Anda di halaman 1dari 18

Journal of Nonformal Education and Community Empowerment

Volume 5 (1): 71-88, Juni 2021


Available at http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc
p-ISSN 2549-1539
e-ISSN 2579-4256

Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan


Pelatihan Lembaga Pelatihan
Dadan Darmawan  , Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Keguruan Pendidikan, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa

DOI 10.15294/pls.v5i1.30883

Info Artikel Abstrak


Kebutuhan bisa menjadi keinginan untuk memperbaiki kinerja saat ini
Sejarah Artikel: atau untuk memperbaiki kekurangan. Kekurangan adalah kinerja yang
Diterima Juni 2019 tidak memenuhi standar saat ini. Ini berarti bahwa ada cara yang
Disetujui Januari 2021 ditentukan dalam melakukan suatu tugas dan perbedaannya yaitu
Dipublikasikan Juni 2021 menciptakan sebuah masalah. Proses identifikasi kebutuhan membantu
pelatih dan orang yang meminta pelatihan untuk menentukan
Keywords: kebutuhan pelatihan atau kekurangan kinerja. Identifikasi bisa bersifat
Planning; need identification; formal (menggunakan teknik survei dan wawancara) atau informal
training (mengajukan beberapa pertanyaan tentang mereka yang terlibat).
pengumpulan data dalam identifikasi kebutuhan pelatihan pada
lembaga pelatihan di Kota Bandung yakni: Perencanaan pengumpulan
data dalam identifikasi kebutuhan pelatihan pada lembaga pelatihan di
Kota Bandung yaitu disusun berdasarkan data atau informasi yang ingin
diperoleh terkait program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan
sasaran. Sehingga untuk memperoleh data tersebut, maka setiap
lembaga memiliki teknik pengumpulan data yang berbeda-beda.
Pemilihan teknik tersebut ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya
kedalaman dan kejelasan data yang ingin diperoleh, sasaran identifikasi
kebutuhan yang mencakup jumlah dan lokasi sasaran, serta jumlah
pengumpul data.
Abstract
Needs can be a desire to improve current performance or to correct shortcomings.
Disadvantages are performance that does not meet current standards. This means
that there are ways that are determined in carrying out a task and the difference
is creating a problem. The process of identifying needs helps trainers and people
requesting training to determine training needs or lack of performance.
Identification can be formal (using survey and interview techniques) or informal
(asking questions about those involved). data collection in the identification of
training needs at training institutions in the city of Bandung, namely: Planning
data collection in the identification of training needs at training institutions in
the city of Bandung, which is compiled based on data or information to be
obtained related to training programs that meet the target needs. So to get the
data, each institution has different data collection techniques. The choice of the
technique is determined by several factors including the depth and clarity of the
data to be obtained, the target of identifying needs that includes the number and
location of the target, and the number of data collectors.


Alamat korespondensi:
E-mail: dadan.darmawan@untirta.ac.id
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021

PENDAHULUAN kualitas sumber daya manusia yang ada di dalam


Kebutuhan pelatihan adalah perbedaan organisasi tersebut. Oleh sebab itu,
antara kemampuan calon peserta pelatihan pada lembaga/perusahaan harus mempekerjakan
saat sebelum mengikuti pelatihan dengan pegawai yang kompeten dan memiliki motivasi.
kemampuan yang diharapkan atau yang Kebutuhan akan calon pegawai atau
seharusnya dimiliki oleh lulusan setelah masyarakat yang memiliki karakteristik tersebut
mengikuti pelatihan calon peserta atau lulusan dirasa semakin kuat ketika lembaga/perusahaan
pelatihan yang dimaksudkan di sini antara lain menghadapi tantangan-tantangan yang semakin
adalah pegawai, staf, pimpinan, karyawan, mengglobal, bergerak cepat, dan sangat dinamis
wirausahawan, pencari kerja, dan lain (Kaswan, 2016, hlm. 1). Agar mampu bersaing
sebagainya dalam suatu instansi, lembaga, dan berkembang dengan pesat, maka
organisasi atau masyarakat. lembaga/perusahaan menggunakan strategi
Needs Assessment merupakan sebuah utamanya yaitu menyediakan pendidikan untuk
kegiatan yang bertujuan untuk mengukur para pegawainya melalui program
kebutuhan sebelum dilaksanakannya suatu pengembangan sumber daya manusia.
program pelatihan. Kegiatan ini dilaksanakan Identifikasi kebutuhan adalah proses
agar pelatihan yang kelak dilaksanakan sesuai mengumpulkan informasi tentang kebutuhan
dengan kebutuhan dari sasaran program atau lembaga/perusahaan yang dinyatakan atau
dengan kata lain program pelatihan yang tersirat dan dapat dipenuhi dengan melakukan
dilaksanakan tepat sasaran. pelatihan (Kaswan & Akhyadi, 2015, hlm. 283).
Needs Assessment perlu dilakukan karena Kebutuhan bisa menjadi keinginan untuk
memiliki beberapa manfaat, yaitu (a) needs memperbaiki kinerja saat ini atau untuk
assessment bisa menjadi proses yang sistematis memperbaiki kekurangan. Kekurangan adalah
untuk memandu pengambilan keputusan; (b) kinerja yang tidak memenuhi standar saat ini. Ini
needs assessment dapat memberikan justifikasi berarti bahwa ada cara yang ditentukan dalam
untuk keputusan sebelum dibuat; (c) needs melakukan suatu tugas dan perbedaannya yaitu
assessment dapat terukur untuk berbagai ukuran menciptakan sebuah masalah. Proses identifikasi
proyek, kerangka waktu, atau anggaran; (d) kebutuhan membantu pelatih dan orang yang
needs assessment bisa menjadi model yang bisa meminta pelatihan untuk menentukan
ditiru dan bisa diterapkan oleh pemula atau ahli; kebutuhan pelatihan atau kekurangan kinerja.
(e) needs assessment dapat memberikan Identifikasi bisa bersifat formal (menggunakan
pandangan yang sistemik bagi pengambil teknik survei dan wawancara) atau informal
keputusan; serta (f) needs assessment dapat (mengajukan beberapa pertanyaan tentang
memungkinkan solusi interdisipliner untuk mereka yang terlibat).
masalah yang kompleks (Kaswan, 2016, hlm. Identifikasi kebutuhan bertujuan untuk
58). mengidentifikasi kebutuhan atau tuntutan kinerja
Calon pegawai merupakan sumber daya di dalam lembaga/perusahaan guna
manusia yang dimiliki oleh Perusahaan yang mengarahkan kemampuan pegawai sesuai
bertugas untuk menggerakkan atau mengelola dengan diharapkan oleh organisasi atau
sumber daya lainnya (Yullyanti, 2009, hlm. 131). perusahaan, yang berkaitan dengan ketercapaian
pegawai harus melaksanakan tugasnya secara tujuan organisasi, peningkatan produktivitas,
efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan riil serta penyediaan produk dan jasa yang
Lembaga sehingga sumber daya lainnya dapat berkualitas (Miller & Osinski, 2002, hlm. 12).
digerakkan dan dikelola dengan baik. Kaswan Dikarenakan identifikasi kebutuhan merupakan
(2016, hlm. 1) mengemukakan bahwa langkah awal dari pelaksanaan program
lembaga/perusahaan sebaik orangnya. Hal pelatihan, maka jika hal tersebut tidak
tersebut berarti bahwa kualitas dilaksanakan dengan baik akan mengakibatkan
lembaga/perusahaan sangat bergantung pada tidak tercapainya hasil pelatihan yang

72
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan

diharapkan. Stewart dan Brown (dalam Kaswan melakukan identifikasi kebutuhan (Werner &
dan Akhyadi, 2015, hlm. 281) mengemukakan DeSimone, dalam Kaswan & Akhyadi, 2015,
bahwa identifikasi kebutuhan dapat dilaksanakan hlm. 284).
melalui dua cara yang berbeda, yaitu (a) Institusi merupakan lembaga yang
identifikasi kebutuhan mungkin dilaksanakan dibentuk oleh berdasarkan suatu kebutuhan dan
secara teratur karena program pelatihan telah pelaksanaan tugasnya berdasarkan atas peraturan
direcanakan dan anggaran telah dialokasikan. perundang-undangan dengan tujuan untuk
Proses perencanaan ini memerlukan pendekatan meningkatkan pelayanan masyarakat dan
proaktif untuk menentukan kebutuhan pelatihan meningkatkan taraf kehidupan serta
dan mengembangkan rencana pelatihan, serta (b) kesejahteraan masyarakat (Maulana, 2014, hlm.
identifikasi kebutuhan mungkin saja dilakukan 1).
dengan cara reaktif dalam menanggapi Secara umum, identifikasi kebutuhan
permintaan atas program pelatihan tertentu. pelatihan yang dilaksanakan pada lembaga
Identifikasi kebutuhan pelatihan penting pelatihan di Kota Bandung dilatarbelakangi oleh
untuk dilaksanakan guna mendapatkan dampak data dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
positif atau hasil yang optimal dari pelatihan (Sakernas) pada bulan Februari 2018 yang
yang akan dilaksanakan, sehingga waktu dan menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di
dana yang dikeluarkan tidak sia-sia (Fatchiyah, Indonesia mencapai 6,87 juta jiwa (Sabki, 2018,
2012, hlm. 1). Berdasarkan hal tersebut, maka hlm. 1). Sebagian besar pengangguran tersebut
dapat diketahui bahwa identifikasi kebutuhan memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu
sangat penting sekali untuk dilaksanakan oleh sekitar 1,2 juta jiwa, sedangkan yang memiliki
lembaga atau perusahaan sebab identifikasi tingkat pendidikan menengah yaitu sekitar 4,1
kebutuhan berperan dalam kemajuan lembaga juta jiwa (Sakernas, 2018, hlm. 1). Dengan kata
atau perusahaan tersebut. Melalui identifikasi lain, banyaknya pengangguran tersebut
kebutuhan, maka lembaga atau perusahaan dapat disebabkan oleh belum siapnya tenaga kerja yang
mengetahui kekurangan kinerja pegawai dan hal memiliki tingkat pendidikan rendah untuk
apa yang dibutuhkan oleh pegawai untuk memasuki dunia kerja dikarenakan kurangnya
meningkatkan kinerjanya tersebut. skill yang mereka miliki. Hal tersebut diakibatkan
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian pula oleh belum adanya kesesuaian antara supply
yang dilakukan oleh Sarwandi (2011, hlm. 214) dan demand, sehingga kesempatan untuk
yang menyebutkan bahwa pelaksanaan menempatkan tenaga kerja yang telah terlatih
identifikasi kebutuhan pelatihan harus dilakukan menjadi terbatas. Pada akhirnya, banyaknya
secara komprehensif mulai dari analisis tingkat pengangguran secara tidak langsung akan
lembaga/perusahaan, tingkat operasional, meningkatkan angka kemiskinan.
sampai tingkat individu supaya hasil yang Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
diperoleh maksimal, serta data hasil identifikasi merasa tertarik untuk menganalisis mengenai
kebutuhan pelatihan yang diperoleh dapat pengumpulan data dalam identifikasi kebutuhan
meningkatkan kualitas pelatihan dan kinerja pelatihan pada lembaga pelatihan di Kota
pegawai. Bandung.
Meskipun penting, identifikasi kebutuhan
sering tidak dilakukan karena beberapa alasan (a) KAJIAN LITERATUR
identifikasi kebutuhan mungkin merupakan A. Konsep Identifikasi Kebutuhan
proses yang sulit dan memakan waktu; (b) 1. Pengertian Identifikasi Kebutuhan
tindakan lebih dihargai daripada penelitian; (c) Identifikasi kebutuhan pelatihan adalah
adanya asumsi yang salah bahwa identifikasi proses mengumpulkan informasi tentang
kebutuhan tidak diperlukan karena informasi kebutuhan organisasi yang dinyatakan atau
yang ada sudah merinci kebutuhan-kebutuhan tersirat dan dapat dipenuhi dengan melakukan
organisasi; serta (d) kurangnya dukungan untuk pelatihan (Barbazette, 2006, hlm. 5). Kebutuhan

73
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021

bisa menjadi keinginan untuk memperbaiki Perubahan aspek ekternal mencakup berbagai
kinerja saat ini atau untuk memperbaiki aspek yang dapat di lingkungan individua tau
kekurangan. Kekurangan adalah kinerja yang kelompok tersebut: persaingan global, alih
tidak memenuhi standar saat ini. Adapun teknologi, kebutuhan pasar kerja, pertumbuhan
menurut Kaufman (dalam Kaswan & Akhyadi, ekonomi, peraturan,dan lain-lain.
2015, hlm. 82) penilaian kebutuhan merupakan Kesenjangan tersebut dapat mendorong
proses formal yang mengidentifikasi kebutuhan munculnya kebutuhan belajar (learning needs)
sebagai kesenjangan (gap) antara hasil sekarang yang diartikan sebagai suatu jarak antara tingkat
dengan hasil yang diharapkan, yang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
menempatkan kebutuhan itu pada urutan dimiliki pada suatu saat dengan tingkat
prioritas yang berdasarkan pada biaya untuk pengetahuan, keterampilan, dan masyarakat
memenuhi tiap-tiap kebutuhan dibandingkan yang hanya dapat dicapai melalui kegiatan
biaya mengabaikannya, dan menyeleksi belajar Sudjana (2001, hlm. 210).
kebutuhan yang paling penting (masalah atau Menurut Johnson dan Rivera dalam
peluang) untuk pengurangan atau penghapusan. Sudjana (2007, hlm. 49) kebutuhan belajar ini
Hal tersebut sejalan dengan yang dapat diklasifikasikan yakni (1) kebutuhan
disampaikan oleh Papu (dalam Fauzi, 2009, hlm. belajar yang berkaitan dengan tugas pekerjaan,
47) bahwa identifikasi kebutuhan pelatihan (2) kebutuhan belajar yang berkaitan dengan
merupakan suatu proses pengumpulan dan kegemaran dan reaksi, (3) kebutuhan belajar yang
identifikasi data dalam rangka mengidentifikasi berkaitan dengan keagamaan, dan (4) kebutuhan
bidang-bidang atau faktor-faktor yang ada di belajar yang berkaitan dengan pengetahuan masa
dalam perusahaan atau organisasi yang perlu dan pengetahuan umum.
ditingkatkan atau diperbaiki agar kinerja pegawai 3. Tujuan Identifikasi Kebutuhan
dan produktivitas perusahaan atau organisasi Atmodiwiro (2005, hlm. 88)
menjadi meningkat. mengemukakan bahwa tujuan identifikasi
Dari beberapa pengertian di atas, maka kebutuhan adalah a) pertama, menggambarkan
dapat disimpulkan bahwa penilaian kebutuhan sifat yang sebenarnya (eksak) dari suatu deskripsi
merupakan pengkajian mengenai ada atau pelaksanaan pekerjaan; b) kedua, menentukan
tidaknya kesenjangan dalam tingkat kinerja sebab-sebab deskripsi pelaksanaan pekerjaan; c)
seseorang dengan kinerja seharusnya yang sudah ketiga,
ditentukan oleh pihak perusahaan atau merekomendasikan solusi yang cocok; dan
organisasi. d) keempat, menggambarkan calon peserta.
2. Alasan Dilakukannya Identifikasi Pengertian tersebut menunjukkan bahwa
Kebutuhan Pelatihan penilaian kebutuhan bertujuan untuk
Dilakukannya identifikasi kebutuhan menyiapkan informasi tentang perlu tidaknya
sebagai dasar penyelenggaraan pelatihan pelatihan dilaksanakan.
didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut: Adapun menurut Swist (dalam Kaswan &
. Aspek ini paling sedikit meliputi: 1) aspek Akhyadi, 2015, hlm. 283) bahwa penilaian
fisik seperti perubahan usia, tingkat kesehatan, kebutuhan bertujuan sebagai berikut:
tingkat ekonomi, produktivitas kerja dan lain-lain 1. Menentukan pelatihan yang sesuai
; 2) aspek psikis, meliputi: perubahan minat, dengan pekerjaan seseorang.
perubahan pola fikir, perubahan pandangan, 2. Menentukan pelatihan yang akan
kompetensi, tingkat pendidikan dan lain-lain; 3) meningkatkan kinerja.
aspek sosial meliputi: hubungan antar kawan 3. Menentukan pelatihan yang akan
sekerja atau dengan atasan/ bawahan ditempat menimbulkan perbedaan.
kerja, dalam aktivitas organisasi, hubungan di 4. Menghubungkan peningkatan kinerja
lingkingan keluarga maupun di lingkungan dengan tujuan organisasi.
masyarakat, setatus sosial dan lain-lain.

74
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan

Lebih lanjut Brown (2002, hlm. 569) tujuan dari identifikasi kebutuhan pelatihan
menjelaskan bahwa identifikasi kebutuhan sebagai cara memperoleh data akurat tentang
pelatihan merupakan suatu hal yang penting, kebutuhan diadakanya penyelenggaraan
karena memiliki tujuan sebagai berikut: pelatihan.
1. Untuk mengidentifikasi area masalah 4. Prosedur Tahapan Identifikasi
spesifik dalam organisasi, artinya manajemen Kebutuhan Pelatihan
dan pihak PSDM harus mengetahui sumber Menurut Rossett dan Arwady (1987,
permasalahan agar pelatihan yang dirancang hlm. 37) tahapan identifikasi kebutuhan
diarahkan ke masalah organisasi tersebut. pelatihan digambarkan sebagai berikut:
2. Untuk mendapatkan dukungan
manajemen, artinya memastikan bahwa
pelatihan secara langsung mempengaruhi apa
yang terjadi di departemen manajer tersebut.
Dengan kata lain, pihak manajemen akan
mendukung pelaksanaan pelatihan jika pihak
PSDM dapat menunjukkan jika program
pelatihan yang dilaksanakan sudah pasti dapat
meningkatkan kinerja pegawai. Louhenapessy (2010, hlm. 12)
Untuk mengembangkan data untuk menjelaskan bahwa formulating objective, yaitu
evaluasi, artinya jika identifikasi kebutuhan menentukan tujuan pelatihan. Dalam tahapan ini
dilaksanakan, maka pelatih dapat mengukur identifikasi kebutuhan pelatihan menetapkan
tingkat efektivitas dari program yang arah identifikasi kebutuhan pelatihan. Misalnya
dilaksanakan. menentukan pelatihan sesuai dengan yang
3. berlaku jika data yang diperoleh diharapkan oleh organisasi atau lembagai,
digunakan untuk melaksanakan program meningkatkan jabatan atau tingkat pekerja
pelatihan, yang berakibat evaluasi yang perorangan.
dilaksanakan tidak akan memperoleh data yang Managing Tools and Methos, Setelah
valid. tujuannya ditetapkan, maka langkah selanjutnya
4. Untuk menentukan biaya dan manfaat adalah menentukan metode dan peralatan yang
pelatihan, artinya pelatihan merupakan hal yang akan digunakan dalam AKD, misalnya interviu,
tepat ketika organisasi memperoleh lebih banyak observasi lapangan, survey melalui kuesioner.
manfaat dari pelatihan yang dilaksanakan Setelah menentukan hal tersebut maka langkah
daripada biaya yang diinvestasikan pada program selanjutnya adalah membuat instrumen yang
pelatihan tersebut. akan digunakan dalam pengumpulan data, baik
Gupta dalam Firdaus (2011, hlm. 114) berupa pedoman interviu, pedoman observasi
menjelaskan ada dua tujuan dasar dalam lapangan maupun kuesioner untuk survey
penyelenggaraan identifikasi kebutuhan lapangan.
pelatihan diantaranya “to identify the knowledge
and skills the people must prosess in order to 5. Sumber Informasi Tentang Kebutuhan
perform effectively on the job to prescribe Pelatihan
appropriante interventions that can close these Kebutuhan pelatihan dan kebutuhan
gaps’’ hal tersebut bisa bertujuan pada identifikasi belajar dapat diidentifikasi berbagai sumber yaitu
kebutuhan pelatihan untuk memberikan solusi dari calon peserta pelatihan, organisasi tempat
yang tepat dalam mengatasi perbedaan yang calon peserta pelatihan, bertugas atau bekerja,
terlihat dari keadaan yang sekarang dan keadaan masyarakat yang menjadi layanan kegiatan calon
yang diharapkan. peserta pelatihan, dan pihak-pihak yang terikat
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Papu (Sudjana, 2007, hlm. 82).
dalam Fauzi (2009, hlm. 45) menjelaskan bahwa

75
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021

Sumber kebutuhan makro bagi pelatihan f. Perubahan kebijakan. Perubahan


diperlukan apabila kebutuhan pelatihan itu kebijakan perusahaan atau organisasi biasanya
melibatkan seluruh calon pegawai, serta pegawai membutuhkan pelatihan sebagai format untuk
dalam jumlah besar, yang diisyaratkan harus menyampaikan informasi kebijakan-kebijakan
memiliki kemampuan tertentu sesuai dengan baru kepada pegawai dan untuk meningkatkan
klasifikasi bidang tugas atau pekerjaannya. Para kemampuan pegawai dalam melaksanakan
calon pegawai, diisyaratkan untuk dibekali kebijakan-kebijakan baru tersebut.
wawasan pengetahuan, keterampilan, sikap dan g. Kebijakan baru yang dituangkan dalam
nilai-nilai tertentu sehingga mereka mampu peraturan atau intruksi. Adanya peraturan atau
memahami, menghayati dan melakukan visi, intruksi baru dalam perusahaan atau organisasi
misi, tujuan, fungsi program dan prosedur sering mengisyaratkan perlunya pelatihan bagi
pengembangan kegiatan dan organisasi. Sumber karyawan untuk mengimplementasikan
dan jenis kebutuhan makro antara lain sebagai peraturan atau instruksi baru yang telah
berikut: ditetapkan.
a. Laporan tahunan unit kerja. Laporan ini
menyajikan informasi utama setiap tahun, yang Diperlukan suatu model analisis untuk
disampaikan dalam rapat kerja lembaga mengetahui efektif dan efesiennya suatu
perusahaan atau pewrtemuan organisasi, dan kebutuhan lembaga pelatihan. Sudjana (2007,
informasinya dapat digunakan untuk hlm. 88) mengemukakan bahwa pelatihan
mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Laporan dimaksudkan untuk menanggulangi dua hal,
tahunan unit kerja biasanya menyajikan rencana, yaitu masalah kinerja dan kemampuan pegawai
pelaksanaan, hasil yang dicapai, kondisi dalam berkinerja pada jabatan tertentu.
ketenagaan, masalah yang diahadapi alternatif Berkinerja pada jabatan tertentu memiliki dua
pemecahan masalah, dan lain sebagainnya. arti. Pertama, pegawai tidak memiliki kinerja
b. Laporan dan permintaan khusus. seperti yang diharapkan, sehingga untuk
Laporan dan permintaan dapat diarahkan untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya
mengetahui rencana baru, perubahan perioritas, diperlukan analisis kinerja pegawai. Kedua,
masalah baru, dan lain sebagainnya yang penempatan seseorang dalam pekerjaan tertentu
menyangkut kinerja karyawan. Informasi atau promosi, pegawai ingin mengetahui peran
tersebut dapat menyingkap strategi dan program dan pekerjaan baru serta kemampuan yang
baru yang memerlukan tenaga kualifikasi khusus diperlukan dalam melaksanakan tugas-tugas
yang mungkin tidak dimiliki oleh karyawan pekerjannya. Dengan demikian, maka untuk
dalam kualifikasi skala besar. mengetahui pengetahuan, keterampilan, sikap
c. Pemekaran tugas dan fungsi perusahaan dan nilai-nilai yang diperlukan agar pegawai
atau organisasi yang sering membutuhkan memiliki kinerja yang baik maka diperlukan
pelatihan ketenagaan yang mampu memegang analisis kompetensi.
jabatan dan tugas-tugas baru. Gibson, dkk. (dalam Sudjana, 2007, hlm.
d. Peralatan dan mesin baru. Hadirnya 89) menjelaskan bahwa dalam pengkajian profil
teknologi baru, misalnya alat-alat modern untuk organisasi perlu ditekankan pada segi perilaku,
meningkatkan kapasitas produksi atau teknologi struktur, proses dalam organisasi dalam
informasi, mengharuskan adanya pelatihan bagi keseluruhan, dan pada variable-variabel serta
pegawai yang ditugasi untuk menjalankan hubungan antara variabel. Weisbord (dalam
teknologi dan/atau alat-alat baru. Sudjana, 2007, hlm. 89) menawarkan model
e. Perubahan standar kerja. Perubahan kajian profil organisasi yang mencakup tujuan,
standar dalam pelaksanaan pekerja sering struktur, sistem penghargaan (reward),
memunculkan kebutuhan pelatihan bagi pegawai mekanisme kerja, hubungan kemanusiaan, dan
dalam jumlah besar. kepemimpinan. Hasil kajian profil organisasi
dapat menunjukan informasi tentang kebutuhan

76
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan

pelatihan bagi staf dan/atau pegawai untuk kesenjangan kinerja (analisis kerja) atau tentang
meningkatkan efesiensi, efektivitas, dan kompetensi yang harus dimiliki oleh karyawan
kekurangan organisasi, serta untuk memperbaiki atau staf yang mencakup pengetahuan,
dan memodifikasi variabel-variabel komponen keterampilan, sikap dan nilai-nilai (analisis
organisasi. kompetensi).
(Hackman & Old ham, dalam Sudjana, Data/informasi subjektif dapat diperoleh
2007, hlm. 90). Uraian pekerjaan mempunyai langsung melalui wawancara atau kuesioner
kaitan erat dengan kinerja, karena dalam uraian yang dilakukan terhadap orang-orang yang
pekerjaan itu dapat ditunjukan tugas, tanggung terlibat atau berkaitan dengan organisasi,
jawab, hubungan antara staf atau pegawai, mencakup: 1) para ahli di bidang yang
kondisi kerja, penyeliaan, dan pelaporan. Uraian bersangkutan, 2) pimpinan dan bawahan, 3)
pekerjaan yang jelas akan menghindarkan pelaksana pekerjaan dan/atau jabatan. 4)
ketidakjelasan peran (role ambiguity) pada diri pengguna jasa, dan 5) perancang pekerja yang
staf atau pegawai. Sedangkan sumber daya yang bersangkutan.
digunakan untuk melakukan pekerjaan adalah
fasilitas, alat-alat, pembiayaan, dan lain 8. Prosedur untuk Mengidentifikasi
sebagainya. Kebutuhan Pelatihan
. Untuk mengetahui prosedur yang akan
6. Pendekatan Identifikasi Kebutuhan digunakan, maka hal yang harus diketahui yaitu:
Pelatihan 1. Kebutuhan Pelatihan
Diperlukan suatu model analisis untuk Kebutuhan pelatihan adalah kesenjangan
mengetahui efektif dan efesiennya suatu antara kinerja aktual dan kinerja yang diinginkan
kebutuhan lembaga pelatihan. Sudjana (2007, atau antara kemampuan saat ini dan persyaratan
hlm. 88) mengemukakan bahwa pelatihan pekerjaan yang dapat ditutup dengan pelatihan.
dimaksudkan untuk menanggulangi dua hal, Kebutuhan pelatihan terbagi dalam dua kategori
yaitu masalah kinerja dan kemampuan pegawai dasar yaitu kebutuhan pelatihan organisasi dan
dalam berkinerja pada jabatan tertentu. kebutuhan pelatihan karyawan.
Berkinerja pada jabatan tertentu memiliki dua 2. Mengidentifikasi Area yang Mungkin
arti. Pertama, pegawai tidak memiliki kinerja Karyawan Membutuhkan Pelatihan
seperti yang diharapkan, sehingga untuk Langkah selanjutnya dalam prosedur
mengetahui faktor-faktor penyebabnya untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
diperlukan analisis kinerja pegawai. adalah menentukan area yang mungkin memiliki
Gibson, dkk. (dalam Sudjana, 2007, kebutuhan tersebut. Di sebagian besar organisasi,
hlm. 89) menjelaskan bahwa dalam pengkajian tidak mungkin untuk secara bersamaan
profil organisasi perlu ditekankan pada segi memeriksa semua fungsi dan karyawan, sehingga
perilaku, struktur, proses dalam organisasi dalam area dengan kebutuhan paling besar atau paling
keseluruhan, dan pada variable-variabel serta mendesak harus ditemukan dan diprioritaskan
hubungan antara variabel. Weisbord (dalam untuk penyelidikan lebih lanjut.
Sudjana, 2007, hlm. 89) menawarkan model 3. Permintaan yang Tidak Diantisipasi
kajian profil organisasi yang mencakup tujuan, Terkadang, terdapat permintaan yang
struktur, sistem penghargaan (reward), tidak diantisipasi yakni untuk menyelidiki
mekanisme kerja, hubungan kemanusiaan, dan kebutuhan pelatihan yang memungkinkan. Hal
kepemimpinan. tersebut muncul karena adanya penambahan
peralatan baru, undang-undang baru, dan
7. Data tentang Kebutuhan Pelatihan perubahan departemen dan penugasan kerja
Sudjana (2007, hlm. 87) menjelaskan dapat menciptakan kebutuhan pelatihan.
bahwa data/informasi yang dihimpun dalam 4. Survei Pelatihan
identifikasi kebutuhan pelatihan menyangkut

77
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021

Kuesioner merupakan pendekatan yang Data adalah bahan mentah yang perlu
paling sering digunakan untuk mengidentifikasi diolah sehingga menghasilkan informasi atau
kebutuhan pelatihan. Biasanya departemen keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif
pelatihan mengirimkan kuesioner kepada semua yang menunjukkan fakta sehingga dapat
manajemen di dalam organisasi. memberi manfaat bagi peneliti atau memberi
5. Survei Kinerja gambaran kepada peneliti tentang kondisi atau
Pendekatan lain yang sering digunakan suatu keadaan (Sugiyono, 2012, hlm. 5). data
adalah survei mengenai kebutuhan pelatihan menurut jenisnya dibagi menjadi:
karyawan namun diidentifikasi melalui tinjauan 1. Data Kualitatif
kinerja. Survei ini biasanya didistribusikan pada Data kualitatif adalah data yang
saat melakukan penilaian kinerja karyawan berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik
tahunan. berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Data
ini biasanya didapat dari wawancara dan bersifat
9. Teknik Pengumpulan Data Pada subjektif. Data kualitatif dapat berbentuk ordinal
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan atau ranking.
Teknik pengumpulan data merupakan 2. Data Kuantitatif
langkah yang paling utama dalam penelitian, Data kuantitatif yaitu data yang berwujud
karena tujuan utama dari penelitian adalah angka-angka. Data ini diperoleh dari pengukuran
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik langsung maupun dari angka-angka yang
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan diperoleh dengan mengubah data kualitatif
mendapatkan data yang memenuhi standar data menjadi data kuantitatif.
yang ditetapkan (Sugiyono, (2010, hlm. 308).
Barbazette (2006, hlm. 67) 11. Analisis Data Hasil Identifikasi
mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data Kebutuhan Pelatihan
dalam identifikasi kebutuhan pelatihan Analisis data kuantitatif mencakup
dibedakan atas dua pendekatan, yaitu mengorganisasikan, menganalisis, dan
pendekatan formal dan informal. Pengumpulan menginterpretasikan data-data yang berupa
data menggunakan pendekatan formal mencakup angka (Montcalm & Royse, dalam Royse dkk.,
teknik survei tertulis, wawancara terhadap para 2009, hlm. 71).
pemangku kepentingan, serta metode lain. menguji pola hubungan di dalam suatu
Sedangkan pengumpulan data dengan grup tertentu (Weinbach & Grinnell, dalam
menggunakan pendekatan informal yaitu Royse dkk., 2009, hlm. 72). Dengan kata lain,
dilakukan secara verbal melalui percakapan dan analisis data kuantitatif merupakan cara untuk
beberapa catatan tertulis. mengumpulkan semua data yang telah diperoleh
Adapun menurut McConnell (2003, hlm. selama penilaian kebutuhan dan mengolahnya
119) terdapat berbagai macam teknik yang dapat sehingga mendapatkan hasil yang berarti (Royse
digunakan untuk mengumpulkan informasi dkk., 2009, hlm. 72).
terkait identifikasi kebutuhan pelatihan. Pada
dasarnya, teknik tersebut terbagi ke dalam tiga 12. Prosedur Identifikasi
jenis, yaitu wawancara, kuesioner, dan Kebutuhan Pelatihan
pertemuan (meeting). Wawancara umumnya menurut Sudjana (2007, hlm. 95)
prosedur yang digunakan kepada individu. identifikasi kebutuhan pelatihan dapat dilakukan
Sedangkan, kuesioner dan pertemuan (meeting) melalui tahapan berikut:
digunakan kepada kelompok orang yang lebih 1. Menentukan kebutuhan pelatihan
besar. jangka pendek (yang mendesak). Kebutuhan ini
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
10. Jenis Data a. Mengevaluasi program pelatihan dan
pengembangan yang sudah berjalan, untuk

78
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan

menentukan apakah pelatihan telah pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai


menghasilkan perubahan kemampuan sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya dengan
dengan yang diinginkan. tujuan mengembangkan tingkat kerterampilan,
b. Mengevaluasi program pelatihan yang sikap-sikap peserta yang efisien dan efektif dalam
sedang berjalan. Kegiatan ini dilakukan dengan lingkungan keluarga bahkan masyarakat dan
cara mereviu dokumen-dokumen pelatihan, negaranya.
mengobservasi para pelatih/pembimbing dan Dalam Undang- Undang RI Nomor 20
peserta pelatihan di panti pelatihan, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
laboratorium, tempat kerja, perusahaan, dan lain pasal 26 ayat 4 yang menyatakan bahwa lembaga
sebagainnya, menghasilkan hasil tes awal dan tes pelatihan merupakan satuan pendidikan
akhir pelatihan, dan wawancara para pelatih dan masyarakat disamping satuan pendidikan
peserta pelatihan. lainnya yaitu kursus, kelompok belajar, majelis
c. Mengevaluasi keluaran (output) dan ta’lim, kelompok bermain, taman penitipan anak,
tampak (outcome) pelatihan. Evaluasi ini pusat kegiatan belajar masyarakat dan satuan
dilakukan dengan cara: (1) mewawancarai para pendidikan sejenis. Tingkat keterampilan, sikap-
suvervaisor; (2) mewawancara dan mengamati sikap peserta yang efisien dan efektif dalam
para peserta pelatihan di tempat kerjanya; (3) lingkungan keluarga bahkan masyarakat dan
mereviu catatan-catatan personalia (personil negaranya.
records) dan rating pelaksana; (4) menghimpun Adapun sasaran dari pendidikan
dan mengadministrasikan kuisoner yang nonformal menurut Departemen Pendidikan
diperlukan dan membagikannya kepada peserta Nasional (2006, hlm. 5) seluruh lapisan
pelatihan untuk dianalisis, dan; (5) menganalisis masyarakat, tidak terbatas usia, jenis kelamin,
sampel kegiatan kerja. status social ekonomi dan tingkat pendidikan
d. Menyusun daftar kegagalan dan sebelumnya. Hal ini dikatakan bahwa pendidikan
analisisnya yang terjadi dalam proses pekerjaan. non formal seyogyanya mampu melayani seluruh
Selanjutnya menentukan apakah kegagalan lapisan masyarakat yang membutuhkan baik
tersebut disebabkan oleh: (a) organisasi yang dalam hal tambahan pengetahuan, skill, dan
tidak mapan; (b) pengawasan/supervise yang keterampilan. Sedangkan dam Undang-Undang
tidak memadai; (c) kebijakan yang tidak jelas; (d) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
komunikasi yang tidak lancer; (e) kebijakan atau Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat 1
prosedur pemilikan personil yang tidak wajar; (f) menyebutkan bahwa pendidikan nonformal
masalah fasilitas dan perlengkapan; (g) metode diselenggarakan bagi warga, masyarakat yang
kerja yang tidak tepat; (h) standar kerja yang membutuhkan layanan pendidikan formal dalam
tidak sesuai, dan; (i) pelatihan supervaisor dan rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat
oprator yang tidak memadai. life long education.
e. Melakukan survey pada seluruh aspek
organisasi untuk menentukan pelatihan C. Kajian Penelitian yang Relevan
tambahan yang diperlukan. Penelitian Mulyaningsari, Juhariah, dan
Surjadi (2016, hlm. 291) yang berjudul penerapan
B. Pelatihan Dalam Pendidikan training needs analysis dalam upaya peningkatan
Masyarakat kompetensi perawat di Rumah Sakit Wava
Pelatihan merupakan salah satu bagian Husada.
dari pendidikan nonformal. Adikusumo dalam Penelitian Sarwandi (2011, hlm 208)
Nugraha (2013, hlm. 21) mengemukakan bahwa mengenai analisis kebutuhan Penelitian ini
pendidikan masyarakat sebagai adalah setiap dikembangkan untuk melihat hasil analisis
kesempatan dimana terdapat komunikasi yang kebutuhan pelatihan pegawai dinas perhubungan
teratur dan terarah di masyarakat, dimana yang dilakukan oleh Kantor Diklat Transportasi
seseorang memperoleh informasi-informasi

79
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021

Darat Bekasi supaya mendapatkan gambaran METODE


dalam menyusun program pelatihan. A. Metode dan Pendekatan
Berdasarkan penelitian sebelumnya Penelitian
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwasannya Penelitian ini menggunakan metode
analisis kebutuhan pelatihan berperan terhadap kualitatif. Metode ini digunakan karena
penentuan program yang sesuai dengan penelitian ini bertujuan untuk memahami objek
kebutuhan pegawai yang pada akhirnya dapat yang diteliti secara mendalam. Dalam penelitian
meningkatkan kompetensi pegawai itu sendiri. ini pendekatan yang digunakan adalah deskriptif
Identifikasi kebutuhan pelatihan kualitatif, karena data yang terkumpul dan
merupakan sebuah identifikasi kebutuhan di analisisnya lebih bersifat kualitatif. Metode
tempat kerja yang secara spesifik bertujuan untuk deskriptif bertujuan untuk memahami makna
melihat kebutuhan pelatihan yang menjadi dibalik data yang terlihat dan nyata. Keadaan
prioritas untuk mewujudkan tujuan lembaga atau sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa
perusahaan. yang diucapkan dan dilakukan orang.
Penelitian ini termasuk ke dalam kualitatif
D. Kerangka Pemikiran naturalistik yaitu pelaksanaan penelitian terjadi
Identifikasi kebutuhan pelatihan secara alamiah, dalam situasi normal yang tidak
merupakan sebuah identifikasi kebutuhan di dimanipulasi keadaan dan menekankan pada
tempat kerja yang secara spesifik bertujuan untuk deskripsi secara alami atau dari keadaan
melihat kebutuhan pelatihan yang menjadi sewajarnya atau pengambilan data secara
prioritas untuk mewujudkan tujuan lembaga atau natural. Dengan sifat ini maka dituntut
perusahaan. Informasi kebutuhan ini dapat keterlibatan secara langsung terjun ke lapangan
membantu lembaga atau perusahaan dalam (Arikunto, 2010, hlm. 11). Dari penjabaran
menentukan program pelatihan yang sesuai tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk
dengan kebutuhan masyarakat dan pegawai, memperoleh informasi tentang proses
sehingga program pelatihan yang dilaksanakan pengumpulan data dalam identifikasi kebutuhan
tidak sia-sia. pelatihan yang dilakukan pada lembaga pelatihan
Penilaian kebutuhan berfungsi untuk (a) di Kota Bandung.
mengumpulkan informasi mengenai Di dalam penelitian ini, metode ini
keterampilan dan pengetahuan masyarakat dan digunakan karena sesuai dengan jenis penelitian
pegawai; (b) kemampuan informasi mengenai job yang dilakukan, selain itu peneliti dituntut untuk
content dan job context; (c) menjabarkan standar terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh
kinerja secara rinci; (d) melibatkan dan data, serta metode ini dapat mengungkapkan
mendapatkan dukungan stakeholders; serta (e) semua fenomena dan keadaan juga data yang
menyediakan data untuk perancangan program. diperoleh secara riil.
Teknik observasi yaitu teknik ini
diperlukan bila membutuhkan gambaran B. Tempat dan Waktu Penelitian
kuantitatif seperti waktu, volume dan sebagainya
serta bila diduga sasaran identifikasi mengatakan Penelitian ini dilaksanakan hanya kepada
suatu kejadian yang sebenarnya tidak terjadi atau 4 lembaga yang bersedia untuk diteliti. Lembaga-
dibuat-buat. Teknik procedure analysis yaitu lembaga pelatihan tersebut yaitu mencakup Balai
digunakan bila ingin mendeskripsikan aliran Besar Pengembangan Latihan Kerja Dalam
dokumen yang mengganggu kerjanya fungsi, Negeri (BBPLKDN) Kota Bandung, Balai Balai
menyusun rancangan yang baik untuk mengatasi Besar Keramik, Balai Pelatihan dan
masalah kegagalan sistem dan bila tim Pengembangan Keluarga Berencana Nasional,
identifikasi tidak secara total terbiasa dengan serta Balai Besar Tekstil Bandung.
aliran dokumen. (Fauzi, 2009, hlm. 63).

80
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan

C. Teknik dan Pedoman dan Staf Program Identifikasi Kebutuhan


Pengumpulan Data Pelatihan pada tanggal 17 September 2018 dan 3
Sugiyono (2015: 308) teknik pengumpulan Desember 2018, sedangkan wawancara dengan
data merupakan langkah yang paling utama narasumber dari BKKBN yaitu dilaksanakan
dalam penelitian, karena tujuan utama dari kepada Kepala Bidang Perencanaan Pelatihan
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa dan Widyaiswara pada tanggal 19 September
mengetahui teknik pengumpulan data maka 2018 dan 30 November 2018. Adapun
penulis tidak akan mendapatkan data yang wawancara dengan narasumber dari Balai Besar
memenuhi standar data yang ditetapkan. Keramik yaitu dilaksanakan kepada Kepala
Dalam penelitian ini penulis Bidang Program Pelatihan dan Staf Bidang
menggunakan beberapa teknik penelitian atau Program Pelatihan pada tanggal 20 September
pengumpulan data agar masalah-masalah yang 2018 dan 3 Desember 2018, dan wawancara
dijumpai dalam melaksanakan suatu metode dengan narasumber dari Balai Besar Tekstil yakni
dipecahkan sesuai dengan penelitian. dilaksanakan kepada Kepala Bidang Program
Teknik pengumpulan data yang digunakan Pelatihan dan Staf Bidang Program Pelatihan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: pada tanggal 21 September 2018 dan 3 Desember
2018.
1. Wawancara Wawancara ini dilaksanakan di masing-
Wawancara adalah teknik pengumpulan masing lembaga pelatihan yang bersangkutan,
data melalui komunikasi langsung (tatap muka) yakni di kantor BBPLKDN, kantor BKKBN,
antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak kantor Balai Besar Keramik, dan kantor Balai
yang ditanya atau penjawab (interviewee). Besar Tekstil.
Wawancara dilakukan oleh penanya dengan
menggunakan pedoman wawancara (interview 2. Studi Dokumentasi
guide). Wawancara yang digunakan yaitu Studi dokumentasi merupakan teknik
wawancara terstruktur, artinya peneliti telah pengumpulan data dengan cara mengumpulkan
mengetahui dengan pasti mengenai informasi dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
yang akan diperoleh. Ada beberapa kelebihan dokumen tertulis maupun elektronik. Data hasil
pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi yang telah diperoleh, selanjutnya
diantaranya pewawancara dapat melakukan dianalisis, dibandingkan, dan disatukan sehingga
kontak langsung dengan peserta yang akan membentuk satu hasil kajian sistematis. Dalam
dinilai, data diperoleh secara mendalam, yang di penelitian ini, studi dokumentasi digunakan
interview bisa mengungkapkan isi hatinya secara untuk memperoleh data mengenai program-
lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa program pelatihan yang telah dilaksanakan oleh
diulang dan diarahkan yang lebih bermakna. lembaga pelatihan di Kota Bandung selama
Di dalam penelitian ini, wawancara tahun 2017. Adapun lembaga pelatihan di Kota
digunakan sebagai alat pengumpul data utama Bandung tersebut diantaranya Balai Besar
untuk mengetahui proses pengumpulan data Pengembangan Latihan Kerja Dalam Negeri
pada identifikasi kebutuhan pelatihan. (BBPLKDN) Kota Bandung, Balai Besar
Wawancara pada setiap lembaga dilaksanakan Keramik, Balai Pelatihan dan Pengembangan
sebanyak dua kali, yakni pada bulan September Keluarga Berencana Nasional, serta Balai Besar
dan bulan Desember. Wawancara untuk kedua Tekstil Bandung.
kalinya yakni pada bulan Desember
dilaksanakan guna menguji keabsahan data yang D. Teknik Pengolahan dan
sebelumnya telah diperoleh dari wawancara yang Analisis Data
pertama. Adapun wawancara dengan 1. Keabsahan Data
narasumber dari BBPLKDN yakni dilaksanakan Keabsahan data dalam penelitian ini yaitu
kepada Kepala Bidang Perencanaan Pelatihan menggunakan teknik triangulasi. Sutopo (2002,

81
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021

hlm. 7) mengungkapkan bahwa triangulasi Mereduksi data berarti merangkul,


merupakan cara yang paling umum digunakan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
bagi peningkatan validitas dalam penelitian hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya,
kualitatif. Dalam kaitan ini, Patton (dalam serta membuang yang tidak perlu. Dengan
Sutopo, 2002, hlm. 78) menyatakan bahwa ada demikian, data yang telah direduksi akan
empat macam teknik triangulasi, yaitu (1) memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
triangulasi data (data triangulation), yakni mempermudah peneliti untuk melakukan
peneliti dalam mengumpulkan data harus pengumpulan data selanjutnya, serta mencarinya
menggunakan beragam sumber data yang jika diperlukan.
berbeda, (2) triangulasi metode (methodological 2. Penyajian Data (Data Display)
triangulation), yakni cara peneliti menguji Setelah data direduksi, maka langkah
keabsahan data dengan mengumpulkan data selanjutnya yaitu menyajikan data. Melalui
sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau penyajian data tersebut, maka data
metode pengumpulan data yang berbeda, (3) terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,
triangulasi peneliti (investigator triangulation), sehingga akan semakin mudah dipahami.
yakni hasil penelitian baik data ataupun simpulan Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian
mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan
bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti, dan sejenisnya. Namun yang paling sering digunakan
(4) triangulasi teori yaitu dalam menguji untuk menyajikan data dalam penelitian
keabsahan data menggunakan perspektif lebih kualitaitif yaitu dengan teks yang bersifat naratif.
dari satu teori dalam membahas permasalahan- Dengan menyajikan data, maka akan
permasalahan yang dikaji, sehingga dapat memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
dianalisis dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan hal
dan menyeluruh. yang telah dipahami tersebut.
Di dalam penelitian ini, keabsahan data 3. Conclusion Drawing/Verification
yaitu menggunakan teknik triangulasi sumber Langkah ketiga dalam analisis data
data. Teknik triangulasi ini dilakukan guna kualitatif yaitu penarikan kesimpulan dan
menguji keabsahan data dengan menggunakan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
sumber data yang lebih dari satu dalam masih bersifat sementara dan akan berubah bila
membahas permasalahan yang dikaji, sehingga tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan
dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan yang mendukung pada tahap pengumpulan data
lebih utuh dan menyeluruh. selanjutnya. Namun apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
2. Analisis Data bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data,
Analisis data merupakan proses mencari maka kesimpulan yang dikemukakan yang
dan menyusun secara sistematis data yang merupakan kesimpulan yang kredibel.
diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara HASIL DAN PEMBAHASAN
mengorganisasikan data ke dalam kategori, Perencanaan dalam Pengumpulan Data
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan Untuk Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana Pemilihan teknik pengumpulan data untuk
yang penting dan yang akan dipelajari, serta identifikasi kebutuhan pelatihan yang digunakan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami pada setiap lembaga pelatihan di Kota Bandung
oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, memiliki peraturan yang berbeda. Hal tersebut
2010, hlm. 335). Analisis dalam penelitian tidak lain ditentukan oleh pimpinan lembaga,
kualitatif, yaitu: sasaran identifikasi kebutuhan pelatihan,
1. Reduksi Data (Data Reduction) program pelatihan yang kelak akan dilaksanakan,

82
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan

serta calon peserta pelatihan itu sendiri. Jika lebih mendalam dan dapat tergali secara
dijabarkan dalam bentuk tabel, maka sebagai langsung, serta efisien dalam mengolah data dan
berikut: menarik kesimpulan karena dapat menggunakan
program pengolahan data tertentu. Adapun
kelemahannya yaitu jika pelaksana pengumpul
Teknik Pengumpulan Data Untuk data tidak memiliki pengetahuan akan bidang
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan yang sedang diidentifikasi dan apabila angket
BBPLKDN BKKBN tidak terisi secara lengkap, sehingga
Keramik Tekstil mengakibatkan hasilnya menjadi kurang efektif.
Teknik yang digunakan yaitu wawancara Sudjana (2007, hlm. 87) dan McConnell
mendalam. Teknik ini digunakan karena sasaran (2003, hlm. 120) menjelaskan bahwa teknik
berjumlah sedikit yakni hanya kepada pengumpulan data/informasi seperti angket,
perusahaan pada bidang manufaktur dan wawancara, observasi dapat menghasilkan
otomotif, serta agar data yang diperoleh lebih gagasan-gagasan baru. Teknik tersebut pada
mendalam sehingga lembaga dapat menentukan dasarnya merupakan persepsi manusia baik
kebutuhan perusahaan secara mendetail. sebagai atasan (pimpinan), staf, karyawan
Teknik yang digunakan yaitu angket, komunitas, dan masyarakat. Data yang diperoleh
karena sasaran pelaksanaan identifikasi langsung melalui wawancara atau angket
kebutuhan pelatihan tersebar di 27 kab/kota. dilakukan terhadap orang-orang yang terlibat
Teknik ini digunakan karena dinilai efektif untuk atau berkaitan dengan organisasi, mencakup para
menggambarkan perencanaan pelatihan yang ahli di bidang yang bersangkutan, pimpinan dan
sesuai dengan kebutuhan sasaran. Teknik yang bawahan, pelaksana pekerjaan, dan pengguna
digunakan yaitu angket terbuka, karena sesuai jasa. Wawancara dirancang dan dilakukan untuk
dengan prosedur lembaga yakni melaksanakan tujuan khusus, yakni guna memperoleh informasi
program pelatihan hanya pada bidang keramik, yang diperlukan. Sedangkan angket memberikan
sehingga pihak konsumen yang menghubungi yang terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan
lembaga ketika membutuhkan suatu program pelatihan organisasi karena kebutuhan pelatihan
pelatihan untuk pegawainya. Teknik yang individu jarang memerlukan informasi dari lebih
digunakan yaitu angket terbuka. Teknik ini dari satu atau dua orang.
digunakan untuk mengetahui hal-hal yang Penggunaan teknik wawancara yang
dibutuhkan oleh calon peserta pelatihan terkait digunakan oleh lembaga pelatihan di Kota
bidang tekstil. Sehingga, pihak konsumen yang Bandung guna memperoleh informasi yang
akan menghubungi lembaga jika membutuhkan mendalam untuk identifikasi kebutuhan
pelatihan terkait bidang tekstil untuk para pelatihan sesuai dengan teori yang disampaikan
pegawai di kantornya. oleh Sudjana (2007, hlm. 87) dan McConnell
(2003, hlm. 125) bahwa wawancara mampu
Berdasarkan Tabel di atas, maka dapat menghasilkan gagasan baru terkait program yang
diketahui bahwa walaupun BBPLKDN, akan direncanakan karena teknik ini merupakan
BKKBN, Balai Besar Keramik, dan Balai Besar teknik komunikasi dua arah sehingga pengambil
Tekstil sama-sama termasuk ke dalam lembaga data dapat dengan mudah menanyakan dan
pelatihan, namun setiap lembaga tersebut memperoleh informasi terkait kebutuhan
memiliki latar belakang pemilihan tekniknya pelatihan sasaran. Begitu pula dengan teknik
masing-masing yang didasarkan atas tujuan angket, yakni penggunaannya sesuai dengan teori
pelaksanaan program pelatihan di lembaga yang disampaikan oleh McConnell (2003, hlm.
tersebut. Adapun teknik yang digunakan yaitu 140) bahwa teknik ini digunakan untuk populasi
wawancara dan angket. Teknik-teknik tersebut yang berjumlah besar dan/atau tersebar di
tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan, beberapa lokasi. Teknik ini memudahkan para
kelebihannya yaitu data yang diperoleh menjadi pengumpul data karena kebutuhan pelatihan

83
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021

jarang memerlukan informasi hanya dari satu lembaga. Pelaksana pengumpul data
atau dua orang. Namun kelemahannya, teknik terdiri dari 2 orang yang merupakan bagian seksi
ini tidak menyediakan cara untuk menyesuaikan pelatihan teknis. Pengumpul data ini harus
diri dengan respon dari responden. Selain itu, memiliki kompetensi manajerial. Pengumpul
banyak orang yang tidak mau menulis, tidak data terdiri dari 3 orang, yakni terdiri dari bagian
seperti komunikasi langsung dalam teknik pelatihan dan instruktur, serta harus merupakan
wawancara. Hal tersebut dikarenakan mereka seseorang yang ahli di bidangnya.
merasa khawatir tentang membuat catatan
permanen tanpa mengetahui siapa yang akhirnya Menurut McConnell (2003, hlm. 109)
bisa membacanya. Selain itu, karena orang tidak sumber-sumber yang dapat memulai proses
dapat mengekspresikan diri mereka dalam tulisan identifikasi kebutuhan pelatihan adalah (a)
sebaik melalui komunikasi lisan. manajer, yang mengenali kebutuhan pelatihan
Penentuan strategi pengumpulan data karena adanya hasil kinerja departemen, tinjauan
yang dilakukan oleh lembaga pelatihan di Kota kinerja karyawan individu, adanya rencana masa
Bandung adalah dengan menggunakan strategi depan serta peralatan dan sistem baru; (b)
khusus, yakni menentukan pengumpul data yang karyawan yang mungkin perlu meningkatkan
tepat, menyusun instrumen yang sesuai dengan kinerjanya saat ini atau bersiap untuk pekerjaan
tujuan pengumpulan data, dan menentukan lain; (c) staf departemen yang mengenali
sasaran pengumpulan data. Strategi tersebut kebutuhan pelatihan berdasarkan survei
digunakan guna pelaksanaan pengumpulan data pendapat karyawan, evaluasi konsultan
yang efektif dan agar dapat menggali informasi eksternal, laporan anggaran; serta (d) konsultan
secara mendalam. Strategi tersebut selalu eksternal yang mengenali kemungkinan
digunakan setiap tahunnya dan selalu berhasil persyaratan pelatihan sebagai bagian dari proyek
dalam mengumpulkan data untuk identifikasi lain seperti organisasi studi, penilaian kinerja,
kebutuhan pelatihan. dan penilaian manajemen. Pelaksana identifikasi
Pelaksana pengumpul data untuk kebutuhan pelatihan bervariasi berdasarkan
identifikasi kebutuhan pelatihan pada keempat organisasi, namun sebaiknya seorang pelaksana
lembaga pelatihan di Kota Bandung ini berasal identifikasi kebutuhan pelatihan adalah
dari pihak internal lembaga. Jika dijabarkan seseorang yang dilatih dalam keterampilan yang
dalam bentuk tabel, maka sebagai berikut: sesuai untuk mendapatkan informasi yang
memadai dan dapat diandalkan, dan yang paling
Pelaksana Pengumpul Data Untuk sering melaksanakannya adalah seorang pegawai
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan dari seksi pelatihan. Selain itu, banyak orang
BBPLKDN BKKBN yang tidak mau menulis, tidak seperti komunikasi
Keramik Tekstil langsung. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat
Pelaksana pengumpul data terdiri dari 3 (2015, hlm. 11) mengemukakan bahwa sumber-
orang, yaitu 1 orang instruktur, 1 orang program, sumber yang dapat membantu dalam
dan 1 orang staf. Setiap pelaksana pengumpul menentukan identifikasi kebutuhan pelatihan
data ini harus memiliki kompetensi teknis, yaitu yang sesuai dengan situasi tertentu yaitu (a)
manufaktur atau otomotif agar para pengumpul analisis konteks, yaitu analisis kebutuhan bisnis
data memahami data yang harus dikumpulkan atau alasan lain pelatihan yang diinginkan; (b)
terkait kebutuhan pelatihan. Pengumpul analisis user, yaitu analisis yang berurusan
data terdiri dari 3 orang, yaitu 1 orang dengan potensi peserta dan instruktur yang
widyaiswara, 1 orang pejabat pengawas terlibat dalam proses; (c) analisis kinerja, yaitu
(Kasubid), dan 1 orang pelaksana (staff). Para analisis dari tugas-tugas yang dilakukan; (d)
pengumpul data harus memahami angket, teknis analisis konten, yaitu analisis dokumen, hukum,
pengumpulan data, dukungan anggaran, dan prosedur yang digunakan pada pekerjaan; (e)
jenis-jenis diklat yang diselenggarakan oleh pelatihan analisis kesesuaian, yaitu analisis dari

84
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan

apakah pelatihan merupakan solusi yang kerja (customer). Oleh karena itu, untuk
diinginkan; serta (f) analisis biaya-manfaat, yaitu memberikan pelayanan yang berkualitas dan
analisis laba atas investasi (ROI) dari pelatihan. menitikberatkan pada unsur kepuasan kepada
Pelatihan yang efektif menghasilkan kembalinya masyarakat umum maupun industri maka setiap
nilai yang lebih besar bagi organisasi daripada penyelenggara program pelatihan perlu
investasi awal untuk melaksanakan pelatihan. melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan yang
BBPLKDN BKKBN dibutuhkan oleh pelanggan. Program pelatihan
Keramik Tekstil pada dasarnya diselenggarakan sebagai sarana
Waktu pengumpulan data berkisar 1-2 untuk menghilangkan atau setidaknya
hari, yakni berdasarkan lokasi perusahaan yang mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang
akan dikunjungi. Adapun tempat pengumpulan ada saat ini dengan kompetensi standar atau yang
data disesuaikan dengan domisili peserta diharapkan untuk dilakukan oleh seseorang.
pelatihan agar para peserta pelatihan kelak dapat Penentuan sasaran dalam pengumpulan
bekerja di daerahnya masing-masing, dan tidak data pada lembaga pelatihan di Kota Bandung
ada penumpukan karyawan di salah satu ditentukan berdasarkan program pelatihan yang
perusahaan di suatu daerah. Waktu ada di lembaga. Jika dijabarkan dalam bentuk
pengumpulan data sekitar 1,5 bulan, yaitu tabel, maka sebagai berikut:
berdasarkan alokasi jadwal kegiatan, dari mulai
perencanaan, pelaksanaan, sampai pembuatan Sasaran Untuk Proses Pengumpulan Data
laporan. Adapun tempat pengumpulan data yaitu BBPLKDN BKKBN
di ruangan pertemuan yang ada di kantor-kantor Keramik Tekstil
dinas KB, agar semua sasaran dapat hadir. Sasaran disesuaikan dengan kejuruan yang
Waktu pengumpulan data disesuaikan ada di lembaga, yaitu manufaktur atau otomotif.
dengan kebutuhan sasaran, karena pihak sasaran Adapun jumlah sasaran yaitu 16 orang.
sendiri yang akan menghubungi lembaga jika Sasaran untuk proses pengumpulan data
membutuhkan suatu program pelatihan. Adapun yaitu semua SDM yang mempengaruhi program
tempat pengumpulan data disesuaikan dengan KKBPK, dan kemudian dipilih berdasarkan
keinginan sasaran. Waktu pengumpulan kelompok jabatan, tempat penugasan, jenjang
data disesuaikan dengan kebutuhan sasaran, jabatan, dan lainnya. Adapun jumlah sasaran
karena pihak sasaran sendiri yang akan yaitu 405 orang yang berasal dari 27 kab/kota
menghubungi lembaga jika membutuhkan suatu Tidak ada proses penentuan sasaran
program pelatihan. Adapun tempat untuk pengumpulan data karena konsumen yang
pengumpulan data disesuaikan dengan keinginan menghubungi lembaga, kemudian konsumen
sasaran. mengisi database terkait profil perusahaan, jenis
Berdasarkan Tabel d atas, maka dapat pelatihan yang dibutuhkan dan jumlah SDM
diketahui bahwa pengumpul data pada yang akan mengikuti pelatihan. Tidak ada
identifikasi kebutuhan pelatihan pada lembaga proses penentuan sasaran untuk pengumpulan
pelatihan di Kota Bandung sesuai dengan yang data karena konsumen yang menghubungi
disampaikan oleh McConnell (2003, hlm. 109) lembaga, kemudian konsumen mengisi database
diantaranya terdiri dari pegawai-pegawai terkait profil perusahaan, jenis pelatihan yang
lembaga pelatihan sendiri yang mencakup dibutuhkan dan jumlah SDM yang akan
instruktur/ widyaiswara, bagian program atau mengikuti pelatihan.
seksi pelatihan, pejabat pengawas, dan pelaksana
(staff). Hal ini juga sejalan dengan yang Penentuan waktu dan tempat
disampaikan oleh pemerintah Provinsi Sumatera pengumpulan data pada keempat lembaga di
Barat (2015, hlm. 9) bahwa program pelatihan Kota Bandung, yaitu:
harus diselenggarakan sesuai dengan standar
kompetensi untuk memenuhi kebutuhan pasar Waktu dan Tempat Pengumpulan Data

85
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021

lembaga pelatihan di Kota Bandung yakni:


Dengan demikian, dapatlah diketahui Perencanaan pengumpulan data dalam
bahwa perencanaan dalam pengumpulan data identifikasi kebutuhan pelatihan pada lembaga
untuk identifikasi kebutuhan pelatihan pada pelatihan di Kota Bandung yaitu disusun
lembaga pelatihan di Kota Bandung yaitu berdasarkan data atau informasi yang ingin
disusun berdasarkan data atau informasi yang diperoleh terkait program pelatihan yang sesuai
ingin diperoleh terkait program pelatihan yang dengan kebutuhan sasaran. Sehingga untuk
sesuai dengan kebutuhan sasaran. Hal tersebut memperoleh data tersebut, maka setiap lembaga
tentunya berpengaruh terhadap teknik dan memiliki teknik pengumpulan data yang berbeda-
strategi yang harus digunakan oleh lembaga beda. Pemilihan teknik tersebut ditentukan oleh
pelatihan guna memperoleh informasi yang beberapa faktor diantaranya kedalaman dan
dibutuhkan. Teknik wawancara digunakan kejelasan data yang ingin diperoleh, sasaran
karena sasaran identifikasi kebutuhan identifikasi kebutuhan yang mencakup jumlah
merupakan perusahaan, sehingga teknik ini akan dan lokasi sasaran, serta jumlah pengumpul data.
sangat sesuai digunakan untuk menggali
informasi secara mendalam kepada perwakilan SARAN
perusahaan guna mengidentifikasi kompetensi Saran ini ditujukan kepada pihak
yang harus dikuasai oleh calon pegawai tersebut, pelaksana pelatihan di tingkat Kota Bandung
sehingga pihak lembaga pelatihan dapat sampai pemerintah.
melaksanakan program pelatihan yang dapat
menghasilkan calon pegawai yang sesuai dengan 1. Saran Bagi Lembaga Pelatihan
yang dibutuhkan oleh perusahaan. Adapun Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan
penggunaan teknik angket pada proses referensi bagi lembaga-lembaga pelatihan untuk
pengumpulan data untuk identifikasi kebutuhan melaksanakan pelatihan dengan mempersiapkan
pelatihan sangat sesuai untuk digunakan jika perencanaan yang baik, salah satunya dengan
sasaran pada proses identifikasi tersebut sangat menyusun perangkat pengumpulan data dengan
banyak dan tersebar di beberapa daerah. baik agar mampu mengidentifikasi berbagai
Perbedaan dalam hal penggunaan teknik kebutuhan untuk melaksanakan pelatihan.
pengumpulan data untuk identifikasi kebutuhan Dengan demikian program pelatihan yang
pelatihan pada lembaga pelatihan di Kota dilaksanakan akan tepat guna sesuai dengan
Bandung ini tidaklah menjadikan bahwa salah kebutuhan para peserta pelatihan.
satu teknik lebih baik dibandingkan dengan 2. Saran Bagi Pengguna
teknik yang lainnya. Namun, penggunaan teknik Hasil penelitian ini dapat digunakan
pengumpulan data tersebut ditentukan oleh sebagai bahan referensi untuk mengembangkan
berbagai macam faktor yang menjadi bahan kompetensi diri khususnya dalam
pertimbangan dalam proses perencanaan mengembangkan kemampuan untuk
pengumpulan data untuk identifikasi kebutuhan pengumpulan data pada identifikasi kebutuhan
pelatihan pada lembaga pelatihan di Kota pelatihan dengan baik.
Bandung. Faktor-faktor tersebut diantaranya 3. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
kedalaman dan kejelasan data atau informasi Berkaitan dengan penelitian yang telah
yang ingin diperoleh, sasaran identifikasi dilakukan dalam mengembangkan teknik
kebutuhan yang mencakup jumlah dan lokasi pengumpulan data masih diperlukan penelitian-
sasaran, serta jumlah pengumpul data. penelitian lanjutan baik yang bersifat
pengembangan maupun kedalamannya. Oleh
SIMPULAN karena itu rekomendasi yang dapat disampaikan
Berdasarkan hasil analisis data, maka bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai
dapat disimpulkan bahwa pengumpulan data berikut:
dalam identifikasi kebutuhan pelatihan pada

86
Perencanaan Pengumpulan Data sebagai Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Lembaga Pelatihan

a. Cakupan penelitian ini masih terbatas Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
pada pengumpulan data yang digunakan untuk Kependidikan.
identifikasi kebutuhan pelatihan saja. Oleh Douglas, J. D. (1976). Investigative Social
Research, Baverly Hills, CA: Sage
karena itu, lebih baik lagi apabila dilakukan Publication,
penelitian lanjutan yang melibatkan aspek Esterberg, K. G. (2002). Qualitative Methods in
lainnya sehingga hasilnya lebih komprehensif Social Research, Mc Graw Hill. New York.
dan memiliki manfaat dalam kaitannya dengan Faisal, S. (1990). Penelitian Kualitatif Dasar dan
identifikasi kebutuhan pelatihan. Aplikasi, Malang: YA3
Fauzi, I. K. A. (2009). Mengelola Pelatihan
b. Penelitian yang sudah dilakukan ruang Partisipatif. Bandung: Nusantara Press.
lingkupnya masih terbatas pada ruang lingkup Firdaus, M. (2011). Manajemen Sumber Daya
lembaga pelatihan di wilayah kota Bandung. Manusia. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Oleh karena itu masih terbuka untuk dilakukan Franco, A. E. (1991). Training. Philippines:
penelitian dengan mengambil sampel dari Metro Manila.
George, R. T. (1975). Badan perencanaan
lembaga pelatihan yang berada di wilayah kota Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga
lainnya agar dapat dijadikan sebuah pembanding Gomes, C. F. (1995). Manajemen Sumber Daya
dari hasil penelitian yang sudah dilakukan. Manusia, Yogyakarta: CV. Andi Offset
Ruang lingkup penelitian ini baru pada Hartania, P. N., Yulianthini, N. N., & Bagia, I.
tingkat kota sehingga masih terbuka untuk W. (2016). Analisis Kebutuhan Pelatihan
Karyawan Pada Hotel. E-Journal Bisma
diadakan penelitian lanjutan dengan tingkat lebih Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
tinggi. Manajemen, - (4), hal 1-11.
Hasanah. (2016). Teknik-teknik observasi. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA at-Taqaddum, 16 (1), hlm. 40-45.
Abdul, H. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Helmi, S. (2003). Mendesain sebuah pelatihan.
Yogyakarta: Multi Press. Jurnal Ilmiah Manajemen & Bisnis, 3 (2),
Adler, Patricia A., & Adler, Peter, Membership hlm. 97-106.
Roles in Field Research, Newbury Park, Irianto, J. (2001). Prinsip-prinsip Dasar
CA: Sage Publication, 1987. Manajemen Pelatihan: Dari Analisis
Alwi, S. (2001). Manajemen Sumber Daya Kebutuhan Sampai Evaluasi Program
Manusia. Yogyakarta: BPFE Pelatihan. Surabaya: Insan Cendekia.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Kaswan. (2016). Pelatihan dan Pengembangan
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta untuk Meningkatkan Kinerja SDM.
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Kaswan, & Akhyadi, A. D. (2015).
Atmodiwiro, S. (2005). Manajemen Pelatihan, Pengembangan Sumber Daya Manusia Dari
Jakarta: Ardadizya Jaya. Konsepsi, Paradigma, dan Fungsi Sampai
Barbazette, J. (2006). Training Needs Assessment: Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Methods, Tools, and Techniques. USA: Kaufman, Roger., dkk. 2003. Strategic Planning
Pfeiffer, an Imprint of Wiley. For Success: Aligning People, Performance,
Balawa, I. G. W., Bagia, I. W., & Suwendra I. W. and Payoffs. San Francisco: Jossey-Bass
(2016). Analisis Kebutuhan Pelatihan Kidder, L.H., (1981). Selltiz, Wrightsman &
Karyawan. E-Journal Bisma Universitas Cook’s Research Methods In Social
Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen, - Relations, (4ed), Newyork: Holts, Rinehart
(4), hal 12-23. & Wingston.
Brown, J. (2002). Training Needs Assessment: A J E Hosio. (2007). Kebijakan Publik &
Must for Developing an Effective Training Desentralisasi. Yogyakarta: Laksbang.
Program. Public Personnel Management, 31 Louhenapessy, F. B. (2010). Modul Pengelola
(4), hal. 569-578. Diklat Departemen Tenaga Kerja. Jakarta:
Bungin, B. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Departemen Tenaga Kerja.
Jakarta: Rajawali Pers. Marshall. (1995). Designing Qualitative Research
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Second Edition. London: Sage Publications,
Standar Kompetensi PTK-PNF dan Sistem International Educational and Professional
Penilaian. Jakarta: Departemen Pendidik Publisher.
dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu
Nonformal, Direktorat Jenderal Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
87
Dadan Darmawan, Indra Sudrajat, M. Kahfi Zaeni Maulana, Budi Febriyanto | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 5 (1), Juni 2021

Aksara. Publications.
McClelland, S.B. (1994). Training Needs Royse, D., Tindall, M. S., Badger, K., & Webster,
Assessment Data-Gathering Methods: Part J. M. (2009). Needs Assessment. Oxford:
1, Survey Questionnaires. Journal of University Press.
European Industrial Training, 18 (1), hal. Sarwandi. (2011). Kajian Hasil Analisis
22-26. Kebutuhan Pelatihan Pegawai Dinas
McConnell, J. H. (2003). How to Identify Your Perhubungan pada Kantor Diklat
Organization’s Training Needs: A Practical Transportasi Dasar Bekasi. Jurnal Edisi
Guide to Needs Analysis. USA: Khusus, - (1), hal. 208-214.
AMACON. Siregar, S. (2014). Statistik Parametrik untuk
Mulyaningsari R., Juhariah S., & Surjadi, A. Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi
(2016). Penerapan Training Needs Analysis Aksara.
dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Sudjana, D. (2007). Sistem & Manajemen
Perawat di Rumah Sakit Wava Husada. Pelatihan: Teori dan Aplikasi. Bandung:
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29 (No. 3), Falah Production.
hal. 291-299. Sudjana, D. (2010). Pendidikan Nonformal:
Nilamsari, N. (2014). Memahami studi dokumen Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat
dalam penelitian kualitatif. Wacana & Teori Pendukung, serta Asas. Bandung:
Volume, 8 (2), hlm. 177-181. Falah Production.
Nugraha, P. S. (2013). Penggunaan Media Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan:
Pembelajaran Terhadap Sikap dan Minat Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Siswa. ¬(Skripsi). Universitas Pendidikan R&D. Bandung: Alfabeta.
Indonesia. Sutopo, H. B. (2002). Metodologi Penelitian
Pangabean, S., Mutiara. (2004). Manajemen Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Soegijono, K. R. (1993).Wawancara Sebagai
Indonesia. Salah Satu Metode Pengumpulan Data.
Purnomo, B. H. (2011). Metode dan teknik Jurnal Media Litbangkes, III (1), hal. 17-21.
pengumpulan data dalam penelitian Sukmanadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian
tindakan kelas (classroom action research). Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Jurnal Pengembangan Pendidikan, 8 (1), Thamrin, C. (2008). Pemetaan Kebutuhan
hlm. 251-256. Pendidikan dan Pelatihan Pada Badang
Putri, E. N. R., & Karjono. (2017). Analisis Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kebutuhan Pelatihan Pejabat Struktural (BPSDM) Hukum dan Hak Asasi Manusia
Berdasarkan Training Need Assessment di Periode Tahun 2008. (Skripsi). Universitas
RSUD Dr. R. Soedarsono Kota Pasuruan. Indonesia.
Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS Yullyanti, E. (2009). Analisis Proses Rekruitmen
Dr. Soetomo, 3 (1), hal. 47-57. dan Seleksi pada Kinerja Pegawai. Jurnal
Raymond, N. (2009). Employee Training and Administrasi dan Organisasi, 16 (3), hal.
Development. McGraw-Hill. 131-139.
Robbins, S. C. M. (2010). Manajemen Edisi Webb, E. J., Campbell D.T., Schwartz R.D., &
Kesepuluh. Jakarta: Penerbit Erlangga Sechrest L., (1966). Unobtrusive Measures:
Rossett, Allison dan Arwady, Yoseph W. (1987). Nonreactive Research In The Social
Training Needs Assessment. Englewood Sciences. Chicago: Rand McNally.
Cliffs, New Jersey: Educational Technology

88

Anda mungkin juga menyukai