Anda di halaman 1dari 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

KEBIDANAN
PUSKESMAS MANAJEMEN AKTIF KALA III
:
No Dokumen : No Halaman
Revisi :
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
PROSEDUR Kepala Dinas Kesehatan
TETAP Kabupaten TTS

Dr. Hosianni In Rantau.M.Kes


NIP.19620106 198812 2 002
PENGERTIAN Suatu Tindakan yang sistimatis untuk mengeluarkan placenta dari
cavum uteri.
Tujuan Untuk mencegah terjadinya Perdarahan pada kala III
Kebijakan  UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 5 (ayat 2):
Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh Pel.Kes yg
aman, bermutu dan terjangkau
Pasal 24 (ayat 1):
Tenaga kes. Sebagaimana yg dimaksud dlm pasal 23 HARUS
memenuhi ketentuan kode etik, standar Profesi, standar
pelayanan, SOP
 Kepmenkes. No.128 Thn 2004 Tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas
 Kepmenkes. No 836 Tahun 2005 Tentang Pedoman
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
 UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
Pasal 15 (poin a & f):
a. Penyelenggara berkewajiban untuk menyusun Standar
Pelayanan

f. Melaksanakan pelayanan sesuai dgn Standar Pelayanan


Pasal 20 (ayat 1 & 3):
1. Penyelenggara berkewajiban menyusun dan
menetapkan Standar Pelayanan dgn memperhatikan
kemampuan penyelenggara, kebutuhan masyarakat dan
kondisi lingkungan
3. Penyelenggara berkewajiban menerapkan standar
pelayanan sebagaimana yg dimaksud pada ayat (1).
 Peraturan Gubernur NTT Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Revolusi Kesehatan
 Instruksi Bupati Timor Tengah Selatan Nomor
Bap.025.1/III/237/06/2010 tentang Pelaksanaan Revolusi KIA
dalam rangka percepatan penurunan angka kematian dan
angka kematian Bayi di Kabupaten TTS

Kebijakan I. PETUGAS
1
 Sikap
 Pengetahuan
 Ketrampilan
II. III. ALAT.
 Lampu
 Partus Zet
 Kapas cebok
 Tempat placenta
 Alat pelindung diri lengkap
 Underpad
 Kain 2 buah
 Handuk 2 buah
 Celana dalam dan pembalut
 Baju ibu
 Waskom berisi larutan klorin 0,5 %
 Obat obatan : oxytocin injeksi, metergin injeksi, Vitamin K
Neo iNjeksi,
 Disposible 3 ml
 Sarung tangan pada tempatnya
 Kapas DTT dalam tempatnya
 Ember,baskom plastik berisi larutan klorin 0,5%
 Tempat sampah medis
 Tempat sampah non medis
 Korentang dalam tempatnya
 Register Kohort , buku KIA dan kartu ibu, partograf.
 Alat tulis
III. TEMPAT PEMERIKSAAN
Lingkungan ruangan yang Bersih dan nyaman
IV.PASIEN
 Pasien dalam keadaan nyaman

Prosedur 1. Memberitahu ibu dan keluarga tindakan yang akan


dilakukan selanjutnya
2. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10
cm dari vulva.

3. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi


atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan
tali pusat.

4. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah


bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah
belakang-atas (dorso-kranial) secara hati hati(untuk
mencegah inversion uteri).Jika placenta tidak lahir setelah
30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
Jika uterus tidak berkontraksi minta ibu, suami atau anggota
kelurga untuk melakukan stimulasi putting susu.

2
5. Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
placenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
kea rah atas, mengikuti poros jalan lahir.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan placenta.
Jika placenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat :
- Beri dosis ulangan oxytocin 10 unit im
- Melakukan katerisasi bila kandung kencing penuh
- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
- Mengulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
- Segera rujuk jika placenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir
- Bila terjadi perdarahan lakukan manual placenta.
\ 6. Saat placenta sudah didepan introitus vagina melahirkan
placenta dengan kedua tangan.pegang dan putar placenta
hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan placenta pada tempatnya.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari jari tangan atau klem steril untuk mengeluarkan
bagian selaput yang tertinggal.
7. Melaklukan masase uterus segera setelah placenta dan
selaput ketuban lahir, dengan cara meletakkan telapak
tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar secara lembut sampai uterus berkontaksi (fundus
teraba keras).
8. Melakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan masase.
9. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi
dan memastikan ketuban lengkap dan utuh
10. Memberitahukan ibu bahwa tindakan sudah selesai.
11. Melakukan evaluasi perdarahan, kontraksi dan tanda tanda
vital
12. Membereskan alat, merendam dalam larutan klorin 0,5 %
selama 10 menit.
Unit Terkait 1. Ruangan nifas
2. Apotik
Sumber 1. Depkes RI, 2008, Asuhan Persalinan Normal
2. JNPKKR, 2008,Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
dasar.
3. Sarwono Prawiroharjo,2010, Ilmu Kebidanan
4. Helen Varney,2008, Buku ajar Asuhan kebidanan
5. Myles, 2011, Buku ajar Bidan
6. Carry Cuningham dkk, edisi 21 2012, William Obstetri
7. FK Unud/RS sanglah Dempasar, 2011,Prosedur Tetap

3
Obstetri dan Ginekologi.
8. Moktar Ruslan,1998 Sinopsis Obstetri.
9. Ai Yeyeh Rukiyah,SST,dkk, Asuhan Kebidanan IV

Anda mungkin juga menyukai