Oleh: Rospita Fajar Utami, Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Prodi Kebijakan Pendidikan,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, rospitautami@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami muatan lokal membatik dalam mengembangkan
kearifan lokal dilihat dari aspek pembelajaran, upaya, dan faktor yang ada di SMA Negeri 1 Bantul.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa
SMA N 1 Bantul dengan informan penelitian yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru muatan
lokal membatik dan siswa yang ditentukan dengan teknik serial selection of sample units dengan ciri-
ciri memiliki nilai tinggi dan prestasi dalam membatik. Objek penelitian adalah muatan lokal
membatik yang berfokus kepada pembelajaran, upaya dan faktor yang dilakukan sekolah dalam
mengembangkan kearifan lokal membatik. Setting penelitian ini adalah di SMA N 1 Bantul karena
telah memiliki laboratorium batik, dan juga batik yang digunakan sebagai seragam adalah hasil karya
siswa. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan kajian
dokumen. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dengan tahapan reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik.
Hasil dari penelitian ini adalah: 1.) Muatan lokal membatik diwajibkan dalam Surat Keputusan
Bupati Bantul No.5A Tahun 2010 yang dilaksanakan SMA Negeri 1 Bantul. Mulai tahun 2014/2015;
2.) Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah, metode pendampingan, dan metode
tugas; 3.) Upaya yang dilakukan sekolah untuk mengembangkan kearifan lokal membatik di SMA
Negeri 1 Bantul adalah sebagai berikut: a.) Dari segi produk: Hasil membatik sebagai seragam
sekolah(identitas sekolah); b.) Dari segi proses: Menggunakan pewarna alami dalam membatik; c.)
Dari segi hasil: Hasil membatik untuk fashion show dan pameran; d.) Dari segi program berkelanjutan:
Ikut serta dalam kegiatan membatik dan lomba membatik; 4.) Faktor pendukung pembelajaran muatan
lokal membatik di SMA Negeri 1 Bantul adalah dengan pendanaan dari pemerintah Kabupaten Bantul,
SMA Negeri 1 Bantul telah menyediakan sarana prasarana yang cukup memadai seperti sarana
pembuangan dan juga studio batik yeng merangkap ruang pameran. Faktor penghambat pembelajaran
muatan lokal membatik di SMA Negeri 1 Bantul yaitu kurangnya tenaga pengajar dalam membatik,
tidak boleh memakai koran dalam membatik tetapi memakai kain sebagai alas untuk membatik, dan
sulitnya siswa memanajemen waktu membuat batik dengan baik.
Kata Kunci: Muatan Lokal, Membatik, Kearifan Lokal
Abstract
This research aims to understand the batik local content in developing local knowledge viewed
from the aspect of learning, effort, and factors that exist in SMA Negeri 1 Bantul.
This research is a qualitative descriptive study. The subjects were students SMA N 1 Bantul
with research informants that principals, vice-principals, teachers, and students batik local content as
determined by Serial Technique Selection of Sample Units with traits had high values and
achievements in batik. The object of research is a batik local content that focuses on learning, effort,
and factors are schools in developing local knowledge to make batik. This research setting is in SMA
N 1 Bantul because it has a batik laboratory and batik are also used as the uniform, is the students'
work. This research uses data collection techniques interviews, observations, and a review of the
document. This research uses qualitative data analysis with data reduction stages, presentation of
data, and the withdrawal of the conclusion. The validity of the data using a triangulation of sources
and techniques.
671 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 6 Vol. V Tahun 2016
The results of this study are: 1.) Local content batik required in Bantul Regency Decree
of 2010 No.5A which implemented SMA Negeri 1 Bantul. Starting in 2014/2015; 2.) The learning
method used is lectures, mentoring methods, and methods of the task; 3.) The efforts of the school to
develop local wisdom batik in SMA Negeri 1 Bantul are: a.) In terms of product: Results of batik
as school uniforms (school identity); b.) In terms of the process: Using natural dyes in batik; c.)
In terms of results: The results of batik to fashion shows and exhibitions; d.) In terms of sustainable
programs: Participate in the activities of batik and batik competition; 4.) factor endowments of
learning making batik on local content in SMA Negeri 1 Bantul is funded by the government of
Bantul Regency, SMA Negeri 1 Bantul has been providing adequate infrastructure as a means of
disposal and the batik studio doubles as the exhibition space. Restricting factors of learning making
batik on local content in SMA Negeri 1 Bantul, namely the lack of teachers in batik, should not wear
a newspaper in batik but wear the fabric as the base for batik, and difficulty of students create a time
crafting batik very well.
Keywords: local content, batik crafting, local wisdom
Pembelajaran Muatan Lokal... (Rospita Fajar Utami) 672
Peneliti dan Pengembangan Pusat Kurikulum dikembangkan sesuai dengan potensi Kabupaten
(2010: 55) KTSP adalah kurikulum operasional Bantul. Lembaga pendidikan formal termasuk
yang disusun dan dilaksanakan pada masing- Sekolah Menengah Atas dapat melakukan upaya
masing satuan pendidikan. dan program agar potensi batik dapat diangkat
Muatan lokal hanya dikenal dengan sajian menjadi keunggulan lokal untuk meningkatkan
materi kedaerahan, di dalamnya hanya memuat taraf perekonomian masyarakat melalui sektor
beberapa tata cara mengenai kehidupan di suatu pariwisata. Batik adalah pembelajaran tentang
daerah tertentu. Muatan lokal pada hakikatnya tradisi dan kebudayaan lokal. Melalui
lebih dari sekedar kajian kedaerahan yang dikenal pembelajaran batik diharapkan siswa mampu
selama ini, akan tetapi realistik mencakup segala mengenal dan mengembangkan kearifan lokal.
aspek yang dibutuhkan dalam masyarakat atau Nilai kearifan lokal yang santun, ramah,
daerah yang bersangkutan. Muatan lokal saling menghormati, arif, dan religius seakan
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi terkikis dan tereduksi gaya hidup instan dan
yang dimiliki peserta didik sesuai dengan modern. Problem dalam memasukkan kearifan
keinginan dan kemampuan sekolah dalam lokal yaitu globalisasi yang membentuk
menyediakan fasilitas pendukung (Ahmad, 1997: masyarakat Indonesia konsumtif dan sangat
63). mudah terpancing emosinya, pemarah, brutal,
Muatan lokal dimasukkan dalam kurikulum kasar, dan vulgar tanpa mampu mengendalikan
pada dasarnya dilandasi oleh kenyataan bahwa hawa nafsunya, seperti perilaku demonstran yang
Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, membakar kendaraan atau rumah, merusak
kesenian, tata cara, tata krama pergaulan, bahasa, gedung, serta berkata kasar, dalam berunjuk rasa
dan pola kehidupan yang diwariskan secara turun yang ditayangkan di televisi. Hal tersebut menjadi
temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia (E. bukti melemahnya karakter bangsa.
Mulyasa, 2006: 271). Kurikulum muatan lokal Berdasarkan gambaran tentang
ialah seperangkat rencana dan pengaturan permasalahan pemahaman mengenai kearifan
mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan lokal, upaya yang perlu dilakukan adalah
oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan memahami makna kearifan lokal. Sebagai misal,
daerah masing-masing serta cara yang digunakan keterbukaan dikembangkan dan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan kontekstualisasikan menjadi kejujuran dan
belajar mengajar (Depdikbud dalam E. Mulyasa, sejumlah nilai turunannya yang lain. Kehalusan
2006: 273). Penentuan isi dan bahan pelajaran diformulasi sebagai keramahtamahan yang tulus.
muatan lokal didasarkan pada keadaan dan Harga diri diletakkan dalam upaya pengembangan
kebutuhan lingkungan. Bupati Bantul mewajibkan prestasi, dan demikian seterusnya. Untuk itu
setiap sekolah memasukkan batik sebagai muatan kearifan lokal wajib dilestarikan dan ditanamkan
lokal wajib yang harus dilaksanakan. sejak dini kepada setiap generasi penerus. Salah
Mempelajari muatan lokal membatik sangat satu cara yang ditempuh yakni dengan
penting bagi kemajuan batik terutama di pembelajaran muatan lokal membatik di sekolah.
Kabupaten Bantul. Seni tradisional batik perlu
Pembelajaran Muatan Lokal... (Rospita Fajar Utami) 674
muatan lokal membatik melalui penelusuran pada wawancara mendalam. Data dari dokumen
dokumen/arsip sekolah. akan digunakan sebagai data sekunder dan data
pendukung setelah observasi dan wawancara.
Teknik Pengumpulan Data .
Sumber data utama dalam penelitian Instrumen Penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya Pada penelitian kualitatif, peneliti adalah
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- instrumen utama penelitian. Hal ini dikarenakan
lain. Maka sumber data dalam penelitian ini semua proses pengumpulan data, mulai dari
diperoleh melalui : pemilihan informan, pengumpulan data, analisis
1. Wawancara (Interview) data sampai dengaan penarikan kesimpulan
Dalam hal ini wawancara diarahkan pada dilakukan oleh peneliti. Adapun instrumen
pokok bahasan yang meliputi pembelajaran pendukung dalam pengumpulan data, antara lain:
muatan lokal membatik dalam pedoman observasi, pedoman wawancara,
mengembangkan kearifan lokal di SMA pedoman dokumen.
Negeri 1 Bantul. Wawancara dilakukan dengan
cara mengadakan pertemuan secara langsung Teknik Analisis Data
dan terbuka (open interview) berulang-ulang Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
antara peneliti dan narasumber. Cara ini teknik analisis data milik Miles dan Huberman.
memungkinkan perolehan data yang akurat Miles dan Huberman (1984), mengemukakan
dalam melakukan penelitian tentang bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
pembelajaran muatan lokal membatik dalam dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
mengembangkan kearifan lokal di SMA terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
Negeri 1 Bantul. sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu
2. Observasi data reduction, data display, dan conclusion
Teknik observasi digunakan untuk drawing/verification (Sugiyono, 2010: 337).
memperoleh data tentang keadaan SMA Analisis data menurut Miles dan Huberman
Negeri 1 Bantul. Dengan menggunakan meliputi:
metode observasi, peneliti mendapatkan data 1. Pengumpulan Data
tentang kondisi lingkungan di sekitar sekolah, Data-data yang diperoleh di lapangan
sarana dan prasarana dan keadaan gedung dicatat direkam dalam bentuk naratif, yaitu
sekolah. uraian data yang diperoleh di SMA Negeri 1
3. Studi Dokumentasi Bantul apa adanya tanpa komentar peneliti,
Metode ini digunakan untuk yang dikembangkan dalam bentuk catatan-
mengumpulkan data yang sudah tersedia catatan kecil dan alat rekam. Dari catatan-
dalam catatan dokumen. Fungsinya sebagai catatan deskripsi ini, kemudian dibuat catatan
pendukung dan pelengkap dari data primer refleksi yaitu catatan yang berisi komentar,
yang diperoleh melalui observasi dan
Pembelajaran Muatan Lokal... (Rospita Fajar Utami) 676
pendapat, dan penafsiran atas kejadian yang data, maka kesimpulan yang dikemukakan
ditemukan di lapangan. merupakan kesimpulan yang kredibel.
2. Reduksi Data (Data Reduction) Keabsahan Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih Teknik pengujian validitas data dalam
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal- penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.
hal yang penting, dicari tema dan polanya dan Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2010: data yang memanfaatkan sesuatu yang lahir di
338). Data yang diperoleh dalam lapangan luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
ditulis dalam bentuk laporan atau uraian yang sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
terinci, kemudian disederhanakan dan triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
difokuskan pada hal yang penting dan adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
dilakukan kategorisasi yang sesuai dengan Dalam penelitian ini untuk menguji
fokus penelitian. kredibilitas data tentang pembelajaran muatan
3. Penyajian Data (Data Display) lokal membatik dalam mengembangkan kearifan
Penyajian data adalah sekumpulan lokal di SMA Negeri 1 Bantul, maka hasil
informasi tersusun sehingga memberikan wawancara dari salah satu informan dibandingkan
kemungkinan penarikan kesimpulan dan dengan data yang diperoleh dari informan lain.
pengambilan tindakan. Dengan penyajian data Informan utama dari penelitian ini adalah guru
peneliti akan mengerti apa yang akan terjadi muatan lokal membatik. Data dari guru muatan
dan dapat mengerjakan sesuatu pada analisis lokal membatik disilangkan dengan data dari
data ataupun langkah-langkah lain berdasarkan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan siswa.
penelitian tersebut. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi data yang digunakan adalah observasi, wawancara
(Conclusion Drawing) dan studi dokumentasi. Data yang dihasilkan dari
Setelah data disajikan dan dianalisis, maka observasi, seperti kegiatan muatan lokal
akan diperoleh kesimpulan awal yang kabur membatik siswa, faktor pendukung dan
dan meragukan. Sehingga dibutuhkan proses penghambat dalam melaksanakan muatan lokal
verifikasi agar kesimpulan yang dihasilkan membatik, serta pengembangan kearifan lokal
dapat dipercaya. Menurut Sugiyono (2010: setelah belajar muatan lokal membatik, divalidasi
345) kesimpulan awal yang dikemukakan dengan data yang didapatkan dari hasil
masih bersifat sementara dan akan berubah wawancara. Selanjutnya, untuk memperkuat hasil
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat penelitian hasil observasi dan wawancara
yang mendukung pada tahap pengumpulan disilangkan dengan data dari dokumentasi.
data berikutnya. Namun, apabila kesimpulan Triangulasi dilakukan dari awal penelitian sampai
yang ditemukan pada tahap awal, didukung ditemukan data yang mengandung nilai
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat kebenaran.
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
677 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 6 Vol. V Tahun 2016
HASIL PENELITIAN DAN ini pengrajin batik sangat langka, nanti siapa
Muatan Lokal Wajib Indonesia agar tidak diakui oleh negara lain,
pelajaran yang harus dipelajari oleh setiap upaya kebijakan pemerintah mewajibakan
peserta didik. Proses pembelajaran muatan muatan lokal membatik sangat baik dilihat
lokal membatik yang dilakukan oleh guru dari tujuan dan fungsi muatan lokal
Batik merupakan potensi yang menjadi siswa tentang batik itu sendiri untuk bekal
lama dikenal. Dengan demikian diperlukan Sebagai dasar pelaksanaan muatan lokal
adanya upaya agar batik tetap dikenal. membatik SMA Negeri 1 Bantul harus
Pengenalan batik dapat dilakukan melalui memahami tujuan muatan lokal membatik itu
dan Silabus Pendidikan Batik, 2010: V) mengembangkan kearifan lokal agar batik
mengatakan bahwa batik sebagai salah satu terus dikenal sebagai warisan asli Indonesia.
karya agung warisan luhur Bangsa Indonesia Untuk itu pemerintah Kabupaten Bantul
merupakan potensi kearifan lokal yang wajib menetapkan muatan lokal membatik sebagai
dijaga dan dilestarikan. Tepat kiranya apabila muatan lokal wajib dimulai Tahun 2010/2011
batik yang menjadi kebanggaan masyarakat . Berdasarkan hal tersebut SMA Negeri 1
Bantul dijadikan sebagai muatan lokal wajib Bantul sudah memahami dan mengetahui
Hal ini dapat meningkatkan apresiasi peserta Bantul membuat kebijakan muatan lokal
didik terhadap batik sehingga cinta budaya membatik sebagai muatan lokal wajib.
sendiri dapat ditanamkan pada generasi muda Hal tersebut sesuai dengan pendapat Erry
sejak dini. Mempelajari muatan lokal Utomo (1997: 6), bahwa secara khusus
membatik sangat penting karena batik perlu pengajaran muatan lokal bertujuan agar
merasakan dan mengenakan batik yang a. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan
merupakan identitas Negara Indonesia. Saat lingkungan alam, sosial dan budayanya.
Pembelajaran Muatan Lokal... (Rospita Fajar Utami) 678
a. Dari Segi Produk : Hasil Membatik coklat yang berbeda-beda, sedangkan Tingi
sebagai Seragam Sekolah(Identitas menghasilkan warna coklat muda.
Sekolah) c. Dari Segi Hasil : Hasil Membatik untuk
Menjadikan hasil membatik siswa sebagai Fashion Show dan Pameran
seragam sekolah atau identitas sekolah Selain dijadikan seragam sekolah, hasil
merupakan ide dari siswa dua tahun silam membatik di SMA Negeri 1 Bantul digunakan
yang mengajukan kepada sekolah agar hasil untuk fashion show dan pameran. Pada saaat
karya mereka bermanfaat dan terpakai. Setelah peneliti melakukan penelitian, sekolah sedang
melakukan beberapa pertimbangan akhirnya menyiapkan acara pensi dan diacara pensi
sekolah memperbolehkan siswa mengenakan tersebut akan menampilkan fashion show atau
baju batik buatan mereka sendiri untuk acuan peragaan busana dengan kolaborasi batik
siswa supaya lebih semangat dan lebih dengan pengolahan limbah plastik.
berinovasi lagi dalam membatik d. Dari Segi Program Berkelanjutan : Ikut
Dalam hal mengembangkan kearifan lokal Serta dalam Kegiatan Membatik dan
membatik di SMA Negeri 1 Bantul, sekolah Lomba Membatik
terus mendukung apa yang bermanfaat bagi Dalam memotivasi siswa agar mencintai
siswa dan lingkungan sekitar. Karena dengan batik dan mengembangkannya, sekolah terus
menjadikan hasil membatik siswa sebagai berperan aktif mengikut sertakan siswa dalam
seragam sekolah yaitu siswa membuatnya kegiatan membatik dan lomba membatik.
dengan tekun dan giat sampai ada yang lembur prestasi siswa dalam membatik diantaranya
sampai sore di sekolah. Siswa berlomba-lomba juara harapan dua dan satu lomba batik se
ingin memperoleh hasil yang maksimal dan Jogja-Jateng, juara satu Jelajah Museum, Juara
nilai yang memuaskan dan memanfaatkan Harapan satu lomba di UMY.
pewarna alami untuk membatik. SMA Negeri 1 Bantul sering mengikuti
b. Dari Segi Proses : Menggunakan berbagai lomba membatik. Walaupun masih
Pewarna Alami Dalam Membatik sedikit prestasi lomba membatik yang
Selain mengembangkan batiknya tidak lupa didapatkan oleh SMA Negeri 1 Bantul tetapi
juga memperhatikan bahannya. Upaya sekolah tidak pernah putus asa selalu
menggunakan warna dari alam merupakan memotivasi siswa untuk terus membatik.
salah satu cara mengembangkan kearifan lokal. Setiap event dan lomba apa saja sekolah ikut
Dengan tujuan memanfaatkan kekayaan alam serta untuk menambah pengalaman. Salah satu
dan tidak mengandung zat berbahaya. Dalam event yang diadakan sekolah yaitu saat
membuat batik diperlukan bahan-bahan untuk kunjungan turis asing ke sekolah.
pewarnaan dalam batik. Untuk menghasilkan 3. Faktor Pendukung dan Penghambat
sesuatu yang efisien dapat menggunakan Pembelajaran Muatan Lokal Membatik
bahan alami yang berada disekitar. Seperti Dalam Mengembangkan Kearifan Lokal
Tegeran, Jambal, Jolawe menghasilkan warna a. Faktor Pendukung
681 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 6 Vol. V Tahun 2016
Bantul. Mulai tahun 2014/2015 SMA Negeri batik. Sedangkan faktor penghambat
1 Bantul menerapkan kurikulum 2013 yang pembelajaran muatan lokal membatik dalam
dimana hanya siswa kelas X saja yang mengembangkan kearifan lokal di SMA
mendapat pembelajaran muatan lokal Negeri 1 Bantul yaitu kurangnya tenaga
membatik. pengajar dalam membatik, tidak boleh
2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah memakai koran dalam membatik, dan sulitnya
metode ceramah, metode pendampingan, dan siswa memanajemen waktu membuat batik
metode tugas. Tugas yang harus dikerjakan dengan baik.
siswa SMA Negeri 1 Bantul, adalah: Saran
Membuat Pola Pada Kertas Tebal, Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Membuat Baju Batik, Praktek Kewirausahaan dilaksanakan, perlu diberikan beberapa saran
Batik, Laporan Portofolio Prakarya utnuk berbagai pihak sebagai bahan pertimbangan
Membatik. Melalui metode pembelajaran terkait pembelajaran muatan lokal membatik
tersebut terdapat nilai-nilai kearifan lokal dalam mengembangkan kearifan lokal di SMA
yaitu nilai keindahan, nilai kebersamaan, Negeri 1 Bantul:
saling menghargai, saling menghormati, nilai 1. Bagi pihak Dinas Pendidikan Dasar
keharmonisan, disiplin, sabar dan Kabupaten Bantul agar tetap mempertahankan
kemandirian. muatan lokal membatik sebagai muatan lokal
3. Upaya yang dilakukan sekolah untuk yang wajib ditempuh oleh seluruh peserta
mengembangkan kearifan lokal membatik di didik yang bersekolah di Kabupaten Bantul
SMA Negeri 1 Bantul adalah sebagai berikut: dari sekolah dasar sampai sekolah menengah
a. Dari segi produk: Hasil membatik sebagai keatas dan juga memberikan pelatihan
seragam sekolah(identitas sekolah); b. Dari membatik bagi guru muatan lokal sehingga
segi proses: Menggunakan pewarna alami guru memiliki keahlian dan kompetensi yang
dalam membatik; c. Dari segi hasil: Hasil memenuhi syarat untuk mengajarkan cara
membatik untuk fashion show dan pameran; membatik kepada para peserta didik.
d. Dari segi program berkelanjutan: Ikut serta 2. Bagi pihak SMA Negeri 1 Bantul untuk lebih
dalam kegiatan membatik dan lomba meningkatkan waktu KBM membatik,
membatik. menambah tenaga pengajar dalam membatik
4. Faktor pendukung pembelajaran muatan lokal dan menambah fasilitas yang lebih baik lagi
membatik dalam mengembangkan kearifan guna menunjang pembelajaran muatan lokal
lokal di SMA Negeri 1 Bantul adalah dengan membatik agar lebih efektif dan efisien serta
adanya pendanaan dari pemerintah Kabupaten rajin mengikut sertakan peserta didik dalam
Bantul, SMA Negeri 1 Bantul telah kegiatan lomba dan pameran kesenian.
menyediakan sarana prasarana yang cukup 3. Bagi guru muatan lokal membatik untuk terus
memadai seperti sarana pembuangan limbah mengembangkan media dan sumber belajar
sudah bagus hanya saja sementara ini studio seperti diktat, modul atau buku sesuai jenjang
batik masih jadi satu dengan ruang pameran
683 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 6 Vol. V Tahun 2016