Anda di halaman 1dari 20

Dosen Pengampu : Dr. Saparudin, M.

Ag

Nama : Handreawan

NIM. : 190101153

Kelas : V PAI-E

MK : Penelitian Tindakan Islam

Tugas : Kajian Teoritis

1. Judul PTK

Judul : Peningkatan Minat Belajar melalui Dakwah Seni Islami Siswa Kelas X

MAN I Mataram.

2. Latar belakang

Masalah utama pada pendidikan di Indonesia adalah rendahnya minat belajar siswa di sekolah. Sementara
perkembangan Ilmu Dakwah dan Seni Islami yang pesat saat ini membuat penguasaan pengetahuan sangat perlu untuk
dipahami dan dikuasai dengan baik oleh siswa. Dewasa ini dalam kehidupan sehari-hari manusia sudah lazim berpikir
kreatif, inovatif, serta mempergunakan kesenian yang lebih cepat dan praktis untuk memudahkan menyelesaikan pekerjaan.
Berpikir kreatif dan inovatif terdapat pada kesenian. Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada orang yang tidak memerlukan
bantuan kesenian dalam kehidupan sehari-hari.

Kesenian sangat erat kaitanya dengan kegiatan motivasi, baik dari hal yang sederhana sampai hal yang membutuhkan
suatu pemikiran lebih. Kesenian bukanlah suatu ilmu yang terisolasi dari kehidupan manusia, melainkan kesenian justru
muncul dari dan berguna untuk kehidupan sehari-hari kita. Suatu pengetahuan bukan sebagai objek yang terpisah
melainkan sebagai suatu bentuk penerapan dalam kehidupan. Suatu ilmu pengetahuan akan sulit untuk kita terapkan jika
ilmu pengetahuan tersebut tidak bermakna bagi kita. Kebermaknaan ilmu pengetahuan juga menjadi aspek utama dalam
proses belajar.

Faktor siswa juga mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika. Siswa kelas X MAN 1 Mataram masih
cenderung pasif saat mengikuti pembelajaran. Siswa diminta untuk duduk diam memperhatikan penjelasan dari guru,
sedangkan siswa yang duduk di bangku belakang asyik bermain sendiri atau berbicara dengan temannya. Guru juga
berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Guru hanya menggunakan metode ceramah, dan kurang inovatif dalam
pembelajaran membuat siswa cepat bosan dan malas untuk belajar. Guru hanya terfokus untuk mengejar materi yang harus
disampaikan kepada anak dan kurang memperhatikan kebermaknaan pengetahuan tersebut, sehingga kurang memberikan
kesempatan pada anak untuk aktif menemukan sendiri konsepnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, solusi untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas X MAN 1 Mataram adalah
dengan menerapkan kesenian hadroh. Salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kesenian. Strategi
pembelajaran menggunakan pendekatan kesenian hadroh menekankan akan pentingnya konteks seni yang dikenal siswa
dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri, dapat memberikan kesempatan siswa aktif dan kreatif.
Siswa akan lebih mudah mengingat jika mereka mempraktikkan melalui seni pengetahuan itu sendiri. Melalui konteks
nyata siswa lebih mudah memahami suatu konsep, sehingga dengan pendekatan kesenian hadroh diharapkan siswa akan
lebih memahami dan mengingat materi yang dipelajari, karena kebermaknaan ilmu pengetahuan juga menjadi aspek utama
dalam proses belajar.

Dalam pendekatan kesenian hadroh, seni disajikan sebagai suatu proses kegiatan manusia, bukan sebagai produk jadi.
Bahan pelajaran disajikan melalui bahan praktik yang sesuai bidang kesenian hadroh, jadi lebih menarik bagi siswa.
Begitupun alat peraga sebaiknya juga berasal dari alat yang sudah disediakan. Siswa dituntut aktif dan guru lebih banyak
bertindak sebagai fasilitator. Dalam menyelesaikan soal praktik, siswa diatur bekerja kelompok. Bahan ajar disiapkan
sedemikian rupa sehingga cara penyelesaiannya bermacam-macam. Hal ini dilakukan untuk mendorong terjadinya
kreatifitas antara kelompok. Ini merupakan bagian dari pelajaran hiburan melalui kesenian, jadi siswa belajar saling
menghargai kekompakan dan kreatif.

Kesenian disajikan secara menarik dan sambil bermain. Dalam Kesenian Hadroh ini, siswa didorong mengembangkan
pemikiran yang kreatif, mempelajari banyak hal dari kesenian hadroh, siswa diajak untuk bepikir luas. Pembelajaran
kesenian hadroh bertujuan supaya siswa dapat berpartisipasi aktif dan kreatif dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri
sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat lebih bermakna dan minat belajar dapat meningkat.

3. Kajian Teoritis

a. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a – yad’u – da’watan, artinya
mengajak atau menyeru, memanggil. “Dakwah bermakna mengajak manusia dengan bijaksana ke jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat”.1

Secara terminologi atau istilah dakwah merupakan bagian yang sangat esensial dalam kehidupan seorang muslim, di
mana esensinya berada pada akan motivasi, rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama
Islam dengan penuh kesadaran demi keuntungan dirinya dan bukan untuk kepentingan pengajaknya.2

1
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta, PT. Amzah, 2009, jilid I) , h. 1.

2
Ibid., h. 13.
Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan
sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual
maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengamalan
terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur- unsur pemaksaan.3

B. Metode Dakwah

1. Pengertian Metode Dakwah

Pengertian metode menurut bahasa metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang merupakan kombinasi kata
meta (melalui) dan hodos (jalan), dalam bahasa Inggris metode berarti method yang berarti cara. Metode dalam bahasa
Jerman methodicay artinya jalan, sedangkan dalam bahasa Arab metode disebut thariq. Dalam kamus ilmiah popular
metode juga dapat diartikan sebagai cara yang sistematis dan tertatur untuk melaksanakan sesuatu atau cara kerja.4

Sedangkan pengertian metode dakwah secara terminologi atau istilah ialah Metode dakwah adalah cara-cara tertentu
yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih
sayang.

Metode dakwah ialah jalan atau cara yang digunakan juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah.”. Ada
beberapa pendapat tentang definisi metode dakwah, antara lain:

a. Al-Bayayuni definisi metode dakwah yakni cara-cara yang ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara
yang menerapkan strategi dakwah.

b. Said bin Ali al-Qathani membuat definisi metode dakwah sebagai berikut. Uslub (metode) dakwah adalah ilmu
yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya.

c. ‘Abd al-Karim Zaidan metode dakwah adalah ilmu yang terkait dengan cara melangsungkan penyampaian pesan
dakwah dan mengatasi kendala-kendalanya.

2. Macam-Macam Metode Dakwah

Dakwah memiliki beragam metode atau jalan agar dapat dengan mudah diterima oleh mad’unya. Macam-macam
metode dakwah ialah :
3
Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 6.

4
Wahidin Saputra,Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Gerafindo Persada, 2012), h. 242.
a. Metode Dakwah Bil Lisan

Dakwah bil lisan adalah dakwah yang menggunakan kata-kata ucapan untuk menyampaikan isi atau pesan dakwah.
Sebagaimana lisan yang berarti bahasa, atau ucapan. Sehingga dakwah bil lisan dapat diartikan sebagai penyampaian pesan
dakwah melalui lisan berupa ceramah atau komunikasi antara da’i dan mad’u yang di mana dalam dakwah bi lisan ini
sering digunakan di masyarakat saat pengajian maupun saat peringatan hari-hari tertentu karena menganggap metode ini
cukup efisien untuk dilakukan.

b. Metode Dakwah Bil Hikmah

Secara etomologi, Dakwah bil Hikmah bermakna adil, ilmu, sabar, pengetahuan atau makrifat, memperbaiki dan
terhindar dari kerusakan, serta objek kebenaran yang didapat melalui

ilmu dan akal. Sedangkan secara terminologi, al-Hikmah memiliki beberapa makna antara lain: valid (tepat) dalam
perkatan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara’ dalam din (agama) Allah Subhanahu Wa
Ta’ala (SWT), Meletakkan sesuatu pada tempatnya, menjawab dengan tegas dan tepat.

Hikmah berarti yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah pengetahuan
atau tindakan yang bebas dari kesalahan atau kekeliruan. “Hikmah diartikan sebagai sesuatu yang digunakan atau
diperhatikan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar serta menghalangi terjadinya mudarat atau
kesulitan yang besar atau yang lebih besar.”

c. Metode Dakwah Bil mau’idzah hasanah

Secara bahasa mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau’idzah dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari kata
wa’adza–ya ‘idzu–wa’dzan–‘idzatan yang berarti; nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah
merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan. Metode al-mau’idzah al-hasanah yakni memberikan nasehat
dengan cara yang baik. “al-mau’iẓah al-hasanah, adalah nasihat atau pengajaran yang baik yang dapat diberikan pada
masyarakat luas. “, dakwah ini dapat dilaksanakan dalam lembaga-lembaga formal seperti lembaga pendidikan dan
sebagainya dengan mengajarkan Al-Qur’an dalam arti yang luas. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa al-mau’iẓah al-hasanah atau nasehat yang baik, maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang
lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan menggunakan bahasa yang baik, dapat
diterima, berkenan di hati, menghindari sikap kasar sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya
dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh da’i.

d. Metode al Mujadalah

Metode al-mujadalah yakni berdiskusi atau bertukar pendapat dengan cara yang baik pula. “Kata jidal bermakna
diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik
yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya bicara.”. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas didapatkan
kesimpulan bahwa mujadalah merupakan metode dakwah melalui diskusi dengan cara yang baik dari cara-cara berdiskusi
yang ada.
C. Media Dakwah

1. Pengertian Media Dakwah

Media berasal dari bahasa latin, median yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara etimologi berarti alat
perantara. Menurut Wilbur Schram mendefenisikan media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam
pengajaran. Secara khusus yang dimaksud dengan media dakwah adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau
pengajaran, seperti buku, film, video, kaset, seni budaya dan sebagainya. 5

Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima dakwah. Pada
zaman sekarang ini, seperti televisi, vidio, kaset rekaman, majalah dan surat

kabar seni budaya dan lainnya. Seorang da’i sudah memiliki tujuan yang hendak dicapai, agar mencapai tujuan yang
efektif dan efisien.

2. Macam-macam Media Dakwah

Hamzah Ya’cub mengelompokkan media dakwah kepada lima macam yaitu sebagai berikut:

a. Lisan

Media lisan adalah khutbah, nasehat, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah dan lain-lain.

b. Tulisan

Dakwah dengan cara tulisan adalah dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan, seperti buku-buku, majalah,
surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamflet, pengumuman tertulis, spanduk dan lain-lain.

d. Audio visual

Metode Audio Visual adalah suatu cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran.
Bentuk ini dilaksanakan dalam media televisi dan jenis media lainya. Menurut penulis, dakwah yang disampaikan melalui
media televisi sangatlah efektif dan mudah untuk dipahami masyarakat. Penulis berpendapat bahwa dakwah yang
disampaikan lewat televisi jangkauannya sangat luas dan tidak terbatas, pada saat ini bisa dikatakan seluruh masyarakat
memiliki media ini, jadi dengan mudah mereka bisa menyaksikan dakwah yang disampaikan seseorang da'i tanpa harus
pergi ke tempat dimana da’i tersebut sedang berdakwah.

Media televisi sangat efektif sebagai media dakwah adalah karena praktis, semua orang bisa menikmatinya, lain
halnya dengan media dakwah melalui media cetak yang dominan menikmatinya hanya golongan pelajar, orang-orang

5
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah; (Jakarta: Amzah, 2009). H.113
muda, bagi orang yang lanjut usia maka agak sulit untuk menikmatinya secara optimal, ditambah lagi semangat membaca
masyarakat sangat kurang.

e. Akhlak

Akhlak di sini ialah perilaku yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan media dakwah dan sebagai
alat untuk mencegah orang dari berbuat kemungkaran, atau juga yang mendorong orang lain berbuat ma’ruf, seperti
membangun masjid, sekolah atau suatu perbuatan yang menunjang terlaksananya syari’at Islam di tengah-tengah
masyarakat.

f. Seni Budaya

Seni budaya juga dapat dijadikan sebagai media dakwah yaitu kesenian hadrah. Hadroh menjadi media apresiasi seni
bagi para santri untuk menyalurkan bakat seninya. Kemahiran para santri dalam bidang seni suara (qiraat) dan seni musik
(hadrah) berpadu sehingga menerbitkan tiga grup yang cukup dikenal khalayak umum di wilayah Jawa Timur dan
sekitarnya yaitu grup Annabawiyyah, Arraudhah dan Al-Muqtasida. 21Kehadiran hadroh atau terbangan di nusantara tak
lepas dari sejarah dakwah dan syiar Islam para Wali Songo, sebab keberadaan kesenian hadroh memiliki semangat cinta
kepada Allah dan Rasul-Nya yakni dengan terus memuji Allah Swt dan tetap bersholawat kepada Baginda Rasulullah Saw.

Menurut keterangan ulama besar Palembang Al Habib Umar Bin Thoha Bin Shahab, adalah Al Imam Ahmad
Al Muhajir (kakek dari Wali Songo kecuali Sunan Kalijaga), ketika hijrah ke Yaman ( Hadrolmaut ) bertemu dengan salah
satu pengikut tariqah sufi (darwisy) yang sedang asyik memainkan hadrah serta mengucapkan syair pujian kepada Allah
dan Rasul-Nya. Dengan pertemuan itu mereka bersahabat.

Setiap Imam Muhajir mengadakan majelis maka disertakan darwisy tersebut hingga keturunan dari Imam Muhajir
tetap menggunakan hadrah disaat mengadakan suatu majelis. Kemudian para Wali mengadopsi kesenian
hadroh dari negeri Yaman (Hadromaut) untuk dipergunakan sebagai salah satu media yang dapat menunjang dalam
berdakwah mensiarkan Islam di Pulau Jawa khususnya dan di seluruh Nusantara pada umumnya. Sejak jaman para wali
hingga saat ini, setiap tahun selalu mengadakan perayaan Maulid Nabi (maulidurasul) yang diramaikan dengan kesenian
hadroh di serambi Masjid Agung Demak, Jawa Tengah.

E. Seni Sebagai Media Dakwah

Seni sebagai media dakwah dilihat dari segi sosiologinya, Dakwah Islam pada dasarnya ada sejak zaman Nabi
Muhammad saw, namun bentuk dan cara penyampaiannya berlainan, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masyarakat sekitar. Dakwah dapat dilaksanakan dengan berbagai metode, seperti: ceramah, diskusi, tanya jawab,
keteladanan. Dengan demikian bagi juru dakwah untuk mempermudah menyampaikan dakwah dan juga agar mudah
dipahami oleh sasaran dakwah, maka sebaiknya dakwah dilakukan dengan menggunakan media yang sudah ada, hal ini
untuk menyesuaikan keadaan masyarakat tidak sama satu sisi sudah maju dan di sisi lain masih ketinggalan.

Berdakwah menggunakan media modern sudah menghilangkan media tradisional yang masih dapat digunakan dengan
baik, sehingga dalam berdakwah penggunaan media tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat setempat. Oleh
karena keadaan lingkungan masing- masing masyarakat itu tidak selalu sama, maka materi harus bervariasi menyesuaikan
keadaan dimana pelaku dakwah haruslah mencari masalah- masalah yang dihadapi, media dan sekaligus memikirkan
pemecahannya yang nantinya menjadi bahan pembicaraan dalam berdakwah.

Materi dakwah adalah ajaran Islam, yang dikenal sebagai ajaran dakwah. Ajaran-ajaran Islam inilah yang wajib
disampaikan kepada umat manusia dan mengajak mereka agar menerima dan mengikutinya. Diharapkan agar ajaran-ajaran
Islam benar-benar diketahui, dipahami, dihayati, dan diamalkan, sehingga mereka hidup dan berada dalam kehidupan yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajaran Islam.

Seni merupakan media yang mempunyai peran yang amat penting dalam pelaksanaan dakwah Islam, karena media
tersebut memiliki daya tarik yang dapat mengesankan hati bagi pendengar maupun penontonnya. Terbukti, karena
keindahan seni dalam bahasa Al-Qur’an yang terlantunkan oleh adiknya Umar bin Khatab bergetar hatinya untuk masuk
Islam.

Melihat kenyataan yang sedemikian maka kesenian memiliki peranan yang tepat guna sehingga dapat mengajak
kepada khalayak untuk menikmati dan menjalankan isi yang terkandung dalam syair yang disampaikan. Dalam konteks
keilmuwan dakwah yang digunakan Islam dengan metode kesenian adalah salah satunya dengan menggunakan lagu- lagu
shalawat hadrah, nasyid, pop, dangdut dan lain-lain. Mengapa dapat dikatakan sebagai media dakwah, karena syair yang
terpancar atau digunakan bernilai dakwah, sehingga dapat dikatakan bahwa seni bisa sebagai ajang untuk berdakwah. Perlu
diperhatikan, sebagai salah satu alternatif dalam penempatan seni sebagai media dakwah adalah, usaha menelusuri jati diri
atau kreatifitas seni Islam, dengan memadukan rasa, cipta dan karsa sebagai aspek budaya dengan jiwa IslamPenelitia

4. Metode Penelitian

a. Setting Penelitian (lokasi dan karakeristik subyek yang diteliiti)


Jenis Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata lisan maupun tulisan, tahap analisis data kualitatif adalah:
1. Membaca dan mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data.
2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.
3. Menuliskan “model” yang ditemukan.
4. Koding yang telah dilakukan

Waktu dan lokasi penelitian


Waktu : Bulan ke 2 dan 3.
Lokasi : MAN 1 Mataram

b. Perencanaan Tindakan
Adapun subjek pada penelitian ini adalah:

a. Kepala Madrasah MAN 1 Mataram.

b. Pelatih Hadroh MAN 1 Mataram

c. Beberapa siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler hadroh sebagai sampel subjek utama yang
karakternya terpengaruh oleh ekstrakurikuler hadroh.

Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler hadroh dalam
penanaman nilai karakter dan semangat belajar siswa di MAN 1 Mataram

Variabel Penelitian
Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Variabel dalam penelitian ini adalah perkembangan seni hadrah di pedesaan, faktor-faktor penyebab
perkembangan seni hadrah di pedesaan dan dampak religiusitasnya bagi masyarakat di pedesaan.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh langsung dari lapangan sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait,
perpustakaan atau penelitian-penelitaian lain yang dianggap relevan.tehnik pengambilan data dalam
penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu:

a. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses
biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan. Penelitian ini ingin melihat bagaimana sebab perkembangan disertai faktor seni hadrah
berkembang di pedesaan dan berpengaruh pada kehidupan religiusitas masyarakat pedesaan.

b. Wawancara
Interview atau disebut juga wawancara atau kuisioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan dengan
bertanya lagsung kepada responden dengan mengunakan pedoman wawancara. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui tanggapan dari responden mengenai bagaimana seni hadrah dapat
berkembang di pedesaan. Wawancara juga dilakukan kepada masyarakat dan tokoh masyarakat
setempat untuk mengetahui dampak dari keberadaan seni hadrah tersebut.

c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi biasa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam studi dokumentasi
merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif, karena hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih dapat dipercaya kalau
didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

c. Pelaksanaan Tindakan
Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan atau dilaksanakan melalu empat tahap yaitu : tahap
pengumpulan data, reduksi data, menyususn dalam satuan, memeriksa keabsahan data. Keempat tahap
dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengumpulan data
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dicatat dalam lapangan yang
terdiri dari dua aspek yaitu deskripsi dan refelksi. Catatan deskripsi merupakan data alami yang berisi
tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan, disaksikan, dan dialami sendiri oleh peneliti tampa
adanya pendapat dan penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang dijumpai. Sedangkan catatan
refleksi yaitu catatan yang memuat kesan, komentar, dan tafsiran peneliti tentang temuan yang
dijumpai dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap selanjutnya.
2. Reduksi Data
Proses ini dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi, abstraksi adalah usaha membuat rangkuman
yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan perlu juga sehingga tetap berada didalamnya.
3. Menyusun dalam satuan yang dikategorikan
Satuan kategori ini dibuat sambil melakukan koding.
4. Memeriksa keabsahan data. setelah tahap ini dilakukan penafsiran data.
Selanjutnya tahap analisis data kualitataif adalah:
1. Membaca atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data.
2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.
3. Menuliskan “model” yang ditemukan.
4. Koding yang telah dilakukan.

d. Observasi
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami
fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.
Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian lapangan (field research), yaitu jenis penelitian yang berusaha
menghimpun data penelitian secara langsung di lapangan, seperti lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga,
organisasi kemasyarakatan dan lembaga pendidikan baik formal maupun non formal. Penelitian lapangan
yaitu penelitian yang menggunakan informasi yang diperoleh dari sasaran penelitian yang selanjutnya disebut
dengan informan atau responden melalui instrumen pengumpulan data seperti angket, wawancara, observasi,
dan sebagainya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan studi kasus, dimana peneliti berusaha untuk
mengetahui bagaimana pembentukan karakter yang terjadi pada siswa melalui kegiatan ekstrakulikuler hadroh
di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Giriloyo 1 Imogiri Bantul. Menurut Robert Yin, studi kasus adalah suatu
inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara
fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multi sumber bukti dimanfaatkan. Studi kasus
lebih banyak berkutat pada atau berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan “how” (bagaimana) dan “why”
(mengapa), serta pada tingkatan tertentu juga menjawab pertanyaan “what” (apa/apakah), dalam kegiatan
penelitian.

e. Refleksi.
Tujuan diadakannya ekstrakurikuler hadroh di MAN 1 Mataram adalah sebagai wadah mengembangkan
minat dan bakat siswa pada bidang seni musik, khususnya seni musik yang bernuansa islami. Di samping itu,
ekstrakurikuler hadroh juga dijadikan wadah untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter. Banyaknya
nilai-nilai positif yang terkandung dalam ekstrakurikuler hadroh sangat mendukung proses penanaman nilai-
nilai pendidikan karakter di MAN 1 Mataram. Setelah peneliti mengadakan penelitian dengan cara
pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi, ada delapan nilai karakter yang terlihat dalam
ekstra hadroh di MAN 1 Mataram. Adapun nilai-nilai karakter yang didapat yaitu :
1. Nilai Religius
2. Nilai Disiplin
3. Nilai Kerja Keras
4. Nilai Mandiri
5. Nilai Cinta Tanah Air
6. Nilai Rasa Ingin Tahu
7. Nilai Menghargai Prestasi
8. Nilai Tanggung Jawab.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Tema/Muatan : Relevansi Seni Hadroh Kelas/Semester : VIII/ Ganjil


dengan Minat Belajar
Alokasi Waktu: 40 Menit
Pembelajaran Satu ( 1 )
ke :

Kompetensi 3.1 Mengetahui Pengertian dari Seni Hadroh


Dasar
4.1 Memahami Rumusan Alat Hadroh

Indikator 1. Melalui kegiatan membaca siswa dapat menjelaskan definisi hadrah dalam
segi bahasa dan istilah
Pencapaian 2. Siswa Memahami dan paham Bermain Hadroh serta meningkatkan motivasi
belajar
Kompetensi 3. 1. Pengertian Hadroh serta Rumusnya
3. 2. Praktek Hadroh serta Rumusnya
(IPK) : 4. 1. Pengetahuan
4.2. Praktek
4. 3. Antusias
4. 4. Tanggapan

A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat memahami pengertian dan sejarah mengenai Hadroh lewat literasi.

2. Siswa mengetahui jenis dan rumusan Alat Hadroh

3. Siswa dapat memahami dan mempraktikkan cara bermain Hadroh dengan Benar

4. Siswa dapat menjalankan instruksi sesuai arahan guru.

B. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Waktu
Kegiatan Pendahuluan 5
Menit
1. Guru Mengawali pelajaran dengan Berdoa
2. Guru mengabsensi Kehadiran siswa

Kegiatan Inti
1.Guru Memberikan pemahaman literasi tentang Hadroh melalui Power Point Proyektor kepada
siswa
2. Guru Mengenalkan nama Alat serta Rumus Hadroh kepada siswa
3. Guru mempraktekkan cara bermain Hadroh kepada Siswa bersama Tim Hadroh Sekolah
4. Siswa Mempraktekkan dan Bermain Hadroh sesuai instruksi

30
Menit

Kegiatan Penutup
1. Guru menutup pembelajaran dengan doa

2. Guru memberikan tugas kepada siswa


5
Menit

C. Penilaian:
1.Sikap Spiritual
. Observasi dan Pengamatan

2.Sikap Sosial

.Penilaian Diri

3.Pengetahuan

-Tes Tulis

4.Keterampilan

-Praktek
Mataram, 22 November 2021

Mengetahui

Kepala MAN 1 Mataram Guru Kelas/Mapel

..........................................................
......................................
NIP:………………………………………………..

NIP:……………………………..
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

NAMA. :

KELAS/SEMESTER :

MATA PELAJARAN :

SIKLUS. :

TANGGAL. ;

No Perilaku Guru Yang Diobservasi Penilaian Komentar

Tidak Ada
Ada

1 Menyampaikan Apresiasi

2 Memotivasi Peserta Didik

3 Menghubungkan Materi dengan Materi


Sebelumnya

4 Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

5 Membimbing Siswa Melalui Seni Islam


Hadroh dengan Pembelajaran

6 Meningkatkan Keterlibatan Siswa dalam


Pembelajaran

7 Menguasai Materi Pembelajaran

8 Mengajukan Pertanyaan terhadap siswa

9 Memberikan kesempatan berfikir kepada


siswa untuk menjawab pertanyaan

10 Memberikan penghargaan kepada siswa jika


berhasil menjawab pertanyaan

11 Memberikan kesempatan terhadap siswa


untuk bertanya

12 Menyediakan media pembelajaran

13 Berperan sebagai fasilitator

14 Memakai alat peraga

15 Menggunakan Bahasa yang Baik dan Sopan

16 Membimbing siswa menyimpulkan materi

17 Menyediakan waktu untuk menyelesaikan


tugas

18 Memantau kesulitan belajar siswa

19 Menumbuhkan interaksi siswa

Jumlah
……………………………….
Supervisor. ..

……………………………….
NIP:…………………………

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

KELAS/SEMESTER :

MATA PELAJARAN :

TANGGAL. ;

No Hal yang Diamati Skor

1 2 3 4

1 Keaktifan Siswa :
a. Siswa Aktif Memperhatikan
Materi
b. Siswa Aktif Bertanya
c. Siswa Aktif Mengajukan
Pertanyaan

2 Perhatian Siswa :
a. Diam dan tenang
b. Terfokus pada materi dan
praktek
c. Antusias
3 Kedisiplinan :
a. Kehadiran/Absensi
b. Datang tepat waktu
c. Pulang tepat waktu

4 Penugasan atau Resitasi


a. Mengerjakan semua tugas
b. Ketepatan mengumpulkan tugas
sesuai waktunya
c. Mengerjakan sesuai dengan
perintah

Keterangan:
4 : Sangat Baik
3 : Baik
2 : Cukup
1 : Kurang

……………………………….
Guru. ..

……………………………….
NIP:…………………………

Anda mungkin juga menyukai