Anda di halaman 1dari 7

Study Kelayakan Kelapa Sawit

A.  PELAKSANAAN SURVEY 


I.   IDENTIFIKASI LINGKUNGAN FISIK

       Melakukan identifikasi lingkungan fisik berguna untuk mengetahui :

1. Lokasi calon kebun Adalah untuk mengetahui lokasi calon kebun apakah masuk dalam wilayah
administrasi desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi juga jarak yang harus di tempuh untuk
pencapaian.
2. Transportasi dan Komunikasi berguna untuk mengetahui transportasi yang dapat dilakukan
untuk pencapaian ke lokasi kebun, transport yang akan digunakan, jarak tempuh dan waktu
tempuh, juga sarana jaringan komunikasi yang dapat dipergunakan.
3. Riwayat dan Status Lahan untuk mengetahui status kawasan calon areal apakah masuk dalam
kategori APL, HL, HPL atau kawasan Lindung dan lainnya, ini berguna untuk tindak lanjut
meningkatkan status perijinan perkebunan selanjutnya (HGU), dengan pengambilan beberapa
titik koordinat yang akan di compare dengan peta kawasan dari kehutanan maupun pemerintah
daerah rencana tata ruang peruntukan nya (RTRWP/RTRWK)
4. Kondisi Iklim kondisi iklim yang ada di calon areal perkebunan, data di ambil dari berbagai
sumber yang terkait, seperti BMG, dan atau sumber sumber lain nya, data yang diperlukan
seperti : curah hujaan, suhu udara, kelembaban udara, Kecepatan Angin, Ketersediaan Sumber
Air.
5. Geologi dan Bahan Induk pengambilan data data jenis batuan dan bahan induk yang terkandung
di dalamnya berguna untuk kelayakan pertumbuhan tanaman.
6. Topografi dan Bentuk Wilayah pengambilan data berupa visual topografi dan bentuk wilayah ini
berguna untuk rancangan desian kebun.
7. Vegetasi. vegetasi dominan di lokasi areal calon kebun, juga kondisi vegetasi dimasukkan
kedalam kelas hutan primer, hutan skunder, semak belukar, dan lain sebagainya, ini berguna
untuk langkah tindakan landclearing pembukaan areal.
8. Tanah kandungan tanah pada areal calon perkebunan perlu diketahui untuk pertumbuhan
tanaman, seperti ketebalan efektif topsoil, kedalaman pencapaian air resapan tanah, sifat kimia
tanah, semua data ini diambil dilapangan dengan mengambil sampling galian tanah yang
memanfaatkat satuan peta tanah sebagai acuan penentuan titik sample pengambilan tanah,
yang selanjutnya sample sample tadi di bawa ke laboratorium untuk di teliti kandungan nya.
9. Screening Areal melakukan ploting areal lokasi calon kebun dengan memanfaatkan peta citra
landsat dan peta rupa bumi, peta RTRWP/RTRWK, dengan mengurangi factor pembatas, seperti
calon perumahan, pabrik, kawasan pemukiman yang inclave, topografi dan kawasan kawasan
lainnya, sehingga di dapat luas efektif untuk pembangunan perkebunan. 
 II.     ANALISA SOSIAL EKONOMI

 Pengambilan data sosial ekonomi yang diperlukan seperti:

1. Administrasi Pemerintahan Mengetahui posisi geografi lokasi calon kebun yang masuk dalam
wilayah kepemerintahan, desa, kecamatan dan Kabupaten, termasuk juga luas wilayah
kepemerintahan yang membawahinya
2. Kependudukan Data Demografi kependudukan dalam kelompok umur produktif dan non
produktif juga berdasarkan jenis kelamin pada wilayah kepemerintahan calon areal kebun
3. Mata Pencaharian penduduk
4. Ketersediaan tenaga kerja Data kelompok umur produktif sebagai bahan dalam menghitung
ketersedianya tenaga kerja
5. Fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ada
6. Tingkat pendidikan masyarakat di lingkungan sekitarnya
7. Agama
8. Budaya dan Adat Istiadat
9. Analisa keberadaan pembukaan areal perkebunan

Mengetahui faktor penghambat yang akan dihadapi apabila pembukaan areal tetap dilaksanakan
apabila ada, dan solusi yang diambil untuk meminimalisir benturan benturan yang akan terjadi.

III.   ANALISA KESESUAIAN LAHAN

Penilaian kesesuaian adalah tahapan penelitian lahan untuk penggunaan tertentu dari lahan tersebut,
hal mana faktor-faktor pembatas penggunaan lahan diidentifikasikan, kemudian dilakukan cara-cara
untuk mengatasi atau menekan faktor-faktor pembatas sedemikian rupa sehingga tercapai produktivitas
lahan yang optimal.
Setiap kelas kesesuaian lahan (KKL) dicirikan oleh sejumlah faktor pembatas tertentu yang akan
menentukan produksi dari tanaman yang diusahakan.  Di samping penilaian KKL secara aktual maka
dinilai juga KKL potensialnya.  KKL aktual ditentukan berdasarkan kepada parameter-parameter lahan
sesuai dengan kondisi lahan pada saat survey dilakukan, sedangkan KKL potensial adalah kelas lahan
setelah dilakukan perbaikan terhadap faktor pembatas yang ada.

1. Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan  Semua karakteristik lahan ditabulasi dan dinilai untuk
menentukan kelas kesesuaian lahannya bagi tanaman Kelapa Sawit.  Pentabulasian data dan
penilaian dilakukan terhadap setiap Satuan Peta Tanah (SPT) sehingga diperoleh beberapa kelas
atau unit kesesuaian lahan (KKL/UKL) yang penyebarannya mengikuti pola penyebaran SPT
tersebut.  Evaluasi kelas kesesuaian lahan didasarkan kepada kriteria kesesuaian lahan Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, selanjutnya cara penggolongan sub kelas kesesuaian lahan ditetapkan
berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatasnya
2. Pegambilan sampel Pengambilan sampel kesesuaian lahan berpedoman pada sebaran spt yang
ada dimana pengambilan sampel kesesuaian lahan secara aktual, seluruh titik sampel sesuai spt
yang telah ditentukan  diambil kemudian dibuatkan tabulasi pengelompokan yang pada akhirnya
akan  digolongkan menjadi kesesuaian lahan potensial atau tidak dengan menimbang faktor
pembatas dan meminimalisir faktor faktor pembatasnya, dan atau rendahnya potensi lahan
untuk pertumbuhan tanaman.
3. Potensi Produksi Dengan menggunakan  indikator yang valid dan dikaitkan dengan Kelompok
Kelas Lahan  potensialnya, sudah dapat di prakirakan seberapa  besar potensi produksi rata-rata
Perkebunan Kelapa Sawit sesuai standardisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

IV.   ANALISA IKLIM

1. Klimatologi Data Klimatologi dan Curah Hujan yang mewakili calon lokasi Pembangunan
Perkebunan di dapat dari stasiun BMG terdekat. Data data ini diperlukan untuk mengantisipasi
bulan basah dan bulan kering juga tingkat curah hujan pada calon lokasi perkebunan dengan
indikator tingkat curah hujan rata kelayakan tanaman kelapa sawit, juga intensitas penyinaran
matahari perharinya.
2. Neraca Air Pengambilan data Neraca Air  (water balance) suatu lokasi, akan memberi gambaran
suatu daerah dalam keadaan kelebihan atau kekurangan air secara hidrologi dalam waktu
tertentu.  Neraca Air dapat digolongkan ke dalam Neraca Air Lokal dan Neraca Air Regional. 
Neraca Air Lokal diperlukan untuk mengetahui ketersedian air pertanian dari suatu kawasan
terbatas pada kondisi hidrologi yang sama, sedangkan Neraca Air Regional diterapkan untuk
suatu daerah aliran sungai yang menggambarkan keseimbangan sumberdaya airnya, untuk
mengetahui terjadinya defisit atau surplus ketersediaan air. 

B.   KESIMPULAN DAN SARAN

Dari Hasil survey kelayakan pembangunan perkebunan kelapa sawit tersebut dapat diambil kesimpulan
apakah pembangunan akan dilanjutkan atau dihentikan sama sekali, juga saran saran perbaikan yang
harus dilakukan dalam meminimalisir faktor faktor penghambat yang ditemukan di lapangan.
Studi Kelayakan (Feasibility Study) Perkebunan Kelapa Sawit.

Maksud dan Tujuan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Perkebunan Kelapa Sawit.

Studi kelayakan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk mengkaji prospek usaha perkebunan kelapa
sawit. Secara terperinci, maksud dan tujuan penyusuan studi kelayakan pembangunan kebun kelapa
sawit adalah sebagai berikut:.

1. Memberikan masukan kepada perusahaan dalam rangka implementasi minat perusahaan untuk
membangun dan mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit.
2. Memberikan gambaran mengenai rencana fisik dan rencana pembiayaan serta proyeksi manfaat
pembangunan perkebunan yang dimaksud.
3. Menyajikan suatu rencana fisik, rencana pembiayaan dan rencana penghasilan yang dapat
dipertanggungjawabkan baik secara teknis, ekonomis, finansial serta memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan untuk permohonan kredit investasi dari pihak bank dalam rangka
pembiayaan bagi program pembangunan perkebunan kelapa sawit.
4. Untuk menganalisis kelayakan proyek sehingga diharapkan bermanfaat bagi perusahaan dan
bank dalam upaya memberikan pertimbangan, penilaian dan keputusan yang mendukung
upaya-upaya pengajuan kredit yang akan dilaksanakan.
5. Memberikan masukan kepada perusahaan dalam rangka implementasi minat perusahaan untuk
membangun dan mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit.

Metode Penyusunan Studi Kelayakan Perkebunan Kelapa Sawit.

Metode yang digunakan dalam menyusun laporan Feasibility Study (FS) ini adalah sebagai berikut: 

1. Analisis produksi kebun untuk menentukan kemampuan produksi serta kapasitas yang dapat
dicapai.
2. Analisis pasar untuk menentukan besarnya tingkat permintaan crude palm oil (CPO), permintaan
tanda buah segar (TBS), pembentukan harga CPO, harga TBS Perseroan dan kemungkinan untuk
melakukan ekspansi pasar.
3. Analisis makro ekonomi yang berhubungan dengan usaha perbekebunan kelapa sawit, analisis
industry yang berhubungan perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan kelapa sawit
untuk mengevaluasi pengaruh dari faktor tersebut terhadap kinerja Perseroan di masa
mendatang.
4. Analisis proyeksi keuangan dalam rangka mengevaluasi kemampuan arus kas perusahaan dalam
men-service pinjaman yang akan diperoleh, serta melihat kelayakan proyek yang akan
dikembangkan.

Kajian Aspek Manajemen.

Yang akan dikaji dalam aspek manajemen adalah sebagai berikut:

1. Profil Perusahaan.
2. Profil Manajemen.
3. Profil Tenaga Ahli Perkebunan Kelapa Sawit.
4. Riwayat Bisnis Perusahaan.
5. Posisi Laporan Keuangan.

Kajian Aspek Pasar Studi Kelayakan Perkebunan Kelapa Sawit.

Mengkaji aspek pasar secara umum meliput:

1. Tinjauan Makro Ekonomi Dunia.


2. Tinjauan Makro Ekonomi Indonesia.
3. Tinjauan Ekonomi Daerah.
4. Tinjauan Geografis Daerah.
5. Perkembangan CPO Dunia dan Indonesia.
6. Perkembangan Harga, TBS dan CPO.

Kajian Aspek Fisik dan Lingkungan Studi Kelayakan Perkebunan Kelapa Sawit.

Aspek fisik dan lingkungan meliputi :.

1. Lokasi dan luas area.


2. Aksesibilitas, kondisi onsite project, apakah infrastruktur sudah terhubung dengan baik, apakah
alat-alat berat dapat sampai lokasi project, berapa besaran biaya transport untuk mengangkut
CPO.
3. Peta perkebunan.
4. Evaluasi kesesuaian iklim, iklim akan mempengaruhi proyeksi produksi CPO.
5. Evaluasi kesesuaian lahan, kualitas lahan akan mempengaruhi biaya pupuk, biaya pengolahan
lahan dan hasil produksi sawit CPO.
6. Rencana atau langkah perseroan untuk menanggulangi AMDAL.

Kajian Aspek Teknis Studi Kelayakan Perkebunan Kelapa Sawit.

Kajian aspek teknis menyangkut terhadap hal hal yang berhubungan dengan pembangunan, rahabilitasi
atau pengembangan proyek perkebunan kelapa sawit. Kajian Aspek Teknis meliputi:.

1. Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit.


2. Pematangan lahan perkebunan kelapa sawit.
3. Teknis Pembititan, kualitas bibit kelapa sawit berikut varian bibit kelapa sawit.
4. Teknis Persiapan Penanaman.
5. Teknis Penanaman.
6. Teknis Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan.
7. Mekanisme Pemanenan.
8. Teknis Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan.

Kajian Industri, Risiko dan SWOT

Berdasarkan informasi kajian aspek pasar, dapat ditarik kesimpulan secara umum sehingga kesimpulan
tersebut dapat digunakan untuk melakukan kajian analisis industry, risiko dan SWOT. Kajian Industri,
Risiko dan SWOT meliputi:
1. Analisis Porter’s Five Forces sektor usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia khususnya di
daerah operasional.
2. Analisis Risiko dan Mitigasi.
3. Analisis SWOT dari informasi aspek pasar.

Kajian Aspek Keuangan

Adapun jasa-jasa studi kelayakan perkebunan kelapa sawit yang telah kami kerjakan adalah sebagai
berikut:

Aspek keuangan merupakan aspek kajian akhir dari informasi dan data yang didapat dari kajian-kajian
sebelumnya.

Dalam aspek keuangan, informasi dan data dikuantifikasikan sehingga dapat dibuat sebuat proyeksi
keuangan mengenai kelayakan pembiayaan proyek.

Aspek keuangan merupakan aspek kajian akhir dari informasi dan data yang didapat dari kajian-kajian
sebelumnya. Dalam aspek keuangan, informasi dan data dikuantifikasikan sehingga dapat dibuat sebuat
proyeksi keuangan mengenai kelayakan pembiayaan proyek.

Hasil dari proyeksi keuangan berupa kelayakan proyek dengan parameter sebagai berikut:

1. Net Present Value (NPV) positif maka proyek perkebunan kelapa sawit layak atau feasible.
2. Internal Rate of Return (IRR) diatas diskon faktor maka proyek layak.
3. Profitability Index (PI) diatas 1 maka proyek layak.
4. Break Event Point (BEP).
5. Payback Period (PP).
6. Kelayakan usaha berdasarkan asumsi Sensitivity Analysis.

Anda mungkin juga menyukai