Panduan BHD
Panduan BHD
PENDAHULUAN
Cardio pulmonary resuscitation (CPR) adalah serangkaian tindakan
menyelamatkan nyawa yang meningkatkan kesempatan untuk bertahan hidup setelah
henti jantung arrest. Meskipun pendekatan optimal untuk CPR dapat bervariasi,
tergantung pada penyelamat, korban, dan sumber daya yang tersedia, tantangan
mendasar tetap: bagaimana untuk mencapai CPR dini dan efektif. Mengingat tantangan
ini, tindakan yang cepat oleh penyelamat terus menjadi prioritas untuk Pedoman AHA
untuk CPR dan ECC tahun 2010.1
Henti jantung masih merupakan masalah kessehatan dunia dan menyebabkan
kematian di banyak bagian didunia. Henti jantung terjadi didalam dan diluar rumah
sakit. Di Amerika serikat dan Kanada diperkirakan sekitar 350.000 orang/tahun terkena
henti jantung dan mendapat resusitasi. Perkiraan ini tidak termasuk pasien yang tidak
diresusitasi. Sementara itu resusitasi tidak selalu tepat. Ada banyak nyawa yang hilang
akibat resusitasi yang tidak tepat.
Diperkirakan sekitar 50-55/100.000 penduduk di AS dan Kanada terkena henti
jantung, sekitar 25% terkena ventrikel aritmia. Sedangkan kejadian di rumah sakit
diperkirakan sekitar 5-6/000 orang/tahun dan sekitar 25% nya terkena ventrikel aritmia.
Korban henti jantung dengan ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi prognosisnya
lebih baik dibandingkan pasien asistole.
Dalam melakukan pelayanan kegawatdaruratan, kita memperhatikan dua
komponen utama, yaitu komponen bantuan hidup jantung dasar serta komponen
bantuan hidup jantung lanjut sebagai pelengkap jika bantuan hidup jantung dasar
berhasil dilakukan.
Bantuan jantung hidup dasar umumnya tidak menggunakan obat-obatan dan
dapat dilakukan dengan baik setelah melalui pelatihan singkat. Seiring dengan
perkembangan pengetahuan dibidang kedokteran, maka pedoman bantuan jantung hidup
dasar yang sekarang dilaksanakan telah mengalami perbaikan dibandingkan dengan
sebelumnya.bulan oktober 2000, American Heart Association mengeluarkan pedoman
baru hidup dasar dewasa. Dalam bantuan hidup dasar ini, terdapat beberapa perubahan
sangat mendasar dan berbeda dengan panduan bantuan hidup dasar yang telah dikenal
sebelumnya seperti :
1. Pengenalan kondisi henti jantung mendadak segera berdasarkan penilaian
respon pasien dan tidak adanya nafas.
2. Perintah “ Look, Listen, Feel” dihilangkan dari algoritma bantuan hidup
dasar.
3. Penekanan bantuan kompresi dada yang kontinu dalam melakukan
resusitasi jantung paru oleh tenaga yang tidak terlatih.
4. Perubahan urutan pertolongan bantuan hidup dasar dengan mendahulukan
kompresi sebelum melakukan pertolongan bantuan nafas (CAB
dibandingkan dengan ABC).
5. Resusitasi jantung paru (RJP) yang efektif dilakukan sampai didapatkan
kembalinya sirkulasi spontan atau penghentian upaya resusitasi.
6. Peningkatan fokus metode untuk meningkatkan kualitas RJP yang baik.
7. Penyederhanaan Algoritma Bantuan Hidup Dasar.
Komponen yang harus dikuasai sebelum melakukan bantuan hidup jantung dasar
adalah pengetahuan untuk menilai keadaan pasien, tehnik penilaian pernafasan yang
baik serta pemberian ventilasi buatan yang baik dan benar, dilanjutkan dengan tehnik
kompresi dada yang baik serta kompresi yang ade kuat, serta penggunaan automated
external defibrillator jika memang tersedia, selain komponen pengetahuan serta tehnik
yang sudah disebutkan diatas, para penolong pertama yang melakukan bantuan hidup
jantung dasar, juga harus menguasai tehnik mengeluarkan obstruksi jalan nafas karena
sumbatan benda asing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Dalam melakukan pertolongan menggunakan pendekatan sistematis Bantuan
Hidup Dasar Lanjutan (ACLS), maka kita harus melakukan pengamatan dan
pemeriksaan secara sistematis pula. Pengamatan dan pemeriksaan tersebut dimulai dari
survey primer bantuan hidup dasar dilanjutkan dengan survey bantuan hidup jantung
lanjutan.
Survey bantuan hidup dasar primer merupakan dasar untuk tindakan
penyelamatan jiwa setelah terjadi keadaan henti jantung. Tindakan ini bisa dilakukan
oleh seorang penolong ataupun lebih secara simultan. Tujuan awal pelaksanaan survey
bantuan hidup dasar primer adalah memperbaiki sirkulasi sistemik yang hilang pada
penderita henti jantung mendadak dengan melakukan kompresi dada secara efektif dan
benar, diikkuti dengan pemberian ventilasi yang efektif sampai didapatkankembalinya
sirkulasi sistemik secara spontan atau tindakan dihentikan karena tidak ada respon dari
penderita setelah tindakan dilakukan beberapa saat. Jika setelah dilakukan survey
bantuan hidup jantung lanjutan. Pendekatan yang dilakukan saat ini sesuai dengan
pedoman yang dikeluarkan oleh American Heart Association tahun200 dengan skuens
survey bantuan hidup dasar CAB.
1. Survei bantuan hidup dasar primer
Survey bantuan hidup dasar primer merupakan awal dari rangkaian si stematis
pertolongan yang dilakukan bagi penderita yang mengalami keadaan henti jantung
mendadak baik yang disaksikan atau tidak disaksikan. Jika penolong melakukan
tindakan survey bantuan hidup dasar primer secara benar dan efektif serta penderita
didapatkan sudah kembali ke keadaan sirkulasi spontan, maka tindakan survey bantuan
hidup dasar ini, awalnya dittunjukan untuk dilakukan tenaga kesehatan yang terlatih,
kemudian diikuti oleh tenaga non kesehatan sepeti petugas pemadam kebakaran atau
polisi. Namun beberapa decade belakangan ini, peranan serta animo masyarakat awam
untuk mengetahui, mengerti dan mampu melaksanakan survey bantuan hidup dasar
primer semakin meningkat.
Survey bantuan hidup dsasar primer berkembang seiring dengan kemajuan ilmu
dan teknologi kedokteran. Berdasarkan panduan yang dikeluarkan American Heart
Association tahun 2000, bantuan hidup dasar lebih menitik beratkan pelaksanaan RJP
dengan memompa secara cepat dan kuat segera baik oleh penolong atau lebih dan
dilanjutkan dengan pemberan bantuan nafas dasar dan defibrilasi segera. Tujuan survey
bantuan hidup dasar adalah berusaha memberikan bantuan sirkulasi sistemik beserta
ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai didapatkan kembali
sirkulasi sitemik secara spontan atau telah tiba bantuan dengan peralatan yang lebih
lengkap untuk melkasanakan tindakan bantuan hidup dasar jantung lanjutan.
Pelaksanana survey bantuan hidup dasar primer sesegera dan seefektif mungkin
memperbesar peluang keberhasilan untuk selamat serta mengurangi gangguan
neurologis yang terjadi.
Survey bantuan hidup dasar primer dilakukan baik untuk penderita yang
mengalami henti jantung mendadak atau tidak sadarkan diri yang kita saksikan atau
datang kerumah sakit yang sudah tidak sadarka diri. Pertama-tama yang harus kita
lakukan adalah memeriksa respon penderita dengan memanggil penderita sambil
menepuk — nepuk pundak atau sambil menggoangkan badan pasien yang bertujuan
untuk mengetahui respon kesadaran penderita. Setelah kita yakin penderita dalam
keadaan tidak sadarkan diri maka kita meminta bantuan orang lain untuk menghubungi
ambulans atau sistem gawat darurat atau rumah sakit terdekat untuk meminta
pertolongan bantuan datang dengan tambahan tenaga serta peralatan medis yang lebih
lengkap. Jika melakukan pertolongan kita hanya seorang diri, setelah melakukan
pemeriksaan respon kesadaran, penolong segera menghubungi rumah sakit terdekat atau
ambulans dan melakukan pertolongan awal kompresi dada dengan cepat dan kuat
dengan frekuensi 30x dan diselingi dengan pemberian nafas bantuan 2x dalam satu detik
setiap nafas bantuan per 30x kompresi sampai bantuan datang.
Sistematis survey bantuan hidup dasar primer saat ini sekarang lebih
dipermudah, yang memungkinkan orang yang tidak terlatih dapat melakukan bantuan
hidup dasar primer secara baik. urutan sistematis yang digunakan saat inI adalah C-A-B.
Perlu diingat sebelum kita melakukan bantuan hidup dasar kita harus memastikan
bahwa langkah yang kita kerjakan adalah langkah yang tepat dengan melakukan
pemeriksaan terlebih dahulu. Setelah dilakukan pemeriksaan (kesadaran, sirkulasi,
pernafasan, perlu tidaknya defibrilasi), kita harus menganalis secara cepat dan tepat
sebelum melakukan tindakan yang diperlukan. Setiap langkah yang akan dilakukan
dimulai dari pemeriksaan, diikuti dengan tindakan, sebagai contoh :
Pemeriksaan respon penderita untuk memastikan pasien dalam keadaan sadar
atau tidak sadar.
Pemeriksaan dan denyut nadi sebelum melakukan kompresi dada atau sebelum
melakukan penempelan sadapan AED.
Pemeriksaan analisis irama jantung sebelum malakukan tindakan kejut listrik
pada
jantung (DC shock).
Sebelum melakukan survey bantuan hidup dasar primer, kita harus memastikan bahwa
lingkungan sekitar penderita aman untuk melakukan pertolongan, dilanjutkan dengan
memeriksa kemampuan respon penderita, sambil meminta pertolongan untuk
mengaktifkan sistim gawat darurart dan menyediakan AED.
5. Tindakan RJP
Tindakan RJP pada asistol bisa lebih lama dilakukan pada penderita dengan
kondisi sebagai berikut :
a. Usia muda
b. Asistol menetap karena toksin atau gangguan elektrolit
c. Hipotermia
d. Overdosis obat
e. Usaha bunuh diri
f. Permintaan keluarga
g. Korban tenggelam di air dingin
Dalam teknik ini diajarkan bagaimana cara membuka jalan nafas serta mempertahankan
jalan nafas untuk membantu memperbaiki oksigenasi tubuh serta ventilasi. Dalam
prakteknya, tindakan ini sebaiknya dilakukan oleh orang yang sudah menerima
pelatihan bantuan hidup dasar atau tenaga kesehatan professional dengan menggunakan
teknik angkat kepala dan angkat dagu (head tilt chin lift) Tidak ada respon, tidak
bernafas/tidak ada nafas normal (misal : hanyagasping),Aktifkan sistem
emergensi,Mulai RJP,Cek irama/kejut listrik bila indikasi (ulangisetiap 2 menit)Ambil
defibrilator. Cara ini dilakukan untuk penderita yang tidak diketahui mengalami
cedera leher dengan mengangkat dagu keatas dan mendorong kepala/dahi
kebelakang. Sedangkan untuk penderita yang dicurigai menderita trauma servikal,teknik
head tilt chin lift tidak bisa dilakukan. Teknik yang digunakan pada saat tersebut adalah
menarik rahang tanpa melakukan ekstensi kepala (jaw thrust).
Sedangkan untuk penolong yang hanya mampu kompresi dada saja, belum didapatkan
bukti ilmiah yang cukup untuk melakukan teknik mempertahankan jalan nafas secara
pasif seperti mengerjakan hiperekstensi leher.
Pemberian nafas buatan dilakukan setelah jalan nafas terlihat aman. Tujuan
primer pemberian bantuan nafas adalah untuk mempertaankan oksigenasi yang adekuat
dengan tujuan skunder untuk membuang CO2. Sesuai dengan revisi panduan yang
dikeluarkan oleh American Heart Association mengenai bantuan hidup jantung dasar,
penolong tidak perlu melakukan observasi nafas spontan dengan look, listen and
feel ,karena langkah pelaksanaan yang tidak konsisten dan menghabiskan terlalu banyak
waktu.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan bantuan nafas antara lain
Berikan nafas bantuan dalam waktu detik.
Berikan nafas buatan sesuai dengan volume tidal yang cukup untuk
mengangkat dinding dada.
Berikan bantuan nafas sesuai dengan kompresi dengan perbandingan 2 kali
bangtuan nafas setelah 30 kali kompresi.
Pada kondisi terdapat 2 penollong atau lebih, jika penolong berhasil
memasukkan alat bantuan nafas lanjut untuk mempertahankan jalan nafas seperti pipa
endotrakeal, combitube atau sungkup laring, maka bantuan nafas diberikan setiap 6-8
detik, ini akan menghasilkan pernafsan dengan frekuensi8-0 kali/menit.
Pasien dengan hambatan jalan nafas atau komplians paru yang memburuk,
memerlukan bantuan nafas dengan tekanan yang lebih tinggi untuk sampai
memperlihatkan dinding dada terangkat.
Pemberian bantuan nafas yang berlebihan tidak diperlukan dan dapat
menimbulkan distensi lambung beserta komplikasintya seperti regurgitasi dan aspirasi.
4. Defibrilasi
Tindakan defibrilasi sesegera mungkin memegang peranan kritis untuk
keberhasilan pertolongan penderita henti jantung mendadak berdasarkan alasan sebagai
berikut :
a. Irama dasar jantung yang paling sering didapat pada kasus henti jantung
mendadak yang disaksikan diluar rumah sakit adalah fibrilasi ventrikel.
b. Terapi untuk fibrilasi ventrikel adalah defibrilasi.
c. Kemungkinan tindakan defibrilasi berkurang seiring dengan bertambahnya
waktu.
d. Perubahan irama dari fibrilasi ventrikel menjadi asistol seiring dengan
berjalannya waktu.
Pelaksanaan defibrilasi bisa dilakukan dengan menggunakan defibrillator manual atau
menggunakan automated external defibrillator (AED). Pada penderita dewasa yang
mengalami fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel tanpa nadi, maka untuk terapi
diberikan energy kejutan sebesar 360 J untuk alat defibrillator monofasik 200 J untuk
yang bifasik. Pada anak, walaupun kejadian henti jantung mendadak sangat jarang,
energy kejut listrik diberikan dengan dosis 2-4 J/kg yang dapat diulang dengan dosis 4-0
J/kg atau tidak melebihi energy Tidak ada respon, tidak bernafas/tidak ada nafas normal
(misal : hanya gasping)
Penilaian respon
Penilaian respon dilakukan setelah penolong yakin bahwa dirinya sudah
aman untuk melakukan petolongan. Penilaian respon dilakukan dengan cara menepuk
nepuk dan menggoyang-goyangkan penderita sambil berteriak memanggil penderita.
Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan penilaian respon penderita :
1. Bila penderita menjawab atau bergerak terhadap respon yang diberikan , maka
usahakan tetap mempertahankan posisi pasien seperti pada saat ditemukan atau
usahakan pasien diposisikan kedalam posisi mantap, sambil terus melakukan
pemantauan terhadap tanda-tanda vital penderita tersebut secara terus menerus
sampai bantuan datang.
2. Bila penderita tidak memberikan respon serta tidak bernafas tidak normal maka
penderita dianggap mengalami kejadian henti jantung, maka langkah selanjutnya
yang dilakukan adalah melakukan aktivasi sistem layanan gawat darurat.