
optimal. Rekomendasi yang diberikan oleh BPKP atas penilaian maturitas SPIP Kementerian
PUPR, di antaranya:

1. Finalisasi penyusunan kebijakan Standar Kompetensi SDM, Indikator Kinerja Utama (IKU),
dan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).
2. Menginstruksikan kepada seluruh pegawai Kementerian PUPR menandatangani Pakta
Integritas sesuai Permen PANRB Nomor 49 Tahun 2011.
3. Menyusun Daftar Risiko, Peta Risiko, dan Rencana Tindak perbaikan (RTP) seluruh kegiatan
yang menjadi Tugas Pokok dan Fungsi masing-masing Unit Organisasi.
4. Melakukan evaluasi mandiri secara berkala atas Efektivitas Prosedur Pengendalian untuk
seluruh kegiatan pokok pada seluruh Unit Organisasi Eselon 1 dan mendokumentasikannya.
5. Melakukan pemantauan yang berkelanjutan dan terintegrasi dalam pelaksanaan seluruh
kegiatan pokok pada seluruh Unit Organisasi Eselon 1 yang didukung dengan pemantauan
secara otomatis dengan menggunakan aplikasi komputer

Maturitas penyelenggaraan SPIP terkait dengan peran atau keandalan atau reliabilitas
penyelenggaraan SPIP dalam mendukung pencapaian tujuan instansi pemerintah. Reliabilitas
penyelenggaraan SPIP tersebut ditandai bukan hanya oleh eksistensi control design yang pada
umumnya bersifat hard control tetapi juga oleh pelaksanaan atas soft control pengendalian
itu sendiri Mengacu pada hasil QA yang dilakukan BPKP, tingkat maturitas SPIP dari Direktorat
Jenderal Cipta Karya adalah 3,2170. Kondisi ini relatif di atas rata-rata UNOR di Kementerian PUPR,
walau masih ada beberapa rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti oleh Ditjen Cipta Karya.

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 19


Tabel 2. Penilaian Tingkat Maturitas SPIP Unit Organisasi

No Unit Organisasi Skor

1 Sekretariat Jenderal 3,0125

2 Inspektorat Jenderal 3,0977

3 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 3,0830

4 Direktorat Jenderal Bina Marga 3,0295

5 Direktorat Jenderal Cipta Karya 3,2170

6 Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan 3,4682

7 Direktorat Jenderal Bina Konstruksi 3,2080

8 Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan 2,8625

9 BPIW 3,1955

10 Balitbang 3,2523

11 BPSDM 3,0500

Sumber: Hasil QA BPKP, 2019

20 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


Tabel 3. Penilaian Maturitas SPIP Direktorat Jenderal Cipta Karya

Sumber: Hasil QA BPKP, 2019

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 21


Pada Dokumen RPJMN 2020, terdapat keharusan menerapkan manajemen risiko dalam
pengelolaan kinerja instansi pemerintah dalam RPJMN 2020-2024 yang sangat relevan dengan
peraturan-peraturan terdahulu terkait pengelolaan risiko di instansi pemerintah. Penetapan
secara eksplisit penerapan manajemen risiko dalam RPJMN 2020-2024, merupakan suatu upaya
Pemerintah untuk mendorong implementasi manajemen risiko dalam pengelolaan kinerja instansi
sehingga dapat membantu pencapaian sasaran-sasaran yang dicanangkan oleh Pemerintah.

22 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


Penyusunan Kerangka Kerja Manajemen Risiko

Di Indonesia standar dalam Manajemen Risiko yang paling banyak digunakan adalah ISO
31000:2018 dibandingkan dengan standar lainnya. ISO 31000:2018 adalah suatu standar
implementasi manajemen risiko yang diterbitkan oleh International Organization for
Standardization pada tanggal 13 November 2009. Menurut hasil survey nasional manajemen
risiko tahun 2018, sebanyak 67,5% masyarakat menggunakan ISO 31000: 2018 baik pada sektor
pemerintahan maupun swasta5.

ISO 31000:2018 memberikan prinsip dan pedoman umum tentang manajemen risiko, serta dapat
digunakan oleh perusahaan publik, swasta atau komunitas, asosiasi, kelompok atau individu. ISO
31000:2018 tidak spesifik untuk industri atau sektor apa pun. Standar ini ditujukan untuk dapat
diterapkan dan disesuaikan untuk semua jenis organisasi dengan memberikan struktur dan
pedoman yang berlaku generik terhadap semua operasi yang terkait dengan manajemen risiko.
Meskipun ISO 31000:2018 tidak memberikan pedoman umum, itu tidak dimaksudkan untuk
mempromosikan keseragaman manajemen risiko di seluruh organisasi. Desain dan implementasi
rencana dan kerangka kerja manajemen risiko perlu memperhitungkan beragam kebutuhan
organisasi tertentu, tujuan, konteks, struktur, operasi, proses, fungsi, proyek, produk, layanan,
atau aset tertentu dan praktik khusus yang digunakan.

Dalam ISO 31000:2018 penerapan Manajemen Risiko dibagi menjadi tiga langkah yaitu prinsip,
kerangka, dan proses. Prinsip manajemen risiko terdiri dari 1) Menambah dan melindungi nilai,
2) Bagian terpadu dari seluruh proses organisasi, 3) Bagian dari pengambilan keputusan, 4)
Menangani ketidakpastian, 5) Bersifat sistematis, terstruktur dan tepat waktu, 6) Berdasarkan
informasi terbaik, 7) Disesuaikan dengan organisasi, 8) Mempertimbangkan faktor manusia
dan budaya, 9) Bersifat transparan dan inklusif, 10) Dinamis, berulang, dan responsif terhadap
perubahan, dan 11) Membantu peningkatan mutu organisasi. Kerangka Manajemen Risiko
terdiri dari lima komponen dasar yang akan menjadi acuan dalam proses penerapan Manajemen
Risiko, kelima komponen itu adalah 1) Mandat dan komitmen, 2) Desain kerangka Manajemen
Risiko, 3) Penerapan Manajemen Risiko, 4) Monitoring dan reviu kerangka Manajemen Risiko,
dan 5) Peningkatan kerangka kerja secara terus menerus. Sedangkan dalam proses penerapan
Manajemen Risiko terdiri dari beberapa tahap, di antaranya 1) Komunikasi dan konsultasi, 2)
Menetapkan konteks, 3) Penilaian risiko yang terdiri dari identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko, 4)
Penindakan risiko, 5) Pengawasan dan peninjauan, dan 6) Pencatatan proses Manajemen Risiko.

5
Centre for Risk Management Studies. 2008. Survei Nasional Manajemen Risiko 2018. Laporan lengkap dapat diunduh pada link
http://crmsindonesia.org/wp-content/uploads/2018/11/CRMS-Indonesia-Survei-Nasional-Manajemen-Risiko-2018.pdf

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 23


Gambar 5. Penerapan Manajemen Risiko Mengacu Pada ISO 31000:2018

Kerangka kerja manajemen risiko bertujuan membantu organisasi mengintegrasikan manajemen


risiko dalam aktivitas dan fungsi yang signifikan. Efektivitas manajemen risiko tergantung
integrasinya pada tata kelola organisasi termasuk pengambilan keputusan. Hal ini membutuhkan
dukungan stakeholders terutama top management. Pengembangan kerangka kerja mencakup
pengintegrasian, desain, evaluasi dan perbaikan manajemen risiko dalam organisasi. Dengan
penyusunan kerangka kerja yang memadai, maka diharapkan dapat terbangun budaya sadar
risiko di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Budaya sadar Risiko dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam
pelaksanaan kegiatan untuk mencapai sasaran di seluruh jajaran. Budaya sadar Risiko tersebut
diwujudkan melalui pemahaman dan pengelolaan Risiko sebagai bagian dari setiap proses
pengambilan keputusan di seluruh tingkatan organisasi. Bentuk pemahaman dan pengelolaan
Risiko tersebut menjadi bagian dari setiap proses pengambilan keputusan di seluruh tingkatan
organisasi, yang berupa:

24 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


1. Komitmen pimpinan untuk mempertimbangkan Risiko dalam setiap pengambilan keputusan;
2. Komunikasi yang berkelanjutan kepada seluruh jajaran organisasi mengenai pentingnya
Manajemen Risiko;
3. Penghargaan terhadap mereka yang dapat mengelola Risiko dengan baik; dan
4. Pengintegrasian Manajemen Risiko dalam proses organisasi.

Three Lines of Defense Sebagai Pendekatan Pengendalian Kepatuhan Intern dan


Manajemen Risiko

Berdasarkan prinsip utama manajemen risiko, proses pengelolaan manajemen risiko menjadi
tanggung jawab bersama seluruh karyawan dan kesadaran akan risiko menjadi tanggung jawab
bersama seluruh karyawan dan kesadaran akan risiko sudah menjadi bagian tak terpisahkan
dari budaya organisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya. Dengan menggunakan pendekatan
Three Lines of Defense, fungsi pengelolaan risiko dilakukan secara komprehensif oleh semua lini
organisasi.

Sejak terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2007-2009, desain dan implementasi
pengendalian internal telah menarik perhatian pihak akademisi dan profesional. Banyak penelitian
mengenai efektivitas fungsi internal audit telah dilakukan dan disponsori oleh The Institute of
Internal Auditors Research Foundation (IIARF). Hal ini akhirnya mendorong dipublikasikannya
sistem Three Lines of Defense pada tahun 2013, yang dapat diterapkan pada proses pengendalian
internal dalam berbagai organisasi.

Berdasarkan IIA Paper pada tahun 2013, secara umum lini pertahanan pengendalian internal
terdiri dari 3 lapis. Ketiga fungsi tersebut memainkan peran yang berbeda dalam menunjang
penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik.

Ketika suatu organisasi menerapkan konsep Three lines of Defense dengan tepat, maka
operasionalisasi dapat berjalan secara efektif, tidak terdapat gap untuk memastikan pengendalian
internal telah dijalankan, tidak terdapat duplikasi pekerjaan yang tidak diperlukan, intinya secara
umum pengelolaan risiko dan pengendalian internal dapat dikelola secara efektif sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai. Keuntungan lainnya adalah Pimpinan bisa mendapatkan informasi
yang tidak bias mengenai risiko utama yang signifikan bagi organisasi termasuk bagaimana Lini
Pertama menangani hal tersebut.

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 25


Tiga lini pertahanan organisasi sendiri menurut IIA terdiri dari:

• Lini pertama: fungsi yang memiliki dan mengelola risiko, yaitu manajer operasional.
• Lini kedua: fungsi yang mengawasi risiko, yaitu seperti fungsi manajemen risiko, fungsi
kepatuhan dan fungsi controllership.
• Lini ketiga: fungsi yang memberi penilaian independen, yaitu fungsi audit intern.

Pada tahun 2019, Menteri PUPR menerbitkan 9 strategi pencegahan penyimpangan pengadaan
barang dan jasa. 9 Strategi tersebut merupakan upaya Kementerian PUPR meningkatkan
kepercayaan publik atas kinerja Kementerian PUPR dalam menyediakan layanan infrastruktur
yang prima. 9 Strategi tersebut antara lain:

1. Re-organisasi Struktur Organisasi ULP dan Pokja PBJ


2. Perkuatan SDM PBJ
3. Perbaikan Mekanisme Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
4. Pembinaan Penyedia Jasa (Kontraktor dan Konsultan)
5. Pemeriksaan hasil pekerjaan (System delivery) yang Melibatkan BPKP
6. Risk Management di Unor, Balai, dan Satker.
7. Pembentukan Unit Kepatuhan Internal (UKI) pada Unor dan Balai (sebagai Second Line of
Defense)
8. Pembentukan Inspektorat Bidang Investigasi (IBI) dan Penguatan Kapasitas Auditor Itjen
9. Continous Monitoring atas Perangkat Pencegahan Fraud PBJ dengan IT Based (PUPR 4.0)

Re-organisasi Struktur Organisasi Unit Pelaksanaan Manajemen Risiko 6


1 Layanan Pengadaan dan Kelompok Kerja
Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ)

7
Pembentukan Unit Kepatuhan Internal
2 Perkuatan Sumber Daya Manusia (SDM) (Second Life of Defense) di Unor dan Balai

3
Perbaikan Mekanisme Penyusunan Harga Membentuk Inspektorat Bidang Investigasi
Perkiraan Sendiri (IBI) dan Penguatan Kompetensi dan 8
Independensi Auditor Inspektorat Jenderal

4
Pembinaan Penyedia Jasa
(Kontrakstor dan Konsultan)
Continous Monitoring atas Perangkat
Pencegahan Penyimpangan (Fraud) PBJ 9
5
Pemeriksaan Hasil Pekerjaan (System
dengan IT Based (PUPR 4.0)
Delivery) oleh Kementerian PUPR dan BPKP

Gambar 6. 9 Strategi Pencegahan Penyimpangan Pengadaan Barang Dan Jasa

26 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


Sebagai bagian dari pelaksanaan 9 strategi tersebut dan dalam rangka memperkuat konsep
pengendalian intern, maka dibentuklah Direktorat Kepatuhan Intern pada 4 Unor dengan
anggaran terbesar, serta unit setingkat eselon 3 yang menangani kepatuhan intern. Keberadaan
unit-unit ini diharapkan dapat memperkuat konsep pembinaan oleh 2nd Line of Defense.

Sumber: Paparan Itjen PUPR, 2020

Gambar 7. Konsep Pengendalian Intern Kementerian PUPR

Konsep pengendalian pada gambar di atas, kemudian didetailkan dalam pembagian peran
antara 1st Line yaitu Balai dan Satker, 2nd Line oleh Direktur Kepatuhan Intern dan 3rd Line oleh
Inspektorat Jenderal. Pembagian peran ini penting sebagai embrio awal penyusunan kerangka
kerja kepatuhan intern baik di tingkat Unor maupun Kementerian.

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 27


Tabel 4. Pembagian Peran Unit Kepatuhan Intern di PUPR6

PUPR 1st Line UKI Itjen

BUDAYA DAN KEPEMIMPINAN

Pernyataan Komitmen U P P

Komunikasi Pesan U P P

Membuat Kode Etik U P P

- Penandatanganan Pakta Integritas U

- Pelaksanaan Survei Persepsi Integritas P P

PENILAIAN RISIKO DAN PERENCANAAN

Identifikasi kewajiban kepatuhan U U P

Asesmen risiko Fraud (memahami konteks) U U P

Asesmen risiko pelanggaran etika U U P

Pengembangan Checklist Kepatuhan U U P

Desain Pengembangan Risiko Fraud dan Etik U U P

PELAKSANAAN PENGENDALIAN

Pengujian Kepatuhan U UB

Implementasi Pengendalian Fraud/Etik U UB

- Pengendalian Gratifikasi U P

- Pengelolaan LHKPN dan Pajak Pribadi U P

Komunikasi Program Kepatuhan dan Etik U

6
Hasil Workshop Manajemen Risiko di Kementerian PUPR, Juli 2020

28 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


PUPR 1st Line UKI Itjen

Training Program Kepatuhan dan Etik U

Pengelolaan Layanan Pengaduan U P P

PEMANTAUAN

Pemantauan Efektivitas Pengendalian U U

- Pemantauan Kepatuhan Terhadap Etika U U

KOMUNIKASI DAN PELAPORAN

Pelaporan Evaluasi Kepatuhan dan Etik U

Pelaporan Efektivitas Pengendalian Internal P U

U = Tanggung jawab Utama ada unit ini; P = Sebagai Pendukung pelaksanaan tanggung jawab ini; UB = tanggung jawab Utama,
tetapi dilaksanakan Berkala (setelah transaksi (After fact)

Tabel di atas menjadi referensi dalam penetapan arahan dan kebijakan kepatuhan intern di
lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya. Persoalan yang kerap dihadapi adalah pembagian
kerja yang seragam antar 1st, 2nd dan 3rd Line pada beberapa kasus yang serupa. Untuk itu,
maka dibutuhkan penyusunan kerangka kerja kepatuhan intern baik untuk tingkat Kementerian
maupun tingkat UNOR.

Pemetaan dan Analisis Risiko Di Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

Pada tahun 2019, sebagai bagian dari upaya peningkatan maturitas SPIP, maka telah dilakukan
penyusunan peta risiko dan analisis risiko yang dilengkapi dengan langkah mitigasi dan rencana
tindak pemantauan untuk seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan peta risiko ini adalah melalui proses diskusi
dan konsinyasi untuk menentukan risiko awal, penanganan risiko, mekanisme komunikasi dan
konsultasi, dan monitoring serta reviu terhadap manajemen risiko. Pertemuan dilakukan dengan
partisipasi proaktif oleh para pemilik risiko di unit kompetensi Direktorat Jenderal Cipta Karya
dalam menyusun manajemen risiko. Kerangka kerja risiko dilakukan antara lain melalui:

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 29


• Lingkup atau batasan dalam manajemen risiko pada tiap unit pemilik risiko pada seluruh unit
di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya;
• Identifikasi risiko, merupakan tahapan untuk mengenali dan menyepakati semua risiko yang
berpotensi menyebabkan tidak tercapainya sasaran organisasi;
• Analisis risiko, merupakan tahapan untuk menentukan tingkatan risiko;
• Evaluasi risiko, merupakan tujuan untuk mengambil keputusan mengenai perlu atau tidaknya
dilakukan upaya penanganan risiko lebih lanjut serta prioritas penanganan;
• Penanganan risiko, merupakan risiko untuk menurunkan tingkatan risiko yang terdiri atas
penyusunan rencana penanganan dan pelaksanaan penanganan risiko;
• Pemantauan dan reviu, merupakan tahapan untuk memastikan bahwa implementasi
manajemen risiko berjalan efektif sesuai dengan rencana dan memberikan umpan balik bagi
organisasi dalam mencapai sasarannya serta umpan balik untuk penyempurnaan sistem
manajemen risiko;
• Komunikasi dan konsultasi, merupakan tahapan mendapatkan dan menyebarkan informasi
terkait manajemen risiko sehingga diperolah persamaan persepsi pada seluruh unit di
lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya.
• Berdasarkan proses penyusunan analisis dan peta risiko yang dilakukan pada tahun 2019,
maka telah didapatkan 6 (enam) daftar risiko yang merupakan hasil iterasi dari risiko yang
telah disusun di Unit Kerja dan Balai.

Tabel 5. Analisis Risiko Direktorat Jenderal Cipta Karya TA 2019

Skor Total
Pernyataan Pemilik Dampak pada Skor
No Penyebab Kemungkinan Skor Rangking
Risiko Risiko Capaian Tujuan Dampak
terjadi (6x7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dokumen serah
Sebagian Dit. PKP, terima aset tidak -Aset Tidak dapat
Aset Cipta BPB, lengkap Dimanfaatkan
1 Karya Tidak PSPAM, 3,13 3,50 10,94 5
Kualitas -Tidak memenuhi Penilaian
dapat diserah PPLP,
konstruksi Kinerja (PK) Cipta Karya
terimakan PPSPPOP
kurang memadai
Dit. PKP,
Tidak semua BPB,
kegiatan yang PSPAM, Readiness
Tidak tercapainya target
2 direncanakan PPLP, Criteria tidak 3,25 3,63 11,78 3
kinerja Ditjen Cipta Karya
dapat PPSPPOP, lengkap
Diprogramkan KIP, dan
Pemda

30 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


Skor Total
Pernyataan Pemilik Dampak pada Skor
No Penyebab Kemungkinan Skor Rangking
Risiko Risiko Capaian Tujuan Dampak
terjadi (6x7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kualitas perencanaan &
Dit. PKP, Tidak perancangan tidak baik
Perencanaan BPB, menggunakan -Jadwal pelaksanaan
3 dan desain tidak PSPAM, standar/kaidah kegiatan menjadi mundur 3,75 3,75 14,06 1
berkualitas PPLP, perencanaan -Adanya pekerjaan tambah
PPSPPOP dan Desain kurang yang tidak sesuai
dengan rencana anggaran
-Proses
perencanaan
Ditjen Cipta
Data dan Karya tidak
Unit perencanaan Ditjen Cipta
4 Informasi Tidak akurat 3,63 3,38 12,23 2
Kompetensi Karya tidak akurat
Handal -Pengumpulan
data tidak sesuai
prosedur
-Data tidak valid
-Adanya
Pekerjaan Dit. PKP,
perubahan
Konstruksi BPB,
desain
5 Terlambat PSPAM, Gagal bangunan 3,13 3,63 11,33 4
-Pelaksanaan
dan Kurang PPLP,
tidak tertib
Berkualita PPSPPOP
prosedur
Dit. PKP,
Lemahnya
Terjadinya BPB, Terjadinya kecelakaan
pengawasan
6 Kecelakaan PSPAM, kerja dalam pelaksanaan 3,00 3,00 9,00 6
terhadap
Kerja Konstruksi PPLP, konstruksi
pelaksanaan K3
PPSPPOP
Sumber: Analisis tim UKI Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2019

Resiko Awal
4.
Sangat 0 0 0 0
besar

3. Besar 0 0 9 2
Impact

2. Kecil 0 0 0 0
1.
Sangat 0 0 0 0
kecil
1. Sangat 4. Sangat
2. Jarang 3. Sering
Jarang Sering
Kemungkinan

Gambar 8. Peta Risiko Direktorat Jenderal Cipta Karya TA 2019

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 31


Pemetaan dan analisis risiko yang telah disusun merupakan inisiasi model pembinaan pengelolaan
manajemen risiko yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya kepada seluruh 1st line dari
kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya. Penyusunan peta risiko ini juga menjadi referensi dalam
pengendalian KI dan MR di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya. 6 (enam) risiko tersebut
adalah persoalan yang disepakati dan diputuskan sebagai risiko kunci dalam pelaksanaan
kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya TA 2019. Risiko tersebut dijadikan benchmark dalam
penetapan risiko Direktorat Jenderal Cipta Karya TA 2020-2024.

32 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 33
34 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern
02 TUJUAN DAN
SASARAN

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 35


Tujuan Direktorat Kepatuhan Intern

Tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan suatu pernyataan tentang keadaan yang
diinginkan dan direalisasikan di akhir periode perencanaan. Tujuan ini merupakan penjabaran
visi-misi Presiden, isu strategis pembangunan infrastruktur serta arah kebijakan Prioritas Nasional
(PN) yang tertuang dalam RPJMN tahun 2020-2024, Visium Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, dan sasaran strategis yang diturunkan dari Rencana Strategis Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2020-2024.

“Terselenggaranya pemenuhan
infrastruktur permukiman
yang layak dan aman menuju
terwujudnya smart living,
dengan pemanfaatan dan
pengelolaan yang partisipatif
dan berkelanjutan untuk
meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.”

Penjabaran dari tujuan tersebut secara rinci sebagai berikut:

1. Terselenggaranya pemenuhan infrastruktur permukiman yang diprioritaskan pada air minum


dan sanitasi layak dan aman, termasuk di lokasi permukiman kumuh;
2. Terselenggaranya penguatan pembinaan dan fasilitasi teknis penyelenggaraan infrastruktur
permukiman, bangunan gedung, dan peningkatan kualitas sarana prasarana pendukung
permukiman;
3. Terselenggaranya pengembangan sistem pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian,
serta tata kelola organisasi bidang infrastruktur permukiman yang berkelanjutan.

36 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


Mengacu pada Permen PUPR Nomor 13/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
PUPR, maka tugas yang harus dilaksanakan oleh Direktorat Kepatuhan Intern selama periode
2020-2024 adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis kerangka kerja, pembinaan,
pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan kepatuhan intern dan manajemen risiko di
Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, maka Direktorat Kepatuhan Intern memiliki beberapa fungsi
di antaranya:

1. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, kerangka kerja, pembinaan, pengendalian,


pemantauan, evaluasi dan pelaporan kepatuhan intern dan manajemen risiko di Direktorat
Jenderal Cipta Karya;
2. Penyusunan kebijakan teknis dan kerangka kerja kepatuhan intern serta manajemen risiko;
3. Pelaksanaan pembinaan teknis kepatuhan intern dan manajemen risiko;
4. Pelaksanaan pengendalian kepatuhan intern dan manajemen risiko terkait kecurangan dan
proses bisnis dalam pencapaian target;

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 37


5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penerapan kepatuhan intern dan manajemen risiko;
6. Pelaksanaan urusan tata usaha di lingkungan direktorat.

Sasaran Kegiatan Direktorat Kepatuhan Intern

Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan outcome pada level stakeholders
yang ingin dicapai di akhir tahun 2024. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian PUPR Tahun
2020-2024, Direktorat Jenderal Cipta Karya mendukung pencapaian Sasaran Strategis 3 (SS 3)
yaitu meningkatnya penyediaan akses perumahan dan infrastruktur permukiman yang layak,
aman, dan terjangkau.

“Meningkatnya penyediaan akses perumahan dan


infrastruktur permukiman yang layak, aman, dan
terjangkau”

38 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


Dalam rangka menjawab sasaran strategis tersebut, maka sasaran program (outcome pada
level customers) Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah meningkatnya pelayanan infrastruktur
perumahan dan permukiman yang layak dan aman. Peta strategi Direktorat Jenderal Cipta Karya
dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Peta Strategi Direktorat Jenderal Cipta Karya

Untuk menjamin terlaksananya proses internal yang efektif dan efisien guna memenuhi harapan
stakeholders dan customers tersebut di atas maka diperlukan upaya-upaya pengelolaan sumber
daya organisasi melalui proses learning and growth Direktorat Kepatuhan Intern mendukung
sasaran kegiatan 10 yaitu meningkatnya kepatuhan intern dalam penyelenggaraan infrastruktur
permukiman, dengan indikator kinerja: persentase peningkatan kepatuhan intern dalam
penyelenggaraan infrastruktur permukiman.

Dukungan terhadap SK oleh Direktorat Kepatuhan Intern diharapkan akan menghasilkan


pelaksanaan kegiatan yang memenuhi aspek akuntabilitas dan kepatuhan terhadap peraturan
perundangan.

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 39


40 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern
ARAH
KEBIJAKAN,

03
STRATEGI,
KERANGKA
REGULASI, DAN
KERANGKA
KELEMBAGAAN

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 41


Arah Kebijakan dan Strategi Unit Organisasi

Untuk menjawab tantangan pembangunan infrastruktur periode 2020-2024, terdapat tujuh (7)
poin yang menjadi arahan kebijakan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, antara
lain:

1. Melanjutkan pembangunan infrastruktur (2015-2019) untuk mendukung pengembangan


wilayah seperti KSPN, KEK, Kawasan Industri, Kawasan Bandara/Pelabuhan, dan kawasan
produktif lainnya;
2. Meningkatkan kompetensi SDM, melalui sertifikasi tenaga kerja konstruksi & program link
and match (magang) yang mempertemukan industri jasa konstruksi & dunia pendidikan;
3. Mengembangkan strategi pembiayaan alternatif melalui skema KPBU & skema lainnya yang
menarik bagi investor;
4. Memperkuat & membuka peluang kerja bagi kontraktor nasional/lokal dengan melakukan
pembinaan melalui regulasi & kebijakan pemaketan;
5. Meningkatkan penggunaan material & peralatan produksi dalam negeri yang memberikan
nilai tambah dalam setiap infrastruktur yang terbangun, sehingga dapat mengurangi
ketergantungan impor;
6. Menyederhanakan Regulasi & Birokrasi, antara lain dengan revisi Permen PUPR yang
menghambat;
7. Mempercepat pengadaan barang & jasa (lelang dini), agar infrastruktur diselesaikan tepat
waktu dengan tetap menjaga kualitas konstruksi.

Dalam menjalankan program/kegiatan Kementerian PUPR tentu tidak semua usulan dapat
dilaksanakan mengingat keterbatasan dalam sumber daya organisasi baik penganggaran,
SDM, dan kewenangan. Maka dari itu, Menteri PUPR mengarahkan untuk melakukan 3 (tiga)
Pendekatan Pembangunan Infrastruktur PUPR tahun 2020-2024 sebagai berikut:

1. Optimalisasi Pemanfaatan Infrastruktur yang Telah Tuntas Hingga 2019. Contoh: SPAM
Regional dan Perkotaan selesai dibangun, dilanjutkan dengan jaringan perpipaan hingga
sambungan rumah;
2. Penyelesaian Pembangunan Infrastruktur On-Going (Belum Tuntas Hingga 2019). Contoh: 3
PLBN akan diselesaikan; Infrastruktur pendukung PON PAPUA akan diselesaikan;
3. New Initiatives. Contoh: Pembangunan Ibukota Pemerintahan yang baru; Pembangunan
SPAM, IPAL, TPA, Sekolah dan Pasar, serta PLBN baru.

42 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


Arah kebijakan pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman yang dilaksanakan
oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah peningkatan penyediaan infrastruktur permukiman
yang partisipatif dan berkelanjutan. Sedangkan kebijakan pembinaan dan pengembangan
infrastruktur permukiman sebagai penjabaran dari arah kebijakan tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Membangun sistem penyediaan infrastruktur permukiman berbasis entitas yang


andal, responsif terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, inklusif (termasuk
pengarusutamaan gender), berkelanjutan, serta bersifat return of investment dalam setiap
tahapan penyelenggaraan infrastruktur permukiman;
2. Mendukung kontribusi dan kemandirian Pemerintah Daerah serta partisipasi semua pihak
dalam rangka keberhasilan pengelolaan infrastruktur permukiman;
3. Menerapkan inovasi terbarukan dan/atau tepat guna dalam implementasi penyelenggaraan
infrastruktur permukiman

Gambar 10. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 43


Arah kebijakan tersebut dilaksanakan dalam rangka mewujudkan smart living yang meliputi 4
aspek, yaitu; 1) Perwujudan permukiman layak huni (livable settlement); 2) Penerapan bangunan
gedung hijau; 3) Pembangunan permukiman tahan bencana; dan 4) Penerapan teknologi
dan permukiman ramah lingkungan. Gagasan smart living dalam konteks Direktorat Jenderal
Cipta Karya dimaknai sebagai Permukiman Cerdas yaitu cara mencapai target pembangunan
permukiman berkelanjutan (sustainability). Gagasan ini sesuai dengan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs), khususnya Tujuan 11, yaitu mewujudkan pembangunan berkelanjutan
tahun 2030 (Aman, Inklusif, Tanggap bencana, Berkelanjutan).

Gambar 11. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2020-2024

Pembangunan infrastruktur pemukiman pun dilaksanakan melalui pendekatan entitas.


Pendekatan lainnya adalah dengan membangun layanan pintar (smart services) yaitu pelayanan
dalam mengatasi permasalahan melalui pendekatan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK)
dengan interkoneksi data dan respons cepat. Guna mewujudkan permukiman cerdas, diperlukan
inovasi secara rutin, bertahap (incremental), menyeluruh (fundamental) maupun terobosan.
Keikutsertaan para pemangku kepentingan didorong dan diperkuat peranannya sehingga
terjalin kemitraan dalam implementasi pembangunan infrastruktur permukiman.

Arah kebijakan umum Direktorat Jenderal Cipta Karya memperhatikan pula lingkup pelaksanaan
dan kewenangan Direktorat Jenderal Cipta Karya sesuai Pasal 57 UU No.1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman yaitu penyelenggaraan kawasan permukiman mencakup

44 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


lingkungan hunian dan tempat kegiatan pendukung perikehidupan dan penghidupan di
perkotaan dan di perdesaan. Arah kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal Cipta Karya
memperhatikan pula pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah
kota/kabupaten yang diatur UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah di sektor
pengembangan kawasan permukiman, air minum, sanitasi, dan bangunan gedung.

Arah kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman dijabarkan ke dalam arah
kebijakan dan strategi setiap sektor di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya yaitu mencakup
sektor penataan kawasan permukiman, pemrograman dan evaluasi, air minum, sekretariat
BPPSPAM, sanitasi, bina penataan bangunan, prasarana strategis (sarana pendidikan, olahraga,
dan pasar), manajemen bidang permukiman, bina teknik, dan unit kepatuhan intern.

Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Kepatuhan Intern


Peningkatan Kualitas Pembinaan dan Pengendalian Manajemen Risiko dalam
Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

1. Membangun budaya sadar Risiko yang terbuka melalui pembinaan kepatuhan intern
dan manajemen risiko kepada seluruh pegawai Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Budaya risiko (risk culture) merupakan perilaku semua personil berinteraksi dan persepsi
terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan risiko. Langkah yang dilakukan dalam
membangun budaya risiko, antara lain; (1) komitmen pimpinan menciptakan irama yang
sama (tone at the top) (2) edukasi kepada seluruh stakeholders mengenai pentingnya
melakukan manajemen risiko; (3), lakukan kegiatan-kegiatan bersifat knowledge sharing
mengenai manajemen risiko, di mana karyawan dapat saling berbagi pengetahuan dan
pengalaman mengenai manajemen risiko; (4) jika dilakukan secara terus menerus dan
konsisten dalam jangka waktu yang panjang. ; (5) diciptakan suatu pendekatan yang jelas
terhadap manajemen risiko. Prosedur harus didokumentasikan, disosialisasikan, untuk
kemudian diimplementasikan dalam keseharian pengambilan keputusan.

2. Mendorong Penerapan Manajemen Risiko yang efisien dan efektif


Direktorat Jenderal Cipta Karya didorong untuk mengimplementasikan Manajemen Risiko,
salah satunya, dengan mengacu pada ISO 31000:2018 tentang Manajemen Risiko dan
mengacu kepada Permen PUPR Nomor 20/2018. Untuk itu beberapa langkah strategis yang
akan dilaksanakan antara lain;
a) Penyusunan kebijakan manajemen risiko di lingkungan Ditjen Cipta Karya.
b) Pembentukan Unit Kepatuhan Intern sampai ke level Balai di seluruh Indonesia;

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 45


c) Pembinaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia Unit Kepatuhan Intern melalu
diklat, seminar, workshop, dan sertifikasi;
d) Pendampingan dan asistensi kepada first line (lini pertama pertahanan) pada tahap
perencanaan, penanganan, dan monitoring resiko;
e) Pengendalian penerapan manajemen risiko secara berkala;
f ) Melakukan pelaporan risiko-risiko strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya secara
menyeluruh ke Top Management;

3. Memanfaatkan sistem informasi dalam penerapan manajemen risiko dan pengendalian


kepatuhan intern.
Penggunaan sistem informasi dalam penerapan Manajemen Risiko merupakan upaya
untuk mempermudah proses penyusunan kebijakan, pengendalian pelaksanaan maupun
penyusunan laporan. Sistem informasi yang dikembangkan akan terintegrasi dengan sistem
informasi lain yang ada di Direktorat Jenderal Cipta Karya, sehingga pengambilan keputusan
pimpinan dengan menggunakan pendekatan manajemen risiko akan terwujud.

Gambar 12. Rancangan Pengembangan Sistem Informasi KIMR Direktorat Jenderal Cipta Karya

Peningkatan kualitas pembinaan dan pengendalian Kepatuhan Intern dala


penyelenggaraan infrastruktur permukiman

1. Mendorong penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik melalui (i)
Penyusunan kerangka kerja kepatuhan intern di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya;
dan (ii) Internalisasi kepatuhan intern kepada first line (lini pertama pertahanan) melalui
pembinaan dan sosialisasi secara berkala dan berkesinambungan.

46 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


2. Melakukan Pengendalian kepatuhan intern kepada first line (lini pertama pertahanan) di
lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya di antaranya; review dan verifikasi kepatuhan
pelaksanaan kegiatan, pengendalian gratifikasi, penanganan benturan kepentingan,
pembangunan zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi (WBK) dan wilayah birokrasi
bersih dan melayani (WBBM), serta whistleblowing system (WBS);
3. Melakukan pendampingan dan pelaporan secara berkala dan berjenjang terhadap
pelaksanaan kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai bagian dari
mitigasi terhadap Risiko Bisnis, Risiko Fraud dan Risiko Kepatuhan;
4. Memantau tindak lanjut hasil pengawasan Inspektorat Jenderal maupun Eksternal (BPK dan
BPKP).

Kerangka Regulasi

Kerangka regulasi dibutuhkan untuk melaksanakan Kebijakan serta Strategi Kepatuhan Intern
dan Manajemen Risiko dalam mencapai sasaran strategis, sasaran program dan tujuan Direktorat
Kepatuhan Intern. Kerangka Regulasi terdiri dari kebutuhan Peraturan Perundang-undangan dan
NSPK dari unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Pada periode 2020-2024, terdapat usulan kerangka regulasi terkait Kepatuhan Intern di
lingkungan Ditjen Cipta Karya yang terdiri dari:

1. SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan


Direktorat Jenderal Cipta Karya;
2. SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Kerangka Kepatuhan Intern di Lingkungan Direktorat
Jenderal Cipta Karya;
3. Penyusunan Petunjuk Teknis dalam mendukung pelaksanaan tata Kelola Kepatuhan Intern
di antaranya dan tidak terbatas pada (i) SOP Tata Kerja, Tata Laksana, Tata Kelola, dan Tata
Hubungan Internal Direktorat Kepatuhan Intern dengan Unit Eselon 2 dan Balai; (ii) SOP
Tata Kelola, Tata Hubungan, Tindak Lanjut, dan Proses Penyelesaian Adanya Pengaduan
Masyarakat dan Proses Hukum; (iii) SOP Penelitian Dokumen untuk Revisi Anggaran, Verifikasi
Tindak Lanjut LHP, Tindak Lanjut LHP, Perpanjangan MYC, Pembayaran Tunggakan; (iv) SOP
Pemantauan Kepatuhan atas pelaporan LHKPN, Pajak, Kode Etik, dan Kode Perilaku; (v)SOP
Pemantauan Kepatuhan Internal; (vi) SOP Penelitian Dokumen untuk Kegiatan Tanggap
Darurat dan SOP lainnya sesuai identifikasi yang dilakukan secara berkala.

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 47


Kerangka Kelembagaan

Direktorat Kepatuhan Intern terdiri dari 2 (dua) sub direktorat, yaitu Sub Direktorat Pembinaan
dan Pengembangan Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko dan Sub Direktorat Pengendalian
Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko dengan pembagian tugas sebagai berikut:

Sub Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Kepatuhan dan Manajemen Risiko


1. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis dan kerangka kerja kepatuhan intern serta
manajemen risiko di Direktorat Jenderal Cipta Karya;
2. Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan teknis kepatuhan intern dan manajemen risiko
atas standar operasional prosedur, kode etik, kode perilaku dan disiplin pegawai, pemenuhan
kewajiban pegawai dalam pelaporan harta kekayaan dan perpajakan;
3. Pengendalian gratifikasi dan pelaksanaan konsolidasi pelaporan penyelenggaraan kepatuhan
intern dan manajemen risiko.

Sub Direktorat Pengendalian Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko


1. Penyiapan bahan pelaksanaan pengendalian kepatuhan intern dan manajemen risiko terkait
kecurangan dan proses bisnis dalam pencapaian target program dan kegiatan di Direktorat
Jenderal Cipta Karya;
2. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan kepatuhan intern dan manajemen risiko
atas standar operasional prosedur, kode etik, kode perilaku, disiplin pegawai, kepatuhan
penyelenggaraan pelayanan publik dan pengelolaan pengaduan masyarakat;
3. Fasilitasi penyelesaian permasalahan dengan aparat penegak hukum setelah berkoordinasi
dengan Inspektorat Jenderal.

48 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


Gambar 13. Struktur Organisasi Direktorat Kepatuhan Intern Direktorat Jenderal Cipta Karya

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 49


50 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern
TARGET

04 KINERJA DAN
KERANGKA
PENDANAAN

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 51


Target Kinerja

Kegiatan dukungan kepatuhan intern dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman


dilaksanakan oleh Direktorat Kepatuhan Intern dengan sasaran kegiatan yaitu peningkatan
kepatuhan intern dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman serta indikator (1)
Persentase pembinaan dan pengembangan kepatuhan intern dan manajemen risiko dalam
penyelenggaraan infrastruktur permukiman dan (2) Persentase pengendalian kepatuhan intern
dan manajemen risiko dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman. Sasaran kegiatan
tersebut dijabarkan menjadi output kegiatan sebagai berikut:

1. Pembinaan Teknis Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko dengan indikator 5 laporan
pembinaan teknis kepatuhan intern dan manajemen risiko penyelenggaraan infrastruktur
permukiman;
2. Pengendalian Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko Penyelenggaraan Infrastruktur
Permukiman dengan indikator 5 laporan pengendalian kepatuhan intern dan manajemen
risiko penyelenggaraan infrastruktur permukiman;
3. Layanan Sarana dan Prasarana Internal dengan indikator 5 layanan sarana dan prasarana internal;
4. Layanan Dukungan Manajemen Satker dengan indikator 5 layanan dukungan manajemen satker;
5. Layanan Perkantoran dengan indikator 5 layanan perkantoran.

SASARAN STRATEGIS TARGET


PROGRAM (IMPACT)/SASARAN Baseline
PROGRAM (OUTCOME)/ SATUAN
KEGIATAN 2019
SASARAN KEGIATAN/ 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
OUTPUT/INDIKATOR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
UNIT ORGANISASI: DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
PROGRAM: PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN
SASARAN STRATEGIS: Meningkatnya
Penyediaan Akses Perumahan dan
Infrastruktur Permukiman yang Layak,
Aman, dan Terjangkau
INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS:
Persentase peningkatan penyediaan
akses perumahan dan infrastruktur
permukiman yang layak, aman, dan %
terjangkau ---- dihitung dari jumlah
bobot kontribusi masing-masing
indikator:
Persentase peningkatan
pelayanan infrastruktur
1 permukiman yang % 32.53 61.25 70.90 80.65 90.25 98.57 98.57
layak dan aman melalui
pendekatan smart living

52 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


SASARAN STRATEGIS TARGET
(IMPACT)/SASARAN
PROGRAM Baseline
PROGRAM (OUTCOME)/ SATUAN
KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/
2019 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
OUTPUT/INDIKATOR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
SASARAN PROGRAM: Meningkatnya
pelayanan infrastruktur perumahan dan
permukiman yang layak dan aman
INDKATOR KINERJA PROGRAM:
Persentase peningkatan pelayanan
infrastruktur permukiman yang layak % 32.53 61.25 70.90 80.65 90.25 98.57 98.57
dan aman melalui pendekatan smart
living ---- dihitung dari rerata gabungan
indikator:
Persentase rumah tangga 91,80 93,80 95,90 97,90 100
89,27 100
1 dengan akses air minum % (JP: (JP: (JP: (JP: (JP:
(JP: 20,18) (JP: 30,40
layak 23,60) 25,40) 27,10) 28,90) 30,40)
78,1% 79,43% 82,07% 86,03% 90% 90%
Akses Akses Akses Akses Akses Akses
Layak Layak Layak Layak Layak
Persentase rumah tangga Layak
(Ter- (Ter- (Ter- (Ter- (Ter-
2 dengan akses air limbah % 77.44 (Terma-
masuk masuk masuk masuk masuk
domestik layak dan aman suk 15%
9,65% 11% 13% 14% 15% Akses
Akses Akses Akses Akses Akses Aman)
Aman) Aman) Aman) Aman) Aman)
Persentase rumah
tangga dengan akses
3 % 61.00 76.62 79.21 84.41 92.21 100.00 100.00
sampah yang terkelola di
perkotaan
Persentase luasan kawasan
4 permukiman yang % N/A 17.38 41.19 64.45 83.31 100.00 100.00
ditingkatkan kualitasnya
Persentase kab/kota yang
terfasilitasi implementasi
5 penyelenggaraan % N/A 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
bangunan gedung yang
tertib dan andal
Persentase inisiasi
6 penerapan bangunan % N/A 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 100.00
gedung hijau
Persentase sarana
7 prasarana strategis yang % N/A 44.86 62.70 77.69 92.33 100.00 100.00
ditingkatkan kualitasnya
KEGIATAN 5: PENYELENGGARAAN
PEMBINAAN INFRASTRUKTUR
PERMUKIMAN
SASARAN KEGIATAN 5.4:
Meningkatnya kepatuhan intern
dalam penyelenggaraan infrastruktur
permukiman
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN:
Persentase peningkatan
kepatuhan intern dan manajemen
risiko dalam penyelenggaraan % 20.00 40.00 60.00 80.00 100 100
infrastruktur permukiman ---
dihitung dari rerata gabungan
indikator:

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 53


SASARAN STRATEGIS TARGET
(IMPACT)/SASARAN
PROGRAM Baseline
PROGRAM (OUTCOME)/ SATUAN
KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/
2019 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
OUTPUT/INDIKATOR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Persentase pembinaan
dan pengembangan
kepatuhan intern dan
1 % 20.00 40.00 60.00 80.00 100 100
manajemen risiko
dalam penyelenggaraan
infrastruktur permukiman
Persentase pengendalian
kepatuhan intern dan
2 manajemen risiko % 20.00 40.00 60.00 80.00 100 100
dalam penyelenggaraan
infrastruktur permukiman
KOORDINATOR: DIREKTORAT BINA TEKNIK
PERMUKIMAN DAN PERUMAHAN
PELAKSANA: DIREKTORAT KEPATUHAN
INTERN
OUTPUT KEGIATAN :
Pembinaan Teknis
Kepatuhan Intern dan
1 Manajemen Risiko
Penyelenggaraan
Infrastruktur Permukiman
Jumlah laporan
pembinaan teknis
kepatuhan intern dan Laporan 1 1 1 1 1 5
manajemen risiko
penyelenggaraan
infrastruktur permukiman
Pengendalian Kepatuhan
Intern dan Manajemen
2 Risiko Penyelenggaraan
Infrastruktur Permukiman
Jumlah laporan
pengendalian kepatuhan
intern dan manajemen Laporan 1 1 1 1 1 5
risiko penyelenggaraan
infrastruktur permukiman
PROGRAM 5: DUKUNGAN MANAJEMEN
SASARAN STRATEGIS : Meningkatnya
Kualitas Tata Kelola Kementerian PUPR
dan Tugas Teknis Lainnya
INDIKATOR KINERJA SASARAN:
1 Tingkat Kualitas Tata Kelola % 75.04 77.18 78.08 78.98 79.88 79.88
Kementerian PUPR
SASARAN PROGRAM: Meningkatnya
Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis
Lainnya
INDIKATOR KINERJA PROGRAM :
1 Tingkat Dukungan Manajemen % 57.47 62.75 67.95 72.85 75.74 75.74
Kementerian PUPR

54 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


SASARAN STRATEGIS TARGET
(IMPACT)/SASARAN
PROGRAM Baseline
PROGRAM (OUTCOME)/ SATUAN
KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/
2019 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
OUTPUT/INDIKATOR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
KEGIATAN 1: DUKUNGAN MANAJEMEN
PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR
PERMUKIMAN
SASARAN KEGIATAN: Meningkatnya
efektifitas dan efisiensi tata kelola
penyelenggaraan infrastruktur
permukiman
PELAKSANA: DIREKTORAT KEPATUHAN
INTERN
OUTPUT KEGIATAN :
Layanan Sarana dan
1 Prasarana Internal
Jumlah layanan sarana dan Layanan 1 1 1 1 1 5
prasarana internal
Layanan Dukungan
2 Manajemen Satker
Jumlah layanan dukungan Layanan 1 1 1 1 1 5
manajemen satker
3 Layanan Perkantoran
Jumlah layanan Layanan 1 1 1 1 1 5
perkantoran

Kerangka Pendanaan

Dalam pelaksanaan dan pencapaian target sasaran pembangunan permukiman, dibutuhkan


perencanaan kebutuhan pendanaan yang tercantum dalam kerangka pendanaan. Kerangka
pendanaan merupakan detail penjabaran strategi pendanaan program dan kegiatan yang
ditetapkan pada masing-masing tahun anggaran.

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 55


SASARAN STRATEGIS Anggaran (Rp. Juta)
(IMPACT)/SASARAN
PROGRAM Baseline
PROGRAM (OUTCOME)/ SATUAN
KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/
2019
2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
OUTPUT/INDIKATOR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
UNIT ORGANISASI: DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
PROGRAM: PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KEGIATAN 5: PENYELENGGARAAN
PEMBINAAN INFRASTRUKTUR
PERMUKIMAN
SASARAN KEGIATAN 5.4:
Meningkatnya kepatuhan intern
dalam penyelenggaraan infrastruktur
permukiman
PELAKSANA: DIREKTORAT KEPATUHAN
INTERN
OUTPUT KEGIATAN :
Pembinaan Teknis
Kepatuhan Intern dan
1 Manajemen Risiko
Penyelenggaraan
Infrastruktur Permukiman
Jumlah laporan
pembinaan teknis
kepatuhan intern dan Laporan 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 37,500
manajemen risiko
penyelenggaraan
infrastruktur permukiman
Pengendalian Kepatuhan
Intern dan Manajemen
2 Risiko Penyelenggaraan
Infrastruktur Permukiman
Jumlah laporan
pengendalian kepatuhan
intern dan manajemen Laporan 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 37,500
risiko penyelenggaraan
infrastruktur permukiman
PROGRAM 5: DUKUNGAN MANAJEMEN
SASARAN STRATEGIS : Meningkatnya
Kualitas Tata Kelola Kementerian PUPR
dan Tugas Teknis Lainnya
SASARAN PROGRAM: Meningkatnya
Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis
Lainnya
1 INDIKATOR KINERJA PROGRAM :
Tingkat Dukungan Manajemen % 57.47 62.75 67.95 72.85 75.74 75.74
Kementerian PUPR
KEGIATAN 1: DUKUNGAN MANAJEMEN
PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR
PERMUKIMAN
SASARAN KEGIATAN: Meningkatnya
efektifitas dan efisiensi tata kelola
penyelenggaraan infrastruktur
permukiman
PELAKSANA: DIREKTORAT KEPATUHAN
INTERN

56 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


SASARAN STRATEGIS Anggaran (Rp. Juta)
(IMPACT)/SASARAN
PROGRAM Baseline
PROGRAM (OUTCOME)/ SATUAN
KEGIATAN SASARAN KEGIATAN/
2019 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
OUTPUT/INDIKATOR
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
OUTPUT KEGIATAN :
Layanan Sarana dan
1 Prasarana Internal
Jumlah layanan sarana dan Layanan 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 7,500
prasarana internal
Layanan Dukungan
2 Manajemen Satker
Jumlah layanan dukungan Layanan 500 500 500 500 500 2,500
manajemen satker
3 Layanan Perkantoran
Jumlah layanan Layanan 8,000 8,000 8,000 8,000 8,000 40,000
perkantoran

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 57


58 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern
05 PENUTUP

RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 59


Rencana Strategis Direktorat Kepatuhan Intern Tahun 2020-2024 merupakan dokumen
perencanaan pembangunan 5 tahun, yang disusun untuk menjabarkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan
Umum Tahun 2020-2024 dan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2020-2024.

Dokumen rencana strategi Direktorat Kepatuhan Intern merupakan arahan bagi pelaksanaan
pembinaan, pengembangan dan pengendalian Kepatuhan intern serta Manajemen Risiko untuk
mendukung Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam pencapaian tujuan Organisasi. Rencana
Strategis ini merepresentasikan dukungan dalam mencapai SK 10: yaitu meningkatnya kepatuhan
intern dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman, dengan indikator kinerja.

Renstra Direktorat Kepatuhan Intern ini patut digunakan sebagai pedoman dan arah dalam
meningkatkan kualitas penerapan manajemen risiko dan peningkatan yang hendak dicapai pada
periode 2020-2024 baik bagi Direktorat Kepatuhan Intern ataupun sebagai pedoman bagi Unit
Kerja/ Balai/UPT/ Satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Hasil akhirnya yang diharapkan dari pelaksanaan Dokumen Renstra ini adalah tercapainya budaya
risiko di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya sehingga pencapaian tujuan organisasi dapat
terwujud dengan memperhatikan aspek akuntabilitas dan kepatuhan peraturan perundangan
yang ada.

60 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern


RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 61
62 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern
RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern 63
64 RENSTRA 2020-2024 Direktorat Kepatuhan Intern

Anda mungkin juga menyukai