Disusun oleh:
IMMANIAR F. SINAGA
11 0404 079
Dosen Pembimbing:
Tugas Akhir ini akan membahas tentang perencanaan rangka atap baja
ringan menggunakan SNI 7971:2013. Rangka atap didesain menggunakan dua
material yang berbeda yaitu baja ringan dan baja konvensional, dengan luas dan
tipe rangka atap yang sama. Berpedoman pada standar dan referensi yang ada,
direncanakanlah masing-masing rangka atap dan dihitung biayanya. Kemudian
hasil dari kedua jenis rangka atap akan dibandingkan.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan
judul “ Perencanaan Rangka Atap Baja Ringan Berdasarkan SNI 7λ71μβ01γ”.
Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Sipil pada Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
1. Ir. Sanci Barus, M.T., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penulisan
skripsi ini.
2. Ir. Torang sitorus, M.T., dan Nursyamsi, S.T., M.T., selaku dosen penguji
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
masukan-masukan yang membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, M.Sc., selaku Ketua Departemen Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara.
4. Ir. Syahrizal, M.T., selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil Universitas
Sumatera Utara.
5. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral;dan
6. Semua sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwaTugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
Bapak/Ibu dosen serta rekan-rekan mahasiswa demi penyempurnaan Tugas Akhir
ini.
Penulis,
Immaniar F. Sinaga
11 0404 079
ABSTRAK ....................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
2.1.Umum ................................................................................................... 5
2.2.Baja Ringan (Cold-formed Steel) ......................................................... 6
2.3.Sejarah Baja Ringan (Cold-formed Steel) ............................................ 7
2.4.Kelebihan dan Kekurangan Rangka Atap Baja Ringan ....................... 9
2.5.Detail Rangka Atap Baja Ringan ......................................................... 9
2.6.Spesifikasi Rangka Atap Baja Ringan ................................................. 13
2.7.Lapisan Antikarat Baja Ringan (Coating) ............................................ 14
2.8.Perencanaan Struktur Rangka Atap Baja Ringan ................................. 15
2.8.1. Pembebanan ............................................................................. 15
2.8.2. Lebar Efektif Penampang ......................................................... 17
2.8.2.1.Lebar Efektif untuk Elemen Dengan Pengaku
a. Lebar efektif untuk pengaku yang mengalami tegangan
Hal.
Tabel 2.2. Faktor koreksi (kt) untuk elemen yang diarsir ..................................37
Tabel 4.3. Rekapitulasi sambungan pada rangka atap baja ringan .....................100
Tabel 4.9. Tabulasi berat total rangka atap baja ringan ......................................126
Tabel 4.11. Tabulasi berat total rangka atap baja konvensioanal .......................127
Tabel 4.12. Analisa harga bahan rangka atap baja ringan ...................................128
tegangan bergradien.....................................................................21
Gambar 2.8. Elemen tanpa pengaku mengalami tegangan tekan merata ...........23
Gambar 4.3 Distribusi beban mati pada rangka atap baja ringan ......................61
Gambar 4.7. Distribusi beban hujan (H) pada rangka atap .................................65
Gambar 4.13. Distribusi beban mati pada rangka atap konvensional .................108
Gambar 4.15. Distribusi beban angin kiri (W kiri) rangka atap .........................111
Gambar 4.16. Distribusi beban angin kanan (W kanan) pada rangka atap .........111
Gambar 4.17. Distribusi beban hujan (H) pada rangka atap ...............................112
Ae Luas efektif
Ag Luas bruto penampang
Alob Luas lobang baut atau sekrup
An Luas neto penampang
As Luas bruto pengaku
b Lebar elemen profil
be Lebar efektif
bed Lebar efektif untuk defleksi
bo Lebar rata total dari elemen dengan pengaku
C Faktor tumpu
df Diameter nominal baut,sekrup, paku keling
dw Diameter yang terlihat dari permukaan luar atau kepala sekrup
E Modulus elastisitas Young
fcr Tegangan tekuk pelat
fn Tegangan desain
foc Nilai terkecil dari tegangan tekuk lentur, torsi, dan lentur-torsi elastis
fu Tegangan ultimit
fu1 Kekuatan tarik lembarn yang kontak dengan kepala sekrup
fu2 Kekuatan tarik lembaran yang tidak kontak dengan kepala sekrup
fy Tegangan leleh
G Modulus geser
h Tinggi elemen profil
Ia Momen inersia pengaku cukup
Is Momen inersia dari pengaku utuh terhadap sumbu titik beratnya yang
sejajar dengan elemen yang akan diperkaku
Ix, Iy Momen inersia penampang terhadap sumbu utama x dan y
k Koefisien tekuk pelat
kt Faktor koreksi
k1oc Koefisien tekuk pelat untuk tekuk subelemen lokal
Tugas Akhir ini akan membahas tentang perencanaan rangka atap baja
ringan menggunakan SNI 7971:2013. Rangka atap didesain menggunakan dua
material yang berbeda yaitu baja ringan dan baja konvensional, dengan luas dan
tipe rangka atap yang sama. Berpedoman pada standar dan referensi yang ada,
direncanakanlah masing-masing rangka atap dan dihitung biayanya. Kemudian
hasil dari kedua jenis rangka atap akan dibandingkan.
PENDAHULUAN
Teknik Universitas Sumatera Utara. Diharapkan tugas akhir ini berguna untuk
Penggunaan baja ringan kini telah menjadi sebuah tren tersendiri. Banyak
produsen baja ringan yang tersedia. Hal ini membuat masyarakat lebih mudah
yang menyediakan baja ringan dengan harga yang lebih murah, namun mutu
bajanya dikurangi. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih teliti dalam
adalah karena belum adanya standar maupun prosedur khusus untuk baja
dalam merencanakan rangka atap baja ringan yang aman. Pada Tugas Akhir
ini akan dibahas mengenai perencanaan rangka atap baja ringan menggunakan
SNI 7971:2013.
1.2.Perumusan Masalah
2013 ?
1.3. Tujuan
1.4.Pembatasan Masalah
berlaku.
2002.
torsional.
2000.
Gambar 1.1. Rangka atap baja segitiga tipe Pratt . Bentang 15m , α = 220
1.5.Sistematika Penulisan
Sistematika laporan Tugas Akhir ini dibagi dalam lima bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
dilaksanakan sebelumnya.
yang dapat menunjang analisis desain rangka atap baja ringan pada
DAFTAR PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Struktur bangunan terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur
bawah yaitu pondasi dan struktur atas yaitu dari sloof sampai atap. Konstruksi
atap adalah bagian paling atas dari suatu bangunan, permasalahan konstruksi atap
tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk dan konstruksi yang
Struktur rangka atap adalah salah satu bagian penting dalam konstruksi
bangunan yang menahan atau mengalirkan beban-beban dari atap. Struktur atap
terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi
menahan beban dari bahan penutup atap sehingga umumnya berupa susunan
balok-balok (dari kayu/bambu/ baja) secara vertikal dan horizontal kecuali pada
struktur atap dan beton. Berdasarkan posisi inilah maka muncul istilah gording,
kesatuan bentuk yang kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja
yang kuat dan berkualitas, struktur atapnya juga harus kuat dan awet tanpa
Bahan material yang akan digunakan untuk struktur atap yang kuat harus
memiliki sifat awet, ringan dan presisi. Atapn dikatakan kuat bila mampu
b. Bentuk atap
Bentuk atap harus mampu menahan derasnya air hujan, sengatan matahari dan
kuatnya dorongan angin. Bentuk atap harus disesuaikan pula dengan ketinggian
bangunan. Semakin tinggi sebuah bangunan maka akan semakin kuat tekanan
angin pada atap sehingga haus disesuaikan dengan kemiringan atapnya pula.
c. Proses pengerjaan
kedua jenis rangka atap tersebut. Untuk keperluan Tugas Akhir ini, struktur
baja ringan yang akan dianalisis didesain menurut Standar Nasional Indonesia
7971:2013.
lembaran baja yang dibentuk model tertentu dengan proses press-braking atau
roll forming (Gambar 2.1). Suhu tidak diperlukan dalam proses pembentukan
Riset tentang baja cold-formed untuk bangunan dimulai oleh Prof. George
Winter dari Universitas Cornell mulai tahun 1939. Berdasarkan riset-riset beliau
maka dapat dilahirkan edisi pertama tentang “Light Gauge Steel Design Manual”
tahun 1949 atas dukungan AISI (American Iron and Steel Institute) (Wei-Wen
Yu, 2000). Sejak dikeluarkan peraturan tersebut atau lebih dari lima dekade ini,
untuk balok lantai, rangka atap dan dinding pada bangunan industri, komersial
semacam ini dikebal sebagai Cold Work (Oentoeng, 2000). Baja ringan atau light
weight steel adalah komponen struktur baja dari lembaran atau pelat baja dengan
Pada produksi cold-formed steel, baja dibentuk sedemikian rupa dalam suhu
bentuk yang sedikit saja dari penampangnya maka kekuatan elemen struktur
tersebut akan berbeda sama sekali termasuk juga perilaku tekuknya. Pemberian
Baja ringan (cold-formed atau cold-rolled) adalah jenis baja yang terbuat
dari logam campuran yang terbuat dari logam campuran yang terdiri atas beberapa
unsur metal, dibentuk setelah dingin dengan memproses kembali komposisi atom
dan molekulnya, sehingga menjadi baja yang lebih ringan dan fleksibel. Produk
baja ringan di pasaran Indonesia dilapisi oleh dua komposisi bahan, yaitu
masing.
1. Karena bobotnya yang ringan maka beban yang harus ditanggung oleh
1. Rangka atap baja rigan kurang menarik apabila tidak diberi plafon.
2. Apabila ada salah satu bagian struktur yang salah hitung, maka akan
3. Rangka atap baja ringan tidak sefleksibel kayu yang dapat dibentuk.
Rangka atap baja ringan merupakan sistem struktur yang berfungsi untuk
batang (kuda-kuda) sebagai penyangga utama rangka atap, yang terdiri dan batang
utama luar (chords) dan batang dalam (webs), dan yang berfungsi untuk menahan
gaya aksial (tarik dan tekan), maupun momen lentur. Berikut gambar salah satu
ketentuan pemilihan dan pemasangan alat sambung agar diperoleh sistem struktur
yang stabil, kuat, dan tidak merusak lapisan anti karat. Alat sambung yang
atau tumpu. Jadi tekuk lokal menjadi kriteria penting dalam perencanaan.
Meskipun demikian, hal yang menaril bahwa elemenbaja ringan pada kondisi
tegangan tekuk teoritis belum tentu runtuh, dari hasil penelitian diketahui
bahwa elemen baja canai dingin tetap dapat memikul beban setelah pasca
tekuk.
2. Kekakuan Torsi
Kecuali itu bentuk profil C banyak dipakai pada baja canai dingin yang
Kondisi tersebut menyebabkan tekuk lentur torsi menjadi faktor kritis dalam
perecanaan kolom.
dapat digunakan adalah pengaku tepi (edge stiffner) dan pengaku di tengah
(intermediate stiffner).
lebar atau jika gaya tekan bekerja kecil. Tetapi karena rasio lebar yang besar
maka bagian penampang berpengaku akan bekerja yang lebih efektif pada
saat tekuk lokal telah terjadi. Sebagai hasilnya, distribusi gaya tekan tidak
berbentuk lembaran sheet atau strip sebaran yang sempit antara tegangan
leleh (fy) dan kuat tariknya (fu), sehingga perilaku sambungan baut berbeda
antara baja cold-formed dan hot-rolled, khususnya pada kekuatan tumpu dan
tegangan tarik.
7. Batasan Ketebalan
Yang paling penting adalah rasio lebar/tebal dari elemen tekan dan
8. Perencanaan Plastis
memenuhi persyaratan.
menjadi dua yaitu : profil C, ketebalan 0,75 mm dan 1 mm, digunakan pada
sampai 0,7 mm (idealnya 0,55 mm) yang biasa digunakan sebagai reng
Baja yang digunakan adalah baja ringan tipe Zincalume G550 dengan
Baja tersusun dari besi (Fe) dan karbon (C) yang akan bereaksi jika bertemu
dengan air dan udara menghasilkan karat. Baja ringan mengalami hal yang sama
dengan baja pada umumnya. Karena itu, agar material ini awet atau tahan lama,
Lapisan ini kerap disebut galvanis dengan bahan seng. Jumlah massa
pelapis untuk lapisan coating ini bervariasi seperti Z125, Z175, Z225.
gr/m2.
Sesuai namanya, lapisan ini tersusun atas aluminium dan seng. Sama
laboratorium sebelumnya.
Indonesia.
Struktur rangka atap baja ringan dianalisa berdasarkan SNI 7971 : 2013.
2.8.1 Pembebanan
strukturnya harus disesain terhadap aksi dan kombinasi aksi sesuai dengan
SNI 1727 (butir 1.6). Beban gempa diabaikan dalam perencanaan rangka atap
ini.
1. 1,4D
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
Keterangan:
D = beban mati
L = beban hidup
S = beban salju
R = beban hujan
W = beban angin
E = beban gempa
Pengecualian:
untuk semua tingkat hunian bila Lo kurang dari atau sama dengan 100
psf (4,79 KN/m2), dengan pengecualian daerah garasi atau luasan yang
salah satu beban atap rata bersalju atau beban atap miring bersalju.
informasi yang jelas, nilai yang harus digunakan adalah nilai yang
Terdapat dalam SNI 7971 : 2013 butir 2.2. Penggunaan rumus lebar
merata
ini:
Keterangan :
� √
( )
= angka Poisson
tekan merata
lubang lingkaran
lubang >0,5b dan >3dh, lebar efektif (be) elemen dengan pengaku
gradient)
berikut:
Lebar efektif (be2) (lihat gambar 2.7) dimana (be1 + be2) tidak boleh
sesuai :
Keterangan:
berikut:
k = 4 + 2(1-ψ)3 + 2(1-ψ)
penampang efektif.
adalah tekan (+) dan dapat berupa tarik (-) atau tekan (+).
tegangan bergradien
bergradien
batasan berikut:
dwh/d1< 0,7
Keterangan :
pelat badan
d1/t ≤ β00
Jarak bersih antar lubang, lebih besar atau sama dengan 450 mm
sama dengan 2t
dwh> 15 mm
i. Perhitungan kapasitas
Bila dwh/d1< 0,38, lebar efektif (b1) dan (b2) harus ditentukan
sesuai bagian c dengan asumsi tidak ada lubang pada pelat badan.
Bila dwh/d1 ≥ 0,γ8, lebar efektif harus ditentukan sesuai pasal 2.8.2.2
dengan asumsi bagian tekan pelat badan terdiri dari elemen tanpa
gambar 2.8.
struktur, lebar efektif (be) dari elemen tapa pengaku yang mengalami
= 0,43.
tegangan bergradien
struktur, lebar efektif (be) diukur dari tepi terkekang dari elemen
Faktor lebar efektif (ρ) dan koefisien tekuk pelat (k) harus ditentukan
sebagai berikut:
sebagai berikut:
yang menyebabkan tekan pada satu tepi dan tarik pada tepi
(2.15)
(2.17)
untuk ψ ≤ -1 ν ρ =1
pada bidang simetri dengan tepi tidak dikekang dari elemen tanpa
pengaku tepi
struktur, lebar efektif (be) dari elemen yang mengalami tekan merata
be = b (2.21)
b1 = b2 = b/2 (2.22)
ds = dse (2.23)
As = Ase (2.24)
( )
( )
( )
[ ]
menggantikan f*.
struktur, lebar efektif (be) dari elemen yang mengalami tekan merata
be = b (2.36)
= Ase
n adalah eksponen
Keterangan:
diperkaku.
Bila Is lebih besar atau sama dengan Ia, maka Is=Ia. Lebar efektif
( )
Keterangan:
= 1 jka ≤ 0,67γ
�
�
bo adalah lebar rata total dari elemen dengan pengaku (lihat Gambar
2.12(B))
Koefisien tekuk pelat (k) harus ditentukan dari yang terkecil antara
Rkd dan k10c, yang ditentukan sesuai dengan pasal berikut ini
Keterangan:
= 2 jika bo/d1< 1
ii. Kasus khusus: ‘n’ pengaku identik, dengan jarak yang sama
Perhitungan kapasitas
[ ]
Keterangan:
adalah koefisien
δ adalah koefisien
Gambar 2.12(B)
dari elemen.
Perhitungan defleksi
iii. Kasus umum pengaku dengan ukuran, lokasi dan jumlah yang
sembarang
Perhitungan kapasitas
∑
∑
( )
Keterangan:
Gambar 2.12(B))
adalah koefisien
breising.
Perhitungan defleksi
2.8.2.6. Lebar efektif elemen dengan pengaku tepi yang mengalami tekan
sebagai berikut:
tekuk lokal
(b) Bila b2/t > S/3, koefisien tekuk pelat (k) harus ditentukan sesuai
Keterangan:
b2 adalah lebar rata total dari elemen dengan pengaku tepi (lihat
Gambar 2.11 )
penuh bila momen inersia busur terhadap sumbu yang melalui titik
berat yang sejajar bidang dasarnya, tidak kurang dari momen inersia
selanjutnya.
memenuhi:
Keterangan:
Gaya aksial tekan desain (N*) harus memenuhi persamaan berikut ini:
tekan
Keterangan :
foc =nilai terkecil dari tegangan tekuk lentur, torsi, dan lentur-torsi elastis
= A0 + R (A - A0)
tekan tidak boleh melampaui 200, kecuali selama pelaksanaan lc/r boleh
torsi
Keterangan:
Untuk baja G550 dengan ketebalan kurang dari 0,9 mm, harus
Keterangan:
( )
sekrup, paku keling, clinching, paku lem struktural atau alat mekanis
diaplikasikan ke lapangan.
Keterangan:
untuk sekrup tunggal, atau satu baris sekrup tegak lurus gaya
Keterangan:
Sf adalah jarak sekrup tegak lurus garis gaya atau lebar lembaran pada
Keterangan:
= 0,5
(i) √( )
(ii)
(iii)
Keterangan:
sekrup
(i)
(ii)
Gaya geser desain (V*fv) yang dibatasi jarak ujung harus memenuhi:
Keterangan:
e adalah jarak yang diukur pada garis gaya dari pusat lubang standar
Keterangan:
Dimana dw adalah diameter kepala baut dan diameter ring yang lebih
besar, tetapi tidak lebih besar dari 12,5 mm. Untuk sekrup yang
kurang dari 8 mm. Ring harus memiliki ketebalan minimum 1,27 mm.
Kapasitas tarik nominal sekrup tidak boleh kurang dari 1,25 Nt.
cukup untuk ring sekrup tetapi tidak boleh kurang dari tiga kali
diameter sekrup nominal (df). Jarak pusat sekrup ke tepi semua bagian
METODE PENELITIAN
acuan. Data yang dikumpulkan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu;
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari lokasi perencanaan atau
b. Data Sekunder
Kedua jenis data diatas digunakan dalam perencanaan rangka atap pada
Tugas Akhir ini. Adapun data-data yang dikumpulkan, secara garis besar meliputi:
a. Data Material
aluminium foil, plafon, baja wf, gording, dll. Data-data tersebut dapat
dan ideologis, pertanyaan dan isu isu yang dihadapi. Metode Penelitian yang
digunakan dalam tugas akhir ini adalah studi literatur. Untuk memudahkan
langkah yang disusun seperti dalam diagran alir (Flow Chart) berikut:
PERUMUSAN MASALAH
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA
PENGOLAHAN DATA :
A. ANALISA STRUKTUR MANUAL
i. Pembebanan
ii. Perencanaan dimensi batang
iii. Perencanaan sambungan
B. DENGAN BANTUAN SOFTWARE (SAP 2000)
SELESAI
a. Perhitungan pembebanan
d. Perhitungan biaya
rangka atap baja ringan. Tahapan perhitungan dan rumus yang digunakan disini
i. Denah Atap
ii. Pembebanan
1. 1,4D
5. 1,2D
7. 0,9D
2000
Kontrol tekuk
( ⁄ )
Pada sayap
b = B – 2(R+t) (3.10)
b/t< 60
( )( )
( )
Rasio kelangsingan
Dimensi pengaku
( )
[ ]
( )√
√
( )
ringan.
Kapasitas geser
Syarat μ γ mm ≤df ≤ 7 mm
(i) √
(ii)
(iii)
i. Denah Atap
Mx.
1,4D
1,2D+1,6L+0,5(La atau H)
1,2D+1,3W+0,5L+0,5(La atau H)
1,2D+0,5L
0,9D+1,3W
0,9D-1,3W
(5.52)
(5.53)
sehingga:
dibawah ini:
1. 1,4D
5. 1,βD + L L
6. 0,9D ± 1,3W
2000
Kondisi leleh
Kondisi fraktur
Maka,
Kelangsingan penampang
( ⁄ )
Kelangsingan ideal
untuk maka
untuk � maka
untuk maka
Syarat:
= 0,75
( )
Direncanakan sebuah gedung yang luas atapnya 15m x 18m. Untuk baja
ringan direncanakan jarak antar kuda-kuda, yaitu 1,2m. Sedangkan untuk baja
dan SAP 2000. Model dibuat sesuai dengan desain data yang telah dibuat
a. Beban Mati
mati pada rangka atap baja ringan dapat ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.
1. Beban P1 = P11
= 3,459 kg
= 27 kg
= 7,199 kg
= 27 kg
Beban Mati
Input
kuda-
Buhul Atap reng plafond bracing Total SAP
kuda
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
(kg)
Beban hidup yang terjadi yaitu berat pekerja sebesar P=100 kg.
c. Beban Angin
α = ββ0.
= 2,59 kg
W1/2 = 1,29 kg
= - 25,9 kg
W2/2 = - 12,9 kg
d. Beban Hujan
H = 40 – 0,8 α
= 36,24 kg
H/2 = 18,12 kg
Dari hasil analisis SAP 2000 diperoleh gaya batang maksimum struktur
KOMBINASI
FRAME P MAX
COMB 11 COMB 12
1 2957,33 3084,36 3084,36
2 2698,94 2806,96 2806,96
3 2438,09 2527,1 2527,1
4 2404,85 2473,57 2473,57
5 2278,23 2327,18 2327,18
6 2104,22 2133,65 2133,65
7 2104,22 2133,65 2133,65
8 2297,24 2308,17 2308,17
9 2442,87 2435,55 2442,87
10 2495,12 2470,06 2495,12
11 2774,99 2730,92 2774,99
12 3052,38 2989,3 3052,38
13 -3294,65 -3223,75 -3294,65
14 -3299,88 -3223,23 -3299,88
15 -3005,93 -2944,04 -3005,93
16 -1700,33 -1658,68 -1700,33
17 -1649,21 -1620,93 -1649,21
18 -1497,37 -1483,02 -1497,37
19 -1479,73 -1500,67 -1500,67
20 -1616,81 -1653,33 -1653,33
11, dan 12. Untuk perencanaan diambil pada batang 1 dengan gaya aksial
Batang tarik 1
L = 125 cm
Syarat desain:
h = 75 mm
b = 35 mm
t = 0,7 mm
l = 5,5 mm
Ag = 107,24 mm2
Ix = 98828,1 mm4
Iy = 16619,5 mm4
ix = 30,4 mm
iy = 12,4mm
Batang tarik web terdiri dari batang nomor 30, 36, 37, 39, 40, 41,
42, 44, dan 45. Untuk perencanaan diambil batang dengan gaya aksial
Batang Tarik 40
L = 328 cm
h = 100 mm
b = 40 mm
t = 1 mm
l = 12 mm
Ag = 191 mm2
Ix = 292337,8mm4
Iy = 40844,5 mm4
ix = 39,1 mm
iy = 14,6 mm
(OK)
Batang tekan atas terdiri dari batang nomor 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
20, 21, 22, 23, dan 24. Untuk perencanaan diambil batang dengan gaya
Batang tekan 14 = 23
L = 135 cm
h = 100 mm
b = 40 mm
t = 1 mm
l = 12 mm
Ix = 292337,8 mm4
Iy = 40844,5 mm4
ix = 39,1 mm
iy = 14,6 mm
Kontrol tekuk
( ⁄ )
b = B – 2(R+t)
b = 36 mm
θ = 900
⁄ ⁄
[ ] [ ]
( )( )
( )( )
( )
( )
= 36
Data :
Dimensi pengaku
( )
⁄ ⁄
K1oc = 4(n+1)2
K1oc = 4(2+1)2 = 36
[ ]
[ ] [ ]
[ ]
( )√
√
√
√
( ) ( )
b = l – (R+t)
b = 12 – (1+1)
b = 10 mm
( )
( )
Batang tekan atas terdiri dari batang nomor 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32,
33, 34, 35, 38, dan 43. Untuk perencanaan diambil batang dengan gaya
Batang tekan 29
L = 253 cm
h = 100 mm
b = 40 mm
t = 1 mm
l = 12 mm
Ag = 191 mm2
Iy = 40844,5 mm4
ix = 39,1 mm
iy = 14,6 mm
Kontrol tekuk
( ⁄ )
b = B – 2(R+t)
b = 36 mm
θ = 900
⁄ ⁄
[ ] [ ]
( )( )
( )( )
( )
( )
= 36
Data :
Dimensi pengaku
( )
⁄ ⁄
K1oc = 4(n+1)2
K1oc = 4(2+1)2 = 36
[ ]
[ ] [ ]
[ ]
( )√
√
√
√
b = l – (R+t)
b = 12 – (1+1)
b = 10 mm
( )
( )
Batang Tekan 46
L = 750/6 = 125 cm
h = 75 mm
b = 35 mm
t = 0,75 mm
l = 5,5 mm
Ag = 114,75 mm2
Ix = 105583,8 mm4
Iy = 17717,48 mm4
ix = 30,3 mm
Kontrol tekuk
( ⁄ )
b = B – 2(R+t)
b = 40 – 2(0,75+0,75)
b = 32 mm
θ = 900
⁄ ⁄
[ ] [ ]
[ ]
( )
( )
( )
( )
( )
Dimensi pengaku
( )
⁄ ⁄
K1oc = 4(n+1)2
K1oc = 4(2+1)2 = 36
[ ]
[ ] [ ]
[ ]
( )√
√
( ) ( )
b = l – (R+t)
b = 5,5 – (0,75+0,75)
b = 4 mm
( )
( )
Panjang Berat
Nomor Frame Profil
(cm) (kg/m)
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
125 C 75.70 0,9
10 , 11 ,12
dlob = 4,8 mm
dw = 11 mm
a. Sambungan Buhul 1
= 4,8 mm
Pu1 = 3084,36 kg
Pu24 = 3294,65 kg
1. Kapasitas geser
t1 = 1 mm
t2 = 0,6 mm
Syarat μ γ mm ≤df ≤ 7 mm
t2/t1 = 0,6
(iv) √ √
(v)
(vi)
t1 = 1 mm
t2 = 0,7 mm
= 4,8 mm
Pu6 = 2133,65 kg
Pu7 = 2133,65 kg
Pu30= 37,92 kg
1. Kapasitas geser
t1 = 1 mm
t2 = 0,7 mm
Syarat μ γ mm ≤df ≤ 7 mm
t2/t1 = 0,7
(i) √ √
(ii)
86000 kg ≥ 1,β5 x kg
86000 kg ≥ 1λ6,γ5 kg
t1 = 1 mm
t2 = 1 mm
= 4,8 mm
Pu18 = 1497,37 kg
Pu19 = 1500,67 kg
Pu30 = 37,92 kg
Pu40 = 507,43 kg
Pu41 = 506,1 kg
1. Kapasitas geser
t1 = 1 mm
t2 = 1 mm
t2/t1 = 1
(i) √ √
(ii)
(iii)
Dipakai Vb = N = 506,096 kg
86000 kg ≥ 1,β5 x kg
df dw S1 n
Buhul Sambungan S (mm)
(mm) (mm) (mm) sekrup
1 1, 2, 25, 36 4,8 11 15 15 3
2 2, 3, 26, 27 4,8 11 15 15 3
3 3, 4, 27, 38 4,8 11 15 15 3
4 4, 5, 28, 39 4,8 11 15 15 3
5 5, 6, 29, 40 4,8 11 15 15 3
6 6, 7, 30 4,8 11 15 15 3
7 7, 8, 31, 41 4,8 11 15 15 3
8 8, 9, 31, 32 4,8 11 15 15 3
9 9, 10, 32, 33 4,8 11 15 15 3
10 10, 11, 33, 34 4,8 11 15 15 3
11 11, 12, 35, 45 4,8 11 15 15 3
12 12, 13 4,8 11 15 15 3
13 13, 14, 35 4,8 11 15 15 3
14 14, 15, 34, 45 4,8 11 15 15 3
15 15, 16, 33, 44, 46 4,8 11 15 15 3
16 16, 17, 32, 43 4,8 11 15 15 3
17 17, 18, 31, 42 4,8 11 15 15 3
18 18, 19, 30, 40, 41 4,8 11 15 15 3
19 19, 20, 29, 39 4,8 11 15 15 3
20 20, 21, 28, 38 4,8 11 15 15 3
SAP 2000. Model dibuat sesuai dengan desain data yang telah dibuat pada
BAB I. Model struktur yang akan dianalisis sama dengan rangka atap baja
4.2.2. Material
berikut:
penampangnya, yaitu:
a = 150 mm
b = 65 mm
c = 20 mm
t = 3,2 mm
q = 7,51 kg/m
Ix = 332 cm4
Iy = 53,8 cm4
Wx = 44,3 cm3
Wy = 12,2 cm3
W = c. g. a
Pada arah sumbu lemah dipasang track stang pada tengah bentang
Mx = 56,748 kg.m
My = 5,732 kg.m
Mx = 1/4 . P cos α . Lx
Mx = 139,078 kg.m
My = 1/4 . P sin α . Ly
My = 28,095 kg.m
Karena beban angin bekerja tegak lurus sumbu x sehingga hanya ada Mx.
Mx = 93,460 kg
My = 37,760 kg
Arah x Arah y
Kombinasi beban
(kgm) (kgm)
1. 1,4D
5. 1,βD ± 1,0E + L L
Keterangan:
D = beban mati
L = beban hidup
H = beban hujan
W = beban angin
E = beban gempa
1. Beban Mati
a. Beban atap
b. Beban gording
d. Beban plafond
e. Beban hanger
Beban mati dihitung pada setiap joint pada rangka atap seperti pada
gambar 4.13.
a. Beban P1 = P5
= ½ x (2,5+2,5+1,02+3,21) m x 30 kg/m
= 138,456 kg
= (1,2 m x 6 m) x 18 kg/m2
= 129,6 kg
b. Beban P6 = P12
= 32,04 kg
= ½ x (2,5+2,70) m x 30 kg/m
= 77,945 kg
= (1,2 m x 6 m) x 18 kg/m2
= 129,6 kg
c. Beban P7 = P11
= 32,04 kg
= ½ x (2,70+2,70+1,02) m x 30 kg/m
= 96,134 kg
Beban Mati
Input
kuda-
Buhul Atap gording plafond bracing Total SAP
kuda
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (Kg)
(kg)
1=5 138,456 129,6 13,846 281,902 282
2=4 164,223 129,6 16,422 310,245 310
3 120,450 129,6 12,045 262,095 262
6=12 32,04 55,62 77,945 129,6 7,794 302,999 303
7=11 32,04 55,62 96,134 9,613 193,407 193
8=10 32,04 55,62 159,401 15,940 263,001 263
9 32,04 55,62 244,185 24,419 356,264 356
2. Beban Hidup
Beban hidup yang terjadi yaitu berat pekerja sebesar P = 100 kg.
3. Beban Angin
Arah beban angin tegak lurus terhadap permukaan atap (batang tekan).
α = ββ0.
= 25,88 kg
W1/2 = 12,94 kg
= - 258,84 kg
W2/2 = - 129,42 kg
atap
4. Beban Hujan
H = 40 – 0,8 α
= 362,38 kg
H/2 = 181,19 kg
maksimum struktur rangka atap. Gaya –gaya ini akan menjadi acuan
4.2.6.1.Batang Tarik
Batang tarik terdiri dari batang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 15, 18, 19, 20, dan
Batang Tarik 1
L = 250 cm
berikut :
b = 40 mm
h = 40 mm
Ag = 3,08 cm2
ix = iy= 1,21 cm
(OK)
Kondisi leleh :
(OK)
4.2.6.2.Batang Tekan
Batang tekan terdiri 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, dan 17. Untuk
Batang Tekan 11
L =270 cm = 2700 mm
berikut:
b = 80 mm
h = 80 mm
t = 8 mm
Ag = 12,3 cm2
ex=ey= 22,6 mm
ix=iy = 2,42 cm
Flens
√ √
( ⁄ )
√ √
Kelangsingan ideal
√ √
untuk maka
untuk � maka
untuk maka
Karena
(OK)
⁄
( ⁄ )
√ √
baut sebagai alat sambung. Suatu baut yang memikul beban terfaktor, ,
Data-data:
Profil 2L 40.40.4
Nu = 7370,59 kg
Ag = 308 mm2
( )
Data-data :
Profil 2L 80.80.8
Nu = -9099,07 kg
Ag = 691 mm2
( )
4.3. Komparasi desain rangka atap baja ringan dengan rangka atap baja
konvensional
rangka atap.
Berikut ini merupakan tabulasi berat rangka utama dari kuda-kuda baja
ringan:
Berat
Berat Jumlah Berat
Nomor Jumlah kuda-
L (m) Profil profil kuda- Total
Frame batang kuda
(kg/m) kuda (kg)
(kg)
1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9, 1,25 12 C 75.70 0,9 13,5 16 216
10 , 11 ,12
13, 14, 15,
16, 17, 18,
1,35 12 C 100.100 1,5 24,3 16 388,8
19, 20, 21,
22, 23, 24
25 = 35 0,505 2 C 100.100 1,5 1,515 16 24,24
26 = 34 1,01 2 C 100.100 1,5 3,03 16 48,48
27 = 33 1,515 2 C 100.100 1,5 4,545 16 72,72
28 = 32 2,02 2 C 100.100 1,5 6,06 16 96,96
29 = 31 2,525 2 C 100.100 1,5 7,575 16 121,2
30 3,03 1 C 100.100 1,5 4,545 16 72,72
36 = 45 1,607 2 C 100.100 1,5 4,821 16 77,136
37 = 44 1,964 2 C 100.100 1,5 5,892 16 94,272
38 = 43 2,376 2 C 100.100 1,5 7,128 16 114,048
39 = 42 2,818 2 C 100.100 1,5 8,454 16 135,264
40 = 41 3,277 2 C 100.100 1,5 9,831 16 157,296
46 7,5 1 C 75.75 0,9 6,75 16 108
Rangka atap ini terdiri dari rangka utama dan pengaku (bracing) yang tidak dapat
diabaikan. Maka dapat dibuat tabulasi berat total dari keseluruhan bagian rangka
Tabel 4.9. Tabulasi berat total rangka atap baja ringan 16x18 m
Berat Total
Bagian Jumlah Berat (kg)
(kg)
Frame 16 107,946 1727,136
Reng 32.45 20 16,2 324
Diagonal web bracing 10 7,488 74,88
Bottom chord bracing 6 16,2 97,2
Lateral tie 4 16,2 64,8
Total 2288,016
Berat
Berat n Berat
Nomor L Jumlah kuda-
Profil profil kuda- Total
Frame (m) batang kuda
(kg/m) kuda (kg)
(kg)
1, 2, 3, 4,
2,5 6 2L 40.40.4 4,84 72,6 4 290,4
5, dan 6
7, 8, 9,
10, 11, 2,7 6 2L 80.80.8 19,32 312,984 4 1251,936
dan 12
Rangka atap ini terdiri dari bagian lain yang tidak dapat terpisahkan . Maka dapat
dibuat tabulasi berat total dari keseluruhan bagian rangka atap baja konvensional
adalah:
Dari kedua tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa perbandingan berat struktur
Jadi, berat dari suatu struktur atap baja konvensional sama dengan 1,997 kali dari
tabel 4.12 mengenai harga bahan dan upah pada pemasangan rangka atap
baja ringan.
Total
Harga
Kebutuhan Satuan L (m) Jumlah harga
(Rp)/m
(Rp)
C 75.75 m' 16500 7,5 16 1980000
C 75.70 m' 18400 14,4 16 4239360
C 100.100 m' 20000 58,464 16 18708480
Reng 32.45 m' 8200 18 20 2952000
Bahan Diagonal web
m' 8200 8,32 10 682240
bracing
Bottom chord
m' 8200 18 6 885600
bracing
Lateral tie m' 8200 18 4 590400
Total 30038080
Luas atap miring adalah 291,6 m2. Jadi upah pemasangannya adalah :
Pada umumnya, harga atap baja ringan dihitung berdasarkan luasan atap
miringnya.
tabel 4.13 mengenai harga bahan dan upah pada pemasangan rangka atap
baja ringan.
pemasangannya adalah :
Rangka atap
Rangka atap
Perbandingan Satuan baja Rasio
baja ringan
konvensional
Berat Kg 2288,016 4568,355 1 : 1,997
Harga bahan Rp 30038100 47939300 1 : 1,596
Upah Rp 7290000 26827200 1 : 3,68
Total Harga Rp 37328100 74766500 1 : 2,003
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis teori dan perhitungan antara rangka atap baja ringan dan
1. Hasil desain struktur rangka atap baja ringan menggunakan C75.70 pada
bottom chord, C75.75 pada batang horizontal web, dan C 100.100 pada
3. Rangka atap baja ringan lebih ekonomis daripada rangka atap baja
konvensional.
5.2. Saran
Adapun saran penulis sehubungan dengan judul tugas akhir ini, yaitu:
mahasiswa/i.
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Struktur Baja Canai Dingin (SNI 7971:2013).
Jakarta: BSN
Type-T Terhadap Beban Siklik Pada Rumah Sederhana Tahan Gempa, Tesis
Nugroho, F. (2014). Baja Ringan Sebagai Salah Satu Alternatif Pengganti Kayu
Prastyawan, Irfan Yoga. 2014. Studi Eksperimental Terhadap Unjuk Kerja Kuda-
Kuda Baja Ringan Profil C dengan Ketebalan 0,75 mm. Jurnal Teknik Sipil
UNTAN Volume 1, No 1.
Jakarta: ERLANGGA.
Sucipta, Andry., Saggaff, Anis., & Muliawan, Sutanto. 2013. Analisa Pola
Wildensyah, Iden. 2010. Rangka Atap Baja Ringan untuk Semua. Bandung:
ALFABETA.