MATA KULIAH :
JP701 - PENGANTAR PENDIDIKAN BAHASA JEPANG (NIHONGO KYOUIKU GAIRON)
Oleh :
Trisgar
2208437
SEKOLAH PASCASARJANA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
1. IDENTITAS BUKU
3. INFORMASI PENTING
a. PENGERTIAN
Dikatakan bahwa "Bahasa ada karena adanya masyarakat dan masyarakat ada karena
adanya bahasa." Kemudian sering disebut juga "Bahasa adalah cermin yang
merefleksikan budaya." Hal ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara bahasa
dengan masyarakat, budaya, dan kehidupan. Karena kedekatan itulah bahasa berubah
sesuai dengan berbagai faktor sosial, bisa dibilang karena adanya perubahan itulah
hubungan diantaranya menjadi erat. Sebagai contoh ketika ingin mengatakan makan
(Taberu), ada juga pengucapannya dengan “Kue yo”, “Otabenasai na”, “Tabetara ikaga
desu ka”, “meshi agarimasen ka”, atau bisa saja hanya bilang dengan “Douzo”, atau
mungkin tanpa mengatakan apapun hanya memberikan begitu saja makanan yang ada
didepan mata kita. Belum lagi ketika membahasa dialek saat pengucapannya. Ketika
mempertimbangkan cara-cara mengatakan hal diatas (termasuk kasus di mana tidak ada
yang dikatakan),
Gambar 1. Ragam Cara Pengucapan “Silahkan Makan” dalam bahasa Jepang
- Hubungan hierarkis
Kata penghormatan dan kata merendah digunakan ketika pembicara lebih muda dan
pendengar lebih tinggi. Sebaliknya, tidak menutup kemungkinan kata penghormatan
atau kata merendah tidak diucapkan namun hanya diungkapkan dengan sikap tanpa
berkata apa-apa.
- Hubungan dekat
Jika Anda berada dalam hubungan dekat, sulit untuk berbicara dengan sopan, tetapi
jika Anda tidak dekat, Anda akan sering berbicara dengan sopan.
- Hubungan gender
Apakah pembicara adalah pria atau wanita, cara berbicara dapat berubah bahkan jika
hubungan antara pria dan wanita setara dan tingkat keintimannya sama.
- Umat manusia
Satu-ke-satu atau satu-ke-banyak? Saat berbicara dengan banyak orang, kita
cenderung lebih formal daripada saat berbicara dengan satu orang. Juga, ada
perbedaan dalam volume dan jarak suara.
3. Adegan ketika berbicara
- Situasi adegan
Apakah itu adegan kasual atau adegan formal? Misalnya, bahkan jika pebisnis yang
sama berbicara satu sama lain, cara mereka berbicara di kedai kopi berbeda dengan
cara mereka berbicara di pertemuan.
- Kehadiran
Apakah ada seseorang di sisi kita ketika sedang berbicara? Misalnya, jika ada pihak
ketiga yang datang di tengah percakapan, kita sering kali tiba-tiba berhenti berbicara,
merendahkan suara, atau mengubah isi percakapan.
4. Bicara konten
- Apakah kita berbicara tentang manusia (tentang orang-orang yang berbicara atau
orang ketiga kah?)
- Apakah kontennya ringan atau informal?
5. Cara Bicara
- Melalui tatap muka, telepon atau surat, dll.
6. Faktor Psikologis
- Bagaimana kondisi psikologisnya ketika berbicara?
b. TUTURAN HONORIFIK
Orang cenderung menganggap bahwa honorifik itu unik dalam bahasa Jepang, tapi nyatanya
ada beberapa bahasa yang memiliki sistem honorifik, seperti bahasa Korea, yang sangat
mirip dengan bahasa Jepang. Dalam hal mengekspresikan rasa hormat dan kesopanan sudah
umum diketahui bahwa dengan penggunaan tuturan honorific ini dalam penggunaannya.
Mengesampingkan bahasa asing, di sini saya ingin memberikan gambaran tentang sistem
honorific bahasa Jepang. Untuk memudahkan, sistem honorifik dapat dibagi menjadi tiga
jenis: kata hormat (Sonkei go atau Honorific language), kata merendah (Kenjyou go atau
Humble Language), dan kata sopan (Teinei go atau Polite language). Di bawah ini adalah
deskripsi singkat dari masing-masing mekanisme.
2. Bahasa Merendah
Kata merendah digunakan utuk diri sendiri, tidak digunakan untuk orang lain. Ragam
bentuknya sebagai berikut :
- Merubah bentuk kata kerja ke bentuk spesifik
Contoh : Kuru Mairu atau Miru Haiken suru
- Menjadi “O” atau “Go” + Suru
Contoh : Omochi suru atau Gorenraku suru
- Menjadi “O” atau “Go” + Itasu
Contoh : Omochi itasu atau Gorenraku itasu
- Menjadi “O” atau “Go” + Moushiageru
Contoh : Omochi moushiageru atau Gorenraku moushiageru
- Menjadi “O” atau “Go” + itadaku
Contoh : Omochi itadaku atau Gorenraku Itadaku
- Contoh lain selain kata kerja : watashidomo, Gusoku, Settaku, Shōsei.
3. Bahasa Santun
Bahasa santun memiliki fungsi untuk membuat kalimat yang santun guna
memperindah pihak lain. Ini adalah kasus ketika Anda menambahkan "desu", "masu",
dan "gozaimasu". Selain itu, ada kelompok yang disebut Bikago (Beautification) dan
Teichougo (Bahasa sopan) yang akan dijelaskan sebagian teori dan penjelasannya
dalam penjelasan berikutnya.
- Bikago
Ekspresi yang digunakan untuk membuat kalimat menjadi elegan dan indah dengan
menambahkan "o" atau "go" ke kata benda.
Contoh : Ocha, okeiko, o tearai, o shōyu, ohana
- Teichougo (Bahasa Sopan)
Ungkapan yang mengungkapkan perasaan sopan dengan menggunakan kata-kata
rendah hati, bukan makna asli dari rendah hati.
Contoh : Yuki ga futte mairimashita. Zen'in de kōshin itashimasu. Jōken-hō
tomōshimasu no wa…
Sampai saat ini, kita telah secara kasar melihat bentuk tuturan honorific dalam
bahasa Jepang, tetapi bahkan jika Anda mempelajari bentuk-bentuk ini sepenuhnya,
Anda tidak akan dapat berkomunikasi dengan baik hanya dengan ini. Seperti yang
saya sebutkan di awal, cara berbicara (metode ekspresi) berubah tergantung pada
berbagai faktor seperti hubungan manusia dan situasi, sehingga perlu memiliki
kemampuan pengetahuan untuk memilih apa yang paling cocok pada saat berbicara.
Lantas, apa saja faktor yang menentukan penggunaan honorifik yang tepat? Mr
Yasuhito Kikuchi membuat item berikut di "Keigo".
1. Faktor Sosial
A. Tempat dan Topik :
- Anggota konstituen dari tempat kejadian;
- Karakteristik Kejadian
- Topik
- Hubungan internal dan eksternal
B. Hubungan :
- Hubungan hierarkis
- Hubungan posisi
- Hubungan orang tua
c. ANALISIS ARTIKEL
Terdapat beberapa artikel penelitian yang dijadikan referensi dalam pemaparan materi
Sosiolinguistik ini selain dari buku. Hasil penelitian seperti dijabarkan pada tabel dibawah.
d. PERTANYAAN / TANGGAPAN
“Apakah orang Jepang juga melakukan kesalahan dalam penggunaan tuturan Honorifik
(Bahasa Sopan)? Jika iya sangsi sosial apa yang akan dikenakan? Dan bagaimana terhadap
orang asing seperti orang Indonesia, apakah ada sangsi jika kita salah menggunakan
bahasa sopan dalam percakapan dengan orang Jepang?
Tanggapan :
Saya rasa orang Jepang asli pada umumnya tidak akan melakukan kesalahan pada ragam
penggunaan bahasa sopan, karena mereka dididik sedari dini terkait hal ini dan aktif
digunakan dalam percakapannya sehari-hari, walaupun tidak menutup kemungkinan
selalu ada saja orang-orang yang diluar keumuman yakni yang tidak menggunakan
bahasa sopan kepada yang seharusnya.
Jika terhadap orang asing (seperti orang Indonesia), maka orang Jepang seakan
menempatkan kita di “area” yang berbeda, maksudnya mereka sudah paham bahwa kita
pembelajar baru bahasa Jepang dan akan cenderung salah, karena itu orang Jepang akan
memaklumi ketika terjadi kesalahan dan tidak akan ada sangsi apapun, namun
sebaliknya jika kita bisa berbuat jauh lebih baik dari orang-orang pada umumnya maka
level kita dimata orang-orang Jepang akan menaik dan akan merasa lebih dihargai.
Seperti yang ditambahkan Juju Sensei bahwa orang Jepang jika sudah dekat atau
komunikasi dengan merekanya baik maka akan rajin memberitahu kita mana yang benar
dan mana yang keliru.