Sekolah Menengah Atas, tempat dimana para remaja beranjak dewasa dan juga mencari jati diri
mereka. Ya, namanya juga remaja, lagi masa labil-labilnya. Mereka kerap sekali melakukan sesuatu tanpa
memikirkan efek jangka panjangnya.
Tabitha, siswi SMA yang sedang menikmati masa-masa remajanya dengan selimut kekayaan
orangtuanya. Dia tak pernah memikirkan apapun resiko dari perilaku dan tindakannya, karena dia
menganggap uang ayahnya sanggup membeli semuanya, termasuk mulut seseorang dan harga diri
seseorang.
Tabitha : Woi, pake mata dong kalo jalan! Eh si culun ternyata, masih aja sekolah disini. Ga ngos-ngosan
tuh nyokap lu bayar uang sekolah? Hahahah
Tabitha : Gaada apa-apa sih. Emang salah ya liatin orang miskin? Pftttt
Saat menuju ruangan kelas Tabitha tidak sengaja bertemu dengan Theresia. Temannya yang dia
anggap karena sederajat dengan dirinya, kelakuannya pun tak jauh beda. Theresia juga siswi yang mau
berteman dengan orang kaya yang dia anggap sederajat saja.
Tabitha : yaa kayak yang lu liat ter hahahah, gaada bekurang kan nih perhiasan gue?
Eh ntar pas istirahat kita bareng yukkk ke kantin, udah lama loh kita ga bareng
Tabitha : gausa ngeluh gitu deh ter, kayak gatau gue aja lu
Tabitha menghampiri meja seorang murid culun yang kerap ia bully karena penampilan
sederhananya itu.
Vanisa : loh? Tapi kan aku duluan yang duduk disini? Dan aku juga lagi makan
Tabitha : Eh lancang banget lu ngomong ya. Jan sampai gue beli tuh mulut lo
Theresia : Kerja dimana sih bokap lu? Mau gue bikin jadi anak pengangguran lo?
Vanisa : Jangan mentang-mentang kalian anak orang kaya makanya kalian jadi semena-mena ya ngatain
orang. Toh juga aku ngomong yang bener kok, aku duluan yang duduk disini.
Awasa aja ya lu miskin. Liat aja, ntar lagi gue beli itu harga diri lo sekeluarga biar pada sadar
diri.
Ibu Tabitha : Kak, pulang sekarang ya… Mama tau mama gabakal sanggup bilang ini ke kakak secara
langsung makanya mama bilang dari telfon. Papa bangkrut kak, semua dana dan tabungan dari
perusahaan papa dibawa kabur sama orang. Kakak pulang sekarang aja ya, bantuin mama beresin
barang-barang buat pindahan
Ternyata dari tadi Theresia menguping pembicaraan Tabitha dengan ibunya. Theresia langsung
menghina Tabitha sekaligus mempermalukannya didepan banyak teman-teman sekolahnya.
Theresia : Eh bit, bokap lo bangkrut? ( Theresia sengaja mengucapkannya dengan suara lantang)
Tabitha : ( menangis dan merasa malu karena ditertawai oleh banyak orang )
Ter, gue ganyangka lo ternyata munafik banget orangnya. Ternyata lo selama ini berteman sama
gue Cuma karena harta gue doang?
Theresia : Hahahah, makanya lo kalo idup yang realistis-realistis aja, gausa kebanyakan drama
Tabitha : Mulutlo jaga ya, Lo kira gue gatau selama ini bokap lo koruptor? Lo kira duit yang lo pake
selama ini tuh halal?
Tanpa disadari ternyata seorang murid telah merekam pembicaraan mereka ketika bertengkar secara
diam-diam. Terutama ketika Tabitha membeberkan identitas ayahnya Theresia yang ternyata selama ini
adalah koruptor. Video yang direkam secara diam-diam itu kemudian diunggah ke sosial media dan
dengan cepat tersebar juga ditonton ribuan orang.
Ayah Theresia dengan cepat ditangkap polisi dan dipecat dari jabatannya sebagai seorang anggota
DPR. Theresia malu dan memutuskan untuk berhenti bersekolah dari sekolah itu karena berita ayahnya
yang viral. Lalu ia pun tersadar bahwa itu semua merupakan balasan dari perilaku dan ucapan mereka
selama ini.