Anda di halaman 1dari 4

Sistem informasi 

yang diperlukan berasal dari behavior controls dan output controls.


Kendali perilaku untuk menentukan bagaimana sesuatu harus dikerjakan (melalui kebijakan,
aturan, standard operating procedures, perintah atasan) dan kendali output untuk
menentukan apa yang harus dilakukan dengan meletakkan fokus pada hasil akhir (tujuan dan
sasaran kinerja). Jelaskan faktor-faktor apa saja yang menjadi pedoman untuk melakukan
pengendalian efektif dalam strategi suatu  organisasi!

Tingkatan Pengendalian Strategik


Sistem pengendalian strategik dibangun untuk mengukur kinerja pada empat tingkat dalam
suatu organisasi yaitu tingkat perusahaan, tingkat divisional, tingkat fungsional, dan tingkat
individual (Hill & Jones, 1998: 387). Para manajer pada semua jenjang mesti
mengembangkan serangkaian ukuran-ukuran yang sangat tepat (most appropriate) untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan, bisnis, dan tingkat-fungsional. Sebagaimana disarankan
pendekatan balanced scorecard, ukuran-ukuran tersebut harus dikaitkan (tied) sedekat
mungkin kepada tujuan-tujuan atas pencapaian superioritas efisiensi, mutu, inovasi, dan
tanggapan para pelanggan.
Ketelitian (care) mesti dilakukan, bagaimana pun, untuk meyakinkan bahwa standar-standar
digunakan pada tiap tingkat tidak dapat menyebabkan masalah-masalah pada tingkat-tingkat
lain, sebagai contoh, bahwa usaha untuk memperbaiki kinerja divisi tidak boleh
menimbulkan konflik dengan kinerja perusahaan. Lebih jauh, pengendalian pada setiap
tingkat harus menjadi dasar pada para manajer pada tingkat-tingkat di bawahnya dapat
memilih sistem-sistem kendali mereka (David: 2009).
Menurut Hill dan Jones (1998: 388) ragam tipe sistem pengendalian terdiri atas pengendalian
keuangan (financial controls), pengendalian keluaran (output controls), pengendalian
perilaku (behavior controls), dan pengendalian kultur organisasional (organizational culture
controls). Pengendalian keuangan diukur dengan harga saham, dan ROI. Pengendalian
keluaran dapat diukur dengan tujuan-tujuan divisional, tujuan-tujuan fungsional, dan tujuan-
tujuan individual. Pengendalian perilaku dapat diukur dengan anggaran-anggaran,
standardisasi, dan aturan-aturan dan prosedur-prosedur. Standardisasi suatu organisasi
mencakup masukan-masukan, kegiatan-kegiatan konversi, dan keluaran-keluaran.
Pengendalian kultur organisasional dapat diukur dengan nilai-nilai, norma-norma, dan
sosialisasi.
Menurut O.E. Williamson dalam Hill dan Jones (1998:392) Pengendalian perilaku (behavior
control) adalah pengendalian melalui penetapan atas suatu sistem komprehensif
(menyeluruh) atas aturan-aturan dan prosedur-prosedur untuk mengarahkan tindakan-
tindakan atau perilaku atas divisi-divisi, fungsi-fungsi, dan individu-individu .
Strategi yang dijalankan oleh organisasi harus terus menerus dievaluasi, apakah masih
tetap sesuai dengan lingkungan organisasi secara internal maupun eksternal. Menurut FW.
Glueck (1996) proses evaluasi erat kaitannya dengan usaha pengendalian kegiatan yang
sedang berjalan. Kinerja organisasi akan tergantung pada bagaimana proses evaluasi dan
pengawasan strategi dilaksanakan (Ferdinand, 2002). Selanjutnya menjelaskan bahwa
evaluasi strategi dapat diarahkan pada bekerjanya faktor-faktor yang berada dalam kendali
perusahaan (controllable factor) maupun yang berada di luar kendali (uncontrollable factor).
Menurut Ahrens dan Chapman (2004), sistem pengendalian manajemen dapat dipakai
sebagai alat perbaikan, transparansi internal dan pengendalian untuk aktivitas yang terjadi di
dalam badan usaha. Sistem pengendalian manajemen adalah keseluruhan sistem yang
mengendalikan manajemen dalam suatu badan usaha baik itu tanggung jawab, wewenang,
serta motivasi. Badan usaha yang dapat menerapkan result control dengan baik dapat
membuat setiap karyawan yang mereka miliki dapat bekerja dengan kinerja yang baik dan
sesuai keinginan badan usaha, sebab setiap karyawan diharapkan dapat bekerja dengan
kinerja yang baik guna keberhasilan badan usaha.
Sistem pengendalian manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi dengan memanfaatkan
proses dan mekanisme yang paling menguntungkan bagi organisasi dalam mencapai tujuan,
dengan memastikan penggunaan sumber daya organisasi yang efektif dan efisien sehingga
sistem pengendalian manajemen membantu organisasi mencapai kinerja dan merupakan
bagian dari teknologi organisasi, selain itu sistem pengendalian manajemen menyediakan
sarana untuk mendukung orientasi strategi suatu organisasi dengan memimpin dan
mendorong upaya yang konsisten dengan pencapaian organisasi strategi dan tujuan (Scoot,
2011; dalam Carenys, 2012).
Result control merupakan pengendalian yang berfokus pada hasil yang diperoleh dari
tindakan-tindakan yang diambil oleh karyawan pada berbagai level organisasi (Merchant dan
Van der Stede, 2007). Result control merupakan sebuah bentuk pengendalian tidak langsung
(indirect form of control) karena tidak secara eksplisit berfokus pada tindakan karyawan.

SOAL:
Jelaskan faktor-faktor apa saja yang menjadi pedoman untuk melakukan pengendalian
efektif dalam strategi suatu  organisasi!

Pengendalian Organisasi terdiri dari tiga jenis, yaitu pengendalian strategis, pengendalian
manajemen dan pengendalian operasional. Pengendalian strategis merupakan proses dari
evaluasi strategi, yang dilakukan baik strategi tersebut dirumuskan dan setelah
diimplementasikan. Pengendalian strategis juga merupakan usaha manajemen untuk
memantau secara luas berbagai peristiwa didalam dan lebiih sering diluar perusahaan, yang
mungkin sekali mempengaruhi pelaksanaan strategis di masa depan (David: 2009).
Tujuan sistem pengendalian strategi adalah untuk memonitor dan mengevaluasi kemajuan
pencapaian sasaran-sasaran strategi. Tujuan lainnya adalah menyediakan berbagai cara bagi
organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungan, untuk membatasi
akumulasi kesalahan, untuk mengatasi kompleksitas organisasi, dan untuk meminimalisi
biaya. Walaupun pembagian kegiatan-kegiatan intraorganisasi telah efektif, hal ini tidak
menjamin pemenuhan standar pelaksanaan yang berlaku (David: 2009).
Pengendalian strategi menurut Schendel and Hofer berfokus pada dua pertanyaan (1) apakah
strategi yang diimplementasikan sebagai yang direncanakan dan (2) apakah hasil yang dibuat
oleh strategi merupakan yang diharapkan. Definisi ini merujuk pada kajian tradisional dan
langkah umpan balik yang merupakan langkah akhir dari proses manajemen strategis
Arena kegiatan organisasi terdiri dari individu-individu dan sub unit perusahaan yang
semuanya mempunyai persepsi yang berbeda-beda dengan apa yang harus dilakukan untuk
pencapaian tujuan unit, perbandingan atau evaluasi pelaksanaan kerja, dan upaya kegiatan
perbaikan atau koreksi. Sistem pengendalian strstegi seharusnya juga mencakup komponen-
komponen yang mampu menggunakan sumber daya keuangan, manusia, dan fisik perusahaan
untuk untuk tujun pelaksanaan strategi secara efektif (David: 2009).
Sebagaimana Hofstede, Neuijen & Sanders (1990) menemukan bahwa sistem pengendalian
akan berbeda untuk organisasi yang berbeda terutama bila ditinjau dari kultur organisasional
(budaya perusahaan) atau lebih tepatnya ia menunjukkan bahwa perbedaan kultur
organisasional dipengaruhi oleh faktor-faktor organisasional, antara lain: size, tipe
kepemilikan (swasta-pemerintah), struktur organisasional, sistem pengendalian dan profil
karyawan.

Proses Evaluasi dan Pengendalian Strategi


Menurut Maulana (2020), sejalan dengan David, Wheelen dan Hunger (2010) menyatakan
bahwa proses evaluasi dan pengendalian strategi memastikan bahwa organisasi akan
mencapai apa yang ingin dicapainya. Proses ini membandingkan kinerja dengan hasil yang
diharapkan dan memberikan umpan balik yang dibutuhkan manajemen untuk mengevaluasi
hasil dan mengambil tindakan koreksi jika diperlukan.

Faktor-faktor yang menjadi pedoman untuk melakukan pengendalian efektif dalam


strategi suatu  organisasi

Agar efektif, maka sistem pengendalian strategik harus memenuhi kriteria tertentu. Kriteria-
kriteria utamanya adalah antara lain sistem harus: (1) mengawasi kegiatan-kegiatan yang
benar, (2) tepat waktu, (3) dengan biaya yang efektif, (4) tepat-akurat, dan (5) dapat diterima
oleh yang bersangkutan. Semakin dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut maka sistem
pengendalian akan semakin efektif. Menurut David (2009), pengendalian strategik yang
efektif dapat dilakukan dengan berpedoman pada hal-hal sebagai berikut:

Akurat, informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang tidak akurat dari
sistem pengendalian dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru
atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.
Tepat waktu, informasi harus dikumpulkan, disampaikan, dievaluasi secepatnya bila
kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.
Objektif dan menyeluruh, informasi harus mudah dipahami dan bersifat objektif serta
lengkap.
Terpusat pada titik-titik pengendalian strategi, sistem pengawasan harus memusatkan
perhatian pada bidang-bidang di mana penyimpanan-penyimpanan dari standar paling sering
terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan yang fatal.
Realistis secara ekonomi, biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus lebih rendah, atau
paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut.
Realistis secara organisasional, sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan
kenyataan-kenyataan organisasi.
Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, informasi pengawasan harus terkoordinasi
dengan aliran kerja oraganisasi karena setiap tahapan dari proses pekerjaan dapat
mempengaruhi sukses atau tidaknya keseluruhan operasi dan informasi pengawasan harus
sampai pada seluruh personalia yang memerlukannya.
Fleksibel, pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk memberikan tanggapan atau
reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.
Bersifat sebagai petunjuk dan operasional, sistem pengawasan efektif harus menunjukan
baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil.
Diterima para anggota organisasi, sistem pengawasan harus mampu mengarahkan
pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong peran otonomi,
tanggungjawab, dan berprestasi.

Sumber Referensi:
Buku:
 Carenys, J.(2012). Management Control Systems: A Historical Perspective. EADA
Business School. Barcelona: Spain Publisher;
 David, R.(2009). Strategic Management (Manajemen Strategis Konsep).Jakarta:
Salemba Empat
 Ferdinand, Augusty.(2000).Structural Equation Modelling Dalam Penelitian
Manajemen. Semarang: BP Undip;
 FW. Glueck and L.R Jauch.(1996).Strategic Management and Business Policy.New
York: McDraw-Hill.Inc.;
 Hill, Charles WL. dan Jones Gareth R. (1998). Strategic Management Theory: An
Integrated Approach. Fourth Edition. Boston: Hougthon Mifflin;
 Schendel, Dan E. and Hofer, Charles W.(1985). Strategic Management: A New View
of Business Policy. Boston: Little Brown
 Wheelen, Thomas L., Hunger, J. David.(2010). Strategic Management and Business Policy
Achieving Sustainability. Twelfth Edition. Pearson. Terjemahan. Jakarta:Salemba Empat

Jurnal:
 Ahrens, Thomas. And Chapman S, Christopher.(2004). Accounting For Flexibility
And
Efficiency: A Field Study Of Management Control System In A Restaurant chain.
Contemporary Accounting Research. Toronto Economic Journal Vol. 2 No. 3, July
2004 p. 65-87;
 Hofstede, G., Neuijen, B., Ohayv, D.D. & Sanders, G.(1990). Measuring
Organizational Cultures: A Qualitative dan Quantitative Study Across Twenty Cases.
Administrative Science Quarterly, 35(2): 286-316;
 Mercant J, Robert J, Fisher, Nevin John R..(1995).Collaborative Communication in
Interfirm Realtionships : Moderating Effect of Integration and Control, Jounal of
Marketing. Vol.80.183-115.

Demikian
ARIF SETIADI
NIM 530031538

Anda mungkin juga menyukai