Edaran Dirjenbun Mengenai FPKM 2023
Edaran Dirjenbun Mengenai FPKM 2023
SURAT EDARAN
NOMOR: B-347/KB.410/E/07/2023
TENTANG
FASILITASI PEMBANGUNAN KEBUN MASYARAKAT (FPKM)
Kepada Yth.,
1. Gubernur Seluruh Indonesia; dan
2. Bupati dan Wali Kota Seluruh Indonesia;
di Tempat
A. Latar Belakang
Norma/ketentuan kewajiban fasilitasi pembangunan kebun untuk masyarakat
sekitar oleh Perusahaan Perkebunan dimulai sejak terbitnya Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 98 Tahun 2013 dan diperkuat dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2004 tentang Perkebunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-
Undang.
Latar belakang kewajiban pembangunan kebun bagi masyarakat sekitar kebun
oleh perusahaan perkebunan, berawal dari berakhirnya program-program
Pemerintah untuk mempercepat pembangunan perkebunan, khususnya
perkebunan kelapa sawit.
Sejarah itu berawal dari program perkebunan inti-rakyat yang merupakan
kebijakan pemerintah untuk untuk mempercepat perkembangan perkebunan
dikenal dengan oil farming system for rural socioeconomic development
melahirkan program bernama perkebunan inti-rakyat (PIR) atau dikenal NES
(Nucleus Estate and Smallholders Project). Proyek ini dimulai tahun 1980 –
1990 dengan pembiayaan bersumber dari kolaborasi Pemerintah Indonesia dan
donor luar negeri seperti World Bank, Asian Development Bank dan lainnya).
Melalui program inilah lahir definisi inti (perusahaan) yang bermitra dengan
petani (plasma) untuk mengelola lahan. Petani plasma berasal dari petani lokal
setempat ataupun para transmigran yang mengikuti program perpindahan
penduduk dari dari Pulau Jawa dan Bali ke pulau lain seperti Sumatera dan
Kalimantan.
Model PIR membangun kemitraan petani dan perusahaan di mana sumber
pembiayaan pembangunan kebun bersumber dari pinjaman bank. Skema ini
menempatkan petani sebagai pemilik lahan/kebun yang akan membayar kredit
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
pinjaman secara bertahap. Di sisi lain, perusahaan akan menjadi penjamin kredit
(avalis) petani dan bertugas membangun kebun sekaligus mengelola
perawatannya. Keuntungan PIR adalah jaminan pasokan buah sawit dari lahan
petani yang mereka kelola. Sementara itu, kerja sama kemitraan inti-plasma
akan berakhir seiring lunasnya kredit petani. Lunasnya kredit petani, maka
status kepemilikan lahan akan dimiliki sepenuhnya oleh petani.
Konsep PIR terus berjalan sampai tahun 2005 dengan perubahan model
maupun nama menjadi KKPA ( Kredit Koperasi Primer untuk Anggota). Program
ini menerima bantuan dana pemerintah dan negara pendonor. Terakhir, sistem
inti-plasma diperbaiki dengan program bernama Revitalisasi Perkebunan dari
tahun 2005-2015. Pembiayaan revitalisasi perkebunan bertumpu kepada kredit
investasi perbankan di mana bunga kredit mendapatkan subsidi dari pemerintah,
dan sisanya tanggungan petani.
Dengan berakhirnya berbagai program pemerintah tersebut, maka
pembangunan kebun bagi masyarakat sekitar menjadi salah satu solusi
mengatasi ketimpangan kesejahteraan di perkebunan dan menjaga hubungan
yang harmonis antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat di sekitarnya
dengan tetap memperhatikan profitas dan keuntungan perusahaan perkebunan.
Memperhatikan pengaturan regulasi kewajiban perusahaan perkebunan untuk
memfasilitasi pembangunan kebun bagi masyarakat sekitar yang mengalami
beberapa kali perubahan, maka kami meminta kepada Saudara untuk
melaksanakan pembinaan kewajiban tersebut sesuai surat edaran ini.
C. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan.
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta
Kerja menjadi Undang-Undang.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Pertanian.
5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98 Tahun 2013 tentang Pedoman
Perizinan Berusaha sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 21 Tahun 2017.
6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18 Tahun 2021 tentang Fasilitasi
Pembangunan Kebun Masyarakat Sekitar.
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
D. Pelaksanaan
Terdapat 3 (tiga) fase dalam FPKM, meliputi:
a. Fase I : Perusahaan perkebunan yang memiliki perizinan usaha
perkebunan sebelum tanggal 28 Februari 2007;
b. Fase II : Perusahaan perkebunan yang memiliki perizinan usaha
perkebunan setelah tanggal 28 Februari 2007 sampai dengan 2
November 2020;
c. Fase III : Perusahaan perkebunan yang memiliki perizinan usaha
perkebunan setelah tanggal 2 November 2020.
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
c. Kewajiban FPKM mempertimbangkan ketersediaan lahan, jumlah keluarga
masyarakat sekitar yang layak sebagai peserta dan kesepakatan antara
Perusahaan Perkebunan dengan masyarakat sekitar dan diketahui kepala
dinas provinsi atau kabupaten/kota yang membidangi perkebunan sesuai
kewenangannya (Ps 15 ayat (3) Permentan 98/2013).
d. Masyarakat sekitar yang layak sebagai peserta ditetapkan oleh
bupati/walikota berdasarkan usulan dari camat setempat (Ps 15 ayat (4)
Permentan 98/2013).
e. Apabila tidak terdapat lahan untuk dilakukan FPKM sesuai lokasi dalam
kewenangan penerbit perizinan, maka dilakukan kegiatan untuk usaha
produktif sesuai kesepakatan antara Perusahaan Perkebunan dengan
masyarakat sekitar dan diketahui kepala dinas provinsi atau kabupaten/kota
yang membidangi perkebunan sesuai kewenangan.
f. Ketidaktersediaan lahan untuk FPKM dibuktikan dengan keterangan dari
kepala dinas provinsi atau kabupaten/kota yang membidangi perkebunan
sesuai kewenangan.
g. kegiatan kemitraan untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada huruf
e, mengacu ketentuan dalam Pasal 7 Permentan Nomor 18 Tahun 2021.
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
F. Kewajiban
1. Seluruh perusahaan perkebunan wajib melaksanakan kewajiban fasilitasi
pembangunan kebun bagi masyarakat sekitar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dengan berpedoman terhadap pengaturan surat edaran
ini.
2. Kepala dinas daerah kabupaten/kota yang membidangi fungsi Perkebunan
melaporkan perkembangan pelaksanaan FPKM di kabupaten/kota masing-
masing kepada Kepala dinas daerah provinsi.
3. Kepala dinas daerah provinsi yang membidangi fungsi Perkebunan
melaporkan perkembangan pelaksanaan FPKM di provinsi masing-masing
kepada Direktur Jenderal Perkebunan.
Demikian atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami sampaikan terima kasih.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal, 12 Juli 2023
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN