Anda di halaman 1dari 14

Pembelajaran Muatan Lokal… (Rospita Fajar Utami) 670

PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL MEMBATIK DALAM


MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DI SMA NEGERI 1
BANTUL
LEARNING LOCAL CONTENT OF BATIK IN DEVELOPING LOCAL WISDOM IN SMA N 1
BANTUL

Oleh: Rospita Fajar Utami, Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Prodi Kebijakan Pendidikan,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, rospitautami@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami muatan lokal membatik dalam mengembangkan
kearifan lokal dilihat dari aspek pembelajaran, upaya, dan faktor yang ada di SMA Negeri 1 Bantul.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa
SMA N 1 Bantul dengan informan penelitian yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru muatan
lokal membatik dan siswa yang ditentukan dengan teknik serial selection of sample units dengan ciri-
ciri memiliki nilai tinggi dan prestasi dalam membatik. Objek penelitian adalah muatan lokal
membatik yang berfokus kepada pembelajaran, upaya dan faktor yang dilakukan sekolah dalam
mengembangkan kearifan lokal membatik. Setting penelitian ini adalah di SMA N 1 Bantul karena
telah memiliki laboratorium batik, dan juga batik yang digunakan sebagai seragam adalah hasil karya
siswa. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan kajian
dokumen. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dengan tahapan reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik.
Hasil dari penelitian ini adalah: 1.) Muatan lokal membatik diwajibkan dalam Surat Keputusan
Bupati Bantul No.5A Tahun 2010 yang dilaksanakan SMA Negeri 1 Bantul. Mulai tahun 2014/2015;
2.) Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah, metode pendampingan, dan metode
tugas; 3.) Upaya yang dilakukan sekolah untuk mengembangkan kearifan lokal membatik di SMA
Negeri 1 Bantul adalah sebagai berikut: a.) Dari segi produk: Hasil membatik sebagai seragam
sekolah(identitas sekolah); b.) Dari segi proses: Menggunakan pewarna alami dalam membatik; c.)
Dari segi hasil: Hasil membatik untuk fashion show dan pameran; d.) Dari segi program berkelanjutan:
Ikut serta dalam kegiatan membatik dan lomba membatik; 4.) Faktor pendukung pembelajaran muatan
lokal membatik di SMA Negeri 1 Bantul adalah dengan pendanaan dari pemerintah Kabupaten Bantul,
SMA Negeri 1 Bantul telah menyediakan sarana prasarana yang cukup memadai seperti sarana
pembuangan dan juga studio batik yeng merangkap ruang pameran. Faktor penghambat pembelajaran
muatan lokal membatik di SMA Negeri 1 Bantul yaitu kurangnya tenaga pengajar dalam membatik,
tidak boleh memakai koran dalam membatik tetapi memakai kain sebagai alas untuk membatik, dan
sulitnya siswa memanajemen waktu membuat batik dengan baik.
Kata Kunci: Muatan Lokal, Membatik, Kearifan Lokal

Abstract
This research aims to understand the batik local content in developing local knowledge viewed
from the aspect of learning, effort, and factors that exist in SMA Negeri 1 Bantul.
This research is a qualitative descriptive study. The subjects were students SMA N 1 Bantul
with research informants that principals, vice-principals, teachers, and students batik local content as
determined by Serial Technique Selection of Sample Units with traits had high values and
achievements in batik. The object of research is a batik local content that focuses on learning, effort,
and factors are schools in developing local knowledge to make batik. This research setting is in SMA
N 1 Bantul because it has a batik laboratory and batik are also used as the uniform, is the students'
work. This research uses data collection techniques interviews, observations, and a review of the
document. This research uses qualitative data analysis with data reduction stages, presentation of
data, and the withdrawal of the conclusion. The validity of the data using a triangulation of sources
and techniques.
671 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 6 Vol. V Tahun 2016

The results of this study are: 1.) Local content batik required in Bantul Regency Decree
of 2010 No.5A which implemented SMA Negeri 1 Bantul. Starting in 2014/2015; 2.) The learning
method used is lectures, mentoring methods, and methods of the task; 3.) The efforts of the school to
develop local wisdom batik in SMA Negeri 1 Bantul are: a.) In terms of product: Results of batik
as school uniforms (school identity); b.) In terms of the process: Using natural dyes in batik; c.)
In terms of results: The results of batik to fashion shows and exhibitions; d.) In terms of sustainable
programs: Participate in the activities of batik and batik competition; 4.) factor endowments of
learning making batik on local content in SMA Negeri 1 Bantul is funded by the government of
Bantul Regency, SMA Negeri 1 Bantul has been providing adequate infrastructure as a means of
disposal and the batik studio doubles as the exhibition space. Restricting factors of learning making
batik on local content in SMA Negeri 1 Bantul, namely the lack of teachers in batik, should not wear
a newspaper in batik but wear the fabric as the base for batik, and difficulty of students create a time
crafting batik very well.
Keywords: local content, batik crafting, local wisdom
Pembelajaran Muatan Lokal... (Rospita Fajar Utami) 672

PENDAHULUAN majalah, surat kabar, televisi dan internet yang


menampilkan gaya atau model busana yang
Dewasa ini munculnya budaya-budaya
beraneka ragam dalam jumlah yang besar dalam
asing di Indonesia sebagai bentuk akulturasi
waktu yang relatif cepat. Kondisi inilah yang
budaya atau masuknya budaya asing. Hal itu
melatarbelakangi penelitian ini. Berbagai masalah
menjadikan generasi bangsa kurang menghargai
yang dihadapi dalam upaya untuk melestarikan
budaya sendiri. Hal ini terbukti dengan mulai
seni batik tradisional pada generasi muda dapat
tergesernya keberadaan budaya asli Indonesia.
terungkap dan diketahui secara jelas dan pasti,
Akhir-akhir ini terdengar dari berbagai sumber,
sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat
baik dari televisi, surat kabar, media cetak,
untuk menjaga kelestarian dan keberadaan batik
bahkan dapat dilihat di internet, bahwa budaya-
tradisional yang ada di daerah-daerah industri
budaya tradisional atau budaya asli Indonesia
batik tradisional.
justru diambil oleh negara-negara lain. Mereka
Batik merupakan warisan budaya bangsa
mengklaim bahwa budaya dari Indonesia adalah
Indonesia yang harus dikembangkan dan
budaya mereka sejak dahulu sebelum berada di
dilestarikan. (Idham Samawi dalam Kurikulum
Indonesia. Sebagai contohnya adalah budaya
dan Silabus Pendidikan Batik, 2010: iii)
tradisional Reog Ponorogo, Lagu Rasa Sayange,
mengatakan bahwa, dalam rangka pengenalan
Batik yang menjadi ciri khas Bangsa Indonesia,
batik pada generasi muda sejak dini dan supaya
bahkan makanan tradisional seperti Tempe pun
lebih mencintai warisan budaya bangsa tersebut,
diakui oleh negara lain.
mulai tahun 2010, Pemerintah Kabupaten Bantul
Seiring dengan modernisasi saat ini,
mewajibkan setiap sekolah di Kabupaten Bantul
perkembangan batik tradisional seakan
mulai dari TK hingga SMA untuk memasukkan
terpinggirkan dari kehidupan sehari-hari. Dari
batik sebagai muatan lokal dalam proses
cara berpakaian dan gaya hidup generasi muda
pembelajarannya. Hal tersebut telah dikukuhkan
saat ini, seolah-olah sudah tidak peduli lagi
dengan adanya Surat Keputusan Bupati Bantul
dengan seni batik yang merupakan warisan
No.5A Tahun 2010 pada tanggal 2 Januari 2010
budaya dari para leluhurnya. Pengaruh globalisasi
tentang Penetapan Membatik sebagai Muatan
dan budaya barat yang semakin kompleks,
Lokal Wajib bagi sekolah atau madrasah di
membawa akibat pada perubahan gaya
Kabupaten Bantul.
berpakaian, khususnya pada remaja yang semakin
Dengan adanya surat keputusan Bupati
jauh meninggalkan adat budaya timur dan beralih
Bantul yang mewajibkan setiap sekolah di
ke budaya barat.
Kabupaten Bantul memasukkan batik sebagai
Secara umum, minat remaja pada batik
muatan lokal wajib dalam proses pembelajaran,
sudah mengalami pergeseran, hal ini dapat dilihat
maka sekolah memasukkan muatan lokal batik ke
dengan sedikitnya remaja yang suka memakai
dalam kurikulum sebagai bagian dari struktur dan
batik, kecenderungan ini diakibatkan karena
muatan kurikulum yang terdapat di dalam
perkembangan teknologi media massa yang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
memuat budaya-budaya baru, seperti majalah-
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional, Badan
673 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 6 Vol. V Tahun 2016

Peneliti dan Pengembangan Pusat Kurikulum dikembangkan sesuai dengan potensi Kabupaten
(2010: 55) KTSP adalah kurikulum operasional Bantul. Lembaga pendidikan formal termasuk
yang disusun dan dilaksanakan pada masing- Sekolah Menengah Atas dapat melakukan upaya
masing satuan pendidikan. dan program agar potensi batik dapat diangkat
Muatan lokal hanya dikenal dengan sajian menjadi keunggulan lokal untuk meningkatkan
materi kedaerahan, di dalamnya hanya memuat taraf perekonomian masyarakat melalui sektor
beberapa tata cara mengenai kehidupan di suatu pariwisata. Batik adalah pembelajaran tentang
daerah tertentu. Muatan lokal pada hakikatnya tradisi dan kebudayaan lokal. Melalui
lebih dari sekedar kajian kedaerahan yang dikenal pembelajaran batik diharapkan siswa mampu
selama ini, akan tetapi realistik mencakup segala mengenal dan mengembangkan kearifan lokal.
aspek yang dibutuhkan dalam masyarakat atau Nilai kearifan lokal yang santun, ramah,
daerah yang bersangkutan. Muatan lokal saling menghormati, arif, dan religius seakan
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi terkikis dan tereduksi gaya hidup instan dan
yang dimiliki peserta didik sesuai dengan modern. Problem dalam memasukkan kearifan
keinginan dan kemampuan sekolah dalam lokal yaitu globalisasi yang membentuk
menyediakan fasilitas pendukung (Ahmad, 1997: masyarakat Indonesia konsumtif dan sangat
63). mudah terpancing emosinya, pemarah, brutal,
Muatan lokal dimasukkan dalam kurikulum kasar, dan vulgar tanpa mampu mengendalikan
pada dasarnya dilandasi oleh kenyataan bahwa hawa nafsunya, seperti perilaku demonstran yang
Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, membakar kendaraan atau rumah, merusak
kesenian, tata cara, tata krama pergaulan, bahasa, gedung, serta berkata kasar, dalam berunjuk rasa
dan pola kehidupan yang diwariskan secara turun yang ditayangkan di televisi. Hal tersebut menjadi
temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia (E. bukti melemahnya karakter bangsa.
Mulyasa, 2006: 271). Kurikulum muatan lokal Berdasarkan gambaran tentang
ialah seperangkat rencana dan pengaturan permasalahan pemahaman mengenai kearifan
mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan lokal, upaya yang perlu dilakukan adalah
oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan memahami makna kearifan lokal. Sebagai misal,
daerah masing-masing serta cara yang digunakan keterbukaan dikembangkan dan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan kontekstualisasikan menjadi kejujuran dan
belajar mengajar (Depdikbud dalam E. Mulyasa, sejumlah nilai turunannya yang lain. Kehalusan
2006: 273). Penentuan isi dan bahan pelajaran diformulasi sebagai keramahtamahan yang tulus.
muatan lokal didasarkan pada keadaan dan Harga diri diletakkan dalam upaya pengembangan
kebutuhan lingkungan. Bupati Bantul mewajibkan prestasi, dan demikian seterusnya. Untuk itu
setiap sekolah memasukkan batik sebagai muatan kearifan lokal wajib dilestarikan dan ditanamkan
lokal wajib yang harus dilaksanakan. sejak dini kepada setiap generasi penerus. Salah
Mempelajari muatan lokal membatik sangat satu cara yang ditempuh yakni dengan
penting bagi kemajuan batik terutama di pembelajaran muatan lokal membatik di sekolah.
Kabupaten Bantul. Seni tradisional batik perlu
Pembelajaran Muatan Lokal... (Rospita Fajar Utami) 674

Sekolah Menengah di Kabupaten Bantul kebijakan pemerintah Kabupaten Bantul yang


yang melaksanakan pembelajaran muatan lokal mewajibkan muatan lokal membatik di SMA
membatik salah satunya adalah SMA Negeri 1 Negeri 1 Bantul.
Bantul. SMA Negeri 1 Bantul, berada di Jalan Setting Penelitian
KHA. Wahid Hasyim Kabupaten Bantul. Dengan Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri
adanya pembelajaran muatan lokal membatik, 1 Bantul yang terletak di Jalan KHA.Wahid
siswa dapat menuangkan ide kreatifnya untuk Hasyim Kabupaten Bantul. Dipilihnya SMA
membuat batik mereka. Sikap dan nilai kearifan Negeri 1 Bantul sebagai lokasi penelitian dengan
pada siswa juga meningkat dengan adanya muatan pertimbangan bahwa di SMA Negeri 1 Bantul
lokal membatik ini. Budaya membatik terdapat laboratorium membatik yang mendukung
memberikan kesan positif bagi siswa. Nilai-nilai kebijakan pemerintah mewajibkan muatan lokal
yang terkandung dalam batik seperti nilai seni dan membatik dan hasil membatik siswa dapat
mempunyai kekhasan tersendiri mampu digunakan sebagai seragam sekolah. Hal tersebut
meningkatkan sikap siswa untuk menghargai dan merupakan bentuk pengembangan kearifan lokal
melestarikan kebudayaan batik. di sekolah.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk Kegiatan penelitian guna pengambilan data
melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran dilaksanakan dalam jangka waktu satu bulan
Muatan Lokal Membatik dalam Mengembangkan terhitung dari awal bulan Juni 2015-selesai.
Kearifan Lokal di SMA Negeri 1 Bantul”. Peneliti
berharap dengan adanya penelitian ini dapat Sumber Data
menjadi bahan kajian mengenai pentingnya Dalam penelitian ini, data berasal dari
menjaga kelestarian budaya lokal khususnya bagi kegiatan, pelaku kegiatan dan tempat kegiatan
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bantul dan yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah
Sekolah lain pada umumnya. dalam muatan lokal membatik. Adapun sumber
data primer bersumber dari hasil wawancara
Subjek dan Objek Penelitian mendalam dengan beberapa narasumber yaitu
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru
SMA Negeri 1 Bantul dengan informan guru Muatan Lokal dan Siswa menggunakan tehnik
muatan lokal membatik, wakil kepala sekolah dan serial selection of sample units.
kepala sekolah SMA Negeri 1 Bantul, serta Sementara itu data pendukung diperoleh
sampel dari keseluruhan siswa SMAN 1 Bantul dari hasil observasi yang dilakukan untuk melihat
sebanyak 3 orang siswa. Metode pengambilan kesesuaian antara kebijakan yang telah diputuskan
sampel pada siswa menggunakan tehnik serial dan pernyataan narasumber dengan
selection of sample units. Objek penelitian implementasinya di lapangan. Sumber data
mengenai pembelajaran muatan lokal membatik, lainnya didapat dari dokumen/arsip terkait
upaya pengembangannya, serta faktor pendukung kebijakan pemerintah dalam menyelenggarakan
dan penghambat yang dihadapi dalam penerapan
675 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 6 Vol. V Tahun 2016

muatan lokal membatik melalui penelusuran pada wawancara mendalam. Data dari dokumen
dokumen/arsip sekolah. akan digunakan sebagai data sekunder dan data
pendukung setelah observasi dan wawancara.
Teknik Pengumpulan Data .
Sumber data utama dalam penelitian Instrumen Penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya Pada penelitian kualitatif, peneliti adalah
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- instrumen utama penelitian. Hal ini dikarenakan
lain. Maka sumber data dalam penelitian ini semua proses pengumpulan data, mulai dari
diperoleh melalui : pemilihan informan, pengumpulan data, analisis
1. Wawancara (Interview) data sampai dengaan penarikan kesimpulan
Dalam hal ini wawancara diarahkan pada dilakukan oleh peneliti. Adapun instrumen
pokok bahasan yang meliputi pembelajaran pendukung dalam pengumpulan data, antara lain:
muatan lokal membatik dalam pedoman observasi, pedoman wawancara,
mengembangkan kearifan lokal di SMA pedoman dokumen.
Negeri 1 Bantul. Wawancara dilakukan dengan
cara mengadakan pertemuan secara langsung Teknik Analisis Data
dan terbuka (open interview) berulang-ulang Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
antara peneliti dan narasumber. Cara ini teknik analisis data milik Miles dan Huberman.
memungkinkan perolehan data yang akurat Miles dan Huberman (1984), mengemukakan
dalam melakukan penelitian tentang bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
pembelajaran muatan lokal membatik dalam dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
mengembangkan kearifan lokal di SMA terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
Negeri 1 Bantul. sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu
2. Observasi data reduction, data display, dan conclusion
Teknik observasi digunakan untuk drawing/verification (Sugiyono, 2010: 337).
memperoleh data tentang keadaan SMA Analisis data menurut Miles dan Huberman
Negeri 1 Bantul. Dengan menggunakan meliputi:
metode observasi, peneliti mendapatkan data 1. Pengumpulan Data
tentang kondisi lingkungan di sekitar sekolah, Data-data yang diperoleh di lapangan
sarana dan prasarana dan keadaan gedung dicatat direkam dalam bentuk naratif, yaitu
sekolah. uraian data yang diperoleh di SMA Negeri 1
3. Studi Dokumentasi Bantul apa adanya tanpa komentar peneliti,
Metode ini digunakan untuk yang dikembangkan dalam bentuk catatan-
mengumpulkan data yang sudah tersedia catatan kecil dan alat rekam. Dari catatan-
dalam catatan dokumen. Fungsinya sebagai catatan deskripsi ini, kemudian dibuat catatan
pendukung dan pelengkap dari data primer refleksi yaitu catatan yang berisi komentar,
yang diperoleh melalui observasi dan
Pembelajaran Muatan Lokal... (Rospita Fajar Utami) 676

pendapat, dan penafsiran atas kejadian yang data, maka kesimpulan yang dikemukakan
ditemukan di lapangan. merupakan kesimpulan yang kredibel.
2. Reduksi Data (Data Reduction) Keabsahan Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih Teknik pengujian validitas data dalam
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal- penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.
hal yang penting, dicari tema dan polanya dan Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2010: data yang memanfaatkan sesuatu yang lahir di
338). Data yang diperoleh dalam lapangan luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
ditulis dalam bentuk laporan atau uraian yang sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
terinci, kemudian disederhanakan dan triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
difokuskan pada hal yang penting dan adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
dilakukan kategorisasi yang sesuai dengan Dalam penelitian ini untuk menguji
fokus penelitian. kredibilitas data tentang pembelajaran muatan
3. Penyajian Data (Data Display) lokal membatik dalam mengembangkan kearifan
Penyajian data adalah sekumpulan lokal di SMA Negeri 1 Bantul, maka hasil
informasi tersusun sehingga memberikan wawancara dari salah satu informan dibandingkan
kemungkinan penarikan kesimpulan dan dengan data yang diperoleh dari informan lain.
pengambilan tindakan. Dengan penyajian data Informan utama dari penelitian ini adalah guru
peneliti akan mengerti apa yang akan terjadi muatan lokal membatik. Data dari guru muatan
dan dapat mengerjakan sesuatu pada analisis lokal membatik disilangkan dengan data dari
data ataupun langkah-langkah lain berdasarkan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan siswa.
penelitian tersebut. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi data yang digunakan adalah observasi, wawancara
(Conclusion Drawing) dan studi dokumentasi. Data yang dihasilkan dari
Setelah data disajikan dan dianalisis, maka observasi, seperti kegiatan muatan lokal
akan diperoleh kesimpulan awal yang kabur membatik siswa, faktor pendukung dan
dan meragukan. Sehingga dibutuhkan proses penghambat dalam melaksanakan muatan lokal
verifikasi agar kesimpulan yang dihasilkan membatik, serta pengembangan kearifan lokal
dapat dipercaya. Menurut Sugiyono (2010: setelah belajar muatan lokal membatik, divalidasi
345) kesimpulan awal yang dikemukakan dengan data yang didapatkan dari hasil
masih bersifat sementara dan akan berubah wawancara. Selanjutnya, untuk memperkuat hasil
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat penelitian hasil observasi dan wawancara
yang mendukung pada tahap pengumpulan disilangkan dengan data dari dokumentasi.
data berikutnya. Namun, apabila kesimpulan Triangulasi dilakukan dari awal penelitian sampai
yang ditemukan pada tahap awal, didukung ditemukan data yang mengandung nilai
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat kebenaran.
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
677 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 6 Vol. V Tahun 2016

HASIL PENELITIAN DAN ini pengrajin batik sangat langka, nanti siapa

PEMBAHASAN yang akan meneruskan warisan budaya

1. Pembelajaran Muatan Lokal Membatik di Indonesia ini kalau bukan menciptakan

SMA Negeri 1 Bantul generasi pengrajin batik mulai sekarang.

a. Muatan Lokal Membatik sebagai Sebagai bentuk melestarikan budaya

Muatan Lokal Wajib Indonesia agar tidak diakui oleh negara lain,

Salah satu muatan lokal wajib di menambah pengalaman, mengeksplor

kabupaten Bantul adalah muatan lokal kemampuan dan meningkatkan keterampilan

membatik. Muatan lokal merupakan dengan membatik. Dapat diketahui bahwa

pelajaran yang harus dipelajari oleh setiap upaya kebijakan pemerintah mewajibakan

peserta didik. Proses pembelajaran muatan muatan lokal membatik sangat baik dilihat

lokal membatik yang dilakukan oleh guru dari tujuan dan fungsi muatan lokal

mulai dari perencanaan, pelaksanaan membatik, yaitu ikut melestarikan kekayaan

kegiatan sampai evaluasi. lokal dan memberikan pengetahuan kepada

Batik merupakan potensi yang menjadi siswa tentang batik itu sendiri untuk bekal

ciri khas di Kabupaten Bantul yang sudah hidup siswa kelak.

lama dikenal. Dengan demikian diperlukan Sebagai dasar pelaksanaan muatan lokal

adanya upaya agar batik tetap dikenal. membatik SMA Negeri 1 Bantul harus

Pengenalan batik dapat dilakukan melalui memahami tujuan muatan lokal membatik itu

pendidikan. Kepala Dinas Pendidikan Dasar sendiri,bahwa mempelajari muatan lokal

Kabupaten Bantul (dalam buku Kurikulum membatik sangat penting untuk

dan Silabus Pendidikan Batik, 2010: V) mengembangkan kearifan lokal agar batik

mengatakan bahwa batik sebagai salah satu terus dikenal sebagai warisan asli Indonesia.

karya agung warisan luhur Bangsa Indonesia Untuk itu pemerintah Kabupaten Bantul

merupakan potensi kearifan lokal yang wajib menetapkan muatan lokal membatik sebagai

dijaga dan dilestarikan. Tepat kiranya apabila muatan lokal wajib dimulai Tahun 2010/2011

batik yang menjadi kebanggaan masyarakat . Berdasarkan hal tersebut SMA Negeri 1

Bantul dijadikan sebagai muatan lokal wajib Bantul sudah memahami dan mengetahui

bagi sekolah-sekolah di Kabupaten Bantul. maksud dan tujuan pemerintah Kabupaten

Hal ini dapat meningkatkan apresiasi peserta Bantul membuat kebijakan muatan lokal

didik terhadap batik sehingga cinta budaya membatik sebagai muatan lokal wajib.

sendiri dapat ditanamkan pada generasi muda Hal tersebut sesuai dengan pendapat Erry

sejak dini. Mempelajari muatan lokal Utomo (1997: 6), bahwa secara khusus

membatik sangat penting karena batik perlu pengajaran muatan lokal bertujuan agar

dikembangkan agar anak cucu kelak dapat peserta didik:

merasakan dan mengenakan batik yang a. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan

merupakan identitas Negara Indonesia. Saat lingkungan alam, sosial dan budayanya.
Pembelajaran Muatan Lokal... (Rospita Fajar Utami) 678

b. Memiliki bekal kemampuan dan dilaksanakan oleh Guru Muatan Lokal


keterampilan serta pengetahuan mengenai Membatik yaitu melalui lisan dan tulisan.
daerahnya yang berguna, baik bagi Penyampaian teori membatik melalui lisan dan
dirinya maupun lingkungan masyarakat tulisan serta terkadang memakai bahasa Jawa
pada umumnya. diselingi dengan bercanda ini dimaksudkan
c. Memiliki sikap dan perilaku selaras agar siswa nyaman dan tidak tegang dalam
dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang mengikuti pembelajaran.
berlaku di daerahnya, serta melestarikan Saat penyampaian teori guru juga
dan mengembangkan nilai-nilai luhur memberikan kesempatan kepada siswa untuk
budaya setempat dalam rangka bertanya jika ada yang masih kurang paham.
menunjang pembangunan nasional. Karena masih banyak siswa yang malu
Maksud dan tujuan muatan lokal yang bertanya ketika mereka kurang paham. Pada
diuraikan di atas dapat dijelaskan bahwa saat sesi tanya jawab siswa dituntut untuk
muatan lokal sangat penting diajarkan bagi berperan secara aktif. Siswa banyak yang baru
peserta didik sesuai daerah dimana peserta pertama kali membatik masih kurang paham
didik tinggal. Pembelajaran muatan lokal karena siswa kurang bertanya dan guru kurang
membatik juga sebagai usaha dalam rangka maksimal dalam mendampingi siswanya ketika
pengenalan, pemahaman, dan pewarisan nilai praktik. Dan untuk guru muatan lokal
karakteristik daerah kepada peserta didik membatik sebaiknya saat proses penyampaian
serta penanaman nilai-nilai budaya sesuai materi guru mendemonstrasikan tentang cara
dengan lingkungan peserta didik berada. membatik dengan proses menggambar pada
b. Metode Pembelajaran Muatan Lokal papan tulis atau kertas. Supaya siswa
Membatik di SMA Negeri 1 Bantul mengikuti dan bisa memberikan motivasi
Pembelajaran muatan lokal membatik untuk membatik.
dilaksanakan untuk mensukseskan kebijakan 2) Metode Pendampingan
pemerintah Kabupaten Bantul. Hal ini sudah Metode pendampingan terdapat pada saat
dilaksanakan sejak tahun ajaran 2010/2011. praktik di laboratorium membatik. Proses
Mulai tahun 2014/2015 SMA Negeri 1 Bantul pendampingannya adalah pada saat guru
menerapkan kurikulum 2013 yang dimana memberi pengarahan cara membatik yang
hanya siswa kelas X saja yang mendapat benar, kemudian membantu siswa dalam
pembelajaran muatan lokal membatik. proses membatik jika siswa mengalami
Berdasarkan pengamatan peneliti, metode kesulitan. Guru Muatan Lokal Membatik tidak
pembelajaran yang digunakan guru dalam merasa kesusahan mengajar siswa dikarenakan
menyampaikan muatan lokal membatik di siswa sudah banyak yang mengenal dan
SMA Negeri 1 Bantul sebagai berikut: membuat batik terlebih dahulu di SMP.
1) Metode Ceramah Tergantung kurikulum sekolah masing-masing
Dalam pelaksanaan metode ceramah, ada yang dihapus muatan lokal membatiknya
penyampaian teori pembelajaran yang karena sudah ganti menjadi kurikulum 2013.
679 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 6 Vol. V Tahun 2016

3) Metode Tugas c) Praktek Kewirausahaan Batik


Metode tugas ini terjadi pada akhir proses Praktek kewirausahaan batik diperoleh
pembelajaran muatan lokal membatik. Diakhir siswa di semester kedua. Siswa diwajibkan
penyampaian materi guru menjelaskan bahwa membuat prakarya batik seperti tas laptop,
siswa akan mendapatkan tugas yaitu tugas tempat pensil atau kain batik yang dibuat
membuat prakarya dan kewirausahaan batik dengan kelompok. Hasil karya membatik siswa
lalu yang terakhir membuat laporan portofolio. pada saat semester dua dijual dan dipamerkan
Berikut ini adalah metode tugas yang harus di etalase studio membatik. Biasanya prakarya
dikerjakan siswa SMA Negeri 1 Bantul untuk siswa dibeli oleh warga sekolah atau tamu
memperoleh nilai muatan lokal membatik, yang datang ke sekolah mengunjungi studio
diantaranya: batik. Hasil prakarya siswa yang dijual untuk
a) Membuat Pola Pada Kertas Tebal umum agar memperoleh nilai kewirausahaan
Sebelum membuat pola pada kertas tebal batik, diantaranya ada tas laptop, sendal, dan
siswa mencari inspirasi terlebih dahulu ingin tempat pensil.
membuat motif batik yang seperti apa, d) Laporan Portofolio Prakarya Membatik
temanya motif batik klasik. Lalu padupadaan Setelah mengumpulkan seluruh hasil
motif jadi motif, desain penempatan pola pada prakarya membatik siswa, selanjutnya siswa
baju selanjutnya membuat pola dikertas dan diwajibkan membuat laporan portofolio
kertasnya harus tebal. Setelah itu kertas prakarya batik yang bertujuan untuk
dikumpulkan untuk memperoleh paraf dari mengevaluasi hasil membatik siswa dan untuk
guru. Hal ini bertujuan untuk menerapkan mengetahui tujuan dan langkah-langkah
kedisiplinan siswa supaya segera mengerjakan membuat batik siswa.
batiknya dan tidak menunda waktu dan Dengan adanya metode tugas dari guru
mengurangi tingkat kecurangan pada siswa. hampir tidak ada yang terbebani dengan
Agar mereka mengerjakan batiknya sendiri adanya tugas muatan lokal membatik ini
dan tidak menyuruh orang lain untuk dikarenakan tugas ini diberi waktu cukup lama
membuatnya. yakni satu semester lalu banyak siswa yang
b) Hasil Membuat Baju Batik mendasari mengerjakan ini karena hobi dan
Setelah menempuh proses yang panjang dengan senang hati sehingga tidak
dalam membatik. Siswa diwajibkan mengganggu pelajaran lain. Laporan portofolio
mengumpulkan hasil membatik dengan jadwal dikumpulkan beserta foto siswa pribadi yang
yang telah ditentukan guru muatan lokal sedang mengenakan baju batik karya sendiri.
membatik. Waktu yang ditempuh untuk
mengerjakan baju batik ini adalah satu 2. Upaya yang Dilakukan Sekolah untuk
semester. Membuat baju batik dengan tema Mengembangkan Kearifan Lokal
motif batik klasik bebas, menggunakan warna Membatik di SMA Negeri 1 Bantul
alam dan sudah ditentukan potongan seragam
sekolah.
Pembelajaran Muatan Lokal... (Rospita Fajar Utami) 680

a. Dari Segi Produk : Hasil Membatik coklat yang berbeda-beda, sedangkan Tingi
sebagai Seragam Sekolah(Identitas menghasilkan warna coklat muda.
Sekolah) c. Dari Segi Hasil : Hasil Membatik untuk
Menjadikan hasil membatik siswa sebagai Fashion Show dan Pameran
seragam sekolah atau identitas sekolah Selain dijadikan seragam sekolah, hasil
merupakan ide dari siswa dua tahun silam membatik di SMA Negeri 1 Bantul digunakan
yang mengajukan kepada sekolah agar hasil untuk fashion show dan pameran. Pada saaat
karya mereka bermanfaat dan terpakai. Setelah peneliti melakukan penelitian, sekolah sedang
melakukan beberapa pertimbangan akhirnya menyiapkan acara pensi dan diacara pensi
sekolah memperbolehkan siswa mengenakan tersebut akan menampilkan fashion show atau
baju batik buatan mereka sendiri untuk acuan peragaan busana dengan kolaborasi batik
siswa supaya lebih semangat dan lebih dengan pengolahan limbah plastik.
berinovasi lagi dalam membatik d. Dari Segi Program Berkelanjutan : Ikut
Dalam hal mengembangkan kearifan lokal Serta dalam Kegiatan Membatik dan
membatik di SMA Negeri 1 Bantul, sekolah Lomba Membatik
terus mendukung apa yang bermanfaat bagi Dalam memotivasi siswa agar mencintai
siswa dan lingkungan sekitar. Karena dengan batik dan mengembangkannya, sekolah terus
menjadikan hasil membatik siswa sebagai berperan aktif mengikut sertakan siswa dalam
seragam sekolah yaitu siswa membuatnya kegiatan membatik dan lomba membatik.
dengan tekun dan giat sampai ada yang lembur prestasi siswa dalam membatik diantaranya
sampai sore di sekolah. Siswa berlomba-lomba juara harapan dua dan satu lomba batik se
ingin memperoleh hasil yang maksimal dan Jogja-Jateng, juara satu Jelajah Museum, Juara
nilai yang memuaskan dan memanfaatkan Harapan satu lomba di UMY.
pewarna alami untuk membatik. SMA Negeri 1 Bantul sering mengikuti
b. Dari Segi Proses : Menggunakan berbagai lomba membatik. Walaupun masih
Pewarna Alami Dalam Membatik sedikit prestasi lomba membatik yang
Selain mengembangkan batiknya tidak lupa didapatkan oleh SMA Negeri 1 Bantul tetapi
juga memperhatikan bahannya. Upaya sekolah tidak pernah putus asa selalu
menggunakan warna dari alam merupakan memotivasi siswa untuk terus membatik.
salah satu cara mengembangkan kearifan lokal. Setiap event dan lomba apa saja sekolah ikut
Dengan tujuan memanfaatkan kekayaan alam serta untuk menambah pengalaman. Salah satu
dan tidak mengandung zat berbahaya. Dalam event yang diadakan sekolah yaitu saat
membuat batik diperlukan bahan-bahan untuk kunjungan turis asing ke sekolah.
pewarnaan dalam batik. Untuk menghasilkan 3. Faktor Pendukung dan Penghambat
sesuatu yang efisien dapat menggunakan Pembelajaran Muatan Lokal Membatik
bahan alami yang berada disekitar. Seperti Dalam Mengembangkan Kearifan Lokal
Tegeran, Jambal, Jolawe menghasilkan warna a. Faktor Pendukung
681 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 6 Vol. V Tahun 2016

Kebijakan tidak akan berjalan dengan Disamping faktor pendukung, dalam


lancar tanpa adanya faktor yang mendukung. pembelajaran muatan lokal membatik juga
Dalam tercapainya program pemerintah terdapat kendala dalam pelaksanaannya seperti
Kabupaten Bantul yang menetapkan muatan kurangnya tenaga pengajar dalam membatik
lokal membatik sebagai muatan lokal wajib di serta tidak boleh memakai koran dalam
SMA Negeri 1 Bantul. Pemerintah berusaha membatik.
semaksimal mungkin untuk mewujudkan Kurangnya tenaga pengajar yang kadang
pelaksanaan muatan lokal membatik dengan hanya dibantu oleh asisten dari luar dan
baik. Namun pada pelaksanaannya tidak kendala mengingatkan para siswa untuk tidak
terlepas dari faktor pendukung dan faktor menggunakan koran sebagai alas membatik.
penghambat. Salah satu faktor pendukungnya Ada hal lain yang merupakan kendala dalam
adalah pendanaan, pemerintah sangat membatik terutama untuk siswa, yaitu
memaksimalkan pendanaan untuk pelaksanaan manajemen waktu. Banyak siswa yang
muatan lokal membatik. mengalami kendala saat melaksanakan muatan
Pendanaan sangat penting dalam lokal membatik yaitu banyak siswa yang
pelaksanaan muatan lokal membatik. membatiknya memakai pola abstrak karena
Pemerintah memberikan dana kepada sekolah tidak bisa menggambar batik dengan baik.
dengan APBD Kabupaten Bantul untuk Proses pewarnaan yang sulit sehingga warna
memenuhi apa saja yang diperlukan untuk keluar-keluar kalau siswa tidak teliti, lalu
pelaksanaan muatan lokal membatik mulai dari manjemen waktu karena banyak yang baru
penyampaian teori sampai praktek. Dengan pertama kali membatik jadi bingung langkah-
adanya pendanaan dari Pemerintah Kabupaten langkahnya karena banyak dan panjang
Bantul sekolah mengikutsertakan siswa dalam prosesnya. Apalagi saat dikejar deadline dan
kegiatan lomba membatik dan menyediakan disaat itu juga ada deadline dari tugas mata
sarana prasarana untuk pembelajaran muatan pelajaran lain. Hal ini yang membuat siswa
lokal membatik, seperti studio membatik dan tidak maksimal dalam membatik.
tempat pembuangan limbah. SMA Negeri 1
Bantul telah menyediakan sarana prasarana SIMPULAN DAN SARAN
yang cukup memadai seperti sarana Simpulan
pembuangan limbah sudah bagus hanya saja Berdasarkan hasil penelitian dan
sementara ini studio batik masih jadi satu pembahasan mengenai Pembelajaran Muatan
dengan ruang pameran batik. Rencananya Lokal Membatik dalam Mengembangkan
sekolah akan memindahkan studio membatik Kearifan Lokal di SMA Negeri 1 Bantul maka
dekat perpustakaan supaya lebih besar dan bisa dapat disimpulkan sebagai berikut:
terpisah antara studio membatik dan ruang 1. Muatan lokal membatik diwajibkan dalam
pameran batik. Surat Keputusan Bupati Bantul No.5A Tahun
b. Faktor Penghambat 2010 yang dilaksanakan SMA Negeri 1
Pembelajaran Muatan Lokal... (Rospita Fajar Utami) 682

Bantul. Mulai tahun 2014/2015 SMA Negeri batik. Sedangkan faktor penghambat
1 Bantul menerapkan kurikulum 2013 yang pembelajaran muatan lokal membatik dalam
dimana hanya siswa kelas X saja yang mengembangkan kearifan lokal di SMA
mendapat pembelajaran muatan lokal Negeri 1 Bantul yaitu kurangnya tenaga
membatik. pengajar dalam membatik, tidak boleh
2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah memakai koran dalam membatik, dan sulitnya
metode ceramah, metode pendampingan, dan siswa memanajemen waktu membuat batik
metode tugas. Tugas yang harus dikerjakan dengan baik.
siswa SMA Negeri 1 Bantul, adalah: Saran
Membuat Pola Pada Kertas Tebal, Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Membuat Baju Batik, Praktek Kewirausahaan dilaksanakan, perlu diberikan beberapa saran
Batik, Laporan Portofolio Prakarya utnuk berbagai pihak sebagai bahan pertimbangan
Membatik. Melalui metode pembelajaran terkait pembelajaran muatan lokal membatik
tersebut terdapat nilai-nilai kearifan lokal dalam mengembangkan kearifan lokal di SMA
yaitu nilai keindahan, nilai kebersamaan, Negeri 1 Bantul:
saling menghargai, saling menghormati, nilai 1. Bagi pihak Dinas Pendidikan Dasar
keharmonisan, disiplin, sabar dan Kabupaten Bantul agar tetap mempertahankan
kemandirian. muatan lokal membatik sebagai muatan lokal
3. Upaya yang dilakukan sekolah untuk yang wajib ditempuh oleh seluruh peserta
mengembangkan kearifan lokal membatik di didik yang bersekolah di Kabupaten Bantul
SMA Negeri 1 Bantul adalah sebagai berikut: dari sekolah dasar sampai sekolah menengah
a. Dari segi produk: Hasil membatik sebagai keatas dan juga memberikan pelatihan
seragam sekolah(identitas sekolah); b. Dari membatik bagi guru muatan lokal sehingga
segi proses: Menggunakan pewarna alami guru memiliki keahlian dan kompetensi yang
dalam membatik; c. Dari segi hasil: Hasil memenuhi syarat untuk mengajarkan cara
membatik untuk fashion show dan pameran; membatik kepada para peserta didik.
d. Dari segi program berkelanjutan: Ikut serta 2. Bagi pihak SMA Negeri 1 Bantul untuk lebih
dalam kegiatan membatik dan lomba meningkatkan waktu KBM membatik,
membatik. menambah tenaga pengajar dalam membatik
4. Faktor pendukung pembelajaran muatan lokal dan menambah fasilitas yang lebih baik lagi
membatik dalam mengembangkan kearifan guna menunjang pembelajaran muatan lokal
lokal di SMA Negeri 1 Bantul adalah dengan membatik agar lebih efektif dan efisien serta
adanya pendanaan dari pemerintah Kabupaten rajin mengikut sertakan peserta didik dalam
Bantul, SMA Negeri 1 Bantul telah kegiatan lomba dan pameran kesenian.
menyediakan sarana prasarana yang cukup 3. Bagi guru muatan lokal membatik untuk terus
memadai seperti sarana pembuangan limbah mengembangkan media dan sumber belajar
sudah bagus hanya saja sementara ini studio seperti diktat, modul atau buku sesuai jenjang
batik masih jadi satu dengan ruang pameran
683 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 6 Vol. V Tahun 2016

pendidikan yang dapat menumbuhkan minat Nasional Ilmu Pendidikan dan


dan ketertarikan peserta didik dalam Pengembangan dan Pengelolaan
mempelajari muatan lokal membatik serta Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal,
ISBN: 978-602-9075-63-2. UKM
memotivasi peserta didik untuk selalu
Makasar.
megembangkan kearifan lokal membatik
sebagai bentuk kecintaan terhadap produk Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
budaya Indonesia.
4. Bagi peserta didik di SMA Negeri 1 Bantul
untuk selalu memakai pelindung baju saat
praktik membatik dan sarung tangan saat
mewarna batik serta peserta didik diharapkan
untuk selalu menjaga dan meningkatkan
prestasi dalam bidang akademik maupun non
akademik, khususnya dalam muatan lokal
membatik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Rohani. (1997). Media Intruksional
Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

E. Mulyasa. (2006). Menciptakan


Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Erry Utomo, dkk. (1997). Pokok-Pokok


Pengertian dan Pelaksanaan Kurikulum
Muatan Lokal. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendiknas. (2010). Kurikulum dan Silabus


Pendidikan Batik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Kemendiknas. (2010). Badan Peneliti dan


Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Lexy J Moleong. (2005). Metodologi


Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Siti Irine Astuti D. (2011). “Kearifan Lokal


Sebagai Modal Sosial Dalam
Pendidikan Karakter di Sekolah”,
dimuat dalam Prosiding Seminar

Anda mungkin juga menyukai