Anda di halaman 1dari 32

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN


1
Peraturan Terkait Perkebunan di Indonesia

PERATURAN KEPUTUSAN /
UNDANG-UNDANG PEMERINTAH/ PERATURAN
PRESIDEN MENTERI PERTANIAN

• PERMENTAN
No.37/Permentan/OT.140/8/06 tentang
Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan
• UU No.12 Thn • PP No.44 thn Penarikan Varietas
1992 tentang 1995 tentang • PERMENTAN
Budidaya Perbenihan No.38/Permentan/OT.140/8/06 tentang
Tanaman Tanaman Pemasukan dan Pengeluaran Benih
• PERMENTAN
• UU No.29 Thn • PP No.27 Thn No.14/Permentan/PL.110/2/09 tentang
2000 tentang 2012 tentang Izin Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut
Perlindungan Lingkungan Untuk Budidaya Kelapa Sawit
• PERMENTAN
Varietas Tanaman • Instruksi Presiden No.07/Permentan/OT.140/2/09 tentang
• UU No.39 Thn No.10 Thn 2011 Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan
2014 tentang tentang • PERMENTAN
No.19/Permentan/OT.140/3/11 tentang
Perkebunan Penundaan Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit
• UU No.32 Thn Pemberian Izin Berkelanjutan Indonesia
2009 tentang Baru dan • PERMENTAN
Perlindungan Penyempurnaan No.98/Permentan/OT.140/9/13 tentang
Tata Kelola Hutan Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan
dan Pengelolaan • PERMENTAN
Lingkungan Alam Primer dan No.1312/Kpts/KP.340/12/14 tentang
Hidup Lahan Gambut Pendelegasian Wewenang Pemberian izin
Usaha di Bidang Pertanian dalam rangka
Penanaman Modal kepada Kepala BKPM
PELAYANAN PERIZINAN DAN
NONPERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

1. PELAYANAN PERIZINAN USAHA


2. PELAYANAN NONPERIZINAN:
a. persetujuan/Rekomendasi (bersifat sekali terjadi (einmalig));
b. Pemberian nomor Pendaftaran.

Untuk Perizinan terkait dengan usaha di bidang pertanian, sesuai


dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang dicabut dan
digantikan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota pada dasarnya telah diserahkan kepada Daerah
Provinsi dan Kabupaten/kota.
1. PELAYANAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

No Permentan Perihal Keterangan

1 98 Tahun 2013 Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan • Gubernur


• Bupati/WK
2 02 Tahun 2014 Produksi, Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran • Gubernur
Benih Bina • Bupati/WK

2. PELAYANAN NON PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

PERSETUJUAN/REKOMENDASI (bersifat sekali terjadi/einmalig


No Permentan Perihal Keterangan

1 38 Tahun 2006 Pemasukan dan Pengeluaran Benih • Menteri


• Kabadan Litbang
an. Mentan.
• Dirjen terkait a.n
Mentan.

2 37 Tahun 2011 Pemasukan dan Pengeluaran SDG Tanaman. Dirjen terkait a.n
Mentan
PERATURAN TERKAIT PERIZINAN USAHA
PERKEBUNAN

• Permentan No. 98 Tahun 2013 tentang Pedoman


Perizinan Usaha Perkebunan
I

• Keputusan Dirjen Perkebunan Nomor


221/Kpts/HK.320/8/2014 tentang Rekomendasi Teknis
II Usaha Perkebunan Dalam Rangka Penanaman Modal

• Peraturan Presiden No. 39 /2014 tentang Daftar Bidang


Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Di Bidang
III Penanaman Modal
• Permentan No. 98 Thn 2013 ttg Pedoman
I Perizinan Usaha Perkebunan
1. JENIS USAHA PERKEBUNAN

 Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan (IUP-B)


 Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan (IUP-P)
 Usaha Perkebunan yang Terintegrasi antara Budidaya
dengan Industri Pengolahan Hasil Perkebunan (IUP)
 Rekomendasi Teknis (Rekomtek) Usaha Perkebunan
dalam rangka Penanaman Modal yang diterbitkan
BKPM

7
2. KRITERIA PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

Izin Usaha Perkebunan

Badan hukum (BH) Izin Usaha


Izin Usaha Asing/perorangan WNA harus
Perkebunan Untuk Perkebunan Untuk
bekerjasama dengan pelaku
Budidaya (IUP-B) ush bun dalam negeri deng Pengolahan (IUP-P)
membentuk BH Ind dan
berkedudukan di ind. < Kapasitas
≥ 25 Ha < 25 Ha s/d kapasitas
IUP-B STD-B Minimal Minimal
Kpd persh (surat IUP-P STD-P (surat
tanda kpd tanda
daftar Perusahaan daftar
budidaya) pengolahan)

IZIN USAHA PERKEBUNAN (IUP)


TERINTEGRASI
≥ Sawit 1000 ha, Teh 240 ha, Tebu 2.000 ha

8
3. PEMBERI IZIN
 IUP-B, IUP-P, atau IUP yang lokasi lahan budidaya dan/atau sumber bahan
baku berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota diberikan oleh
bupati/walikota;

 IUP-B, IUP-P, atau IUP yang lokasi lahan budidaya dan/atau sumber bahan
baku berada pada lintas wilayah kabupaten/kota diberikan oleh
gubernur;

 Dalam hal lahan Usaha Perkebunan berada pada wilayah lintas provinsi,
izin diberikan oleh Menteri (UU no 39 tahun 2014 pasal 48);

 Untuk pelayan perizinan usaha di bidang pertanian terkait dengan


investasi melalui fasilitas penanaman modal, pelaksanaan penerbitan izin
yang menjadi kewenangan Menteri Pertanian telah di delegasikan kepada
Kepala Badan koordinasi Penanaman Modal (Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 3480/Kpts/HK.300 /10/2009 dicabut dan diganti
Permentan Nomor 1312/Kpts/SR.340/12/2014 tgl 29 Desember 2014),
4. SYARAT PERMOHONAN IZIN USAHA PERKEBUNAN
Syarat IUP
(Pasal 21, 22 dan 23)

a) IUP – B (Pasal 21):


1. Profil Perusahaan;
2. NPWP
3. Surat Izin Tempat Usaha;
4. Rekomendasi kesesuaian dg perencanaan pembangunan perkebunan
kabupaten/kota dari bupati/walikota untuk IUP-B yg diterbitkan oleh
gubernur;
5. Rekomendasi kesesuaian dg perencanaan pembangunan perkebunan provinsi
dari gubernur untuk IUP-B yg diterbitkan oleh bupati/walikota;
6. Izin lokasi dari bupati/walikota dilengkapi dg peta digital dg skala 1:100.000
atau 1:50.000
7. Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari dinas yg membidangi kehutanan
apabila areal yg diminta berasal dari kawasan hutan
8. Rencana kerja pembangunan kebun;
9. Izin Lingkungan;
10. Pernyataan kesanggupan (memiliki SDM utk pengedalian OPT dan
pembukaan lahan tanpa bakar, pembangunan kebun masyarakat sekitar, dan
melaksanakan kemitraan)
11. Surat pernyataan dari pemohon ttg blm menguasai lahan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 17.
10
LANJUTAN SYARAT PERMOHONAN....

b). IUP – P (Pasal 22)


1. Profil Perusahaan;
2. NPWP
3. Surat Izin Tempat Usaha;
4. Rekomendasi kesesuaian dg perencanaan pembangunan
perkebunan kabupaten/kota dari bupati/walikota untuk IUP-B
yg diterbitkan oleh gubernur;
5. Rekomendasi kesesuaian dg perencanaan pembangunan
perkebunan provinsi dari gubernur untuk IUP-B yg diterbitkan
oleh bupati/walikota;
6. Izin lokasi dari bupati/walikota dilengkapi dg peta digital dg
skala 1:100.000 atau 1:50.000
7. Jaminan Pasokan bahan baku
8. Rencana kerja pembangunan usaha industri pengolahan hasil
perkebunan;
9. Izin Lingkungan;
10. Surat pernyataan dari pemohon akan melakukan kemitraan.
11
LANJUTAN SYARAT PERMOHONAN....

c). IUP (Pasal 23)


1. Profil Perusahaan;
2. NPWP
3. Surat Izin Tempat Usaha;
4. Rekomendasi kesesuaian dg perencanaan pembangunan perkebunan
kabupaten/kota dari bupati/walikota untuk IUP-B yg diterbitkan oleh
gubernur;
5. Rekomendasi kesesuaian dg perencanaan pembangunan perkebunan
provinsi dari gubernur untuk IUP-B yg diterbitkan oleh bupati/walikota;
6. Izin lokasi dari bupati/walikota dilengkapi dg peta digital dg skala 1:100.000
atau 1:50.000
7. Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari dinas yg membidangi
kehutanan apabila areal yg diminta berasal dari kawasan hutan
8. Jaminan Pasokan bahan baku
9. Rencana kerja pembangunan kebun; dan unit pengolahan
10. Izin Lingkungan;
11. Pernyataan kesanggupan (memiliki SDM utk pengedalian OPT dan
pembukaan lahan tanpa bakar, pembangunan kebun masyarakat sekitar,
dan melaksanakan kemitraan)
12. Surat pernyataan dari pemohon ttg blm menguasai lahan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 17.
12
5. IZIN PERUBAHAN LUAS LAHAN, JENIS TANAMAN,
KAPASITAS PENGOLAHAN SERTA DIVERSIFIKASI USAHA
(pasal 32-36)
Perubahan atas luas, jenis tanaman, kapasitas pengolahan dan
diversifikasi usaha harus mendapat persetujuan Gubernur atau
Bupati/walikota sesuai kewenangannya, dengan persyaratan:
 Mengajukan permohonan secara tertulis
 Dilengkapi dengan persyaratan sebagaimana pasal 21 dan 23
 Hasil Penilaian usaha perkebunan
 Laporan kemajuan fisik dan keuangan
 Berpedoman pada Perencanaan Pembangunan Perkebunan
Persetujuan perubahan luas lahan melalui perluasan diberikan kepada
Perusahaan Perkebunan yang menurut Penilaian Usaha Perkebunan
tahun terakhir masuk kelas I atau kelas 2
Bupati/Walikota atau Gubernur harus memberi jawaban selambat-
lambatnya 30 hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan
13
6. REKOMENDASI TEKNIS USAHA PERKEBUNAN
(pasal 39)

 Pemberian rekomendasi Teknis (Rekomtek) Usaha Perkebunan


dalam rangka penanaman modal asing atau penanaman modal
dalam negeri yang izin investasinya diterbitkan oleh BKPM
dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Perkebunan.

 Persyaratan yang diperlukan untuk pemberian REKOMTEK sesuai


dengan yang dipersyaratkan dalam Keputusan Direktur Jenderal
Perkebunan No. 221 Tahun 2014.

14
7. TRANSPARANSI PEMBERIAN IZIN
 Gubernur atau bupati/walikota dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari
kerja telah selesai memeriksa kelengkapan dan kebenaran persyaratan wajib
memberikan jawaban menyetujui atau menolak.
 Apabila telah lengkap dan benar, gubernur atau bupati/walikota paling lambat dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja harus mengumumkan permohonan pemohon yang
berisi identitas pemohon, lokasi kebun beserta petanya, luas dan asal lahan serta
kapasitas industri pengolahan hasil perkebunan kepada masyarakat sekitar melalui
papan pengumuman resmi di kantor kecamatan, bupati/walikota atau kantor
gubernur dan website pemerintah daerah setempat selama 30 (tiga puluh) hari
sesuai kewenangan.
 Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud, masyarakat
memberikan masukan atas permohonan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti-
bukti dan dokumen pendukung.
 Gubernur atau bupati/walikota setelah menerima masukan dari masyarakat
melakukan kajian paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja.
 IUP-B, IUP-P atau IUP yang diterbitkan wajib diumumkan melalui papan pengumuman
resmi di kantor kecamatan, bupati/walikota atau kantor gubernur sesuai kewenangan
dan website pemerintah daerah setempat.
 Masa pemrosesan IUP, IUP-B dan IUP-P selama 57 (lima puluh tujuh) hari kerja.
15
8. KETENTUAN PERALIHAN

 Izin Usaha Perkebunan (IUP), Surat Pendaftaran Usaha Perkebunan (SPUP), Izin
Tetap Usaha Budidaya Perkebunan (ITUBP), atau Izin Tetap Usaha Industri
Perkebunan (ITUIP), yang diterbitkan sebelum peraturan ini diundangkan
dinyatakan tetap berlaku.
 Perusahaan Perkebunan yang telah memperoleh hak atas tanah, belum
memiliki Izin Tetap Usaha Budidaya Perkebunan (ITUBP), Izin Tetap Usaha
Industri Perkebunan (ITUIP), Surat Pendaftaran Usaha Perkebunan (SPUP), atau
Izin Usaha Perkebunan sebelum peraturan ini diundangkan, wajib memiliki
IUP-B, IUP-P atau IUP paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan ini
diundangkan.
 Dalam hal terjadi pemekaran wilayah, izin usaha perkebunan yang telah
diterbitkan, dinyatakan tetap berlaku dan pembinaan selanjutnya dilakukan
oleh kabupaten/kota yang merupakan lokasi kebun berada.
 Apabila pemekaran wilayah mengakibatkan lokasi kebun berada pada lintas
kabupaten, maka pembinaan selanjutnya dilakukan oleh provinsi.

16
9. PENGGUNAAN SATU INFORMASI PERIZINAN DALAM
PELAPORAN IZIN USAHA PERKEBUNAN

 Penggunaan Satu Informasi Perizinan (SIP) dalam pelaporan Izin


Usaha Perkebunan yang masih dalam proses implementasi (diinisiasi
oleh UKP4);
 SIP adalah sistem informasi dan pelayanan perizinan terintegrasi yang
berbasis dalam jaringan (daring/online)yang memiliki fungsi sebagai
pangkalan data, penyedia data/informasi, pengolahan/analisa data,
pelayanan permohonan perizinan, sarana pelaporan, sarana
penerimaan dan verifikasi permohonan perizinan dan sarana
komunikasi antar penggunanya;
 SIP Perkebunan adalah SIP yang diperuntukkan bagi perizinan di
bidang perkebunan, khususnya untuk pelaporan izin usaha
perkebunan secara berjenjang yaitu kabupaten/kota, provinsi dan
pusat secara on-line;
BAGAN ALUR PERIZINAN INVESTASI PERKEBUNAN TERPADU

Perizinan
Daerah KemenLH
Pemohon Kemenkumham
Persyaratan IUP sesuai & Hut Kementan
Permentan 98/2013: BPN
Akta/Badan •Izin Tempat Usaha/ Surat •Izin Lingkungan; Rekomendasi
•Surat Permohonan; •Penggunaan
Hukum Keterangan Domisili; •Pertimbangan Teknis
•Profil perusahaan;
Perusahaan •Pertimbangan Teknis Teknis Ketersediaan •Permentan Tanah;
•Rencana Kerja;
Ketersediaan Lahan/Kesesuaian No. 98/2013; •Sertifikat
•Surat-Surat Lahan/ Pelepasan
Lahan dengan RTRW; •Kep. Dirjen Tanah/ HGU;
Pernyataan; •Surat Keterangan Lahan
Kawasan Hutan.
Perkebunan •Hak Atas
•Tabel Komposisi Gambut;
No. 221/2014. Tanah.
Kepemilikan Saham; •Tanda Daftar Perusahaan;
•Perjanjian Kerjasama •Izin Lokasi;
Dengan Mitra •IUP-B/IUP-P/IUP yang pernah
(tentatif). diterbitkan (khusus untuk
perusahaan yang mengajukan
rekomendasi teknis dalam rangka
perubahan status, perluasan, dan
merger);
Pengajuan dan
Penerbitan Izin Usaha •Konstruksi;
Perkebunan •Persiapan
(IUP) penanaman;
•Pembibitan
Syarat perizinan lainnya: •IziIzin Penggunaan n
•Izin Gangguan/ Surat Penggunaan Boiler;
NPWP Keterangan Tidak Dalam •Lift;
Permasalahan; •Izin Penggunaan Genset; Operasional
•Izin Penyimpanan/ •Izin Kesehatan dan
Perusahaan
Keselamatan Kerja;
Pergudangan;
•Izin Penangkal Petir.
•Izin Transportasi.

18
Kemenkeu Kemenaker Pemohon
• Keputusan Dirjen Perkebunan Nomor
II 221/Kpts/HK.320/8/2014 tentang
Rekomendasi Teknis Usaha Perkebunan
Dalam Rangka Penanaman Modal
Dasar Hukum Penerbitan
Rekomendasi Teknis Usaha Perkebunan
1. Undang-Undang Perkebunan Nomor 39 Tahun 2014 tentang
Perkebunan
2. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 ttg Daftar Bidang Usaha Yang
Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang
Penanaman Modal
3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Perizinan Usaha Perkebunan Pasal 39, yang berbunyi:
(1) Pemberian rekomendasi teknis usaha perkebunan dalam rangka
penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri
yang izin investasinya diterbitkan oleh Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) dilaksanakan oleh Direktur Jenderal
(Perkebunan)
(2) Persyaratan dan tata cara pemberian rekomendasi teknis usaha
perkebunan ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal
4. Peraturan Kepala BKPM No. 5 Tahun 2013 Tentang Pedoman dan Tata
Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal jo Peraturan
Kepala BKPM No. 12 Tahun 2013
Jenis Rekomendasi Teknis (Bab II Psl 3)

1. Izin Prinsip Penanaman Modal Asing (PMA) setelah


berbadan hukum Indonesia;
2. Izin Prinsip Perluasan baik PMDN maupun PMA;
3. Izin Prinsip Perubahan baik PMDN maupun PMA yang
terdiri dari Perubahan :
a. bidang usaha
b. jenis tanaman
c. Kapasitas produksi
d. Lokasi proyek
e. Kepemilikan saham
4. Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan
5. Ketersediaan Bahan Baku Untuk Industri Crumb Rubber
6. Izin Prinsip PMDN khusus untuk kelapa sawit, teh dan tebu
yang terintegrasi dg pabrik.
Tata Cara Pemberian Rekomtek Usaha Perkebunan (Bab III Psl 5 - 9)

• Calon Investor (Pemohon) mengajukan permohonan rekomendasi


teknis (Rekomtek) usaha Perkebunan dalam rangka penanaman
modal dengan lampiran kelengkapannya
• Melakukan pemeriksaan berkas pendaftaran (paling lama 2 Jam)
• Apabila berkas lengkap, di serahkan kepada TU PTSP BKPM untuk
di proses secara administrasi (3 hari), bila berkas tidak lengkap
dikembalikan kepada pemohon
• Analisa berkas permohonan rekomtek usaha perkebunan (1 Hari)
• Penyiapan surat pengantar dari BKPM ke Ditjen Perkebunan (1
Hari)
• Berkas pemohon yang telah di analisa dan surat pengantar dari
BKPM dikirim ke Ditjen Perkebunan dan diagendakan Ditjen
Perkebunan (1 hari)
Lanjutan...

• Pemeriksaan dan penelaahan teknis oleh tim rekomtek


ditjenbun (15 hari kerja sejak diagendakan)

• Apabila dalam pemeriksaan oleh tim rekomtek terdapat


persyaratan teknis yang tidak benar, informasi tersebut
disampaikan kepada pemohon melalui surat Direktur
Pascapanen dan Pembinaan Usaha dengan tembusan kepada
Direktur Jenderal Perkebunan, Deputi Bidang Pelayanan
Penanaman Modal BKPM dan Deputi Bidang Pengembangan
Iklim Penanaman Modal BKPM, paling lama 2 (dua) hari kerja
sejak menerima hasil penelaahan teknis;

• Pemohon melengkapi persyaratan teknis dalam waktu 15 hari


kerja sejak menerima surat dan disampaikan kembali kepada
Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha
23
Lanjutan...

• Permohonan dianggap ditarik kembali apabila dalam jangka


waktu 15 hari kerja sejak menerima surat, tidak dapat
memenuhi persyaratannya;
• Permohonan yang memenuhi persyaratan teknis (disetujui),
akan diterbitkan Surat Rekomtek Usaha Perkebunan (5 hari
kerja sejak pemeriksaan dan penelaahan teknis);
• Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan teknis (ditolak),
akan dikembalikan kepada pemohon oleh Direktur Jenderal
Perkebunan disertai alasan penolakannya (5 hari kerja sejak
pemeriksaan dan penelaahan teknis);
• Surat Rekomendasi Teknis Usaha Perkebunan dikirim ke PTSP
BKPM (1 hari kerja);
• RekomendasiTeknis yang telah diterbitkan dapat dibatalkan/
dicabut apabila terbukti informasi yang disampaikan tidak
benar sesuai peraturan perundang-undangan.
24
DIAGRAM TATA CARA PERMOHONAN REKOMENDASI TEKNIS USAHA PERKEBUNAN
Kpts Dirjen Perkebunan No. 221/Kpts/HK.320/8/2014

1. Calon Investor 3.a. 4. TU PTSP memproses


mengajukan permohonan 2. BKO Kementan Lengkap secara administrasi
disertai dengan lampiran melakukan pemeriksaan
(TandaTerima
kelengkapan
pemohon (3 hari kerja)
kelengkapannya kelengkapan berkas berkas)

permohonan (2jam)

3.b. TidakLengkap, 5. BKO Kementan melakukan


Kembali ke No. 1 analisa kelengkapan
permohonan Rekomtek
Perkebunan (1 hari kerja)
Check List permohonan

10.a. Pemohon melengkapi/


memenuhi persyaratan dalam
10.b. Apabila pemohon tidak 15 hari kerja, kembalike No. 7
memenuhi persyaratan lebih dari 6. Surat Pengantar PTSP
15 hari kerja, kembalike No. 1 ke Ditjen Perkebunan (1
hari kerja)
Chek List permohonan dan berkas
9. Berkas kurang, sampaikan permohonan

ke Pemohon agar dilengkapi


(2 harikerja)
14. Dikirimke BKPM Suratpengantardanberkaspermohonan
(1 hari kerja) 13.Ditolak
Suratpengantardanberkaspermohonan
(kembali
Ke No. 1) 7. Dikirim ke Ditjen
8. Pemeriksaan dan Perkebunan dan
penelaahanTeknis oleh diagendakan Ditjen
Tim Rekomtek Ditjen bun Perkebunan
Surat pengantar dan berkas permohonan
12. Rekomtek Usaha 11.
Perkebunan Terbit Disetujui
( 5 hariKerja)
25
15 Hari kerja
Persyaratan Rekomendasi Teknis
1. Surat permohonan dari perusahaan 8.a.1 Informasi teknis tentang luas areal
dilengkapi maksud dan tujuan permohonan perkebunan
2. Copy akte notaris pendirian perusahaan dan 8.a.2 Informasi teknis tentang kapasitas unit
perubahannya yang terakhir beserta pengolahan
pengesahannya dari Kementerian Hukum 8.b. Jenis tanaman dan sumber benih yang
dan HAM RI akan digunakan
3. Tabel komposisi kepemilikan saham 8.c. Tinggi tempat, jenis tanah, curah hujan,
perusahaan (sebelum dan sesudah hari hujan pertahun
perubahan) 8.c.1. Luas/prosentase areal gambut di lokasi
4. Pernyataan luas dan lokasi areal perkebunan rencana pengembangan
yang telah dimiliki perusahaan 9.a.1. Rencana kerja tahapan pembangunan
5. Pernyataan lokasi dan kapasitas industri kebun
pengolahan hasil perkebunan yang telah 9.a.2. Rencana kerja tahapan pembangunan unit
dimiliki perusahaan industri pengolahan
6. Rekomendasi ketersediaan lahan dari 9.b.1. Pembiayaan total dan tahunan
bupati/walikota setempat (Copy pembangunan kebun
IzinLokasi/HGU)
9.b.2. Pembiayaan total dan tahunan
7. Ketersediaan sumber bahan baku dari luar pembangunan industri pengolahan hasil
perusahaan/pihak lain yang diketahui/ perkebunan
direkomendasi oleh Pemerintah Daerah
apabila pasokan bahan baku dari dalam 10. Kesediaan/kesanggupan membangun kebun
perusahaan tidak mencukupi. untuk masyarakat sekitar, (serta rencana dan
biaya pembangunannya)

26
Lanjutan..
11. Copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 19. Copy akte notaris tentang Keputusan
12. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) RUPS atau Risalah Rapat Yang
13. Copy surat keterangan domisili Dinotarialkan terkait pengalihan saham
perusahan/ penyertaan asing baru
14. Copy Izin Usaha Perkebunan
20. Surat keterangan dari Dinas yang
15. Copy sertifikat Hak Guna Usaha (HGU)/ membidangi perkebunan bahwa
tahapan proses HGU dari Badan perusahaan yang akan dialihkan, memiliki/
Pertanahan Nasional (bagi perusahaan tidak memiliki permasalahan dengan
yang sudah memiliki HGU ataupun sedang masyarakat sekitar dan tidak dalam status
dalam proses HGU) melakukan pelanggaran hokum.
16. Surat keterangan penilaian usaha 21. Surat pernyataan dari calon perusahaan
perkebunan tahap pembangunan/ yang akan mengambil alih untuk bersedia
operasional dari Dinas yang membidangi membeli saham perusahaan yang akan
perkebunan di provinsi dialihkan dengan luas lahan yang dimiliki
17. Laporan pembinaan dari tidak melebihi luas lahan yang
Bupati/Walikota/Gubernur c.q. Dinas Yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri
Membidangi Perkebunan berupa evaluasi Pertanian.
kinerja perusahaan*) 22. Surat pernyataan dari calon perusahaan
18. Copy akte pendirian perusahaan dan yang akan mengambil alih untuk tetap
perubahannya yang terakhir dari melanjutkan pola kemitraan dan program
perusahaan yang akan mengambil community development yang telah
alih/penyertaan asing baru disepakati sebelumnya.

27
• Peraturan Presiden No. 39 /2014 tentang
Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan
V Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal
Jenis Rekomendasi Teknis
(Sesuai Lampiran II.1 Perpres 39 Tahun 2014)
1. Usaha Industri Perbenihan Perkebunan dengan luas 25 ha
atau lebih. Untuk tanaman jarak pagar, pemanis lainnya, tebu,
tembakau, bahan baku tekstil dan kapas, jambu mete, kelapa,
kelapa sawit, bahan minuman (teh, kopi dan kakao), lada,
cengkeh, minyak atsiri, tanaman obat (diluar hortikultura),
rempah lainnya, karet dan penghasil getah lainnya, tanaman
lain yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Usaha perkebunan dengan luas 25 ha atau lebih sampai
luasan tertentu tanpa unit pengolahan. Untuk perkebunan
jarak pagar, pemanis lainnya, tebu, tembakau, bahan baku
tekstil dan kapas, jambu mete, kelapa, kelapa sawit, bahan
minuman (teh, kopi dan kakao), lada, cengkeh, minyak atsiri,
tanaman obat (diluar hortikultura), rempah lainnya, karet dan
penghasil getah lainnya, tanaman lain yang tidak
diklasifikasikan di tempat lain.
Jenis Rekomendasi Teknis
(Sesuai Lampiran II.1 Perpres 39 Tahun 2014)
3. Usaha perkebunan dengan luas 25 ha atau lebih yang
terintegrasi dengan unit pengolahan dengan kapasitas sama
atau melebihi kapasitas tertentu. Untuk perkebunan jambu mete
dan industri biji mete kering dan cashew nut Shell Liquid (CNSL);
lada dan industri biji lada putih kering dan biji lada hitam kering; jarak
pagar dan industri minyak jarak pagar; tebu, industri gula pasir, pucuk
tebu dan bagas; tembakau dan industri daun tembakau kering; kapas
dan industri serat kapas; kelapa dan industri minyak kelapa, industri
kopra, serat (fiber), arang tempurung, debu (dust), nata de coco;
kelapa sawit dan industri minyak kelapa sawit (CPO); kopi dan
industri pengupasan, pembersihan dan sortasi kopi; kakao dan
industri pengupasan, pembersihandan pengeringan kakao; teh dan
industri teh hitam/hijau; cengkeh dan industri bunga cengkeh kering;
tanaman minyak atsiri dan industri minyak atsiri, karet dan industri
sheet, lateks pekat; perkebunan biji-bijian selain kopi dan kakao dan
industri pengupasan, pembersihan biji-bijian selain kopi dan kakao.
Jenis Rekomendasi Teknis
(Sesuai Lampiran II.1 Perpres 39 Tahun 2014)
4. Usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan
dengan kapasitas sama atau melebihi kapasitas tertentu.
Untuk industri minyak mentah (minyak makan) dari nabati,
industri kopra, serat (fiber), arang tempurung, debu (dust), nata
de coco, industri minyak kelapa; industri minyak kelapa sawit;
industri pengupasan, pembersihan dan sortasi kopi; industri
pengupasan, pembersihan dan dan pengeringan kakao;
industri pengupasan, pembersihan biji-bijian selain kopi dan
kakao; industri gula pasir, pucuk tebu dan bagas; industri teh
hitam/hijau; industri daun tembakau kering (krosok); industri
minyak jarak pagar; industri serat kapas dan biji kapas; industri
karet menjadi sheet, lateks pekat; industri jambu mete menjadi
biji mete kering dan cashew nut Shell Liquid (CNSL); industri
lada menjadi biji lada putih kering dan biji lada hitam kering;
industri bunga cengkeh
TERIMA KASIH

32

Anda mungkin juga menyukai