Anda di halaman 1dari 23

 

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA

NN. V USIA 15 TAHUN DENGAN ANEMIA

DI BONGANTI, PURBOSARI, NGADIREJO, TEMANGGUNG

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA

DISUSUN OLEH

NADA HILMA HUSNIA

152201058

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2021-2022

 
 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Menurut Nursalam (2010), anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah
merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam tubuh manusia.
Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai
dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh.
Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi (Ani, 2016).
World Health Organization (WHO)
Organization (WHO) menyebutkan dua miliar penduduk dunia terkena
anemia. Secara umum di Indonesia sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil dan 3% pria
mengalami anemia defisiensi besi. Prevalensi anemia di Indonesia sebesar 57,1% diderita oleh
remaja putri (Astuti, 2017).
Anemia gizi defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering terjadi di dunia.
Hasil Riskesdas 2013 menunjukan bahwa 22,7% remaja putri mengalami anemia gizi besi. Hal
ini menunjukan bahwa anemia gizi besi pada remaja sampai saat ini masih menjadi
 permasalahan gizi di Indonesia k
karena
arena persentasenya >20% ( Riskesdas, 2013; Minarto, 2011).
Anemia gizi besi adalah keadaan di mana terjadi penurunan jumlah massa eritrosit ( red cell
mass)) yang ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit (red
mass ( red
cell count ) (Bakta IM, 2006).
Remaja memiliki risiko tinggi terhadap kejadian anemia terutama anemia defisiensi zat
 besi. Hal itu terjadi karena masa remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi ttermasuk
ermasuk zat
 besi untuk pertumbuhan dan
dan perkembangann
perkembangannya.
ya. Remaja putri memiliki risiko
risiko yang lebih tinggi
dibandingkan remaja putra, hal ini dikarenakan remaja putri setiap bulannya mengalami haid
(menstruasi). Selain itu remaja putri cenderung sangat memperhatikan bentuk badannya
sehingga akan membatasi asupan makan dan banyak pantangan terhadap makanan seperti
melakukan diet vegetarian.
Dampak dari kejadian anemia pada remaja dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi
 belajar, serta mempengaruhi produktivitas di kalangan remaja. Disamping itu juga dapat
menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. Anemia dapat mempengaruhi
tingkat kesegaran jasmani seseorang. Akibat dari jangka panjang penderita anemia gizi besi
 pada remaja putri yang nantinya akan hamil, maka remaja putri tersebut tidak mampu
memenuhi zat  – 
– zat
zat gizi pada dirinya dan janinnya sehingga dapat meningkatkan terjadinya
risiko kematian maternal, prematuritas, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), dan kematian
 perinatal.

 
 

B.  Tujuan

Dilaksanakannya Asuhan Kebidanan pada remaja dengan Anemia dengan


menggunakan pendekatan manajemen kebidanan sesuai dengan wewenang bidan.

 
 

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.  Teori Terkait Kasus
1.  Remaja
a.  Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence  berasal dari Bahasa Latin (adolescer ) yang berarti
tumbuh. Remaja adalah individu baik perempuan maupun laki-laki
laki- laki yang berada pada
usia antara anak-anak dan dewasa. Selama proses tumbuh kembangnya menuju dewasa
 berdasarkan kematangan psikososial dan seksual usia remaja dikelompokkan menjadi
tiga tahap yaitu masa remaja awal atau dini ((early
early adolescenes)
adolescenes) usia 11 –  13
 13 tahun, masa
remaja pertengahan (middle
(middle adolescenes)
adolescenes) usia 14  –  16
  16 tahun, dan masa remaja lanjut
(late adolescenes)
adolescenes) usia 17 –  20
 20 tahun. 
 b.  Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Memasuki usia remaja pertumbuhan seseorang secara mendadak meningkat.
Peningkatan pertumbuhan mendadak yang terjadi disertai dengan perubahan-
 perubahan hormonal, kognitif, dan emosional.Semua
emosional.Semua perubahan ini membutuhkan zat
gizi secara khusus. Krummel & Kris-Etherton (1996) dalam Briawan (2014)
menyebutkan bahwa peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada remaja merupakan
fase pertumbuhan tercepat kedua setelah tahun pertama kehidupan. Lebih dari 20%
total pertumbuhan tinggi badan dan sampai 50% massa tulang tubuh telah dicapai
 periode ini.
Perubahan laju pertumbuhan pada remaja sangat bervariasi. Remajadengan
Remajadengan usia
kronologis sama mungkin saja perkembangan fisiologisnya berbeda, karena perbedaan
antar individu inilah usia menjadi indicator yang kurang baik untuk menentukan
kematangan (maturitas) fisiologis dan kebutuhan gizi remaja. Tingkat kematangan

seksual ( sexual
 sexual maturity
maturity) atau yang sering digolongkan sebagai tingkatan tanner
tanner banyak
 banyak
digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Tingkat
 pertumbuhan ini saling berhubungan dengan tingkat pubertas lainnya. Bagi laki-laki
skala ini didasarkan pada perkembangan organ kemaluan dan perubahan rambut di
sekitarnya. Bagi perempuan adalah pada pertumbuhan payudara dan tumbuhnya bulu
 pada bagian kemaluan.
Selama proses pubertas remaja mencapai kurang lebih 15% tinggi badan usia
dewasa dan kurang lebih 45% massa rangka maksimalnya. Dibandingkan dengan
 perempuan, laki-laki m
mempunyai
empunyai m
masa
asa pertum
pertumbuhan
buhan an
anak
ak leb
lebih
ih lama sebelum memulai
 pertumbuhan cepatnya p
pada
ada m
masa
asa rem
remaja.
aja. Kecepa
Kecepatan
tan tumbuh
tumbuh maksimum
maksimum laki-laki lebih

tinggi sehingga menghasilkan perbedaan rata-rata tinggi badan akhir anak laki dan
 perempuan kurang lebih
lebih 13,3 cm. Pertumbuhan
Pertumbuhan tinggi badan pada per
perempuan
empuan berhenti

 
 

 pada median 4,8 tahun setelah haid


haid pertama atau diusia
diusia median 17,3 tahun, sedangkan
s edangkan
 pertumbuhan tinggi badan laki-laki
laki -laki berhenti pada usia median 21,2 tahun, tetapi hal
tersebut sangat
s angat bervariasi. Kenaikan tinggi badan total perempuan yang dicapai sesudah
haid bervariasi tergantung usia haid pertama. Penambahan tinggi badan anak
 perempuan umumnya tidak lebih dari 5,1  –  7,6
  7,6 cm setelah haid pertama. Perempuan
yang mengalami haid pertama pada usia lebih dini akan tumbuh lebih cepat sesudah
haid dan untuk jangka waktu lebih lama dibandingkan dengan perempuan yang
mengalami haid pertama pada usia lebih tua.
2.  Anemia
a.  Pengertian Anemia
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit dan
 jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan
(Arisman, 2014). Anemia sebagai keadaan bahwa level hemoglobin rendah karena
kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi
 bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Ani,
(Ani, 2016).
Menurut Nursalam (2010), anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah
merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam tubuh
manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan anemia
yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik dan
 penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya adalah
anemia defisiensi zat besi (Ani, 2016).
Menurut Soekirman (2012), anemia gizi besi adalah suatu keadaan penurunan
cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun di bawah
normal. Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dahulu dengan keadaan kurang
gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum parah dan

 jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi
 beis saja (tidak disertai anemia gizi
gizi besi). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan
semakin parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, tubuh
t ubuh tidak akan lagi mempunyai
cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang
 baru (Arisman, 2014).
Anemia ditandai dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin atau hematokrit nilai
ambang batas yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan
hemoglobin, meningkatnya kerusakan eritrosit, atau kehilangan darah yang berlebihan.
Defisiensi Fe berperan besar dalam kejadian anemia, namun defisiensi zat gizi lainnya,
kondisi nongizi, dan kelainan genetik juga memainkan peran terhadap anemia.

(Proverawati, 2011) menyebutkan bahwa kadar normal Hb pada remaja putri adalah
12 gr/dL.

 
 

Anemia merupakan suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih
rendah dari normal. Kadar hemoglobin normal pada laki-laki
laki- laki adalah 14  –  18
  18 gram %
 5,5 juta/mm3 sedangkan pada perempuan hemoglobin normal adalah
dan eritrosit 4,5 –  5,5
12 –  16  4,5 juta/mm3.
 16 gram % dengan eritrosit 3,5 –  4,5
Remaja putri lebih mudah mengalami anemia disebabkan pertama, umumnya lebih
 banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit
dibandingkan dengan makanan hewani sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan zat
 besi dalam tubuh. Kedua, remaja putri biasanya ingin tampil langsing sehingga
membatasi asupan makan.Ketiga,
makan.Ketiga, setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang
dieksresi, khususnya melalui feces. Keempat, setiap bulan remaja putri mengalami
mengalamihaid,
haid,
dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg perhari sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak
daripada laki-laki.
Kadar hemoglobin merupakan parameter yang paling mudah digunakan dalam
menentukan status anemia pada skala luas. Parameter batasan kadar hemoglobin normal
menurut WHO (1968) dalam Adriani&
Adriani & Wirjatmadi (2012) adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Parameter Kadar Hemoglobin Normal

Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dl)


Anak 6 bulan –  6 tahun 11
6 tahun –  14 tahun 12
Dewasa Laki-laki 13
Wanita 12
Wanita hamil 11

 b.  Klasifikasi Anemia


Klasifikasi anemia Menurut Prawirohardjo (2009), macam-macam anemia adalah
sebagai berikut:
1)  Anemia defisiensi besi: adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral
fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan
makanan, karena gangguan absorbsi atau terpantau banyaknya besi keluar dari
tubuh, misalnya pada pendarahan.
2)  Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam folat,
 jarang sekali karena defisiensi vitamin B12, anemia ini sering ditemukan pada
wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein
hewani tinggi.

 
 

3)  Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
4)  Anemia hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang disebabkan karena sumsum
tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru (Prawirohardjo,
2009). Pada sepertiga kasus anemia dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi,
radiasi, leukimia dan gangguan imunologis.
c.  Faktor-faktor Penyebab Anemia
Anemia bisa terjadi karena beberapa penyebab seperti: kurang nutrisi/ kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, penyakit kronis, kurang zat besi
karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, serta kehilangan zat besi
yang berlebihan pada perdarahan seperti saat mensturuasi, melahirkan, kecelakaan,
atau infeksi karena cacing.
Remaja putri mengalami anemia karena kekurangan darah yang disebabkan oleh
 perdarahan menstruasi, kurangnya zat besi dalam b
beberapa
eberapa makanan yang dikonsumsi,
 penyakit yang kronis, ketidakseimbangan asupan gizi, aktifitas yang dilakukan dan
 pola hidup remaja putri berubah dari yang semula serba teratur menjadi kur
kurang
ang teratur
misalnya sering terlambat makan atau kurang tidur.
Berkurangnya waktu tidur dapat menyebabkan biosintesis sel-sel tubuh, termasuk
 biosintesis haemoglobin terganggu. Berkurangnya waktu tidur, berarti pula semakin
meningkatkan penggunaan energi. Dengan demikian perlu diimbangi dengan input
makanan yang memadai untuk pembentukan energi kembali, yang digunakan untuk
 biosintesis dan reparasi sel-sel tubuh yang mengalami kerusakan. Kualitas dan durasi
tidur pada remaja dipengaruhi oleh stres dan rasa cemas yang berlebihan serta
 perubahan hormonal.
Penelitian yang dilakukan oleh (Marta Jackowska, dkk) menyebutkan bahwa

durasi tidur dan gangguan tidur berhubungan dengan angka hemoglobin yang rendah.
Pada wanita semakin besar gangguan tidur semakin besar pula kemungkinan terkena
anemia.
Banyak faktor medis yang dapat menyebabkan anemia, diantaranya meliputi:
1)  Menstruasi
Remaja putri lebih beresiko menderita anemia daripada remaja pria oleh
karena setiap bulannya mengalami siklus haid (menstruasi), dimana dalam sekali
siklus haid akan kehilangan 1,3 mg zat besi per harinya, sehingga membuat
kebutuhan zat besinya lebih banyak dari pada pria.
Hampir semua wanita pernah mengalami pendarahan berlebihan saat

menstruasi, bahkan sebagian wanita harus mengalami hal ini setiap datang bulan.
Tiap wanita mempunyai siklus menstruasi yang berlainan, normalnya dalam satu

 
 

siklus kurang lebih setiap 28 hari, bisa berfluktuasi 7 hari dan total kehilangan
darah antara 60 sampai 250 mm.
Menstruasi dikatakan tidak normal saat seorang wanita mengalami
menstruasi dengan jangka waktu panjang. Pada umumnya wanita hanya
mengalami menstruasi satu kali dalam sebulan, tetapi pada beberapa kasus, ada
yang mengalami hingga dua kali menstruasi setiap bulan. Kondisi inilah yang
dikatakan menstruasi tidak normal yang menyebabkan anemia (Merryana dan
Bambang, 2013).
2)  Status Gizi
Anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga
kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel
darah merah yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh)
transferin menurun, akan berperan penting mengikat besi total (TIBC) meninggi
dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat lain
l ain sangat kurang atau tidak
ada sama sekali (Gultom, 2003 dalam Rumpiati,Ella & Mustafidah, 2010).
Menurut Thompson (2007) dalam Arumsari (2008), status gizi berkorelasi
 positif dengan konsentrasi hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi
seseorang maka semakin rendah kadar Hb didalam darah. Penelitian Permaesih
(2005), menyatakan ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan anemia,
remaja putri dengan Indeks Massa Tubuh kurus memiliki resiko 1,4 kali menderita
anemia dibandingkan dengan remaja putri dengan IMT normal.
Asupan energi pada remaja sangat mempengaruhi pertumbuhaan tubuh,
 jika asupan tidak kuat dapat menyebabkan seluruh fungsional remaja ikut
menderita. Antara lain, derajat metabolisme yang buruk, tingkat efektifitas,
tampilan fisik, dan kematangan seksual. Usia remaja merupakan usia dimana

terdapat perubahan-perubahan hormonal dimana perubahan struktur fisik dan


 psikologis mengalami perubahan drastis.
Kebiasaan makan saat remaja dapat mempengaruhi kesehatan pada masa
kehidupan berikutnya (setelah dewasa dan berusia lanjut). Kekurangan zat gizi
dapat menyebabkan mereka mengalami anemia yang menyebabkan keletihan, sulit
konsentrasi sehingga remajapada usia bekerja menjadi kurang produktif. Remaja
membutuhkan lebih banyak zat besi terutama para wanita, karena setiap bulanya
mengalami haid yang berdampak kurangnya asupan zat besi dalam darah sebagai
 pemicu anemia (Istiany & Rusilanti, 2013).
2013).
Menurut Tarwoto, dkk penyebab anemia yang umum pada masyarakat di

Indonesia (termasuk remaja putri) adalah lebih banyaknya konsumsi makanan


nabati yang kandungan besinya kurang, dibandingkan dengan makanan hewani,

 
 

sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi. Selain itu remaja putri
 juga biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanannya.
Selain itu kebiasaan dalam mengonsumsi minuman yang dapat menghambat
absorpsi zat besi sehingga nantinya akan mempengaruhi kadar hemoglobin
seseorang.
Terdapat empat upaya untuk mencegah anemia pertama, mengonsumsi
makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan,
ayam, hati, telur) dan dari bahan nabati (kacang- kacangan, tempe) dan sayuran
 berwarna hijau tua. Kedua, banyak mengo
mengonsumsi
nsumsi makanan sumber vitam
vitamin
in C yang
 bermanfaat untuk meningkatkan
meningkatkan penyerapan zat besi yaitu:
yaitu: jambu, jeruk, tomat, dan
nanas. Ketiga, minum ssatu
atu tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat
s aat
sedang haid. Keempat, bila merasakan tanda dan gejala anemia segera konsultasi
ke dokter untuk diberikan pengobatan.
d.  Tanda dan Gejala Anemia
Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:
1)  Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).
2)  Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
3)  Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.

Sedangkan Gejala anemia secara umum menurut University of North Calorina


(2002) dalam Briawan (2014) adalah cepat lelah, pucat (kuku, bibir, gusi, mata, kulit
kuku, dan telapak tangan), jantung berdenyut kencang saat melakukan aktivitas ringan,
napas tersengal atau pendek saat melakukan aktivitas ringan, nyeri dada, pusing, mata
 berkunang, cepat marah (mudah rewel pada anak), dan tangan serta kaki dingin atau
matirasa.
matirasa.

e.  Resiko Anemia


Anemia dapat menimbulkan risiko pada remaja putri baik jangka panjang maupun
dalam jangka pendek. Dalam jangka pendek anemia dapat menimbulkan keterlambatan
 pertumbuhan fisik, dan maturitas seksual tertunda. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Sedayu, tentang hubungan kejadian anemia dengan prestasi pada remaja
 putri didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara kejadian anemia terhadap
 prestasi belajar. Hal ini menunjukkan dampak remaja yang mengalami anemia adalah
kurangnya konsentrasi sehingga akan memengaruhi prestasi belajar remaja tersebut di
kelasnya (Astriandani, 2015).

Dampak jangka panjang remaja putri yang mengalami anemia adalah sebagai calon
ibu yang nantinya hamil, maka remaja putri tidak akan mampu memenuhi zat-zat gizi

 
 

 bagi dirinya dan juga


juga janin dalam ka
kandungannya
ndungannya yang d
dapat
apat menyebabkan kom
komplikasi
plikasi
 pada kehamilan dan persalinan, risiko kematian maternal, angka prematuritas, BBLR
dan angka kematian perinatal. (Akma L, 2016)
3.  Peran Bidan dalam Mengatasi Anemia pada Remaja
Menurut (Dr. Yuni Kusmiyati dkk, 2018), peran bidan yang dapat dilakukan dalam
mengatasi anemia pada remaja adalah sebagai berikut:
a.  Memberikan pendidikan tentang gizi seimbang.
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang pada dasarnya merupakan
rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang
masuk dengan memantau berat badan secara teratur. Prinsip gizi seimbang tersebut
yaitu:
1)  Mengonsumsi aneka ragam pangan
2)  Membiasakan perilaku hidup bersih
3)  Melakukan aktivitas fisik
4)  Memantau Berat Badan
Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan
normal

Bidan harus mampu mendorong remaja untuk melakukan 4 pilar tersebut untuk
mencapa gizi seimbang. Penyuluhan tersebut dapat dimodifikasi dengan berbagai cara
agar dapat diterima oleh remaja, tidak hanya melalui penyuluhan tetapi bisa melalui
media sosial yang sering remaja akses agar lebih mudah diterima.

 b.  Suplementasi TTD


Pemberian TTD pada rematri dan WUS melalui suplementasi yang mengandung
sekurangnya 60 mg elemental besi dan 400 mcg asam
as am folat.Pemberian suplementasi ini
dilakukan di beberapa tatanan yaitu fasyankes, institusi pendidikan, tempat kerja dan
KUA/tempat ibadah lainnya.
c.  Pengobatan Penyakit Penyerta
Penanggulangan anemia pada rematri dan WUS harus dilakukan bersamaan
dengan pencegahan dan pengobatan, antara lain:
1)  Kurang Energi Kronik (KEK)/Kurus
2)  Kecacingan
3)  Malaria
4)  Tuberkulosis (TBC)
5)  HIV/AIDS
B.  Teori Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan
1. 
Pengertian

 
 

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai


metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan,
serta ketrampilan dalam rangkaian / tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan
yang berfokus pada pasien (Sulistyawati, 2009).
2.  Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang
logis sehingga pelayanan komperhensif dan aman dapat tercapai. Selain itu metode ini
memberikan pengertian untuk menyatukan pengetahuan dan penilaian yang terpisahpisah
menjadi satu kesatuan yang berarti (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
a.  Data Perkembangan SOAP
Menurut (Walyani, 2015) metode SOAP merupakan singkatan dari :
S: Subjektif
1)  Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien melalui anamnesa
2)  Tanda gejala subjekif yang diperoleh dari hasil bertanya pada klien, suami atau

keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat perkawinan,


riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit keluarga, riwayat
 penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola hidup)
hidup)
3)  Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien. Ekspresi pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan ang berhubungan dengan diagnosa.

O: Objektif

1)  Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil


laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk

mendukung assessment.
2)  Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (keadaan umum,
vital sign, fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium
l aboratorium dan pemeriksaan penunjang,
 pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi).
perkusi).
3)  Data ini memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosa.

A: Assesment

1)  Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi
subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.

2)  Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif


dan objektif dalam suatu identifikasi.

 
 

P: Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan


assessment.

 
 

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil
Tanggal pengkajian : 27 juni 2021
 Nama Pengkaji : Nada Hilma Husnia
1.  Data Subyektif
a.  Identitas Anak
 Nama anak : Nn. Viky

Usia : 15 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : MA

 b.  Identitas Orangtua

 Nama Ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn. L

Usia : 42 tahun Usia : 47 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS

Pendidikan : SMP Pendidikan : S1

Alamat : Bonganti, RT 01/03, Purbosari, Ngadirejo, Temanggung

2.  Alasan Datang :


Ingin berkonsultasi
3.  Keluhan Utama :
 Nn. V mengeluh sering pusing ketika bangun
bangun dari tidur atau bangun dari d
duduk.
uduk.
4.  Riwayat menstruasi
Mena
Me narch
rchee : 12 Ta
Tahu
hun
n

Siklus : 28 hari (sebulan sekali)

Lama : 10 hari

Banyak : 4-5 kali ganti pembalut/hari (sering bocor walaupun menggunakan


 pembalut ukuran besar)
Sifat darah : encer kadang beserta gumpalan, berwarna merah segar
 Nyeri haid : tidak pernah

 
 

Flour albus : tidak ada


5.  Riwayat Kesehatan :
a.  Riwayat kesehatan ibu
Tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC, dan HIV/AIDS, serta
tidak mempunyai penyakit keturunan seperti asma, hipertensi, DM, serta penyakit
kronis seperti jantung.
 b.  Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC, dan
HIV/AIDS, serta tidak mempunayi penyakit keturunan seperti asma, hipertensi, DM,
serta penyakit kronis seperti jantung.
6.  Riwayat Psikososial :
 Nn. V mengatakan sehari-hari tinggal di pondok pesantren dan memiliki hubungan baik
dengan teman dan orang disekitarnya. Hubungan dengan orang tua dan keluarga juga baik.
Ia mengatakan saat ini tidak merasakan gelisah dan cemas berlebihan, depresi atau
ketakutan yang abnormal.
7.  Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.  Pola Istirahat : Malam : 6-7 jam
Siang : jarang dilakukan
 b.  Pola Aktivitas : Sekolah dan mengaji
c.  Pola Eliminasi
BAK : 6-7 kali/hari warna jernih kekuning-kuningan, konsistensi cair
BAB : 1 kali / hari warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak
d.  Pola Nutrisi
Makan : 3 kali sehari dengan porsi 1 piring

Minum : ± 7-8 gelas / hari

e.  Pola Personal Hygiene :


1)  Mandi : 2 kali sehari
2)  Gosok gigi : 2-3 kali sehari
3)  Ganti celana dalam : 2-3 k
kali
ali / hari
f.  Pola Kebiasaan
Merokok : tidak melakukan
Minum Alkohol : tidak melakukan
Obat obat terlarang : tidak melakukan
2.  Data Objektif

1.  Pemeriksaan Umum


Keadaan umum : Baik

 
 

Kesadaran : Composmetris
2.  Pemeriksaan Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Denyut nadi : 80 x/m
Frekuensi nafas : 19 x/m
Suhu tubuh : 36,5 oC
3.  Pemeriksaan Status Gizi

Berat badan : 50 kg

Tinggi badan : 160 cm

IMT : 19.5 kg/m2

4.  Pemeriksaan Fisik

Wajah : simetris, tidak oedema, tidak ada tanda lahir, tidak ada

 jerawat, tidak ada kelainan

Mata : simetris, konjungtiva anemis, 15clera putih


Telinga : terdapat dua lubang simetris, tidak ada sekret
Hidung : terdapat lubang hidung, septum ditengah, tidak ada
sekret, tidak ada sinus, tidak ada polip, tidak ada kelainan
Mulut : bibir tidak pucat, kering, gusi dan lidah bersih
Leher : Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : tidak ada pembengkakan
Vena jugularis : tidak ada pelebaran
Dada : bentuk simetris : simetris
Mamae : bentuk simetris : simetris

Putting susu : menonjol, tidak ada pengeluaran cairan


Benjolan : tidak ada

Abdomen : tidak dilakukan


Ekstremitas Atas : letak simetris, kuku bersih dan tidak pucat
Ekstremitas Bawah
Bawah : letak simetris, kuku bersih dan tidak pucat
Anogenitalia : tidak dilakukan
5.  Pemeriksaan Penunjang
Hb: 9,2 gr/dL (menggunakan EasyTouch GCHb)
3.  Assasment
 Nn. V, usia 15 tahun remaja dengan Anemia

 
 

4.  Planning
1.  Melakukan informed consent untuk persetujuan dilakukan dokumentasi.
Evaluasi: klien setuju dan bersedia
2.  Memberitahu hasil pemeriksaan tekanan darah: 100/70 mmHg, denyut nadi: 80 x/m,
frekuensi nafas: 19 x/m, suhu tubuh: 36,5 oC, berat badan: 50 kg, tinggi badan: 160 cm,
dan Hb; 9,2 (anemia ringan)
Evaluasi; klien mengetahui hasil yang diberikan
3.  Memberikan edukasi tentang anemia, bahwa anemia
anemia adalah kurang darah atau keadaan
dimana kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah sel darah merah berada di bawah
nilai normal.
Evaluasi: klien mengetahui
4.  Memberitahu klien tanda gejala anemia yaitu; Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5
L), Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, Gejala lebih lanjut adalah
kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Evaluasi: kien mengetahui tanda-gejala anemia
5.  Memberitahu bahwa anemia bisa terjadi karena beberapa penyebab seperti: kurang
nutrisi/ kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, penyakit kronis,
kurang zat besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, serta
kehilangan zat besi yang berlebihan pada perdarahan seperti saat mensturuasi,
melahirkan, kecelakaan, atau infeksi karena cacing.
Evaluasi: klien mengetahui tentang penyebab Anemia
6.  Memberitahu cara untuk mengatasi anemia yaitu: menerapkan prinsip gizi seimbang
yaitu: Mengonsumsi aneka ragam pangan, membiasakan perilaku hidup bersih,
melakukan aktivitas fisik , serta memantau Be
Berat
rat Badan (BB)
(BB) secara teratur untuk
mempertahankan berat badan normal dan juga mengkonsumsi suplemen yang

mengandung sekurangnya 60 mg elemental besi dan 400 mcg asam folat


Evaluasi: klien bersedia melakukan anjuran yang diberikan .
7.  Melakukan pendokumentasian
Evaluasi: dilakukan dan dicatat” 

B.  Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjangan yang ada dengan cara
membandingkan teori yang ada dengan praktek yang dilakukan dilahan. Dalam menjelaskan
kesenjangan tersebut penulis menggunakan langkah  –  langkah
  langkah dalam manajemen kebidanan
SOAP, yaitu pemeriksaan subyektif, obyektif, analisis data dan penatalaksanaan. Pembahasan

ini dimaksudkan agar diambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan yang
ada, sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang

 
 

tepat, efektif dan efisien khususnya pada asuhan kebidanan pada remaja Nn. V umur 15 tahun
dengan Anemia Ringan.
1.  Data Subyektif
Adalah data yang mencakup identitas pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Data
identitas pasien Nama Nn. V, umur 15 tahun. Keluhan utama adalah mengetahui alasan
 pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2009). Pada kasus Anemia
Rigan keluhan utamanya Nn. V merasa sering pusing saat bangun dari tidur serta bangun
dari duduk. Hal ini sesuai dengan tanda-tanda anemia pada remaja putri menurut
Proverawati (2011), yaitu: Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L), Sering mengeluh
 pusing dan mata berkunang-kunang dan gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir,
lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Maka dari itu tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek dilahan.
Riwayat menstruasi Nn. V adalah Siklus 28 hari (sebulan sekali), Lamanya 10 hari, dan
4-5 kali ganti pembalut/hari (masih
(masih sering bocor walaupun m
menggunakan
enggunakan pembalut ukuran
 besar), dengan Sifat darah encer kadang beserta gumpalan, berwarna merah segar. Hal ini
sesuai dengan teori menurut (Merryana
(Merryana dan Bambang,
Bambang, 2013), yang mnyatakan bahwa
Remaja putri lebih beresiko menderita anemia daripada remaja pria oleh karena setiap
 bulannya mengalami siklus haid (menstruasi), dimana dalam sekali siklus haid akan
kehilangan 1,3 mg zat besi per harinya, sehingga membuat kebutuhan zat besinya lebih
 banyak dari pada pria.
Pada Nn. V aktivitas sehari –  hari
 hari yaitu sekolah sekaligus mengaji di Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, yang menyebabkan jam untuk istirahat malam
kurang (6-7 jam), dan jam istirahat untuk siang hari tidak dipenuhi. Hal ini sesuai dengan
 penelitian yang dilakukan oleh (Marta Jackowska, dkk), yang menyebutkan bahwa durasi
tidur dan gangguan tidur berhubungan dengan angka hemoglobin yang rendah. Pada wanita

semakin besar gangguan tidur semakin besar pula kemungkinan terkena anemia.
Berkurangnya waktu tidur dapat menyebabkan biosintesis sel-sel tubuh, termasuk
 biosintesis haemoglobin terganggu. Berkurangnya waktu tidur, berarti pula semakin
meningkatkan penggunaan energi. Dengan demikian perlu diimbangi dengan input
makanan yang memadai untuk pembentukan energi kembali, yang digunakan untuk
 biosintesis dan reparasi sel-sel tubuh yang mengalami kerusakan.
2.  Data Obyektif
Data Obyektif adalah data yang didapatkan untuk melengkapi data dalam menegakkan
diagnosa. Pada kasus Nn. V dilakukan penghitungan IMT yang didapatkan bahwa IMt Nn.
V adalah 19,5 (normal). Maka dari itu terdapat kesenjangan antara praktek di lahan dengan

teori hasil penelitian Permaesih (2005), yang menyatakan ada hubungan antara Indeks

 
 

Massa Tubuh dengan anemia, remaja putri dengan Indeks Massa Tubuh
Tubuh kurus memiliki
resiko 1,4 kali menderita anemia dibandingkan dengan remaja putri dengan IMT normal.
Pemeriksaan fokus yang dilakukan pada pemeriksaan fisik Nn. V didapatkan bahwa
konjungtiva berwarna pucat atau disebut anemis. Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda
terjadinya anemia yaitu: Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L), Sering mengeluh pusing
dan mata berkunang-kunang dan gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit
dan telapak tangan menjadi pucat. Maka dari itu
i tu tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
 praktek dilahan.
Pada kasus Nn. M dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu untuk melengkapi data yang
telah dikumpulkan dan keperluan menegakkan diagnosis pasien. Pada kasus Anemia
 pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
menggunakan EasyTouch
menggunakan EasyTouch GCHb.
 GCHb. Hasil pemeriksaan Hb pada Nn. V adalah 9,2 gr/dL. Hal
ini sesuai dengan teori menurut (Proverawati, 2011), bahwa kadar normal Hbpada remaja
 putri adalah 12 gr/dL. Maka dari itu tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek di
lahan.
3.  Analisis Data
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif
maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Diagnose kebidanan yang pada
kasus didapatkan Nn. V usia 15 tahun dengan anemia.
4.  Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan
assessment. Menurut (Dr. Yuni Kusmiyati dkk, 2018), peran bidan yang dapat dilakukan
dalam mengatasi anemia pada remaja adalah sebagai berikut:
a)  Memberikan pendidikan tentang gizi seimbang.
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang pada dasarnya merupakan

rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang
masuk dengan memantau berat badan secara teratur. Prinsip gizi seimbang tersebut
yaitu:
1)  Mengonsumsi aneka ragam pangan
2)  Membiasakan perilaku hidup bersih
3)  Melakukan aktivitas fisik
4)  Memantau Berat Badan
Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan
normal

Bidan harus mampu mendorong remaja untuk melakukan 4 pilar tersebut untuk
mencapa gizi seimbang. Penyuluhan tersebut dapat dimodifikasi dengan berbagai cara

 
 

agar dapat diterima oleh remaja, tidak hanya melalui penyuluhan tetapi bisa melalui
media sosial yang sering remaja akses agar lebih mudah diterima.

 b)  Suplementasi TTD


Pemberian TTD pada rematri dan WUS melalui suplementasi yang mengandung
sekurangnya 60 mg elemental besi dan 400 mcg asam folat. Pemberian suplementasi

ini dilakukan di beberapa tatanan yaitu fasyankes, institusi pendidikan, tempat kerja
dan KUA/tempat ibadah lainnya.
c)  Pengobatan Penyakit Penyerta
Penanggulangan anemia pada rematri dan WUS harus dilakukan bersamaan
dengan pencegahan dan pengobatan, antara lain:
1)  Kurang Energi Kronik (KEK)/Kurus
2)  Kecacingan
3)  Malaria
4)  Tuberkulosis (TBC)
5)  HIV/AIDS

Pada kasus Nn. V, yaitu diberitahu tentang hasil pemeriksaan, pemberian edukasi
mengenai anemia berupa pengertian, gejala, penyebab serta vcara mengatasinya. Hal ini
menjelaskan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik di lahan.

 
 

BAB V

PENUTUP

A.  Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Nn. V dengan Anemia Dusun Bonganti,
Desa Purbosari, Ngadirejo, Temanggung, maka dapat ditarik kesimpulan sebai berikut:
Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Maret 2021 didapatkan data Identitas Pasien Nama Nn.
V umur 15 tahun. Keluhan utama yaitu Nn. V mengatakan sering mengalami pusing saat bangun
dari tidur dan duduk. Dari data subjektif didapatkan Nn. V kurang istirahat dikarenakan jadwal
sekolah dan pondok pesantren yang padat, serta sering mengalami menstruasi dengan pengeluaran
darah yang banyak. Data Objektif Keadaan umum Baik, Kesadaran Composmentis TTV meliputi
tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 80 x /menit, Pernafasan 20 x /menit, Suhu 36,50C. pemeriksaan
fisik didapatkan konjugtiva anemis, dan hasil pemeriksaan hemoglobin menggunakan  EasyTouch
GCHb didapatkan Hb Nn. V yaitu 9,2 gr/dL. Planning atau penatalaksakaan yang diberikan adalah
1.  Melakukan informed consent untuk persetujuan dilakukan dokumentasi.
2.  Memberitahu hasil pemeriksaan tekanan darah: 100/70 mmHg, denyut nadi: 80 x/m,
frekuensi nafas: 19 x/m, suhu tubuh: 36,5 oC, berat badan: 50 kg, tinggi badan: 160 cm, dan
3.  Memberikan edukasi tentang anemia, bahwa anemia adalah kurang darah atau keadaan
dimana kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah sel darah merah berada di bawah nilai
normal.
4.  Memberitahu klien tanda gejala anemia yaitu; Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L),
Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, Gejala lebih lanjut adalah kelopak
mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
5.  Memberitahu bahwa anemia bisa terjadi karena beberapa penyebab seperti: kurang nutrisi/
kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, penyakit kronis, kurang zat

 besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, serta kehilangan zat bes
besii
yang berlebihan pada perdarahan seperti saat mensturuasi, melahirkan, kecelakaan, atau
infeksi karena cacing.
6.  Memberitahu cara untuk mengatasi anemia yaitu: menerapkan prinsip gizi seimbang yaitu:
Mengonsumsi aneka ragam pangan, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan
aktivitas fisik , serta memantau Berat Badan
Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan
 berat badan normal dan juga mengkonsumsi suplemen yang mengandung sekurangnya 60
mg elemental besi dan 400 mcg asam folat
7.  Melakukan pendokumentasian
Maka dari itu, penulis menemukan tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek pada

kasus Nn. V usia 15 tahun di bonganti,


bonganti, Purbosari, Ngadirejo, Tem
Temanggung.
anggung.

 
 

B.  Saran
1.  Bagi Pasien
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan terutama mengenai anemia
dengan banyak membaca dan mempraktekkan pola hidup yang sehat, serta mengkonsumsi
suplemen TTD.
2.  Bagi Profesi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan mengembangkan asuhan
kebidanan pada Remaja dengan anemia.
3.  Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi bacaan untuk institusi pendidikan, terutama asuhan
kebidanan dalam penanganan Anemia.

 
 

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Indah Ari dkk. 2017.


2017. Hubungan
 Hubungan Pola Tidur dengan kejadian Anemia pada Remaja Putri SM
SMA
A
di Kabupaten Bantul . from:
from:Elibrary.almaata.ac.id.

Fadhylah, Anis dkk. 2020. Faktor-faktor


2020. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
dengan Kejadian Anemia pada Remaja
 Putri di SMPN 1 Kokap Tahun 2019. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Dari:
http://poltekkesjogja.ac.id

Fitriani, Risa. 2020. Asuhan


2020. Asuhan kebidaan pada Remaja dengan Keputihan
Keputihan.. Jurnal Komunikasi Kesehatan
Vol.IX No.1. from: www.e-journal.akbid-purworejo.ac.id.
from: www.e-journal.akbid-purworejo.ac.id.  

Haribi, Ratih. Kadar
Ratih. Kadar hemoglobin pada Buruh
Buruh Wanita yang Bekerja di Malam Hari
Hari.. Jurnal Litbang
Unimus Vol. 1 No. 1, 2004.

Kusmiyati, yuni dkk. 2018. Modul


2018. Modul Praktik Asuhan Kebidanan
Kebidanan Holistik pada Remaja dan Pra Nikah.
Yogyakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Maharani, Alexandria Daniyanti. 2017. Asuhan


2017. Asuhan Kebidanan Gangguan
Gangguan Reproduksi pada Nn. M Umur
18 tahun dengan Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta.Surakarta:
Surakarta.Surakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada.

Sari, Hesti Permata dkk. 2016. Anemia


2016. Anemia Gizi Besi pada remaja Putri di Wilayah Kabupaten
Kabupaten Banyumas.
Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8 No.1, hal 16-31. From: Jos.unsoed.ac.id.

Wahyuni, Dewi. 2012. Asuhan


2012. Asuhan Kebidanan Gangguan
Gangguan reproduksi Pada Nn. A dengan
dengan dismnorea
 Primer di Poli kebidanan dan Kandungan
Kandungan RSUD Dr.Moewardi. Dari: digilib.ukh.ac.id.

Yamin, Tenri. Hubungan Pengetahuan, Asupan, dan Faktor yang


ya ng Berhubungan dengan Kejadian
Anemia pada Remaja Putri di SMA Kabupaten Kepulauan Selayar. Skripsi. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas Universitas Indonesia,
2012.

 
 

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai