Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karuniaNya makalah dengan judul “Penggunaan Bahasa Prokem dalam Novel”
dapat terselesaikan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Ali Sutan Lubis, S.Pd, MM, selaku kepala sekolah SMA Negeri 1
Sibolga.
2. Ibu Radima Napitupulu, selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia,
yang telah membantu dan mengarahkan serta memberikan masukan
terhadap pembuatan makalah ini.
3. Teman-teman XII MIA 2 yang telah memberikan masukan dan saran
kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
4. Kedua orangtua yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan motivasi
kepada penulis.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya.

Sibolga, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
A. BAHASA BAKU DAN NON BAKU........................................................................3
a. Bahasa Baku...........................................................................................................3
b. Bahasa Non baku....................................................................................................4
B. BAHASA PROKEM....................................................................................................4
a. Karakteristik Bahasa Prokem..................................................................................5
b. Pembentukan Bahasa Prokem.................................................................................5
C. PENGGUNAAN BAHASA PROKEM DALAM NOVEL...........................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

ii
i
A. Bahasa Baku dan Non Baku
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk
menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer,
yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri. Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan
dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Dari pendapat Keraf diatas dapat disimpulkan bahwa Bahasa adalah kunci
pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena dengan bahasa, orang bisa
berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi
kehidupan bermasyarakat.

1. Bahasa Baku
Bahasa baku atau bahasa standar adalah ragam bahasa yang diterima untuk
dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundang- undangan, surat-menyurat,
dan rapat resmi. Bahasa baku umumnya ditegakkan melalui kamus (ejaan dan
kosakata), tata bahasa, pelafalan, lembaga bahasa, status hukum, serta penggunaan
di masyarakat (pemerintah, sekolah, dan sebagainya). Dalam bahasa Indonesia,
ejaan baku adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), sehingga penelitian yang
melanggar EYD adalah ejaan non baku, sehingga ragam tulisnya merupakan non
baku pula. Bahasa baku memiliki ciri-ciri yaitu, bentuknya yang tetap dan tidak
mudah berubah, tidak terpengaruh bahasa asing ataupun daerah, biasanya bukan
bahasa yang digunakan percakapan sehari-hari, dan memiliki arti yang pasti, tidak
rancu, dan tidak berlebihan.
2. Bahasa Non baku

Suharianto memberi pengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa


tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang
sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).

1
Ciri-ciri bahasa Non baku adalah bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang
lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung, dan menggunakan kata-
kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari.

B. Bahasa Prokem
Pemakaian bahasa Indonesia di zaman sekarang ini sudah banyak
divariasikan dalam pengucapan pembicaraannya. Penyampaian kata-katanya pun
sudah tidak baku lagi, hal ini disebabkan oleh era globalisasi yang berkembang
pesat di Indonesia dengan pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia. Salah
satu variasi bahasa yang digunakan oleh remaja adalah bahasa prokem.
Bahasa prokem termasuk dalam bahasa non baku yaitu kalimatnya yang
sederhana, singkat, dan kurang lengkap. Bentuk bahasa prokem mudah berubah
dan dipengaruhi bahasa asing maupun daerah. Berbeda dengan bahasa baku, yang
memakai penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan, bentuknya tetap, dan tidak
mudah berubah, tidak terpengaruh bahasa asing ataupun daerah. Sehingga dapat
dikatakan bahwa bahasa yang melanggar aturan EYD adalah bahasa non baku.
Bahasa prokem pada awalnya merupakan bahasa sandi, yang dipakai oleh
kalangan remaja tertentu. Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman
untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia supaya perkataan mereka tidak
diketahui oleh kebanyakan orang. Kata prokem dibentuk dengan menyisipkan
’ok’ di tengah kata preman yang dibuang akhiran ’an’ –nya. Bahasa prokem inilah
yang sekarang ini disebut sebagai bahasa gaul (Tempo, 13/edisi 21-27 Mei 2007).
Bahasa prokem sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970-an. Awalnya,
istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi pembicaraan dalam
komunitas tertentu. Tetapi karena sering dipakai di luar komunitasnya, semakin
lama istilah-istilah tersebut menjadi bahasa sehari-hari. Bahasa prokem ini
mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul. Dalam
konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non formal
yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu.
Dalam Kompas (2006:50) disebutkan bahwa prokem merupakan bahasa
yang mulanya digunakan untuk merahasiakan isi pembicaraan pada komunitas
tertentu, tapi karena intensitas pemakaian tinggi maka bahasa prokem menjadi
bahasa sehari- hari yang digunakan oleh kebanyakan kaum remaja.

2
Dari beberapa definisi mengenai bahasa prokem di atas, acuan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah definisi dalam Kompas yang mengartikan
bahasa prokem sebagai bahasa yang mulanya digunakan untuk merahasiakan isi
pembicaraan pada komunitas tertentu, tapi karena intensitas pemakaian tinggi
maka bahasa prokem menjadi bahasa sehari- hari yang digunakan oleh
kebanyakan kaum remaja.

a. Karakteristik Bahasa Prokem


1. Merupakan ragam bahasa tidak resmi.
2. Berupa kosakata yang ditemukan oleh kelompok orang muda atau
kelompok sosial tertentu dan cepat berubah.
3. Menggunakan kata-kata lama atau baru dengan cara baru atau arti baru.
4. Dapat berwujud pemendekan kata seperti akronim dan singkatan.
5. Dapat diterima sebagai kata populer namun akan segera hilang dari pemakaian.
6. Berupa kata atau kalimat yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia.
7. Mempunyai bentuk yang khas melalui macam-macam proses
pembentukan.

a. Pembentukan Bahasa Prokem


1. Kosakata khas:
 ayah → bokap
 ibu → nyokap
 aku → gue
 kamu→ lo
2. Pemendekan kata atau kontraksi dari kata/frasa yang panjang
 bagaimana → gimana
 ini → nih
3. Proses nasalisasi kata kerja aktif+ in untuk membentuk kata kerja
transitif aktif:
 memikirkan→ mikirin
 merepotkan → ngerepotin
4. Bentuk pasif 1: di + kata dasar + in:
 diduakan → diduain

3
 ditunggui → ditungguin
5. Bentuk pasif 2: ke + kata dasar yang merupakan padanan bentuk
pasif "ter-" dalam bahasa Indonesia baku:
 tertimpa → ketimpa,
 tertabrak → ketabrak

C. Penggunaan Bahasa Prokem dalam Novel


Bahasa prokem atau bahasa gaul umumnya terdapat pada novel-novel
bergenre teenlit yang ditujukan pada kaum remaja. Teenlit merupakan singkatan
dari teen literature. Kata ‘teen’ diambil dari teenager yang artinya adalah remaja,
sementara ‘literature’ dapat diartikan sebagai bacaan. Oleh karena itu, teenlit
dapat diartikan sebagai bacaan untuk remaja dengan kisah yang menceritakan
kehidupan remaja.
Ciri khas novel bergenre teenlit adalah bahasanya yang ringan,santai,dan
mudah dipahami. Dan kebanyakan juga terkesan tidak baku alias bahasa sehari-
hari. Tentu peran kebahasaan ini sangat penting dalam sebuah novel teenlit.
Dengan mengangkat kisah para remaja, dan target pembacanya juga adalah
remaja, maka akan lebih baik jika menggunakan bahasa yang tidak baku atau
bahasa gaul agar pembaca merasa lebih nyaman untuk membacanya. Dan juga
kebanyakan remaja lebih menyukai novel dengan bahasa gaul yang ringan dan
mudah dipahami para remaja, karena digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Novel “Story Of Seth” oleh Wulanfadi adalah novel yang terbit pada tahun
2017 yang menceritakan kehidupan cinta remaja yang dikemas dengan
menggunakan bahasa prokem atau bahasa gaul. Bahasa prokem tersebut sangat
mendukung baik karakter maupun jalan cerita novel Story of Seth. Bermula dari
Seth dan Rina yang menjalin hubungan asmara pada masa SMA. Mereka sudah
sejak awal berpacaran, tetapi Rina merasa hubungan mereka terlalu flat dan
begitu-begitu saja. Dan pada akhirnya Rina meminta Seth untuk break dulu. Dia
mau mereka sama-sama mencari 'target' atau orang lain untuk menguji rasa setia
mereka satu sama lain. Setelah keputusan itu dibuat, keduanya merasa menyesal
tetapi mau tidak mau harus dijalani. Namun lama-kelamaan rasa yang keduanya
miliki tidak utuh lagi karena keberadaan orang lain di sisi mereka. Singkatnya,

4
mereka ingin melakukan pembuktian cinta mereka dengan berbagai masalah dan
kerumitan yang terjadi. Hal tersebut dapat terlihat dari pernyataan Rina terhadap
Seth yang biasa Rina panggil Gardi, untuk menyatakan keinginan menguji
kesetiaan.
“Gar, semuanya benar-benar mudah. Gue merasa aneh. Mungkin ini alas an gue
minta putus,” tambah gue, memberi sedikit jeda untuk berpikir. “Misalkan lo
mutusin gue, lo bakal nyari target baru,kan? Gue juga bakal nyari cowok lain.”
Mata Gardi melebar, seoalh tahu maksud gue. “Tapi Rin, ini menyangkut
perasaan orang lain juga, bukan kita doing.”
“Gue cuma mau ngetes rasa setia kita,Gar. Gue Cuma mau tahu seberapa lama
gue bertahan lihat lo sama target baru lo, begitu pun lo saat lihat gue sama yang
lain.”
Tetapi setelah semua tantangan dan masalah yang keduanya hadapi, pada akhirnya
mereka mengikuti kata hati dan menemukan jalan kembali untuk tetap bersama.

Kata “flat” dan ‘break” yang dicetak miring seperti diatas sudah merupakan
bahasa prokem, yang merupakan adopsi dari bahasa Inggris. Kata tersebut
merupakan bahasa baku dalam bahasa Inggris, tetapi ketika digunakan dan
dicampurkan dengan bahasa Indonesia dalam pemakaian sehari-hari, maka kata
tersebut menjadi tidak baku, dalam bahasa Indonesia. Kemudian jenis cerita
dalam novel Story of Seth seperti diatas juga kebanyakan dialami oleh remaja
SMA, seperti kisah yang terjadi antara Seth dan Rina. Keduanya masih remaja
SMA yang masih baru dalam hal percintaan. Dapat dilihat dari kedua karakter
utama, Seth dan Rina, yang sangat labil dalam menyikapi hubungan yang mereka
jalani. Novel Story of Seth sangat menggambarkan karakter remaja sejati pada
zaman modern ini. Oleh karena itu, Wulanfadi mengemas novel ini dengan
memakai bahasa para remaja yang sangat kekinian sehingga dapat mendukung
karakter tokoh serta isi cerita yang terdapat didalamnya.
Berdasarkan karakteristiknya, bahasa prokem adalah ragam tidak resmi atau
tidak baku. Dapat terlihat dari cara penulis Wulanfadi dalam menyajikan novel
Story Of Seth dengan sudut pandang orang pertama secara bergantian, yaitu
memakai bahasa yang tidak sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan (EYD).

5
Pak Endi itu satpam sekolah yang galaknya minta ampun. Kalau lo telat sekolah
dan ketahuan doi, kelar hidup lo.
Pada kalimat tersebut, kata ‘doi’ merupakan bahasa yang tidak sesuai dengan
Ejaan Yang Disempurnakan dan termasuk bahasa prokem, yang artinya “dia”.
Bahasa prokem juga merupakan kosakata yang ditemukan oleh kelompok
orang muda atau kelompok sosial tertentu. Kelompok-kelompok tersebut dapat
dikategorikan seperti geng anak SMA yang sering berkumpul bersama atau
nongkrong baik laki-laki maupun perempuan. Dan mereka biasanya memiliki
bahasa-bahasa persahabatan atau ejekan yang tidak diketahui khalayak, hanya
dimengerti oleh mereka. Dalam novel Story of Seth, Seth memiliki lima sahabat
yang sudah sejak lama bersama, yaitu Mika,Juna,Matt,Julian dan Alvaro. Keenam
sekawan ini sangat kompak dan sering melontarkan lelucon ataupun ejekan satu
sama lain.
“Mau ngapain lo?” tanya Alvaro setelah nyengir melihat gue membawa ember
dan kain pel lantai. “Banting setir jadi Office Boy?”
“Diem aja deh lo,” sungut gue kesal.
Gue membuka bilik toilet pertama tanpa memedulikannya. Astaga, baunya udah
kayak comberan. Nih orang yang pakai toilet ngeluarin apaan,sih?
Kata-kata seperti diatas adalah contoh percakapan sehari-hari yang dipakai oleh
Seth dan kelima temannya, yang termasuk kedalam bahasa prokem karena
memiliki ciri dipakai sehari-hari oleh kaum muda.
Selain itu, bahasa prokem dapat juga menggunakan kata-kata lama atau baru
dengan cara baru atau arti baru. Artinya, kata-kata tersebut sudah ada sejak lama
lalu kemudian diperbaharui lagi oleh kalangan muda dengan makna yang baru.
Mika tertawa terbahak, lalu melenggang pergi dari kamar Mello. Sekarang
perhatian Mello sepenuhnya ke gue.
“So, what’s up?” tanya Mello. Sok kasual ini anak.
“Gue galau,” tandas gue langsung.
Kata “galau” seperti diatas merupakan bahasa gaul zaman sekarang yang
diperbaharui oleh kalangan muda. Galau dalam KBBI, artinya sibuk beramai-
ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran). Namun, menurut pandangan
penulis, pada zaman sekarang ini, galau lebih diartikan sebagai keadaan hati

6
seseorang yang sedih dan tidak menentu. Dan kata tersebut juga banyak dipakai
kaum remaja seperti Seth dan kelima temannya sebagai bahasa sehari-hari
maupun di sosial media.
Karakteristik bahasa prokem berikutnya adalah dapat berwujud pemendekan
kata seperti akronim atau singkatan. Dalam novel Story of Seth, banyak
ditemukan kata-kata akronim atau singkatan, sebagai contoh ketika Rina sedang
merindukan Seth, ia membayangkan perilaku seorang Seth Gardira tersebut
terhadap dirinya. “Gardi yang suka ngelucu, gardi yang protektif banget apalagi
kalo Qwerty modusin gue”, kenang Rina. Dalam kalimat Rina tersebut, terdapat
kata “modus” yang merupakan pemendekan dari “modal dusta” yang artinya,
mengerjakan suatu hal dengan tujuan menarik perhatian seseorang. Pemendekan
kata memang sudah marak digunakan baik dikalangan remaja juga dewasa,
dikarenakan lebih mudah dibanding mengucapkan atau menuliskannya secara
panjang.
Bahasa prokem atau bahasa gaul juga dapat diterima sebagai kata populer
tetapi hanya sementara, dan akan segera hilang dari pemakaian. Dikarenakan
setiap generasi muda-mudi akan terus berganti dan memiliki selera yang berbeda-
beda akan penggunaan bahasa prokem, sehingga akan terus diperbaharui dan
berkembang terutama di kalangan remaja.
“Sebentar lagi The Rules bagian gue terakhir, dan gue sama sekali belum
nembak Lhara. Tapi gue sendiri nggak ada niatan nembak dia.” Bukan apa-apa,
hanya saja gue berpikir kalo Lhara terlalu baik buat cowok kayak gue.
Kata “nembak” yang diberi garis bawah seperti diatas adalah kata populer
pada zaman sekarang yang mungkin saja akan berganti dan hilang dari
pemakaian. Menembak dalam KBBI berasal dari kata dasar “tembak” yang berarti
saling melepaskan peluru dari senjata api (senapan, meriam). Tetapi dalam
kutipan diatas kata ‘nembak’ berarti menyatakan perasaan atau menyatakan cinta.

Kemudian bahasa prokem atau bahasa gaul dapat juga berupa kata yang tidak
lazim dalam bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim berarti kata yang tidak biasa
digunakan khalayak atau semua kalangan. Hal ini sangat mencerminkan
karakteristik bahasa prokem karena kebanyakan yang menggunakannya adalah

7
kalangan muda-mudi ataupun remaja. Biasanya, jarang para orang tua yang
mengetahui apalagi memahami bahasa-bahasa gaul tersebut.

“Lhara kasihan ya.”

“Diam lo, kobokan pecel.”

“Calon istri bokap lo pasti cakep. Mengingat anaknya benar-benar pemilih.”

“Nyindir lu, kecoa kupret.”

Percakapan antara Mika,Seth,dan Julian dalam kutipan tersebut merupakan


contoh bahasa-bahasa tidak lazim dan jarang digunakan oleh seluruh
kalangan,kecuali kaum remaja.

Bahasa prokem juga mempunyai bentuk khas melalui macam-macam proses


pembentukan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahasa prokem dapat
terbentuk dari mana saja secara bebas, yang didapatkan dari pemikiran-pemikiran
kaum muda yang kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan kosakata yang baru.

Gue menelan ludah, lalu mengangguk perlahan. Udah kebayang gimana muka
pak Endi mengawasi gue dan semerbak wangi toilet. Melihat kengerian di wajah
gue, Pak Sobirin mengeluarkan senyum super duper tengil, seolah berkata,
“Siapa suruh tidur di jam ngajar gue?” Rasanya gue pengin banget bales,
“Siapa suruh bikin bosen?” Sayangnya, gue bukan anak yang sangat kurang ajar
seperti itu. Jadi, gue cuma bisa diam.

“Halo, gayung dan kawan-kawannya. Nama gue Seth. Salken-salken!”

Kata ‘salken’ pada kutipan novel Story of Seth diatas merupakan bahasa
prokem yang diciptakan sendiri oleh anak-anak muda. Salken adalah singkatan
dari salam kenal. Dalam konteks diatas, Seth terkena hukuman untuk
membersihkan toilet sehingga ia mengungkapkan lelucon berupa salam kenal
kepada gayung dan seluruh benda di toilet untuk menyemangati dirinya.

8
Penggunaan bahasa prokem dalam novel telah sejak lama diterapkan oleh
penulis-penulis novel Indonesia. Dikarenakan semakin berkembangnya karya-
karya sastra Indonesia seiring dengan berkembangnya zaman. Dengan
penggunaan bahasa prokem atau gaul dalam novel-novel remaja, akan membuat
novel tersebut semakin banyak digemari khususnya kaum muda terlebih di zaman
modern ini.

9
DAFTAR PUSTAKA
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/337 (Sabtu,2
November 2018)

http://shafiranurulfirdausta.blogspot.com/2014/11/makalah-bahasa
indonesiabahasa-gaul.html (Sabtu,2 November 2018)

http://digilib.uinsby.ac.id/16904/5/Bab%202.pdf (Jumat, 9 November 2018)

https://eprints.uny.ac.id/4249/1/ISMIYATI-07210141010.pdf (Selasa,13
November 2018)

http://www.artikata.com/arti-327620-galau.html (Minggu,18 November 2018)

https://gpswisataindonesia.info/2018/04/prokem-bahasa-gaul-anak-muda-jakarta/
(Minggu,18 November 2018)

10

Anda mungkin juga menyukai