Anda di halaman 1dari 15

Notula Koordinasi dan Konsolidasi Forum PRB DIY

untukKeberlanjutan Program SPAB di DIY

Hari/Tanggal : Jumat/11 Agustus 2023


Waktu : 12.30-15.30 WIB
Lokasi : Aula BPBD DIY
Catatan : Seluruh pendokumentasian kegiatan ini, dimuat dalam tautan berikut:
https://drive.google.com/drive/folders/1lX9FBGFdVcWRNRJXol-ZCY_sSQqsLSNQ?
usp=sharing

Narasumber:
1. Arif Riyanto Budi Nugroho, ST - Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta (PSMB UPN VY)
2. Drs. Edy Heri Suasana, M.Pd. - Kwartir Daerah Gerakan Pramuka (Kwarda) Daerah Istimewa
Yogyakarta
3. Tim Apriyanto - Kamar Dagang dan Industri Nasional (KADIN) DIY / Dewan Pendidikan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Moderator:
1. M. Taufiq AR, S.IP, MPA - Forum Pengurangan Risiko Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta

Peserta (berdasarkan Surat Undangan):


1. Kepala Pelaksana BPBD DIY
2. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY
3. Kepala Dinas Sosial DIY
4. Kepala Dinas Kesehatan DIY
5. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk
DIY
6. Kepala Biro Bina Mental Spiritual Setda DIY
7. Koordinator Sabermas Bappeda DIY
8. Ketua Dewan Pendidikan DIY
9. Ketua KADIN DIY
10. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY
11. Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama DIY
12. Ketua BAPENA DPW PPNI DIY
13. Ketua Lembaga Resiliensi Bencana PWM DIY
14. Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim PWNU DIY
15. Ketua Kwarda Pramuka DIY
16. Ketua Palang Merah Indonesia DIY
17. Kepala/Ketua Badan Musyawarah Perbankan Daerah DIY
18. Kepala/Ketua Perbarindo
19. Direktur PT Bank BPD DIY
20. Kepala/Ketua Pusat Studi Bencana UGM
21. Kepala/Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana UPN
22. Kepala/Ketua Pusat Studi Bencana UAD
23. Kepala/Ketua Pusat Studi Bencana UMY
24. Kepala/Ketua Pusat Studi Bencana Unisa
25. Program Manager Safe School Plan International Indonesia
26. Direktur YAKKUM Emergency Unit
27. Direktur Perkumpulan Lingkar
28. Direktur RedR Indonesia
29. Direktur Human Initiative
30. Direktur Pujiono Center
31. Direktur KYPA
32. Direktur Yayasan Paluma
33. Sekretaris BPBD DIY
34. Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DIY
35. Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY
36. Kepala Bidang Logistik dan Peralatan BPBD DIY
37. Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD DIY
38. Koordinator Bidang I Forum PRB DIY
39. Koordinator Bidang II Forum PRB DIY
40. Koordinator Bidang III Forum PRB DIY
41. Koordinator Bidang IV Forum PRB DIY

Notulis:
1. Putu Hendra Wijaya

Pembahasan/Usulan/Paparan:
1. Kegiatan diawali dengan pengantar dari Bapak Enaryaka S.Kep.Ns., M.M., diikuti dengan doa
bersama
2. Kegiatan dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Drs. Noviar Rahmad, M.Si. selaku Plt.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (Plt.
Kalaksa BPBD DIY) yang sekaligus membuka kegiatan secara resmi:
a. Dewan Pengurus Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB DIY) sudah
berkoordinasi dengan Plt. Kalaksa BPBD DIY terkait Pengurangan Risiko Bencana
(PRB)
b. Pada 1-4 Agustus DIY dipilih menjadi tuan rumah pelaksanaan ASEAN Regional
Disaster Emergency Response Simulation Exercise (ARDEX) yang dilaksanakan oleh
BNPB untuk negara-negara anggota ASEAN. Hanya saja FPRB DIY saat itu dilibatkan,
karena kegiatan diatur oleh BNPB, sehingga BPBD DIY hanya mengikuti skenario
yang disusun oleh BNPB. Latihan-latihan seperti itu perlu diperbanyak, Kalaksa BPBD
DIY mendapatkan informasi bahwa Kementerian Pertahanan (Kemenhan) yang akan
melakukan kegiatan serupa, berupa TTX dan CPX di DIY. Waktunya belum diketahui
karena tanggal 18 Agustus baru akan diadakan rapat pendahuluan
c. Dengan adanya rilis dari BMKG terkait potensi gempa 8.7 SR, dan sudah adanya
patahan patahan, DIY menjadi perhatian seluruh pihak baik di Indonesia maupun di
negara lain. Sehingga mulai tertuju terkait bagaimana untuk melakukan mitigasi di
DIY
d. DIY sudah memiliki SPAB yang sudah dibentuk Sekretariat Bersama (Sekber)nya yang
berkedudukan di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY, yang
dihadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) dan semua stakeholder
e. Sudah terbentuk juga FPRB DIY dan kegiatan kegiatannya juga sudah berjalan. Drs.
Noviar Rahmad, M.Si. sebelum menjadi Plt. Kalaksa BPBD DIY, pernah mengikuti
Praktik Kerja Lapangan dalam rangka Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pada tahun
2017 di BPBD DIY. FPRB DIY sudah terbentuk lama, menurut pendapat di luar DIY,
FPRB DIY cukup aktif dan sebagai percontohan bagi daerah daerah lain. Harapannya
FPRB bisa berkontribusi bagi PRB di DIY. Sesuai dengan Sendai Framework for
Disaster Risk Reduction (SFDRR), kita tidak lagi fokus pada penanggulangan bencana
di fase tanggap daerurat, tapi sudah bergeser ke tindakan preventif berupa PRB.
Semua pihak telibat, tidak hanya BPBD. BPBD mempunyai peran yang sangat
strategis terutama dalam hal koordinasi, karena BPBD memiliki peran dalam
Koordinasi, sebagai Komando, dan juga sebagai Pelaksana. Saat ARDEX, Plt. Kalaksa
BBPD DIY mendapat peran sebagai Gubernur, sehingga menjadi Komando meski
menurut aturan Komando ada di Sekda. Tetapi karena Gubernur, Wakil Gubernur,
dan Sekda tidak hadir, maka Plt. Kalaksa BPBD DIY berperan sebagai Komando,
termasuk saat ada narasi dalam skenario simulasi dimana Gubernur dan BNPB
meninjau lokasi, maka Plt. Kalaksa BPBD bersama sama menaiki helikopter.
f. Pada tahun 2017 sudah ada kegiatan Sekolah Siaga Bencana (SSB), kemudian SMAB
(Sekolah dan Madrasah Aman Bencana), kemudian sekarang berubah menjadi
Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Sudah terbentuk Sekbernya termasuk
pengurusnya, tapi sampai hari ini belum pernah diadakan rapat koordinasi, terkait
sekretariatnya dimana, tugasnya apa, dan lain lain. Harapannya dengan diskusi hari
ini, kontribusi semua pihak untuk memberikan pemikirannya terhadap Sekber SPAB
DIY berupa pengalaman yang menguatkan implementasi SPAB di DIY. Yayasan Plan
International Indonesia (Plan) sudah menyampaikan asesmen di 24 sekolah, tahun
ini hingga tahun depan akan ada 100 sekolah. Dengan adanya kontribusi semua
pihak, kita bisa menggencarkan lagi implementasi SPAB. Data yang dimiliki BPBD DIY,
ada 8000 Satuan Pendidikan (SP), jadi untuk mengejar target implementasi SPAB
membutuhkan waktu yang cukup lama. Belum lagi saat terjadi bencana, kita tidak
bisa hanya membahas bencana gempa bumi. Ada bencana alam dan bencana non
alam, bencana alam dibagi menjadi 14 jenis dan di DIY sendiri ada 12. DIY beberapa
waktu lalu nyaris mengalami “bencana sampah”, itu juga menjadi bencana sosial
seandainya tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Sampai pagi ini masih terlihat
tumpukan sampah di pinggir jalan, yang kalau dibiarkan bisa menjadi bencana. Perlu
ada tindakan tindakan yang berbeda, jadi kalau terjadi gempa apa saja tindakan yang
diperlukan, tentu berbeda dengan erupsi gunung api, banjir, dan lain lain.
Kesiapsiagaan juga tentu berbeda, belajar dari pandemi Covid-19 selama 3 tahun. Di
awal-awal masa pandemi kita belum terlalu memahami, cenderung merasa takut,
sehingga jalan jalan masuk ke kampung ditutup dan mobil serta sepeda motor harus
disemprot dengan disinfektan. Drs. Noviar Rahmad, M.Si. sebelum menjadi Plt.
Kalaksa BPBD DIY saat akan melaksanakan apel anggota untuk pengawasan Covid-19
juga pernah dilarang untuk keluar oleh warga. Pemahaman warga hanya bahwa
Covid-19 mematikan, dan jika pihak luar datang maka akan membawa virus ke
dalam, maka Drs. Noviar Rahmad, M.Si. ke luar juga tidak diperbolehkan. Hanya saja
pada saat itu Drs. Noviar Rahmad, M.Si. sebelum menjadi Plt. Kalaksa BPBD DIY
membawa rompi Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, sehingga setelah
rompi ditunjukkan, dipersilahkan untuk ke luar. Tetapi saat berusaha masuk kembali
tidak diperbolehkan, padahal setiap melewati warga sudah memberikan masker.
Fenomena itu semata mata dikarenakan ketidaktahuan warga, artinya kita belum
memberikan edukasi kepada masyarakat. Di organisasi-lembaga peserta yang hadir
hari ini tentu sudah dilakukan edukasi-edukasi, terutama sekali masalahnya mungkin
bukan di edukasi tetapi kesiapan mental yang selama ini belum tersentuh oleh kita
semua. Kalau diibaratkan orang sedang berguru silat, jurus jurus sudah lengkap
semua tetapi saat akan dipraktikkan hilang semua. Sama juga saat terjadi gempa,
jangankan orang-orang yang sudah diberikan pendidikan PRB, kemarin pada tanggal
30 Juli pukul 20.00 terjadi gempa di DIY, Plt. Kalaksa BPBD DIY sudah paham bahwa
gempa tidak mematikan, tetapi justru bangunan yang tidak tahan gempa. Plt.
Kalaksa BPBD DIY langsung berlari keluar rumah, tiba tiba istrinya berteriak di kamar
mandi karena sedang sakit dan menggunakan kursi roda di kamar mandi, dan Plt.
Kalksa BPBD DIY kembali lagi ke dalam rumah untuk menggendong istrinya. Jadi saat
menghadapi bencana kita semua akan merasa panik, dan kepanikan ini perlu
dikelola. Kita tahu bahwa jika terjadi gempa kita harus lari ke bawah meja, tetapi
karena panik maka semua langsung lari keluar. Forum yang berbahagia hari ini,
sebagai kesempatan pertama bertemu Plt. Kalaksa BPBD DIY, untuk mendiskusikan
bagaimana kontribusi FPRB DIY dalam menciptakan SPAB. Ini tidak bisa hanya
diserahkan kepada salah satu pihak saja misalnya Plan, semuanya harus
berkontribusi untuk SPAB. Ada Pemantik Diskusi Pak Edy dan Pak Arif terkait
bagaimana kontribusi yang harus kita berikan sehingga bisa mengejar waktu yang
mepet. Saat ini sudah tahun 2023, sementara di 2030 sudah dicanangkan “Tangguh
Bencana”. Apakah mungkin kita bisa menciptakan DIY terlebih lagi Indonesia yang
“Tangguh Bencana” dalam waktu 7 tahun dengan melihat kondisi saat ini? Perlu ada
akselerasi atau percepatan bagaimana masyarakat kita bisa menghadapi bencana
yang tidak bisa diketahui secara pasti terjadinya.
g. Terima kasih diucapkan kepada peserta hari ini, diskusi FPRB DIY dinyatakan dibuka
secara resmi
3. Kegiatan dilanjutkan pengenalan tema, dan moderator, dan pemantik diskusi oleh Bapak
Enaryaka S.Kep.Ns., M.M.:
a. Sinergi dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah urusan bersama,
membutuhkan kerja sama aktor Pentaheliks, meliputi pemerintah, masyarakat,
dunia usaha, akademisi, dan media.
b. Tema kegiatan hari ini adalah Konsolidasi FPRB DIY dalam rangka implementasi SPAB
c. Pemantik Diskusi pertama adalah Bapak Arif Riyanto Budi Nugroho, ST mewakili
Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta (PSMB UPN VY), Pemantik Diskusi kedua adalah Bapak Drs. Edy Heri
Suasana, M.Pd. mewakili Kwartir Daerah Gerakan Pramuka (Kwarda) Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan Pemantik Diskusi ketiga adalah Bapak Tim Apriyanto
mewakili Kamar Dagang dan Industri Nasional (KADIN) DIY sekaligus Dewan
Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta
d. Bapak M. Taufiq AR, S.IP, MPA selaku moderator dipersilahkan untuk memfasilitasi
diskusi hari ini
4. Sesi pemantik diskusi dimoderasi oleh M. Taufiq AR, S.IP, MPA, dengan pengantar:
a. Tujuan pertama kegiatan ini adalah konsolidasi para pihak dalam mendukung hajat
bersama, bukan hanya hajat BPBD DIY atau FPRB DIY, dalam melindungi warga
khususnya anak anak di lingkungan SP melalui tajuk program SPAB
b. Tujuan kedua berkaitan dengan yang disampaikan Plt. Kalaksa DIY, DIY yang memiliki
5 Kabupaten/Kota, 78 Kapanewon/Kemantren, dan 438 Kalurahan/Kelurahan, serta
lebih dari 8000 SP dari PAUD, TK/RA, hingga SMA/MA/SMK, MAN dan pesantrennya.
Lebih dari 8000 SP tersebut yang meliputi lebih dari 500.000 jiwa penduduk, yang
sehari hari menghabiskan waktu minimal 6 jam, atau seperempat waktu hidupnya,
di SP. Ada 14 ancaman dimana 7nya adalah ancaman prioritas yang setiap saat
mengintai kita. Perlu dipastikan bahwa lokasi yang ditempati lebih dari 500.000 atau
sepertujuh populasi DIY itu, adalah lokasi yang aman. Sampai hari ini, dari 8000 SP
tersebut baru sekitar 240-an yang diintervensi dan dinyatakan sebagai SPAB, jadi
sekitar kurang dari 7%, belum mencapai seperempat belas, padahal 240an itu
dicapai dengan total waktu 7 tahun. Kita bisa membayangkan jika menggunakan
kecepatan yang sama, untuk mengecar target 8000 maka sampai anaknya Plt.
Kalaksa BPBD DIY lulus sekolah, menjadi Pegawai Negeri Sipil dan pensiun, maka
belum juga bisa terkejar. Perlu ada cara dan metode baru dan kebersamaan, untuk
mempercepat proses implementasi SPAB. Kemarin sore rekan-rekan dari DP3AP2
menyampaikan bahwa di DIY ada Sekolah Ramah Anak (SRA), yang setiap tahun
diformalkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur, ini bisa dijadikan celah untuk
sinergi. Ada juga NU dan Muhammadiyah di sini, Muhammadiyah dengan sekitar
lebih dari 400an SP, NU dengan sekian banyak pesantrennya. Bagaimana kita
masing-masing secara bersama-sama berkontribusi terkait itu. Dipastikan bahwa di
semua sekolah ada Gugus Depan Pramuka, bagaimana kemudian Pramuka bisa
berkontribusi bagi akselerasi pembentukan dan pengembangan SPAB. Kita punya
lebih dari 100 Perguruan Tinggi (PT) di DIY, tentunya PT sebagai SP sekaligus
lumbung pengetahuan dengan Tri Dharma Perguruan Tingginya meliputi pilar
pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, termasuk pendekatan
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), bagaimana bisa berkontribusi juga.
Identitas SPAB yang meliputi 3 pilar, bagaimana sarana dan prasarana di SP itu
tangguh bencana. Dari 8000 SP itu belum dilakukan asesmen, misalnya bangunan
yang kokoh bagaimana juga belum dilakukan. Mungkin ada yang tahan gempa tetapi
tidak tahan angin puting beliung, karena jenis ancaman di DIY cukup banyak. Secara
spesifik barangkali antara sekolah di satu desa dengan desa yang lain ancamannya
berbeda. Kita juga memiliki aktor aktor di dunia usaha, yang diharapkan bisa turut
diajak bersinergi, karena jika suatu daerah tidak aman maka investasi juga tidak akan
berjalan. 3 orang pemantik diskusi akan diminta memaparkan beberapa hal, dimana
prosesnya nanti tidak seperti seminar yang diakhiri oleh tanya jawab. Masing-masing
peserta akan diminta untuk menyampaikan perspektif sekaligus kontribusi yang bisa
diberikan dalam upaya akselarasi implementasi SPAB. Kita akan meminjam
perspektif dari PT, Kwarda, dan dunia usaha yang diwakilkan oleh KADIN. Sebagai
pemantik, mari kita ingatkan para Pemantik Diskusi karena ini adalah forum kita
bersama, maka maksimal waktu yang dialokasikan adalah 7 menit per Pemantik
Diskusi.
5. Sesi pemantik diskusi pertama difasilitasi oleh Pemantik Diskusi Bapak Arif Riyanto Budi
Nugroho, mewakili PSMB UPN VY:
a. PT merupakan salah satu sumber dari berbadai pemikiran yang ada, karena secara
kelembagaan memang tadi SPAB hanya dari PAUD sampai SMA sederajat, maka di
PT juga sebenarnya ada tetapi tidak seperti SPAB. Programnya disebut Kampus Siaga
Bencana, serupa seperti yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, seperti
biasanya setiap lembaga mengeluarkan panduan panduan masing-masing. Palang
Merah juga sudah mengeluarkan panduannya di tahun 2012. Kementerian
Kesehatan kemarin mengeluarkannya saat pandemi Covid-19. Kampus Siaga
Bencana ini sebenarnya sudah berjalan.
b. Dasar dari PT adalah Tri Dharma Perguruan Tinggi, meliputi:
i. Pengajaran dan Pendidikan
ii. Penelitian
iii. Pengabdian kepada Masyarakat
Ketiganynya dilaksanakan oleh mahasiswa secara khusus, maupun warga/komponen
kampus meliputi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Mahasiswa dan warga kampus merupakan agen perubahan, gerakan gerakan
kemahasiswaan harapannya tidak lepas dan mampu bersinergi dalam program SPAB
di DIY
d. Ada 105 PT atau kampus yang aktif di DIY sebagaimana telah dicek Bapak Arif
Riyanto Budi Nugroho, ST di LLDIKTI, meliputi lebih dari 700 program studi. Nantinya
ini bisa bersinergi dengan 3 pilar SPAB
e. 3 Pilar SPAB meliputi:
i. Sarana dan Prasarana SP meliputi fasilitas
ii. Manajemen bencana di SP
iii. Pendidikan PRB
3 pilar tersebut sangat bisa dikaitkan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Di DIY ini
ada berapa PT yang memiliki program studi Teknik Sipil, tentu bisa diidentifikasi.
Yang mempunyai program studi Teknik Arsitektur ada berapa. Itu bisa diberdayakan,
difungsikan, dan dikerja samakan, dalam rangka penilaian fasilitas di SP misalnya
terkait bagaimana sebuah bangunan itu bisa tahan gempa. PT yang jumlahnya
sangat banyak, di tahun 2006 PT-PT di DIY pernah membantu membuat tabel
penilaian apakha sebuah rumah itu layak dihuni atau tidak. Masih banyak juga
sarana dan prasarana lainnya yang sangat relevan untuk didukung oleh PT. Pilar
Kedua terkait manajemen risiko/bencana di SP, bisa dikuatkan melalui pengabdian
kepada masyarakat, dimana PT-PT bisa melaksanakan Kuliah kerja Nyata (KKN)
Tematik untuk mahasiswa, dan dosen-dosennya yang bisa menjadi
fasilitator/pelatih/pemateri, khususnya di sekolah sekolah. Sekolah di DIY sangat
beragam, misalnya ada Sekolah Luar Biasa, banyak PT yang sudah memiliki program
studi untuk kependidikan di sekolah bagi anak berkebutuhan khusus, ini merupakan
potensi besar di DIY. Pilar Ketiga berkaitan dengan PRB, dalam rangka pencegahan
dan penanganan. Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya di penelitian, akan
banyak mahasiswa yang bisa turut berkontribusi dengan melakukan penelitian baik
dari perspektif ilmu sosial maupun ilmu sains dan teknologi (Saintek). Contohnya
untuk SPAB ada rekan yang sedang melakukan penelitian mengenai Monitoring and
Evaluation (Monev) yang kemarin sudah dilaksanakan. Apakah Monev tersebut
diakukan oleh sekolah sekolah karena inisiatif/kesadaran internal, atau justru karena
adanya paksaan programatik dari luar? Semoga segera dipublikasikan hasilnya,
termasuk juga kajian kajian lainnya seperti tindakan kelas.
f. Mungkin rekan-rekan dari PT juga nanti bisa menyampaikan kegiatan kegiatan yang
sudah dilaksanakan, yang bisa mendukung implementasi SPAB di DIY.
6. Moderator menanggapi paparan dari pemantik diskusi pertama, dengan menyoroti Tri
Dharma Perguruan Tinggi dan 3 Pilar SPAB, serta bagaimana rekan-rekan Universitas Ahmad
Dahlan (UAD), Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), Universitas Gadjah Mada (UGM),
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bisa berkontribusi terkait urgensi yang ada, misalnya
yang telah dibahas kebutuhan terkait asesmen sarana dan prasarana. Ada juga kebutuhan
fasilitator, direfleksikan pada jumlah 8000 SP yang ada dan dibandingkan 400an fasilitator
yang ada. Di program BPBD DIY sebelumnya sudah didata bersama Bapak Mahujud. Ada juga
90 atau 100 fasilitator yang dikelola oleh Plan. Kemudian Human Initiative (HI) DIY kemarin
Bapak Agus dan rekan-rekan sudah melakukan Training of Trainer (TOT). Di MDMC juga ada,
barangkali di LPBI NU juga ada. Kemudian di bulan depan rencananya Pujiono Centre dengan
beberapa organisasi juga akan menyelenggarakan TOT. DIY mungkin tidak begitu kuat dalam
hal pendanaan, tetapi dalam hal gotong royong tentu berlebih. Keguyuban ini adalah modal
sosial yang perlu dikapitalisasi. Hanya perlu didiskusikan nanti bagaimana sinerginya dengan
PT termasuk dalam rangka penelitiannya, kita akan memohon tanggapan dari rekan-rekan
PT yang lainnya.
7. Sesi pemantik diskusi kedua difasilitasi oleh Pemantik Diskusi Bapak Drs. Edy Heri Suasana,
M.Pd., mewakili Kwarda DIY:
a. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 dinyatakan
gerakan Pramuka merupakan organisasi pendidikan non formal dan berstatus Badan
Hukum, jadi merupakan bagian dari SP.
b. Pramuka memiliki Kesatuan Pendidikan, berupa Gugus Depan (Gudep). Gudep ini
meliputi yang berbasis SP misalnya sekolah/madrasah, dan Gudep yang berbasis
komunitas. Gudep Berbasis Komunitas ini yang belum begitu diperhatikan
masyarakat, yang dapat berupa komunitas kewilayahan, komunitas keagamaan,
komunitas profesi, komunitas organisasi kemasyarakatan dan komunitas lain. Ini
yang belum begitu dikenal masyarakat, padahal itu termasuk SP.
c. Ditampilkan juga kebencanaan di tahun 2019 dan data kerusakan sekolah yang tentu
FPRB DIY sudah cukup menguasai
d. SP di seluruh Indonesia jumlahnya lebih dari 523.633 yang lebih dari 75%nya
gedungnya dibangun di daerah berisiko. Dari 75% itu lebih dari 10.000 memiliki
potensi dampak bencana. Ditinjau dari jumlah peserta didik, dengan data Oktober
2019, peserta didik di Indonesia 60.045.616 yang lebih dari 45 jutanya bersekolah di
daerah berisiko. Lebih dari 10 jutanya siswa terdampak bencana. Dalam
berkontribusi terhadap perwujudan Gudep Aman Bencana (GDAP), baik Gudep yang
berbasis/berpangkalan di sekolah maupun di komunitas, diterapkanlah kerangka
implementasi berupa kebijakan dan strategi penerapan GDAP dari tingkat nasional,
kemudian peningkatan dan pengembangan kapasitas pembina Pramuka sebagai
fasilitator SPAB GDAP, kemudian capaian implementasi SPAB berbasis Gudep, dan
terwujudnya Duta Muda PRB dari Kepramukaan, kemudian menumbuhkembangkan
budaya dan lifestyle kesiapsiagaan darurat bencana.
e. Kebijakan gerakan Pramuka dari 2014-2045 disusun dengan asumsi pada saat 1 abad
Indonesia merdeka maka kondisi masyarakat nanti seperti apa, kemudian dibuat
tahapan tahapan, salah satunya di 2018-2023 yang meliputi adanya komisi
pengabdian masyarakat. Di Pramuka ada potensi pengembangan Pramuka Peduli
Penanggulangan Bencana (PP PB), melalui penerapan SPAB Gudep yang
berkelanjutan.
f. Dilihat dari Program Prioritas Kwartir Nasional (Kwarnas) 2022-2023, akhir tahun ini
nanti akan ada Musyawarah Nasional Gerakan dan perubahan kepengurusan. Dari
Program Prioritas itu secara khusus di Program Prioritas Ketujuh, telah disusun
berkaitan dengan “menciptakan gerakan kerelawanan dan kepedulian yang kuat,
terpercaya, dan masif sebagai bukti positif keberadaan gerakan Pramuka bagi
masyarakat, bangsa dan negara”. Inilah potensi untuk berkontribusi dalam
perwujudan SPAB.
g. Jumlah Gudep dan Pembina yang ada di seluruh Indonesia, berdasarkan data di
bulan Juli 2018 yang diperbarui pada tahun 2022 meski belum kami diterima
rekapannya. Jumlah provinsi ada 34 Kwarda meski memang baru baru ini ada
pemekaran menjadi 38 provinsi. Unuk Kwartir Cabang (Kwarcab) berjumlah 548,
dengan jumlah Satuan Gudep Siaga 233.053 beserta Pembina yang berjumlah
11.213, Satuan Gudep Penggalang 415.276 beserta Pembina yang berjumlah 17.446,
Satuan Gudep Penegak 186.029 beserta Pembina yang berjumlah 6.572, dan Satuan
Gudep Pandega 5.439 beserta Pembina yang berjumlah 669, dengan demikian total
Gudep adalah sejumlah 939.797 beserta Pembina yang berjumlah 35.900. Sebaran
Gudep sebanyak 90% berpangkalan di sekolah/perguruan tinggi dan sisanya
berpangkalan di nonsekolah. Pembina disyaratkan memiliki Sertifikat Membina
minimal Kursus Mahir Dasar dan Tingkat Lanjut.
h. PP PB diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi anggota
gerakan Pramuka mengenai berbagai masalah yang terkait dengan upaya PB dan
upaya pencegahan terjadinya bencana, melaksanakan koordinasi dengan unsur
terkait dalam PB, dan ikut serta membantu mengatasi keadaan darurat dalam
bentuk bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang terkena bencana. Sehingga
telah diatur juga apa saja peran PP PB pada tahapan prabencana, saat bencana, dan
pascabencana.
i. Komitmen Awal Kegiatan Implementasi Edukasi Kebencanaan berbasis Pramuka
sudah muncul di tahun 2019 melalui MoU antara BNPB dan Kwarnas, dilanjutkan
dengan perjanjian kerja sama antara BNPB dan Kwarnas. Sehingga Pramuka terlibat
dalam PB pada tahap prabencana, saat bencana, dan pascabencana. Sudah
diterbitkan juga modul modul siaga bencana bagi pembina Pramuka, kemudian buku
Saku Pramuka Siaga Bencana baik untuk Siaga, Penggalang, dan Penegak.
j. Prisip implementasi GDAP meliputi Partisipatif dan Berkelanjutan, sampai kemudian
terwujud kemitraan dengan melibatkan aktor Pentaheliks.
k. Proses implementasi SPAB berbasis Gudep Pramuka meliputi:
i. Input
ii. Proses Binbingan Teknis (Bimtek)
iii. Output
l. Selanjutnya dipaparkan jg Alur dan Tahap Pelaksanaan SPAB berbasis di Gudep, dan
Pendekatan SPAB yang Komprehensif
8. Moderator menanggapi paparan dari pemantik diskusi kedua, dengan menyoroti sumber
daya yang dimiliki Pramuka berupa Gudep dan sumber daya pembinanya, termasuk jg
Gudep yang berbasis komunitas. Ini perlu disinergikan dengan SPAB, bisa saling mengisi
dengan rekan rekan PT. Kita mencoba berbagi sumber daya, expertise, antara satu dengan
yang lain. Karena masing-masing peserta forum ini, organisasi/lembaga tentunya berdaya,
memiliki kompetensi dan sumber daya yang bisa dirajut menjadi resultan yang lebih
produktif kedepannya.
9. Sesi pemantik diskusi ketiga difasilitasi oleh Pemantik Diskusi Bapak Tim Apriyanto, mewakili
KADIN DIY sekaligus Dewan Pendidikan DIY:
a. Bapak Tim Apriyanto sudah berkecimpung di dunia LSM, khususnya di Society for
Health, Education, Environment, and Peace (SHEEP), yang berbasis di DIY. Pertama
kali diterjunkan ketika melakukan asesmen pertama di Meulaboh saat respons
bencana tsunami di Aceh pada tahun 2004. SHEEP memimpin koordinasi tanggap
darurat di bulan Januari 2005, saat ini Bapak Tim Apriyanto adalah bagian dari
KADIN DIY.
b. Klaus Schwab, Founder dan Managing Director, Executive Chairman dari World
Economic Forum (WEF), mengatakan bahwa di dunia bisnis sekarang, di dunia
industri masa depan, tidak lagi bisa diibaratkan dimana ikan kecil dimakan oleh ikan
besar, tetapi ikan yang lebih cepat akan mendahului ikan yang lebih lambat. Ini
menggambarkan/mengilustrasikan paradigma dunia usaha, dunia ekonomi, dunia
bisnis masa depan, dimana kita tidak lagi bicara mengenai besar dan kecilnya, tapi
bicara mengenai mana yang lebih cepat dan mana yang lambat.
c. Bicara tentang ekonomi, Indonesia merupakan negara yang diprediksi oleh Bank
Dunia akan mengalami pertumbuhan ekonomi paling bagus di dunia. Meski muncul
perdebatan di para ahli ekonomi makro, bahwa pertumbuhan ekonomi ini besar
tetapi dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang relatif kecil dibandingkan negara
negara maju. Terlepas dari hal itu, Indonesia diprediksi Bank Dunia akan mengalami
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9%. International Monetary Fund (IMF)
memprediksi pertumbuhannya sebesar 5%. Dunia sendiri diprediksi hanya
mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 1,7%, yang kemudian menimbulkan
ancaman resesi ekonomi, yang tentu perlu diperhitungkan dari sisi kerentanan
bencana. Uni Eropa diprediksi pertumbuhan ekonominya 0% di 2023, sementara
Republik Rakyat Tiongkok diprediksi pertumbuhan ekonominya sebesar 4,3% dan
Amerika Serikat 0,5%.
d. Bapak Tim Apriyanto menampilkan video yang mengilustrasikan pergeseran industri
1.0 hingga 4.0, dimana posisi teknologi yang pada jaman dahulu berguna untuk
menjadi alat mensejahterakan masyarakat sebagai pengungkit pertumbuhan
ekonomi, kini justru akhirnya menjadi ancaman bagi manusia. Teknologi banyak
mendisrupt tidak hanya sektor ekonomi, tetapi perilaku dan pendidikan serta hal hal
lain dalam hidup kita. Ancaman kedepannya adalah, teknologi yang kian maju
misalnya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), otomasi, kemudian robot,
dan penggunaan teknologi digital lainnya, diperkirakan akan
mengurangi/menghilangkan 83 juta pekerjaan, sebagaimana dilaporkan oleh WEF.
Tapi meski 83 juta pekerjaan akan hilang, akan diperkirakan 69 juta pekerjaan baru.
Apakah di konteks DIY berlaku demikian? Iya, setiap hari ada industri dengan pekerja
yang banyak, yang menyampaikan hal hal yang sebetulnya tidak cukup
menggembirakan meski mereka masih survive. Ini menggambarkan keterampilan
masa depan (future skill) apa yang kedepan akan dibutuhkan, misalnya AI tadi. Ini
nanti akan berhubungan langsung dengan sektor pendidikan.
e. Berikutnya adalah terkait peran dunia usaha dalam mendorong implementasi SPAB.
Bapak Tim Apriyanto juga terlibat sebagai Sekretaris Dewan Pendidikan DIY,
sehingga dalam kapasitas itu beliau bisa menyampaikan apa saja nanti peran Dewan
Pendidikan dalam mendorong munculnya atau kuatnya atau tangguhnya konsep
sekolah aman bencana.
f. Ketika bicara mengenai sekolah aman bencana, bahwa ekosistem yang akan kita
hadapi adalah ekosistem milenial. Dalam menghadapi ekosistem milenial yang
jumlahnya cukup besar di Indonesia, yang memiliki cara pikir jauh berbeda dengan
generasi sebelumnya. Generasi sebelumnya masih peduli dengan norma, teori,
etika, dan lain lain, tetapi anak anak sekarang ini dimnulai dari Gen Z yang jumlahnya
145 juta ini hanya peduli pada data. Kita sudah memasuki masa post-truth, kalau
kita mengajarkan sesuatu tentang kebencanaan ke anak anak didik kita nanti,
pemahaman dan mindset mereka sudah berbeda. Ada ilustrasi mengenai memberi
pengajaran atau ilmu. Yang pertama diibaratkan menebar benih di jalanan, dimana
benihnya bisa terhempas angin, terinjak orang, dimakan burung, dan ilmunya hilang.
Yang kedua diibaratkan menebar benih di semak belukar, benihnya bisa tumbuh
tetapi tidak subur. Yang ketiga diibaratkan menebar benih di tanah yang subur,
benihnya tumbuh berkembang menjadi pohon besar dan bisa berbuah. Dalam hal
ini, ketika bicara tentang SPAB, ilustrasi apa yang ada di gambaran kita? Dengan
ekosistem Gen Z dengan 145 juta orang ini, apakah kita akan membiarkan benih
jatuh di jalan atau di semak belukar, atau di tanah yang subur? Ini membutuhkan
pemikiran kita, misalnya dalam hal yang pertama terkait framework,
pendekatan/kerangka pengelolaan risiko bencana kita harus harus berbeda, analisis
PRB kita harus berbeda dari yang usdah ada, karena ada faktor teknologi yang itu
membuat/mendisrupt semuanya misalnya lanskap ekonomi, future skill, mindset,
dan sebagainya. Yang kedua selain framework, secara otomatis rencana aksi dan
sebagainya harus berubah, mindset kita terkait PRB barus berubah.
g. Bapak Tim Apriyanto sempat berdiskusi dengan Bapak M. Taufiq AR, S.IP, MPA, dan
Ibu Herlina, termasuk Bapak Drs. Edy Heri Suasana, M.Pd. dan Bapak Drs. Noviar
Rahmad, M.Si. juga, mengenai beragamnya nomenklatur isu pembangunan yang
berbeda beda, yang kemudian diteruskan menjadi program yang berbeda-beda,
yang akan menyebabkan sekolah kebingungan. Ada SRA, ada Sekolah Aman
Bencana, ada Ideologi Pancasila, ada program KPK, BKKBN, dan lain lain. Setiap
lembaga memiliki ego sektoral yang berkaitan dengan isu administratif,
pertanyannya adalah, apakah DIY akan menggunakan pendekatan seperti itu atau
justru Pentaheliks itu tidak sekedar menjadi jargon tapi benar benar melibatkan
semua yang hadir di sini.
h. KADIN DIY maupun Dewan Pendidikan siap untuk mendukung setidaknya dalam
optimalisasi penggunaan dana CSR. Di sisi kebijakan bisa jg disusun kebijakan agar
dunia industri juga mengintegrasikan pekerjaan dan rencana bisnis mereka dengan
FPRB di tingkat lokal. Bapak Tim Apriyanto meminta Moderator untuk mengingatkan
KADIN DIY agar mengeluarkan kebijakan yang mendorong KADIN Daerah Tingkat 2
termasuk industri untuk melibatkan FPRB dalam rangkap optimalisasi sumber
daya/program, dengan timbal balik KADIN dilatih dan diubah mindset PBnya dari
respons menuju PRB. Lebih dari 75% anggota KADIN masih berorientasi apda
respons, belum seperti peserta diskusi hari ini yang sudah memiliki mindset PRB.
KADIN Indonesia di bawah BKU Koordinator Bidang Peningkatan Kualitas Manusia,
Riset Teknologi dan Inovasi, semacam Menteri Koordinatonya yang membawahi
sekitar 1000 pengurus lebih di Jakarta, sudah dibentuk KADIN Virtual Business
Disaster Operation Center (KADIN VBDOC), yang workshopnya dahulu dilaksanakna
di DIY. Meski memang masih di tataran konsep, dan implementasinya masih jauh
dari yang diharapkan, minggu depan Bapak Tim Apriyanto akan menghadiri Rapat
Kerja Nasional (Rakernas) Bidang Organisasi KADIN, dan akan disampaikan di sana
hasil diskusi pertemuan hari ini. Kemudian pada 17 Agustus rencananya akan
dilaksanakan upacara Hari Kemerdekaan di Ibu Kota Negara baru, melibatkan KADIN
seluruh Indonesia.
10. Moderator menanggapi paparan dari pemantik diskusi ketiga, khususnya terkait komitmen
KADIN, yaitu:
a. Optimalisasi penggunaan dana CSR
b. Kebijakan dunia usaha dan industri untuk mengintegrasikan perspektif PRB dalam
rencana bisnis di tingkat lokal
Komitmen kedua sifatnya reciprocal benefit, kebermanfaatan kedua pihak. Kalrena jika
hanya mengandalkan dari APBN bisa jadi tidak cukup untuk kegiatan PRB.
11. Bapak Tim Apriyanto turut menambahkan informasi berkaitan dengan peran beliau di KADIN
DIY sekaligus di Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) yang menjabat sebagai Wakil Ketua
Bidang Ketenagakerjaan, telah dilakukan upaya upaya untuk menjaga industri yang
menghadapi tekanan global sedemikian berat, misalnya banyak pabrik besar yang
karyawannya ribuan kini sudah turun hingga 50%, bahkan kurang lebih ada 23 industri yang
karyawannya lebih dari 500 orang, kini pesanannya sudah turun drastis. Peran KADIN DIY
dan APINDO adalah untuk mencegah PHK dari sektor ketenagakerjaan, karena jika terjadi
dalam jumlah yang ratusan atau bahkan ribuan, maka itu akan berkontribusi terhadap
kerentanan di wilayah.
12. Moderator menyampaikan bahwa jika sampai terjadi PHK maka bisa merembet
permasalahannya ke Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), karena kalau social safety
netnya bergeser ke sektor informal, maka identik pada penggunaan lokasi lokasi ilegal yang
akan menjadi tugas Satpol PP terkait penertibannya. Konon katanya urusan ini diametral
dengan upaya penanggulangan kemiskinan, karena jika Satpol PP melakukan operasi maka
penduduk miskinlah yang akan terjaring dan akhirnya meningkatkan kemiskinan. World Risk
Index (WRI) yang setiap tahun dikeluarkan bisa diamati ada trend di 2020, 2021, 2022
menuju 2023, risiko global terbesar adalah karena environmental carrier, jadi kegagalan
karena kualitas lingkungannya, baik dalam mitigasi maupun adaptasi. Kemudian jenis jenis
bencana yang terkait dengan itu juga dampaknya sangat luar biasa. Pandemi Flu Spanyol di
tahun 1918 perulangannya setiap 100 tahun, kedepan diproyeksikan perulangannya lebih
cepat dari itu. Nanti rekan dari Pusat Studi Bencana UAD yang berlatar belakang disiplin ilmu
medis bisa memberikan perspektif terkait itu, betapa kemudian kedepannya jenis ancaman
bencana berkembang. Termasuk juga bagaimana nantinya dalam konteks SPAB itu juga kita
memitigasi hal hal semacam itu. Moderator mengundang peserta untuk memberikan
respons terkait kontribusi yang bisa diberikan terkait itu, berdasarkan clustering pemantik
diskusi tadi. Saya lihat di sini ada perwakilan dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) DIY,
mitra kita bersama. Harapannya kemitraan kita dengan BPD juga bisa bersifat reciprocal,
bagaimana skema skema ativitasnya bisa bersinergi di dalam mendukung PRB utamanya
melalui SPAB. Banyak hal misalnya BPBD dalam bencana kekeringan banyak terlibat
meskipun memang masih lebih dominan di fase respons atau tanggap darurat. Bagaimana
nanti kontribusi pada konteks PRB utamanya ketangguhan di tingkat SP bisa disinergikan.
Respons ini dialokasikan maksimal 2,5 menit per peserta yang dipersilahkan, yang pertam
diundang untuk memberikan respons adalah rekan-rekan PT sesuai urutan cluster pemantik
diskusi tadi, mungkin dimulai oleh UAD, UNISA, kemudian UGM.
13. Ibu Novi Peserta dari Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM menyampaikan bahwa di tahun lalu
PSBA mendampingi program PRB berupa pelatihan peningkatan kapasitas guru SD, meski
hanya sebagai narasumber di salah satu sesi. Di tahun ini PSBA memiliki program khusus
pengabdian kepada masyarakat dengan memfasilitasi pembentukan SPAB di SMP/SMA
Kesatuan Bangsa Bantul. Kesatuan Bangsa memiliki keunikan dimana tidak hanya
menyediakan layanan pendidikan sekolah tetapi juga hunian berupa asrama yang cukup
kompleks. Dalam proggram ini PSBA bekerja sama dengan Perkumpulan Lingkar.
14. Bapak Agustian Peserta dari Pusat Studi Mitigasi dan Penanggulangan Bencana (PSMPB)
UAD, mewakili Ketua PSMPB yang hari ini berhalangan hadir, menyampaikan bahwa PSMPB
UAD sedang melaksanakan beberapa kegiatan, yaitu:
a. Pelatihan Kesadaran Bencana
Di Kampus 4 UAD, pelatihan dilaksanakan menggunakan media penunjang berupa
Virtual Reality (VR), jadi peserta yang menggunakan kacamata VR akan diajarkan
terkait kesadaran bencana. Apa saja yang harus dilakukan ketika bencana terjadi,
apa saja yang tidak boleh dilakukan, dan juga pengalaman terkait penyiapan Tas
Siaga Bencana, termasuk di dalamnya proses memasukkan secara langsung botol air
minum, makanan, dan lain lain. Setelah itu akan disimulasikan situasi bencana, dari
proses mencari jalan keluar dari gedung dengan menghindari api dan ancaman
lainnya, sampai mendapatkan pelayanan kesehatan
b. Pendidikan Kebencanaan di SD Aisyiyah dan SD Negeri
Materi yang disampaikan terkait Pertolongan Pertama Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat (PPGD), bagaimana penerapan pilar pilar SPAB, juga dengan
menggunakan VR. Di setiap tahun di Fakultas Kedokteran dilaksanakan juga
pameran yang secara rutin mengumpulkan siswa-siswi SMA/SMK se-DIY untuk
mengenal program studi kedokteran termasuk di dalamnya kesadaran bencana.
c. Kurikulum
Di Fakultas Kedokteran sendiri secara reguler setiap semester ada sistem non blok
dan blok. Di sistem blok sudah memuat kurikulum kebencanaan, mulai dari kerangka
dasar kebencanaan, penanggulangan bencana, dan lain lain, hingga simulasi antara
dengan berformat TTX, dan juga modelling serta manajemen Rumah Sakit,
manajemen klinis kesehatan masyarakat dalam status darurat bencana. Di akhir
ditutup dengan simulasi besar di Fakultas Kedokteran
15. Moderator menanggapi dengan menyampaikan bahwa informasi ini bisa dimanfaatkan oleh
rekan rekan Sekber, termasuk para fasilitator atau peserta SPAB, untuk juga bisa diajak
berkunjung untuk mencoba pembelajaran menggunakan media VR.
16. Bapak Wawan Peserta dari Pusat Studi Perempuan Keluarga, dan Bencana (PSPKB) UNISA
menyampaikan bahwa UNISA di Fakultas Kesehatan sudah tersedia kurikulumnya berkaitan
dengan kebencanaan, di program studi program studinya. UNISA belum implementasi secara
penuh terkait Kampus Siaga Bencana, mungkin di DIY yang sudah adalah Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan (Potekkes Kemenkes). UNISA akan juga
mengimplementasikannya ke arah Kampus Siaga Bencana. PSPKB UNISA lebih menyoroti
bagaimana perempuan dan keluarga bisa terlibat di semua fase penanggulangan bencana,
salah satunya aspek ecology gender. PSPKB UNISA mengusulkan mungkin universitas perlu
membuat forum, meski memang khawatirnya nanti bisa terjadi fenomena “forum di dalam
forum”, tapi mungkin penting juga karena di universitas ego sektoralnya cukup tinggi.
Beberapa fakultas atau program studi di dalam universitas itu sendiri biasanya memiliki
fokus tersendiri. Di organisasi organisasi mahasiswa, animo untuk diterjunkan ke lapangan
sangat tinggi, tetapi masih minim pengalaman dan keilmuannya sehingga perlu digalakkan
lagi di aspek itu. Barangkali ada program/kegiatan yang bisa dimanfaatkan untuk
implementasi SPAB khususnya untuk menjawab kekurangan fasilitator tadi. Terkait KKN
mungkin bisa dilibatkan LPPM LPPM dari kampus yang melaksanakan KKN di daerah DIY,
agar mahasiswa juga difokuskan ke implementasi SPAB bekerja sama dengan stakeholder
lain misalnya terkai optimalisasi dana CSR tadi. PSPKB UNISA membuka diri untuk peluang
peluang kerja sama dengan berbagai pihak, karena baru lahir sekitar 2 tahun yang lalu jadi
bisa mengeksplorasi peluang penelitian yang lebih luas
17. Peserta dari BPD DIY secara khusus di bagian yang mengelola CSR. Dalam kaitan dengan
SPAB, mulai 2020 sudah terlibat di implementasi SRA. Semakin kesini di 2023 semakin
meluas cakupan programnya seiring dengan bertambahnya dana CSR yang disalurkan. BPD
DIY fokusnya sementara ini lebih ke UMKM dalam upaya penanggulangan kemiskinan
18. Moderator menanggapi dengan mengaitkan program SRA sebagaimana disinggung pemantik
diskusi ketiga Bapak Tim Apriyanto, agar bisa komplementer dengan SPAB. Kemudian
dipersilahkan Peserta yang mewakili Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)/Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM)
19. Dimas Panji Agung Rohmatulloh Peserta dari Pujiono Centre menyinggung terkait jumlah
500.000 jiwa yang terpapar bencana, atau setiap harinya berinteraksi di dalam lingkungan
SP. Budaya aman di Indonesia mungkin bisa didorong dalam rangka mengejar target
implementasi SPAB yang memerlukan akselerasi ini, melalui misalnya kegiatan safety
briefing khususnya di SP SP unggulan yang sumber daya digital dan teknologinya mumpuni.
Safety Briefing dilakukan sebelum kelas dimulai, atau misalnya di sesi sesi pertemuan KADIN
DIY juga. Karena jika program SPAB hanya dilakukan sekali saja meskipun durasinya
beberapa hari, tidak begitu melekat di peserta program. Dengan adanya doktrin
menggunakan media video, atau penggunaan media pembelajaran digital di lingkungan
kampus, seperti jalur evakuasi dan lain lain. Harapannya fasilitator SPAB bisa berfokus pada
hal hal yang sifatnya teknis, misalnya simulasi atau aktualisasinya, dibandingkan harus
memaparkan informasi informasi terkait SPAB dari awal, kira kira Safety Briefing
membutuhkan waktu sekitar 2-3 menit. Melihat paparan dari Kwarda Pramuka, pengalaman
di gerakan Pramuka dahulu yang cenderung yang berfokus pada kegiatan di luar ruangan
misalnya di hutan, sepertinya saat ini sudah mulai berkembang ke arah urban boy scout,
bagaimana melakukan evakuasi, cara membaca peta buta, dan lain lain. Itu bisa mendorong
kemandirian siswa-siswi, sejalan dengan yang disampaikan oleh Bapak Tim Apriyanto tadi
terkait bergesernya paradigma generasi muda khususnya Gen Z. Sesuai kata kata Aristoteles
“Educating the mind without educating the heart is not education at all”. Tanpa
mengedukasi hati kita terkait kesadaran bahwa bencana adalah tanggung jawab bersama,
maka tidak akan terjadi perubahan yang signifikan. Selain itu varian baru Covid-19 sudah
masuk ke Indonesia sehingga perlu menjadi perhatian bersama.
20. Peserta dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menyampaikan bahwa ada banyak
potensi kerja sama, misalnya yang sedang dieksplorasi oleh PPNI dan beberapa mitra terkait
Inter-professional Collaboration (IPC). Ini bisa menjadi bahan untuk pembelajaran bisa
berupa penugasan untuk mahasiswa di PT. Dari 2900 sekolah yang ada di ranah BPBD baru
55 yang aman bencana, sehingga ini membutuhkan arahan lebih lanjut. Selain itu PPNI yang
berbasis di Rumah Sakit atau Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), juga bisa bermitra
dengan PMR di sekolah sekolah untuk turut berkontribusi dalam akselerasi SPAB. Bisa juga
kita mengikuti Kementerian Agama (Kemenag) yang secara masif melakukan sertifikasi, jadi
bisa dibuat semacam sertifikasi sekolah aman bencana, berdasarkan parameter parameter
seperti kondisi bangunan dan lain lain.
21. Bapak Aris dari Perkumpulan Lingkar menyampaikan bahwa terkait SPAB memang sudah
banyak terlibat, termasuk dalam kegiatan kegiatan Bimbingan Teknis, khususnya untuk
mendorong budaya aman. Jadi tidak hanya dalam rangka tuntutan proyek/program, karena
banyak juga sekolah yang hanya mengejar status SPAB dalam rangka menaikkan ranking
sekolah. Di dalam SPAB tidak hanya meliputi materi simulasi, tetapi beberapa sekolah berani
menyatakan diri sebagai SPAB padahal baru sekedar melaksanakan simulasi. Perlu digali
lebih jauh dari hasil Monev SPAB, kajian dan analisis terkait data yang sudah terkumpul,
termasuk yang dibahas di dalam diskusi Peta Jalan SPAB lalu, apakah 1 kali pertemuan saja
sudah bisa dianggap optimal sebagai SPAB. Perjalanan mencapai target capaian SPAB
memang sangat lambat, belum maksimal keterlibatan masyarakatnya, serupa dengan
implementasi Desa Tangguh Bencana (Destana). Destana layaknya SP memiliki tanggung
jawab untuk melindungi warganya. Maka perlu diintegrasikan antara Destana dan SPAB,
karena bisa saja ada sekolah yang berlokasi di sebuah desa. Banyak Taruna Siaga Bencana
(Tagana) yang menawarkan diri sebagai fasilitator untuk optimalisasi SPAB yang
komprehensif, mungkin di pilar 2 dan 3 dulu karena yang pilar 1 membutuhkan
kualifikasi/kompetensi keinsinyuran. Perkumpulan Lingkar siap saja untuk turut terlibat,
sebagaimana telah disampaikan PSBA UGM dalam hal memfasilitasi SPAB di SMP/SMA
Kesatuan Bangsa, dimana yang difasilitasi tidak hanya saat jam belajar mengajar, tetapi juga
lantai 4nya yang digunakan sebagai asrama.
22. Moderator meminta Plt. Kalaksa BPBD DIY untuk menanggapi seluruh diskusi yang
berlangsung
23. Plt. Kalaksa BPBD menanyakan apakah kerja kerja/inisiatif yang disampaikan di dalam forum
ini, sudah terlaporkan ke BPBD DIY? Misalnya BPD DIY sudah melakukan program tertentu,
UGM sudah melakukan pembentukan SPAB, apakah BPBD DIY sudah mendapatkan laporan
laporannya mengingat fungsi BPBD yang sifatnya koordinatif. Agar kerja kerja/inisiatif
anggota forum tidak dilaksanakan secara sendiri sendiri. Apa yang dilakukan oleh para
anggota forum harapannya bisa terukur secara menyeluruh. Perlu ada indikator untuk
mengukur apakah suatu SP bisa dianggap SPAB atau belum, agar tidak terjadi kasus kasus
baru satu kali simulasi ternyata sudah merasa SPAB. Jangan jangan setelah dinyatakan SPAB
tapi hanya melalui proses yang singkat, lalu saat bencana terjadi malah menimbulkan korban
yang besar. Selain itu IPC tadi menarik, bagaimana bisa dirumukan siapa melakukan apa dan
tempatnya, layaknya implementasi/penggunaan dana CSR di DIY ini yg sifatnya tidak
terkendali. Banyak dana CSR yang masuk, tetapi data CSR mana perusahaan yang mana,
melakukan program dimana, itu belum banyak terdokumentasikan. Meski sudah ada Forum
CSR, tapi masih banyak perusahaan yang masuk ke lokasi sendiri sendiri, contohnya BNI
pernah melakukan penanaman Mangrove untuk mencegah abrasi, lalu ada perusahaan lain
yang juga ikut masuk di daerah yang sama dengan program yang sama. Baiknya jika ada
koordinasi sebagai salah satu fungsi sebuah forum, maka tidak terjadi implementasi yang
tumpang tindih. Semuanya sudah memaparkan tindakan tindakan yang mengarah ke
implementasi SPAB sebagai bagian dari PRB. Contohnya BPD DIY yang berfokus di
penanggulangan kemiskinan, secara tidak langsung turut berkontribusi dalam upaya PRB,
karena biasanya masyarakat yang ekonominya lemah tidak akan mampu memikirkan terkait
bencana, karena masih berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar.
24. Moderator menanggapi dengan mengkritisi fenomena SPAB singkat tadi dengan adanya
koridor regulasi berupa Peraturan Gubernur (Pergub) 110 tahun 2021 tentang Pedoman
SPAB termasuk 10 indikator di dalamnya. Maka jika SP baru memenuhi 1 indikator sebaiknya
tidak memasang plang atau mengklaim dirinya sebagai SPAB. Apa yang kita diskusikan hari
ini akan dicross-check dengan Peta Jalan SPAB, sekiranya ada informasi baru yang belum
masuk ke Peta Jalan, maka bisa kita masukkan. 3 bulan kedepan mungkin bisa kita tindak
lanjuti berupa action plan “Quick Win” yang mencakup aktivitas aktivitas kolaboratif yang
bisa dilakukan bersama, terhadap kelompok sasaran yang mana, bagaimana sinergi lintas
lembaganya, dan lain lain. Harapannya semua itu bisa dikoordinasikan melalui Sekber,
termasuk juga ajang yang tadi dibahas Bapak Tim Apriyanto yang bisa kita rancangkan sesi
khususnya, termasuk juga PT bersama cluster masing masing. Produknya adalah rencana
“Quick Win” yang tidak hanya bagus tetapi juga implementatif.
25. Bambang Sasongko sebagai Dewan Pengurus FPRB DIY menambahkan informasi terkait
refleksi terhadap pelaksanaan Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis
Komunitas (KNPRBBK) di tahun lalu yang salah satu sesinya membahas SPAB. Selain itu di
bulan Oktober juga akan dilaksanakan Bulan PRB di Kendari. Sehingga 2 momentum ini bisa
menjadi media koordinasi yang sifatnya Pentaheliks. Dalam forum ini yang belum maksimal
mungkin keterlibatan dari aktor Pentaheliks Media.
26. Moderator menanggapi bahwa di bulan September aktor Pentahelix Media yaitu Radio
Republik Indonesia (RRI) akan menjadi Host dalam upaya Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
terkait PRB, termasuk konsolidasi dan diskusinya akan dibuka di RRI.

Anda mungkin juga menyukai