B. Data Umum
1. Data Geografi
Kecamatan Jetis merupakan kecamatan yang terletak di tengah
Kota Yogyakarta. Kecamatan Jetis memiliki topografi berupa tanah datar
dan daerah perkotaan. Kecamatan Jetis terdiri dari 3 Kelurahan
(Kelurahan Bumijo, Gowongan dan Cokrodiningratan) dengan 37 RW dan
168 RT. Kondisi geografis Kelurahan Gowongan adalah pemukiman
padat penduduk, pekarangan, perkantoran, pasar. Daerah ini memiliki
curah hujan 200mm dan suhu rata-rata 33o C. Batas wilayah Kecamatan
Jetis adalah sebagai berikut :
1. Utara : Kecamatan Tegalrejo
2. Selatan :Kecamatan Gedongtengan, Kecamatan Danurejan
3. Timur : Kecamatan Gondokusuman
4. Barat : Kecamatan Tegalrejo
Bumijo 0,58
Gowongan 0,46
Cokrodiningratan 0,663
2. Data Demografi Penduduk
b. Perkumpulan olahraga
Tabel 12. Data Perkumpulan Olahraga di Kecamatan Jetis
Kelurahan Sepak Bola Tenis Tenis Bulu Belad
Bola Volley Lapangan Meja
tangkis iri
Bumijo 4 6 2 6 4 2
Gowongan 0 3 0 2 5 0
Cokrodiningratan 1 7 1 7 7 0
c. Sarana prasarana
Tabel 13. Data Sarana Perekonomian di Kecamatan Jetis
Kelurahan
Jenis
Bumijo Gowongan Cokrodiningratan
Kelompok pertokoan 3 2 2
Pasar 1 1 0
Minimarket/swalayan 0 1 5
Toko/warung kelontong 168 110 98
Restoran/rumah makan 6 4 6
Warung/kedai makanan 186 249 203
Hotel 4 12 9
Losmen/wisma 7 2 11
d. Sarana kesehatan
Tabel 14. Data Perkumpulan Olahraga di Kecamatan Jetis
Poliklinik Pos
Kelurahan Puskes / Balai Dokter Apote Posyandu Pelayana
mas pengobat Praktek k
an n KB
Bumijo 1 3 7 1 14 13
Gowongan 0 1 12 5 13 13
Cokrodiningrata 0 1 7 1 11 10
n
5 Suyatmi P 60 SD IRT
6 Heri Novianto L 26 SMP Buruh
7 Retno Jumilah P 61 SMA t
8 Retno Budiati P 37 KK SMA Wiraswasta
9 Anas Yunus L 29 SMA Wiraswasta
10 Joko Mulyono L 46 KK t Petani
11 M. Samsudin L 56 KK SD Petani
12 Muryanti p 55 SD IRT
13 Wahyudi l 21 SMA Buruh
Keterangan :
t : Tidak bekerja
IRT : Ibu Rumah Tangga
Tabel 16. Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Kampung
Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Jenis Kelamin
Usia Jumlah
Laki-laki Perempuan
(Tahun)
n % n % n %
0-6 0 0.00 0 0,00 0 0,00
6 - 15 0 0,00 0 0,00 0 0,00
16 – 45 5 38,46 1 7,69 6 46,15
46 – 60 3 23,08 2 15,38 5 38,46
> 60 1 7.69 1 7,69 2 15,38
Jumlah 9 50,94 4 30,77 13 100,00
Keterangan
n : jumlah penduduk
% : persentase
Berdasarkan Tabel, responden berjumlah 13 orang yang terdiri dari 9 laki-laki
(50,94%) dan 4 orang perempuan (30,77). Berdasarkan usia, jumlah responden
terbanyak berada pada rentang usia 16-45tahun yaitu sebanyak 6 orang (46,15%)
yang terdiri dari 5 laki-laki (38,46%) dan 1 perempuan (7,69%), dan responden yang
paling sedikit pada rentang usia 0-6 tahun (0,00%).
Kasus Frekuensi %
Tabel 20. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan Indikator Perilaku
Sehat di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Ya Tidak Jumlah
No Indikator
n % n % n %
1 Tidak merokok di dalam rumah 3 60 2 40 5 100
2 Konsumsi garam beryodium 4 80 1 20 5 100
3 Konsumsi buah dan sayur 4 80 1 20 5 100
4 Asuransi kesehatan 3 60 2 40 5 100
5 Cuci tangan dengan sabun 5 100 0 0 5 100
6 Sikat gigi sebelum tidur 3 60 2 40 5 100
7 Melakukan aktivitas fisik 5 100 0 0 5 100
8 Berobat ke sarana pelayanan
kesehatan 4 85 1 20 5 100
Keterangan :
n : jumlah ; % : persentase
Tabel. menunjukkan hasil survei PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan
indikator perilaku sehat keluarga dari 5 keluarga yang dikunjungi dan mengisi
kuesioner. Berikut penjabaran setiap indikator dari data yang berhasil diperoleh:
1. Tidak merokok di dalam rumah
Responden yang mengisi kuesioner sebagian besar tidak merokok
di dalam rumah yaitu sebanyak 3 (60%), sedangkan sisanya (40%) masih
merokok di dalam rumah. Perilaku merokok merupakan salah satu yang
merugikan untuk orang lain maupun diri sendiri, karena rokok
mengandung nikotin dan karbonmonoksida yang dapat memacu kerja
susunan saraf pusat dan simpatis sehingga meningkatkan tekanan darah
dan detak jantung. Merokok dapat menimbulkan dampak negative bagi
perokok pasif (Komasari,2000). Perokok pasif merupakan orang yang
tidak merokok namun terpapar asap rokok dari perokok aktif, bahkan
sangat berisiko tinggi untuk mengalami permasalahan pada paru-paru
seperti batuk, rhinitis alergi, bronkitis kronis, bagi ibu hamil rokok dapat
menyebabkan kelahiran yang premature, berat badan bayi rendah,
mortalitas prenatalm dan meningkatkan kemungkinan bayi lahir cacat
(Naeem Z, 2015). Asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif memiliki
kandungan yang sama dengan asap yang dihirup oleh perokok aktif
(Manurug dkk., 2020). Berdasarkan hasil survei mendandakan pentingnya
untuk memberikan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat Kampung
Jetis, mengenai bahawa merokok terutama ketika berada di dalam rumah.
2. Konsumsi garam beryodium dan makanan bergaram
Responden yang mengisi kuesioner sebagian besar mengkonsumsi
garam beryodium (80%), sedangkan sisanya (20%) tidak mengkomsumsi
garam beryodium. Yodium bermanfaat dalam mendukung pertumbuhan
dan perkembangan normal anak, membentuk kecerdasan manusia,
menjaga kesehatan kulit dan rambut, serta mencegah Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) (Siswono, 2011). Gangguan akibat
kurangnya yodium tidak hanya berakibat pada pembesaran kelenjar tiroid
tapi juga akan menyebabkan gangguan dan kelainan pada bayi yang
dikandung ibu hamil (Rachmawati dan Nurafifah, 2014).
3. Konsumsi buah dan sayur
Reponden yang mengisi kuesioner sebagian besar mengkonsumsi
buah dan sayur (80%), sedangkan sisanya (20%) tidak mengkonsumsi
buah dan sayur secara rutin. Buah dan sayur penting untuk pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan tubuh. Vitamin dan mineral yang
terkandung dalam buah dan sayuran berfungsi sebagai antioksidan untuk
menangkal senyawa-senyawa hasil oksidasi, radikal bebas dimana dapat
menurunkan kondisi kesehatan tubuh (Astuti, dkk 2019; Sagita dkk.,
2020).
4. Asuransi kesehatan
Responden yang mengisi kuesioner sebagian besar memiliki asuransi
kesehatan (60%) sedangakn sisanya (20%) tidak memiliki asuransi
kesehatan. Pemerintah pusat melalui Badan Penyelenggara Jaminal Sosial
(BPJS) mengadakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yaitu
pelayanann kesehatan yang komprehensif termasuk pelayanan
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, serta pemulihan
termasuk obat dan bahan medis (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan, 2020).
5. Cuci tangan dengan sabun
Responden yang mengisi kuesioner telah melakukan cuci tangan
dengan menggunakan sabun. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh
servei telah paham akan upaya pencegahan penularan penyakit dan
peningkatan status kesehatan masyarakat. Tangan manusia seringkali
menjadi agen pembawa kuman dan menyebabkan kuman tersebut menjadi
penyakit (Mustikawati, 2017). Kehiatan mencuci tangan dilakukan pada
saat sebelum mneyiapkan makanan, sebelum dan sesuah makan, setelah
BAK dan BAB, setelah membuang sampah (Risnawaty, 2016).
6. Sikat gigi sebelum tidur
Responden yang mengisi kuesioner menyikat gigi pada malam hari
sebelum tidur sebanyak (60%) sedangkan sisanya (40%) tidak menyikat
gigi pada malam hari sebelum tidur. Menyikat gigi adalah cara mekanis
untuk menghilangkan plak pada gigi karena merupakan salah satu faktor
penyebab gigi berlubang. Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat
pada permukaan gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Frekuensi
membersihkan gigi dan mulut merupakan perilaku yang dapat
mempengaruhi baik dan buruknya kebersihan rongga mulut. Pentingnya
menyikat gigi pada malam hari sebelum tidur suopaya membersihkan gigi
dari sisa makanan sehingga menghambat pertumbuhan plak dan mencegah
terjadinya karies pada gigi (Imran dan Niakurniawati, 2018).
7. Melakukan aktivitas fisik
Responden yang mengusi kuesiobner seluruhnya telah melakukan
aktivitas fisik secara rutin. Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh
oleh otot-otot yang memerlukan energi, aktivitas fisik dapat berupa jalan
kaki, naik turun tangga. Jika aktivitas fisik dilakukan secara teratur maka
dapat mencegah penyakit jantung, stroke, osteoporosis, hipertensi dan
diabetes serta dapat menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan bugar
(Permenkes, 2007).
8. Berobat ke sarana pelayanan kesehatan
Responden yang mengisi kuesioner jika berobat ke sarana
pelayanan kesehatan sebanyak (80%) sedangkan sisanya (20%) belum
melakukan pengobatan ke sarana pelayanan kesehatan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar telah memahami manfaat fasilitas
kesehatan setempat.pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
ketersediaan layanan kesehatan, jarak dan waktu tempuh, kondisi
pelayanan kesehatan, seperti jenis pelayanan, tenaga kesehatan yang
tersedia, status sosial ekonomi masyarakat dan tingkat pendidikan, serta
sikap dan pengetahuan tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
(Tangkilisan dkk., 2015; Hermawan dkk., 2013).
Tabel 21. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan Indikator KIA/KB di
Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Ya Tidak Jumlah
No Indikator
n % n % n %
1 Persalinan oleh tenaga kesehatan 5 100 0 0 5 100
2 Memeriksakan kehamilan ke tenaga
kesehatan 5 100 0 0 5 100
3 Pasangan Usia Subur (PUS)
mengikuti program Keluarga 4 80 1 20 5 100
Berencana
4 ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan 5 100 0 0 5 100
5 Imunisasi dasar lengkap bayi sesuai
program 5 100 0 0 5 100
6 Penimbangan bayi dan balita secara
teratur 5 100 0 0 5 100
Keterangan :
n : jumlah
% : persentase
Tabel 22. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan Indikator Kesehatan
Lingkungan di Kampung Jetisharjo, Kelurahan
Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Ya Tidak Jumlah
No Indikator
n % n % n %
1 Jamban sehat 5 100 0 0 5 100
2 Sarana air bersih 4 80 1 20 5 100
3 Tempat sampah sehat 3 60 2 40 5 100
4 Tanaman obat keluarga (TOGA) 1 20 4 80 5 100
5 Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 4 80 1 20 5 100
6 Lantai bukan dari tanah 5 100 0 0 5 100
Keterangan :
n : jumlah
% : persentase
1. Jamban sehat
Pada tabel menunjukkan bahwa seluruh anggota keluarga responden
survei telah menggunakan jamban yang sehat. Jamban sehat merupakan
ruangan untuk memfasilitasi pembuangan kotoran yang dilengkapi dengan
unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Keberadaan
jamban sehat efektif untuk memutus rantai penularan penyakit bersumber air,
seperti diare, kolera, disentri, tifus, polio.
2. Sarana air bersih
Pada tabel menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) telah
menggunakan sarana air bersih, namun terdapat (20%) yang belum
menggunakan sarana air bersih. Air bersih dapat bersumber dari air sumur
maupun PDAM. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat memiliki
kesadaran tinggi untuk menggunakan sarana air berish di kehidupan sehari-
hari. Air sumur lebih berisiko terkontaminasi bakteri E coli, kontaminasi
septic tank, dan logam besi (Morintoh, 2015). Manfaat dari tersedianya sarana
air bersih adalah dapat berkurang penyakit yang disebabkan oleh penggunaan
air yang tidak memenuhi standar kesehatan (Manurug dkk., 2021).
3. Tempat sampah sehat
Pada tabel menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) telah
menggunakan tempat sampah sehat, namun terdapat (40%) yang belum
menggunaka tempat sampah sehat. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempah sampah sudah
cukup baik. Membuang sampah pada tempatnya sangat oenting untuk
memenuhi syarat kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomer
3 Tahun 2014 mengenai sanitasi total berbasis masyarakat, pengolahan
sampah dirumah tangga telah mengedepankan prinsip 3R yaitu reduce
(mengurangi), reuse (memakai ulang) dan recyle (mendaur ulang). Sampah
harus dilakukan pemisahan sesuai dengan jenis, jumlah.
4. Tanaman obat keluarga (TOGA)
Pada tabel menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) tidak menanam
tanaman obat keluarga (TOGA), hanya (20%) yang menanam TOGA di
rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyawakat bekum
menyadari pentingnya TOGA. TOGA memiliki berbagai manfaat seperti
meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah penyakit dan risiko kesadaran
tertentu, sebagai upaya pertolongan pertama dalam mengatasi keluhan
kesehatan yang ringan (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Penggunaan obat
secara tradisional semakin disukai karena efek samping yang rendah (Karo-
Karo, 2010).
No Klasifikasi n %
1 Sehat III 2 40
2 Sehat IV 3 60
Jumlah 5 100
Tabel 25. Distribusi Status Karies Gigi berdasarkan Kelompok Usia Responden di
Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Indeks DMF-T
Kelompok Jumlah pada Gigi
Umur orang Permanen Rerata
(tahun) D M F Jumlah
DMFT
6-15 0 0 0 0 0 0,00
16-45 6 36 2 0 38 6,33
46-60 5 26 8 0 36 7,20
>60 2 27 8 0 35 17,50
Jumlah 13 91 18 0 109 8,38
Keterangan :
n : jumlah
d/D : decay
m/M : missing
f/F : filling
Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa seluruh responden sudah tidak
memiliki gigi sulung, sehingga gigi yang dapat diperiksa hanya gigi tetap saja dan
status kariesnya. Menurut tabel menunjukkan bahwa rerata DMF-T dari seluruh
rentang usia responden adalah 8,38 yang dapat diartikan bahwa setiap sampe yang
diperiksa memiliki 8 hingga 9 gigi permanen yang mengalami kerusakan karena
karies, pernah karies atau pernah karies namun sudah dilakukan perawatan. Hasil
pemeriksaan DMF-T menunjukkan bahwa masyarakat memiliki tingkat keparahan
karies yang sangat tinggi, menurut Tambuwun dkk, (2014) bahwa kurangnya
pengetahuan serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi
dan mulut merupakan penyebab peningkatan keparahan karies dimasyarakat. Status
kaeris gigi dapat dinilai dengan menggunakan indeks DMF-T (Decayed Missing
Filled-Teeth) yang dilakukan pada gigi permanen, berdasarkan WHO, tingkat
keparahan karies gigi berdasarkan DMF-T dapat dikategorikan menjadi : sangat
rendah (<1,2) ; rendah (1,2-2,6); moderate (2,7 – 4,4) ; tinggi (4,5-6,5); sangat tinggi
(>6,5).
Tabel 30. Rekapitulasi Indikator Pengetahuan tentang Kesehatan Gigi dan Mulut
Responden di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan
Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Tabel 31. Rekapitulasi Indikator Persepsi tentang Kesehatan Gigi dan Mulut
Responden di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan
Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022
Tabel 32. Rekapitulasi Indikator Perilaku tentang Kesehatan Gigi dan Mulut
Responden di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan
Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli 2022