dan ( 2 h , f ( 2 h ) ) .
( x
¿ ∫ f 0 + Δf 0 +
0 h
x ( x−h ) 2
2! h 2
Δ f 0 dx
)
¿ f 0 x+
1 2
2h
x Δf 0 +
(
x3 x2 2
−
6h 4 h
2
Δ f0 |
x=2h
x=0 )
¿ 2 hf 0 +
4 h2
2h
Δf 0 +
(
8 h 3 4 h2 2
−
6 h2 4 h
Δ f0
)
¿ 2 hf 0 +2h Δf 0 + ( 4h
3 )
−h Δ2 f 0
h
¿ 2 hf 0 +2h Δf 0 + Δ 2 f 0
3
Mengingat
Δf 0 =f 1 −f 0
Dan
2
Δ f 0 = Δf 1 −Δf 0= ( f 2−f 1 ) −( f 1 −f 0 ) =f 2 −2 f 1 +f 0
Maka selanjutnya
h
I ≈2 hf 0 +2 h ( f 1 −f 0 ) + ( f −2 f 1 + f 0 )
3 2
h 2h h
¿ 2 hf 0 + 2hf 1−2 hf 0 + f 2 − f 1 + f 0
3 3 3
h 4h h
¿ f 0+ f 1+ f 2
3 3 3
h
¿ ( f + 4 f 1+ f 2)
3 0 .................. (1)
Persamaan (1) ini dinamakan kaidah Simpson 1/3. Sebutan “1/3” muncul
karena di dalam persamaan terdapat faktor “1/3”.
Misalkan kurva fungsi sepanjang selang integrasi [ a,b ] kita bagi menjadi n+1
derajat 2), maka kita akan mempunyai n/2 buah potongan parabola. Bila
masing-masing polinom derajat 2 tersebut kita integralkan di dalam upselang
(sub-interval) integrasinya, maka jumlah seluruh integral tersebut membentuk
kaidah Simpson 1/3 gabungan:
b x2 x4 xn
h
¿ ( f + 4 f 1 +2 f 2 +4 f 3 + 2 f 4 +. ..+2 f n−2 + 4 f n−1 + f n )
3 0
( )
n−1 n−2
h
¿ f +4 ∑ f +2 ∑ f + f
3 0 i=1,3,5 i i=2,4,6 i n
..................... (2)
sukunya:
1, 4, 2, 4, 2, ..., 2, 4, 1
harus genap, ini berbeda dengan kaidah trapesium yang tidak memiliki
( )
b n−1 n−2
h
I =∫ f ( x ) dx≈ f 0 + 4 ∑ f i +2 ∑ f i + f n
a
3 i=1,3,5 i=2,4,6
Seperti halnya pada kaidah Simpson 1/3, hampiran nilai integrasi yang lebih
teliti dapat ditingkatkan terus dengan mengunakan polinom interpolasi berderajat
lebih tinggi pula. Misalkan sekarang fungsi f(x) kita hampiri dengan polinom
interpolasi derajat 3. Luas daerah yang dihitung sebagai hampiran nilai integrasi
adalah daerah di bawah kurva polinom derajat 3 tersebut parabola (Gambar).
Untuk membentuk polinom interpolasi derajat 3, dibutuhkan 4 buah titik data,
misalkan titik-titk tersebut (0, f(0)), (h, f(h)), (2h, f(2h)), dan (3h, f(3h)).
Integrasi
P3 ( x ) di dalam selang [ 0,3 h ] adalah
3h 3h
I≈∫ f ( x ) dx≈¿ ∫ P3 ( x ) dx ¿
0 0
[ ]
3h
x x ( x−h ) 2 x ( x−h )( x−2 h ) 3
¿ ∫ f 0 + Δf 0 + Δ f 0+ Δ f 0 dx
0 h 2 ! h2
3! h 3
[ ]
3h
x x 2 −xh 2 x3 −3 x 2 h+2 xh 2 3
¿ ∫ f 0+ Δf 0 + Δ f 0 + Δ f0
0 h 2 h2 6 h3
¿ xf 0 +
x2
2h
Δf 0 +
( x 3 x2 h 2
−
6 h2 4 h2
Δ f 0)+
x4
−
(
3 x 3 h x 2 h2 3 3 h
+
24 h3 18 h3 6 h3
Δ f 0|
0 )
¿ 3 hf 0 +
9h 2
2h
Δf 0 +
(
27 h 3 9 h3 2
−
6 h2 4 h2
Δ f 0)+ −
(
81 h 4 81 h4 9 h4 3
+
24 h3 18 h3 6 h3
Δ f 0−0
)
¿ 3 hf 0 +
9h
2
Δf 0 +
6(
27 h 9 h 2
−
4 )
Δ f 0+
24
− (
81 h 81 h 9 h 3
18
+
6
Δ f0 )
9h 27 h 2 27 h 3
¿ 3 hf 0 + Δf 0 + Δ f 0+ Δ f0
2 12 72
Mengingat
Δf 0 =f 1 −f 0
2
Δ f 0 = Δf 1 −Δf 0= ( f 2−f 1 ) −( f 1 −f 0 ) =f 2 −2 f 1 +f 0
dan
3 2 2
Δ f 0 = Δ f 1− Δ f 0
=( Δf 2 −Δf 1 ) −( f 2 −2 f 1 + f 0 )
=( ( f 3 −f 2 )−( f 2 − f 1 ) ) −( f 2 −2 f 1 +f 0 )
=( f 3 −2 f 2 +f 1 )− ( f 2−2 f 1 + f 0 )
=f 3 −3 f 2 +3 f 1 −f 0
maka selanjutnya:
9h 27 h 27 h
¿ 3 hf 0 +
2
( f 1 −f 0 ) +
12
( f 2 −2 f 1 +f 0 ) +
72
( f 3 −3 f 2 +3 f 1−f 0 )
9h 9h 27 h 54 h 27 h 27 h 81 h 81 h 27 h
¿ 3 hf 0 + f 1− f 0+ f 2− f 1+ f 0+ f 3− f 2+ f 1− f
2 2 12 12 12 72 72 72 72 0
(
¿ 3 h−
9 h 27 h 27 h
+
2 12
−
12
f 0+ ) (
9 h 54 h 81 h
−
2 12 72
+ f 1+
27 h 81 h
12
−
72 ) (
f 2+
27 h
72 3
f )
27 h 81 h 81 h 27 h
¿ f 0+ f 1+ f 2+ f
72 72 72 72 3
3h 9h 9h 3h
¿ f 0+ f 1+ f 2+ f
8 8 8 8 3
3h
¿ ( f +3 f 1 +3 f 2 + f 3 )
8 0 ................................. (2)
Sedangkan kaidah Simpson 3/8 gabungan adalah
b
¿ i≠3,6,9 ¿¿ ¿ +f n ¿¿¿
n−1 ................................. (3)
Persamaan (3) ini mudah dihafalkan dengan mengingat pola suku-sukunya:
1, 3, 3, 2, 3, 3, 2, 3, 3, 2, ... , 2, 3, 3, 1
¿ i≠3,6,9 ¿¿ ¿ +f n ¿¿¿
n−1
7. Menentukan nilai integrasi sejatinya
Contoh soal:
Hitunglah integral dari
1, 125
1
∫ 1+x
dx
0 ,
1 3
dengan menggunakan aturan simpson 3 dan dan aturan simpson 8 gunakan
I xi f ( xi )
0 0 1
1 0.125 0.88889
2 0.250 0.80000
3 0.375 0.72727
4 0.500 0.66667
5 0.625 0.61538
6 0.750 0.57143
7 0.875 0.53333
8 1.000 0.50000
9 1.125 047059
1 3
6. Nilai Integrasi menggunakan aturan simpson 3 dan aturan simpson 8
1
a. Aturan simpson 3
( )(
1,125 n−1 n−2
1 h
∫ 1+x dx= 3 f 0 +4 ∑ f i + 2 ∑ f i + f n
0 i=1,3,5 i=2,4,6 1+4(0.88889)+2(0.80000)+4(0.72727)+ 2(0.66667) ¿ )¿ ¿¿
0.125 ¿
¿
3
¿
3
b. Aturan simpson 8
¿ i ≠3,6,9 ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
n−1
3(0 . 125) ( 1+3 (0. 88889 )+3(0 .80000 )+2(0 .72727 )+ 3( 0. 66667 ) ¿ ) ¿
= ¿ ¿
8 ¿
0.375 ( 1+ 2.66667 + 2.40000+1.45454+2.00001+1.84614+1.14286 ¿ ) ¿
= ¿ ¿¿
8 ¿
¿
7. Nilai Integrasi sejatinya
1, 125
1
∫ 1+ x
dx= ln ( 1+ x )|10 , 125
0
= ln 2,125 + ln 1
= 0.75377 – 0
= 0.75377
C. SINGULARITAS
fungsi f(x) = cos x/x jelas tidak terdefinisi di x = 0 (ujung bawah selang). Begitu
juga apabila perhitungan integrasi
menggunakan h = 0.1, titik diskrit di x =1 tidak dapat dihitung sebab fungsi f(x)
= 1/(x-1) tidak terdefinisi di x = 1. Fungsi yang tidak terdefinisi di x = t, untuk a
t
b, dinamakan fungsi singular.
Contoh:
Ubahlah fungsi integrasi
Misalkan
x = u 2 dx = 2u du
maka
D. METODE GAUSS – KUADRATUR
Integrasi numerik merupakan alat utama yang dapat digunakan untuk mencari
nilai aproksimasi jawaban untuk beberapa integral tentu yang tidak bisa
diselesaikan secara analitik. Berdasarkan cara pengambilan panjang interval,
aproksimasi integrasi terbagi menjadi dua bagian yaitu metode Newton-Cotes
dan metode Gauss-Kuadratur. Metode integrasi Gauss-Kuadratur merupakan
metode yang tidak menggunakan pembagian area yang banyak tetapi
memanfaatkan titik berat dan pembobot integrasi.
𝑦
𝑓(𝑥2) 𝑓(1)
𝑓(−1)𝑓(𝑥1)
-1𝑥1 𝑥21 𝑥
dengan w1 dan w2 adalah panjang interval yang akan ditentukan atau disebut
sebagai fungsi pembobot. Persamaan di atas dinamakan persamaan Gauss-
Kuadratur dua titik. Persamaan ini dapat diperluas menjadi 3 titik, 4 titik dan
seterusnya (Hamming, 1973).
dengan 𝑖 = 1,2,3, … 𝑛 menyatakan banyaknya titik argumen fungsi.
Sehingga untuk setiap jumlah 𝑛 titik evaluasi terdapat sebanyak 2𝑛 variabel
yang akan dicari nilainya.
Contoh