Anda di halaman 1dari 92

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

ETIKA PUBLIK
disampaikan dalam Pelatihan Dasar CPNS
di lingkungan PPSDM Kemendagri Regional Bandung

Kontak : Oleh :
0813-927-12345 Bambang Hendarsyah
bambanghendarsyah90@gmail.com BKPP Kota Bandung

Kiara Payung, 4 Maret 2020


Komunikasi Efektif

Bahasa Tubuh 55 %
Postur, Isyarat, Kontak Mata 38 %
Kata-kata 7%
Efektivitas
Pesan Verbal & Non Verbal

Pesan Verbal
Setelah 3 hari yang tersisa 10 %
Pesan Verbal disertai Audio Visual
Setelah 3 hari yang tersisa 65 %
Kompetensi yang Dibangun…

Kemampuan untuk
menanamkan
nilai dan membentuk sikap
perilaku kepatuhan yang tinggi
pada standar etika publik
di lingkungan kerja.
Sistematika Pembahasan

1. Kode Etik dan Perilaku Pejabat Publik

2. Bentuk-bentuk Kode Etik dan Implikasinya

3. Aktualisasi Etika Aparatur Sipil Negara


Pola Pikir Reformasi Birokrasi
HADAPI BIARKAN

KELOLA RESISTEN

KONTRIBUTOR KONTRIBUTOR
SOLUSI MASALAH

KREATIF MALAS

TETAP
MAU BERUBAH
BERTAHAN
Unsur-unsur Kompetensi

Pendidikan

Knowledge KOMPETEN

Attitude Skill
Pengalaman/ Pelatihan
Lingkungan Kerja
Clean Government
Good Governance
Fungsi Pemerintahan
PENGATURAN (T) KETERTIBAN

PELAYANAN (Y) KEADILAN

PEMBANGUNAN (B) KESEJAHTERAAN

PEMBERDAYAAN (D) KEMANDIRIAN

PELINDUNGAN (L) KENYAMANAN

Sumber: UU Nomor 30/2014-Pasal 1 (2), diolah.


6

5
4
3
2
1
Informasi Kunci
1. ETIKA: refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang bersifat
absolut; sedangkan moral mengacu pada kewajiban yang
seharusnya dilakukan;
2. ETIKET: adab, sopan santun yang bersifat relatif;
3. ETIK: prinsip-prinsip yang berhubungan dengan perbuatan
benar atau salah;
4. ETIS: perbuatan yang beretika baik;
5. ETOS: sifat atau adat;
6. STANDAR ETIKA mencakup: peraturan perundang-undangan,
kode etik, aturan organisasi, visi dan misi organisasi, pedoman
pelaksanaan tugas, kebijakan pemerintah, perintah pimpinan,
dan norma hukum dan norma sosial;
7. KONSEKUENSI PELANGGARAN ETIKA terdiri atas: (1) Sanksi
Administratif; (2) Sanksi Perdata; (3) Sanksi Pidana dan
(4) Sanksi Sosial.
Kode Etik

Kode Etik adalah aturan-aturan yang


mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada
hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-
ketentuan tertulis .
Nilai-Nilai Dasar Pegawai ASN
Dasar: UU ASN pasal 5

1. Memegang teguh ideologi Pancasila


2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah
3. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
4. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
6. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif
7. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
8. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik
9. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah
10. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun
11. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
12. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama
13. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
14. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
15. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir
Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai ASN
Dasar: UU ASN pasal 5
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.
Dimensi Etika Publik
1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik: Etika,
Kompetensi Teknis dan Leadership.
2. Dimensi Modalitas: Akuntabilitas, Transparansi dan
Netralitas.
3. Dimensi Tindakan Integritas Publik: tidak
melakukan korupsi atau kecurangan . Kualitas dari
pejabat publik yang sesuai nilai, standar, aturan
moral yang diterima masyarakat.
Pelayanan Publik
Pelayanan Publik merupakan kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Pola Pikir Aparatur Kekinian
ADAPTIF RESISTEN

PRODUKTIF KONSUMTIF

INOVATIF JADUL

KOMPETITIF PECUNDANG
Mindset Performance Loop
MINDSET

PERFORMANCE ATTITUDE

RESULT BEHAVIOUR

ACTION
Bentuk Konflik Kepentingan
1. Aji mumpung (self dealing): memanfaatkan kedudukan politis
untuk kepentingan yang sempit dan sistem nepotisme.
2. Menerima/memberi suap (bribery, embezzlement, graft):
berbagai bentuk transaksi suap menyuap biasanya terkait dengan
digunakannya jabatan publik oleh seorang pemegang kekuasaan
secara tidak bertanggungjawab.
3. Menyalahgunakan pengaruh pribadi (influence peddling):
memanfaatkan pengaruh untuk kepentingan karir atau bisnis
yang sempit.
4. Pemanfaatan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi.
5. Pemanfaatan informasi rahasia: mengacaukan kedudukan formal
dengan keuntungan yang diperoleh secara informal
6. Loyalitas ganda (outside employment, moonlighting):
menggunakan kedudukan dalam pemerintahan untuk investasi
pribadi.
Yang Harus Dihindari ASN
1. Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan
swasta untuk keuntungan pribadi dengan
mengatasnamakan jabatan kedinasan.
2. Menerima segala bentuk hadiah dari pihak swasta pada
saat ia melaksanakan transaksi untuk kepentingan
kedinasan atau kepentingan pemerintah.
3. Membicarakan masa depan peluang kerja di luar instansi
pada saat ia berada dalam tugas-tugas sebagai pejabat
pemerintah.
4. Membocorkan informasi komersial atau ekonomis yang
bersifat rahasia kepada pihak-pihak yang tidak berhak.
5. Terlalu erat berurusan dengan orang-orang di luar instansi
pemerintah yang dalam menjalankan bisnis pokoknya
tergantung kepada izin pemerintah.
Implikasi
Kode Etik Dalam Pelayanan Publik
1. Menyempurnakan pekerjaan di sektor publik;
2. Mencegah hal-hal buruk;
3. Mengakomodir kepentingan bersama dalam
organisasi publik.
PERMASALAHAN BIROKRASI DALAM
PELAYANAN PUBLIK
KURANG RESPONSIF BIROKRATIS

Kurang Mau
KURANG
Mendengar Aspirasi
INFORMATIF
Masyarakat

KURANG ACCESIBLE INEFISIEN

KURANG KOORDINASI TIDAK MAU BELAJAR


Tantangan Revolusi Industri 4.0
Tantangan Kemajuan Teknologi

ARTIFICIAL INTELLIGENCE
ERA DISRUPTION
Mengubah total & Potensi mempermudah
menghancurkan cara kehidupan sehari-hari
bisnis konvensional melalui otomasi

INTERNET OF
(EVERY)THINGS
Penetrasi internet
dalam kehidupan
sehari-hari

INDUSTRIAL REVOLUTION 4.0

Menghilangkan berbagai
pekerjaan konvensional,
digantikan mesin/robot
Integritas Pelayanan Publik
Fredik Galtung (KPK, Modul Pelatihan Integritas, 2011,diolah)

Perilaku integritas organisasi adalah fungsi interaksi antara


akuntabilitas, kompetensi dan etika dengan rumus sebagai
berikut:

IO = a (ACE) – c
IO : Integritas Organisasi
a : alignment/ interaksi
A : Accountability/ akuntabilitas - melakukan sesuai ucapan
C : Competence/ kompetensi - melakukan dengan benar
E : Ethic/etika - melakukan dengan keyakinan
c : Corruption - melakukan tanpa korupsi
Area Pelanggaran Integritas Pada Birokrasi
PELANGGARAN AKUNTABILITAS:
1. Penyajian data pemerintah terkait kepentingan/pelayanan masyarakat
tidak cermat, tidak update dan tidak akurat.

PELANGGARAN KOMPETENSI:
2. Ketidakcakapan ASN terkait pengetahuan kerja, keterampilan
kerja dan sikap kerja ASN dalam memberikan pelayanan publik.
PELANGGARAN ETIKA:
Penyalahgunaan kewenangan dalam jabatan, memberikan
3. prioritas tertentu untuk kepentingan pribadi/ keluarga/
kelompok tertentu, tidak ada permintaan maaf atas
ketidaknyamanan pelayanan publik.

4. PELANGGARAN ANTI KORUPSI:


Penyelewengan dana/korupsi, datang terlambat/pulang lebih cepat.
Masalah Klasik Pelayanan Publik
di Indonesia
1. Biayanya yang mahal;
2. Prosedurnya sulit dipenuhi
dan harus melalui tahapan
yang berbelit-belit;
3. Pemberi layanan tidak
ramah;
4. Diskriminatif;
5. Tidak ada kepastian kualitas
dan waktu penyelesaian
layanan;
6. Tidak transparan;
7. Tidak responsif terhadap
kebutuhan warga negara;
8. Ditandai praktik KKN.
Budaya Birokrasi yang Melayani

Memiliki kode etik yang berfungsi

Bangga melayani

Berorientasi kepuasan pengguna layanan

Profesional
Pelayanan Prima
1. Passionate: sangat bergairah,bersemangat,antusias;
2. Progressive: memakai cara yang terbaik, termaju;
3. Proactive: antisipatif, proaktif dan tidak menunggu;
4. Prompt: positif , tanpa curiga dan kekhawatiran;
5. Patience: penuh rasa kesabaran;
6. Proportional: tidak mengada-ada;
7. Punctual : tepat waktu.
Praktik Etiket Pelayanan Publik
Etiket & Etika
ETIKET ETIKA
• Etiket menyangkut cara suatu • Etika menyangkut pilihan yaitu
perbuatan harus dilakukan apakah perbuatan boleh
manusia. Diantara beberapa dilakukan atau tidak.
cara yang mungkin, etiket
menunjukkan cara yang tepat,
artinya cara yang diharapkan
serta ditentukan dalam suatu
kalangan tertentu. Etika tidak
terbatas pada cara dilakukannya
suatu perbuatan.
• Etiket hanya berlaku dalam • Etika selalu berlaku meskipun
pergaulan. Bila tidak ada saksi tidak ada saksi mata, tidak
mata, maka etiket tidak berlaku tergantung pada ada dan
tidaknya seseorang
Etiket & Etika
ETIKET ETIKA
• Etiket bersifat relatif artinya • Etika jauh lebih bersifat absolut.
yang dianggap tidak sopan Prinsip-prinsipnya tidak dapat
dalam suatu kebudayaan, bisa ditawar lagi.
saja diangap sopan dalam
kebudayaan lain.

• Etiket hanya memadang • Etika menyangkut manusia dari


manusia dari segi lahiriah saja. segi batiniah
Tujuan Etiket
1. Untuk menciptakan keakraban,
keramahtamahan, dan menjaga sopan santun
pelayanan;
2. Untuk dapat menyenangkan dan memuaskan
pengguna jasa;
3. Untuk membina dan menjaga hubungan baik
dengan pengguna jasa;
4. Untuk tidak menyinggung perasaan pengguna
jasa.
5. Untuk dapat menjadi daya tarik, termasuk
membujuk atau mempertahankan kepuasan
pengguna jasa
Lingkup Etiket Pelayanan

 Sikap / perilaku;
 Ekspresi wajah;
 Penampilan;
 Cara berpakaian;
 Cara berbicara;
 Cara mendengarkan;
 Cara bertanya.
Sikap Kunci

 Atensi
 Senyum
 Sapa
 Salam
 Tolong
 Maaf
 Terimakasih
Aktualisasi Etika Publik bagi ASN
1. Pemanfaatan Sumberdaya Publik
2. Absensi Harian
3. Pemberian Hadiah Atau Cindera Mata
4. Konlik Kepentingan Dalam Pengadaan
5. Penggunaan APBN/APBD
6. Pengangkatan Dalam Jabatan Publik
7. Whistle Blower Atau Membocorkan Informasi
8. Kebocoran Ujian Nasional.
Etiket Berjabat Tangan
1. Tangan tidak perlu dikatupkan ke dada setelah
bersalaman
2. Tidak perlu mencium tangan atasan, rasa
hormat cukup ditampakkan dengan
membungkukkan sedikit badan
3. Tataplah mata lawan bersalaman, jangan
bersalaman sementara mata melihat ke arah
lain, ini kesannya meremehkan lawan
4. Genggaman jangan asal-asalan saja, apalagi asal
menyentuh ujung tangan, salam ini terasa
kurang hangat, dan hambar dalam pergaulan
5. Dalam acara resmi, sebaiknya menunggu atasan
menyodorkan tangannya, baru menyambutnya.
Etiket Menerima Tamu
1. Segera bangun dari tempat duduk;
2. Tersenyumlah;
3. Sapa pengguna layanan dengan ucapan “selamat”;
4. Tanyakan “apa yang bisa dibantu”;
5. Jika tamu atau pengguna layanan ingin menemui
pimpinan,minta tamu tersebut
untuk mengisi form atau buku tamu.
6. Jika tamu terpaksa menunggu,
segera katakan “maaf”;
7. Jika tamu bisa masuk, segera
antarkan ke ruang pimpinan.
Etiket Bertamu
1. Buatlah janji bertemu;
2. Konfirmasi Ulang sebelum
bertemu;
3. Cek tempat pertemuan;
4. Pembicaraan singkat, jelas dan
padat;
5. Perhatikan penampilan;
6. Jaga sikap Bersikaplah ramah dan
tulus agar suasana
menyenangkan.
Etiket Bertelepon
1. Menyiapkan bahan pembicaraan sebelum
menelepon
2. Mengucapkan salam sebagai pembuka kata
3. Menggunakan nada suara yang ramah dan wajar
4. Menyebutkan identitas diri atau instansi
pemerintah kita
5. Melakukan pembicaraan yang ringkas dan tertuju
pada soal yang penting saja
6. Menggunakan kalimat atau kata-kata yang jelas,
tidak bertele-tele, dan mudah dipahami
7. Menggunakan bahasa yang baik dan volume suara
yang cukup
8. Mengakhiri setiap pembicaraan dengan ucapan
terima kasih ataupun “selamat pagi/siang/sore”
Etiket Menangani Keluhan
1. Mendengarkan dengan baik.
1. Biarkan mereka berbicara.
2. Meminta maaf dengan tulus.
3. Tanyakan pada mereka bagaimana
Anda bisa memperbaikinya. Dan
lakukan dengan lebih.
4. Meyakinkan mereka Anda akan
memperbaiki masalah.
5. Berterima kasih pada mereka.
Aktualisasi Etika Publik ASN
1. Pemanfaatan Sumberdaya Publik
2. Absensi Harian
3. Pemberian Hadiah Atau Cindera Mata
4. Konlik Kepentingan Dalam Pengadaan
5. Penggunaan APBN/APBD
6. Pengangkatan Dalam Jabatan Publik
7. Whistle Blower Atau Membocorkan Informasi
8. Kebocoran Ujian Nasional.
Ruang Lingkup Keprotokolan

(1) Ruang lingkup pengaturan meliputi:


a. Tata Tempat;
b. Tata Upacara; dan
c. Tata Penghormatan.
(2) Pengaturan diberlakukan hanya dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi bagi;
a. Pejabat Negara;
b. Pejabat Pemerintahan;
c. perwakilan negara asing dan/atau organisasi
internasional; dan
d. Tokoh Masyarakat Tertentu.
Pelayanan Keprotokolan
Pelayanan Keprotokolan

Hindari kata:
“BIASANYA”
Pelayanan Keprotokolan

Dianggap sepele
tetapi prinsip,
bertujuan untuk
mendorong
untuk segera
mengambil
keputusan
Tata Tempat

Tata Tempat dalam Acara Resmi di kabupaten/kota


ditentukan dengan urutan:
a. Bupati/Wali Kota;
b. Wakil Bupati/Wakil Wali Kota;
c. Mantan Bupati/Wali Kota dan Mantan Wakil
Bupati/Wakil Wali Kota;
d. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota atau nama lainnya;
e. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota atau nama lainnya;
f. Sekretaris Daerah, Komandan tertinggi Tentara
Nasional Indonesia semua angkatan, Kepala
Kepolisian, Ketua Pengadilan semua badan peradilan,
dan Kepala Kejaksaan Negeri di Kabupaten/Kota;
Tata Tempat
g. Pemimpin partai politik di kabupaten/kota yang memiliki wakil di
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota;
h. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota atau
nama lainnya;
i. Pemuka agama, pemuka adat, dan Tokoh Masyarakat Tertentu
tingkat Kabupaten/ Kota;
j. Asisten Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, Kepala Badan tingkat
Kabupaten/Kota, kepala dinas tingkat kabupaten/kota, dan pejabat
eselon II, kepala kantor perwakilan Bank Indonesia di tingkat
Kabupaten, Ketua Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota;
k. Kepala instansi vertikal tingkat kabupaten/kota, Kepala Unit
Pelaksana Teknis instansi vertikal, Komandan tertinggi Tentara
Nasional Indonesia semua angkatan di Kecamatan, dan Kepala
Kepolisian di Kecamatan;
l. Kepala Bagian Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Camat, dan
pejabat eselon III; dan
m. Lurah/Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan
pejabat eselon IV.
Tata Tempat

Suami atau Istri:


(1) Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan
negara asing dan/atau organisasi internasional, serta
Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan
dan/atau Acara Resmi dapat didampingi istri atau
suami.
(2) Istri atau suami menempati urutan sesuai Tata Tempat
suami atau istri.
Tata Tempat

Pejabat yang mewakili:

(1) Dalam hal Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan,


kepala perwakilan negara asing dan/atau organisasi
internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu
berhalangan hadir pada Acara Kenegaraan atau Acara
Resmi, tempatnya tidak diisi oleh yang mewakilinya.
(2) Seorang yang mewakili mendapat tempat sesuai
dengan kedudukan sosial dan kehormatan yang
diterimanya atau jabatannya.
Tata Upacara: Upacara Bendera

Upacara bendera hanya dapat dilaksanakan untuk


Acara Kenegaraan atau Acara Resmi:
a. Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia;
b. hari besar nasional;
c. hari ulang tahun lahirnya lembaga negara;
d. hari ulang tahun lahirnya instansi pemerintah; dan
e. hari ulang tahun lahirnya provinsi dan kabupaten/kota.
Tata Upacara: Upacara Bendera

Tata upacara bendera dalam penyelenggaraan


Acara Kenegaraan dan Acara Resmi meliputi:
a. tata urutan dalam upacara bendera;
b. tata bendera negara dalam upacara bendera;
c. tata lagu kebangsaan dalam upacara bendera; dan
d. tata pakaian dalam upacara bendera.
Tata Upacara: Upacara Bendera

Tata urutan upacara bendera meliputi tata


urutan upacara bendera dalam rangka
peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia dan tata urutan
upacara bendera dalam upacara bendera.
Tata Upacara : Upacara Bendera

Tata urutan upacara sekurang-kurangnya meliputi:


a. pengibaran bendera negara diiringi dengan lagu
kebangsaan Indonesia Raya;
b. mengheningkan cipta;
c. pembacaan naskah Pancasila;
d. pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan
e. pembacaan doa.
Tata Upacara: Upacara Bendera

Tata urutan upacara bendera dalam rangka


peringatan hari ulang tahun proklamasi kemerdekaan
Republik sekurang-kurangnya meliputi:
a. pengibaran bendera negara diiringi dengan lagu
kebangsaan Indonesia Raya;
b. mengheningkan cipta;
c. mengenang detik-detik Proklamasi diiringi dengan
tembakan meriam, sirine, bedug, lonceng gereja dan
lain-lain selama satu menit;
d. pembacaan Teks Proklamasi; dan
e. pembacaan doa.
Tata Upacara: Upacara Bendera

Tata bendera negara dalam upacara


bendera meliputi:
a. bendera dikibarkan sampai dengan saat
matahari terbenam;
b. tiang bendera didirikan di tempat upacara;
dan
c. penghormatan pada saat pengibaran atau
penurunan bendera.
Tata Upacara : Upacara Bendera

(1) Tata lagu kebangsaan dalam upacara meliputi:


a. pengibaran atau penurunan bendera Negara dengan diiringi
lagu kebangsaan;
b. iringan lagu kebangsaan dalam pengibaran atau penurunan
bendera negara dilakukan oleh korps musik atau genderang
dan/atau sangkakala, sedangkan seluruh peserta upacara
mengambil sikap sempurna dan memberikan penghormatan
menurut keadaan setempat.
(2) Dalam hal tidak ada korps musik atau genderang dan/atau
sangkakala pengibaran atau penurunan bendera negara diiringi
dengan lagu kebangsaan oleh seluruh peserta upacara.
(3) Waktu pengiring lagu untuk pengibaran atau penurunan
bendera tidak dibenarkan menggunakan musik dari alat rekam.
Tata Upacara : Upacara Bendera

(1) Tata pakaian upacara bendera dalam Acara


Kenegaraan atau Acara Resmi disesuaikan menurut
jenis acara.
(2) Dalam Acara Kenegaraan digunakan pakaian sipil
lengkap, pakaian dinas, pakaian kebesaran, atau
pakaian nasional yang berlaku sesuai dengan
jabatannya atau kedudukannya dalam masyarakat.
(3) Dalam Acara Resmi dapat digunakan pakaian sipil
harian atau seragam resmi lain yang telah ditentukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pakaian sipil lengkap,
pakaian dinas, pakaian kebesaran, pakaian nasional,
pakaian sipil harian, atau seragam resmi diatur dalam
Peraturan Presiden.
Tata Upacara : Upacara Bendera

(1) Untuk melaksanakan upacara bendera dalam Acara


Kenegaraan atau Acara Resmi, diperlukan
kelengkapan dan perlengkapan.
(2) Kelengkapan upacara, antara lain, meliputi:
a. inspektur upacara;
b. komandan upacara;
c. perwira upacara;
d. peserta upacara;
e. pembawa naskah;
f. pembaca naskah; dan
g. pembawa acara.
Tata Upacara : Upacara Bendera

(3) Perlengkapan upacara, antara lain, meliputi:


a. bendera;
b. tiang bendera dengan tali;
c. mimbar upacara;
d. naskah Proklamasi;
e. naskah Pancasila;
f. naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan
g. teks doa.
Tata Upacara : Upacara Bendera

Dalam hal terjadi situasi dan kondisi


yang tidak memungkinkan terlaksananya
tata, tata upacara dilaksanakan dengan
menyesuaikan situasi dan kondisi tersebut.
Tata Upacara : Upacara Bukan Bendera

 Upacara bukan upacara bendera dapat


dilaksanakan untuk Acara Kenegaraan atau
Acara Resmi.
 Tata Upacara bukan upacara bendera dalam
penyelenggaraan Acara Kenegaraan dan
Acara Resmi meliputi tata urutan upacara dan
tata pakaian upacara.
Tata Upacara : Upacara Bukan Bendera

Tata urutan acara bukan upacara bendera


dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi,
antara lain, meliputi:
a. menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya;
b. pembukaan;
c. acara pokok; dan
d. penutup.
Tata Upacara : Upacara Bukan Bendera

(1) Tata pakaian upacara bukan upacara bendera dalam


Acara Kenegaraan atau Acara Resmi disesuaikan
menurut jenis acara.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata diatur dalam
Peraturan Presiden.

Bendera negara dalam Acara Kenegaraan atau Acara


Resmi upacara bukan upacara bendera dipasang pada
sebuah tiang bendera dan diletakkan di sebelah kanan
mimbar.
Tata Penghormatan

(1) Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan


negara asing dan/atau organisasi internasional, serta
Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan
atau Acara Resmi mendapat penghormatan.
(2) Penghormatan meliputi:
a. penghormatan dengan bendera negara;
b. penghormatan dengan lagu kebangsaan; dan/atau
c. bentuk penghormatan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Tata penghormatan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tata Penghormatan
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Harus Dinyanyikan setiap acara
resmi
 Diperdengarkan langsung;
 Tidak boleh menggunakan kaset
atau rekaman (harus live);
 Atau, dinyanyikan secara
bersama-sama;
 Saat dinyanyikan harus berdiri
tegap;
 Untuk yang istri pejabat tanpa
memberikan penghormatan
tangan.
Posisi pada saat
Lagu Kebangsaan diperdengarkan

Setiap orang yang hadir pada saat Lagu Kebangsaan


diperdengarkan dan/atau dinyanyikan, wajib berdiri tegak
dengan sikap hormat.
(Pasal 62 UU 24/2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang
Negara serta Lagu Kebangsaaan)

Penjelasan:
Berdiri tegak di tempat masing-masing dengan sikap sempurna,
meluruskan lengan ke bawah, mengepalkan telapak tangan, dan
ibu jari menghadap ke depan merapat pada paha disertai
pandangan lurus ke depan.
Jenis Acara Resmi
UPACARA BENDERA

BUKAN UPACARA BENDERA


Pedoman Umum Tata Tempat

 ORANG YANG BERHAK MENDAPAT TATA URUTAN


PERTAMA/PALING TINGGI ADALAH MEREKA YANG
MEMPUNYAI URUTAN PALING DEPAN/MENDAHULUI. (1)
 JIKA BERJAJAR, YANG BERADA DI SEBELAH KANAN DARI
ORANG YANG MENDAPAT URUTAN TATA TEMPAT PALING
UTAMA, DIANGGAP LEBIH TINGGI/MENDAHULUI ORANG
YANG DUDUK DI SEBELAH KIRINYA.
(3) (1) ( 2) (4) (2) (1) (3)
 JIKA MENGHADAP MEJA, TEMPAT UTAMA YANG
MENGHADAP KE PINTU KELUAR DAN TEMPAT TERAKHIR
ADALAH TEMPAT YANG PALING DEKAT DENGAN PINTU
KELUAR.
Aturan Umum Tata Tempat
 Bila ada dua orang,
yang kanan adalah
yang pertama 2-1
 Bila ada tiga orang,
yang pertama adalah 2-1-3
yang di tengah
 Bila ada empat orang,
melanjutkan formasi
4-2-1-3
 Bila ada lima orang dst,
melanjutkan formasi 4-2-1-3-5
Jajar Kehormatan

 Orang dihormati datang dari arah bahu sebelah


kanan pejabat yg menyambut.
 Apabila yang dihormati sebagai penyambut maka
tamu yang disambut datang dari arah bahu sbl kiri
penyambut.
 Untuk penerimaan ( receiving line ), org yang utama
dalm jajar adalah yang pertama kali menyambut.
 Untuk penglepasan ( farewell line ), org utama dlm
jajar adalah yang melepas /menjabat tangan paling
akhir.
Role Play
 Ketua Kelas membagi peserta kelas
menjadi 3 (tiga) kelompok, dimana
tiap-tiap kelompok menyiapkan
skenario dan menampilkan Role
Play dengan kasus Etika Publik yang
beretika dan yang bertentangan.
 Tiap-tiap kelompok menampilkan
praktik Etika Publik yang baik
memperhatikan aspek-aspek dan
dimensi Etika Publik.
Kasus Kelompok 1

Praktikkan alur cerita pada Role Play pelayanan publik


dengan memperhatikan sikap kunci Etika Publik yang meliputi
aktivitas sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1. Menerima telepon dari masyarakat;
2. Menerima tamu/masyarakat ;
3. Mendahulukan kepentingan masyarakat daripada
rapat/briefing;
4. Menyerahkan dokumen dinas kepada masyarakat penerima
layanan publik.
Kasus Kelompok 2
Praktikkan alur cerita Role Play Etika Publik yang meliputi
aktivitas sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1. Menerima telepon;
2. Pejabat pemerintah yang menerima kunjungan kedinasan
tamu rombongan dari luar kota, perhatikan posisi pejabat
yang lebih terhormat dalam menerima tamu, perhatikan tata
letak tempat duduk
3. Bersalaman dalam keadaan tangan basah karena keringat;
4. Menyampaikan pidato dimana tangan tidak masuk saku
celana;
5. Saling bertukar cinderamata;
6. Saling bertukar kartu nama;
7. Memperbaiki tata letak secara spontan yang kurang pas.
Kasus Kelompok 3
Praktikkan Alur Cerita Role Play Etika Publik pada acara seremonial
yang meliputi aktivitas sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1. Perhatikan posisi tempat duduk pejabat yang lebih terhormat dan
tamu undangan;
2. Praktikan tamu yang terlambat datang dimana tempat duduknya;
3. Perhatikan aba-aba menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya;
4. Bersalaman dalam keadaan tangan basah karena keringat;
5. Menyampaikan salam pembuka;
6. Menyampaikan pidato dimana tangan tidak masuk saku celana;
7. Pembacaan doa yang diawali prolog yang menginformasikan
dibacakan menurut syariat agama tertentu;
8. Saling bertukar cinderamata;
9. Saling bertukar kartu nama;
10. Memperbaiki tata letak secara spontan yang kurang pas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai