PDF Kasus Askeb - Compress
PDF Kasus Askeb - Compress
DISUSUN OLEH
152201058
2021-2022
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Terkait Kasus
1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence berasal dari Bahasa Latin (adolescer ) yang berarti
tumbuh. Remaja adalah individu baik perempuan maupun laki-laki
laki- laki yang berada pada
usia antara anak-anak dan dewasa. Selama proses tumbuh kembangnya menuju dewasa
berdasarkan kematangan psikososial dan seksual usia remaja dikelompokkan menjadi
tiga tahap yaitu masa remaja awal atau dini ((early
early adolescenes)
adolescenes) usia 11 – 13
13 tahun, masa
remaja pertengahan (middle
(middle adolescenes)
adolescenes) usia 14 – 16
16 tahun, dan masa remaja lanjut
(late adolescenes)
adolescenes) usia 17 – 20
20 tahun.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Memasuki usia remaja pertumbuhan seseorang secara mendadak meningkat.
Peningkatan pertumbuhan mendadak yang terjadi disertai dengan perubahan-
perubahan hormonal, kognitif, dan emosional.Semua
emosional.Semua perubahan ini membutuhkan zat
gizi secara khusus. Krummel & Kris-Etherton (1996) dalam Briawan (2014)
menyebutkan bahwa peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada remaja merupakan
fase pertumbuhan tercepat kedua setelah tahun pertama kehidupan. Lebih dari 20%
total pertumbuhan tinggi badan dan sampai 50% massa tulang tubuh telah dicapai
periode ini.
Perubahan laju pertumbuhan pada remaja sangat bervariasi. Remajadengan
Remajadengan usia
kronologis sama mungkin saja perkembangan fisiologisnya berbeda, karena perbedaan
antar individu inilah usia menjadi indicator yang kurang baik untuk menentukan
kematangan (maturitas) fisiologis dan kebutuhan gizi remaja. Tingkat kematangan
seksual ( sexual
sexual maturity
maturity) atau yang sering digolongkan sebagai tingkatan tanner
tanner banyak
banyak
digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Tingkat
pertumbuhan ini saling berhubungan dengan tingkat pubertas lainnya. Bagi laki-laki
skala ini didasarkan pada perkembangan organ kemaluan dan perubahan rambut di
sekitarnya. Bagi perempuan adalah pada pertumbuhan payudara dan tumbuhnya bulu
pada bagian kemaluan.
Selama proses pubertas remaja mencapai kurang lebih 15% tinggi badan usia
dewasa dan kurang lebih 45% massa rangka maksimalnya. Dibandingkan dengan
perempuan, laki-laki m
mempunyai
empunyai m
masa
asa pertum
pertumbuhan
buhan an
anak
ak leb
lebih
ih lama sebelum memulai
pertumbuhan cepatnya p
pada
ada m
masa
asa rem
remaja.
aja. Kecepa
Kecepatan
tan tumbuh
tumbuh maksimum
maksimum laki-laki lebih
tinggi sehingga menghasilkan perbedaan rata-rata tinggi badan akhir anak laki dan
perempuan kurang lebih
lebih 13,3 cm. Pertumbuhan
Pertumbuhan tinggi badan pada per
perempuan
empuan berhenti
jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi
beis saja (tidak disertai anemia gizi
gizi besi). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan
semakin parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, tubuh
t ubuh tidak akan lagi mempunyai
cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang
baru (Arisman, 2014).
Anemia ditandai dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin atau hematokrit nilai
ambang batas yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan
hemoglobin, meningkatnya kerusakan eritrosit, atau kehilangan darah yang berlebihan.
Defisiensi Fe berperan besar dalam kejadian anemia, namun defisiensi zat gizi lainnya,
kondisi nongizi, dan kelainan genetik juga memainkan peran terhadap anemia.
(Proverawati, 2011) menyebutkan bahwa kadar normal Hb pada remaja putri adalah
12 gr/dL.
Anemia merupakan suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih
rendah dari normal. Kadar hemoglobin normal pada laki-laki
laki- laki adalah 14 – 18
18 gram %
5,5 juta/mm3 sedangkan pada perempuan hemoglobin normal adalah
dan eritrosit 4,5 – 5,5
12 – 16 4,5 juta/mm3.
16 gram % dengan eritrosit 3,5 – 4,5
Remaja putri lebih mudah mengalami anemia disebabkan pertama, umumnya lebih
banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit
dibandingkan dengan makanan hewani sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan zat
besi dalam tubuh. Kedua, remaja putri biasanya ingin tampil langsing sehingga
membatasi asupan makan.Ketiga,
makan.Ketiga, setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang
dieksresi, khususnya melalui feces. Keempat, setiap bulan remaja putri mengalami
mengalamihaid,
haid,
dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg perhari sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak
daripada laki-laki.
Kadar hemoglobin merupakan parameter yang paling mudah digunakan dalam
menentukan status anemia pada skala luas. Parameter batasan kadar hemoglobin normal
menurut WHO (1968) dalam Adriani&
Adriani & Wirjatmadi (2012) adalah sebagai berikut:
3) Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
4) Anemia hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang disebabkan karena sumsum
tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru (Prawirohardjo,
2009). Pada sepertiga kasus anemia dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi,
radiasi, leukimia dan gangguan imunologis.
c. Faktor-faktor Penyebab Anemia
Anemia bisa terjadi karena beberapa penyebab seperti: kurang nutrisi/ kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, penyakit kronis, kurang zat besi
karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, serta kehilangan zat besi
yang berlebihan pada perdarahan seperti saat mensturuasi, melahirkan, kecelakaan,
atau infeksi karena cacing.
Remaja putri mengalami anemia karena kekurangan darah yang disebabkan oleh
perdarahan menstruasi, kurangnya zat besi dalam b
beberapa
eberapa makanan yang dikonsumsi,
penyakit yang kronis, ketidakseimbangan asupan gizi, aktifitas yang dilakukan dan
pola hidup remaja putri berubah dari yang semula serba teratur menjadi kur
kurang
ang teratur
misalnya sering terlambat makan atau kurang tidur.
Berkurangnya waktu tidur dapat menyebabkan biosintesis sel-sel tubuh, termasuk
biosintesis haemoglobin terganggu. Berkurangnya waktu tidur, berarti pula semakin
meningkatkan penggunaan energi. Dengan demikian perlu diimbangi dengan input
makanan yang memadai untuk pembentukan energi kembali, yang digunakan untuk
biosintesis dan reparasi sel-sel tubuh yang mengalami kerusakan. Kualitas dan durasi
tidur pada remaja dipengaruhi oleh stres dan rasa cemas yang berlebihan serta
perubahan hormonal.
Penelitian yang dilakukan oleh (Marta Jackowska, dkk) menyebutkan bahwa
durasi tidur dan gangguan tidur berhubungan dengan angka hemoglobin yang rendah.
Pada wanita semakin besar gangguan tidur semakin besar pula kemungkinan terkena
anemia.
Banyak faktor medis yang dapat menyebabkan anemia, diantaranya meliputi:
1) Menstruasi
Remaja putri lebih beresiko menderita anemia daripada remaja pria oleh
karena setiap bulannya mengalami siklus haid (menstruasi), dimana dalam sekali
siklus haid akan kehilangan 1,3 mg zat besi per harinya, sehingga membuat
kebutuhan zat besinya lebih banyak dari pada pria.
Hampir semua wanita pernah mengalami pendarahan berlebihan saat
menstruasi, bahkan sebagian wanita harus mengalami hal ini setiap datang bulan.
Tiap wanita mempunyai siklus menstruasi yang berlainan, normalnya dalam satu
siklus kurang lebih setiap 28 hari, bisa berfluktuasi 7 hari dan total kehilangan
darah antara 60 sampai 250 mm.
Menstruasi dikatakan tidak normal saat seorang wanita mengalami
menstruasi dengan jangka waktu panjang. Pada umumnya wanita hanya
mengalami menstruasi satu kali dalam sebulan, tetapi pada beberapa kasus, ada
yang mengalami hingga dua kali menstruasi setiap bulan. Kondisi inilah yang
dikatakan menstruasi tidak normal yang menyebabkan anemia (Merryana dan
Bambang, 2013).
2) Status Gizi
Anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga
kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel
darah merah yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh)
transferin menurun, akan berperan penting mengikat besi total (TIBC) meninggi
dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat lain
l ain sangat kurang atau tidak
ada sama sekali (Gultom, 2003 dalam Rumpiati,Ella & Mustafidah, 2010).
Menurut Thompson (2007) dalam Arumsari (2008), status gizi berkorelasi
positif dengan konsentrasi hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi
seseorang maka semakin rendah kadar Hb didalam darah. Penelitian Permaesih
(2005), menyatakan ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan anemia,
remaja putri dengan Indeks Massa Tubuh kurus memiliki resiko 1,4 kali menderita
anemia dibandingkan dengan remaja putri dengan IMT normal.
Asupan energi pada remaja sangat mempengaruhi pertumbuhaan tubuh,
jika asupan tidak kuat dapat menyebabkan seluruh fungsional remaja ikut
menderita. Antara lain, derajat metabolisme yang buruk, tingkat efektifitas,
tampilan fisik, dan kematangan seksual. Usia remaja merupakan usia dimana
sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi. Selain itu remaja putri
juga biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanannya.
Selain itu kebiasaan dalam mengonsumsi minuman yang dapat menghambat
absorpsi zat besi sehingga nantinya akan mempengaruhi kadar hemoglobin
seseorang.
Terdapat empat upaya untuk mencegah anemia pertama, mengonsumsi
makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,
ayam, hati, telur) dan dari bahan nabati (kacang- kacangan, tempe) dan sayuran
berwarna hijau tua. Kedua, banyak mengo
mengonsumsi
nsumsi makanan sumber vitam
vitamin
in C yang
bermanfaat untuk meningkatkan
meningkatkan penyerapan zat besi yaitu:
yaitu: jambu, jeruk, tomat, dan
nanas. Ketiga, minum ssatu
atu tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat
s aat
sedang haid. Keempat, bila merasakan tanda dan gejala anemia segera konsultasi
ke dokter untuk diberikan pengobatan.
d. Tanda dan Gejala Anemia
Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:
1) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).
2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
Dampak jangka panjang remaja putri yang mengalami anemia adalah sebagai calon
ibu yang nantinya hamil, maka remaja putri tidak akan mampu memenuhi zat-zat gizi
Bidan harus mampu mendorong remaja untuk melakukan 4 pilar tersebut untuk
mencapa gizi seimbang. Penyuluhan tersebut dapat dimodifikasi dengan berbagai cara
agar dapat diterima oleh remaja, tidak hanya melalui penyuluhan tetapi bisa melalui
media sosial yang sering remaja akses agar lebih mudah diterima.
O: Objektif
mendukung assessment.
2) Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (keadaan umum,
vital sign, fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium
l aboratorium dan pemeriksaan penunjang,
pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi).
perkusi).
3) Data ini memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosa.
A: Assesment
1) Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi
subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.
P: Planning
BAB III
A. Hasil
Tanggal pengkajian : 27 juni 2021
Nama Pengkaji : Nada Hilma Husnia
1. Data Subyektif
a. Identitas Anak
Nama anak : Nn. Viky
Usia : 15 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : MA
Lama : 10 hari
Kesadaran : Composmetris
2. Pemeriksaan Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Denyut nadi : 80 x/m
Frekuensi nafas : 19 x/m
Suhu tubuh : 36,5 oC
3. Pemeriksaan Status Gizi
Berat badan : 50 kg
Wajah : simetris, tidak oedema, tidak ada tanda lahir, tidak ada
4. Planning
1. Melakukan informed consent untuk persetujuan dilakukan dokumentasi.
Evaluasi: klien setuju dan bersedia
2. Memberitahu hasil pemeriksaan tekanan darah: 100/70 mmHg, denyut nadi: 80 x/m,
frekuensi nafas: 19 x/m, suhu tubuh: 36,5 oC, berat badan: 50 kg, tinggi badan: 160 cm,
dan Hb; 9,2 (anemia ringan)
Evaluasi; klien mengetahui hasil yang diberikan
3. Memberikan edukasi tentang anemia, bahwa anemia
anemia adalah kurang darah atau keadaan
dimana kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah sel darah merah berada di bawah
nilai normal.
Evaluasi: klien mengetahui
4. Memberitahu klien tanda gejala anemia yaitu; Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5
L), Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, Gejala lebih lanjut adalah
kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Evaluasi: kien mengetahui tanda-gejala anemia
5. Memberitahu bahwa anemia bisa terjadi karena beberapa penyebab seperti: kurang
nutrisi/ kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, penyakit kronis,
kurang zat besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, serta
kehilangan zat besi yang berlebihan pada perdarahan seperti saat mensturuasi,
melahirkan, kecelakaan, atau infeksi karena cacing.
Evaluasi: klien mengetahui tentang penyebab Anemia
6. Memberitahu cara untuk mengatasi anemia yaitu: menerapkan prinsip gizi seimbang
yaitu: Mengonsumsi aneka ragam pangan, membiasakan perilaku hidup bersih,
melakukan aktivitas fisik , serta memantau Be
Berat
rat Badan (BB)
(BB) secara teratur untuk
mempertahankan berat badan normal dan juga mengkonsumsi suplemen yang
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjangan yang ada dengan cara
membandingkan teori yang ada dengan praktek yang dilakukan dilahan. Dalam menjelaskan
kesenjangan tersebut penulis menggunakan langkah – langkah
langkah dalam manajemen kebidanan
SOAP, yaitu pemeriksaan subyektif, obyektif, analisis data dan penatalaksanaan. Pembahasan
ini dimaksudkan agar diambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan yang
ada, sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang
tepat, efektif dan efisien khususnya pada asuhan kebidanan pada remaja Nn. V umur 15 tahun
dengan Anemia Ringan.
1. Data Subyektif
Adalah data yang mencakup identitas pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Data
identitas pasien Nama Nn. V, umur 15 tahun. Keluhan utama adalah mengetahui alasan
pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2009). Pada kasus Anemia
Rigan keluhan utamanya Nn. V merasa sering pusing saat bangun dari tidur serta bangun
dari duduk. Hal ini sesuai dengan tanda-tanda anemia pada remaja putri menurut
Proverawati (2011), yaitu: Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L), Sering mengeluh
pusing dan mata berkunang-kunang dan gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir,
lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Maka dari itu tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek dilahan.
Riwayat menstruasi Nn. V adalah Siklus 28 hari (sebulan sekali), Lamanya 10 hari, dan
4-5 kali ganti pembalut/hari (masih
(masih sering bocor walaupun m
menggunakan
enggunakan pembalut ukuran
besar), dengan Sifat darah encer kadang beserta gumpalan, berwarna merah segar. Hal ini
sesuai dengan teori menurut (Merryana
(Merryana dan Bambang,
Bambang, 2013), yang mnyatakan bahwa
Remaja putri lebih beresiko menderita anemia daripada remaja pria oleh karena setiap
bulannya mengalami siklus haid (menstruasi), dimana dalam sekali siklus haid akan
kehilangan 1,3 mg zat besi per harinya, sehingga membuat kebutuhan zat besinya lebih
banyak dari pada pria.
Pada Nn. V aktivitas sehari – hari
hari yaitu sekolah sekaligus mengaji di Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, yang menyebabkan jam untuk istirahat malam
kurang (6-7 jam), dan jam istirahat untuk siang hari tidak dipenuhi. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Marta Jackowska, dkk), yang menyebutkan bahwa durasi
tidur dan gangguan tidur berhubungan dengan angka hemoglobin yang rendah. Pada wanita
semakin besar gangguan tidur semakin besar pula kemungkinan terkena anemia.
Berkurangnya waktu tidur dapat menyebabkan biosintesis sel-sel tubuh, termasuk
biosintesis haemoglobin terganggu. Berkurangnya waktu tidur, berarti pula semakin
meningkatkan penggunaan energi. Dengan demikian perlu diimbangi dengan input
makanan yang memadai untuk pembentukan energi kembali, yang digunakan untuk
biosintesis dan reparasi sel-sel tubuh yang mengalami kerusakan.
2. Data Obyektif
Data Obyektif adalah data yang didapatkan untuk melengkapi data dalam menegakkan
diagnosa. Pada kasus Nn. V dilakukan penghitungan IMT yang didapatkan bahwa IMt Nn.
V adalah 19,5 (normal). Maka dari itu terdapat kesenjangan antara praktek di lahan dengan
teori hasil penelitian Permaesih (2005), yang menyatakan ada hubungan antara Indeks
Massa Tubuh dengan anemia, remaja putri dengan Indeks Massa Tubuh
Tubuh kurus memiliki
resiko 1,4 kali menderita anemia dibandingkan dengan remaja putri dengan IMT normal.
Pemeriksaan fokus yang dilakukan pada pemeriksaan fisik Nn. V didapatkan bahwa
konjungtiva berwarna pucat atau disebut anemis. Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda
terjadinya anemia yaitu: Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L), Sering mengeluh pusing
dan mata berkunang-kunang dan gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit
dan telapak tangan menjadi pucat. Maka dari itu
i tu tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek dilahan.
Pada kasus Nn. M dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu untuk melengkapi data yang
telah dikumpulkan dan keperluan menegakkan diagnosis pasien. Pada kasus Anemia
pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
menggunakan EasyTouch
menggunakan EasyTouch GCHb.
GCHb. Hasil pemeriksaan Hb pada Nn. V adalah 9,2 gr/dL. Hal
ini sesuai dengan teori menurut (Proverawati, 2011), bahwa kadar normal Hbpada remaja
putri adalah 12 gr/dL. Maka dari itu tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek di
lahan.
3. Analisis Data
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif
maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Diagnose kebidanan yang pada
kasus didapatkan Nn. V usia 15 tahun dengan anemia.
4. Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan
assessment. Menurut (Dr. Yuni Kusmiyati dkk, 2018), peran bidan yang dapat dilakukan
dalam mengatasi anemia pada remaja adalah sebagai berikut:
a) Memberikan pendidikan tentang gizi seimbang.
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang pada dasarnya merupakan
rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang
masuk dengan memantau berat badan secara teratur. Prinsip gizi seimbang tersebut
yaitu:
1) Mengonsumsi aneka ragam pangan
2) Membiasakan perilaku hidup bersih
3) Melakukan aktivitas fisik
4) Memantau Berat Badan
Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan
normal
Bidan harus mampu mendorong remaja untuk melakukan 4 pilar tersebut untuk
mencapa gizi seimbang. Penyuluhan tersebut dapat dimodifikasi dengan berbagai cara
agar dapat diterima oleh remaja, tidak hanya melalui penyuluhan tetapi bisa melalui
media sosial yang sering remaja akses agar lebih mudah diterima.
ini dilakukan di beberapa tatanan yaitu fasyankes, institusi pendidikan, tempat kerja
dan KUA/tempat ibadah lainnya.
c) Pengobatan Penyakit Penyerta
Penanggulangan anemia pada rematri dan WUS harus dilakukan bersamaan
dengan pencegahan dan pengobatan, antara lain:
1) Kurang Energi Kronik (KEK)/Kurus
2) Kecacingan
3) Malaria
4) Tuberkulosis (TBC)
5) HIV/AIDS
Pada kasus Nn. V, yaitu diberitahu tentang hasil pemeriksaan, pemberian edukasi
mengenai anemia berupa pengertian, gejala, penyebab serta vcara mengatasinya. Hal ini
menjelaskan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik di lahan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Nn. V dengan Anemia Dusun Bonganti,
Desa Purbosari, Ngadirejo, Temanggung, maka dapat ditarik kesimpulan sebai berikut:
Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Maret 2021 didapatkan data Identitas Pasien Nama Nn.
V umur 15 tahun. Keluhan utama yaitu Nn. V mengatakan sering mengalami pusing saat bangun
dari tidur dan duduk. Dari data subjektif didapatkan Nn. V kurang istirahat dikarenakan jadwal
sekolah dan pondok pesantren yang padat, serta sering mengalami menstruasi dengan pengeluaran
darah yang banyak. Data Objektif Keadaan umum Baik, Kesadaran Composmentis TTV meliputi
tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 80 x /menit, Pernafasan 20 x /menit, Suhu 36,50C. pemeriksaan
fisik didapatkan konjugtiva anemis, dan hasil pemeriksaan hemoglobin menggunakan EasyTouch
GCHb didapatkan Hb Nn. V yaitu 9,2 gr/dL. Planning atau penatalaksakaan yang diberikan adalah
1. Melakukan informed consent untuk persetujuan dilakukan dokumentasi.
2. Memberitahu hasil pemeriksaan tekanan darah: 100/70 mmHg, denyut nadi: 80 x/m,
frekuensi nafas: 19 x/m, suhu tubuh: 36,5 oC, berat badan: 50 kg, tinggi badan: 160 cm, dan
3. Memberikan edukasi tentang anemia, bahwa anemia adalah kurang darah atau keadaan
dimana kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah sel darah merah berada di bawah nilai
normal.
4. Memberitahu klien tanda gejala anemia yaitu; Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L),
Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, Gejala lebih lanjut adalah kelopak
mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
5. Memberitahu bahwa anemia bisa terjadi karena beberapa penyebab seperti: kurang nutrisi/
kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, penyakit kronis, kurang zat
besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, serta kehilangan zat bes
besii
yang berlebihan pada perdarahan seperti saat mensturuasi, melahirkan, kecelakaan, atau
infeksi karena cacing.
6. Memberitahu cara untuk mengatasi anemia yaitu: menerapkan prinsip gizi seimbang yaitu:
Mengonsumsi aneka ragam pangan, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan
aktivitas fisik , serta memantau Berat Badan
Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan
berat badan normal dan juga mengkonsumsi suplemen yang mengandung sekurangnya 60
mg elemental besi dan 400 mcg asam folat
7. Melakukan pendokumentasian
Maka dari itu, penulis menemukan tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek pada
B. Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan terutama mengenai anemia
dengan banyak membaca dan mempraktekkan pola hidup yang sehat, serta mengkonsumsi
suplemen TTD.
2. Bagi Profesi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan mengembangkan asuhan
kebidanan pada Remaja dengan anemia.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi bacaan untuk institusi pendidikan, terutama asuhan
kebidanan dalam penanganan Anemia.
DAFTAR PUSTAKA
Haribi, Ratih. Kadar
Ratih. Kadar hemoglobin pada Buruh
Buruh Wanita yang Bekerja di Malam Hari
Hari.. Jurnal Litbang
Unimus Vol. 1 No. 1, 2004.
LAMPIRAN