Anda di halaman 1dari 399

REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL
(RPJMN)
2020 - 2024

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
2019
REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL
(RPJMN)
2020 - 2024

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
2019
DAFTAR ISI ii

BAB 1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL IV 2020-2024:


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong 1
• Arahan RPJP Nasional 2005 – 2025 2
• Tema dan Agenda Pembangunan 3
• Kerangka Ekonomi Makro 2020-2024 7
• Batasan Pembangunan (Development Constrant) 18
• Kaidah Pembangunan Nasional 2020-2024 27
• Pengarusutamaan dalam RPJMN IV 2020-2024 30
• Proyek Prioritas Strategis (Major Project) RPJMN 2020-2024 32

BAB 2 MEMPERKUAT KETAHANAN EKONOMI UNTUK PERTUMBUHAN


YANG BERKUALITAS DAN BERKEADILAN 41
• Pendahuluan 42
• Capaian Pembangunan 2015-2019 43
• Lingkungan dan Isu Strategis 48
• Sasaran, Target dan Indikator 54
• Arah Kebijakan dan Strategi 61

BAB 3 MENGEMBANGKAN WILAYAH UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN


& MENJAMIN PEMERATAAN 77
• ondisi Saat Ini
K 78
• Isu Strategis Kewilayahan 80
• Visi, Misi dan Program Aksi Bidang Kewilayahan 83
• Arahan Umum dan Target Pembangunan Kewilayahan 88
• Arahan Pembangunan Wilayah Pulau 104

BAB 4 MENINGKATKAN SDM BERKUALITAS DAN BERDAYA SAING 189


• Pendahuluan 190
• Capaian Pembangunan 2015-2019 191
• Lingkungan dan Isu Strategis 192
• Sasaran, Target, dan Indikator 203
• Arah Kebijakan dan Strategi 209

ii Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


BAB 5 REVOLUSI MENTAL DAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN 223
• Pendahuluan 224
• Capaian Pembangunan 2015-2019 225
• Lingkungan dan Isu Strategis 226
• Sasaran, Target, dan Indikator 232
• Arah Kebijakan dan Strategi 233

BAB 6 MEMPERKUAT INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN


EKONOMI & PELAYANAN DASAR 237
• Pendahuluan 238
• Capaian Pembangunan 2015-2019 240
• Lingkungan dan Isu Strategis 246
• Sasaran, Target, dan Indikator 264
• Arah Kebijakan dan Strategi 274

BAB 7 MEMBANGUN LINGKUNGAN HIDUP, MENINGKATKAN KETAHANAN


BENCANA, DAN PERUBAHAN IKLIM 289
• Pendahuluan 290
• Capaian Pembangunan 2015-2019 291
• Lingkungan dan Isu Strategis 297
• Sasaran, Target, dan Indikator 312
• Arah Kebijakan dan Strategi 315

BAB 8 MEMPERKUAT STABILITAS POLHUKAM DAN TRANSFORMASI


PELAYANAN PUBLIK 319
• Pendahuluan 320
• Capaian Pembangunan 2015-2019 324
• Lingkungan dan Isu Strategis 334
• Sasaran, Target, dan Indikator 346
• Arah Kebijakan dan Strategi 354

BAB 9 KAIDAH PELAKSANAAN 363


• Kerangka Regulasi 364
• Kerangka Kelembagaan 374
• Kerangka Pendanaan 377
• Kerangka Evaluasi dan Pengendalian 388

iii
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH
NASIONAL IV 2020-2024:
Terwujudnya Indonesia Maju
yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan
Gotong-Royong
Arahan RPJPN 2005-2025

1
Tema dan Agenda Pembangunan
Kerangka Ekonomi Makro
Batasan Pembangunan (Development Constraint)
Kaidah Pembangunan
Pengarusutamaan dalam RPJMN IV 2020-2024
Proyek Prioritas Strategis (Major Project) RPJMN 2020-2024
Arahan RPJP Nasional 2005 – 2025

Rencana Pembangunan Jangka Menengah menekankan terbangunnya struktur perekonomian


Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan tahapan yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di
terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
menjadi sangat penting. RPJMN 2020-2024 akan
mempengaruhi pencapaian target pembangunan Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun
dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita 2020-2024 yang merupakan amanat RPJPN 2005-
Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan 2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana
setara dengan negara-negara berpenghasilan pembangunan nasional periode terakhir. Keempat
menengah atas (upper-middle income country/MIC) pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 agenda
yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber pembangunan yang didalamnya terdapat Program
daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.
rakyat yang lebih baik.
Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan
Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
pembangunan jangka menengah 2020-2024 Target-target dari 17 tujuan (goals) dalam Tujuan
adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan indikatornya telah ditampung dalam 7 agenda
pembangunan di berbagai bidang dengan pembangunan.

Gambar 1.1 Empat Pilar RPJMN IV tahun 2020 - 2024

Kelembagaan politik dan hukum yang mantap

Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat

Struktur ekonomi yang semakin maju dan kokoh

Terwujudnya keanekaragaman hayati yang terjaga

2 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Tema dan Agenda Pembangunan

Terwujudnya Indonesia
Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-
Royong

7 Agenda Pembangunan RPJMN IV tahun 2020 - 2024

Memperkuat Ketahanan Ekonomi


untuk Pertumbuhan yang
Berkualitas dan Berkeadilan
Memperkuat Infrastruktur untuk
Mendukung Pengembangan
Ekonomi dan Pelayanan Dasar

Mengembangkan Wilayah untuk


Mengurangi Kesenjangan

Membangun Lingkungan Hidup,


Meningkatkan Ketahanan
Bencana dan Perubahan Iklim
Meningkatkan Sumber Daya
Manusia yang Berkualitas dan
Berdaya Saing
Memperkuat Stabilitas
Polhukhankam dan
Transformasi Pelayanan Publik

Revolusi Mental dan


Pembangunan Kebudayaan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 3


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Memperkuat Mengembangkan Wilayah Meningkatkan Sumber
Ketahanan Ekonomi untuk Mengurangi Daya Manusia yang
untuk Pertumbuhan Kesenjangan & Berkualitas dan Berdaya
yang Berkualitas dan Menjamin Saing
Berkeadilan Pemerataan

Peningkatan inovasi Pengembangan wilayah Manusia merupakan modal


dan kualitas Investasi ditujukan untuk utama pembangunan
merupakan modal meningkatkan pertumbuhan nasional untuk menuju
utama untuk mendorong ekonomi dan pemenuhan pembangunan yang inklusif
pertumbuhan ekonomi pelayanan dasar dengan dan merata di seluruh
yang lebih tinggi, memperhatikan harmonisasi wilayah.
berkelanjutan dan antara rencana pembangunan
mensejahterakan secara dengan pemanfaatan ruang. Pemerintah Indonesia
adil dan merata. berkomitmen untuk
Pengembangan wilayah meningkatkan kualitas dan
Pembangunan ekonomi yang mampu menciptakan daya saing SDM yaitu sumber
akan dipacu untuk tumbuh kesinambungan dan daya manusia yang sehat
lebih tinggi, inklusif dan keberlanjutan ini dapat dan cerdas, adaptif, inovatif,
berdaya saing melalui: dilakukan melalui: terampil, dan berkarakter,
1) Pengelolaan sumber 1) Pengembangan sektor/ melalui:
daya ekonomi yang komoditas/kegiatan 1) Pengendalian penduduk
mencakup pemenuhan unggulan daerah, dan penguatan tata kelola
pangan dan pertanian 2) Distribusi pusat-pusat kependudukan;
serta pengelolaan pertumbuhan (PKW) ke 2) Penguatan pelaksanaan
kemaritiman, kelautan wilayah belum berkembang, perlindungan sosial;
dan perikanan, sumber 3) Peningkatan daya saing 3) Peningkatan akses
daya air, sumber daya wilayah yang inklusif, dan kualitas pelayanan
energi, serta kehutanan; 4) Memperkuat kemampuan kesehatan menuju
dan SDM dan Iptek berbasis cakupan kesehatan
2) Akselerasi peningkatan kewilayahan dalam semesta;
nilai tambah agro- mendukung ekonomi 4) Peningkatan pemerataan
fishery industry, unggulan daerah, serta layanan pendidikan
kemaritiman, energi, 5) Meningkatkan IPM melalui berkualitas;
industri, pariwisata, pemenuhan pelayanan 5) Peningkatan kualitas anak,
serta ekonomi kreatif dasar secara merata. perempuan, dan pemuda;
dan digital 6) Pengentasan kemiskinan;
dan
7) Peningkatan produktivitas
dan daya saing.

4 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Revolusi Mental Memperkuat Infrastruktur Membangun Lingkungan
dan Pembangunan untuk Mendukung Hidup, Meningkatkan
Kebudayaan Pengembangan Ekonomi Ketahanan Bencana dan
& Pelayanan Dasar Perubahan Iklim

Revolusi mental sebagai Perkuatan infrastruktur Pembangunan nasional perlu


gerakan kebudayaan memiliki ditujukan untuk mendukung memperhatikan daya dukung
kedudukan penting dan aktivitas perekonomian serta sumber daya alam dan daya
berperan sentral dalam mendorong pemerataan tampung lingkungan hidup,
pembangunan untuk pembangunan nasional. kerentanan bencana, dan
mengubah cara pandang, perubahan iklim.
sikap, perilaku yang Pemerintah Indonesia akan
berorientasi pada kemajuan memastikan pembangunan Pembangunan lingkungan
dan kemodernan. infrastruktur akan didasarkan hidup, serta peningkatan
kebutuhan dan keunggulan ketahanan bencana dan
Revolusi mental dan wilayah melalui: perubahan iklim akan
pembangunan kebudayaan 1) Menjadikan keunggulan diarahkan melalui kebijakan:
dilaksanakan secara terpadu wilayah sebagai acuan 1) Peningkatan Kualitas
melalui: untuk mengetahui Lingkungan Hidup;
1) Revolusi mental dan kebutuhan infrastruktur 2) Peningkatan Ketahanan
pembinaan ideologi wilayah, Bencana dan Iklim; serta
Pancasila; 2) Peningkatan pengaturan, 3) Pembangunan Rendah
2) Meningkatkan pemajuan pembinaan dan Karbon.
dan pelestarian pengawasan dalam
kebudayaan; pembangunan,
3) Memperkuat moderasi 3) Pengembangan
beragama; dan infrastruktur perkotaan
4) Meningkatkan budaya berbasis TIK,
literasi, inovasi, dan 4) Rehabilitasi sarana dan
kreativitas. prasarana yang sudah
tidak efisien,
5) Mempermudah
perijinan pembangunan
infrastruktur.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 5


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Memperkuat Stabilitas
Polhukhankam
dan Transformasi
Pelayanan Publik

Negara wajib terus hadir


dalam melindungi segenap
bangsa, memberikan rasa
aman serta pelayanan
publik yang berkualitas pada
seluruh warga negara dan
menegakkan kedaulatan
negara.

Pemerintah akan terus


berupaya meningkatkan tata
kelola pemerintahan yang
baik dan transparan yang
dapat diakses oleh semua
masyarakat melalui:
1) Reformasi kelembagaan
birokrasi untuk pelayanan
publik berkualitas,
2) Meningkatkan Hak Hak
Politik Dan Kebebasan
Sipil,
3) Memperbaiki sistem
peradilan, penataan
regulasi dan tata kelola
keamanan siber,
4) Mempermudah akses
terhadap keadilan dan
sistem anti korupsi.
5) Mempermudah akses
terhadap pelayanan dan
perlindungan WNI di Iuar
negeri

6 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Kerangka Ekonomi Makro 2020-2024

Kilas Balik Ekonomi Makro 2015-2018

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Dari sisi pengeluaran, investasi tumbuh rata-rata
Menengah (RPJMN) 2015-2019 menghadapi 5,6 persen per tahun dan merupakan pendorong
berbagai tantangan peristiwa ekonomi global, utama pertumbuhan ekonomi. Dukungan terhadap
seperti krisis utang Yunani, Brexit, ketidakpastian pertumbuhan investasi utamanya bersumber
kebijakan Amerika Serikat terkait proteksionisme dari perbaikan iklim investasi, pembangunan
perdagangan dan normalisasi kebijakan moneter, infrastruktur, dan peningkatan layanan investasi.
proses rebalancing ekonomi Tiongkok, dan Selanjutnya, konsumsi rumah tangga mampu
berakhirnya era commodity boom. Hal tersebut tumbuh rata-rata 5,0 persen per tahun. Di samping
menyebabkan pemulihan pertumbuhan ekonomi itu, konsumsi pemerintah mampu tumbuh rata-rata
dan perdagangan dunia pasca krisis keuangan 3,0 persen per tahun di tengah tekanan menurunnya
global tahun 2008 berjalan lamban. pendapatan negara. Sementara itu, baik ekspor
maupun impor barang dan jasa riil tumbuh rata-rata
Namun demikian, perekonomian domestik tetap 2,9 persen per tahun.
tumbuh rata-rata 5,0 persen per tahun sepanjang
empat tahun pertama pelaksanaan RPJMN (2015- Stabilitas makro ekonomi diupayakan tetap terjaga,
2018), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata yang tercermin dari laju inflasi dan nilai tukar yang
negara berkembang di dunia sebesar 4,5 persen per terkendali, cadangan devisa yang meningkat, dan
tahun. Pencapaian tersebut didukung oleh berbagai defisit transaksi berjalan yang berada dalam batas
kebijakan reformasi struktural, antara lain melalui aman. Sepanjang 2015-2018, inflasi mencapai rata-
kebijakan perbaikan iklim investasi, perbaikan daya rata 3,3 persen per tahun, berada dalam rentang
saing industri, perbaikan efisiensi logistik, stimulus target yang telah ditetapkan. Sementara itu, di
ekspor, serta promosi pariwisata dan penguatan tengah upaya pengendalian nilai tukar dan defisit
daya beli masyarakat. transaksi berjalan, kondisi neraca pembayaran
Indonesia masih relatif kuat yang tercermin dari
Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tersebut peningkatan cadangan devisa Indonesia dari
didorong oleh pertumbuhan di berbagai sektor. USD111,9 miliar pada 2014 menjadi USD120,7
Industri pengolahan tumbuh rata-rata 4,3 persen miliar pada Desember 2018.
per tahun. Selanjutnya, industri pertanian tumbuh
rata-rata 3,7 persen per tahun, di antaranya melalui Di sisi fiskal, kebijakan tetap diarahkan untuk
perbaikan infrastruktur pertanian untuk memacu mendukung pertumbuhan dan menjaga
produktivitas. Sementara itu, industri jasa mampu stabilitas ekonomi, dengan tetap memperhatikan
menjadi motor pertumbuhan ekonomi, di antaranya kesinambungan fiskal jangka menengah. Hal ini
melalui industri jasa informasi dan komunikasi, tercermin dari rasio utang yang lebih rendah dari
serta industri transportasi dan pergudangan yang 30 persen PDB, defisit anggaran yang terjaga lebih
tumbuh masing-masing sebesar 8,8 dan 7,4 persen rendah dari 3,0 persen PDB, dan defisit anggaran
per tahun. dan keseimbangan primer yang terus mengecil dan
menuju positif pada 2018.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 7


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Melalui kinerja perekonomian yang kuat dan stabil, kemiskinan diturunkan hingga satu digit (9,82 persen
kesejahteraan masyarakat meningkat. Ekspansi pada Maret 2018) didorong salah satunya melalui
perekonomian domestik diperkirakan mampu efektivitas program penanggulangan kemiskinan.
menciptakan tambahan lebih dari 9,0 juta lapangan Rasio gini mengalami penurunan dari 0,414 pada
kerja pada 2015-2018. Tingkat pengangguran 2014 menjadi 0,389 pada 2018, menunjukkan
terbuka turun menjadi 5,34 persen pada 2018 dari berkurangnya ketimpangan antar golongan
5,94 persen pada 2014. Di sisi lain, PDB per kapita pendapatan. Target pembangunan lainnya, yakni
terus meningkat dari USD3.531 pada 2014 menjadi Indeks Pembangunan Manusia (IPM), mengalami
USD3.927 pada 2018, setara dengan GNI per kapita peningkatan dari 68,90 pada 2014 menjadi 71,39
(Atlas Method) USD3.840, berada di ambang batas pada 2018.
negara berpendapatan menengah-tinggi1. Tingkat

Gambar 1.2 Pencapaian Kerangka Ekonomi Makro (KEM) 2015-2018

Pertumbuhan Pertumbuhan Tingkat Inflasi


PDB Per Kapita
Ekonomi Investasi (2015-2018)
(2018)
(2015-2018) (2015-2018)

5,0 5,6 3.927


USD
3,3
persen persen persen

CAPAIAN KEM 2015-2018

Tingkat Kemiskinan TPT


(2018) (2018) Rasio Gini IPM

9,82 5,34
(2018) (2018)

persen persen 0,389 71,39

1.Batas GNI per kapita (Atlas Method) negara berpendapatan menengah tinggi menurut World Bank per Juli 2018
sebesar USD3896.

8 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Tantangan Perekonomian 2020-2024
Ketidakpastian Global
Ke depan, risiko ketidakpastian masih akan mewarnai berpendapatan tinggi atau mengejar ketertinggalan
perkembangan perekonomian dunia. Pertumbuhan pendapatan per kapita negara peers.
ekonomi dan perdagangan dunia diperkirakan akan
cenderung stagnan dengan tren melambat, masing- Stagnannya pertumbuhan ekonomi utamanya
masing diproyeksikan2 sebesar 3,5 dan 3,7 persen disebabkan oleh tingkat produktivitas yang rendah
per tahun, sepanjang 2020-2024. Harga komoditas seiring belum optimalnya transformasi struktural.
internasional ekspor utama Indonesia diperkirakan Hasil diagnosis terhadap pertumbuhan ekonomi
juga akan cenderung menurun, di antaranya (Growth Diagnostics)3 menemukan bahwa faktor
adalah batu bara dan minyak kelapa sawit, seiring yang menjadi kendala utama yang mengikat (the
dengan beralihnya permintaan dunia ke produk most binding constraint) pertumbuhan ekonomi
yang lain. Selain itu, risiko ketidakpastian lainnya Indonesia adalah regulasi yang tidak mendukung
yang perlu diantisipasi antara lain perang dagang, penciptaan dan pengembangan bisnis, bahkan
perlambatan ekonomi China, dan risiko geopolitik di cenderung membatasi, serta kualitas institusi
Timur Tengah. yang rendah. Selain itu, kualitas sumber daya
manusia (SDM) menjadi kendala mengikat bagi
Pertumbuhan Ekonomi pada Kisaran 5,0 pertumbuhan ekonomi jangka menengah-panjang.
Persen Jika tidak diatasi saat ini, rendahnya kualitas SDM
Selepas krisis ekonomi 1998, rata-rata pertumbuhan akan menghalangi Indonesia untuk bersaing di
ekonomi Indonesia hanya pada kisaran 5,3 persen era digital dan sulit untuk beralih ke manufaktur
per tahun. Bahkan dalam empat tahun terakhir berteknologi tinggi. Kendala lain yang masih harus
pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung diatasi adalah rendahnya penerimaan perpajakan
stagnan pada kisaran 5,0 persen. Dengan dan kualitas belanja, serta infrastruktur yang masih
tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut, sulit bagi harus ditingkatkan, terutama terkait konektivitas.
Indonesia untuk dapat naik kelas menjadi negara

Gambar 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Persen YoY)


basis pertumbuhan
15 lonjakan
yang rendah
harga minyak penurunan pertumbuhan dari sektor
10 harga minyak manufaktur & liberalisasi
lonjakan harga komoditas

5
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
1968-1979 1980-1996 2000-2018
0 7,5% 6,4% 5,3%

-5

-10
Krisis Keuangan Asia
-15
1968 1973 1978 1983 1988 1993 1998 2003 2008 2013 2018

2. Berdasarkan World Economic Outlook Database IMF Oktober 2019


3. Studi Growth Diagnostic Bappenas 2018

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 9


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Defisit Transaksi Berjalan yang Meningkat Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital
Tidak berkembangnya industri pengolahan Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri
berdampak pada kinerja perdagangan internasional 4.0. Revolusi tersebut memberikan tantangan dan
Indonesia. Hingga saat ini, ekspor Indonesia masih peluang bagi perkembangan perekonomian ke
didominasi oleh ekspor komoditas, tidak berbeda depan. Di satu sisi, digitalisasi, otomatisasi, dan
dengan periode 40 tahun yang lalu. Rasio ekspor penggunaan kecerdasan buatan dalam aktivitas
terhadap PDB terus menurun dari 41,0 persen ekonomi akan meningkatkan produktivitas dan
pada 2000 menjadi 21,0 persen pada 2018. efisiensi dalam produksi modern, serta memberikan
Akibatnya, Indonesia masih mengalami defisit kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Digital
transaksi berjalan hingga mencapai 3,0 persen teknologi juga membantu proses pembangunan
PDB, sementara beberapa negara peers sudah di berbagai bidang di antaranya pendidikan
mencatatkan surplus. Peningkatan defisit transaksi melalui distance learning, di pemerintahan melalui
berjalan menjadi penghambat bagi akselerasi e-government, inklusi keuangan melalui fin-tech,
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat di tengah dan pengembangan UMKM seiring berkembangnya
kondisi keuangan global yang ketat. e-commerce. Namun di sisi lain, perkembangan
revolusi industri 4.0 berpotensi menyebabkan
hilangnya pekerjaan di dunia. Studi dari Mckinsey
memperkirakan 60 persen jabatan pekerjaan di
dunia akan tergantikan oleh otomatisasi. Di Indonesia
diperkirakan 51,8 persen potensi pekerjaan yang
akan hilang. Di samping itu, tumbuhnya berbagai
aktivitas bisnis dan jual beli berbasis online belum
dibarengi dengan upaya pengoptimalan penerimaan
negara serta pengawasan kepatuhan pajak atas
transaksi tersebut. Hal ini penting menjadi perhatian
mengingat sebagian besar transaksi digital bersifat
lintas negara.

Industry
4.0

10 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sasaran Ekonomi Makro 2020-2024
Sasaran Makro Pembangunan
Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan
jangka menengah, pertumbuhan ekonomi Selain menjaga pertumbuhan ekonomi, stabilitas
diharapkan dapat meningkat rata-rata 6,0 persen per inflasi tetap menjadi prioritas. Sasaran inflasi 2020-
tahun, melalui peningkatan produktivitas, investasi 2024 dijaga stabil dengan tren menurun, sebesar
yang berkelanjutan, perbaikan pasar tenaga kerja, 3,0 ± 1 persen pada tahun 2020-2022, dan 2,5 ± 1
dan peningkatan kualitas SDM. Dengan target persen pada tahun 2023-2024. Pencapaian sasaran
pertumbuhan ekonomi tersebut, Gross National tersebut akan diupayakan melalui penyelesaian
Income (GNI) per kapita (Atlas Method) diharapkan permasalahan struktural, pengelolaan ekspektasi,
meningkat menjadi USD6.010 per kapita pada 2024. dan penguatan koordinasi.
Gambar 1.4 Skenario Pertumbuhan Ekonomi 2020-2024
Pertumbuhan Ekonomi, Persen
6,8
(GNI Per Kapita Harga Berlaku Atlas Method ) (6.010)
6,3
(5.540)

5,9
(5.120)

5,5
(4.720)
5,3
(4.350) Rata-rata

6,0%

2020 2021 2022 2023 2024

Gambar 1.5 Rincian Pertumbuhan Ekonomi 2020-2024


RATA-RATA 2020-2024
(PERSEN/TAHUN)
2015-2018 PDB SISI PRODUKSI PDB SISI PENGELUARAN
Industri Pengolahan
4,3 6,5 2015-2018

Pertanian Konsumsi RT & LNPRT


3,7 5,0
3,9 5,6
Perdagangan Konsumsi Pemerintah
4,0 6,3 4,9
3,0
Jasa Keuangan Investasi
6,8 7,2 7,0
5,6
PERTUMBUHAN
Informasi dan Komunikasi EKONOMI INDONESIA Ekspor
8,8 9,0 4,8 2,9

6,1
Konstruksi 6,0 Impor
6,4 4,8 2,9
Pertambangan
0,1 1,9
Perhitungan Bappenas

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 11


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Gambar 1.6 Sasaran Makro Pembangunan 2020-2024

Defisit Transaksi
Share Industri Berjalan
Tingkat Investasi Pengolahan
7,0 persen 1,6
(2020-2024)
21,0 persen PDB (2024)
persen (2024)

Pertumbuhan
Pertumbuhan Ekspor Industri Pengolahan
Tingkat Inflasi Non Migas Rasio Pajak
Non Migas
1,5-3,5 7,2 persen 7,0 persen 11,7persen PDB
persen (2024) (2020-2024) (2020-2024) (2020-2024)

SASARAN MAKRO PEMBANGUNAN 2020-2024

Penurunan Emisi GRK


Tingkat Kemiskinan TPT Rasio Gini IPM
27,3 persen (2024)
6,0-7,0 3,6-4,3 0,360-0,374 75,54 menuju target 29% di 2030
persen (2024) persen (2024) (2024) (2024) (Paris Agreement)

Perbaikan kondisi makro tersebut berdampak Salah satu kunci untuk dapat mencapai pertumbuhan
pada peningkatan kualitas pertumbuhan. Tingkat ekonomi yang berkualitas dalam lima tahun ke
kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka depan, adalah melalui transformasi struktural.
diharapkan menurun masing-masing menjadi 6,0 – Perbaikan transformasi struktural utamanya didorong
7,0 persen dan 3,6 – 4,3 persen pada 2024. Tingkat oleh revitalisasi industri pengolahan, dengan tetap
rasio gini menurun menjadi 0,360 – 0,374 pada 2024. mendorong perkembangan sektor lain melalui
Sementara IPM diharapkan meningkat menjadi transformasi pertanian, hilirisasi pertambangan,
75,54 pada tahun 2024, yang mengindikasikan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, dan
perbaikan kualitas sumber daya manusia. transformasi sektor jasa.

Gambar 1.7 Sasaran PDB Sisi Produksi: Transformasi Struktural untuk Peningkatan Kesejahteraan
REVITALISASI INDUSTRI TRANSFORMASI PERTANIAN TRANSFORMASI SEKTOR JASA

INDUSTRI PERTANIAN JASA

4,3 3,7 5,7


6,5 3,9 9,8
2015-2018 2015-2018 2015-2018
2020-2024 2020-2024 2020-2024

Memperbaiki lingkungan usaha yang Meningkatkan produktivitas lahan dan Mendorong sektor jasa dengan nilai tambah yang
mendukung modernisasi industri, termasuk memperkuat nilai tambah pertanian tinggi didorong oleh inovasi dan teknologi
melalui penerapan Industri 4.0

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR HILIRISASI PERTAMBANGAN

LISTRIK KONSTRUKSI PERTAMBANGAN Keterangan:


Rata-rata pertumbuhan (Persen)

2015-2018 2020-2024
3,3 6,1 0,1
5,5 6,4 1,9
2015-2018 2015-2018 2015-2018
2020-2024 2020-2024 2020-2024
Melanjutkan pembangunan infrastruktur terutama konektivitas dan Peningkatan nilai tambah pertambangan yang
energi untuk mendukung ekspansi ekonomi dan pertumbuhan inklusif mendukung pengembangan industri hilir

12 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Memperkuat Permintaan Domestik
Dari sisi permintaan domestik, konsumsi masyarakat modal tetap bruto) yang tumbuh 7,0 persen per
(rumah tangga dan LNPRT) diharapkan akan tahun. Untuk mencapai target tersebut, investasi
tumbuh rata-rata 5,6 persen per tahun. Peningkatan swasta (asing maupun dalam negeri) akan
konsumsi masyarakat didorong oleh peningkatan didorong melalui deregulasi prosedur investasi,
pendapatan masyarat seiring dengan penciptaan sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perizinan,
lapangan kerja yang lebih besar dan lebih baik, termasuk meningkatkan EoDB Indonesia dari
stabilitas harga, dan bantuan sosial pemerintah peringkat 73 pada 2018 menuju peringkat 40 pada
yang lebih tepat sasaran. 2024. Peningkatan investasi juga didorong oleh
peningkatan investasi pemerintah, termasuk BUMN,
Konsumsi pemerintah akan tumbuh rata-rata 4,9 terutama untuk infrastruktur. Hal ini ditunjukkan
persen per tahun didukung oleh peningkatan dengan peningkatan stok infrastruktur menjadi 49,4
belanja pemerintah, baik pusat maupun transfer ke persen PDB dan belanja modal pemerintah yang
daerah, seiring dengan peningkatan pendapatan tumbuh 24,1 persen per tahun sepanjang 2020-
negara, terutama penerimaan perpajakan. 2024. Peningkatan investasi juga akan dilakukan
melalui peningkatan produktivitas, yang akan
Ekspansi perekonomian 2020-2024 terutama akan mendorong peningkatan efisiensi investasi.
didorong oleh peningkatan investasi (pembentukan

Gambar 1.8 Sasaran PDB Sisi Pengeluaran: Memperkuat Permintaan Domestik

KONSUMSI RT & LNPRT KONSUMSI PEMERINTAH INVESTASI

5,0 5,6 3,0 4,9 5,6 7,0

Konsumsi masyarakat meningkat Dorongan pemerintah berupa Memberikan fasilitas kemudahan


seiring dengan peningkatan belanja yang lebih berkualitas usaha dan investasi, meningkatkan
pendapatan dan penciptaan serta penerimaan perpajakan kepastian hukum, dan melanjutkan
lapangan kerja yang lebih baik yang optimal pembangunan infrastruktur

6.010 5,4 17,6


5,4
GNI per kapita 2024 Transfer ke Daerah dan Share PMA/PMDN
(USD Harga Berlaku Dana Desa 2020-2024 ICOR 2024 2024
Atlas Method) (Rata-rata, Persen PDB) thd Investasi
(Persen)
6,0-7,0 10,1 49,4 7,0
Tingkat Kemiskinan 2024
Belanja Pemerintah Stok Infrastruktur Pertumbuhan Capex
(Persen)
Pusat 2020-2024 2024 (Persen PDB) BUMN 2020-2024
(Rata-rata, Persen (Rata-rata, Persen)
3,6-4,3 PDB) 11,7
Keterangan: TPT 2024 1,7
Rata-rata pertumbuhan (Persen) Rasio Pajak 2020-2024
(Persen) (Persen PDB) Belanja Modal
2015-2018 2020-2024 Pemerintah 2020-2024
(Rata-rata, Persen PDB)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 13


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Diversifikasi Ekspor dan Stabilitas Eksternal
Secara keseluruhan, ekspor barang dan jasa Amerika Latin, dan Eropa Timur. Sementara impor
tumbuh rata-rata 4,8 persen per tahun. Peningkatan barang dan jasa tumbuh rata-rata 4,8 persen
ekspor barang 2020-2024 akan didukung oleh per tahun didorong oleh peningkatan permintaan
revitalisasi industri pengolahan yang mendorong domestik, terutama investasi.
diversifikasi produk ekspor non-komoditas, terutama
ekspor produk manufaktur berteknologi tinggi dan Kinerja perdagangan internasional yang membaik
mengurangi ketergantungan impor. Peningkatan akan mendorong penguatan stabilitas eksternal,
juga akan didorong oleh peningkatan ekspor jasa, yang ditandai dengan perbaikan defisit transaksi
utamanya jasa perjalanan, melalui pengembangan berjalan menjadi 1,6 persen PDB dan peningkatan
sektor pariwisata. Diversifikasi ekspor tidak hanya cadangan devisa menjadi USD168,7 miliar pada
dilakukan dari sisi produk, namun juga dalam hal 2024.
negara tujuan ekspor. Perluasan pasar ekspor
utamanya akan dilakukan ke kawasan Afrika,

Gambar 1.9 Sasaran PDB Sisi Pengeluaran: Diversifikasi Ekspor dan Stabilitas Eksternal

EKSPOR BARANG DAN JASA IMPOR BARANG DAN JASA

2,9 4,8 2,9 4,8

Kontribusi net ekspor diharapkan menuju positif, didukung oleh revitalisasi sektor industri pengolahan yang mendorong
diversifikasi produk ekspor dan ketergantungan terhadap impor. Peningkatan ekspor juga didukung oleh
pengembangan sektor pariwisata

21,0 7,0 7,2


Share Industri Pertumbuhan Industri Pertumbuhan Ekspor Non Migas
Manufaktur 2024 Manufaktur Non Migas 2020-2024 (Rata-Rata, Persen)
(Persen PDB) 2020-2024 (Rata-Rata, Persen)

24,0 32,0 65,0


Jumlah Wisman 2024 Devisa Pariwisata 2024 Share Ekspor
(Juta Kunjungan) (USD Miliar) Manufaktur terhadap
Total Ekspor 2024
(Persen)

STABILITAS EKSTERNAL YANG KUAT

168,7 1,6
Keterangan:
Rata-rata pertumbuhan (Persen) Cadangan Devisa Defisit Transaksi
2024 Berjalan 2024
2015-2018 2020-2024 (USD Miliar) (Persen PDB)

14 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Menjaga Kesinambungan Fiskal

Pemerintah berkomitmen untuk menjaga APBN yang perpajakan sebagai instrumen pendorong investasi
sehat dengan tetap memberikan stimulus terhadap melalui penyediaan insentif fiskal yang mendukung
perekonomian. Pendapatan negara ditargetkan aktivitas penciptaan nilai tambah ekonomi (industri
meningkat menjadi rata-rata 13,8 persen PDB per manufaktur, pariwisata, ekonomi kreatif dan digital).
tahun, dengan rasio perpajakan mencapai rata-rata
11,7 persen PDB per tahun. Hal ini dicapai melalui Stimulus terhadap perekonomian lainnya juga
perbaikan yang sifatnya berkelanjutan baik dari sisi dilakukan dengan penajaman belanja negara. Total
administrasi maupun kebijakan perpajakan. Dari belanja negara akan mencapai rata-rata 15,5 persen
sisi administrasi, akan terus dilakukan pembaruan PDB per tahun, dengan belanja pemerintah pusat
sistem administrasi perpajakan sebagai upaya mencapai rata-rata 10,1 persen PDB per tahun dan
perbaikan basis data perpajakan dan peningkatan TKDD sebesar 5,4 persen PDB. Defisit akan dijaga
kepatuhan. Dari sisi kebijakan, pemerintah akan pada rata-rata 1,7 persen PDB selama 2020-2024,
terus melakukan penggalian potensi penerimaan, berada di bawah batas defisit yang diperbolehkan
antara lain potensi yang berasal dari aktivitas undang-undang. Keseimbangan primer diarahkan
jasa digital lintas negara, reformasi kebijakan menuju positif, sebesar rata-rata 0,0 persen PDB.
cukai melalui penyederhanaan struktur tarif cukai Dengan komposisi tersebut, rasio utang akan dijaga
Hasil Tembakau (HT), peningkatan tarif cukai HT, di bawah 30 persen PDB.
dan ekstensifikasi barang kena cukai. Adapun,
kebijakan ini juga diimbangi dengan peran kebijakan

Gambar 1.10 Proyeksi Postur APBN 2020-2024

MOBILISASI PENAJAMAN BELANJA


PEMBIAYAAN
PENDAPATAN NEGARA NEGARA

13,8% PDB 15,5% PDB 1,7% PDB

Penerimaan Belanja Transfer ke Primary


PNBP Hibah Pemerintah Daerah dan Surplus/Defisit
Perpajakan Pusat Dana Desa Balance

11,7% PDB1 2,1% PDB 0,0% PDB 10,1% PDB 5,4% PDB 0,0% PDB -1,7% PDB

12,6% PDB2

1
Tax Ratio arti sempit
Belanja K/L Belanja Non K/L Rasio Utang
2
Tax Ratio arti luas
5,8% PDB 4,3% PDB
29,0% PDB
* Rata-rata 2020-2024

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 15


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Menjaga Stabilitas Inflasi dan Nilai Tukar
Angka pergeseran ini telah mempertimbangkan
Laju inflasi yang rendah dan stabil diharapkan kemampuan wilayah yang berpotensi untuk tumbuh
dapat menjaga daya beli dan mendorong konsumsi lebih cepat dari Pulau Jawa dan Sumatera.
masyarakat sehingga dapat mendukung akselerasi
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pemerintah Pulau Sumatera tetap menjaga momentum
dan Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga pertumbuhan dan diarahkan akan melebihi
tren penurunan laju inflasi rendah dan stabil dalam tingkat pertumbuhan Pulau Jawa. Kebijakan
jangka menengah. hilirisasi komoditas unggulan, pengembangan
potensi pariwisata, perkuatan infrastruktur
Dalam kurun waktu 2020-2024, kebijakan konektivitas antarwilayah menjadi kunci percepatan
pengendalian inflasi diarahkan untuk: (i) meningkatkan pertumbuhan Pulau Sumatera.
ketersediaan komoditas pangan strategis; (ii)
memperkuat tata kelola sistem logistik nasional Pulau Jawa – Bali tetap menjadi wilayah yang
dan konektivitas antarwilayah; (iii) meningkatkan memiliki porsi (share) terbesar dalam perekonomian
kerjasama antardaerah; (iv) menjangkar ekspektasi didorong oleh pergeseran struktur ekonomi ke
inflasi dalam sasaran yang ditetapkan; serta (iv) arah sektor jasa dengan tetap mempertahankan
meningkatkan kualitas data/statistik. pertumbuhan di sektor industri pengolahan.
Pergeseran struktur ekonomi ini diharapkan mampu
Sepanjang 2020-2024, nilai tukar stabil pada tingkat menjaga pertumbuhan ekonomi pulau Jawa -
fundamentalnya untuk menjaga daya saing ekspor. Bali yang lebih stabil sebagai penopang utama
Hal ini dapat dicapai melalui: (i) pengendalian tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.
inflasi; (ii) optimalisasi suku bunga acuan Bank
Indonesia; (iii) kecukupan likuiditas; (iv) pendalaman Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Nusa Tenggara
pasar keuangan; (v) penurunan defisit transaksi bertumpu pada hilirisasi sumber daya alam,
berjalan; serta (vi) sinergi kebijakan yang diarahkan perdagangan, dan pariwisata. Pulau Nusa Tenggara
untuk penerapan reformasi struktural yang mampu diarahkan untuk melakukan diversifikasi industri
meningkatkan daya saing perekonomian domestik. pengolahan yang berbasis pada sektor pertanian,
peternakan, dan perkebunan dengan harapan
Mengurangi Ketimpangan Wilayah mampu mengurangi ketergantungan perekonomian
Pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah diharapkan pulau tersebut pada sektor pertambangan.
berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi
nasional. Untuk itu, kebijakan di setiap wilayah Pertumbuhan ekonomi Pulau Kalimantan akan
diharapkan dapat selaras dengan kebijakan di meningkat terutama didorong oleh investasi
tingkat nasional, dengan tetap memperhatikan untuk pembangunan Ibu Kota Negara yang
keunggulan dan karakteristik wilayah dalam rangka dapat menciptakan efek pengganda besar bagi
mengurangi ketimpangan antar wilayah. perekonomian serta hilirisasi sumber daya alam
untuk energi.
Perekonomian nasional dalam kurun waktu lima
tahun ke depan diarahkan agar tumbuh lebih cepat Pulau Sulawesi masih menjadi penopang pertumbuhan
di luar Pulau Jawa dan Sumatera. Pergeseran di kawasan Indonesia timur dengan didorong
perekonomian ditandai dengan bergesernya porsi oleh investasi untuk hilirisasi sumber daya alam,
(share) perekonomian secara nominal sebesar peningkatan konektivitas sentra industri, dan sebagai
1,2 persen ke luar Pulau Jawa dan Sumatera. pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia.

16 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Perekonomian Kepulauan Maluku diharapkan daya alam dan diversifikasi industri pengolahan
tumbuh tinggi dengan didorong oleh pengembangan berbasis perkebunan, pangan, dan perikanan.
industri perikanan, pariwisata, dan hilirisasi sumber Penguatan konektivitas juga akan dilakukan untuk
daya alam. menurunkan disparitas harga komoditas dan biaya
logistik. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
Pulau Papua diharapkan tumbuh lebih tinggi untuk Maluku dan Papua diharapkan diharapkan mampu
meningkatkan skala ekonomi di Kawasan Timur mengejar ketertinggalan dari wilayah lainnya.
Indonesia dengan didorong oleh hilirisasi sumber

Gambar 1.11 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi per Pulau

SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI Target Pertumbuhan


2020: 4,9% 2020: 5,7% 2020: 6,9% Ekonomi Indonesia
2024: 7,2% 2024: 8,3% 2020 : 5,3%
2024: 8,8%
2024 : 6,8%
Rata-rata : 6%
MALUKU
2020: 6,2%
2024: 9,1%

JAWA & BALI PAPUA


NUSA TENGGARA
2020: 5,6% 2020: 5,4%
2020: 4,7%
2024: 6,2% 2024: 9,0%
2024: 7,5%
Sumber : Perhitungan Bappenas
* Sejalan dengan skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 6,0 persen

Kebutuhan Investasi dan Pembiayaan Pertumbuhan Ekonomi Berwawasan


Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi Lingkungan
rata-rata 6,0 persen per tahun, dibutuhkan investasi Aspek lain pembangunan ekonomi ke depan adalah
sebesar Rp35.428,2 triliun sepanjang tahun 2020- aspek lingkungan. Perubahan iklim dan menurunnya
2024. Dari total kebutuhan tersebut, pemerintah dan daya dukung lingkungan dapat berdampak negatif
BUMN akan menyumbang masing-masing sebesar terhadap pencapaian target pertumbuhan ekonomi.
9,4 persen dan 8,8 persen, sementara sisanya akan Oleh karenanya pembangunan ke depan harus
dipenuhi oleh masyarakat atau swasta. diarahkan untuk mempertahankan keseimbangan
antara pertumbuhan ekonomi, target penurunan
Pembiayaan kebutuhan investasi pada tahun 2020- dan intensitas emisi serta kapasitas daya dukung
2024 diupayakan dengan pendalaman sektor SDA dan daya tampung LH saat ini dan di masa
keuangan baik bank maupun non-bank, antara lain yang akan datang.
melalui peningkatan inklusi keuangan, perluasan
inovasi produk keuangan, pengembangan
infrastruktur sektor jasa keuangan, dan optimalisasi
alternatif pembiayaan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 17


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Batasan Pembangunan
(Development Constraint)

Kondisi Daya Dukung Sumber Daya Alam


Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup

Keterbatasan daya dukung sumber daya alam dan jasa lingkungan hutan yang paling optimal terdapat
daya tampung lingkungan hidup dalam mendukung pada hutan primer, yakni tutupan hutan alam
pembangunan didefinisikan sebagai batas dengan kondisi masih utuh yang belum mengalami
kemampuan sumber daya alam untuk mendukung gangguan eksploitasi oleh manusia.
perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antar keduanya; serta kemampuan Walaupun laju deforestasi telah berhasil dikurangi
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/ secara signifikan, namun luas tutupan hutan primer
atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan semakin menyusut. Pada tahun 2045 diproyeksikan
ke dalamnya. Daya dukung sumber daya alam luas tutupan hutan primer tinggal tersisa 45,8 juta ha
dan daya tampung lingkungan hidup kondisi atau 24% dari total luas daratan nasional (188 juta
tersebut wajib menjadi pertimbangan dalam setiap ha). (Gambar 1.12).
proses perencanaan pembangunan karena akan
menentukan keberlanjutan pembangunan. Gambar 1.12 Proyeksi Penurunan Tutupan Hutan
Primer (skenario fair)
Beberapa parameter daya dukung sumber daya
alam dan daya tampung lingkungan hidup yang 28,0%
luas daratan

perlu diperhatikan meliputi: (a) Tutupan Hutan 54


luas hutan primer (juta

52
Primer; (b) Tutupan Hutan di atas Lahan Gambut; 50 24,9%
luas daratan
24,4%

(c) Habitat Spesies Kunci; (d) Luas Pemukiman


luas daratan
48
ha)

46
di Area Pesisir terdampak Perubahan Iklim; (e) 44

Kawasan Rawan Bencana; (f) Ketersediaan Air; (g) 42


2000 2005 2010 2015 2018 2020 2024 2030 2035 2040 2045
Ketersediaan Energi; serta (h) Tingkat Emisi dan Proyeksi   Data  Historis  

Intensitas Emisi Gas Rumah Kaca.


Sumber: Bappenas, 2019

A. Tutupan Hutan Primer


Hutan memberikan jasa lingkungan yang tidak Kebijakan moratorium hutan primer yang telah
ternilai bagi keberlangsungan kehidupan, antara diterapkan sejak tahun 2011 belum mampu
lain sebagai penghasil oksigen, sumber plasma sepenuhnya mencegah penurunan luas hutan
nutfah, regulator air di alam, penyerap emisi gas primer. Selama tujuh tahun pelaksanaan
rumah kaca, pencegah bencana erosi serta banjir, kebijakan penundaan pemberian izin baru dan
dan menjadi benteng terakhir bagi perlindungan penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan
keanekaragaman hayati di daratan. Nilai manfaat lahan gambut, sedikitnya tiga juta hektar hutan

18 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 1.13 Sebaran Tutupan Hutan Primer Indonesia yang Ingin Dipertahankan

Sumber: Bappenas, 2019

B. Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut


alam primer dan lahan gambut atau kira-kira setara Lahan gambut berperan sangat penting dalam
dengan lima kali luas Pulau Bali telah terkonversi hubungannya dengan daya dukung sumber daya
untuk penggunaan lain. Selain itu, setiap tahunnya alam dan daya tampung lingkungan hidup di
juga masih ditemukan ribuan titik api dalam Peta Indonesia. Selain kaya akan keanekaragaman hayati
Moratorium tersebut. dan memiliki fungsi hidrologis yang sangat penting
dalam mengatur tata air di wilayah sekitarnya,
Agar dapat mempertahankan fungsinya, maka area ekosistem gambut juga mengandung cadangan
hutan primer dalam Peta Moratorium seluas 45-46 karbon yang sangat tinggi sehingga diperlukan
juta ha (kondisi tahun 2019) atau sekitar 24-25% dari upaya terintegrasi dalam mengkonservasi dan
luas total lahan nasional merupakan luas minimal merestorasinya. Ekosistem gambut saat ini terus
yang harus dipertahankan dalam perencanaan mengalami ancaman terutama dari pengeringan
pembangunan. Sebaran tutupan hutan primer lahan gambut, deforestasi, serta kebakaran di
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.13. lahan gambut yang berpotensi meningkatkan emisi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 19


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Tabel 1.1 Perubahan Luas Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut
Luas Tutupan Hutan di Lahan Gambut
Luas Lahan Gambut
Pulau 2000 2015
(Ha)
Ha % Ha %
Sumatera 4.120.325 1.789.500 43,43 837.675 20,33

Kalimantan 4.694.625 2.545.300 54,22 1.871.800 39,87

Papua 6.376.975 4.896.300 76,78 4.817.275 75,54

Total Nasional 15.191.925 9.231.100 60,76 7.526.750 49,54

Sumber: Bappenas, 2019

gas rumah kaca (GRK) dan mengganggu fungsi Kerusakan tutupan hutan di atas lahan gambut
ekosistem gambut tersebut. Luas tutupan hutan, paling besar terjadi di Pulau Kalimantan dan
baik hutan primer maupun sekunder yang terletak di Sumatera. Alih fungsi hutan menjadi area pertanian
atas lahan gambut cenderung semakin berkurang dan perkebunan serta terjadinya kebakaran hutan
sehingga menunjukkan semakin meluasnya dan lahan merupakan pemicu utama terjadinya
kerusakan pada lahan gambut dari tahun ke tahun penurunan luas tutupan hutan tersebut.
(Tabel 1.1).

Gambar 1.14 Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut Tahun 2015

Sumber: Bappenas, 2019

20 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Beberapa kebijakan terkait perlindungan dan (Varanus komodoensis), orangutan (Pongo spp.),
pengelolaan lahan gambut telah dilakukan. burung cendrawasih (Paradisaea ssp.), badak jawa
Salah satu kebijakan tersebut adalah moratorium (Rhinoceros sondaicus), maleo (Macrocephalon
lahan gambut yang telah diberlakukan sejak maleo), dan anoa (Bubalus spp.)
tahun 2015 dalam rangka mengurangi terjadinya
konversi tutupan hutan di atas lahan gambut; serta Potensi keanekaragamanan hayati serta kelimpahan
mendukung upaya pemulihan dan restorasi gambut. jumlah spesies, memiliki peran penting dalam
menjaga keseimbangan dan kelestarian suatu
Percepatan upaya pemulihan dan restorasi gambut, ekosistem. Hal ini karena keanekaragaman hayati
yang ditandai dengan dibentuknya lembaga khusus dapat menunjang dan menjadikan ekosistem
Badan Restorasi Gambut (BRG) pada tahun 2016 mampu memenuhi kebutuhan setiap makhluk hidup.
saat ini belum menunjukkan hasil yang optimal.
Laporan Kinerja BRG (2018), menunjukkan bahwa Keanekaragaman spesies yang dimiliki Indonesia
total lahan gambut yang telah berhasil direstorasi tidak terlepas dari adanya peran daya dukung
pada kawasan budidaya berizin/konsesi (Hak Guna lingkungan yang memberikan dukungan terhadap
Usaha dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan) keberlangsungan hidup setiap individu spesies.
hanya mencapai 143.448 ha dari target 1.784.353 ha Daya dukung lingkungan yang utama bagi tiap
sampai tahun 2020 (8%); sementara lahan gambut spesies adalah ketersediaan habitat sebagai
yang berhasil direstorasi pada kawasan non-izin tempat individu spesies untuk berlindung, mencari
(HL, HP, KK, APL) baru mencapai 682.694 dari makan, dan berkembang biak untuk melestarikan
target 892.248 ha sampai tahun 2020 (77%). Apabila kelangsungan jenisnya.
tidak ada perbaikan kebijakan, dikhawatirkan
target pemulihan dan restorasi gambut tidak dapat Salah satu faktor pembatas yang harus
tercapai dengan optimal. menjadi perhatian utama dalam merencanakan
pembangunan di Indonesia adalah habitat dari
Dalam rencana pembangunan ke depan total tutupan spesies kunci. Spesies kunci ini adalah tumbuhan
hutan di atas lahan gambut perlu dipertahankan atau satwa yang diprioritaskan untuk dilindungi
pada luas minimal 9,2 juta ha seperti kondisi di serta dapat mewakili keanekaragaman hayati
tahun 2000 sehingga pada periode RPJMN 2020- secara keseluruhan dalam sebuah ekosistem.
2024 setidaknya diperlukan tambahan gambut yang Kehilangan spesies kunci akan mengakibatkan
direstorasi seluas 1,5-2 juta ha. Untuk itu, upaya gangguan terhadap keberlanjutan struktur, fungsi
restorasi lahan gambut perlu tetap menjadi prioritas dan produktifitas dari habitat/ekosistem tersebut.
dalam RPJMN 2020-2024.
Terdapat sembilan spesies kunci yang menjadi
C. Habitat Spesies Kunci faktor pembatas di dalam analisis daya dukung dan
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan daya tampung lingkungan hidup, yaitu Babirusa,
ciri khas ekosistem yang luar biasa dan masing- Anoa, Badak Jawa, Owa Jawa, Gajah Kalimantan,
masing pulau memiliki endemisitas yang tinggi Orang Utan Kalimantan, Orang Utan Sumatera,
(IBSAP 2015-2020). Beberapa spesies endemik Gajah Sumatera, dan Harimau Sumatera. Habitat
yang terdapat di Indonesia antara lain komodo spesies kunci ini diproyeksikan akan berkurang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 21


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Gambar 1.15 Proyeksi Penyusutan Tutupan Hutan pada Habitat Beberapa Spesies Kunci selama periode
2000-2045.

Gajah Kalimantan
−1%
Orangutan
Sumatera Anoa Babirusa
Orangutan Borneo
−48% −38% −8% −2%

Gajah Sumatera
−44%

Harimau Sumatera
−39%

Badak Jawa
−12% Owa Jawa
−12%

Sumber: Bappenas, 2019

secara signifikan akibat pengurangan luas tutupan pembangunan di wilayah Sumatera dan Kalimantan
hutan. Sebagai dampaknya, spesies-spesies harus lebih mempertimbangkan keberadaan habitat
tersebut semakin terancam punah (Gambar 1.15). dari spesies yang terancam punah tersebut.

Analisis menunjukkan bahwa tutupan hutan pada Sesuai hasil analisis daya dukung dan daya tampung
habitat spesies kunci di sebelah barat garis lingkungan hidup untuk luasan habitat spesies kunci,
Wallacea akan menyusut dari 80,3% di tahun luas tutupan habitat spesies kunci secara nasional
2000 menjadi 49,7% di tahun 2045, terutama pada terutama di sebelah barat Garis Wallacea dan Pulau
wilayah Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan Sulawesi yang harus dipertahankan adalah minimal
luas key biodiversity areas di sisi timur Garis seluas 43,2 juta ha. Bila luasan habitat satwa kunci
Wallacea, khususnya wilayah Papua diperkirakan ini tidak dapat dipertahankan maka dikhawatirkan
juga berkurang signifikan akibat dari masifnya mengganggu fungsi ekosistem yang dapat menjadi
pembangunan. Sebagai wilayah yang mengalami hambatan utama dalam mewujudkan pembangunan
penurunan luas habitat spesies kunci terbesar maka Indonesia yang berkelanjutan.

22 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


D. Luas Pemukiman di Area Pesisir
terdampak Perubahan Iklim subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif sehingga
bukan hanya berpotensi menimbulkan kerusakan
Kemiringan lereng pantai menjadi faktor utama infrastruktur dan konektivitas dasar namun
dalam menentukan tingkat kerentanan di daerah juga dapat menimbulkan kerugian korban jiwa
pesisir pantai. Daerah pesisir pantai yang memiliki yang sangat besar. Sekitar 217 juta (77 persen)
tingkat kerentanan tinggi merupakan daerah yang penduduk berpotensi terpapar gempa >0.1 g, dan
rawan terjadi abrasi, ditandai dengan tingkat 4 juta tinggal 1 km dari sesar aktif. Sekitar 3,7 juta
kemiringan yang rendah (landai), sedangkan daerah penduduk berpotensi terpapar tsunami, selain itu
pesisir pantai yang memiliki tingkat kerentanan yang sekitar 5 juta penduduk bermukim dan beraktivitas
rendah merupakan daerah yang aman dari bahaya di sekitar gunungapi aktif.
abrasi, ditandai dengan tingkat kemiringan yang
tinggi (curam). Kawasan rawan bencana harus dipertimbangkan
sebagai batasan dalam merencanakan
Tinggi muka air laut pada tahun 2040 diproyeksikan pembangunan. Oleh karena itu, zona dengan
akan mengalami kenaikan hingga 50 cm tingkat kerawanan bencana yang tinggi perlu
dibandingkan pada tahun 2000. Kenaikan tinggi diprioritaskan menjadi kawasan lindung dalam
gelombang laut akibat perubahan iklim mendorong penataan ruang wilayah, alih-alih dijadikan sebagai
perubahan kemiringan lereng pantai dan lingkungan kawasan budidaya. Apabila tidak bisa dihindari
pantai akibat banjir dan perubahan suplai sedimen sebagai kawasan budidaya, maka perlu didukung
sehingga diperkirakan meningkatkan cakupan luas dengan adanya peningkatan upaya adaptasi dan
wilayah permukiman di pesisir yang rentan abrasi/ pengurangan risiko bencana untuk mengurangi
akresi akibat perubahan tinggi muka air laut hingga kerugian akibat bencana.
sepanjang lebih dari 18.480 km di tahun 2045.
F. Ketersediaan Air
Berdasarkan hasil analisis diketahui daerah Kerusakan tutupan hutan diperkirakan akan memicu
pemukiman yang saat ini sudah terkena efek abrasi/ terjadinya kelangkaan air baku khususnya pada
akresi sepanjang 11 km. Daerah pemukiman yang pulau-pulau yang memiliki tutupan hutan sangat
berpotensi terkena efek abrasi/akresi sepanjang rendah seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
253 km. Sedangkan daerah pemukiman yang Kelangkaan air baku juga mulai terjadi pada
perlu waspada akan dampak abrasi/akresi beberapa wilayah lainnya dikarenakan dampak dari
sepanjang 155 km. Kondisi tersebut menjadi faktor perubahan iklim global yang menerpa sebagian
pembatas pembangunan karena akan mengancam besar wilayah Indonesia.
permukiman dan infrastruktur lain yang sudah ada,
sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Saat ini ketersediaan air sudah tergolong langka
hingga kritis di sebagian besar wilayah Pulau
E. Kawasan Rawan Bencana Jawa dan Bali. Diperkirakan luas wilayah kritis air
Secara geografis, Indonesia merupakan negara meningkat dari 6 persen di tahun 2000 menjadi
yang rawan akan bencana, baik bencana 9,6 persen di tahun 2045, yang mencakup wilayah
hidrometeorologis maupun geologis. Sebagian Sumatera bagian selatan, Nusa Tenggara Barat,
besar wilayah Indonesia terletak di atas jalur- dan Sulawesi bagian selatan.
jalur sumber gempa besar dari zona megathrust-

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 23


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
H. Tingkat Emisi dan Intensitas Emisi GRK
Agar kelangkaan air tidak sampai menghambat
pembangunan maka wilayah aman air secara Emisi GRK semakin meningkat pada kondisi baseline,
nasional perlu dipertahankan seluas minimal 175,5 sedangkan intensitas emisi meskipun cenderung
juta ha (93 persen dari luas wilayah Indonesia); menurun namun belum mampu mendukung upaya
sedangkan ketersediaan air pada setiap pulau penurunan emisi secara keseluruhan. Melalui Perpres
harus dipertahankan di atas 1.000 m3/kapita/tahun. 61/2011 tentang RAN GRK. Pemerintah Indonesia
Khusus untuk Pulau Jawa, mengingat ancaman krisis secara sukarela telah memiliki komitmen untuk
air sudah sangat mengkhawatirkan maka proporsi menurunkan emisi GRK 26 persen dengan usaha
wilayah aman air perlu ditingkatkan secara signifikan. sendiri, dan 41 persen di bawah baseline dengan
dukungan internasional pada tahun 2020. Dalam
G. Ketersediaan Energi pertemuan UNFCCC COP 21 tahun 2015 di Paris
Tantangan pemenuhan kebutuhan energi ke depan komitmen ini ditingkatkan sehingga target penurunan
diperkirakan akan semakin berat. Cadangan sumber emisi menjadi minimal 29 persen dibawah baseline
energi fosil (non-terbarukan) seperti minyak dan gas pada tahun 2030.
bumi semakin menipis, sementara pengembangan
sumber energi terbarukan juga masih belum Untuk menuju pencapaian target penurunan emisi
signifikan untuk dapat mencukupi kebutuhan energi 29 persen (skenario fair) maka emisi GRK harus
dalam negeri. dipertahankan di bawah 1,56 Gton CO2e/tahun
pada tahun 2024 (penurunan 27,3% dari baseline).
Suplai energi dari dalam negeri pada tahun 2018 Adapun intesitas emisi GRK harus dipertahankan di
hanya mampu memenuhi sekitar 75 persen dari bawah 340,2 ton CO2e/milyarRp pada tahun 2024
permintaan energi nasional dan diperkirakan (penurunan 29,4% dari baseline) sebagaimana
akan terus menurun hingga 28 persen di tahun dapat dilihat pada Gambar 1.16.
2045. Berkurangnya kemampuan produksi energi
domestik diperkirakan dapat mempengaruhi Penutup
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi Keterbatasan daya dukung sumber daya alam
nasional di masa yang akan datang. Bila kebutuhan dan degradasi daya tampung lingkungan hidup
energi jauh melampaui suplai dalam negeri, hal merupakan tantangan nyata yang dapat menghambat
ini diprediksi akan mengganggu defisit transaksi pencapaian target-target pembangunan. Diperlukan
berjalan (Current Account Deficit) pemerintah yang upaya yang holistik dan terintegrasi dari berbagai
dapat berdampak pada kestabilan kurs Rupiah dan sektor untuk mengatasi tantangan tersebut.
pertumbuhan ekonomi. Perencanaan pembangunan perlu memperhatikan
keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya
Guna memenuhi kebutuhan energi nasional, maka alam dan pencapaian target-target pembangunan
pada tahun 2024 porsi energi baru terbarukan harus serta memperhatikan arahan fungsi dan struktur
ditingkatkan hingga minimal 19,5 persen dari bauran ruang dalam pembangunan kewilayahan.
energi nasional. Selain itu, diperlukan peningkatan
upaya penemuan sumber-sumber energi baru untuk
mengantisipasi laju penurunan cadangan sumber
daya energi fosil di masa mendatang.

24 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 1.16 Batasan Tingkat Emisi dan Intensitas Emisi yang diperbolehkan

Total Emisi
Total emisi (Gigaton CO2e/tahun)

4
Batas atas emisi
3.5
yang di perbolehkan
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
2000
2002

2006
2008
2010
2012

2016
2018
2020
2022

2026
2028
2030
2032

2036
2038
2040
2042

2046
2048
2050
2004

2014

2024

2034

2044
Fair Scenario

Intensitas Emisi
Intensitas emisi (ton CO2e/milyarRp)

1,000
Batas atas intensitas emisi
800 yang di perbolehkan

600

400

200

2046
2048
2050
2026
2028
2030
2032

2036
2038
2040
2042
2000
2002

2006
2008
2010
2012

2016
2018
2020
2022

2044
2024

2034
2004

2014

Fair Scenario

Sumber: Bappenas, 2019

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 25


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Kapasitas Fiskal dan Pendanaan
Pembangunan

Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran besar dan semakin beragam, diperlukan sebuah
pembangunan jangka menengah 2020-2024 strategi pendanaan yang dapat mengoptimalkan
adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang pemanfaatan seluruh kapasitas pendanaan yang
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan ada untuk mencapai sasaran pembangunan.
pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian Pemanfaatan pendanaan pembangunan diutamakan
yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya dengan mempertimbangkan Standar Pelayanan
manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Minimal (SPM) serta kegiatan investasi yang
memberikan daya ungkit (leverage) yang tinggi bagi
Sasaran tersebut dapat dicapai melalui investasi pembangunan nasional. Untuk itu, perlu mendorong
publik yang berkualitas yaitu: 1) tepat sasaran dan dan mensinergikan partisipasi berbagai pemangku
waktu; 2) memberikan dampak positif yang signifikan kepentingan untuk memperkuat pemanfaatan
dan berkelanjutan; 3) konsisten dengan arah pendanaan pembangunan. Untuk pemerintah pusat
kebijakan, program, dan rencana pembangunan; dan daerah diarahkan penyediaan pelayanan dasar
serta 4) penggunaan sumber daya dan dana yang kepada masyarakat, sedangkan untuk badan usaha
efisien. (BUMN dan Swasta) difokuskan untuk memperkuat
pertumbuhan ekonomi dan pencapaian sasaran
Dalam lima tahun terakhir, penerimaan perpajakan pembangunan.
terhadap PDB (tax ratio) Indonesia masih rendah,
bahkan lebih rendah dibandingkan dengan Untuk mengoptimalkan pemanfaatan pendanaan
tax ratio negara yang berpendapatan setara. perlu dilakukan integrasi pendanaan pembangunan
Akar permasalahan utama dari rendahnya tax pada sumber pemerintah (K/L, Non K/L, Transfer
ratio tesebut adalah kebijakan perpajakan yang Ke Daerah dan Dana Desa) serta pembiayaan yang
belum cukup memadai untuk mewujudkan sistem berasal dari BUMN, kerjasama pemerintah dan
perpajakan yang mampu memobilisasi penerimaan badan usaha, maupun masyarakat yang selaras
perpajakan secara optimal. Selain itu, sistem dengan implementasi prinsip Money Follow Program.
administrasi perpajakan, kepatuhan individu dalam Selain itu, pemerintah perlu lebih mendorong
kewajiban perpajakan, serta peran kelembagaan pemanfaatan sumber-sumber pendanaan yang
perpajakan turut mempengaruhi terhadap berasal dari masyarakat dan swasta melalui skema
belum optimalnya kinerja perpajakan. Berbagai - skema pembiayaan yang inovatif termasuk melalui
permasalahan perpajakan tersebut menyebabkan pengembangan skema Kerjasama Pemerintah dan
terbatasnya ruang fiskal untuk mendanai kebutuhan Badan Usaha (KPBU)maupun bentuk pendanaan
pembangunan. inovatif (innovative financing) lainnya.

Dengan keterbatasan kapasitas fiskal dalam


membiayai kebutuhan pembangunan yang

26 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


KAIDAH PEMBANGUNAN NASIONAL 2020-2024

MEMBANGUN KEMANDIRIAN
Melaksanakan pembangunan berdasarkan kemampuan dalam
negeri sesuai dengan kondisi masyarakat, pranata sosial yang ada
dan memanfaatkan kelebihan dan kekuatan bangsa indonesia.

Memiliki Kemampuan Ilmu Pengetahuan Memiliki kecukupan sumberdaya


yang mumpuni dalam pembangunan manusia yang memiliki skill dan
baik pengelolaan sumberdaya alam, tata kecakapan dalam memenuhi kebutuhan
kelola pemerintahan dan pengambilan pembangunan
keputusan.

Mampu mendorong tumbuhnya iptek Memiliki kemampuan mendorong


berkualitas dan tidak lagi pada prinsip tumbuhnya kreativitas, tanggung jawab,
asimetris terhadap bangsa lain dan dan pelayanan kepada bangsa sendiri.
bernilai budaya bangsa.

Menjadi negara yang selalu aktif, terbuka


dalam bekerjasama dalam memberikan
pengaruh terhadap kemajuan bangsa
dan negara Indonesia

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 27


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
MENJAMIN KEADILAN
keadilan adalah pembangunan dilaksanakan untuk memberikan
manfaat yang sesuai dengan apa yang menjadi hak warganegara,
bersifat proporsional dan tidak melanggar hukum dalam menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur.

Mengembangkan pola distribusi yang Keseimbangan dan konsistensi dalam upaya


berimbang antara input dengan output penetrasi pembangunan untuk sampai
dalam mempertahankan keseimbangan kepada masyarakat pada level minimum
dalam berbangsa dan bernegara yang diharapkan

Memberikan share yang seimbang Bersikap inclusive atas setiap pencapaian dan
dalam pencapaian pembangunan untuk evaluasi pembangunan untuk melakukan
mengurangi kesenjangan wilayah secara koreksi serta perbaikan yang menjunjung
bertanggung jawab. tinggi pemerataan

Kepercayaan dan tanggung jawab atas Kesetaraan akses dalam setiap perencanaan,
keputusan rencana pembangunan untuk program dan implementasi sehinga setiap
menciptakan tatanan kehidupan yang orang paham tentang hak dan kemampuannya
berkualitas dalam berpartisipasi terhadap pembangunan

28 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


MENJAGA KEBERLANJUTAN
keberlanjutan adalah memastikan bahwa upaya pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri pada saatnya nanti

Melakukan penguatan, percepatan dan Menciptakan sebuah kerangka pembangunan


pengelolaan pembangunan dengan untuk menumbuhan sistem ekonomi
mempertimbangkan kemampuan dasar pembangunan yang sehat antara input, proses
bangsa atas kecukupan dan ketersediaan dan output pembangunan sehingga tidak
fondasi ekonomi menyebabkan terjadinya defisiensi

Mempertimbangkan keberadaan dan pola Terpatrinya orientasi sikap (attitude) yang


sosial budaya dan nilai-nilai dalam masyarakat bertanggung jawab sebaai basis nilai dan
untuk menumbuhkan tatanan pengelolaan etika universal untuk mengikat keberagaman
pembangunan inclusive dan interaksi sosial
sebagai sebuah supporting system dalam bangsa dalam menciptakan tata pembangunan
koherensi pembangunan yang maju

Penguatan komitment dalam menjamin Bersifat inclusive dalam mengadaptasikan


terciptanya keseimbangan antara berbagai dinamika pembangunan dengan
tujuan pembangunan manusia dengan pendekatan dan keilmuan yang mampu
kemampuan alam dan lingkungan menumbuhkan sistem tata nilai yang
bertanggung jawab secara integrative

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 29


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Pengarusutamaan dalam RPJMN IV 2020-2024
Untuk mempercepat pencapaian target dalam mencapai target-target dari fokus
pembangunan nasional, RPJMN IV tahun 2020 - pembangunan, mainstreaming juga bertujuan untuk
2024 telah ditetapkan 6 (enam) pengarusutamaan memberikan akses pembangunan yang merata dan
(mainstreaming) sebagai bentuk pendekatan adil dengan meningkatkan efisiensi tata kelola dan
inovatif yang akan menjadi katalis pembangunan juga adaptif terhadap faktor eksternal lingkungan. Hal
nasional yang berkeadilan dan adaptif. Keenam ini perlu dilakukan oleh Indonesia untuk mencapai
pengarusutamaan (mainstreaming) memiliki peran tujuan global.
yang vital dalam pembangunan nasional dengan
tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta Uraian terkait pengarusutamaan disampaikan
partisipasi dari masyarakat. Selain mempercepat dalam lampiran 1.

Tata Kelola
Gender Pemerintahan Pembangunan
yang Baik Berkelanjutan

Pengarusutamaan gender Tata kelola pemerintahan yang Pembangunan yang


(PUG) merupakan strategi efektif, efisien, dan akuntabel dalam berkelanjutan harus dapat
untuk mengintegrasikan mendukung peningkatan kinerja menjaga keberlanjutan
perspektif gender di seluruh dimensi pembangunan kehidupan ekonomi dan
dalam pembangunan. sosial masyarakat, menjaga
Indikator, antara lain:
PUG ditujukan 1) Persentase instansi pemerintah kualitas lingkungan hidup,
untuk mewujudkan yang menyusun rencana kebutuhan serta meningkatkan
kesetaraan gender dalam ASN jangka menengah, rencana pembangunan yang inklusif
pembangunan, yaitu pengembangan kompetensi ASN, dan pelaksanaan tata kelola
dan pola karir instansi
pembangunan yang 2) Persentase instansi pemerintah yang mampu menjaga
lebih adil dan merata yang telah menyusun proses bisnis peningkatan kualitas
bagi seluruh penduduk instansional kehidupan dari satu generasi
Indonesia baik laki-laki 3) Jumlah instansi pemerintah ke generasi berikutnya
yang menyusun arsitektur SPBE
maupun perempuan. instansional Indikator:
4) Persentase instansi pemerintah yang
menerapkan manajemen risiko dalam 1) Pertumbuhan PDB
Indikator:
pengelolaan kinerja instansi 2) Indeks Pembangunan
1) Indeks Pembangunan
5) Persentase instansi pemerintah yang Manusia
Gender (IPG) menerapkan Zona Integritas untuk 3) Indeks Kualitas Lingkungan
2) Indeks Pemberdayaan birokrasi yang bersih dan akuntabel Hidup
Gender (IDG) 6) Persentase instansi pemerintah yang
menegakkan nilai dasar, kode etik, 4) Indeks Anti Korupsi
3) Tingkat Partisipasi
dan kode prilaku ASN 5) Indeks Pelayanan Publik
Angkatan Kerja (TPAK)
7) Jumlah instansi pemerintah yang (K/L)
Perempuan menerapkan standar pelayanan publik 6) Indeks Akuntabilitas
8) Persentase instansi pemerintah yang 7) Indeks Resiko Bencana
menerapkan Inovasi pelayanan
Indonesia

30 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Kerentanan Bencana Modal Sosial Transformasi Digital
dan Perubahan dan Budaya
Iklim

Pengarusutamaan Kerentanan Pengarusutamaan modal sosial Perkembangan pesat teknologi


Bencana dan Perubahan budaya dimaksudkan sebagai khususnya teknologi digital
Iklim menitikberatkan pada strategi internalisasi nilai dan telah mempengaruhi berbagai
upaya penanganan dan pendayagunaan kekayaan aspek kehidupan. Sehingga
pengurangan kerentanan budaya sebagai kekuatan perlu untuk menyelaraskannya
bencana, peningkatan penggerak dan modal dasar dengan pembangunan nasional
ketahanan terhadap risiko pembangunan
perubahan iklim, serta Indikator:
upaya peningkatan mitigasi Indikator: 1) Meningkatnya NRI (Network
perubahan iklim melalui Meningkatnya peran kebudayaan Readiness Index) untuk
pelaksanaan pembangunan dalam pembangunan yang mengukur bagaimana
rendah karbon ditandai dengan Indeks teknologi khususnya teknologi
Pembangunan Kebudayaan komunikasi dan informasi (TIK)
Indikator: meliputi antara lain: dapat memberikan dampak
1) Persentase Peningkatan 1) Dimensi ekonomi budaya terhadap suatu negara.
Indeks Ketahanan Bencana 2) Dimensi ketahanan sosial 2) Memperkuat IDI (ICT
Daerah budaya Development Index)
2) Persentase penurunan 3) Dimensi ekspresi budaya untuk melihat bagaimana
potensi kehilangan PDB 4) Dimensi warisan budaya pengembangan TIK
akibat dampak perubahan suatu negara dari sisi
iklim infrastrukturnya.
3) Persentase penurunan emisi
gas rumah kaca
4) Persentase penurunan
intensitas emisi gas rumah
kaca

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 31


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Proyek Prioritas Strategis (Major Project)
RPJMN 2020-2024
Di dalam melaksanakan agenda pembangunan K/L serta sumber-sumber pendanaan lainnya seperti
(prioritas nasional) RPJMN 2020-2024 disusun Subsidi, Transfer Ke Daerah, Daerah, Masyarakat,
Proyek Prioritas Strategis (Major Project). Proyek ini BUMN serta sumber pendanaan lainnya. Selain
disusun untuk membuat RPJM lebih konkrit dalam itu juga diupayakan langkah-langkah mendorong
menyelesaikan isu-isu pembangunan, terukur dan inovasi skema pendanaan (creative financing)
manfaatnya langsung dapat dipahami dan dirasakan antara lain seperti KPBU, Blended Finance, Green
masyarakat. Proyek-proyek ini merupakan proyek Finance serta Output Based Transfer/Hibah ke
yang memiliki nilai strategis dan daya ungkit tinggi daerah.
untuk mencapai sasaran prioritas pembangunan.
Di dalam pelaksanaannya, Proyek Prioritas
Pada RPJMN 2020-2024 direncanakan 41 Proyek Strategis (Major Project) dapat dimutakhirkan
Prioritas Strategis (Major Project) yang dirinci melalui RKP dengan mempertimbangkan kesiapan
hingga proyek dengan target, lokasi dan instansi pelaksanaan, pemutakhiran sumber pendanaan
pelaksana yang jelas. Dalam penyusunan dan serta keputusan Kabinet. Hal ini untuk memastikan
pelaksanaannya, Proyek Prioritas Strategis (Major Proyek Prioritas Strategis (Major Project) dapat
Project) melibatkan Kementerian/Lembaga (K/L), terlaksana secara lebih efektif dan efisien sesuai
Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara dengan perkembangan pembangunan.
(BUMN) serta Masyarakat/Badan Usaha.
Selain itu, Proyek Prioritas Strategis (Major Project)
Proyek Prioritas Strategis (Major Project) menjadi dapat menjadi alat kendali pembangunan sehingga
acuan penekanan kebijakan dan pendanaan dalam sasaran dan target Pembangunan dalam RPJMN
RPJM, RKP dan APBN tahunannya. 2020-2024 dapat terus dipantau dan dkendalikan.

Di dalam pendanaannya dilakukan langkah-langkah


integrasi antar sumber pendanaan melalui Belanja

32 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Daftar Proyek Prioritas Strategis (Major Project) RPJMN 2020-2024

Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Triliun)
1 Industri 4.0 di 5 Sub • Meningkatnya kontribusi industri Rp 103,2 a.l Kemenperin,
Sektor Prioritas: Makanan dalam PDB menjadi 19,9%-21,1% • APBN: Rp 19,7 Kemendag, KPPU,
dan Minuman, Tekstil dan • KPBU Rp 0,9 Badan Usaha
Pakaian Jadi, Otomotif, • Swasta: Rp 82,6 (BUMN/ Swasta)
Elektronik, Kimia dan
Farmasi
2 8 Destinasi Pariwisata • Meningkatnya devisa sektor Rp 138,9 a.l Kemenparekraf,
Unggulan: pariwisata menjadi 32 miliar USD • APBN: Rp 44,25 KemenPUPR,
Danau Toba, Borobudur (2024) »»PLHN: Rp 7,25 Pemda, Badan
Dskt, Lombok, Labuan • Meningkatnya jumlah wisatawan • KPBU Rp 0,43 Usaha (BUMN/
• Swasta: Rp
Bajo, Bromo-Tengger- nusantara 350-400 juta perjalanan Swasta)
94,21
Semeru, Wakatobi, dan wisatawan mancanegara 24
Likupang, dan Revitalisasi juta kedatangan (2024)
Bali
3 8 Kawasan industri di • Industrialisasi diluar Pulau Rp 149,4 a.l KemenESDM,
luar Jawa dan 31 smelter Jawa, mampu mencapai target • APBN: Rp 7,6 Kemenperin,
pertumbuhan ekonomi diluar Pulau • KPBU: Rp 0,8 Pemda, Badan
Jawa sebesar: • Swasta: Rp 141 Usaha (BUMN/
Sumatera 5,6%; Nusa Tenggara Swasta)
7,9%; Kalimantan 8,9%; Sulawesi
8,8%; Maluku 7,0%; Papua 8,1%
(Tahun 2024)
4 Penguatan Jaminan • Meningkatnya pendapatan petani Rp 251 a.l Kementan, KKP,
Usaha Serta 350 rata-rata 5,8% per tahun dan • APBN: Rp 237 KemenKUKM,
Korporasi Petani dan pendapatan nelayan rata-rata 10% • Swasta: Rp 14 Kemenperin,
Nelayan per tahun (target SDGs). Badan Usaha
(BUMN/ Swasta)
5 Pembangunan Energi • Meningkatnya porsi energi baru Rp 100,53 a.l Kementan
Terbarukan B100 terbarukan dalam bauran energi • APBN: Rp 0,53 KemenESDM,
Berbasis Kelapa Sawit nasional menjadi 19,5% • BPDPKS: Rp 75 BPDPKS, Badan
• Swasta : Rp 25 Usaha (BUMN/
Swasta)
6 Be Creative District di • Mendukung peningkatan investasi Rp 100,3 a.l Kemenparekraf,
Maja, Rangkasbitung, sebesar Rp 90 Triliun • APBN: Rp 0,3 KemenPUPR,
• Penciptaan 2 Juta lapangan kerja • K/L, PINA, BUMN/Swasta,
dan Karawang baru dibidang ekonomi kreatif KPBU: Rp 10 Badan Usaha
• Swasta dan
(BUMN/ Swasta)
BUMN Rp 90

7 Revitalisasi Tambak di • Meningkatnya produksi perikanan Rp 25 a.l KKP,


Kawasan Sentra Produksi budidaya (ikan menjadi 10,32 Juta • APBN: Rp 2,5 KemenPUPR,
Udang dan Bandeng ton) • Swasta: Rp 22,5 Kemendag,
• meningkatnya pertumbuhan Pemda, Badan
ekspor udang 8% per tahun Usaha (BUMN/
Swasta)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 33


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Triliun)
8 Integrasi Pelabuhan • Meningkatkan produksi perikanan Rp 50 a.l KKP,
Perikanan dan Fish tangkap bernilai ekonomi tinggi • APBN: Rp 10 KemenPUPR,
Market Bertaraf menjadi 10,10 Juta ton pada tahun • KPBU dan Kemenperin,
Internasional 2024 Swasta: Rp 40 Pemda, Badan
• Meningkatnya nilai ekspor hasil Usaha (BUMN/
perikanan menjadi USD 8,2 miliar Swasta)
pada tahun 2024
9 Integrasi Pembangunan • Mendorong pertumbuhan industri Rp 28,04 a.l BP Batam,
Wilayah Batam – Bintan dan pariwisata Batam-Bintan • APBN: Rp 0,04 KemenPUPR,
• KPBU: Rp 18,5 Pemda, Badan
• Swasta: Rp 5,4 Usaha (BUMN/
• BUMN: Rp 4,1
Swasta)
10 Pengembangan Wilayah • Meningkatnya share PDRB wilayah Rp 274,5 KemenPUPR,
Metropolitan: Palembang, Metropolitan luar Jawa terhadap (APBN, KPBU & Kemenhub,
Banjarmasin, Makassar, Nasional Swasta) Kominfo,
Denpasar • Menigkatkan Indeks Kota Kemen ESDM,
Berkelanjutan (IKB) untuk Kemendagri, BPS,
kabupaten/kota didalam wilayah Badan Usaha
metropolitan (BUMN/ Swasta)
11 Ibu Kota Negara (IKN) • Mendorong pembangunan KTI Rp 466 a.l Bappenas,
untuk pemerataan wilayah (APBN, KPBU & KemenATR/BPN,
Swasta) KemenPUPR,
Badan Usaha
(BUMN/ Swasta)
12 Pengembangan Kota • Meningkatnya Indeks Kota Rp 3,6 a.l KemenPUPR,
Baru: Berkelanjutan untuk Kab. Lebak (APBN, Badan Kemenhub, Badan
Maja, Tanjung Selor, Sofifi, (Maja), Kab. Bulungan (Tanjung Usaha & Swasta) Usaha (BUMN/
dan Sorong Selor), Kota Tidore Kepulauan Swasta)
(Sofifi), Kota Sorong (Sorong)
13 Wilayah Adat Papua: • Meningkatkan pertumbuhan Rp 27,5 a.l KemenPUPR,
Wilayah Adat Laa Pago ekonomi, pemerataan (APBN) Kemen ESDM,
dan Wilayah Adat pembangunan, dan kesejahteraan Kemendes,
Domberay masyarakat pada 10 Kabupaten Kementan,
di Wilayah Adat Laa Pago dan Kementerian Desa
11 Kabupaten di Wilayah Adat PDTT, Kemenhub,
Domberay Pemda
14 Pemulihan Pasca • Meningkatnya infrastruktur Rp 50,7 a.l BNPB,
Bencana: berketahanan bencana dan • APBN: Rp 40,4 Kemensos,
(Kota Palu dan Sekitarnya, pelayanan dasar di Kota Palu dan • APBD: Rp 1,9 KemenPUPR,
Pulau Lombok dan Sekitarnya, Pulau Lombok dan • Hibah RR: Rp Masyarakat, Badan
3,2
Sekitarnya, Serta Kawasan Sekitarnya, Serta Kawasan Pesisir Usaha (BUMN/
• Masyarakat dan
Pesisir Selat Sunda) Selat Sunda Badan Usaha: Swasta)
Rp 5,2

34 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Triliun)
15 Pusat Kegiatan Strategis • Pusat perkotaan sebagai pusat Rp 7,8 a.l KemenPUPR,
Nasional: pertumbuhan ekonomi untuk • APBN: Rp 7,4 Kemenhub,
PKSN Paloh-Aruk, PKSN mendorong perkembangan • KPBU: Rp 0,4 Kemendag, Badan
Nunukan, PKSN Atambua, kawasan di sekitarnya Usaha (BUMN/
PKSN Kefamenanu, Swasta)
PKSN Jayapura, & PKSN
Merauke
16 Percepatan Penurunan • Menurunkan angka kematian lbu Rp 229,5 a.l Kemenkes,
Kematian Ibu dan hingga 183 per 100.000 kelahiran • APBN: Rp 229,5 BKKBN,
Stunting hidup »»DAK: Rp 21 KemenPUPR,
• Menurunnya prevalensi stunting Pemda
hingga 19%
17 Pembangunan Science • Meningkatnya kapabilitas Rp 2,3 a.l Kemristekdikti &
Techno Park (Optimalisasi penciptaan inovasi dan produk (APBN) Perguruan Tinggi
Triple Helix di 4 Major inovasi nasional Negeri (UGM, IPB,
Universitas) ITB dan UI)

18 Pendidikan dan Pelatihan • Meningkatnya pekerja berkeahlian Rp 332,5 a.l Kemenaker,


Vokasi untuk Industri 4.0 menengah dan tinggi menjadi 50% (APBN dan Kemdikbud,
(2024) Swasta) Kemristekdikti
• Meningkatnya lulusan pendidikan
dan pelatihan vokasi bersertifikat
kompetensi menjadi 2 juta orang
(2024)
19 Integrasi Bantuan • Meningkatkan ketepatan sasaran Rp 1.210 a.l Kemensos,
Sosial Menuju Skema dan efektifitas program bantuan (APBN) Kemen Kominfo,
Perlindungan Sosial sosial non tunai BPS
Menyeluruh (5T) • Mendorong cakupan layanan
keuangan formal terutama
masyarakat miskin dan rentan
20 Jalan Tol Trans Sumatera • Menurunkan waktu tempuh Rp 309 a.l KemenPUPR,
Aceh-Lampung Lampung – Aceh dari 48 jam • APBN: Rp 140,9 Badan Usaha
menjadi 30 jam • Badan Usaha: (BUMN/ Swasta)
Rp 168

21 KA Kecepatan Tinggi Berkurangnya waktu tempuh: Rp 100 a.l Kemenhub,


Pulau Jawa • Jakarta – Semarang dari 5 jam • APBN: Rp 58 PUPR, Badan
(Jakarta – Semarang dan menjadi 3,5 jam • Badan Usaha: Usaha (BUMN/
Jakarta – Bandung) • Jakarta – Bandung dari 3 jam Rp 42 Swasta)
menjadi 40 menit
22 Kereta Api Makassar-Pare • Terhubungnya Kawasan Industri Rp 13,1 a.l Kemenhub,
Pare dengan Pelabuhan Garongkong • APBN: Rp.10,8 KemenBUMN,
dan Makassar New Port • Badan Usaha: Badan Usaha
• Mengurangi beban angkutan Rp.2,3 (BUMN/ Swasta)
barang di Jalan Nasional Lintas
Barat Sulawesi 20-30% pada tahun
2045 (target 1,5 juta ton/tahun)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 35


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Triliun)
23 Jaringan Pelabuhan • Meningkatkan kinerja pelabuhan Rp 113 a.l Kemenhub,
Utama Terpadu dengan standardisasi pelabuhan • APBN: Rp 2 Badan Usaha
utama (nilai turn round time • BUMN: Rp 34 (BUMN/ Swasta)
maksimum 24 jam) • KPBU dan
Swasta : Rp 77
• Meningkatkan efisiensi rute
pelayaran domestik dengan
membentuk loop secara teratur
menjadi 27%
• Menurunkan biaya operasional
pelabuhan sebesar 15%,
menurunkan defisit neraca jasa
sebesar 10% & biaya logistik
sebesar 1,6% terhadap PDB (Rp
765 T selama 5 tahun)
24 Sistem Angkutan Umum • Meningkatkan pangsa pasar Rp 147,05 a.l Kemenhub,
Massal Perkotaan di 6 pengguna angkutan umum setiap • APBN: Rp 63,08 KemenPUPR,
Wilayah Metropolitan: kota 30% • Badan Usaha: Pemda, Badan
Jakarta, Surabaya, Rp 32,83 Usaha (BUMN/
• APBD: Rp 51,14
Bandung, Medan, Swasta)
Semarang, dan Makassar
25 Pembangunan dan • Menambah kapasitas produksi Rp 637 a.l Pertamina,
Pengembangan Kilang minyak menjadi 1,9Juta Barrel Per (Badan Usaha) Badan Usaha,
Minyak Hari di tahun 2026; Kementerian
• Memperbaiki neraca perdagangan ESDM, Kemenkeu,
di sektor migas. BUMN
26 Pembangkit Listrik 20.000 • Mendukung target EBT pada Rp 463 a.l KemenPUPR,
MW, Transmisi 19.000 bauran energi primer pada akhir (Badan Usaha) Kementan, Kemen
KMS dan Gardu Induk tahun 2024 sebesar 19,5% ESDM, Badan
38.000 MVA • Menyediakan pasokan listrik untuk Usaha (BUMN/
target penggunaan listrik 1.300 Swasta)
kWh per kapita di 2024
• Penurunan Emisi CO2 Pembangkit
sebesar 3,5 juta ton CO2 pada
2024
• Menurunkan tingkat pemadaman
listrik (SAIDI) menjadi 1 jam/
pelanggan di 2024
• Memenuhi kebutuhan listrik di
kawasan prioritas nasional
27 Infrastruktur TIK untuk • Mengurangi kesenjangan digital Rp 478 a.l Kominfo,
Mendukung Transformasi • Menyediakan layanan internet • KPBU: Rp 3 Kemenkes, Badan
Digital cepat untuk mendukung • APBN: Rp 37 Usaha (BUMN/
digitalisasi sektor ekonomi, sosial, • Swasta: Rp 438 Swasta), K/L terkait
dan pemerintahan

36 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Triliun)
28 Pengamanan Pesisir 5 • Mengatasi bencana banjir rob Rp 50,8 a.l KemenPUPR,
Perkotaan Pantura Jawa di DKI Jakarta, Semarang, • APBN: Rp 40,4 KemenESDM,
Pekalongan, Demak, dan Cirebon »»DAK: Rp 2,8 KemenLHK,
• Menurunkan waktu tempuh • KPBU: Rp 10,4 Pemda, Badan
Semarang – Demak (1 jam menjadi Usaha (BUMN/
25 menit) Swasta)
29 18 Waduk Multiguna • Tersedianya pasokan air baku dari Rp 142,7 a.l KemenPUPR,
waduk 23,5 m3/detik dan pasokan • APBN: Rp 18,5 Kemen ESDM,
listrik 2.438 MW • KPBU: Rp 28,2 Kemen LHK,
• Tersedianya pasokan air di 51 • Swasta : Rp 96 Badan Usaha
daerah irigasi premium sebesar (BUMN/ Swasta)
20% guna mendukung ketahanan
pangan
• Peningkatan efisiensi dan kinerja
irigasi di atas 70% yang didukung
oleh pemanfaatan teknologi di 9 DI
30 35 Rute Jembatan Udara • Menurunkan disparitas harga Rp 10,2 a.l Kemenhub,
di Papua bahan pokok di Wilayah Papua (APBN)
mencapai rata-rata sebesar
57,21%
31 Jalan Trans pada 18 • Meningkatkan konektivitas dan Rp 12 a.L KemenPUPR,
Pulau Tertinggal, Terluar, mobilitas barang dan penumpang • APBN: Rp 12 Pemda
dan Terdepan untuk menurunkan harga »»DAK: Rp 8,4
komoditas
32 Jalan Trans Papua • Meningkatkan konektivitas Rp 15,3 a.L KemenPUPR,
Merauke - Sorong dan aksesibilitas bagi wilayah (APBN) Pemda,
perdalaman, terutama wilayah
Pegunungan Tengah Papua
• Mengurangi biaya logistik
angkutan bahan pokok mencapai
50%.
33 Akses Sanitasi (Air • Meningkatnya rumah tangga Rp 188,9 a.l KemenPUPR,
Limbah Domestik) Layak yang memiliki akses sanitasi layak • APBN: Rp 123 Kemenkes,
dan Aman (90% Rumah menjadi 90% »»DAK: Rp 22,3 Kemendagri,
Tangga) • APBD: Rp 7,5 Pemda, Badan
• Masyarakat: Rp
Usaha (BUMN/
55,5
• Swasta: Rp 2,9 Swasta)

34 Akses Air Minum • Meningkatnya akses air minum Rp 162 a.l KemenPUPR,
Perpipaan (10 Juta layak pada tahun 2024 menjadi • APBN: Rp 93,3 Pemda, Badan
Sambungan Rumah) 100% »»DAK: Rp 35,6 Usaha (BUMN/
»»Hibah: Rp 14,6 BUMD/Swasta)
• APBD: Rp 34,7
• KPBU: Rp 33,9

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 37


Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
Indikasi
No Major Project Manfaat Proyek Pendanaan Pelaksana
(Triliun)
35 Rumah Susun Perkotaan • Meningkatnya akses masyarakat Rp 350 a.l Kemen PUPR,
(1 Juta) terhadap perumahan layak dan • APBN, APBD & Pemda, Badan
aman yang terjangkau untuk sejuta KPBU: Rp 175 Usaha (BUMN/
rumah tangga perkotaan dan • BUMN/Swasta: Swasta)
Rp 175
menangani permukiman kumuh
36 Infrastruktur Jaringan • Penghematan subsidi LPG sebesar Rp 39,55 a.l KemenESDM,
Gas Kota untuk 4 Juta Rp. 297,6 M per tahun • Badan Usaha: Badan Usaha
Sambungan Rumah • Mengurangi import LPG sebesar Rp 6,71 (BUMN/ Swasta)
603,720 Ribu ton per tahun • APBN: Rp 39,55
• KPBU: Rp 28,62

37 Pemulihan Empat Daerah • Penurunan erosi di wilayah DAS Rp 30,4 a.l. KemenPUPR,
Aliran Sungai Kritis kritis dengan penghijauan lahan • APBN: Rp 30,4 Kemen LHK,
kritis 150.000 Ha »»DAK: Rp 3,2
• Reduksi dampak bencana banjir di
Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa
Barat dan Sumatera Utara
38 Pipa Gas Bumi Trans • Menyambungkan jaringan pipa Rp 36,4 a.l. Kementerian
Kalimantan (2.219 KM) gas bumi wilayah Kalimantan (Badan Usaha) ESDM, Badan
(Trans Kalimantan); Usaha (BUMN/
• Memenuhi kebutuhan gas bumi di Swasta)
sektor industri, pembangkit listrik,
hingga kebutuhan jaringan gas
rumah tangga dan komersial di
Kalimantan;
• Mendukung penyediaan energi
untuk calon ibukota negara;
• Mendorong pemanfaatan potensi
gas bumi di wilayah Natuna
39 Pembangunan Fasilitas • Meningkatnya kapasitas jumlah Rp 4,6 a.l KLHK,
Pengolahan Limbah B3 limbah B3 yang terolah hingga • APBN: Rp 0,6 KemenkesBadan
26.880 ton/tahun • KPBU: Rp 3 Usaha (BUMN/
• Mengurangi 30% biaya • Swasta Murni: Swasta)
Rp 1
transportasi pengelolahan limbah
B3
40 Penguatan Sistem • Meningkatnya kecepatan Rp 9,5 a.l BMKG, BNPB,
Peringatan Dini Bencana penyampaian peringatan dini (APBN) KLHK, KESDM,
bencana dari 5 menit menjadi 3 BIG
menit
41 Penguatan NSOC - SOC • Menurunnya insiden serangan Rp 7,78 a.l BSSN, Polri,
dan pembentukan 121 siber; Kemenhan/TNI,
CSIRT • Meningkatnya integrasi dan BIN
sharing data informasi antar
stakeholder terkait (baik
pemerintah, swasta, dan komunitas
siber lainnya).

* Keterangan: Daftar Proyek Prioritas Strategis (Major Project) dan indikasi pendanaannya akan dimutahirkan hingga penetapan
Peraturan Presiden tentang RPJMN 2020-2024

38 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 39
Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong
MEMPERKUAT KETAHANAN
EKONOMI UNTUK
PERTUMBUHAN YANG
BERKUALITAS DAN
BERKEADILAN
Pendahuluan

2
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Pembangunan ekonomi dalam lima tahun ke Pembangunan ekonomi akan dilaksanakan melalui
depan diarahkan untuk meningkatkan ketahanan dua pendekatan, yaitu: (1) pengelolaan sumber
ekonomi yang ditunjukkan oleh kemampuan daya ekonomi, dan (2) peningkatan nilai tambah
dalam pengelolaan sumber daya ekonomi, dan ekonomi. Kedua pendekatan ini menjadi landasan
dalam menggunakan sumber daya tersebut untuk bagi sinergi dan keterpaduan kebijakan lintas sektor
memproduksi barang dan jasa bernilai tambah yang mencakup sektor pangan dan pertanian,
tinggi untuk memenuhi pasar dalam negeri dan kemaritiman, kelautan dan perikanan, industri
ekspor. Hasilnya diharapkan dapat mendorong pengolahan, pariwisata, ekonomi kreatif, dan
pertumbuhan yang berkualitas yang ditunjukkan ekonomi digital. Pelaksanaan kedua fokus tersebut
dengan keberlanjutan daya dukung sumber daya akan didukung dengan perbaikan data untuk
ekonomi yang dimanfaatkan untuk peningkatan menjadi rujukan pemantauan dan evaluasi capaian
kesejahteraan secara adil dan merata. pembangunan, serta perbaikan kualitas kebijakan.

42 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Capaian Pembangunan 2015-2019

Pengelolaan pangan menunjukan


capaian produksi yang meningkat
diantaranya surplus beras sekitar
2,8 juta ton pada tahun 2018 dan
rata-rata pertumbuhan daging
sebesar 5,5% per tahun

Peningkatan kunjungan wisatawan


mancanegara dari 9,4 juta orang di
tahun 2014 menjad 15,8 juta orang
Angka kerawanan pangan di tahun 2018
menurun menjadi 7,9 %

Kontribusi ekspor ekonomi kreatif


mencapai USD 19,8 miliar atau
Produksi ikan dan konsumsi ikan 11,75% dari total ekspor Indonesia
terus meningkat, masing-masing
menjadi 14,13 juta ton dan 50,69
kg/kapita/tahun pada tahun 2018

Penciptaan lapangan kerja baru


sekitar 11,88 juta (kumulatif 2015-
2019) dan pengangguran terbuka
menurun menjadi 5,28% di tahun
Rasio elektrifikasi mencapai 98,3% 2019

Peningkatan realisasi nilai investasi


dari Rp 545,4 triliun pada tahun
8 Kawasan Industri / Kawasan 2015 menjadi Rp 721,3 triliun pada
Ekonomi Khusus sudah beroperasi tahun 2018
dengan nilai investasi sebesar
Rp179,9 triliun dari PMA dan PMDN

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 43


Pada periode 2015-2019, pengelolaan pangan Akses ke sumber energi lainnya, seperti gas, juga
menunjukkan capaian produksi yang meningkat semakin diperluas. Sampai dengan tahun 2018,
diantaranya surplus beras sekitar 2,8 juta ton pada jaringan gas telah dibangun sebanyak 463.643
tahun 2018 dan rata-rata pertumbuhan daging sambungan (kumulatif) untuk rumah tangga dan
sebesar 5,5% per tahun. Produksi perikanan tangkap, sepanjang 10.942,48 km (kumulatif) untuk pipa
termasuk di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) transmisi dan distribusi. Pemanfaatan gas bumi untuk
juga meningkat, mencapai 7,25 juta ton pada tahun kebutuhan dalam negeri juga dapat dipenuhi yang
2018. Produksi perikanan budidaya juga meningkat ditunjukkan oleh realisasi Domestic Market Obligation
menjadi 17,25 juta ton, yang mencakup 6,88 juta ton (DMO) mencapai 60 persen dari produksi gas bumi
ikan budidaya (termasuk udang) dan 10,37 juta ton tahun 2018.
rumput laut. Selanjutnya produksi garam pada tahun
2018 adalah sebesar 2,72 juta ton. Meskipun beberapa indikator menunjukkan capaian
positif, namun pengelolaan berbagai sumber daya
Perbaikan produksi pangan juga didukung ekonomi ke depan masih perlu ditingkatkan. Di
pembangunan infrastruktur tampungan air dalam pengelolaan sumber daya pangan, misalnya,
sebanyak 16 bendungan, serta rehabilitasi 788,6 (1) keterhubungan antara sentra produksi pangan
ribu hektar lahan kritis. Konservasi kawasan perairan dan wilayah dengan permintaan pangan tinggi
sebagai salah satu alat pengelolaan perikanan juga masih perlu diperkuat, serta (2) kecukupan pasokan
ditingkatkan luasannya menjadi 20,8 juta hektar atau dan kualitas pangan di wilayah rentan kelaparan,
sekitar 6,4 persen dari total luas wilayah perairan stunting, kemiskinan dan perbatasan perlu lebih
yang meliputi 172 kawasan pada tahun 2018. difokuskan dalam pengelolaan pangan dan (3)
integrasi data produksi pangan strategis dengan
Peningkatan pengelolaan dan produksi sumber realisasi impor.
pangan ini memungkinkan perbaikan kualitas
konsumsi dan gizi masyarakat seperti ditunjukkan Pengelolan cadangan air juga masih perlu
dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar ditingkatkan. Cadangan air secara nasional
91,3/100, dan angka kerawanan pangan yang sebenarnya masih dalam kategori aman. Namun,
menurun menjadi 7,9 persen. Konsumsi ikan perhatian khusus perlu diberikan untuk cadangan air
masyarakat juga terus meningkat dari 41,11 kg/ di Pulau Jawa yang sudah memasuki status langka,
kapital/tahun pada tahun 2015 menjadi 50,69 kg/ dan di wilayah Bali-Nusa Tenggara yang sudah
kapita/ tahun. Akses mayarakat ke sumber air minum berstatus stres. Perbaikan juga perlu dilakukan
yang layak juga meningkat menjadi 87,75 persen untuk kualitas air yang cenderung menurun sejak
pada tahun 2018. tahun 2015.

Kualitas kehidupan masyarakat juga meningkat Di sisi sumber daya energi, pemenuhan kebutuhan
dengan akses ke sumber energi yang lebih baik. energi nasional masih perlu ditingkatkan. Konsumsi
Hal ini terlihat dari rasio elektrifikasi (RE) yang telah listrik nasional baru mencapai 1.064 kWh per
mencapai 98,3 persen pada tahun 2018. Capaian ini kapita pada tahun 2018, atau jauh lebih rendah
didukung perluasan jaringan distribusi listrik, serta dibandingkan dengan rata-rata konsumsi listrik
pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan negara-negara Eropa yang mencapai 5.000 kWh
terbarukan (EBT) termasuk melalui pembangunan per kapita. Pemanfaatan EBT juga perlu ditingkatkan
EBT skala kecil, penerapan smartgrid, dan untuk mencapai target bauran EBT sebesar 23
pemanfaatan bahan bakar nabati. persen pada tahun 2025. Sampai dengan tahun

44 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


2018, porsi bauran EBT baru mencapai 7,7 persen, Ekonomi Khusus (KEK) berbasis industri terutama
atau sekitar 2,5 persen (9,8 GW) dari potensi yang yang dibangun di luar Jawa.
ada (441,7 GW).
Dari 21 KI/KEK prioritas di luar Jawa, sampai dengan
Pengelolaan sumber daya ekonomi, baik pangan, tahun 2018 baru 8 KI/KEK yang sudah beroperasi,
pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, air yaitu KI/KEK Sei Mangkei, KI Dumai, KEK Galang
maupun energi, diharapkan dapat memasok bahan Batang, KI Ketapang, KI Bantaeng, KI Konawe,
baku yang berkualitas untuk diolah menjadi produk KI/ KEK Palu, dan KI Morowali. Nilai investasi yang
bernilai tambah tinggi. Namun pemanfaatannya telah direalisasikan sebesar Rp.179,9 triliun dari 58
sampai saat ini belum optimal. Hal ini disebabkan oleh perusahaan PMA dan PMDN. Pengembangan KI dan
lemahnya keterkaitan hulu hilir pertanian, modernisasi KEK lainnya masih menghadapi tantangan dalam
pertanian yang berjalan lambat, dan rendahnya akses pengadaan lahan, pengelolaan, konektivitas, akses
petani terhadap sumber daya produktif seperti input energi yang kompetitif, dan rendahnya investasi.
berkualitas dan sumber pembiayaan.
Kapasitas industri nasional untuk mengolah
Industri nasional juga belum dapat memanfaatkan dan mengekspor produk bernilai tambah tinggi
sumber daya yang ada secara optimal sehingga masih juga masih terbatas. Kondisi ini menyebabkan
bergantung pada impor. Sekitar 71,0 persen dari total pertumbuhan nilai tambah industri nasional pada
impor merupakan impor bahan baku dan bahan antara/ periode 2015-2018 masih lebih rendah dibandingkan
pendukung industri pengolahan. Berbagai upaya telah dengan rata-rata pertumbuhan nasional. Kontribusi
dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor, Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan
tetapi hasilnya belum signifikan. Salah satu upaya juga cenderung stagnan pada kisaran 20,0 persen
yaitu dengan menarik investasi untuk hilirasi sumber dalam empat tahun terakhir.
daya alam di kawasan industri (KI) dan Kawasan

Gambar 2.1. Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan dan Nasional

7%
6% 4,98% 5,03% 5,07% 5,17%
4,88%
5%
4%
3%
2%
1%
0%
2014 2015 2016 2017 2018
-1%
-2%
-3%
-4% Industri Industri Migas Industri Non Migas Nasional

Sumber: BPS, 2018 (diolah)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 45


Terlepas dari kinerja industri pengolahan yang stagnan, USD 130 miliar dalam periode 2013-2020. Layanan
peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Fintech berbasis peer-to-peer lending (P2P) sampai
yang lebih tinggi ke depan tetap besar. Peluang tahun 2020 juga diperkirakan semakin luas untuk
tersebut dikontribusikan perkembangan pariwisata, menjangkau 145 juta pengguna telepon pintar (53,0
serta ekonomi kreatif dan digital. Kontribusi pariwisata persen penduduk). Pemanfaatan IoT juga berpotensi
dalam penciptaan devisa meningkat dari USD 11,2 untuk mendorong integrasi pengelolaan pemerintah,
miliar di tahun 2014 menjadi USD 19,3 miliar di tahun dunia usaha dan masyarakat sehingga menjadi lebih
2018. Kenaikan devisa ini dihasilkan dari peningkatan efisien. Perkembangan ekonomi digital ke depan
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) untuk masih dihadapkan pada tantangan terkait kerangka
menikmati wisata alam dan budaya di Indonesia dari regulasi, serta kecepatan untuk penerapan teknologi
9,4 juta orang di tahun 2014 menjadi 15,8 juta orang telekomunikasi seperti 5G.
pada tahun 2018. Aktivitas wisatawan nusantara juga
meningkat dari 252 juta orang di tahun 2014 menjadi Pertumbuhan ekonomi telah berhasil menciptakan
303 juta orang di tahun 2018. Secara total, kontribusi lapangan kerja yang cukup tinggi. Selama 2015-
sektor pariwisata kepada perekonomian nasional 2019, rata-rata setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi
diperkirakan meningkat dari 4,2 persen di tahun 2015 dapat menciptakan sekitar 470.000 lapangan kerja,
menjadi 4,8 persen di tahun 2018. sehingga tercipta lapangan kerja baru sekitar 11,88
juta dan pengangguran terbuka menurun dari 6,18
Kreativitas dalam pemanfaatan dan pemaduan persen (2015) menjadi 5,28 persen (2019). Sektor
sumber daya ekonomi dan budaya juga mendorong jasa mampu menciptakan lapangan kerja tertinggi
perkembangan aktivitas ekonomi kreatif. Beberapa yaitu sekitar 12,6 juta orang tenaga kerja, sedangkan
indikatornya diantaranya pertumbuhan nilai tambah sektor industri pengolahan hanya mampu menyerap
ekonomi kreatif yang mencapai 5,06 persen di tahun sekitar 3,7 juta orang, dan tenaga kerja di sektor
2017, dengan kontribusi ekspor mencapai USD 19,8 pertanian menurun sekitar 4,4 juta orang. Proporsi
miliar atau 11,75 persen dari total ekspor. Jumlah pekerja formal juga meningkat dari 42,3 persen pada
tenaga kerja yang diserap di sektor ekonomi kreatif 2015 menjadi 44,3 persen pada 2019.
juga meningkat dari 15,5 juta orang di tahun 2014
menjadi 17,7 juta orang di tahun 2017. Capaian Selain penciptaan kesempatan kerja di dalam
ekspor dan tenaga kerja ekonomi kreatif tersebut telah negeri, tenaga kerja Indonesia juga ikut mengisi
melampaui target-target dalam RPJMN 2015-2019. pangsa pasar kerja luar negeri. Selama periode
2015-2019, penempatan pekerja migran Indonesia
Sejalan dengan perkembangan ekonomi digital, mencapai 1,3 juta orang. Jumlah penempatan
berbagai sumber daya ekonomi saat ini dapat pekerja migran di sektor formal mencapai 648 ribu
dimanfaatkan dengan kecepatan distribusi dan orang atau atau 50,4 persen, sedangkan informal
kualitas yang semakin baik. Penetrasi penetrasi sebanyak 638 ribu orang atau 49,6 persen. Nilai
ekonomi digital yang berlangsung cepat dan dinamis remitansi pekerja migran Indonesia pun mencapai
telah membentuk lansekap ekonomi digital di Indonesia USD 8,565 miliar hingga triwulan III 2019.
saat ini tidak saja mencakup on demand services,
e-commerce dan financial technology (Fintech), Aktivitas peningkatan nilai tambah di berbagai
namun juga penyedia layanan internet of things (IoT). sektor belum sepenuhnya dapat mendorong
Proyeksi perkembangan ekonomi digital di Indonesia perbaikan perekonomian secara struktural. Upaya-
di antaranya ditunjukkan oleh pertumbuhan nilai upaya afirmasi masih diperlukan khususnya untuk
transaksi e-commerce sebesar 1.625 persen menjadi meningkatkan kapasitas dan nilai tambah usaha

46 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini penting 2014 hingga Maret 2019, 34 proyek di KEK senilai
mengingat UMKM mempekerjakan sekitar 97,0 Rp.10,8 triliun telah menerima izin. Pemerintah juga
persen tenaga kerja di Indonesia. telah memberikan fasilitas Kemudahan Investasi
Langsung Konstruksi (KLIK) kepada 318 proyek di
Berbagai capaian pembangunan tersebut KI senilai Rp 334,4 triliun.
juga didukung dengan perbaikan tata kelola
pembangunan. Salah satu capaian ditunjukkan dari Perbaikan dari sisi tata kelola juga ditunjukkan dari
perbaikan peringkat Ease of Doing Business (EoDB) peningkatan kualitas data dan informasi statistik.
dari 106 pada tahun 2015 menjadi 72 pada tahun Sensus Ekonomi yang dilaksanakan pada tahun
2017. Peringkat EoDB turun menjadi 73 pada tahun 2016 menjadi pondasi bagi analisis ekonomi
2018, meskipun skor distance to frontier (DTF), yaitu dan dunia usaha untuk pembangunan ke depan.
kedekatan jarak Indonesia dengan negara yang Perbaikan kualitas data produksi beras pada tahun
berkinerja terbaik dalam hal kemudahan usaha, 2018 menjadi basis bagi perbaikan kebijakan
menunjukkan peningkatan dari 61,2 pada tahun 2015 pangan. Perbaikan dan penyediaan data-data
menjadi 67,9 pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan pariwisata, ekonomi kreatif dan investasi juga
tantangan bahwa meskipun Indonesia terus dilaksanakan untuk meningkatkan keakurasian dari
memperbaiki EoDB, negara-negara lain ternyata pencapaian target-target pembangunan dan basis
dapat memperbaiki lebih cepat. Percepatan dalam pengambilan kebijakan.
perbaikan EoDB diharapkan dapat mendorong iklim
usaha yang semakin kondusif. Seiring dengan proyeksi naiknya status menjadi
upper-middle income country, Indonesia diharapkan
Hasil dari perbaikan EoDB dalam periode 2015-2018 dapat menjadi negara anggota Organisation for
ditunjukkan dari peningkatan realisasi nilai investasi Economic Co-operation and Development (OECD)
dari Rp.545,4 triliun pada tahun 2015 menjadi menjadi key partners dari negara berkembang
Rp.721,3 triliun pada tahun 2018. Penanaman selain Tiongkok, Brazil, India, dan Afrika Selatan. Hal
Modal Dalam Negeri (PMDN) terus meningkat, ini mencerminkan posisi Indonesia yang dipandang
meskipun proporsinya baru sebesar 45,6 persen. sangat penting dan strategis, baik secara regional
Kondisi ini menunjukkan tantangan bagi perbaikan maupun global.
kualitas investasi dengan meningkatkan proporsi
PMDN. Sebaran investasi juga menjadi aspek
yang perlu diperbaiki, mengingat realisasi investasi
masih terfokus di Jawa (56,2 persen). Percepatan
pembangunan infrastruktur, penyiapan tenaga
kerja terampil, kepastian lahan, dan harmonisasi
peraturan menjadi kunci untuk penyebaran investasi
ke luar Jawa. Aspek-aspek tersebut juga menjadi
kunci sukses dari upaya percepatan pembangunan
kawasan industri dan kawasan pariwisata sebagai
pusat pertumbuhan baru di luar Jawa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan investasi


di pusat-pusat pertumbuhan adalah melalui
kemudahan izin dan fasilitasi investasi. Sejak tahun

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 47


Lingkungan dan Isu Strategis

Keberlanjutan Sumber
Daya Alam

Ketersediaan sumber daya alam (SDA) yang berdampak pada kelangkaan air baku khususnya
menjadi modal utama dalam pembangunan makin pada pulau-pulau yang memiliki tutupan hutan sangat
berkurang. Hal itu terjadi karena SDA tidak hanya rendah seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
menjadi sumber bahan mentah bagi kebutuhan Resiko kelangkaan air baku juga meningkat di wilayah
industri dalam negeri, tetapi juga menjadi sumber lainnya sebagai dampak perubahan iklim. Luas wilayah
devisa. kritis air diperkirakan akan meningkat dari 6,0 persen di
tahun 2000 menjadi 9,6 persen di tahun 2045.
Salah satu tantangan sumber daya energi adalah
menipisnya cadangan minyak dan gas. Penemuan Gambar 2.2. Proyeksi Keberlanjutan Hutan dan Air
cadangan minyak dan gas bumi baru belum signifikan. hingga 2045
Pada lima tahun terakhir, Reverse Replacement Ratio
(RRR) minyak dan gas bumi rata-rata hanya sebesar
70,4 persen. Di sisi lain, pemanfaatan sumber energi
alternatif dan efisiensi dalam penggunaan energi perlu
ditingkatkan.

Keberlanjutan sumber daya kemaritiman dan Tutupan Hutan Kelangkaan air Luas habita
berkurang dari 50% (93,4 di Pulau Jawa, Bali dan Nusa satwa langka te
kelautan, termasuk di dalamnya perikanan, juga Juta ha) Tahun 2017 hingga Tenggara meningkat hingga 2030. punah di empat p
mengalami beberapa tantangan antara lain tinggal 38% (71,4 juta ha) dari Proporsi luas wilayah krisis air (Sumatra, Jawa, K
total lahan Indonesia (188 meningkat dari 6,0% di tahun dan Sulawesi) ber
pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap juta ha) di tahun 2045 2000 menjadi 9,6% di tahun 2045. 80,3% di tahu
dengan memperhatikan maximum sustainable Kualitas air diperkirakan juga
menurun signifikan
menjadi 49,7 %
2045.
yield (MSY), atau tangkapan maksimum lestari, dan Sumber: Perhitungan Bappenas

pemanfaatan lahan perikanan budidaya secara


berkelanjutan lndonesia sebagai negara dengan keanekaragaman
hayati tinggi mempunyai peluang besar untuk
Keberlanjutan pembangunan juga menghadapi mengembangkan produk dari keragaman
tantangan degradasi dan deplesi SDA terbarukan hayatinya. Pemanfaatan keanekaragaman hayati
seperti hutan, air dan keanekaragaman hayati. melalui kegiatan bioprospekting dapat memenuhi
Walaupun laju deforestasi telah berkurang secara kebutuhan bahan baku obat, sandang, pangan,
signifikan dibandingkan sebelum tahun 2000, tutupan rempah, pakan ternak, penghasil resin, pewarna
hutan diperkirakan tetap menurun dari 50,0 persen dari dan lain-lain. Di samping itu, diversifikasi produk
luas lahan total Indonesia (188 juta ha) di tahun 2017 primer tumbuhan obat menjadi produk sekunder
menjadi sekitar 38,0 persen di tahun 2045. Hal ini akan memiliki nilai tambah ekonomi yang tinggi.

48 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Efektivitas Tata Kelola
Sumber Daya Ekonomi

Pengelolaan sumber daya ekonomi menghadapi hulu hilir perikanan dan persoalan rantai nilai
tantangan terkait daya dukung lingkungan, produk, dan (7) degradasi ekosistem dan pengaruh
ketersediaan lahan, keterbatasan infrastruktur, perubahan iklim terhadap lingkungan laut.
penataan ruang, serta kesejahteraan petani-nelayan
dan masyarakat yang bergantung penghidupannya Dalam pengelolaan kelautan dan perikanan, isu yang
pada pemanfaatan sumber daya alam. dihadapi adalah (1) belum optimalnya kelembagaan
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), dan (2)
Pengelolaan sumber daya pangan dan pertanian perlunya peningkatan harmonisasi tata ruang laut
menghadapi isu semakin meningkatnya kebutuhan dan darat berupa penyelarasan antara RTRW dengan
akan lahan dan air sebagai dampak dari peningkatan RZWP3K dan Rencana Zonasi Kawasan Strategis
aktivitas perekonomian. Kondisi ini menyebabkan Nasional/Tertentu (RZ KSN/KSNT).
peningkatan persaingan dalam pemanfaatan lahan
dan air, khususnya di antara sektor pertanian, Pengelolaan dan pemanfaatan energi masih
industri pengolahan, dan perumahan. kurang efisien. Selain itu, pemanfaatan batubara
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri belum
Isu lain yang tidak kalah penting adalah peningkatan optimal. Pemberlakuan DMO batubara dengan
kebutuhan pangan seiring dengan peningkatan harga berbasis pasar dapat menjadi peluang untuk
populasi penduduk sebesar 1,2 persen. Di sisi lain, meningkatkan rasio cadangan produksi batubara dan
produksi pangan sangat juga dipengaruhi oleh faktor pengembangan pembangkit EBT. DMO batubara
musim, serta ketersediaan dan kehandalan sarana saat ini baru mencapai 23,5 persen dari produksi
prasarana produksi termasuk irigasi. Ketidakpastian batubara sebesar 548 juta ton pada tahun 2018.
produksi menyebabkan fluktuasi harga pangan;
sebagai contoh, fluktuasi beras rata-rata 0,6 persen Isu-isu pengelolaan dan pemanfaatan energi lainnya
per bulan. Dari sisi produsen, produktivitas yang yang perlu ditangani yaitu (1) kecukupan pasokan
rendah dan fluktuasi harga menyebabkan daya energi terutama gas; dan listrik untuk memenuhi
tawar petani (nilai tukar petani) masih rendah yaitu kebutuhan sektor riil; (2) sumberdaya energi belum
sebesar rata-rata 101,3 pada tahun 2017. secara maksimal dimanfaatkan untuk bahan baku
industri; (3) kualitas dan kehandalan penyaluran
Peningkatan produksi dan produktivitas kelautan energi terutama di luar Jawa; (4) pemanfaatan energi
dan perikanan menghadapi beberapa tantangan, belum memberi dampak pengembangan ekonomi
diantaranya (1) dominasi perikanan skala kecil dan secara luas; (5) konsumsi energi yang belum
penggunaan teknologi sederhana, (2) tingginya efisien; dan (6) belum adanya fasilitas cadangan
biaya input produksi, (3) rendahnya akses penyangga energi nasional untuk mengantisipasi
permodalan untuk peningkatan usaha, (4) sarana kondisi krisis dan darurat energi. Penghematan
prasarana kelautan dan perikanan belum memadai, energi di sektor industri, transportasi, bangunan
seperti pelabuhan perikanan, sistem perbenihan dan sarana komersial perlu terus ditingkatkan
dan induk, pertambakan garam, serta sarana dengan potensi penghematan sekitar 30,0 persen
prasarana pendukung lainnya, (5) perijinan yang dari penggunaan energi saat ini.
belum efektif dan efisien, (6) rendahnya integrasi

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 49


rendah. Sektor industri pengolahan, yang memiliki
Transformasi Struktural potensi terbesar untuk mendorong pertumbuhan
Berjalan Lambat dan penciptaan lapangan kerja formal, masih
menghadapi tantangan kenaikan upah tenaga
Setelah era reformasi pada tahun 1998, Indonesia kerja yang belum diikuti dengan peningkatan
belum mampu melanjutkan transformasi sosial produktivitas yang setara. Terbatasnya kesempatan
ekonomi yang terhenti akibat krisis. Rata-rata kerja di dalam negeri menjadikan pangsa pasar
pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia terus kerja luar negeri sebagai alternatif bagi calon
turun dari sebelumnya mencapai 6,0 persen pada pekerja migran Indonesia. Namun, sebagian besar
periode 1990-2000 hingga mencapai rata-rata lapangan kerja yang dapat diisi adalah pekerjaan
sekitar 5,0 persen pada periode 2000-2015. dengan kualifikasi atau keahlian rendah.

Kondisi tranformasi struktural yang berjalan lambat Gambar 2.4. Tingkat Pendidikan Pekerja di Indonesia
ini juga ditandai dengan kontribusi PDB industri 2015-2019
pengolahan yang menurun menjadi 19,9 persen. Di 140 12,28
11,65
sisi lain, kontribusi PDB sektor primer sebesar 20,9 120 9,56 11,09 11,32
3,41
persen dan kontribusi PDB sektor jasa terus meningkat 3,09 3,42 3,29 3,46
13,68 14,84
100 10,84 12,17 12,59
menjadi sekitar 59,2 persen pada tahun 2018.
80 19,81 20,41 21,13 22,34 23,19

Peningkatan PDB sektor jasa menunjukkan adanya 60 20,7 21,36 21,72 22,43 22,62

transisi sumber pertumbuhan dari sektor primer 40


ke tersier. Namun transisi ekonomi tersebut belum 20
50,83 49,97 50,98 50,46 50,18
mampu mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi.
0
Sektor jasa yang menyerap perpindahan tenaga 2015 2016 2017 2018 2019
kerja dari sektor primer didominasi oleh sektor
jasa informal dengan kontribusi pertumbuhan yang SD SMP SMA SMK Diploma Universitas
Sumber: BPS
Gambar 2.3. Perbandingan Produktivitas di Berbagai Sektor
Rp Juta/Orang
1.000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2015 2016 2017 2018
Real Estate Informasi dan Komunikasi Pertambangan
Listrik, Gas, dan Es Jasa Keuangan dan Asuransi Konstruksi
Industri Pengolahan Transportasi dan Pergudangan Perdagangan
Jasa-jasa lainnya Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum* Pertanian
Air Nasional
Sumber: BPS, 2018 (diolah)

50 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Masalah produktivitas yang rendah ini berkaitan Lambatnya transformasi struktural di Indonesia
dengan kualitas SDM yang rendah, karena tenaga juga berkaitan dengan rendahnya ekspor. Rasio
kerja masih didominasi oleh lulusan SD ke bawah nilai ekspor/PDB Indonesia baru mencapai 19,0
(39,7 persen), sementera tidak semua tenaga persen, atau jauh di bawah Thailand (69,0 persen),
kerja lulusan pendidikan yang lebih tinggi memiliki Vietnam (93,0 persen) dan Singapura (172,0
kesiapan dan kapasitas sesuai kebutuhan dunia persen). Keunggulan sumber daya alam yang ada
kerja. Mismatch keterampilan, kesenjangan kualitas di Indonesia juga belum banyak diolah menjadi
pendidikan antarwilayah, keterbatasan talenta untuk produk bernilai tambah tinggi, seperti ditunjukkan
siap dilatih dan bekerja menjadi isu-isu yang perlu dengan ekpor produk Indonesia yang didominasi
ditangani dalam peningkatan produktivitas tenaga oleh komoditas (lebih dari 50 persen), terutama
kerja. olahan CPO, logam dasar, karet dan makanan.

Gambar 2.5 Kondisi Ekspor Indonesia Dibandingkan Negara-Negara Lain

Sumber: Atlas of Economic Complexity, World Development Indicators (2016), dan Bank Dunia (2018)

Gambar 2.6 Persentase Ekspor Industri Berteknologi Tinggi


40

35

30

25

20

15

10

0
1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Indonesia Thailand Vietnam India Brazil Turki


Sumber: Bank Dunia, diolah

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 51


Gambar 2.7. Keterkaitan Hulu-Hilir yang Menurun
dalam 15 Tahun Terakhir yang berorientasi ekspor. Investasi juga bergeser
dari sektor sekunder ke sektor tersier dalam dua
tahun terakhir.

Peningkatan kualitas investasi juga dihadapkan pada


tantangan pengelolaan persaingan usaha. Data
Global Competitiveness Index (2019) menunjukkan
bahwa tingkat konsentrasi industri di Indonesia -
yang diukur melalui nilai dominasi pasar - masih
cukup tinggi, yaitu 4,0. Angka ini menunjukkan bahwa
Sumber: Analisis Bappenas industri hanya didominasi oleh beberapa pelaku
usaha. Penumbuhan industri baru melalui investasi,
Rasio ekspor yang rendah dan dominasi ekspor dan kemudahan pengembangan usaha diharapkan
komoditas menggambarkan tiga isu dalam struktur dapat meningkatkan persaingan usaha yang sehat,
industri nasional yang perlu ditangani ke depan. efisiensi, serta pertumbuhan yang inklusif.
Pertama, adanya disharmoni antara sektor hulu dan
hilir menyebabkan kerentanan dalam rantai pasok/ Upaya peningkatan investasi dan ekspor, termasuk
nilai industri nasional sehingga daya saing industri pariwisata, juga dilakukan melalui diplomasi
nasional rendah. Kedua, kapasitas inovasi di ekonomi. Namun, pelaksanaannya belum berjalan
Indonesia rendah seperti yang ditunjukkan ekspor secara optimal dikarenakan beberapa kendala: (1)
produk industri berkandungan teknologi tinggi asal belum terpadunya kebijakan dan koordinasi antar
Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan pemangku kepentingan (Pemerintah, BUMN, swasta
negara-negara yang setara. dan masyarakat) dalam penyelenggaraan diplomasi
ekonomi; (2) belum adanya mekanisme koordinasi
Ketiga, kualitas investasi rendah dimana investasi penyelenggaraan investasi ke luar negeri; (3) belum
belum sepenuhnya berorientasi ekspor dan harmonisnya regulasi dalam negeri yang menunjang
menjalankan transfer teknologi dan pengetahuan, pelaksanaan perundingan perjanjian dagang; dan
khususnya untuk Penanaman Modal Asing (PMA). (4) belum optimalnya penetrasi pasar Indonesia ke
Harapan adanya transfer teknologi dan pengetahuan negara non tradisional.
dari masuknya PMA yang dapat mendorong inovasi
dan diversifikasi produk ekspor belum sepenuhnya Transformasi struktural yang berjalan lambat juga
terwujud. Sebagian besar investasi masih menyasar ditunjukkan oleh dominasi usaha skala mikro dalam
pasar dalam negeri yang besar, dan belum banyak struktur pelaku usaha nasional (99,0 persen).
Kondisi ini menunjukkan adanya hollow middle
Gambar 2.8. Pergeseran Investasi ke Sektor Tersier
yang menjadikan kapasitas dunia usaha untuk
54,8 50,9 membangun keterkaitan hulu-hilir menjadi terbatas.
42,4
43,3 Upaya untuk meningkatkan skala usaha UMKM saat
Sektor Primer
30,7 30,8 ini belum menunjukkan hasil yang signifikan.
39,3 39,6 Sektor Sekunder
Sektor Tersier
Di sisi lain, percepatan transformasi struktural
18,0 18,3
17,4 14,5 masih dapat dilaksanakan dengan meningkatkan
2015 2016 2017 2018 keterkaitan usaha antar UMKM, kemitraan usaha
Sumber: BKPM, diolah antara UMKM dan usaha besar, serta kewirausahan.

52 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Fasilitasi UMKM untuk berkoperasi terus dilaksanakan Industry
Revolusi Industri 4.0 dan
4.0
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan skala
ekonomi. Namun upaya ini masih menghadapi
Ekonomi Digital
tantangan kapasitas koperasi untuk menjadi usaha
yang modern dan profesional. Kemitraan juga terus Pada tahun 2018, Pemerintah telah meluncurkan
didorong, namun baru sekitar 7,0 persen usaha gerakan Making Indonesia 4.0. Gerakan ini
mikro dan kecil (UMK) yang menjalin kemitraan sejalan dengan era digitalisasi yang memfasilitasi
dengan perusahaan lain. Sementara tren perbaikan pengintegrasian informasi untuk tujuan peningkatan
terdapat dari sisi kewirausahaan seperti ditunjukkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas layanan.
rasio kewirausahaan di Indonesia yang sudah
mencapai 3,3 persen pada tahun 2019. Kondisi ini Pemanfaatan ekonomi digital ke depan memiliki
ditunjang oleh tren peningkatan masyarakat yang potensi yang besar untuk tujuan peningkatan nilai
berwirausaha dalam beberapa tahun terakhir. Data tambah ekonomi. Sebagai contoh, pemanfaatan
Global Entrepreneurship Monitor (2019) menunjukkan Industry 4.0 sepanjang rantai nilai dapat
peningkatan kepercayaan diri, kapasitas dan meningkatkan efisiensi hulu-hilir serta kontribusi
partisipasi masyarakat Indonesia untuk berwirausaha nilai tambah industri pengolahan secara agregat
dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2014. dalam perekonomian.
Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan (1) keyakinan
masyarakat untuk berwirausaha, (2) kepemilikan Namun tantangan yang dihadapi Indonesia dalam
usaha sendiri, (3) pandangan bahwa berwirausaha era digitalisasi juga cukup besar. Dari sisi kesiapan
merupakan pilihan karir dan status sosial yang baik, inovasi untuk menghadapi revolusi digital seperti
dan (4) partisipasi perempuan untuk berwirausaha. yang ditunjukkan oleh Network Readiness Index,
Tren ini sejalan dengan perkembangan ekonomi Indonesia berada pada peringkat 73 dari 139
digital yang membuka banyak kesempatan berusaha. negara. Sementara negara-negara yang setara
memiliki kesiapan yang lebih baik, seperti Malaysia
Tantangannya adalah minat berwirausaha tersebut (peringkat 31), Turki (48), China (59), Thailand (62).
belum diikuti dengan kapasitas yang memadai Indonesia memiliki keunggulan dalam harga, namun
untuk menjalankan usaha. Sebagian besar jauh tertinggal dalam infrastruktur dan pemanfaatan
wirausaha merupakan usaha mencontoh dan oleh masyarakat.
tidak didasarkan pada pemahaman tentang model
bisnis, pasar dan inovasi. Kesiapan Indonesia untuk mengadopsi dan
mengeksplorasi teknologi digital yang mampu
Gambar 2.9. Network Readiness Index Negara-negara
mendorong transformasi dalam pemerintahan, model
di ASEAN
Iklim Politik dan Peraturan
6
usaha dan pola hidup masyarakat juga dianggap
Dampak Sosial 5
4
Iklim Usaha dan
Inovasi
kurang. Hal ini ditunjukkan oleh data World Digital
Dampak
3
2 Infrastruktur dan
Competitiveness Ranking tahun 2019 dimana
Ekonomi 1
0
Konten Digital Indonesia berada pada peringkat ke 56 dari 63
Penggunaan Keterjangkauan
negara. Cara beradaptasi, pendidikan dan pelatihan,
oleh Pemerintah
ekosistem teknologi dan integrasi informasi teknologi
Penggunaan oleh
Dunia Usaha
Harga/Keterjangkauan menjadi isu-isu yang perlu diperbaiki agar Indonesia
dapat memanfaatkan kemajuan teknologi digital bagi
Penggunaan
oleh Individu

Indonesia Thailand pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas


Malaysia China hidup.
Sumber: Global Information Technology Report, World Economic
Forum (2016)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 53


Tantangan lain yang dihadapi oleh Indonesia menjadikan banyak model usaha konvensional
berkaitan dengan pengembangan SDM dan tidak lagi relevan. Kondisi ini mengharuskan adanya
persaingan usaha. Era digitalisasi membawa kebijakan dan pola adaptasi yang menyeluruh
dampak pada perubahan pola bekerja dan dalam pemanfaataan transformasi digital bagi
berpotensi menghilangkan pekerjaan yang keberlanjutan dan pemerataan pertumbuhan
bersifat sederhana dan repetitif. Di sisi lain, pola ekonomi, serta perbaikan kualitas kehidupan sosial
perdagangan dan penyediaan layanan berbasis dan lingkungan.
daring serta penggunaan pembayaran nontunai

Sasaran, Target dan Indikator

Dalam lima tahun mendatang, sasaran yang akan pembangungan ekonomi yang berkelanjutan;
diwujudkan dalam rangka memperkuat ketahanan dan
ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas 2. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja,
adalah sebagai berikut: investasi, ekspor dan daya saing perekonomian
1. Meningkatnya daya dukung dan kualitas Target-target yang akan diwujudkan secara terinci
sumber daya ekonomi sebagai modalitas bagi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Sasaran, Indikator dan Target Tahun 2020-2024

No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024


A. Meningkatnya daya dukung dan kualitas sumber daya ekonomi sebagai modalitas bagi pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan
1 Pemenuhan 1. Porsi EBT dalam bauran energi
13,4% Menuju 23%
kebutuhan nasional (7.2.1*)
energi dengan 2. Intensitas energi primer (harga 133,8 SBM/Rp.
mengutamakan 139,5 SBM/Rp. Milliar
konstan 2010) (7.3.1*) Miliar
peningkatan
3. Penurunan Intensitas energi final
energi baru 0,9 SBM/Rp. Milliar 0,8 SBM/Rp. Miliar
(harga konstan 2010)
terbarukan
(EBT) 4. Kapasitas terpasang pembangkit EBT 11,5 GW 19,2 GW
5. Produksi gas bumi 1,191 juta SBM/hari 1,163 juta SBM/hari
6. Pemanfaatan biofuel untuk domestik 10 juta kilo liter 17,35 juta kilo liter
7. Domestic Market Obligation (DMO)
155 juta ton 187 juta ton
Batubara
8. Alokasi pemanfaatan gas domestik 62% 66%
9. TKDN Sektor pembangkit EBT
a. Surya 40% 40%
b. Bioenergi 40% 40%
c. Panas Bumi 30% 35%

54 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
2 Peningkatan 1. Luas minimal kawasan berfungsi
65 juta ha 65 juta ha
kuantitas/ lindung
ketersediaan 2. Kawasan hutan produksi 36 juta ha 36 juta ha
air untuk
3. Peningkatan persentase irigasi
mendukung 15% 20%
premium
pertumbuhan
ekonomi 4. Pembangunan jaringan irigasi baru
15.000 ha 500.000 ha
(kumulatif)
5. Peningkatan ketersediaan air baku
4,27 m3/detik 50 m3/detik
domestik dan industri (kumulatif)
6. Pemanfaatan bendungan untuk listrik
113 MW 175 MW
(kumulatif)
7. Pembangunan bendungan multiguna
11 unit 63 unit
(kumulatif)
3 Peningkatan 1. Skor Pola Pangan Harapan (2.2.2(c)) 90,4 95,2
ketersediaan, 2. Angka Kecukupan Energi (AKE)
akses dan 2.100 kkal/hari 2.100 kkal/hari
(2.1.2(a))
kualitas
3. Angka Kecukupan Protein (AKP) 57 gram/ kapita/hari 57 gram/ kapita/hari
konsumsi
pangan 4. Prevalensi Ketidakcukupan
Konsumsi Pangan (Prevalence of 6,40 5,38
Undernourishment/PoU)
5. Prevalensi Penduduk dengan
Kerawanan Pangan Sedang atau
5,21 4,05
Berat (Food Insecurity Experience
Scale/FIES)
6. Global food security index 56,9 64,1
7. Ketersediaan beras 43,7 juta ton 46,5 juta ton
8. Ketersediaan protein hewani 2,51 juta ton 2,88 juta ton
9. Produksi jagung 30,9 juta ton 39,6 juta ton
10. Produksi daging 4,1 juta ton 4,61 juta ton
11. Produksi umbi-umbian 23,3 juta ton 26,2 juta ton
12. Konsumsi ikan (2.2.2(c)) 56,4 kg/kapita/ tahun 62 kg/kapita/ tahun
14,62 kg/kapita/
13. Konsumsi daging 12,93 kg/kapita/ tahun
tahun
14. Konsumsi protein asal ternak 10,65 gram/kap/hari 11,04 gram/kap/hari
316,3 gram/kapita/
15. Konsumsi sayur dan buah 260,2 gram/kapita/hari
hari
16. Persentase pangan segar yang
70% 90%
memenuhi syarat keamanan pangan
17. Luas lahan Produksi beras
10.000 ha padi 200.000 ha padi
biofortifikasi
18. Akses terhadap beras biofortifikasi
10-20% penerima 100% penerima
dan fortifikasi bagi keluarga yang
BPNT BPNT
kurang mampu dan kurang gizi
19. Persentase pangsa pangan organikª) 5% 20%

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 55


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
20. Persentase lahan baku sawah yang
ditetapkan sebagai Lahan Pertanian 50% 100%
Pangan Berkelanjutan (LP2B)
21. Jumlah varietas unggul tanaman dan 30 varietas unggul 30 varietas unggul
hewan untuk pangan yang dilepas tanaman baru dan 8 tanaman baru dan 8
(2.5.1*) galur hewan ternak galur hewan ternak
22. Sumber daya genetika tanaman
dan hewan sumber pangan yang 4.250 aksesi 4.250 aksesi
terlindungi/tersedia (2.5.2*)
23. Teknologi yang diterapkan oleh
65-80% 80-95%
petani
24. Nilai tambah per tenaga kerja Rp 36,19 juta/tenaga Rp 45,44 juta/
pertanian (2.3.1*) kerja tenaga kerja
25. Nilai tukar petani 103 105
4 Peningkatan 1. Menjamin akurasi pendataan stock
11 WPP 11 WPP
pengelolaan dan pemanfaatan WPP
kemaritiman 2. Model percontohan penguatan tata
dan kelautan 3 WPP 11 WPP
kelola WPP (14.2.1(b))
3. Luas kawasan konservasi laut/
23,4 juta ha 26,9 juta ha
perairan (14.5.1*)
4. Penyelesaian penataan ruang laut
35 RZ 85 RZ
dan zonasi pesisir
5. Pemetaan bathimetri prioritas skala
63% 100%
1:50.000
6. Produksi ikan 15,47 juta ton 20,42 juta ton
7. Proporsi tangkapan jenis ikan yang
berada dalam batasan biologis yang 64% ≤ 80%
aman (14.4.1*)
8. Produksi rumput laut 10,99 juta ton 12,33 juta ton
9. Produksi garam 3,0 jutan ton 3,4 juta ton
10. Jumlah pendanaan pelaku usaha
3 triliun 4,2 triliun
kelautan dan perikanan skala kecil
11. Jumlah hasil riset kemaritiman,
kelautan dan perikanan yang 5 hasil riset 15 hasil riset
diadopsi/diterapkan
12. Kawasan kluster sentra produksi
10 kawasan 50 kawasan
perikanan budidaya unggulan
B. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja, investasi, ekspor, dan daya saing perekonomian
1 Penguatan 1. Rasio kewirausahaan nasional 3,55% 3,95%
kewirausahaan 2. Pertumbuhan wirausaha baru 3% 4%
dan Usaha
3. Kontribusi koperasi terhadap PDB 5,10% 5,50%
Mikro, Kecil
dan Menengah 4. Proporsi UMKM yang mengakses
(UMKM), dan kredit lembaga keuangan formal 25,18% 30,78%
koperasi (8.10.1(b))

56 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
5. Rasio kredit UMKM terhadap total
19,75% 22%
kredit perbankan
6. Proporsi penyaluran Kredit Usaha
60% 80%
Rakyat (KUR) Sektor Produksi
7. Proporsi Nilai penyaluran pinjaman
2,4% 5%
perbankan kepada IKM (9.3.2*)
8. Kenaikan volume usaha koperasi per
20% 23%
tahun
9. Jumlah sentra Industri Kecil dan
30 Sentra
Menengah (IKM) baru di luar Jawa 3 Sentra
(kumulatif)
yang beroperasi
10. Proporsi nilai tambah IKM terhadap
total nilai tambah industri pengolahan 18,5% 20%
non migas (9.3.1*)
11. Kontribusi usaha sosial 1,9% PDB 2,5% PDB
3.500 unit
12. Penumbuhan start-up 700 unit (kumulatif)
(kumulatif)
2 Peningkatan 1. Pertumbuhan PDB industri
5,0% 8,4%
nilai tambah, pengolahan (9.2.1(a))
lapangan kerja, 2. Pertumbuhan PDB industri
dan investasi di 5,5% 8,7%
pengolahan non migas
sektor riil, dan
3. Kontribusi PDB industri pengolahan
industrialisasi 19,7% 21,0%
(9.2.1*)
4. Kontribusi PDB industri pengolahan
17,6% 18,9%
non migas
5. Pertumbuhan PDB pertanian 3,7% 4,1%
6. Pertumbuhan PDB Perkebunan 3,50% 3,94%
a. Peningkatan Produksi Kakao 0,3% 2,7%
b. Peningkatan Produksi Kopi 0,9% 1,3%
c. Peningkatan Produksi Karet 0,6% 1,9%
d. Peningkatan Produksi Kelapa 0,4% 2%
Dalam
e. Peningkatan Produksi Kelapa Sawit 7,1% 2,7%
f. Peningkatan Produksi Lada 2,0% 5,9%
g. Peningkatan Produksi Pala 2,7% 6,6%
h. Peningkatan Produksi Cengkeh 2,3% 4,8%
7. Pertumbuhan PDB Hortikultura 3,44% 4,20%
a. Peningkatan Produksi Buah-
buahan 2,7% 5,7%
b. Peningkatan Produksi Sayuran 2,4% 3,1%
c. Peningkatan Produksi Florikultura 3,5% 5,5%
d. Peningkatan Tanaman Obat 3,5% 7,85%
8. Kontribusi PDB kemaritiman 6,5% 7,8%
9. Produksi kayu terutama dari hutan
55 juta m3/tahun 60 juta m3/tahun
produksi

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 57


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
10. Kontribusi PDB pariwisata (8.9.1*) 4,8% 5,5%
11. Destinasi pariwisata prioritas yang
3 destinasi 8 destinasi
diselesaikan
12. Destinasi wisata alam berkelanjutan 25 kawasan hutan 25 kawasan hutan
berbasiskan kawasan hutan prioritas prioritas prioritas
13. Destinasi wisata bahari 7 destinasi 7 destinasi
14. Nilai tambah ekonomi kreatif Rp1.214 triliun Rp.1.846 triliun
15. Jumlah kab/kota kreatif yang 20 kab/kota
4 kab/kota
difasilitasi (kumulatif)
16. Jumlah kawasan dan klaster kreatif
8 lokasi 11 lokasi
yang dikembangkan
17. Revitalisasi ruang kreatif 30 unit 42 unit
18. Kontribusi ekonomi digital 3,2% 4,7%
19. Pertumbuhan PDB informasi dan
7,3% 11,2%
telekomunikasi
20. Nilai transaksi e-commerce Rp 260 triliun Rp 600 trilun
21. Penyediaan lapangan kerja per tahun 2,7-3,0 juta orang 2,7-3,0 juta orang
22. Laju pertumbuhan PDB per tenaga
3,0-4,0% 3,7-4,7%
kerja (8.2.1*)
23. Jumlah tenaga kerja industri
19,7 juta orang 22,5 juta orang
pengolahan
24. Kontribusi tenaga kerja di sektor
14,2% 15,7%
industri terhadap total pekerja (9.2.2*)
25. Jumlah tenaga kerja pariwisata
13 juta orang 15 juta orang
(8.9.2*)
26. Jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif 19 juta orang 21 juta orang
27. Jumlah dokumen kerjasama
penempatan dan perlindungan
pekerja migran antara RI dengan 20 dokumen 30 dokumen
negara tujuan penempatan dan kerjasama kerjasama
lembaga internasional lainnya
(10.7.2(a))
28. Persentase pekerja migran Indonesia
yang bekerja pada pemberi kerja
57% 70%
berbadan hukum terhadap total
pekerja migran (10.7.2(b))
29. Pertumbuhan investasi (PMTB) 5,6% 8,9%
30. Peringkat kemudahan berusaha Menuju 40 Menuju 40
di Indonesia (ranking EoDB) yang
ditunjukkan antara lain dengan
meningkatnya indikator memulai
usaha:
a. jumlah prosedur 10 prosedur 5 prosedur
b. waktu 8 hari 4 hari
31. Nilai realisasi PMA dan PMDN Rp 886,0 triliun Rp 1.500,0 triliun

58 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
32. Kontribusi PMDN terhadap total
47,4% 49,5%
realisasi PMA dan PMDN
33. Nilai realisasi PMA dan PMDN industri
Rp 246,3 triliun Rp 825,0 triliun
pengolahan
34. Kontribusi realisasi investasi luar
45,6% 49,7%
Jawa
35. Penerapan Perizinan Berusaha
Terlaksana bertahap Selesai
Terintegrasi Secara Elektronik
36. Belanja Modal (Capex) BUMN Rp 525 trilliun Rp 680 triliun
37. Profitabilitas BUMN Rp 230 triliun Rp 325 triliun
38. Jumlah Kawasan Industri (KI) prioritas
3 KI 8 KI (kumulatif)
di luar Jawa yang beroperasi
39. Jumlah Kawasan Industri (KI) yang
3 KI 11 KI (kumulatif)
dikembangkan
40. Jumlah kawasan industri dengan
2 Kawasan 5 Kawasan
zona halal
41. Jumlah Pengawasan Kemetrologian 15.000 unit 15.000 unit
42. Jumlah Daerah Tertib Ukur (DTU) 10 DTU 10 DTU
43. Indeks persepsi persaingan usaha 4,5 5,0
44. Persentase SNI bidang industri yang
5% 20%
diterapkan
3 Peningkatan 1. Neraca perdagangan USD 0,9 miliar USD 15,0 miliar
ekspor bernilai 2. Pertumbuhan ekspor barang dan jasa 3,7% 4,8%
tambah tinggi
3. Pertumbuhan ekspor nonmigas 4,3% 7,2%
dan penguatan
Tingkat 4. Ekspor hasil pertanian (FOB) US$ 4.005 juta US$ 5.450 juta
Komponen 5. Ekspor hasil perikanan USD 6,1 miliar USD 8,2 miliar
Dalam Negeri 6. Pertumbuhan ekspor industri
9,5-10,4% 13,4-17,2%
(TKDN) pengolahan
7. Nilai ekspor produk industri USD 129,9-155,9
USD 86,7-89,0 miliar
pengolahan miliar
8. Kontribusi Ekspor Produk Industri
10,8-11,0% 13%
berteknologi tinggi
9. Rasio ekspor jasa terhadap PDB (BoP) 2,6% 3,0%
10. Nilai devisa pariwisata (8.9.1(c)) USD 21 miliar USD 32 miliar
11. Jumlah wisatawan mancanegara
18 juta orang 24 juta orang
(8.9.1(a))
12. Jumlah warisan budaya yang
diregenerasi (cultural heritage 4 lokasi 20 lokasi (kumulatif)
regeneration)
13. Nilai ekspor ekonomi kreatif USD 21,5-22,3 miliar USD 24,5 miliar
14. Tingkat Komponen Dalam Negeri
43,3% 50%
(TKDN) (Rerata Tertimbang)
15. Jumlah produk tersertifikasi TKDN ≥
6.000 produk 8.400 produk
25% yang masih berlaku

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 59


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
350-400 juta
16. Jumlah wisatawan nusantara (8.9.1(b) 312 juta perjalanan
perjalanan
17. Jumlah promosi Tourism, Trade and 8 Promosi
8 Promosi Terintegrasi
Investment (TTI) terintegrasi Terintegrasi
18. Jumlah negara akreditasi yang
90 negara 98 negara
meningkat nilai perdagangan
19. Jumlah negara akreditasi yang
mencapai target peningkatan
70 negara 78 negara
jumlah wisatawan mancanegara ke
Indonesia
20. Jumlah ratifikasi perjanjian kerjasama
4 ratifikasi 4 ratifikasi
ekonomi internasional
21. Pertumbuhan jumlah produk dalam
negeri dalam pengadaan barang/jasa 5% 5%
pemerintah
22. PTA/FTA/CEPA yang disepakati 20 (kumulatif) 40 (kumulatif)
23. Keanggotaan OECD Pendaftaran Anggota OECD
4 Penguatan pilar 1. Kontribusi sektor jasa keuangan/PDB 4,2% 4,4%
pertumbuhan 2. Rasio M2/PDB 41,0% 43,1%
dan daya saing
3. Jumlah ATM per 100.000 penduduk
ekonomi 55,8 unit 57,5 unit
(8.10.1*)
4. Jumlah bank per 100.000 penduduk
15,4 unit 15,3 unit
(8.10.2*)
5. Skema pembiayaan berbasis HKI 1 skema 1 skema
6. Biaya logistik terhadap PDB 23,2% 20%
7. Skor logistic performance index 3,2 3,5
8. Tingkat Inflasi 3 ± 1% 2,5%
9. Inflasi pangan bergejolak 3,2 ± 1% 3,1%
10. Jumlah pelaku kreatif yang difasilitasi
8.500 orang 15.000 orang
infrastruktur TIK
11. Jumlah perusahaan dengan nilai 60 perusahaan
Indonesia Industry 4.0 Readiness 30 perusahaan
(kumulatif)
Index (INDI 4.0) ≥ 3.0
12. Jumlah perusahaan yang tersertifikasi
28 perusahaan 71 perusahaan
Standar Industri Hijau (SIH)
13. Jumlah lokasi penerapan sustainable
12 lokasi 22 lokasi
tourism development (12.b.1)
14. Peringkat Travel and Tourism
40** 29-34
Competitiveness Index
15. Rasio perpajakan terhadap PDB
10,7% 12,7%
(17.1.1(a))
16. Imbal Hasil (Yield) Surat Berharga
Menurun Menurun
Negara
17. 17. Efektivitas dan sinkronisasi
…….. ……..
belanja pusat dan daerah

60 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
18. Pengalihan subsidi harga (pupuk,
LPG, listrik) menjadi subsidi langsung Terlaksana bertahap Selesai
tepat sasaran***
19. Pembaruan sistem inti administrasi
perpajakan (core tax administration 1,5% Selesai
system)
20. Ketersediaan data statistik ekonomi
2 database 2 database
kreatif
21. Ketersediaan data statistik pariwisata 3 database 3 database
22. Ketersediaan data statistik
1 database 1 database
e-commerce
23. Perbaikan data pangan dan pertanian 2 database 2 database
Keterangan:
Beberapa sasaran belum memiliki target karena masih dalam tahap perhitungan
* Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global untuk Sustainable Development Goals (SDGs)
** Indeks TTCI diukur setiap tahun ganjil, sehingga target tahun 2020 merupakan target tahun 2019
*** Indikator ini akan menjadi rujukan bagi IKU K/L terkait: Kementerian Pertanian, Kementerian ESDM, dan Kementerian Sosial
ª) Mencakup produksi nasional dan stok beras di pemerintah dan non pemerintah

Angka dalam kurung pada indikator menunjukkan indikator SDGs

Arah Kebijakan dan Strategi


Pengelolaan Sumber peningkatan industri pengolahan batubara
menjadi gas untuk kebutuhan dalam negeri.
Daya Ekonomi
Pengembangan bahan bakar nabati akan
Arah kebijakan dalam rangka pengelolaan sumber dilaksanakan secara bertahap untuk mencapai
daya ekonomi pada tahun 2020-2024 mencakup: kapasitas produksi biodesel yang memadai.
(i) Pemenuhan kebutuhan energi dengan Kapasitas produksi biodesel dipenuhi melalui
mengutamakan peningkatan energi baru pemberdayaan perkebunan sawit rakyat.
terbarukan (EBT) yang akan dilaksanakan
dengan strategi (1) mengakselerasi Penyediaan energi bagi industri dan kelistrikan
pengembangan pembangkit energi baru juga akan dipenuhi melalui pengembangan
dan terbarukan; (2) meningkatkan pasokan potensi energi terbarukan di Kawasan Industri
bahan bakar nabati; (3) meningkatkan yang diintegrasikan dengan sektor lain. Pola
pelaksanaan konservasi dan efisiensi energi; (4) penyediaan ini akan difokuskan pada Kawasan
meningkatkan pemenuhan energi bagi industri; Industri di Sumatera bagian utara, Sumatera
(5) mengembangkan industri pendukung EBT. bagian selatan, Jawa, Kalimantan bagian
timur, Sulawesi bagian utara dan selatan,
Pemanfaatan sumber daya gas bumi Maluku Utara dan Papua Barat. Peningkatan
dan batubara akan difokuskan pada (1) penyediaan energi listrik juga diupayakan
pemanfaatan dalam negeri baik sebagai dengan dimulainya pembangunan Pembangkit
sumber energi maupun bahan baku industri Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Kalimantan.
untuk meningkatkan nilai tambah; dan (2)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 61


Pengembangan potensi energi terbarukan (2) Danau Prioritas Nasional II
dapat didukung dengan pemberian insentif Danau Laut Tawar, Danau Aneuk Laut, Danau
fiskal terhadap industri energi baru terbarukan Di Atas, Danau Di Bawah, Danau Tasik Zamrud,
Danau Dendam Tak Sudah, Danau Ranau,
(ii) Peningkatan kuantitas/ketersediaan air untuk Danau Bratan, Danau Segara Anak, Danau
mendukung pertumbuhan ekonomi yang Taliwang, Danau Kelimutu, Danau Lindu, Danau
dilaksanakan dengan strategi (1) memantapkan Mahalona, Danau Towuti, dan Danau Paniai.
kawasan hutan dengan indeks jasa lingkungan
tinggi sebagai kawasan lindung air; (2) mengelola (iii) Peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas
hutan berkelanjutan; (3) menyediakan air untuk konsumsi pangan yang akan dilaksanakan
pertanian, (4) menyediakan air baku untuk dengan strategi (1) meningkatkan kualitas
kawasan prioritas; (5) meningkatkan potensi konsumsi, keamanan, fortifikasi dan biofortifikasi
pemanfaatan waduk untuk listrik, (6) memelihara, pangan; (2) meningkatkan ketersediaan pangan
memulihkan, dan konservasi sumber daya air hasil pertanian, perikanan dan pangan hasil
dan ekosistemnya termasuk revitalisasi danau laut terutama melalui peningkatan produktivitas
dan infrastruktur hijau; (7) mengembangkan dan teknik produksi secara berkelanjutan untuk
waduk multiguna dan modernisasi irigasi. menjaga stabilitas pasokan dan harga kebutuhan
pokok; (3) meningkatkan produktivitas,
Dalam penyediaan air baku untuk kawasan kesejahteraan sumber daya manusia (SDM)
prioritas difokuskan pada daerah tertinggal, pertanian dan kepastian pasar; (4) menjaga
terdepan terluar; pulau kecil terluar; perkotaan; keberlanjutan produktivitas sumber daya
kawasan strategis (KI, KEK, KSPN); kawasan pertanian yang adaptif terhadap perubahan
pantai utara pulau jawa; dan rawan air. Dalam iklim, sistem pertanian presisi, pengelolaan
pemenuhan kebutuhan air telah dilakukan lahan dan air irigasi; (5) meningkatkan tata kelola
pembangunan bendungan. Bendungan yang sistem pangan nasional.
dibangun bersifat multifungsi yaitu untuk air
baku, irigasi, listrik, dan reduksi banjir. Air baku Pelaksanaan dari strategi pertama mencakup
dari bendungan ditargetkan 23 m3/detik, listrik pengembangan benih padi biofortifikasi dan
dari bendungan ditargetkan 175 MW, irigasi produk rekayasa genetik, fortifikasi beras,
bersumber dari bendungan 290.000 Hektar, pengembangan nanoteknologi pangan,
dan reduksi banjir 13.000 m3/detik. pengembangan pangan lokal, dan diversifikasi
bahan pangan di tingkat masyarakat, serta
Pemeliharaan, pemulihan dan konservasi penyediaan dan perbaikan kualitas pangan
melalui revitalisasi danau difokuskan pada 30 anak sekolah. Fasilitasi budidaya padi, jagung,
danau prioritas nasional yaitu: ternak, ikan dan komoditas pangan strategis,
(1) Danau Prioritas Nasional I serta penyediaan input produksi diantaranya
Danau Toba, Danau Maninjau, Danau Singkarak, sistem perbenihan nasional, dan pupuk
Danau Kerinci, Danau Rawadanau, Danau bersubsidi yang tepat sasaran menjadi fokus
Rawapening, Danau Batur, Danau Sentarum, pelaksanaan dari strategi kedua. Strategi
Danau Kascade Mahakam (Semayang- ketiga mencakup penguatan basis data petani,
Melintang-Jeumpang), Danao Tondano, Danau nelayan, pembentukan korporasi petani, dan
Limboto, Danau Poso, Danau Tempe, Danau nelayan, asuransi pertanian dan pembudidaya
Matano, dan Danau Sentani. ikan, pembiayaan inklusif, pelatihan dan

62 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


penyuluhan. Strategi keempat mencakup meningkatkan kompetensi, kapasitas SDM,
pengelolaan lahan, termasuk lahan suboptimal, inovasi teknologi dan riset kemaritiman dan
lowland, upland, dan lahan kering, efisiensi air, kelautan serta penguatan database kelautan
jalan produksi sepanjang 9.500 km, jalan usaha dan perikanan.
tani sepanjang 3.500 km, pengembangan
kawasan budidaya perikanan didukung Strategi pertama mencakup penguatan data stok
sistem pengairannya, pertanian digital dan perikanan dan kelembagaan WPP, pengelolaan
penggunaan teknologi pesawat nirawak. Strategi Perairan Umum Daratan (PUD), penyelesaian
kelima mencakup penguatan sistem logistik rencana zonasi laut, serta pemanfaatan
pangan nasional, integrasi sistem data produksi ruang laut dan pulau-pulau kecil, termasuk
pangan nasional dan data ekspor impor produk penyelarasan RZWP3K dan RTRW Provinsi
pangan strategis, pengembangan resi gudang, dan penataan dan penyederhanaan perizinan
pengelolaan sistem pangan berkelanjutan dan usaha. Strategi kedua dilaksanakan melalui
sistem pangan perkotaan (urban food) serta penguatan manajemen dan pemanfaatan
pengelolaan limbah pangan (food waste). konservasi perairan secara berkelanjutan, dan
peningkatan pemanfaatan marine bioproduct,
Pengelolaan sumber daya pangan akan memperkuat komitmen pelaksanaan target
difokuskan pada (1) daerah sentra produksi SDG 14 Ekosistem Lautan. Strategi ketiga dapat
dan daerah dengan tingkat permintaan tinggi di mencakup restrukturisasi armada penangkapan
Sumatera, Jawa dan Sulawesi; dan (2) daerah ikan menuju armada yang lebih economic-scale,
yang rawan pangan, rentan kelaparan dan penguatan kerjasama usaha kecil dan besar
stunting, dan daerah miskin dan perbatasan di (perikanan inklusif), pengembangan perikanan
Maluku dan Papua. berbasis digital, pengembangan kluster produksi
akuakultur modern berkelanjutan, revitalisasi
(iv) Peningkatan pengelolaan kemaritiman dan tambak dan lahan budidaya, ekstensifikasi dan
kelautan yang dilaksanakan dengan menjadikan intensifikasi lahan garam, peningkatan kualitas
Wilayah Pengelolaan Perikanan sebagai basis garam, pengembangan sentra kelautan dan
spasial dalam pembangunan dan pemanfaatan perikanan terpadu, pengembangan industri
kelautan dan perikanan, yang meliputi strategi: sumberdaya alam laut bernilai tambah, serta
(1) meningkatkan kualitas pengelolaan Wilayah penguatan sistem karantina ikan. Strategi
Pengelolaan Perikanan (WPP) dan penataan keempat mencakup kemudahan fasilitasi usaha
kelembagaan WPP sesuai dengan prinsip dan investasi pemberian asuransi nelayan dan
berkelanjutan; dan penataan ruang laut dan pembudidaya ikan, sertifikasi tanah nelayan
rencana zonasi pesisir; (2) mengelola ekosistem dan pembudidaya ikan, affirmasi program
kelautan dan pemanfaatan jasa kelautan secara pemberdaaan nelayan secara terpadu, serta
berkelanjutan, serta pengelolaan ruang laut; pengembangan skema pembiayaan/bank
(3) meningkatkan produksi, produktivitas, mikro nelayan yang murah dan mudah diakses,
standardisasi, dan mutu produk kelautan dan penguatan kelembagaan nelayan. Strategi
perikanan termasuk ikan, rumput laut dan kelima diantaranya mencakup pelatihan dan
garam; (4) meningkatkan fasilitasi usaha, penyuluhan, penguatan pendidikan vokasi
pembiayaan, teknologi dan pasar; perlindungan dan literasi maritim, pengembangan sertifikasi
usaha kelautan dan perikanan skala kecil serta kompetensi, pengembangan angkatan kerja
akses terhadap pengelolaan sumber daya; (5) perikanan generasi milenial, pengembangan

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 63


dan diseminasi teknologi perikanan modern mencakup peningkatan kapasitas pengurus
yang berkelanjutan dan produktif; serta inovasi dan manajer koperasi, pendampingan
teknologi dan riset kelautan, pembentukan pusat kelompok untuk berkoperasi, pengembangan
unggulan riset kelautan dan kemaritiman. jangkauan dan cakupan usaha koperasi, serta
pengembangan inovasi koperasi.
Komoditas unggulan perikanan akan ditekankan
pada Tuna, Rajungan, Udang, Nila, Lele/Patin, Pelaksanaan strategi penciptaan peluang
Bandeng dan Rumput Laut untuk dikembangkan usaha dan start-up dilaksanakan melalui (1)
sebagai komoditas untuk mendukung ketahanan pelatihan kewirausahaan bagi wirausaha pemula
pangan dan target eksport, selain itu terus termasuk bagi generasi muda, perempuan,
ditingkatkan pula produksi garam untuk santri, dan penyandang disabilitas; (2) inkubasi
memenuhi kebutuhan konsumsi. usaha; (3) penguatan kapasitas layanan usaha;
(4) pengembangan sentra industri kecil dan
Peningkatan Nilai menengah (IKM), dan (5) penyediaan insentif
fiskal. Nilai tambah usaha sosial ditingkatkan
Tambah Ekonomi melalui pendampingan akses permodalan,
pengembangan impact investment, peningkatan
Arah kebijakan dalam rangka peningkatan nilai kapasitas, serta fasilitasi akses kepada
tambah ekonomi pada tahun 2020-2024 mencakup: pengadaan barang dan jasa pemerintah.
(i) Penguatan kewirausahaan, usaha mikro, kecil Pelaksaanaan strategi tersebut didukung dengan
dan menengah (UMKM) dan koperasi yang penataan basis data dan penyederhanaan
dilaksanakan dengan strategi (1) meningkatkan regulasi di bidang pemberdayaan UMKM
kemitraan usaha antara Usaha Mikro Kecil dan
Usaha Menengah Besar; (2) meningkatkan Pengembangan kewirausahaan, UMKM, dan
kapasitas usaha dan akses pembiayaan koperasi diarahkan (1) sesuai potensi daerah
bagi wirausaha; (3) meningkatkan kapasitas, dan untuk mendukung pengembangan KEK,
jangkauan, dan inovasi koperasi; (4) meningkatkan Kawasan Industri, kawasan pariwisata, Kawasan
penciptaan peluang usaha dan start-up; (5) Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN), serta
meningkatkan nilai tambah usaha sosial. peningkatan aktivitas ekonomi produktif di
wilayah Tertinggal Terdepan Terluar (3T), dan (2)
Pelaksanaan strategi pertama mencakup terintegrasi dengan pengembangan infrastruktur.
pengembangan kapasitas usaha dan kualitas
produk, penguatan kapasitas kelembagaan (ii) Peningkatan nilai tambah, lapangan kerja, dan
dan perluasan kemitraan usaha. Selain itu, investasi di sektor riil, dan industrialisasi yang
pengembangan kapasitas kewirausahaan dan dilaksanakan dengan strategi (1) meningkatkan
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga industri pengolahan berbasis pertanian,
didukung melalui penyediaan insentif fiskal kehutanan, perikanan, kemaritiman, dan non
yang berorientasi ekspor. Strategi peningkatan agro yang terintegrasi hulu-hilir; (2) meningkatkan
pembiayaan bagi wirausaha dilaksanakan industrialisasi berbasis hilirisasi sumber daya
melalui penyediaan skema pembiayaan bagi alam, termasuk melalui pengembangan smelter
wirausaha dan UMKM, termasuk modal awal dan kawasan industri terutama di luar Jawa;
usaha, serta pendampingan mengakses kredit/ (3) meningkatkan daya saing destinasi dan
pembiayaan. Pelaksanaan strategi ketiga industri pariwisata yang didukung penguatan

64 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


rantai pasok dan ekosistem pariwisata, termasuk Industrialisasi dilaksanakan melalui (1)
wisata alam; (4) meningkatkan nilai tambah dan peningkatan produktivitas; (2) penguatan rantai
daya saing produk dan usaha kreatif dan digital; pasok/nilai melalui harmonisasi kebijakan yang
(5) memperbaiki iklim usaha dan meningkatkan mempengaruhi efisiensi alur input-proses-
investasi, termasuk reformasi ketenagakerjaan; output-distribusi, dan pengembangan pemasok;
(6) mengembangkan industri halal. (3) diversifikasi dan peningkatan kualitas produk
industri hulu, antara dan hilir untuk penyediaan
Akselerasi industrialisasi berbasis pertanian bahan baku, bahan antara/penolong dan
dan non pertanian akan difokuskan pada (1) barang jadi; (4) perluasan pengembangan
industri pengolahan hulu agro, kimia dan logam; permesinan termasuk untuk mendukung
dan (2) industri pengolahan yang memiliki pemutakhiran mesin-mesi industri dan perlusan
kontribusi nilai tambah dan daya saing yang aktivitas industri di perdesaan; (5) penguatan
tinggi yaitu makanan minuman, farmasi dan infrastruktur pendukung industri, termasuk untuk
alat kesehatan, alat transportasi termasuk yang standardisasi dan sertifikasi; (6) penguatan jasa
berbahan bakar listrik, elektrikal dan elektronik, industri; (7) penguatan penerapan manajemen
mesin dan peralatan, tekstil dan produk tekstil, industri modern; (8) penguatan circular economy
dan alas kaki. Pelaksanaannya juga didukung sebagai sumber efisiensi dan nilai tambah; dan
harmonisasi dan penguatan sinergi kebijakan (9) penyediaan insentif untuk penumbuhan dan
antara sektor primer, sekunder dan tersier. peningkatan skala industri, termasuk melalui
pembiayaan industri.
Pengembangan hilirisasi industri pertanian dan
kehutanan difokuskan kepada pengolahan Pelaksanaan industrialisasi yang berbasis
turunan komoditas utama seperti peternakan, investasi juga disinergikan dengan kebijakan
kelapa sawit, kelapa, karet, kayu, rotan, dan strategi pengembangan kewirausahaan,
sagu, kakao, kopi, tanaman obat, buah- koperasi dan UMKM. Sinergi ini diwujudkan
buahan, florikultura dan rempah-rempah. dalam kemitraan usaha hulu hilir dengan
Pengembangannya secara keberlanjutan juga usaha-usaha rakyat dalam bentuk sentra IKM,
akan diperkuat dengan pendekatan yurisdiksi termasuk agroindustri perdesaan, yang dikelola
berkelanjutan, praktik budidaya pertanian koperasi, usaha perdesaan, dan lembaga sosial
berkelanjutan, dan agroforestry. Khusus untuk ekonomi lainnya yang berbasis masyarakat.
industri pengolahan perikanan, peningkatan
nilai tambah juga dilaksanakan melalui Dukungan bagi industrialisasi terintegrasi hulu-
peningkatan kapasitas dan produktivitas hilir dan yang berbasis hilirisasi sumber daya
industri pengolahan, perbaikan rantai suplai alam juga dilaksanakan melalui pengembangan
hulu hilir yang efisien, penguatan daya saing Kawasan Industri (KI) dan smelter.
UPI, penerapan standarisasi mutu, sertifikasi Pengembangan KI diutamakan untuk KI di
dan ketelusuran produk, penyediaan sarana luar Pulau Jawa yang mencakup 9 KI prioritas
dan prasarana sistem rantai dingin, penguatan yang akan difokuskan untuk percepatan
sistem logistik ikan, perluasan akses pasar kesiapan sarana penunjang, fasilitasi perizinan,
dalam dan luar negeri, pembangunan fasilitas penguatan investasi, revitalisasi pascabencana,
pemasaran perikanan berskala internasional, serta Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha
dan penguatan branding produk dan (KPBU). Selain itu, terdapat 10 KI baru yang akan
pengembangan digital marketing perikanan. dikembangkan dalam kerangka industrialisasi

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 65


dengan memanfaatkan infrastruktur yang juga akan dilaksanakan untuk meningkatkan
sudah dibangun, kerja sama regional, serta daya dukung.
diversifikasi perekonomian daerah.
Jenis pariwisata akan ditingkatkan diversifikasinya
Dukungan untuk KI juga mencakup penyiapan untuk mencakup (1) wisata alam (ekowisata,
SDM terampil melalui kerja sama vokasi antara wisata bahari, wisata petualangan); (2) wisata
Kementerian/Lembaga, lembaga diklat, industri budaya (heritage tourism, wisata sejarah, wisata
dan Pemerintah Daerah. Beberapa kawasan kuliner, wisata kota yang difokuskan pada Cultural
industri juga akan difasilitasi penyusunan Heritage Regeneration, dan wisata desa); (3)
Rencana Rinci Tata Ruang/Rencana Detil Tata wisata buatan (meeting - incentive - convention
Ruang (RRTR/RDTR) di sekitar kawasan industri. - exhibition / MICE, yacht and cruise, dan
wisata olah raga). Pengembangan ketiga jenis
Khusus kawasan industri di pantai utara Jawa, pariwisata tersebut juga membuka kesempatan
termasuk KI Brebes dan KI Madura, akan bagi wisatawan untuk terlibat dalam kegiatan
diintegrasikan dengan dukungan konektivitas, pengembangan pengetahuan, pendidikan dan
serta pasokan energi dan SDM yang memadai. kesukarelawanan yang terintegrasi dengan
Dukungan ini diharapkan dapat menurunkan kegiatan wisata.
biaya, serta meningkatkan produktivitas dan
daya saing industri pengolahan. Pengembangan amenitas dan atraksi wisata
juga akan melibatkan industri dan partisipasi
Hilirisasi sumber daya alam melalui masyarakat. Pelaksana-annya antara lain
pembangunan smelter akan difokuskan pada mencakup kerja sama pembiayaan, perbaikan
hasil tambang nikel (22 smelter), bauksit (5 pengelolaan destinasi, penerapan standar
smelter), besi (2 smelter), timbal (1 smelter) dan layanan, penguatan rantai pasok industri
tembaga (1 smelter). pariwisata, penataan kota sebagai service hub
pariwisata, penataan kawasan perdesaan untuk
Dalam lima tahun mendatang, peningkatan mendukung pariwisata, serta pengembangan
nilai tambah pariwisata akan difokuskan pada desa wisata.
peningkatan lama tinggal dan pengeluaran
wisatawan sebagai hasil dari perbaikan Dalam 20 DPP, destinasi wisata alam yang
aksesibilitas, atraksi dan amenitas di 20 akan dikembangkan mencakup 25 destinasi
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP). Fokus ekowisata berbasis Kawasan Hutan Prioritas,
utamanya yaitu percepatan kesiapan 10 DPP 19 taman bumi (Geopark), serta 7 wisata bahari
(Danau Toba, Borobudur dan sekitarnya, yang berbasis Taman Wisata Perairan, dan
Lombok-Mandalika, Labuan Bajo, Bromo- Suaka Alam Perairan.
Tengger-Semeru, Wakatobi, Tanjung Kelayang,
Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu dan Kota Peningkatan nilai tambah ekonomi kreatif
Tua Jakarta dan Morotai), ditambah Manado- akan dilaksanakan melalui (1) pendampingan
Likupang. dan inkubasi; (2) pengembangan center of
excellence; (3) fasilitasi inovasi dan penguatan
Pengembangannya akan difasilitasi untuk brand, (4) pengembangan dan revitalisasi
meningkatkan kontribusi nilai tambah dan devisa ruang kreatif, klaster/kota kreatif dan Be
pariwisata sesuai potensinya. Revitalisasi Bali Creative District (BCD); (5) penerapan dan

66 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


komersialisasi hak atas kekayaan intelektual; pekerja migran, dan penerapan sistem
serta (6) penguatan rantai pasok dan skala pengawasan ketenagakerjaan secara efektif;
usaha kreatif. Peningkatan populasi pelaku (4) penguatan kebijakan dan kelembagaan
usaha digital juga akan difasilitasi melalui persaingan usaha; dan (5) peningkatan
pengembangan klaster digital, termasuk yang kapasitas, kapabilitas serta daya saing BUMN,
berbasis desa, kemudahan usaha, serta akses antara lain melalui pembentukan holding BUMN
kepada pembiayaan dan pasar. dan membuka pasar pada jaringan internasional.

Penguatan ekonomi kreatif dan ekonomi digital ke Perbaikan iklim usaha dan peningkatan
depan difokuskan pada 8 klaster kreatif di Jawa, investasi akan difokuskan untuk mendukung
Bali, Medan dan Makassar. Sektor yang akan sektor prioritas nasional seperti energi, industri
diperkuat yaitu kuliner, fesyen, kriya, aplikasi pengolahan terutama yang berorientasi ekspor,
dan konten digital, e-sport dan games, film, pariwisata, ekonomi kreatif, ekonomi digital,
dan musik. Perluasan aktivitas ekonomi kreatif serta pendidikan dan pelatihan vokasi.
dilaksanakan secara bertahap di wilayah lain
yang memiliki potensi nilai tambah yang besar. Peningkatan industri halal dilaksanakan
sebagai bagian dari pengembangan ekonomi
Perbaikan iklim usaha dan peningkatan investasi dan keuangan syariah yang mencakup (1)
dilaksanakan melalui (1) harmonisasi dan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan; (2)
sinkronisasi peraturan serta kebijakan antarsektor pengembangan industri halal; (3) pembentukan
dan wilayah; (2) fasilitasi kemudahan usaha Badan Pengembangan Ekonomi Syariah; (4)
dan investasi, antara lain pemberian fasilitasi pelaksanaan rencana induk Ekonomi Syariah
kepabeanan dan perpajakan, penyusunan 2019 – 2024; dan (5) penerapan kebijakan
peraturan untuk meningkatkan iklim usaha dan perlindungan konsumen dan tertib niaga.
investasi melalui Omnibus Law perpajakan
yang akan mengatur tentang Pph, PPN, pajak (iii) Peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi
dan retribusi daerah, serta ketentuan umum dan penguatan Tingkat Komponen Dalam
perpajakan, perbaikan peringkat kemudahan Negeri (TKDN) yang akan dilaksanakan dengan
berusaha, dan penerapan sistem perizinan strategi (1) meningkatkan diversifikasi, nilai
berusaha terintegrasi secara elektronik; (3) tambah, dan daya saing produk ekspor dan jasa;
reformasi ketenagakerjaan melalui upaya (2) meningkatkan akses dan pendalaman pasar
penciptaan iklim ketenagakerjaan yang kondusif ekspor; (3) mengelola impor; (4) meningkatkan
yang didukung oleh hubungan industrial yang kandungan dan penggunaan produk dalam
harmonis, penguatan collective bargaining, negeri termasuk melalui pengadaan pemerintah
penyempurnaan peraturan ketenagakerjaan, yang efektif; (5) meningkatkan partisipasi dalam
peningkatan keahlian dan produktivitas tenaga jaringan produksi global; (6) meningkatkan citra
kerja, peningkatan peran pemerintah daerah, dan diversifikasi pemasaran pariwisata, serta
serta peningkatan perlindungan tenaga kerja produk kreatif dan digital; (7) meningkatkan
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. efektivitas Preferential Trade Agreement (PTA)/
Perlindungan tenaga kerja akan diwujudkan Free Trade Agreement (FTA)/ Comprehensive
melalui penerapan sistem perlindungan sosial Economic Partnership Agreement (CEPA) dan
universal bagi pekerja, pembenahan sistem diplomasi ekonomi.
pelayanan penempatan dan perlindungan

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 67


Strategi peningkatan dan perluasan ekspor secara sinergi dengan peningkatan partisipasi
akan difokuskan pada (1) peningkatan ekspor di rantai produksi global antara lain dengan
produk industri yang lebih kompleks termasuk memberikan insentif fiskal terhadap bahan
yang berteknologi menengah dan tinggi; (2) baku melalui Kemudahan Impor Tujuan Ekspor.
peningkatan ekspor jasa melalui peningkatan Sinerginya diwujudkan dalam bentuk fasilitasi
kapasitas dari pelaku sektor jasa dalam negeri pengembangan kerja sama investasi di dalam
berdasarkan peta kompetensi, harmonisasi negeri (inbound), serta diplomasi ekonomi dan
regulasi sektor jasa, serta penyediaan statistik kerja sama investasi di negara tujuan ekspor
perdagangan jasa; (3) penguatan platform (outbound). Pelaksanaannya membutuhkan
informasi ekspor dan impor yang mencakup peran aktif dan kerja sama dengan aktor non-
informasi pasar, regulasi dan prosedur, pemerintah. Selain itu, peningkatan ekspor
serta insentif dan advokasi termasuk tentang juga dapat dilaksanakan melalui pendekatan
kerja sama bilateral dan multilateral; (4) fasilitasi bahan baku impor untuk tujuan ekspor.
pengembangan marketplace berorientasi
ekspor, termasuk yang dapat dimanfaatkan oleh Peningkatan citra dan diversifikasi pemasaran
UMKM dan start-up teknologi untuk memasok pariwisata akan difokuskan pada inovasi dan
produk dan jasa ke pasar internasional; dan (5) keterpaduan pemasaran, serta penguatan
fasilitasi peningkatan daya saing brand barang nation branding. Berbagai event promosi
dan jasa Indonesia. pariwisata akan dijadikan sebagai wahana untuk
meningkatkan penghargaan dan perayaan
Peningkatan akses dan pendalaman pasar terhadap warisan alam, budaya dan keragaman
ekspor akan didukung diantaranya dengan tatanan sosial masyarakat yang memperkuat
pembiayaan ekspor dan impor, serta penguatan regenerasi dan citra bangsa Indonesia.
skema kerja sama business-to-business. Keterpaduan pemasaran juga akan melibatkan
Perluasan pasar ekspor akan mencakup diaspora Indonesia dalam perayaan kekayaan
kawasan Afrika, Amerika Latin, dan Eropa Timur. budaya, termasuk kekayaan kuliner Indonesia
melalui diplomasi gastronomi.
Pelaksanaan strategi pengelolaan impor akan
disinergikan dengan strategi peningkatan Berbagai strategi tersebut akan didukung
TKDN serta penggunaan produk dalam negeri. optimalisasi kerja sama ekonomi dan diplomasi
Sinergi kedua strategi ini akan didukung ekonomi. Salah satu langkah konkrit yaitu melalui
dengan pengembangan pemasok komponen, penguatan perwakilan pariwisata, perdagangan
serta peningkatan kualitas barang dan jasa dan investasi di luar negeri, promosi terintegrasi,
dalam negeri untuk pengadaan industri dan dan memperluas keanggotaan dan partisipasi
pemerintah. Promosi pariwisata melalui berbagai aktif Indonesia di organisasi dan inisiatif
event dan kemudahan akses perjalanan di internasional seperti OECD, World Trade
dalam negeri diharapkan dapat meningkatkan Organization (WTO), Asia-Pacific Economic
pilihan wisatawan nusantara untuk berwisata Cooperation (APEC), dan Belt Road Initiatives
di dalam negeri, sehingga impor jasa dapat (BRI). Pelaksanaannya membutuhkan reformasi
dikelola lebih baik. tata kelola dan kebijakan pemerintahan dalam
rangka mencapai standar yang berlaku dan
Strategi peningkatan dan perluasan ekspor, mendukung pelaksanaan kebijakan-kebijakan
serta pengelolaan impor juga dilaksanakan yang disepakati dan direkomendasikan.

68 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


(iv) Penguatan pilar pertumbuhan dan daya saing dengan pembangunan Pusat Logistik Berikat,
ekonomi yang dilaksanakan dengan strategi (1) pengembangan National Logistic Ecosystems,
meningkatkan pendalaman sektor keuangan; serta peningkatan kualitas pasar rakyat melalui
(2) mengoptimalkan pemanfaatan teknologi perbaikan tata kelola, penerapan SNI pasar dan
digital dan industri 4.0; (3) meningkatkan sistem pemanfaatan teknologi digital. Perbaikan sistem
logistik dan stabilitas harga; (4) meningkatkan logistik juga diarahkan untuk meningkatkan
penerapan praktik berkelanjutan di industri efisiensi perdagangan internasional melalui
pengolahan dan pariwisata; (5) reformasi fiskal; percepatan arus barang impor dan ekspor
(6) meningkatkan ketersediaan dan kualitas dengan penerapan integrasi proses bisnis di
data dan informasi perkembangan ekonomi, bidang impor dan ekspor di semua K/L terkait
terutama pangan dan pertanian, kemaritiman, melalui sistem Indonesia National Single
pariwisata, ekonomi kreatif, dan ekonomi digital. Window (INSW).

Pendalaman sektor keuangan, baik konvensional Pelaksanaan strategi penerapan praktik


maupun syariah, dilaksanakan dengan (1) berkelanjutan di sektor industri dan pariwisata
peningkatan akses keuangan masyarakat merupakan bentuk komitmen pelaksanaan
(inklusi keuangan); (2) perluasan inovasi produk SDG ke-12 yaitu memastikan pola konsumsi
keuangan dengan pemanfaatan teknologi; (3) dan produksi yang berkelanjutan. Fokus
pengembangan infrastruktur sektor keuangan; pelaksaannya yaitu penerapan Standar Industri
(4) penempatan devisa hasil ekspor (DHE) Hijau/SNI/ISO 14001 oleh industri pengolahan
pada Sistem Keuangan di dalam negeri; dan (5) untuk pengelolaan risiko lingkungan, serta
harmonisasi dan penguatan kebijakan sektor sertifikasi praktik pariwisata berkelanjutan.
keuangan atas dasar kedaulatan, stabilitas
dan integritas sistem keuangan, prinsip kehati- Strategi penguatan reformasi fiskal akan
hatian, serta pencegahan dan pemberantasan difokuskan pada optimalisasi kontribusi
tindak pidana pencucian uang. penerimaan negara dan peningkatan belanja
negara yang lebih berkualitas serta pembiayaan
Penerapan kemajuan teknologi, terutama utang yang produktif dan efisien.
industri 4.0 dalam lima tahun mendatang
dilaksanakan secara bertahap di lima subsektor Optimalisasi penerimaan negara diarahkan
yaitu makanan-minuman, tekstil dan pakaian untuk medukung daya saing dengan target
jadi, otomotif, elektronik, dan kimia termasuk yang lebih realistis dan optimal, disertai
farmasi. Penerapannya juga diperluas untuk dukungan terhadap perekonomian dan dunia
meningkatkan efisiensi, produktivitas dan usaha melalui insentif fiskal.
daya saing di sektor pertanian, perikanan dan
kemaritiman, kehutanan, energi, pariwisata, Optimalisasi perpajakan mencakup pembaruan
ekonomi kreatif, transportasi, perdagangan, sistem inti administrasi perpajakan (core tax
dan jasa keuangan. system) dan smart customs and excise system,
upaya intensifikasi dan ekstensifikasi baik obyek
Penguatan sistem logistik akan difokuskan dan subyek pajak maupun perluasan barang kena
pada peningkatan efisiensi distribusi nasional cukai, penyederhanaan struktur tarif cukai hasil
untuk kelancaran arus barang dan jasa tembakau (HT), peningkatan tarif cukai HT, serta
antarwilayah. Pelaksanaannya akan dilengkapi penguatan kelembagaan penerimaan negara.

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 69


Optimalisasi PNBP dilakukan dengan daerah yang efisien, efektif, dan akuntabel.
penyempurnaan regulasi PNBP, peningkatan
kepatuhan dan intensifikasi pengawasan PNBP, Dari sisi pengelolaan pembiayaan, reformasi
peningkatan PNBP dari pengelolaan Barang Milik fiskal akan ditempuh dengan mendorong
Negara (BMN) dan kinerja Badan Layanan Umum pengembangan skema pembiayaan yang
(BLU), pengembangan layanan berbasis digital inovatif dan inklusif dengan mengutamakan
untuk meningkatkan PNBP, serta pengembangan pendalaman pasar keuangan domestik.
PNBP-earmark untuk memenuhi kebutuhan
pendanaan pembangunan ibu kota negara baru. Peningkatan ketersediaan kualitas data dan
informasi difokuskan pada (1) peningkatan
Peningkatan belanja negara yang berkualitas koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan
dilaksanakan melalui penajaman belanja barang statistik yang diselenggarakan pemerintah
dan penguatan belanja modal untuk semakin pusat, pemerintah daerah dan swasta; (2)
fokus pada program produktif dan mendorong peningkatan hubungan dengan responden
pertumbuhan ekonomi. dan pengguna data; (3) peningkatan jumlah
dan kompetensi SDM; (4) peningkatan sarana
Pengelolaan subsidi ditujukan untuk dan prasarana, termasuk yang berbasis
meningkatan efektivitas dan efisiensi melalui teknologi informasi dan komunikasi dalam
upaya perbaikan ketepatan sasaran. Reformasi kegiatan statistik; (5) peningkatan penggunaan
fiskal juga diarahkan untuk memperkuat kualitas standar dan metodologi statistik internasional
desentralisasi fiskal melalui pengelolaan di Indonesia; dan (6) peningkatan ketersediaan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa berbasis statistik dengan menerapkan standar
kinerja, serta perbaikan pengelolaan keuangan penjaminan kualitas.

Indikasi Lokasi
Sentra Produksi
Pangan
Aceh

Sumatera
Utara Sulawesi
Gorontalo Utara Maluku
Utara
Riau Papua
Barat
Kalimantan
Barat Sulawesi
Tengah Papua
Sumatera
Barat Sulawesi
Barat Sulawesi
Kalimantan Tenggara
Sumatera Tengah Kalimantan Maluku
Selatan Jawa Jawa Selatan
Barat Tengah Jawa
Lampung Sulawesi
Timur Selatan
Banten

Padi DI Yogyakarta Bali


NTB NTT

Jagung Sapi

Ubi Kayu Sagu

70 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sentra Hilirisasi
Pertanian
Aceh

Sumatera
Utara
Kalimantan
Utara Sulawesi
Maluku
Utara
Riau Utara
Gorontalo

Jambi Kalimantan Papua Barat


Sumatera Kalimantan
Timur
Barat Barat Sulawesi
Bangka- Tengah Papua
Belitung Sulawesi
Barat

Sumatera
Bengkulu Selatan Kalimantan Maluku
Jawa Tengah Kalimantan Sulawesi
Lampung Jawa Barat Tengah Selatan Sulawesi Tenggara
Jawa Timur Selatan
Komoditas Buah Komoditas
dan Florikultura Tanaman Industri
Banten Bali
Durian Kakao NTT
NTB
Jeruk Kopi

Karet Yogyakarta
Nanas

Pisang Kelapa
Komoditas
Mangga Sawit Tanaman Obat

Buah Naga Lada Jahe

Jambu Biji Pala Kunyit

Dracaena Tebu Kapulaga

Mela Cengkeh Lidah Buaya

Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP)

Potensi : 425,4 ribu ton Potensi : 767,1 ribu ton Potensi : 597,1 ribu ton Potensi : 1.242,5 ribu ton
Produksi : 439,1 ribu ton (103,2%) Produksi : 685,2 ribu ton (89,3%) Produksi : 258,0 ribu ton (43,2%) Produksi : 789,5 ribu ton (63,5%)
Σ Kapal : 39,1 ribu unit Σ Kapal : 66,2 ribu unit Σ Kapal : 38,2 ribu unit Σ Kapal : 37,0 ribu unit
Σ Alat Tangkap : 89,7 ribu unit Σ Alat Tangkap : 25,9 ribu unit Σ Alat Tangkap : 18,4 ribu unit Σ Alat Tangkap : 16,6 ribu unit

WPP 571 Potensi : 1.054,7 ribu ton


Produksi : 144,9 ribu ton (13,7%)
WPP 711 Σ Kapal : 22,3 ribu unit
Σ Alat Tangkap : 40,0 ribu unit

WPP 716
Pelabuhan Perikanan WPP 717
Nusantara (PTN)
Balai Budidaya WPP 715
(UPT pusat DJPB)
SKPT
Pelabuhan Perikanan
Samudera (PPS)
Kawasan Konservasi WPP 572 WPP 712
Perairan WPP 714

Potensi : 1.240,9 ribu ton


Produksi : 753,6 ribu ton (61,5%) WPP 713 WPP 718
Σ Kapal : 37,2 ribu unit
Σ Alat Tangkap : 48,8 ribu unit WPP 573 Potensi : 2.637,6 ribu ton
Produksi : 283,4 ribu ton (11,0%)
Σ Kapal : 20,3 ribu unit
Σ Alat Tangkap : 26,0 ribu unit

Potensi : 1.341,6 ribu ton Potensi : 1.267,5 ribu ton Potensi : 1.177,9 ribu ton Potensi : 788,9 ribu ton
Produksi : 1,221,2 ribu ton (91,0%) Produksi : 659,8 ribu ton (52,6%) Produksi : 697,3 ribu ton (59,2%) Produksi : 764,0 ribu ton (96,8%)
Σ Kapal : 75,3 ribu unit Σ Kapal : 73,7 ribu unit Σ Kapal : 92,1 ribu unit Σ Kapal : 62,4 ribu unit
Σ Alat Tangkap : 262,5 ribu unit Σ Alat Tangkap : 125,3 ribu unit Σ Alat Tangkap : 402,0 ribu unit Σ Alat Tangkap : 80,8 ribu unit

Keterangan: 1. Data potensi berdasarkan Kepmen KP No. 50/2017 tentang Estimasi Potensi, jumlah tangkap yang diperbolehkan, dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di WPP
2. Data produksi perikanan tangkap di laut tahun 2017 berdasarkan KKP, 2019
3. Jumlah kapal dan alat tangkap perikanan tahun 2016

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 71


Sentra Produksi Perikanan
Budidaya dan Garam
G ARAM
Aceh

Sumatera
Utara Kalimantan
Utara Sulawesi
Gorontalo Utara
Riau Kepulauan Maluku
Riau G ARAM
G ARAM

Utara
Papua
Barat
Kalimantan
G ARAM

Sulawesi
Sumatera Jambi Kalimantan Tengah Papua
Barat Sumatera Barat Timur
Selatan Sulawesi Maluku
Barat
Bengkulu Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Jawa Tengah Selatan G ARAM

Sulawesi
Lampung Tenggara
Sulawesi
Banten G ARAM
G ARAM

Selatan

Jawa Barat G ARAM

DIY
G ARAM

Jawa Timur NTB G ARAM

Ikan Nila Rumput Laut NTT

Lele/Patin Udang
Ikan Bandeng G ARAM

Garam

Sumber Gas Bumi dan Batubara


untuk Industri dan Listrik
Tangguh Train 3
Kalimantan Selatan
Cadangan Gas Bumi 5,7 TSCF
Cadangan Gas Bumi Cadangan Batubara
Kemampuan Produksi: 709 MMSCFD
Cadangan Batubara 5,27 miliar ton.
First gas in tahun II-2020
Rencana Pemanfaatan:
Rencana Pemanfaatan: Petrokimia & Asap-Kido-Merah
Kelistrikan, dan Industri
Kelistrikan Cadangan Gas Bumi
East Natuna 1,49 TSCF
Cadangan Gas Kalimantan Timur
Kemampuan Produksi:
Bumi 46 TSCF Cadangan Batubara
170 MMSCFD
7,19 miliar ton.
First gas in tahun
Rencana Pemanfaatan:
II-2021
Kelistrikan, dan Industri
Rencana Pemanfaatan:
Petrokimia & Kelistrikan
Blok A Aceh
Cadangan Gas Bumi
0,56 TSCF
Rencana pemanfaaatan:
Pupuk dan Industri (KEK
Arun Lhokseumawe

Sumatera Selatan
Cadangan Batubara 11,1 miliar ton. Abadi
Jambaran Tiung Biru Cadangan Gas Bumi 10,73 TSCF
Rencana Pemanfaatan: Cadangan Gas Bumi 1,20 TSCF
Kelistrikan, Industri dan Penyediaan Kemampuan Produksi:
Rencana Produksi: 1.200 MMSCFD
energi alternatif 330 MMSCFD First gas in tahun 2027
First gas in tahun 2020 Rencana Pemanfaatan:
Rencana Pemanfaatan: Petrokimia
Kelistrikan dan Industri

72 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Potensi Pengembangan Kawasan Industri
Berbasis Energi Terbarukan

KI Lhokseumawe KI Kuala Tanjung


KI Jorong
PLTP Seulawah Agam PLTA Asahan sebesar 603 MW
(potensi 1.312 MW) (potensi 1.000 MW)
KEK Sorong
KI Sei Mangkei KI Tanah Kuning
Potensi Air 1.847 MW
(total Papua Barat)
Rencana Pembangunan PLTA
PLTP Sarula sebesar 330 MW (potensi sungai Kayan 6.000 MW) KI Teluk Bintuni
(potensi 1.000 MW)

Potensi Air 1.847 MW


(total Papua Barat)

KI Teluk Bitung

KI Tanggamus PLTP Lahendong sebesar 160MW


(potensi 896 MW)
Panas Bumi
PLTP Ulubelu sebesar KI Morowali
Air 220 MW (potensi 2.582 MW) KI JIIPE Gresik
Surya
KI Bantaeng
Angin KI Wilmar Serang
KI Kendal
Biomass PLTB Sidrap sebesar 75 MW dan rencana
pembangunan PLTB Jenepanto sebesar 70 MW
(potensi 2.875 MW)

Hilirisasi SDA melalui


Kawasan Industri
KI/KEK Sei Mangkei

KI Kuala Tanjung 1
KI Bintan Aerospace
1 10 KI Tanah Kuning
KI/KEK Galang Batang
23
7 KI Teluk Weda
11
KI/KEK Palu*
2 KI Kemingking KI Surya Borneo
KI Ketapang 5 8 KI Teluk Bintuni**
KI Tanjung Enim 6
KI Batulicin
4
3 9
8
KI Jorong
4 5 KI Sadai

KI Sebalang 6 7 KI Madura
K
KI Way Pisang
KI Brebes

:
Keterangan
8 Kawasan Industri 11 Kawasan Industri Baru
Prioritas Nasional yang Dikembangkan

*KI Palu difasilitasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Gempa


**KI Teluk Bintuni difasilitasi dengan KPBU
1

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 73


Hilirisasi SDA melalui Pengembangan
Smelter

Tanjung Balai Karimun


1

Halmahera Tengah
27 28 29 Halmahera Timur
Mempawah 31
3
Senggau Morowali Utara
4 5 26
Ketapang Morowali Halmahera
6 24 25 Selatan
Kotawaringin Konawe Utara 30
22 23
Kaur Barat Bantaeng Konawe
2 11
7
Tanah Bambu Kolaka
21
8
Kota Baru
14 15 16 Konawe Selatan
9 Bombana 17 18 19 20
12 13
Sumbawa Barat
10

Keterangan:
erangan:
31 Kawasan Smelter

: Nikel : Besi : Tembaga : Bauksit : Timbal

Destinasi Pariwista

DPP Batam-Bintan DPP Sambas-Singkawang DPP Derawan-Berau


1 3 5 9 14 15
DPP Manado-Likupang
DPP Danau Toba dskt. 12 18
1 1 1 DPP Morotai
19

DPP Bukingi-Padang DPP Raja Ampat dskt


2 2 2 3 4 7 8 9 20 15

DPP Tj. Kelayang DPP Biak-Teluk


4 5 Cenderawasih
DPP Tj. Lesung dskt DPP Makassar- 13 21
5
Selayar-Toraja dskt. DPP Wakatobi Geopark
6 10 16 14 11 17 1 Geopark Kaldera Toba 8 Geopark Gunung Sewu
DPP Kep. Seribu dan Kota Tua 2 Geopark Ngarai Sianok- 9 Geopark Kr.Sambung-
6 DPP Bandung-Halimun-Cileteuh DPP Labuan Bajo Maninjau Kr.Bolong
4 8 13 3 Geopark Ranah Minang 10 Geopark Banyuwangi
2 7 6 7 DPP Borobudur dskt Silokek 11 Geopark Batur
Ket. : DPP Lombok-Mandalika 4 Geopark Sawahlunto 12 Geopark Rinjani
3 8 8 9 3 7 12 1213 5 Geopark Belitong 13 Geopark Tambora
Desnasi Pariwisata Prioritas (10 lokasi) DPP Bromo-Tengger-Semeru Revitalisasi Bali 6 Geopark Cileutuh- 14 Geopark Maros-Pangkep
Desnasi Pariwisata Prioritas Baru (10 lokasi) 4 9 6 11 11 Palabuhanratu 15 Geopark Raja Ampat
Desnasi Pariwisata Prioritas Revitalisasi (1 lokasi)
DPP Banyuwangi dskt KSPN/KPPN 7 Geopark Pongkor
5 10 10 1 KSPN Toba dskt. 11 Seluruh KSPN di Provinsi Bali
Wisata Bahari Ekowisata 2 KSPN Bukinggi dkst, KSPN Maninjau dskt, KSPN Singkarak 12 KSPN Pantai Selatan Lombok dskt, KSPN Rinjani dskt,
1 TWA Muka Kuning 1 Klaster Danau Toba (TN Gunung Leuseur, KHDTK Aek Nauli) dskt, KPPN Padang dskt, KPPN Sawahlunto dskt. KSPN Gili Tramena dskt.
2 TWP Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya 2 Bandung – Pangandaran – dskt. (TWA Kamojang Papandayan) 3 KSPN Nongsa-Pulau Abang dskt. dan KSPN Lagoi-Bintan dskt. 13 KSPN Komodo dskt.
3 TWP Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan 3 Borobudur dskt. (TN Gunung Merapi dan TN Gunung Merbabu, Hutan Pendidikan 4 KSPN. Tj Kelayang 14 KSPN Sambas dskt. dan KPPN Singkawang dskt.
4 TWP Laut Sawu dan Sekitarnya Wanagama) 5 KSPN Ujung Kulon-Tj Lesung dskt. 15 KPPN Derawan – Sangalaki dskt, KPPN Tanjung Redeb
5 TWA Tanjung Belimbing 4 Bromo-Tengger-Semeru (TN Bromo-Tengger-Semeru) 6 KSPN Kep. Seribu dskt, KSPN Kota Tua-Sunda Kelapa dskt. dskt.
6 TWP Kep. Kapoposang dan Laut Sekitarnya 5 Banyuwangi (TN Alas Purwo, TN Baluran, dan TWA Kawah Ijen) 7 KSPN Ciwidey dkst, KSPN Tangkuban Perahu dskt, KSPN 16 KSPN Toraja dskt, KPPN Selayar dskt, KSPN
7 SAP Kep. Raja Ampat dan Laut Sekitarnya 6 Bali (TN Bali Barat) Bandung Kota dskt, KSPN Halimun dskt. Takabonerate dskt, KPPN Makassar Kota dskt.
8 SAP Kep. Waigeo Sebelah Barat 7 Lombok-Mandalika (TN Gunung Rinjani, TN Gunung Tambora, TWA Gunung Tunak) 8 KSPN Prambanan–Kalasan dskt, KSPN Merapi–Merbabu dskt, 17 KSPN Wakatobi dskt, KPPN Kendari, dan KPPN Bau-Bau
9 TWA Sorong 8 Labuan Bajo (TN Komodo dan TN Kelimutu) KSPN Yogyakarta Kota dskt, KSPN Sangiran dskt, KSPN 18 KSPN Bunaken dskt, KSPN Bitung-Lembeh dskt, KPPN
9 Sambas-Singkawang (TN Danau Sentarum) Merapi–Merbabu dskt, KSPN Borobudur dskt, KSPN Pantai Likupang dskt, KPPN Manado Kota dskt.
TN : Taman Nasional
KSPN : Kawasan Strategis 10 Makassar-Selayar (TN Banmurung Bulusaraung dan TN Takabonerate) Selatan Yogya dskt, KSPN Karst Gunung Kidul dskt, KSPN 19 KSPN Morotai dskt.
TWA : Taman Wisata Alam Pariwisata Nasional 11 Wakatobi (TN Wakatobi) Karimunjawa dskt, KSPN Dieng dskt. 20 KSPN Raja Ampat dskt, KPPN Sorong dskt.
TWP : Taman Wisata Perairan KPPN : Kawasan Pengembangan 12 Manado (TN Bunaken) 9 KSPN Bromo–Tengger–Semeru dskt. 21 KSPN Biak dskt. dan KSPN Teluk Cenderawasih
SAP : Suaka Alam Peraian Pariwisata Nasional 13 Teluk Cenderawasih (TN Teluk Cenderawasih) 10 KSPN Ijen-Baluran dskt, KPPN G Land-Alas Purwo dskt.
1

74 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Lokasi Pengembangan Klaster
dan Kawasan Ekonomi Kreatif

Medan

Karawang* Makassar
Jabodetabek Semarang
Surabaya
Maja Rangkas (Lebak)*

Bandung

Malang
Yogyakarta

Bali
Keterangan

Kawasan Ekonomi Kreatif Klaster penguatan ekonomi kreatif


*) Termasuk Be Creative District

Regenerasi Warisan Budaya


(Cultural Heritage Regeneration)

Kota Sabang

Kota Singkawang
Kota Medan Kota Banjarmasin
Balige Kota Tidore
Kota
K Siak

Muntok
Kota Sawahlunto
Kota Palembang
Kota Semarang Banda Neira
Kota Pasuruan
Ampenan Larantuka

Kota Bandung
Kota Yogyakarta Kab. Buleleng
Kota Surakarta Kota Sumbawa Besar

Keterangan:
Regenerasi Warisan Budaya (Cultural Heritage Regeneration)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 75


MENGEMBANGKAN
WILAYAH UNTUK
MENGURANGI
KESENJANGAN &
MENJAMIN PEMERATAAN
Kondisi Saat Ini

3
Isu Strategis Kewilayahan
Visi, Misi dan Program Aksi Bidang Kewilayahan
Arahan Umum dan Target Pembangunan Kewilayahan
Arahan Pembangunan Wilayah Pulau
Kondisi Saat Ini

Kondisi pembangunan kewilayahan saat ini berada pada angka 5,01 %, dimana angka TPT
memperlihatkan bahwa sumbangan Pulau tertinggi tercatat di Provinsi Jawa Barat sebesar
Jawa dan Sumatera masih dominan dan tidak 7,73 persen dan angka TPT terendah di Provinsi Bali
mengindikasikan pergeseran. Di tahun 2018, sebesar 1,19 persen.
kontribusi ekonomi Pulau Jawa sebesar 58,29%
dan Pulau Sumatera sebesar 21.53% terhadap PDB Upaya untuk mengurangi 80 kabupaten daerah
nasional. Ketimpangan antarwilayah pulau masih tertinggal masih terkendala oleh terbatasnya
sangat tinggi sedangkan ketimpangan antarprovinsi ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan
di dalam wilayah pulau bervariasi, dimana yang dasar serta pendukung ekonomi. Akibatnya
paling tinggi adalah di Pulau Jawa-Bali dan kapasitas sumber daya manusia dan pendapatan
Kalimantan. Demikian pula ketimpangan antardesa- masyarakat di daerah tertinggal, terutama yang
kota dalam wilayah pulau paling tinggi adalah di berada di wilayah Papua dan Nusa Tenggara
Pulau Jawa-Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi. belum dapat ditingkatkan secara optimal. Angka
Tetapi, penting untuk menjadi catatan adalah kemiskinan dan IPM di desa dan daerah tertinggal
tingkat ketimpangan antarwilayah yang rendah telah menunjukan perbaikan.
belum tentu merefleksikan keberhasilan kebijakan
distribusi pembangunan. Namun demikian, tingkat Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan pada
ketimpangan yang rendah bisa jadi mencerminkan 2015-2019 dimulai dengan tahap perencanaan
tingkat pembangunan yang rendah dan merata untuk 10 wilayah metropolitan (WM), 11 kota baru
di seluruh wilayah, sepertinya halnya yang terjadi dan 11 KEK. Sampai dengan akhir 2018 dua WM
di wilayah Pulau Maluku. Mengatasi hal tersebut, telah dalam tahap legalisasi (Surabaya, Jakarta),
pemindahan Ibu Kota Negara ke luar Jawa dua WM dalam tahap penyusunan Rperpres
diharapkan dapat mengubah orientasi investor dari (Manado dan Banjar), dan satu WM dalam tahap
pulau Jawa ke luar Jawa. penyusunan materi teknis (Palembang). Investasi
untuk infrastruktur perkotaan diarahkan ke 10 WM
Untuk indikator tingkat kemiskinan sampai dengan tersebut. Untuk KEK, sampai dengan akhir 2018,
Maret 2019, jumlah penduduk miskin mencapai 11 KEK telah operasional dan telah dilengkapi
25,14 Juta, yaitu sebesar 9,41 persen. Jumlah infastruktur penunjang di dalam maupun di luar
wilayah yang mengalami kemiskinan di atas angka KEK. Yang masih diperlukan adalah industri jangkar
kemiskinan nasional adalah 16 dari 33 provinsi (anchor industries) yang dapat memastikan industri
dengan provinsi kemiskinan tertinggi adalah Provinsi hilir operasional dan untuk memastikan peningkatan
Papua, Papua Barat, NTT, Maluku dan Gorontalo. investasi di dalam kawasan.
Sedangkan wilayah dengan tingkat kemiskinan di
bawah angka kemiskinan nasional adalah provinsi Kondisi sosial saat ini dapat ditunjukkan dengan
yang ada di wilayah Pulau Kalimantan. Sedangkan capaian angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
dari jumlah, Pulau Jawa-Bali adalah rumah bagi Pada tahun 2018, IPM Indonesia mencapai 71,39
penduduk miskin terbanyak. Untuk indikator meningkat sebesar 0,58 dari tahun sebelumnya.
pengangguran, sampai dengan Februari 2019, Capaian IPM tertinggi ditempati oleh Provinsi DKI
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) nasional Jakarta dengan IPM sebesar 80,47, sedangkan

78 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Tabel 3.1 Capaian Pembangunan 2015-2019
Capaian Kumulatif Sasaran RPJMN
No Indikator
2015-2018 2015-2019
A. Pembangunan Wilayah
1 Penurunan Desa Tertinggal (Desa) 6.518 5.000
2 Peningkatan Desa Mandiri (Desa) 2.665 2.000
3 Daerah Tertinggal Terentaskan (Kabupaten) 62 80
4 Persentase Penduduk Miskin di Daerah Tertinggal 17,41 (2018) 15-15,6
5 Rata-rata IPM di Daerah Tertingal 61,95 (2018) 62,78
Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Daerah
6 5,01 (2018) 6,9-7,1
Tertinggal (%)
B. Pemerataan Pembangunan
1 Perencanaan Metropolitan di Luar Jawa (Kota) 3 6
2 KEK di Luar Jawa (Lokasi) 11 11
Penguatan 39 Pusat Pertumbuhan sebagai PKL/
3 39 39
PKW* (Kawasan)
Optimalisasi 20 kota sedang di luar Jawa sebagai
4 15 20
PKN/PKW* (kawasan)
5 Inkubasi Kota Baru 9 11
6 Sertipikat Hak Atas Tanah (bidang) 11.969.998 7.115.765
C. Kontribusi Antar-Pulau
1 Peran Sumatera dalam PDB Nasional (%) 21,53 24,60
2 Peran Jawa dalam PDB Nasional (%) 58,29 55,10
3 Peran Bali-Nustra dalam PDB Nasional (%) 3,04 2,60
4 Peran Kalimantan dalam PDB Nasional (%) 8,07 9,60
5 Peran Sulawesi dalam PDB Nasional (%) 6,28 5,20
6 Peran Maluku-Papua dalam PDB Nasional (%) 2,57 2,90
PKL: Pusat Kegiatan Lokal PKW: Pusat Kegiatan Wilayah PKN: Pusat Kegiatan Nasional

capaian terendah ditempati oleh Provinsi Papua pembangunan manusia tinggi yaitu Provinsi Jambi,
dengan IPM sebesar 60,06. Meskipun masih yang Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan
terendah, namun capaian IPM Provinsi Papua Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara,
pada tahun ini telah membuat statusnya berubah dan Sulawesi Tenggara. Pada tingkat kabupaten/
dari rendah menjadi sedang. Provinsi DKI Jakarta kota, capaian IPM tertinggi ditempati oleh Kota
untuk pertama kalinya dan satu-satunya tercatat Yogyakarta dengan IPM sebesar 86,11, sedangkan
sebagai provinsi yang telah memasuki status capaian terendah ditempati oleh Kabupaten Nduga
pembangunan manusia sangat tinggi. Sementara dengan IPM sebesar 29,42. Sama halnya dengan
itu, tujuh provinsi tercatat mulai memasuki status status pembangunan manusia di tingkat provinsi,

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 79


terdapat kabupaten/kota yang sudah berada pada provinsi dengan persentase hunian layak terendah
kategori pembangunan manusia sangat tinggi, adalah Papua sebesar 24,62 persen dan Provinsi
yaitu sebanyak 29 kabupaten/kota (5,64 persen) Kepulauan Bangka Belitung sebesar 27,81
pada tahun 2018. Jumlah ini meningkat dari persen. Indikator persentase rumah tangga yang
tahun sebelumya yang berjumlah 23 kabupaten/ memiliki akses sanitasi layak secara nasional
kota. Selain kabupaten/ kota dengan status sudah mencapai 74,58 persen dengan provinsi
pembangunan manusia sangat tinggi, terdapat tertinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta, Bali, dan
163 kabupaten/kota (31,71 persen) yang berstatus DKI Jakarta sedangkan provinsi terendah adalah
tinggi, 296 kabupaten/kota (57,59 persen) berstatus Provinsi Papua. Persentase rumah tangga yang
sedang, dan 26 kabupaten/kota (5,06 persen) yang memiliki akses air minum layak secara nasional
masih berstatus rendah. sudah mencapai 61,30 persen dengan provinsi
tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Timur, Bali,
Indikator kondisi hunian layak, sanitasi layak, dan dan Kepulauan Riau sedangkan provinsi terendah
air minum layak, secara nasional adalah sebagai adalah Provinsi Bengkulu, Lampung, dan Papua.
berikut: persentase rumah tangga yang menempati Persentase rumah tangga yang memiliki akses air
hunian layak baru sebesar 54,1 persen dengan minum layak secara nasional sudah mencapai 87.75
beberapa provinsi tertinggi adalah Provinsi DI persen dengan provinsi tertinggi adalah Provinsi
Yogyakarta, Provinsi Bali, Provinsi Kalimantan Bali dan DKI Jakarta sedangkan provinsi terendah
Timur, dan Provinsi Kalimantan Utara sedangkan adalah Provinsi Bengkulu dan Papua.

Isu Strategis Kewilayahan

Isu strategis utama bidang kewilayahan adalah perdesaan, serta kawasan transmigrasi. Selain isu
masih adanya kesenjangan antar wilayah yang kesenjangan antar wilayah, hal lain yang menjadi
ditandai dengan: (a) Kemiskinan di Kawasan Timur isu strategis kewilayahan yaitu.
Indonesia (KTI) sebesar 18,01%, hampir dua kali
lipat dari Kawasan Barat Indonesia (KBI) yang 1. Penguatan pertumbuhan pusat-pusat wilayah
sebesar 10,33%. Kemiskinan perdesaan (12,87%), yang masih rendah, yang ditandai oleh: (a)
hampir dua kali lipat dari perkotaan (6,69%) yang Tingkat keberhasilan Pusat Pertumbuhan Wilayah
tinggi (BPS, 2019); (b) Ketimpangan Pendapatan yang masih rendah (11 telah operasional dari 13
Perdesaan (GR = 0,324) dan Perkotaan (GR = KEK, 5 operasional dari 14 KI, 2 dari 4 Kawasan
0,4); (c) terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
di KBI terutama Pulau Jawa; (d) keterbatasan (KPBPB), dan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas);
sarana prasarana dan aksesibilitas di daerah (b) Konektivitas dari dan menuju Pusat-Pusat
tertinggal, desa dan kawasan perdesaan, kawasan Pertumbuhan yang lemah; dan (c) Kawasan
transmigrasi, kawasan perbatasan; dan (e) belum Strategis Kabupaten yang belum berkembang.
optimalnya pengembangan ekonomi lokal di daerah
tertinggal, kawasan perbatasan, desa dan kawasan 2. Pengelolaan urbanisasi yang belum optimal

80 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


yang ditandai dengan 1 persen pertambahan dan >50 persen APBD Provinsi dari Pusat) serta
jumlah populasi penduduk urban, hanya dapat sumber Pendanaan Non-Anggaran Pendapatan
meningkatkan 1,4 persen PDB. Hal ini berbeda dan Belanja Nasional (Non-APBN) yang kurang
bila dibandingkan dengan Cina dan Negara Asia optimal; (c) Peraturan Perundangan yang belum
Timur dan Pasifik lain yang rerata bisa mencapai harmonis, (d) belum optimalnya Kerjasama dan
2,7% PDB. Inovasi Daerah yang belum berkembang; dan
(e) Proses perizinan yang lama dan berbiaya
3. Pemanfaatan ruang yang belum sesuai dan tinggi, (f) Belum optimalnya sinergi perencanaan
sinkron dengan rencana tata ruang, yang Pusat-daerah.
ditandai dengan: (a) Terbatasnya ketersediaan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang 5. Rendahnya kepastian hukum hak atas tanah dan
berkualitas sebagai acuan perizinan dan tingginya ketimpangan pemilikan, penguasaan,
pengendalian pemanfaatan ruang, terutama penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang
dikarenakan belum tersedianya peta dasar skala ditandai dengan: (a) Cakupan peta dasar
1 : 5.000; (b) Belum berjalannya pengendalian pertanahan baru 48,4 persen; (b) Cakupan
pemanfaatan ruang secara optimal dikarenakan bidang tanah bersertipikat yang terdigitasi baru
belum tersedianya instrumen pengendalian 20,91 persen; (c) Dari total 27,2 juta rumah
pemanfaatan ruang; (c) Adanya tumpang tangga, 15,8 juta rumah tangga tani (58%)
tindih perizinan pemanfaatan ruang yang akan hanya menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar/
diselesaikan melalui pelaksanaan Kebijakan Satu keluarga (Sensus Pertanian BPS, 2018); (d)
Peta yang diintegrasikan dalam pelaksanaan Sengketa, konflik dan perkara pertanahan yang
Satu Data Indonesia; (d) Desa-desa dalam terselesaikan baru 4.031 kasus dari total 10.802
kawasan hutan dan perkebunan besar tidak kasus yang ditangani.
dapat melaksanakan kewenangannya terutama
untuk pembangunan infrastruktur (sekitar 6. Menurunnya daya dukung lingkungan Jakarta
25.000 desa); dan (e) Kejadian bencana akibat sebagai ibukota. Indikator penandanya antara
pemanfaatan ruang yang belum sesuai dengan lain tingginya angka kejadian banjir, penurunan
rencana tata ruang semakin meningkat (sekitar permukaan tanah, kenaikan muka air laut,
2.000 kasus kejadian banjir, longsor, kebakaran kualitas air sungai 96% tercemar berat, dan
hutan, dan sebagainya). jumlah kerugian akibat kemacetan mencapai 65
triliun rupiah per tahun (World Bank, 2017). Selain
4. Rendahnya pemenuhan pelayanan dasar dan itu, wilayah metropolitan Jakarta telah menjadi
daya saing daerah, yang ditandai dengan: area dengan jumlah populasi penduduk terbesar
(a) Akses dan kualitas pelayanan dasar yang di Indonesia yaitu sebesar 32,77 juta jiwa (BPS,
terbatas, antara lain angka rumah layak huni 2017). Wilayah metropolitan Jakarta sendiri
hanya mencapai 54,1 persen, air minum layak berkontribusi sebesar 20,85 persen terhadap
87,75 (dengan akses air minum aman 6.7 persen), PDB (BPS, 2018), mengindikasikan dominasi
sanitasi (air limbah) layak 74,58 persen (termasuk wilayah dalam perekonomian nasional dan
sanitasi aman 7,42 persen) (BPS 2018, diolah tingginya gap dengan daerah lain di Indonesia.
Bappenas berdasarkan definisi SDGs 2030);
(b) Ketergantungan Anggaran Pendapatan dan Untuk mengurangi ketimpangan, laju pertumbuhan
Belanja Daerah (APBD) terhadap Dana Transfer ekonomi di luar Pulau Jawa-Bali harus dipacu,
yang tinggi (rata- rata >70 persen APBD Kab/ Kota terutama Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 81


Tabel 3.2 Isu-isu Strategis Wilayah Pulau

Wilayah Kemiskinan Tingkat Kesenjangan Kesenjangan


No
Pembangunan Jumlah (ribu jiwa) % Pengangguran (%) Antar Wilayah* Desa-Kota*

1 Sumatera 5.969,1 10,4 5,2 0,40 0,17

2 Jawa Bali 14.112,9 9,2 5,8 0,73 0,53

3 Nusa Tenggara 1.882,9 18,3 3,3 0,23 0,32

4 Kalimantan 988,5 6,2 5,0 0,72 0,08

5 Sulawesi 2.107,6 10,9 4,9 0,15 0,29

6 Maluku 289,7 13,4 7,6 0,09 0,19

7 Papua 1.123,3 26,7 4,2 0,16 0,07


* Indeks Williamson

Sumatera, Pulau Kalimantan dan Pulau Papua. Dari Posisi strategis wilayah yang terletak di garis
tingkat kemiskinan hanya pulau Kalimantan yang khatulistiwa dan berada pada zona pertemuan
rendah, pulau yang lainnya masih relatif tinggi. lempeng besar maupun kecil menyebabkan
Ke depannya diharapkan kemiskinan di kedua Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic
pulau tersebut bisa ditekan ke level di bawah 20 state) memiliki risiko terhadap bencana geologi
persen dan 10 persen. Penting untuk diperhatikan, maupun hidrometeorologi sangat tinggi. Sejak tahun
secara jumlah Pulau Jawa-Bali merupakan rumah 2015, tercatat terdapat 12.478 kejadian bencana
bagi penduduk miskin terbanyak. Sedangkan dan terjadi peningkatan sangat signifikan pada 3
untuk pengangguran, secara rata-rata angkanya tahun terakhir. Pada tahun 2018 terdapat sebanyak
cukup merata di semua pulau, yaitu berkisar 4-5 3.525 kejadian bencana. Kejadian bencana dapat
persen, kecuali pulau Maluku yang memiliki tingkat merusak hasil-hasil pembangunan yang dicapai
pengangguran paling tinggi. Ketimpangan antar- puluhan tahun dalam waktu singkat. Pada tahun
provinsi dalam wilayah pulau, yang paling tinggi 2016, kerugian ekonomi lebih dari Rp7 Triliun (setara
adalah Pulau Jawa-Bali dan Pulau Kalimantan. 0,08% dari PDB) dihadapi akibat dampak kejadian
Adapun ketimpangan antar desa-kota dalam bencana yang dialami. Sementara pada tahun 2017,
wilayah pulau, yang paling tinggi adalah Pulau kejadian bencana menimbulkan dampak kerugian
Jawa-Bali, Kepulauan Nusa Tenggara dan Pulau ekonomi yang mencapai sekitar Rp4,7 Triliun
Sulawesi. Penting untuk menjadi catatan adalah atau 0,05% dari PDB. Hal tersebut menyebabkan
tingkat ketimpangan antar-wilayah yang rendah upaya mengurangi ketimpangan antarwilayah dan
belum tentu merefleksikan keberhasilan kebijakan mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat
distribusi pembangunan. Namun demikian, tingkat menjadi terhambat.
ketimpangan yang rendah bisa jadi mencerminkan
tingkat pembangunan yang rendah dan merata di
seluruh wilayah, sepertinya halnya yang terjadi di
wilayah Pulau Maluku.

82 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Visi, Misi dan Program Aksi Bidang Kewilayahan
Dokumen RPJMN 2020-2024 merupakan 4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.
penerjemahan dari visi-misi dan janji Presiden-Wakil 5. Kemajuan budaya yang mencerminkan
Presiden terpilih. Sehingga dalam penyusunannya kepribadian bangsa.
perlu memperhatikan dokumen tersebut. Sebagai 6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi,
kelanjutan, percepatan, pengembangan, serta bermartabat, dan tepercaya.
pemajuan dari visi sebelumnya maka dalam 7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan
periode 5 tahun mendatang maka visi yang memberikan rasa aman pada seluruh warga.
dirumuskan adalah “Maju yang Berdaulat, Mandiri, 8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif,
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong- dan tepercaya.
Royong”. Upaya mewujudkan visi Indonesia Maju 9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Negara Kesatuan.
Berlandaskan Gotong Royong ditempuh dengan
sembilan misi sebagai berikut. Mengacu pada visi-misi yang sudah dirumuskan
oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih maka yang
1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia. terkait dengan bidang kewilayahan adalah upaya
2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan memperkecil ketimpangan antardaerah dengan
berdaya saing. program aksi sebagai berikut.
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan.

Tabel 3.3 Pemetaan Misi dan Program Aksi Terkait Bidang Kewilayahan
Misi Program Aksi Langkah
Peningkatan Mengembangkan • Percepatan pemerataan pembangunan infrastruktur dasar,
Kualitas Reformasi Sistem terutama SPAM dan perbaikan sanitasi, seperti tiap rumah
Manusia Kesehatan tangga memiliki jamban, untuk meningkatkan kualitas hidup
Indonesia sehat
• Mempercepat pemerataan fasilitas dan kualitas pelayanan
kesehatan, termasuk di desa-desa dan wilayah 3T (Tertinggal,
Terdepan, dan Terluar), kawasan perbatasan, serta kawasan
transmigrasi. dengan skema DAK Fisik.
Mengembangkan • Mempercepat pemerataan penyediaan sarana-prasarana
Reformasi Sistem pendidikan dan infrastruktur pendukungnya di seluruh wilayah
Pendidikan Indonesia, terutama di wilayah-wilayah yang infrastruktur
pendidikannya masih kurang
• Memperluas beasiswa afirmasi dengan memberikan kesempatan
mahasiswa-mahasiswa miskin, di wilayah 3T (Tertinggal,
Terdepan, dan Terluar), santri dan siswa lembaga-lembaga
pendidikan keagamaan, untuk memperoleh beasiswa pendidikan
(Bidik Misi maupun LPDP), serta memperluas akses mahasiswa
mendapatkan pinjaman dana pendidikan dari perbankan.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 83


Misi Program Aksi Langkah
Struktur Meningkatkan • Mempercepat pemerataan pembangunan infrastruktur
Ekonomi yang Nilai Tambah dari untuk menumbuhkan sentra-sentra ekonomi baru dengan
Produktif, Pemanfaatan mengembangkan pembiayaan kreatif dan inovatif yang
Mandiri, dan Infrastruktur melibatkan Swasta, BUMN, maupun BUMD
Berdaya Saing • Mengintegrasikan pembangunan infrastruktur dengan
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus dan Kawasan Industri
• Memperluas akses perumahan/tempat tinggal/hunian dan bedah
rumah bagi 5 juta Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),
buruh, ASN, prajurit TNI, dan anggota Polri
• Mengembangkan infrastruktur perkotaan: perumahan/tempat
tinggal/hunian, transportasi massal, sentra-sentra ekonomi yang
terintegrasi, serta memastikan ketersediaan infrastruktur air
bersih, tenaga listrik, dan pengolahan limbah/sampah

Melanjutkan • Mengembangkan sentra-sentra inovasi serta peningkatan


Revitalisasi Industri anggaran riset untuk mendorong inovasi teknologi serta
dan Infrastruktur revitalisasi science-technopark untuk keperluan masyarakat serta
Pendukungnya pengembangan teknologi yang diperlukan di era revolusi industri
untuk Menyongsong 4.0.
Revolusi Industri 4.0.
Mengembangkan • Mempercepat pengembangan sektor pariwisata yang
Sektor-Sektor Ekonomi memberikan nilai tambah bagi perekonomian daerah dan
Baru masyarakat sekitarnya. Fokus pada melanjutkan pembangunan
10 destinasi wisata baru (“Bali Baru”).
Pembangunan Redistribusi Aset • Mempercepat pelaksanaan redistribusi aset (reforma agraria)
yang demi Pembangunan dan perhutanan sosial yang tepat sasaran guna memberikan
Merata dan Berkeadilan peluang bagi rakyat yang selama ini tidak memiliki lahan/asset
Berkeadilan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi.
• Melanjutkan pendampingan masyarakat dalam penggunaan,
pemanfaatan, dan produksi atas tanah objek reforma agrarian
dan perhutanan sosial sehingga lebih produktif.
• Melanjutkan percepatan legalisasi (sertifikasi) atas tanah-tanah
milik rakyat termasuk tanah milik transmigran, dan tanah wakaf,
sehingga memiliki kepastian hukum dan mencegah munculnya
sengketa atas tanah.

84 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Misi Program Aksi Langkah
Melanjutkan • Memperbaiki pelayanan dasar bagi warga desa, seperti air
Pemanfaatan bersih, sanitasi, dan listrik desa.
Dana Desa untuk • Mengembangkan ekonomi produktif dan industri perdesaan,
Pengurangan terutama digerakkan oleh BUMDES dan pelaku-pelaku UMKM/
Kemiskinan dan Koperasi di desa untuk mengembangkan sentra-sentra ekonomi
Kesenjangan di baru di perdesaan.
Perdesaan • Mengembangkan kawasan perdesaan dan kawasan transmigrasi
sebagai pusat pertumbuhan lokal dengan mempromosikan
produk unggulan yang berbasis sumber daya ekonomi lokal
• Meningkatkan kapasitas dan tata kelola pemerintahan desa,
sehingga lebih adaptif untuk melakukan inovasi, partisipatif-
inklusif, transparan, serta akuntabel.
• Mengoptimalisasikan distribusi pendamping desa untuk
mendorong upaya percepatan pembangunan desa yang tepat
sasaran.
• Memperkuat fungsi pendamping desa dalam melakukan
monitoring dan evaluasi pembangunan desa secara efektif dan
efisien.
• Mendorong dijitalisasi desa sebagai media pembelajaran daring,
sumber informasi pembangunan desa, serta akses ke pasar
daring
Mengembangkan • engembangkan sektor ekonomi dan produk unggulan yang
Potensi Ekonomi menciptakan nilai tambah bagi daerah dan warganya, terutama
Daerah untuk di daerah tertinggal, kawasan perbatasan, desa dan kawasan
Pemerataan perdesaan, serta kawasan transmigrasi.
Pembangunan • Meningkatkan pemanfaatan infrastruktur konektivitas yang
Antarwilayah terintegrasi dengan pengembangan sektor ekonomi unggulan
daerah.
• Mempercepat kemudahan berusaha di daerah termasuk
reformasi pelayanan perizinan yang berbasis sistem informasi
digital (e-gov).
• Mempermudah kemunculan para wirausahawan wirausahawan
baru di daerah, dengan insentif, bantuan permodalan, dan
fasilitas usaha.
• Menyiapkan sumber daya manusia yang terampil serta
terintegrasi dengan kebutuhan pengembangan industri unggulan
• Memaksimalkan kerja sama antara pemerintah daerah, swasta,
dan masyarakat untuk pemajuan ekonomi daerah.
• Meningkatkan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam mengembangkan sentra-sentra pertumbuhan
ekonomi baru untuk menekan angka kemiskinan, mengurangi
ketimpangan antarwarga dan juga antarwilayah.
• Meningkatkan peran kelurahan dalam mengatasi kemiskinan dan
ketimpangan perkotaan melalui penataan pengelolaan fiskal.
• Mengoptimalkan Wilayah Metropolitan (WM) dan kota besar di
luar Jawa, dengan tetap mempertahankan pertumbuhan dan
meningkatkan daya dukung lingkungan untuk WM dan kota
besar di Jawa;
• Merencanakan dan membangun Ibu kota Negara di luar pulau
Jawa

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 85


Misi Program Aksi Langkah
Mencapai Pengembangan • Melanjutkan kebijakan satu peta untuk menghindari tumpang
Lingkungan Kebijakan Tata Ruang tindih penggunaan ruang.
Hidup yang Terintegrasi • Pengendalian dan pengawasan kepatuhan pelaksanaannya serta
Berkelanjutan menindak tegas penyimpangannya
Mitigasi Perubahan • Memperbanyak hutan kota dan ruang terbuka hijau di perkotaan
Iklim • Melanjutkan konservasi lahan gambut
Penegakan Hukum • Merehabilitasi kerusakan lingkungan untuk menjamin daya
dan Rehabilitasi dukung lingkungan secara berkelanjutan termasuk rehabilitasi
Lingkungan Hidup hutan dan lahan, konservasi laut, serta Daerah Aliran Sungai
(DAS).
Kemajuan Mengembangkan • Merevitalisasi dan meningkatkan pembangunan pusat
Budaya yang Pemajuan Seni- kebudayaan, museum, dan warisan budaya di daerah-daerah,
Mencerminkan Budaya khususnya di metropolitan dan kota-kota besar.
Kepribadian Mengembangkan • Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana olahraga yang
Bangsa Olahraga untuk sudah tersedia untuk mendukung pembinaan olahraga,
Tumbuhkan Budaya khususnya di desa-desa.
Sportivitas dan
Berprestasi
Restorasi Toleransi • Meningkatkan kesetiakawanan sosial antarwarga dalam
dan Kerukunan Sosial menyelesaikan masalah-masalah bersama, serta dalam
penanganan bencana.
Penegakan Penghormatan, • Melindungi dan memajukan hak-hak masyarakat adat, mulai
Sistem Hukum Perlindungan, dan dari legal aspek, pemberdayaan ekonomi, perlindungan hukum,
yang Bebas Pemenuhan HAM hingga pada pemanfaatan sumber daya alam yang lestari
Korupsi, • Melindungi hak-hak masyarakat di bidang pertanahan
Bermartabat, • Memperluas cakupan kampung/desa layak anak untuk
dan Tepercaya memastikan pendidikan anak usia dini dimulai dari lingkungan
yang ramah
Perlindungan Melanjutkan Haluan • Melanjutkan diplomasi kawasan perbatasan dan memperkuat
bagi Segenap Politik Luar Negeri keamanan di wilayah perbatasan dengan negara yang
Bangsa dan yang Bebas Aktif berbatasan langsung dengan Indonesia.
Memberikan Reformasi Pelayanan • Mempercepat pengintegrasian pelayanan daerah dan pusat
Rasa Aman Publik dalam satu lokasi yang dekat dengan pusat kegiatan ekonomi
pada Seluruh masyarakat dalam bentuk Mall Pelayanan Publik.
Warga • Membangun Hub Inovasi pelayanan publik sebagai pusat
pembelajaran, jaringan informasi, dan bimbingan inovasi
pelayanan publik
• Memantapkan pelayanan publik berbasis online yang transparan
dan memberikan kepastian, di antaranya melalui Online Single
Submission

86 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Misi Program Aksi Langkah
Sinergi Menata Hubungan • Menata hubungan kerja Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Pemerintah Pusat dan Daerah Daerah, mulai dari proses perencanaan, penganggaran, dan
Daerah dalam yang Lebih Sinergis bantuan keuangan, sampai pembinaaan dan pengawasan.
Kerangka • Meningkatkan fungsi pembinaan dan pengawasan Pemerintah
Negara Pusat terhadap daerah otonom dan Daerah Khusus/Daerah
Kesatuan Istimewa, terutama dalam hal penyelenggaraan urusan
pemerintahan, pengelolaan keuangan daerah, dan pelayanan
pada masyarakat.
• Memantapkan peran gubernur sebagai wakil pemerintah pusat
dalam fungsi pembinaan dan pengawasan serta menyinergikan
kepentingan antar-kabupaten/kota di wilayahnya masing-masing.
• Menata kembali kebijakan pemekaran wilayah guna memperkuat
kedaulatan dan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), serta meningkatkan kapasitas daerah otonom hasil
pemekaran, termasuk kecamatan.
• Membangun sistem insentif bagi daerah otonom yang berkinerja
baik.
Meningkatkan • Memperkuat deregulasi peraturan daerah (perda) dengan
Kapasitas Daerah mengevaluasi perda-perda yang bermasalah.
Otonom dan Daerah • Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengelola anggaran
Khusus/Daerah secara tepat sasaran dan berorientasi dampak (outcome).
Istimewa dalam • Money Follow Program dengan memfokuskan penggunaan
Pelayanan Publik dan anggaran untuk mengembangkan sektor unggulan daerah,
Peningkatan Daya upaya penurunan angka pengangguran, menekan kemiskinan
Saing Daerah dan kesenjangan.
• Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan desa untuk
mengelola dana transfer daerah dan Dana Desa.
• Mereformasi pelayanan publik dengan menempatkan desa,
kelurahan, dan kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan
publik.
• Mengawal implementasi UU Desa secara sistematis,
konsisten, dan berkelanjutan dengan fasilitasi, supervisi, dan
pendampingan.
• Mencegah praktik korupsi di daerah melalui transparansi
pengelolaan anggaran.
Mengembangkan • Mendorong kerja sama antar-daerah otonom dalam
Kerja Sama Antar- menyelesaikan masalah-masalah bersama seperti masalah
Daerah Otonom transportasi, penanganan limbah, dan juga penanganan masalah
dalam Peningkatan dalam ekosistem Daerah Aliran Sungai.
Pelayanan Publik dan • Mendorong kerja sama antar-daerah otonom dalam memacu
Membangun Sentra- pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing.
Sentra Ekonomi Baru

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 87


Arahan Umum dan Target Pembangunan
Kewilayahan
Pembangunan kewilayahan merupakan salah satu dasar, daya saing serta kemandirian daerah
prioritas nasional dalam RPJMN 2020-2024 yang 4. Meningkatnya sinergi pemanfaatan ruang
diarahkan untuk menyelesaikan isu strategis utama wilayah
yaitu ketimpangan antar wilayah antara lain:
Target pertumbuhan ekonomi nasional dalam
1. Meningkatnya pemerataan antarwilayah (KBI- periode 2020-2024 adalah sebesar 6,0%.
KTI, Jawa-luar Jawa) Berdasarkan skenario target pertumbuhan ekonomi
2. Meningkatnya keunggulan kompetitif pusat- nasional tersebut, kemudian diturunkan target
pusat pertumbuhan wilayah pertumbuhan ekonomi setiap pulau besar dan
3. Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan setiap provinsi.

Tabel 3.4 Target pembangunan kewilayahan berbasis pulau dan tingkat kemiskinannya
Tingkat
Target Investasi* Target tingkat
Pengangguran
Wilayah Pertumbuhan (%) (Triliun Rp.) kemiskinan (%)
Terbuka (%)
2020 2024 2020 2024 2020 2024 2020 2024
Sumatera 4,9 7,2 174,43 251,11 9,24 7,06 4,8 3,6
Jawa-Bali 5,6 6,2 107,45 143,06 7,71 6,05 5,3 4,1
Nusa Tenggara 4,7 7,5 522,78 720,01 15,82 10,69 3,1 2,1
Kalimantan 5,7 8,3 76,6 110,69 5,36 2,91 4,5 3,4
Sulawesi 6,9 8,8 30,57 42,28 9,77 6,48 4,5 3,5
Maluku 6,2 9,1 12,61 18,81 12,48 8,21 5,8 4,6
Papua 5,4 9,0 30,65 41,13 23,25 16,29 3,5 2,5

Berdasarkan target pertumbuhan ekonomi nasional dan pulau besar kemudian diturunkan kembali menjadi
target pertumbuhan ekonomi pada tingkat provinsi berikut ini.

Tabel 3.5 Target pembangunan kewilayahan berbasis provinsi dan tingkat kemiskinannya
Tingkat
Target Investasi* Target tingkat
Pengangguran
Provinsi Pertumbuhan (%) (Triliun Rp.) kemiskinan (%)
Terbuka (%)
2020 2024 2020 2024 2020 2024 2020 2024
Aceh 4,1 6,1 4,92 6,57 13,34 11,00 6,2 5,1
Sumatera Utara 5,5 6,4 35,36 50,88 8,43 6,33 5,2 4,0
Sumatera Barat 5,4 6,5 6,35 9,33 5,94 4,55 5,2 4,0
Riau 3,2 5,0 36,17 50,56 6,75 4,15 5,9 4,8

88 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Tingkat
Target Investasi* Target tingkat
Pengangguran
Provinsi Pertumbuhan (%) (Triliun Rp.) kemiskinan (%)
Terbuka (%)
2020 2024 2020 2024 2020 2024 2020 2024
Jambi 4,8 7,0 22,98 34,5 7,29 5,45 3,6 2,4
Sumatera Selatan 5,8 8,3 4,68 6,66 11,65 9,38 4,0 2,8
Bengkulu 5,5 7,9 6,06 8,3 13,40 10,09 3,2 1,9
Lampung 5,7 8,2 38,69 55,07 11,56 8,41 3,8 2,6
Kep. Bangka
4,0 6,0 5,18 8,06 4,40 3,24 3,3 2,1
Belitung
Kep. Riau 4,9 7,1 14,04 21,18 5,30 3,89 6,9 5,7
DKI Jakarta 6,1 6,3 25,6 35,75 3,18 2,15 5,9 4,7
Jawa Barat 5,4 5,7 14,39 18,98 6,31 4,75 7,7 6,6
Jawa Tengah 5,4 5,9 19,7 26,08 9,81 8,15 4,2 3,0
DI Yogyakarta 6,1 6,6 42,27 54,49 9,11 7,25 3,0 1,8
Jawa Timur 5,5 6,5 5,49 7,76 10,08 8,11 3,6 2,4
Banten 5,3 6,2 122,13 164,19 4,80 3,35 8,0 6,9
Bali 5,7 7,3 5 7,62 3,52 2,45 1,3 0,7
Nusa Tenggara
4,0 6,7 70,65 95,34 13,52 8,95 3,5 2,3
Barat
Nusa Tenggara
5,6 8,6 78,57 119,12 18,00 12,35 2,7 1,9
Timur
Kalimantan Barat 5,2 7,5 158,68 218,47 6,43 3,15 3,9 2,7
Kalimantan
6,4 9,3 87,75 115,27 4,72 2,05 3,7 3,1
Tengah
Kalimantan Selatan 4,0 6,3 13,42 17,3 4,20 2,74 4,2 3,0
Kalimantan Timur 6,0 8,8 2,25 3,21 5,58 3,24 6,1 5,0
Kalimantan Utara 6,7 8,7 29,67 42,47 5,85 3,74 4,6 3,4
Sulawesi Utara 6,0 9,1 16,42 25,32 7,00 4,25 6,6 5,5
Sulawesi Tengah 7,7 9,2 3,59 5,56 13,00 9,76 3,3 2,2
Sulawesi Selatan 7,3 8,5 11,25 16,83 8,46 5,68 5,2 4,1
Sulawesi Tenggara 6,5 9,1 15,96 22,37 10,76 7,00 3,1 2,1
Gorontalo 6,6 9,3 9,37 11,72 15,00 9,06 3,6 2,3
Sulawesi Barat 5,2 7,9 5,24 8,19 9,62 4,95 3,0 1,9
Maluku 6,2 9,1 2,41 3,65 17,02 11,79 6,8 5,7
Maluku Utara 6,3 9,2 10,2 15,16 6,00 3,15 4,2 3,0
Papua Barat 6,2 9,0 25,69 33,87 20,03 13,99 6,0 4,8
Papua 5,1 9,0 4,96 7,26 24,19 16,98 2,9 2,0
*Hasil perhitungan per provinsi atas proyeksi penanaman modal 2020-2024 (Skenario Tinggi BKPM)

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 89


1. Sasaran dan Arah Kebijakan dan ekonomi, sebagai stimulus pertumbuhan
Berdasarkan isu strategis, visi-misi dan program aksi, perekonomian melalui peningkatan permintaan
serta sasaran pembangunan yang telah dijelaskan agregat, mendorong diversifikasi ekonomi Pulau
sebelumnya kemudian disusun arah kebijakan Kalimantan, sumber pertumbuhan ekonomi baru
pembangunan berbasis kewilayahan. Secara umum jangka panjang terutama untuk Wilayah Pulau
arah kebijakan pembangunan berbasis kewilayahan Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia, dan
untuk kurun waktu 2020- 2024 sebagai berikut: mengurangi ketimpangan antar wilayah;
1. Pembangunan desa terpadu yang mencakup 8. Peningkatan peran dan efisiensi pelayanan kota
peningkatan kapasitas aparatur desa dalam kecil-menengah untuk meningkatkan sinergi
hal pemanfaatan dana desa dan tata kelola pembangunan perkotaan dan pedesaan;
asset desa; penguatan pendamping desa dan 9. Penegakan rencana tata ruang yang berbasis
peran serta masyarakat desa yang inklusif; serta mitigasi bencana melalui peningkatan efektivitas
penetapan batas desa, pengembangan desa instrumen pengendalian pemanfaatan ruang,
wisata, desa digital dan produk unggulan desa; terutama kelengkapan RDTR serta mempercepat
transformasi ekonomi desa dan peningkatan penyediaan peta dasar skala besar (1:5.000)
peran badan usaha milik desa; perbaikan secara nasional. Di samping itu, juga diterapkan
pelayanan dasar air minum, sanitasi dan listrik mekanisme insentif dan disinsentif, serta sanksi
desa; bagi pelanggaran pemanfaatan ruang;
2. Optimalisasi pengembangan pusat-pusat 10. Peningkatan kepastian hukum hak atas tanah
pertumbuhan wilayah (KEK, KI, KPBPB, melalui sertifikasi hak atas tanah terutama
Destinasi Pariwisata Prioritas, dan kawasan di wilayah yang diarahkan sebagai koridor
lainnya yang telah ditetapkan) yang didukung pertumbuhan ekonomi dan pemerataan serta
dengan konektivitas antar-wilayah yang tinggi wilayah sekitarnya (termasuk di kawasan
untuk meningkatan nilai tambah dari sumber transmigrasi); publikasi batas kawasan hutan
daya alam dan daya saing wilayah; dan nonhutan dalam skala kadastral; dan
3. Penataan hubungan pusat dan daerah yang deliniasi batas wilayah adat.
lebih sinergis; 11. Penyediaan tanah bagi pembangunan untuk
4. Peningkatkan kapasitas daerah otonom kepentingan umum melalui pembentukan bank
dan daerah khusus/daerah istimewa dalam tanah; serta peningkatan pelayanan pertanahan
pelayanan publik dan peningkatan daya saing melalui pelayanan modern berbasis digital dan
daerah; penerimaan PNS petugas ukur pertanahan.
5. Pengembangan kerja sama antardaerah
otonom dalam peningkatan pelayanan publik Selain arah kebijakan umum pembangunan berbasis
dan membangun sentra-sentra ekonomi baru; kewilayahan tersebut diatas terdapat penekanan
6. Optimalisasi Wilayah Metropolitan (WM) dan kebijakan, khususnya dalam pelaksanaan
kota besar di luar Jawa, termasuk perencanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang masih
ruang, pembangunan infrastruktur perkotaan, perlu untuk ditingkatkan, baik dari sisi kelembagaan
perencanaan investasi dan pembiayaan pemerintah daerah, kapasitas aparatur daerah,
pembangunan dengan tetap mempertahankan dan keuangan daerah. Untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan meningkatkan daya dukung pelaksanaan pembangunan daerah, diperlukan
lingkungan untuk WM dan kota besar di Jawa; penguatan pada kebijakan desentralisasi dan
7. Pembangunan Ibu kota Negara di luar pulau Jawa otonomi daerah yang fokus kepada (i) Peningkatan
di posisi yang lebih seimbang secara spasial tata kelola dan kapasitas pemerintah daerah dan

90 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


pemerintah desa (kelembagaan, keuangan, dan Mengingat kondisi yang rawan terhadap bencana,
SDM aparatur) dan (ii) Penataan pola hubungan pembangunan kewilayahan harus berdasarkan
pusat-daerah, pengembangan kerjasama antar konsep penguatan pengurangan risiko bencana
daerah, pola-pola kolaborasi multipihak, dan yang holistik dan integratif melalui pengarusutamaan
menghasilkan inovasi daerah. Fokus kebijakan penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan
tersebut dilaksanakan untuk mencapai sasaran iklim intrasektor yang diarahkan kepada peningkatan
utama, yaitu: (i) percepatan kemudahan berusaha investasi mitigasi struktural dan non-struktural serta
dan reformasi pelayanan perizinan, (ii) penerapan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim di
Standar Pelayanan Minimal (SPM) di daerah, (iii) daerah rawan bencana, terutama pada lokasi pusat-
peningkatan inovasi daerah, (iv) peningkatan pusat pertumbuhan wilayah serta kota metropolitan
pendapatan daerah, (v) pengelolaan keuangan pada setiap wilayah pulau. Mitigasi non-struktural
daerah yang efektif dan efisien, (vi) realisasi belanja yang dimaksud mencakup antara lain: optimalisasi
daerah yang berkualitas, (vii) peningkatan penataan pengaturan dan pengendalian pemanfaatan ruang
hubungan pusat-daerah, (viii) peningkatan kawasan, pembangunan budaya sadar bencana,
kerjasama antar daerah, dan (ix) pelaksanaan serta kesiapsiagaan pemerintah daerah dan
kebijakan dan peningkatan tata kelola otonomi masyarakat.
khusus.

Gambar 3.1 Pengembangan Wilayah yang Terintegrasi

Skenario
Pengembangan
Wilayah yang
Terintegrasi

Keterbatasan SDA
dan Lingkungan
(Tutupan Lahan)/
Development
Constraint

Koridor
Pertumbuhan
dan Koridor
Pemerataan

Infrastruktur
Wilayah

Kawasan
Strategis

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 91


2. Strategi Pengembangan Wilayah

Strategi yang digunakan dalam kebijakan nusantara, dan mempertimbangkan pola persebaran
pembangunan berbasis kewilayahan adalah pusat kegiatan seperti Pusat Kegiatan Nasional
strategi pertumbuhan dan strategi pemerataan. (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Arah
Strategi pertumbuhan adalah strategi berbasis pembangunan wilayah dalam koridor pertumbuhan
ekonomi yang dilaksanakan pada daerah-daerah dan pemerataan tetap disusun berdasarkan potensi
yang memiliki daya kompetitif yang tinggi dengan dan karakteristik masing-masing wilayah.
mendorong operasionalisasi dan meningkatkan
investasi pada pusat-pusat pertumbuhan yakni Koridor pertumbuhan berorientasi untuk memacu
pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan pertumbuhan ekonomi nasional melalui percepatan
Industri (KI), Destinasi Pariwisata Prioritas, Kawasan pengembangan kawasan-kawasan pertumbuhan,
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas meliputi PKN, PKW, KEK, KI, dan KSPN, serta
(KPBPB), dan pusat pertumbuhan lainnya yang kota-desa serta kawasan aglomerasi perkotaan
telah ditetapkan; serta pengembangan sektor-sektor pada kabupaten/kota yang terletak pada koridor
unggulan seperti sektor manufaktur, pariwisata dan pertumbuhan. Sementara koridor pemerataan
sebagainya melalui pembangunan Ibu Kota Negara berorientasi untuk pemenuhan pelayanan dasar
di luar Pulau Jawa. yang lebih merata melalui pengembangan PKW
dan PKL sehingga terbentuk pusat-pusat pelayanan
Sementara itu, strategi pemerataan adalah strategi dasar baru yang menjangkau daerah pelayanan
yang mendorong pertumbuhan pusat-pusat aktivitas yang lebih luas, pada kabupaten/kota pada koridor
melalui: (a) pengembangan ekonomi wilayah/lokal pemerataan.
melalui penyediaan sarana prasarana perekonomian
dengan memperhatikan karakteristik aktivitas Di luar koridor pertumbuhan dan pemerataan,
ekonomi di masing-masing wilayah termasuk diidentifikasi juga arah pembangunan wilayah yang
peningkatan kapasitas sumber daya manusia, baik sifatnya umum (generik) untuk seluruh wilayah,
di daerah tertinggal, kawasan perbatasan, desa dan yang meliputi pengurangan angka kemiskinan dan
kawasan perdesaan, serta kawasan transmigrasi, kesenjangan di setiap wilayah dengan arah strategi
dan (b) pemenuhan pelayanan dasar di seluruh meningkatkan akses dan mutu (a) kesehatan; (b)
wilayah, terutama di daerah tertinggal, kawasan pendidikan; (c) permukiman; (d) air bersih; dan (e)
perbatasan, desa dan kawasan perdesaan, serta energi (listrik). Sementara itu, upaya peningkatan
kawasan transmigrasi. kewaspadaan dalam rangka mitigasi dan
pengurangan risiko bencana di setiap wilayah pulau
Strategi pertumbuhan dan strategi pemerataan dilaksanakan dengan strategi: (a) pengembangan
tersebut diterjemahkan menjadi koridor sistem peringatan dini multiancaman bencana; (b)
pembangunan yang terdiri dari dua jenis koridor, peningkatan kapasitas aparat dan masyarakat; serta
yaitu koridor pertumbuhan dan koridor pemerataan. (c) perluasan dan penguatan kerjasama multipihak
Konsep koridor tersebut disusun berdasarkan dan multisektor dalam mitigasi bencana. Strategi
perhitungan Regional Competitive Advantage mitigasi dan pengurangan risiko bencana tersebut
(RCA) berdasarkan angka PDRB tahun 2017. tentunya sesuai dengan karakteristik fisik dan sosial
Unsur penyusunan koridor adalah jalur manufaktur budaya wilayah dan berbasis kearifan lokal.
nusantara, jalur mineral nusantara, jalur pariwisata

92 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.2 Strategi Pertumbuhan dan Pemerataan Wilayah

Kawasan Strategis
Strategi Pertumbuhan

• PKN, PKW, KEK, KSPN


Kerangka • Kota-Desa
Ekonomi Makro Arahan Sektor

Pertumbuhan Sektor Unggulan • Transportasi


Ekonomi • Energi, dsb
• Manufaktur
• Pariwisata, dsb

Pemenuhan
Mitigasi Bencana Tata Kelola
Pelayanan Dasar
Strategi Pemerataan

Pemerataan
Pembangunan Kawasan Strategis Arahan Sektor

Pusat Pertumbuhan • PKW, PKL • Sektor Utama


Ekonomi Lokal • Kota - desa • Sektor Pendukung

Koridor pertumbuhan dan pemerataan wilayah secara spasial adalah sebagai berikut

Gambar 3.3 Peta Koridor Pertumbuhan dan Pemerataan Wilayah

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 93


3. Program Prioritas Kewilayahan
Prioritas Nasional (PN) bidang kewilayahan bertujuan Kemudian pada tiap-tiap dirumuskan Program
mengembangkan wilayah untuk mengurangi Prioritas (PP) dilaksanakan 6 Kegiatan Prioritas (KP)
kesenjangan dan menjamin pemerataan. Untuk meliputi:
mencapai tujuan tersebut maka dirumuskan 1. Pengembangan Kawasan Strategis
Program Prioritas (PP) pembangunan kewilayahan 2. Pengembangan Sektor Unggulan
berbasis pulau yaitu: 3. Pengembangan Kawasan Perkotaan
1. Program Prioritas Pembangunan Wilayah 4. Pemenuhan Pelayanan Dasar
Sumatera 5. Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan
2. Program Prioritas Pembangunan Wilayah Jawa- Perbatasan, Perdesaan, dan Transmigrasi
Bali 6. Kelembagaan dan Keuangan Daerah
3. Program Prioritas Pembangunan Wilayah Nusa
Tenggara Target pembangunan kewilayahan berbasis pulau
4. Program Prioritas Pembangunan Wilayah tersebut akan dicapai melalui 6 kegiatan prioritas
Kalimantan kewilayahan. Namun demikian, mengingat bahwa
5. Program Prioritas Pembangunan Wilayah implementasi PN 2 juga sangat berkaitan dengan
Sulawesi PN lainnya, maka tabel di bawah ini juga akan
6. Program Prioritas Pembangunan Wilayah Maluku memetakan informasi dari PN lain yang relevan.
7. Program Prioritas Pembangunan Wilayah Papua

Tabel 3.6 Indikator dan Target Kegiatan Prioritas (KP)


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
PN1 Memperkuat Ketahanan Ekonomi Untuk Pertumbuhan yang Berkualitas
PP1 Meningkatnya Daya Dukung dan Kualitas Sumber Daya Ekonomi Sebagai Modalitas Bagi
Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan
KP2 Peningkatan Kuantitas/ Ketersediaan Air untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi
Luas minimal kawasan berfungsi lindung
1 65 juta ha 65 juta ha
(kumulatif)
2 Kawasan hutan produksi 36 juta ha 36 juta ha
3 Pembangunan bendungan multiguna (kumulatif) 11 unit 60 unit
KP4 Peningkatan Pengelolaan Kemaritiman dan Kelautan
Revitalisasi WPP dan menjamin akurasi
1 11 WPP 11 WPP
pendataan stock dan pemanfaatan
PP2 Meningkatnya Nilai Tambah, Lapangan Kerja, Investasi, Ekspor, dan Daya Saing
Perekonomian
KP1 Penguatan Kewirausahaan dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan Koperasi
Jumlah sentra Industri Kecil dan Menengah 50 sentra
1 10 sentra
(IKM) baru di luar Jawa yang beroperasi (kumulatif 2020-2024)
KP2 Peningkatan Nilai Tambah, Lapangan Kerja, dan Investasi di Sektor Riil, dan Industrialisasi
1 Destinasi pariwisata prioritas yang diselesaikan 3 destinasi 8 destinasi

94 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
2 Destinasi wisata bahari 7 destinasi 7 destinasi
3 Destinasi wisata alam kawasan hutan priotitas 10 unit 25 unit
20 kab/kota/kawasan
4 Jumlah kab/kota kreatif yang difasilitasi 4 kab/kota/kawasan
(kumulatif)
Jumlah kawasan dan klaster kreatif yang
5 8 lokasi 10 lokasi
dikembangkan
6 Revitalisasi ruang kreatif 30 unit 42 unit
Jumlah Kawasan Industri (KI) prioritas di luar
7 3 KI 8 KI (Kumulatif)
Jawa yang berporasi
Jumlah Kawasan Industri (KI) yang
8 3 KI 11 KI (Kumulatif)
dikembangkan
9 Jumlah kawasan industri dengan zona halal 2 kawasan 5 kawasan
10 Jumlah Daerah Tertib Ukur (DTU) 10 DTU 10 DTU
PN2 Mengembangkan Wilayah Untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan
A. KP Pengembangan Kawasan Strategis
Rasio laju pertumbuhan investasi kawasan
1 (KEK/KI/KSPN) terhadap laju pertumbuhan N/A >1
investasi wilayah (per pulau/provinsi)
B. KP Pengembangan Sektor Unggulan
Persentase peningkatan produksi komoditas
1 N/A 4%
unggulan
C. KP Pengembangan Kawasan Perkotaan
1 Perencanaan WM di luar Jawa 3 WM 3 WM
2 Pengembangan WM di luar Jawa - 4 WM
3 Peningkatan kualitas WM Jawa - 4 WM
4 Pembangunan Ibukota Negara 1 1
Pengembangan Kota Besar, Sedang, Kecil
5 54 kota
sebagai PKN/PKW (kota)
6 Pembangunan kota baru - 4 kota baru
D. KP Pemenuhan Pelayanan Dasar
Proporsi rumah tangga yang menempati hunian
1 - 70,00%
layak dan terjangkau
E. KP Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Pedesaan, dan Transmigrasi
Desa Mandiri: 5.559 Desa Mandiri: 10.559
Desa Berkembang:
Desa Berkembang:
Perkembangan status pembangunan desa 59.879
1 54.879
(desa) (naik 5000)
Desa Tertinggal: Desa Tertinggal: 3.232
13.232* (turun 10.000)

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 95


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
2 Penurunan angka kemiskinan desa (%) 12,85% 9,9%
Penetapan batas administrasi desa/kelurahan
3 202 desa 10.394 desa
(desa)
Peningkatan kesejahteraan dan tata kelola di
4 kecamatan lokasi prioritas perbatasan negara 187 kecamatan 157 kecamatan
(kecamatan)
5 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) 10 PKSN 14 PKSN
37
6 Jumlah daerah tertinggal (kabupaten) 62 kabupaten (terentaskan 25
kabupaten)
Persentase penduduk miskin di daerah 26,1% (2018) 25,5
7 23,5 – 24
tertinggal (%) (2019)**
58,11 (2018)
8 Rata-rata IPM di daerah tertinggal 62,2 – 62,7
58,82 (2019)**
• KPPN Inisiasi: 1 • KPPN Inisiasi: 0
• KPPN Konsolidasi: • KPPN Konsolidasi:
Perkembangan Status Kawasan Perdesaaan 31 11
9
Prioritas Nasional (KPPN) • KPPN Mandiri: 27 • KPPN Mandiri: 43
• KPPN Berdaya • KPPN Berdaya
Saing: 1 Saing: 6
28 kawasan 12 kawasan
transmigrasi transmigrasi
berkembang berkembang
24 kawasan 33 kawasan
10 Jumlah kawasan transmigrasi yang direvitalisasi
transmigrasi mandiri transmigrasi mandiri
0 kawasan 7 kawasan
transmigrasi berdaya transmigrasi berdaya
saing saing
F. KP Kelembagaan dan Keuangan Daerah
Jumlah daerah dengan penerimaan daerah
1 313 (Kab/Kota) 542 (Kab/Kota)
meningkat (Kab/Kota)
Jumlah daerah dengan realisasi belanja
2 102 (Kab/Kota) 542 (Kab/Kota)
berkualitas (Kab/Kota)
Jumlah daerah yang melaksanakan tata kelola
3 102 (Kab/Kota) 542 (Kab/Kota)
keuangan yang efektif dan efisien (Kab/Kota)
Persentase jumlah daerah yang memiliki indeks
4 12% 36%
inovasi tinggi (%)
Jumlah daerah yang memiliki PTSP Prima
5 200 (Kab/Kota) 542 (Kab/Kota)
berbasis elektronik (Kab/Kota)
Jumlah daerah yang melaksanakan tata kelola
6 102 (Kab/Kota) 542 (Kab/Kota)
keuangan yang efektif dan efisien (Kab/Kota)

96 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
Jumlah daerah yang mengimplementasikan
7 Kesepakatan dan Perjanjian Kerja Sama Daerah 10 (Kab/Kota) 58*** (Kab/Kota)
(Kab/Kota)
Persentase capaian penerapan SPM di daerah
8 N/A**** 100%
(%)
Nilai Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah
9 2,82 3,18
Daerah (EPPD)
Jumlah daerah dengan indeks kinerja GWPP
10 NA ***** (Kab/Kota) 34 (Kab/Kota)
kategori baik (Kab/Kota)
Jumlah pelaksanaan kebijakan (regulasi) pada
11 1 regulasi 2 regulasi
daerah otonomi khusus dan daerah istimewa
125.810 NLP (seluruh
12 Jumlah lembar Peta Dasar RBI skala 1: 5.000 5.013 NLP wilayah Indonesia non
hutan)
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis 10 Rancangan 18 Rancangan
13
Nasional (KSN) Perpres Perpres
10 Rancangan
14 RDTR Perbatasan Negara 10 Matek RDTR KPN
Perpres
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota
15 yang Berketahanan Bencana dan Perubahan 37 Kab/Kota* 250 Kab/Kota
Iklim
Luas bidang tanah bersertipikat yang terdigitasi
16 13,78 juta Ha 52,12 juta Ha
dan berkualitas baik
Jumlah Kantor Wilayah ATR/BPN dan Kantor 34 Kantor Wilayah
17 Pertanahan yang menerapkan pelayanan 0 ATR/BPN dan 467
pertanahan modern berbasis digital Kantor Pertanahan
18 Pembentukan dan operasionalisasi Bank Tanah 0 1 Bank Tanah
PN3 Meningkatkan SDM Berkualitas dan Berdaya Saing
PP Pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan
KP Pendampingan dan Layanan Terpadu
Persentase daerah yang menyelenggarakan
1 25% 80%
layanan terpadu penanggulangan kemiskinan
Persentase kab/kota yang memanfaatkan sistem
perencanaan, penganggaran dan monev unit
2 15,69% 60,95%
terpadu dalam proses penyusunan program-
program penanggulangan kemiskinan
Persentase daerah yang aktif melakukan
3 pemutakhiran data terpadu penanggulangan 15% 70%
kemiskinan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 97


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
PP Pengentasan Kemiskinan
KP2 Keperantaraan Usaha dan Dampak Sosial
1 Jumlah kelompok Tani Hutan (KTH) 120 KTH 2.500 KTH
KP3 Reforma Agraria
Luas kawasan hutan yang dilepaskan untuk
1 130.090 ha .530.090* ha
TORA (Ha)
Jumlah lokasi pemberdayaan masyarakat
2 23 Provinsi 26 Provinsi
penerima Tanah Objek Reforma Agraria (TORA)
3 Jumlah bidang tanah yang diredistribusi 750.000 7.750.000
4 Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi 6.286.087 56.286.087
KP4 Perhutanan Sosial
1 Kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat 3,5 juta Ha 7,5 juta Ha
2 Jumlah mitra usaha perhutanan sosial 0 875 mitra
3 Jumlah sentra pengelolaan produk unggulan 0 70 sentra
Jumlah fasilitasi pemasaran produk perhutanan
4 0 250 kelompok
sosial
Jumlah kelompok pengelola kawasan hutan
5 0 15.377 kelompok
yang meningkat kinerjanya
PN4 Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan
N/A
PN5 Memperkuat Infrastruktur Untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar
PP1 Infrastruktur Pelayanan Dasar
A. KP1 Penyediaan Akses Perumahan dan Permukiman Layak, Aman dan Terjangkau
Jumlah hunian baru layak yang terbangun
1 2.450.000 unit
melalui peran pemerintah, termasuk BUMN
Jumlah hunian yang terbangun melalui peran
2 1.550.000 unit
masyarakat dan dunia usaha
Jumlah rumah tangga yang menerima fasilitas
550.000 Rumah
3 pembiayaan perumahan, termasuk SMF dan
Tangga
TAPERA
Jumlah rumah tangga yang menerima bantuan/
subsidi pembiayaan perumahan berupa 1.000.000 Rumah
4
bantuan uang muka dan Fasilitas Likuiditas Tangga
Pembiayaan Perumahan (FLPP)
Jumlah peningkatan kualitas hunian melalui
5 1.000.000 unit
peran pemerintah
Jumlah kabupaten/kota yang mengembangkan
6 iklim kondusif perumahan melalui reformasi 48 Kab/Kota
perizinan dan administrasi pertanahan

98 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
Jumlah kabupaten/kota yang
7 mengimplementasikan pemenuhan standar 48 Kab/Kota
keandalan bangunan
B. KP2 Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi Yang Layak dan Aman
Jumlah sambungan rumah yang terlayani Sistem
1 Pengelolaan Air Limbah Domestik-Terpusat 743.700 SR
(SPALD-T) skala kota
Jumlah sambungan rumah SPALD-T yang
2 2.232.120 SR
terlayani skala permukiman
Jumlah rumah tangga yang terlayani Instalasi 8.651.000 Rumah
3
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Tangga
Jumlah rumah tangga yang terlayani Tempat
19.428.000 Rumah
4 Pembuangan Akhir (TPA) dengan standar
Tangga
sanitary landfill
Jumlah rumah tangga yang terlayani Tempat
1.580.000 Rumah
5 Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan
Tangga
Recycle (TPS3R)
Jumlah rumah tangga yang terlayani Tempat 1.585.000 Rumah
6
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Tangga
Jumlah kabupaten/kota yang memiliki sistem
7 pengelolaan air limbah, termasuk layanan 308 Kab/Kota
lumpur tinja
Jumlah kabupaten/kota yang memiliki sistem
8 308 Kab/Kota
pengelolaan sampah domestik
Peningkatan Jumlah sambungan rumah tangga
9 10.000.000 SR
dengan akses air minum layak perpipaan
Jumlah rumah tangga dengan akses air minum 50.502.020 Rumah
10
layak Bukan Jaringan Perpipaan Terlindungi Tangga
Jumlah sambungan rumah tangga dengan
11 akses air minum aman (akses air minum aman 10.892.869 SR
susenas dalam proses persiapan)
Persentase Perusahaan Daerah Air Minum
12 100 %
(PDAM) dengan kinerja sehat
Persentase angka Buang Air Besar
13 0%
Sembarangan (BABS) di tempat terbuka
C. KP3 Pengelolaan Air Tanah dan Air Baku Berkelanjutan
Pembangunan embung air baku di pulau-pulau
1 144 embung
kecil terluar
Pembangunan sumur air tanah di pulau-pulau
2 600 titik
kecil terluar

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 99


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
Pembangunan sistem pemantauan kualitas
3 sumber air baku (Wilayah Sungai Citarum dan 31 kab/kota
Kawasan Pesisir Utara Pulau Jawa
Pembangunan/ Peningkatan Sistem Informasi
4 Terpadu Hidrologi, Hidrometeorologi, 35 wilayah sungai
Hidrogeologi, dan Kualitas Air (kumulatif)
D. KP5 Ketahanan Kebencanaan Infrastruktur
1 Jumlah danau yang dikonservasi 15 Danau Prioritas
2 Pemasangan alat pemantauan penurunan tanah 32 kab/kota
E. KP6 Waduk Multipurpose dan Modernisasi Irigasi
1 Pengembangan fungsi waduk untuk irigasi 325 ribu ha
2 Modernisasi irigasi 8 daerah irigasi
PP2 Infrastuktur Ekonomi
A. KP1 Konektivitas Jalan
Jalan Trans Pada Pulau Tertinggal, Terluar, dan
1 18 lokasi
Terdepan
2 Jalan Trans Papua Merauke – Sorong 488 Km
3 Jalan Tol Trans Sumatera Aceh-Lampung 2.261 Km
B. KP2 Konektivitas Kereta Api
1 Kereta api Makassar-Pare Pare 143 km
Jakarta-Semarang :
Kereta Api Kecepatan Tinggi Pulau Jawa 435 Km
2
(Jakarta-Semarang dan Jakarta-Bandung) Jakarta-Bandung
:142,3 Km
C. KP3 Konektivitas Laut
1 Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu 7 Pelabuhan
D. KP4 Konektivitas Udara
1 Jembatan Udara 41 rute
2 Pembangunan bandara baru 20 lokasi
3 Pengembangan bandara hub primer 12 lokasi
E. KP5 Konektivitas Darat
1 Kapal penyeberangan perintis baru 23 unit
2 Penyeberangan baru 36 pelabuhan
PP3 Infrastruktur Untuk Mendukung Perkotaan
A. KP1 Transportasi Perkotaan
1 Sistem Angkutan Umum Massal 6 Kota Metropolitan

100 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Target RPJMN
No Indikator Pembangunan Baseline 2019
2020-2024
B. KP2 Infrastruktur Jalan Perkotaan
1 Jalan Lingkar tol dan non tol 30 kota
Jalan Layang (Flyover) dan terowongan bawah
2 23 lokasi
tanah (underpass)
Pengembangan Automatic Traffic Control
3 20 lokasi
System (ATCS)
C. KP4 Infrastruktur dan Ekosistem ICT Perkotaan
1 Jumlah kota yang terlayani teknologi 5G 30 kota
D. KP5 Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi (Air Limbah dan Sampah ) yang Layak dan Aman
di Perkotaan
Jumlah kawasan perkotaan prioritas dengan 7 Wilayah
penyediaan dan penyelenggaraan akses air Metropolitan, 3
1
minum dan air limbah yang aman dan andal Wilayah Metropolitan
(Kab/Kota) Baru, 4 Kota Baru
E. KP6 Penyediaan Akses Perumahaan dan Permukiman Layak, Aman dan Terjangkau di
Perkotaan
Jumlah kawasan permukiman kumuh di perkotaan
1 10 kawasan
yang ditangani melalui peremajaan kota

* capaian kumulatif tahun 2015-2018


** estimasi capaian tahun 2019
*** termasuk 10 metropolitan prioritas
**** data capaian SPM berdasarkan PP No. 2/2018 belum tersedia. Data yang tersedia adalah capaian SPM
berdasarkan PP No. 65/2005 yaitu sebesar 52%
*****indikator baru 2020-2024

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 101


4. Major Projects
Kegiatan prioritas dalam tujuh wilayah pulau dan d. Penguatan Jaminan Usaha serta 350
kepulauan diuraikan dalam bentuk Proyek Prioritas Korporasi Petani dan Nelayan;
Nasional (Pro PN) dan Proyek Prioritas K/L (Pro K/L). e. Pembangunan Energi Terbarukan B100
Untuk beberapa Proyek Prioritas Nasional (Pro PN) Berbasis Kelapa Sawit;
dan Proyek Prioritas K/L (Pro K/L) ada yang sifatnya f. Be Creative District di Maja, Rangkasbitung,
strategis dan menjadi unggulan atau yang dikenal dan Karawang;
sebagai Major Projects. Berikut daftar Major g. Revitalisasi Tambak di Kawasan Sentra
Projects dalam rancangan awal RPJMN 2020-2024. Produksi Udang dan Bandeng;
1. Major Project dalam rangka memperkuat h. Integrasi Pelabuhan Perikanan dan Fish
ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang Market Bertaraf Internasional.
berkualitas, yaitu: 2. Major Project dalam rangka mengembangkan
a. Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Prioritas: Makanan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan
dan Minuman, Tekstil dan Pakaian Jadi, menjamin pemerataan, yaitu:
Otomotif, Elektronik, Kimia dan Farmasi; a. Pembangunan Batam-Bintan;
b. 8 Destinasi Pariwisata Unggulan: Danau b. Pengembangan Wilayah Metropolitan (WM
Toba, Borobudur Dskt, Lombok, Labuan Palembang, WM Banjarmasin, WM Denpasar,
Bajo, Bromo-Tengger-Semeru, Wakatobi, WM Makassar);
Likupang, dan Revitalisasi Bali; c. Pembangunan Kota Baru: (Maja, Tanjung
c. 9 Kawasan industri di luar Jawa dan 31 Selor, Sofifi, Sorong)
smelter; d. Pembangunan Ibu Kota Negara

102 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


e. Pemulihan Pasca Bencana Daerah i. Kereta Api Makassar-Pare Pare
Terdampak di Kota Palu dan sekitarnya, j. Jalan Tol Trans Sumatera Aceh-Lampung;
Pulau Lombok dan sekitarnya, serta Kawasan k. Kereta Api Kecepatan Tinggi Pulau Jawa
Pesisir Selat Sunda (Jakarta-Semarang da Jakarta-Bandung);
f. Wilayah Adat: Laa Pago dan Domberay; l. Pembangunan Jembatan Udara 41 Rute di
g. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN Papua;
Paloh Aruk, PKSN Nunukan, PKSN Atambua, m. Jalan Trans/Lingkar pada 18 Pulau Terluar/
PKSN Kafemenanu, PKSN Jayapura, PKSN Tertinggal;
Merauke). n. Sistem Angkutan Umum Massal Perkotaan di
3. Major Project dalam rangka meningkatkan SDM 6 Wilayah Metropolitan: Jakarta, Surabaya,
berkualitas dan berdaya saing, yaitu: Bandung, Medan, Semarang, dan Makasar;
a. Percepatan Penurunan Kematian Ibu dan o. Pengembangan Infrastruktur Gas Kota;
Stunting; p. Penyelesaian Program 35.000 MW;
b. Pembangunan Science Technopark q. Revitalisasi Kilang Minyak (Balikpapan,
(optimalisasi Triple Helix di empat major Cilacap, Balongan, Dumai) dan Pembangunan
universitas); dua Kilang Baru (Tuban & Bontang);
c. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan r. Pembangunan Pipa Gas Bumi Trans
Vokasi untuk Industri 4.0; Kalimantan;
d. Integrasi Bantuan Sosial Menuju Skema s. Infrastruktur Teknologi Informasi dan
Perlindungan Sosial Menyeluruh (5T); Komunikasi (TIK) untuk Mendukung
e. Digitalisasi dan Integrasi Bantuan Sosial Transformasi Digital
4. Major Project dalam rangka memperkuat 5. Major Project dalam rangka membangun
infrastruktur untuk mendukung pengembangan lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan
ekonomi dan pelayanan dasar, yaitu: bencana, dan perubahan iklim, yaitu:
a. Rumah Susun Perkotaan (1 juta); a. Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah
b. Akses Sanitasi (Air Limbah Domestik) Layak Bahan Berbahaya dan Beracun B3 Medis
dan Aman (90% Rumah Tangga); dan Pengolahan Limbah (B3) Terpadu;
c. Akses Air Minum Perpipaan (10 Juta b. Penguatan Sistem Mitigasi Multi Ancaman
Sambungan Rumah) Bencana Terpadu
d. Pengelolaan Citarum Harum; 6. Major Project dalam rangka memperkuat
e. Perluasan Distribusi Air Bersih di Seluruh stabilitas Polhukhankam dan transformasi
Wilayah; pelayanan publik, yaitu:
f. Pengelolaan Terpadu Pesisir Pantai Utara a. Pembentukan National Cybersecurity
Pulau Jawa: Jalan Tol Semarang-Demak Operation Center (NSOC) dan 121 Security
Terintegrasi Tanggul Laut; Operation Center (SOC) dan Cyber Security
g. Pengembangan Waduk Multiguna dan Incident Response Team (CSIRT).
Modernisasi Irigasi;
h. Jaringan 7 Pelabuhan Utama Laut Terpadu ;

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 103


Arahan Pembangunan Wilayah
1. Arah Pembangunan Wilayah Pulau Papua

Percepatan pembangunan wilayah Pulau Papua Raya, Sarmi, Jayapura, dan Keerom; (3) WA Mee
berlandaskan pada pendekatan budaya dan Pago meliputi Kabupaten Nabire, Intan Jaya,
kontekstual Papua yang tercermin melalui strategi Paniai, Dogiyai, Deiyai, dan Mimika; (4) WA Anim
dan kebijakan pembangunan yang berbasis Ha meliputi Kabupaten Asmat, Merauke, Mappi,
ekologis dan wilayah adat (WA). Adapun distribusi dan Boven Digoel; serta (5) WA Saereri meliputi
Wilayah Adat di Pulau Papua terdiri atas lima Kabupaten Supiori, Biak Numfor, Kepulauan Yapen,
wilayah adat (WA) di Provinsi Papua dan dua WA dan Waropen. Sementara itu, WA di Provinsi Papua
di Provinsi Papua Barat. Wilayah Adat di Provinsi Barat adalah: (1) WA Domberay yang meliputi Kota
Papua adalah: (1) WA Laa Pago meliputi Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong, Raja Ampat, Tambrauw,
Puncak, Puncak Jaya, Tolikara, Mamberamo Maybrat, Sorong Selatan, Pegunungan Arfak,
Tengah, Lanny Jaya, Nduga, Jayawijaya, Yalimo, Manokwari, Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, dan
Yahukimo, dan Pegunungan Bintang; (2) WA Mamta Teluk Wondama; serta (2) WA Bomberay meliputi
meliputi Kota Jayapura, Kabupaten Mamberamo Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana.

Gambar 3.3. Peta Wilayah Adat di Pulau Papua

Raja Ampat

Kota Sorong
WA Saireri
Tambrauw Manokwari Supiori
Biak Numfor
Peg.
WA Mamta/Tabi
Sorong Maybrat
Arfak
Manokwari Selatan
Yapen
Sorong Selatan Teluk Bintuni

Teluk
Sarmi Kota Jayapura
Wondama Mamberamo
WA Domberai Waropen Raya

Jayapura
Fakfak
Keerom
Intan
Kaimana Puncak Tolikara Mamberamo
Nabire Jaya
Puncak Jaya Tengah Yalimo
WA Bomberai Dogiyai Paniai Lanny
Deiyai Jaya Jayawijaya
WA Laa Pago
mimika Nduga Yahukimo Peg.
Bintang

KPE Bomberai WA Meepago


asmat

KPE Domberai
Boven Digoel
KPE Saireri
KPE Meepago Mappi

KPE Mamta/Tabi
WA Anim Ha
KPE Laa Pago
KPE Anim Ha Merauke

104 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pembangunan wilayah Papua juga dilandasi 4. Potensi kawasan pariwisata berbasis alam dan
dengan kerangka Otonomi Khusus yang memuat budaya belum dikembangkan dengan baik;
prinsip keberpihakan, afirmasi, perlindungan, 5. Potensi bencana yang relatif tinggi dan
percepatan pembangunan, pemerataan distribusi belum sepenuhnya diantisipasi dengan upaya
pembangunan, pemberdayaan, dan keberlanjutan kesiapsiagaan, mitigasi, dan adaptasi yang
lingkungan. Untuk itu, pendekatan kultur menjadi komprehensif.
faktor strategis dalam kerangka manajemen 6. Infrastruktur dan layanan dasar yang masih
otonomi khusus yang inklusif. Nilai inklusif dalam terbatas;
pembangunan tercermin dari proses pembangunan 7. Ketahanan fisik dan sosial kota masih rentan
Papua yang terbuka (open governance), partisipatif, atas perubahan iklim, bencana dan polusi, dan
dan kolaboratif dalam pelayanan dasar di seluruh juga rentan terhadap kesenjangan social dan
pelosok Pulau Papua. kemiskinan perkotaan; dan
8. Pelayanan SPM yang masih perlu ditingkatkan.
Wilayah Pulau Papua berada di jalur besar gempa
bumi yaitu di Zona Sesar Sorong yang merupakan Oleh sebab itu, arah kebijakan pembangunan wilayah
salah satu sesar yang aktif pergerakannya. Wilayah Pulau Papua diarahkan untuk pada pembangunan
Papua juga memiliki bentang alam sungai-sungai berbasiskan kearifan lokal dengan mengoptimalkan
besar dengan kondisi topografi wilayah bervariasi, otonomi khusus. Pengembangan wilayah secara
mulai dari dataran rendah berawa sampai dataran umum bertumpu pada pengolahan sumber daya
tinggi yang dipenuhi dengan hutan hujan tropika, alam yang dihasilkan dari sentra produksi perikanan
padang rumput dan lembah. Dilihat dari kondisi di Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) dan
tersebut, wilayah Pulau Papua rentan terhadap sentra produksi pertanian dan perkebunan yang
bencana. Berdasarkan data kejadian bencana di tersebar di beberapa Kawasan Perdesaan Prioritas
wilayah Pulau Papua dalam kurun waktu 5 tahun Nasional (KPPN), Pusat Kegiatan Strategis Nasional
terakhir, terdapat 5 jenis kejadian bencana yang (PKSN) dan kawasan transmigrasi. Selanjutnya,
terjadi, yaitu banjir, gelombang ekstrim dan abrasi, pengolahan sumber daya alam berupa perkebunan,
gempa bumi, tanah longsor dan cuaca ekstrim. Dari pertambangan, dan perikanan yang difokuskan
kelima kejadian bencana tersebut, bencana banjir pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta
dan gempa bumi adalah bencana yang paling pengolahan pupuk dan petrokimia yang difoksukan
sering terjadi dan mengakibatkan banyak kerugian. pada Kawasan Industri (KI). Outlet untuk komoditas
mentah maupun barang hasil olahan di Pulau Papua
Isu strategis pembangunan Pulau Papua secara direncanakan berlokasi di pelabuhan hub Sorong.
umum adalah berikut:
1. Optimalisasi pelaksanaan Otonomi Khusus Selain pengembangan ekonomi berbasis
Papua dan kapasitas pemerintahan daerah yang sumber daya alam, dikembangkan juga kawasan
perlu ditingkatkan, serta pengembangan wilàyah strategis prioritas berbasis pariwisata, yaitu
adat dalam mendukung perekonomian wilayah; Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), dan Kota
2. Pengembangan industri skala kecil menengah Baru. Secara khusus, kearifan lokal juga diadopsi
berbasis sumber daya alam belum optimal; dalam pembangunan Papua melalui pendekatan
3. Konektivitas yang memadai dan terintegrasi pengembangan wilayah adat.
masih belum terwujud;

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 105


Secara rinci, strategi pembangunan Pulau Papua 9. Membangun desa secara terpadu yang
meliputi: mencakup pengembangan desa wisata, desa
1. Mengembangkan sentra produksi pertanian, digital dan produk unggulan desa; transformasi
perkebunan, dan perikanan; ekonomi desa dan peningkatan peran badan
2. Mengembangkan destinasi pariwisata alam usaha milik desa; perbaikan pelayanan dasar
dan budaya; air minum, sanitasi dan listrik desa; peningkatan
3. Mengembangkan pusat-pusat pengembangan kapasitas aparatur desa dalam hal pemanfaatan
ekonomi lokal utama sesuai dengan sosio- dana desa dan tata kelola aset desa; penguatan
antropologis masyarakat; pendamping desa dan peran serta masyarakat
4. Mengembangkan konektivitas antarmoda yang desa yang inklusif; serta penetapan batas desa;
terintegrasi antara moda transportasi laut, darat, 10. Optimalisasi SDM Unggul Orang Asli Papua
dan udara; dalam Badan Usaha Milik Negara dan
5. Meningkatkan kualitas SDM khususnya Kementerian/Lembaga; dan
sekolah berpola asrama, pendidikan vokasional 11. Penguatan koordinasi Kementerian/Lembaga
pertanian, perkebunan, dan perikanan, serta dalam perencanaan dan implementasi
pemerataan layanan kesehatan, dan asrama pembangunan di Tanah Papua.
mahasiswa nusantara;
6. Mengoptimalkan dan menata pelaksanaan Dalam rangka mendukung keberlanjutan
otonomi khusus: meningkatkan kapasitas lingkungan, maka beberapa kaidah pembangunan
pemerintahan daerah, mempercepat rendah karbon yang dilaksanakan di wilayah Pulau
penerapan SPM, memberdayakan masyarakat Papua adalah sebagai berikut:
adat, mempercepat pembangunan kawasan 1. Mengoptimalkan upaya rehabilitasi hutan dan
kampung, menguatkan peran distrik atau lahan untuk mempertahankan luas tutupan hutan
kecamatan, menguatkan kerjasama antar dan mengkonservasi sumber daya air;
kabupaten di masing-masing wilayah adat (7 2. Mengupayakan konservasi dan perlindungan
wilayah adat), dan mempercepat pembangunan kawasan hutan;
kawasan perbatasan, serta pembangunan istana 3. Mengembangkan energi baru terbarukan;
kepresidenan; 4. Mengoptimalkan pengelolaan sampah dan
7. Mengurangi kesenjangan antarwilayah antara limbah bahan berbahaya beracun secara
pesisir dan pegunungan; terpadu;
8. Mengarusutamakan penanggulangan bencana 5. Mengembangkan sarana dan prasarana
dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan transportasi massal;
kepada peningkatan investasi mitigasi struktural 6. Menegakkan hukum atas kejahatan di bidang
dan non struktural serta adaptasi masyarakat sumber daya alam dan lingkungan hidup; dan
terhadap perubahan iklim di daerah rawan 7. Menerapkan kaidah ekowisata berkelanjutan
bencana berbasis kearifan lokal masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata.
khususnya kawasan DAS serta pantai utara
Pulau Papua;

106 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.4 Peta Proyeksi Daya Dukung Lingkungan Pulau Papua Tahun 2025

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Pulau Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang
Papua yang ditargetkan sebesar 5,4 % (2020) – 9,0 ada di wilayah Pulau Papua adalah sebagai berikut:
% (2024), maka diidentifikasi komoditas unggulan 1. WPP 717, yang meliputi Perairan Teluk
Pulau Papua yang meliputi pala, kakao, sagu, kopi, Cenderawasih dan Samudera Pasifik dengan
kelapa, karet, emas, tembaga, batubara, minyak potensi produksi 1.054,7 ribu ton dan produksi
dan gas bumi, serta perikanan tangkap, dengan eksisting mencapai 86,5 ribu ton (8,2%); dan
sentra produksi yang tersebar di setiap provinsi 2. WPP 718, yang meliputi Laut Aru, Laut Arafuru,
sebagai berikut: dan Laut Timor bagian Timur dengan potensi
1. Provinsi Papua: kakao, sagu, kopi, kelapa, karet, produksi 2.637,6 ribu ton dan produksi eksisting
emas, tembaga, dan perikanan tangkap; dan mencapai 153,9 ribu ton (5,8%).
2. Provinsi Papua Barat: pala, kelapa, sagu,
batubara, minyak dan gas bumi, serta perikanan Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas
tangkap. pengembangan kawasan berbasis sumber daya

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 107


Gambar 3.5 Peta Sebaran Komoditas Unggulan di Wilayah Papua

alam pada koridor pertumbuhan dan pemerataan, 5. Kawasan Transmigrasi Werianggi Werabur
maka dikembangkan kawasan strategis prioritas di Kabupaten Teluk Wondama, Kawasan
yang terdiri dari: Transmigrasi Bomberay-Tomage di Kabupaten
1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong; Fak-Fak, Kawasan Transmigrasi Senggi di
2. Kawasan Industri (KI) Teluk Bintuni; Kabupaten Keerom, Kawasan Transmigrasi Salor
3. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) dan Kawasan Transmigrasi Muting di Kabupaten
Biak, Timika, dan Merauke; Merauke; dan
4. Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) 6. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Tanah
Jayapura, Manokwari, Raja Ampat, dan Merauke; Merah, PKSN Jayapura, dan PKSN Merauke.

108 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sedangkan untuk mendorong pengembangan 2. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru Raja
kawasan berbasis non-sumber daya alam, kawasan Ampat
strategis prioritas yang dikembangkan adalah: 3. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru Biak –
1. Kota Baru Sorong; dan Teluk Cenderawasih.

Gambar 3.6 Peta Sebaran Kawasan Strategis Prioritas di Wilayah Papua

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 109


Selain itu, dalam rangka meningkatkan untuk mendorong pengembangan komoditas
perekonomian lokal, terdapat strategi unggulan. Adapun lingkup wilayah adat dan strategi
pengembangan masing-masing wilayah adat pengembangannya tercantum pada tabel berikut:

Tabel 3.7 Lingkup Wilayah Adat dan Strategi Pengembangannya

Wilayah Adat Kabupaten/Kota Strategi Pengembangan

Kabupaten Puncak, Puncak Jaya,


Strategi pengembangan ekonomi
Tolikara, Mamberamo Tengah, Lanny
Laa Pago menjadi bagian dari Major Project
Jaya, Nduga, Jayawijaya, Yalimo,
Wilayah Adat Laa Pago.
Yahukimo, dan Pegunungan Bintang

Hilirisasi industri perikanan, industri


Kabupaten Supiori, Biak Numfor, pengalengan ikan dan industri pariwisata
Saireri
Kepulauan Yapen, dan Waropen budaya dan bahari Kepulauan Padaido
dan Kepulauan Ambai

Hilirisasi industri sagu, kelapa, kakao


Kota Jayapura, Kabupaten Mamberamo
Mamta dan pengembangan pariwisata Danau
Raya, Sarmi, Jayapura, dan Keerom
Sentani dan wisata bahari

Hilirisasi industri pertambangan, sagu,


Kabupaten Nabire, Intan Jaya, Paniai,
Mee Pago perkebunan kelapa sawit, kopi dan
Dogiyai, Deiyai, dan Mimika
pariwisata Danau Paniai

Kabupaten Asmat, Merauke, Mappi, dan Hilirisasi industri tebu, sagu, perikanan,
Anim Ha
Boven Digoel industri pangan dan industri peternakan

Hilirisasi industri pala, peternakan dan


Bomberay Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana pariwisata budaya dan bahari Teluk
Triton

Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Raja


Ampat, Tambrauw, Maybrat, Sorong Strategi pengembangan ekonomi
Domberay Selatan, Pegunungan Arfak, Manokwari, menjadi bagian dari Major Project
Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, dan Wilayah Adat Domberay.
Teluk Wondama

110 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pengembangan kawasan strategis prioritas tersebut, informatika; pengairan dan irigasi; serta perumahan
selain didukung dengan pengembangan outlet dan permukiman. Uraian rinci pembangunan
pelabuhan hub Pelabuhan Sorong, sebagaimana infrastruktur tersebut terdapat pada lampiran matriks
disebutkan sebelumnya, juga didukung infrastruktur pembangunan kewilayahan dan lampiran peta arah
transportasi; energi, telekomunikasi dan pembangunan per pulau.

Gambar 3.7 Peta Rencana Jaringan Transportasi Wilayah Pulau Papua 2024

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 111


Gambar 3.8 Peta Rencana Jaringan Telekomunikasi dan Sumber Energi Wilayah Pulau Papua 2024

Selain infrastruktur, pengembangan kawasan wilayah ditargetkan sebanyak 15 unit yang tersebar
sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat dan mendukung pemenuhan kebutuhan tenaga
bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan kerja di sektor prioritas yang meliputi: tenaga presisi
kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan tekstil, petani subsisten, buruh konstruksi gedung,
sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan dan manajer umum perdagangan.
(SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai
Latihan Kerja (BLK). Di samping memacu pertumbuhan, pembangunan
wilayah Pulau Papua juga harus memperhatikan
Pengembangan SMK di wilayah Papua secara aspek pemerataan pelayanan dasar, yang meliputi:
keseluruhan berjumlah 35 SMK yang mendukung 1. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan
sektor energi, industri, industri kreatif, kemaritiman, dengan lokus prioritas yaitu 31 kecamatan lokasi
dan pariwisata. Adapun pengembangan BLK di prioritas di Provinsi Papua dan 3 kecamatan

112 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.9 Sebaran BLK di Wilayah Pulau Papua

Legenda
Sebaran Balai Latihan Kerja (BLK)

Gambar 3.10 Peta Jenis dan Jumlah SMK di Pulau Papua

Papua Barat:
Agribisnis dan Agroteknologi: 1
Energi dan Pertambangan: 1
Kemaritiman: 2
Pariwisata: 4
Teknologi dan Rekayasa: 7

Papua:
Agribisnis dan Agroteknologi: 8
Kemaritiman: 1
Pariwisata: 5
Teknologi dan Rekayasa: 14

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 113


lokasi prioritas di Provinsi Papua Barat Kepulauan Yapen, Kab. Jayapura, Kab. Nabire,
2. Penanganan stunting dengan lokasi fokus dan Kab. Waropen) dan Provinsi Papua Barat
prioritas mencakup seluruh kabupaten/kota di (Kab. Pegunungan Arfak, Kab. Maybrat, Kab.
Provinsi Papua dan Papua Barat; Manokwari Selatan, Kab. Sorong Selatan, Kab.
3. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh Tambrauw, Kab. Manokwari, Kab. Raja Ampat,
provinsi wilayah Papua; Kab. Teluk Wondama, Kab. Kaimana, dan Kab.
4. Peningkatan alokasi untuk percepatan Teluk Bintuni);
pemberantasan buta aksara bagi penduduk 8. Penyediaan akses air minum dan sanitasi untuk
usia produktif (15-59 tahun) di Provinsi Papua mencapai target 2024 berupa: sanitasi layak
sejumlah 178.500 orang; dan aman sebesar 43% di Provinsi Papua dan
5. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat 88% di Provinsi Papua Barat; akses penanganan
sasaran melalui Program Keluarga Harapan, sampah sebesar 83% baik di Provinsi Papua
Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia maupun Papua Barat, serta akses air minum
Sehat untuk mencapai target kemiskinan tahun layak sebesar 100% di Provinsi Papua dan di
2024 yaitu 19,98% di Provinsi Papua, dan 16,05% Provinsi Papua Barat;
di Provinsi Papua Barat; 9. Penyediaan akses bagi rumah tangga untuk
6. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan menempati hunian layak menjadi 39,6% rumah
(NIK) dengan target prioritas yang meliputi tangga di Provinsi Papua dan 86,1% rumah
Provinsi Papua (Kab. Puncak, Kab. Tolikara, tangga di Provinsi Papua Barat pada 2024;
Kab. Deiyai, Kab. Nduga, Kab. Yahukimo, Kab. 10. Percepatan pembangunan daerah tertinggal
Puncak Jaya, Kab. Yalimo, Kab. Intan Jaya, dengan fokus pada pemenuhan pelayanan dasar,
Kab. Dogiyai, Kab. Paniai, Kab. Asmat, Kab. peningkatan konektivitas dan pengembangan
Mamberamo Jaya, Kab. Pegunungan Bintang, infrastruktur termasuk jariingan layanan/akses
Kab. Mappi, Kab. Jayawijaya, Kab. Waropen, internet di 22 kabupaten tertinggal di Provinsi
Kab. Biak Numfor, Kab. Sarmi, Kab. Mimika, Papua dan 8 kabupaten tertinggal di Provinsi
Kab. Jayapura, Kab. Kepulauan Yapen, Kab. Papua Barat. Dari 22 kabupaten tertinggal di
Supiori, Kab. Nabire, Kab. Boven Digoel, dan Provinsi Papua, terdapat 20 kabupaten yang
Kab. Merauke) dan Provinsi Papua Barat (Kab. berada dalam koridor kewilayahan, antara lain:
Pegunungan Arfak, Kab. Kaimana, Kab. Raja a) koridor pertumbuhan: Keerom, Nabire, Boven
Ampat, Kab. Manokwari Selatan, Kab. Maybrat, Digoel, Deiyai, Jayawijaya, Paniai, Dogiyai, Intan
Kab. Sorong Selatan, Kab. Manokwari, dan Kab. Jaya, Puncak, Yalimo, Puncak Jaya, Pegunungan
Teluk Bintuni); Bintang, Tolikara; b) koridor pemerataan: Supiori,
7. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan Mappi, Mamberamo Raya, Mamberamo Tengah,
target prioritas meliputi Provinsi Papua (Kab. Lanny Jaya, Yahukimo, dan Nduga. Adapun 8
Lanny Jaya, Kab. Mamberamo Tengah, Kab. kabupaten tertinggal di Provinsi Papua Barat
Nduga, Kab. Deiyai, Kab. Intan Jaya, Kab. seluruhnya berada dalam koridor kewilayahan
Tolikara, Kab. Dogiyai, Kab. Asmat, Kab. yang terdiri atas: a) koridor pertumbuhan: Teluk
Mappi, Kab. Puncak, Kab. Mamberamo Raya, Wondama, Sorong, Tambrauw, Manokwari
Kab. Jayawijaya, Kab. Pegunungan Bintang, Selatan; b) koridor pemerataan: Teluk Bintuni,
Kab. Biak Numfor, Kab. Yahukimo, Kab. Maybrat, Sorong Selatan, dan Pegunungan
Puncak Jaya, Kab. Paniai, Kab. Supiori, Kab. Arfak; dan;
Boven Digoel, Kab. Yahlimo, Kab. Sarmi, Kab.

114 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.11 Peta Kualitas Cakupan Pelayanan Dasar Wilayah Papua 2024

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 115


11. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai
pelaku pembangunan lainnya terhadap 62 strategi pengembangan koridor pertumbuhan dan
daerah tertinggal yang telah terentaskan tahun pemerataan, maka dirancang Major Project di
2019, selama maksimal 3 tahun (2020 – 2022), wilayah Papua sebagai berikut (Gambar 3.12):
yang mana untuk Pulau Papua berlokasi di 5 1. Pengembangan Kota Baru Sorong;
kabupaten berikut, antara lain: a) Provinsi Papua: 2. Pusat Kegiatan Strategis Nasional: (a) PKSN
Merauke, Biak Numfor, Kepulauan Yapen, dan Jayapura dan (b) PKSN Merauke;
Sarmi; b) Provinsi Papua Barat: Raja Ampat; dan 3. Pengembangan Wilayah Adat Papua: (a)
12. Pemenuhan standar pelayanan minimal Domberay dan (b) Laa Pago;
kebencanaan melalui peningkatan kapasitas 4. Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu: Sorong;
pemerintah daerah, masyarakat, dan penyediaan 5. Jalan Trans pada Pulau Tertinggal, Terluar, dan
penyiapan logistik kebencanaan sesuai karakter Terdepan: P. Biak;
ancaman bencana di wilayah masing-masing 6. Pembangunan Jalan Trans Papua: Merauke-
terutama di kawasan strategis nasional yang Sorong; dan
memiliki risiko bencana tinggi. 7. Pembangunan Jembatan Udara di Papua.

Gambar 3.12. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Papua

5
1 4

3a

2a

3b

6 Pembangunan Jalan Trans Papua:


Merauke - Sorong

7 Pembangunan Jembatan 2b
Udara di Papua

116 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


2. Arah Pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku

Kepulauan Maluku terkenal dengan sumber daya juga rentan terhadap kesenjangan sosial dan
alam perkebunan dan perikanan. Dalam upaya kemiskinan perkotaan; dan
untuk lebih memacu pertumbuhan ekonomi wilayah, 7. Pelayanan SPM yang masih perlu ditingkatkan.
maka untuk lima tahun ke depan direncanakan
pengembangan kawasan pariwisata dan kawasan Oleh sebab itu, arah kebijakan pembangunan wilayah
industri guna optimalisasi potensi keindahan alam Kepulauan Maluku diarahkan untuk percepatan
dan sumber daya alam pertambangan yang ada di pertumbuhan dan pengembangan potensi wilayah
Kepulauan Maluku. dengan memantapkan perannya sebagai lumbung
perikanan nasional. Pengembangan wilayah secara
Wilayah Maluku merupakan wilayah kepulauan yang umum bertumpu pada pengolahan sumber daya
terdiri dari pulau-pulau kecil dan dikelilingi lautan alam yang dihasilkan dari sentra produksi perikanan
luas menyebabkan pengaruh iklim terhadap kondisi di Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) dan
wilayah sangat tinggi sehingga memiliki ancaman sentra produksi pertanian dan perkebunan yang
bencana banjir, gelombang ekstrim dan abrasi, tersebar di beberapa Kawasan Perdesaan Prioritas
gempa bumi, kekeringan, letusan gunung api, puting Nasional (KPPN), PKSN dan kawasan transmigrasi.
beliung (cuaca ekstrim), dan tanah longsor. Sekitar Selanjutnya, pengolahan sumber daya alam
86,7% kejadian bencana di wilayah Kepulauan logam berupa nikel juga dikembangkan dengan
Maluku merupakan bencana hidrometeorologi dan pembangunan Kawasan Industri (KI). Outlet untuk
bencana geologi sekitar 13,3%. Bencana gempa komoditas mentah maupun barang hasil olahan
bumi, banjir, dan tanah longsor mengakibatkan di Maluku direncanakan berlokasi di beberapa
dampak korban jiwa dan kerugian ekonomi yang pelabuhan feeder yang ada di Kepulauan Maluku.
paling besar dibandingkan bencana lainnya.
Selain pengembangan ekonomi berbasis sumber
Isu strategis pembangunan wilayah Kepulauan daya alam, dikembangkan juga kawasan strategis
Maluku secara umum adalah berikut: prioritas berbasis pariwisata, yaitu Destinasi
1. Pengembangan industri skala kecil menengah Pariwisata Prioritas (DPP)/Kawasan Ekonomi
berbasis sumberdaya alam belum optimal; Khusus (KEK), dan Kota Baru sebagai pemacu
2. Konektivitas yang memadai dan terintegrasi pertumbuhan ekonomi Wilayah Kepulauan Maluku.
masih belum terwujud (khusus Kepulauan
Maluku konektivitas intra-pulau dan inter-pulau Adapun strategi pembangunan wilayah Kepulauan
belum memadai); Maluku meliputi:
3. Potensi kawasan pariwisata berbasis alam dan 1. Mengembangkan komoditas unggulan Kakao,
budaya belum dikembangkan dengan baik; Kelapa, Pala, Cengkeh, Emas, Batubara, Minyak
4. Potensi bencana yang relatif tinggi dan dan Gas Bumi, Nikel, serta Perikanan Tangkap;
belum sepenuhnya diantisipasi dengan upaya 2. Mengembangkan hilirisasi komoditas unggulan
kesiapsiagaan, mitigasi, dan adaptasi yang yang berpotensi memiliki nilai tambah tinggi;
komprehensif; 3. Mengembangkan potensi pariwisata
5. Infrastruktur dan layanan dasar yang masih daerah sebagai salah satu motor penggerak
terbatas; pengembangan ekonomi lokal melalui sektor jasa;
6. Ketahanan fisik dan sosial kota masih rentan 4. Mengembangkan kawasan perikanan terpadu
atas perubahan iklim, bencana dan polusi, dan dan industri pengolahan hasil perikanan;

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 117


5. Menguatkan konektivitas antar pulau untuk Dalam rangka mendukung keberlanjutan
mendukung industri perikanan dan pariwisata; lingkungan, maka beberapa kaidah pembangunan
6. Percepatan penerapan SPM; rendah karbon yang dilaksanakan di wilayah
7. Mengarusutamakan penanggulangan bencana Kepulauan Maluku adalah sebagai berikut:
dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan 1. Meningkatkan fungsi dan daya dukung daerah
kepada peningkatan investasi mitigasi struktural aliran sungai;
dan non struktural serta adaptasi masyarakat 2. Mengupayakan konservasi dan perlindungan
terhadap perubahan iklim di daerah rawan habitat spesies kunci;
bencana berbasis kearifan lokal masyarakat; dan 3. Mengembangkan energi baru terbarukan;
8. Pembangunan desa terpadu yang mencakup 4. Mengoptimalkan pengelolaan sampah dan limbah
pengembangan desa wisata, desa digital dan bahan berbahaya beracun secara terpadu;
produk unggulan desa; transformasi ekonomi 5. Mengembangkan sarana dan prasarana
desa dan peningkatan peran badan usaha milik transportasi massal;
desa; perbaikan pelayanan dasar air minum, 6. Mengoptimalkan upaya reklamasi lahan bekas
sanitasi dan listrik desa; peningkatan kapasitas tambang;
aparatur desa dalam hal pemanfaatan dana 7. Menerapkan kaidah ekowisata berkelanjutan
desa dan tata kelola aset desa; penguatan dalam pengembangan kawasan wisata; dan
pendamping desa dan peran serta masyarakat 8. Memodernisasi kapal dan peralatan penangkap
desa yang inklusif; serta penetapan batas desa. ikan.

Gambar 3.13 Peta Proyeksi Daya Dukung Lingkungan Wilayah Kepulauan Maluku 2024

118 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi wilayah sebagai berikut:
Kepulauan Maluku yang ditargetkan sebesar 6,2% 1. Provinsi Maluku: pala, cengkeh, kelapa,
(2020) – 9,1% (2024), maka diidentifikasi komoditas batubara, emas, minyak dan gas bumi, serta
unggulan wilayah Kepulauan Maluku yang meliputi perikanan tangkap; dan
pala, cengkeh, kelapa, dan perikanan tangkap 2. Provinsi Maluku Utara: pala, cengkeh, kelapa,
dengan sentra produksi yang tersebar di provinsi kakao, batubara, dan perikanan tangkap dan nikel.

Gambar 3.14 Peta Sebaran Komoditas Unggulan di Wilayah Maluku

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 119


Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas
ada di wilayah Kepulauan Maluku adalah sebagai pengembangan kawasan berbasis sumber daya
berikut: alam pada koridor pertumbuhan dan pemerataan,
1. WPP 714, yang meliputi Teluk Tolo dan Laut maka dikembangkan kawasan strategis prioritas
Banda dengan potensi produksi 788,9 ribu ton yang terdiri dari:
dan produksi eksisting mencapai 812,0 ribu ton 1. Kawasan Industri (KI) Teluk Weda;
(102,9%); dan 2. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
2. WPP 715, yang meliputi Perairan Teluk Tomini, Morotai, Moa, dan Saumlaki;
Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram, dan 3. Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN)
Teluk Berau dengan potensi produksi 1.242,5 Maluku Tengah dan Morotai; dan
ribu ton dan produksi eksisting mencapai 870,2 4. Kawasan Transmigrasi Kobisonta di Kabupaten
ribu ton (70,0%). Maluku Tengah, Kawasan Transmigrasi

Gambar 3.15 Peta Sebaran Kawasan Strategis Prioritas di Wilayah Maluku

120 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pulau Mangoli di Kabupaten Kepulauan Sula Pengembangan kawasan strategis prioritas tersebut
dan Kawasan Transmigrasi Pulau Morotai di didukung dengan pelabuhan pengumpan (feeder)
Kabupaten Pulau Morotai. di Pelabuhan Ambon dan Pelabuhan Ternate.
5. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Disamping itu, dukungan infrastruktur transportasi;
Saumlaki energi, telekomunikasi dan informatika; pengairan
dan irigasi; serta perumahan dan permukiman juga
Sedangkan untuk mendorong pengembangan dibangun untuk mendukung kawasan strategis
kawasan berbasis non-sumber daya alam, kawasan prioritas tersebut. Uraian rinci pembangunan
strategis prioritas yang dikembangkan: infrastruktur tersebut terdapat pada lampiran
1. Kota Baru Sofifi; dan matriks pembangunan kewilayahan.
2. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)/ Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Morotai.

Gambar 3.16 Peta Rencana Jaringan Transportasi Kepulauan Maluku 2024

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 121


Gambar 3.17 Peta Rencana Jaringan Infrastruktur Telekomunikasi dan Infrastruktur Energi Kepulauan Maluku 2024

122 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Selain infrastruktur, pengembangan kawasan sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan
sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat (SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai
bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan Latihan Kerja (BLK).
kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan

Gambar 3.18 Peta Sebaran BLK di Wilayah Pulau Maluku

Legenda
Sebaran Balai Latihan Kerja (BLK)

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 123


Pengembangan SMK di wilayah Kepulauan Maluku listrik dan mesin di Maluku), konstruksi, pariwisata
secara keseluruhan berjumlah 52 SMK yang dan pertanian. Adapun pengembangan BLK
mendukung sektor agribisnis dan agroteknologi, ditargetkan sebanyak 6 unit yang tersebar dan
kemaritiman, pariwisata, dan teknologi dan mendukung pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di
rekayasa. Pengembangan perguruan tinggi yang sektor prioritas yang meliputi: tenaga presisi tekstil,
memiliki prodi vokasi dilakukan di 5 perguruan petani subsisten, buruh konstruksi gedung, serta
tinggi yang mendukung sektor industri (manufaktur manajer umum perdagangan.

Gambar 3.19 Jenis dan Jumlah SMK di Kepulauan Maluku

Maluku Utara:
Agribisnis dan Agroteknologi: 6
Kemaritiman: 5
Pariwisata: 1
Teknologi dan Rekayasa: 25

Maluku:
Agribisnis dan Agroteknologi: 9
Kemaritiman: 13
Pariwisata: 2
Teknologi dan Rekayasa: 8

124 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Disamping memacu pertumbuhan, pembangunan sampah sebesar 83% baik di Provinsi Maluku
wilayah Kepulauan Maluku juga harus memperhatikan maupun Provinsi Maluku Utara; serta akses air
aspek pemerataan pelayanan dasar, yang meliputi: minum layak sebesar 100% di Provinsi Maluku
1. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan dan di Provinsi Maluku Utara;
dengan lokus prioritas yaitu 23 kecamatan lokasi 8. Penyediaan akses bagi rumah tangga untuk
prioritas di Provinsi Maluku dan 6 kecamatan menempati hunian layak menjadi 67,9% rumah
lokasi prioritas di Provinsi Maluku Utara. tangga di Provinsi Maluku dan 61,1% rumah
2. Penanganan stunting dengan lokasi fokus tangga di Provinsi Maluku Utara pada 2024;
prioritas pada tahun 2020 mencakup 6 kabupaten 9. Percepatan pembangunan daerah tertinggal
di Provinsi Maluku dan 4 kabupaten di Provinsi dengan fokus pada pemenuhan pelayanan dasar,
Maluku Utara yang selanjutnya secara bertahap peningkatan kapasitas sumber daya manusia,
akan diperluas ke seluruh Kabupaten/Kota di dan pengembangan ekonomi lokal berbasis
wilayah Maluku pada tahun 2023; komoditas unggulan dengan memanfaatkan
3. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh teknologi digital di 6 kabupaten tertinggal di
provinsi wilayah Kepulauan Maluku; Provinsi Maluku dan 2 kabupaten tertinggal di
4. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat Provinsi Maluku Utara. Dari 6 kabupaten tertinggal
sasaran melalui Program Keluarga Harapan, di Provinsi Maluku, terdapat 4 kabupaten yang
Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia termasuk dalam koridor kewilayahan, khususnya
Sehat untuk mencapai target kemiskinan tahun koridor pemerataan, antara lain: Buru Selatan,
2024, yaitu 15,19% di Maluku dan 4,38% di Kepulauan Aru, Maluku Barat Daya, dan Maluku
Provinsi Maluku Utara; Tenggara Barat. Sementara itu, untuk Provinsi
5. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan Maluku Utara, kabupaten tertinggal yang termasuk
(NIK) dengan target prioritas meliputi Provinsi dalam koridor kewilayahan adalah Kepulauan
Maluku (Kab. Seram Bagian Timur, Kab. Maluku Sula yang berada pada koridor pemerataan.
Barat Daya, Kab. Maluku Tenggara Barat, Kab. 10. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta
Seram Bagian Barat, Kab. Buru, Kab. Maluku pelaku pembangunan lainnya terhadap 62
Tengah, Kab. Kepulauan Aru, dan Kab. Buru daerah tertinggal yang telah terentaskan tahun
Selatan) dan Provinsi Maluku Utara (Kab. 2019, selama maksimal 3 tahun (2020 – 2022),
Halmahera Selatan, Kab. Halmahera Utara, Kab. yang mana untuk Pulau Maluku berlokasi di
Pulau Mortai, dan Kab. Pulau Taliabu); 6 kabupaten berikut, antara lain: a) Provinsi
6. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan Maluku: Buru dan Maluku Tengah; b) Provinsi
target prioritas meliputi Provinsi Maluku (Kab. Maluku Utara: Pulau Morotai, Halmahera Barat,
Seram Bagian Timur, Kab. Maluku Barat Daya, Halmahera Selatan, dan Halmahera Timur.
Kab. Maluku Tenggara Barat, Kab. Seram Bagian 11. Pemenuhan standar pelayanan minimal
Barat, Kab. Maluku Tenggara, Kab. Maluku kebencanaan melalui peningkatan kapasitas
Tengah, Kab. Kepulauan Aru, Kab. Buru Selatan, pemerintah daerah, masyarakat, dan logistik
dan Kota Tual) dan Provinsi Maluku Utara (Kab. kebencanaan terutama pada daerah Kota
Halmahera Selatan, Kab. Halmahera Utara, Kab. Ambon, Kota Ternate, Kab. Seram Bagian
Pulau Morotai, dan Kab. Pulau Taliabu); Barat, Kab. Seram Bagian Timur, Kab. Maluku
7. Penyediaan akes air minum dan sanitasi untuk Tengah, Kab. Maluku Tenggara, Kab. Buru, Kab.
mencapai target 2024 berupa: sanitasi layak dan Halmahera Utara, Kab. Halmahera Timur, Kab.
aman sebesar 77% di Provinsi Maluku dan 75% Tidore, Kab. Pulau Morotai, dan Kab. Sula.
di Provinsi Maluku Utara; akses penanganan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 125


Gambar 3.20 Peta Cakupan Pelayanan Dasar Wilayah Kepulauan Maluku

126 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai 2. Pengembangan Kota Baru Sofifi; dan
strategi pengembangan koridor pertumbuhan dan 3. Pembangunan Jalan Trans pada Pulau
pemerataan, maka dirancang Major Project di Tertinggal, Terluar, dan Terdepan: (a) P. Morotai,
wilayah Kepulauan Maluku adalah sebagai berikut (b) P. Seram, (c) P. Buru, (d) P. Wetar, (e) P. Moa,
(Gambar 3.21): (f) P. Babar, (g) P. Selaru, (h) P. Aru, dan (i) P.
1. Pelabuhan Perikanan dan Fish Market yang Kei Besar.
Terintegrasi Bertaraf Internasional;

Gambar 3.21. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Maluku

3a

3b
3c 1
2b

3i

3h

3d 3f
3e 3g

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 127


3. Arah Pembangunan Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara

Kepulauan Nusa Tenggara yang memiliki basis 5. Infrastruktur dan layanan dasar perkotaan
sumber daya alam perkebunan dan pertanian yang masih terbatas;
secara umum masih belum menunjukkan 6. Penerapan SPM yang masih perlu ditingkatkan;
perkembangan ekonomi yang optimal. Oleh sebab 7. Ketahanan fisik dan sosial kota masih rentan
itu, pengembangan sektor pertumbuhan alternatif, atas perubahan iklim, bencana dan polusi, dan
dalam hal ini pariwisata, perlu dipacu. Dalam lima juga rentan terhadap kesenjangan sosial dan
tahun ke depan, pengembangan kawasan pariwisata kemiskinan perkotaan; dan
tersebut akan menjadi fokus pembangunan. 8. Masih terdapat pelanggaran perbatasan,
sengketa batas, dan aktivitas ilegal di perbatasan
Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara merupakan negara.
zona tektonik kompleks pertemuan tiga lempeng
aktif (lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, Oleh sebab itu, Arah Kebijakan pembangunan
dan lempeng Pasifik) sehingga menyebabkan wilayah Kepulauan Nusa Tenggara diarahkan
aktivitas seismik dan vulkanik yang sangat tinggi. agar mempercepat pertumbuhan wilayah.
Beberapa gempa besar pernah terjadi di wilayah Pengembangan wilayah secara umum bertumpu
Kepulauan Nusa Tenggara dan diantaranya diikuti pada pengolahan sumber daya alam yang
dengan terjadinya tsunami, salah satunya yaitu dihasilkan dari sentra produksi perikanan di
kejadian gempa bumi dan tsunami Pulau Lombok Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) dan
dan Sekitarnya dengan magnitudo M7.0 pada sentra produksi peternakan dan perkebunan yang
tahun 2018 akibat aktivitas “megathrust” Sesar Naik tersebar di beberapa Kawasan Perdesaan Prioritas
Busur Belakang Flores (Flores Back Arc Thrust) Nasional (KPPN), PKSN dan kawasan transmigrasi.
yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta Selanjutnya outlet untuk komoditas mentah
benda cukup besar. Wilayah Kepulauan Nusa maupun barang hasil olahan di Nusa Tenggara
Tenggara juga memiliki potensi bahaya bencana direncanakan berlokasi di pelabuhan feeder yang
hidrometeorologis yang tinggi seperti banjir dan ada di Kepulauan Nusa Tenggara.
kekeringan. Selain itu, guncangan akibat gempa
bumi dan kondisi curah hujan rata-rata yang tinggi Selain pengembangan ekonomi berbasis
juga dapat menimbulkan potensi bahaya bencana sumber daya alam, dikembangkan juga kawasan
longsor. strategis prioritas berbasis pariwisata, yaitu
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) dan/atau
Isu strategis pengembangan Wilayah Nusa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai pemacu
Tenggara secara umum adalah berikut: pertumbuhan ekonomi Wilayah Kepulauan Nusa
1. Pengembangan industri berbasis sumber Tenggara.
daya alam belum optimal;
2. Konektivitas intrapulau dan interpulau yang Adapun strategi pembangunan Kepulauan Nusa
memadai belum terwujud; Tenggara meliputi:
3. Upaya pengembangan destinasi pariwisata 1. Mengembangkan destinasi pariwisata alam
berbasis alam dan budaya masih rendah; dan budaya;
4. Potensi bencana yang relatif tinggi dan belum 2. Mengembangkan sentra budidaya peternakan,
sepenuhnya diantisipasi dengan upaya mitigasi perikanan, dan perkebunan;
dan adaptasi yang komprehensif. 3. Mendorong industri kreatif berbasis budaya;

128 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


4. Meningkatkan pendidikan vokasional desa dan peningkatan peran badan usaha milik
pariwisata, perikanan, dan perkebunan; desa; perbaikan pelayanan dasar air minum,
5. Menguatkan konektivitas antarwilayah untuk sanitasi dan listrik desa; peningkatan kapasitas
mendukung industri perikanan, peternakan, dan aparatur desa dalam hal pemanfaatan dana
pariwisata; desa dan tata kelola asset desa; penguatan
6. Meningkatkan peran dan efisiensi pelayanan kota pendamping desa dan peran serta masyarakat
besar, menengah, dan kecil untuk meningkatkan desa yang inklusif; serta penetapan batas desa.
sinergi pembangunan perkotaan dan
perdesaan; Dalam rangka mendukung keberlanjutan
7. Mengarusutamakan penanggulangan bencana lingkungan, maka beberapa kaidah pembangunan
dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan rendah karbon yang dilaksanakan di wilayah
kepada peningkatan investasi mitigasi Kepulauan Nusa Tenggara adalah sebagai berikut:
struktural dan non struktural serta adaptasi 1. Optimalisasi upaya rehabilitasi hutan dan lahan
masyarakat terhadap perubahan iklim di untuk mempertahankan luas tutupan hutan dan
daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal mengkonservasi sumber daya air;
masyarakat khususnya kawasan utara dan 2. Pengembangan energi baru terbarukan;
selatan Kepulauan Nusa Tenggara dengan tetap 3. Optimalisasi pengelolaan sampah dan limbah
memperhatikan pemulihan pascabencana bahan berbahaya beracun secara terpadu;
Pulau Lombok dan Sekitarnya. 4. Pengembangan sarana dan prasarana
8. Mempercepat penerapan SPM; transportasi massal untuk mendukung
9. Menguatkan kemampuan pertahanan dan pengembangan kawasan wisata dan
keamanan di kawasan perbatasan negara; dan pengurangan emisi GRK;
10. Pembangunan desa terpadu yang mencakup 5. Menerapkan kaidah-kaidah ekowisata dan
pengembangan desa wisata, desa dijital dan pariwisata berkelanjutan dalam pengembangan
produk unggulan desa; transformasi ekonomi kawasan pariwisata.

Gambar 3.22 Peta Proyeksi Daya Dukung Lingkungan Wilayah Pulau Nusa Tenggara tahun 2025

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 129


Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Kepulauan 598,6 ribu ton (50,8%); dan
Nusa Tenggara yang ditargetkan sebesar 4,7% 3. WPP 714, yang meliputi Teluk Tolo dan Laut
(2020) – 7,5% (2024), maka diidentifikasi komoditas Banda dengan potensi 788,9 ribu ton dan
unggulan Kepulauan Nusa Tenggara yang meliputi produksi perikanan eksisting 812,0 ribu ton
jambu mete, kakao, kopi, kelapa, tebu, garam, (102,9%).
tembaga, emas, perikanan budidaya, dan perikanan
tangkap dengan sentra produksi yang tersebar di Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas
provinsi sebagai berikut: pengembangan kawasan berbasis sumber daya
1. Provinsi Nusa Tenggara Barat: jambu mete, alam pada koridor pertumbuhan dan pemerataan,
kopi, tebu, garam, tembaga, emas, perikanan maka dikembangkan kawasan strategis prioritas
budidaya, dan perikanan tangkap; dan yang terdiri dari:
2. Provinsi Nusa Tenggara Timur: jambu mete, 1. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
kakao, kopi, kelapa, tebu, garam, dan perikanan Rote Ndao dan Sumba Timur;
budidaya. 2. Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN)
Ngada, Manggarai Barat, Sumba Timur,
Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Sumbawa, Dompu, Lombok Timur, dan Lombok
yang ada di wilayah Nusa Tenggara adalah sebagai Tengah.
berikut: 3. Kawasan Transmigrasi Tambora di Kabupaten
1. WPP 573, yang meliputi di WPP 573, meliputi Bima, Kawasan Transmigrasi Labangka di
Samudera Hindia Selatan Jawa – Laut Timor Kabupaten Sumbawa, Kawasan Transmigrasi
Barat dengan potensi produksi 1.267,5 ribu ton Kobalima Timur di Kabupaten Malaka, Kawasan
dan produksi eksisting mencapai 559,7 ribu ton Transmigrasi Ponu di Kabupaten Timor Tengah
(44,1%); Utara dan Kawasan Transmigrasi Melolo di
2. WPP 713, yang meliputi Selat Makassar, Teluk Kabupaten Sumba Timur.
Bone, Laut Flores, dan Laut Bali dengan potensi 4. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
1.177,9 ribu ton dan produksi perikanan eksisting Atambua dan PKSN Kefamenanu

Gambar 3.23 Peta Sebaran Komoditas Unggulan di Wilayah Nusa Tenggara

130 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sedangkan untuk mendorong pengembangan itu, dukungan infrastruktur transportasi; energi,
kawasan berbasis non-sumber daya alam, kawasan telekomunikasi dan informatika; pengairan dan
strategis prioritas yang dikembangkan: irigasi; serta perumahan dan permukiman juga
1. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)/Kawasan dibangun untuk mendukung kawasan strategis
Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika; dan prioritas tersebut. Selain itu, dikembangkan
2. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Labuan Bajo. pula kawasan Bandar Kayangan sebagai pusat
pertumbuhan baru dengan bertumpu pada skema
Pengembangan kawasan strategis prioritas tersebut investasi swasta. Uraian rinci pembangunan
didukung dengan outlet pelabuhan pengumpan infrastruktur tersebut terdapat pada lampiran
(feeder) di Pelabuhan Tenau Kupang. Disamping matriks pembangunan kewilayahan.

Gambar 3.24 Peta Sebaran Kawasan Strategis Prioritas di Wilayah Nusa Tenggara

Gambar 3.25 Peta Rencana Jaringan Transportasi Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara Tahun 2024

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 131


Gambar 3.26 Peta Rencana Infrastruktur Pengairan Nusa Tenggara Tahun 2024

Gambar 3.27 Peta Rencana Jaringan Telekomunikasi dan Sumber Energi Wilayah Kepulauan
Nusa Tenggara Tahun 2024

Pengembangan kawasan sebagai hilir dari pengolahan pertambangan. Pengembangan perguruan tinggi
komoditas juga sangat bergantung pada kemampuan yang memiliki prodi vokasi dilakukan di 15 perguruan
SDM. Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui tinggi yang mendukung sektor industri (Ekonomi
pengembangan sekolah vokasi, yaitu Sekolah kreatif, tambang di Nusa Tenggara Barat, otomotif
Menengah Kejuruan (SMK) dan pelatihan vokasi dan manufaktur di Nusa Tenggara Timur), konstruksi,
dalam bentuk Balai Latihan Kerja (BLK). pariwisata dan pertanian. Adapun pengembangan
BLK ditargetkan sebanyak 13 unit yang tersebar dan
Pengembangan SMK di wilayah Nusa Tenggara mendukung pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di
secara keseluruhan berjumlah 183 SMK yang sektor prioritas yang meliputi: tenaga presisi tekstil,
mendukung sektor agribisnis dan agroteknologi, buruh petani, buruh konstruksi gedung, dan manajer
kemaritiman, pariwisata, seni dan industri umum perdagangan.
kreatif, teknologi dan rekayasa, dan energi dan

132 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.28 Peta Sebaran BLK di Wilayah Pulau Nusa Tenggara

Legenda
Sebaran Balai Latihan Kerja (BLK)

Gambar 3.29 Peta Jenis dan Jumlah SMK di Kepulauan Nusa Tenggara

Nusa Tenggara Barat:


Agribisnis dan Agroteknologi: 15
Kemaritiman: 12
Pariwisata: 20
Nusa Tenggara Timur:
Seni dan Industri Kreatif: 1
Agribisnis dan Agroteknologi: 45
Teknologi dan Rekayasa: 26
Energi dan Pertambangan: 1
Kemaritiman: 16
Pariwisata: 20
Seni dan Industri Kreatif: 2
Teknologi dan Rekayasa: 25

Di samping memacu pertumbuhan, maka Tenggara Timur, terdapat 9 kabupaten yang


pembangunan wilayah Nusa Tenggara juga termasuk dalam koridor kewilayahan, yaitu: a)
mengakomodir pemerataan pelayanan dasar, yang koridor pertumbuhan: Manggarai Timur dan
meliputi: Kupang; dan b) koridor pemerataan, antara
1. Percepatan pembangunan daerah tertinggal lain: Belu, Sumba Barat, Sumba Timur, Malaka,
dengan fokus pada pemenuhan pelayanan Sumba Barat Daya, Timor Tengah Selatan, dan
dasar, pengembangan ekonomi lokal berbasis Sumba Tengah. Adapun Kabupaten Lombok
komoditas unggulan dengan memanfaatkan Utara sebagai satu-satunya daerah tertinggal
teknologi digital, dan pengembangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat berada pada
infrastruktur di 13 kabupaten tertinggal di koridor pemerataan;
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan 1 kabupaten 2. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta
tertinggal di Provinsi Nusa Tenggara Barat. pelaku pembangunan lainnya terhadap 62
Dari 13 kabupaten tertinggal di Provinsi Nusa daerah tertinggal yang telah terentaskan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 133


Gambar 3.30 Peta Cakupan Pelayan Dasar Kepulauan Nusa Tenggara

tahun 2019, selama maksimal 3 tahun (2020 – peningkatan akses terhadap pelayanan dasar,
2022), yang mana untuk Pulau Nusa Tenggara Pendidikan, dan kesehatan di daerah tertinggal
berlokasi di 12 kabupaten berikut, antara lain: dan Kawasan perbatasan;
a) Provinsi Nusa Tenggara Barat: Bima, Dompu, 6. Penanganan stunting dengan lokus prioritas
Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, pada tahun 2020 mencakup 21 kabupaten di
Sumbawa, dan Sumbawa Barat; b) Provinsi Nusa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan 8
Tenggara Timur: Ende, Manggarai, Manggarai kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Barat, Nagekeo, dan Timor Tengah Utara; (NTB) yang selanjutnya secara bertahap akan
3. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan diperluas ke seluruh Kabupaten/Kota di wilayah
dengan lokus prioritas yaitu 20 kecamatan lokasi Nusa Tenggara pada tahun 2023;
prioritas di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT); 7. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh
4. Mengembangkan desa wisata sebagai destinasi provinsi wilayah Nusa Tenggara;
pendukung di sekitar kawasan KSPN dan KEK 8. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat
untuk menggerakan ekonomi lokal; sasaran melalui Program Keluarga Harapan,
5. Mempercepat pemenuhan SPM melalui Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia

134 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sehat untuk mencapai target kemiskinan tahun tangga di Provinsi NTP dan 646,6% rumah
2024 yaitu 11,87% di NTB, dan 15,69% di NTT; tangga di Provinsi NTT pada 2024; dan
9. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan 13. Pemenuhan standar pelayanan minimal
(NIK) dengan target prioritas mencakup Provinsi kebencanaan melalui peningkatan kapasitas
Nusa Tenggara Timur (Kab. Manggarai, Kab. pemerintah daerah, masyarakat, dan logistik
Manggarai Timur, Kab. Ende, Kab. Sumba Barat kebencanaan sesuai karakter ancaman bencana
Daya, Kab. Sumba Timur, Kab. Timor Tengah di wilayah masing-masing, terutama di kawasan
Utara, Kab. Alor, Kab. Belu, Kab. Kupang, Kab. strategis nasional yang memiliki risiko bencana
Timor Tengah Selatan, dan Kab. Malaka); tinggi.
10. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan
target prioritas mencakup Provinsi Nusa Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai
Tenggara Barat (Kab. Lombok Tengah) dan strategi pengembangan koridor pertumbuhan
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kab. Sikka, Kab. dan pemerataan, maka dirancang Major Project
Rote Ndao, Kab. Manggarai Barat, Kab. Sumba di wilayah Nusa Tenggara adalah sebagai berikut
Barat, Kab. Manggarai, Kota Kupang, Kab. (Gambar 3.31):
Ngada, dan Kab. Sabu Raijua); 1. Destinasi Pariwisata Unggulan: (a) Lombok dan
11. Penyediaan akses air minum dan sanitasi untuk (b) Labuan Bajo;
mencapai target 2024 berupa: sanitasi layak dan 2. Pemulihan Pasca Bencana Pulau Lombok dan
aman sebesar 84% di Provinsi NTB dan 80% Sekitarnya;
di Provinsi NTT; akses penanganan sampah 3. Pusat Kegiatan Strategis Nasional : (a) PKSN
sebesar 59% di Provinsi NTB dan 55% di Provinsi Atambua dan (b) PKSN Kefamenanu; dan
NTT; serta akses air minum layak sebesar 100% 4. Jalan Trans pada Pulau Tertinggal, Terluar, dan
di Provinsi NTB dan di Provinsi NTT; Terdepan: Pulau Sumba.
12. Penyediaan akses bagi rumah tangga untuk
menempati hunian layak menjadi 77,4% rumah

Gambar 3.31 Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Nusa Tenggara

2a
2c 1b
1a 2b
3a

3b
4

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 135


4. Arah Pembangunan Wilayah Pulau Sulawesi

Selama kurun waktu tahun 2008-2017, sebanyak 4. Potensi bencana yang tinggi dan belum
1.605 kejadian bencana terjadi di wilayah Sulawesi. sepenuhnya diantisipasi dengan upaya mitigasi
Sebagian besar didominasi oleh bencana dan adaptasi yang komprehensif;
hidrometeorologi sebanyak 98,1% dan bencana 5. Tingkat kemiskinan dan pengangguran,
geologi sebanyak 1,9%. Dampak kerugian yang terutama di kawasan perdesaan yang masih
diakibatkan oleh bencana terkait hidrometerologi tinggi;
sebesar 97,4% dan bencana gempabumi geologi 6. Infrastruktur dan layanan dasar perkotaan
2,6%. Ancaman bencana yang perlu mendapatkan yang masih terbatas;
perhatian penanganan adalah bencana banjir, 7. Ketahanan fisik dan sosial kota masih rentan
kekeringan, puting beliung (cuaca ekstrim), dan atas perubahan iklim, bencana dan polusi, dan
tanah longsor. Wilayah Sulawesi juga memiliki juga rentan terhadap kesenjangan sosial dan
ancaman bencana geologi yang perlu diperhatikan kemiskinan perkotaan; dan;
yaitu gempa bumi dan tsunami karena berada di 8. Tata kelola dan kelembagaan pengelolaan
jalur besar gempa bumi, yaitu di zona sesar Palu kawasan metropolitan yang belum optimal; dan
Koro. 9. Akses dan mutu pelayanan dasar (Standar
Pelayanan Minimal/SPM) di daerah belum
Dengan pertumbuhan ekonomi yang konsisten optimal.
tinggi, Pulau Sulawesi berpeluang menjadi alternatif
pendorong pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa- Oleh sebab itu arah kebijakan pembangunan
Bali. Namun demikian, mengingat Pulau Sulawesi wilayah Pulau Sulawesi diarahkan agar
memiliki potensi bencana alam yang beragam dan dikonsentrasikan untuk tetap dalam pertumbuhan
tinggi, maka pembangunan Pulau Sulawesi perlu tinggi sekaligus mengembangkan peran wilayah
dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan sebagai hub perdagangan nasional dan hub outlet
mitigasi dan adaptasi bencana. internasional di wilayah timur Indonesia, yaitu di
Pelabuhan Bitung. Pengembangan wilayah secara
Isu strategis pengembangan wilayah Sulawesi umum bertumpu pada pengolahan sumber daya
secara umum adalah berikut: alam yang dihasilkan dari sentra produksi perikanan
1. Pengembangan industri berbasis sumber daya di Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT), sentra
alam dan pusat-pusat pertumbuhan, termasuk produksi pertanian dan perkebunan yang tersebar
kawasan pariwisata berbasis alam, belum di beberapa Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional
optimal dalam mendukung pengembangan (KPPN), PKSN, kawasan transmigrasi, termasuk di
ekonomi wilayah; lokasi yang diinisiasi menjadi daerah percontohan
2. Konektivitas antar wilayah yang memadai dan transpolitan, dan kawasan pertambangan (logam
hub internasional untuk wilayah timur masih dasar). Selanjutnya, pengolahan sumber daya alam
belum terwujud; berupa getah pinus, kakao, rotan, dan perikanan
3. Produktivitas sektor tanaman pangan untuk yang difokuskan di Kawasan Ekonomi Khusus
mendukung peran Pulau Sulawesi sebagai (KEK)/Kawasan Industri (KI).
lumbung pangan nasional belum optimal;

136 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Selain pengembangan ekonomi berbasis sumber pengembangan desa wisata, desa dijital dan
daya alam, dikembangkan juga kawasan strategis produk unggulan desa; transformasi ekonomi
prioritas berbasis pariwisata, yaitu Destinasi desa dan peningkatan peran badan usaha milik
Pariwisata Prioritas (DPP), serta wilayah metropolitan desa; perbaikan pelayanan dasar air minum,
sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi Wilayah sanitasi dan listrik desa; peningkatan kapasitas
Pulau Sulawesi. aparatur desa dalam hal pemanfaatan dana
desa dan tata kelola asset desa; penguatan
Adapun strategi pembangunan Pulau Sulawesi pendamping desa dan peran serta masyarakat
meliputi: desa yang inklusif; serta penetapan batas desa.
1. Mengembangkan industri pengolahan
(hilirisasi) sumber daya alam (pertanian, Dalam rangka mendukung keberlanjutan
perkebunan, logam dasar, dan kemaritiman) lingkungan, maka beberapa kaidah pembangunan
melalui pemanfaatan dan keterpaduan rendah karbon yang dilaksanakan di wilayah Pulau
pembangunan infrastruktur; Sulawesi adalah sebagai berikut:
2. Menjamin pemenuhan konektivitas dan 1. Mempertahankan luasan dan meningkatkan
infrastruktur pelayanan dasar pada kawasan; produktivitas lahan pertanian pangan;
3. Mempertahankan peran sebagai lumbung 2. Mengoptimalkan potensi sumber energi baru
pangan nasional khususnya Sulawesi Selatan; terbarukan;
4. Meningkatkan ketersediaan air melalui 3. Mengatur ulang arahan tata ruang khususnya
pengamanan air tanah dan air baku bagi pemukiman dan pusat-pusat kegiatan yang
berkelanjutan; berada pada lokasi rawan bencana alam;
5. Mengarusutamakan penanggulangan bencana 4. Meningkatkan pembinaan lingkungan dan upaya
dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan reklamasi pada lahan bekas tambang;
kepada peningkatan investasi mitigasi 5. Menerapkan kaidah-kaidah ekowisata dan
struktural dan non struktural serta adaptasi pariwisata berkelanjutan dalam pengembangan
masyarakat terhadap perubahan iklim di kawasan pariwisata;
daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal 6. Menegakkan hukum atas kejahatan di bidang
khususnya kawasan utara Pulau Sulawesi sumber daya alam dan lingkungan hidup;
dengan tetap memperhatikan pemulihan pasca 7. Optimalisasi pengelolaan sampah dan limbah
bencana Kota Palu dan sekitarnya; bahan berbahaya beracun secara terpadu;
6. Meningkatkan kerja sama antar daerah otonom 8. Mengembangkan sarana dan prasarana
di wilayah metropolitan, termasuk wilayah transportasi massal.
pengembangan lainnya (misal pariwisata, 9. Mengoptimalkan upaya rehabilitasi hutan dan
industri, kepulauan); lahan untuk mempertahankan luas tutupan hutan
7. Mempercepat penerapan SPM; dan dan mengkonservasi sumber daya air.
8. Pembangunan desa terpadu yang mencakup

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 137


Gambar 3.32 Peta Proyeksi Daya Dukung Lingkungan Pulau Papua tahun 2024

138 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Pulau 3. Provinsi Sulawesi Selatan: Kakao, kopi, cengkeh,
Sulawesi yang ditargetkan sebesar 6,9% (2020) – jambu mete, nilam, nikel, batu bara, minyak dan
8,8% (2024), maka diidentifikasi komoditas unggulan gas bumi, perikanan tangkap dan perikanan
Pulau Sulawesi yang meliputi kelapa, cengkeh, budidaya;
pala, kakao, kopi, jambu mete, nilam, tebu, emas, 4. Provinsi Sulawesi Tengah: Kakao, cengkeh,
nikel, bijih besi, batu bara, minyak dan gas bumi, kelapa, bijih besi, nikel, batu bara, minyak dan
perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan gas bumi, dan perikanan budidaya;
sentra produksi yang tersebar di provinsi sebagai 5. Provinsi Sulawesi Tenggara: Kakao, kelapa,
berikut: tebu, cengkeh, jambu mete, nikel, dan perikanan
1. Provinsi Gorontalo: Kelapa, kakao dan cengkeh; budidaya;
2. Provinsi Sulawesi Barat: Kakao dan perikanan 6. Provinsi Sulawesi Utara: Kelapa, cengkeh, pala,
tangkap; kopi, kakao, emas, dan perikanan tangkap.

Gambar 3.33 Peta Sebaran Komoditas Unggulan di Wilayah Sulawesi

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 139


Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang Kawasan Transmigrasi Palolo di Kabupaten Sigi,
ada di wilayah Sulawesi adalah sebagai berikut: Kawasan Transmigrasi Bungku di Kabupaten
1. WPP 713, yang berlokasi di Selat Makassar, Morowali, Kawasan Transmigrasi Air Terang
Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali dengan di Kabupaten Buol, Kawasan Transmigrasi
potensi produksi 1.177,9 ribu ton dan produksi Tampolore - Pamona Timur di Kabupaten Poso,
eksisting mencapai 598,6 ribu ton (50,8%); Kawasan Transmigrasi Padauloyo di Kabupaten
2. WPP 714, yang berlokasi di Teluk Tolo dan Tojo Una – Una, Kawasan Transmigrasi Bahari
Laut Banda dengan potensi 788,9 ribu ton Tomini Raya di Kabupaten Parigi Moutong,
dan produksi perikanan eksisting 812 ribu ton Kawasan Transmigrasi Gilireng di Kabupaten
(102,9%); Wajo, Kawasan Transmigrasi Masamba di
3. WPP 715, yang berlokasi di Teluk Tomini, Laut Kabupaten Luwu Utara, Kawasan Transmigrasi
Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Mahalona di Kabupaten Luwu Timur, Kawasan
Berau dengan potensi 1.242,9 ribu ton dan Transmigrasi Sumalata di Kabupaten Gorontalo
produksi perikanan eksisting 870,2 ribu ton Utara, Kawasan Transmigrasi Pulubala di
(70%); dan Kabupaten Gorontalo, Kawasan Transmigrasi
4. WPP 716, yang berlokasi di Laut Sulawesi Paguyuman Pantai dan Kawasan Transmigrasi
(Utara Pulau Halmahera) dengan potensi 597,1 Pawonsari di Kabupaten Boalemo; dan
ribu ton dan produksi perikanan eksisting 261,9 6. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
ribu ton (43,9%). Tahuna.

Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas Sedangkan untuk mendorong pengembangan


pengembangan kawasan berbasis sumber daya kawasan berbasis non-sumber daya alam, kawasan
alam pada koridor pertumbuhan dan pemerataan, strategis prioritas yang dikembangkan:
maka dikembangkan kawasan strategis prioritas 1. Rencana Penetapan dan Pengembangan
yang terdiri dari: Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang;
1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)/Kawasan 2. Wilayah Metropolitan Manado;
Industri (KI) Bitung; 3. Wilayah Metropolitan Makassar;
2. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)/Kawasan 4. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru Manado
Industri (KI) Palu; – Likupang;
3. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) 5. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru
Talaud, Tahunda dan Buton Selatan; Makassar- Selayar – Toraja; dan
4. Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) 6. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Wakatobi.
Buol, Poso, Mamuju, Pinrang, Morowali, Mamuju
Tengah, Konawe Selatan, Wakatobi, Muna, Barru, Pengembangan kawasan strategis prioritas tersebut
Luwu Timur Bone, Minahasa Utara, Gorontalo, didukung dengan pengembangan outlet pelabuhan
Boalemo, Gorontalo Utara; hub Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Makassar.
5. Kawasan Transmigrasi Tinanggea di Kabupaten Disamping itu, dukungan infrastruktur transportasi;
Konawe Selatan, Kawasan Transmigrasi Mutiara energi, telekomunikasi dan informatika; pengairan
di Kabupaten Muna, Kawasan Transmigrasi dan irigasi; serta perumahan dan permukiman juga
Asinua-Routa di Kabupaten Konawe, Kawasan dibangun untuk mendukung kawasan strategis
Transmigrasi Tobadak di Kabupaten Mamuju prioritas tersebut. Uraian rinci pembangunan
Tengah, Kawasan Transmigrasi Sarudu Baras infrastruktur tersebut terdapat pada lampiran
di Kabupaten Mamuju Utara/Pasang Kayu, matriks pembangunan kewilayahan.

140 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.34 Peta Sebaran Kawasan Strategis Prioritas di Wilayah Sulawesi

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 141


Gambar 3.35 Peta Rencana Jaringan Infrastruktur Transportasi Pulau Sulawesi

142 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.36 Peta Jaringan Infrastruktur Telekomunikasi dan Infrastruktur Energi Pulau Sulawesi

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 143


Selain infrastruktur, pengembangan kawasan sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan
sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat (SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai
bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan Latihan Kerja (BLK).
kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan

Gambar 3.37 Peta Sebaran BLK di Wilayah Pulau Sulawesi

Legenda
Sebaran Balai Latihan Kerja (BLK)

144 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pengembangan SMK di wilayah Sulawesi secara Utara Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kimia
keseluruhan berjumlah 325 SMK yang mendukung dan Otomotif di Sulawesi Selatan), konstruksi,
sektor agribisnis dan agroteknologi, kemaritiman, pariwisata dan pertanianAdapun pengembangan
pariwisata, seni dan industri kreatif, teknologi BLK ditargetkan sebanyak 42 unit yang tersebar dan
dan rekayasa, dan energi dan pertambangan. mendukung pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di
Pengembangan perguruan tinggi yang memiliki sektor prioritas yang meliputi: tenaga presisi tekstil,
prodi vokasi dilakukan di 26 perguruan tinggi yang petani terlatih, buruh konstruksi gedung, manajer
mendukung sektor industri (Manufaktur di Sulawesi umum perdagangan dan pelayan, pramuwisata, koki.

Gambar 3.38 Peta Jenis dan Jumlah SMK di Kepulauan Nusa Tenggara

Gorontalo:
Agribisnis dan Agroteknologi: 13
Energi dan Pertambangan: 7
Kemaritiman: 7
Pariwisata: 3
Sulawesi Tengah:
Seni dan Industri Kreatif: 1
Agribisnis dan Agroteknologi: 24
Teknologi dan Rekayasa: 5
Energi dan Pertambangan: 1
Kemaritiman: 15
Pariwisata: 5
Seni dan Industri Kreatif: 1
Teknologi dan Rekayasa: 7

Sulawesi Utara:
Agribisnis dan Agroteknologi: 15
Kemaritiman: 3
Sulawesi Barat: Pariwisata: 8
Agribisnis dan Agroteknologi: 10 Teknologi dan Rekayasa: 24
Kemaritiman: 1
Pariwisata: 1
Teknologi dan Rekayasa: 13

Sulawesi Tenggara:
Agribisnis dan Agroteknologi: 11
Energi dan Pertambangan: 2
Kemaritiman: 9
Pariwisata: 4
Sulawesi Selatan:
Teknologi dan Rekayasa: 16
Agribisnis dan Agroteknologi: 21
Energi dan Pertambangan: 1
Kemaritiman: 12
Pariwisata: 8
Seni dan Industri Kreatif: 1
Teknologi dan Rekayasa: 80

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 145


Disamping memacu pertumbuhan, maka Mamuju Tengah; c) Provinsi Sulawesi Selatan:
pembangunan wilayah Sulawesi juga mengakomodir Jeneponto; d) Provinsi Sulawesi Tengah:
pemerataan pelayanan dasar, yang meliputi: Banggai Kepulauan, Banggai Laut, Buol,
1. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan Morowali Utara, Parigi Moutong, Toli-toli; dan e)
dengan lokus prioritas yaitu 3 kecamatan Provinsi Sulawesi Tenggara: Bombana, Konawe,
lokasi prioritas di Provinsi Sulawesi Tengah, 1 Konawe Kepulauan;
kecamatan lokasi prioritas di Provinsi Gorontalo, 5. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh
dan 6 kecamatan lokasi prioritas di Provinsi provinsi wilayah Sulawesi;
Sulawesi Utara; 6. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat
2. Penanganan stunting dengan lokasi fokus prioritas sasaran melalui Program Keluarga Harapan,
pada tahun 2020 mencakup 4 Kabupaten di Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara, 4 Kabupaten di Provinsi Sehat untuk mencapai target kemiskinan tahun
Sulawesi Tengah, 11 Kabupaten di Provinsi 2024 yaitu 5,65% di Provinsi Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, 6 Kabupaten di Provinsi 11,26% di Provinsi Sulawesi Tengah, 8,7% di
Sulawesi Tenggara, 4 Kabupaten di Provinsi Provinsi Sulawesi Tenggara, 13,26% di Provinsi
Gorontalo, dan 5 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Gorontalo, 8% di Provinsi Sulawesi Barat, dan
Barat yang selanjutnya secara bertahap akan 6,91% di Provinsi Sulawesi Selatan;
diperluas ke seluruh Kabupaten/Kota di wilayah 7. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan
Sulawesi pada tahun 2023. Khusus Provinsi (NIK) dengan target prioritas yang meliputi
Sulawesi Tengah ditargetkan mencapai eliminasi Provinsi Sulawesi Tengah (Kab. Donggala,
penyakit Schitosomiasis pada tahun 2024 Kab. Sigi dan Kab. Banggai Laut) dan Provinsi
dengan lokasi focus di 28 Desa di Kabupaten Sulawesi Utara (Kab. Minahasa Utara);
Poso dan Kabupaten Sigi; 8. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan
3. Percepatan pembangunan daerah tertinggal target prioritas meliputi: Provinsi Sulawesi Utara
dengan fokus pada pengembangan ekonomi (Kab. Bolaang Mongondow), Provinsi Sulawesi
lokal berbasis komoditas unggulan dengan Tengah (Kab. Toli-toli, Kab. Donggala, Kab. Parigi
memanfaatkan teknologi digital, pemenuhan Moutong, Kab. Sigi, Kab. Banggai Kepulauan,
pelayanan dasar yang memperhatikan aspek Kab. Banggai), Provinsi Sulawesi Tenggara (Kab.
mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap resiko Konawe Utara, Kab. Kepulauan Konawe, Kab.
bencana di 3 kabupaten tertinggal di Provinsi Konawe Selatan dan Kab. Bombana), Provinsi
Sulawesi Tengah. Ketiga kabupaten tertinggal di Sulawesi Barat (Kab. Mamasa dan Kab. Mamuju)
Provinsi Sulawesi Tengah berada pada koridor dan Provinsi Sulawesi Selatan (Kab. Jeneponto);
kewilayahan, antara lain: Sigi dan Donggala 9. Penyediaan akses air minum dan sanitasi untuk
berada pada koridor pemerataan, sedangkan mencapai target 2024 berupa: akses sanitasi
Tojo Una-una berada pada koridor pertumbuhan; layak dan aman sebesar 90% di Provinsi
4. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta Sulawesi Utara, 73% di Provinsi Sulawesi
pelaku pembangunan lainnya terhadap 62 Tengah, 70% di Provinsi Gorontalo, 81% di
daerah tertinggal yang telah terentaskan tahun Provinsi Sulawesi Tenggara, 95% di Provinsi
2019, selama maksimal 3 tahun (2020 – 2022), Sulawesi Selatan, dan 80% di Provinsi Sulawesi
yang mana untuk Pulau Sulawesi berlokasi di Barat; akses penanganan sampah sebesar
15 kabupaten berikut, antara lain: a) Provinsi 83% di Provinsi Sulawesi Utara, 66% di Provinsi
Gorontalo: Boalemo, Gorontalo Utara, Pohuwato; Sulawesi Tengah, 68% di Provinsi Gorontalo,
b) Provinsi Sulawesi Barat: Polewali Mandar, 76% di Provinsi Sulawesi Tenggara, 83% di

146 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Provinsi Sulawesi Selatan, dan 57% di Provinsi rumah yangga di Provinsi Sulawesi Barat, 77,6%
Sulawesi Barat; dan akses air minum layak rumah tangga di Provinsi Sulawesi Selatan,
sebesar 100% di Provinsi Sulawesi Utara, di dan 83,0% rumah tangga di Provinsi Sulawesi
Provinsi Sulawesi Tengah, di Provinsi Gorontalo, Tenggara pada 2024;
di Provinsi Sulawesi Tenggara, di Provinsi 11. Pemenuhan standar pelayanan minimal
Sulawesi Selatan, dan di Provinsi Sulawesi Barat; kebencanaan melalui peningkatan kapasitas
10. Penyediaan akses bagi rumah tangga untuk pemerintah daerah, masyarakat, dan logistik
menempati hunian layak menjadi 75,4% rumah kebencanaan sesuai karakter ancaman bencana
tangga di Provinsi Sulawesi Utara, 70,3% rumah di wilayah masing-masing, terutama di kawasan
tangga di Provinsi Gorontalo, 76,5% rumah strategis nasional yang memiliki risiko bencana
tangga di Provinsi Sulawesi Tengah, 71,0% tinggi.

Gambar 3.39 Peta Cakupan Pelayanan Dasar Pulau Sulawesi

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 147


Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai 6. Pembangunan KA Makasar-Parepare;
strategi pengembangan koridor pertumbuhan dan 7. Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu: (a) Bitung
pemerataan, maka dirancang Major Project di wilayah dan (b) Makassar;
Sulawesi adalah sebagai berikut (Gambar 3.40): 8. Waduk Multiguna: (a) Kuwil Kawangkoan dan (b)
1. Destinasi Pariwisata Unggulan: (a) Likupang dan Lolak;
(b) Wakatobi; 9. Jalan Trans pada Pulau Tertinggal, Terluar, dan
2. Integrasi Pelabuhan Perikanan dan Fish Market Terdepan: (a) Pulau Buton dan (b) Pulau Muna;
Bertaraf Internasional; 10. Rumah Susun Perkotaan (1 Juta) di Sulawesi
3. Pengembangan Wilayah Metropolitan Makassar; Selatan; dan
4. Pemulihan Pasca Bencana Kota Palu dan 11. Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah B3
Sekitarnya; di Sulawesi Selatan
5. Sistem Angkutan Umum Massal Perkotaan di
Wilayah Metropolitan Makassar;

Gambar 3.740. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Sulawesi

1a 7a

8b 2
8a

5
3 11 9b
9a
7b 1b
10

148 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


5. Arah Pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan

Dikenal sebagai lumbung energi nasional dan paru- kebakaran hutan dan lahan, serta banjir, yang
paru dunia, Pulau Kalimantan masih bertumpu pada belum sepenuhnya diantisipasi dengan upaya
ekstraksi sumber daya alam pertambangan dalam kesiapsiagaan, mitigasi dan adaptasi yang
pertumbuhan ekonominya. Mengingat bahwa komprehensif;
pengembangan sumber daya alam pertambangan 3. Penguatan peran daerah perbatasan sebagai
berpotensi mendegradasi kawasan hutan, maka pintu beranda negara belum optimal;
selama lima tahun ke depan sektor alternatif 4. Menurunnya penerimaan daerah akibat
pertumbuhan ekonomi akan dipacu. Pemindahan ketergantungan yang tinggi pada komoditas
IKN dari Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan diharapkan mentah sehingga perekonomian Kalimantan
dapat membantu mendorong diversifikasi ekonomi rentan terhadap pergerakan harga komoditas di
dan peningkatan output sektor ekonomi non pasar global;
tradisional seperti jasa, pemerintahan, transportasi, 5. Infrastruktur dan layanan dasar untuk kesehatan
perdagangan, pengolahan akan terpacu untuk dan produktivitas yang masih terbatas serta
menopang pertumbuhan ekonomi Pulau Kalimantan. penerapan SPM yang masih perlu ditingkatkan;
Selain itu juga diharapkan terjadi peningkatan 6. Tata kelola dan kelembagaan pengelolaan
perdagangan antarwilayah, meningkatkan kawasan metropolitan serta kerjasama antar
kesempatan kerja dan menurunkan ketimpangan daerah yang belum optimal;
pendapatan, serta menciptakan peluang investasi 7. Konektivitas intra-wilayah belum memadai;
baru dan peningkatan kontribusi investasi Pulau 8. Pengembangan industri berbasis sumberdaya
Kalimantan terhadap nasional. alam belum optimal;
9. Ketahanan fisik dan sosial kota masih rentan
Meski relatif aman terhadap bencana alam, Wilayah atas perubahan iklim, bencana dan polusi, dan
Pulau Kalimantan tetap memiliki ancaman berupa titik juga rentan terhadap kesenjangan sosial dan
panas (hotspots) terbanyak serta wilayah kebakaran kemiskinan perkotaan.
hutan dan lahan terluas di Indonesia. Pada periode
2015-2019 tercatat 214 kejadian bencana yang Arah kebijakan pengembangan Wilayah Pulau
terjadi di Pulau Kalimantan. Jenis bencana dengan Kalimantan secara umum diarahkan untuk
frekuensi tertinggi adalah kebakaran hutan dan mempercepat pertumbuhan, diversifikasi, dan
lahan (85 kasus). Secara persebaran Kalimantan pelestarian alam. Pengembangan wilayah bertumpu
Barat memiliki 558 titik panas seluas 3.315 Ha; pada pengolahan sumber daya alam yang
Kalimantan Tengah 100 titik panas seluas 3.618 Ha; dihasilkan dari sentra produksi perkebunan yang
Kalimantan Selatan 62 titik panas seluas 4.670 Ha; tersebar di beberapa Kawasan Perdesaan Prioritas
Kalimantan Timur 105 titik panas seluas 4.430 Ha; Nasional (KPPN), PKSN, kawasan transmigrasi,
dan Kalimantan Utara 36 titik panas seluas 859 Ha. kawasan pertambangan minyak bumi, gas bumi
dan batubara, serta sentra produksi perikanan di
Isu Strategis pengembangan Wilayah Pulau SKPT. Selanjutnya, pengolahan sumber daya alam
Kalimantan secara umum adalah: berupa kelapa sawit, kayu, alumunium, dan bauksit,
1. Peran Wilayah Pulau Kalimantan sebagai paru- yang difokuskan pada Kawasan Industri (KI) dan/
paru dunia terancam dengan tingginya ancaman atau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Outlet untuk
kerusakan hutan; komoditas mentah maupun barang olahan di Pulau
2. Potensi bencana tinggi, khususnya bencana Kalimantan diarahkan di pelabuhan hub Pontianak.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 149


Selain pengembangan ekonomi berbasis sumber produk unggulan desa; transformasi ekonomi
daya alam, dikembangkan juga kawasan strategis desa dan peningkatan peran badan usaha milik
prioritas berbasis pariwisata, yaitu Destinasi desa; perbaikan pelayanan dasar air minum,
Pariwisata Prioritas (DPP), serta Wilayah Metropolitan sanitasi dan listrik desa; peningkatan kapasitas
dan Kota Baru sebagai pemacu pertumbuhan aparatur desa dalam hal pemanfaatan dana
ekonomi Wilayah Pulau Kalimantan. desa dan tata kelola asset desa; penguatan
pendamping desa dan peran serta masyarakat
Secara rinci, strategi pembangunan Pulau desa yang inklusif; serta penetapan batas desa.
Kalimantan adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan peran sebagai lumbung energi Dalam rangka mendukung keberlanjutan
nasional; lingkungan, pembangunan Wilayah juga dilakukan
2. Mengembangkan industri pengolahan (hilirisasi) dengan memperhatikan kaidah pembangunan
sumber daya alam perkebunan dan hasil rendah karbon:
tambang; 1. Mengoptimalkan upaya rehabilitasi hutan
3. Menguatkan peran kawasan perdesaan prioritas dan lahan serta pemulihan ekosistem untuk
nasional agar menjamin basis produksi untuk mempertahankan luas tutupan hutan dan
hilirisasi industri; mengkonservasi sumber daya air;
4. Revitalisasi kawasan transmigrasi 2. Mengkonservasi hutan primer dan habitat
5. Pengembangan ekonomi kawasan perbatasan spesies kunci;
negara 3. Mengembangkan energi baru terbarukan;
6. Menjaga kawasan dengan fungsi pelestarian 4. Mengoptimalkan pengelolaan sampah dan
lingkungan dan ekologis; limbah bahan berbahaya beracun secara
7. Menjamin pemenuhan konektivitas, infrastruktur terpadu;
pelayanan dasar pada wilayah metropolitan, 5. Mengembangkan sarana dan prasarana
kota dan perkotaan; transportasi massal;
8. Meningkatkan kapasitas pemerintahan 6. Menegakkan hukum atas kejahatan di bidang
daerah untuk mempercepat penerapan SPM, sumber daya alam dan lingkungan hidup.
meningkatkan kerjasama antara daerah dan
meningkatkan PAD; Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Pulau
9. Mengarusutamakan penanggulangan bencana Kalimantan yang ditargetkan sebesar 5,7% (2020) –
dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan 8,3% (2024), maka diidentifikasi komoditas unggulan
kepada peningkatan investasi mitigasi Pulau Kalimantan yang meliputi karet, kelapa sawit,
struktural dan non struktural serta adaptasi lada, kakao, perikanan tangkap dan pertambangan
masyarakat terhadap perubahan iklim di (bauksit, emas, bijih besi, minyak bumi, gas bumi
daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal dan batubara) yang tersebar di provinsi sebagai
masyarakat; berikut:
10. Pembangunan Ibu Kota Negara baru sebagai 1. Provinsi Kalimantan Barat: karet, lada, kelapa
Pusat Pertumbuhan Nasional yang terintegrasi sawit, bauksit, emas, dan batu bara;
dengan wilayah sekitarnya, termasuk penyiapan 2. Provinsi Kalimantan Selatan: kelapa sawit, karet,
lahan ibu kota dari kawasan hutan; dan bijih besi, batubara, minyak dan gas bumi, serta
11. Pembangunan desa terpadu yang mencakup perikanan tangkap;
pengembangan desa wisata, desa dijital dan

150 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.41 Peta Proyeksi Daya Dukung Lingkungan Pulau Kalimantan Tahun 2024

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 151


3. Provinsi Kalimantan Tengah: kelapa sawit, karet, karet, lada, minyak dan gas bumi serta batubara;
kakao, emas, batubara, minyak dan gas bumi, 5. Provinsi Kalimantan Utara: kelapa sawit, karet
serta perikanan tangkap; dan perikanan tangkap.
4. Provinsi Kalimantan Timur: kelapa sawit, kakao,

Gambar 3.42 Peta Sebaran Komoditas Unggulan di Wilayah Kalimantan

152 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang 4. Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN)
ada di wilayah Kalimantan adalah sebagai berikut: Kotawaringin Barat, Berau, Kutai Timur, Kubu
1. WPP 711, yang berlokasi di Selat Karimata, Laut Raya, Mempawah, Bengkayang, Barito Kuala,
Natuna dan Laut Cina Selatan dengan potensi Banjar, Nunukan, dan Sambas;
produksi 767,1 ribu ton dan produksi eksisting 5. Kawasan Transmigrasi Salim Batu di Kabupaten
mencapai 608,5 ribu ton (79,3%); Bulungan, Kawasan Transmigrasi Seimenggaris
2. WPP 712, yang berlokasi di Laut Jawa dengan di Kabupaten Nunukan, Kawasan Transmigrasi
potensi produksi 1.341,6 ribu ton dan produksi Rasau Jaya di Kabupaten Kubu Raya, Kawasan
eksisting mencapai 1.106,6 ribu ton (82,5%); Transmigrasi Gerbang Mas Perkasa dan
3. WPP 713, yang berlokasi di Selat Makassar, Kawasan Transmigrasi Subah di Kabupaten
Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali dengan Sambas, Kawasan Transmigrasi Belantikan Raya
potensi produksi 1.177,9 ribu ton dan produksi di Kabupaten Lamandau, Kawasan Transmigrasi
eksisting mencapai 598,6 ribu ton (50,8%); dan Kerang di Kabupaten Paser, Kawasan
4. WPP 716, yang berlokasi di Laut Sulawesi (Utara Transmigrasi Maloy Kaliorang di Kabupaten
Pulau Halmahera) dengan potensi 597,1 ribu ton Kutai Timur, Kawasan Transmigrasi Cahaya Baru
dan produksi perikanan eksisting 261,9 ribu ton di Kabupaten Barito Kuala;
(43,9%). 6. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Paloh
Aruk, PKSN Jagoi Babang, PKSN Nunukan,
Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas PKSN Long Midang, dan PKSN Tou Lumbis.
pengembangan kawasan berbasis sumber daya
alam pada koridor pertumbuhan dan pemerataan, Sedangkan untuk mendorong pengembangan
maka dikembangkan kawasan strategis prioritas kawasan berbasis non-sumber daya alam, kawasan
yang terdiri dari: strategis prioritas yang dikembangkan:
1. Kawasan Industri (KI) Tanah Kuning, KI 1. Wilayah Metropolitan Banjarmasin;
Buluminung, KI Batulicin, KI Jorong, KI Surya 2. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru
Borneo dan KI Ketapang; Derawan-Berau;
2. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)/Kawasan 3. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru Sambas
Industri (KI) Maloy Batuta Trans Kalimantan - Singkawang; dan
(MBTK); 4. Kota Baru Tanjung Selor
3. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Sebatik;

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 153


Gambar 3.43 Peta Sebaran Kawasan Strategis Prioritas di Wilayah Kalimantan

Pengembangan kawasan strategis prioritas telekomunikasi dan informatika; pengairan dan


tersebut, selain didukung dengan pengembangan irigasi; serta perumahan dan permukiman. Uraian
outlet pelabuhan hub Pelabuhan Pontianak/ rinci pembangunan infrastruktur tersebut terdapat
Kijing, sebagaimana disebutkan sebelumnya, pada lampiran matriks pembangunan kewilayahan.
juga didukung infrastruktur transportasi; energi,

154 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.44 Peta Rencana Jaringan Infrastruktur Transportasi Pulau Kalimantan Tahun 2024

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 155


Gambar 3.45 Peta Rencana Jaringan Infrastruktur Telekomunikasi dan Infrastruktur Energi
Pulau Kalimantan Tahun 2024

156 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.46 Peta Rencana Jaringan Infrastruktur Telekomunikasi dan Infrastruktur Energi
Pulau Kalimantan Tahun 2024

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 157


Selain infrastruktur, pengembangan kawasan Pengembangan SMK di wilayah Kalimantan secara
sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat Pengembangan SMK di wilayah Kalimantan secara
bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan keseluruhan berjumlah 204 SMK yang mendukung
kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan sektor agribisnis dan agroteknologi, kemaritiman,
sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan pariwisata, seni dan industri kreatif, teknologi
(SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai dan rekayasa, dan energi dan pertambangan.
Latihan Kerja (BLK). Pengembangan perguruan tinggi yang memiliki

Gambar 3.47 Peta Sebaran Balai Latihan Kerja di Wilayah Pulau Kalimantan

Legenda
Sebaran Balai Latihan Kerja (BLK)

158 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


prodi vokasi dilakukan di 38 perguruan tinggi Perkapalan di Kalimantan Selatan), konstruksi,
yang mendukung sektor industri (Manufaktur pariwisata dan pertanianAdapun pengembangan
di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan, BLK ditargetkan sebanyak 35 unit yang tersebar
Tambang di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan mendukung pemenuhan kebutuhan tenaga
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur, Makanan kerja di sektor prioritas yang meliputi: tenaga presisi
dan Minuman di Kalimantan Selatan, Otomotif tekstil, buruh pertanian, buruh konstruksi gedung
di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, dan manajer umum (perdagangan)..

Gambar 3.48 Peta Jenis dan Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan di Pulau Kalimantan

Kalimantan Utara:
Agribisnis dan Agroteknologi: 3
Energi dan Pertambangan: 1
Kemaritiman:2
Pariwisata: 1
Teknologi dan Rekayasa: 2

Kalimantan Barat:
Agribisnis dan Agroteknologi: 30
Kemaritiman: 5
Pariwisata: 4
Seni dan Industri Kreatif: 2
Teknologi dan Rekayasa: 16

Kalimantan Timur:
Agribisnis dan Agroteknologi: 20
Kemaritiman: 5
Pariwisata: 6
Seni dan Industri Kreatif: 1
Teknologi dan Rekayasa: 36

Kalimantan Selatan:
Agribisnis dan Agroteknologi: 11
Kemaritiman: 2
Pariwisata: 5
Seni dan Industri Kreatif: 2
Teknologi dan Rekayasa: 6
Kalimantan Tengah:
Agribisnis dan Agroteknologi: 24
Energi dan Pertambangan: 1
Kemaritiman: 1
Pariwisata: 3
Teknologi dan Rekayasa: 15

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 159


Disamping memacu pertumbuhan, maka di Provinsi Kalimantan Tengah, 4,44% di Provinsi
pembangunan wilayah Sulawesi juga mengakomodir Kalimantan Utara, 4,24% di Provinsi Kalimantan
pemerataan pelayanan dasar, yang meliputi: Timur, dan 3,04% di Provinsi Kalimantan Selatan;
1. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta 6. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan
pelaku pembangunan lainnya terhadap 62 (NIK) dengan target prioritas Provinsi Kalimantan
daerah tertinggal yang telah terentaskan tahun Timur (Kab. Mahakam Ulu);
2019, selama maksimal 3 tahun (2020 – 2022), 7. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan
yang mana untuk Pulau Kalimantan berlokasi target prioritas Provinsi Kalimantan Barat (Kab.
di 12 kabupaten berikut, antara lain: a) Provinsi Sanggau);
Kalimantan Barat: Sintang, Kapuas Hulu, 8. Penyediaan akses air minum dan sanitasi dengan
Bengkayang, Kayong Utara, Ketapang, Landak, target: (1) Akses sanitasi (air limbah) layak
Melawi, Sambas; b) Provinsi Kalimantan Selatan: dan aman pada 2024 menjadi 83% di Provinsi
Hulu Sungai Utara; c) Provinsi Kalimantan Kalimantan Barat, 80% Provinsi Kalimantan
Tengah: Seruyan; d) Provinsi Kalimantan Timur: Tengah, 90% Provinsi Kalimantan Utara, 90%
Mahakam Ulu; dan e) Provinsi Kalimantan Utara: Provinsi Kalimantan Timur, dan 87% Provinsi
Nunukan; Kalimantan Selatan; (2) Penanganan sampah
2. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan pada 2024 menjadi sebesar 83% di seluruh
dengan lokus prioritas yaitu 2 kecamatan provinsi di Pulau Kalimantan; (3) Air minum layak
lokasi prioritas di Provinsi Kalimantan Barat, 2 pada 2024 menjadi sebesar 100% di Provinsi
kecamatan lokasi prioritas di Provinsi Kalimantan Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah,
Timur, dan 11 kecamatan lokasi prioritas di Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Kalimantan
Provinsi Kalimantan Utara; Timur dan Provinsi Kalimantan Selatan;
3. Penanganan stunting dengan lokasi fokus 9. Penyediaan akses bagi rumah tangga untuk
prioritas mencakup 5 Kabupaten di Provinsi menempati hunian layak menjadi 88,1% rumah
Kalimantan Barat, 4 Kabupaten di Provinsi tangga di Provinsi Kalimantan Barat, 75,3%
Kalimantan Selatan, 5 Kabupaten di Provinsi rumah tangga di Provinsi Kalimantan Tengah,
Kalimantan Tengah, 4 Kabupaten di Provinsi 66,7% rumah tangga di Provinsi Kalimantan
Kalimantan Timur, dan 3 Kabupaten di Provinsi Selatan, 87,7% rumah tangga di Provinsi
Kalimantan Utara yang selanjutnya secara Kalimantan Timur, dan 90,5% rumah tangga di
bertahap akan diperluas ke seluruh Kabupaten/ Provinsi Kalimantan Utara pada 2024;
Kota di wilayah Kalimantan pada tahun 2023; 10. Pemenuhan standar pelayanan minimal
4. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh kebencanaan melalui peningkatan kapasitas
provinsi wilayah Kalimantan; pemerintah daerah, masyarakat, dan logistik
5. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat kebencanaan, sesuai karakter ancaman
sasaran melalui Program Keluarga Harapan, bencana di wilayah masing-masing, terutama di
Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia Sehat kawasan strategis nasional yang memiliki risiko
untuk mencapai target kemiskinan tahun 2024 bencana tinggi.
yaitu 5,23% di Provinsi Kalimantan Barat, 3,5%

160 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.49 Peta Cakupan Pelayanan Dasar Pulau Kalimantan Tahun 2024

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 161


Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai 5. Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu: Pelabuhan
strategi pengembangan koridor pertumbuhan dan Kijing;
pemerataan, maka dirancang Major Project di wilayah 6. Waduk Multiguna: (a) Kusan, (b) Lembakan, (c)
Kalimantan adalah sebagai berikut (Gambar 3.50): Sepaku Semoi, (d) Kayan, (e) Mentarang;
1. Pengembangan Wilayah Metropolitan 7. Pembangunan Kilang Baru Bontang;
Banjarmasin 8. Pembangunan Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan;
2. Pengembangan Kota Baru Tanjung Selor; dan
3. Ibu Kota Negara (IKN); 9. Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah B3
4. Pusat Kegiatan Strategis Nasional: (a) PKSN di Kalimantan Timur
Paloh-Aruk dan (b) PKSN Nunukan;

Gambar 3.50. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Kalimantan

4b
6d
63
2

4a
9

5 7

3
6b
6c

1 6a

8 Pembangunan Pipa Gas Bumi Trans Kalimantan Bontang - Banjarmasin

162 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


6. Arah Pembangunan Wilayah Pulau Sumatera

Pulau Sumatera berada pada posisi geografis yang 4. Belum stabilnya harga komoditi karet dan
sangat strategis karena berdekatan dengan negara- sawit yang diikuti dengan turunnya kualitas
negara lain terutama pada benua Asia. Berbagai produk, serta kurang kompetitifnya harga gas
inisiasi kerja sama internasional yang mencakup untuk kegiatan industri sehingga menghambat
wilayah sumatera diantaranya Indonesia Malaysia laju produktivitas industri, terutama di Provinsi
Thailand Growth Triangle, Inisiatif integrasi kawasan Sumatera Utara;
(belt and road initiatives), masyarakat ekonomi 5. Belum terintegrasinya serta belum optimalnya
ASEAN. Kondisi ini berpotensi dalam membuka pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
pintu perdagangan, investasi serta diversifikasi dikarenakan permasalahan mendasar yaitu,
pasar pada skala regional maupun global dengan lahan, perizinan, infrastruktur, dan pengelolaan
memperhatikan isu strategis pada wilayah Pulau kawasan sehingga belum terciptanya multiplier
Sumatera. effect dari pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi tersebut;
Namun demikian, Pulau Sumatera memiliki potensi 6. Belum optimalnya integrasi konektivitas intra-
bencana yang tinggi karena terdapat zona subduksi wilayah dan antar-wilayah baik darat, laut, dan
yang terus aktif dalam 15 tahun terakhir sepanjang udara dan belum optimalnya hub internasional
Pantai Barat Sumatera. Hal tersebut menyebabkan sebagai pintu gerbang perdagangan barang
wilayah barat Pulau Sumatera cenderung memiliki dan jasa;
risiko bencana yang meliputi bencana gempa bumi, 7. Masih Rendahnya kualitas sumber daya
tsunami, dan letusan gunung api. Selain itu, Pulau manusia siap pakai yang diakibatkan belum
Sumatera juga memiliki ancaman berupa titik panas optimalnya pelayanan pendidikan dan kesehatan
(hotspots) yang berada pada wilayah timur dan terutama di daerah pedalaman, daerah tertinggal,
berpotensi terjadi bencana kebakaran hutan dan dan pulau-pulau kecil terluar;
lahan. 8. Belum optimalnya pengembangan potensi
kawasan pariwisata berbasis ekonomi lokal;
Isu strategis pembangunan Wilayah Pulau Sumatera 9. Potensi bencana alam relatif tinggi khususnya
antara lain: di kawasan pantai barat Pulau Sumatera serta
1. Masih tingginya ketimpangan pembangunan belum sepenuhnya diantisipasi dengan upaya
terutama wilayah Sumatera bagian barat, dan mitigasi dan adaptasi yang komprehensif;
tingginya tingkat kemiskinan terutama pada 10. Degradasi lingkungan yang diakibatkan alih
wilayah Sumatera bagian utara; fungsi lahan menjadi perkebunan, pembukaan
2. Belum optimalnya pengembangan hilirisasi lahan hutan secara ilegal, serta pembakaran
industri berbasis sumber daya alam yang lahan gambut;
mencakup komoditas pertanian, perkebunan, 11. Masih terdapatnya praktik illegal fishing,
perikanan, migas dan batubara; human trafficking dan narkoba terutama pada
3. Belum adanya commodities trading house daerah perbatasan, serta praktik penanaman,
yang terintegrasi, serta masih rendahnya perdagangan, dan pemanfaatan tanaman ganja
perkembangan usaha koperasi dan UKM sebagai secara ilegal;
dasar penguatan struktur dan fundamental 12. Pengelolaan dan kualitas belanja dana APBD
perekonomian lokal; sebagian daerah dan dana Otonomi Khusus
Aceh dapat terus ditingkatkan.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 163


Prospek pertumbuhan wilayah Pulau Sumatera pengembangan industri kedirgantaraan. Secara
cenderung meningkat dengan didukung perbaikan spesifik, pembangunan di Provinsi Aceh juga
kinerja ekspor dan konsumsi. Hal tersebut memberi perhatian kepada kawasan pembangunan
dikarenakan adanya pembangunan jalan tol trans alternatif di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten
sumatera yang diperkirakan akan meningkatkan Bireuen, dan Kabupaten Gayo Lues.
pergerakan barang, memperbaiki sistem logistik
Pulau Sumatera, dan memicu perkembangan Selain pengembangan ekonomi berbasis
ekonomi wilayah. Selain itu, pengembangan sumber daya alam, dikembangkan juga kawasan
kawasan ekonomi di sepanjang koridor pesisir strategis prioritas berbasis pariwisata, yaitu
timur Sumatera, yang ditujukan untuk hilirisasi beberapa Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP);
komoditas unggulan juga berpotensi menjadi pusat Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
pertumbuhan yang mendongkrak perekonomian. Bebas (KPBPB) dan Wilayah Metropolitan untuk
Meskipun, outlook perekonomian global masih memacu pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera.
penuh ketidakpastian, tetapi prospek pertumbuhan Pengembangan berbagai kawasan strategis
kawasan Asia diperkirakan masih tetap terjaga. prioritas diarahkan pada kawasan yang telah siap
serta memiliki daya tarik investasi dengan struktur
Secara umum, arah kebijakan pembangunan kelembagaan dan pengelolaan yang kuat dan
wilayah Pulau Sumatera diarahkan sebagai pusat kompeten, sehingga dapat menciptakan dampak
pertumbuhan ekonomi yang mempunyai skala yang signifikan bagi perekonomian Wilayah
ekonomi besar pada koridor pesisir timur yang Sumatera.
berorientasi pada daya saing internasional dengan
didukung pengembangan hub internasional di Arah kebijakan tersebut diterjemahkan dalam
Kuala Tanjung sebagai outlet di wilayah Indonesia strategi berupa:
Bagian Barat. Untuk itu, inisiatif pengembangan 1. Mengembangkan komoditas unggulan kelapa
di Pulau Sumatera akan menitik beratkan pada sawit, kakao, karet, dan kopi, dan hilirisasi
pengembangan industri hilir berbasis komoditas. komoditas unggulan yang berpotensi memiliki
Pengembangan wilayah Pulau Sumatera secara nilai tambah tinggi;
umum akan bertumpu pada pengolahan sumber 2. Mengembangkan potensi pariwisata
daya alam yang dihasilkan dari sentra produksi daerah sebagai salah satu motor penggerak
perikanan di Sentra Kelautan Perikanan Terpadu pengembangan ekonomi lokal;
(SKPT), PKSN, sentra produksi pertanian dan 3. Mengembangkan industri kedirgantaraan;
perkebunan yang tersebar di beberapa Kawasan 4. Mengarusutamakan penanggulangan bencana
Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN), kawasan dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan
transmigrasi dan kawasan pertambangan minyak, kepada peningkatan investasi mitigasi
gas bumi dan batubara. Selanjutnya, pengolahan struktural dan non struktural serta adaptasi
sumber daya alam berupa kelapa sawit, karet, kayu, masyarakat terhadap perubahan iklim di
bauksit, alumina, minyak dan gas bumi, tersebut daerah rawan bencana dengan fokus utama
difokuskan di beberapa Kawasan Ekonomi Khusus pada peningkatan ketahanan kawasan pantai
(KEK) maupun Kawasan Industri (KI), serta Kawasan barat Sumatera dan memperhatikan pemulihan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas pascabencana Kawasan Selat Sunda dan
(KPBPB). Selain prioritas utama menitik beratkan Sekitarnya. Mitigasi non-struktural yang
pada hilirisasi industri, kedepan, pengembangan dimaksud mencakup optimalisasi pengaturan
industri juga diarahkan untuk menangkap peluang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan

164 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


serta pembangunan budaya sadar bencana produktivitas lahan pertanian pangan, terutama
dan kesiapsiagaan pemerintah daerah dan padi;
masyarakat; 4. Konservasi dan perlindungan habitat spesies
5. Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi kunci;
perkotaan, sanitasi dan air bersih, serta 5. Pengembangan energi baru terbarukan;
pengelolaan sampah dan limbah; 6. Optimalisasi pengelolaan sampah dan limbah
6. Pembangunan jaringan jalan tol Lintas Sumatera bahan berbahaya beracun secara terpadu;
yang dipadukan dengan jaringan multimoda 7. Pengembangan sarana dan prasarana
pelabuhan, bandara, dan jaringan jalan non-tol; transportasi massal.
7. Memperkuat konektivitas dan memantapkan
sistem logistik wilayah dalam mendukung Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dalam
industrialisasi khususnya di koridor pesisir timur rentang 4,9% (2020) – 7,2% (2024), maka
Wilayah Sumatera; diidentifikasi komoditas unggulan Pulau Sumatera
8. Mengendalikan alih fungsi lahan dan melakukan yang meliputi gambir, kakao, kelapa, kelapa sawit,
upaya pencegahan terjadinya pembakaran karet, kopi, lada, nilam, pala, tebu, perikanan
lahan gambut; tangkap, perikanan budidaya dan pertambangan
9. Pembangunan desa terpadu yang mencakup (emas, timah, minyak bumi, gas bumi dan batubara)
pengembangan desa wisata, desa dijital dan dengan sentra produksi yang tersebar di provinsi
produk unggulan desa; transformasi ekonomi sebagai berikut:
desa dan peningkatan peran badan usaha milik 1. Provinsi Aceh: kopi, nilam, kakao, pala, karet,
desa; perbaikan pelayanan dasar air minum, kelapa sawit, kelapa, dan perikanan tangkap;
sanitasi dan listrik desa; peningkatan kapasitas 2. Provinsi Bangka Belitung: lada, karet, timah, dan
aparatur desa dalam hal pemanfaatan dana perikanan tangkap;
desa dan tata kelola asset desa; penguatan 3. Provinsi Bengkulu: kopi, karet, kakao, kelapa
pendamping desa dan peran serta masyarakat sawit, dan emas;
desa yang inklusif; serta penetapan batas desa; 4. Provinsi Jambi: nilam, karet, kelapa sawit, kopi,
10. Mengembangkan pembangunan alternatif untuk kelapa, dan batubara;
mentransformasi kawasan rawan ganja menjadi 5. Provinsi Kepulauan Riau: karet, perikanan
kawasan ekonomi lokal sebagai bagian terpadu tangkap, dan perikanan budidaya;
pembangunan daerah. 6. Provinsi Lampung: kopi, karet, lada, tebu, kakao,
kelapa, dan perikanan budidaya;
Dalam rangka mendukung keberlanjutan 7. Provinsi Riau: kelapa sawit, kelapa, karet, emas,
lingkungan, pembangunan wilayah Pulau Sumatera perikanan tangkap, minyak bumi, dan gas bumi;
diarahkan untuk memenuhi kaidah pembangunan 8. Provinsi Sumatera Utara: karet, kopi, kelapa
rendah karbon yang meliputi: sawit, nilam, dan perikanan tangkap;
1. Optimalisasi upaya rehabilitasi hutan dan lahan 9. Provinsi Sumatera Barat: gambir, kakao, kopi,
untuk mempertahankan luas tutupan hutan dan nilam, karet, kelapa sawit, kelapa, dan perikanan
mengkonservasi sumber daya air; tangkap;
2. Penegakan hukum atas kejahatan di bidang 10. Provinsi Sumatera Selatan: kopi, karet, kelapa
sumber daya alam dan lingkungan hidup; sawit, lada, minyak bumi, gas bumi dan batubara.
3. Mempertahankan luasan dan meningkatkan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 165


Gambar 3.51 Peta Proyeksi Daya Dukung Lingkungan Pulau Sumatera 2025

166 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.52 Peta Sebaran Komoditas Unggulan di Wilayah Sumatera

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 167


Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Karimun, Tulang Bawang, dan Mesuji;
yang ada di wilayah Pulau Sumatera adalah sebagai 13. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
berikut: Sabang, Mentawai, Natuna dan Anambas;
1. WPP 571, yang berlokasi di Selat Malaka dan 14. Kawasan Transmigrasi Ketapang Nusantara
Laut Andaman dengan potensi produksi 425,4 di Kabupaten Aceh Tengah, Kawasan
ribu ton dan produksi eksisting mencapai 560,1 Transmigrasi Samar Kilang di Kabupaten
ribu ton (131,7%); dan Bener Meriah, Kawasan Transmigrasi Selaut di
2. WPP 572, yang berlokasi di Samudera Hindia Kabupaten Simeuleu, Kawasan Transmigrasi
(Barat Sumatera) dan Selat Sunda dengan Bathin III Ulu di Kabupaten Bungo, Kawasan
potensi 1.240,9 ribu ton dan produksi perikanan Transmigrasi Batu Betumpang di Kabupaten
eksisting 985,5 ribu ton (79,4%). Bangka Selatan, Kawasan Transmigrasi Lunang
Silaut di Kabupaten Pesisir Selatan, Kawasan
Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas Transmigrasi Parit Rambutan di Kabupaten Ogan
pengembangan kawasan berbasis sumber daya Ilir, Kawasan Transmigrasi Telang di Kabupaten
alam pada koridor pertumbuhan dan pemerataan, Banyuasin, Kawasan Transmigrasi Kikim di
maka dikembangkan kawasan strategis prioritas Kabupaten Lahat, Kawasan Transmigrasi
yang terdiri dari: Lagita di Kabupaten Bengkulu Utara, Kawasan
1. Kawasan Industri (KI)/Kawasan Ekonomi Khusus Transmigrasi Rawa Pitu di Kabupaten Tulang
(KEK) Arun Lhokseumawe; Bawang, dan Kawasan Transmigrasi Mesuji di
2. Kawasan Industri (KI)/Kawasan Ekonomi Khusus Kabupaten Mesuji; dan
(KEK) Sei Mangkei; 15. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
3. Kawasan Industri (KI)/Kawasan Ekonomi Khusus Sabang dan PKSN Ranai;
(KEK) Galang Batang;
4. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api- Sedangkan untuk mendorong pengembangan
api; kawasan berbasis non-sumber daya alam, kawasan
5. Rencana Pembangunan Kawasan Ekonomi strategis prioritas yang dikembangkan:
Khusus (KEK) Pulau Baai; 1. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
6. Kawasan Industri (KI) Kuala Tanjung; Bebas (KPBPB) Sabang, Batam, Bintan, dan
7. Kawasan Industri (KI) Kemingking; Karimun
8. Kawasan Industri (KI) Sadai; 2. Kawasan Industri (KI) Bintan Aerospace;
9. Kawasan Industri (KI) Way Pisang (tentatif, masih 3. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)/Kawasan
dalam review); Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang;
10. Kawasan Industri (KI) Sebalang (tentatif, masih 4. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Danau Toba;
dalam review); 5. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru
11. Kawasan Industri (KI) Tanjung Enim; Padang-Bukittinggi;
12. Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) 6. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru Batam-
Aceh Timur, Toba Samosir, Samosir, Agam, Bintan;
Banyuasin, Muaro Jambi, Belitung, Bangka 7. Wilayah Metropolitan Medan; dan
Selatan, Belitung Timur, Bintan Kepulauan, 8. Wilayah Metropolitan Palembang

168 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.53 Peta Sebaran Kawaasan Strategis Prioritas di Wilayah Sumatera

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 169


Pengembangan kawasan strategis prioritas dan irigasi; serta perumahan dan permukiman juga
tersebut didukung dengan pengembangan dibangun untuk mendukung kawasan strategis
outlet pelabuhan hub Pelabuhan Kuala Tanjung. prioritas tersebut. Uraian rinci pembangunan
Disamping itu, dukungan infrastruktur transportasi; infrastruktur tersebut terdapat pada lampiran
energi, telekomunikasi dan informatika; pengairan matriks pembangunan kewilayahan.

Gambar 3.54 Peta Jaringan Infrastrukur Transportasi Pulau Sumatera Tahun 2024

170 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.55 Peta Rencana Jaringan Infrastruktur Telekomunikasi dan Infrastruktur Energi Pulau Sumatera
Tahun 2024

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 171


Gambar 3.56 Peta Rencana Infrastruktur Pengairan dan Irigasi Pulau Sumatera Tahun 2024

172 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Selain infrastruktur, pengembangan kawasan Pengembangan SMK di wilayah Sumatera secara
sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat keseluruhan berjumlah 816 SMK yang mendukung
bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan sektor agribisnis dan agroteknologi, kemaritiman,
kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan pariwisata, seni dan industri kreatif, teknologi
sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan dan rekayasa, dan energi dan pertambangan.
(SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai Pengembangan perguruan tinggi yang memiliki
Latihan Kerja (BLK). prodi vokasi dilakukan di 111 perguruan tinggi yang

Gambar 3. 57 Peta Sebaran BLK di Wilayah Pulau Sumatera

Legenda
Sebaran Balai Latihan Kerja (BLK)

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 173


mendukung sektor industri (kimia di Aceh, Sumatera pariwisata dan pertanianAdapun pengembangan
Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Sumatera BLK di wilayah Sumatera ditargetkan sebanyak 87
Selatan, manufaktur di Aceh, Sumatera Barat, unit yang tersebar dan mendukung pemenuhan
Riau, Jambi, Lampung, Sumatera Selatan, dan kebutuhan tenaga kerja di sektor prioritas yang
Kepulauan Riau, otomatif di Sumatera Utara, Riau, meliputi: tenaga presisi tekstil, petani terlatih, buruh
dan Lampung, makanan dan minuman di Sumatera konstruksi gedung, manajer umum perdagangan
Utara dan Riau, ekonomi kreatif di Riau, migas di dan pelayan, pramuwisata, koki.
Aceh, dan tambang di Sumatera Selatan), konstruksi,

Gambar 3. 58 Peta Jenis dan Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan Pulau Sumatera

Aceh:
Agribisnis dan Agroteknologi: 14
Energi dan Pertambangan: 1 Kepulauan Riau:
Kemaritiman:7 Agribisnis dan Agroteknologi: 1
Pariwisata: 15 Kemaritiman: 4
Seni dan Industri Kreatif:1 Pariwisata: 5
Teknologi dan Rekayasa: 56 Riau: Teknologi dan Rekayasa: 13
Agribisnis dan Agroteknologi: 27
Kemaritiman: 3
Pariwisata: 4
Seni dan Industri Kreatif:1
Teknologi dan Rekayasa: 63

Sumatera Utara: Kepulauan Bangka Belitung:


Agribisnis dan Agroteknologi: 48 Agribisnis dan Agroteknologi: 3
Kemaritiman: 6 Kemaritiman: 5
Pariwisata: 23 Pariwisata: 5
Seni dan Industri Kreatif: 5 Teknologi dan Rekayasa: 10
Teknologi dan Rekayasa: 137

Sumatera Barat:
Agribisnis dan Agroteknologi: 12
Kemaritiman: 6
Pariwisata: 19
Seni dan Industri Kreatif: 5 Sumatera Selatan:
Teknologi dan Rekayasa: 51 Agribisnis dan Agroteknologi: 10
Pariwisata: 11
Seni dan Industri Kreatif: 1
Jambi: Teknologi dan Rekayasa: 63
Agribisnis dan Agroteknologi: 17
Kemaritiman: 2
Pariwisata: 4 Bengkulu: Lampung:
Seni dan Industri Kreatif: 1 Kemaritiman: 2 Agribisnis dan Agroteknologi: 8
Teknologi dan Rekayasa: 33 Pariwisata: 3 Kemaritiman: 2
Seni dan Industri Kreatif: 1 Pariwisata: 4
Teknologi dan Rekayasa: 25 Seni dan Industri Kreatif: 1
Teknologi dan Rekayasa: 78

174 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Disamping memacu pertumbuhan, maka 2019, selama maksimal 3 tahun (2020 – 2022),
pembangunan wilayah Sumatera juga yang mana untuk Pulau Sumatera berlokasi di 6
mengakomodasi pemerataan pelayanan dasar, kabupaten berikut, antara lain: a) Provinsi Aceh:
yang meliputi: Aceh Singkil; b) Provinsi Bengkulu: Seluma; c)
1. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan Provinsi Lampung: Lampung Barat; d) Provinsi
dengan lokus prioritas yaitu 3 kecamatan Sumatera Barat: Pasaman Barat, Solok Selatan,
lokasi prioritas di Provinsi Aceh, 2 kecamatan dan Musi Rawas;
lokasi prioritas di Provinsi Sumatera Utara, 10 5. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh
kecamatan lokasi prioritas di Provinsi Riau, provinsi wilayah Sumatera;
dan 34 kecamatan lokasi prioritas di Provinsi 6. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat
Kepulauan Riau; sasaran melalui Program Keluarga Harapan,
2. Penanganan stunting dengan lokasi fokus Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia
prioritas pada tahun 2020 mencakup 10 Sehat untuk mencapai target kemiskinan tahun
Kabupaten/Kota di Aceh, 6 Kabupaten/Kota di 2024 yaitu 11,75% di Provinsi Aceh, 6,83%
Sumatera Barat, 15 Kabupaten/Kota di Sumatera di Provinsi Sumatera Utara, 4,55% di Provinsi
Utara, 4 Kabupaten di Riau, 4 Kabupaten di Sumatera Barat, 12,09% di Provinsi Bengkulu,
Jambi, 6 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan, 10,01% di Provinsi Lampung, 5,7% di Provinsi
4 Kabupaten di Bengkulu, 6 Kabupaten di Riau, 4,21% di Provinsi Kepulauan Riau, 5,74%
Lampung, 3 Kabupaten di Bangka Belitung di Provinsi Jambi, 3,44% di Provinsi Kepulauan
dan 3 Kabupaten di Kepulauan Riau yang Bangka Belitung dan 10,38% di Provinsi
selanjutnya secara bertahap akan diperluas ke Sumatera Selatan;
seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Sumatera 7. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan
pada tahun 2023; (NIK) dengan target prioritas yang meliputi
3. Percepatan pembangunan daerah tertinggal Provinsi Sumatera Utara (Kab. Tapanuli Utara,
dengan fokus pada peningkatan kapasitas Kab. Padang Lawas Utara, Kab. Nias dan Kab.
sumber daya manusia, dan pemenuhan Nias Selatan) dan Provinsi Sumatera Barat (Kab.
pelayanan dasar yang memperhatikan aspek Kepulauan Mentawai);
mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap resiko 8. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan
bencana di 1 kabupaten tertinggal di Provinsi target prioritas meliputi: Provinsi Aceh (Kab. Aceh
Lampung, 1 kabupaten tertinggal di Provinsi Utara, Kab. Aceh Timur, Kab. Aceh Ternggara,
Sumatera Barat, 1 kabupaten tertinggal di Kab. Subulussalam), Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Selatan, dan 4 kabupaten (Kab. Langkat, Kab. Medan, Kab. Karo, Kab. Deli
tertinggal di Provinsi Sumatera Utara. Dari 7 Serdang, Kab. Serdang Berdagai, Kab. Batubara,
kabupaten tertinggal di Pulau Sumatera, 6 Kab. Asahan, Kab. Humbang Hasundutan, Kab.
kabupaten termasuk dalam koridor kewilayahan, Labuhan Batu, Kab. Labuhan Batu Selatan,
khususnya koridor pemerataan, antara lain: Kab. Dairi, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Tapanuli
Pesisir Barat di Provinsi Lampung, Kepulauan Tengah, Kab. Nias Utara, Kab. Nias, Kab. Nias
Mentawai di Provinsi Sumatera Barat; Nias, Nias Selatan, Kab. Tapanuli Selatan, Kab. Padang
Barat, Nias Utara, dan Nias Selatan di Provinsi Lawas Utara, Kab. Mandailing Natal, Kab.
Sumatera Utara; Padang Lawas), Provinsi Sumatera Barat (Kab.
4. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta Kepulauan Mentawai, Kab. Sijunjung), Provinsi
pelaku pembangunan lainnya terhadap 62 Bengkulu (Kab. Bengkulu Tengah), Provinsi
daerah tertinggal yang telah terentaskan tahun Lampung (Kab. Lampung Selatan), Provinsi

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 175


Sumatera Selatan (Kab. Ogan Komering Ilir) dan dan 64,54%), Provinsi Kep. Riau (100%, 80%,
Provinsi Riau (Kab. Rokan Hilir, Kab. Bengkalis, dan 91,6%) dan Provinsi Riau (100%, 90%, dan
Kab. Rokan Hulu, Kab. Kepulauan Meranti, Kab. 53,48%);
Indragiri Hulu, Kab, Indragiri Hilir); 10. Penyediaan akses bagi rumah tangga untuk
9. Penyediaan akses air minum dan sanitasi di menempati hunian layak menjadi 76,3% rumah
masing-masing provinsi untuk mencapai target tangga di Provinsi Aceh, 76,8% rumah tangga
2024 yang berupa akses air minum, akses di Provinsi Sumatera Utara, 95,5% rumah
sanitasi layak dan aman, dan akses sampah tangga di Provinsi Riau, 56,8% rumah tangga di
di perkotaan berturut-turut sebesar: Provinsi Provinsi Kepulauan Riau, 71,0% rumah tangga di
Aceh (100%, 80% dan 69%), Provinsi Sumatera Provinsi Jambi, 30,6% rumah tangga di Provinsi
Utara (100%, 95%, dan 74,43%), Provinsi Kep Bangka Belitung, 69,9% rumah tangga di
Sumatera Barat (100%, 85%, dan 75,64%), Provinsi Sumatera Selatan, 56,5% rumah tangga
Provinsi Bengkulu (100%, 79%, dan 53,24%), di Provinsi Lampung, 68,4% rumah tangga di
Provinsi Lampung (100%, 90%, dan 56,44%), Provinsi Bengkulu dan 67,8% rumah tangga di
Provinsi Sumatera Selatan (100%, 90%, dan Provinsi Sumatera Barat pada 2024;
76,91%), Provinsi Kep. Bangka Belitung (100%, 11. Pemenuhan standar pelayanan minimal
90%, dan 56,8%), Provinsi Jambi (100%, 90%, kebencanaan melalui peningkatan kapasitas

Gambar 3.59 Peta Cakupan Pelayanan Dasar Pulau Sumatera

176 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


pemerintah daerah, masyarakat, dan logistik Palembang;
kebencanaan, sesuai karakter ancaman 7. Pemulihan Pasca Bencana Kawasan Pesisir
bencana di wilayah masing-masing, terutama di Selat Sunda;
kawasan strategis nasional yang memiliki risiko 8. Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera: Aceh-
bencana tinggi. Lampung;
9. Jalan Trans pada Pulau Tertinggal, Terluar, dan
Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai Terdepan: (a) P. Simeuleu, (b) P. Nias, (c) P.
strategi pengembangan koridor pertumbuhan Mentawai, (d) P. Enggano, dan (e) P. Natuna;
dan pemerataan, maka dirancang Major Project 10. Sistem Angkutan Umum Masal Perkotaan di
di wilayah Pulau Sumatera adalah sebagai berikut Wilayah Metropolitan Medan;
(Gambar 3.60): 11. Rumah Susun Perkotaan (1 Juta) di Sumatera
1. Destinasi Pariwisata Unggulan: Danau Toba; Utara;
2. Pembangunan Energi Terbarukan B100 Berbasis 12. Waduk Multiguna: Bendungan Keureto;
Kelapa Sawit di Sumatera Selatan; 13. Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu: Pelabuhan
3. Revitalisasi Tambak di Lampung; Kuala Tanjung;
4. Integrasi Pelabuhan Perikanan dan Fish Market 14. Pemulihan Empat Daerah Aliran Sungai Kritis di
Bertaraf Internasional; Sumatera Utara; dan
5. Integrasi Pengembangan Wilayah Batam-Bintan; 15. Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah B3
6. Pengembangan Wilayah Metropolitan di Sumatera Utara.

Gambar 3.60. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Sumatera


12
4 13
11 10
9e
9a 14 15

9b 5

9c

2
6

9d 3
7

8 Jalan Tol Trans Sumatera: Aceh - Lampung

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 177


7. Arah Pembangunan Wilayah Pulau Jawa-Bali

Sebagai penghela utama pertumbuhan ekonomi Fenomena peningkatan jumlah penduduk yang
nasional, dengan proporsi kontribusi PDB Nasional dihadapi Pulau Jawa-Bali akan meningkatkan jumlah
mencapai lebih dari 50%, Pulau Jawa-Bali juga potensi risiko jiwa terpapar terhadap bencana.
mengalami peningkatan kepadatan penduduk yang Pada tahun 2015, dari 149,3 juta jiwa penduduk
signifikan dibandingkan wilayah lain di Indonesia. Jawa-Bali, sekitar 142,5 juta jiwa (95,4%) terpapar
Berdasarkan data dari BPS pada tahun 2015 sekitar terhadap berbagai jenis bencana. Berdasarkan
58% penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa- jenis ancaman bencana, keterpaparan aset fisik
Bali dengan kepadatan rata-rata 1.042 jiwa/km2. yang paling tinggi adalah untuk ancaman bencana
Pada tahun 2045, BPS memproyeksikan bahwa gempabumi, banjir, tanah longsor, banjir bandang
penduduk Indonesia akan bertambah 65,9 juta jiwa dan tsunami. Sementara untuk potensi kerugian
dari kondisi di tahun 2015, dan 72,8 persennya ekonomi paling tinggi terpapar adalah akibat
akan tinggal di perkotaan. Upaya penyebaran bencana banjir, kekeringan, tanah longsor dan
pertumbuhan ke luar Pulau Jawa-Bali telah dirintis gempa bumi.
sejak lama, namun pencapaiannya belum optimal.
Isu strategis pengembangan wilayah Pulau Jawa-
Dalam lima tahun ke depan, untuk mencapai Bali secara umum adalah berikut:
tujuan yang diharapkan dalam rangka pemerataan 1. Aktivitas ekonomi secara masif pada kawasan
pertumbuhan wilayah, maka direncanakan budidaya maupun kawasan lindung, seperti
pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Pulau pada kawasan karst, mengakibatkan kerusakan
Kalimantan dan pengembangan wilayah lingkungan dan keanekaragaman hayati;
metropolitan dan kota baru di luar Pulau Jawa. 2. Tingkat ketersediaan air yang semakin
Secara bersamaan, kegiatan ekonomi di Pulau berkurang yang tidak sebanding dengan tingkat
Jawa-Bali akan difokuskan pada kegiatan ekonomi permintaan yang terus meningkat;
berbasis jasa dan industri teknologi tinggi. 3. Tingginya perubahan konversi lahan pertanian
pangan beririgasi teknis yang mengancam
Sementara itu, berdasarkan data kejadian bencana peran Jawa-Bali sebagai lumbung pangan
di Wilayah Pulau Jawa-Bali dalam kurun waktu 30 nasional; dan
tahun terakhir (1985-2015), 98,5% kejadian bencana 4. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
terkait hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, cuaca dan potensi ancaman bencana mengakibatkan
ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, tingginya resiko bencana Jawa-Bali, namun
gelombang ekstrim dan abrasi dan banjir bandang), belum sepenuhnya didukung dengan upaya
sisanya 1,5% merupakan bencana terkait geologi mitigasi dan adaptasi yang komprehensif.
(gempabumi, letusan gunung api dan tsunami).
Dari jenis bencana hidrometeorologi, bencana yang Mengingat peran dan posisi Pulau Jawa-Bali
paling banyak terjadi adalah banjir sebanyak 3.820 sebagai penghela utama pertumbuhan nasional, dan
kejadian, tanah longsor 3.813 kejadian dan cuaca mempertimbangkan isu strategis yang mayoritas
ekstrim 3.486 kejadian. Sementara jenis bencana terkait keterbatasan daya dukung lingkungan,
geologi, bencana gempa bumi terjadi sebanyak 121 sebagaimana diuraikan diatas, maka arah
kejadian, letusan gunung api sebanyak 57 kejadian kebijakan pembangunan wilayah Pulau Jawa Bali
dan bencana tsunami sebanyak 11 kejadian. diarahkan untuk optimalisasi dan pengendalian
pembangunan untuk mendukung keberlanjutan.

178 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pengembangan wilayah masih mengandalkan pengaturan dan pengendalian pemanfaatan
pengolahan sumber daya alam yang dihasilkan ruang kawasan serta pembangunan budaya
dari sentra produksi sentra produksi pertanian dan sadar bencana dan kesiapsiagaan pemerintah
perkebunan yang tersebar di beberapa Kawasan daerah dan masyarakat;
Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN). Namun 7. Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi
demikian, mengingat keterbatasan lahan di Jawa- perkotaan, sanitasi, air bersih, pengelolaan
Bali dan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sampah, transportasi massal multimoda di
maka pengembangan industri manufaktur berbasis kawasan perkotaan terutama Metropolitan
teknologi tinggi terutama pada Kawasan Industri Jabodetabekjur, Kedungsepur, dan
(KI), menjadi fokus pembangunan lima tahun ke Gerbangkertasusila; dan
depan. Pengembangan kawasan industri tersebut 8. Memindahkan pusat pemerintahan dan Ibu Kota
juga dibarengi dengan pengembangan kawasan Negara ke luar Pulau Jawa.
pariwisata, serta kawasan ekonomi kreatif dan digital 9. Pembangunan desa terpadu yang mencakup
yang berfokus pada Kawasan Ekonomi Khusus pengembangan desa wisata, desa digital dan
dan/atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), produk unggulan desa; transformasi ekonomi
serta kawasan metropolitan di Jawa-Bali guna desa dan peningkatan peran badan usaha milik
mengoptimalkan potensi pariwisata budaya, alam dan desa; perbaikan pelayanan dasar air minum,
Meeting, Incentive, Conference, Exhibition (MICE). sanitasi dan listrik desa; peningkatan kapasitas
aparatur desa dalam hal pemanfaatan dana
Adapun strategi pembangunannya meliputi: desa dan tata kelola asset desa; penguatan
1. Mengembangkan pusat industri manufaktur, pendamping desa dan peran serta masyarakat
penghasil produk akhir dan produk antara yang desa yang inklusif; serta penetapan batas desa.
berorientasi ekspor dengan memanfaatkan
teknologi tinggi menuju industri 4.0; Beberapa kaidah pembangunan rendah karbon
2. Mempertahankan lumbung pangan nasional; yang menjadi pelengkap strategi pembangunan
3. Mengendalikan pembangunan untuk menekan wilayah Jawa-Bali adalah sebagai berikut:
laju alih fungsi lahan produktif dan menjaga 1. Mengendalikan pencemaran dan kerusakan
kelestarian wilayah Jawa bagian selatan; lingkungan hidup;
4. Mengembangkan destinasi pariwisata berbasis 2. Menegakkan hukum atas kejahatan di bidang
alam, budaya, dan MICE; sumber daya alam dan lingkungan hidup;
5. Mengembangkan kawasan berbasis ekonomi 3. Mempertahankan luasan dan meningkatkan
kreatif dan digital produktivitas lahan pertanian pangan, terutama
6. Mengarusutamakan penanggulangan bencana padi;
dan adaptasi perubahan iklim yang diarahkan 4. Optimalisasi upaya rehabilitasi hutan dan lahan
kepada peningkatan investasi mitigasi untuk mempertahankan luas tutupan hutan dan
struktural dan non struktural serta adaptasi mengkonservasi sumber daya air;
masyarakat terhadap perubahan iklim di 5. Konservasi dan perlindungan habitat spesies
daerah rawan bencana berbasis kearifan lokal kunci;
masyarakat dengan fokus utama pada kawasan 6. Mengembangkan energi baru terbarukan;
pantai selatan Pulau Jawa dan memperhatikan 7. Optimalisasi pengelolaan sampah dan limbah
pemulihan pascabencana Kawasan Selat bahan berbahaya beracun secara terpadu; dan
Sunda dan Sekitarnya. Mitigasi non-struktural 8. Mengembangkan sarana dan prasarana
yang dimaksud mencakup optimalisasi transportasi massal.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 179


Gambar 3.61 Peta Daya Dukung Wilayah Pulau Jawa Tahun 2025

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dalam 2. Provinsi Bali: kopi, kakao, dan kelapa;
rentang 5,6% (2020) – 6,2% (2024), maka 3. Provinsi Banten: kelapa, kakao, dan cengkeh;
diidentifikasi komoditas unggulan nasional di Pulau 4. Provinsi DKI Jakarta: perikanan tangkap;
Jawa-Bali dan komoditas unggulan Pulau Jawa-Bali 5. Provinsi Jawa Barat: teh, cengkeh, nilam, kopi,
yang meliputi cengkeh, kelapa, kopi, nilam, teh, garam, kelapa, tebu, emas dan perikanan
tebu, kakao, garam, emas, perikanan tangkap dan budidaya;
budidaya dengan sentra produksi yang tersebar di 6. Provinsi Jawa Tengah: teh, tebu, kopi, kelapa
provinsi sebagai berikut: dan perikanan tangkap;
1. Provinsi DI Yogyakarta: kelapa, kakao, dan 7. Provinsi Jawa Timur: tebu, kopi, garam, dan
perikanan budidaya; kelapa.

Gambar 3.62 Peta Sebaran Komoditas Unggulan di Wilayah Jawa-Bali

180 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) d. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)
yang ada di wilayah Pulau Jawa Bali adalah sebagai Borobudur;
berikut: e. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Bromo –
1. WPP 712, yang berlokasi di Laut Jawa dengan Tengger – Semeru;
potensi produksi 1.341,6 ribu ton dan produksi f. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru
eksisting mencapai 1.106,6 ribu ton (82,5%); dan Banyuwangi; dan
2. WPP 573, yang berlokasi di Samudera Hindia g. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)
(Selatan Jawa) dengan potensi 1.267,5 ribu ton Revitalisasi Bali
dan produksi perikanan eksisting 559,7 ribu ton 2. Kawasan Berbasis Ekonomi Kreatif dan Digital
(44,1%). a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari;
b. Rencana Pembangunan Kawasan Ekonomi
Dalam rangka mendukung hilirisasi komoditas, Khusus (KEK) Be Creative District Maja-
maka dikembangkan Kawasan Industri (KI) Madura, Rangkas; dan
KI) Brebes. Rencana Pengembangan Kawasan c. Rencana Pembangunan Kawasan Ekonomi
Industri (KI) Brebes, Rencana Penetapan dan Khusus (KEK) Be Creative District Karawang.
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)/ 3. Kota dan Metropolitan:
Kawasan Industri (KI) Kendal, dan Kawasan a. Wilayah Metropolitan Jakarta;
Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) Pandeglang, b. Wilayah Metropolitan Bandung;
Sukabumi, Magelang, Kendal, Pamekasan, c. Wilayah Metropolitan Semarang;
Banyuwangi, Klungkung dan Buleleng. Kawasan ini d. Wilayah Metropolitan Surabaya;
didukung dengan outlet pelabuhan hub Pelabuhan e. Wilayah Metropolitan Denpasar; dan
Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Perak. f. Kota Baru Maja.

Di samping itu, dikembangkan juga kawasan Pengembangan kawasan strategis prioritas


strategis prioritas lain untuk mendorong tersebut didukung dengan pengembangan outlet
pertumbuhan ekonomi berbasis non-sumber daya pelabuhan hub Pelabuhan Tanjung Priok dan
alam yang terdiri: Pelabuhan Tanjung Perak. Disamping itu, dukungan
1. Kawasan pariwisata: infrastruktur transportasi; energi, telekomunikasi dan
a. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Kep. informatika; pengairan dan irigasi; serta perumahan
Seribu; dan permukiman juga dibangun untuk mendukung
b. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)/Kawasan kawasan strategis prioritas tersebut. Uraian rinci
Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung; pembangunan infrastruktur tersebut terdapat pada
c. Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Baru lampiran matriks pembangunan kewilayahan.
Bandung-Halimun-Cilteuh;

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 181


Gambar 3.63 Sebaran Kawasan Strategis Prioritas di Wilayah Jawa-Bali

Gambar 3.64 Peta Jaringan Infrastruktur Perhubungan di Wilayah Jawa-Bali

182 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.65 Peta Jaringan Infrastruktur Perhubungan di Wilayah Jawa-Bali

Gambar 3.66 Peta Jaringan Infrastruktur Perhubungan di Wilayah Jawa-Bali

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 183


Selain infrastruktur, pengembangan kawasan Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
sebagai hilir dari pengolahan komoditas juga sangat Jawa Timur and Bali, tekstil di Jawa Barat, Jawa
bergantung pada kemampuan SDM. Peningkatan Tengah, kimia di Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.
kualitas SDM dilakukan melalui pengembangan Yogyakarta, Jawa Timur, manufaktur di DKI Jakarta,
sekolah vokasi, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa
(SMK) dan pelatihan vokasi dalam bentuk Balai Timur, otomatif di Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.
Latihan Kerja (BLK). Yogyakarta, Jawa Timur, minyak di Jawa Barat,
tambang di Jawa Barat, dan Jawa Timur, perkapalan
Pengembangan SMK di wilayah Jawa-Bali secara di Jawa Timur), konstruksi, pariwisata dan
keseluruhan berjumlah 1.713 SMK yang mendukung pertanianAdapun pengembangan BLK di wilayah
sektor agribisnis dan agroteknologi, kemaritiman, Jawa- Bali berjumlah 104 unit yang tersebar dan
pariwisata, seni dan industri kreatif, teknologi mendukung pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di
dan rekayasa, dan energi dan pertambangan. sektor prioritas yang meliputi: tenaga presisi tekstil,
Pengembangan perguruan tinggi yang memiliki petani terlatih, buruh konstruksi gedung, manajer
prodi vokasi dilakukan di 275 perguruan tinggi yang umum perdagangan dan manajer perusahaan
mendukung sektor industri ( Ekonomi Kreatif di DKI (gedung).

Gambar 3.67 Sebaran BLK di Wilayah Pulau Jawa-Bali

Legenda
Sebaran Balai Latihan Kerja (BLK)

184 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 3.68 Peta Jenis dan Jumlah SMK di Pulau Jawa

DKI Jakarta:
Jawa Tengah:
Agribisnis dan Agroteknologi: 1
Agribisnis dan Agroteknologi: 17 Jawa Timur:
Kemaritiman: 1
Kemaritiman: 11 Agribisnis dan Agroteknologi: 20
Pariwisata: 26
Pariwisata: 45 Energi dan Pertambangan: 1
Seni dan Industri Kreatif: 6
Seni dan Industri Kreatif: 6 Kemaritiman: 11
Teknologi dan Rekayasa: 46
Teknologi dan Rekayasa: 444 Pariwisata: 50
Seni dan Industri Kreatif: 6
Teknologi dan Rekayasa: 303

Banten:
Agribisnis dan Jawa Barat:
Agroteknologi: 4 Agribisnis dan
Kemaritiman: 2 Agroteknologi: 39 DI Yogyakarta:
Pariwisata: 10 Kemaritiman: 8 Agribisnis dan Agroteknologi: 3
Seni dan Industri Pariwisata: 47 Kemaritiman: 3 Bali:
Kreatif: 11 Seni dan Industri Pariwisata: 11 Agribisnis dan Agroteknologi: 3
Teknologi dan Kreatif: 10 Seni dan Industri Kreatif: 8 Pariwisata: 71
Rekayasa: 75 Teknologi dan Teknologi dan Rekayasa: 44 Seni dan Industri Kreatif: 1
Rekayasa: 359 Teknologi dan Rekayasa: 10

Disamping memacu pertumbuhan, maka Jawa-Bali pada tahun 2023;


pembangunan wilayah Pulau Jawa-Bali juga 3. Penanganan anak tidak sekolah di seluruh
mengakomodir pemerataan pelayanan dasar, yang provinsi wilayah Pulau Jawa-Bali;
meliputi: 4. Pemberian bantuan sosial dan subsidi tepat
sasaran melalui Program Keluarga Harapan,
1. Pembinaan dan keberpihakan dari K/L serta Kartu Sembako Murah, dan Kartu Indonesia
pelaku pembangunan lainnya terhadap 62 daerah Sehat untuk mencapai target kemiskinan tahun
tertinggal yang telah terentaskan tahun 2019, 2024 yaitu 3,6% di Banten, 4,85% di Jawa Barat,
selama maksimal 3 tahun (2020 – 2022), yang 2,25% di DKI Jakarta, 8,48% di Jawa Tengah,
mana untuk Pulau Jawa berlokasi di 6 kabupaten 7,75% di DI Yogyakarta, 8,3% di Jawa Timur dan
berikut, antara lain: a) Provinsi Banten: Lebak, 2,65% di Bali;
Pandeglang; b) Provinsi Jawa Timur: Bangkalan, 5. Perluasan cakupan Nomor Induk Kependudukan
Bondowoso, Sampang, dan Situbondo; (NIK) dengan target prioritas yang meliputi
2. Penanganan stunting dengan lokasi fokus Provinsi Banten (Kab. Tangerang, Kotan
prioritas pada tahun 2020 mencakup 3 kabupaten Tangerang Selatan, Kab. Pandeglang dan Kab.
di Bali, 2 wilayah administratif di DKI Jakarta, 3 Lebak), Provinsi Jawa Barat (Kab. Bekasi, Kab.
kabupaten di DI Yogyakarta, 16 kabupaten di Subang dan Kab. Bogor) dan Provinsi Jawa
Jawa Tengah, 20 kabupaten di Jawa Barat, 16 Timur (Kab. Bangkalan, Kab. Sampang dan Kab.
kabupaten di Jawa Timur dan 4 kabupaten di Jember);
Banten yang selanjutnya secara bertahap akan 6. Perluasan kepemilikan akta kelahiran dengan
diperluas ke seluruh Kabupaten/Kota di wilayah target prioritas meliputi: Provinsi Banten (Kab.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 185


Pandeglang, Kab. Lebak dan Kab. Serang), Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur dan
Provinsi Jawa Barat (Kab. Bogor) dan Provinsi Provinsi Bali;
Jawa Timur (Kab. Bangkalan, Kab. Sampang 8. Penyediaan akses bagi rumah tangga untuk
dan Kab. Jember); menempati hunian layak menjadi 72,7% rumah
7. Penyediaan akses air minum dan sanitasi untuk tangga di Provinsi Banten, 50,3% rumah tangga
mencapai target 2024 berupa: akses sanitasi di Provinsi DKI Jakarta, 60,6% rumah tangga
layak dan aman sebesar 90% di Provinsi Banten, di Provinsi Jawa Barat, 82,2% rumah tangga di
100% di Provinsi DKI Jakarta, 90% di Provinsi Provinsi Jawa Tengah, 87,6% rumah tangga di
Jawa Barat, 95% di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi DI Yogyakarta, 80,0% rumah tangga di
95% di Provinsi DI Yogyakarta, 95% di Provinsi Provinsi Jawa Timur dan 86,8% rumah tangga di
Jawa Timur dan 90% di Provinsi Bali; akses Provinsi Bali pada 2024;
penanganan sampah sebesar 83% di Provinsi 9. Pemenuhan standar pelayanan minimal
Banten, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa kebencanaan melalui peningkatan kapasitas
Barat, Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Bali, pemerintah daerah, masyarakat, dan logistik
75% di Provinsi Jawa Tengah, 82% di Provinsi kebencanaan, sesuai karakter ancaman
Jawa Timur; dan akses air minum layak sebesar bencana di wilayah masing-masing, terutama di
100% di Provinsi Banten, Provinsi DKI Jakarta, kawasan strategis nasional yang memiliki risiko
Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, bencana tinggi.

Gambar 3.69 Peta Sebaran Pelayanan Dasar Pulau Jawa

186 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai 8. Penangangan Pesisir 5 Perkotaan Pantura Jawa;
strategi pengembangan koridor pertumbuhan 9. KA Cepat Pulau Jawa (Jakarta-Semarang dan
dan pemerataan, maka dirancang Major Project Jakarta-Bandung);
di wilayah Pulau Jawa-Bali adalah sebagai berikut 10. Pembangunan Kilang Baru Tuban;
(Gambar 3.70): 11. Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu: (a) Tanjung
1. Destinasi Pariwisata Unggulan: (a) Borobudur Priok dan (b) Tanjung Perak;
Dskt, (b) Bromo-Tengger-Semeru, dan (c) 12. Waduk Multiguna Purworejo;
Revitalisasi Bali; 13. Sistem Angkutan Umum Masal Perkotaan di
2. Revitalisasi Tambak di Pantai Utara Jawa; Wilayah Metropolitan: Metropolitan (a) Jakarta,
3. Pembangunan Science Techno Park (b) Bandung, (c) Semarang, dan (d) Surabaya;
(Optimalisasi Triple Helix di 4 Major Universitas); 14. Rumah Susun Perkotaan (1 Juta): (a) Provinsi
4. Be Creative District: (a) Maja, (b) Rangkasbitung, DKI Jakarta, (b) Provinsi Jawa Barat, (c) Provinsi
dan (c) Karawang; Jawa Tengah, dan (d) Provinsi Jawa Timur;
5. Pengembangan Wilayah Metropolitan Denpasar; 15. Pemulihan Empat Daerah Aliran Sungai Kritis:
6. Pengembangan Kota Baru Maja; Citarum; dan
7. Pemulihan Pasca Bencana Kawasan Pesisir 16. Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah B3
Selat Sunda; di Jawa Timur

Gambar 3.70. Sebaran Major Project RPJMN 2020-2024 di Wilayah Jawa-Bali

6 11a 13a 14a


4a

7 4b 16 11b 13d 14d


4c 15
3 13c 14c
10
13a
12 1a
3 13b14b 3 1b

5 1c

2 Revitalisasi Tambak di Pantai Utara Jawa

8 Penanganan Pesisir 5 Perkotaan Pantura Jawa

8 KA Cepat Pulau Jawa: Jakarta-Semarang & Jakarta-


Bandung

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 187


MENINGKATKAN SUMBER
DAYA MANUSIA BERKUALITAS
DAN BERDAYA SAING
Pendahuluan

4
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Struktur penduduk Indonesia ditandai dengan Pembangunan Indonesia 2020-2024 ditujukan untuk
tingginya proporsi penduduk usia produktif. Pada membentuk sumber daya manusia yang berkualitas
tahun 2018, penduduk usia produktif di Indonesia dan berdaya saing, yaitu sumber daya manusia
mencapai 68,6 persen atau 181,3 juta jiwa dengan yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil,
angka ketergantungan usia muda dan tua yang dan berkarakter. Untuk mencapai tujuan tersebut,
rendah, yaitu 45,7. Perubahan struktur penduduk kebijakan pembangunan manusia diarahkan pada
ini akan membuka peluang bagi Indonesia untuk pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola
mendapatkan bonus demografi (demographic kependudukan, pemenuhan pelayanan dasar dan
dividend) yang dalam jangka menengah dan perlindungan sosial, peningkatan kualitas anak,
panjang akan mendorong pertumbuhan ekonomi perempuan dan pemuda, pengentasan kemiskinan,
yang tinggi dan menghantarkan Indonesia menjadi serta peningkatan produktivitas dan daya saing
negara berpenghasilan menengah ke atas. Bonus angkatan kerja. Kebijakan pembangunan manusia
demografi ini akan diperoleh dengan prasyarat tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan siklus
utama tersedianya sumber daya manusia (SDM) hidup, dan inklusif termasuk memperhatikan kebutuhan
yang berkualitas dan berdaya saing. penduduk usia lanjut maupun penduduk penyandang
disabilitas, dan pengelolaan SDM bertalenta.

190 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Capaian Pembangunan 2015-2019

Laju Pertumbuhan Rata-rata lama sekolah


Penduduk penduduk usia 15 tahun
ke atas
Status Awal: Status Awal:
1,14% (2015-2016) 8,22 tahun (2014)
Capaian Akhir: Capaian Akhir:
1,07% (2017-2018) 8,52 tahun (2018)

Angka kelahiran total Kepemilikan akta kelahiran


(Total Fertility Rate/TFR) penduduk usia 0-17 tahun

Status Awal: Status Awal:


2,41 (SP 2010) 81,68% (2016)
Capaian Akhir: Capaian Akhir:
2,28 (Supas 2015) 83,55% (Maret, 2018)

Cakupan kepesertaan JKN Proporsi pekerja pada


Kesehatan bidang pekerjaan
berkeahlian menengah
Status Awal: dan tinggi
62% (BPJS, 2015) Status Awal:
Capaian Akhir: 38,70% (2015)
83,3% (BPJS, 1 Juli 2019) Capaian Akhir:
40,60% (2019)

Prevalensi stunting (pendek


dan sangat pendek) pada Peringkat Global
balita Innovation Index
Status Awal: Status Awal:
37,2% (Riskesdas, 2013) 97/141 (2015)
Capaian Akhir: Capaian Akhir:
30,8% (Riskesdas, 2018) 85/129 (2019)

Angka kematian ibu (per Indeks Pembangunan


100.000 kelahiran hidup) Pemuda

Status Awal: Status Awal:


346 (SP, 2010) 48,67 (2015)
Capaian Akhir: Capaian Akhir:
305 (Supas, 2015) 51,50 (2018)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 191


Lingkungan dan Isu Strategis

Pengendalian Penduduk dan Penguatan


Tata Kelola Kependudukan

Penduduk tumbuh seimbang merupakan salah dari sekolah menuju dunia kerja, serta penyiapan
satu prasyarat untuk meningkatkan kualitas hidup kehidupan berkeluarga dan lansia.
manusia dan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
diwujudkan melalui pengendalian kuantitas, Ketimpangan sumber perekonomian menyebabkan
peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas perpindahan penduduk yang tidak merata. Tahun
penduduk. Dengan penduduk tumbuh seimbang, 2018, hampir 56 persen penduduk Indonesia tinggal
daya tampung dan daya dukung lingkungan dapat di Pulau Jawa, dengan luas pulau hanya sekitar 6
tetap terjaga. Hal ini dapat dicapai salah satunya persen daratan Indonesia. Seiring dengan masih
dengan menurunkan rata-rata angka kelahiran total adanya kesenjangan kesempatan perekonomian
(Total Fertility Rate/TFR) nasional sampai pada antarwilayah, mobilitas penduduk di Indonesia
tingkat replacement rate yaitu 2,1. Laju pertumbuhan diperkirakan terus meningkat dan belum merata arus
penduduk telah menurun dari 1,49 persen (SP 2010) perpindahannya. Sebagian kecil provinsi mempunyai
menjadi 1,43 persen (Supas 2015). Namun, jumlah arus perpindahan yang positif, banyak penduduk
penduduk secara absolut meningkat dari 237,6 pendatang, seperti di DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta.
juta pada tahun 2010 menjadi 255,2 juta di tahun Sementara sebagian besar lainnya memiliki net
2015, dimana lebih dari 60 persennya merupakan migration yang negatif, banyak penduduk yang
penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun). berpindah meninggalkan wilayah asalnya, terutama
di sebagian provinsi di Indonesia Bagian Timur.
Jumlah penduduk usia produktif yang besar
tersebut harus dimanfaatkan agar Indonesia Teknologi komunikasi yang berkembang pesat telah
dapat memaksimalkan bonus demografi. Apabila mempengaruhi pola mobilitas. Teknologi komunikasi
tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan memungkinkan komunikasi jarak jauh, kerja sama
tingginya tingkat penganguran, konflik sosial, serta jarak jauh (termasuk outsourcing). Hal ini tidak hanya
tekanan pada pangan dan lingkungan. Selain itu, mempunyai pengaruh terhadap kebijakan mobilitas
perubahan struktur umur penduduk yang cepat penduduk, namun juga kebijakan-kebijakan lainnya
juga membawa implikasi terhadap penduduk yang yang terkait. Oleh karena itu, penanganan mobilitas
menua (ageing population) yang tidak produktif. penduduk harus diarahkan pada pemerataan
Perubahan struktur umur penduduk tersebut dapat kesejahteraan antar wilayah dan bersifat lintas
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sektor; salah satunya adalah mobilitas penduduk
ekonomi di Indonesia dengan memberikan yang akurat dan terus mutakhir. Hal ini antara lain
perhatian pada pembangunan manusia dapat dilakukan dengan percepatan perluasan
berdasarkan siklus hidup. Pendekatan siklus administrasi kependudukan dan penggunaan
hidup mencakup 1000 Hari Pertama Kehidupan, mobile positioning data (MPD) menuju satu data
pendidikan usia dini, pola asuh dan pembentukan kependudukan yang digunakan untuk formulasi
karakter anak dalam keluarga, remaja, transisi kebijakan terkait penduduk dan tata wilayah.

192 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Dalam pelaksanaan perluasan cakupan pelayanan Pelaksanaan bantuan sosial dan subsidi akan terus
dasar dan perlindungan sosial masih banyak disempurnakan melalui penyelenggaraan yang
terkendala dengan keserasian pendataan terintegrasi dan tepat sasaran, agar lebih efektif
penduduk. Data penentuan target baik pelayanan dan efisien dalam menurunkan angka kemiskinan.
dasar maupun perlindungan sosial telah berbasis Berbagai kendala seperti permasalahan pada
Nomor Induk Kependudukan (NIK). Namun akurasi dan kelengkapan data serta prosedur
demikian, masih banyak penduduk yang belum administrasi yang lama, menyebabkan program-
melaporkan, menyelaraskan, maupun mencatatkan program bantuan sosial belum dapat terintegrasi
NIK tersebut, atau bahkan belum memiliki NIK. secara optimal. Dibutuhkan penanganan yang lebih
Sebagai konsekuensi, statistik hayati yang lengkap komprehensif serta didukung dengan perbaikan
dan valid sebagai dasar acuan penyusunan data dan perluasan penyaluran secara non-tunai,
kebijakan belum tersedia. Cakupan pendaftaran untuk mempercepat integrasi bantuan sosial.
penduduk dan pencatatan sipil masih menghadapi
tantangan dalam menjangkau wilayah sulit Selain bantuan sosial, perlindungan sosial bagi
maupun penduduk kelompok khusus. Pelayanan penduduk diselenggarakan dalam bentuk jaminan
administrasi kependudukan belum sepenuhnya sosial. Jaminan sosial terdiri dari jaminan kesehatan
menjangkau wilayah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan jaminan sosial bidang ketenagakerjaan.
(3T). Selain itu, administrasi kependudukan belum Jaminan sosial bidang ketenagakerjaan meliputi
sepenuhnya terintegrasi lintas sektor. Di samping jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian,
untuk memperluas cakupan pelayanan dasar jaminan pensiun, dan jaminan hari tua. Program
dan perlindungan sosial, cakupan administrasi jaminan sosial menghadapi berbagai tantangan, di
kependudukan yang komprehensif akan antaranya: (a) perluasan kepesertaan jaminan sosial
menghasilkan statistik hayati yang mumpuni. terutama kepesertaan pekerja informal atau Pekerja
Bukan Penerima Upah (PBPU) melambat; (b)
jumlah peserta tidak aktif (berhenti membayar iuran)
cukup banyak dan kepatuhan para pemberi kerja
Perlindungan Sosial maupun pada kelompok PBPU; (c) regulasi Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dan Jaminan Sosial
Bagi Seluruh Penduduk bidang Ketenagakerjaan masih belum harmonis;
(d) kelembagaan Sistem Jaminan Sosial Nasional
Perlindungan sosial ditujukan untuk melindungi (SJSN) belum optimal terutama dari sisi koordinasi
seluruh penduduk Indonesia dari guncangan antar kelembagaan dan penegakan fungsi Dewan
ekonomi, guncangan sosial, bahkan guncangan Jaminan Sosial Nasional (DJSN); (e) respon
karena adanya bencana alam dan perubahan iklim. lembaga pengawasan terhadap pelanggaran belum
Meskipun kesejahteraan penduduk meningkat, sekuat yang diharapkan; (f) lembaga aktuaria yang
jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin diperlukan untuk memperkirakan dan menegakkan
saat terjadi guncangan masih cukup tinggi. keberlanjutan fiskal program belum terkoordinasi
Perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan dengan baik serta lembaga yang independen belum
rentan diberikan melalui bantuan sosial untuk tersedia; dan (g) sistem monitoring dan evaluasi
mengurangi beban pengeluaran mereka. Selain masih parsial dan belum terintegrasi dengan baik.
program bantuan sosial, terdapat pula program-
program subsidi, seperti LPG dan Listrik yang Terlepas dari semakin seringnya kejadian bencana
ditujukan bagi kelompok miskin dan rentan. alam serta adanya perubahan iklim di beberapa

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 193


Gambar 4.1 Cakupan JKN Berdasarkan Kelompok Peserta (dalam juta jiwa)

133,4 156,8 171,9 186,6 203,1 221,2


250 8,8 11,2 15,4 20 28,4 37,2
86,4 87,8 91,1 92,4 92,1 94,1
200 24,3 37,9 41 43,9 46,5 52,3
9,1 15 19,3 25,3 31 32,6
150 4,9 5 5,1 5 5,1 5

100

50

0
2014 2015 2016 2017 2018 2019*
PBI-APBN PPU PBPU BP PBI-APBD/Integrasi Jamkesda Total
Sumber: BPJS Kesehatan
Keterangan: PBI: Penerima Bantuan Iuran PBPU: Peserta Penerima Upah PBPU: Peserta Bukan Penerima Upah BP: Bukan Pekerja

tempat, perlindungan sosial yang adaptif belum Kondisi yang dialami oleh kelompok lansia tersebut
sepenuhnya berkembang. Sistem yang ada saat pada dasarnya juga terjadi pada penyandang
ini belum mampu untuk merespon kebutuhan disabilitas. Berdasarkan SUPAS 2015, terdapat 8,56
penduduk yang menjadi korban bencana. Oleh persen atau sekitar 21,84 juta penduduk merupakan
karena itu, penduduk yang berada pada daerah penyandang disabilitas, di mana 48,5% dari jumlah
rawan bencana menjadi rentan miskin. Terlebih tersebut merupakan penyandang disabilitas ganda.
lagi, penduduk yang mengalami perubahan iklim Penyandang disabilitas memiliki tingkat partisipasi
yang secara pasti belum mempunyai kemampuan yang rendah dalam berbagai bidang seperti
untuk beradaptasi dalam penyesuaian mata pendidikan dan ketenagakerjaan serta kurang
pencaharian atau penyesuaian produksi sesuai memiliki akses terhadap fasilitas dan layanan publik
iklim yang berubah. Perlindungan sosial pun masih yang menyebabkan penyandang disabilitas berisiko
belum memihak sepenuhnya terhadap kelompok lebih tinggi hidup di bawah garis kemiskinan.
khusus antara lain penyandang disabilitas maupun
penduduk lansia yang rentan miskin. Kesejahteraan
kelompok penduduk tersebut masih cukup rentan Pemenuhan Layanan
dan belum sepenuhnya diperhatikan. Bertambahnya Dasar
usia penduduk berkaitan erat dengan penurunan
kapasitas intrinsik dan kapabilitas fungsional.
Penduduk lansia yang tidak mampu melakukan Derajat kesehatan dan tingkat pendidikan membaik,
aktivitas sehari hari sebesar 7,9 persen dan sebesar namun belum menjangkau seluruh penduduk.
11,4 persen yang tidak mempunyai kemampuan Kematian ibu dan bayi masih tinggi. Kapasitas
berbicara, melihat, dan mendengar (SUPAS 2015). tenaga kesehatan, sistem rujukan maternal, dan tata
Selain itu, tingkat kesejahteraan lanjut usia masih laksana pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta
rendah, dan tingkat kemiskinannya relatif lebih pelayanan kesehatan reproduksi belum berjalan
tinggi dari kelompok umur lainnya. Penduduk lanjut optimal. Penggunaan kontrasepsi (Contraceptive
usia juga rentan terhadap kekerasan, kejahatan, Prevalence Rate/CPR) cara modern menurun dari
penipuan, diskriminasi, dan eksklusi. 57,9 persen (SDKI 2012) menjadi 57,2 persen

194 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


(SDKI 2017). Angka kelahiran (Age Specific Fertility meningkatkan faktor risiko penyakit seperti obesitas,
Rate/ASFR) umur 15-19 tahun juga masih tinggi tekanan darah tinggi, dan masih tingginya merokok
disebabkan rendahnya pemahaman remaja tentang serta kurangnya aktivitas fisik, sehingga penyakit
kesehatan reproduksi dan masih tingginya angka tidak menular (PTM) seperti stroke, jantung dan
perkawinan anak serta penyiapan kehidupan diabetes meningkat. Kondisi lingkungan diperburuk
berkeluarga yang masih belum optimal. Pemahaman dengan polusi udara, air dan sanitasi dan limbah
orangtua mengenai pola asuh yang baik, kesehatan bahan berbahaya dan beracun (B3) yang belum
lingkungan serta kemampuan menyediakan gizi terkelola dengan baik. Proporsi rumah tangga yang
yang cukup juga masih rendah sehingga prevalensi menempati rumah layak huni sebanyak 54,1 persen
stunting masih tinggi. dengan akses terhadap air minum layak sebesar
87,8 persen, dan sanitasi layak sebesar 74,6 persen
Prevalensi penyakit menular utama (HIV/AIDS, (BPS 2018, diolah Bappenas 2019).
tuberkulosis dan malaria) masih tinggi disertai
dengan ancaman emerging diseases akibat tingginya Sistem rujukan pelayanan kesehatan belum optimal
mobilitas penduduk. Pola hidup yang tidak sehat dilihat dari banyaknya antrian pasien. Puskesmas

Gambar 4.2 10 Peringkat Teratas dan Perubahan Beban Penyakit (Disability Adjusted Life Years/DALYs) Tahun 1990
dan 2017 di Indonesia

1990 2017 % Perubahan


1990-2017

01 Gangguan Neonatal Stroke 01 + 93,4%

02 Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Penyakit Jantung Iskemik 02 + 113,9%

03 Diare Diabetes 03 + 157,1%

04 Tuberkulosis Gangguan Neonatal 04 - 52,5%

05 Stroke Tuberkulosis 05 - 45,1%

06 Kecelakaan Lalu Lintas Sirosis 06 + 17,3%

07 Cacat Bawaan Diare 07 - 63,4%

08 Penyakit Jantung Iskemik Nyeri Puggung Bawah 08 + 84,1%

09 Sirosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis 09 + 76,7%

10 Campak Kecelakaan Lalu Lintas 10 - 32,1%


Penyakit menular/masalah kesehatan ibu, anak dan gizi
11 Diabetes
Penyakit tidak menular Cedera
Sumber: Global Burden of Disease, 2017

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 195


dan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) remaja, dan anak yang bekerja atau pekerja anak.
swasta belum mampu secara maksimal berperan Partisipasi pendidikan pada jenjang PAUD dan
sebagai gate keeper. Kekosongan obat dan vaksin pendidikan tinggi (PT) juga masih sangat rendah,
serta penggunaan obat yang tidak rasional masih yaitu masing-masing sebesar 36,06 persen, dan
terjadi, ketergantungan yang tinggi terhadap impor 30,19 persen (Susenas, 2018). Kesenjangan
bahan baku sediaan farmasi dan alat kesehatan, pendidikan antar kelompok ekonomi juga masih
serta sistem pengawasan obat dan makanan belum menjadi permasalahan dan semakin lebar seiring
optimal. Ketimpangan kinerja sistem kesehatan dengan semakin tingginya jenjang pendidikan. Rasio
antar wilayah juga masih tinggi misalnya cakupan APK 20 persen penduduk termiskin dibandingkan 20
imunisasi yang rendah di Indonesia bagian timur. persen terkaya pada jenjang menengah dan tinggi
Fasilitas pelayanan kesehatan yang terakreditasi pada tahun 2018, masing-masing sebesar 0,67 dan
dan tenaga kesehatan masih menumpuk di Jawa- 0,16. Kesenjangan taraf pendidikan antarwilayah
Bali dan daerah perkotaan. juga masih tinggi.

Di bidang pendidikan, pada tahun 2018, masih Pembelajaran berkualitas juga belum berjalan
terdapat 4,4 juta anak usia 7-18 tahun yang tidak secara optimal dan merata antarwilayah. Upaya
atau belum mendapatkan layanan pendidikan (anak yang dilakukan belum dapat meningkatkan kualitas
tidak sekolah/ATS). ATS disebabkan pada masih pembelajaran yang menumbuhkan kecakapan
rendahnya upaya lintas sektor dalam meminimalisasi berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).
hambatan sosial, ekonomi, budaya, maupun Hasil PISA (Program for International Student
geografis, serta pola layanan pendidikan yang Assessment), menunjukkan bahwa proporsi siswa
belum optimal untuk anak berkebutuhan khusus, yang berada di atas standar minimum kompetensi
anak jalanan dan anak terlantar, anak berhadapan matematika, sains, dan literasi, pada periode 2006-
dengan hukum, anak dalam pernikahan atau ibu 2018, menunjukkan perkembangan yang masih
rendah. Pada PISA 2018, proporsi siswa yang berada
Gambar 4.3 Kesenjangan Taraf Pendidikan Antarwilayah dari Pencapaian Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15
Tahun Keatas per Provinsi, 2018

Sumber: Susenas BPS

196 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 4.4 Proporsi Anak Kelas 9 di Atas Standar Minimum Kemampuan Matematika, Sains, dan Membaca pada
Tes PISA

50% 46% 45% 45%


42%
40%
38% 45%

30% 35% 34%


34% 28,1%
32%
22,9%
24%
23%
10%
2006 2009 2012 2015 2018

Matematika Membaca Sains


Sumber: PISA 2018

Gambar 4.5 Perbandingan Beberapa Negara Mengenai Proporsi Anak di Bawah Standar Minimum Kemampuan
Matematika pada Tes PISA

100%

80%

60%

40%
71,9%
52,7%
20%
15% 23,9%
0% 0% 7,1%
Indonesia Thailand Vietnam Korea Singapura Rata-rata OECD
<level 2 level 2 level 3 level 4 level 5 level 6

Sumber: PISA 2018

di atas standar minimum kompetensi matematika, utama yang mempengaruhi kualitas pembelajaran.
jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) 2015, menunjukkan
di kawasan ASEAN. nilai rata-rata sebesar 53,02, lebih rendah dari standar
kompetensi minimum sebesar 60,0. Sementara itu,
Selain itu, hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia pada jenjang pendidikan tinggi, hanya 14,1 persen
(AKSI), menunjukkan bahwa kompetensi siswa di dari 290.687 dosen yang berkualifikasi doktor/S-3
berbagai wilayah masih sangat jauh tertinggal. Hal ini (Kemristekdikti, 2018).
terlihat dari masih rendahnya siswa yang mencapai
batas kompetensi minimum, seperti di Sulawesi Kesenjangan mutu antarsatuan pendidikan tinggi
Barat untuk membaca (20,92 persen), Maluku untuk menjadi persoalan krusial di Indonesia. Jumlah
matematika (12,19 persen), dan Gorontalo untuk perguruan tinggi yang begitu besar, yakni 4.650
sains (13,52 persen). Kualitas pendidik menjadi faktor lembaga, menyebabkan upaya tata kelola di

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 197


pendidikan tinggi belum berjalan optimal. Persoalan belum mendapatkan akses pendidikan (Kementerian
kualitas juga terkait erat dengan belum terwujudnya Hukum dan HAM, 2019) dan 16,4 persen anak belum
diferensiasi misi perguruan tinggi dalam mengemban memiliki akta kelahiran (Susenas, 2018). Selain itu,
tridharma perguruan tinggi, yaitu pengajaran, tindak kekerasan terhadap anak masih terjadi. Pada
penelitian, dan pengabdian masyarakat. Selama ini, tahun 2018, terdapat sekitar 61,7 persen laki-laki
perguruan tinggi belum fokus dalam mengemban dan 62 persen perempuan usia 13-17 tahun yang
tiga fungsi tersebut, yakni apakah sebagai research pernah mengalami kekerasan sepanjang hidupnya
university yang menekankan pada aspek knowledge (SNPHAR). Di samping itu, sekitar 23 persen pelajar
production melalui riset multi dan lintas disipliner; pernah terlibat perkelahian (SNKBS, 2015), 11,21
sebagai teaching university yang fokus pada persen perempuan usia 20-24 tahun menikah sebelum
pembelajaran dan pengabdian masyarakat, atau usia 18 tahun (Susenas, 2018), dan meningkatnya
sebagai vocational university yang menekankan laporan cyber crime yang melibatkan anak dari 608
pada kemitraan dengan industri dan penyiapan kasus di tahun 2017 menjadi 679 kasus di tahun 2018
lulusan berkeahlian dan berketerampilan. (KPAI). Selanjutnya, perilaku berisiko perlu ditangani
sedini mungkin untuk mencegah dampak jangka
panjang bagi anak. Saat ini terdapat sekitar 9,1 persen
Peningkatan Kualitas penduduk usia 10-18 tahun merokok (Riskesdas,
Anak, Perempuan, 2018) dan sekitar 1,9 persen pelajar di bawah usia
dan Pemuda lima belas tahun yang menggunakan narkotika dalam
satu tahun terakhir (SPPGN, 2016).
Intervensi berdasarkan kebutuhan yang sesuai
dengan tahap kehidupan dan karakteristik
individu diperlukan dalam mewujudkan SDM yang
berkualitas dan berdaya saing. Anak, perempuan,
dan pemuda merupakan kelompok penduduk
yang memiliki kriteria spesifik sehingga dibutuhkan
pendekatan yang berbeda demi menjamin
kualitas hidup mereka. Pemenuhan hak dan 1,9%
perlindungan anak penting untuk memastikan anak 9,1 % anak usia pelajar di bawah
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 10-18 tahun usia 15 tahun
Perlindungan perempuan menjadi faktor penting merokok menggunakan
(Riskesdas, 2018) narkotika
untuk memastikan keterlibatan mereka dalam setiap
(SPPGN, 2016)
sektor pembangunan. Sementara itu, pembangunan
pemuda memiliki arti penting bagi keberlangsungan
suatu negara-bangsa karena pemuda adalah Kekerasan terhadap perempuan (KtP) terus
penerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa dan meningkat dengan spektrum yang semakin beragam.
salah satu penentu optimalisasi bonus demografi. Hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional
(SPHPN) tahun 2016 menunjukkan 1 dari 3 perempuan
Pemenuhan hak dan perlindungan anak, perlindungan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik
perempuan, serta pembangunan pemuda belum selama hidupnya. Jumlah KtP yang dilaporkan pada
berjalan optimal. Pemenuhan hak anak dalam kondisi tahun 2018 meningkat 14 persen dibandingkan tahun
tertentu masih memerlukan upaya yang besar. Masih 2019 yaitu dari 348.466 kasus menjadi 406.178 kasus.
ada sekitar 28,98 persen anak di dalam lapas yang Dari jumlah tersebut, 71 persen adalah kekerasan

198 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Peran dan partisipasi pemuda dalam pembangunan
juga belum optimal. Hanya 6,7 persen pemuda
yang pernah memberikan saran/pendapat dalam
kegiatan pertemuan dan hanya 6,4 persen terlibat
aktif dalam kegiatan organisasi (Susenas, 2018).
Sebagian pemuda cenderung memiliki perilaku
berisiko yang berakibat pada terjadinya cedera,
penyakit, dan kurang produktif. Penyalahguna
narkoba usia kurang dari 30 tahun masih lebih
1 dari 3 perempuan
tinggi dari usia lebih dari 30 tahun, yaitu 3,0
usia 15-64 tahun pernah mengalami
berbanding 2,8 (BNN, 2017). Sekitar 63,8 persen
kekerasan fisik selama hidupnya
jumlah infeksi HIV baru pada rentang usia 15–19
dan sekitar 56,5 persen pada rentang usia 20–24
dalam rumah tangga (KDRT) dan 28 persen tahun (Kemenkes, 2018). Selanjutnya, sekitar 26,3
adalah kekerasan di komunitas seperti perkosaan, persen pemuda merokok (Susenas, 2017).
pencabulan, dan kekerasan seksual. Di dalam KDRT,
kasus inses adalah bentuk kekerasan seksual yang
paling dominan dan anak perempuan paling rentan
Pengentasan
menjadi korban. Kasus inses sering tidak terungkap
dan sulit dilaporkan karena pelakunya adalah orang
Kemiskinan
yang terdekat dengan korban. Perempuan juga
semakin rentan mengalami kekerasan pada situasi Dalam satu dekade terakhir ekonomi Indonesia
darurat dan bencana. Selain itu, kekerasan pada tumbuh positif. Namun, elastisitasnya terhadap
pekerja migran perempuan juga masih terjadi mulai tingkat kemiskinan menurun sehingga laju penurunan
dari pemberangkatan, transit, dan pemulangan kemiskinan cenderung melambat. Hal ini terjadi
(Komnas Perempuan, 2019). Jumlah kasus tindak antara lain karena sektor ekonomi yang mengalami
pidana perdagangan orang (TPPO) juga masih tinggi pertumbuhan cukup tinggi seperti sektor keuangan dan
dengan modus yang semakin kompleks. Jumlah jasa bukan merupakan sektor andalan penghidupan
korban TPPO pada tahun 2018 mencapai 297 orang bagi masyarakat miskin dan rentan. Sebagai contoh,
di mana 70 persen di antaranya adalah perempuan sektor pertanian yang menjadi tumpuan penghidupan
dan anak perempuan (Bareskrim Polri, 2019). mayoritas tenaga kerja, khususnya tenaga kerja
Selanjutnya, perkembangan teknologi juga membuka miskin, memiliki produktivitas yang rendah serta
peluang terjadinya kasus kekerasan berbasis gender kontribusi terhadap PDRB yang cenderung menurun.
online (KBGO) yang sebagian besar korbannya Sebanyak 49,8 persen kepala keluarga dari kelompok
adalah perempuan. Sepanjang 2017, terdapat 65 miskin dan rentan bekerja di sektor pertanian dan
kasus KBGO dalam berbagai bentuk, antara lain 13,4 persen bekerja di sektor perdagangan dan
pendekatan untuk memperdaya (cyber grooming), jasa akomodasi (Susenas, 2018). Di sisi lain, rata-
pelecehan online (cyber harassment), peretasan rata pendapatan sektor tersebut merupakan yang
(hacking), konten ilegal (illegal content), pelanggaran terendah, rata-rata pendapatan sektor pertanian
privasi (infringement of privacy), ancaman distribusi adalah Rp. 743.399,- sementara sektor perdagangan
foto/video pribadi (malicious distribution), pencemaran dan jasa akomodasi sebesar Rp. 1.218.955,- per
nama baik (online defamation), dan rekrutmen daring bulan (Sakernas, 2017). Rendahnya produktivitas di
(online recruitment). sektor ini karena masih minimnya kepemilikan aset

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 199


produktif, minimnya akses terhadap pembiayaan Peningkatan
serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan.
1
sst
PL
t
PLACE
LA
LLAC
ACE

Produktivitas dan
1
Daya Saing
2
Rumah tangga miskin dan rentan yang memiliki
3

akses terhadap layanan keuangan hanya sekitar 25,6


persen (Susenas, 2018). Selain minimnya pendanaan
yang sesuai dengan profil usaha kelompok miskin Produktivitas dan daya saing manusia Indonesia
dan rentan dibutuhkan juga pengembangan skema masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan Global Human
pendanaan bagi dunia usaha dengan kegiatan yang Capital Index oleh World Economic Forum (WEF)
memiliki dampak sosial (social impact fund). Dalam 2017, peringkat SDM Indonesia berada pada posisi
hal kemandirian ekonomi, kelompok miskin dan rentan 65 dari 130 negara, tertinggal dibandingkan Malaysia
masih sulit bersaing dalam usaha produktif karena (peringkat 33), Thailand (peringkat 40), dan Vietnam
daya saing yang rendah, akses terhadap pasar dari (peringkat 64). Meskipun produktivitas tenaga kerja
produk yang dihasilkan serta kolaborasi usaha yang Indonesia mengalami peningkatan, yaitu dari 81,9
rendah dan kolaborasi keperantaraan usaha belum juta rupiah/orang pada tahun 2017 menjadi 84,07 juta
optimal. rupiah/orang pada tahun 2018, produktivitas tenaga
kerja Indonesia masih tertinggal dibandingkan
Saat ini terdapat dua kerangka kebijakan dalam dengan Singapura dan Malaysia. Selain itu,
upaya pengentasan kemiskinan, yaitu kerangka pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 4,9 persen di
kebijakan makro dan mikro. Dalam kerangka tahun 2017, hanya 0,6 persen yang bersumber dari
kebijakan makro, pemerintah perlu terus menjaga Total Factor Productivity (TFP). Sisanya 2,8 persen
stabilitas inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi bersumber dari modal kapital
yang inklusif, menciptakan lapangan kerja produktif, dan 1,5 persen dari modal manusia.
menjaga iklim investasi dan regulasi perdagangan,
meningkatkan produktivitas sektor pertanian, Kebutuhan tenaga kerja terampil, kreatif, inovatif
serta mengembangkan infrastruktur di wilayah dan adaptif belum dapat dipenuhi secara optimal.
tertinggal. Sedangkan dalam kerangka mikro, Rendahnya kualitas tenaga kerja yang belum
upaya mengurangi kemiskinan dikelompokkan merespon perkembangan kebutuhan pasar
dalam dua strategi utama, yaitu penyempurnaan kerja merupakan salah satu penyebab mengapa
kebijakan bantuan sosial yang bertujuan untuk produktivitas dan daya saing Indonesia masih
menurunkan beban pengeluaran dan peningkatan tertinggal. Saat ini proporsi pekerja pada bidang
pendapatan kelompok miskin dan rentan melalui keahlian menengah dan tinggi di Indonesia hanya
program ekonomi produktif. Strategi kedua ini sekitar 40,60 persen (Sakernas Agustus, 2019),
perlu dikembangkan pemerintah dalam upaya lebih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN
menjadikan kelompok miskin dan rentan lebih lainnya. Sementara itu, pekerja masih didominasi
produktif dan berdaya secara ekonomi sehingga lulusan SMP ke bawah (56,27 persen atau 75,17 juta
tidak terus bergantung pada bantuan pemerintah. orang), sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka
Selain itu, pemerintah mengupayakan pendanaan (TPT) lulusan pendidikan menengah dan tinggi
bagi inisiatif-inisiatif masyarakat yang terbukti mencapai 8,39 persen. Informasi pasar kerja andal
memiliki dampak sosial ekonomi. Dalam jangka yang belum tersedia dan keterlibatan industri yang
menengah kombinasi dari berbagai skema tersebut rendah, menyebabkan masih terjadinya mismatch
diharapkan dapat mendorong kelompok rentan antara penyediaan layanan pendidikan, termasuk
untuk dapat meningkat menjadi kelompok ekonomi pendidikan dan pelatihan vokasi, dengan kebutuhan
menengah. pasar kerja.

200 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 4.6 Jumlah dan kualifikasi SDM Iptek tahun 2018

S3 S3 S3
146 41.066
1.284

PENELITI PEREKAYASA DOSEN

Dari 301.885 SDM Iptek <S3 <S3 <S3


7.450 249.621
hanya 14,08% berkualifikasi S3 2.318

Sumber: diolah dari data Pusbindiklatren LIPI, Pusbindiklatren BPPT, dan Kemristekdikti, Juni 2018

Program studi yang dikembangkan pada jenjang perguruan tinggi yang memadai sebagai sumber
pendidikan tinggi juga belum sepenuhnya menjawab inovasi teknologi (center of excellence).
potensi dan kebutuhan pasar kerja. Saat ini, mahasiswa
aktif dan lulusan perguruan tinggi sebagian besar Perguruan tinggi belum terlalu fokus dalam
didominasi oleh program studi sosial humaniora. mengembangkan bidang ilmu yang menjadi
Sementara itu, jumlah mahasiswa dan lulusan bidang keunggulan dan masih kurang terhubung dengan
ilmu sains dan keteknikan masih terbatas. Pada jejaring kerjasama riset, baik antara perguruan
jalur pendidikan dan pelatihan vokasi, peningkatan tinggi dan pusat-pusat penelitian di dalam dan luar
kualitas layanan belum sepenuhnya didukung dengan negeri. Dari sisi produktivitas penelitian, jumlah
sarana dan prasarana pembelajaran dan praktik publikasi dosen di jurnal internasional mengalami
yang memadai dan berkualitas, kecukupan pendidik peningkatan, namun kualitasnya masih perlu
produktif berkualitas, kecukupan magang dan ditingkatkan. Jumlah publikasi internasional yang
praktik kerja, serta keterbatasan kapasitas sertifikasi dapat disitasi pada tahun 2018 baru mencapai
kompetensi. Selain itu, pembelajaran juga belum 31.708 (peringkat 22 dari 233 negara).
mendorong penguasaan soft-skills yang mendukung
kebekerjaan, seperti penguasaan bahasa asing, Meskipun jumlah paten yang diberikan (granted)
serta kemampuan berpikir kritis, analisis, inovasi, terus meningkat dan mencapai 991 paten di tahun
kepemimpinan, negosiasi, dan kerja tim. 2019, jumlah aplikasi pendaftaran paten dari warga
negara Indonesia masih rendah dan berfluktuasi
Kapasitas adopsi Iptek dan penciptaan inovasi setiap tahunnya. Untuk mendorong produktivitas
Indonesia masih rendah. Indonesia berada di ekonomi melalui inovasi teknologi, perlu dibangun
peringkat 85 dari 129 negara dengan skor Global ekosistem inovasi yang didukung dengan komitmen
Innovation Index (GII) 29,72 dari skala 0-100 peningkatan belanja litbang nasional.
(2019). Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya
belanja litbang terhadap PDB, jumlah paten, serta Prestasi olahraga juga menjadi salah satu indikator
publikasi sains dan teknik di tingkat global. Selain daya saing SDM Indonesia. Namun, budaya dan
itu, infrastruktur litbang masih terbatas. Jumlah prestasi olahraga Indonesia masih tertinggal.
SDM Iptek masih terbatas dan hanya 14,08 persen Indonesia telah sukses sebagai tuan rumah pada Asian
diantaranya yang berkualifikasi S3. Ekosistem Games 2018 dan berhasil memperoleh peringkat ke-4
inovasi belum sepenuhnya tercipta sehingga proses dari sebelumnya peringkat ke-17 pada Asian Games
hilirisasi dan komersialisasi hasil litbang terhambat. tahun 2014. Akan tetapi di tingkat dunia, Indonesia
Kolaborasi triple helix belum didukung oleh kapasitas hanya mampu memperoleh satu medali emas pada

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 201


Tabel 4.1 Perkembangan jumlah aplikasi pendaftaran paten dan paten yang diberikan (2015-2019)

Tahun
Indikator
2015 2016 2017 2018 2019*
1 Aplikasi pendaftaran paten 1244 1391 1777 1362 760
2 Jumlah paten yang diberikan 233 399 568 790 991
Paten diberikan berdasarkan tahun
3
pendaftaran:
2019 17
2018 27 276
2017 17 169 253
2016 9 64 141 129
2015 0 13 85 138 131
2014 9 34 80 82 65
2013 23 95 87 95 53
2012 28 78 57 66 25
2011 51 71 63 31 21
2010 45 49 51 14 9
2009 26 20 23 9 2
2008 19 15 18 7 3
*) per 18 Oktober 2019
Sumber: https://pdki-indonesia.dgip.go.id [diakses 18 Oktober 2019]

Olimpiade tahun 2016 di Brazil. Sementara itu, budaya selama ini. Pendampingan masih menghadapi
olahraga masyarakat yang ditunjukkan oleh penduduk tantangan terutama terkait dengan kompetensi,
berumur 10 tahun ke atas yang melakukan olahraga baik sebagai pemandu proses (process guide)
selama seminggu terakhir hanya sebesar 31,38 persen maupun sebagai penyedia alat bantu (tool giver).
pada tahun 2018, walaupun meningkat dari 27,61 Dibutuhkan upaya yang lebih sistematis untuk
persen pada tahun 2015 (MSBP-BPS). Pembangunan penguatan pendampingan pembangunan agar
olahraga perlu ditempuh melalui pemassalan olahraga berbagai program yang dilaksanakan pemerintah,
untuk mengembangkan kesadaran masyarakat dalam dunia usaha dan masyarakat menjadi lebih efisien,
meningkatkan kesehatan, kebugaran, kegembiraan, efektif dan mencapai tujuan yang diharapkan.
dan hubungan sosial.
Selain talenta unggul dari dalam negeri, manajemen
Pendampingan merupakan salah satu faktor penting talenta akan memanfaatkan diaspora bertalenta
dalam mencapai tujuan pembangunan, khususnya tinggi Indonesia yang saat ini bekerja di luar
program-program yang berorientasi peningkatan negeri. Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri,
kualitas hidup manusia. Berbagai program sampai Juli 2019 terdapat sekitar 8.828 warga
pembangunan telah menempatkan pendamping negara Indonesia yang bekerja di luar negeri di
di lapangan, seperti penyuluh, fasilitator, konsultan profesi berkeahlian tinggi di berbagai bidang
pertanian, dan pendamping lainnya yang menjadi seperti pertambangan dan minyak, hukum, industri
kunci keberhasilan peningkatan kapasitas dan pengolahan, penerbangan, pendidikan. teknologi
kesejahteraan masyarakat di berbagai wilayah informasi, industri mode, dan seni budaya.

202 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sasaran, Target, dan Indikator
Tabel 4.1 Sasaran/Indikator/Target Pembangunan Manusia
No Indikator Baseline Target 2024
1. Terwujudnya pengendalian penduduk dan menguatnya tata kelola kependudukan
2,28
1 Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) 2,10
(SUPAS, 2015)
Persentase cakupan kepemilikan NIK 96 100
Persentase kepemilikan akta kelahiran penduduk usia
83,55 100
0-17 tahun
2 Persentase kepemilikan akta kematian N.A 100
Persentase kepemilikan buku nikah N.A 100
Persentase kepemilikan akta perceraian N.A 100
Penyebab kematian Belum Diterapkan 100
Persentase daerah yang menyelenggarakan layanan
3 35% 100%
terpadu penanggulangan kemiskinan
Persentase provinsi/kabupaten/kota yang
memanfaatkan sistem perencanaan, penganggaran
4 dan monitoring evaluasi unit terpadu dalam proses 16% 100%
penyusunan program-program penanggulangan
kemiskinan
Persentase daerah yang aktif melakukan
5 pemutakhiran data terpadu penanggulangan 15% 100%
kemiskinan
2. Meningkatnya perlindungan sosial bagi seluruh penduduk
Persentase penduduk yang tercakup dalam program
perlindungan sosial:
a. Proporsi penduduk yang tercakup dalam program
1 78,7% 98%
jaminan sosial (%)
b. Proporsi rumah tangga miskin dan rentan yang 65,2 %
80%
memperoleh bantuan sosial pemerintah (%) (Susenas, 2018)
Cakupan penerima bantuan sosial dan subsidi tepat
sasaran:
a. Bantuan bersyarat bagi keluarga untuk kesehatan 10 juta KK 10 juta KK
2 dan pendidikan
b. Bantuan Pangan Melalui Kartu Sembako 15,6 juta KK 15,6 juta KK
c. Bantuan elpiji 3 kg 31,4 juta KK 31,4 juta KK
d. Bantuan listrik daya 450 VA dan 900 VA 31,4 juta KK 31,4 juta KK
Cakupan penerima bantuan iuran (PBI) Jaminan
96,6 juta penduduk 112,9 juta
3 Kesehatan Nasional dari 40 persen penduduk
(1 Februari 2019) penduduk
berpendapatan terbawah
Persentase Penduduk lansia yang tidak mengalami
4 92,1% (Supas, 2015) 94%
kesulitan beraktivitas

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 203


No Indikator Baseline Target 2024
Persentase Penduduk lansia yang tidak mengalami
5 88,6 % (Supas, 2015) 90%
kesulitan melihat, membaca dan mendengar
6 Cakupan kepesertaan JKN 83,3% (1 Juli 2019) 98%
Cakupan kepesertaan BPJS TK
7 a. Pekerja formal 40% > 30%
b. Pekerja informal 5% > 30%
Jumlah cakupan penerima bantuan iuran (PBI)
8 - 20 juta pekerja
Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan
Persentase Instansi pusat dan daerah yang
9 0 30
mengadopsi sistem perlindungan sosial adaptif
10 Indeks keberfungsian sosial penyandang disabilitas 0,34 0,41
11 Indeks keberfungsian sosial lanjut usia 0,26 0,34
12 Indeks keberfungsian sosial anak 0,34 0,41
Indeks keberfungsian sosial korban penyalahgunaan
13 0,34 0,41
NAPZA
Indeks keberfungsian sosial tuna sosial dan korban
14 0,34 0,41
perdagangan orang
Persentase rumah tangga dengan lanjut usia yang
15 18,9% 25%
memperoleh bantuan sosial
Persentase anak dengan disabilitas usia sekolah yang
16 37,5% 50%
memiliki akses terhadap layanan pendidikan dasar
Persentase pemerintah daerah yang menerapkan
17 2,7% 20%
prinsip-prinsip kabupaten/kota inklusif
3. Terpenuhinya layanan dasar
305
1 Angka kematian ibu (per 100.000 kelahiran hidup) 183
(SUPAS, 2015)
24
2 Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) 16
(SDKI, 2017)
Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Cara Modern 57,2
3 63,4
(mCPR) (SDKI, 2017)
10,6%
4 Unmet Need KB (persen) 7,4
(SDKI, 2017)
36
5 ASFR 15 – 19 Tahun 18
(SDKI, 2017)
Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada 30,8%
6 19
balita (persen) (Riskesdas, 2018)
Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada 10,2%
7 7
balita (persen) (Riskesdas, 2018)
Insidensi HIV (per 1.000 penduduk yang tidak 0,24
8 0,18
terinfeksi HIV) (Kemkes, 2018)
319
9 Insidensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk) (Global Tuberculosis 190
Report, 2017)

204 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


No Indikator Baseline Target 2024
285
10 Eliminasi malaria (kab/kota) 405
(Kemkes, 2018)
9,1%
11 Persentase merokok penduduk usia 10-18 tahun 8,7
(Riskesdas, 2018)
Prevalensi obesitas pada penduduk umur ≥ 18 tahun 21,8%
12 21,8
(persen) (Riskesdas, 2018)
Persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 57,9%
13 90
12-23 bulan (Riskesdas, 2018)
Persentase fasilitas kesehatan tingkat pertama 40%
14 100
terakreditasi (Kemkes, 2018)
63%
15 Persentase rumah sakit terakreditasi 100
(Kemkes, 2018)
Persentase puskesmas dengan jenis tenaga 23%
16 83
kesehatan sesuai standar (Kemkes, 2018)
15%
17 Persentase puskesmas tanpa dokter 0
(Kemkes, 2018)
Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat 86%
18 96
esensial (Kemkes, 2018)
78,6%
19 Persentase obat memenuhi syarat 92,3
(BPOM, 2019)
76%
20 Persentase makanan memenuhi syarat 86
(BPOM, 2019)
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke 8,52 tahun
21 9,18
Atas (Tahun) (Susenas, 2018)
12,92 tahun
22 Harapan Lama Sekolah (Tahun) 13,89
(Susenas, 2018)

Tingkat Penyelesaian Pendidikan (Persen)


91,80 97,41
c. SD/MI/ sederajat
(Susenas 2018)
23 81,70 93,78
d. SMP/MTs/ sederajat
(Susenas 2018)
61,52 88,22
e. SMA/SMK/MA/sederajat
(Susenas 2018)
Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Tinggi (PT) 30,19
24 40,84
(Persen) (Susenas 2018)
Persentase anak kelas 1 SD/MI/SDLB yang
74,50
25 pernah mengikuti pendidikan anak usia dini 77,78
(Susenas, 2018)
(TK/RA/BA/PAUD)
Rasio Angka Partisipasi Kasar (APK) 20 Persen
Termiskin dan 20 Persen Terkaya
a. SMA/SMK/MA/Sederajat 0,67 0,78
26
(Susenas 2018)
b. Pendidikan Tinggi 0,16 0,43
(Susenas 2018)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 205


No Indikator Baseline Target 2024
Nilai rata-rata hasil PISA:
a. Membaca 371 412,6
27
b. Matematika 379 396,8
c. Sains 396 418,0
Proporsi Anak di Atas Standar Kompetensi Minimum
dalam Test PISA (Persen):
28 a. Membaca 22,9% 49,80%
b. Matematika 28,1% 39,83%
c. Sains 40,0% 48,00%
Proporsi Anak di Atas Batas Kompetensi Minimal
dalam Test AKSI (Persen):
29 a. Membaca 53,2% 61,2%
b. Matematika 22,9% 30,1%
c. Sains 26,4% 34,4%
4. Meningkatnya kualitas anak, perempuan dan pemuda
67,9
1 Indeks Komposit Kesejahteraan Anak (IKKA) 81,46
(2017)
Proporsi perempuan umur 20 – 24 tahun yang 11,21
2 8,74
menikah sebelum 18 tahun (Susenas, 2018)
Laki-laki: 61,7%
Prevalensi anak usia 13-17 tahun yang pernah
3 Perempuan: 62% Menurun
mengalami kekerasan sepanjang hidupnya
(SNPHAR, 2018)
51,50
4 Indeks Pembangunan Pemuda 57,67
(2018)
Prevalensi kekerasan terhadap perempuan usia 15-64 9,40
5 Menurun
tahun di 12 bulan terakhir (SPHPN, 2016)
5. Terwujudnya pengentasan kemiskinan
Persentase rumah tangga miskin dan rentan yang
1 memiliki aset produktif (layanan keuangan, modal, 27,9% 40%
lahan, pelatihan)
Persentase rumah tangga miskin dan rentan yang
2 25,6% 50%
mengakses pendanan usaha
3 Luas kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat 3,5 juta ha 7,5 juta ha
Luas bidang tanah yang diredistribusi dalam kerangka
4 553.140 3.946.860
Reforma Agraria (Kumulatif) (Ha)
Luas bidang tanah yang dilegalisasi dalam kerangka
5 0 4.500.000
Reforma Agraria (Kumulatif) (Ha)
Luas kawasan hutan yang dilepaskan untuk TORA
6 130.090 2.530.090*
(Ha)
Luas kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat
7 dalam skema HD, HKm, HTR, IPHPS, dan kemitraan 500.012 4.000.014*
kehutanan (Ha)
8 Jumlah Kelompok Tani Hutan (KTH) Mandiri 500 4.000.014*

206 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


No Indikator Baseline Target 2024
6. Meningkatnya Produktivitas dan Daya Saing
Persentase angkatan kerja berpendidikan menengah 43,72
1 52,1%
ke atas (Sakernas, 2019)
Proporsi pekerja yang bekerja pada bidang keahlian 40,60%
2 50%
menengah dan tinggi (persen) (Sakernas, 2019)
915.671
3 Jumlah lulusan pelatihan vokasi 2,8 juta
(14 K/L, 2018)
Lulusan pendidikan dan pelatihan vokasi bersertifikat 615.388
4 2.000.000
kompetensi (orang) (BNSP, 2018)
Persentase prodi per bidang ilmu yang dikembangkan
di PT
5
a. Sains keteknikan 40,9% 50%
b. Sosial humaniora 59,1% 50%
63%
6 Persentase lulusan PT yang langsung bekerja 80%
(Kemristekdikti, 2017)

Jumlah PT yang Masuk ke dalam World Class


University
- 1 (UI)
7 a. Top 100
1 (UI) 2 (ITB dan UGM)
b. Top 300
2 (ITB dan UGM) 3 (IPB, Unair,
c. Top 500
Unpad)

Jumlah publikasi ilmiah dan sitasi di jurnal


internasional
8
a. Jumlah Publikasi (Artikel) Internasional 14.606 20.937
b. Jumlah Sitasi di Jurnal Internasional 38.586 59.770
(Kemristekdikti, 2018)
94
9 Jumlah Prototipe dari Perguruan Tinggi 243
(Kemristekdikti, 2017)
Jumlah KI yang didaftarkan dari hasil litbang 762
10 1.849
Perguruan Tinggi (Kemristekdikti, 2017)
Jumlah produk inovasi dari tenant Perusahaan Pemula 143
11 700
Berbasis Teknologi (PPBT) yang dibina (Kemristekdikti, 2018)
Jumlah produk inovasi yang dimanfaatkan industri/ 52
12 210
badan usaha (Kemristekdikti, 2018)
Permohonan Paten yang Memenuhi Syarat 1.362
13 3.000
Administrasi Formalitas KI (Domestik) (Kemhukham, 2018)
790
14 Paten Granted (Domestik) 1.000
(Kemhukham, 2018)
14,08
Persentase SDM Iptek (dosen, peneliti, perekayasa)
15 (Kemristekdikti, LIPI, 20*
Berkualifikasi S3
BPPT)
81
16 Pusat Unggulan Iptek yang ditetapkan 138*
(Kemristekdikti, 2018)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 207


No Indikator Baseline Target 2024
48
17 Jumlah pranata litbang yang terakreditasi (aktif) 75*
(KNAPP, 2018)
Jumlah infrastruktur Iptek strategis yang
18 6 10
dikembangkan
Jumlah STP strategis yang dikembangkan hingga
45 8**
beroperasi secara penuh:
19
a. Berbasis Perguruan Tinggi 17 5
b. Berbasis Non Perguruan Tinggi 28 3
Produk inovasi dan produk riset Prioritas Riset
20 N/A 40*
Nasional yang dihasilkan
Penerapan teknologi untuk mendukung pembangunan
yang berkelanjutan:
a. Penerapan teknologi untuk keberlanjutan 12 24
21
pemanfaatan sumber daya alam
b. Penerapan teknologi untuk pencegahan dan 35 35
mitigasi pascabencana
22 Persentase anggaran litbang terhadap PDB 0,25 0,42
Budaya dan prestasi olahraga:
a. Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas 31,38%
40%
yang melakukan olahraga selama seminggu terakhir (2018)
Peringkat ke-4 Peringkat ke-5
b. Peringkat Asian Games
(2018) (2022)
23 Peringkat ke-4
Peringkat ke-5
c. Peringkat Asian Para Games sampai ke-6
(2018)
(2022)
1 medali emas
d. Jumlah perolehan medali pada Olympic Games 3 medali emas
(2016)
e.Jumlah perolehan medali pada Paralympic Games - 3 medali emas
Tersedianya Sistem Penguatan Pendampingan 1
Pembangunan (SP3)
a. Standar nasional pendampingan pembangunan 100%
24 b. Penyetaraan jenjang kualifikasi pendampingan N/A 100%
pembangunan
c. Skema sertifikasi kompetensi pendampingan 100%
pembangunan
Tersedianya kebijakan pendukung penguatan
pendampingan pembangunan
a. Penerbitan Peraturan Presiden tentang Penguatan
25 1
Pendampingan Pembangunan
b. Basis Data dan Sistem Informasi Pendampingan
Pembangunan

Keterangan:
*) angka kumulatif
**) indikasi lokasi: UI, UGM, ITB, IPB, ITS, CSTP LIPI, Puspiptek Serpong Kemristekdikti, NSTP Pasar Jumat BATAN

208 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Arah Kebijakan dan Strategi
1. Mengendalikan pertumbuhan penduduk yang akurat dari data lintas sektor; dan
dan memperkuat tata kelola kependudukan, b) Pemanfaatan statistik hayati secara
melalui: optimal untuk pembangunan dan
1.1) Percepatan cakupan administrasi pelayanan publik.
kependudukan, mencakup: b) Penguatan koordinasi, kolaborasi, dan
a) Perluasan jangkauan layanan sinkronisasi antar-kementerian/lembaga,
pendaftaran penduduk pencatatan sipil pemerintah provinsi, pemerintah
bagi seluruh penduduk dan WNI di kabupaten/kota, dan pemangku
luar negeri, mencakup: a) Pendekatan kepentingan dalam layanan pendaftaran
layanan ke tingkat desa dan kelurahan penduduk dan pencatatan sipil serta
serta layanan di seluruh kantor Perwakilan pengembangan statistik hayati,
Republik Indonesia; b) Peningkatan mencakup: a) Penyusunan kerangka
layanan pendaftaran penduduk dan kebijakan dan prosedur pencatatan
pencatatan sipil yang mudah dan cepat; sipil dan pendaftaran penduduk yang
c) Pengembangan sistem pendaftaran menyeluruh dan selaras antar sektor;
penduduk dan pencatatan sipil berbasis dan b) Penyelenggaraan tata kelola
teknologi informasi dan terhubung lintas pendaftaran penduduk dan pencatatan
sektor; dan d) Keterhubungan antar sipil yang selaras antara pemerintah
sistem informasi di berbagai lembaga pusat dan daerah.
pemerintah. 1.3) Pemaduan dan sinkronisasi kebijakan
b) Peningkatan kesadaran dan keaktifan pengendalian penduduk, mencakup: a)
masyarakat dalam mencatatkan peristiwa Penguatan sinergitas kebijakan pengendalian
kependudukan dan peristiwa penting, penduduk dalam mewujudkan penduduk
mencakup: a) Pelibatan berbagai sektor tumbuh seimbang; b) Penguatan kapasitas
pemerintahan dan elemen masyarakat dan kapabilitas kelembagaan pusat, provinsi
untuk aktif dalam sosialisasi dan serta kabupaten dan kota dalam bidang
advokasi; dan b) Pengembangan sistem pengendalian penduduk; dan c) Pemanfaatan
insentif yang tepat untuk mendorong data dan informasi kependudukan serta
penduduk dan WNI di luar negeri untuk sinergitas pendataan keluarga.
melaporkan peristiwa pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil. 2. Memperkuat pelaksanaan perlindungan
c) Percepatan kepemilikan dokumen sosial, melalui:
pendaftaran penduduk dan pencatatan 2.1) Penguatan pelaksanaan jaminan sosial,
sipil bagi kelompok khusus. mencakup:
1.2) Integrasi sistem administrasi a) Pengembangan program SJSN yang
kependudukan, mencakup: komprehensif dan terintegrasi, termasuk
a) Peningkatan ketersediaan dan kualitas pengembangan Jaminan Pekerjaan
statistik hayati yang akurat, lengkap, (Unemployment Benefit), Perawatan
dan tepat waktu untuk perencanaan Jangka Panjang (Long Term Care)
dan pelaksanaan pembangunan, berbasis kontribusi, dan Program
mencakup: a) Penyediaan statistik hayati Rehabilitasi Kerja (Return to Work);

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 209


b) Keberlanjutan pendanaan dan bantuan sosial dan subsidi yang
penguatan tata kelola SJSN, termasuk terintegrasi dan tepat sasaran, mencakup:
perluasan dan pengembangan a) integrasi penyaluran bantuan sosial
sistem kepesertaan, sinergi data pangan dan subsidi energi tepat sasaran
dasar kependudukan, Data Terpadu untuk meningkatkan akuntabilitas dan
Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan data transparansi bantuan melalui Kartu Sembako
BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan, yang akan mengintegrasikan pemberian
penyesuaian sistem iuran, tarif dan paket bantuan pangan dan energi (listrik dan LPG)
manfaat, dan perbaikan sistem tata kelola ke dalam satu kartu; b) integrasi penyaluran
SJSN didukung dengan pembangunan bantuan tunai bersyarat untuk kesehatan
sistem monitoring dan evaluasi yang dan pendidikan, yang menyediakan insentif
terintegrasi, serta pengembangan untuk mendorong partisipasi sekolah hingga
sistem pencegahan dan penanganan perguruan tinggi bagi anak-anak dari
kecurangan pelaksanaan jaminan sosial; keluarga penerima bantuan sosial pendidikan
c) Peningkatan efektivitas JKN didukung dan kesehatan; c) peningkatan sinergi Data
pemerataan penyediaan pelayanan Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dengan
kesehatan (supply side) dan peningkatan data dasar kependudukan serta basis data
kualitas pelayanan kesehatan, program bantuan sosial lainnya; d) perluasan
perumusan paket manfaat JKN secara dan penguatan penyaluran bantuan sosial
eksplisit, penerapan active purchasing secara non-tunai yang menyediakan berbagai
termasuk perbaikan sistem pembayaran pilihan saluran dan instrumen pembayaran
fasilitas pelayanan kesehatan dan yang saling terkoneksi, dengan memanfaatkan
pengembangan mekanisme cost- berbagai teknologi digital, didukung dengan
sharing, penguatan health technology edukasi untuk meningkatkan literasi dan
assessment (HTA), dewan pertimbangan inklusi keuangan; e) pengembangan variasi
klinis, dan tim kendali mutu dan kendali bantuan pangan, tidak hanya terbatas beras
biaya, pengembangan dan penerapan dan telur tetapi juga bahan pangan lokal yang
pedoman nasional pelayanan kesehatan, memenuhi kebutuhan gizi protein nabati dan
peningkatan penyedia pelayanan hewani seperti sayuran, daging, ikan, dan
kesehatan sesuai standar di seluruh Makanan Pendamping ASI (MPASI), untuk
wilayah terutama melalui kerjasama menjamin asupan gizi bagi ibu hamil, anak
dengan swasta, integrasi data JKN usia dibawah dua tahun dan perbaikan gizi
dengan sistem informasi kesehatan anak usia sekolah dari keluarga penerima
dan pemanfaatan data pelayanan BPJS bantuan sosial serta memastikan bantuan
kesehatan untuk penyusunan kebijakan tidak dipergunakan untuk konsumsi rokok;
bagi para pemangku kepentingan; dan f) penguatan fungsi pendampingan untuk
d) Penguatan kelembagaan SJSN termasuk fasilitasi pendataan dan pelaksanaan program
perbaikan tata kelola hubungan bantuan sosial dan edukasi penerima manfaat
antarlembaga dan harmonisasi peraturan untuk mendorong perubahan perilaku
perundangan yang terkait, dan integrasi melalui Pertemuan Peningkatan Kemampuan
implementasi operasional JKN dan SJSN Keluarga (P2K2); dan g) peningkatan peran
Ketenagakerjaan. Pemda dalam pendampingan dan penyaluran
2.2) Penguatan pelaksanaan penyaluran bantuan.

210 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


2.3) Perlindungan sosial adaptif, mencakup: a) daya manusia kesejahteraan sosial, terutama
pengembangan perlindungan sosial yang standar kompetensi dan mekanisme insentif;
terintegrasi dengan risiko ekonomi dan sosial b) perluasan sertifikasi sumber daya manusia
terhadap perubahan iklim dan bencana dan akreditasi lembaga kesejahteraan
alam; b) penguatan sistem kelembagaan sosial; c) peningkatan peran dan kapasitas
perlindungan sosial yang responsif terhadap pendamping masyarakat; d) peningkatan
risiko sosial dan ekonomi akibat perubahan pengetahuan, pemahaman mengenai
iklim dan bencana alam; c) pengembangan Pendidikan anak, kesehatan dan gizi serta
sistem pembiayaan perlindungan sosial pengelolalaan keuangan bagi keluarga;
untuk mengatasi risiko perubahan iklim dan dan e) penguatan mekanisme pengaduan,
bencana alam. pendataan, rujukan dan layanan terpadu.
2.4) Peningkatan kesejahteraan sosial,
mencakup: a) pengembangan sistem 3. Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju
perawatan jangka panjang (long term care) cakupan kesehatan semesta terutama
terintegrasi dan holistik; b) penguatan penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary
implementasi standar pelayanan minimal Health Care) dengan mendorong peningkatan
bidang sosial untuk memenuhi kebutuhan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi
dasar penduduk; (c) pembangunan dan pemanfaatan teknologi, melalui:
masyarakat, lingkungan, dan sarana 3.1) Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga
prasarana ramah anak, lanjut usia dan berencana (KB) dan kesehatan reproduksi,
penyandang disabilitas; d) penghormatan, mencakup: a) peningkatan pelayanan
pelindungan, dan pemenuhan terhadap maternal dan neonatal berkesinambungan
hak anak, lanjut usia dan penyandang di fasilitas pelayanan kesehatan publik
disabilitas; e) implementasi Rencana dan swasta dengan mendorong seluruh
Induk Penyandang Disabilitas (RIPD) persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
sesuai dengan peraturan Pemerintah No. yang mampu menangani pelayanan
70 Tahun 2019, tentang Perencanaan, emergensi komprehensif didukung jaminan
Penyelenggaraan, dan Evaluasi terhadap pembiayaan; peningkatan kompetensi
Penghormatan, Pelindungan, dan tenaga kesehatan termasuk penguatan
Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, kemampuan deteksi dini faktor risiko dalam
untuk mewujudkan pembangunan inklusif; kehamilan; peningkatan cakupan dan
f) penguatan kelembagaan pelaksana kualitas pelayanan antenatal, neonatal,
program kelanjutusiaan, g) pemberdayaan persalinan, dan pascapersalinan; perbaikan
pemberdayaan kelanjutusiaan bagi lanjut sistem rujukan maternal yang didukung
usia, h) pengembangan pendidikan dan dengan peningkatan kapasitas sistem
keterampilan sepanjang hayat bagi lanjut kesehatan dan penguatan regulasi;
usia; dan i) penguatan pelayanan sosial penyediaan sarana prasarana dan farmasi
bagi kelompok rentan diantaranya kelompok serta jaminan ketersediaan darah setiap
masyarakat adat, orang dengan HIV/AIDS saat; dan pencatatan kematian ibu di fasilitas
serta korban penyalahgunaan napza. pelayanan kesehatan terutama untuk
2.5) Penguatan pelaksanaan pendampingan penguatan tata laksana; b) perluasan dan
dan layanan terpadu, mencakup: a) pengembangan imunisasi dasar lengkap;
penataan manajemen pengelolaan sumber c) peningkatan gizi remaja putri dan ibu

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 211


Sumber: UNICEF Indonesia, 2019

hamil; d) perluasan akses dan kualitas dengan pemberian jaminan asupan gizi
pelayanan KB serta kesehatan reproduksi sejak dalam kandungan, perbaikan pola
sesuai karakteristik wilayah yang didukung asuh keluarga, dan perbaikan fasilitas
oleh optimalisasi peran sektor swasta dan air bersih dan sanitasi lingkungan; c)
pemerintah daerah dengan advokasi, percepatan penurunan stunting dengan
komunikasi, informasi, edukasi (KIE) dan peningkatan efektivitas intervensi spesifik,
konseling; peningkatan kompetensi Penyuluh perluasan dan penajaman intervensi
Keluarga Berencana (PKB) dan Petugas sensitif secara terintegrasi; d) peningkatan
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), intervensi yang bersifat life saving dengan
tenaga lini lapangan, dan tenaga kesehatan didukung bukti (evidence based policy)
dalam pelayanan KB; penguatan fasilitas termasuk fortifikasi pangan; e) penguatan
pelayanan kesehatan, jaringan dan jejaring advokasi dan komunikasi perubahan
fasilitas pelayanan kesehatan serta upaya perilaku terutama mendorong pemenuhan
kesehatan bersumber daya masyarakat; gizi seimbang berbasis konsumsi pangan
dan peningkatan KB pasca persalinan; dan (food based approach); f) penguatan sistem
e) peningkatan pengetahuan, pemahaman surveilans gizi; g) peningkatan komitmen
dan akses layanan kesehatan reproduksi dan pendampingan bagi daerah dalam
remaja secara lintas sektor yang responsif intervensi perbaikan gizi dengan strategi
gender. sesuai kondisi setempat; dan h) respon
3.2) Percepatan perbaikan gizi masyarakat cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat.
untuk pencegahan dan penanggulangan 3.3) Peningkatan pengendalian penyakit,
permasalahan gizi ganda, mencakup: dengan perhatian khusus pada jantung, stroke,
a) penguatan komitmen, kampanye, hipertensi, diabetes, kanker, tuberkulosis,
pemantauan dan evaluasi upaya perbaikan malaria, HIV/AIDS, emerging diseases,
gizi masyarakat; b) pengembangan sistem penyakit yang berpotensi menimbulkan
jaminan gizi dan tumbuh kembang anak kejadian luar biasa, penyakit tropis terabaikan

212 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


(kusta, filariasis, schistosomiasis), gangguan daerah serta swasta untuk menerapkan
jiwa, cedera, gangguan penglihatan, dan pembangunan berwawasan kesehatan
penyakit gigi dan mulut, mencakup: a) dan mendorong hidup sehat termasuk
pencegahan dan pengendalian faktor risiko pengembangan standar dan pedoman untuk
penyakit termasuk perluasan cakupan sektor non kesehatan, peningkatan cukai
deteksi dini, penguatan surveilans real time, hasil tembakau secara bertahap dengan
pengendalian vektor dan perluasan layanan mitigasi dampak bagi petani tembakau dan
berhenti merokok; b) penguatan health pekerja industri hasil tembakau, pelarangan
security terutama peningkatan kapasitas total iklan dan promosi rokok, perbesaran
untuk pencegahan, deteksi, dan respon pencantuman peringatan bergambar bahaya
cepat terhadap ancaman penyakit termasuk merokok, perluasan pengenaan cukai pada
penguatan alert system kejadian luar biasa produk pangan yang berisiko tinggi terhadap
dan karantina kesehatan; c) peningkatan kesehatan dan pengaturan produk makanan
cakupan penemuan kasus dan pengobatan dengan kandungan gula, garam dan lemak;
serta penguatan tata laksana penanganan d) promosi perubahan perilaku hidup sehat
penyakit dan cedera; d) pengendalian yang inovatif, pemberdayaan masyarakat
resistensi antimikroba; e) pemberdayaan dan penggerakan masyarakat madani untuk
masyarakat dalam pengendalian penyakit dan hidup sehat; dan e) peningkatan penyediaan
penguatan sanitasi total berbasis masyarakat. pilihan pangan sehat termasuk penerapan
3.4) Pembudayaan Gerakan Masyarakat label pangan dan perluasan akses terhadap
Hidup Sehat (Germas), mencakup: a) buah dan sayur.
pengembangan kawasan sehat antara lain 3.5) Penguatan sistem kesehatan dan
kabupaten/kota sehat, pasar sehat, upaya pengawasan obat dan makanan,
kesehatan sekolah (UKS) dan lingkungan mencakup:
kerja sehat; b) penyediaan lingkungan yang a) Penguatan pelayanan kesehatan
mendorong aktivitas fisik seperti penyediaan dasar dan rujukan yang difokuskan
ruang terbuka publik, transportasi masal dan pada penguatan fungsi puskesmas dan
konektivitas antarmoda, lingkungan sehat, jaringannya dalam upaya kesehatan
dan penurunan polusi udara; c) regulasi masyarakat yang berkualitas dan
yang mendorong pemerintah pusat dan didukung peningkatan kapasitas tenaga

Sumber: Kementerian PUPR, 2018

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 213


kesehatan, sarana dan prasarana, kesehatan untuk ditempatkan di daerah
serta pembiayaan; optimalisasi tertinggal, perbatasan, dan kepulauan
penguatan pelayanan kesehatan (DTPK) dan daerah kurang diminati;
dasar melalui pendekatan keluarga; afirmasi pendayagunaan dan mekanisme
revitalisasi posyandu dan upaya re-distribusi tenaga kesehatan yang
kesehatan bersumber daya masyarakat ditempatkan di fasilitas pelayanan
lainnya; pengembangan kebijakan kesehatan; pengembangan mekanisme
khusus untuk pelayanan kesehatan di kerjasama pemenuhan tenaga kesehatan
daerah terpencil, sangat terpencil dan melalui penugasan sementara dan
daerah dengan karakteristik geografis kontrak pelayanan; perluasan pendidikan
tertentu (kepulauan) termasuk sistem dan pelatihan tenaga kesehatan fokus
rujukan, pola pembiayaan, regulasi pada pelayanan kesehatan dasar;
dan kelembagaan; pengembangan pengembangan tenaga kesehatan untuk
pelayanan kesehatan lanjut usia; penguatan pelayanan kesehatan dasar
penyempurnaan sistem akreditasi (seperti tenaga promosi kesehatan,
pelayanan kesehatan pemerintah dan dokter keluarga layanan primer, dan
swasta; pemenuhan dan pemerataan perawat komunitas); penyesuaian
penyediaan sarana, prasarana, dan program studi dan lembaga pendidikan
alat kesehatan yang mengacu rencana bidang kesehatan dengan kebutuhan
induk penyediaan fasilitas pelayanan dan standar; dan pemenuhan tenaga
kesehatan; pemanfaatan inovasi kesehatan sesuai standar dan tenaga
teknologi dalam pelayanan kesehatan non-kesehatan termasuk tenaga sistem
meliputi perluasan sistem rujukan online informasi dan administrasi keuangan
termasuk integrasi fasilitas pelayanan untuk mendukung tata kelola di fasilitas
kesehatan swasta dalam sistem rujukan, pelayanan kesehatan;
perluasan cakupan dan pengembangan c) Pemenuhan dan peningkatan daya saing
jenis layanan telemedicine, digitalisasi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
rekam medis dan rekam medis online; difokuskan pada efisiensi penyediaan obat
perluasan pelayanan kesehatan bergerak dan vaksin dengan mengutamakan kualitas
(flying dan sailing health care) dan gugus produk; penguatan sistem logistik farmasi
pulau; pengembangan dan peningkatan real time berbasis elektronik; peningkatan
kualitas RS khusus; dan penyediaan promosi dan pengawasan penggunaan
pengelolaan limbah medis fasilitas obat rasional; pengembangan obat,
pelayanan kesehatan dan pengendalian produk biologi, reagen, dan vaksin dalam
bahan berbahaya dan beracun (B3); negeri bersertifikat halal yang didukung
b) Pemenuhan dan peningkatan oleh penelitian dan pengembangan life
kompetensi tenaga kesehatan yang sciences; dan pengembangan produksi
difokuskan pada afirmasi pemenuhan dan sertifikasi alat kesehatan untuk
tenaga kesehatan strategis termasuk mendorong kemandirian produksi dalam
dengan pengembangan paket pelayanan negeri;
kesehatan (tenaga kesehatan, farmasi d) Peningkatan efektivitas pengawasan
dan alat kesehatan); afirmasi pendidikan obat dan makanan yang difokuskan
(beasiswa dan tugas belajar) tenaga pada perluasan cakupan dan kualitas

214 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


pengawasan pre dan post market obat pembiayaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan pangan berisiko yang didukung oleh milik pemerintah; dan penguatan
peningkatan kompetensi SDM pengawas penelitian dan pengembangan untuk
dan penguatan laboratorium dan balai efektivitas inovasi intervensi, dan evaluasi
pengawas obat dan makanan; peningkatan sistem kesehatan untuk mendukung
riset; percepatan dan perluasan proses pencapaian prioritas nasional.
layanan publik termasuk registrasi;
perluasan pemanfaatan teknologi 4. Meningkatkan pemerataan layanan pendidikan
informasi dalam pengawasan obat berkualitas, melalui:
dan makanan; peningkatan kepatuhan 4.1) Peningkatan kualitas pengajaran dan
dan kemandirian pelaku usaha dalam pembelajaran, mencakup: a) penerapan
penerapan sistem manajemen mutu dan kurikulum dengan memberikan penguatan
pengawasan produk; peningkatan peran pengajaran berfokus pada kemampuan
serta masyarakat dalam pengawasan; dan matematika, literasi dan sains di semua
perluasan penyidikan dan penindakan jenjang; b) penguatan pendidikan literasi
terhadap pelanggaran ketentuan kelas awal dan literasi baru (literasi
peraturan perundang-undangan di bidang digital, data, dan sosial) dengan strategi
obat dan makanan; pengajaran efektif dan tepat; c) peningkatan
e) Penguatan tata kelola, pembiayaan, kompetensi dan profesionalisme pendidik;
penelitian dan pengembangan d) penguatan kualitas penilaian hasil belajar
kesehatan yang difokuskan pada, siswa, terutama melalui penguatan peran
pengembangan kebijakan untuk pendidik dalam penilaian pembelajaran di
penguatan kapasitas pemerintah provinsi kelas, serta peningkatan pemanfaatan hasil
dan kabupaten/kota; pendampingan penilaian sebagai bagian dalam perbaikan
perbaikan tata kelola pada daerah
yang memiliki masalah kesehatan
untuk pencapaian target nasional
dan mendorong pemenuhan standar
pelayanan minimal (SPM) kesehatan;
integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi
sistem informasi kesehatan pusat dan
daerah termasuk penerapan sistem
single entry; penguatan data rutin; inovasi
dan pemanfaatan teknologi digital untuk
pengumpulan data, media promosi,
komunikasi, dan edukasi kesehatan
termasuk big data; peningkatan
pemanfaatan anggaran untuk penguatan
promotif dan preventif berbasis bukti;
pengembangan sumber pembiayaan
baru seperti penerapan earmark cukai dan
pajak, kerjasama pemerintah dan swasta;
peningkatan kapasitas dan kemandirian

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 215


proses pembelajaran; e) peningkatan bersekolah, dan model pembelajaran
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, tepat untuk anak berkebutuhan khusus,
terutama dalam mensinergikan model anak yang bekerja, berhadapan dengan
pembelajaran jarak jauh (distance hukum, terlantar, jalanan, dan di daerah
learning), dan sistem pembelajaran online; bencana; e) peningkatan pemahaman dan
f) integrasi softskill (keterampilan non- peran keluarga dan masyarakat mengenai
teknis) dalam pembelajaran, g) peningkatan pentingnya pendidikan; dan f) peningkatan
kualitas pendidikan karakter, agama layanan 1 tahun pra-sekolah.
dan kewargaan; h) peningkatan kualitas 4.3) Peningkatan profesionalisme, kualitas,
pendidikan keagamaan, termasuk kualitas pengelolaan, dan penempatan pendidik
pendidikan di pesantren; dan i) peningkatan dan tenaga kependidikan yang merata,
kualitas layanan pendidikan kesetaraan dan mencakup: a) peningkatan kualitas
pendidikan keaksaraan. pendidikan calon guru melalui revitalisasi
4.2) Peningkatan pemerataan akses layanan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga
pendidikan di semua jenjang dan Kependidikan) dan penguatan Pendidikan
percepatan pelaksanaan Wajib Belajar 12 Profesi Guru (PPG); b) pemenuhan
Tahun, mencakup: a) pemberian bantuan kualifikasi akademik minimal untuk guru
pendidikan memadai bagi anak keluarga (S1/DIV) dan dosen/peneliti (S2/S3); c)
kurang mampu, dari daerah afirmasi, peningkatan pengelolaan, pemenuhan,
dan anak berprestasi, termasuk bantuan dan pendistribusian pendidik dan tenaga
bagi lulusan pendidikan menengah yang kependidikan berdasarkan pemetaan
melanjutkan ke Pendidikan Tinggi dari komprehensif mengenai kebutuhan dan
keluarga tidak mampu melalui Program KIP ketersediaan; d) peningkatan kualitas
Kuliah; b) pemerataan layanan pendidikan sistem penilaian kinerja sebagai acuan
antarwilayah, dengan memberikan untuk pembinaan, pemberian penghargaan,
keberpihakan kepada daerah yang serta peningkatan kompetensi pendidik dan
kemampuan fiskal dan kinerja pendidikannya tenaga kependidikan; dan e) peningkatan
rendah, dan penerapan model layanan kesejahteraan pendidik dan tenaga
yang tepat untuk daerah 3T (tertinggal, kependidikan berbasis kinerja.
terdepan, terluar), seperti pendidikan 4.4) Penguatan penjaminan mutu pendidikan
terintegrasi (sekolah satu atap/SATAP), untuk meningkatkan pemerataan kualitas
sekolah terbuka, pendidikan jarak jauh, dan layanan antarsatuan pendidikan dan
pendidikan berpola asrama; c) pemerataan antarwilayah, mencakup: a) peningkatan
memperoleh pendidikan tinggi berkualitas kualitas peta mutu pendidikan sebagai
melalui perluasan daya tampung terutama acuan untuk upaya peningkatan mutu
untuk bidang-bidang yang menunjang layanan pendidikan b) penguatan kapasitas
kemajuan ekonomi dan penguasaan sains dan akselerasi akreditasi satuan pendidikan
dan teknologi; d) Penanganan anak usia dan program studi; c) penguatan Standar
sekolah yang tidak sekolah (ATS) untuk Nasional Pendidikan; dan d) penguatan
kembali bersekolah, dengan pendataan budaya mutu dengan peningkatan
tepat, penjangkauan dan pendampingan kemampuan kepala sekolah dan pengawas,
efektif, revitalisasi gerakan kembali penerapan manajemen berbasis sekolah
(MBS), serta pengembangan unit

216 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


penjaminan mutu di tingkat daerah dan mencakup: a) Penguatan regulasi dan
satuan pendidikan. penegakkan hukum yang proporsional
4.5) Peningkatan tata kelola pembangunan terhadap kepentingan terbaik anak; b)
pendidikan, strategi pembiayaan, dan penguatan efektivitas kelembagaan melalui
peningkatan efektivitas pemanfaatan peningkatan kapasitas SDM, penyedia
Anggaran Pendidikan, mencakup: a) layanan, koordinasi, sistem data dan
peningkatan validitas data pokok pendidikan informasi, serta fungsi pembinaan dan
dengan meningkatkan peran daerah dalam pengawasan; c) peningkatan pemahaman
pelaksanaan validasi dan verifikasi di tingkat tentang perlindungan anak bagi para
satuan pendidikan; b) peningkatan kualitas pemangku kepentingan, masyarakat,
perencanaan dalam mendorong pemenuhan keluarga, dan anak; d) penguatan jejaring
standar pelayanan minimal (SPM) bidang antara pemerintah dengan komunitas,
pendidikan; c) peningkatan sinkronisasi media massa, dunia usaha, dan lembaga
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan masyarakat; e) peningkatan partisipasi anak
pendidikan antartingkatan pemerintahan dalam pembangunan sesuai dengan tingkat
dalam menjaga kesinambungan pendidikan kematangan usianya; f) penguatan upaya
antarjenjang; d) peningkatan efektifitas pencegahan dan penanganan berbagai
pemanfaatan Anggaran Pendidikan untuk tindak kekerasan, eksploitasi, termasuk
peningkatan akses, kualitas, relevansi, dan isu pekerja anak, dan penelantaran pada
daya saing pendidikan, dan pemenuhan anak; g) penguatan koordinasi dan sinergi
ketentuan Anggaran Pendidikan di daerah; upaya pencegahan perkawinan anak
e) peningkatan efektivitas pemanfaatan dengan melibatkan berbagai pemangku
bantuan operasional satuan pendidikan kepentingan; h) penguatan pengasuhan
untuk peningkatan kualitas layanan; f) di lingkungan keluarga dan pengasuhan
pengendalian ijin pendirian satuan pendidikan sementara di institusi lainnya; i) peningkatan
baru yang tidak sesuai kebutuhan dan tidak akses layanan dasar yang terpadu, ramah
memenuhi standar mutu; g) penguatan dan inklusif bagi seluruh anak terutama bagi
tata kelola pendidikan tinggi melalui upaya anak yang berada pada situasi dan kondisi
penyederhanaan jumlah dan penggabungan khusus, dan j) peningkatan layanan dan
perguruan tinggi; h) peningkatan koordinasi rehabilitasi bagi anak yang membutuhkan
lintas sektor dan antar tingkatan pemerintahan perlindungan khusus.
dalam penguatan pengembangan anak 5.2) Peningkatan perlindungan perempuan,
usia dini holistik integratif (PAUD HI); dan i) termasuk pekerja migran dari kekerasan
peningkatan komitmen dan kapasitas daerah dan tindak pidana perdagangan orang
dalam pendidikan gizi untuk anak sekolah. (TPPO), mencakup: a) penguatan kebijakan
dan regulasi pencegahan, penanganan,
5. Meningkatkan kualitas anak, perempuan, dan rehabilitasi, pemulangan, dan reintegrasi; b)
pemuda, melalui: peningkatan pengetahuan dan pemahaman
5.1) Perwujudan Indonesia Layak Anak individu baik perempuan maupun laki-laki,
melalui penguatan Sistem Perlindungan keluarga, masyarakat, dunia usaha, dan
Anak yang responsif terhadap keragaman pemangku kepentingan lainnya tentang
dan karakteristik wilayah anak untuk kekerasan terhadap perempuan (KtP) dan
memastikan anak menikmati haknya, TPPO; c) peningkatan kapasitas aparat

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 217


penegak hukum dan penyelenggara produktifdari keluarga miskin dan rentan;
pemerintahan tentang KtP dan TPPO; d) (d) pemberian stimulan usaha ekonomi
penguatan kelembagaan perlindungan produktif bagi kelompok miskin dan rentan
perempuan dari tindak kekerasan melalui untuk peningkatan pendapatan keluarga;
peningkatan kapasitas SDM penyedia dan (e) penyelenggaraan kewirausahaan
layanan, koordinasi antarunit penyedia sosial.
layanan, penguatan data dan informasi, 6.2) Keperantaraan usaha dan dampak sosial,
serta pengawasan; e) pengembangan mencakup: (a) penguatan kapasitas usaha
sistem data terpadu KtP dan TPPO; f) kelompok miskin dan rentan dengan skema
pengembangan sistem layanan terpadu pembinaan usaha serta menghubungkan
penanganan KtP dan TPPO; g) penguatan dengan mitra usaha strategis; (b)
jejaring dan kerja sama antara pemerintah pengembangan skema pendanaan program
(pusat dan daerah), komunitas, media ekonomi produktif yang berdampak
massa, dunia usaha dan lembaga bantuan sosial; (c) transformasi ekonomi kampung
hukum; dan h) pengembangan inovasi terpadu (TEKAD); (d) penguatan forum
dalam upaya pencegahan KtP dan TPPO. tanggung jawab sosial perusahaan; dan (e)
5.3) Peningkatan kualitas pemuda, mencakup: penyuluhan dan/ atau pendampingan bagi
(a) penguatan kapasitas kelembagaan, kelompok masyarakat lingkungan hidup
koordinasi strategis lintas pemangku dan kehutanan (mencakup peningkatan
kepentingan, serta pengembangan peran kapasitas penyuluh dan pembentukan
dunia usaha dan masyarakat dalam kelompok tani hutan (KTH) mandiri untuk
menyelenggarakan pelayanan kepemudaan pengembangan usaha produktif.
yang terintegrasi, termasuk memfasilitasi 6.3) Reforma agraria, mencakup: (a)
ruang-ruang kreasi positif bagi pemuda; (b) penyediaan sumber Tanah Obyek Reforma
peningkatan partisipasi aktif sosial dan politik Agraria (TORA), termasuk melalui pelepasan
pemuda, diantaranya melalui peran pemuda di kawasan hutan; (b) pelaksanaan redistribusi
forum internasional, pertukaran pemuda, dan tanah, termasuk untuk pengembangan
keikutsertaan dalam pelestarian lingkungan; kawasan transmigrasi; (c) pemberian
serta (c) pencegahan perilaku berisiko pada sertipikat tanah (legalisasi), termasuk untuk
pemuda, termasuk pencegahan atas bahaya kawasan transmigrasi yang penempatan
kekerasan, perundungan, penyalahgunaan sebelum tahun 1998; dan (d) pemberdayaan
napza, minuman keras, penyebaran penyakit masyarakat penerima TORA.
HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual. 6.4) Pengelolaan kawasan hutan oleh
masyarakat melalui skema perhutanan
6. Mengentaskan kemiskinan, melalui: sosial, mencakup: (a) pemberian akses
6.1) Akselerasi penguatan ekonomi keluarga, kelola kawasan hutan oleh masyarakat
mencakup: (a) pembinaan rencana keuangan dalam skema Hutan Desa (HD), Hutan
keluarga pra dan paska pernikahan, Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman
termasuk rencana investasi keluarga; Rakyat (HTR), Ijin Pemanfaatan Hutan
dan (b) pelatihan usaha serta pemberian Perhutanan Sosial (IPHPS) dan kemitraan
akses usaha produktif bagi keluarga miskin kehutanan; (b) peningkatan kapasitas
dan rentan; (c) fasilitasi pendanaan ultra (kelola kawasan, kelembagaan, dan usaha)
mikro bagi individu atau kelompok usaha kelompok masyarakat; (c) membangun

218 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


kemitraan investasi/usaha antara investor
dengan kelompok usaha perhutanan sosial;
(d) pembangunan industri untuk pengolahan
produk hasil kelompok perhutanan sosial
sebagai upaya peningkatan nilai tambah;
dan (e) pemberian fasilitasi pemasaran/
promosi produk perhutanan sosial kepada
kelompok usaha perhutanan sosial.

7. Meningkatkan produktivitas dan daya saing,


melalui:
7.1) Pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis
kerjasama industri, mencakup:
a) Peningkatan peran dan kerja sama
industri/swasta dalam pendidikan dan
pelatihan vokasi, meliputi pengembangan
sistem insentif/regulasi untuk mendorong
peran industri/swasta dalam pendidikan
dan pelatihan vokasi; peningkatan peran pembelajaran standar industri; revitalisasi
daerah dalam koordinasi intensif dengan dan peningkatan kualitas sarana dan
industri/swasta untuk pengembangan prasarana pembelajaran dan praktek
pendidikan dan pelatihan vokasi di kerja pendidikan dan pelatihan vokasi
wilayahnya; dan pemetaan kebutuhan sesuai standar; peningkatan kerja sama
keahlian termasuk penguatan informasi pemanfaatan fasilitas praktik kerja
pasar kerja; di industri, termasuk unit produksi/
b) Reformasi penyelenggaraan pendidikan teaching factory/teaching industry;
dan pelatihan vokasi, meliputi penguatan penguatan pelatihan kecakapan kerja
pembelajaran inovatif dengan dan kewirausahaan di sekolah, madrasah,
penyelarasan program studi/bidang dan pesantren; peningkatan fasilitasi dan
keahlian mendukung pengembangan kualitas pemagangan; dan penyusunan
sektor unggulan dan kebutuhan industri/ strategi penempatan lulusan;
swasta; penyelarasan kurikulum dan c) Peningkatan kualitas dan kompetensi
pola pembelajaran sesuai kebutuhan pendidik/instruktur vokasi, terutama dengan
industri; penguatan pembelajaran peningkatan pelatihan pendidik/instruktur
untuk penguasaan karakter kerja, vokasi sesuai kompetensi; peningkatan
softskills dan bahasa asing; penguatan keterlibatan instruktur/praktisi dari industri
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan untuk mengajar di satuan pendidikan
vokasi sistem ganda (dual TVET system) dan pelatihan vokasi; dan peningkatan
yang menekankan pada penguasaan pemagangan guru/instruktur di industri;
keterampilan berbasis praktik dan d) Penguatan sistem sertifikasi kompetensi
magang di industri; perluasan penerapan vokasi, terutama dengan pengembangan
teaching factory/teaching industry standar kompetensi sesuai kebutuhan
berkualitas sebagai salah satu sistem industri; penguatan kelembagaan dan

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 219


peningkatan kapasitas pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan
sertifikasi profesi; dan sinkronisasi sistem kebutuhan industri dan pembangunan
sertifikasi yang ada di berbagai sektor; dan daerah, perluasan sertifikasi, program untuk
e) Peningkatan tata kelola pendidikan percepatan masa tunggu bekerja, dan
dan pelatihan vokasi, terutama dengan pelatihan kewirausahaan untuk mendorong
pengendalian ijin pendirian satuan tumbuhnya wirausahawan muda; (e)
pendidikan vokasi baru dan program studi Pengembangan dana abadi (endowment
yang tidak sesuai standar dan kebutuhan fund) di perguruan tinggi yang bersumber
industri/pasar kerja; peningkatan dari dana masyarakat, termasuk sektor
penilaian kualitas satuan pendidikan swasta dan filantropi untuk pengembangan
melalui akreditasi program studi dan pendidikan dan pembelajaran di perguruan
satuan pendidikan vokasi; pengaturan tinggi; (f) Perwujudan diferensiasi misi
untuk fleksibilitas pengelolaan keuangan dengan mendorong fokus perguruan tinggi
pada unit produksi/teaching factory/ dalam mengemban tridharma perguruan
teaching industry; pengembangan tinggi, yakni sebagai research university,
skema pendanaan peningkatan keahlian; teaching university, atau vocational
pembentukan Komite Vokasi yang university; g) Penguatan tata kelola PTN-
mengoordinasikan dan mengendalikan BH yang lebih otonom dan akuntabel; dan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (h) Penguatan pembinaan perguruan tinggi
vokasi; dan peningkatan akses ke pelatihan swasta (PTS) dalam rangka peningkatan
vokasi melalui penerapan Kartu Pra-Kerja kualitas pendidikan tinggi.
7.2) Penguatan pendidikan tinggi berkualitas 7.3) Peningkatan kapabilitas iptek dan
mencakup: (a) Pengembangan perguruan penciptaan inovasi mencakup: a)
tinggi sebagai produsen iptek-inovasi dan Pemanfaatan iptek dan inovasi di bidang-
pusat keunggulan (center of excellence) bidang fokus Rencana Induk Riset Nasional
yang mencakup penguatan fokus bidang 2017-2045 untuk pembangunan yang
ilmu sesuai potensi daerah setempat berkelanjutan yang mencakup integrasi
dan peningkatan kerja sama konsorsium pelaksanaan riset dengan skema flagship
riset antarperguruan tinggi maupun nasional Prioritas Riset Nasional untuk
antarperguruan tinggi dan lembaga menghasilkan produk riset dan produk
penelitian di dalam dan luar negeri; (b) inovasi strategis, diantaranya adalah
Pengembangan kerja sama perguruan tinggi pembangkit listrik tenaga nuklir skala industri,
dengan industri dan pemerintah dengan bahan bakar alternatif dari kelapa sawit,
menyediakan insentif bagi perguruan tinggi kendaraan listrik termasuk baterai lithium
dan industri yang mengembangkan kerja ion dan sistem fast charging, kereta cepat,
sama litbang strategis dan memfasilitasi pesawat amphibi, pesawat terbang tanpa
mobilitas peneliti antarperguruan tinggi awak, bahan baku obat, dan pabrik garam
dengan pihak industri; (c) Peningkatan industri, pemetaan potensi sumber daya alam
kualitas dan pemanfaatan penelitian dengan dan sumber daya budaya wilayah dengan
meningkatkan interaksi perguruan tinggi dan pendekatan multidisiplin, inovasi teknologi
industri; (d) Peningkatan kualitas lulusan produksi untuk pemanfaatan sumber daya
perguruan tinggi melalui pengembangan alam yang berkelanjutan (teknologi tepat
prodi yang adaptif dan desain kurikulum guna bidang pertanian dan perikanan, serta

220 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


riset dan inovasi sosial yang berkontribusi Pengembangan budaya olahraga melalui
bagi pengembangan ilmu pengetahuan keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat,
dan kebijakan publik), penerapan teknologi baik mencakup olahraga rekreasi maupun
untuk pencegahan bencana dan mitigasi olahraga pendidikan; (c) Penataan sistem
pascabencana, pengembangan budaya pembinaan olahraga secara berjenjang
riset ilmiah dan inovasi, dan penguasaan dan berkesinambungan berbasis cabang
Teknologi Garda Depan untuk bidang- olahraga Olimpiade dan potensi daerah
bidang strategis seperti kesehatan dan didukung penerapan sport science, statistik
farmasi, teknologi digital dan cyber security, keolahragaan serta sistem remunerasi dan
material maju, energi baru terbarukan, tenaga penghargaan; (d) Penataan kelembagaan
nuklir, pertahanan dan keamanan, serta olahraga untuk meningkatkan prestasi
keantariksaan; b) Pengembangan Research keolahragaan; (d) Peningkatan ketersediaan
Power-House yang mencakup peningkatan tenaga keolahragaan berstandar
kuantitas dan kapabilitas SDM Iptek, internasional; (e) Peningkatan prasarana dan
pengembangan dan penguatan infrastruktur sarana olahraga berstandar internasional
litbang strategis, penguatan Pusat Unggulan yang ramah difabel; dan (f) Pengembangan
Iptek, pengelolaan data kekayaan hayati dan peran dunia usaha dalam pendampingan,
kekayaan intelektual, serta pengembangan pembiayaan, dan industri olahraga.
jaringan kerja sama riset dalam dan luar 7.5) Penguatan pendamping pembangunan,
negeri; c) Penciptaan ekosistem inovasi yang mencakup: (a) Pengembangan standar
mencakup penguatan kerja sama triple-helix, kompetensi dan jenjang kualifikasi nasional
perbaikan tata kelola paten/KI, penguatan pendamping pembangunan; (b) Program
Science Techno Park (STP) utama, perintisan pendidikan dan pelatihan yang mengacu
fungsi Technology Commercialization Office pada standar kompetensi dan jenjang
dalam kerangka Manajemen Inovasi di kualifikasi; (c) Sertifikasi kompetensi
perguruan tinggi, perintisan Technology pendamping yang mengacu pada skema
Transfer Office di STP atau LPNK Iptek, dan sertifikasi pendamping pembangunan; dan
pembinaan Perusahaan Pemula Berbasis (d) pengembangan komponen pendukung
Teknologi (PPBT); serta d) Peningkatan yaitu sistem insentif, rekognisi, regulasi, dan
kualitas belanja litbang melalui koordinasi basis data pendamping yang terpadu.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) 7.6) Pengelolaan manajemen talenta nasional,
yang ditunjang oleh peningkatan belanja mencakup: (a) Pemetaan kebutuhan dan
litbang dari hasil pengembangan Dana Abadi persediaan talenta berdasarkan bidang
Penelitian Pengembangan, Pengkajian, dan keahlian dan profesi; (b) Pengelolaan
Penerapan untuk menghasilkan Invensi dan database persediaan dan kebutuhan talenta
Inovasi, penguatan pendataan dan fasilitasi (talent pool); (c) Peningkatan keahlian,
pendanaan alternatif dari luar pemerintah, kapasitas, dan kinerja, serta pengembangan
serta pemberian insentif fiskal untuk penelitian karir dan prestasi talenta; (d) Penciptaan
dan pengembangan Iptek-inovasi. lingkungan yang kondusif sebagai daya
7.4) Pengembangan budaya dan peningkatan tarik untuk mengakuisisi talenta, serta bagi
prestasi olahraga di tingkat regional dan pengembangan potensi, minat, keahlian,
internasional, mencakup: (a) Penguatan dan prestasi talenta; dan (e) Pembentukan
dan penataan regulasi keolahragaan; (b) Lembaga Manajemen Talenta Indonesia.

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 221


REVOLUSI MENTAL
DAN PEMBANGUNAN
KEBUDAYAAN
Pendahuluan

5
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Revolusi mental merupakan gerakan kebudayaan negara-bangsa majemuk, memiliki keragaman


untuk mengubah cara pandang, sikap, perilaku yang suku, adat-istiadat, budaya, bahasa, dan
berorientasi pada kemajuan melalui internalisasi agama, yang membentuk satu kesatuan dalam
nilai-nilai esensial revolusi mental pada individu, keragaman: Bhinneka Tunggal Ika. Maka setiap
keluarga, insititusi sosial, masyarakat sampai komponen bangsa harus senantiasa membangun
dengan lembaga-lembaga negara. Nilai-nilai harmoni dalam perbedaan dan keragaman, yang
esensial revolusi mental tersebut meliputi integritas, dilandasi oleh semangat persatuan dan kesatuan
etos kerja, dan gotong royong yang merupakan bangsa. Kekuatan bangsa Indonesia terletak
nilai luhur budaya bangsa. Revolusi mental sebagai pada perbedaan dan keragaman, bukan pada
gerakan kebudayaan memiliki kedudukan penting persamaan dan keseragaman. Untuk memperkuat
dan berperan sentral dalam pembangunan nasional. Bhinneka Tunggal Ika, kesadaran sebagai negara-
Hal ini dikarenakan karakter dan sikap mental dapat bangsa yang majemuk harus ditanamkan sejak
menjadi faktor penentu untuk mencapai kemajuan dini di dalam keluarga, diperkuat di dalam sistem
melalui proses pembangunan dan modernisasi. pendidikan, dan terus dipupuk dan dirawat di dalam
Mentalitas disiplin, etos kemajuan, etika kerja, jujur, sistem sosial-kemasyarakatan.
taat hukum dan aturan, tekun, dan gigih adalah
karakter dan sikap mental yang diperlukan untuk Untuk itu dalam RPJMN IV Tahun 2020-2024,
mewujudkan negara-bangsa yang maju, modern, revolusi mental terus dilanjutkan secara lebih
unggul, dan berdaya saing, sehingga mampu holistik dan integratif yang bertumpu pada: (1)
berkompetisi dengan negara-negara lain. revolusi mental dalam sistem pendidikan dengan
menekankan nilai-nilai integritas, etos kerja, gotong
Indonesia sebagai negara adikuasa di bidang royong, dan budi pekerti dalam pembelajaran; (2)
kebudayaan memiliki kekayaan budaya yang revolusi mental dalam tata kelola pemerintahan
melimpah. Kekayaan budaya tersebut dapat dengan pembudayaan nilai-nilai transparansi
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk dan akuntabilitas; dan (3) revolusi mental dalam
memperkuat karakter dan memperteguh jati diri sistem sosial dengan pembudayaan nilai-nilai
bangsa, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan luhur budaya bangsa dalam institusi keluarga dan
mempengaruhi arah perkembangan peradaban interaksi antarwarga. Selain itu revolusi mental juga
dunia. Selain itu melalui gerakan revolusi mental, diperkuat melalui upaya pemajuan dan pelestarian
nilai budaya dan kearifan lokal dapat memperkuat kebudayaan, memperkuat moderasi beragama
kohesi sosial, kerukunan, toleransi, gotong royong, untuk mengukuhkan kerukunan; dan meningkatkan
dan kerja sama antarwarga sebagai syarat utama budaya literasi, inovasi, dan kreativitas bagi
bagi keberhasilan pembangunan nasional. terwujudnya masyarakat berpengetahuan, inovatif,
kreatif, dan berkarakter.
Revolusi mental sebagai gerakan kebudayaan
harus pula meneguhkan Indonesia sebagai

224 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Capaian Pembangunan 2015-2019

Indeks Pembangunan Masyarakat yang menunjukkan kohesi sosial,


inklusi sosial, dan pengembangan kapasitas masyarakat sipil terus
meningkat dari 0,55 pada tahun 2015 menjadi 0,59 pada tahun
2016.

Indeks Pembangunan Kebudayaan yang menunjukkan antara lain


ketahanan sosial budaya, pelestarian warisan budaya, ekspresi
budaya, dan ekonomi budaya telah mencapai 53,7 pada tahun 2018

Indeks Kerukunan Umat Beragama yang menunjukkan tingkat


toleransi, kesetaraan dan kerja sama antarumat beragama
meningkat dari 75,4 pada tahun 2015 menjadi 75,5 pada tahun 2016,
namun mengalami penurunan pada tahun 2019 menjadi 73,8.

Indeks Pembangunan Keluarga sebagai ukuran keberhasilan


pembangunan keluarga di Indonesia baru mencapai 53,6 pada tahun
2018; dan tren perkara perceraian meningkat dari 344.237 perkara
pada tahun 2014 menjadi 365.633 perkara di tahun 2016 (Statistik
Indonesia, 2017). Sementara median usia kawin pertama perempuan
terus meningkat dan hampir mencapai usia menikah ideal, yaitu 21,8
tahun (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia – SDKI 2017).

Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 225


Lingkungan dan Isu Strategis

Melemahnya ideologi Pancasila dan


ketahanan budaya bangsa

Indonesia sebagai negara-bangsa majemuk Pancasila merupakan kepribadian bangsa yang


menghadapi persoalan kebangsaan yang cukup mencerminkan nilai, sikap mental, dan tingkah laku
serius dengan melemahnya ideologi Pancasila. bangsa Indonesia. Pancasila menjadi benteng
Semboyan bhinneka tunggal ika yang menjadi pertahanan budaya bangsa yang dapat menjadi
ruh bagi bangsa ini untuk tetap bersatu dalam penyaring nilai-nilai budaya asing yang tidak selaras
perbedaan dan keragaman terganggu dengan dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Berbagai
berkembangnya aspirasi ideologi politik transnasional upaya pembinaan dan aktualisasi Pancasila sekaligus
yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. untuk merespons arus globalisasi yang membawa
Menghadapi persoalan tersebut, kedudukan dampak sangat luas, baik sosial, budaya, ekonomi,
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara maupun politik. Globalisasi membuat pergaulan
harus diperkuat, agar negara-bangsa Indonesia antarnegara semakin intensif, mobilitas manusia
tetap berdiri kukuh dan dapat mengemban amanat kian mudah dan cepat, serta pertukaran budaya
Undang-Undang Dasar 1945 dengan baik untuk antarbangsa kian longgar. Bila tidak diantisipasi
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh dengan baik, pertukaran budaya melalui globalisasi
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan tentu dapat melemahkan ketahanan budaya bangsa
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan Indonesia.
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi Pertukaran budaya global yang tidak disertai dengan
dan keadilan sosial. ketahanan budaya yang tangguh dapat menggerus
nilai-nilai luhur budaya bangsa. Nilai kehidupan
Untuk itu pembinaan dan aktualisasi Pancasila masyarakat silih asah (saling bertukar pikiran),
dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan silih asih (saling mengasihi), dan silih asuh (saling
bernegara mutlak diperlukan. Secara kelembagaan menjaga dan melindungi) mulai memudar digantikan
pada tahun 2017 Pemerintah telah membentuk Unit dengan sikap saling menghujat, saling mencurigai,
Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila, yang dan saling membenci. Padahal nilai dan kearifan
kemudian pada tahun 2018 berubah menjadi Badan lokal tersebut bila dilestarikan dan dikembangkan
Pembinaan Ideologi Pancasila. Lembaga ini bersama dengan baik dapat digunakan untuk membangun
dengan kementerian/lembaga terkait menyusun arah relasi sosial yang harmonis dan memperkuat daya
kebijakan dan strategi pembinaan ideologi Pancasila. rekat sosial masyarakat.
Langkah maju ini perlu diikuti dengan pembinaan
dan aktualisasi Pancasila bagi seluruh warga negara
mulai dari lingkup keluarga dan masyarakat.

226 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Belum optimalnya
pemajuan kebudayaan
Indonesia

Indonesia sebagai negara-bangsa majemuk Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (MSBP)
memiliki khazanah budaya yang kaya dan tahun 2018, persentase penduduk yang pernah
melimpah bersumber dari nilai, tradisi, adat terlibat sebagai pelaku/pendukung pertunjukkan
istiadat, kearifan lokal, seni, dan bahasa yang seni yang menjadikan keterlibatan sebagai sumber
tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. penghasilan hanya sebesar 0,31 persen dari total
Kekayaan budaya tersebut tidak cukup hanya untuk jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Produk-
dilestarikan, tapi juga perlu dikembangkan dan produk tradisional sebagai hasil karya budaya
dimanfaatkan. Undang-undang Nomor 5 Tahun juga masih sepi peminat, hanya 59,81 persen
2017 tentang Pemajuan Kebudayaan membawa rumah tangga yang masih menggunakan produk
arah baru dalam pembangunan kebudayaan tradisional.
dengan menjadikan kebudayaan sebagai investasi
untuk membangun masa depan dan peradaban
bangsa. Melalui pemajuan kebudayaan, diharapkan
kekayaan budaya dapat menjadi kekuatan
penggerak dan modal dasar pembangunan.

Untuk meningkatkan peran kebudayaan dalam


pembangunan perlu dilakukan upaya pemajuan
kebudayaan dengan membangun ekosistem
kebudayaan yang berkelanjutan, serta tata kelola
pembangunan yang efektif dan efisien. Ekosistem
kebudayaan merupakan jejaring kebudayaan yang
saling membangun antara pelaku, pengguna,
infrastruktur, lingkungan dan unsur kebudayaan
lainnya. Saat ini ekosistem kebudayaan belum
berjalan dengan optimal. Masyarakat dan pelaku
budaya belum sepenuhnya merasakan manfaat dari
kekayaan budaya yang dimiliki bangsa ini. Hal ini
tercermin dari masih rendahnya minat masyarakat
untuk mengembangkan dan memanfaatkan
kekayaan budaya. Berdasarkan data Susenas

Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 227


Masih lemahnya
Belum mantapnya
pemahaman dan
pendidikan karakter
pengamalan nilai-
dan budi pekerti
nilai ajaran agama

Pendidikan merupakan pilar kebangsaan Dalam kerangka pembangunan nasional agama


yang memiliki peran penting dalam dapat menjadi landasan spiritual, moral dan etika
menumbuhkembangkan semangat cinta tanah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai
air dan bela negara, membangun karakter dan Sila Pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa,
meneguhkan jati diri bangsa, serta memperkuat para pendiri bangsa menempatkan nilai agama
identitas nasional. Pendidikan karakter dan budi sebagai landasan moralitas bangsa. Nilai-nilai
pekerti sebagai salah satu pusat dari proses agama dapat ditransformasikan untuk membentuk
pembentukan kepribadian anak didik sangat insan yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia,
diperlukan untuk membangun watak yang baik, berkepribadian luhur, dan bermanfaat bagi diri dan
memupuk mental yang tangguh, membina perangai lingkungannya. Namun karena masih lemahnya
yang lembut, dan menanamkan nilai-nilai kebajikan pemahaman dan pengamalan nilai agama, moralitas
yang selaras dengan prinsip-prinsip moral dan etika keagamaan tersebut belum dapat terwujud dengan
yang hidup di dalam masyarakat. baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun pendidikan karakter dan budi pekerti belum Pelayanan keagamaan yang berkualitas dapat
sepenuhnya dapat mewujudkan lingkungan sekolah meningkatkan pemahaman dan pengamalan
dan budaya belajar yang mampu menumbuhkan nilai agama. Pelayanan keagamaan di tingkat
kebiasaan perilaku yang baik. Hal ini tercermin kecamatan dilakukan melalui Kantor Urusan Agama
dari rendahnya indeks integritas sekolah dalam (KUA), meskipun belum semua kecamatan memiliki
mengikuti Ujian Nasional, yakni masih 30 persen KUA. Sampai saat ini baru 5.820 kecamatan
daerah yang memiliki indeks integritas UN rendah dari 7.094 kecamatan yang telah memiliki KUA.
(Kemdikbud, 2017). Pelajar pengguna Narkoba Pengembangan ekonomi umat dan sumber daya
juga masih tinggi, dari 3,3 juta pengguna Narkoba, keagamaan juga masih belum optimal. Berdasarkan
sebanyak 24 persen atau 810.267 orang pengguna kajian BAZNAS diperkirakan potensi zakat Indonesia
adalah pelajar (BNN, 2017). Selain itu kekerasan mencapai Rp 286 triliun per tahun (BAZNAS,
fisik di kalangan pelajar juga masih marak terjadi, 2017), namun pengumpulan zakat yang tercatat
sekitar 32,7 persen pelajar pernah setidaknya satu oleh BAZNAS pada tahun 2017 baru mencapai
kali diserang secara fisik (Survei Nasional Kesehatan Rp 6 triliun. Penyelenggaraan jaminan produk
Berbasis Sekolah – SNKBS, 2015), dan partisipasi halal dalam pelaksanaannya masih terhambat
pemuda dalam kegiatan sosial kemasyarakatan oleh terbatasnya infrastruktur dan SDM, serta
mengalami penurunan dari 82,0 (Susenas MSBP, masih rendahnya kesadaran pelaku usaha untuk
2015) menjadi 81,4 (Susenas MSBP, 2018). memperoleh sertifikat halal. Sementara itu, kualitas
penyelenggaraan ibadah haji terus meningkat, yang
ditandai dengan indeks kepuasan jamaah haji pada
tahun 2019 sebesar 85,91 atau naik 0,68 poin dari
tahun 2018 sebesar 85,23.

228 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Belum kukuhnya moderasi beragama untuk
memperkuat toleransi dan kerukunan

Moderasi beragama merupakan upaya strategis dalam disertai dengan kearifan dan pengetahuan dapat
rangka memperkukuh toleransi dan meneguhkan memicu perselisihan yang berpotensi mengganggu
kerukunan dalam kebhinekaan. Masyarakat kerukunan dan harmoni sosial. Pengamalan nilai-nilai
Indonesia yang memeluk agama beragam perlu agama secara baik bagi seluruh umat, yang disertai
mengembangkan wawasan dan sikap moderasi penghargaan dan penghormatan atas perbedaan,
beragama, untuk membangun saling pengertian, diharapkan dapat menjadi perekat dan pemersatu
merawat keragaman, dan memperkuat persatuan bangsa.
di antara umat beragama yang berbeda. Perspektif
moderasi beragama merujuk pada pandangan bahwa Indeks Kerukunan Umat Beragama menurun dari
umat beragama harus mengambil jalan tengah dalam 75,36 pada tahun 2015 menjadi 73,83 pada 2019.
praktik kehidupan beragama. Penurunan indeks ini menggambarkan masih
lemahnya toleransi, kesetaraan, dan kerja sama
Indonesia sebagai negara dengan suku bangsa, antarumat. Untuk memperkukuh kerukunan berbagai
agama, dan kepercayaan yang beragam perlu upaya terus dilakukan, antara lain dengan memperkuat
mengelola keragaman tersebut dengan baik untuk peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
meminimalisir risiko timbulnya konflik di antara di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan
warga negara maupun antarkelompok dan pemeluk sebagai wadah komunikasi dan dialog lintas iman
agama. Gejala intoleransi yang mulai mengemuka untuk menyelesaikan persoalan kehidupan beragama.
perlu mendapat perhatian serius agar tidak merusak
semangat persatuan dalam kemajemukan. Sementara
itu, perkembangan teknologi dan informasi yang tidak

Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 229


Belum optimalnya
peran keluarga

Keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan


karakter dan kepribadian individu dari usia dini
sampai dewasa. Penanaman karakter anak dilakukan
melalui internalisasi nilai, baik di dalam keluarga inti,
keluarga besar, maupun masyarakat. Keluarga juga
berperan penting dalam pembentukan karakter dan
kepribadian, terutama untuk menginternalisasi nilai-
nilai luhur budaya bangsa dan mencegah perilaku
berisiko. Selanjutnya, sebagai orang tua, laki-laki
dan perempuan memiliki peran dan tanggung
jawab yang sama dalam mendidik anak di dalam
keluarga.

Indonesia memiliki 81.210.230 keluarga (SUPAS,


2015). Dari jumlah tersebut, sebanyak 76 persen
(61,75 juta) keluarga dengan kepala keluarga laki-
laki, dan 24 persen (19,45 juta) keluarga dengan
kepala keluarga perempuan. Saat ini, pembangunan
keluarga masih dihadapkan pada sejumlah
permasalahan antara lain: (a) masih tingginya
angka perkawinan anak 11,2 persen (Susenas
2018); (b) meningkatnya angka perceraian rata-rata
3 persen pertahun (Pengadilan Agama, 2017); dan
(c) masih tingginya angka kehamilan yang tidak
diinginkan, yaitu sebesar 7,1 persen kehamilan
tidak direncanakan, dan 1,3 persen perempuan
yang menikah menganggap hamil bukan pada
waktu yang tepat (SUPAS, 2015).

230 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Rendahnya budaya literasi,
inovasi, dan kreativitas

Literasi merupakan faktor esensial dalam upaya masyarakat untuk memperoleh informasi. Tingkat
membangun fondasi yang kukuh bagi terwujudnya literasi bangsa Indonesia memang masih perlu
masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif, terus ditingkatkan. Berdasarkan data Susenas
dan berkarakter. Pada era revolusi industri MSBP tahun 2018, penduduk usia 10 tahun ke atas
4.0, masyarakat dengan budaya literasi tinggi yang membaca selain kitab suci baik cetak maupun
mutlak diperlukan untuk menghadapi tantangan elektronik baru mencapai 45,72 persen, sementara
zaman. Pada era ini wajah dunia akan banyak penduduk yang mengakses internet masih sebesar
berubah dengan adanya proses otomatisasi yang 43,47 persen. Hal ini tentu menjadi tantangan dalam
memungkinkan terjadinya pembagian tugas antara upaya meningkatkan literasi masyarakat dengan
manusia dan piranti lunak. Akibatnya akan banyak memperluas akses informasi dan pengetahuan ke
pekerjaan yang hilang dan digantikan oleh mesin, seluruh pelosok negeri.
meskipun di sisi lain muncul pekerjaan-pekerjaan
baru yang berbasiskan pada inovasi dan kreativitas
yang didasarkan pada akal budi dan karya budaya
manusia.

Sementara itu literasi sebagai bentuk cognitive skills


memampukan manusia untuk mengidentifikasi,
memahami, dan menginterpretasi informasi yang
diperoleh untuk ditransformasikan ke dalam
kegiatan-kegiatan produktif yang memberi manfaat
sosial, ekonomi, dan kesejahteraan. Literasi
memiliki kontribusi positif dalam rangka membantu
menumbuhkan kreativitas dan inovasi, serta
meningkatkan keterampilan dan kecakapan sosial
seperti komunikasi, negosiasi, kerja kelompok,
dan relasi sosial yang sangat dibutuhkan pada era
revolusi industri 4.0.

Mewujudkan masyarakat yang memiliki kemampuan


literasi merupakan kebutuhan mendesak untuk
menghadapi tantangan zaman yang terus
berkembang dan berubah. Salah satu tolok ukur
untuk menilai tingkat literasi suatu bangsa antara
lain melalui budaya kegemaran membaca yang
mencerminkan minat dan kemudahan akses

Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 231


Sasaran, Target, dan Indikator

No Sasaran/Indikator Baseline Target 2024

Menguatnya revolusi mental dan pembinaan ideologi Pancasila untuk memantapkan


1
ketahanan budaya
Indeks Capaian Revolusi Mental 67,0 (2018) Meningkat
Indeks Aktualisasi Nilai Pancasila n/a 77,0
Meningkatnya pemajuan kebudayaan untuk meningkatkan peran kebudayaan dalam
2
pembangunan
Indeks Pembangunan Kebudayaan 53,7 (2018) 62,7
3 Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat dan daya rekat sosial
Indeks Pembangunan Masyarakat 0,59 (2018) Meningkat
Menguatnya moderasi beragama untuk mewujudkan kerukunan umat dan membangun
4
harmoni sosial dalam kehidupan masyarakat
Indeks Kerukunan Umat Beragama 73,8 (2019) 75,8
5 Meningkatnya ketahanan keluarga untuk memperkukuh karakter bangsa
Indeks Pembangunan Keluarga 53,6 (2018) 61,0
Median Usia Kawin Pertama Perempuan 21,8 (2017) 22,1
Meningkatnya budaya literasi untuk mewujudkan masyarakat berpengetahuan, inovatif dan
6
kreatif
Nilai Budaya Literasi 55,0 (2018) 71,0

232 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Arah Kebijakan dan Strategi
1. Revolusi mental dan pembinaan ideologi penguatan masyarakat, kelembagaan,
Pancasila untuk memperkukuh ketahanan regulasi, penyediaan sarana dan
budaya bangsa dan membentuk mentalitas prasarana, serta partisipasi dunia usaha.
bangsa yang maju, modern, dan berkarakter,
melalui: d. Penguatan pusat-pusat perubahan
a. Revolusi mental dalam sistem pendidikan gerakan revolusi mental, mencakup: (a)
untuk memperkuat nilai integritas, etos pemantapan pelaksanaan lima program
kerja, gotong royong, dan budi pekerti, Gerakan Nasional Revolusi Mental untuk
mencakup: (a) pengembangan budaya mewujudkan Indonesia Melayani, Indonesia
belajar dan lingkungan sekolah yang Bersih, Indonesia Tertib, Indonesia Mandiri,
menyenangkan dan bebas dari kekerasan dan Indonesia Bersatu; dan (b) penguatan
(bullying free school environment); (b) pusat-pusat perubahan gerakan revolusi
penguatan pendidikan agama, nilai mental di daerah.
toleransi beragama, dan budi pekerti dalam
sistem pendidikan; dan (c) peningkatan e. Pembangunan dan pembudayaan sistem
kepeloporan dan kesukarelawanan ekonomi kerakyatan berlandaskan
pemuda, serta pengembangan pendidikan Pancasila, mencakup: (a) membangun
kepramukaan. budaya ekonomi nasional dengan
platform koperasi dalam kegiatan usaha
b. Revolusi mental dalam tata kelola produktif; (b) peningkatan etos kerja dan
pemerintahan untuk penguatan budaya kewirausahaan berlandaskan semangat
birokrasi yang bersih, melayani, dan gotong royong; dan (c) penumbuhan
responsif, mencakup: (a) peningkatan budaya konsumen cerdas dan cinta produk
budaya kerja pelayanan publik yang ramah, dalam negeri.
cepat, efektif, efisien, dan terpercaya;
dan (b) penerapan disiplin, reward dan f. Pembinaan ideologi Pancasila,
punishment dalam birokrasi. pendidikan kewargaan, wawasan
kebangsaan, dan bela negara untuk
c. Revolusi mental dalam sistem sosial menumbuhkan jiwa nasionalisme dan
untuk memperkuat ketahanan, kualitas patriotisme, mencakup: (a) pembinaan
dan peran keluarga dan masyarakat ideologi Pancasila, penguatan pendidikan
dalam pembentukan karakter sejak kewargaan, nilai-nilai kebangsaan, dan
usia dini, mencakup: (a) penyiapan bela negara; (b) peningkatan peran
kehidupan berkeluarga dan kecakapan dan fungsi Badan Pembinaan Ideologi
hidup; (b) peningkatan ketahanan Pancasila (BPIP); (c) harmonisasi dan
keluarga berdasarkan siklus hidup dengan evaluasi peraturan perundang-undangan
memperhatikan kesinambungan antar yang bertentangan dengan ideologi
generasi, sebagai upaya penguatan fungsi Pancasila; dan (d) membersihkan unsur-
dan nilai keluarga; dan (c) pewujudan unsur yang mengancam ideologi negara.
lingkungan yang kondusif melalui

Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 233


2. Meningkatkan pemajuan dan pelestarian mencakup: (a) pengembangan diplomasi
kebudayaan untuk memperkuat karakter dan budaya melalui pengembangan bahasa
memperteguh jati diri bangsa, meningkatkan Indonesia sebagai bahasa internasional,
kesejahteraan rakyat, dan mempengaruhi muhibah seni budaya, dan kuliner
arah perkembangan peradaban dunia, melalui: nusantara; dan (b) penguatan pusat studi
a. Revitalisasi dan aktualisasi nilai budaya dan rumah budaya Indonesia di luar negeri.
dan kearifan lokal untuk menumbuhkan
semangat kekeluargaan, musyawarah, e.
Pengembangan tata kelola
gotong-royong, dan kerja sama pembangunan kebudayaan, mencakup:
antarwarga, mencakup: (a) pelindungan, (a) pengelolaan dana perwalian
pengembangan, dan pemanfaatan nilai kebudayaan; (b) peningkatan kualitas
budaya, tradisi, sejarah dan kearifan sumber daya manusia kebudayaan;
lokal; (b) peningkatan akses dan kualitas (c) peningkatan sarana dan prasarana
pelayanan museum dan arsip; dan kebudayaan; (d) pengembangan sistem
(c) pelestarian, pengembangan dan pendataan kebudayaan terpadu; dan (e)
pemanfaatan manuskrip dan arsip sebagai pengembangan kerja sama dan kemitraan
sumber nilai budaya, sejarah, dan memori dalam pemajuan kebudayaan.
kolektif bangsa.
3. Memperkuat moderasi beragama untuk
b. Pengembangan dan pemanfaatan mengukuhkan toleransi, kerukunan dan
kekayaan budaya untuk memperkuat harmoni sosial, melalui:
karakter bangsa dan kesejahteraan a. Penguatan cara pandang, sikap, dan
rakyat, mencakup: (a) pengembangan praktik beragama dalam perspektif jalan
produk seni, budaya, dan film; (b) tengah untuk memantapkan persaudaraan
penyelenggaraan festival budaya dan dan kebersamaan di kalangan umat
membangun opera berkelas internasional; beragama, mencakup: (a) pengembangan
(c) pengelolaan cagar budaya untuk penyiaran agama untuk perdamaian dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan kemaslahatan umat; (b) penguatan sistem
(d) pengembangan budaya bahari dan pendidikan yang berperspektif moderat
sumber daya maritim. mencakup pengembangan kurikulum,
materi dan proses pengajaran, pendidikan
c. Pelindungan hak kebudayaan dan guru dan tenaga kependidikan, dan
ekspresi budaya untuk memperkuat rekrutmen guru; (c) penguatan peran
kebudayaan yang inklusif, mencakup: (a) pesantren dalam mengembangkan
pengembangan wilayah adat sebagai pusat moderasi beragama melalui peningkatan
pelestarian budaya dan lingkungan hidup; pemahaman dan pengamalan ajaran agama
(b) pemberdayaan masyarakat adat dan untuk kemaslahatan; (d) pengelolaan rumah
komunitas budaya; dan (c) pelindungan ibadah sebagai pusat syiar agama yang
kekayaan budaya komunal dan hak cipta. toleran; dan (e) pemanfaatan ruang publik
untuk pertukaran ide dan gagasan di
d. Pengembangan diplomasi budaya kalangan pelajar, mahasiswa, dan pemuda
untuk memperkuat pengaruh Indonesia lintas budaya, lintas agama, dan lintas suku
dalam perkembangan peradaban dunia, bangsa.

234 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


b. Penguatan harmoni dan kerukunan umat
beragama, mencakup: (a) pelindungan
umat beragama untuk menjamin hak-
hak sipil dan beragama; (b) penguatan
peran lembaga agama, organisasi
sosial keagamaan, tokoh agama, tokoh
masyarakat, ASN, TNI, dan Polri sebagai
perekat persatuan dan kesatuan bangsa;
dan (c) penguatan Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) untuk membangun
solidaritas sosial, toleransi, dan gotong
royong.

c. Penyelarasan relasi agama dan budaya,


mencakup: (a) penghargaan atas ekspresi
budaya berbasis nilai-nilai agama; (b) membaca; (b) pengembangan sistem
pengembangan literasi khazanah budaya perbukuan dan penguatan konten literasi;
bernafas agama; (c) pelestarian situs (c) peningkatan akses dan kualitas
keagamaan dan pemanfaatan perayaan perpustakaan berbasis inklusi sosial.
keagamaan dan budaya untuk memperkuat
toleransi. b. Pengembangan, pembinaan, dan
pelindungan Bahasa Indonesia,
d.
Peningkatan kualitas pelayanan bahasa dan aksara daerah, serta sastra
kehidupan beragama, mencakup: mencakup: (a) peningkatan fungsi Bahasa
(a) peningkatan fasilitasi pelayanan Indonesia menjadi bahasa internasional;
keagamaan; (b) peningkatan pelayanan (b) pengembangan pendidikan sastra di
bimbingan perkawinan dan keluarga; (c) satuan pendidikan dan komunitas; dan
penguatan penyelenggaraan jaminan (c) revitalisasi bahasa dan aksara daerah
produk halal; dan (d) peningkatan kualitas sebagai khazanah budaya bangsa.
penyelenggaran haji dan umrah.
c. Pengembangan budaya Iptek, inovasi,
e. Pengembangan ekonomi umat dan kreativitas, dan daya cipta, mencakup:
sumber daya keagamaan, mencakup: (a) (a) peningkatan budaya riset dan
pemberdayaan dana sosial keagamaan; ekperimentasi ilmiah sejak usia dini; dan
(b) pengembangan kelembagaan ekonomi (b) pengembangan budaya produksi dan
umat; dan (c) pengelolaan dana haji secara kreativitas berbasis inovasi.
profesional, transparan, dan akuntabel.
d. Penguatan institusi sosial penggerak
4. Meningkatkan budaya literasi, inovasi, dan literasi dan inovasi, mencakup: (a)
kreativitas bagi terwujudnya masyarakat pengembangan mitra perpustakaan (library
berpengetahuan dan berkarakter, melalui: supporter); (b) pengembangan inovasi
a. Peningkatan budaya literasi, mencakup: sosial yang didukung oleh pendanaan
(a) pengembangan budaya kegemaran filantropi.

Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 235


MEMPERKUAT
INFRASTRUKTUR
UNTUK MENDUKUNG
PEMBANGUNAN EKONOMI
& PELAYANAN DASAR
Pendahuluan

6
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Pembangunan infrastruktur merupakan salah


satu pilihan strategis dalam rangka mempercepat
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Indonesia.
Perhatian pemerintah di bidang infrastruktur pada
beberapa tahun terakhir telah berdampak pada
peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur di
Indonesia. Namun demikian, daya saing infrastruktur
Indonesia masih perlu terus ditingkatkan. The Global
Competitiveness Report tahun 2018 menempatkan
posisi daya saing infrastruktur Indonesia di posisi 71,
masih tertinggal jika dibandingkan negara ASEAN
lainnya, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Beberapa hal yang masih memerlukan percepatan
antara lain pembangunan infrastruktur penggerak
ekonomi, pemerataan pelayanan dasar di seluruh
Indonesia, dan pembangunan infrastruktur untuk
menopang perkembangan berbagai kota seiring
dengan urbanisasi di Indonesia. Untuk itu pada
periode 2020-2024, pembangunan infrastruktur
akan diprioritaskan pada tiga fokus utama, yaitu
Infrastruktur untuk Pemerataan Pembangunan,
Infrastruktur untuk Pembangunan Ekonomi, dan
Infrastruktur untuk Pembangunan Perkotaan.
Ketiga fokus utama tersebut akan ditopang oleh
pembangunan energi dan ketenagalistrikan,
pelaksanaan transformasi digital. Selain itu,

238 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


pembangunan infrastruktur 2020-2024 juga
akan dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa pengarusutamaan seperti ketangguhan
menghadapi bencana, kesetaraan gender, tata
kelola pemerintahan yang baik, pembangunan
berkelanjutan, serta modal sosial dan budaya.

Dalam upaya mencapai target pertumbuhan PDB


skenario menengah serta target stok infrastruktur
dalam RPJMN 2020- 2024, kebutuhan belanja
infrastruktur mencapai Rp 6.445 Triliun atau rata-rata
6,2 persen dari PDB. Namun demikian, kemampuan
pemerintah untuk mendanai hanya sebesar Rp 2.385
Triliun (hanya 37 persen dari total kebutuhan). Untuk
itu diperlukan upaya inovatif untuk mendorong peran
serta investasi masyarakat dan badan usaha melalui
skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
(KPBU) dan skema pembiayaan inovatif lainnya.
Hal ini sesuai dengan paradigma baru pendanaan
infrastruktur yang menjadikan APBN/APBD sebagai
alternatif sumber pendanaan terakhir.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 239
Capaian Pembangunan RPJMN 2015-2019

52
Peringkat kualitas infrastruktur
Indonesia di 2017 yang naik dari
62 di 2015

Global Competitiveness index

36 Indonesia di 2017 membaik


dari capaian 2015 yang di
peringkat 37

Rasio Elektrifikasi 2018 yang


meningkat dari 2015 yang
hanya 88,3%
98,3%

46
Peringkat logistik Indonesia
membaik di 2018 jika
dibandingkan tahun 2016 (63)

Indeks Kualitas Lingkung (IKLH)


tahun 2017 yang meningkatkan
dibandingkan tahun 2013 66,19%
(63,20%)

240 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pembangunan infrastruktur merupakan salah infrastruktur dilakukan secara masif dan merata
satu prioritas yang mendapatkan penekanan sebagaimana disajikan infografis berikut:
pada periode RPJMN 2015-2019. Pembangunan

Perumahan dan Permukiman

Persentase RT Yang Persentase RT Yang Persentase RT Yang


54,1% Menempati Rumah
Layak Huni 2018 74,6 % Memiliki Akses Sanitasi
Layak 2018 87,8% Memiliki Akses Air
Minum Layak 2018

Sumber Daya Air*

1 juta Ha

16 24,9
m /detik
3 Irigasi Baru
Bendungan
Baru
tambahan kapasitas
air baku 3 juta Ha Rehabilitasi
Irigasi Eksisting

* Proyeksi capaian sd 2019

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 241
Keselamatan dan Keamanan Keselamatan Transportasi

Rasio Fatalitas Kecelakaan Rasio Kejadian Kecelakaan Rasio Kejadian Rasio Kejadian
Lalu Lintas per 10.000 Pelayaran per 10.000 Kecelakaan KA per 1 juta Kecelakaan Penerbangan
Kendaraan Pelayaran Km Perjalanan KA per 1 juta Penerbangan

2010*: 3,93 2015: 1,38 2015: 1,15 2015: 16,7


2018: 2,02 2018: 1,07 2018: 0,24 2018: 2,79
*Baseline Tahun 2010 sesuai
Program Dekade Aksi
Keselamatan Jalan

Aksesibilitas Daerah 3T, Daerah Rawan Bencana, dan Daerah Terisolir

Capaian pembangunan jalan perbatasan*

Jalan Perbatasan Jalan Perbatasan Jalan Perbatasan


Kalimantan Nusa Tenggara Timur Papua

• Total Panjang : 1.921 km • Total Panjang : 176,2 km • Total Panjang : 1.287 km


• Jalan Tembus : 1.692 km • Jalan Tembus : 176,2 km • Jalan Tembus : 1.098 km
• Jalan Belum Tembus : 229 km • Jalan Belum Tembus : 0 km • Jalan Belum Tembus : 189 km

*Capaian pada tahun 2015 sampai dengan 2018

242 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Capaian Pengembangan bandara di perbatasan,
di daerah rawan bencana, dan di daerah terisolir

26 Bandara di
Daerah Perbatasan 58 Bandara di
Daerah Rawan Bencana 50 Bandara pembuka
Daerah Terisolir

*Capaian pada tahun 2015 sampai dengan 2018

Capaian Transportasi Perintis

296 222 8 134 412


Trayek Trayek Rute
Angkutan Trayek Trayek Angkutan Angkutan
Jalan ASDP Kereta Api Laut Udara

*Capaian pada tahun 2015 sampai dengan 2018

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 243
Konektivitas
Laut

120 18
Fasilitas Rute Angkutan
Pelabuhan Barang Tol Laut

*Capaian sampai dengan tahun 2018

Udara Darat

14 Bandara
Baru 3.387 km Jalan
Baru 94% Kondisi mantap
Jalan Nasional 2019
BRT di
38 Kota

*Capaian 2015-2019

88% Ketepatan Waktu


Pelayanan 947 km
Jalan Tol Baru 720 km Jalan
KA Baru 4 KA
Perkotaan

*Capaian sampai dengan tahun 2018

Energi Ketenagalistrikan*
Rasio Elektifikasi Konsumsi Listrik

98,30% 1.064 kWh/


Kapita
Kapasitas
Pembangkit 62,4 GW Bauran EBT di
Pembangkitan 12,4 %

*capaian sampai dengan tahun 2018

244 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Teknologi Informasi Dan Komunikasi

64,8%
Penetrasi Pengguna
Internet 2018

Seluruh ibukota kabupaten/kota tersambung


jaringan tulang punggung fiber
fiberoptic
optic

Daerah Nonkomersial
90,8% *
466 kab/kota
telah terjangkau
jaringan 4G
1.086 BTS di 110
Kabupaten

88,1%
453 kab/kota
telah terjangkau
jaringan 3G

* berdasarkan wil. administrasi terjangkau sinyal 100%

4.111
atau permukiman terjangkau > 50%
akses internet pitalebar
di 386 Kabupaten

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 245
Lingkungan dan Isu Strategis

Lingkungan Strategis
RPJMN 2020-2024 merupakan periode akhir dari
RPJPN 2005-2025 serta menjadi langkah awal
perwujudan Visi Indonesia 2045. Di samping itu,
RPJMN 2020-2024 juga sebagai upaya untuk
menjawab persoalan kemiskinan, kesenjangan,
dan keberlanjutan daya dukung lingkungan yang
selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals-SDGs). Berbagai
dokumen pembangunan jangka panjang tersebut
di atas menjadi bagian utama dalam perumusan
kerangka pembangunan infrastruktur 2020-2024.
Sasaran Pembangunan
Visi Indonesia 2045 Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs)
Indonesia diproyeksikan menjadi negara
berpendapatan tinggi dan menjadi peringkat kelima Pemerintah Indonesia berkomitmen dalam mencapai
negara dengan PDB terbesar di dunia pada tahun target dan indikator SDGs melalui pengintegrasian
2045. Untuk mewujudkan Visi Indonesia 2045 target tersebut dalam dokumen perencanaan
tersebut ditetapkan empat pilar pembangunan pembangunan nasional. Pembangunan infrastruktur
yang terdiri dari: (i) Pembangunan manusia serta berkontribusi dalam pencapaian Tujuan 2
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; “Tanpa Kelaparan” melalui pembangunan waduk
(ii) Pembangunan ekonomi berkelanjutan; (iii) multiguna dan modernisasi irigasi. Tujuan 6 “Air
Pemerataan pembangunan; serta (iv) Pemantapan Bersih dan Sanitasi Layak” diwujudkan dengan
ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan. pengembangan sistem penyediaan air minum
Pilar ketiga “Pemerataan Pembangunan” tersebut dan pembangunan prasarana sanitasi. Kemudian,
diimplementasikan salah satunya melalui Tujuan 7 “Energi Bersih dan Terjangkau” diwujudkan
“Pembangunan Infrastruktur yang Merata dan dengan pembangunan prasarana energi dan
Terintegrasi”, di mana pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang berkelanjutan. Tujuan 9
bertujuan untuk mewujudkan konektivitas “Industri, Inovasi dan Infrastruktur” dan Tujuan
antarwilayah secara fisik dan virtual, menyediakan 11 “Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan”
layanan dasar bagi masyarakat, menciptakan diwujudkan dengan penyediaan perumahan dan
pemerataan pembangunan dan memperkuat permukiman, serta pengembangan konektivitas dan
ketahanan terhadap bencana dan perubahan iklim. transportasi umum massal.

246 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


RPJPN 2005-2025 Kerangka Infrastruktur 2020-2024
Sejalan dengan tahapan yang diamanatkan RPJPN Pembangunan infrastruktur periode 2020-
tahun 2005-2025, RPJMN 2020-2024 ditujukan 2024 berfokus pada tiga kerangka utama, yaitu
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang Infrastruktur Pelayanan Dasar, Infrastruktur
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan Ekonomi, dan Infrastruktur Perkotaan. Kerangka
pembangunan di berbagai bidang dengan utama tersebut didukung oleh pembangunan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian energi dan ketenagalistrikan serta pelaksanaan
yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif transformasi digital. Pembangunan infrastruktur
di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM untuk pelayanan dasar diarahkan untuk mewujudkan
berkualitas dan berdaya saing. Pada periode ini pemerataan pembangunan di seluruh wilayah
struktur perekonomian diharapkan sudah semakin Indonesia. Infrastruktur layanan dasar yang akan
maju dan kokoh ditandai dengan daya saing dibangun mencakup penyediaan akses perumahan
perekonomian yang kompetitif dan berkembangnya dan permukiman layak, aman dan terjangkau,
keterpaduan antara industri, sumber daya alam penyediaan akses air minum dan sanitasi (air
(seperti kelautan, pertanian, dan pertambangan), limbah dan sampah), pengelolaan air tanah dan air
dan sektor jasa. Kondisi berbangsa dan bernegara baku berkelanjutan, keselamatan dan keamanan
juga sudah semakin maju dan sejahtera yang transportasi, ketahanan kebencanaan infrastruktur,
didukung oleh diselenggarakannya jaringan serta waduk multiguna dan modernisasi irigasi.
transportasi, telekomunikasi dan informatika, Pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan
elektrifikasi, sanitasi dan air bersih serta irigasi yang ekonomi berfokus pada konektivitas transportasi jalan,
andal bagi seluruh masyarakat dan menjangkau kereta api, laut, udara, darat, dan antarmoda, akses
seluruh wilayah NKRI. Dengan demikian, kebutuhan dan pasokan energi dan tenaga listrik berkelanjutan,
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan serta penuntasan dan pemanfaatan infrastruktur TIK
sarana pendukung dapat terpenuhi dan kota tanpa dan pendukung transformasi digital. Pembangunan
permukiman kumuh dapat diwujudkan. infrastruktur untuk perkotaan berfokus pada sistem
angkutan masal umum perkotaan, infrastruktur jalan
perkotaan, energi dan ketenagalistrikan perkotaan,
infrastruktur dan ekosistem TIK perkotaan, akses air
minum dan sanitasi perkotaan, serta penyediaan
akses perumahan dan permukiman perkotaan.
Pembangunan infrastruktur juga didasarkan pada
pengarusutamaan terhadap ketahanan bencana,
kesetaraan gender, tata kelola pemerintahan yang
baik, pembangunan berkelanjutan, transformasi
digital serta modal dan sosial budaya. Kerangka
pembangunan infrastruktur bertujuan untuk
mewujudkan sasaran utama RPJMN 2020-2024.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 247
Isu dan Tantangan
Infrastruktur Pelayanan Dasar

Penyediaan Akses Perumahan dan Permukiman Layak,


Aman dan Terjangkau

Keterbatasan akses perumahan dan permukiman membangun rumah secara swadaya. Kondisi
yang layak, aman, dan terjangkau. tersebut disebabkan oleh sistem pembiayaan
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan perumahan yang belum berkembang. Sistem
dasar manusia yang dijamin dalam Pasal 28(h) pembiayaan perumahan belum memproduksi
Undang-Undang Dasar 1945, namun dukungan KPR berisiko rendah dengan jumlah besar,
pemerintah, pemerintah daerah dan dunia usaha berkelanjutan, serta lembaga penyalur KPR yang
untuk pemenuhan kebutuhan tersebut masih ada saat ini masih belum beragam. Kebijakan
terbatas. pemerintah melalui pemberian kemudahan dan
bantuan berupa subsidi/bantuan stimulan belum
Pada sisi permintaan, akses masyarakat terhadap berjalan optimal dan berkelanjutan. Besaran
pembiayaan perumahan masih perlu ditingkatkan subsidi/bantuan yang diberikan belum proporsional
terutama untuk menjangkau masyarakat dengan besar pendapatan penerima yang beragam
berpenghasilan rendah. Rendahnya akses danbergantung pada ketersediaan anggaran
pembiayaan perumahan diindikasikan dengan pemerintah.
rasio (Kredit Pemilikan Rumah) KPR terhadap
PDB Indonesia masih dibawah 3 persen (2017) Pada sisi pasokan, lokasi rumah yang terjangkau
dan cukup tertinggal dibandingkan Malaysia yang bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke
sudah mencapai 38,4 persen. Selain itu, fasilitas bawah cenderung tersebar serta menjauh dari
pembiayaan tersebut belum dapat diakses secara pusat kota sehingga menyebabkan pengembangan
luas oleh pekerja informal dan masyarakat yang wilayah perkotaan yang tidak terstruktur (urban

248 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


sprawl). Kondisi tersebut disebabkan oleh Di tingkat daerah, meskipun seluruh provinsi dan
manajemen perkotaan yang belum efektif serta kabupaten/kota telah memiliki Organisasi Perangkat
tidak terintegrasinya perumahan dengan sistem Daerah (OPD) yang menangani perumahan dan
transportasi publik dan infrastruktur dasar kawasan permukiman namun keberadaannya belum
permukiman. Pada sisi lain, masih terdapat 45,9 diiringi dengan peningkatan kapasitas kelembagaan
persen rumah tangga yang menempati hunian termasuk sumber daya manusia. Peran pemerintah
tidak layak dan permukiman kumuh berdasarkan daerah masih perlu ditingkatkan terutama dalam
empat aspek minimal kelayakan hunian yaitu menciptakan iklim kondusif bagi industri perumahan
ketahanan bangunan, luas lantai per kapita, akses seperti perizinan dan pemenuhan standar keandalan
air minum, dan sanitasi. Di samping itu, pembinaan bangunan serta memastikan penyediaan perumahan
dan pengawasan di bidang perumahan dan yang serasi dengan tata ruang dan ketersediaan
kawasan permukiman perlu ditingkatkan untuk infrastruktur dasar permukiman.
menjamin keandalan dan tertib bangunan dalam
rangka mengurangi risiko terhadap bencana, serta Belum optimalnya peningkatan akses air minum
mencegah tumbuhnya permukiman kumuh. layak dan aman.
Tantangan penyediaan air minum antara lain
Dalam rangka mengelola pembangunan perumahan masih lemahnya tata kelola dan kelembagaan
dan permukiman yang multisektor dan multipihak, penyelenggaraan air minum serta rendahnya
keterpaduan kebijakan dan program masih perlu komitmen dan kapasitas pemerintah daerah sebagai
ditingkatkan baik antarpemangku kepentingan di penyelenggara utama dari Sistem Penyediaan Air
tingkat pusat maupun daerah. Keterpaduan kebijakan Minum (SPAM). Hingga tahun 2018 akses air minum
nasional sangat diperlukan dalam seluruh rantai perpipaan baru menjangkau 20,14 persen dari
nilai pasok (value chain) penyediaan perumahan seluruh rumah tangga di Indonesia. Sesuai dengan
terutama terkait pertanahan untuk mengendalikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan akses air
harga lahan serta pembiayaan perumahan yang minum untuk masyarakat harus memenuhi kriteria
efisien dan inklusif.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 249
sebagai air minum aman yaitu, berasal dari sumber dimana baru 59,6 persen PDAM berkinerja sehat.
air yang layak, berada di dalam atau di halaman Beberapa tantangan yang dihadapi oleh PDAM
rumah, dapat diakses setiap saat dibutuhkan, dan adalah menjaga kuantitas dan kualitas air baku,
kualitasnya memenuhi standar kesehatan. Pada meningkatkan manajemen PDAM baik teknis,
saat ini diperkirakan baru 6,8 persen rumah tangga keuangan, dan sumber daya manusia, serta
yang memiliki akses air minum aman. menetapkan tarif air minum yang dapat memenuhi
kebutuhan untuk oprasional dan pengembangan
Pemerintah daerah sebagai penanggung jawab pelayanan air minum.
utama dalam penyediaan air minum untuk
masyarakat perlu meningkatkan komitmennya Dalam rangka pencapaian Tujuan Pembangunan
melalui pengintegrasian target dan sasaran Berkelanjutan, selain dukungan pembiayaan dari
penyediaan air minum nasional dalam dokumen pemerintah perlu dirumuskan kebijakan yang
perencanaan daerah dan didukung dengan menyeimbangkan penyediaan air minum sebagai
alokasi APBD yang memadai. Penyediaan layanan hak dasar (domestik) dan non domestik. Diharapkan
air minum pada masyarakat dilakukan melalui dari pelanggan non domestik dapat meningkatkan
perluasan dan pemanfaatan kapasitas yang telah minat investasi dari badan usaha serta layanan
terbangun sebesar 57.000 liter/detik, perningkatan kepada pelanggan domestik.
dan pembangunan SPAM baru yang disertai
dengan pengelolaan aset yang diharapkan dapat Belum optimalnya peningkatan akses layanan
menurunkan tingkat kebocoran yang saat ini masih sanitasi layak dan aman.
mencapai 33 persen serta menjamin keberlanjutan Persentase perilaku Buang Air Besar Sembarangan
dari infrastruktur yang telah terbangun. (BABS) di tempat terbuka masih cukup tinggi (9,36
persen atau setara 25 juta jiwa) dan menyebabkan
PDAM sebagai badan usaha di bawah pemerintah Indonesia berada di peringkat 3 dunia untuk
daerah untuk menyelenggarakan kegiatan SPAM angka BABS di tempat terbuka. Sementara itu,
belum dapat menunjukkan kinerja yang optimal, operasionalisasi Instalasi Pengolahan Air Limbah

250 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Skala Kota belum optimal yang ditandai dengan kota yang dikaji telah mengalokasikan anggaran
masih terdapat 36,3 persen kapasitas yang masih pengembangan sektor sanitasi yang ideal minimal
IPAL dapat dimanfaatkan. Sistem Pengelolaan 2 persen dari total APBD.
Air Limbah Domestik (SPALD) setempat juga
menghadapi tantangan yang sama, yang salah Fungsi kelembagaan regulator dan operator
satunya terlihat dari rendahnya jumlah Instalasi layanan dasar di daerah masih terbatas baik
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang beroperasi dalam jumlah maupun kapasitas. Sebagai contoh,
secara optimal. baru 77 kabupaten/kota yang sudah memiliki Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) atau Badan
Akses rumah tangga terhadap pengelolaan Usaha Milik Daerah (BUMD) pengelolaan layanan
sampah domestik di perkotaan hanya mencakup air limbah domestik (Kementerian PUPR, 2018).
61 persen rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh
masih rendahnya penerapan prinsip pengurangan Implementasi kebijakan penyediaan layanan
sampah dan terbatasnya infrastruktur reduksi dasar permukiman juga belum optimal. Hal
sampah, seperti Tempat Pengolahan Sampah tersebut ditunjukkan dengan belum terintegrasinya
Terpadu (TPST) dan Tempat Pengelolaan Sampah perencanaan antar sektor seperti Strategi
Reuse, Reduce, Recycle (TPS 3R). Di sisi lain, Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) dengan rencana
upaya pengangkutan sampah di perkotaan pembangunan daerah dan rencana tata ruang,
mengalami tantangan karena masih kurangnya serta implementasi perencanaan yang belum
armada pengangkutan dan adanya tantangan maksimal. Hal ini terlihat dari telah disusunnya
geografis. dokumen SSK di 489 kabupaten/kota (di 33
provinsi) namun masih terdapat 9 provinsi yang
Alokasi anggaran untuk program perumahan dan peningkatan akses sanitasinya perlu percepatan
permukiman masih sangat terbatas. Laporan yang signifikan.
Urban Sanitation Development Program tahun
2017 menunjukkan hanya 19 dari 47 kabupaten/

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 251
Pengelolaan Air Tanah dan
Air Baku Berkelanjutan Masih
Terbatas

Pengelolaan air tanah dan air baku berkelanjutan air tanah di beberapa wilayah. Ekstraksi air tanah
menghadapi tantangan, ketersediaan air baku memiliki porsi sebesar 46 persen dari pemenuhan
antarwilayah yang tidak merata. Selain itu 60 persen kebutuhan air domestik. Penggunaan air tanah
penduduk tinggal di Pulau Jawa dengan kebutuhan di beberapa wilayah perlu diperhatikan. Sebagai
air yang sangat besar; ekstraksi air tanah yang contoh, 45 persen air tanah di Jakarta tercemar oleh
tinggi; pencemaran sumber air pada sebagian bakteri E-Coli. Ekstraksi air tanah secara masif juga
besar wilayah sungai; serta peningkatan kebutuhan ditengarai menjadi penyebab penurunan muka tanah
air yang signifikan pada 10 wilayah aglomerasi di wilayah aglomerasi pesisir utara Jawa.
perkotaan.
Efisiensi pemanfaatan air dapat ditingkatkan melalui
Pada tahun 2018, kapasitas penyediaan air baku di penerapan teknologi, untuk mengatur volume air
Indonesia mencapai 228,2 m3/s, hanya memenuhi dan integrasi pemanfaatan berbagai sumber air.
30 persen dari total kabupaten/kota. Untuk melayani Investasi penyediaan infrastruktur air baku juga
seluruh kabupaten/kota, dibutuhkan tambahan air perlu didukung dengan pengembangan skema
baku pada tahun 2024 sebesar 181,3 m3/s. kerjasama pemerintah dan swasta sebagai alternatif
pembiayaan.
Di sisi lain, belum meratanya distribusi air
menyebabkan tingginya tingkat ketergantungan atas

Gambar 6.1 Bauran Sumber Air untuk Keperluan


Domestik (2018)

Lain-lain
13% Air Tanah
PDAM
46%
9%
Air
Kemasan
4%

Sungai/
Danau/
Kolam
9%
Mata Air
19%

252 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


pendanaan untuk pemeliharaan, perawatan, dan
Keselamatan dan Keamanan pengoperasian prasarana kereta api (infrastructure
Transportasi maintenance and operation/IMO) baru mencapai 64
persen dari kebutuhan.

Isu utama keselamatan moda transportasi jalan Tantangan utama keselamatan moda transportasi
adalah tingginya angka kematian akibat kecelakaan perairan yang meliputi angkutan laut serta angkutan
lalu lintas. Pada tahun 2018, jumlah korban sungai, danau, dan penyeberangan adalah belum
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia efektifnya peran syahbandar dalam menjamin
mencapai 29.478 orang, atau rata-rata mencapai keselamatan pelayaran, belum optimalnya kelaikan
3-4 orang setiap jam. Kecelakaan lalu lintas menjadi prasarana dan sarana, belum terbangun atau
penyebab kematian ke-3 terbesar di Indonesia, berjalannya sistem informasi dan tiket, serta masih
setelah penyakit jantung dan stroke. Tingginya lemahnya kapasitas sumber daya manusia pada
tingkat fatalitas mengakibatkan kerugian ekonomi otoritas dan operator layanan angkutan. Belum
yang besar dan berpotensi menurunkan tingkat optimalnya peran syahbandar dalam menjamin
kesejahteraan, mengingat sebagian besar korban keselamatan pelayaran terlihat dari belum efektifnya
(77 persen) berada pada usia produktif (15-64 tahun) kewenangan syahbandar untuk memastikan muatan
yang pada umumnya merupakan pencari nafkah. kapal sesuai aspek kapasitas penumpang maupun
Tingginya jumlah korban jiwa akibat kecelakaan jenis barang. Terkait permasalahan kapasitas
lalu lintas disebabkan oleh berbagai aspek, sumber daya manusia, kompetensi nahkoda
meliputi kelaikan kendaraan, kondisi prasarana dan awak kapal serta kapasitas syahbandar
jalan, perilaku pengguna jalan, maupun kecepatan dalam melakukan inspeksi kelaikan pelayaran
penanganan bagi korban kecelakaan. Koordinasi masih lemah. Selain itu, belum berkembangnya
yang kurang optimal dari berbagai pemangku sistem informasi dan tiket mengakibatkan jumlah
kepentingan menjadi kendala terwujudnya sistem penumpang belum dapat terkendali sesuai dengan
lalu lintas jalan yang lebih berkeselamatan. kapasitas kapal. Disamping itu, ketersediaan dan
kelaikan prasarana keselamatan seperti peralatan
Di bidang perkeretaapian, permasalahan utama navigasi dan pemantau cuaca masih terbatas.
keselamatan adalah kurangnya kelaikan kondisi
sarana dan prasarana yang meliputi sarana kereta, Dari aspek pencarian dan pertolongan korban
prasarana rel, sistem persinyalan, telekomunikasi pada kejadian kecelakaan transportasi termasuk
dan listrik kereta api. Pada saat ini, sebagian dari bencana, isu yang dihadapi adalah masih
lokomotif maupun sarana KRL yang ada telah berusia terbatasnya ketersediaan sumber daya manusia
di atas 30 tahun, sementara, berdasarkan tolok ukur dan peralatan. Kebutuhan tenaga penyelamat
internasional usia laik operasi bagi lokomotif dan (rescuer) saat ini mencapai 3.564 personel,
sarana kereta api adalah di bawah 25 tahun. Selain namun yang tersedia saat ini baru sejumlah
itu, panjang jalur KA yang memenuhi standar (Track 1.673 personel (46,94 persen). Aspek lain adalah
Quality Index/TQI kategori 1 dan 2) baru mencapai ketersediaan sarana dan prasarana pertolongan
81,5 persen dari keseluruhan jaringan KA. Data dan penyelamatan yang dimiliki belum sepenuhnya
kecelakaan KA pada kurun 2015-2017 menunjukkan memenuhi kebutuhan sesuai dengan luas dan
bahwa kecelakaan KA didominasi oleh kejadian kondisi geografis, karakteristik kecelakaan, jenis
tergelincir keluar jalur (anjlok) yang menggambarkan bencana, serta kemampuan menjangkau seluruh
kondisi prasarana KA yang kurang memadai. Alokasi wilayah Indonesia.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 253
Ketahanan Kebencanaan
Infrastruktur

Untuk meningkatkan ketahanan masyarakat seperti transportasi, energi, dan sumber daya air
terhadap bencana seperti banjir; gempa bumi; tanah masih belum memadai dalam menghadapi risiko
longsor; dan letusan gunung berapi, dibutuhkan bencana.
infrastruktur ketahanan bencana yang memadai.
Kerugian finansial akibat bencana alam dalam Secara khusus, pengembangan kawasan pesisir
kurun waktu 2002-2015 di Indonesia mencapai utara (Pantura) Pulau Jawa sebagai tulang punggung
1,26 miliar USD per tahun (International Disaster ekonomi nasional yang ditunjukkan oleh sumbangan
Database, 2018). Risiko bencana juga semakin 20 persen GDP Indonesia di 3 kawasan aglomerasi
meningkat seiring tren urbanisasi serta perubahan perkotaan, masih menghadapi beberapa tantangan.
iklim. Kawasan perkotaan seperti Jakarta, kota-kota Pengembangan kawasan ini menghadapi potensi
pesisir utara Jawa, serta beberapa wilayah sungai kenaikan muka air laut, banjir rob dan penurunan
prioritas menghadapi kerawanan bencana yang tanah terutama di DKI Jakarta, Pekalongan, dan
semakin tinggi akibat perkembangan kota dan Semarang. Selain itu, kawasan Pantura Jawa juga
posisinya yang berada pada zona rawan bencana. mengalami abrasi yang mengakibatkan kehilangan
Perkembangan kota memberikan dampak ekonomi lahan dan degradasi ekosistem.
yang positif secara nasional. Namun disisi lain, hal
ini menyebabkan tingkat keterpaparan masyarakat Selain kerentanan terhadap bencana alam,
dan aset ekonomi terhadap bencana semakin tinggi. Indonesia juga dihadapkan pada meningkatnya
Fenomena ini belum didukung oleh upaya. Penataan risiko bencana lingkungan. Proses pemulihan kondisi
ruang yang memperhatikan risiko bencana. Selain lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama dan
itu, tingkat keamanan infrastruktur vital perkotaan sangat bergantung pada pemulihan kondisi daerah
tangkapan air (catchment area). Upaya rehabilitasi
hutan dan lahan belum mampu mengatasi laju
kerusakan lahan. Di samping itu, kinerja pemulihan 15
DAS kritis dan 15 danau prioritas, serta pengelolaan
kawasan rawa dan gambut masih rendah.

Penurunan risiko bencana melalui pengembangan


industri konstruksi menghadapi kendala akibat
keterbatasan SDM dan belum berkembangnya
ekosistem industri konstruksi. Pada sisi SDM,
kemampuan mengadopsi teknologi infrastruktur
tahan bencana masih terbatas. Sedangkan untuk
ekosistem industri konstruksi, infrastruktur terbangun
belum memenuhi standar infrastruktur yang tahan
bencana.

254 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Waduk Multiguna dan
Modernisasi Irigasi

Kapasitas tampungan air masih rendah akibat pasokan air irigasi dari bendungan hingga tahun
terbatasnya jumlah bendungan, embung, dan 2019 baru mencapai 12,5 persen dari keseluruhan
penampung air lainnya. Kapasitas tampungan luas daerah irigasi.
air baru mencapai 13,72 miliar m3 dari target 14,7
miliar m3 pada tahun 2019. Optimalisasi bendungan Pengelolaan sumber daya air untuk mendukung
menghadapi tantangan tata kelola akibat ancaman ketahanan pangan dan nutrisi dihadapkan pada
sedimentasi dan penurunan tingkat keamanan. Hal rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan
ini terkait dengan usia bendungan yang semakin sistem irigasi. Hal ini disebabkan, antara lain belum
tua, operasi dan pemeliharaan yang belum optimalnya sistem pemantauan dan pencatatan
memadai, serta instrumen keamanan bendungan kerusakan infrastruktur dan pemanfaatan air secara
yang masih belum lengkap dan sesuai dengan online dan real time. Kinerja sistem irigasi juga
standar keamanan. Rata-rata penurunan volume masih rendah, terutama pada daerah irigasi yang
tampungan waduk akibat sedimentasi hingga tahun merupakan kewenangan daerah. Rendahnya kinerja
2019 mencapai 19 persen, bahkan di pulau Jawa tersebut berdampak pada rendahnya efisiensi air
mencapai 31 persen. irigasi. Upaya penyediaan infrastruktur irigasi belum
diselaraskan dengan lahan pertanian baru, yang
Dari sisi pemanfaatan, fungsi multiguna bendungan difokuskan pada terutama lahan pertanian di luar
belum optimal. Sebagai contoh, pemanfaatan Pulau Jawa. Hal ini mempertimbangkan tingginya
potensi energi listrik baru mencapai 28 persen alih fungsi lahan dari pertanian ke fungsi lain dan
dari total potensi yang dapat dihasilkan. Selain itu, terbatasnya lahan baru di Pulau Jawa.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 255
Infrastruktur Ekonomi

Konektivitas Jalan

Jaringan jalan sebagai moda utama angkutan pariwisata juga masih terbatas. Masih terdapat
penumpang dan logistik, dihadapkan pada tantangan sejumlah simpul transportasi (bandara, pelabuhan,
belum memadainya kualitas prasarana jalan serta dan terminal) yang belum memiliki akses jalan
masih kurangnya ketersediaan jaringan jalan untuk yang memadai. Ketersediaan jaringan jalan pada
mendukung pengembangan wilayah. Total panjang daerah 3T termasuk pada pulau tertinggal, terluar,
jaringan jalan mencapai 582.200 km, yang terdiri dan terdepan, juga masih belum memadai untuk
dari yang berstatus jalan nasional sepanjang 47.017 mendukung aksesibilitas masyarakat.
km, dan yang berstatus jalan daerah (provinsi
dan kabupaten/kota) sepanjang 481.183 km. Dari
aspek kualitas, terdapat ketimpangan antara jalan
nasional dengan jalan daerah. Jalan nasional yang
memiliki proporsi 8 persen dari seluruh jaringan Konektivitas Kereta Api
yang ada, dengan kondisi mantap mencapai 94
persen, sementara jalan daerah yang memiliki
proporsi 92 persen dari seluruh jaringan jalan, baru Isu utama konektivitas KA adalah masih rendahnya
mencapai kondisi mantap sebesar 68,4 persen peran KA dalam mendukung angkutan barang dan
untuk provinsi, dan 57,7 persen untuk kabupaten/ pergerakan penumpang antarkota secara lebih
kota. Kualitas jalan yang ada juga belum ditunjang cepat dan efisien. Porsi angkutan barang yang
sepenuhnya dengan penyediaan kelengkapan jalan diangkut oleh KA baru mencapai 2 persen dari
yang memadai, terutama drainase yang merupakan jumlah barang yang diangkut oleh seluruh moda
kelengkapan penting dalam mencegah kerusakan transportasi. Angkutan barang yang diangkut
jalan akibat genangan air. oleh KA masih didominasi oleh barang tambang.
Sementara angkutan peti kemas yang berperan
Pada sisi lain, ketersediaan jaringan jalan yang ada penting dalam sistem logistik belum memanfaatkan
belum memadai dalam mendukung pengembangan moda KA secara optimal. Peran KA juga masih
wilayah, baik untuk mendukung pertumbuhan terbatas dalam mendukung angkutan penumpang
ekonomi maupun pemerataan pembangunan. aglomerasi perkotaan dan koridor konurbasi kota-
Kurangnya ketersediaan jalan pada jalur logistik kota utama yang memiliki tingkat permintaan
terlihat dari kinerja waktu tempuh pada jalan lintas perjalanan antarkota yang tinggi. Waktu tempuh
utama pulau yang baru mencapai 2,3 jam per 100 koridor aglomerasi Jakarta-Surabaya melalui KA
km. Ketersediaan jalan tol pada jalur utama logistik saat ini masih 9 jam, demikian juga koridor Jakarta-
masih terbatas di sepanjang jalur Pantura Jawa. Bandung yang masih memerlukan waktu 3-4 jam,
Ketersediaan jaringan jalan untuk mendukung sehingga tidak kompetitif dengan angkutan udara
pengembangan kawasan industri maupun maupun jalan tol.

256 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Konektivitas Laut

Isu strategis transportasi laut adalah belum nasional yang mencapai 9 persen per tahun pada
terwujudnya efisiensi kinerja angkutan logistik yang periode 2015-2017. Disamping itu, peran angkutan
antara lain disebabkan oleh kinerja pelabuhan udara perintis belum optimal dalam medukung
yang belum memenuhi standar (panjang dermaga, pergerakan penumpang dan distribusi barang yang
kedalaman kolam, dan alur pelayaran), jaringan dapat menjangkau daerah 3T. Prasarana lapangan
pelayaran yang masih menggunakan ukuran kapal terbang kecil (airstrip) untuk mendukung angkutan di
yang belum optimal dengan rute yang belum wilayah 3T, khususnya di wilayah Papua kondisinya
membentuk jaringan saling terhubung (loop), belum kurang memadai, belum dikelola dengan baik,
berkembangnya kawasan pendukung pelabuhan serta belum memenuhi standar keselamatan. Peran
(hinterland), masih terbatasnya konektivitas angkutan udara untuk mendukung sektor pariwisata
multimoda dan antarmoda pada pelabuhan dan masih terbatas. Kualitas pelayanan bandara serta
hinterland, serta terbatasnya pemanfaatan teknologi rute angkutan udara yang mendukung pariwisata
informasi logistik kemaritiman. Disamping itu, belum optimal. Selain itu, pengembangan bandara
armada kapal niaga dalam negeri masih didominasi perairan (waterbased airport) dalam mendukung
oleh kapal berumur di atas 25 tahun. Isu strategis peningkatan destinasi pariwisata perairan belum
lainnya adalah kebutuhan peran angkutan laut yang berkembang.
lebih besar dalam menjangkau daerah kepulauan
dan 3T dalam rangka mengurangi disparitas harga
barang antarwilayah. Moda angkutan laut yang
melayani wilayah 3T masih belum mengoptimalkan Konektivitas Darat
keterpaduan antarmoda transportasi termasuk
moda jalan, angkutan perintis darat, dan udara.
Keterbatasan moda angkutan laut dalam melayani Isu penting dalam penyelenggaraan transportasi
wilayah 3T juga disebabkan oleh belum memadainya darat adalah masih tingginya angka pelanggaran
fasilitas pelabuhan termasuk ketersediaan peralatan muatan berlebih (overloading) di jalan. Pada jalur
bongkar muat. Pantura Jawa, terdapat rata-rata 12.000 truk barang
yang melintas per harinya, dimana sebanyak 67,5
persen truk yang diperiksa melanggar ketentuan
batas maksimal kapasitas angkut. Pada sisi lain,
Konektivitas Udara
angkutan ferry jarak jauh (long distance ferry/LDF)
yang berpotensi untuk menurunkan beban angkutan
jalan belum cukup berkembang. Pengembangan
Isu strategis pembangunan transportasi udara transportasi sungai, danau, dan penyeberangan
adalah belum memadainya kapasitas bandara dan masih terbatas, khususnya untuk mendukung
kapasitas angkut dalam mendukung pengembangan kawasan pariwisata dan daerah 3T yang berbasis
wilayah, khususnya pada bandara-bandara kepulauan. Selain itu, terdapat isu penggunaan
utama. Kapasitas bandara termasuk landasan dan kapal penyeberangan yang belum memenuhi
terminal masih belum optimal dalam memenuhi spesifikasi dan berumur di atas 25 tahun, termasuk
peningkatan pertumbuhan volume angkutan udara untuk mendukung angkutan perintis.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 257
Infrastruktur Perkotaan

Energi dan Ketenagalistrikan


Transportasi Perkotaan
Perkotaan

Isu strategis transportasi perkotaan adalah belum Peningkatan kebutuhan listrik perkotaan jika tidak
memadainya ketersediaan sistem angkutan umum diiringi dengan diversifikasi sumber penyediaan
massal perkotaan di kota-kota besar. Sebagai listrik berpotensi semakin menurunkan mutu
contoh, jika dibandingkan dengan beberapa kota di lingkungan mengingat sebagian besar pembangkit
Asia, jaringan MRT yang terbangun di Jakarta baru listrik di Indonesia saat ini masih menggunakan
sepanjang 15 km, masih jauh di bawah Tokyo (304 sumber energi fosil. Potensi tenaga surya
km), Singapura (200 km), Hong Kong (187 km), dan merupakan salah satu sumber energi bersih di
Kuala Lumpur (52 km). Kondisi tersebut berdampak perkotaan yang saat ini belum dimanfaatkan secara
pada rendahnya pangsa angkutan umum di kota- optimal. Namun demikian, pemanfaatan atap panel
kota besar di Indonesia. Pangsa angkutan umum di surya (solar rooftop) masih terkendala produksi sel
Jakarta, Bandung, dan Surabaya masih di bawah 20 surya dalam negeri yang terbatas. Sifat energi surya
persen, sementara kota-kota besar lain di Asia telah yang intermitten (tidak stabil) dan kesiapan jaringan
memiliki pangsa angkutan umum di atas 50 persen, listrik dalam menerima pembangkit listrik tenaga
seperti Hong Kong (92 persen), Singapura (61 surya juga menjadi tantangan yang lain dalam
persen), dan Tokyo (51 persen). Rendahnya pangsa pemanfaatan potensi tenaga surya di perkotaan.
angkutan umum berdampak pada kemacetan lalu
lintas dan kerugian ekonomi akibat kemacetan Pengembangan mobil listrik dan angkutan masal
lalu lintas. Berdasarkan data Tomtom Traffic Index bertenaga listrik akan memerlukan fasilitas
(2019), Jakarta menempati urutan ke-7 kota termacet charging atau penyediaan daya. Untuk itu perlu
di dunia. Nilai kerugian akibat kemacetan lalu lintas dikembangkan infrastruktur pengisian kendaraan
lintas di Jakarta mencapai Rp 65 triliun per tahun. listrik (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum/
Upaya pengembangan angkutan umum massal SPKLU) di berbagai kota. Peran badan usaha perlu
masih dibatasi oleh batas administratif pemerintahan, didorong untuk ikut serta dalam penyediaan SPKLU.
sehingga sulit untuk mengembangkan sistem
angkutan umum terintegrasi dan berdaya jangkau
di luar batas administrasi kota/daerah. Disamping
itu, kemampuan fiskal pemerintah daerah belum
memadai untuk membangun sistem angkutan
umum massal perkotaan yang modern.

258 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Penyediaan Akses Air Minum
Infrastruktur dan Ekosistem dan Sanitasi yang Layak dan
TIK Perkotaan Aman di Perkotaan

Infrastruktur dan pemanfaatan TIK merupakan Penyediaan infrastruktur layanan air minum
bagian penting dalam pembangunan perkotaan dan sanitasi di perkotaan masih lemah. Tingkat
di berbagai kota besar di negara-negara maju. pelayanan air minum layak di kawasan perkotaan
Pengembangan kota cerdas, sebagai salah satu baru mencapai 51,54 persen, sementara itu cakupan
tujuan pembangunan perkotaan, saat ini belum layanan akses air minum perpipaan baru mencapai
didukung pemanfaatan TIK yang handal dalam 29,30 persen. Begitu halnya dengan layanan air
berbagai layanan perkotaan. Pemanfaatan TIK limbah domestik yang layak di perkotaan hanya
di perkotaan saat ini masih cukup rendah. Baru 69,36 persen, termasuk di dalamnya terdapat akses
sedikit kota yang terlayani sistem layanan darurat aman 11,12 persen). Permasalahan lainnya adalah
112 terintegrasi, sistem pelaporan masyarakat masih terdapat rumah tangga yang mempraktikan
terpadu seperti Layanan Aspirasi dan Pengaduan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat
Online Rakyat (LAPOR), serta layanan pemerintah terbuka (3,85 persen), dan rumah tangga yang
berbasis digital lainnya. Selain itu, penetrasi akses memiliki toilet namun tidak memiliki tangki septik
infrastruktur TIK juga belum optimal. Tingkat (pembuangan langsung ke kolam/sawah/sungai/
penetrasi akses tetap pita lebar di perkotaan masih danau/laut dan/ atau pantai/tanah lapang/kebun)
rendah yaitu dibawah 9 persen dari rumah tangga sebesar 8,52 persen di perkotaan. Permasalahan
perkotaan. Hal ini juga menunjukkan bahwa tersebut menimbulkan penurunan kualitas
masyarakat lebih mengutamakan akses nirkabel. Di lingkungan permukiman, penurunan kualitas air,
samping itu, pemanfaatan akses nirkabel tersebut dan penyakit yang ditularkan melalui air seperti
juga masih diprioritaskan untuk interaksi dan diare dan stunting.
media sosial dibanding untuk mengakses layanan
pemerintah sehingga manfaat dari layanan TIK Di sisi lain, rendahnya akses air limbah yang aman
yang telah disediakan pemerintah menjadi kurang di perkotaan disebabkan oleh pemanfaatan Instalasi
maksimal. Pengolahan Air Limbah Skala Kota dan penyediaan
layanan pengolaan lumpur tinja (Fecal Sludge
Management) yang belum optimal. Perlu upaya dan
kerja lebih keras dalam percepatan pembangunan
SPAM dan air limbah khususnya di perkotaan
sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 259
Penyediaan Akses Perumahan Energi dan Ketenagalistrikan
dan Permukiman Layak, Aman, Pembangunan energi dan ketenagalistrikan akan
dan Terjangkau di Perkotaan dihadapkan pada upaya menyeimbangkan 3 (tiga)
unsur yaitu: (i) keberlanjutan penyediaan energi dan
ketenagalistrikan; (ii) akses serta keterjangkauan
Pesatnya pertumbuhan penduduk akibat energi dan ketenagalistrikan; serta (iii) kecukupan
pertumbuhan alami dan urbanisasi menyebabkan penyediaan energi dan ketenagalistrikan.
peningkatan kebutuhan hunian di perkotaan. Namun,
belum optimalnya sistem penyediaan perumahan
bagi masyarakat berpenghasilan menengah
ke bawah telah menyebabkan berkembangnya
perumahan dan permukiman yang tidak layak, tidak Keberlanjutan Penyediaan
teratur, bahkan ilegal. Saat ini terdapat sekitar 59,61 Energi dan Ketenagalistrikan
persen rumah tangga di perkotaan yang menempati
hunian tidak layak, dimana sebagian diantaranya
menempati permukiman kumuh atau ilegal. Untuk Sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia
menangani permukiman kumuh di perkotaan masih menggunakan energi fosil (minyak, batubara,
dibutuhkan upaya pemugaran, peremajaan, dan gas bumi) yang mencapai 87,68 persen di 2017.
dan permukiman kembali. Pada daerah tertentu, Hal tersebut berdampak pada penurunan mutu
dibutuhkan konsolidasi tanah vertikal dalam lingkungan. Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan
rangka menangani permukiman kumuh sekaligus (EBT) perlu terus didorong untuk mendukung
menyediakan pasokan rumah baru di perkotaan pencapaian komitmen penurunan emisi Gas Rumah
dan terintegrasi dengan sistem transportasi publik. Kaca (GRK) dan juga target bauran EBT pada
penyediaan energi primer sebesar 23 persen pada
tahun 2025.

Susut energi di transmisi dan distribusi juga masih


besar (9,60 persen) sehingga perlu terus diturunkan
untuk mendorong tercapainya pemanfaatan energi
yang efisien. Selain itu, efisiensi di pembangkitan
dapat dilakukan antara lain melalui pengelolaan
kualitas bahan bakar, penggantian mesin dan
perangkat lunak untuk perangkat kontrol, serta
penggunaan teknologi seperti ultra super critical dan
super critical yang merupakan teknologi batubara
bersih untuk PLT Batubara. Sedangkan sebagai
upaya pemanfaatan energi bersih, penggunaan gas
bumi dapat dimaksimalkan untuk mengurangi emisi
karbon dan untuk mengurangi penggunaan BBM
(pengganti PLTD).

260 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Akses Serta Keterjangkauan Kecukupan Penyediaan
Energi dan Ketenagalistrikan Energi dan Tenaga Listrik

Pada tahun 2018, 1,7 persen penduduk Indonesia Indikator konsumsi listrik per kapita mencerminkan
(4,5 juta orang) belum memiliki akses terhadap listrik. tingkat pembangunan sosial ekonomi dan
Namun demikian tingkat keandalan pelayanan masih produktivitas masyarakat suatu negara. Konsumsi
perlu ditingkatkan. Rasio gangguan listrik tahunan listrik per kapita di Indonesia saat ini baru mencapai
di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 15,97 1.064 kWh pada tahun 2018, jauh dibandingkan
jam/pelanggan. Artinya dalam satu tahun setiap dengan Malaysia yang sudah mencapai 4.460 kWh
pelanggan rata-rata masih mengalami gangguan pada tahun 2016. Pengembangan kegiatan produktif
pemadaman selama 15,97 jam. Di beberapa wilayah masyarakat yang masih terbatas menjadi penyebab
seperti Sumatera Selatan dan Bengkulu rasio penggunaan listrik per kapita di Indonesia masih
gangguan ini masih cukup tinggi mencapai 73,92 cukup rendah jika dibandingkan dengan rata-rata
jam/pelanggan. Tingginya rasio gangguan tahunan konsumsi listrik per kapita di negara berpendapatan
tersebut menunjukkan masih rendahnya keandalan menengah lain.
akses listrik di Indonesia.
Tata kelola industri ketenagalistrikan juga
Untuk kegiatan sehari-hari, selain kebutuhan masih belum optimal. Kebijakan tarif listrik perlu
terhadaap listrik masyarakat juga memerlukan energi mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan
untuk memasak. Jumlah penduduk yang masih keberlanjutan industri penyediaan listrik. Dengan
menggunakan kayu bakar untuk memasak di tahun demikian, PT PLN sebagai penyedia listrik dapat
2017 juga masih cukup banyak (21,57 persen) karena mempertahankan dan mengembangkan industri
pertimbangan harga dan keterjangkauan pelayanan. kelistrikan. Di sisi lain, pengembangan kelembagaan
Di sisi lain, konsumsi Liquefied Petroleum Gas (LPG) untuk mendorong industri ketenagalistrikan masih
untuk kebutuhan dalam negeri sebagian besar masih perlu ditingkatkan agar industri dan distribusi
berasal dari impor (75 persen) yang disebabkan karena penyediaan listrik lebih efisien dan berkembang.
penurunan produksi bahan baku dalam negeri, dan
peningkatan konsumsi. Hingga tahun 2018, konsumsi Pemenuhan kebutuhan domestik atas gas bumi
LPG per tahun mencapai 7,5 juta metrik ton (MT). juga masih menjadi tantangan. Saat ini kebutuhan
domestik atas gas bumi masih mampu dipasok
Untuk menyediakan energi yang terjangkau terutama melalui produksi dalam negeri. Namun demikian
kepada masyarakat kecil, pemerintah menyusun penggunaan gas bumi masih belum optimal
kebijakan subsidi energi. Kebijakan dimaksud dikarenakan keterbatasan infrastruktur gas bumi.
diupayakan agar tepat sasaran, sehingga konsumsi Karenanya pembangunan dan pengembangan
energi lebih efisien dan tetap memperhatikan infrastruktur gas di Indonesia sangat diperlukan
kemampuan masyarakat tidak mampu. untuk memenuhi kebutuhan pasokan gas di
Indonesia. Pengembangan dua lapangan besar
gas bumi yang ditemukan di Kalimantan Timur dan
Kepulauan Natuna membutuhkan teknologi tinggi
dan investasi yang besar.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 261
Transformasi Digital Di samping itu, migrasi penyiaran dari sistem
analog ke sistem digital juga diperlukan untuk
Penuntasan Infrastruktur TIK meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum
frekuensi dan kualitas penyiaran khususnya
televisi. Digitalisasi penyiaran akan memberikan
ruang pemanfaatan spektrum frekuensi untuk
Peran TIK menjadi semakin besar dalam kebutuhan penggunaan lain (digital divident).
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan infrastruktur TIK perlu ditingkatkan
sejalan dengan perkembangan teknologi dan
kebutuhan masyarakat. Di samping itu untuk Pemanfaatan Infrastruktur TIK
mendorong pelayanan dasar dan meningkatkan
kegiatan sosial ekonomi, infrastruktur TIK perlu
diperluas agar menjangkau seluruh daerah dan
seluruh kelompok masyarakat. Peningkatan Pemanfaatan TIK sudah diterapkan untuk perluasan
keandalan dan kecepatan pelayanan informasi jangkauan layanan dan peningkatan kualitas layanan
memerlukan perluasan jaringan tetap pitalebar pada sektor pemerintahan, industri, jasa, maupun
(fixed broadband) dan jaringan bergerak pita sosial. Dalam bidang pemerintahan, pemanfaatan
lebar (mobile broadband). Tingkat kecepatan TIK dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas
jaringan tetap dan jaringan bergerak pitalebar layanan yang disediakan oleh pemerintah. Namun
di Indonesia masih rendah. Kecepatan rata-rata demikian, kondisi saat ini masih banyak instansi yang
jaringan tetap pitalebar baru mencapai 14,9 Mbps membangun aplikasi umum dan masih banyaknya
(2018) dibandingkan rata-rata dunia 46,1 Mbps data yang belum teringrasi membuat pemanfaatan
(2018). Sementara rata-rata tingkat kecepatan TIK menjadi tidak optimal. Dalam pelayanan umum,
jaringan bergerak pitalebar juga masih tergolong seperti pendidikan dan kesehatan, pemanfaatan TIK
lambat, yaitu 10,4 Mbps (2018) dibandingkan rata- dapat memperluas layanan dan pemerataan kualitas
rata dunia berada pada 22,8 Mbps (2018). Jumlah layanan. Meskipun demikian, saat ini penerapan
pelanggan jaringan tetap pita lebar di Indonesia pembelajaran jarak jauh pada dunia pendidikan
pada tahun 2018 juga masih sangat rendah (2,3 khususnya di perdesaan masih belum maksimal
persen dari total populasi), jauh dibawah rata-rata sehigga pemerataan kualitas pendidikan melalui
dunia yang sudah mencapai 12,4 persen. TIK masih belum efektif. Pemanfaatan TIK di bidang
kesehatan juga masih belum optimal dimana data
Jaringan tetap pitalebar perlu diperluas hingga kesehatan belum terintegrasi. Selain itu, beberapa
menjangkau kecamatan sementara akses pemanfaatan platform digital seperti telemedicine,
telekomunikasi dan internet melalui jaringan telediagnosis dan teknologi kesehatan lainnya juga
pitalebar perlu diperluas hingga seluruh desa. belum efektif.
Saat ini masih terdapat 7.971 desa belum
terlayani akses telekomunikasi dan internet karena Dalam bidang ekonomi, industri, maupun jasa,
tantangan geografis seperti daerah pegunungan pemanfaatan TIK juga dapat memberikan dampak
dan daerah terpencil. Perluasan jaringan tetap yang besar. Namun demikian, saat ini pemanfaatan
pitalebar dan jaringan bergerak pitalebar akan TIK di sektor pertanian dan perikanan masih
mempermudah akses masyarakat terhadap sangat minim, sehingga manfaat TIK bagi petani
layanan pemerintah. dan nelayan belum signifikan seperti memberikan

262 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


informasi harga yang paling aktual dan memperluas jasa TIK diperlukan agar Indonesia tidak hanya
jaringan penjualan kepada nelayan. Dalam bidang menjadi konsumen pasar TIK. Peningkatan penelitian
perdagangan dan ekonomi kreatif, pemanfaatan TIK dan pengembangan (research and development)
berdampak besar pada peningkatan pertumbuhan TIK serta penyempurnaan kebijakan industri seperti
ekonomi. Salah satu kajian menunjukkan kontribusi insentif pasar dan fiskal perlu diberlakukan agar
mitra start up ridesharing mencapai Rp 44,2 Triliun dapat mendorong peningkatan kemampuan industri
terhadap perekonomian nasional. Inovasi start TIK dalam negeri terutama menghadapi industri 4.0.
up digital tersebut perlu terus dikembangkan dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan Di era digital, berbagai jenis data dan informasi
ekonomi nasional. Mempertimbangkan besarnya dapat disimpan di jaringan internet yang saling
potensi pemanfaatan TIK tersebut, pemanfaatan terinterkoneksi tanpa dibatasi jarak dan waktu.
TIK diharapkan dapat diperluas untuk digitalisasi Terobosan teknologi tersebut telah memberikan
seluruh sektor pembangunan. berbagai kemudahan bagi aktivitas sosial ekonomi
dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Namun
demikian berbagai kemudahan tersebut juga
Fasilitas Pendukung memiliki konsekuensi potensi penyalahgunaan
Transformasi Digital data dan informasi. Jaminan keamanan bagi
masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha dalam
mempertukarkan data dan informasi di jaringan
Perkembangan TIK disamping mempercepat internet menjadi tantangan yang perlu dimitigasi
penyediaan barang dan jasa, juga menghasilkan seperti melalui peningkatan keamanan teknologi
berbagai barang dan jasa baru yang dapat informasi, penyempurnaan regulasi dan peningkatan
dimanfaatkan lebih lanjut seperti Mahadata (Big literasi masyarakat.
Data). Agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan
pengembangan barang dan jasa hasil TIK, perlu
ditingkatkan kemampuan literasi digital masyarakat
dalam memahami dan menggunakan informasi.

Luasnya pemanfaatan TIK membutuhkan berbagai


keahlian dalam mengelola perangkat TIK maupun
memanfaatkan informasi. Untuk itu perlu dilakukan
pengembangan SDM termasuk melalui pendidikan
vokasi bidang TIK. Pengembangan TIK juga
membutuhkan SDM yang berasal dari berbagai
bidang khususnya Science, Technology, Engineering,
dan Mathematics (STEM). Jumlah lulusan SDM
bidang STEM di Indonesia masih tertinggal, hanya
0,8 lulusan per 1.000 penduduk, jauh dibandingkan
India (2,0), China (3,4), bahkan Iran (4,2).

Pengembangan SDM TIK tersebut juga sejalan dengan


besarnya pasar TIK di Indonesia. Pengembangan
kemampuan SDM dalam memproduksi barang dan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 263
Sasaran, Target, • Standarisasi kinerja dan pengelolaan terpadu di
7 pelabuhan utama (Pelabuhan Belawan/ Kuala

dan Indikator tanjung, Pontianak/Kijing, Tanjung Priok, Tanjung


Perak, Makassar, Bitung, Sorong)
• Pengembangan 41 rute Jembatan Udara
Sasaran Pembangunan • Pembangunan dan/atau pengoperasian jalan tol
Infrastruktur Untuk Mendukung baru (2.500 km), jalan nasional baru (3.000 km), dan
Pengembangan Ekonomi & peningkatan kondisi mantap jalan nasional (98%)
• Penurunan waktu tempuh pada jalan lintas utama
Pelayanan Dasar pulau (1,9 jam per 100 km)
• Rute pelayaran yang saling terhubung (loop) (27%)
PP 1 – INFRASTRUKTUR
PELAYANAN DASAR
PP 3 – INFRASTRUKTUR
UNTUK MENDUKUNG
• Rumah Tangga yang menempati hunian layak
PERKOTAAN
dan terjangkau (70%)
• Rumah Tangga yang menempati hunian dengan • Pengembangan angkutan umum massal di 6
akses air minum layak (100%) dan aman (15%) Kota metropolitan (Jakarta, Surabaya, Medan,
• Sambungan rumah tangga (SR) dengan akses air Bandung, Makassar, Semarang)
minum layak perpipaan (30%)
• Rumah Tangga yang menempati hunian dengan
akses sanitasi (air limbah domestik) layak dan
PP 4 – ENERGI KETENAGA
aman (akses layak 90%, termasuk akses aman
LISTRIKAN
20%)
• Rumah Tangga yang menempati hunian dengan
akses sampah yang terkelola dengan baik (80% • Pembangunan Sambungan Jaringan Gas untuk
penanganan, 20% pengurangan) di perkotaan Rumah Tangga sebanyak 4.000.000 SR
• Pembangunan 500.000 ha jaringan irigasi baru • Pemenuhan kebutuhan (konsumsi) listrik per
• Rasio fatalitas kecelakaan jalan per 10.000 kapita nasional menjadi 1.300 kWh
kendaraan (65 persen terhadap informasi dasar • Penuntasan Rasio Elektrifikasi menjadi 100
2010) persen
• Peningkatan ketersediaan air baku domestik dan
industri (50 m3/ detik)
• Pembangunan 63 bendungan multiguna
PP 5 - TRANSFORMASI
DIGITAL
• Peningkatan produktivitas pemakaian air untuk
produksi padi hingga menjadi 3 m3/kg
• Penurunan resiko bencana di 20 Provinsi dengan • Perluasan jangkauan infrastruktur jaringan tetap
risiko bencana tinggi pitalebar yang mencakup 60% total kecamatan
• Perluasan jangkauan infrastruktur jaringan
bergerak pitalebar yang mencakup 95% desa
PP 2 – INFRASTRUKTUR • Populasi yang terlayani penyiaran digital
EKONOMI mencakup 80%
• Beroperasinya layanan jaringan serat optik
• Pengembangan jaringan KA kecepatan tinggi Pulau Palapa Ring mencapai 95% SLA
Jawa, dan kereta api Makassar-Pare Pare • Fasilitasi start up unicorn baru (3 perusahaan)

264 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

PN 5. Memperkuat Infrastruktur Untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar


Terpenuhinya perumahan dan Persentase rumah tangga yang menempati
permukiman layak, aman, dan perumahan dan permukiman yang layak, aman,
terjangkau dan terjangkau (70%)
Meningkatnya tata kelola dan Produktivitas pemakaian air untuk produksi padi
pemanfaatan sumber daya air (3 m3/kg)
Meningkatnya konektivitas 1. Waktu tempuh pada jalan lintas utama
nasional pulau (1,9 jam per 100 km)
2. Porsi rute pelayaran yang membentuk
jaringan yang terhubung (loop) (27%)
Terpenuhinya kebutuhan energi 1. Pemenuhan kebutuhan energi nasional
nasional (MTOE)
2. Pemenuhan kebutuhan (konsumsi) listrik
per kapita (kWh
Meningkatnya indeks Indeks pembangunan Teknologi Informasi dan
pembangunan Teknologi Komunikasi (TIK)
Informasi dan Komunikasi (TIK)
PP1. Infrastruktur Pelayanan Dasar
Meningkatnya akses 1. Rasio KPR terhadap PDB (4 %)
masyarakat terhadap 2. Persentase rumah tangga yang menempati
perumahan dan permukiman hunian dengan kecukupan luas lantai per
layak, aman dan terjangkau kapita (95%)
3. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan ketahanan bangunan (atap,
lantai, dinding) (87%)
4. Persentase rumah tangga yang memiliki
sertifikat hak atas tanah (60%)
5. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses sanitasi (air limbah
domestik) layak dan aman (90% layak,
termasuk 20% aman)
6. Persentase penduduk yang masih
mempraktikkan buang air besar
sembarangan di tempat terbuka (0%)
7. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses sampah yang terkelola
dengan baik (80% penanganan, 20%
pengurangan)
8. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses air minum layak
(100%)
9. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses air minum aman (15%)
Meningkatnya keselamatan dan Rasio fatalitas kecelakaan jalan per 10.000
keamanan transportasi kendaraan (65 persen terhadap informasi dasar
2010)

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 265
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

Meningkatnya pengelolaan 1. Ketersediaan air baku untuk kebutuhan


sumber daya air secara domestik, industri, dan kawasan prioritas (50
terintegrasi m3/detik)
2. Penurunan resiko bencana di wilayah risiko
bencana (20 Provinsi)
3. Volume tampungan air per kapita (63,9 m3/
kapita)
4. Daerah irigasi yang menerapkan
modernisasi irigasi (9 DI)
5. Luas lahan pertanian padi dan non-padi
yang beririgasi (590.650 Hektare)
KP 1. Penyediaan 1. Meningkatnya penyediaan Persentase rumah tangga yang menempati 1. Peningkatan Fasilitasi
akses perumahan hunian layak dan terjangkau hunian layak dan terjangkau Penyediaan Hunian Baru
dan permukiman (9.450.000 unit) 2. Peningkatan Fasilitasi
layak, aman dan 2. Meningkatnya rumah tangga Diukur menggunakan indikator: Pembiayaan Perumahan
terjangkau yang mendapat fasilitas a. Jumlah hunian baru layak yang terbangun 3. Pengembangan Fasilitasi
pembiayaan perumahan melalui peran pemerintah (2.450.000 unit), Peningkatan Kualitas Rumah
(1.550.000 unit) termasuk BUMN (1.500.000 unit) 4. Penyediaan Prasarana,
b. Jumlah hunian baru layak yang terbangun Sarana dan Utilitas
melalui peran masyarakat dan dunia usaha Perumahan dan Permukiman
(1.550.000 unit) 5. Fasilitasi Peningkatan
c. Jumlah rumah tangga yang menerima Standar Keandalan
fasilitas pembiayaan perumahan (550.000 Bangunan dan Keamanan
rumah tangga), termasuk SMF (50.000 unit) Bermukim (IMB dan SLF)
dan TAPERA (500.000 unit) 6. Rumah Susun Perkotaan (1
d. Jumlah rumah tangga yang menerima Juta) (Major Project)
bantuan/subsidi pembiayaan perumahan
berupa bantuan uang muka dan Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)
(1.000.000 rumah tangga)
e. Jumlah peningkatan kualitas hunian melalui
peran pemerintah (1.000.000 unit)
f. Jumlah kabupaten/ kota yang
mengembangkan iklim kondusif perumahan
melalui reformasi perizinan dan administrasi
pertanahan (48 kabupaten/ kota)
g. Jumlah kabupaten/ kota yang
mengimplementasikan pemenuhan standar
keandalan bangunan (48 kabupaten/ kota)

266 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 2. Penyediaan 1. Terpenuhinya akses air 1. Jumlah sambungan rumah yang terlayani 1. Penyelenggaraan Sistem
Akses Air Minum minum layak dan aman SPALD-T skala kota/regional (743.700 SR) Penyediaan Air Minum dan
dan Sanitasi • Terpenuhinya 100% 2. Jumlah sambungan rumah yang terlayani Sanitasi Layak dan Aman
(Air Limbah dan akses air minum layak SPALD-T skala permukiman (2.232.000 SR) 2. Pembinaan Penyelenggaraan
Sampah) yang (termasuk 30% akses 3. Jumlah rumah tangga yang terlayani Air Minum dan Sanitasi
Layak dan Aman perpipaan) instalasi pengolahan lumpur tinja (8.651.000 Layak dan Aman
• Terpenuhinya 100 % Rumah Tangga) 3. Pengaturan
PDAM dengan kinerja 4. Jumlah rumah tangga yang terlayani TPA Penyelenggaraan Air Minum
sehat dengan standar metode lahan urug saniter dan Sanitasi Layak dan
2. Tersedianya sistem layanan (19.428.000 Rumah Tangga) Aman
sanitasi berkelanjutan 5. Jumlah rumah tangga yang terlayani TPS3R 4. Pengawasan Kualitas Air
• Terpenuhinya 90% akses dan TPST (3.160.000 Rumah Tangga) Minum dan Sanitasi
sanitasi layak (termasuk 6. Jumlah rumah tangga yang terlayani TPST 5. Akses Sanitasi (Air Limbah
20% aman) (1.585.000 Rumah Tangga) Domestik) Layak dan Aman
• Bebas BABS di tempat 7. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki sistem (90% RT) (Major Project)
terbuka (0%) pengelolaan air limbah domestik, termasuk 6. Akses Air Minum Perpipaan
• Terpenuhinya 100% layanan lumpur tinja (308 Kabupaten/ Kota) (10 Juta Sambungan Rumah)
akses sampah yang 8. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki (Major Project)
terkelola dengan baik di sistem pengelolaan sampah domestik (308
perkotaan Kabupaten/ Kota)
• Tersedianya layanan 9. Jumlah sambungan rumah tangga dengan
sanitasi berkelanjutan akses air minum layak jaringan perpipaan
(10.000.000 SR)
10. Jumlah rumah tangga dengan akses air
minum layak bukan jaringan perpipaan
terlindungi (50.502.020 Rumah Tangga)
11. Jumlah sambungan rumah tangga dengan
akses air minum aman (akses air minum
aman susenas dalam proses persiapan)
(10.892.869 Rumah Tangga)
12. Jumlah rumah tangga dengan akses air
minum aman (100%)
13. Persentase PDAM dengan kinerja sehat (%)
14. Persentase angka BABS di tempat terbuka
(0%)
KP 3. Pengelolaan Tambahan penyediaan air baku 1. Tambahan penyediaan air baku (50 m3/ Penyediaan dan pengamanan
Air Tanah dan Air dari sumber air berkelanjutan detik) air baku dan air tanah
Baku Berkelanjutan 2. Jumlah BWS/BBWS yang mengembangkan • Akses Air Minum Perpipaan
sistem penyediaan air baku terintegrasi air (10 Juta Sambungan Rumah)
permukaan dan air tanah (34 BWS/BBWS) Major Project)
3. Jumlah BWS/BBWS yang melaksanakan
konservasi air tanah (34 BWS/BBWS)
Wilayah sungai yang 1. Jumlah peraturan perundangan turunan UU Penataan regulasi serta
menetapkan kebijakan SDA yang ditetapkan (13 dokumen) perkuatan kelembagaan SDA
Pengelolaan SDA Terpadu 2. Jumlah wilayah sungai (WS) yang memiliki
PSDA terpadu (64 WS pusat)
BWS/BBWS yang 1. Jumlah BWS/BBWS yang mengembangkan Pengembangan SISDA Terpadu
melaksanakan Pengelolaan Sistem Informasi SDA (34 BWS/BBWS) berbasis teknologi cerdas
SDA Terpadu berbasis 2. Jumlah BWS/BBWS yang mengembangkan (smart water management)
teknologi cerdas (smart water Sistem Informasi Hidrologi,
management) Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi (34
BWS/BBWS);
3. Jumlah stasiun pemantauan kualitas air (159
unit)

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 267
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 4. Keselamatan Menurunnya rasio kecelakaan 1. Rasio kejadian kecelakaan pelayaran per 1. Pelaksanaan rencana aksi
dan Keamanan transportasi 10.000 pelayaran (1,19) lima pilar keselamatan lalu
Transportasi 2. Rasio kejadian kecelakaan penerbangan per lintas dan angkutan jalan
1 juta penerbangan (kurang dari 1,45) 2. Pemenuhan sarana,
3. Rasio kejadian kecelakaan KA per 1 juta km prasarana, fasilitas,
perjalanan KA (0,23) kelembagaan dan sistem
informasi keselamatan dan
Meningkatnya kinerja layanan 1. Rata-rata waktu tanggap pencarian dan
keamanan transportasi dan
pencarian dan pertolongan pertolongan (25 menit)
SAR
3. Pembinaan dan pendidikan
SDM keselamatan
transportasi dan SAR
KP 5. Ketahanan Jumlah Provinsi yang 1. Jumlah wilayah sungai yang menetapkan Pengembangan kebijakan
Kebencanaan meningkatan ketahanan rencana induk peningkatan ketahanan wilayah untuk ketahanan
Infrastruktur terhadap bencana wilayah dan infrastruktur vital terhadap bencana dan penguatan
(hidrometeorologi, geologi, dan bencana hidrometeorologi (50 WS) infrastruktur tahan bencana
lingkungan) secara struktural 2. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki
dan non struktural rencana induk peningkatan ketahanan
wilayah dan infrastruktur vital terhadap
bencana geologi dan lingkungan (8
kabupaten/kota)
3. Jumlah kabupaten/kota dengan penurunan
muka tanah yang menetapkan peraturan
pengambilan air tanah (10 kabupaten/kota)
4. Jumlah provinsi dengan peningkatan tata
kelola ketahanan infrastruktur terhadap
bencana longsor (8 provinsi)
1. Jumlah wilayah sungai yang melakukan Pembangunan dan rehabilitasi
pembangunan dan peningkatan infrastruktur infrastruktur ketahanan bencana
pencegahan banjir (50 wilayah sungai) • Pemulihan 4 Daerah Aliran
2. Jumlah wilayah sungai yang melakukan Sungai Kritis (Major Project)
pembangunan dan peningkatan infrastruktur • Pengamanan Pesisir 5
pencegahan bencana lumpur dan sedimen Perkotaan Pantura Jawa
(11 wilayah sungai) (Major Project)
3. Jumlah provinsi yang melakukan
pembangunan dan peningkatan infrastruktur
ketahanan bencana wilayah pesisir (21
provinsi)
4. Jumlah wilayah sungai yang ditingkatkan
ketahanan infrastruktur vitalnya terhadap
risiko bencana dan perubahan iklim (20
wilayah sungai)
1. Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Penyediaan sistem terpadu
pemasangan alat pemantauan penurunan peringatan dini dan tanggap
tanah dan penggunaan air tanah (16 darurat bencana
Kabupaten/kota) • Pemulihan 4 Daerah Aliran
2. Jumlah daerah aliran sungai (DAS) yang Sungai Kritis (Major Project)
melakukan pengembangan peringatan dini • Pengamanan Pesisir 5
bencana banjir (25 DAS) Perkotaan Pantura Jawa
3. Jumlah kawasan yang membangun (Major Project)
sistem peringatan dini bencana longsor (7
Kawasan)
Jumlah wilayah sungai yang 1. Panjang sungai yang dinormalisasi dan Restorasi dan konservasi
menerapkan konservasi ditingkatkan kapasitas alirannya (603 Km) infrastruktur alami
lingkungan dan sumber daya 2. Jumlah wilayah sungai yang dikonservasi (4
air wilayah sungai);
3. Jumlah kawasan rawa dengan peningkatan
tata kelola air (6 Kawasan)

268 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 6. Waduk Terbangunnya Infrastruktur 1. Jumlah dokumen perencanaan Perencanaan pengembangan


Multipurpose dan Tampungan Air Multiguna pembangunan bendungan baru multiguna bendungan multiguna dan
Modernisasi Irigasi Berbasis Wilayah dan pemanfaatan tampungan alami (14 unit) pemanfaatan tampungan alami
2. Jumlah perencanaan pemanfaatan
tampungan alami (4 unit)
1. Jumlah bendungan multiguna yang Pembangunan dan rehabilitasi
dibangun (63 unit) bendungan
• 18 Waduk Multiguna (Major
Project)
Jumlah bendungan yang 1. Jumlah bendungan yang dimanfaatkan Optimalisasi dan pemanfaatan
ditingkatkan fungsinya sesuai fungsi rencananya (51 unit) tampungan
2. Jumlah tampungan alami yang direvitalisasi
dan dikembangkan manfaatnya (19 unit)
Jumlah bendungan dengan 1. Jumlah bendungan yang indeks risikonya Peningkatan OP dan keamanan
peningkatan kinerja dan turun (90 unit) bendungan
penurunan indeks risiko
Peningkatan presentase 1. Pembangunan jaringan irigasi (500.000 Pembangunan dan Rehabilitasi
daerah irigasi dengan indeks Hektare) Jaringan Irigasi
kinerja di atas 70 persen 2. Rehabilitasi jaringan daerah irigasi
(2.000.000 Hektare)
1. Daerah irigasi yang mengelola pengukuran Peningkatan pengelolaan
data realisasi alokasi air (9 DI) alokasi air dan kapasitas
2. Jumlah daerah irigasi dengan peningkatan kelembagaan irigasi
kapasitas SDM dan kelembagaan terkait
modernisasi irigasi (46 DI)
Meiningkatnya luas lahan Luas lahan komoditas pertanian bernilai tinggi Pembangunan sistem
beririgasi untuk komoditas beririgasi (30.200 Hektare) penyediaan air untuk komoditas
pertanian bernilai tinggi pertanian bernilai tinggi
PP 2. Infrastuktur Ekonomi
Meningkatnya Konektivitas 1. Panjang jalan tol baru yang terbangun dan/
wilayah atau beroperasi dalam 5 tahun (2.500 km)
2. Jumlah pelabuhan utama yang memenuhi
standar (7 pelabuhan )
3. Kinerja tepat waktu (on time performance)
penerbangan (83%)
4. Panjang jaringan KA yang beroperasi (7.451
km’s)

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 269
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 1. Konektivitas Meningkatnya kapasitas dan 1. Panjang jalan baru yang terbangun (3.000 1. Pembangunan jalan strategis
Jalan kualitas jaringan jalan km) • Jalan Trans Papua
2. Persentase kondisi mantap jalan nasional Merauke – Sorong (Major
(98%) Project)
3. Persentase kondisi mantap jalan provinsi • Jalan Trans pada 18
(75%) Pulau Tertinggal, Terluar
4. Persentase kondisi mantap jalan kabupaten/ dan Terdepan (Major
kota (65%) Project)
2. Pembangunan jalan tol
• Jalan Tol Trans Sumatera
Aceh – Lampung (Major
Project)
3. Pembangunan jalan
mendukung kawasan
prioritas (KI, KEK, KSPN, dan
kawasan perbatasan),
4. Pembangunan jalan
akses simpul transportasi
(pelabuhan, bandara,
terminal)
5. Preservasi jalan nasional
(termasuk peningkatan/
pelebaran),
6. Pembangunan dan
pemeliharaan jalan daerah
KP 2. Konektivitas 1. Terwujudnya konektivitas 1. Kondisi jalur KA sesuai standar Track 1. Kereta Api Kecepatan
Kereta Api Kereta Api Quality Index (TQI) kategori 1 dan 2 (94%) Tinggi Pulau Jawa (Jakarta-
2. Meningkatnya integrasi 2. Jumlah simpul transportasi (bandara, Semarang dan Jakarta-
multimoda dengan KA pelabuhan) yang terakses KA (7 lokasi) Bandung) (Major Project);
2. Kereta Api Makassar- Pare
Pare (Major Project);
3. Pembangunan jalur KA baru
(termasuk jalur ganda dan
reaktivasi) dan peningkatan
jalur KA di Pulau Jawa dan
Sumatera;
4. Pembangunan jalur KA
akses bandara dan
pelabuhan;
5. Pemeliharaan, perawatan,
dan pengoperasian
prasarana dan fasilias
perkeretaapian (IMO);
6. Penyediaan PSO dan perintis
KA

270 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 3. Konektivitas Meningkatnya kapasitas dan 1. Jumlah pelabuhan utama yang mencapai 1. Pengembangan pelabuhan
Laut kualitas pelayanan transportasi standar pelayanan (28 pelabuhan) utama tol laut
laut 2. Jumlah trayek subsidi tol laut (25 trayek) • Jaringan 7 Pelabuhan
Utama Terpadu (Major
Project)
• Pembangunan pelabuhan
baru Patimban
2. Pembangunan pelabuhan
mendukung kawasan
prioritas
• Pelabuhan cruise
3. Penyelenggaraan subsidi tol
laut dan perintis angkutan
laut
4. Pengadaan sarana dan
prasarana transportasi laut
5. Pengembangan teknologi
informasi pelayaran
KP 4. Konektivitas Meningkatnya konektivitas dan Jumlah rute jembatan udara (41 rute) 1. Jembatan udara 35 Rute di
Udara pelayanan transportasi udara Papua (Major Project)
2. Pembangunan 20 bandara
Meningkatnya kapasitas sarana 1. Jumlah bandara baru yang dibangun (20
baru,
dan prasarana transportasi bandara)
3. Pengembangan 12 bandara
udara 2. Jumlah bandara hub primer yang
hub primer,
ditingkatkan kapasitasnya (12 lokasi)
4. Rehabilitasi dan
3. Jumlah bandara perairan (waterbased
pengembangan 165 bandara
airport) yang dibangun (5 lokasi)
yang mendukung kawasan
prioritas (KSPN, KEK, dan
KI),
5. Pembangunan bandara
perairan (waterbased airport)
di 5 lokasi untuk mendukung
destinasi pariwisata perairan
KP 5. Konektivitas Terwujudnya konektivitas darat Jumlah pelabuhan penyeberangan baru yang 1. Pengembangan Unit
Darat yang andal dibangun (36 lokasi) Pelaksana Penimbangan
Kendaraan Bermotor
(UPPKB) pada koridor
utama logistik angkutan
darat,
2. Pembangunan 23 unit kapal
penyeberangan perintis
baru,
3. Pembangunan 36 pelabuhan
penyeberangan baru,
4. Penyediaan layanan perintis
angkutan darat untuk
penumpang dan barang
PP 3. Infrastruktur Untuk Mendukung Perkotaan
Meningkatnya layanan Jumlah kota metropolitan dengan sistem
angkutan umum massal di 6 angkutan umum massal perkotaan yang
(enam) kota metropolitan dibangun dan dikembangkan (6 kota)

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 271
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 1. Transportasi 1. Meningkatnya layanan 1. Jumlah kota dengan angkutan massal yang 1. Pembangunan Sistem
Perkotaan angkutan umum massal dibangun dan dikembangkan (12 kota) Angkutan Umum Massal
perkotaan 2. Jumlah kota yang dibangun perlintasan Perkotaan
2. Mengurangi waktu di tidak sebidang (6 kota) • Sistem Angkutan Umum
perkotaan Massal di 6 Wilayah
Metropolitan (Major
Project)
2. Pembangunan fasilitas alih
moda yang terintegrasi
dengan pusat kegiatan
perekonomian, permukiman
dan fasilitas umum pada
simpul-simpul transportasi
3. Pembangunan perlintasan
tidak sebidang antara jalan
dan KA di perkotaan
4. Pembangunan jalan lingkar
perkotaan
5. Penyediaan PSO dan subsidi
angkutan umum massal
perkotaan
KP 2. Infrastruktur 1. Meningkatnya penetrasi 1. Persentase pelanggan layanan jaringan Pengembangan TIK Perkotaan
dan ekosistem TIK jaringan tetap pitalebar tetap pitalebar ( %)
perkotaan 2. Meningkatnya jumlah 2. Persentase kota/kab yang menerapkan
kabupaten/kota yang konsep kota cerdas ( %)
mengembangkan dan
mengimplementasi kota
cerdas
KP 3. Penyediaan Tersedianya akses air minum Jumlah kawasan perkotaan prioritas dengan Penyediaan dan
Akses Air Minum dan sanitasi yang layak dan penyediaan dan penyelenggaraan akses Penyelenggaraan Air Minum
dan Sanitasi yang aman air minum dan air limbah yang aman dan andal dan Sanitasi yang andal dan
Layak dan Aman di (7 Wilayah Metropolitan, 3 Wilayah Metropolitan Terintegrasi
Perkotaan Baru, 4 Kota Baru)
KP 4. Penyediaan Jumlah kawasan permukiman Jumlah hunian vertikal layak yang terbangun Fasilitasi Pengentasan
Akses Perumahan kumuh di perkotaan yang untuk masyarakat berpenghasilan rendah di Permukiman Kumuh Perkotaan
dan Permukiman ditangani melalui peremajaan perkotaan (unit)
Layak, Aman dan kota (10 kawasan)
Terjangkau di
Perkotaan
PP 4. Energi dan Ketenagalistrikan
Meningkatnya akses dan 1. Rasio Elektrifikasi 100%
pasokan energi dan tenaga 2. Pemenuhan kebutuhan (konsumsi) listrik per
listrik yang merata, andal, dan kapita 1.300 kWh
efisien
KP 1. Keberlanjutan Memperluas penyediaan 1. Susut jaringan 8,6% Perbaikan efisiensi dan emisi
Penyediaan infrastruktur dan pemanfaatan 2. Bauran EBT di pembangkitan 15% energi dan ketenagalistrikan
Energi dan energi dan tenaga listrik yang
Ketenagalistrikan bersih dan efisien
KP 2. Akses dan Meningkatnya akses energi 1. SAIDI rata-rata nasional 1 jam/pelanggan 1. Perluasan akses dan
Keterjangkauan dan tenaga listrik yang merata, 2. Penyediaan gas sebesar 215 ribu SBM keterjangkauan energi dan
Energi dan terjangkau dan berkualitas (setara barel minyak) ketenagalistrikan
Ketenagalistrikan 2. Infrastruktur Jaringan
Gas Kota untuk 4 Juta
Sambungan Rumah (Major
Project)
3. Pipa Gas Bumi Trans
Kalimantan (2.219 km)
(Major Project)

272 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN

KP 3. Kecukupan Meningkatnya jaminan dan 1. Penjualan tenaga listrik sebesar 350 TWh Peningkatan kehandalan
Penyediaan Energi ketahanan pasokan serta 2. Cadangan operasional BBM menjadi 30 hari infrastruktur energi dan
dan Tenaga Listrik kualitas tata kelola energi dan ketenagalistrikan
ketenagalistrikan • Pembangkit Listrik 20.000
MW, Jaringan Transmisi
19.000 kms, dan Gardu
Induk 38.000 MVA KMS
(Major Project)
• Pembangunan Dan
Pengembangan Kilang
Minyak (Major Poject)
PP 5. Transformasi Digital
1. Meningkatknya kontribusi 1. Pertumbuhan sektor informasi dan (12 K/L)
sektor informasi dan komunikasi (7,3-8,1%)
komunikasi dalam 2. Persentase pengguna internet (82,30%)
pertumbuhan ekonomi 3. Proporsi populasi yang dijangkau jaringan
2. Meningkatnya bergerak pitalebar 3G (96,5%) dan 4G (98%)
pembangunan infrastruktur 4. Proporsi individu yang menguasai/memiliki
dan pemanfaatan TIK telepon genggam (75,7%)
KP 1. Penuntasan Meratanya akses layanan 1. Persentase desa yang mendapatkan 1. Pengembangan infrastruktur
infrastruktur TIK telekomunikasi dan internet di jaringan mobile broadband (4G) (95%) pitalebar
seluruh wilayah 2. Persentase jangkauan infrastruktur jaringan • Infrastruktur TIK untuk
serat optik hingga kecamatan (60%) Mendukung Transformasi
3. Persentase rasio harga layanan fixed Digital (Major Project)
broadband terhadap pendapatan per kapita 2. Pengembangan infrastruktur
(pada kecepatan up to 1000 Mbps) (8%) penyiaran
4. Persentase rasio harga layanan mobile • Infrastruktur TIK untuk
broadband terhadap pendapatan per kapita Mendukung Transformasi
(dilihat dari rata-rata kuota 1 GB) (0,25%) Digital (Major Project)
5. Persentase populasi yang terlayani 3. Pengembangan infrastruktur
penyiaran digital (80 %) TIK pemerintahan
6. Persentase populasi yang terlayani
penyiaran radio publik (95 %)
KP 2. Pemanfaatan Optimalisasi pemanfaatan TIK 1. Persentase kontribusi sektor informasi dan 1. Pemanfaatan TIK layanan
infrastruktur TIK untuk sektor strategis komunikasi terhadap PDB (5,7%) pemerintah
2. Jumlah UMKM yang naik kelas dari UMK 2. Pemanfaatan TIK layanan
menjadi usaha menengah (dari total 62.8 masyarakat dan dunia usaha
Juta) (84.000 UMKM)
3. Persentase keterpaduan aplikasi umum
SPBE (100 %)
KP 3. Fasilitas Meningkatnya daya saing 1. Jumlah SDM yang mendapatkan pelatihan 1. Pengelolaan informasi
pendukung industri dan SDM TIK dalam TIK (250.000 orang) secara aman dan terintegrasi
transformasi digital negeri 2. Persentase integrasi data pemerintah • Infrastruktur TIK untuk
(100%) Mendukung Transformasi
3. Jumlah K/L yang memanfaatkan Big Data Digital (Major Project)
(12 K/L) 2. Pengembangan literasi dan
keahlian TIK
3. Pengembangan dan fasilitasi
industri TIK

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 273
Arah Kebijakan dan Strategi

Infrastruktur Pelayanan Dasar

Penyediaan Akses Perumahan dan Permukiman 3) Peremajaan kota secara inklusif dan konsolidasi
Layak, Aman dan Terjangkau tanah dalam rangka mewujudkan kota tanpa
Arah kebijakan dalam pembangunan perumahan permukiman kumuh;
dan permukiman adalah meningkatkan akses 4) Pemanfaatan tanah milik negara/BUMN untuk
masyarakat secara bertahap terhadap perumahan mendukung penyediaan perumahan bagi
dan permukiman layak, aman dan terjangkau untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke
mewujudkan kota tanpa kumuh, inklusif dan layak bawah;
huni. Strategi dilakukan melalui tiga pendekatan 5) Pengembangan peran dunia usaha termasuk
utama, yakni pendekatan dari sisi permintaan BUMN/BUMD dalam penyediaan perumahan.
(demand side), dari sisi pasokan (supply side),
dan lingkungan yang mendukung (enabling Sedangkan strategi dari aspek penciptaan
environment). lingkungan yang mendukung (enabling
environment), dilakukan melalui:
Strategi dari sisi permintaan (demand side) melalui: 1) Penguatan implementasi standar keandalan
1) Pemantapan sistem pembiayaan primer dan dan tertib bangunan, kemudahan perizinan dan
sekunder perumahan, termasuk optimalisasi administrasi pertanahan;
permanfaatan sumber pembiayaan jangka 2) Peningkatan kapasitas pemerintah/pemerintah
panjang; daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam
2) Reformasi subsidi perumahan yang lebih efisien penyediaan perumahan;
dan tepat sasaran; 3) Peningkatan kolaborasi antara pemerintah,
3) Perluasan fasilitas pembiayaan perumahan pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha
terutama bagi masyarakat berpenghasilan dalam penyediaan perumahan;
tidak tetap dan membangun rumahnya secara 4) Pengembangan sistem insentif dan disinsentif
swadaya; dalam penyediaan perumahan.
4) Pengembangan layanan Badan Tabungan 5) Pengembangan badan layanan umum
Perumahan Rakyat (BP Tapera) untuk perumahan nasional dan daerah
memperluas akses pembiayaan perumahan.
Proyek prioritas mendukung Penyediaan Akses
Strategi dari sisi pasokan (supply side) melalui: Perumahan dan Permukiman Layak, Aman, dan
1) Peningkatan penyediaan perumahan yang sesuai Terjangkau meliputi: i) Peningkatan Fasilitasi
dengan tata ruang dan terpadu dengan layanan Penyediaan Hunian Baru; ii) Peningkatan Fasilitasi
infrastruktur dasar permukiman, termasuk sistem Pembiayaan Perumahan; iii) Pengembangan
transportasi publik; Fasilitasi Peningkatan Kualitas Rumah; iv) Penyediaan
2) Pengembangan sistem perumahan publik Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan
berbasis rumah susun di perkotaan; Permukiman; v) Fasilitasi Peningkatan Standar

274 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Keandalan Bangunan dan Keamanan Bermukim Proyek prioritas mendukung Pengelolaan Air Tanah
(IMB dan SLF); vi) Penyediaan 1 juta Rumah dan Air Baku Berkelanjutan meliputi: i) Penyediaan
Susun Perkotaan (Major Project); dan vii) Fasilitasi dan pengamanan air baku dan air tanah termasuk
Pengentasan Permukiman Kumuh Perkotaan. major project “Akses Air Minum Perpipaan (10
Juta Sambungan Rumah); ii) Penataan regulasi
Pengelolaan Air Tanah, Air Baku Berkelanjutan serta perkuatan kelembagaan SDA; dan iii)
Arah kebijakan dalam pengelolaan air tanah dan air Pengembangan SISDA Terpadu berbasis teknologi
baku berkelanjutan adalah percepatan penyediaan cerdas (smart water management).
air baku dari sumber air terlindungi, peningkatan
keterpaduan dalam penyediaan air minum dan Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi Layak
pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan air baku. dan Aman
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
Strategi untuk percepatan penyediaan air baku dari penyediaan akses air minum layak dan aman,
sumber air terlindungi antara lain: (a) Penambahan adalah:
kapasitas air baku dari bendungan dan sumber air 1) Peningkatan tata kelola kelembagaan untuk
lainnya didukung oleh pengamanan kualitas air; (b) penyediaan air minum layak maupun aman,
Rehabilitasi dan peningkatan efisiensi infrastruktur melalui: (a) Integrasi arah kebijakan dan sasaran
penyedia air baku; dan (c) Pelaksanaan konservasi pembangunan akses air minum layak maupun
air tanah yang terintegrasi dengan sistem aman dalam dokumen perencanaan daerah;
penyediaan air baku serta didukung oleh penegakan (b) Peningkatan komitmen melalui alokasi
peraturan pengambilan air tanah. Strategi tersebut APBD yang memadai; (c) Perkuatan peran dan
perlu dikembangkan secara bersamaan dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui
peningkatan kinerja Instalasi Pengolahan Air (IPA) mekanisme pengendalian dan pembinaan secara
dan sistem distribusi air bersih. Percepatan sistem berjenjang; (d) Peningkatan kualitas perencanaan
penyediaan air baku juga perlu melibatkan badan air minum yang terintegrasi (Jakstrada, RISPAM,
usaha. Ketersediaan air secara berkelanjutan dan Rencana Bisnis PDAM) yang didukung
juga perlu didukung oleh peningkatan kesadaran dengan sistem data dan informasi (e) Perkuatan
masyarakat terhadap perilaku hemat air. fungsi kelembagaan regulator air minum; serta
(f) Optimalisasi pendanaan dan pengembangan
Strategi untuk peningkatan kebijakan pengelolaan alternatif pendanaan diantaranya melalui hibah
sumber daya air terpadu antara lain: (a) Penyelesaian berbasis kinerja serta kejasama pemerintah dan
peraturan pemerintah terkait UU Sumber Daya Air; badan usaha (KPBU).
(b) peningkatan kinerja pengelolaan wilayah sungai
melalui optimalisasi pola rencana SDA dalam
jejaring air, pangan, dan energi; dan (c) perkuatan
pengelolaan sumber daya air dan peningkatan
kapasitas BUMN/D/S dan KPBU air baku/air minum.

Strategi untuk pemanfaatan teknologi dalam


pengelolaan sumber daya air antara lain: (a)
Pengembangan sistem informasi sumber daya air;
dan (b) Pengembangan sistem informasi hidrologi,
hidrometeorologi, dan hidrogeologi.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 275
2) Peningkatan kapasitas penyelenggara air (a) Penyusunan regulasi di daerah mengenai
minum, melalui: (a) Peningkatan kinerja PDAM pengelolaan air limbah domestik dan sampah;
melalui pendampingan teknis dan non teknis (b) Penyediaan mekanisme insentif bagi
untuk meningkatkan mutu layanan antara lain pemerintah daerah untuk mengalokasikan
penurunan tingkat kehilangan air, efisiensi anggaran pembangunan infrastruktur sanitasi
produksi, pengelolaan keuangan dan SDM, dan/atau penyediaan subsidi bagi operasional
penerapan tarif yang memadai, serta peningkatan dan pemeliharaan; dan (c) Penerapan regulasi
kualitas pelayanan; serta (b) Peningkatan daerah yang mengatur kewajiban pembayaran
kapasitas penyelenggara SPAM lainnya (UPTD, layanan sanitasi oleh masyarakat/ konsumen
BUMDes, KPSAM, dll). dan mewajibkan rumah tangga untuk menjadi
3) Pengembangan dan pengelolaan SPAM, melalui: pelanggan layanan pengelolaan lumpur tinja dan
(a) Optimalisasi dan pemanfaatan kapasitas dan sampah.
SPAM yang dapat dimanfaatkan melalui 3) Pengembangan infrastruktur dan layanan
perluasan cakupan layanan; (b) Peningkatan sanitasi permukiman sesuai dengan karakteristik
dan pembangunan SPAM; (c) Pengelolaan aset dan kebutuhan daerah, melalui: (a) Bimbingan
(inventarisasi jaringan, operasi, pemeliharaan, teknis pembangunan infrastruktur sanitasi; (b)
dan perbaikan); (d) Penyediaan akses air minum Koordinasi perencanaan tata ruang dengan
untuk daerah rawan air dan kepulauan; dan pembangunan sanitasi; (c) Pengembangan
(d) Pengembangan teknologi pengolahan dan konsep resource recovery dan circular
pengamanan air minum. economy; (d) Penyusunan panduan di tingkat
4) Penyadaran masyarakat untuk menerapkan pusat mengenai pengelolaan sampah; (e)
perilaku hemat air, mengakses layanan air Pengembangan SDM dan teknologi melalui kerja
minum perpipaan atau menggunakan sumber sama dengan universitas; (f) Pembangunan
air minum bukan jaringan perpipaan terlindungi infrastruktur sanitasi; (g) Pengembangan
secara swadaya, serta menerapkan pengelolaan teknologi menggunakan pendekatan bertahap
air minum aman dalam rumah tangga; (incremental approach); dan (h) Pengelolaan
data, pemantauan dan evaluasi berbasis teknologi
Sistem layanan sanitasi berkelanjutan diwujudkan informasi, yaitu NAWASIS (National Water and
melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Sanitation Information Services/Layanan Informasi
Permukiman (PPSP), yang diterjemahkan menjadi Air Minum dan Sanitasi Nasional).
lima arah kebijakan dan strateginya, yaitu: 4) Peningkatan perubahan perilaku masyarakat
1) Peningkatan kapasitas institusi dalam dalam mencapai akses aman sanitasi, melalui:
layanan pengelolaan sanitasi, melalui: (a) (a) Pelaksanaan program perubahan perilaku di
Pengembangan sistem pengelolaan air limbah, tiap desa dan kelurahan yang belum Stop Buang
layanan lumpur tinja dan sistem pengelolaan Air Besar Sembarangan (BABS); (b) Penguatan
sampah; (b) Pemastian fungsi regulator layanan mekanisme pemantauan yang terjadwal; (c)
pengelolaan air limbah domestik dan sampah; Penguatan keberlanjutan Sanitasi Total Berbasis
dan (c) Penguatan peran dan kapasitas PDAM Masyarakat (STBM) di tingkat kabupaten dan
sebagai penyedia jasa layanan pengelolaan air kota; dan (d) Penguatan kampanye pengurangan
limbah domestik, terutama bagi daerah dengan sampah.
cakupan air perpipaan lebih dari 50 persen. 5) Pengembangan kerja sama dan pola pendanaan,
2) Peningkatan komitmen kepala daerah untuk melalui: (a) Penyediaan pola subsidi yang tepat
layanan sanitasi yang berkelanjutan, melalui: untuk meningkatkan kemampuan masyarakat; (b)

276 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pengembangan layanan sanitasi melalui sistem berkeselamatan, kendaraan yang berkeselamatan,
pembiayaan yang inovatif; (c) Fasilitasi pemerintah perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan, dan
daerah untuk melakukan kerja sama dengan penanganan pra dan pasca kecelakaan lalu lintas.
pihak lain; (d) Menciptakan wirausaha sanitasi di
daerah yang memiliki potensi; dan (e) Fasilitasi Kebijakan ini diperkuat dengan penerbitan regulasi
wirausaha sanitasi agar mampu menciptakan Peraturan Presiden tentang Rencana Umum Nasional
produk yang sesuai dengan standar. Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (RUNK
LLAJ) yang memuat rencana aksi keselamatan
Proyek prioritas mendukung penyediaan akses air jalan pada masing-masing pilar. Manajemen
minum dan sanitasi yang layak dan aman meliputi: keselamatan jalan perlu berfokus pada penguatan
i) Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum koordinasi antarunit kerja pemangku kepentingan
dan Sanitasi Layak dan Aman; ii) Pembinaan pada kementerian/lembaga tingkat pemerintah
Penyelenggaraan Air Minum dan Sanitasi Layak dan pusat, pemerintah daerah, lembaga pendidikan dan
Aman; iii) Pengaturan Penyelenggaraan Air Minum penelitian, badan usaha dan organisasi masyarakat.
dan Sanitasi Layak dan Aman; iv) Pengawasan Diperlukan penguatan kelembagaan baik di tingkat
Kualitas Air Minum dan Sanitasi; v) Akses Sanitasi pusat maupun di tingkat daerah yang dilakukan
(Air Limbah) Layak dan Aman (90% RT) (Major melalui keterpaduan koordinasi, pemanfaatan data
Project); vi) Akses Air Minum Perpipaan (10 Juta dan informasi, dan kegiatan penelitian yang dapat
Sambungan Rumah) (Major Project). menjadi basis bagi perencanaan dan pelaksanaan
rencana aksi keselamatan jalan nasional.
Keselamatan dan Keamanan Transportasi
Kebijakan keselamatan transportasi difokuskan pada Untuk moda transportasi lainnya, kebijakan
keselamatan lalu lintas jalan mengingat tingginya keselamatan diarahkan pada penguatan peran
jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu kelembagaan, peningkatan kelaikan keselamatan
lintas. Peningkatan keselamatan lalu lintas dan sarana dan prasarana, serta peningkatan kapasitas
angkutan jalan diarahkan melalui pelaksanaan SDM untuk mendukung kinerja keselamatan.
terpadu lima pilar keselamatan jalan yang meliputi Peningkatan keselamatan perkeretaapian dilakukan
manajemen keselamatan jalan, jalan yang melalui penyediaan sarana dan prasarana

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 277
perkeretaapian yang memenuhi kelaikan, termasuk Strategi tersebut didukung oleh peningkatan
sarana kereta, prasarana rel dan persinyalan. Untuk kualitas industri konstruksi serta pengawasan mutu
menjamin kondisi prasarana perkeretaapian maka dan manajemen rantai pasok industri konstruksi.
kebutuhan perawatan prasarana harus dipenuhi. Kolaborasi antara lembaga penelitian dan pelaku
Tingkat keselamatan sarana perkeretaapian industri dalam penguasaan teknologi juga perlu
dipenuhi melalui peremajaan armada kereta api ditingkatkan serta didukung oleh peningkatan
sesuai dengan usia laik operasi yaitu dibawah kualitas SDM di bidang konstruksi. Selain itu, perlu
25 tahun. Keselamatan transportasi laut dan adanya inovasi pendanaan untuk meningkatkan
penyeberangan ditingkatkan melalui penguatan efisiensi penganggaran dalam upaya peningkatan
kelembagaan syahbandar, penyediaan infrastruktur ketahanan bencana.
keselamatan, standardisasi kapal yang memenuhi
aspek keselamatan, dan pengembangan sistem Strategi untuk mendukung pengelolaan terpadu
informasi penumpang (tiket) dan barang (manifes) kawasan rawan bencana antara lain: (a) program
untuk mencegah muatan berlebih. terintegrasi dalam pengelolaan risiko bencana,
khususnya risiko banjir pada daerah perkotaan,
Proyek prioritas mendukung keselamatan dan dengan kombinasi pendekatan struktural dan non-
kemanan transportasi meliputi: i) pelaksanaan struktural termasuk infrastruktur hijau; (b) penetapan
rencana aksi lima pilar keselamatan lalu lintas dan rencana induk ketahanan wilayah terhadap bencana;
angkutan jalan; ii) pemenuhan sarana, prasarana, (c) penyusunan peta risiko bencana berdasarkan
fasilitas, kelembagaan dan sistem informasi karakteristik wilayah; (d) pengembangan sistem
keselamatan dan keamanan transportasi dan pemantauan penurunan tanah; dan (e) penyediaan
SAR; serta iii) pembinaan dan pendidikan SDM sistem peringatan dini bencana banjir dan tanah
keselamatan transportasi dan SAR. longsor.

Ketahanan Kebencanaan Infrastruktur Strategi untuk mendukung restorasi dan konservasi


Arah kebijakan dalam pembangunan infrastruktur daerah aliran sungai antara lain: (a) normalisasi dan
ketahanan bencana mencakup pengembangan peningkatan kapasitas aliran sungai; (b) konservasi
infrastruktur tangguh bencana dan penguatan kawasan rawa dan gambut; dan (c) pengendalian
infrastruktur vital, pengelolaan terpadu kawasan pencemaran pada waduk dan danau dengan
rawan bencana, serta restorasi dan konservasi tingkat pencemaran tinggi.
daerah aliran sungai.
Proyek prioritas yang mendukung. Ketahanan
Strategi untuk pengembangan infrastruktur Kebencanaan Infrastruktur meliputi: i)
tangguh bencana dan penguatan infrastruktur Pengembangan kebijakan wilayah untuk
vital terhadap risiko bencana banjir, gempa bumi, ketangguhan bencana dan penguatan infrastruktur
tsunami, tanah longsor, lumpur, dan sedimen antara vital tahan bencana; ii) Pembangunan dan rehabilitasi
lain: (a) pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur ketahanan bencana termasuk Major
infrastruktur tangguh bencana di kawasan prioritas Project “Pemulihan 4 Daerah Aliran Sungai Kritis”
rawan bencana; (b) penilaian dan peningkatan dan “Pengelolaan Terpadu Pesisir 5 Perkotaan
keamanan infrastruktur vital terhadap bencana; (c) Pantura Jawa”; iii) Penyediaan sistem terpadu
penetapan standar bangunan tangguh bencana; peringatan dini dan tanggap darurat bencana; dan
dan (d) pengembangan infrastruktur hijau. iv) Restorasi dan konservasi infrastruktur alami.

278 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Waduk Multiguna dan Modernisasi Irigasi
Arah kebijakan dalam rangka optimalisasi
waduk multiguna dan modernisasi irigasi
adalah penambahan kapasitas tampungan air,
peningkatan dan pemanfaatan fungsi tampungan
air, peningkatan kinerja bendungan dan penurunan
indeks risiko bendungan, peningkatan efisiensi dan
kinerja sistem irigasi, dan penyediaan air untuk
komoditas pertanian bernilai tinggi. kinerja operasi bendungan yang sesuai standar
dan didukung oleh unit pengelola bendungan yang
Strategi untuk penambahan kapasitas tampungan kompeten. Strategi tersebut didukung oleh penataan
air antara lain: (a) perencanaan bendungan aset bendungan sebagai barang milik negara.
multiguna dengan protokol berkelanjutan; (b)
perencanaan pemanfaatan tampungan alami; (c) Strategi untuk peningkatan efisiensi dan kinerja
rehabilitasi bendungan kritis; dan (d) pembangunan sistem irigasi dengan penerapan konsep modernisasi
bendungan multiguna dengan melibatkan badan irigasi antara lain: (a) pembangunan jaringan irigasi
usaha. baru; (b) rehabilitasi jaringan irigasi; (c) peningkatan
kapasitas kelembagaan irigasi; (d) peningkatan
Strategi tersebut didukung oleh pengembangan efektivitas alokasi air irigasi; dan (e) pemanfaatan
kawasan ekonomi terintegrasi berbasis bendungan lahan sub-optimal melalui revitalisasi rawa.
multiguna serta penerapan skema investasi
bendungan baru yang melibatkan badan usaha. Strategi untuk penyediaan air untuk komoditas
pertanian bernilai tinggi antara lain: (a) pembangunan
Strategi untuk peningkatan dan pemanfaatan fungsi tampungan air dan sistem irigasi untuk komoditas
tampungan air adalah: (a) Pemanfaatan bendungan perkebunan, peternakan, hortikultura dan
untuk berbagai keperluan secara terpadu seperti perikanan; (b) pembangunan jaringan irigasi untuk
air baku, irigasi, dan pengendali banjir; (b) tambak rakyat; dan(c) pengembangan mikro
pengembangan potensi waduk untuk penyediaan irigasi terutama untuk lahan belum termanfaatkan
energi terbarukan; (c) revitalisasi danau kritis; dan dengan optimal. Strategi tersebut didukung oleh
(d) pemanfaatan potensi danau untuk air baku, dan peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan
kebutuhan lainnya. dengan badan usaha dalam pengelolaan irigasi.

Strategi tersebut didukung oleh peningkatan dan Proyek prioritas mendukung waduk multiguna
pemulihan kondisi waduk serta pengembangan dan modernisasi irigasi meliputi: i) Perencanaan
skema kerjasama dengan BUMN dan badan usaha pengembangan bendungan multiguna dan
dalam optimalisasi fungsi waduk. pemanfaatan tampungan alami; ii) Pembangunan
dan rehabilitasi bendungan termasuk komponen
Strategi untuk peningkatan kinerja bendungan Major Project “18 Waduk Multiguna”; iii)
dan penurunan risiko bendungan antara lain: (a) Optimalisasi dan pemanfaatan tampungan; iv)
peningkatan tingkat keamanan bendungan dengan Peningkatan OP dan keamanan bendungan; v)
risiko tinggi; (b) konservasi daerah tangkapan air Pembangunan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi; vi)
bendungan; (c) peningkatan kapasitas SDM bidang Peningkatan pengelolaan alokasi air dan kapasitas
pengelolaan bendungan; dan (d) peningkatan kelembagaan irigasi.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 279
koordinasi perencanaan pembangunan simpul
transportasi dan akses jalan. Disamping itu,
Infrastruktur Ekonomi
diperlukan penguatan perencanaan DAK Bidang
Jalan agar pelaksanaannya selaras dengan prioritas
pengembangan wilayah.

Konektivitas Jalan Proyek prioritas mendukung konektivitas jalan


Peningkatan kualitas jalan dilaksanakan meliputi: i) pembangunan jalan strategis, contoh:
melalui pemenuhan kebutuhan pemeliharaan Jalan Trans Papua Merauke – Sorong (Major Project)
jalan, termasuk pemeliharaan rutin jalan serta dan Jalan Trans pada 18 Pulau Tertinggal, Terluar,
pemenuhan kelengkapan jalan. Pemenuhan dan Terdepan (Major Project); ii) pembangunan
kebutuhan pemeliharaan jalan didorong melalui jalan tol, contoh: Jalan Tol Trans Sumatera Aceh –
perbaikan tata kelola penyelenggaraan jalan yang Lampung (Major Project); iii) pembangunan jalan
memprioritaskan kegiatan pemeliharaan rutin dan mendukung kawasan prioritas (KI, KEK, KSPN,
berkala. Skema kerjasama antara Pemerintah dan dan kawasan perbatasan); iv) pembangunan jalan
Badan Usaha (KPBU) Availability Payment (AP) akses simpul transportasi (pelabuhan, bandara,
yang berbasis kinerja serta Program Hibah Jalan dan terminal); v) preservasi jalan nasional (termasuk
Daerah yang mendorong kinerja pemeliharaan jalan peningkatan/pelebaran); serta vi) pembangunan
perlu diperluas. Skema KPBU-AP juga mendukung dan pemeliharaan jalan daerah.
kualitas jalan melalui keterpaduan penyelenggaraan
jalan dan pengoperasian jembatan timbang untuk Konektivitas Kereta Api
mengendalikan perilaku pembebanan berlebih di Pembangunan konektivitas kereta api diprioritaskan
jalan (road overloading) yang menjadi penyebab pada pengembangan KA Makassar-Parepare dan
utama kerusakan jalan. KA kecepatan tinggi Pulau Jawa. Pengembangan
KA Makasssar-Parepare dilaksanakan melalui
Peningkatan ketersediaan jaringan jalan yang keterpaduan pembangunan jaringan KA,
mendukung pengembangan wilayah dilaksanakan pembangunan kawasan, dan akses KA ke
melalui pembangunan jalan pada jalan lintas utama pelabuhan. Pendekatan terpadu ini diterapkan
pulau, jalan yang mendukung kawasan industri dengan skema KPBU yang terhubung dengan
dan pariwisata prioritas, jalan akses ke simpul kawasan industri di Makassar dan sepanjang
transportasi prioritas, jalan lingkar/trans pulau koridor KA serta dengan Pelabuhan Makassar New
terluar dan jalan akses mendukung wilayah 3T dan Port dan Pelabuhan Garongkong. Pembangunan
kawasan perbatasan. Sebagai contoh, penyelesaian KA kecepatan tinggi penumpang antarkota
jalan tol Trans Sumatera yang menghubungkan difokuskan pada koridor konurbasi Pulau Jawa
Aceh – Lampung menjadi program prioritas untuk khususnya antara Jakarta – Bandung dan Jakarta
menurunkan waktu tempuh dan menyediakan – Semarang. Pembangunan jalur KA pada koridor
akses ke pelabuhan utama Kuala Tanjung sehingga lain termasuk melanjutkan pembangunan jalur KA
mendorong berkembangnya kawasan industri di Trans Sumatera serta pembangunan jalur ganda
sepanjang koridor tersebut. Pembangunan jalan dan reaktivasi jalur KA di Pulau Jawa dan Sumatera.
akses ke simpul prioritas diarahkan untuk menjamin Dalam rangka mendukung transportasi antarmoda
kemanfaatan infrastruktur secara optimal seperti menuju bandara dan pelabuhan, akan dilaksanakan
pelabuhan dan bandara. Diperlukan penguatan pembangunan KA akses bandara dan pelabuhan.

280 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sementara, untuk memenuhi pemeliharaan, menjamin tingkat standarisasi dan kompatibilitas
perawatan, dan pengoperasian prasarana serta infrastruktur dan pelayanan pada tujuh pelabuhan,
fasilitas perkeretaapian dilaksanakan melalui sehingga mendorong terwujudnya efisiensi
mekanisme Infrastructure Maintenance and pelayaran. Peningkatan kinerja logistik juga perlu
Operation (IMO) perkeretaapian. Dalam rangka dilakukan melalui pengembangan sistem informasi
penyediaan layanan perkeretaapian dengan tarif logistik (e-logistic) yang memudahkan pertukaran
yang terjangkau oleh masyarakat, diselenggarakan data dan informasi diantara seluruh pelaku logistik
melalui skema PSO dan subsidi perintis. serta pengembangan angkutan multimoda dan
antarmoda yang lebih efisien untuk akses maupun
Proyek prioritas mendukung konektivitas KA pada kawasan pendukung pelabuhan (hinterland).
meliputi: i) KA Kecepatan Tinggi Pulau Jawa Selain itu perlu dilakukan peremajaan kapal
(Jakarta-Semarang & Jakarta-Bandung) (Major niaga dengan mengutamakan peran galangan
Project); ii) Kereta Api Makassar-Pare Pare (Major kapal dalam negeri untuk pembuatan kapal.
Project); iii) pembangunan jalur KA baru (termasuk Untuk mendukung pembangunan di wilayah 3T,
jalur ganda dan reaktivasi) dan peningkatan jalur KA pembangunan konektivitas laut diarahkan pada
di Pulau Jawa dan Sumatera; iv) pembangunan jalur penguatan keterpaduan angkutan tol laut bersubsidi
KA akses bandara dan pelabuhan; v) Pemeliharaan, dengan moda transportasi lain termasuk angkutan
perawatan, dan pengoperasian prasarana dan barang udara bersubsidi (jembatan udara) dan
fasilias perkeretaapian (IMO), serta vi) penyediaan angkutan perintis darat.
PSO dan perintis KA
Proyek prioritas mendukung konektivitas laut
Konektivitas Laut meliputi: i) pengembangan pelabuhan utama,
Pembangunan konektivitas transportasi laut untuk contoh: Jaringan 7 Pelabuhan Utama Terpadu
mendukung kinerja logistik nasional dilaksanakan (Major Project) dan pembangunan pelabuhan baru
melalui standarisasi kinerja yang ditetapkan oleh Patimban, ii) pembangunan pelabuhan mendukung
Kementerian Perhubungan pada sejumlah pelabuhan kawasan prioritas, contoh: pelabuhan cruise, iii)
utama, antara lain meliputi tingkat kedalaman penyelenggaraan subsidi tol laut dan perintis
pelabuhan, panjang dermaga, dan kinerja bongkar angkutan laut, iv) pengadaan sarana dan prasarana
muat. Standarisasi kinerja yang disertai dengan transportasi laut, dan v) pengembangan teknologi
pengembangan kawasan pada sejumlah pelabuhan informasi pelayaran.
utama diharapkan meningkatkan konsolidasi
angkutan barang domestik serta memungkinkan
kapal-kapal berukuran lebih besar untuk singgah
membentuk rute jaringan saling terhubung (loop).
Terdapat tujuh pelabuhan utama yang dirancang
menjadi

titik konsolidasi barang domestik yaitu pelabuhan


Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Kijing, Tanjung Perak,
Makassar New Port, Bitung, dan Sorong.

Kelembagaan koordinasi antara operator pada


ketujuh pelabuhan tersebut perlu dibangun untuk

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 281
Konektivitas Udara Konektivitas Darat
Pembangunan transportasi udara difokuskan pada Pembangunan transportasi darat diprioritaskan
peningkatan bandara dan kapasitas angkut dalam untuk mengurangi praktik pembebanan berlebih di
mendukung pertumbuhan ekonomi dan aksesibilitas jalan (road overloading) melalui penyelenggaraan
daerah 3T. Pembangunan/peningkatan kapasitas jembatan timbang yang terintegrasi dengan
bandara dilakukan melalui pembangunan bandara penyelenggaraan jalan (skema KPBU-AP),
baru pengembangan bandara hub primer, rehabilitasi pengembangan fasilitas dan perlengkapan jalan,
dan pengembangan bandara, pengembangan serta pembangunan terminal antarnegara untuk
bandara mendukung kawasan prioritas (KSPN, KEK, mendukung kemudahan arus penumpang dan
dan KI), serta serta pembangunan bandara perairan barang di wilayah perbatasan negara, pembangunan
(waterbased airport) untuk mendukung destinasi pelabuhan penyeberangan baru, pembangunan
pariwisata perairan. Dukungan aksesibilitas daerah kapal penyeberangan untuk mendukung daerah
3T dilaksanakan melalui peningkatan cakupan 3T, dan penyediaan subsidi perintis untuk angkutan
layanan penerbangan perintis, implementasi penyeberangan, sungai, danau dan bus. Selain itu,
Program Jembatan Udara terpadu dengan Tol dalam rangka mendukung
Laut di Papua, serta revitalisasi skema subsidi
perintis penerbangan yang menjamin kepastian keterpaduan layanan transportasi antarmoda akan
dan keberlanjutan layanan (multiyears), termasuk dilaksanakan penyediaan angkutan bus yang
menggali potensi pemanfaatan skema pembiayaan terhubung dengan simpul-simpul transportasi serta
KPBU-AP. Kebutuhan konektivitas udara di wilayah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
terpencil, terutama di Papua yang tergambar dari
keberadaan lapangan terbang (airstrip) yang cukup Proyek prioritas konektivitas darat meliputi: i)
dominan, perlu diakomodasi melalui dukungan pengembangan Unit Pelaksana Penimbangan
regulasi, pembinaan dan pengawasan termasuk Kendaraan Bermotor (UPPKB) pada koridor utama
aspek keselamatan. logistik angkutan darat di Pantura Jawa dan Lintas
Timur Sumatera, ii) pembangunan 23 unit kapal
Proyek prioritas konektivitas udara meliputi: i) penyeberangan, iii) pembangunan 36 pelabuhan
Jembatan Udara 35 Rute di Papua (Major Project), ii) penyeberangan baru, serta iv) penyediaan layanan
pembangunan 20 bandara baru, iii) pengembangan perintis angkutan darat untuk penumpang dan
12 bandara hub primer, iv) rehabilitasi dan barang.
pengembangan 165 bandara mendukung kawasan
prioritas (KSPN, KEK, dan KI), serta v) pembangunan
bandara perairan (waterbased airport) di 5 lokasi
mendukung destinasi pariwisata perairan.

282 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Infrastruktur Perkotaan

Transportasi Perkotaan meningkatkan kapasitas industri lokal pendukung


Pengembangan sistem angkutan umum massal jaringan tetap pitalebar; dan (c) mendorong
perkotaan diprioritaskan pada 6 (enam) kota pengembangan layanan, aplikasi, maupun
metropolitan utama, yaitu kawasan metropolitan konten yang mencerdaskan dan sesuai dengan
Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, dan kebutuhan masyarakat perkotaan;
Makassar. Dalam upaya percepatan pengembangan 2) Pengembangan sistem layanan panggilan
angkutan umum massal di perkotaan metropolitan, darurat 112, melalui (a) pengembangan sistem
disiapkan Program Pembangunan Angkutan layanan panggilan darurat dan pedoman
Umum Massal Perkotaan yang mengatur dukungan penyelenggaraan bagi kabupaten/kota; (b)
pendanaan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah implementasi dan pendampingan sistem layanan
Daerah dengan sejumlah kriteria. Kriteria penting panggilan darurat mandiri pada kabupaten/kota
yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah yaitu terpilih; dan (c) memperluas penggunaan sistem
tersedianya rencana mobilitas perkotaan terpadu layanan panggilan ke kabupaten/kota;
dan keberadaan kelembagaan otoritas transportasi 3) Pengembangan sistem Public Protection
perkotaan yang berbasis wilayah metropolitan and Disaster Relief (PPDR), melalui (a)
(lintas batas administratif). pengembangan pilot project sistem PPDR dan
ujicoba penggunaan spektrum frekuensi khusus
Proyek prioritas transportasi perkotaan meliputi: untuk kebencanaan; (b) penyusunan regulasi,
i) Pembangunan Sistem Angkutan Umum Massal standar layanan dan perangkat untuk sistem
termasuk di 6 Wilayah Metropolitan (Major Project); PPDR; dan (c) implementasi sistem PPDR
ii) pembangunan fasilitas alih moda yang terintegrasi terutama pada kabupaten/kota rawan bencana
dengan pusat kegiatan perekonomian, permukiman
dan fasilitas umum pada simpul-simpul transportasi, Proyek prioritas mendukung infrastruktur dan
iii) pembangunan perlintasan tidak sebidang antara ekosistem TIK perkotaan adalah Pengembangan
jalan dan KA di perkotaan, iv) pembangunan jalan TIK Perkotaan.
lingkar perkotaan, serta v) penyediaan PSO dan
subsidi angkutan umum massal perkotaan. Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi yang
Layak dan Aman di Perkotaan
Infrastruktur dan Ekosistem TIK Perkotaan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka penyediaan akses air minum dan sanitasi (air limbah
meningkatkan infrastruktur dan ekosistem TIK dan sampah) yang layak dan aman di perkotaan
perkotaan adalah: adalah:
1) Penggelaran infrastruktur jaringan tetap 1) Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum
pitalebar untuk perkotaan (kawasan perumahan, (SPAM) dan Sanitasi di Perkotaan, melalui (a)
pusat ekonomi, pusat pendidikan), melalui (a) penguatan fungsi operator dan regulator; (b)
pemberian kemudahan perijinan penggelaran penyiapan layanan lumpur tinja perkotaan
infrastruktur jaringan tetap pitalebar; (b) (Fecal Sludge Management); (c) penyediaan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 283
layanan terintegrasi air minum, air limbah dan Penyediaan Perumahan dan Permukiman Layak,
persampahan; (d) penyediaan SPAM perpipaan Aman dan Terjangkau di Perkotaan
dengan standar air minum aman (siap minum); Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
(e) Pengembangan kawasan dengan layanan pemenuhan perumahan dan permukiman layak,
Zona Air Minum Prima (ZAMP) atau air minum aman dan terjangkau di perkotaan adalah
langsung dari keran; dan (f) Peningkatan mengembangkan sistem perumahan publik
keandalan pengelolaan jaringan air minum melalui penyediaan rumah susun sederhana sewa
melalui Smart Grid Water Management. dan rumah susun sederhana milik yang terintegrasi
2) Peningkatan perubahan perilaku masyarakat dengan sistem transportasi publik, dengan
dalam mencapai akses aman sanitasi, melalui pendekatan membentuk badan perumahan
(a) pelaksanaan program perubahan perilaku publik perkotaan di metropolitan terkait dengan
di tiap kelurahan yang belum Stop Buang Air penyediaan tanah, pengelolaan aset, dan
Besar Sembarangan (BABS); (b) penguatan peremajaan kawasan termasuk pengembangan
mekanisme pemantauan yang terjadwal; (c) kota baru (new town).
penguatan keberlanjutan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) di tingkat kabupaten dan Proyek prioritas yang mendukung penyediaan
kota. perumahan dan permukiman layak, aman dan
terjangkau di perkotaan adalah Fasilitasi Penyediaan
Proyek prioritas mendukung penyediaan akses Perumahan di Perkotaan.
air minum dan sanitasi yang layak dan aman di
perkotaan adalah Penyediaan dan Penyelenggaraan
Air Minum dan Sanitasi yang Andal dan Terintegrasi

284 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


LPG; serta (g) pemanfaatan jaringan gas
Energi dan perkotaan, LPG, dan kompor bersih berbasis
Ketenagalistrikan listrik; (h) peningkatan kemampuan rekayasa
enjiniring nasional untuk pembangkit listrik dan
sarana prasarana gas/minyak yang didukung
Lima arah kebijakan dan strategi dalam rangka industri dalam negeri; (i) perluasan penyaluran
pemenuhan akses dan pasokan energi dan tenaga BBM satu harga; dan (j) pengembangan
listrik merata, handal, efisien, dan berkelanjutan, infrastruktur pendukung kendaraan listrik.
adalah: 4) Peningkatan tata kelola energi dan
1) Diversifikasi energi dan ketenagalistrikan untuk ketenagalistrikan, ditempuh melalui (a)
pemenuhan kebutuhan, ditempuh melalui (a) peningkatan tugas dan fungsi kelembagaan
pemanfaatan EBT seperti panas bumi, air, di sektor ketenagalistrikan; (b) penguatan
surya, dan biomasa, serta EBT lainnya; (b) independensi operator sistem transmisi; serta
pengembangan mini/micro grid berbasis energi (c) mendorong kebijakan harga/tarif energi
bersih; dan (c) pengembangan dan pemanfaatan dan penerapannya sehingga mencapai harga
teknologi penyimpanan energi (energy storage keekonomian secara bertahap.
system) termasuk baterai; dan (d) pemanfaatan 5) Pengembangan kebijakan pendanaan dan
energi surya atap (solar rooftop) untuk rumah pembiayaan, ditempuh melalui (a) pengembangan
tangga beserta pengembangan industri sel subsidi tepat sasaran melalui subsidi langsung
surya dalam negeri; dan realokasi belanja; (b) penerapan penyesuaian
2) Peningkatan efisiensi pemanfaatan energi dan tarif listrik; (c) memanfaatkan pembiayaan murah,
tenaga listrik, melalui (a) pengembangan Energy alternatif instrumen dan leverage asset; serta (d)
Service Company (ESCO); (b) memperluas, pengembangan skema pendanaan yang cocok
merehabilitasi dan peningkatan kapasitas sistem dan berkesinambungan.
transmisi dan distribusi; (c) pengembangan
sistem manajemen informasi dan kontrol data; Proyek prioritas mendukung keberlanjutan
(d) pengembangan dan pemanfaatan teknologi penyediaan energi ketenagalistrikan meliputi:
jaringan cerdas (smart grid) dan (e) pemanfaatan perbaikan efisiensi dan emisi energi dan
teknologi yang lebih efisien dan rendah emisi ketenagalistrikan. Sementara proyek prioritas
(high efficiency and low emission/HELE). mendukung akses dan keterjangkauan energi
3) Penguatan dan perluasan pelayanan pasokan dan ketenagalistrikan meliputi: i) Perluasan akses
energi dan tenaga listrik, ditempuh melalui (a) dan keterjangkauan energi dan ketenagalistrikan;
pemenuhantenaga listrik di kawasan-kawasan ii) Infrastruktur Jaringan Gas Kota untuk 4 Juta
prioritas; (b) penyediaan bantuan pasang baru Sambungan Rumah (Major Project); dan iv) Pipa
listrik untuk rumah tangga tidak mampu; (c) Gas Bumi Trans Kalimantan (1.700 km) (Major
dukungan penyediaan energi primer (gas dan Project). Adapun proyek prioritas mendukung
batubara) untuk listrik; (d) peningkatan kapasitas kecukupan penyediaan energi dan tenaga listrik
kilang minyak dalam negeri; (e) peningkatan adalah peningkatan kehandalan infrastruktur energi
infrastruktur gas bumi, seperti jaringan pipa dan ketenagalistrikan termasuk di dalamnya dua
transmisi gas dan distribusi non pipa khususnya Major Project: i) Pembangkit Listrik 21.000 MW
LNG receiving terminal; (f) pengembangan dan Transmisi 37.000 KMS (Major Project); dan ii)
cadangan penyangga/operasional BBM dan Pembangunan Dua Kilang Baru (Major Poject).

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 285
Transformasi Digital

Penuntasan Infrastruktur TIK


Arah kebijakan dan strategi dalam rangka penggelaran infrastruktur dan menurunkan biaya
mendukung penuntasan infrastruktur TIK adalah: pembangunan; dan
1) Optimalisasi dana Universal Service Obligation 8) Mendorong revitalisasi sarana dan prasarana
(USO) dalam menyediakan dan menjaga Lembaga Penyiaran Publik dengan
kualitas layanan akses telekomunikasi dan memperhatikan perkembangan teknologi.
internet, melalui penyediaan BTS untuk desa
non komersil, dan penyediaan satelit multifungsi Proyek prioritas mendukung penuntasan infrastruktur
untuk akses internet; TIK meliputi: i) Pengembangan infrastruktur pitalebar
2) Penyediaan layanan telekomunikasi dan internet termasuk di dalamnya komponen Major Project
yang dapat dijangkau masyarakat, melalui “Infrastruktur TIK untuk Mendukung Transformasi
pemberian kemudahan perizinan penggelaran Digital”; ii) Pengembangan infrastruktur penyiaran
infrastruktur telekomunikasi dan internet; dan termasuk di dalamnya komponen Major Project
3) Penggelaran infrastruktur jaringan tetap pitalebar “Infrastruktur TIK untuk Mendukung Transformasi
hingga ke kecamatan-kecamatan, dengan Digital”; dan iii) Pengembangan infrastruktur TIK
prioritas pada kawasan pariwisata strategis, pemerintahan
kawasan industri, perguruan tinggi, melalui
pemberian kemudahan perizinan penggelaran Pemanfaatan Infrastruktur TIK
infrastruktur jaringan tetap pitalebar, dan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
peningkatan kapasitas industri lokal pendukung mendukung pemanfaatan infrastruktur TIK adalah:
jaringan tetap pitalebar. 1) Perluasan layanan bantuan sosial non tunai,
4) Penataan alokasi spektrum frekuensi untuk konten digital pendidikan, konten digital informasi
mendorong kegiatan ekonomi, penyediaan publik, layanan digital kesehatan serta informasi
layanan dasar dan jaringan intra pemerintah pertanian, melalui pemberian insentif start up
yang aman; yang fokus pada layanan sosial, pendidikan,
5) Pengembangan jaringan intra pemerintah kesehatan, informasi publik serta informasi
didorong melalui pemanfaatan industri dalam pertanian;
negeri untuk meningkatkan kemandirian dan 2) Meningkatkan dan memfasilitasi pertumbuhan
daya saing nasional; start up yang ada, terutama yang mempunyai
6) Pelaksanaan migrasi penyiaran analog ke digital potensi untuk mendapatkan pendanaan dari
yang ditandai dengan Analog Switch Off (ASO), investor global; dan
dengan memperhatikan kesiapan industri, 3) Perluasan pemanfaatan TIK pada sektor-sektor
masyarakat, serta mempercepat selesainya pertumbuhan dalam rangka peningkatan
regulasi yang mendukung pelaksanaan tersebut; efisiensi, produktivitas, nilai tambah, dan
7) Mendorong terlaksananya pembangunan penciptaan permintaan, melalui peningkatan
infrastruktur pasif yang dapat digunakan secara produktivitas sektor ekonomi dengan
berbagi-pakai dalam rangka percepatan pemanfaatan TIK (digitalisasi sektor ekonomi).

286 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Proyek prioritas mendukung pemanfaatan pelaksanaan kinerja, melalui (a) mendorong
infrastruktur TIK meliputi: i) Pemanfaatan TIK pelaksanaan satu data dalam rangka
layanan pemerintah; dan ii) Pemanfaatan TIK pemanfaatan data yang saling interoperabilitas,
layanan masyarakat dan dunia usaha. terstandar serta dapat dibagipakaikan; (b)
mendorong pemanfaatan analisa dari Big Data
Fasilitas Pendukung Transformasi Digital untuk meningkatkan ketepatan perencanaan,
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka kinerja pelaksanaan pembangunan maupun
penyediaan fasilitas pendukung transformasi digital ketepatan pengawasan pembangunan; dan
adalah: (c) mendorong terbentuknya dashboard data
1) Peningkatan kemandirian industri dan SDM TIK nasional untuk mendukung pengambilan
dalam negeri, melalui (a) harmonisasi kebijakan kebijakan dan keputusan berbasis data yang
dan regulasi untuk mendorong pengembangan saling interoperabilitas, terstandar, serta dapat
industri TIK dalam negeri; (b) peningkatan dibagipakaikan.
kapasitas SDM TIK yang tepat sasaran untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri; (c) Proyek prioritas mendukung fasilitas pendukung
peningkatan literasi digital masyarakat; dan (d) transformasi digital meliputi: i) Pengelolaan
membangun industri perangkat TIK (5G, IoT, informasi secara aman dan terintegrasi termasuk
AI, dan lain-lain) di Indonesia, dengan tingkat di dalamnya komponen Major Project “Infrastruktur
komponen dalam negeri yang tinggi. TIK untuk Mendukung Transformasi Digital”; ii)
2) Adopsi pemanfaatan teknologi global (Big Pengembangan literasi dan keahlian TIK; dan iii)
Data, IoT, AI, dll) bersifat lintas sektor dalam Pengembangan dan fasilitasi industri TIK.
proses perencanaan, pemantauan, maupun

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 287
MEMBANGUN
LINGKUNGAN HIDUP,
MENINGKATKAN
KETAHANAN BENCANA,
& PERUBAHAN IKLIM
Pendahuluan

7
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Penurunan kualitas lingkungan hidup serta deplesi Memperhatikan kondisi tersebut, upaya membangun
sumber daya alam berpotensi menghambat lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan
keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bencana, dan perubahan iklim ditetapkan sebagai
saat ini masih bertumpu pada sektor komoditas dan salah satu prioritas nasional di dalam RPJMN
sumber daya alam. Selain itu, karakteristik Indonesia 2020-2024. Secara lebih spesifik, prioritas nasional
yang memiliki risiko bencana tinggi ditambah tersebut diuraikan ke dalam tiga kelompok kebijakan,
dengan adanya pengaruh perubahan iklim dapat yakni: (1) meningkatkan kualitas lingkungan hidup;
menimbulkan kehilangan, kerugian, dan kerusakan (2) meningkatkan ketahanan bencana dan iklim;
yang lebih besar di masa mendatang apabila tidak serta (3) menerapkan pendekatan pembangunan
diantisipasi dan ditangani dengan baik. rendah karbon.

290 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Capaian Pembangunan 2015-2019

01 02 03 04 05

Indeks Kualitas Pengurangan Penurunan laju Terkelolanya Penurunan


Lingkungan luas kebakaran deforestasi 27,43 juta ha Indeks Risiko
Hidup, berfluktu- hutan dan lahan, kawasan hutan, kawasan hutan Bencana Indo-
asi dari 64,84 di dari 2.611.411 ha dari 1,09 juta ha konservasi dan nesia (IRBI), dari
tahun 2015; di tahun 2015, di tahun 2015 20,9 juta ha 169,4 di tahun
menjadi 65,73 di menjadi 510.564 menjadi 0,48 kawasan konser- 2015, menjadi
tahun 2016; ha di tahun 2018 juta ha di tahun vasi laut hingga 135,8 di tahun
66,46 di tahun 2017 tahun 2018 2018
2017; dan 65,14
di tahun 2018

06 07 08 09 10

Pembentukan 34 Peningkatan Peningkatan Terlaksananya Persentase


Badan jumlah informasi jumlah informasi uji coba penurunan emisi
Penanggulangan peringatan dini peringatan dini implementasi gas rumah kaca
Bencana Daerah cuaca ekstrim gampa bumi dan rencana adaptasi sebesar 22,5% di
(BPBD) di tingkat yang disam- tsunami yang perubahan iklim tahun 2017
provinsi & 481 paikan kepada disampaikan (RAN-API) pada
BPBD di tingkat masyarakat, dari kepada mas- 15 daerah
kabupaten/kota 850 kali di Tahun yarakat, dari 151 percontohan
2015 menjadi kali di Tahun dan kaji ulang
37.230 kali di 2015 menjadi 181 pada 4 sektor
Tahun 2016, dan kali di Tahun prioritas
akurasinya 2016, dan akur- (Kelautan dan
meningkat 1% asinya meningkat pesisir, Air,
dibanding Tahun 13,8% dibanding Pertanian, &
2014 Tahun 2014 Kesehatan);

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 291
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

Kualitas lingkungan hidup di Indonesia secara Penanganan sumber pencemar belum optimal.
umum relatif stagnan sehingga diperlukan upaya Realisasi penanganan dan pengurangan sampah
perbaikan dan pengendalian kerusakan lingkungan domestik masih di bawah target RPJMN 2015-2019.
hidup yang lebih progresif untuk mencapai hasil Begitu pula kinerja pengendalian pencemaran
yang diharapkan di masa depan. Tren Indeks sampah plastik dan limbah industri masih perlu
Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) nasional lebih ditingkatkan.
menunjukkan kualitas air semakin memburuk,
kualitas udara secara absolut menurun, serta hanya Rehabilitasi hutan dan lahan untuk pemulihan lahan
kualitas tutupan lahan yang mengalami perbaikan kritis di dalam kesatuan pengelolaan hutan (KPH)
(Gambar 7.1). dan daerah aliran sungai (DAS) belum memenuhi

Gambar 7.1. Capaian Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup 2015-2019

Penanganan Sampah
Indeks Kualitas
Domestik 84,73%
Lingkungan Hidup
dari target RPJMN sebesar
84,96
87,03
84,74
16,7 juta ton/tahun
81,78

68,23
65,73 66,46 65,14

60,31 61,03 REHABILITASI HUTAN


58,55
53,10
58,42
53,20
& LAHAN
51,01
50,20
di dalam kesatuan
2015 2016 2017 2018
pengelolahan Hutan (KPH) &
Pengurangan Sampah daerah aliran sungai (DAS)
Indeks Kualitas Udara Indeks Kualitas Air 1,9 Juta Hektar dari
31,10% dari target
target 5,5 Juta Hektar
Indeks Kualitas Tutupan Lahan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 4,5 juta ton/tahun

Kawasan Hutan
Konservasi yang 27,43 Kawasan
Konservasi Laut 20,9
dikelola Juta Ha yang dikelola Juta Ha

Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan Penurunan Laju Deforestasi Kawasan Hutan
Luas Lahan Tahun Luas Lahan
Tahun Terbakar
2015 2.611.411 ha 2015 1,09 juta ha

2016 438.363 ha 2016 0,63 juta ha

2017 165.484 ha 2017 0,48 juta ha

Upaya Penegakan Hukum Lingkungan hidup & Kehutanan

2.677 4.367 1.098 140 26 748


Pengaduan Izin Sanksi Kesepakatan di Gugatan/upaya penegakan hukum
ditangani Diawasi Administratif luar pengadilan hukum diajukan pidana P-21
*Potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari 11 putusan inkracht Rp 19,4 triliun

292 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


target akibat terkendala hak dan status lahan kritis dinamika perubahannya, antara lain puting beliung,
yang akan direhabilitasi, serta belum optimalnya banjir, banjir bandang, longsor, kebakaran hutan dan
pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar DAS. lahan, kekeringan serta cuaca ekstrim. Oleh karena
Namun demikian, laju deforestasi di dalam kawasan itu, agenda konvergensi antara adaptasi perubahan
hutan berhasil diturunkan. Luas hutan dan lahan iklim (API) dengan pengurangan risiko bencana
terbakar juga telah berkurang secara signifikan (PRB) semakin ditingkatkan dalam periode 5 tahun
melalui penanggulangan yang efektif. terakhir, baik melalui kegiatan perencanaan dan
upaya terintegrasi secara lintas sektor, antarwilayah
Upaya konservasi kawasan untuk mendukung dan para pemangku kepentingan dalam kegiatan
pelestarian keanekaragaman hayati menunjukkan adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko
capaian yang positif. Luas serta efektifitas kebencanaan, baik di tingkat daerah maupun di
pengelolaan kawasan hutan konservasi dan tingkat nasional serta integrasinya dengan perjanjian
kawasan konservasi laut terus ditingkatkan. Selain dan kerjasama global.
itu, sampai tahun 2018 telah dilakukan penetapan
serta pembinaan terhadap 35 unit kawasan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) pada
ekosistem esensial (KEE) meliputi karst, mangrove, pusat-pusat pertumbuhan nasional telah berhasil
koridor hidupan liar, dan taman kehati dengan luas diturunkan (Gambar 7.2). Capaian tersebut
total 1.447.576,3 ha sehingga ~73 persen dari target dihasilkan melalui pelaksanaan program dan
kumulatif di tahun 2019 (48 unit) sudah tercapai. kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan
oleh kementerian/lembaga (K/L) bekerjasama
Capaian kinerja penegakan hukum untuk mendukung dengan pemerintah daerah, masyarakat, relawan,
pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan dan pelaku usaha dalam kerangka pengurangan
semakin meningkat dalam aspek penanganan kerentanan (vulnerability) dan peningkatan
pengaduan, pengawasan izin; pemberian sanksi ketahanan (resilience) yang menjadi titik simpul
administratif, penyelesaian sengketa di luar konvergensi ancaman perubahan iklim dan risiko
pengadilan, serta penegakan hukum pidana. bencana.
Penegakan hukum yang diberikan dapat membuat
perubahan perilaku dan efek jera sehingga akan Dalam rangka pengurangan kerentanan
melindungi hutan dan lingkungan hidup. Disamping (vulnerability), capaian yang telah diwujudkan
itu, potensi penerimaan negara bukan pajak adalah meningkatnya kapasitas adaptif di
(PNBP) yang cukup besar dari denda maupun daerah-daerah rawan bencana. Peningkatan
nilai pengganti kerugian dan pemulihan masih kapasitas adaptif dilakukan melalui pembangunan
sulit direalisasikan akibat proses eksekusi putusan infrastruktur-infrastruktur strategis pada sektor-
pengadilan yang belum berhasil dilaksanakan. sektor prioritas; peningkatan SDM pemerintah
Kedepannya dalam penyelesaian eksekusi akan daerah dan masyarakat yaitu kegiatan penyuluhan-
dicoba melalui pendekatan kerjasama dengan penyuluhan, pelatihan dan simulasi situasi bencana
melibatkan institusi penegakan hukum lainnya. (drill); serta peningkatan regulasi terkait ketahanan
terhadap bencana dan iklim pada sektor prioritas.
Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim
Indonesia tercatat memiliki riwayat kejadian Peningkatan ketahanan (resilience) terhadap
bencana yang tinggi, dengan sebagian besar bencana dilakukan melalui beberapa perbaikan
di antaranya (>75 persen) merupakan bencana peraturan perundangan yang terkait dengan
hidrometeorologis yang terkait dengan iklim dan pengurangan risiko bencana dan penanggulangan

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 293
Gambar 7.2. Capaian Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim serta Pembangunan Rendah Karbon 2015-2019

Penyusunan Kajian & Peta risiko


bencana di 34 provinsi 170 Kab/Kota
Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) pada 136
Penyusunan rencana penanggulangan Kabupaten/Kota yang merupakan pusat-pusat
bencana (RPB) di 118 Kab/Kota
pertumbuhan di tahun 2018 mencapai 135,8 atau
penyusunan 64 rencana kontingensi &
uji lapangan di 36 lokasi berkurang 19,81% dari 169,4 di tahun 2015
Pembentukan desa tangguh bencana
di 594 desa/kelurahan di 186 kab/kota 515
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Pembentukan dan pemberian bantuan
peralatan pusat dalops di 104 lokasi (BPBD)
tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota yang telah
Instalasi sistem peringatan dini
terbentuk, yang terdiri dari 34 BPBD ditingkat
multiancaman bencana di 58 lokasi
provinsi & 481 BPBD tingkat kabupaten/kota

22,5% di tahun 2017 >12.400


Mendekati target penurunan Kegiatan mitigasi
emisi GRK 26% di tahun 2020 perubahan iklim oleh
7 K/L dan 34 Provinsi

Daerah 90%
15 Percontohan
RAN-API
Akurasi Informasi gempa bumi &
peringatan dini tsunami yang disampaikan

4 Sektor Prioritas
(Kelautan dan
dalam waktu kurang dari 5 menit

Pesisir, Air,
Pertanian &
91% 82% 77%
Ketersediaan layanan Akurasi Akurasi layanan
Kesehatan sistem operasi jaringan informasi informasi iklim di
komunikasi cuaca tingkat kecamatan

bencana baik di tingkat pusat maupun daerah, selain Hal lain yang dicapai adalah penyusunan rencana
itu dilakukan pula penguatan kerangka kelembagaan penanggulangan bencana (RPB), penyusunan
terkait dengan penanggulangan bencana dan rencana kontijensi, pembentukan desa tangguh
pengurangan risiko bencana. Pada beberapa lokasi bencana, penguatan sumberdaya penanggulangan
juga telah dilakukan berbagai upaya pengurangan bencana dan pelatihan relawan kebencanaan,
risiko bencana yang didukung oleh basis data pembentukan dan pemberian bantuan peralatan
yang kuat dari pilar meteorologi, klimatologi, dan pusat pengendalian dan operasi, penyediaan
geofisika, yang meliputi penyusunan kajian dan peringatan dini gelombang tinggi saat terjadinya
peta risiko bencana, penguatan analisis mitigasi siklon tropis dan cuaca ekstrem lainnya. Selain itu
bencana dalam penyusunan rencana tata ruang. juga telah dilakukan peningkatan akurasi layanan

294 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami hingga tahun 2017. Selain secara akumulasi,
dalam waktu kurang dari 5 menit, serta instalasi Sekretariat RAN-GRK Kementerian PPN/Bappenas
sistem peringatan dini multiancaman bencana. juga melakukan perhitungan nilai baseline dan
Dalam kerangka pembiayaan, telah dilanjutkan potensi emisi GRK tahunan yang menunjukkan
komitmen Pemerintah dalam pembiayaan bahwa nilai capaian penurunan emisi GRK pada
penanggulangan bencana, khususnya dalam tahun 2017 adalah sebesar 24 persen atau 450.102
rangka investasi pengurangan risiko bencana, Ribu Ton CO2e. Adapun intensitas Emisi GRK pada
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana serta tahun 2017 adalah sebesar 412 ton CO2e/miliar
inisiasi berbagai inovasi pembiayaan kebencanaan rupiah.

Adapun dalam rangka meningkatkan ketahanan Capaian penurunan emisi dan intensitas emisi GRK
(resilience) terhadap perubahan iklim telah merupakan kontribusi seluruh bidang (kehutanan
dilaksanakan kajian ilmiah bahaya perubahan dan lahan gambut, pertanian, energi, industri,
iklim pada empat sektor prioritas serta uji coba transportasi, dan pengelolaan limbah) dari kegiatan
implementasi rencana adaptasi perubahan iklim Kementerian/Lembaga serta Organisasi Perangkat
pada lima belas daerah percontohan. Peningkatan Daerah di 34 Provinsi dalam melaksanakan aksi
ketahanan iklim juga didukung dengan penyediaan mitigasi perubahan iklim sebagai implementasi
informasi iklim yang cepat dan akurat melalui dari Peraturan Presiden No.61 tahun 2011 tentang
program pengembangan dan pembinaan Rencana Aksi Nasional penurunan Emisi GRK
meteorologi, klimatologi dan geofisika yang juga (RAN GRK). Hingga Desember 2017 tercatat
berperan penting untuk mendukung pengurangan lebih dari 12.400 aksi mitigasi yang dilaporkan
risiko bencana. kepada Kementerian PPN/Bappenas melalui sistem
Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP) online.
Pembangunan Rendah Karbon
Capaian penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) Dari hasil evaluasi kegiatan RAN-GRK dengan
semakin mendekati target penurunan emisi GRK membandingkan antara target dan capaian
26 persen di tahun 2020. Berdasarkan hasil penurunan emisi GRK tahun 2017 menunjukkan tiga
kompilasi dan perhitungan oleh Sekretariat RAN- sektor (bidang berbasis lahan, energi, dan IPPU)
GRK Kementerian PPN/Bappenas, capaian potensi telah mencapai, bahkan melebihi, target tahunan.
penurunan emisi GRK sampai dengan tahun 2017 Perbandingan capaian dan target penurunan emisi
adalah sebesar 22,5 persen dari Baseline akumulatif GRK tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7.1. Perbandingan antara Target dan Capaian Penurunan Emisi GRK

Target Penurunan Potensi Penurunan Persentase Pemenuhan


No Bidang
Emisi GRK 2017 Emisi GRK 2017 Target (Efektivitas)
Kehutanan dan Lahan
1 1.048.801,93 396.700,24 37,82%
Gambut serta Pertanian
Energi, Transportasi dan
2 702.508,41 48.355,27 6,88%
Industri
3 Pengelolaan Limbah 159.940,07 6.648,46 4,16%

Catatan:
• Target Penurunan Emisi GRK menggunakan hasil pemodelan sistem dinamik (Indoclimos) yang disusun oleh Kementerian PPN/Bappenas
• Capaian penurunan emisi GRK merupakan pelaporan dari K/L dan pemerintah daerah pada tahun 2017

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 295
Selain penurunan emisi GRK, program-program hingga tahun 2018 terus meningkat. Luasan areal
pembangunan rendah karbon berkontribusi kelapa sawit pada tahun 2018 diperkirakan telah
secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 12,7 juta Ha. Optimalisasi produktifitas
di Indonesia. Sebagai contoh, pembangunan lahan sawit yang dapat ditingkatkan diperkirakan
rendah karbon sektor energi yang dilakukan dapat berdampak positif bagi peningkatan ekonomi
melalui 3 (tiga) program inti; energi terbarukan, maupun menekan laju deforestasi hutan menjadi
efisiensi energi; dan substitusi bahan bakar minyak lahan sawit. Selain peningkatan produktifitas lahan
menunjukkan beberapa hasil positif. Penggunaan sawit, upaya sertifikasi penjaminan kelestarian sawit
bahan bakar nabati B20 sebagai subtitusi BBM melalui sertifikasi RSPO apabila terus ditingkatkan
yang tercatat menyumbang penghematan negara juga memiliki dampak positif bagi upaya tata kelola
sebesar $385.926.208 diantara periode 2018/2019. lahan berkelanjutan.
Penghematan ini menjadi angin segar dalam upaya
pemerintah Indonesia menangani Current Account Sementara di bidang Pengelolaan Limbah potensi
Deficit. Selain itu, melalui upaya efisiensi energi penurunan emisi GRK utamanya berasal dari
yang dicanangkan oleh Kementerian ESDM dan kegiatan penyediaan infrastruktur pengelolaan
Kementerian Perindustrian, Pemerintah Indonesia sampah (pembangunan TPA dan pembangunan
mampu mencatat penurunan intensitas energi TPS3R/TPST). Kegiatan Pembangunan Rendah
(konsumsi energi per miliar PDB) sebesar rata- Karbon dari bidang pengelolaan limbah, selain
rata 2% per tahun. Hal ini menunjukkan fluktuasi berkontribusi dalam penurunan emisi GRK juga
konsumsi energi sektor industri yang relatif stabil berpotensi dalam peningkatan akses sanitasi serta
serta efisiensi sektor industri dalam melakukan melindungi kualitas lingkungan dari pencemaran
aktivitas ekonomi semakin meningkat. sampah dan limbah domestik. Melalui Jakstranas
dan Jakstrada, kegiatan pengelolaan sampah
Pada bidang kehutanan, penurunan emisi GRK paling terdiri dari pengurangan sampah sebesar 30% dan
tinggi diturunkan dari adanya kebijakan moratorium penanganan sampah sebesar 70% pada Tahun
hutan, pengendalian kebakaran hutan, dan upaya 2025, upaya tersebut diharapkan dapat menjadi
rehabilitasi hutan. Berdasarkan data BPS tahun 2018, program pengelolaan sampah yang terintegrasi
luas areal kelapa sawit perkebunan dari tahun 2000 mulai dari sumber hingga tempat pemrosesan akhir

296 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Lingkungan dan Isu Strategis
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup.
Deplesi Sumber Daya Alam dan Degradasi Kualitas Lingkungan Hidup

Tutupan hutan Indonesia cenderung selalu tutupan hutan sangat rendah, seperti Jawa, Bali dan
mengalami pengurangan setiap tahunnya. Rata-rata Nusa Tenggara.
laju deforestasi yang terjadi pada tahun 1990-2017
mencapai 1 juta hektar per tahun. Meskipun laju Walaupun cadangan air nasional secara keseluruhan
deforestasi turun hingga menjadi 480 ribu hektar masih dalam kategori aman, namun masih terdapat
di tahun 2017, namun tanpa kendali yang berarti, permasalahan dalam hal aksesibilitas, kontinuitas,
pengurangan tutupan hutan akan terus terjadi akibat dan juga kualitas yang belum memenuhi standar.
tekanan pembangunan. Proporsi luas wilayah krisis air secara nasional
diproyeksikan akan meningkat dari 6,0 persen di
Berdasarkan hasil pemodelan KLHS RPJMN 2020- tahun 2000 menjadi 9,6 persen di tahun 2045. Hal
2024, tutupan hutan diperkirakan berkurang dari ini akibat ketidakseimbangan neraca air akibat
50 persen luas lahan total Indonesia di tahun 2017 kondisi daerah hulu tangkapan air yang semakin
menjadi sekitar 47 persen di tahun 2045. Penurunan kritis serta eksplorasi air tanah yang berlebihan
tutupan hutan akan semakin memicu terjadinya terutama di daerah perkotaan. Beberapa wilayah
kelangkaan air, khususnya pada wilayah dengan seperti Pulau Jawa yang nilai ketersediaan air per

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 297
kapitanya sudah berstatus langka, dan Bali-Nusa Berkurangnya tutupan hutan juga memicu
Tenggara yang berstatus tertekan membutuhkan penyusutan luas habitat spesies langka di sebelah
perhatian khusus. barat garis Wallacea dari 80,3 persen di tahun 2000
menjadi 49,7 persen di tahun 2045. Kondisi yang
Kualitas air diperkirakan terus menurun signifikan sama diperkirakan akan terjadi di sebelah timur garis
akibat kondisi daerah hulu tangkapan air yang kritis Wallacea khususnya wilayah Papua. Hal ini antara
dan pencemaran air yang berasal dari permukiman, lain didorong oleh peningkatan luas perkebunan
industri, pertanian serta kegiatan pertambangan. monokultur khususnya kelapa sawit yang semakin
Kajian Bappenas (2018) menunjukkan kandungan menekan tutupan hutan dan dapat mengakibatkan
Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan Chemical peningkatan kehilangan keanekaragaman hayati
Oxygen Demand (COD) rata-rata (mg/L) secara apabila tidak segera dilakukan penanganan.
nasional diproyeksikan meningkat 1,1 kali lipat di
tahun 2024 dan 1,2 kali di tahun 2030 dibandingkan Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman
kondisi tahun 2020. Walaupun proyeksi nilai BOD hayati tinggi mempunyai peluang besar untuk
dan COD tersebut belum melampaui standar baku mengembangkan produk dari keragaman hayatinya.
mutu, namun nilai rata-rata BOD sudah mendekati Pemanfaatan keanekaragaman hayati melalui
ambang batas sehingga perlu diperhatikan. kegiatan bioprospekting dapat memenuhi kebutuhan
bahan baku obat, sandang, pangan, rempah, pakan
ternak, penghasil resin, pewarna dan lain-lain. LIPI
Tutupan Hutan (2014) mencatat sebanyak 410 spesies mikroba
berkurang dari 50% (93,4 telah diketahui berdasarkan data koleksi mikroba
Juta ha) Tahun 2017 hingga
tinggal 46% (86,5 juta ha)
pada berbagai koleksi jaringan Indonesia dan hasil
dari total lahan Indonesia penelitian eksplorasi-bioprospeksi. Selain itu, hasil
(188 juta ha) di tahun 2045 pengujian spons dan makroalgae menunjukkan
potensi sebagai antitumor, antioksidan, antikanker
dan antibakteri. Di samping itu, diversifikasi produk
Kelangkaan air
primer tumbuhan obat menjadi produk sekunder
di Pulau Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara meningkat hingga memiliki nilai tambah ekonomi yang tinggi.
2030. Proporsi luas wilayah
krisis air meningkat dari 6,0% Daya tampung lingkungan hidup juga semakin
di tahun 2000 menjadi 9,6%
di tahun 2045. Kualitas air merosot akibat tingginya pencemaran dan upaya
diperkirakan juga menurun penanganannya yang belum optimal. Saat ini
signifikan tingkat penanganan sampah secara nasional baru
mencapai 67 persen dari total proyeksi timbulan
Luas habitat ideal sampah sementara tingkat pengurangan sampah
satwa langka terancam
punah di empat pulau besar hanya mencapai 2,26 persen dari total sampah
(Sumatra, Jawa, Kalimantan yang diproduksi.
dan Sulawesi) berkurang dari
80,3% di tahun 2000
menjadi 49,7 % di tahun
Terkait pengelolaan sampah pada tahun 2018 jumlah
2045. timbunan sampah yang berhasil ditangani mencapai
45,48 juta atau 68.83 persen dari total timbunan
Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018
sampah yang ada atau meningkat sebesar 2,63

298 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Angka sehingga diprediksi akan menimbulkan banyak
pengurangan timbunan sampah juga meningkat masalah kesehatan di kemudian hari.
sebesar 1,39 juta ton pada tahun 2017 dan 1,81 juta ton
pada tahun 2018. Namun demikian, masih terdapat Meningkatnya Tindak Pelanggaran Hukum Sumber
timbulan sampah yang belum tertangani pada tahun Daya Alam dan Lingkungan Hidup
2018 sebesar 18.7 juta ton atau setara dengan 28,42 Tingginya kerusakan lingkungan hidup di Indonesia
persen dari timbulan sampah yang dihasilkan. Hal ini tidak lepas dari masih maraknya pelanggaran hukum
disebabkan sistem pengelolaan sampah yang belum di bidang sumber daya alam (SDA) dan lingkungan
optimal baik dari sisi infrastruktur, sarana prasarana hidup; seperti illegal logging, pembakaran hutan dan
penunjang, retribusi pengelolaan sampah, kapasitas lahan, penambangan tanpa ijin, tumpahan minyak
SDM, kelembagaan dan penegakan hukumnya. di laut, perusakan terumbu karang, penguasaan
Untuk itulah diperlukan sistem pengelolaan sampah hutan non-prosedural, dan pencemaran limbah B3.
terintegrasi dari hulu sampai ke hilir menuju ekonomi Bahkan kawasan konservasi dan perlindungan juga
sirkular. tidak luput dari maraknya tindak kejahatan, seperti
perambahan, illegal logging, penggunaan kawasan
Limbah B3 dan Limbah Medis telah menjadi isu hutan dan kejahatan Tumbuhan dan Satwa Liar
nasional. Pada tahun 2018 jumlah timbulan limbah (TSL).
B3 dari RS adalah 294,66 ton/hari sementara
jumlah rumah sakit yang memiliki izin pengolahan Temuan Komisi Pemberantasan Korupsi pada tahun
limbah B3 adalah sebanyak 69 rumah sakit dengan 2015 menunjukkan potensi kerugian negara tahun
kapasitas pengolahan 54,20 ton/hari dan jumlah 2003-2014 akibat indikasi tidak tercatatnya produksi
jasa pengolah limbah medis (pihak ketiga) berizin: kayu secara akurat yang bersumber dari dana
6 jasa dengan kapasitas 115,68 ton/hari. Mengacu reboisasi dan provisi sumber daya hutan sekitar
kepada data tersebut, diperkirakan terdapat 41.9 7,24 T/tahun, serta dari nilai komersial produk kayu
persen limbah B3 medis yang belum terkelola dan sekitar 66,8 T/tahun. Selain kerugian negara, kasus
berpotensi terbuang langsung ke lingkungan atau kejahatan SDA dan lingkungan hidup juga dapat
ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah mengakibatkan bencana ekologis, serta ancaman
terhadap kepastian hukum, kewibawaan negara,
Permasalahan lain terkait pengelolaan sampah adalah dan ketahanan nasional.
masih tingginya kebocoran sampah yang terbuang
di laut, yakni mencapai sekitar 0,675 juta ton/tahun Upaya penegakan hukum terhadap kasus-kasus
di mana sebagian besar di antaranya merupakan SDA dan lingkungan hidup menghadapi beberapa
sampah plastik. Tingkat kebocoran sampah plastik tantangan berupa beragamnya tipologi kejahatan;
ke perairan sungai hingga laut bahkan diprediksi skala kejahatan yang masif dan lokasi kejahatan
telah mencapai lebih dari 70 persen jumlah timbulan. yang tersebar bahkan lintas batas wilayah
administrasi; besarnya dampak dan nilai kerugian
Selain menimbulkan pencemaran lingkungan, yang ditimbulkan; serta modus kejahatan yang
sampah plastik juga mengakibatkan gangguan semakin dinamis dan terorganisir.
serius bagi kehidupan biota laut. Semakin banyak
kejadian penyu, burung, hingga mamalia laut mati Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim
akibat menelan sampah plastik. Selain itu, kandungan Tingginya Risiko Bencana di Indonesia
mikroplastik yang semula terakumulasi pada air dan Dalam World Risk Report (2016), Indonesia
tubuh hewan kini ditemukan juga di tubuh manusia dikategorikan sebagai negara dengan tingkat risiko

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 299
bencana yang tinggi. Hal tersebut disebabkan adalah puting beliung (363 kejadian), kebakaran
karena tingginya tingkat keterpaparan (exposure) hutan dan lahan (346 kejadian), tanah longsor (145
dan kerentanan (vulnerability) terhadap bencana. kejadian), banjir (105 kejadian), dan gelombang
Bahkan hampir 75 persen infrastruktur industri dan pasang/abrasi (17 kejadian).
konektivitas dasar di Indonesia, termasuk sarana
pendukungnya dibangun pada zona rawan/bahaya. Meskipun sebagian besar kejadian bencana
dipicu oleh faktor iklim; namun karakteristik geologi
Berdasarkan data pada Gambar 7.3 dapat dikenali yang berada di pertemuan antar lempeng juga
perbandingan jumlah dan tren peningkatan antara menjadikan Indonesia menjadi kawasan yang
dua jenis kejadian bencana alam yang terjadi di rawan dengan bencana geologis seperti gempa
Indonesia, yaitu bencana hidrometeorologi akibat bumi, letusan gunung api beserta potensi tsunami
perubahan iklim dan bencana akibat aktivitas yang ditimbulkan. Secara frekuensi bencana
geologi. Jumlah kejadian bencana hidrometeorologi geologi ini memang jarang namun lebih berpotensi
jauh lebih besar dan cenderung semakin meningkat menimbulkan korban jiwa maupun kerugian ekonomi
dibandingkan bencana geologi. dalam skala besar.

Gambar 7.3. Grafik Perbandingan Bencana & Jumlah Hal ini diperburuk dengan banyaknya pemukiman
Kejadian Bencana Hidrometeorologi penduduk dan infrastruktur penting yang dibangun
di sekitar sesar aktif sehingga menimbulkan korban
jiwa dan kerugian ekonomi yang signifikan (Gambar
7.4)

Risiko Bencana terkait Karakteristik Geologi


Indonesia adalah wilayah yang terletak diatas
jalur-jalur sumber gempa besar dari zona
megathrust-subduksi lempeng dan sesar-sesar
aktif. Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya

Gempa (PUPR 2017) segmen-segmen sesar aktif
yang berpotensi menghasilkan gempa diatas skala
magnitude 6.5 diidentifikasi mencapai 280 sesar.
Hal ini menunjukan banyaknya potensi lokasi yang
dilintasi oleh sesar aktif dan terancam bahaya
goncangan gempa serta deformasi oleh pergerakan
sesar.
Sumber: BNPB (2018)
Frekuensi gempabumi dengan magnitudo kurang
dari 5 SR juga relatif tinggi. Meskipun dengan
Selama kurun waktu 8 tahun (2010-2017) terjadi magnitudo yang kecil, namun bila terjadi pada sesar
peningkatan 887 kejadian bencana hidrometeorologi; tektonik di kedalaman yang dangkal maka gempa
sementara dalam kurun waktu yang sama, bencana tersebut dapat menimbulkan kerusakan infrastruktur
geologi meningkat 64 kejadian. Jenis bencana dan meresahkan masyarakat. Upaya pengamatan
hidrometereologi dengan peningkatan jumlah gempabumi dengan magnitudo kecil tersebut
kejadian terbesar selama kurun waktu 2010-2017 hingga saat ini masih belum optimal sehingga

300 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 7.4. Dampak Bencana Alam pada Tahun 2010-2017

Rata-rata Korban Jiwa Meninggal & Hilang Per 100.000 Jumlah Jiwa Terdampak Per 100.000 Pendududuk Tahun
Penduduk Tahun 2010-2017 2010-2017

3,000
1.00
2,527.92
0.80 2,500
0.80
2,000
0.60 1,436.33
1,500
0.40 862.08 872.22
0.24 0.22 1,000
604.02
0.18 0.13
0.20 500
0.21
0.11 0.14 410.63
319.50 415.62
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kerugian Ekonomi Akibat Bencana Tahun 2010-2017


(dalam Juta Rupiah dan persen GDP)
11,898,115
14,000,000
(0.17% PDB )
12,000,000 9,191,016
(0.11% PDB )
10,000,000 7,091,397
7,036,777 (0.08% PDB )
8,000,000 (0.08% PDB )
6,000,000
5,047,186
4,000,000 (0.07% PDB ) 5,255,767
4,742,405
(0.07% PDB ) 2,647,333
2,000,000 (0.05% PDB )
(0.03% PDB )
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kejadian Bencana & Korban Jiwa Tahun 2010-2017


2,500 3,892,986 4,500,000
3,674,369 4,000,000
2,000 1,907
3,500,000
2,814,265 3,394,839 3,000,000
1,500 2,500,000
1,059 1,663,103 979 2,000,000
1,000 824
725 1,500,000
584 596 604 525
573 428 954,241 512 995,581 578 1,000,000
500 320 276
378
500,000
475,529
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Kejadian Korban Jiwa (Meninggal & Hilang) Terdampak (Mengungsi & Menderita)
Sumber: BNPB (2018)

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 301
Gambar 7.5. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Goncangan Gempabumi dan Sesar Aktif

Sumber: Pusgen (2018)

informasinya pun tidak tersampaikan dengan (±4 juta jiwa). Sementara, Pulau Kalimantan memiliki
baik. Masih dibutuhkan penambahan jumlah dan jumlah penduduk terdampak gempa bumi paling
peningkatan kualitas peralatan pemantauan short sedikit, yakni ±2 juta jiwa).
period seismograph sensor yang peka terhadap
gempa skala kecil, terutama pada lokasi yang Indonesia juga tergolong sebagai negara yang rawan
berada di sekitar sesar aktif. tsunami, karena merupakan daerah pertemuan tiga
lempeng tektonik utama dunia, yakni Lempeng
Risiko tinggi karena goncangan yang tinggi (>0.5 g) Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng
diestimasi pada wilayah Sumatera, Sulawesi, Maluku Pasifik. Catatan sejarah tsunami di Indonesia
dan Papua yang diberi warna merah. Sedangkan menunjukkan bahwa kurang lebih 172 tsunami yang
wilayah berisiko tinggi dengan bahaya goncangan terjadi dalam kurun waktu antara tahun 1600–2012.
lebih dari 0.1 g dan memiliki densitas populasi tinggi Sejumlah daerah di pulau-pulau yang berhadapan
yaitu pada Ibukota Jakarta, Bandung, Semarang, langsung dengan zona penunjaman antar lempeng
Yogyakarta, Surabaya, Sumatera Utara, Sumatra ini, seperti bagian barat Pulau Sumatra, selatan
Barat dan Aceh. Pulau Jawa, Nusa Tenggara, bagian utara Papua,
serta Sulawesi dan Maluku merupakan kawasan
Sebaran penduduk terdampak oleh gempa bumi yang sangat rawan tsunami.
adalah wilayah Pulau Jawa dan Bali, yakni sekitar
50 persen penduduk Indonesia (±130 juta jiwa). Hampir seluruh kabupaten/kota di garis pantai
Pulau Sumatera (±48 juta jiwa), Pulau Sulawesi (±21 masuk dalam tingkat risiko Sangat Tinggi dan Tinggi
juta jiwa), Kepulauan Nusa Tenggara (±7 juta jiwa), karena perkiraan tinggi gelombang di atas tiga
Kepulauan Maluku (±6 juta jiwa), dan Pulau Papua meter. Ada empat kawasan utama yang memiliki

302 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 7.6. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Tsunami
Lokasi Kejadian Gempabumi dan Tsunami

Peta Risiko Tsunami Indonesia

Sumber: BNPB (2012)

risiko dan probabilitas tsunami tinggi, antara lain: utara. Ada 3,7 juta jiwa yang berpotensi terpapar
Megathrust Mentawai, Megathrust Selat Sunda bahaya bencana tsunami pada 2015, pada 2030
dan Jawa bagian selatan, Megathrust selatan Bali jadi 4,4 juta jiwa (naik 19 persen).
dan Nusa Tenggara, serta Kawasan Papua bagian

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 303
Pemahaman informasi gempabumi dan peringatan berasal dari erupsi gunungapi Tercatat sebanyak
dini tsunami di masyarakat masih belum optimal, 127 gunungapi (sekitar 13 persen gunungapi di
sehingga menyebabkan tingginya potensi dampak dunia) tersebar di wilayah Indonesia. Gunungapi
akibat ancaman gempabumi dan tsunami. Kurang tersebut membentuk busur kepulauan yang
optimalnya pemahaman masyarakat disebabkan membentang dari ujung barat sampai timur, yaitu
oleh beberapa faktor, antara lain adalah masih dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
kurangnya sosialisasi produk informasi gempabumi Maluku, Maluku Utara, Sulawesi bagian utara, dan
dan peringatan dini tsunami kepada masyarakat Kepulauan Sangir Talaud.
serta masih kurangnya penelitian precursor
gempabumi untuk sesar aktif yang relatif dekat Erupsi gunungapi dapat menyebabkan bencana bagi
dengan kota besar dengan penduduk dan penduduk di sekitarnya, tidak kurang dari 5 juta jiwa
infrastruktur yang padat. bermukim dan beraktivitas di sekitar gunungapi aktif,
sehingga risiko bencana erupsi gunungapi sangat
Jangkauan pelayanan informasi gempabumi dan besar. Dalam beberapa tahun ke depan potensi risiko
peringatan dini tsunami belum dapat menjangkau bencana gunungapi yang perlu mendapat perhatian
seluruh daerah yang rawan terhadap gempabumi adalah Gunung Sinabung, Gunung Merapi, Gunung
dan tsunami. Peningkatan frekuensi kejadian Soputan, Gunung Agung, dan Gunung Lokon.
gempabumi termasuk yang berpotensi tsunami Sedangkan kawah gunungapi yang perlu mendapat
menjadi peringatan bahwa keterpaparan masyarakat perhatian khusus adalah kawah Gunung Ijen dan
akan bencana tersebut masih tinggi. Gunung Dempo.

Tidak hanya gempa dan tsunami, Indonesia juga


berpotensi terdampak bencana geologi yang

Gambar 7.7. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Erupsi Gunung Api

Sumber: PVMBG (per April 2018)

304 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Tabel 7.2 Gunung Api Aktif di Indonesia

Jumlah Gunungapi Aktif


No Kategori Jumlah
Tipe A Tipe B Tipe C
1 Sumatera 13 11 6 30
2 Jawa 19 10 5 34
3 Lombok 1 - - 1
4 Bali 2 - - 2
5 Sumbawa 2 - - 2
6 Flores 17 3 5 25
7 Laut Banda 7 2 - 9
8 Sulawesi 6 2 5 13
9 Kepulauan Sangihe 5 - - 5
10 Halmahera 5 1 - 6
Jumlah 77 29 21 127
Sumber: Renas PB 2015-2019

Peningkatan Potensi Dampak dan Risiko Bencana meningkat sekitar 1,5°C dibandingkan tren historis,
Hidrometereologi akibat Perubahan Iklim sedangkan pada skenario RCP 8.5, peningkatan
Tren bencana hidrometereologi semakin meningkat temperatur maksimum diproyeksikan mencapai
di Indonesia dipengaruhi oleh variabilitas iklim ekstrim sekitar 3.5°. Kenaikan tertinggi temparatur rata-rata
jangka pendek dan pengaruh perubahan iklim yang proyeksi di Indonesia berpotensi hampir mencapai
makin terasa saat ini. nilai yang sama dengan rentang temperatur global
pada tahun 2100, yaitu antara 1.5°C – 4°C hingga
Perubahan iklim diprediksi menyebabkan tahun 2100.
temperatur permukaan di wilayah Indonesia
meningkat secara konsisten. Pada skenario Di samping itu, proyeksi curah hujan periode 2020-
Representative Concentration Pathway (RCP) 2035 dan 2030-2045 dengan menggunakan skenario
4,5, suhu di Indonesia tahun 2100 diproyeksikan RCP4.5 dan RCP8.5 berfluktuasi sekitar 2 mm/hari.

Gambar 7.8. Proyeksi Perubahan Suhu di Indonesia

Proyeksi Suhu 2020-2034


• Skenario RCP 4.5 antara 0.45-0.75 °C
• Skenario RCP 8.5 relatif sama 0.6-1.9 °C
Proyeksi Suhu 2030-2045
• Skenario RCP 4.5 antara 0.75-1.3 °C
• Skenario RCP 8.5 relatif sama 0.9-1.5 °C
Proyeksi Suhu Hingga 2100
• Skenario RCP 4.5* mendekati 1.5 °C hingga akhir
abad ke-21
• Skenario RCP 8.5 meningkat mencapai sekitar
3.5 °C akhir abad ke-21

Sumber: BMKG dan BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 305
Dimana secara umum curah hujan lebih tinggi pada Hasil prediksi iklim dasawarsa untuk Indonesia
bulan Januari hingga April, dan September hingga menunjukkan bahwa di masa mendatang akan terjadi
Desember. Berdasarkan distribusi spasial, daerah penurunan curah hujan yang signifikan pada saat
yang memiliki curah hujan tinggi biasanya adalah El Nino berlangsung, baik secara independen atau
daerah dataran tinggi yang memiliki pengaruh saat El Nino berbarengan dengan fenomena Indian
orografis tinggi. Ocean Dipole (IOD) positif. Prediksi dasawarsa
untuk periode RPJMN juga menunjukkan kejadian
Besarnya pengaruh perubahan iklim terhadap curah iklim ekstrem kering akan lebih sering berpeluang
hujan di Indonesia ditunjukkan dengan semakin di atas normal (AN), yang diprediksi akan sebagian
tingginya curah hujan pada bulan-bulan basah besar wilayah Indonesia, terutama di Sumatera,
dan semakin rendah curah hujan pada bulan-bulan Kalimantan dan Papua (Gambar 7.9). Sementara
kering dengan rentang nilai perbedaan curah hujan itu, prediksi indeks ekstrem basah pada Gambar
berkisar -2,5 hingga 2,5 mm/hari. 7.10 menunjukkan adanya variasi selama periode

Gambar 7.9. Prediksi Peluang Kejadian Iklim Ekstrem Kering Tahun 2020-2025
Tahun 2020 Tahun 2021

Tahun 2022 Tahun 2023

Tahun 2024 Tahun 2025

Sumber: BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

306 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 7.10. Prediksi Peluang Kejadian Iklim Ekstrem Basah Tahun 2020-2025
Tahun 2020 Tahun 2021

Tahun 2022 Tahun 2023

Tahun 2024 Tahun 2025

Sumber: BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

RPJMN, dimana beberapa wilayah diprediksi akan gangguan asap. Sementara pada wilayah yang
lebih sering berada dalam kondisi di atas normal mengalami penguatan kejadian iklim ektrim basah
(AN) terutama di wilayah selatan Indonesia, meliputi diperlukan adanya langkah antisipasi dan mitigasi
bagian selatan Sumatera dan Sulawesi, sebagian bencana hidrometeorologis seperti banjir dan tanah
besar Pulau Jawa serta sebagian Nusa Tenggara longsor.
dan Maluku.
Antisipasi juga diperlukan untuk mencegah
Pada peristiwa iklim ekstrem kering, perhatian lebih bertambahnya angka jiwa terdampak bencana
perlu ditujukan terutama pada wilayah-wilayah dan kerugian ekonomi akibat tingginya ancaman
yang berpotensi besar mengalami bencana seperti bencana hidrometeorologis di Indonesia. Tercatat
kebakaran hutan, kegagalan panen dan kekurangan sekitar 100 juta penduduk Indonesia tinggal di
air bersih. Selain itu untuk antisipasi dampak lainnya daerah berpotensi banjir. Dalam periode 2005-2018
yang mungkin terjadi seperti masalah polusi udara, kejadian banjir banyak terjadi di daerah Jawa Barat,
kesehatan dan keselamatan transportasi akibat Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat,

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 307
Gambar 7.11. Peta Proyeksi Bahaya Iklim Gelombang di Perairan Indonesia Tahun 2045: (a) bahaya iklim gelom-
bang dan (b) bahaya keselamatan pelayaran bagi kapal berbobot kurang dari 10 GT
(a) (b)

Sumber: BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Sulawesi wilayah tangkap ikan nelayan dan membahayakan
Selatan. Sementara kejadian longsor sering terjadi keselamatan pelayaran dengan ukuran kapal di
di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera bawah 10GT. Peningkatan tinggi gelombang juga
Barat dan Papua dengan potensi jiwa terdampak akan mendorong perubahan kemiringan lereng
mencapai 14 Juta. Sedangkan untuk kebakaran pantai dan lingkungan pantai akibat banjir dan
lahan dan hutan yang berdampak pada gangguan perubahan suplai sedimen.
asap terjadi di Riau, Sumatera Selatan, Jambi,
Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Bahaya lain yang ditimbulkan oleh perubahan suhu
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. dan curah hujan secara ekstrem meliputi perubahan
neraca air yang mempengaruhi analisis dalam
Temperatur permukaan laut diproyeksikan naik memproyeksikan bahaya banjir, ketersediaan
1oC dan 2oC dibandingkan tahun 2000 dan 1961. air, dan kekeringan air; peningkatan bahaya
Sementara itu, salinitas permukaan terus menurun penerbangan; penurunan produksi pertanian;
dari 33.2psu pada tahun 2000 menjadi 32.1psu pada hingga meningkatkan perkembangbiakan vektor
2040. Kondisi lautan yang semakin panas dan asam penyakit DBD dan potensi heat-stress di wilayah
memicu timbulnya berbagai gangguan terhadap perkotaan. Kondisi tersebut turut andil terhadap
organisme laut, khususnya pemutihan terumbu meningkatnya risiko kejadian bencana di Indonesia.
karang. Diperkirakan luas terumbu karang akan
berkurang sebesar 70-90 persen hingga tahun 2030- Masih Lemahnya Tata Kelola dan Pembiayaan
2045 bila terdapat kenaikan 1.5oC (IPCC, 2018). (Investasi) Penanggulangan Bencana di
Daerah
Perubahan temperatur permukaan laut juga Penguatan kerjasama dan tata kelola bencana didaerah
menyebabkan peningkatan tinggi gelombang merupakan mandat UU No. 23/2014, yang berimplikasi
laut, terutama pada Laut Banda, Laut Sulawesi, kepada meningkatnya peran pemerintah daerah
Selatan Jawa, barat Sumatra dan bagian selatan dalam urusan penanggulangan bencana. Terlebih,
Laut Tiongkok Selatan. Kenaikan luasan wilayah melalui terbitnya PP No. 2/2018 dan Permendagri
yang memiliki tinggi gelombang rata-rata di atas 1 101/2018 yang mengamatkan pembenahan
meter per tahun akan mengurangi daya jelajah atau mekanisme kerjasama antar kelembagaan di daerah

308 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pembangunan Rendah Karbon
dalam upaya mewujudkan Standar Pelayanan Minimal Penurunan Emisi GRK melalui Pembangunan
Penanggulangan Bencana. Rendah Karbon

Saat ini upaya peningkatan ketahanan bencana Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan penyebab
belum didukung anggaran yang memadai, khususnya utama terjadinya perubahan iklim yang dapat
untuk pemulihan pascabencana. Berdasarkan mengancam kehidupan bangsa. Indonesia menjadi
pemantauan dan evaluasi program 2017 terdapat salah satu negara yang mendukung berbagai upaya
31 K/L yang terlibat pada penanggulangan bencana dalam rangka menanggulangi perubahan iklim. Pada
dengan total anggaran Rp 54,670 triliun. Anggaran tahun 2009 Pemerintah Indonesia menyampaikan
ini sebagian besar digunakan untuk prabencana komitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar
sebesar Rp 32,370 triliun, tanggap darurat sebesar 26 persen dengan usaha sendiri, dan mencapai 41
Rp11,975 triliun, dan pascabencana hanya sebesar persen dengan dukungan internasional pada tahun
Rp 9,33 triliun. Selain di level nasional, kurangnya 2020. Dalam pertemuan UNFCCC COP 21 tahun 2015
alokasi anggaran pemulihan ini terjadi pula pada di Paris komitmen ini ditingkatkan menjadi penurunan
level pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/ emisi GRK sebesar 29 persen dengan usaha sendiri,
kota. dan sebesar 41 persen dengan dukungan internasional
dibawah baseline emisi GRK tahun 2030. Mengacu
Dari sisi pembiayaan, dukungan inovasi pembiayaan kepada perkembangan negosiasi perubahan iklim di
terhadap risiko kebencanaan belum banyak tingkat global, upaya penurunan emisi GRK yang lebih
dikembangkan. Berdasarkan studi, ‘Disaster Risk ambisius jangka panjang dari seluruh negara sangat
Financing and Insurance Strategy’ (Kemenkeu, dibutuhkan mengingatkan komitmen Paris Agreement
2018), dukungan inovasi pembiayaan dalam bentuk saat ini dirasakan masih belum mampu menahan
pooling fund menyasar pada kemampuan tata laju peningkatan suhu bumi maksimal sebesar 1.5-2
kelola risiko bencana. Selain dari kontribusi APBN/ derajat Celcius di tahun 2100.
APBD, dana tersebut dapat berasal dari himpunan
dana swasta, badan internasional, BUMN dan Seiring dengan dinamika pembangunan di tingkat
masyarakat, yang akan dilaksanakan oleh badan nasional maupun global, diperlukan penguatan
pengelolaan yang ditetapkan melalui regulasi. integrasi antara upaya penanganan perubahan
Pembentukan pooling fund dan produk turunannya iklim dengan program dan pencapaian target-target
akan dirumuskan sebagai instrumen transfer risiko pembangunan. Integrasi kebijakan penanggulangan
tepat sasaran yang memperkuat pembiayaan dari perubahan iklim ke dalam program pembangunan
APBN yang sudah berjalan. nasional sekaligus juga sebagai implementasi dari
Article 3.4. UNFCCC. Dalam konteks ini, perubahan
Berdasarkan survei (BNPB, 2018), dari seluruh daerah iklim tidak hanya menyangkut isu lingkungan semata,
yang telah menyusun dokumen RPB, tercatat hanya namun juga terkait erat dengan pembangunan
45 persen yang telah menggunakannya sebagai ekonomi dari setiap negara sesuai dengan prinsip
masukan RPJM Daerah. Oleh karena itu kajian, pembangunan berkelanjutan.
perencanaan dan penanganan risiko bencana lintas
daerah administrasi juga perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, diperlukan transisi penanganan
Banyak kawasan risiko bencana yang melintasi perubahan iklim dari semula hanya fokus
beberapa wilayah administrasi pemerintahan, pada upaya penurunan emisi GRK menjadi
seperti: daerah aliran sungai, kawasan gunung api, penanganan yang lebih holistik dengan tetap
area kebakaran hutan dan pesisir rawan tsunami. menjaga keberkelanjutan dan keselarasan antara

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 309
pembangunan ekonomi, sosial-budaya, dan hanya sebesar 17,1% berasal dari Energi Baru
perbaikan lingkungan hidup melalui platform Terbarukan (Kementerian ESDM, 2019). Apabila
pembangunan rendah karbon. kita tinjau dari sisi ketahanan energi, Indonesia perlu
melakukan transisi sumber energi menuju energi
Pembangunan rendah karbon (PRK) merupakan baru terbarukan, terutama sejak Indonesia menjadi
platform baru pembangunan yang bertujuan untuk net importir minyak di tahun 2002. Transisi yang
mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan sosial dilakukan tidak hanya dari sektor ketenagalistrikan
melalui kegiatan pembangunan rendah emisi dan tetapi juga dari sektor transportasi, industri hingga
mengurangi eksploitasi sumber daya alam yang rumah tangga.
berlebihan. Konsep PRK menekankan pada trade-
off kebijakan lintas sektor yang dibutuhkan untuk Di sisi lain, dari sisi potensi, Indonesia memiliki
menyeimbangkan target pertumbuhan ekonomi dan berbagai potensi sumber daya energi terbarukan
pengentasan kemiskinan dengan upaya penurunan yang sangat melimpah, mulai dari panas bumi,
emisi; serta mendorong tumbuhnya green investment air, angin, surya, bahkan arus laut dengan total
untuk pembangunan yang lebih berkelanjutan. potensi sebesar 419,3 GW. Penerapan kebijakan
pada sektor energi perlu didukung oleh kerangka
Salah satu indikator utama yang digunakan dalam regulasi yang tepat. Beberapa kebijakan yang
PRK adalah Intensitas Emisi. Intensitas Emisi (IE) telah diinisiasi oleh Pemerintah untuk mendukung
didefinisikan sebagai jumlah emisi Gas Rumah penggunaan energi baru terbarukan antara lain
Kaca (CO2e) per satuan output ekonomi (milyar penggunaan atap panel surya dan kendaraan listrik.
rupiah PDB). Perilaku Intensitas Emisi dalam Pemerintah juga secara bertahap meningkatkan
kurun waktu tertentu dapat menggambarkan bauran biofuel dalam campuran bahan bakar.
relasi kecepatan peningkatan emisi terhadap laju
pertumbuhan ekonomi. Pada sektor lahan dan gambut, pemerintah telah
menerbitkan moratorium alih fungsi hutan alam
primer dan lahan gambut untuk meningkatkan
pengelolaan sumber daya hutan secara
berkelanjutan. Kebijakan tersebut diharapkan
dapat menyelamatkan 66 juta ha hutan alam dan
gambut dari ancaman kerusakan. Ancaman yang
Sumber: Tim KLHS
seringkali terjadi berkaitan dengan lahan gambut
Penurunan emisi GRK dan Intensitas Emisi akan adalah kebakaran, terutama jika bersamaan
sangat tergantung dari implementasi kebijakan di dengan periode El Nino yang melanda Indonesia.
sektor energi, lahan dan gambut, industri, limbah, Potensi emisi GRK yang dihasilkan pada saat
pertanian, serta kelautan dan perikanan (blue kebakaran gambut sangat besar. Sebagai
carbon). Untuk itu, kelima sektor tersebut perlu gambaran, emisi GRK yang dilepaskan pada saat
menjadi prioritas Pembangunan Rendah Karbon terjadi kebakaran hutan dan gambut pada tahun
dalam RPJMN 2020-2024. 2015 adalah sebesar 1.545.071 GgCO2e.

Pada sektor energi, Indonesia masih bergantung Pada sektor limbah industri dan sampah, pengelolaan
kepada sumber energi yang tinggi emisi. Pada limbah industri dan sampah yang tepat diyakini
tahun 2018, produksi pembangkit listrik Indonesia berkontribusi terhadap penurunan emisi GRK sebesar
sebagian besar bersumber dari bahan bakar fosil, 1,69%. Secara jangka panjang, pengelolaan limbah

310 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


industri dan sampah dapat memperbaiki kualitas air Di sisi lain, keterlibatan aktor non-pemerintah seperti
dan udara yang dapat memberikan dampak positif sektor swasta dan organisasi kemasyarakatan masih
terhadap kesehatan dan peningkatan produktivitas perlu ditingkatkan. Informasi mengenai berbagai
sumber daya manusia. dampak dan manfaat dari pembangunan rendah
karbon yang belum tersampaikan secara merata
Dukungan Terhadap Pembangunan Rendah kepada berbagai pihak menjadi salah satu faktor
Karbon yang menyebabkan dukungan dari sektor swasta
Penerapan pembangunan rendah karbon dalam belum optimal. Komunikasi dan penjangkauan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan terhadap aktor non-pemerintah untuk peningkatan
nasional membutuhkan dukungan yang bersifat kesadaran (awareness) perlu semakin digencarkan,
lintas sektor dan multi-pihak, baik dari dalam sehingga diharapkan keterlibatan aktor non-
dan luar negeri. Pelibatan aktor non-pemerintah pemerintah terhadap agenda pembangunan rendah
perlu ditingkatkan guna mendukung keberhasilan karbon dapat semakin ditingkatkan
pencapaian target pembangunan.
Kondusifitas dan stabilitas politik nasional perlu menjadi
Komitmen untuk menerapkan pembangunan rendah perhatian mengingat risiko dan potensi dukungan
karbon perlu diperkuat secara nasional maupun terhadap kebijakan rendah karbon dan tata kelola
internasional; bukan hanya untuk membentuk lingkungan hidup secara keseluruhan bergantung
motivasi melainkan juga untuk memperkuat modal kepada situasi politik. Perumusan kebijakan yang
dan kapasitas para pihak. Dalam upaya ini maka selaras dengan prinsip keberlanjutan hanya dapat
kepentingan nasional perlu dijadikan sebagai terwujud bila situasi politik berlangsung kondusif.
prioritas utama.
Transisi pembangunan rendah karbon perlu
Pada lingkup nasional, dukungan terhadap diselaraskan dengan dukungan pengembangan
Pembangunan Rendah Karbon terus bergulir. Tidak teknologi dan inovasi. Upaya peningkatan teknologi
hanya pada lingkup pemerintah pusat, pemerintah rendah emisi perlu terus didorong sehingga teknologi
daerah yang diwakili oleh pemerintah provinsi rendah karbon dapat semakin terjangkau dan
menunjukkan komitmen dan dukungan yang kuat memiliki nilai ekonomi yang lebih menguntungkan.
terhadap penerapan pembangunan rendah karbon Kemajuan teknologi juga perlu dimanfaatkan untuk
di daerah. Komitmen dan upaya tersebut ditunjukkan perencanaan, pengawasan, dan pengendalian
melalui penandatanganan Nota Kesepahaman pembangunan beserta dampaknya terhadap
(MOU) antara Menteri Perencanaan Pembangunan lingkungan secara lebih efisien. Hal ini akan
Nasional/ Kepala Bappenas dengan Pemerintah memungkinkan intervensi pembangunan rendah
Provinsi tentang Perencanaan Pembangunan karbon dapat terlaksana dengan biaya, koordinasi,
Rendah Karbon (PPRK). Keterlibatan dan dukungan waktu yang lebih sedikit.
pemerintah daerah dalam pembangunan rendah
karbon perlu semakin ditingkatkan khususnya terkait Inovasi usaha yang berprinsip ramah lingkungan
penyusunan dokumen Rencana Pembangunan juga perlu terus dikembangkan untuk menurunkan
Rendah Karbon Daerah (RPRKD) pada tingkat dampak negatif pencemaran sekaligus
provinsi. RPRKD akan menjadi dokumen rujukan bagi meningkatkan kompetisi usaha ramah lingkungan. Di
pemerintah daerah dalam melaksanakan berbagai samping itu, potensi dukungan dunia usaha melalui
aksi pembangunan rendah karbon yang terintegrasi program CSR pada bidang-bidang pembangunan
dengan dokumen perencanaan daerah lainnya. rendah karbon perlu lebih dioptimalkan.

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 311
Sasaran, Target dan Indikator
Sasaran, target, dan indikator outcome untuk prioritas nasional membangun lingkungan hidup, meningkatkan
ketahanan bencana, dan perubahan iklim dikelompokkan sebagai berikut:

Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim

Meningkatnya Indeks Kualitas Berkurangnya Kerugian Akibat


Lingkungan Hidup Dampak Bencana dan Bahaya Iklim

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Persentase potensi kehilangan PDB


(IKLH) mencapai 69,7 di tahun akibat dampak bencana dan iklim
2024 terhadap total PDB sebesar 0,35% di
tahun 2024

Pembangunan Rendah Karbon

Meningkatnya capaian penurunan emisi dan intensitas emisi Gas


Rumah Kaca terhadap baseline
• Persentase penurunan emisi GRK sebesar 27,3% di tahun 2024
• Persentase penurunan intensitas emisi GRK sebesar 29,4% di tahun 2024

Arah Kebijakan / Target


No Indikator (satuan) Target 2024
Strategi 2020
Indeks Kualitas Udara (IKU) 84,1 84,5
Peningkatan Indeks Kualitas Air (IKA) 55,1 55,5
Kualitas
1 Indeks Kualitas Air Laut (IKAL) 58,5 60,5
Lingkungan
Hidup Indeks Kualitas Tutupan Lahan dan Ekosistem Gambut
61,6 65,5
(IKTL)
Jumlah lokasi pemantauan kualitas lingkungan (lokasi) 1.139 1.141
Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi baku
1.668 3.750
mutu lingkungan (perusahaan)
Pencegahan
Pencemaran Luas area dengan nilai konservasi tinggi yang
89 89
dan Kerusakan dipertahankan secara nasional (juta ha)
1.1 Sumber Daya Luas kawasan konservasi yang dikelola (juta ha) 27 27
Alam dan Luas Kawasan Konservasi Perairan (juta ha) 23,4 26,9
Lingkungan Persentase penurunan luas areal hutan dan lahan yang
Hidup 2 2
terbakar setiap tahun (persen)
Akurasi informasi meteorologi (persen) 76 80
Akurasi informasi klimatologi (persen) 75 79

312 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Arah Kebijakan / Target
No Indikator (satuan) Target 2024
Strategi 2020
Penanggulangan Jumlah sampah yang terkelola secara nasional (juta
64,80 339,4*
Pencemaran ton)
dan Kerusakan Persentase penurunan sampah yang terbuang ke laut
1.2 Sumber Daya 20 60
dari baseline (persen)
Alam dan
Lingkungan Jumlah limbah B3 yang terkelola (juta ton) 89,44 126,49
Hidup
Luas lahan gambut terdegradasi yang dipulihkan dan
Pemulihan 301.800 1.641.800*
difasilitasi restorasi gambut (ha)
Pencemaran Jumlah lahan terkontaminasi limbah B3 yang dipulihkan
dan Kerusakan 260.000 1.200.000*
(ton)
1.3 Sumber Daya
Alam dan Jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil rusak
20 26
Lingkungan yang dipulihkan (lokasi)
Hidup Jumlah spesies TSL terancam punah yang ditingkatkan
25 25
populasinya (jenis)
Persentase pemegang izin yang taat terhadap
Penguatan peraturan terkait pengelolaan lingkungan hidup dan 50 70
Kelembagaan kehutanan (persen)
dan Penegakan Jumlah kasus pidana dan perdata lingkungan hidup
342 1.910*
Hukum di dan kehutanan yang ditangani (kasus)
1.4
Bidang Sumber Jumlah luas hutan yang diamankan dari gangguan dan
Daya Alam dan 1.700.000 9.000.000*
ancaman (ha)
Lingkungan Jumlah daerah yang memiliki perencanaan
Hidup pemanfaatan dan pengendalian sumber daya alam dan 5 34*
lingkungan hidup (provinsi)
Persentase potensi kehilangan PDB akibat dampak
0,10 0,10
Peningkatan bencana (persen PDB)
Ketahanan Persentase potensi kehilangan PDB sektor terdampak
2 0,34 0,25
Bencana dan bahaya iklim (persen PDB)
Iklim Kecepatan penyampaian informasi peringatan dini
5,0 3,0
bencana kepada masyarakat (menit)
Rasio investasi PRB terhadap APBN (persen) 0,36 1,36
Penanggulangan Persentase kelengkapan peralatan sistem peringatan
2.1
Bencana dini untuk bencana tektonik dan hidrometeorologi 90 100
(persen)
Persentase potensi kehilangan PDB akibat bahaya iklim
0,256 0,141
di sektor kelautan dan pesisir (persen PDB)
Persentase potensi kehilangan PDB akibat bahaya iklim
0,009 0,018
Peningkatan di sektor air (persen PDB)
2.2
Ketahanan Iklim Persentase potensi kehilangan PDB akibat bahaya iklim
0,054 0,064
di sektor pertanian (persen PDB)
Persentase potensi kehilangan PDB akibat bahaya iklim
0,024 0,022
di sektor kesehatan (persen PDB)

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 313
Arah Kebijakan / Target
No Indikator (satuan) Target 2024
Strategi 2020
Persentase penurunan emisi GRK terhadap baseline
4,4 6,1
pada sektor energi (persen)
Persentase penurunan emisi GRK terhadap baseline
48,4 53,5
pada sektor lahan (persen)
Pembangunan Persentase penurunan emisi GRK terhadap baseline
3 8,3 9,1
Rendah Karbon pada sektor limbah (persen)
Persentase penurunan emisi GRK terhadap baseline
1,0 18,9
pada sektor IPPU (persen)
Persentase penurunan emisi GRK terhadap baseline
6,5 7,3
pada sektor pesisir dan kelautan (persen)
Porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi
Pembangunan 13,4 19,5
nasional (persen)
3.1 Energi
Intensitas Energi Primer (SBM/milyar Rp) 139,5 133,8
Berkelanjutan
Penurunan Intensitas Energi Final (SBM/milyar Rp) 0,9 0,8
Luas lahan gambut terdegradasi yang dipulihkan dan
301.800 1.512.800*
Pemulihan Lahan difasilitasi restorasi gambut (ha)
3.2
Berkelanjutan Luas hutan dan lahan yang terehabilitasi secara
56.000 1.256.000*
nasional (ha)
Jumlah sampah yang terkelola secara nasional (juta
64,80 339,4*
ton)
Pengelolaan Jumlah rumah tangga yang terlayani TPA dengan
3.3 475.000 19.428.000*
Limbah standar sanitary landfill (KK)
Jumlah rumah tangga yang terlayani TPS3R dan TPST
260.595 4.745.000*
(KK)
Pengembangan Jumlah standar dan kelembagaan Industri Hijau yang
3.4 5 25*
Industri Hijau dikembangkan
Rendah Karbon
3.5 Luas pemulihan ekosistem mangrove (ha) 1.000 5.000*
Pesisir dan Laut
*kumulatif dalam lima tahun

314 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan untuk prioritas nasional membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana,
dan perubahan iklim terdiri dari: (a) Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup; (b) Peningkatan Ketahanan
Bencana dan Iklim; dan (c) Pembangunan Rendah Karbon. Strategi untuk mewujudkan masing-masing arah
kebijakan diuraikan sebagai berikut:

Peningkatan Kualitas
Lingkungan Hidup

Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup dilakukan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan; (b)
dengan mengintegrasikan upaya pencegahan, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
penanggulangan, dan pemulihan pencemaran Plastik; (c) Penghapusan dan Penggantian Merkuri,
dan kerusakan lingkungan hidup, serta penguatan terutama di lokasi PESK; serta (d) Pembangunan
kelembagaan dan penegakan hukum bidang Fasilitas Pengolahan Limbah B3 dan Limbah
lingkungan hidup. Medis secara terpadu.
3. Pemulihan Pencemaran dan Kerusakan
Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup,
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup pada yang dilaksanakan dengan: (a) Restorasi dan
RPJMN 2020-2024 meliputi: Pemulihan Lahan Gambut; (b) Pemulihan Lahan
1. Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan Bekas Tambang dan Lahan Terkontaminasi
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Limbah B3; (c) Pemulihan Kerusakan Ekosistem
yang dilaksanakan dengan: (a) Pemantauan dan Lingkungan Pesisir dan Laut, termasuk
Kualitas Udara, Air, dan Air Laut; (b) Pemantauan ekosistem mangrove, terumbu karang, dan
Kinerja Pengelolaan Lingkungan pada Usaha padang lamun; (d) Pemulihan Habitat Spesies
dan/atau Kegiatan; (c) Penyediaan Informasi Terancam Punah; serta (e) Peningkatan Populasi
Cuaca dan Iklim; (d) Pencegahan Kebakaran Spesies Tumbuhan dan Satwa Liar Terancam
Lahan dan Hutan; (e) Peningkatan Kesadaran Punah.
dan Kapasitas Pemerintah, Swasta dan 4. Penguatan Kelembagaan dan Penegakan
Masyarakat terhadap Lingkungan Hidup; (f) Hukum di Bidang Sumber Daya Alam dan
Pencegahan Kehilangan Keanekaragaman Lingkungan Hidup, yang dilaksanakan dengan:
Hayati dan Kerusakan Ekosistem melalui (a) Penguatan Regulasi dan Kelembagaan
konservasi Kawasan dan perlindungan Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan
keanekaragaman hayati terancam punah baik di Hidup di Pusat dan Daerah; (b) Penguatan Sistem
daratan maupun perairan; serta (g) Penyediaan Perizinan, Pengawasan, dan Pengamanan
Data dan Informasi Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Ekosistem. Hidup; serta (c) Penguatan Mekanisme Pidana,
2. Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan Perdata, dan Mediasi dalam Proses Penegakan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Hukum Bidang SDA & LH.
yang dilaksanakan dengan: (a) Penanganan

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 315
Peningkatan Ketahanan terhadap daya rusak air; (c) Perlindungan
Bencana dan Iklim Ketahanan Pangan terhadap Perubahan Iklim;
serta (d) Perlindungan Kesehatan Masyarakat
dan Lingkungan dari Dampak Perubahan Iklim.
Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim dilakukan
melalui penguatan konvergensi antara pengurangan
risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim.

Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan Pembangunan Rendah


Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim pada Karbon
RPJMN 2020-2024 mencakup:
1. Penanggulangan Bencana, yang dilaksanakan Pembangunan Rendah Karbon dilakukan melalui
dengan: (a) Penguatan Data, Informasi, dan upaya penurunan emisi dan intensitas emisi pada
Literasi Bencana; (b) Penguatan Sistem, Regulasi bidang-bidang prioritas, yakni meliputi bidang
dan Tata Kelola Bencana; (c) Penguatan Rencana energi, lahan, limbah. Industri, dan kelautan.
Pengurangan Risiko Bencana melalui Rencana
Aksi Pengurangan Risiko Bencana secara Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan
nasional dan daerah yang akan diintegrasikan Pembangunan Rendah Karbon pada RPJMN 2020-
dengan Rencana Aksi Adaptasi Perubahan 2024 mencakup:
Iklim; (d) Peningkatan Sarana Prasarana 1. Pembangunan Energi Berkelanjutan, yang
Kebencanaan; (e) Integrasi Kerjasama Kebijakan dilaksanakan dengan: (a) Pengelolaan Energi Baru
dan Penataan Ruang berbasis Risiko Bencana; Terbarukan melalui pengembangan pembangkit
(f) Penguatan Penanganan Darurat Bencana; energi terbarukan serta meningkatkan pasokan
(g) Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi bahan bakar nabati dari bahan baku rendah
di daerah terdampak bencana; (h) Penguatan karbon; serta (b) Efisiensi dan Konservasi Energi.
sistem mitigasi multi ancaman bencana 2. Pemulihan Lahan Berkelanjutan yang
terpadu, terutama melalui penguatan INATEWS dilaksanakan dengan: (a) Restorasi dan
dan MEWS; dan (i) Peningkatan Pembiayaan Pemulihan Lahan Gambut; (b) Rehabilitasi Hutan
Penanggulangan Bencana termasuk dalam dan Lahan; (c) Pengurangan Laju Deforestasi;
pengembangan asuransi kebencanaan. serta (d) Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi
2. Peningkatan Ketahanan Iklim, yang Pertanian.
dilaksanakan dengan implementasi Rencana 3. Pengelolaan Limbah yang dilaksanakan
Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN- dengan (a) Pengelolaan Sampah Rumah
API) pada sektor-sektor prioritas, melalui: (a) Tangga; dan (b) Pengelolaan Limbah Cair.
Perlindungan Kerentanan Pesisir dan Sektor 4. Pengembangan Industri Hijau yang
Kelautan, baik berupa penguatan infrastruktur dilaksanakan dengan (a) Konservasi dan
adaptasi berbasis ekosistem, penyadartahuan Audit Penggunaan Energi pada Industri; (b)
masyarakat, pengembangan teknologi, maupun Penerapan Modifikasi Proses dan Teknologi;
diversifikasi mata pencaharian masyarakat serta (c) Manajemen Limbah Industri.
pesisir; (b) Perlindungan Ketahanan Air pada 5. Rendah Karbon Pesisir dan Laut yang
Wilayah Berisiko Iklim, melalui peningkatan dilaksanakan dengan Inventarisasi dan
penyediaan pasokan air baku dan perlindungan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Kelautan.

316 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 317
MEMPERKUAT STABILITAS
POLHUKHANKAM DAN
TRANSFORMASI PELAYANAN
PUBLIK
Pendahuluan

8
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan


Keamanan (Polhukhankam) Indonesia 2020-
2024 diarahkan menuju terwujudnya konsolidasi
demokrasi; supremasi hukum, penegakan hak asasi
manusia; birokrasi yang bersih dan terpercaya; rasa
aman dan damai bagi seluruh rakyat; serta keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan kedaulatan negara dari berbagai ancaman,
baik dari dalam maupun luar negeri. Kondisi
tersebut merupakan prasyarat untuk mendukung
terlaksananya pembangunan nasional .

Pembangunan Polhukhankam memperhatikan populisme yang menyebabkan kebijakan unilateral


perkembangan yang terjadi di dalam dan luar negeri. beberapa negara, dan instabilitas di kawasan Timur
Beberapa isu domestik yang perlu diwaspadai Tengah.
adalah intoleransi, demokrasi prosedural,
kesenjangan tingkat reformasi birokrasi, perilaku Pada RPJMN 2020-2024 terdapat lima arah kebijakan
koruptif, dan potensi ancaman keamanan dan Pembangunan Polhukhankam, yaitu Konsolidasi
kedaulatan negara. Di tingkat global, isu yang perlu Demokrasi, Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri,
menjadi perhatian adalah depolarisasi gravitasi Pemantapan Sistem Hukum Nasional, Reformasi
politik internasional, pergeseran arena pertarungan Birokrasi dan Tata Kelola, dan Pemantapan
negara besar ke arena maritim, deglobalisasi dan Stabilitas Keamanan Nasional.

320 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Dinamika Geopolitik Global

Dinamika Kebijakan Luar


Depolarisasi Pusat Negeri Negara Adi Daya
Gravitasi Politik
Internasional

Melemahnya Tata Kelola Global


Instabilitas
Kawasan Timur Melemahnya Multilateralisme
Tengah dan Menguatnya Unilateralisme

Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2019

Dinamika geopolitik global berpengaruh terhadap kawasan Asia - Afrika dengan investasi Better
masa depan pembangunan Indonesia. Persaingan Utilization of Investments Leading to Development
antar kekuatan besar dunia menimbulkan (BUILD) Act.
depolarisasi pusat geopolitik baik di Barat (Amerika
dan Eropa) maupun di kawasan Timur (Asia). Selain Mudahnya pergerakan aktor non-negara secara
itu, terdapat dinamika geopolitik berupa sengketa transnasional mengakibatkan adanya dinamika
Laut Tiongkok Selatan (LTS). Klaim dan ekspansi ancaman nontradisional. Ancaman nontradisional
militer Tiongkok di LTS meningkatkan ketegangan yang mendapat perhatian besar adalah: (1)
di kawasan. Amerika Serikat (AS) merespons Terorisme; (2) Perdagangan manusia; (3)
Tiongkok dengan menggelar kekuatannya di LTS. Penyalahgunaan narkotika; (4) Perdagangan
ASEAN telah mengupayakan pembentukan Code of barang-barang ilegal yang dilarang dan/atau
Conduct (CoC) untuk menyelesaikan permasalahan dibatasi impor ekspornya (5) Penangkapan ikan
ini tetapi pada prosesnya menemui hambatan. ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (Illegal,
Unreported and Unregulated fishing/IUUF; dan (6)
Persaingan juga terjadi di sektor ekonomi. Perang Keamanan siber.
dagang AS dan Tiongkok menjadi contoh persaingan
di sektor ekonomi. Selain itu, persaingan juga terjadi Sementara itu, isu lain yang perlu menjadi perhatian
pada pembangunan infrastuktur kawasan Asia - Indonesia adalah melemahnya multilateralisme.
Afrika. Tiongkok mendorong kerja sama Belt and Isu ini berdampak pada pelemahan tata kelola
Road Initiative (BRI), sementara Amerika Serikat global, yang mendorong negara-negara cenderung
menginisiasi pendanaan pembangunan infrastruktur menetapkan kebijakan unilateral.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 321


Lingkungan Strategis Nasional

Di tingkat nasional, fokus dan kebijakan pembangunan


Indonesia akan menghadapi beberapa tantangan,
yaitu demokrasi prosedural, birokrasi yang belum
efektif dan efisien, perilaku koruptif, adanya potensi Demokrasi Prosedural
ancaman kedaulatan negara dan kecenderungan
meningkatnya kejahatan transnasional.

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) menunjukkan


masih adanya kesenjangan demokrasi pada
aspek Kebebasan Sipil (78,46), Hak-Hak Politik Potensi Ancaman terhadap
(65,79), dan Lembaga Demokrasi (75,25). Hal
Kedaulatan Negara dan
Kejahatan Transnasional
ini memperlihatkan bahwa kualitas demokrasi di
Indonesia masih perlu ditingkatkan.

Tantangan lain yang dihadapi adalah tidak


meratanya kualitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Kualitas Reformasi
(RB). Capaian RB di tingkat Kabupaten/Kota masih Birokrasi Tidak Merata
rendah terlihat dari Skor B ke atas Indeks RB
baru mencapai 11,22% sehingga perlu mendapat
perhatian khusus. Sementara itu, perilaku koruptif
masih terjadi. Hal ini ditandai dengan masih adanya
Kepala Daerah yang terbukti melakukan tindak 1) Masih Adanya Perilaku
pidana korupsi. Koruptif
2) Penegakan Hukum yang
Belum Optimal
Kelompok Kriminal Bersenjata yang mengancam
kedaulatan negara, seperti yang ada di Papua,
merupakan isu yang menonjol di tingkat nasional.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2019
Selain itu, peredaran gelap dan penyalahgunaan
narkotika masih menjadi tantangan dalam
mewujudkan keamanan.

322 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Kerangka Pembangunan Polhukhankam

Koridor Hukum

Pertahanan dan Keamanan

Aspirasi
Masyarakat
Koridor Hukum

Koridor Hukum
Proses Tujuan
Politik Pembangunan

Administrasi
Pembangunan

Demokratis Profesional Aman Adil Sejahtera

Koridor Hukum
Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2019

Pembangunan nasional didasarkan atas aspirasi terhadap aspirasi masyarakat pada tahap
masyarakat melalui proses politik yang demokratis. berikutnya. Siklus tersebut akan berjalan apabila
Dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dibutuhkan didukung oleh situasi yang kondusif berdasarkan
adminstrasi pembangunan yang profesional. Hasil tata kelola yang baik dan koridor hukum yang
monitoring dan evaluasi atas dampak pencapaian berlaku serta keamanan nasional.
tujuan pembangunan merupakan umpan balik

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 323


Capaian Pembangunan RPJMN 2015-2019

Partisipasi pemilih dalam Pemilu


Legislatif 2019 mencapai 81,69% dan Status Pers Indonesia tahun 2019
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden kategori cukup bebas/free enough
2019 mencapai 81,97% dengan indeks 73,71

Partisipasi sektor swasta dalam Kerja


Ada 91.754 kasus terkait Warga Sama Selatan-Selatan dan Triangular
(KSST); Penciptaan manfaat ekonomi
Negara Indonesia yang telah dari kerjasama pembangunan
diselesaikan international

Pelaksanaan bantuan hukum untuk Indeks pembangunan hukum


40.216 orang (litigasi) dan 11.270 meningkat dari 0,31 di 2014 menjadi
kegiatan (non-litigasi) 0,61 di 2018

Instansi pemerintah yang bersih dan Instansi pemerintah yang efektif dan
akuntabel dangan opini Wajar Tanpa efisien dengan skor B keatas indeks RB
Pengecualian (WTP) (94% K/L, 94% (89% K/L, 68% Prov, & 10% untuk Kab/
Prov, 79% Kab, dan 90% Kota). Kota)

Pemenuhan Minimum Essential Laju prevalensi penyalahgunaan


Forces (MEF) mencapai 68,9%, dan narkoba berhasil ditekan sebesar 0.03
Kontribusi Industri Pertahanan terhadap
Pemenuhan Alutsista mencapai 41,9%

324 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Praktik oligarki diharapkan dapat diminimalisasi
melalui proses demokrasi internal berkelanjutan di
dalam partai politik.

Tingginya biaya politik menuntut partai untuk


mendapatkan sumber pendanaan yang sempat
bervariasi. Hal ini berdampak pada rendahnya
transparansi dan akuntabilitas keuangan partai
politik. Dengan demikian, diperlukan inovasi dalam
kebijakan pembiayaan partai politik.

Efektivitas proses konsolidasi demokrasi juga


harus didukung oleh kerangka regulasi di bidang
politik yang komprehensif. Penataan peraturan
perundangan terkait partai politik dan tata kelola
kepemiluan menjadi dua aspek penting. Untuk
memperkuat proses tersebut diperlukan pula
pendidikan politik secara konsisten dan sistematis.
Pembangunan Politik Dalam
Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi
Negeri dengan tingkat partisipasi yang tinggi, rata-rata
Kehidupan demokrasi Indonesia ditandai dengan di atas 70 persen baik untuk pemilu dan pilkada.
masih lemahnya kinerja lembaga demokrasi seperti Pemilihan Umum 2019 yang dilaksanakan pada
partai politik, lembaga legislatif, dan tingginya
biaya politik. Kondisi ini tergambar dalam capaian
Gambar 8.1. Partisipasi Pemilih Pilkada Serentak
Indeks Demokrasi Indonesia/IDI (2009-2017)
bahwa beberapa variabel memiliki nilai konsisten
rendah, yaitu: peran partai politik, peran DPRD,
peran pemerintah daerah, dan partisipasi politik
dalam pengambilan keputusan dan pengawasan.
Peran DPRD untuk melakukan inisiatif penyusunan 74,50%
Peraturan Daerah yang berpihak kepada
74,01%
kepentingan rakyat belum optimal. Di sisi lain,
69,20%
pemerintah daerah secara umum dinilai belum
cukup mampu untuk menjalankan prinsip tata kelola
pemerintahan yang efektif.

Partai politik yang menjadi salah satu aktor


kunci belum berperan secara konsisten untuk 2015 2017 2018
mewujudkan konsolidasi demokrasi sesuai dengan
(Sumber: Komisi Pemilihan Umum, 2018)
amanat RPJPN 2005-2025. Secara internal, partai
politik terjebak pada praktik-praktik oligarki sehingga
belum mampu menjawab kepentingan rakyat.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 325


Gambar 8.2 Partisipasi Pemilih 1999 - 2019
Partisipasi Pemilih 1999 - 2019
93,30% 84,07% 70,99% 75,11% 81,69%
100%
77,44% 72,56% 71,31% 81,97%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1999 2004 2009 2014 2019

Tingkat Partisipasi Pemilu Legislatif Tingkat Partisipasi Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Sumber: RPMN 2015-2019, Komisi Pemilihan Umum, 2019

17 April 2019 menunjukkan capaian yang tinggi Organisasi masyarakat sipil, kelompok agama
dalam tingkat partisipasi pemilih. Dalam pemilihan serta media massa berperan dalam menstabilkan
yang digelar serentak, tingkat partisipasi pemilu ketegangan-ketegangan politik, serta memastikan
Presiden dan Wakil Presiden sebesar 81,97 persen, terjadinya proses-proses politik yang lebih
dan Pemilihan Legislatif dengan tingkat partisipasi demokratis. Masyarakat sipil dan peran media
81,69 persen. Capaian ini telah melampaui target massa perlu mendapatkan perhatian lebih baik
partisipasi pemilih dalam RPJMN 2015-2019 untuk kemudian berperan bagi penguatan lembaga
sebesar 77,5 persen. Capaian tersebut tidak lepas demokrasi menuju demokrasi yang terkonsolidasi.
dari dukungan dari seluruh pihak melalui rangkaian
program pendidikan pemilih yang menjadi Demokrasi yang terkonsolidasi mensyaratkan
Prioritas Nasional selama masa tahapan pemilu tersedianya informasi publik yang berkualitas,
berlangsung, termasuk pelaksanaan pemungutan merata, dan berkeadilan bagi seluruh
suara yang dilengkapi dengan festival budaya. lapisan masyarakat. Inpres No. 9 Tahun 2015
Peningkatan partisipasi pemilih ini juga menjadi mengamanatkan kepada Kementerian/Lembaga
salah satu indikasi bahwa kehidupan demokrasi dan Daerah untuk bersinergi dalam pengelolaan
Indonesia terus mengalami perkembangan. IDI komunikasi publik. Kebijakan Kehumasan
menunjukkan bahwa variabel Pemilu yang Bebas Pemerintah (Government Public Relation/GPR),
dan Adil berada pada skor 95,48, sangat baik yang bertujuan mengintegrasikan pengelolaan
walaupun belum sempurna. Pemilu yang bebas dan komunikasi publik di K/L/D, dan menyebarkan
adil ini merupakan modalitas demokrasi yang perlu informasi pemerintah secara konsisten perlu
dipertahankan secara konsisten. terus dikuatkan. Dalam peningkatan keterbukaan

326 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 8.3 Capaian Bidang Komunikasi Publik 2015-2019

Tersedianya Informasi Publik Berkualitas


Government Public Relations

01. Pengembangan Tenaga Humas Pemerintah


Integrasi Kanal Media Informasi Publik
Komisi Informasi di 33 Provinsi
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik

Jaminan Kebebasan Pers

02. Indeks Kemerdekaan Pers di 34 Provinsi dengan


status Cukup Bebas / Free Enough (2019)

Peningkatan Kualitas Penyiaran:


Kepatuhan lembaga penyiaran terhadap
03. P3SPS mengalami peningkatan
Survei Indeks Kualitas Siaran TV dan upaya
Pembentukan Rating Nasional

informasi publik, telah terbentuk Komisi Informasi dengan menurunnya jumlah sanksi yang dikeluarkan
di 33 Provinsi, dan terus diupayakan untuk segera KPI pada tahun 2018 yaitu 50, dibandingkan tahun
terbentuk di Maluku Utara. Terkait penyelesaian 2017 yang berjumlah 82. Peningkatan kualitas
sengketa informasi publik, Komisi Informasi telah siaran TV juga terus dilakukan. Berdasarkan hasil
melakukan mekanisme VR (Vexatious Request), survei Indeks Kualitas Siaran TV oleh KPI pada tahun
yaitu penyaringan permohonan sengketa informasi 2018 menunjukkan dari 8 kategori program siaran,
publik yang mengurangi jumlah sengketa secara 4 program siaran yang termasuk kategori wisata
signifikan. Namun demikian, pelaksanaannya budaya, religi, berita, dan talkshow telah memenuhi
belum optimal karena kurangnya kesadaran standar kualitas KPI, sedangkan 4 program siaran
aparatur dan masyarakat atas manfaatnya. yang dikategorikan sebagai program anak, variety
show, sinetron, dan infotainment belum memenuhi
Indeks Kemerdekaan Pers (IKP) Indonesia tahun standar kualitas KPI. Diperlukan sosialisasi
2019 di 34 provinsi bernilai 73,71, membaik dan literasi agar masyarakat paham dan dapat
dibandingkan 2018 dengan indeks bernilai 69,00. mengambil sikap terhadap hasil survey dimaksud.
Kepatuhan lembaga penyiaran terhadap Pedoman Dengan demikian, upaya pembentukan rating
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran nasional dapat mewujudkan peningkatan kualitas
(P3SPS) meningkat pada tahun 2018, ditandai program siaran.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 327


Pembangunan Politik Luar Negeri
Gambar 8.4 Capaian Bidang Politik Luar Negeri 2015-2019

Keamanan

129 Naskah Kesepakatan Perundingan Perbatasan


Rp 574 M Hak Finansial WNI/Pekerja Migran
Indonesia (PMI)
Pembebasan 347 WNI
181.942 Repatriasi WNI/PMI yang Menemui Masalah
91.754 Penyelesaian Kasus WNI

Kerjasama Pembangunan
International
252 Program KSST untuk 4.565 peserta dari 72
negara (2014-2018)
Mempromosikan inovasi lokal sebagai pendorong
pembangunan global
(Country-Led Knowledge Sharing)
Penunjukan 22 Center of Excellences
Pelaporan capaian pelaksanaan pencapaian
TPB/SDGs, utamanya pada tujuan 17, melalui
Voluntary National Review (VNR) di tahun 2017
dan 2019

Sosial Budaya

Bali Democracy Forum (BDF), BDF Chapter Tunis


2017, BDF Chapter Berlin 2018, Bali Democracy
Students Conference 2018 dan 2019.
Penyelenggaraan Konferensi Trilateral Ulama
Afghanistan-Indonesia-Pakistan

Kepemimpinan
dan Tata kelola

Kepemimpinan di Forum Internasional


Kontribusi pada Perdamaian Dunia
Isu Palestina

328 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Peningkatan diplomasi Indonesia dapat ditinjau Pemerintah Indonesia telah melaporkan
melalui berbagai implementasi kebijakan luar negeri capaian pelaksanaan pencapaian TPB/SDGs,
yang dikelompokkan dalam empat pilar berikut: termasuk untuk tujuan 17 bidang kerja sama
pembangunan internasional, melalui Voluntary
a. Keamanan National Review (VNR) sebanyak dua kali dalam
Diplomasi keamanan Indonesia pada RPJMN kurun waktu 4 tahun terakhir, yaitu pada 2017
III 2015-2019 fokus pada penjagaan keutuhan dan 2019. Indonesia menjadi 7 dari 193 negara
wilayah Indonesia dan melindungi WNI/BHI di luar anggota PBB yang telah menyampaikan VNR
negeri. Pada isu keutuhan wilayah, selama 2015- untuk kedua kalinya.
2019 Pemerintah terus berdiplomasi dengan 10
negara tetangga yang memiliki isu perbatasan c. Sosial-Budaya
dengan Indonesia. Sampai 2018, Pemerintah Diplomasi Indonesia di bidang sosial-budaya
berhasil menyepakati 129 naskah kesepakatan fokus dalam mempromosikan HAM dan
hasil perundingan perbatasan. Di sisi lain, terkait Demokrasi. Salah satu isu HAM yang menjadi
isu perlindungan WNI/BHI, Pemerintah berhasil perhatian Indonesia adalah perlindungan hak
mengembalikan hak finansial WNI/Pekerja pekerja migran. Di tingkat ASEAN, Indonesia
Migran Indonesia (PMI) sebesar Rp 574 miliar, aktif mengupayakan perlindungan hak pekerja
menyelesaikan 91.754 kasus WNI di luar negeri, migran melalui penyusunan ASEAN Concensus
membebaskan 347 WNI dari ancaman hukuman on the Protection and Promotion of the Rights
mati dan penyanderaan, dan merepatriasi of Migrant Workers yang ditandatangani tahun
181.942 WNI/PMI menemui masalah. 2017. Indonesia juga aktif mempromosikan
HAM di PBB dengan terpilih menjadi negara
b. Kerja sama Pembangunan Internasional anggota Dewan HAM PBB periode 2015-2017
Dalam kurun waktu 2014 – 2018, Indonesia dan 2020-2022. Selain itu, Indonesia juga aktif
telah melaksanakan sebanyak 252 kegiatan mempromosikan nilai-nilai Islam moderat dalam
Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular mendorong perdamaian dunia salah satunya,
(KSST) untuk 4.565 peserta di berbagai sektor melalui pelaksanaan interfaith dialogue antar
pembangunan. 72 negara di kawasan Asia, negara (Konferensi Trilateral Ulama antara
Afrika dan Pasifik Selatan tercatat telah menjadi Afghanistan-Indonesia-Pakistan).
mitra KSST Indonesia. Dalam mendukung
pelaksanaan kerja sama pembangunan Indonesia juga cukup aktif mempromosikan
internasional, Pemerintah juga telah menetapkan Demokrasi di berbagai forum internasional.
22 Pusat Pengetahuan (Resource Centers) yang Komitmen ini direfleksikan melalui
merepresentasikan keahlian dan keunggulan penyelanggaran Bali Democracy Forum (BDF)
kempetitif Indonesia yang sejalan dengan setiap tahunnya. Satu hal yang berbeda pada
prioritas nasional. Indonesia juga berperan penyelenggaraan BDF dalam periode 2015-
aktif dalam mempromosikan modalitas berbagi 2019 adalah penyelenggaraan BDF Chapter
pengetahuan (knowledge sharing) terkait inovasi Tunisia tahun 2017, BDF Chapter Berlin 2018
lokal sebagai pendorong pembangunan global, dan Bali Democracy Students Conference tahun
antara lain penyelenggaraan High Level Meeting 2018 dan 2019. Hal ini menunjukkan inisiatif dan
on Country-Led Knowledge Sharing (HLM CLKS) kepemimpinan Indonesia dalam mempromosikan
pada tahun 2018 dan Forum Kemitraan Multi- isu demokrasi direspons positif oleh berbagai
Pihak pada tahun 2019. negara dan masyarakat secara internasional.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 329


d. Keikutsertaan dan Kepemimpinan dalam Tata Terkait G20, Indonesia berhasil menyusun Cetak
Kelola Regional dan Global Biru Peran Indonesia pada G20. Indonesia juga
Di tingkat global, keikutsertaan dan menjadi Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Investasi
kepemimpinan Indonesia dapat terlihat dan Infrastruktur G20. Peran aktif Indonesia lainnya
di beberapa forum internasional seperti dalam G20 adalah menyusun inisiatif-inisiatif
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan The dalam agenda keuangan dan pembangunan
Group of Twenty (G20). Capaian kepemimpinan global, seperti Agenda Pembangunan Global
Indonesia di PBB ditunjukkan oleh terpilihnya 2030 (SDGs) dan Addis Ababa Action Agenda
Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan of Financing for Development.
Keamanan PBB periode 2019-2020. Indonesia
juga aktif mengirimkan pasukan penjaga ASEAN masih menjadi fokus utama Indonesia
perdamaian setiap tahunnya. Bahkan, pada dalam meningkatkan keikutsertaan dan
periode RPJMN III Indonesia berhaisl masuk ke kepemimpinan pada tata kelola regional.
dalam 10 besar negara kotributor terbesar dalam Pada periode 2015-2019, Indonesia berhasil
Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB. Indonesia mendorong berbagai gagasan untuk disepakati
juga terus berkomitmen memperjuangkan isu dan dilaksanakan di ASEAN. Beberapa di
Palestina, baik di fora internasional maupun antaranya adalah Framework of the Code of
secara bilateral melalui pemberian bantuan- Conduct in the South China Sea antara Tiongkok
bantuan teknis. dan ASEAN dan operasionalisasi ASEAN
Institute for Peace and Reconciliation (AIPR)
untuk menjaga kestabilan kawasan.

330 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pembangunan Hukum
Gambar 8.5 Capaian Bidang Hukum 2015-2019
Pelaksanaan bantuan hukum dari
tahun 2015 - September 2019

Litigasi : 40.216 Orang


Non Litigasi: 11.270 Kegiatan
Indeks Pembangunan
Hukum (IPH) Sumber: Kementerian Hukum
dan HAM, 2019
2014: 0,31
2018: 0,61
Sumber: Diolah dari berbagai IPAK:
sumber, 2019 2018: 3,66
2019: 3,7

Penyelesaian Perkara dengan


Small Claim Court (SCC)
Jumlah Anak Berhadapan dengan
Hukum (ABH) di Lembaga
2016: 759 Perkara
Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
Sep 2019: 5541 Perkara
pasca diberlakukan diversi
Sumber: Mahkamah Agung, 2019
2014: 3.556 Anak
Sep 2019: 1.403 Anak
Sumber: Kementerian Hukum dan HAM, 2019

Intervensi pemerintah dalam pembangunan Pemerintah terus meningkatkan akses layanan


hukum dapat diukur melalui Indeks Pembangunan keadilan bagi masyarakat miskin. Sepanjang tahun
Hukum (IPH) serta Indeks Perilaku Anti Korupsi 2015 hingga September 2019, telah dilaksanakan
(IPAK). Keberhasilan pemerintah tercermin dari bantuan hukum litigasi kepada 40.216 orang dan
meningkatnya skor IPH dari 0,31 di 2014 menjadi bantuan hukum non litigasi sebanyak 11.270
0,61 di 2018, serta peningkatan skor IPAK dari 3,66 kegiatan.
di 2018 menjadi 3,7 di 2019.
Pelayanan hukum di pengadilan terus ditingkatkan,
Peningkatan skor Indeks Pembangunan Hukum salah satunya melalui pengembangan sistem
didasarkan pada capaian baik pada beberapa e-court (e-filling, e-summon, dan e-payment). Sistem
variabel, seperti pelaksanaan Sistem Peradilan ini bertujuan untuk memudahkan penyelesaian
Pidana Anak (SPPA), bantuan hukum, dan perkara berbasis elektronik. Inovasi lainnya adalah
peningkatan layanan hukum di pengadilan. penyelesaian perkara perdata sederhana (small
Keberhasilan implementasi Sistem Peradilan claim court) yang meningkat dari 759 perkara di
Pidana Anak (SPPA), dapat dilihat dari menurunnya tahun 2016 menjadi 5.541 perkara pada September
jumlah anak berhadapan hukum yang ditempatkan 2019. Hal ini menunjukkan bahwa pengadilan
di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). telah mengakomodir kebutuhan masyarakat atas
Pada 2014, terdapat 3.556 anak yang dibina di penyelesaian sengketa yang cepat, berkepastian
LPKA. Pasca diberlakukannya kebijakan diversi, hukum, dan mendukung kebutuhan bisnis di
jumlah tersebut menurun menjadi 1403 anak pada Indonesia.
September 2019.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 331


Pembangunan Aparatur

Sejalan dengan agenda pembangunan aparatur


negara dalam Rencana Pembangunan Jangka Beragam intervensi kebijakan, program, dan
Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 dan kegiatan dalam kerangka reformasi birokrasi
Rancangan Besar (Grand Design) Reformasi nasional, telah menunjukkan capaian yang sejalan
Birokrasi tahun 2010 – 2025, berbagai kebijakan dengan sasaran pembangunan bidang aparatur
diarahkan untuk mewujudkan perubahan 8 area negara.
yang meliputi: mental aparatur, kelembagaan, tata
laksana, SDM aparatur, akuntabilitas, pengawasan, Pertama, perwujudan birokrasi yang bersih dan
peraturan perundang-undangan, serta pelayanan akuntabel terlihat dengan semakin meningkatnya
publik. jumlah Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah yang memperoleh: (1) Opini WTP; dan (2)
Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah skor B atas Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Nasional (RPJMN) tahun 2015 – 2019, Agenda Pemerintah (SAKIP).
reformasi birokrasi fokus pada upaya untuk
menciptakan birokrasi bersih dan akuntabel, efektif Kedua, birokrasi yang efektif dan efisien, diwujudkan
dan efisien, serta pelayanan publik berkualitas. melalui penyempurnaan kebijakan reformasi

Gambar 8.6 Capaian Bidang Aparatur 2015-2019

Birokrasi yang bersih dan akuntabel dengan


meningkatnya capaian opini WTP dan Skor B
atau SAKIP

Opini WTP Tahun 2018: Skor B Atas SAKIP


K/L : 94% Tahun 2018:
Prov : 94% K/L : 92,77%
Kab. : 79% Prov : 94,12%
Kota : 90% Kab./Kota: 46,85%
Birokrasi yang transparan, efektif dan efisien
dengan meningkatnya capaian indeks RB

Indeks RB Kategori Baik Tahun 2018:


K/L : 93,98%
Prov : 70,59% Birokrasi yang memiliki pelayanan publik
Kab./Kota : 11,22% berkualitas dengan membaiknya tingkat
kepatuhan pelayanan publik berdasarkan
UU 25/2009 tentang pelayanan publik
308 K/L/D memiliki tingkat kepatuhan
tinggi (zona hijau) atas UU 25/2009
Tahun 2019Kab/Kota

(Sumber: BPK, 2018; KemenPANRB, 2019; Ombudsman RI, 2018)

332 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


birokrasi nasional dalam bentuk Peta Jalan (Road Pembangunan Pertahanan dan
Map) Reformasi Birokrasi Nasional Tahun 2015 Keamanan
– 2019. Selain itu, perbaikan reformasi birokrasi
di level instansi juga semakin meningkat yang Pembangunan Pertahanan dan Keamanan telah
tercermin dari semakin membaiknya nilai Indeks RB, mencapai tiga sasaran pokok. Pada tahun 2019
yang didukung dengan penguatan regulasi, melalui pemenuhan Minimum Esential Force (MEF) sebesar
penetapan PP No.11/2017 tentang Manajemen 68,9 persen dan kontribusi industri pertahanan
Pegawai Negeri Sipil (PNS), PP No. 49/2018 tentang terhadap pemenuhan alutsista sebesar 41,9 persen.
Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Sementara itu, laju prevalensi penyalahgunaan
Kerja (PPPK), Perpres No. 95/2018 tentang Sistem narkoba diperkirakan sebesar 0,03 persen.
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), dan PP
No. 30/2019 tentang Penilaian Kinerja PNS. Gambar 8.7 Capaian Bidang
Pertahanan dan Keamanan 2015-2019
Dari sisi penataan kelembagaan, 21 Lembaga Non
Struktural (LNS) telah dibubarkan, 2 diintegrasikan,
serta 1 disempurnakan. Dari sisi Manajemen Sumber Tahun 2019 pemenuhan
Daya Manusia Aparatur Sipil Negera (ASN) sedang MEF sebesar 68.9%
dikembangkan Manajemen Talenta Nasional
ASN sebagai bagian dari penguatan kompetensi,
profesionalitas, dan daya saing ASN.

Ketiga, perbaikan kualitas pelayanan publik terlihat Kontribusi industri


pertahanan pada 2019
dengan mulai diterapkannya digitalisasi pelayanan
sebesar 41,9%
publik (e-Services) diberbagai sektor layanan,
integrasi sistem pengaduan masyarakat (LAPOR!-
SP4N), pembentukan Mall Pelayanan Publik,
berkembangnya inovasi layanan dan penguatan
peran Ombudsman RI.
Laju prevalensi
penyalahguna narkoba
sebesar 0.03%

Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2019

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 333


Lingkungan dan Isu Strategis

Konsolidasi Demokrasi

Lembaga Kesetaraan &


Demokrasi Kebebasan

• Tingginya biaya politik dan rendahnya • Rendahnya kualitas implementasi


akuntabilitas dan transparansi • Potensi ancaman pada kebebasan
• Potensi Intervensi terhadap sipil
penyelenggara pemilu • Belum optimalnya kualitas dan
• Perlu penguatan peraturan kuantitas partisipasi
perundangan bidang politik

Komunikasi
Publik

• Pendekatan komunikasi publik yang


belum dinamis
• Ketergantungan penyiaran terhadap rating
• Misinformasi dan disinformasi konten
digital
• Ketimpangan masyarakat memahami
konten media
• Akses informasi yang belum merata dan
berkeadilan
• Kualitas pers dan jurnalistik

334 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri

Aspek Keamanan
Globalisasi berdampak pada mudahnya ancaman. Dalam aspek kewilayahan, Indonesia
pergerakan manusia antarnegara. Migrasi yang memiliki batas-batas yang masih dirundingkan,
dilakukan WNI ke luar negeri pun terus meningkat khususnya batas maritim, dengan sembilan negara.
berpotensi meningkatkan permasalahan WNI di luar Pemerintah secara intensif berdiplomasi untuk
negeri. Kompleksitas masalah yang dihadapi WNI menjaga kedaulatan wilayahnya sebagai negara
beragam sehingga diperlukan upaya intensif untuk kepulauan. Indonesia juga rentan menerima
memberikan perlindungan kepada WNI di mana gangguan keamanan dari aktor non-pemerintah
pun berada. seperti terorisme, penyelundupan narkoba hingga
IUUF. Pemerintah terus berupaya memerangi
Selain melindungi warganya, negara juga ancaman-ancaman tersebut.
berkewajiban menjaga kedaulatan dari berbagai
Aspek Kerja Sama Pembangunan

Gambar 8.8 Perbandingan Tren Mobilitas WNI ke Luar Negeri dengan Kasus WNI di Luar Negeri

Tren Jumlah WNI ke LN


(ribu Jiwa)
10.600

7.000
6.600

18,45

15,45 Tren Kasus WNI di LN


(ribu Jiwa)
12,42

2015 2016 2017 2021

(Sumber: Kementerian Luar Negeri, 2018)

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 335


Internasional
Prioritas kebijakan bidang kerjasama pembangunan partisipasi aktor non pemerintah, terutama
internasional saat ini adalah peningkatan pihak swasta. Program-program kerja sama
perdagangan dan investasi untuk mendorong pembangunan internasional dapat membantu
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. memperkenalkan produk dan teknologi yang
dikembangkan perusahaan swasta, serta
Dalam melaksanakan kebijakan tersebut, beberapa meningkatkan citra dan pengakuan produk
isu yang dihadapi antara lain: nasional di kawasan.
• Dari sisi kebijakan, diperlukan optimalisasi
Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular Aspek Sosial-budaya
(KSST) yang mendukung upaya peningkatan
perdagangan dan investasi. Citra positif Indonesia sangat penting dalam
• Dari sisi kelembagaan, diperlukan penguatan pergaulan internasional, sehingga Indonesia perlu
kelembagaan pemberian bantuan dan kerjasama melakukan diplomasi publik, termasuk kerja sama
pembangunan internasional satu pintu agar pembangunan internasional. Indonesia telah
kerjasama pembangunan internasional dapat memiliki modal dalam melakukan diplomasi publik,
dilaksanakan secara terencana, integratif, yaitu negara demokratis, masyarakat pluralistik
tepat sasaran, dan memberikan manfaat bagi dan toleran, ekonomi progresif, keanekaragaman
kepentingan nasional. budaya, kekayaan kuliner dan diaspora Indonesia.
• Dari sisi pendanaan, perlunya pemanfaatan
sumber-sumber dan mekanisme pendanaan Untuk mengoptimalkan citra positif tersebut,
baru, misalnya skema kredit ekspor yang diperlukan penguatan koordinasi dalam pelaksanaan
disalurkan melalui lembaga penyedia diplomasi publik mengingat ada banyak aktor yang
pembiayaan ekspor terlibat. Selain itu, perlu ada kesepakatan tentang
• Dalam upaya penguatan pelaksanaan kerjasama visi citra Indonesia yang akan ditampilkan kepada
pembangunan internasional, diperlukan publik internasional.

(Sumber: Kementerian Luar Negeri, 2018 bdf.kemlu.go.id)

336 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalMemperkuat


IV 2020-2024
Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 336
Aspek Kepemimpinan dan Tata Kelola

Indonesia telah menjadi anggota di 240 organisasi/


forum internasional, seperti, ASEAN, Indian Ocean
Rim Association (IORA), G20, Organisasi Kerjasama
Islam (OKI) dan PBB. Indonesia harus memanfaatkan
keanggotaannya untuk kepentingan nasional.
Selain itu, Indonesia tetap berkomitmen turut andil
menjaga perdamaian dunia dan mendukung
kemerdekaan Palestina melalui peningkatan
kerjasama pembangunan internasional, salah satunya
Pasukan Indonesia dalam Misi Pemeliharaan
bekerjasama dengan Islamic Development Bank. Perdamaian membantu warga di daerah konflik
Inisiatif dan posisi yang disampaikan Indonesia di
(Sumber: Pusat Perdamaian dan Keamanan
dalam organisasi/forum internasional mengedepankan Indonesia, 2019)
diplomasi total, antara lain diplomasi maritim,
perdamaian, kemanusiaan, dan kerja sama ekonomi antara Kementerian Luar Negeri dan K/L terkait
yang dapat meningkatkan pengaruh Indonesia di agar Indonesia dapat segera menindaklanjuti
tatanan internasional. kesepakatan atau komitmen di tingkat internasional.
Selain itu, perlu pengaturan kewenangan Kepala
Pada tingkat domestik, perlu penataan peran Perwakilan dan pejabat perbantuan di Perwakilan
dan fungsi K/L dalam pelaksanaan kebijakan RI sehingga dapat memperjelas hak dan kewajiban
luar negeri, khususnya peningkatan koordinasi pejabat perbantuan di Perwakilan RI.

Kunjungan Presiden Joko Widodo di Kamp Pengungsi Rohingya dekat Cox’s Bazar, Bangladesh
sebagai Perwujudan Diplomasi Kemanusiaan Indonesia
(Sumber: Tempo.co, 28 Jan 2018 https://en.tempo.co/photo/56132/photos-jokowi-visits-rohingya-
refugee-camp-in-coxs-bazar#foto-1)

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 337


Penegakan Hukum Nasional

Gambar 8.9. Isu Strategis Pemantapan Sistem Hukum Nasional

Regulasi yang
Disharmoni
Inkonsisten
Tumpang Tindih
Multitafsir Indikator Penegakan Kontrak:
Kemudahan Berusaha
Peringkat 146 dari 190 Negara
Sumber: World Bank 2019

Tindak Pidana Korupsi berdasarkan


Melampaui Kapasitas Lembaga Jabatan Tahun 2019
Pemasyarakatan (Overcrowding) Anggota DPR dan DPRD: 108 orang
Mencapai Pejabat Eselon I/II/III: 24 orang
202% Swasta: 56 orang
Sumber: Kementerian Hukum dan HAM, 2019 Sumber: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2019

Upaya pembangunan hukum di Indonesia selama undangan (hyper regulation), regulasi yang tumpang
lima tahun terakhir terus dilakukan. Namun indeks tindih, inkonsisten, multitafsir, dan disharmoni yang
Rule of Law Indonesia selama kurun waktu lima berdampak pada ketidakpastian hukum. Di sisi lain,
tahun terakhir (2013-2018) menunjukkan penurunan. pelaksanaan sistem peradilan, baik pidana maupun
Menurut indeks tersebut, dimensi pembangunan perdata belum secara optimal memberikan kepastian
hukum Indonesia masih cenderung lemah, khususnya hukum dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
sistem peradilan (pidana dan perdata), penegakan Praktik suap masih marak terjadi di berbagai sektor
peraturan perundang-undangan, dan maraknya termasuk penegakan hukum, meskipun upaya
praktik korupsi. Permasalahan pembangunan bidang pencegahan dan penindakan sudah konsisten
hukum yang dihadapi saat ini, antara lain adalah dilakukan.
kondisi terlalu banyaknya peraturan perundang-

338 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
Aparatur negara memiliki peran strategis dalam belum berbasiskan sektor unggulan kewilayahan. Dari
pembangunan nasional dan daerah. Untuk sisi kesejahteraan, perlu terus diupayakan perbaikan
mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan negara, sistem kesejahteraan ASN dan pensiunan ASN. Dari
diperlukan ASN yang mampu menjalankan peran sisi regulasi, perlu percepatan penerbitan peraturan
sebagai pelaksana kebijakan dan penyelenggara pelaksana UU No.5/2014 tentang ASN.
pelayanan publik, serta perekat dan pemersatu
bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kedua, dari sisi kelembagaan, masih terdapat
tumpang tindih tugas dan fungsi antarlembaga
Namun, terdapat beberapa permasalahan yang pemerintah pusat (Kementerian, Lembaga
menjadi isu strategis selama 5 tahun ke depan. Pemerintah Non Kementerian (LPNK), Lembaga
Pertama, terkait dengan profesionalitas ASN, data Non Struktural (LNSt). Tumpang tindih tersebut
Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) menunjukkan disebabkan karena belum adanya penataan
bahwa dari 34 Kementerian baru 6 Kementerian tugas dan fungsi dari lembaga-lembaga tersebut.
yang menerapkan sistem merit dengan sangat baik. Fragmentasi tugas dan fungsi tersebut mempersulit
pola koordinasi antarlembaga sehingga tata kelola
Hirarki eselonisasi saat ini terdiri dari 5 level membuat menjadi tidak efektif.
proses pengambilan keputusan tidak efisien, untuk
itu perlu penyederhanaan eselonisasi serta perluasan Salah satu upaya untuk mengatasi persoalan
jabatan fungsional dengan keahlian dan kompetensi tumpang tindih tersebut adalah dengan menerapkan
yang spesifik. Selain itu, masih terdapat intervensi arsitektur proses bisnis pemerintahan yang juga
politik terutama dari Kepala Daerah dalam pengelolaan mendukung penerapan Sistem Pemerintahan
kepegawaian di daerah. Dari sisi kompetensi, jumlah Berbasis Elektronik (SPBE) dan Satu Data Indonesia
tenaga spesialis di lingkungan ASN masih kurang, (SDI). Tantangan ke depan adalah mewujudkan
serta rendahnya kompetensi dan tingkat pendidikan penerapan SPBE secara terintegrasi, baik dari sisi
ASN, terutama di luar Jawa. Dari sisi distribusi, tata kelola, infrastruktur TIK, maupun layanan.
persebaran ASN dengan keahlian tertentu/fungsional

Gambar 8.10 Isu Strategis Reformasi Kelembagaan Birokrasi 2020-2024

02 Kelembagaan dan
proses bisnis yang
lebih sederhana, 04 Pelayanan Publik
yang terintegrasi
responsif, adaptif dan secara daring dan
membuka ruang fisik
partisipasi publik
dalam pemerintah

01 ASN yang
profesional, 03 Akuntabilitas kinerja
dan pengawasan
berintegrasi, kreatif, yang andal, efektif
inovatif dan netral dan berintegritas

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 339


Ketiga, pada aspek pelayanan publik, data Keempat, dari sisi akuntabilitas, data Badan
Ombudsman RI menunjukkan bahwa jumlah Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2018
pengaduan masyarakat atas kinerja pelayanan menunjukkan masih terdapat permasalahan
masih cukup signifikan. Pada tahun 2015 terdapat kelemahan sistem pengendalian internal. Di
6.859 pengaduan yang disampaikan kepada samping itu, pengelolaan keuangan negara masih
Ombudsman dan meningkat menjadi 8.314 pada ditandai dengan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
tahun 2018. Mayoritas pengaduan-pengaduan peraturan perundang-undangan, serta masih
tersebut terkait dengan penundaan berlarut dan banyak terjadi praktik korupsi dan penyalahgunaan
penyimpangan prosedur. keuangan negara di lingkungan birokrasi. Dari sisi
perencanaan dan penganggaran, perlu percepatan
Terkait pelayanan terpadu, perlu adanya pelimpahan/ keterpaduan sistem dan melanjutkan money follow
pendelegasian kewenangan pelayanan kepada Mal program sehingga perencanaan dan penganggaran
Pelayanan Publik dan Unit Pelayanan Publik (UPP) lebih berorientasi pada hasil yang mendukung
di desa, kelurahan, dan kecamatan. Persoalan pencapaian tujuan pembangunan. Untuk itu,
lain adalah belum adanya integrasi proses bisinis diperlukan sistem manajemen kinerja kelembagaan
dan pemanfaatan data terpadu dalam penyediaan serta sistem perencanaan dan penganggaran
layanan. Selain itu, penerapan inovasi pelayanan yang terpadu dan andal yang didukung dengan
publik secara elektronik (e-service) masih belum implementasi sistem integritas.
terintegrasi antar jenis layanan dan dengan tingkat
kematangan (maturitas) yang beragam

Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional


Dinamika Ancaman Pertahanan

Dalam upaya mewujudkan kemampuan pertahanan, mampu dipenuhi oleh industri pertahanan, namun,
Indonesia dihadapkan pada dinamika lingkungan beberapa jenis alutsista strategis seperti, pesawat
strategis. Tren pertahanan kedepan ditunjukkan tempur, kapal perusak, roket, rudal, Unmanned
dengan adanya perlombaan persenjataan dan Combat Aerial Vehicle (UCAV), dan radar masih
proliferasi senjata pemusnah masal, serta eskalasi mengandalkan produksi luar negeri.
ancaman perang non konvensional. Di saat yang
bersamaan ketegangan di Laut Tiongkok Selatan Permasalahan yang dihadapi diantaranya pada
dapat memicu konflik terbuka. keterlibatan dalam penguasaan teknologi kunci dan/
atau kemampuan integrasi sistem. Dua hal tersebut,
Sementara itu, pada lingkup nasional pertahanan merupakan syarat agar industri pertahanan dapat
negara masih dihadapkan pada gangguan meningkatkan kontribusi bagi pemenuhan alutsista
kedaulatan di wilayah tertentu dan bencana alam TNI sekaligus memiliki daya saing internasional guna
yang menelan banyak korban jiwa. menjadi bagian dari rantai pasok global.

Dukungan Industri Pertahanan Belum Dinamika Ancaman Siber


Optimal Perkembangan penggunaan teknologi dan
Meskipun beberapa kebutuhan alutsista TNI sudah peningkatan aksesibilitas terhadap internet yang

340 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


signifikan berimplikasi pada adanya potensi tahun 2017 yaitu sebesar 0.424 atau peringkat 70.
ancaman siber. Salah satu bentuk perkembangan Meski demikian, dinamika keamanan siber di Indonesia
teknologi digital yang saat ini dikenal adalah terus meningkat seiring dengan perkembangan
teknologi baru berbasis penyimpanan data daring virus atau malware yang terjadi pada tingkat global.
(cloud). Dalam hal ini, ketersediaan SDM yang mumpuni dan
infrastruktur keamanan siber yang handal sangat
Berdasarkan Global Cybersecurity Index 2018, diperlukan. Selain itu, keterbatasan regulasi yang
Indonesia berada pada peringkat 41 dengan mengatur masalah ketahanan dan keamanan siber
skor 0.776. Peringkat dan skor Indonesia tersebut menyebabkan belum adanya aturan terkait tata kelola
mengalami peningkatan yang signifikan dibanding dan standar keamanan siber di Indonesia.

Serangan Siber Indonesia Menjadi Negara Tujuan Peredaran


Gambar 8.11 Serangan Siber Periode Januari - Agustus
2018
Periode Januari - Agustus 2018 Gelap Narkotika
Struktur ekonomi di Indonesia menarik sindikat

01 Network Trojan
(Pencurian Data)
perdagangan narkotika internasional. Hal ini
ditandai dengan besarnya pangsa pasar Indonesia
yang memiliki total populasi terbesar keempat di
31,71%
dunia, serta adanya selisih harga jual yang cukup
signifikan dari produsen narkotika hingga ke
konsumen penyalahguna. Sebagai contoh, rata-
02
Accsess Privilege User
(Serangan yang ditujukan rata harga jual Shabu Kristal di Indonesia adalah
untuk mengambil alih senilai Rp 1,5 juta/gram. Harga jual ini menempati
sistem)
peringkat dua tertinggi setelah Filipina yang memiliki
22,91% nilai jual Shabu Kristal sebesar 1,8 juta/gram. Jika
dibandingkan dengan Thailand yang memiliki

03 Dos Attempt
(Serangan yang ditujukan
untuk melumpuhkan
harga jual Shabu Kristal senilai 688 ribu/gram dan
Myanmar senilai 216 ribu/gram, pasar Indonesia
sistem melalui Denial of sangat menarik bagi sindikat narkotika internasional
Service (DOS)) untuk beroperasi karena perbedaan harga yang
13,98% tinggi turut didukung oleh pangsa pasar yang
besar (UNODC,2019). Selain itu, peredaran gelap
narkotika semakin berkembang melalui adanya
04
Information Leak
(Serangan yang ditujukan kemajuan teknologi, sistem telekomunikasi, dan
untuk melakukan
pencurian informasi)
transportasi. Beratnya hukuman bagi penyelundup
narkotika dan maraknya modus penyelundupan
10,79%
narkotika yang melibatkan warga asing berdampak
pada hubungan bilateral antara Indonesia dengan

05 Information Leak Attempt


(Serangan yang ditujukan
untuk melakukan
negara lain.

pencurian informasi) Kondisi geografis Indonesia yang merupakan


12,62% negara kepulauan menyebabkan banyaknya pintu
masuk baik yang legal maupun ilegal yang marak
Sumber: Badan Siber dan Sandi Negara. 2018 menjadi jalur penyelundupan narkotika, baik darat,

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 341


laut, dan udara. Penyelundupan narkotika tertinggi antara lain adalah penyelundupan narkotika,
terjadi melalui jalur laut. Tingginya penyelundupan penyelundupan barang, penyelundupan SDA dan
narkotika melalui jalur laut dikarenakan masih Hayati, perdagangan manusia lintas batas, dan
lemahnya pengawasan di wilayah laut Indonesia penyelundupan manusia lintas batas.
yang menyebabkan banyak celah masuk melalui
pelabuhan-pelabuhan ilegal. Ancaman lainnya yang juga datang adalah konflik
di negara lain yang memaksa terjadinya migrasi
Pelanggaran Wilayah dan angka Kejahatan yang melewati wilayah Indonesia. Banyaknya
di Perbatasan konflik yang belum mereda di Timur Tengah dan
Jumlah kejahatan yang terjadi di perbatasan wilayah Afrika Utara membuat beberapa migran tersebut
Indonesia sangat tinggi, bahkan menempati posisi memasuki wilayah Indonesia menggunakan jalur
kedua tertinggi setelah kejahatan konvensional. ilegal. Beberapa dari migran tersebut menggunakan
Pada tahun 2017 tercatat terjadi 44.194 kasus Indonesia sebagai negara transit, yang berujung
kejahatan transnasional, namun jumlah kasus yang menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan
diselesaikan hanya sebanyak 27.027 kasus (sekitar perlindungan suaka. Hal ini bertentangan
61 persen). Terbatasnya infrastruktur dan lemahnya dengan posisi Indonesia yang tidak meratifikasi
pengawasan di wilayah perbatasan menjadi Konvensi dan Protokol PBB, United Nations High
penyebab tingginya kasus kejahatan di wilayah Commissioner for Refugees (UNHCR), Mengenai
perbatasan. Beberapa tindak kejahatan tersebut Status Pengungsi.

Gambar 8.12 Wilayah Perbatasan dan Jenis Tindak Pidana

Selat Malaka Sabah & Nunukan


Narkoba Terorisme
Perdagangan Narkoba
Penyelundupan Kep. Natuna Penyelundupan Kawasan Papua
Kep. Sangihe Penyelundupan
Manusia Narkoba Manusia Terorisme
Penyelundupan Narkoba
Penyelundupan Penyelundupan
Hewan Senjata Barang Ilegal
Penyelundupan
Senjata
Penyelundupan
Manusia

Perairan Selatan Jalur Darat Serawak-Kalbar


Indonesia Penyelundupan Kayu Ilegal
Penyelundupan Penyelundupan Barang Kawasan NTT
Manusia Ilegal Penyelundupan
Narkoba Manusia

Sumber, UNODC dan Bareskrim Polri, 2018

342 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Rendahnya Rasa Aman di Lingkungan
Masyarakat

Jumlah kejadian kejahatan terhadap nyawa, fisik, Berdasarkan data World Health Organization (WHO),
kesusilaan, dan perdagangan manusia rata-rata jumlah korban kejahatan perempuan dan anak di
masih tinggi di Indonesia. Kejahatan yang paling Asia Tenggara adalah yang tertinggi di dunia. Data
sering terjadi adalah terhadap fisik atau kekerasan. Susenas menunjukkan bahwa korban kejahatan
Kejahatan terhadap fisik atau kekerasan dapat pada anak meningkat sebesar 0,63 persen dari
menimbulkan dampak bagi kesehatan fisik dan semula 6,05 persen di tahun 2015 menjadi 6,68
mental sekaligus. Oleh karena itu, bagi korban persen di tahun 2016.
kekerasan memerlukan penanganan khusus seperti
rehabilitasi. Selain tindakan kekerasan, perempuan dan anak
juga menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan
Kejahatan terhadap perempuan dan anak menjadi Orang (TPPO). Hal tersebut menunjukkan bahwa
perhatian di tiap negara, dan menjadi komitmen eksploitasi terhadap manusia tidak mengenal jenis
global dalam target sasaran TPB. kelamin dan batasan umur.

Tabel 8.1. Jumlah Kejadian Kejahatan terhadap Nyawa, Fisik, Kesusilaan, dan Perdagangan Manusia
Tahun 2014-2017

Tahun
Jenis Kejahatan
2015 2016 2017

Kejahatan terhadap nyawa


1.491 1.292 1.150
(pembunuhan)*

Kejahatan terhadap fisik atau


47.128 46.767 42.683
kekerasan*

Kejahatan terhadap kesusilaan


5.051 5.247 5.513
(pemerkosaan dan pencabulan)*

Kejahatan Perdagangan Orang


107 94 92
(Human Trafficking)**

Sumber:
(*) Statistik Kriminal Indonesia BPS, 2018
(**) Bareskrim Mabes Polri (2019)

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 343


Tingginya Angka Kejahatan dan
Pelanggaran Hukum di Laut

Perkembangan ekonomi dunia menuntut Dua kegiatan utama yang menyumbang kerusakan
pengiriman barang dan jasa yang lebih banyak ekosistem adalah IUUF dan pembuangan sampah
kepada produsen dan konsumen di wilayah yang atau limbah ke laut. Dalam kegiatan IUUF seringkali
berbeda. United Nations Conference on Trade and ditemukan pelanggaran dalam pengambilan ikan
Development (UNCTAD) (2017) mencatat bahwa yang tidak memperhatikan unsur keberlanjutan
jumlah muatan yang diantarkan menggunakan seperti gejala padat tangkap dan penggunaan
jalur transportasi laut semakin meningkat setiap alat terlarang seperti pukat, bom atau racun.
tahunnya. Selama tahun 2017, jumlah kapal yang Pembuangan sampah atau limbah ke laut sering
melintas di Selat Malaka sebanyak 180.322 kapal terjadi di daerah yang mempunyai kepadatan lalu
dan di dalam perairan Indonesia sebanyak 7.218 lintas pelayaran dan pabrik-pabrik pengolahan.
kapal. Banyaknya kapal yang melintas tersebut Kedua tindakan tersebut merusak ekosistem yang
berpotensi menjadi objek tindak kejahatan seperti dalam jangka panjang dapat mengurangi stok
perompakan, penyelundupan, dan pembuangan sumber daya laut.
limbah atau minyak kapal.

Gambar 8.13. Peta Kerawanan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2018

344 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Selama tahun 2014-2019, telah dilakukan Saat ini penyebaran paham ideologi berbasis
penangkapan terhadap 633 kapal pelaku praktik kekerasan dan perekrutan gencar dilakukan melalui
perikanan ilegal, tidak tercatat, dan tidak teregulasi media sosial dan pesan instan. Sedangkan lima
yang terdiri dari Kapal Ikan Indonesia sejumlah 252 alat propaganda yang diidentifikasi paling sering
kapal dan Kapal Ikan Asing 381 kapal. digunakan di media sosial yaitu melalui video, forum
diskusi (chat rooms), situs daring (websites), gambar
Secara umum, perairan Indonesia masih belum (images), dan tautan daring, retweets, likes dan
aman atas ancaman perompakan bersenjata atau tagar. Pada bulan Juli 2014, melalui media daring,
perompakan. Pada tahun 2017 jumlah perompakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) meluncurkan
di wilayah laut Indonesia sebanyak 43 kejadian video propaganda di Indonesia yang mengajak
atau paling tinggi apabila dibandingkan dengan umat muslim Indonesia untuk memberikan kontribusi
Malaysia (7 kejadian), Filipina (22 kejadian), dan sumbangan baik fisik ataupun keuangan untuk ISIS.
Singapura (4 kejadian). Video propaganda tersebut diunggah, dibagikan,
dan tersebar melalui media sosial dan pesan instan.
Berdasarkan hal tersebut, sudah sepantasnya
perompakan kapal menjadi topik yang harus Menurut perkembangannya, penyebaran paham
diperhatikan. Hal ini juga seiring dengan peningkatan radikal telah menyasar kelompok anak-anak dan
konektivitas maritim di wilayah Indonesia yang perempuan. Hal tersebut ditunjukkan oleh sekitar 40
menyebabkan lalu lintas kapal semakin padat. Lalu perempuan dan 100 anak Indonesia dibawah umur
lintas yang padat cenderung akan menarik palaku 15 tahun telah menyebrang ke Suriah. Peran utama
perompakan untuk melakukan tindak kejahatan. perempuan dalam aksi terorisme di Indonesia
antara lain membangun aliansi melalui perkawinan,
Selain itu, tindak pidana terkait sumber daya alam juga mencetak generasi radikal masa depan,
masih tinggi. Pada tahun 2015 terdapat 60 kapal ikan menyiapkan anak menjadi generasi radikal melalui
yang beroperasi tanpa izin di indonesia, meningkat sekolah rumah, menanamkan paham radikal pada
dari tahun sebelumnya sebanyak 10 kapal. Sementara anggota keluarga, mengelola forum percakapan
itu, jumlah kapal penangkap ikan tanpa dokumen yang dan pesan daring untuk perekrutan dan pernikahan,
lengkap di Indonesia dilaporkan sebanyak 31 kapal mengumpulkan dan mengelola dana baik untuk
di tahun 2015. meningkat dari tahun sebelumnya aksi terorisme atau dukungan bagi keluarga teroris,
hanya berjumlah 4 kapal. Hal yang menjadi masalah terlibat langsung sebagai kombatan, serta sebagai
utama dalam pengamanan wilayah laut adalah isu kurir atau perbantuan logistik.
kelembagaan dan regulasi yang belum optimal
mengatur tentang tugas dan fungsi kewenangan Selain itu, penyebaran paham radikal juga terjadi
pemangku kepentingan terkait keamanan laut. di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas) dan
rumah tahanan. Penyebaran paham radikal di
Sarana Penyebaran Paham Radikal dalam lapas dan rumah tahanan terjadi karena
Semakin Beragam sistem manajeman lapas dan rumah tahanan yang
Secara umum peringkat dan skor Indonesia dalam belum optimal. Hal ini diperparah dengan kondisi
Global Terrorism Index (GTI) tahun 2014-2017 terus lapas dan rumah tahanan yang melebihi kapasitas
membaik seiring dengan upaya pemerintah untuk dan tidak adanya pemisahan antara narapidana
mencegah dan menanggulangi terorisme, dari terorisme dengan narapidana lainnya. Disamping
yang semula dinilai sebagai negara rawan menjadi itu, akibat kekalahan ISIS di Suriah, di perkirakan
kategori sedang yang terdampak aksi terorisme. jumlah returnees WNI akan semakin meningkat.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 345


Sasaran, Target, dan Indikator
Konsolidasi Demokrasi

Terbentuknya lembaga
demokrasi yang efektif
Terwujudnya demokrasi yang
terkonsolidasi, terpeliharanya
kebebasan, menguatnya kinerja
Meningkatnya Skor IDI Variabel Kapasitas
lembaga-lembaga demokrasi
Lembaga Demokrasi
dan terjaganya warga secara
optimal
Skor IDI sebesar 78,37

Terpenuhinya dan Terwujudnya komunikasi


terjaminnya kebebasan publik yang efektif, integratif
dan partisipatif

Pemenuhan kesetaraan dan jaminan Penguatan Tata Kelola Komunikasi dan


kebebasan : Informasi Publik
Skor IDI Variabel Kesetaraan Peningkatan kualitas konten
Skor IDI Variabel kebebasan Peningkatan Kualitas SDM Bidang
Indeks Kerawanan Pemilu Komunikasi dan Informatika

346 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

Sasaran pembangunan bidang aparatur yaitu dan netral; pelayanan publik yang berkualitas dan
terwujudnya birokrasi yang bersih, efektif, dan inovatif; organisasi dan proses bisnis birokrasi yang
terpercaya dalam bentuk Reformasi Birokrasi dan responsif dan adaptif; serta manajemen kinerja
Tata Kelola melalui ASN profesional, berintegritas, yang andal efektif dan akuntabel.

Target Program Prioritas Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola


(Persentase Indeks RB Komposit K/L:85%; Prov:85%; Kab/Kota:75%)

Terwujudnya Terwujudnya
ASN profesional, pelayanan publik
berintegritas, dan yang berkualitas dan
netral inovatif

• Instansi Pemerintah dengan • Instansi Pemerintah dengan


Indeks Sistem Merit Kategori tingkat Kepatuhan Pelayanan
Baik ke atas Publik Kategori Baik
• Kementerian : 100% • 164 Instansi Pemerintah
• LPNK : 100%
• Provinsi : 85%
• Kab/Kota : 30%

Terwujudnya Terwujudnya
kelembagaan akuntabilitas
yang efektif keuangan dan
berbasis prioritas kinerja
pembangunan
nasional • Instansi Pemerintah pusat (K/L)
yang mendapatkan Opini WTP
• Instansi Pemerintah dengan • K/L : 95%; Prov : 95%; Kab : 85%;
Indeks Maturitas SPBE kategori Kota: 95%
baik • Instansi Pemerintah dengan Skor
• Kementerian: 100% Sakip B ke atas:
• Provinsi : 80% • Kementerian : 100%
• Provinsi : 100%
• Kabupaten/Kota : 50%
• Kabupaten/Kota : 80%

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 347


Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri

Terjaganya integritas Menguatnya


wilayah NKRI dan kerjasama
Perlindungan WNI di pembangunan
luar negeri internasional

• Indeks Kemajuan Perundingan • Jumlah program/kegiatan Kerja sama


Selatan-Selatan dan Triangular (KSST)
Penyelesaian Perbatasan
(240)
Maritim (72.42) • Jumlah pendanaan kegiatan kerjasama
• Indeks Pelayanan dan pembangunan internasional termasuk
Perlindungan WN dan BHI di KSST (Rp 293 Miliar)
Luar Negeri (90) • Tingkat partisipasi aktor non
pemerintah dalam kegiatan kerjasama
pembangunan internasional (2,96-
3,16%)

Meningkatnya citra Meningkatnya peran


positif Indonesia di Indonesia di Tingkat
dunia internasional Regional dan Global

• Indeks citra Indonesia di dunia • Jumlah forum yang


internasional (4) dipimpin oleh Indonesia
pada tingkat regional dan
multilateral (16)

348 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Penegakan Hukum Nasional

Terwujudnya Terwujudnya sistem


regulasi yang anti korupsi yang
berkualitas optimal

Menurunnya persentase Meningkatnya skor Indeks Perilaku


permohonan judicial review yang Anti Korupsi
dikabulkan oleh MK dan MA

Terwujudnya sistem Terwujudnya


peradilan yang Pemenuhan akses
efektif, transparan terhadap keadilan
dan akuntabel

• Meningkatnya peringkat EoDB Meningkatnya indeks akses terhadap


Indonesia untuk aspek penegakan keadilan
kontrak, penyelesaian kepailitan,
dan mendapatkan kredit
• Menurunnya persentase residivis

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 349


Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional
Global Fire Power Index (N.A)
Global Terrorism Index (4,24)
Proporsi orang yang merasa aman berjalan sendirian (N.A)
Indeks Keamanan dan Ketertiban Nasional (N.A)

• Indeks Resiko Terorisme


(pelaku) (37,80)
• Indeks Resiko Terorisme
(Target) (54,00)
• Angka Pelanggaran Lintas
Batas Negara (N.A)
• Angka Kejadian Konflik
(N.A)
• Angka Korban Pengungsi • Terpenuhinya kekuatan
Internal (N.A) pokok Minimum Essential
Force (MEF) (100%)
• Kontribusi Industri
• Menurunnya
Pertahanan terhadap
pelanggaran di
Pemenuhan Alutsista (≥50%)
perbatasan
• Menurunnya jumlah
kejadian terorisme • Terpenuhinya kekuatan
pokok Minimum
Essential Force (MEF) dan
• Angka Pelanggaran meningkatnya kontribusi
Hukum dan Gangguan industri pertahanan terhadap
Keamanan di Laut (N.A) pemenuhan Alutsista

• Mewujudkan keamanan • Angka Prevalensi


laut yang terbebas dari Penyalahguna Narkotika
kejahatan tradisional (1,69%)
dan transnasional • Crime Rate (127 orang/
• Meningkatnya cakupan 100.000 penduduk)
pengawasan dalam • Pelayanan Publik Polri yang
rangka pemberantasan Prima (N.A)
IUU Fishing

• Terpeliharanya keamanan
dan ketertiban masyarakat
dan meningkatnya pelayanan
• Skor Global Cyber Kepolisian
Security Index (0,838)

• Menguatnya ketahanan
masyarakat terhadap
serangan siber
• Menguatnya tata kelola
pemangku kepentingan
terkait siber

350 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Tabel 8.2 Sasaran Indikator Target

Sasaran/Arah
No Indikator Target 2020 Target 2024
Kebijakan

Menguatnya Stabilitas Polhukhankam dan Terlaksananya Transformasi Pelayanan Publik

1 Konsolidasi 1. Indeks Demokrasi Indonesia 76,97 78,37


Demokrasi
2. Skor IDI Variabel Kapasitas Lembaga
75,30 75,50
Demokrasi
3. Skor IDI Variabel Kesetaraan 76,89 80,47
4. Skor IDI Variabel Kebebasan 82,00 84,00
5. Indeks Kerawanan Pemilu 47 39
6. Persentase (%) kepuasan masyarakat
terhadap konten informasi publik terkait 70% 72%
Kebijakan dan Program Prioritas Pemerintah
7. Persentase (%) konten informasi publik
80% 95%
yang berkualitas
2 Optimalisasi 1. Indeks Kemajuan Perundingan
32,9 72.42
Kebijakan Luar Penyelesaian Perbatasan Maritim
Negeri
2. Indeks Pelayanan dan Perlindaungan WNI
86 90
dan BHI di Luar Negeri
3. Jumlah program/kegiatan Kerja sama
96 240
Selatan-Selatan dan Triangular
4. Jumlah pendanaan kegiatan kerja sama
Rp 161,6 Miliar Rp 293 Miliar
pembangunan internasional termasuk KSST
5. Tingkat partisipasi actor non pemerintah
dalam kegiatan kerja sama pembangunan 2,2-2,38% 2,96-3,16%
internasional
6. Indeks Citra Indonesia di dunia
3,87. 4.07.
Internasional
7. Jumlah forum yang dipimpin oleh Indonesia
10 16
pada tingkat regional dan multilateral
3 Penegakan 1. Persentase judicial review yang dikabulkan 12,15% dan 8,15% dan
Hukum oleh MK dan MA 11,05% 7,05%
Nasional yang
2. Peringkat EoDB Indonesia untuk aspek
Mantap 120 70
penegakan kontrak
3. Peringkat EoDB Indonesia untuk aspek
30 20
penyelesaian kepailitan
4. Peringkat EoDB Indonesia untuk aspek
30 20
mendapatkan kredit
5. Presentase pelaku residivis 11% 9%

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 351


Sasaran/Arah
No Indikator Target 2020 Target 2024
Kebijakan
6. Indeks Perilaku Anti Korupsi 4 4,14
7. Indeks Akses terhadap Keadilan 65-70 71-80
4 Reformasi 1. Instansi pemerintah dengan Indeks RB Baik Indeks RB Baik Indeks RB Baik
Birokrasi dan Keatas* Keatas Keatas
Tata Kelola
a. Kementerian/Lembaga 85% 85%
b. Provinsi 85% 85%
c. Kabupaten/Kota 70% 70%
Indeks Sistem Indeks Sistem
2. Instansi Pemerintah dengan Indeks Sistem
Merit Kategori Merit Kategori
Merit Kategori Baik ke atas
Baik ke atas Baik ke atas
a. Kementerian 100% 100%
b. LPNK 100% 100%
c. Provinsi 85% 85%
d. Kabupaten/Kota 30% 30%
Instansi Instansi
Pemerintah Pemerintah
3. Instansi Pemerintah dengan tingkat dengan tingkat dengan tingkat
Kepatuhan Pelayanan Publik Kategori Kepatuhan Kepatuhan
Baik** Pelayanan Publik Pelayanan Publik
Kategori Baik Kategori Baik
(164) (164)
Instansi Instansi
Pemerintah Pemerintah
4. Instansi Pemerintah dengan Indeks
dengan Indeks dengan Indeks
Maturitas SPBE kategori baik
Maturitas SPBE Maturitas SPBE
kategori baik kategori baik
a. Kementerian/Lembaga 100% 100%
b. Provinsi 80% 80%
c. Kabupaten/Kota 50% 50%
Instansi Instansi
Pemerintah Pemerintah
5. Instansi Pemerintah pusat (K/L) yang
pusat (K/L) yang pusat (K/L) yang
mendapatkan Opini WTP
mendapatkan mendapatkan
Opini WTP Opini WTP
a. Kementerian/Lembaga 95% 95%
b. Provinsi 95% 95%
c. Kabupaten 85% 85%
d. Kota 95% 95%

352 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Sasaran/Arah
No Indikator Target 2020 Target 2024
Kebijakan
Instansi Instansi
6. Instansi Pemerintah dengan Skor Sakip B Pemerintah Pemerintah
ke atas: dengan Skor dengan Skor
Sakip B ke atas Sakip B ke atas
1. Kementerian/Lembaga 100% 100%
2. Provinsi 100% 100%
3. Kabupaten/Kota 80% 80%
5 Menjaga 1. Indeks Resiko Terorisme (Pelaku) 38,24 37,80
Stabilitas
2. Indeks Resiko Terorisme (target) 54,46 54,00
Keamanan
Nasional 3. Angka Pelanggaran Lintas Batas Negara N.A N.A
4. Angka Kejadian Konflik N.A N.A
5. Angka Korban Pengungsi Internal N.A N.A
6. Terpenuhinya kekuatan pokok Minimum
72% 100%
Essential Force (MEF)
7. Kontribusi Industri Pertahanan terhadap
≥50% ≥50%
Pemenuhan Alutsista
8. Angka Pelanggaran Hukum dan Gangguan
N.A N.A
Keamanan di Laut
9. Angka Prevalensi Penyalahgunaan
1,86% 1,69%
Narkotika
129 orang/ 127 orang/
10. Crime Rate 100.000 100.000
penduduk penduduk
11. Pelayanan Publik Polri yang Prima N.A N.A
12. Skor Global Cyber Security Index 0,792 0,838

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 353


Arah Kebijakan dan Strategi:
Konsolidasi Demokrasi

Penataaan Lembaga Demokrasi


1. Memperkuat peraturan perundangan
bidang politik .
2. Mendorong demokrasi internal parpol
3. Memperkuat transparansi dan akuntabilitas
parpol
4. Memperkuat penyelenggara Pemilu.

Penguatan Kesetaraan dan Kebebasan


1. Melakukan Pendidikan Politik dan
Pemilih secara Konsisten;
2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas
organisasi masyarakat sipil;
Peningkatan Kualitas Komunikasi Publik
3. Mendorong penyelenggaraan
1. Memperkuat tata kelola informasi dan
kepemiluan yang baik.
komunikasi publik di K/L/D;
2. Menyediakan konten dan akses informasi
publik yang, merata, dan berkeadilan,
terutama di wilayah 3T;
3. Meningkatkan kualitas SDM Bidang
Komunikasi dan Informatika;
4. Meningkatkan literasi TIK masyarakat;
5. Penguatan peran lembaga: pers dan
jurnalis;
6. Meningkatkan kualitas lembaga penyiaran.

354 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri

Memperkuat integritas wilayah NKRI dan


perlindungan WNI di luar negeri
1. Peningkatan dan intensifikasi efektivitas
penyelesaian perbatasan dan percepatan Memperkuat Kerjasama Pembangunan
pemetaan batas negara Internasional:
2. Pembangunan norma dan hukum 1. Peningkatan penggunaan sumber-
internasional dalam melindungi kedaulatan sumber dan mekanisme pendanaan
Indonesia baru
3. Peningkatan kerja sama internasional 2. Penciptaan lingkungan yang
dalam pencegahan dan penanganan mendukung peningkatan partisipasi
kejahatan trans-nasional swasta dalam kerjasama pembangunan
4. Penguatan pelayanan dan perlindungan internasional
WNI dan BHI di tingkat bilateral, regional, 3. Penguatan KSST untuk mendukung
dan multilateral perdagangan dan investasi
5. Penguatan peran-serta aktor non- 4. Penguatan lembaga pemberi bantuan
pemerintah dan kerjasama pembangunan
internasional

Meningkatkan Peran Indonesia di Tingkat


Meningkatkan Citra Positif Indonesia Di Dunia Regional dan Global:
Internasional: 1. Peningkatan Inisiasi/ Posisi Indonesia
1. Penyusunan Kebijakan Diplomasi Publik yang diterima di Tingkat Regional dan
Indonesia Global
2. Peningkatan Peran-Serta Aktor Non- 2. Peningkatan Peran Aktif Indonesia
Pemerintah dalam Diplomasi Publik yang dalam Perdamaian Dunia
Inklusif 3. Peningkatan Koordinasi di dalam
Negeri Untuk Melaksanakan Komitmen
Internasional
4. Penataan Peran, Struktur dan Fungsi K/L
dalam Melaksanakan Kebijakan Luar
Negeri Indonesia

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 355


Memperkuat Integritas Wilayah NKRI dan Meningkatkan Citra Positif Indonesia Di Dunia
Perlindungan WNI di Luar Negeri melalui: Internasional
1. Peningkatan dan intensifikasi efektivitas 1. Penyusunan Kebijakan Diplomasi Publik
penyelesaian perbatasan dan percepatan Indonesia untuk meningkatkan koordinasi di
pemetaan batas negara; tingkat nasional.
2. Pembangunan norma dan hukum internasional 2. Peningkatan Peran-Serta Aktor Non-Pemerintah
dalam melindungi kedaulatan Indonesia, melalui dalam Diplomasi Publik Yang Inklusif.
penegasan norma dan hukum internasional
seperti Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Meningkatkan Peran Indonesia di Tingkat Regional
tentang Hukum Laut (UNCLOS) atau dengan dan Global
pembuatan kerja sama strategis di bidang 1. Peningkatan Inisiasi/Posisi Indonesia yang
maritim dengan negara lain. diterima di Tingkat Regional dan Global.
3. Peningkatan kerja sama internasional dalam 2. Peningkatan Peran Aktif Indonesia dalam
pencegahan dan penanganan kejahatan trans- Perdamaian Dunia
nasional; 3. Peningkatan Koordinasi di dalam Negeri untuk
4. Penguatan perlindungan WNI dan BHI di Melaksanakan Komitmen Internasional.
tingkat bilateral, regional, dan multilateral dan 4. Penataan Peran, Struktur dan Fungsi K/L dalam
meningkatkan pencegahan masalah WNI di luar Melaksanakan Kebijakan Luar Negeri Indonesia.
negeri;
5. Penguatan peran-serta aktor non-pemerintah,
seperti universitas, masyarakat sipil, dan
lembaga non-pemerintah lain dalam melakukan
perlindungan kepada WNI melalui berbagai
aspek seperti sosialisasi, edukasi, hingga
pemberian bantuan hukum

Memperkuat Kerjasama Pembangunan Internasional


melalui:
1. Peningkatan penggunaan sumber-sumber dan
mekanisme pendanaan baru
2. Penciptaan lingkungan yang mendukung
peningkatan partisipasi swasta dalam kerjasama
pembangunan internasional
3. Penguatan KSST untuk mendukung perdagangan
dan investasi
4. Penguatan lembaga pemberi bantuan dan
kerjasama pembangunan internasional

356 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Penegakan Hukum Nasional
Pencapaian sasaran pokok pembangunan bidang hukum ke depan dilaksanakan melalui arah kebijakan
dan strategi sebagai berikut:

Penguatan
Penataan Sistem Anti
Regulasi Korupsi

Pembentukan Lembaga Penguatan Implementasi


Pengelola Regulasi Strategi Nasional
Pembaruan Substansi Pencegahan Korupsi
hukum Optimalisasi Mekanisme
Pemulihan dan
Pengelolaan Aset

Perbaikan Sistem Peningkatan


Hukum Pidana Akses Terhadap
dan Perdata Keadilan

Penyempurnaan Hukum Pemberdayaan hukum


Ekonomi untuk Mendukung bagi Masyarakat
Kemudahan Berusaha
Penguatan Layanan
Penerapan Pendekatan
Keadilan
Keadilan Restoratif
Dukungan TI di bidang
Hukum & Peradilan

1. Penataan regulasi akan diwujudkan melalui


strategi:

a. Pembentukan Lembaga Pengelola b. Pembaruan substansi hukum, antara lain


Regulasi, dengan fokus: sinkronisasi perubahan KUHP, KUHAP, KUHAPer,
dengan pemangku kepentingan dalam regulasi terkait badan usaha, jaminan
pembentukan regulasi; integrasi proses benda bergerak, hukum perdata
monitoring dan evaluasi regulasi; internasional, dan kepailitan.
optimalisasi akses dan partisipasi publik
dalam penyusunan dan pembentukan
regulasi; penguatan harmonisasi dan
sinergitas kebijakan dan regulasi; dan
dukungan database berbasis teknologi
informasi.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 357


2. Perbaikan sistem Hukum Pidana dan Perdata 3. Penguatan sistem anti korupsi akan diwujudkan
melalui strategi: melalui strategi:

a. Penyempurnaan Hukum Ekonomi yang a. Penguatan upaya pencegahan korupsi,


Mendukung Kemudahan Berusaha, melalui melalui implementasi Aksi Pencegahan
penyusunan regulasi yang mendukung Korupsi sesuai Strategi Nasional
kemudahan berusaha, penguatan Pencegahan Korupsi;
sistem berbasis TI dalam pelayanan dan
penanganan permasalahan perdata, dan b. Optimalisasi mekanisme pemulihan dan
penguatan kelembagaan yang mendukung pengelolaan aset hasil tindak pidana
pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan. korupsi dalam sistem peradilan secara
menyeluruh serta pemanfaatannya untuk
b. Penerapan Pendekatan Keadilan mendukung pembangunan;
Restoratif, melalui optimalisasi penggunaan
regulasi yang tersedia dalam peraturan 4. Peningkatan akses terhadap keadilan akan
perundangundangan yang mendukung diwujudkan melalui strategi:
Keadilan Restoratif, optimalisasi peran a. Penguatan layanan keadilan bagi seluruh
lembaga adat dan lembaga yang terkait kelompok masyarakat dalam bentuk
dengan alternatif penyelesaian sengketa, peningkatan ketersediaan dan pelayanan
termasuk mengedepankan upaya bantuan hukum yang berkualitas,
pemberian rehabilitasi, kompensasi, dan peningkatan ketersediaan mekanisme
restitusi bagi korban, termasuk korban formal dan informal yang berkualitas,
pelanggaran hak asasi manusia. serta perluasan keterjangkauan layanan
keadilan.
c. Dukungan TI di bidang hukum dan
peradilan, melalui penyediaan, pengelolaan b. Pemberdayaan hukum bagi masyarakat
serta berbagi pakai data antar penegak dalam bentuk peningkatan kemampuan
hukum, termasuk di dalamnya penguatan masyarakat dalam memahami hukum dan
pengelolaan database di internal lembaga mengakses keadilan, serta membangun
penegak hukum. kapasitas masyarakat untuk berperan aktif
menggunakan mekanisme dan layanan
dari dan untuk masyarakat dalam upaya
memperoleh kepastian hukum.

358 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
Gambar 8.14 Arah Kebijakan dan Strategi Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

“Terwujudnya kepemerintahan
yang baik, bersih, dan berwibawa yang berdasarkan
hukum serta birokrasi yang profesional dan netral”

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

KELEMBAGAAN DAN
APARATUR SIPIL

AKUNTABILITAS
PROSES BISNIS

PENGAWASAN
KINERJA DAN
ORGANISASI
NEGARA

Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

1. Penguatan implementasi manajemen ASN, 3. Reformasi sistem akuntabilitas kinerja, melalui


melalui, penerapan manajemen talenta nasional penguatan akuntabilitas kinerja organisasi
ASN, peningkatan profesionalitas ASN, dan reformasi sistem perencanaan dan
penyederhanaan eselonisasi, serta penataan penganggaran.
jabatan fungsional. 4. Transformasi pelayanan publik melalui,
2. Penataan kelembagaan berbasis prioritas pelayanan publik berbasis elektronik (e-service),
pembangunan nasional, melalui penataan penguatan pengawasan masyarakat atas kinerja
kelembagaan dan proses bisnis instansi pelayanan publik, penguatan ekosistem inovasi,
pemerintah dan penerapan SPBE terintegrasi. dan penguatan pelayanan terpadu.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 359


Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional

Stabilitas Keamanan Nasional ditandai dengan 2. Penguatan Kemampuan Pertahanan dibarengi


terjaganya keutuhan wilayah Negara Kesatuan dengan pendekatan Confidence Building
Republik Indonesia, diseganinya kekuatan Measures (CBM) dan reformasi anggaran yang
pertahanan di kawasan, serta meningkatnya rasa ditandai dengan terpenuhinya kekuatan pokok
aman. Hal tersebut dicapai melalui: minimum atau MEF, dan meningkatnya kontribusi
1. Penguatan Keamanan Dalam Negeri yang industri pertahanan terhadap pemenuhan
ditandai dengan menurunnya Indeks Ketahanan Alutsista. Hal ini diwujudkan dengan:
Risiko Terorisme (Pelaku dan Target), angka (1) Pengadaan Alutsista,
pelanggaran lintas batas negara, angka (2) Pemeliharaan dan Perawatan Alutsista,
kejadian konflik, angka korban pengungsi (3) Pembangunan Sarana-Prasarana
internal. Hal ini diwujudkan dengan: Pertahanan,
(1) Peningkatan Penanganan dan Pencegahan (4) Peningkatan Profesionalisme dan
Tindak Pidana Terorisme; Kesejahteraan Prajurit
(2) Pengamanan Obyek Vital dan Target (5) Pembangunan Pertahanan Siber, dan
Rentan; (6) Pembangunan dan Pengembangan Industri
(3) Penguatan Pertahanan dan Keamanan di Pertahanan.
Perbatasan dan Pulau Terluar;
(4) Keselamatan dan Reintegrasi di Wilayah 3. Penguatan Keamanan Laut yang ditandai
Rawan dan Bencana; dan dengan menurunnya angka pelanggaran hukum
(5) Penanganan Konflik secara humanis. dan gangguan keamanan laut NRI yang dipantau

360 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


dari kegiatan perikanan ilegal, tidak tercatat, dan (3) Penanganan Kasus TPPO, serta Kejahatan
tidak teregulasi, dan meningkatnya persentase terhadap Perempuan, Anak, dan Kelompok
kepatuhan (compliance) pelaku usaha kelautan Rentan Lainnya; dan
dan perikanan. Hal ini diwujudkan dengan: (4) Peningkatan Layanan Kepolisian yang
(1) Penguatan Kapasitas Sistem Peringatan Profesional, Modern, dan Terpercaya.
Dini Terpadu; (5) Pengadaan Almatsus dan Alpakam
(2) Penguatan Kapasitas Operasi Keamanan dukungan Layanan Kepolisian
Laut; dan (6) Peningkatan Profesionalisme dan
(3) Peningkatan Penyelesaian Kasus Kesejahteraan Anggota Polri
Keamanan Laut.
5. Penguatan Keamanan dan Ketahanan Siber
4. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban yang ditandai dengan meningkatnya skor
Masyarakat yang ditandai dengan menurunnya Indonesia dalam Global Cybersecurity Index.
Angka Prevalensi Penyalahgunaan Narkotika, Hal ini diwujudkan dengan:
tingkat kejahatan (crime rate). Hal ini diwujudkan (1) Pembangunan dan Penguatan Computer
dengan: Security Incident Response Team (CSIRT);
(1) Pencegahan dan Pemberantasan (2) Penguatan Pengamanan Infrastruktur Siber;
Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor (3) Penyelesaian Kejahatan Siber,
Narkotika; (4) Penguatan Kapasitas SDM Keamanan
(2) Peningkatan Pencegahan Penyalahgunaan Siber, dan
Narkotika dan Rehabilitasi Penyalahguna (5) Pencegahan Kejahatan Siber dan
Narkotika; Peningkatan Kerjasama Internasional
Bidang Siber.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 361


KAIDAH PELAKSANAAN
Kerangka Regulasi

9
Kerangka Kelembagaan
Kerangka Pendanaan
Kerangka Evaluasi dan Pengendalian
Kerangka Regulasi
Regulasi dan kelembagaan menjadi penghambat dipahami, dan tertib, serta memberikan manfaat
utama (the most binding constraint) pertumbuhan konkrit dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
ekonomi di Indonesia (hasil penelitian Growth
Diagnostic, A New Approach to National Untuk memastikan dukungan kualitas dan kuantitas
Development Strategies: Indentifying The Binding regulasi, harus diperhatikan prinsip-prinsip
Constraint to Growth in Indonesia, Bappenas, sebagaimana tercantum pada Gambar 9.1.
2018). Untuk itu, kerangka regulasi yang disusun
secara tepat, sederhana, fleksibel, dan membuka Pola pikir yang selama ini dilakukan dan dipahami
inovasi yang konstruktif diyakini akan membantu oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
memfasilitasi, mendorong, dan mengatur perilaku dengan membuat regulasi sebanyak-banyaknya,
masyarakat serta penyelenggara Negara dalam harus diubah dengan terlebih dahulu mempelajari
rangka mencapai tujuan bernegara. kebijakan prioritas, menganalisis dampak regulasi
(Regulatory Impact Analysis), didukung oleh
Peningkatan kualitas dan kuantitas regulasi teknologi informasi. sehingga akan menghasilkan
harus dilakukan dengan tatakelola yang tidak regulasi dan/atau kebijakan berdasarkan data-data
saja memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku yang akurat (evidence based) pada lima tahun ke
dalam pembentukan regulasi, namun juga mampu depan (2020-2024).
menghasilkan regulasi yang sederhana, mudah

Gambar 9.1 Prinsip – Prinsip Kerangka Regulasi yang Menjadi Koridor Penyusunan

Kebutuhan regulasi
dalam RPJMN yang
Memfasilitasi dan Mempertimbang- Memperhatikan Pelibatan
mendukung
mengatur perilaku kan aspek biaya asas-asas pemangku
kebijakan
masyarakat dan dan manfaat (CBA) pembentukan kepentingan
pembangunan
aparatur regulasi
nasional dan
Visi-Misi Presiden

Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2019

364 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pendekatan tersebut akan mengurangi jumlah (Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP),
regulasi yang tidak perlu dan menghemat biaya Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Menteri
pembentukan peraturan perundangan sehingga (Permen), dan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi
terlihat jelas kontribusi kerangka regulasi untuk serta Kabupaten/Kota) yang substansinya hampir
mendukung Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden sama satu dengan lainnya, tumpang tindih dan
2020-2024, sebagaimana gambar dibawah ini. konflik.

Gambar 9.2 Peran Regulasi Dalam Pembangunan Pendekatan “omnibus law” dalam praktiknya
telah dilakukan melalui simplifikasi regulasi dan

01
deregulasi paket kebijakan ekonomi. Contoh konkrit,
revisi UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Memberikan kemudahan bagi
Umum telah mencabut Undang-Undang Nomor 42
aktivitas masyarakat dan mengurangi
beban masyarakat Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden, Undang-Undang Nomor 15 Tahun

02
2011 tentang Penyelenggaraan Pemilu, Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pemilu Anggota DPR,
Mendorong potensi kreatif warga DPD, dan DPRD, serta Undang-Undang Nomor 11
negara lebih mudah dilaksanakan
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh pada Pasal
57,dan 60 Ayat (1),(2), dan Ayat (4). Contoh lain, PP
Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses

03
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Mendorong efektivitas dan efisiensi Nasional yang telah mencabut beberapa pasal
penyelenggaraan negara dan pada PP Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
pembangunan Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional dan
beberapa pasal pada PP Nomor 90 Tahun 2010

04
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara dan Lembaga yang konflik
Memiliki nilai tambah atau
insentif bagi pelaku usaha untuk dan menghambat pencapaian target pembangunan
mendukung sasaran nasional.

Inti pendekatan omnibus law adalah evaluasi,


Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2018
pengkajian, penelitian terkait regulasi dan pilihan
kebijakan untuk memastikan regulasi yang tepat,
Berdasarkan Gambar 9.2 terlihat bahwa regulasi fleksibel, namun akuntabel.
merupakan faktor pengintegrasi kebijakan dalam
rangka pencapaian pembangunan nasional Sesuai dengan arahan Presiden dalam rangka
termasuk menciptakan iklim investasi yang kondusif mendukung kemudahan berusaha dan investasi
bagi masyarakat dan dunia usaha. serta penyederhanaan regulasi, Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah yang membuat 1
Sebagai salah satu strategi penataan regulasi, (satu) regulasi baru harus mencabut paling sedikit 2
pendekatan “Omnibus Law” dapat diterapkan yaitu (dua) regulasi yang masih berlaku dan substansinya
dengan opsi penyederhanaan atau pencabutan, mengatur hal yang sama.
perevisian atau penggabungan beberapa regulasi

Kaidah Pelaksanaan 365


Pendekatan “omnibus law” dapat diterapkan salah Kemudahan Berusaha; 6) Dukungan Riset dan
satunya dalam rangka pemberdayaan UMKM dan Inovasi; 7) Administrasi Pemerintahan; 8) Pengenaan
Cipta Lapangan Kerja dimana identifikasi awal Sanksi; 9) Pengadaan Lahan; 10) Kemudahan Proyek
menunjukkan terdapat 177 UU terkait Cipta Lapangan Pemerintah; dan 11) Kawasan Ekonomi.
Kerja dimana terdapat 11 klaster atau pembidangan
terkait yang berpotensi dilakukan pendekatan Pendekatan “omnibus law” harus dipahami
“omnibus law” yaitu: 1) Perizinan Berusaha; sebagai upaya menyeluruh dan terpadu dalam
2) Persyaratan Investasi; 3) Ketenagakerjaan; rangka penataan dan peningkatan kualitas regulasi.
4) Kemudahan dan Perlindungan UMKM; 5) sebagaimana tergambarkan pada Gambar 9.3.

Gambar 9.3 Pendekatan “Omnibus Law”

PENDEKATAN OMNIBUS LAW

TAHUN 2019 TAHUN 2024


PENYEDERHANAAN
UU terkait
Cipta Lapangan Kerja
177 (termasuk regulasi
terkait kemudahan dan
PENCABUTAN
RUU
Cipta Lapangan Kerja
perlindungan UMKM)

PENGGABUNGAN
Peringkat Kemudahan menuju Peringkat Kemudahan
73 Berusaha di Indonesia
(peringkat EoDB) 40
Berusaha di Indonesia
(peringkat EoDB)

PENDEKATAN TERHADAPREGULASI YANG AKAN DISUSUN

Analisis Dampak Regulasi (Regulatory Impact Analysis/RIA)


Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and Benefit Analysis/CBA)

Mengurangi tumpang tindih Regulasi yang berorientasi Regulasi yang mengutamakan


regulasi tujuan kualitas dibandingkan kuantitas
(membentuk 1 regulasi baru dengan
mencabut 2 aturan yang masih
berlaku dan substansinya mengatur
hal yang sama

366 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 9.4 Alur Pikir Sinergi Kebijakan dan Regulasi

Kebijakan Regulasi

Pengkajian Evaluasi Undang-Undang

Penelitian Pembahasan
(analisis biaya dan manfaat/CBA)

RUU
Alternatif Kebijakan

Naskah Akademik

3c Non-Regulatory Policy: 3b Rekomendasi pada tingkat 3a Rekomendasi


Rekomendasi tindakan yang tidak bersifat peraturan pelaksanaan (PP, Revisi/Pembentukan/
pengaturan Perpres, Permen/Perka, dsb) Pencabutan UU

Alur perumusan kebijakan dan/atau perumusan regulasi didorong melalui suatu evaluasi berdasarkan suatu hambatan/dinamika pembangunan
PENGKAJIAN: meliputi kegiatan (1) menemukali permasalahan mendasar; (2) penetapan tujuan/sasaran; dan (3) Identifikasi regulasi yang sudah
ada dan/atau terkait
PENELITIAN: meliputi kegiatan analisis mendalam terhadap hasil pengkajian termasuk analisis biaya dan manfaat (CBA) dan/atau analisis terhadap
regulasi yang ada.
3a. Hasil penelitian bisa merekomendasikan revisi/pembentukan/pencabutan pada tingkat UU
3b. Hasil penelitian tidak selalu merekomendasikan revisi/pembentukan/pencabutan UU namun bisa juga pada tingkat peraturan pelaksanaan
3c. Non-regulatory policy (kebijakan diluar peraturan): apabila hasil analisis merekomendasikan tindakan yang tidak bersifat pengaturan, misalnya
ketersediaan anggaran pelaksanaan dari regulasi, SDM pelaksana, dll

Dari alur pikir di atas, efektifitas atau hambatan aspek legalitas, 2) aspek kebutuhan dan 3) aspek
suatu regulasi dapat dideteksi sejak dini. kemanfaatan, sebagaimana tercantum pada
Gambar 9.5.
Untuk memastikan kualitas regulasi yang baik
beberapa batu uji diperlukan sebagai berikut: 1)

Gambar 9.5 Batu Uji Pengusulan Kerangka Regulasi (KR)

Aspek Berdasarkan Beban yang


Legalitas Kebutuhan Ditimbulkan

1. Apakah regulasi merupakan 1. Apakah regulasi mendesak untuk 1. Apakah regulasi akan membebani
amanat regulasi di atasnya ditetapkan? APBN dan/atau APBD?
dan/atau regulasi lain? 2. Apakah regulasi memberikan 2. Apakah regulasi akan memberikan
2. Apakah regulasi bertentangan menfaat bagi masyarakat? manfaat yang lebih besar daripada
dengan regulasi yang lain? 3. Apakah regulasi memberikan biaya yang akan dikeluarkan?
3. Apakah regulasi menimbulkan kemudahan bagi masyarakat?
disharmoni dan inkonsisten 4. Apakah regulasi berpotensi
dengan regulasi yang lain? menghambat pencapaian
4. Apakah regulasi menimbulkan sasaran dan target pembangunan
multitafsir (menimbulkan nasional?
pemahaman berbeda)?
Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2018

Kaidah Pelaksanaan 367


Kebutuhan Regulasi pada Agenda Pembangunan RPJMN 2020-2024
Tabel 9.1 Rekapitulasi Kerangka Regulasi (KR) RPJMN 2020-2024

Kerangka Regulasi Arah


Agenda Pembangunan Kerangka
UU PP Perpres Regulasi
Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang
5 8 4 7
Berkualitas
Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan 6 9 18 5
Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan
10 18 21 3
Berdaya Saing
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan
2 3 5 25
Ekonomi dan Pelayanan Dasar
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan
1 8 2 0
Bencana dan Perubahan Iklim
Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi
13 1 3 2
Pelayanan Publik

TOTAL REKAPITULASI KR 37 47 53 42

Agenda Pembangunan Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas


a. Undang-Undang (UU) 6) RPP tentang Penjaminan Simpanan Koperasi
1) RUU Lembaga Pembiayaan Pembangunan 7) RPP tentang tentang Fungsi, Peran dan Prinsip
Indonesia Koperasi
2) Revisi UU No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi 8) RPP tentang Aturan Pemberdayaan Koperasi
Legal
3) RUU Cipta Lapangan Kerja (pendekatan omnibus c. Peraturan Presiden (Perpres)
law) 1) RPerpres Rencana Induk Pariwisata Terpadu /
4) RUU Pemberdayaan UMKM (pendekatan Intergrated Tourism Master Plan (ITMP)
omnibus law) 2) RPerpres tentang Asuransi Pertanian
5) RUU Perpajakan (pendekatan omnibus law) 3) RPerpres Peningkatan Kesejahteraan Petani
Berbasis Koporasi Petani
b. Peraturan Pemerintah (PP) 4) RPerpres Perlindungan Lahan Pertanian
1) Revisi PP No. 57 Tahun 2010 tentang
Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha d. Arah Kerangka Regulasi
dan Pengambilalihan Saham Perusahaan; 1) Regulasi Lembaga Keuangan/Perbankan untuk
2) RPP Tata Cara Penanganan Perkara dan mendukung pengembangan energi terbarukan
Pengenaan Sanksi Administratif Pelanggaran 2) Regulasi Bea Ekspor Batubara untuk mendukung
Persaingan Usaha; pengembangan energi terbarukan
3) RPP Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU); 3) Regulasi tentang perizinan industri smelter
4) RPP tentang tentang Kriteria Usaha Mikro Kecil 4) Evaluasi tentang UU Perseroan dan UU Badan
dan Menengah (UMKM); Usaha Milik Negara (BUMN)
5) RPP tentang Koperasi Syariah 5) Regulasi tentang Badan Pangan Nasional

368 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


6) Regulasi tentang Jamu Nasional 2) RPerpres Rencana Tata Ruang Kawasan
7) Regulasi tentang Rencana Induk Koperasi Strategis Nasional Ibu Kota Negara (RTR KSN
IKN)
Agenda Pembangunan Mengembangkan 3) RPerpres tentang Rencana Detail Tata Ruang
Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan (RDTR) Pusat Pemerintahan IKN
a. Undang-Undang (UU) 4) RPerpres tentang RDTR Pusat Ekonomi IKN
1) Revisi UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi 5) RPerpres tentang Pembatasan Pengalihan Hak
Khusus Bagi Provinsi Papua Atas Tanah Pada Lokasi Pemindahan Ibukota
2) Revisi UU No. 28/2009 tentang Pajak Daerah Negara
dan Restribusi Daerah 6) RPerpres tentang Strategi Nasional Percepatan
3) Revisi UU No. 24/2011 tentang Badan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS-
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) PPDT) 2020-2024 (mencabut Perpres tentang
4) RUU tentang Ibu Kota Negara STRANAS PPDT 2015-2019
5) Revisi UU No.29 Tahun 2007 Tentang 7) RPerpres tentang Rencana Aksi Nasional
Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta Sebagai Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (RAN-PPDT) Setiap Tahun
6) RUU tentang Perkotaan 8) RPerpres tentang Penetapan Daerah Tertinggal
2020-2024 (mencabut Perpres 131/2015 tentang
b. Peraturan Pemerintah (PP) Penetapan Daerah Tertinggal 2015-2019)
1) Revisi PP No. 11/2010 tentang Penertiban dan 9) RPerpres RTR KSN terkait Wilayah Metropolitan
Pendayagunaan Tanah Terlantar Palembang (Patunglaya)
2) RPP Pedoman Pemberian Nama dan Perubahan 10) RPerpres RTR KSN terkait Wilayah Metropolitan
Nama Rupabumi Banjarmasin (Banjarbakula)
3) Revisi PP 13/2017 tentang Perubahan Atas 11) RPerpres RTR KSN terkait Wilayah Metropolitan
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Manado (Bimindo)
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) 12) RPerpres RTR KSN terkait Wilayah Metropolitan
4) RPP Pengendalian Pemanfaatan Ruang Surabaya (Gerbangkertasusila)
5) Revisi PP No.96 Tahun 2015 tentang Fasilitas 13) RPerpres RTR KSN terkait Wilayah Metropolitan
dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus Denpasar (Sarbagita)
(KEK) 14) Revisi Perpres RTR Pulau /Kepulauan
6) Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 15) RPerpres RDTR Kawasan Perbatasan Negara
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- 16) RPerpres RTR Kawasan Strategi Nasional
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa 17) RPerpres tentang Kebijakan Perkotaan Nasional
7) RPP Perkotaan dan peraturan turunannya terkait 18) Revisi Perpres terkait Penataan Dewan Nasional
Standar Pelayanan Perkotaan dan Dewan Kawasan KEK
8) RPP tentang Insentif untuk Swasta dalam
Pembangunan Ibu Kota Negara d. Arah Kerangka Regulasi
9) RPP tentang Skema Pembiayaan Ibu Kota Negara 1) Peraturan perundangan tentang lembaga
penyediaan tanah/bank tanah
c. Peraturan Presiden (Perpres) 2) Peraturan Turunan dari Rperpres Kebijakan
1) RPerpres tentang Badan Otorita Persiapan dan Perkotaan Nasional mengenai Penyusunan
Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Petunjuk Teknis Perencanaan dan Pembangunan
Kota Hijau dan Tangguh

Kaidah Pelaksanaan 369


3) Peraturan Turunan dari Rperpres Kebijakan 4) Revisi PP Nomor 60 tahun 2015 tentang
Perkotaan Nasional mengenai Penyusunan Perubahan atas peraturan PP Nomor 46 Tahun
Petunjuk Teknis Perencanaan dan Pembangunan 2015 tentang Penyelenggaraan Jaminan Hari
Kota Pusaka Tua (JHT)
4) Peraturan Teknis terkait Penyusunan Rencana 5) Revisi PP Nomor 76 Tahun 2015 tentang
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
(RPJMD) dan Rencana Kerja Pembangunan 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan
Daerah (RKPD) Iuran Jaminan Kesehatan
5) Penegasan Pengaturan Hubungan Kerja di 6) RPP tentang Pelaksanaan Rehabilitas Sosial
Wilayah Batam dan Wewenang Dewan Kawasan 7) RPP tentang Akomodasi yang Layak bagi
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Penyandang Disabilitas dalam Penegakan
Bebas (KPBPB) Batam Hukum
8) RPP tentang Upaya Penanganan Fakir Miskin
Agenda Pembangunan Meningkatkan 9) RPP tentang Insentif dan Konsesi
Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan 10) RPP tentang Unit Layanan Disabilitas
Berdaya Saing Ketenagakerjaan
a. Undang-Undang (UU) 11) RPP Standar Mutu Pelayanan Kesehatan
1) Revisi UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem 12) RPP tentang Upaya Kesehatan Sekolah
Jaminan Sosial Nasional 13) RPP tentang Peraturan Pelaksanaan UU
2) Revisi UU 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kekarantinaan Kesehatan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga 14) RPP tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
3) RUU Sistem Pengasuhan Anak Alat Kesehatan
4) RUU tentang Kesetaraan Gender 15) RPP tentang Label dan Iklan Pangan
5) Revisi UU Nomor 12 Tahun 2010 tentang 16) Revisi PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Gerakan Pramuka Pengamanan Bahan yang Mengandung
6) Revisi UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi
Keolahragaan Nasional (SKN). Kesehatan
7) RUU tentang Pengawasan Obat dan Makanan 17) RPP tentang Upaya Kesehatan Jiwa
8) Revisi UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah 18) RPP tentang Keamanan Pangan
Sakit
9) Revisi UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik c. Peraturan Presiden (Perpres)
Kedokteran 1) Revisi Perpres Nomor 46 Tahun 2014 tentang
10) Revisi UU Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Susunan Organisasi dan Tata Kerja, Tata
Penyakit Menular Cara Pengangkatan, Penggantian, dan
Pemberhentian anggota Dewan Jaminan Sosial
b. Peraturan Pemerintah (PP) Nasional
1) Revisi PP Nomor 44 Tahun 2015 tentang 2) RPerpres tentang Pengelolaan Data Terpadu
Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja Pananganan Fakir Miskin dan Orang Tidak
dan Jaminan Kematian Mampu
2) Revisi PP Nomor 45 Tahun 2015 tentang 3) Revisi Perpres Nomor 63 tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Jaminan Pensiun Bantuan Sosial Non Tunai
3) Revisi PP Nomor 46 Tahun 2015 tentang 4) Revisi Perpres Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan JHT Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

370 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


5) Revisi Perpres Nomor 96 Tahun 2015 19) Rancangan Peraturan Presiden tentang
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Penanggulangan Tuberkulosis
Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan 20) Rancangan Peraturan Presiden tentang
Penanggulangan Kemiskinan Sertifikasi Halal Produk Obat, Produk Biologi
6) RPerpres tentang Kartu Pra Kerja. dan Alat Kesehatan
7) RPerpres tentang pembentukan Badan Layanan 21) RPerpres tentang Pembangunan Keluarga yang
Umum (BLU)/Holding BLU untuk pengelolaan Komprehensif dan Terintegrasi
Science and Techno Park (STP)/Lembaga
Penelitian, dan Pengembangan/Litbang dan d. Arah Kerangka Regulasi
pemasaran produk hasil riset STP/Lembaga 1) Revisi Peraturan Teknis terkait Tim Koordinasi
Litbang Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan
8) RPerpres tentang penyederhanaan proses Kabupaten/Kota
perizinan dan peraturan perundangan 2) Regulasi yang mendukung Percepatan
komersialisasi produk inovasi Penurunan Kematian Ibu
9) RPerpres tentang pemanfaatan prototype hasil 3) Regulasi yang Mendukung Afirmasi
riset untuk Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Pendayagunaan Tenaga Kesehatan
Perangkat Daerah (K/L/D) dan BUMN
10) RPerpres tentang mekanisme kerjasama antar Agenda Pembangunan Memperkuat
Sumber Daya Manusia (SDM) Ilmu Pengetahuan Infrastruktur untuk Mendukung
dan Teknologi (Iptek) dalam dan luar negeri Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan
11) RPerpres tentang mekanisme mobilisasi SDM Dasar
Iptek antar institusi litbang serta dengan BUMN a. Undang-Undang (UU)
dan Swasta 1) RUU Kerjasama Pemerintah dengan Badan
12) RPerpres tentang Insentif pajak untuk Usaha (KPBU) untuk Penyediaan Infrastruktur
Pengembangan dan Penelitian (Research and 2) Revisi Lampiran Undang-Undang Nomor 23
Development/R&D) swasta, pendapatan atas Tahun 2014 tentang Kewenangan Daerah
Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dan Investasi
R&D b. Peraturan Pemerintah (PP)
13) RPerpres Dana Abadi Penelitian, 1) RPP untuk Penyelenggaraan Tabungan
Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan Perumahan Rakyat (TAPERA)
(Litbangjirap) 2) RPP terkait Sistem Pembiayaan Sekunder
14) RPerpes tentang Strategi Nasional Pencegahan Perumahan
Perkawinan Anak 3) RPP Rancangan Peraturan Pemerintah
15) RPerpres tentang Strategi Nasional Penanganan mengenai Penyelenggaraan Sistem Penyediaan
Penanganan Anak Tidak Sekolah untuk Air Minum
Mendapatkan Layanan Pendidikan
16) RPerpres tentang Penataan Perencanaan, c. Peraturan Presiden (Perpres)
Penganggaran, dan Pemanfaatan Anggaran 1) RPerpres Rencana Umum Nasional Keselamatan
Pendidikan Jalan
17) RPerpres tentang Pengelolaan Basis Data 2) RPerpres Pengembangan Satu Data
Terpadu Penanggulangan Kemiskinan 3) RPerpres tentang Pengelolaan Terminal Peti
18)
Rancangan Peraturan Presiden tentang Kemas Secara Terpadu
Kabupaten Kota Sehat

Kaidah Pelaksanaan 371


4) RPerpres Dukungan untuk Pengembangan 16) Regulasi / Pengaturan Terkait Batas Atas dan
Transportasi Perkotaan Batas Bawah Tarif Air Minum
5) RPerpres tentang Integrasi Pengelolaan 17) Penyusunan Regulasi Bidang Air Limbah
Pelabuhan Hub Tol Laut Domestik
18) Pedoman Pengawasan (Pemantauan, Evaluasi,
d. Arah Kerangka Regulasi dan Pelaporan) Penyelenggaraan Sistem
1) Kajian Kebutuhan Penyusunan UU Air Minum Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD)
dan Air Limbah Domestik 19) Standarisasi Pembiayaan Infrastruktur Bidang
2) Revisi Peraturan Teknis terkait Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Prasarana dan Sarana Persampahan dalam 20) Panduan Praktis Pemenuhan Standar Pelayanan
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Minimal (SPM) Air Limbah Domestik
Sampah Sejenis Rumah Tangga 21) Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Perpipaan Air
3) Pedoman Konstruksi Fasilitas Pengolahan dan Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T)
Pemrosesan Akhir Sampah 22) Pedoman Tata Cara Monitoring dan Evaluasi
4) Tata Cara Survei Utilitas dalam Tanah SPM Air Limbah Domestik
5) Penyusunan Kriteria Pemanfaatan Lumpur Tinja 23) Pedoman Pembiayaan Penyelenggaraan Sistem
6) Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Air Minum Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD)
dan Sanitasi Terintegrasi 24) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
7) Pedoman Penyelenggaraan Drainase Pengelolaan Air Limbah Domestik
Lingkungan
8) Tata Cara Pemanfaatan Hasil Pengolahan Air Agenda Pembangunan Membangun
Limbah Domestik Lingkungan Hidup, Meningkatkan
9) Tata Cara Perizinan Badan Usaha Sistem Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim
Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) a. Undang-Undang (UU)
10) Pedoman Pembentukan BUMD dan/atau BUMN 1) Revisi UU Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
(SPALD) Hutan
11) Persyaratan Teknis Pengumpulan dan
Penyediaan Tempat Pengolahan Sampah b. Peraturan Pemerintah (PP)
Terpadu (TPST) dan/atau Tempat Pembuangan 1) Revisi PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Sampah mengurangi, menggunakan, daur Pengendalian Pencemaran Udara.
ulang (Reuse, Reduce, Recycle)/TPS 3R 2) Revisi PP Nomor 19 Tahun 1999 tentang
12) Penyusunan Materi Teknis Panduan Penutupan Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan
dan/atau Rehabilitasi Tempat Pembuangan Laut.
Akhir (TPA) Sampah 3) Revisi PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang
13) Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Pencemaran Air
(RISPAM) Menuju 100% Akses Air Minum Aman 4) Revisi PP Nomor 21 Tahun 2008 tentang
14) Pedoman Teknis Sistem Perpipaan Air Minum Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Aman 5) RPP tentang Penegakan Hukum Pidana Terpadu
15) Pedoman / Standar Teknis Sistem Penyediaan Lingkungan Hidup
Akses Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan 6) RPP tentang Rencana Perlindungan dan
(BJP) Terlindungi Pengelolaan Lingkungan Hidup.

372 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


7) RPP tentang Tata Cara Penetapan Daya Dukung b. Peraturan Pemerintah (PP)
dan Daya Tampung. 1) Revisi atas Perubahan Kedua Atas Peraturan
8) RPP tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 Tentang
dan Beracun Bantuan Keuangan kepada Partai Politik

c. Peraturan Presiden (Perpres) c. Peraturan Presiden (Perpres)


1) RPerpres tentang Instrumen Pengendalian 1) RPerpres tentang Ketentuan Sanksi bagi Pejabat
Gas Rumah Kaca Nasional dan Rencana Pembina Kepegawaian atas pelanggaran
Pembangunan Rendah Karbon. prinsip sistem merit dalam manajemen Aparatur
Sipil Negara
Agenda Pembangunan Memperkuat 2) Revisi Perpres 118 Tahun 2014 tentang
Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Sekretariat, Sistem dan Manejemen Sumber
Pelayanan Publik Daya Manusia, Tata Kerja, serta Tanggung
a. Undang-Undang (UU) Jawab dan Pengelolaan Keuangan Komisi
1) Revisi UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang Aparatur Sipil Negara
Perubahan Terhadap UU Nomor 2 Tahun 2008 3) RPerpres Grand Design Reformasi Kelembagaan
tentang Partai Politik Birokrasi
2) Revisi UU Nomor 37 Tahun 2008 tentang
Ombusdman RI d. Arah Kerangka Regulasi
3) Revisi UU Sistem Perencanaan Pembangunan 1) Penyusunan pengaturan peta jalan diplomasi
Nasional (SPPN) publik
4) Revisi UU Nomor 37 tahun 1999 tentang 2) Pendalaman kajian terkait regulasi hukum
Hubungan Luar Negeri perdata internasional
5) Revisi UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang
Perjanjian Internasional
6) Revisi UU 35 Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika
7) Revisi UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
8) Revisi UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang
9) RUU Jaminan Benda Bergerak
10) RUU Hukum Acara Perdata dalam HIR, Rbg dan
RV
11) RUU Badan Usaha
12) Revisi UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana
13) RUU Kitab UU Hukum Pidana

Kaidah Pelaksanaan 373


Kerangka Kelembagaan

Kerangka Kelembagaan (KK) berperan untuk ‘Struktur Mengikuti Strategi’ (structure follow
mendorong efektivitas pelaksanaan pembangunan strategy), maka pembentukan organisasi pemerintah
dengan dukungan kelembagaan yang tepat ukuran, didasarkan pada strategi untuk pencapaian tujuan
tepat fungsi dan tepat proses. Dalam konteks pembangunan. Adapun organisasi pemerintah
Mekanisme Penghantaran (delivery mechanism), sesuai dengan peraturan perundangan mencakup:
kelembagaan difokuskan pada penataan organisasi (a) Lembaga Negara; (b) Kementerian; (c) Lembaga
pemerintah beserta aturan main di dalamnya, baik Pemerintah Non Kementerian; (d) Lembaga Non
yang bersifat inter maupun antar organisasi, yang Struktural; (e) Pemerintah Daerah beserta Organisasi
berfungsi untuk melaksanakan program-program Perangkat Daerah; dan (f) Lembaga koordinasi
pembangunan. Adapun fokus kebijakan kerangka lain seperti Badan Koordinasi, Komite Nasional, Tim
kelembagaan dalam RPJMN 2020–2024 ditujukan Nasional dan lain-lain.
pada organisasi pemerintah yang mencakup
rumusan tugas, fungsi, kewenangan, peran, dan Dalam kurun waktu pelaksanaan RPJMN 2015 -
struktur, sebagaimana Gambar 9.6. 2019 total terdapat 313 Lembaga Non Struktural
(LNS) yang dibentuk berdasarkan mandat dari
Kelembagaan yang tepat fungsi, tepat ukuran peraturan perundangan, dengan detail sebagaimana
dan tepat proses diharapkan akan mendorong Tabel 9.1. Selain itu, hasil penataan kelembagaan
efektivitas kelembagaan yang sejalan dengan terhadap LNS menghasilkan sebanyak 13 LNS telah
arah pembangunan. Dengan menekankan nilai dihapuskan, sebagaimana Gambar 9.7.

Gambar 9.6 Kedudukan Kerangka Kelembagaan dalam Pembangunan

Presiden

Visi & Misi

Program
Pembangunan

Kerangka Regulasi Kerangka Kelembagaan Kerangka Pendanaan


(UU, Perpres, Permen, Fungsi dan struktur lembaga tata APBN dan Non APBN
Perka, Perda) kerja inter dan antar lembaga

374 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Tabel 9.2 Jumlah Lembaga Non Struktural
Adapun urgensi kerangka kelembagaan dalam
Peraturan dokumen perencanaan dimaksudkan untuk:
2015 2016 2017
Perundangan
1. Mengarahkan penataan organisasi pemerintah
Undang-Undang 72 73 73 sejalan dan mendukung pencapaian pembangunan;
2. Mendorong efektivitas kelembagaan melalui
Peraturan Pemerintah 5 5 5 ketepatan struktur organisasi, ketepatan proses
(tata laksana) organisasi, serta pencegahan
Peraturan Presiden/
31 29 20 duplikasi tugas dan fungsi organisasi.
Keputusan Presiden

Jumlah 108 107 98 Pembentukan organisasi/lembaga pemerintah


berdampak pada beberapa aspek termasuk
beban belanja negara, untuk itu inisiatif penataan
organisasi harus memperhatikan prinsip-prinsip
Gambar 9.7 Laju Pembubaran Jumlah LNS
kerangka kelembagaan sebagaimana Gambar 9.8.

2015 2016 2017


2 LNS 9 LNS 2 LNS

Gambar 9.8 Prinsip Kerangka Kelembagaan

Sejalan dengan Memperhatikan


Mendukung outcome
kebijakan efisiensi dan efektivitas
pembangunan
Pembangunan nasional anggaran

Sejalan dengan Sejalan dengan mendorong pembatasan


peraturan perkembangan lingkungan pembentukan lembaga
perundangan strategis pembangunan baru

Dilakukan dengan Memperhatikan


Memperhatikan asas pembagian kewenangan/
transparan, partisipatif,
manfaat urusan antara pemerintah
dan akuntabel pusat dan daerah

Mengedepankan
kerjasama multi pihak
yang kolaboratif

Kaidah Pelaksanaan 375


Aspek Kelayakan
Untuk memastikan kesesuaian dukungan kerangka
kelembagaan dengan pelaksanaan RPJMN 2020 – • Apakah usulan kerangka kelembagaan tidak
2024, perlu dilakukan beberapa tahapan penilaian tumpang tindih dengan kelembagaan yang ada ?
kelayakan. Adapun tahapan penilaian sebagai • Apakah usulan kerangka kelembagaan berdampak
berikut: (a) aspek kesesuaian; (b) aspek urgensi pada efisiensi pelaksanaan pembangunan ?
dan; (c) aspek kelayakan. Adapun penjabaran • Apakah usulan kerangka kelembagaan
ketiga aspek tersebut diturunkan dalam beberapa memperpendek rantai birokrasi dalam pelaksanaan
kebijakan ?
sub kriteria sebagai berikut.
• Apakah usulan kerangka kelembagaan berdampak
Aspek Kesesuaian langsung dan positif terhadap masyarakat ?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan seusai dengan • Apakah usulan kerangka kelembagaan realistis
Tujuan/Sasaran pembangunan nasional (RPJMN)? untuk diselesaikan (maksimal 3 tahun pertama
• Apakah usulan kerangka kelembagaan sesuaia RPJMN 2020 - 2024) ?
dengan kebijakan kerangka kelembagaan ?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan didukung
dengan kelengkapan dokumen pendukung hasil
Aspek Urgensi kajian dan analisis biaya dan manfaat (cost &
benefit analysis/CBA)?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan berdampak
pada pencapaian target pembangunan?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan merupakan
amanat paraturan perundangan?

Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional, prioritas penataan kelembagaan
pemerintah yang sejalan dengan prinsip-prinsip Kerangka Kelembagaan diarahkan guna mendukung
pencapaian agenda prioritas nasional, yang tergambar di bawah ini:

Prioritas Penataan Kelembagaan pada Agenda Pembangunan RPJMN


2020-2024

PEMBANGUNAN EKONOMI (3 KK)

3
PEMBANGUNAN MANUSIA (2 KK)

10
2

1 PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (1 KK)


PRIORITAS PENATAAN
KELEMBAGAAN
2
PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN (2 KK)
2

PEMBANGUNAN POLHUKHANKAM (2 KK)

376 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Kebutuhan Penataan Kelembagaan pada Agenda Pembangunan RPJMN
2020-2024
Agenda Pembangunan Ketahanan Ekonomi 2) Tata kelola kelembagaan dalam rangka
untuk Pertumbuhan yang Berkualitas mendukung talenta nasional
1) Tata kelola kelembagaan dalam rangka
mendukung pembiayaan pembangunan Agenda Pembangunan Memperkuat Infrastruktur
2) Tata kelola kelembagaan dalam rangka untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan
mendukung vokasi Pelayanan Dasar
3) Tata kelola kelembagaan dalam rangka 1) Tata kelola kelembagaan dalam rangka
mendukung keuangan syariah mendukung pelaksanaan transformasi digital

Agenda Pembangunan Mengembangkan Wilayah Agenda Pembangunan Memperkuat Stabilitas


untuk Mengurangi Kesenjangan Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan
1) Tata kelola kelembagaan dalam rangka Publik
mendukung kawasan ekonomi khusus
2) Tata kelola kelembagaan dalam rangka 1) Tata kelola kelembagaan dalam rangka
persiapan dan pemindahan ibu kota negara mendukung keamanan nasional
2) Tata kelola kelembagaan dalam rangka
Agenda Pembangunan Meningkatkan Sumber mendukung perencanaan dan pembangunan
Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing nasional
1) Tata kelola kelembagaan dalam rangka
pembinaan olahraga pendidikan dan prestasi

Kerangka Pendanaan
Dalam upaya mengoptimalkan dan mensinergikan sumber keuangan lain seperti obligasi, pinjaman dan
pemanfaatan sumber-sumber pendanaan hibah dari dalam maupun luar negeri yang berasal
pembangunan diperlukan adanya kerangka dari: (1) Lembaga Pembiayaan Pembangunan
pendanaan yang mencakup sumber pendanaan, Bilateral dan Multilateral; (2) Lembaga Keuangan
arah pemanfaatan, dan prinsip pelaksanaan (bank dan non bank); dan (3) Investor, baik
pendanaan pembangunan perseorangan maupun badan usaha.

Sumber-sumber pendanaan tersebut memiliki


Sumber Sumber karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
Pendanaan pemanfaatannya perlu disesuaikan dengan
karakteristik tersebut.

Sumber Pendanaan Pemerintah


a) Pajak, merupakan penerimaan negara berasal
Pendanaan pemerintah bersumber dari pajak, dari masyarakat yang diantaranya bersumber
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) maupun dari pajak penghasilan, pajak pertambahan

Kaidah Pelaksanaan 377


nilai, pajak bumi dan bangunan, cukai, pajak perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat
perdagangan internasional, dan pajak lainnya. berharga negara. Pinjaman luar negeri terdiri
Pajak digunakan untuk membiayai kegiatan atas pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan, yang
operasional dan investasi pemerintah. bersumber dari kreditor multilateral, kreditor
b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), bilateral, kreditor swasta asing, dan lembaga
merupakan penerimaan negara di luar penjamin kredit ekspor.
penerimaan pajak yang antara lain mencakup Pinjaman Luar Negeri dapat digunakan untuk
penerimaan yang berasal dari pemanfaatan membiayai defisit APBN dan kegiatan prioritas
sumber daya alam, pelayanan yang dilaksanakan Kementerian/Lembaga (K/L); mengelola
pemerintah, pengelolaan kekayaan negara portofolio utang; diteruspinjamkan kepada
dipisahkan, pengelolaan Barang Milik Negara, Pemerintah Daerah (Pemda) dan BUMN; dan
pengelolaan dana dan hak negara lainnya. dihibahkan kepada Pemda dengan fokus
PNBP digunakan untuk membiayai kegiatan pembiayaan pada infrastruktur ekonomi dan
operasional dan investasi pemerintah. sosial dengan alih teknologi; praktik baik
c) Hibah, merupakan penerimaan negara dalam internasional dan berbagi pengetahuan; proyek
bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan, rupiah, piloting yang dapat dilakukan replikasi dengan
barang, jasa dan/atau surat berharga yang tidak pendanaan rupiah; serta memiliki daya ungkit
perlu dibayar kembali, yang dapat berasal dari yang tinggi.
dalam maupun luar negeri. Hibah digunakan e) Pinjaman Dalam Negeri (PDN), adalah setiap
untuk mendukung program pembangunan pinjaman oleh pemerintah yang diperoleh dari
nasional dan penanggulangan bencana serta pemberi pinjaman dalam negeri yang harus
bantuan kemanusiaan dibayar kembali dengan persyaratan tertentu,
d) Pinjaman Luar Negeri (PLN), merupakan sesuai dengan masa berlakunya. Pinjaman dalam
penerimaan negara yang harus dibayarkan negeri utamanya digunakan untuk pengembangan
kembali dengan persyaratan tertentu dalam industri dalam negeri dan mendukung pencapaian
bentuk utang pemerintah yang diikat oleh suatu sasaran pembangunan nasional;

378 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


f) Surat Berharga Negara (SBN), merupakan (i) pembayaran oleh pengguna layanan (User
surat berharga berupa pengakuan utang dalam Pay) yang dapat didukung pemerintah melalui
mata uang Rupiah atau valuta asing yang dijamin fasilitas Dukungan Kelayakan (Viability Gap
pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara. Fund - VGF) atau dukungan pemerintah melalui
Penerbitan SBN digunakan untuk membiayai penyediaan sebagian aset; (ii) pengembalian
kegiatan operasional dan investasi pemerintah melalui pembayaran secara berkala oleh
g) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), ialah Pemerintah berdasarkan prinsip ketersediaan
surat berharga negara yang diterbitkan dalam layanan (Availability Payment); (iii) bentuk-bentuk
mata uang rupiah maupun valuta asing, yang lain yang tidak bertentangan dengan peraturan
memiliki ciri khas menggunakan prinsip syariah perundang-undangan.
dan memerlukan aset yang dijadikan sebagai b) Pendanaan Badan Usaha dalam bentuk
jaminan (underlying). SBSN-Project Based penanaman modal baik dalam negeri maupun
Sukuk (SBSN-PBS) pemanfaatannya lebih asing yang berasal dari kekayaan badan usaha
diutamakan untuk pembangunan infrastrukur yang bersangkutan maupun yang diperoleh dari
dan penyediaan sarana pelayanan umum. pinjaman lembaga keuangan.
c) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Sumber Pendanaan Non-Pemerintah (Corporate Social Responsibility - CSR),
Sumber Pendanaan non-Pemerintah atau swasta merupakan bentuk komitmen perusahaan
dapat diperoleh dari: Badan Usaha (Swasta dan untuk berkontribusi pada peningkatan kualitas
BUMN/D) dan masyarakat. kehidupan komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya. Pendanaan
Potensi sumber-sumber pendanaan non-pemerintah melalui CSR ini lebih banyak terfokus pada
yang dapat dimanfaatkan beserta karakteristiknya pembangunan sarana prasarana sosial,
diantaranya sebagai berikut: lingkungan, bantuan kelangsungan hidup, dan
pemberdayaan masyarakat.
a) Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha d) Filantropi, adalah sebuah aktivitas yang
(KPBU), merupakan kerjasama antara dilakukan oleh sekelompok orang ataupun
pemerintah dengan badan usaha dalam yayasan untuk kebaikan (kemaslahatan) publik
menyediakan sarana dan prasarana layanan atau masyarakat dengan semangat kebaikan
umum berdasarkan pembagian risiko antara bersama melalui dana pribadi maupun kelompok
pemerintah dan swasta. KPBU dilakukan untuk: yang dihimpun secara sukarela. Kegiatan yang
(i) menjembatani kesenjangan pembiayaan dilakukan filantropis dapat berupa pembangunan
melalui investasi swasta,termasuk prakarsa sarana prasarana sosial, lingkungan, bantuan
badan usaha (unsolicited), pada penyediaan kelangsungan hidup, dan pemberdayaan
sarana dan prasarana layanan umum; dan (ii) masyarakat, dan advokasi.
mendapatkan efisiensi sektor swasta. Dengan e) Dana Keagamaan merupakan dana yang
skema KPBU ini, Pemerintah dapat menyediakan dikumpulkan dari penganut agama tertentu yang
sarana dan prasarana layanan umum dengan berpotensi untuk digunakan dalam kegiatan
tepat waktu (on schedule), tepat anggaran (on pembangunan. Secara umum, dana keagamaan
budget), dan tepat layanan (on service). Untuk terfokus pada proyek/kegiatan/program yang
mengembalikan investasi yang dikeluarkan oleh bersifat sosial dan pengembangan ekonomi
pihak swasta dalam pelaksanaan KPBU, terdapat masyarakat.
beberapa skema pengembalian investasi yaitui:

Kaidah Pelaksanaan 379


Pengelolaan Pendanaan Implementasi Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (medium term expenditure framework)
Pembangunan
dan anggaran berbasis kinerja (performance
based budgeting) dalam perencanaan dan
penganggaran terus dilakukan secara bertahap
I. Pengelolaan Belanja
sesuai kapasitas dan kondisi pelaksanaan.
Pendanaan dari berbagai sumber tersebut dikelola
dengan fokus pada: (a) Pengelolaan Belanja Pusat Langkah pemerintah untuk meningkatkan
dan (b) Pengelolaan Dana Transfer ke Daerah dan kualitas alokasi pada prioritas harus diawali
Dana Desa. dengan peningkatan kualitas program/kegiatan
dan proyek prioritas pembangunan jangka
a) Pengelolaan Belanja Pusat menengah yang di rencanakan untuk mencapai
Arah Kebijakan pengelolaan belanja pemerintah sasaran pembangunan. Rencana pembangunan
pusat adalah meningkatkan kualitas alokasi tersebut harus fokus serta jelas sasaran yang
pendanaan prioritas pembangunan. Hal ini hendak dituju serta penanggung jawabnya.
menjadi kebijakan dasar perencanaan dan Selanjutnya dilakukan perkuatan pengendalian
penganggaran belanja Kementerian/Lembaga program/kegiatan dan proyek prioritas dan
dan belanja non-Kementerian/Lembaga. perkuatan sinergi pendanaan.
Pengelolaan belanja pemerintah pusat dilakukan
berdasarkan prinsip money follows program Perkuatan pengendalian. Alokasi pada prioritas
dengan pendekatan yang Holistik, Integratif, harus disertai dengan mekanisme pengendalian
Terpadu, dan Spasial (HITS). yang baik sehingga rencana pembangunan

Gambar 9.11 Arah Pengelolaan Belanja Pemerintah

ARAH PENGELOLAAN BELANJA PEMERINTAH

DANA TRANSFER
BELANJA PUSAT KE DAERAH DAN
DANA DESA

• Pemerataan SPM
• Kualitas Alokasi • Peningkatan Transparansi dan
Akuntabilitas
• Perkuatan Pengendalian • Peningkatan kualitas
Pemanfaatan TKDO
• Sinergi Pendanaan • Peningkatan Kinerja Belanja
Daerah dari TKDO

380 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


yang direncanakan dapat dipastikan ketepatan pencapaian prioritas nasional di daerah. Sinergi
pelaksanaannya. Untuk itu pemerintah akan pendanaan juga dilakukan dengan partisipasi
mengendalikan rencana pembangunan dari BUMN maupun masyarakat melalui
hingga tingkat proyek prioritas dimana lokasi mekanisme pendanaan yang ada.
dan penanggung jawab kegiatannya jelas
terukur. Penyempurnaan proyek prioritas juga Untuk mendukung langkah pengendalian
terus diupayakan baik pada kriteria pemilihan dan penguatan sinergi, pemerintah akan
maupun didalam mekanisme pengendalian mengintegrasi sistem dan data pada dokumen
pelaksanaannya. perencanaan, penganggaran, dan evaluasi.
Pengembangan sistem terintegrasi ini juga akan
Disamping itu upaya untuk meningkatkan meningkatkan ketepatan pengambilan kebijakan
efektivitas dan efisiensi program juga dilakukan melalui pemanfaatan basis data yang sama dan
secara berkesinambungan. Untuk itu dilakukan termutakhir. Hal ini sekaligus akan memperkuat
tinjau ulang (review) secara berkala terhadap transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan
program pembangunan. Tinjau ulang dilakukan belanja negara.
dengan mengacu hasil evaluasi terhadap kinerja
pembangunan dan kinerja anggaran. Hasil dari b) Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa
tinjau ulang ini kemudian digunakan sebagai Sebagai bentuk pelaksanaan kebijakan
salah satu pertimbangan dalam pengalokasian desentralisasi fiskal di Indonesia dan dalam
perencanaan pembangunan. Hasil tinjau ulang rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
ini juga digunakan sebagai bagian dari perbaikan Pemerintah menganggarkan dana Transfer ke
mekanisme pendanaan dan pelaksanaan Daerah dan Dana Desa (TKDD). Dana Transfer
program (delivery mechanism). ke Daerah dan Dana Desa terdiri atas 4 (empat)
komponen, yaitu: (1) Dana Perimbangan yang
Perkuatan sinergi pendanaan. Sinergi terbagi menjadi Dana Transfer Umum (DTU)
pendanaan dilakukan meliputi Belanja yang terdiri atas: Dana Bagi Hasil (DBH) dan
Kementerian/Lembaga (K/L), Non-K/L (antara lain Dana Alokasi Umum (DAU), serta Dana Transfer
subsidi/PSO dan hibah), Transfer ke Daerah dan Khusus yang terdiri atas Dana Alokasi Khusus
Dana Desa, pembiayaan dan sumber-sumber (DAK) Fisik dan Non-Fisik; (2) Dana Insentif
pendanaan lainnya. Pemanfaatan sumber Daerah; (3) Dana Otonomi Khusus dan Dana
pendanaan tersebut dilakukan secara terintegrasi Keistimewaan D.I Yogyakarta; dan (4) Dana
untuk mencapai sasaran pembangunan. Desa.
Integrasi dan sinergi antar sumber pendanaan ini
dilakukan sejak dari penyusunan Rencana Kerja Arah Kebijakan Dana Transfer ke Daerah dan
Pemerintah hingga RAPBN tiap tahunnya. Hal Dana Desa adalah sebagai berikut:
ini didukung oleh berbagai agenda koordinasi 1) Secara bertahap mengintegrasikan
lintas K/L, lintas instansi, dan antar tingkatan perhitungan pemenuhan Standar Pelayanan
pemerintahan dalam penyusunan Rencana Minimal (SPM) dalam perencanaan,
Kerja Pemerintah. Perkuatan sinergi pusat dan penganggaran, serta pemanfaatan TKDD.
daerah juga dilakukan melalui pengembangan Pemenuhan SPM terutama dalam sektor-
dan perluasan mekananisme hibah ke Daerah sektor pelayanan dasar merupakan kewajiban
(output based transfer). Hal ini juga sangat terkait mendasar pemerintah kepada masyarakat.
dengan pengendalian program untuk menjamin 2) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

Kaidah Pelaksanaan 381


dari proses perencanaan, penganggaran Arah Kebijakan Dana Transfer Khusus (DTK)
hingga pemanfaatan dana Transfer ke Daerah sebagai berikut: (1) Mendorong percepatan
dan Dana Desa (TKDD). penyediaan infrastruktur di daerah yang terkait
3) Mendorong peningkatan kualitas dengan pelayanan dasar dan tematik sesuai
pemanfaatan TKDD dan Dana Desa untuk dengan Prioritas Nasional; (2) Refocusing
belanja infrastruktur publik dan dukungan menu dan kegiatan Dana Transfer Khusus
pencapaian prioritas nasional seperti berdasarkan efektivitas menu dan kegiatan
penyelesaian permasalahan urban sector DAK; (3) Mempertajam sinkronisasi dan integrasi
(sanitasi, air minum), dan penyiapan SDM perencanaan dan penganggaran kegiatan
yang siap kerja; Dana Transfer Khusus dengan kegiatan APBN
4) Mendorong kinerja belanja daerah dari TKDD lainnya (seperti belanja K/L) guna pengendalian
yang efektif dan efisien, berprinsip value of pencapaian prioritas nasional di daerah; (4)
money serta sinergi dengan belanja Pusat. Pengalokasian memperhitungkan penyesuaian
unit cost dan kualitas kinerja pelaksanaan tahun-
Arah kebijakan bagi setiap komponen adalah tahun sebelumnya; (5) Penguatan penerapan
sebagai berikut: penyaluran berbasis kinerja dan peningkatan
efektivitas pemantauan; (6) Pemanfaatan
Arah Kebijakan Dana Bagi Hasil (DBH) sistem informasi berbasis web dalam proses
sebagai berikut: (1) Meningkatkan transparansi, perencanaan, penganggaran, pelaporan hingga
akuntabilitas dan kinerja pengelolaan DBH; pemantauan dan evaluasi Dana Transfer Khusus;
(2) Menetapkan alokasi DBH tepat waktu dan dan (7) Penguatan sistem dan basis data dan
tepat jumlah melalui komitmen percepatan peran APIP untuk meningkatkan akuntabilitas
penyelesaian kurang bayar/lebih bayar; (3) dan transparansi.
Meningkatkan optimalisasi dan efektivitas
penggunaan DBH. Arah Kebijakan Dana Insentif Daerah (DID)
sebagai berikut: (1) Penguatan peran DID
Arah Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai instrumen insentif dalam TKDD; (2)
sebagai berikut: (1) Menyempurnakan formulasi
DAU dengan mengevaluasi bobot Alokasi Dasar
(gaji PNSD) serta kebutuhan dan kapasitas
fiskal daerah; (2) mempertahankan afirmasi
kepada daerah kepulauan dengan tetap
memberikan bobot luas wilayah laut dalam
variabel luas wilayah menjadi 100 persen;
(3) Menyempurnakan formula DAU melalui
perbaikan indeks pemerataan kemampuan fiskal
antar daerah dan proporsi pembagian pagu
alokasi provinsi dan kabupaten/kota; dan (4)
Mengarahkan minimal 25 persen dari DTU (DAU
dan DBH) untuk belanja infrastruktur daerah
yang langsung terkait dengan percepatan
pembangunan fasilitas pelayanan publik dan
perekonomian daerah.

382 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Penyederhanaan dan penajaman formula ketepatan penggunaan; dan (2) meningkatkan
pengalokasian DID yang lebih mencerminkan pemantauan dan evaluasi dalam mendukung
prestasi dan kinerja daerah yang dihubungkan efektivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan
dengan penilaian atas inovasi, kreativitas, keistimewaan DIY;
keunggulan spesifik dan output/outcome
yang dihasilkan; (3) Mendorong pemanfaatan Arah Kebijakan Dana Desa sebagai
DID untuk mendukung kegiatan yang sesuai berikut: (1) Menyempurnakan pengalokasian
dengan kebutuhan dan prioritas daerah dalam Dana Desa dengan memperhatikan aspek
mempercepat penyediaan layanan dasar keadilan dan keberpihakan (afirmasi) dan
publik yang langsung menyentuh kebutuhan upaya pemberdayaan masyarakat desa;
masyarakat dan menciptakan komposisi yang (2) Meningkatkan kesiapan dan kapasitas
baik antar daerah.. pemerintah desa dan kelembagaan desa untuk
meningkatkan kinerja pelaksanaan dana desa;
Arah Kebijakan Dana Otonomi Khusus (3) Mendorong transparansi dan akuntabilitas
sebagai berikut: (1) Meningkatkan kualitas pemanfatan Dana Desa.
perencanaan; (2) Pengalokasian Dana Otsus
sesuai dengan peraturan perundang-undangan; II. Perluasan Kapasitas Pendanaan
(3) Mendorong pengelolaan dan optimalisasi Pengembangan potensi ruang/sumber pendanaan
pemanfaatan Dana Otsus; (4) Mendorong baru dilakukan dengan mengembangkan creative
pelaporan atas pelaksanaan kegiatan oleh financing. Hal ini dilakukan untuk mendorong
Pemerintah Daerah secara akuntabel dan percepatan pencapaian sasaran pembangunan
transparan; (5) Memperkuat monitoring dan serta memperbesar porsi kerja sama pemerintah dan
evaluasi secara berkelanjutan. badan usaha guna menurunkan beban kontribusi
pendanaan pemerintah. Dari pengembangan
Arah Kebijakan Dana Keistimewaan creative financing tersebut diharapkan agar keahlian
D.I.Yogyakarta sebagai berikut: (1) dan aset (sumber daya) masing-masing pihak
Meningkatkan kualitas perencanaan dan (pemerintah dan badan usaha) dapat digunakan
secara bersama untuk menyediakan jasa dan/
atau fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat
umum. Disamping itu memberikan keuntungan
bagi masing-masing pihak serta alokasi risiko yang
proporsional.

Selain itu, Pemerintah dapat melakukan eksplorasi dan


memaksimalkan pemanfaatan sumber pendanaan
baru dari sumber pendanaan non-konvensional. Hal
ini dimaksudkan untuk memanfaatkan perubahan
arsitektur keuangan global untuk menarik investasi
swasta. Secara khusus, Pemerintah perlu mencari
pendanaan sektor swasta untuk beberapa
jenis proyek investasi publik, pemanfaatan dan
sekuritisasi aset Pemerintah, mengundang aktor-
aktor pembangunan lainnya seperti filantropis,

Kaidah Pelaksanaan 383


pemanfaatan peningkatan nilai tanah (land value Pemanfaatan pinjaman langsung (direct lending)
capturing), skema konsesi terbatas, dan pendanaan diarahkan untuk mengurangi beban pinjaman
lain yang dapat dikembangkan. Pemerintah. Pinjaman langsung dengan penjaminan
pemerintah dapat menekan biaya menjadi lebih
Sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan murah dibandingkan dengan pinjaman komersial.
berkelanjutan, Pemerintah juga dapat Selain itu, pinjaman yang bersumber dari luar negeri
mengandalkan dan mengembangkan pendanaan dapat mengoptimalkan keunggulan komparatif
hijau (green funding) di masa depan. Dengan (comparative advantage) dari mitra pembangunan.
demikian, diharapkan bahwa banyak investasi Pinjaman langsung yang mendapatkan jaminan
publik di masa depan akan didanai dari bauran dapat diperuntukkan untuk membantu permodalan
berbagai sumber pendanaan (blended finance) BUMN. Namun demikian pemanfaatannya diarahkan
untuk kegiatan dengan manfaat publik yang besar, untuk kegiatan prioritas serta perlu didukung
sejalan dengan pencapaian target Pembangunan oleh evaluasi teknis yang memadai (feasibility
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals - assessment, engineering designs, analisis ekonomi,
SDGs) di Indonesia. keuangan, dan lingkungan).

Untuk mendanai penanganan bencana, Pemerintah


mengembangkan skema asuransi pembiayaan
tanggap darurat dan mempersiapkan skema
pembiayaan bersama melalui pooling of fund untuk
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Untuk pembiayaan program di pusat maupun


di daerah, skema Kerjasama Pemerintah Badan
Usaha/ Public Private Partnership (KPBU/PPP),
peningkatan peran swasta melalui kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR), pinjaman
langsung (direct lending) dari mitra pembangunan
kepada BUMN, dan Municipal Development Fund
(MDF) akan terus dikembangkan.

Pemanfaatan KPBU untuk pembangunan nasional


akan terus diperluas dan dikembangkan untuk sektor
sosial antara lain pendidikan, kesehatan, dan lain-
lain. Pengembangan pemanfaatan KPBU di sektor
sosial disertai dengan penyempurnaan terhadap
peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan
pemanfaatan CSR diarahkan pada peningkatan
keselarasan kegiatannya dengan program
pemerintah dalam mendukung pembangunan
nasional.

384 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Pemerintah juga terus mengembangkan dan
Kaidah Pelaksanaan mengimplementasikan proses pengadaan Pemerintah
Pendanaan yang memasukkan kriteria keberlanjutan dengan
pendekatan yang lebih sistematis dan konsisten
Kebutuhan pendanaan pembangunan terus didasarkan pada praktik yang baik (best practice).
meningkat sedangkan sumber dana publik
terbatas. Di sisi lain berbagai sumber dan instrumen Selain efisiensi investasi publik, Pemerintah
pendanaan baru terus berkembang. Untuk itu, juga akan menetapkan syarat dan kondisi serta
diperlukan adanya pendekatan pengelolaan kerangka kerja dimana investasi swasta diharapkan
pendanaan untuk mendorong pertumbuhan dan berperan lebih besar, bahkan melebihi pembiayaan
kinerja investasi publik. Peningkatan efisiensi dan Pemerintah seperti misalnya di sektor energi. Untuk
kinerja investasi publik mensyaratkan adanya itu, dukungan dan kerjasama internasional dalam
perbaikan proses perencanaan investasi disemua hal akses keuangan, akses ke teknologi bersih,
sektor dan tingkat pemerintahan,termasuk dalam peningkatan kapasitas dan tatakelola akan tetap
mengalokasikan investasi Pemerintah untuk sektor diperlukan.
dan proyek yang tepat sehingga memberi daya
ungkit (leverage), melaksanakan proyek tepat waktu Penggunaan pendanaan pembangunan harus
dan tepat biaya serta peningkatan kapasitas dan dapat secara optimal memanfaatkan kapasitas
efisiensi kelembagaan. Upaya tersebut dilakukan pendanaan yang ada dan dilakukan secara lebih
bersamaan dengan pemberian stimulus bagi efektif. Untuk maksud tersebut diperlukan adanya
pihak swasta dan masyarakat melalui regulasi kaidah-kaidah yang digunakan sebagai pedoman
dan kebijakan yang memberikan insentif dalam pelaksanaan penggunaan pendaaan pembangunan
rangka mengoptimalkan peran pembiayaan non- yaitu:
Pemerintah dalam pembiayaan pembangunan 1. Fokus Meningkatkan Kualitas Alokasi pada
nasional (investasi publik). Prioritas melalui Proyek Prioritas dan Integrasi
Pendanaan, dilakukan dengan beberapa
Peningkatan kapasitas pembiayaan dan langkah yaitu
kualitas investasi Pemerintah dilakukan dengan a. Mengutamakan alokasi pada prioritas:
memperbaiki perencanaan dan kebijakan investasi Mengalokasikan sumber dana yang terbatas
publik, manajemen, tata kelola dan kebijakan, dengan mendahulukan kegiatan atau proyek
serta pemilihan proyek yang didasarkan pada yang menjadi prioritas nasional. Pendanaan
kriteria keberlanjutan lingkungan dan sosial. Untuk pembangunan harus diarahkan berdasarkan
itu strategi pembangunan nasional, wilayah dan pada strategi pembangunan nasional dimana
sektoral akan diperjelas dengan menyertakan fokus alokasi anggaran adalah pendanaan
rencana investasi untuk memandu investasi publik prioritas pembangunan terutama pada
maupun swasta dalam jangka panjang. Pemerintah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
menyusun strategi dan kebijakan termasuk yang menjadi kewajiban pemerintah untuk
mengembangkan strategi pembangunan rendah masyarakat.
karbon yang diselaraskan dengan komitmen b. Memperkuat sinergi dan integrasi
Perjanjian Paris dan mengintegrasikannya dalam pendanaan pembangunan dengan
rencana ekonomi dan pembangunan nasional. mensinergikan dan mengintegrasikan
pemanfaatan belanja K/L dan Non K/L (antara
Dari sisi mekanisme penyaluran (delivery mechanism), lain Subsidi, Dana Transfer Khusus, dan Dana

Kaidah Pelaksanaan 385


Desa) serta sumber pendanaan lainnya, pembiayaan pembangunan dan pemanfaatan
baik pusat, daerah maupun swasta untuk skema pendanaan kerjasama pembangunan,
mendukung pembiayaan prioritas nasional. serta fasilitas pembiayaan luar negeri lainnya
dengan persyaratan yang menguntungkan.
2. Mengidentifikasi proyek yang dapat di lakukan Dalam pemanfaatan pinjaman luar negeri
pemerintah pusat, daerah, BUMN, swasta dan terdapat beberapa hal yang menjadi
masyarakat. pertimbangan diantaranya: tingkat bunga,
Besarnya skala pembangunan nasional penyediaan barang tied dan untied, serta
Indonesia membutuhkan koordinasi, kerjasama keunggulan komparatif mitra pembangunan.
dan pembagian kerja diantara para pemangku
kepentingan. Untuk itu, dalam pelaksanaan Pemerintah akan terus meningkatkan
proyek pembangunan diperlukan identifikasi pemanfaatan skema KPBU dengan melakukan
serta pembagian tugas, kewenangan dan perkuatan pada beberapa aspek yaitu: regulasi;
tanggung jawab antara Pemerintah Pusat, fungsi kantor bersama; peran empat pilar KPBU
Pemerintah Daerah, BUMN, swasta dan (regulator, investee, transaction advisor, dan
masyarakat. Hal ini dimaksudkan juga untuk investor), serta perencanaan dan penyiapan
meningkatkan efektifitas pelaksanaan dan proyek.
efisensi penggunaan sumber daya nasional
dalam pelaksanaan proyek pembangunan. Disamping itu, Pemerintah dapat memperbesar
pemanfaatan skema-skema pembiayaan yang
3. Menyesuaikan modalitas pendanaan dengan bersumber dari berbagai skema pembiayaan
sasaran pembangunan serta memastikan tematik (thematic financing windows) termasuk
kesiapan pelaksanaan proyek. didalamnya adalah skema pembiayaan hijau
Agar dapat terjadi kesesuaian perencanaan (green financing). Selain menjadi sumber, skema-
pendanaan program/kegiatan/proyek harus skema pembiayaan ini juga membantu Pemerintah
mempertimbangkan: untuk memaksimalkan daya ungkit (leverage)
• Kapasitas dan keberlanjutan pendanaan, sumber dana publik dan mendatangkan investasi
termasuk kebutuhan pembiayaan yang swasta dalam pembangunan.
melampaui satu tahun anggaran;

Kesesuaian antara karakteristik sumber 5. Mendorong inovasi pendanaan pembangunan.
pendanaan dengan karakter investasi Kebutuhan pembiayaan pembangunan akan
pemerintah; terus meningkat namun kemampuan Pemerintah
• Mekanisme penyaluran (delivery mechanism) terbatas, sehingga diperlukan upaya untuk
yang tepat dan efisien; dan mengembangkan berbagai sumber, skema,
• Tingkat kesiapan pelaksanaan (implementation dan instrumen pembiayaan, baik dari sisi jumlah
readiness). maupun efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya.
Dalam rangka mendorong inovasi pendanaan
4. Optimalisasi dan perluasan pemanfaatan pembangunan, maka perlu dilakukan:
sumber pendanaan yang ada. a. Memperkuat koordinasi antar pemangku
Sumber pendanaan pembangunan yang kepentingan dalam pemanfaatan bauran
telah ada dan dimanfaatkan saat ini seperti pembiayaan (blended finance)
dari pinjaman luar negeri dapat dioptimalkan Untuk mendanai program/proyek/kegiatan
melalui: pemanfaatan pinjaman dari lembaga dengan sumber, skema, dan instrumen

386 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


pembiayaan yang berbeda disesuaikan katalisator untuk mengembangkan sumber
dengan waktu, tahap, dan jenis kegiatan pendanaan non-Pemerintah;
yang spesifik. Dalam pelaksanaan dan • Mengutamakan penggunaan sumber-
pengembangan bauran pembiayaan sumber pendanaan non-Pemerintah
(blended finance) tersebut diperlukan sesuai dengan kelayakan finansial,
beberapa langkah diantaranya: ekonomi, dan sosialnya;
• Menyediakan dan menyempurnakan b. Mengembangkan Output Based Transfer.
kerangka hukum dan peraturan sebagai Untuk memperkuat pengendalian program
dasar inovasi pendanaan. Sebagai negara serta memperkuat sinergi antara Pemerintah
berpendapatan menengah atas, peluang Pusat dan Daerah dalam pencapaian sasaran
Indonesia mendapatkan pendanaan pembangunan Pemerintah akan melanjutkan
berbiaya lunak dan konvensional pengembangan hibah ke daerah sebagai
diperkirakan makin terbatas. Untuk bentuk mekanisme output based transfer.
mengotimalkan pemanfaatan pendanaan Mekanisme ini khususnya ditujukan untuk
tersebut perlu dukungan kerangka hukum mendukung pendanaan Pelayanan Dasar
yang memadai. kepada Masyarakat ataupun mendukung
• Memposisikan pembiayaan Pemerintah pencapaian target-target pembangunan
sebagai pengungkit (leveraging) dan tertentu.

Gambar 9.12 Kaidah Pelaksanaan Pendanaan

Fokus Meningkatkan

01
Kualitas Alokasi pada
Prioritas melalui Proyek
Prioritas dan Integrasi
Pendanaan

02
Identifikasi Proyek yang
Dapat Dilakukan Pusat,
Daerah, BUMN, dan
Masyarakat
Menyesuaikan Modalitas

03
Pendanaan dengan Sasaran
Pembangunan serta
Memastikan Kesiapan
Pelaksanaan Proyek

04
Optimalisasi dan
Perluasan
Pemanfaatan Sumber
Pendanaan

05
Inovasi Pendanaan
Pembangunan

Kaidah Pelaksanaan 387


Kerangka Evaluasi dan Pengendalian
Landasan hukum evaluasi dan pengendalian informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan
pembangunan mencakup: (1) Undang-Undang dan kinerja pembangunan berdasarkan indikator
No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen
Pembangunan Nasional (SPPN), (2) Peraturan rencana pembangunan (mencakup masukan-input,
Pemerintah No.39/2006 tentang Tata Cara keluaran-output, hasil-result, manfaat-benefit, dan
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana dampak-impact), termasuk di dalamnya pencapaian
Pembangunan, (3) Peraturan Presiden No.2/2015 hasil, kemajuan, dan kendala dalam pelaksanaan
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah pembangunan.
Nasional Tahun 2015-2019, dan (4) Peraturan
Pemerintah No.17/2017 tentang Sinkronisasi Proses Secara garis besar kerangka evaluasi dan
Perencanaan dan Penganggaran. pengendalian pembangunan nasional (termasuk
aspek pemantauan yang melihat progres pelaksanaan
Berdasarkan sejumlah landasan hukum tersebut, program/kegiatan per triwulan) dapat digambarkan
pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan pada Gambar 9.13 berikut. Evaluasi mencakup: (1)
dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan evaluasi atas proses penyusunan dokumen (ex-ante)
dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam dan pelaksanaan RPJMN (on-going dan ex-post); serta
rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan (2) evaluasi atas proses penyusunan dokumen (ex-
penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut ante) dan pelaksanaan RKP (on-going dan ex-post).
oleh pimpinan kementerian/lembaga (K/L) atau Sementara itu, pengendalian mencakup tindakan
pemerintah daerah, melalui kegiatan pemantauan korektif atas pelaksanaan program dan kegiatan
dan pengawasan. Sementara itu, evaluasi yang dilakukan berdasarkan hasil pemantauan dan
pelaksanaan rencana secara sistematis dilakukan evaluasi. Penjelasan lebih rinci mengenai evaluasi dan
dengan mengumpulkan dan menganalisis data dan pengendalian pada bagian berikut.

Gambar 9.13 Kerangka Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Nasional

Pemantauan Evaluasi

Progres 1 Evaluasi RPJMN 2 Evaluasi RKP


pelaksanaan
program/ Ex-ante: Ex-ante:
kegiatan per Quality Assurance Quality Assurance
triwulan Penyusunan RPJMN Penyusunan RKP

On Going: On Going:
Evaluasi paruh waktu Evaluasi RKP:
RPJMN Data TW III
Ex-Post: Ex-Post:
Evaluasi akhir RPJMN Evaluasi akhir RKP:
Evaluasi Dampak-Manfaat Data TW IV

PENGENDALIAN
Tindakan korektif atas pelaksanaan program prioritas dan kegiatan prioritas
berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi

388 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


A. Evaluasi dua kali (Gambar 9.14), yaitu :
Evaluasi dilakukan dalam rangka menilai pencapaian a. evaluasi paruh waktu RPJMN dilakukan pada
tujuan kebijakan, program, ataupun kegiatan dan tahun ketiga pelaksanaan RPJMN 2020-
menganalisis permasalahan yang terjadi dalam 2024, yang hasilnya digunakan sebagai
proses implementasi sehingga dapat menjadi umpan bahan masukan dalam penyusunan RKP
balik bagi perbaikan kinerja pembangunan. Hasil dan bahan untuk melakukan revisi RPJMN
evaluasi seharusnya dapat menyediakan data dan 2020-2024 jika diperlukan. Pada setiap tahun
informasi tentang efisiensi, efektivitas, kebutuhan, dilakukan evaluasi RKP yang merupakan
manfaat dan dampak program atau kegiatan bagian tahapan dari pelaksanaan RPJMN.
sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai Evaluasi RKP ini menjadi bahan masukan
masukan dalam perencanaan dan penganggaran untuk perencanaan RKP tahun berikutnya;
pada periode selanjutnya. Untuk itu perlu disusun b. evaluasi akhir RPJMN dilakukan pada
kerangka evaluasi untuk memastikan bahwa evaluasi tahun terakhir pelaksanaan RPJMN, yang
berjalan dengan baik dan hasil evaluasi bermanfaat hasilnya digunakan sebagai input dalam
bagi proses pengambilan kebijakan dan proses penyusunan RPJMN periode selanjutnya
penyusunan perencanaan dan penganggaran pada (RPJMN 2025-2029).
periode berikutnya. 3. Sumber Data
1. Tujuan Pelaksanaan Evaluasi, antara lain: (a) Sumber data yang digunakan dalam pelaksanaan
mengetahui hasil capaian kinerja pembangunan, evaluasi RPJMN adalah hasil evaluasi Rencana
identifikasi permasalahan dan tindak lanjut Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L)
yang direkomendasikan sebagai bahan untuk dan data informasi lainnya yang terintegrasi,
perumusan dan perbaikan kebijakan/program/ terpadu, dan handal antara lain:
kegiatan; dan (b) membantu penentuan a. Satu Data Indonesia
penyusunan sasaran dan target kinerja b. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
pembangunan secara tepat. (SPBE),
2. Waktu Pelaksanaan Evaluasi c. Data dan Informasi khusus, meliputi:
Evaluasi RPJMN 2020-2024 dilakukan minimal i. Data dan informasi dari Badan Pemeriksa

Gambar 9.14 Waktu Pelaksanaan Evaluasi RPJMN

Kaidah Pelaksanaan 389


Keuangan (BPK), Badan Pengawasan dengan kriteria memiliki anggaran besar, yang
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), berdampak besar terhadap target group/
Ombudsman Republik Indonesia (ORI); masyarakat, memiliki pengaruh yang besar
ii. Laporan Kinerja Pembangunan Daerah; terhadap pencapaian pembangunan nasional.
serta Evaluasi meliputi keseluruhan aspek, yaitu
iii.
Hasil Survei dan Penelitian Tematik relevansi, efektivitas, efisiensi, dampak, dan
(Domestik dan Internasional). keberlanjutan dari kegiatan/program.
4. Pelaksana dan Penerima Hasil Evaluasi Pemilihan jenis evaluasi ini tergantung dari tujuan
Evaluasi RPJMN dilakukan oleh Menteri evaluasi, sehingga bisa digunakan satu jenis
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala atau kombinasi ketiganya secara bersamaan.
Bappenas berdasarkan laporan evaluasi Renstra 6. Mekanisme Evaluasi
seluruh K/L, laporan evaluasi RKP pada periode Kementerian PPN/Bappenas melakukan evaluasi
RPJMN berjalan, serta data pendukung lainnya RPJMN berdasarkan hasil evaluasi Renstra K/L
dari hasil survei dan penelitian. Hasil evaluasi dan sumber data lain yang tersedia. Pelaksanaan
disampaikan oleh Menteri kepada Presiden evaluasi Renstra K/L dikoordinasikan oleh
sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah dan Kedeputian yang membidangi Evaluasi dan
digunakan sebagai masukan/feedback dalam Pengendalian Pembangunan bersama-sama
rangka pengambilan kebijakan dan proses dengan Kedeputian yang membidangi sektor
perencanaan dan penganggaran selanjutnya. dan regional.
5. Jenis Evaluasi Mekanisme evaluasi dilakukan dengan
Kegiatan evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan jenis evaluasi yang sesuai dengan
menggunakan 3 jenis evaluasi, yaitu: tujuan evaluasi (dapat menggunakan evaluasi
a. Evaluasi Pengukuran Kinerja, dilakukan pengukuran kinerja, evaluasi pelaksanaan
dengan membandingkan antara realisasi rencana pembangunan atau evaluasi kebijakan/
dengan target yang telah ditetapkan (metode program strategis). Hasil evaluasi yang
analisis gap), baik di level output, outcome, dilakukan oleh Kementerian PPN/Bappenas
dan impact. disampaikan kepada Presiden sebagai bentuk
b. Evaluasi Pelaksanaan Rencana pertanggungjawaban dan untuk segera
Pembangunan, dilakukan untuk menjawab ditindaklanjuti, terutama pada kebijakan/program
pertanyaan yang bersifat deskriptif untuk strategis yang masih belum mencapai sasaran/
menjelaskan situasi pelaksanaan program target. Mekanisme pelaksanaan evaluasi RPJMN
prioritas/kegiatan prioritas, antara lain: (i) tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.15 berikut.
deskripsi proses yang terjadi, telaah (review) 7. Pemanfaatan Hasil Evaluasi
berdasarkan siapa, apa, kapan, dimana, Hasil evaluasi RPJMN 2020-2024 digunakan
bagaimana, dan berapa; (ii) deskripsi latar sebagai:
belakang program prioritas/kegiatan prioritas; a. Bahan masukan dalam penyusunan RKP
serta (iii) deskripsi organisasi pelaksana dan periode selanjutnya dan RPJMN 2025-2029;
pihak yang terkait. dan
c. Evaluasi Kebijakan/Program Strategis, b. Dasar untuk melakukan revisi RPJMN 2020-
dilakukan untuk menunjukkan klarifikasi 2024, dengan pertimbangan: (i) terjadi
hubungan sebab-akibat kegagalan atau perkembangan permasalahan pokok yang
keberhasilan rencana. Evaluasi dilakukan mendasar; dan (ii) terjadi perubahan arah
terhadap kebijakan atau program strategis kebijakan Presiden.

390 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


Gambar 9.15. Mekanisme Evaluasi RPJMN

PRESIDEN

MEN PPN/KEPALA
BAPPENAS
SISTEM INFORMASI
(TERINTEGRASI, TERPADU, HANDAL) LAPORAN EVALUASI
LAPORAN EVALUASI RPJMN RENSTRA
Satu Data Indonesia
KEMENTERIAN/
1 LEMBAGA
(SDI)
LAPORAN EVALUASI
Sistem Pemerintahan
LAPORAN EVALUASI RKP RENJA
2 Berbasis Elektronik
(SPBE)

Data dan Informasi


3
khusus:
• BPK, BPKP, ORI EVALUASI EVALUASI PELAKSANAAN EVALUASI KEBIJAKAN/
• Laporan Kinerja PENGUKURAN KINERJA RENCANA PEMBANGUNAN PROGRAM STRATEGIS
Pembangunan Daerah
• Hasil Survei dan Relevansi Dampak
Target Kinerja Deskripsi
Penelitian Tematik
(Domestik dan Pelaksanaan Efektivitas Efisiensi
Internasional) Pembangunan
Realisasi Kinerja Berkelanjutan

B. Pengendalian c. Pengendalian tersebut merupakan tugas dan


fungsi yang melekat pada masing-masing
Berdasarkan UU No. 25/2004 tentang Sistem instansi pemerintah baik di pusat maupun
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), di daerah, dan dilakukan oleh pimpinan K/L
pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan atau pemerintah daerah sesuai dengan tugas
dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan kewenangan masing-masing melalui
dan sasaran pembangunan melalui tindakan koreksi kegiatan pemantauan dan pengawasan.
dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana d. Satu hal yang harus dipahami, bahwa
pembangunan. Untuk itu perlu disusun kerangka pengendalian dan pengawasan adalah
pengendalian dengan penjelasan sebagai berikut. berbeda karena pengawasan merupakan
1. Tujuan Pelaksanaan Pengendalian adalah bagian dari pengendalian.
untuk menjamin dan memastikan agar e. Bila pengendalian dilakukan dengan disertai
pelaksanaan program prioritas/kegiatan prioritas tindakan korektif (pelurusan), pada level
sesuai dengan rencana (on-track) dengan program prioritas dan atau kegiatan prioritas
memperhatikan rekomendasi atau temuan atas pada paruh waktu pelaksanaan RPJMN,
hasil pemantauan dan evaluasi. maka pengawasan adalah pemeriksaan
2. Ruang Lingkup Pengendalian, mencakup: di lapangan yang dilakukan pada periode
a. Terdapat berbagai jenis pengukuran kinerja tertentu secara berulang kali.
yang dapat dilakukan untuk kepentingan 3. Waktu Pelaksanaan Pengendalian
pengendalian, baik dilakukan secara Pengendalian pelaksanaan pembangunan
bersamaan (komprehensif) atau hanya dilakukan seperti pada Gambar 9.16, mencakup:
masing-masing jenis pengukuran tersendiri a. Berdasarkan hasil Evaluasi paruh waktu
b. Pengendalian yang dilakukan terdiri atas RPJMN pada tahun ketiga pelaksanaan
pengendalian pelaksanaan program prioritas RPJMN 2020-2024, dilakukan tindakan
dan atau kegiatan prioritas. korektif untuk memastikan pelaksanaan

Kaidah Pelaksanaan 391


program prioritas/kegiatan prioritas berjalan agar pelaksanaan program prioritas/
on-track sebagaimana tercantum dalam kegiatan prioritas sesuai dengan rencana.
dokumen RPJMN. Tindakan korektif pada Pengendalian dilakukan melalui penilaian
paruh waktu pelaksanaan RPJMN dilakukan (assessment) program prioritas/kegiatan
pada program prioritas/kegiatan prioritas prioritas berdasarkan 3 (tiga) aspek utama,
(dengan besaran anggaran minimal tertentu yaitu perencanaan strategis, manajemen
yang ditentukan untuk pemilihan program pelaksanaan, dan kinerja.
prioritas/kegiatan prioritas) yang berdampak b. Proses verifikasi hasil penilaian (assessment)
luas; dan dilakukan melalui:
b. berdasarkan butir a di atas dan atau hasil (i) identifikasi penyimpangan yang terjadi
evaluasi RKP yang dilaksanakan setiap tahun dalam pelaksanaan program prioritas/
dilakukan tindakan korektif pada semester kegiatan prioritas,
kedua setiap pelaksanaan RKP pada program (ii) konfirmasi atas pelaksanaan program
prioritas/kegiatan prioritas tertentu (dengan prioritas/kegiatan prioritas, dan
besaran anggaran minimal tertentu yang (iii) klarifikasi atas ketidakjelasan pelaksanaan
ditentukan untuk pemilihan program prioritas/ program prioritas/kegiatan prioritas.
kegiatan prioritas). c. Keputusan untuk melakukan tindakan
4. Mekanisme Pengendalian, antara lain: korektif pada paruh waktu pelaksanaan
a. Pengendalian merupakan langkah tindak RPJMN terhadap program prioritas/kegiatan
lanjut yang ditempuh untuk menjamin prioritas mencakup 2 hal, yaitu tindakan

Gambar 9.16. Waktu Pelaksanaan Pengendalian Pembangunan

dilakukan tindakan korektif pada paruh waktu (tahun ketiga) pelaksanaan


RPJMN pada program prioritas/kegiatan prioritas yang berdampak luas.

dilakukan tindakan korektif pada semester kedua setiap pelaksanaan


RKP pada program prioritas/kegiatan prioritas tertentu.

392 Rancangan Awal - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024


konstruktif dan tindakan preventif. Tindakan menghilangkan kemungkinan pelaksanaan
konstruktif adalah tindakan membangun dan program prioritas/kegiatan prioritas yang
memperbaiki pelaksanaan program prioritas/ tidak sesuai target, yang dimungkinkan pula
kegiatan prioritas, yang dapat dilaksanakan sampai pada keputusan untuk menghentikan
melalui kebijakan: pelaksanaan program prioritas/kegiatan
(i) kebijakan pemfokusan kembali (refocusing), prioritas yang sifatnya penghentian
yaitu pemfokusan langkah percepatan sementara ataupun penghentian tetap
pencapaian target program prioritas/ apabila diperlukan (suspend definitif atau
kegiatan prioritas; sementara dalam Sistem KRISNA).
(ii) kebijakan peninjauan ulang (reorientasi), Sementara untuk tindakan korektif pada
yaitu peninjauan atau penyesuaian target semester kedua pelaksanaan RKP hanya
dan langkah strategis pelaksanaan program mencakup tindakan konstruktif melalui
prioritas/kegiatan prioritas; dan kebijakan pemfokusan kembali (refocusing)
(iii) kebijakan penataan kembali (restrukturisasi), atas langkah pencapaian target program
yaitu perubahan atau perbaikan atas desain prioritas/kegiatan prioritas.
program prioritas/kegiatan prioritas. Mekanisme pengendalian pembangunan tersebut
Tindakan preventif adalah tindakan dapat dilihat pada Gambar 9.17 berikut.
pengendalian untuk mengurangi atau

Gambar 9.17. Mekanisme Pengendalian Pembangunan

PRESIDEN

PEMERINTAH DAERAH MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS KEMENTERIAN/LEMBAGA

PENGENDALIAN (RPJMN DAN RKP)

SISTEM INFORMASI Penilaian Program Prioritas/Kegiatan Prioritas


(TERINTEGRASI, TERPADU, HANDAL) (Kriteria: Perencanaan Strategis, Manajemen Pelaksanaan, Kinerja)

Verifikasi Hasil Penilaian


1 Satu Data Indonesia (SDI)

On-Track Tindakan Korektif


Sistem Pemerintahan Berbasis
2
Elektronik (SPBE)
Lanjut Tindakan Tindakan
Konstruktif Preventif
Laporan Evaluasi RPJMN dan
3 • Refocusing Penghentian
Laporan Evaluasi RKP
• Reorientasi
• Restrukturisasi
Data dan Informasi Persetujuan
4 Presiden
khusus:
• BPK, BPKP, ORI Surat Menteri PPN/
• Laporan Kinerja Pembangunan Daerah Kepala Bappenas ke Suspend
• Hasil Survei dan Penelitian Tematik Menteri Teknis/Kepala (Definitif/
(Domestik dan Internasional) Lembaga Pemerintah Sementara) dalam
Non Kementerian Sistem KRISNA

Kaidah Pelaksanaan 393


Kementerian PPN/
Bappenas

Jl. Taman Suropati No.2, Jakarta 10310


Telp: (021)31936207 Fax: (021)3145374
www.bappenas.go.id

Anda mungkin juga menyukai