Anda di halaman 1dari 14

REVIEW MODUL 9

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

A. METODE SIMPSON 1/3

Kaidah simpson 1/3 adalah kaidah yang mencocokkan polinomial derajat 2


pada tiga titik data diskrit yang mempunyai jarak yang sama. Hampiran nilai
integrasi yang lebih baik dapat ditingkatkan dengan menggunakan polinom

interpolasi berderajat yang lebih tinggi. Misalkan fungsi f ( x ) dihampiri dengan


polinom interpolasi derajat 2 yang grafiknya berbentuk parabola. Luas daerah
dihitung sebagai hampiran nilai integrasi adalah daerah di bawah parabola

(Gambar 1). untuk itu, dibutuhkan 3 buah titik data, misalkan ( 0 , f ( 0 ) ) , ( h , f ( h ) ) ,

dan ( 2 h , f ( 2 h ) ) .

Gambar 1 Kaidah Simpson 1/3


Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 2 yang melalui ketiga buah titik
tersebut adalah
x x ( x−h ) 2 x ( x−h ) 2
P 2 ( x )=f ( x 0 ) + Δf ( x 0 ) + Δ f ( x 0 ) =f 0 + xΔf 0 + Δ f0
h 2! h 2
2 ! h2

Integrasikan P2 ( x ) di dalam selang [ 0,2 h ] :


2h 2h
I≈∫ f ( x ) dx≈∫ P2 ( x ) dx
0 0
2h

( x
¿ ∫ f 0 + Δf 0 +
0 h
x ( x−h ) 2
2! h 2
Δ f 0 dx
)
¿ f 0 x+
1 2
2h
x Δf 0 +
(
x3 x2 2

6h 4 h
2
Δ f0 |
x=2h
x=0 )
¿ 2 hf 0 +
4 h2
2h
Δf 0 +
(
8 h 3 4 h2 2

6 h2 4 h
Δ f0
)
¿ 2 hf 0 +2h Δf 0 + ( 4h
3 )
−h Δ2 f 0

h
¿ 2 hf 0 +2h Δf 0 + Δ 2 f 0
3

Mengingat
Δf 0 =f 1 −f 0
Dan
2
Δ f 0 = Δf 1 −Δf 0= ( f 2−f 1 ) −( f 1 −f 0 ) =f 2 −2 f 1 +f 0
Maka selanjutnya
h
I ≈2 hf 0 +2 h ( f 1 −f 0 ) + ( f −2 f 1 + f 0 )
3 2
h 2h h
¿ 2 hf 0 + 2hf 1−2 hf 0 + f 2 − f 1 + f 0
3 3 3

h 4h h
¿ f 0+ f 1+ f 2
3 3 3

h
¿ ( f + 4 f 1+ f 2)
3 0 .................. (1)

Persamaan (1) ini dinamakan kaidah Simpson 1/3. Sebutan “1/3” muncul
karena di dalam persamaan terdapat faktor “1/3”.

Misalkan kurva fungsi sepanjang selang integrasi [ a,b ] kita bagi menjadi n+1

buah titik diskrit


x 0 , x1 ,x 2 ,...,x n dengan n genap, dan setiap tiga buah titik (atau 2
pasang upselang) di kurva dihampiri dengan parabola (polinom interpolasi

derajat 2), maka kita akan mempunyai n/2 buah potongan parabola. Bila
masing-masing polinom derajat 2 tersebut kita integralkan di dalam upselang
(sub-interval) integrasinya, maka jumlah seluruh integral tersebut membentuk
kaidah Simpson 1/3 gabungan:
b x2 x4 xn

I tot =∫ f ( x ) dx≈∫ f ( x ) dx+ ∫ f ( x ) dx + . . .+ ∫ f ( x ) dx


a x0 x2 x n−2
h h h
¿
3
( f 0 + 4 f 1 + f 2 ) + ( f 2 +4 f 3 +f 4 ) +.. .+ ( f n−2 +4 f n−1 + f n )
3 3

h
¿ ( f + 4 f 1 +2 f 2 +4 f 3 + 2 f 4 +. ..+2 f n−2 + 4 f n−1 + f n )
3 0

( )
n−1 n−2
h
¿ f +4 ∑ f +2 ∑ f + f
3 0 i=1,3,5 i i=2,4,6 i n
..................... (2)

Persamaan ini mudah dihafalkan dengan mengingat pola koefisien suku-

sukunya:

1, 4, 2, 4, 2, ..., 2, 4, 1

Namun penggunaan kaidah Simpson 1/3 mensyaratkan jumlah upselang (n)

harus genap, ini berbeda dengan kaidah trapesium yang tidak memiliki

persyaratan mengenai jumlah selang.

Algoritma Metode Integrasi Simpson 1/3:

1. Mendefinisikan fungsi yang akan diintegrasikan


2. Menentukan batas bawah ( ) dan batas atas ( ) integrasi
3. Menentukan jumlah segmen atau pias n dengan syarat n genap

4. Menghitung lebar segmen yaitu


5. Buatlah tabel kaidah Simpson 1/3
6. Menentukan nilai integrasi menggunakan kaidah Simpson 1/3

( )
b n−1 n−2
h
I =∫ f ( x ) dx≈ f 0 + 4 ∑ f i +2 ∑ f i + f n
a
3 i=1,3,5 i=2,4,6

7. Menentukan nilai integrasi sejatinya


B. METODE SIMPSON 3/8

Seperti halnya pada kaidah Simpson 1/3, hampiran nilai integrasi yang lebih
teliti dapat ditingkatkan terus dengan mengunakan polinom interpolasi berderajat
lebih tinggi pula. Misalkan sekarang fungsi f(x) kita hampiri dengan polinom
interpolasi derajat 3. Luas daerah yang dihitung sebagai hampiran nilai integrasi
adalah daerah di bawah kurva polinom derajat 3 tersebut parabola (Gambar).
Untuk membentuk polinom interpolasi derajat 3, dibutuhkan 4 buah titik data,
misalkan titik-titk tersebut (0, f(0)), (h, f(h)), (2h, f(2h)), dan (3h, f(3h)).

Gambar 2 Kaidah Simpson 3/8


Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 3 yang melalui keempat buah titik itu
adalah
x x ( x−h ) 2 x ( x −h ) ( x−2 h ) 3
P3 ( x )=f ( x0 ) + Δf ( x 0 ) + Δ f ( x 0) + Δ f ( x0 )
h 2! h 2
3 ! h3
x x ( x−h ) 2 x ( x−h )( x−2 h ) 3
=f 0 + Δf 0 + Δ f 0+ Δ f0
h 2!h 2
3 ! h3 .................... (1)

Integrasi
P3 ( x ) di dalam selang [ 0,3 h ] adalah
3h 3h
I≈∫ f ( x ) dx≈¿ ∫ P3 ( x ) dx ¿
0 0

[ ]
3h
x x ( x−h ) 2 x ( x−h )( x−2 h ) 3
¿ ∫ f 0 + Δf 0 + Δ f 0+ Δ f 0 dx
0 h 2 ! h2
3! h 3

[ ]
3h
x x 2 −xh 2 x3 −3 x 2 h+2 xh 2 3
¿ ∫ f 0+ Δf 0 + Δ f 0 + Δ f0
0 h 2 h2 6 h3
¿ xf 0 +
x2
2h
Δf 0 +
( x 3 x2 h 2

6 h2 4 h2
Δ f 0)+
x4

(
3 x 3 h x 2 h2 3 3 h
+
24 h3 18 h3 6 h3
Δ f 0|
0 )
¿ 3 hf 0 +
9h 2
2h
Δf 0 +
(
27 h 3 9 h3 2

6 h2 4 h2
Δ f 0)+ −
(
81 h 4 81 h4 9 h4 3
+
24 h3 18 h3 6 h3
Δ f 0−0
)
¿ 3 hf 0 +
9h
2
Δf 0 +
6(
27 h 9 h 2

4 )
Δ f 0+
24
− (
81 h 81 h 9 h 3
18
+
6
Δ f0 )
9h 27 h 2 27 h 3
¿ 3 hf 0 + Δf 0 + Δ f 0+ Δ f0
2 12 72
Mengingat
Δf 0 =f 1 −f 0
2
Δ f 0 = Δf 1 −Δf 0= ( f 2−f 1 ) −( f 1 −f 0 ) =f 2 −2 f 1 +f 0
dan
3 2 2
Δ f 0 = Δ f 1− Δ f 0
=( Δf 2 −Δf 1 ) −( f 2 −2 f 1 + f 0 )

=( ( f 3 −f 2 )−( f 2 − f 1 ) ) −( f 2 −2 f 1 +f 0 )

=( f 3 −2 f 2 +f 1 )− ( f 2−2 f 1 + f 0 )

=f 3 −3 f 2 +3 f 1 −f 0
maka selanjutnya:
9h 27 h 27 h
¿ 3 hf 0 +
2
( f 1 −f 0 ) +
12
( f 2 −2 f 1 +f 0 ) +
72
( f 3 −3 f 2 +3 f 1−f 0 )
9h 9h 27 h 54 h 27 h 27 h 81 h 81 h 27 h
¿ 3 hf 0 + f 1− f 0+ f 2− f 1+ f 0+ f 3− f 2+ f 1− f
2 2 12 12 12 72 72 72 72 0

(
¿ 3 h−
9 h 27 h 27 h
+
2 12

12
f 0+ ) (
9 h 54 h 81 h

2 12 72
+ f 1+
27 h 81 h
12

72 ) (
f 2+
27 h
72 3
f )
27 h 81 h 81 h 27 h
¿ f 0+ f 1+ f 2+ f
72 72 72 72 3
3h 9h 9h 3h
¿ f 0+ f 1+ f 2+ f
8 8 8 8 3
3h
¿ ( f +3 f 1 +3 f 2 + f 3 )
8 0 ................................. (2)
Sedangkan kaidah Simpson 3/8 gabungan adalah
b

∫ f ( x ) dx≈ 38h (f 0 +3 f 1 +3 f 2+ 2 f 3+3 f 4 +3 f 5+2 f 6 +3 f 7 +3 f 8+2 f 9+. ..


a

+2 f n−3 +3 f n−2 +3 f n−1 +f n )

¿ i≠3,6,9 ¿¿ ¿ +f n ¿¿¿
n−1 ................................. (3)
Persamaan (3) ini mudah dihafalkan dengan mengingat pola suku-sukunya:
1, 3, 3, 2, 3, 3, 2, 3, 3, 2, ... , 2, 3, 3, 1

Namun penggunaan kaidah Simpson 3/8 mensyaratkan jumlah upselang (n)


harus kelipatan .
Kaidah simpson 3/8 memiliki orde galat yang sama dengan orde galat
kaidah simpson 1/3 namun dalam parktek, kaidah simpson 1/3 lebih disukai
daripada kaidah simpson 3/8, karena dengan tiga titik (simpson 1/3) sudah
diperoleh orde ketelitian yang sama dengan 4 titik (simpson 3/8). Tetapi untuk n
kelipatan tiga , kita hanya dapat menggunakan kaidah simpson 3/8, dan bukan
simpson 1/3.

Algoritma Metode Integrasi Simpson 3/8:

1. Mendefinisikan fungsi yang akan diintegrasikan y=f ( x )

2. Menentukan batas bawah dan batas atas integrasi


3. Menentukan jumlah segmen atau pias n dengan syarat n kelipatan 3

4. Menghitung lebar segmen yaitu


5. Buat tabel kaidah Simpson 3/8
6. Menentukan nilai integrasi menggunakan kaidah Simpson 3/8

¿ i≠3,6,9 ¿¿ ¿ +f n ¿¿¿
n−1
7. Menentukan nilai integrasi sejatinya

Contoh soal:
Hitunglah integral dari
1, 125
1
∫ 1+x
dx
0 ,
1 3
dengan menggunakan aturan simpson 3 dan dan aturan simpson 8 gunakan

jarak antar titik h = 0,125


Penyelesaian:
1
f ( x) =
1. Fungsi integrasinya adalah 1+x
2. Batas bawah (a) =0
Batas atas (b) =1
3. Jumlah pias adalah
b−a
n=
h
1 ,125− 0
= =9
0 ,125
4. h = 0,125
1 3
5. Tabel aturan simpson 3 dan dan aturan simpson 8

I xi f ( xi )
0 0 1
1 0.125 0.88889
2 0.250 0.80000
3 0.375 0.72727
4 0.500 0.66667
5 0.625 0.61538
6 0.750 0.57143
7 0.875 0.53333
8 1.000 0.50000
9 1.125 047059

1 3
6. Nilai Integrasi menggunakan aturan simpson 3 dan aturan simpson 8

1
a. Aturan simpson 3
( )(
1,125 n−1 n−2
1 h
∫ 1+x dx= 3 f 0 +4 ∑ f i + 2 ∑ f i + f n
0 i=1,3,5 i=2,4,6 1+4(0.88889)+2(0.80000)+4(0.72727)+ 2(0.66667) ¿ )¿ ¿¿
0.125 ¿
¿
3
¿
3
b. Aturan simpson 8

¿ i ≠3,6,9 ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
n−1
3(0 . 125) ( 1+3 (0. 88889 )+3(0 .80000 )+2(0 .72727 )+ 3( 0. 66667 ) ¿ ) ¿
= ¿ ¿
8 ¿
0.375 ( 1+ 2.66667 + 2.40000+1.45454+2.00001+1.84614+1.14286 ¿ ) ¿
= ¿ ¿¿
8 ¿
¿
7. Nilai Integrasi sejatinya
1, 125
1
∫ 1+ x
dx= ln ( 1+ x )|10 , 125
0

= ln 2,125 + ln 1
= 0.75377 – 0
= 0.75377
C. SINGULARITAS

Kita akan kesulitan melakukan menghitung integrasi numerik apabila fungsi


tidak terdefenisi di x = t, dalam hal ini a < t < b. Misalnya dalam menghitung
integrasi

fungsi f(x) = cos x/x jelas tidak terdefinisi di x = 0 (ujung bawah selang). Begitu
juga apabila perhitungan integrasi

menggunakan h = 0.1, titik diskrit di x =1 tidak dapat dihitung sebab fungsi f(x)
= 1/(x-1) tidak terdefinisi di x = 1. Fungsi yang tidak terdefinisi di x = t, untuk a
t
 b, dinamakan fungsi singular.

Singularitas juga muncul pada fungsi yang turunannya tidak terdefinisi di x =


t, untuk a  t  b. Misalnya hasil perhitungan integrasi memperlihatkan hasil

yang menyimpang meskipun fungsi f(x) = x sendiri terdefinisi untuk semua x


= t, untuk a  t  b. Penyimpangan ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Misalkan
Integral dihitung dengan kaidah trapesium.

Tinjau kembali galat total pada kaidah trapesium:


Persamaan di atas menyiratkan bahwa galat integrasi akan besar apabila f '(a) atau
f '(b) tidak ada.

Singularitas harus dihilangkan dengan cara memanipulasi persamaan fungsi


sedemikian sehingga ia tidak singular lagi.

Contoh:
Ubahlah fungsi integrasi

sehingga menjadi tidak singular lagi.


Penyelesaian:
Fungsi f(x) = cos(x)/x tidak terdefenisi di x = 0.

Misalkan
x = u 2  dx = 2u du

Batas-batas selang integrasi juga berubah


x = 0  u = x = 0
x = 1  u = x = 1

maka
D. METODE GAUSS – KUADRATUR

Integrasi numerik merupakan alat utama yang dapat digunakan untuk mencari
nilai aproksimasi jawaban untuk beberapa integral tentu yang tidak bisa
diselesaikan secara analitik. Berdasarkan cara pengambilan panjang interval,
aproksimasi integrasi terbagi menjadi dua bagian yaitu metode Newton-Cotes
dan metode Gauss-Kuadratur. Metode integrasi Gauss-Kuadratur merupakan
metode yang tidak menggunakan pembagian area yang banyak tetapi
memanfaatkan titik berat dan pembobot integrasi.

Metode Gauss-Kuadratur dikembangkan oleh Gauss. Metode ini meng- hitung


nilai integral dengan cara mengambil nilai fungsi di beberapa titik tertentu yang
dapat mewakili perhitungan luas suatu daerah. Nilai integrasi numerik cukup
diperoleh dengan memanfaatkan titik berat dan pembobot integrasi (Triatmojo,
1992).

𝑦
𝑓(𝑥2) 𝑓(1)

𝑓(−1)𝑓(𝑥1)

-1𝑥1 𝑥21 𝑥

Gambar 3 Metode Gauss-Kuadratur

Gambar 3 menyatakan persamaan integral 𝑓(𝑥) dari 𝑥 = −1 hingga 𝑥 = 1. Metode


Gauss-Kuadratur menghampiri nilai integral dengan dua buah titik 𝑥1 dan 𝑥2
sedemikian sehingga luas daerah yang diarsir dapat dinyatakan sebagai berikut.

dengan w1 dan w2 adalah panjang interval yang akan ditentukan atau disebut
sebagai fungsi pembobot. Persamaan di atas dinamakan persamaan Gauss-
Kuadratur dua titik. Persamaan ini dapat diperluas menjadi 3 titik, 4 titik dan
seterusnya (Hamming, 1973).
dengan 𝑖 = 1,2,3, … 𝑛 menyatakan banyaknya titik argumen fungsi.
Sehingga untuk setiap jumlah 𝑛 titik evaluasi terdapat sebanyak 2𝑛 variabel
yang akan dicari nilainya.

Untuk menghitung integral secara umum, misalkan suatu integral:

maka harus melakukan transformasi menjadi bentuk umum Gauss-Kuadratur.


Dalam hal ini yang harus ditransformasikan adalah selang [𝑎, 𝑏] menjadi [−1,1],
variabel 𝑥 menjadi variabel 𝑛 serta 𝑑𝑥 menjadi 𝑑𝑛.

Dengan melakukan perbandingan garis maka diperoleh:

sehingga diperoleh persamaan diferensialnya:

Maka setiap persamaan integrasi ditransformasikan ke dalam bentuk Gauss-


Kuadratur dengan mengganti selang [𝑎, 𝑏] menjadi [−1,1] serta menggunakan
dua persamaan di atas untuk mengganti variabelnya sehingga didapat
persamaan sebagai berikut.
E. KUADRATUR NEWTONS - COTES

Metode integrasi Newton-Cotes secara umum merupakan metode integrasi


yang dilakukan dengan membagi area di bawah kurva suatu fungsi menjadi
beberapa panel dengan terlebih dahulu menetapkan batas atas dan batas
bawah interval. Integral atau luas area di bawah kurva ditentukan berdasarkan
jumlah luas panel yang digunakan untuk mendekati luas area di bawah
kurva..Metode Newton-Cotes merupakan metode yang menggunakan interval
yang sama panjang. Metode ini meliputi metode Trapesium, Simpson 1/3 dan
Simpson 8/3.

Asumsikan bahwa xk = x0 + kh adalah node-node yang berjarak sama dan


fk = f (Xk ). Empat rumus quadrature Newton-Cotes adalah:

Contoh

Anda mungkin juga menyukai