Anda di halaman 1dari 3

Cerita Non Fiksi

Lawang Sewu.

Salah satu objek wisata bersejarah di Semarang ini juga sering menjadi contoh teks cerita
sejarah non fiksi singkat. Bangunan milik PT.KAI ini pada awalnya digunakan sebagai kantor
pusat dari perusahaannya.

Disebut sebagai lawang sewu dikarenakan memiliki seribu pintu, ini merupakan adopsi dari
Bahasa Jawa.

Meskipun tidak memiliki 1.000 pintu, tapi karena jumlahnya cukup banyak jadi orang
menganggapnya berjumlah total seribu.

Bangunan tersebut sering disebut-sebut angker sehingga banyak orang yang memasuki ruangan
tersebut bersama-sama.

Hal ini cukup wajar karena bangunannya merupakan peninggalan Belanda dan umurnya lebih
dari usia kemerdekaan Indonesia.

Contoh teks cerita sejarah non fiksi singkat bangunan lawang sewu menjadi saksi bisu dari
berbagai peristiwa menyeramkan di masa lampau.

Terdapat banyak ruang dan lorong bawah tanah digunakan untuk pembantaian.

Di masa kini, ruangan-ruangan tersebut berakhir direnovasi untuk menghilangkan hawa


seramnya.

Selain itu, pemerintah Semarang tetap mempertahankan bentuk bangunannya agar masyarakat
tetap mengenang masa lampau bersama dengan segala peristiwanya.
Cerita Fiksi

sejarah tentang Danau Toba.

Orientasi:

Seorang laki-laki bernama Toba, hidupnya sederhana tidak memiliki keluarga. Hal
yang Toba lakukan hanya memancing untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari.

Urutan peristiwa:

Suatu hari saat memancing, Toba menemukan kail pancingnya menangkap ikan
besar. Namun, Toba terkejut saat menemukan ikan besar itu berubah menjadi
wanita cantik.

Toba langsung jatuh hati dan akhirnya memutuskan untuk menikahi wanita cantik
tersebut. Namu,n ada persyaratan, Toba tidak boleh mengungkit asal wanita itu
dari seekor ikan. Akhirnya mereka menikah dan hidup sederhana serta makin
lengkap saat dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Samosir.

Samosir memiliki nafsu makan yang besar sehingga Toba harus bekerja ekstra
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Suatu hari ibunya meminta
Samosir membawa makan siang untuk ayahnya yang sedang bekerja di ladang.
Jarak ladangnya cukup jauh membuat Samosir merasa lapar dan haus.

Akhirnya Samosir tanpa sengaja memakan makan siang yang dibawanya hingga
hanya bersisa sedikit. Samosir takut jika ayahnya marah, tetapi jika dia kembali ke
rumah, tidak akan ada cukup waktu. Maka pada akhirnya Samosir memilih untuk
membawakan makanan kecil itu untuk ayahnya, dan benar saja, Toba marah
kepada Samosir.

Dengan emosi Toba melempar bekal makanannya dan mengumpat kepada


Samosir dengan berbicara bahwa Samosir adalah anak ikan. Tentu mendengar hal
itu membuat Samosir menangis dan pulang dengan sedih.

Samosir menceritakan hal tersebut ke pada ibunya dan tentu saja ibunya merasa
Toba telah mengingkari janji. Akhirnya ibunya menyuruh Samosir menuju atas
bukit dan menunggu saja di sana. Tiba-tiba air keluar dari tempat istri Toba berdiri
dan terus mengalir dengan deras dan tempat Samosir berdiri telah menjadi
sebuah pulau kecil.

Reorientasi:

Itulah sejarah di balik Danau Toba dengan pulau kecil bernama Samosir, di tengah
danau tersebut.

Anda mungkin juga menyukai