Anda di halaman 1dari 25

BAB III.

HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi dan Populasi


Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta kesehatan gigi dan
mulut yang dilaksanakan pada tanggal 21-23 Juli 2022 di Kampung Jetisharjo,
Cokrodiningratan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Survei
tersebut dilakukan pada 5 Kepala Keluarga.

B. Data Umum
1. Data Geografi
Kecamatan Jetis merupakan kecamatan yang terletak di tengah
Kota Yogyakarta. Kecamatan Jetis memiliki topografi berupa tanah datar
dan daerah perkotaan. Kecamatan Jetis terdiri dari 3 Kelurahan
(Kelurahan Bumijo, Gowongan dan Cokrodiningratan) dengan 37 RW dan
168 RT. Kondisi geografis Kelurahan Gowongan adalah pemukiman
padat penduduk, pekarangan, perkantoran, pasar. Daerah ini memiliki
curah hujan 200mm dan suhu rata-rata 33o C. Batas wilayah Kecamatan
Jetis adalah sebagai berikut :
1. Utara : Kecamatan Tegalrejo
2. Selatan :Kecamatan Gedongtengan, Kecamatan Danurejan
3. Timur : Kecamatan Gondokusuman
4. Barat : Kecamatan Tegalrejo

Tabel. Data Luas Wilayah Kelurahan di Kecamatan Jetis


Desa Luas Wilayah (km2)

Bumijo 0,58
Gowongan 0,46
Cokrodiningratan 0,663
2. Data Demografi Penduduk

Tabel . Data Demografi Penduduk Masing-Masing


Kelurahan di Kecamatan Jetis
Desa Laki-laki Perempuan KK
Bumijo 5.014 5.315 3.484
Gowongan 3.854 4.078 2.714
Cokrodiningratan 4.275 4.596 2.982

3. Kondisi Sosial Ekonomi


Data kondisi sosial ekonomi Kecamatan Jetis dijabarkan sebagai
berikut:
a. Sarana pendidikan
Tabel. Data Sarana Pendidikan di Kecamatan Jetis
Kelurahan SLB TK/RA SD SMP SMA/SMK PT
Bumijo 0 6 5 3 1 2
Gowongan 0 3 2 1 1 0
Cokrodiningratan 0 8 9 3 6 2

b. Perkumpulan olahraga
Tabel 12. Data Perkumpulan Olahraga di Kecamatan Jetis
Kelurahan Sepak Bola Tenis Tenis Bulu Belad
Bola Volley Lapangan Meja
tangkis iri
Bumijo 4 6 2 6 4 2
Gowongan 0 3 0 2 5 0
Cokrodiningratan 1 7 1 7 7 0
c. Sarana prasarana
Tabel 13. Data Sarana Perekonomian di Kecamatan Jetis
Kelurahan
Jenis
Bumijo Gowongan Cokrodiningratan
Kelompok pertokoan 3 2 2
Pasar 1 1 0
Minimarket/swalayan 0 1 5
Toko/warung kelontong 168 110 98
Restoran/rumah makan 6 4 6
Warung/kedai makanan 186 249 203
Hotel 4 12 9
Losmen/wisma 7 2 11

d. Sarana kesehatan
Tabel 14. Data Perkumpulan Olahraga di Kecamatan Jetis
Poliklinik Pos
Kelurahan Puskes / Balai Dokter Apote Posyandu Pelayana
mas pengobat Praktek k
an n KB
Bumijo 1 3 7 1 14 13
Gowongan 0 1 12 5 13 13
Cokrodiningrata 0 1 7 1 11 10
n

C. Data Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Survei PHBS yang dilakukan di Kampung Jetisharjo, Cokrodiningratan, Jetis,
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Survei tersebut dilakukan pada 5
Kepala Keluarga.
Tabel . Rekapitulasi Identitas Data Responden di Kampung Jetisharjo, Kelurahan
Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
No Nama Jenis Kelamin Usia KK Pendidikan Pekerjaan
1 Sutaryo l 62 KK SMP Petani
2 Purwoko l 32 SMA Petani
3 Widiyantoro l 29 SMA Pegawai swasta

4 Supardi L 52 KK SMA Pegawai swasta

5 Suyatmi P 60 SD IRT
6 Heri Novianto L 26 SMP Buruh
7 Retno Jumilah P 61 SMA t
8 Retno Budiati P 37 KK SMA Wiraswasta
9 Anas Yunus L 29 SMA Wiraswasta
10 Joko Mulyono L 46 KK t Petani
11 M. Samsudin L 56 KK SD Petani
12 Muryanti p 55 SD IRT
13 Wahyudi l 21 SMA Buruh
Keterangan :
t : Tidak bekerja
IRT : Ibu Rumah Tangga

Tabel 16. Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Kampung
Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Jenis Kelamin
Usia Jumlah
Laki-laki Perempuan
(Tahun)
n % n % n %
0-6 0 0.00 0 0,00 0 0,00
6 - 15 0 0,00 0 0,00 0 0,00
16 – 45 5 38,46 1 7,69 6 46,15
46 – 60 3 23,08 2 15,38 5 38,46
> 60 1 7.69 1 7,69 2 15,38
Jumlah 9 50,94 4 30,77 13 100,00
Keterangan
n : jumlah penduduk
% : persentase
Berdasarkan Tabel, responden berjumlah 13 orang yang terdiri dari 9 laki-laki
(50,94%) dan 4 orang perempuan (30,77). Berdasarkan usia, jumlah responden
terbanyak berada pada rentang usia 16-45tahun yaitu sebanyak 6 orang (46,15%)
yang terdiri dari 5 laki-laki (38,46%) dan 1 perempuan (7,69%), dan responden yang
paling sedikit pada rentang usia 0-6 tahun (0,00%).

Tabel 17. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kampung


Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Pendidikan Frekuensi %
Tidak Sekolah (t) 1 7,69
TK 0 0,00
SD 3 23.08
SMP 2 15,38
SMA 7 53,85
Perguruan Tinggi (PT) 0 0,00
Jumlah 13 100.00

Berdasarkan Tabel. responden sebagian besar menempuh jenjang pendidikan


formal dengan komposisi jenjang pendidikan terakhir yang terbanyak adalah SMA
sebanyak 7 orang (53,85%), SD sebanyak 3 orang (23,08%), SMP sebanyak 2 orang
(15,38%). Terdapat 1 orang responden (7,69%) yang tidak bersekolah.

Tabel 18. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kampung Jetisharjo,


Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Pendidikan Frekuensi %
Buruh 2 15,38
Petani 4 30,77
PNS 0 0,00
Wiraswasta 2 15,38
Pegawai Swasta 2 15,38
Pelajar 0 0,00
Tidak bekerja 1 7,69
Ibu Rumah Tangga 2 15,38
Pensiunan 0 0,00
Jumlah 13 100,00

Berdasarkan Tabel. jenis pekerjaan responden dengan komposisi terbesar


adalah petani sebanyak 4 orang (30,77%), buruh, wiraswasta, pegawai swasta dan ibu
rumah rangga memiliki presentase yang sama masing-masing 2 orang (15,38%), tidak
bekerja sebanyak 1 orang (7,69%), sedangkan tidak terdapat responden yang bekerja
sabagai PNS dan pensiunan.

Tabel 19. Distribusi Epidemiologi Responden Keluarga di Kampung Jetisharjo,


Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta dalam satu tahun terakhir

Kasus Frekuensi %

Kesakitan (Morbiditas) 1 20,00


Kematian (Mortalitas) 1 20,00
Tidak ada kasus 3 60,00
Jumlah 5 100

Berdasarkan Tabel. data epidemiologi dalam satu tahun terakhir di mpung


Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta menunjukkan adanya kasus kesakitan dan kematian 1 keluarga,
dan terdapat 3 keluarga yang tidak terdapat kasus kesakitan maupun kematian.

Tabel 20. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan Indikator Perilaku
Sehat di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Ya Tidak Jumlah
No Indikator
n % n % n %
1 Tidak merokok di dalam rumah 3 60 2 40 5 100
2 Konsumsi garam beryodium 4 80 1 20 5 100
3 Konsumsi buah dan sayur 4 80 1 20 5 100
4 Asuransi kesehatan 3 60 2 40 5 100
5 Cuci tangan dengan sabun 5 100 0 0 5 100
6 Sikat gigi sebelum tidur 3 60 2 40 5 100
7 Melakukan aktivitas fisik 5 100 0 0 5 100
8 Berobat ke sarana pelayanan
kesehatan 4 85 1 20 5 100
Keterangan :
n : jumlah ; % : persentase
Tabel. menunjukkan hasil survei PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan
indikator perilaku sehat keluarga dari 5 keluarga yang dikunjungi dan mengisi
kuesioner. Berikut penjabaran setiap indikator dari data yang berhasil diperoleh:
1. Tidak merokok di dalam rumah
Responden yang mengisi kuesioner sebagian besar tidak merokok
di dalam rumah yaitu sebanyak 3 (60%), sedangkan sisanya (40%) masih
merokok di dalam rumah. Perilaku merokok merupakan salah satu yang
merugikan untuk orang lain maupun diri sendiri, karena rokok
mengandung nikotin dan karbonmonoksida yang dapat memacu kerja
susunan saraf pusat dan simpatis sehingga meningkatkan tekanan darah
dan detak jantung. Merokok dapat menimbulkan dampak negative bagi
perokok pasif (Komasari,2000). Perokok pasif merupakan orang yang
tidak merokok namun terpapar asap rokok dari perokok aktif, bahkan
sangat berisiko tinggi untuk mengalami permasalahan pada paru-paru
seperti batuk, rhinitis alergi, bronkitis kronis, bagi ibu hamil rokok dapat
menyebabkan kelahiran yang premature, berat badan bayi rendah,
mortalitas prenatalm dan meningkatkan kemungkinan bayi lahir cacat
(Naeem Z, 2015). Asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif memiliki
kandungan yang sama dengan asap yang dihirup oleh perokok aktif
(Manurug dkk., 2020). Berdasarkan hasil survei mendandakan pentingnya
untuk memberikan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat Kampung
Jetis, mengenai bahawa merokok terutama ketika berada di dalam rumah.
2. Konsumsi garam beryodium dan makanan bergaram
Responden yang mengisi kuesioner sebagian besar mengkonsumsi
garam beryodium (80%), sedangkan sisanya (20%) tidak mengkomsumsi
garam beryodium. Yodium bermanfaat dalam mendukung pertumbuhan
dan perkembangan normal anak, membentuk kecerdasan manusia,
menjaga kesehatan kulit dan rambut, serta mencegah Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) (Siswono, 2011). Gangguan akibat
kurangnya yodium tidak hanya berakibat pada pembesaran kelenjar tiroid
tapi juga akan menyebabkan gangguan dan kelainan pada bayi yang
dikandung ibu hamil (Rachmawati dan Nurafifah, 2014).
3. Konsumsi buah dan sayur
Reponden yang mengisi kuesioner sebagian besar mengkonsumsi
buah dan sayur (80%), sedangkan sisanya (20%) tidak mengkonsumsi
buah dan sayur secara rutin. Buah dan sayur penting untuk pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan tubuh. Vitamin dan mineral yang
terkandung dalam buah dan sayuran berfungsi sebagai antioksidan untuk
menangkal senyawa-senyawa hasil oksidasi, radikal bebas dimana dapat
menurunkan kondisi kesehatan tubuh (Astuti, dkk 2019; Sagita dkk.,
2020).
4. Asuransi kesehatan
Responden yang mengisi kuesioner sebagian besar memiliki asuransi
kesehatan (60%) sedangakn sisanya (20%) tidak memiliki asuransi
kesehatan. Pemerintah pusat melalui Badan Penyelenggara Jaminal Sosial
(BPJS) mengadakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yaitu
pelayanann kesehatan yang komprehensif termasuk pelayanan
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, serta pemulihan
termasuk obat dan bahan medis (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan, 2020).
5. Cuci tangan dengan sabun
Responden yang mengisi kuesioner telah melakukan cuci tangan
dengan menggunakan sabun. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh
servei telah paham akan upaya pencegahan penularan penyakit dan
peningkatan status kesehatan masyarakat. Tangan manusia seringkali
menjadi agen pembawa kuman dan menyebabkan kuman tersebut menjadi
penyakit (Mustikawati, 2017). Kehiatan mencuci tangan dilakukan pada
saat sebelum mneyiapkan makanan, sebelum dan sesuah makan, setelah
BAK dan BAB, setelah membuang sampah (Risnawaty, 2016).
6. Sikat gigi sebelum tidur
Responden yang mengisi kuesioner menyikat gigi pada malam hari
sebelum tidur sebanyak (60%) sedangkan sisanya (40%) tidak menyikat
gigi pada malam hari sebelum tidur. Menyikat gigi adalah cara mekanis
untuk menghilangkan plak pada gigi karena merupakan salah satu faktor
penyebab gigi berlubang. Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat
pada permukaan gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Frekuensi
membersihkan gigi dan mulut merupakan perilaku yang dapat
mempengaruhi baik dan buruknya kebersihan rongga mulut. Pentingnya
menyikat gigi pada malam hari sebelum tidur suopaya membersihkan gigi
dari sisa makanan sehingga menghambat pertumbuhan plak dan mencegah
terjadinya karies pada gigi (Imran dan Niakurniawati, 2018).
7. Melakukan aktivitas fisik
Responden yang mengusi kuesiobner seluruhnya telah melakukan
aktivitas fisik secara rutin. Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh
oleh otot-otot yang memerlukan energi, aktivitas fisik dapat berupa jalan
kaki, naik turun tangga. Jika aktivitas fisik dilakukan secara teratur maka
dapat mencegah penyakit jantung, stroke, osteoporosis, hipertensi dan
diabetes serta dapat menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan bugar
(Permenkes, 2007).
8. Berobat ke sarana pelayanan kesehatan
Responden yang mengisi kuesioner jika berobat ke sarana
pelayanan kesehatan sebanyak (80%) sedangkan sisanya (20%) belum
melakukan pengobatan ke sarana pelayanan kesehatan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar telah memahami manfaat fasilitas
kesehatan setempat.pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
ketersediaan layanan kesehatan, jarak dan waktu tempuh, kondisi
pelayanan kesehatan, seperti jenis pelayanan, tenaga kesehatan yang
tersedia, status sosial ekonomi masyarakat dan tingkat pendidikan, serta
sikap dan pengetahuan tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
(Tangkilisan dkk., 2015; Hermawan dkk., 2013).
Tabel 21. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan Indikator KIA/KB di
Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Ya Tidak Jumlah
No Indikator
n % n % n %
1 Persalinan oleh tenaga kesehatan 5 100 0 0 5 100
2 Memeriksakan kehamilan ke tenaga
kesehatan 5 100 0 0 5 100
3 Pasangan Usia Subur (PUS)
mengikuti program Keluarga 4 80 1 20 5 100
Berencana
4 ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan 5 100 0 0 5 100
5 Imunisasi dasar lengkap bayi sesuai
program 5 100 0 0 5 100
6 Penimbangan bayi dan balita secara
teratur 5 100 0 0 5 100
Keterangan :
n : jumlah
% : persentase

Tabel tersebut menrupakan hasil survei terpadu mengenai PHBS untuk 5


Kepala Keluarga dengan 8 pernyataan indikator KIA-KB dengan penjabaran sebagai
berikut :
1. Persalinan oleh tenaga kesehatan
Pada tabel menunjukkan bahwa seluruh responden survei berupa ibu
hamil telah melakukan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh responden telah memahami dan memiliki
pengetahuan bahwa tindakan persalinan merupakan tindahan medis yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti bidan dan dokter. Proses
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakasanakan di fasilitas
pelayanan kesehatan menggunakan peralatan yang steril sehingga dapat
mencegah terjadinya infeksi (Aryastami dan Tarigan, 2012).
2. Memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan
Pada tabel menunjukkan bahwa seluruh responden survei berupa ibu
hamil telah memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan. Pemeriksaan
awal yang dapat dilakukan di Puskesmas adalah Ante Natal Care (ANC)
terpadu (Aryastami & Tarigan, 2012). Hal ini merupakan upaya untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke fasilitas kesehatan sangat
penting untuk memonitor kondisi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya
malalui pemeriksaan, konsultasi, penyuluhan dan pemberian terapi, termasuk
tablet besi, sehingga pada saat persalinan nanti baik ibu dan bayinya akan
sehat dan selamat.
3. Pasangan Usia Subur (PUS) mengikuti program Keluarga Berencana
Pada tabel menunjukakan bahwa sebagian besar (80%) responden
menjawab “Ya” untuk pertanyaan keterlibatan PUS di dalam program KB,
sedangkan (20%) responden menjawab “Tidak”. Hal terseut menunjukkan
bahwa sebagian besar responden telah memahami tentang penggunaan alat
kkontrasepsi untuk merencanakan kehamilan namun masih terdapat
masyarakat yang belum paham mengenai penggunaan alat tersebut. Program
KB bertujuan untuk menurunkan angka kematian maternal, menghindari
kehamilan yang tidak di inginkan.
4. ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
Tabel menunjukkan bahwa seluruh responden telah memberikan ASI
eksklusif pada bayu usia 0-6 bulan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
masyarakat telah memahami mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif
bagi bayi berusia 0-6 bulan. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 33
Tahun 2012 tentang. Menurut Kemenkes RI (2018) pemberian ASI eksklusif
kepada bayi berusia 0-6 bulan dapat menurunkan risiko kematian serta
kesakitan bayi.
5. Imunisasi dasar lengkap bayi sesuai program
Tabel menunjukkan bahwa seluruh reponden relah melakukan
vaksinasi kepada bayinya lengkap sesuai dengan program. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh masyarakat telah memahami mengenai
pentingnya melakukan imunisasi secara lengkap pada bayi. Imunisasi
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I), seperti tuberkolosis,
diferi, pertussis, campak, polio, tetanus, hepatitis-B (Utviaputri, 2018).
6. Penimbangan bayi dan balita secara teratur
Tabel menunjukkan bahwa seluruh responden melakukan
penimbangan bayi dan balita secara teratur bagi bayi dan balita. Hal tersebut
menunjukkan bahwa seluruh responden telah memahami pentingnya
melakukan penimbangan bayi dan balita secara rutin untuk memantau tumbuh
kembang anak. Penimbangan balita dilakukan mulai umur 1 bulan sampai 5
tahun di Posyandu. Kegigiatan rutin Posyandu adalah penimbangan berat
badan bayi dan balita untuk memantau tumbuh kembang balita melalui KMS
(Kartu Masyarakat Sehat).

Tabel 22. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan Indikator Kesehatan
Lingkungan di Kampung Jetisharjo, Kelurahan
Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Ya Tidak Jumlah
No Indikator
n % n % n %
1 Jamban sehat 5 100 0 0 5 100
2 Sarana air bersih 4 80 1 20 5 100
3 Tempat sampah sehat 3 60 2 40 5 100
4 Tanaman obat keluarga (TOGA) 1 20 4 80 5 100
5 Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 4 80 1 20 5 100
6 Lantai bukan dari tanah 5 100 0 0 5 100
Keterangan :
n : jumlah
% : persentase

Tabel tersebut menunjukkan menganai hasil survei yang didapatkan dengan


menggunakan indikator PHBS kesehatan lingkungan tatanan rumah tangga, hasil
survei dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Jamban sehat
Pada tabel menunjukkan bahwa seluruh anggota keluarga responden
survei telah menggunakan jamban yang sehat. Jamban sehat merupakan
ruangan untuk memfasilitasi pembuangan kotoran yang dilengkapi dengan
unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Keberadaan
jamban sehat efektif untuk memutus rantai penularan penyakit bersumber air,
seperti diare, kolera, disentri, tifus, polio.
2. Sarana air bersih
Pada tabel menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) telah
menggunakan sarana air bersih, namun terdapat (20%) yang belum
menggunakan sarana air bersih. Air bersih dapat bersumber dari air sumur
maupun PDAM. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat memiliki
kesadaran tinggi untuk menggunakan sarana air berish di kehidupan sehari-
hari. Air sumur lebih berisiko terkontaminasi bakteri E coli, kontaminasi
septic tank, dan logam besi (Morintoh, 2015). Manfaat dari tersedianya sarana
air bersih adalah dapat berkurang penyakit yang disebabkan oleh penggunaan
air yang tidak memenuhi standar kesehatan (Manurug dkk., 2021).
3. Tempat sampah sehat
Pada tabel menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) telah
menggunakan tempat sampah sehat, namun terdapat (40%) yang belum
menggunaka tempat sampah sehat. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempah sampah sudah
cukup baik. Membuang sampah pada tempatnya sangat oenting untuk
memenuhi syarat kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomer
3 Tahun 2014 mengenai sanitasi total berbasis masyarakat, pengolahan
sampah dirumah tangga telah mengedepankan prinsip 3R yaitu reduce
(mengurangi), reuse (memakai ulang) dan recyle (mendaur ulang). Sampah
harus dilakukan pemisahan sesuai dengan jenis, jumlah.
4. Tanaman obat keluarga (TOGA)
Pada tabel menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) tidak menanam
tanaman obat keluarga (TOGA), hanya (20%) yang menanam TOGA di
rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyawakat bekum
menyadari pentingnya TOGA. TOGA memiliki berbagai manfaat seperti
meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah penyakit dan risiko kesadaran
tertentu, sebagai upaya pertolongan pertama dalam mengatasi keluhan
kesehatan yang ringan (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Penggunaan obat
secara tradisional semakin disukai karena efek samping yang rendah (Karo-
Karo, 2010).

5. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)


Pada tabel menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) telah memahami
menganai pemberantasan sarang nyamuk, namun terdpaat (20%) yang belum
memahami mengenai pemberantasan sarang nyamuk. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagain besar masyarakat telah memahami mengenai pemberantasan
sarang nyamuk. Pemberantasan jentik nyamuk dilakukan dengan metode 3M
plus yaitu menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti
bak mandi dan lain sebagainyam menutup rapat-rapat tempat penampungan
air, mengubur atau menyingkirkan barang-barang berkas yang dapat
menampung air (Departemen Kesehatan RI, 2007).
6. Lantai bukan dari tanah
Pada tabel menunjukkan bahwa seluruh masyarakat memiliki rumah
dengan lantai yang bukan dari tanah. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
telah memenuhi standar yaitu terbuat dari plester, ubin, semen, perselen atau
keramik (kedap air) (Adliyani dkk., 2017). Jenis lantai yang berasal dari tanah
akan memiliki faktor risiki penyebab tuberculosis paru serta penyakit ISPA
karena lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban sehingga
mempermudah adanya penularan penyakit respirasi.

Tabel 23. Rekapitulasi Capaian Indikator PHBS Tatanan Keluarga di Kampung


Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022

No Nama KK Jawaban “Ya” Klasifikasi Pita PHBS


1 Sutaryo 20 Sehat IV Biru
2 Supardi 18 Sehat IV Biru
3 Retno Jumilah 16 Sehat III Hijau
4 Joko Mulyono 11 Sehat III Hijau
5 M. Samsudin 17 Sehat IV Biru
Keterangan:
KK : Kepala Keluarga
Sehat I : Jumlah jawaban Ya 1-2, peta PHBS merah
Sehat II : Jumlah jawaban Ya 3-9, peta PHBS kuning
Sehat III : Jumlah jawaban Ya 10-16, peta PHBS hijau
Sehat IV : Jumlah jawaban Ya 17-20, peta PHBS biru

Tabel 24. Rekapitulasi Strata PHBS Responden di Kampung Jetisharjo, Kelurahan


Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022

No Klasifikasi n %
1 Sehat III 2 40
2 Sehat IV 3 60
Jumlah 5 100

Berdasarkan tabel. klasifikasi PHBS Tatatanan Keluarga di Kampung


Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta sebanyak
60% responden termasuk ke dalam klasifikasi Sehat IV dengan peta warna biru.
Sedangkan sebanyak 40% responden termasuk ke dalam klasifikasi Sehat III dengan
peta warna hijau.

D. Data Survei Kesehatan Gigi dan Mulut


Survei kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan di Kampung Jetisharjo,
Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, dilakukan
pada anggota keluarga dengan usia minimal 6 tahun dan pengisian kuesioner
kesehatan gigi dan mulut dilakukan pada keluarga yang berusia minimal 15
tahun. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri dari prevalensi karies gigi, status
karies gigi (dmf-t/DMF-T), status kesehatangingiva, status poket periodontal,
status kehilangan perlekatan (loss of attachment), fluorosis email,eros igigi,
lesi mukosa oral, penggunaan gigi tiruan, dan kebutuhan perawatan. Hasil
pemeriksaan tersebut dituliskan pada formulir pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dengan berpedoman pada WHO Oral Health Assessment
Form tahun 2013 yang telah dimodifikasi.

Tabel 25. Distribusi Status Karies Gigi berdasarkan Kelompok Usia Responden di
Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Indeks DMF-T
Kelompok Jumlah pada Gigi
Umur orang Permanen Rerata
(tahun) D M F Jumlah
DMFT
6-15 0 0 0 0 0 0,00
16-45 6 36 2 0 38 6,33
46-60 5 26 8 0 36 7,20
>60 2 27 8 0 35 17,50
Jumlah 13 91 18 0 109 8,38
Keterangan :
n : jumlah
d/D : decay
m/M : missing
f/F : filling
Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa seluruh responden sudah tidak
memiliki gigi sulung, sehingga gigi yang dapat diperiksa hanya gigi tetap saja dan
status kariesnya. Menurut tabel menunjukkan bahwa rerata DMF-T dari seluruh
rentang usia responden adalah 8,38 yang dapat diartikan bahwa setiap sampe yang
diperiksa memiliki 8 hingga 9 gigi permanen yang mengalami kerusakan karena
karies, pernah karies atau pernah karies namun sudah dilakukan perawatan. Hasil
pemeriksaan DMF-T menunjukkan bahwa masyarakat memiliki tingkat keparahan
karies yang sangat tinggi, menurut Tambuwun dkk, (2014) bahwa kurangnya
pengetahuan serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi
dan mulut merupakan penyebab peningkatan keparahan karies dimasyarakat. Status
kaeris gigi dapat dinilai dengan menggunakan indeks DMF-T (Decayed Missing
Filled-Teeth) yang dilakukan pada gigi permanen, berdasarkan WHO, tingkat
keparahan karies gigi berdasarkan DMF-T dapat dikategorikan menjadi : sangat
rendah (<1,2) ; rendah (1,2-2,6); moderate (2,7 – 4,4) ; tinggi (4,5-6,5); sangat tinggi
(>6,5).

Tabel 26. Distribusi Status Kesehatan Gingiva berdasarkan Kelompok Usia


Responden di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan
Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Kelompok Umur (tahun)
16-45 46-60 >60 Jumlah
N n= 6 n= 5 n= 2 n= 13
Jenis
o Jum Jum Jum Jumla
% % % %
-lah -lah -lah h
1 Sehat 1 16,67 1 20,00 0 0 2 15,38
Sedan
2 2 33,33 3 60,00 0 0 5 38,46
g
100,
3 Berat 3 50,00 1 20,00 2 6 46,15
0
100,0 100,0 100,0
Jumlah 6 5 2 2 13
0 0 0
Keterangan:
n : jumlah orang
% : persentase
Berdasarkan tabel, menunjukkkan sebanyak 46,15% responden memiliki
status gingiva berat dengan status gingiva terdapat pada (4-6 segmen), sebanyak
38,46% memiliki status gingivitis sedang, sebanyak 15,38% memiliki status gingiva
yang sehat.
Pemeriksaan status kesehatan gingiva dilakukan dengan cara probing pada
sulkus gingiva dengan melihat ada atau tidaknya perdarahan gingiva. Peradangan
gingiva atau gingivitis dapat ditentukan secara klinis dengan melihat kontur gingiva
yang tidak stippling, licin, berwarna merah hingga merah kebiruan yang terjadi
karena adanya respon peradaangan berupa peningkatan vaskularisasi, serta adanya
edema hingga perdarahan (Newman dkk., 2012).

Tabel. 28 Distribusi Status Kesehatan Periodontal berdasarkan Kelompok Usia


Responden di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan
Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022

Kelompok Usia (Tahun)


Status Kesehatan Jumlah
16-45 46-60 > 60
Periodontal
n % N % n % n %
Sehat 5 38,46 3 23,08 1 7,69 9 69,23
Cukup (1-3) segmen 1 7,69 2 15,38 1 7,69 4 30,77
Jumlah 6 46,15 5 38,46 2 15,38 13 100
Keterangan:
n : jumlah orang
% : persentase

Berdasarkan Tabel meunjukkan sebanyak 69,23% memiliki kondisi kesehatan


periodontal yang sehat, sedangkan sisanya 30,77% termasuk dalam kategori cukup.
Status periodontal diperiksa dengancara membagi gigi menjadi 6 segmen, kemudian
dilakukan probing poket periodontal yang diukur dari margin gingiva hingga dasar
poket. Tanda klinis adanya poket periodontal meliputi pembesaran margin gingiva
berwarna kemerahan, adanya area kemerahan vertikal dari margin gingiva ke mukosa
alveolar, perdarahan gingiva dan supurasi, mobilitas gigi. Poket gingiva dapat
terbentuk karena adanya resorbsi oleh osteoklas yang mengakibatkan terganggunya
integritas epitel junctional dan disrupsi hubungan antar sel terlepasnya perlekatan
epitel dengan permukaan gigi. (Newman dkk., 2012)

Tabel 29. Distribusi Kebutuhan Perawatan berdasarkan Kelompok Usia Responden


di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022

Jenis Kelompok Umur (tahun)


Perawatan Kategori 6-15 16-45 46-60 >60 Jumlah Jumlah
yang
Persentase
Dibutuhka
n
Ya 0 6 3 2 11
Tidak 0 0 2 0 2
Opdent 84,61
Jumlah
0 23 7 13 47
Gigi
Ya 0 1 0 0 1
Tidak 0 5 5 0 10
Endodonsi 9,09
Jumlah
0 1 0 0 1
Gigi
Ya 0 4 5 2 11
Tidak 0 2 0 0 2
Eksodonsi 84,61
Jumlah
0 14 21 14 49
Gigi
Ya 0 4 3 2 9
Scaling 69,23
Tidak 0 2 2 0 4
GTSL
0 1 3 1 5
RA
GTSL
0 1 3 1 5
Prostodonsia RB
GTSL
0 0 0 0 0
RA + RB
GTL RA
0 0 0 0 0
+ RB

E. Data Kuesioner Tentang Kesehatan Gigi dan Mulut


Melalui kuesioner, masyarakatf di Kampung Jetisharjo, Kelurahan
Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta,
diukur tingkat pengetahuan, persepsi, perilaku dan sikap individu terhadap kesehatan
gigi dan mulut, dilakukan pada seluruh keluarga yang telah berusia ≥ 15 tahun.
Kuesioner ini berpedoman pada WHO Oral Health Assesment Form tahun 2013.
1. Pengetahuan
Pada kuesioner pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan
mulut, terdapat 11 pernyataan dan responden akan diberikan skor 1 jika
menjawab “Ya” dan skor 0 jika menjawab “Tidak” mengenai pernyataan
yang tercantum sesuai pengetahuan responden.

Tabel 30. Rekapitulasi Indikator Pengetahuan tentang Kesehatan Gigi dan Mulut
Responden di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan
Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022

Indikator Pengetahuan Jumlah


Skor Kriteria n %
8-11 Baik 3 23,08
4-7 Sedang 10 76,92
0-3 Buruk 0 0
Jumlah 13 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan sebagian besar penduduk di


Kampung Jetis memiliki tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
yang tergolong sedang (76,92%) dan sebanyak (23,08%) memiliki tingkat
pengetahuan yang baik.
2. Persepsi
Pada kuesioner persepsi kesehatan gigi dan mulut terdapat 15
pernyataan. Responden diminta untuk mencentang kuesioner berdasarkan
persepsinya atas pernyataan tersebut dengan kriteris SS (sangat setuju), S
(setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju).

Tabel 31. Rekapitulasi Indikator Persepsi tentang Kesehatan Gigi dan Mulut
Responden di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan
Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022

Indikator Persepsi Jumlah


Skor Kriteria n %
45-60 Baik 1 7,69
30-44 Sedang 12 92,31
15-29 Buruk 0 0
Jumlah 13 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Kampung Jetis memiliki tingkat persepsi tentang kesehatan
gigi dan mulut yang tergolong baik (7,69%) dan sebanyak (92,31%)
memiliki tingkat persepsi yang sedang.
3. Perilaku
Pada kuesioner persepsi kesehatan gigi dan mulut terdapat 15
pernyataan. Responden diminta untuk mencentang kuesioner berdasarkan
persepsinya atas pernyataan tersebut dengan kriteris SS (sangat setuju), S
(setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju).

Tabel 32. Rekapitulasi Indikator Perilaku tentang Kesehatan Gigi dan Mulut
Responden di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan
Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022

Indikator Perilaku Jumlah


Skor Kriteria n %
60-80 Baik 0 0
40-59 Sedang 12 92,31
20-39 Buruk 1 7,69
Jumlah 13 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Kampung Jetis memiliki tingkat perilaku tentang kesehatan gigi
dan mulut yang tergolong sedang (92,31%) dan sebanyak (7,69%) memiliki
tingkat perilaku yang buruk.

Anda mungkin juga menyukai