Anda di halaman 1dari 32

SOSIALISASI

PERMENKES NO. 42 TAHUN 2018


KOMITE ETIK DAN HUKUM
Usman Hadi
Komite Etik dan Hukum RSUD Dr. Soetomo
UU NO 44 Tahun 2009

Pasal 2
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila
dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak
dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan
keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

Rumah Sakit memiliki tanggung jawab etik dan


hukum terhadap pasien dan masyarakat untuk
memberikan jaminan bahwa pelayanan pasien
sesuai dengan norma bisnis, finansial, asuhan
klinis, etika dan legal
UU No. 44 tahun 2009
Pasal 32
Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut
rumah sakit apabila rumah sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana

Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum


terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yg dilakukan oleh tenaga kesehatan di RS
(Pasal 46 UU No. 44 tahun 2009)
Permenkes No 4 th 2018
RS berkewajiban memberikan informasi pelayanan yg benar
kepada masyarakat
Pasal 5
(1) Informasi yang berkaitan dengan pelayanan medis
kepada Pasien meliputi:

a. pemberi pelayanan;
b. diagnosis dan tata cara tindakan medis;
c. tujuan tindakan medis;
d. alternatif tindakan;
e. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
f. rehabilitatif;
g. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan;
h. perkiraan pembiayaan.
SITUASI SAAT INI

•Target Gugatan
• Rumah Sakit
• Dokter
• Perawat,
• Bidan
• Dokter Gigi

sebagai subyek hukum, dokter, perawat, bidan telah


dijadikan target gugatan atas pelayanan kesehatan
yang dinilai merugikan pasien.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NO.42 TAHUN 2018
TENTANG
KOMITE ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT

Komite Etik dan Hukum


Organisasi nonstruktural yang membantu direktur
rumah sakit untuk penerapan etika rumah sakit dan
hukum perumahsakitan.
Pasal 2

1. Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan


“Etika Rumah Sakit”.

2. Etika Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dituangkan dalam bentuk Panduan Etik dan
Perilaku (Code of Conduct).
Pelaksanaan Penerapan Etika Rumah Sakit
1. Dapat dilakukan melalui pembentukan Komite Etik dan
Hukum sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja RS.
2. Pembentukan Komite Etik dan Hukum ditujukan untuk
meningkatkan keselamatan pasien dan mutu pelayanan RS
3. Dalam hal rumah sakit belum mampu membentuk Komite
Etik dan Hukum, peningkatan keselamatan pasien dan mutu
pelayanan RS.
Rumah Sakit dapat memperkuat fungsi unsur organisasi
Rumah Sakit (yang membidangi hukum dan/atau etika) .
Tata Kelola Etika dan Hukum
adalah serangkaian proses yang terkait dengan
tindakan yang bersifat mengatur, membina,
mengendalikan, dan mengawasi perilaku pemberi
pelayanan dan pengelola Rumah Sakit agar sesuai
dengan nilai-nilai etika dan hukum Rumah Sakit.

PATIENT SAFETY
Permenkes No.1691 tahun 2011
ORGANISASI

(1) Komite Etik dan Hukum dibentuk berdasarkan


Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit
(2) Komite Etik dan Hukum berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur RS.
(3) Pembentukan Komite Etik dan Hukum
sebagaimana dimaksud pada ayat disesuaikan
dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber
daya yang dimiliki oleh Rumah Sakit.
 
Susunan Organisasi Komite Etik dan Hukum
(1) Susunan organisasi Komite Etik dan Hukum paling
sedikit terdiri atas:
a. Ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota.
Ketua dan sekretaris merangkap sebagai anggota.
Ketua tidak merangkap jabatan lain di Rumah Sakit.
Selain susunan organisasi, dapat dibentuk
subkomite etik penelitian sesuai dengan kebutuhan
Rumah Sakit.
Susunan Anggota Komite Etik dan Hukum
(1) Keanggotaan Komite Etik dan Hukum paling sedikit terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga keperawatan;
c. tenaga kesehatan lain;
d. unsur yang membidangi mutu dan keselamatan pasien;
e. unsur administrasi umum dan keuangan, pengelola pelayanan hukum; dan
f. unsur administrasi umum dan keuangan, pengelola sumber daya manusia.
(2) Jumlah personil keanggotaan Komite Etik dan Hukum disesuaikan dengan
kemampuan Rumah Sakit.
(3) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan
huruf d diusulkan oleh masing-masing komite.
(4) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan huruf f
diusulkan oleh pimpinan unit sumber daya manusia di rumah sakit.
(5) Dalam hal dibutuhkan, keanggotaan Komite Etik dan Hukum dapat melibatkan
unsur masyarakat.
 
Pasal 7

Keanggotaan Komite Etik dan


Hukum diangkat dan
diberhentikan oleh Kepala atau
Direktur Rumah Sakit.
 
Tugas, Fungsi, dan Kewenangan
1. Memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama
dalam hal :

a. Menyusun dan merumuskan Etiko Medikolegal


pelayanan rumah sakit
b. Penyelesaian masalah etik kedokteran dan etik
pelayanan rumah sakit
c. Penyelesaian pelanggaran terhadap kode etik
pelayanan rumah sakit, pedoman prilaku pegawai rumah
sakit (Code of Conduct), pemeliharaan etika rumah sakit,
kebijakan yang terkait dengan hospital by laws dan
medical staff by laws

2. Memberikan bantuan hukum dalam penanganan masalah


hukum di rumah sakit
KEGIATAN PELAYANAN KOMITE ETIK DAN HUKUM

1. RAPAT RUTIN

2. Rapat koordinasi dengan Unit Pelayanan terkait

3. Konsul jaga 24 jam


4. Hadir dalam pembahasan / Joint Converence kasus medik sulit,
dilema etik di unit pelayanan terkait sampai di tingkat Direksi

5. Menyusun dan merumuskan Panduan Etik dan Hukum Pelayanan


Rumah Sakit

6. Menyusun dan merumuskan Code of Conduct (Pedoman Prilaku


Pegawai) Rumah Sakit
KEGIATAN PELAYANAN KOMITE ETIK DAN HUKUM
7. Menyelenggarakan seminar / workshop

8. Membuat panduan etik dan hukum, SPO terkait dengan solusi dilema etik
yang terjadi dalam pelayanan

9. Mengadakan kegiatan road show ke semua unit pelayanan

10. Membahas dan mempersiapkan strategi terhadap komplain atau tuntutan


hukum pasien (pembenaran, pembelaan, perlindungan)

11. Melakukan audit etik pelayanan transplantasi ginjal bagi donor dan
resipien

12. Mengikuti pelatihan bagi staf KEH untuk peningkatan kompetensi


LAPORAN KEGIATAN KOMITE ETIK DAN HUKUM

1. Kegiatan komite etik dan hukum dilaporkan per 3


bulan ke Direktur
2. Evaluasi kegiatan KEH disampaikan di dalam
Rapimtas sesuai jadwal
3. Evaluasi kinerja KEH dilakukan oleh bagian
management rumah sakit
KERANGKA KERJA
ETIK
KAEDAH DASAR BIO ETIK

BENEFICIENCE NON- OTONOMI JUSTICE


MALEFICIENCE

PRIVACY CONFIDENTIALITY FIDELITY


VERACITY Menghormati Menjaga Loyalitas dan
Benar, jujur dan hak privasi kerahasiaan pasien promise keeping
terbuka pasien

ETIKA KLINIK

MEDICAL PATIENT QUALITY OF LIFE CONTEKSTUAL


INDICATION PREFERENCE FEATURE

PANDUAN ETIK DAN HUKUM


(CODE OF CONDUCT)
TUJUAN
Terselenggaranya pelayanan yang aman, berkualitas dan
menjunjung tinggi norma-norma etika disiplin dan hukum
sehingga pasien sembuh dan memberikan apresiasi yang tinggi
atas pelayanan yang diberikan Rumah Sakit

SASARAN
ETIKA PROFESI ETIKA RUMAH SAKIT
Tercapainya visi dan misi RS sesuai
Meningkatkan profesionalisme medis dan
dengan kode etik rumah sakit
keperawatan untuk menjamin keselematan pasien

ETIKA PENELITIAN
Menjaga keberlangsungan penelitian sesuai dengan prinsip dasar
penelitian menghargai manusia, memperlakukan subyek
penelitian dengan adil, meminimalkan resiko dan azas manfaat
STRATEGI
1. Membangun budaya keselamatan
2. Melembagakan panduan etik dan hukum pelayanan rumah sakit
3. Melembagakan pedoman prilaku pegawai

PEANGGUNG JAWAB
Direktur SDM, Komite Etik dan Hukum, Komite Medik, Komite Keperawatan, Komite Tenaga
Kesehatan, Bagian SDM

AKUNTABILITAS
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia, Kode Etik Kedokteran Indonesia, Kode Etik Kedokteran Gigi
Indonesia, Kode Etik Keperawatan, Kode Etik Bidan, Code of Conduct
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
Panduan etik dan hukum pelayanan rumah sakit, pedoman
prilaku pegawai
Etika Rumah Sakit Etik Profesi Etik Penelitian
1. Menjaga hak pasien 1. Melakukan pembinaan 1. Menjamin adanya Ethical
2. Bertanggung jawab profesionalisme Clearance (EC) dan
terhadap lingkungan dan 2. Menjaga disiplin perilaku Informed Consent (IC) pada
masyarakat professional penelitian yang melibatkan
3. Menjamin keselamatan kerja 3. Melakukan pemeriksaan manusia
pegawai terhadap staf medis dan 2. Melakukan kajian penelitian
4. Memelihara hubungan keperawatan yang diduga 3. Melakukan pemantauan dan
dengan pemilik dan melakukan pelanggaran etik evaluasi penelitian
pemangku kepentingan
(stakeholder)
5. Melakukan promosi dan
pemasaran sesuai dengan
Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia (KODERSI)
6. Menyediakan kebijakan
penerimaan, transfer dan
pemulangan pasien
KERANGKA KERJA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK
DALAM PERAWATAN MEDIS DAN NON MEDIS PASIEN

MASALAH ETIK DALAM PELAYANAN


MEDIS/NON MEDIS

Mencatat segera masalah yang timbul

Melaporkan kejadian ke atasan langsung

Kepala Unit Kerja mengidentifikasikan


masalah Profesi Keilmuan, Etika/ Hukum

PENYELESAIAN

YA TIDAK
PENYELESAIAN

YA
TIDAK
Masalah Selesai Komite Etik dan
Monitoring Hukum

Penyelesaian masalah dilaporkan ke Masalah Profesi Masalah Masalah


Komite Etik & Hukum / Keilmuan etika hukum

Bagian hukum
Komite Medik
dan organisasi
Rekomendasi Penyelesaian
Masalah Etik

Direktur (Menetapkan penyelesaian


masalah)

Komite Etik & Hukum (Evaluasi


penerapan penyelesaian masalah Unit Kerja Terkait
PEDOMAN PERTIMBANGAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DILEMA ETIK PASIEN
1. Mengidentifikasi pembuat keputusan : pasien / keluarga pasien

2. Mengumpulkan data medis menetapkan fakta dan permasalahannya

3. Mengidentifikasi semua pilihan tindakan

4. Mengevaluasi pilihan tindakan sesuai dengan nilai-nilai dan


prinsip-prnsip yang ada

5. Mengidentifikasi konflik etika dan menetapkan prioritas


berdasarkan kaedah dasar bio etik atau etika klinik

6. Melakukan seleksi terhadap tindakan yang paling baik

7. Mengevaluasi ulang keputusan setelah diimplementasikan


PENYELESAIAN DILEMA ETIK
ANALISA DAN KEPUTUSAN
Panduan Etik dan Hukum pada Pasien Fase Terminal
Prinsip Dasar
Pasal 7d KODEKI:
“Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi hidup makhluk insani”

Lafal sumpah dokter:


Lafal 6:“Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter
saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan
sekalipun diancam”
Lafal 7:“Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari
saat pembuahan”
Lafal 8:”Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien”
Hal-hal yang harus senantiasa diingat :

1) Bahwa hidup mati seseorang adalah merupakan kekuasaan Tuhan,


dan bahwa pada hakekatnya manusia dalam menghadapi
permasalahan hidup dan mati ini harus berpedoman pada agama
yang dianutnya masing-masing.
2) Bahwa keselamatan pasien berada di tangan tenaga kesehatan
(dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan yang lain termasuk
pimpinan rumah sakit).
3) Bahwa betapapun majunya dan tingginya ilmu dan teknologi
(iptek) kedokteran yang telah kita capai, namun semua ini
memiliki keterbatasan, hingga pada batas tertentu seorang dokter
harus mengakui bahwa dia tidak lagi akan dapat berbuat sesuatu
kecuali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa.
Penanganan penderita yang berkaitan dengan saat-saat kritis
“ Hidup-Mati”

Pedoman
1) Sejak awal dokter harus menjalin hubungan yang baik dengan pihak keluarga
pasien
2) Setiap pengambilan keputusan baik untuk tujuan diagnostik, terapi maupun
berupa tindakan lainnya harus selalu dengan persetujuan pasien dan atau
keluarganya.
3) Sampaikan kepada pasien dan atau keluarganya tentang keadaan yang
sebenarnya dan sejujur-jujurnya mengenai penyakit yang diderita pasien.
4) Dalam keadaan dimana ilmu dan teknologi kedokteran sudah tidak dapat
memberikan harapan kesembuhan, maka upaya perawatan pasien harus lebih
ditujukan untuk memperoleh kenyamanan dan meringankan penderitaan.
6. Tindakan penghentian/penundaan bantuan hidup pada tahap pasien
menjelang ajalnya harus mendapat persetujuan keluarga terdekat
pasien, setelah keluarga mendapat penjelasan dari tim dokter yang
merawatnya.
7. Persetujuan yang diberikan harus dibuat secara tertulis.
8. Dokter wajib untuk terus melakukan perawatan terhadap pasien,
sekalipun pasien dipindah ke fasilitas lainnya.
9. Beban yang menjadi tanggungan keluarga pasien harus
diusahakan seringan mungkin.
10. Apabila pasien dan atau keluarga pasien menghendaki cara
pengobatan “alternatif” tidak ada alasan melarangnya sejauh tidak
membahayakan bagi dirinya.
11. Memberikan kepada pasien dan atau keluarganya untuk
menghadirkan pembimbing rohani menurut kepercayaan
masing-masing.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai