30883-Article Text-166981-1-10-20220628
30883-Article Text-166981-1-10-20220628
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Keguruan Pendidikan, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
DOI 10.15294/pls.v5i1.30883
Alamat korespondensi:
E-mail: dadan.darmawan@untirta.ac.id
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021
72
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan
diharapkan. Stewart dan Brown (dalam Kaswan melakukan identifikasi kebutuhan (Werner &
dan Akhyadi, 2015, hlm. 281) mengemukakan DeSimone, dalam Kaswan & Akhyadi, 2015,
bahwa identifikasi kebutuhan dapat dilaksanakan hlm. 284).
melalui dua cara yang berbeda, yaitu (a) Institusi merupakan lembaga yang
identifikasi kebutuhan mungkin dilaksanakan dibentuk oleh berdasarkan suatu kebutuhan dan
secara teratur karena program pelatihan telah pelaksanaan tugasnya berdasarkan atas peraturan
direcanakan dan anggaran telah dialokasikan. perundang-undangan dengan tujuan untuk
Proses perencanaan ini memerlukan pendekatan meningkatkan pelayanan masyarakat dan
proaktif untuk menentukan kebutuhan pelatihan meningkatkan taraf kehidupan serta
dan mengembangkan rencana pelatihan, serta (b) kesejahteraan masyarakat (Maulana, 2014, hlm.
identifikasi kebutuhan mungkin saja dilakukan 1).
dengan cara reaktif dalam menanggapi Secara umum, identifikasi kebutuhan
permintaan atas program pelatihan tertentu. pelatihan yang dilaksanakan pada lembaga
Identifikasi kebutuhan pelatihan penting pelatihan di Kota Bandung dilatarbelakangi oleh
untuk dilaksanakan guna mendapatkan dampak data dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
positif atau hasil yang optimal dari pelatihan (Sakernas) pada bulan Februari 2018 yang
yang akan dilaksanakan, sehingga waktu dan menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di
dana yang dikeluarkan tidak sia-sia (Fatchiyah, Indonesia mencapai 6,87 juta jiwa (Sabki, 2018,
2012, hlm. 1). Berdasarkan hal tersebut, maka hlm. 1). Sebagian besar pengangguran tersebut
dapat diketahui bahwa identifikasi kebutuhan memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu
sangat penting sekali untuk dilaksanakan oleh sekitar 1,2 juta jiwa, sedangkan yang memiliki
lembaga atau perusahaan sebab identifikasi tingkat pendidikan menengah yaitu sekitar 4,1
kebutuhan berperan dalam kemajuan lembaga juta jiwa (Sakernas, 2018, hlm. 1). Dengan kata
atau perusahaan tersebut. Melalui identifikasi lain, banyaknya pengangguran tersebut
kebutuhan, maka lembaga atau perusahaan dapat disebabkan oleh belum siapnya tenaga kerja yang
mengetahui kekurangan kinerja pegawai dan hal memiliki tingkat pendidikan rendah untuk
apa yang dibutuhkan oleh pegawai untuk memasuki dunia kerja dikarenakan kurangnya
meningkatkan kinerjanya tersebut. skill yang mereka miliki. Hal tersebut diakibatkan
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian pula oleh belum adanya kesesuaian antara supply
yang dilakukan oleh Sarwandi (2011, hlm. 214) dan demand, sehingga kesempatan untuk
yang menyebutkan bahwa pelaksanaan menempatkan tenaga kerja yang telah terlatih
identifikasi kebutuhan pelatihan harus dilakukan menjadi terbatas. Pada akhirnya, banyaknya
secara komprehensif mulai dari analisis tingkat pengangguran secara tidak langsung akan
lembaga/perusahaan, tingkat operasional, meningkatkan angka kemiskinan.
sampai tingkat individu supaya hasil yang Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
diperoleh maksimal, serta data hasil identifikasi merasa tertarik untuk menganalisis mengenai
kebutuhan pelatihan yang diperoleh dapat pengumpulan data dalam identifikasi kebutuhan
meningkatkan kualitas pelatihan dan kinerja pelatihan pada lembaga pelatihan di Kota
pegawai. Bandung.
Meskipun penting, identifikasi kebutuhan
sering tidak dilakukan karena beberapa alasan (a) KAJIAN LITERATUR
identifikasi kebutuhan mungkin merupakan A. Konsep Identifikasi Kebutuhan
proses yang sulit dan memakan waktu; (b) 1. Pengertian Identifikasi Kebutuhan
tindakan lebih dihargai daripada penelitian; (c) Identifikasi kebutuhan pelatihan adalah
adanya asumsi yang salah bahwa identifikasi proses mengumpulkan informasi tentang
kebutuhan tidak diperlukan karena informasi kebutuhan organisasi yang dinyatakan atau
yang ada sudah merinci kebutuhan-kebutuhan tersirat dan dapat dipenuhi dengan melakukan
organisasi; serta (d) kurangnya dukungan untuk pelatihan (Barbazette, 2006, hlm. 5). Kebutuhan
73
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021
bisa menjadi keinginan untuk memperbaiki Perubahan aspek ekternal mencakup berbagai
kinerja saat ini atau untuk memperbaiki aspek yang dapat di lingkungan individua tau
kekurangan. Kekurangan adalah kinerja yang kelompok tersebut: persaingan global, alih
tidak memenuhi standar saat ini. Adapun teknologi, kebutuhan pasar kerja, pertumbuhan
menurut Kaufman (dalam Kaswan & Akhyadi, ekonomi, peraturan,dan lain-lain.
2015, hlm. 82) penilaian kebutuhan merupakan Kesenjangan tersebut dapat mendorong
proses formal yang mengidentifikasi kebutuhan munculnya kebutuhan belajar (learning needs)
sebagai kesenjangan (gap) antara hasil sekarang yang diartikan sebagai suatu jarak antara tingkat
dengan hasil yang diharapkan, yang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
menempatkan kebutuhan itu pada urutan dimiliki pada suatu saat dengan tingkat
prioritas yang berdasarkan pada biaya untuk pengetahuan, keterampilan, dan masyarakat
memenuhi tiap-tiap kebutuhan dibandingkan yang hanya dapat dicapai melalui kegiatan
biaya mengabaikannya, dan menyeleksi belajar Sudjana (2001, hlm. 210).
kebutuhan yang paling penting (masalah atau Menurut Johnson dan Rivera dalam
peluang) untuk pengurangan atau penghapusan. Sudjana (2007, hlm. 49) kebutuhan belajar ini
Hal tersebut sejalan dengan yang dapat diklasifikasikan yakni (1) kebutuhan
disampaikan oleh Papu (dalam Fauzi, 2009, hlm. belajar yang berkaitan dengan tugas pekerjaan,
47) bahwa identifikasi kebutuhan pelatihan (2) kebutuhan belajar yang berkaitan dengan
merupakan suatu proses pengumpulan dan kegemaran dan reaksi, (3) kebutuhan belajar yang
identifikasi data dalam rangka mengidentifikasi berkaitan dengan keagamaan, dan (4) kebutuhan
bidang-bidang atau faktor-faktor yang ada di belajar yang berkaitan dengan pengetahuan masa
dalam perusahaan atau organisasi yang perlu dan pengetahuan umum.
ditingkatkan atau diperbaiki agar kinerja pegawai 3. Tujuan Identifikasi Kebutuhan
dan produktivitas perusahaan atau organisasi Atmodiwiro (2005, hlm. 88)
menjadi meningkat. mengemukakan bahwa tujuan identifikasi
Dari beberapa pengertian di atas, maka kebutuhan adalah a) pertama, menggambarkan
dapat disimpulkan bahwa penilaian kebutuhan sifat yang sebenarnya (eksak) dari suatu deskripsi
merupakan pengkajian mengenai ada atau pelaksanaan pekerjaan; b) kedua, menentukan
tidaknya kesenjangan dalam tingkat kinerja sebab-sebab deskripsi pelaksanaan pekerjaan; c)
seseorang dengan kinerja seharusnya yang sudah ketiga,
ditentukan oleh pihak perusahaan atau merekomendasikan solusi yang cocok; dan
organisasi. d) keempat, menggambarkan calon peserta.
2. Alasan Dilakukannya Identifikasi Pengertian tersebut menunjukkan bahwa
Kebutuhan Pelatihan penilaian kebutuhan bertujuan untuk
Dilakukannya identifikasi kebutuhan menyiapkan informasi tentang perlu tidaknya
sebagai dasar penyelenggaraan pelatihan pelatihan dilaksanakan.
didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut: Adapun menurut Swist (dalam Kaswan &
. Aspek ini paling sedikit meliputi: 1) aspek Akhyadi, 2015, hlm. 283) bahwa penilaian
fisik seperti perubahan usia, tingkat kesehatan, kebutuhan bertujuan sebagai berikut:
tingkat ekonomi, produktivitas kerja dan lain-lain 1. Menentukan pelatihan yang sesuai
; 2) aspek psikis, meliputi: perubahan minat, dengan pekerjaan seseorang.
perubahan pola fikir, perubahan pandangan, 2. Menentukan pelatihan yang akan
kompetensi, tingkat pendidikan dan lain-lain; 3) meningkatkan kinerja.
aspek sosial meliputi: hubungan antar kawan 3. Menentukan pelatihan yang akan
sekerja atau dengan atasan/ bawahan ditempat menimbulkan perbedaan.
kerja, dalam aktivitas organisasi, hubungan di 4. Menghubungkan peningkatan kinerja
lingkingan keluarga maupun di lingkungan dengan tujuan organisasi.
masyarakat, setatus sosial dan lain-lain.
74
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan
Lebih lanjut Brown (2002, hlm. 569) tujuan dari identifikasi kebutuhan pelatihan
menjelaskan bahwa identifikasi kebutuhan sebagai cara memperoleh data akurat tentang
pelatihan merupakan suatu hal yang penting, kebutuhan diadakanya penyelenggaraan
karena memiliki tujuan sebagai berikut: pelatihan.
1. Untuk mengidentifikasi area masalah 4. Prosedur Tahapan Identifikasi
spesifik dalam organisasi, artinya manajemen Kebutuhan Pelatihan
dan pihak PSDM harus mengetahui sumber Menurut Rossett dan Arwady (1987,
permasalahan agar pelatihan yang dirancang hlm. 37) tahapan identifikasi kebutuhan
diarahkan ke masalah organisasi tersebut. pelatihan digambarkan sebagai berikut:
2. Untuk mendapatkan dukungan
manajemen, artinya memastikan bahwa
pelatihan secara langsung mempengaruhi apa
yang terjadi di departemen manajer tersebut.
Dengan kata lain, pihak manajemen akan
mendukung pelaksanaan pelatihan jika pihak
PSDM dapat menunjukkan jika program
pelatihan yang dilaksanakan sudah pasti dapat
meningkatkan kinerja pegawai. Louhenapessy (2010, hlm. 12)
Untuk mengembangkan data untuk menjelaskan bahwa formulating objective, yaitu
evaluasi, artinya jika identifikasi kebutuhan menentukan tujuan pelatihan. Dalam tahapan ini
dilaksanakan, maka pelatih dapat mengukur identifikasi kebutuhan pelatihan menetapkan
tingkat efektivitas dari program yang arah identifikasi kebutuhan pelatihan. Misalnya
dilaksanakan. menentukan pelatihan sesuai dengan yang
3. berlaku jika data yang diperoleh diharapkan oleh organisasi atau lembagai,
digunakan untuk melaksanakan program meningkatkan jabatan atau tingkat pekerja
pelatihan, yang berakibat evaluasi yang perorangan.
dilaksanakan tidak akan memperoleh data yang Managing Tools and Methos, Setelah
valid. tujuannya ditetapkan, maka langkah selanjutnya
4. Untuk menentukan biaya dan manfaat adalah menentukan metode dan peralatan yang
pelatihan, artinya pelatihan merupakan hal yang akan digunakan dalam AKD, misalnya interviu,
tepat ketika organisasi memperoleh lebih banyak observasi lapangan, survey melalui kuesioner.
manfaat dari pelatihan yang dilaksanakan Setelah menentukan hal tersebut maka langkah
daripada biaya yang diinvestasikan pada program selanjutnya adalah membuat instrumen yang
pelatihan tersebut. akan digunakan dalam pengumpulan data, baik
Gupta dalam Firdaus (2011, hlm. 114) berupa pedoman interviu, pedoman observasi
menjelaskan ada dua tujuan dasar dalam lapangan maupun kuesioner untuk survey
penyelenggaraan identifikasi kebutuhan lapangan.
pelatihan diantaranya “to identify the knowledge
and skills the people must prosess in order to 5. Sumber Informasi Tentang Kebutuhan
perform effectively on the job to prescribe Pelatihan
appropriante interventions that can close these Kebutuhan pelatihan dan kebutuhan
gaps’’ hal tersebut bisa bertujuan pada identifikasi belajar dapat diidentifikasi berbagai sumber yaitu
kebutuhan pelatihan untuk memberikan solusi dari calon peserta pelatihan, organisasi tempat
yang tepat dalam mengatasi perbedaan yang calon peserta pelatihan, bertugas atau bekerja,
terlihat dari keadaan yang sekarang dan keadaan masyarakat yang menjadi layanan kegiatan calon
yang diharapkan. peserta pelatihan, dan pihak-pihak yang terikat
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Papu (Sudjana, 2007, hlm. 82).
dalam Fauzi (2009, hlm. 45) menjelaskan bahwa
75
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021
76
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan
pelatihan bagi staf dan/atau pegawai untuk kesenjangan kinerja (analisis kerja) atau tentang
meningkatkan efesiensi, efektivitas, dan kompetensi yang harus dimiliki oleh karyawan
kekurangan organisasi, serta untuk memperbaiki atau staf yang mencakup pengetahuan,
dan memodifikasi variabel-variabel komponen keterampilan, sikap dan nilai-nilai (analisis
organisasi. kompetensi).
(Hackman & Old ham, dalam Sudjana, Data/informasi subjektif dapat diperoleh
2007, hlm. 90). Uraian pekerjaan mempunyai langsung melalui wawancara atau kuesioner
kaitan erat dengan kinerja, karena dalam uraian yang dilakukan terhadap orang-orang yang
pekerjaan itu dapat ditunjukan tugas, tanggung terlibat atau berkaitan dengan organisasi,
jawab, hubungan antara staf atau pegawai, mencakup: 1) para ahli di bidang yang
kondisi kerja, penyeliaan, dan pelaporan. Uraian bersangkutan, 2) pimpinan dan bawahan, 3)
pekerjaan yang jelas akan menghindarkan pelaksana pekerjaan dan/atau jabatan. 4)
ketidakjelasan peran (role ambiguity) pada diri pengguna jasa, dan 5) perancang pekerja yang
staf atau pegawai. Sedangkan sumber daya yang bersangkutan.
digunakan untuk melakukan pekerjaan adalah
fasilitas, alat-alat, pembiayaan, dan lain 8. Prosedur untuk Mengidentifikasi
sebagainya. Kebutuhan Pelatihan
. Untuk mengetahui prosedur yang akan
6. Pendekatan Identifikasi Kebutuhan digunakan, maka hal yang harus diketahui yaitu:
Pelatihan 1. Kebutuhan Pelatihan
Diperlukan suatu model analisis untuk Kebutuhan pelatihan adalah kesenjangan
mengetahui efektif dan efesiennya suatu antara kinerja aktual dan kinerja yang diinginkan
kebutuhan lembaga pelatihan. Sudjana (2007, atau antara kemampuan saat ini dan persyaratan
hlm. 88) mengemukakan bahwa pelatihan pekerjaan yang dapat ditutup dengan pelatihan.
dimaksudkan untuk menanggulangi dua hal, Kebutuhan pelatihan terbagi dalam dua kategori
yaitu masalah kinerja dan kemampuan pegawai dasar yaitu kebutuhan pelatihan organisasi dan
dalam berkinerja pada jabatan tertentu. kebutuhan pelatihan karyawan.
Berkinerja pada jabatan tertentu memiliki dua 2. Mengidentifikasi Area yang Mungkin
arti. Pertama, pegawai tidak memiliki kinerja Karyawan Membutuhkan Pelatihan
seperti yang diharapkan, sehingga untuk Langkah selanjutnya dalam prosedur
mengetahui faktor-faktor penyebabnya untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
diperlukan analisis kinerja pegawai. adalah menentukan area yang mungkin memiliki
Gibson, dkk. (dalam Sudjana, 2007, kebutuhan tersebut. Di sebagian besar organisasi,
hlm. 89) menjelaskan bahwa dalam pengkajian tidak mungkin untuk secara bersamaan
profil organisasi perlu ditekankan pada segi memeriksa semua fungsi dan karyawan, sehingga
perilaku, struktur, proses dalam organisasi dalam area dengan kebutuhan paling besar atau paling
keseluruhan, dan pada variable-variabel serta mendesak harus ditemukan dan diprioritaskan
hubungan antara variabel. Weisbord (dalam untuk penyelidikan lebih lanjut.
Sudjana, 2007, hlm. 89) menawarkan model 3. Permintaan yang Tidak Diantisipasi
kajian profil organisasi yang mencakup tujuan, Terkadang, terdapat permintaan yang
struktur, sistem penghargaan (reward), tidak diantisipasi yakni untuk menyelidiki
mekanisme kerja, hubungan kemanusiaan, dan kebutuhan pelatihan yang memungkinkan. Hal
kepemimpinan. tersebut muncul karena adanya penambahan
peralatan baru, undang-undang baru, dan
7. Data tentang Kebutuhan Pelatihan perubahan departemen dan penugasan kerja
Sudjana (2007, hlm. 87) menjelaskan dapat menciptakan kebutuhan pelatihan.
bahwa data/informasi yang dihimpun dalam 4. Survei Pelatihan
identifikasi kebutuhan pelatihan menyangkut
77
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021
Kuesioner merupakan pendekatan yang Data adalah bahan mentah yang perlu
paling sering digunakan untuk mengidentifikasi diolah sehingga menghasilkan informasi atau
kebutuhan pelatihan. Biasanya departemen keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif
pelatihan mengirimkan kuesioner kepada semua yang menunjukkan fakta sehingga dapat
manajemen di dalam organisasi. memberi manfaat bagi peneliti atau memberi
5. Survei Kinerja gambaran kepada peneliti tentang kondisi atau
Pendekatan lain yang sering digunakan suatu keadaan (Sugiyono, 2012, hlm. 5). data
adalah survei mengenai kebutuhan pelatihan menurut jenisnya dibagi menjadi:
karyawan namun diidentifikasi melalui tinjauan 1. Data Kualitatif
kinerja. Survei ini biasanya didistribusikan pada Data kualitatif adalah data yang
saat melakukan penilaian kinerja karyawan berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik
tahunan. berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Data
ini biasanya didapat dari wawancara dan bersifat
9. Teknik Pengumpulan Data Pada subjektif. Data kualitatif dapat berbentuk ordinal
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan atau ranking.
Teknik pengumpulan data merupakan 2. Data Kuantitatif
langkah yang paling utama dalam penelitian, Data kuantitatif yaitu data yang berwujud
karena tujuan utama dari penelitian adalah angka-angka. Data ini diperoleh dari pengukuran
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik langsung maupun dari angka-angka yang
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan diperoleh dengan mengubah data kualitatif
mendapatkan data yang memenuhi standar data menjadi data kuantitatif.
yang ditetapkan (Sugiyono, (2010, hlm. 308).
Barbazette (2006, hlm. 67) 11. Analisis Data Hasil Identifikasi
mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data Kebutuhan Pelatihan
dalam identifikasi kebutuhan pelatihan Analisis data kuantitatif mencakup
dibedakan atas dua pendekatan, yaitu mengorganisasikan, menganalisis, dan
pendekatan formal dan informal. Pengumpulan menginterpretasikan data-data yang berupa
data menggunakan pendekatan formal mencakup angka (Montcalm & Royse, dalam Royse dkk.,
teknik survei tertulis, wawancara terhadap para 2009, hlm. 71).
pemangku kepentingan, serta metode lain. menguji pola hubungan di dalam suatu
Sedangkan pengumpulan data dengan grup tertentu (Weinbach & Grinnell, dalam
menggunakan pendekatan informal yaitu Royse dkk., 2009, hlm. 72). Dengan kata lain,
dilakukan secara verbal melalui percakapan dan analisis data kuantitatif merupakan cara untuk
beberapa catatan tertulis. mengumpulkan semua data yang telah diperoleh
Adapun menurut McConnell (2003, hlm. selama penilaian kebutuhan dan mengolahnya
119) terdapat berbagai macam teknik yang dapat sehingga mendapatkan hasil yang berarti (Royse
digunakan untuk mengumpulkan informasi dkk., 2009, hlm. 72).
terkait identifikasi kebutuhan pelatihan. Pada
dasarnya, teknik tersebut terbagi ke dalam tiga 12. Prosedur Identifikasi
jenis, yaitu wawancara, kuesioner, dan Kebutuhan Pelatihan
pertemuan (meeting). Wawancara umumnya menurut Sudjana (2007, hlm. 95)
prosedur yang digunakan kepada individu. identifikasi kebutuhan pelatihan dapat dilakukan
Sedangkan, kuesioner dan pertemuan (meeting) melalui tahapan berikut:
digunakan kepada kelompok orang yang lebih 1. Menentukan kebutuhan pelatihan
besar. jangka pendek (yang mendesak). Kebutuhan ini
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
10. Jenis Data a. Mengevaluasi program pelatihan dan
pengembangan yang sudah berjalan, untuk
78
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan
79
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021
80
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan
81
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021
82
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan
serta calon peserta pelatihan itu sendiri. Jika lebih mendalam dan dapat tergali secara
dijabarkan dalam bentuk tabel, maka sebagai langsung, serta efisien dalam mengolah data dan
berikut: menarik kesimpulan karena dapat menggunakan
program pengolahan data tertentu. Adapun
kelemahannya yaitu jika pelaksana pengumpul
Teknik Pengumpulan Data Untuk data tidak memiliki pengetahuan akan bidang
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan yang sedang diidentifikasi dan apabila angket
BBPLKDN BKKBN tidak terisi secara lengkap, sehingga
Keramik Tekstil mengakibatkan hasilnya menjadi kurang efektif.
Teknik yang digunakan yaitu wawancara Sudjana (2007, hlm. 87) dan McConnell
mendalam. Teknik ini digunakan karena sasaran (2003, hlm. 120) menjelaskan bahwa teknik
berjumlah sedikit yakni hanya kepada pengumpulan data/informasi seperti angket,
perusahaan pada bidang manufaktur dan wawancara, observasi dapat menghasilkan
otomotif, serta agar data yang diperoleh lebih gagasan-gagasan baru. Teknik tersebut pada
mendalam sehingga lembaga dapat menentukan dasarnya merupakan persepsi manusia baik
kebutuhan perusahaan secara mendetail. sebagai atasan (pimpinan), staf, karyawan
Teknik yang digunakan yaitu angket, komunitas, dan masyarakat. Data yang diperoleh
karena sasaran pelaksanaan identifikasi langsung melalui wawancara atau angket
kebutuhan pelatihan tersebar di 27 kab/kota. dilakukan terhadap orang-orang yang terlibat
Teknik ini digunakan karena dinilai efektif untuk atau berkaitan dengan organisasi, mencakup para
menggambarkan perencanaan pelatihan yang ahli di bidang yang bersangkutan, pimpinan dan
sesuai dengan kebutuhan sasaran. Teknik yang bawahan, pelaksana pekerjaan, dan pengguna
digunakan yaitu angket terbuka, karena sesuai jasa. Wawancara dirancang dan dilakukan untuk
dengan prosedur lembaga yakni melaksanakan tujuan khusus, yakni guna memperoleh informasi
program pelatihan hanya pada bidang keramik, yang diperlukan. Sedangkan angket memberikan
sehingga pihak konsumen yang menghubungi yang terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan
lembaga ketika membutuhkan suatu program pelatihan organisasi karena kebutuhan pelatihan
pelatihan untuk pegawainya. Teknik yang individu jarang memerlukan informasi dari lebih
digunakan yaitu angket terbuka. Teknik ini dari satu atau dua orang.
digunakan untuk mengetahui hal-hal yang Penggunaan teknik wawancara yang
dibutuhkan oleh calon peserta pelatihan terkait digunakan oleh lembaga pelatihan di Kota
bidang tekstil. Sehingga, pihak konsumen yang Bandung guna memperoleh informasi yang
akan menghubungi lembaga jika membutuhkan mendalam untuk identifikasi kebutuhan
pelatihan terkait bidang tekstil untuk para pelatihan sesuai dengan teori yang disampaikan
pegawai di kantornya. oleh Sudjana (2007, hlm. 87) dan McConnell
(2003, hlm. 125) bahwa wawancara mampu
Berdasarkan Tabel di atas, maka dapat menghasilkan gagasan baru terkait program yang
diketahui bahwa walaupun BBPLKDN, akan direncanakan karena teknik ini merupakan
BKKBN, Balai Besar Keramik, dan Balai Besar teknik komunikasi dua arah sehingga pengambil
Tekstil sama-sama termasuk ke dalam lembaga data dapat dengan mudah menanyakan dan
pelatihan, namun setiap lembaga tersebut memperoleh informasi terkait kebutuhan
memiliki latar belakang pemilihan tekniknya pelatihan sasaran. Begitu pula dengan teknik
masing-masing yang didasarkan atas tujuan angket, yakni penggunaannya sesuai dengan teori
pelaksanaan program pelatihan di lembaga yang disampaikan oleh McConnell (2003, hlm.
tersebut. Adapun teknik yang digunakan yaitu 140) bahwa teknik ini digunakan untuk populasi
wawancara dan angket. Teknik-teknik tersebut yang berjumlah besar dan/atau tersebar di
tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan, beberapa lokasi. Teknik ini memudahkan para
kelebihannya yaitu data yang diperoleh menjadi pengumpul data karena kebutuhan pelatihan
83
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021
jarang memerlukan informasi hanya dari satu lembaga. Pelaksana pengumpul data
atau dua orang. Namun kelemahannya, teknik terdiri dari 2 orang yang merupakan bagian seksi
ini tidak menyediakan cara untuk menyesuaikan pelatihan teknis. Pengumpul data ini harus
diri dengan respon dari responden. Selain itu, memiliki kompetensi manajerial. Pengumpul
banyak orang yang tidak mau menulis, tidak data terdiri dari 3 orang, yakni terdiri dari bagian
seperti komunikasi langsung dalam teknik pelatihan dan instruktur, serta harus merupakan
wawancara. Hal tersebut dikarenakan mereka seseorang yang ahli di bidangnya.
merasa khawatir tentang membuat catatan
permanen tanpa mengetahui siapa yang akhirnya Menurut McConnell (2003, hlm. 109)
bisa membacanya. Selain itu, karena orang tidak sumber-sumber yang dapat memulai proses
dapat mengekspresikan diri mereka dalam tulisan identifikasi kebutuhan pelatihan adalah (a)
sebaik melalui komunikasi lisan. manajer, yang mengenali kebutuhan pelatihan
Penentuan strategi pengumpulan data karena adanya hasil kinerja departemen, tinjauan
yang dilakukan oleh lembaga pelatihan di Kota kinerja karyawan individu, adanya rencana masa
Bandung adalah dengan menggunakan strategi depan serta peralatan dan sistem baru; (b)
khusus, yakni menentukan pengumpul data yang karyawan yang mungkin perlu meningkatkan
tepat, menyusun instrumen yang sesuai dengan kinerjanya saat ini atau bersiap untuk pekerjaan
tujuan pengumpulan data, dan menentukan lain; (c) staf departemen yang mengenali
sasaran pengumpulan data. Strategi tersebut kebutuhan pelatihan berdasarkan survei
digunakan guna pelaksanaan pengumpulan data pendapat karyawan, evaluasi konsultan
yang efektif dan agar dapat menggali informasi eksternal, laporan anggaran; serta (d) konsultan
secara mendalam. Strategi tersebut selalu eksternal yang mengenali kemungkinan
digunakan setiap tahunnya dan selalu berhasil persyaratan pelatihan sebagai bagian dari proyek
dalam mengumpulkan data untuk identifikasi lain seperti organisasi studi, penilaian kinerja,
kebutuhan pelatihan. dan penilaian manajemen. Pelaksana identifikasi
Pelaksana pengumpul data untuk kebutuhan pelatihan bervariasi berdasarkan
identifikasi kebutuhan pelatihan pada keempat organisasi, namun sebaiknya seorang pelaksana
lembaga pelatihan di Kota Bandung ini berasal identifikasi kebutuhan pelatihan adalah
dari pihak internal lembaga. Jika dijabarkan seseorang yang dilatih dalam keterampilan yang
dalam bentuk tabel, maka sebagai berikut: sesuai untuk mendapatkan informasi yang
memadai dan dapat diandalkan, dan yang paling
Pelaksana Pengumpul Data Untuk sering melaksanakannya adalah seorang pegawai
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan dari seksi pelatihan. Selain itu, banyak orang
BBPLKDN BKKBN yang tidak mau menulis, tidak seperti komunikasi
Keramik Tekstil langsung. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat
Pelaksana pengumpul data terdiri dari 3 (2015, hlm. 11) mengemukakan bahwa sumber-
orang, yaitu 1 orang instruktur, 1 orang program, sumber yang dapat membantu dalam
dan 1 orang staf. Setiap pelaksana pengumpul menentukan identifikasi kebutuhan pelatihan
data ini harus memiliki kompetensi teknis, yaitu yang sesuai dengan situasi tertentu yaitu (a)
manufaktur atau otomotif agar para pengumpul analisis konteks, yaitu analisis kebutuhan bisnis
data memahami data yang harus dikumpulkan atau alasan lain pelatihan yang diinginkan; (b)
terkait kebutuhan pelatihan. Pengumpul analisis user, yaitu analisis yang berurusan
data terdiri dari 3 orang, yaitu 1 orang dengan potensi peserta dan instruktur yang
widyaiswara, 1 orang pejabat pengawas terlibat dalam proses; (c) analisis kinerja, yaitu
(Kasubid), dan 1 orang pelaksana (staff). Para analisis dari tugas-tugas yang dilakukan; (d)
pengumpul data harus memahami angket, teknis analisis konten, yaitu analisis dokumen, hukum,
pengumpulan data, dukungan anggaran, dan prosedur yang digunakan pada pekerjaan; (e)
jenis-jenis diklat yang diselenggarakan oleh pelatihan analisis kesesuaian, yaitu analisis dari
84
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan
apakah pelatihan merupakan solusi yang kerja (customer). Oleh karena itu, untuk
diinginkan; serta (f) analisis biaya-manfaat, yaitu memberikan pelayanan yang berkualitas dan
analisis laba atas investasi (ROI) dari pelatihan. menitikberatkan pada unsur kepuasan kepada
Pelatihan yang efektif menghasilkan kembalinya masyarakat umum maupun industri maka setiap
nilai yang lebih besar bagi organisasi daripada penyelenggara program pelatihan perlu
investasi awal untuk melaksanakan pelatihan. melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan yang
BBPLKDN BKKBN dibutuhkan oleh pelanggan. Program pelatihan
Keramik Tekstil pada dasarnya diselenggarakan sebagai sarana
Waktu pengumpulan data berkisar 1-2 untuk menghilangkan atau setidaknya
hari, yakni berdasarkan lokasi perusahaan yang mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang
akan dikunjungi. Adapun tempat pengumpulan ada saat ini dengan kompetensi standar atau yang
data disesuaikan dengan domisili peserta diharapkan untuk dilakukan oleh seseorang.
pelatihan agar para peserta pelatihan kelak dapat Penentuan sasaran dalam pengumpulan
bekerja di daerahnya masing-masing, dan tidak data pada lembaga pelatihan di Kota Bandung
ada penumpukan karyawan di salah satu ditentukan berdasarkan program pelatihan yang
perusahaan di suatu daerah. Waktu ada di lembaga. Jika dijabarkan dalam bentuk
pengumpulan data sekitar 1,5 bulan, yaitu tabel, maka sebagai berikut:
berdasarkan alokasi jadwal kegiatan, dari mulai
perencanaan, pelaksanaan, sampai pembuatan Sasaran Untuk Proses Pengumpulan Data
laporan. Adapun tempat pengumpulan data yaitu BBPLKDN BKKBN
di ruangan pertemuan yang ada di kantor-kantor Keramik Tekstil
dinas KB, agar semua sasaran dapat hadir. Sasaran disesuaikan dengan kejuruan yang
Waktu pengumpulan data disesuaikan ada di lembaga, yaitu manufaktur atau otomotif.
dengan kebutuhan sasaran, karena pihak sasaran Adapun jumlah sasaran yaitu 16 orang.
sendiri yang akan menghubungi lembaga jika Sasaran untuk proses pengumpulan data
membutuhkan suatu program pelatihan. Adapun yaitu semua SDM yang mempengaruhi program
tempat pengumpulan data disesuaikan dengan KKBPK, dan kemudian dipilih berdasarkan
keinginan sasaran. Waktu pengumpulan kelompok jabatan, tempat penugasan, jenjang
data disesuaikan dengan kebutuhan sasaran, jabatan, dan lainnya. Adapun jumlah sasaran
karena pihak sasaran sendiri yang akan yaitu 405 orang yang berasal dari 27 kab/kota
menghubungi lembaga jika membutuhkan suatu Tidak ada proses penentuan sasaran
program pelatihan. Adapun tempat untuk pengumpulan data karena konsumen yang
pengumpulan data disesuaikan dengan keinginan menghubungi lembaga, kemudian konsumen
sasaran. mengisi database terkait profil perusahaan, jenis
Berdasarkan Tabel d atas, maka dapat pelatihan yang dibutuhkan dan jumlah SDM
diketahui bahwa pengumpul data pada yang akan mengikuti pelatihan. Tidak ada
identifikasi kebutuhan pelatihan pada lembaga proses penentuan sasaran untuk pengumpulan
pelatihan di Kota Bandung sesuai dengan yang data karena konsumen yang menghubungi
disampaikan oleh McConnell (2003, hlm. 109) lembaga, kemudian konsumen mengisi database
diantaranya terdiri dari pegawai-pegawai terkait profil perusahaan, jenis pelatihan yang
lembaga pelatihan sendiri yang mencakup dibutuhkan dan jumlah SDM yang akan
instruktur/ widyaiswara, bagian program atau mengikuti pelatihan.
seksi pelatihan, pejabat pengawas, dan pelaksana
(staff). Hal ini juga sejalan dengan yang Penentuan waktu dan tempat
disampaikan oleh pemerintah Provinsi Sumatera pengumpulan data pada keempat lembaga di
Barat (2015, hlm. 9) bahwa program pelatihan Kota Bandung, yaitu:
harus diselenggarakan sesuai dengan standar
kompetensi untuk memenuhi kebutuhan pasar Waktu dan Tempat Pengumpulan Data
85
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021
86
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan
a. Cakupan penelitian ini masih terbatas Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
pada pengumpulan data yang digunakan untuk Kependidikan.
identifikasi kebutuhan pelatihan saja. Oleh Douglas, J. D. (1976). Investigative Social
Research, Baverly Hills, CA: Sage
karena itu, lebih baik lagi apabila dilakukan Publication,
penelitian lanjutan yang melibatkan aspek Esterberg, K. G. (2002). Qualitative Methods in
lainnya sehingga hasilnya lebih komprehensif Social Research, Mc Graw Hill. New York.
dan memiliki manfaat dalam kaitannya dengan Faisal, S. (1990). Penelitian Kualitatif Dasar dan
identifikasi kebutuhan pelatihan. Aplikasi, Malang: YA3
Fauzi, I. K. A. (2009). Mengelola Pelatihan
b. Penelitian yang sudah dilakukan ruang Partisipatif. Bandung: Nusantara Press.
lingkupnya masih terbatas pada ruang lingkup Firdaus, M. (2011). Manajemen Sumber Daya
lembaga pelatihan di wilayah kota Bandung. Manusia. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Oleh karena itu masih terbuka untuk dilakukan Franco, A. E. (1991). Training. Philippines:
penelitian dengan mengambil sampel dari Metro Manila.
George, R. T. (1975). Badan perencanaan
lembaga pelatihan yang berada di wilayah kota Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga
lainnya agar dapat dijadikan sebuah pembanding Gomes, C. F. (1995). Manajemen Sumber Daya
dari hasil penelitian yang sudah dilakukan. Manusia, Yogyakarta: CV. Andi Offset
Ruang lingkup penelitian ini baru pada Hartania, P. N., Yulianthini, N. N., & Bagia, I.
tingkat kota sehingga masih terbuka untuk W. (2016). Analisis Kebutuhan Pelatihan
Karyawan Pada Hotel. E-Journal Bisma
diadakan penelitian lanjutan dengan tingkat lebih Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
tinggi. Manajemen, - (4), hal 1-11.
Hasanah. (2016). Teknik-teknik observasi. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA at-Taqaddum, 16 (1), hlm. 40-45.
Abdul, H. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Helmi, S. (2003). Mendesain sebuah pelatihan.
Yogyakarta: Multi Press. Jurnal Ilmiah Manajemen & Bisnis, 3 (2),
Adler, Patricia A., & Adler, Peter, Membership hlm. 97-106.
Roles in Field Research, Newbury Park, Irianto, J. (2001). Prinsip-prinsip Dasar
CA: Sage Publication, 1987. Manajemen Pelatihan: Dari Analisis
Alwi, S. (2001). Manajemen Sumber Daya Kebutuhan Sampai Evaluasi Program
Manusia. Yogyakarta: BPFE Pelatihan. Surabaya: Insan Cendekia.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Kaswan. (2016). Pelatihan dan Pengembangan
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta untuk Meningkatkan Kinerja SDM.
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Kaswan, & Akhyadi, A. D. (2015).
Atmodiwiro, S. (2005). Manajemen Pelatihan, Pengembangan Sumber Daya Manusia Dari
Jakarta: Ardadizya Jaya. Konsepsi, Paradigma, dan Fungsi Sampai
Barbazette, J. (2006). Training Needs Assessment: Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Methods, Tools, and Techniques. USA: Kaufman, Roger., dkk. 2003. Strategic Planning
Pfeiffer, an Imprint of Wiley. For Success: Aligning People, Performance,
Balawa, I. G. W., Bagia, I. W., & Suwendra I. W. and Payoffs. San Francisco: Jossey-Bass
(2016). Analisis Kebutuhan Pelatihan Kidder, L.H., (1981). Selltiz, Wrightsman &
Karyawan. E-Journal Bisma Universitas Cook’s Research Methods In Social
Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen, - Relations, (4ed), Newyork: Holts, Rinehart
(4), hal 12-23. & Wingston.
Brown, J. (2002). Training Needs Assessment: A J E Hosio. (2007). Kebijakan Publik &
Must for Developing an Effective Training Desentralisasi. Yogyakarta: Laksbang.
Program. Public Personnel Management, 31 Louhenapessy, F. B. (2010). Modul Pengelola
(4), hal. 569-578. Diklat Departemen Tenaga Kerja. Jakarta:
Bungin, B. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Departemen Tenaga Kerja.
Jakarta: Rajawali Pers. Marshall. (1995). Designing Qualitative Research
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Second Edition. London: Sage Publications,
Standar Kompetensi PTK-PNF dan Sistem International Educational and Professional
Penilaian. Jakarta: Departemen Pendidik Publisher.
dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu
Nonformal, Direktorat Jenderal Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
87
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021
Aksara. Publications.
McClelland, S.B. (1994). Training Needs Royse, D., Tindall, M. S., Badger, K., & Webster,
Assessment Data-Gathering Methods: Part J. M. (2009). Needs Assessment. Oxford:
1, Survey Questionnaires. Journal of University Press.
European Industrial Training, 18 (1), hal. Sarwandi. (2011). Kajian Hasil Analisis
22-26. Kebutuhan Pelatihan Pegawai Dinas
McConnell, J. H. (2003). How to Identify Your Perhubungan pada Kantor Diklat
Organization’s Training Needs: A Practical Transportasi Dasar Bekasi. Jurnal Edisi
Guide to Needs Analysis. USA: Khusus, - (1), hal. 208-214.
AMACON. Siregar, S. (2014). Statistik Parametrik untuk
Mulyaningsari R., Juhariah S., & Surjadi, A. Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi
(2016). Penerapan Training Needs Analysis Aksara.
dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Sudjana, D. (2007). Sistem & Manajemen
Perawat di Rumah Sakit Wava Husada. Pelatihan: Teori dan Aplikasi. Bandung:
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29 (No. 3), Falah Production.
hal. 291-299. Sudjana, D. (2010). Pendidikan Nonformal:
Nilamsari, N. (2014). Memahami studi dokumen Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat
dalam penelitian kualitatif. Wacana & Teori Pendukung, serta Asas. Bandung:
Volume, 8 (2), hlm. 177-181. Falah Production.
Nugraha, P. S. (2013). Penggunaan Media Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan:
Pembelajaran Terhadap Sikap dan Minat Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Siswa. ¬(Skripsi). Universitas Pendidikan R&D. Bandung: Alfabeta.
Indonesia. Sutopo, H. B. (2002). Metodologi Penelitian
Pangabean, S., Mutiara. (2004). Manajemen Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Soegijono, K. R. (1993).Wawancara Sebagai
Indonesia. Salah Satu Metode Pengumpulan Data.
Purnomo, B. H. (2011). Metode dan teknik Jurnal Media Litbangkes, III (1), hal. 17-21.
pengumpulan data dalam penelitian Sukmanadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian
tindakan kelas (classroom action research). Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Jurnal Pengembangan Pendidikan, 8 (1), Thamrin, C. (2008). Pemetaan Kebutuhan
hlm. 251-256. Pendidikan dan Pelatihan Pada Badang
Putri, E. N. R., & Karjono. (2017). Analisis Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kebutuhan Pelatihan Pejabat Struktural (BPSDM) Hukum dan Hak Asasi Manusia
Berdasarkan Training Need Assessment di Periode Tahun 2008. (Skripsi). Universitas
RSUD Dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan. Indonesia.
Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS Yullyanti, E. (2009). Analisis Proses Rekruitmen
Dr. Soetomo, 3 (1), hal. 47-57. dan Seleksi pada Kinerja Pegawai. Jurnal
Raymond, N. (2009). Employee Training and Administrasi dan Organisasi, 16 (3), hal.
Development. McGraw-Hill. 131-139.
Robbins, S. C. M. (2010). Manajemen Edisi Webb, E. J., Campbell D.T., Schwartz R.D., &
Kesepuluh. Jakarta: Penerbit Erlangga Sechrest L., (1966). Unobtrusive Measures:
Rossett, Allison dan Arwady, Yoseph W. (1987). Nonreactive Research In The Social
Training Needs Assessment. Englewood Sciences. Chicago: Rand McNally.
Cliffs, New Jersey: Educational Technology
88