Anda di halaman 1dari 152

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN EKSPLORATIF TENTANG KONSEP

DAN PROSES FISIKA PADA DINAMIKA HARIAN IKLIM MIKRO DI

PERMUKAAN LAHAN BERVEGETASI DAN TIDAK BERVEGETASI

Oleh

NATASHA KHATERINA MARSELINA ETWIORY


18 505 006

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar


Sarjana pendidikan program studi pendidikan fisika

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVESITAS NEGERI MANADO


2022
i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ii
Motto :

“Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina
hikmat dan didikan” – Amsal 1:7

“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada
rencana-Mu yang gagal” – Ayub 42:2

Persembahan :

Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, skripsi ini saya
persembahkan untuk :

1. Papa dan Mama.


2. Adik – adikku.
3. Alm. opa Yan dan oma Rin.
4. Keluarga Besar Kelas A Pendidikan Fisika Angkatan 2018.
5. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
6. Almamaterku tercinta Universitas Negeri Manado, Gereja dan Bangsaku.

KATA PENGANTAR

iii
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahas Esa karena

atas kasih dan penyertaanya-Nya sehingga penulis diberikan kemampuan untuk

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Eksploratif

tentang Konsep dan Proses Fisika pada Dinamika Harian Iklim Mikro di

Permukaan Lahan Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi”.

Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat akademik untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam di Universitas Negeri Manado. Penulis menyadari bahwa

kesendirian tidak akan dapat menyelesaikan dan melewati segala tantangan dan

rintangan dalam menyusun skripsi ini tanpa adanya campur tangan dari berbagai

pihak yang telah memberikan kesempatan, motivasi, waktu, pikiran, tenaga, dan

doa kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan sesuai dengan

apa yang penulis harapkan. Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak

terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Deitje A. Katuuk, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Manado,

tempat dimana penulis menempuh pendidikan.

2. Dr. Anetha Tilaar, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam tempat dimana penulis menempuh pendidikan.

3. Dr. Patricia M. Silangen, S.Pd.,M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika dan Dr.

Jeane V. Tumangkeng selaku Sekretaris Jurusan Fisika.

4. Prof. Dr. Treesje K. Londa, MS selaku Pembimbing Akademik I dan Dr.

Djeli A. Tulandi, M.Si selaku Pembimbing Akademik II yang telah

iv
memberikan ilmu, membimbing, mengarahkan serta memberikan motivasi

dan dukungan kepada penulis.

5. Prof. Dr. Marianus, M.Si selaku Pembahas I dan Dr. Alfrits Komansilan,

M.Si selaku Pembahas II yang telah memberikan masukan, kritik dan saran

dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Jurusan Fisika yang telah membantu

selama proses perkuliahan serta membantu kelancaran administrasi dalam

menyusun skripsi.

7. Etwiory-Leong’s Family (Papa Apolos dan Mama Nansy bersama dengan

adik-adik Marselo, Selomita, Iblaupun, Bintang dan Kirana).

8. Alm. opa Yan Leong dan oma Rin Runturambi yang telah mendidik,

membesarkan dan selalu mendoakan penulis dari kecil hingga sekarang.

9. Teman-teman kelas A Pendidikan Fisika Angkatan 2018 (Alm. Reinhard

Patol, Adelia Manein, Dwi Lahengko, Deby Panna, Geraldy Lioso, Gloria

Loindong, Injilia Emor, Magda Roring, Melisa Chandra, Maria Resbal,

Pranata Karamoy, Prinissi Dopong, Sani Luma, Sheny Rambing, Siska

Sirendeng).

10. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak bisa disebutkan

satu persatu.

v
Kiranya Tuhan yang akan membalas semua kebaikan dari berbagai pihak

yang telah membantu penulis selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki penulis, oleh karena itu penulis

sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar

skripsi ini bisa menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap dengan adanya skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Tondano, Mei 2022

Penulis,

Natasha K. M. Etwiory
NIM. 18 505 006

vi
Efektivitas Pembelajaran Eksploratif tentang Konsep Dan Proses Fisika
pada Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan Lahan Bervegetasi
dan Tidak Bervegetasi
Natasha Khaterina Marselina Etwiory, Treesje Katrina Londa, Djeli Alvi Tulandi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Manado
Email : etwiorynkm@gmail.com

ABSTRAK
Pembelajaran eksploratif tentang konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim
mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi merupakan contoh proses belajar
fisika dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai objek pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui efektivitas pembelajaran eksploratif dalam menganalisis konsep dan proses
fisika pada dinamika harian iklim mikro dipermukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi.
Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen one group pretest-posttest design. Subjek
penelitiannya adalah mahasiswa semester III Pendidikan Fisika Universitas Negeri Manado
2021/2022. Pengambilan data berupa tes dalam bentuk table pengamatan/format eksplorasi..
Setelah diperoleh data, hasil penelitian diolah secara statistik dengan aplikasi SPSS 22.0 for
windows. Rata-rata hasil pretest 47,80 meningkat menjadi 89,70 pada rata-rata hasil posttest.
Perolehan Nilai N-Gain dari masing-masing peserta didik, terdapat sebanyak 8 peserta didik pada
kategori N-Gain tinggi dengan persentase 80% dan 2 peserta didik berada pada kategori N-Gain
sedang dengan persentase 20%. Hasil persentase rata-rata N-Gain dari 10 peserta didik adalah
80,15%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Eksploratif efektif digunakan
dalam mengeskplorasi konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di permukaan
lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi.
Kata kunci : Efektivitas, Pembelajaran Eksploratif, Iklim Mikro

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.....................................................................iv

KATA PENGANTAR..........................................................................................v

ABSTRAK........................................................................................................ viii

DAFTAR ISI...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL...............................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1. 1........................................................................................... Latar Belakang

...................................................................................................................1

1. 2.................................................................................... Identifikasi Masalah

...................................................................................................................6

1. 3................................................................................... Pembatasan Masalah

...................................................................................................................6

1. 4....................................................................................... Rumusan Masalah

...................................................................................................................6

1. 5........................................................................................ Tujuan Penelitian

...................................................................................................................7

viii
1. 6...................................................................................... Manfaat Penelitian

...................................................................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................8

2.1 Efektivitas..................................................................................................8

2.2 Pembelajaran di Alam................................................................................9

2.3 Pembelajaran Eksploratif.........................................................................11

2.4 Iklim Mikro..............................................................................................14

2.5 Fenomena Dinamika Harian Iklim Mikro pada Permukaan Lahan

Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi beserta Konsep-konsep Terkait.................15

2.6 Lahan Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi ..............................................23

2.7 Penelitian Relevan...................................................................................25

2.8 Kerangka Berpikir....................................................................................26

2.9 Hipotesis Penelitian.................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................28

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................28

3.2 Objek dan Subjek Penelitian....................................................................28

3.3 Metode dan Desain Penelitian.................................................................28

3.4 Variabel Penelitian...................................................................................29

3.5 Instrumen Penelitian................................................................................30

3.6 Teknik Analisis Data..............................................................................30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................32

4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................32

4.2 Pembahasan.............................................................................................40

ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................47

5.1 Kesimpulan..............................................................................................47

5.2 Saran........................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................48

LAMPIRAN.......................................................................................................52

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Interpretasi N-Gain............................................................31

Tabel 3.2 Perolehan Skor N-Gain........................................................................31

Tabel 4.1 Hasil Pretest.........................................................................................34

Tabel 4.2 Statistik Data Pretest...........................................................................35

Tabel 4.3 Hasil Posttest.......................................................................................36

Tabel 4.4 Statistik Data Posttest..........................................................................37

Tabel 4.5 Nilai Interpretasi N-Gain dan Perolehan Skor N-Gain........................38

Tabel 4.6 Kategori Skor N-Gain..........................................................................39

Tabel 4.7 Persentase Skor N-Gain.......................................................................39

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir............................................................................26

Gambar 4.1 Bagan Data Capaian Nilai Pretest...................................................35

Gambar 4.2 Bagan Data Capaian Nilai Posttest..................................................37

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Suhu Udara.........................................................40

Grafik 4.4 Hasil Pengukuran Kelembaban Udara...............................................41

Grafik 4.5 Hasil Pengukuran Kecepatan Angin...................................................42

Grafik 4.6 Hasil Pengukuran Kuat Penerangan...................................................43

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rancangan Tahapan Mengeskplorasi Konsep dan Proses Fisika Pada

Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan Lahan Bervegetasi dan

Tidak Bervegetasi...........................................................................53

Lampiran 2 Rubrik Penilaian Proses Eksploratif...............................................59

Lampiran 3 Daftar Nama dan Kode Subjek Penelitian......................................68

Lampiran 4 Hasil Data Pengukuran Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan Lahan

Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi di sekitar Danau Tondano..............69

Lampiran 5 Hasil Data Pengukuran Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan

Lahan Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi di Tombatu..................71

Lampiran 6 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 1 pada Tes Awal (pretest) ..........73

Lampiran 7 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 2 pada Tes Awal (pretest) ..........78

Lampiran 8 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 3 pada Tes Awal (pretest) ..........83

Lampiran 9 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 4 pada Tes Awal (pretest) ..........88

Lampiran 10 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 5 pada Tes Awal (pretest) ........93

Lampiran 11 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 6 pada Tes Awal (pretest) ........98

Lampiran 12 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 1 pada Tes Akhir (posttest) ....103

xii
Lampiran 13 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 2 pada Tes Akhir (posttest) ....108

Lampiran 14 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 3 pada Tes Akhir (posttest) ....113

Lampiran 15 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 4 pada Tes Akhir (posttest) ....118

Lampiran 16 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 5 pada Tes Akhir (posttest) ....123

Lampiran 17 Hasil Matriks Eksplorasi Objek 6 pada Tes Akhir (posttest) ....128

Lampiran 18 Dokumentasi...............................................................................133

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran adalah salah satu aspek pendidikan yang berpengaruh bagi

peningkatan kualitas individu. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses,

yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta

didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan

proses belajar (Sudjana, 1989:29). Dalam belajar tentunya banyak perbedaan,

seperti adanya peserta didik yang mampu mencerna materi pelajaran, ada pula

peserta didik yang lambat dalam mencerna materi pelajaran. Kedua perbedaan

inilah yang menyebabkan guru harus mampu mengatur strategi dalam

pembelajaran yang sesuai dengan keadaan setiap peserta didik. Menurut Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta

didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.

Salah satu yang menjadi tokoh sentral dalam pendidikan, yakni guru yang

merupakan orang utama dalam menyampaikan materi kepada siswa, sehingga

guru juga dituntut menguasai materi pelajaran. Menteri Pendidikan dan

xiii
Kebudayaan Nadiem Makarim meluncurkan gerakan “Merdeka Belajar” yaitu

kemerdekaan dalam berpikir. Kehadiran merdeka belajar kampus merdeka

(MBKM) memunculkan paradigma baru dalam dunia pendidikan termasuk

perguruan tinggi. Tujuan merdeka belajar ialah agar para guru, siswa serta orang

tua bisa mendapatkan suasana yang menyenangkan (Media Indonesia, 2019 dalam

Ainia 2020:96). Menurut Nadiem Makarim yang menjadi konsep dasar memilih

merdeka belajar adalah karena terinspirasi dari filsafat K. H. Dewantara dengan

penekanan pada kemerdekaan dan kemandiriannya. MBKM terdiri dari dua

konsep yang esensial yakni “Merdeka Belajar” dan “Kampus Merdeka”. Pertama,

konsep merdeka belajar bermakna adanya kemerdekaan berpikir. Menurut

Nadiem Makarim bahwa esensi kemerdekaan berpikir harus dimulai terlebih

dahulu oleh para pendidik. Pandangan seperti ini harus dilihat sebagai suatu upaya

untuk menghormati perubahan dan pembelajaran di lembaga Pendidikan baik di

sekolah dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Kedua, kampus merdeka

merupakan kelanjutan dari konsep merdeka belajar. Kampus merdeka merupakan

upaya untuk melepaskan belenggu untuk bergerak lebih mudah. Kampus

merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom dan

fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang dan

sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Proses pembelajaran dalam Kampus

Merdeka merupakan salah satu perwujudan pembelajaran yang berpusat pada

mahasiswa (student centered learning) yang sangat esensial. Pembelajaran dalam

Kampus Merdeka memberikan tantangan dan kesempatan untuk pengembangan

inovasi, kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta

xiv
megembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan

melalui kenyataan dan dinamika lapangan yang sangat berkaitan dengan

karakteristik pembelajaran fisika.

Sains merupakan ilmu pengetahuan yang menjelaskan setiap fenomena yang

terjadi di alam. Sains sangat berkaitan dengan kehidupan manusia. Menurut

Webster New Collegiate Dictionary, sains adalah pengetahuan yang diperoleh

melalui pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu

kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi yang didapatkan dan

dibuktikan melalui metode ilmiah. Di dalam proses pembelajarannya sains

berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam melalui proses aktif

menggunakan pikiran dan sikap ilmiah, sehingga sains bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetapi merupakan suatu penemuan (Depdiknas, 2006 dalam Fitriana,

2017:90). Proses sains mengarah pada suatu rangkaian langkah yang logis yang

dilakukan oleh ilmuwan ketika ia ingin menjawab rasa ingin tahunya tentang

alam. Observasi, identifikasi masalah, perumusan hipotesis, melakukan

eksperimen, pencatatan dan pengolahan data, pengujian kebenaran serta menarik

kesimpulan merupakan contoh unsur proses sains yang sering dilakukan oleh

ilmuwan dalam bereksperimen (Carin & Sund, 1989:14). Objek sains meliputi

objek tangible maupun intangible, yakni segala sesuatu yang dapat dipahami oleh

indera seperti penglihatan, pendengaran, sentuhan, rabaan dan pengecapan.

Fisika merupakan cabang sains yang mempelajari materi, energi dan

fenomena atau gejala-gejala alam yang melibatkan proses dan sikap ilmiah untuk

xv
menemukan hubungannya dengan realita. Rentetan gejala alam dapat dipelajari

sebagai aktivitas pemecah masalah yang berbasis pengamatan (Druxes et al.,

1986:3 dalam Mahdalena, 2016:3).

Pada proses pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik agar peserta didik

lebih memahami alam sekitar secara ilmiah. Peserta didik diarahkan untuk

berpikir kritis untuk dapat mengidentifikasi masalah, mengolah masalah, dan

menyimpulkan masalah-masalah yang ada sehingga memperoleh pemahaman

yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Tujuan pembelajaran fisika yaitu

menguasai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya serta mampu

menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan

Yang Maha Esa (Mundilarto, 2002:5 dalam Tobing & Admoko, 2017:197).

Berdasarkan observasi yang dilakukan melalui wawancara yang dilakukan

pada mahasiswa semester 3 tahun akademik 2021/2022 Universitas Negeri

Manado dan beberapa siswa SMA Negeri 1 Tombatu, diperoleh keterangan bahwa

selama ini pembelajaran fisika pada peserta didik dibatasi pada buku teks dan

penjelasan dosen di dalam kelas serta peserta didik kurang dapat berinteraksi

langsung dengan alam sekitar sehingga fisika dianggap kurang menarik dan tidak

mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena isi dan struktur mata pelajaran fisika

membutuhkan pengetahuan awal untuk dapat dipahami sehingga terkesan susah

dan banyak konsep-konsep fisika yang abstrak. Peserta didik kurang tertarik untuk

belajar fisika, karena mereka hanya terpaku pada persamaan matematis dan soal

xvi
latihan bukan pada konsep dan penerapannya. Padahal, pembelajaran fisika erat

kaitannya dengan alam dan fenomena-fenomenanya sehingga akan lebih efektif

apabila dalam pembelajaran fisika dilakukan interaksi secara langsung dengan

alam sehingga manfaat pembelajaran fisika dalam kehidupan sehari-hari dapat

dirasakan langsung oleh peserta didik.

Sumber belajar dapat menumbuhkan rasa percaya, mengembangkan sikap,

serta kreativitas siswa dengan memperoleh informasi dari diri sendiri (Widiasih,

2007:92). Sumber belajar yang dapat kita manfaatkan salah satunya adalah alam

sekitar dengan mengembangkan sikap serta kreativitas dari peserta didik. Salah

satu gejala alam yang dapat kita jadikan sebagai objek pembelajaran fisika adalah

pada permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi. Pembelajaran eksploratif

memberikan peluang luas bagi siswa untuk membangun pengetahuan melalui

proses dan keterampilan menghubungkan pengetahuan awal dengan pengalaman

belajar (Yandari dkk, 2018 dalam Sumigar, 2020:3). Proses kegiatan eksplorasi

dapat membuat peserta didik menganalisis dan mengidentifikasi konsep-konsep

fisika iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi karena

alam sekitar sudah menanamkan pengalaman pada peserta didik, sehingga dalam

mengamati dan menganalisis objek di alam membuat peserta didik merasa tertarik

melakukan kegiatan eksplorasi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Eksploratif Tentang Konsep dan

Proses Fisika pada Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan Lahan

Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi”.

xvii
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat di

identifikasi permasalahan sebagai berikut :

a. Pembelajaran fisika dibatasi pada buku teks dan penjelasan dosen di dalam

kelas.

b. Peserta didik hanya terpusat pada persamaan-persamaan matematis dan soal

latihan.

c. Peserta didik masih sulit menjelaskan secara fisis konsep dan proses fisika

dalam setiap gejala alam yang dialami langsung.

d. Alam sebagai objek utama belum dimanfaatkan dengan maksimal sebagai

bahan pembelajaran fisika.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada

efektivitas pembelajaran eksploratif tentang konsep dan proses fisika pada

dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak

bervegetasi.

xviii
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatas masalah, maka didapati rumusan masalahnya adalah

bagaimana efektivitas pembelajaran eksploratif tentang konsep dan proses fisika

pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak

bervegetasi ?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran

eksploratif tentang konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di

permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi.

1.6 Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti : hasil penelitian ini memberikan pengalaman dalam

mengeksplorasi konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di

permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi.

b. Bagi guru : hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan guru dalam

mengeksplorasi konsep dan proses fisika, salah satunya adalah dinamika

harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi.

c. Bagi mahasiswa : hasil penelitian ini dapat memperoleh pengalaman dalam

mengeksplorasi fenomena yang ada di alam sekitar.

xix
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia kata efektif berarti mempunyai efek, pengaruh, akibat atau dapat

membawa hasil. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh

target kualitas, kuantitas dan waktu telah tercapai atau makin besar presentase

target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya (Komariah & Triatna, 2005 dalam

Rahmi dkk, 2013:1).

Miarso (2004) dalam Magdalena dkk, (2020:367) mengatakan bahwa

efektivitas pembelajaran merupakan salah satu standar mutu pendidikan dan

sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat juga diartikan sebagai

ketepatan dalam mengelola suatu situasi, “doing the right things”. Hamalik

(2001) dalam Magdalena dkk, (2020:367) menyatakan bahwa pembelajaran yang

efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau

melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Penyediaan

kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat

membantu siswa dalam memahami konsep yang sedang di pelajari.

Efektifitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan

dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan

dalam penelitian ini mengacu pada :

a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-

kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam

peningkatan hasil belajar.

xx
b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa

apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang

signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran

(gain signifikan).

c. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan

motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk

belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2.2 Pembelajaran di Alam

a. Pengertian Pembelajaran di Alam

Alam mengacu pada fenomena dunia fisik, dunia materi dan juga kehidupan

secara umum. Alam dapat dijadikan media pembelajaran karena alam tidak hanya

memenuhi kebutuhan manusia tetapi juga dimanfaatkan sebagai pembelajaran

dalam pendidikan. Lingkungan sebagai media pembelajaran adalah segala kondisi

di luar diri siswa dan guru baik berupa fisik maupun non fisik yang dapat menjadi

perantara agar pesan pembelajaran tersampaikan kepada siswa secara optimal.

Sehingga lingkungan yang secara sengaja digunakan dalam proses pembelajaran

disebut sebagai media pembelajaran (Musfiqon, 2010:133 dalam Meimudayanti &

Rukmi 2013:3). Kebanyakan siswa menyukai adanya inovasi pembelajaran yang

mengutamakan keaktifan dan keterlibatan siswa secara langsung dengan

pengalaman (Hayati et al., 2013 dalam Rodliyatin dkk, 2017:405). Fisika pada

dasarnya merupakan pembelajaran yang menarik dan erat kaitannya dengan alam.

Alam merupakan objek yang kompleks dan sangat kaya akan konsep dan proses

fisika. Pembelajaran langsung di alam dapat melatih proses berpikir siswa dan

xxi
pemahaman peserta didik dalam mengaitkan fenomena alam disekitar yang

mereka dapati langsung.

b. Keunggulan Pembelajaran di Alam

Penggunaan atau penerapan pembelajaran luar kelas (outdoor learning) dapat

meningkatkan serta mendorong motivasi belajar siswa dan membuat siswa

menjadi lebih aktif (Sulistyo, 2019 dalam Ariesandy, 2021:111). Pemanfaatan

lingkungan sebagai media pembelajaran lebih bermakna disebabkan para siswa

dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara

alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya dapat

dipertanggungjawabkan. Disamping itu, siswa akan lebih akrab dengan

lingkungan sehingga menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan sekitarnya.

Belajar tidak harus menggunakan buku sebagai media belajar kita bisa

memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran. Melalui alam, peserta

didik mampu mendapatkan pengetahuan yang berharga. Tidak perlu pergi ke

lokasi yang jaraknya jauh dan mengeluarkan biaya, tetapi cukup dengan alam

yang ada disekitar saja sudah sangat membantu bagi peserta didik dalam

membangkitkan motivasi dan semangat untuk belajar. Banyak keuntungan yang

diperoleh dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, menurut

Ruswandi & Badruddin (2008:129), yaitu : (1) Kegiatan belajar lebih menarik

dan tidak membosankan, sehingga motivasi belajar siswa semakin tinggi; (2)

Hakikat belajar lebih bermakna, sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan

keadaan yang sebenarnya dan bersifat alami; (3) Bahan-bahan yang dipelajari

lebih faktual, sehingga kebenarannya lebih akurat.

xxii
Belajar Fisika dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada sangat

membantu dan memotivasi siswa sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan

aplikatif. Potensi lokal adalah sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah

meliputi sumber daya alam, manusia, teknologi dan budaya. Guru diharapkan

mampu memanfaatkan keadaan alam secara maksimal dalam proses pembelajaran

sehingga dapat mengembangkan potensi dan kemampuan siswa secara optimal.

2.3 Pembelajaran Eksploratif

a. Pengertian Pembelajaran Eksploratif

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, eksploratif diartikan bersifat

eksplorasi, penyelidikan, penjajakan dan penjelajahan. Eksplorasi biasanya

dikaitkan dengan penjelajahan, penyelidikan atau penemuan sumber-sumber alam

yang terdapat di suatu tempat. Pembelajaran eksploratif adalah pembelajaran yang

menekankan keaktifan siswa dan diduga dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman dan komunikasi siswa. Pembelajaran eksploratif adalah pembelajaran

yang menekankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang diawali

dengan kegiatan memahami masalah, mengumpulkan dan menganalisis data,

membangun conjecture, menghubungkan konsep dan konsep lainnya, kemudian

membuat kesimpulan yang logis berdasarkan fakta-fakta yang diketahui dan telah

di temukan (Rohmat, 2017:55). Pembelajaran eksploratif memberikan peluang

luas bagi siswa untuk membangun pengetahuan melalui proses dan keterampilan

menghubungkan pengetahuan awal dengan pengalaman belajar (Yandari dkk,

2018 dalam Sumigar, 2020:3).

xxiii
Pentingnya pembelajaran yang mendorong siswa untuk menemukan sendiri

konsep pelajaran (Van de Walle, 2008:39 dalam Susanti & Wutsqa, 2020:99).

Peran guru dalam kegiatan eksplorasi adalah sebagai fasilitator dan guide selama

proses kegiatan berlangsung, guru memfasilitasi kemungkinan terungkapnya

kemampuan siswa dalam mengemukakan ide-ide, argumen-argumen dan cara-

cara yang berbeda dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah melalui

pembelajaran eksploratif.

Strategi pembelajaran eksploratif (Dwirahayu, 2013:114), meliputi tahapan-

tahapan sebagai berikut.

1) Tahap 1

Pemberian masalah eksploratif, dilakukan dengan cara memberikan beberapa

masalah yang harus diselesaikan oleh siswa. Masalah yang dimunculkan adalah

masalah baru yang dapat memacu keingintahuan siswa, sehingga siswa dapat

mengaplikasikan pengetahuan awal yang dimilikinya untuk menyelesaikan

masalah yang diberikan.

2) Tahap 2

Eksplorasi individu, pada kegiatan ini siswa dituntut untuk mengingat

kembali materi-materi yang berkaitan dengan konsep yang diajarkan dengan

menggunakan pengetahuan alam (struktur kognitif lama) untuk membantu

menyelesaikan masalah baru.

xxiv
3) Tahap 3

Presentasi, tahapan ini merupakan aktivitas perluasan pemahaman siswa,

dimana siswa lain dan guru memberikan tanggapan, saran dan perbaikan terhadap

hasil presentasi siswa.

4) Tahap 4

Eksplorasi kelompok, artinya eksplorasi lanjutan yang dilakukan secara

berkelompok karena hasil eksplorasi individu belum maksimal.

5) Tahap 5

Diskusi dan Evaluasi. Pada tahap ini dimaksudkan untuk membahas berbagai

variasi soal yang dapat mengintegrasikan antara kemampuan siswa atau

pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal-soal lain.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Eksploratif

Beberapa langkah untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran

eksploratif menurut Medellu (2019:491) yaitu :

1) Mengidentifikasi objek dari fakta dan fenomena yang menjadi dasar

pembelajaran.

2) Menganalisis keterkaitan antara faktor dari setiap fakta dan memberikan

deskripsi fenomena sesuai urutan sehingga menghasilkan gambaran yang

jelas mengenai fenomena atau fakta yang ada.

3) Mengeksplorasi konsep dan proses ilmiah dari fenomena yang sudah di

identifikasi dan deskripsikan, menghubungkan variabel dan mencari referensi

sehingga mendapatkan penguatan dari hasil analisis fenomena.

xxv
4) Menganalisis, mensintesis dan memformulasikan hubungan hasil analisis

konteks terkait fenomena dengan konsep dan proses ilmiah.

Tahap selanjutnya adalah merancang kegiatan untuk pembelajaran eksploratif

sesuai dengan aktivitas dari setiap tahapan yang ada, dapat berupa : pengamatan ;

analisis fakta/fenomena; pengukuran; analisis sintesis perumusan konsep dan

penarikan kesimpulan.

2.4 Iklim Mikro

Iklim mikro adalah kondisi iklim pada suatu ruang yang terbatas, namun

komponen ini penting bagi kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan karena

kondisi udara pada skala mikro akan berkontak dan mempengaruhi langsung

dengan makhluk-makhluk hidup tersebut. Keadaan unsur-unsur iklim ini akan

mempengaruhi tingkah laku dan metabolisme yang terjadi pada tubuh makhluk

hidup, sebaliknya keberadaan makhluk hidup tumbuhan akan mempengaruhi

keadaan iklim mikro di sekitarnya (Lakitan, 2002:53 dalam Iek dkk, 2014:288).

Microclimate atau iklim mikro adalah suatu kondisi iklim pada suatu ruang yang

sangat terbatas sampai batas kurang lebih dua meter dari permukaan tanah. Iklim

mikro merupakan iklim dalam ruang kecil yang dipengaruhi oleh beberapa faktor,

seperti hutan, rawa, danau dan aktivitas manusia. Pengaruh lingkungan terhadap

suhu udara, suhu tanah, kecepatan arah angin, intensitas penyinaran yang diterima

oleh suatu permukaan dan kelembaban udara (Holton, 2004 dalam Santi dkk,

2017:143). Menurut Bunyamin (2010) dalam Indrawan dkk, (2017:93) Iklim

mikro merupakan iklim dilapisan udara dekat permukaan bumi dengan ketinggian

kurang lebih 2 meter, dimana pada daerah ini udara lebih kecil karena permukaan

xxvi
bumi kasar dan perbedaan suhu yang besar. Iklim mikro mempengaruhi

pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Pada kondisi tertentu pengaruh iklim

terhadap vegetasi yang tumbuh di suatu tempat jauh lebih kuat dibandingkan

dengan pengaruh tanah.

2.5 Fenomena Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan Lahan


Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi beserta Konsep-konsep Terkait

a. Temperatur Suhu Udara

Temperatur udara merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya udara

di atmosfer. Suhu di definisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki

bersama antara dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal

(Putra, 2007 dalam Supu dkk, 2016:63). Termometer adalah alat yang digunakan

untuk mengukur suhu sebuah benda (Lakitan, 2002 dalam Supu, dkk 2016:64).

Secara umum, suhu merupakan unsur yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman. Perubahan suhu udara di satu tempat dengan tempat lainnya bergantung

pada ketinggian tempat dan letak lintang. Perubahan suhu karena ketinggian

berkisar antara 0,6 tiap kenaikan 100 m (Braak, 1997 dalam Purwantara,

2015:42). Menurut Lakitan (1997) dalam Karyati, dkk (2018:104), suhu tanah

akan dipengaruhi oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh permukaan tanah.

Suhu tanah pada siang dan malam sangat berbeda. Pada siang hari ketika

permukaan tanah dipanasi matahari, udara yang dekat dengan permukaan tanah

memperoleh suhu yang tinggi, sedangkan pada malam hari suhu tanah semakin

menurun. Suhu tanah juga berpengaruh terhadap penyerapan air yang diserap oleh

akar, karena itulah penurunan suhu tanah mendadak dapat menyebabkan kelayuan

tanaman. Fluktuasi suhu tanah bergantung pada kedalaman tanah (Lubis, 2007

xxvii
dalam Karyati, dkk 2018:104). Posisi indonesia terletak di daerah khatulistiwa,

sehingga memperoleh sinar matahari secara maksimal dan merata sepanjang

tahun. Rata-rata suhu udara di Indonesia setiap tahunnya, untuk daratan rata-rata

28℃ . Hasil pengukuran ini digunakan untuk menentukan suhu rata-rata harian.

Suhu rata-rata harian digunakan untuk menentukan suhu rata rata-rata bulanan dan

suhu rata-rata bulanan digunakan untuk menentukan suhu rata-rata tahunan.

Ketinggian suatu tempat yang ada di permukaan bumi berpengaruh terhadap

tekanan udara dan suhu udara. Semakin tinggi tempat di permukaan bumi,

semakin rendah suhu udaranya. Suhu udara dapat dirumuskan sebagai berikut :

(0,6 ℃−h)
t=28 ℃ …(2.1)
100
Keterangan :
t = Suhu udara
28 ℃ = Suhu rata-rata tahunan
0,6 ℃ = Gradien suhu setiap kenaikan
100 m h = Ketinggian tempat

Menurut Arya (2001) dalam Wicahyani, dkk (2013:198) adanya perubahan

suhu pada periode tertentu seiring perubahan penggunaan lahan, terutama dari

area bervegetasi menjadi non-vegetasi. Dalam Fisika perubahan suhu (∆Ƭ) dapat

dinyatakan dengan rumus :

∆Ƭ = Ƭa ‒ Ƭ0 …(2.2)

Keterangan :
∆Ƭ = Perubahan suhu
Ƭ₀ = Suhu awal
Ƭₐ = Suhu akhir

Keadaan suhu udara pada suatu tempat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti

lamanya penyinaran matahari, kemiringan sinar matahari, keadaan awan, keadaan

xxviii
permukaan bumi. Makin lama matahari menyinari suatu daerah, makin banyak

panas yang diterima di daerah itu. Jika datangnya sinar matahari disuatu daerah

lebih tegak, maka panas yang diterima di daerah itu lebih banyak dibanding

dengan datangnya sinar matahari dalam keadaan miring. Keadaan awan juga

merupakan salah satu penghalang pancaran matahari. Permukaan daratan lebih

cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan panas, sedangkan permukaan

lautan lambat menerima panas dan lambat pula melepaskan panas.

b. Radiasi Matahari

Radiasi adalah suatu proses perambatan energi (panas) dalam bentuk

gelombang elektromagnetik yang tanpa memerlukan zat perantara. Matahari

adalah sumber energi utama untuk kehidupan dan juga untuk seluruh aktivitas

makhluk hidup yang ada di bumi. Energi radiasi matahari yang dipancarkan oleh

matahari tidak semua sampai ke permukaan, dari 100% radiasi yang dipancarkan

oleh matahari, hanya 48-50% yang sampai secara langsung ke permukaan dan

yang bisa dimanfaatkan hanya pada panjang gelombang tertentu (NASA Earth

Observatory, 2008 dalam Mubarak 2018:248). Energi matahari yang jatuh ke

permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagnetik yang menjalar dengan

kecepatan cahaya sebesar 3x108m/s. Radiasi matahari yang kuat seperti sinar

ultraviolet, sinar-x, dan sinar gamma yang menuju Bumi akan diserap oleh

molekul-molekul gas nitrogen dan gas oksigen yang terdapat dalam atmosfer

Bumi bagian atas. Penyerapan ini menyebabkan molekul-molekul gas mengalami

ionisasi yaitu proses lepasnya sebagian elektron pada molekul-molekul gas

sehingga terbentuk ion-ion positif. Dari proses ini maka pada lapisan atmosfer

xxix
bagian atas akan terbentuk lapisan-lapisan yang mengandung muatan listrik

positif yang disebut dengan ionosfer (lapisan ion). Dengan demikian lapisan

ionosfer ini melindungi Bumi dari radiasi matahari yang berbahaya seperti radiasi

ultraviolet. Radiasi matahari yang diterima bumi dikenal dengan istilah Insolasi

(Incoming Solar Radiation). Jika efek penyerapan, pemantulan dan hamburan

oleh lapisan atmosfer Bumi dapat diabaikan, maka intensitas isolasi bergantung

terutama pada dua faktor yaitu sudut jatuh sinar matahari dan lamanya radiasi

matahari (Tjasyono, 2006:48).

Untuk menghitung besarnya panas yang dipancarkan dapat digunakan rumus

sebagai berikut :

Q= Aσ (T 1−T 2) …

(2.3)

Keterangan :
Q = Pindah panas radiasi (W/m)
A = Luas permukaan (m2)
σ = Konstanta Bolsman Stefan (5,67 x 10-8 W/m2K6)
T = Suhu (° K ¿

Kondisi iklim mikro pada lokasi yang bervegetasi jauh lebih baik

dibandingkan dengan lapangan terbuka. Hal ini dipengaruhi oleh vegetasi berupa

lajur hijau. Sinar matahari pada lahan terbuka akan langsung menembus

permukaan tanpa hambatan sedangkan pada lokasi bervegetasi sinar matahari

yang diteruskan, dibelokkan dan dipantulkan oleh tajuk pohon sehingga suhu

udara yang berada di bawah tajuk lebih rendah dibandingkan di lahan terbuka

lebih besar karena berkurangnya energi matahari yang sampai ke permukaan

tanah (Prasetyo, 1997 dalam Irawan, 2018:8).

xxx
c. Kelembaban Udara

Kelembaban adalah jumlah rata-rata kandungan air keseluruhan (uap, tetes air

dan kristal es) di udara pada suatu waktu. Adapun berdasarkan Glossary of

Meteorology, kelembaban diartikan sebagai jumlah uap air di udara atau tekanan

uap yang teramati terhadap tekanan uap jenuh untuk suhu yang diamati dan

dinyatakan dalam persen (Neiburger, 1995 dalam Prakoso, 2018:18).

Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa

udara pada saat dan tempat tertentu. Menurut Lakitan (2002) dalam Prakoso,

(2018:18), kelembaban udara mempunyai beberapa istilah, yaitu:

1) Kelembaban mutlak atau kelembaban absolut, yaitu total massa uap air

persatuan volume udara dinyatakan dalam satuan (kg/m3).

2) Kelembaban spesifik, yaitu perbandingan antara massa uap air dengan massa

udara lembap dalam satuan volume udara tertentu dalam (g/kg).

3) Kelembaban nisbi atau kelembaban relatif, yaitu perbandingan antara tekanan

uap air actual (yang terukur) dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh,

dinyatakan dalam persen.

Kelembaban udara yang cukup besar memberi petunjuk langsung bahwa

udara banyak mengandung uap air atau udara dalam keadaan basah. Menurut

Wirjohamidjojo (2006) dalam Fadholi (2013:8), berbagai ukuran dapat digunakan

untuk menyatakan nilai kelembaban udara yaitu kelembaban udara relatif (RH).

Persamaan untuk kelembapan relatif adalah sebagai berikut :

xxxi
e
RH = x 100 % …(2.4)
em

Keterangan :
RH = Kelembapan udara relatif (%)
e = Tekanan uap air pada saat pengukuran (mb)
e m= Tekanan uap air maksimum (mb)

Kelembaban udara dapat menurunkan suhu dengan cara menyerap sekurang-

kurangnya setengah radiasi matahari gelombang pendek yang menuju ke

permukaan bumi. Kelembaban udara membantu menahan keluarnya radiasi

matahari gelombang panjang dari permukaan bumi pada siang hari dan malam

hari (Asdak, 2002 dalam Irawan, 2018:7). Faktor kelembaban udara sangat

berkaitan dengan faktor lainnya seperti curah hujan. Wilayah dengan curah hujan

yang tinggi akan menyebabkan wilayah tersebut juga memiliki kelembaban udara

relatif tinggi, misalnya pada wilayah tropis, yang dicirikan dengan jumlah hujan

>2.500 mm per tahun.

d. Kecepatan Angin

Kecepatan angin adalah cepat lambatnya angin bertiup pada suatu tempat.

Angin merupakan besaran vektor yang mempunyai arah dan kecepatan. Angin

adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara bergerak dari

daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah (Nurhayati & Aminuddin,

2016:22).

Energi angin merupakan kekuatan yang timbul akibat aliran udara yang

bergerak dalam jumlah besar. Timbulnya energi angin dikarenakan rotasi bumi

dan perbedaan tekanan udara pada lingkungan sekitar. Perbedaan tekanan udara

xxxii
yang menimbulkan energi angin terjadi akibat udara yang memuai dikarenakan

oleh panas matahari yang membuat masa jenis udara menjadi ringan, sehingga

udara akan naik dan menyebabkan tekanan udara menurun. Menyebabkan udara

disekitarnya yang bertekanan lebih tinggi akan menuju ke udara yang bertekanan

rendah. Sebagaimana rumus energi kinetik pada fisika, maka energi kinetik angin

ialah :

1 2
Ek= . m. v …(2.5)
2

Keterangan :
Ek = Energi kinetik (joule)
m = Massa (kg)
v = Kecepatan Udara (m/s)

Massa jenis udara 1,2 kg/m3 . Tekanan udara di batasi oleh ruang dan waktu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan udara yaitu tinggi rendahnya tempat

dan temperatur.

Angin permukaan memiliki gaya gesek karena adanya kekasaran permukaan

bumi. Gaya gesek menyebabkan kecepatan angin melemah. Pergantian udara

jenuh dengan uap air dan udara yang lebih kering sangat bergantung pada

kecepatan angin. Jika air menguap ke atmosfer maka lapisan atas antara

permukaan tanah dan udara menjadi jenuh oleh permukaan air sehingga proses

penguapan akan terhenti. Jadi kecepatan angin memegang peranan penting dalam

proses evapotranspirasi. Evapotranspirasi merupakan penggabungan proses

penguapan yang terjadi pada vegetasi yang disebut transpirasirasi dan dari

permukaan lahan yang disebut evaporasi.

e. Kesetimbangan Termal

xxxiii
Energi radiasi terbesar pada spektrum tampak mata ketika jatuh ke

permukaan bumi, sebagiannya dipantulkan dan sebagiannya di serap. Bagian

energi radiasi yang dipantulkan oleh permukaan bumi disebut albedo. Albedo

adalah perbandingan tingkat sinar matahari yang datang ke permukaan dengan

yang dipantulkan kembali ke atmosfir (Purnomo, 2003 dalam Wicahyani dkk,

2013:203). Menurut Dobos (2013) dalam Pratama (2014:1), kemampuan

permukaan dalam menyerap, memantulkan dan mentransmisikan radiasi matahari

dipengaruhi nilai albedo. Semua jenis tutupan lahan memiliki nilai albedo. Nilai

albedo dipengaruhi oleh jenis permukaan, sifat radiasi permukaan, kondisi

atmosfer dan sifat fisik tanah. Nilai albedo erat kaitannya dengan suatu objek,

nilai albedo dan suhu permukaan suatu benda tergantung dengan sifat fisik

permukaan objek diantaranya emisivitas, kapasitas panas jenis dan konduktivitas

termal. Emisivitas adalah kemampuan suatu objek untuk menyerap radiasi.

Kapasitas panas adalah besaran yang menggambarkan banyaknya kalor yang

diperlukan untuk menaikkan suhu suatu objek. Konduktivitas termal adalah suatu

besaran yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Suatu

objek mendapatkan radiasi dan objek memiliki emisivitas dan kapasitas panas

yang besar dan konduktivitas termal yang rendah maka radiasi cenderung diserap

yang menunjukkan nilai albedo kecil dan suhu permukaan objek tersebut akan

menurun dan suhu udara yang berada diatas suhu permukaan akan cenderung

mengalami penurunan contohnya badan air, sedangkan emisivitas dan kapasitas

panas yang rendah dan konduktivitas termal besar maka radiasi akan dipantulkan

yang berarti nilai albedo besar dan suhu permukaan akan meningkat contohnya

xxxiv
pada lahan terbuka (Sutanto, 1994 dalam Pratama, 2014:13). Elevansi matahari

sangat berkaitan erat dengan albedo, yaitu presentasi isolasi yang dipantulkan oleh

permukaan bumi.

2.6 Lahan Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi

a. Lahan Bervegetasi

Lahan adalah suatu daerah yang berada di permukaan bumi pada lapisan

litosfer yang mempunyai sifat-sifat tertentu seperti iklim, batuan, tanah, vegetasi,

fauna dan manusia. Lahan merupakan sumber daya bagi manusia karena dapat

menyediakan bahan, tanah, air, zat-zat yang menumbuhkan tanaman atau sebagai

tapak atau side untuk jalan, pemukiman, industri, kehidupan lain, perairan

maupun rekreasi. Dengan demikian dapat didefinisikan, lahan adalah keseluruhan

lingkungan yang menyediakan kesempatan bagi manusia menjalani

kehidupannya.

Vegetasi dalam bahasa inggris “vegetation” merupakan istilah komunitas

tertumbuhan di tempat tertentu, mencakup baik perpaduan komunal dari jenis-

jenis flora penuyusunnya maupun tutupan lahan (ground cover) yang

dibentuknya. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “vegetasi”

artinya kehidupan (dunia) tumbuh-tumbuhan atau (dunia) tanaman-tanaman

hubungan antara iklim sangat erat. Vegetasi merupakan semua spesies tumbuhan

yang terdapat dalam suatu wilayah yang luas, yang memperlihatkan pola

xxxv
distribusi menurut ruang dan waktu. Vegetasi berfungsi sebagai pengendali iklim

untuk kenyamanan manusia. Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan

manusia adalah suhu, radiasi sinar matahari, angin, kelembapan, suara dan aroma.

Sebagai pengontrol radiasi sinar matahari dan suhu, vegetasi menyerap panas dari

pancaran sinar matahari sehingga menurunkan suhu dan iklim mikro (Hakim,

2003:8 dalam Sapariyanto, 2016). Lahan yang bervegetasi pada umumnya lebih

menyerap air karena serasah permukaan mengurangi pengaruh-pengaruh pukulan

tetesan hujan.

b. Tidak Bervegetasi

Daerah tidak bervegetasi adalah daerah dengan liputan vegetasi kurang dari

4% selama lebih dari 10 bulan atau daerah dengan liputan Lichens/Mosses kurang

dari 25% (jika tidak terdapat vegetasi berkayu atau herba), (Badan Standarnisasi

Nasional; SNI 7645:2010 dalam Reski, 2019:5). Daerah tidak bervegetasi yang

dimaksud meliputi kawasan pemukiman, kawasan tanah yang sangat minim atau

tidak ada tumbuhan (vegetasi), tubuh air yang mengandung bebatuan atau

kawasan bekas aliran sungai yang sudah mengering serta tambang pasir.

xxxvi
2.7 Penelitian Relevan

a. Welny Ngoryanto (2020) dengan Judul Penelitian “Proses Belajar Berpikir

Tingkat Tinggi Dalam Mengeskplorasi Konsep dan Proses Fisika Fenomena

Hujan”. Hasil penelitian disimpulkan melalui pembelajaran eksploratif,

kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa fisika terus meningkat dari

pertemuan awal sampai pertemuan selanjutnya.

b. Melfa Sumigar (2020) dengan Judul Penelitian “Proses Belajar Berpikir

Tingkat Tinggi Dalam Mengeksplorasi Konsep dan Proses Fisika Fenomena

Nyiur Melambai”. Hasil penelitian disimpulkan proses kegiatan eksplorasi

terhadap fenomena nyiur melambai, membuat mahasiswa mampu

menghubungkan pengalaman diluar kelas dengan pengetahuan yang diperoleh

dari pembelajaran formal di kelas.

c. Christophil S. Medellu dan Patricia M. Silangen (2019) “Reflective Question

in Esplorative Learning” : Model HOTL-DI – A and B” yang menunjukkan

dan menjelaskan mengenai pertanyaan refleksi dalam pembelajaran

xxxvii
eksploratif dengan menggunakan model pembelajaran eksploratif HOTL-DI

tipe A dan B.

d. Djeli Alvi Tulandi (2022) dengan Judul Penelitian “Perbandingan Suhu pada

Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan non RTH di Area Megamas Manado”. Hasil

penelitian disimpulkan bahwa Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat

mereduksi energi matahari, sehingga suhu di kawasan RTH lebih rendah

dibandingkan suhu di kawasan non RTH.

2.8 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 2.1.

Pembelajaran Fisika di
dalam Kelas

Informasi Pembelajaran Fisika


di batasi pada Buku Teks dan
Penjelasan dari Dosen

Pembelajaran Eksploratif

Iklim Mikro di Lahan


Bervegetasi dan Tidak
Bervegetasi

xxxviii
Mahasiswa dapat
mengeksplorasi konsep dan
proses fisika

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Dalam setiap penelitian terdapat kerangka berpikir sebagai suatu pedoman

arah dari penelitian tersebut. Sebelum penelitian di lakukan peneliti terlebih

dahulu melakukan observasi dengan wawancara langsung pada mahasiswa

semester III tahun akademik 2021/2022 Universitas Negeri Manado. Hasil yang

didapatkan dari observasi tersebut adalah pembelajaran fisika di dalam kelas

masih dibatasi pada penjelasan dari buku teks dan dosen sehingga peserta didik

kurang dapat berinteraksi dengan alam sekitar. Hal tersebut sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa.

Untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melalui pembelajaran eksploratif

pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak

bervegetasi sehingga mahasiswa dapat mengeksplorasi konsep dan proses fisika

yang ada di alam secara langsung.

2.9 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Pembelajaran Eksploratif efektif untuk

mengeskplorasi konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di

permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi.

xxxix
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun akademik 2021/2022

di Jurusan Fisika Universitas Negeri Manado dan di daerah sekitar Danau

Tondano.

3.2 Objek dan Subjek Penelitian

a. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah konsep dan proses fisika pada dinamika

harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi di

daerah sekitar Danau Tondano.

b. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa semester III tahun akademik

2021/2022 Pendidikan Fisika Universitas Negeri Manado.

3.3 Metode dan Desain Penelitian

xl
Penelitian menggunakan metode pre eksperimen dengan desain penelitian

yaitu One Group Pretest-Posttest Design dan tidak menggunakan kelas

pembanding. Sebelum diberikan perlakuan maka diberikan tes awal (pretest)

untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian peserta didik diberikan

treatment berupa pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar tentang konsep

dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan

bervegetasi dan tidak bervegetasi. Setelah diberikan treatment, diakhir

pembelajaran siswa diberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui kemampuan

akhir siswa. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena

dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberikan perlakuan (Sugiyono,

2013:74). Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

O1 X O2

(Sugiyono, 2013:75)

Keterangan :

O1 = Test awal/pretesest sebelum diberi perlakuan


X = Treatment/perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen
O2 = Test akhir/posttest setelah diberikan perlakuan

3.4 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu :

a. Variabel Bebas (Independet Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat (variable dependent). Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah efektivitas pembelajaran eksploratif.

xli
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil tes

akhir (posttest) setelah mengikuti kegiatan belajar pada mahasiswa semester III

Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Manado.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut

variabel penelitian (Sugiyono, 2015:148). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes (pretest dan posttest) berupa tes subjektif dalam bentuk

uraian (essay) dan penskorannya dilakukan dengan mempertimbangkan benar

salahnya uraian yang diberikan.

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Uji N-Gain. Analisis Uji N-Gain merupakan uji

yang dilakukan sebagai ukuran dari efektivitas pembelajaran eksploratif tentang

konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan

bervegetasi dan tidak bervegetasi, yang telah menjadi ukuran standar dalam

melaporkan skor pada konsep berbasis penelitian. Uji N-Gain digunakan untuk

mengukur seberapa besar pemahaman mahasiswa setelah diberikan perlakuan.

xlii
Hasil dari N-Gain ini dijadikan sebagai perbandingan antara sebelum dan sesudah

pembelajaran eksploratif dilakukan.

Rumus untuk menentukan N-Gain menurut Meltzer dalam Ramdhani, dkk

(2020) dengan skor ideal 100 adalah sebagai berikut :

Skor posttest−skor pretest


N−Gain=
Skor ideal−skor pretest

Klasifikasi Interpretasi N-Gain menurut Hake dalam Ramdhani, dkk (2020),

disajikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Klasifikasi Interpretasi N-Gain


Interval Kategori
g>0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g<0,3 Rendah
(Sumber : Ramdhani, dkk, 2020)

Interpretasi perolehan skor N-Gain dalam bentuk persen (%) dapat mengacu

pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Perolehan Skor N-Gain


Persentase (%) Kategori
¿ 40 Tidak Efektif
40−55 Kurang Efektif
56−75 Cukup Efektif
¿ 76 Efektif
(Sumber : Putri, 2020)

xliii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

a. Proses Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Fisika Universitas Negeri Manado dan

di daerah sekitar Danau Tondano pada bulan Desember 2021. Pengambilan data

dilakukan pada mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Negeri Manado semester III

tahun akademik 2021/2022. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan, tahap

pertama yaitu memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal

mahasiswa, tahap kedua memberikan perlakuan yaitu melaksanakan pembelajaran

eksploratif di alam yaitu pada lahan bervegetasi (perkebunan) dan tidak

bervegetasi (lahan kosong). Setelah diberi perlakuan maka langkah ketiga yaitu

melakukan tes akhir (posttest) untuk mengetahui keefektifan pembelajaran

eksploratif dalam menganalisis konsep dan proses fisika pada dinamika harian

iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi. Adapun jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre eksperimen

xliv
dengan desain One Group Pretest-Posttest Design. Tes dalam penelitian ini

berbentuk tabel tahapan mengeksplorasi objek dengan 4 langkah eksplorasi yaitu :

identifikasi fenomena, analisis deskripsi, eksplorasi konsep dan proses fisika, serta

analisis sintesis formulasi. Selain itu pengambilan data pengukuran juga

dilaksanakan di Desa Tombatu Dua, kec. Tombatu Utara pada bulan Oktober-

November 2021 oleh peneliti (lampiran-5). Pengambilan data dilaksanakan di dua

tempat untuk melihat pengaruh penataan ruang di sekitar Danau Tondano dan di

daerah yang bukan di sekitar Danau Tondano (Tombatu). Pengukuran dilakukan

dengan menggunakan alat four in one yang dimulai pada jam 6 pagi sampai jam 6

sore (06.00 WITA-18.00 WITA) dengan ketinggian 1,5 m diatas permukaan

tanah. Parameter yang diukur adalah suhu udara (℃ ), kelembaban udara (%RH),

kuat penerangan (lux) dan kecepatan angin (km/jam). Selain itu juga peneliti

menambahkan titik koordinat tempat pengambilan data menggunakan aplikasi

maps for android. Koordinat yang digunakan dalam pengukuran adalah :

 Lahan Bervegetasi di sekitar Danau Tondano : 1 ° 17' 31.4 ” N 124°53’56.9” E

 Lahan Tidak Bervegetasi disekitar Danau Tondano :


'
1 °16 19.1” N 124°53’41.0 ” E

 Lahan Bervegetasi di Tombatu : 1 ° 02' 39.7” N 124°41’01.7 ” E

 Lahan Tidak Bervegetasi di Tombatu : 1 ° 02' 38.7 N 124 ° 41' 03.6 E

Pada awal kegiatan eksplorasi peneliti mengalami kesulitan karena peneliti

belum memiliki pengalaman melakukan langkah-langkah pembelajaran

eksploratif dalam mengeksplorasi fenomena alam yang terjadi di lingkungan

sekitar, juga dalam mengidentifikasi konsep-konsep fisika dan merumuskan

xlv
jejaring konsep dan proses fisika secara utuh. Matriks hasil eksplorasi bisa

diselesaikan oleh peneliti dengan bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing

skripsi dan digunakan untuk memfasilitasi kegiatan eksplorasi bagi mahasiswa

semester III yang menjadi subjek penelitian. Matriks hasil eksplorasi tersebut

dirancang oleh peneliti bersifat fleksibel (bisa berkembang), sehingga

memungkinkan adanya jawaban-jawaban baru (inovatif) yang diperoleh dari

penelitian ini sebagai bahan revisi materi pada tabel mengeksplorasi objek

tersebut. Matriks hasil eksplorasi peneliti (lampiran-1).

b. Deskripsi Analisis Data Hasil Pretest

Pertemuan awal tim peneliti dengan subjek penelitian dilaksanakan di jurusan

fisika pada Jumat, 10 Desember 2021. Peneliti memberikan pengenalan dan

penjelasan langkah-langkah eksplorasi kemudian dilanjutkan dengan memberikan

tes awal (pretest). Pretest diberikan sebagai kegiatan menguji tingkat pengetahuan

mahasiswa terhadap konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di

permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi. Pretest ini dilakukan sebelum

kegiatan pengajaran diberikan dan hasil pretest akan menjadi referensi bagi

peneliti dalam memulai pembelajaran. Hasil pretest dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pretest


Total
KODE Jumlah Skor Eksplorasi Tiap Objek
Skor
SUBJE
(O1) (O2) (O3) (O4) (O5) (O6)
K O 100
15 15 20 20 15 15
S-1  9 10 7 9 7 8 50
S-2  8 7 10 9 10 5 49

xlvi
S-3  11 6 9 9 5 6 46
S-4  9 7 7 9 9 8 45
S-5  9 8 10 9 9 8 53
S-6  10 7 19 7 7 7 48
S-7  11 9 5 6 5 3 39
S-8  10 9 8 10 7 6 50
S-9  10 9 5 9 8 6 47
S-10  12 6 6 9 9 9 51

Ket. S-1, S-2, S-3,……Sn : kode subjek


O-1, O-2, O-3,…..On : kode objek

Bagan data capaian nilai pretest dapat dilihat pada gambar 4.1.

60

50
Nilai Pretest

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nomor Subjek

Gambar 4.1 Bagan Data Capaian Nilai Pretest


Berdasarkan data nilai pretest tersebut maka diperoleh hasil seperti

statistik data pretest yang ditunjukkan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Statistik Data Pretest


Statistik Pretest

xlvii
N 10

Mean 47,80

Std. Deviation 3,910

Minimum 39

Maximum 53

% jumlah mahasiswa memperoleh nilai di atas nilai mean 60

% jumlah mahasiswa memperoleh nilai di bawah nilai mean 40

Berdasarkan data tabel 4.2 di atas menunjukkan nilai rata-rata pretest adalah

47,80. Nilai minimum 39 dan nilai maksimum 53. Mahasiswa memperoleh nilai

di atas nilai mean memiliki persentase 60%, sedangkan mahasiswa memperoleh

nilai di bawah nilai mean memiliki persentase 40%. Data statistik perolehan nilai

pretest mahasiswa inilah yang menjadi referensi merancang pembelajaran dalam

kegiatan penelitian.

c. Analisis Data Hasil Posttest

Setelah melakukan pretest dan memberikan perlakuan, langkah selanjutnya

diakhir pertemuan dilakukan evaluasi posttest. Pelaksanaan Posttest dilakukan

pada Jumat, 17 Desember 2021 di Jurusan Fisika FMIPA UNIMA. Soal posttest

sama dengan soal pretest dengan matriks hasil eksplorasi (lampiran 1) yang sama.

Hasil posttest dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Posttest


KODE Total
Jumlah Skor Eksplorasi Tiap Objek
SUBJEK Skor
O (O1) (O2) (O3) (O4) (O5) (O6) 100

xlviii
20
15 15 20 15 15
S-1  15 12 18 18 13 15 91
S-2  15 15 15 14 12 12 84
S-3  13 14 16 17 14 13 87
S-4  13 11 19 18 13 12 86
S-5  15 15 15 18 15 13 91
S-6  14 13 15 16 15 11 84
S-7  15 15 19 18 13 15 95
S-8  15 15 17 15 13 15 90
S-9  15 15 17 19 14 14 94
S-10  13 15 17 20 15 15 95

Ket. S-1, S-2, S-3,……Sn : kode subjek


O-1, O-2, O-3,…..On: kode objek

Bagan dapat capaian nilai posttest dapat dilihat pada gambar 4.2.

96
94
92
90
Nilai Posttest

88
86
84
82
80
78
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nomor Subjek

Gambar 4.2 Bagan Data Capaian Nilai Posttest

Berdasarkan data nilai posttest tersebut maka diperoleh hasil analisis data statistik

seperti ditunjukkan pada tabel 4.4.

xlix
Tabel 4.4 Statistik Data Posttest
Statistik Posttest

N 10

Mean 89,70

Std. Deviation 4,270

Minimum 84

Maximum 95

% jumlah mahasiswa memperoleh nilai di atas nilai mean 60

% jumlah mahasiswa memperoleh nilai di bawah nilai mean 40

Berdasarkan data tabel 4.4 di atas menunjukkan nilai rata-rata hasil

posttest adalah 89,70. Nilai minimum 84 dan nilai maksimum 95. Mahasiswa

memperoleh nilai di atas mean memiliki persentase 60%, sedangkan mahasiswa

memperoleh nilai di bawah nilai mean memiliki persentase 40%. Dari data

tersebut dilihat bahwa terdapat adanya peningkatan rata-rata nilai mahasiswa

sesudah di berikan perlakuan.

d. Uji N-Gain
Untuk melihat keefektifan pembelajaran eksploratif dapat dianalisis

menggunakan N-Gain. Hasil analisis perhitungan tingkat keefektifan

pembelajaran eksploratif pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan

bervegetasi dan tidak bervegetasi dengan bantuan aplikasi SPSS 22. Nilai

interpretasi N-Gain dan perolehan skor N-Gain dalam presentase (%) dapat dilihat

pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Nilai Interpretasi N-Gain dan Perolehan Skor N-Gain

l
Pretes Posttes
No Kode Subjek N-Gain Skor Perolehan N-Gain
t t
1 S-1 50 91 0,82 Tinggi
2 S-2 49 84 0,69 Sedang
3 S-3 46 87 0,76 Tinggi
4 S-4 45 86 0,75 Tinggi
5 S-5 53 91 0,81 Tinggi
6 S-6 48 84 0,69 Sedang
7 S-7 39 95 0,92 Tinggi
8 S-8 50 90 0,80 Tinggi
9 S-9 47 94 0,89 Tinggi
10 S-10 51 95 0,90 Tinggi

Hasil tabel 4.5 dapat diringkas dalam tabel 4.6 dan persentase perolehan skor

N-Gain dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.6 Kategori Skor N-Gain

Kategori Skor N-Gain

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tinggi 8 80.0 80.0 80.0

Sedang 2 20.0 20.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Tabel 4.7 Persentase Perolehan Skor N-Gain

Statistics

Gain Prosen

li
N Valid 10

Missing 0

Mean 80.15

Minimum 69

Maximum 92

Berdasarkan hasil perhitungan uji N-Gain terdapat 8 mahasiswa berada pada

kategori tinggi dengan persentase 80% dan 2 mahasiswa berada pada kategori

sedang dengan persentase 20%. Sedangkan dari hasil perolehan rata-rata skor N-

Gain mahasiswa diperoleh sebesar 80,15%. Berdasarkan tabel 4.7 Persentase N-

Gain 80,15% termasuk dalam tafsiran >76 sehingga dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran eksploratif efektif untuk menganalisis tentang konsep dan proses

fisika pada dinamika harian iklim mikro dipermukaan lahan bervegetasi dan tidak

bervegetasi.

4.2 Pembahasan

Berikut ini hasil pengukuran dinamika harian iklim mikro (suhu udara,

kelembaban udara, kecepatan angin dan kuat penerangan) pada permukaan lahan

bervegetasi dan tidak bervegetasi di sekitar Danau Tondano (lampiran 4).

a. Suhu Udara

lii
35
30.5 30.8 31.2
29.7 29.5
29.3 30
30 28.7 28.3 28.5
27.9 27.8 27.9 28.1 28.2 28.1 27.5
28 28.1
27 27 26.4
26 26.1 25.3
25.3
25
Suhu Udara (ºC)

20

15

10

Lahan Bervegetasi Lahan Tidak Bervegetasi

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Suhu Udara


Berdasarkan hasil visualisasi pada gambar, terlihat bahwa lahan tidak

bervegetasi memiliki suhu udara lebih tinggi daripada lahan bervegetasi. Lahan

bervegetasi suhu udara tertinggi mencapai 29,7℃ pada jam 06.00 WITA dan

suhu udara tertinggi lahan tidak bervegetasi mencapai 31,2℃ pada jam 13.00

WITA. Suhu udara terendah pada lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi yaitu

25,3℃ pada jam 18.00 WITA. Perbedaan suhu yang terjadi pada kedua lokasi

penelitian antara lain disebabkan karena perbedaan rata-rata intensitas radiasi

matahari yang terukur/teramati. Semakin tinggi intensitas/kuat penerangan di

suatu kawasan, maka makin tinggi pula suhu di lokasi tersebut. Sebaliknya

berkurangnya intensitas akan menurunkan suhu di wilayah tersebut. Haigh et al

(2010) dalam Tulandi (2022:53) menjelaskan bahwa struktur thermal dan

komposisi atmosfer secara fundamental ditentukan oleh radiasi matahari yang

masuk.

b. Kelembaban Udara

liii
80
71.2
70 67.4
64.2
61.7 61.9 60.2
59.4 59.3 58.5 57.8
56.7 57.2
Kelembaban Udara (%RH)

60 56.3 54.9
53.2 54.2
51.4 51.7 50.2
50 48.2 47.7 46.7 46.9
46.2
44
40

30
22
20

10

Lahan Bervegetasi Lahan Tidak Bervegetasi

Gambar 4.4 Hasil Pengukuran Kelembaban Udara


Berdasarkan hasil visualisasi pada gambar, terlihat bahwa lahan bervegetasi

memiliki kelembaban udara yang lebih tinggi daripada lahan tidak bervegetasi.

Untuk lahan bervegetasi kelembaban udara tertinggi mencapai 71,2 %RH pada

jam 18.00 WITA dan kelembaban udara terendah yaitu 46,2 %RH pada jam 13.00

WITA. Sedangkan pada lahan tidak bervegetasi kelembaban udara rata-rata

tertinggi mencapai 67,4 %RH pada jam 18.00 WITA dan kelembaban udara

terendah yaitu 22 %RH pada jam 06.00 WITA. Lakitan (2002) dalam Sapariyanto

dkk (2016:121), menyatakan tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat

sangat bergantung pada beberapa faktor antara lain: suhu, pergerakan angin,

kuantitas dan kualitas penyinaran, vegetasi dan kesediaan air di suatu tempat (air,

tanah dan perairan).

c. Kecepatan Angin

liv
12

10.1
Kecepatan Angin (km/jam) 10
8.5
8 7.5 7.7
6.5
6.4 6.2
6 5.3 5.6
5.1 5.2
4.4 4.2 4.1 4.1
4 3.5 3.7 3.5 3.6
2.5 2.5 2.7
1.6 1.7 1.9
2

0.2
0

Lahan Bervegetasi Lahan Tidak Bervegetasi

Gambar 4.5 Hasil Pengukuran Kecepatan Angin


Berdasarkan hasil visualisasi pada gambar, terlihat bahwa kecepatan angin

tertinggi lahan bervegetasi mencapai 6,2 km/jam pada jam 08.00 WITA.

Kecepatan angin tertinggi lahan tidak bervegetasi mencapai 10,1 km/jam pada jam

12.00 WITA. Kecepatan angin terendah pagi pada lahan bervegetasi yaitu 0,2

km/jam dan lahan tidak bervegetasi yaitu 1,6 km/jam pada jam 06.00 WITA.

Tingkat kecepatan angin lebih tinggi pada lahan tidak bervegetasi. Masiero &

Souza (2015), Kalumata & Indarwanto (2016) dalam Syafrina dkk (2018:213),

menyatakan bahwa lebar sirkulasi yang berbeda memberikan pengaruh kecepatan

angin yang berbeda. Semakin kecil lebar sirkulasi maka kecepatan angin akan

semakin rendah pada sirkulasi tersebut.

d. Kuat Penerangan

lv
2500

Kuat Penerangan (x 10 Lux)


2028
19831902
1863 1772
2000 1646 1685
14291363
1500 1212
1013
860 930 770
910
1000
609 661
477 485 434
500 285 232
171.1 170
3055
0

Lahan Bervegetasi Lahan Tidak Bervegetasi

Gambar 4.6 Hasil Pengukuran Kuat Penerangan

Berdasarkan hasil visualisasi pada gambar, terlihat bahwa kuat penerangan

tertinggi lahan bervegetasi mencapai 2028x10 lux dan lahan tidak bervegetasi

mencapai 1983x10 lux pada jam 12.00 WITA. Sedangkan kuat penerangan

terendah lahan bervegetasi 30x10 lux dan lahan tidak bervegetasi 55x10 lux pada

jam 18.00 WITA. Sinar matahari pada lahan terbuka akan langsung menembus

permukaan tanpa hambatan sedangkan pada lokasi bervegetasi sinar matahari

diteruskan, dibelokkan dan dipantulkan oleh tajuk pohon sehingga suhu udara

yang berada di bawah tajuk lebih rendah dibandingkan di lahan terbuka lebih

besar karena berkurangnya energi matahari yang sampai ke permukaan tanah

(Prasetyo, 1997 dalam Irawan, 2018:8).

Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada mahasiswa semester III

Jurusan Fisika Universitas Negeri Manado, hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perbandingan rata-rata hasil pretest dan posttest. Sebelum diberikan

perlakuan, kemampuan awal mahasiswa diukur dengan menggunakan pretest

dengan rata-rata hasil pretest 47,80. Dari tabel 4.1 (halaman 34) terlihat bahwa

nilai rata-rata pretest mahasiswa masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

lvi
pengetahuan mahasiswa tentang konsep dan proses fisika pada dinamika harian

iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi masih kurang

karena jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan matriks hasil eksplorasi

(lampiran 1). Kekurangan ini dikarenakan subjek penelitian belum pernah

mengeksplorasi konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim mikro di

permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi. Selain itu, subjek penelitian

tidak terbiasa menghubungkan pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan

sehari-hari dan pengetahuan yang diperoleh di kelas, sehingga tidak mampu

menyelesaikan soal pretest dengan baik.

Setelah diberikan perlakuan menganalisis konsep dan proses fisika pada

dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak

bervegetasi, di akhir pembelajaran dilakukan posttest untuk melihat seberapa

besar peningkatan pengetahuan yang diperoleh mahasiswa selama proses

pembelajaran. Hasil penelitian yang diperoleh didapatkan nilai rata-rata hasil

posttest sebesar 89,70. Dari tabel 4.3 (halaman 36) terlihat bahwa terdapat

peningkatan terhadap hasil pembelajaran mahasiswa. Hasil menunjukkan terdapat

6 mahasiswa (S-1, S-5, S-7, S-8, S-9 dan S-10) yang mendapat nilai diatas rata-

rata, dan 4 mahasiswa (S-2, S-3, S-4, dan S-6) yang mendapat nilai dibawah rata-

rata. Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan setelah

diberlakukannya pembelajaran eksploratif tentang konsep dan proses fisika pada

dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak

bervegetasi.

lvii
Keefektifan pembelajaran eksploratif untuk menganalisis konsep dan proses

fisika pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak

bervegetasi diuji dengan menggunakan uji N-Gain. Dari hasil analisis dan uji N-

Gain menggunakan SPSS 22 for windows, perolehan N-Gain dari masing-masing

mahasiswa yaitu sebanyak 8 mahasiswa dengan kategori N-Gain tinggi dengan

persentase 80% dan 2 mahasiswa dengan kategori N-Gain sedang dengan

persentase 20%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata kategori N-Gain

berada pada kategori tinggi. Sedangkan perolehan rata-rata skor N-Gain untuk

mengetahui keefektifan pembelajaran eksploratif tentang konsep dan proses fisika

pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak

bervegetasi diperoleh skor 80,15%. Sesuai dengan pembagian skor N-Gain

menurut Hake (Tabel 3.2), hasil tersebut termasuk dalam kisaran >76 dengan

kategori efektif. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran eksploratif efektif

untuk menganalisis tentang konsep dan proses fisika pada dinamika harian iklim

mikro di permukaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi.

Pembelajaran eksploratif adalah pembelajaran yang menekankan keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran yang diawali dengan kegiatan memahami

masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, membangun conjecture,

menghubungkan konsep dan konsep lainnya, kemudian membuat kesimpulan

yang logis berdasarkan fakta-fakta yang diketahui dan telah di temukan (Rohmat,

2017:55). Kebanyakan siswa menyukai adanya inovasi pembelajaran yang

mengutamakan keaktifan dan keterlibatan siswa secara langsung dengan

pengalaman (Hayati et al., 2013 dalam Rodliyatin dkk, 2017:405). Kegiatan

lviii
eksplorasi membuat mahasiswa mampu mengintegrasikan pengalaman belajar

untuk memecahkan masalah dengan menjelaskan secara fisis dan menyeluruh

konsep-konsep fisika yang ada pada suatu fenomena. Pembelajaran eksploratif

berpotensi membangun inisiatif belajar, hal ini dilihat dari kemauan subjek

penelitian yang berupaya mengamati dan mendiskusikan fenomena alam diluar

objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk memperkuat pemahaman,

serta mendapatkan sumber-sumber dari internet dan lainnya tentang kegiatan

eksploratif. Hal ini adalah tuntutan kebutuhan individu maupun kelompok dalam

proses belajar, karena setiap orang membutuhkan jawaban dari pengalaman-

pengalaman dalam kehidupan sehari-hari atas apa yang dilihat dilingkungan

sekitar yang belum bisa dijelaskan dengan baik, itulah pentingnya melakukan

eskplorasi dengan menganalisis objek sehingga menemukan konsep-konsep fisika

pada suatu fenomena.

Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh

Ngoryanto (2020), membuktikan bahwa melalui pembelajaran eksploratif,

kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa fisika terus meningkat dari

pertemuan awal sampai pertemuan seterusnya. Demikian juga dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sumigar (2020) yang membuktikan bahwa proses kegiatan

eksplorasi terhadap fenomena nyiur melambai membuat mahasiswa mampu

menghubungkan pengalaman diluar kelas dengan pengetahuan yang diperoleh

dari pembelajaran formal di kelas.

lix
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, maka penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut :

Pembelajaran eksploratif efektif untuk menganalisis konsep dan proses fisika

pada dinamika harian iklim mikro dipermukaan lahan bervegetasi dan tidak

bervegetasi.

5.2 Saran

5.2.1 Dosen maupun mahasiswa hendaknya memperluas dan mengembangkan

secara terus menerus eksploratif tentang alam karena memberikan

pengalaman bagi mahasiswa dalam mengembangkan materi

pembelajaran dan kegiatan belajar berbasis riset.

5.2.2 Mahasiswa hendaknya mengembangkan konsep-konsep fisika yang

terdapat pada dinamika harian iklim mikro di permukaan lahan

bervegetasi dan tidak bervegetasi dengan referensi materi pada tabel

mengeksplorasi objek hasil eksplorasi dari tim peneliti.

5.2.3 Penelitian eksploratif ini, hendaknya menambah pengetahuan guru untuk

menjadikan alam sebagai objek pembelajaran sains khususnya fisika

pada peserta didik.

lx
DAFTAR PUSTAKA

2003. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta.
Ainia, D.K. 2020. Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hajar Dewantara dan
Relevansinya bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. 2020. Jurnal
Filsafat Indonesia, 3(3):95-101. ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN:
2620-7990.
Ariesandy, T.K. 2021. Pengaruh Pembelajaran Luar Kelas (Outdoor Learning)
Berbentuk Jelajah Lingkungan dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa. Wahana Matematika dan Sains, 15(1):110-120. e-
ISSN : 2549-6727, p-ISSN : 1858-0629.
Carin, A.A., Sund, R.B. (1989). Teaching Science Trough Discovery. Columbus :
Merrill Publishing Company.
Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 : Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika,
Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta : Depdiknas.
Dwirahayu G., Miftah, R. 2013. Prosding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika 2013. Jakarta : Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Ilmu Tarbiah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fadholi, A. 2013. Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan
Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate.
Statistika, 13(1):7-16.
Fitriana, S. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Eksploratif dengan Metode
Inquiri Labs untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada
Konsep Elastisitas. Jurnal Penelitian, Pemikiran dan Pengabdian,
5(1):90-102.
Holton, J. R. 2004. An Introduction to Dynamic Meteorology. Burlington:
Elsevier.
Iek, Y., Sangkertadi., Moniaga, I. L. 2014. Kepadatan Bangunan dan Karakteristik
Iklim Mikro Kecamatan Wenang Kota Manado. Sabua, 6(3):285-292.
Irawan, D.A. 2018. Pengaruh Iklim Mikro Terhadap Kadar Air Seresah di Hutan
Pendidikan Bambu. [Skripsi]. Malang : Universitas Muhammadiyah
Malang.
Indrawan, R.R., Suryanto, A., Soeslistyono, R. 2017. Kajian Iklim Mikro
Terhadap Berbagai Sistem Tanam dan Populasi Tanaman Jagung
Manis. Jurnal Produksi Tanaman. 5(1):92-99.

lxi
Kalumata, J.T., Indarwanto, M. 2016. Pengaruh Lebar Sirkulasi Terhadap Aliran
Angin Pada Permukaan Padat Nelayan. Jurnal Arsitektur, Bangunan
& Lingkungan, 5(3) 105-162.
Karyati., Putri, R.O., Syafrudin, M. 2018. Suhu dan Kelembaban Tanah pada
Lahan Revegetasi Pasca Tambang di PT Adimitra Baratama
Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR, 17(1): 103-
114. ISSN P : 1412-6885, ISSN O : 2503-4960.
Magdalena, I., Wahyuni, A., Hartana, D.D. 2020. Pengelolaan Pembelajaran
Daring yang Efektif selama Pandemi di SDN 1 Tanah Tinggi. Jurnal
Edukasi dan Sains, 2(2):336-337.
Mahdalena. 2016. Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses
melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi Siswa Kelas XI SMAN
14 Pekanbaru Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal PGPAUD STKIP
PTT, 2(1):18-28.
Meimudayanti, L., Rukmi, A.S., 2013. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai
Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi
Pada Siswa Sekolah Dasar. JPGSD. 01(02):0-216.
Medellu, Ch. S., Silangen P, M. 2019. Cultural Context in Learning Physics.
Article protected as intellectual property no. 000154191, July 16,
2019.

Mubarak, S., Impron., June, T. 2018. Efisiensi Penggunaan Radiasi Matahari dan
Respon Tanaman Kedelai (Glycine max L.) terhadap Penggunaan
Mulsa Reflektif. J. Agron Indonesia. 46 (3):247-253.
Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta :
Prestasi Pustakaraya.
Nurhayati., Aminuddin, J. 2016. Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap
Evapotranspirasi Berdasarkan Metode Penman Di Kebun Stroberi
Purbalingga. Jurnal of Islamic and Technology, 2(1):21-28.
Ngoryanto, W. 2020. Proses Belajar Berpikir Tingkat Tinggi Dalam
Mengeksplorasi Konsep dan Proses Fisika Fenomena Hujan. [Skripsi].
Tondano : Universitas Negeri Manado.
Prakoso, D. 2018. Analisis Pengaruh Tekanan Udara, Kelembaban Udara dan
Suhu Udara Terhadap Tingkat Curah Hujan di Kota Semarang.
[Skripsi]. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Pratama, R. K. 2014. Analisis Perubahan Albedo, Suhu Permukaan dan Suhu
Udara Sebagai Dampak Perubahan Penutupan Lahan Menggunakan
Data Citra Satelit Landsat. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

lxii
Putri, Z.S. 2020. Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Laboratorium Virtual
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Titrasi
Asam Basa. [Thesis] Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
Purwantara, S. 2015. Studi Temperatur Udara Terkini Di Wilayah Di Jawa
Tengah Dan DIY. Geomedia, 13(1):41-52.
Rahmi., Atiq, A., Hidasari, F.P. 2013. Efektivitas Waktu Pembelajaran
Penjasorkes Pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 2 Pontianak.
Ramdhani, E.P., Khoirunnisa, F., & Siregar, N.A. (2020). Efektivitas Modul
Elektronik Terintegrasi Multiple Representation Pada Materi Ikatan
Kimi. Journal of Research and Technology, 6(1):162-167.
Reski, N. 2019. Kesesuaian Penggunaan Lahan Dengan Pola Ruang Daerah
Aliran Sungai Bialo. [Skripsi]. Makassar : Universitas Hasanuddin
Makassar.
Rodliyatin S., Subiki., Harijanto, A. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekitar Terhadap
Hasil dan Aktivitas Belajar Fisika Siswa. Jurnal Pembelajaran Fisika,
5(4):404-411. Seminar Nasional Pendidikan.
Rohmat. 2017. Penerapan Pembelajaran Eksploratif Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP.
Seminar Nasional Pendidikan. ISBN. 978-602-50088-0-1.
Ruswandi, U., Badruddin. 2008. Media Pembelajaran. Bandung : CV Insan
Mandiri.
Santi., Belinda, S., Rianty H. 2017. Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan
Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari. Temu
Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI), 6:141-
148.
Sapariyanto. 2016. Kajian Iklim Mikro di Bawah Tegakan Ruang Terbuka Hijau
Universitas Lampung. [Skripsi]. Lampung : Universitas Lampung.
Silangen, P.M., Medellu, Ch. S. 2019. Reflective Questuon in Explorative
Learning : Model HOTL-DI A and B. International Journal of
Innovative Science and Reseach Technology, 4(11):489-498.
Sudjana, N. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Sugiyono. 2013. METODE PENELITIAN KUANTITATIF KUALITATIF DAN
R&D. Bandung : Alfabeta.
Sumigar, M. 2020. Proses Belajar Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Mengeksplorasi
Konsep dan Proses Fisika Fenomena Nyiur Melambai. [Skripsi].
Tondano : Universitas Negeri Manado.

lxiii
Supu, I., Usman, B., Basri, S., Sunarmi. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap
Perpindahan Panas Pada Material yang Berbeda. Jurnal Dinamika,
7(1):62-73. ISSN 2087 – 7889.
Susanti U., Wutsqa, D.U. 2020. Keefektifan Pendekatan Contextual Teaching
Learning dan Problem Solving ditinjau dari Prestasi dan Kepercayaan
Diri Siswa. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 7(1):97-107.
Syafrina, A., Koerniawan, M. D. 2018. Pengaruh Badan Air pada Iklim Mikro di
Kota Pontianak. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, 7(4):209-215.
Tjasyono, B. 2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung : Rosdakarya.
Tobing M., Admoko S. 2017. Pengembangan Media Inografis pada Materi
Pemanasan Global untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMA
Negeri 19 Surabaya. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF). 06(03):
196-202. ISSN : 2302-4496.
Tulandi, D.A. 2022. Perbandingan Suhu pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
non RTH di Area Megamas Manado. Charm Sains : Jurnal
Pendidikan Fisika, 3(1):50-54.
Wicahyani, S., Sasongko, B.S., Izzati, M. 2013. Pulau Bahang Kota (Urban Heat
Island) di Kota Yogyakarta dan Daerah Sekitarnya Hasil Interpretasi
Citra Landsat Olitirs Tahun 2013. Jurnal Geografi, 11(2):196-205.
Widiasih. 2007. Penggunaan peralatan dari lingkungan sekitar untuk pembelajaran
IPA di sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, 8(2):92-100.
Wirjohamidjojo, S. (2006). Kamus Istilah Meteorologi Aeronautika. Jakarta :
Penerbit Banda Meteorologi dan Geofisika.

lxiv
LAMPIRAN

lxv
Lampiran 1. Rancangan Tahapan Mengeksplorasi Konsep dan Proses Fisika Pada Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan
Lahan Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi

Lahan Bervegetasi

Eksplorasi Konsep dan Analisis Sintesis


Identifikasi Fenoma Analisis Deskripsi
Proses Fisika Formulasi
(1) (2)
(3) (4)
Bagaimana suhu udara Suhu udara di permukaan lahan bervegetasi di pagi  Perubahan suhu (∆ T)
 T ℃
di permukaan lahan hari dan sore hari lebih rendah daripada suhu udara  Suhu (T)
 ∆Ƭ = Ƭ1 ‒ Ƭ0
bervegetasi di pagi, pada siang hari. Suhu udara di permukaan lahan  Waktu (t)
siang dan sore hari ? bervegetasi lebih rendah jika dibandingkan dengan  Radiasi matahari
suhu udara di permukaan lahan tidak bervegetasi
karena pada lahan bervegetasi terdapat lebih banyak
tumbuhan (pohon, tanaman, rumput).
Mengapa suhu udara di Karena adanya pengaruh sudut datang matahari,  Perubahan suhu (∆ T)
 T ℃
permukaan lahan sinar yang tegak lurus akan membuat suhu lebih  Suhu (T )
 ∆Ƭ = Ƭ1 ‒ Ƭ0
bervegetasi di pagi hari panas daripada yang datangnya miring.  Waktu (t)
dan sore hari lebih  θ D=θP
 Radiasi matahari
rendah daripada siang
 Sudut Datang ¿ ¿)
hari ?
 Sudut Pantul ¿ ¿)

66
Bagaimana kelembaban Kelembaban udara di permukaan lahan bervegetasi  Kelembaban relatif
e
udara di permukaan akan mempunyai kelembaban yang relatif tinggi (RH)  RH = x 100 %
E
lahan bervegetasi ? dibandingkan dengan lahan tidak bervegetasi  Kandungan uap air (e)  P= ρ x g x h
karena pada lahan bervegetasi adanya kandungan  Kandungan uap air
uap air yang lebih besar. Semua uap air yang ada di maksimal (E)
dalam udara berasal dari penguapan. Pada proses  Tekanan udara (P)
penguapan diperlukan atau dipakaikan panas. Suhu  Massa jenis uap air ( ρ )
dan kelembaban udara sangat erat hubungannya,
 Volume air (v)
karena jika kelembaban udara berubah, maka suhu
juga akan berubah.
Bagaimana kuat Radiasi matahari yang diterima pada permukaan  Kuat penerangan ( E )
ϕ
penerangan (intensitas lahan bervegetasi pada suatu waktu disebabkan oleh  Fluks cahaya (ϕ ¿  E=
A
cahaya) di permukaan sudut datang dan sudut pantul. Radiasi matahari  Luas permukaan (A)  I =e . σ .T 4
lahan bervegetasi ? yang masuk ke bumi sebagian besar akan diserap  Intensitas matahari (I)  θ D=θP

oleh tumbuhan (pohon, tanaman, rumput) dan


 Emisivitas (e)
sebagian langsung dipantulkan kembali ke atmosfer
 Suhu (T)
dengan adanya awan, dan sisanya muncul ke
 Sudut Datang (θ )
permukaan.
 Sudut Pantul (θ P)

67
 Waktu (t)
Mengapa pada siang Semakin menuju siang hari maka posisi matahari  Kuat Penerangan ( E )
ϕ
hari kuat penerangan akan semakin tinggi. Jika matahari berada di atas  Fluks cahaya (ϕ ¿  E=
A
(intensitas cahaya) di maka radiasi yang jatuh di lahan bervegetasi, jatuh  Luas permukaan (A)  I =e . σ .T 4
permukaan lahan hampir tegak lurus pada permukaan bumi sehingga  Intensitas matahari (I)  θ D=θP

bervegetasi di siang radiasi matahari akan disebarkan di daerah atau


 Emisivitas (e)
hari lebih tinggi tempat yang lebih luas.
 Suhu (T)
daripada pagi hari dan
 Sudut Datang (θ )
sore hari ?
 Sudut Pantul (θ P)
 Waktu (t)
Bagaimana kecepatan Kecepatan angin di permukaan lahan bervegetasi  Gaya gesek ( f s)
1 2
angin di permukaan terjadi karena adanya rotasi bumi dan perbedaan  Gaya gravitasi  Ek= m v
2
lahan bervegetasi ? tekanan udara. Pada pagi hari tingkat kecepatan  Energi kinetik (Ek) s
 v=
angin jauh lebih cepat daripada sore hari. Kecepatan t
 Massa (m)
 P= ρ x g x h
angin dapat mempengaruhi suhu udara dan
 Kecepatan angin (v)
kelembaban udara.
 Jarak (s)
 Waktu (t)
 Tekanan udara (P)

68
Lahan Tidak Bervegetasi

Eksplorasi Konsep dan Analisis Sintesis


Identifikasi Fenoma Analisis Deskripsi
Proses Fisika Formulasi
(1) (2)
(3) (4)
Bagaimana suhu udara Suhu udara di permukaan lahan tidak bervegetasi di  Perubahan Suhu (∆ T)
 T ℃
di permukaan lahan pagi hari dan sore hari lebih rendah daripada suhu  Suhu (T)
 ∆Ƭ = Ƭ1 ‒ Ƭ0
tidak bervegetasi di udara pada siang hari. Suhu udara dipermukaan  Waktu (t)
pagi, siang dan sore lahan tidak bervegetasi lebih tinggi jika  Radiasi Matahari
hari ? dibandingkan dengan suhu udara di permukaan
lahan bervegetasi, karena pada lahan tidak
bervegetasi, tidak terdapat adanya tumbuhan.
Mengapa suhu udara di Karena adanya pengaruh sudut datang matahari,  Perubahan Suhu (∆ T)
 T ℃
permukaan lahan tidak sinar yang tegak lurus akan membuat suhu lebih  Suhu (℃ )
 ∆Ƭ = Ƭ1 ‒ Ƭ0
bervegetasi di pagi hari panas daripada yang datangnya miring.  Waktu (t)
dan sore hari lebih  θ D=θP
 Radiasi Matahari
rendah daripada siang
 Sudut Datang ¿ ¿)
hari ?
 Sudut Pantul (θ¿¿ P)¿

69
Bagaimana kelembaban Kelembaban udara di permukaan lahan tidak  Kelembaban relatif
e
udara di permukaan bervegetasi akan mempunyai kelembaban yang (RH)  RH = x 100 %
E
lahan tidak relatif rendah dibandingkan dengan lahan  Kandungan uap air (e)  P= ρ x g x h
bervegetasi ? bervegetasi disebabkan karena pada lahan tidak  Kandungan uap air
bervegetasi adanya kandungan uap air yang lebih maksimal (E)
kecil. Semua uap air yang ada di dalam udara  Tekanan udara (P)
berasal dari penguapan. Pada proses penguapan  Massa jenis uap air ( ρ )
diperlukan atau dipakaikan panas. Suhu dan
 Volume air (v)
kelembaban udara sangat erat hubungannya, karena
jika kelembaban udara berubah, maka suhu juga
akan berubah.
Bagaimana kuat Radiasi matahari yang diterima pada permukaan  Kuat penerangan ( E )
ϕ
penerangan (intensitas lahan tidak bervegetasi pada suatu waktu  Fluks cahaya (ϕ ¿  E=
A
cahaya) di permukaan disebabkan oleh sudut datang dan sudut pantul.  Luas permukaan (A)  I =e . σ .T 4
lahan tidak Radiasi matahari pada lahan tidak bervegetasi, lebih  Intensitas matahari (I)  θ D=θP
bervegetasi ? banyak diserap daripada lahan bervegetasi
 Emisivitas (e)
dikarenakan warna permukaan lahan tidak
 Suhu (T)
bervegetasi berwarna gelap sehingga tingkat
 Sudut Datang (θ )
penyerapan radiasi matahari lebih tinggi inilah yang

70
disebut dengan efek albedo.  Sudut Pantul (θ P)
 Waktu (t)
Mengapa pada siang Semakin menuju siang hari maka posisi matahari  Kuat Penerangan ( E )
ϕ
hari kuat penerangan akan semakin tinggi. Jika matahari berada diatas  Fluks cahaya (ϕ ¿  E=
A
(intensitas cahaya) pada maka radiasi yang jatuh di lahan tidak bervegetasi,  Luas permukaan (A)  I =e . σ .T 4
permukaan lahan tidak jatuh hampir tegak lurus pada permukaan bumi  Intensitas matahari (I)  θ D=θP

bervegetasi di siang sehingga radiasi matahari akan disebarkan di daerah


 Emisivitas (e)
hari lebih tinggi atau tempat yang lebih luas termasuk pada lahan
 Suhu (T)
daripada pagi hari dan yang kosong.
 Sudut Datang (θ )
sore hari ?
 Sudut Pantul (θ P)
 Waktu (t)
Bagaimana kecepatan Kecepatan angin di permukaan lahan tidak  Gaya gesek ( f s)
1 2
angin di permukaan bervegetasi terjadi karena adanya rotasi bumi dan  Gaya gravitasi  Ek= m v
2
lahan tidak perbedaan tekanan udara. Pada pagi hari tingkat  Energi kinetik (Ek) s
 v=
bervegetasi ? kecepatan angin jauh lebih cepat daripada sore hari. t
 Massa (m)
 P= ρ x g x h
Kecepatan angin dapat mempengaruhi suhu udara
 Kecepatan angin (v)
dan kelembaban udara.
 Jarak (s)
 Waktu (t)

71
 Tekanan udara (P)

72
Lampiran 2. Rubrik Penilaian Proses Eksploratif

OBJEKI
Kategori Indikator (Kunci Jawaban) Skor
Bagaimana suhu udara di permukaan 
lahan bervegetasi dan tidak
Identifikasi Fenomena
bervegetasi di pagi, siang, dan sore
hari?
Menjawab perubahan suhu (∆ T)
Eksplorasi Konsep dan Menjawab suhu (T )
3
Proses Fisis Menjawab waktu (t)
Menjawab radiasi matahari
Analisis Sintesis T℃
4
Formulasi ∆Ƭ = Ƭ1 ‒ Ƭ0
Analisis Deskripsi Suhu udara di permukaan lahan 8
bervegetasi dan tidak bervegetasi di
pagi hari dan sore hari lebih rendah
daripada suhu udara pada siang hari.
- Suhu udara di permukaan lahan
bervegetasi lebih rendah jika
dibandingkan dengan suhu udara di
permukaan lahan tidak bervegetasi
karena pada lahan bervegetasi
terdapat lebih banyak tumbuhan
(pohon, tanaman, rumput)
- Suhu udara dipermukaan lahan
tidak bervegetasi lebih tinggi jika
dibandingkan dengan suhu udara di
permukaan lahan bervegetasi,
karena pada lahan tidak
bervegetasi, tidak terdapat adanya

73
tumbuhan.
JUMLAH SKOR 15

O B J E K II

74
Kategori Indikator (Kunci Jawaban) Skor
Mengapa suhu udara di permukaan 
lahan bervegetasi dan tidak
Identifikasi Fenomena
bervegetasi di pagi hari dan sore hari
lebih rendah daripada siang hari ?
Menjawab perubahan suhu (∆ T)
Menjawab suhu (T)
Eksplorasi Konsep dan Menjawab waktu (t)
4
Proses Fisis Menjawab radiasi matahari
Menjawab sudut datang (θ D)
Menjawab sudut pantul (θ P)
T℃
Analisis Sintesis
∆Ƭ = Ƭ1 ‒ Ƭ0 5
Formulasi
θ D=θP
Karena adanya pengaruh sudut 6
datang matahari, sinar yang tegak
Analisis Deskripsi
lurus akan membuat suhu lebih panas
daripada yang datangnya miring.
JUMLAH SKOR 15

75
O B J E K III
Kategori Indikator (Kunci Jawaban) Skor
Bagaimana kelembaban udara di 
Identifikasi Fenomena permukaan lahan bervegetasi dan
tidak bervegetasi ?
Menjawab kelembaban relatif (RH)
Menjawab kandungan uap air (e)
Menjawab kandungan uap air
Eksplorasi Konsep dan
maksimal (E) 6
Proses Fisis
Menjawab tekanan udara (P)
Menjawab massa jenis uap air ( ρ )
Menjawab volume air (v)

Analisis Sintesis e
RH = x 100 % 4
E
Formulasi
P= ρ x g x h
Analisis Deskripsi - Kelembaban udara di permukaan 10
lahan bervegetasi akan mempunyai
kelembaban yang relatif tinggi
dibandingkan dengan lahan tidak
bervegetasi karena pada lahan
bervegetasi adanya kandungan uap
air yang lebih besar. Semua uap air
yang ada di dalam udara berasal
dari penguapan. Pada proses
penguapan diperlukan atau
dipakaikan panas. Suhu dan
kelembaban udara sangat erat
hubungannya, karena jika
kelembaban udara berubah, maka
suhu juga akan berubah.

76
- Kelembaban udara di permukaan
lahan tidak bervegetasi akan
mempunyai kelembaban yang
relatif rendah dibandingkan dengan
lahan bervegetasi disebabkan
karena pada lahan tidak bervegetasi
adanya kandungan uap air yang
lebih kecil. Semua uap air yang ada
di dalam udara berasal dari
penguapan. Pada proses penguapan
diperlukan atau dipakaikan panas.
Suhu dan kelembaban udara sangat
erat hubungannya, karena jika
kelembaban udara berubah, maka
suhu juga akan berubah.
JUMLAH SKOR 20

77
O B J E K IV
Kategori Indikator (Kunci Jawaban) Skor
Bagaimana kuat penerangan 
(intensitas cahaya) di permukaan
Identifikasi Fenomena lahan bervegetasi dan tidak
bervegetasi ?

Menjawab kuat penerangan ( E )


Menjawab fluks cahaya (ϕ ¿
Menjawab luas permukaan (A)

Eksplorasi Konsep dan Menjawab intensitas matahari (I)


Menjawab emisivitas (e) 6
Proses Fisis
Menjawab suhu (T)
Menjawab sudut datang (θ )
Menjawab sudut pantul (θ P)
Menjawab waktu (t)
ϕ
Analisis Sintesis E=
A 4
Formulasi 4
I =e . σ .T
Analisis Deskripsi Radiasi matahari yang diterima pada 10
permukaan lahan bervegetasi dan
tidak bervegetasi pada suatu waktu
disebabkan oleh sudut datang dan
sudut pantul.
- Radiasi matahari yang masuk ke
bumi sebagian besar akan diserap
oleh tumbuhan (pohon, tanaman,
rumput) dan sebagian langsung
dipantulkan kembali ke atmosfer
dengan adanya awan, dan sisanya
muncul ke permukaan.
- Radiasi matahari pada lahan tidak

78
bervegetasi, lebih banyak diserap
daripada lahan bervegetasi
dikarenakan warna permukaan
lahan tidak bervegetasi berwarna
gelap sehingga tingkat penyerapan
radiasi matahari lebih tinggi inilah
yang disebut dengan efek albedo.
JUMLAH SKOR 20

OBJEKV

79
Kategori Indikator (Kunci Jawaban) Skor
Mengapa pada siang hari, kuat 
penerangan (intensitas cahaya) pada
permukaan lahan bervegetasi dan
Identifikasi Fenomena tidak bervegetasi di siang hari lebih
tinggi daripada pagi hari dan sore
hari?

Menjawab kuat penerangan (E)


Menjawab fluks cahaya (ϕ ¿
Menjawab luas permukaan (A)
Eksplorasi Konsep dan Menjawab intensitas matahari (I)
6
Proses Fisis Menjawab emisivitas (e)
Menjawab suhu (T)
Menjawab sudut datang (θ )
Menjawab sudut pantul (θ P)
Menjawab waktu (t)
ϕ
Analisis Sintesis E=
A 4
Formulasi 4
I =e . σ .T
Semakin menuju siang hari maka
posisi matahari akan semakin tinggi.
Jika matahari tinggi maka radiasi
yang jatuh di lahan bervegetasi dan
Analisis Deskripsi lahan tidak bervegetasi, jatuh hampir 5
tegak lurus pada permukaan bumi
sehingga radiasi matahari akan
disebarkan di daerah atau tempat
yang lebih luas.
JUMLAH SKOR 15

80
O B J E K VI
Kategori Indikator (Kunci Jawaban) Skor
Bagaimana kecepatan angin di 

Identifikasi Fenomena permukaan lahan bervegetasi dan


tidak bervegetasi?

Menjawab gaya gesek ( f s)


Menjawab gaya gravitasi
Menjawab energi kinetik (Ek)
Eksplorasi Konsep dan Menjawab massa (m)
4
Proses Fisis Menjawab kecepatan angin (v)
Menjawab jarak (s)
Menjawab waktu (t)
Menjawab tekanan udara (P)
1 2
Ek= mv
2
Analisis Sintesis
s 6
Formulasi v=
t
P= ρ x g x h
Kecepatan angin di permukaan lahan
bervegetasi dan lahan tidak
bervegetasi terjadi karena adanya
Analisis Deskripsi rotasi bumi dan perbedaan tekanan 5
udara. Pada pagi hari tingkat
kecepatan angin jauh lebih cepat
daripada sore hari.
JUMLAH SKOR 15
TOTAL SKOR 100

81
Lampiran 3. Daftar Nama dan Kode Subjek Penelitian

Kode Subjek Nama Mahasiswa


S-1 Angelika Birene Muya
S-2 Aras Tandipau
S-3 Excelsis Deo Ch Sindim
S-4 Garry Ludong
S-5 Gloria Kapulika
S-6 Maulana Muliyono
S-7 Megumi Hana Kowaas
S-8 Putri Angel Uada
S-9 Savira Octavia Tuuk
S-10 Wina

82
Lampiran 4. Hasil Data Pengukuran Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan
Lahan Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi di sekitar Danau Tondano

Lahan Bervegetasi
Jam ℃ %RH Km/jam Lux Ket.
06.0
29,7 22,0 1,6 609 x 10 Cerah
0

07.0
28,7 53,2 4,4 1212 x 10 Cerah
0

08.0
27,9 56,3 4,2 1429 x 10 Berawan
0

09.0
28,5 54,9 6,4 1646 x 10 Berawan
0

10.0
29,5 44,0 6,5 860 x 10 Berawan
0

11.0
27,0 59,3 8,5 1013 x 10 Berawan
0

12.0
27,0 64,2 10,1 1983 x 10 Berawan
0

13.0
28,2 46,7 5,1 770 x 10 Berawan
0

83
14.0
28,1 54,2 5,2 285 x 10 Berawan
0

15.0
27,5 50,2 7,5 232 x 10 Berawan
0

16.0
26 61,9 7,7 434 x 10 Berawan
0

17.0
26,1 57,8 5,6 1685 x 10 Berawan
0

18.0
25,3 67,4 3,6 55 x 10 Berawan
0

Lahan Tidak Bervegetasi


Jam ℃ %RH Km/jam Lux Ket.
06.00 30,5 48,2 0,2 1863 x 10 Cerah

07.00 30,8 51,4 2,5 661 x 10 Cerah

08.00 28,3 59,4 3,5 171,1 x 10 Berawan

09.00 27,8 61,7 3,7 1363 x 10 Berawan

10.00 29,3 47,7 6,2 1772 x 10 Berawan

84
11.00 27,9 51,7 5,3 930 x 10 Berawan

12.00 28,1 58,5 3,5 2028 x 10 Berawan

13.00 31,2 46,2 2,5 1902 x 10 Berawan

14.00 30,0 46,9 4,1 477 x 10 Berawan

15.00 28,0 56,7 4,1 485 x 10 Berawan

16.00 28,1 57,2 2,7 910 x 10 Berawan

17.00 26,4 60,2 1,7 170 x 10 Berawan

18.00 25,3 71,2 1,9 30 x 10 Berawan

Lampiran 5. Hasil Data Pengukuran Dinamika Harian Iklim Mikro di Permukaan


Lahan Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi di Tombatu

Lahan Bervegetasi
Jam ℃ %RH Km/jam Lux Ket.
06.00 23,9 71,7 0,1 177 x 10 Berawan

07.00 24,6 71,4 0,7 1560 x 10 Berawan

08.00 25,8 63,3 0,7 1612 x 10 Berawan

09.00 28,9 55,2 2,9 1240 x 10 Berawan

85
10.00 27,7 57,6 1,6 1029 x 10 Berawan

11.00 28,7 55,1 1,2 1796 x 10 Cerah

12.00 29,6 48,7 1,7 1830 x 10 Cerah

13.00 29,0 54,4 1,8 1522 x 10 Hujan

14.00 29,3 55,4 1,3 1273 x 10 Cerah

15.00 29,2 56,2 1,3 1526 x 10 Cerah

16.00 30,6 50,0 4,6 1248 x 10 Cerah

17.00 28,1 58,5 2,7 1720 x 10 Berawan

18.00 27,9 60,5 2,2 325 x 10 Hujan

Lahan Tidak Bervegetasi


%R
Jam ℃ Km/jam Lux Ket.
H
06.00 24,0 71,0 0,1 551 x 10 Berawan

07.00 24,2 73,4 1,6 1849 x 10 Berawan

08.00 28,9 55,2 2,9 1240 x 10 Berawan

09.00 29,1 54,9 0,6 1667 x 10 Berawan

10.00 30,2 50,1 0,7 1721 x 10 Berawan

86
11.00 30,8 45,6 1,5 1943 x 10 Cerah

12.00 31,8 40,2 2,6 2223 x 10 Cerah

13.00 30,7 40,1 2,9 1873 x 10 Hujan

14.00 29,9 51,0 0,4 1709 x 10 Cerah

15.00 30,6 50,0 4,6 1248 x 10 Cerah

16.00 30,3 51,5 1,5 1489 x 10 Cerah

17.00 29,2 57,1 0,3 1110 x 10 Berawan

18.00 28,5 59,3 2,1 435 x 10 Hujan

Lampiran 6. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 1 pada Tes Awal (pretest)

87
88
89
90
91
92
Lampiran 7. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 2 pada Tes Awal (pretest)

93
94
95
96
Lampiran 8. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 3 pada Tes Awal (pretest)

97
98
99
100
101
Lampiran 9. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 4 pada Tes Awal (pretest)

102
103
104
105
106
Lampiran 10. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 5 pada Tes Awal (pretest)

107
108
109
110
111
112
Lampiran 11. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 6 pada Tes Awal (pretest)

113
114
115
116
117
Lampiran 12. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 1 pada Tes Akhir (posttest)

118
119
120
121
122
Lampiran 13. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 2 pada Tes Akhir (posttest)

123
124
125
126
Lampiran 14. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 3 pada Tes Akhir (posttest)

127
128
129
130
131
Lampiran 15. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 4 pada Tes Akhir (posttest)

132
133
134
135
136
Lampiran 16. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 5 pada Tes Akhir (posttest)

137
138
139
140
141
Lampiran 17. Hasil Matriks Eksplorasi Objek 6 pada Tes Akhir (posttest)

142
143
144
145
146
Lampiran 18. Dokumentasi

147
Kegiatan Pendahuluan

Penjelasan Singkat Sebelum Pemberian Pretest


Pemberian Pretest

Foto Bersama Setelah Melaksanakan Kegiatan Pengukuran Dinamika Iklim Mikro


di Permukaan Lahan Bervegetasi oleh
Pretest
Mahasiswa

148
Kegiatan Pengukuran Dinamika Iklim Kegiatan Pengukuran Dinamika Iklim
Mikro di Permukaan Lahan Mikro di Permukaan Lahan Tidak
Bervegetasi oleh Mahasiswa Bervegetasi oleh Mahasiswa

Kegiatan Pengukuran Dinamika Iklim Penjelasan singkat sebelum mengisi


Mikro di Permukaan Lahan Tidak posttest
Bervegetasi oleh Mahasiswa

Pemberian
Foto Bersama Posttest
Setelah Penelitian

149
Foto Bersama Setelah Penelitian

150
BIOGRAFI PENULIS

Natasha Khaterina Marselina Etwiory, lahir pada

tanggal 04 November 2000 di Langgur Maluku Tenggara.

Anak pertama dari pasangan Apolos Etwiory dan Nansy

Leong. Pendidikan yang ditempuh yaitu dengan mengawali

jenjang pendidikan di TK GMIM Bethesda Tombatu pada

tahun 2005 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian meneruskan pendidikan di SD

Negeri Inpres Tombatu Dua pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2012. Setelah

itu meneruskan pendidikan di SMP Negeri 4 Tombatu pada tahun 2012 dan lulus

tahun 2015. Pada tahun yang sama meneruskan pendidikan di SMA Negeri 1

Tombatu. Setelah itu melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Universitas Negeri

Manado, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Jurusan

Fisika, Program Studi Pendidikan Fisika pada tahun 2018. Penulis terdaftar

sebagai mahasiswa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Manado pada tahun 2018 dengan NIM 18 505 006.

151

Anda mungkin juga menyukai