Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
Bahasa sebagai Mengatakan, Melakukan, dan Menjadi (Mengada)
Bahasa dan Praktik-praktik
Bahasa dan “Politik”
Dua Bentuk Analisi Wacana: Deskriptif dan “Kritis”
Mengenai Buku ini: Teori dan Metode
Lebih lanjut Buku ini
Bahasa sebagai Mengatakan, Melakukan, dan Menjadi (Mengada)
Apa itu bahasa untuk itu? Banyak orang memikirkan bahasa berwujud sehingga
kita dapat “mengatakan hal-hal” dalam arti mengomunikasikan informasi.
Bagaimana pun, bahasa menjalankan fungsi-fungsi sangat banyak dalam
kehidupan kita. Memberikan dan memeroleh informasi sama sekali hanya satu
fungsi. Tentu saja, bahasa melakukan, memungkinkan kita menginformasikan
satu sama lain. Namun, bahasa juga memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal
dan menjadi hal-hal, dengan efek yang sama. Dalam fakta, mengatakan hal-hal
dalam bahasa tidak pernah berjalan tanpa juga melakukan dan menjadi (mengada)
hal-hal.
Bahasa memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal. Bahasa
memungkinkan kita untuk melibat dalam tindakan-tindakan dan aktivitas-
aktivitas. Kita menjanjikan orang hal-hal; kita membuka rapat-rapat panitia; kita
mengajukan kepada kekasih-kekasih kita; kita berargumen atas politik; dan kita
“berbicara kepada Tuhan” (berdoa). Semuanya ada di antara gugusan hal-hal yang
kita lakukan dengan bahasa melampui memberi dan mengambil informasi.
Bahasa memungkinkan kita menjadi hal-hal. Bahasa memungkinkan kita
menjalankan identititas-identitas yang berbeda signifikan secara sosial. Kita dapat
berbicara sebagai ahli –sebagai dokter, pengacara, dukun, atau tukang kayu- atau
sebagai orang-orang “biasa”. Menjalankan identitas tertentu pada waktu dan
tempat biasa kita harus “bicarakan pembicaraan”, tidak hanya “menjalankan
perjalanan”. Ketika mereka menjadi anggota gang, anggota jalur gang
membicarakan pembicaraan yang berbeda daripada yang mahasiswa-mahasiswa
terhormat lakukan ketika mereka masih mahasiswa-mahasiswi. Lagi pula,
seseorang dan orang yang sama dapat menjalani identitas yang berbeda pada
waktu dan tempat yang sama.
Dalam bahasa, ada koneksi-koneksi penting di antara mengatakan
(menginformasikan), melakukan (tindakan), dan menjadi/mengada (identitas).
Jika saya mengatakan sesuatu kepada Anda, maka Anda tidak dapat memahami
dengan sungguh-sungguh hal tersebut secara penuh jika Anda tidak mengetahui
apa yang saya coba untuk lakukakan dan siapa yang saya coba jadikan
(identifikasi) dengan mengatakan hal itu. Untuk memahami sesuatu secara penuh
Anda perlu mengetahui siapa yang mengatakan hal itu dan apa yang seseorang
coba katakan hal itu coba dilakukan.
Bayangkan Anda menemukan bahwa orang tertentu mengambil bagian
dalam permainan di mana orang-orang asing menanyai orang lain bagaimana
mereka agar melihat macam-macam reaksi yang dapat mereka dapatkan. Atau
bayangkan bahwa orang tertentu itu pasangan kembarmu dan pikirkan Anda
adalah saudara kandung (saya, JPG, seorang kembaran dan hal semacam ini sering
terjadi pada diriku). Atau bayangkan orang tertentu itu seseorang yang Anda
jumpai dahulu kala dan sudah lama dilupakan, tetapi dia, tanpa Anda ketahui,
memikirkan Anda sebagai teman. Dalam satu kasus, pemain sedang bermain;
dalam kasus lain, teman saudara kandungmu menjadi bersahabat secara keliru;
dan, dalam kasus yang lain lagi, seseorang yang berpikir secara keliru dia teman
Anda yang juga tampak bersahabat. Sekali lagi, Anda pilahkan hal-hal ini, segala
sesuatu menjadi jelas (tetapi tidak secara niscaya nyaman).
Dokterku, yang juga tampil menjadi teman, menceritakan saya, ketika dia
menyalami saya di kantornya: “ Anda tampak lelah.” Dia berbicara kepadaku
sebagai teman (who) yang membuat keputusan profesional (what) tentang
kesehatanku? Contoh itu sungguh membuat perbedaan besar entah teman (who)
menghinca secara bercanda (what) temannya dalam bar atau pesepeda keras
kepala (who) mengancam (what) orang asing. Kata-kata dapat menjadi sama,
tetapi kata-kata tersebut hendak memaksudkan hal-hal yang sangat berebda. Siapa
yang kita tampakkan dan apa yang kita lakukkan ketika kita mengatakan inti hal-
hal.
Buku ini berkenaan dengan teori bagaimana kita menggunakan bahasa
untuk mengatakan hal-hal, melakukan hal-hal, dan menjadi hal-hal (menampilkan
diri dalam hal-hal). Buku ini berurusan, dengan efek yang sama, dengan metode
bagaimana mengaji mengatakan, melakukan, dan menjadi (menampilkan diri)
dalam bahasa. Ketika saya berbicara tentang “menjadi hal-hal” (manifestasi) Saya
hendak menggunakan kata “identitas” dalam cara khusus. Saya tidak
memaksudkan makna dasa diri, yang Anda tampilkan sendiri secara esensial. Saya
memaksudkan cara-cara menjadi (menampilkan diri) di dunia pada tempat dan
waktu berbeda untuk tujuan-tujuan berbeda; misalnya, cara-cara menjadi
mahasiswa yang baik, menjadi pengamat burung yang fanatik, menjadi politik
arus utama, penangkap jitu, pemain video-game, orang Amerika asli, dan
seterusnya melalui daftar yang tiada akhir.
Bahasa dan Praktik-praktik
Satu dari cara-cara terbaik untuk meliaht sesuatu yang sudah kita datangi
untuk mengambil sedemikian banyak warisannya seperti bahasa adalah melihat
contohnya yang menjadikannya asing lagi. Juga pertimbangkan Yu-Gi-Oh!, satu
aktivitas budaya populer, tetapi orang yang memunyai penggunaan bahasa akan
tampak asing bagi kebanyakan.
Di sini ada beberapa fakta tentang Yu-Gi-Oh!. Yu-Gi-Oh! adalah
permainan kartu yang dapat dimainkan berhadap-hadapan dalam video games.
Ada juga pertunjukan-pertunjukan Yu-Gi-Oh! TV, gerakan-gerakan, dan buku-
buku (dalam semua karakternya menampilkan gerakan dalam permainan kartu).
Ada ribuan kartu Yu-Gi-Oh!. Para pemain memilih meja 40 kartu dan berduel satu
sama lain. Gerakan-gerakan dalam permainan merepresentasikan pertempuran-
pertempuran antara monster-monster pada kartu-kartu mereka. Setiap kartu
memunyai perintah-perintah tentang gerakan-gerakan apa yang dapat dibuat
dalam permainan ketika kartu itu digunakan. Yu-Gi-Oh! adalah bentuk ‘jiwa
Jepang”, yaitu karakter-karakter yang dijiwai (cartoon) dan cerita-ceritanya
ditunjukkan dalam buku-buku komik (“mangas”), tontotan TV, dan bioskop. Jiwa
orang Jepang sekarang menjadi fenomena yang mendunia. Jika ini semua tampat
asing bagi Anda, maka itu semua menjadi modal. Di bawa saya cetakkan bagian
teks pada satu kartu:
Ketika kartu ini menjadi Hadir Normal, Hadir Terbalik, atau Hadir Khusus secara
berhasil, pilih dan aktivasikan satu dari efek-efek berikut. Pilih 1 disetarakan
dengan Kartu Eja Setara dan merusakkannya. Pilih 1 disetarakan Kartu Eja
Setara dan setarakannya untuk kartu ini.
Apa yang dimaksudkan tulisan ini? Perhatikan, satu dari semua, bahwa
Andam sebagai penutur bahasa Inggris mengenal setiap kata dalam teks ini.
Namun itu melakukan untuk Anda hanya sedikit hal. Anda msih tidak sunggu
mengetahui apa yang tulisan itu maksudkan jika Anda tidak memahami Yu-Gi-
Oh!.
Oleh karena itu bagaimana Anda hendak temukan apa yang teks
maksudkan sesungguhnya? Oleh karena kita semua dipengaruhi kesepakatan
besar dengan bagaimana sekolah mengajarkan kita untuk berpikir tentang bahasa,
maka kita bertanggung jawab untuk berpikir bahwa jawaban terhadap pertanyaan
tersebut adalah: Perhatikan apa yang kata-kata maksudkan dalam jenis kamus atau
panduan tertentu. Namun, ini tidak membantu di mana pun sebanyak yang Anda
dapat pikirkan. Ada tempat-tempat terkait di mana Anda dapat memerhatikan apa
yang kata-kata dan frasa-frasa pada kartu-kartu Yu-Gi-Oh! maksudkan, dan ini
jenis hal yang Anda lihat jika Anda kepergi kepada tempat-tempat terkait tersebut:
Kartu-kartu Eja Setara dan Kartu-kartu Eja yang bisanya mengubah ATK dan
atau DEF dari Kartu Monster pada bidang, dan atau mengganjari kemampuan
spesial Kartu Monster itu. Kartu-kartu tersebut diacu secara universal sebagai
Kartu-kartu Setara, karena Kartu0kartu Setara dapat menjadi Kartu Eja Setara
lain, atau Kartu-kartu Trap yang diperlakukan sebagai Kartu setara sesudah
aktivasi. Ketika Anda mengaktivasi sebuah Kartu Eja Setara, maka Anda memilih
monster yang siap menerkam pada bidang untuk menyetarakan cartu terhadap,
dan efek dari kartu dari Kartu Eja Setara menerapkan monster itu sampai kartu-
kartu dirusakkan atau secara lain digerakkan kembali dari bidang. Ketika monster
dilengkapi digerakkan dari bidang atau dijungkirbalikkan, semua Kartu Eja
Pelengkap dilengkapi sampai monter dirusakkan, Kartu-kartu Eja Pelangkap
yang sedikit jujur merupakan representasi senjata-senjata atau pemungkas
(http://yugioh.wikia.com/Equip_Spell_Cards)
Ini sungguh membantu? Jika Anda tidak memahami kartu, maka Anda
tidak mengerti permainan tersebut secara lebih baik. Dan pikirkan betapa banyak
dari ini Saya akan harus berikan kepada Anda untuk memperjelas seluruh teks
tentang kartu Yu-Gi-Oh!, secara singkat walaupun hal itu ada.
Mengapa itu tidak membantu. Sebab, secara umum, jika Anda tidak
memahami beberapa kata, mengambil lagi jenis-jenis kata yang sama tidak
membantu Anda mengetahui apa yang kata-kata asli maksudkan. Dalam
kenyataan, betapa sukar untuk memahami kata-kata saja melalui pengambilan
definisi-definisi (atau sinonim) atau jenis-jenis penjelasan verbal. Bahkan kita
memahami sebuah definisi, definisi itu hanya memberitahu kita rentangan makna-
makna yang sebuah kata miliki. Definisi itu tidak sungguh memberi tahu kita
bagaimana menggunakan kata secara sesuai dalam konteks-konteks
penggunaannya yang real.
Jika Anda harus mempelajari apa yang bahasa Yu-Gi-Oh! secara aktual
maksudkan, bagaimana hendak Anda pelajari lebih lanjut? Anda barangkali tidak
akan memilih untuk membaca banyak teks seperti satu teks di atas yang diambil
dari salah satu situs terkait. Walaupun Anda lakukan, Saya jamin Anda bahwa
Anda masih kalah jika Anda secara aktual harus memainkan Yu-Gi-Oh!.
Cara terbaik yang Anda dapat pelajari apa bahasa pada kartu maksudkan
akan mempelajari memainkan permainan Yu-Gi-Oh!, tidak saja membaca lebih
teks. Bagaimana hendak Anda lakukan itu? Anda akan menonton dan memainkan
permainan-permainan, membiarkan para pemain lain membimbing Anda,
memainkan video games Yu-Gi-Oh! yang melatih Anda bagaimana memainkan
permainan, menonton pertunjukan-pertunjukan Yu-Gi-Oh! TV dan bioskop-
bioskop yang meragakan permainan, dan, kemudian, juga, membaca hal-hal.
Mengapa itu cara terbaik mempelajari apa yang kartu maksudkan? Sebab,
dalam kasus ini, sedemikian jelas bahwa bahasa pada kartu memeroleh maknanya
dari permainan, dari kaidah dan cara-cara para pemain memainkan permainan.
Bahasa digunakan –bersama dengan tindakan-tindakan lain (ingatlah bahasa
sendiri adalah bentuk tindakan)- untuk memainkan (memerankan/to enact)
permainan sebagai sebuah aktivitas atau praktik dalam dunia.
Bahasa pada kartu-karti Yu-Gi-Oh! tidak memeroleh maknanya pertama
dan terutama dari definisi atau eksplanasi verbal, yaitu dari kata-kata lain. Bahasa
memeroleh makna dari mana ia digunakan untuk melakukan, dalam kasus ini,
memainkan permainan. Itulah bahasa sebagai melakukan (doing).
Bagaimana pun, Yu-Gi-Oh! merupakan sebuah aktivitas –satu cara
melakukan hal-hal (dalam kasus ini, memainkan permainan)- karena jenis-jenis
orang tertentu mengambil jenis-jenis identitas tertentu, dalam kasus ini identitas-
identitas sebagai pemain dan penyemangat jenis-jenis tertentu (di sini, fans jiwa
dan permainan kartu jiwa seperti Pokemon dan Yu-Gi-Oh! dan lain-lain). Itulah
bahasa sebagai menjadi/mengada (being).
Jika tidak ada pemain/fans berjiwa (being), kemudian tidak akan ada
permainan berjiwa dan memainkan (doing), kemudian kata-kata pada kartu-kartu
menjadi tidak bermakna, tidak akan ada mengatakan (saying information).
Mengatakan (saying) mengikuti, dalam bahasa, dari melakukan (doing) dan
menjadi/mengada (being).
Contoh Yu-Gi-Oh! ini asing dan tidak mirip? Dalam buku ini saya hendak
berargumen bahwa sungguh mirip demikian bagaimana bahasa bekerja.
Keterasingannya memungkinkan kita untuk melihat apa yang kita terima begitu
saja dalam contoh-contoh bahasa dengan mana kita sedemikian familiar dan di
mana kita telah melupakan peran melakukan (doing) dan menjadi (being) dalam
bahasa dan mengingat hanya peran mengatakan (saying) dan mengomunikasikan.
Dalam kasus bahasa pada kartu Yu-Gi-Oh! kita katakan bahwa bahasa
pada kartu memeroleh maknanya, tidak dari kamus atau dari kata-kata lain,
melainkan dari permainan dan kaidah-kaidahnya dan hal-hal yang para pemain
lakukan. Dalam satu arti, semua bahasa memeroleh maknanya dari permainan,
walaupun kita tidak menggunakan secara serupa kata ‘permainan’ (game). Kita
menggunakan kata “praktik” secara lebih terbatas.
Permainan disusun serangkaian kaidah yang menentukan pemenang dan
pecundang. Aktivitas-aktivitas lain, seperti mengambil bagian dalam rapat panitia,
kuliah, debat politik, atau obrolan di antara tetangga bukan permainan, tetapi
mereka dirahkan menurut kaidah atau konvensi tertentu. Kaidah-kaidah atau
konvensi tersebut tidak menentukan pemenang dan pecundang (biasanya), tetapi
mereka begitu menentukan siapa sudah bertindak sesuai norma atau tidak, dan hal
itu dalam masyarakat dapat, memang, menjadi bentuk kemenangan dan
kekalahan.
Jenis-jenis kegiatan tersebut –hal-hal seperti rapat panitia, kuliah, debat
politik, dan obrolan- sering disebut praktik-praktik, walaupun kita dengan efek
yang sama menggunakan kata “permainan” (game) dalam arti diperluas. Buku ini
hendak beragumen bahwa semua bahasa –seperti bahasa Yu-Gi-Oh!- memeroleh
maknanya dari permainan atau praktik di mana bahasa itu digunakan. permainan
atau praktik ini selalu merupakan cara-cara mengatakan (saying), melakukan
(doing), dan menjadi/mengada (being).
Bahasa dan “Politik”
Jika Anda mengacaukan kaidah-kaidah Yu-Gi-Oh! lain maka Anda melainkan
permainan secara salah atau Anda berusaha mengubah aturan-aturannya. Itu dapat
mengantar Anda ke dalam kekacauan dengan para pemain lain. Jika Anda
mengikuti aturan-aturan, maka Anda bermain secara sesuai dan pihak lain akan
menerima Anda sebagai pemain Yu-Gi-Oh!, walaupun tidak secara niscaya
sebagai pemain yang baik. Jika Anda mengikuti kaidah-kaidah –dan
menggunakan secara benar untuk keunggulanmu- maka Anda dapat
memenangkan permainan secara sering dan pihak lain memperhitungkan Anda
pemain baik.
Jika Anda mencermati Yu-Gi-Oh! dan mau diperlakukan seorang pemain
atau bahkan pemain yang baik, lalu yang pihak lain miliki menilai Anda pemain
atau pemain baik yang akan saya sebuat “modal sosial” (social good). Modal-
modal sosial merupakan sesuatu yang beberapa orang dalam suatu masyarakat
inginkan dan hargai. Dipertimbangkan pemain Yu-Gi-Oh! atau pemain baik Yu-
Gi-Oh! merupakan modal sosial untuk orang-orang tertentu. Dalam kasus itu,
bagaimana mereka memainkan permainan dan bagaimana pihak lain menerima
permainan yang mereka mainkan penting dan imbalan bagi mereka.
Di atas saya katakan bahwa bahasa Yu-Gi-Oh juga digunakan untuk
meragakan permainan Yu-Gi-Oh!, sedemikian, juga, bentuk-bentuk lain bahasa
digunakan untuk memerankan “permainan” atau “praktik” lain. Pertimbangkan,
sebagai contoh, praktik (permainan/game) menjadi mahasiswa baik di SD. dalam
kelas-kelas dan sekolah-sekolah berbeda permainan tersebut dimainkan secara
agak berbeda. Lalu, permainan tersebut berubah dari waktu ke waktu. Yang
membuat seseorang mahasiswa baik pada abad XVII di AS –bagaimana
mahasiswa baik berbicara dan bersikap- berbeda daripada yang membuat
seseorang mahasiswa baik dewasa ini.
Bagaimana pun, dalam setiap kasus ada konvensi atau kaidah mengenai
bagimana mahasiswa baik berbicara dan bersikap (mahasiswa baik di sini adalah
menjadi orang-orang baik menurut kata para guru dan orang-orang sekolah, itulah
sebabnya frase berada dalam petikan). Banyak anak mau diterima dalam identitas
ini, juga seperti beberapa orang ingin diterima sebagai pemain baik Yu-Gi-Oh!.
Banyak orang tua menginginkan anak-anak mereka diterima sebagai mahasiswa-
mahasiswa baik dengan efek yang sama. dengan demikian diterima sebagai
mahasiswa baik merupakan modal sosial (social good).
Dalam arti itu, walaupun praktik-praktik seperti menjasi mahasiswa baik
bukan permainakan yang sesungguhnya –kaidah atau konvensinya biasanya
kurang formal- ada, dalam praktik-praktik tersebut, dalam satu arti, para
pemenang dan pecundang. Para pemenang adalah orang-orang yang ingin
diterima sebagai mahasiswa baik dan mencapai penerimaan tersebut. Sementara
para pecundang adalah orang-orang yang menginginkan penerimaan tersebut,
tetapi tidak mendapatnya.
Seperti sudah kita katakan, ada praktik-praktik berbeda atau permainan
berbeda tentang bagaimana mahasiswa baik berbicara dan bersikap dalam kelas-
kelas dan sekolah-sekolah berbeda. Ada juga orang-orang, seperti dalam
permainan Yu-Gi-Oh! yang ingin menginterpretasi secara berbeda kaidah-kaidah
atau mengubahnya secara bersama. Contohnya, akankah itu menjadi kaidah yang
mahasiswa baik selalu ikuti secara ketat instruksi-instruksi guru atau akankah
mahasiswa baik kadang-kadang memperbarui dan bahkan menentang guru-guru?
Siswa yang menanyakan guru bagaimana dia mengetahui sesuatu dia anggap
mengetahui menjadi siswa baik atau siswa bermasalah?
Anda mungkin tidak ingin diterima sebagai pemain Yu-Gi-Oh! dan
barangkali Anda ditentang menjadi siswa baik di sekolah. Lalu hal-hal itu bukan
modal sosial bagimu. Namun, beberapa hal merupakan modal sosial bagimu.
Barangkali, diterima sebagai warga yang dapat diterima (normal, baik, memadai),
laki-laki atau perempuan, pekerja, teman, aktivis, penyuka bola kaki, pribadi
terdidik, orang Amerika asli, pribadi beriman, Kristen, Yahudi, atau Islam, atau
apa yang Anda miliki itulah modal sosial bagimu.
Permainan-permainan atau praktik-praktik di mana Anda ingin
memenangkan mereka sebagai baik atau dapat diterima merupakan kasus-kasus di
mana modal-modal sosial berisiko. Dalam kasus-kasus tersebut, bagaimana Anda
menggunakan bahasa (dan secara lebih umum bagaimana Anda mengatakan,
melakukan, dan menjadi) dan bagaimana orang menanggapi kepada Anda
merupakan pahala kepada dan untuk Anda. Jika Anda dapat “diterima” –
memenangkan permainan- maka Anda menggapai modal sosial. jika Anda tidak
dapat diterima secara penuh –kalah dalam permainan- maka Anda kehilangan
modal sosial.
Orang-orang berjuang menguasai kaidah-kaidah Yu-Gi-Oh! dalam hal-hal
yang kaidah-kaidah tersebut maksudkan sesungguhnya dan bagaimana secara
pasti kaidah-kaidah tersebut hendak diterapkan. Orang coba kadang-kadang untuk
mengubah kaidah-kaidah atau menyetujui untuk bermain dengan kaidah-kaidah
yang agak berbeda. Demikian juga halnya dengan praktik-praktik dalam
masyarakat. orang-orang berjuang menguasai norma-norma apa untuk menjadi
‘siswa baik’ seharusnya. Mereka kadang-kadang mencari untuk mengubah
kaidah-kaidah atau menyetujuinya menjadi serangkaian kaidah baru. Mereka
berjuang menguasai kaidah-kaidah tersebut karena modal-modal sosial penting di
tangan mereka.
Marilah mengambil kasus dramatis untuk memperjelas pokok tersebut.
Pernikahan adalah sebuah praktik. Ada hukum dan konvensi formal dan informal
mengenai bagaimana orang berbicara dan bertindak dan bagaimana pihak-pihak
lain berbicara dan bertindak dalam hubungan pernikahan sebagai sebuah institusi.
Dewasa ini, orang berjuang menguasai entahkah hal itu sesuai dengan berbicara
tentang orang-orang gay dinikahkan satu sama lain, entahkah mereka dapat
berkata secara benar mereka dinikahkan, dan entahkah pernikahan demikian
dikenal dalam hukum atau gereja.
Bagi kebanyak orang-orang gay, kegagalan untuk menggunakan bahasa
pernikahan untuk persekutuan mereka satu dengan yang lain adalah menyangkal
mereka sebagai modal sosial. mereka berjuang untuk menginterpretasi kaidah-
kaidah –atau mengubah kaidah-kaidah- pernikahan dalam cara-cara yang
memungkinkan mereka modal sosial ini. Bagi kebanyakan orang gay, istilah
berbeda seperti “persekutuan legal” walaupun hal itu memberi semua
perlindungan lega sama seperti pernikahan, masih tidak dapat diterima.
Semua bentuk bahasa –seperti bahasa Yu-Gi-Oh! atau bahasa yang kita
gunakan mengenai praktik pernikahan- memeroleh makna mereka dari
permainan-permainan atau praktik-praktik bahasa-bahasa yang digunakan untuk
diragakan/diperankan. Permainan atau praktik tersebut menentukan siapa yang
dapat diterima atau baik –siapa pemenang atau pecundang- dalam permainan atau
praktik. Kemenangan dalam praktik-praktik tersebut sering bagi banyak orang
menjadi modal sosial. Lalu, dalam menggunakan bahasa, modal-modal sosial
selalu di tangan, pada akhirnya bagi beberapa orang. Jika tiada orang cermati
permainan atau praktik apapun – tiada orang melihat diterima sebagai sesuatu
yang dapat diterima atau baik dalam permainan atau praktik sepenting apa pun-
permainan atau praktik tidak akan lagi memunyai modal-modal sosial untuk
menawarkan atau akan berhenti untuk mengada/hadir.
Lalu, dalam menggunakan bahasa, modal-modal sosial selalu berisiko.
Ketika kita berbicara atau menulis, kita selalu berisiko dilihat sebagai pemenang
atau pecundang dalam permainan atau praktik terdahulu. Lagi pula, kita dapat
berbicara atau menulis sedemikian rupa untuk meneima pihak lain sebagai
pemenang atau pecundang dalam permainan atau praktik di mana kita dilibatkan.
Dalam berbicara dan menulis, kemudian, kita dapat menggapai atau kehilangan
dan memberi atau menyangkal modal-modal sosial. orang-orang gay yang
mengatakan mereka dinikahkan untuk orang tua mereka menawarkan modal
sosial. bagaimana kita meragakan permainan praktik pernikahan dalam
masyarakat kita dapat memberi atau menyangkal modal sosial ini. Lalu bagaimana
orang-orang berbicara tentang pernikahan atau sesuatu yang lain yang tidak
pernah menjadi keputusan tentang mengatakan (saying/informing), juga
keputusan mengenai melakukan (doing) dan menjadi/mengada (being) secara
sama.
Modal-modal sosial merupakan barang politik. Politik bukan hanya
mengenani memperjuangkan partai-partai politik. Pada level yang lebih dalam,
politik adalah tentang bagaimana mendistribusikan modal-modal sosial dalam
masyarakata: siapa memeroleh apa dalam hal uang, status, kuasa, dan penerimaan
pada aneka hal berbeda. Semuanya merupakan modal sosial. karena, ketika kita
menggunakan bahasa maka modal-modal sosial dan distribusinya selalu berisiko
maka bahasa selalu politik dalam arti sesungguhnya.
Dua Bentuk Analisis Wacana: Deskriptif dan Kritis
Analisis wacana adalah studi bahasa dalam penggunaan. Ada banyak
pendekatan berbeda terhadap analisis wacana (lihat bagian Bacaan-bacaan pada
bagian akhir bab ini). Beberapa dari pendekatan tersebut melihat hanya pada
konten bahasa yang digunakan, tema atau isu yang didiskusikan dalam percakapan
atau artikel majalah, misalnya. Pendekatan-pendekatan lain lebih memperhatian
struktur bahasa (grammar) dan bagaimana struktur tersebut berfungsi untuk
menciptakan makna dalam konteks-konteks spesifik. Pendekatan-pendekatan
tersebut beraka dalam bidang linguistik. Buku ini adalah tentang satu dari
pendekatan-pendekatan tersebut.
Pendekatan-pendekatan linguistik berbeda terhadap analisis wacana
menggunakan teori-teori gramar berbeda dan mengambil pandangan-pandangan
berbeda tentang bagaimana berbicara mengenai makna. Pendekatan dalam buku
ini melihat makna sebagai integrasi cara-cara mengatakan (saying/informing),
melakukan (action), dan menjadi (identity), dan gramar sebagai serangkaian alat
untuk menghasilkan integrasi tersebut. Untuk mengambil satu contoh,
pertimbangkan dua kalimat berikut:
1. Hornworm sure vary a lot in howa well they grow
2. Hornmor growth exhibits a significant amount of variation
Kalimat 1 berada dalam satu gaya bahasa (disebut vernakular) yang kita gunakan
ketika kita hendak berbicara sebagai “orang awam”, bukan sebagai spesialis jenis
tertentu. Itu merupakan identitas yang diekspresikan. Itu juga cara
mengekspresikan pendapat berdasarkan pengamatan sendiri seseorang (tentang
cacing bertanduk dalam kasus ini). Itulah satu tindakan (doing). Kalimat 1 dapat
digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan lain secara sama, seperti
menunjukkan kejutan atau membujuk seseroang untuk mengembangkan cacing
bertanduk. Kalimat tentang cacing-cacing bertanduk yang merupakan ulat-ulat
hijau imut dengan tanduk berwarna kuning. Itu bagian dari apa yang kalimat
katakan (informing).
Kalimat 2 tampak dalam satu gaya spesial bahasa, gaya yang kita kaitkan
dengan biologi dan para biolog. Kalimat tersebut mengungkapkan identitas
seseorang (being, siapa yang menuturkan kalimat tersebut) seperti tampil menjadi
seperti spesialis. Kalimat tersebut tidak hanya mengekspresikan satu pendapat
berdasarkan pengamatan seseorang terhadap cacing bertanduk tetapi juga
membuat klaim berdasarkan tes statistik signifikansi yang dimiliki dan
dioperasikan oleh disiplin biologi, bukan hanya satu orang, termasuk pembicara
atau penulis. Itulah tindakan (doing). Kalimat tersebut tidak hanya tentang cacing-
cacing bertanduk tetapi pertumbuhannya, sifat abstrak cacing-cacing bertanduk
(banyak yang kurang imut daripada cacing-cacing bertanduk). Itulah bagian dari
apa yang kalimat katakan (saying/informing).
Gramar (struktur) dua kalimat tersebut sangat berbeda. Dalam kalimat 1,
subjek kalimat –yang bermakna topik kalimat-kata benda cacing bertanduk.
Namun, dalam kalimat 2, subjek adalah frase perkembangan cacing bertanduk.
“perkembangan cacing bertanduk adalah frasa benda yang mengekspresikan
seluruh nilai informasi kalimat (perkembangan cacing bertanduk) dan strukturnya
lebih kompleks daripada struktur sederhana cacing bertanduk. Itulah cara untuk
berbicara tentang sifat abstrak cacing bertanduk, dan bukan cacing bertandung
sendiri. Itu juga bagian dari apa yang membuat bahasa tersebut spesial dan bukan
bahasa harian.
Frasa jumlah variasi signifikan dalam kalimat 2 menggunakan kata benda
abstrak, variasi darpada verba “vary” dalam kalimat 1 dan mengombinasikan kata
bena itu dengan jumlah signifikan. Proses demikian telah dibalikkan ke dalam hal
abstrak (variation) yang dapat dikuantifikasi yang menggunakan statistik (jumlah
signifikan). Itu, juga, lagi, sekarang merupakan satu cara untuk mengatakan hal-
hal abstrak daripada hal-hal dan proses-proses konkret di dunia. Itu juga, lagi,
merupakan bagian dari apa yang membuat bahasa tersebut spesialis dan
mengikatnya dengan alat-alat (seperti tes-tes signifikansi statistis) dalam bidang
dan bukan hanya terhadap pengamatan-pengamatan individu di dunia.
Dengan demikian gramar dua kalimat menawarkan kita cara-cara berbeda
untuk mengatakan hal-hal yang berjumlah cara-cara berbeda melakukan
(tindakan-tindakan) dan menjadi/mengabdi (identitas). Melihat secara cermat pada
struktur bahasa seperti digunakan dapat membantu kita menyingkapkan cara-cara
berbeda mengatakan hal-hal, melakukan hal-hal, dan menjadi hal-hal dalam dunia.
Namun mengapa kita akan mau melakukan itu? Beberapa pendekatan
terhadap analisi wacana yang dapat kita sebut deskriptif, menjawab pertanyaan
tersebut dengan mengatakan bahwa tujuan mereka adalah mendeskripsikan
bagaimana dunia fisik bekerja agar supaya mengerti hal itu. Dalam kedua kasus –
analis wacana dan fisikawan- harapan mereka juga untuk mencapai eksplanasi
mendalam bagaimana bahasa atau dunia bekerja dan mengapa mereka
mengerjakan cara itu. Walaupun kerja mereka memunyai aplikasi-aplikasi praktis
di dunia, para analis wacana dan fisikawan tidak didorong oleh aplikasi-aplikasi
mereka.
Beberapa pendekatan lain terhadap analisis wacana, yang kita dapat sebut
kritis seperti dalam analisis wacana kritis, menjawab pertanyaan ini secara
berbeda. Tujuan mereka bukan saja mendeskripsikan bagaimana bahasa bekerja
atau bahkan menawarkan eksplanasi mendalam., walaupun mereka begitu ingin
melakukan itu. mereka juga mau berbicara kepada dan , barangkali, mengetengahi
isu sosial atau politik, problem-problemm dan kontroversi-kontroversi di dunia.
Mereka ingin menerapkan kerja mereka kepada dunia dalam gaya tampilan
tertentu.
Orang-orang yang menggunakan pendekatan deskriptif sering berpikir
bahwa pendekatan kritis tidak ilmiah karena analis wacana kritis diguncangkan
oleh kepentingan atau hasrat mereka untuk mengetengahi problem tertentu di
dunia. Orang-orang yang menggunakan pendekatan kritis sering berpikir bahwa
pendekatan deskriptif secara murni merupakan pengelakan tanggung jawab sosial
dan politik.
Pandangan saya –pandangan dalam buku ini- bahwa semua analisis
wacana harus menjadi kritis, bukan karena analis wacana adalah dan harus
menjadi politis. Saya sudah berargumen bhawa penggunaan tertentu bahasa
memeroleh maknanya dari permainan atau praktik yang merupakan bagian dari
dan yang memerankan/meragakan. Saya juga sudah berargumen dengan efek
bahwa permainan atau praktik tersebut memerlukan secara melekat modal-modal
sosial dan distrubusinya yang saya definisikan sebagai pusat dunia politik. Lalu,
deskripsi penuh tertentu penggunaan tertentu bahasa akan harus berhubungan
dengan politik.
Melampaui poin umum ini, bahasa adalah cara kunci kita manusia
membuat dan menghancurkan dunia, institusi, dan keberhubungan di antara kita
melalui bagaimana kita berhubungan dengan modal-modal sosial. lalu, analisis
wacana dapat menerangi masalah-masalah dan kontroversi-kontroversi di dunia.
Analisis wacana dapat menerangi isu-isu tentang distribusi modal-modal sosial,
siapa yang dapat ditolong, dan siapa yang dapat dirugikan.
Dengan demikian, sebagai satu contoh, pertimbangkan lagi kalimat 1 dan
2 dan variannya dalam kalimar 3 berikut. Perhatikan bahwa kalimat tersebut aneh
–sedikit lucu- untuk mengatakan sesuatu seperti kalimat 3:
3. Pertumbuhan cacing bertanduk sungguh menampilkan jumlah variasi yang
signifikan.
Mengapa kalimat tersebut aneh? Kalimat tersebut mencampurkan “bahasa
harian” dengan bahasa spesialis. Sungguh dalam kalimat 1 merupakan cara
mengekspresikan sikap dan emosi seseorang tentang apa yang orang amati tentang
cacing-cacing bertanduk. Pembicara terkesan dan sedikit terkejut. Barangkali, dia
bahkan menunjukkan antusiame terhadap cacing-cacing bertanduk yang dia sudah
jangkau. Namun, suara ilmu –suara di belakang kalimat 2 dan mendekati ilmiah
kalimat 3- tidak dihendaki untuk menunjukkan sikap dan emosi. Kalimat tersebut
dihendaki berhasrat kuat, suara nalar. Itulah satu dari kaidah-kaidah permainan
ilmu.
Mendeskripsikan kaidah-kaidah tersebut –menjelaskan mengapa kalimat 3
aneh- adalah bagina dari kerja analis wacana tertentu yang berhubungan dengan
bahasa seperti dalam kalimat 1-3. Namun, kemudian, kita dapat juga bertanya,
dalam kasus-kasus khusus, anggapan berkehendak kuat digunakan untuk
kemajuan autentik khusus atau sebagai pengelakan tanggung jawab pribadi
seseorang?
Lebih kemudian dalam buku ini, dalam kenyataan, kita akan melihat kasus
di mana bahasa spesial tersebut begitu tampak menjadi cara menyembunyikan dan
menghindari dilema-dilema etis dan emosional dari apa yang dilakukan dalam
satu eksperimen. Oleh karena ini bagian dari mengatakan, melakukan, dan
menjadi berlanjut dalam penggunaan bahasa spesifik, maka itulah tanggung jawab
sebagai analis wacana untuk mengajinya, walaupun kita kemudian harus membuat
penilaian-penilaian dengan konsekuensi-konsekuensi di dunia. Dalam arti itu,
semua analisis wacana adalah analisis wacana kritis, karena semua bahasa itu
politis dan semua bahasa itu bagian dari cara kita membangun dan melestarikan
dunia, kebudayaan, dan lembaga-lembaga kita. Dengan demikian, juga, semua
analisis wacana itu praktis atau terapan karena analisis wacana menyingkap karya-
karya –untuk baik atau sakit- bangunan dunia ini.
Mengenai Buku ini: Teori dan Metode
Sekarang waktunya kembali kepada beberapa sangkalan utang kebenaran.
Buku ini merupakan pengantar kepada satu pendekatan terhadap analisis wacana.
ada banyak pendekatan berbeda terhadap analisis wacana, tak satu pun dari
pendekatan tersebut, termasuk pendekatan ini benar secara unik. Pendekatan-
pendekatan berbeda sesuai dengan isu-isu dan permasalahan berbeda lebih baik
atau buruk daripada yang lain. Lalu, juga, pendekatan-pendekatan berbeda
kadang-kadang mencapai simpulan-simpulan serupa melalu penggunaan alat-alat
atau terminologi-terminologi berbeda berkaitan dengan mikrokomunitas-
mikrokomunitas peneliti.
Lagi pula, pendekatan terhadap analisis wacana yang digunakan dalam
buku ini bukan kepunyaan penulis. Tiada rangkaian alat dan teori penelitian yang
dimiliki pribadi seorang diri, tiada bahan betapa banyak gaya akademik dan ego
pribadi kita kadang-kadang menggoda kita untuk menulis cara itu. Saya meminta,
meminjam, dan ditambalkan secara bersama secara bebas. Kalau ada kualitas
tertentu dalam karyaku, maka itu terutama cita rasa dengan mana saya merampas
harta orang lain dan dalam cara tersebut saya mengadaptasikan dan
mencampurkan bersama racikan dan dengan demikian dijadikan sup. Beberapa
akan, tentu saja, tidak mengenal racikan yang sudah berkontribusi atau pada
akhirnya tidak mau untuk mengakui mereka lakukan sesudah mereka cicipi sup
saya. Jika ada penemuan-penemuan sekali-sekali maka hanya kesempatan mereka
untuk kehidupan penuh bahwa seseroang lain akan meminjamnya dan
mencampurinya kelam sup baru.
Buku ini sebagian mengenai metode penelitian. Betapapun, saya segera
menunjukkan bahwa seluruh isu metode-metode penelitian, sejauh saya
berhubungan, dibingungkan secara buruk. Pertama-tama, metode tertentu
penelitian adalah cara menyelidiki bidang khusus tertentu. Dalam kasus ini, ranah
adalah bahasa dalam penggunaan. Ada metode yang tiada kepedaan untuk
mengaji bidang jika orang juga tidak memunyai teori tentang bidang itu. dalam
kenyataan, Anda juga sudah mendengar bagian teori ini: bahasa dalam
penggunaan adalag tentang mengatakan-melakukan-menjadi dan memeroleh
maknanya dari permainan atau praktik dan menampilkan/memerankan bahasa.
Orang-orang dengan teori-teori berbeda mengenai bidang akan
menggunakan metode-metode yang berbeda untuk penelitian mereka. Alasan yang
demikian karena metode penelitian dirias dari aneka sarana penyelidikan dan
strategi-strategi untuk menerapkannya. Sarana-sarana penyelidikan didesain untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan apa yang peneliti gunkakan untuk hadir dan
menjadi penting dalam sebuah bidang. Lalu, ketika teori-teori tentang domain
berbeda –misalnya, teori tentang apa itu bahasa dalam penggunaan atau apa itu
evolusi- sarana-sarana penyelidikan akan berbeda juga.
Di samping melihat bahwa metode-metode berubah dengan teori, penting
juga melihat penelitian, entah dalam fisika, kritik sastra, atau dalam analisis
wacana bukan prosedur algoritmik; bukan serangkaian kaidah yang dapat diikuti
tahap demi tahap secara linear dijamin mencapai hasil. Tiada metode ilmiah,
bahkan ilmu berat, jika dengan ini kita maksudkan rangkain kaidah untuk ikuti.
Agaknya, penelitian mengadopsi dan mengadaptasi sarana-sarana spesial
penyelidikan dan strategi-strategi untuk mengimplementasikannya. Sarana-sarna
dan strategi-strategi tersebut menetap dalam “komunitas praktik” yang dibentuk
oleh mereka yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Sarana-sarana dan strategi-strategi demikian diadaptasikan secara
kontinual dan fleksibel terhadap isu, masalah, dan konteks-konteks studi. Sarana-
sarana dan strategi-strategi tersebut secara kontinual ditransformasikan
sebagaimana diterapkan dalam praktik. Pada saat sama, para peneliti baru di
medan menggunakkannya untuk waktu tertentu menjadi contoh-contoh
prototipikal sarana-sarana dan strategi-strategi lapangan dalam operasi. Metode-
metode benar-benar sosial dan komunal.
Buku ini hendak memperkenalkan sarana-sarana penyelidikan beragam
untuk analisis wacana dan strategi-strategi untuk menggunakannya. Buku ini akan
memberikan sejumlah contoh sarana-sarana dalam tindakan dengan sama baiknya,
namun, pembaca hendaknya ingat bahwa sarana-sarana penyelidikan ini tidak
dimaksudkan menjadi batasan-batasan rigid. Agaknya, sarana-sarana ini
dimaksudkan menjadi sarana-sarana berpiki yang memandu penyelidikan
berkenaan dengan macam-macam data spesifik dan macam-macam isu dan
masalah spesifik. Sarana-sarana tersebut dimaksudkan untuk diadaptasikan bagi
tujuan-tujuan pembaca sendiri. Sarana-sarana tersebut dimaksudkan secara sama
untuk ditransformasikan seperti pembaca adaptasikan teori bidangnya sendiri.
Tentu saja, jika teori pembaca sendiri memeroleh terjauh dari teori bidang saya
maka sarana-sarana akan menjadi semakin kurang mudah dan dirasakan dapat
diadaptasikan dan berguna.
Akhirnya izinkanlah saya bahwa dalam pendekatan terhadap analisis
wacana yang digunakan dalam buku ini, saya tidak tertarik dalam analisis-analisis
khusus data juga dalam dan untuk analisis-analisis itu sendiri. Bagi saya, analisis
wacana harus memunyai pokok. Saya tidak tertarik dalam mendeskripsikan data
secara sederhana sehingga kita dapat mengagumi seluk-beluk bahasa, walaupun
kerumitan/seluk-beluk memang dapat dikagumi. Agaknya, saya tertarik,
melampaui deskripsi, dalam metode yang dapat melakukan dua hal, yaitu (1)
menerangkan dan mencapai bukti untuk teori bidang kita, teori yang membantu
menjelaskan bagaimana dan mengapa bahasa mengerjakan cara tersebut yang ia
lakukan ketika bahasa ditempatkan dalam tindakan; dan (2) berkontribusi, dalam
hal-hal pemahaman dan intervensi, untuk isu-isu dan masalah-masalah penting
dalam ranah tertentu yang memikat dan mendorong kita sebagai warga global.
Berkat fakta demikian, bagi saya, analisis wacana harus memunyai pokok,
buku ini akan memunyai relevansi untuk isu-isu terapan melaluinya, walaupun
isu-isu tersebut tidak selalu dalam latar depan perhatian. Dalam analisis wacana,
gagasan tertentu bahwa aplikasi-aplikasi dan praktik kurang prestisius, atau
kurang penting, atau kurang murni darpada teori yang tiada tempat. Gagasan
demikian tiada tempat, karena, seperti pembaca akan lihat, teori bahasa dalam
buku ini adalah bahwa bahasa memunyai makna dalam dan melalui praktik-
praktik sosial, praktik-praktik yang sering lepaskan kita secara moral melibatkan
dengan kerugian dan ketidakadilan jika kita tidak berusaha untuk
mentransformasikannya. Doktrin buku ini adalah bahwa teori bahasa tertentu
terdahulu adalah praktik –atau, seperti kita sudah lihat, teori permainan yang kita
manusia mainkan.
Tambahan mengenai Buku ini
Buku ini diarahkan pada 3 audiens. Buku ini dimaksudkan untuk
memperkenalkan mahasasiswa dan peneliti dalam area-area lain untuk satu bentuk
analisis wacana yang saya harapkan dapat menggunakan dan bereksperimen
dengan seperti mereka pelajari bentuk-bentuk analisis wacana lain dan datang
dengan gagasan-gagasan mereka sendiri. Buku ini dimaksudkan , secara sama
baik, bagi orang-orang yang tertarik dalam bahasa, budaya, dan lembaga, tetapi
yang tidak memfokuskan karya mereka sendiri pada analisis wacana. akhirnya,
buku dimaksudkan untuk sejawat saya dalam studi-studi wacana sehingga mereka
dapat bandingkan dan kontraskan pandangan mereka sendiri dengan yang saya
kembangkan dalam buku ini, dan sehingga, bersama, kami memajukan usaha
pemahaman bersama kami bagaimana bahasa bekerja dalam masyarakat untuk
menciptakan dunia, institusi, dan hubungan-hubungan manusiawi.
Buku ini disusun seperti berikut. Metode disketsakan secara penuh dalam
Bab 8. Masing-masing Bab 2-7 mendiskusikan, dengan banyak contoh, sarana-
sarana spesifik penyelidikan yang merupakan bagian dari keseluruhan metode dan
strategi-strategi untuk menggunakannya. Sarana-sarana dan strategi-strategi
tersebut ditanamkan dalam teori bahasa dalam pemakaian dalam budaya dan
masyarakat. lalu, teori tersebut juga ditata dalam Bab-bab 2-7. Bab 7 secara jelas
merekapitulasi sarana-sarana penyelidikan dan menempatkannya dalam kerangka
kerja pendekatan analisis wacana secara umum dalam bab ini.
Bab 9 berhubungan dengan beberapa rincian sosiolinguistik (aneka aspek
gramar dan wacana) yang memainkan peran penting dalam analisis wacana. Di
sini isu-isu mengenai bagaimana tuturan direncanakan dan dihasilkan diangkat.
Rincian-rincian linguistik iini diharapkan akan mempermaknai sekali lagi potret
besar yang diperjelas dalam Bab 2-8, dan akan memberikan pembaca sarana-
sarana tambahan dengannya berhubungan dengan rincian-rincian empiris analisis
wacana. Bab 10-12 diperluas dengan contoh-contoh analisis wacana yang
menggunakan beberapa sarana dan strategi penyelidikan yang dikembangkan
lebih awal dalam buku ini. Bab-bab tersebut tidak dimaksudkan untuk menjadi
prosedur manual tahap demi tahap secara rigid (untuk itu lihat buku saya How to
do Discourse Analysis?, Routledge, 2011). Sarana dan strategi tersebut secara
sederhana dimaksudkan untuk mencontohkan dalam praktik sedikit sarana yang
didiskusikan dalam buku ini. Buku berakhir dengan apendiks dan glosari.
Apendiks mendiskusikan bagaimana pendekatan terhadap analisis wacana yang
didiskusikan dalam buku ini dapat menerapkan kepada citra-citra/gambar-gambar
dan teks-teks multimodal (teks-teks yang disusun gambar-gambar dan kata-kata),
kedua bentuk komunikasi yang lebih krusial dalam era digital dewasa ini. Glosari
mendefinisikan istilah-istilah kunci yang digunakan dalam buku ini sehingga para
pembaca dapat berkonsultasi dengan daftar jika mereka sudah melupakan di mana
istilah diperkenalkan.
Analisis saya sepanjang buku ini tidak mengandaikan teori spesifik gramar
tertentu atau, untuk hal itu. Hal itu mengandaikan kedalaman pengetahuan
mengenai gramar. Betapa pun, pembaca hendak menambahkan bacaan mereka
atas buku ini dengan bacaan tembahan mengenai gramar, grama yang dipilih
sebagaimana berfungsi dalam komunikasi dan interaksi sosial. Pendekatan
fungsional terkenal adalah yang dikembangkan M.A.K.Halliday. sumber-sumber
sekunder pengantar baik tentang pendekatan gramar Halliday dalam dilihat dalam
Bacaan pada bagan akhir baba ini untuk referensi.
Oleh karena buku ini dimaksudkan menjadi “Pengantar” maka saya sudah
mencoba tidak untuk mengacaukan bab-bab dengan daftar panjang acuan yang
berhubungan. Saya memunyai referensi dan menganjurkan bacaan-bacaan untuk
bagian Bacaan pada akhir setiap bab. Sisi bawah kebijakan ini adalah bahwa I
akan harus meninggalkan referensi kepada karya yang lebih spesifik dari banyak
sejawat yang karya-karyanya saya nilai mulia. Sisi atasnya adalah bahwa orang
baru baru untuk analisis wacana dapat secara aktual membaca beberapa bahasan
yang saya kutip dan akan memunyai tempat baik untuk memulai penyelidikan
berikut mereka. Bahan yang saya kutip adalah, dalam hampir semua hal, penuh
dengan referensi berikut kepada sumber.
Akhirnya, izinkanlah saya menjelaskan koneksi antara buku ini dan buku
How to do Discourse Analysis? yang disebutkan di atas. Buku yang disebutkan itu
berisi beberapa bahan sama dengan buku ini tetapi lebih sebagai panduan setahap
demi setahap pada bagaimana melakukan analisis wacana. Buku itu mewariskan
capai baik untuk pembaca untuk melakukan dalam cara mengerjakan dengan data
dan melibatkan dengan analisis wacana mereka sendiri. Mereka yang lebih suka
penjelasan dan penyingkapan dapat memilih buku ini, dan mereka yang ingin
bekerja melalui banyak isu untuk mereka sendiri atau dalam kolaborasi dengan
yang lain dapat memilih buku lain.
Bacaan:
Bab 2
Tugas-tugas Membangun
Membangun Hal-hal melalui Bahasa
Sebuah Contoh
Membangun Hal-Hal melalui Bahasa
Dalam bab 1 kita berargumen bahwa bahasa dalam penggunaan (language-
in-use) adalah tentang mengatakan, melakukan, dan menjadi (diri tertentu). Kita
berargumen secara sama bahwa melalui mengatakan, melakukan, dan menjadi
(diri tertentu) kita meragakan/memerankan permainan-permainan atau praktik-
praktik tertentu (misalnya, pertemuan-pertemuan panitia/komite, sesi permainan
Yu-Gi-Oh!, argumen di pengadilan, obrolan dengan tetangga, meminta seseorang
keluar pada satu hari), yang, pada gilirannya, memberi makna terhadap pengataan,
peerbuatan, dan identitas kita. Permainan atau praktik tersebut selalu dimiliki
kelompok-kelompok sosial (seperti anggota gang jalanan, pengacara, fans
fanatik), budaya (misalnya, orang-orang Amerika, orang-orang Afrika-Amerika,
orang-orang Amerika asli), atau lembaga-lembaga (universitas, sekolah,
pemerintah). Demikian ketika kita memerankan/meragakan permainan atau
praktik ini, kita juga melestarikan kelompok-kelompok sosial, budaya-budaya,
dan institusi-institusi tersebut.
Budaya-budaya berbeda memunyai konvensi-konvensi berbeda tentang
bagaimana membuat musik. Namun, dengan kebudayaan tertentu, setiap penampil
musik memainkan musik yang sesuai dengan konvensi-konvensinya (dan, lalu,
lama) dan unik, yang dimainkan menurut bakat dan gaya penampil itu (dan, lalu,
baru). Hal sama berlaku benar tentang bahasa. Kita menggunakan istilah “gramar”
untuk konvensi-konvensi tentang bagaimana berbicara dan menulis. Setiap saat
orang menggunakan bahasa, bahwa orang melakukan demikian dalam cara-cara
yang sesuai dengan konvensi-konvensi (berciri gramatis) dan bahwa pada saat
sama unik yang mengekspresikan apa yang orang itu harus katakan dan
bagaimana mereka memilih untuk mengatakan itu. Seperti musik, apa yang kita
lakukakan dengan bahasa selalu berciri lama dan baru.
Adalah sungguh jelas apa yang dimaksudkan membuat musik, tetapi kita
menggunakan bahasa untuk membuat makna, dan tidak jelas apa yang
dimaksudkan. Dalam arti terluas, kita membuat makna melalui menggunakan
bahasa untuk mengatakan hal-hal, yang dalam konteks-konteks penggunaan
aktual, kira-kira, secara sama, untuk melakukan hal-hal dan menjadi hal-hal
(menjadi diri tertentu). Hal-hal ini yang kita lakukan dan menjadi diri tertentu
(identitas-identitas) lalu muncul hadir dalam dunia dan mereka juga menimbulkan
hal-hal lain di dunia. Kita menggunakan bahasa untuk membangun/membentuk
hal-hal di dunia dan memerankan identitas-identitas.
Seperti halnya Anda dapat membangun sebuah bangunan melalui kata
yang berbicara secara sederhana. Sementara kita tidak dapat membangun sebuah
bangunan dengan kata-kata yang berbicara secara sederhana, ada, memang hal-hal
yang dapat kita bangun di dunia dengan mengatakan kata-kata yang mengerjakan
tindakan dan memerankan identitas-identitas.
Marilah ambil contoh paling sederhana! Seorang wasit (umpire) dalam
permainan baseball mengatakan “Strike!” dan satu rintangan (strike) hadir dalam
permainan. Itu yang kaidah-kaidah permainan mungkinkan untuk terjadi. Ada
rintangan jika wasit (umpire) katakan itu. Secara mirip, kaidah-kaidah pernikahan
memungkinkan suatu pernikahan terjadi secara aktual di dunia ketika pendeta
tertahbis atau hakim katakan “Sekarang saya menyatakan kalian suami dan istri.”
Wasit-wasit secara aktual membuat rintangan terjadi dan pendeta secara aktual
menjadikan pernikahan terjadi.
Semua itu yang dapat kita sebut “tindak-tindak tutur langsung” (direct
speech acts). Mengatakan sesuatu menjadikan sesuatu itu demikian, sepanjang
orang sudah katakan itu dalam lingkungan yang benar (demikian, janji juga tindak
tutur langsung, kareena mengatakan “Saya berjanji” dalam latar-latar yang benar –
misalnya, bukan satu tahap sebagai bagian dari satu permainan- menjadikan janji
terlaksana). Namun, ada juga hal-hal yang membuat terjadi di dunia melalui
bahasa yang tidak secara aktual memerlukan bahasa, tetapi yang lebih mudah
untuk melakukan dengan bahasa daripada tanpa bahasa. Saya secara tertentu dapat
hampir memperkuat Anda melalui gestur dan perilaku, tetapi sering lebih mudah
melakukan itu dalam bahasa.
Kita membuat atau membangun hal-hal di dunia melalui bahasa. Tidak
hanya rintangan, pernikahan, dan penguatan, tetapi banyak hal. Misalnya, saya
dapat membuat (atau menghancurkan) hubungan dengan orang-orang lain melalui
bahasa. Jika saya berbicara kepada Anda secara informal, atau jenis cara terikat,
saya tawar-menawar agar Anda menerima saya sebagai teman, jenis hubungan itu
menjadi real (pada akhirnya untuk waktu dan tempat itu), dan memunyai
konsekuensi-konsekuensi di dunia (misalnya, sekarang lebih sulit untuk Anda
menolak ajakan saya untuk Anda untuk datang ke rumahku untuk makan malam).
Kapanpun kita berbicara atau menulis, kita selalu (sering secara simultan)
mengonstruksikan atau membangun tujuh (7) hal atau tujuh area realitas. Marilah
sebut tuju hal ini sebagai Tujuh Tugas Membangun Bahasa. Pada gilirannya,
karena kita menggunakan bahasa untuk membangun tujuh hal ini, maka analis
wacana dapat mengajukan 7 pertanyaan tentang bagian tertentu bahasa dalam
penggunaan. Di bawah, Saya daftarkan Tujuh Tugas Membangun dan persoalan
analisis wacana untuk mana setiap tugas munculkan:
1. Signifikans
Ada hal-hal dalam kehidupan yang signifikan oleh standar-standar hampir
setiap orang (misalnya kelahiran atau kematian seorang anak). Namun untuk
banyak hal, kita perlu menggunakan bahasa untuk menjadikannya signifikan atau
untuk mengurangi signifikansnya, untuk memberi tanda kepada orang lain
bagaimana kita memandang signifikansnya.
“Cacing-cacing bertanduk sungguh beragam banyak dalam bagaimana
secara baik mereka bertumbuh” memberi tanda-tanda bahwa pembicara
menggunakan variasi dalam cacaing-cacing bertanduk menjadi signifikan melalui
penggunaan kata keterangan sungguh. Kata sungguh merupakan pemarkah sikap
atau perasaan. “Pertumbuhan cacing-cacing bertanduk menampilkan jumlah
variasi signifikan menandakan bahwa pembicara menggunakan variasi dalam
cacing-cacing bertanduk menjadi signifikan karena penggunaan frase jumlah
signifikan variasi. Penggunaan kata signifikan di sini merupakan istilah teknis dan
mengacu kepada alat statistik bidang akademik.
Pertanyaan Analisis Wacana: Bagaimana bagian bahasa ini digunakan
untuk membuat hal-hal tertentu signifikan atau tidak tidak, dan dalam cara-cara
apa?
2. Praktik-Praktik/Aktivitas-aktivitas
Kita juga sudah berbicara banyak tentang praktik-praktik. Dengan
“praktik” saya maksudkan iktiar yang dikenal secara sosial dan didukung secara
institusional atau kultural yang biasanya melibatkan rangkaian atau kombinasi
tindakan dalam cara-cara spesifik tertentu. Memberanikan seorang siswa adalah
satu tindakan, mendampingi siswa sebagai penasehatnya di program S1 adalah
praktik. Mengatakan seseorang sesuatu tentang linguistik adalah tindakan
(menginformasikan), mengajarkan linguistik dalam kuliah adalah satu praktik.
Kadang-kadang istilah aktivitas digunakan untuk apa yang saya sebut praktik.
Kita menggunakan bahasa untuk dapat dikenali sebagai yang melibat
dalam jenis praktik atau aktivitas tertentu. Misalnya, saya berbicara dan bertindak
dalam satu cara dan saya terlibat dalam membuka secara resmi pertemuan panitia;
saya berbicara dan bertindak dalam cara yang lain dan saya terlibat dalam
“gosip/isu” (chit-chat) sebelum star resmi pertemuan tertentu.
Ketika kita berpikir tentang praktik-praktik, kita menghadapi jenis
masalah ayam-telur signifikan. Apa yang kita katakan, lakukan, dan dalam
menggunakan bahasa memerankan/meragakan praktik-praktik. Pada saat yang
sama, apa yang kita katakan, lakukan, dan yang tidak memunyai makna jika
praktik-praktik tersebut tidak hadir.
Yang muncul pertama kemudian: Satu praktik seperti rapat-rapat panitia
atau bahasa yang kita gunakan untuk melaksanakan rapat-rapat panitia, cara-cara
panitia kita berbicara dan berinteraksi? Itu rapat panitia karena kita berbicara dan
memerankan cara itu, atau kita berbicara dan memerankan cara itu karena itu rapat
panitia? Praktik rapat-rapat panitia memberi makna dan tujuan untuk bahasa
dalam rapat-rapat dan bahasa kita dalam rapat-rapat memerankan rapat panitia dan
membuatnya hadir.
Jawaban terhadap masalah “ayam-telur” ini adalah ini: Bahasa dan
praktik-praktik berikatan satu sama lain dalam eksistensi dalam proses timbal-
balik melalui waktu. Kita tidak dapat memunyai satu tanpa yang lain.
Ini begitu menjangkau permasalahan bagaimana praktik-praktik baru
muncul. Sering praktik-praktik baru adalah varian-varian dari hal-hal lama; hal-
hal yang orang sudah ubah atau tranformasikan. Pada saat lain, praktik-praktik
baru bermula oleh orang-orang yang meminjamkan elemen-elemen praktik lain
mereka yang lebih lama untuk membuat sesuatu menjadi baru. Itulah sebabnya
komputer tampak seperti saling berhadap-hadapan dan dibicarakan tentang seperti
“komputer meja/desktop”. Kita menggunakan sesuatu yang tua untuk memahami
dan membangun sesuatu yang baru.
Pertanyaan Analisis Wacana: praktik atau praktik apa bagian bahasa
yang digunakan ini perankan/ragakan (misalnya, mengambil pihak-pihak lain
untuk mengenal seperti yang berlangsung)?
3. Identitas-identitas
Kita menggunakan bahasa untuk dapat dikenali sebagai pengambilan
identitas atau peran tertentu, yaitu untuk membangun suatu identitas kini dan di
sini. Misalnya, saya berbicara dan bertindak dalam satu cara dan berbicara dan
bertindak sebagai ketua panitia; pada saat berikut saya berbicara dan bercakap
dalam cara berbeda dan saya berbicara dan bertindak sebagai sebaya/sejawat yang
berbicara kepada pihak lain. Mesikupun saya memunyai penugasan resmi sebagai
ketua panitia, saya tidak selalu tampil seperti bertindak sebagai ketua, bahkan
selama rapat-rapat. Saya harus memerankan identitas ini pada waktu dan tempat
yang tepat untuk membuatnya bekerja.
Kita sering memerankan identitas-identitas kita melalui berbicara atau
menulis dalam cara tersebut untuk memberi cap identitas kepada pihak lain,
identitas yang kita bandingkan atau kontraskan secara eksplisit atau implisit
kepada diri kita. Kita membangun identitas-identitas untuk pihak lain sebagai satu
cara untuk membangun hal yang sama untuk diri sendiri. Misalnya, adalah tidak
mungkin untuk memerankan identitas rasis bagi diri sendiri tanpa membangun
dalam bertutur atau menulis jenis identitas inferior tertentu bagi ras lain.
Pertanyaan Analisis Wacana: Identitas atau identitas-identitas apa
bagian bahasa yang digunakan ini perankan/ragakan (yaitu mencapai pihak lain
untuk mengenal seperti operatif) Identitas atau identitas-identitas apa bagian
bahasa yang memberi capa terhadap pihak lain dan bagaimana itu membantu
pembicara atau penulis memerankan identitasnya sendiri?
4. Perhubungan (Relationship)
Kita menggunakan bahasa untuk menandakan jenis hubungan apa yang
kita miliki, juga ingin untuk miliki, atau coba untuk miliki dengan pendengar,
pembaca kita, atau orang-orang lain, kelompok-kelompok, atau lembaga tentang
sekitar sipa kita sedang berkomunikasi. Kita menggunakan bahasa untuk
membangun pertalian sosial. misalnya, dalam rapat panitia, sebagai ketua panitia,
saya katakan, “Prof. Smith, Saya mohon maaf harus mengalihkan kita kepada
agenda berikut” dan menandakan pertalian sopan dan relatif formal dengan
Prof.Smith. Pada pihak lain, mendukung yang saya katakan, “Ed, waktunya untuk
berpindah agenda.” Sekarang saya menandakan pertalian kurang sopan dan relatif
informal dengan orang sama.
Pertanyaan Analisis Wacana: Jenis pertalian atau pertalian-pertalian apa
bagian bahasa ini yang mencari untuk memerankan dengan pihak-pihak lain
(sekarang atau tidak)?
5. Politik (distribusi modal-modal sosial)
Kita menggunakan bahasa untuk menyatakan satu perspektif tentang
hakikat distribusi modal-modal sosial, yaitu untuk membangun perspektif tentang
modal-modal sosial. misalnya, jika saya katakan “Microsoft meluapkan sistem
operasinya dengan serangga,” saya perlakukan Microsoft sebagai yang
berkepentingan dan bertanggung jawab, barangkali bahkan patut disalahkan. Saya
menyangkal mereka sebagai modal-modal sosial. jika saya katakan, pada pihak
lain, “Sistem operasi Microsoft diluapkan dengan serangga,” saya perlakukan
Microsoft kurang berkepentingan dan bertanggung jawab, kurang dapat
disalahkan. Saya masih menyangkal mereka sebagai modal-modal sosial, tetapi
saya sudah mengurangi penyangkalan ini. Jika saya katakan, “Saya menyumbang
Microsoft modal sosial (menjadi inovatif) dan bahkan membuat serangga-
serangga tanda ini, daripada masalah. Bagaimana saya utarakan bahan yang
memiliki implikasi-implikasi untuk modal sosial seperti kesalahan dan kebakaran,
tanggung jawab legal atau kekurangannya, atau motif-motif baik atau buruk
Microsoft.
Modal-modal sosial secara potensial bergantung waktu kita berbicara atau
menulis demikian seperti untuk menyatakan atau menunjukkan sesuatu atau
seseorang itu adekuat, normal, baik, atau dapat diterima (atau sebaliknya) dalam
gaya tertentu penting bagi kelompok tertentu dalam masyarakat atau masyarakat
secara keseluruhan. Dalam Bab 1, saya membatasi perspektif-perspektif tentang
distribusi modal sosial sebagai “politik”.
Pertanyaan Analisis Wacana: Perspektif tentang modal-modal sosial apa
yang bagian bahasa ini komunikasikan (yaitu apa yang dikomunikasikan sebagai
untuk apa diambil untuk menjadi normal, benar, baik, tepat, terdepan, cocok,
bernilai, hal-hal cara yang ada, hal-hal cara yang seharusnya, status tinggi atau
status rendah, seperti saya atau tidak seperti saya, dan seterusnya)?
6. Koneksi-koneksi
Kita menggunakan bahasa untuk menjadikan hal-hal tertentu dikoneksikan
atau relavan atau tidak dengan hal-hal lain, yaitu untuk membangun koneksi atau
relevansi. Misalnya, saya dapat berbicara atau menulis sedemikian untuk
mengoneksikan fundamentalisme Kristen di AS terhadap fundamentalisme Islam
di Timur Tengah, atau berbicara dan menulis seolah-olah mereka tidak
berkoneksidan macam-macam hal yang sangat berbeda. Tentu saja, menggunakan
istilah fundamentalisme juga merupakan satu cara mengoneksikan mereka. Hal-
hal tidak selalu berkoneksi secara melekat atau relvan satu sama lain. Sering, kita
harus membuat koneksi-koneksi. Bahkan, ketika hal-hal tampak berkoneksi secara
melekat atau relevan satu sama lain, kita dapat menggunakan bahasa untuk
menghentikan atau merenggangkan koneksi-koneksi tersebut.
Pertanyaan Analisis Wacana: Bagaimana bagian bahasa ini berkoneksi
atau memutuskan hal-hal; bagaimana hal itu menjadikan satu hal relevan atau
tidak relevan terhadap yang lain?
7. Sistem Tanda dan Pengetahuan
Ada banyak bahasa berbeda (yaitu bahasa Spanyol, Rusia, Inggris). Ada
banyak keragamaan berbeda satu bahasa tertentu (misalnya, bahasa pengacara,
bahasa biolog, bahasa artis hip-hop). Ada sistem-sistem komunikatif yang bukan
bahasa (persamaan matematika, grafik, citra/gambar). Semua itu adalah sistem-
sistem tanda berbeda.
Lagi pula, kita manusia selalu membuat klaim pengetahuan dan
kepercayaan dalam sistem-sistem itu. kita dapat menggunakan bahasa untuk
membuat sistem tanda tertentu dan bentuk-bentuk pengetahuan dan kepercayaan
tertentu yang relevan atau diistimewakan, atau tidak, dalam situasi terdahulu,
yaitu, untuk membangun privilese dan prestise untuk satu sistem tanda atau cara
mengetahui atas yang lain. Misalnya, saya berbicara dan bertindak sedemikian
untuk membuat pengetahuan dan bahasa para pengacara relevan (diistimewakan),
atau tidak, atas bahasa harian atau atas bahasa akademik yang menunjukkan ciri
pengacara dalam diskusi panitia memfasilitasi penerimaan mahasiswa lebih
minoritas kami. Kita juga menggunakan bahasa untuk menciptakan, mengubah,
melanggengkan, dan merevisi bahasa sendiri dan sistem tanda lain dan cara-cara
membuat klaim pengetahuan mereka tentang dunia. Ini fungsi penting, tetapi satu
yang akan saya kesampingkan dalam buku ini.
Pertanyaan Analisis Wacana: Bagaimana bagian bahasa ini
mengistimewakan atau menganaktirikan sistem-sistem tanda spesifik (misalnya
bahasa Spanyol vs Inggris, bahasa teknis vs bahasa harian, kata-kata vs gambar-
gambar, kata-kata vs persamaan-persamaan, dan lain-lain) atau cara-cara
mengetahui dan mempercayai berbeda atau klaim-klaim terhadap pengetahuan
dan kepercayaan (misalnya, sains vs humanistik, sains vs pengetahuan umum,
biologi vs sains ciptaan)?

Anda mungkin juga menyukai