Anda di halaman 1dari 5

TUGAS BAHASA INDONESIA KELAS XI

Mengubah Teks Drama menjadi Teks Cerpen


Dikerjakan di Lembar Kertas Folio Bergaris

RINDU TERATAI DI BANGKU SEKOLAH


Dhinda Permata Neriasari
SMA Negeri 2 Pacitan

Di sebuah desa hiduplah seorang nenek yang sebatang kara. Nenek tersebut tinggal di gubuk
beratapkan jerami. Suatu ketika nenek itu ke hutan mencari kayu bakar dan kemudian
menemukan seorang bayi kecil yang cantik di pinggir sungai. Lalu, nenek tersebut membawa
bayi itu ke rumah dan merawatnya seperti anak sendiri. Bayi perempuan itu diberi nama Pandan
Jelita Teratai. Nenek itu memanggilnya dengan nama Teratai. Nama tersebut dipilih karena
terinspirasi dari bunga teratai yang cantik dan indah. Setelah lima tahun kemudian, Teratai
tumbuh menjadi gadis cilik yang pintar, cerdik, dan cantik. Suatu ketika saat Teratai pulang
setelah bermain dan bergegas ke rumah bertemu nenek.

Teratai : “Nenek, nenek, nenek….” (memanggil nenek sambil berjalan kaki


menuju ke dalam rumah)
Nenek : “Ada apa Teratai….??” (jawab nenek dengan suara lembut)
Teratai : “Nek, Teratai pengen sekolah. Teratai pengen bisa menulis,
membaca, dan berhitung seperti teman-teman yang lain nek” (ucap
Teratai dengan suara lantang)
Nenek : (terharu menangis mendengar kata-kata Teratai)
“Nak, kamu masih kecil, ada saatnya nanti kamu bersekolah
seperti teman-temanmu. Sekarang umurmu baru lima tahun, insya
Allah dua tahun lagi kamu bisa bersekolah.” (jawab nenek dengan
jelas)
Teratai : “Yaahhh…. Masih lama dong nek??? Kan Teratai pengen sekolah
sekarang… Teman-teman Teratai sekolah di TK Kemuning
Bangsa, nek. Dan teman-teman Teratai baru umur lima tahun
seperti Teratai.”
Nenek : “Yaa sudaahh….. Nenek mau menuruti keinginanmu bersekolah,
tapi Teratai harus rajin belajar yaa biar menjadi anak yang pintar..”
Teratai : “Iyaa nek.. Siaapp…” (jawab Teratai dengan tersenyum bahagia)

Hari Selasa yang cerah, Nenek dan Teratai pergi ke TK Kemuning Bangsa untuk mendaftarkan
Teratai sekolah. Teratai bertemu dengan teman-teman sebayanya yang bernama Lula, Eriz, dan
Tia.

1
Lula, Eriz, dan Tia : “Haloo Terataaii….” (sapa dengan suara keras)
Teratai : “Haloo juga Lula, Eriz, Tia. Aku mau sekolah disini lhoo… Nanti
kita berangkat sama-sama yaa.., (jawab Teratai dengan gembira)
Lula, Eriz, dan Tia : “Siaapp Terataaiii…” (jawab mereka dengan serempak)
Nenek dan Teratai : (berjalan menuju ke ruang guru TK Kemuning Bangsa)
Nenek : “Assalamualaikum….” (salam nenek di depan pintu ruang guru
TK Kemuning Bangsa)
Bu Mitha : “Walaikumsalam.. Silakan masuk nek…” (sambil mempersilakan
masuk nenek dan Teratai)
Nenek : “Terima kasih Bu...”
Nenek dan Teratai : (Berjalan masuk ke dalam ruang guru TK Kemuning Bangsa)
Bu Mitha : “Silakan duduk nek. Ini nenek bersama cucunya ya??” (tanya Bu
Mitha kepada nenek)
Nenek : “Ini cucu saya bu. Dia bernama Pandan Jelita Teratai dan bisa
dipanggil Teratai” (jawab nenek dengan sopan)
Bu Mitha : “Salam kenal Teratai. Nama saya Bu Guru Mitha. Saya ibu guru
yang akan mengajar kamu nanti…”
Teratai : (senyum Teratai kepada Ibu Guru Mitha)
“Kapan Teratai bisa sekolah disini bu..??” (tanya Teratai kepada
ibu guru)
Bu Mitha : “Sekarang bisa, nak. Akan tetapi lebih baik masuk besok saja. Hari
ini kan kamu baru mendaftar sekolah..”
Nenek dan Teratai : “Terima kasih Bu Guru Mitha… “ (sambil tersenyum)
Bu Mitha : “Sama-sama Nek… Sama-sama Teratai.. Jangan lupa besok
masuk yaa… Dipersiapkan peralatan sekolahnya…”
Nenek dan Teratai : (bersalaman dengan Bu Guru Mitha dan keluar dari ruang guru
TK Kemuning Bangsa)

Nenek dan Teratai pulang kembali ke rumah. Teratai sangat bersemangat dan bahagia
mendengar besok bisa bersekolah. Sesampainya di rumah, Teratai dan nenek kembali ke
aktivitas masing-masing. Saat sore tiba, Teratai membantu nenek menyapu membersihkan
rumah dan nenek memasak di dapur untuk persiapan makan. Saat menyapu halaman rumah,
Teratai kembali bertemu dengan teman-temannya.

Lula, Eriz, dan Tia : (Berjalan ke rumah Teratai. Saat di jalan raya depan rumah
Teratai, kemudian serempak menyapa Teratai yang sedang
menyapu halaman)
“Selamat sore Teratai…” (salam serempak Lula, Eriz, dan Tia)

2
Teratai : (menyapu halaman rumah)
“Selamat soree…. Ayooo siniii main ke rumahku….” (jawab
Teratai dengan suara keras)
Teratai, Lula, Eriz, : (Berjalan ke dalam rumah Teratai)
dan Tia
Lula, Eriz, dan Tia : “Assalamualaikum nenek….”
Nenek : (Menjawab salam sambil berjalan ke depan rumah)
“Walaikumsalaaamm… Ayooo sini, sini masuk ke rumah….
Silakan duduk Lula, Eriz, Tiaa….”
Lula, Eriz, dan Tia : (Bersama-sama duduk di ruang tamu rumah Teratai)
Nenek : “Teratai, tolong buatkan minum buat teman-temanmu…”
Teratai : “Baik, Nek…”
(Berjalan ke dapur membuatkan minum)
Nenek : “Anggap seperti rumah sendiri yaa… Nenek tak lanjut masak lagi
di dapur…” (mempersilakan teman-teman Teratai)
(Nenek berjalan menuju ke dapur melanjutkan memasak)
Teratai : (Berjalan menuju ke ruang tamu sambil membawa teh untuk
teman-temannya)
“Inii silakan diminum Lula, Eriz, Tiaa….”
Lula, Eriz, dan Tia : “Terima kasih Teratai….”
Teratai : (Duduk di kursi ruang tamu dan mengobrol bersama teman-
teman)

Kemudian Teratai, Lula, Eriz, dan Tia asyik mengobrol menceritakan saat bersekolah. Lula,
Eriz, dan Tia bercerita kepada Teratai yang besok akan pertama bersekolah di TK Kemuning
Bangsa. Mereka menjadi sahabat yang selalu ada saat keadaan sedih dan gembira. Setelah
empat tahun kemudian, mereka sudah duduk di bangku sekolah dasar. Mereka duduk di kelas
3 SD Cempaka Damai. Semenjak itulah, nenek Teratai menjadi sakit-sakitan. Nenek tidak bisa
mencarikan biaya sekolah untuk Teratai dan Teratai jarang masuk ke sekolah. Akhirnya,
sahabat baik Teratai mencari sumbangan kesana-sini untuk keperluan dan kebutuhan Teratai.
Suatu pagi yang cerah di sekolah, Lula, Eriz, dan Tia mengobrol di kantin sekolah.

Lula, Eriz, dan Tia : (Duduk di kantin sekolah dan menikmati istirahat)
Lula : “Eriz, Tia.. Ayo kitaa bantu Teratai mencari biaya buat sekolah…”
Eriz dan Tia : “Setuju, setuju…”
Tia : “Sekalian kita mencarikan bantuan kepada teman-teman
sekolah… Bagaimana…??”
Lula dan Eriz : “Setujuuu….” (jawab serempak)
Eriz : “Kita mulai besok saja… Biar banyak dapat uangnya dan segera
kasihkan ke Teratai untuk membantu berobat nenek..”

3
Keesokan harinya, Lula, Eriz, dan Tia langsung mencarikan sumbangan bantuan berupa uang
seikhlasnya dari teman-teman sekolah, guru, dan karyawan SD Cempaka Damai. Setelah
seminggu mencarikan sumbangan, akhirnya mendapatkan bantuan dengan total Rp
4.580.000,00. Kemudian bantuan tersebut langsung diberikan kepada Teratai yang sedang di
rumah merawat neneknya. Saat tiba di rumah Teratai, ternyata ada selembar kain putih
bertuliskan lelayu dan banyak orang berdatangan memakai baju berwarna hitam. Lula, Eriz,
dan Tia seketika langsung menangis dan berlari masuk ke dalam rumah Teratai.
Lula, Eriz, dan Tia : (menangis terisak-isak melihat mayat nenek Teratai yang
terbaring di ruang tamu)
“Yang tabah yaa Terataii…” (sambil memeluk erat tubuh Teratai)
Teratai : (menangis sambil mengangguk-anggukkan kepala)
“Terima kasih Lula…Terima kasih Eriz… Terima kasih Tia…
Kalian sahabatku yang paling baik… Aku kini sendirian dan
sebatang kara… Aku sudah tidak punya apa-apa lagi…”
Lula : “Jangan ngomong seperti itu, masih ada kami, sahabatmu yang
selalu ada buatmu Teratai…”
Eriz : “Iya Teratai, anggap kami seperti keluargamu… Jangan
sediiihh…”
Tia : “Kami siap membantumu kok, Teratai… Kalo kamu mau, bisa
tinggal di rumahku biar nggak kesepian di rumah…”
Eriz dan Lula : “Kami juga Terataaii.. Kamu bisa tinggal di rumahku…”
Tia : “Teratai, ini ada sedikit bantuan dari teman-teman, guru-guru, dan
karyawan-karyawan SD Cempaka Damai untuk membayar uang
sekolahmu…” (sambil menyodorkan amplop berisikan uang
sumbangan)
Teratai : “Terima kasih teman-teman…. Kalian sungguh baik hati…. Aku
tidak bisa membalas budi kalian… Aku hanya bisa berdoa yang
terbaik untuk kalian…”
Lula, Eriz, dan Tia : “Sama-samaa….” (jawab serempak)

Kemudian Lula, Eriz, dan Tia pulang ke rumah masing-masing. Keesokan harinya, Teratai
kembali ke sekolah dan segera melunasi biaya administrasi tanggungan sekolah. Setelah lima
bulan sepeninggalan nenek, akhirnya Teratai kebingungan mencari biaya untuk keperluan
sehari-hari dan untuk membayar sekolah. Seminggu Teratai tidak masuk sekolah, semua
sahabat bingung mencarinya dan guru-guru juga tidak mengetahui keberadaan Teratai
sekarang.

Bu Guru Yuni : “Lula, Eriz, Tia,, dimana Teratai sekarang?? Kok sudah seminggu
tidak masuk sekolah???” (tanya Bu Guru Yuni kepada sahabat
Teratai)

4
Lula : “Diii….. Diiiaaa… kerja Buu…” (jawab suara lirih)
Bu Guru Yuni : “Kerjaaa maksudmu?? Berarti dia sudah nggak mau sekolah
lagi???” (sahut Bu Yuni)
Lula, Eriz, dan Tia : “Maauu Buu… Taappp… Tapiii biayanyaa gimana??” (tanya
serempak bertiga)
Bu Guru Yuni : “Yaa sudah nanti ibu usulkan dapat beasiswa. Dia juga berprestasi
di bidang lomba. Sering mendapat juara 1 kompetisi Sains.”
Tak lama dari perbincangan tersebut, kemudian Bu Guru Yuni menghadap Kepala Sekolah.
Dan alhamdulillah Teratai mendapatkan beasiswa penuh di sekolahnya.

****

Keesokan harinya, Teratai dijenguk oleh sahabat-sahabat di sekolahnya. Mereka


memberi kabar baik tentang beasiswa tersebut. Teratai pun bisa lega dan sangat gembira sekali
akhirnya bisa kembali ke sekolah tercintanya itu.

bersambung…..

Anda mungkin juga menyukai