Anda di halaman 1dari 9

PERUBAHAN SOSIAL DI KALANGAN MASYARAKAT INDONESIA

Abdul Azis
Alifya Nu Hafshah
Ayu Lestari
Neng Ismi Salma Zakiah

Prodi Pendidikan Agama Islam


STAI Al Azhary
Jl. KH Abdullah Bin Nuh, Pamoyanan, Kec. Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

ABSTRAK

Perubahan sosial merupakan suatu proses pergeseran struktur atau tatanan di dalam
masyarakat yang meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya
untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Perubahan-perubahan sosial akan
terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antarindividu dan antarkelompok.
Masyarakat memiliki peran penting terhadap terjadinya perubahan sosial pada jangka waktu
tertentu. Masyarakat inilah yang kemudian akan menghadapi faktor-faktor terjadi perubahan
hingga mengalami perubahan sosial itu sendiri. Perubahan sosial akan selalu terjadi pada
setiap bagian dari masyarakat itu sendiri. Tentu saja, perubahan sosial ini terjadi bukan
semata mata karena individu dalam masyarakat tersebut yang mau berubah, akan tetapi
karena adanya perkembangan dari berbagai sektor khususnya teknologi. Karena pada
hakikatnya manusia tidak bisa berhenti pada satu titik tertentu sepanjang masa yang artinya
mereka akan selalu mengalami perubahan. Baik itu perubahan yang cepat atau lambat,
maupun Perubahan yang kecil atau besar. Kecepatan perubahan sosial dapat bersifat
revolusioner maupun evolusioner. Faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dapat berasal
dari dalam masyarakat maupun dari luar masyarakat dan saling berhubungan satu sama lain.

Salah satu ayat al-Qur’an juga ada yang menjelaskan tentang perubahan sosial, di
antaranya disebutkan:

‫ت ِّم ۢ ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن خ َْلفِ ٖه يَحْ فَظُوْ نَهٗ ِم ْن اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم َواِ َذٓا اَ َرا َد هّٰللا ُ بِقَوْ ٍم‬
ٌ ‫لَهٗ ُم َعقِّ ٰب‬
‫س ُۤوْ ًءا فَاَل َم َر َّد لَهٗ َۚو َما لَهُ ْم ِّم ْن ُدوْ نِ ٖه ِم ْن وَّا ٍل‬

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu bangsa sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu bangsa, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Al-Ra’du, 13:11). Ayat ini menjelaskan tentang
perubahan sosial atau masyarakat yang berdasarkan pada sunatullah, yaitu perubahan yang
berdasarkan hukum kemasyarakatan dan perubahan yang dilakukan oleh manusia. Perubahan
yang berdasarkan hukum kemasyarakatan akan terjadi secara pasti, karena hal itu merupakan
bagian dari sunatullah. Perubahan yang dilakukan manusia tentunya terletak pada keadaan
manusia itu sendiri.

Kata Kunci : Masyarakat, kehidupan, berubah, individu, manusia.


PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk sosial atau individu yang tidak bisa hidup tanpa orang
lain dan tanpa bersosialisasi dengan sesamanya, melainkan saling berhubungan satu dengan
yang lain. Dalam hubungan dengan orang lain tentu saja tidak semudah yang dibayangkan.
Karena setiap individu tentu saja memiliki watak atau katakter yang berbeda, sehingga kerap
muncul silang pendapat atau salah paham. Setiap individu tentu memiliki cara pandang yang
berbeda dalam melihat suatu perubahan sehingga membentuk kelompok kelompok yang
memiliki kesamaan dalam cara pandang dari suatu perubahan tersebut. Untuk dapat
membentuk suatu kelompok, tentu saja memiliki persyaratan-persyaratan yang menjadi suatu
kesepakan bersama. Perubahan itu sesuatu yang tidak mudah karena merupakan sesuatu yang
mutlak terjadi di manapun.

Perubahan sosial adalah bentuk peralihan yang merubah tata kehidupan masyarakat
yang berlangsung terus menerus karena sifat sosial yang dinamis dan bisa terus berubah. Dan
merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada Individu dalam Masyarakat dan juga
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem
sosialnya, termasuk nilai, adat, budaya, sikap-sikap sosial dari individu masyarakat tersebut,
dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Ada banyak para ahli
yang mendefinisikan perubahan dalam arti yang luas. Contohnya seperti Gillin berpendapat
bahwa perubahan sosial adalah cara hidup yang dipengaruhi oleh kondisi kebudayaan
material, kondisi geografis, komposisi penduduk, ideologi dan dank arena yang dipengaruhi
oleh hasil penemuan penemuan baru.1 Kingsley Davis dalam bukunya yang berjudul Human
Society mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi masyarakat.2 Sedangkan Selo Sumardjan mendefinisikan lebih sederhana bahwa
perubahan sosial adalah budaya yang terjadi karena perubahan struktur dan fungsi sosial.3
Jadi perubahan sosial akan secara otomatis mempengaruhi budaya masyarakat itu sendiri
karena berkaitan dengan kebiasaan masyarakat.

Oleh karena itu, faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dapat berasal dari dalam
masyarakat maupun dari luar masyarakat dan saling berhubungan satu sama lain. Dampak
perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat dapat berbeda dengan dampak
perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat lainnya. Perubahan sosial terjadi pada
beragam struktur sosial secara cepat maupun lambat. Proses perubahan sosial tidak terjadi
secara otomatis dan memiliki menanisme tertentu, melainkan karena adanya suatu tujuan
tertentu.

A. Proses Perubahan Sosial Masyarakat

Dari segi sifat nya, perubahan sosial dapat berdampak baik dan juga berdampak
buruk. Itulah mengapa harus ada tindakan menyaring perubahan sosial dari dalam diri setiap
manusia untuk mencegah adanya dampak negatif dari perubahan sosial. Fenomena perubahan
1
Indraddin, Irwan (2016). Strategi dan Perubahan Sosial (PDF). Deepublish. hlm. 35.
2
Abdulsyani, 1992, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara. Hlm. 10-36
3
Sosiologi: untuk SMA/MA Kelas XII Program Studi Ilmu Sosial (PDF). Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. hlm. 2.
sosial akan selalu ada setiap generasi dan setiap zaman, adapun proses terjadinya perubahan
sosial yang perlu kita ketahui itu terbagi menjadi 4 proses, yaitu :

1. Difusi adalah proses penyebaran berbagai unsur pembentuk sosial dan kebudayaan, yakni
berupa ide, keyakinan, dan hal lainnya. Penyebaran ini bisa dilakukan dari individu ke
individu atau kelompok yang lebih besar dari itu. Proses difusi kemudian dibagi menjadi dua,
yakni difusi intramasyarakat dan difusi antarmasyarakat.

2. Akulturasi adalah proses perubahan sosial yang terjadi karena masuknya suatu
kebudayaan asing ke dalam sekelompok masyarakat, sehingga unsur budaya asing itu
diterima dan disesuaikan dengan kebudayaan asli masyarakat tertentu. Budaya asing tersebut
masuk dan bisa diterima masyarakat tergantung bagaimana cara masuk budaya tersebut dan
jangka waktu penyesuaian tertentu.

3. Asimilasi adalah proses perubahan sosial yang timbul jika ada dua individu atau kelompok
dengan latar budaya yang berbeda kemudian berinteraksi dengan intensi dalam jangka waktu
yang lama.

4. Akomodasi adalah proses perubahan sosial yang menunjukan keseimbangan dalam


hubungan sosial antar golongan yang berkaitan dengan norma atau nilai yang berlaku di
masyarakat.

B. Teori Perubahan Sosial

Untuk memahami lebih dalam tentang perubahan sosial dapat dilakukan dengan
mempelajari teori-teori yang membangun perubahan sosial. Ada 4 jenis teori perubahan
sosial, yaitu:

1. Teori Evolusi

Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial terjadi akibat perubahan cara
pengorganisasian masyarakat, sistem kerja, perkembangan sosial, dan sistem kerja. Di dalam
teori ini perubahan sosial dibedakan menjadi menjadi dua jenis, yaitu revolusi dan evolusi.

Revolusi merupakan perubahan sosial yang terjadi secara cepat, misalnya revolusi
politik. Contohnya bisa kita lihat kondisi sebelum dan sesudah pengunduran diri Soeharto.
Setelah Orde Baru tumbang, rakyat tak lagi takut mengkritisi pemerintahnya. Sedangkan
evolusi merupakan perubahan sosial yang terjadi secara lambat. Contohnya peralihan
penggunaan bahan bakar minyak menuju bahan bakar gas. Di Indonesia, transisi ini
berlangsung amat lama.

2. Teori Konflik
Menurut teori konflik, perubahan sosial disebabkan adanya konflik dalam masyarakat.
Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat pada
struktur masyarakat. Konflik antar individu atau antar kelas sosial dapat memicu terjadinya
perubahan masyarakat. Perubahan yang terjadi setelah konflik menunjukkan keberhasilan
keinginan perubahan dari kelompok atau kelas tertentu yang memenangkan konflik tersebut.

Teori ini beranggapan bahwa masyarakat hidup dalam dualisme kelas yang terbagi
atas kelas borjuis dan kelas proletar. Baca juga: Sanksi sebagai Sarana Pengendalian Sosial
Adanya dualisme kelas tersebut akhirnya menjadi pemicu terjadinya konflik sosial dalam
wujud revolusi sosial yang berdampak pada perubahan-perubahan sosial. Contohnya
Revolusi Perancis yang terjadi pada abad ke-18. Masyarakat yang miskin dan hidup dalam
kesusahan, menumbangkan rajanya yang hidup dalam kemewahan.

3. Teori Siklus

Dilansir dari buku Pengantar Ringkas Sosiologi (2020) karya Elly M. Setiadi, teori ini
menggambarkan bahwa perubahan sosial bagaikan roda yang sedang berputar. Maksudnya
adalah perputaran zaman merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakan oleh siapapun dan
tidak dapat dikendalikan oleh siapapun. Menurut teori ini, kebangkitan dan kemunduran
peradaban sebuah bangsa mempunyai hubungan korelasional antara satu dengan lainnya,
yaitu tantangan dan tanggapan. Misalnya, apabila kehidupan masyarakat mampu merespon
tantangan kehidupan dan mampu menyesuaikan diri, maka masyarakat tersebut akan
mengalami perkembangan dan kemajuan.

Menurut Horton dan Hunt (1992), para penganut teori siklus melihat adanya sejumlah
tahapan yang harus dilalui oleh masyarakat. Mereka berpandangan bahwa proses perubahan
masyarakat bukannya mencapai tahap akhir yang sempurna, melainkan berlanjut menuju
tahap kepunahan dan berputar kembali ke tahap awal untuk peralihan selanjutnya. Menurut
teori ini, kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan
hal yang wajar dan tidak dapat dihindari. Dengan demikian, perubahan sosial terjad secara
berulang-ulang.

4. Teori Fungsionalis

Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial diakibatkan adanya ketidakpuasan


masyarakat karena kondisi sosial yang berlaku pada masa tertentu memengaruhi pribadi
mereka. Menurut teori ini, setiap perubahan tidak selalu membawa perubahan pada semua
unsur sosial. Ada beberapa unsur sosial yang tidak ikut berubah. Unsur yang tidak berubah
tersebut akan mengalami ketertinggalan yang berakibat pada kesenjangan kebudayaan.
Misalnya, telepon umum dibuat agar masyarakat dapat melakukan komunikasi menggunakan
pesawat telepon dengan mudah. Akan tetapi, perubahan tersebut tidak diikuti oleh perubahan
pola sikap dan perilaku masyarakat. Hasilnya, telepon umum tersebut dalam waktu singkat
sudah tidak berguna. Bahkan sebagian besar telepon umum yang sudah dipasang, koinnya
dicuri oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
C. Model Perubahan Sosial

1. Model Evolusi

Model evolusi merupakan model perubahan sosial yang dicetuskan oleh Herbert
Spencer. Penekanan utama pada model evolusi adalah proses perubahan sosial yang
berlangsung secara perlahan dan terus bertambah. Pada model evolusi Spencer, perubahan
sosial terjadi akibat adanya faktor dari dalam lingkungan sosial. Proses perubahan terjadi
secara bertingkat, mulai dari hal yang sederhana dan umum hingga ke hal yang rumit dan
khusus. Selain itu, Spencer menjelaskan bahwa perubahan sosial dengan model evolusi
mengubah lingkungan sosial yang sejenis dan tidak saling berkaitan, menjadi lingkungan
sosial yang beragam dan saling berkaitan. Model evolusi kemudian dikembangkan
oleh Emile Durkheim dan Max Weber.

Durkheim memiliki pemikiran yang berlawanan dengan Spencer pada pembahasan


yang berkaitan dengan konsep-konsep dasar perubahan sosial. Durkehim tetap menggunakan
istilah-istilah yang digunakan oleh Spencer dalam menggambarkan perubahan sosial akibat
evolusi. Dalam menggambarkan model evolusi dalam perubahan sosial, Durkheim
menggunakan istilah "'solidaritas mekanis" dan "solidaritas organik". Solidaritas mekanis
merupakan solidaritas yang memiliki sifat sejenis sedangkan solidaritas organik merupakan
solidaritas yang bersifat beragam dan saling melengkapi. Durkheim menetapkan ketegasan
pembagian kerja dalam masyarakat sebagai penyebab timbulnya solidaritas. Sementara itu,
Weber cenderung menghindari istilah "evolusi", dan mengaitkannya dengan sejarah dunia
yang terbentuk secara perlahan. Weber menjelaskan bahwa pembentukan sejarah secara
perlahan akan berakhir dengan pembentukan organisasi-organisasi yang lebih kompleks dan
tidak bersifat pribadi.

2. Model Konflik

Model konflik dicetuskan oleh Karl Marx dan kemudian dianut oleh Friedrich
Engels, Vladimir Lenin, Marie Lucas Robiquet, dan Antonio Gramsci. Penggambaran utama
dari model konflik adalah tentang adanya konfil sosial di dalam tahapan perkembangan
masyarakat yang bergantung pada sistem ekonomi. Konflik sosial ini kemudian memberi
dampak terhadap terjadinya krisis, revolusi, dan perubahan sosial. Model konflik dapat
ditafsirkan secara umum melalui pendekatan ekonomi, politik dan budaya. Selain itu, model
konflik dapat ditafsirkan secara khusus melalui kaitan timbal-balik antara kekuatan produksi
dan hubungan produksi.

Model konflik mengasumsikan adanya bentuk masyarakat yang beragam, jelas serta
dapat dirinci dan dibedakan satu sama lain. Marx sependapat dengan Spencer dalam
menjelaskan faktor yang menyebabkan perubahan sosial, yaitu melalui keberadaan faktor dari
dalam masyarakat yang menekankan perubahan cara-cara produksi. Namun, model konflik
memiliki perbedaan dalam tiga konsep utama dari model evolusi. Pertama, model konflik
menggabungkan perubahan sosial ke dalam ketergantungan pembangunan ekonomi dan
sosial di pusat kota dan perkembangan keterbelakangan di daerah pinggiran kota. Kedua,
model konflik tetap memperhitungkan adanya faktor-faktor perubahan sosial dari luar
masyarakat beserta penjelasannya. Ketiga, model konflik memperhatikan cara terjadinya
perubahan sosial dan menekankan pada perubahan feodalisme ke kapitalisme. Model konflik
melihat perubahan secara dialektik. Konflik dianggap sebagai penyebab utama terjadinya
perubahan sosial. Perubahan yang ditimbulkan dapat terjadi secara tidak disengaja atau
berlawanan dengan perencanaan awal.

D. Faktor – Faktor Perubahan Sosial Masyarakat

1. Faktor Pendorong

a. Adanya Penemuan Baru

Adanya penemuan baru dalam sebuah komunitas tertentu akan membawa perubahan
pada sosial tersebut karena adanya budaya baru yang bisa menggantikan budaya lama atau
mencampurnya menjadi satu kesatuan. Lahirnya penemuan dan inovasi baru sangat
mempengaruhi perubahan yang terjadi di masyarakat. Contohnya: penemuan internet
membuat masyarakat lebih mudah dalam mengakses informasi.

b. Munculnya Konflik

Konflik, pertarungan, atau pertentangan sangat wajar terjadi pada sebuah sosial
tertentu. Konflik pada suatu sosial bisa saja terjadi karena adanya kemajemukan atau
munculnya mayoritas dan minoritas dalam sebuah komunitas tertentu. Dari konflik inilah
maka suatu sosial harus mencari jawaban dari masalah tersebut yang kemudian akan
menghasilkan budaya baru atau fenomena sosial yang baru.

c. Pengaruh Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk dapat mempengaruhi perubahan sosial karena dapat struktur atau
tatanan masyarakat pada suatu komunitas. Jumlah penduduk juga akan menjadi kekuatan
bagaimana perubahan sosial tersebut bisa terjadi, semakin banyak orang yang menggunakan
budaya baru maka suatu budaya lama juga akan mudah hilang atau tergantikan.

2. Faktor Penghambat

a. Masyarakat yang Bersikap Tradisional

Umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat istiadat yang ada. Mereka
menolak segala hal baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat dan kebiasaan
diagung-agungkan. Sikap ini menghambat masyarakat tersebut untuk maju.

b. Pendidikan yang Rendah

Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat menerima hal-hal baru.
Pola pikir dan cara pandang mereka masih bersifat sederhana. Mereka umumnya enggan
mengikuti gerak perubahan yang ada. Artinya, masyarakat statis dan tidak mengalami
perubahan yang berarti.
c. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain

Masyarakat yang kurang berhubungan dengan masyarakat lain mengalami perubahan


yang lamban. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak mengetahui perkembangan
masya rakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka terkukung dalam
kebudayaan mereka dan polapola pemikiran yang masih sederhana. Contohnya suku-suku
bangsa yang masih tinggal di pedalaman.

E. Contoh Perubahan Sosial Masyarakat

1. Bersifat Besar

Berdasarkan catatan sejarah Indonesia, negara kita sudah banyak mengalami banyak
perubahan sosial. Salah satu contoh perubahan sosial yang bersifat besar pernah terjadi di
Indonesia sekitar 20 tahun yang lalu pada sistem pertanian kita yang masih tradisional atau
menggunakan cara sederhana. Misalnya cara menyemai padi, menanam padi, merawat,
hingga memanen padi masih dilakukan secara tradisional.
Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan di Indonesia ini pun membawa
perubahan pada sosial para petani yakni bagaimana kebiasaan petani dahulu dan sekarang
menjadi berubah. Contohnya jika dahulu petani menyemai pada hanya di dalam ruangan saja,
namun sekarang etani bisa menanam padi dengan teknologi canggih agar menghasilkan bibit
padi yang lebih berkualitas.

2. Bersifat Kecil

Contoh perubahan sosial yang bersifat kecil adalah perubahan yang terjadi pada gaya
berpakaian atau lifestyle. Fashion adalah satu fenomena yang sangat pesat perkembangannya
hanya dalam waktu yang singkat. Contoh yang paling mencolok kita melihat perubahan gaya
berpakaian adalah tren menggunakan hijab yang populer di tahun 2000. Padahal sebelumnya
hanya segelintir orang saja yang menggunakan hijab hingga sekarang tren hijab terus
berkembang dengan berbagai gaya hijab.

Perubahan sosial ini bisa terjadi karena lingkungan dan banyaknya orang yang mulai
menggunakan hijab hanya karena sedang tren saja, bukan karena hijab adalah suatu
kewajiban dalam agama islam. Itulah sebabnya tren hijab bisa terus langgeng dan
berkembang karena jumlah peminatnya yang besar.

3. Dipengaruhi Oleh Negara Lain

Perubahan sosial bisa dipengaruhi negara lain contohnya karena perang atau dijajah
oleh negara lain. Contoh perubahan sosial di Indonesia yang dipengaruhi oleh negara lain
adalah terjadi pada transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara kita kemudian
terpengaruh dengan perkembangan teknologi di negara negara Barat. Selain contoh positif
juga ada contoh negatif perubahan sosial yang dipengaruhi negara lain yakni kebiasaan
minum-minuman keras. Sebelumnya orang Indonesia lebih populer meminum minuman
herbal atau jamu khas tradisional Indonesia.
4.  Dalam Keagamaan

Contoh perubahan sosial yang terjadi di Indonesia dalam hal keagamaan atau
kepercayaan adalah negara kita yang terkenal dengan negara islam atau mayoritas masyarakat
kita yang memeluk agama islam. Sebelumnya berdasarkan sejarah tanah air lebih erat dengan
kepercayaan Hindu Budha yakni masa kerajaan-kerajaan pada saat itu sebelum agama islam
masuk ke Nusantara.

5. Pada Bangunan

Bangunan adalah hal fisik yang paling bisa dilihat perubahannya dari zaman ke
zaman. Contoh perubahan sosial yang terjadi pada bangunan yang digunakan oleh
masyarakat adalah bentuk masjid, gaya hunian rumah, atau penggunaan material bangunan.

F. Solusi Perubahan Sosial

Salah satu dampak positif perubahan sosial adalah perkembangan IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi). Perkembangan ini meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat di berbagai bidang, seperti pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya.4
Adapu dampak negatif dri perubahan sosial pada masyarakat adalah meningkatnya peluang
terjadinya kesenjangan sosial. Karena bentuk perubahan sosial ada yang bersifat negatif dan
mengakibatkan kemunduran di masyarakat. Selain itu dapat menyebabkan disintegrasi sosial
dan munculya pergolakan daerah.

Dengan adaya dampak negatif yang dihasilkan dari perubahan sosial pada
masyarakat yang menjadi titik masalah dalam berinteraksi dengan sesama. Untuk itu kami
akan emberikan solusi untuk mengatasi dampak negatif yang bermunculan akibat dari adanya
perubahan sosial. Solusi yag dapat kita terapkan dalam mengatasi masalah terebut adalah
sebagai berikut :

1. Meningkatkan Kualitas SDM Bangsa

Salah satu ciri masyarakat tradisional adalah kurangnya pengetahuan dari masyarakat
itu sendiri. Hal ini mengakibatkan rendahnya tingkat pendidikan dari masyarakat tradisional,
sehingga sulit untuk menerima perubahan yang datang dari luar. Selain itu, terjadinya
ketertinggalan kebudayaan atau cultural lag yang dialami masyarakat tradisonal juga akibat
dari tidak dikuasinya ilmu dan teknologi.

Maka dari itu, pendidikan harus diupayakan agar masyarakat menjadi maju dan bisa
menguasai teknologi. Orang yang berpendidikan maju biasanya akan berpikir secara ilmiah
dan bisa mencegah terjadinya cultural lag. Terlebih di era golabal saat ini, pendidikan
menjadi hal yang penting agar tidak terbawa arus globalisasi. Oleh karena itu, meningkatkan
kualitas pendidikan akan membuat sumber daya manusia atau SDM menjadi meningkat.
Sehingga masyarakat kita bisa bersaing dengan bangsa lain dan memiliki modal yang kuat
untuk menghadapi arus perubahan sosial di era global.

4
Andiyani, Trisni, buku Pengantar Sosiologi, 2020
“Meningkatkan mutu pendidikan adalah salah satu cara untuk meningkatkan sumber
daya manusia agar bisa bersaing dengan bangsa lain.”

2. Memperkuat Nasionalisme

Nasionalisme yang kuat bisa menjadi pilar terhadap pengaruh buruk dari
perkembangan teknologi yang pesat saat ini. Secara harfiah, nasionalisme berarti cinta tanah
air dengan prinsip, bahwa baik dan buruk adalah negariku. Nasionalisme identik dengan
perasaan atau semangat kesadaran bersama bahwa kita memiliki nilai yang harus di jaga
bersama.

Nasionalisme ini menunjuk pada totalitas kultur, sejarah, psikologi, bahasa, dan
sentimen sosial lain yang menarik orang pada perasaan saling memiliki cita-cita yang sama.
Nasionalisme menjadi hal yang perlu dilakukan dengan berlandaskan logika dan pikiran yang
rasional. Adanya kegiatan atau pelajaran mengenai bela negara diharapkan bisa menangkan
perbedaan suku, adat-istiadat, ras, dan agama. Selain itu juga adanya era globalisasi bisa
membuat masyarakat bersikap selektif dalam memilih budaya yang pas dengan nilai-nilai
budaya Indonesia. Jadi, kita menyerap nilai-nilai yang baik dan meninggalkan nilai yang
buruk bagi masyarakat.

“Adanya nasionalisme dalam diri masyarakat membuat masyarakat menjadi lebih selektif
dalam memilih budaya dari luar.”

 3.  Berpegang Teguh pada Norma Sosial

Di dalam agama terdapat beberapa aturan yang memberikan landasan kepada manusia
untuk berperilaku yang baik dan meninggalkan hal yang buruk. Norma sosial juga
memberikan peringatan kepada manusia agar berperilaku sopan, baik, dan teratur sesuai
dengan ketenturan yang sudah disepakati dalam masyarakat.

Maka dari itu, berpegang teguh terhadap aturan agama dan norma sosial dalam
berperilaku bisa membuat manusia mudah diterima di lingkungannya. Sedangkan bagi
pengaruh budaya global, sikap teguh terhadap norma sosial membuat manusia memiliki
landasan kuat terhadap jati diri bangsa.

4. Menjunjung Nilai-Nilai Budaya Bangsa

Bangsa Indonesia memiliki nilai budaya yang luhur, yang bisa dijadikan sebagai pilar
utama dalam menangkal pengaruh negatif perubahan sosial. Selain itu, nilai budaya bangsa
juga bisa menjadi pendukung bagi pengaruh budaya asing yang berdampak positif
bagi masyarakat.

Globalisasi bisa memberikan dampak positif dan negatif, di mana jika kita tidak siap
menghadapi globalisasi maka bisa menyebabkan munculnya dampak negatif. Maka dari itu,
menjunjung tinggi nilai budaya bangsa menjadi salah satu cara untuk mencegah dampak
negatif dari globalisasi. Nah, itulah sikap yang bisa dilakukan untuk mencegah dampak
negatif perubahan sosial, salah satunya dengan memperkuat nasionalisme.

Anda mungkin juga menyukai