Anda di halaman 1dari 2

KAROMAH PARA WALI ALLAH SYUHADA

Surat Ali ‘Imran Ayat 169

: Wa lā taḥsabannallażīna qutilụ fī sabīlillāhi amwātā, bal aḥyā`un 'inda rabbihim yurzaqụn

Artinya: Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan
mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.

 Imam Ahmad Syihabuddin Bin Salamah Al-Qulyuby

Harun ar-Rasyid bertanya pada Muhammad Al-Bathal mengenai keheranannya tentang kejadian di
negara Roma.

Bathal menjawab:
Pada suatu hari aku berjalan di hutan mahkota terpakai dikepalaku, aku berjalan sambil
menundukan kepala, tiba-tiba aku mendengar suara hewan berderup, aku langsung menoleh
ternyata seorang berkuda yang bersenjata lengkap sedangkan ditanganya ada tombak, dia
mendekatiku dan mengucapkan salam, akupun menjawabnya, lalu dia berkata :”Apakah engkau tahu
orang yang bernama Bathal?”, dia menjawab:”Akulah Bathal”, lantas ia turun dari kudanya dan
memeluku serta mencium kakiku, aku bertanya padanya :”Mengapa kamu lakukan demikian?”, dia
menjawab :”aku datang untuk mengabdi kepadamu”.
Kemudian aku mengajaknya, tak lama kami bercakap-cakap tiba-tiba ada empat penungggang kuda,
orang itu berkata padaku :”hai temanku, bolehkan aku maju menghadapi mereka?”, lalu aku
mempersilahkanya, lantas mereka menjauh sesaat , kemudian empat orang itu membunuhnya dan
setelah itu mereka menghadapku dan membawaku , lalu aku berkata pada mereka “Jika kalian ingin
menentangku, tunggulah aku sampai mengenakan persenjataan dan kendaraan temanku yang
gugur”, mereka menjawab:”Boleh”, kemudian aku memakai senjata dan kendaraan itu, dan aku
berkata pada mereka “Kalian berempat sedangkan aku seorang diri, ini tidak adil! Majulah salah satu
dari kalian untuk melawanku!”, kemudian salah satu dari mereka keluar juga, lantas aku
membunuhnya wahai kholifah ! Lalu datang orang yang kedua akupun membunuhnya, demikian
halnya ketika datang orang yang ketiga, ketika datang yang keempat aku tak henti-henti berseteru
dengan tombak sampai-sampai tombaku dan tombaknya pecah lantas kami turun dari kendaraan dia
langsung mengambil perisai dan pedangnya akupun mengambil perisai dan pedangku, tak henti-
hentinya sampai-sampai perisai dan pedang kami pecah, tali pedangku dan pedangnya putus
sehingga pedang jatuh ke tanah, kemudian kami bergulat sampai sore dan matahari tenggelam aku
dan dia tidak mengalah, aku lantas berkata kepadanya:”hai kawan aku sungguh telah kehilangan
kesempatan sholat hari ini”<dia menjawab:”aku juga sperti itu”, karena dia seorang uskup, aku
berkata padanya:”apakah engkau akan pergi sampai pertarungan kita selesai atau kita istirahat
semalam dan kita lanjutkan besok pagi”,dia menjawab :”boleh” lantas aku beribadah pada Alloh dan
melaksanakan sholat, dia juga melakukan rutinitasnya.
Ketika mulai tidur dia berkata padaku:”kau orang arab padamu ada ghodar dan di telingaku ada dua
lonceng yang slah satunya di kaitkan di telingamu dan kepalamu diletakan di atas badanku, jika kamu
bergerak maka loncengmu akan berbunyi dan aku akan bangun “, kukatakan padanya:”lakukan hal
ini”.

Lantas kami tidur dalam keadaan seperti itu, ketika pagi datang akupun sholat, kemudian kami
bergulat dan aku mengulatinya, duduk diatas dadanya dan menginginkan menyembelihnya, dia
berkata padaku :”lepaskan aku kali ini saja”.

Akupun membolehkanya, kemudian kami bergulat yang kedua kalinya, kakiku tergelincir dan dia
menindihi, menduduki dadaku akan menyembelihku, aku berkata padanya:”aku sudah pernah
membebaskanmu apakah kamu tak akan membebaskanku?”, dia menjawab:”boleh”. Kemudian
kami bergulat yang ketiga kalinya, hatiku remuk(‫)اثكسر قلبى‬, dan dia menindihi, menduduki dadaku,
aku katakan padanya :”satu-satu, kumohon lepaskan aku kali ini”, diapun membolehkanku. Kami
bergulat lagi untuk yang ke empat kalinya, dan diapun menang lagi seraya berkata:”sekarang kamu
tahu hai Bathal aku akan menyembelihmu dan kamu akan mencium tanah roma”. Aku berkata
padanya :”tidak, jika Alloh menhendaki”, dia berkata :”mohonlah pada tuhanmu untuk mencegahku
dan mengangkat pisau yang kugunakan untuk menyembelih”.

Kemudian di saat genting itu hiduplah temanku yang telah terbunuh hai Amirul Mu’minin, ia
mengangkat pedang dan menghantamkan pada kepala uskup itu sembari membaca :

‫االية‬،‫والتحسبن الذين قتلوا فى سبيل هللا أمواتا‬

Anda mungkin juga menyukai