Anda di halaman 1dari 32

BUKU SAKU HASIL

2017
Buku Saku Hasil
2017

Daftar Isi
Pendahuluan 3
Ruang Lingkup 5
Kerangka Penilaian 10
Hasil Survei 15
Kesimpulan 26
Rekomendasi 29
Latar Belakang
Korupsi menjadi masalah yang dialami hampir semua negara di
dunia, termasuk di Indonesia. Korupsi dianggap sebagai masalah
yang dapat membahayakan kemajuan bangsa karena menurunkan
kesejahteraan rakyat. Korupsi juga akan menimbulkan efek jangka
panjang pada generasi muda masyarakat Indonesia. Jika tidak
ditangani secara cepat, hal ini dapat merugikan negara dari sisi
ekonomi. Namun saat ini kesadaran melawan korupsi telah menjadi
“trend” dunia, seiring dengan semakin banyaknya peraturan
yang dibuat untuk mencegah terjadinya korupsi. Indonesia juga
melakukan bentuk pencegahan mengenai tindak korupsi, termasuk
dengan pembuatan peraturan dan pembentukan KPK.

Salah satu akar permasalahan korupsi adalah karena rendahnya


integritas baik di tingkat organisasi maupun individu. Integritas
menjadi hal yang perlu ditanamkan sejak dini untuk mencegah
korupsi. Tanpa perbaikan pada integritas, sebaik apapun sistem
akan selalu muncul kolusi. Kehadiran integritas di tingkat individu,
organisasi dan nasional merupakan cara yang baik untuk mencegah
terjadinya korupsi. Di Indonesia upaya tersebut sudah muncul,
diinisiasi oleh berbagai Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah. Untuk itu, dibutuhkan perangkat yang mampu membantu
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk memetakan
persoalan integritas, mengembangkan program pencegahan dan
penindakan, serta mengukur keberhasilan strategi pencegahan
korupsi. Maka dari itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
menyelenggarakan Survei Penilaian Integritas (SPI). SPI 2017
bertujuan untuk mengukur tingkat korupsi di Kementerian/Lembaga
dan Pemerintah Daerah di Indonesia

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 3


Tujuan
Secara umum, kegiatan SPI 2017 bertujuan untuk memetakan
kondisi integritas dan capaian upaya pencegahan korupsi pada
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang menjadi target
kegiatan pencegahan korupsi oleh KPK. Tujuan dari diadakannya
SPI adalah:
1. Menyajikan indeks integritas pada Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah;
2. Menyajikan gambaran umum permasalahan integritas yang
dihadapi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

Manfaat
Manfaat dari hasil kegiatan SPI 2017 ini antara lain:
1. Perangkat untuk mengidentifikasi prioritas area perbaikan yang
rentan terhadap korupsi, sebagai dasar perbaikan program
pencegahan korupsi di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah;
2. Memberikan capaian upaya pencegahan korupsi dan aktivitas
antikorupsi yang sudah dilakukan di Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah;
3. Mendorong peran serta masyarakat dalam peningkatan
integritas dan meningkatkan kepercayaan (trust) publik pada
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah secara umum.

4 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Target Lembaga
SPI 2017 dilaksanakan pada 36 Kementerian/Lembaga
dan Pemerintah Daerah dengan target sampel pada setiap
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah sebanyak 130
responden yang terdiri dari 60 responden internal, 60 responden
eksternal dan 10 (sepuluh) responden eksper. Terdapat 6 (enam)
Kementerian/lembaga, 15 (lima belas) pemerintah provinsi, dan
15 (lima belas) pemerintah kabupaten/kota yang tercakup dalam
survei ini

Kementerian/Lembaga 13. Provinsi Maluku Utara


1. Mahkamah Agung 14. Provinsi Papua Barat
2. Kepolisian RI 15. Provinsi Papua
3. Kementerian Kesehatan
4. Kementerian Perhubungan Pemerintah Kabupaten/
5. Kementerian Keuangan Kota
(DJBC) 1. Kota Banda Aceh
6. Badan Pertahanan Nasional 2. Kabupaten Deli Serdang
P 3. Kota Padang
Pemerintah Provinsi 4. Kota Pekanbaru
1. Provinsi Aceh 5. Kota Bengkulu
2. Provinsi Sumatera Utara 6. Kabupaten Klaten
3. Provinsi Sumatera Barat 7. Kota Madiun
4. Provinsi Riau 8. Kota Tangerang
5. Provinsi Jambi 9. Kabupaten Badung
6. Provinsi Bengkulu 10. Kota Mataram
7. Provinsi Kepulauan Riau 11. Kota Palangkaraya
8. Provinsi Jawa Barat 12. Kota Banjarmasin
9. Provinsi Banten 13. Kota Samarinda
10. Provinsi Nusa Tenggara 14. Kota Palu
Timur 15. Kota Makasar
11. Provinsi Kalimantan
Tengah
12. Provinsi Sulawesi Tengah
Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 5
Kerangka Penilaian
Integritas
Dalam SPI 2017, integritas adalah suatu penilaian dengan
menggunakan kombinasi pendekatan persepsi dan pengalaman
(langsung maupun tidak langsung) mengenai bagaimana
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah diwakili pegawai/
pejabat publik dalam melaksanakan tugas melakukannya secara
transparan, akuntabel, dan antikorupsi.

Penilaian internal yang dilakukan oleh para pegawai mencakup sisi


budaya organisasi, keberadaan sistem antikorupsi, pengelolaan
SDM dan pengelolaan anggaran. Keterlibatan pengguna layanan
atau eksternal juga dibutuhkan untuk memberikan penilaian
berdasarkan pengalaman mereka berinteraksi dengan institusi
tertentu. Penilaian yang diberikan oleh para pengguna layanan
perlu mencakup transparansi, keberadaan sistem antikorupsi, dan
penilaian terhadap integritas pegawai secara umum.

Sedangkan pada sisi lain, penilaian eksper atau narasumber ahli


dibutuhkan untuk mengungkapkan permasalahan integritas pada
institusi secara komprehensif.

Kerangka Kerja Pengukuran Integritas


Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah

6 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan KPK dalam pengumpulan data ditentukan


berdasarkan lokus survei dan target sampel seperti berikut:

Lokus Survei
• Kementerian/Lembaga
Unit kerja setara eselon II yang memberikan pelayanan publik
tertentu yang menjadi fokus perhatian KPK
• Pemerintah Daerah,
Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan,
Dinas Pendapatan Daerah, Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP), dan Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (ULP)

Target Sampel

60 60 10
responden responden responden
internal eksternal eksper

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 7


Pemilihan sampel dilakukan kepada tiga stakeholders yang
terkait dengan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
terkait. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan hal berikut:

Pemilihan Sampel Internal Pemilihan Sampel Eksternal

ASN yang telah bekerja minimal Responden eksternal


1 tahun. Kuota sampel disebar dibedakan menjadi responden
secara proporsional dengan berdasarkan:
ketentuan berikut:
• Jabatan Eselon II atau Pelayanan Loket
setingkat dipilih semua • Pengguna layanan yang
sebagai sampel sudah pernah akses layanan
• Jabatan Eselon III & IV dan loket sampai selesai dalam
Staf dipilih sampel secara 12 bulan terakhir
proporsional • Sampel diambil sedemikian
rupa sesuai kedatangan
responden di setiap loket
sampai terpenuhi target

Pelayanan Non Loket


• Pemilihan responden
stakeholder ditentukan
secara sistematik dengan
menggunakan daftar
pengguna layanan
(customer list)

8 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Pemilihan Sampel Eksper
Survei Eksper ini dilakukan dengan wawancara kepada beberapa
orang yang memiliki pengetahuan komprehensif terhadap masalah
integritas, korupsi dan lain-lain terkait lokus survei. Jumlah sampel
eksper untuk masing-masing lokus telah ditetapkan sebanyak 10
(sepuluh) orang yang pemilihannya diserahkan pada masing-masing
daerah.

Berikut adalah kriteria ahli/tokoh yang dapat dijadikan sampel


eksper:

I. Akademisi bidang pemerintah atau politik FISIP di universitas


lokal yang terbesar (akademisi yang memiliki reputasi
terhadap pemerintah);
II. Jurnalis (pemerhati kinerja instansi) dari Koran lokal terbesar
(jurnalis memiliki reputasi terhadap pemerintah);
III. DPR/DPRD komisi bidang pemerintah (anggota DPR/DPRD
berasal dari partai opposisi);
IV. Inspektorat atau pengawas internal, Auditor BPK/BPKP
provinsi;
V. Ombudsman;
VI. Pensiunan (pejabat eselon II);
VII. LSM yang fokus pada kinerja pemerintah daerah atau
antikorupsi;
VIII. Kepala instansi/perwakilan kepala instansi;
IX. Tokoh masyarakat yang fokus pada kinerja instansi;
X. Asosiasi stakeholder terkait (misal: pengusaha, profesi, dsb).

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 9


Skema Perhitungan Indeks
Integritas
Cara menghitung Indeks Integritas adalah dengan menggabungkan
indeks yang diperoleh dari tiga aspek, yaitu indeks penilaian
internal, indeks penilaian eksternal, dan indeks penilaian eksper.
Indeks penilaian Internal dihitung berdasarkan penilaian pegawai
pada masing-masing lokus survei terkait integritas organisasi. Indeks
penilaian Eksternal dihitung berdasarkan penilaian para pengguna
layanan publik di lokus survei. Indeks penilaian Eksper dihitung
berdasarkan penilaian beberapa narasumber atau eksper yang
dianggap memiliki pengetahuan komprehensif terkait permasalahan
integritas dan korupsi pada Kementerian atau Pemerintah Daerah
tertentu. Penghitungan indeks Integritas juga memasukkan faktor
koreksi sebagai dimensi dalam pembentukan Indeks Integritas.
Faktor Koreksi berperan sebagai penyeimbang indeks yang
dihasilkan dari indeks penilaian internal, eksternal dan eksper
dengan kondisi riil integritas Kementerian atau Pemerintah Daerah

Indeks Indeks Indeks Indeks


Faktor
Integritas = Penilaian + Penilaian + Penilaian -
Koreksi
Institusi Internal Eksternal Eksper

Laporan
Pengaduan

Laporan Kepatuhan
LHKPN

Pengarahan Instansi
Sebelum Survei

10 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Variabel Indeks Penilaian
Internal
Terdapat 33 variabel yang membentuk keempat dimensi penilaian
internal, yang meliputi:
1. Budaya organisasi, mencakup adanya transparansi,
pemanfaatan fasilitas pekerjaan untuk kepentingan pribadi,
keberadaan calo/perantara/biro jasa, korupsi kolusi dan
nepotisme dalam menjalankan tugas, serta perintah atasan yang
menyalahi aturan;
2. Sistem antikorupsi, yang mencakup adanya kegiatan sosialisasi
antikorupsi, sanksi bagi para pelaku korupsi, suasana yang
aman bagi pelapor praktik korupsi, dan keteladanan antikorupsi
dari pimpinan;
3. Pengelolaan SDM, yang mencakup hal-hal negatif dalam seleksi
penerimaan pegawai dan praktik KKN dalam peningkatan karir
pegawai;
4. Pengelolaan anggaran, yang mencakup penyelewengan
anggaran, perjalanan dinas, pemotongan honor/transport lokal
maupun perjalanan dinas.

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 11


Variabel Indeks Penilaian
Eksternal
Indeks Penilaian Eksternal tersusun atas 3 (tiga) dimensi yaitu
transparansi, sistem antikorupsi dan integritas pegawai. Ketiga
variabel tersebut terbentuk dari 16 (enam belas) variabel, yaitu:

1. Transparansi, meliputi adanya transparansi, ketaatan pada


prosedur layanan, dan bebas dari pengistimewaan kelompok
tertentu;
2. Sistem antikorupsi, meliputi adanya kampanye antikorupsi,
sistem pencegahan korupsi yang efektif, pemberian hukuman
setimpal pada pelaku korupsi, mekanisme pelaporan korupsi,
dan responsif pada laporan korupsi;
3. Integritas pegawai, meliputi budaya kejujuran pegawai,
bebas dari kepentingan pribadi, bebas dari penyalahgunaan
wewenang, pelayanan yang baik, dan bebas dari penerimaan
suap.

Variabel Indeks Penilaian


Eksper
Indeks Penilaian Eksper tersusun atas 2 (dua) dimensi, yang meliputi
sistem antikorupsi dan transparansi di Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah.

12 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Variabel Faktor Koreksi
Indeks dari faktor koreksi akan diambil berdasarkan 3 (tiga) jenis
laporan yang digunakan untuk faktor koreksi, antara lain:

1. Laporan Pengaduan
Laporan Pengaduan yang digunakan dalam perhitungan indeks
tahun 2017 pada 36 Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah, digunakan laporan pengaduan yang diterima KPK
selama tahun 2016.

2. Laporan Kepatuhan
Laporan kepatuhan LHKPN adalah persentase dari jumlah wajib
lapor di setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
yang belum melaporkan
LHKPN terhadap jumlah
seluruh wajib lapor tahun
sebelumnya.

3. Pengarahan Sebelum
Survei Dilaksanakan
Pengarahan yang dimaksud
disini adalah adanya upaya
mengarahkan responden
untuk memberikan jawaban
yang tidak sesuai dengan
kenyataan (lebih baik/
lebih buruk) ketika mengisi
kuesioner.

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 13


Hasil Survei
Profil Respoonden Internal SPI 2017

6,3%

40% Jenis
Usia
Kelamin
60%
93,7%

Laki-laki Perempuan <30 >30

60,1%

18,1%
7,3% 9,7%
1,0% 3,8%

Setara Eselon I/II Setara Eselon Setara Eselon Setara Eselon V/ Staf/fungsional Fungsional
Pejabat Utama/ III Pejabat IV Pejabat Kaur/Pelaksana umum tertentu
Pratama Administrator Pengawas

49,8%

29,8%

12,1%
7,9%
0,4%
SMP atau lebih SLTA Diploma Sarjana Pasca Sarjana
rendah

N=2084

Responden Internal didominasi oleh staf/fungsional umum


(60.1%) di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
dengan usia lebih dari 30 tahun (93.7%). Pendidikan terakhir
responden mayoritas adalah sarjana (49.8%).

14 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Hasil Survei
Profil Respoonden Eksternal SPI 2017

30,11%
39% Jenis
Usia
Kelamin

60,4% 69,89%

Laki-laki Perempuan <30 >30

42,0%

24,4%
18,0%

7,3% 3,7% 2,8%


6,8%
0,3% 0,5% 1,5%

Karyawan Wiraswasta PNS TNI/ Petani/ Pelajar/ Ibu Rumah Tidak Lainnya
Swasta Polri Nelayan Mahasiswa Tangga Bekerja

47,5%

28,2%

13,5%
0,3% 7,3%
2,3%
0,9%
Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma Sarjana Pasca
Sarjana

N=2142

Responden Eksternal didominasi oleh laki-laki dibandingkan


wanita (60.4%). Karyawan swasta merupakan responden yang
mendominasi responden eksternal (42%). Responden eksternal
juga didominasi oleh responden dengan pendidikan terakhir
sarjana (47.5%).

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 15


Hasil Survei
Profil Responden Eksper SPI 2017

8,3%
10,8%

Jenis
Usia Kelamin

91,7% 89,2%

<30 >30 Laki-laki Perempuan

34,8%
Pendidikan
Terakhir

65,2%

<=S1 >S1

N=204

Responden Eksper pada 36 Kementerian/Lembaga dan


Pemerintah Daerah didominasi oleh pria (89.2%). Selain itu,
responden eksper juga didominasi oleh responden berusia lebih
dari 30 tahun (91.7%) dan responden yang memiliki pendidikan
terakhir minimal Sarjana (65.2%).

16 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Hasil Survei
Hasil SPI 2017
Indeks Penilaian Integritas di 36 Lembaga yang
Disurvei pada SPI 2017
Indeks Penilaian Integritas 30 (Tiga Puluh) Pemerintah Daerah pada SPI 2017
Rendah Tinggi
Rata-rata PD Rata-rata K/L/PD
65,429 Pemkot Palangkaraya
66,0 65,12

Pemkot Banda Aceh Pemkot Banda Aceh 77,39 Pemprov NTT 77,39 65,09
Pemkab Badung Pemkab badung 77,15 Pemkab Klaten 77,15 64,68
Kementrian Keuangan (Ditjen Bea Cukai) Pemprov Bengkulu 76,54 63,77
Pemkot Madiun 74,15
Kementerian Kesehatan 74,93
Pemkot Tangerang 72,87 Pemprov Kalimantan 63,67
Pemkot Madiun 74,15
Pemkot Banjarmasin
Kementerian Perhubungan 71,73 Pemprov Riau 73,4 63
Pemkot Makassar Pemkot Tangerang 70,7 Pemkot Pekanbaru 72,87 62,89
Pemkot Padang Pemkot Banjarmasin 70,64 71,73
Pemkot Palu 62,77
Pemprov Jawa Barat Pemkot Makassar 70,46 70,7
Pemkot Mataram 62,01
Pemprov Sumatera Barat Pemkot Padang 68,51 70,64
Pemprov Sumatera Utara 60,79
Pemprov Kepulauan Riau
Pemprov Jawa Barat
67,59
70,46
Pemprov Aceh 60,07
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN 69,12
Pemprov Sulawesi Tengah 67,49 Pemprov Papua Barat 59,1
Pemprov Sumatera Barat 68,51
Pemkab Deli Serdang 65,87 Pemkot Bengkulu 58,58
Pemprov Kepulauan Riau 67,59
Pemkot Samarinda 65,8
Pemprov Sulawesi Tengah 67,49
Pemprov Banten 57,64
Pemprov Jambi Pemkab Deli Serdang
65,14 65,87
Pemprov Maluku Utara 55,29
Pemkot Samarinda 65,8

Mahkamah Agung 65,43


Pemprov Jambi 65,14
Pemkot Palangkaraya 65,12
Pemprov Nusa Tenggara Timur 65,09
Pemkab Klaten 64,68
Pemprov Bengkulu 63,77
Pemprov Kalimantan Tengah 63,67
Pemprov Riau 63
Pemkot Pekanbaru 62,89
Pemkot Palu 62,77
Pemkot Mataram 62,01
Pemprov Sumatera Utara 60,79
Pemprov Aceh 60,07
Pemprov Papua Barat 59,1
Pemkot Bengkulu 58,58
Pemprov Banten 57,64
Pemprov Maluku Utara 55,29
Kepolisian RI 54,01*
Pemprov Papua 52,91

Pemerintah Kota Banda Aceh memperoleh indeks integritas tertinggi dan Pemerintah Provinsi Papua
mendapatkan Nilai Terendah pada tahun 2017;
1. Pengalaman melihat/dan mendengar korupsi muncul disemua organisasi peserta survei. Hal ini
menandakan bahwa kejadian Korupsi merupakan risiko semua lembaga;
2. Nilai Indeks tinggi mendekati 100 menunjukkan risiko korupsi rendah dan adanya kemampuan
sistem untuk merespon kejadian korupsi dan pencegahannya secara lebih baik.
3. Nilai tinggi tidak berarti kejadian korupsi tidak akan terjadi karena korupsi sebagaimana tindak
pidana lain dapat terjadi meski dalam sistem yang sudah mapan sekali pun.

*Survei terhadap Internal (Pegawai) Kepolisian RI tidak dilakukan.

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 17


Hasil Survei
Hasil SPI 2017

Indeks dari 6 (Enam) Kementerian yang menjadi


lokus survei pada SPI 2017
Indeks Penilaian Integritas 30 (Tiga Puluh) Pemerintah Daerah pada SPI 2017
Rendah Indeks dari 6 (Enam) Kementerian yang menjadi lokus survei pada SPI 2017 Tinggi
Rata-rata PD 65,429 Pemkot Palangkaraya 65,12
Rata-rata K/L Pemprov NTT 68,905 65,09
Pemkot Banda Aceh 77,39
Kementrian Keuangan (Ditjen Bea Cukai)
Pemkab Badung 77,15 Pemkab Klaten 76,54
64,68

Pemkot Madiun 74,15 Pemprov Bengkulu 63,77


Kementerian Kesehatan 74,93
Pemkot Tangerang 72,87 Pemprov Kalimantan 63,67
Kementerian Perhubungan 73,4
Pemkot Banjarmasin 71,73 Pemprov Riau 63
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN
Pemkot Makassar 70,7 Pemkot Pekanbaru 69,12
62,89
Pemkot Padang
Mahkamah Agung 70,64 Pemkot Palu 65,43 62,77
Pemprov Jawa Barat 70,46 Pemkot Mataram 62,01
*Kepolisian RI 54,01
Pemprov Sumatera Barat 68,51 Pemprov Sumatera Utara 60,79
Pemprov Kepulauan Riau 67,59 Pemprov Aceh 60,07
Pemprov Sulawesi Tengah 67,49 Pemprov Papua Barat 59,1
Pemkab Deli Serdang 65,87
1. Kementerian Keuangan diwakili oleh Ditjen Bea Cukai mendapatkan
Pemkot Bengkulu 58,58
Pemkot Samarinda 65,8
nilai tertinggi dari 6 peserta untuk kategori kementerian/lembaga;
Pemprov Banten 57,64
Pemprov Jambi 65,14
2. Nilai indeks ini merupakan nilai gabungan/komposit untuk
Pemprov Maluku Utara 55,29

menggambarkan kondisi sistem antikorupsi, budaya organisasi,


Pengelolaan anggaran, dan pengelolaan SDM.

*Survei terhadap Internal (Pegawai) Kepolisian RI tidak dilakukan.

Sedikitnya jumlah Kementerian/


Lembaga yang berpartisipasi
belum dapat menggambarkan
kondisi Kementerian / Lembaga
di Indonesia secara keseluruhan. Namun
hal ini dapat mengindikasikan tingkat
integritas dari Kementerian di Indonesia
yang diragukan. Ke depan diharapkan
partisipasi Kementerian / Lembaga
dapat lebih banyak sehingga dapat lebih
mencerminkan kondisi yang ada.

18 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Hasil Survei
Hasil SPI 2017
Indeks Penilaian Integritas 30 (Tiga Puluh)
Pemerintah Daerah pada SPI 2017
Rendah Tinggi
Rata-rata PD 65,429 Pemkot Palangkaraya 65,12
Pemkot Banda Aceh 77,39 Pemprov NTT 65,09
Pemkab Badu ng 77,15 Pemkab Klaten 64,68
Pemkot Madiu n 74,15 Pemprov Bengkulu 63,77
Pemkot Tangerang 72,87 Pemprov Kalimantan Tengah 63,67

Pemkot Banjarmasin 71,73 Pemprov Riau 63


Pemkot Pekanbaru 62,89
Pemkot Makassar 70,7
Pemkot Palu 62,77
Pemkot Padang 70,64
Pemkot Mataram 62,01
Pemprov Jawa Barat 70,46
Pemprov Sumatera Utara 60,79
Pemprov Sumatera Barat 68,51
Pemprov Aceh 60,07
Pemprov Kepulauan Riau 67,59
Pemprov Papua Barat 59,1
Pemprov Sulawesi Tengah 67,49 Pemkot Bengku lu 58,58
Pemkab Deli Serdang 65,87 Pemprov Banten 57,64
Pemkot Samarinda 65,8 Pemprov Maluku Utara 55,29
Pemprov Jambi 65,14 Pemprov Papua 52,91

Indeks Integritas
1. Pemerintah Kota Banda Aceh Pemerintah Daerah
dan Kabupaten Badung Berdasarkan Wilayah
mendapatkan nilai pertama
dan kedua tertinggi kategori 65,94 67,84
Pemerintah Daerah (Kota dan 55,77
Kabupaten);
2. Terdapat perbedaan angka
partisipasi dan indeks integritas
antara Pemerintah Daerah
bagian barat, tengah dan timur
dengan kecenderungan yang
lebih rendah untuk Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
bagian timur. Bagian Bagian Bagian
Barat Tengah Timur

Cukup besarnya angka partisipasi dari Pemerintah Daerah dapat


menggambarkan tingkat integritas pemerintah daerah di Indonesia. Walaupun
partisipasi Pemerintah Provinsi / Daerah lebih tinggi daripada Kementerian,
namun jumlahnya baru sebanyak 30 dari ratusan pemerintah provinsi/
kabupaten/kota di Indonesia. Ke depan diharapkan jumlah pemerintah daerah yang
berpartisipasi dapat lebih banyak dan terus bertambah sehingga hasil yang diperoleh
dapat lebih mencerminkan kondisi yang ada.

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 19


Hasil Survei
Hasil SPI 2017

Budaya Sistem
Organisasi Antikorupsi
Tahukah Anda bahwa: Tahukah Anda bahwa:
1. 17% pegawai melihat / 1. 8% Responden pegawai
mendengar keberadaan perantara menyatakan masih ada pegawai
di instansi (unit kerja).; yang melakukan korupsi namun
2. Keberadaan Perantara muncul tidak ditindak;
di semua (35/35) instansi yang 2. 2 dari 10 pengguna layanan
mengikuti SPI 2017; cenderung tidak percaya bahwa
3. Hal ini mengindikasikan bahwa pegawai yang melakukan korupsi
fenomena calo/perantara masih akan mendapatkan hukum sesuai
merupakan hal yang umum dalam aturan yang ada;
layanan publik. 3. Hal ini terjadi di 40% instansi
peserta SPI 2017;
Tahukah Anda bahwa: 4. Hal ini mengindikasikan bahwa
1. 1 dari 10 pegawai melihat/ penegakan pelanggaran korupsi
mendengar rekannya menerima di lembaga masih menjadi isu
suap/gratifikasi; yang harus diselesaikan.
2. 3 dari 10 Pengguna Layanan
melihat/ mendengar pegawai Tahukah Anda bahwa:
instansi menerima suap/ 1. 22% Pegawai cenderung tidak
Gratifikasi; percaya pelapor praktik korupsi
3. Kesaksian penerimaan Suap/ tidak akan dihambat karirnya,
Gratifikasi muncul di semua tidak akan dikucilkan dan tidak
instansi peserta di SPI 2017; diberi sanksi;
4. Hal ini menandakan bahwa risiko 2. 2 dari 10 pegawai menyaksikan
korupsi dapat terjadi di semua pelapor praktik korupsi di unit
lembaga. kerja pada dikucilkan, diberi
sanksi atau karirnya dihambat,
dan sejenisnya dalam 12 bulan
terakhir;
3. Hal ini mengindikasikan masih
adanya kejadian pegawai yang
tidak dilindungi bahkan dihukum
ketika melaporkan korupsi di
instansinya.
20 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil
Hasil Survei
Hasil SPI 2017

Pengelolaan Pengelolaan
SDM Anggaran
Tahukah Anda bahwa: Tahukah Anda bahwa:
1. 30% Pegawai cenderung 1. 17% Pegawai percaya bahwa
percaya bahwa suap/gratifikasi terjadi penggelembungan
mempengaruhi kebijakan karir di anggaran di instansinya;
instansinya; 2. Masih terdapat responden yang
2. Masih ada pegawai yang pernah pernah mendengar
melihat/mendengar rekan kerja atau melihat keberadaan
memberikan suap/gratifikasi untuk penyelewengan anggaran (5,90%);
mempengaruhi kebijakan karir 3. Risiko muncul di 80% Instansi
(4%); Peserta Survei;
3. Suap/Gratifikasi kebijakan karir 4. Hal ini mengindikasikan kebutuhan
muncul di 82 % (29/35) instansi untuk mendorong pengelolaan
peserta SPI 2017; anggaran yang lebih transparan
4. Korupsi dalam pengelolaan SDM dan anggaran sebagai salah satu
masih menjadi tantangan dalam fokus utama pencegahan korupsi.
menciptakan birokrasi yang bersih
di Indonesia.

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 21


Hasil Survei
Hasil SPI 2017

Integritas
Transparansi
Pegawai
Tahukah Anda bahwa: Tahukah Anda bahwa:
1. 2 dari 10 pengguna layanan 1. 24% pengguna layanan
mengatakan dirinya cenderung cenderung tidak percaya bahwa
percaya bahwa ada pegawai yang pegawai instansi telah menjunjung
memberikan perlakukan khusus tinggi kejujuran dan terbebas dari
yang tidak sesuai aturan; kepentingan pribadi;
2. 4 dari 10 pengguna layanan 2. Masih terdapat pengguna layanan
cenderung percaya bahwa yang pernah dimintai uang pada
suku, agama, dan alamamater saat menerima layanan (7%), hal
berpengaruh ketika memproses ini muncul di 88% instansi Peserta
perizinan atau memberi di 2017 (32/36);
pelayanan; 3. Walaupun dilakukan oleh oknum
3. 88% Percaya bahwa petugas (sebagian kecil) pegawai, kejadian
layanan telah memberikan ini berdampak besar pada
upaya terbaik dalam memproses pembentukan persepsi korupsi
perizinan; pada layanan publik dan citra
4. Secara umum hasil survei lembaga dimata publik.
menunjukkan bahwa persepsi
pengguna terkait transparansi
cukup baik meski demikian masih
terdapat isu ketidakadilan layanan
ketika memproses perizinan atau
memberi layanan yang perlu
diperhatikan.

22 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Hasil Survei
Perbandingan SPI 2016 dan 2017

2016 2017
Survei Penilaian Integritas Survei Penilaian Integritas
Ruang (SPI) 2016 mencakup 64 (SPI) 2017 mencakup 36
K/L/PD (Kementerian, K/L/PD (Kementerian,
Lingkup Lembaga, Pemerintah Lembaga, Pemerintah
Daerah) di Indonesia. Daerah) di Indonesia.

K/L (Kementerian/Lembaga) K/L mencakup unit kerja


setara eselon II yang
Cakupan hanya mencakup layanan
memberikan pelayanan
tertentu. Sementara
Sampel Pemerintah Daerah
publik tertentu. Sementara
Pemerintah Daerah mencakup
mencakup 6 (enam) dinas.
6 (enam) dinas.

Responden untuk tiap


Responden untuk tiap
instansi adalah 60
instansi adalah 60
Responden responden internal dan 60
responden internal, 60
responden eksternal, dan 10
responden eksternal.
responden eksper.

Variabel terbagi menjadi


Variabel terbagi menjadi
Variabel Indeks Penilaian Internal dan
Indeks Penilaian Internal,
Penilaian Indeks Penilaian Eksternal,
Indeks Penilaian Eksternal.
dan Indeks Penilaian Eksper.

Karena terdapat beberapa perbedaan dari SPI 2016 dan


SPI 2017, maka hal yang dapat dibandingkan adalah
adalah angka kejadian dan bukan indeksnya.

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 23


Hasil Survei
Perbandingan Hasil SPI 2016 dan 2017

Budaya Sistem
Organisasi Antikorupsi
Tahukah Anda bahwa: Tahukah Anda bahwa:
• Pada tahun 2016 masih ada • Pada tahun 2016 terdapat
sekitar 16% pegawai melihat/ minimal 15% pegawai
mendengar keberadaan calo mengatakan pernah melihat/
pada proses pelayanan di mendengar pelaku korupsi
instansi. Pada tahun 2017 terungkap dalam 12 bulan
hal serupa masih saja terjadi, terakhir. Bahkan 72% melihat
setidaknya 17% pegawai pelaku korupsi diproses secara
mengatakan bahwa pernah hukum dalam 12 bulan terakhir.
mengetahui adanya calo/ Sementara di tahun 2017
perantara/biro jasa yang angka ini mengalami perbaikan
mengurus di unit kerja instansi. dimana terdapat 8% pegawai
yang pernah mendengar
• Selain itu, pada tahun 2016 setidaknya satu kali pelaku
juga terdapat pegawai yang korupsi terungkap dalam satu
melihat adanya penerimaan tahun terakhir dan 65% pegawai
suap/gratifikasi berupa barang melihat setidaknya satu kali
atau fasilitas dalam 12 bulan pelaku korupsi diproses secara
terakhir (9%). Pada tahun 2017 hukum.
ditemukan setidaknya 1 dari 10
pegawai yang percaya masih
ada gratifikasi pada unit kerja
instansinya.

Meskipun terjadi perbaikan pada aspek sistem antikorupsi yang diindikasikan


dengan menurunnya kasus korupsi yang terungkap dan diproses hukum. Namun
di aspek budaya organisasi, keberadaan calo dan gratifikasi masih muncul
dengan persentase yang tidak jauh berbeda. Begitu pula dengan fenomena suap
dan gratifikasi. Hal ini mengindikasikan belum berubahnya situasi korupsi pada sebagian
besar instansi peserta survei. Diperlukan langkah langkah pencegahan kongkrit dan segera
untuk memastikan perubahan terjadi.

24 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Integritas Pengelolaan
Pegawai Anggaran

Tahukah Anda bahwa: Tahukah Anda bahwa:


• Pada tahun 2016 masih ada • Pada tahun 2016 masih
responden yang mengatakan terdapat pegawai yang percaya
bahwa masih terdapat adanya perjalanan dinas fiktif/
pelanggaran aturan di kwitansi fiktif/biaya transportasi
instansi, seperti diminta uang fiktif dalam 12 bulan terakhir
(‘administrasi’, ‘transport’, (7%). Di tahun 2017, angka
‘rokok’, ‘kopi’, dll) di luar penyelewengan perjalanan dinas
ketentuan saat berurusan ini meningkat (10%)
dengan pegawai (5%). Di tahun
2017, angka pelanggaran
peraturan bertambah menjadi
sekitar 6% Sejak 2016, masyarakat sebagai
pengguna layanan masih
menemukan adanya permintaan
Pengelolaan uang administrasi, rokok, kopi,
dll diluar ketentuan oleh pegawai instansi.
SDM Selain itu, nepotisme dan penyelewengan
anggaran juga masih terjadi. Hal ini
menunjukkan belum adanya perubahan
Tahukah Anda bahwa: dalam layanan maupun bagaimana
• Di tahun 2016, setidaknya 1 pegawai melaksanakan tugasnya meski
beberapa alternatif upaya telah dilakukan
dari 10 pegawai pernah melihat oleh instansi.
adanya keistimewaan yang
diterima seseorang saat seleksi
penerimaan pegawai. Meningkat
di tahun 2017, minimal 15%
pegawai percaya bahwa pada
penerimaan pegawai honorer
dan peningkatan jabatan
dipengaruhi oleh hubungan
kekerabatan, kedekatan dengan
pejabat, kesamaan almamater,
suap, dan gratifikasi.

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 25


Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan kepada pihak internal,
eksternal, dan eksper, dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
Hasil Indeks integritas SPI 2017 untuk Kementerian/Lembaga
mempunyai rentang 65,43-76,54 sedangkan untuk Pemerintah
Daerah sebesar 52,91-77,39 dari skala interval 0-100.

Dari Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang menjadi


lokus SPI 2017, Pemerintah Kota Banda Aceh memiliki Indeks
Integritas yang tertinggi (77.39) dan Pemerintah Provinsi Papua
memiliki Indeks Integritas yang terendah (52.91).

0 25 50 75 100
52.91 65.43 76.54 77.39

Pemerintah Mahkamah Kementerian Pemerintah


Provinsi Agung Keuangan Kota
Papua Banda Aceh

50 75 100
52.91 65.43 76.54 77.39

Pemerintah Mahkamah Kementerian Pemerintah


Provinsi Agung Keuangan Kota
Papua Banda Aceh

26 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan kepada pihak internal,
eksternal, dan eksper, dapat disimpulkan beberapa hal berikut:

Gratifikasi

Keberadaan Buruknya
Calo Menurut hasil Survei Penilaian
Sistem
Integritas Internal, berbagai masalah Antikorupsi
ini masih terjadi pada seluruh aspek
penilaian internal SPI 2017.

Nepotisme Penyelewengan
Pengelolaan SDM Anggaran

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 27


Kesimpulan

Survei Penilaian Integritas dari pihak Eksternal menyimpulkan masih


terjadi permasalahan pada aspek transparansi, sistem antikorupsi
dan integritas pegawai.

Pemberian Ketidakpercayaan Belum tercapainya


perlakuan khusus pada tindaklanjut pegawai yang
yang tidak sesuai pada pelaku atau menjunjung tinggi
aturan berdasarkan pelapor korupsi kejujuran dan
kedekatan, suku, atau kebebasan dari
almamater kepentingan pribadi

28 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Kesimpulan
Sejak tahun 2016, baik masyarakat sebagai pengguna layanan
ataupun pegawai K/L/PD masih melihat atau mendengar terjadinya
pelanggaran terkait korupsi. Hingga tahun 2017 ini ditemukan
masalah-masalah serupa dengan tahun 2016.

Keberadaan Gratifikasi Buruknya


Calo Sistem
Antikorupsi

Nepotisme Penyelewengan
Pengelolaan Anggaran
SDM

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 29


Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan yang terjadi,
berikut beberapa rekomendasi yang
diusulkan kepada K/L/PD terkait:

Perbaikan budaya organisasi melalui


• Pengelolaan benturan kepentingan dan penguatan kode etik
dengan cara memperkuat aturan dan implementasi pengelolaan
konflik kepentingan dan kode etik di institusi. Pendekatan ini
dilakukan untuk mendorong berperilaku tidak saja sesuai dengan
peraturan yang berlaku tetapi lebih dari itu, yaitu bertindak
berdasarkan standar etika yang telah ditetapkan oleh institusi.
Cakupan yang diatur tidak saja pada saat pemberian layanan
tetapi mencakup proses internal seperti promosi dan mutasi dan
proses internal lainnya seperti pengadaan barang dan jasa.
• Mengurangi peran perantara. Inisiatif untuk mengurangi peran
perantara dalam layanan dapat menggunakan teknologi dalam
bentuk layanan online, akses informasi, deregulasi aturan dan
pemangkasan birokrasi yang menghambat dan tidak diperlukan
dalam layanan.
• Peningkatan kesadaran risiko korupsi di tingkat organisasi
dengan cara:
• Pelatihan untuk tingkatan Pimpinan (struktural) dan
Inspektorat (Pengawasan Internal) untuk mengidentifikasi dan
mengatasi korupsi hingga menghindari penyalahgunaan
wewenang. Optimalisasi peran atasan dikombinasikan
dengan pengawasan internal dan eksternal mampu menekan
frekuensi kejadian korupsi dan penyalahgunaan wewenang
yang muncul.
• Mendorong SPI dilakukan secara berkala.

30 Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil


Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan yang terjadi,
berikut beberapa rekomendasi yang
diusulkan kepada K/L/PD terkait:

Penguatan Sistem Antikorupsi melalui


• Peningkatan efektivitas sosialisasi antikorupsi baik oleh internal
maupun dari lembaga-lembaga yang bergerak di pencegahan
korupsi secara rutin. Sosialisasi berkala untuk meningkatkan
kesadaran pegawai dan pengguna layanan menjadi suatu
keharusan bagi intansi untuk berbenah.
• Penegakan hukum dan konsistensinya.
• Penguatan whistleblowing system untuk meningkatkan partisipasi
pelapor.
• Perlidungan terhadap pelapor.

Survei Penilaian Integritas Buku Saku Hasil 31


https://www.kpk.go.id

KomisiPemberantasanKorupsi
@official.kpk
@KPK_RI

Anda mungkin juga menyukai