Anda di halaman 1dari 1

AGAMA SUKU

Nama : Mega I.P Sabu (21210084)


: Viona M Sinlaeloe (21210028)

RU'KETU

 Di sini satu narasumber kami Mengatakan bahwa : Ru'ketu adalah tradisi adat turun-
temurun yang dilakukan oleh masyarakat Sabu baik yang telah menjadi Kristen
maupun yang masih memengang kepercayaan lokal. Tradisi Ru'ketu hanya dilakukan
jika yang meninggal itu lahir di pulau Sabu lalu merantau dan meninggal di luar pulau
Sabu. Ru'ketu yang di bawah itu dalam bentuk foto maupun pakaian, ada kalanya
pihak keluarga membawa Ru'ketu dalam bentuk sirih, pinang dan tembakau. Tradisi
Ru'ketu ini merupakan tradisi yang wajib dan harus dilakukan bagi masyarakat Sabu
yang lahir di pulau Sabu dan meninggal di luar pulau Sabu dikarenakan masyarakat
Sabu mempercayai bahwa jika tidak membawa Ru'ketu ke Sabu maka akan terjadi jal
yang kurang baik (celaka maupun kesialan) akan menimpa keluarga orang yang telah
meninggal, dengan kata lain tradisi ini mengikat orang Sabu. Ru'ketu yang di antar ke
pulau Sabu akan di sambut oleh pihak keluarga yang ada di Sabu dengan membunuh
sejumlah hewan (tidak ada syarat khusus untuk hewan yg akan di bunuh) dan
melakukan doa bersama, jika yang telah menjadi Kristen maka akan dilaksanakan
ibadah yang di pimpin oleh pendeta ataupun majelis, jika masih memegang
kepercayaan lokal maka akan dilaksanakan doa atau ritual-ritual tertentu untuk
dewa-dewa dalam kepercayaan mereka. Ru'ketu memang memiliki arti dalam
bahasa Indonesia rambut tetapi bukan berarti yang di bawa ke Sabu adalah rambut
orang yang telah meninggal, penyebutan Ru'ketu hanyalah istilah yang di pakai
masyarakat Sabu. Jika ada pihak keluarga yang tidak menyetujui untuk membawa
Ru'ketu ke Sabu dalam bentuk pakaian ataupun foto maka bisa juga membawa kayu
cendana yang di bungkus dengan kain putih, kayu cendana ini melambangkan orang
yang telah meninggal tersebut. Membawa kayu cendana ini diperuntukkan bagi
mereka yang belum menganut kepercayaan Kristen. Dalam pengantaran Ru'ketu ke
Sabu orang yang membawa diwajibkan untuk terus memegang Ru'ketu tersebut
hingga sampai ke Sabu dan diserahkan kepada keluarga di Sabu, karena masyarakat
Sabu mempercayai bahwa Ru'ketu yang mereka bawa itu merupakan arwah orang
yang telah meninggal. Setelah melakukan prosesi ibadah bersama maka pada malam
harinya keluarga berkumpul untuk membicarakan silsilah atau biasa masyarakat Sabu
menyebutnya dengan istilah huhu kebie. Huhu kebie tidak bisa sembarang orang
melakukannya dan harus dilakukan oleh pihak keluarga yang benar-benar tahu dan
paham tentang silsilah keluarga, karena jika salah maka di percaya akan
mendatangkan celaka dan kesialan.

 Pendapat kami kelompok terhadap hal ini adalah kita bisa mendukung tradisi adat
Ru'ketu sebagai bagian dari kekayaan budaya yang harus dihormati dan dilestarikan.
Kita juga dapat menganggapnya sebagai warisan tradisional yang memperkaya
keanekaragaman budaya kita yang perlu terus dijaga dan dilestarikan dari generasi ke
generasi.

Anda mungkin juga menyukai