Anda di halaman 1dari 4

OUTLINE

“EVALUASI PROGRAM INSEMINASI BUATAN (IB)


DI KOTA SINGKAWANG”

Oleh:

AGUSTINO
NIM C1071171044

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
A. Latar Belakang
Produk pangan asal hewan berfungsi sebagai sumber protein hewani yang
dibutuhkan manusia (Sutaryo dan Mulyani 2004). Protein hewani dapat diperoleh
dari susu, telur, dan daging (Abidin 2008). Makanan hewani berfungsi sebagai
sumber protein penting untuk kebutuhan nutrisi manusia. Menurut Hutabalian
(2009), menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk juga membutuhkan lebih
banyak makanan, termasuk daging sapi, peningkatan permintaan daging sapi tidak
selalu dapat dipenuhi karena kurangnya jumlah sapi potong di Indonesia (Ilham
2001). Rendahnya populasi sapi potong di Indonesia disebabkan belum berhasilnya
pembangunan peternakan di Indonesia (Talib et al. 2007).
Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi daging melalui
peningkatan populasi dan mutu genetik ternak potong. Inseminasi buatan sangat
baik diterapkan pada sapi dan kerbau betina dewasa melalui perkawinan silang
antara sapi betina lokal dengan pejantan unggul yang diambil semen. Susilawati
(2017) menyatakan bahwa tujuan inseminasi buatan untuk memperbaiki kualitas
mutu genetik sapi lokal, menekan biaya pemeliharaan sapi jantan, melindungi dari
penyebaran penyakit yang disebabkan oleh kontak fisik perkawinan dan tempat
pemeliharaan kotor.
Keberhasilan inseminasi buatan dapat dievaluasi dengan parameter Service
per Conception (S/C), Conception Rate (CR), dan Non Return Rate (NRR). Untuk
dapat mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan kebuntingan dari hasil
inseminasi buatan. Atabany dkk. (2011), menyatakan bahwa parameter tersebut
merupakan indentifikasi dari peranan inseminasi buatan yang dapat berpengaruh
terhadap peningkatan populasi ternak sapi potong yang bertujuan untuk
meningkatkan produksi daging
Inseminasi buatan (IB) meningkatkan kualitas dan populasi sapi potong,
yang diditribusikan kepada pejantan unggul untuk memperbaiki bibit sapi. Ada 4
faktor yang mempengaruhi kinerja IB yaitu akseptor, kualitas semen, deteksi estrus,
dan keterampilan inseminator. Faktor-faktor ini saling terkait, dan dengan
demikian, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pada akhirnya, program IB yang
berhasil dapat dievaluasi menurut Service per Conception (S / C) dan Conception
Rate (CR). Berdasarkan data evaluasi Isiknas 2017, inseminasi buatan sapi potong
Provinsi Kalimantan Barat adalah 36.373 ekor sapi betina, hasil pelaksanaan
inseminasi buatan sapi potong di Kalimantan Barat tahun 2017 dari target 36.373
ekor dapat terealisasi sebanyak 21.448 ekor (58,96%). Data badan pusat statistik
kota singkawang jumlah ternak sapi potong dari tahun 2017 sampai 2019 jumlah
populasi sapi potong mengalami peningkatan, tahun 2017 berjumlah 5895, tahun
2018 berjumlah 6025 dan tahun 2019 berjumlah 6052. Berdasarkan uraian latar
belakang diatas, maka dilakukan penelitian yang mengenai Evaluasi Program
Inseminasi Buatan di Kota Singkawang.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tingkat keberhasilan
inseminasi buatan pada sapi yang dievaluasi menggunakan Service per Conception
(S/R), Conception Rate (CR) dan Non Return Rate (NRR).
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk evaluasi keberhasilan inseminasi buatan
pada sapi yang diamati dari Service per Conception (S/C), Conception Rate (CR)
dan Non Return Rate (NRR).

D. Metode Penelitian

1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan. Tempat
penelitian yaitu di Kota Singkawang.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan penentuan sampel
secara Multistage Purposive Sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Wawancara
Sebagai salah satu cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi
dengan cara wawancara secara langsung dengan pemilik peternakan tersebut dan
petugas Dinas Peternakan setempat. Wawancara ini untuk memperoleh data primer
serta menggali informasi-informasi lain yang menyangkut gambaran atau kondisi
peternakan sapi di Kota Singkawang.
b. Kuesioner
Teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan seperangkat pertanyaan-
pertanyaan yang telah disusun oleh penulis kepada responden dalam hal ini petani
peternak yang digunakan sebagai salah satu pedoman di dalam melakukan penelitian.
3. Jenis dan Sumber Data
Adapun untuk melaksanakan penelitian ini diperlukan data dan informasi
yang lengkap dan akurat. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data primer, yaitu data yang penulis kumpulkan dari hasil wawancara dengan
responden/peternak dan data lain yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
petugas pembina dan petugas penyuluh lapangan (PPL) di wilayah penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh penulis dari hasil studi perpustakaan
berupa bahan referensi, bahan bacaan dan literatur-literatur lainnya (buku
laporan Dinas Peternakan dan Buku Statistik Peternakan).

Anda mungkin juga menyukai