Anda di halaman 1dari 76

Page2 Kumpulan Cerita Islami by Evakurniawan

#
Kemuliaan Makam Rasulullah SAW

muhammadSayyidina Umar bin Khattab ra adalah salah seorang pecinta Rasul saw,
beliau ra selalu tak ingin berpisah dengan Rasul saw, maka ketika ia telah dihadapan
sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yang merobek perutnya dengan luka yang
sangat lebar, beliau tersungur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata : “dekatkan
aku susu”, alangkah mulianya Amirulmukminin ini, beliau masih ingat sunnah Nabinya
saw yang menyukai susu, maka saat susu itu diminumkan, segera susu itu tumpah dari
luka diperutnya, maka ia memahami bahwa ia sudah diambang sakratulmaut, ia menoleh
dan berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra), “Pergilah pada ummulmukminin,
katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin
dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra”,

Maka ketika Ummulmukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : “Tidak


ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu (dimakamkan
disamping makam Rasul saw), maka bila aku wafat, usunglah aku kesana, dan ucapkan
lagi salam, dan mohonkan izin lagi pada ummulmukminin, bila beliau mengizinkan maka
kuburkan aku, kalau beliau menolak maka tolaklah aku ke pekuburan muslimin” (Shahih
Bukhari hadits no.1328).

Mustahil Umar ra meminta berkali-kali untuk diizinkan dimakamkan disebelah makam


Rasul saw dan Abubakar ra, kenapa?, apakah sekedar iseng belaka?, melainkan bukti
bahwa Makam Rasul saw mempunyai kemuliaan, demikian pula Makam Abubakar
Shiddiq ra, sehingga Umar ra dalam sakratulmautnya masih sempat mengucapkan
kalimat bahwa tak ada yang lebih diperdulikannya selain pembaringan disebelah mereka.

Demikianlah Mahabbah (cinta) kepada Rasul saw, dan setelah Rasul saw wafat,
diriwayatkan bahwa peninggalan-peninggalan pakaian Rasul saw disimpan oleh para
sahabat, sebagaimana cincin beliau saw dipakai oleh Anas bin malik, lalu pindah
ketangan Abubakar ra, lalu pindah ketangan Umar bin Khattab ra, lalu pindah ketangan
Usman bin Affan ra, lalu terjatuh ke sumur Aris, dan berkata Anas bin malik : Aku
mencarinya bersama usman bin Affan selama 3 hari dan kami tak juga menemukannya
(Shahih Bukhari hadits no.5540).

Betapa mereka menjaga barang barang peninggalan Rasul saw, kalau seandainya cincin
itu tak ada nilai mahabbah, maka tak perlulah Usman bin Affan mencarinya hingga 3
hari, ini menunjukkan barang peninggalan Rasul saw dimuliakan dan dicintai oleh para
sahabat besar, radhiyallahu ‘anhum. Lalu siapa pula yang mengingkari Abubakar Shiddiq
ra?, siapapula yang mengingkari Umar bin Khattab ra?, Usman bin Affan ra?, Ali bin Abi
Thalib kw?, mereka kesemuanya seperti yang disebutkan Imam Bukhari dan para
muhadditsin besar lainnya, demikian mereka ini dan para penerusnya dari zaman ke
zaman, para pecinta Rasul saw terus ada dan terus mengenang sang nabi saw, puji-pujian
pada Nabi saw terus digandrungi, dan Rasul saw bersabda : “Orang yang dahsyat
Cintanya padaku di ummat ini, adalah mereka yang hidup setelah aku wafat, namun hati
mereka lebih condong untuk melihatku lebih daripada harta dan keluarga mereka”
(Shahih Muslim hadits no.2832)

Wahai para pemuda bangkitlah.. kenalkan dirimu.. katakan pada mereka, dan jangan kau
malu dan ragu, katakana pada semua temanmu.. : “Kalian ber idola lah dengan idola
kalian, idolaku adalah Muhammad Rasulullah saw..!”, bangkitlah dengan mencintai
sunnah beliau saw, mengenalkan sunnah beliau saw kepada teman teman, Maka mereka
yang menolak memuji Rasul saw, dan melarang orang memuji Rasul saw di masjid-
masjid, mereka adalah pengkhianat nabi saw, mereka membawa ajaran sesat dari bisikan
syaitan, dan bahwa telah terjadi di zaman Rasul saw seorang lelaki menyeramkan dengan
jenggot memanjang dan dahi menjorok kedepan, mata membelalak, dan berkepala sulah,
menegur Rasul saw seraya berkata : “Bertakwalah kepada Allah wahai Rasul..!”, maka
murkalah Rasul saw dan berkata : “Bukankah aku yang paling berhak atas ketakwaan
dimuka bumi ini..?”, maka berkata Khalid bin walid ra: Izinkan aku menebas lehernya
Wahai rasulullah..!, maka berkatalah Rasul saw:

“Jangan.. barangkali dia ini shalat”, maka berkata Khalid : berapa banyak orang yang
shalat dan hatinya tidak shalat?, maka Rasul saw menjawab : “Aku tidak diutus untuk
membelah dada mereka untuk memeriksa iman mereka”, lalu Rasul saw terus
memandangi lelaki buruk akhlak itu seraya bersabda : “akan lahir dari sulbi orang ini
suatu kaum yang membaca Kitabullah dengan lembab, tidak melewati tenggorokannya
(tidak diamalkan/tidak memahami kemuliaan Alqur’an, hanya sekedar hafal lalu
menghina orang lain), mereka menjauh dari agama sebagaimana menjauhnya anak panah
dari busurnya, bila aku menjumpai mereka aku akan memerangi mereka sebagaimana
memerangi kaum tsamud” (Shahih Muslim hadits no.1063,1064).

Muncullah wabah akidah dizaman kita, mereka banyak menghafal Alqur’an namun pula
bibir mereka kotor dengan menuduh Musyrik pada orang muslimin. Wahai Allah..
terbitkan matahari Mahabbah dan cinta kami pada Idola kami Muhammad saw…,
curahkanlah hidayah pada semua muslimin yang terperangkap oleh perangkat sesat ini,
palingkan hati mereka untuk mencintai Nabi Muhammad saw. Sebagaimana para sahabat
mencintai nabi saw, amiin.. amiin..

***

Balas Cancel reply

Required fields are marked *

Nama *

Email *

Situs web
Loading...
Beritahu saya mengenai komentar-komentar selanjutnya melalui surel.

Beritahu saya tulisan-tulisan baru melalui surel.

#
erva kurniawan 8:15 pm on 12 November 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Serigala Berbulu Ulama

siluetUstadz (1)Sepasang merpati yang sedang bertengger di cabang pohon melihat


seorang alim datang dengan sebuah buku yang dikepit di satu tangan dan tongkat di
tangan yang lain.

Seekor merpati berkata pada yang lain, “Mari terbang, orang itu bisa membunuh kita.”

Pasangannya menyahut, “Dia bukan pemburu. Dia seorang ulama, tidak akan
membahayakan kita.”

Sang ulama melihat keberadaannya dan seketika memukulkan tongkatnya ke merpati


betina, lantas ia sembelih agar dagingnya menjadi halal.

Merasa dizalimi, pasangannya mengadu kepada Nabi Sulaiman.

Ulama itu pun dipanggil ke istana. “Kejahatan mana yang saya lakukan?” sanggahnya.
“Bukannya daging merpati itu halal,” lanjutnya.

Merpati jantan menimpal, “Saya tahu bahwa hal itu halal bagimu. Tetapi, jika datang
untuk berburu, engkau semestinya mengenakan pakaian seorang pemburu. Engkau
curang dan datang sebagai ulama.”

***

Seorang ulama atau intelektual memang telanjur dinisbatkan sebagai sosok pelindung
kemaslahatan umum. Nalarnya memberi lentera di kegelapan; nuraninya memberi oasis
di tengah-tengah krisis keyakinan. Tetapi, dalam realitas hari ini, banyak orang
berpakaian ulama/intelektual tapi dengan peran yang telah ditanggalkan, begitukah ??

#
erva kurniawan 8:08 pm on 3 November 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Suka Malu Sendiri Atas Doa Yang Kita Panjatkan
siluet masjid“Mengapa doa-doa saya belum terkabulkan setelah sekian lama?” tanya
seorang jemaah kepada gurunya. Sang guru berdehem. Ia bukannya gak mau jawab, tapi
pertanyaan ini sudah berulang kali ia terima dari jemaah pengajian seputar masalah yang
tidak jauh berbeda, yakni tentang kapan Allah mengijabah doa.

Rasanya sudah banyak jawaban yang pernah diutarakan oleh sang ustadz, namun kali ini
ia harus mencari cara lain untuk bisa membuat jemaah ini mengerti, paham dan selalu
husnuzhon kepada Allah Swt.

“Memang sering kita berdoa kepada Allah, namun sepertinya Allah Swt belum juga
memenuhi hajat kita” jelas sang ustadz membuka jawaban.

“Namun ketahuilah bahwa banyak orang meminta harta yang banyak kepada Allah Swt
dalam doanya. Ada juga yang minta agar naik jabatan. Ada pula yang berdoa agar
diberikan jodoh yang cantik, sholihah, dan lain sebagainya. Belum lagi permintaan ini
dan itu sepuas hati mereka! Tidak sedikit manusia yang berdoa kepada Allah Swt dengan
nafsu syahwat mereka… Segala hal terbaik ingin mereka minta, sebab ia percaya bahwa
Allah Sang Pemberi Anugerah akan sangat mudah mengabulkan permintaan mereka….
Namun sayang mereka maunya menang sendiri. Selalu minta, namun jarang memberi!
Minta yang manis, tidak mau yang pahit! Padahal mereka belum mengerti bahwa kalau
saja Allah Swt memberi apa yang mereka inginkan, belum tentu hal itu membawa
kebaikan untuk mereka….” jelas pak ustadz.

“dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. 2:216)

Itulah sifat manusia yang mengira bahwa mereka suka berdoa untuk diberikan anugerah
apa yang mereka kira baik, padahal Allah Swt mengijabah doa mereka dengan tidak
mengabulkan permintaannya!

Coba anda bayangkan, apabila setiap makhluk Allah Swt ciptakan semuanya kaya raya
seperti yang mereka inginkan, apa jadinya dunia ini?!

Betapa banyak manusia yang ingin mendapatkan jabatan. Ia mengira bahwa bila ia
menjabat ia akan banyak melakukan kebaikan, namun begitu diberikan rupanya ia tidak
siap menerimanya sehingga jabatan bukan lagi sebagai anugerah, namun menjadi
musibah.

Maka makna yang terpenting yang harus menjadi pelajaran bagi kita adalah bagaimana
kita bisa senantiasa menyetel hati & pikiran kita untuk senantiasa ridha atas keputusan
Allah Swt.

Mau Allah Swt buat hidup kita lapang atau sempit, kita selalu berucap hamdalah. Mau
Dia Swt bikin hidup kita senang or susah, gak ada masalah. Atau Allah Swt angkat
derajat kita kemudian ia jatuhkanpun juga gak apa-apa. Yang penting asal Allah Swt
ridho kepada kita, maka kita pun juga akan selalu ridha kepada-Nya.
**

Inilah sebuah kisah yang termaktub dalam shahih Bukhari tentang permohonan para
sahabat kepada Rasulullah Saw.

Siang itu Rasulullah Saw sedang menyampaikan khutbah Jum’at. Dalam keheningan dan
kekhusyukan khutbah, maka terdengar teriakan orang-orang yang berdiri dan berseru
kepada beliau, “Ya Rasulullah, kemarau berkepanjangan. Pepohonan kering dan hewan
ternak mati kehausan. Mohon kiranya Anda berdoa kepada Allah Swt agar berkenan
menurunkan hujan.”

Rasulullah Saw lalu berdoa kepada Allah Swt, “Allahummas qinaa… Ya Allah berilah
kami hujan… turunkan untuk kami hujan!”

Maka Allah Swt pun mengijabah permintaan Nabinya. Maka angin pun meniupkan awan
hingga berkumpul. Mendung pun menanungi manusia. Hingga saat Rasulullah Saw turun
dari mimbar maka hujan pun turun membasahi bumi.

Celakanya, saking mustajab doa Rasulullah Saw tersebut maka hujan tidak berhenti turun
hingga hari Jum’at berikutnya. Maka manusia pun menjadi resah sebab anugerah yang
terlalu kebanyakan.

Saat Rasulullah Saw berkhutbah di Jum’at berikutnya, maka lagi-lagi beberapa orang

berdiri mengiterupsi khutbah beliau. Mereka berkata, “Ya Rasulullah, hujan yang turun
ini terlalu banyak hingga rumah-rumah rusak dan jalan menjadi becek. Mohon kiranya
Anda sudi untuk berdoa agar Allah Swt menghentikannya.”

Mendengarnya Rasulullah Saw tersenyum… Lalu sejurus kemudian beliau Saw berdoa,
“Allahumma hawalina la alaina…. Ya Allah, buatlah hujan turun di sekeliling kami
bukan di atas kepala kami.”

Maka atas doa sang Nabi Saw, Allah pun menghentikan hujan di Madinah, namun masih
menurunkannya di luar batas kota Madinah.

Itulah kisah permintaan doa manusia yang pernah terjadi di zaman Rasulullah Saw.
Pelajaran yang dapat diambil dari hadits di atas adalah bahwa kita harus mengakui bahwa
kita suka memaksakan kehendak pribadi saat kita berdoa kepada Allah Swt.

Kebodohan dan keterbatasan ilmu kita mengisyaratkan bahwa kita mengira bahwa apa
yang kita inginkan adalah hal yang terbaik. Padahal begitu Allah Swt kabulkan apa yang
kita inginkan, malah itu menjadi hal yang merepotkan bagi diri kita.

Tidakkah kita merasa malu kepada Allah Swt saat ia menyingkapkan suatu saat kepada
kita bahwa apa yang kita minta rupanya amat buruk bagi kita?!
Pada kisah dalam hadits itu disebutkan bahwa Rasulullah Saw saja tersenyum melihat
tingkah manusia yang suka meralat sendiri doanya. Bila Rasulullah Saw saja tersenyum
melihat kenaifan kita saat berdoa, lalu bagaimana dengan Allah Swt di atas Ars-Nya yang
mendengar semua permintaan & munajat kita?!

Maka jadikan hatimu senantiasa ridha atas keputusan-Nya!

***

Sumber: Cahaya Langit, Bobby Heriwibowo

#
erva kurniawan 9:24 pm on 26 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Gurau Dan Canda Rasulullah S.A.W.

siluet masjid 3Rasulullah SAW bergaul dengan semua orang. Baginda menerima hamba,
orang buta, dan anak-anak. Baginda bergurau dengan anak kecil, bermain-main dengan
mereka, bersenda gurau dengan orang tua. Akan tetapi Baginda tidak berkata kecuali
yang benar saja.

Suatu hari seorang perempuan datang kepada beliau lalu berkata, “Ya Rasulullah!
Naikkan saya ke atas unta”, katanya. “Aku akan naikkan engkau ke atas anak unta”, kata
Rasulullah SAW. “Ia tidak mampu”, kata perempuan itu. “Tidak, aku akan naikkan
engkau ke atas anak unta”.”Ia tidak mampu”. Para sahabat yang berada di situ berkata,
“bukankah unta itu juga anak unta?”

**

Datang seorang perempuan lain, dia memberitahu Rasulullah SAW,”Ya Rasulullah,


suamiku jatuh sakit. Dia memanggilmu”. “Semoga suamimu yang dalam matanya putih”,
kata Rasulullah SAW. Perempuan itu kembali ke rumahnya. Dan dia pun membuka mata
suaminya. Suaminya bertanya dengan keheranan, “kenapa kamu ini?”. “Rasulullah
memberitahu bahwa dalam matamu putih”, kata istrinya menerangkan. “Bukankah semua
mata ada warna putih?” kata suaminya.

**

Seorang perempuan lain berkata kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, doakanlah
kepada Allah agar aku dimasukkan ke dalam syurga”. “Wahai ummi fulan, syurga tidak
dimasuki oleh orang tua”. Perempuan itu lalu menangis. Rasulullah menjelaskan,
“tidakkah kamu membaca firman Allah ini,
“Serta kami telah menciptakan istri-istri mereka dengan ciptaan istimewa, serta kami
jadikan mereka senantiasa perawan (yang tidak pernah disentuh), yang tetap mencintai
jodohnya, serta yang sebaya umurnya”.

Para sahabat Rasulullah SAW suka tertawa tapi iman di dalam hati mereka bagai gunung
yang teguh. Na’im adalah seorang sahabat yang paling suka bergurau dan tertawa.
Mendengar kata-kata dan melihat gelagatnya, Rasulullah turut tersenyum.

***

#
erva kurniawan 9:00 pm on 25 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Berkat Membaca Bismillah

basmallah 2

Ada seorang perempuan tua yang taat beragama, tetapi suaminya seorang yang fasik dan
tidak mau mengerjakan kewajiban agama dan tidak mau berbuat kebaikan. Perempuan itu
sentiasa membaca Bismillah setiap kali hendak berbicara dan memulai sesuatu pekerjaan
sentiasa didahului dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya tersebut
dan selalu mengolok-olok isterinya. Suaminya berkata sambil mengejek, “Bismillah,
Bismillah. Sebentar- sebentar Bismillah.”

Isterinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya
memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : “Suatu saat nanti
akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu.

“Untuk membuat sesuatu yang mengejutkan isterinya, dia memberikan uang yang banyak
kepada isterinya dengan berkata, “Simpan uang ini.” Isterinya mengambil uang itu dan
menyimpan di tempat kotak uang yang aman, suaminya mengetahui tempat penyimpanan
uang tersebut. Diam-diam suaminya mencuri uang tersebut dan membuang kotak uang
ke sungai belakang rumahnya.

Setelah beberapa hari suaminya memanggil isterinya dan berkata, “Berikan kepadaku
uang yang aku berikan kepada engkau.”Kemudian isterinya pergi ke tempat dia
menyimpan uang itu dan diikuti oleh suaminya. Istrinya dengan berhati-hati mengambil
uang ditempat penyimpanan dan membuka dengan mengucapkan,
“Bismillahirrahmanirrahiim.” Ketika itu Allah S.W.T. menyuruh malaikat Jibrail A.S.
untuk mengembalikan kotak uang tersebut ke tempat asalnya.

Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya
kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mengerjakan perintah Allah, dan dia
juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulai sesuatu pekerjaan.
***

Sri Mulyati, aulia, ALfiandan 2 orang lain tengah berdiskusi. Toggle Comments

*
Putra 9:42 am on 26 Oktober 2009 Permalink

Sip om. Thanks ya atas cerita menariknya,


*
anissa 3:12 pm on 26 Oktober 2009 Permalink

Allah maha melindungi dan tidak menyia2kan hambanya yang selalu memohon
perlindungan pada-NYa..
*
ALfian 5:34 am on 27 Februari 2010 Permalink

Subhanallah………
*
aulia 9:37 pm on 23 Mei 2010 Permalink

dengan membaca Bismillah…berarti kita menyertai Allah di setiap tindakan kita.


betul tidak?
*
Sri Mulyati 6:08 pm on 8 Oktober 2010 Permalink

subhnallah…memang setip kta melakukan sesuatu dgn membaca bismilah itu lebih
baik..

#
erva kurniawan 8:35 pm on 24 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Berbakti Kepada Ibu Bapak

water lily 4Selain seorang nabi, Sulaiman a.s. juga seorang raja terkenal. Atas izin Allah
ia berhasil menundukkan Ratu Balqis dengan jin ifrit-Nya. Dia dikenal sebagai manusia
dapat berdialog dengan semua binatang.

Dikisahkan, Nabi Sulaiman sedang berkelana antara langit dan bumi hingga tiba di satu
samudera yang bergelombang besar. Untuk mencegah gelombang, ia cukup
memerintahkan angin agar tenang, dan tenang pula samudera itu.

Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan jin Ifrit menyelam ke samudera itu sampai ke
dasarnya. Di sana jin Ifrit melihat sebuah kubah dari permata putih yang tanpa lubang,
kubah itu diangkatnya ke atas samudera dan ditunjukkannya kepada Nabi Sulaiman.
Melihat kubah tanpa lubang penuh permata dari dasar laut itu Nabi Sulaiman menjadi
takjub, “Kubah apakah gerangan ini?” pikirnya. Dengan memohon pertolongan Allah,
Nabi Sulaiman membuka tutup kubah. Betapa terkejutnya beliau begitu melihat seorang
pemuda tinggal di dalamnya.

“Siapakah engkau ini? Kelompok jin atau manusia?” tanya Nabi Sulaiman
keheranan.”Aku adalah manusia”, jawab pemuda itu perlahan.”Bagaimana engkau bisa
mendapatkan karomah ini?” tanya Nabi Sulaiman lagi. Kemudian pemuda itu
menceritakan riwayatnya sampai kemudian memperolehi karomah dari Allah tinggal di
dalam kubah dan berada di dasar lautan.

Diceritakan, ibunya dulu sudah tua dan tidak berdaya sehingga dialah yang memapah dan
menggendongnya ke mana pun pergi. Si anak selalu berbakti kepada orang tuanya, dan
ibunya selalu mendoakan anaknya. Salah satu doanya itu, ibunya selalu mendoakan
anaknya diberi rezeki dan perasaan puas diri. Semoga anaknya ditempatkan di suatu
tempat yang tidak di dunia dan tidak pula di langit.

“Setelah ibuku wafat aku berkeliling di atas pantai. Dalam perjalanan aku melihat sebuah
terbuat dari permata. Aku mendekatinya dan terbukalah pintu kubah itu sehingga aku
masuk ke dalamnya.” Tutur pemuda itu kepada Nabi Sulaiman.

Nabi Sulaiman yang terkenal bisa berjalan di antara bumi dan langit itu menjadi kagum
terhadap pemuda itu.

“Bagaimana engkau bisa hidup di dalam kubah di dasar lautan itu?” tanya Nabi Sulaiman
ingin mengetahui lebih lanjut.”Di dalam kubah itu sendiri, aku tidak tahu di mana berada.
Di langitkah atau di udara, tetapi Allah tetap memberi rezeki kepadaku ketika aku tinggal
di dalam kubah.”

“Bagaimana Allah memberi makan kepadamu?” Tanya Nabi Sulaiman a.s . “Jika aku
merasa lapar, Allah menciptakan pohon di dalam kubah, dan buahnya yang aku makan.
Jika aku merasa haus maka keluarlah air yang teramat bersih, lebih putih daripada susu
dan lebih manis daripada madu.” Jawab pemuda itu.

“Bagaimana engkau mengetahui perbedaan siang dan malam?” tanya Nabi Sulaiman a.s
yang merasa semakin takjub. “Bila telah terbit fajar, maka kubah itu menjadi putih, dari
situ aku mengetahui kalau hari itu sudah siang. Bila matahari terbenam kubah akan
menjadi gelap dan aku mengetahui hari sudah malam.” Tuturnya. Selesai menceritakan
kisahnya, pemuda itu lalu berdoa kepada Allah, maka pintu kubah itu tertutup kembali,
dan pemuda itu tetap tinggal di dalamnya. Itulah karomah bagi seorang pemuda yang
berbakti kepada kedua orang tuanya.

***

jum'ahtengah berdiskusi Toggle Comments


*
jum'ah 7:04 pm on 28 Oktober 2009 Permalink

mudah mudahsn kita bisa melebihinya amien..,,

#
erva kurniawan 7:43 pm on 23 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Fathimah Az-Zahrha Rha Dan Gilingan Gandum

silluet-masjid 14Suatu hari masuklah Rasulullah SAW menemui anandanya Fathimah az-
zahra rha. Didapatinya anandanya sedang menggiling syair (sejenis padi-padian) dengan
menggunakan sebuah penggilingan tangan dari batu sambil menangis.

Rasulullah SAW bertanya pada anandanya, “apa yang menyebabkan engkau menangis
wahai Fathimah?, semoga Allah SWT tidak menyebabkan matamu menangis”. Fathimah
rha. berkata, “ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumahtanggalah yang
menyebabkan ananda menangis”. Lalu duduklah Rasulullah SAW di sisi anandanya.

Fathimah rha. melanjutkan perkataannya, “ayahanda sudikah kiranya ayahanda meminta


‘aliy (suaminya) mencarikan ananda seorang jariah untuk menolong ananda menggiling
gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah”.

Mendengar perkataan anandanya ini maka bangunlah Rasulullah SAW mendekati


penggilingan itu. Beliau mengambil syair dengan tangannya yang diberkati lagi mulia
dan diletakkannya di dalam penggilingan tangan itu seraya diucapkannya
“Bismillaahirrahmaanirrahiim”. Penggilingan tersebut berputar dengan sendirinya dengan
izin Allah SWT.

Rasulullah SAW meletakkan syair ke dalam penggilingan tangan itu untuk anandanya
dengan tangannya sedangkan penggilingan itu berputar dengan sendirinya seraya
bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa sehingga habislah butir-butir syair
itu digilingnya.

Rasulullah SAW berkata kepada gilingan tersebut, “berhentilah berputar dengan izin
Allah SWT”, maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilingan itu berkata-kata
dengan izin Allah SWT yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata.

Maka katanya dalam bahasa Arab yang fasih, “ya Rasulullah SAW, demi Allah Tuhan
yang telah menjadikan baginda dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalaulah
baginda menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq dan Maghrib pun niscaya
hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah
SWT suatu ayat yang berbunyi : (artinya)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya para malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka
dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan”.

Maka hamba takut, ya Rasulullah kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam
neraka. Rasulullah SAW kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu,
“bergembiralah karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fathimah az-zahra di
dalam sorga”. Maka bergembiralah penggilingan batu itu mendengar berita itu kemudian
diamlah ia.

Rasulullah SAW bersabda kepada anandanya, “jika Allah SWT menghendaki wahai
Fathimah, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi
Allah SWT menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan
oleh Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat.

Ya Fathimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-
anaknya, maka Allah SWT menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang
digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.

Ya Fathimah perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk


suaminya maka Allah SWT menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit.

Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir


rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka Allah SWT akan mencatatkan
baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan
memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang.

Ya Fathimah, perempuan mana yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya maka


Allah SWT akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautshar pada hari kiamat.

Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keridhaan suami terhadap istrinya.
Jikalau suamimu tidak ridha denganmu tidaklah akan aku do’akan kamu. Tidaklah
engkau ketahui wahai Fathimah bahwa ridha suami itu daripada Allah SWT dan
kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT?.

Ya Fathimah, apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka


beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-
tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan. Apabila ia mulai
sakit hendak melahirkan maka Allah SWT mencatatkan untuknya pahala orang-orang
yang berjihad pada jalan Allah yakni berperang sabil. Apabila ia melahirkan anak maka
keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan
apabila ia meninggal tiadalah ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa
sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman
sorga, dan Allah SWT akan mengkaruniakannya pahala seribu haji dan seribu umrah
serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat.

Perempuan mana yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan
ikhlas serta niat yang benar maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya semua dan
Allah SWT akan memakaikannya sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan
untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan
dikaruniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah.

Ya Fathimah, perempuan mana yang tersenyum dihadapan suaminya maka Allah SWT
akan memandangnya dengan pandangan rahmat.

Ya Fathimah perempuan mana yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk


berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati maka berserulah untuknya
penyeru dari langit (malaikat), “teruskanlah ‘amalmu maka Allah SWT telah
mengampunimu akan sesuatu yang telah lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang”.

Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyak-kan rambut suaminya dan janggutnya


dan memotongkan kumisnya serta menggunting kukunya maka Allah SWT akan
memberinya minuman dari sungai-sungai sorga dan Allah SWT akan meringankan
sakarotulmaut-nya, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-
taman sorga seta Allah SWT akan menyelamatkannya dari api neraka dan selamatlah ia
melintas di atas titian Shirat”.

***

#
erva kurniawan 7:40 pm on 22 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Bidadari Untuk Umar R.A.

siluet masjid 9Umar r.a. adalah salah satu dari sahabat Rasulullah SAW. Semenjak ia
memeluk islam kaum muslimin seakan memperoleh suatu kekuatan yang sangat besar.
Sejak itulah mereka berani sholat dan thowaf dika’bah secara terang-terangan. Umar r.a.
adalah seorang yang waro’, ia sangat teliti dalam mengamalkan Islam.

Umar r.a. mempelajari surah Al-Baqoroh selama 10 tahun, ia kemudian melapor kepada
Rasulullah SAW, “wahai Rasulullah SAW apakah kehidupanku telah mencerminkan
surah Al-Baqoroh, apabila belum maka aku tidak akan melanjutkan ke surah berikutnya”.

Rasulullah SAW menjawab, “sudah…”!. Umar r.a. mengamalkan agama sesuai dengan
kehendak Allah SWT. Karena kesungguhannya inilah maka banyak ayat di Al-Qur’an
yang diturunkan Allah SWT berdasarkan kehendak yang ada pada hatinya, seperti
mengenai pengharaman arak, ayat mengenai hijab, dan beberapa ayat Al-Qur’an lainnya.
Rasulullah SAW seringkali menceritakan kepada para sahabatnya mengenai perjalannya
mi’raj menghadap Allah SWT. Beliau SAW sering pula menceritakan bagaimana
keadaan surga yang dijanjikan Allah SWT kepada sahabat-sahabatnya.

Suatu hari ketika Rasulullah SAW dimi’rajkan menghadap Allah SWT malaikat Jibril AS
memperlihatkan kepada Beliau SAW taman-taman surga. Rasulullah SAW melihat ada
sekumpulan bidadari yang sedang bercengkrama. Ada seorang bidadari yang begitu
berbeda dari yang lainnya. Bidadari itu menyendiri dan tampak sangat pemalu.

Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril AS, “wahai Jibril AS bidadari siapakah itu”?.
Malaikat Jibril AS menjawab, “Bidadari itu adalah diperuntukkan bagi sahabatmu Umar
r.a.”.

Pernah suatu hari ia membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan keindahannya.
Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dari bidadari yang lainnya.
Bidadari yang diinginkannya itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas
matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat
yang sangat pemalu.

Karena sahabat-mu itu selalu memenuhi kehendak Allah SWT maka saat itu juga Allah
SWT menjadikan seorang bidadari untuknya sesuai dengan apa yang dikehendaki
hatinya”.

***

#
erva kurniawan 7:31 pm on 21 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Jibril , Kerbau, Kelelawar Dan Cacing

Taj CompoundSuatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibri AS untuk pergi
menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah
dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera
pergi menemui si Kerbau.

Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS
mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, “hai kerbau apakah kamu
senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau”. Si kerbau menjawab,
“Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan
aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia
mandi dengan kencingnya sendiri”.

Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.
Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur
bergantungan di dalam sebuah goa. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, “hai
kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor
kelelawar”. “Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah
menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing.
Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya”, jawab
si kelelawar.

Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang
sedang merayap di atas tanah.Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, “Wahai
cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing”. Si
cacing menjawab, ” Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang
telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai
seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal
sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya”.

***

#
erva kurniawan 7:24 pm on 20 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Kamar-Kamar Di Syurga

siluet masjid 7Rasulullah S.A.W pernah bersabda bahawa di dalam syurga itu terbahagi
dalam kamar-kamar. Dindingnya tembus pandang dengan hiasan di dalamnya yang
sangat menyenangkan. Di dalamnya pula terdapat pemandangan yang tidak pernah dilihat
di dunia dan terdapat satu hiburan yang tidak pernah dirasakan manusia di dunia.

“Untuk siapa kamar-kamar itu wahai Rasulullah S.A.W?” tanya para sahabat.

“Untuk orang yang mengucapkan dan menyemarakkan salam, untuk mereka yang
memberikan makan kepada yang memerlukan, dan untuk mereka yang membiasakan
puasa serta solat di waktu malam saat manusia lelap dalam mimpinya.”

“Siapa yang bertemu temannya lalu memberi salam, dengan begitu ia bererti telah
menyemarakkan salam. Mereka yang memberi makan kepada ahli dan keluarganya
sampai berkecukupan, dengan begitu bererti termasuk orang-orang yang membiasakan
selalu berpuasa. Mereka yang solat Isya’ dan Subuh secara berjemaah, dengan begitu
bererti termasuk orang yang solat malam di saat orang-orang sedang tidur lelap.” Begitu
Nabi menjelaskan sabdanya kepada sahabatnya.

***

anissa, dan ermilatengah berdiskusi Toggle Comments

*
ermila 6:46 pm on 21 Oktober 2009 Permalink

Kira2 kt dpt kmr yg mana ya


*
anissa 10:44 am on 22 Oktober 2009 Permalink

semoga Allah memberiku sebuah kamar..


aamiin..

#
erva kurniawan 4:40 pm on 13 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Iblis Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah SAW

muhammadKetika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat


Anshar, tiba – tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni
rumah, bolehkah aku masuk..? Sebab kalian akan membutuhkanku. “

Rasulullah bersabda:”Tahukah kalian siapa yang memanggil?”

Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”

Umar bin Khattab berkata: “izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya
kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah
diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan
dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat
satu matanya. di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya
terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad,… . salam untukmu para hadirin…”

Rasulullah SAW lalu menjawab: Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk
terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun
karena terpaksa.”

” Siapa yang memaksamu?”


Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:

“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan


diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan
jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja,
maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan.
jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. tidak ada sesuatu pun yang
paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”

Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia
yang paling kau benci?”

Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang
paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?”

“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”

“lalu siapa lagi?”

“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”

“Lalu siapa lagi?”

“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?”

“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”

“Apa tanda kesabarannya?”

“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3
hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”

” Selanjutnya apa?”

“Orang kaya yang bersyukur.”

“Apa tanda kesyukurannya?”


“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari
tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”

“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?”

“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?”

“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?”

“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku
melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau
berdzikir terhadap Allah SWT)

**

Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”

“aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”

“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1


derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?”

“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”

“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca al-Quran?”

“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”


“Jika ia bersedekah?”

“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu?”

“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. yaitu keberkahan dalam hartanya,
hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka
dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”

“Suara kuda perang di jalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”

“Taubat orang yang bertaubat.”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”

“Istighfar di waktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”

“Sedekah yang diam – diam.”

“Apa yang dapat menusuk matamu?”

“Shalat fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”

“Shalat berjamaah.”

“Apa yang paling mengganggumu?”

“Majelis para ulama.”

“Bagaimana cara makanmu?”

“Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”

“Di bawah kuku manusia.”


**

Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”

“Pemakan riba.”

“Siapa sahabatmu?”

“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”

“Pemabuk.”

“Siapa tamumu?”

“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”

“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”

“Bersumpah dengan cerai.”

“Siapa kekasihmu?”

“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”

“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”

**

Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas

Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan
umatku dan menyengsarakanmu.”

Iblis segera menimpali:

“Tidak,tidak, tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir.
Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam
aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan
memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua.
Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang
durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”

“Siapa orang yang ikhlas menurutmu ?”

“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan
perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar
dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang
ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan
sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”

**

Iblis Dibantu oleh 70.000 anak - anaknya

Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak
memiliki 70.000 syaithan.

Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu
anak – anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk
menggangu wanta – wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para
Zahid.

Aku punya anak ynag suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat
berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang
mendengarkan ceramah Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika
seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya
akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan
pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.

Syaithan juga berkata,”keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu


syaithan pun menghiasi kukunya.

mereka, anak – anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya,
dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas
dari keikhlasan mereka.

Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.
Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama
70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus
menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.

**

Cara Iblis Menggoda

Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?

Akulah mahluk pertama yang berdusta.

Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.

Tahukah kau Muhammad?

Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar – benar
menasihatinya.

Sumpah dusta adalah kegemaranku.

Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.

Kesaksian palsu kegembiraanku.

Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau
hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata –
kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga
hari kiamat. jadi semua anak – anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat,
CERAI.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak
berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia
manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu
dipukulkannya kemukanya.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya
‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh pada saat itu aku usap dengan tanganku dan
kucium keningnya serta aku katakan ‘shalatmu tidak sah’

Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan
dipukul.

Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas, ia pun shalat seperti ayam yang
mematuk beras.
Jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali,
hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.

Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi
wajah keledai.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat.
Jika ia tidak menutup mulutnya ketika menguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya,
dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.

Dan ia pun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan
shalat. aku katakan padaknya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang
yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah
berubah baru kau shalat.’

Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan
menemuinya dalam kemurkaan.

Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.

Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku
mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”

**

10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT

“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”

“10 macam”

“Apa saja?”

“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah
mengizinkan. Allah berfirman,

“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. Dan janjikanlah mereka, tidaklah
janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)

Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram
dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan
nama Allah.
Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan
dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak
yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.

Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk
tujuan yang halal.

Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.

Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.

Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.

Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.

Aku minta agar Allah memberikanku saudara , maka Ia jadikan orang yang
membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.

Allah berfirman, “Orang -orang boros adalah saudara – saudara syaithan. “ (QS Al-
Isra : 27).

Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara
mereka tidak bisa melihatku.

Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah
manusia.

Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.

Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.

Iblis berkata : “wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku
hanya bisa membisikan dan menggoda.”

Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!

Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul
yang menyampaikan amanah.

Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini.

Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.

Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan
orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan
ibunya.
Rasulullah SAW lalu membaca ayat :

“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS
Hud :118 - 119) juga membaca,

“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata:

“Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering.
Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin
penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan
pemimpin penduduk neraka aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku
sampaikan kepadamu dan aku tak berbohong.”

Sampaikan lah risalah ini kepada saudara2 kita agar mereka mengerti dengan benar,
apakah tugas2 dari Iblis/Syaithan tsb,sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat
mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan godaan Iblis/Syaithan. Mudah2an dengan
demikian kita dapat setidak2nya membuat hidup ini lebih nyaman dan membuat tempat
serta limgkungan kita lebih aman.

nazmi maulana, Wahyudi Wicaksono, dan Rental Plasma Murahtengah berdiskusi Toggle
Comments

*
Rental Plasma Murah 1:33 pm on 22 Oktober 2009 Permalink

ya,allah ampuni dosa hambamu ini tunjukan jalan yang engkau ridhoi
*
Wahyudi Wicaksono 3:26 pm on 3 Januari 2010 Permalink

Assalamualaikum, saya ingin bertanya, apakah kisah ini dari hadist yang shahih, dari
kitab apa? saya awam ingin bisa belajar. terima kasih.
*
nazmi maulana 8:01 am on 3 Januari 2011 Permalink

sdr wahyudi catatan ini berSumber dari Kitab Sajaratul Kaun oleh Muhyidin Ibnu
Arabi /Darul ‘Ilmi al – Munawar asy-Syamsiyah, Madinah.

#
erva kurniawan 6:45 pm on 11 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Kisah Dibalik Perintah Sholat Lima Waktu
sajadahAli bin Abi Talib r.a berkata :

Sewaktu Rasullullah SAW duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansyar, maka
dengan tiba – tiba datanglah satu rombongan orang-orang Yahudi, lalu berkata: Ya
Muhammad, kami hendak tanya kepada kamu kalimat – kalimat yang telah diberikan
oleh Allah kepada Nabi Musa AS, yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan
Allah atau malaikat muqarrabin Lalu Rasullullah SAW, bersabda : Silahkan bertanya.
Berkata orang Yahudi: Silahkan terangkan kepada kami tentang lima waktu yang
diwajibkan oleh Allah ke atas umatmu, Sabda Rasullullah SAW: Sholat Zuhur jika
tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada TuhanNya, Sholat Asar itu
ialah saat ketika Nabi Adam AS, memakan buah Khuldi, Sholat Maghrib itu adalah saat
Allah menerima taubat Nabi Adam A.S, maka setiap mukmin yang sholat Maghrib
dengan ikhlas kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan
mengkabulkan permintaannya, Sholat Isya itu ialah sholat yang dikerjakan oleh para
Rasul – Rasul sebelumku, Sholat Subuh adalah sebelum terbit matahari, ini karena
apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan disitu sujudnya tiap
orang kafir.

Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah SAW, maka mereka
berkata: Memang benar apa yang kamu katakan itu Muhammad, katakanlah kepada kami
apakah pahala yang akan di dapati oleh orang yang sholat.

Rasullullah SAW bersabda: Jagalah waktu-waktu sholat terutama sholat yang


pertengahan, Sholat Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam, orang mukmin yang
mengerjakan sholat pada ketika itu akan diharamkan keatasnya uap api neraka Jahanam
pada hari Kiamat.

Sabda Rasullullah SAW lagi: Manakala sholat Asar, adalah saat di mana Nabi Adam AS.
Memakan buah Khuldi, Orang mukmin yang mengerjakan sholat Asar akan diampunkan
dosanya seperti bayi yang baru lahir.

Setelah itu Rasullullah SAW membaca ayat yang bermaksud : Jagalah waktu – waktu
sholat terutama sekali sholat yang pertengahan, sholat Maghrib itu adalah saat di mana
taubat Nabi Adam A.S, diterima, Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan sholat
Maghrib kemudian meminta sesuatu dari Allah maka Allah akan perkenankan.

Sabda Rasullullah S.A.W.: Sholat Isya (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap
dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam
yang gelap untuk pergi menunaikan sholat Isya berjamaah , Allah S.W.T. haramkan dari
terkena nyalanya api neraka dan diberinya cahaya untuk menyeberangi titian sirath.

Sabda Rasullullah S.A.W. seterusnya: Sholat Subuh pula, seorang mukmin yang
mengerjakan sholat Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberi oleh Allah S.W.T. dua
kebebasan yaitu:
1. Dibebaskan dari api neraka.
2. Dibebaskan dari nifaq.

Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah S.A.W. maka mereka
berkata: Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (S.A.W). Kini
katakan pula kepada kami semua kenapakah Allah S.W.T. mewajibkan puasa 30 hari ke
atas umatmu?

Sabda Rasullullah S.A.W. : Ketika Nabi Adam memakan buah pohon yang dilarang, lalu
makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam A.S. selama 30 hari. Kemudian Allah
S.W.T. mewajibkan ke atas keturunan Adam A.S. berlapar selama 30 hari. Sementara
izin makan di waktu malam itu adalah sebagai kurnia Allah S.W.T. kepada makhlukNya.

Kata orang Yahudi: Wahai Muhammad, memang benarlah apa yang kamu katakan itu.
Kini terangkan kepada kami ganjaran pahala yang diperolehi dari puasa itu.

Sabda Rasullullah S.A.W.: Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan
dengan ikhlas kepada Allah S.W.T. dia akan diberi oleh Allah S.W.T. tujuh perkara:

1. Akan dicairkan daging haram yg tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh dengan
makanan yang haram) .
2. Rahmat Allah senantiasa dekat dengannya.
3. Diberi oleh Allah sebaik-baik amal.
4. Dijauhkan dari merasa lapar dan haus.
5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang sangat mengerikan).
6. Diberikan cahaya oleh Allah S.W.T. pada hari Kiamat untuk menyeberang titian
sirath.
7. Allah S.W.T. akan memberinya kemudian di syurga.

Kata orang Yahudi : Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada kami
kelebihanmu antara semua para nabi-nabi

Sabda Rasullullah S.A.W.: Seorang nabi mengunakan doa mustajabnya untuk


membinasakan umatnya, tetapi saya tetap menyimpankan doa saya (untuk saya gunakan
memberi syafaat pada umat saya di hari kiamat).

Kata orang Yahudi : Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad, kini kami mengakui
dengan ucapan Asyhadu Alla illaha illallah, wa asyhadu anna Muhammada Rasulullah
(kami percaya bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan engkau utusan Allah). Dan
sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta , jiwa dan buah2an. Dan berilah berita gembira kepada
orang2 yang sabar. (Al-Baqarah [2] : 155)

Disebutkan di dalam satu riwayat, bahawasanya apabila para makhluk dibangkitkan dari
kubur, mereka semuanya berdiri tegak di kubur masing masing selama 44 tahun UMUR
AKHIRAT dalam keadaan TIDAK MAKAN dan TIDAK MINUM, TIDAK DUDUK
dan TIDAK BERBICARA.

Bertanya orang kepada Rasulullah S.A.W. : Bagaimana kita dapat mengenali ORANG –
ORANG MUKMIN kelak di hari qiamat? Maka jawabnya Rasulullah S.A.W, Umat
dikenal karena WAJAH mereka putih disebabkan oleh WUDHU.

Bila qiamat datang maka malaikat datang ke kubur orang mukmin sambil membersihkan
debu di badan mereka KECUALI pada tempat sujud. Bekas SUJUD tidak dihilangkan.
Maka memanggillah dari zat yang memanggil.

Bukanlah debu itu dari debu kubur mereka, akan tetapi debu itu ialah debu KEIMANAN
mereka. Oleh itu tinggallah debu itu sehingga mereka melalui titian Siratul Mustaqim dan
memasuki alam syurga, sehingga setiap orang melihat para mukmin itu mengetahui
bahwa mereka adalah pelayan Ku dan hamba-hambaKu.

Disebutkan oleh hadith Rasulullah saw bahwa sepuluh orang yang mayatnya TIDAK
BUSUK dan TIDAK KRIPUT dan akan bangkit dalam tubuh asal diwaktu mati:

1. Para Nabi
2. Para Ahli Jihad
3. Para Alim Ulama
4. Para Syuhada
5. Para Penghafal Al Quran
6. Imam atau Pemimpin yang Adil
7. Tukang Azan
8. Wanita yang mati kelahiran/ beranak
9. Orang mati dibunuh atau dianiaya
10. Orang yang mati di siang hari atau di malam Jumat jika mereka itu dari kalangan
orang yang beriman.

Di dalam satu riwayat yang lain dari Jabir bin Abdullah r.a sabda Rasulullah S.A.W.:
Apabila datang hari qiamat dan orang orang yang berada di dalam kubur dibangkitkan
maka Allah SWT memberi wahyu kepada Malaikat Ridhwan :

Wahai Ridhwan, sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba Ku berpuasa (ahli


puasa) dari kubur mereka di dalam keadaan letih dan dahaga. Maka ambillah dan berikan
mereka segala makanan yang digoreng dan buah buahan syurga.

Maka Malaikat Ridhwan menyeru, wahai sekalian kawan-kawan dan semua anak-anak
yang belum baligh, lalu mereka semua datang dengan membawa dulang dari nur dan
berhimpun dekat Malaikat Ridhwan bersama dulang yang penuh dengan buahan dan
minuman yang lezat dari syurga dengan sangat banyak melebihi daun-daun kayu di bumi.

Jika Malaikat Ridhwan berjumpa mukmin maka dia memberi makanan itu kepada
mereka sambil mengucap sebagaimana yang difirman oleh Allah SWT di dalam Surah
Al-Haqqah bermaksud : Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan AMAL yang
telah kamu kerjakan pada HARI yang telah lalu itu.

Tolong sebarkan kisah ini kepada saudara Islam yang lain. Ilmu yang bermanfaat ialah
salah satu amal yang berkekalan bagi orang yang mengajarnya meskipun dia sudah mati.
Dan (ingatlah) Allah senantiasa mengetahui dengan mendalam akan apa jua yang kamu
lakukan, Surah Al-Baqarah [2] : 110 yang artinya “Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah
zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan
mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang
kamu kerjakan”.

***

Sumber : email teman, semoga bermanfaat bagi kita semua dan semoga kita dapat
memetik hikmah dibalik perintah shalat, serta mari kita yakinkan bahwa kitalah yang
butuh dan membutuhkan shalat lima waktu tersebut.

Surya, Sri Mulyati, Taufikdan 6 orang lain tengah berdiskusi. Toggle Comments

*
Idham 10:38 am on 12 Oktober 2009 Permalink

subhanallah,, begitu agungnya ibadah sholat, tp kebanyakan muslim saat ini tdk
mengetahui dan dengan mudah melalaikanya,,

Mas, catatanya Q copy boleh gak?


*
Novia 12:38 pm on 12 Oktober 2009 Permalink

mas aq copy ya..boleh ga?


terima kasih sebelumnya..
*
erva kurniawan 3:30 pm on 12 Oktober 2009 Permalink

Silahkan, semoga bermanfaat


Jazakumullah khairan katsiro
*
GAMAL M.TAIYEB 3:42 am on 11 Januari 2010 Permalink

Mohon ijin meng copy …. tulisannya semoga tersebar dan memberi manfaat yang
baik bagi yang membacanya Amin
*
Nadia 3:03 pm on 9 Februari 2010 Permalink

Minta dikit ya..


HehE…
*
Romli 6:32 am on 18 Februari 2010 Permalink

minta izin copy juga untuk Grup Facebook PERLUKAH SHOLAT LIMA WAKTU
di: http://www.facebook.com/group.php?v=wall&gid=296238904213
*
Taufik 12:10 pm on 26 Agustus 2010 Permalink

Syukron Kasiro y ats Copyan na…..


*
Sri Mulyati 10:13 pm on 8 Oktober 2010 Permalink

mas aq copy ya….


terima kasih sebelumnya..
*
Surya 1:03 pm on 23 Januari 2011 Permalink

Syukron,,,,,,,,,,,,,,,,
Af1,,,,ana CopaS

#
erva kurniawan 6:40 pm on 10 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Bersama Seorang Pemuda Penggali Kubur

siluet masjid 9“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang
sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan
kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah”. QS. Al-Hajj [22] ayat 5.

“Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu


(daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya”. QS. Nuh [71] ayat 18.

**
Diriwayatkan dari Ibnu Hubaiq: Riwayat dari ayahku yang berkata, Yusuf bin Asbath
pernah bertemankan seorang pemuda dari Teluk, yang tidak pernah berbincang-bincang
dengannya (Yusuf) selama sepuluh tahun.

Akan tetapi, Yusuf mengetahui kerisauan dan kecemasan hati pemuda itu dan juga
ketekunannya melakukan ibadat pada siang maupun malam hari. Kepada pemuda itu
Yusuf pernah berkata,

“Apa sebenarnya pekerjaanmu dahulu, sehingga aku lihat dirimu selalu tertunduk
menangis?”

“Dahulu aku adalah seorang penggali kubur,” jawabnya.

“Apa yang pernah kamu lihat saat berada di liang lahat?” tanya Yusuf meminta
penjelasan.

“Aku melihat rata-rata muka mereka dipalingkan dari arah kiblat, kecuali beberapa orang
saja,” kata pemuda itu.

“Kecuali beberapa orang saja?” tanya Yusuf dengan penuh hairan. *

Setelah berkata demikian, Yusuf pun gelisah dan fikirannya tidak tenteram. Oleh itu dia
memerlukan obat untuk menyembuhkan kegelisahannya.

Ibnu Hubaiq meneruskan ceritanya, “Ayahku berkata: Kami lalu memanggil doctor
Sulaiman untuk mengobati Yusuf. Setelah mendapatkan perawatan yang teratur, Yusuf
pun sehat kembali seperti sediakala dan dia pun berkata, “Kecuali hanya sedikit saja!”
Yusuf terus-menerus mengucapkan demikian, dan lantaran itu dia mendapatkan
perawatan terus agar fikirannya normal kembali.

Ketika doktor Sulaiman selesai mengobati dan hendak pulang, Yusuf berkata kepada
orang-orang yang menungguinya, “Apa yang mesti kalian berikan kepada doktor itu?”
“Dia tidak mengharapkan apa-apa darimu,” jawab kami semua.

“Subhanallah! Kalian telah berani mendatangkan doktor kerajaan, akan tetapi, aku tidak
memberikan sesuatu pun kepadanya,” kata Yusuf.

“Berikan kepadanya uang beberapa dinar!” kata kami kepada Yusuf.

Ambillah ini dan berikan kepadanya serta tolong beritahukan kepadanya bahwa aku tidak
memiliki sesuatu pun, kecuali sekadar ini, agar dia tidak berprasangka bahwa aku ini
mempunyai harga diri yang lebih rendah daripada para raja,” kata Yusuf.

Yusuf kemudian menyerahkan sebuah kantong berisi uang sebanyak lima belas dinar dan
diberikannya kepadaku. Selanjutnya kuserahkan uang tersebut kepada doctor Sulaiman
atas pertolongannya kepada Yusuf.
Sejak peristiwa itu Yusuf akhirnya tekun menganyam tikar dari daun kurma hingga akhir
hayatnya.

Dan diriwayatkan dari Hubaiq yang mengatakan: Yusuf bin Asbath pernah berkata, “Dari
ayahku, aku mendapatkan harta waris berupa tanah seharga lima ratus dinar yang terletak
di daerah Kufah.

Akan tetapi, pada akhirnya terjadilah perselisihan di antara saudara-saudaraku, kerana itu
aku meminta pendapat kepada Hasan bin Shaleh.

Hasan bin Shaleh lalu berkata kepadaku, “Aku tidak ingin kamu terlibat pertentangan
dengan mereka, hanya disebabkan masalah tanah yang akan kita masuki kelak.”

Demikianlah atas saranan Hasan bin Shaleh itu, maka kurelakan tanah itu kepada mereka
secara ikhlas kerana Allah SWT semata sebab aku menyedari bahawa diriku adalah
bahagian daripada tanah.

***

Sumber: Kisah-kisah teladan

#
erva kurniawan 8:04 pm on 8 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Menikah Karena Buah Apel

apelSeorang lelaki yang sholeh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran
kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-
buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit
terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berfikir panjang
dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lazat itu, akan tetapi baru setengahnya di
makan dia teringat bahawa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat izin
pemiliknya.

Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar
meninta dihalalkan buah yang telah dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang
lelaki. Maka langsung saja dia berkata, “Aku sudah makan setengah dari buah apel ini.
Aku berharap anda menghalalkannya” . Orang itu menjawab, “Aku bukan pemilik kebun
ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan menjaga dan mengurus kebunnya”.

Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, “Dimana rumah pemiliknya? Aku akan
menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah ku makan ini. “Pengurus kebun
itu memberitahukan, “Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh
perjalan sehari semalam”.
Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada
orang tua itu, “Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya
jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku kerana tanpa izin pemiliknya.
Bukankah Rasulullah s.a.w. sudah memperingatkan kita melalui sabdanya: “Siapa yang
tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka”

Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk
pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam
dengan sopan, seraya berkata,” Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan
setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Kerana itu mahukah tuan
menghalalkan apa yang sudah ku makan itu?”

Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata
tiba-tiba, “Tidak, aku tidak boleh menghalalkannya kecuali dengan satu syarat.” Tsabit
merasa khawatir dengan syarat itu kerana takut ia tidak dapat memenuhinya. Maka segera
ia bertanya, “Apa syarat itu tuan?” Orang itu menjawab, “Engkau harus mengawini
putriku !”

Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata,
“Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku
harus mengawini putrimu?”

Tetapi pemilik kebun itu tidak mempedulikan pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan,
katanya, “Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurang an
putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang
lumpuh!”

Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berfikir dalam hatinya,
apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai isteri gara-gara setengah buah
apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi,
“Selain syarat itu aku tidak boleh menghalalkan apa yang telah kau makan !”

Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, “Aku akan menerima pinangannya
dan perkahwinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul
‘alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya
kerana aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat
meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta’ala”.

Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang
akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkahwinan selesai, Tsabit
dipersilahkan masuk menemui isterinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin,
dia berfikir akan tetap mengucapkan salam walaupun isterinya tuli dan bisu, kerana
bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga.
Maka iapun mengucapkan salam,
“Assalamu”alaikum. ..”

Tak disangka sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi isterinya itu
menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu ,
dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut karena
wanita yang kini menjadi isterinya itu menyambut uluran tangannya.

Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. “Kata ayahnya dia wanita tuli dan
bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita
yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan
bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah
dan mengulurkan tangan dengan mesra pula”, Kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berfikir,
mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang
sebenarnya ?

Setelah Tsabit duduk di samping isterinya, dia bertanya, “Ayahmu mengatakan kepadaku
bahwa engkau buta. Mengapa?” Wanita itu kemudian berkata, “Ayahku benar, kerana
aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah”. Tsabit bertanya lagi,
“Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli, mengapa?” Wanita itu menjawab,
“Ayahku benar, kerana aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang
tidak membuat ridha Allah.

Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan?” Tanya wanita
itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan
mengiyakan pertanyaan isterinya. Selanjutnya wanita itu berkata, “aku dikatakan bisu
karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah
Ta’ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh kerana kakiku tidak pernah pergi ke tempat-
tempat yang boleh menimbulkan kemurkaan Allah Ta’ala”.

Tsabit amat bahagia mendapatkan isteri yang ternyata amat soleh dan wanita yang
memelihara dirinya. Dengan bangga ia berkata tentang isterinya, “Ketika kulihat
wajahnya… Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”.

Tsabit dan isterinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama
kemudian mereka dikurniakan seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke
seluruh penjuru dunia, Beliau adalah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit.

Dari pasangan Tsabit bin Zutho dengan akhwat tersebut terlahirlah seorang ulama
mujtahid besar; Imam Abu Hanifah, demikian pulalah sifat yang terwariskan pada
putranya; yakni dengan tarbiyah dan didikan islami, menjaga agar anak tidak
mengkonsumsi makanan yang belum jelas kehalalannya. Sekalipun itu pada perkara yang
sangat kecil. Hingga beliau (Imam Abu Hanifah bergelar Al Imam al Hambal yang
terkenal dengan kecerdasanya. Dan seorang ulama yang sangat besar ketaatanya pada
Allah (shalat tahajjud dari ba’da Isya sampai menjelang shalat shubuh dalam 2 rakaat
sampai khatam 30 juz). Ia juga sebagai pelopor ulama ahlu ro’yi dan alhi fiqih sekaligus
pendiri madzab Hanafi dan terkenal dengan kitabnya fiqul akbar.
Semua itu karena kesungguhan sang ayah (disamping yang lebih adalah rahmat Alloh)
dalam mendidik anak dengan membesarkannya dari makanan yang halal. Dalam
perspektif Islam: kehalalan makanan (wira’I dan menjaganya) sangat berpengaruh pada
perkembangan ruhiyyah. Kebersihan ruhiyyah selanjutnya kan berpengaruh pada
kecerdasan seseorang. Demikian hubungan antara az-zakaa’ (kebeningan hati) dengan al-
azkiya (kecerdasan).

***

Sumber: Kisah kisah Teladan

#
erva kurniawan 7:57 pm on 7 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Kisah Luqman Al-Hakim Dengan Perkataan Manusia

siluet masjid 13Dalam sebuah riwayat diceritakan, pada suatu hari Luqman Hakim telah
masuk ke dalam pasar dengan menaiki seekor himar, manakala anaknya mengikut dari
belakang.

Melihat tingkah laku Luqman itu, setengah orang pun berkata, ‘Lihat itu orang tua yang
tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki.”

Setelah mendengarkan desas-desus dari orang ramai maka Luqman pun turun dari
himarnya itu lalu diletakkan anaknya di atas himar itu.

Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula, “Lihat orang tuanya
berjalan kaki sedangkan anaknya enak enakan menaiki himar itu, sungguh kurang ajar
anak itu.”

Sebaik saja mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang himar itu
bersama-sama dengan anaknya.

Kemudian orang ramai pula berkata lagi, “Lihat itu dua orang menaiki seekor himar,
adalah sungguh menyiksa himar itu.”

Oleh karena tidak suka mendengar perkataan orang, maka Luqman dan anaknya turun
dari himar itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, “Dua orang berjalan kaki,
sedangkan himar itu tidak dikenderai.”

Dalam perjalanan mereka kedua beranak itu pulang ke rumah, Luqman Hakim telah
menasehati anaknya tentang sikap manusia dan telatah mereka, katanya, “Sesungguhnya
tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia.
Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah
S.W.T saja.

Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam setiap
mengambil tindakan.”

Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, “Wahai anakku, tuntutlah
rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir.

Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu
tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan
diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya), dan lebih celaka lagi
daripada tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan
meringan-ringankannya.”

***

Sumber: Kisah kisah teladan

jokolodhangtengah berdiskusi Toggle Comments

*
jokolodhang 8:55 am on 24 Maret 2011 Permalink

ketidak perdulian luqman di dasarkan pada ketaatannya pada Sang Kholiq, lha
kita….????

#
erva kurniawan 7:23 pm on 6 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Wong Fei Hung

wong_fei-hungSelama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu
dalam film Once Upon A Time in China . Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung
diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong , Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong
Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris
yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China.
Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai
seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga
muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk
menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk
menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal
Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan
tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki
sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong
Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi.
Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari
Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya
kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta
ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering
turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah
masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari
kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu,
Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh.
Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku,
ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan
pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang
merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini
dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang
memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi
yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian
mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan
Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar
ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak
seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos
dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir


mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita
mengenalnya sebagai Korea ). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan
pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan
pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya
sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri
terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan
beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat
taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan
Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan
bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan
mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat
berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di
Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang
anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-
Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri
ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia
bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli
beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat.
Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan
suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya
di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin
(tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan
berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap
kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan
nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu
pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga
segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya
menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin.

***

(Sumber: email teman)

chimotz alhady, sandi, dan bang zerotengah berdiskusi Toggle Comments

*
bang zero 3:20 pm on 25 Januari 2010 Permalink

ijin copas mas


*
sandi 10:09 am on 27 Maret 2010 Permalink

maaf mas apakah ini sumbernya benar-benar valid ? kalo boleh mohon di dhare..
*
chimotz alhady 10:53 pm on 2 Februari 2011 Permalink

subhanallah
#
erva kurniawan 7:06 pm on 5 October 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islami ( 261 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islami
( 247 ), kisah teladan ( 331 ), kumpulan kisah teladan ( 263 )
Delapan Dirham

muhammad 1Rasulullah pagi itu sibuk memperhatikan bajunya dengan cermat, baju satu-
satunya dan itupun ternyata sudah usang, baju yang setia menutup aurat beliau.
Meringankan tubuh beliau dari terik matahari dan dinginnya udara. Baju yang tidak
pernah beristirahat.

Tetapi beliau tak mempunyai uang sepeser pun. Dengan apa beliau harus membeli baju?
Padahal baju yang ada sudah waktunya diganti. Rasulullah sebenarnya dapat saja menjadi
kaya mendadak, bahkan terkaya di dunia ini. Tapi sayang, beliau tak mau
mempergunakan kemudahan itu. Jika beliau mau, Allah dalam sekejap bisa mengubah
gunung dan pasir menjadi butir-butir emas yang berharga. Beliau tak sudi berbuat
demikian karena kasihnya kepada para fakir yang papa. Siapakah yang akan menjadi
teladan jika bukan beliau.. ? Contoh untuk menahan derita, menahan lapar dan dahaga,
menahan segala coba dan uji Allah dengan kesabaran. Selalu mensyukuri nikmat Allah
berapa pun besarnya. Siapa lagi kalau bukan beliau yang menyertai umatnya dalam
menjalani iradat yang telah ditentukan Allah. Yaitu kehidupan dalam jurang kedukaan
dan kemiskinan. Siapa pula yang harus menghibur mereka agar selalu bersabar dan rela
dengan yang ada selain beliau ? Juga siapa pula yang harus menanamkan keyakinan akan
pahala Allah kelak di akhirat jika bukan beliau ?

Yah,… hanya beliaulah yang mampu menjalankan berbagai hal diatas. benar,… beliaulah
satu-satunya manusia yang mendapatkan amanat dari Allah untuk semua umat manusia.
Tugas yang lebih murni dan mulia daripada intan berlian serta butiran emas yang lain.
Lebih halus dari sutera serta lebih indah dari segala keindahan yang dikenal manusia di
dunia ini. lebih megah dari segala kedudukan dan derajad kehidupan manusia yang
katanya sudah megah.

“Semua itu hanyalah merupakan kesenangan dunia sedang di sisi Allah yang paling baik
dan sebaik-baik tempat kembali” Perjuangan itu tidak mudah. bahkan sangat berat bagi
beliau. Menegakkan yang hak hanya dapat dicapai dengan penuh keimanan dan kekuatan.
sabar dalam menghadapi setiap malapetaka yang menimpa, bersyukur yang dilakukan
dengan hati bersih. dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam duka maupun suka,
bersyukur dan keimanan harus selalu menyertai. Itulah pokok risalah yang dibawa
Rasulullah S.A.W .

Allah Maha Bijaksana, tidak akan membiarkan hamba-Nya terkasih kebingungan.


Rasulullah diberinya rezeki sebanyak delapan dirham. Bergegas beliau melangkah ke
pasar. Tentunya kita maklum. uang sekian itu dapat dibelikan apa. Apakah cukup untuk
membeli makan, minum, serta pakaian penutup badan ? Oleh sebab itu, bergembiralah
hai para fakir dan miskin! Nabi kita, Muhammad S.A.W telah memberikan contoh begitu
jelas. Nabi yang kita cintai, hamba kesayangan Allah pergi ke pasar dengan uang sedikit
seperti yang kita miliki. Tetapi nabi kita ini, hamba Allah yang di bumi bernama Ahmad,
sedang dari langit bernama Muhammad dengan ridha pergi ke pasar berbekal uang
delapan dirham untuk berbelanja. Manusia penuh nur dan inayah Allah yang dilahirkan di
makkah. meskipun beliau miskin, beliau senang sekali hidup. beliau belum ingin mati
meski kemiskinan menjerat setiap hari.

Di tengah perjalanan menuju pasar, beliau menemukan seorang wanita yang menangis.
Ternyata wanita yang kehilangan uang. Segera beliau memberikan uangnya sebanyak dua
dirham. Beliau berhenti sejenak untuk menenangkan wanita itu. Rasulullah bergegas
menuju ke pasar yang semakin ramai. Sepanjang lorong pasar banyak sekali masyarakat
yang menegur beliau dengan hormat. Selalu menjawab dan memberikan salam yang
mengingatkan akan kebesaran Allah semata. Beliau langsung menuju tempat di mana ada
barang yang diperlukannya. Dibelinya sepasang baju dengan harga empat dirham. Beliau
segera pulang.

Di perjalanan beliau bertemu dengan seorang tua yang telanjang. Orang tersebut dengan
iba memohon sepotong baju untuk dipakainya. Rasulullah yang memang pengasih itu
tidak tahan melihat. Langsung diberikannya baju yang baru dibeli. Beliau kembali ke
pasar utnuk membeli baju lagi seharga dua dirham. Tentu saja lebih kasar dan jelek
kualitasnya daripada yang empat dirham. dengan gembira beliau pulang membawa
bajunya.

Langkahnya dipercepat karena sengatan matahari yang semakin terik. Juga angin malam
yang telah mulai berhembus pelan-pelan. Beliau tidak ingin kemalaman di jalan. Tak
lama beliau melangkah ke luar pasar, ditemuinya lagi wanita yang menangis tadi. Wanita
itu kelihatan bingung dan sangat gelisah. Rasulullah S.A.W mendekat dan bertanya
mengapa. Wanita itu ternyata ketakutan untuk pulang. Dia telah terlambat dari batas
waktu, dan takut dimarahi majikannya jika pulang nanti. Rasulullah S.A.W langsung
menyatakan akan mengantarkannya.

Wanita itu berjalan yang diikuti Rasulullah S.A.W dari belakang. Hatinya tenang karena
Rasulullah S.A.W pasti akan melindungi dirinya. Dia yakin majikannya akan
memaafkan, karena kepulangan yang diantarkan oleh manusia paling mulia di dunia ini.
Bahkan mungkin akan berterima kasih karena pulang membawa kebaikan bersama
dengan kedatangan nabi dan rasul mereka. Mereka terus berjalan hingga sampai ke
perkampungan kaum Anshari. Kebetulan saat itu yang ada hanyalah para isteri mereka.

“Assalamu’alaikum warahmatullah” , sapa Rasulullah S.A.W keras. Mereka semuanya


diam tak menjawab. Padahal mereka mendengar. Hati mereka diliputi kebahagiaan
karena kedatangan Nabi. Mereka menganggap salam Rasulullah S.A.W sebagai berkah
dan seperti lebaran saja. Mereka masih ingin mendengarnya lagi. Ketika tak terdengar
jawaban, Rasulullah S.A.W memberi salam lagi. Tetap tak terdengar jawaban. Rasulullah
S.A.W mengulang untuk yang ketiga kali dengan suara lantang, Assalamu’alaikum
warahmatullah. Serentak mereka menjawab.
Rasulullah sangat heran dengan semua itu. Beliau menanyakan pada mereka apa
sebabnya. Mereka mengatakan, ” Tidak ya Rasulullah. Kami sudah mendengar sejak tadi.
Kami memang sengaja, kami ingin mendapatkan salam lebih banyak”. Rasulullah
melanjutkan, “Pembantumu ini terlambat pulang dan tidak berani pulang sendirian.
Sekiranya dia harus menerima hukuman, akulah yang akan menerimanya”. Ucapan ini
sangat mengejutkan mereka. Kasih sayang Nabi begitu murni, budi pekerti yang utama,
yang indah tampak dihadapan mereka.

Beliau menempuh perjalanan begitu panjang dan jauh hanya untuk mengantarkan seorang
budak yang takut dimarahi majikannya. Lagipula hanya karena terlambat pulang. Bahkan
memohonkan maaf baginya pula. Sehingga karena harunya, mereka berkata, “Kami
memaafkan dan bahkan membebaskannya. Kedatangannya kemari bersama anda karena
untuk mengharap ridha Allah semata”. Budak itu tak terhingga rasa terima kasihnya.
Bersyukur atas karunia Allah swt dan kebebasannya karena dari Rasulullah S.A.W .

Rasulullah S.A.W pulang dengan hati gembira. Telah bebas satu perbudakan dengan
mengharap ridha Allah swt sepenuhnya. Beliau juga tak lupa mendoakan para wanita itu
agar mendapatkan berkah dari Allah swt. Semoga semua harta dan turunan serta semoga
selalu tetap dalam keadaan iman dan islam. Beliau sibuk memikirkan peristiwa sehari
tadi. Hari yang penuh berkah dan karunia Allah swt semata.

Akhirnya beliau berujar dengan, “Belum pernah kutemui berkah angka delapan
sebagaimana hari ini. Delapan dirham yang mampu mengamankan seseorang dari
ketakutan, dua orang yang membutuhkan serta memerdekakan seorang budak”. Bagi
seseorang muslim yang memberikan pakaian pada saudara sesama muslim, Allah akan
memelihara selama pakaian itu masih melekat.

***

Sumber: CD Keislaman

#
erva kurniawan 8:03 pm on 4 September 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islam ( 62 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islam ( 78 ),
kisah teladan ( 331 )
Kisah Teladan: Abdullah bin Ummi Maktum Radiallahuanhu

Taj CompoundAssalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Auzubillahiminasy syaithonirrojiim

Masih ingat dengan seorang sahabat Nabi yang tak dapat melihat? Yang karenanya Allah
lalu menegur Nabi dan menurunkan surat “A’basa”?

1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,


2. karena telah datang seorang buta kepadanya.
3. tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4. atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat
kepadanya?
5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
6. Maka kamu melayaninya.
7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman).
8. dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan
pengajaran),
9. sedang ia takut kepada (Allah),
10. Maka kamu mengabaikannya.
11. sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu
peringatan,

QS. Abasa (80) ayat 1 – 11

**

Ia adalah Abdullah bin Ummi Maktum Radiallahuanhu. Seorang sosok sahabat yang
senantiasa tawadlhu dalam menunaikan kewajibannya sebagai hamba Allah.

Suatu ketika sahabat Nabi ini menghampiri baginda Rasulullah Saw, ia hendak meminta
izin, untuk tidak mengikuti jama’ah shubuh, karena tak ada yang menuntunnya menuju
masjid. Setelah mendengar alasannya, baginda Rasulpun bertanya: “Apakah engkau
mendengar adzan?”, Abdullah lantas menjawab: “Tentu baginda”, “Kalau begitu tidak
ada keringanan untukmu”, tandas Rasul.

Layaknya hamba Allah yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan perintahNya.


Abdullahpun sam’an a tho’atan atas apa yang diperintahkan Rasulullah Saw. Dengan
mantap ia berazam untuk mendirikan jama’ah shubuh di masjid,sekalipun dirinya harus
meraba-raba dengan tongkat untuk menuju sumber azan.

Keesokan harinya, tatkala fajar menjelang dan azan mulai berkumandang, Abdullah bin
Ummi Maktumpun bergegas memenuhi panggilan Illahi. Tak lama ketika ia
mengayunkan kakinya beberapa langkah, tiba-tiba ia tersandung sebuah batu, badannya
lalu tersungkur jatuh, dan sebagian ongkahan batu itu tepat mengenai wajahnya, dengan
seketika darahpun mengalir dari mukanya yang mulia.

Dengan cepat Abdullah kembali bangkit, sembari mengusap darah yang membasahi
wajahnya, iapun dengan mantap akan kembali melanjutkan perjalanan menuju masjid.

Selang beberapa saat, datang seorang sosok lelaki tak dikenal menghampirinya,
kemudian lelaki itu bertanya: “A’mmu (paman) hendak pergi kemana?”. “Saya ingin
memenuhi panggilan Ilahi” jawab Abdullah tenang. Lalu laki-laki asing itu menawarkan
jasanya,
“Saya akan antarkan a’mmu ke masjid, lalu nanti kembali pulang ke rumah”. Lelaki
itupun segera menuntun Abdullah menuju rumah Allah, dan kemudian mengantarkannya
kembali pulang.

Hal ini ternyata tidak hanya sekali dilakukan lelaki asing itu, tiap hari ia selalu menuntun
Abdullah ke masjid dan kemudian mengantarkannya kembali ke rumah. Tentu saja
Abdullah bin Ummi Maktum sangat gembira, karena ada orang yang dengan baik hati
mengantarnya salat berjama’ah, bahkan tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Hingga tibalah suatu saat, ia ingin tahu siapa nama lelaki yang selalu mengantarnya. Ia
lalu menanyakan nama lelaki budiman itu. Namun spontan lelaki asing itu menjawab:
“Apa yang paman inginkan dari namaku?”, “Saya ingin berdo’a kepada Allah, atas
kebajikan yang selama ini engkau lakukan”, jawab Abdullah. “Tidak usah” tegas lelaki
itu. “Paman tidak perlu berdoa untuk meringankan penderitaanku, dan jangan sekali-kali
paman menanyai namaku” tegasnya. Abdullah terhentak dan terkejut atas jawaban lelaki
itu, Iapun kemudian bersumpah atas nama Allah, meminta lelaki itu untuk tidak
menemuinya lagi, sampai ia tahu betul siapa dan mengapa ia terus memandunya menuju
masjid dan tidak mengharapkan balasan apapun.

Mendengar sumpah Abdullah, laki-laki itu kemudian berpikir panjang, ia kemudian


berkata: “Baiklah akan aku katakan siapa diriku sebenarnya. “Aku adalah Iblis”
jawabnya. Abdullah tersentak tak percaya, “Bagaimana mungkin engkau menuntunku ke
masjid, sedangkan dirimu menghalangi manusia untuk mengerjakan salat?” Iblis itu
kemudian menjawab: “Engkau masih ingat ketika dulu hendak melaksanak salat shubuh
berjama’ah, dirimu tersandung batu, lalu bongkahannya melukai wajahmu?”.

“Iya, aku ingat” jawab Abdullah. “Pada saat itu aku mendengar ucapan Malaikat,
bahwasannya Allah telah mengampuni setengah dari dosamu, aku takut kalau engkau
tersandung untuk kedua kali, lalu Allah menghapuskan setengah dosamu yang lain” jelas
Iblis. “Oleh karena itu aku selalu menuntunmu ke Masjid dan mengantarkanmu pulang,
khawatir jika engkau kembali ceroboh lagi ketika berangkat ke Masjid”

Astaghfirullah, ternyata Iblis tak pernah rela sedikitpun melihat hamba Allah menjadi ahli
ibadah. Terbukti semua cara ia tempuh, hingga ia tak segan untuk menggunakan topeng
kebaikan, khawatir kalau mangsanya akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

**

Dari sepenggal kisah sahabat diatas, tentu kita dapat mengambil pelajaran dan memahami
satu dari karakter Iblis, lalu bagaimana dengan kita? masihkah berdiam diri, menunggu
menjadi korban makhluk laknat itu, atau kita mencoba melawan dengan memperbaiki diri
dan terus mendekatkan diri pada Ilahi?

***
tri, Apa hanya Aki-Aki yang Membutuhkan Surga? « oncle.arifin, Muktidan 2 orang lain
tengah berdiskusi. Toggle Comments

*
mnrizki 12:19 am on 9 Februari 2010 Permalink

Pada admin minta ijin copas artikelnya, terima kasih.


Kunjungi : http://majlisdzikrullahpekojan.org
*
ma'arif 8:55 pm on 19 Maret 2010 Permalink

Pelajaran yang lebih berharga mnurut sy bukanya memahami karakter iblis itu tapi, ”
sudah tak ada lagi buat kita untuk tidak sholat berjama’ah di masjid.”
dg semua keutamaanya dan perjuangan para sahabat dalam menjaga keistiqomah’an
sholat berjama’ahnya..

oh ya ijin copas juga…


smoga lebih bermanfaaat buat yang lain dr artikel antum
*
Mukti 8:08 am on 25 Agustus 2010 Permalink

Subhanallah…
*
tri 7:06 pm on 1 Februari 2011 Permalink

izin copas. Syukron

#
erva kurniawan 12:58 pm on 1 September 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islam ( 62 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islam ( 78 ),
kisah teladan ( 331 )
Andai Pemimpin Kami Said

siluet masjid 9Suatu ketika delegasi pemerintah daerah Himsh datang menghadap
Khalifah Umar. Himsh adalah sebuah wilayah di Syam yang masuk dalam pengawasan
kekhalifahan (pemerintahan) Khalifah Umar bin Khaththab. Gubernur Himsh bernama
Said bin Amir al-Jumhi. Khalifah Umar yang terkenal karena kepeduliannya kepada
fakir-miskin meminta delegasi untuk menyerahkan daftar fakir-miskin di Himsh.
“Berikan daftarnya agar aku bisa memenuhi kebutuhan mereka,” pinta Khalifah Umar.

Mereka kemudian menyerahkan satu buah buku yang berisi nama-nama penduduk Himsh
yang tergolong fakir-miskin. Menariknya, diantara daftar itu terselip nama gubenrur
mereka sendiri; Said bin Amir al-Jumhi.
Demi melihat nama Said, seperti tak yakin Umar bertanya “Ini Said bin Amir siapa?”
Mereka menjawab “Gubernur kami”. Umar bertanya heran, “Gubernur kalian miskin?!”
Mereka menjawab. “Ya, Demi Allah, dapurnya sering tidak berasap dalam waktu yang
lama.”

Mendengar itu Umar menangis tersedu sampai air matanya membasahi janggutnya.
Sambil terisak Umar mengambil seribu dinar (bila dikonvesikan dengan rupiah, kira-kira
saat ini senilai Rp 600 juta), lalu dimasukkannya ke dalam satu kantong. Umar berkata
“Berikan salamku kepada pemimpin kalian dan katakan, ‘Khalifah Umar mengirimkan
uang ini kepadamu agar kau bisa mempergunakannya untuk memenuhi kebutuhanmu’”.
Air mata Umar masih saja mengalir.

Delegasi pun kembali ke Himsh. Mereka lalu menghadap kepada Said dan memberikan
titipan dari Khalifah Umar lengkap dengan pesannya. Said melihat isinya, dan ia
tersentak. Dijauhkannya kantong itu dari hadapannya, seraya berkata “Innalillah wa inna
ilaihi rajiun!”. Lalu Said bertanya pada istrinya, “Wahai istriku apakah engkau mau
membantuku?” Istrinya menjawab, “tentu wahai suamiku”. Berdua, mereka pun
membagikan dinar pemberian Khalifah Umar itu kepada rakyatnya sendiri.

Selang beberapa waktu kemudian, Umar dating untuk melihat kondisi masyarakat di
daerah Syam. Tak lupa Umar singgah di Himsh untuk menengok sang gubernur. Melihat
kondisi Said, Umar pun memberi bantuan seribu dinar lagi untuk Said. Pemberian
Khalifah Umar diadukan kembali oleh Said kepada istri tercintanya.

Seperti sebelumnya Said mengajak istrinya untuk memberikan uang itu kepada orang
lain, “dinar ini akan kita berikan kepada orang yang datang kepada kita, jadikan dinar ini
sebagai pinjaman yang baik bagi Allah.” Dinar itu diberikannya kepada siapapun yang
datang kepadanya dalam kantong-kantong dinar. Said juga memerintahkan keluarganya
untuk membagikan semua dinar itu kepada para janda, yatim, dan fakir miskin di daerah
Himsh.

**

Dari kisah di atas terbukti, sebagai gubernur, Said lebih mengutamakan kesejahteraan
rakyatnya dibandingkan dirinya sendiri. Gubernur Said rela, bantuan dari Khalifah Umar
untuk dirinya, ia berikan semua kepada rakyatnya. Said pun ikhlas lebih menderita dari
rakyatnya. Dia tak ingin bergelimang harta dan kemewahan dan rela berada di barisan
terdepan dalam menanggung derita. Subhanalloh. .

***

Oleh : Jamil Azzaini

mr.pandutengah berdiskusi Toggle Comments


*
mr.pandu 8:44 am on 10 April 2010 Permalink

thanks
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………..

#
erva kurniawan 9:15 am on 31 August 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islam ( 62 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islam ( 78 ),
kisah teladan ( 331 )
Khalifah Umar Dan Gadis Jujur

Siluet masjid 10Bissmillahirrohmaan irrohiim

Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam sendirian. Sepanjang malam
ia memeriksa keadaan rakyatnya langsung dari dekat. Ketika melewati sebuah gubuk,
Khalifah Umar merasa curiga melihat lampu yang masih menyala.

Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik.

Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang
mereka bicarakan. Dari balik bilik Kalifah umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu
dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu.

“Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini,” kata anak perempuan itu.

“Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit.”

“Benar anakku,” kata ibunya.

“Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk.
Kita bisa memerah susu sangat banyak,” harap anaknya.

“Hmmm….., sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari
ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kelaparan,” kata ibunya.

Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah
terisi susu.

“Nak,” bisik ibunya seraya mendekat. “Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya
penghasilan kita cepat bertambah.”

Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah, wajah itu begitu
lelah dan letih menghadapi tekanan hidup yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu
besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya.
“Tidak, bu!” katanya cepat.

“Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air.” Ia teringat
sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.

“Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan
berubah kalau tidak melakukan sesuatu,” gerutu ibunya kesal.

“Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang
pada pembeli?”

“Tapi, tidak akan ada yang tahu kita mencampur susu dengan air! Tengah malam begini
tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita,” kata
ibunya tetap memaksa.

“Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!”

“Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu
dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi
apa pun kita menyembunyikannya, “tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas panjang.

Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun,
jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya.

“Aku tidak mau melakukan ketidak jujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin
Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat,”kata anak itu.

Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya


menyelesaikan pekerjaannya hingga beres.

Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu.

” Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!” gumam khalifah Umar. Khalifah Umar


beranjak meniggalkan gubuk itu.Kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya.

Keesokan paginya, khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Diceritakannya
tentang gadis jujur penjual susu itu.

” Anakku, menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya, ” kata khalifah
Umar. ” Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan
takut pada manusia. Tapi takut pada Allah yang Maha Melihat.”

Ashim bin Umar menyetujuinya.


Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu. Betapa terkejut ibu dan anak
perempuan itu dengan kedatangan putra khalifah. Mereka mengkhawatirkan akan di
tangkap karena suatu kesalahan.

” Tuan, saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu.
Tuan jangan tangkap kami….,” sahut ibu tua ketakutan.

Putra khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak


menyunting anak gadisnya.

“Bagaimana mungkin?

Tuan adalah seorang putra khalifah , tidak selayaknya menikahi gadis miskin seperti
anakku?” tanya seorang ibu dengan perasaan ragu.

” Khalifah adalah orang yang tidak ,membedakan manusia. Sebab, hanya ketawakalanlah
yang meninggikan derajad seseorang disisi Allah,” kata Ashim sambil tersenyum.

” Ya. Aku lihat anakmu sangat jujur,” kata Khalifah Umar.

Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya.

Bagaimana khalifah tahu? Bukankah selama ini ia belum pernah mengenal mereka.

” Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu aku mendengar
pembicaraan kalian…,” jelas khalifah Umar.

Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana. Menilai seseorang bukan
dari kekayaan tapi dari kejujurannya.

Sesudah Ashim menikah dengan gadis itu, kehidupan mereka sangat bahagia. Keduanya
membahagiakan orangtuanya dengan penuh kasih sayang. Bebrapa tahun kemudian
mereka dikaruniai anak dan cucu yang kelak akan menjadi orang besar dan memimpin
bangsa Arab.

***

Sumber Kisah kisah Teladan

#
erva kurniawan 8:49 am on 30 August 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islam ( 62 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islam ( 78 ),
kisah teladan ( 331 )
Cahaya Yang Tak Pernah Padam

mosque_siluet_by_ad1gital13Bissmillahirrohmaan irrohiim
Pada saat Nabi Muhammad SAW berdakwah, beliau selalu mendapat perlakuan tidak
baik dari Abu Lahab dan kawan-kawan. Ejekan, hinaan, dan penganiayaan diterima Nabi
SAW dan pengikutnya. Namun, sedikit pun tidak melemahkan iman mereka. Tidak pula
menyurutkan tekad dan semangat Nabi SAW dalam menjalankan dakwahnya.

Abu lahab bersama kawan-kawannya, Abu Jahal, dan Abu sufyan semakin geram melihat
pengikut Nabi SAW bertambah banyak. Memang, mereka selalu hadir jika Nabi SAW
sedang berdakwah, tetapi dikepala mereka tersimpan beribu rencana jahat untuk
mengacaukannya.

“Wahai Muhammad !” teriak Abu Lahab ketika Nabi SAW sedang berdakwah. “Kamu
mengaku sebagai Nabi, tetapi kami tak pernah melihat buktinya ! Bagaimana kami
percaya…? “ejek Abu Lahab.

“Sekarang, perlihatkan mukjizatmu !” seru Abu Jaha l pula.

“Ya ! Sebagaimana mukjizat nabi Isa. Coba hidupkan orang yang sudah mati !” kata Abu
Sufyan.

“Bisakah kamu mengubah bukit safa dan marwah menjadi bukit emas? !” kata yang
lainnya mengolok-olok Nabi.

Muhammad SAW tidak menanggapi ulah orang-orang jahil itu. Begitu pula pengikutnya,
tidak terpengaruh sedikitpun. Allah yang Maha Kuasa menurunkan Wahyu-Nya kepada
Nabi SAW, untuk menyanggah perkataan orang-orang kafir itu.

Lalu Nabi SAW, menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada kaum yang sesat itu.

“Hai, kaum Quraisy ! Sesungguhnya Allah telah berfirman, Katakanlah bahwa aku tidak
kuasa memberi kemanfaatan dan kemudaratan bagi diriku, melainkan apa yang
dikehendaki Allah.

Jika aku tahu barang yang ghaib, tentu aku perbanyak berbuat amal kebajikan, dan tentu
aku tidak akan mendapat kesusahan. Tidaklah aku, melainkan Basyir dan Nazir,
menyampaikan janji bahagia dan berita pernyataan sengsara.”

“Sudahlah, Muhammad! Jika kamu mau menghentikan pekerjaanmu, kami akan


mengangkatmu menjadi raja. Atau kami memberimu harta, kekayaan, dan kemewahan…
‘” kata Abu Jahal.

Abu jahal dan kawan-kawannya tetap mendustakan Nabi. Mereka hanya ingin
mempengaruhi pengikutnya agar kembali menyembah berhala.
“Kenapa kalian menuntutku untuk memperlihatkan mukjizat ? Sedangkan wahyu yang
kusampaikan ini lebih dari segala macam mukjizat. Cahaya yang tak pernah padam,”
Kata Nabi SAW.

Pengikut Nabi SAW semakin teguh imannya mendengar wahyu yang disampaikan
beliau. Keadaan itu membuat kaum kafir kian marah dan menentang usaha-usaha
Muhammad. Mereka amat membencinya. Mereka beranggapan ia sudah menghina tuhan-
tuhan mereka. Maka suatu hari, orang-orang kafir itu datang kepada Abu Thalib, paman
Nabi SAW sendiri. Mereka mengadukan semua perbuatan Nabi Muhammad SAW.

Abu Thalib, seorang pelindung dan pembela Nabi SAW, meskipun waktu itu tidak masuk
Islam. Dengan penuh bijaksana ia menengahinya, akan tetapi kali ini orang kafir tidak
merasa puas dengan Abu Thalib.

“Hai Abu Thalib, selama ini kamu selalu membela Muhammad dan melindunginya dari
kami. Coba suruh Muhammad menghentikan perbuatannya itu! Kalau tidak’ maka kami
akan bertindak sendiri!” Abu Sufyan mengancam dengan keras.

“Kami akan bunuh Muhammad! Jika ia masih terus menghina berhala kami,” sahutnya
lagi tidak main-main.

Abu Thalib tertegun, ia amat bingung harus berbuat apa. Muhammad adalah
keponakannya yang sangat ia cintai dan sayangi. Sedangkan ia sendiri masih menyembah
berhala seperti kaum kafir. Ia tak ada niat untuk meninggalkan agamanya. Tetapi, kalau
sampai menyerahkan Nabi SAW ke tangan orang-orang itu, Abu Thalib tidak bisa.

Ah !…..hati orang tua itu terasa gundah, karena rasa sayang yang begitu besar pada Nabi
Muhammad SAW, Abu Thalib segera memanggil Nabi SAW. Diceritakannya semua
ancaman orang kafir itu dengan hati yang cemas.

“Anakku, dengarkanlah, ” kata Abu Thalib. Nabi Muhammad SAW menatap pamannya
dengan perasaan berdebar-debar. Nabi menunggu apa yang akan dikatakan Abu Thalib.

“Aku harap kamu bisa menjaga dirimu dan diriku. Jangan membebani aku dengan
sesuatu yang tak sanggup aku pikul,” kata Abu Thalib.

Sungguh , Nabi SAW sedih mendengarnya. Satu-satunya orang yang selalu membelanya,
kini seakan tidak mau lagi membela. Tetapi, Nabi SAW tidak mau kaumnya terus
menerus berada dalam kegelapan dan kesesatan. Beliau sudah diberi petunjuk dengan
cahaya kebenaran.

Dengan semangat yang menyala, Nabi memandang pamannya. “Wahai, Pamanku!” kata
Nabi SAW. “Meskipun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan
ditangan kiriku, agar aku meninggalkan seruanku. Sungguh, sampai mati pun tidak akan
kutinggalkan !”
Tanpa menoleh lagi, Rasulullah meninggalkan Abu Thalib. Alangkah bergetar seluruh
tubuh Abu Thalib mendengar ucapan itu. Ia tertegun beberapa saat. Lalu segera
memanggil Nabi lagi.

“Anakku ! Pergilah dengan tenang. Katakanlah apa yang ingin kamu katakan pada
kaummu. Sungguh, aku tidak akan menyerahkan dirimu pada orang-orang kafir,” kata
Abu Thalib penuh haru.

Abu Thalib pun memerintahkan keluarganya, bani Muthalib dan Bani Hasyim untuk
melindungi Nabi SAW dari penganiayaan kaum Quraisy.

Nabi Muhammad SAW meneruskan perjuangannya, walaupun orang-orang kafir


menghalanginya dengan tindakan-tindakan yang kejam.

Begitu besar makna dan pengaruh ucapan Nabi di depan pamannya, seakan menggema di
dalam dada kaum muslimin. Mereka rela berkorban jiwa sekalipun, asalkan tetap
menyiarkan agama Allah.

Kesungguhan Nabi SAW menjalankan dakwah telah membuat musuhnya kalang kabut.
Tetapi, menjadi batu magnet yang menarik setiap pengikutnya untuk tetap setia pada
ajaran-Nya.

***

Kisah kisah teladan

#
erva kurniawan 7:54 am on 29 August 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islam ( 62 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islam ( 78 ),
kisah teladan ( 331 )
Kejujuran Sang Imam

Siluet masjid 12Bissmillahirrohmaan irrohiim

Selepas sholat subuh, Imam Hanafi bersiap membuka tokonya, di pusat kota kufah.
Diperiksanya dengan cermat pakaian dan kain yang akan dijual. Sewaktu menemukan
pakaian yang cacat, ia segera menyisihkannya dan meletakkannya di tempat yang
terbuka. Supaya kalau ada yang akan membeli, ia dapat memperlihatkannya.

Ketika hari mulai siang, banyak pengunjung yang datang ke tokonya untuk membeli
barang dagangannya. Tapi, ada juga yang hanya memilih-milih saja.

“Mari silakan, dilihat dulu barangnya. Mungkin ada yang disukai,”tawar Imam Hanafi
tersenyum ramah.

Seorang pengunjung tertarik pada pakaian yang tergantung di pojok kiri.


“Bolehkah aku melihat pakaian itu?” tanya perempuan itu. Imam Hanafi segera
mengambilkannya.

“Berapa harganya?”tanyanya sambil memandangi pakaian itu. Pakaian ini memang


bagus. Tapi, ada sedikit cacat di bagian lengannya.”Imam Hanafi memperlihatkan cacat
yang hampir tak tampak pada pakaian itu.

“Sayang sekali.”perempuan itu tampak kecewa.

“Kenapa Tuan menjual pakaian yang ada cacatnya?”

“Kain ini sangat bagus dan sedang digemari. Walaupun demikian karena ada cacat sedikit
harus saya perlihatkan. Untuk itu saya menjualnya separuh harga saja.”

“Aku tak jadi membelinya. Akan kucari yang lain,”katanya.

“Tidak apa-apa, terima kasih,”sahut Imam Hanafi tetap tersenyum dalam hati, perempuan
itu memuji kejujuran pedagang itu. Tidak banyak pedagang sejujur dia. Mereka sering
menyembunyikan kecacatan barang dagangannya.

Sementara itu ada seorang perempuan tua, sejak tadi memperhatikan sebuah baju di rak.
Berulang-ulang dipegangnya baju itu. Lalu diletakkan kembali. Imam Hanafi lalu
menghampirinya.

“Silakan, baju itu bahannya halus sekali. Harganya pun tak begitu mahal.”

“Memang, saya pun sangat menyukainya. ” Orang itu meletakkan baju di rak. Wajahnya
kelihatan sedih. “Tapi saya tidak mampu membelinya. Saya ini orang miskin,”katanya
lagi.

Imam Hanafi merasa iba. Orang itu begitu menyukai baju ini, saya akan
menghadiahkannya untuk ibu,”kata Imam Hanafi.

“Benarkah? Apa tuan tidak akan rugi?”

“Alhamdulillah, Allah sudah memberi saya rezeki yang lebih.”Lalu, Imam Hanafi
membungkus baju itu dan memberikannya pada orang tersebut.

“Terima kasih, Anda sungguh dermawan. Semoga Allah memberkahi.” Tak henti-
hentinya orang miskin itu berterima kasih.

Menjelang tengah hari, Imam Hanafi bersiap akan mengajar. Selain berdagang, ia
mempunyai majelis pengajian yang selalu ramai dipenuhi orang-orang yang menuntut
ilmu. Ia lalu menitipkan tokonya pada seorang sahabatnya sesama pedagang.
Sebelum pergi, Imam Hanafi berpesan pada sahabatnya agar mengingatkan pada pembeli
kain yang ada cacatnya itu.

“Perlihatkan pada pembeli bahwa pakaian ini ada cacat di bagian lengannya. Berikan
separo harga saja,” kata Imam Hanafi. Sahabatnya mengangguk. Imam Hanafi pun
berangkat ke majelis pengajian.

Sesudah hari gelap ia baru kembali ke tokonya.

“Hanafi, hari ini cukup banyak yang mengunjungi tokomu. O, iya! Pakaian yang itu juga
sudah dibeli orang,”kata sahabatnya menunjuk tempat pakaian yang ada cacatnya.

“Apa kau perlihatkan kalau pada bagian lengannya ada sedikit cacat?” tanya Hanafi.

“Masya Allah aku lupa memberitahunya. Pakaian itu sudah dibelinya dengan harga
penuh.”sahabatnya sangat menyesal.

Hanafi menanyakan ciri-ciri orang yang membeli pakaian itu. Dan ia pun bergegas
mencarinya untuk mengembalikan sebagian uangnya.

“Ya Allah! Aku sudah menzhaliminya, “ucap Imam Hanafi.

Sampai larut malam, Imam Hanafi mencari orang itu kesana-kemari. Tapi tak berhasil
ditemui. Imam Hanafi amat sedih.

Di pinggir jalan tampak seorang pengemis tua dan miskin duduk seorang diri. Tanpa
berpikir panjang lagi, ia sedekahkan uang penjualan pakaian yang sedikit cacat itu
semuanya.

“Kuniatkan sedekah ini dan pahalanya untuk orang yang membeli pakaian bercacat
itu,”ucap Imam Hanafi. Ia merasa tidak berhak terhadap uang hasil penjualan pakaian itu.

Imam Hanafi berjanji tidak akan menitipkan lagi tokonya pada orang lain.

Keesokan harinya Imam Hanafi kedatangan utusan seorang pejabat pemerintah. Pejabat
itu memberikan hadiah uang sebanyak 10.000 dirham sebagai tanda terima kasih.
Rupanya sang ayah merasa bangga anaknya bisa berguru pada Imam Hanafi di majelis
pengajiannya. Imam Hanafi menyimpan uang sebanyak itu disudut rumahnya. Ia tidak
pernah menggunakan uang itu untuk keperluannya atau menyedekahkannya sedikitpun
pada fakir miskin.

Seorang tetangganya merasa aneh melihat hadiah uang itu masih utuh.

“Kenapa Anda tidak memakainya atau menyedekahkannya? ” tanyanya.

“Tidak, Aku khawatir uang itu adalah uang haram,” kata Imam Hanafi.
Barulah tetangganya mengerti kenapa Imam Hanafi berbuat begitu. Uang itu pun tetap
tersimpan disudut rumahnya. Setelah beliau wafat, hadiah uang tersebut dikembalikan
lagi kepada yang memberinya.

***

Sumber kisah kisah teladan

y u RP hanya di bulan Ramadhan.

Alasannya, makin banyak rakaatnya, makin banyak pahalanya. Tetapi ingat yang
namanya sholat taraweh itu sholat santai, jadi harus dikerjakan dengan khusuk dan tidak
tergesa-gesa hanya untuk mengejar target 23 rakaat cepet selesai.

SHOLAT WITIR SEBELUM TIDUR


Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Sahabatku (yaitu Rasulullah s.a.w.) berwasiat kepadaku
tiga perkara: (a). Puasa tiga hari setiap bulan. (b).Shalat Dhuha 2 rakaat. (c). Shalat Witir
sebelum tidur.” HSM.688, 689 (Selain bulan Ramadhan).

Dari ‘Ali Bin Abi Tholib. Ia berkata: “Bukanlah witir itu kemestian sebagaimana sholat
yang diwajibkan, tetapi ia satu sunnat yang disunnatkan oleh Rasulullah.s. a.w. HBM.394
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dihasankan dia oleh Nasa-y dan Hakim dan ia shahkan
dia.

SHOLAT WITIR: 5 RAKAAT, 3 RAKAAT ATAU 1 RAKAAT (HANYA 1 SALAM):


Dari Jabir r.a., katanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Siapa yang takut tidak terbangun di
akhir malam, maka shalat witirlah di awalnya (sebelum tidur). Tetapi siapa yang penuh
harapannya akan terbangun tengah malam, sebaiknyalah dia witir di akhir malam, karena
shalat di akhir malam itu disaksikan para malaikat, dan itulah yang lebih baik”. HSM No.
728

Dari Abi ‘aiyub Al Anshari, bahwasanya Rasulullah s.a.w. telah bersabda: “Witir itu satu
haq (satu tuntunan yang ringan) atas tiap-tiap muslim, barangsiapa suka 5 rakaat, suka 3
rakaat, suka 1 rakaat boleh ia buat. Diriwayatkan dia oleh “Empat” kecuali Tirmidzi dan
disahkan oleh Ibnu Hiban. Hadis Shahih Bulughul Maram.No. 393

Dari Thalq bin ‘Ali. Ia berkata: Saya dengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak ada dua
witir pada satu malam”. Diriwayatkan dia oleh Ahmad dan “Tiga” dan dishahkan dia oleh
Ibnu Hibban. Hadis shahih Bulughul Maram.No.407

Sholat witir lima rakaat hanya satu kali duduk.


Dan daripadanya (‘Aisyah). Ia berkata: Adalah Rasulullah s.a.w. sholat, pada waktu
malam tiga belas raka’at, dan ia witir dari padanya dengan lima raka’at; tidak ia duduk
melainkan pada akhirnya. HBM.402; (4rk salam, 4rk salam dan witir 5rk satu tasyahut
dan satu salam)
Sholat witir. Sekali berattahiyat dan lalu salam. Hadis Bulughul Maram.No. 408
Sholat witir, selain diatas baca HBM.395, 396, 398,405, 406, 410, 412, 413, 414
Apabila sudah terbit fajar maka habislah waktu sholat malam dan sholat witir.BM.414

Belum ketemu dalilnya sholat witir tiga raka’at dikerjakan dua raka’at satu tasyahud dan
satu salam, ditambah satu raka’at satu tasyahud dan satu salam

Dasar-dasar hukumnya No.V adalah:


Dari Jabir r.a. katanya dia mendengar Nabi s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya tengah
malam terdapat suatu sa’at, apabila seorang muslim memohon kepada Allah kebaikan
dunia dan akhirat pada saat itu, niscaya Allah memperkenankannya. Begitu halnya setiap
malam.” HSM.No.730

Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah Tabaraka wa Ta’ala
turun setiap malam ke langit dunia, yaitu kira-kira sepertiga malam yang akhir. Dia
(Allah) berfirman, “Siapa yang memohon kepada-Ku, Aku perkenankan; dan siapa yang
meminta kepada-Ku, Aku beri; dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku, Aku ampuni
dia”. HSM. No.731

Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah turun ke langit dunia
setiap malam, yaitu ketika telah lewat sepertiga malam pertama. Lalu Allah berfirman:
“Akulah Tuhan! Akulah Tuhan! Siapa yang memohon kepada-Ku, Kuperkenankan
permohonannya. Siapa yang meminta kepada-Ku, Kuberi dia. Dan siapa yang mohon
ampun kepada-Ku, Kuampuni dia. Begitulah seterusnya hingga terbit fajar”. HSM.732

SHOLAT-SHOLAT MALAM ROSULULLAH SAW.

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.
Qs.Al Isroo’ (17): 79

Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari,
kecuali sedikit (daripadanya) , (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu
sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya
bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih
berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang
(banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh
ketekunan.Qs. Al Muzzammil (73): 1 s/d 8

[73.20] Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang)


kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian
pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran
malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan
batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu
bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an. Qs.73:20

Kesimpulannya
Bagi mereka yang mengamalkan sholat tarawih, sholat Tahajud, sholat Tathawwu dengan
cara sholat 4rk satu tasyahut satu salam; 4rk satu tasyahud dan satu salam. Sholat witir
3rk satu tasyahut dan satu salam. Silahkan!
Karena dalil-dalilnya tersebut diatas sudah jelas dan nyata.

Bagi mereka yang mengamalkan sholat Tarawih 20 raka’at dengan cara tiap-tiap dua
raka’at satu tasyahud dan satu salam. Ditambah 3 raka’at sholat witir yang dikerjakan dua
raka’at satu tasyahud dan satu salam ditambah satu raka’at satu tasyahut dan satu salam.
Dalilnya Ijma’ dari kesepakatan para ulama Mahdzab Imam Syafi’i.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga anda dapat memilih yang baik sesuai
hati nurani anda, sesuai keyaqinan anda, sesuai contoh Rasulullah s.a.w. atau sesuai Ijma
dari kesepakatan para ulama Mahdzab Imam Syafi’i. Allahu a’lam mana yang paling baik
dimata Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


[17.36] Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.

[7.179] Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Penyesalan setelah mati tiada gunanya.


[33.66] Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata:
“Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”.
[33.67] Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari
jalan (yang benar).[33.68] Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali
lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.

[35.37] Dan mereka berteriak di dalam neraka itu:”Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami
niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami
kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup
untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu
pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang
lalim seorang penolongpun.
Alhamdulillahirabbi l’alamin. Billahitaufik wal hidayah. Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wa barakaatuh. Sukarman.

#
erva kurniawan 7:01 am on 24 August 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islam ( 62 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islam ( 78 ),
kisah teladan ( 331 )
Abu Hanifah Yang Taat

siluet masjidAkibat menolak diangkat menjadi hakim, Abu Hanifah ditangkap. Ulama
ahli hukum Islam itu pun di penjara. Sang penguasa rupanya marah besar hingga
menjatuhkan hukuman yang berat.

Dalam penjara, ulama besar itu setiap hari mendapat siksaan dan pukulan. Abu Hanifah
sedih sekali. Yang membuatnya sedih bukan karena siksaan yang diterimanya, melainkan
karena cemas memikirkan ibunya. Beliau sedih kerena kehilangan waktu untuk berbuat
baik kepada ibunya.

Setelah masa hukumannya berakhir, Abu Hanifah dibebaskan. Ia bersyukur dapat


bersama ibunya kembali.

“Ibu, bagaimana keadaanmu selama aku tidak ada?” tanya Abu Hanifah.

“Alhamdulillah. …..ibu baik-baik saja,” jawab ibu Abu Hanifah sambil tersenyum.

Abu Hanifah kembali menekuni ilmu agama Islam. Banyak orang yang belajar
kepadanya. Akan tetapi, bagi ibu Abu Hanifah ia tetap hanya seorang anak. Ibunya
menganggap Abu Hanifah bukan seorang ulama besar. Abu Hanifah sering mendapat
teguran. Anak yang taat itu pun tak pernah membantahnya.

Suatu hari, ibunya bertanya tentang wajib dan sahnya shalat. Abu Hanifah lalu memberi
jawaban. Ibunya tidak percaya meskipun Abu Hanifah berkata benar.

“Aku tak mau mendengar kata-katamu, ” ucap ibu Hanifah. “Aku hanya percaya pada
fatwa Zar’ah Al-Qas,” katanya lagi.

Zar’ah Al-Qas adalah ulama yang pernah belajar ilmu hukum Islam kepada Abu
Hanifah.” Sekarang juga antarkan aku ke rumahnya,”pinta ibunya.

Mendengar ucapan ibunya, Abu Hanifah tidak kesal sedikit pun. Abu Hanifah mengantar
ibunya ke rumah Zar’ah Al-Qas.

“Saudaraku Zar’ah Al-Qas, ibuku meminta fatwa tentang wajib dan sahnya shalat,” kata
Abu Hanifah begitu tiba di rumah Zar’ah Al-Qas.
Zar’ah Al-Qas terheran-heran kenapa ibu Abu Hanifah harus jauh-jauh datang ke
rumahnya hanya untuk pertanyaan itu? Bukankah Abu Hanifah sendiri seorang ulama?
Sudah pasti putranya itu dapat menjawab dengan mudah.

“Tuan, Anda kan seorang ulama besar? kenapa Anda harus datang padaku?” tanya Zar’ah
Al-Qas.

“Ibuku hanya mau mendengar fatwa dari anda,” sahut Abu Hanifah.

Zar’ah tersenyum,” baiklah, kalau begitu jawabanku sama dengan fatwa putra anda,” kata
Zar’ah Al-Qas akhirnya.

“Ucapkanlah fatwamu,” kata Abu Hanifah tegas.

Lalu Zar’ah Al-Qas pun memberikan fatwa. Bunyinya sama persis dengan apa yang telah
diucapkan oleh Abu Hanifah. Ibu Abu Hanifah bernafas lega.

“Aku percaya kalau kau yang mengatakannya, ” kata ibu Abu Hanifah puas. Padahal,
sebetulnya fatwa dari Zar’ah Al-Qas itu hasil ijtihad (mencari dengan sungguh-sungguh)
putranya sendiri, Abu Hanifah.

Dua hari kemudian, ibu Abu Hanifah menyuruh putranya pergi ke majelis Umar bin Zar.
Lagi-lagi untuk menanyakan masalah agama. Dengan taat, Abu Hanifah mengikuti
perintah ibunya. Padahal, ia sendiri dapat menjawab pertanyaan ibunya dengan mudah.

Umar bin Zar merasa aneh. Hanya untuk mengajukan pertanyaan ibunya, Abu Hanifah
datang ke majelisnya.

“Tuan, Andalah ahlinya. Kenapa harus bertanya kepada saya?” kata Umar bin Zar.

Abu Hanifah tetap meminta fatwa Umar bin Zar sesuai permintaan ibunya.

“Yang pasti, hukum membantah orang tua adalah dosa besar,” kata Abu Hanifah.

Umar bin Zar termangu. Ia begitu kagum akan ketaatan Abu Hanifah kepada ibunya.

“Baiklah, kalau begitu apa jawaban atas pertanyaan ibu Anda?”

Abu Hanifah memberikan keterangan yang diperlukan.

“Sekarang, sampaikanlah jawaban itu pada ibu anda. Jangan katakan kalau itu fatwa
anda,”ucap Umar bin Zar sambil tersenyum.

Abu Hanifah pulang membawa fatwa Umar bin Zar yang sebetulnya jawabannya sendiri.
Ibunya mempercayai apa yang diucapkan Umar bin Zar.
Hal seperti itu terjadi berulang-ulang. Ibunya sering menyuruh Abu Hanifah mendatangi
majelis-majelis untuk menanyakan masalah agama. Abu Hanifah selalu menaati perintah
ibunya. Ibunya tidak pernah mau mendengar fatwa dari Abu Hanifah meskipun beliau
seorang ulama yang sangat pintar.

***

Sumber Kisah kisah teladan

#
erva kurniawan 10:22 am on 9 August 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islam ( 62 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islam ( 78 ),
kisah teladan ( 331 )
Kalaulah Bukan Karena Allah Menutup Aib-aib Kita

hujanPada zaman Nabi Musa `alaihis salam, bani Israel ditimpa musim kemarau yang
berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata, “Ya
Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami.” Maka
berangkatlah Musa `alaihis salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas.
Waktu itu mereka berjumlah lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan
keadaan yang lusuh dan kumuh penuh debu, haus dan lapar.

Nabi Musa berdoa, “Ilaahi! Asqinaa ghaitsak…. Wansyur `alaina rahmatak… warhamnaa
bil athfaal ar rudhdha’… wal bahaaim ar rutta’… wal masyaayikh ar rukka’…..”

Setelah itu langit tetap saja terang benderang, matahari pun bersinar makin kemilau.
(maksudnya segumpal awan pun tak jua muncul).

Kemudian Nabi Musa berdoa lagi, “Ilaahi … asqinaa….”

Allah pun berfirman kepada Musa, “Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada
kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun
yang lalu. Umumkanlah di hadapan manusia agar dia berdiri di hadapan kalian semua.
Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian.”

Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, “Wahai hamba yang bermaksiat
kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkaulah hujan tak
kunjung turun.”

Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri, maka tak seorang pun yang keluar di hadapan
manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud.

Ia berkata dalam hatinya, “Kalau aku keluar ke hadapan manusia, maka akan terbuka
rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun.”
Maka hatinya pun gundah gulana, air matanya pun menetes, menyesali perbuatan
maksiatnya, sambil berkata lirih, “Ya Allah, Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40
tahun, selama itu pula Engkau menutupi `aibku. Sungguh sekarang aku bertaubat kepada
Mu, maka terimalah taubatku.”

Tak lama setelah pengakuan taubatnya tersebut, maka awan-awan tebal pun
bermunculan, semakin lama semakin tebal menghitam, dan akhirnya turunlah hujan.

Musa pun keheranan, “Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak
seorang pun yang keluar di hadapan manusia.” Allah berfirman, “Aku menurunkan hujan
kepada kalian oleh sebab hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun.”

Musa berkata, “Ya Allah, Tunjukkan padaku hamba yang taat itu.”

Allah berfirman, “Ya Musa, Aku tidak membuka `aibnya padahal ia bermaksiat kepada-
Ku, apakah Aku membuka `aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!”

***

(Kisah ini dikutip dari buku berjudul “Fii Bathni al-Huut” oleh Syaikh DR. Muhammad
Al `Ariifi, hal. 42)

widodo saputra, Sri Mulyati, aespedan 6 orang lain tengah berdiskusi. Toggle Comments

*
imung 12:47 pm on 10 Agustus 2009 Permalink

Permisi , ikut menyebar-luaskan …. tks


*
fazrie 2:18 pm on 11 Agustus 2009 Permalink

Allahu Akbar..
*
Si Jawir 4:59 pm on 28 Agustus 2009 Permalink

subhanallah… izin share ya ?!


*
ageng 1:05 am on 31 Agustus 2009 Permalink

mas mau ikut menyebar luaskan,,mohon ijinnya


jazakallah
*
rera 2:26 am on 25 Oktober 2009 Permalink

terimakasih banyak..
*
taufik hidayat 4:48 pm on 12 November 2009 Permalink

dia maha satu…………..


que sangat yakin itu …

dan qu yakin dia kan ngasih yang terbaik

buat tha…
*
aespe 10:05 am on 9 Juli 2010 Permalink

ikut copy paste ya tuan buat di fb :)

makasi
*
Sri Mulyati 7:42 pm on 6 Oktober 2010 Permalink

subhanallah…..izin copi ya…buat di fbku lgi


*
widodo saputra 9:13 am on 15 Februari 2011 Permalink

izin copas akh

#
erva kurniawan 5:55 am on 23 July 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islam ( 62 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islam ( 78 ),
kisah teladan ( 331 )
Rasulullah SAW. Dan Pengemis Yahudi Buta

siluet masjidDi sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta, hari
demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata “Wahai saudaraku
jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir,
apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya”.

Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa
berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuap makanan yang dibawanya kepada
pengemis itu, walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang
bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Nabi
Muhammad SAW wafat.

Setelah kewafatan Rasulullah SAW tidak ada lagi orang yang membawakan makanan
setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah R. AH. Beliau bertanya
kepada anaknya, “Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan”, Aisyah
R. AH menjawab pertanyaan ayahnya, “Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah
hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja”.
“Apakah itu?”, Tanya Abubakar RA. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung
pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada
di sana”, kata Aisyah R. AH.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk


diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu dan
memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, si
pengemis marah sambil berteriak, “Siapakah kamu ?”. Abubakar RA menjawab, “Aku
orang yang biasa”.

“Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku” , jawab si pengemis buta itu.
Apabila ia dating kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini
mengunyah.

Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu
dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan
mulutnya sendiri”, pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada
pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah
seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad
Rasulullah SAW

Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar RA ia pun menangis dan kemudian
berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak
pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi,
ia begitu mulia…. Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan
Abubakar RA.

***

Azhonk, Ermila, dan sri handayanitengah berdiskusi Toggle Comments

*
sri handayani 12:44 pm on 31 Agustus 2009 Permalink

subhanallah, maha benar ALLAH dengan segala firmannya


*
Ermila 6:09 am on 3 Oktober 2009 Permalink

Ya Allah,,kerinduan pada kekasihMu terasa semakin dalam


*
Azhonk 4:47 pm on 28 Februari 2010 Permalink
Subhanallah…Kumpulkan lah kami dengan KekasihMu ya Allah…Amin

#
erva kurniawan 8:47 pm on 19 July 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islam ( 62 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islam ( 78 ),
kisah teladan ( 331 )
Rasulullah Merindukan Umat Akhir Zaman

siluet masjid 3Suasana di majelis pertemuan itu hening sejenak. Semua yang hadir diam
membatu. Mereka seperti sedang memikirkan sesuatu. Lebih-lebih lagi Sayyidina Abu
Bakar. Itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihi melafazkan
pengakuan sedemikian.

Seulas senyuman yang sedia terukir di bibirnya pun terungkai. Wajahnya yang tenang
berubah warna.

“Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-
saudaramu?” Sayyidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mula
menyerabut pikiran.

“Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-
saudaraku (ikhwan),” suara Rasulullah bernada rendah.

“Kami juga ikhwanmu, wahai Rasulullah,” kata seorang sahabat yang lain pula.

Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum.


Kemudian Baginda bersuara,

“Saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku
sebagai Rasul Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka
kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka.”

**

Pada ketika yang lain pula, Rasulullah menceritakan tentang keimanan ‘ikhwan’
Baginda:

“Siapakah yang paling ajaib imannya?” tanya Rasulullah.

“Malaikat,” jawab sahabat.

“Bagaimana para malaikat tidak beriman kepada Allah sedangkan mereka sentiasa dekat
dengan Allah,” jelas Rasulullah.

Para sahabat terdiam seketika. Kemudian mereka berkata lagi, “Para nabi.”
“Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka.”

“Mungkin kami,” celah seorang sahabat.

“Bagaimana kamu tidak beriman sedangkan aku berada di tengah-tengah kalian,” pintas
Rasulullah menyangkal hujjah sahabatnya itu.

“Kalau begitu, hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang lebih mengetahui,” jawab seorang
sahabat lagi, mengakui kelemahan mereka.

“Kalau kamu ingin tahu siapa mereka, mereka ialah umatku yang hidup selepasku.
Mereka membaca Al Qur’an dan beriman dengan semua isinya. Berbahagialah orang
yang dapat berjumpa dan beriman denganku. Dan tujuh kali lebih berbahagia orang yang
beriman denganku tetapi tidak pernah berjumpa denganku,” jelas Rasulullah.

“Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka,” ucap Rasulullah lagi setelah
seketika membisu. Ada berbaur kesayuan pada ucapannya itu.

Begitulah nilaian Tuhan. Bukan jarak dan masa yang menjadi ukuran. Bukan bertemu
wajah itu syarat untuk membuahkan cinta yang suci. Pengorbanan dan kesungguhan
untuk mendambakan diri menjadi kekasih kepada kekasih-Nya itu, diukur pada hati dan
terbuktikan dengan kesungguhan beramal dengan sunnahnya.

Dan insya Allah umat akhir zaman itu adalah kita. Pada kita yang bersungguh-sungguh
mau menjadi kekasih kepada kekasih Allah itu, wajarlah bagi kita untuk mengikis cinta-
cinta yang lain. Cinta yang dapat merenggangkan hubungan hati kita dengan Baginda
Rasulullah saw.

Allahumma shalli ala Muhammad wa ala alihi wa shahbihi ajma’in

***

misbach khusurur huda, RINDU RASUL PADA UMAT AKHIR ZAMAN «


Asrulsenior's Blog, wakiddan 2 orang lain tengah berdiskusi. Toggle Comments

*
Agus 6:48 pm on 1 Agustus 2009 Permalink

Sungguh-sungguh sangat bermanfaat untuk saya pribadi,andai anda berkenan bisa d


share ke facebook agar lebih banyak lagi yg bisa membacanya…..
*
muslimah 10:04 am on 29 Desember 2009 Permalink
Ya Allah…limpahkanlah rahmat dan salam ke atas baginda Nabi Muhammad SAW
dan ke atas para sahabat beserta semua umat islam.. Semoga kita salah satu orang yang
benar-benar mencintai Rasulullah Shallahu’alaihiwasallam.
*
wakid 2:37 pm on 22 September 2010 Permalink

subhanallah,,,,
moga kita selalu berada dalam limpahan rahmatnya,,,amin,,
*
misbach khusurur huda 10:57 pm on 18 April 2011 Permalink

subhanallah
sunggu merugi orang orang yg telah kafir sesudah beriman (orang yg mengaku
islam / islam KTP)

#
erva kurniawan 4:56 pm on 13 July 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islam ( 62 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islam ( 78 ),
kisah teladan ( 331 )
Fitnah Adalah Kebaikan

kaligrafi1“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong (fitnah) itu adalah


dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong (fitnah) itu buruk
bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat
balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa diantara mereka yang mengambil
bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong (fitnah) itu, baginya azab yang
besar.” (QS An Nuur [24]:11)

Sebab yang mengiringi turunnya ayat diatas adalah suatu ketika di tahun ke 5 H sehabis
terjadi peperangan dengan Bani Mushthaliq, rombongan Rasulullah saw sudah bersiap-
siap meninggalkan pos tempat mereka bermalam. Ketika itu istri Rasulullah saw yang
ikut bertugas adalah Aisyah rha. Karena disebabkan oleh kehilangan kalungnya, Aisyah
berusaha untuk mencarinya kesana dan kemari sehingga ia tertinggal oleh rombongan.
Lama baru ia tersadar kalau rombongan Rasulullah saw telah meninggalkannya. Ia
berusaha untuk tidak panik dan tidak menyusul rombongan Nabi karena takut akan terjadi
sesuatu dalam perjalanan. Ia menunggu dan berharap Rasulullah saw menyadari bahwa
Aisyah tidak ada dalam rombongan dan kembali menjemputnya. Ketika itulah Aisyah
tertidur. Pada masa itu kewajiban hijab (jilbab) belum diturunkan sehingga Aisyah rha
tidak mengenakannya.

Tidak berapa lama, seorang yang ditugasi oleh Rasulullah untuk mengamati pasukan
musuh agar tidak mengikuti pasukan muslim, sampai di tempat Aisyah berada. Ia adalah
seorang sahabat Nabi yang shalih. Syuhada perang Badar yang bernama Shafwan bin
Mu’aththal ra. Syafwan adalah seorang pemuda yang jujur dan bersih. Ketika Syafwan
pertama kali melihat tempat itu, didapatinya seorang wanita sedang tertidur. Ia kaget dan
berkata, “Inna lillahi wa inna illaihi rojiun, istri Rasul!” Hal ini menyebabkan Aisyah
terbangun. Syafwan mempersilahkan Aisyah rha. untuk menaiki untanya dan ia berjalan
sambil menuntun unta tersebut.

Menjelang siang, keduanya menemukan rombongan pasukan Rasulullah saw dan kembali
bergabung dengan mereka. Ketika itu dalam rombongan pasukan muslim terdapat
seorang tokoh munafik bernama Abdullah bin Ubayy. Melalui tokoh inilah, ketika
sampai di Madinah, berita bohong (fitnah) tersebar kepada penduduk Madinah. Telah
terjadi pemutarbalikkan fakta bahwa Aisyah sengaja bersembunyi agar tertinggal oleh
Rasullah saw dan menunggu Syafwan ra untuk berhubungan mesra antara keduanya. Dari
sini isu menyebar bagai api dalam sekam dan akhirnya di dengar oleh Rasulullah saw.

Dengan tersebarnya isu tersebut, Rasulullah gundah dan bimbang. Rasulullah berusaha
mencari informasi dari banyak pihak antara lain dari istri-istri Nabi sendiri mengenai
prilaku Aisyah. Juga dari beberapa sahabat-sahabatnya yang mengenal Syafwan. Disatu
sisi Rasulullah tidak pernah mempercayai fitnah tersebut tetapi tidak memiliki cukup
bukti untuk membela istrinya dan sahabatnya. Rasulullah terus berdoa kepada Allah SWT
agar Allah menunjukkan kebenaran dari sisi-Nya. Dalam kegundahan ini, Rasulullah
sampai-sampai mengantarkan Aisyah kembali ke rumah Abu Bakar ra untuk berpisah
sementara menenangkan Aisyah dan dirinya. Kejadian ini juga sangat memukul Abu
Bakr sebagai besan Rasulullah saw dan ayah dari Aisyah. Tapi Abu bakr sangat
menghargai keputusan Rasulullah saw. Inilah periode yang begitu mengguncangkan bagi
penduduk Madinah.

Dalam peristiwa ini ada beberapa orang dari sahabat Rasulullah yang mengambil peran
yang besar dalam penyebaran fitnah ini. Mereka, selain Abdullah bin Ubayy, adalah
Misthah Ibn Atsatsah (kerabat Abu Bakr), Hasan bin Tsabit (penyair Rasulullah) dan
Hamnah (saudara perempuan Zainab, istri Rasulullah saw). Sebagai pembelaannya
terhadap Aisyah, Abu Bakr ra sampai-sampai bersumpah untuk tidak lagi menyantuni
Misthah yang miskin beserta anak-anak dan istrinya. Saat itu, keluarga Misthah adalah
salah satu keluarga miskin yang selalu disantuni oleh Abu Bakr setiap harinya.

Lebih dari sebulan peristiwa ini berlalu, Allah SWT menurunkan ayat ke 11 dari QS An
Nuur diatas. Hal ini membuat perasaan Rasulullah saw lega. Aisyah kembali dijemput
oleh Rasulullah untuk kembali dan Rasulullah saw meminta maaf kepadanya.

Dalam tafsir ayat di atas, kita dapat mengambil kesimpulan seandainya Al Quran ini
adalah ciptaan Muhammad saw, tentulah Beliau dapat dengan segera menghapus berita
bohong (fitnah) tersebut dengan mengatasnamakan wahyu, dan bila itu terjadi, tidaklah
seorang muslim pun meragukannya. Alangkah indah perangai Rasulullah saw, Ia terpaksa
harus hidup menderita, menanggung beban kegelisahan yang begitu lama hanya untuk
menunggu turunnya wahyu yang membenarkan. Allahumma Shalli ‘ala Muhammad…

Allah SWT juga ingin menyampaikan kepada kita bahwa siapapun yang menjadi korban
dari suatu berita bohong (fitnah), hal itu merupakan kebaikan bagi dirinya dan
keluarganya. Karena ayat diatas tidak menyebutkan nama Rasulullah saw atau Aisyah rha
secara khusus, maka ayat ini berlaku umum untuk siapapun dan bisa terjadi kepada
siapapun dan pada masa kapanpun. Seseorang yang difitnah akan memperoleh ganjaran
yang luar biasa berupa pahala dan kebaikan di sisi Allah SWT. Dengan fitnah juga,
kedudukan seseorang menjadi terhormat di dalam suatu masyarakat karena banyaknya
empati yang akan muncul. Orang yang menjadi korban fitnah akan mendapat simpati dan
kehormatan di tengah masyarakat sedangkan orang yang menfitnah akan memperoleh
cercaan dan tidak akan pernah dipercaya oleh siapapun lagi selama hidupnya.

Sumpah Abu Bakr ra dijawab Allah SWT dengan turunnya QS An Nuur [24]: 22 yaitu,
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan diantara kamu
bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya),
orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah
mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah
mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Sedangkan Abdullah bin Ubayy diganjar Allah dengan ganjaran yang luar biasa
menyakitkan bahwa ia meninggal dalam keadaan dicap sebagai seorang tokoh munafik
terbesar. Ketika ia meninggal dan Rasulullah ingin mensholatkannya, Allah menurunkan
suatu ayat di QS At Taubah [9]: 84 yaitu, “Dan janganlah kamu sekali-kali mensholatkan
(jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan)
di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka
mati dalam keadaan fasik.”

Begitulah Allah membalas kejahatan orang penyebar fitnah. Bukankah doa Rasulullah
saw tidak pernah ditolak oleh Allah? Para sahabat Rasulullah saw sangat mendambakan
disetiap kematian mereka, Rasulullah lah yang akan memimpin sholat jenazah karena
mereka yakin doa Rasulullah saw akan membebaskan mereka dari segala azab kubur dan
siksaan api neraka. Bayangkan jika Allah SWT sampai melarang Rasulullah saw
mensholatkan seorang Abdullah bin Ubayy. Dan tidak hanya itu, sekedar berdoa
dikuburnya pun Allah SWT melarang Rasul Nya. ‘Auzubillahi min dzalik.

Adapun Misthah Ibn Atsatsah (kerabat Abu Bakr), Hasan bin Tsabit (penyair Rasulullah)
dan Hamnah (saudara perempuan Zainab, istri Rasulullah saw) semuanya memohon maaf
kepada Aisyah rha dan Rasulullah saw serta Abu Bakr ra sebagai orang yang bersalah.
Dalam suatu riwayat Hasan bin Tsabit dimasa tua-nya menderita kebutaan.

Mudah-mudahan kisah ini menjadi iktibar (pelajaran berharga) bagi kita…

Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang muslim tertimpa letih, penyakit, fitnah pada
dirinya, kegundahan, sedih, rasa sakit, kegagalan sampai duri yang mengenai dirinya,
melainkan dengan itu Allah akan menghapus dosa-dosanya.” (HR Bukhari dan Muslim)

***

Fitnah Adalah Kebaikan | Ibhe Ananda (Blog)tengah berdiskusi Toggle Comments


#
erva kurniawan 1:47 pm on 20 June 2009 Permalink | Balas
Tags: kematian ( 3 ), malaikat maut
Hikayat Orang-orang Yang Dicabut Nyawanya

masjid-siluetYazid ar-Ruqasyi bertutur sebagai berikut:

Pada masa Bani Israil ada seorang penguasa. Pada suatu hari ia duduk disinggasananya.
Tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki masuk melalui pintu rumahnya. Orang itu
bertampang keji dan berbadan besar. Penguasa itu sangat ketakutan. Dia khawatir laki-
laki itu akan menyerangnya. Wajahnya pucat pasi dan berkata, “Siapakah engkau? Siapa
yang telah menyuruhmu masuk kerumahku.”

Laki-laki itu berkata, “Pemilik rumah ini yang menyuruhku kesini. Tidak ada dinding
yang dapat menghalangiku. Aku tidak memerlukan izin untuk masuk kemanapun. Aku
tidak takut oleh kekuasaan para sultan. Aku tidak merasa takut oleh penguasa. Tidak ada
seorangpun yang dapat lari dari jangkauanku. “

Ketika mendengar perkataan orang itu, wajahnya menjadi pucat pasi dan badannya
menggigil, dan ia berkata, “Apakah engkau Malaikat Maut?”

Orang itu menjawab, “Benar.”

Penguasa berkata, “Aku bersumpah demi Allah, berilah aku penangguhan satu hari saja
agar aku dapat bertobat dari segala dosaku. Aku akan memohon keringanan dari
Tuhanku. Aku akan mengimfaqkan harta benda yang aku miliki dan aku simpan hingga
tidak terbebani oleh azab akibat harta itu, diakhirat kelak.”

Malaikat berkata, “Bagaimana aku dapat menangguhkan padahal umurmu sudah habis,
dan waktu sudah ditetapkan secara tertulis.”

Penguasa itu berkata, “Tangguhkanlah sesaat saja.”

Malaikat berkata, “Sesungguhnya jangka waktu itu telah diberikan tetapi engkau lalai dan
menyia-nyiakannya. Jatah nafasmu sudah habis, tidak tersisa satu nafaspun untukmu.”

Dia berkata, “Siapa yang akan menyertaiku jika engkau membawaku keliang kubur?”

Malaikat berkata, “Tidak ada yang menyertaimu kecuali amalmu.”

Dia berkata, “Aku tidak mempunyai amal kebaikan.”

Malaikat berkata, “Jika demikian, neraka dan murka Tuhan adalah tempat yang layak
untukmu.”
Kemudian Malaikat Maut mencabut nyawanya sehingga dia terjatuh dari singgasananya.
Terjadilah kegaduhan diseluruh kerajaan. Jika orang-orang mengetahui apa yang terjadi
pada penguasa itu, yaitu murka Allah, pastilah tangisnya dan ratapan mereka akan lebih
keras lagi.

***

Diceritakan bahwa Malaikat Maut menemui Nabi Sulaiman bin Daud as. Malaikat Maut
melihat dengan tajam dalam waktu yang lama kepada salah seorang pembantu Nabi
Sulaiman. Ketika Malaikat Maut keluar, laki-laki itu bertanya, “Wahai Nabi Allah,
siapakah orang yang masuk tadi?”

Nabi Sulaman menjawab, “Malaikat Maut”.

Laki-laki itu berkata, “Aku takut Malaikat maut hendak mencabut nyawaku. Oleh karena
itu aku akan menghindar darinya.”

Nabi Sulaiman berkata, “Bagaimana caramu menghindar darinya?”

Laki-laki itu menjawab, “Suruhlah angin membawaku ke negeri India saat ini juga.
Mudah-mudahan Malaikat Maut terkecoh dan tidak dapat menemukanku. “

Nabi Sulaiman menyuruh angin untuk membawa laki-laki itu ke tempat yang dituju.
Mlaikat Maut kembali dan menemui Nabi Sulaiman.

Kemudian Nabi Sulaiman bertanya kepada Malaikat Maut, “Mengapa engkau melihat
kepada laki-laki itu lama sekali?”

Malaikat Maut berkata, “Aku sungguh merasa heran terhadapnya. Aku diperintahkan
untuk mencabut nyawanya di negeri India padahal negeri itu sangat jauh. Tetapi ternyata
angin telah membawanya ke sana. Itulah takdir Allah SWT.

***

Diriwayatkan oleh Wahab bin Munabbih. Dia adalah seorang pendeta Yahudi yang
kemudian masuk Islam. Diceritakan bahwa pada suatu hari seorang raja yang agung ingin
berkuda ke seluruh pelosok kerajaannya agar masyarakat melihat kehebatan dan
keindahannya. Raja itu memerintahkan para pejabat, pengawal dan pembesar kerajaan
untuk menyiapkan tunggangan agar masyarakat melihat kekuasaannya. Dia juga
menyuruh mereka untuk menyediakan pakaian kebesarannya. Dia memerintahkan
bawahannya untuk menyiapkan kuda pilihan yang kuat. Dia memilih kuda yang tercepat
larinya, yang diberi nama as-Sabak.

Dia memacu kuda itu didepan pasukan. Dia merasa bangga dengan kehebatan dan
kekuasaannya.
Datanglah Iblis. Iblis meletakkan mulutnya pada telinganya dan meniupkan perasaan
sombong pada raja itu. Maka berkatalah raja itu, “Siapa yang dapat menyamaiku didunia
ini?”

Dia memacu kudanya dengan sombong dan merasa bangga dengan kudanya itu. Dia tidak
melihat kepada seorangpun karena perasaan hebat dan sombongnya, serta perasaan ujub
dan bangganya. Tiba-tiba dihadapannya berdiri seorang laki-laki yang berpakaian
compang camping. Orang itu memberi salam kepada sang raja, tetapi raja itu tidak
membalas salamnya. Orang itu kemudian memegang tali kekang kuda sang raja.
Kemudian raja itu berkata: “Lepaskan tanganmu dari tali kekang kuda ini. Engkau tidak
tahu tali kekang kuda siapa yang engkau pegang!” Orang itu berkata, “Aku mempunyai
keperluan denganmu”.

Raja berkata, “Sabarlah, tunggu aku turun”.

Orang itu berkata, “Keperluanku adalah saat ini juga, bukan saat engkau turun dari
kudamu”.

Raja berkata, “Katakan, apa keperluannya! “

Orang itu berkata, “Ini rahasia. Aku tidak akan mengatakannya kecuali ke telingamu”.

Raja menyodorkan telinganya kepada orang itu. Orang itu berkata, “Aku Malaikat Maut.
Aku hendak mencabut nyawamu”.

Raja berkata, “Tangguhkanlah sampai aku pulang ke rumahku, berpamitan kepada anak
istriku”.

Orang itu berkata, “Tidak, engkau tidak akan melihat mereka lagi untuk selamanya
karena jatah umurmu sudah habis”.

Maka, Malaikat Maut pun mengambil nyawanya. Pada waktu itu sang raja sedang duduk
diatas kuda kebanggaannya” .

Malaikat Maut pergi dari sana, kemudian mendatangi seorang laki-laki soleh yang
diridhai Allah. Malaikat mengucapkan salam. Laki-laki itu membalas salamnya. Malaikat
berkata, “Aku mempunyai keperluan denganmu dan ini rahasia.”

Laki-laki salih itu berkata, “Katakanlah keperluanmu di telingaku”.

Malaikat berkata, “Aku adalah Malaikat Maut”.

Laki-laki itu berkata, “Selamat datang, segala puji bagi Allah atas kedatanganmu karena
sesungguhnya aku banyak mendekatkan diri untuk menyambut kedatanganmu. Aku
merasa terlalu lama menunggumu. Aku sangat merindukan kedatanganmu” .
Malaikat berkata, “Jika engkau mempunyai urusan selesaikanlah dahulu”.

Laki-laki itu berkata, “Tidak ada urusan yang lebih penting daripada saat bertemu dengan
Rabbku Azza wa Jalla”.

Malaikat berkata, “Cara seperti apa yang engkau sukai ketika aku mencabut nyawamu?
Aku diperintahkan mencabut nyawamu dengan cara yang engkau pilih dan engkau
inginkan”.

Laki-laki itu berkata, “Ijinkanlah aku mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat.
Ketika aku sujud, cabutlah nyawaku. Maka, Mlaikat Maut melakukan permintaan orang
itu dan mengirimnya kepada rahmat Allah Jalla wa `Ala”.

***

Diriwayatkan bahwa Dzul Qarnain melewati sebuah kaum yang tidak memiliki harta
dunia sedikitpun. Mereka membuat kuburan bagi keluarga mereka yang telah mati di
depan pintu rumah mereka. Setiap hari mereka mengamati kuburan itu, membersihkan,
menyapu, menziarahinya dan beribadah kepada Allah di sekat kuburan itu.

Mereka tidak makan kecuali rerumputan dan berbagai tanaman lain.

Kemudian Dzul Qarnain mengutus seorang laki-laki. Utusan itu kemudian memanggil
raja kaum itu tapi dia tidak memenuhi panggilan utusan itu, dan berkata, “Aku tak punya
keperluan kepadanya, tidak juga dia kepadaku.”

Maka kemudian Dzul Qarnain mendatangi kaum tersebut dan berkata, “Bagaimana
keadaan kalian? Mengapa aku tidak melihat emas atau perak yang kalian miliki. Dan
mengapa aku juga tidak melihat nikmat dunia yang kalian miliki?” Pemimpin mereka
menjawab, “Karena nikmat dunia tidak pernah membuat kenyang seorang manusia pun.”

Bertanya kembali Dzul Qarnain, “Mengapa kalian membuat kuburan di depan rumah
kalian?”

Dia menjawab, “Agar langsung terlihat oleh mata kami, sehingga akan mempengaruhi
ingatan kami akan kematian, dan mendinginkan hasrat pada dunia dalam hati kami.
Tujuan itu agar kami tidak disibukkan oleh dunia dan melupakan Tuhan kami.”

Dzul Qarnain bertanya kembali, “Dan mengapa kalian hanya memakan rerumputan dan
tanaman?” Dia menjawab, “Karena kami benci menjadikan perut-perut kami sebagai
kuburan bagi hewan-hewan. Dan bagaimana pun lezatnya suatu makanan, tetap akan
hancur.”

Pimpinan kaum itu menjulurkan tangannya ke dalam lubang dan mengeluarkan satu buah
tengkorak kepala manusia kemudian meletakkan tengkorak itu didepannya dan berkata,
“Wahai Dzul Qarnain, apakah engkau tahu, siapa pemilik tengkorak ini? Ini adalah
tengkorak seorang raja didunia yang telah menzhalimi rakyatnya, bersikap melampaui
batas kepada mereka dan suka menyiksa orang-orang lemah, serta menghabiskan seluruh
waktunya untuk mengumpulkan dunia. Maka Allah mencabut nyawanya dan menjadikan
neraka sebagai tempat kembali untuknya.”

Kemudian pemimpin kaum itu menjulurkan kembali tangannya dan mengambil sebuah
tengkorak kepala yang lain dan meletakkan didepannya. Dia bertanya, “Apakah engkau
tahu siapa pemilik tengkorak ini? Sesungguhnya kepala ini milik seorang raja yang adil.

Dia mengasihi rakyatnya dan menyukai seluruh anggota kerajaannya, kemudian Allah
mencabut nyawanya dan memasukkannya kedalam surga serta meninggikan derajatnya.”

Setelah itu, pemimpin kaum itu meletakkan tangannya diatas kepala Dzul Qarnain dan
berkata, “Termasuk golongan manakah kepalamu ini?

Dzul Qarnain menangis tersedu-sedu sambil menundukkan kepalanya dan berkata, “Jika
engkau mau menjadi sahabatku, akan aku serahkan sawah dan ladangku kepadamu dan
memberikan sebagian kerajaan kepadamu.”

Laki-laki itu menjawab, “Tidak mungkin, aku tidak menyukainya. ” Dzul Qarnain
bertanya, “Mengapa demikian?” Dia menjawab, “Karena seluruh manusia akan menjadi
musuhmu karena harta dan kekuasaan. Sebaliknya, mereka akan menjadi saudaramu
akibat perasaan qanaah dan kemiskinanmu. Maka Allah akan bersamamu.”

***

Sumber : Buku “ETIKA BERKUASA: Nasihat-nasihat Imam Al-Ghazali – Karya Imam


Al-Ghazali.

putwieqiyo, ahmad, dan agengtengah berdiskusi Toggle Comments

*
ageng 1:14 am on 31 Agustus 2009 Permalink

mas minta artikel yang ini juga yah


syukran
*
ahmad 9:57 am on 24 Oktober 2009 Permalink

alhamdulillh kepda mas kurniawan yg tlh mmbuat blog ini tentang sejarah islam yg
sngt bermanfaat skl bg semua orang,smg sll diberikan kshatn oleh allah swt amin..
*
putwieqiyo 1:39 pm on 25 Maret 2010 Permalink

assalam….saya mohon izin share ya Mas…..


terima kasih…..

#
erva kurniawan 7:12 pm on 3 June 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islam ( 62 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islam ( 78 ),
kisah teladan ( 331 ), mualaf
Mimpi itu Membawa Hidayah

TauhidM. Syamsi Ali

***

Sekitar sebulan lalu, pada kelas Islamic Forum for non Muslims, hadir seorang pria
berkulit hitam dengan rambut panjang yang diikat. Terlihat cukup menyeramkan, tapi
sejak awal hadir di kelas itu dia nampak sopan dan sesekali tersenyum. Rambut panjang
yang terikat, lengannya yang bertatto serta jari jemarinya yang dipenuhi cincin berwarna
perak, cukup menarik perhatian.

Hari itu pembahasan berkisar Kalender Islam, Tahun Baru dan Hijrah. Pria itu nampak
sekali pendiam, bahkan ketika yang lain ramai bertanya, dia hanya nampak
memperhatikan dengan seksama dan sesekali mengangguk pertanda setuju.

Di Islamic Forum biasanya memang saya tidak mulai dengan bertanya kepada semua
yang baru hadir. Khawatir jika ada di antara mereka yang memang hadir untuk sekedar
dengar-dengan dan tidak ingin diekspos. Tapi jika mereka pada akhirnya mereka tinggal
dan memperlihatkan keseriusan, di situlah biasanya saya melakukan dialog secara serius.

“Hi my friend, is this your time to this class?”, tanyaku padanya.

Dengan tersenyum pria itu nampak terkejut, mungkin tidak menyangka saya akan
langsung bertanya kepadanya. Apalagi, dalam benak sebagian non Muslim, seorang
Imam itu adalah sosok yang sacral dan terhormat, mungkin mirip-mirip pendeta atau
bahkan mungkin lebih.

“Hi sir!.. Yes, this is my first day to a mosque”, jawabnya santai sambil merubah posisi
duduknya.

“And what is your name my Brother!”, tanya saya mencoba menyelami.

“Danes!”, jawabnya singkat.

“Sorry to ask, but how did you know about this forum?”, tanyaku lagi.

“I got it from an internet search, sir!”, jawabnya.


Saya terkejut sebab rasanya belum pernah saya membuat pengumuman di internet atau
advertisement lewat online. Ternyata, dia mencoba menelusuri mesjid-mesjid di Saya
<ST1> dan pada akhirnya ketemu dengan Islamic Cultural Center of New York, dan di
salah satu bagian dari ICC-NY itu ada program ini.

“Danes, what really made you interested to learn Islam?”, pancingku.

Nampak pria itu sedikit serius, tapi kemudian melihat teman-teman lain sambil
tersenyum. “I think…I hope this is not a non sense to you all”, katanya sambil melihat
peserta Islamic Forum yang lain.

Saya kemudian menyelah, “nothing is non sense in this class. Nothing is considered
stupid question in this class”, jelasku.

Sambil menarik napas dia menjelaskan bahwa sejak beberapa bulan terakhir ini dia selalu
gelisah. Gelisah karena beberapa malam sebelumnya, dan bukan hanya sekali atau dua,
tapi menurutnya beberapa kali bermimpi ketemu dengan adiknya. Adik yang bernama
Derick itu yang menurutnya meninggal dua tahun lalu.

“And so what really made you decide to learn Islam?”, tanyaku.

“My brother was a Moslem, and practicing Moslem”, jelasnya.

Dia kemudian bercerita banyak mengenai adiknya, yang menurutnya sebelum masuk
Islam santat brutal. Selalu berkelahi dan lebih tragis lagi, sering keluar masuk penjara
karena berbagai kejahatan yang dilakukannya. Akhirnya, di penjaralah dia menemukan
seorang Muslim dan akhirnya mendapat hidayah.

Sementara Danes sendiri adalah seorang Kristen. “I still remember, on Sunday I went to
the Church, but my Brother was so dedicated and he always had his cap (kopiah putih) on
every time”, jelasnya. Walaupun dia mengakui bahwa dia ke gereja tidak lain karena
itulah yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarganya setiap hari Minggu. “I felt it’s
more a family thing than religious”, akunya.

Saya kemudian meminta maaf kepada peserta Islamic Forum yang lain karena saya akan
kembali berbicara mengenai dasar-dasar Islam.

“Sorry guys! I have to talk about things we had talked many times before”, kataku.

Saya jelaskan ke Danes bahwa Islam adalah agama yang diturunkan oleh Tuhan kepada
hamba-hambaNya melalui para rasul, termasuk yang terakhir Isa A.S. Bahwa pada
intinya, semua nabi dan rasul membawa ajaran yang sama. Barangkali yang berbeda
adalah syariah atau hukum-hukum praktis, yang sudah pasti berbeda dari masa ke masa,
sesuai dengan keadaan masing-masing.
Sedikit panjang lebar saya menjelaskan mengenai dasar-dasar Islam dengan bertolak dari
prinsip “Tauhid” (Unity). Saya katakana kepada Danes, semua usur bangunan Islam itu
dibangun di atas dasar Tauhid (Oneness), yang pada intinya memiliki empat sisi:

* Kesatuan (oneness) Tuhan (Tauhid Allah).


* Kesatuan Ajaran (Islam)
* Kesatuan Manusia (insaniyah/basyariy Kes
* Kesatuan Hidup (Pengabdian kepada Allah)

Tanpa terasa konsep Tauhid dengan empat sisi ini saya jelaskan hampir sejam dan tanpa
selingan kata dari semua peserta, termasuk Danes. Pada akhirnya saya bertanya kepada
Danes, apakah ada hal-hal lain yang ingin ditanyakan?

Danes dengan sedikit tersenyum hanya menggelengkan kepala. Dan bersamaan pula sang
mu’azzin mengumandangkan azan untuk shalat Asr. Semua peserta secara teratur
meninggalkan ruangan, tapi Danes masih terlihat duduk dan memberikan isyarat dengan
jarinya jika dia ingin berbicara secara pribadi.

Setelah semua peserta bubar untuk shalat Asr, termasuk non Muslims, biasanya ikutan
shalat, Danes duduk bersama saya sambil menunggu Iqamah dalam masa 10 menit.

“Sir, I really had thought this for the last hew days, but did not know what to do”, dia
memulai.

“What did you mean?”, tanyaku.

“I am thinking to convert to Moslem”, jawabnya tegas.

“Really? Are sure that this is the religion, the truth that you are looking for?”, pancingku.

“Yes sir!”, jawabnya lebih tegas lagi.

Segera saya memanggil security untuk menunjukkan Danes kamar mandi. Saya meminta
agar dia diajari berwudhu, kemudian ajaklah dia ke ruang shalat.

Beberapa menit kemudian saya menuju ruang shalat. Tapi sebelum dilakukan iqamah,
saya memberikan shalat kepada jama’ah dan mengumumkan bahwaalhamdulilah, Allah
telah memberikan hidayah kepada salah seorang hambaNya, dan kita ingin jika hamba ini
masuk islam sebelum shalat Asr dimulai agar dia bisa melakukan shalat pertamanya
bersama kita.

Saya kemudian meminta Danes maju ke depan, dan dengan mata yang berkaca-kaca dia
nampak khusyuk mengikuti: “Ash-hadu an laa ilaaha illa Allah- wa ash-hadu anna
Muhammadan Rasul Allah”.
Ratusan jama’ah yang hadir mengagumkan kebesaran Allah dengan pekikan “Allahu
Akbar!”.

Semoga Danes tumbuh dalam keimanan, tegar dalam keislaman dan menjadi pejuang di
jalanNya! Amin!

***

<ST1>, 23 Januari 2009

wiwiw, dan yati oktavianitengah berdiskusi Toggle Comments

*
yati oktaviani 6:17 pm on 7 Oktober 2009 Permalink

subhanallah…dg mimpi ALLAH memberikan hidayahNya kepada hambaNya.Ya


ALLAH tetapkanlah hati2 kami untuk selalu ada di jalanMun….Aaaamiiin….3x.dan
selalu berikan kami hidayah.
*
wiwiw 4:51 pm on 15 Januari 2010 Permalink

amin

#
erva kurniawan 8:59 am on 24 May 2009 Permalink | Balas
Tags: cerita islam ( 62 ), cerita nasehat ( 313 ), cerita teladan ( 334 ), kisah islam ( 78 ),
kisah teladan ( 331 )
Kodok

katak-2

Di sebuah tempat di tepian hutan, seorang santri tengah menyiapkan tempat untuk salat
malam. Ia sapu debu dan dedaunan kering yang tercecer di sekitar ruangan salat. Sesaat
kemudian, sajadah pun terhampar mengarah kiblat. Hujan yang mulai reda menambah
keheningan malam.

“Bismillah,” suara sang santri mengawali salat. Tapi, “Kung…kung. ..kung!” Suara
nyaring bersahut-sahutan seperti mengoyak kekhusyukan si santri. Ia pun menoleh ke
arah jendela. “Ah, suara kodok itu lagi!” ucapnya membatin.

Sudah beberapa kali ia ingin memulai salat malam, selalu saja suara kodok meng-
kungkung bersahut-sahutan. Tentu saja, itu sangat mengganggu. Masak, salat malam
yang mestinya begitu khusyuk, yang tertangkap selalu wajah kodok. Mata yang bulat,
leher dan kepala menyatu dan meruncing di mulut, serta gelembung di bagian leher yang
menghasilkan nada begitu tinggi: kung!
“Astaghfirullah! Gimana bisa khusyuk,” ucap sang santri sambil membuka jendela
kamarnya. Ia menjulurkan kepalanya keluar jendela sambil menatap tajam ke arah
genangan air persis di samping jendela. Tapi, beberapa kodok tetap saja berteriak-teriak.
Mereka seperti tak peduli dengan sindiran ‘halus’ si santri.

Hingga akhirnya, “Diaaaam!!!” Si santri berteriak keras. Lebih keras dari teriakan kodok.
Benar saja. Teriakan santri membuat kodok tak lagi bersuara. Mereka diam. Mungkin,
kodok-kodok tersadar kalau mereka sedang tidak disukai. Bahkan mungkin, terancam.
“Nah, begitu lebih baik,” ucap si santri sambil menutup jendela.

Ia pun kembali mengkhusyukkan hatinya tertuju hanya pada salat. Kuhadapkan wajahku
hanya kepada Allah, Pencipta langit dan bumi. Tapi, “Kung…kung. ..kung!” Kodok-
kodok itu kembali berteriak bersahut-sahutan. Spontan, sang santri kembali
menghentikan salatnya.

Kali ini, ia tidak segera beranjak ke arah jendela. Ia cuma menatap jendela yang tertutup
rapat. Sang santri seperti menekuri sesuatu. Lama…, ia tidak melakukan apa pun kecuali
terpekur dalam diamnya.

“Astaghfirullah, ” suara sang santri kemudian. “Kenapa kuanggap teriakan kodok-kodok


itu sebagai gangguan. Boleh jadi, mereka sedang bernyanyi mengiringi malam yang sejuk
ini. Atau bahkan, kodok-kodok itu pun sedang bertasbih seperti tasbihku dalam salat
malam.

Astaghfirullah, ” ucap sang santri sambil menarik nafas dalam. Dan, ia pun memulai
salatnya dengan begitu khusyuk. Khusyuuuk… sekali. Begitu pun dengan kodok-kodok:
“Kung…kung. ..kung!”

***

Kadang, karena ego diri, sudut pandang jatuh tidak pas pada posisinya. Biarkan yang lain
bersuara beda. Karena boleh jadi, itulah tasbih mereka. (mnuh

Anda mungkin juga menyukai