Anda di halaman 1dari 54

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
Antologi sketsa monokrom Semoga Antologi ini bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan para pembaca khususnya yang menggeluti dunia sketsa.

Terima kasih kepada bapaku Edi Saefulloh dan ibuku Nuning Nurhayati
dan Adik-adik saya Auzan, Nabil dan Raditya yang menjadi inspirasi semangat
saya dalam melakukan kesenian. Tidak lupa saya berterima kasih kepada bapak
Dr. Tri Karyono, M.Sn. selaku dosen pengampu mata kuliah Seni Sketsa yang
tulus membimbing saya dalam mengantarkan ilmu seni sketsa dengan ikhlas.
Dengan ini antologi sketsa yang saya kerjakan dapat berjalan sesuai dengan
harapan dan terselesaikan dengan baik. Saya juga berterima kasih kepada pak
Ardiyanto, M.Sn. karena bantuan referensi-referensi sketsa yang diberikan.

kemudian saya berterima kasih kepada kak Aryo Saloko yang


memperkenalkan saya tentang medan seni rupa Indonesia hingga global secara
kontemporer dan membimbing saya bagaimana menjadi berkesenian yang baik
secara pemikiran dan praktik dengan istilah andalannya “tidak ada kata hilang
dalam seni tetapi menemukan” dan memperkenalkan tokoh idolanya S. Sudjojono
terutama soal Sketsa dengan dua pernyataan Sudjojono yang terus saya pegang
hingga gari ini, yakni “Seniman hebat dilihat dari sketchbooknya” dan “tanpa
sketsa, maka suatu karya tidak berjiwa karena sketsa merupakan induk seni”. saya
juga berterima kasih kepada pak Anton Susanto, pak Didit Sudianto, kang Rendra
Santana, pak Firman Lubis dalam acara Wacowaco di GSPI yang hingga kini
membimbing saya dalam sketsa dan painting menggunakan cat air.

Kemudian saya berterima kasih banyak kepada pak Isa Perkasa yang
bersedia menjadi mentor saya dalam membimbing saya menjadi seniman yang
visioner dan berkat beliau melalui pameran pertama saya di pameran Rupa Rupa
Majalengka pada bulan Februari tahun 2018 , lalu pak Yoyo Hartanto, dan pak
Yus beserta pihak Galeri Pusat Kebudayaan yang telah memberikan saya ilmu
Drawing dengan ikhlas dan selalu membimbing saya dalam berkarya Drawing dan

i
masih banyak pihak lain yang belum bisa disebutkan semua yang telah membantu
saya. saya cukup menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna.

Selama proses pengerjaan sketsa yang saya lakukan dari tahap pengerjaan
sketsa garis hingga eksperimental menemukan berbagai hikmah dan momen yang
bisa diambil. Hal ini sejalan dengan motivasi yang dikatakan oleh pak Sudjojono
bahwa seniman hebat bisa dilihat pada sketchbooknya dan sketsa sebagai induk
seni. Hal yang saya rasakan bahwa banyak orang yang melupakan hal penting
sketsa ini sehingga karya yang dibuat tidak terasa jiwanya.

Ketika berlatih sketsa saya menyadari bahwa setiap bentuk yang dibuat
merupakan representasi jiwa yang ditumpahkan. Berbagai media yang sulit
digunakan, yakni Ballpoint dan Watercolour. Keduanya merupakan media tingkat
kesulitan yang tinggi karena keduanya merupakan media yang tidak bisa ditebak
hasilnya bagaimana. Pada media ballpoint memiliki suatu tantangan karena
ballpoint tidak memiliki grade seperti pensil grafit sehingga untuk menciptakan
shade diperlukan kepekaan penekanan garis karena jika tidak maka arsiran yang
dibuat akan terlihat kotor. Kemudian pada media Watercolour memiliki
tantangannya terutama pada kualitas cat, medium kertas, dan kuas sangat
berpengaruh terhadap hasil sketsa yang didapatkan.

Selama proses pengerjaan proyek sketsa yang diberikan oleh dosen, saya
kerjakan dengan ikhlas dan bahagia karena banyak pihak yang mendukung dalam
pembuatan sketsa yang kebetulan saya gabung dalam komunitas Bandung Sketch
Walk dengan pak Thamrin, Pak Thomas Harry Gunawan, GSPI dengan pak
Anton, dan Galeri Pusat Kebudayaan dengan pak Isa Perkasa. Karena itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kekaryaan kedepannya. Harapan kami semoga antologi sketsa ini bermanfaat dan
memenuhi harapan berbagai pihak.

Bandung, 19 Maret 2020

Muammar Haikal Gibran

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………..……………...i

DAFTAR ISI…………………………………………………….……………..ii

1. TEORI TENTANG SKETSA MONOCHROMATIC................................1


1.1. Pengertian Sketsa……………………………………………………..1
1.2. Fungsi Sketsa…………………………………………………….……3
1.3. Jenis Sketsa……………………………………………………………3
1.4. Teknik Sketsa………………………………………………………....4
1.5. Unsur Sketsa…………………………………………………………..4
1.6. Alat dan Bahan Sketsa Monochromatis……………………………..5
1.7. Contoh Seni Sketsa Mancanegara…………………………..……….6
2. BERKARYA SENI SKETSA MONOCHROMATIC……………………9
2.1. Sketsa Garis…………………………………………………………...9
2.2. Sketsa Still Life………………………………………………………14
2.3. Sketsa Landscape……………………………………………………19
2.4. Sketsa Human Figure……………………………………………….24
2.5. Sketsa Animal Figure……………………………………………….29
2.6. Sketsa Eksperimen…………………………………………………..34
3. CATATAN PENGALAMAN BERKARYA SENI SKETSA…………39
3.1. Pengalaman Berkarya Garis……………………………………….39
3.1.1. Pengalaman Teknis Latihan Garis…………………………39
3.1.2. Pengalaman Estetis Latihan Garis…………………………40
3.2. Pengalaman Berkarya Sketsa Still Life…………………………...40
3.2.1. Pengalaman Teknis Berkarya Sketsa Still Life…………….40
3.2.2. Pengalaman Estetis Berkarya Sketsa Still Life…………….40
3.3. Pengalamaan Berkarya Sketsa Landscape………………………..40
3.3.1. Pengalaman Teknis Berkarya Sketsa Landscape………….41
3.3.2. Pengalaman Estetis Berkarya Sketsa Landscape………….41
3.4. Pengalaman Berkarya Sketsa Human Figure…………………….41
3.4.1. Pengalaman Teknis Berkarya Sketsa Human Figure……..41
3.4.2. Pengalaman Estetis Berkarya Sketsa Human Figure……..42

iii
3.5. Pengalaman Berkarya Sketsa Animal Figure……………………..42
3.5.1. Pengalaman Teknis Berkarya Sketsa Animal Figure……...42
3.5.2. Pengalaman Estetis Berkarya Sketsa Animal Figure……...42
3.6. Pengalaman Berkarya Sketsa Eksperimen………………………..42
3.6.1. Pengalaman Teknis Berkarya Sketsa Eksperimen………...42
3.6.2. Pengalaman Estetis Berkarya Sketsa Eksperimen………...43
4. SIMPULAN………………………………………………………………44
5. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....45
5.1. Sumber Buku……………………………………………………….45
5.2. Sumber Jurnal……………………………………………………...45
5.3. Sumber Internet................................................................................45

LAMPIRAN…………………………………………………………………46

iv
1. TEORI SKETSA MONOCHROMATIC

1.1 Pengertian Sketsa

“Sketsa menurut Susanto (2018), memindahkan objek dengan goresan, arsiran


ataupun warna dengan tujuan baik sebagai rancangan maupun karya yang dapat
berdiri sendiri”. Hal ini bahwa dalam kegiatan sketsa dilakukan dalam bentuk
memindahkan objek dengan goresan, arsiran ataupun warna. Hal ini terjadi suatu
mimesis yang merupakan ajaran Aristoteles, sebagai kegiatan meniru. Dalam
kegiatan memindahkan objek dapat dilakukan menjadi dua cara, yaitu
Penginderaan langsung maupun melalui tidak langsung; kamera dan memori
ingatan.
Dalam melakukan sketsa ini dilakukan melalui penglihatan langsung melalui
proses berpikir atas dasar respon. Hal ini tercatat oleh Paul Laseau (1986).
Menyatakan bahwa “Sepanjang sejarah, dampak penglihatan pada pikiran adalah
besar … segala nilai dari suatu kebudayaan dapat dicangkup oleh sebuah gambar;
yang tidak terkatakan dapat disampaikan kepada orang lain.” Yang Sejak dahulu
pun gambar telah milik masyarakat, misalkan sketsa-sketsa yang dilakukan oleh
Leonardo da Vinci melalui gagasan agar manusia dapat terbang yang kini menjadi
pesawat.

Hal ini pun berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rudolph
Arnheim (dalam Laseau, 1986. Hlm. 8) melalui karya penelitian psikologi dan
dalam bukunya Visual Thinking yang memiliki kerangka dengan melepaskan
sekat-sekat antara berpikir dan kerja indera menyatakan bahwa „dengan kognitif,
saya maksudkan semua kgiatan otak yang terlibat dalam proses menerima,
menyimpan, dan mengolah informasi, yakni mencerap dengan indera, mengira,
dan belajar‟. bagaimana proses menerima informasi, mengolah informasi,
menyimpan informasi sehingga hal ini terjadinya koordinasi antara kerja indera
dan otak. Istilah dalam buku ini, yakni Rinupa. Rinupa adalah suatu bentuk
berpikir yang memanfaatkan rupa sebagai hasil melihat, berkhayal, dan
menggambar.

Hal ini pun saya sebagai penulis mengikuti suatu acara seni Watercolour
dengan judul Wacowaco di tahun 2019 yang secara praktek melakukan kegiatan
para seniman impresionis eropa terdahulu lakukan; suatu plein air dimana para
seniman berkarya di luar studio lukis yang merupakan kegiatan yang benar-benar
baru dilakukan pada masa itu. Ketentuan melakukan impresionis ini sama halnya
dengan visual thinking dimana plein air ini para seniman dituntut untuk
menyelesaikan berbagai karya sketsa, drawing dan lukis secara on the spot dan
cepat karena hal yang akan ditangkap pada kegiatan ini merupakan suatu cahaya.
Secara umum dilakukan pada pagi hari dan sore hari ketika masa perubahan suhu

1
dan cahaya matahari yang menyinari pada objek sehingga merefleksikan warna
yang khas.

Dalam sketsa-sketsa yang dibuat oleh Henk Ngantung sendiri memiliki suatu
keunikan dalam karya sketsa yang dibuatnya. Pada umumnya orang menyukai dan
sangat mengenal karya cat minyak yang dibuat oleh Henk Ngantung tetapi pada
karya sketsa tersendiri memiliki peran penting dalam berkesenian seniman asal
minahasa tersebut. Dengan mempelajari sketsa-sketsa yang dilakukan oleh Henk
Ngantung yang telah memiliki ribuan sketsa kita dapat mempelajari suatu
perjalanan berkesenian, sejarah pada masa itu, dan bagaimana daya artistic
seorang seniman Henk Ngantung.

Peran sketsa yang dilakukan oleh Henk Ngantung memiliki suatu perjuangan
dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yakni dengan adanya sketsa
tersebut maka kajian catatan sejarah perjalanan Indonesia dapat tercatat sebagai
dokumen data fisik. Pada masa ini Henk Ngantung mengira bahwa sketsa yang
dikerjakan sebagai rancangan gambar, kini sketsa-sketsa tersebut telah diakui
sebagai karya seni sketsa yang utuh sebagaimana dalam pembicaraan antara
Nashar (dalam Baharrudin, 1981, hlm. xii) menyatakan bahwa

Henk Ngantung membenarkan pendapat dan mengakui bahwa sketsa-


sketsa yang dikerjakan bukan untuk sebagai rancangan gambar yang
bersifat sementara yang umumnya dibuat kembali dengan media cat
minyak di atas kanvas tetapi karya-karya sketsa tersebut dikerjakan
dengan mengerahkan seluruh jiwanya pada sketsa di atas kertas tersebut
merupakan karya yang telah selesai.

Selain itu, dalam karya sketsa Srihadi Soedarsono memiliki persepsi


berbeda dengan Henk Ngantung, dalam karya seni sketsanya pak Srihadi tidak
pernah berambisi dalam mengabadikan momen-momen yang dramatis, suatu hal
yang agung ataupun khusus, dan memperlihatkan suatu peristiwa yang terasa
bergejolak. Tetapi dalam hal ini pak Srihadi yang merupakan pelukis dari generasi
1950 yang hingga kini tahun 2020 aktif berkesenian menampilkan suatu hal yang
biasa atau datar atau seakan menampilkan suatu kesan yang sementara dan sketsa
tersebut menangkap suatu hal yang tidak terulang. Dalam seni rupa beliau
menampilkan manusia identik dengan ketidak kekalannya atau bersifat sementara.
Supangkat. dkk, (1999. Hlm. 5) menyatakan bahwa “sketsa, bukan kanvas yang

2
rampung, justru dengan keterbatasannya adalah ekspresi yang
menegaskan hal itu ini dengan serta-merta.”

Dalam salah satu dokumen liputan media massa dengan keterangan waktu
yang tidak diketahui yang saya unduh dari IVAA (Deddy, Gejolak Jiwa dalam
sketsa Hendra) “… ucapan kritikus Kusnadi: „Bila lukisan ibarat sebuah orkestra
lengkap, maka sketsa adalah gesekan biola tunggal‟ keduanya bisa dinikmati
secara terpisah, dengan tingkat apresiasi yang sama”. hal ini bisa uraikan
pernyataan yang dikatakan oleh Kritikus Kusnadi bahwa sketsa ataupun lukisan
telah memiliki tingkatan yang sama, keduanya bisa dikatakan telah memiliki
panggungnya tersendiri sehingga tidak ada suatu seni yang lebih tinggi atau
bawah.

1.2 Fungsi Sketsa

Berdasarkan fungsinya dan perlakuan Sketsa dibagi menjadi dua bentuk, yakni :

1.2.1 Sketsa Sebagai Karya Murni, yakni Sketsa yang pada tujuan dan
perlakuannya sebagai karya sketsa yang murni secara utuh.
1.2.2 Sketsa Sebagai Karya Rancangan, yakni Sketsa yang dikerjakan sebagai
rancangan pada karya yang akan dipindahkan ke medium karya murni,
baik karya Drawing maupun Painting.
1.3 Jenis Sketsa

Berdasarkan Jenisnya, Sketsa dibagi menjadi beberapa bentuk, yakni :

1.3.1 Sketsa Garis, yakni sebuah tarikan garis sebagai transfer rasa terhadap
medium. Dalam Liputan Media Massa (Deddy)
1.3.2 Sketsa Still Life, yakni sketsa berupa objek benda mati
1.3.3 Sketsa Landscape, yakni sketsa berupa pemandangan yang akan dibagi
beberapa bagian, diantaranya Streetscape/Cityscape, Seascape, Landscape.
1.3.4 Sketsa Human Figure, yakni sketsa yang berupa figure manusia baik
secara full body ataupun tidak; atau berupa aktifitas manusia.
1.3.5 Sketsa Animal Figure, yakni sketsa yang berupa objek binatang.
1.3.6 Sketsa Eksperimental, yakni sketsa yang dalam penggunaan media non
konvensional baik secara media ataupun teknik/perlakuan.

3
1.4 Teknik Sketsa
1.4.1 Teknik Kering, Yakni Dalam pembuatan sketsa tanpa melibatkan bahan
cair, hal ini berkaitan dengan media yang digunakan, misalkan Pensil
Grafit, Charcoal, Ballpoint. Namun berdasarkan Media cair pun dapat
menggunakan teknik kering, misalkan Cat Minyak tanpa Linseed Oil,
Akrilik tanpa Air, Oil Bar yang merupakan Media basah; oil yang
dipadatkan sehingga ketika digoreskan menjadi kering.
1.4.2 Teknik Basah, Yakni Dalam pembuatan sketsa melibatkan unsur cair,
misalkan Cat Air, Akrilik, Cat minyak dengan Linseed Oil.
1.4.3 Mix Media, Yakni dalam pembuatan Sketsa melibatkan Campuran media
kering dan basah. Hal ini dapat dilakukan media secara bertumpuk atau
pada perlakuannya.
1.5 Unsur Sketsa
1.5.1 Titik, Merupakan Unsur paling dasar dalam seni rupa
1.5.2 Garis, Merupakan Tarikan antar dua titik.
1.5.3 Bidang, Merupakan pertemuan dua atau lebih garis yang saling
bersinggungan.
1.5.4 Ruang, Merupakan Bagian Ruang yang tersedia. Hal ini membahas ruang
yang diisi atau masalah proporsi ruang.
1.5.5 Shade, Merupakan Kualitas gelap terang yang dihasilkan oleh
pencahayaan. Dalam sketsa gelap terang menduduki posisi kedua dalam
keberhasilan suatu sketsa.
1.5.6 Warna, warna dalam sketsa monokromatis umumnya cenderung
menggunakan warna komplementer untuk mendapatkan warna gelap.
Namun adapun yang memanfaatkan chrome untuk menghasilkan garis.
Dalam Workshop Watercolour diskusi watercolour John Lovett bersama
pak Didit Sudianto pada 8 Maret 2020, Didit Sudianto mengatakan,
“Proyeksi warna hangat dan dingin sangat penting dari pada warna ini
sendiri dan para watercolourist dunia menyarakannya seperti Alvaro
Castagnet, John Lovett dan Chien Chung Wei”.

4
1.6 Alat dan Bahan Sketsa Monochromatis
1.6.1 Media Kering, suatu Bahan yang pada dasarnya bersifat kering kemudian
hasilnya berupa goresan atau Stroke. Media yang bersifat kering
diantaranya Pensil Grafis, Charcoal, Conte (Batu Hitam), Ballpoint, Soft
Pastels.
1.6.2 Media Basah, suatu Bahan yang pada dasarnya bersifat basah kemudian
hasilnya berupa Wash. Media yang bersifat basah diantaranya : Cat Air,
Akrilik, Gouache, Oil Colours. Karena media basah maka alat yang
digunakan berupa kuas dan palet.
1.6.3 Kertas, Kertas yang digunakan berbagai macam jenis khusus pada kertas
Watercolour yang memiliki beragam jenis. Berdasarkan bahan watercolour
terbagi menjadi dua jenis, yaitu Selulosa (serbuk kayu) dan Cotton
(kapas). Berdasarkan pencetakannya kertas dibagi menjadi dua jenis, yaitu
Cold Press dan Hot Press. Kertas Cold Press cenderung memiliki tekstur
kertas yang kasar sehingga cocok untuk membuat karya yang ekspresif
sedangkan Hot Press cenderung memiliki tekstur yang sangat lembut
sehingga cocok untuk membuat karya detail terutama yang menggemari
bidang realist dan hyperrealist.
1.6.4 Kuas, Kuas sebagai alat serap atau wash yang digunakan dalam media
basah seperti watercolour, akrilik, gouache, cat minyak maupun media
kering berupa bubuk conte.

5
1.7 Contoh Seni Sketsa dalam Negeri

Aryo Saloko (Bandung)

Gambar 1. “Terminal Cicaheum” ballpoint on paper 2018

Thamrin (Bandung)

Gambar 2. “Hainan Chicken Rice” Ink on paper 2018

6
Thomas Harry Gunawan (Bandung)

Gambar 3. “Distance Schooling during this corona virus time”. Markers and
white gel pen on A5 Kraft Sketchbook 2020

7
1.8 Contoh Seni Sketsa Mancanegara

KC Lee. (Malaysia)

Gambar 1. Koleksi KC Lee. Brisbane (2019)

Sanjeev Joshi (India)

Gambar 2. Koleksi Sanjeev Joshi. Kochi Visit (2019)

8
2. BERKARYA SENI SKETSA MONOCHROMATIC

2.1 Sketsa Garis

Gambar 2.1.1. “Batin” ballpoint on paper (15x12,2 cm) 2020

Gambar 2.1.2. “Penyelarasan patah” ballpoint on paper (15x13 cm) 2020.

9
Gambar 2.1.3. “Oposisi Lengkung” ballpoint on paper (15x20 cm) 2020.

Gambar 2.1.4. “melemah 2” ballpoint on paper (12,7x11,2 cm) 2020.

10
Gambar 2.1.5. “Timpang Tindih” ballpoint on paper (21x8,3 cm) 2020.

Gambar 2.1.6. „Penyelarasan Lengkungan1” ballpoint on paper (15x13 cm) 2020.

11
Gambar 2.1.7. “Rapuh 4” ballpoint on paper (15x12,5 cm) 2020.

Gambar 2.1.8. “Kembang Api” ballpoint on paper (14,9x12,7 cm) 2020.

12
Gambar 2.1.9. “rapuh” ballpoint on paper (14,8x12,1 cm) 2020.

Gambar 2.1.10. “meliuk-liuk 1” ballpoint on paper (18x14,9 cm) 2020.

13
2.2 Sketsa Still Life

Gambar 2.2.1. “gantungan baju” ballpoint on paper (16x14,7 cm) 2020.

Gambar 2.2.2. “Still life 1” ballpoint on paper (16,1x14,8 cm) 2020.

14
Gambar 2.2.3. “refreshing” ballpoint on paper (14,7x13 cm) 2020.

Gambar 2.2.4. “jajan akhir bulan” ballpoint on paper (17,5x14,8 cm) 2020.

15
Gambar 2.2.5. “still life” ballpoint on paper (19x14,7 cm) 2020.

Gambar 2.2.6. “sepatu” watercolour on paper (14,5x10,3 cm) 2020.

16
Gambar 2.2.7. “Tas” Watercolour on paper (14,5x10,5 cm) 2020.

Gambar 2.2.8. “Sarapan” Watercolour on paper (14.7x10,4 cm) 2020.

17
Gambar 2.2.9. “Kembang” Watercolour on paper (14,7x10,6 cm) 2020.

Gambar 2.2.10. “Payung basah” Watercolour on paper (14,7x10,4 cm) 2020.

18
2.3 Sketsa Landscape

Gambar 2.3.1. “Parkiran UPI” ballpoint on paper (21x14,7 cm) 2020.

Gambar 2.3.2. “Gedung FPBS” Ballpoint on paper (21x14,7 cm) 2020.

19
Gambar 2.3.3. “pohon palm” ballpoint on paper (17,4x11,2 cm) 2020.

Gambar 2.3.4. “depan perpustakaan” ballpoint on paper (21x14,7 cm) 2020.

20
Gambar 2.3.5. “Gedung FPTK” Watercolour on Paper (21x14,2 cm) 2020.

Gambar 2.3.6. “BCCF Bandung” Watercolour on Paper (21x14,2 cm) 2020.

21
Gambar 2.3.7. “Jebor” Watercolour on paper (14,8x10,5 cm) 2020.

Gambar 2.3.8. “Sawah 1” Watercolour on paper (14,8x10,4 cm) 2020.

22
Gambar 2.3.9. “sawah 2” watercolour on paper (14,8x10,5 cm) 2020.

Gambar 2.3.10. “sawah 3” watercolour on paper (14,8x10,5 cm) 2020.

23
2.4 Sketsa Human Figure

Gambar 2.4.1. “Nuart Clay camp” ballpoint on paper (21x14,7 cm) 2020.

Gambar 2.4.2. “Self Portairt isolation 1” watercolour on paper (21x14,1 cm) 2020.

24
Gambar 2.4.3. “Self Portrairt isolation 2” watercolour on paper (21x15 cm) 2020.

25
Gambar 2.4.4. “Self portairt isolation 3” watercolour on paper (21x14,6 cm) 2020.

Gambar 2.4.5. “Imajinasi figur” watercolour on paper (15x10,5 cm) 2020.

26
Gambar 2.4.6.“Self portrairt isolation 4” Watercolour on paper (15,1x10,4 cm)
2020.

Gambar 2.4.7. “Self portairt isolation 5” Watercolour on paper (14,8x10,4 cm)


2020.

27
Gambar 2.4.8. “Self portairt isolation 6” watercolour on paper (15x10,1 cm) 2020.

Gambar 2.4.9. “Self portairt isolation 7” watercolour on paper (21x15 cm) 2020.

28
Gambar 2.4.10. “Self portairt isolation 8” watercolour on paper (15x10,5 cm)
2020.
2.5 Sketsa Animal Figure

Gambar 2.5.1. “Cat 1” watercolour on paper (14,7x10,4 cm) 2020.

29
Gambar 2.5.2. “Cat 2” watercolour on paper (14,7x10,5 cm) 2020.

Gambar 2.5.3. “cats” watercolour on paper (14,8x10,3 cm) 2020.

30
Gambar 2.5.4. “cat 3” watercolour on paper (14,8x12,3 cm) 2020.

Gambar 2.5.5. “cat 4” watercolour on paper (15x10,5 cm) 2020.

31
Gambar 2.5.6. “Cat 5 “ watercolour on paper (15x10,6 cm) 2020.

Gambar 2.5.7. “cats 2” watercolour on paper (14,6x11,5 cm) 2020.

32
Gambar 2.5.8. “Cat 6” watercolour on paper (14,6x10,5 cm) 2020.

Gambar 2.5.9. “Cat 7” Watercolour on paper (14,8x10,5 cm) 2020.

33
Gambar 2.5.10. “Cat 8” watercolour on paper (14,9x10,3 cm) 2020.
2.6. Sketsa Eksperimen

Gambar 2.6.1. “Cat pixel version” ballpoint on paper (15,9x14,5 cm) 2020.

34
Gambar 2.6.2 “kaleng” ketchup and sauce on paper (14,7x10,6 cm) 2020.

Gambar 2.6.3. “meja ruang tamu” ketchup on paper (14,7x10,6 cm) 2020.

35
Gambar 2.6.4. “gesture” kunyit ekstrak on paper (14,9x10,6 cm) 2020.

Gambar 2.6.5. “Gesture 2” Bulao + kunyit on paper (14,7x10,3 cm) 2020.

36
Gambar 2.6.6. “Sofa ruang tamu” gula aren on paper (14,8x10,3 cm) 2020.

Gambar 2.6.7. “Sofa ruang tamu 2” bulao on paper (14,6x10,2 cm) 2020.

37
Gambar 2.6.8. “Sofa ruang tamu 3” kunyit on paper (14,8x10,3 cm) 2020.

Gambar 2.6.9. “Gesture 3” Teh + coklat on paper (8,9x5,8 cm) 2020.

38
Gambar 2.6.10. “Figur di ruang tamu” cokelat on paper (14,6x10,6 cm) 2020.

3. CATATAN PENGALAMAN BERKARYA SENI SKETSA

3.1. Pengalaman Berkarya Garis

Selama berlatih garis dengan media ballpoint diatas kertas berukuran a5; saya
berlatih garis dengan jumlah 100 karya sketsa garis. Hal ini dikarenakan dalam
seni sketsa unsur yang terpenting yakni kualitas garis. Dalam hal ini saya
membuat berbagai pencapaian dari sketsa garis, yakni kualitas garis pada tekanan
garis, karakteristik garis, dan penguasaan media ballpoint. Dalam 100 karya
sketsa garis ini saya mencoba dalam berbagai jenis garis, yakni garis lurus,
lengkung, patah-patah, dan zig-zag.

3.1.1. Pengalaman Teknis Latihan Garis

Pada pembuatan sketsa garis saya menggunakan media ballpoint di atas kertas
berukuran a5. Media ballpoint merupakan media yang paling sulit untuk dikuasai
karena pada ballpoint tidak memiliki grade suatu kehitaman garis, maka untuk
mengatur grade kehitaman maka kita harus melakukan penguasaan tekanan garis
dan kerapatan garis ballpoint. Pada dasarnya setiap tumpukan garis ballpoint akan
manciptakan grade kehitaman lebih.

39
3.1.2. Pengalaman Estetis Latihan Garis

Selama pembuatan sketsa garis, hal yang saya dapatkan yakni bahwa setiap
goresan manusia memiliki karakteristik yang khas. Ada istilah yang mengatakan
walaupun bayi lahir kembar sangat identik, tentu ada hal yang membedakannya.
Dalam garis ini merupakan suatu transfer energy jiwa manusia melalui media
gores sehingga pada garis itulah merupakan representasi jiwa manusia. Hal ini
saya teringat dengan istilah yang dikemukakan oleh pak S. Sudjojono yang
mengatakan „Seni adalah Djiwo Kethok” yang artinya jiwa yang tampak.

3.2. Pengalaman Berkarya Sketsa Still Life

Selama pembuatan sketsa still life, saya membuat sketsa still life dengan konsep
sekitar saya. Saya tetap berkonsisten dalam pembuatan sketsa haruslah on the
spot, karena disinilah kepekaan kordinasi mata dan tangan dilatih. Dalam
pembuatan still life hal yang saya tetap pertahankan, yakni struktur benda
tersebut. Walaupun tetap mempertahankan struktur benda, saya tetap melakukan
perubahan pada bentuk tersebut lebih sederhana.

3.2.1. Pengalaman Teknis Berkarya Sketsa Still Life

Secara teknis saya membuat sketsa still life dengan ballpoint dan watercolour
warna hitam. Dalam pembuatan still life dengan media ballpoint saya masih bisa
untuk menguasai terutama bentuk dibandingkan menggunakan media cat air.

3.2.2. Pengalaman Estetis Berkarya Sketsa Still Life

Hal yang sangat terlihat dalam pembuatan sketsa still life ini ketika menggunakan
media ballpoint dan cat air yang sangat menantang untuk dicoba. Walaupun
keduanya media yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, media ini lah yang
sangat menonjol untuk mencari suatu karakteristik goresan.

3.3. Pengalaman Berkarya Sketsa Landscape

Dalam pembuatan sketsa Landscape ini bagian yang sangat saya senangi karena
kebetulan saya sangat senang dalam urban sketch dan saya pun terus mengikuti
kegiatan yang diadakan oleh BandungSketchwalk setiap awal bulan secara rutin.

40
3.3.1. Pengalaman Teknis Berkarya Sketsa Landscape

Secara teknis saya menggunakan media ballpoint dan cat aier dalam pembuatan
sketsa landscape. Landscape yang saya buat diantaranya suasana
perkotaan/cityscape, persawahan, dan dalam ruangan ketika pemerintah
menetapkan darurat wabah covid. Dari landscape ini memiliki suatu tantangan
tersendiri, yakni 3 aspek yang harus diperhatikan dalam landscape, yakni
Perspektif dan proporsi yang benar; gelap terang yang tepat dan warna hangat dan
dingin.

3.3.2. Pengalaman Estetis Berkarya Sketsa Landscape

Hla yang saya dapatkan dari berkarya sketsa garis yakni saya menyadari aspek
yang terpenting, yakni perspekktif dan proporsi yang benar; gelap terang yang
benar dan warna hangat dan dingin. Tiga kunci itulah sudah menjadi kunci
keajaiban dalam berkarya sketsa landscape. Seorang pemula pun jika
mengamalkan ketiga syarat tersebut maka seketika hasil yang dibuat akan terlihat
bagus.

3.4. Pengalaman Berkarya Sketsa Human Figure

Selama pembuatan sketsa Human Figure, saya membuat sketsa figur diri melalui
cermin. Hal ini saya lakukan ketika tengah darurat wabah corona sehingga saya
tidak dapat untuk melakukan sketsa langsung orang-orang dijalan.

3.4.1. Pengalaman Teknis Berkarya Sketsa Human Figure

Media yang saya gunakan adalah media cat air di atas kertas. Secara pembuatan
sketsa figur manusia saya hanya membuat figur diri melalui cermin. Hal ini
menjadi tantangan tersendiri ketika darurat wabah corona. Dalam pembuatan
sketsa figur ini saya tetap memperhatikan struktur manusia dengan betul tetapi
secara ekspresif karena secara goresan saya merupakan goresan ekspresif.

41
3.4.2. Pengalaman Estetis Berkarya Sketsa Human Figure

Dalam pembuatan sketsa figur diri melalui cermin mungkin hal ini yang jarang
dilakukan oleh orang. Karena prinsip saya dalam pembuatan sketsa harus on the
spot, maka saya membuat sketsa melalui cermin tanpa bantuan kamera. Karena
cara batu ini lah saya menikmati untuk membuat sketsa dengan cara yang baru.

3.5. Pengalaman Berkarya Sketsa Animal Figure

Dalam pembuatan sketsa Animal Figure, hewan yang saya buat adalah kucing.
Kucing-kucing ini merupakan kucing kesayangan saya ketika dirumah. Akan
tetapi kucing-kucing ini telah tiada dirumah.

3.5.1. Pengalaman Teknis Berkarya Sketsa Animal Figure

Secara teknis saya membuat sketsa kucing menggunakan media cat air warna
hitam di atas kertas hvs. Dalam pembuatan kucing saya buat melalui photo
kenangan saya karena kucing tersebut telah tiada.

3.5.2. Pengalaman Estetis Berkarya Sketsa Animal Figure

Walaupun saya membuat sketsa kucing ini menggunakan bantuan photo, tetapi
hal yang saya rasakan yakni suatu memori indah dimana kucing-kucing
kesayanganku dibuatkan sketsa sehingga hal ini sudah menjadi suatu perasaan
bahagia saya.

3.6. Pengalaman Berkarya Sketsa Eksperimen

Dalam pembuatan sketsa eksperimen saya berusaha untuk terlepas dari sekat-sekat
seni yang ada, yakni saya mengeksplor bahan dan teknik dengan cara yang
berbeda. Tentu dalam penentuan sketsa eksperimen saya hanya menggunakan
bahan dan teknik sekitar.

3.6.1. Pengalaman Teknis Berkarya Sketsa Eksperimen

Secara teknis saya menggunakan bahan-bahan yang telah ada didapur seperti
kunyit, wortel, kopi, teh, gula aren, cokelat dan terkadang saya mencampurkan
antar bahan itu untuk mendapatkan warna yang berbeda. Selain itu saya
menggunakan bulao biru yang dimiliki oleh adik saya ketika pramuka. Tetapi

42
dalam hal ini saya menggunakan media konvensional seperti ballpoint pilot tetapi
secara eksperimen saya menggeluti dalam bidang teknik. Melalui media ballpoint
saya membuat karya pixel dimana karya pixel ini merupakan teknik yang sangat
sulit untuk dikuasai karena ballpoint tidak memiliki grade dan tantangan yang
sangat sulit pada karya pixel ini jika salah satu kotak maka kotak yang lainnya
akan salah dan gambar yang dihasilkan akan berubah.

3.6.2. Pengalaman Estetis Berkarya Sketsa Eksperimen

Secara estetis, saya berusaha untuk melepaskan sekat-sekat seni yang ada dan
berusaha untuk menciptakan suatu eksplorasi baru baik dari bahan dan teknik.
Tentu hal ini suatu hal yang tidak mudah karena butuh kelogisan yang ada. namun
dari ekperimen ini saya menemukan bahwa seniman haruslah visioner dan selalu
menemukan hal baru.

43
4. SIMPULAN

Selama pembuatan berkarya sketsa saya mendapatkan suatu simpulan bahwa


suatu karya yang hebat dapat dilihat dari karya sketsa yang dibuat. Sketsa
merupakan induk seni. Jika suatu karya seni tidak memiliki sketsa yang kuat maka
karya seni tersebut tidak bernyawa atau tidak memiliki jiwa walaupun karya
tersebut terlihat indah. Dalam berkarya sketsa, kualitas garislah yang menentukan
suatu karakteristik pada setiap karya seni yang dibuat oleh seniman. Maka inilah
alasan yang sangat mendasar untuk mengatakan bahwa sketsa telah menjadi seni
yang murni. Hal yang saya amati dalam dinamika medan seni rupa Indonesia
khususnya di Bandung yang merupakan tempat terpenting karena telah menjadi
pusat seni rupa tingkat Asia Tenggara, selain Jogjakarta; saya merasa bahwa seni
sketsa diharapkan untuk bangkit dan muncul dalam permukaan medan seni rupa
Bandung. Mungkin hal ini karena mewadahi komunitas sketsa di Bandung
terbatas karena penulis merupakan anggota yang sering mengikuti komunitas
sketsa Bandung Sketchwalk dan penggemar sketsa dalam jumlah tidak banyak.

44
5. DAFTAR PUSTAKA
5.1. Sumber Buku
Baharuddin, M.S. (1981). Sketsa-Sketsa Henk Ngantung dari Masa ke Masa.
Jakarta: Sinar Harapan.
Susanto, M. (2018). Diksi Rupa. Yogyakarta: DictiArt Laboratory.
Supangkat, J., Mohammad, G. & Hasan, A. (1999). Srihadi dan Paradigma Seni
Rupa Indonesia. Jakarta: Kalam.
Laseau, P. (1986). Berpikir Gambar Bagi Arsitek dan Perancang. Bandung: ITB.

5.2 Sumber Jurnal

5.3 Sumber Internet


Deddy. (n.d.). Indonesian Visual Art Archive. Retrieved april 1, 2020, from archive.ivaa-
online.org: http://archive.ivaa-online.org/khazanahs/detail/2169

45
LAMPIRAN

Sumber : Dokumen Pribadi. Bersama KC Lee dalam kegiatan BSW di Isola


pada tanggal 22 November 2019.

Sumber : Dokumen Pribadi. Nobar dan Diskusi dari Tutorial Watercolour John
Lovett bersama Pak Didit Sudianto, BCCF, 8 Maret 2020.

46
Sumber : Dokumen Pribadi. Kegiatan BSW ke 77 Persimpangan jalan ABC-
Banceuy

47
RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Muammar Haikal Gibran


2. Tempat/Tgl Lahir : Lahat, 30 Agustus 2000
3. Agama : Islam
4. NIM : 1800857
5. Program Studi : Strata 1
6. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Indonesia
7. Fakultas : Pendidikan Seni dan Desain Universitas Pendidikan
Indonesia
8. Departemen : Pendidikan Seni Rupa
9. Alamat email : haikak212@gmail.com
10. Pendidikan Formal :

1). SDN Gunungsari IV Majalengka lulus tahun 2012

2). SMP Negeri 1 Jatiwangi Majalengka lulus tahun 2015

3). SMA Negeri 3 Majalengka lulus tahun 2018

11. Pendidikan Informal :

12. Pengalaman Organisasi :

1) Remaja Seni Ganesha (2015-2018)

2) Perupa Majalengka (2018-sekarang)

13. Portofolio :
1) Pameran dan Lomba Desain Poster oleh Peka (Perupa Majalengka) dengan
Disparbud Kab. Majalengka 2018
2) Pameran Drawing seniman ngahiji 2019
3) Pameran Flashmob Drawing di Galeri Pusat Kebudayaan 2019
4) Pameran Braga Dalam Cat Air Wacowaco di GSPI 2019
5) Pameran Restless di Galeri Pusat Kebudayaan 2019

48

Anda mungkin juga menyukai