Oleh
SKRIPSI
JURUSAN FISIKA
ii
Motto :
“Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina
hikmat dan didikan” – Amsal 1:7
“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada
rencana-Mu yang gagal” – Ayub 42:2
Persembahan :
Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, skripsi ini saya
persembahkan untuk :
KATA PENGANTAR
iii
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahas Esa karena
tentang Konsep dan Proses Fisika pada Dinamika Harian Iklim Mikro di
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu
kesendirian tidak akan dapat menyelesaikan dan melewati segala tantangan dan
rintangan dalam menyusun skripsi ini tanpa adanya campur tangan dari berbagai
pihak yang telah memberikan kesempatan, motivasi, waktu, pikiran, tenaga, dan
doa kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan sesuai dengan
apa yang penulis harapkan. Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak
terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Deitje A. Katuuk, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Manado,
2. Dr. Anetha Tilaar, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
3. Dr. Patricia M. Silangen, S.Pd.,M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika dan Dr.
iv
memberikan ilmu, membimbing, mengarahkan serta memberikan motivasi
5. Prof. Dr. Marianus, M.Si selaku Pembahas I dan Dr. Alfrits Komansilan,
M.Si selaku Pembahas II yang telah memberikan masukan, kritik dan saran
6. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Jurusan Fisika yang telah membantu
menyusun skripsi.
8. Alm. opa Yan Leong dan oma Rin Runturambi yang telah mendidik,
Patol, Adelia Manein, Dwi Lahengko, Deby Panna, Geraldy Lioso, Gloria
Sirendeng).
10. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
v
Kiranya Tuhan yang akan membalas semua kebaikan dari berbagai pihak
yang telah membantu penulis selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini.
kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki penulis, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar
skripsi ini bisa menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap dengan adanya skripsi ini
Penulis,
Natasha K. M. Etwiory
NIM. 18 505 006
vi
Efektivitas Pembelajaran Eksploratif tentang Konsep Dan Proses Fisika
pada Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan Lahan Bervegetasi
dan Tidak Bervegetasi
Natasha Khaterina Marselina Etwiory, Treesje Katrina Londa, Djeli Alvi Tulandi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Manado
Email : etwiorynkm@gmail.com
ABSTRAK
Pembelajaran eksploratif tentang konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim
mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi merupakan contoh proses belajar
fisika dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai objek pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui efektivitas pembelajaran eksploratif dalam menganalisis konsep dan proses
fisika pada dinamika harian iklim mikro dipermukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi.
Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen one group pretest-posttest design. Subjek
penelitiannya adalah mahasiswa semester III Pendidikan Fisika Universitas Negeri Manado
2021/2022. Pengambilan data berupa tes dalam bentuk table pengamatan/format eksplorasi..
Setelah diperoleh data, hasil penelitian diolah secara statistik dengan aplikasi SPSS 22.0 for
windows. Rata-rata hasil pretest 47,80 meningkat menjadi 89,70 pada rata-rata hasil posttest.
Perolehan Nilai N-Gain dari masing-masing peserta didik, terdapat sebanyak 8 peserta didik pada
kategori N-Gain tinggi dengan persentase 80% dan 2 peserta didik berada pada kategori N-Gain
sedang dengan persentase 20%. Hasil persentase rata-rata N-Gain dari 10 peserta didik adalah
80,15%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Eksploratif efektif digunakan
dalam mengeskplorasi konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di permukaan
lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi.
Kata kunci : Efektivitas, Pembelajaran Eksploratif, Iklim Mikro
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................v
ABSTRAK........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL...............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
...................................................................................................................1
...................................................................................................................6
...................................................................................................................6
...................................................................................................................6
...................................................................................................................7
viii
1. 6...................................................................................... Manfaat Penelitian
...................................................................................................................7
2.1 Efektivitas..................................................................................................8
4.2 Pembahasan.............................................................................................40
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................47
5.1 Kesimpulan..............................................................................................47
5.2 Saran........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................48
LAMPIRAN.......................................................................................................52
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Tidak Bervegetasi...........................................................................53
Lampiran 4 Hasil Data Pengukuran Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan Lahan
Lampiran 6 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 1 pada Tes Awal (pretest) ..........73
Lampiran 7 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 2 pada Tes Awal (pretest) ..........78
Lampiran 8 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 3 pada Tes Awal (pretest) ..........83
Lampiran 9 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 4 pada Tes Awal (pretest) ..........88
Lampiran 10 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 5 pada Tes Awal (pretest) ........93
Lampiran 11 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 6 pada Tes Awal (pretest) ........98
Lampiran 12 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 1 pada Tes Akhir (posttest) ....103
xii
Lampiran 13 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 2 pada Tes Akhir (posttest) ....108
Lampiran 14 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 3 pada Tes Akhir (posttest) ....113
Lampiran 15 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 4 pada Tes Akhir (posttest) ....118
Lampiran 16 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 5 pada Tes Akhir (posttest) ....123
Lampiran 17 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 6 pada Tes Akhir (posttest) ....128
Lampiran 18 Dokumentasi...............................................................................133
BAB I
PENDAHULUAN
seperti adanya peserta didik yang mampu mencerna materi pelajaran, ada pula
peserta didik yang lambat dalam mencerna materi pelajaran. Kedua perbedaan
pembelajaran yang sesuai dengan keadaan setiap peserta didik. Menurut Undang-
didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.
Salah satu yang menjadi tokoh sentral dalam pendidikan, yakni guru yang
xiii
Kebudayaan Nadiem Makarim meluncurkan gerakan “Merdeka Belajar” yaitu
perguruan tinggi. Tujuan merdeka belajar ialah agar para guru, siswa serta orang
tua bisa mendapatkan suasana yang menyenangkan (Media Indonesia, 2019 dalam
Ainia 2020:96). Menurut Nadiem Makarim yang menjadi konsep dasar memilih
konsep yang esensial yakni “Merdeka Belajar” dan “Kampus Merdeka”. Pertama,
dahulu oleh para pendidik. Pandangan seperti ini harus dilihat sebagai suatu upaya
fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang dan
xiv
megembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan
kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi yang didapatkan dan
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam melalui proses aktif
menggunakan pikiran dan sikap ilmiah, sehingga sains bukan hanya penguasaan
prinsip saja tetapi merupakan suatu penemuan (Depdiknas, 2006 dalam Fitriana,
2017:90). Proses sains mengarah pada suatu rangkaian langkah yang logis yang
dilakukan oleh ilmuwan ketika ia ingin menjawab rasa ingin tahunya tentang
kesimpulan merupakan contoh unsur proses sains yang sering dilakukan oleh
ilmuwan dalam bereksperimen (Carin & Sund, 1989:14). Objek sains meliputi
objek tangible maupun intangible, yakni segala sesuatu yang dapat dipahami oleh
fenomena atau gejala-gejala alam yang melibatkan proses dan sikap ilmiah untuk
xv
menemukan hubungannya dengan realita. Rentetan gejala alam dapat dipelajari
lebih memahami alam sekitar secara ilmiah. Peserta didik diarahkan untuk
yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Tujuan pembelajaran fisika yaitu
Yang Maha Esa (Mundilarto, 2002:5 dalam Tobing & Admoko, 2017:197).
Manado dan beberapa siswa SMA Negeri 1 Tombatu, diperoleh keterangan bahwa
selama ini pembelajaran fisika pada peserta didik dibatasi pada buku teks dan
penjelasan dosen di dalam kelas serta peserta didik kurang dapat berinteraksi
langsung dengan alam sekitar sehingga fisika dianggap kurang menarik dan tidak
mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena isi dan struktur mata pelajaran fisika
dan banyak konsep-konsep fisika yang abstrak. Peserta didik kurang tertarik untuk
belajar fisika, karena mereka hanya terpaku pada persamaan matematis dan soal
xvi
latihan bukan pada konsep dan penerapannya. Padahal, pembelajaran fisika erat
serta kreativitas siswa dengan memperoleh informasi dari diri sendiri (Widiasih,
2007:92). Sumber belajar yang dapat kita manfaatkan salah satunya adalah alam
sekitar dengan mengembangkan sikap serta kreativitas dari peserta didik. Salah
satu gejala alam yang dapat kita jadikan sebagai objek pembelajaran fisika adalah
belajar (Yandari dkk, 2018 dalam Sumigar, 2020:3). Proses kegiatan eksplorasi
fisika iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi karena
alam sekitar sudah menanamkan pengalaman pada peserta didik, sehingga dalam
mengamati dan menganalisis objek di alam membuat peserta didik merasa tertarik
xvii
1.2 Identifikasi Masalah
a. Pembelajaran fisika dibatasi pada buku teks dan penjelasan dosen di dalam
kelas.
latihan.
c. Peserta didik masih sulit menjelaskan secara fisis konsep dan proses fisika
bervegetasi.
xviii
1.4 Rumusan Masalah
pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak
bervegetasi ?
eksploratif tentang konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di
mengeksplorasi konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di
b. Bagi guru : hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan guru dalam
xix
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata efektif berarti mempunyai efek, pengaruh, akibat atau dapat
membawa hasil. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target kualitas, kuantitas dan waktu telah tercapai atau makin besar presentase
target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya (Komariah & Triatna, 2005 dalam
sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat juga diartikan sebagai
ketepatan dalam mengelola suatu situasi, “doing the right things”. Hamalik
xx
b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa
(gain signifikan).
belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Alam mengacu pada fenomena dunia fisik, dunia materi dan juga kehidupan
secara umum. Alam dapat dijadikan media pembelajaran karena alam tidak hanya
di luar diri siswa dan guru baik berupa fisik maupun non fisik yang dapat menjadi
pengalaman (Hayati et al., 2013 dalam Rodliyatin dkk, 2017:405). Fisika pada
dasarnya merupakan pembelajaran yang menarik dan erat kaitannya dengan alam.
Alam merupakan objek yang kompleks dan sangat kaya akan konsep dan proses
fisika. Pembelajaran langsung di alam dapat melatih proses berpikir siswa dan
xxi
pemahaman peserta didik dalam mengaitkan fenomena alam disekitar yang
Belajar tidak harus menggunakan buku sebagai media belajar kita bisa
lokasi yang jaraknya jauh dan mengeluarkan biaya, tetapi cukup dengan alam
yang ada disekitar saja sudah sangat membantu bagi peserta didik dalam
Ruswandi & Badruddin (2008:129), yaitu : (1) Kegiatan belajar lebih menarik
dan tidak membosankan, sehingga motivasi belajar siswa semakin tinggi; (2)
Hakikat belajar lebih bermakna, sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan
keadaan yang sebenarnya dan bersifat alami; (3) Bahan-bahan yang dipelajari
xxii
Belajar Fisika dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada sangat
aplikatif. Potensi lokal adalah sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah
meliputi sumber daya alam, manusia, teknologi dan budaya. Guru diharapkan
membuat kesimpulan yang logis berdasarkan fakta-fakta yang diketahui dan telah
luas bagi siswa untuk membangun pengetahuan melalui proses dan keterampilan
xxiii
Pentingnya pembelajaran yang mendorong siswa untuk menemukan sendiri
konsep pelajaran (Van de Walle, 2008:39 dalam Susanti & Wutsqa, 2020:99).
Peran guru dalam kegiatan eksplorasi adalah sebagai fasilitator dan guide selama
cara yang berbeda dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah melalui
pembelajaran eksploratif.
1) Tahap 1
masalah yang harus diselesaikan oleh siswa. Masalah yang dimunculkan adalah
masalah baru yang dapat memacu keingintahuan siswa, sehingga siswa dapat
2) Tahap 2
xxiv
3) Tahap 3
dimana siswa lain dan guru memberikan tanggapan, saran dan perbaikan terhadap
4) Tahap 4
5) Tahap 5
Diskusi dan Evaluasi. Pada tahap ini dimaksudkan untuk membahas berbagai
pembelajaran.
xxv
4) Menganalisis, mensintesis dan memformulasikan hubungan hasil analisis
sesuai dengan aktivitas dari setiap tahapan yang ada, dapat berupa : pengamatan ;
penarikan kesimpulan.
Iklim mikro adalah kondisi iklim pada suatu ruang yang terbatas, namun
komponen ini penting bagi kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan karena
kondisi udara pada skala mikro akan berkontak dan mempengaruhi langsung
mempengaruhi tingkah laku dan metabolisme yang terjadi pada tubuh makhluk
keadaan iklim mikro di sekitarnya (Lakitan, 2002:53 dalam Iek dkk, 2014:288).
Microclimate atau iklim mikro adalah suatu kondisi iklim pada suatu ruang yang
sangat terbatas sampai batas kurang lebih dua meter dari permukaan tanah. Iklim
mikro merupakan iklim dalam ruang kecil yang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti hutan, rawa, danau dan aktivitas manusia. Pengaruh lingkungan terhadap
suhu udara, suhu tanah, kecepatan arah angin, intensitas penyinaran yang diterima
oleh suatu permukaan dan kelembaban udara (Holton, 2004 dalam Santi dkk,
mikro merupakan iklim dilapisan udara dekat permukaan bumi dengan ketinggian
kurang lebih 2 meter, dimana pada daerah ini udara lebih kecil karena permukaan
xxvi
bumi kasar dan perbedaan suhu yang besar. Iklim mikro mempengaruhi
terhadap vegetasi yang tumbuh di suatu tempat jauh lebih kuat dibandingkan
Temperatur udara merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya udara
bersama antara dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal
(Putra, 2007 dalam Supu dkk, 2016:63). Termometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur suhu sebuah benda (Lakitan, 2002 dalam Supu, dkk 2016:64).
tanaman. Perubahan suhu udara di satu tempat dengan tempat lainnya bergantung
pada ketinggian tempat dan letak lintang. Perubahan suhu karena ketinggian
berkisar antara 0,6 tiap kenaikan 100 m (Braak, 1997 dalam Purwantara,
2015:42). Menurut Lakitan (1997) dalam Karyati, dkk (2018:104), suhu tanah
akan dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh permukaan tanah.
Suhu tanah pada siang dan malam sangat berbeda. Pada siang hari ketika
permukaan tanah dipanasi matahari, udara yang dekat dengan permukaan tanah
memperoleh suhu yang tinggi, sedangkan pada malam hari suhu tanah semakin
menurun. Suhu tanah juga berpengaruh terhadap penyerapan air yang diserap oleh
akar, karena itulah penurunan suhu tanah mendadak dapat menyebabkan kelayuan
tanaman. Fluktuasi suhu tanah bergantung pada kedalaman tanah (Lubis, 2007
xxvii
dalam Karyati, dkk 2018:104). Posisi indonesia terletak di daerah khatulistiwa,
tahun. Rata-rata suhu udara di Indonesia setiap tahunnya, untuk daratan rata-rata
28℃ . Hasil pengukuran ini digunakan untuk menentukan suhu rata-rata harian.
Suhu rata-rata harian digunakan untuk menentukan suhu rata rata-rata bulanan dan
tekanan udara dan suhu udara. Semakin tinggi tempat di permukaan bumi,
semakin rendah suhu udaranya. Suhu udara dapat dirumuskan sebagai berikut :
(0,6 ℃−h)
t=28 ℃ …(2.1)
100
Keterangan :
t = Suhu udara
28 ℃ = Suhu rata-rata tahunan
0,6 ℃ = Gradien suhu setiap kenaikan
100 m h = Ketinggian tempat
suhu pada periode tertentu seiring perubahan penggunaan lahan, terutama dari
area bervegetasi menjadi non-vegetasi. Dalam Fisika perubahan suhu (∆Ƭ) dapat
∆Ƭ = Ƭa ‒ Ƭ0 …(2.2)
Keterangan :
∆Ƭ = Perubahan suhu
Ƭ₀ = Suhu awal
Ƭₐ = Suhu akhir
Keadaan suhu udara pada suatu tempat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
xxviii
permukaan bumi. Makin lama matahari menyinari suatu daerah, makin banyak
panas yang diterima di daerah itu. Jika datangnya sinar matahari disuatu daerah
lebih tegak, maka panas yang diterima di daerah itu lebih banyak dibanding
dengan datangnya sinar matahari dalam keadaan miring. Keadaan awan juga
cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan panas, sedangkan permukaan
b. Radiasi Matahari
adalah sumber energi utama untuk kehidupan dan juga untuk seluruh aktivitas
makhluk hidup yang ada di bumi. Energi radiasi matahari yang dipancarkan oleh
matahari tidak semua sampai ke permukaan, dari 100% radiasi yang dipancarkan
oleh matahari, hanya 48-50% yang sampai secara langsung ke permukaan dan
yang bisa dimanfaatkan hanya pada panjang gelombang tertentu (NASA Earth
kecepatan cahaya sebesar 3x108m/s. Radiasi matahari yang kuat seperti sinar
ultraviolet, sinar-x, dan sinar gamma yang menuju Bumi akan diserap oleh
molekul-molekul gas nitrogen dan gas oksigen yang terdapat dalam atmosfer
sehingga terbentuk ion-ion positif. Dari proses ini maka pada lapisan atmosfer
xxix
bagian atas akan terbentuk lapisan-lapisan yang mengandung muatan listrik
positif yang disebut dengan ionosfer (lapisan ion). Dengan demikian lapisan
ionosfer ini melindungi Bumi dari radiasi matahari yang berbahaya seperti radiasi
ultraviolet. Radiasi matahari yang diterima bumi dikenal dengan istilah Insolasi
oleh lapisan atmosfer Bumi dapat diabaikan, maka intensitas isolasi bergantung
terutama pada dua faktor yaitu sudut jatuh sinar matahari dan lamanya radiasi
sebagai berikut :
Q= Aσ (T 1−T 2) …
(2.3)
Keterangan :
Q = Pindah panas radiasi (W/m)
A = Luas permukaan (m2)
σ = Konstanta Bolsman Stefan (5,67 x 10-8 W/m2K6)
T = Suhu (° K ¿
Kondisi iklim mikro pada lokasi yang bervegetasi jauh lebih baik
dibandingkan dengan lapangan terbuka. Hal ini dipengaruhi oleh vegetasi berupa
lajur hijau. Sinar matahari pada lahan terbuka akan langsung menembus
yang diteruskan, dibelokkan dan dipantulkan oleh tajuk pohon sehingga suhu
udara yang berada di bawah tajuk lebih rendah dibandingkan di lahan terbuka
xxx
c. Kelembaban Udara
Kelembaban adalah jumlah rata-rata kandungan air keseluruhan (uap, tetes air
dan kristal es) di udara pada suatu waktu. Adapun berdasarkan Glossary of
Meteorology, kelembaban diartikan sebagai jumlah uap air di udara atau tekanan
uap yang teramati terhadap tekanan uap jenuh untuk suhu yang diamati dan
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa
udara pada saat dan tempat tertentu. Menurut Lakitan (2002) dalam Prakoso,
1) Kelembaban mutlak atau kelembaban absolut, yaitu total massa uap air
2) Kelembaban spesifik, yaitu perbandingan antara massa uap air dengan massa
uap air actual (yang terukur) dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh,
udara banyak mengandung uap air atau udara dalam keadaan basah. Menurut
untuk menyatakan nilai kelembaban udara yaitu kelembaban udara relatif (RH).
xxxi
e
RH = x 100 % …(2.4)
em
Keterangan :
RH = Kelembapan udara relatif (%)
e = Tekanan uap air pada saat pengukuran (mb)
e m= Tekanan uap air maksimum (mb)
matahari gelombang panjang dari permukaan bumi pada siang hari dan malam
hari (Asdak, 2002 dalam Irawan, 2018:7). Faktor kelembaban udara sangat
berkaitan dengan faktor lainnya seperti curah hujan. Wilayah dengan curah hujan
yang tinggi akan menyebabkan wilayah tersebut juga memiliki kelembaban udara
relatif tinggi, misalnya pada wilayah tropis, yang dicirikan dengan jumlah hujan
d. Kecepatan Angin
Kecepatan angin adalah cepat lambatnya angin bertiup pada suatu tempat.
Angin merupakan besaran vektor yang mempunyai arah dan kecepatan. Angin
adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara bergerak dari
2016:22).
Energi angin merupakan kekuatan yang timbul akibat aliran udara yang
bergerak dalam jumlah besar. Timbulnya energi angin dikarenakan rotasi bumi
dan perbedaan tekanan udara pada lingkungan sekitar. Perbedaan tekanan udara
xxxii
yang menimbulkan energi angin terjadi akibat udara yang memuai dikarenakan
oleh panas matahari yang membuat masa jenis udara menjadi ringan, sehingga
udara akan naik dan menyebabkan tekanan udara menurun. Menyebabkan udara
disekitarnya yang bertekanan lebih tinggi akan menuju ke udara yang bertekanan
rendah. Sebagaimana rumus energi kinetik pada fisika, maka energi kinetik angin
ialah :
1 2
Ek= . m. v …(2.5)
2
Keterangan :
Ek = Energi kinetik (joule)
m = Massa (kg)
v = Kecepatan Udara (m/s)
Massa jenis udara 1,2 kg/m3 . Tekanan udara di batasi oleh ruang dan waktu.
dan temperatur.
jenuh dengan uap air dan udara yang lebih kering sangat bergantung pada
kecepatan angin. Jika air menguap ke atmosfer maka lapisan atas antara
permukaan tanah dan udara menjadi jenuh oleh permukaan air sehingga proses
penguapan akan terhenti. Jadi kecepatan angin memegang peranan penting dalam
penguapan yang terjadi pada vegetasi yang disebut transpirasirasi dan dari
e. Kesetimbangan Termal
xxxiii
Energi radiasi terbesar pada spektrum tampak mata ketika jatuh ke
energi radiasi yang dipantulkan oleh permukaan bumi disebut albedo. Albedo
dipengaruhi nilai albedo. Semua jenis tutupan lahan memiliki nilai albedo. Nilai
atmosfer dan sifat fisik tanah. Nilai albedo erat kaitannya dengan suatu objek,
nilai albedo dan suhu permukaan suatu benda tergantung dengan sifat fisik
diperlukan untuk menaikkan suhu suatu objek. Konduktivitas termal adalah suatu
objek mendapatkan radiasi dan objek memiliki emisivitas dan kapasitas panas
yang besar dan konduktivitas termal yang rendah maka radiasi cenderung diserap
yang menunjukkan nilai albedo kecil dan suhu permukaan objek tersebut akan
menurun dan suhu udara yang berada diatas suhu permukaan akan cenderung
panas yang rendah dan konduktivitas termal besar maka radiasi akan dipantulkan
yang berarti nilai albedo besar dan suhu permukaan akan meningkat contohnya
xxxiv
pada lahan terbuka (Sutanto, 1994 dalam Pratama, 2014:13). Elevansi matahari
sangat berkaitan erat dengan albedo, yaitu presentasi isolasi yang dipantulkan oleh
permukaan bumi.
a. Lahan Bervegetasi
Lahan adalah suatu daerah yang berada di permukaan bumi pada lapisan
litosfer yang mempunyai sifat-sifat tertentu seperti iklim, batuan, tanah, vegetasi,
fauna dan manusia. Lahan merupakan sumber daya bagi manusia karena dapat
menyediakan bahan, tanah, air, zat-zat yang menumbuhkan tanaman atau sebagai
tapak atau side untuk jalan, pemukiman, industri, kehidupan lain, perairan
kehidupannya.
hubungan antara iklim sangat erat. Vegetasi merupakan semua spesies tumbuhan
yang terdapat dalam suatu wilayah yang luas, yang memperlihatkan pola
xxxv
distribusi menurut ruang dan waktu. Vegetasi berfungsi sebagai pengendali iklim
manusia adalah suhu, radiasi sinar matahari, angin, kelembapan, suara dan aroma.
Sebagai pengontrol radiasi sinar matahari dan suhu, vegetasi menyerap panas dari
pancaran sinar matahari sehingga menurunkan suhu dan iklim mikro (Hakim,
2003:8 dalam Sapariyanto, 2016). Lahan yang bervegetasi pada umumnya lebih
tetesan hujan.
b. Tidak Bervegetasi
Daerah tidak bervegetasi adalah daerah dengan liputan vegetasi kurang dari
4% selama lebih dari 10 bulan atau daerah dengan liputan Lichens/Mosses kurang
dari 25% (jika tidak terdapat vegetasi berkayu atau herba), (Badan Standarnisasi
Nasional; SNI 7645:2010 dalam Reski, 2019:5). Daerah tidak bervegetasi yang
dimaksud meliputi kawasan pemukiman, kawasan tanah yang sangat minim atau
tidak ada tumbuhan (vegetasi), tubuh air yang mengandung bebatuan atau
kawasan bekas aliran sungai yang sudah mengering serta tambang pasir.
xxxvi
2.7 Penelitian Relevan
xxxvii
eksploratif dengan menggunakan model pembelajaran eksploratif HOTL-DI
tipe A dan B.
d. Djeli Alvi Tulandi (2022) dengan Judul Penelitian “Perbandingan Suhu pada
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan non RTH di Area Megamas Manado”. Hasil
Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 2.1.
Pembelajaran Fisika di
dalam Kelas
Pembelajaran Eksploratif
xxxviii
Mahasiswa dapat
mengeksplorasi konsep dan
proses fisika
semester III tahun akademik 2021/2022 Universitas Negeri Manado. Hasil yang
masih dibatasi pada penjelasan dari buku teks dan dosen sehingga peserta didik
kurang dapat berinteraksi dengan alam sekitar. Hal tersebut sangat berpengaruh
pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak
mengeskplorasi konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di
xxxix
BAB III
METODE PENELITIAN
Tondano.
a. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah konsep dan proses fisika pada dinamika
b. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa semester III tahun akademik
xl
Penelitian menggunakan metode pre eksperimen dengan desain penelitian
dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan
akhir siswa. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena
O1 X O2
(Sugiyono, 2013:75)
Keterangan :
xli
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil tes
akhir (posttest) setelah mengikuti kegiatan belajar pada mahasiswa semester III
alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut
penelitian ini adalah tes (pretest dan posttest) berupa tes subjektif dalam bentuk
Penelitian ini menggunakan Uji N-Gain. Analisis Uji N-Gain merupakan uji
konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan
bervegetasi dan tidak bervegetasi, yang telah menjadi ukuran standar dalam
melaporkan skor pada konsep berbasis penelitian. Uji N-Gain digunakan untuk
xlii
Hasil dari N-Gain ini dijadikan sebagai perbandingan antara sebelum dan sesudah
Interpretasi perolehan skor N-Gain dalam bentuk persen (%) dapat mengacu
xliii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Proses Penelitian
di daerah sekitar Danau Tondano pada bulan Desember 2021. Pengambilan data
dilakukan pada mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Negeri Manado semester III
tahun akademik 2021/2022. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan, tahap
bervegetasi (lahan kosong). Setelah diberi perlakuan maka langkah ketiga yaitu
eksploratif dalam menganalisis konsep dan proses fisika pada dinamika harian
iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi. Adapun jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre eksperimen
xliv
dengan desain One Group Pretest-Posttest Design. Tes dalam penelitian ini
identifikasi fenomena, analisis deskripsi, eksplorasi konsep dan proses fisika, serta
dilaksanakan di Desa Tombatu Dua, kec. Tombatu Utara pada bulan Oktober-
tempat untuk melihat pengaruh penataan ruang di sekitar Danau Tondano dan di
dengan menggunakan alat four in one yang dimulai pada jam 6 pagi sampai jam 6
tanah. Parameter yang diukur adalah suhu udara (℃ ), kelembaban udara (%RH),
kuat penerangan (lux) dan kecepatan angin (km/jam). Selain itu juga peneliti
xlv
jejaring konsep dan proses fisika secara utuh. Matriks hasil eksplorasi bisa
diselesaikan oleh peneliti dengan bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing
semester III yang menjadi subjek penelitian. Matriks hasil eksplorasi tersebut
penelitian ini sebagai bahan revisi materi pada tabel mengeksplorasi objek
tes awal (pretest). Pretest diberikan sebagai kegiatan menguji tingkat pengetahuan
mahasiswa terhadap konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di
permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi. Pretest ini dilakukan sebelum
kegiatan pengajaran diberikan dan hasil pretest akan menjadi referensi bagi
peneliti dalam memulai pembelajaran. Hasil pretest dapat dilihat pada tabel 4.1.
xlvi
S-3 11 6 9 9 5 6 46
S-4 9 7 7 9 9 8 45
S-5 9 8 10 9 9 8 53
S-6 10 7 19 7 7 7 48
S-7 11 9 5 6 5 3 39
S-8 10 9 8 10 7 6 50
S-9 10 9 5 9 8 6 47
S-10 12 6 6 9 9 9 51
Bagan data capaian nilai pretest dapat dilihat pada gambar 4.1.
60
50
Nilai Pretest
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nomor Subjek
xlvii
N 10
Mean 47,80
Minimum 39
Maximum 53
Berdasarkan data tabel 4.2 di atas menunjukkan nilai rata-rata pretest adalah
47,80. Nilai minimum 39 dan nilai maksimum 53. Mahasiswa memperoleh nilai
nilai di bawah nilai mean memiliki persentase 40%. Data statistik perolehan nilai
kegiatan penelitian.
pada Jumat, 17 Desember 2021 di Jurusan Fisika FMIPA UNIMA. Soal posttest
sama dengan soal pretest dengan matriks hasil eksplorasi (lampiran 1) yang sama.
xlviii
20
15 15 20 15 15
S-1 15 12 18 18 13 15 91
S-2 15 15 15 14 12 12 84
S-3 13 14 16 17 14 13 87
S-4 13 11 19 18 13 12 86
S-5 15 15 15 18 15 13 91
S-6 14 13 15 16 15 11 84
S-7 15 15 19 18 13 15 95
S-8 15 15 17 15 13 15 90
S-9 15 15 17 19 14 14 94
S-10 13 15 17 20 15 15 95
Bagan dapat capaian nilai posttest dapat dilihat pada gambar 4.2.
96
94
92
90
Nilai Posttest
88
86
84
82
80
78
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nomor Subjek
Berdasarkan data nilai posttest tersebut maka diperoleh hasil analisis data statistik
xlix
Tabel 4.4 Statistik Data Posttest
Statistik Posttest
N 10
Mean 89,70
Minimum 84
Maximum 95
posttest adalah 89,70. Nilai minimum 84 dan nilai maksimum 95. Mahasiswa
memperoleh nilai di bawah nilai mean memiliki persentase 40%. Dari data
d. Uji N-Gain
Untuk melihat keefektifan pembelajaran eksploratif dapat dianalisis
bervegetasi dan tidak bervegetasi dengan bantuan aplikasi SPSS 22. Nilai
interpretasi N-Gain dan perolehan skor N-Gain dalam presentase (%) dapat dilihat
l
Pretes Posttes
No Kode Subjek N-Gain Skor Perolehan N-Gain
t t
1 S-1 50 91 0,82 Tinggi
2 S-2 49 84 0,69 Sedang
3 S-3 46 87 0,76 Tinggi
4 S-4 45 86 0,75 Tinggi
5 S-5 53 91 0,81 Tinggi
6 S-6 48 84 0,69 Sedang
7 S-7 39 95 0,92 Tinggi
8 S-8 50 90 0,80 Tinggi
9 S-9 47 94 0,89 Tinggi
10 S-10 51 95 0,90 Tinggi
Hasil tabel 4.5 dapat diringkas dalam tabel 4.6 dan persentase perolehan skor
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Gain Prosen
li
N Valid 10
Missing 0
Mean 80.15
Minimum 69
Maximum 92
kategori tinggi dengan persentase 80% dan 2 mahasiswa berada pada kategori
sedang dengan persentase 20%. Sedangkan dari hasil perolehan rata-rata skor N-
Gain 80,15% termasuk dalam tafsiran >76 sehingga dapat disimpulkan bahwa
fisika pada dinamika harian iklim mikro dipermukaan lahan bervegetasi dan tidak
bervegetasi.
4.2 Pembahasan
Berikut ini hasil pengukuran dinamika harian iklim mikro (suhu udara,
kelembaban udara, kecepatan angin dan kuat penerangan) pada permukaan lahan
a. Suhu Udara
lii
35
30.5 30.8 31.2
29.7 29.5
29.3 30
30 28.7 28.3 28.5
27.9 27.8 27.9 28.1 28.2 28.1 27.5
28 28.1
27 27 26.4
26 26.1 25.3
25.3
25
Suhu Udara (ºC)
20
15
10
bervegetasi memiliki suhu udara lebih tinggi daripada lahan bervegetasi. Lahan
bervegetasi suhu udara tertinggi mencapai 29,7℃ pada jam 06.00 WITA dan
suhu udara tertinggi lahan tidak bervegetasi mencapai 31,2℃ pada jam 13.00
WITA. Suhu udara terendah pada lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi yaitu
25,3℃ pada jam 18.00 WITA. Perbedaan suhu yang terjadi pada kedua lokasi
suatu kawasan, maka makin tinggi pula suhu di lokasi tersebut. Sebaliknya
masuk.
b. Kelembaban Udara
liii
80
71.2
70 67.4
64.2
61.7 61.9 60.2
59.4 59.3 58.5 57.8
56.7 57.2
Kelembaban Udara (%RH)
60 56.3 54.9
53.2 54.2
51.4 51.7 50.2
50 48.2 47.7 46.7 46.9
46.2
44
40
30
22
20
10
memiliki kelembaban udara yang lebih tinggi daripada lahan tidak bervegetasi.
Untuk lahan bervegetasi kelembaban udara tertinggi mencapai 71,2 %RH pada
jam 18.00 WITA dan kelembaban udara terendah yaitu 46,2 %RH pada jam 13.00
tertinggi mencapai 67,4 %RH pada jam 18.00 WITA dan kelembaban udara
terendah yaitu 22 %RH pada jam 06.00 WITA. Lakitan (2002) dalam Sapariyanto
sangat bergantung pada beberapa faktor antara lain: suhu, pergerakan angin,
kuantitas dan kualitas penyinaran, vegetasi dan kesediaan air di suatu tempat (air,
c. Kecepatan Angin
liv
12
10.1
Kecepatan Angin (km/jam) 10
8.5
8 7.5 7.7
6.5
6.4 6.2
6 5.3 5.6
5.1 5.2
4.4 4.2 4.1 4.1
4 3.5 3.7 3.5 3.6
2.5 2.5 2.7
1.6 1.7 1.9
2
0.2
0
tertinggi lahan bervegetasi mencapai 6,2 km/jam pada jam 08.00 WITA.
Kecepatan angin tertinggi lahan tidak bervegetasi mencapai 10,1 km/jam pada jam
12.00 WITA. Kecepatan angin terendah pagi pada lahan bervegetasi yaitu 0,2
km/jam dan lahan tidak bervegetasi yaitu 1,6 km/jam pada jam 06.00 WITA.
Tingkat kecepatan angin lebih tinggi pada lahan tidak bervegetasi. Masiero &
Souza (2015), Kalumata & Indarwanto (2016) dalam Syafrina dkk (2018:213),
angin yang berbeda. Semakin kecil lebar sirkulasi maka kecepatan angin akan
d. Kuat Penerangan
lv
2500
tertinggi lahan bervegetasi mencapai 2028x10 lux dan lahan tidak bervegetasi
mencapai 1983x10 lux pada jam 12.00 WITA. Sedangkan kuat penerangan
terendah lahan bervegetasi 30x10 lux dan lahan tidak bervegetasi 55x10 lux pada
jam 18.00 WITA. Sinar matahari pada lahan terbuka akan langsung menembus
diteruskan, dibelokkan dan dipantulkan oleh tajuk pohon sehingga suhu udara
yang berada di bawah tajuk lebih rendah dibandingkan di lahan terbuka lebih
dengan rata-rata hasil pretest 47,80. Dari tabel 4.1 (halaman 34) terlihat bahwa
nilai rata-rata pretest mahasiswa masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
lvi
pengetahuan mahasiswa tentang konsep dan proses fisika pada dinamika harian
iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi masih kurang
karena jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan matriks hasil eksplorasi
mengeksplorasi konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di
permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi. Selain itu, subjek penelitian
posttest sebesar 89,70. Dari tabel 4.3 (halaman 36) terlihat bahwa terdapat
6 mahasiswa (S-1, S-5, S-7, S-8, S-9 dan S-10) yang mendapat nilai diatas rata-
rata, dan 4 mahasiswa (S-2, S-3, S-4, dan S-6) yang mendapat nilai dibawah rata-
rata. Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan setelah
bervegetasi.
lvii
Keefektifan pembelajaran eksploratif untuk menganalisis konsep dan proses
fisika pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak
bervegetasi diuji dengan menggunakan uji N-Gain. Dari hasil analisis dan uji N-
berada pada kategori tinggi. Sedangkan perolehan rata-rata skor N-Gain untuk
pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak
menurut Hake (Tabel 3.2), hasil tersebut termasuk dalam kisaran >76 dengan
untuk menganalisis tentang konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim
yang logis berdasarkan fakta-fakta yang diketahui dan telah di temukan (Rohmat,
lviii
eksplorasi membuat mahasiswa mampu mengintegrasikan pengalaman belajar
berpotensi membangun inisiatif belajar, hal ini dilihat dari kemauan subjek
eksploratif. Hal ini adalah tuntutan kebutuhan individu maupun kelompok dalam
sekitar yang belum bisa dijelaskan dengan baik, itulah pentingnya melakukan
yang dilakukan oleh Sumigar (2020) yang membuktikan bahwa proses kegiatan
lix
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, maka penelitian ini dapat
pada dinamika harian iklim mikro dipermukaan lahan bervegetasi dan tidak
bervegetasi.
5.2 Saran
lx
DAFTAR PUSTAKA
lxi
Kalumata, J.T., Indarwanto, M. 2016. Pengaruh Lebar Sirkulasi Terhadap Aliran
Angin Pada Permukaan Padat Nelayan. Jurnal Arsitektur, Bangunan
& Lingkungan, 5(3) 105-162.
Karyati., Putri, R.O., Syafrudin, M. 2018. Suhu dan Kelembaban Tanah pada
Lahan Revegetasi Pasca Tambang di PT Adimitra Baratama
Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR, 17(1): 103-
114. ISSN P : 1412-6885, ISSN O : 2503-4960.
Magdalena, I., Wahyuni, A., Hartana, D.D. 2020. Pengelolaan Pembelajaran
Daring yang Efektif selama Pandemi di SDN 1 Tanah Tinggi. Jurnal
Edukasi dan Sains, 2(2):336-337.
Mahdalena. 2016. Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses
melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Siswa Kelas XI SMAN
14 Pekanbaru Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal PGPAUD STKIP
PTT, 2(1):18-28.
Meimudayanti, L., Rukmi, A.S., 2013. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai
Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi
Pada Siswa Sekolah Dasar. JPGSD. 01(02):0-216.
Medellu, Ch. S., Silangen P, M. 2019. Cultural Context in Learning Physics.
Article protected as intellectual property no. 000154191, July 16,
2019.
Mubarak, S., Impron., June, T. 2018. Efisiensi Penggunaan Radiasi Matahari dan
Respon Tanaman Kedelai (Glycine max L.) terhadap Penggunaan
Mulsa Reflektif. J. Agron Indonesia. 46 (3):247-253.
Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta :
Prestasi Pustakaraya.
Nurhayati., Aminuddin, J. 2016. Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap
Evapotranspirasi Berdasarkan Metode Penman Di Kebun Stroberi
Purbalingga. Jurnal of Islamic and Technology, 2(1):21-28.
Ngoryanto, W. 2020. Proses Belajar Berpikir Tingkat Tinggi Dalam
Mengeksplorasi Konsep dan Proses Fisika Fenomena Hujan. [Skripsi].
Tondano : Universitas Negeri Manado.
Prakoso, D. 2018. Analisis Pengaruh Tekanan Udara, Kelembaban Udara dan
Suhu Udara Terhadap Tingkat Curah Hujan di Kota Semarang.
[Skripsi]. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Pratama, R. K. 2014. Analisis Perubahan Albedo, Suhu Permukaan dan Suhu
Udara Sebagai Dampak Perubahan Penutupan Lahan Menggunakan
Data Citra Satelit Landsat. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
lxii
Putri, Z.S. 2020. Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Laboratorium Virtual
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Titrasi
Asam Basa. [Thesis] Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
Purwantara, S. 2015. Studi Temperatur Udara Terkini Di Wilayah Di Jawa
Tengah Dan DIY. Geomedia, 13(1):41-52.
Rahmi., Atiq, A., Hidasari, F.P. 2013. Efektivitas Waktu Pembelajaran
Penjasorkes Pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 2 Pontianak.
Ramdhani, E.P., Khoirunnisa, F., & Siregar, N.A. (2020). Efektivitas Modul
Elektronik Terintegrasi Multiple Representation Pada Materi Ikatan
Kimi. Journal of Research and Technology, 6(1):162-167.
Reski, N. 2019. Kesesuaian Penggunaan Lahan Dengan Pola Ruang Daerah
Aliran Sungai Bialo. [Skripsi]. Makassar : Universitas Hasanuddin
Makassar.
Rodliyatin S., Subiki., Harijanto, A. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekitar Terhadap
Hasil dan Aktivitas Belajar Fisika Siswa. Jurnal Pembelajaran Fisika,
5(4):404-411. Seminar Nasional Pendidikan.
Rohmat. 2017. Penerapan Pembelajaran Eksploratif Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP.
Seminar Nasional Pendidikan. ISBN. 978-602-50088-0-1.
Ruswandi, U., Badruddin. 2008. Media Pembelajaran. Bandung : CV Insan
Mandiri.
Santi., Belinda, S., Rianty H. 2017. Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan
Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari. Temu
Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI), 6:141-
148.
Sapariyanto. 2016. Kajian Iklim Mikro di Bawah Tegakan Ruang Terbuka Hijau
Universitas Lampung. [Skripsi]. Lampung : Universitas Lampung.
Silangen, P.M., Medellu, Ch. S. 2019. Reflective Questuon in Explorative
Learning : Model HOTL-DI A and B. International Journal of
Innovative Science and Reseach Technology, 4(11):489-498.
Sudjana, N. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Sugiyono. 2013. METODE PENELITIAN KUANTITATIF KUALITATIF DAN
R&D. Bandung : Alfabeta.
Sumigar, M. 2020. Proses Belajar Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Mengeksplorasi
Konsep dan Proses Fisika Fenomena Nyiur Melambai. [Skripsi].
Tondano : Universitas Negeri Manado.
lxiii
Supu, I., Usman, B., Basri, S., Sunarmi. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap
Perpindahan Panas Pada Material yang Berbeda. Jurnal Dinamika,
7(1):62-73. ISSN 2087 – 7889.
Susanti U., Wutsqa, D.U. 2020. Keefektifan Pendekatan Contextual Teaching
Learning dan Problem Solving ditinjau dari Prestasi dan Kepercayaan
Diri Siswa. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 7(1):97-107.
Syafrina, A., Koerniawan, M. D. 2018. Pengaruh Badan Air pada Iklim Mikro di
Kota Pontianak. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, 7(4):209-215.
Tjasyono, B. 2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung : Rosdakarya.
Tobing M., Admoko S. 2017. Pengembangan Media Inografis pada Materi
Pemanasan Global untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMA
Negeri 19 Surabaya. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF). 06(03):
196-202. ISSN : 2302-4496.
Tulandi, D.A. 2022. Perbandingan Suhu pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
non RTH di Area Megamas Manado. Charm Sains : Jurnal
Pendidikan Fisika, 3(1):50-54.
Wicahyani, S., Sasongko, B.S., Izzati, M. 2013. Pulau Bahang Kota (Urban Heat
Island) di Kota Yogyakarta dan Daerah Sekitarnya Hasil Interpretasi
Citra Landsat Olitirs Tahun 2013. Jurnal Geografi, 11(2):196-205.
Widiasih. 2007. Penggunaan peralatan dari lingkungan sekitar untuk pembelajaran
IPA di sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, 8(2):92-100.
Wirjohamidjojo, S. (2006). Kamus Istilah Meteorologi Aeronautika. Jakarta :
Penerbit Banda Meteorologi dan Geofisika.
lxiv
LAMPIRAN
lxv
Lampiran 1. Rancangan Tahapan Mengeksplorasi Konsep dan Proses Fisika Pada Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan
Lahan Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi
Lahan Bervegetasi
66
Bagaimana kelembaban Kelembaban udara di permukaan lahan bervegetasi Kelembaban relatif
e
udara di permukaan akan mempunyai kelembaban yang relatif tinggi (RH) RH = x 100 %
E
lahan bervegetasi ? dibandingkan dengan lahan tidak bervegetasi Kandungan uap air (e) P= ρ x g x h
karena pada lahan bervegetasi adanya kandungan Kandungan uap air
uap air yang lebih besar. Semua uap air yang ada di maksimal (E)
dalam udara berasal dari penguapan. Pada proses Tekanan udara (P)
penguapan diperlukan atau dipakaikan panas. Suhu Massa jenis uap air ( ρ )
dan kelembaban udara sangat erat hubungannya,
Volume air (v)
karena jika kelembaban udara berubah, maka suhu
juga akan berubah.
Bagaimana kuat Radiasi matahari yang diterima pada permukaan Kuat penerangan ( E )
ϕ
penerangan (intensitas lahan bervegetasi pada suatu waktu disebabkan oleh Fluks cahaya (ϕ ¿ E=
A
cahaya) di permukaan sudut datang dan sudut pantul. Radiasi matahari Luas permukaan (A) I =e . σ .T 4
lahan bervegetasi ? yang masuk ke bumi sebagian besar akan diserap Intensitas matahari (I) θ D=θP
67
Waktu (t)
Mengapa pada siang Semakin menuju siang hari maka posisi matahari Kuat Penerangan ( E )
ϕ
hari kuat penerangan akan semakin tinggi. Jika matahari berada di atas Fluks cahaya (ϕ ¿ E=
A
(intensitas cahaya) di maka radiasi yang jatuh di lahan bervegetasi, jatuh Luas permukaan (A) I =e . σ .T 4
permukaan lahan hampir tegak lurus pada permukaan bumi sehingga Intensitas matahari (I) θ D=θP
68
Lahan Tidak Bervegetasi
69
Bagaimana kelembaban Kelembaban udara di permukaan lahan tidak Kelembaban relatif
e
udara di permukaan bervegetasi akan mempunyai kelembaban yang (RH) RH = x 100 %
E
lahan tidak relatif rendah dibandingkan dengan lahan Kandungan uap air (e) P= ρ x g x h
bervegetasi ? bervegetasi disebabkan karena pada lahan tidak Kandungan uap air
bervegetasi adanya kandungan uap air yang lebih maksimal (E)
kecil. Semua uap air yang ada di dalam udara Tekanan udara (P)
berasal dari penguapan. Pada proses penguapan Massa jenis uap air ( ρ )
diperlukan atau dipakaikan panas. Suhu dan
Volume air (v)
kelembaban udara sangat erat hubungannya, karena
jika kelembaban udara berubah, maka suhu juga
akan berubah.
Bagaimana kuat Radiasi matahari yang diterima pada permukaan Kuat penerangan ( E )
ϕ
penerangan (intensitas lahan tidak bervegetasi pada suatu waktu Fluks cahaya (ϕ ¿ E=
A
cahaya) di permukaan disebabkan oleh sudut datang dan sudut pantul. Luas permukaan (A) I =e . σ .T 4
lahan tidak Radiasi matahari pada lahan tidak bervegetasi, lebih Intensitas matahari (I) θ D=θP
bervegetasi ? banyak diserap daripada lahan bervegetasi
Emisivitas (e)
dikarenakan warna permukaan lahan tidak
Suhu (T)
bervegetasi berwarna gelap sehingga tingkat
Sudut Datang (θ )
penyerapan radiasi matahari lebih tinggi inilah yang
70
disebut dengan efek albedo. Sudut Pantul (θ P)
Waktu (t)
Mengapa pada siang Semakin menuju siang hari maka posisi matahari Kuat Penerangan ( E )
ϕ
hari kuat penerangan akan semakin tinggi. Jika matahari berada diatas Fluks cahaya (ϕ ¿ E=
A
(intensitas cahaya) pada maka radiasi yang jatuh di lahan tidak bervegetasi, Luas permukaan (A) I =e . σ .T 4
permukaan lahan tidak jatuh hampir tegak lurus pada permukaan bumi Intensitas matahari (I) θ D=θP
71
Tekanan udara (P)
72
Lampiran 2. Rubrik Penilaian Proses Eksploratif
OBJEKI
Kategori Indikator (Kunci Jawaban) Skor
Bagaimana suhu udara di permukaan
lahan bervegetasi dan tidak
Identifikasi Fenomena
bervegetasi di pagi, siang, dan sore
hari?
Menjawab perubahan suhu (∆ T)
Eksplorasi Konsep dan Menjawab suhu (T )
3
Proses Fisis Menjawab waktu (t)
Menjawab radiasi matahari
Analisis Sintesis T℃
4
Formulasi ∆Ƭ = Ƭ1 ‒ Ƭ0
Analisis Deskripsi Suhu udara di permukaan lahan 8
bervegetasi dan tidak bervegetasi di
pagi hari dan sore hari lebih rendah
daripada suhu udara pada siang hari.
- Suhu udara di permukaan lahan
bervegetasi lebih rendah jika
dibandingkan dengan suhu udara di
permukaan lahan tidak bervegetasi
karena pada lahan bervegetasi
terdapat lebih banyak tumbuhan
(pohon, tanaman, rumput)
- Suhu udara dipermukaan lahan
tidak bervegetasi lebih tinggi jika
dibandingkan dengan suhu udara di
permukaan lahan bervegetasi,
karena pada lahan tidak
bervegetasi, tidak terdapat adanya
73
tumbuhan.
JUMLAH SKOR 15
O B J E K II
74
Kategori Indikator (Kunci Jawaban) Skor
Mengapa suhu udara di permukaan
lahan bervegetasi dan tidak
Identifikasi Fenomena
bervegetasi di pagi hari dan sore hari
lebih rendah daripada siang hari ?
Menjawab perubahan suhu (∆ T)
Menjawab suhu (T)
Eksplorasi Konsep dan Menjawab waktu (t)
4
Proses Fisis Menjawab radiasi matahari
Menjawab sudut datang (θ D)
Menjawab sudut pantul (θ P)
T℃
Analisis Sintesis
∆Ƭ = Ƭ1 ‒ Ƭ0 5
Formulasi
θ D=θP
Karena adanya pengaruh sudut 6
datang matahari, sinar yang tegak
Analisis Deskripsi
lurus akan membuat suhu lebih panas
daripada yang datangnya miring.
JUMLAH SKOR 15
75
O B J E K III
Kategori Indikator (Kunci Jawaban) Skor
Bagaimana kelembaban udara di
Identifikasi Fenomena permukaan lahan bervegetasi dan
tidak bervegetasi ?
Menjawab kelembaban relatif (RH)
Menjawab kandungan uap air (e)
Menjawab kandungan uap air
Eksplorasi Konsep dan
maksimal (E) 6
Proses Fisis
Menjawab tekanan udara (P)
Menjawab massa jenis uap air ( ρ )
Menjawab volume air (v)
Analisis Sintesis e
RH = x 100 % 4
E
Formulasi
P= ρ x g x h
Analisis Deskripsi - Kelembaban udara di permukaan 10
lahan bervegetasi akan mempunyai
kelembaban yang relatif tinggi
dibandingkan dengan lahan tidak
bervegetasi karena pada lahan
bervegetasi adanya kandungan uap
air yang lebih besar. Semua uap air
yang ada di dalam udara berasal
dari penguapan. Pada proses
penguapan diperlukan atau
dipakaikan panas. Suhu dan
kelembaban udara sangat erat
hubungannya, karena jika
kelembaban udara berubah, maka
suhu juga akan berubah.
76
- Kelembaban udara di permukaan
lahan tidak bervegetasi akan
mempunyai kelembaban yang
relatif rendah dibandingkan dengan
lahan bervegetasi disebabkan
karena pada lahan tidak bervegetasi
adanya kandungan uap air yang
lebih kecil. Semua uap air yang ada
di dalam udara berasal dari
penguapan. Pada proses penguapan
diperlukan atau dipakaikan panas.
Suhu dan kelembaban udara sangat
erat hubungannya, karena jika
kelembaban udara berubah, maka
suhu juga akan berubah.
JUMLAH SKOR 20
77
O B J E K IV
Kategori Indikator (Kunci Jawaban) Skor
Bagaimana kuat penerangan
(intensitas cahaya) di permukaan
Identifikasi Fenomena lahan bervegetasi dan tidak
bervegetasi ?
78
bervegetasi, lebih banyak diserap
daripada lahan bervegetasi
dikarenakan warna permukaan
lahan tidak bervegetasi berwarna
gelap sehingga tingkat penyerapan
radiasi matahari lebih tinggi inilah
yang disebut dengan efek albedo.
JUMLAH SKOR 20
OBJEKV
79
Kategori Indikator (Kunci Jawaban) Skor
Mengapa pada siang hari, kuat
penerangan (intensitas cahaya) pada
permukaan lahan bervegetasi dan
Identifikasi Fenomena tidak bervegetasi di siang hari lebih
tinggi daripada pagi hari dan sore
hari?
80
O B J E K VI
Kategori Indikator (Kunci Jawaban) Skor
Bagaimana kecepatan angin di
81
Lampiran 3. Daftar Nama dan Kode Subjek Penelitian
82
Lampiran 4. Hasil Data Pengukuran Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan
Lahan Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi di sekitar Danau Tondano
Lahan Bervegetasi
Jam ℃ %RH Km/jam Lux Ket.
06.0
29,7 22,0 1,6 609 x 10 Cerah
0
07.0
28,7 53,2 4,4 1212 x 10 Cerah
0
08.0
27,9 56,3 4,2 1429 x 10 Berawan
0
09.0
28,5 54,9 6,4 1646 x 10 Berawan
0
10.0
29,5 44,0 6,5 860 x 10 Berawan
0
11.0
27,0 59,3 8,5 1013 x 10 Berawan
0
12.0
27,0 64,2 10,1 1983 x 10 Berawan
0
13.0
28,2 46,7 5,1 770 x 10 Berawan
0
83
14.0
28,1 54,2 5,2 285 x 10 Berawan
0
15.0
27,5 50,2 7,5 232 x 10 Berawan
0
16.0
26 61,9 7,7 434 x 10 Berawan
0
17.0
26,1 57,8 5,6 1685 x 10 Berawan
0
18.0
25,3 67,4 3,6 55 x 10 Berawan
0
84
11.00 27,9 51,7 5,3 930 x 10 Berawan
Lahan Bervegetasi
Jam ℃ %RH Km/jam Lux Ket.
06.00 23,9 71,7 0,1 177 x 10 Berawan
85
10.00 27,7 57,6 1,6 1029 x 10 Berawan
86
11.00 30,8 45,6 1,5 1943 x 10 Cerah
87
88
89
90
91
92
Lampiran 7. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 2 pada Tes Awal (pretest)
93
94
95
96
Lampiran 8. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 3 pada Tes Awal (pretest)
97
98
99
100
101
Lampiran 9. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 4 pada Tes Awal (pretest)
102
103
104
105
106
Lampiran 10. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 5 pada Tes Awal (pretest)
107
108
109
110
111
112
Lampiran 11. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 6 pada Tes Awal (pretest)
113
114
115
116
117
Lampiran 12. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 1 pada Tes Akhir (posttest)
118
119
120
121
122
Lampiran 13. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 2 pada Tes Akhir (posttest)
123
124
125
126
Lampiran 14. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 3 pada Tes Akhir (posttest)
127
128
129
130
131
Lampiran 15. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 4 pada Tes Akhir (posttest)
132
133
134
135
136
Lampiran 16. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 5 pada Tes Akhir (posttest)
137
138
139
140
141
Lampiran 17. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 6 pada Tes Akhir (posttest)
142
143
144
145
146
Lampiran 18. Dokumentasi
147
Kegiatan Pendahuluan
148
Kegiatan Pengukuran Dinamika Iklim Kegiatan Pengukuran Dinamika Iklim
Mikro di Permukaan Lahan Mikro di Permukaan Lahan Tidak
Bervegetasi oleh Mahasiswa Bervegetasi oleh Mahasiswa
Pemberian
Foto Bersama Posttest
Setelah Penelitian
149
Foto Bersama Setelah Penelitian
150
BIOGRAFI PENULIS
tahun 2005 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian meneruskan pendidikan di SD
Negeri Inpres Tombatu Dua pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2012. Setelah
itu meneruskan pendidikan di SMP Negeri 4 Tombatu pada tahun 2012 dan lulus
tahun 2015. Pada tahun yang sama meneruskan pendidikan di SMA Negeri 1
Fisika, Program Studi Pendidikan Fisika pada tahun 2018. Penulis terdaftar
Alam Universitas Negeri Manado pada tahun 2018 dengan NIM 18 505 006.
151