Anda di halaman 1dari 138

TESIS – BM185407

ANALISA PEMILIHAN RANCANGAN PROYEK


INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DI UNIVERSITAS
AIRLANGGA DENGAN MODEL MCMT
(MULTIPLE-CARRIER, MULTIPLE-TECHNOLOGY)

SUPRIYANTO
09211850025016

Dosen Pembimbing:
Ir. Ervina Ahyudanari, ME, Ph.D
Dr.Eng. Febriliyan Samopa, S.Kom., M.Kom.

PROGRAM MAGISTER
BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PROYEK
DEPARTEMEN MANAJEMEN TEKNOLOGI
FAKULTAS DESAIN KREATIF DAN BISNIS DIGITAL
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2020
TESIS – BM185407

ANALISA PEMILIHAN RANCANGAN PROYEK


INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DI
UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN MODEL MCMT
(MULTIPLE-CARRIER, MULTIPLE-TECHNOLOGY)

SUPRIYANTO
09211850025016

Dosen Pembimbing:
Ir. Ervina Ahyudanari, ME, Ph.D
Dr.Eng. Febriliyan Samopa, S.Kom., M.Kom.

PROGRAM MAGISTER
BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PROYEK
DEPARTEMEN MANAJEMEN TEKNOLOGI
FAKULTAS DESAIN KREATIF DAN BISNIS DIGITAL
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2020

i
Halaman ini sengaja dikosongkan

ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar


Magister Manajemen Teknologi (M.MT)
di
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Oleh :
SUPRIYANTO
NRP: 09211850025016
Tanggal Ujian: 13 Juli 2020
Periode Wisuda: 26 -27 September 2020
Disetujui oleh:
Pembimbing:
1. Ir. Ervina Ahyudanari, ME, Ph.D. ………………………
NIP: 19690224 199512 2 001

2. Dr.Eng. Febriliyan Samopa, S.Kom. ………………………


NIP: 19730219 199802 1 001

Penguji:

1. Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D. ………………………


NIP: 19691125 199903 1 001

2. Dr. Ir. R. V. Hari Ginardi, MSc. ………………………


NIP: 19650518 199203 1 003

Kepala Departemen Manajemen Teknologi


Fakultas Desain Kreatif Dan Bisnis Digital

Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng, Ph.D, CSCP


NIP: 196912311994121076

iii
Halaman ini sengaja dikosongkan

iv
Analisa Pemilihan Rancangan Proyek Infrastruktur Telekomunikasi
Di Universitas Airlangga dengan Model MCMT
(Multiple-Carrier, Multiple-Technology)

Nama mahasiswa : Supriyanto


NRP : 09211850025016
Pembimbing 1 : Ir. Ervina Ahyudanari ME, PhD
Pembimbing 2 : Dr.Eng. Febriliyan Samopa, S.Kom., M.Kom.

ABSTRAK
Transformasi penggunaan telekomunikasi dari voice & SMS menjadi
berbasis data, menuntut akan kebutuhan kualitas jaringan telekomunikasi yang
baik. Universitas Airlangga merupakan salah satu kampus terbesar di Indonesia
dengan populasi yang tinggi dan membutuhkan kualitas sinyal yang baik untuk
mendudukung aktivitas pendidikan. Pemerintah Kota Surabaya mengatur
pengendalian menara telekomunikasi mengenai tingggi menara, kebutuhan lahan,
estetika dan penggunaan menara bersama. Solusi untuk perbaikan kualitas jaringan
telekomunikasi tersebut menggunakan konsep Outdoor Distributed Antenna
System (ODAS) yang dikenal dengan Base Transceiver Station Hotel (BTSH)
dengan menggunakan konfirgurasi A Multiple-Carrier Multiple-Technology
(MCMT).
Perusahaan XYZ Tower Provider akan merancang alternatif proyek
infrastruktur telekomunikasi BSTH dengan model MCMT, dasar pembuatan
rancangan dengan pengukuran Signal Strength & Signal Quality. Hal ini untuk
mengestimasi jumlah menara, penentuan lokasi BTSH dan jalur kabel serat optik.
Analisis perencanaan waktu optimal dengan Critical Path Metode (CPM), dari
aspek keuangan dilakukan analisis kelayakan investasi dengan metode NPV & IRR.
Kemudian dalam pemilihan rancangan BTS Hotel dengan mempertimbangan bobot
kriteria menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Hasil yang didapatkan berdasarkan bahwa rancangan alternatif P1 nilai
NPV sebesar Rp. 2,383 M dengan IRR 18,7%, alternatif P2 nilai NPV Rp. 2,387 M
dengan IRR 17,7%, dan alternatif 3 nilai NPV Rp. 1,886 M dengan IRR 15,5%, hal
ini menunjukkan ketiga rancangan alternatif layak dari segi finansial. Untuk
analisis sensitivitas, alternatif P1 memiliki rentan lebih aman pada kelayakannya,
ketika terjadi perubahan parameter investasinya, sedangkan alternatif P3 memiliki
rentan tertinggi menjadi tidak layak ketika terjadi perubahan parameter khususnya
pada penurunan jumlah penyewa sebesar 15% dan peningkatan nilai investasi
sebesar 20%. Pemilihan rancangan alternatif proyek berdasarkan AHP adalah
rancangan alternatif P1 dengan nilai 0.391 dengan durasi pengerjaan proyek selama
137 hari, alternatif P3 berada diposisi nomor 2 dengan nilai 0.377 dengan durasi
pengerjaan proyek selama 157 hari, bobot kriteria revenue mendapatkan nilai
tertinggi sebesar 0.482 yang didapat alternative P3, sedangkan alternatif P1
mendapat bobot lebih besar dalam 3 kriteria yang lain Capex 0.249, Opex 0.193 &
time schedule 0.077.

Kata kunci: BTS Hotel, CPM, Investasi, AHP

v
Halaman ini sengaja dikosongkan

vi
Selection Analysis of Telecommunication Infrastructure Project Design
At Universitas Airlangga with the MCMT Model
(Multiple-Carrier, Multiple-Technology)

Student’s Name : Supriyanto


Student Identity Number : 09211850025016
Supervisor(s) : Ir. Ervina Ahyudanari ME, PhD
: Dr.Eng. Febriliyan Samopa, S.Kom., M.Kom.

ABSTRACT
Telecommunication transformation from voice and SMS to data-based
telecommunication demands the need for better network quality. Universitas
Airlangga is one of the largest universities in Indonesia with a high population and
requires a good signal quality to support educational activities. The Surabaya City
Government regulates the control of telecommunications towers regarding tower
height, land requirements, aesthetics, and shared tower. The solution for improving
the quality of the telecommunications network is using the concept of Outdoor
Distributed Antenna System (ODAS), which is known as Base Transceiver Station
Hotel (BTSH) with configuration A Multiple-Carrier Multiple-Technology
(MCMT).
XYZ Tower Provider Company will design an alternative BTSH
telecommunication infrastructure project with the MCMT model. The basic design
of this model is measurement the Signal Strength & Signal Quality. The signal
strength and quality are to estimate the number of towers and determine the BTSH
and fiber optic cable lines. Then an analysis of optimal time planning is with Critical
Path Method (CPM), from the financial aspect, an investment feasibility analysis is
carried out using the method NPV & IRR. Then, the BTS Hotel design selection is
by considering the criteria weights using the method Analytical Hierarchy Process
(AHP).
The results obtained are based on the alternative design of P1 with the
NPV value of IDR 2,383 billion and an IRR of 18,7%; alternative P2 has NPV value
of IDR 2,387 billion and an IRR of 17,7%; the last alternative 3 offers NPV value
of IDR 1,886 billion with an IRR of 15,5%. These results show that all three
alternatives designs are financially feasible. For the sensitivity analysis, alternative
P1 has a safer susceptibility to its feasibility, when the investment parameter
changes. In contrast, P3 alternative has the highest susceptibility to being unfit
when there is a change in parameters, especially in the decrease in the number of
tenants by 15% and an increase in investment value by 20%. The selection of
alternative project designs based on AHP is an alternative design of P1 with a value
of 0,391 with a duration of 137 days of project work. Alternative P3 is in position
number 2 with a value of 0,377 with the duration of the project for 157 days, the
weight of the revenue criteria gets the highest value of 0,482 obtained by alternative
P3, while the alternative P1 gets higher weight in the other three criteria Capex
0,249, OPEX 0,193 and schedule 0,077.

Keywords: BTS Hotel, CPM, Investment, AHP

vii
Halaman ini sengaja dikosongkan

viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT,
atas segala karunia dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis dengan judul “Analisa Pemilihan Rancangan Proyek Infrastruktur
Telekomunikasi di Universitas Airlangga dengan Model MCMT (Multiple-Carrier,
Multiple-Technology)“ ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Magister Manajemen Teknologi (MMT) di Program Pasca Sarjana, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Dalam penyusunan tesis ini, penulis
mendapatkan banyak doa, bantuan, dan dukungan moral serta materil. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Kedua Orang tua, Bapak Marwan, Bapak Hartono dan Ibu Nasua serta keluarga
yang tiada hentinya memberikan doa dan semangat serta dukungan kepada
penulis. Pengorbanan, doa dan dukungan Bapak dan Ibu menjadi motivasi bagi
penulis. Semoga ilmu yang didapatkan diamalkan dan menjadi amal jariyah
untuk Bapak dan Ibu.
2. Anak-anak tercinta Mas Reyhan dan Adek Maheera, semoga kelak anak-anak
bisa terus belajar agama dan apa yang disukai. Dan untuk istri tercinta Rahmi
Maulidiyah, M.Ag terimakasih atas dukungan, kesabarannya dan motivasinya
agar penulis segera menyelesaikan kuliahnya.
3. Ibu Ervina Ahyudanari, terimakasih atas kesediaan Ibu untuk memberikan
bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyelesaian tesis. Terima kasih juga
atas kesabaran dan keramahannya telah berkenan menyempatkan waktunya
membantu dan berdiskusi dengan penulis sejak masa perkuliahan hingga
penulisan tesis meskipun di tengah kesibukannya dalam kegiatan akademik
ITS. Pesan Bu Ervina, insyallah akan terus kami kenang “Allah says, just
remember me, I will give you everything”. Mohon maaf apabila terdapat sikap
penulis yang menyinggung dan penulisan tesis yang masih banyak kekurangan.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bu Ervina, selalu diberkahi dan
diberikan kesehatan.
4. Bapak Febriliyan Samopa, terimakasih atas kesedian Bapak untuk menjadi
pembimbing dalam penulisan tesis ini, dimana diawal ujian proposal Bapak
menjadi salah satu penguji. Arahan, diskusi dan masukkan dari Pak Iyan sangat
membantu dan memotivasi, meskipun sebelumnya penulis belum sempat
bertemu langsung dengan Bapak dikarena pandemi Covid19. Sekali lagi
terimakasih banyak dan mohon maaf Pak Iyan, semoga Allah SWT membalas
dengan kebaikan, semoga diberkahi, sukses dan selalu diberikan kesehatan.
5. Bapak I Putu Artama Wiguna, terimakasih atas masukan dan arahan yang
diberikan sebagai dosen penguji. Terimakasih atas waktu yang diberikan dalam
bimbingan daring setiap minggunya ditengah kesibukan Bapak. Semoga yang

ix
Bapak ajarkan dapat kami teruskan sebagai bentuk pengabdian kepada
masyarakat. Mohon maaf dan semoga Bapak senantiasa mendapat kesuksesan,
kebahagiaan serta diberikan kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
6. Bapak R. V. Hari Ginardi, terimakasih atas saran dan masukan Bapak untuk
melengkapi kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan tesis penulis.
Terimakasih atas ucapan selamat lulus dari Bapak saat sidang tesis, hal tersebut
sangat berkesan dan memotivasi penulis. Semoga dikemudian hari, penulis
masih dapat berkesempatan belajar dari Bapak melalui seminar, jurnal dan
karya Bapak lainnya. Semoga Bapak selalu diberikan berkah kesehatan dan
kesuksesan.
7. Ibu Lissa Rosdiana Noer, selaku dosen wali yang banyak mengarahkan penulis
dalam memilih mata kuliah pilihan serta bimbingannya yang sangat bermanfaat
bagi penulis. Terimakasih banyak, semoga ibu sehat selalu.
8. Bapak/Ibu dosen pengajar serta seluruh staf MMT ITS lainnya. Terimasih atas
waktu, kesempatan, ilmu serta bantuannya selama masa perkuliahan. Semoga
bapak dan ibu sekalian diberikan berkah kesuksesan dan kesehatan oleh Tuhan
Yang Maha Esa.
9. Terimakasih kepada manajemen perusahaan Tower Bersama Group atas
kesempatan dan kepercayaannya memberikan beasiswa perkuliahan (The Big
Scholarship 2018), semoga hal ini dapat memacu semangat penulis untuk lebih
berkontribusi untuk kesuksesan dan kemajuan perusahaan.
10. Rekan kerja di Regional Operation Maintenance Department Jawa Timur &
Tim Asset Operation Directorate, atas dukungan dan kerjasama selama
perkuliahan semoga semua kebaikan dibalasTuhan Yang Maha Esa.
11. Teman-teman Manajemen Proyek angkatan 2018 untuk semangat
kebersamaannya. Terimakasih atas dukungan serta diskusi yang banyak sekali
memberikan ilmu untuk terus berkembang dan berjuang.
12. Para responden dan narasumber dalam penelitian tesis ini yang menyempatkan
waktunya ditengah masa pandemik ini untuk membantu penulis dalam
mengumpulkan data-data penelitian.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas semua doa dan
harapannya, semoga mendapat limpahan berkah oleh Tuhan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga penelitian
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, 17 Agustus 2020
Supriyanto

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN TESIS .............................................................................. iii


ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 5
1.4 Batasan Masalah ..................................................................................... 6
1.5 Kontribusi ................................................................................................ 6
1.6 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 7
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA................................................................................... 9
2.1 Telekomunikasi ....................................................................................... 9
2.2 Regulasi .................................................................................................... 9
2.3 Base Transceiver Station (BTS) ............................................................ 10
2.4 Studi Literatur ODAS (Outdoor Distributed Antenna System).......... 11
2.5 Konsep BTS Hotel ................................................................................. 13
2.5.1 Komponen BTS Hotel ......................................................................15
2.5.2 Konfigurasi BTS Hotel ....................................................................17
2.6 Pengukuran Performansi ..................................................................... 18
2.6.1 Kekuatan Sinyal/Level Daya (Signal Strength) ...............................18
2.6.2 Kualitas Sinyal (Signal Quality) ......................................................19
2.6.3 Perangkat Lunak Pengukuran Sinyal ...............................................20
2.7 Point of Interest (POI) ........................................................................... 22
2.8 Join Project Planning (JPP).................................................................. 23
2.9 Perencanaan Waktu.............................................................................. 24

xi
2.9.1 Tahapan Proyek Pembangunan Infrastruktur BTSH ....................... 25
2.9.2 Critical Path Method (CPM) ........................................................... 25
2.10 Studi Kelayakan Investasi (Feasibility Study) ..................................... 27
2.10.1 Analisis Penilaian Investasi ............................................................. 28
2.10.2 Analisis Sensitivitas......................................................................... 29
2.11 Analytical Hierarchy Process (AHP) .................................................... 29
2.11.1 Nilai Pembandingan Berpasangan (Pairwise Comparison Value) .. 30
2.11.2 Prinsip Kerja Analytical Hierarchy Process (AHP) ........................ 31
2.12 Penentuan Kriteria Evaluasi Pengambilan Keputusan ..................... 32
2.13 Posisi Penelitian ..................................................................................... 34
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 37
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 37
3.1.1 Data Primer ...................................................................................... 38
3.1.2 Data Sekunder ................................................................................. 38
3.3 Metode Analisis Data ................................................................................. 39
3.4 Langkah Penelitian................................................................................ 39
3.5 Penentuan lokasi BTS Hotel & Penempatan Pole MCP .................... 39
3.5.1 Jaringan Menara yang Sudah Ada ................................................... 41
3.5.2 Signal Strength & Signal Quality .................................................... 41
3.5.3 Tahapan Pengukuran Sinyal dan Pendataan Menara Existing......... 41
3.5.4 Penentuan Jalur Transmisi Kabel Serat Optik ................................. 42
3.6 Perencanaan Waktu .............................................................................. 42
3.6.1 Work Breakdown Structure (WBS) ................................................. 43
3.6.2 CPM (Critical Path Metode) ........................................................... 43
3.7 Kelayakan Investasi dan Analisis Sensitivitas .................................... 44
3.8 Analisis AHP Faktor Kriteria .............................................................. 45
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 47
4.1 Area Universitas Airlangga .................................................................. 47
4.2 Hasil Pengukuran Sinyal ...................................................................... 49
4.2.1 Drive Test dan Menara Existing Telkomsel (TSEL) ....................... 49
4.2.2 Drive Test dan Menara Existing XL Axiata (XL) ........................... 51
4.2.3 Drive Test dan Menara Existing Indosat (ISAT) ............................. 53

xii
4.2.4 Drive Test dan Menara Existing Hutchison 3 (H3I).........................55
4.2.5 Drive Test dan Menara Existing Smartfren (SF) ..............................57
4.2.6 Rangkuman Hasil Pengukuran Sinyal ..............................................59
4.3 Rancangan BTS Hotel dan Pole MCP ................................................ 60
4.3.1 Lokasi Penempatan BSTH dan Pole MCP .......................................60
4.3.2 Poin Of Interest dan Rencana Pembangunan Gedung Kampus .......61
4.3.3 Penentuan Alternatif Rancangan ..........................................................62
4.4 Rancangan Jaringan Kabel Serat Optik............................................. 64
4.5 Konfigurasi A Multiple-Carrier, Multiple-Technology (MCMT) ...... 68
4.6 Perhitungan Waktu Pelaksanaan Proyek ........................................... 69
4.6.1 Scope Of Work (SOW) .....................................................................69
4.6.2 Work Breakdown Structures (WBS) ................................................70
4.6.3 Gantt Chart ......................................................................................71
4.6.4 Jalur Kristis (Critical Path)..............................................................71
4.7 Perhitungan Biaya Investasi ................................................................ 73
4.7.1 Anggaran Proyek (Capital Expenditure) .........................................73
4.7.2 Pendapatan Usaha ( Revenue) ..........................................................74
4.7.3 Biaya Operasi & Pemeliharaan (Operational Expenses) .................75
4.7.4 Rekapitulasi Perhitungan Implementasi Proyek Tiap Kriteria.........76
4.8 Analisis Penilaian Kelayakan Investasi .............................................. 77
4.8.1 Analisis Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value) .......................77
4.8.2 Analisis Tingkat Kembali Internal (Internal Rate of Return) ..........78
4.9 Analisis Sensitivitas ............................................................................... 79
4.10 Analytical Hierarchy Process (AHP) .................................................... 82
4.10.1 Daftar responden yang sudah melakukan pengisian kuisioner ........82
4.10.2 Matriks Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison) ..........84
4.10.4 Menghitung Indeks Konsistensi .......................................................85
4.7.3 Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Matriks ...................86
4.11 Diskusi Hasil .......................................................................................... 90
4.12 Manfaat Manajerial .............................................................................. 91
BAB 5 KESIMPULAN ......................................................................................... 93
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 93

xiii
5.2 Saran ....................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 95
LAMPIRAN .......................................................................................................... 98
Lampiran 1. Foto Poin of Interest Tiap Menara MCP ................................. 98
Lampiran 2. Rancangan BTS Hotel Universitas Airlangga ...................... 105
Lampiran 3. Master Schedule & Jalur Kritis Rancangan Alternatif P1 .. 106
Lampiran 4. Master Schedule & Jalur Kritis Rancangan Alternatif P2 .. 107
Lampiran 5. Master Schedule & Jalur Kritis Rancangan Alternatif P3 .. 108
Lampiran 6. Perhitungan IRR Rancangan Alternatif P1 .......................... 109
Lampiran 7. Perhitungan IRR Rancangan Alternatif P2 .......................... 110
Lampiran 8. Perhitungan IRR Rancangan Alternatif P3 .......................... 111
Lampiran 9. Perhitungan NPV ..................................................................... 112
Lampiran 10. Perhitungan Analisis Sensitivitas Alternatif P1 .................. 113
Lampiran 11. Perhitungan Analisis Sensitivitas Alternatif P2 .................. 114
Lampiran 12. Perhitungan Analisis Sensitivitas Alternatif P3 .................. 115
Lampiran 13. Kuisioner Penentuan Bobot Kriteria ................................... 116

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Komunikasi dua BTS yang LOS ......................................................... 3


Gambar 1.2 Jaringan Serat Optik Outdoor & Distributed Antenna System ........... 3
Gambar 1.3 Lokasi Kampus A, B dan C Universitas Airlangga di Kota Surabaya 7
Gambar 1.4 Lokasi Kampus A Universitas Airlangga Surabaya ............................ 7
Gambar 1.5 Lokasi Kampus B Universitas Airlangga Surabaya ............................ 8
Gambar 1.6 Lokasi Kampus C Universitas Airlangga Surabaya ............................ 8
Gambar 2.1 Arsitektur ODAS & IDAS dari Crown Castle untuk Universitas..... 12
Gambar 2.2 Peta alokasi gedung kerjasama MIT ................................................. 13
Gambar 2.3 Perbedaan IDAS, ODAS dan FTAA ................................................. 14
Gambar 2.4 Menara Tunggal Microcell yang digunakan BTS Hotel .................. 15
Gambar 2.5 Komponen Utama BTS Hotel ........................................................... 16
Gambar 2.6 Rancangan Konsep ODAS ................................................................ 16
Gambar 2.7 Indikator rentan pengukuran level daya ............................................ 19
Gambar 2.8 Indikator rentan pengukuran kualitas sinyal ..................................... 20
Gambar 2.9 Tampilan applikasi G-NetTrack Pro ................................................. 21
Gambar 2.10 Diagram Belanja Modal & Market Share Operator ........................ 23
Gambar 2.11 Siklus Hidup Proyek (Project Life Cycle) (Larson & Gray, 2011) . 25
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 39
Gambar 3.2 Hierarki Kriteria & Alternatif BTSH ................................................ 45
Gambar 4.1 Civitas Academica dan Area di Universitas Airlangga 2018/2019 ... 47
Gambar 4.2 Pembagian Area dan Radius Kampus A & B ................................... 47
Gambar 4.3 Pembagian Area dan Radius Kampus C ........................................... 48
Gambar 4.4 Hasil Pengukuran Sinyal Telkomsel di Kampus A, B dan C ............ 49
Gambar 4.5 Menara Existing Telkomsel............................................................... 50
Gambar 4.6 Hasil Pengukuran Sinyal Excel (XL) di Kampus A, B dan C........... 51
Gambar 4.7 Menara Existing Excel (XL) ............................................................. 52
Gambar 4.8 Hasil Pengukuran Sinyal Indosat (ISAT) .......................................... 53
Gambar 4.9 Menara Existing Indosat (ISAT) ....................................................... 54
Gambar 4.10 Hasil Pengukuran Sinyal Hutchison 3 (H3I) ................................... 55
Gambar 4.11 Menara Existing Hutchison 3 (H3I) ................................................ 56
Gambar 4.12 Hasil Pengukuran Sinyal Smartfren (SF) ........................................ 57
Gambar 4.13 Menara Existing Smartfren (SF) ..................................................... 58
Gambar 4.14 Hasil Pengukuran RSCP di Kampus A, B dan C ............................ 59
Gambar 4.15 Hasil Pengukuran RSRP di Kampus A, B dan C ............................ 59
Gambar 4.16 Hasil Pengukuran RSRQ di Kampus A, B dan C ........................... 60
Gambar 4.17 Penandaan rancangan lokasi MCP & BSTH ................................... 61
Gambar 4.18 Pembangunan dan Pengembangan Gedung Universitas Airlanga .. 62
Gambar 4.19 Penandaan Lokasi Prioritas ............................................................. 63
Gambar 4.20 Kabel Serat Optik Existing.............................................................. 64

xv
Gambar 4.21 Rancangan Kabel Serat Optik Backbone, HBTS dan Access MCP 65
Gambar 4.22 Rancangan Penggelaran Kabel Serat Optik Kampus A & B ........... 66
Gambar 4.23 Rancangan Kabel Serat Optik Kampus C ........................................ 66
Gambar 4.24 Perbandingan Nilai NPV Tiap Alternatif Rancangan ...................... 78
Gambar 4.25 Grafik Pehitungan Internal Rate of Return (IRR) ........................... 78
Gambar 4.26 Sensitivitas Penurunan Jumlah Penyewa Terhadap NPV ................ 79
Gambar 4.27 Sensitivitas Peningkatan Nilai Investasi Terhadap NPV ................. 80
Gambar 4.28 Sensitivitas Peningkatan Biaya Operasi & Pemeliharaan Terhadap
NPV ....................................................................................................................... 82
Gambar 4.29 Data Pengisian Kuisioner untuk Kriteria ......................................... 83
Gambar 4.30 Pemilihan Rancangan Alternatif Proyek ......................................... 89
Gambar 4.31 Dynamic Performance Rancangan Alternatif Berdasarkan Kriteria 90

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Kelemahan dan Kelebihan Model Konfigurasi BTSH .. 17


Tabel 2.2 Parameter Level Daya & Indikator Kualitas ......................................... 20
Tabel 2.3 Perbandingan Penggunaan G-Net Track Pro & TEMS ........................ 22
Tabel 2.4 Nilai Pembandingan Berpasangan ........................................................ 31
Tabel 2.5 Kriteria Evaluasi ................................................................................... 34
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu & Posisi Penelitian.............................................. 35
Tabel 3.1 Warna Indikator Pengukuran ................................................................ 41
Tabel 3.2 Calon Responden Penelitian ................................................................. 46
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Sinyal Telkomsel (TSEL) ........................................ 50
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Sinyal Excel (XL) .................................................... 52
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Sinyal Indosat (ISAT).............................................. 54
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Sinyal Hutchison 3 (H3I) ....................................... 56
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Sinyal Smartfren (SF) .............................................. 58
Tabel 4.6 Rancangan Lokasi MCP & BSTH dan Prediksi Potensial Penyewa .... 61
Tabel 4.7 Daftar target Poin Of Interest (POI) ..................................................... 62
Tabel 4.8 Altenatif Rancangan Proyek ................................................................. 63
Tabel 4.9 Pajang Serat Optik Backbone Menuju HBTS dan Kampus A, B, C ..... 65
Tabel 4.10 Total Panjang Kabel Fiber Optik Alternati P3 .................................... 67
Tabel 4.12 Total Panjang Kabel Fiber Optik Alternati P2 .................................... 67
Tabel 4.13 Total Panjang Kabel Fiber Optik Alternati P1 .................................... 68
Tabel 4.11 Daftar Penyewa untuk 5 operator........................................................ 68
Tabel 4.14 Detail pembagian SOW Pihak Tower Provider dan Penyewa ........... 69
Tabel 4.15 Work Breakdown Structures (WBS) BTS Hotel ................................. 70
Tabel 4.16 Gantt Chart Pembangunan BTS Hotel untuk P1, P2 dan P3. ............. 71
Tabel 4.17 Jalur Kritis pembangunan BTS Hotel ................................................. 72
Tabel 4.18 Anggaran Rancangan Alternatif 1 – 8 MCP & 6 Collo ...................... 73
Tabel 4.19 Anggaran Rancangan Alternatif 2 – 10 MCP & 7 Collo .................... 73
Tabel 4.20 Anggaran Rancangan Alternatif 3 – 13 MCP & 10 Collo .................. 74
Tabel 4.21 Estimasi Pendapatan dari Penyewa Proyek BTS Hotel ...................... 74
Tabel 4.22 Biaya Operasional Perawatan (Preventive Maintenance) ................... 75
Tabel 4.23 Biaya Perawatan Perbaikan (Corrective Maintenance) ...................... 75
Tabel 4.24 Pehitungan Pajak Penghasilan ............................................................ 76
Tabel 4.25 Total Biaya Operasi dan Pemeliharaan ............................................... 76
Tabel 4.26 Rekapitulasi Perhitungan Implementasi Proyek Tiap Kriteria ........... 76
Tabel 4.27 Perhitungan NPV Alternatif Proyek 1 ................................................ 77
Tabel 4.28 Perhitungan NPV Alternatif Proyek 2 ................................................ 77
Tabel 4.29 Perhitungan NPV Alternatif Proyek 3 ................................................ 77
Tabel 4.30 Perubahan Penurunan Jumlah Penyewa .............................................. 80
Tabel 4.31 Perubahan Peningkatan Nilai Investasi ............................................... 81

xvii
Tabel 4.32 Perubahan Peningkatan Biaya Operasi & Pemeliharaan ..................... 82
Tabel 4.33 Data Responden Pengisian Kuisioner Pembobotan Kriteria ............... 83
Tabel 4.34 Perhitungan data dengan Geometricmean ........................................... 84
Tabel 4.35 Perbandingan Berpasangan dari Kriteria ............................................. 84
Tabel 4.36 Normalisasi Untuk Perhitungan Bobot Kriteria .................................. 84
Tabel 4.37 Tabel Rangking Bobot dari Kriteria .................................................... 85
Tabel 4.38 Pehitungan Vektor Konsistensi ........................................................... 85
Tabel 4.39 Perhitungan Indeks Konsistensi dengan Expert Choise ...................... 86
Tabel 4.40 Perbandingan Berpasangan Kriteria Revenue ..................................... 87
Tabel 4.41 Perbandingan Berpasangan Kriteria Capex ......................................... 87
Tabel 4.42 Perbandingan Berpasangan Kriteria Opex .......................................... 88
Tabel 4.43 Perbandingan Berpasangan Kriteria Time Schedule ........................... 88
Tabel 4.44 Perhitungan Peringkat Alternatif Berbanding Kriteria ........................ 89

xviii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Memasuksi era industri 4.0 telah mentransformasi penggunaan
telekomunikasi. Pergeseran dalam penggunaan telekomunikasi dari voice dan SMS
menjadi telekomunikasi yang berbasis data. Di Indonesia ketersediaan infrastruktur
telekomunikasi telah mendorong pertumbuhan penggunaan internet melalui akses
wireless meningkat. Data jumlah nomor pelanggan prabayar yang telah terdaftar
pada bulan April 2018 adalah sebesar 254 juta nomor pelanggan dan pengguna
internet yang berjumlah 143 juta (Kominfo.go.id, 2018). Sehingga jumlah yang
tinggi akan menjadi tantangan tersendiri bagi operator telekomunikasi dan tower
provider.
Dengan kecepatan data yang mumpuni tentunya akan mendukung dalam
peranan IoT (Internet of Things), segala aktifitas dengan pengguna dan perangkat
saling terhubung (Association, 2014). Internet of Things banyak digunakan dalam
kegiatan seperti transportasi online, e-commerce, live streaming, e-learning, remot
kontrol jarak jauh, pelacakan dalam GPS tracking, dan sebagainya yang
menggunakan internet untuk akses. Dalam bidang pendidikan IoT sangat
diperlukan untuk melakukan segala aktifitas dengan menggunakan sistem
pengaturan dan sistem pengarsipan.
Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember merupakan salah satu
kampus terbesar di Indonesia telah memulai proses pembangunan smart pole, tiang
lampu pintar yang juga difungsikan sebagai pemancar koneksi internet secara
nirkabel (wifi) dan juga bisa menjadi penguat sinyal seluler untuk daerah-daerah
dengan cakupan sinyal yang masih rendah (Itsteknosains.co.id, 2018). Selain itu,
Universitas Airlangga Surabaya juga salah satu kampus terbesar di Kota Surabaya
dan Indonesia, dengan jumlah dosen tetap 1.734 orang dan jumlah mahasiswa
36.221 orang pada tahun 2018/2019 (Ristekdikti, 2019). Dengan 3 lokasi Kampus
A, B dan C, area yang luas tersebut merupakan lokasi yang membutuhkan akses
internet dengan jangkauan dan kapasitas yang besar, hal ini juga untuk

1
mengantisipasi adanya lokasi tertentu yang tidak terjangkau oleh akses internet
(shadow area) dikarenakan adanya gedung-gedung bertingkat.
Pembangunan infrastruktur telekomunikasi macrocell berbentuk menara
SST (Self Supporting Tower) yang dibangun di atas tanah (green field) dan di atas
bangunan (rooftop) juga harus memenuhi peraturan pengendalian menara
telekomunikasi, bahwa tipe menara tunggal green field ketinggian maksimal 20
meter (microcell) yang diperbolehkan dibangun di kota Surabaya (Peraturan
Walikota Surabaya Nomor 48, 2017). Dengan adanya peraturan tersebut,
diperlukan teknologi infrastruktur telekomunikasi baru yang menggantikan menara
tipe lama macrocell, teknologi yang digunakan dinamakan BTSH (Base
Transceiver Station Hotel) dengan menggunakan konsep outdoor distributed
antenna system (ODAS) penggunaan pole MCP ( microcell pole). Perancangan
BTS Hotel yang mampu mendukung skenario MCMT (multi-carrier, multi-
technology) sehingga teknologi tersebut dapat digunakan secara bersama-sama
beberapa operator seluler (collocation) dengan menempatkan perangkat-perangkat
BTS pada satu ruangan (Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum, 2009).
Di bagian transmisi data BTS Hotel, dibutuhkan media yang mampu
mentransmisikan data dari Base station menuju pole MCP (microcell pole) secara
cepat dan kapasitas yang besar. Dengan teknologi LTE (Long Term Evolution)
memiliki kecepatan data hingga 100 Mbps untuk arah downlink dan 50 Mbps untuk
arah uplink dengan menggunakan kabel serat optik (fiber optic). Pilihan tersebut
juga didasari untuk transmisi yang menggunakan antena MW (microwave) yang
memanfaatkan udara bebas sebagai media transmisi harus dengan cakupan daerah
LOS (Line of Sight) (Hikmaturokhman, 2007). Gambar 1.1 merupakan penggunaan
antena MW untuk lokasi rural atau pedesaan yang tidak terhalang atau obstacle oleh
bangunan.

2
Gambar 1.1 Komunikasi dua BTS yang LOS
Sumber : (Pradana & Wahyudin, 2018)

Sehingga penggunaan media transmisi dalam system ODAS (Outdoor


Distributed Antenna System) mengunakan kabel serat optik, teknologi transportasi
dengan menggunakan kabel serat optik sebagai sarana yang mengantarkan sinyal
dengan degradasi yang relatif sangat kecil sehingga jarak jangkauan dalam teori
bisa mencapai 15 km (Pratomo, Imam, Fahmi, & Rahardjo, 2015). Untuk itu
diperlukan desain jalur penarikan kabel serat optik tersebut agar optimal dalam
panjang kabel. Gambar 1.2 merupakan ilustrasi penggunaan kabel serat optik
sebagai media transmisi data dari BTS Hotel menuju MCP (microcell pole) untuk
konsep ODAS (outdoor DAS).

Gambar 1.2 Jaringan Serat Optik Outdoor & Distributed Antenna System
Sumber : (Extenetsystems, 2020)
Kondisi ini mendorong perusahaan XYZ Tower Provider selaku penyedia
infrastruktur telekomunikasi untuk melakukan kerja sama dengan pihak Universitas
Airlangga untuk memberikan solusi perbaikan jaringan telekomunikasi.

3
Pembangunan infrastruktur akan menggunakan dasar pengukuran drivetest level
daya (Signal Strength) dan kualitas sinyal (Signal Quality) untuk 5 operator
(Telkomsel, XL, H3I, Smartfren dan Indosat). Hasil drivetest didapatkan lokasi
dengan kuat sinyal dan kualitas sinyal yang kurang baik dan juga terdapat beberapa
perencanaan pembangunan gedung baru sehingga akan berpotensi menjadi obstacle
atau halangan pemancaran sinyal. Sehingga pembangunan infrastruktur BTS Hotel
juga mempertimbangkan perencanaan pembangunan gedung baru untuk dapat
meningkatkan kinerja dan kualitas sinyal telekomunikasi di Kampus Universitas
Airlangga.
Dalam upaya pembangunan infrastruktur BTS Hotel XYZ Tower Provider
juga mempertimbangkan sebab yang berdampak proyek tidak menguntungkan atau
tidak sesuai perencanaan target. Kondisi tersebut akibat adanya kesalahan dalam
perencanaan, kesalahan dalam memperkirakan biaya investasi, potensi penyewa
menara, kesalahan dalam memperkirakan biaya operasi dan pemeliharaan menara,
kendala dalam proses perijinan dan sebagainya. Dalam proses pengendalian atau
kontrol waktu implementasi yang tidak berjalan dengan baik juga bisa menjadi
faktor gagalnya penyewa masuk (drop) atau terlambat penyelesaian proyek dapat
menimbulkan pinalti. Sehingga biaya proyek menjadi lebih besar, penyelesaian
proyek menjadi lebih lama, dan sebagainya.
Untuk itu diperlukan analisis kelayakan investasi dan sensitivitas dari tiap
alternatif rancangan untuk mengetahui seberapa jauh dampak perubahan parameter
terhadap kelayakan proyek. Dan juga untuk waktu implementasi proyek akan
menggunakan CPM (Critical Path Metode) untuk mendapatkan durasi optimal
sebagai acuan alat kontrol proyek. Selanjutnya dalam pemilihan rancangan
diperlukan suatu metode dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang
nantinya akan dihasilkan pengambilan keputusan sebagai bahan pertimbangan yang
terukur dan terbobot menggunakan metode AHP (Analytic Hierarchy Process).

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan maka
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang proyek infrastruktur telekomunikasi BTSH (Base
Transceiver Station Hotel) di Universitas Airlangga dengan model Multiple-
Carrier, Multiple-Technology (MCMT) ?
2. Bagaimana membuat perencanaan waktu pelaksanaan proyek untuk rancangan
BTSH (Base Transceiver Station Hotel) dengan menggunakan metode Critical
Path Metode (CPM) ?
3. Bagaimana menentukan kelayakan Investasi untuk proyek BTSH (Base
Transceiver Station Hotel) bila ditinjau dari aspek finansial?
4. Bagaimana melakukan pemilihan rancangan yang terbaik dari beberapa
alternatif berdasarkan kriteria dengan menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Membuat rancangan infrastruktur BTS Hotel dengan dasar penentuan
alternatif dari pengukuran level daya (Signal Strength) dan kualitas sinyal
(Signal Quality) untuk 5 operator (Telkomsel, XL, H3I, Smartfren dan
Indosat).
2. Memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek BTS
Hotel dari setiap alternatif sebagai acuan alat kontrol proyek dengan Critical
Path Metode (CPM).
3. Menganalisis kelayakan investasi dengan menggunakan metode Net
Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).
4. Menentukan pilihan rancangan infrastruktur telekomunikasi BTS Hotel
dengan pertimbangan kriteria aspek finansial (Revenue, Capex & Opex) dan
aspek teknis waktu implementasi (Time Schedule) proyek menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

5
1.4 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, pembahasan masalah difokuskan pada batasan dalam
ruang lingkup sebagai berikut :
1. Pembuatan rancangan infrastruktur BTS Hotel dengan dasar
penentuan alternatif dari pengukuran level daya (Signal Strength) dan
kualitas sinyal (Signal Quality).
2. Perhitungan waktu implementasi dilakukan batasan pembahasan
dalam hal proses pengurusan perizinan menara.
3. Analisis kelayakan hanya memperhitungkan aspek finansial saja
dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV) dan Internal
Rate of Return (IRR). Dan untuk analisis sensitivitas hanya
memperhitungkan perubahan tingkat nilai investasi, penyewa menara,
serta biaya operasi dan pemeliharaan.
4. Pertimbangan pemilihan rancangan menggunakan kriteria di antaranya
revenue, capex, opex, dan time schedule.

1.5 Kontribusi
1. Memberikan masukan kepada manajemen Tower Provider tentang
rancangan desain proyek BTS hotel dengan mempertimbangkan
waktu pelaksanaan, kelayakan investasi dan salah satu metode
pemilihan rancangan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria
sehingga proses pengambilan keputusan dapat lebih terukur.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
sebagai referensi untuk implementasi proyek infrastruktur
telekomunikasi BTS Hotel area kampus Universitas Airlangga
Surabaya.

6
1.6 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kampus A, B dan C Universitas Airlangga yang berada
di kota Surabaya. Gambar 1.3 merupakan lokasi Kampus Universitas Airlangga.

Gambar 1.3 Lokasi Kampus A, B dan C Universitas Airlangga di Kota Surabaya


Sumber : (Universitas Airlangga Web Page, 2020)

Berikut merupakan lokasi detil dari masing-masing kampus A, B dan C :


1. Kampus A : Kampus A di Jalan Prof. Dr. Moestopo 47. Di kampus ini terdapat
Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)

Gambar 1.4 Lokasi Kampus A Universitas Airlangga Surabaya


Sumber : (Universitas Airlangga Web Page, 2020)

7
2. Kampus B di Jalan Airlangga 4-6. Di kampus ini terdapat Fakultas Ekonomi dan
Bisnis (FEB), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Psikologi (FPsi), Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Fakultas Vokasi
(FVokasi), dan Program Pascasarjana (PPs)

Gambar 1.5 Lokasi Kampus B Universitas Airlangga Surabaya


Sumber : (Universitas Airlangga Web Page, 2020)

3. Kampus C di Mulyorejo, Surabaya Timur. Di kampus ini terdapat Fakultas Sains


dan Teknologi (FST), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas
Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Keperawatan (FKp), Fakultas Farmasi (FF)
dan Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK)

Gambar 1.6 Lokasi Kampus C Universitas Airlangga Surabaya


Sumber : (Universitas Airlangga Web Page, 2020)

8
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Telekomunikasi
Secara sederhana telekomunikasi dapat diartikan sebagai suatu upaya
penyampaian berita dari satu tempat ke tempat lainnya (jarak jauh) yang
menggunakan alat atau media elektronik (Saydam, 1993). Dalam arti yang lain
telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari
setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan
bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya
(Undang-undang RI no. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi).

2.2 Regulasi
Pembangunan menara telekomunikasi tentunya harus mengacu kepada
regulasi, regulasi di masing-masing daerah atau kota mempunyai peraturan yang
berbeda dan memiliki ketentuan tersendiri sesuai dengan budaya, adat dan
perkembangannya, namun tentunya tetap mengacu kepada peraturan yang lebih
tinggi. Dalam melakukan penataan dan pengendalian menara telekomunikasi
seluler bersama, diperlukan adanya kepastian hukum tentang proses perizinan
pendirian menara seluler baru dan pedoman penempatan menara berdasarkan
regulasi yang ditetapkan pemerintah. Selain itu menara existing perlu diprioritaskan
sebagai menara bersama dan perlu dilakukan penyusunan tata ruang penempatan
menara baru, termasuk memperhatikan zona larangan didirikan menara (Peraturan
Walikota Surabaya Nomor 8, 2016). Menara Telekomunikasi bersama adalah
menara telekomunikasi yang dapat digunakan lebih dari dua penyelenggara
telekomunikasi. Menara Telekomunikasi bersama adalah menara telekomunikasi
yang digunakan secara bersama-sama oleh penyelenggara telekomunikasi.
(Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kemetrian Pekerjaan Umum, 2011).
Sehingga kebutuhan operator seluler terhadap cakupan dan kapasitas layanan
seluler dapat terpenuhi dan operator seluler dapat memberikan layanan komunikasi
seluler dengan kualitas yang baik tanpa melanggar ketentuan (Peraturan Walikota

9
Surabaya Nomor 48, 2017). Landasan hukum yang menjadi acuan penataan menara
telekomunikasi seluler di antaranya :

1. Peraturan Menteri Kominfo Nomor 2/PER/M.KOMINFO/3 /2008 tentang


Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi.
2. Peraturan Bersama Menteri Nomor 18, 07/PRT/M/2009, Nomor
19/PER/M.KOMINFO/ 03/2009 dan Nomor 3/P/2009 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi.
(Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum,
2009).
3. Surat Edaran Dirjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum No.
06/SE/Dr/2011. (Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kemetrian Pekerjaan
Umum, 2011).
4. Peraturan Walikota Surabaya Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Jaringan Utilitas di Kota Surabaya. (Peraturan Walikota
Surabaya Nomor 8, 2016).
5. Peraturan Walikota Surabaya Nomor 48 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pengendalian Menara Telekomunikasi di Kota Surabaya. (Peraturan
Walikota Surabaya Nomor 48, 2017).

2.3 Base Transceiver Station (BTS)


Base Transceiver Station (BTS) adalah perangkat stasiun pemancar dan
penerima telepon seluler untuk melayani suatu wilayah cakupan (cell coverage)
yang memiliki kapasitas penanganan percakapan dan volume data (traffic handling
capacity) dan dapat ditempatkan pada bangunan menara telekomunikasi (Peraturan
Walikota Surabaya Nomor 48, 2017).
BTS dengan menara tipe macrocell, sekarang teknologi ini semakin sulit
diimplementasikan karena lahan yang semakin sedikit dan permasalahan regulasi
dari pemerintah setempat. Terlebih di kota-kota besar seperti Surabaya, sulit sekali
mendapatkan lahan untuk BTS konvensional dan sesuai peraturan pemerintah kota
yang berlaku. Dalam prakteknya BTS konvensional masih dibutuhkan terutama di
wilayah rural / pedesaan, jalan provinsi, dengan cakupan wilayah yang sangat luas.

10
2.4 Studi Literatur ODAS (Outdoor Distributed Antenna System)
Untuk perguruan tinggi dan universitas, menyediakan jaringan
telekomunikasi yang optimal merupakan suatu kebutuhan. Penyedia layanan baik
operator maupun tower provider yang melayani terus mencari solusi untuk kendala
kapasitas dan cakupan dengan tetap mempertahankan estetika kampus.
Konsep ODAS sering digunakan untuk cakupan ke tempat-tempat yang sulit
dijangkau (arena luas, kampus, terowongan, gedung tinggi) dan estetika yang lebih
baik dibandingkan dengan tower macrocell. Sehingga banyak kota-kota besar
mendorong ODAS sebagai solusi menggantikannya.

Berikut beberapa literatur mengenai desain, penyedia infrastruktur dan beberapa


penerapan penggunaan teknologi ODAS :

1. Crown Castle (NYSE: CCI) merupakan perusahaan pemilik dan operator


infrastruktur nirkabel bersama terbesar di negara Amerika Serikat. Memiliki
produk di antaranya menara macrocell, Rooftop dan outdoor/indoor DAS.
Menawarkan bentuk kerja sama dengan kampus dan dengan penggunaan DAS,
dengan beberapa kemudahan dan manfaat (Crown Castle International Corp.,
2011) :
 Integrasi dengan sistem small cell dan rooftop yang dimiliki.
 Fleksibilitas untuk mendukung beberapa operator (collocation).
 Kerja sama Crown Castle meliputi untuk administrasi perizinan,
pengembangan, dan pemeliharaan. Hal ini untuk meminimalkan sumber
daya yang dibutuhkan oleh perguruan tinggi atau universitas.
 Solusi yang fleksibel, hemat biaya, dan siap melakukan perubahan jaringan
di masa mendatang.
 Desain berdasarkan arsitektur dan geografi.

Fitur yang disediakan :


 Mendukung sistem nirkabel : LTE, GSM, GPRS, EDGE, UMTS, 1xEV,
CDMA, 1xRTT, 3xRTT, wCDMA, CDMA2000, dan iDEN.
 Fleksibel dalam pengaturan jalur RF untuk mengoptimalkan kinerja dan
jangkauan.

11
 Dipantau oleh pusat operasi jaringan 24/7 (NOC).
 Mendukung cadangan baterai di hub dan di setiap RAN / lokasi microcell.
Gambar 2.1 merupakan contoh arsitektur ODAS & IDAS dari Crown Castle,
mereka sudah menggabungkan dan mendukung jaringan outdoor dan di dalam
gedung. Untuk sistem small cell atau ODAS menggunakan radius ± 0,5 mile atau
sekitar 800 m untuk sistem yg digunakan LTE. Ke depan tentunya pembangunan
pole ini akan mensupport peralihan ke 5G dengan jarak pole atau radius yang
semakin rapat dibandingkan LTE / 4G (Peneliti & Sdppi, 2018).

Gambar 2.1 Arsitektur ODAS & IDAS dari Crown Castle untuk Universitas
Sumber : (Crown Castle International Corp., 2011)

2. MIT (Massachusetts Institute of Technology)


MIT melakukan kerja sama dengan perusahaan AT&T dalam pembangunan
infrastruktur telekomunikasi dengan kosep ODAS & IDAS di kampus MIT. DAS
tersebut dapat digunakan semua operator (collocation), kerja sama saat ini dengan
AT&T dan Verizon. Bangunan yang dipasang DAS telah meningkatkan jangkauan
dan kualitas jaringan telekomunikasi (Ist.mit.edu, 2016).

Terdapat beberapa bangunan yang memiliki infrastruktur DAS yang dioperasikan


secara independen (kb.mit.edu, 2016). Bangunan tersebut di antaranya :
 NW12 - AT&T, Verizon Wireless
 NW35 - Sprint, T-Mobile, Verizon

12
 E14 - T-Mobile, Verizon
 E15 - T-Mobile, Verizon
Gambar 2.2 merupakan peta alokasi gedung pembagian kerjasama antara MIT dan
mitra operator dan penyedia infrastruktur telekomunikasi.

Gambar 2.2 Peta alokasi gedung kerjasama MIT


Sumber : (MIT Facility Information Systems - Basemap, 2016)

2.5 Konsep BTS Hotel


Hotel BTS yaitu menyatukan sumber fixed wireless traffic ke dalam satu lokasi
base station tempat yang disebut Hotel dan menggunakan Outdoor Distribution
Antenna System. Sehingga perangkat di antaranya Power Suplay, keamanan,
shelter, dan pendingin dapat diatur dengan baik dan terpusat untuk pengaturan
konfigurasinya. (Pratomo et al., 2015).

13
Gambar 2.3 Perbedaan IDAS, ODAS dan FTAA
Sumber : (Suryana, 2010)

Perbedaan dalam konsep infrastruktur telekomunikasi dapat dilihat pada


Gambar 2.3, IDAS (Indoor Distributed Antenna System) merupakan penyebaran
dari beberapa antena yang digunakan di dalam gedung atau indoor. ODAS
(Outdoor Distributed Antenna System) merupakan jaringan terpisah secara spasial
antenna terhubung ke sumber yang sama melalui media transportasi yang
menyediakan layanan nirkabel di dalamnya suatu area. Sedangkan FTAA
merupakan penggunaan menara makro yang terpisah dari masing-masing ruang
BTS antar operator dengan jangkaun yang lebih luas.
Komponen utama dalam BTS Hotel, yaitu Remote Location – Node dan Hub
Location. Remote Location –Node ODAS yaitu antena pemancar yang digunakan
untuk mentransmisikan sinyal dengan menggunakan fiber optic menuju BTS Hotel.
Hub Location yaitu Hotel atau lokasi tempat di mana perangkat BTS dari segala
operator dioperasikan, lengkap konfigurasi jaringan fiber optic, power supply,
pendingin dan lainnya. (Suryana, 2010).

14
2.5.1 Komponen BTS Hotel
Berikut komponen utama dalam BTS Hotel yaitu (Natali et al., 2014) :
a. BTS Hotel Room/Hub : Lokasi/base station/Shelter yang digunakan untuk
menyimpan perangkat-perangkat BTS yang dilengkapi dengan sistem pendingin
ruangan.
b. Kabel Serat Optik : Serat optik merupakan media transmisi yang terbuat dari
bahan kaca (glass) yang berkualitas, sehingga memiliki kehandalan dan
kelebihan dibandingkan media transmisi yang terbuat dari bahan logam seperti
kabel tembaga, kabel coaxial dan stripline (Hanafiah R, 2006).
c. Wilayah Cakupan (Coverage Area) : Merupakan area yang menjadi target atau
daerah yang mendapatkan jaringan sinyal yang baik.
d. Menara Telekomunikasi Microcell adalah bangunan menara tunggal dengan
ketinggian tertentu dari permukaan yang digunakan menempatkan antena, Radio
Remote Unit, baterai dan rectifier untuk catu daya listrik. Dapat dilihat dalam
Gambar 2.4 contoh menara microcell kamuflase pohon dan lampu jalan.

Gambar 2.4 Menara Tunggal Microcell yang digunakan BTS Hotel


Sumber : (Peraturan Walikota Surabaya Nomor 48, 2017)

15
Gambar 2.5 Komponen Utama BTS Hotel
Sumber : (Suryana, 2010)

Merujuk pada Gambar 2.5 menunjukkan simulasi dari menara mikro


(microcell) yang tersambung dengan komponen BTS Hotel yang berada di satu
tempat. Dan pada Gambar 2.6 ditunjukkan rancangan BTS Hotel yang terdiri dari
sebaran menara microcell yang tehubung ke dalam DAS HUB melalui kabel serat
optik.

Gambar 2.6 Rancangan Konsep ODAS


Sumber : (Suryana, 2010)

16
2.5.2 Konfigurasi BTS Hotel
Dalam teknologi telekomunikasi dengan BTS Hotel dapat digunakan beberapa
konfigurasi di antaranya (Suryana, 2010):
a. A single-carrier, single-technology (SCST) configuration. Konfigurasi hanya
dapat menggunakan satu operator dan satu teknologi saja.
b. A single-carrier, multiple-technology (SCMT) configuration. Konfigurasi ini
operator tetap hanya satu namun teknologi yang digunakan bisa bermacam-
macam (GSM, UMTS, LTE).
c. A multiple-carrier, Multiple-technology (MCMT) configuration. Konfigurasi
ini dapat menggunakan beberapa operator dan bermacam-macam teknologi
yang digunakan sesuai dengan kebutuhan rancangan. Perancangan BTS Hotel
akan menggunakan lebih dari satu operator dan lebih dari satu teknologi yang
digunakan (Suryana, 2010). Misalkan dalam konfigurasi ini menggunakan
beberapa operator sekaligus (Telkomsel, XL, Axiata, Indosat Ooredoo dan Tri)
dan beberapa teknologi sekaligus (GSM, UMTS, LTE).

Tabel 2.1 Perbandingan Kelemahan dan Kelebihan Model Konfigurasi BTSH

Sumber : (Suryana, 2010)

17
2.6 Pengukuran Performansi
Pengukuran kinerja jaringan memperhitungkan dua aspek penting (Pratama,
2010) :
a. Network KPI (Key Performance Indicator), bekerja sebagai indicator
kinerja network yang ditargetkan mengenai traffic growth, accessibility
dan mobility.
b. User perceived experience, suatu pengalaman yang dirasakan langsung
oleh pelanggan mengenai kecepatan data downlink dan uplink, battery
lifetime, serta seberapa lama melakukan panggilan terhubung dan
panggilan terputus.
Semua kegiatan peningkatan kinerja mengacu pada standar yang ditetapkan
KPI. Penilaian tolak ukur desain jaringan sesuai dengan standart KPI dalam
menentukan target dan penyesuaian. Dalam standar Third Generation Partnership
Project (3GPP) yang ditetapkan meliputi RSRQ (Reference Signal Received
Quality), RSRP (Reference Signal Received Power) dan untuk UMTS
menggunakan Received Signal Code Power (RSCP).

2.6.1 Kekuatan Sinyal/Level Daya (Signal Strength)


Level daya yang diterima oleh MS (Mobile Station) dalam satuan dBm di
mana semakin kecil nilai dBm maka semakin lemah level daya yang diterima. dBm
(disebut juga dBmW atau deciBel miliwatt) adalah satuan pengukuran rasio daya dB
dengan referensi satu miliwatt (mW). Satuan ini digunakan dalam perangkat BTS,
microwave dan jaringan komunikasi kabel serat optik yang dengan mudah
mengekspresikan angka-angka daya yang sangat besar dan sangat kecil
dibandingkan dengan satuan Watt.
RSRP (Reference Signal Received Power) & Received Signal Code Power
(RSCP) merupakan parameter pengukuran Sinyal LTE dan UMTS indikator power
rata-rata. Jadi semakin jauh jarak antara site dengan pemakai maka nilai RSRP akan
semakin kecil. namun sebaliknya apabila jaraknya semakin dekat dengan site
dengan pemakai maka nilai RSRP semakin besar nilainya (Shoewu, Salau, &
Oborkhale, 2016).

18
Dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

𝑅𝑆𝑅𝑃 = 𝑅𝑆𝑅𝐼 − 10 log 12𝑁 (2.1)


dengan :
RSSI = Indikator kekuatan sinyal (dBm). ( Received Signal Strength Indicator )
merupakan power sinyal yang diterima user dalam rentang frekuensi tertentu
termasuk noise dan interferensi ( dBm )
N = Jumlah RB (Resource Blok)

Gambar 2.7 Indikator rentan pengukuran level daya


Sumber : (Teltonika, 2019)

2.6.2 Kualitas Sinyal (Signal Quality)


Indikator kualitas dari sinyal RF yang diterima oleh MS, dengan satuan dB
(kecuali 2G, berdasarkan BER rules by 3GPP). Umumnya dB decibel digunakan
untuk mendefinisikan rasio besarnya Penguatan (Gain), Redaman/rugi-rugi
(Attenuation/Losses).
 RSRQ (Reference Signal Received Quality)
Suatu tipe pengukuran sinyal LTE sebagai parameter untuk menentukan
kualitas dari sinyal yang diterima dinamakan RSRQ. Selain itu RSRQ sebagai rasio
antara jumlah N RSRP terhadap RSSI (Received Signal Strength Indication). Dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut :

𝑁
𝑅𝑆𝑅𝑄 = 𝑅𝑆𝑅𝑃 𝑥 (2.2)
𝑅𝑆𝑆𝐼
dengan :
RSRQ = Reference Signal Received Quality ( dB )
N = Jumlah RB (Resource Blok)
RSSI = Indikator Kuat sinyal (dBm)
RSRP = Kekuatan sinyal yang di terima dari eNodeB ke UE (dBm)

19
Gambar 2.8 Indikator rentan pengukuran kualitas sinyal
Sumber : (Teltonika, 2019)
Tedapat beberapa parameter pengukuran signal level daya dan indikator
kualitas pada setiap sistem seluler di antaranya sebagai berikut :

Tabel 2.2 Parameter Level Daya & Indikator Kualitas


Signal Strength (dBm) Signal Quality

2G
System 2G 3G 4G 3G (dB) 4G (dB)
(BER)

RSCP RSRP RSRQ


Ec/No
Received Reference Reference
RX Energy
Parameter Signal Signal RX Qual Signal
Level Chip per
Code Received Received
Noise
Power Power Quality
-130 ≤
-130 ≤ -130 ≤ 0 ≤ RX -10 ≤ Ec/No -20 < RSR
Range RX Level
RSCP ≤ -42 RSRP ≤ -42 Qual ≤ 7 ≤ -2 Q ≤ -10
≤ -42

Sumber : (Teltonika, 2019)

2.6.3 Perangkat Lunak Pengukuran Sinyal


Dalam proses pengukuran sinyal disebut Drive Test, metode pengambilan
sampel sinyal untuk mengetahui kinerja jaringan, mengetahui kekuatan sinyal, dan
analisis kondisi aktual, hasilnya digunakan sebagai acuan untuk mengoptimasi
sebuah jaringan agar mencapai kriteria yang diinginkan. Pada penelitian kali ini
yang akan diamati di antaranya Signal Strength & Signal Quality (Armitra, 2015).
Pengambilan sampel sinyal indoor disebut walk test, sedangkan yang
dilakukan di luar ruangan atau outdoor disebut drive test. Beberapa Drive Test
perangkat lunak yang sering digunakan adalah Tems (Ascom) dan G-Net Track Pro,
perangkat lunak tersebut memiliki fungsi dasar yang sama, yaitu merekam semua
aktifitas Drive Test.
 G-Net Track Pro
G-Net Track merupakan perangkat lunak aplikasi yang digunakan untuk
mengukur jaringan nirkabel yang beroperasi sistem OS Android. Aplikasi ini

20
memungkinkan pemantauan dan pencatatan parameter jaringan seluler tanpa
menggunakan peralatan khusus. Teknologi yang didukung pada aplikasi G-Net
Track Pro adalah LTE, UMTS, GSM, CDMA, EVDO, HSDPA. Pengukuran juga
bisa dilakukan pada lokasi indoor dan outdoor (Gyokovsolutions, 2019). Gambar
2.9 merupakan tampilan aplikasi G-Net Track Pro :

Gambar 2.9 Tampilan applikasi G-NetTrack Pro

 TEMS Investigation
Merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis jaringan
nirkabel yang dilakukan oleh TEMS Pocket dengan menggunakan GPS (Global
Positioning System) sebagai jalan navigasi dan mapping parameter pada rute yang
dilalui.
Tabel 2.3 menunjukkan perbandingan antara penggunaan perangkat lunak
G-Net Track Pro & TEMS dinilai dari kebutuhan perangkat, harga perangkat lunak,
dan data yang dapat diukur. Dari perbandingan tersebut dan kebutuhan dasar maka
digunakan aplikasi G-Net Track Pro untuk pengukuran di lapangan.

21
Tabel 2.3 Perbandingan Penggunaan G-Net Track Pro & TEMS

Detail G-Net Track Pro TEMS Investigation

Tems versi 21.2 : HP


Android S10 / ZTE Aton .
Kebutuhan HP Android dengan CPU &
Tems Versi 10 : HP SE Sony
Perangkat RAM yang memadai.
Ericsson K800i, T610, dan
W995i, Dongle, GPS

Harga perangkat
Rp. 200.000 US 220.11 - 414.59
lunak
Sudah memenuhi & diterima
Penerimaan untuk outdoor . untuk indoor
Sudah memenuhi & diterima
informasi untuk kurang memenuhi belum
memiliki fitur penguncian indoor & outdoor
customer Cell ID (Sudiarta & Er,
2016)
Sumber G-NetTrack Pro Manual. https://know.infovista.com/r
http://www.gyokovsolutions. a-tems-investigation
informasi
com/ https://www.dhgate.com/

Dengan fokus utama penerimaan data hasil drive test outdoor yang bisa
diterima oleh customer dan juga optimal dalam penggunaannya, perangkat lunak
G-Net Track Pro yang dipilih dalam drive test di lingkungan kampus Universitas
Airlangga.

2.7 Point of Interest (POI)


POI (Point of Interest) merupakan lokasi atau bangunan dan estimasi jumlah
orang yang melakukan aktifitas dalam lokasi atau bangunan tersebut, hal ini yang
menjadi fokus utama dalam target cakupan sinyal telekomunikasi. Data-data ini
penting disiapkan dan dianalisis oleh perusahaan penyedia infrastruktur
telekomunikasi sebagai bahan pertimbangan calon pelanggan dalam menentukan
potensi pendapatan dalam setiap lokasi menara.

22
2.8 Join Project Planning (JPP)
Perencanaan proyek gabungan adalah strategi tempat semua stake holder
dalam proyek (pemilik, pengguna, analisis, desainer dan marketing) berpartisipasi
dalam pembahasan proyek (Tan, 1992). Dalam Proyek BTS Hotel ini, JPP
merupakan sarana penting untuk menentukan permintaan pelanggan dari hasil
desain awal yang telah dibuat hasil dari analisis pengukuran sinyal di lapangan,
selain itu untuk menentukan ruang lingkup, jadwal pelaksanaan.
Pengembangan dan peningkatan kualitas sinyal merupakan kebutuhan (needs)
dari setiap operator telekomunikasi, Kebutuhan (needs) adalah keinginan atas
barang dan jasa yang perlu dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Sedangkan Permintaan (demand) adalah keinginan yang didukung daya beli.
Demand atau permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan mampu
dibeli pada berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu, dengan
anggapan berbagai hal lain tetap sama (ceteris paribus) (Kotler, 2014).
Desain awal penentuan lokasi pole MCP dan BTS Hotel hasil dari pengukuran
sinyal merupakan sebagai dasar kebutuhan customer need, selanjutnya dilakukan
proses dalam JPP untuk dilakukan indepth interview. Dalam pemilihan penggunaan
pole MCP juga mempertimbangkan akan kemampuan daya beli dari operator, hal
ini terkait besar belanja modal Capital expenditure alokasi yang direncanakan
untuk melakukan pembelian segala sesuatu yang dikategorikan sebagai aset
perusahaan sehingga pemilihan dalam penempatan menara lebih dioptimalkan dari
operator. Telkomsel mempunyai anggaran belanja modal terbesar tahun 2020
sebesar 37.8 T dan Smartfren terkecil dengan nilai 3,5 T.

Gambar 2.10 Diagram Belanja Modal & Market Share Operator


Sumber : (Frost & Sullivan, 2018)

23
2.9 Perencanaan Waktu
Manajemen proyek adalah penerapan pengetahuan, keterampilan, alat, dan
teknik untuk kegiatan proyek untuk memenuhi persyaratan proyek. Manajemen
proyek diselesaikan melalui aplikasi yang sesuai dan integrasi proses manajemen
proyek yang diidentifikasi untuk proyek. Manajemen proyek memungkinkan
organisasi untuk melaksanakan proyek secara efektif dan efisien (PMI, 2017).
Suatu proyek bukanlah pekerjaan rutin yang berulang-ulang. Pekerjaan sehari-hari
biasanya melakukan pekerjaan yang sama atau serupa berulang kali, sementara
proyek hanya dilakukan sekali, produk atau layanan baru ada ketika proyek selesai.
(Larson & Gray, 2011). Untuk dapat menggambarkan sifat unik pada suatu proyek
dapat dilihat pada siklus hidup proyek (Project Life Cycle) sebagai dasar dalam
pengelolaan proyek.
Grafik siklus hidup proyek menggambarkan bahwa suatu proyek memiliki
rentan durasi yang terbatas. Tahapan yang dilalui di antaranya : mendefinisikan,
merencanakan, melaksanakan dan menyampaikan. Lingkup proyek menjelaskan
apa yang diharapkan untuk disampaikan kepada pelanggan ketika proyek selesai
dan harus mendefinisikan hasil yang ingin dicapai dalam hal spesifik, nyata, dan
terukur (Larson & Gray, 2011). Manajemen Lingkup Proyek mencakup proses yang
diperlukan untuk memastikan bahwa proyek mencakup semua pekerjaan yang
diperlukan, dan hanya pekerjaan yang diperlukan, untuk menyelesaikan proyek
dengan sukses. Mengelola ruang lingkup proyek terutama berkaitan dengan
mendefinisikan dan mengendalikan apa yang termasuk dan tidak termasuk dalam
proyek (PMI, 2017). Gambar 2.11 memperlihatkan tahap-tahap perkembangan
proyek dari awal gagasan, perencanaan, implementasi dan proyek dinyatakan
selesai di mana tiap tahap memiliki pola tertentu. Kesemuanya ditentukan dan
dikontrol oleh waktu yang sudah ditentukan, hal ini tentunya untuk memastikan
pengerjaan proyek dapat berjalan tepat waktu, sehingga tidak terdapat potensi
pinalti dari pelanggan. Dan dari sisi pendapatan, ketika cepat dalam serah terima
maka pembayaran dapat cepat diterima oleh perusahaan.

24
Gambar 2.11 Siklus Hidup Proyek (Project Life Cycle) (Larson & Gray, 2011)

2.9.1 Tahapan Proyek Pembangunan Infrastruktur BTSH


Secara garis besar, beberapa tahapan pembangunan BTS Hotel di antaranya :
 Perizinan bangunan dan penggelaran serat kabel optik, Site Acquisition
(Sitac)
 Proses Site Investigation Survey (SIS)
 Design Review Meeting (DRM)
 RFC (Ready For Constraction) – RFI (Ready For Instalation)
 Proses ATP (Acceptance Test Procedures)
 BoQ (Bill Of Quantity) & BAST CME
 Transmisi fronthoul
 RFOA (Ready For On Air)
 Serah Terima Operation dan Maintenance
Tahapan-tahapan pembangunan tersebut bisa diturunkan secara detail untuk
masing-masing tahapannya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dari perancangan
yang akan dilakukan. Setiap tahapan sampai implementasi pembangunan
merupakan sebuah kesatuan.

2.9.2 Critical Path Method (CPM)


CPM atau Metode Jalur Kritis dapat memudahkan perencanaan dalam suatu
rangkaian jenis pekerjaan proyek yang menjadi bagian kritis atas terselesaikannya
proyek secara keseluruhan. Ketidaktepatan waktu dalam pekerjaan kritis akan

25
menyebabkan proyek mengalami keterlambatan atau delay, sehingga memerlukan
perhatian khusus (kritis). Metode ini sangat bermanfaat dalam perencanaan dan
pelaksanaan pengawasan pembangunan suatu proyek. Penggunaan CPM secara
sederhana bermaksud untuk membuat jadwal yang berukuran besar pada proyek
besar menjadi jadwal yang lebih kecil sehingga jadwal tersebut dapat lebih mudah
untuk dikelola.(Soeharto, 1995).
Metode ini merupakan model kegiatan proyek yang digambarkan dalam
bentuk jaringan. CPM memiliki 4 tahapan (Mubarak, 2010).
o Menentukan aktifitas (Job Description)
o Menentukan Durasi Pekerjaan
o Menentukan Logical Relationship (Hubungan Logis)
o Menggambarkan logic network dan melakukan perhitungan
Hasil perkiraan biaya-biaya proyek yang merupakan salah satu dokumen
kelengkapan sebagai acuan/pedoman operasi pelaksanaan proyek dengan
mempertimbangkan :
o Pengalaman atau referensi dan realisasi pengelolaan proyek yang lalu
o Hasil observasi ulang arus data sumber daya yang diperlukan dan
lokasi/medan kerja
o Kebijakan perusahaan
o Kesepakatan
Pembuatan RAP bertujuan sebagai sarana pedoman dalam pengelolaan hasil usaha
proyek sebagai tolok ukur atau sarana penilaian atas kesuksesan para personil yang
bertanggung jawab terhadap hasil usaha sebagai sarana memonitor dan
mengevaluasi pengelolaan operasional dan hasil usaha proyek tersebut.
Jalur kritis menurut (Barry, 2006) merupakan sebuah rangkaian aktivitas-aktivitas
dari sebuah proyek yang tidak bisa ditunda waktu pelaksanaanya dan menunjukkan
hubungan yang saling berkaitan satu sama lain. Semakin banyak jalur kritis dalam suatu
proyek, maka akan semakin banyak pula aktivitas yang harus diawasi. Akumulasi
durasi waktu paling lama dalam jalur kritis akan dijadikan sebagai estimasi waktu
penyelesaian proyek secara keseluruhan. Jalur kritis diperoleh dari diagram jaringan
yang memperlihatkan hubungan dan urutan kegiatan dalam suatu proyek.

26
Untuk mengetahui jalur kritis harus dilakukan perhitungan waktu awal dan
akhir untuk setiap kegiatan, sebagai berikut:
1. Mulai terdahulu (earliest start – ES), yaitu waktu terdahulu suatu kegiatan
dapat dimulai, dengan asumsi semua pendahulu sudah selesai.
2. Selesai terdahulu (earliest finish – EF), yakni waktu terdahulu suatu
kegiatan dapat selesai.
3. Mulai terakhir (latest start – LS), yaitu waktu terakhir suatu kegiatan dapat
dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek.
4. Selesai terakhir (latest finish – LF), yaitu waktu terakhir suatu kegiatan
dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan
proyek.

2.10 Studi Kelayakan Investasi (Feasibility Study)


Investasi merupakan aktivitas menarik dana dan selanjutnya digunakan untuk
membeli barang modal, dan mengusahakan atau menjalankannya agar terwujudnya
keuntungan mendatang (Haming & Basalamah, 2003). Masa mendatang yang
penuh ketidakpastian, hal tersebut yang dihadapi dalam investasi, sehingga
diperlukan studi kelayakan untuk menentukan apakah investasi tersebut layak untuk
dijalankan.
Studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang pertimbangan suatu
proyek untuk bisa dijalankan atau tidak dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian
keberhasilan yang lebih terbatas, terutama digunakan oleh perusahaan swasta yang
berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Untuk itulah studi tentang
kelayakan suatu proyek menjadi sangat penting. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi intensitas studi kelayakan, antara lain yang utama adalah besar
kecilnya dana yang ditanamkan, tingkat ketidakpastian proyek, dan kompleksitas
elemen-elemen yang mempengaruhi suatu proyek.
Pada umumnya suatu studi kalayakan proyek melingkupi tiga aspek, yaitu:
a. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (manfaat
finansial), artinya dibandingkan dengan risiko proyek yang ada, proyek
tersebut dinilai cukup menguntungkan.

27
b. Manfaat ekonomis proyek bagi negara maksudnya untuk manfaat ekonomi
nasional bagi ekonomi makro suatu Negara.
c. Manfaat sosial proyek itu bagi masyarakat sekitar proyek tersebut yang
merupakan studi yang relatif sulit dilakukan.

2.10.1 Analisis Penilaian Investasi


Menurut Newnan (1990), metode yang digunakan dalam analisis kelayakan
investasi suatu proyek adalah sebagai berikut:

1. Metode Nilai Sekarang Netto (Net Present Value)


Net Present Value adalah suatu perhitungan yang didasarkan atas selisih
atas perhitungan PV (present value) penerimaan dengan present value
pengeluaran.

𝐶𝐹1 𝐶𝐹2 𝐶𝐹𝑛


𝑁𝑃𝑉 = + 2
+⋯ −1 (2.3)
(1 + 𝑘) (1 + 𝑘) (1 + 𝑘)𝑛

Dimana:
CF = Arus kas bersih (cash flow)
I = Besarnya Investasi
N = Umur Proyek
K = Tingkat Bunga
Penilaian proyek investasi berdasarkan NPV :
NPV > 0, Proyek investasi layak.
NPV < 0, Proyek investasi tidak layak.

2. Metode Arus Pengembalian Internal (Internal Rate of Return)


Internal Rate of Return merupakan metode yang digunakan menghitung
tingkat bunga yang dapat menyamakan nilai sekarang dari semua aliran kas
masuk dengan aliran kas keluar. Metode ini dipakai untuk menghitung
besarnya nilai tingkat suku bunga yang menyamakan nilai sekarang atas
penerimaan kas bersih yang akan datang. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :

28
𝑛 𝑛
𝑅𝑡
𝐼𝑅𝑅 = ∑ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐼𝑅𝑅 = ∑ 𝑅𝑡 (1 + 𝑡 )−1 (2.4)
(1 + 𝑡 )1
𝑡−1 𝑡−1

Dimana:
R = Arus Kas bersih tiap tahun
t = Periode (tahun)
r = Tingkat Bunga
Kriteria penilaian IRR adalah :
Jika IRR > dari MARR yang telah ditetapkan, maka investasi diterima. Jika
IRR < dari MARR yang telah ditetapkan, maka investasi ditolak.

Untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu investasi yaitu jika IRR >
MARR (Minimum Attractive Rate of Return), usulan investasi diterima. MARR
(Minimum Attractive Rate of Return) merupakan tingkat pengembalian minimum
yang diinginkan oleh investor.

2.10.2 Analisis Sensitivitas


Dalam analisis sensitivitas akan memberikan gambaran untuk mengetahui
seberapa jauh dampak perubahan parameter terhadap kelayakan proyek.
Pengaruhnya terhadap penerimaan suatu investasi dapat dilakukan dengan
mengubah nilai parameter dan mengukurnya sampai batas penerimaan. Parameter-
parameter yang biasanya berubah dan perubahannya bisa mempengaruhi keputusan
dalam studi adalah biaya investasi, penyewa menara dan biaya operasi dan
perawatan menara,

2.11 Analytical Hierarchy Process (AHP)


Analytical Hierarchy Process (AHP) diperkenalkan oleh DR Thomas L Saaty
pada awal tahun 1970. AHP merupakan metode pengambilan keputusan yang
melibatkan sejumlah kriteria dan alternatif yang dipilih berdasarkan pertimbangan
semua kriteria terkait (Saaty, 2008). Merupakan salah satu bentuk model
pengambilan keputusan dengan multiple criteria. Pengukuran yang digunakan
untuk menentukan skala rasio dari perbandingan pasangan yang diskrit maupun
kontinu, yang diperoleh dari ukuran aktual ataupun preferensi.
Penggunaan AHP dapat diaplikasikan untuk penelitian-penelitian yang
berkaitan dengan kebijakan atau perumusan strategi prioritas. AHP dapat

29
diandalkan karena dalam AHP suatu prioritas disusun dari berbagai pilihan yang
dapat berupa kriteria yang sebelumnya telah didekomposisi (struktur) terlebih
dahulu, sehingga penetapan prioritas didasarkan pada suatu proses yang terstruktur
(hirarki) dan masuk akal. Jadi pada intinya AHP membantu memecahkan persoalan
yang kompleks dengan menyusun suatu hirarki kriteria, dinilai secara subjektif oleh
pihak yang berkepentingan lalu menarik berbagai pertimbangan guna
mengembangkan bobot atau prioritas (kesimpulan). Sejak pertama kali
dikembangkan hingga saat ini, AHP telah banyak diterapkan dalam berbagai
skenario pengambilan keputusan seperti berikut :
1) Pilihan, seleksi satu alternatif dari serangkaian alternatif yang tersedia.
2) Prioritas atau evaluasi, menentukan nilai relatif dari serangkaian alternatif
yang tersedia.
3) Alokasi sumber daya, menemukan kombinasi terbaik dari berbagai
alternatif berdasarkan berbagai batasan yang ada.
4) Benchmarking, membandingkan suatu proses atau sistem dengan proses
atau sistem yang lainnya
5) Quality management.

Algoritma AHP pada dasarnya terdiri dari dua langkah:


1. Tentukan bobot relatif kriteria keputusan
2. Tentukan peringkat relatif (prioritas) alternatif

2.11.1 Nilai Pembandingan Berpasangan (Pairwise Comparison Value)


Konsep dasar AHP adalah dengan menggunakan pairwise comparison
matrix (matriks perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relatif antar
kriteria maupun alternatif. Suatu kriteria akan dibandingkan dengan kriteria lainnya
dalam hal seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di atasnya. Nilai-nilai yang
disarankan untuk membuat matriks perbandingan berpasangan adalah sebagai
berikut:

30
Tabel 2.4 Nilai Pembandingan Berpasangan
Tingkat Definisi Keterangan
Equal Importance (sama Kedua elemen mempunyai pengaruh yang
1
penting) sama.
Weak importance of one
over Pengalaman dan penilaian sangat memihak
3
another (sedikit lebih satu elemen dibandingkan pasangannya.
penting)
Essential or strong Satu elemen sangat disukai dan secara
5
importance (lebih penting) praktis dominasinya sangat nyata.
Demonstrated importance Satu elemen terbukti sangat disukai dan
7
(sangat penting) secara praktis dominasinya sangat penting.
Satu elemen mutlak lebih disukai
Extreme importance
9 dibandingkan dengan pasangannya, pada
(mutlak lebih penting)
tingkat keyakinan tertinggi
2 ; 4 ; 6 ; Intermediate values between
Nilai diantara dua pilihan yang berdekatan
8 the two adjacent judment
Sumber : (Saaty, 2008)

2.11.2 Prinsip Kerja Analytical Hierarchy Process (AHP)


Sedangkan untuk prinsip kerja Analytical Hierarchy Process meliputi hal-
hal sebagai berikut :
1. Identifikasi sistem
Mendefinisikan suatu kegiatan yang memerlukan pemilihan dalam
pengambilan keputusan.
2. Penyusunan hierarki
Hierarki adalah abstraksi suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi
antara komponen dan juga dampak-dampak pada sistem. Penyusunan
hierarki atau struktur keputusan dilakukan untuk menggambarkan elemen-
elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi.
3. Penentuan prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif kita harus melakukan perbandingan
bepasangan (pairwise comparison) yaitu membandingkan setiap elemen
dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hierarki secara berpasangan
sehingga didapat mulai tingkat hierarki kepentingan elemen dalam bentuk
pendapat kualitatif. Untuk mengkuantitatifkan pendapat kualitatif tersebut

31
digunakan skala penilaian sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam
bentuk angka (kuantitatif). Nilai-nilai perbandingan relative kemudian
diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Kriteria
kualitatif dan kuantitatif dapat dibandingkan dengan penilaian yang telah
ditentukan untuk menghasilkan rangking dan prioritas.

2.12 Penentuan Kriteria Evaluasi Pengambilan Keputusan


Dalam menentukan kriteria yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan,
beberapa studi literatur dan informasi dari proyek yang sebelumnya telah
dikerjakan di Tower Provider.
Referensi penentuan kriteria evaluasi pada Tabel 2.5 didasarkan pada :
1. Wawancara dan diskusi dengan manajemen XYZ Tower Provider
2. Pedoman ketentuan perusahaan dalam pengadaan barang / jasa / produk
baru nomor 2018 - MI 240 – PRC. Kriteria dalam penilaian untuk
implementasi proyek meliputi, Capex, Opex, Time Schedule, IRR dan
Revenue.
3. Studi literatur dari Vargas Ricardo (2010) dalam penelitiannya Using the
Analytic Hierarchy Process (AHP) To Select And Prioritize Projects In A
Portfolio, PMI Global Congress 2010 – North America Washington - DC –
EUA – 2010. Dalam penelitiannya faktor yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan pada penelitian ini didasarkan atas kriteria
Stackholders Commitment, Profit, NPV, & Strategic (Ricardo, 2010).
4. Penelitian sebelumnya. Gustav Bernuar, Krisnadi & Iwan (2009), dalam
penelitiannya (Analisa Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Proyek
Jaringan Akses) menggunakan Expert Choice Berdasarkan Metode Analytic
Hierarchy Process melakukan kajian analisis tentang seleksi pemilihan
Proyek Jaringan Akses di PT ZTE Indonesia dengan pendekatan metode
AHP dengan penggunaan perangkat lunak Expert Choice. Menggunakan
kriteria di antaranya biaya, jadwal pekerjaan, pembayaran, lingkup
pekerjaan, dan metode pengiriman barang. (Krisnadi, 2009).
5. Studi literatur dari Mila Sufa, (2012), dalam penelitiannya (Identifikasi
Kriteria Keberhasilan Proyek) melakukan kajian tentang deskripsi objektif

32
untuk mengukur kinerja proyek meliputi Time, Cost, Health & Safety,
Profitability (Sufa, 2012).
6. Studi literatur dari Muhammad Ershad & Dadan Rahadian (2017), dalam
penelitianya (Analisis Evaluasi Kelayakan Pada Mobile Tower Dengan
Menggunakan Analisis Sensitivitas dan Simulasi Monte Carlo) melakukan
kajian tentang unsur-unsur yang dianalisis yaitu biaya pembangunan tower
(capex), pendapatan dari penyewaan tower (revenue), dan biaya
maintenance tower (opex) terkait data yang mempengaruhi nilai NPV dan
IRR.
Dari beberapa literatur tersebut dan dilakukan diskusi dan wawancara dengan
manajemen perusahaan tower provider maka didapatkan beberapa faktor yang
berpengaruh dalam proses pemilihan rancangan proyek BTS Hotel (Project
Implementation Plan) di antaranya :
1. Penerimaan pendapatan perusahaan, nilai sewa lokasi dari masing-masing
operator.
2. Project Cost Plan atau biaya Investasi Proyek yang dikeluarkan meliputi :
 Biaya Survey
 Site Akuisisi
 Izin Prinsip & IMB
 Soiltest
 Supply Kamuflase Pohon Palm
 BTSH CME
 Peralatan perangkat
 Kabel Serat Optik
 NMS ( Network Monitoring System )
 Supply Material, Instalasi & Pengiriman
3. Biaya Operation Maintenance (Preventive), merupakan biaya perawatan
yang digunakan untuk :
 Perawatan Pole MCP , BTS Hotel
 Kabel Serat Optik
4. Durasi pekerjaan BTS Hotel (Time Schedule)

33
Adapun penjelasan dari kriteria dijelaskan lebih detail tabel berikut :
Tabel 2.5 Kriteria Evaluasi

No. Kriteria Evaluasi Penjelasan


Pendapatan yang diterima perusahaan dari operator
1 Revenue untuk biaya sewa lokasi (MCP & BTSH) & transmisi
jika ada penambahan kapasitas core serat optik
CAPEX (capital Total biaya investasi yang dilakukan
2
Expenditures) untuk pelaksanaan proyek investasi.
OPEX (operating Total Biaya kegiatan operasi dan pemeliharaan
3
expenditures) setelah proyek investasi selesai.
Durasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
4 Time Schedule proyek mulai dari tahap konstruksi, instalasi dan
comissioning.

2.13 Posisi Penelitian


Penelitian ini merupakan analisis pemilihan rancangan proyek infrastruktur
telekomunikasi di Universitas Airlangga dengan model MCMT. Dalam penentuan
model infrastruktur yang dapat digunakan oleh multi user (collocation) dan multi
teknologi yang mengacu pada data tower (semua operator) dan jalur kabel serat
optik yang sudah ada, serta dalam proses implementasi perencanaan waktu
pengerjaan menggunakan CPM, kelayakan investasi dan analisis pemilihan
rancangan proyek dengan menggunakan metode (AHP).

34
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu & Posisi Penelitian
Nama
Judul Penelitian Variabel Analisis
Peneliti
Isotalo, T. &
Signal Strength,
Jukka Indoor Planning in Broadband RSCP, SINR,
Signal to Noise Ratio,
Lempiäinen Cellular Radio Networks HSDPA
HSDPA throughput.
(2012)
Ofianto
Analisis Investasi pada Proyek
Wahyudhi dan Kelayakan Investasi, NPV,
Pembangunan Apartemen
Christiono Sensitivitas Analisis IRR
Bale Hinggil Surabaya
Utomo (2014)
Moh. Imam
Analisis Perancangan BTS Survey Pelanggan,
Rahmat Fahmi
Hotel Pada Kawasan Kampus Signal Quality, Signal OBQ, RSCP,
dan Istas
di Institut Teknologi Sepuluh Strength & Capacity MAPL
Pratomo,
Nopember Sukolilo-Surabaya Plan
(2016)
Alfin
Distributed Antenna System
Hikmaturokhm Signal Quality, Signal
4G LTE Planning For Subway RSRP,
an & M. Strength & Signal to
Tunnel of Mass Rapid Transit RSRQ, SINR
Syaiful Majid, Noise Ratio
in Jakarta
(2017)
Yudha
Evaluasi Kelayakan Investasi
Pramana, & I Kelayakan Investasi, NPV,
The Safin Hotel di Kabupaten
Putu Artama Sensitivitas Analisis IRR
Pati, Jawa Tengah
Wiguna (2017)
Perencanaan BTS Hotel di RSCP,
Wardi & Signal Quality, Signal
Universitas Hasanuddin RSRP,
Dewiani, Strength & Capacity
Berdasarkan Perhitungan Link RSRQ,
(2018) Plan
Budget Jaringan 3G dan 4G MAPL
Analisa Sistem Penunjang
Keputusan Pemilihan Proyek
Gustav
Jaringan Akses Menggunakan Multi Services Access
Bernuar,
Expert Choice Berdasarkan network, NGN (Next MSAN, AHP
Krisnadi &
Metode Analytic Hierarchy Generation Network)
Iwan (2019)
Process (Studi Kasus : PT
ZTE Indonesia)
Tinjauan network 5
Supriyanto,
Analisa Pemilihan Rancangan Operator, Signal RSCP,
Ervina
Proyek Infrastruktur Strength, Signal RSRP,
Ahyudanari &
Telekomunikasi di Universitas Quality, Point Of RSRQ, CPM,
Febriliyan
Airlangga dengan Model Interest, Kelayakan IRR, NPV,
Samopa
MCMT Investasi, AHP
(2020)

35
Halaman ini sengaja dikosongkan

36
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan analisis pemilihan proyek infrastruktur
telekomunikasi yang dilakukan dengan metode pengukuran di lapangan untuk
jaringan dan menara yang sudah ada di lapangan (drivetest) yang meliputi kekuatan
sinyal dan kualitas sinyal, kemudian metode perancangan jaringan yang
mempertimbangkan Point of Interest (POI) dari bangunan di kampus dan
perencanaan bangunan baru serta Join Project Planning (JPP) bersama calon
pelanggan. Selain itu untuk penentuan penggelaran jaringan kebel serat optik yang
digunakan untuk jalur transmisi data, juga dilakukan survey lapangan dan jalur
kabel yang sudah ada (backbone exisiting).
Analisis waktu pelaksanaan proyek di lapangan dilakukan dengan cara
membuat Work Breakdown Structure (WBS), menggunakan diagram jaringan kerja
dalam bentuk Critical Path Method (CPM) dengan menggunakan perangkat lunak
Microsoft Project. Penilaian kelayakan investasi akan dilakukan dengan
menggunakan nilai Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) dan
analisis sensitivitas dari tiap alternatif rancangan untuk mengetahui seberapa jauh
dampak perubahan parameter terhadap kelayakan proyek dengan perbandingan
nilai NPV, dengan parameter yang digunakan di antaranya nilai perhitungan
pendapatan, investasi proyek, serta biaya operasi dan pemeliharaan. Selanjutnya
menentukan pilihan rancangan infrastruktur telekomunikasi BTS Hotel dengan
pertimbangan kriteria aspek finansial (Revenue, Capex & Opex) dan aspek teknis
waktu implementasi (Time Schedule) proyek menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP).

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang
dimaksud merupakan data yang didapat dengan cara pengamatan langsung di lokasi
yang rencana akan dilakukan pembangunan infrastuktur telekomunikasi.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang tersedia atau data yang diambil dari
perantara.

37
3.1.1 Data Primer
Data yang didapat dari pengamatan langsung di antaranya :
1. Data kekuatan sinyal (Signal Strength) untuk operator Telkomsel, XL,
Indosat, SF dan H3I dengan metode Drivetest dan menggunakan perangkat
lunak G-NetTrack Pro.
2. Data kualitas sinyal (Signal Quality) untuk operator Telkomsel, XL,
Indosat, SF & H3I dengan metode Drivetest dan menggunakan perangkat
lunak G-NetTrack Pro.
3. Survey data menara terdekat dan operator yang sudah ada.
4. Survey data POI (Poin Of Interest) lokasi atau bangunan tempat
berkumpulnya orang yang sudah tersedia dan digunakan (existing).
5. Data survey dan wawancara maupun diskusi dengan pihak-pihak pengambil
keputusan terhadap kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan pemilihan
rancangan proyek.

3.1.2 Data Sekunder


Data sekunder yang didapat di antaranya :
1. Jalur penggelaran kabel serat optik yang sudah ada dari data perusahaan XYZ
Tower Provider.
2. Item pekerjaan atau work breadown structure. Untuk menentukan durasi
pekerjaan dalam perhitungan jalur kritis.
3. Item biaya pekerjaan dan material data dari perusahaan XYZ Tower Provider
untuk menghitung besar biaya investasi (Capex).
4. Biaya estimasi sewa lokasi MCP & BTS Hotel untuk menghitung pendapatan
dari operator (Revenue).
5. Data operasi dan pemeliharaan (preventive dan corrective) untuk menghitung
besar biaya (Opex).

38
3.3 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis kuantitatif
deskriptif yaitu menganalisis data dengan cara menjelaskan data yang telah didapat
sebagaimana adanya.

3.4 Langkah Penelitian


Berikut langkah-langkah penelitian secara garis besar :

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.5 Penentuan lokasi BTS Hotel & Penempatan Pole MCP


Dalam perencanaan pembangunan proyek dari data-data primer dan sekunder
yang dikumpulkan akan dilakukan analisis mengenai penempatan BTS hotel dan
menara MCP (micro cell pole) mengutamakan :

39
Referensi penentuan alternatif didasarkan pada :
1. Wawancara dan diskusi dengan manajemen XYZ Tower Provider
2. Pedoman ketentuan perusahaan dalam pengadaan barang/jasa/produk baru
nomor 2018 - MI 240 – PRC.
3. Studi literatur dari Wardi & Dewiani, (2018) dalam penelitian Perencanaan BTS
Hotel di Universitas Hasanuddin Berdasarkan Perhitungan Link Budget Jaringan
3G dan 4G. Dalam penelitiannya faktor yang digunakan dalam dasar
perancangan menggunakan RSCP, RSRP, RSRQ, MAPL.
4. Lokasi dengan kekuatan dan kualitas sinyal yang masih rendah dan berpotensi
untuk satu operator atau lebih.
5. Penempatan menara juga mempertimbangkan dapat mencakup target area POI
(poin of interest). Dilanjutkan untuk pembuatan jalur kabel serat optik,
penentuan lokasi BTSH yang dianggap strategis.
6. Desain awal penentuan lokasi pole MCP dan BTS Hotel hasil dari pengukuran
sinyal merupakan dasar kebutuhan customer need, selanjutnya dilakukan proses
dalam Join Project Planning (JPP) untuk dilakukan indepth interview sehingga
bisa didapatkan alokasi kategori prioritas kebutuhan (prioritas 1, 2 dan 3)
 Alternatif 1 : Rancangan dengan prediksi potensi penyewa yang
mempertimbangan hasil pengukuran kekuatan dan kualitas sinyal yang
buruk, dan menjadi kebutuhan bagi operator prioritas.
 Alternatif 2 : Rancangan dengan prediksi potensi penyewa yang
mempertimbangan hasil pengukuran kekuatan dan kualitas sinyal dengan
nilai cukup atau sedang dan menjadi kebutuhan peningkatan kualitas
jaringan ke depannya.
 Alternatif 3 : Rancangan maksimal dengan penempatan jumlah menara
untuk jangkauan sinyal di area kampus dengan mempertimbangan penataan
menara makro existing yang berada di dalam kampus, sehingga kebutuhan
infrastruktur untuk operator akan dialokasikan dengan menara microcell
(MCP).

40
3.5.1 Jaringan Menara yang Sudah Ada
Merupakan jaringan dari masing-masing operator yang sudah tersedia pada
area layanan yang akan dilakukan perancangan. Pengukuran dengan drivetest
jaringan site existing dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas layanan yang
sudah on air dari masing-masing jaringan operator yang tersedia. Di sisi lain, data
jaringan site existing juga digunakan untuk melakukan analisis terkait coverage
area dari masing-masing jaringan operator dan teknologi yang digunakan.

3.5.2 Signal Strength & Signal Quality


Pengukuran kekuatan sinyal dan kualitas sinyal dalam proyek infrastuktur
telekomunikasi ini, akan dilakukan pengukuran drivetest untuk teknologi 3G
(RSCP) dan 4G (RSRP & RSRQ) merujuk Tabel 3.1 parameter level daya dan
kualitas, pengukuran dari masing-masing operator dengan menggunakan perangkat
lunak G-Net Track, hasil pengukuran dalam ditampilkan analisisnya dalam
perangkat lunak google earth sesuai dengan tabel warna indikator. Fokus lokasi
perbaikan jaringan telekomunikasi pada ketegori sedang, buruk dan sangat buruk.

Tabel 3.1 Warna Indikator Pengukuran


Signal Strength Legend Signal Quality Legend
Kategori
Color Indicator RRGGBB Color Indicator RRGGBB
Blue -85 0000FF Sangat Baik Blue 5 0000FF
Sky Blue -90 87CEFA Sky Blue 2 87CEFA
Light Baik Light
-100 00FF00 -1 00FF00
Green Green
Green -105 008000 Green -7 008000
Sedang
Yellow -110 FFFF00 Yellow -10 FFFF00
Orange -115 FFA500 Orange -14 FFA500
Buruk
Red -120 FF0000 Red -20 FF0000
Sangat
Black -140 000000 Black -40 000000
Buruk
Sumber : (Gyokovsolutions, 2019)

3.5.3 Tahapan Pengukuran Sinyal dan Pendataan Menara Existing


1. Pendataan menara yang sudah ada di lokasi baik yang berada di lingkungan
kampus dan atau di luar kampus, kemudian dilakukan pendataan lokasi,
koordinat, jenis menara dan tenant atau operator apa saja yang sudah on air.

41
2. Tahapan berikutnya melakukan pengukuran sinyal dengan metode drivetest,
akan menggunakan mobile phone dengan perangkat lunak G-Net Track Pro.
3. Data yang didapat akan dianalisis sesuai dengan indikator, kemudian
dilakukan analisis untuk lokasi yang penangkapan sinyal dengan kategori
sedang, buruk dan sangat buruk dan informasi mengenai Point Of Interest
(POI).
4. Data analisis dengan perangkat lunak google earth dan map info.
5. Kemudian melakukan analisis untuk penentuan lokasi strategis BTS Hotel,
cakupan sinyal untuk lokasi menara MCP.
6. Melakukan review joint project planning dengan penyewa.
7. Pembuatan desain alternatif yang dihasilkan.

3.5.4 Penentuan Jalur Transmisi Kabel Serat Optik


Untuk media transmisi antara BTS Hotel dan MCP antena pemancar
digunakan kabel serat optik. Berikut tahapan pekerjaan yang dilakukan :
1. Setelah menentukan lokasi Hotel BTS dan Pole MCP
2. Maka selanjutnya akan dilakukan perancangan jalur jaringan fiber optic
pada daerah tersebut dengan mengamati jalur penarikan kabel apakah
memungkinkan dan juga memastikan sesuai perizinan.
3. Di data sekuder penulis akan mengunakan data jalur kabel serat optik yang
sudah dimiliki perusahaan, hal itu akan dianalisis apakah melalui jalur atau
beririsan yang akan dibangun untuk infrastruktur telekomunikasi di kampus
Universitas Airlangga.
4. Pembuatan jalur kabel serat optik akan mengantisipasi terdapat jalur yang
aman untuk dilakukan penggalian tanah, panjang kabel yang optimal sesuai
dengan rancangan pole MCP yang akan dibangun.

3.6 Perencanaan Waktu


Dalam proyek ini ada beberapa bagian yang terlibat baik di internal
perusahaan, pihak kampus, pemerintah dan juga pelanggan nantinya, sehingga
dalam perencanaan di bagian implementasi akan berfokus ketika sudah
mendapatkan izin dalam pengerjaan proyek baik pemerintah dan bentuk kerja sama

42
dengan pihak kampus. Tahapan implementasi dimulai dari survey lokasi, analisis
data, desain, pembangunan pole, BTS Hotel dan jaringan transmisi.

3.6.1 Work Breakdown Structure (WBS)


Dari data primer dan sekunder yang didapat kemudian dilanjutkan membuat
Work Breakdown Structure (WBS). Fungsi dari Work Breakdown Structure (WBS)
adalah membagi atau mengelompokkan tiap item pekerjaan dalam proyek menjadi
bagian yang lebih mudah untuk dilakukan monitoring dan controlling.
Mengindentifikasi hasil atau tujuan kerja yang paling utama dari suatu proyek
(main deliverable) merupakan tahapan pertama yang harus ditentukan.

3.6.2 CPM (Critical Path Metode)


Aktifitas dalam pekerjaan proyek mempunyai ketergantungan atau proses
serial ataupun yang dapat dilakukan pararel atau bersamaan prosesnya dengan item
pekerjaan yang lain dalam pelaksanaannya. Hal tersebut untuk memastikan proses
indentifikasi pekerjaan dan pekerjaan pendahulu (Precedence Task). Setelah
mengindentifikasi aktivitas dan depedensi suatu pekerjaan, penulis akan
menggambar bagan analisis jalur kritis CPA (Critical Path Analysis) yang dikenal
dengan diagram jaringan (Network Diagram).
Tahapan selanjutnya identifikasi jalur kritis dengan teknik Forward Pass
atau Backward Pass. Cara ini memerlukan identifikasi waktu mulai dan selesai
paling awal (Earliest Start and Finish Times), dan waktu mulai dan selesai paling
akhir (Latest Start and Finish Time) untuk setiap aktivitas pekerjaan. Dalam
merencanakan leadtime atau durasi pekerjaan mengunakan CPM (Critical Path
Metode) agar didapatkan durasi yang optimal serta dapat dijadikan acuan sebagai
alat kontrol terhadap waktu proyek. Dalam simulasi penulis menggunakan
perangkat lunak Microsoft Project, perangkat lunak tersebut digunakan untuk
mengelola rencana waktu proyek agar dapat dievaluasi keseluruhan tahapan
proyeknya.
Langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja CPM menurut (Soeharto,
1999) yaitu:
1. Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek BTS hotel, menguraikan,
memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang

43
merupakan komponen proyek mulai dari tahapan perizinan, perancangan,
konstruksi, instalasi, dan serah terima. Menyusun menjadi mata rantai
dengan urutan yang sesuai logika ketergantungan.
2. Memberikan perkiraan lama pekerjaan bagi masing-masing kegiatan yang
dihasilkan dari penguraian lingkup proyek.
3. Melakukan perhitungan biaya dari tahapan pekerjaan proyek.
4. Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan float pada jaringan kerja.

3.7 Kelayakan Investasi dan Analisis Sensitivitas


Dengan menggunakan nilai Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of
Return (IRR) dan analisis sensitivitas dari tiap alternatif rancangan untuk
mengetahui seberapa jauh dampak perubahan parameter terhadap kelayakan proyek
dengan perbandingan nilai NPV, dengan parameter yang digunakan di antaranya
nilai perhitungan pendapatan, investasi proyek, dan biaya operasi dan
pemeliharaan.
Tahapan dilakukan untuk kelayakan investasi pada penilitian ini di antaranya:
1. Pengumpulan data dari setiap alternatif rancangan.
2. Perhitungan data kelayakan investasi yaitu:
a. Jumlah Investasi : Sewa lahan kerja sama dengan pihak universitas,
perizinan di pemerintah kota Surabaya, konstruksi, menara MCP,
peralatan telekomunikasi BTS Hotel dan kabel serat optik.
b. Biaya Operasi dan Pemeliharan : meliputi biaya pemeliharaan rutin
(Preventive Maintenance), biaya perbaikan (Corrective Maintenance)
dan biaya pajak.
c. Biaya pendapatan : proyeksi terhadap pendapatan meliputi biaya sewa
dari pelanggan/penyewa.
3. Penilaian investasi dengan analisis kelayakan investasi berupa : Net Present
Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).
4. Tahap berikutnya dalam analisis sensitivitas, merupakan nilai NPV
dibandingkan dengan perubahan di parameter :
a. Sensitivitas NPV terhadap penurunan jumlah penyewa
b. Sensitivitas NPV terhadap peningkatan nilai investasi

44
c. Sensitivitas NPV kenaikan biaya operasi dan pemeliharaan

3.8 Analisis AHP Faktor Kriteria


Hierarki dalam pemilihan rancangan BTS hotel :

Gambar 3.2 Hierarki Kriteria & Alternatif BTSH

Pada tahap pembobotan kriteria penelitian ini dibuat suatu rancangan


kuisioner untuk pemilihan rancangan alternatif proyek BTS Hotel yang ada pada
perusahaan saat ini. Kuisioner diperlukan untuk mengetahui bobot kepentingan
masing-masing faktor kriteria yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Objek dari penelitian ini adalah karyawan perusahaan XYZ Tower Provider
di bagian Project & Implementation Directorate & Asset Operation Directorate.
Sasaran kuisioner adalah level managerial yang sudah memiliki pengalaman dalam
hal perencanaan, eksekusi dan pemeliharaan proyek di bidang telekomunikasi.
Teknik pengambilan sample akan menggunakan non-probability sampling.
Data diambil sample dengan metode purposive sampling. Pemilihan metode
sampling ini dikarenakan tidak semua level karyawan mengerti permasalahan pada
penelitian ini. Adapun target calon responden dapat dilihat pada tabel di bawah.

45
Tabel 3.2 Calon Responden Penelitian
No. Jabatan Keterangan
Chief Project & 1 orang, berpengalaman lebih dari 10 tahun di
1
Implementation bidang Telekomunikasi
Chief Asset & 1 orang, berpengalaman lebih dari 10 tahun di
2
Operation bidang Telekomunikasi
Area Operation 3-4 orang, berpengalaman lebih dari 10
Division Head & tahun dan memiliki otoritas pada
3 Project & Network proyek telekomunikasi di Area ( Sumatera, Jabo-
Implementation Jabar, Jateng-jatim-balnus, Kalimantan-maluku-
Division Head papua)
Project Manajement 2 sampai 4 orang, berpengalaman lebih dari 10
4 SACME Department tahun dalam implementasi proyek
Head telekomunikasi di Regional
Regional Operation 2 sampai 4 orang, berpengalaman lebih dari 10
5 Maintenance tahun dalam pengelolaan dan pemeliharaan asset
Departmen Head telekomunikasi di Regional

Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data dengan


menggunakan metode AHP. Metode AHP berfungsi untuk melakukan pembobotan
terhadap masing-masing kriteria dan alternatif. Berikut itu adalah langkah-langkah
yang ada pada tahap analisa dan pembahasan :

1. Membuat struktur hierarki dengan objektif pemilihan rancangan BTS


Hotel, dengan kriteria sesuai Gambar 3.2 kriteria evaluasi
2. Alternatif yang sudah dihasilkan dari tahapan sebelumnya dilakukan
matriks perbandingan berpasangan (Pairwise Comparison Value).
Perbandingan dilakukan dengan pilihan dari pembuat keputusan dengan
menilai tingkat masing-masing elemen
3. Melakukan pernormalan data
4. Menghitung eigen vektor dari setiap matriks perbandingan berpasangan
5. Melakukan pengujian konsistensi hierarki

46
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Area Universitas Airlangga


Pengukuran sinyal dilakukan di Kampus A, B dan C dengan menggunakan
metode drivetest di lingkungan kampus. Pada Gambar 1.1Gambar 4.1 menunjukkan
kampus C merupakan kampus yang paling luas dengan luas lahan mencapai 23,6
HA di mana masih terdapat banyak lahan kosong dan menjadi area pengembangan
pembangunan gedung baru. Sedangkan kampus A dan B lahan sudah dipenuhi
dengan gedung lama, dan pengembangan gedung akan berfokus pada renovasi dan
pembangunan baru dengan membongkar bangunan lama.

Gambar 4.1 Civitas Academica dan Area di Universitas Airlangga 2018/2019


Pada Gambar 4.2 menunjukkan kampus A dan B dilakukan pembagian area
untuk memudahkan dalam pemetaan dan penyebutan lokasi. Kedua area kampus
ini dibagi masing-masing menjadi empat area.

Gambar 4.2 Pembagian Area dan Radius Kampus A & B

47
Kampus A dibagi dalam area A1, A2, A3 dan A4 dan pencarian site exisiting di
sekitar kampus dalam radius sekitar 400 m. Hal yang sama dilakukan untuk kampus
B pembagian area menjadi empat yaitu B1, B2, B3 dan B4 dengan radius pencarian
site exisiting sekitar 400m di pusat kota.
Sedangkan untuk kampus C dilakukan pembagian sebanyak 8 area C1
sampai dengan C8 hal ini terkait dengan luas area kampus dan juga tinggi gedung
bangunan yang menyebabakab beberapa lokasi terjadi obstacle. Dan untuk radius
pencarian site existing sekitar 600 m.

Gambar 4.3 Pembagian Area dan Radius Kampus C

Pada Gambar 4.3 memperlihatkan kampus C masih memiliki lahan yang luas
untuk dapat digunakan area pengembangan pembangunan gedung baru yaitu di area
C7 dan C8 hal ini juga dilakukan pengecekan dalam pembangunan gedung yang
sedang berlangsung. Fokus berikutnya selain lokasi dalam kampus, jalan raya dan
bangunan sekitar kampus A, B dan C juga menjadi potensi untuk penyewa/operator
dalam pengembangan cakupan sinyal, sehingga penempatan menara juga bisa
memperhatikan lokasi di luar area kampus.

48
4.2 Hasil Pengukuran Sinyal
4.2.1 Drive Test dan Menara Existing Telkomsel (TSEL)
Pada hasil pengukuran sinyal yang dilakukan pada tanggal 4 Mei 2020,
dilakukan visualisasi di perangkat lunak google earth terlihat bahwa di kampus A,
B dan C pengukuran drive test RSCP mendapatkan sinyal yang sangat baik terlihat
dengan indikator berwarna biru di Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Hasil Pengukuran Sinyal Telkomsel di Kampus A, B dan C


Sedangkan untuk pengukuran 4G RSRP beberapa lokasi di kampus A dan
C terdapat beberapa lokasi yang kurang baik dengan indikator menunjukan warna
kuning, orange dan merah. Begitu juga dengan pengukuran RSRQ rata-rata di
kampus A sebesar -12.10 dB (Buruk) dan RSRP rata-rata di kampus C sebesar -
100.99 dBm (sedang) sesuai dengan Tabel 4.1 di bawah. Sedangkan di kampus B
mendapatkan sinyal baik karena beberapa lokasi menara existing terdapat beberapa
lokasi di dalam kampus.

49
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Sinyal Telkomsel (TSEL)
Grup Pengukuran
Kampus Tipe Rata-Rata Keterangan
Rentan nilai %
3G RSCP -69.11 ≥-85 100.00% Sangat Baik
≥-85 7.61% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 43.50% Baik
4G RSRP -98.40 -101 sd -110 dBm 40.19% Sedang
A
-111 sd -120 dBm 6.17% Buruk
≤-121 2.53% Sangat Buruk
-2 sd -10 dB 22.66% Sedang
4G RSRQ -12.10
-11 sd -20 dB 77.34% Buruk
3G RSCP -64.71 ≥-85 100.00% Sangat Baik
≥-85 39.75% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 55.06% Baik
4G RSRP -86.24
B -101 sd -110 dBm 3.18% Sedang
-111 sd -120 dBm 2.01% Buruk
-2 sd -10 dB 89.28% Sedang
4G RSRQ -7.55
-11 sd -20 dB 10.72% Buruk
≥-85 91.58% Sangat Baik
3G RSCP -71.73
-86 sd -100 dBm 8.42% Baik
≥-85 10.41% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 40.01% Baik
C 4G RSRP -100.99 -101 sd -110 dBm 16.99% Sedang
-111 sd -120 dBm 15.48% Buruk
≤-121 17.11% Sangat Buruk
-2 sd -10 dB 68.48% Sedang
4G RSRQ -8.92
-11 sd -20 dB 31.52% Buruk

Pada Gambar 4.5 menunjukkan kampus B mendapatkan penerimaan dan


kualitas sinyal yang baik dikarenakan terdapat 3 menara makro yang berada di
dalam lingkungan kampus dan 4 menara makro yang berapa di radius 400 m.
Sedangkan untuk kampus A hanya disupport 2 menara makro yang berada di luar
area kampus di radius 500 m area penerimaan kurang baik di area A4. Begitu halnya
dengan kampus C, terdapat 1 menara makro rooftop dan 2 menara makro di radius
600 m masih terdapat beberapa area perbaikan di area C1, C2 dan C3.

Gambar 4.5 Menara Existing Telkomsel

50
4.2.2 Drive Test dan Menara Existing XL Axiata (XL)
Pengukuran sinyal RSCP untuk operator XL di kampus A, B dan C
mendapatkan nilai yang sangat baik dengan indikator berwarna biru dan hijau.
Sedangkan untuk 4G beberapa area masih membutuhkan perbaikan, terlihat dalam
Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Hasil Pengukuran Sinyal Excel (XL) di Kampus A, B dan C


RSCP kampus A mendapatkan nilai yang baik rata-rata -87.28 dBm, begitu
juga kampus B dan C berturut-turut -91.24 dBm dan -82.69 dBm. Sedangkan untuk
4G perlu mendapatkan perbaikan di kampus B dengan nilai RSRQ -10.72 dB
sebanyak 61% hal ini menunjukkan kualitas sinyal yang masih buruk. Kampus C
nilai RSRP rata-rata sebesar -98.71 dB penerimaan sinyal baik, hal perlu diperbaiki
yaitu untuk RSRQ -10.15 dBm hampir 50% di area kampus C. Detail rekap
pengukuran dapat dilihat dalam Tabel 4.2 di bawah.

51
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Sinyal Excel (XL)
Grup Pengukuran
Kampus Tipe Rata-Rata Keterangan
Rentan nilai %
≥-85 35.42% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 55.96% Baik
3G RSCP -87.28
-101 sd -110 dBm 7.36% Sedang
-111 sd -120 dBm 1.26% Buruk
≥-85 14.35% Sangat Baik
A -86 sd -100 dBm 46.33% Baik
4G RSRP -94.21 -101 sd -110 dBm 34.86% Sedang
-111 sd -120 dBm 3.64% Buruk
≤-121 0.83% Sangat Buruk
-2 sd -10 dB 41.04% Sedang
4G RSRQ -10.71
-11 sd -20 dB 58.96% Buruk
≥-85 22.66% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 61.83% Baik
3G RSCP -91.24
-101 sd -110 dBm 15.12% Sedang
-111 sd -120 dBm 0.39% Buruk
≥-85 8.98% Sangat Baik
B -86 sd -100 dBm 44.93% Baik
4G RSRP -97.63
-101 sd -110 dBm 38.16% Sedang
-111 sd -120 dBm 7.93% Buruk
-2 sd -10 dB 37.66% Sedang
4G RSRQ -10.72 -11 sd -20 dB 61.25% Buruk
≤-21 dB 1.10% Sangat Buruk
≥-85 52.42% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 43.38% Baik
3G RSCP -82.69
-101 sd -110 dBm 3.90% Sedang
-111 sd -120 dBm 0.30% Buruk
≥-85 2.56% Sangat Baik
C
-86 sd -100 dBm 54.95% Baik
4G RSRP -98.71
-101 sd -110 dBm 34.23% Sedang
-111 sd -120 dBm 8.26% Buruk
-2 sd -10 dB 49.84% Sedang
4G RSRQ -10.15
-11 sd -20 dB 50.16% Buruk

Pada Gambar 4.7 menunjukkan dalam radius 500 m di luar area kampus A
terdapat 4 menara makro yang mendukung cakupan sinyal, area perbaikan sinyal di
area A4. Sedangkan untuk Kampus B terdapat 4 menara makro area perbaikan di
B3 dan B4 untuk RSRQ. Kampus C masih banyak area yang perlu dilakukan
perbaikan di antaranya area, C3, C4, C5 dan C8.

Gambar 4.7 Menara Existing Excel (XL)

52
4.2.3 Drive Test dan Menara Existing Indosat (ISAT)
Indosat mempunyai sinyal yang sangat baik untuk pengukuran 3G RSCP di
kampus A, B dan C. sedangkan untuk jaringan 4G masih diperlukan banyak
perbaikan mulai kampus A, B dan C. Terlihat RSRP & RSRQ banyak yang
berwarna kuning hingga merah hampir merata. Detail dapat telihat di Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Hasil Pengukuran Sinyal Indosat (ISAT)


Kampus A didominasi RSRP -95.66 dBm dengan keterangan sedang,
kampus B -103.23 dBm dan kampus C -101.98 dBm kategori kuat sinyal sedang.
Sedangkan untuk RSRQ Kampus A -13.98 dB, Kampus B -13,39 dB dengan
keterangan buruk dan Kampus C sebesar -9.69 dB dengan keterangan sedang.
Detail rekap pengukuran dapat dilihat dalam Tabel 4.3 di bawah.

53
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Sinyal Indosat (ISAT)
Grup Pengukuran
Kampus Tipe Rata-Rata Keterangan
Rentan nilai %
≥-85 69.28% Sangat Baik
3G RSCP -83.78
-86 sd -100 dBm 30.72% Baik
≥-85 11.42% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 7.91% Baik
A 4G RSRP -95.66 -101 sd -110 dBm 41.37% Sedang
-111 sd -120 dBm 35.70% Buruk
≤-121 3.60% Sangat Buruk
-2 sd -10 dB 4.23% Sedang
4G RSRQ -13.98
-11 sd -20 dB 95.77% Buruk
≥-85 53.90% Sangat Baik
3G RSCP -81.24
-86 sd -100 dBm 46.10% Baik
≥-85 1.90% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 34.40% Baik
4G RSRP -103.23 -101 sd -110 dBm 37.52% Sedang
B
-111 sd -120 dBm 23.99% Buruk
≤-121 2.20% Sangat Buruk
-2 sd -10 dB 8.04% Sedang
4G RSRQ -13.39 -11 sd -20 dB 91.54% Buruk
≤-21 dB 0.42% Sangat Buruk
≥-85 93.74% Sangat Baik
3G RSCP -73.71
-86 sd -100 dBm 6.26% Baik
≥-85 1.68% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 34.19% Baik
C 4G RSRP -101.98 -101 sd -110 dBm 48.90% Sedang
-111 sd -120 dBm 14.78% Buruk
≤-121 0.45% Sangat Buruk
-2 sd -10 dB 50.87% Sedang
4G RSRQ -9.69
-11 sd -20 dB 49.13% Buruk

Pada Gambar 4.9 menunjukkan kampus A dalam radius 500 m cakupan


sinyal didukung 2 menara makro, area perbaikan pada A2 dan A4. Kampus B
terdapat juga 2 menara makro dalam radius 400 m hal ini masih kurang untuk
memberikan sinyal yang baik, area perbaikan B2, B3 dan B4. Kampus C memiliki
lahan yang lebih luas, cakupan menara makro didukung oleh 3 menara makro, salah
satunya rooftop yang berada didalam lahan kampus, sehingga untuk area perbaikan
pada C1, C2, C3, C4 dan C5.

Gambar 4.9 Menara Existing Indosat (ISAT)

54
4.2.4 Drive Test dan Menara Existing Hutchison 3 (H3I)
H3I mendapatkan hasil pengukuran RSCP yang baik di 3 area kampus A, B
dan C. Terlihat dari warna biru dan hijau yang mendominasi. RSRP kampus A juga
sesuai indikator dengan nilai baik biru dan hijau, hanya dikampus B dan C ada
beberapa lokasi membutuhkan perbaikan. Sedangkan untuk RSRQ didominasi
dengan warna merah dan orange di kampus A, B dan C. Detail indikator sesuai
Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Hasil Pengukuran Sinyal Hutchison 3 (H3I)

RSRQ kampus A didominasi 88.4% dengan nilai -13.33 dB merupakan


kategori buruk, begitu juga dengan kampus B dengan nilai -12.21 dB dan kampus
C -12.68 Db dan RSRP 33% dengan kondisi sedang. Sehingga banyak area yang
memerlukan perbaikan sinyal. Detail rekap pengukuran dapat dilihat dalam Tabel
4.4 di bawah.

55
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Sinyal Hutchison 3 (H3I)
Grup Pengukuran
Kampus Tipe Rata-Rata Keterangan
Rentan nilai %
≥-85 76.58% Sangat Baik
3G RSCP -79.51 -86 sd -100 dBm 18.80% Baik
-101 sd -110 dBm 4.62% Sedang
≥-85 16.90% Sangat Baik
A -86 sd -100 dBm 58.06% Baik
4G RSRP -93.40
-101 sd -110 dBm 20.40% Sedang
-111 sd -120 dBm 4.65% Buruk
-2 sd -10 dB 0.59% Sedang
4G RSRQ -13.33
-11 sd -20 dB 99.41% Buruk
≥-85 68.56% Sangat Baik
3G RSCP -83.35
-86 sd -100 dBm 31.44% Baik
≥-85 23.78% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 61.29% Baik
B 4G RSRP -91.16
-101 sd -110 dBm 14.04% Sedang
-111 sd -120 dBm 0.89% Buruk
-2 sd -10 dB 20.42% Sedang
4G RSRQ -12.21
-11 sd -20 dB 79.58% Buruk
≥-85 29.31% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 48.17% Baik
3G RSCP -90.20
-101 sd -110 dBm 21.40% Sedang
-111 sd -120 dBm 1.11% Buruk
≥-85 26.66% Sangat Baik
C
-86 sd -100 dBm 34.54% Baik
4G RSRP -92.74
-101 sd -110 dBm 33.35% Sedang
-111 sd -120 dBm 5.45% Buruk
-2 sd -10 dB 16.94% Sedang
4G RSRQ -12.68
-11 sd -20 dB 83.06% Buruk

Pada Gambar 4.11 menunjukkan radius 500 m kampus A terdapat 3 menara


makro, masih membutuhkan area perbaikan A3 dan A4. Kampus B banyak
tertolong dengan adanya 1 menara makro rooftop yang berada didalam kampus dan
1 menara makro dalam radius 400 m, perbaikan area B1 dan B3. Untuk kampus C
di dalam area kampus terdapat 1 menara rooftop dan 2 menara makro dalam radius
400 m area perbaikan C2, C3, C4 dan C5.

Gambar 4.11 Menara Existing Hutchison 3 (H3I)

56
4.2.5 Drive Test dan Menara Existing Smartfren (SF)
Teknologi Smaftfren saat fokus pada pengembangan 4G, dari hasil drive test
kampus A masih terdapat warna kuning untuk RSRP dan dominasi merah orange
untuk RSRQ. Sedangkan di kampus B dominasi RSRP sudah baik namun dominasi
warna kuning dan orange RSRQ, hal tersebut juga sama untuk kampus C. Detail
indikator sesuai Gambar 4.12.

Gambar 4.12 Hasil Pengukuran Sinyal Smartfren (SF)

Pada Tabel 4.5 menunjukkan data RSRP kampus A rata-rata nilai -98.27
dBm keterangan sedang, kampus B kondisi baik dengan nilai -94.07 dBm dan
kampus C kondisi baik dengan nilai -91.46 dBm. Sedangkan untuk RSRQ kampus
A dengan kualitas buruk dengan nilai -12.65 dB sebanyak 82%. Kampus B RSRQ
kulitas sedang dengan nilai -10.16 dB dan kampus C juga dengan kualitas sedang
dengan nilai -10.46 dB.

57
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Sinyal Smartfren (SF)
Grup Pengukuran
Kampus Tipe Rata-Rata Keterangan
Rentan nilai %
≥-85 8.92% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 35.77% Baik
4G RSRP -98.27 -101 sd -110 dBm 51.07% Sedang
A -111 sd -120 dBm 2.96% Buruk
≤-121 1.28% Sangat Buruk
-2 sd -10 dB 17.75% Sedang
4G RSRQ -12.65
-11 sd -20 dB 82.25% Buruk
≥-85 20.26% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 47.07% Baik
4G RSRP -94.07
-101 sd -110 dBm 28.07% Sedang
B
-111 sd -120 dBm 4.59% Buruk
-2 sd -10 dB 57.28% Sedang
4G RSRQ -10.16
-11 sd -20 dB 42.72% Buruk
≥-85 27.98% Sangat Baik
-86 sd -100 dBm 40.82% Baik
4G RSRP -91.46
-101 sd -110 dBm 30.95% Sedang
C
-111 sd -120 dBm 0.25% Buruk
-2 sd -10 dB 51.69% Sedang
4G RSRQ -10.46
-11 sd -20 dB 48.31% Buruk

Pada Gambar 4.13 memperlihatkan bahwa kampus A dalam radius 500 m


hanya dicakup oleh 2 menara makro, membutuhkan perbaikan di area A2, A3 dan
A4. Kampus B terdapat 1 menara makro di dalam area kampus dan 1 menara dalam
radius 400 m, perbaikan di area B4. Sedangkan di kampus C terdapat 2 menara
makro rooftop dan greenfield sehingga beberapa sudah mendapat cakupan sinyal,
perbaikan area C1, C2, C3 dan C5.

Gambar 4.13 Menara Existing Smartfren (SF)

58
4.2.6 Rangkuman Hasil Pengukuran Sinyal
Pada Gambar 4.14 menunjukkan bahwa untuk nilai rata-rata RSCP masuk
dalam kategori sangat baik dan baik. Dengan data tersebut artinya bahwa di lokasi
kampus Universitas Airlangga sudah mendapatkan penerimaan level sinyal yang
tinggi untuk teknologi 3G UMTS.

RSCP (dBm)
100.0%
90.0%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
≥-85 | -86 sd -100 -101 sd -110 -111 sd -120 ≤-121 |
Sangat Baik dBm | Baik dBm | Sedang dBm | Buruk Sangat Buruk
TSEL XL ISAT H3I

Gambar 4.14 Hasil Pengukuran RSCP di Kampus A, B dan C


Pada Gambar 4.15 menunjukkan nilai RSRP masih banyak terdapat nilai
kategori sedang, buruk dan sangat buruk. Data ini menunjukkan bahwa penerimaan
sinyal level untuk teknologi 4G LTE di beberapa lokasi di kampus masih diperlukan
perbaikan.

RSRP (dBm)
60.0%

50.0%

40.0%

30.0%

20.0%

10.0%

0.0%
≥-85 | -86 sd -100 -101 sd -110 -111 sd -120 ≤-121 |
Sangat Baik dBm | Baik dBm| dBm| Sangat Buruk
Sedang Buruk
TSEL XL ISAT H3I SF

Gambar 4.15 Hasil Pengukuran RSRP di Kampus A, B dan C


Pada Gambar 4.16 menunjukkan hasil penggukuran untuk parameter RSRQ,
rata-rata berada pada kategori sedang dan buruk, dari data tersebut terlihat bahwa
kualitas sinyal masih perlu ditingkatkan atau diperbaiki.

59
RSRQ (dB)
100.0%
80.0%
60.0%
40.0%
20.0%
0.0%
≥5 4 sd -1 -2 sd -10 dB -11 sd -20 ≤-21
Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

TSEL XL ISAT H3I SF

Gambar 4.16 Hasil Pengukuran RSRQ di Kampus A, B dan C


Penerimaan level sinyal dan kualitas sinyal menjadi tumpuan analisis pada
penelitian ini. Data penerimaan tersebut merupakan salah satu metode dalam
pengukuran dari pelanggan atau yang dapat dilakukan oleh perusahaan tower
provider atau penyedia infrastruktur. Hal tersebut juga sesuai dengan matrix
responsibility, dimana untuk data trafik dan lainnya tetap dalam tanggung jawab
masing-masing operator dalam proyek BTS Hotel.

4.3 Rancangan BTS Hotel dan Pole MCP


4.3.1 Lokasi Penempatan BSTH dan Pole MCP
Dari hasil pengukuran drivetest dan menara exisiting. Penentuan lokasi
mengacu pada nilai RSCP, RSRP dan RSRQ sedang atau buruk, area perencanaan
pambangunan gedung baru, serta keberadaan menara existing macrocell yang
berada di dalam kampus, dengan perencanaan menara tersebut dilakukan perubahan
dan penataan dengan microcell pole maka didapatkan rancangan lokasi untuk
pendirian menara pole MCP dengan prediksi potensial penyewa ditunjukkan pada
Tabel 4.6.

60
Tabel 4.6 Rancangan Lokasi MCP & BSTH dan Prediksi Potensial Penyewa
Tinggi Prediksi Potensial Tenant
Site Name Latitude Longitude Lokasi Tipe Cover Area
(m) TSEL XL ISAT H3I SF
UNAIR MUSTOPO 1 -7.26484 112.75918 KAMPUS A MCP 18 Central OK OK OK OK OK
UNAIR MUSTOPO 2 -7.26552 112.75999 KAMPUS A MCP 18 A4 OK OK OK OK NOK
UNAIR DHARMAWANGSA 1 -7.27079 112.75874 KAMPUS B MCP 18 B1 & B2 OK NOK OK OK OK
UNAIR DHARMAWANGSA 2 -7.27344 112.757 KAMPUS B MCP 18 Central OK NOK OK OK OK
UNAIR DHARMAWANGSA 3 -7.27243 112.75897 KAMPUS B MCP 18 B3 & B4 OK OK OK OK OK
GOR UNAIR 1 -7.26525 112.78427 KAMPUS C MCP 18 C2 & C3 OK NOK OK OK OK
GOR UNAIR 2 -7.2637 112.78444 KAMPUS C MCP 18 C1 OK NOK OK NOK OK
FKM UNAIR -7.26842 112.78286 KAMPUS C MCP 18 C3 NOK OK NOK NOK OK
FARMASI UNAIR -7.26637 112.78526 KAMPUS C MCP 18 C7 NOK NOK NOK NOK OK
RUMAH SAKIT UNAIR -7.27025 112.78484 KAMPUS C MCP 18 C5 OK OK NOK OK NOK
ASRAMA PUTRI UNAIR -7.26902 112.78566 KAMPUS C MCP 18 C4 NOK NOK OK OK OK
AIRLANGGA DORMITORY -7.26716 112.78934 KAMPUS C MCP 18 C8 NOK NOK OK NOK NOK
ASRAMA PUTRA UNAIR -7.27076 112.78933 KAMPUS C MCP 18 C6 OK NOK OK OK OK
KAND BTSH ROOM -7.27009 112.78914 KAMPUS C BTSH

Kandidat lokasi BTSH berada di kampus C dengan pertimbangan optimasi


jaringan kabel serat optik, keberadaan pole terbanyak di kampus C dan area
pengembangan kampus dengan lokasi lahan yang masih luas. Hasil dari rancangan
awal ini menjadi lokasi kebutuhan pelanggan atau operator telekomunikasi untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas jaringannya. Pada Gambar 4.17
dilakukan penandaan lokasi dari tiap menara.

Gambar 4.17 Penandaan rancangan lokasi MCP & BSTH

4.3.2 Poin Of Interest dan Rencana Pembangunan Gedung Kampus


Pelanggan atau penyewa operator telekomunikasi akan mempertimbangkan
lokasi yang menjadi target. Untuk itu dilakukan pendataan Poin Of Interest (POI)
dari setiap kandidat lokasi pole MCP, foto lengkap gedung POI pada lampiran 1
dan daftar POI pada Tabel 4.7. Pembangunan gedung baru dan pengembangan
kampus juga menjadi pertimbangan dari penentuan lokasi menara MCP, beberapa
pembangunan dan pengembangan gedung dapat dilihat pada Gambar 4.18
Pembangunan dan Pengembangan Gedung Universitas Airlanga.

61
Tabel 4.7 Daftar target Poin Of Interest (POI)
Lokasi Tower Tower Cover
Site Name Lat Long POI
Kampus Type Height Area

Fakultas Kedokteran Unair, Rumah Sakit Gigi dan Mulut & FKG
UNAIR MUSTOPO 1 -7.264841 112.75918 KAMPUS A MCP 18 Central
Unair, Gedung Microbiology Unair & Gedung BIK-IPTEKDOK Unair

UNAIR MUSTOPO 2 -7.265515 112.75999 KAMPUS A MCP 18 A4 Jl. Porf. Dr. Mustopo, RSUD Dr. Sutomo Surabaya, Jl. Kedung Sroko

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair, Gedung Pasca Sarjana Unair,


UNAIR DHARMAWANGSA 1 -7.27079 112.75874 KAMPUS B MCP 18 B1 & B2
Airlangga Syariah Tower, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Jl. Airlangga
Fakultas Hukum Unair, Fakultas Farmasi Unair, Kantin
UNAIR DHARMAWANGSA 2 -7.27344 112.757 KAMPUS B MCP 18 Central
Mahasiswa Unair, Perumdos Unair
Fakultas Hukum Unair, Fakultas Farmasi Unair, Fakultas Ilmu
UNAIR DHARMAWANGSA 3 -7.272434 112.75897 KAMPUS B MCP 18 B3 & B4
Sosial dan Politik Unair, Gedung Perpustakaan Unair
Fakultas Sains dan Teknologi Unair, Airlangga Convention Center,
GOR UNAIR 1 -7.26525 112.78427 KAMPUS C MCP 18 C2 & C3
GOR Kampus C Unair, Universitas Terbuka Surabaya
Airlangga Convention Center, SMP Negeri 45 Surabaya,
GOR UNAIR 2 -7.263695 112.78444 KAMPUS C MCP 18 C1
Perumahan dan Ruko,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair, Gedung Rektorat Unair,
FKM UNAIR -7.26842 112.78286 KAMPUS C MCP 18 C3
Student Center Unair, Masjid Ulul Azmi Unair
Gedung Farmasi Unair, Airlangga University Press, Area
FARMASI UNAIR -7.266374 112.78526 KAMPUS C MCP 18 C7
Pengembangan, Student Centre
RSP Unair, Jl. Dharmahusada Permai, Rumah Sakit Khusus Infeksi
RUMAH SAKIT UNAIR -7.27025 112.78484 KAMPUS C MCP 18 C5
Universitas Airlangga,
Rumah Sakit Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran Hewan
ASRAMA PUTRI UNAIR -7.26902 112.78566 KAMPUS C MCP 18 C4
Unair, Fakultas Keperawatan Unair, Asrama Mahasiswa Unair
AIRLANGGA DORMITORY -7.26716 112.78934 KAMPUS C MCP 18 C8 Airlangga Domitory, Area Pengembangan, Perumahan, Jl. Sutorejo

Fakultas Perikanan dan Kelautan, Rumah Sakit Hewan Pendidikan,


ASRAMA PUTRA UNAIR -7.27076 112.78933 KAMPUS C MCP 18 C6
Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Jl. Dharmahusada Permai

Gambar 4.18 Pembangunan dan Pengembangan Gedung Universitas Airlanga


(Sumber : Rancangan Masterplan Unair 2017-2047)

4.3.3 Penentuan Alternatif Rancangan


Kemudian proses join project planning (JPP) untuk mendapatkan prioritas
pembangunan sebagai pertimbangan akan kemampuan daya beli pelanggan atau
operator telekomunikasi, hal ini terkait besar belanja modal Capital
expenditure (Capex) alokasi yang direncanakan untuk melakukan pembelian segala
sesuatu yang dikategorikan sebagai aset perusahaan sehingga pemilihan dalam

62
penempatan menara lebih dioptimalkan. JPP dilakukan dengan diskusi,
mempresentasikan hasil pengukuran sinyal di lapangan, desain dari MCP dan
BSTH yang melibatkan penyewa, Network Planning, proyek dan marketing.
Sehingga didapatkan dari setiap calon penyewa perkiraan dari ketertarikan akan
proyek yang akan dilangsungkan di kampus Universitas Airlangga, tentunya
dengan pertimbangan ini akan mengoptimalkan dari Perusahaan XYZ Tower
Provider untuk pembuatan desain alternatif dan prioritas pembangunan.

Tabel 4.8 Altenatif Rancangan Proyek


Cover Prediksi Potensial Tenant
Site Name Latitude Longitude Area
Alternatif / Prioritas
TSEL XL ISAT H3I SF
UNAIR MUSTOPO 1 -7.264841 112.759184 Central P2 P2 P1 P1 P1 1
UNAIR MUSTOPO 2 -7.265515 112.759988 A4 P1 P2 P1 P1 - 1
UNAIR DHARMAWANGSA 2 -7.27344 112.757 Central P3 - P1 P3 P3 1
UNAIR DHARMAWANGSA 3 -7.272434 112.758974 B3 & B4 P3 P1 P1 P3 P3 1
P1
GOR UNAIR 1 -7.26525 112.78427 C2 & C3 P2 - P1 P2 P1 1
P2
GOR UNAIR 2 -7.263695 112.784444 C1 P1 - P2 - P2 1
RUMAH SAKIT UNAIR -7.27025 112.784835 C5 P2 P1 - P2 - 1 P3
ASRAMA PUTRI UNAIR -7.26902 112.78566 C4 P2 - P2 P1 P3 1
UNAIR DHARMAWANGSA 1 -7.27079 112.75874 B1 & B2 P3 - P2 P3 P3 2
FKM UNAIR -7.26842 112.78286 C3 - P2 - - P2 2
FARMASI UNAIR -7.266374 112.78526 C7 - - - - P3 3
AIRLANGGA DORMITORY -7.26716 112.789336 C8 - - P3 - - 3
ASRAMA PUTRA UNAIR -7.27076 112.789326 C6 P3 - P3 P3 P3 3

Setiap koordinat yang sudah dilakukan penentuan dalam pemilihan


rancangan alternatif dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19 Penandaan Lokasi Prioritas

63
4.4 Rancangan Jaringan Kabel Serat Optik
Jaringan kabel serat optik existing digunakan sebagai acuan awal sebelum
dilakukan penarikan kabel baru di Kampus Universitas Airlangga. Data sekunder
yang didapat ini merupakan jalur utama (backbone) yang sudah dimiliki di kota
Surabaya, kampus sebelumnya yang sudah disambungkan Universitas Surabaya
dengan dua lokasi Radio Network Controller ( RNC ) milik operator di Gayungan
dan RNC Manyar 1. Selanjutnya jalur ini akan dirancang dan disambungkan dengan
jalur HBTS di kampus C Universitas Airlangga.

Gambar 4.20 Kabel Serat Optik Existing

Dalam Gambar 4.20 lokasi yang terdekat dengan kampus UNAIR merupakan
jalan Jl. Kertajaya Indah, Jl. Manyar Kertoarjo, dan Jl. Kertajaya. Dari ketiga jalur
jalan tersebut yang akan didesain untuk menghubungkan tiga kampus UNAIR.
Pada Gambar 4.21 merupakan jalur kabel yang menyambungkan dari FO
Backbone (kuning), menuju HBST UNAIR yang berada di kampus C, kemudian
diteruskan menuju FO Access MCP di kampus C, kemudian kampus A dan terakhir
kampus B. Pengukuran panjang kabel dari titik sambungan HH (HandHole) jalur
utama BB (backbone) menuju HBTS yang berada di kampus C, kemudian
dilanjutkan pengukuran panjang menuju kampus A dan B.

64
Gambar 4.21 Rancangan Kabel Serat Optik Backbone, HBTS dan Access MCP

Total panjang kabel serat optik yang diperlukan untuk menghubungkan jalur
Backbone, HBTS dan kampus A, B dan C sepanjang ± 8.818 m. perhitungan
ditunjukan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Pajang Serat Optik Backbone Menuju HBTS dan Kampus A, B, C
Panjang
Jalur Kabel Nama Jalan
(m)
Kertajaya Indah - Raya Dharma Husada
HH_21 - HBTS 3052
Indah - Dr. Ir. H. Soekarno
Dr. Ir. H. Soekarno - Mulyorejo -
HBTS - HH_05 Kampus A 4968 Kaliwaron - Kedungtarukan - Tambang
Boyo
HH_05 Kampus A - HH_02 Tambang Boyo - Dharmawangsa -
798
Kampus B Kertajaya
Total Panjang Kabel 8818

Selanjutnya dilakukan perhitungan panjang kabel untuk masing-masing


pole MCP dari handhole terdekat. Handhole yang berada di ring kampus ada di
setiap ± 400 m, untuk memudahkan dalam troubleshoot untuk kabel putus atau

65
adanya redaman. Kampus A terdapat dua pole yang akan ditarik kabel dari HH_5.
Sedangkan untuk kampus B terdapat tiga lokasi pole MCP yang akan ditarik FO
dari HH_4 dan HH_2. Gambar 4.22 menunjukkan jalur penggelaran kabel optik.

Gambar 4.22 Rancangan Penggelaran Kabel Serat Optik Kampus A & B

Pada Kampus C terdapat tujuh pole MCP dan Kandidat Lokasi BTSH, terdapat tiga
Handhole jaur penarikan HH-14, HH_15 HH_C1 & HH_C2. Gambar 4.23
menunjukkan jalur penarikan kabel serat optik yang berada di kampus C.

Gambar 4.23 Rancangan Kabel Serat Optik Kampus C

66
Total panjang kabel optik yang dibutuhkan dalam penggelaran
jaringan kabel fiber optic di dalam kampus Universitas Airlanga ± 4.203 m sesuai
dengan Tabel 4.10. ditambah dengan panjang kabel yang menghubungkan kampus
A, B dan C sesuai Tabel 17 sepanjang ± 8.818 m, total keseluruhan sepanjang
±13.021 m.

Tabel 4.10 Total Panjang Kabel Fiber Optik Alternati P3


Site Name Kampus Priority Jalur HH Panjang (m)
Unair Mustopo 1 Kampus A 1 HH_5 364
Unair Mustopo 2 Kampus A 1 HH_5 371
Unair Dharmawangsa 2 Kampus B 1 HH_2 237
Unair Dharmawangsa 3 Kampus B 1 HH_2 342
Gor Unair 1 Kampus C 1 HH_14 373
Gor Unair 2 Kampus C 1 HH_14 341
Rumah Sakit Unair Kampus C 1 HH_C2 15
Asrama Putri Unair Kampus C 1 HH_15 375
Unair Dharmawangsa 1 Kampus B 2 HH_14 390
Fkm Unair Kampus C 2 HH_15 43
Farmasi Unair Kampus C 3 HH_14 401
Airlangga Dormitory Kampus C 3 HH_14 910
Asrama Putra Unair Kampus C 3 HH_C1 41
Total Panjang Kabel Alternatif P3 4203

Desain dari penempatan pole dilakukan pengukuran panjang kabel serat


optik yang dibutuhkan tiap MCP dari handhole. Total panjang kabel yang
dibutuhkan untuk desain alternatif P3 membutukan 4203 m. Dan untuk desain
alternatif P2 membutuhkan panjang 2851 m sesuai Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Total Panjang Kabel Fiber Optik Alternati P2


Site Name Kampus Priority HH FO (m)
Unair Mustopo 1 A 1 HH_5 364
Unair Mustopo 2 A 1 HH_5 371
Unair Dharmawangsa 2 B 1 HH_2 237
Unair Dharmawangsa 3 B 1 HH_2 342
Gor Unair 1 C 1 HH_14 373
Gor Unair 2 C 1 HH_14 341
Rumah Sakit Unair C 1 HH_C2 15
Asrama Putri Unair C 1 HH_15 375
Unair Dharmawangsa 1 B 2 HH_14 390
Fkm Unair C 2 HH_15 43
Total Panjang Kabel Alternatif P2 2851

67
Sedangkan desain alterantif P1 membutuhkan kabel serat optik sepanjang 2418 m.
Untuk detail panjang kabel dan jalur Handhole dapat dilihat di Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Total Panjang Kabel Fiber Optik Alternati P1


Site Name Kampus Priority HH FO (m)
Unair Mustopo 1 A 1 HH_5 364
Unair Mustopo 2 A 1 HH_5 371
Unair Dharmawangsa 2 B 1 HH_2 237
Unair Dharmawangsa 3 B 1 HH_2 342
Gor Unair 1 C 1 HH_14 373
Gor Unair 2 C 1 HH_14 341
Rumah Sakit Unair C 1 HH_C2 15
Asrama Putri Unair C 1 HH_15 375
Total Panjang Kabel Alternatif P1 2418

4.5 Konfigurasi A Multiple-Carrier, Multiple-Technology (MCMT)


Hasil pengukuran sinyal dan permintaan dari penyewa operator telekomnikasi,
untuk prioritas pembangunaan terdapat 5 Operator (Telkomsel, XL Axiata, Indosat
Ooredoo, Tri Indonesia & SmartFren) sesuai
Tabel 4.13. Maka pilihan konfigurasi adalah pada jenis A multiple-carrier,
Multiple-technology (MCMT) configuration.

Tabel 4.13 Daftar Penyewa untuk 5 operator


Cover Prediksi Potensial Tenant
Site Name Latitude Longitude
Area TSEL XL ISAT H3I SF
UNAIR MUSTOPO 1 -7.264841 112.759184 Central P1 P1 P1
UNAIR MUSTOPO 2 -7.265515 112.759988 A4 P1 P1
UNAIR DHARMAWANGSA 2 -7.27344 112.757 Central P1
UNAIR DHARMAWANGSA 3 -7.272434 112.758974 B3 & B4 P1 P1
GOR UNAIR 1 -7.26525 112.78427 C2 & C3 P1 P1
GOR UNAIR 2 -7.263695 112.784444 C1 P1
RUMAH SAKIT UNAIR -7.27025 112.784835 C5 P1 -
ASRAMA PUTRI UNAIR -7.26902 112.78566 C4 P1

Dengan pengunaan lebih dari satu teknologi (GSM, UMTS, LTE) yang digunakan
sesuai dengan kebutuhan rancangan BTS Hotel.

68
4.6 Perhitungan Waktu Pelaksanaan Proyek
4.6.1 Scope Of Work (SOW)
Sebelum proyek dapat di implementasikan, sebelumnya telah dilakukan
pembahasan dalam penentuan SOW antara perusahaan tower provider dan penyewa
(operator), hal ini untuk memastikan item-item yang menjadi tanggunjawab dalam
proses pembangunan. SOW pada proyek BTSH dilakukan pembagian diantaranya
pada BTSH hotel, kabel serat optik dan MCP. Detil pembagian SOW dapat dilihat
dalam Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Detail pembagian SOW Pihak Tower Provider dan Penyewa
Penyewa Tower
No. Deskripsi (BTS HOTEL)
(Operator) Provider
1 Penyediaan Perangkat BTS R
2 Peyediaan Space di BTS Hotel R
3 Penyediaan Fiber optic dari BTS Hotel ke RRU R
4 Pengukuran OTDR untuk Fiber optic <=10 dB loss; Jitter <=2ms dan delay <=10 ms R
5 Instalasi Perangkat BTS di BTS Hotel R
6 Integrasi Perangkat BTS dan RRU R
7 Penyediaan & instalasi Jumper & feeder BTS ke POI R R
8 Fasilitas Pasokan Listrik AC (ACPDB), instalasi kabel AC sampai dengan ACPDB R
9 Penel Lampu R
10 Air Conditoner (AC) dengan suhu operasional 25℃ R
11 CCTV dengan periode waktu maksimal 1 bulan R
12 Backup Genset maksimal 275 jam/tahun/BTS Hotel R
13 Grounding Kit di BTS Hotel R
14 Space / ruangan untuk penempatan BTS (per-unit Pole) beserta Rectifier R
15 Pengecekan Visual OTB rutin R
16 Laporan performance Fiber optic bila teriadi masalah R
17 Perbaikan Fiber optic OTB BTS Hotel to OTB di Pole R
18 Perbaikan Fiber optic OTB BTS Hotel to B8U BTS Hotel R
19 Memberikan Akses selama 24Jam R
20 Help Desk (NOC) 24 Jam R
Penyewa Tower
No. Deskripsi ( POLE SIDE)
(Operator) Provider
1 Penyediaan Perangkat Antenna Sektoral dan Jumper R
2 Penyediaan, perbaikan dan pemasangan Patch cord OTB ke RRU R S
3 Instalasi PerangkatRRUdi Pole R S
4 Pole dan camouflage Antenna R
5 Fasilitas listrik ACPDB milik TOWER-PROVIDER termasuk grounding kit di Pole R
6 Power supply sampai dengan ACPDB sesuai dengan kebutuhan perangkat di Pole R
7 Memberikan Akses selama 24 Jam R
8 Proses & biaya perijinan, SITAC R

Sumber : data perusahaan XZY Tower Provider

69
4.6.2 Work Breakdown Structures (WBS)
Dalam proses pembangunan tahapan proses mulai dari perijinan dan serah
terima dilakukan WBS dan pemberian kode. Terdapat 6 milestone pekerjaan utama
diantaranya Presitac (Pre Site Acquisition), SITAC (Site Acquisition), RFC (Ready
For Construction), RFI (Ready For Instalation), ATP (Acceptance Test
Procedure), BAST (Berita Acara Serah Terima ) & SSTA (Site Serah Terima
Asset) hal ini merupakan proses serah terima dari tim proyek ke tim operation dan
maintenance dapat dilihat dalam Tabel 4.15, dan detail WBS & master schedule
dapat dilihat di lampiran 3, 4 & 5.

Tabel 4.15 Work Breakdown Structures (WBS) BTS Hotel


WBS Detil Pekerjaan
A NEW BUILD MCP & BTSH
A.1 PRESITAC
A.1.1 SIS Process
A.2 SITAC (Site Acquisition)
A.2.1 Assing Mitra, KOM & DRM
A.2.2 Pengurusan Dok Standar/Non Standar
A.2.3 APD& BoQ Final Process
A.2.4 RFL Certificate Process
A.2.5 RFC Certificate Process
A.3 RFC (Ready For Construction)
A.3.1 Pengadaan dan Supporting CME
A.3.2 Pekerjaan Konstruksi
A.3.2.a Persiapan
A.3.2.b Pondasi Tower
A.3.2.c Pekerjaan Tower
A.3.3 Transmisi Fronthoul (paralel dengan RFC)
A.4 RFI (Ready For Instalation)
A.4.1 Instalasi BTSH
A.4.1.a Persiapan dan Pondasi
A.4.1.b ME& FO
A.4.1.c Instalation Equipment
A.5 ATP Process
A.5.2 ATP + ABD + BAUT dengan vendor
A.5.3 Built BOQ& BAST CME
A.5.4 RFOA Notif
A.6 BAST & SSTA
A.6.1 Uji Terima& Perbaikan
A.6.2 Checking Document
A.6.3 BAST Antena System& Rectifier
A.6.4 BAST FO

70
4.6.3 Gantt Chart
Dari ketiga alternatif desain rancangan BTS Hotel P1, P2 dan P3 dilakukan
perhitungan durasi pekerjaan. Penambahan durasi pekerjaan terkait dengan
penambahan jumlah menara dan panarikan kabel serat optik. Desain alternati P1
membutuhkan waktu 137 hari untuk pembangunan BTS Hotel, penarikan kabel
serat optik 2418 m dan pembangunan 8 pole MCP . Sedangkan desain alternatif P2
membutuhkan waktu selama 143 hari untuk 10 Pole MCP dengan 2852 m kabel
serat optik dan Alternatif P3 pembangunan sebanyak 13 MCP dengan panjang kabel
serat optik 4203 m membutuhkan waktu sebanyak 157 hari. Detil perhitungan hari
dalam setiap milestone pekerjaan dapat dilihat dalam Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Gantt Chart Pembangunan BTS Hotel untuk P1, P2 dan P3.

4.6.4 Jalur Kristis (Critical Path)


Penenetuan waktu kritis dalam proses pembangunan BTS Hotel telah
dilakukan setelah predecessor dalam proses gantt chart. Tabel 4.17 merupakan
item pekerjaan yang menjadi critical path atau jalur kritis dalam pembangunan BTS
Hotel. Jalur kritis detil dapat dilihat di lampiran 3, 4 & 5.

71
Tabel 4.17 Jalur Kritis pembangunan BTS Hotel
WBS Task Name WBS Task Name
Critital Critical: Yes Critital Critical: Yes
A.1.1.a Release STIP SIS A.2.4.a Verifikasi kelengkapan dokumen untuk RFL
A.1.1.b Assigment Mitra A.2.4.b RFL Certificate release
A.1.1.c KOM Mitra A.2.4.c Permit Region tunjuk mitra / agen / in house
A.1.1.d Pelaksanaan Full SIS oleh mitra A.2.4.d Permit Region buat Eskalasi IMB
A.1.1.e Analisa Colo Ratio A.2.4.e Permit Region buat Cash Advance IMB
A.1.1.f Analisa RTB A.2.5.a PD melakukan approval RFC
PM SACME Verifikasi Full SIS
A.1.1.g A.2.5.b Mitra process RFC Certificate
mitra
A.1.1.h Analisa Network & Join Project Plan A.3.2.a.1 KOM Konstruksi
PM SACME presentasi dan minta Mobilisasi, Pembersihan lahan,&
A.1.1.i A.3.2.a.2
approval Cust Bouwplank
A.1.1.j Release STIP A.3.2.b.1 Gali Pondasi& Lantai Kerja
A.2.1.a Receive STIP A.3.2.b.2 Bekisting& Penulangan Pondasi
A.2.1.b Assigment Mapping A.3.2.b.3 Cor& Pengeringan Pondasi
A.2.1.c KOM SITAC Service A.3.2.b.4 Urugan& Pemadatan
Ereksi & Pengecatan Tower, Asesoris
A.2.2.a BAN& BAK / Perjanjian Kerja Sama A.3.2.c.1
Tower
Sosialisasi& Pembayaran Ijin Warga
A.2.2.b A.4.1.a.2 Mobilisasi& Pembersihan Lahan
dan TTD IW
A.2.2.c Rekom Lurah A.4.1.a.3 Pekerjaan Pondasi HBTS
A.2.2.e Eskalasi SITAC dari Mitra A.4.1.b.1 Instalasi ME
A.2.2.f Proses Form Eskalasi SITAC A.4.1.b.3 PLN Connection BTS Hotel
Pengadaan dan Pemasangan Rectifier +
A.2.2.g TTD PKS/AJB (notaris) A.4.1.c.1
Battery + Aksesoris BTS Hotel
Switching& Integration BTS Hotel to
A.2.2.h BA SITAC (done) A.4.1.c.2
[RNC/POI]
A.2.2.i Review BA SITAC A.5.2 ATP + ABD + BAUT dengan vendor
A.2.2.j Proses FP A.6.1 Uji Terima& Perbaikan
A.2.2.k Release PR-PO Eskalasi SITAC A.6.2 Checking Document
A.2.2.l Release PO Eskalasi SITAC A.6.3 BAST Antena System& Rectifier
PM SACME serahkan dok RFL ke
A.2.2.m A.6.4 BAST FO Fronthoul
Permit Region/Area Partnership
Konsultan melakukan soil / hammer
A.2.3.a
test
Konsultan buat APD - Pengajuan ke
A.2.3.b
Project Tech Support
A.2.3.c Final APD& BoQ
Konfirmasi APD& BoQ Final ke
A.2.3.d
Mitra

72
4.7 Perhitungan Biaya Investasi
4.7.1 Anggaran Proyek (Capital Expenditure)
Proses selanjutnya setelah ditentukan detil pekerjaan dari masing-masing
alternatif maka dari data sekunder proyek perusahaan sebelumnya dapat dilakukan
perhitungan dan estimasi dari pekerjaan BTS Hotel Universitas Airlangga,
anggaran rancangan alternatif P1 dapat dilihat pada Tabel 4.18 dengan jumlah
potensial penyewa 8 main operator dan 6 penyewa collocation total biaya investasi
yang diperlukan untuk alternatif P1 sebesar Rp. 7,873,813,469.

Tabel 4.18 Anggaran Rancangan Alternatif 1 – 8 MCP & 6 Collo


No Deskripsi Total (Rp)
1 Permit & Lahan 2,423,000,000
2 Civil, Mechanical, and Electrical (CME) 1,011,019,643
3 Micro Cell Pole (MCP 1,029,817,704
4 Fiber Optic 1,690,682,682
5 Camouflage 365,984,544
6 BST Hotel 357,054,281
7 DC Power & NMS 409,981,715
8 Collocation P1 - 6 Colo 586,272,900
Total - P1 7,873,813,469

Pada Tabel 4.19 menunjukkan besar anggaran untuk rancangan alternatif P2


dengan potensi 10 penyewa main operator dan 7 collocation. Sehingga penambahan
pada biaya sewa lahan / permit, pekerjaan CME dan collocation merupakan item
terbesar dalam penambahan alokasi anggaran proyek.

Tabel 4.19 Anggaran Rancangan Alternatif 2 – 10 MCP & 7 Collo


No Deskripsi Total (Rp)
1 Permit & Lahan 2,753,000,000
2 Civil, Mechanical, and Electrical (CME) 1,263,774,553
3 Micro Cell Pole (MCP 1,287,272,130
4 Fiber Optic 1,737,677,182
5 Camouflage 457,480,680
6 BST Hotel 357,054,281
7 DC Power & NMS 409,981,715
8 Collocation P2 - 7 Colo 683,985,050
Total - P2 8,950,225,591

73
Tabel 4.20 memperlihatkan alokasi anggaran untuk rancangan alternatif P3
untuk pembangunan 13 pole, 10 penyewa collocation. Penambahan alokasi
anggaran tersebesar pada biaya sewa lahan, CME dan penggelaran kabel serat optik,
sebagaimana sebelumnya bahwa altenatif 3 membutuhkan panjang kabel 4203 m.
Tabel 4.20 Anggaran Rancangan Alternatif 3 – 13 MCP & 10 Collo
No Deskripsi Total (Rp)
1 Permit & Lahan 3,248,000,000
2 Civil, Mechanical, and Electrical (CME) 1,642,906,919
3 Micro Cell Pole (MCP 1,673,453,769
4 Fiber Optic 1,867,292,682
5 Camouflage 594,724,884
6 BST Hotel 357,054,281
7 DC Power & NMS 409,981,715
8 Collocation P3 - 10 Colo 977,121,500
Total - P3 10,770,535,750

4.7.2 Pendapatan Usaha ( Revenue)


Pendapatan usaha dapat dihitung dari jumlah potensi penyewa MCP untuk
setiap desain rancangan altenatif. Rancangan P1 akan mulai dihitung dari tahun
awal 1 pembangunan, sedangkan untuk proyeksi alternatif kedua dilihat dari
kualitas sinyal dan kuat sinyal masuk kategori sedang, estimasi pada sekitar tahun
ke 4 berpotensi akan menjadi penyewa. Rancangan altenatif ke 3 akan
memperhitungan penataan keberadaan menara makro existing yang berada didalam
kampus dengan mengestimasi sisa lama sewa menara tersebut sekitar pada tahun
ke 6. Detail pada Tabel 4.21.
Tabel 4.21 Estimasi Pendapatan dari Penyewa Proyek BTS Hotel
Proyek Total Potensial Tenant Harga Unit (10 Thn)
Nama Site
Alt P1 P2 P3 P1 (1-10)Thn P2 (4-10)Thn P3 (6-10)Thn
UNAIR MUSTOPO 1 1 3 5,220,000,000 5,220,000,000 5,220,000,000
UNAIR MUSTOPO 2 1 3 5,220,000,000 5,220,000,000 5,220,000,000
UNAIR DHARMAWANGSA 2 1 1 1,740,000,000 1,740,000,000 1,740,000,000
UNAIR DHARMAWANGSA 3 1 2 3,480,000,000 3,480,000,000 3,480,000,000
GOR UNAIR 1 1 2 3,480,000,000 3,480,000,000 3,480,000,000
GOR UNAIR 2 1 1 1,740,000,000 1,740,000,000 1,740,000,000
RUMAH SAKIT UNAIR 1 1 1,740,000,000 1,740,000,000 1,740,000,000
ASRAMA PUTRI UNAIR 1 1 1,740,000,000 1,740,000,000 1,740,000,000
UNAIR DHARMAWANGSA 1 2 1 - 1,080,000,000 1,080,000,000
FKM UNAIR 2 2 - 2,160,000,000 2,160,000,000
FARMASI UNAIR 3 1 - - 720,000,000
AIRLANGGA DORMITORY 3 1 - - 720,000,000
ASRAMA PUTRA UNAIR 3 4 - - 2,880,000,000
14 3 6 24,360,000,000 27,600,000,000 31,920,000,000

74
4.7.3 Biaya Operasi & Pemeliharaan (Operational Expenses)
1. Berdasarkan data sekunder perusahaan untuk histori dari biaya operation &
maintenance, baik perawatan berkala yang dilakukan perbulan yang
dikerjakan oleh mitra maintenance (preventive maintenance) sesuai pada
Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Biaya Operasional Perawatan (Preventive Maintenance)
Estimasi Biaya Operational (10 Thn)
Penyewa
Nama Site Alt P1 (1-10)Thn P2 (4-10)Thn P3 (6-10)Thn
Main Collo Main Collo Main Collo Main Collo
UNAIR MUSTOPO 1 1 1 2 72,000,000 120,000,000 72,000,000 120,000,000 72,000,000 120,000,000
UNAIR MUSTOPO 2 1 1 2 72,000,000 120,000,000 72,000,000 120,000,000 72,000,000 120,000,000
UNAIR DHARMAWANGSA 2 1 1 - 72,000,000 - 72,000,000 - 72,000,000 -
UNAIR DHARMAWANGSA 3 1 1 1 72,000,000 60,000,000 72,000,000 60,000,000 72,000,000 60,000,000
GOR UNAIR 1 1 1 1 72,000,000 60,000,000 72,000,000 60,000,000 72,000,000 60,000,000
GOR UNAIR 2 1 1 - 72,000,000 - 72,000,000 - 72,000,000 -
RUMAH SAKIT UNAIR 1 1 - 72,000,000 - 72,000,000 - 72,000,000 -
ASRAMA PUTRI UNAIR 1 1 - 72,000,000 - 72,000,000 - 72,000,000 -
UNAIR DHARMAWANGSA 1 2 1 - - - 43,200,000 - 43,200,000 -
FKM UNAIR 2 1 1 - - 43,200,000 36,000,000 43,200,000 36,000,000
FARMASI UNAIR 3 1 - - - - - 28,800,000 -
AIRLANGGA DORMITORY 3 1 - - - - - 28,800,000 -
ASRAMA PUTRA UNAIR 3 1 3 - - - - 28,800,000 72,000,000
BTSH 1 1 4 108,000,000 360,000,000 108,000,000 360,000,000 108,000,000 360,000,000
Subtotal 684,000,000 720,000,000 770,400,000 756,000,000 856,800,000 828,000,000
Total Biaya Preventive Maintenance 1,404,000,000 1,526,400,000 1,684,800,000

2. Biaya perawatan dengan penggantian barang (corrective maintenance)


dengan data rata-rata kejadian kerusakan dan jumlah penyewa dari setiap
rancangan alternatif. Maka didapatkan data biaya pemeliharaan untuk BTS
Hotel dapat dilihat pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23 Biaya Perawatan Perbaikan (Corrective Maintenance)
Rata-rata
Total Biaya
No Detil Pekerjaan Unit Qty Harga kejadian
(10 thn)
(thn)
Pergantian Modul Rectifier min capacity 2000
1 Set 3 4,453,430 2 267,205,800
watt at 48 VDC
2 Fiber Optic Cut 144 core / Bending Ls 144 36,500 5 262,800,000
3 Fiber Optic Cut 24 core / Bending Ls 24 36,500 3 26,280,000
4 Penggantian AC HBTS Room Ls 1 7,700,000 0.25 19,250,000
5 Pacthcore SC2LC Duplex 20 m Outdoor Set 1 220,000 5 11,000,000
Pacthcore SC2SC Duple 5 m Outdoor Set 1 90,000 3 2,700,000
Total Biaya Corecctive BTSH MCP 575,535,800

3. Biaya Pajak
Besarnya pajak penghasilan tetap yang terbebankan untuk menghitung
secara riil penghasilan yang diterima sesuai besarnya tarif pajak yang dikenakan
25% dari Earning Before Tax sesuai tabel perhitungan Tabel 4.24 per alternatif
proyek.

75
Tabel 4.24 Pehitungan Pajak Penghasilan
Tahun
Alt P1 (juta)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
EBITDA 1,482 2,314 2,306 2,297 2,288 2,279 2,270 2,260 2,249 2,238
Depreciation 787 787 787 787 787 787 787 787 787 787
EBT 695 1,527 1,519 1,510 1,501 1,492 1,482 1,472 1,462 1,451
Tax Rate 25% 174 382 380 377 375 373 371 368 365 363
Tahun
Alt P2 (juta)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
EBITDA 1,455 2,286 2,277 2,267 2,797 2,787 2,776 2,764 2,753 2,740
Depreciation 895 895 895 895 895 895 895 895 895 895
EBT 560 1,391 1,382 1,372 1,902 1,892 1,881 1,869 1,858 1,845
Tax Rate 25% 140 348 346 343 476 473 470 467 464 461
Tahun
Alt P3 (juta)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
EBITDA 1,418 2,248 2,237 2,225 2,753 2,741 3,808 3,795 3,781 3,767
Depreciation 1,077 1,077 1,077 1,077 1,077 1,077 1,077 1,077 1,077 1,077
EBT 341 1,170 1,160 1,148 1,676 1,664 2,731 2,718 2,704 2,690
Tax Rate 25% 85 293 290 287 419 416 683 680 676 673

Pada Tabel 4.25 dapat diketahui jumlah biaya operasional dan pemeliharaan pada
masing-masing rancangan alternatif P1, P2 dan P3.
Tabel 4.25 Total Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Alternatif Total (juta)
P1 5,904
P2 6,685

P3 7,647

4.7.4 Rekapitulasi Perhitungan Implementasi Proyek Tiap Kriteria


Pada Tabel 4.26, merupakan rekapitulasi dari setiap perhitungan nilai
proyek dari tiap Kriteria, data tersebut kemudian akan dilakukan Analytical
Hierarchy Process (AHP) dengan dilakukan pembobotan dari tiap kriteria
berdasarkan dari hasil survey resposden.

Tabel 4.26 Rekapitulasi Perhitungan Implementasi Proyek Tiap Kriteria


Alternatif Revenue Capex Opex Time Schedule
P1 24,360 7,874 5,904 137
P2 27,600 8,950 6,685 143
P3 31,920 10,771 7,647 157

76
4.8 Analisis Penilaian Kelayakan Investasi
4.8.1 Analisis Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value)
Metode NPV ini digunakan untuk mencari selisih antara nilai saat ini seluruh
net cash flow tahunan yang akan diterima perusahaan selama umur ekonomis
proyek dan nilai anggaran investasi proyek. Berikut merupakan perhitungan NPV
dari masing-masing alternatif. Tabel 4.27 Alternatif P1 dengan anggaran investasi
sebesar Rp.7,87 M mendapatkan nilai NPV sebesar Rp. 2,38 M. Detil perhitungan
terdapat di lampiran 9 Perhitungan NPV.
Tabel 4.27 Perhitungan NPV Alternatif Proyek 1
Alternatif P1 Tahun
(dalam juta rupiah) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Capex -Rp7,874
Pendapatan - 1,680 2,520 2,520 2,520 2,520 2,520 2,520 2,520 2,520 2,520
Biaya - 372 588 594 600 607 614 621 629 636 644
Arus Kas Bersih - 7,874 1,308 1,932 1,926 1,920 1,913 1,906 1,899 1,891 1,884 1,876
Diskonto 1.000 0.893 0.797 0.712 0.636 0.567 0.507 0.452 0.404 0.361 0.322
Arus Kas Terdiskonto - 7,874 1,168 1,541 1,371 1,220 1,086 966 859 764 679 604
NPV Rp2,383

Pada Tabel 4.28 dengan anggaran investasi sebesar Rp. 8,95 M,


mendapatkan nilai NPV sebesar 2,387 M, nilai ini selisih tipis dengan NPV pada
alternatif 1.

Tabel 4.28 Perhitungan NPV Alternatif Proyek 2


Alternatif P2 Tahun
(dalam juta rupiah) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Capex -Rp8,950
Pendapatan - 1,680 2,520 2,520 2,520 3,060 3,060 3,060 3,060 3,060 3,060
Biaya - 365 581 588 596 738 746 754 763 772 781
Arus Kas Bersih - 8,950 1,315 1,939 1,932 1,924 2,322 2,314 2,306 2,297 2,288 2,279
Diskonto 1.00 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 0.45 0.40 0.36 0.32
Arus Kas Terdiskonto - 8,950 1,174 1,545 1,375 1,223 1,317 1,172 1,043 928 825 734
NPV Rp2,387

Pada Tabel 4.29 dengan anggaran investasi sebesar Rp. 10,77 M,


mendapatkan nilai NPV sebesar 1,88 M.

Tabel 4.29 Perhitungan NPV Alternatif Proyek 3


Alternatif P3 Tahun
(dalam juta rupiah) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Capex -Rp10,771
Pendapatan - 1,680 2,520 2,520 2,520 3,060 3,060 4,140 4,140 4,140 4,140
Biaya - 347 565 573 582 726 735 1,014 1,024 1,035 1,045
Arus Kas Bersih - 10,771 1,333 1,955 1,947 1,938 2,334 2,325 3,126 3,116 3,105 3,095
Diskonto 1.00 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 0.45 0.40 0.36 0.32
Arus Kas Terdiskonto - 10,771 1,190 1,558 1,386 1,232 1,325 1,178 1,414 1,258 1,120 996
NPV Rp1,886

77
Gambar 4.24 Perbandingan Nilai NPV Tiap Alternatif Rancangan

Dari diagram perbandingan NPV Gambar 4.24 menunjukkan bahwa alternatif


P2 memiliki nilai kelayakan yang lebih baik dari alternatif P1 & P3. Dengan nilai
perbedaan P1 dan P2 sangat mendekati dan dengan P3 nilainya selisih cukup jauh.

4.8.2 Analisis Tingkat Kembali Internal (Internal Rate of Return)


IRR merupakan metode perhitungan investasi dengan menghitung tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang dari
penerimaan kas bersih di masa datang.
Hasil perhitungan menunjukkan hasil IRR pada Gambar 4.25, menunjukkan
rancangan alternatif P1 mempunyai nilai terbesar 18,7%. Angka IRR ketiga
rancangan P1, P2 dan P3 berada di atas weighted cost of capital (WACC) data dari
sekunder perusahaan sebesar (12%). Dengan nilai IRR tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa investasi BTS Hotel untuk ketiga rancangan dapat dikatakan
feasible atau layak. Nilai IRR telah dilakukan perhitungan detil pada lampiran 6, 7
& 8.

Gambar 4.25 Grafik Pehitungan Internal Rate of Return (IRR)

78
4.9 Analisis Sensitivitas
Analisis sensistivitas bertujuan untuk mengetahui kelayakan investasi jika
terjadi perubahan pada parameter investasi. Dari analisis sensitivitas kita dapat
menilai alternatif yang paling sensitif terhadap perubahan parameter. Sehingga kita
dapat membandingkan antar analisis alternatif proyek yang paling rentan menjadi
tidak layak.
1. Analisis Sensitivitas Penurunan Jumlah Penyewa Terhadap NPV
Pada Gambar 4.26 menunjukkan alternatif P1 tidak layak pada penurunan
jumlah penyewa sebesar 25% dengan nilai NPV turun menjadi –Rp. 181 juta.
Untuk alternatif P2 NPV bernilai negatif ketika penurunan jumlah penyewa
sebesar 25% sehingga nilai NPV menjadi –Rp. 448 juta. Sedangkan untuk
alternatif P3 menjadi tidak layak ketika penurunan jumlah penyewa sebesar 15%
dengan nilai NPV –Rp. 12 juta.

Gambar 4.26 Sensitivitas Penurunan Jumlah Penyewa Terhadap NPV

Pada Tabel 4.30 menunjukkan perubahan jumlah penyewa, alternatif P1 jika


penyewanya menurun 25%, artinya dari 14 penyewa turun menjadi 11 penyewa
maka alternatif P1 dianggap tidak layak. Kemudian alternatif P3 jika penyewa turun
15%, artinya dari 23 penyewa turun menjadi 20 Penyewa, dianggap tidak layak.

79
Tabel 4.30 Perubahan Penurunan Jumlah Penyewa
Nilai NPV (Juta) Perubahan Jumlah Penyewa
% Penurunan
NPV P1 NPV P2 NPV P3 Penyewa P1 Penyewa P2 Penyewa P3
0% 2.383 2.387 1.886 14 17 23
5% 1.871 1.820 1.253 13 16 22
10% 1.358 1.253 0.621 13 15 21
15% 0.845 0.686 (0.012) 12 14 20
20% 0.332 0.119 (0.645) 11 14 18
25% (0.181) (0.448) (1.278) 11 13 17
30% (0.694) (1.014) (1.911) 10 12 16

2. Analisis Sensitivitas Peningkatan Nilai Investasi Terhadap NPV


Pada Gambar 4.27Gambar 4.26 menunjukkan alternatif P1 tidak layak pada
peningkatan nilai investasi sebesar 35% dengan nilai NPV turun menjadi –Rp. 372
juta. Untuk alternatif P2 NPV bernilai negatif ketika peningkatan nilai investasi
sebesar 30% sehingga nilai NPV menjadi –Rp. 298 juta. Sedangkan untuk alternatif
P3 menjadi tidak layak ketika peningkatan nilai investasi sebesar 20% dengan nilai
NPV –Rp. 268 juta.

Gambar 4.27 Sensitivitas Peningkatan Nilai Investasi Terhadap NPV

Pada Tabel 4.31 menunjukkan perubahan peningkatan nilai investasi,


alternatif P1 jika nilai investasi meningkat 35%, artinya dari nilai investasi sebesar

80
Rp. 7,87 M meningkat menjadi Rp. 10,63 M maka alternatif P1 dianggap tidak
layak. Kemudian alternatif P2 jika peningkatan nilai investasi 30%, artinya dari Rp.
8,95 M meningkat menjadi Rp. 11,63 M maka alternatif P2 dianggap tidak layak.
Dan jika alternatif P3 peningkatan nilai investasi mencapai 20%, dari Rp. 10,77 M
meningkat menjadi Rp. 12,92 M maka alternatif P3 dianggap tidak layak.

Tabel 4.31 Perubahan Peningkatan Nilai Investasi


% Nilai NPV (Juta) Peningkatan Nilai Investasi
Peningkatan NPV P1 NPV P2 NPV P3 Capex P1 Capex P2 Capex P3
0% 2.383 2.387 1.886 7.874 8.950 10.771
5% 1.990 1.939 1.348 8.268 9.398 11.309
10% 1.596 1.492 0.809 8.661 9.845 11.848
15% 1.202 1.044 0.271 9.055 10.293 12.386
20% 0.809 0.597 (0.268) 9.449 10.740 12.925
25% 0.415 0.149 (0.806) 9.842 11.188 13.463
30% 0.021 (0.298) (1.345) 10.236 11.635 14.002
35% (0.372) (0.746) (1.883) 10.630 12.083 14.540

3. Analisis Sensitivitas Peningkatan Peningkatan Biaya Operasi & Pemeliharaan


Pada
Gambar 4.28 Gambar 4.26 menunjukkan alternatif P1 tidak layak pada
peningkatan biaya operasi & pemeliharaan sebesar 80% dengan nilai NPV turun
menjadi –Rp. 202 juta. Untuk alternatif P2 NPV bernilai negatif ketika peningkatan
biaya operasi & pemeliharaan sebesar 80% sehingga nilai NPV menjadi –Rp. 463
juta. Sedangkan untuk alternatif P3 menjadi tidak layak ketika peningkatan biaya
operasi & pemeliharaan sebesar 60% dengan nilai NPV –Rp. 456 juta.
Pada Tabel 4.32 menunjukkan perubahan peningkatan biaya operasi &
pemeliharaan, alternatif P1 jika biaya operasi & pemeliharaan meningkat 80%,
artinya dari nilai sebesar Rp. 5,90 M meningkat menjadi Rp. 10,62 M maka
alternatif P1 dianggap tidak layak. Kemudian alternatif P2 jika peningkatan biaya
operasi & pemeliharaan 80%, artinya dari Rp. 6,68 M meningkat menjadi Rp. 12,03
M maka alternative P2 dianggap tidak layak. Dan jika alternative P3 peningkatan
biaya operasi & pemeliharaan mencapai 60%, dari Rp. 7,64 M meningkat menjadi
Rp. 13,76 M maka alternatif P3 dianggap tidak layak.

81
Gambar 4.28 Sensitivitas Peningkatan Biaya Operasi & Pemeliharaan Terhadap
NPV

Tabel 4.32 Perubahan Peningkatan Biaya Operasi & Pemeliharaan


% Nilai NPV (Juta) Peningkatan Biaya Operasi & Pemeliharaan
Peningkatan
NPV P1 NPV P2 NPV P3 Opex P1 Opex P2 Opex P3
0% 2,383 2,387 1,886 5,904 6,685 7,647
20% 1,737 1,674 1,105 7,085 8,022 9,176
40% 1,091 962 324 8,266 9,359 10,705
60% 445 249 (456) 9,446 10,696 12,235
80% (202) (463) (1,237) 10,627 12,032 13,764

4.10 Analytical Hierarchy Process (AHP)


4.10.1 Daftar responden yang sudah melakukan pengisian kuisioner
Pada penelitian ini didapatkkan 12 orang responden yang penyebarannya meliputi
department Proyek, operasi, perawatan dan para pengambil keputusan dalam
proyek. Hal ini untuk mendapatkan data yang lebih menyeluruh mellibatkan bagian
terkait dalam pemberian bobot kriteria baik saat pembangunan, perawatan dan
pemeliharaan. Pada Tabel 4.33 merupakan data detil responden dari tiap bagian dan
posisi.

82
Tabel 4.33 Data Responden Pengisian Kuisioner Pembobotan Kriteria
No. Deskripsi Jumlah
1 Chief Project & Implementation 1
2 Chief Asset & Operasion 1
3 Area Operation & Asset Sustainability Division Head 2
4 Regional Operation Maintenance Department Head 5
5 SACME Project Department Head 3

Pengolahan data survey, data diolah dengan menggunakan rata-rata geometri,


dengan rumus dari Geometric Mean adalah :

𝑛
𝑛
̅̅̅ 𝑓
𝑋𝑔 = √∏ 𝑋𝑖 𝑖
𝑖=1
(4.1)
dimana :
𝑋̅ = Rata – rata geometrik
𝑛 = Total responden
𝑋𝑖 = Nilai yang diberikan
𝑓𝑖 = Jumlah responden yang memiliki skor 𝑋𝑖

Pada gambar Gambar 2.9 merupakan daftar pengisian survey dari tiap responden
untuk penilaian bobot kriteria.

Gambar 4.29 Data Pengisian Kuisioner untuk Kriteria

83
4.10.2 Matriks Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison)
Matriks perbandingan berpasangan (parwise comparison) dibuat dengan
mengacu pada data comparative judgement yang telah dilakukan terhadap masing-
masing kriteria. Tabel 4.34 menunjukkan hasil perhitungan dari geometric mean
dari pengisian data responden, perbandingan revenue dan time schedule
mendapatkan nilai terbesar 4.159 dan perbadingan capex dan opex mendapatkan
nilai terkecil 2.251.

Tabel 4.34 Perhitungan data dengan Geometricmean


Komparasi Kriteria Geometrik Mean
Revenue vs Capex 3.147
Revenue vs Opex 2.671
Revenue vs Time Schedule 4.159
Capex vs Opex 2.251
Capex vs Time Schedule 3.292
Opex vs Time Schedule 4.046

Hasil perhitungan geometricmean selanjutkan dilakukan perbandingan


berpasangan sesuai dengan Tabel 4.35
Tabel 4.35 Perbandingan Berpasangan dari Kriteria
Kriteria Revenue Capex Opex Time Schedule
Revenue 1.000 3.147 2.671 4.159
Capex 0.318 1.000 2.251 3.292
Opex 0.374 0.444 1.000 4.046
Time Schedule 0.240 0.304 0.247 1.000
Total 1.933 4.895 6.169 12.497

4.10.3 Perhitungan Bobot Kriteria


Dengan memperhatikan Tabel 4.36 data dilakukan perhitungan normalisasi
dari total nilai masing-masing kriteria untuk menentukan bobot dengan perolehan
hasil sebagai berikut.
Tabel 4.36 Normalisasi Untuk Perhitungan Bobot Kriteria
Time
Revenue Capex Opex Bobot
Schedule
Revenue 0.517 0.643 0.433 0.333 0.482
Capex 0.164 0.204 0.365 0.263 0.249
Opex 0.194 0.091 0.162 0.324 0.193
Time Schedule 0.124 0.062 0.040 0.080 0.077
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

84
Urutan bobot tertinggi didapat kriteria revenue sebesar 0.482, kemudian Capex
0.249, Opex 0.193 dan Time schedule 0.077. secara detil dapat dilihat urutannya
sesuai pada tabel Tabel 4.37.

Tabel 4.37 Tabel Rangking Bobot dari Kriteria


No. Deskripsi Bobot Rangking
1 Revenue 0.482 1
2 Capex 0.249 2
3 Opex 0.193 3
4 Time Schedule 0.077 4

4.10.4 Menghitung Indeks Konsistensi


Dalam penentuan Indeks Konsistensi (CI) sesuai Tabel 4.38 data perhitungan
awal di gemetricmean akan dilakukan normalisasi dengan bobot kriteria yang sudah
didapat sebelumnya. Kemudian total dari penjumlahan baris dilakukan pembagian
dengan bobot untuk mendapatkan nilai vector konsistensi untuk selanjutkan dapat
digunakan untuk perhitungan lambda.

Tabel 4.38 Pehitungan Vektor Konsistensi


Revenue Capex Opex Time Schedule Total Vektor Konsistensi
0.48152 0.78440 0.51439 0.31874 2.0991 4.359
0.15301 0.24925 0.43351 0.25229 1.0881 4.365
0.18028 0.11073 0.19258 0.31008 0.7937 4.121
0.11578 0.07572 0.04760 0.07664 0.3157 4.120

Lambda (λ) adalah nilai rata-rata Vektor Konsistensi. Dalam kasus di atas:
4.359 + 4.365 + 4.121 + 4.120
𝜆=
4
𝜆 = 4.241
Dengan persaman (4.2) untuk menghitung Indeks Konsistensi (CI) adalah:
𝜆−𝑛
𝐶𝐼 = (4.2)
𝑛−1
Dimana n adalah jumlah faktor yang sedang dibandingkan. Dalam hal ini, n = 4.
Hasil kalkulasi CI adalah sebagai berikut.

85
4.241 − 4
𝐶𝐼 = = 0.08
4−1

Perhitungan Rasio Konsistensi (CR) merupakan Indeks Konsistensi (CI) dibagi


dengan Indeks Random/Acak (IR) sesuai dengan menggunakan persamaan (4.3).

𝐶𝐼
𝐶𝑅 = (4.3)
𝐼𝑅
Indeks Random (CR) adalah fungsi langsung dari jumlah alternatif atau sistem yang
sedang diperbandingkan. Jumlah alternatif yang diperbandingkan sebanyak 4 (n=4)
sehingga Indeks Random yang digunakan adalah 0.9, dengan demikian

0.08
𝐶𝑅 = = 0.09
0.9

Rasio konsistensi hasil penilaian di atas bernilai 0.09 atau kurang dari 10
persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian tersebut konsisten.
Ukuran ini merupakan salah satu elemen penting dalam proses penentuan prioritas
berdasarkan pairwise comparison (Saaty, 2008). Nilai yang sama sesuai Tabel 4.39
juga didapatkan dari perhitungan menggunakan perangkat lunak expert choise
dipatkan nilai 0.09.

Tabel 4.39 Perhitungan Indeks Konsistensi dengan Expert Choise

4.7.3 Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Matriks


Dengan menggunakan perhitungan yang sama dengan sebelumnya, untuk
matriks berpasangan alternatif untuk masing-masing kriteria dilakukan dari hasil
perhitungan rekapitulasi implementasi proyek & dari hasil diskusi teknis dengan
internal team proyek regional.

86
a) Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif–kriteria Revenue
Dilakukan perhitungan manual untuk bobot dan menggunakan Expert Choise.
Didapatkan sesuai Tabel 4.40 pada kriteria Revenue, alternatif P3 mendapatkan
nilai tertinggi sebesar 0.69 dan alternatif P1 terkecil sebesar 0.09. Dan indeks
konsistensi sebesar 0.05.
Tabel 4.40 Perbandingan Berpasangan Kriteria Revenue
Revenue Alt P1 Alt P2 Alt P3 Revenue Alt P1 Alt P2 Alt P3 Bobot
Alternatif P1 1.00 0.33 0.17 Alternatif P1 0.10 0.06 0.12 0.09
Alternatif P2 3.00 1.00 0.25 Alternatif P2 0.30 0.19 0.18 0.22
Alternatif P3 6.00 4.00 1.00 Alternatif P3 0.60 0.75 0.71 0.69
Total 10.00 5.33 1.42 Total 1.00 1.00 1.00 1.00

b) Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif–kriteria Capex


Didapatkan sesuai Tabel 4.41 pada kriteria Capex, alternatif P1 mendapatkan
nilai tertinggi sebesar 0.67 dan alternatif P3 terkecil sebesar 0.07. Dan indek
konsistensi sebesar 0.02.
Tabel 4.41 Perbandingan Berpasangan Kriteria Capex
Capex Alt P1 Alt P2 Alt P3 Capex Alt P1 Alt P2 Alt P3 Bobot
Alternatif P1 1.00 3.00 8.00 Alternatif P1 0.69 0.71 0.62 0.67
Alternatif P2 0.33 1.00 4.00 Alternatif P2 0.23 0.24 0.31 0.26
Alternatif P3 0.13 0.25 1.00 Alternatif P3 0.09 0.06 0.08 0.07
Total 1.46 4.25 13.00 Total 1.00 1.00 1.00 1.00

c) Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif–kriteria Opex


Didapatkan sesuai Tabel 4.42 Tabel 4.40 pada kriteria Opex, alternatif P1
mendapatkan nilai tertinggi sebesar 0.67 dan alternatif P3 terkecil sebesar 0.09.
Dan indek konsistensi sebesar 0.01.

87
Tabel 4.42 Perbandingan Berpasangan Kriteria Opex
Opex Alt P1 Alt P2 Alt P3 Opex Alt P1 Alt P2 Alt P3 Bobot
Alternatif P1 1.00 3.00 7.00 Alternatif P1 0.68 0.69 0.64 0.67
Alternatif P2 0.33 1.00 3.00 Alternatif P2 0.23 0.23 0.27 0.24
Alternatif P3 0.14 0.33 1.00 Alternatif P3 0.10 0.08 0.09 0.09
Total 1.48 4.33 11.00 Total 1.00 1.00 1.00 1.00

d) Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif–kriteria Time Schedule


Didapatkan sesuai Tabel 4.43 pada kriteria Time Schedule, alternatif P1
mendapatkan nilai tertinggi sebesar 0.65 dan alternatif P2 sebesar 0.25 dan terkecil
alternatif P3 sebesar 0.10. Dan indek konsistensi sebesar 0.02.

Tabel 4.43 Perbandingan Berpasangan Kriteria Time Schedule


Time Schedule Alt P1 Alt P2 Alt P3 Time Schedule Alt P1 Alt P2 Alt P3 Bobot
Alternatif P1 1.00 3.00 6.00 Alternatif P1 0.67 0.69 0.60 0.65
Alternatif P2 0.33 1.00 3.00 Alternatif P2 0.22 0.23 0.30 0.25
Alternatif P3 0.17 0.33 1.00 Alternatif P3 0.11 0.08 0.10 0.10
Total 1.50 4.33 10.00 Total 1.00 1.00 1.00 1.00

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua matriks perbandingan


berpasangan untuk masing-masing kriteria memiliki consistency index < 0,10.
Sehingga dapat dikatakan bahwa matriks perbandingan berpasangan diatas
konsisten.

88
4.7.4 Peringkat Alternatif
Langkah selanjutkan sesuai Tabel 4.44 menentukan peringkat alternatif
ditentukan dengan mengalikan nilai eigenvector alternatif dengan nilai eigenvector
kriteria sebagai berikut.

Tabel 4.44 Perhitungan Peringkat Alternatif Berbanding Kriteria


Alt/Kri Revenue Capex Opex Time Schedule Kriteria
Alternatif P1 0.093 0.669 0.669 0.653 0.482
Alternatif P2 0.221 0.257 0.243 0.251 0.249
Alternatif P3 0.685 0.074 0.088 0.096 0.193
0.077

0.482
0.093 0.669 0.669 0.669 0.391
0.249
( 0.221 0.257 0.257 0.243) 𝑥 (0.193) = (0.237)
0.685 0.074 0.074 0.088 0.373
0.077

Dari perhitungan diatas didapatkan bahwa alternatif P1 mendapatkan nilai


0.391, alteratif P2 mendapatkan nilai 0.237 dan alteranatif P3 mendapatkan nilai
0.373. Nilai yang sama juga didapatkan dengan mengunakan perangkat lunak
expert choise sesuai Gambar 4.30. sehingga alternatif P1 yaitu Pembangunan BTS
Hotel dengan 8 pole MCP merupakan alternatif rancangan proyek dengan nilai
tertinggi.

Gambar 4.30 Pemilihan Rancangan Alternatif Proyek

89
4.11 Diskusi Hasil
Ditunjukkan juga pada Gambar 4.31 Dynamic performance bahwa penilaian
untuk rancangan alternatif P1 selisih tipis dengan alternatif P3, dimana P1
mendapatkan nilai yang lebih tinggi untuk 3 kriteria (Capex, Opex dan Time
Schedule), P3 hanya mendapatkan 1 penilaian kriteria revenue lebih tinggi dari P1
namun nilai total menunjukkan perbedaan yang tipis di pemilihan rancangan
proyek. Hal ini dikarena bobot dari kritenia revenue yang tinggi senilai 0.482 dari
penilaian para responden.

Gambar 4.31 Dynamic Performance Rancangan Alternatif Berdasarkan Kriteria


Pertimbangan yang lain dari hasil analisis sensivititas menunjukkan alternatif
P1 memiliki rentan lebih aman pada kelayakannya, ketika terjadi perubahan
parameter perubahan jumlah penyewa hingga 20%, artinya masih bisa dianggap
layak meski dari 14 penyewa turun menjadi 11 penyewa, dan untuk perubahan
peningkatan nilai investasi alternatif P1 masih dianggap layak meski terjadi
peningkatan sampai 20% artinya biaya Capex menigkat dari 7,8 M hingga 10,2 M.
Sedangkan alternatif P3 memiliki rentan tertinggi menjadi tidak layak ketika terjadi
perubahan parameter khususnya pada penurunan jumlah penyewa sebesar 10%,
artinya masih bisa dianggap layak hanya jika ada penurunan dari 23 penyewa
menjadi 21 penyewa hal ini menjadi pertimbangan yang penting untuk pengambilan
keputusan meskipun dengan banyaknya menara yang dibangun akan meningkatkan

90
potensi adanya penyewa lain yang masuk namun risiko dari aspek keuangan rentan.
Begitu juga dengan peningkatan nilai investasi sebesar 15% artinya masih bisa
dianggap layak hanya jika ada peningkatan dari 10,7 M menjadi 12,3 M.

4.12 Manfaat Manajerial


Dari tiga alternatif rancangan dan beberapa analisis yang sudah dilakukan
dapat diambil manfaat untuk menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi akan
implementasi proyek pembangunan infrastruktur telekomunikasi BTSH (Base
Transceiver Station Hotel) agar dapat lebih optimal, efektif dan efisien. Dengan
analisis CPM (Critical Path Metode) telah didapatkan beberapa jalur kritis yang
membantu untuk dalam mengontrol waktu pelaksanaan dan menjadi fokus penting
dari manajerial untuk memstikan tahapan tersebut dapat selesai dengan tepat waktu.
Dengan adanya tiga alternatif dengan durasi yang berbeda berdasarkan jumlah
menara yang akan dibangun membantu memperkirakan ketersedian (fabrikasi) dan
proses pengiriman yang dibutuhkan. Kemudian untuk jalur tarikan kabel serat
optik, tingkat kesulitan dalam jalur penggalian tanah untuk penggelaran kabel dan
permohonan ijin kepada pemerintah Kota Surabaya karena hal ini yang berpotensi
dalam keterlambatan penyelesaian proyek.

Dari analisis kelayakan investasi bermanfaat untuk membantu dalam


memastikan bahwa tiap alternatif layak untuk dijalankan dari aspek keuangan, nilai
NPV dan IRR menjadi acuan analisis kelayakan tersebut. Analisis sensitivitas
membantu dalam menghadapi fluktuasi kondisi pasar yang memengaruhi jumlah
penyewa, kenaikan biaya investasi proyek dan kenaikkan biaya operasi dan
pemeliharaan.

Pemilihan rancangan terbaik dari tiap alternatif menggunakan Analytical


Hierarchy Process (AHP), salah satu metode pemilihan rancangan dengan
mempertimbangkan beberapa kriteria dengan responden merupakan bagian dari
manajerial berpengalaman dan pengambil keputusan di perusahaan tower provider
sehingga proses pengambilan keputusan dapat lebih terukur untuk dapat
diimplementasikan.

91
Halaman ini sengaja dikosongkan

92
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rangkaian proses dan hasil penelitian, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Didapatkan tiga alternatif rancangan, alternatif P1 membangun menara 8 MCP,
panjang kabel serat optik ±2.418 m, dengan estimasi biaya 7,8 M. Alternatif
P2 membangun menara 10 MCP, panjang kabel serat optik ±2.851 m, dengan
estimasi biaya 8,9 M. Alternatif P3 membangun menara 13 MCP, panjang kabel
serat optik ±4.203 m, dengan estimasi biaya 10,7 M. Dan ketiga rancangan
tersebut membutuhkan kabel serat optik penghubung Kampus A, B, C dengan
panjang ±8.818 m.
2. Perhitungan durasi pekerjaan dari dari masing-masing alternatif diantaranya
alternatif P1 dengan pembangunan 8 menara dengan perhitungan jalur kritis
dibutuhkan waktu 137 hari. Rancangan Alternatif P2 dengan pembangunan 10
menara dibutuhkan waktu 143 hari dan rancangan Alternatif P3 dengan
pembangunan 13 menara membutuhkan waktu 157 hari.
3. Nilai investasi pada alternatif P1 sebesar Rp. 7,87 M didapatkan nilai NPV
sebesar Rp. 2,38 M dengan IRR sebesar 18,7%. Pada alternatif P2 nilai investasi
sebesar Rp. 8,95 M didapatkan nilai NPV Rp. 2,39 M dengan IRR 17,7%. Dan
alternatif 3 nilai invetasi sebesar Rp. 10,77 M didapatkan nilai NPV Rp. 1,87 M
dengan IRR 15,5%. Dengan nilai (NPV > 0) dan nilai IRR > MARR 12% hal
ini menunjukkan ketiga rancangan alternatif layak dari segi finansial. Dari ketiga
hasil analisis sensitivitas, alternatif P1 memiliki rentan lebih aman pada
kelayakannya, ketika terjadi perubahan terhadap parameter investasinya (25%
untuk penurunan jumlah penyewa, 35% untuk peningkatan nilai investasi dan
85% untuk peningkatan biaya operasi dan pemeliharaan. Sedangkan alternatif
P3 memiliki rentan tertinggi menjadi tidak layak ketika terjadi perubahan pada
parameter investasi khususnya pada penurunan jumlah penyewa sebesar 15%
dan peningkatan nilai investasi sebesar 20%.

93
4. Pemilihan rancangan alternatif proyek terbaik menurut hasil AHP dengan
mempertimbangkan bobot kriteria adalah rancangan alternatif P1 dengan nilai
0.391, alternatif P3 berada diposisi nomor 2 dengan nilai 0.377 nilai yang
berbeda tipis. Hal ini disebabkan bobot kriteria pendapatan (revenue)
mendapatkan nilai tinggi sebesar 0.482.

5.2 Saran
Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menyarankan
beberapa hal berikut ini untuk perbaikan penelitian selanjutnya.

1. Proses Join Project Planning antara Penyewa, Network Engineer dan


Marketing merupakan hal yang harus menjadi pertimbangan penting sebelum
dilaksanakan proyek, dengan dilakukannya diskusi, indept interview &
mapping coverage dan dibandingkan dengan hasil drive test akan membantu
bagi calon penyewa (operator seluler) untuk memutuskan permintaan dengan
bentuk kerjasama tertentu.
2. Keberadaan menara makro existing yang berada didalam kampus dapat
dilakukan penataan dan perapian ketika masa sewa lahan atau kerjasama di
kampus sudah berakhir hal ini agar estetika kampus lebih baik. Dengan adanya
penataan tersebut maka potensi akan penyebaran & penambahan pole MCP
akan lebih banyak sehingga dapat lebih mengoptimalkan proyek BTS hotel di
Universitas Airlangga Surabaya.

94
DAFTAR PUSTAKA

Armitra, D. (2015). Drive test basic knowledge.


Association, G. (2014). Understanding the Internet of Things (IoT). GSMA
Connected Living, (July).
Barry, R. & J. H. (2006). Operations Management. 8th Edition. Pearson Prentice-
Hall Inc. (8th Editio). New Jersey.
Crown Castle International Corp. (2011). Distributed Antenna Systems for
Colleges and Universities DAS for Colleges and Universities Features and
Benefits.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kemetrian Pekerjaan Umum. Petunjuk Teknis
Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi. , (2011).
Extenetsystems. (2020). https://extenetsystems.com/network-operators/.
Warrenville Road.
Frost & Sullivan. (2018). Digital Market Overview: Indonesia. Frost & Sullivan,
40.
Gyokovsolutions. (2019). G - NetTrack Pro Manual.
Haming, M., & Basalamah, S. (2003). Studi kelayakan investasi proyek dan
bisnis. Jakarta: Ppm.
Hanafiah R, A. (2006). Teknologi Serat Optik. Jurnal Sistem Teknik Industri,
7(1), 87–91.
Hikmaturokhman, A. (2007). Diktat Kuliah Komunikasi Radio Gelombang Mikro.
Purwokerto.
Ist.mit.edu. (2016). Campus DAS (Distributed Antenna System) _ Information
Systems & Technology.
Itsteknosains.co.id. (2018). Smart Pole, Langkah Awal PT ITS di Dunia IoT, Big
Data & Artificial Intelligence _ PT ITS Tekno Sains.
kb.mit.edu. (2016).
http://kb.mit.edu/confluence/display/istcontrib/Campus+DAS+-
+The+Distributed+Antenna+System.
Kominfo.go.id. (2018). https://kominfo.go.id/content/detail/13125/siaran-pers-no-
112hmkominfo052018-tentang-jumlah-pelanggan-telekomunikasi-seluler-
prabayar-hasil-rekonsiliasi-dan-berakhirnya-program-registrasi-
ulang/0/siaran_pers.
Kotler, P. (2014). Marketing Manaement. In Global Edition.
https://doi.org/10.1007/978-1-137-32601-0_12
Krisnadi, I. (2009). Analisa Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Proyek

95
Jaringan Akses Menggunakan Expert Choice Berdasarkan Metode Analytic
Hierarchy Process (Studi Kasus : PT ZTE Indonesia).
Larson, E. W., & Gray, C. F. (2011). Cross Reference of Project Management
Body of Knowledge ( PMBOK ) Concepts to Text Topics.
MIT Facility Information Systems - Basemap. (2016). MIT / AT & T Neutral-Host
DAS Status.
Mubarak, S. (2010). Construction Project Scheduling & Control. In Dictionary
Geotechnical Engineering/Wörterbuch GeoTechnik.
Natali, Y., Rosadi, M., Rosiana, E. S., Teknik, A., Sandhy, T., Jakarta, P., &
Budget, L. (2014). Akademi Telkom Sandhy Putra Jakarta Perencanaan
Sistem Bts Hotel Dcs Tsel 1800 Mhz. 24–34.
Peneliti, T., & Sdppi, P. (2018). Studi Lanjutan 5G Indonesia 2018 Spektrum
Outlook dan Use Case untuk Layanan 5G Indonesia.
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, M. K. D. I.
D. K. B. K. P. M. Pedoman Pembangunan Dan Penggunaan Bersama
Menara Telekomunikasi. , (2009).
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 48. Peraturan Walikota Surabaya Nomor
48. , (2017).
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 8. Peraturan Walikota Surabaya Nomor 8. ,
(2016).
PMI. (2017). The Standard for Project Management. In International Journal of
Production Research (Vol. 53).
Pradana, Z. H., & Wahyudin, A. (2018). Analisis Optimasi Space Diversity pada
Link Microwave Menggunakan ITU Models. Jurnal Elektro Dan
Telekomunikasi Terapan, 4(2), 586.
Pratama, A. Y. (2010). ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN INDOOR 4G
LTE DI GEDUNG ADMISI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA. Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret201, 2(1), 41–
49.
Pratomo, I., Imam, M., Fahmi, R., & Rahardjo, D. S. (2015). Analisis
Perancangan BTS Hotel pada Kawasan Kampus di Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. JAVA Journal of Electrical and Electronics
Engineering, 13(2), 46–53.
Ricardo, V. (2010). Using the Analytic ( Ahp ) To Select and Prioritize Projects.
PMI Global Congress 2010 – North America Washington - DC – EUA –
2010.
Ristekdikti. (2019). Unair - SRV5 PDDIKTI _ Pangkalan Data Pendidikan
Tinggi.

96
Saaty, T. L. (2008). Decision making with the Analytic Hierarchy Process.
Scientia Iranica, 9(3), 215–229. https://doi.org/10.1504/ijssci.2008.017590
Saydam, G. (1993). Sistem Telekomunikasi di Indonesia. Angkasa.
Shoewu, O., Salau, N. O., & Oborkhale, L. (2016). Path Loss Measurement and
Modeling for Lagos State G . S . M Environments. (July 2018).
https://doi.org/10.18488/journal.76/2016.3.4/76.4.69.81
Soeharto. (1999). Manajemen Konstruksi dari Konseptual Hingga Operasiona.
Jakarta: Erlangga.
Sudiarta, P. K., & Er, N. I. (2016). Analisis Parameter Jaringan Hsdpa Kondisi
Indoor Dengan Tems Investigation Dan G-Nettrack Pro. Jurnal Ilmiah
SPEKTRUM, (March).
Sufa, M. F. (2012). Identifikasi Kriteria Keberhasilan Proyek. 11(1), 19–22.
Suryana, J. (2010). BTS Hotel : Technical Concept and Market Overview.
Tan, Y. (1992). Project and Project Management. 1–4.
Teltonika. (2019). Mobile Signal Strength - Wiki Knowledge Base. Retrieved
from https://wiki.teltonika-
networks.com/view/Mobile_Signal_Strength_Recommendations#Summary
Universitas Airlangga Web Page. (2020). Universitas Airlangga.

97
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Poin of Interest Tiap Menara MCP

98
99
100
101
102
103
104
Lampiran 2. Rancangan BTS Hotel Universitas Airlangga

105
Lampiran 3. Master Schedule & Jalur Kritis Rancangan Alternatif P1

106
Lampiran 4. Master Schedule & Jalur Kritis Rancangan Alternatif P2

107
Lampiran 5. Master Schedule & Jalur Kritis Rancangan Alternatif P3

108
Lampiran 6. Perhitungan IRR Rancangan Alternatif P1

Opex Alternatif 1 10
Operator Antenna Monthly Rev. WACC 12% Prev Main 684,000,000
TSEL 15,000,000 Opex inflation 4.0% Prev Colo 720,000,000
XL 15,000,000 Tax Rate 25% Corrective 575,535,800
ISAT 15,000,000 1,979,535,800
H3I 15,000,000 Yearly 197,953,580
SF 15,000,000
Total 75,000,000
SLD Operator
9-Apr-21 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
CF 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Inflation index 1.00 1.00 1.04 1.08 1.12 1.17 1.22 1.27 1.32 1.37 1.42
Total Month
Telkomsel 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12
XL 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12
ISAT 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12
HCPT 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12
SF 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Tenancy
TSEL 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
XL 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
ISAT 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
HCPT 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
SF 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Revenue
Telkomsel - 240,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000
XL - 240,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000
ISAT - 600,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000
HCPT 360,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000
SF - 240,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000

Total Revenue - 1,680,000,000 2,520,000,000 2,520,000,000 2,520,000,000 2,520,000,000 2,520,000,000 2,520,000,000 2,520,000,000 2,520,000,000 2,520,000,000
24,360,000,000
Opex
OPEX # Prev & Corr - (197,953,580) (205,871,723) (214,106,592) (222,670,856) (231,577,690) (240,840,798) (250,474,430) (260,493,407) (270,913,143) (281,749,669)

EBITDA - 1,482,046,420 2,314,128,277 2,305,893,408 2,297,329,144 2,288,422,310 2,279,159,202 2,269,525,570 2,259,506,593 2,249,086,857 2,238,250,331

Total Capex (7,873,813,469)


Depreciation (787,381,346.86) (787,381,347) (787,381,347) (787,381,347) (787,381,347) (787,381,347) (787,381,347) (787,381,347) (787,381,347) (787,381,347)
EBT 694,665,073 1,526,746,930 1,518,512,061 1,509,947,797 1,501,040,963 1,491,777,855 1,482,144,224 1,472,125,246 1,461,705,510 1,450,868,984
Tax (173,666,268) (381,686,732) (379,628,015) (377,486,949) (375,260,241) (372,944,464) (370,536,056) (368,031,312) (365,426,378) (362,717,246)
Free Cash Flow (7,873,813,469) 1,308,380,152 1,932,441,544 1,926,265,393 1,919,842,195 1,913,162,069 1,906,214,738 1,898,989,515 1,891,475,282 1,883,660,479 1,875,533,085
IRR 18.7%

109
Lampiran 7. Perhitungan IRR Rancangan Alternatif P2

Opex Alternatif 2 10
Operator Monthly Rev. WACC 12% Prev Main 770,400,000
TSEL 15,000,000 Opex inflation 4.0% Prev Colo 756,000,000
XL 15,000,000 Tax Rate 25% Corrective 719,419,750
ISAT 15,000,000 2,245,819,750
H3I 15,000,000 Yearly 224,581,975
SF 15,000,000
Total 75,000,000
SLD Operator
9-Apr-21 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
CF 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Inflation index 1.00 1.00 1.04 1.08 1.12 1.17 1.22 1.27 1.32 1.37 1.42
Total Month
Telkomsel 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12
XL 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12
ISAT 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12
HCPT 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12
SF 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Tenancy
TSEL 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
XL 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
ISAT 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6
HCPT 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
SF 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3

Revenue
Telkomsel - 240,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000
XL - 240,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000
ISAT - 600,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 1,080,000,000 1,080,000,000 1,080,000,000 1,080,000,000 1,080,000,000 1,080,000,000
HCPT 360,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000
SF - 240,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000

Total Revenue - 1,680,000,000 2,520,000,000 2,520,000,000 2,520,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000
27,600,000,000
Opex
OPEX # Prev & Corr - (224,581,975) (233,565,254) (242,907,864) (252,624,179) (262,729,146) (273,238,312) (284,167,844) (295,534,558) (307,355,940) (319,650,178)

EBITDA - 1,455,418,025 2,286,434,746 2,277,092,136 2,267,375,821 2,797,270,854 2,786,761,688 2,775,832,156 2,764,465,442 2,752,644,060 2,740,349,822

Total Capex (8,950,225,591)


Depreciation (895,022,559.12) (895,022,559) (895,022,559) (895,022,559) (895,022,559) (895,022,559) (895,022,559) (895,022,559) (895,022,559) (895,022,559)
EBT 560,395,466 1,391,412,187 1,382,069,577 1,372,353,262 1,902,248,295 1,891,739,129 1,880,809,597 1,869,442,883 1,857,621,501 1,845,327,263
Tax (140,098,866) (347,853,047) (345,517,394) (343,088,316) (475,562,074) (472,934,782) (470,202,399) (467,360,721) (464,405,375) (461,331,816)
Free Cash Flow (8,950,225,591) 1,315,319,159 1,938,581,699 1,931,574,742 1,924,287,506 2,321,708,780 2,313,826,906 2,305,629,757 2,297,104,721 2,288,238,685 2,279,018,006
IRR 17.7%

110
Lampiran 8. Perhitungan IRR Rancangan Alternatif P3
Opex Alternatif 2 10
Operator Monthly Rev. WACC 12% Prev Main 856,800,000
TSEL 15,000,000 Opex inflation 4.0% Prev Colo 828,000,000
XL 15,000,000 Tax Rate 25% Corrective 935,245,675
ISAT 15,000,000 2,620,045,675
H3I 15,000,000 Yearly 262,004,568
SF 15,000,000
Total 75,000,000
SLD Operator
9-Apr-21 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
CF 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Inflation index 1.00 1.00 1.04 1.08 1.12 1.17 1.22 1.27 1.32 1.37 1.42
Total Month
Telkomsel 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12
XL 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12
ISAT 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12
HCPT 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12
SF 8 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Tenancy
TSEL 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3
XL 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
ISAT 5 5 5 5 5 6 6 8 8 8 8
HCPT 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
SF 2 2 2 2 2 3 3 5 5 5 5

Revenue
Telkomsel - 240,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000
XL - 240,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000
ISAT - 600,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 1,080,000,000 1,080,000,000 1,440,000,000 1,440,000,000 1,440,000,000 1,440,000,000
HCPT 360,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 540,000,000 720,000,000 720,000,000 720,000,000 720,000,000
SF - 240,000,000 360,000,000 360,000,000 360,000,000 540,000,000 540,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000

Total Revenue - 1,680,000,000 2,520,000,000 2,520,000,000 2,520,000,000 3,060,000,000 3,060,000,000 4,140,000,000 4,140,000,000 4,140,000,000 4,140,000,000
31,920,000,000
Opex
OPEX # Prev & Corr - (262,004,568) (272,484,750) (283,384,140) (294,719,506) (306,508,286) (318,768,617) (331,519,362) (344,780,137) (358,571,342) (372,914,196)

EBITDA - 1,417,995,433 2,247,515,250 2,236,615,860 2,225,280,494 2,753,491,714 2,741,231,383 3,808,480,638 3,795,219,863 3,781,428,658 3,767,085,804

Total Capex (10,770,535,750)


Depreciation (1,077,053,575.02) (1,077,053,575) (1,077,053,575) (1,077,053,575) (1,077,053,575) (1,077,053,575) (1,077,053,575) (1,077,053,575) (1,077,053,575) (1,077,053,575)
EBT 340,941,857 1,170,461,675 1,159,562,285 1,148,226,919 1,676,438,139 1,664,177,807 2,731,427,063 2,718,166,288 2,704,375,083 2,690,032,229
Tax (85,235,464) (292,615,419) (289,890,571) (287,056,730) (419,109,535) (416,044,452) (682,856,766) (679,541,572) (676,093,771) (672,508,057)
Free Cash Flow (10,770,535,750) 1,332,759,968 1,954,899,831 1,946,725,289 1,938,223,764 2,334,382,179 2,325,186,931 3,125,623,872 3,115,678,291 3,105,334,887 3,094,577,747
IRR 15.5%

111
Lampiran 9. Perhitungan NPV
Alternatif P1 Tahun
(dalam juta rupiah) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Capex -Rp7,874
Pendapatan - 1,680 2,520 2,520 2,520 2,520 2,520 2,520 2,520 2,520 2,520
Biaya - 372 588 594 600 607 614 621 629 636 644
Arus Kas Bersih - 7,874 1,308 1,932 1,926 1,920 1,913 1,906 1,899 1,891 1,884 1,876
Diskonto 1.000 0.893 0.797 0.712 0.636 0.567 0.507 0.452 0.404 0.361 0.322
Arus Kas Terdiskonto - 7,874 1,168 1,541 1,371 1,220 1,086 966 859 764 679 604
NPV Rp2,383
IRR 18.7%

Alternatif P2 Tahun
(dalam juta rupiah) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Capex -Rp8,950
Pendapatan - 1,680 2,520 2,520 2,520 3,060 3,060 3,060 3,060 3,060 3,060
Biaya - 365 581 588 596 738 746 754 763 772 781
Arus Kas Bersih - 8,950 1,315 1,939 1,932 1,924 2,322 2,314 2,306 2,297 2,288 2,279
Diskonto 1.00 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 0.45 0.40 0.36 0.32
Arus Kas Terdiskonto - 8,950 1,174 1,545 1,375 1,223 1,317 1,172 1,043 928 825 734
NPV Rp2,387
IRR 17.7%

Alternatif P3 Tahun
(dalam juta rupiah) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Capex -Rp10,771
Pendapatan - 1,680 2,520 2,520 2,520 3,060 3,060 4,140 4,140 4,140 4,140
Biaya - 347 565 573 582 726 735 1,014 1,024 1,035 1,045
Arus Kas Bersih - 10,771 1,333 1,955 1,947 1,938 2,334 2,325 3,126 3,116 3,105 3,095
Diskonto 1.00 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 0.45 0.40 0.36 0.32
Arus Kas Terdiskonto - 10,771 1,190 1,558 1,386 1,232 1,325 1,178 1,414 1,258 1,120 996
NPV Rp1,886
IRR 15.5%

112
Lampiran 10. Perhitungan Analisis Sensitivitas Alternatif P1
Tahun SENSITIVITAS NPV TERHADAP PENURUNAN JUMLAH PENYEWA - P1
No Tahun
Ke Investasi Pendapatan Biaya Arus Kas Diskonto 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
1 0 2020 7,874 - - (7,874) 1.00 (7,874) (7,874) (7,874) (7,874) (7,874) (7,874) (7,874)
2 1 2021 1,680 372 1,308 0.89 1,308 1,243 1,178 1,112 1,047 981 916
3 2 2022 2,520 588 1,932 0.80 1,932 1,836 1,739 1,643 1,546 1,449 1,353
4 3 2023 2,520 594 1,926 0.71 1,926 1,830 1,734 1,637 1,541 1,445 1,348
5 4 2024 2,520 600 1,920 0.64 1,920 1,824 1,728 1,632 1,536 1,440 1,344
6 5 2025 2,520 607 1,913 0.57 1,913 1,818 1,722 1,626 1,531 1,435 1,339
7 6 2026 2,520 614 1,906 0.51 1,906 1,811 1,716 1,620 1,525 1,430 1,334
8 7 2027 2,520 621 1,899 0.45 1,899 1,804 1,709 1,614 1,519 1,424 1,329
9 8 2028 2,520 629 1,891 0.40 1,891 1,797 1,702 1,608 1,513 1,419 1,324
10 9 2029 2,520 636 1,884 0.36 1,884 1,789 1,695 1,601 1,507 1,413 1,319
11 10 2030 2,520 644 1,876 0.32 1,876 1,782 1,688 1,594 1,500 1,407 1,313
5,904 2,383 1,871 1,358 845 332 (181) (694)

Tahun SENSITIVITAS NPV TERHADAP KENAIKAN NILAI INVESTASI - P1


No Tahun
Ke Investasi Pendapatan Biaya Arus Kas Diskonto 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
1 0 2020 Rp7,874 - - (7,874) 1.00 (7,874) (8,268) (8,661) (9,055) (9,449) (9,842) (10,236) (10,630)
2 1 2021 1,680 372 1,308 0.89 1,308 1,308 1,308 1,308 1,308 1,308 1,308 1,308
3 2 2022 2,520 588 1,932 0.80 1,932 1,932 1,932 1,932 1,932 1,932 1,932 1,932
4 3 2023 2,520 594 1,926 0.71 1,926 1,926 1,926 1,926 1,926 1,926 1,926 1,926
5 4 2024 2,520 600 1,920 0.64 1,920 1,920 1,920 1,920 1,920 1,920 1,920 1,920
6 5 2025 2,520 607 1,913 0.57 1,913 1,913 1,913 1,913 1,913 1,913 1,913 1,913
7 6 2026 2,520 614 1,906 0.51 1,906 1,906 1,906 1,906 1,906 1,906 1,906 1,906
8 7 2027 2,520 621 1,899 0.45 1,899 1,899 1,899 1,899 1,899 1,899 1,899 1,899
9 8 2028 2,520 629 1,891 0.40 1,891 1,891 1,891 1,891 1,891 1,891 1,891 1,891
10 9 2029 2,520 636 1,884 0.36 1,884 1,884 1,884 1,884 1,884 1,884 1,884 1,884
11 10 2030 2,520 644 1,876 0.32 1,876 1,876 1,876 1,876 1,876 1,876 1,876 1,876
2,383 1,990 1,596 1,202 809 415 21 (372)

Tahun SENSITIVITAS NPV KENAIKAN BIAYA OPERASIONAL - P1


No Tahun
Ke Investasi Pendapatan Biaya Arus Kas Diskonto 0% 20% 40% 60% 80%
1 0 2020 Rp7,874 - - (7,874) 1.00 (7,874) (7,874) (7,874) (7,874) (7,874)
2 1 2021 1,680 372 1,308 0.89 1,308 1,234 1,160 1,085 1,011
3 2 2022 2,520 588 1,932 0.80 1,932 1,815 1,697 1,580 1,462
4 3 2023 2,520 594 1,926 0.71 1,926 1,808 1,689 1,570 1,451
5 4 2024 2,520 600 1,920 0.64 1,920 1,800 1,680 1,560 1,440
6 5 2025 2,520 607 1,913 0.57 1,913 1,792 1,670 1,549 1,428
7 6 2026 2,520 614 1,906 0.51 1,906 1,783 1,661 1,538 1,415
8 7 2027 2,520 621 1,899 0.45 1,899 1,775 1,651 1,526 1,402
9 8 2028 2,520 629 1,891 0.40 1,891 1,766 1,640 1,514 1,389
10 9 2029 2,520 636 1,884 0.36 1,884 1,756 1,629 1,502 1,375
11 10 2030 2,520 644 1,876 0.32 1,876 1,747 1,618 1,489 1,360
2,383 1,737 1,091 445 (202)

113
Lampiran 11. Perhitungan Analisis Sensitivitas Alternatif P2
Tahun SENSITIVITAS NPV PENURUNAN JUMLAH PENYEWA - P2
No Tahun
Ke Investasi Pendapatan Biaya Arus Kas Diskonto 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
1 0 2020 8,950 - - (8,950) 1.00 (8,950) (8,950) (8,950) (8,950) (8,950) (8,950) (8,950)
2 1 2021 1,680 365 1,315 0.89 1,315 1,250 1,184 1,118 1,052 986 921
3 2 2022 2,520 581 1,939 0.80 1,939 1,842 1,745 1,648 1,551 1,454 1,357
4 3 2023 2,520 588 1,932 0.71 1,932 1,835 1,738 1,642 1,545 1,449 1,352
5 4 2024 2,520 596 1,924 0.64 1,924 1,828 1,732 1,636 1,539 1,443 1,347
6 5 2025 3,060 738 2,322 0.57 2,322 2,206 2,090 1,973 1,857 1,741 1,625
7 6 2026 3,060 746 2,314 0.51 2,314 2,198 2,082 1,967 1,851 1,735 1,620
8 7 2027 3,060 754 2,306 0.45 2,306 2,190 2,075 1,960 1,845 1,729 1,614
9 8 2028 3,060 763 2,297 0.40 2,297 2,182 2,067 1,953 1,838 1,723 1,608
10 9 2029 3,060 772 2,288 0.36 2,288 2,174 2,059 1,945 1,831 1,716 1,602
11 10 2030 3,060 781 2,279 0.32 2,279 2,165 2,051 1,937 1,823 1,709 1,595
NPV 2,387 1,820 1,253 686 119 (448) (1,014)

Tahun SENSITIVITAS NPV TERHADAP KENAIKAN NILAI INVESTASI - P2


No Tahun
Ke Investasi Pendapatan Biaya Arus Kas Diskonto 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
1 0 2020 8,950 - - (8,950) 1.00 (8,950) (9,398) (9,845) (10,293) (10,740) (11,188) (11,635) (12,083)
2 1 2021 1,680 365 1,315 0.89 1,315 1,315 1,315 1,315 1,315 1,315 1,315 1,315
3 2 2022 2,520 581 1,939 0.80 1,939 1,939 1,939 1,939 1,939 1,939 1,939 1,939
4 3 2023 2,520 588 1,932 0.71 1,932 1,932 1,932 1,932 1,932 1,932 1,932 1,932
5 4 2024 2,520 596 1,924 0.64 1,924 1,924 1,924 1,924 1,924 1,924 1,924 1,924
6 5 2025 3,060 738 2,322 0.57 2,322 2,322 2,322 2,322 2,322 2,322 2,322 2,322
7 6 2026 3,060 746 2,314 0.51 2,314 2,314 2,314 2,314 2,314 2,314 2,314 2,314
8 7 2027 3,060 754 2,306 0.45 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306
9 8 2028 3,060 763 2,297 0.40 2,297 2,297 2,297 2,297 2,297 2,297 2,297 2,297
10 9 2029 3,060 772 2,288 0.36 2,288 2,288 2,288 2,288 2,288 2,288 2,288 2,288
11 10 2030 3,060 781 2,279 0.32 2,279 2,279 2,279 2,279 2,279 2,279 2,279 2,279
NPV 2,387 1,939 1,492 1,044 597 149 (298) (746)

Tahun SENSITIVITAS PENINGKATAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP NPV - P2


No Tahun
Ke Investasi Pendapatan Biaya Arus Kas Diskonto 0% 20% 40% 60% 80%
1 0 2020 8,950 - - - 8,950 1.00 (8,950) (8,950) (8,950) (8,950) (8,950)
2 1 2021 1,680 365 1,315.32 0.89 1,315 1,242 1,169 1,097 1,024
3 2 2022 2,520 581 1,938.58 0.80 1,939 1,822 1,706 1,590 1,473
4 3 2023 2,520 588 1,931.57 0.71 1,932 1,814 1,696 1,579 1,461
5 4 2024 2,520 596 1,924.29 0.64 1,924 1,805 1,686 1,567 1,448
6 5 2025 3,060 738 2,321.71 0.57 2,322 2,174 2,026 1,879 1,731
7 6 2026 3,060 746 2,313.83 0.51 2,314 2,165 2,015 1,866 1,717
8 7 2027 3,060 754 2,305.63 0.45 2,306 2,155 2,004 1,853 1,702
9 8 2028 3,060 763 2,297.10 0.40 2,297 2,145 1,992 1,839 1,687
10 9 2029 3,060 772 2,288.24 0.36 2,288 2,134 1,980 1,825 1,671
11 10 2030 3,060 781 2,279.02 0.32 2,279 2,123 1,967 1,810 1,654
NPV 2,387 1,674 962 249 (463)

114
Lampiran 12. Perhitungan Analisis Sensitivitas Alternatif P3
SENSITIVITAS NPV PENURUNAN JUMLAH PENYEWA - P3
No Tahun Ke Tahun
Investasi Pendapatan Biaya Arus Kas Diskonto 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
1 0 2020 10,771 - - (10,771) 1.00 (10,771) (10,771) (10,771) (10,771) (10,771) (10,771) (10,771)
2 1 2021 1,680 347 1,333 0.89 1,333 1,266 1,199 1,133 1,066 1,000 933
3 2 2022 2,520 565 1,955 0.80 1,955 1,857 1,759 1,662 1,564 1,466 1,368
4 3 2023 2,520 573 1,947 0.71 1,947 1,849 1,752 1,655 1,557 1,460 1,363
5 4 2024 2,520 582 1,938 0.64 1,938 1,841 1,744 1,647 1,551 1,454 1,357
6 5 2025 3,060 726 2,334 0.57 2,334 2,218 2,101 1,984 1,868 1,751 1,634
7 6 2026 3,060 735 2,325 0.51 2,325 2,209 2,093 1,976 1,860 1,744 1,628
8 7 2027 4,140 1,014 3,126 0.45 3,126 2,969 2,813 2,657 2,500 2,344 2,188
9 8 2028 4,140 1,024 3,116 0.40 3,116 2,960 2,804 2,648 2,493 2,337 2,181
10 9 2029 4,140 1,035 3,105 0.36 3,105 2,950 2,795 2,640 2,484 2,329 2,174
11 10 2030 4,140 1,045 3,095 0.32 3,095 2,940 2,785 2,630 2,476 2,321 2,166
NPV 1,886 1,253 621 (12) (645) (1,278) (1,911)

SENSITIVITAS NPV TERHADAP KENAIKAN NILAI INVESTASI - P3


No Tahun Ke Tahun
Investasi Pendapatan Biaya Arus Kas Diskonto 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
1 0 2020 10,771 - - (10,771) 1.00 (10,771) (11,309) (11,848) (12,386) (12,925) (13,463) (14,002) (14,540)
2 1 2021 1,680 347 1,333 0.89 1,333 1,333 1,333 1,333 1,333 1,333 1,333 1,333
3 2 2022 2,520 565 1,955 0.80 1,955 1,955 1,955 1,955 1,955 1,955 1,955 1,955
4 3 2023 2,520 573 1,947 0.71 1,947 1,947 1,947 1,947 1,947 1,947 1,947 1,947
5 4 2024 2,520 582 1,938 0.64 1,938 1,938 1,938 1,938 1,938 1,938 1,938 1,938
6 5 2025 3,060 726 2,334 0.57 2,334 2,334 2,334 2,334 2,334 2,334 2,334 2,334
7 6 2026 3,060 735 2,325 0.51 2,325 2,325 2,325 2,325 2,325 2,325 2,325 2,325
8 7 2027 4,140 1,014 3,126 0.45 3,126 3,126 3,126 3,126 3,126 3,126 3,126 3,126
9 8 2028 4,140 1,024 3,116 0.40 3,116 3,116 3,116 3,116 3,116 3,116 3,116 3,116
10 9 2029 4,140 1,035 3,105 0.36 3,105 3,105 3,105 3,105 3,105 3,105 3,105 3,105
11 10 2030 4,140 1,045 3,095 0.32 3,095 3,095 3,095 3,095 3,095 3,095 3,095 3,095
NPV 1,886 1,348 809 271 (268) (806) (1,345) (1,883)

SENSITIVITAS PENINGKATAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP NPV - P3


No Tahun Ke Tahun
Investasi Pendapatan Biaya Arus Kas Diskonto 0% 20% 40% 60% 80%
1 0 2020 10,771 - - - 10,771 1.00 (10,771) (10,771) (10,771) (10,771) (10,771)
2 1 2021 1,680 347 1,332.76 0.89 1,333 1,263 1,194 1,124 1,055
3 2 2022 2,520 565 1,954.90 0.80 1,955 1,842 1,729 1,616 1,503
4 3 2023 2,520 573 1,946.73 0.71 1,947 1,832 1,717 1,603 1,488
5 4 2024 2,520 582 1,938.22 0.64 1,938 1,822 1,706 1,589 1,473
6 5 2025 3,060 726 2,334.38 0.57 2,334 2,189 2,044 1,899 1,754
7 6 2026 3,060 735 2,325.19 0.51 2,325 2,178 2,031 1,884 1,737
8 7 2027 4,140 1,014 3,125.62 0.45 3,126 2,923 2,720 2,517 2,314
9 8 2028 4,140 1,024 3,115.68 0.40 3,116 2,911 2,706 2,501 2,296
10 9 2029 4,140 1,035 3,105.33 0.36 3,105 2,898 2,691 2,485 2,278
11 10 2030 4,140 1,045 3,094.58 0.32 3,095 2,885 2,676 2,467 2,258
NPV 1,886 1,105 324 (456) (1,237)

115
Lampiran 13. Kuisioner Penentuan Bobot Kriteria

116
BIODATA PENULIS

Gaguk Supriyanto, nama asli sejak kecil, namun


nama itu hanya tinggal Supriyanto ketika sudah
masuk SD. Lahir di Gresik tanggal 18 Mei 1987. Dia
terlahir di keluarga yang sederhana dan
orangtuanya tidak lulus Sekolah Dasar sangat
mendukung anaknya untuk terus belajar.
Menurutnya hidup adalah belajar, proses inilah
yang akan membawa menjadi lebih baik.
Pada Jenjang pendidikan Strata–1 (S1) Dia
menyelesaikannya di Jurusan Teknik Elektro
dibiayai dari program beasiswa. Kemudian bekerja di perusahaan di bidang
telekomunikasi, diberikan kepercayaan dan kesempatan beasiswa dari
perusahaan untuk melanjutkan pendidikan jenjang magister (S2) di Magister
Manajemen Teknologi. (email: gaguks@gmail.com)

1
2

Anda mungkin juga menyukai