Anda di halaman 1dari 11

i

,
/

MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 24/KPTS/KB.020/3/20 18
TENTANG
PEDOMAN PENGHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK INDUSTRI
PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang bahwa dalam rangka menindaklanjuti Peraturan Menteri


Pertanian Nomor 21/Permentan/KB.41O/6/2017 perlu
menetapkan Keputusan Menteri Pertanian tentang
Pedoman Penghitungan Kebutuhan Bahan Baku Untuk
Industri Pengolahan Hasil Perkebunan;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 ten tang


Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran Negara
Republik ~ndonesia Nomor 5613);
2. Keputusan Presiden Nomor 121jP Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja Periode tahun 2014-2019;
3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
4. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 85);
5. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/
PD.310/9/2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman
Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan. DirektoJ;al
Jenderal Tanaman Pangan, dan Direktorat Jendera l
Hortikultura sebagaimana telah diubah den gat,
-2-

6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor


98/Permentan/ OT. 140/9/20 13 ten tang Pedoman
Perizinan Usaha Perkebunan (Berita Negara
Rcpublik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1180)
sebagaimana telah diubah terakhlr dengan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 21 /Pcrmentan/KBA I 0 /
6/2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 796) ;
7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/
OT.OlO/ 8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1243);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN
PENGHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK
INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN.

Pasa11
Pedoman Penghitungan Kebutuhan Bahan Baku Untuk Industri Pengolahan
Hasil Perkebunan seperti tercantum dalam Lampiran sebagai bagian tidak
terpisahkan dengan Keputusan Menteri ini.

Pasal2
Pedoman Penghitungan Kebutuhan Bahan Baku Untuk Industri Pengolahan
Hasit Perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 sebagai acuan
untuk menghitung kapasitas industri pengolahan Hasil perkebunan.

Pasal3
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal, 29 Maret 2018
a.n. MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
DERAL PERKEBUNAN,
~I?l"

~~~
. -II
~ 'I/" ",«:
~
o/~tvDE AL I''(;.~
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada -."·'e·o-=......
1. Menteri Pertanian;
2. Gubemurwilayalr p-engembangan tanaman p·e l'kebuna:n'
3 . Bupati/walikota wilayah pengembangan tanaman perkebunan'
4. Sekretaris Jenderal, Kementerian Pertanian; ,
5. Inspektur Jenderal, Kementerian Pertanian.
- 1-

I,.I\MPJRAN KEPVTVSAN M~NT~RI


PERTANIAN REPUBLlK INDONESIA
NOMOR 24/ I<PTS/ 1<8.0 20/3/2018
TENTANG PEDOMAN
PENGH ITUNGAN KEBUTUHAN
BAHAN BAKU UNTUK INDUSTRI
PENGO LAHAN HASIL
PERKEBUNAN

BAB r
PENDAHU LUAN

A. Latar Belakang

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara


ekunomis memberikan korrtribusi teThadap perekonomian nasional.
Tujuan pembangunan perkebunan sebagairnana yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 39 tahun 201 4 tentang Perkebunan adalah
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan
penerirnaan negara dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja;
meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing; memenuhi
kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan
mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanj utan.

Usaha perkebunan sebagai salah satu sub-sektor pertanian dan hasil


produksinya untuk bahan baku industri atau untuk ekspor sebagai
upaya untuk meningkatkan daya saing produk perkebunan melalui
penggunaan benih unggul bermut u, penggunaan sarana produksi yang
tepat sesuai rekomendasi dan penerapan s istem manajemen usaha tani
yang sesuai. Pembangunan perkebunan merupakan sumber
kesejahteraan petani dan keluarganya, sejak tahap investasi sampai
dengan proses kegiatannya. Selanjutnya perkebunan berperan penting
dan memiliki potensi besar dalam pembangunan perekonomian nasional
untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara
berkeadilan.
Melihat perkembangan usaha perkebunan yang begitu pesat, menuntut
kegiatan usaha perkebunan perlu diatur dengan memperhatikan asas
manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan
S€rta b€Tkeadtlan, maka diktduarkan Peraturan Mentm Pertanian Nomor
98/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan..
Dengan beberapa kebutuhan dan dinamika di lapangan, maka telah
dilakukan beberapa kali perubahan terhadap Peraturan Menteri
Pertanfan dfmaksud, terakhfr dengan Peraturan Menter!" Pertanian
Nomor 21/Permentan/KB.410j6j2017. Dalam Peraturan Menteri
Pertanian climaks.ud diamanatkan cliatur tentang penghitungan
kebutuhan bahan baku untuk industri pengolahan hasH perkebunan .
-2-

Pd~n~bitkunganp ini d ipe rlukan mengingat dalam pe raturan terse b ut


lwaJl an e rusahaan Perkebu nan untuk memenuhi sekurang-
kurangnya 20%. (d ua puluh perseratus) dari keseluruhan bahan
baku. . yang dl~utuhkan berasal dari kebun yang diusahakan
sendm. Untuk blsa menghitung hal tersebut, maka diperlukan metode
untuk menghitung kapasitas industri pengolahan hasil perkebunan.

B. Maksud dan Tujuan


Keputusan Menteri ini dimaksudk an sebagai d a sar h u kum dalam
penghitungan kebutuhan bahan baku untuk industri pengolahan hasil
perkebunan, dengan tujuan agar dalam pelaksanaan kegiatan uSaha
perkebunan diharapkan tidak menimbulkan kerancuan.

c. Ruang Lingkup Keputusan Menteri ini meliputi~


a. kapasitas pengolahan kelapa sawit;
b. kapasitas· pengclaha n tebu;d.an
c . kapasitas pengolah a ll teh.

D. Pengertian
Dalam Keputusan 1\ 1. Illeri ini yang dimaksud dengan:

a. Perkebunan a d .111 segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam,


sumher daya n l., II LlSia~ sarana produks4 ~t dan mesin~ budi daya.
panen, pengola 1. 111, dan pemasaran terkait Tanaman Perkebunan.
b. Tanaman Perk!" II man adalah tanaman semusim atau tanaman
tahunan yang .I' Il is dan tujuan pengelolaannya ditetapkan untuk
usaha Perkebu I 1 Il.
c. Pengolahan Ha :,l1 Perkebunan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan terhHd,l p hasil Tanaman Perkebunan untuk memenuhi
standar mutu p i oduk, memperpanjang daya simpan. mengurangi
kehilangan dan I ,Itau kerusakan, dan memperoleh hasH optimal
untuk mencapal llilai tambah yang Iebih tinggi.

BAB II
KAPASITAS PENGOLAHAN K.ELAPA SAWIT

Pabrik Kelapa sawit (PKS) merupakan industri untuk mengekstrasi


minyak dan buah kelapa sawit. 8ifat alami buah sawit yang tidak dap-at
disimpan lama mengharuskan usaha kebun kelapa sawit untuk
bermitra dengan PKS . Oleh sebab itu, PKS menjadi suatu keharusan
dalam industri kelapa sawit, tanpa PKS buah kelapa sawit tidak dapat
dimanfaatkan. Pembangunan pabrik pengolahan hasil perkebunan wajib
dilakukan &&;ara t&"padu dcngan jaminan pasokan bahan baku dari
kebun sendiri minimal 20%.
-3-

Tandan Bu ah Segar (TBS) merupakan produk ekonomi utama dan


perkebunan kelapa sawit. TBS seperti produk pertanian lain bersifat
perisable (segera m e ngalarni kerusakan/ penurunan kualitas dan
rendemen bila tidak s egera d iproses) seh ingga kcbcradaan pabrik kelapa
sawit (PKS) harus tersedia deka t d engan kebun untuk menjadi produksi
minyak yang optimum dengan k ualitas yang baik. Dengan demikian
keberadaan PKS merupakan syarat perlu dalam men unjang
keberhasilan usaha kebun kelapa sawit disamping keberadaan lokasi
PKS yang strategis bagi kebun (biaya angkut rendah) merupakan syarat
cukup bagi peningkatan pendapat kebun . Keberadaan PKS pada s u a tu
wilayah tentunya akan mendorong perkembangan kelapa sawit rakya t
yang berada disekitarnya.

Untuk besamya pabrik umumnya dinyatakan dengan kapasitas olah .


yaitu kemampuan pabrik untuk mengolah bahan baku atau
menghasilkan produk. Kapasitas olah dinyatakan dalam bobot/ waktu
atau volume/waktu. dan untuk Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dinyatakan
dengan Ton TBS/Jam. Untuk itu, hal-hal yang perlu dipertimbangkan
da1am. penentuan kapasitas pabrik adalah.:.

a. faktor kesuburan tanah dan kesesuaian lahan yang menentukan


produksi tandan menjadi faktor penentu perimbangan luas areal dan
kapasitas PKS;
b. distribusi panen TBS per bulan;
c. areal yang dibangun hendaknya satu hamparan untuk setiap areal
sumner bahan baku, sehingga kapasitas orah yang dibangun lebih
mengarah pada kapasitas normal;
d. luas areal dan kapasitas harus berimbang untuk mencegah idle
capacity atau over production.

Selain hal-hal tersebut di atas, perlu juga dipertimbangkan dari aspek


fmansial untuk pendirian suatu pabrik kelapa sawit, dan manajemen
produksi.

Un~k m~nghitung besarnya kapasitas olah efektif suatu pabrik kelapa


saWlt per Jam dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

LxP·
Kapasitas olah efektif = -------------------- x V = Ton TBS/Jam
J

L = Luas areal (ha)


P = Pxoduktillitas. res. (tan./ha}
V = Produksi tertinggi (distribusi panen, %)
12,5% = besarnya produksi TBS pada bulan puncak
J =- Jam ala:h (jam/bulan)
-4-

Cara penghitungan kapasitas olah Pabrik KeJapa Sawit (PKS) :

L = a. 2 .500 h a
b . 6.000 ha
P = 20 ton/ha
V = 12,5%
J t:: SOO" Jam/bulan

2 .500 ha x 20 ton / ha
a. Kapasitas = -------------------------------.x 12 ,5%= 10 ton tbsfjam
olah efektif 500 jam/ bulan

6 .000 ha x 20 ton/ha
b. Kapasitas = ----------- -- --- ----- -- - --- x 12,5% = 30 ton tbs/ jam
olah efektif 500 jam/bulan

NO". Lua:s- Ar@al Kapa:sitas 20% dari 20910 bahan baku


(Ha) Olah (Ton Luas Areal dari kapasitas
TBS/Jam) (Hal pahrik
JTonjTBS / Jam)
l. 2.500 10,00 500 2
2. 3 .750 15,00 750 3
3. 6 .000 30,00 1.200 6
4. 9.000 45,00 1:800 9
5. 12.000 600O 2 .400 12

BAB III
KAPASrrAS PENGOLAHAN TEBU

Tebu merupakan sumber daya hiologis yang bernilai tinggi dalam


meningka:tka:n perekonomian Indonesia:. Tebu s-elein menghasilka:n gula
sebagai komoditas utama, juga menghasilkan berbagai macam produk
lainnya seperti MSG {monosodium glutamatel, alkohol, fiberboard, energi,
pakan ternak, dan produk Iainnya. Namun hingga saat hasil utama dari
tebu di Indonesia adalah gula. Pengembangan diversifikasi produk oleh
industri gula (yang tmint~sr den-gan industri gnlat masm sangat
minimum.
Dalam jangka panjang diversifikasi produk yang- bersumber dari bahan
baku tebu dalam industri guJa merupakan langkah yang sangat penting
untuk ditingkatkan. Untuk itu diperlukan perubahan yang mendasar
dalam pararugma dan pora manafemen industri gula fndonesia.
Industri guJa menempati posisi yang peoting di dalam sejarah
perkembangan perekanamian Indonesia s.~ak jaman kalanial Hindia
Belanda sampai saat ini. Sumbangan industri 101 terhadap
perekonomian ekspor pada jaman kolonial bahkan tergolong paling
tirrggt diba:n:dingka:rr industri lainnya:.

I
. ----"'~- .

-5 -

Peran ini masih s~gat ~enting pada saat ini , meskipun sejak akhir
tahun 1960-an mdustri gula mengalami pasang surut dalam
perkembangannya, bahkan saat ini tidak lagi mampu memberikan
sumbangan pada perekonomian ekspor Indonesia . Walaupun dem1kian ,
mengeI?bangkan industri gula dalam negeri adalah merupakan pilihan
strategI karena pertimbangan-pertimbangan konsumsi, produksi, dan
ketenagakeIjaan. Kebutuhan gula nasional dengan jumlah penduduk
sangat besar seperti Indonesia yang senantiasa meningkat terus seiring
dettgan pentn.gkatan pendapatan dan daya bcli adalah sangat penting.
Posisi produksi gula Indonesia pada saat ini masih jauh dari potensi
yang te.rsedia; baik djtinjau dan kapasjtas sumber daya alam maupun
kapasitas Pabrik Gula lPG) yang terpasang. Secara umum dapat
dikatakan bahwa kapasitas PG yang ada saat ini barn termanfaatkan
sekitar 60% sa}a karena kekurangan bahan baku sehingga tidak mamp~
menggiling tebu pada masa giling optimal. Untuk PG yang berada dl
Jawa r $eb~ b~$aI b~an bak\+ bera~ di;I,ri p~~i, ~mentara (ii luar
Jawa merupakan hasil dari perusahaan sendiri.
Persoalan yang berkemhang ill PG-PG ill Indonesia adalah rendahnya
efisiensi dan lemahnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap segala
perubahan yang teIjadi baik secara internal maupun eksternal. Salah
satu 11a:l YEIng SEUlgat penting untuk seger-a dila:kukarI adalah
meningkatkan kemampuan manajemen PG-PG yang ada, mengingat PG
ini menempati posisi yang sangat strategis. Manajemen PG yang baik
akan memberikan dampak yang positif kepada seluruh pihak,
khususnya kepada para petani tebu.
Berkembangnya pembangunan PG pada akhir-akhir ini, memerlukan
pengaturan yang lebih menyeluruh antara lain pemenuhan bahan baku,
dan kapasitas <>Iah pabrik. Beberapa aspek yang menjadi pertimbangan
antara lain:
a., Mpek ~Ja.yakan
1) Bahan baku
Bahan baku tebu tentunya bisa berasal dari kebun s.endiri atau
dari kebun petani yang berada dekat wilayah pabrik didirikan.
Pabrik didirikan harus terintegrasi dengan kebun dimana sumber
b"a1fa:n:: b'a1ru ber-ada, hal fftl un:rok tnetreka:ft: Maya: tra:n::Sl16ffa:s:i:
pengangkutan bahan baku ke pabrik, sehingga efisiensi dapat
dilakukan.
Asal bahan baku sangat berpengaruh terhadap kineIja dan
praktek pengelolaan PG karena perbedaan asal bahan baku akan
teIjadi perbedaan kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini akan
berpengaruh pada organisasi, jumlah SDM, jumlah modal dan
pr-alrtek manajemen lainnya.

2) Telmologi Pengolahan
Sebagian besar PG yang ada di Indonesia menggunakan teknologi
secara sulfitasi,. hanya sebagian kecil yang menggunaka.n
telmologi pengoIahan secara karbonatasi termasuk pabrik
r~masi. Telmologi. pengolahan berpengaruh terhadap alat yang
digunakan, operaSl, bahan pembantu, organisasi dan kebutuhan
SDM.
-6-

b . Aspek Teknis
l'~kn.olOgi p cngolahan bcrpcngaru h tcrhadap alat yang
dlgunakan, opera si bahan pemban tu , organisasi, dan
kebutuhan SDM. '

c . Aspek Sosial

Pab?k Gula berada pada lingkungan sosial kemas!,arak~tan


s7hmgga berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Eks~stensl P~
dltentukan oleh interaksi yang menyangkut transakSl ~konomJ
dan transaksi sosial. Transaksi yang bersifat ekonoml adalah
transaksi yang yang berlangsung melalu i pasar dan ~~ara
langsung berpengaruh terhadap kineIja perusahaan sepertJ Jual
beli input dan transaksi yang menimbulkan multiplier dalam
perWm1;>W1M wilayah. Namun di$isi la,in tcrjadi juga tr;:ul~s~
sosial yaitu transaksi yang tidak melalui sistem pasar sepertJ
tr-ansaksi yang bersifat ekstemalitas misalnya pencemaran
lingkungan, perubahan sosial dan lain-lain yang dalam hal ini
dapat bersifat positif atau negatif. Pada umumnya ekstemalitas
perusahaan terhadap masyarakat sekitar dapat bersifat negatif.

Untuk menghitung kapasitas olah suatu pabrik gula per-jam


mepgglJPakap rumus.:

Kapasitas Olah Luas Areal 20% dari Luas 20% bahan baku
NO". (Ton (Haj- Area:! (Hat dati kapasitas oia:h
Cane/Day) ~Ton.1 Tebu/Hari)
1. 2.{)(){) 4.300 860 400
2. 4.000 8.600 1.720 800
3. > 4 .000 > 8.600 > 1.720 > 800

Contoh perhitungan:
Luas Laban : 6.250 Ha
Taksasi produksi : 50 Ton/Ha
Jumlah Bahan Baku Tebu : 312.500 Ton
Lama: Oiling : 15"4 Hari
Kapasitas Giling : 2 .029 Ton Tebu/Hari

BABIV
KAPASITAS PENGOLAHAN TEH

Teh merupakan minuman yang bermanfaat yang terbuat dari pucuk


tanaman teb (Cam.e7.ic. sinesis (L.)...O. Kuntze) .setelahme1alui proses
pengolahan tertentu. Manfaat minuman teh temyata dapat
menimbulkan rasa segar dan dapat memulihkan kesehatan badar!.
Teh yang bermutu tinggi sangat diminati oleh konsumen. Teh semacam
ini hanya dapat dibuat dari bahan baku (pucuk teh) yang bermutu tinggi
dengan teknoiogi pengolahan yang benar serta penggunaan
mesin/peralatan pengolahan yang memadai (lengkap) .
Pucuk teh yang bennutu tinggi diperoleh dari kebun yang dipelihara
dengan baik, dan penanganan setelah pemetikan sampai di pabrik.
-7-

Secar~. umum te~ Indonesia terdiri dan dua macam , yaitu teh hitam dan
~:~b:Jau , ~e~ki'p~n.saat ini sudah mulai dikenal jenis teh putih .
. aan Jems ml dlsebabkan oleh perbedaan cara pengolahan dan
mesm!peralatan yang digunakan .
Pabrik pengolahan teh dapat dibedakan menjadi;

a. Pabrik Teh Hitam


1) Teh Hitam
Perhitungan untuk pabrik teh hitam, kapasitas 1 line mesin
pengolahan teh hitam 15 ton pucuk segar per han (12 jam kerja).
Klasifikasi Pabrik Teh hitam;
a) Pabrik kedl, dengan kapasitas olah maksimal 30 ton pucuk
segar per hari..
b) Pabrik menengah, dengan kapasitas olah 30-60 ton pucuk
segar per hari.
c) Pabrik besar, dengan kapasitas olah lebih besar dan 60 ton
pucuk segar per hari.

2) Teh Hijau
Perhitungan untuk pabrik teh hijau, kapasitas 1 line mesin
pengolahan teh hijau 5 ton pucuk segar per han (12 jam kerja).
Klasifikasi Pabrik T:ell Hijau;
a) Pabrik kecil, dengan kapasitas olah maksimal 10 ton pucuk
seg;y per bari,
b) Pabrik menengah, dengan kapasitas olah antara 10-20 ton
pucuk.segar per hari.
c) Pabrik besar, dengan kapasitas olah lebih besar dari 20 ton
pucuk segar per hari.

Kebutuhan lahan penanaman teh

Pada awalnya pemetikan dilakukan secara manual dengan sikIus


petik pendek, sekitar 10 - 15 hari. Mengingat tenaga kerja petik
terampiI sudah suIit didapat, maka untuk meningkatkan kapasitas
kerja pemetik, tenaga petik dilengkapi dengan alat (gunting petik)
maupun mesin (mesin petik).. Untuk menjaga keseragaman pucuk,
sikIus petik yang digunakan pada gunting dan mesin petik adalah
siklus petik panjang, sekitar 20 - 30 hari tergantung dari tinggi
tempa:t. AErumei praduktivita:e ketrun: 2,600 tan/ha:/tlm atau eeta:re:
12 ton pucuk/ha/thn.
Unmk :si:klus petik 15 harr, -didapa:t pucuk teh sebanyak 0 ,5 ton
pucuk/hari/ha. Untuk sikIus petik 30 hari, didapat pucuk teh
sebanyak 1 ton pucuk /hari/ha.

I

- 8-

Berdasarkan pr~uk8i diatas, dapat ditentukan kcbutuhan bahan


baku untuk masmg-masing pabrik sebagai berikut:

1. Teh Hitam
a. Pabrik kecil, dengan kapasitas olah kurang dari 30 ton
pucuk segar per hart
Kebutuhan lahan 30 ton pucuk/hari= (30/0,5) x 15 ha =
900 ha atau = (30/1) x 30 ha = 900 ha
Jadi kebutuhan lahan kurang dari 900 ha

b. Pabrik menengah, dengan kapasitas olah 30-60 ton


pucuk segar per hari
Pabrik menengah, dengan kapasitas olah 30-60 ton ucuk
segar per hari
Kebutuhan lahan 6{)' ton pucuk/hari= (60/0,5) x 15 ha =
1.800 ha atau= (60/1) x 30 ha = 1.800 ha
·J-adi kebutuhan lahan antara 900 - 1.800 ha

c. Pabrik besar, dengan kapasitas olah lebih besar dari 60


ton pucuk segar per hari
Kebutuhan lahan lebih besar dan 1.800 ha

2. Teh Hijau

a. Pabrik keciI, dengan kapasitas olah kurang dari 10 ton


pucuk segar per hari
Kebutuhan lahan 10 ton pucuk/hari= (10/0,5) x 15 ha =
300 ha atau = (10/1) x 30 ha = 300 ha
Jadi kebutuhan lahan sekitar 300 ha

b. Pabrik menengah, dengan kapasitas olah antara 10-20


ton pucuk segar per hari
Kebutuhan lahan 20 ton pucuk/hari= (20/0,5) x 15 ha =
600 ha atau= (20/1) x 30 ha = 600 ha
Jadi kebutuhan lahan antara 300-600 Ha

c. Pabrik besar, dengan kapasitas olah lebih besar dari 20


ton pucuk segar per hari
Ke-butuhan lahgn Ie'bib ~s:ar 600 Ma:


-9-

No . --
Kapasitas Olah 20% bahan 20% hahan baku
(Ton Pucuk Teh Luas Areal ba k u dari kapasstas
Segar/ Haril (Hal dari luas olah (Ton Pucuk /
lahan Hari)
A. Teh Hitam tHaI
l.
< 30
2. < 900 < 180 < 6
3. 30 - 60 900 - l.800 180 360 6 12
> 60 > 1.800
B. Teh Hijau > 360 > 12
1.
< 10 < 300
2. < 60 < 2
10 - 20 300 - 600 60 - 120 2-4
3.
> 20 > 600 > 120 > 4

BAB III
PENUTUP

Penetapan bahan baku paling sedikit 20% yang diperoleh dari kebun
sendiri dapat dihitung berdasarkan besarnya kapasitas olah yang
dimiliki dari suatu pabrik, dan sisanya sebesar 80% dapat berasal dari
kemitraan dengan pekebun plasma, kebun swadaya/masyarakat, atau
perus ahaan perkebunan lain.
Dengan ditetapkannya Pedoman Penghitungan Kebutuhan Bahan Baku
Untuk Industri Pengolahan Hasil Perkebunan, dapat dihitung luas
kebun yang diusahakan sendiri oleh perusahaan perkebunan.

a .n. MENTERI PERTANIAN


REPUBLIK INDONESIA
L PERKEBUNAN,

Anda mungkin juga menyukai