Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN KARYA

ANXIETY DALAM FOTOGRAFI EKSPRESI

RIFKI ADITYA FERNANDA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN
KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
PROGRAM STUDI FOTOGRAFI
2022
LAPORAN KARYA

ANXIETY DALAM FOTOGRAFI EKSPRESI

RIFKI ADITYA FERNANDA


NIM: 08205817

KEMENTRIAN PENDIDIKAN
KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
PROGRAM STUDI FOTOGRAFI
2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur pengkarya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia- Nya sehingga pengkarya dapat menyelesaikan Skripsi Karya

yang berjudul “Anxiety Dalam Fotografi Ekspresi” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan Skripsi Karya ini dimaksudkan sebagai salah satu persyaratan

menyelesaikan perkuliahan Strata-1. Pengkarya sangat menyadari bahwa Skripsi

Karya ini dapat terselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak, yang tanpa

dukungannya tidak mungkin penulisan ini dapat terselesaikan. Rasa hormat dan

terimakasih pengkarya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu

sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi Karya ini, yaitu kepada:

1. Dr. Febri Yulika, S.Ag., M.Hum, selaku Rektor Institut Seni Indonesia

Padangpanjang.

2. Yandri, S.Sn., M.Sn, selaku Dekan Fakultas Seni Rupa Dan Desain Institut Seni

Indonesia Padangpanjang.

3. Putri Khairina Masta, S.S., M.Si selaku Ketua Program Studi Fotografi Fakultas

Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Padangpanjang.

4. Benny Kurniadi, S.Sn., M.Sn selaku Sekretaris Program Studi Fotografi

Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Padangpanjang.

5. Dr. Roza Muliati, S.S., M.Si selaku pembimbing tulisan skripsi karya yang telah

meluangkan waktu dan tempat untuk membimbing dan memberikan arahan.

6. Cindi Adelia Putri Emas, S.Sn., M.Sn selaku pembimbing skripsi karya yang

telah meluangkan waktu dan tempat untuk membimbing dan memberikan

iii
arahan.

7. Dosen Prodi Fotografi yang telah memberikan ilmu serta pengalaman yang luar

biasa, serta telah mengajarkan banyak hal.

8. Teristimewa kedua orang tua, Papa Arif Budiman dan Mama Ernawati untuk

segala kasih sayang, dukungan, doa dan memberi semangat dalam proses ini.

Serta kepada Kakak Ridho Ariva Ernanda, yang telah memberikan supportnya

selama ini.

9. Untuk teman-teman seperjuangan yang telah membantu proses pembuatan

karya ini, teruntuk kepada Bg Genta Noverda, Ariq Alhani, Ayenmov, Geby

Elsya, Dwi Acid, Bg Dieke, Bg Firman, Bg Arif, Baim yang telah banyak

membantu proses pembuatan karya ini, memberikan semangat dan dukungan

dalam setiap prosesnya.

10. Keluarga besar Program Studi Fotografi Fakultas Seni Rupa dan Desain.

Khususnya Angkatan 2017 yang sudah menjadi keluarga dimasa perkuliahan.

Padangpanjang, 01 Desember 2022

Rifki Aditya Fernanda


NIM. 08205817

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i


HALAMAN DALAM..................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... vii
DAFTAR KARYA ......................................................................................... viii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .............................................................. 1
B. RUMUSAN IDE PENCIPTAAN ............................................. 5
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENCIPTAAN ......................... 5
D. TINJAUAN KARYA ............................................................... 6
E. LANDASAN TEORI ............................................................... 9
F. METODE PENCIPTAAN ....................................................... 16
BAB II KONSEP DAN PROSES PENCIPTAAN
A. KONSEP PENCIPTAAN ........................................................ 29
B. PROSES PENCIPTAAN ......................................................... 31
BAB III HASIL DAN ANALISI KARYA
A. DESKRIPSI KARYA .............................................................. 34
B. ANALISIS KARYA ................................................................ 75
BAB PENUTUP
A. KESIMPULAN ........................................................................ 78
B. SARAN .................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80

v
DAFTAR GAMBAR

No. Nama Gambar Halaman

1. Karya Peter Nowacki 7

2. Karya Lotta Van Droom 7

3. Karya Thomas Friedrich 8

4. Story Board 1 17

5. Story Board 2 17

6. Story Board 3 18

7. Story Board 4 18

8. Story Board 5 19

9. Kamera Sony Alpha 6400 21

10. Lensa sigma 50mm f/1.8 22

11. Lensa sigma 16mm f/1.4 22

12. Tripod 23

13. Godox SK300II 23

14. Softbox 24

15. Trigger 25

16. Green Screen 25

17. Memory Card Sandisk 32GB 26

18. Macbook Pro MD101 26

19. Sketsa Pameran Karya Foto 28

20. Proses Pemotretan 32

21. Proses Pemotretan 32

vi
DAFTAR BAGAN

No. Nama Gambar Halaman

1. Bagan Rancangan Pembuatan Karya 20

vii
DAFTAR KARYA

No. Nama Karya Halaman

1. Karya 1. Who Are You 36

2. Karya 2. Swing 38

3. Karya 3. Hey! 40

4. Karya 4. Play With Me 42

5. Karya 5. This Not Your Toys 44

6. Karya 6. Dream or Drown? 46

7. Karya 7. Drop and Drown 48

8. Karya 8. It’s Me? 50

9. Karya 9. I’m Not Afraid 52

10. Karya 10. Leave Me Alone! 54

11. Karya 11. Doubt 56

12. Karya 12. My Little Nightmare 58

13. Karya 13. Catch Me If You Can 60

14 Karya 14. Knock Knock.. 62

15. Karya 15. There You Are 64

16. Karya 16. Disruption 66

17. Karya 17. Threat 68

18. Karya 18. Music Box 70

19. Karya 19. Puppet 72

20. Karya 20. Gigantic 74

viii
ABSTRAK

Anxiety atau kecemasan merupakan kecemasan merupakan suatu hal yang


wajar dialami oleh setiap orang dalam hidupnya. Rasa cemas seringkali muncul
sebentar, lalu hilang dengan sendirinya. Kecemasan adalah sebuah gangguan dari
alam perasaan manusia itu sendiri yang ditandai dengan adanya rasa takut atau
khawatir yang mendalam dan berkelanjutan. Penciptaan dengan judul “Anxiety
dalam Fotografi Ekspresi” ini membahas mengenai kecemasan yang
merepresentasikan pengalaman yang dirasakan pengkarya. Media yang digunakan
untuk penciptaan karya adalah fotografi ekspresi. Fungsi fotografi ekspresi adalah
sebagai media ungkapan perasaan dan gagasan seorang fotografer. Proses 3D
modelling dan digital imaging dilakukan dalam penciptaan karya untuk
penambahan elemen dan objek pendukung sebagai media penyampai pesan, agar
pesan yang ada pada karya dapat tersampaikan dengan baik. Tujuan dari
penciptaan karya ini adalah untuk menggambarkan bagaimana ketika kecemasan-
kecemasan datang dapat divisualisasikan melalui media fotografi ekspresi.

Kata kunci: fotografi ekspresi, anxiety, gangguan.

ix
ABSTRACT

Anxiety or anxiety is a natural thing that is experienced by everyone in


their life. Anxiety often appears briefly, then goes away by itself. Anxiety is a
disturbance from the nature of human feelings itself which is characterized by a
deep and continuous feeling of fear or worry. The creation with the title "Anxiety in
Expressive Photography" discusses the anxiety that represents the experience felt
by the artist. The media used for the creation of works is expression photography.
The function of expressive photography is as a medium for expressing the feelings
and ideas of a photographer. The process of 3D modeling and digital imaging is
carried out in the creation of works to add supporting elements and objects as
media for conveying messages, so that the messages contained in the works can be
conveyed properly. The purpose of creating this work is to illustrate how when
anxiety comes it can be visualized through the medium of expressive photography.

Keywords: expression photography, anxiety, distraction.

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anxiety atau kecemasan merupakan suatu hal yang wajar dialami oleh setiap

orang dalam hidupnya. Rasa cemas seringkali muncul sebentar, lalu hilang dengan

sendirinya. Kecemasan adalah sebuah gangguan dari alam perasaan manusia itu

sendiri yang ditandai dengan adanya rasa takut atau khawatir yang mendalam dan

berkelanjutan. Neil A. Rector mengatakan bahwa rasa cemas adalah reaksi tubuh

terhadap sesuatu yang asing atau berbahaya. Ketika seseorang merasa bahaya, atau

berfikir bahwa bahaya akan terjadi, otak mengirimkan pesan ke sistem saraf yang

merespon dengan melepaskan adrenalin. Melepaskan adrenalin menyebabkan

perasaan waspada dan energik. Adrenalin yang meningkat juga memiliki efek

samping yang tidak menyenangkan, seperti perasaan gugup, tegang, pusing,

berkeringat, gemetar atau sesak nafas (Rector, 2005: 4).

Pada dasarnya anxiety merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak ada

hubungannya dengan faktor lingkungan atau atau situasi dimana seseorang

merasakan ketidaknyamanan dan memiliki sebuah firasat akan dilanda malapetaka.

Anxiety adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana pada setiap individu

mempunyai kecemasan yang berbeda-beda. Contoh penyebab kecemasan yang

dapat kita jumpai saat ini, misalnya seperti rasa cemas yang diakibatkan oleh

berjumpa dengan bayangannya sendiri atau biasa disebut dengan fenomena

doppelganger, rasa cemas akibat munculnya virus Covid 19 yang melanda, rasa

1
2

cemas akibat perang yang terjadi, dan juga rasa cemas ketika terdapat hambatan di

tengah presentasi.

Dalam sejarah, ada banyak catatan mengenai orang-orang yang bertemu dengan

bayangan dirinya sendiri. Fenomena ini sering disebut dengan istilah doppelganger.

Doppelganger berasal dari Bahasa Jerman yaitu, doppel (ganda) dan gaenger

(perjalan). Menurut tim redaksi Longman Dictionary of Contemporary English,

doppelganger adalah roh imajiner yang terlihat persis seperti orang yang hidup.

Menurut Jean Paul dalam buku The Pleasure of Abandonment ketika orang “melihat

diri mereka sendiri”, ketika seseorang “berjalan dua kali”, dia adalah seorang

Doppelganger. (Fleming, 2006: 42). Dalam banyak kasus, doppelganger dipercaya

sebagai tanda-tanda kematian. Fenomena doppelganger memiliki banyak

penjelasan beragam di berbagai bagian dunia.

Dopperlganger ini pernah dialami oleh Abraham Lincoln mantan presiden

Amerika Serikat. Kisah nyata ini diceritakan oleh Noah Brooks yang mengaku

mendengarnya langsung dari mulut Abraham Lincoln. Diceritakan bahwa saat

Lincoln terpilih menjadi presiden, ia menjumpai sosok dirinya dengan dua wajah

di ruang tamunya. Satu wajah lebih pucat dibanding yang lainnya. Ketika Lincoln

mendekatinya, bayangan itu langsung menghilang. Beberapa hari kemudian,

bayangan dirinya dengan dua wajah itu muncul kembali. Namun penampakan itu

adalah penampakan yang terakhir kalinya. Ketika ia menceritakan pada istrinya,

istrinya berkata bahwa dua wajah itu berarti Lincoln akan terpilih sebagai presiden

untuk dua kali masa jabatan, sedangkan wajah kedua yang lebih pucat menunjukkan

kalau ia tidak akan hidup melewati masa jabatan keduanya. Prediksi kematiannya
3

terbukti benar karena pada tahun 1865 Lincoln terbunuh pada saat memegang masa

jabatan keduanya (Sandburg, 1926: 423-4).

Fenomena doppelganger ini juga diangkat dalam sebuah film yang berjudul The

Broken tahun 2008. Film yang disutradarai oleh Sean Ellis ini menceritakan tentang

seorang radiologis sukses bernama Gina Mcvey yang menangani kasus penyakit

aneh dimana organ dalam pasiennya tampak normal dan lengkap seperti biasanya,

namun hanya saja posisinya terbalik. Semenjak itu, ia mulai menyadari orang-orang

bersikap aneh dan seringkali orang-orang melihat dua orang yang sama namun

dengan kepribadian yang berbeda. Suatu hari, Gina melihat dirinya sendiri sedang

mengemudikan mobil dan mulai dari situ hal-hal mengerikan mulai terjadi. Tidak

hanya film. Pengkarya sendiri pernah mengalami fenomena doppelganger ini.

Dimana ketika sedang berada di kamar, seseorang melihat pengkarya sedang berada

di tempat lain.

Fenomena doppelganger ini memberikan dampak kecemasan bagi pengkarya

yang telah merasakannya. Kecemasan akan datangnya kematian atau malapetaka

yang akan menimpa seseorang. Dari pengalaman yang dirasakan ini menjadi alasan

timbulnya ide penciptaan anxiety dari fenomena doppelganger. Dampak kecemasan

yang dirasakan dari fenomena doppelganger ini sangat menarik untuk dijadikan

sebagai ide penciptaan karya seni. Pengkarya berusaha merefleksikan dan

menyampaikan seperti apa kecemasan yang terjadi pada seseorang ketika

mengalami fenomena doppelganger melalui karya seni fotografi, sehingga karya

seni fotografi ini menjadi acuan bagi orang-orang yang mengalami anxiety

berlebihan untuk mengatasi rasa cemas yang dialaminya.


4

Penciptaan karya seni fotografi bisa didasarkan untuk berbagai kepentingan

dengan menyebutnya sebagai penyampai pesan bagi tujuan tertentu. Fotografi

merupakan perpaduan dari teknologi dan seni. Berbagai nilai estetika dihadirkan

dalam sebuah karya fotografi untuk memberikan karakter dan keindahan dalam

hasil visualnya. “Seni fotografi bukan sebuah rekaman yang apa adanya dari dunia

nyata, tetapi menjadi karya seni yang kompleks dan media gambar yang memberi

makna dan pesan” (Ajidarma, 2001: 26). Untuk memberikan makna dan pesan

pengkarya menerapkan genre fotografi ekspresi. Fotografi ekspresi merupakan

ungkapan jiwa yang mengutamakan ekspresi jati diri pribadi seseorang yang akan

diekspresikan dalam karya seni.

Gagasan-gagasan tersebut menjadi inspirasi dan mendorong timbulnya ide

merefleksikan kecemasan akibat mengalami fenomena doppelganger sebagai latar

belakang terciptanya sebuah karya seni. 3D modelling dipilih sebagai media

ekspresi untuk mengungkapkan gagasan tersebut. 3D modelling adalah proses

untuk menciptakan objek 3D yang akan dituangkan dalam bentuk visual nyata, baik

secara bentuk, tekstur, dan ukuran objeknya. Menurut William Vaughan 3D

modelling adalah hasil representasi dari proses secara matematika yang membentuk

objek 3D. Hasil dari proses tersebut adalah apa yang sekarang ini disebut dengan

3D model atau 3D mesh (Vaughan, 2011: 4). 3D modelling diperkenalkan sebagai

alternatif baru dalam fotografi yang diciptakan menggunakan media yang berbeda.
5

B. RUMUSAN PENCIPTAAN

Sebagaimana yang telah dijabarkan diatas, maka permasalahan yang dapat di

rumuskan dalam penciptaan ini adalah bagaimana menciptakan karya fotografi

ekspresi menggunakan teknik 3D Modelling dengan objek “anxiety”?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENCIPTAAN KARYA

1. Tujuan Penciptaan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan penciptaan di atas, maka

tujuan penciptaan karya ini adalah:

a. Menghasilkan karya fotografi ekspresi dengan .objek anxiety dampak

dari fenomena doppelganger.

b. Menghadirkan karya fotografi ekspresi yang berbeda dengan teknik 3D

Modelling.

2. Manfaat penciptaan

a. Bagi Pengkarya

1) Dapat mengaplikasikan ilmu dan teori fotografi yang telah di dapat

selama proses kuliah.

2) Untuk memperkenalkan teknik 3D modelling sebagai alternatif baru.

3) Untuk menciptakan karya fotografi ekspresi dengan objek anxety

yang di angkat dari fenomena doppelganger.

b. Bagi Institusi Pendidikan

1) Diharapkan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan penciptaan dalam bidang seni fotografi.

2) Bisa memberikan referensi untuk memicu kreativitas bagi


6

penciptaan karya seni fotografi selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat.

1) Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya seni fotografi.

2) Dapat bermanfaat bagi masyarakat, seniman sesuai temuan

fenomena sebagai ide pengkarya yang serupa.

D. TINJAUAN KARYA

Dalam pembuatan karya seni atau pun karya foto haruslah karya yang

diciptakan sendiri tentu tidak boleh plagiasi karya orang. Orisinilitas adalah karya

yang dihasil merupakan karya atau ide sendiri. Mengacu pada orisinalitas karya

pengkarya menekankan pembedaan pada objek, konsep dan pesan foto yang akan

di sampaikan. Namun dalam penciptaan karya pengkarya harus mencari beberapa

karya fotografi yang sesuai dengan genre yang dipakai dalam penciptaan, yang

nantinya karya-karya tesebut menjadi acuan dalam penciptaan karya fotografi baru.

Karya pertama yang menjadi acuan pengkarya adalah karya dari Peter

Nowacki yang berjudul The Race Day dan Far Far Away. Peter Nowacki telah

bekerja sebagai seniman 3D sejak 2011, bertanggung jawab atas tekstur, bayangan,

pencahayaan, dan rendering. Peter pernah tampil di Creativebloq, Expose 10,

majalah 3D World¸dan majalah ComputerArts. Penulis menjadikan karya Peter

Nowacki sebagai acuan karya karena menggunakan teknik yang sama yaitu 3D

modelling.
7

Gambar 1 : karya dari Peter Nowacki


(Sumber: www.behance.net. 2022)

Kedua, yang menjadi acuan pengkarya adalah salah satu karya fotografi

ekspresi Lotta Van Droom. Karya foto ini menampilkan sebuah karya fotografi

ekspresi dengan komposisi horizontal dan tepat di tengah-tengah frame dan adanya

background yang mendukung objek agar terlihat lebih menonjol.

Gambar 2: Karya dari Lotta Van Droom


(Sumber: www.lotta-van-droom.com. 2022)
8

Pengkarya menjadikan karya Lotta sebagai acuan karya, perbedaan karya

yaitu karya Lotta Van Droom tidak menggunakan teknik 3D modelling. Sedangkan

penulis menggunakan teknik 3D modelling pada fotografi ekspresi yang

mengangkat fenomena doppelganger.

Karya ketiga yang menjadi acuan pengkarya adalah karya dari Thomas

Friedrich Schaefer yang berjudul Experiental Spaces.

Gambar 3: Karya dari Thomas Friedrich Schaefer


(Sumber: www.PetaPixel. 2022)

Karya Thomas mencakup perangkat hiper-realistis yang menyediakan

kerangka naratif untuk momen-momen hubungan interpersonal. Pencahayaan pada

karya Thomas ini menggunakan warna cahaya dingin dan panas. Dengan

menggunakan lensa ukuran 35mm untuk memberikan efek pandangan manusia

normal. Karya Thomas ini menjadi acuan penulis dengan teknik pencahayaan three

point of lighting dan warna pencahayaan yang sama dan penggunaan lensa 35mm

untuk tujuan memberikan efek pandangan manusia normal. Perbedaan karya

Thomas ini dengan karya dari pengkarya adalah isu yang diangkat. Thomas
9

mengangkat isu tentang kenangan masa kecil sedangkan pengkarya mengangkat

dampak negatif anxiety dari fenomena doppelganger.

E. LANDASAN TEORI

Dalam proses penciptaan karya ini, pengkarya menggunakan beberapa teori

yang menjadi acuan dasar.

1. Fotografi Ekspresi

Sebuah karya fotografi dirancang dengan konsep tertentu dengan memilih

objek foto yang terpilih dan diproses dan dihadirkan demi kepentingan si

pemotretnya sebagai luapan ekspresi artistik dirinya, maka karya tersebut bisa

menjadi karya fotografi seni. Dalam hal ini karya fotografi tersebut dimaknakan

sebagai suatu medium ekspresi yang menampilkan jati diri si pemotretnya dalam

proses berkesenian penciptaan karya fotografi seni. “Karya fotografi yang

diciptakan merupakan karya seni murni fotografi atau (fine art photography)

karena bentuk penampilan yang menitik beratkan pada nilai ekspresif-estetis seni

itu sendiri” (Soedjono, 2006;40).

Menurut (Soedjono, 2006: 42), “fotografi ekspresi adalah sebuah karya

fotografi yang dirancang dengan konsep tertentu dengan memilih objek yang

terpilih dan yang diproses dan dihadirkan bagi kepentingan si pemotretnya

sebagai ungkapan artistik dirinya”. Hal ini berarti pemotret dapat menyampaikan

maksud dan pesan yang diinginkan melalui konsep serta objek di dalam foto.

2. Semiotika

Semiotika adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari “tanda” yang

lazim disebut filsafat penanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang mempelajari
10

studi tentang tanda dan bagaimana system penandaan itu sendiri berfungsi.

Semiotika tidak hanya terbatas pada teks. Kajian tentang semiotika dapat berupa

tanda dan makna dalam Bahasa yang terdapat pada seni, media massa, musik dan

segala hal yang diproduksi untuk ditunjukkan kepada orang lain (Barthes, 2012:

13). Didalam karya fotografi yang berbentuk visual dua dimensi tidak mungkin

lepas dari tanda-tanda yang dihadirkan untuk memberikan berbagai makna yang

dibebankan di dalamnya. Semiotika yang akan digunakan dalam pendekatan

visual karya yang berfungsi untuk mengungkapkan makna dan pesan dalam

sebuah karya.

Secara umum semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum

yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian

dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Penulis

memakai teori semiotika dari Roland Barthes, menurutnya semiology bertujuan

untuk memahami sistem tanda, karena apapun unsurnya dapat dikaitkan dengan

tanda. Teori Barthes membagi tingkatan makna menjadi dua, yaitu denotasi dan

konotasi.

Denotasi adalah makna yang dideskripsikan secara defisional,


literal atau pengertian umum sebuah tanda. Sedangkan tingkatan
makna yang kedua adalah konotasi, konotasi merupakan makna
yang dideskripsikan secara luas dan dalam yang mengacu pada
asosiasi budaya dan personal berupa emosional, ideologis dan
lainnya (Barthes, 2012: 13)

Pengkarya memakai teori semiotika dari Roland Barthes, menurutnya

semiology bertujuan untuk memahami sistem tanda, karena apapun unsurnya

dapat dikaitkan dengan tanda.


11

3. Psikologi Kecemasan

Menurut Rollo May dalam The Meaning of Anxiety.

Manusia mengalami kecemasan saat dirinya sadar bahwa


eksistensinya atau beberapa nilai yang dianutnya terancam hancur
atau rusak. May mendefinisikan kondisi kecemasan sebagai
“kondisi subjektif ketika seseorang menyadari bahwa
eksistensinya dapat dihancurkan dan ia dapat menjadi ‘bukan apa-
apa’ (nothing). Ia juga menyebut kecemasan sebagai ancaman
terhadap nilai-nilai penting. Kecemasan ada saat seseorang
mengalami masalah saat pemenuhan potensi. Hal ini dapat
berakibat pada stagnasi dan kehancuran, namun juga dapat
berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan. (Mulyadi, Lisa,
Kusumastuti, 96: 2016)

Rollo May membagi kecemasan menjadi dua, yaitu (Mulyadi, Lisa, Kusumastuti,

96: 2016):

a. Kecemasan Normal

Agar nilai-nilai seseorang dapat tumbuh dan berubah, berarti ia harus

mengalami kecemasan konstruktif atau kecemasan normal. Semua

pertumbuhan selalu meliputi pelepasan nilai-nilai lama yang akan

menyebabkan kecemasan.

b. Kecemasan Neurotik

May mendefenisikan kecemasan neurotic sebagai reaksi yang tidak

proposional atas suatu ancaman, meliputi represi dan bentuk-bentuk lain dari

konflik intrapsikis, yang dikelola oleh bermacam bentuk pemblokiran aktivitas

dan kesadaran. Kecemasan neurotik dialami saat nilai diubah menjadi dogma.

Rasa cemas pada seseorang karena adanya sebuah reaksi emosi dalam

pribadi seseorang tersebut yang berlebihan kemudian timbulnya penyebab dari

kecemasan itu, yaitu:


12

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam,

kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya yang terlihat

jelas dalam pemikiran.

b. Rasa cemas akibat rasa berdosa atau bersalah, hal-hal yang berlawanan

dengan keyakinan dan hati nurani seseorang.

c. Rasa cemas berupa penyakit, kecemasan ini disebabkan oleh hal-hal yang

tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun.

Mustamir Pedak membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu (Pedak, 2009: 30):

a. Kecemasan Secara Rasional

Merupakan suatu kecemasan dan ketakutan akibat adanya suatu objek yang

memang mengancam dirinya, ketakutan ini dianggap sebagai unsur pokok yang

normal dari mekanisme pertahanan seseorang.

b. Kecemasan Secara Irasional

Kecemasan seperti ini biasanya terjadi pada seseorang yang sedang

mengalami emosi pada keadaan-keadaan yang spesifik dan biasanya tidak

dianggap mengancam.

c. Kecemasan Secara Fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa

dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut.

Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai

peran fundamental bagi kehidupan manusia.


13

4. 3D Modelling

3D modelling adalah proses untuk menciptakan objek 3D yang ingin

dituangkan dalam bentuk visual nyata, baik secara bentuk, tekstur, dan ukuran

objeknya. Pengertian lainnya adalah sebuah teknik dalam komputer grafis untuk

memproduksi representasi digital dari suatu objek dalam tiga dimensi (Vaughan,

2011: 4). Konsep dasar dari 3D modelling adalah permodelan. Permodelan sendiri

adalah membentuk suatu benda-benda atau obyek. Membuat dan mendesain

obyek tersebut sehingga terlihat hidup. Pada dasarnya, pembuatan objek 3D

terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

a. Primitive Modelling (Solid Geometry Modelling)

Disebut dengan Constructive Solid Geometry, karena pemodelan 3D ini

menggunakan objek-objek solid yang sudah ada pada standar geometri.

Pemodelan dengan Primitive Modelling bisa menggabungkan objek dasar

tanpa mengubah bentuk dari objek. Dengan batasan ini, primitive modelling

ini hanya bisa digunakan untuk membuat model yang standar.

b. Polygonal Modelling

Polygonal modelling disebut juga dengan sculpting (memahat), lantaran

pemodelan ini menyerupai hasil pahatan. Polygonal modelling ini dimulai

dari memilih bentuk pada standar geometri kemudian dikonversi menjadi

editable mesh atau editable poly agar bentuk dasarnya bisa diedit. Kemudian

bentuk dasar tadi disesuaikan dengan melakukan editing pada vertex, edge,

face, poly, border atau elemen. Polygonal modelling ini dapat digunakan
14

untuk membuat model dengan bentuk komplek dalam waktu yang relative

cepat.

c. NURBS Modelling (Curve Modelling)

NURBS merupakan pemodelan dalam 3ds max dengan focus

memanfaatkan kurva dan surface 3d, sesuai dengan singkatan dari NURBS itu

sendiri Non-Uniform Rational B-Spline. Pemodelan ini memungkinkan untuk

membuat bentuk dengan kurva kerumitan tinggi, sehingga pemodelan ini

menjadi standar modelling dalam pembuatan objek dengan permukaan kurva.

5. Warna

Warna merupakan salah satu unsur yang tidak bisa berdiri sendiri.

Penampilan warna selalu dipengaruhi dan ditentukan oleh warna lain yang ada

disekitarnya. Warna merupakan tampilan fisik pertama yang sampai ke mata kita

dan juga mempengaruhi emosi. Menurut C.S Jones dalam Anything But Neutral:

Using Color To Create Emotional Image berikut adalah perbedaan arti efek emosi

dari penggunaan setiap warna:

a. Kuning berasosiasi kepada sinar matahari yang menunjukkan keadaan tenang

dan hangat. Kuning cerah mempunyai karakter terang, gembira, ramah, supel,

riang cerah, dan hangat. Kuning melambagkan kecerahan, kehidupan,

kemenangan, peringatan dan kegembiraan. Kuning kehijauan mengasosikan

sakit, penakut, iri, bohong dan luka.

b. Jingga mempunyai karakter dorongan, semangat, dan anugerah tapi juga

menyimbolkan bahaya. Jingga merupakan warna hangat.

c. Warna biru mempunyai watak dingin, negative, sedih, tenang, berkesan jauh,
15

mendalam, dan tak terhingga.

d. Hijau mempunyai watak segar, muda, hidup. Hijau juga melambangkan

kesuburan, kesetiaan, keabadian, kebangkitan, kesegaran dan lingkungan.

e. Warna hitam berasosiasi dengan kegelapan malam, kesengsaraan, bencana,

kebodohan, dan keputusasaan. Warna hitam melambangkan kesalahan,

depresi, ketidakbahagiaan, ketakutan dan penyesalan yang mendalam.

f. Warna putih melambangkan kedamaian, ketentraman, kebenaran, ketulusan

dan keadaan tak bersalah.

g. Makna warna merah bisa menggambarkan reaksi fisik terkuat dari diri kita

sendiri. Arti warna ini juga bisa disebut mengartikan kehidupan, seperti darah

dan juga kehangatan. Disebut juga sebagai wana kehebatan dalam dunia

romansa serta dalam dunia kekuasaan.

6. Digital Imaging

Digital Imaging pada dasarnya merupakan sebuah metode untuk mengedit

atau mengolah gambar yang dapat dibaca dan dimanipulasi oleh perangkat

komputer. Menurut Mariatul dalam “Digital Imaging” Concept Majalah Desain

Grafis

Digital Imaging yang disebut juga Digital Image Processing atau


Digital Photographic Imaging adalah sebuah cara untuk mengedit
gambar yang dapat berasal dari gambar yang di scan dari dokumen
asli maupun gambar yang di scan dari dokumen asli maupun
gambar yang berasal dari hasil pemotretan yang kemudian
gambar-gambar tersebut dimanipulasi oleh komputer untuk
menghasilkan dan menyempurnakan sebuah gambar agar
mendapatkan hasil yang mempesona dan sesuai dengan keinginan
desainernya. Proses Digital Imaging dapat memakai software
tertentu, misalnya Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, dan
software sejenisnya (Mariatul, 2006: 10).
16

Penggunaan digital imaging ini nantinya akan pengkarya gunakan untuk

pengolahan foto seperti menggabungkan 3D model dengan foto, penyesuaian

warna, menghilangkan objek-objek yang mengganggu atau tidak dibutuhkan saat

pengambilan gambar.

F. METODE PENCIPTAAN

1. Persiapan

Dalam tahap persiapan ada beberapa langkah yang mesti dilewati dengan

menganalogikan dampak dari fenomena doppelganger yang akan diangkat

kedalam karya foto, kemudian melakukan penetapan konsep dan mencari

referensi dari karya-karya yang sudah ada yang memiliki kesamaan topik

maupun objek. Menentukan lokasi penciptaan karya ini yang akan dilakukan

dalam ruangan yang memungkinkan untuk penciptaan karya tugas akhir ini

serta kesediaan media yang diperlukan. Pendukung lain yang akan dikonsepkan

kedalam karya tersebut adalah semua hal yang berhubungan dengan proses

penciptaan.

2. Perancangan

Menentukan ide atau gagasan yang akan menjadi fokus penciptaan ide

serta gagasan yang akan menjadikan sebuah rumusan menjadi dasar penciptaan

karya. Dalam tahap perancangan ini pengkarya menentukan ide karya tugas

akhir dari fenomena doppelganger. Pada tahap ini pengkarya juga membuat

storyboard berdasarkan konsep rancangan awal sebagai contoh.


17

a. Storyboard

Gambar 4: Storyboard 1

Pada storyboard pertama menampilkan seseorang yang sedang memegang

kaca di depan wajahnya dengan bentuk wajah yang berbeda. Dari gambar

tersebut menjelaskan sisi lain dari orang tersebut.

Gambar 5: Storyboard 2

Pada storyboard diatas terlihat seseorang yang sedang terikat seperti boneka

yang menggambarkan seseorang yang fikirannya sudah diambil alih oleh

kecemasan.
18

Gambar 6: Storyboard 3

Pada storyboard ketiga ini ada dua orang dengan wajah yang sama,

seseorang mencoba memaksa masuk dan satu orang lagi mecoba menahan

pintu. Storyboard ini menggambarkan seseorang yang sedang berusaha tidak

membiarkan kecemasan masuk ke fikirannya.

Gambar 7: Storyboard 4
19

Pada storyboard keempat ini menggunakan setting di dalam kamar

memperlihatkan tangan yang mencoba menggapai seseorang. Storyboard ini

menggambarkan seseorang yang mengalami kecemasan berlebihan akan

nasib buruk yang selalu menghampirinya.

Gambar 8: Storyboard 5

Storyboard yang kelima menampilkan seseorang yang berdiri di depan

cermin dengan wajah yang sama namun ekspresi yang berbeda, dengan

background beberapa pajangan dan lampu hias ruangan.


20

b. Bagan Rencana Pembuatan Karya

IDE

KONSEP

KARYA ACUAN

STORYBOARD

PEMOTRETAN

EDITING FOTO

SELEKSI

FOTO
TERSELEKSI

FOTO YANG TIDAK


TERSELEKSI

CETAK FOTO

PAMERAN

Bagan 1. Bagan Rancangan Pembuatan Karya

Tahap ini pengkarya merancang bentuk foto yang akan dihasilkan,

hal ini akan digunakan sebagai pedoman saat proses pembuatan karya.
21

3. Perwujudan

a. Peralatan

1) Kamera Sony Alpha 6400

Gambar 9: Kamera Sony Alpha 6400


(Sumber: Koleksi Pribadi. 2022)

Kamera digunakan untuk memotret dan menghasilkan karya dampak dari

fenomena doppelganger dalam fotografi ekspresi juga sangat diperlukan

selama proses penggarapan karya. Alasan memilih kamera Sony Alpha 6400

adalah warna yang dihasilkan kamera ini sangat vibrant (cerah/hidup) dan

sangat membantu untuk memotret objek yang akan dijadikan 3D modelling.

2) Lensa

a) Lensa Sony 50mm f/1.8


22

Gambar 10: Lensa Sony 50mm f/1.8


(Sumber: Koleksi Pribadi. 2022)

Fungsi lensa ini adalah untuk keperluan foto dekat (close-up) dan

mempunyai sudut pandang yang kurang lebih sama dengan mata manusia.

Pengkarya menggunakan lensa ini untuk mendapatkan detail dari objek.

b) Lensa Sigma 16mm f/1.4

Gambar 11: Lensa Sigma 16mm f/1.4


(Sumber: Koleksi Pribadi. 2022)

Lensa ini digunakan untuk mendapatkan semua detail objek set ruangan

dan keperluan foto objek lainnya sehingga bisa menghasilkan gambar yang

lebih luas.
23

3) Accessories

Gambar 12: Tripod


(Sumber: https://bursakameraprofesional.co.id/)
Dalam penciptaan karya tugas akhir ini pengkarya menggunakan tripod

agar tidak kehilangan komposisi saat pengambilan gambar yang berturut-turut

serta membantu agar foto yang dihasilkan tidak shacking.

4) Lighting

a) Godox SK300II

Gambar 13: Godox SK300II


(Sumber: https://doss.co.id/product/godox-sk300ii-studio-flash)

Pengkarya menggunakan lampu flash jenis Godox SK300II sebagai


24

alat bantu untuk penerangan terhadap objek yang akan difoto. Lampu ini

membantu dalam pengambilan gambar berturut-turut dengan cepat.

Lampu ini juga membantu untuk penerangan objek yang akan di potret

sehingga detail objek terlihat jelas.

b) Softbox

Gambar 14: Softbox


(Sumber: https://www.bhinneka.com/godox-sb-usw)

Dalam penciptaan karya tugas akhir ini pengkarya menggunakan

lampu softbox untuk mendapatkan cahaya yang rata sehingga semua objek

terlihat jelas dan warna yang dihasilkan lebih lembut.


25

c) Trigger

Gambar 15. Trigger


(Sumber: https://id.aliexpress.com/item/32847557268.html)

Fungsi trigger adalah sebagai pemicu lampu flash agar menyala ketika

tombol shutter ditekan. Penggunaan trigger saat proses pembuatan karya

akan sangat membantu pengkarya untuk memicu lampy flash agar dapat

menyala secara bersamaan untuk menghasilkan pencahayaan yang

pengkarya inginkan.

d) Green Screen

Gambar 16. Green Screen


(Sumber: www.amazon.com)
26

5) Alat Penyimpanan dan Pengolahan Data

a) Memory Card Sandisk 32GB

Gambar 16: Memory Card Sandisk 32GB


(Sumber: https://www.idntimes.com/tech/gadget/noto/memori)

Dalam penciptaan karya tugas akhir ini pengkarya menggunakan

memory card jenis extreme card sebagai media penyimpanan foto yang

akan penulis garap nantinya.

b) Macbook Pro MD101

Gambar 17: Macbook Pro MD101


(Sumber: https://www.jenismac.com/macbook-pro)
27

Pengkarya menggunakan laptop jenis Macbook Pro MD101 sebagai

alat bantu dalam pengolahan foto. Pengkarya menggunakan laptop jenis

ini karena lebih mendukung dalam pembuatan 3D modelling

menggunakan software blender nantinya.

b. Teknik

1) Pemotretan

Pada tahap pertama, pengkarya melakukan pemotretan objek

manusia dengan angle dari berbagai sisi seperti tampak depan, samping,

kiri, samping kanan, belakang, dan detail wajah. Pengkarya melakukan

pemotretan terhadap properti yang digunakan seperti meja, cermin, televisi,

buku, dan cermin dengan angle dari berbagai sisi.

2) Pemodelan Objek 3D

Pada tahap ini penulis mulai melakukan pemodelan dengan

menggunakan pemodelan primitive modelling dan polygonal modelling

menggunakan software Blender. Primitive modelling digunakan untuk

membuat objek yang mudah tanpa mengubah bentuk aslinya, sedangkan

polygonal modelling digunakan untuk membuat objek yang komplek

dengan waktu yang cepat. Setelah melakukan tahap pemodelan, penulis

mulai melakukan layout pada objek 3D yang telah dibuat sesuai dengan

storyboard yang sudah dirancang sebelumnya.

4. Penyajian Karya

Setelah melakukan beberapa tahapan mulai dari persiapan, perancangan,


28

dan perwujudan, pengkarya melakukan realisasi konsep dampak negatif

fenomena doppelganger dalam bentuk karya foto menggunakan media cetak

laminating doff berukuran 20rs (40x60cm) sebanyak dua puluh buah yang

dipamerkan pada kegiatan pameran tugas akhir. Lokasi akan diselenggarakan di

Gedung Hoeridjah Adam Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Alasan

pengkarya memilih Gedung Hoeridjah Adam yaitu tempatnya yang luas sehingga

lebih leluasa memajang karya foto.

a. Sketsa Penyajian Pameran

Karya Foto

Karya Foto
Karya Foto

Karya Foto

Gambar 18: Sketsa Pameran Foto


(Sumber: Rifki Aditya. 2022)

Navigasi pengunjung pameran Fotografi ini berawal dari pintu masuk yang

terlihat di gambar pada garis hitam, lalu pengunjung masuk belok kiri melihat

karya yang telah terpajang, serta pengunjung mengikuti arahan dari sketsa

yang telah dibuat, dan peletakan Abstrak di samping pintu.


BAB II

KONSEP DAN PROSES PENCIPTAAN

A. KONSEP PENCIPTAAN

Konsep penciptaan karya fotografi ini yang berjudul “Anxiety Dalam Fotografi

Ekspresi” ini bermulai dari perasaan kecemasan ketika pengkarya mengalami

fenomena doppelganger yang menjadikan sebuah ide penciptaan karya fotografi.

Anxiety atau kecemasan merupakan suatu hal yang wajar dialami oleh setiap orang

dalam hidupnya. Rasa cemas seringkali muncul sebentar, lalu hilang dengan

sendirinya. Kecemasan adalah sebuah gangguan dari alam perasaan manusia itu

sendiri yang ditandai dengan adanya rasa takut atau khawatir yang mendalam dan

berkelanjutan.

Dalam penciptaan karya fotografi ini, objek mengacu pada wanita yang

menggunakan baju tidur sebagai representasi diri untuk mewakili perasaan

kecemasan, karena wanita lebih ekspresif dalam mengungkapkan perasaannya.

Penggunaan baju tidur sebagai representasi fenomena doppelganger yang masih

dianggap mitos atau khayalan. Karya fotografi ini dimaknakan sebagai suatu

medium ekspresi yang menampilkan apa yang pengkarya rasakan dan dituangkan

ke dalam sebuah karya fotografi ekspresi.

Menurut (Soedjono, 2006: 42), “fotografi ekspresi adalah sebuah karya

fotografi yang dirancang dengan konsep tertentu dengan memilih objek yang

terpilih dan diproses dan dihadirkan bagi kepentingan si pemotretnya sebagai

ungkapan artistik dirinya”. Hal ini berarti pemotret dapat menyampaikan maksud

dan pesan yang diinginkan melalui konsep serta objek di dalam foto.

29
30

Untuk mendukung menyampaikan pesan kepada audience sesuai dengan yang

pengkarya inginkan, 3D modelling dipilih sebagai media ekspresi untuk

mengungkapkan gagasan tersebut.

3D modelling adalah proses untuk menciptakan objek 3D yang akan dituangkan

dalam bentuk visual nyata, baik secara bentuk, tekstur, dan ukuran objeknya.

Pengertian lainnya adalah sebuah teknik dalam komputer grafis untuk

memproduksi representasi digital dari suatu objek dalam tiga dimensi (Vaughan,

2011: 4). Pengkarya menggunakan teknik 3D modelling untuk pembuatan artistik

sesuai dengan konsep yang sudah pengkarya rancang sebelumnya pada karya

fotografi ini. Setelah melalui proses pembuatan 3D modelling dan pemotretan,

pengkarya memasuki proses editing.

Pada proses editing pengkarya melakukan penyempurnaan hasil karya atau

melakukan penggabungan foto dan 3D model dengan Teknik digital imaging.

Digital Imaging pada dasarnya merupakan sebuah metode untuk mengedit atau

mengolah gambar yang dapat dibaca dan dimanipulasi oleh perangkat komputer.

Penggunaan digital imaging pengkarya gunakan untuk pengolahan foto seperti

untuk menggabungkan 3D model dengan foto, penyesuaian warna, serta

menghilangkan objek-objek yang mengganggu atau tidak dibutuhkan saat

pengambilan gambar sebagaimana yang diperlukan untuk menunjang pencapaian

konsep.
31

B. PROSES PENCIPTAAN

Dalam penciptaan karya ini, pengkarya menggunakan beberapa metode yaitu:

a. Persiapan

Pengkarya melakukan berbagai persiapan berupa pencarian referensi di

internet, mengumpulkan ide, menyusun konsep pembuatan karya, pembuatan

storyboard, dan juga mempersiapkan kebutuhan apa saja yang akan

diperlukan untuk memproduksi karya ini.

b. Penggarapan

Pada proses penggarapan karya, pengkarya terlebih dahulu membuat

storyboard yang telah dibuat sebelumnya ke bentuk 3D menggunakan

aplikasi Blender. Setelah pembuatan 3D selesai, pengkarya melakukan

pemotretan sesuai dengan storyboard dan hasil 3D modelling yang sudah

dibuat. Pemotretan indoor digarap di Studio Freedom Photography yang

beralamatkan di Balai-Balai Padangpanjang. Proses pemotretan di bantu oleh

beberapa orang, dua orang untuk standby pada kamera, satu orang bertugas

untuk mengarahkan model dan merias model, dan satu orang bertugas untuk

mengatur cahaya yang mengarah ke model.


32

Gambar 19: Proses Pemotretan


(Sumber: Rifki Aditya. 2022)

Gambar 20: Proses Pemotretan


(Sumber: Rifki Aditya. 2022)
33

c. Seleksi Foto

Setelah melakukan pemotretan, hal selanjutnya yang dilakukan adalah

menyeleksi atau memilih foto yang sesuai dengan rancangan 3D modelling

agar pada saat proses editing bisa disesuaikan dengan 3D modelling yang

sudah dibuat sebelumnya.

d. Editing

Setelah penyeleksian foto selesai, langkah selanjutnya adalah

memasuki proses editing. Pada proses editing pengkarya menggunakan

aplikasi Adobe Photoshop untuk menggabungkan 3D model dan foto yang

sudah di seleksi.

e. Cetak

Setelah semua karya telah melalui proses editing, selanjutnya

pengkarya melakukakan proses pencetakan karya. Karya yang dicetak

sebelumnya sudah melewati proses kurasi dari dosen pembimbing. Karya

dicetak dalam ukuran 40 cm x 60 cm dengan media foto laminating doff.

Kemudian karya yang sudah tercetak akan dipasangkan pada frame

minimalis berwarna hitam.

f. Pameran / Penyajian Karya

Pengkarya akan melakukan pameran sesuai dengan panduan tugas

akhir yang sudah ada. Untuk konsep pameran, pengkarya akan

menambahkan beberapa dekorasi dan backsound yang mendukung untuk

menambah suasana horror.


34

BAB III

HASIL DAN ANALISIS KARYA

A. DESKRIPSI KARYA

Dalam pembahasan ulasan hasil karya ini, pengkarya akan menguraikan satu

per satu karya fotografi ekspresi yang telah diciptakan sesuai dengan konsep yang

sudah dirancang. Hal ini dijadikan sebagai cara untuk mengetahui sejauh mana

penciptaan karya fotografi sesuai dengan tema dan visual tentang kecemasan akibat

doppelganger yang akan disampaikan. Karya ini memvisualkan beberapa fase

kecemasan dari awal kecemasan itu hadir sampai dengan kecemasan yang sudah

mengambil alih diri. Penciptaan karya ini akan menghasilkan karya fotografi

ekspresi, yang terdiri atas rangkaian visual kecemasan terhadap doppelganger.

Dengan ide dan perancangan konsep yang telah dilakukan, pengkarya menata

dan mengarahkan model sesuai dengan konsep yang sudah dirancang, demi

tercapainya apa yang disampaikan dan maksud dari foto tersebut pengkarya

memakai semiotika dan gestur sebagai tanda-tanda pesan yang ingin disampaikan.

Pengkarya menggunakan 1 model wanita yang nantinya akan menyesuaikan konsep

yang akan dibangun sehingga makna dari foto tersebut sampai kepada audience

yang melihat. Setelah sesi pemotretan dilakukan, hasil-hasil dari foto tersebut akan

diseleksi dan dimasukkan pada proses editing. Hasil karya pemotretan merupakan

hasil yang dilakukan pada tahun 2022, setelah proses editing selesai, berlanjut ke

tahap proses pencetakan hingga menjadi karya yang berupa pameran.

Penciptaan karya ini terdiri dari beberapa fase, fase pertama terdapat 3 karya

34
35

yang menceritakan tentang awal mula hadirnya kecemasan, fase kedua terdapat 4

karya yang menceritakan tentang kecemasan yang mulai mengganggu kegiatan

sehari-hari. Pada fase ketiga, terdapat 2 karya yang menceritakan tentang seorang

wanita yang sudah sadar bahwa kecemasan yang dialami selama ini bukanlah hal

yang wajar. Pada fase keempat, terdapat 2 karya yang menceritakan tentang seorang

wanita yang mencoba untuk lepas dari kecemasan yang dialaminya selama ini. Pada

fase kelima, terdapat 6 karya yang menceritakan tentang kecemasan seorang wanita

yang merasa hidupnya sudah terganggu akibat kecemasan yang dirasakannya. Fase

keenam ini merupakan fase puncak yang memvisualkan kecemasan yang sudah

besar dan mengambil alih diri wanita itu. Pada fase ini terdapat 3 karya.
36

Karya 1. “Who Are You?”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
37

Deskripsi Karya 1

Pada karya pertama yang berjudul “Who Are You?” ini memvisualisasikan

tentang pertemuan pertama wanita tersebut dengan doppelgangernya. Dalam karya

ini model wanita berpose berdiri memegang sebuah lampu minyak dan

doppelgangernya hanya terlihat kakinya saja. Adegan tersebut merepresentasikan

bagaimana kebingungan seseorang ketika melihat doppelgangernya. Dengan

menggunakan teknik 3D modelling sebagai pembuatan latar foto agar sesuai dengan

konsep yang pengkarya inginkan.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat

mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru dan

merah.
38

Karya 2. “Swing”
Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
39

Deskripsi Karya 2

Karya ke-2 yang berjudul “Swing” ini menampilkan wanita yang tengah

duduk di ayunan dan di ayunan sebelahnya juga ada doppelgangernya. Karya ini

menceritakan tentang wanita tersebut mencoba untuk tidak mempercayai fenomena

doppelganger yang sudah dilihatnya, digambarkan dengan model wanita yang

duduk menghadap kedepan seolah-olah tak terjadi apa-apa sedangkan

doppelgangernya tengah duduk disebelahnya.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah eye view angle untuk memberi kesan tenang pada foto.

Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru.


40

Karya 3. “Hey!”
Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
41

Deskripsi Karya 3

Karya ke-3 yang berjudul “Hey!” ini menampilkan seorang wanita yang

tengah menatap cermin namun pantulan di cermin itu adalah doppelgangernya.

Karya ini menceritakan seorang wanita yang mulai mencari tau siapa sebenarnya

seseorang yang selalu mengikutinya, digambarkan dengan model wanita yang

berpose menghadap ke cermin dan pantulan dari cermin tersebut dengan pose yang

sama merupakan doppelgangernya.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah eye view angle. Pencahayaan pada karya ini didominasi

dengan warna merah untuk menghadirkan kesan yang mengancam pada foto.
42

Karya 4. “Play With Me..”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
43

Deskripsi Karya 4

Karya ke-4 yang berjudul “Play With Me” ini di dalam visualnya terdapat

seorang wanita dengan pose berusaha mengambil balon dari doppelgangernya. Dari

visual karya ini menceritakan tentang kecemasan yang perlahan-lahan

menghantuinya. Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan

karya ini menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah eye view angle. Pencahayaan pada karya ini didominasi

dengan warna biru dan merah. Pencahayaan warna biru untuk memvisualkan wanita

yang normal tidak mengalami kecemasan. Sedangkan pencahayaan warna merah

untuk memvisualkan wanita yang mengalami gangguan kecemasan.


44

Karya 5. “This Not Your Toys”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
45

Deskripsi Karya 5

Karya ke-5 yang berjudul “This Not Your Toys” ini menampilkan seorang

wanita yang tengah memegang sebuah boneka dan dibelakang wanita itu berdiri

doppelgangernya memegang boneka yang sama namun boneka itu sudah rusak.

Karya ini menceritakan tentang kebahagiaan yang sudah direnggut oleh kecemasan

tersebut. Boneka digambarkan sebagai kebahagiaan dan boneka yang rusak

digambarkan sebagai kebahagiaan yang sudah dirusak akibat kecemasan yang

melanda.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat

mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru.


46

Karya 6. “Dream or Drown”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
47

Deskripsi Karya 6

Karya ke-6 yang berjudul “Dream or Mind” ini menampilkan seorang

wanita yang tengah tenggelam, didepannya terdapat sebuah televisi dengan

kehadiran doppelganger di televisi tersebut. Karya ini menceritakan tentang

seseorang yang mempertanyakan kecemasan yang terjadi apakah nyata atau hanya

mimpi. Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah eye view angle. Pencahayaan pada karya ini didominasi

dengan warna biru.


48

Karya 7. “Drop and Drown”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
49

Deskripsi Karya 7

Karya ke-7 yang berjudul “Drop and Drown” ini menampilkan seorang

wanita yang mengambang diatas air dan sebelahnya ada kehadiran

doppelgangernya. Karya ini menceritakan tentang seseorang yang sudah tenggelam

dalam kecemasan yang dirasakannya. Karya ini diambil menggunakan kamera sony

a6400, pengambilan karya ini menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut

pengambilan gambar yang pengkarya terapkan adalah high angle untuk

menghasilkan kesan objek yang terlihat tertekan. Pencahayaan pada karya ini

didominasi dengan warna biru.


50

Karya 8. “It’s Me?”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
51

Deskripsi Karya 8

Karya ke-8 yang berjudul “It’s Me?” ini menampilkan seorang wanita yang

memegang sebuah cermin, namun pantulan cermin itu adalah doppelgangernya.

Karya ini menceritakan tentang seseorang yang mempertanyakan apakah penyebab

kecemasan itu hadir dari dirinya sendiri. Karya ini diambil menggunakan kamera

sony a6400, pengambilan karya ini menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut

pengambilan gambar yang pengkarya terapkan adalah eye view angle. Pencahayaan

pada karya ini didominasi dengan warna biru.


52

Karya 9. “I’m Not Afraid”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
53

Deskripsi Karya 9

Karya ke-9 yang berjudul “I’m Not Afraid?” ini menampilkan seorang

wanita yang tengah membuka topeng dari doppelgangernya. Karya ini

menceritakan tentang seorang wanita yang berusaha untuk melawan kecemasan

yang dirasakanya, pengkarya memvisualkannya melalui topeng yang berusaha

diambil dari doppelgangernya. Karya ini diambil menggunakan kamera sony

a6400, pengambilan karya ini menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut

pengambilan gambar yang pengkarya terapkan adalah eye view angle. Pencahayaan

pada karya ini didominasi dengan warna biru dan merah.


54

Karya 10. “Leave Me Alone!”


Ukuran Foto 40 cm x 60 cm
Media Laminating Doff
2022
55

Deskripsi Karya 10

Karya ke-10 yang berjudul “Leave Me Alone!” ini menampilkan seorang

wanita yang sedang berjalan di sebuah tangga yang berliku-liku, dibelakangnya ada

doppelganger yang mengikutinya. Karya ini menceritakan tentang seorang wanita

yang berusaha untuk lepas dari kecemasan yang selalu mengikutinya selama ini.

Tangga yang berliku-liku memvisualkan perjuangan wanita itu untuk lepas dari

kecemasannya.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat

mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru.


56

Karya 11. “Doubt”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
57

Deskripsi Karya 11

Karya ke-11 yang berjudul “Doubt” ini menampilkan seorang wanita yang

terjatuh di jurang yang tinggi, sedangkan doppelgangernya berdiri di ujung tebing

menatap wanita itu. Karya ini menceritakan tentang seseorang yang sedang

berusaha melawan kecemasannya namun ia sudah terjatuh kedalam jurang

kecemasan itu sendiri.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat

mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru.


58

Karya 12. “My Little Nightmare”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
59

Deskripsi Karya 12

Karya ke-12 yang berjudul “My Little Nightmare” ini menampilkan seorang

wanita yang bersembunyi di bawah tempat tidur sedangkan doppelgange sedang

berdiri di depan tempat tidur itu. Karya ini menceritakan tentang kecemasan yang

sudah mengganggu hingga terbawa ke mimpi.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat

mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru dan

merah.
60

Karya 13. “Catch Me If You Can”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
61

Deskripsi Karya 13

Karya ke-13 yang berjudul “Catch Me If You Can” ini menampilkan

seorang wanita yang bersembunyi dari doppelgangernya. Karya ini menceritakan

tentang seorang wanita yang mencoba menghilangkan kecemasan yang dialaminya.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat

mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru dan

merah.
62

Karya 14. “Knock Knock..”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
63

Deskripsi Karya 14

Karya ke-14 yang berjudul “Knock Knock..” ini menampilkan seorang

wanita yang berusaha menahan doppelgangernya yang mencoba masuk kedalam

ruangan. Karya ini menceritakan tentang kecemasan yang mulai mencoba

mengambil alih fikirannya, divisualkan dari doppelganger yang berusaha masuk

sedangan ia mencoba menahan pintu itu.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat

mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru dan

merah.
64

Karya 15. “There You Are”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
65

Deskripsi Karya 15

Karya ke-15 yang berjudul “There You Are” ini menampilkan yang

berusaha bersembunyi dari doppelgangernya namun akhirnya ditemukan. Karya ini

menceritakan tentang seorang wanita yang berusaha lepas dari kecemasan yang

dialaminya. Tapi, pada akhirnya kecemasan itu kembali lagi dan menghantuinya.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat

mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru dan

merah.
66

Karya 16. “Disruption”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
67

Deskripsi Karya 16

Karya ke-16 yang berjudul “Disruption” ini menampilkan seorang wanita

yang tengah duduk sambil memegangi kepalanya, dibelakangnya tampak tangan

yang besar berusaha menangkapnya. Karya ini menggambarkan kecemasan yang

besar mulai mencoba mengambil alih fikiran wanita itu. Pengkarya memvisualkan

kecemasan yang besar itu dengan pose sebuah tangan yang besar mencoba

menggapai wanita itu.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat

mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru dan

merah.
68

Karya 17. “Threat”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
69

Deskripsi Karya 17

Karya ke-17 yang berjudul “Threat” ini menampilkan seorang wanita yang

tengah duduk terikat, di depan wanita itu doppelgangernya berdiri sedang

memegang pisau. Karya ini menggambarkan kecemasan yang besar mulai

mengancam hidup wanita itu. Doppelganger yang sedang memegang pisau

memvisualkan kecemasan yang mengancam itu, sedangkan wanita yang tengah

duduk terikat memvisualkan ia tidak bisa melawan kecemasan yang dialaminya.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat

mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru dan

merah.
70

Karya 18. “Music Box”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
71

Deskripsi Karya 18

Karya ke-18 yang berjudul “Music Box” ini menampilkan seorang wanita

yang berpose menari di dalam sebuah kotak musik, di depan wanita itu

doppelganger yang besar tengah menontonya. Karya ini menggambarkan seorang

wanita yang merasa kecemasan yang dirasakannya tengah mempermainkan

hidupnya. Seorang wanita yang di dalam kotak musik memvisualkan diri yang

merasa di permainkan kecemasan yang dialami, sedangkan doppelganger yang

besar menggambarkan kecemasannya.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat

mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru dan

merah.
72

Karya 19. “Puppet”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
73

Deskripsi Karya 19

Karya ke-19 yang berjudul “Puppet” ini menampilkan seorang wanita yang

berpose terikat dan tergantung seperti diarahkan oleh sebuah tangan yang besar.

Karya ini menggambarkan kecemasan yang telah mengendalikan dirinya hingga ia

tidak dapat berbuat apa-apa. Seorang wanita yang terikat dan tergantung

memvisualkan wanita yang sudah dikendalikan oleh rasa cemasnya, sedangkan

tangan yang besar memvisualkan kecemasan yang sedang mengendalikannya.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat besar

dan mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru dan

merah.
74

Karya 20. “Gigantic”


Ukuran Foto 60 cm x 50 cm
Media Laminating Doff
2022
75

Deskripsi Karya 20

Karya ke-20 yang berjudul “Gigantic” ini menampilkan doppelganger

yang besar menangkap seorang wanita. Karya ini menggambarkan seorang wanita

yang sudah terlarut dalam kecemasannya sendiri. Dopperlganger yang besar

memvisualkan kecemasan yang besar di dirinya yang sudah mengganggu hidupnya.

Seorang wanita kecil yang di genggam oleh doppelganger memvisualkan seseorang

yang merasa kecemasan dalam dirinya sangat besar dan membuat kenyamanan

semakin kecil.

Karya ini diambil menggunakan kamera sony a6400, pengambilan karya ini

menggunakan tripod sebagai penyangga. Sudut pengambilan gambar yang

pengkarya terapkan adalah low angle untuk menghasilkan kesan objek terlihat besar

dan mengintimidasi. Pencahayaan pada karya ini didominasi dengan warna biru dan

merah.

B. ANALISIS KARYA

Fotografi ekspresi merupakan pendekatan yang digunakan dalam

penciptaan karya fotografi ini, sehingga maksud dan tujuan dapat lebih dieksplorasi

lebih jauh dan dalam tanpa ada batasan. Fotografi ekspresi merupakan fotografi

yang bertujuan sebagai media penyampaian sebuah pesan dan sebagai

pengungkapan apa yang dirasakan oleh pengkaryanya. Menurut (Soedjono, 2006:

42), “fotografi ekspresi adalah sebuah karya fotografi yang dirancang dengan

konsep tertentu dengan memilih objek yang terpilih dan diproses dan dihadirkan

bagi kepentingan si pemotretnya sebagai ungkapan artistik dirinya”. Ekspresi


76

merupakan ungkapan batin, perasaan, atau gagasan seorang seniman. Selain

sebagai media ekspresi, foto bisa menjadi media penyampai pesan. Fotografi

ekspresi erat kaitannya dengan semiotika, semiotika merupakan kajian hal-hal yang

berkaitan dengan menyampaikan informasi dan memaknai hal tertentu.

Semiotika dapat digunakan untuk tujuan komunikasi pikiran, perasaan, atau

ekspresi yang akan disampaikan. Pengkarya menggunakan teori Roland Barthes

pada seluruh karya melalui gestur tubuh. Gestur tubuh merupakan bentuk bahasa

tubuh, tanda-tanda dari teori semiotika bukanlah semata-mata dengan

menggunakan benda, tetapi melalui gestur tubuh juga dapat memberikan tanda-

tanda tersebut. Sebagai contoh teori semiotika ini dapat dilihat pada karya 12 dan

15, pada karya 12 terlihat model wanita meringkuk seperti orang ketakutan, pada

karya 15 terlihat model dengan ekspresi terkejut dan ketakutan. Gestur tubuh ini

memvisualisasikan kecemasan yang dirasakan.

Kecemasan adalah sebuah gangguan dari alam perasaan manusia itu sendiri

yang ditandai dengan adanya rasa takut atau khawatir yang mendalam dan

berkelanjutan. Neil A. Rector mengatakan bahwa rasa cemas adalah reaksi tubuh

terhadap sesuatu yang asing atau berbahaya. Ketika seseorang merasa bahaya, atau

berfikir bahwa bahaya akan terjadi, otak mengirimkan pesan ke sistem saraf yang

merespon dengan melepaskan adrenalin. Melepaskan adrenalin menyebabkan

perasaan waspada dan energik. Adrenalin yang meningkat juga memiliki efek

samping yang tidak menyenangkan, seperti perasaan gugup, tegang, pusing,

berkeringat, gemetar atau sesak nafas (Rector, 2005: 4).

Sebagai pendukung visualisasi karya ini, pengkarya menggunakan teknik


77

3D modelling. 3D modelling adalah proses untuk menciptakan objek 3D yang ingin

dituangkan dalam bentuk visual nyata, baik secara bentuk, tekstur, dan ukuran

objeknya. Pengkarya menggunakan teknik 3D modelling pada seluruh karya

anxiety dalam fotografi ekspresi ini. Artistik dalam karya ini menggunakan teknik

3D modelling untuk menimbulkan kesan yang lebih menegangkan.


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Karya tugas akhir “Anxiety Dalam Fotografi Ekspresi” ini merupakan karya

fotografi dalam bentuk karya fotografi ekspresi, yakni fotografi yang timbul dari

dorongan atau ekspresi pribadi yang dimiliki oleh pengkarya. Ungkapan personal

dalam penciptaan karya fotografi ini menghadirkan narasi berupa gagasan-gagasan

dari pengalaman pribadi dengan memvisualisasikan kecemasan yang dialami.

Cerita di balik karya Anxiety Dalam Fotografi Ekspresi merupakan sebuah

eksistensi pengkarya dalam karya tersebut. Kecemasan yang ditafsirkan lebih ke

pengalaman pribadi yang dipersembahkan dalam bentuk karya visual.

Untuk mewujudkan karya anxiety dalam fotografi ekspresi ini pengkarya

memulai dengan mematangkan ide dan konsep yang sudah dirancang sebelumnya.

Kemudian konsep tersebut dituangkan kedalam skala garis besar sebagai acuan

dasar selama proses penciptaan. Konsep tersebut terlebih dahulu pengkarya

tuangkan kedalam bentuk 3D modelling, setelah itu pengkarya mulai melakukan

proses pemotretan. Pengkarya melakukan diskusi terlebih dahulu dengan model

sebelum pemotretan. Diskusi dengan model menjadi sangat penting, karena melalui

diskusi ini terjadi sebuah kesamaan pandangan mengenai kecemasan yang

dirasakan. Ini pula yang menjadikan setiap karya lebih menjiwai.

Setelah melakukan pemotretan, pengkarya masuk ke proses editing dengan

Teknik digital imaging agar menghasilkan konsep yang sudah dirancang

78
79

sebagaimana menyampaikan keresahan yang pernah dialami.Dalam proses

penciptaan karya tugas akhir ini, pengkarya melalui beberapa kendala seperti proses

pembuatan 3D modelling yang lumayan memakan waktu yang panjang, perubahan

beberapa konsep yang telah dirancang dan beberapa settingan lighting yang

berpengaruh besar terhadap hasil karya foto.

B. SARAN

Dalam penciptaan karya tugas akhir ini sangat dibutuhkan persiapan dan

kematangan konsep agar proses pemotretan berjalan dengan baik. Pengkarya

berharap tugas akhir ini dapat menambah wawasan generasi selanjutnya dalam

bidang fotografi ekspresi. Selain itu, penikmat karya ini nantinya juga dapat

mengetahui bahwa penciptaan karya fotografi ekspresi tidak hanya mengedepankan

nilai estetik saja, dengan itu pesan yang ingin diutarakan dapat disampaikan dengan

baik. Pengkarya juga berharap 3D modelling dapat menjadi alternatif baru dalam

fotografi.

Masih banyak kekurangan dalam tugas akhir ini, masukan dan kritikan sangat

diharapkan demi menunjang tingkat kreatifitas pengkarya dalam fotografi. Semoga

apa yang sudah disampaikan melalui tulisan ini dapat bermanfaat.


80

DAFTAR PUSTAKA

Ajidarma, Seno Gumira. 2001. Kisah Mata. Yogyakarta: Galang Press.


Barnbaum, Bruce. 2010. The Art of Photography: An Approach to Personal
Expression. USA: Rocky Nook
Barthes, Roland. 2010. Camera Lucida: Reflections of Photography. New York:
Hill & Wang
Barthes, Roland. 2012. Elemen-Elemen Semiotika. Terjemahan M.Ardiansyah.
Yogyakarta: IRCiSoD
Fleming, Paul. 2006. The Pleasures of Abandonment Jean Paul an the Life of
Humor. Wurzburg: Koningshausen & Neumann
Hensley, Wayne E, 1992. The Teoretical Intersection of the Looking Glass Self
and Social Penetration. Virginia: Departement of Communication Studies
Virginia Polytechnic Institute and State University.
Jones, C.S. 2015. Anything But Neutral: Using Color to Create Emotional Images.
Mariatul, T.K. 2006. “Digital Imaging” Concept Majalah Desain Grafis.
Mulyadi, Seto, Lisa, Warda, Kusumastuti, Astri Nur. 2016. Psikologi Kepribadian.
Jakarta: Penerbit Gunadarma
Pedak, Mustamir. 2009. Metode Supernol Menaklukkan Stres. Jakarta: Hikmah
Publishing
Rector, Neil A. 2005. Anxiety disorders: an information guide: a guide for people
with anxiety and their families. Canada: Centre for Addiction and Mental
Health.
Saliyo, 2012. Konsep Diri Dalam Budaya Jawa. Vol 20, No 1-2. Buletin Psikologi.
Sandburg, Carl. 1926. Abraham Lincoln: The Prairie Years. New York: Harcourt,
Brace & Co.
Soedjono, Soeprapto. 2006. Pot-Pourri Fotografi. Jakarta: Universitas Trisakti.
Vaughan, William. 2011. Digital Modelling. USA: New Riders
81

SUMBER LAINNYA:

Longman Dictionary of Contemporary English. Ldoceonline.com. 17 Maret 2022


Mistry, Phil. 2017. This Photographer Turns His Childhood Memories into Photos.
PetaPixel.com. 07 Juli 2017.
Nowacki, Peter. 2012. The Race Day. Behance.com. 13 Januari 2012.
Van Droom, Lotta. 2017. In Between. Lotta-van-droom.com. 9 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai