Sukses Meski tubuhnya tak sempurna, sejak kecil Sidik tak pernah mau merepotkan
orang. Ia selalu berusaha melakukan semua aktivitasnya sendiri. Ia juga tak
1. Pengusaha Sukses Penyandang Cacat
mau dipapah atau digendong, “Saya tak mau dikasihani orang, saya ingin
sukses bukan karena orang kasihan pada saya, tetapi karena kerja keras
saya.” katanya lugas.
Pada tahun 1992, Sidik menikah dengan Siti Rahmah yang juga penyandang
cacat. Dari perkawinan mereka lahirlah tiga anak perempuan yang sehat
dan normal. Belakangan anak kedua mereka meninggal dunia karena
kecelakaan.
Ketika akan melahirkan Sidik, Ibunya pernah mimpi bahwa ia akan Modalnya ketika itu sumbangan dari Pemda DKI sebesar satu juta rupiah.
melahirkan anak cacat. Namun anak cacat itu akan membawa berkah dalam Bersama istrinya Sidik kemudian memulai usaha membuat kerupuk dari
keluarga. “Alhamdulillah, tak lama setelah saya lahir, kata almarhumah Ibu, singkong. “Dulu belum ada merek, plastiknya pembungkusnya masih polos.”
Ayah saya langsung mendapat pekerjaan tetap, sehingga bisa membiayai katanya. Pada awal produksi ia memproduksi sekitar 100 bungkus kerupuk
pendidikan seluruh anak-anaknya hingga SMA.” kata Sidik di rumahnya yang berukuran 2 ons dari bahan baku singkong 10 kilogram. “Namanya juga
sederhana di bilangan Cempaka Putih. pertama, kerupuk dagangan saya baru habis setelah sebulan lebih.” katanya
mengenang.
Sidik memang lahir dengan kondisi yang memprihatinkan, ia tak memiliki
kedua kaki mulai dari pangkal paha. Sehingga boleh dibilang tubuhnya Prosesnya pembuatan kerupuk singkong terbilang lebih rumit dibanding
hanya separuh. Sebelum menggunakan kursi roda, ia mengayunkan dua membuat keripik singkong. Jika membuat keripik singkong cukup dengan
tangan guna menyeret tubuhnya untuk berjalan. memotong-motong batang singkong menjadi irisan tipis lalu digoreng dan
selesai. Membuat kerupuk singkong prosesnya adalah singkong yang sudah gerobak disampingnya untuk mengangkut muatan. “Motor itu benar-benar
dikupas kemudian diparut, parutan itu lalu dibuat menjadi adonan dengan membantu mobilitas dan produktivitas usaha saya.” ujar Sidik.
mencampur berbagai bumbu rasa dan sedikit tepung. Setelah itu adonan
dibentuk kembali menjadi seperti batang singkong dan dijemur. Setelah Saat ini Sidik terus mengembangkan pemasaran produknya, setiap hari ia
adonan sedikit liat, adonan kemudian diiris tipis-tipis. Irisan itu tidak masih berkeliling ke koperasi-koperasi atau warung di seluruh pelosok
langsung digoreng, tetapi kembali dijemur sekitar dua hari agar kering. Ibukota. Bahkan saat Kabari mewancarainya, dua kali telepon selularnya
Setelah kering, irisan kerupuk singkong baru digoreng. berbunyi dari orang yang meminta agar pasokan kerupuk “Cap Gurame”
segera dikirim.
Dari hanya mengolah 10 kilogram singkong, kini Sidik mengolah sedikitnya
50 hingga 100 kilogram singkong setiap bulannya. Ia juga sudah punya Namun dalam menjalankan usahanya ini, Sidik juga mengalami berbagai
merek lengkap dengan cap di pembungkus produknya. “Saya beri nama kendala, seperti modal dan permintaan yang terbatas. “Saya ingin sekali
merek Cap Gurame, ini sama sekali tak ada hubungannya sama ikan gurame, mendapat tambahan modal, atau minimal ada orang yang mau menjadi
tetapi gurame adalah singkatan dari Gurih, Renyah, Enak,” katanya mitra usaha untuk mengembangkan bisnis ini. Saya punya mimpi suatu saat
tersenyum. “Kalau nanti ada biaya, merek ini saya mau patenkan.” kerupuk saya ini dimakan sama orang Amerika.” ujarnya.
tambahnya.
Sidik juga mengaku kesulitan memasok produknya ke pasar modern seperti
Semua pekerjaan produksi dari mulai membeli singkong hingga supermarket atau hipermaket. “Wah selain bentuknya mesti perseroan,
memasarkannya ia kerjakan sendiri dibantu istrinya. Setiap hari ia keluar mereka (para pengelola pasar modern-red) juga meminta deposit uang mas,
masuk kampung menawarkan kerupuk daganganya ke warung-warung atau jelas kalah sainganlah saya” kata Sidik lugas.
koperasi-koperasi di kantor pemerintahan. “Saya menggunakan sistem
Kalau soal rasa, kerupuk “Cap Gurame” memang gurih dan renyah. Rasanya
konsinyasi atau titip jual, harga dari saya empat ribu, terserah mereka
yang campuran pedas dan asin cocok dinikmati sebagai cemilan atau
menjualnya berapa, tapi bisanya mereka jual lima ribu rupiah.” kata Sidik.
sebagai lauk.
Dari usaha yang ditekuni sejak tahun 1999 ini, memang belum terlalu
Kini, dari hasil usahanya Sidik mengantungi keuntungan berkisar 1 sampai 2
banyak menghasilkan materi. Sidik masih tinggal di gedung bekas tempatnya
juta rupiah perbulan. Meski jumlahnya kecil, apa yang diperbuat Sidik
bekerja di bilangan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Rumahnya pun hanya
termasuk luar biasa. Dengan keadaan yang terbatas, ia
terdiri dari tiga petak yang disekat papan tripleks termasuk di dalamnya
menjadientrepreuner sejati. Meminjam rumusnya Pak Ciputra, pengusaha
ruang produksi kerupuk “Cap gurame” tersebut.
dan dosen mata kuliah enterpreunership,bahwa Indonesia membutuhkan
Beruntung ada seorang pengusaha lokal yang melihat kegigihan Sidik dan sedikitnya 20 persen penduduknya menjadi entepreuner, barulah menjadi
akhirnya menyumbangkan sebuah sepeda motor untuk operasional usaha. negara makmur, maka Sidik telah memulainya bertahun-tahun lalu. Jika
“Namanya juga tidak punya kaki, saya sempat bingung juga, bagaimana benar apa kata Pak Ciputra, maka jelaslah Indonesia membutuhkan orang-
mengendarainya?” Tapi Sidik tak kehilangan akal, ia mendesain motornya orang gigih seperti Sidik.
agar tuas perseneling dapat dioperasikan dengan tangan. Dengan bantuan 2. Angkat Martabat Penyandang Cacat Lewat Kain Perca
tukang las, jadilah sebuah motor dengan tongkat besi tambahan yang
ditempel di perseneling dan injakan rem. Tak lupa ia juga menempelkan
Sejak saat itu, sang ayah menyuruh Irma, menggunakan tongkat untuk
berjalan hingga kini. Kondisi kaki itulah yang mendorong Irma melakukan
sesuatu yang berarti bagi dirinya dan orang lain. Setelah lulus dari SMAN 1
di Semarang, Irma mencoba membuat keset dari kain perca, benda
sederhana untuk membersihkan telapak kaki.
Awalnya, keset itu dibuat hanya untuk kebutuhan sendiri. Lambat laun,
karyanya mulai dilirik tetangga. Pasar kecil pun mulai terbentuk. Keputusan
menjadi perajin keset makin bulat ketika ia menikah dengan Agus Priyanto,
penyandang cacat yang jago melukis. Mereka sepakat membuka usaha kecil
pembuatan keset pada 1999. Kala itu, Irma dan Agus dibantu 5 karyawan.
Irma Suryati mengalami kelumpuhan saat usia 4 tahun akibat polio.
Kehidupannya menuju usia dewasa adalah kisah panjang yang penuh Ketika usaha mereka mulai berkembang, Irma merasa tak leluasa lagi
perjuangan. Irma yang bersuamikan Agus Priyanto, yang juga penyandang menjalankan usaha di rumah orang tuanya. Pada 2002, pasangan muda ini
cacat kaki, telah membuktikan bahwa seburam-buram harapan, selalu ada memutuskan pindah ke Kebumen, kampung halaman Agus. Mereka membeli
celah yang bisa membawa berkah dan peluang di masa depan. rumah di Jalan Karang Bolong kilometer 7, Desa Karangsari, Kecamatan
Buayan, Kebumen. Dari rumah itulah Irma mengendalikan usahanya.
Pasangan itu berhasil membangun usaha kerajinan keset dengan modal kain-
kain sisa. Usaha mereka kini sudah sampai ekspor ke beberapa negara, dan Irma tak mau membuat usaha ecek-ecek. Ia membentuk usaha berbadan
mereka kini memiliki 2.500 pengrajin dan 150 diantaranya adalah hukum yang diberi nama Usaha Dagang Mutiara Equipment. Perempuan itu
penyandang cacat. juga membentuk Pusat Usaha Kecil Menengah Penyandang Cacat. “Awalnya
susah sekali mengorganisasi orang,” kata Irma.
Irma telah menerima banyak penghargaan, antara lain Wirausahawati Muda Namun Irma adalah sosok yang tidak mau mengalah pada keadaan. Ia
Teladan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007), Perempuan
mendatangi penduduk dari rumah ke rumah untuk mendorong ibu rumah
Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen (2008), dan Penghargaan dari Jaiki tangga menjadi produktif dengan mengajari mereka membuat
Jepang, khusus untuk orang cacat.
keset. “Perempuan sekarang harus berdaya secara ekonomi,” katanya.
Menuai Hasil
Pada Awalnya…
Sejak bayi, Irma Suryati sudah menderita layu kaki. Penyebabnya adalah
Irma juga pernah menanggung sinisme dan cibiran oleh orang-orang yang
virus Polio. Meski masih bisa berjalan normal sampai sekolah menengah atas melihat usaha itu dengan sebelah mata, apalagi ketika mereka melihat kaki
(SMA), kaki Irma mudah lemas.“Kalau disenggol, langsung jatuh,” ujar
Irma yang cacat, tapi Irma tak patah semangat. Hasilnya pun mulai tampak.
wanita kelahiran Semarang, 1 Januari 1975 ini. Ia berhasil mengajak beberapa ibu rumah tangga belajar membuat keset.
Ketika sudah terampil, mereka mendapat pasokan bahan baku dan mesin membicarakan kualitas produk, ia juga memperkenalkan inovasi baru
jahit dari Irma. kerajinan tangan.
Saat masyarakat mulai menyadari tentang manfaat keterampilan yang Saat ini, Irma memproduksi 42 macam keset. Ada yang berbentuk elips,
diberikan Irma, minat menjadi pembuat keset pun tak terbendung. Irma binatang, atau bunga. Di pasaran, keset-keset itu dijual Rp 15 ribu untuk
membuat koperasi simpan pinjam pada 2003 untuk menampung kegiatan konsumen dalam negeri, dan Rp 35 ribu untuk konsumen luar negeri.
ekonomi 1.600 pembuat keset hasil binaannya.
Sukses membuat keset tak lantas membuat ibu lima nak ini ongkang-
Anggota koperasi keset ini tersebar di 11 kecamatan di Kebumen. Irma juga ongkang kaki. Ia dan kawan-kawannya terus mengembangkan kerajinan lain,
menggunakan jaringan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK). Akhirnya, misalnya membuat kotak tisu dari lidi. “Ada orang Turki yang
usaha keset ini merambah ke Banyumas dan Solo. Bahkan Irma memesannya,” ujar Irma.
menggandeng kelompok waria dan pekerja seks komersial di Purwokerto. Kini Irma membuat desain sajadah dari tikar pandan. Kebetulan, di
Hasilnya, 20 waria dan pekerja seks komersial bisa membuka gerai di Kebumen banyak perajin pandan yang belum mampu membuat kerajinan
perumahan Limas Agung, Purwokerto. dengan bahan baku anyaman pandan. “Padahal kalau dibentuk menjadi
kerajinan, nilai jualnya akan meningkat,” ujar Irma.
Tiap bulan, perajin mendapat kiriman kain sisa sebagai bahan baku. Irma Ironisnya, pengikut Irma justru kebanyakan datang dari luar desanya.
mendatangkan 10 ton kain sisa dari Semarang setiap bulan. Omzet Bahkan banyak penduduk tidak mengenal sosok Irma, meskipun mereka
bulanannya bisa mencapai Rp 40-50 juta. tinggal di desa yang sama. “Oh, orang yang cacat itu ya?” kata salah satu
tetangga Irma ketika ditanya Tempo.
Untuk strategi pemasaran, Irma mengandalkan 15 penjual. Selain itu, ia
Sebagai penyandang cacat, Irma bukanlah orang yang cengeng. “Cacat
juga menitipkan barang produksinya di beberapa gerai yang tersebar di
bukan halangan untuk berkarya,” kata dia. Irma mengaku sering sedih
banyak kota. Salah satunya adalah di showroommilik Kementerian Pemuda
melihat para penyandang cacat yang masih terdiskriminasi, terutama yang
dan Olahraga di Jakarta. Kebetulan, Irma sering bertemu dengan Pak
ingin menjadi pegawai negeri sipil. Karena itulah Irma memutuskan
Menteri, Adyaksa Dault.
membuka lapangan kerja sendiri. “Rencananya saya akan membangun
“Saya juga diajak oleh Menpora waktu itu, Pak Adhyaksa Dault
pabrik di belakang rumah, khusus untuk orang cacat,” ujar Irma.
ke Melbourne, Australia mewakili Indonesia dalam pameran kerajinan.
Rencana ke Depan
Padahal pameran itu sebetulnya untuk umum, bukan penyandang cacat.
Benar-benar membanggakan karena kami penyandang cacat setara dengan Irma kini membangun rumah bagian belakang dengan ukuran sekitar 7 m x 9
orang normal,” ungkapnya. m. Meski tergolong kecil, tetapi rumah yang hampir selesai tersebut akan
Ekspor Produk dipakai untuk menampung para penyandang cacat. Mereka bakal bekerja
Selain memasarkan produk di dalam negeri, Irma juga memasarkannya ke dan diberikan tempat menginap.
luar negeri, yakni Austarlia, Jerman, Jepang, dan Turki. “Selama ini masih
memakai jasa orang lain. Ke depan nanti, saya ingin mengekspornya sendiri “Kami memang menyiapkan tempat bagi penyandang cacat yang
agar lebih untung,” tutur Irma. rumahnya jauh. Jika mau menginap, silakan saja, tetapi tempatnya juga
sederhana seperti ini. Di sini bisa dijadikan pusat usaha penyandang cacat.
Irma mengadakan pertemuan tiap tiga bulan sekali untuk menjaga kualitas Niat saya memang bagaimana para penyandang cacat bisa lebih kreatif dan
produknya. Forum itu diikuti koordinator tiap kecamatan. Selain
mereka mampu mandiri. Itu secara langsung akan mengangkat martabat disertakan buku “Blueprint Kesuksesan” karya Motivator Tommy Siawira.
penyandang cacat dan mengubah pandangan masyarakat kalau penyandang Sungguh harga upgrade menjadi member berbayar sangat seimbang dengan
cacat hanya bisa mengiba dengan menjadi seorang peminta- materi yg didapat dan Bonus 2 Buku Fisik yg sangat memotivasi.
minta,” tandasnya. Sebenarnya 2 Buku Motivasi tsb bisa saja Anda beli di Toko Buku Gramedia,
3. Profil Sukses Pebisnis Online Meskipun Cacat namun dengan upgrade menjadi member berbayar di
KayaDariFacebookMarketing (plus ongkos kirim), kita tinggal menerima buku
tsb di rumah.
Kenapa Saya mau Upgrade keanggotaan di KayaDariFacebookMarketing?
Karena Saya mau belajar mendapatkan Prospek/member dari kelimpahan
anggota facebook yg sudah berjumlah lebih dari 300 juta orang. Kalau
anggota Facebook dari Indonesia sudah mencapai 10 juta lebih. Saya
melihat Cara yg dipakai Suwandi Chow telah meningkatkan jumlah
pengunjung websitenya secara drastis dan gratis lagi.
Berbekal panduan Video dan Ebook Suwandi Chow, Saya sedang menyusun
halaman “Fan page” untuk BisnisDavit dan “Group” untuk
RahasiaWebsitePemula di Facebook. Namun Saya akui Saya masih belajar
sambil jalan..he..he..he..!
“Beginilah ini usaha saya sejak kembali ke Medan tahun 2002. Saya lihat di Dua tahun berselang ia mencoba peruntungan ikut Kejurnas Piala Ibu Tien
sini kan belum ada seperti ini. Saya temukan ide ini melihat usaha kawan- Soeharto untuk cabang tenis kursi roda. “Saya berani-beranian ikut. Karena
kawan di Jawa. Jadi di awal saya langsung perkenalkan dengan membuka orang-orang di lapangan tenis menganggap saya bisa. Saya membela tim
tiga cabang. Syukurnya banyak yang respon. DKI. Masuk final dengan sesama DKI. Dari situ saya menang,” kenangnya.
Biasanya pembeli dari kalangan bermobil yang ingin membelikan buat Sejak itu, pria kelahiran 10 Oktober 1962 ini pun serius menjalani karir
anaknya,” kata Monang. sebagai atlet tenis meja kursi roda. Puncaknya ia terpilih mewakili
Indonesia untuk berlaga di luar negeri. Di antaranya Thailand, Korea,
Dengan sedikit modifikasi, rumah Barbie dari bambu yang diganti dengan
Jepang. “Tahun 1995 saya main ke Belanda, Melbourne baru Olimpiade
triplek ini mengundang banyak peminat. Tidak hanya pembeli dari Medan,
antar orang cacat di Inggris. Tapi saya gugur saat seleksi di Malaysia
Monang menyebut produknya bisa sampai ke daerah-daerah lain di Sumut
memperebutkan kejuaraan di Amerika tahun 1997,” ungkapnya.
maupun provinsi luar seperti Pekanbaru, Jambi, Surabaya, dan Kalimantan
Timur.
Dari situ ia mendapat perbekalan untuk membuat rumah boneka. Termasuk Memiliki kekurangan fisik ternyata tidak membuat Tarjono Slamet menyerah
juga pembekalan di Yayasan Orang Cacat di Jakarta. Monang pun pada keadaan. Lelaki berusia 39 tahun ini sempat merasa putus asa ketika
memutuskan hijrah ke Medan. Namun ia tak lantas meninggalkan karirnya Ia harus kehilangan kaki kirinya dan mengalami kerusakan syaraf pada
sebagai atlet. Ia diminta memperkuat Sumut berlaga di PON antar orang sepuluh jari tangannya, akibat kecelakaan kerja yang dialaminya pada
cacat di tahun 2002 di Palembang. “Disitu sudah buat rumah Barbie. tahun 1990.
Tapi saya mendapat tawaran dari dikontrak jadi atlet Sumut karena saya Saat itu Tarjono Slamet yang bekerja di PLN unit Klaten sedang
juga kelahiran Kisaran. Saya mengikuti dua cabang olahraga. Cabang tenis memperbaiki jaringan sebuah menara bertegangan tinggi bersama dengan
saya meraih emas dan lari kursi roda meraih perunggu,” tambahnya. kedua rekannya. Sayangnya takdir berkehendak lain, pekerjaan tersebut
tidak berjalan lancar dan tubuh Tarjono kesetrum listrik tegangan tinggi
Setelah itu ia mulai memutuskan pensiun jadi atlet. Sempat menjadi sopir yang mengakibatkan dirinya tak sadarkan diri selama satu hari satu malam
taksi lintas kota, berbekal uang bonus dari Alm Tengku Rizal Nurdin (ketika dan mengalami cacat permanen hingga sekarang ini.
itu Gubernur Sumut, Red) Monang akhirnya konsentrasi mengembangkan
usahanya. “Waktu itu dapat Rp30 juta. Dengan tabungan saya juga sebagai Meskipun awalnya cukup berat bagi Tarjono untuk menerima musibah
atlet saya kembangkan usaha ini,” lanjutnya. tersebut, namun Ia tidak lantas berpangku tangan dan menjadi beban bagi
orang lain. Dengan dukungan penuh dari keluarga dan para sahabatnya,
Begitupun cobaan kembali hadir. Kebakaran lima tahun silam Tarjono mulai bangkit dan ikut bergabung di sebuah yayasan rehabilitasi
menghanguskan seluruh usahanya. Namun ia bangkit dan kembali penyandang cacat di kota Yogyakarta. Disanalah Tarjono mendapatkan
merintisnya hingga berkembang seperti saat ini. Bersama istri dan dua pemulihan mental dan berbagai pendidikan serta keterampilan khusus yang
orang anaknya, Monang kini bisa tersenyum dengan kerja kerasnya. Ia juga kini menjadi modal utamanya dalam menjalankan bisnis kerajinan kayu.
bisa membuka lowongan kerja untuk lima pekerjanya. “Waktu kebakaran Perjalanan Membuka Usaha
itu saya ikhlas saja. Yang penting keluarga saya selamat. Yang penting tetap Setelah mendapatkan bekal keterampilan ditambah dengan pelatihan yang
semangat dan pantang menyerah,” pungkasnya. diikutinya hingga Selandia Baru, Belanda, dan Australia, Tarjono
5. Sukses Membuka Usaha Setelah Bangkit Dari Bencana memutuskan untuk mendirikan CV. Mandiri Craft yang memproduksi aneka
macam alat peraga edukatif yang terbuat dari kayu. Dengan modal uang
sebesar 150 juta yang didapatkannya dari sisa tabungan selama bekerja di
PLN, Tarjono merekrut 25 orang karyawan yang semuanya juga penyandang
cacat dari daerah Semarang, Gunung Kidul, Magetan, dan Banyuwangi.
Kehidupan awal
Epiphany
Sebuah titik balik penting dalam hidupnya adalah ketika ibunya dia
menunjukkan artikel surat kabar tentang seorang pria berhubungan dengan
cacat berat. Ini dipimpin dia untuk menyadari bahwa ia bukan satu-satunya
dengan perjuangan besar. Seiring berjalannya waktu Nick mulai memeluk
situasinya dan mencapai hal-hal yang lebih besar. Dalam tujuh kelas Nick
terpilih kapten dari sekolah dan bekerja dengan dewan mahasiswa di sana
pada berbagai acara penggalangan dana bagi badan amal lokal dan
kampanye cacat. Ketika ia berumur tujuh belas, ia mulai memberikan
ceramah di kelompok doa nya, dan akhirnya mulai organisasi non-profit nya,
Life Without Limbs.
Pada tahun 2005 Nick dinominasikan untuk “Muda Australia of the Year”
Award.
Karir
Nick lulus dari universitas pada usia 21 dengan dua jurusan Akuntansi dan
Keuangan Perencanaan. Ia memulai perjalanannya sebagai seorang
pembicara motivasi, fokus pada topik yang remaja saat ini wajah. Dia juga
berbicara di sektor korporasi, meskipun tujuannya adalah untuk menjadi
seorang pembicara inspirasional internasional, baik di tempat Kristen dan
non-Kristen. Ia secara rutin melakukan perjalanan internasional untuk
berbicara dengan jemaat-jemaat Kristen, sekolah, dan rapat perusahaan.
Dia telah berbicara kepada lebih dari tiga juta orang sejauh ini, di lebih dari
24 negara di lima benua (Afrika, Asia, Australia, Amerika Selatan, dan
Amerika Utara).
Empat hari telah berlalu, dan kini adalah hari kelima bagi Bob Willen.
Tinggal dua kilometer lagi yang harus ditempuh. Hingga suatu saat, hanya
tinggal 100 meter lagi dari garis finish, Bob jatuh terguling. Kekuatannya
mulai habis. Bob perlahan-lahan bangkit dan membuka kedua sarung
tangannya. Nampak di sana tangan Bob sudah berdarah-darah. Dokter yang
Lomba marathon internasional 1986 di New York diikuti ribuan pelari dari mendampinginya sejenak memeriksanya, dan mengatakan bahwa kondisi
seluruh dunia. Lomba ini berjarak 42 km, mengelilingi kotaNew York. Bob sudah parah, bukan karena luka di tangannya saja, namun lebih ke arah
Jutaan orang di seluruh dunia menyaksikan acara ini melalui televisi secara kondisi jantung dan pernafasannya.
langsung.
Sejenak Bob memejamkan mata. Dan di tengah-tengah gemuruh suara
penonton yang mendukungnya, samar-samar Bob dapat mendengar suara
ayahnya yang berteriak, “Ayo Bob, bangkit! Selesaikan apa yang telah kamu Tak terbayangkan bahwa itu ternyata virus polio. “Kami tinggal di kampung,
mulai. Buka matamu, dan tegakkan badanmu! Lihatlah ke depan, garis jadi kurang informasi kesehatan. Orangtua mengira cuma masuk angin
finish telah di depan mata. Cepat bangun! Jangan menyerah! Cepat biasa,” tutur anak kelima dari delapan bersaudara pasangan Tjen Sui Ho
bangkit!!!” dan Harjanto Oeyono. Pekerjaan orangtua Afa adalah petani sederhana dan
pedagang es keliling. Mereka sibuk bekerja tiap hari untuk bisa memenuhi
Perlahan Bob mulai membuka matanya kembali. Garis finish sudah dekat. kebutuhan. Oleh sinshe pula, Afa disarankan berobat jalan dan diterapi di
Semangat membara lagi di dalam dirinya, dan tanpa sarung tangan, Bob rumah. “Kakek merawat saya hampir setahun. Kaki direndam air hangat
melompat-lompat ke depan. Dan satu lompatan terakhir dari Bob membuat supaya peredaran darah lancar. Kalau pagi, saya diajak berjemur supaya
tubuhnya melampaui garis finish. Saat itu meledaklah gemuruh dari para kena sinar matahari.” Afa belajar berjalan kembali. Ia membutuhkan
penonton yang berada di tempat itu. Bob bukan saja telah menyelesaikan bantuan tangan orang lain untuk memegangnya berjalan. Jalannya tertatih.
perlombaan itu, Bob bahkan tercatat di Guiness Book of Record sebagai Langkah demi langkah.
satu-satunya orang cacat yang berhasil menyelesaikan lari marathon.
INGIN MANDIRI
Di hadapan puluhan wartawan yang menemuinya, Bob berkata, “Saya bukan
orang hebat. Anda tahu, saya tidak punya kaki lagi. Saya hanya 1978. Lulus SMEA, Afa nekat keJakarta menyusul kokonya, Muk Sak. Afa
menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Saya hanya mencapai apa yang sempat melamar menjadi tukang jahit di perusahaan konveksi. Namun
telah saya inginkan. Kebahagiaan yang saya dapatkan adalah dari proses mengalami kesulitan dengan mesin jahit listrik. Kaki kanan Afa terasa sakit
untuk mendapatkannya. Selama lomba, fisik saya menurun drastis. Tangan saat menginjak mesin, bertahan hanya 2 hari saja. Lalu Afa melontarkan
saya sudah hancur berdarah-darah, tapi rasa sakit di batin saya terjadi keinginan untuk bekerja pada kokonya. Muk Sak tidak setuju dan minta Afa
bukan karena luka itu melainkan ketika saya memalingkan wajah saya ke tinggal di kampung saja, menerima uang bulanan darinya. Afa berontak, ia
garis finish. Jadi, saya kembali fokus menatap goal saya. Saya rasa, tidak tak mau mengandalkan kiriman. Ia harus bekerja. “Koko keberatan saya
ada orang yang gagal dalam berlari marathon ini. Tidak masalah Anda bekerja. Dia nggak tega, tapi tak mampu menolak. Karena saya bilang,
mencapainya berapa lama, asal Anda terus berlari. Anda disebut gagal bila kalau nggak diterima di tokonya, saya akan cari di tempat lain. Akhirnya
Anda berhenti. saya diterima.” Afa mengerjakan banyak pekerjaan operan kokonya. Dari
9. Farida: Sukses Meski Cacat pemesanan, ngecek dan mengurus pengiriman barang. Sedangkan Muk Sak
memperluas usaha di luar kota. Seluruh pekerjaan di Jakarta, di bawah
Usia Farida Oeyono (47) yang akrab dipanggil Afa baru empat tahun saat pengawasan Afa. “Wow… tanggung jawab besar. Ini tantangan. Saya berdoa
demam menyerangnya. Pagi itu, saat bangun tidur tubuh kecilnya panas minta kekuatan Tuhan.” Kadang Afa harus melakukan pekerjaan dengan
dingin. Kaki Afa lemah tak mampu untuk berjalan. Ia tak lagi lincah cepat. Tenaga kerja terbatas. Afa harus bisa melakukan pekerjaan seperti
bermain. Berbulan-bulan hanya berbaring. ngepak barang-barang dan “lari” ke gudang menghitung barang masuk.
VIRUS POLIO Ketika melakukan tugas “di luar meja”, orang-orang melihat keadaan kaki
Afa. Inilah proses belajar Afa untuk tidak malu kondisinya diketahui orang
Afa memutar ingatannya. Tahun 1964, Pangkal Pinang, Bangka, tempat
lain. Hampir seluruh teman bisnis adalah kaum pria.
tinggalnya belumlah seperti sekarang. Saat itu, fasilitas kesehatan teramat
minim. Bahkan, seingat Afa, di sana hanya ada satu dokter. Akhirnya MERINTIS USAHA
orangtua membawa Afa ke sinshe, diberi obat masuk angin.
Toko bangunan pertama milik kokonya berada di Pasar Jembatan Merah. Melalui jerih payahnya, Afa bisa keliling ke banyak negara. Salah satunya
Setelah hampir 17 tahun mengerjakan pekerjaan kokonya, Afa tertantang melancong ke Gedung Putih, WashingtonDC. Ah, manalah terpikir semua
membuka usaha sendiri. Mampukah? Pertanyaan itu selalu timbul tenggelam itu. “Di Gedung Putih saya terharu banget, ketika datang langsung disambut
di hati dan Afa coba menepiskan. Bukankah selama ini Tuhan telah polisi wanita. Dia mengawal, melayani penuh keramahan dan memberikan
menolong? Melakukan hal-hal yang tak pernah terlintas dipikirannya. jalur khusus karena kondisi kaki saya. Saat di lift, momen tak terlupakan.
Kursi roda saya menginjak kaki tentara, eeh malah dia yang berulang kali
Maka ketika keinginan itu tumbuh di hatinya, Afa membawanya pada Tuhan. minta maaf. Padahal seharusnya saya yang minta maaf. Di negara Barat
Kerinduan itu hanya disimpan dalam hatinya. Baru dua tahun kemudian Afa mereka sangat mengutamakan penyandang cacat,” ungkap penyuka olah
memberanikan diri mengungkapkannya pada salah satu importir. “Dialah Ko raga tenis itu. Bertemu banyak orang, Afa kerap ditanya mengenai berbagai
Bun Ing, pemilik Toko Besi Gunung Subur, Surabaya. Ko Bun Ing menanggapi hal. Dari keterbatasan fisik sampai kehidupan pribadinya.
dengan positif. Dulu, pertama kali melihat kaki saya, dia bilang nggak perlu
malu dan minder.” Afa senang seperti mendapat tanda untuk bisa mandiri. “Ada yang langsung tanya, anak sudah berapa? Saya jawab ada dua, laki-laki
Masalah selanjutnya, bagaimana ia menyampaikan keinginannya itu pada dan perempuan. Mereka di pedalaman Papua di Pantai Kasuari. Setelah
kokonya. Ada perasaan tak enak hati, tapi sesuatu harus dicoba. “Meskipun menyantuni mereka lewat World Vision, saya seperti punya anak. Suatu kali
agak khawatir, koko senang saya mau berjuang. Cici juga mengkhawatirkan nanti saya ingin bertemu mereka,” tutur Afa yang masih melajang itu
kondisi saya, bagaimana kalau orang meremehkan dan menipu saya. Namun tertawa. Ia bahagia, bersyukur bisa menolong orang lain mendapatkan
akhirnya mereka melepas saya…” pendidikan. Afa tergabung di Laetitia, sebuah lembaga pelayanan bagi
penyandang cacat. “Padahal dulu kalau ketemu orang cacat saya sering
Selama bekerja, Afa rajin menabung. Menyimpan uangnya dari tahun ke ngumpet. Gimana ya,” kenangnya tertawa lepas. Hidup Afa membuktikan
tahun. Tabungan itulah yang dipakainya merintis usaha di tahun 1995. bahwa tak ada yang mustahil bagi-Nya.
Ditambah lagi Muk Sak memberinya uang jasa.Afa kaget ketika beberapa
importir menelepon mengucapkan selamat atas langkah beraninya. Tak 10. Gadis Cilik di China tanpa dua kaki mampu berjalan dan berenang
hanya itu. Mereka juga mengatakan siap menyuplai barang-barang yang
dibutuhkan Afa. “Ko Bun Ing telepon ke importir lain untuk bantu saya.
Bahkan dia bilang akan back up kalau usaha saya ada apa-apa.”
RANCANGAN-NYA INDAH
Dua belas tahun sudah, Afa punya usaha sendiri. Menyemai harapan dalam
keterbatasan. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Afa membeli dan Qian Hongyan, yang dipaksa untuk menggunakan setengah bola basket
menempati ruko Permata Kota berlantai 3 di daerah Tubagus Angke, sebagai tubuh palsu itu, menginspirasi jutaan orang dengan ambisinya untuk
Jakarta Barat. Di tempat inilah Afa ngantor. Selain toko-toko bangunan di bersaing sebagai perenang dalam Pralimpiade 2012 di London.
Jakarta, Afa juga memasok di daerah Sumatera, Jambi, Palembang,
Pada tahun 2000, Qian Hongyan, terluka tragis dalam sebuah kecelakaan
Lampung, dan tempat kelahirannya, Bangka. “Kalau ketemu teman sewaktu
mobil ketika ia masih 3 tahun. Untuk menjamin kelangsungan hidupnya,
di Bangka, mereka suka bilang, nggak kira Fa, kamu bisa begini… Saya
para dokter terpaksa mengamputasi kakinya.
bilang ini karena pertolongan Tuhan.”
Keluarga Qian , tinggal di Zhuangxia, Cina, tidak mampu membayar
prosthetics modern dan sebagai gantinya digunakan setengah bola basket
untuk Qian berjalan. Setelah pada bola, dia menggunakan dua alat peraga
kayu untuk membantu bergerak di sekeliling.
https://abriantonugraha.wordpress.com/2012/10/29/10-orang-pengusaha-cacat-
yang-sukses/