Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PRARANCANGAN PABRIK ACROLEIN DENGAN PROSES


DEHIDRASI GLYCEROL

Disusun Oleh :
1. Muhammad Ilham Rizky Putra I0520071
2. Putri Atika Lestari I0520088

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I
KEGUNAAN PRODUK
BAB II TINJAUAN TERMODINAMIKA
BAB III KINETIKA DAN MEKANISME REAKSI
III.1 Tinjauan Kinetika
III.2 Mekanisme Reaksi
BAB IV SIFAT BAHAN DAN PRODUK
IV.1 Bahan Baku
IV.2 Produk
BAB V DIAGRAM ALIR KUALITATIF
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KEGUNAAN PRODUK

I.1 Kegunaan Akrolein di Indonesia


Akrolein (C3H4O) adalah senyawa aldehid tidak jenuh yang paling
sederhana. Karakteristik utama akrolein adalah reaktivitasnya yang tinggi karena
konjugasi gugus karbonil dengan gugus vinil. Akrolein merupakan senyawa yang
sangat beracun dan memiliki sifat mudah terbakar mirip dengan aseton. Pada suhu
ruang, akrolein berfase cair dengan volatilitas tinggi, tetapi akrolein sedikit larut
dalam air. Kegunaan akrolein antara lain adalah sebagai pelindung bahan bakar
cair dari mikroorganisme, bahan pembuatan asam amino metionin esensial, dan
sebagai bahan pemisah dan pendispersi yang baik, banyak digunakan dalam
industri keramik, kertas, dan electroplating (Kirk & Othmer, 1997).
Akrolein merupakan produk antara untuk memproduksi produk lain,
seperti asam akrilat, methionine, methionine hidroxy, guraldehyde dan asam
amino sintesis. Akrolein bahan kimia serbaguna karena asam akrilat dapat
diaminasi, diesterifikasi, dan dipolimerisasi menjadi produk lain yang lebih
kompleks. Akrolein digunakan untuk herbisida dan algasida dalam aliran irigasi.
Sebagai biocide pada cooling tower, untuk mengontrol alga, rumput, dan sebagai
slimcide dalam industri kertas (Mc. Ketta, 1997).
Saat ini akrolein diproduksi secara komersial terutama menggunakan
metode dehidrasi gliserol. Memproduksi akrolein menggunakan gliserol sebagai
bahan baku lebih menjanjikan dalam hal biaya dan keterbaruan. Penelitian tentang
dehidrasi gliserol menjadi akrolein dimulai sekitar 100 tahun yang lalu dan telah
menarik banyak perhatian selama sekitar 20 tahun karena perkembangan industri
biodiesel (Azhari, 2021).
BAB II
TINJAUAN TERMODINAMIKA

Tinjauan termodinamika bertujuan untuk mengetahui sifat suatu reaksi.


dan mengetahui arah jalannya reaksi (reversible atau irreversible). Secara
termodinamika reaksi dapat ditinjau dengan menghitung
harga entalpi, energi Gibbs, dan konstanta
kesetimbangannya. Sifat dan arah reaksi dapat diketahui
dengan cara menghitung harga panas pembentukan standar
(∆Hf°) dan energi bebas Gibbs (∆GR°) pada tekanan 1 atm dan
suhu 298 K. Reaksi pembentukan Akrolein dari gliserol
adalah sebagai berikut :
C3H8O3 (g) → C3H4O(g) + 2H2O(g)

(Azhari, 2021)
Gambar 2.1 Reaksi pembentukan akrolein dari gliserol

II.1 Panas Reaksi


Untuk mengetahui sifat suatu reaksi maka perlu
diketahui nilai ∆H reaksi. Diketahui entalpi pembentukan
masing-masing bahan baku dan produk adalah sebagai
berikut :
Tabel II.1.1 Data Panas Pembentukan

Komponen ∆Hfo (kJ/mol)


C3H8O3 -582,8
C3H4O -84
2H2O -241,80
(Yaws, 1999)
Reaksi :
C3H8O3 (g) C3H4O(g) + 2H2O(g)
∆H298,15 K
o o
= ΔH f produk – ΔH f reaktan

o o o
= (ΔH f C3H4O(g) + ΔH f2H2O(g)) – (ΔH f C3H8O3 (g) )

= (-84 – (2 ×241,80)) kJ/kmol – (-582,8) kJ/kmol


= 15,2 kJ/mol
Reaksi pembuatan acrolein adalah reaksi endoterm atau membutuhkan
panas. Hal ini ditunjukkan oleh harga entalpi dari reaksi yang bernilai positif.

II.2 Energi Bebas Gibbs (∆G°)


Tabel II.2.1 Data Energi Gibbs

Komponen ∆Gfo (kJ/mol)


C3H8O3 -448,49
C3H4O -54
2H2O -228,60

(Yaws, 1999)
Perubahan energi Gibbs dapat dihitung dengan persamaan:
ΔG298 = -RT ln K (Smith Van Ness, 1987)
Dimana:
ΔG298 = Energi bebas Gibbs standar sesuatu reaksi pada 298 K (kJ/mol)
R = konstanta gas (R = 8,314 J/mol/.K)
T = temperature (K)
o o
ΔG298K = ΔG f produk – ΔG f reaktan

= (ΔG C3H4O(g) + ΔG2 H2O(g)) – (ΔG C3H8O3 (g))


= (-54 – (2×228,60)) – (-448,49) kJ/mol
= -62,71 kJ/mol
Dari perhitungan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa reaksi dapat
berlangsung secara spontan, karena nilai ΔG° < 0 (sangat negatif).

II.3 Konstanta Kesetimbangan Reaksi

Harga konstanta kesetimbangan (K) pada suhu 25°C (298,15 K) diperoleh


dengan rumus (Smith dan Van Ness, 2005):
∆G298,15 = - R T ln K ..............................................................................(II.3)
Dimana:
∆G298,15 = energi Gibbs standar reaksi pada 298,15 K (kJ/mol)
R= konstanta gas (R = 8,314 kJ/mol K)
T = temperatur (K)
K = konstanta kesetimbangan
Persamaan tersebut dapat ditulis ulang menjadi :
−∆ G °
ln K298 =
RT
−−(−62710)
ln K298 = J
8,314 . 298 K
mol . K
ln K298 = 25,31
Pada suhu 300oC (573 K) besarnya konstanta kesetimbangan dapat
dihitung sebagai berikut :

( )
K 573 K ∆H° 1 1
ln ln = - −
K 298 K R T 298

ln K573K – ln 25,31 =
−15200 1
(

1
8,314 5 7 3 298 )
ln K573K = 6,176
K573K = 480,87
Nilai harga konstanta kesetimbangan (K) yang didapat cukup besar maka
dapat disimpulkan bahwa reaksi bersifat tidak dapat balik (irreversible).
BAB III
KINETIKA DAN MEKANISME REAKSI

III.1 Tinjauan Kinetika


Menurut Kiakalaieh (2015), reaksi dehidrasi gliserol termasuk
reaksi orde 1. Dari segi kinetika, kecepatan reaksi dehidrasi gliserol akan
bertambah cepat dengan naiknya temperatur.
C3H8O3(g) C3H4O(g) + 2H2O(g)
G A + W
Persamaan kecepatan reaksi: r1 = k1 PG
Menentukan kA menggunakan persamaan Arrhenius:
ln k = -Ea/RT + ln A
Dari jurnal hasil penelitian Kiakalaieh (2015), didapatkan :
1
ln k = -3306 × + 13,19
T
dengan : Ea = 27,5 kJ/mol
A = 5,35 × 105 s-1
Maka
k = 5.35 × 105 exp (-3306/T)

III.2 Mekanisme Reaksi


Reaksi katalitik antara reaktan gliserol berfase gas dan katalis padat
HSiW berlangsung menurut mekanisme sebagai berikut:
1. a. Difusi gas reaktan dari fase gas ke permukaan luar (interface) katalis
b. Difusi reaktan dari permukaan luar katalis melewati pori-pori ke
permukaan dalam pori katalis (difusi molekuler)
2. Adsorpsi reaktan pada permukaan dalam katalis
3. Terjadi reaksi C3H8O3(g) C3H4O(g) + 2H2O(g)
4. Desorpsi hasil reaksi dari permukaan dalam katalis
5. a. Difusi gas hasil reaksi dari permukaan dalam katalis ke permukaan
luar katalis
b. Difusi gas hasil reaksi dari permukaan luar katalis (interface) ke fase
gas

Reaksi yang terjadi :


C3H8O3(g) C3H4O(g) + 2H2O(g)
G A + W
Mekanisme yang diusulkan (Kiakalaieh, 2015) :
G + S k 1⇔ GS
GS + 2S k 2 ⇔ AS + 2WS
AS k 3 ⇔ A + S
2WS k 4 ⇔ 2W + 2S
Dengan :
G = Gliserol
A = Akrolein
W = Air
S = Permukaan aktif katalis
k1 = Konstanta kecepatan reaksi gliserol
k2 = Konstanta kecepatan reaksi pada reaksi permukaan
k3 = Konstanta kecepatan reaksi akrolein
k4 = Konstanta kecepatan reaksi air

Pada mekanisme reaksi katalitik di atas, tahap adsorpsi dan desorpsi


berlangsung sangat cepat. Sedangkan reaksi pada permukaan katalis
berlangsung paling lambat, sehingga kecepatan reaksi katalitik secara
keseluruhan dikontrol oleh reaksi permukaan.
1. Adsorpsi
G + S k 1⇔ GS
r1 = k1 CG θv – k-1 θG
r1 = 0
θG = K1 CG θv………………………………………………………….(1)
k1
Dimana: K1 =
k −1
Pada persamaan (1) nilai K1 sangat kecil sehingga gliserol tidak
teradsorpsi oleh katalis namun langsung membentuk produk pada
permukaan katalis.
2. Reaksi permukaan
GS + 2S k 2 ⇔ AS + 2WS
2 2
r2 = k2 θG θ v – k-2 θA θW
1
r2 = k2 (θG θ2v - θ θ2 ) ………………………………………….…..
K2 A W
(2)
Pada persamaan (2) nilai k2 sangat besar dan nilai k-2 sangat kecil
sehingga K2 sangat besar, maka persamaan (2) menjadi :
r2 = k2 θG θ2v …………………………………………………..………(3)
3. Desoprsi Akrolein
AS k 3 ⇔ A + S
r3 = k3 θA – k-3 θv CA
r3 = 0
k −3 θ v C A
θA =
k3
1
θA = θ v CA ......................................................................................(4)
K3
Pada persamaan (4) nilai k3 sangat besar dan k-3 sangat kecil
sehingga nilai K3 sangat besar menyebabkan nilai θA menjadi sangat
kecil dan bisa diabaikan.
4. Desoprsi Air
2WS k 4 ⇔ 2W + 2S
r4 = k4 θ2W – k-4 C 2W θ2v
r4 = 0
θW = √❑
θW = CW θv √❑ ..............................................................................(5)
Pada persamaan (5) nilai k4 sangat besar dan k-4 sangat kecil
sehingga nilai K4 sangat besar menyebabkan nilai θW menjadi sangat kecil
dan bisa diabaikan.
Berdasarkan pembahasan di atas, mekanisme yang digunakan
adalah sebagai berikut:
G + 3S k 1 ⇒ A + 2W + 3S
-r1 = k1 CG θ3v ..............................................................................................
(6)
Dengan :
S = permukaan aktif katalis
θv = konsentrasi pada permukaan kosong katalis
CG = konsentrasi G
r1 = kecepatan reaksi pada permukaan
Neraca permukaan katalis:
θv = 1
Maka, persamaan (6) menjadi :
-r1 = k1 CG
Karena PV = ZnRT, dimana Z adalah faktor kompresibilitas (Z =
Vactual/Videal), maka:
n/V = P/ZRT
Jika gliserol diasumsikan gas ideal, maka nilai Z = 1, sehingga persamaan
menjadi:
n/V = P/RT
n/V adalah konsentrasi dengan satuan molar, sehingga konsentrasi gliserol
(Cg) dapat dinyatakan dengan:
Cg = Pg/RT
dimana Pg adalah tekanan parsial gliserol. Jika persamaan tersebut
disubtitusikan ke dalam persamaan ___, maka persamaan ___ menjadi:
-r1 = k1 Pg/RT
Karena k1, R, dan T bernilai konstan, maka k1/RT juga akan bernilai
konstan sehingga bisa dibuat sebuah konstanta baru, sebut saja K1 dimana
K1 = k1/RT. Persamaan kecepatan reaksi menjadi:
-r1 = K1*Pg
BAB IV
SIFAT BAHAN DAN PRODUK
IV.1 Bahan Baku

Gliserol (www.sciencelab.com)
a. Rumus molekul : C3H8O3
b. Sifat fisis
a) Berat molekul : 92,09 g/mol
b) Titik didih : 290°C
c) Titik leleh : 19°C
d) Densitas : 1,2636 g/cm3 pada 20°C
c. Sifat kimia
a) Kelarutan : 0,18 g/100 mL pada 25°C
b) Tidak bewarna dan berbau khas.
c) Dapat membentuk chlorobenzene jika diraksikan dengan
chlorine.

d) Dapat membentuk alkylbenzene saat direaksikan d engan


alkil halida dengan allumunium chloride anhydrat sebagai
katalis.
IV.2 Produk

Akrolein (www.pubchem.ncbi.mlm.nih.gov)
a. Rumus molekul : C3H4O
b. Sifat Fisis
a) Berat molekul : 112,556 g/mol
b) Titik didih : 131,6°C
c) Titik leleh : -45,2°C
d) Densitas : 1,1058 g/cm3 pada 20°C
e) Viskositas : 0,806 mPa.s pada 20°C
c. Sifat kimia
a) Kelarutan : 0,03 g/100 mL pada 20°C
b) Cairan tidak berwarna dan berbau seperti almond.
c) Sifat korosifnya akan merusak plastik, rubber, dan coating.
IV.3 Bahan Pembantu
1. Silicotungstic Acid (www.zeolitechemistry.com)
a. Rumus Molekul : H4W12SiO40
b. Bentuk : Padatan
c. Warna : Putih
d. Kemurnian : 98%
e. Impuritas : Cl 90 ppm
2. Nitrogen (www.pubchem.ncbi.mlm.nih.gov)
a. Rumus mol sadasdekul : N2
b. Sifat Fisis
a) Berat molekul : 70,9 g/mol
b) Titik didih : -34°C
c) Titik leleh : -101°C
d) Densitas : 2,898 g/cm3 pada 20°C
e) Viskositas : 0,134 mPa.s pada 20°C (gas)
0,346 mPa.s pada 20°C (liquid)
c. Sifat kimia
a) Kelarutan : 0,7 g/100 mL pada 20°C
b) Berwarna hijau kekuningan dengan bau menyengat seperti bau
pemutih terkonsentrasi.
c) Sangat korosif terhadap semua jenis logam dan akan merusak
plastik, rubber, dan coating.
d) Afinitas klorin terhadap hidrogen sangat besar sehingga reaksi
berlangsung dengan ledakan besar dalam cahaya.
H2 + Cl2 hv (light )→ 2HCl
e) Gas yang mudah dicairkan dengan pendinginan atau
penekanan dari beberapa atmosfer pada suhu normal.
f) Dapat membentuk alkylbenzene saat direaksikan dengan alkil
halida dengan allumunium chloride anhydrat sebagai katalis.
BAB V
DIAGRAM ALIR KUALITATIF
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai