Latar Belakang
Secara karakteristik Indonesia memiliki berbagai risiko bahaya alam yang tinggi, seperti gempa
bumi dan banjir yang sering terjadi dan berdampak besar terhadap kehidupan dan ekonomi
individu, rumah tangga, dan komunitas di seluruh tanah air. Dampak perubahan iklim yang
berhubungan erat dengan tren demografis dan sosial ekonomi, seperti urbanisasi dan peningkatan
ketimpangan, memperparah dampak negatif dari banyak bencana, khususnya bagi kelompok
masyarakat yang paling miskin dan rentan. Bencana alam dan perubahan iklim dapat menyebabkan
semakin banyak masyarakat yang jatuh atau masuk ke dalam kemiskinan dan meningkatkan
ketimpangan sosial, sehingga dapat menghambat pencapaian upaya-upaya pembangunan yang
sedang dilakukan oleh pemerintah selama beberapa tahun terakhir.
Menyadari hal tersebut, pemerintah telah mengagas untuk merencanakan pelaksanaan pendekatan
Perlindungan Sosial Adaptif (PSA) pada tingkat nasional maupun daerah. PSA mencakup unsur-
unsur utama dari Perlindungan Sosial (PS), Pengelolaan Risiko Bencana (PRB), dan Adaptasi
Perubahan Iklim (API), serta menguatkan keterkaitan antara unsur-unsur tersebut. Pendekatan
komprehensif ini bertujuan untuk membantu individu, rumah tangga, dan komunitas yang beresiko
terhadap guncangan kovariat. Hal ini telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan Rancangan Peta Jalan PSA Nasional. Untuk
mendukung pelaksanaan PSA pada tingkat daerah, UNICEF bekerja sama dengan Resilience
Development Initiative (RDI) saat ini berupaya untuk mengembangkan rencana aksi daerah (RAD)
untuk PSA yang akan dilakukan di beberapa lokasi terpilih, yaitu DI Yogyakarta, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Tujuan
Tujuan utama dari studi ini adalah mendukung pemerintah daerah di Yogyakarta, Nusa Tenggara
Timur, dan Nusa Tenggara Barat untuk mengembangkan rencana aksi daerah (RAD) untuk
mengintegrasikan bantuan sosial yang dipimpin oleh daerah dan mengembangkan PSA daerah yang
sesuai dengan rancangan peraturan presiden nasional. Adapun beberapa tujuan pendukung untuk
mengembangkan RAD daerah tersebut, ialah:
Demi mencapai tujuan yang telah diuraikan di atas, dibutuhkan pengambilan data di masing-masing
daerah studi agar temuan yang didapatkan menjadi lebih rinci, komprehensif, dan terukur. Dalam hal
ini, metode pengambilan data yang akan dilakukan di lapangan adalah key informant interview (KII)
dan Focus Group Discussion (FGD). Adapun tugas dan tanggung jawab enumerator dalam
menyukseskan jalannya proses pengambilan data (dan, secara tidak langsung, pencapaian atas tujuan
di atas) adalah:
Enumerator - KII (Key Informant Interview) & FGD (Focus Group Discussion)
Tanggung jawab utama sebagai enumerator adalah memastikan kebutuhan administrasi untuk
permohonan pengambilan data terpenuhi dan membantu penjadwalan dan pelaksanaan
wawancara dan focus group discussion dalam rangka pengumpulan data studi “Studi untuk
Memberdayakan Komunitas Paling Berisiko melalui Perlindungan Sosial” ke beberapa
pemangku kepentingan terkait seperti badan atau organisasi pemerintahan dan non-
pemerintahan yang berhubungan dengan penanganan bencana dan perlindungan sosial, yaitu:
● Provinsi DI Yogyakarta
■ Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
■ Dinas Sosial (DINSOS)
■ Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
■ Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan
KB (DP3AP2KB)
■ Dinas Pendidikan
■ Dinas Kesehatan (DINKES)
■ Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
■ Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah
■ Dinas Tenaga Kerja (DISNAKER)
■ Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK)
■ Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman
■ BPJS Kesehatan
■ BPJS Ketenagakerjaan.
Kualifikasi:
● Laki-laki/perempuan (bila perempuan tidak sedang hamil)
● Domisili diutamakan dekat dengan lokasi pengumpulan data
● Lulusan atau mahasiswa tingkat akhir jurusan Ekonomi, Sosiologi, Pembangunan Sosial dan
Kesejahteraan, Perencanaan Wilayah dan Kota/Planologi, Teknik Sipil, Hubungan Masyarakat
dan rumpun ilmu lainnya yang relevan dengan proyek.
● Memiliki pengalaman pengumpulan data studi melalui wawancara dan FGD (focus group
discussion)
● Diutamakan memahami tools pengumpulan data seperti: Google Form, dsb.
● Terampil dalam berkomunikasi dengan pemerintah, masyarakat, dan stakeholder lainnya
● Bersedia bekerja selama 1 bulan atau sampai terpenuhinya deliverables
● Mampu bekerja dalam tempo cepat dan berdasarkan target
● Sudah menerima minimal vaksinasi COVID-19 dosis ke-2
● Sehat, disiplin, dan teliti
● Dapat bekerja dalam tim
● Bersedia mengikuti pelatihan enumerator. Pelatihan ini meliputi (i) pembekalan terkait tools
FGD/KII yang akan digunakan, (ii) praktik dan simulasi dari tools pengambilan data yang telah
dipelajari, dan (iii) pemaparan akan seluk-beluk proyek dan konsep-konsep penting yang
berkaitan dengan proyek. Pelatihan ini bersifat wajib dan dilakukan apabila kandidat telah
dinyatakan lolos.
Kondisi Kerja
● Durasi kerja dari 4 Januari–10 Maret 2023*
● Pelatihan enumerator akan dilaksanakan pada 4 Januari 2023* secara daring
● Remunerasi bersifat all in (honor dan operasional jadi satu)
● Pengaturan pekerjaan dapat dikoordinasikan secara daring atau langsung di area studi yang
telah disebutkan