Anda di halaman 1dari 2

NOTULEN RAPAT

Hari/Tanggal : Selasa, 22 Februari 2022


Waktu : Pukul 09.30 WIB s.d selesai
Tempat : Ruang Rapat Setda Lantai 2 Kabupaten Barito Utara
Agenda : Menghadiri dan mendengarkan bersama Rapat Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana secara Virtual Zoom.

Peserta Pembukaan Rakornas : - Presiden Republik Indonesia


- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
- Menteri Perekonomian
- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
- Menteri Dalam Negeri
- Menteri Keuangan
- Kepala Polisi Indonesia
- Mayjen TNI
- Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB

Peserta Undangan yang hadir : - Gazali, S.Sos., M.AP (Kepala Pelaksana BPBD Kab. Barito Utara)
- Trio Pramono ( mewakili Dandim 1014/Muara Teweh)
- Sukarto ( Kepala Sekretariat BPBD Kab. Barito Utara)
- Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD
- Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD
- Subkoordinator Analis Kebencanaan BPBD
- Subkoordinaor Penata Penanggulangan Bencana BPBD

Kesimpulan :
1. Paparan Presiden Republik Indonesia : Bapak Joko Widodo mengenai rehabilitasi dan
rekontruksi pasca bencana

- Sebagai Negara yang di lingkari Ring of Fire dengan wilayah luas, bencana merupakan
keseharian kita. Indonesia termasuk 35 negara yang paling rawan resiko bencana
- Resiko besar korban dan material, penggulangan bencana tahun 2020 – 2040 harus dilaksanakan
dengan penuh komitmen, tanggung jawab. Tahapan dilaksanakan dengan disiplin dan konsisten.
Indonesia harus menjadi Negara tangguh bencana. Mendagri Nomor 3 Tahun 2021

- Sebagai salah satu pilar penanganan bencana harus selalu berbenah diri dengan cara :
a. Budaya kerja BNPB harus siaga, antisipatif, responsive dan adaptif. Ini sangat penting karena
bencana dating tidak terduga/tiba-tiba, bahkan tidak terbayangkan sebelumnya yaitu pandemic
Covid-19.
b. Orientasi pada pencegahan harus diutamakan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi,
gunung meletus bias dicegah. Sebagian banjir bias dicegah dengan penghijauan, penanaman
vegetasi. Longsor bias dicegah. Beberapa daerah agar melakukan : di Jawa Barat yang banyak,
di Jawa Tengah yang banyak, Sulawesi juga ada, Nusa Tenggara Barat juga ada agar
melakukan penanaman etiver lebih digalakkan, pelestarian lingkungan, bendungan,
pendalaman sungai dan saluran dan lain-lain. Ini dilakukan dengan sinergis antara BNPB,
Kementrian, Lembaga dan masyarakat.
c. Infrastruktur untuk mengurangi resiko bencana harus ditingkatkan, dilaksanakan bersama-
sama antara : Pemerintah dan masyarakat. Sebagai misal : vegetasi sebagai penghambat
ombak tsunami atau taifun. Karena kita tahu perubahan iklim dunia arahnya semakin
mengerikan. Semua negara mengerti dan mengalami yang sebelumnya tidak ada menjadi ada
karena perubahan iklim. Kembali ke ombak, dengan tsunami grown mangrove, lalu tanaman
asosiasi seperti nipah, cemara pantai, kaswarina dengan berasiosiasi dengan waro laut,
ketapang, nyamplong, kelapa banyak-banyak kita tanam di pesisir pantai.
d. BPNB harus aktif mengajak aparat pemerintah pusat dan daerah agar semua program harus
beorientasi pada tangguh bencana. Perizinan – perizinan usaha harus mempertimbangkan
resiko bencana, bukan menambah bencana. Pengarusutamaan kebijakan tangguh bencana
harus terus ditingkatkan.
e. Bangun system edukasi kebencanaan di daerah-daerah rawan bencana penting sekali. Edukasi
kebencanaan, budaya kebencanaan terus digali kearifan local yang ada di masyarakat. Dilatih
untuk tanggap bencana. Melakukan latihan simulasi setiap saat, jangan menunggu bencana.
Agenda besar tangguh bencana harus dilakukan semua komponen pemerintah dan komponen
bangsa. Rangkul kekuatan dan potensi-potensi yang ada di masyarakat kita wujudkan bangsa
yang tangguh bencana.
2. Sambutan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional : Bapak Suharyanto
menyampaikan :
- Kehadiran ada 1000 peserta dari Kementrian, Lembaga/TNI-POLRI/Pemerintah
Daerah/Akademisi/Lembaga Usaha/Media dan Organisasi Lokal/Nasional/Internasional yang
diantaranya ada 6.650 hadir virtual.
- Kita telah dan terus menikdaklanjuti arahan pada Rakornas sebelumnya. Arti dan pentingnya
pencegahan dan mitigasi diwujudkan dengan kajian resiko bencana, edukasi dan literasi
kebencanaan, penyiapan misalnya peringatan dini bencana yang mendukung upaya kedaruratan
bencana dan evakuasi masyarakat. Penyiapan jalur dan tepat berbasis komonitas. Keberadaan
relawan dan media peduli bencana. Pada saat tanggap darurat dipastikan Negara selalu hadir.
- Untuk mendukung pemuda dan masyarakat yang terdampak seperti di Kabupaten Lumajang
pasca awan panas Gunung Semeru, Padeglag pasca gempa.
- Efisiensi penanganan pasca bencana kami tingkatkan dengan pusat logistic di Provinsi Sumatra
Barat. Kemudian ada 6 daerah menyusul : Banjarmasin, Sidoarjo, Kupang, Gorontalo, Ambon
dan Biak.
- Arahan Presiden tentang kecepatan proses rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana melalui
percontohan di Lumajang tanggal 4 Januari – 21 Februari 2022.
- Tahun 2021 ada 5.402 kejadian bencana di Indonesia. Korban meninggal 728 jiwa, lebih dari
150.000 rumah 7440 fasilitas umum rusak berat.
- Pada tahun ke-3 pandemi Covid-19, penangganan Covid-19 dengan merampingkan satgas,
menitikberatkan dengan perubahan perilaku, penegakan protocol kesehatan, peningkatan
kinerja, PPKM mikro dan social massif dengan mengunakan kanal komunikasi media.

MuaraTeweh, 26 Maret 2021

KEPALA PELAKSANA Notulis


BPBD KABUPATEN BARITO UTARA

GAZALI MONTALLATUA, S.Sos, M.AP DIAN FEBRIANA, S.Sos


Pembina (IV/a) NIP. 19850225 201101 2 010
NIP. 19650815 198512 1 002

Anda mungkin juga menyukai