Anda di halaman 1dari 54

KINERJA FILTRASI LIMBAH LAUNDRY PADA TEKANAN ULTRA

RENDAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Sains, Teknik Dan Terapan

Universitas Pendidikan Mandalika Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

LILIS CAHAYANI
NIM 18071016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS SAINS, TEKNIK DAN TERAPAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA

2022
KINERJA FILTRASI LIMBAH LAUNDRY PADA TEKANAN ULTRA

RENDAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Sains, Teknik Dan Terapan

Universitas Pendidikan Mandalika Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam

Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Kimia

Oleh :

LILIS CAHAYANI
NIM 18071016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS SAINS, TEKNIK DAN TERAPAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA

2022

ii
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN

iv
v
MOTO

”Ilmu lebih baik dari kekayaan, sebab kekayaan harus dijaga sedangkan ilmu akan

menjaga kita”

(Ali bin Abi Thalib)

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

 Kedua orang tuaku tercinta : Ayahanda Abdul Husein yang biasa kusapa

“ema” dan mamaku tercinta Siti Amina, yang kerap kupanggil “ende”, dan

kakak- kakaku tercinta kak Nurhayati beserta suami kak Aldis, kak Ismail

Shaleh beserta istri kak Maratus Shaliha dan kak Faisal Tanjung, terima

kasih atas segala cinta, kasih sayang, doa, dukungan, serta pengorbanan

yang kalian lakukan. Semoga aku bisa membanggakan dan tidak pernah

mengecewakan kalian.

 Terima kasih kepada diri sendiri “Lilis Cahayani” yang telah berjuang

sampai titik ini. Tetap semangat dan jangan pernah puas untuk menuntut

ilmu. Fighting !!

 Keluarga besarku, terima kasih atas doa dan dukungannya. Saya sangat

bersyukur karena dikaruniai keluarga yang sangat menyayangiku.

 Bapak Muhamad Roil Bilad, P.hD selaku dosen pembimbing 1, terima

kasih atas ilmu dan kesabarannya dalam membimbing saya selama proses

penyelesaian skripsi ini.

vi
 Bapak Yusran Khery, S.Si., M.Pd selaku dosen pembimbing 2 sekaligus

sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. Terima kasih atas segala

bimbingan arahan dan ilmu yang diberikan kepada saya.

 Bapak dan Ibu Dosen Pogram studi Pendidikan kimia, terima kasih atas

segala ilmu dan kesabaran dalam mengajarkan kami, semoga kelak kami

bisa menjadi guru yang sukses mengajarkan ilmu kimia layaknya bapak/

ibu, aamiin…

 Bapak Dr. Saiful Prayogi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Sains, Teknik dan

Terapan (FSTT) serta seluruh jajaran civitas academica FSTT yang telah

menunjang dan memfasilitasi perkuliahan dari awal sampai pada titik

akhir skripsi hingga wisuda.

 Bapak Prof. Drs. Kusno, DEA, Ph.D selaku Rektor UNDIKMA.

 Keluarga Laboratorium Kimia UNDIKMA, bapak Ahmadi, M.Pkim

selaku Kepala Laboratorium yang selalu baik dan ramah. Kak azam selaku

Laboran yang baik dan ramah. Terima kasih telah memberikan kami

banyak ilmu dan pengalaman selama menjadi Co. Ass.

 Sahabat Chemistry angkatan 2018, yang tidak perlu sebutkan satu persatu

terima kasih atas kebersamaan, canda, tawa, keluh kesah, solidaritas dan

kenanagan yang kita ciptakan selama empat tahun. Saya tidak akan

melupakan kalian karena kalian telah menjadi bagian dari saksi nyata

perjuangan kita masing- masing, semoga silaturahmi diantara kita tidak

hanya sebatas empat tahun yang berlalu tapi akan terus berlanjut

kedepannya. Sampai ketemu di titik akhir kesuksesan kita masing- masing.

Aamiin

vii
 Keluarga besar HMPS- Pendidikan Kimia, BEM UNDIKMA, Keluarga

besar IKAMMAT serta teman KKN Kekalik Jaya tahun 2021

 Teman seperjuanganku dalam team penelitian Devinna Cordella

Rhamdhani, telah bekerja sama dan saling membantu dalam

menyelesaikan penelitian.

 Best partner yang selalu membantu dari awal penelitian dan memotivasi

saya Afdhal Muzakir, S. Ap. Terima kasih yah sudah selalu ada hingga

saat ini.

 Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu telah banyak

membantu terselesainya penulisan skripsi ini, saya ucapkan terima kasih.

viii
ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat, rahmat, dan hidayah- NYA,

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah berupa skripsi sebagai

tugas akhir yang berjudul “Kinerja Filtrasi Limbah Laundry pada Tekanan Ultra

Rendah”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

Program Sarjana (S1) Pendidikan Kimia.

Penulis menguucapkan terima kepada seluruh pihak yang telah membantu

dan memberikan dukungan moril dan selama proses penyelesaian skripsi ini.

Diantaranya kepada :

1. Dosen Pembimbing I, bapak Muhamad Roil Bilad, Ph.D yang telah

memberikan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini dengan penuh

kesabaran dan selalu baik hati.

2. Dosen pembimbing II sekaligus Ketua Program Studi, bapak Yusran Khery,

S.Si., M.Pd yang senantiasa membimbing, mendampingi dan mempermudah

selama proses penyusuan skripsi ini.

3. Dekan Fakultas Sains, Teknik dan Terapan UNDIKMA, bapak Dr. Saiful

Prayogi, M. Pd.

4. Rektor Universitas Pendidikan Mandalika, bapak Prof. Drs. Kusno, DEA.,

Ph.D.

5. Kedua orang tua tercinta bapak Abdul Husen dan ibunda Siti Amina dan

kakak- kakaku , terimakasih telah meridhai, support dan mendoakan Ananda.

x
Semoga kebaikan bapak dan ibu serta semua pihak yang terlibat dalam

penyelesaian skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu kritik dan saran bersifat konstruktif dari pembaca sangat penulis

harapkan demi penyempurnaan pada penulisan berikutnya. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mataram, 17 Mei 2022

Penulis

xi
KINERJA FILTRASI LIMBAH LAUNDRY PADA TEKANAN ULTRA
RENDAH

LILIS CAHAYANI
NIM. 18071016

Abstrak : Pencemaran limbah laundry dapat ditangani melalui pengembangan


filtrasi metode Gravity Driven Membrane (GDM) yang dirancang dengan kriteria
desain modul bongkar pasang, kontrol polarisasi rendah, hemat biaya, proses
pemisahan menggunakan daya dorong berupa beda kuat tekanan. Jenis penelitian
ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kinerja filtrasi limbah laundry pada tekanan ultra rendah menggunakan
permeabilitas air bersih dan larutan detergen sebagai standarisasi. Kinerja filtrasi
GDM di uji melalui pengukuran permeabilitas pada tekanan 1 - 10 kPa dengan
dua kali pengulangan dan filtrasi jangka panjang selama 35 hari pada tekanan 6
kPa, sampel diganti setiap 7 hari sekali tanpa pencucian membran. Hasil
penelitian menunjukan semakin meningkat tekanan dan bertambah waktu filtrasi
permeabilitas limbah laundry menurun, fenomena ini disebabkan oleh kompaksi
dan penyumbatan pori membran (fouling). Permeabilitas menurun dari tekanan 1
kPa hingga 10 kPa hal yang sama berlaku pada pengulangan. Permeabilitas filtrasi
jangka panjang menurun secara signifikan semenjak filtrasi hari pertama hingga
hari ke delapan berturut-turut sebesar 707,9 , 151.7, 115.8, 104.4, 97.5, 107.1,
102.1 dan 103. 0 L/m2.jam.bar. Pada hari ke- 9 hingga hari ke- 35 penurunannya
stabil hal ini disebabkan oleh fouling pada membran yang mengakibatkan
membran semakin kompak dan jenuh. Filtrasi GDM dapat berlansung selama 35
hari tanpa pencucuian membran dengan permeabilitas dari hari pertama 707,9 dan
hari ke-35 sebanyak 5,5 L/m2.jam.bar.

Kata Kunci : Filtrasi, Limbah Laundry, GDM, Permeabilitas

xii
LAUNDRY WASTE FILTRATION PERFORMANCE AT ULTRA LOW
PRESSURE

LILIS CAHAYANI
NIM. 18071016

Abstract : Laundry waste pollution can be handled through the development of filtration
with the Gravity Driven Membrane (GDM) method which is designed to follow the
criteria of the unloading module design, low polarization control, cost-effective,
separation process using thrust in the form of a strong pressure difference. This type of
research was an experiment. This study aimed to determine the performance of laundry
waste filtration at ultra low pressure using clean water permeability and detergent
solution as standardization. GDM filtration performance was tested by measuring
permeability at a pressure of 1 - 10 kPa with two repetitions and long-term filtration for
35 days at a pressure of 6 kPa, the sample was replaced every 7 days without membrane
washing. The results showed that as the pressure increases and the filtration time
increases, the permeability of laundry waste decreases, this phenomenon is caused by
compaction and clogging of the membrane pores (fouling). Permeability decreases from 1
kPa to 10 kPa pressure, the same applies to repetition. Long-term filtration permeability
decreased significantly from the first day to the eighth day of filtration respectively
707.9 , 151.7, 115.8, 104.4, 97.5, 107.1, 102.1 and 103. 0 L/m 2.hour.bar. On the 9th to
35th day the decrease was stable, this was caused by fouling on the membrane which
resulted in the membrane becoming more compact and saturated. GDM filtration can take
place for 35 days without washing the membrane with a permeability from the first day of
707.9 and the 35th day of 5.5 L/m2.hour.bar.
Keywords: Filtration, Laundry Waste, GDM, Permeability.

xiii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i

HALAMAN SAMPUL...................................................................................ii

HALAMAN LOGO........................................................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................v

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN..............................................vi

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ix

KATA PENGANTAR....................................................................................x

ABSTRAK.......................................................................................................xii

ABSTRACT.....................................................................................................xiii

DAFTAR ISI...................................................................................................xiv

DAFTAR TABEL...........................................................................................xvii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xix

BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................6

D. Manfaat Penelitian ...............................................................................6

E. Lingkup Penelitian ...............................................................................7

F. Definisi Operasional ............................................................................7

xiv
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................9

A. Karakteristik Cemaran Limbah Laundry .............................................9

B. Pengelolaan Limbah Laundry menggunakan

Teknologi Membran.............................................................................11

C. Karakteristik dan Sistem Kerja Membran Filtrasi

Bertekanan Ultra Rendah......................................................................13

D. Penyumbatan Membran (Fouling) .......................................................15

E. Penelitian Yang Relevan.......................................................................17

F. Kerangka Berfikir ................................................................................19

BAB III. METODE PENELITIAN ..............................................................21

A. Jenis Penelitian ....................................................................................21

B. Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................21

C. Variabel Penelitian ...............................................................................21

D. Instrumen Penelitian ............................................................................22

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................23

F. Teknik Analsis Data.............................................................................25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................27

A. Filtrasi Air Bersih.................................................................................27

B. Filtrasi Larutan Detergen......................................................................30

C. Filtrasi Limbah Laundry.......................................................................32

1. Pengaruh Tekanan dan Waktu Terhadap Permeabilitas

Filtrasi Limbah Laundry.................................................................32

2. Kinerja Filtrasi Limbah Laundry Terhadap Waktu........................35

BAB V. PENUTUP.........................................................................................39

xv
A. Kesimpulan...........................................................................................39

B. Saran.....................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA................................................................................41

LAMPIRAN- LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Industri Sabun dan Detergen....................10

Tabel 2.2. Karakteristik Limbah Cair Laundry................................................10

Table 4.1 Permeabilitas Relative Air Bersih dan Larutan Detergen................31

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Skema Pemisahan Dengan Menggunakan Membran....................13

Gambar 3.1 Alat Filtrasi Bertekanan Ultra Rendah..........................................22

Gmabar 3.2. Membran Serat Berongga (Hollow Fiber)....................................23

Gambar. 3.3. Ilustrasi Filtrasi Sistem Dead- end (Searah).................................25

Gambar 4.1 Profil Permeabilitas Air Bersih

Terhadap Waktu Dan Tekanan.....................................................28

Gambar 4.2 Profil Permeabilitas Larutan Detergen

Terhadap Waktu Dan Tekanan......................................................29

Gambar 4.3 Profil Permeabilitas Limbah Laundry

Terhadap Waktu dan Tekanan.......................................................32

Gambar 4.4 Membran Hollow Fiber yang Digunakan pada Proses

Filtrasi Air Bersih, Larutan Detergen dan Limbah Laundry........33

Gambar 4.5 Profil Permeabilitas Limbah Lundry Terhadap Waktu Filtrasi.....35

Gambar 4.6 Membran Hollow Fiber yang Digunakan pada

Proses Filtrasi Limbah Laundry Jangka Panjang...........................38

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Data Hasil Perhitungan Permeabilitas

dengan bantuan MS. Office Excel 2010.....................................49

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian............................................................58

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri tekstil di Indonesia saat ini semakin meningkat.

Industri pencucian pakaian atau laundry termasuk indutri tekstil kecil, yaitu

industri yang melakukan kegiatan jasa pencucian (binatu). Jasa pencucian atau

laundry memiliki manfaat yang besar untuk mengurangi jumlah pengangguran

sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Industri laundry

biasanya membuang air limbah bekas ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih

dahulu. Limbah cair laundry berasal dari pelembut pakaian dan deterjen. Limbah

laundry mengandung fosfat berasal dari Sodium Tripolyphospate (STPP) yang

merupakan salah satu bahan dalam deterjen. Bahan aktif yang banyak terkandung

dalam kain pelembut dan deterjen adalah amonium klorida western, alkilbenzena

sulfonat linear, natrium dodesil benzene sulfonate, natrium karbonat dan natrium.

Jika konsentrasinya di badan air berlebih, maka air limbah laundry berpotensi

mencemari badan air tersebut (Riyanto dkk, 2017). Menurut Nathan dalam Mittal

dkk (2017) air limbah laundry secara fisik biasanya dicirikan dengan warna abu-

abu, bau apek, sangat basa di alam, kandungan padatan sekitar 0,1 %, kadar air

99,9%, adatan data tersuspensi sekitar 30%, dan terlarut sekitar 70%.

Menurut Atima (2015), parameter pencemaran air yaitu Chemical Oxygen

Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh

bahan organik yang terkandung dalam air, Biochemical Oxygen Deman (BOD)

adalah jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk

mengurai bahan organik dalam kondisi aerobik, Total Susppended Solid (TSS)

1
yaitu zat organik dan anorganik yang melayang dalam air sehingga menyebabkan

kekeruhan pada air dan Power of Hydrogen (pH) yaitu derajat keasaman suatu

larutan. Jika konsentrasinya melampaui batas yang diperbolehkan, maka gejala

yang paling mudah diketahui adalah matinya organisme perairan (Al-Kdasi,

2004).

Beberapa polutan seperti COD, fosfat, dan surfaktan pada limbah laundry

seringkali terdapat dalam konsentrasi yang lebih tinggi dari standar yang

ditetapkan pada limbah laundry yang tidak melakukan pengolahan (Siswoyo dkk,

2019), pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Mittal dkk (2017) bahwa

limbah laundry komersial dan mesin cuci domestik memiliki karakter yang

berbeda dan kadar TSS, BOD dan COD yang cukup tinggi.

Limbah laundry (binatu) komersial mengandung lemak, minyak dan gemuk

fat, oil and grease (FOG) serta total padatan tersuspensi (TSS), yang merupakan

kotoran utama. Kotoran ini berasal dari tanah yang dihilangkan sari pakaian serta

bahan kimia yang digunakan. Materi yang tidak larut, mengambang atau

tersuspensi dalam air sehingga memberikan penampakan keruh, dan disebut

sebagai padatan tersuspensi total atau TSS. Semakin tinggi TSS maka

kemampuannya menampung bakteri berbahaya juga besar seperti koliform.

Mikoroorganisme ini berakibat fatal jika tertelan, mudah menempel dan

bersembunyi di padatan tersuspensi serta tidak mudah untuk didesinfeksi (Mittal

dkk, 2017).

Fat oil and grease (minyak, lemak dan gemuk ) dan bahan kimia organik

lainnya dicerna untuk menghasilkan karbondioksida dan air oleh bakteri limbah

yang memakannya. Dalam hal ini, bakteri tersebut akan mengonsumsi dan

2
menguras oksigen terlarut dalam air. Maka jika air limbahnya tidak diolah terlebih

dahulu sebelum dibuang, akan sangat berbahaya bagi kehidupan sungai, laut dan

tumbuhan. Menurut Ningrum dalam Fikri dkk. (2020), kandungan COD yang

langsung dibuang ke dalam badan air akan menurunkan oksigen terlarut dalam air,

dapat mengancam kepunahan organisme-organisme dalam air dan juga

menimbulkan kondisi anaerobik yaitu bau busuk. Kualitas air mempengaruhi

kesehatan, karena sifat air yang mudah terkontaminasi oleh berbagai

mikroorganisme dan sangat mudah melarutkan bahan (Wibowo dalam Fikri dkk,

2020).

Sejumlah teknologi digunakan untuk memurnikan air limbah deterjen,

diantaranya flokulasi kimia, fraksinasi busa, oksidasi fenton, biodegradasi

aerobik, dan filtrasi membran (Luo dkk, 2012), filtrasi membran (Kowalska,

2012), dan proses filrasi membran yang digerakan oleh gravitasi (Gravity Driven

Membrane, GDM). Filtrasi GDM pertama kali diuji oleh Swiss Federal Institute

Of Aquatic Science and Tchnology (Eawag). Sistem ini dioperasikan di bawah

tekanan ultra rendah (40-60 mbar) dengan perawatan yang sedikit dibandingkan

filtrasi membran tradisional seperti ultrafiltrasi (UF) dan menjadi teknologi yang

relevan dapat digunakan untuk desentralisasi produksi air minum di negara

berkembang (Peter-Varbanets dkk, 2009). Dalam uji skala laboratorium,

stabilisasi fluks dalam kisaran 2 hingga 20 L/m 2.jam dicapai tanpa perlu pencucian

balik (Derlon dkk, 2013), (Derlon dkk, 2012). Sistem GDM tekanan ultra rendah

memang dioperasikan dalam mode buntu, menggunakan gravitasi sebagai

kekuatan pendorong utama tanpa kontrol biofouling. Percobaan skala

laboratorium dan pengujian lapangan membuktikan bahwa pembentukan biofilm

3
yang sangat permeabel dikaitkan dengan stabilitas fluks jangka panjang (beberapa

bulan) antara 3 dan 15 L/m2+.jam (Derlon dkk, 2012 ; Peter-Varbanets dkk, 2009).

Sistem GDM memiliki efisiensi penghilang kontaminan melalui filtrasi yang

umumnya meningkat dengan ukuran pori nominal membran yang berukuran 0,1

μm dan ukuran bahan organik terlarut kurang dari 100 nm diameter. Dengan

demikian, kontaminan molekul tersebut tidak dapat ditolak melalui proses

mikrofiltrasi pada sistem GDM (Shiguang dkk, 2021).

Penelitian mengenai pengolahan limbah laundry (binatu) telah banyak

dikembangkan leh para peneliti dengan menggunakan beberapa metode

pengolahan baik secara konvensional maupun secara modern. Beberapa studi

dilakukan oleh peneliti terdahulu tentang pengolahan limbah laundry, diantaraya

menggunakan media penyaringan kombinasi pasir arang aktif dengan metode

pengolahan flokulasi dan koagulasi dalam mengola limbah laundry diperoleh

hasil air yang dihasilkan air bersih yang aman untuk dibuang ke lingkungan pada

tekanan 1 bar warnanya dengan nilai 138, COD 908 mg/L dan TSS 215 mg/L dan

pada tekanan 2 bar warna 40, COD 746 mg/L dan TSS 215 mg/L (Setyobudiarso

dan Yuwono, 2018), menggunakan absorben karbon aktif dengan metode biosand

filter diperoleh persentase TSS 76,61%, VSS 63,35%, COD 53,67%, fosfat

74,32% dan persentase sebesar 53,54% (Widya Astuti dan Suriani Sinaga, 2015),

metode elektrokoagulasi dengan parameter yang diukur adalah surfaktan dan TSS

diperoleh hasil optimal penyisihan TSS 85% dari 400 mg/lt menjadi 60 mg/lt pada

tegangan 21 V dan Surfaktan sebesar 60,36% dari 15,21 mg/lt menjadi 6 mg/lt

(Rachmawati dkk, 2014).

4
Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan studi tentang pengolahan

limbah laundry dengan memanfaatkan teknologi membran, diantaranya penelitian

yang dilakukan oleh Barambu dkk (2020) menggunakan sistem filtrasi membran

panel miring dengan menggunakan membran mikrofiltrasi. Peningkatan

permeabilitas hingga 83% dan dari 109 menjadi 221,4 ± 10,8 L/m 2. jam.bar

dengan pengoperasian tekanan yang lebih rendah 0,1 terhadap 0,5 bar yang

digunakan oleh yang lain. Studi lain juga dilakukan koleh Hoinkis dkk (2009)

tentang penggunaan kembali air industri (binatu komersial dan sisa detergen)

menggunakan teknologi Membrane Biorektor (MBR) yang menggunakan

membran mikrofiltrasi dan osmosis balik / reverse osmosis (RO), dioperasikan

sejak awal tahun 2007 dengan fluks rata-rata sekitar 15 L/m 2.jam pada

permebilitas antara 300-1000 L/m2 .jam. bar). Setelah satu tahun beroperasi tanpa

pembersihan bahan kimia, fluks diturunkan menjadi 12 -15 L/m 2.jam pada

permeabilitas rata-rata 150-300 L/m2 .jam.bar. Selama 2 tahun lebih beroperasi

COD umpan dimulai pada 600 - 800 mg/L dan meningkat hingga lebih dari 1000

mg/L sedangkan COD dalam permeat tetap pada nilai dibawah 100 mg/L laju

eliminasipun lebih tinggi dari 90%.

Metode Filtrasi Gravity Driven Membrane (GDM) adalah salah satu

metode teknologi membran yang tidak membutuhkan energi tinggi serta biaya

yang besar. Oleh karena itu, sangat cocok untuk dikembangkan di industri

laundry skala unit kecil. Filtrasi Gravity Driven Membrane (GDM) merupakan

salah satu membran bioerektor (MBR) yang sangat menjanjikan dengan

pengoperasian pada tekanan sangat rendah oleh gravitasi dan membutuhkan

energi yang minimal dan memiliki spektrum yang luas untuk pengolahan air,

5
termasuk air limbah yang diencerkan dan air permukaan dengan tingkat

kontaminan yang bervariasi dengan potensi yang menasik dan penggunaan

kembali (Wang dkk, 2017).

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti melakukan studi tentang

kinerja filtrasi limbah laundry menggunakan sisitem Gravity Driven Membrane

(GDM) pada tekanan ultra rendah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh kinerja filtrasi bertekanan ultra rendah pada

permeabilitas air bersih?

2. Bagaimanakah pengaruh kinerja filtrasi bertekanan ultra rendah pada

permeabilitas larutan deterjen?

3. Bagaimanakah pengaruh kinerja filtrasi bertekanan ultra rendah pada

permeabilitas limbah laundry?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh kinerja filtrasi bertekanan ultra rendah terhadap

permeabilitas air bersih.

2. Untuk mengetahui pengaruh kinerja filtrasi bertekanan ultra rendah terhadap

permeabilitas larutan deterjen.

3. Untuk mengetahui pengaruh kinerja filtrasi bertekanan ultra rendah terhadap

permeabilitas limbah laundry.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi dan pemahaman terhadap pentingnya pengolahaan

pada limbah laundry.

6
2. Memberikan alternatif cara pengolahan limbah laundry menggunakan filtrasi

bertekanan ultra rendah pada skala kecil.

3. Memberikan informasi tentang pengaruh kinerja filtrasi bertekanan ultra

rendah pada permeabilitas terhadap pengolahan air bersih, air deterjen dan

limbah laundry.

E. Lingkup Penelitian

1. Variasi tekanan hidrostatik yaitu 1 kPa, 2 kPa, 3 kPa, 4 kPa, 5 kPa, 6 kPa, 7

kPa, 8 kPa, 9 kPa dan 10 kPa

2. Permebilitas berdasarkan variasi tekanan

3. Air yang digunakan pada pelitian ini adalah air dari Depot Air Minum Farzaa

4. Larutan detergen yang digunakan dalam penelitian ini ialah larutan dengan

campuran detergen yang bermerk My Chem produk CV Chemika Karya.

5. Limbah laundry diperoleh dari hasil pencucian menggunakan 200 ml deterjen

merk My Chem dalam mesin cuci berkapasitas 10 liter.

6. Parameter uji dalam penelitian ini adalah volume filtrat

F. Definisi Operasional

1. Filtrasi

Filtrasi adalah suatu proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat

tersuspensi yang diukur dengan kekeruhan air melalui media berpori.

Penyaringan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik diantaranya

ialah filtrasi membran. Membran adalah salah satu media filtrasi yang

berpori. Penyaringan melalui membran dengan cara menghambat partikel-

partikel kedalam ruang pori sehingga terjadi pengumpulan serta

7
penggumpalan partikel pada permukaan pori membran. Dengan demikian air

yang melalui membran tidak keruh dan menjadi lebih bersih.

2. Detergen

Detergen adalah merupakan suatu produk yang terdiri dari beberapa

campuran bahan seperti Sodium Lauryl Sulfate (SLS), LABS, Soda Ash,

Metain, Glucotain, pewarna, pewangi dan air sulingan.

3. Limbah Laundry

Limbah laundry adalah larutan yang diperoleh dari sisa pencucian pakaian

dengan menggunakan detergen

4. Permeabilitas

Permeabilitas membran adalah kemampuan membran untuk melewatkan air

berdasarkan kenaikan tekanan

5. Membran hollow fiber

Membran hollow fiber adalah lembaran tipis mikro-pori yang bisa menyerap

bagian dari molekul di atasnya berdasarkan ukuran, bentuk, atau perubahan

molekul dan afinitas molekul, sehingga secara selektif memisahkan material

khusus dari campuran. Membran hollow fiber merupakan jenis modul

membran ultrafiltrasi yang berbentuk serat-serat berongga, dengan panjang

2,5 cm dan lebar 4,6 cm, luas kontak sebesar 0,2417 m2 dan memiliki

diameter pori sebesar 0,001 um.

6. Gravity driven membrane (GDM)

8
Gravity driven membrane (GDM) adalah suatu metode filtrasi yang

menggunakan gaya gravitasi dalam bentuk tekanan hidrostatik untuk

mengalirkan larutan permeat dari sisi umpan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Cemaran Limbah Laundry

1. Limbah Laundry

Limbah laundry (binatu) adalah larutan yang diperoleh dari sisa pencucian

pakaian dengan menggunakan detergen. Limbah laundry dominan berasal dari

pelembut pakaian dan detergen yang memiliki kandungan bahan aktif,

diantaranya adalah ammonium klorida, LAS, sodium dodecyl benzene sulfonate,

natrium karbonat, natrium sulfat, alkilbenzena sulfonate, fosfat yang berasal dari

tripolyphospat (STPP). STPP berfungsi sebagai builder yang merupakan unsur

terpenting kedua setelah surfaktan karena kemampuanya untuk menonaktifkan

mineral kesadahan dalam air sehingga detergen dapat berkerja secara optimal

(Pangesti, 2020). Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga

memungkinkan partikel-partikel menempel pada bahan-bahan yang dicuci

terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air. Pada dasarnya jasa pencucian

pakaian (laundry) tidak memiliki sistem pengolahan limbah untuk menangani

limbah cair yang dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode

pengelolaan limbah yang efisien (Rachmawati, 2014)

9
Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Industri Sabun dan Detergen

Parameter Kadar Maksimum Beban Pencemar


(mg/L) Maksimum (Kg/ton
Produk)
Sabun Detergen
BOD5 75 0.6 0.075

COD 180 1.44 0.180

TDS 2000 0.48 0.060

Phospat, PO4 2 0.16 0.002

Ph - 6.0-9.0 -

Debit - 8m3/ton 1m3/ton

Maksimum - Produk Produk

Sumber: Peraturan Menteri KLH-RI Nomor 5 tahun 2014

2. Karakteristik Limbah Laundry

Tabel 2.2. Karakteristik Limbah Cair Laundry


Parameter Nilai Satuan
Hudori (2008) Padmanabha
(2015)
Suhu 23,6 - 23,6 - o
C

Ph 8,67 - 10,53 8,6 mg / L

Surfaktan 256,87 - 363,72 - mg/L

COD 599,44 - 754,35 346,84 mg/L

BOD - 182,78 mg/ L

TSS - 48,65 mg/ L

Total Fosfat 10
7,36 - 7,84 7,3 mg / L
Sumber: Anggraeini, 2015

3. Dampak Limbah Laundry

Kebutuhan air untuk industri laundry rata-rata 15 L untuk memeroses 1 kg

pakaiaan dan menghasilkan 400 m3 limbah cair per hari (Cibatti, 2009). Menurut

Ridho (2013) dalam Pangesti (2020) pengerjaan cucian jasa laundry mencapai 75

s/d 80 kg pakaian dan limbah yang dihasilkan berkisar 35 s/d 50 liter. Limbah

laundry yang dihasilkan pembuangannya bermuara ke selokan bahkan sungai

sehingga dapat menganggu ekosistem air seperti ikan dan tumbuhan air lainnya.

Air limbah laundry yang mengandung detergen yang merupakan zat organik

sehingga akumulasi bahan kimia detergen dapat menyebabkan tumbuhan air

menjadi lebih subur (eutrofiksi). Busa yang berada di permukaan air

menyebabkan udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen yang akan

menyebabakan organisme air kekurangan oksigen.

Dampak yang ditimbulkan akibat limbah laundry yang dibuang ke

lingkungan akan menimbulkan dampak jangka panjang yang serius bagi

Kesehatan diantaranya diare dikarenakan virus, penyakit kulit (gatal-gatal) kudis,

kurap sedangkan untuk lingkungan menyebabkan kerusakan ekosistem

(Ardiyanto, 2016).

B. Pengolahan Limbah Laundry Menggunakan Teknologi Membran

Membran dan proses membran pertama kali diperkenalkan sebagai alat

analisis di laboratorium kimia dan biomedis. Membran berkembang sangat pesat

menjadi produk industri dan metode dengan dampak teknis dan komersial yang

signifikan (Lonsdale, 1982; Drioli dkk, 2001; Bhattacharyya dkk, 2003 ;

11
Strathmann 2004). Nollet mengemukakan tentang konsep semipermeabilitas

untuk pertama kalinya, sehingga menjadi cilkal bakal awal dari pengenalan

membran. Pengembangan membran reverse osmosis berdasarkan selulosa asetat

yang disediakan penolakan garam tinggi dan fluks tinggi ada tekanan hidrostatik

moderat dalam teknologi membran merupakan suatu kemajuan besar terhadap

aplikasi membran reverse osmosis sebagai alat yang efektif untuk produksi air

minum dari air laut Reid dkk, 1959 ; Loeb dkk, 1964 dalam (Elma dkk, 2016).

Setelah pengembangan membran efisien, skala perumahan yang tepat disebut

modul yang dirancang dengan kriteria desain modul termasuk membran kepadatan

dengan kemasan yang tinggi, keandalan, kemudahan dalam pergantian membran

atau modul (bongkar pasang), kontrol polarisasi rendah, dan biaya rendah menjadi

solusi suatu teknologi yang sangat mudah dalam pengolahan limbah cair dan bisa

diterapkan dalam skala rumah tangga.

Limbah laundry yang lansung dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan

sangat berbahaya bagi lingkungan. Kandungan limbah cucian seperti COD, BOD,

TDS, pH, tingkat fosfat dan kekeruhan yang tidak memenuhi standar kualitas air

dapat menyebabkan lingkungan tercemar, berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan oleh Damayanti dan Sari, (2016) yaitu pengelolaan limbah laundry

menggunakan membran nanofiltrasi dengan ukuran pori 0,001 µm dengan tujuan

mengetahui nilai fluks dan rejeksi untuk setiap konsentrasi pengenceran dengan

variasi 100%, 75% dan 50% adalah 151 NTU, 146 NTU, 143 NTU dan parameter

fosfat 31,30 mg/L, 25,8 mg/L, dan 11, 49 mg/L. Diperoleh hasil setelah filtrasi,

nilai rejeksi untuk masing-masing 88,46%, 87,82%, 87,58%. Nilai fluks tertinggi

12
masing-masing konsentrasi pengenceran adalah 7,22 L/m2 .jam, 8,49 L/m2 .jam

dan 11,04 L/m2 .jam.

C. Karakteristik dan Sistem Kerja Membran Filtrasi Bertekanan Ultra

Rendah

Membran merupakan suatu lapisan tipis diantara dua fasa fluida yaitu fasa

umpan (feed) dan fasa permeat yang bersifat sebagai penghalang (barrier)

terhadap suatu fase tertentu, yang dapat memisahkan zat dengan ukuran yang

berbeda serta membatasi transpor dari berbagai spesi berdasarkan sifat fisik dan

kimianya. Proses membran adalah proses penyaringan atau pemisahan suatu zat

dengan memanfaatkan tekanan atau energi potensial. Pemisahan yang terjadi

karena adanya gaya dorong (driving force) dalam umpan yang berupa beda

tekanan (ΔP), beda kosentrasi (ΔC), beda potensial listrik (ΔE) dan beda

temperatur (ΔT) serta selektifitas membran yang dinyatakan dengan rejeksi (Elma

dkk, 2016), seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.1. Skema Pemisahan Dengan Menggunakan Membran (Mulder,


1991)

Teknologi membran memiliki beberapa keunggulan yaitu proses

pemisahannya berlangsung pada suhu kamar, dapat dilakukan secara kontinu, sifat

13
yang bervariasi, dapat diatur sesuai kebutuhan, membutuhkan energi yang rendah,

serta penggunaan kembali produk sampingan. Proses pemisahan menggunakan

gaya dorong berupa beda kuat tekanan, medan listrik dan beda konsentrasi dapat

dikelompokan menjadi mikromembran, ultramembran, nanomembran dan reverse

osmosis. Selain memiliki keunggulan, teknologi membran juga terdapat

kelemahan yaitu fluks dan selektifitas dimana terjadi perbedaan yang berbanding

terbalik, semakin tinggi fluks maka selektifitas membran akan menurun. Namun

nilai fluks dan selektifitas yang tinggi sangat dibutuhkan dalam kinerja membran

(Elma dkk, 2016). Penurunan nilai fluks dalam teknologi membran menjadi

masalah yang sangat penting, penurunan fluks disebabkan oleh fenomena

biofouling.

Biofouling adalah pengotoran yang disebabkan oleh pengendapan

organisme aktif, seperti mikroorganisme aktif, jamur, virus, dan zat-zat polimer

tambahan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Damayanti dan Sari (2016),

penurunan fluks membran nanofiltrasi karena pori-pori fouling yang terkandung

dalam partikel limbah. Partikel yang menyumbat disebut foulan, pori-pori

membran yang semakin mengecil akibat adanya foulan pada permukaan membran

menyebabkan air umpan yang melewati membran semakin sedikit sehingga

semakin kecil nilai fluks.

Operasi membran menunjukan potensi dalam molekul pemisahan,

klarifikasi, fraksinasi, kosentrasi, dan lain-lain dalam fase cair, fase gas, atau

dalam suspeni (Drioli dan Romano, 2001). Berdasarkan gradien tekanan sebagai

gaya dorong dan permeabilitasnya, membran dibagi menjadi mikrofiltrasi (MF)

beroperasi pada tekanan sekitar 0,1–2 bar dan permeabilitasnya lebih besar dari 50

14
L/m2..jam.bar, ultrafiltrasi (UF) beroperasi pada tekanan 1-5 bar dan

permeabilitasnya 10-50 L/m2..jam.bar, nanofiltrasi beroperasi pada tekanan 5-20

bar dan permeabilitas mencapai 1,4-12 L/m2..jam.bar dan Reverse Osmosis (RO)

beroperasi pada tekanan 10-100 bar dan permeabilitas mencapai 0,005–1,4

L/m2..jam.bar (Elma dkk, 2016).

D. Penyumbatan Membran (Fouling)

Fouling adalah pengendapan dan pelekatan material dipermukaan membran

yang menyebabkan terjadinya penurunan fluks dan mengurangi permeabilitas

membran sepanjang pengoperasian, permasalahan ini sering dijumpai dalam

proses membran akibat trjadinya fouling (Rautenbach. 1989). Secara umum,

fouling dipengaruhi oleh karakteristik membran, karakteristik umpan dan kondisi

operasi (Mulder, 1996). Karakteristik membran yang mempengaruhi fouling

adalah hidrofilisitas, muatan, topografi permukaan dan struktur pori dan

karakteristik umpan yang mempengaruhi fouling ialah kandungan ion, pH larutan,

dan jenis kation. Tingkat fouling juga dipengaruhi oleh komdisi operasi seperti

temperatur, laju alir dan tekanan (Rohman, 2016).

Fouling membran merupakan suatu peristiwa konsentrasi polarisasi atau

proses terkumpulnya semua komponen dalam permukaan maupun dalam pori

suatu membran sehingga dapat menurunkan laju fluks yang terjadi seiring dengan

bertambahnya waktu filtrasi (Ardiansyah dan Kusumo. 2013).

Semakin bertambah waktu fouling semakin meningkat, sehingga

menyebabkan peningkatan konsusmsi energi dan proses tidak lagi ekonomis.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, fouling dapat dikurangi dengan melakukan

pembersihan secara berkala atau dengan diterapkan sistem backwash. Berdasarkan

15
penelitian Drewsh durasi backwash dilakukan selama 10 menit untuk mekanisme

fouling pada membran (Pangesti. 2017), backwashing merupakan proses filtrasi

terbalik dimana permeat dibilas melalui membran kesisi kosentrat. Pada membran

berpori, ketika backwash diterapkan maka pori-pori dibilas dari sisi dalam ke luar.

Tekanan pada sisi permeat membran lebih tinggi dari tekanan didalam membran

sehingga pori-pori dibersihkan. Durasi backwash juga sangat mempengaruhi

sistem produktivitas 5%- 10 % karena volume filtrat digunakan selama backwash.

Apabila backwash sering dilakukan maka memungkinkan terjadinya penurunan

fluks lebih tinggi, karena produktivitas semakin menurun (Arnal.,dkk. 2009).

Pemodelan fouling dapat dilakukan dengan metode regresi. Metode ini

biasanya digunakan untuk penjadwalan pembersihan. Permeabilitas membran

akan berkurang atau menurun sejalan dengan waktu. Berdasarkan hasil penelitian

Bouhabila dkk (2001), karakteristik fouling pada membran, melalui hubungan

regresi antara permeabilitas dan waktu, dengan menurunnya permeabilitas

menunjukan kinerja dan perfomansi membran tidak optimal.

Menurut Wenten dkk (2013) terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya

fouling, diantaranya :

1. Sifat dan Bahan Penyusun Membran

Membran yang terbuat dari bahan yang memiliki sifat hidrolisitas yaitu

yang dapat memblokir air namun menyerap bahan hidrofobik memiliki tingkat

penyebab fouling yang tinggi.

2. Sifat zat terlarut

16
Umpan yang mengandung garam memiliki tingkat fouling sangat tinggi.

Hal ini dikarenakan membran dapat diikat secara lansung oleh garam akibat

interaksi muatan atau bahan lainnya.

3. Struktur Morfologi Membran

Ukuran pori suatu membran menentukan partikel yang dapat melewati

atau tertahan oleh membran. Apabila ukuran partikel sama besar dengan ukuran

pori atau bahkan lebih besar dari ukuran pori maka dapat menyebabkan

penyumbatan pada membran.

4. Rekayasa Proses

Rekayasa proses dapat berupa penggunaan suhu dalam proses pemisahan.

Suhu yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik umpan yang digunakan.

Secara umum fluks yang tinggi dapat diperoleh melalui peningkatan suhu, namun

juga dapat menurunkan nilai fluks pada umpan yang mengandung Whey keju.

Bentuk lain dari rekayasa proses yaitu sistem aliran yang digunakan pada proses

filtrasi

E. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu :

Penelitian Damayanti dan Sari (2016), yaitu pengolahan limbah laundry

menggunakan membran nanofiltrasi dengan ukuran pori 0,001 µm untuk

mengetahui mengetahui nilai fluks dan rejeksi dari setiap kosentrasi pegenceran

dengan variasi 100%, 75% dan 50% adalah 151 NTU, 146 NTU, 143 NTU dan

parmeter fosfat 31,30 ,mg/L, 25,8 mg/L, dan 11, 49 mg/L. diperoleh hasil

bertutur- turut , nilai rejeksi untuk masing-masing 88,46%, 87,82%, 87,58%. Nilai

17
fluks tertinggi masing-masing konsentrasi pengenceran adalah 7,22 L/m2 .jam,

8,49 L/m2 .jam dan 11,04 L/m2 .jam.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Daniar (2021) tentang pengaruh

tekanan terhadap kinerja filtrasi limbah binatu menggunakan metode filtrasi

Gravity Driven Membrane (GDM) diuji melalui pengukuran permeabilitas pada

tekanan 6 , 8 dan 10 kPa dengan pengulangan dua kali. Hasil penelitian diperoleh

semakin tinggi tekanan maka permeabilitas filtrasi semakin rendah. Permeabilitas

terendah air bersih, air detergen dan limbah binatu yaitu pada tekanan 10 kPa

berturut yaitu 1791 L/m2jam.bar, 1709 L/m2.jam.bar dan 148 L/m2.jam.bar.

Selain itu penelitian Hidayat dkk, (2019) tentang sintesis, karakterisasi dan

performa TiO2 – N sebagai filler pada polietersulfon membran untuk pengolahan

limbah binatu, sinterisis TiO2 – N dilakukan dengan metode sol gel. Dari hasil

pengolahan data karakterisasi UV-DRS didapatkan nilai energi celah pita TiO2

sebesar 3,33 eV, sedangkan fotokatalis TiO2 – N energi celah pita sebesar 3, 08

eV. Pada penelitian ini, hasil fluks air murni dan fluks limbah laundy tertinggi

terdapat pada membran PES/PEG/ TiO2–N, yaitu sebesar 116,91 L/m2.jam pada

jam 2 menit pertama untuk fluks air murni dan 98.636 L/m2.jam pada 2 menit

pertama untuk limbah fluks dan rejeksi yang dihasilkan mencapai 84,328% untuk

COD dan nilai reduksi BOD sehingga penambahan TiO2–N pada membran dapat

meningkatkan kinerja membran untuk ultrafiltrasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Kiswanto (2019), pengolahan limbah cair

batik menggunakan teknologi membran nanofiltrasi di kota pekalongan.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh tekanan (4, 5 dan 6 bar)

terhadap fluks dan derajat windection dari masing-masing parameter. Dari hasil

18
penelitian ditemukan penurunan fluks paling tajanm pada menit ke 15 untuk

semua parameter pengenceran 10, 20 dan 30 kali, terjadi penurunan yang

konsisten pada menit ke 120, penurunan ini disebabkan oleh adanya fouling.

Tekanan optimal nanofiltrasi membran untuk semua parameter adalah 6 bar. Hasil

penelitian menunjukan bahwa hasil rejeksi pewarna, COD, BOD, TSS dan Pb

berturut-turut tanpa pengenceran 10 kali , 20 kali dan 30 kali berturut-turut (98,29

%-99,87%), (92,10-100%), (100%), (99,25-100%), (95,25-100%). Hasil

menunjukan bahwa kelonggaran warna, COD, BOD, TSS dan Logam Pb telah

memenuhi baku mutu untuk tekanan optimum 6 bar.

Berdasarkan penelitian Daud, dkk (2016) dengan judul pengaruh tekanan

transmembran dan kosentrasi chemical clening (NaOH) pada penyisishan fosfat

dari limbah laundry dengan membran ultrafiltrasi aliran cros flow. Hasil

penelitian menunjukan terjadinya perbedaan fluks yang dihasilkan masing-masing

membran tekanan transmembran. Fluks cenderung menurun dengan

meningkatnya waktu filtrasi. Fluks rata- rata meningkat dengan naiknya tekanan,

fluks terbesar diperoleh pada tekanan transmembran 3 bar sebesar 43,84

ml/menit/cm2 diikuti dengan tekanan 2 bar sebesar 28,87 ml/menit/cm 2 dan 1 bar

sebesar 14,83 ml/menit/cm2.

F. Kerangka Berfikir

Perkembangan industri laundry saat ini semkain sejalan dengan

pertumbuhan penduduk begitupula aktivitas penduduk yang semakin meningkat.

Kegiatan laundry atau pencucian menggunakan detergen sebagai pembersih

karena sangat efektif ketimbang sabun lainnya. Peningkatan kegiatan pencucuian

(laundry) baik skala industri maupun rumah tangga menyebabkan meningkatnya

19
limbah yang dihasilkan. Limbah laundry (binatu) sangat berbahaya apabila

lansung dibuang ke lingkungan tanpa melakukan pengolahan terlebih dahulu.

Oleh karena itu diperlukannya sistem pengolahan limbah laundry agar tidak

berbahaya bagi lingkungan. Teknologi membran telah banyak dikembangkan

sebagai media pengolahan limbah cair (binatu) karena sangat efektif dalam proses

penjernihan air limbah dinataranya membran ultrafiltrasi (hollow fiber) dengan

metode filtrasi Gravity Driven Membrane (GDM). Metode filtrasi GDM

beroperasi dengan memanfaatakan gaya gravitasi tanpa membutuhkan energi yang

besar serta dapat beroperasi pada tekanan ultra rendah dengan permeabilitas air

yang baik.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekperimen. Metode pada

penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu dalam kondisi yang dikendali

(Arifin, 2020). Dalam penelitian ini parameter uji kinerja filtrasi membran

dibatasi, adapun yang akan dideskripsikan adalah permeabilitas membran.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai

Maret 2022 di Laboratorium Kimia Universitas Pendidikan Mandalika dengan

rentang suhu ruangan 25o – 27 o C.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independen) sering disebut varaiabel stimulus, predikator.

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen) (Ridha, 2017). Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah variasi tekanan hidrostatik dan sistem filtasi.

21
Tekanan yang digunakan adalah 1-10 kPa dengan filtrasi System Critical Flux

dan system full resicycle.

2. Variabel terikat (dependen) juga disebut sebagai variabel output, kriteria,

konsekuen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas (Ridha, 2017). Adapun variabel terikat pada

penelitian ini adalah permebilitas membran filtrasi.

D. Instrumen Penelitian

1. Alat dan Bahan

a. Alat Penelitian

Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah serangkaian alat

filtrasi, stopwatch, gelas ukur, wadah permeat, pompa dan wadah larutan umpan.

Gambar 3.1. Alat Filtrasi Bertekanan Ultra Rendah

b. Bahan Penelitian

Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dari Depot

Air Minum Farzaa Mataram, larutan detergen berasal dari detergen merk My

22
Chem produk CV. Chemika Karya, limbah laundry diperoleh dari hasil pencucian

baju menggunakan 200 ml detergen merk My Chem, dan membran ultrafiltasi

(hollow fiber bentuk U dengan berdiameter 4,6 cm dan Panjang 22,5 cm).

Membran serta berongga merupakan rancangan modul filtrasi yang relatif baru.

Membran serat berongga ini mempunyai kisaran diameter mulai 0,19-1,25 mm

dengan ketebalan ± 200 mikron. Setiap modul berisi 50-3000 buah hollow fiber,

tergantung pada dimeter serta berongga dan cangkangnya. Membran yang

digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Membran Serat Berongga (Hollow Fiber)

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Penyiapan Membran

Dalam penelitian Derlon dkk, (2012), membran disimpan selama 24 jam

dalam air deionisasi untuk menghilangkan agen konservasi . Pada penelitian ini

membran direndam selama 12 jam pada larutan detergen dan selama 12 jam

dalam air bersih. Proses ini dilakukan untuk mengaktifkan pori membran sehingga

dapat diperoleh air dengan kualitas lebih murni dibandingkan sebelumnya.

2. Penyiapan Larutan Umpan

23
Produk detergen yang digunakan mengandung Sodium Lauryl Sulfate

(SLS), LABS, Soda Ash, Metain, Glucotain, pewarna, pewangi dan air sulingan.

Larutan detergen dibuat dari produk detergen merk My Chem dan air bersih

dengan perbandingan 200 ml : 10.000 ml. Limbah laundry diperoleh dari air hasil

pencucian pakaian dengan menggunakan merk detergen yang sama.

3. Uji Filtrasi

Sistem filtrasi pada penelitian ini yaitu menggunakan membran

ultrafiltrasi serat berongga (hollow fiber) yang merupakan rancangan modul

ultrafiltrasi yang relatif baru. Mekanisme aliran filtrasi pada membran hollow

fiber dimana influen dipompakan kebagian dalam tube membran (tube side)

menuju sisi luar membran (shell side) yang dikenal sebagai aliran inside out

(Palupi, 2011). Tekanan hidrostatik yang diberikan bercariasi yaitu 1 kPa, 2 kPa,

3 kPa, 4 kPa, 5 kPa, 6 kPa, 7 kPa, 8 kPa, 9 kPa dan 10 kPa.

Dalam proses ini umpan dialirkan menggunakan pompa kedalam modul

filtrasi. Kran digunakan untuk mengalirkan umpan dari modul filtrasi ke wadah

umpan dengan tetap menjaga tekanan transmembran umpan tetap kosntan. Tahap

pertama, proses filtrasi pertama kali diuji dengan air bersih sebagai umpan

menggunakan membran selama 30 menit untuk setiap tekanan dengan waktu

relaksasi 10 menit untuk menentukan permeabilitas air bersih, fluks diambil tiga

kali selama 3 menit untuk setiap 10 menit pertama . Selanjutnya perlakuan yang

sama terhadap larutan detergen dan limbah laundry seperti perlakuan pada air

bersih, tahap ketiga yaitu proses filtrasi jangka panjang selama lima minggu (35

hari) dan setiap 7 hari dilakukan pergantian limbah laundry tanpa melakukan

24
(backwashing) pencucian pada membrane, fluks diambil tiga kali perhari selama 3

menit dengan jarak waktu selama 5 jam dari pengambilan sebelumnya. Ilustrasi

sistem filtrasi pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Ilustrasi Filtrasi Sistem Dead- end (Searah)

F. Teknik Analisis Data

1. Tekanan Transmembran

Untuk menghitung tekanan transmembran yang digunakan dihitung

menggunakan rumus tekanan hidrostatik.

Ph = ρ . g . h ……………………………………….(1)

Dengan Ph merupakan tekanan hidrostatik (Pa), ρ sama dengan massa jenis

zat (kg.m3), g yaitu kecepatan gravitasi (m/s2) dan h adalah ketinggian (m).

pengaturan ini dgunakan untuk menganalisis kemampuan filtrasi membran dalam

pengolahan limbah menjadi air bersih.

2. Fluks

25
Fluks adalah jumlah volume permeat yang melewati satuan luas membran

dalam waktu tertentu dengan adaanya gaya dorong (tekanan). (Notodarmojo &

Deniva, 2004). Pengukuran fluks dilakukan dengan mengalirkan umpan

menggunakan modul ultrafiltrasi sistem dead-end menggunakan membran serat

berongga (hollow fiber) yang telah dihasilkan. Permeat ditampung dan diukur

volumenya menggunakan gelas ukur, laju volumentrik permeat diukur dengan

mencatat volume permeat dalam selang waktu tertentu. Secara sistematis fluks

dirumuskan sebagai beriktut (Mulder, 1996) :

V
J= (L/ m2.jam) …………………………(2)
A xt

Dimana :

J = Fluks (L/ m2.jam)

V = Volume Permeat (ml)

A = Luas Permukaan membran (m2)

T = Waktu (jam)

Laju fluks akan menurun sejalan dengan waktu akibat adanya

polarisasi konsentrasi, fouling dan scaling.

2. Permeabilitas

Permeabilitas suatu membran merupakan ukuran kecepatan dari suatu

spesi atau konstituen menembus membran. Secara kuantitas permeabilitas

membran sering dinyatakan sebagai fluks atau koefisien permeabilitas.

Permeabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut :

J
L= (L/ m2.jam.bar) ……………………………….(3)
∆P

Dimana :

26
L = Permeabilitas (L/ m2.h.bar)

J = Fluks (L/ m2.h)

∆P = Tekanan (bar)

3. Uji Deskriptif

Data dianalisis secara deskriptif menggunakan grafik. Pengaruh tekanan

terhadap terhadap permeabilitas dianalisis menggunakan Microsoft Office 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Akhondi, E., Wu, B., Sun, S., Marxer., dkk. (2015). Gravity- driven Membrane

Filtration as Pretreatment for Seawater Reverse Osmosi: Linking Biofouling

Layer Morphology with Flux Stabilization. ScieceDirect Journal. 70 (2015),

158 e173,70. http://dx.doi.org/10.1016/j.watres.2014.12.001

Al- Amoudi, A., & Lovvit, R. W. (2007). Fouling strategis and the cleaning

system of NF membranes and factor affecting cleaning efficiency. Journal of

membrane science, 303(1-2), 4-28.

https://doi.org/10.1016/jmemsci.2007.06.002

27
Al-Kdasi. A, dkk., (2004). Treatment of Textile Wastewater byadvanced

Oxidation Process. Global Nest the International Journal. 6:222-230

Almazan, J.E., Dondiz, E.M.R., Rajal, V.B., and Vidaurre, E.F.C. 2015.

Nanofiltration of Glucose : Analysis of Parameters and Membrane

Characterization. Journal of Chemical Engineering Research and Design. 94:

485-493

Ardiansyah dan A. B. Kusumo. (2013). Karakteristik Penurunan Fluks pada

Filtrasi Larutan Humic Acid dengan Membran Mikrofiltrasi. Jurnal Teknologi

dan Industri. 2 (2) : 267-274

Ardiyanto, P. (2016). Analisis Limbah Laundry Informal dengan Tingkat

Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Mukhtiarjo Kidul Kecamatan

Pedurungan Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan, 2(1), 1-12

Arifin, Z. (2020). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jurnal Al- Hikmah, 1(1).

Atima, W. (2015). BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku

Mutu Air Limbah. Biosel : Biology Science and Education, 4(1), 83-93

Barambu, N. U., Peter, D., Yusoff, M. H. M., Bilad, M. R., Shamsuddin, N.,

Marbelia, L., Nordin, N. A. H., & Jaafar, J. (2020). Detergent and water

recovery from laundry wastewater using tilted panel membrane filtration

system. Membranes, 10(10), 1–9. https://doi.org/10.3390/membranes10100260

Bhattacharyya, D., & Butterfield, A. D. (Eds). (2003). New Insight Into

Membrane Science and Technology : Polymeric and Biofunctional Membrane.

Elsevier

28
Bouhabila, E. H., Aı̈ m, R. B., & Buisson, H. (2001). Fouling characterisation in

membrane bioreactors. Separation and Purification Technology, 22, 123-132.

https://doi.org/10.1016/S1383-5866(00)00156-8

Ciabatti, I, F. Cesaro, L.Faralli, E.Fatrella, dan F.Togotti. 2009. Demonstration of

a treatment system for purification and reuse of laundry wastewater,

Desalination, 245, 451-459

Damayanti, A., & Kumala Sari, T. (2016). The Performance Operation of Zeolite

as Membrane with using Laundry Waste Water. Journal of Membrane Science

& Technology, 6(2). https://doi.org/10.4172/2155-9589.1000148

Damayanti, A., Ujang, Z., Salim, MR., Ollsong, G. (2011). Pengaruh Campuran

Padatan Tersuspensi (MLSS). pada Biofouling dalam Bioerektor Membran

Hibrida untuk Pengolahan Air Organik Kosentrasi Tinggi. Ilmu dan

Teknologi Air.63: 1701 -1706

Daud,S.,Rezaa,M., & Tarif, E.A. (2017). Pengaruh Tekanan Transmembran dan

Kosentrasi Chemical Cleanin Agent (NaOH) pada Penyisishan Fosfat dari

Limba Laundry dengan Membran Ultrafiltrasi Aliran Cross Flow. Jurnal

Teknologi Kimia (2)1-7

Derlon, N., Peter-Varbanets, M., Scheidegger, A., Pronk, W., Morgenroth, E.,

(2012). Predation Influences the Structure of Biofilm Developed on

Ultrafiltration Membranes. Water Res. 46 (10), 3323e3333.

http://dx.doi.org/10.1016/j.waters.2012.03.031

Derlon, N., Koch, N., Eugster, B., Posch, T., Pernthaler, J., Pronk, W., &

Morgenroth, E. (2013). Activity of metazoa governs biofilm structure

formation and enhances permeate flux during Gravity-Driven Membrane

29
(GDM) filtration. Water Research, 47(6), 2085–2095.

https://doi.org/10.1016/j.watres.2013.01.033

Drioli, E., & Romano, M. (2001). Progress And New Perspectives On Integrated

Membrane Operations For Sustainable Industrial Growth. In Industrial and

Engineering Chemistry Research (Vol. 40, Issue 5, pp. 1277–1300). American

Chemical Society. https://doi.org/10.1021/ie0006209

Elma, M., Pengelolaan Jurnal dan Penerbitan Unlam Jl HHasan Basry, P., &

Tangi, K. (2016). Proses Pemisahan Menggunakan Teknologi Membran.

Lambung Mangkurat. University Press.

Farida, N. E. (2013). Pengaruh Variasi Kosentrasi dan pH Asam Larutan Natrium

Lauril Sulfat Terhadap Proses Pemisahannya pada Membran Selulosa Asetat.

Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Jember.

Fikri, E., Putri, S. N. A., Prijianto, B. T., Syarief, O. (2020). Study of Liquid

Waste Quality and Potential Pollution Load of Motor Vehicle Wash Business

in Bekasi City (Indonesia). Jurnal of Ecological Engineering (2020) 21(3) 12.

https://doi.org/10.12911/22998993/ 118288.

Ginting, P. (2007). Sistem Pengolahan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung

: Yrama Widya.

Handoko, T. I., Riyanto, R., & Julianto, T. S. (2014). Degradationof

Laundrywastewater By Electrolysis Method Using Carbon

Electrode. Indonesian Journal Of Chemical Research, 1(2), 61-73.

Hari Prabowo, B., Nurdini, L., Firdaus, M. C., & Leinaldy, T. P. (2019). Metode

Koagulasi dan Elektrokoagulasi dengan Penambahan Hidrogen Peroksida

pada Proses Pengolahan Limbah Cair Buangan Laundry Coagulation and

30
Electrocoagulation Methods with The Addition of Hydrogen Peroxide on

Laundry Waste Treatment (Vol. 16, Issue 2).

Hidayat, P. R. A, dkk., (2019). Sintesis, Karakterisasi, dan Performa TiO2-N

Sebagai Filler Pada Polietersulfon Membran untuk Pengolahan Limbah Binatu.

Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol. 8, No.2

J.M. Arnal., B. Gracia-Fayos., M. Sancho & G. Verdu. Ultrafiltration Membrane

Cleaning with Different Chemical Solutions After Treating Surface Water. .

(2009). Desalination and Water Treatment, 7(1-3), 198-205.(2009).

https://doi.org/10.5004/dwt.2009.709

Kiswanto, dkk., (2019). Pengolahan Limbah Cair Batik Menggunakan Teknologi

Mmembran Nanofiltrasi di Kota Pekalongan. Jurnal Litbang Kota

Pekalongan., Vol.17.

Kowalska, I. (2012). Recovery of contaminated single-phase detergent by means

of membrane filtration. Environment Protection Engineering, 38(3), 65–78.

https://doi.org/10.5277/EPE120307.

Leos, J.Z., & Zydney, A. L (2017). Microfiltration and Ultrafiltration : Principles

and Applications. Routledge. Htpps://doi.org/10.1201/9780203747223.

Lonsdale, H. K. (1982). The growth of membrane technology. Journal of

membrane science, 10(2-3), 81-181.

Luo, J., Ding, L., Wan, Y., & Jaffrin, M. Y. (2012). Flux decline control in

nanofiltration of detergent wastewater by a shear-enhanced filtration system.

Chemical Engineering Journal, 181–182, 397–406.

https://doi.org/10.1016/j.cej.2011.11.101

31
Mittal, S., Direktur, P., Profesor, A., & Desai, M. D. (n.d.). Studi Karakterisasi &

Pengolahan Limbah Laundry. www.ijirst.org.

Mulder, M. (1991), Basic Principles of Membrane Technology. Kluwer Academy

Plub London.

Mulder, M. , & Mulder, J., (1996). Basic Principles of Membran Technology.

Springer Science & Business Media.

Myers,S.P., and Peinemann, K.V.,2001. Surfactan Science anda Technology, 3 rd

(ed), Jhon Whiley and Son, Inc, New Jersey.

Notodarmojo, S., & Deniva, A. (2004). Penurunan Zat Organik dan Kekeruhan

Menggunakan Teknologi Membran Ultrafiltrasi dengan Sistem Aliran Dead-

End (Studi Kasus : Waduk Saguling, Padalarang). ITB Journal of Sciences,

36(1), 63–82. https://doi.org/10.5614/itbj.sci.2004.36.1.5

Palupi, A. E. (2011). Hollow Fiber Membrane Characteristics As Filtration Media

In Liquid Waste Processing With Activated Mud Karakteristik Membran

Hollow Fiber Sebagai Media Filtrasi Dalam Pengolahan Limbah Cair Dengan

Lumpur Aktif. In Jurnal Teknik Kimia (Vol. 5, Issue 2).

Pangesti, M., W., A. (2020). Analisis Karakterisik Limbah Cair Laundry di

Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Pangesti, T., A. (2017). Optimasi Pada Desain Mmembran Hollow Fiber Sebagai

Teknologi Pemisahan Karbondioksida Dengan Metana. Skripsi. Departemen

Teknik Fisika, M. (n.d) Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi

Sepuluh November.

32
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2015 Baku Mutu Limbah

Industri Sabun dan Detergen

Peter-Varbanets, M., Zurbrügg, C., Swartz, C., & Pronk, W. (2009). Decentralized

Systems For Potable Water And The Potential Of Membrane Technology. In

Water Research (Vol. 43, Issue 2, pp. 245–265). Elsevier Ltd.

https://doi.org/10.1016/j.watres.2008.10.030.

Puspayana, DR., Damayanti, A., (2013). Pengolahan Limbah Cair Tahu

Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Lintas untuk Menurunkan

Kadar Nitrat dan Amonium. Jurnal Teknik Pomits. 2:2

Rachmawati, B., Surya, Y., Mohamad, D., (2014). Proses Elektrokoagulasi

Pengolahan Limbah Laundry. In Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan (Vol. 6,

Issue 1).

Rautenbach, R., & Albrecht, R. (1989). Membrane Separation Processes. United

States Changer Network (HEN) and Planing The Optimum Cleaning Schedule

Energy Convetion and Management. 48,PP. 14501461.

Ridha, N. (2017). Proses Penelitian, Masalah, Variabel dan Paradigma Penelitian.

Hikmah, 14(1), 62-70.

Rohman, K, M. (2016). Pengolahan Limbah Cair Laundry Menggunakan Filter

Membran Dari Sintesis Zeolit Dan Kitosan Untuk Menurunkan Total

Suspended Solid (TSS) dan Surfaktan). (Skripsi). Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan. Institut Teknologi Sepuluh November.

Setyobudiarso, H., & Yuwono, E. (2018). Rancang Bangun Alat Penjernih Air

Limbah Cair Laundry Dengan Menggunakan Media Penyaring Kombinasi

Pasir-Arang Aktif.

33
Shiguang, C., Hongwei, S., & Qiuli, C. (2021). Performance Of An Innovative

Gravity-Driven Micro-Filtration Technology For Roof Rainwater

Treatment. Environmental Engineering Research, 26(6).

https://doi.org/10.4491/eer.2020.454.

Shiguang, C., Hongwei, S., Qiuli, C. (2020). Performance of an Innovative

Gravity- Driven Micro-filtration Technology for Roof Rainwater Treatment.

Research, 26(6). https://doi.org/10.4491/eer.2020.454

Siswoyo, E., Utari, A. W., & Mungkari, L. G. N. (2019). Adsorption Combined

Phytoremediation System for Treatment of Laundry Wastewater. MATEC Web

of Conferences, 280, 05002. https://doi.org/10.1051/matecconf/201928005002

Sonia, E. D (2021). Pengaruh Tekanan Terhadap Kinerja Filtrasi Limbah Binatu.

Skripsi. Fakultas Sains, Tekhnik dan Terapan. Universitas Pendidikan

Mandalika : Mataram

Strathmann, H. (2004). Ion-exchange membrane separation processes. Elsevier.

Vane, L. M., Mairal, A. P., Ng, A., Alvarez, F. R., & Baker, R. W.

(2004). Separation Process Using Pervaporation And Dephlegmation (No.

6,755,975). Membrane Technology and Research, Inc., Menlo Park, CA

(United States).

Wang, Y., Fortunato, L., Jeong, S., & Leiknes, T. O. (2017). Gravity-driven

membrane system for secondary wastewater effluent treatment: Filtration

performance and fouling characterization. Separation and Purification

Technology, 184, 26–33. https://doi.org/10.1016/j.seppur.2017.04.027

34
Wenten, I.G., Khoiruddin, P .T .P. Aryanti dan A.N. Hakim. (2013). Diktat

Kuliah Polarisasi Kosentrasi dan Fouling pada Membran. Bandung :

Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung.

Widya Astuti, S., & Suriani Sinaga, M. (2015). Pengolahan Limbah Laundry

Menggunakan Metode Biosand Filter Untuk Mendegradasi Fosfat. In Jurnal

Teknik Kimia USU (Vol. 4, Issue 2).

Wu, B., Hochstrasser, F., Akhondi, E., Ambauen, N., Tschirren, L., Burkhardt,

M., Fane, A. G., & Pronk, W. (2016). Optimization Of Gravity-Driven

Membrane (GDM) Filtration Process For Seawater Pretreatment. Water

Research, 93, 133–140. https://doi.org/10.1016/j. waters.2016.02.021S.

Zhou, Nina. 2010. Parametric Study Of Ultrafiltraion Membrane System and

Development of Fouling Control Mechanism.Thesis Master of Science in

Engineering. Purdue University. Hammond,Indiana.

35

Anda mungkin juga menyukai