Anda di halaman 1dari 321

Kata Pengantar:

Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A.


Guru Besar Bahasa Arab Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

METODE PENELITIAN
BAHASA ARAB:
Teori dan Praktik

Dr. Rika Astari, S.S., M.A.


A. Syahid Robbani, M.Pd.
Abdul Mukhlis, S.Ag., M.Ag.
Muhammad Irfan Faturrahman, S.Hum.
Fatimah Fatmawati, S.Hum.

Editor:
Dr. Mochlasin, M.Ag.
Yusroh, M.Ag.
METODE PENELITIAN BAHASA ARAB:
Teori dan Praktik

Penulis : Dr. Rika Astari, S.S., M.A.


A. Syahid Robbani, M.Pd.
Abdul Mukhlis, S.Ag., M.Ag.
Muhammad Irfan Faturrahman, S.Hum.
Fatimah Fatmawati, S.Hum.

978-623-99614-5-9
ISBN :

Editor : Dr. Mochlasin, M.Ag., Yusroh, M.Ag.


Sampul & Layout : AW Studio

Penerbit : Laksbang Pustaka


(Members of LaksBang Group)
Anggota IKAPI No. 129/JTI/2011
Alamat : Griya Purwa Asri I-305, Purwomartani, Kalasan,
Sleman, Yogyakarta - 55571
Email: awstudio305@gmail.com
HP/WA: 0812.7020.6168
Cetakan Pertama : Juni 2022
ix + 309 hlm; 16 x 23 cm.

Hak cipta © dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun
tanpa izin tertulis dari penerbit.
PRAKATA

Alhamdulillâh, buku dengan judul "Metode Penelitian


Bahasa Arab: Teori dan Praktik" ini telah selesai ditulis dan kini
berada di hadapan pembaca. Harapan penulis, semoga kehadiran
buku ini dapat menambah lengkapnya khazanah studi kebahasaan,
terutama dalam kajian bahasa Arab.
Tujuan buku ini disusun adalah agar pembaca mampu
memahami konsep metode penelitian dan macamnya, memiliki
pengetahuan dan insight baru dalam penelitian, serta mampu
mempraktikkan langkah-langkah penulisan artikel ilmiah untuk
menghasilkan berbagai karya ilmiah tentang kajian bahasa Arab
sebagai sumbangsih bagi kazanah ilmu pengetahuan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A., Guru Besar Bahasa
Arab Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang telah berkenan
memberikan kata pengantar pada buku ini. Kepada IA Scholar
di bawah asuhan Prof. Dr. H. Irwan Abdullah, dari sini penulis
memperoleh inspirasi konsep-konsep penelitian dan publikasi
dalam penulisan buku ini. Kepada pihak lain yang tidak mungkin
disebutkan namanya satu per satu, kepada semuanya penulis
memberi penghormatan yang sebesar-besarnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Mochlasin,
M.Ag., dan Yusroh, M.Ag. yang berkenan menjadi editor buku ini.

• iii •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Penerbit LaksBang


Pustaka Yogyakarta yang telah berkenan menerbitkan buku ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif
guna kesempurnaan buku ini akan Penulis terima dengan senang
hati. Semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, khususnya bagi yang memiliki minat pada Bahasa dan
Sastra Arab. Amîn.

Yogyakarta, Mei 2022

Tim Penulis

• iv •
KATA PENGANTAR

Alḥamdulillāh, segala puji hanya milik Allah Ta’ala, buku


yang berjudul “Metode Penelitian Bahasa Arab: Teori dan Praktik”
ini telah terbit guna membantu pembaca untuk memahami
konsep dan langkah-langkah penelitian yang berkaitan dengan
pengembangan keilmuan Bahasa Arab.
Buku ini memaparkan teori-teori dan penjelasan langkah
kerja yang diperlukan dalam penelitian bahasa Arab. Penggunaan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian Bahasa
diuraikan berdasarkan kajian fonologis, sintaksis, semantik,
terjemah dan pembelajaran bahasa Arab. Pada bab publikasi karya
ilmiah, dijelaskan pula paragraf artikel dan strategi publikasi di
jurnal bereputasi baik nasional maupun internasional.
Selamat kepada para penulis, semoga buku ini bermanfaat
dan memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan
Bahasa Arab.

Yogyakarta, 9 Juni 2022

Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A.


Guru Besar Bahasa Arab UGM

•v•
DAFTAR ISI

Prakata.................................................................................................................. iii
Kata Pengantar.....................................................................................................v
Daftar Isi.............................................................................................................. vii

Bab I PENELITIAN........................................................................ 1
A. Pengertian Metode Penelitian................................ 1
B. Sumber Isu/Masalah ................................................. 2
C. Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif.........................................................................11
D. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif.....................................................................11
E. Penggunaan Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif.........................................................................12
F. Kriteria Kualitas dalam Penelitian Kualitatif.13
G. Tiga Masalah Kualitas Dasar dalam Penelitian
Kualitatif.........................................................................14
H. Bentuk Rumusan Masalah......................................15
I. Teori dalam Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif.........................................................................16
J. Ragam Topik Penelitian Sosiolinguistik...........17

• vii •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Bab II SISTEMATIKA PENELITIAN.................................... 41


A. Menyusun Pendahuluan..........................................41
B. Rumusan Masalah......................................................47
C. Menyusun Telaah Pustaka.....................................48
D. Menyusun Metode.....................................................51
E. Menyusun Temuan & Pembahasan....................57
F. Menyusun Kesimpulan............................................62
Bab III VARIAN CARA PENELITIAN BAHASA ARAB.65
A. Pendahuluan................................................................65
B. Metode Penelitian Fonologi...................................69
C. Metode Penelitian Gramatika...............................73
D. Metode Penelitian Terjemah.................................75
Bab IV PELAKSANAAN PENELITIAN KUALITATIF
BAHASA ARAB ............................................................... 79
A. Kajian Fonologis: “Relasi Bunyi dan Makna
dalam Bahasa Arab”..................................................79
B. Kajian Sintaksis: “Analisis Kontrastif antara
Kaidah Nahwu Basrah dan Kuffah”.................115
C. Kajian Semantik: “Leksikon Hewan dalam Al-
Qur’an”.........................................................................125
D. Kajian Semantik: “Makna Jilbab dalam
Surat Al-Ahzab Ayat 59 (Analisis Semantik
Perspektif Toshihiko Izutsu)”............................186
E. Kajian Terjemah: “Penggunaan Teknik
Penerjemahan Molina dan Albir serta Penga­
ruh­nya terhadap Kualitas Terjemahan Frasa
Idhafi Matan Hadits Arba’in An-Nawawi”....212
F. Kajian Pembelajaran Bahasa Arab...................225

• viii •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Bab V PELAKSANAAN PUBLIKASI DALAM BAHASA


ARAB................................................................................. 259
A. Landasan Artikel Jurnal yang Mudah Terbit.259
B. Alur Berpikir Menulis............................................260
C. Writing Article: Message in the Bottom........261
D. Alur Pikir Artikel Jurnal (Template)...............262
E. Pengambilan Sikap Menulis Artikel Jurnal..263
F. Hubungan Proposal Penelitian dengan Artikel
Penelitian ...................................................................270
G. Pemetaan Objek Material Penelitian..............270
H. Sistematika Berpikir Penelitian........................272
I. Alur Pikir Menulis ..................................................273
J. Template Publikasi Artikel.................................273
Bab VI PENULISAN REFERENSI........................................ 277
Bab VII PENUTUP........................................................................ 285
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 289
RENCANA PEMBELAJARAN MINGGUAN (RPM)........ 295
BIODATA PENULIS......................................................................... 309

• ix •
BAB I

PENELITIAN

A. Pengertian Metode Penelitian

Secara bahasa, metode adalah cara melaksanakan atau cara


mengamati suatu kegiatan dan menganalisis suatu fenomena.
Sedangkan penelitian suatu usaha untuk menjelaskan hubungan
suatu (x) dengan yang lain (y). X (faktor) bukan kata benda, akan
tetapi x adalah variabel atau variasi yang bisa saja lebih dari
satu. Sedangkan y (fenomena) adalah suatu tren, sesuatu yang
kontroversi (perdebatan) dan perbedaan.
Contoh:
Berhubungan
Variabel (x) Variabel (y)
dengan
Meningkatnya penggunaan
1. Motif keluasan
bahasa Inggris di media sosial
jaringan follower (x)
Arab (y)
2. Rendahnya interaksi
Turunnya kemampuan
pada pembelajaran
 muhadasah (y)
online (x)
3. Rendahnya interaksi Kesulitan pembelajaran
(x) bahasa Arab (y)
Meningkatnya penggunaan
4. Motif prestige (x)
bahasa Perancis di Maroko (y)

•1•
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Dari penentuan variabel (x) dan (y) ini maka akan


ditentukan judul, rumusan masalah, studi pustaka (literature
review), termasuk pembahasan penelitian juga mencangkup
variabel (x) dan (y).

Sumber Isu/Masalah
1. Topik yang sedang tren dibicarakan oleh suatu masyarakat
dan pada waktu tertentu.
Contoh: topik tentang berita perebutan jenazah pasien Covid-19
baik di Indonesia, Mesir maupun Libanon sebagaimana tampak
pada headline berita berikut ini:

www.annahar.com diposting pada www. cnnindonesia.com diposting


31 Mei 2020 pada 26/06/2020

2. Fenomena yang baru muncul di suatu waktu


Contoh: fenomena tentang kesadaran masyarakat akan zero
waste dan dikaitkan dengan resepsi masyarakat muslim
terhadap hadis-hadis tentang kesucian dan kebersihan.
3. Problem sosial yang menjadi kegelisahan masyarakat
Contoh: topik tentang gerakan poligami di media sosial, judi
online, maka dikaitkan dengan resepsi masyarakat muslim
terhadap ayat Alquran tentang poligami dan haramnya judi.
4. Kontroversi atau munculnya perdebatan yang dapat me­
nyebab­kan disintegrasi atau suatu hal yang tidak produktif.
Contoh: topik tentang kontroversi resepsi masyarakat muslim
terhadap kata auliya (QS.Almaidah:51) dan konteksnya dalam

•2•
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

pemilihan pemimpin yang menyebabkan munculnya Gerakan


212.
6. Keunikan
Contoh: Perbedaan Al-Qur’an terjemah bahasa Melayu dan
bahasa Belanda pada ayat-ayat kenabian

B. Macam-Macam Data Penelitian

Macam-macam data penelitian bila dilihat dari sumbernya


dapat dibagi menjadi dua, yaitu, data hasil penelitian lapangan
dan data dokumentasi. Data dokumentasi dapat berupa data hasil
penelitian yang telah dilakukan peneliti sendiri atau orang lain.
Data langsung dari lapangan sering disebut data primer, dan data
dokumentasi disebut data sekunder (Sugiyono, 2019). Penelitian
kualitatif yang lebih mendalam banyak berkaitan dengan data
kualitatif yang bermakna. Oleh karena itu, peneliti kualitatif
harus mampu memberi makna atau memberi interpretasi
terhadap fakta-fakta yang diperoleh di lapangan secara empiris
(Sugiyono, 2019). Contoh data gramatika pada suatu teks pada
penelitian bahasa Arab, maka datanya ada data dokumentasi.
Contoh judul: ism fail berbentuk mufrad dalam novel Naib Izrail
karya Yusuf As-Siba’i maka datanya/objek materialnya adalah
ism fail yang berbentuk mufrad dalam novel tersebut. Jika
penelitian tentang cara pengucapan kosakata bahasa Arab bagi
penutur ratasim (penutur cadel), maka dibutuhkan data lapangan
berupa wawancara hasil pengucapan kosakata bahasa Arab yang
diperoleh dari penutur ratasim. Berikut akan dipaparkan contoh
judul penelitian dan data yang perlu dipersiapkan:

•3•
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Judul
Data yang perlu dicari
(Apa yang terjadi?)
Disajikan pada temuan penelitian
(Telah terjadi…)
Kesulitan pembelajaran 1. Bentuk-bentuk kesulitan
nahwu di Pondok Pesantren a. Kesulitan memahami ism
Ora Aji di masa pandemi b. Kesulitan memahami fi’l
Covid-19 c. Kesulitan memahami harf
2. Faktor-faktor yang menyebabkan
kesulitan
a. Faktor konten/materi
b. Faktor motivasi
c. Faktor sarana prasarana
3. Dampak dari kesulitan terhadap….
a. Berdampak pada pemahaman
kitab
Meme campur kode Inggris- 1. Bentuk-bentuk meme campur kode
Arab dalam Akun Instagram 2. Faktor-faktor yang mnyebabkan
@Mr.Stealyourhabibti meme campur kode
3. Dampak dari meme campur kode
terhadap respon/penutur
Kesulitan pembelajaran 1. Bentuk-bentuk kesulitan
muhadasah online di masa 2. Faktor-faktor yang mnyebabkan
pandemi Covid-19 kesulitan
Studi pada …. 3. Dampak dari kesulitan.
Kesulitan pembelajaran 1. Bentuk-bentuk kesulitan
BTAQ online di masa pembelajaran BTAQ online
pandemi Covid-19 2. Faktor-faktor yang menyebabkan
kesulitan pembelajaran BTAQ online
3. Dampak dari kesulitan pembelajaran
BTAQ online
Interferensi bahasa Arab 1. Bentuk-bentuk Interferensi bahasa
Libanon dan bahasa asing Arab Libanon
2. Faktor-faktor yang menyebabkan
interferensi bahasa Arab Libanon,
salah satu penyebabnya adalah
kontak bahasa
3. Dampak dari interferensi bahasa
Arab Libanon

•4•
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Judul
Data yang perlu dicari
(Apa yang terjadi?)
Disajikan pada temuan penelitian
(Telah terjadi…)
Kesalahan berbahasa 1. Bentuk-bentuk kesalahan
peserta lomba debat bahasa berbahasa/kesalahan gramatika
Arab peserta debat bahasa Arab
2. Faktor-faktor yang menyebabkan
kesalahan berbahasa/kesalahan
gramatika saat debat bahasa Arab
3. Dampak dari kesalahan berbahasa/
kesalahan gramatika saat debat
bahasa Arab
Variasi bahasa Arab pada 1. Bentuk-bentuk variasi bahasa Arab
penutur Mesir pada penutur
2. Faktor-faktor yang menyebabkan
variasi bahasa Arab pada penutur
3. Dampak dari variasi bahasa Arab
pada penutur terhadap komunikasi
Penggunaan youtube pada 1. Bentuk-bentuk penggunaan youtube
pembelajaran bahasa Arab pada pembelajaran bahasa Arab di
di masa Pandemi Covid-19 masa Pandemi Covid-19
2. Faktor-faktor yang menyebabkan
penggunaan youtube pada
pembelajaran bahasa Arab di masa
pandemi Covid-19
3. Dampak dari penggunaan youtube
pada pembelajaran bahasa Arab di
masa pandemi Covid-19
Alih kode dan campur kode 1. Bentuk-bentuk alih kode dan
dalam caption instagram campur kode dalam caption
Baraa Masoud instagram Baraa Masoud
2. Faktor-faktor yang menyebabkan
alih kode dan campur kode dalam
caption instagram Baraa Masoud
3. Dampak dari alih kode dan campur
kode dalam caption instagram Baraa
Masoud

•5•
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Judul
Data yang perlu dicari
(Apa yang terjadi?)
Disajikan pada temuan penelitian
(Telah terjadi…)
Pergeseran makna kosakata 1. Bentuk-bentuk pergeseran makna
bahasa Korea ke dalam kosakata bahasa Korea ke dalam
bahasa Arab melalui konten bahasa Arab melalui konten “Run
“Run Bts” pada aplikasi Vlive Bts” pada aplikasi Vlive
2. Faktor-faktor yang menyebabkan
pergeseran makna
3. Dampak dari pergeseran makna
kosakata bahasa Korea ke dalam
bahasa Arab melalui konten “Run
Bts” pada Aplikasi Vlive
Kesalahan terjemah Arab- 1. Bentuk-bentuk kesalahan terjemah
Indonesia pada caption Arab-Indonesia
instagram penutur 2. Faktor-faktor yang menyebabkan
Indonesia? kesalahan terjemah Arab-Indonesia
3. Dampak dari kesalahan terjemah
Arab-Indonesia terhadap konteks
makna
Kesalahan penulisan 1. Bentuk-bentuk kesalahan penulisan
transliterasi Arab-Latin oleh a. Kesalahan penulisan nomina
pengguna instagram b. Kesalahan penulisan frasa
c. Kesalahan penulisan klausa
2. Faktor-faktor yang mnyebabkan
Kesalahan Penulisan
3. Dampak dari kesalahan penulisan
terhadap konteks kalimat
Rendahnya motivasi siswa… 1. Bentuk-bentuk rendahnya motivasi
dalam pembelajaran bahasa siswa
Arab 2. Faktor-faktor yang mnyebabkan
rendahnya motivasi siswa
3. Dampak dari rendahnya motivasi
siswa terhadap….

•6•
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Judul
Data yang perlu dicari
(Apa yang terjadi?)
Disajikan pada temuan penelitian
(Telah terjadi…)
Akurasi terjemah lagu Jawa 1. Bentuk-bentuk akurasi terjemah
‘Bapak’ (didi kempot) ke lagu
dalam lagu “Abata” 2. Faktor-faktor yang menyebabkan
akurasi terjemah lagu
- Faktor gramatika Jawa dan Arab
- Faktor budaya Jawa dan Arab
(apakah cara pandang Jawa dan
Arab terhadap sosok bapak itu
sama??
3. Dampak dari akurasi terjemah lagu
terhadap makna
Rendahnya minat literasi 1. Bentuk-bentuk rendahnya minat
karya Sastra Arab Jahili literasi karya sastra
Studi pada mahasiswa prodi 2. Faktor-faktor yang menyebabkan
Bahasa dan Sastra Arab UAD rendahnya minat literasi karya
sastra
3. Dampak dari rendahnya minat
literasi karya sastra terhadap
karakter
Efektivitas penggunaan 1. Bentuk-bentuk efektivitas
quiziz dalam pembelajaran penggunaan Quiziz dalam
bahasa Arab online pembelajaran bahasa Arab online
2. Faktor-faktor yang menyebabkan
efektivitas penggunaan Quiziz dalam
pembelajaran bahasa Arab online
3. Dampak dari efektivitas penggunaan
Quiziz dalam pembelajaran bahasa
Arab online terhadap pemahaman
siswa

•7•
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Judul
Data yang perlu dicari
(Apa yang terjadi?)
Disajikan pada temuan penelitian
(Telah terjadi…)
Efektivitas kursus bahasa 1. Bentuk-bentuk efektivitas kursus
Arab online di masa bahasa Arab online
pandemi 2. Faktor-faktor yang menyebabkan
efektivitas kursus bahasa Arab
online
3. Dampak dari efektivitas kursus
bahasa Arab online terhadap
pemahaman siswa
Efektifitas penggunaan 1. Bentuk-bentuk efektifitas
Tiktok dalam pembelajaran penggunaan Tiktok dalam
bahasa Arab pembelajaran bahasa Arab
2. Faktor-faktor yang menyebabkan
efektifitas penggunaan Tiktok dalam
pembelajaran bahasa arab
3. Dampak dari efektifitas penggunaan
tiktok dalam pembelajaran bahasa
Arab terhadap pemahaman siswa
Kesulitan pembelajaran 1. Bentuk-bentuk kesulitan
Maharatul kalam Online di pembelajaran Maharatul kalam
masa pandemi Covid-19 onine di masa pandemi Covid-19
2. Faktor-faktor yang menyebabkan
kesulitan pembelajaran Maharatul
kalam online di masa pandemi
Covid-19
3. Dampak dari kesulitan pembelajaran
Maharatul kalam onine di masa
pandemi Covid-19 terhadap
pemahaman siswa
Analisis fonologis pada lagu 1. Bentuk-bentuk analisis fonologis
Tamer Hosni pada lagu Tamer Hosni
2. Faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan fonologis pada lagu
Tamer Hosni
3. Dampak perubahan fonologis
terhadap makna lagu

•8•
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Judul
Data yang perlu dicari
(Apa yang terjadi?)
Disajikan pada temuan penelitian
(Telah terjadi…)
Pengaruh pembelajaran 1. Bentuk-bentuk pengaruh
bahasa Arab terhadap pembelajaran bahasa Arab terhadap
pemahaman nilai-nilai pemahaman nilai-nilai keagamaan
keagamaan 2. Faktor-faktor yang menyebabkan
Studi pada….. pengaruh pembelajaran bahasa Arab
terhadap pemahaman nilai-nilai
keagamaan
3. Dampak dari pengaruh
pembelajaran bahasa Arab terhadap
pemahaman nilai-nilai keagamaan
Efektifitas Kanal Youtube 1. Bentuk-bentuk efektifitas kanal
dalam meningkatkan youtube dalam meningkatkan
pembelajaran menyimak pembelajaran
bahasa Arab 2. Faktor-faktor yang menyebabkan
efektifitas kanal youtube dalam
meningkatkan pembelajaran
3. Dampak dari efektifitas kanal
youtube dalam meningkatkan
pembelajaran.
Perbandingan struktur 1. Bentuk-bentuk perbandingan
klausa pada berita Ar- struktur klausa pada berita
Riyadh dan Cnnindonesia 2. Faktor-faktor yang menyebabkan
perbandingan struktur klausa pada
berita
3. Dampak dari perbandingan struktur
klausa pada berita
Pergeseran makna terjemah 1. Bentuk-bentuk pergeseran makna
pada kata makian serial terjemah
“Jinn” 2. Faktor-faktor yang menyebabkan
pergeseran makna terjemah
3. Dampak dari pergeseran makna
terjemah terhadap konteks makna

•9•
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Judul
Data yang perlu dicari
(Apa yang terjadi?)
Disajikan pada temuan penelitian
(Telah terjadi…)
Transformasi media 1. Bentuk-bentuk transformasi media
pembelajaran bahasa Arab pembelajaran bahasa Arab
online di masa pandemi 2. Faktor-faktor yang menyebabkan
Covid-19 transformasi media pembelajaran
bahasa Arab
3. Dampak dari transformasi media
pembelajaran bahasa Arab
Peningkatan diglosia bahasa 1. Bentuk-bentuk peningkatan diglosia
Amiyah dalam media sosial bahasa amiyah dalam media sosial
Arab Arab
2. Faktor-faktor yang menyebabkan
peningkatan diglosia bahasa Amiyah
dalam media sosial Arab
3. Dampak dari peningkatan diglosia
bahasa Amiyah dalam media sosial
Arab terhadap
Interferensi bahasa Inggris 1. Bentuk-bentuk interferensi bahasa
dalam media sosial penutur Inggris dalam medsos penutur Arab
Arab. 2. Faktor-faktor yang menyebabkan
interferensi bahasa Inggris dalam
medsos penutur Arab
3. Dampak dari interferensi bahasa
Inggris dalam medsos penutur Arab
Ektifitas Media Tik Tok 1. Bentuk-bentuk efektifitas Tiktok
dalam pembelajaran bahasa dalam pembelajaran bahasa Arab
Arab 2. Faktor-faktor yang menyebabkan
studi pada akun Tik Tok @ Tiktok efektif dalam pembelajaran
rannux01 bahasa Arab
3. Dampak tiktok terhadap
pembelajaran bahasa Arab

• 10 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

C.
Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif

Metode penelitian kuantitatif adalah suatu metode yang


digunakan untuk meneliti data berupa angka-angka dan data
tersebut dianalisis menggunakan statistik. Metode ini digunakan
untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Metode penelitian kualitatif disebut demikian karena
data yang dikumpulkan dan dianalisis lebih bersifat kualitatif.
Instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti
itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu
bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi
sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Analisis
data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta
yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan
menjadi teori atau kaidah. Dalam penelitian bahasa Arab, seperti
penelitian tentang fonologi, gramatika, dan semantik, digunakan
metode kualitatif dengan cara menggali informasi dari data-data
yang ditemukan kemudian dianalisis dengan literatur/teori yang
disesuaikan untuk menjawab permasalahan.

D. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Metode Kuantitatif Metode Kualitatif


A. Tujuan A. Tujuan
 Menunjukkan hubungan  Menemukan teori/kaidah
antar varibel  Menggambarkan realitas yang
 Menguji teori kompleks
 Memperoleh pemahaman
makna dengan menggali data

• 11 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Metode Kuantitatif Metode Kualitatif


B. Teknik Pengumpulan Data B. Teknik Pengumpulan Data
 Kuesioner  Participant observation
 Observasi dan  in depth interview
wawancara terstruktur  Dokumentasi
C. Instrumen Penelitian C. Instrumen Penelitian
 Test, angket, wawancara  Peneliti sebagai instrument
terstruktur (human instrument)
 Instrumen yang telah  Buku catatan, tape recorder,
terstandar camera, handycam, dan lain-
lain

E. Penggunaan Metode Penelitian Kuantitatif dan


Kualitatif

Antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif tidak


perlu dipertentangkan karena masing-masing saling melengkapi,
memiliki keunggulan, dan kelemahannya. Berikut dikemukakan
kapan sebaiknya dua metode tersebut digunakan (Sugiyono, 2019):

1. Penggunaan metode kuantitatif digunakan apabila:


a. Masalah yang menjadi titik tolak penelitian sudah jelas.
Contoh: penelitian bahasa Arab yang akan menemukan
pola pemberantasan buta huruf Arab, maka data responden
buta huruf Arab sebagai objek material harus jelas.
b. Ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu
terhadap yang lain. Untuk kepentingan ini, metode
eksperimen paling cocok digunakan, misalnya: “Pengaruh
baca tulis Al-Qur’an (BTAQ) terhadap kemampuan
terjemah” atau kemampuan menelaah teks Arab.
c. Peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis
penelitian dapat berbentuk hipotesis deskriptif, komparatif,
dan asosiatif

• 12 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

d. Ingin memperoleh data yang akurat berdasarkan


fenomena yang empiris dan dapat diukur. Misalnya, ingin
mengetahui kemampuan terjemah teks Arab/kemampuan
menerjemahkan Al-Qur’an bagi mahasiswa BSA.

2. Metode kualitatif memahami makna di balik data yang


tampak, digunakan apabila:
a. Masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang
(Sugiyono, 2019).
b. Untuk memahami makna di balik data yang tampak.
Contohnya, pada peneliti kuantitatif kemampuan
menerjemahkan teks Arab dapat diukur dari banyaknya
kosakata Arab yang dihafal. Maka menurut penelitian
kualitatif data untuk mencari makna dari setiap perbuatan
tersebut hanya cocok diteliti dengan metode kualitatif
dengan teknik wawancara mendalam, observasi dan
dokumentasi.
c. Untuk memahami interaksi sosial, yaitu dengan cara ikut
berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi
sosial tersebut.
d. Memahami perasaan orang, yaitu dengan teknik
pengumpulan data wawancara mendalam, dan observasi
berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan
orang tersebut.
e. Untuk mengembangkan teori.

F. Kriteria Kualitas dalam Penelitian Kualitatif

Sandelowski dan Barroso, dalam Dornyei dan Zoltan,


menyatakan,
“Selama 20 tahun terakhir, banyak sekali artikel dan buku
yang membahas tentang kualitas dalam penelitian kualitatif.

• 13 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu telah berusaha


untuk mendefinisikan terkait konsep keahlian, ketelitian,
nilai, validitas, kriteria, kredibilitas dalam penelitian kualitatif.
(Dornyei, Zoltan, 2017)”

Salah satu alasan kesulitan ini terletak pada istilah “validitas


dan reliabilitas” merujuk pada penelitian empiris secara umum,
dalam praktiknya, istilah tersebut telah dikaitkan dengan metode
kuantitatif dan operasionalisasinya. Selain itu, studi kualitatif
melekat dan berkaitan erat dengan subjektif, interpretatif, dan
terikat konteks “kebenaran” yang relatif berdasarkan pada
persepsi individu. Oleh karena itu, beberapa peneliti berpendapat
bahwa penelitian kualitatif memerlukan prosedur tersendiri
untuk memperoleh validitas, yang berbeda dengan pendekatan
kuantitatif.

G. Tiga Masalah Kualitas Dasar dalam Penelitian


Kualitatif

Peneliti kualitatif kadang-kadang tidak mengikuti prinsip-


prinsip “metode ilmiah”. Beberapa masalah kualitas dasar dalam
pertanyaan kualitatif (Dornyei, Zoltan, 2017), yakni:

1. Data yang Tidak Bermutu


Subjektifitas pada interpretasi atau makna individu pada
penelitian kualitatif merupakan hal yang harus dihindari karena
hal itu akan memengaruhi kualitas penelitian. Maka, ketidakjujuran
dalam interpretasi makna hanya akan menghasilkan data yang
tak bermutu.

2. Kualitas Peneliti
Morse dan Richards memperingatkan bahwa peran
peneliti dalam studi kualitatif ini sangat menonjol karena mereka

• 14 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

merupakan instrumen pertama penelitian. Hal ini berbeda dengan


penelitian kuantitatif, para penelitinya tidak harus menghadapi
masalah ini karena sebagian besar peran peneliti dipandu oleh
prosedur standar.

3. Anekdotisme dan Kurangnya Kualitas Pengamanan


Masalah kualitas akhir telah dijelaskan oleh Silverman
bahwa akses mendalam peneliti kualitatif pada kasus tunggal harus
mengatasi permasalahan khusus. Bagaimana mereka meyakinkan
diri mereka sendiri (dan audiens mereka) bahwa “temuan” mereka
benar-benar didasarkan pada penyelidikan kritis atas semua data.
Ini terkadang dikenal sebagai masalah anekdotisme.

H. Bentuk Rumusan Masalah

Rumusan masalah deskriptif, kritis, implikatif dan


komparatif asosiatif:
1. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah
yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi atau memotret
situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan
mendalam.
Kalimat tanya yang digunakan adalah “bagaimana”.
Contoh pertanyaan
1) Bagaimana wujud kontroversi gaya bahasa berita perebutan
jenazah pasien Covid-19 di Indonesia dan Libanon
2. Rumusan masalah kritis adalah rumusan masalah yang
memandu peneliti untuk mengkritisi antara konteks atau
domain satu dibandingkan dengan yang lain.
Contoh pertanyaan:
1)
Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kontroversi gaya bahasa berita perebutan jenazah pasien
Covid-19 di Indonesia dan Libanon

• 15 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

2) Mengapa terjadi kontroversi gaya bahasa berita perebutan


jenazah pasien Covid-19 di Indonesia dan Libanon?
3. Rumusan masalah implikatif adalah rumusan masalah yang
memandu peneliti mengkonstruksi dampak hubungan domain
satu dengan yang lainnya.
Contoh pertanyaan:
1) Apa dampak kontroversi gaya bahasa berita perebutan
jenazah pasien Covid-19 di Indonesia dan Libanon terhadap
literasi masyarakat?
Contoh Rumusan Masalah Penelitian Kuantitatif:
1. Apakah peristiwa pandemi Covid-19 itu berpengaruh pada
istilah-istilah kedokteran bahasa Arab (rumusan masalah
deskriptif)?
2. Apakah peristiwa itu sesuai dengan teori A? (rumusan masalah
komparatif)
3. Apakah peristiwa itu merupakan peristiwa yang baru
(rumusan masalah komparatif)
Contoh Rumusan Masalah Penelitian Kualitatif:
1. Bagaimana makna jilbab dalam surat Al-Ahzab ayat 59?
2. Bagaimana sinonimi fi’l śulāsī mujarrad dan konteksnya dalam
Al-Qur’an?
3. Bagaimana penggunaan teknik penerjemahan Molina dan
Albir pada kitab Hadits Arbain An-Nawawi?

I. Teori dalam Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Teori yang digunakan dalam penelitian kuantitatif harus


sudah jelas karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas
masalah yang diteliti, bahkan sebagai dasar untuk merumuskan
hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen
penelitian. Oleh karena itu, landasan teori dalam proposal

• 16 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan


dipakai (Sugiyono, 2019). Sementara dalam penelitian kualitatif,
teori yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitian
kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang
setelah peneliti mengamati data dan memasuki lapangan.
Sebagai contoh, penelitian tentang masyarakat muslim
terhadap pemahaman kata auliya dalam QS. Al-Maidah: 51. Teori
awal yang digunakan adalah teori rsepesi, pada saat melihat data
pemahaman masyarakat terhadap kata auliya itu dipengaruhi
oleh media, maka diperlukan teori pengaruh ideologi terhadap
resepsi teks. Pada penelitian ini, peneliti harus memiliki wawasan
tentang kata auliya, konteks maknanya dalam QS. Al-Maidah: 51,
dan konteks sosial masyarakat di Indonesia, di mana pada tahun
2016 adanya gerakan 212 yang berkaitan dengan pemahaman
masyarakat Muslim terhadap kata Auliya.

J. Ragam Topik Penelitian Sosiolinguistik

Variasi bahasa adalah keragaman bahasa yang digunakan


penutur berbeda berdasarkan faktor geografis dan silsilah. Ragam
bahasa biasanya berbeda dari satu negara ke negara lain atau dari
satu daerah ke daerah lain. Teori ini tidak jauh berbeda dengan
yang terjadi 1.400 tahun lalu, di mana terdapat dua ragam utama
bahasa Arab, yaitu bahasa Arab standar atau SA (Standard Arabic)
dan bahasa Arab sehari-hari atau QA (Qolloquium Arabic). Modern
Standart Arabic (MSA) atau bahasa Arab Fusha adalah ragam
bahasa Arab yang digunakan dalam situasi formal sebagai bahasa
resmi pemerintah Arab, pendidikan, bahasa buku, publikasi
cetak, dan sastra di seluruh wilayah Arab. Bahasa Arab Standar
ini juga mencakup bahasa Arab Klasik (CA) dan bahasa Arab
Standar Modern (MSA). Bahasa Arab Klasik (CA) didefinisikan
dalam literatur sebagai bahasa formal dan sastra pra-renaisans.
Dan hal tersebut erat kaitannya dengan gaya bahasa Al-Qur’an

• 17 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

dan tradisi sastra Islam abad pertengahan. Bahasa Arab sehari-


hari adalah dialek daerah yang dituturkan penutur bahasa Arab
dalam percakapan sehari-hari dan komunikasi informal lainnya,
misalnya olahraga, musik, dan beberapa siaran acara TV.

1. Diglosia
Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang digunakan
masyarakat khususnya penutur untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan masyarakat lainnya. Latar belakang
masyarakat yang beragam budaya, suku, ras, dan daerah
menyebabkan suatu fenomena diglosia. Diglosia merupakan suatu
fenomena bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas
variasi bahasa (ragam bahasa tinggi dan ragam bahasa rendah)
yang ada di lingkungan masyarakat.
Istilah diglosia pertama kali digunakan oleh ahli bahasa
Jerman, Karl Krumbacher (1902), kemudian dikembangkan oleh
orientalis Perancis, William Marcais (1930). Adapun konsep
diglosia yang paling komprehensif dan diaplikasikan untuk
membahas hubungan antara Standard Arabic (SA) dan Qolloquial
Arabic (QA) dipresentasikan oleh Ferguson dalam artikel kata
Now-Classic pada tahun 1959. Penggambaran diglosia oleh
Ferguson bertujuan mendefinisikan fenomena sosiolinguistik,
mendeskripsikan variabel utamanya, memproyeksikan lintasan
potensial masa depan, dan memberikan kerangka teoritis
dalam ragam bahasa dengan hubungan sosiohistoris dan
mendefinisikan struktural tertentu. Menurutnya, tujuan diglosia
adalah mendeskripsikan kasus yang jelas, taksonomi, prinsip,
dan teori. Ferguson mencontohkan model diglosia melalui empat
situasi prototipe, termasuk bahasa fusha/ammiyah di negara-
negara Arab, Katharevusa dan Dhimtiki di Yunani, Schriftsprache
dan Schweizerdeutsch di Swis, dan Francais dan Creole di Haiti.

• 18 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Dalam bukunya, Ferguson mendefinisikan tentang diglosia


dengan ciri-ciri sebagai berikut (Albirini, 2016):
a. Keterkaitan struktural dan historis.
b. Adanya kesenjangan ragam bahasa pada tingkat tinggi dan
rendah.
c. Distribusi pelengkap dalam istilah konteks penggunaan.
d. Dikotomisasi istilah. Ragam bahasa tingkat tinggi dipelajari
dalam suasana formal, tulisan ilmiah, dan sulit dipelajari,
sedangkan bahasa tingkat rendah digunakan secara native
oleh anak-anak, percakapan biasa masyarakat dan mudah
dipahami.
e. Kontribusi yang tidak seimbang pada tradisi sastra dan
tulisan pada komunitas tutur dengan varietas tinggi menjadi
kontributor utama dalam sastra.
Situasi SA dan QA diperkenalkan sebagai contoh prototipe
diglosia. Ferguson berpendapat bahwa dua varietas tersebut
diglosik karena distribusi yang saling melengkapi dalam
konteks penggunaan. SA mewakili ragam bahasa tingkat tinggi
yang digunakan dalam konteks formal, semi formal, dan sastra.
Sedangkan QA mewakili varietas rendah yang digunakan dalam
percakapan informal dan lainnya. Untuk lebih spesifik, Ferguson
telah mengkategorikan 12 konteks yang mencontohkan domain
penggunaan untuk varietas tinggi dan rendah (Albirini, 2016).
Adapun contoh penggunaan varietas tinggi pada:
a. Khutbah di masjid atau gereja
b. Surat pribadi
c. Pidato politik
d. Kuliah universitas
e. Siaran berita
f. Editorial surat kabar, berita acara, dan caption pada gambar
g. Puisi

• 19 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Adapun contoh penggunaan varietas rendah pada:


a. Instruksi bekerja untuk pelayan
b. Percakapan dengan keluarga, teman, dan perguruan tinggi
c. Drama opera
d. Caption dalam kartun politik
e. Sastra rakyat.

2. Perbedaan Diglosia berdasarkan Konteks dan Fungsi


(Albirini, 2016)

3. Poliglossia dan Contiglossia


Poliglosia merupakan istilah yang mendeskripsikan
keadaan masyarakat atau wilayah yang terdapat beberapa bahasa
(atau varietas berbeda dari bahasa yang sama) dengan tujuan
penggunaan berbeda. Fokus penelitian ini menjadi salah satu tren
yang paling diminati dalam studi sosiolinguistik Arab di tahun
1970-an hingga awal 1990-an (Albirini, 2016). Beberapa contoh
komunitas multibahasa dapat dijumpai di Malaysia, Singapura,
dan Kaukasus.
Dalam linguistik Arab, Blanc (1960) mengidentifikasi
terdapat lima varietas utama dalam bahasa Arab, yakni classical
(klasik), modified classical (modifikasi klasik), elevated colloquial
(bahasa sehari-hari yang ditinggikan), koineised colloquial (bahasa
sehari-hari koineisasi), and plain colloquial (bahasa sehari-
hari biasa). Sementara Cadora (1992) berpendapat terdapat
tiga varietas bahasa Arab yakni, Modern Standart Arabic (MSA),

• 20 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Intercommon Spoken Arabic (Bahasa Arab lisan), dan Dialectical


Arabic(Albirini, 2016).
Sedangkan Contiglosia adalah istilah yang mendeskripsikan
keadaan masyarakat atau wilayah yang terdapat beberapa bahasa
berbeda yang memiliki tujuan penggunaan sama.

4. Local and Global Languages: Berber, Kurdish, English, and


French
Diskusi tentang situasi sosiolinguistik Arab, tidak lengkap
tanpa mempertimbangkan peran bahasa global dan lokal dalam
kancah sosiolinguistik Arab. Bahasa-bahasa ini sangat penting
untuk memahami sikap bahasa penutur, identitas bahasa,
pilihan bahasa, dan masalah terkait bahasa lainnya. Sepanjang
sejarahnya, bahasa Arab telah memengaruhi dan dipengaruhi oleh
sejumlah bahasa karena proses kontak bahasa (misalnya, Berber),
migrasi (misalnya, Persia), terjemahan (misalnya, Yunani), dan
kolonialisme (misalnya, Spanyol). Namun, kehadiran kompetitif
sejumlah bahasa lokal dan global dalam situasi sosiolinguistik
Arab cukup berpengaruh terhadap posisi bahasa Arab bagi
penuturnya (Albirini, 2016).
Salah satu bahasa daerah yang mengklaim ruang dan
legitimasi dalam ranah sosiolinguistik Arab adalah bahasa
Berber. Berber bukanlah satu bahasa, tetapi banyak bahasa yang
digunakan di berbagai negara Afrika Utara, termasuk Aljazair,
Maroko, Tunisia, Mauritania, Libya, dan Mesir.(Sadiqi, 1997)
Komunitas Berber tersebar di Afrika Utara dengan konsentrasi
yang lebih tinggi di Maroko dan Aljazair dan konsentrasi yang
lebih rendah di Libya, Tunisia, Mesir, dan Mauritania (Keita, 2010).
Komunitas Berber terpadat ada di Maroko (Masmuda, Kutama,
dan Zenata), dan di Aljazair (Kabyle dan Aures) (Benrabah, 2013).
Kejelasan timbal-balik mungkin tidak selalu dijamin di antara
penutur dari berbagai bahasa atau varietas Berber, bahkan dalam
satu negara.(Keita, 2010)

• 21 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Keberadaan bahasa-bahasa ini di Afrika utara mendahului


kehadiran bahasa Arab. Untuk waktu yang lama, Berber telah
menjadi bahasa lisan yang penggunaannya secara tradisional
terbatas pada daerah pedesaan tertentu dan domain rumah di
pusat-pusat perkotaan(Sadiqi, 1997). Namun, baru-baru ini ada
upaya bersama oleh berbagai daerah pemilihan untuk menyusun
dan membakukan Berber, menggunakan bahasa Latin dan abjad
Tifinagh Apalagi bahasa Berber menjadi bahasa nasional Aljazair.
Sepuluh tahun kemudian, Berber menjadi bahasa resmi secara
konstitusional di Maroko. Perkembangan ini telah memperluas
penggunaan Berber ke domain publik (misalnya, beberapa
sekolah, outlet media, dan majalah). Meskipun demikian,
ketika orang Arab Maroko dan Berber Maroko bertemu, media
komunikasi yang biasa digunakan adalah bahasa Arab Maroko,
mungkin karena penutur Berber juga menguasai bahasa Arab
Maroko dan bukan sebaliknya.
Kurdi adalah bahasa lain yang memperebutkan ruang
dalam kancah sosiolinguistik Arab. Kurdi bukanlah bahasa
tunggal, tetapi beberapa bahasa yang dituturkan oleh komunitas
tuna wicara yang tersebar di daerah-daerah di Turki Tenggara,
Iran Barat, Irak Utara, Syiria Timur Laut, dan bagian-bagian yang
lebih kecil di Georgia dan Armenia. Keberadaan orang Kurdi di
bagian utara Timur Tengah Arab mendahului keberadaan orang
Arab di wilayah ini. Bahasa Kurdi tidak dapat dipahami satu sama
lain, meskipun mereka sering memiliki sifat linguistik yang luas.
Dalam konteks Arab, bahasa Kurdi digunakan terutama di Irak
utara dan di sebagian kecil di Syiria utara(Albirini, 2016).
Sementara kehadiran Berber dan Kurdi terbatas pada
bagian-bagian tertentu dunia Arab, Inggris dan Prancis justru
dua bahasa global yang pengaruhnya terasa di berbagai bagian
arena sosiolinguistik Arab. Prancis menemukan jalannya ke
wilayah Arab melalui pendidikan misionaris Katolik, bantuan
kemanusiaan dan melalui gerbang Lebanon. Menurut Burrows

• 22 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

(1986), Prancis memperkenalkan diri mereka sebagai pelindung


umat Kristen di Lebanon, sehingga membuka jalan bagi intervensi
linguistik, budaya, dan militer di Suriah Raya pada tahun 1920,
setelah pecahnya permusuhan antara Syiah dan faksi Kristen di
Lebanon Selatan(Albirini, 2016).
Terlepas dari pengalaman Lebanon, bahasa Perancis
masuk ke wilayah Arab sebagai bagian dari paket kolonial yang
memaksakan bahasa dan budaya Prancis pada masyarakat Arab.
Kehadiran Prancis di kawasan Arab dimulai pada 1798 di Mesir
dan kemudian menyebar ke Aljazair, Maroko, Tunisia, Mauritania,
Lebanon, dan Suriah. Namun, Perancis tidak disebarkan hanya
dengan kekuatan militer. Dapat dikatakan, ia diadopsi dan kadang
disebarkan oleh elit sosial ekonomi lokal yang dalam banyak
kasus masih dianggap bertanggung jawab untuk mengamankan
tempatnya di ruang sosiolinguistik Arab. Hal ini terutama berlaku
di Maghreb/​​Afrika Utara dan Lebanon, dan lebih sedikit lagi di
Suriah dan Mesir di mana bahasa Perancis memainkan peran
kecil (Albirini, 2016).
Dibandingkan dengan bahasa Perancis, bahasa Inggris tidak
memiliki pengalaman kolonial di wilayah Arab (Mesir, Sudan,
Palestina, Yordania, Irak, dan wilayah Teluk) karena Inggris tidak
seagresif dalam mempromosikan bahasa dan budaya Inggris
seperti Perancis. Bahasa Inggris mulai surut secara bertahap
setelah negara-negara Arab memperoleh kemerdekaannya
dan memprakarsai kebijakan bahasa Arab adapatsi dalam
beberapa domain masyarakat. Namun, status global bahasa
Inggris, penyebaran teknologi dan komunikasi modern, serta
pengaruh ekonomi dan politik dari negara-negara berbahasa
Inggris, khususnya Amerika Serikat, mengharuskan masuknya
kembali bahasa Inggris dalam kancah sosiolinguistik Arab untuk
keperluan komunikasi global, daya saing ekonomi, penggunaan
teknologi baru, dan pembangunan nasional secara umum.
Seperti yang disarankan McArthur (2002: 450), bahasa Inggris

• 23 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

berfungsi sebagai “kendaraan utama perdagangan dunia, sains,


teknologi, aktivitas komputer, elektronik, media, budaya populer,
dan hiburan”. Di beberapa negara Arab saat ini, bahasa Inggris
merupakan mata pelajaran wajib di sekolah dasar. Bahasa Inggris
digunakan sebagai bahasa pengantar di beberapa universitas dan
sekolah Arab. Bahkan, di sebagian besar negara Arab, beberapa
diajarkan secara eksklusif dalam bahasa Inggris.
Banyak surat kabar, majalah, radio, dan saluran televisi
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa eksklusif. Bahasa
Inggris juga merupakan bahasa prestise di seluruh wilayah Arab
dan dengan cepat menempati domain yang dicadangkan untuk SA
dan Perancis di negara-negara Afrika Utara (Albirini, 2016) (Al-
Khatib, 2008; Battenburg, 2006).
Terakhir, pembahasan ini menunjuk ke sejumlah bahasa
lokal (Berber dan Kurdi) dan bahasa global (Inggris dan Prancis)
yang semakin dikenal di seluruh kawasan Arab. Bahasa-bahasa
ini memiliki potensi untuk mendistribusikan kembali parameter
utama lanskap diglosik Arab dan memengaruhi perilaku bahasa
penutur bahasa Arab, terutama mengingat kehadiran mereka di
domain dan fungsi sosial yang eksklusif untuk SA dan QA.

5. Sikap Bahasa (Language Attitude)


Sikap bahasa didefinisikan sebagai reaksi evaluasi
sosiologis psikologis terhadap suatu bahasa tertentu atau
terhadap penutur bahasa tersebut. Sikap bahasa adalah perasaan
yang dimiliki orang tentang ragam bahasa mereka sendiri atau
ragam bahasa orang lain (Albirini, 2016). Al-Qur’an adalah
salah satu dasar terpenting dari sikap positif yang dianut oleh
penutur bahasa Arab. Contoh, Ibnu Katsir penulis tafsir Al-Qur’an
terkenal mengaitkan pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa Al-
Qur’an dengan gagasan bahwa “itu adalah yang paling fasih,
mengartikulasikan, berlimpah, dan cocok untuk menyampaikan

• 24 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

makna yang dapat dipahami”. Puisi Arab klasik merupakan


sumber terpenting kedua setelah Al-Qur’an dalam kodifikasi dan
standarisasi SA, bukan hanya karena sifatnya yang arif dan fasih,
tetapi juga menempati ruang yang spesial dalam warisan dan
budaya Arab (Albirini, 2016).
Banyak penelitian yang ada tentang sikap bahasa
menegaskan sikap positif terhadap SA dan QA. Contoh, Hussein
dan EL Ali (1989) meyakinkan sikap 303 siswa Yordania terhadap
SA dan 3 varietas QA di Yordania. Temuan menunjukkan bahwa
siswa melihat SA dalam penghormatan dan kekaguman yang
lebih besar dibandingkan dengan tiga varietas bahasa sehari-hari.
Sikap positif terhadap SA tampaknya meningkat sejalan dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Albirini, 2016).
Summary of Relevant Participants’ Demographics
Variable Egyptian Jordanian Moroccan Saudi
Gender Male 90 72 68 142
Female 86 84 97 0
Ethnicity Arab 167 150 123 142
Non-Arab 9 6 42 0
Religion Muslim 168 152 163 142
Non-Muslim 8 4 2 0
Major S. Sciences 122 114 94 95
P. Sciences 54 42 71 47
No of SA 56 76 132 64
Languages QA 166 151 157 122
Spoken English 88 110 71 67
French 26 25 127 4
Other 14 16 45 6

Temuan menunjukkan bahwa masing-masing varietas


ini dinilai untuk tujuan yang berbeda. Bahasa Inggris dikaitkan
dengan sains, Perancis dengan budaya dan pendidikan, dan SA
dengan media berita, pendidikan, dan interaksi reguler.

• 25 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Standarisasi bahasa adalah proses di mana bentuk


bahasa konvensional ditetapkan dan dipertahankan. Alasan
munculnya standarisasi bahasa yakni ada banyak variasi tulisan
yang bersumber dari dialek lokal dan personal, membutuhkan
standarisasi bahasa untuk menjawab keberagaman, sehingga
mampu memperoleh hasil alat komunikasi terbaik dalam segala
aktivitas kehidupan dan aktivitas sosial.

Proses Standarisasi Bahasa

Proses Arab adapatsi merupakan salah satu aspek paling


kontroversial dari kebijakan bahasa di wilayah Arab, karena sifat
kompleks dari situasi sosiolinguistik multidialektal, multinasional,
dan multietnis bahasa Arab. Al-Abed Al-Haq (1994), misalnya,
mengidentifikasi dua belas definisi yang berbeda dari Aradapatsi
berdasarkan tinjauannya terhadap literatur yang relevan. Dalam
bidang sosiolinguistik, istilah ini sering merujuk pada dua konsep
yang saling terkait(Albirini, 2016):
a. Kebijakan bahasa yang mempromosikan penggunaan bahasa
Arab, khususnya di sektor publik, pada era pascakolonial.
b. Proses linguistik dan sosiokultural dalam memasukkan kata-
kata asing dan terminologi baru ke dalam bahasa Arab
Perbedaan perlu dibuat antara arabicization dan
Arabization yang, meskipun sering digunakan secara bergantian,
menjelaskan dua proses yang terkait tetapi berbeda. Secara umum,
arabicization adalah kebijakan bahasa yang telah diterapkan
dalam skala terbatas di berbagai negara arab, sementara

• 26 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Arabization adalah proses linguistik dan sosial-budaya yang tidak


pernah diterapkan dalam konteks sosiolinguistik Arab modern.
Studi sikap tentang arabicization menunjukkan bahwa
pandangan penutur bahasa Arab tentang kebijakan bahasa ini
mengikuti tiga pola utama:
a. Pro arabicization
b. Kontra arabicization
c. Kritik arabicization.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat menyimpan
bahwa sikap bahasa adalah perasaan yang dapat dianggap orang
lain untuk menanggapi bahasa lain. Standarisasi bahasa adalah
proses konvensional bahasa yang didirikan dan dipertahankan.

6. Identitas Sosial (Social Identity)


Identitas sosial dapat didefinisikan melintasi garis kebang­
saan, etnis, ras, agama, bahasa, geografis, sejarah, dan ideologi,
seringkali melibatkan definisi diri sebagai bagian internal atau
eksternal dalam suatu kelompok(Albirini, 2016). Bahasa Arab
merupakan identitas yang sangat dibanggakan oleh penuturnya
karena beberapa alasan, yaitu posisinya sebagai bahasa Al-
Qur’an, media penghubung setiap generasi dengan kekayaan
litera­tur Arab klasik, serta simbol persatuan masyarakat Arab
dalam konsep Arabic National Identity atau kesatuan bahasa dan
kesama­an budaya (Islam). Relasi intimnya dengan Al-Qur’an tidak
sekedar membawanya tersebar luas, tetapi juga melahirkan dog­
ma linguistik di antara penutur. Mereka meyakini bahwa bahasa
Arab, dengan kelenturan dan kekuatan yang dimilikinya, dapat
menjawab segala kebutuhan masyarakatnya.(Kamusella, 2017)
Pada kenyataannya, sejak era kolonialisme dan seiring
kemunduran masyarakat Arab, bahasa ini mulai tersudutkan
dengan kehadiran terminologi asing yang berkaitan erat dengan

• 27 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

kemajuan bidang ilmu dan teknologi secara global. Menurut


Ferguson, identitas ini menderita karena situasi diglosia, yang
merupakan titik lemah dalam linguistik, di mana para penuturnya
kerap tidak memiliki intuisi yang jelas dalam penggunaan bahasa
lisan. Mereka selalu berpindah-pindah antara bahasa standar dan
dialek, sehingga penetapan kaidah gramatika dan penilaiannya
menjadi sulit. Konsekuensinya, bahasa Arab dipandang tidak
memiliki kemampuan untuk menjawab tuntutan era modern.
Bahkan, oleh sebagian kalangan bahasa ini dianggap tertutup dan
tidak relevan dengan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak
salah apabila muncul suara-suara yang mengusulkan penggunaan
bahasa lokal (dialek) dan huruf Latin sebagai pengganti dari
bahasa Arab.
Beberapa contoh adanya serangan budaya dan linguistik
bahasa Inggris ke wilayah Arab dapat dicermati berikut ini:
a. Penggunaan nama Inggris secara luas untuk toko, perusahaan,
dan orang
b. Penggunaan kata-kata bahasa Inggris pada pakaian dan
dekorasi
c. Profil pusat bahasa Inggris di sekolah dan universitas
d. Ketergantungan pada bahasa Inggris dalam pariwisata dan
perdagangan
e. Penggunaan ekspresi bahasa Inggris yang umum (hai, selamat
tinggal, oke) dalam interaksi sehari-hari oleh anak muda Arab.
Penyebaran dan kecintaan pada bahasa Inggris di kalangan
pemuda Arab menjadi kekhawatiran karena menciptakan identitas
lokal yang tidak menyadari sejarah dan warisan umum Arab
dan menjadikan identitas global sebagai budaya mereka. Untuk
melestarikan identitas Arab, masyarakat Arab harus fokus pada
penguatan posisi SA dalam pendidikan, media, dan kehidupan
luas. SA dapat bersaing dengan bahasa Inggris jika ada upaya

• 28 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

sungguh-sungguh dilakukan oleh pemerintah Arab dan lembaga


yang bertanggung jawab untuk mempromosikan SA. Kehadiran
SA yang menyusut dalam kancah kehidupan dapat dibumikan
kembali dengan mengalokasikan pengembangan QA di struktur
internal (radio, televisi, dan internet) untuk SA (Albirini, 2016).

7. Variasi dan Perubahan Bahasa (Language Variation and


Change)
Variasi adalah bagian intrinsik dari semua bahasa manusia.
Hal ini telah diamati pada penutur individu dalam komunitas
tutur yang sama, dan secara alami berdampak luas di berbagai
kelompok sosial. Variasi tidak dipelajari sebagai topik itu sendiri,
dan motivasi sosialnya juga tidak diselidiki. Sebaliknya, variasi
bahasa dibahas sebagian besar untuk tujuan keagamaan dan
preskriptif. Dalam konteks bahasa Arab, variasi telah dicatat
lintas wilayah, parameter sosial, waktu, dan bahkan di antara
penutur individu. Pengaruh ini sesuai dengan perbedaan yang
biasanya dibuat antara empat bidang yang saling terkait dalam
studi variasi dan perubahan bahasa: variasi regional, variasi
sosial, variasi temporal, dan variasi gaya masing-masing(Albirini,
2016).
Variasi dan perubahan bahasa diwujudkan melalui
praktik linguistik penutur dalam lingkungan sosial tertentu yang
dipengaruhi oleh sikap atau ideologi bahasa penutur. Variasi dan
perubahan bahasa biasanya terkait dengan hubungan kekuasaan
antara kelompok sosial yang berbeda. Dengan mempelajari
mekanisme variasi bahasa dan arah perubahan bahasa, kita dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dinamika sosial
dan hubungan kekuasaan antar kelompok sosial yang berbeda.
Seperti fenomena bahasa lain, variasi dan perubahan mungkin
mencerminkan struktur, proses, dan hubungan sosial. Maka,
benar bila variasi dan perubahan bahasa tidak dapat dipahami

• 29 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

secara utuh jika mengabaikan dimensi sosial, politik, dan sejarah


konteks di mana mereka terjadi.
Sebelum pekerjaan Labov di tahun 1960-an, studi tentang
variasi linguistik difokuskan terutama pada variasi regional
dan kontekstual. Studi tentang variasi regional dan kontekstual
biasanya mengikuti pendekatan etnografi, di mana kerja
lapangan merupakan metode pokok pengumpulan, analisis, dan
pelaporan data. Pendekatan ini masih digunakan, terkadang
dikombinasikan dengan komponen kuantitatif. Dua jalur utama
penelitian. Yang satu fokus pada batas-batas geografis dari dialek
yang berbeda. Garis penelitian lain fokus pada diversifikasi bahasa
di suatu wilayah karena kontak bahasa. Pendekatan ini masih
menginspirasi penelitian variasi di wilayah Arab dan di seluruh
dunia, seperti yang akan dijelaskan di bawah ini(Albirini, 2016).
Pembahasan ini memfokuskan pada dua hal. Pertama, meng­
kaji evolusi dialektologi regional di wilayah Arab dan per­luasan­
nya hingga melibatkan bidang penelitian lain. Penelitian paling
awal tentang variasi bahasa di dunia Arab telah menghasilkan
studi deskriptif penting tentang berbagai dialek Arab. Penelitian
pada paruh kedua abad yang lalu lebih banyak tentang fenomena
yang berkaitan dengan kontak bahasa, terutama koineisasi dan
pidginisasi. Peran potensial koineisasi yang diwujudkan melalui
sejumlah proses yang saling terkait, seperti penyamarataan,
pencampuran, dan akomodasi dalam evolusi dan pembentukan
beberapa dialek Arab. Koineisasi juga diperiksa dalam kerangka
sejumlah hipotesis tentang perkembangan CA dan dialek regional
modern di kawasan Arab. Contoh koineisasi terbaru telah disorot,
terutama yang mengarah pada munculnya dialek campuran di
kota-kota, seperti Amman dan Kairo.
Adapun pidginisasi, bagian ini meneliti hipotesis Versteegh
(1984) tentang perkembangan dialek Arab modern melalui
proses kreolisasi, pidginisasi, dan dekolisasi. Kasus yang lebih baru

• 30 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

dari pidiginisasi dan kreolisasi berbasis bahasa Arab di Afrika dan


negara Teluk telah ditinjau. Dialektologi sosial telah memperoleh
tempat yang menonjol di lokus penelitian variasi sejak tahun
1960-an, terutama dengan munculnya paradigma Labovian
dan konsentrasinya pada peran faktor sosial dalam variasi dan
perubahan bahasa.
Bagian kedua, fokus pada dialektologi sosial dengan
perhatian khusus diberikan pada anteseden sosial dari variasi
bahasa di Dunia Arab. Di antara berbagai faktor sosial yang
penting untuk menjelaskan variasi dan perubahan bahasa,
adalah gender. Hubungan antara gender dan variasi bahasa telah
diperluas dalam bab ini, di luar fokus penelitian variasi utama,
untuk memasukkan tiga perspektif: (1) variasi dalam menandai
gender gramatikal; (2) variasi dalam praktik bahasa pria dan
wanita; dan (3) variasi peran laki-laki dan perempuan dalam
perubahan bahasa. Selain itu, juga membahas peran kelas sosial,
pendidikan, etnis, agama, waktu, dan lokalitas dalam variasi dan
perubahan bahasa. Telah dikemukakan bahwa faktor-faktor ini
bekerja secara bersama-sama daripada secara independen, dan
oleh karena itu pemahaman yang lebih dalam tentang variasi
dan perubahan bahasa memerlukan pertimbangan sebanyak
mungkin variabel sosial. Singkatnya, dengan mempertimbangkan
kompleksitas realitas sosial membantu memberikan gambaran
yang lebih komprehensif tentang mekanisme yang mendasari
variasi dan perubahan bahasa. Perlu diketahui bahwa penelitian
variatif Arab telah sangat dipengaruhi oleh perkembangan
penelitian di Eropa dan Amerika Utara(Albirini, 2016).

8. Alih kode (Code Switching)


Ragam bahasa yang tersedia bagi penutur bahasa Arab
dalam interaksi sosialnya membutuhkan alih kode. Dalam
perkembangannya, pada dua dekade terakhir, telah ada usaha

• 31 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

penjajaran bahasa resmi dan bahasa sehari-hari sebagai bentuk


alih kode. Demi kesederhanaan analisis, akan dibedakan tiga
jenis alih kode: (1) peralihan kode dwibahasa antara QA dan
bahasa yang secara tipologis berbeda, terutama bahasa Perancis
dan Inggris; (2) alih kode bidialektal antara SA dan QA; dan (3)
peralihan kode dalam wacana tertulis. Perbedaan ini tidak hanya
dimotivasi oleh alasan organisasi, tetapi juga untuk menjelaskan
perbedaan mekanisme yang mengatur bentuk alih kode ini.
Pembahasan ini mendeskripsikan penggunaan alih kode
untuk tujuan sosial dan pragmatis yang berbeda. Dalam peralihan
kode dwibahasa, bahasa Arab sehari-hari: sering dialokasikan
untuk topik agama dan budaya tertentu, sedangkan bahasa
Inggris/Prancis digunakan untuk topik teknis, akademis, dan
bisnis. Bahasa Arab resmi tampaknya tidak ada dalam bidang
peralihan kode dwibahasa, kecuali dalam penulisan sastra. Dalam
peralihan kode bidialektal, bahasa Arab fusha varietas tinggi
diimplementasikan untuk fungsi serius, penting, dan intelektual,
sementara bahasa Arab sehari-hari, sebagai varietas rendah
digunakan untuk fungsi kurang penting, seperti penyederhanaan,
penjelasan, lelucon, dan penghinaan. Dalam wacana tertulis,
bahasa Arab sehari-hari telah sejajar dengan bahasa Arab fusha,
dan kehadirannya tampak dominan pada genre sastra konteks
Mesir (Rosenbaum, 2011).
Perbedaan yang relevan dalam peralihan kode bidialektal
dalam situasi sosiolinguistik Arab, dibuat antara ucapan yang di­
pan­tau dan yang tidak dipantau. Yang pertama sering menyerukan
penggunaan bahasa Arab fusha, sedangkan yang terakhir sering
melibatkan penggunaan bahasa Arab sehari-hari. Alih kode dalam
situasi bicara yang dipantau mencerminkan ekspektasi sosial dan
li­nguistik umum dari komunitas bahasa, yang menjadi representasi
diglosia. Dalam pidato tanpa pengawasan, fungsi alih kode di­pe­
ngaruhi oleh faktor interpersonal dan antarkelompok dan me­
libat­kan negosiasi peran, makna, dan identitas. Ketika warga

• 32 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

negara Arab dan penduduk lokal berinteraksi, mereka terlibat


dalam jenis alih kode yang terakhir dan oleh karena itu harus
menggunakan paket bahasa mereka untuk menegosiasikan peran
dan identitas mereka. Selain itu, ketika digunakan oleh penduduk
lokal Arab, peralihan kode seringkali diatur terutama oleh alasan
pragmatis. Dengan demikian, prestise yang tidak proporsional
dari bahasa Arab Standar dan Bahasa Arab sehari-hari membawa
sedikit bobot pada pilihan bahasa dalam percakapan sehari-hari.
Pembahasan ini menyoroti hubungan rumit antara alih
kode, diglosia, sikap, dan identitas. Misalnya, penyebaran alih kode
dalam wacana tertulis di Mesir dapat dilihat sebagai cerminan dari
sikap yang umumnya positif dari banyak orang Mesir terhadap
dialek mereka dan rasa identitas nasional mereka yang kuat. Perlu
dicatat bahwa beberapa pola alih kode bidialektal sebagian dapat
dijelaskan oleh model alih kode yang ada, meskipun ini sebagian
besar didasarkan pada pengalaman komunitas dwibahasa.
Sebagai contoh, alih kode bahasa Arab sehari-hari yang
lebih sederhana, dalam wacana agama terkadang dimotivasi oleh
kebutuhan untuk mengakomodasi pendengar, yang kesulitan
memahami istilah dan ekspresi bahasa Arab fusha tertentu.
Demikian juga, alih kode dapat dilihat sebagai strategi kesopanan
yang digunakan pembicara untuk mengancam, misalnya dalam
mengutuk. Ini menunjukkan bahwa, meskipun peralihan kode
bidialektal dimotivasi oleh alasan yang mungkin berbeda secara
historis, linguistik, dan ideologis dari yang ditemukan dalam
konteks dwibahasa, mereka menampilkan kesamaan dalam detail
tertentu. Namun, masuk akal untuk mengatakan bahwa fungsi
sosiolinguistik yang luas dari peralihan kode antara bahasa Arab
Standar dan bahasa Arab sehari-hari dilatarbelakangi oleh faktor-
faktor yang spesifik secara kontekstual, terutama peran dan status
dari dua kode tersebut dalam komunitas penutur bahasa Arab.

• 33 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

9. Penggunaan Media Digital dan Bahasa


Dua dekade terakhir, penyebaran berbagai teknologi dan
media komunikasi digital demikian pesat dan belum pernah terjadi
sebelumnya di seluruh dunia. Internet, yang semakin dikenal
sebagai salah satu pusat utama aktivitas manusia, menjadi bahan
pokok komunikasi dan akses informasi di seluruh Arab. Menurut
laporan media sosial Arab, yang diproduksi dan diperbarui setiap
tahun oleh Dubai School of Government, jumlah pengguna internet
di kawasan Arab per Mei 2013 sekitar 125 juta dengan tingkat
pertumbuhan 60% sejak Mei 2011.
Laporan yang sama menunjukkan bahwa jumlah pengguna
ak­tif Facebook di kawasan Arab hingga Mei 2013 adalah 54.552.875.
Tingkat penetrasi Facebook rata-rata di negara-negara Arab lebih
dari 19%, naik dari 12% pada Juni 2012. Persentase pengguna di
bawah usia tiga puluh tahun adalah 68% dari total jumlah pengguna
Facebook. Jumlah total pengguna Twitter aktif di wilayah Arab
men­capai 3.766.160 tweet pada Maret 2013. Pada tahun 2013,
perkiraan jumlah tweet yang dihasilkan oleh pengguna Twitter
di dunia Arab adalah 10.832.000 tweet per hari. Dubai School of
Government melakukan survei yang melibatkan 3.373 peserta
dari dua puluh dua negara Arab. Survei tersebut menunjukkan
bahwa 85% dari total responden melaporkan bahwa komunikasi
online telah meningkatkan komunikasi sosial mereka, dan 71%
setuju bahwa media sosial menggantikan komunikasi tatap muka
tradisional. Angka-angka ini menunjukkan bahwa komunikasi
yang dimediasi secara elektronik telah menjadi bagian integral
dari pengalaman kehidupan sehari-hari bagi banyak individu ber­
bahasa Arab, dan terutama di kalangan kaum muda.
Evolusi internet didorong oleh ideologi pembangunan yang
berkembang di Barat setelah Perang Dunia II. Ideologi ini fokus
pada teknik dan sains untuk meningkatkan “Industrialisasi skala
besar, militerisasi, dan kekuatan politik nasional”.(Shahidullah,

• 34 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

1991) Ideologi-ideologi ini secara langsung berkorelasi dengan


dua masalah yang saling terkait, yang pertama adalah ketakutan
kekuatan-kekuatan Barat akan kehilangan keunggulan politik dan
ekonomi mereka setelah Perang Dunia II, dan yang kedua adalah
gerakan pembebasan nasional di seluruh dunia ketiga.
Internet dikembangkan pada akhir 1960-an untuk
menyediakan jaringan komunikasi yang aman dan dapat bertahan
bagi organisasi yang terlibat dalam penelitian terkait pertahanan.
Namun, baru pada awal 1990-an, internet dikomersialkan di
bawah tekanan ekonomi perusahaan. Perusahaan-perusahaan
Barat yang bertujuan memanfaatkan internet untuk menciptakan
pasar siber yang terus berkembang. Komersialisasi internet
telah memungkinkan perusahaan untuk mengalihkan penekanan
dari memproduksi dan mengendalikan barang-barang material
menjadi mengendalikan informasi.
Harold Innis, dalam karyanya yang berpengaruh, The Bias
of Communication (1951), berpendapat bahwa perkembangan
sarana komunikasi baru selalu mengarah pada dominasi
beberapa bahasa atau ragam bahasa dengan mengorbankan
yang lain. Misalnya, tradisi lisan dan bahasa vernacular yang
terkait dengan tradisi ini dominan di Yunani kuno, tetapi mereka
dikalahkan oleh pengenalan kodeks perkamen dan bersamaan
dengan kemunculan bahasa Latin sebagai lingua Francians di
dunia Kristen.
Penyebaran Islam ke arah Barat, ketergantungan pada
kertas, dan revitalisasi klasik Yunani menyebabkan munculnya
kembali bahasa-bahasa daerah dan melemahnya bahasa Latin,
yang akhirnya mengarah pada perkembangan banyak dialek
Eropa. Perkembangan pers membantu menciptakan bahasa
nasional standar yang dipromosikan dalam batas-batas negara-
bangsa Eropa. Meski Innis tidak berumur panjang menyaksikan
media digital baru, penelitian tentang teknologi informasi dan

• 35 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

komunikasi menunjukkan munculnya bentuk-bentuk linguistik


baru dalam lanskap sosiolinguistik media digital itu sendiri, yang
juga tercermin dalam komunikasi kehidupan nyata (Albirini,
2016).
Terlepas dari multilingualisme sebagai fitur media atau
kontennya, terdapat minat ilmiah yang berkembang dalam
praktik multibahasa dalam komunikasi yang menggunakan media
elektronik. Salah satu aktivitas multibahasa online yang paling
luar biasa adalah penggunaan lebih dari satu variasi linguistik
dalam satu kalimat atau sebagian wacana, dengan cara yang
mirip dengan Ilmu Komputer dalam situasi kehidupan nyata.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa jenis alih kode ini
telah didekati dari perspektif yang sama dan telah menggunakan
metode yang sama seperti alih kode percakapan dalam situasi
kehidupan nyata. Sama seperti mitranya dalam komunikasi offline,
alih kode online ditemukan sering termotivasi secara kontekstual
dan/atau fungsional, daripada acak. Dengan kata lain, alih kode
tertulis online mengikuti konvensi gaya dan sosial yang serupa
dengan yang ditemukan dalam komunikasi lisan offline (Albirini,
2016).
Linguistik mengubah internet dan media terkait serta
aplikasi bahasa. Diketahui dengan baik bahwa perubahan bahasa
yang tidak beroperasi telah diperkenalkan ke dalam kancah
sosiolinguistik Arab yang menarik untuk proses teori dan
struktur. Pada saat yang sama, perubahan bahasa dapat berfungsi
sebagai solusi: ia selalu tertanam dalam komunitas masyarakat
yang lebih besar, lingkungan, agen perubahan sosial. Munculnya
bentuk linguistik baru dalam realitas sosial dan tertentu, menurut
Labov, seringkali dimotivasi oleh prinsip ketidaksesuaian, yang
menurutnya komunitas bahasa generasi muda dapat mengarah
pada konstruksi konsep baru, praktik, seluruh komunitas ketika
mereka dikaitkan dengan ciri-ciri sosial yang positif (misalnya,
dengan menggunakan bentuk-bentuk linguistik baru. Bentuk-

• 36 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

bentuk linguistik baru dapat digeneralisasikan untuk bergeser


dari atau bahkan menentang suatu norma linguistik yang
ditetapkan oleh mobilitas sosial generasi tua ke atas), sehingga
akhirnya menjadi norma linguistik baru.
Milroy (1987) mengemukakan bahwa perubahan bahasa
terutama didorong oleh struktur. Menurut teori jaringan sosial
Milroy, jaringan sosial yang sangat terhubung cenderung tahan
terhadap inovasi dan perubahan linguistik, sedangkan jaringan
yang terhubung dengan lemah lebih terbuka terhadap perubahan
linguistik. Teori jejaring sosial telah digunakan untuk menjelaskan
perubahan linguistik yang diperkenalkan oleh media digital.
Asumsinya bahwa hubungan yang mengikat penutur biasanya
tidak sekuat hubungan antara orang-orang di dunia fisik.
Namun, internet telah mendefinisikan kembali praktik kursif
dan pertunjukan identitas daripada pada ikatan sosial lainnya
(bangsa, etnis, agama, dan lain-lain.). Itulah mengapa keterkaitan
antara penggunaan bahasa dan dinamika identitas merupakan
aspek penting dari komunikasi digital. Pendekatan yang lebih baru
melihat perubahan bahasa sebagai proses evolusi yang sering
melibatkan kemampuan penutur baru untuk mereplikasi model
kompetensi linguistik yang dimiliki oleh generasi sebelumnya.
Kemampuan penutur baru untuk mereplikasi kompetensi model
yang ada bergantung pada peluang yang mereka miliki untuk
dihadapkan pada bahasa (Albirini, 2016).
Maka, pembahasan ini mengkaji dampak penyebaran media
digital pada praktik bahasa penutur bahasa Arab online dan efek
luasnya pada perilaku bahasa offline mereka. Salah satu implikasi
utama pendidikan berbasis teknologi adalah penggunaan bahasa
Inggris dalam interaksi online anak muda penutur bahasa Arab.
Bahasa Inggris ditampilkan sebagai pesaing utama Bahasa Arab
Standar dan Bahasa Arab Sehari-hari di media digital. Ciri lain
dari interaksi online adalah meluasnya penggunaan bahasa Arab
sehari-hari sebagai ragam tulisan dan pembentukan kaidah

• 37 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

penulisan baru, yang mirip dengan Arabizi. Penyebaran bahasa


Inggris, bahasa Arab skrip Inggris, dan bahasa Arab Sehari-hari
telah dianggap sebagai ancaman terhadap hubungan antara bahasa
Arab Standar dan identitas Arab, ditandai dengan perpindahan
antarbahasa yang berbeda atau ragam bahasa. Komunikasi online
di kawasan Arab juga ditandai dengan penyebaran lebih dari
satu ragam bahasa, khususnya bahasa Arab standar, bahasa Arab
sehari-hari, dan bahasa Inggris. Sementara bahasa Arab standar
sebagian besar digunakan untuk fungsi-fungsi penting (misalnya,
teorisasi), bahasa Arab sehari-hari digunakan untuk fungsi yang
kurang penting (misalnya, memarahi), dan bahasa Inggris di­
gunakan untuk menyampaikan pesan yang menargetkan audiens
global.
Ketersediaan media digital yang meningkat dan keter­
gantungan yang meluas pada komunikasi digital menimbulkan
sejumlah pertanyaan yang penting untuk membayangkan arah
masa depan dari bahasa global dan lokal yang ada di kawasan
Arab. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran bahasa Inggris
telah memicu perdebatan di kalangan intelektual Arab mengenai
pandangan instrumentalis dan pandangan budaya bahasa.
Sebagian besar penutur bahasa Arab memandang pembelajaran
dan penggunaan bahasa Inggris dari perspektif instrumentalis.
Titik permasalahannya adalah apakah arah perdebatan
ini akan berubah seiring dengan meningkatnya penyebaran
bahasa Inggris, tidak hanya di media digital, tetapi juga dalam
komunikasi kehidupan nyata. Akankah dialek bahasa Arab
sehari-hari dikenali, dikodifikasi, dan distandarisasi sebagai hasil
dari penggunaannya yang meningkat dalam penulisan online
dan jumlah dukungan yang mengesankan yang mereka terima
dari aktivisme sosiolinguistik online? Akankah ideologi bahasa
yang telah mempertahankan status Bahasa Arab Standar dalam
masyarakat Arab memberi jalan kepada realitas sosial di mana
Bahasa Arab Standar hampir tidak digunakan oleh penutur

• 38 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

bahasa Arab muda?


Jika bahasa Arab Standar kehilangan mata uangnya
sebagai bahasa yang digunakan, ikatan apa yang mungkin dimiliki
oleh komunitas Arab yang beragam secara bahasa, budaya,
ekonomi, dan politik, dan bagaimana masa depan identitas
Arab? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi inti dari adegan sosio­
linguistik Arab di tahun-tahun mendatang karena, seperti di­
sebutkan di atas, teknologi digital baru-baru ini menjadi pusat
kegiatan komunikatif oleh penutur bahasa Arab, dan mereka
mungkin berkontribusi besar pada bentuk masa depan lingkungan
sosio­linguistik Arab.

• 39 •
BAB II

SISTEMATIKA PENELITIAN

A. Menyusun Pendahuluan

Isi Paragraf Pendahuluan


Pendahuluan menjawab pertanyaan reasoning: mengapa
topik ini dipilih, mengapa topik ini penting, mengapa pendekatan/
metode itu dipilih. Pendahuluan menjawab pertanyaan tentang
knowledge gap: bagaimana kesenjangan pengetahuan hendak
diatasi dalam tulisan ini. Pendahuluan merupakan pernyataan
tentang school of thought: memberikan sumbangan baru dalam
mendekati isu/topik yang membedakan dengan yang selama ini
ada (Abdullah, Irwan, 2020).
Pendahuluan dapat memperkenalkan topik yang dipilih,
seperti fenomena shocking atau fakta shocking. Latar belakang
berisi informasi tentang topik yang mau ditulis dengan alasan
mengapa topik itu penting.

• 41 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Pada sebuah penelitian, kalimat dalam setiap paragraf latar


belakang memiliki peran kunci untuk keseluruhan isi penelitian.
Seringkali kita dihadapkan dengan penyajian latar belakang yang
monoton, bertele-tele, dan terlalu umum, sehingga membuat
pembaca enggan melihat keseluruhan isi penelitian. Maka,
untuk membuat latar belakang yang unik dan menarik, ada dua
komponen utama yang perlu diperhatikan:

1. Shocking Statement
Shocking statement adalah kalimat awal di latar belakang
yang memberikan guncangan pada pembaca, sehingga
membuatnya tertarik untuk melihat penelitian secara keseluruhan.
Seringkali kita menunda kalimat yang seharusnya dikatakan di
awal, bahkan kadang kita memulai dengan sesuatu yang bersifat
general, sehingga membuat pembaca bosan. Misalnya:

• 42 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Kalimat Biasa:
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan transformasi di segala
aspek kehidupan masyarakat, baik pada aspek kesehatan,
pendidikan, sosial, ekonomi, politik, agama bahkan pada
tuturan bahasa. (padahal transformasi di segala aspek
kehidupan masyarakat tidak hanya terjadi di Indonesia, Arab,
tapi di Italia, AS, dan sebagainya juga mengalami hal yang
sama). Maka, shocking statement di sini tidak ditemukan,
sehingga perlu dinaikkan tingkat kesulitannya dan digeser
pada level yang lebih detail.

Shocking Statement:
Covid-19 menyebabkan pergeseran istilah kesehatan di
dalam bahasa Arab (fokus bukan transformasi di segala aspek
kehidupan, tapi pada pergeseran istilah di bidang kesehatan
bahasa Arab.

Shocking Data:
Pada tahapan shocking data, tak perlu menggunakan kalimat
naratif yang membosankan. Efektifitas penyajian data dapat
direpresentasikan melalui tabel yang berisi data statistik,
survei yang telah dilakukan pihak tertentu, studi kasus dalam
suatu daerah dapat berupa wawancara, foto, daftar kegiatan,
dan sebagainya.

2. Komponen Efektif Latar Belakang


Seringkali dalam setiap menulis kita mengalami adanya
ketidaksinambungan antar setiap paragraf, maka jangan terpaku
untuk terburu-buru menyelesaikan secara keseluruhan, hal
tersebut dapat diatasi dengan cukup menuliskan satu sampai dua
kalimat utama sebagai tulangnya dalam setiap paragraf. Setelah
kerangka tersusun rapi kemudian gemukkan setiap paragraf
dengan kalimat lain yang mendukung kalimat utama.

• 43 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

a. Paragraf pertama (opening)


Contoh pertama:
Covid tidak hanya membawa dampak sosial ekonomi, tetapi
juga telah melahirkan trauma psikologis yang berakibat pada
pola tuturan negatif di dalam masyarakat.
Contoh kedua:
Alih kode di kalangan penutur yang memiliki kemampuan
berbahasa lebih dari dua, sering kali dijumpai baik di
percapakan tatap muka maupun di media sosial. Alih kode
bahasa pada percakapan tatap muka dapat dijumpai saat
transaksi jual beli. Tujuan alih kode ini untuk mendapatkan
keluwesan dalam bertransaksi, sehingga mendapatkan harga
murah yang diinginkan pembeli. Alih kode percakapan di
media sosial banyak dijumpai baik chat di WhatsAap, FB,
Instagram, bahkan di transaksi online di situs belanja online
berbahasa Arab.
Contoh ketiga:
Serial Pojok Ampel merupakan serial yang banyak di gandrungi
oleh para pengguna akun instagram. Terutama para pengguna
akun instagram yang mengikuti akun @tasyasayeed itu
sendiri. Instagram dengan nama akun @tasyasayeed ini, telah
memiliki 204.000 pengikut dengan jumlah postingan sebanyak
876 postingan. Pemilik akun instagram yang bernama
lepkap Syarifah Natasya Jamalullayl ini juga, merupakan
seorang beauty influencer yang merupakan keturunan Arab.
Serial yang dibuat dan diperankan langsung oleh dirinya,
menceritakan tentang kehidupan masyarakat Ampel di kota
Surabaya, terutama masyarakat yang berasal dari keturunan
Arab. Serial ini, awalnya hanya dibuat untuk menghibur
para pengikut akun instagramnya, tetapi karena banyaknya
permintaan dari para pengguna instagram, beauty influencer
ini memperpanjang serial tersebut menjadi beberapa episode.

• 44 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Contoh keempat:
Penggunaan kata serapan bahasa Arab yang dikombinasikan
dengan dialek bahasa gaul remaja banyak ditemui dalam
percakapan siswa penutur bahasa Arab baik yang belajar di
pesantren maupun di madrasah aliyah. Bahasa Arab yang
dikombinasikan dengan bahasa gaul remaja di pesantren
banyak dijumpai pada percakapan sehari-hari. Dari
kombinasi antara bahasa arab dengan bahasa gaul remaja
ini menyebabkan siswa mengalami ketidakpahaman cara
penggunaaan gramatika bahasa arab yang benar

b. Paragraf kedua (literature review)


Contoh pertama:
Sejauh ini, studi tentang Covid hanya memperhatikan dimensi
ekonomi dan politik, kurang sekali memperhatikan kondisi
psikologis yang berdampak pada pola tuturan dialami
masyarakat secara meluas.
Contoh kedua:
Penelitian mengenai codeswitching di kalangan masyarakat
Arab telah banyak dikaji baik secara aspek sosiolinguistik
maupun gramatikanya. Berdasarkan kajian-kajian sebelumnya,
alih kode bahasa pada transaksi online di situs belanja Arab ini
masih belum pernah dikaji dari sisi aspek alih kode bahasanya.
Contoh ketiga:
Studi tentang penggunaan kosakata bahasa Arab yang
dikombinasikan dengan bahasa Indonesia atau bahasa
dialek lokal telah banyak dikaji secara fonetis, gramatika dan
semantis. Secara fonetis, kajian ini menunjukkan bahwa .....
sedangkan secara semantis menunjukkan temuan bahwa .........
Untuk secara sosiolingistik juga telah banyak dikaji, namun
hanya dari sisi apa …..... sehingga kajian tentang kata serapan
bahasa Arab yang dikombinasikan dengan dialek bahasa gaul
remaja di kalangan madrasah belum dikaji.
• 45 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Contoh keempat:
Penelitian mengenai campur kode ini telah banyak dikaji
oleh peneliti sebelumnya. Kecenderungan penelitian tentang
campur kode menunjukkan bahwa bagaimana misalnya:
menunjukkan bahwa dialek lokal lebih mendominasi saat
terjadi campur kode dalam tuturan jika dibandingkan
dengan bahasa asing penutur. Oleh beberapa jurnal di
antaranya artikel yang ditulis oleh Yoda, Fildzah Arifah, Yadi
Mardiansyah yang berjudul “Campur Kode Bahasa Sunda Ke
Dalam Bahasa Arab Pada Percakapan Santri Pondok Pesantren
Al-Basyariyah Cigondewah Bandung”. Dalam artikel tersebut
disimpulkan bahwa mayoritas santri pada Pondok Pesantren
Al-Basyariyah Cigondewah Bandung masih menggunakan atau
mencampurkan bahasa asing atau bahasa daerah terutama
bahasa Sunda ke dalam tuturan bahasa Arab, baik dari segi
bahasa maupun strukturnya. Faktor tersebut dikarenakan
para santri kebanyakan berasal dari Jawa Barat.
Selain itu terdapat juga artikel yang ditulis oleh Achsani,
Ferdian, Hilmi Mahya Masyhuda, yang berjudul “Campur Kode
dalam Komunikasi Santri di Pondok Pesantren Al- Hikmah
Sukaharjo“. Dalam artikel tersebut disimpulkan bahwa campur
kode terdiri dari Bahasa Jawa-Arab, Bahasa Jawa-Indonesia,
Bahasa Indonesia-Jawa, dan Bahasa Indonesia-Arab. Bentuk
campur kodenya terdiri dari penyisipan kata, penyisipan bentuk
frasa, Penyisipan Unsur Imbuhan Bahasa Indonesia pada Bahasa
Asing dan penyisipan ungkapan. Faktor penyebab terjadinya
campur kode ini karena mayoritas santri berasal dari daerah Jawa.
Artikel lainnya ialah artikel yang ditulis oleh Sutarsih Asih
dengan judul “Code Mixing from Arabic Into Indonesian of Arabic
Descent Speech Society in Semarang Pekojan Kampong”. Dalam
artikel itu disimpulkan bahwa Campur kode yang terdapat pada
artikel ini ialah campur kode dari bahasa Jawa, bahasa Arab,

• 46 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

bahasa betawi, dan bahasa Melayu ke dalam bahasa Indonesia.


Campur kode yang ada berupa kata dari bahasa Arab yang
digunakan sebagai bahasa ibu pada kampung tersebut, mengalami
kesalahan bentuk pilihan kata dan pengucapan. Kesalahan bentuk
ini dipengaruhi oleh bahasa Betawi dan kesalahan pengucapan.
Kesalahan pengucapan disebabkan oleh penguruh bahasa Betawi,
dan kebiasaan yang salah dalam bahasa tutur.

c. Paragraf ketiga (finding)


Sejalan dengan itu, penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya, penelitian ini ingin menunjukkan tingkat keparahan
trauma psikologis yang berdampak pada pola tuturan masyarakat
Arab secara meluas akibat pandemi Covid-19.

d. Paragraf keempat (discussion)


Tulisan ini didasarkan pada argumen bahwa trauma
psikologis berpengaruh menyebabkan pola tuturan yang negatif
(tuturan resistensi) dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Dalam menentukan rumusan masalah, perlu membedakan


antara masalah penelitian (research problem) dan pertanyaan
penelitian (research question). Jangan sampai bukannya menjawab
pertanyaan, tetapi malah menimbulkan sebuah masalah.
Statemen umum yang keliru:
“Berdasarkan rumusan di atas, ada beberapa hal yang harus
diteliti”. (Ini salah karena bukannya menjawab pertanyaan,
tetapi malah menimbulkan masalah).
Seharusnya,
“Dari masalah tersebut dapat dirumuskan tiga pertanyaan
penelitian”

• 47 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Langkah-langkah merinci masalah menjadi pertanyaan


dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Awali sebuah penelitian atau tulisan dengan pertanyaan
deskriptif.
Bertujuan memaparkan fakta secara deskriptif pertanyaan
dapat berupa bagaimana, apa yang terjadi, apa yang dilakukan,
bagaimana fenomena berlangsung dan sebagainya.
2. Pertanyaan kedua bersifat kritis dan analitis.
Bertujuan mengembangkan dan mendalami sebuah penelitian
dengan mempertanyakan faktor penyebab terjadinya, dampak
peristiwa, bagaimana pengaruh dan sebagainya.
3. Pertanyaan ketiga berupa pertanyaan transformatif dan
implikatif.

C. Menyusun Telaah Pustaka

Telaah pustaka/studi pustaka atau disebut juga literature


review merupakan uraian tentang teori, temuan, dan bahan
penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan yang dijadikan
landasan penelitian. Di antara landasan penulisan literature
review adalah memperlihatkan peta pengetahuan terkait topik
kajian. Selain itu, literature review juga dapat menghindarkan
peneliti dari plagiasi dengan membantu mendefinisikan posisi
akademik tulisan. Literature review juga menghadirkan teori dan
konsep yang dapat mempertajam analisis.
Mencari literature review dapat dengan mempersempit
topik pencarian pada sumber-sumber online, seperti scopus.com,
sciencedirect.com, jstor.org, google scholar, doaj.org, library genesis,
dan lain-lain. Pencarian literature review pada sumber-sumber
tersebut hendaknya mengutamakan jurnal-jurnal bereputasi.
Penulisan literature review yang baik dari sebuah jurnal juga
dapat dibuktikan dengan pemilihan referensi dari artikel-artikel

• 48 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

yang tidak lebih dari 10 tahun terakhir.


Komponen penulisan literature review di antaranya adalah:
1. Tren isu atau tema
Penulis dapat memetakan perkembangan isu atau tema-tema
terkait topik yang sedang ia tulis.
2. Pendekatan
Pendekatan yang merupakan komponen penulisan literature
review adalah teori-teori maupun konsep-konsep yang
digunakan dan dikembangkan dalam berbagai kajian terkait.
3. Hasil kajian atau temuan
Komponen literature review yang tidak kalah penting adalah
hasil atau temuan dari kajian-kajian terdahulu yang terkait
dengan kajian yang sedang dibahas.
Dari komponen-komponen tersebut, peneliti akan me­
nemu­kan isi dari suatu jurnal tentang “apa yang sudah diketahui”
dan “apa yang belum diketahui”.
Penulisan telaah pustaka dapat ditulis dalam berbagi
model di antaranya kronologis, tematis, teoritis, metodologis, dan
kasus (perbandingan). Penulisan telaah pustaka dengan model
kronologis adalah sesuai dengan urutan perbincangan sejak
awal. Model tematis dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan
hingga beberapa tema, topik, atau isu yang diperbincangkan pada
literatur yang ada. Model teoritis adalah dengan menemukan
konsep-konsep utama yang digunakan dalam literatur untuk
men­ jelaskan suatu masalah atau fenomena. Terakhir, model
metodologis adalah tipologi pendekatan atau metode yang
digunakan dalam penelitian yang ada.
Susunan paragraf telaah pustaka biasa terdiri dari 4-7
paragraf dengan penjabaran sebagai berikut;
1. Paragraf pertama digunakan untuk menyebutkan kecende­
ru­ngan umum literatur dalam isu atau tema pola perdebatan,

• 49 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

pendekatan, atau temuan.


Contoh: Covid-19 tidak hanya membawa akibat transformasi
sosial ekonomi, tetapi juga telah melahirkan trauma psikologis
yang berakibat pada pola tuturan yang negatif.
2. Paragraf kedua sebagai penegasan kekurangan literatur yang
ada.
Contoh: sejauh ini studi tentang Covid-19 hanya mem­
perlihat­
kan dimensi-dimensi ekonomi dan politik, kurang
memperhatikan pada dimensi psikologis yang berakibat pada
pola tuturan yang negatif.
3. Paragraf ketiga digunakan untuk penjabaran kecenderungan
yang dipilih sesuai sifat artikel, seperti kronologis, tematis,
teori atau konsep, dan metode.
Contoh: dimensi psikologis berpengaruh pada pola tuturan
yang negatif.
Adapun kesalahan yang sering dilakukan oleh penulis
adalah mendaftar literatur, bukan menulis literatur. Sehingga
penulis hanya mengurutkan literatur-literatur yang berkaitan
tanpa penjelasan. Contoh kesalahan dalam menulis literature
adalah sebagai berikut:
“Tinjauan pustaka ini terkait dengan tiga hal, yaitu pembahasan
mengenai ism fa’il, pembahasan mengenai Novel Na’ib ‘Izrail
karya Yusuf As-Sibā’i dan pembahasan yang menggunakan
analisis semantik. Pembahasan mengenai ism fa’il sebelumnya
dilakukan oleh Syukri (1982) dalam skripsinya yang berjudul
“Ism Fa’il wa Isti’maluhu fi al-Jumlah”. Noor (2000) dalam
skripsinya yang berjudul “Jam’ Taksir dalam Muzakkiratu
Tabibah karya Nawa al-Sadawi; Analisis Semantik”. Pranawati
(2000) dalam skripsinya yang berjudul “Fi’l Mudari’ dalam
novel Hamamatus Salam karya Najib Kailani: Analisis Semantik
Gramatikal”. Analisis untuk ism fa’il juga pernah dilakukan

• 50 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

oleh Hamdan (2003) dengan judul “Ism fa’il berbentuk mufrad


dalam novel al-Karnak karya Najib Mahfuz: Analisis Semantik
Gramatikal”. Dalam skripsinya disimpulkan bahwa ism fa’il
berbentuk mufrad, terutama ism fa’il dan ism fi’l muta‘addi,
sebagaimana fi’l memiliki penggunaan yang berkaitan dengan
waktu, ism fa’il berbentuk mufrad yang ber-tanwin memiliki
makna mudāri’, yang di-idafah-kan memiliki makna mādi, dan
yang ber-al memiliki makna dawam. Dengan demikian penulis
ingin membuktikan kesimpulan tersebut dalam novel “Nāib
Izra’īl” karya Yūsuf as-Sibā’ī, sehingga teori tersebut dapat
dijadikan kaidah umum”.

D. Menyusun Metode

Metode penelitian adalah perkara penting. Hal ini karena


metode dapat mempengaruhi data pada suatu penelitian. Selain itu,
metode juga dapat meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap
artikel. Di antara prinsip-prinsip dalam menulis “metode” adalah
(Abdullah, Irwan, 2021):
1. Metode ditulis dengan ringkas dan rinci
2. Mengandung informasi yang lengkap agar dapat direplikasi
3. Memuat informasi yang cukup agar tidak timbul pertanyaan
4. Sesuai dengan tujuan penelitian (metode sebagai alat mencapai
tujuan)
Bagian-bagian yang biasa ada dalam “metode” di antaranya
adalah tipe atau jenis penelitian, partisipan penelitian, instrumen
penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data,
dan analisis data. Seorang penulis harus menentukan jenis
penelitiannya, apakah ia menganalisis literatur, fieldwork, analisis
teks, atau analisis data sekunder, seperti kuantitatif maupun
kualitatif. Pada penjelasan tipe atau jenis penelitian, juga perlu
dibahas mengenai analisis penelitian, fokus penelitian, dan jenis

• 51 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

data yang dibutuhkan.


Pembahasan mengenai partisipan dalam penelitian juga
penting. Di antara yang harus dibahas pada sub bab ini adalah
objek penelitian, kemudian alasan mengapa memilih objek
tersebut. Lebih spesifik dari itu, peneliti juga membahas kategori
gender, etnis, kelas, usia, pekerjaan. Penyusunan instrumen
penelitian dapat menggunakan kuisioner, angket, google form,
camera, video, computer. Dalam instrumen penelitian juga perlu
disebutkan alasan penggunaan dan fungsi media tersebut. Selain
itu, penulis juga dapat menambahkan pada akhir subbab instrumen
penelitian yang berkaitan perbedaan dengan instrumen lain.
Dalam penulisan metode juga biasa disampaikan tentang
prosedur penelitian. Prosedur penelitian tersebut terdiri dari:
1. Bagaimana tahapan penelitian dijalankan dari persiapan
hingga pengumpulan data
2. Berapa lama penelitian berlangsung
3. Konteks situasi saat penelitian (musim, situasi)
4. Bagaimana instrumen (desain) penelitian dijalankan
5. Bagaimana pertanyaan diajukan dan dijawab oleh partisipan
Prosedur penelitian sedikit menyinggung tentang teknik
pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data terbagi
menjadi dua bagian yaitu, kuantitatif dan kualitatif. Pada masing-
masing bagian, baik kuantitatif maupun kualitatif memiliki hal-
hal yang perlu diperjelas seperti;

1. Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif


a. Survei
b. Mapping
c. Experiment
d. Wawancara
e. Meta data
f. Existing data (data sekunder)

• 52 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

2. Teknik Pengupulan Data Kualitatif


a. Observasi
b. Participant observation
c. Wawancara mendalam
d. Focus group discussion
e. Existing data: manuscript, textbook, berita online
Setelah menjelaskan tentang prosedur penelitian dan
menjabarkan teknik pengumpulan data, bagian terakhir dari
“metode” adalah penjelasan tentang analisis data. Pada sub bab
analisis data, penulis menjelaskan tentang bagaimana data yang
telah diperoleh tersebut diproses. Proses penjelasan data dapat
dilakukan dengan manajemen data, seperti transkripsi, reduksi
melalui klasifikasi berdasarkan tematis, tren, frekuensi, dan
tujuan penelitian. Penyajian data juga harus dijelaskan, apakah
menggunakan tabel, kutipan wawancara, maupun summary.
Selanjutnya, penulis menjelaskan teknik yang digunakan dalam
menganalisis. Di antara teknik-teknik analisis adalah content
analysis, critical discourse analysis, analisis semantik, dan analisis
simbolik.

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif, pada
umumnya, menggunakan kuesioner atau tes tertutup. Data
tersebut kemudian dianalisis dengan statistik. Sementara,
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi atau gabungan
ketiganya (triangulasi). Instrumen dalam penelitian kuantitatif
dapat berupa test, pedoman wawancara, pedoman observasi,
dan kuisioner. Penelitian kualitatif (karena tidak melakukan
pengukuran, tetapi eksplorasi untuk menemukan) yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono,
2019). Pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer

• 53 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang


langsung memberikan data kepada pengumpul data, sementara
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain, atau lewat dokumen. Selanjutnya, bila dilihat dari segi cara
atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data
dapat dilakukan dengan pengamatan (observasi), wawancara
(interview), angket (kuesioner), dokumentasi, dan gabungan.

Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan dokumentasi, dengan cara mengklasifikasikan data sesuai
dengan kategori-kategori dari sebuah teori, kemudian melakukan
sintesa, mendeskripsikan atau membunyikan data sesuai dengan
teori yang tertulis dalam landasan teori. menyusun ke dalam pola
(Sugiyono, 2019). Analisis data penelitian kuantitatif diarahkan
untuk menjawab rumusan masalah dan atau menguji hipotesis
yang telah dirumuskan. Teknik analisis data menggunakan
metode statistik yang sudah tersedia. Sedangkan analisis data
kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang telah digali, kemudian dikembangkan menjadi hipotesis.

1. Analisis Data Model Miles dan Huberman


Analisis data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
pada saat pengumpulan atau selesai pengumpulan data. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban
yang diwawancarai. Bila setelah dianalisis ternyata jawaban
yang diwawancarai terasa belum memuaskan, maka peneliti
akan melanjutkan pertanyaan lagi hingga diperoleh data yang
dianggap kredibel. Miles dan Huberman (1984) mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai datanya

• 54 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

berlimpah (datanya luber). Pengumpulan data dalam penelitian


kualitatif adalah dengan observasi, wawancara mendalam,
dan dokumentasi, atau gabungan ketiganya (triangulasi).
Tahap selanjutnya adalah reduksi data. Mereduksi data
berarti merangkum, memilah dan memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan dicari tema dan
polanya. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh
teori dan tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian
kualitatif adalah temuan. Untuk penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart, dan sejenisnya. Penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan jika bukti-bukti
yang mendukung data belum ditemukan, maka kesimpulan dapat
berubah lagi (Sugiyono, 2019).

2. Analisis Data Creswell


Langkah-langkah dalam analisis model ini sebagai berikut:
menyediakan data mentah berupa: 1) transkrip, catatan lapangan
peneliti, 2) mengorganisasikan dan menyiapkan data yang akan
dianalisis, 3) membaca seluruh data, 4) melakukan koding,
menyusun tema-tema dan deskripsi data, mengkonstruksikan
antar tema, 5) melakukan interpretasi atau memberi makna tema
yang telah tersusun (Sugiyono, 2019). Misalnya, pada penelitian
tentang pemahaman masyarakat muslim terhadap ayat-ayat
poligami.
Data mentah yang akan dianalisis diorganisasikan
berdasarkan tanggal pengumpul data, sumber data, jenis data
deskripsi data, dan sifat data (Sugiyono, 2019). Kemudian
peneliti harus membaca seluruh data yang terkumpul supaya
dapat mengetahui data apa saja yang telah diperoleh, sumber
data, dan maknanya. Peneliti harus mengetahui setiap informan
menyampaikan informasi apa saja, dan dibandingkan dengan
informan yang lain. Dengan memahami seluruh data, maka peneliti

• 55 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

akan dapat memilih/mereduksi mana data yang penting, yang


baru, yang unik, dan data mana yang terkait dengan pertanyaan
penelitian.
Selanjutnya, peneliti juga harus dapat memilah/
mengklasifikasi/mengkategorisasi/mengelompokkan/membuat
tema terhadap data-data yang telah dipilih. 3) Membuat koding
seluruh data (start coding all of the data). Koding adalah proses
memberi tanda terhadap data yang telah dikelompokkan.
Biasanya pada setiap penelitian jumlah tema yang dihasilkan lima
sampai tujuh tema. Tema-tema ini merupakan temuan penelitian
yang nantinya digunakan untuk membuat judul penelitian. 4)
Penggunaan koding sebagai bahan untuk membuat deskripsi
secara singkat. Melalui koding, peneliti menghasilkan tema-
tema atau kategorisasi data penelitian yang merupakan temuan.
Berdasarkan tema-tema yang dihasilkan tersebut, selanjutnya
peneliti membuat deskripsi secara singkat dan sistematis,
sehingga tema-tema yang ditemukan menjadi lebih jelas.. 5)
Menghubungkan antar tema
Setelah peneliti membuat kategori data yang disusun
dalam tema-tema penelitian, maka langkah selanjutnya adalah
mencari adakah hubungan antar tema satu dengan tema yang
lain. 6) Interpretasi dan Makna tentang Tema (interpreting the
meaning of theme)
Hasil mengkonstruksi hubungan antar tema atau kategori
selanjutnya perlu diberikan interpretasi, sehingga orang lain
memahaminya.

3. Analisis data dengan Metode Padan dan Agih


Metode yang dapat digunakan dalam upaya menemukan
kaidah dalam tahap analisis data ada dua, yaitu metode padan
dan metode agih (Sudaryanto, 2015). Metode padan, yaitu
alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian
dari bahasa yang bersangkutan, dan metode agih, yaitu alat

• 56 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan. Teknik


dasar metode padan adalah PUP (Pilah Unsur Penentu). Adapun
alatnya yaitu daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh
penelitinya. Pilihan teknik lanjutan metode padan yaitu teknik
hubung banding menyamakan (atau HBS), teknik hubung banding
memperbedakan (HBB) dan teknik hubung banding menyamakan
hal pokok (HBSP). Teknik dasar metode Agih antara lain Teknik
dasar: teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL (Bagi Unsur
Langsung ), yaitu membagi satuan lingual datanya menjadi
beberapa bagian atau unsur (Sugiyono, 2019).
Teknik lanjutannya yaitu teknik lesap, teknik ganti, teknik
perluas, teknik sisip, dan sebagainya.

C. Menyusun Temuan & Pembahasan

Temuan atau disebut juga dengan result merupakan


pernyataan tentang bukti atas diterima atau ditolaknya hipotesis,
atas tepat tidaknya suatu argumen atau asumsi dasar. Selain itu,
results juga sebagai penegas dan landasan cukup atau tidaknya
data yang akan dianalisis dalam suatu tulisan. Prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi oleh seorang penulis saat menuliskan results
di antaranya adalah (Abdullah, Irwan, 2021):
1. Bersandar pada temuan sendiri, bukan temuan orang lain.
2. Temuan (result) ditampilkan dalam bentuk data, bukan cerita
(yang diamati, yang didengar, yang dibaca)
3. Bagian temuan bukan analisis, tidak boleh berisi analisis
pribadi atau merujuk konsep atau teori.
4. Temuan (result) merupakan jawaban atas masalah atau
tujuan.
Setelah prinsip-prinsip penulisan temuan (result) dipenuhi,
penulis dapat menyajikan result tersebut dengan berbagai format
tampilan, seperti deskripsi dari sebuah observasi, kutipan hasil

• 57 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

wawancara, matrik, grafik, diagram, tabel. Selain itu, format


penyajian data dapat berupa visualisasi (gambar, foto, sketsa,
peta, captures, screenshoot, scanning), dan potongan cerita,
cuplikan naskah, maupun resume.
Penulisan temun (result) yang baik memiliki urutan-
urutan yang jelas. Dimulai dengan pengantar tentang “isu utama”
yang dibicarakan, kemudian menghadirkan tiga bukti (berupa
pendekatan atau aspek atau tahapan) seperti:
1. Bukti atau data 1. Jelaskan struktur tulisan berisi data dalam 1,
2, 3 bagian. Langsung diikuti dengan deskripsi.
2. Bukti atau data 2. Jelaskan struktur tulisan berisi data dalam
1,2,3 bagian. Langsung diikuti dengan deskripsi.
3. Bukti atau data 3. Jelaskan struktur tulisan berisi data dalam 1,
2, 3 bagian. Langsung diikuti dengan deskripsi, dan seterusnya.
Saat menuliskan temuan (result), penulis hendaknya
memperhatikan elemen-elemen penting dalam penulisannya.
Elemen tersebut di antaranya adalah data yang disajikan bukan
berupa interpretasi (tidak menggunakan referensi), ditulis
dengan efektif dan efisien, memilih format penyajian data yang
paling sesuai dan memudahkan pembaca, dan memiliki kaitan
langsung dengan penelitian.
Pembahasan (discussion) adalah suatu bentuk abstraksi
dari hasil atau pun temuan. Pembahasan (discussion) juga me­
rupa­kan penjelasan yang logis dan pernyataan tentang temuan
yang relevan dengan hasil (data). Pembahasan (discussion) juga
dapat digunakan untuk menafsirkan suatu kenyataan (temuan)
yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Pada
penulisan pembahasan terdapat bagian-bagian terpenting yang
harus diperhatikan oleh penulis saat menuliskannya. Pada sub bab
pembahasan penulis hendaknya menjawab pertanyaan dengan
pola “so what”. Selain itu, penulis juga hendaknya menafsirkan
atau menjelaskan hasil, bukan hanya menampilkan hasil. Pada

• 58 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

bagian ini, penulis juga harus berusaha menjelaskan pentingnya


temuan dan menghubungkan temuan dengan studi sejenis.
Penulis seringkali terjebak dalam membedakan “temuan (result)”
dan “pembahasan (discussion)” dalam tulisannya. Perbedaan
keduanya adalah sebagai berikut:

Temuan (result) Pembahasan (discussion)


Menjawab pertanyaan “what” Menjawab pertanyaan “so what”
dari penelitian dari penelitian
Ringkasan atas temuan dan
Menggambarkan temuan dari
pentingnya temuan utama
experiment/penelitian
penelitian
Menafsirkan hasil tetapi tidak
Menyatakan hasilnya tetapi tidak
menyatakan kembali hasilnya
menafsirkannya
(tidak mengulangi)
Hanya menyertakan data yang
Tidak memperkenalkan hasil baru
relevan dengan bagian diskusi
di bagian ini
(sesuai tujuan)
Menggunakan bentuk lampau Menggunakan masa lalu dan masa
yang sederhana kini seperti yang dipersyaratkan
Dapat memasukkan elemen non-
Hanya menggunakan teks sebagai
tekstual: tabel, gambar, grafik,
bentuk display dalam diskusi
atau peta

Setelah memahami perbedaan “temuan” dan “pembahasan”,


hendaknya penulis juga memahami apa saja yang harus ia
hadirkan pada subbab ini. Yang harus dihadirkan penulis adalah:
1. Menuliskan sekilas ringkas “apa yang ditemukan” dari
penelitian (untuk pengingat).
2. Menuliskan apa “yang diharapkan” dan “tidak diharapkan”
dari hasil atau temuan penelitian (yang terduga maupun
tidak).
3. Menuliskan “tren” (kecenderungan) yang dapat dilihat
(dianalisis) dari hasil penelitian.
4. Menuliskan “makna” kontekstual dari (tren) hasil penelitian

• 59 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

5. Menuliskan “persamaan” atau “perbedaan” hasil dengan studi-


studi sebelumnya (menggunakan referensi).
6. Merefleksikan hubungan hasil dengan suatu konteks yang
lebih luas (apakah hasil penelitian merupakan refleksi atas
suatu proses sosial).
7. Memproyeksikan hubungan hasil penelitian dengan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
8. Menuliskan pelajaran apa yang dapat dipetik dari hasil
penelitian.
9. Menuliskan kemungkinan “penerapan” dari hasil penelitian
secara lebih luas: merekomendasikan suatu “way out” untuk
memperbaiki kehidupan atau “best practice”.
10. Menuliskan pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul dari
hasil penelitian dan kesimpulan yang dapat dirumuskan dari
hasil penelitian (yang perlu dibuktikan dan dibantah dalam
penelitian selanjutnya).

Penulisan Pembahasan (discussion) memiliki tiga model:


Model pertama
Deskriptif Eksplanatif Diskursif Interpretif Implikatif
   
(Ringkasan) (Korelasional) (Komparatif) (Makna) (Wisdom)

Model Kedua
Proses sosial
Representatif 
historis 
Reflektif
Proyeksi
Pra-Representatif 
Futuristik  Keterbatasan
Deskriptif 
Wisdom Studi
Meaningful 
Hikmah 
Interpretif
Wisdom
Meaningless 
Antisipatif 

• 60 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Model penulisan pembahasan (discussion) ketiga


dengan cara:
1. Menghubungkan temuan dengan teori yang relevan.
2. Gunakan konsep (kata kunci) sebagai alat bantu untuk
menganalisis.
3. Temukan pola, prinsip, hubungan-hubungan dari temuan
penelitian dan tempatkan dalam perspektif yang tepat.
4. Analisis setiap temuan yang tidak terduga (berbeda dengan
yang ada).
5. Akhiri dengan implikasi.
Setelah memahami berbagai model penulisan pembahasan
(discussion), penulis juga harus memahami urutan yang dilalui
dalam penulisan pembahasan (discussion). Dimulai dengan
meringkas (tidak mengulangi) hasil atau temuan dari penelitian
(pokok-pokok atau yang terpenting). Kemudian menegaskan apa
yang tidak terduga dari hasil penelitian, berbeda dengan hasil
terdahulu dan jelaskan hasil itu dengan teori dan konsep yang ada
(apa penjelasan atas keunikan atau kebaruan dari hasil kajian).
Setelah itu, merefleksikan bahwa temuan atau hasil penelitian itu
dapat menjadi tanda awal atau prakondisi dari berlakunya suatu
kenyataan sosial, legitimasi analisis menggunakan data studi lain
menggunakan teori tertentu, dan memperkirakan sesuatu yang
akan terjadi.
Penulis juga dapat menjelaskan mengapa hasil seperti
itu terjadi dan interpretasi makna dari hasil penelitian yang
dikaitkan dengan konteks historis, sosiologis, antropologis, dan
psikologis untuk memperoleh hasil dalam konteks dan perspektif
yang lebih luas. Selain itu, penulis juga dapat menjabarkan
pelajaran yang dapat diambil dari penelitian sebagai dasar bagi
perubahan dalam membangun sistem dan struktur yang lebih
baik. Selanjutnya, untuk penutup pembahasan (discussion),

• 61 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

penulis dapat membatasi penelitian dalam hal sampel, metode,


dan perspektif rekomendasi kebutuhan penelitian lanjutan.

D. Menyusun Kesimpulan

Kesimpulan adalah bagian terakhir dari suatu artikel,


tetapi bukan bagian termudah. Kesimpulan dapat berupa bagian
subbab tersendiri atau pun berupa paragraf terakhir dari bagian
pembahasan (discussion) pada suatu artikel. Pada bagian ini
kesimpulan, pembaca akan memperoleh kesan terakhir, sehingga
penulisan benar-benar harus diperhatikan. Di antara unsur
penulisan kesimpulan bertujuan untuk mengingatkan pembaca
tentang latar belakang penulisan artikel tersebut. Penulisan
kesimpulan dapat berpola “so what” maupun “now what” dengan
menyebutkan argumen yang telah dibuat tanpa mengulanginya.
Kesimpulan juga harus menunjukkan eksperimen yang
sedang berlangsung dan penelitian yang telah memberikan
kontribusi pada suatu bidang. Pada subbab kesimpulan juga
dapat dijadikan sebagai kesimpulan global yang sesuai dengan
tujuan dalam pendahuluan. Alur penulisan kesimpulan adalah
dengan memberikan sintesis dasar dari semua yang dinyatakan
sebelumnya. Dalam penulisan kesimpulan, penulis juga dapat
membentuk pendapat tunggal yang jelas tentang masalah
penelitian. Penulis juga dapat memberikan rekomendasi yang
penting dan efektif.
Penulisan kesimpulan yang efektif adalah yang
mengingatkan pembaca tentang topik dan masalah yang dibahas.
Penulis juga dapat menegaskan hasil yang berbeda dengan
temuan sebelumnya. Dalam penulisan kesimpulan, penulis dapat
memberi masukan tentang apa yang perlu untuk mengubah
keadaan dan juga lanjutan apa yang dibutuhkan. Pilihan tepat
frasa dalam penulisan kesimpulan juga dapat menjadi indikator
kualitas suatu artikel. Di antara frasa-frasa tersebut adalah;

• 62 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

1. Ternyata....
2. Tulisan ini berargumen di awal bahwa....
3. Ini penting untuk.... karena....
4. Sampai saat ini literatur atau pembuat kebijakan atau profesi
memiliki.... tetapi penelitian ini menawarkan.....
5. Penelitian ini menimbulkan pertanyaan penting tentang .....
untuk.....
6. Sebagai hasil dari penelitian, tulisan ini mengusulkan....
7. Akan bermanfaat untuk melanjutkan penelitian tentang....
untuk....
8. Mengingat krusialnya temuan penelitian ini, maka pembuat
kebijakan perlu....
Terdapat kesalahan-kesalahan umum yang sering
dilakukan penulis saat menuliskan kesimpulan, contohnya
seperti mengulang abstrak, hanya memasukkan ringkasan,
menambahkan data baru, bahkan terlalu jauh dari tujuan
penelitian yang direncanakan. Beberapa kelemahan kesimpulan
adalah kesimpulan yang diberikan belum mendalam, tidak
memiliki pengetahuan yang terakumulasi, dan kurang menguasai
peta pengetahuan topik yang dikaji.

• 63 •
BAB VI

VARIAN CARA PENELITIAN


BAHASA ARAB

A. Pendahuluan

Penelitian bahasa Arab dapat dilakukan baik dengan


pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Pada analisis data
pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menemukan kaidah,
maka dapat menggunakan metode padan dan agih sebagaimana
yang digagas oleh Sudaryanto. Untuk analisis data yang bertujuan
menggali data/informasi baik melalui wawancara, observasi,
maka dapat ditempuh dengan menggunakan analisis data Model
miles dan Huberman, dan Creswell sebagaimana dipaparkan
pada bab sebelumnya. Berbeda dengan penelitian kuantitatif
bertujuan untuk menguji teori, berangkat dari hipotesis yang
telah ditetapkan saat menyusun rancangan penelitian.
Pembuatan latar belakang penelitian kuantitatif dimulai
dengan rumus piramida terbalik. Penulisan latar belakang dengan
menggunakan rumus piramida terbalik artinya menuliskan dari
hal-hal yang umum kepada hal-hal yang khusus. Pada penelitian
yang berjudul, “Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap

• 65 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Minat Belajar Bahasa Arab (Studi Pada Mahasiswa FAI UAD


Yogyakarta),” peneliti dapat menuliskan hal yang paling umum
dari penelitian tersebut seperti, perkembangan dan urgensi
bahasa Arab. Selanjutnya, peneliti bisa menuliskan variabel linier.
Variabel adalah objek yang dipilih dan dijadikan fokus
penelitian. Variabel memiliki dua jenis yaitu, Variabel Independen
(Vx) dan Variabel Dependen (Vy). Variabel independen adalah
variabel yang menjadi penyebab atau mempengaruhi adanya
perubahan, sebaliknya Variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi. Dalam contoh judul “Pengaruh Metode Pembelajaran
terhadap Minat Belajar Bahasa Arab (Studi Pada Mahasiswa FAI
UAD Yogyakarta),” maka ‘Metode Pembelajaran’ adalah variabel
independen (Vx) dan ‘Minat’ adalah variabel dependen (Vy). Jika
pada suatu judul hanya terdapat satu variabel independen dan
satu variabel dependen, maka disebut regresi linier sederhana.
Setelah menuliskan hal yang paling umum dan variabel
linier, maka sebagai penutup latar belakang peneliti harus
menegaskan kembali judul penelitian yang akan dibahas.

 Hal yang paling umum dari penelitian

 Variabel Independen (Vx)

Variabel Dependen (Vy)

Pada penelitian kuantitatif, rumusan masalah bisa dilihat


ketika menyusun rumusan masalah. Hal ini disebabkan karena
penelitian kuantitatif itu menguji satu variabel dengan variabel
lainnya. Pada judul penelitian “Pengaruh Metode Pembelajaran
Terhadap Minat Belajar Bahasa Arab (Studi Pada Mahasiswa
FAI UAD Yogyakarta)” dapat dirumuskan dengan satu rumusan

• 66 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

masalah seperti, “Bagaimana pengaruh metode pembelajaran


terhadap minat belajar bahasa Arab?”
Tujuan penelitian pada penelitian kuantitatif maupun
kualitatif tentunya sama-sama mengacu kepada rumusan masalah
sebelumnya. Maka tujuan penelitian pada judul “Pengaruh Metode
Pembelajaran terhadap Minat Belajar Bahasa Arab (Studi Pada
Mahasiswa FAI UAD Yogyakarta)” adalah “Untuk mengetahui
pe­ngaruh metode pembelajaran terhadap minat belajar bahasa
Arab.”
Fungsi dari tinjauan pustaka penelitian terdahulu diantara­
nya, untuk mengetahui penelitian sekarang dan penelitian
sebelumnya, untuk mendukung hipotesis yang disusun, dan
untuk mendukung hasil penelitian. Bentuk tinjauan pustaka
pada penelitian kuantitatif bisa berupa tabel dengan lima kolom
diantaranya, nomor, penulis dan tahun, populasi dan sampel,
analisis, dan hasil.
Landasan teori pada pendekatan kuantitatif ini adalah grand
teori (teori besar). Seperti pada kasus penelitian dengan judul
“Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Minat Belajar Bahasa
Arab (Studi Pada Mahasiswa FAI UAD Yogyakarta)” maka teori
besar yang ditulis pertama dalam sub-bab landasan teori adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi ‘minat.’ Setelah menuliskan
grand teori/teori besar, peneliti juga harus menjelaskan berkaitan
dengan variabel x1, x2, dst.
Hipotesis adalah dugaan sementara. Jumlah hipotesis sama
dengan jumlah rumusan masalah. Hipotesis didasarkan kepada
landasan teori dan penelitian terdahulu. Maka dalam hipotesis
tidak perlu mengulang definisi tentang pengertian variabel,
cukup menyebutkan penelitian terdahulu dan landasan teori
yang mendukung.
Contoh hipotesis pada judul “Pengaruh Metode
Pembelajaran terhadap Minat Belajar Bahasa Arab (Studi Pada

• 67 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Mahasiswa FAI UAD Yogyakarta)” adalah “Metode Pembelajaran


Berpengaruh Terhadap Minat Belajar Bahasa Arab Secara
Positif Signifikan.” Penyusunan hipotesis harus diawali dengan
menyampaikan dukungan data dugaan sementara dengan
penelitian terdahulu dan landasan teori.
Kerangka penelitian atau yang sering disebut dengan
variasi penelitian pendekatan kuantitatif atau desain penelitian
pendekatan kuantitatif. Penyusunan kerangka penelitian harus
menemukan linier sederhana (x------y) yaitu hanya ada variabel
independen dan variabel dependen. Contohnya pada penelitian
“Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Minat Belajar Bahasa
Arab (Studi Pada Mahasiswa FAI UAD Yogyakarta)” maka (Vx)
adalah metode pembelajaran dan (Vy) adalah minat belajar.
Setelah menemukan dan menjelaskan mengenai linier
sederhana, peneliti juga harus menemukan variabel intervening.
variabel intervening adalah variabel yang menjadi perantara
atau variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. variabel intervening
sering dilambangkan dengan (Vz). Maka pada penelitian “Pengaruh
Metode Pembelajaran Terhadap Minat Belajar Bahasa Arab (Studi
Pada Mahasiswa FAI UAD Yogyakarta)” ditemukan variabel
intervening yaitu ‘minat’ (pengaruh metode pembelajaran 
minat  prestasi).
Selain linier sederhana dan variabel intervening, kerangka
penelitian pendekatan kuantitatif juga terdapat variabel
moderatin. Variabel moderatin adalah variabel yang memperkuat
atau memperlemah. Contohnya adalah, apakah ‘pengaruh metode
pembelajaran’ terhadap ‘minat belajar’ itu dikuatkan atau
dilemahkan oleh ‘pembelajaran online’.

• 68 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

B. Metode Penelitian Fonologi

Pada penelitian bahasa Arab secara fonologis, penulis


pernah mengkaji perubahan bunyi istilah serapan bahasa Inggris
ke dalam bahasa Arab, cara pengucapan kosakata bahasa Arab
bagi penutur bahasa Jawa, cara pengucapan kosakata bahasa Arab
bagi penutur tuna rungu, cara pengucapan kosakata bahasa Arab
bagi penutur cedal, dan relasi bunyi dan makna di dalam bahasa
Arab. Adapun tahapan penyediaan, analisis dan menyajian hasil
analisis data adalah sebagai berikut:

1. Penyediaan Data
Cara penyediaan data penelitian bahasa Arab secara
fonologis adalah sebagai berikut

No Kajian Data Cara Penyediaan Data


1. Perubahan Istilah serapan Penyediaan dilakukan
bunyi istilah bahasa Inggris ke dengan metode simak dan
serapan dalam bahasa Arab teknik catat, yaitu menyimak
bahasa Inggris istilah serapan bahasa
ke dalam Inggris yang terdapat di
bahasa Arab dalam kamus Maurid.
Penyediaan data dapat
dibatasi dengan menentukan
bidang, contohnya bidang
sains dan teknologi informasi
dan komunikasi.
Data berupa istilah serapan
dicatat, ditabulasi dan
ditranskipsikan secara
fonetis.

• 69 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Kajian Data Cara Penyediaan Data


2. Cara Kosakata bahasa Penyediaan dilakukan
pengucapan Arab yang dengan metode simak
kosakata diucapkan oleh dan teknik libat cakap
bahasa Arab penutur bahasa (wawancara dengan
bagi penutur Jawa informan/penutur bahasa
bahasa Jawa Jawa. Kosakata-kosakata
yang terdapat dalam teks
Arab diucapkan oleh penutur
bahasa Jawa, kemudian
dicatat, ditabulasi dan
ditranskipsikan secara
fonetis
3. Cara Kosakata bahasa Penyediaan dilakukan
pengucapan Arab yang dengan metode simak
kosakata diucapkan oleh dan teknik libat cakap
bahasa Arab penutur tuna (wawancara dengan
bagi penutur rungu. informan/penutur bahasa
tuna rungu Jawa. Kosakata-kosakata
yang terdapat dalam teks
Arab diucapkan oleh penutur
tuna rungu, kemudian
dicatat, ditabulasi dan
ditranskipsikan secara
fonetis
4. Cara Kosakata bahasa Penyediaan dilakukan
pengucapan Arab yang dengan metode simak
kosakata diucapkan oleh dan teknik libat cakap
bahasa Arab penutur Cedal. (wawancara dengan
bagi penutur informan/penutur bahasa
Cedal, Jawa. Kosakata-kosakata
yang terdapat dalam teks
Arab diucapkan oleh penutur
tuna rungu, kemudian
dicatat, ditabulasi dan
ditranskipsikan secara
fonetis

• 70 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Kajian Data Cara Penyediaan Data


5 Relasi bunyi Kosakata bahasa Kosakata bahasa Arab
dan makna di Arab yang yang memiliki kesaman/
dalam bahasa memiliki kesaman/ kedekatan bunyi di
Arab. kedekatan bunyi di dalam kamus Arab
dalam kamus Arab dicatat, ditabulasi dan
(seperti Munjid, ditranskipsikan secara
Mu’jamul wasit, fonetis
Lisanul Arab

2. Analisis Data
Sebelum analisis data, maka dipastikan kosakata telah
ditranskipsikan secara fonetis. Adapun cara analisis data dirinci
sebagai berikut:

No Judul Kajian Analisis Data


1. Perubahan bunyi istilah Kosakata telah ditranskipsikan secara
serapan bahasa Inggris ke fonetis, kemudian diklasifikasikan
dalam bahasa Arab berdasarkan teori perubahan bunyi.
Misalnya, didgunakan teori perubahn
bunyi Crowley, maka data yang ada
diklasifikasikan berdasarkan teori
tersebut.
- Jika sudah diklasifikasikan, maka
data yang terdapat di dalam
tabel dideskripsikan perubahan
bunyinya berdasarkan titik
artikulasi, dijelaskan mengapa
terjadi perubahan bunyi tersebut.
- Perubahan bunyi dapat disebabkan
adaptasi fonotaktik di dalam
bahasa Arab.

• 71 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Judul Kajian Analisis Data


2. Cara pengucapan Kosakata telah ditranskipsikan secara
kosakata bahasa Arab fonetis, kemudian diklasifikasikan
bagi penutur bahasa Jawa berdasarkan teori perubahan bunyi.
- Perubahan bunyi dapat disebabkan
adaptasi fonologis dari penutur
bahasa Jawa. Karena terdapat
bunyi-bunyi bahasa Arab yang
tidak terdapat di dalam bahasa
Jawa. Hal ini menyebabkan lidah
penutur bahasa Jawa kesulitan
pengucapan terutama bunyi-bunyi
halqi, seperti ain, ghain, ha, kha dan
Ha
3. Cara pengucapan Kosakata telah ditranskipsikan secara
kosakata bahasa Arab fonetis, kemudian diklasifikasikan
bagi penutur tuna rungu berdasarkan teori perubahan bunyi.
- Perubahan bunyi dapat disebabkan
adaptasi fonologis dari penutur
tuna rungu.
Karena penutur tidak dapat
mendengar kosakata bahasa Arab
dengan jelas, maka lidah penutur pun
menjadi kaku dalam mengucapkan
kosakata bahasaArab.
Bagi penutur tuna rungu diperlukan
terapi lidah dalam mengucapkan
kosakata bahasa Arab.
4. Cara pengucapan Kosakata telah ditranskipsikan secara
kosakata bahasa Arab fonetis, kemudian diklasifikasikan
bagi penutur cedal. berdasarkan teori perubahan bunyi.
- Perubahan bunyi dapat disebabkan
adaptasi fonologis dari penutur
cedal.
Penutur cedal disebabkan adanya
gangguan perkembangan lidah sejak
kecil. Ganguan ini dapat disebabkan
penggunaan dot bayi, sehingga lidah
tidak berkembang dengan sempurna.

• 72 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Judul Kajian Analisis Data


5 Relasi bunyi dan makna Kosakata telah ditranskipsikan secara
di dalam bahasa Arab. fonetis, kemudian diklasifikasikan
berdasarkan teori relasi makna
Adanya kedekatan bunyi dapat
menyebabkan relasi sinonimi,
hiponimi.

3. Penyajian hasil analisis data


Penyajian hasil analisis data disesuaikan dengan klasifikasi
data yang dibunyikan dengan teori yang digunakan.

C. Metode Penelitian Gramatika

Pada kajian gramatika di dalam bahasa Arab, penulis


pernah mengkaji ism fa’il berbentuk mufrad pada novel Na’ib
‘izra’il (analisis semantik gramatikal), perbedaan kaidah nahwu
antara mazhab Bashrah dan Kufah. Adapun cara penyediaan data,
analisis data dijelaskan sebagai berikut:

1. Penyediaan Data

No Judul Kajian Data Cara Penyediaan Data


1. Ism fa’il Ism fa’il Penyediaan dilakukan
berbentuk berbentuk dengan metode simak dan
mufrad pada mufrad (baik teknik catat, yaitu menyimak
novel Na’ib berbentuk ism fa’il berbentuk mufrad
‘izra’il (analisis tanwin (nakirah), yang terdapat di dalam teks
semantik idhafi maupun Arab, sperti novel.
gramatikal) berbentuk Penyediaan data dapat
marifah. dibatasi dengan
ism fa’il berbentuk mufrad
(baik berbentuk tanwin
(nakirah), idhafi maupun
berbentuk marifah

• 73 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Judul Kajian Data Cara Penyediaan Data


- Data berupa ism fa’il
dicatat, ditabulasi dan
diklasifikasikan
2 Perbedaan Perbedaan kaidah Penyediaan dilakukan
kaidah nahwu nahwu antara dengan metode simak dan
antara mazhab mazhab Bashrah teknik catat, yaitu menyimak
Bashrah dan dan Kufah yang perbedaan kaidah nahwu
Kufah. terdapat di dalam antara mazhab Bashrah
buku Al-Insyaf. dan Kufah yang terdapat di
Perbedaan kaidah dalamb uku Al-Insyaf.
ini bisa dibatasi Data dicatat, ditabulasi dan
misalnya pada diklasifikasikan
kajian mubtada
saja atau kah
khabar saja, dan
seterusnya.

2. Analisis Data

No Judul Kajian Analisis Data


1. Ism fa’il berbentuk Ism fa’il berbentuk mufrad (baik
mufrad pada novel Na’ib berbentuk tanwin (nakirah),
‘izra’il (analisis semantik idhafi maupun berbentuk marifah
gramatikal) diklasifikasikan berdasarakan
posisi ism fa’il, misalnya apakah
sebagai mubtada’ atau khabar, atau
sebagai ism majrur. Data dianalisis
dengan Metode Agih. Teknik dasar
analisis data yaitu BUL (Bagi Unsur
Langsung), yaitu membagi unsur-
unsur kalimat dari sampel kalimat
yang dijadikan anlalisis
Teknik lanjutannya adalah Teknik
ganti dan Teknik perluas

• 74 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Judul Kajian Analisis Data


2 Perbedaan kaidah nahwu Data dianalisis dengan Teknik dasar
antara mazhab Bashrah yaitu BUL (Bagi Unsur Langsung),
dan Kufah. Teknik lanjutannya adalah dianalisis
dengan pendektan kontrastif,
dideskripsikan persamaan dan
perbedaanya.

3. Penyajian Hasil Analisis Data


Penyajian hasil analisis data disesuaikan dengan klasifikasi
data yang dibunyikan dengan kaidah yang digunakan.

D. Metode Penelitian Terjemah

1. Penyediaan Data
Peneliti membaca serta mempelajari buku, jurnal, maupun
artikel yang berkaitan dengan materi penerjemahan untuk
menemukan data. Selain itu, penulis menggunakan triangulasi
(gabungan), yaitu dengan mengumpulkan data-data yang berbeda-
beda untuk menemukan data dari sumber yang sama(Sugiyono,
2016). Hal ini dilakukan agar data yang ditemukan dari informan
penelitian menjadi lebih valid, konsisten, dan pasti, sehingga
dapat dianalisis dan disimpulkan.
Kemudian, agar hasil penelitian lebih maksimal, peneliti
menggunakan sumber data sekunder yang merujuk pada kamus,
buku, dan internet, Sedangkan, sumber data primer terkait
dengan penelitian terkait dengan penelitian dan dalam proses
menerjemahkan, peniliti akan merujuk pada terjemahan matan
Hadits Arba’in An-Nawawi yang diterbitkan oleh Pustaka Ibnu
Umar dan kuisioner oleh responden.
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi (gabungan), hal ini karenan penelitian ini bersifat
kualitatif. Sedangkan data yang didapat adalah data deskriptif,

• 75 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

yaitu berupa data tertulis atau lisan dari sejumlah orang. Akan
tetapi dalam penelitian ini data yang didapat adalah data tertulis
saja, karena penelitian ini berbentuk penelitian teks.

2. Analisis Data
Tahap pertama yang peneliti lakukan adalah meng­
identifikasi, menyimak, dan memahami penerjemahan frasa
nomina pada terjemahan matan Hadits Arba’in An-Nawawi,
dengan menggunakan teknik sampling.
Adapun tahap selanjutnya dalam upaya pengumpulan
data, yaitu memeriksa pemakaian bahasa yang digunakan dalam
menerjemahkan frasa nomina pada matan Hadits al-Arba’in
al-Nawawi. Setelah itu, peneliti mencoba mengumpulkan data
yang berkaitan dengan teknik penerjemahan yang dipakai oleh
penerjemah matan Hadits al-Arba’in al-Nawawi.
Tahapan selanjutnya yaitu merekam kembali data yang
sudah dikumpulkan sebelumnya dengan menggunakan teknik
catat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam
menganalisis data pada tahap akhir.
Setelah data terkumpul, peneliti mengelompokkan
berdasarkan kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, data didapat
secara deskriptif intrinsik yang artinya data yang telah diambil
terbatas pada bahan atau data yang dijadikan objek penelitian.
Penulis juga melakukan analisis penggunaan teknik
penerjemahan dan uji kualitas terjemahan teks bahasa sasaran
dengan cara membagikan kuisioner kepada beberapa responden.
Adapun kriteria responden dalam penelitian ini adalah 1)
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab Universitas Ahmad Dahlan
semester 5, 2) Pernah mengambil mata kuliah teori terjemah,
3) Menguasai bahasa sasaran (Bahasa Indonesia). Pada tahap
pemaparan analisis data, penulis menuliskan hasil analisa dalam
bentuk laporan yang sebelumnya telah dilakukan uji kualitas teks

• 76 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

terjemahan bahasa sasaran dengan teks bahasa sumber.

3. Penyajian Hasil Analisis Data


Membaca secara heuristik, yang mana di sini peneliti
mengecek ulang setiap data yang sudah terkumpul, sebelum
akhirnya memberikan kepastian bahwa semua data tersebut
sudah siap untuk dianalisis. Memahami lebih dalam semua data
yang hendak dianalisis. Analisis dilanjut dengan membandingkan
data yang berupa bentuk-bentuk terjemahan yang berada dalam
daerah pengamatan. Menerapkan sekaligus mendeskripsikan
penerapan metode penerjemahan bebas yang digunakan, serta
didukung dengan penerapan strategi penerjemahan yang tepat.
Menilai kualitas terjemahan dengan menggunakan kuisioner oleh
responden. Menilai besaran prosentase nilai terjemahan melalui
hasil kuisioner yang dibagikan oleh responden.

• 77 •
BAB VII

PELAKSANAAN PENELITIAN
KUALITATIF BAHASA ARAB

A. Kajian Fonologis: “Relasi Bunyi dan Makna dalam


Bahasa Arab”

1. Latar Belakang
Pada kata-kata bahasa Arab, terdapat kesamaan atau
kedekatan jenis hambatan artikulasi pada salah satu bunyi
silabelnya. Kesamaam atau kedekatan jenis hambatan artikulasi
ini memiliki relasi makna seperti: sinonimi, antonimi, sebagai
contoh, kata yang berarti ‘menggigit dengan gigi depan’ dan
kata yang berarti ‘mengikat pinggang’. Perbedaan bunyi pada
kata dan yaitu pada bunyi akhir dan . Bunyi adalah
bunyi nasal, bilabial dan adalah bunyi nasal, alveolar. Adapun
keterkaitan makna dari kedua kata ini yaitu sama-sama aktivitas
yang dilakukan dengan mengkaitkan sesuatu dengan sesuatu
lainnya dan bersifat menempel dan tidak dilepaskan. Contoh kata
yang terdapat pada frasa [h] yang berarti ”akhir
yang baik”, namun jika diucapkan menjadi [x] maka
dapat bermakna sebaliknya. Begitu pula pada kata : , ,

• 79 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

, , , (kata-kata tersebut menunjukkan jenis suara si sakit


yang merangkak naik. Berikut adalah deskripsi perbedaan bunyi
dan makna kata-kata tersebut:
Perbedaan Deskripsi
No. Kata Verba Bunyi Makna
pada bunyi Artikulasi
1. frikatif, berteriak, mencaci
‫هنني‬ ‫هن‬ ‫ه‬ [h]
glotal maki
2. frikatif , ratapan tangis yang
‫حنني‬ ‫حن‬ ‫ح‬ pharyngeal keras, berbunyi hingga
[ħ]
menaruh kasihan
kepadanya
3. ّ plosive, merintih, mengerang,
‫أنني‬ ‫أن‬ ‫أ‬ [ʔ] glottal, mengaduh
4.
‫خنني‬ ّ
‫خن‬ ‫خ‬ [x]
frikatif berkata dengan suara
,velar hidung/sengau
5. ّ trill, mengeraskan suara
‫رنني‬ ‫رن‬ ‫ر‬ [r] alveolar tangis, berteriak,
bergema, suara sedih

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini menarik


untuk dikaji karena mencoba untuk menganalisis keterkaitan
atau hubungan bunyi dengan pemaknaan.

2. Rumusan Masalah :
1) Bagaimana relasi bunyi vokal terhadap makna verba di
dalam bahasa Arab?
2) Bagaimana relasi bunyi konsonan terhadap makna verba di
dalam bahasa Arab?
3) Apa komponen makna verba di dalam bahasa Arab yang
memiliki kesamaan bunyi pada silabelnya?
4) Apa komponen makna verba di dalam bahasa Arab yang
memiliki perbedaan bunyi pada silabelnya?

• 80 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

3. Tujuan penelitian :
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1) Mendeskripsikan pengaruh bunyi vokal terhadap makna
verba di dalam bahasa Arab.
2) Mendeskripsikan pengaruh bunyi konsonan terhadap makna
verba di dalam bahasa Arab.
3) Menjelaskan komponen makna verba di dalam bahasa Arab
yang memiliki kesamaan bunyi pada silabelnya.
4) Memaparkan komponen makna verba di dalam bahasa Arab
yang memiliki perbedaan bunyi pada silabelnya

4. Teori/Kaidah
a. Kaidah Fonotaktik dan Pola Bunyi Bahasa Arab
Menurut Kridalaksana (2008:65) fonotaktik merupakan
urutan fonem yang dimungkinkan dalam suatu bahasa atau
pendeskripsian tentang urutan tersebut. Pada fonotaktik bahasa
Arab, semua suku kata dimulai dengan konsonan. Untuk tekanan,
bahasa Arab memilki vokal panjang yang diikuti dengan suatu
konsonan. Vokal tersebut diucapkan lebih keras daripada vokal
lainnya. Jika tidak, maka vokal pertama dari kata tersebut yang
ditekan. Jika berupa vokal pendek yang diikuti oleh 2 konsonan maka
vokal tersebut mendapat tekanan (Abbound, 1996:4). Pembagian
suku katanya menurut Holes (1995:49) terdiri dari suku kata
terbuka (berakhiran dengan vokal) dan suku kata tertutup (yang
berakhiran dengan konsonan). Bahasa Arab mempunyai pola suku
kata terbuka KV atau KV; sementara suku kata tertutup KVK, KV:K,
KVKK, atau KV:KK). Dalam bahasa lisan, suku kata bahasa Arab
hanya KV, KV; dan KVK ( Hidayatullah, 2012: 49).
Untuk urutan fonem pada setiap kata atau istilah, bahasa
Arab memiliki kaidah, sebagaimana yang dipaparkan oleh

• 81 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Khasārah dalam tabel berikut ini:


Kaidah Fonotaktik bahasa Arab
tidak disatukan dalam satu kata dengan huruf-huruf
no huruf
berikut (baik diletakkan di awal maupun di akhir kata)
1 ‫ث‬ ‫س‬ ‫ظ‬ ‫ض‬ ‫ص‬ ‫ز‬ ‫ذ‬
2 ‫ذ‬ ‫س‬ ‫ض‬ ‫ص‬ ‫ظ‬ ‫ط‬ ‫ز‬
3 ‫ز‬ ‫س‬ ‫ظ‬ ‫ص‬ ‫ذ‬ ‫ث‬ ‫س‬
4 ‫ص‬ ‫ض‬ ‫س‬ ‫ظ‬ ‫ط‬ ‫ز‬ ‫ذ‬
5 ‫ض‬ ‫ش‬ ‫س‬ ‫ظ‬ ‫ط‬ ‫ص‬ ‫ذ‬
6 ‫ظ‬ ‫س‬ ‫ج‬ ‫ص‬ ‫ط‬ ‫ز‬ ‫ض‬ ‫ذ‬ ‫د‬
7 ‫خ‬ ‫غ‬ ‫ع‬ ‫ح‬ ‫غ‬
8 ‫ح‬ ‫غ‬ ‫خ‬ - -
9 ‫ج‬ ‫غ‬ ‫ظ‬ ‫ط‬ ‫ق‬
10 ‫غ‬ ‫ع‬ ‫خ‬ ‫ح‬ ‫ج‬
11 ‫ث‬ ‫ز‬ ‫ذ‬ ‫ص‬ ‫ض‬ ‫ظ‬ ‫س‬
Keterangan:
− Huruf tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf
, , , , dan , baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
− Huruf tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf
, , , , ,dan , baik diletakkan di awal maupun di akhir
kata.
− Huruf tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf
, , , dan baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
− Huruf tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf
, , , , dan , baik diletakkan di awal maupun di akhir
kata.

• 82 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

− Huruf tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf


, , , , , dan , baik diletakkan di awal maupun di akhir
kata.
− Huruf tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf
, , , , , , dan , baik diletakkan di awal maupun di
akhir kata.
− Huruf tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf
, , dan , baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
− Huruf tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf
dan , baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
− Huruf tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf
, , dan , baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
− Huruf tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf
, , dan , baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
− Huruf tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf
, , , , , dan , baik diletakkan di awal maupun di
akhir kata.
Pada pola bunyi, bahasa Arab memiliki 6 ketentuan untuk
menentukan ringan atau beratnya pengucapan. Adapun ketentuan
pola bunyi sebagaimana yang dipaparkan oleh Khasārah sebagai
berikut: 1) keberagaman huruf dalam suatu kata. Khalil Ibnu
Ahmad mengatakan dalam nomina atau verba bahasa Arab
terdapat paling banyak 5 huruf meskipun terdapat tambahan
dari 5 huruf tersebut. Contohnya, asal katanya adalah
; 2) kesesuaian hurufnya. Syarat fasihnya kosakata bahasa
Arab dinilai dari huruf-hurufnya yang beragam. Hal yang penting
dari kesesuaian huruf yaitu adanya jarak yang jauh antara tempat
artikulasi huruf yang satu dengan yang lainnya dalam suatu kata.
Seperti tempat artikulasi antara huruf dan , huruf dan ,
huruf dan , , huruf dan kasrah sebelumnya, huruf dan
ḍammah sebelumnya.; 3) keselarasan harakat. Ketidakselarasan
harakat dapat terjadi antara harakat dengan harakat dan antara

• 83 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

harakat denga huruf vokal.


Ketidakselarasan antar harakat antara lain: a) ḍammah
sebelum waw pada nomina. Al-Mulukī berpendapat bahwa
nomina yang diakhiri dengan waw dan ḍammah sebelumnya,
tidak terdapat dalam kosakata bahasa Arab kecuali pada verba
, maka kata diganti menjadi .,b) dua harakat yang
saling berlawanan yaitu kasrah dan dhammah. Oleh karena itu
tidak terdapat perpindahan dari kasrah ke ḍammah karena
pengucapannya berat dalam bahasa Arab, maka dari itu
ditiadakanlah pola kata (fi‘ula). Contoh: . Perpindahan
dari ḍammah ke kasrah itu lebih ringan dibandingkan dengan
sebelumnya, tetapi hal tersebut tidak terdapat dalam nomina tapi
adanya pada verba, c) kasrah sebelum waw sukun dan ḍammah
sebelum ya sukun; 4) tidak mengumpulkan 4 huruf berharakat
semua. Jikalau ada, maka hendaknya di-sukun-kan salah satunya.
Ibnu Khaluwiyah menyebutkan dalam bahasa Arab tidak ada
nomina berpola kecuali pada kata . Selain itu, hal yang
memberatkan bagi lidah orang Arab yaitu jika harakatnya banyak
kasrah atau ḍammah contoh: atau tapi jika banyak fathah
tidaklah memberatkan. Contoh: ; 5) melarang bertemunya dua
sukun dalam satu kata, salah satu kekhasan bahasa Arab yaitu tidak
mempertemukan dua sukun maka untuk mengatasinya diberikan
harakah ghairu lāzimah meskipun pada dua kata contoh:
; 6) diawali dengan huruf yang berharakat dan diakhiri dengan
sukun.

b. Vokal Bahasa Arab


Vokal merupakan bunyi yang dihasilkan tanpa adanya
hambatan pada alat bicara, demikian juga halnya bahasa Arab.
Adapun bunyi yang dimaksud dalam bahasa Arab adalah : [a], [a:],
[i], [i:], u, [u:]. Berdasarkan posisi gerakan lidah, vokal tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:

• 84 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Vokal Depan
a) Bunyi [I] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi
lidah berada di depan dan di atas (tinggi) dengan bibir semi
tertutup. Contoh
b) Bunyi [ɪ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi
lidah berada di depan dan tinggi bawah dengan posisi bibir
semi tertutup. Seperti pengucapan kata:
c) Bunyi [a] merupakan vokal yang dibuat dengan bagian
terendah dari lidah pada posisi sedang di rongga mulut. Contoh

d) Bunyi [a:] merupakan vokal depan, bawah, terbuka panjang.


Contoh:
Vokal Belakang
a) Bunyi [u:] merupakan bunyi yang dihasilkan oleh bagian
tertinggi dari lidah pada posisi belakang di rongga mulut, tak
bulat panjang. Contoh
b) Bunyi [u] merupakan bunyi yang dihasilkan oleh bagian
teringgi dari lidah pada posisi belakang di rongga mulut, tak
bulat. Contoh

c. Konsonan Bahasa Arab


Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan jika aliran
udara yang keluar dari paru-paru mengalami hambatan, atau
terjadinya hambatan arus udara pada sebagian alat bicara. Secara
praktis, konsonan dibedakan menurut: 1) cara hambat (proses
artikulasi); 2) tempat hambatan; 3) hubungan posisional antar
penghambat (artikulator aktif dan pasif); 4) bergetar tidaknya
pita suara. Berikut adalah uraian konsonan yang diklasifikasikan
berdasarkan proses artikulasinya, sebagai berikut:

• 85 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

1. Konsonan Letup (Stop, Plosives)


Konsonan letup adalah bunyi yang terjadi dengan hambatan
penuh arus udara yang kemudian dilepaskan secara tiba-tiba
(meletup). Berikut konsonan yang dihasilkan melalui proses
ini dalam bahasa Arab:
a) Konsonan [b] dilambangkan dalam bahasa Arab dengan
, diartikulasikan dengan menghambat aliran udara yang
keluar melalui kedua bibir, dengan artikulator aktif bibir
bawah, sedangkan yang pasif adalah bibir atas. Karena
artikulator konsonan ini adalah 2 bibir, maka termasuk
konsonan bilabial. Seperti pada kata: .
b) Konsonan [d, t] dilambangkan dalam bahasa Arab
, , yang diartikulasikan melalui proses ujung lidah
menyentuh gigi atas, maka ujung lidah menjadi artikulator
aktif, sedangkan gigi atas sebagai artikulator pasif. Seperti
pada kata: , .
c) Konsonan [k] dilambangkan dalam bahasa Arab ,
konsonan ini disebut konsonan hambat letup dorsovelar.
Disebut demikian karena artikulator aktifnya pangkal
lidah, dan artikulator pasifnya langit-langit. Contoh pada
kata:
d) Konsonan [ʔ] merupakan konsonan yang terjadi dengan
menekan rapat yang satu terhadap yang lain pada seluruh
pita suara, langit-langit lunak dan anak tekak ditekan
ke atas sehingga arus udara terhambat beberapa saat.
Konsonan ini dalam bahasa Arab dilambangkan dengan
. Contoh kata:
e) Konsonan [d̪ˁ] merupakan konsonan yang dibentuk oleh
ujung lidah sebagai artikulator aktif, sedangkan langit-
langit atas menjadi artikulator pasif, yang dalam bahasa
Arab dilambangkan . Contoh:

• 86 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

f) Konsonan [t̪ˁ] dalam bahasa Arab dilambangkan dengan


, dihasilkan dengan cara ujung lidah sebagai artikulator
aktif, menyentuh langit-langit atas yang menjadi artikulator
pasif. Contoh:
g) Konsonan [q] merupakan konsonan plosive uvular yang
dalam bahasa Arab , dihasilkan oleh pangkal lidah dan
langit-langit lunak. Contoh:
2. Konsonan Geseran (Fricative)
a) Konsonan [f] labiodental dilambangkan dalam bahasa Arab
dengan , dihasilkan dengan cara bibir bawah menyentuh
gigi atas. Seperti pada kata:
b) Konsonan [h] glotal dilambangkan dalam bahasa Arab
dengan , dihasilkan dengan cara arus udara keluar
melalui jalur sempit yang diikuti dengan suara mendesis.
Contoh pada kata:
c) Konsonan [s] alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab
dengan , dihasilkan oleh apabila artikulator aktifnya
daun lidah dan ujung lidah dengan artikulator pasifnya
gusi. Misal kata:
d) Konsonan [ʃ] post-alveolar dilambangkan dalam bahasa
Arab dengan , dihasilkan oleh ujung lidah sebagai
artikulator aktif sedangkan yang pasif adalah gusi bagian
belakang, dengan menghasilkan bunyi geseran apiko
prepalatal keras tak bersuara lebih panjang hambatannya.
Seperti kata:
e) Konsonan [θ] dental dilambangkan dalam bahasa Arab
dengan , konsonan dental ini terjadi bila penghambat
artikulator aktifnya ialah ujung lidah, sedangkan artikulator
pasifnya gigi atas. Misal kata:
f) Konsonan [ð] labiodental dilambangkan dalam bahasa
Arab dengan , konsonan ini terjadi bila penghambat

• 87 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

artikulator aktifnya ialah ujung lidah, sedangkan artikulator


pasifnya gigi atas. Seperti pada kata:
g) Konsonan [z] alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab
dengan , apabila artikulator aktifnya daun lidah dan
ujung lidah dengan artikulator pasifnya gusi. Seperti pada
kata:
h) Konsonan [ħ] pharyngeal dilambangkan dalam bahasa
Arab dengan , dihasilkan dengan cara sepasang pita
suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Seperti pada kata:

i) Konsonan [x] velar dilambangkan dalam bahasa Arab


dengan , dihasilkan dengan cara sepasang pita suara
dan glotis dalam keadaan terbuka. Seperti pada kata:
j) Konsonan [sˁ] emphatic alveolar dilambangkan dalam
bahasa Arab dengan , dihasilkan oleh ujung lidah
sebagai artikulator aktif sedangkan yang pasif adalah gusi
bagian belakang. Contoh kata:
k) Konsonan ðˁ emphatic alveolar dilambangkan dalam
bahasa Arab dengan , dihasilkan dihasilkan oleh ujung
lidah sebagai artikulator aktif sedangkan yang pasif adalah
gusi bagian belakang. Seperti pada kata:
l) Konsonan [ʕ] emphatic alveolar dilambangkan dalam
bahasa Arab dengan , dihasilkan dengan cara sepasang
pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Seperti pada
kata:
m) Konsonan [ɣ] emphatic alveolar dilambangkan dalam
bahasa Arab dengan , dihasilkan dihasilkan dengan
cara sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka.
Seperti pada kata:

• 88 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

3. Konsonan Paduan (Affricate)


Konsonan paduan merupakan konsonan hambat jenis khusus
yang dihasilkan oleh ujung lidah dan gusi belakang, sehingga
menghasilkan bunyi [dʒ]. Dalam bahasa Arab, konsonan ini
dilambangkan dalam bahasa Arab dengan . Seperti pada
kata:
4. Konsonan Sengau (Nasal)
a. Konsonan [m] bilabial dilambangkan dalam bahasa Arab
dengan , dihasilkan dengan proses keluarnya udara tidak
melalui mulut, karena kedua bibir dikatupkan, sehingga
udara keluar dari hidung yang menghasilkan bunyi [m].
Contoh:
b. Konsonan [n] alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab
dengan , diproduksi oleh artikulator yang aktif ujung
lidah, sedangkan yang pasifnya adalah gusi. Misal :
5. Konsonan Getar (Trill)
Konsonan ini terjadi dengan menghambat jalan arus udara
yang dihembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan
cepat. Berdasarkan tempat artikulasinya konsonan tersebut
dinamai konsonan getar apiko alveolar, di mana artikulator
aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah ujung
lidah, sedangkan artikulator pasifnya gusi. Sehingga bunyi
yang dihasilkan adalah [r]. konsonan ini dilambangkan dalam
bahasa Arab dengan , contoh:
6. Konsonan Sampingan (Lateral)
Konsonan ini dibentuk dengan arus udara di tengah rongga
mulut, sehingga udara keluar melalui kedua samping atau
salah satunya. Tempat artikulasinya ujung lidah dan gusi,
sehingga menghasilkan bunyi [l]. Konsonan [l] dilambangkan
dalam bahasa Arab dengan , contoh:

• 89 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

7. Konsonan Hampiran (Approximant)


Konsonan hampiran terjadi karena hubungan antar peng­
hambat dalam pengucapannya renggang lebar. Dengan
demikian bunyi yang dihasilkan dengan kondisi adalah:
a) Bunyi [j] merupakan konsonan hampiran medio-palata0l,
karena artikulator aktifnya tengah dan artikulator pasifnya
langit-langit keras. Dalam bahasa Arab dilambangkan
dengan , contoh:
b) Bunyi [w] merupakan konsonan hampiran bilabial, yang
artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya
bibir atas.

d. Isytiqāq ibdāl
Al-Ibdāl yaitu merubah atau mengganti sebuah huruf
dengan huruf yang lain dalam satu kata. Ibnu Sikkīt (wafat 857)
sangat mendukung prinsip ini dengan asumsi bahwa kata-kata
yang memulai huruf-huruf yang sama mempunyai keterkaitan
dalam makna, walaupun berbeda dalam pengucapannya. Isytiqāq
ibdāl ini terdiri dari dua macam yaitu:
1. Istiqāq sharfī: yaitu mengganti huruf untuk kepentingan fon
(bunyi) agar lebih ringan dan mudah dalam pengucapan.
Contoh: [kisāwun] menjadi [kisā un] (Ibnu as-
Sukait, 1978: 61-77)
2. Istiqāq lughawī yaitu mengganti huruf dengan huruf yang lain
dalam suatu kata bukan untuk kepentingan sharfiyah. Contoh
[m] menjadi [n] (Ibnu as-Sukait, 1978: 61-77)
Adapun kaidah-kaidah istiqāq ibdāl (substitusi) sebagai
berikut,
1. Ibdāl dapat terjadi pada huruf pertama pada fi’l tsulasi yaitu
contohnya pada kata: , , , , [ ] (kata-kata
tersebut menunjukkan jenis suara si sakit yang merangkak
naik. Ibdāl pada huruf yang ditengah yaitu: ,

• 90 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

, , . Terjadi pula pada huruf terakhir,


contohnya: ,
2. Huruf-huruf yang tepat untuk di-ibdāl (yang memiliki fungsi
makna yang lebih umum) antara lain:
a. Berdasarkan sifat huruf yaitu dari keras dan lunaknya
huruf. Contohnya: . Kata [ ] bermakna ‘cara
makan yang tidak keras’ (dengan gigitan lunak) seperti
semangka, sedangkan kata [ ] bermakna sebaliknya.
Tabel contoh ibdal berdasarkan keras dan lunaknya huruf
deskripsi
no. kata huruf bunyi makna
bunyi
cara makan yang tidak
frikatif
1 ‫خضم‬ ‫خ‬ [x]
,velar
keras (dengan gigitan
lunak)
plosif gigitan yang terus
2 ‫قضم‬ ‫ق‬ [q]
uvular menerus, menggerogoti

b. Berdasarkan nilai ungkapan yang terkandung pada huruf


contohnya huruf [f] - frikatif, labiodental berguna untuk
kata tertentu yang bermakna ‘lemah’. Dr. Subhi as-Shalih
berpendapat bahwa huruf [t], [d ]- plosif, alveolar,
[n]- nasal, alveolar, [ l ] lateral-approximant, alveolar
-, [ r]- trill, alveolar, [t̪ˁ ]- plosif emphatic, dental jika
bergabung dengan huruf [f] baik di awal atau di akhir
maka memiliki makna ‘sesuatu yang lemah’.
Tabel contoh ibdal berdasarkan nilai ungkapan
deskripsi
no. huruf bunyi huruf bunyi makna
bunyi
1 [f] frikatif, [t] plosif, alveolar,
‫ف‬ labiodental
‫ت‬
[d ] plosif, alveolar
‫د‬
[n] nasal, alveolar
‫ن‬

• 91 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

deskripsi
no. huruf bunyi huruf bunyi makna
bunyi
[l ] lateral-
‫ال‬ approximant,
alveolar
[ r] trill, alveolar
‫ر‬
[t̪ˁ ] plosif emphatic,
‫ط‬ dental

Seperti pada contoh: , , ,


,

no. frasa makna


1 sesuatu yang rusak
‫الىشء اتلالف‬
2 kakek yang berjalan tertatih-tatih
‫الشيخ ادلالف‬
3 ُ َّ ُ ْ َ si sakit yang sedang sakit kronis
‫ادلن ِف‬ ‫المريض‬
c. Berdasarkan makhraj huruf yaitu dengan mengganti huruf
halqi dengan huruf halqi yang lainnya atau huruf lisan
dengan huruf lisan yang lainnya. Contoh pada kata
bermakna ‘krisis moneter’ sedangkan kata bermakna
‘krisis politik’.
Tabel contoh ibdal berdasarkan makhraj huruf
no. kata huruf bunyi deskripsi bunyi makna
1 [m ] nasal, bilabial krisis moneter
‫أزمة‬ ‫م‬
2 [ b] plosif, bilabial krisis politik
‫أزبة‬ ‫ب‬
d. Berdasarkan huruf dari beberapa huruf kata yang terdapat
ibdāl pada maknanya. Contohnya kata bermakna
‘listrik negatif’ sedangkan bermakna ‘listrik positif’
(Khasārah, 2008:165)

• 92 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

no. kata huruf bunyi deskripsi bunyi makna


1 [s] frikatif, alveolar listrik negatif
‫الكهرس‬ ‫س‬
2 [dʒ] affrikatif, post- listrik positif
‫الكهرج‬ ‫ج‬ alveolar

Namun ibdāl adakalanya terjadi antara dua huruf yang


berdekatan makhrajnya maupun yang berjauhan, antara lain:
a) Antara dua huruf yang sejenis atau sama makhrajnya tapi
berbeda sifatnya. Contoh pada huruf dan . Contoh kata :

Tabel contoh ibdal antara dua huruf yang sejenis


no. kata huruf bunyi deskripsi bunyi makna

1 [s] frikatif, alveolar kotoran, siksaan


‫الرجس‬ ‫س‬
2 [z] frikatif, alveolar kotoran,dosa,
‫الرجز‬ ‫ز‬ kesalahan, azab,

b) Dua huruf yang berdekatan makhrajnya tapi menyatu pada


sifatnya. Contoh pada huruf dan . Contoh pada kata
Tabel contoh dua huruf yang berdekatn makhraj
no. kata huruf bunyi deskripsi bunyi makna
1 [ħ] frikatif, pharyngeal
‫قحل‬ ‫ح‬
2 [h] frikatif, glotal
‫قهل‬ ‫ه‬
c) Dua huruf yang berdekatan makhraj dan sifatnya. Contoh pada
huruf dan . Contoh kata
Tabel contoh dua huruf yang berdekatan makhraj dan sifatnya
no. kata huruf bunyi deskripsi bunyi makna
1 [ʕ] frikatif, mematikan dengan
‫ع زاعف‬ pharyngeal seketika
2 [ʔ] plosive, glottal
‫زؤاف‬ ‫ء‬

• 93 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

d) Berdekatan makhrajnya dan berjauhan sifatnya seperti pada


huruf dan . Contoh kata:
Tabel contoh Berdekatan makhrajnya dan berjauhan sifatnya
no. kata huruf bunyi deskripsi bunyi makna
1 [k] plosif, velar
‫امتك‬ ‫ك‬
2 [q] plosif uvular
‫امتق‬ ‫ق‬
e) berdekatan sifatnya dan berjauhan makhrajnya seperti pada
huruf dan . Contoh kata:
f) Berjauhan makhrajnya dan menyatu pada sifatnya seperti
pada huruf dan . Contoh kata
Tabel contoh berjauhan makhrajnya dan menyatu pada sifatnya
no. kata huruf bunyi deskripsi bunyi makna
1 [m ] nasal, bilabial
‫الغيم‬ ‫م‬
2 [n] nasal, alveolar
‫الغني‬ ‫ن‬
g) Berjauhan makhraj dan sifatnya seperti pada huruf dan .
Contoh kata dan
no. kata huruf bunyi deskripsi bunyi makna
1
‫جيوس‬ ‫ج‬
2
‫حيوس‬ ‫ح‬

5. Data:
Perbedaan Deskripsi
No. Kata Verba Bunyi Makna
pada bunyi Artikulasi
frikatif, berteriak, mencaci
1 ‫هنني‬ ‫هن‬ ‫ه‬ [h]
glotal maki

• 94 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Perbedaan Deskripsi
No. Kata Verba Bunyi Makna
pada bunyi Artikulasi
ratapan tangis
yang keras,
frikatif,
2 ‫حن حنني‬ ‫ح‬ [ħ] berbunyi hingga
pharyngeal
menaruh kasihan
kepadanya
merintih,
3 ّ [ʔ]
plosive,
‫أنني‬ ‫أن‬ ‫أ‬ glottal,
mengerang,
mengaduh
berkata dengan
4 ّ [x]
frikatif,
‫خن خنني‬ ‫خ‬ velar
suara hidung/
sengau
mengeraskan
suara tangis,
ّ [r]
trill,
5 ‫رنني‬ ‫رن‬ ‫ر‬ alveolar
berteriak,
bergema, suara
sedih

Tabel 2 Deskripsi bunyi dan makna dan


Deskripsi
No Kata Huruf Bunyi Makna
Bunyi
1 [x] frikatif, velar cara makan yang tidak keras
‫خضم‬ ‫خ‬ (dengan gigitan lunak)
2 [q] plosif uvular gigitan yang terus menerus,
‫قضم‬ ‫ق‬ menggerogoti

Tabel Deskripsi bunyi [F]


Deskripsi
Huruf Bunyi Huruf Bunyi Makna
Bunyi
[f] frikatif, [t] plosif, alveolar,
‫ف‬ labiodental ‫ت‬
[d ] plosif, alveolar
‫د‬
[n] nasal, alveolar
‫ن‬
[l ] lateral-approximant,
‫ال‬ alveolar

• 95 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Deskripsi
Huruf Bunyi Huruf Bunyi Makna
Bunyi
[ r] trill, alveolar
‫ر‬
[t̪ˁ ] plosif emphatic, dental
‫ط‬
Tabel Deskripsi makna , , dan
No Frasa Makna
1 Sesuatu yang rusak
‫الىشء اتلالف‬
2 Kakek yang berjalan tertatih-tatih
‫الشيخ ادلالف‬
3 ُ َّ ُ ْ َ Si sakit yang sedang sakit kronis
‫ادلن ِف‬ ‫المريض‬
Tabel Deskripsi bunyi dan makna dan
No Kata Huruf Bunyi Deskripsi Bunyi Makna
1 [m ] nasal, bilabial krisis moneter
‫أزمة‬ ‫م‬
2 [ b] plosif, bilabial krisis politik
‫أزبة‬ ‫ب‬
Tabel Deskripsi bunyi dan makna dan
No Kata Huruf Bunyi Deskripsi Bunyi Makna
1 [s] frikatif, alveolar listrik negatif
‫الكهرس‬ ‫س‬
2 [dʒ] affrikatif, post-alveolar listrik positif
‫الكهرج‬ ‫ج‬
Tabel Deskripsi bunyi dan makna dan
No Kata Huruf Bunyi Deskripsi Bunyi Makna
1 [s] frikatif, alveolar kotoran, siksaan
‫الرجس‬ ‫س‬
2 [z] frikatif, alveolar kotoran,dosa, kesalahan,
‫الرجز‬ ‫ز‬ azab,

Tabel Deskripsi bunyi dan makna dan


No Kata Huruf Bunyi Deskripsi Bunyi Makna
1 [ħ] frikatif, pharyngeal
‫قحل‬ ‫ح‬

• 96 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Kata Huruf Bunyi Deskripsi Bunyi Makna


2 [h] frikatif, glotal
‫قهل‬ ‫ه‬
Tabel 9 Deskripsi bunyi dan makna dan
No Kata Huruf Bunyi Deskripsi Bunyi Makna
1 [ʕ] frikatif, pharyngeal mematikan
‫زاعف‬ ‫ع‬ dengan seketika
2 [ʔ] plosive, glottal
‫زؤاف‬ ‫ء‬
Tabel 10 Deskripsi bunyi dan makna dan
No. Kata Huruf Bunyi Deskripsi Bunyi Makna
1 [k] plosif, velar
‫امتك‬ ‫ك‬
2 [q] plosif uvular
‫امتق‬ ‫ق‬
Tabel 11 Deskripsi bunyi dan makna dan
No. Kata Huruf Bunyi Deskripsi Bunyi Makna
1 [m ] nasal, bilabial
‫الغيم‬ ‫م‬
2 [n] nasal, alveolar
‫الغني‬ ‫ن‬

6. Metode:
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif berarti penelitian yang dilakukan
semata-mata hanya berdasarkan pada fakta kebahasaan yang
ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada
penuturnya. Penelitian ini menggunakan tiga tiga tahapan,
yaitu: tahap penyediaan (pengumpulan) data, tahap analisis
data dan tahap penyajian hasil analisis data. Setiap tahapan ini
menggunakan metode dan teknik tertentu.
a. Data
Objek material penelitian ini adalah kamus Arab antara
lain: Al-Mawrid: A Modern English Arabic Dictionary (2009) karya

• 97 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Munir Ba‘albaky, Munawwir Digital Program Version 1.1 Al-


Wustho Digital Publishing (Munawwir, 2010),
Adapun objek formalnya adalah verba bahasa Arab.

b. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Langkah pertama penelitian ini adalah pengumpulan data
yakni berupa verba bahasa Arab yang terdapat dalam sumber
data (kamus Arab antara lain: Al-Mawrid: A Modern Arabic
Dictionary (2009) karya Munir Ba‘albaky, Munawwir Digital
Program Version 1.1 Al-Wustho Digital Publishing. Pengumpulan
data menggunakan metode simak dan dengan teknik catat.
Metode simak ini diwujudkan dengan penyadapan. Kegiatan
menyadap dipandang sebagai teknik dasar yang disebut dengan
teknik sadap. Kegiatan menyadap dapat dilakukan dengan
berpartisipasi sambil menyimak. Kemudian data-data yang
ditemukan dicatat dan ditabulasi dalam komputer. Selain itu
data-data tersebut diketik dan diurutkan secara alfabetis untuk
membantu mempermudah proses analisis berupa pengurutan,
klasifikasi, dan perbandingannya dengan data-data yang lain.
c. Metode dan Teknik Analisis Data
Pada tahapan ini, data dianalisis dengan menggunakan
metode distribusional (distributional method) dan metode padan
(identiry method). Metode distribusional adalah metode analisis
data yang alat penentunya merupakan unsur dari bahasa yang
bersangkutan atau hubungan antar fenomena dalam bahasa
itu sendiri. Jabaran metode ini terwujud dalam teknik analisis
penguraian satuan-satuan lingual tertentu atas unsur-unsur
terkecilnya. Metode ini digunakan untuk analisis bunyi verba
bahasa Arab berdasarkan transkipsi fonetis yang ditetapkan IPA
(The International Phonetic Alphabet). Setelah data dianalisis
berdasarkan konsep-konsep yang sesuai secara fonologis, maka
pada tahapan berikutnya, untuk melihat perbedaan makna dari

• 98 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

masing-masing verba, digunakan metode analisa komponen


makna (componential analysis, tachlīlul mukawwināt). Sedangkan
langkah berikutnya adalah dengan memanfaatkan kompetensi
penulis serta menanyakan kembali kepada informan (native
speaker).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka analisis itu meliputi
lima langkah berikut: 1) tabulasi data dan transkipsi fonetis dari
verba bahasa Arab yang konsisten untuk keperluan analisis; 2)
analisis data dengan menggunakan teori dan kaidah yang telah
diulas pada landasan teori; 3) membuat hipotesis dari hasil
analisis; 4) verifikasi dan generalisasi

5. Pembahasan hasil penelitian


Pada bahasa Arab, adakalanya dua kata atau lebih yang
memiliki kesamaan dan atau kedekatan jenis hambatan artikulasi
atau daerah artikulasi pada salah satu bunyi di silabel-nya juga
memiliki relasi makna, seperti sinonimi dan antonimi. Contohnya,
kata , ‘menggigit dengan gigi depan’, dan kata , ‘mengikat
pinggang’. Perbedaan bunyi pada kata dan , yaitu pada
bunyi akhir dan . Bunyi adalah bunyi nasal, bilabial, dan
adalah bunyi nasal, alveolar. Keterkaitan makna dari dua kata ini
yaitu sama-sama aktivitas yang dilakukan dengan mengaitkan
sesuatu dengan sesuatu lainnya dan bersifat menempel dan tidak
dilepaskan. Contoh lain, kata yang terdapat pada frasa
[h], ‘akhir yang baik’, jika diucapkan menjadi [x],
maka dapat bermakna sebaliknya. Begitu pula pada kata nad
, , , , (kata-kata tersebut menunjukkan jenis suara
si sakit yang merangkak naik).

• 99 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Bunyi Akhir yang Memiliki Relasi Makna Sinonimi


9. Bunyi [k] dengan Bunyi [q] di Akhir Kata
Bunyi [k] dan bunyi [q] termasuk bunyi yang berdekatan
dari sisi tempat artikulasi. Keduanya termasuk konsonan belakang.
Bunyi [k] merupakan bunyi plosif, velar, konsonan hambat
letup dorsovelar. Disebut demikian karena artikulator aktifnya
pangkal lidah, dan artikulator pasifnya langit-langit. Sedangkan
[q] merupakan bunyi plosif uvular, merupakan konsonan plosif
uvular yang dihasilkan oleh pangkal lidah dan langit-langit lunak.
Berdasarkan data, terdapat 75 pasang kata yang diakhiri bunyi
[k] dan [q]. Dari 75 pasang kata, terdapat sembilan pasang
kata memiliki relasi makna berupa sinonimi, meskipun bukan
sinonimi mutlak , sebagaimana pada tabel berikut ini
Tabel 12. Bunyi [k] dengan bunyi [q] di akhir kata yang memiliki
relasi sinonimi
Unsur
Akhir Deskripsi Unsur makna Akhir Deskripsi
No. Kata Kata makna yang
bunyi artikulasi yang sama bunyi artikulasi
sama
1 َ ََ [k] plosif, bohong, dusta, َََ [q] plosif bohong,
ِ‫أفك ــ‬ velar memalingkan ‫أفق ــِـ‬ uvular dusta
ً َْ ًَْ
‫أفك‬ ‫أفقا‬
2 َ َ [k] plosif, menempel, َ َ [q] plosif menempel,
‫ع ِسك‬ velar melekat -‫ع ِسق‬ uvular melekat
َ َ ً َ َ
‫ ل ِصق‬:‫ب ِ ِه‬ ‫عسقا‬
3 َ َّ َ [k] plosif, berdiam ًَْ َََ [q] plosif berdiam
,‫بنك‬ velar tinggal di, ‫بنقا‬-‫بنق‬ uvular tinggal di
4 َ ََ [k] plosif, hina َََ [q] plosif mencaci
-‫حبك‬ velar -‫حبق‬ uvular maki
ً َْ ًَْ
‫حبك‬ ‫حبقا‬
5 َ ََ [k] plosif, melekatkan, َ َ [q] plosif menyusul,
-‫لك‬ velar meminumkan -‫ل ِق‬ uvular memperoleh,
ً َْ obat, menjilat ً َْ mengikuti,
‫لك‬ ‫لقا‬ melekat
pada

• 100 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Unsur
Akhir Deskripsi Unsur makna Akhir Deskripsi
No. Kata Kata makna yang
bunyi artikulasi yang sama bunyi artikulasi
sama
6 َ ََ [k] plosif, menuntaskan َََ [q] plosif mengangkat,
-‫نتك‬ velar air kencing, -‫نتق‬ uvular mem­
ً َْ mencabut ًَْ bentangkan,
‫نتك‬ ‫نققا‬ ter­cabut
َ ُ َ َ
-‫َوشك‬ -‫َوشق‬
7 [k] plosif, cepat, berjalan [q] plosif mengoyak,
velar cepat, hampir, uvular me­nusuk,
ً ْ ً ْ
‫َوشك‬ ‫َوشقا‬
mendekati, cepat-ce­
pat, ber­jalan
cepat,
8 ُ ‫ك‬ َ ََ [k] plosif, memotong, َ ‫َب َت َع‬ [ɣ] frikatif , kuat
‫ـــ‬ ‫بت‬ velar terpotong, ‫ـــ‬ velar lehernya/
ً َْ pedang, ًَْ per­sendian-
‫بتك‬ potongan ‫بتعا‬ nya, pu­tus
(dari sesuatu dari, yang
yang di penuh, berisi
potong)
9 َ َ َ [k] plosif, mengangkat, َ َ َ [q] plosif tinggi, yang
-‫سمك‬ velar menaikkan, -‫سمق‬ uvular murni,
ً ْ َ tinggi, ًَ َ
‫سمك‬ ‫سمقا‬

Kata-kata yang memiliki relasi makna sinonimi ada


sembilan kata, di antaranya yaitu pada data no. 1, kata
yang di akhir kata berbunyi plosif velar memiliki relasi makna
sinonimi dengan kata yang di akhir kata berbunyi
plosif uvular. Keduanya sama-sama memiliki makna “bohong,
dusta” dan dapat saling menggantikan di dalam kalimat, tetapi
ada sedikit perbedaan komponen makna. Kata  memiliki
komponen makna berbohong dan pergi/kabur, sementara kata
memiliki komponen berbohong dan tidak memiliki unsur
makna pergi/kabur. Jika dilihat dari interpretasi unsur makna,
maka kata telah memiliki makna dasar yaitu ‘berbohong’,
maka kata ini cenderung memiliki banyak interpretasi negatif
dibandingkan dengan kata . Jika ditinjau dari dimensi makna,
dari sisi dimensi maujud, maka dua kata ini memiliki unsur
kesengajaan. Apabila ditinjau dari dimensi objek, dua kata ini
merupakan tindakan yang memerlukan sasaran berupa lawan

• 101 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

bicara. Dalam konteks Al-Qur’an, kata bermakna ‘bohong’


dan semisalnya, sedangkan kata cenderung bermakna ‘ufuk’.
Namun, pada Kamus Al-Munawwir, kata terjadi persamaan
makna pada makna tambahan, seperti contoh kalimat berikut ini:

Tabel Contoh Kalimat Kata dan


No Makna Kalimat Sumber
1 َ َ ُ َّ http://www.maajim.com/dictionary/
‫ كذب وافرتى‬ ‫أفك‬ ‫الرجل‬
 
2 َ َ َ َ َ ُ ُ َّ http://www.maajim.com/dictionary/
‫ك ِذب‬ ‫أفق‬  ‫الرجل‬

Makna dua kata tersebut dalam konteks Al-Qur’an yaitu:


jika berbentuk verba, bermakna ‘memalingkan’, sementara jika
berbentuk nomina, bermakna ‘berita bohong, kebohongan, dusta,
sulapan/tipuan, sesuatu yang mengada-ada’, sebagaimana pada
tabel berikut ini:

Tabel Contoh Kalimat Kata dengan Kata


Makna Kalimat Sumber

َ ُ ْ َ َُْ ُ َُْ
dipalingkan daripadanya (rasul
Q.S Az-Zariyat Ayat
dan Al-Quran) orang yang ‫يؤفك عنه من أف ِك‬ 9
dipalingkan
َ ُُْ َ ْ َ
mengapa di waktu kamu ‫ل ْوال إِذ س ِمعتموهُ ظ َّن‬
mendengar berita bohong itu
ُ َ ْ ُْ َ ُ ْ ُْ
orang-orang mukminin dan ‫المؤمِنون َوالمؤمِنات‬ Q.S An-Nuur ayat
mukminat tidak bersangka baik
ُ َ ًْ َ ْ ُ َْ
‫يا َوقالوا‬
12
terhadap diri mereka sendiri, dan ‫بِأنف ِس ِهم خ‬
mengapa tidak berkata ini adalah
ٌ ‫ك ُمب‬ٌ ْ َ َ
suatu berita bohong yang nyata ‫ني‬ِ ‫هذا إِف‬

Pada data pada no. 2, kata memiliki relasi makna


sinonimi dengan kata - , keduanya sama-sama memiliki
makna “menempel, melekat” dan dapat saling menggantikan
di dalam kalimat. Namun, kata dapat memiliki makna
menempel atau melekat jika idiom dengan partikel . Jika dilihat

• 102 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

dari interpretasi unsur makna, maka kata telah memiliki


makna dasar yaitu ‘menempel, melekat’, maka dua kata
, ini cenderung memiliki interpretasi netral. Jika ditinjau
dari dimensi makna, dari sisi dimensi maujud, maka dua kata ini
memiliki unsur, baik tidak sengaja maupun disengaja. Apabila
ditinjau dari dimensi objek, dua kata ini berupa tindakan yang
memerlukan sasaran, dengan posisi sasaran yang statis, seperti
pada contoh kalimat di bawah ini:
Tabel Contoh Kalimat Kata dan
No Makna Kalimat Sumber
1 َ َ http://www.maajim.com/
‫ولزمه‬
ِ ‫لصق به‬
ِ ‫كفرح‬
ِ ‫عسق به‬ ِ
ً َ dictionary/
‫عسقا‬
2 َ َ َ َ َ َ َ َ http://www.maajim.com/
‫ل ِزم ول ِصق‬ ‫ع ِسك به كف ِرح‬
ً َ َ dictionary/
‫عسك‬
3 laki-laki itu َّ َ َ َّ ُ
‫تعسك الرجل يف‬ ٤٧۱ ‫اجلزء اثلين‬ ‫لسان العريب‬
mengiringi atau
mengikuti jalannya ‫مشيه‬

Data no. 3 dengan kata - . Kata mengandung


makna dasar ‘saling menceritakan perihal keluarganya’,
sedangkan makna tambahan kedua yaitu ‘berdiam, tinggal di’
dengan kata yang juga mengandung makna dasar ‘sampai ke’,
sedangkan makna tambahan kedua yaitu ‘berdiam, tinggal di’.
Keduanya mengandung makna “berdiam, tinggal di”. Kata
dapat memiliki makna tersebut jika pola katanya diubah menjadi
, contohnya: . Jika dilihat dari interpretasi unsur
makna, maka kata telah memiliki makna tambahan kedua
yaitu ‘berdiam, tinggal di’, kata dan ini cenderung memiliki
banyak interpretasi netral. Jika ditinjau dari dimensi makna, dari
sisi dimensi maujud, maka dua kata ini memiliki unsur tindakan
yang disengaja. Apabila ditinjau dari dimensi objek, dua kata
ini berupa tindakan yang memerlukan sasaran, dengan posisi

• 103 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

sasaran yang statis, seperti pada contoh kalimat di bawah ini:


Tabel Contoh Kalimat Kata dan
No Makna Kalimat Sumber
1 َّ َ َ َ َّ َ َ
‫أقام وتمكن‬ ‫باملاكن‬
ِ ‫ تبنك‬http://www.maajim.
com/dictionary/
2 Dia menetap di َّ
‫ وتبينك باملاكن أقام به‬Kamus Al-Munawwir
suatu tempat 111
hingga berkeluarga ‫وتأهل‬

3
‫أقام به‬ ‫بنق باملاكن‬   http://www.almaany.
com/ar/dict/ar-ar/

Berikutnya, kata - (yang diakhiri bunyi plosif


velar) dengan - (yang diakhiri berbunyi plosif uvular).
Kata - mengandung makna dasar ‘amat tolol, dungu’
bersinonim dengan kata - yang mengandung makna dasar
“tidak hadir, ghaib”. Sedangkan makna pada lapis ke-16, yaitu
‘amat tolol’. Jika dilihat dari interpretasi unsur makna, maka kata
dan memiliki interpretasi negatif karena kata telah
memiliki makna dasar “amat tolol”. Namun, kata cenderung
memiliki makna berinterpretasi netral, makna “amat tolol”
hanyalah makna tambahan, bukan makna dasar. Jika ditinjau
dari dimensi makna, dari sisi dimensi maujud, maka dua kata ini
memiliki unsur kesengajaan. Apabila ditinjau dari dimensi objek,
dua kata ini merupakan tindakan yang memerlukan sasaran,
berupa sifat pada lawan bicara, seperti contoh kalimat berikut:
Tabel Contoh Kalimat Kata dengan Kata
Makna Kalimat Sumber
Perempuan tolol yang keji ُ َُ Kamus Al-
bicaranya ‫اخلرقاء‬ ‫عفك املراة‬ Munawwir. 950

• 104 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Makna Kalimat Sumber


Seorang penyair berkata: ُ
janganlah kamu menjadi ‫ وال تك‬:‫قال الشاعر‬
orang yang datang dan ْ
,‫معفاق الزيارة واجتنب‬ ‫لسان العريب اجلدل‬
pergi berulang-ulang serta
َ
hindarkanlah diri dari ‫إذاجئت إكثار الكالم‬ ٥٧۱–٤٧۱ ‫الربع‬
banyak mengucapkan َ َّ َ
celaan/kata-kata yang buruk ‫املعيبا‬
َ ُ َّ َ
Laki-laki yang sangat tolol, ‫الرجل اكن شديد‬ ‫ عفق‬Kamus Al-
dungu َ َ َ Munawwir. 950
‫احلماق ِة‬

Data berikutnya, kata - (yang diakhiri bunyi plosif


velar) dengan kata - (yang diakhiri bunyi plosif uvular).
Kata - mengandung makna dasar ‘melekatkan’ dengan
kata - yang mengandung makna dasar “menyusul, mem­
peroleh”, sedangkan kata memiliki makna tambahan ketiga,
yaitu ‘melekat pada’. Jika dilihat dari interpretasi unsur makna,
maka kata telah memiliki makna dasar ‘melekatkan’. Dua
kata ini cenderung memiliki banyak interpretasi netral, baik dari
makna dasar kata maupun makna tambahan ke-3 dari kata
. Jika ditinjau dari dimensi makna, dari sisi dimensi maujud,
maka dua kata ini memiliki unsur kesengajaan. Apabila ditinjau
dari dimensi objek, dua kata ini merupakan tindakan yang
memerlukan sasaran serta posisi sasaran berupa tindakan yang
statis, seperti pada contoh kalimat berikut:

Tabel Contoh Kalimat Kata dengan Kata


Makna Kalimat Sumber
َّ َ َ
Melekatkan
‫والحك الش َء بِاليش ِء‬
َ َ َ َ Kamus Al-Munawwir. 1259
Menjilat madu lebah
‫حل ِك العسل‬
َ َ َ ‫ك‬ َ َ َ http://www.almaany.com/
‫ادلواء يف فمه‬ ‫وضع‬ ‫ادلواء‬ ‫الودل‬ ‫ل‬
ar/dict/ar-ar/

• 105 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Makna Kalimat Sumber


Melekat pada,
bergabung, Melekat ‫ اتلحق به‬,‫ لصق به‬Kamus Al-Munawwir. 1259
pada, mencapai
َ َ ْ ََ ُ َ َ َ
‫ا ِلَحق‬ ‫ل ِق العامِل بِعملِ ِه‬ http://www.maajim.com/
ً ِّ َ ُ dictionary/
melaksanakan: ‫مبكرا‬

Data berikutnya, kata - (yang diakhiri bunyi plosif


velar) dengan kata - (yang diakhiri bunyi plosif uvular).
Kata - yang mengandung makna dasar ‘cepat’ dengan
kata - yang mengandung makna dasar ‘menggaruk,
mengkoyak’, sedangkan makna pada lapis keempat, yaitu ‘cepat-
cepat, berjalan cepat’. Jika dilihat dari interpretasi unsur makna,
maka kata telah memiliki makna dasar ‘cepat’. Kata dan
ini cenderung memiliki banyak interpretasi netral. Ditinjau
dari dimensi makna, dari sisi dimensi maujud, maka dua kata ini
memiliki unsur tindakan yang disengaja. Apabila ditinjau dari
dimensi objek, dua kata ini berupa tindakan yang memerlukan
sasaran, dengan posisi sasaran yang statis, seperti pada contoh
kalimat berikut:
Tabel Contoh Kalimat Kata dengan Kata
Makna Kalimat Sumber
Laki-laki itu cepat َ ُ َّ
‫الرجل‬ ‫وشك‬ Kamus Al-Munawwir. 1560
jalannya
َ ُ
Dia mempercepat
‫َوشك يف مشيه‬ http://www.almaany.com/
jalannya ar/dict/ar-en/
Anak itu mempercepat ُ َ http://www.maajim.com/
‫ي ِشق‬ ‫الودل يف مشيه‬
jalannya dictionary/

Data berikutnya dari kata (yang diakhir bunyi


plosif velar) dengan kata (yang diakhir bunyi plosif
uvular). Kata mengandung makna dasar ‘menuntaskan’,
sedangkan pada makna tambahan ke-2 bermakna ‘mencabut’

• 106 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

dengan kata yang mengandung makna dasar


‘mengangkat’, sementara makna pada tambahan ke-10 yaitu
‘tercabut’. Meskipun kata ‘mencabut’merupakan kata aktif yang
masih membutuhkan objek, kata ‘tercabut’ merupakan kata pasif
yang tidak membutuhkan objek.
Jika dilihat dari interpretasi unsur makna, maka kata
telah memiliki makna dasar, yaitu ‘menuntaskan’. Kata dan
ini cenderung memiliki banyak interpretasi netral dari makna
tambahannya. Jika ditinjau dari dimensi makna, dari sisi dimensi
maujud, maka dua kata ini memiliki unsur tindakan yang disengaja
maupun tidak disengaja. Apabila ditinjau dari dimensi objek, dua
kata ini berupa tindakan yang memerlukan sasaran, dengan posisi
sasaran yang statis, seperti pada contoh kalimat berikut:
Tabel Contoh Kalimat Kata dengan Kata
Makna Kalimat Sumber
َ ‫اس‬ْ ُ َ
‫تربأ‬ ‫نتك ذكره‬
Menuntaskan air kencing Kamus Al-Munawwir.
‫بعدابلول‬
ِ 1384
ُ ْ َ َ
Ia mencabut rambutnya ‫نتك شع َره‬
Sesuatu itu telah tertarik َّ َ
atau tercabut ‫إنتق الش ُء‬ Kamus Al-Munawwir.
Kuda yang mengangkat ُ ُ ْ َ ْ َّ ُ َ 1384
penunggangnya ‫الف َرس الِي ينتِق َراك ِبه‬
ُ َْ ُ ْ َ ً َْ ُ َْ َ ََ http://www.maajim.
‫جذب اليشء تقبِض عليه ثم‬ ‫نتك ينتِك نتاك‬
com/dictionary/
‫تكرسه إِيلك‬
ّ ًَْ َََ َ َََ
‫حركه وزعزعه ورفعه من‬ ‫اليشء نتق نتقا‬ ‫ نتق‬http://www.
almaany.com/ar/
‫ماكنه لرييم به‬ dict/ar-ar/

• 107 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Makna Kalimat Sumber


ُ َ َ َ َ َْ َ ْ َ َ ْ َ
Dan (ingatlah), ketika
‫البل ف ْوقه ْم‬ ‫وإِذ نتقنا‬ 
ُ َّ ُّ َ ٌ َّ ُ ُ َّ َ َ
َ
Kami mengangkat bukit
ke atas mereka seakan- ‫كأنه ظلة َوظنوا أنه‬
akan bukit itu naungan َ ُ ُ ٌ
awan dan mereka ‫َواق ِع ب ِ ِه ْم خذوا ما‬
ُ ْ ُ ُ ََْ
yakin bahwa bukit itu
‫آتيناك ْم بِق َّو ٍة َواذك ُروا‬
akan jatuh menimpa
َ ُ َّ َ ُ َّ َ َ َ
mereka. (Dan Kami ‫ما فِي ِه لعلك ْم تتقون‬
katakan kepada mereka):
QS. Al-A’raf ayat 171
“Peganglah dengan
teguh apa yang telah
Kami berikan kepadamu,
serta ingatlah selalu
(amalkanlah) apa yang
tersebut di dalamnya
supaya kamu menjadi
orang-orang yang
bertakwa”

Data berikutnya dari kata (yang diakhiri


bunyi plosif velar) dengan kata (yang diakhiri bunyi
plosif uvular). Kata mengandung makna dasar,
yaitu ‘mengangkat, menaikkan’, sedangkan makna tambahan
kedua mengandung makna ‘tinggi’ dengan kata yang
mengandung makna dasar ‘tinggi’. Jika dilihat dari interpretasi
unsur makna, maka kata telah memiliki makna dasar, yaitu
‘tinggi’, maka kata ini cenderung memiliki banyak interpretasi
netral. Jika ditinjau dari dimensi makna, dari sisi dimensi arah,
maka dua kata ini memiliki unsur tindakan yang mengarah ke atas.
Apabila ditinjau dari dimensi posisi sasaran, dua kata ini berupa
tindakan yang memerlukan sasaran, dengan posisi sasaran yang
bergerak, seperti pada contoh kalimat di bawah ini:

• 108 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Tabel Contoh Kalimat Kata dengan Kata


Makna Kalimat Sumber
َ َ َ َ َ ْ َ ََ
Dia meninggikan
‫َرفع سمكها فس َّواها‬
bangunannya lalu QS. An-Nazi’at Ayat 28
menyempurnakannya
Atap langit-langit ُ ْ َّ ُ َّ
rumah ‫السمك السقف‬ Kamus Al-Munawwir. 661

ِّ ُ َّ
Laki-laki yang tinggi ‫جال‬
ِ ‫الس ِمق من الر‬ Kamus Al-Munawwir. 661
ُ َّ َ
‫جر وانلَّبات ارتفع‬ ُ ‫الش‬ ‫سمق‬ http://www.almaany.com/
ar/dict/ar-ar/
ُ
‫وغريه‬
َّ َ
‫عال وارتفع‬ ‫سمك الش ُء‬  http://www.almaany.com/
ar/dict/ar-ar/
ُ‫ َأ ْعالَه‬، ‫َر َف َع ُه‬ َ ‫ك ابل َن‬
‫اء‬
َ َ َ
‫سم‬
ِ

6) Bunyi [t] dengan Bunyi [d] di Akhir Kata


Bunyi [t, d] pada kata dan merupakan
bunyi plosif alveolar, konsonan letup, karena bunyi tersebut
diartikulasikan melalui proses ujung lidah menyentuh gigi atas,
maka ujung lidah menjadi artikulator aktif, sedangkan gigi atas
sebagai artikulator pasif. Kata yang di akhir berbunyi plosif,
alveolar - plosif, alveolar walaupun dua bunyi di belakangnya
sama, tetapi ada yang memiliki keterkaitan makna dan ada pula
yang tidak memiliki keterkaitan makna. Dari 37 kata, terdapat
enam kata yang memiliki keterkaitan makna, lima kata berbentuk
sinonimi, dan satu kata berbentuk antonimi.

f. Sinonimi
Relasi makna sinonimi pada kata yang di akhir berbunyi
plosif, alveolar - plosif, alveolar terjadi pada beberakat kata,
seperti yang terdapat pada tabel berikut:

• 109 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Tabel Relasi Sinonimi Bunyi Plosif Alveolar – Plosif Alveolar


Bunyi Bunyi
Deskripsi Deskripsi
No Kata Yang Makna Kata Yang Makna
Artikulasi Artikulasi
Sama Sama
1 Mengang-
guk-angguk,
bergoyang
ً َ َ َ ً َ َ َ
‫ن ْوتا‬-‫نات‬ ‫ن ْودا‬-‫ناد‬
plosif, plosif, bergoyang-
[t] ter­huyung- [d]
alveolar alveolar goyang
huyung
karena
kantuk
2 َ َ َ
ً ْ َ َ َ َ plosif, mendiami, -‫مكت‬ plosif, tinggal di,
‫مكدا‬-‫مكد‬ [d]
alveolar tetap di ً ْ َ
[t]
alveolar mendiami
‫مكتا‬
3 plosif, bergoyang, plosif,
alveolar, berputar, َ َ َ alveolar menggerak-
ًَْ َ َ beredar, -‫ملت‬ kan,
‫ميدا‬-‫ماد‬ [d]
berjalan ًْ َ
[t]
menggo-
dengan sikap ‫ملتا‬ yangkan,
sombong
4 plosif, plosif, mendengki,
alveolar, merintih alveolar, hasud,
ًَْ َ َ keras-keras, ً َْ َ َ tertimpa
‫نأتا‬-‫نأت‬ [t]
mendengki, ‫نأدا‬-‫نأد‬ [d]
(bencana,
hasud, singa mala
petaka)
5 plosif, َ ََ plosif,
ًُُ َََ alveolar, meraung -‫نهت‬ alveolar,
meraung
‫نهدا‬-‫نهد‬ [d]
seperti singa, ً ُُ
[t] seperti
‫نهاتا‬ (singa)

Data pertama dari kata (yang diakhiri bunyi


plosif alveolar) dengan kata (yang diakhiri bunyi
plosif alveolar). Pada kata yang mengandung makna
‘bergoyang, terhuyung-huyung’ memiliki keterkaitan makna
dengan kata yang bermakna ‘mengangguk-ngangguk,
bergoyang-goyang karena kantuk’. Makna dari dua kata tersebut
saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu aktifitas yang
melibatkan tubuh saat tidak 100% dalam keadaan sadar. Dua
kata ini dapat saling menggantikan di dalam kalimat, tetapi kata
memiliki unsur makna bergoyang-goyang/terhuyung-huyung
karena lemah atau karena menahan rasa kantuk, sedangkan kata

• 110 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

memiliki unsur makna terhuyung-huyung hanya karena rasa


kantuk.
Jika dilihat dari interpretasi unsur makna, maka kata
telah memiliki makna dasar, yaitu ‘bergoyang, terhuyung-
huyung’, kata ini cenderung memiliki banyak interpretasi netral.
Jika ditinjau dari dimensi makna, dari sisi dimensi maujud,
maka dua kata ini memiliki unsur tindakan yang tidak disengaja.
Apabila ditinjau dari dimensi objek, dua kata ini berupa tindakan
yang memerlukan sasaran, dengan posisi sasaran yang bergerak,
seperti pada contoh kalimat di bawah ini:
Tabel Contoh Kalimat Kata dengan Kata
Makna Kalimat Sumber
Laki-laki pelaut
‫نات الرجل تمايل‬ ۱٥۲‫لسان العريب اجلدل الربع‬
terhuyung-huyung َُّ
atau bergoyang ‫املالح‬
ً َْ َ َ
‫تمايل من ضعف أو نعاس‬ ‫ نات الودل نوتا‬http://www.maajim.com/
dictionary/
Laki-laki ََ َ
‫ناد الرجل تمايل من‬ ٩۱٣ ‫لسان العريب اجلدل الربع‬
mengangguk-angguk
َ َ
karena ngantuk ‫ ناد‬:‫ اتلهذيب‬.‫انلعاس‬
َ
‫اإلنسان‬
َ ً َْ َ َ
‫تمايل من انلُّعاس‬ ‫ ناد الودل نوتا‬http://www.maajim.com/
dictionary/
ّ ٌ َ َ
‫حرك رأسه وكتفيه‬ ‫ ناد فالن‬http://www.maajim.com/
dictionary/

Pada kata (yang diakhiri bunyi plosif alveolar)


dengan kata (yang di akhir berbunyi plosif alveolar).
Kata mengandung makna dasar ‘mendiami, tetap di’
dengan kata yang mengandung makna dasar ‘tinggal di,
mendiami’. Dua makna kata tersebut dapat saling menggantikan.
Jika dilihat dari interpretasi unsur makna, maka kata
dengan kata telah sama-sama memiliki

• 111 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

makna dasar yaitu ‘mendiami, tetap di’ maka kedua kata ini
cenderung memiliki interpretasi netral pada unsur maknanya.
Jika ditinjau dari dimensi makna, dari sisi dimensi maujud, maka
kedua kata ini memiliki unsur tindakan yang di sengaja. Apabila
ditinjau dari dimensi objek, kedua kata ini berupa tindakan yang
memerlukan sasaran, dengan posisi sasaran yang statis. Seperti
pada contoh kalimat di bawah ini:
Tabel Contoh Kalimat Kata dengan Kata
Makna Kalimat Sumber
Ia mendiami
‫مكد باملاكن‬ ٤۰٣–٣۰٣ ‫لسان العريب اجلدل اثلاين‬
suatu tempat
َ َ ً ُ ُ ً ْ َ َ َ َ http://www.maajim.com/
‫باملاكن مكدا ومكودا أقام به‬
ِ ‫مكد‬
dictionary/
Ia mendiami َ
suatu tempat
‫مكت باملاكن‬ ٣٤٦ ‫لسان العريب اجلدل األول‬

Data no. 4, kata mengandung makna yang sama


dengan kata , yaitu ‘mendengki, hasud’, seperti pada
contoh kalimat berikut ini:
Tabel Contoh Kalimat Kata dengan Kata
No Makna Kalimat Sumber
1 ُ َُ ْ َ َ َ َ َ َ َ ً َ ً َ َ َّ َ َ َ
‫ أت ِان أن داهِية نآدا أتاك بِها ع شح ٍط ميون‬http://www.maajim.
com/dictionary/
2
‫حسده‬ ‫ نأده الرجل‬http://www.almaany.
com/ar/dict/ar-ar/

Pada data di bawah ini, kata dan kata


sama-sama mengandung makna ‘singa’, seperti pada contoh
kalimat berikut:
Tabel 26. Contoh Kalimat pada Kata dan Kata
No Makna Kalimat Sumber
1 َ َ ً ُ ُ ُ ْ َّ َ َ َ http://www.maajim.com/
‫برز وارتفع‬ ‫نهد اثلدي نهودا‬
dictionary/

• 112 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Makna Kalimat Sumber


ُ َ ِّ َّ ُ َ ُ
2
‫ انلَّ ِهيت وانلُّهات بالض ّم الصياح‬http://www.maajim.com/
َ dictionary/
‫ِري‬
ِ ‫يف األخ‬
3 َ ُ َ
َ ُ َ ً َ ُ
‫ص ْوت األس ِد دون‬ ‫وانلَّ ِهيت أيضا‬
َّ
‫الزئ ِري‬

7. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan analisis data dari bab 4, maka dapat
disimpulkan bahwa perbedaan bunyi vokal yang didistribusikan
di tengah kata, meskipun memiliki bunyi konsonan yang berasal
cara artikulasi atau tempat artikulasi yang sama atau berdekatan,
baik di awal maupun di akhir, maka cenderung berpengaruh
pada unsur makna dan memiliki relasi makna berupa sinonimi,
yaitu pada pasangan kata yang terdapat : 1) bunyi [k] (plosif
velar) berpasangan dengan bunyi [q] (plosif uvular) di akhir kata,
contoh: kata dengan kata .; 2) bunyi [t̪ˁ] (plosif emphatic,
dental) berpasangan dengan bunyi [d̪ˁ] (plosif ,emphatic alveolar)
di akhir kata, contoh: dengan ; 3) bunyi [m] (nasal,
bilabial) dengan bunyi [m] (nasal, bilabial) di akhir kata contoh:
kata dengan , 4) bunyi [x] atau [ɣ], (frikatif,velar)
berpasangan dengan bunyi [ħ] atau [ʕ] (frikatif, pharyngeal
contoh: kata berpasangan dengan kata , 5) bunyi [ðˁ]
(frikatif, emphatic alveolar) berpasangan dengan bunyi [d̪ˁ] (plosif
, emphatic alveolar) di akhir kata, contoh: dengan
. Selain sinonimi, dapat pula menyebabkan relasi makna berupa
antonimi, yaitu pada pasangan kata yang memiliki: 1) bunyi [n]
(nasal-alveolar) berpasangan dengan bunyi [n] (nasal –alveolar)
di akhir kata, contoh: kata berpasangan dengan . Relasi
makna lainnya berupa hiponimi dan keterkaitan unsur makna 1)
bunyi [t] (plosif, alveolar) berpasangan dengan bunyi [d] (plosif,
alveolar) atau sebaliknya di akhir kata, contoh: dengan ,

• 113 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

2) bunyi [n] (nasal, alveolar) berpasangan dengan bunyi [m] nasal,


bilabial di akhir kata, contoh: dengan 3) bunyi [s] (frikatif,
alveolar) berpasangan dengan bunyi [z] (frikatif, alveolar) di
akhir kata- contoh: dengan ; 4) bunyi [s] (frikatif, alveolar)
berpasangan dengan bunyi (θ] frikatif, dental di akhir kata contoh:
dengan ; 6) bunyi [x], [ɣ], (frikatif,velar) berpasangan
dengan bunyi [ħ], [ʕ] (frikatif, pharyngeal), contoh: dengan
; 7) bunyi [ʃ] (frikatif, post-alveolar) dengan bunyi [s] (frikatif,
alveolar), contoh: dengan .;
Berdasarkan data, bunyi konsonan yang memiliki cara
artikulasi atau tempat artikulasi yang sama atau berdekatan,
baik di awal maupun di akhir yang cenderung banyak memiliki
relasi makna berupa sinonimi, yaitu bunyi [k] (Plosif Velar)
dengan bunyi [q] (Plosif Uvular) dan data pada bunyi [s] (Frikatif
Alveolar) dengan bunyi [z] (Frikatif, Alveolar).
Sedangkan yang cenderung banyak memiliki relasi makna
berupa hiponimi/keterkaitan unsur makna yaitu data pada
bunyi [k] (Plosif Velar) dengan bunyi [q] (Plosif Uvular), bunyi
[t] (Plosif Alveolar) dengan bunyi [d] (Plosif Alveolar), bunyi [x]
[ɣ] (Frikatif,Velar) dengan bunyi [ħ], [ʕ] (Frikatif , Pharyngeal),
dan data pada bunyi [ʃ] (Frikatif, Post-Alveolar) dengan Bunyi [s]
(Frikatif, Alveolar).
Sedangkan yang memiliki relasi makna berupa antonimi
tidak banyak ditemukan tapi tetap ada yaitu pada bunyi [k] (Plosif
Velar) dengan bunyi [q] (Plosif Uvular), bunyi [t] (Plosif Alveolar)
dengan bunyi [d] (Plosif Alveolar), bunyi [q] (Plosif Uvular)
dengan bunyi [ɣ] (Frikatif Velar), bunyi [ʕ] Frikatif , Pharyngeal)
dengan Bunyi [ħ] (Frikatif , Pharyngeal), bunyi [k] (Plosif, Velar)
dengan bunyi [k], [q] (Plosif Uvular), dan bunyi [r] (Trill, Alveolar)
dengan bunyi [r] Trill, Alveolar.

• 114 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

B. Kajian Sintaksis: “Analisis Kontrastif antara Kaidah


Nahwu Basrah dan Kuffah”

1. Latar Belakang
Setelah tersusunnya ilmu gramatikal bahasa Arab dan
banyaknya para ulama yang telah memperjelas ilmu tersebut
mengakibatkan timbulnya aliran-aliran dalam ilmu Nahwu, yang
disebabkan adanya perbedaan pandangan di kalangan para
tokohnya di dalam meletakkan kaidah-kaidah Nahwu. Di antara
aliran-aliran ilmu Nahwu (Madaaris an-Nahwiyah) tersebut:
aliran (madrasah) Al-Basrah, Kufah, Baghdad, Andalus dan Mesir.
Namun, aliran (madrasah) yang paling terkenal dalam kitab-kitab
Nahwu hanya dua, Basrah dan Kufah.
Perbedaan kaidah Nahwu Basrah dan Kufah di antaranya:
para ulama Nahwu Basrah sepakat bahwa fi’l (verb) diambilkan
bentuknya dari masdar, karenanya fi’l merupakan cabang dari
masdar sedangkan para ahli Nahwu Kufah berpendapat, bukan
fi’l yang diderivasikan dari masdar, melainkan sebaliknya, yakni
masdar diderivasikan (musytaq) dari fi’l, karena ia cabang
darinya. Pendapat al-Farra ini kemudian menimbulkan suatu
perdebatan sengit di kalangan ulama nahwu, dengan membawa
alasan masing-masing.

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana perbedaan kaidah Nahwu Basrah dan Kufah?
2) Bagaimana persamaan kaidah Nahwu Basrah dan Kufah?

3. Tujuan penelitian
1) mendeskripsikan perbedaan nahwu Basrah dan Kufah
2) mendeskripsikan persamaan nahwu Basrah dan Kufah

• 115 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

4. Teori/Kaidah
Teori tentang Kontrastif dengan empat tahapan yang harus
ditempuh, yakni:
1. Tahap deskripsi; yaitu menggambarkan bahasa-bahasa yang
dibandingkan,
2. Tahap seleksi; menyeleksi unsur-unsur tertentu yang akan
dibandingkan
3. Tahap analisis; yaitu mengidentifikasi perbedaan-perbeda­
an dan persamaan-persamaan di antara bahasa yang
dibandingkan dan,
4. Tahap prediksi; yaitu memprediksi hal-hal yang akan menye­
babkan terjadinya kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran
bahasa.
Dengan demikian tahapan analisis kontrastif antara nahwu
mazhab Basrah dan Kufah antara lain:
1. Tahap deskripsi; yaitu menggambarkan kaidah-kaidah nahwu
mazhab Basrah dan Kufah yang dibandingkan,
2. Tahap seleksi; menyeleksi unsur-unsur kedua mazhab nahwu
yang akan dibandingkan
3. Tahap analisis; yaitu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan
dan persamaan-persamaan di antara kedua kaidah nahwu
yang dibandingkan dan,
4. Tahap prediksi; yaitu memprediksi perbedaan kedua kaidah
yang akan menyebabkan terjadi kesulitan dalam memahami
Nachwu Basrah dan Kufah.

5. Data:
Kaidah Nahwu yang terdapat dalam buku Al-Insyaf fii
masaailil khilaf.

• 116 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

6. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini
dilakukan dengan menerapkan 3 tahapan kerja yaitu penyediaan
data, penyajian data, dan penyajian hasil analisis. Adapun uraian
ketiganya adalah berikut ini :

a. Penyediaan Data
Data dalam penelitian ini berupa kaidah Nahwu Basrah
dan Kufah. Data kaidah Nahwu Basrah dan Kufah diambil dari
buku Al-Insaf fi Masail al-Khilaf. Jadi sumber data primer yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari data tertulis.
Adapun dasar penyediaan data yang dilakukan dengan
meng­gunakan metode simak. Penggunaan metode simak ini disertai
dengan teknik catat, yaitu mencatat bentuk-bentuk kebahasaan
yang relevan diangkat sebagai data. Tahap berikutnya, menentukan
data yang dianalisis dengan teknik sampling yaitu dari 121 data
tentang Nahwu Basrah dan Kufah dipilih 10 untuk dijadikan sample
penelitian. Setelah itu menganalisisnya melalui seperangkat uji
dengan mengikuti teori yang dianut dalam penelitian ini.

b. Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunkan metode agih yaitu alat
penentunya justru dari bahasa yang bersangkutan dengan teknik
dasar bagi unsur langsung. Adapun teknik lanjutannya : teknik
perluas yaitu meletakkannya dalam konteks kalimat.
Setelah masing-masing data dianalisis dengan metode di
atas, kemudian tahap yang paling akhir adalah mengkontrasifkan
data yang ada dalam nahwu Basrah dan nahwu Kufah untuk
mengetahui persamaan dan perbedaan kaidah keduanya. Dengan
adanya analisis kontrasif ini diharapkan orang dapat memahami
kedua kaidah dengan lebih mudah dan tidak mengalami kesulitan
dalam memahami dan menggunakan kaidah yang dipelajari.

• 117 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

c Penyajian Hasil Analisis


Penyajian hasil analisis ialah upaya peneliti menampilkan
dalam wujud laporan tertulis apa-apa yang telah dihasilkan
dari kerja analisis, khususnya kaidah-kaidah. Kaidah yang di­
kemukakan disini ialah konstruksi kaidah nahwu mazhab Basrah
dan Kufah. Pemaparan hasil analisis disajikan dengan deskripsi
mendalam mengenai konstruksi kaidah. Langkah selanjutnya
ialah memaparkan perbandingan konstruksi dua kaidah tersebut
meliputi persamaan dan perbandingannya.

7. Pembahasan hasil penelitian


Pembahasan perbedaan dan persamaan nahwu Bashrah
dan Kuffah. Salah satu analisisnya membahas tentang

a. Konsep Verba dan Nomina Verba dalam Nahwu Basrah


Dalam terminologi nahwu, mashdar atau nomina verba
adalah sebuah kata yang menunjukkan suatu tindakan yang tidak
terkait dengan waktu. Para ulama Nachwu Bashrah sepakat bahwa
fi’l (verba) diambikan dari mashdar, karenanya fi’l merupakan
cabang dari mashdar.
Adapun argumennya adalah berikut ini :
1. Hal yang menunjukkan bahwa nomina verba bukan
diderivasikan dari verba adalah contoh berikut ini :
- akrama ikrāman
: fi’l madhi dan fā’il (damir mustatir)
: maf’ūl bih
Keterangan :
Tetap adanya hamzah pada contoh di atas menunjukkan
mashdar diderivasikan dari verba.
2. Nomina verba yang tidak ada harf illah dan harf ziādah-nya,
dia pastilah shahih.

• 118 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Contoh : – dharabtu dharban


: fi’l dan fā’il
: maf’ūl bih
3. Nomina verba menunjukkan suatu waktu yang mutlak dari
suatu terjadinya peristiwa, sementara fi’l menunjukkan waktu
tertentu dari tiga waktu yang lalu, sekarang dan yang akan
datang dari suatu terjadinya peristiwa.
4. Nomina verba adalah ism, dan ism dapat berdiri sendiri dan
tidak memerlukan suatu tindakan, sementara verba, ia tidak
dapat berdiri sendiri dan membutuhkan ism.
5. Verba dengan segala macam bentuknya menunjukkan dua
hal, yang peristiwa dan masa terjadinya peristiwa itu, sedang
nomina verba hanya menunjukkan satu hal, yaitu peristiwa.
Oleh karena satu itu sumber dari adanya yang dua, demikian
halnya nomina verba, ia merupakan asal dari kata kerja.
6. Nomina verba adalah asal (sumber), bahwa fi’l itu menunjukkan
arti yang ditunjukkan oleh nomina verba, sementara nomina
verba tidak menunjukkan arti yang ditunjukkan oleh fi’l, sebagai
penguat apa yang mereka katakan, mereka mengajukan bukti
bahwa kata dharaba (memukul) menunjukkan pengertian apa
yang ditunjukkan oleh kata dharb (pukulan), sementara kata
dharb tidak menunjukkan pengertian yang ditunjukkan oleh
kata dharaba.

b. Konsep Verba dan Nomina Verba dalam Nahwu Kufah


Para Ulama Nahwu Kufah (al-Farrā’) berpendapat, bukan fi’l
yang diderivasikan (mustaq) dari fi’l, karenanya ia cabang darinya.
Pendapat ini kemudian menimbulkan suatu perdebatan sengit di
kalangan ulama Nahwu, dengan membawa alasan masing-masing.
Adapun argumennya adalah berikut ini :
1. Masdar shahih (tidak terdapat huruf illat) karena fi’l-nya
mu’tal juga, seperti kata qama, qiyaman. Oleh karena, mashdar

• 119 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

shahih karena shahih-nya fi’l, demikian mu’tal-nya karena


ke-mu’talan fi’l, maka hal itu menunjukkan bahwa mashdar
merupakan cabang dari fi’l.
Contoh : – qāwama qiwāman
: fi’l madhi dan fā’il (dhamir mustatir)
: maf’ūl bih
2. Verba dapat berfungsi pada nomina verba
Contoh : - dharabtu dharban
: fi’l madhi dan fā’il
: maf’ūl bih
Keterangan :
Kata dharban di baca nashab sebab kata dharabtu. Oleh karena
itu, mashdar menjadi cabang dari fi’l sebab keberadaan amil
sebelum keberadaan (urutan) ma’mul.
3. Hal yang menunjukkan bahwa nomina verba merupakan
cabang dari verba yaitu nomina verba disebutkan sebagai
ta’kid dari verba . Hal ini menunjukkan bahwa bahwa verba
adalah asal yang pertama sedangkan nomina verba merupakan
cabang darinya .
4. Bukti bahwa nomina verba cabang dari verba yaitu mashdar
tidak tersampaikan maknanya jika tidak adanya verba

c. Perbedaan Konsep Verba dan Nomina Verba


1. Derivasi pada partisipal aktif (ism fa’il), partisipal pasif (ism
maf’ul), nomina loci et temporaris (ism makan wa ism zaman),
nomina instrumental (ism alat) berakar dari verba bukan
berasal dari nomina verba.
2. Jika hendak difungsikan maka nomina verba memiliki syarat
antara lain:

• 120 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

1. Hendaknya terletak pada salah satu berikut ini


a. Boleh digunakan untuk menggantikan posisi verba
dengan atau
Contoh:

‫عجبت من رضبك زيدا أمس او غدا اي‬


’ajibtu min dharbika zaidan amsi aw ghadan ay

‫من أن رضبت زيدا أمس او‬


Min an dharabta zaidan amsi aw

‫من أن ترضب زيداغدا‬


Min an tadhriba zaidan ghadan
b. Menjadi badl atau pengganti dari lafal verbanya atau
nā’ib nya
Contoh: ,
Dharban zaidan ay adhribu zaidan dharban
(verbanya dihapus dan nomina verba digunakan
sebagai na’ib atau pengganti dari verba dan nomina
verbanya juga menggantikan posisi verba dan yang me-
nashab-kan adalah nomina verba bukanlah verba
yang mahdzuf.
c. Sebagai maf’ul mutlak yang mabni untuk menunjukkan
macam ’amil-nya
Contoh:
Lā tadhrib waladaka dharba ’s-sā isi ’l-himār
Maka nomina verba disini tidak menggantikan dan
verba atau dan verba sedangkan adalah obyek
dan verba yang makhzuf.

• 121 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

2. Nomina verba haruslah mazhar/terlihat dan tidak boleh


menjadi damir karena lafal damir tidak terdapat huruf-
huruf yang menunjukkan pada peristiwa. Maka tidak
membuat contoh berikut ini,
Contoh:
Dharbuka zaidan wa huwa ’amran qabīhun
merupakan objek dengan damir yang kembali
pada nomina verba
3. Nomina verba harus sebagai mukabbir bukanlah musagghir.
Maka tidak membuat contoh berikut ini,
contoh:
’araftu dharbaika farīdan
Karena tasghir menghilangkan nomina verba dari sighah
yaitu asli verba dan dapat mengurangi maknanya.
4. Nomina verba tidak boleh mahdud/terbatas yaitu
berbentuk nomina vicis (ism marrah) seperti dan
. Maka tidak membuat contoh berikut ini,
Contoh:
’ajabanī dharabtuka nabīlan
Karena sighah nomina verba tersebut bukanlah sighah
yang asli.
5. Nomina verba tidak boleh makhdzuf haruslah disebutkan.
Contohnya, – mā laka wa zaidan
6. Nomina verba tidak boleh terpisah antara nomina verba
dan ma’mul-nya. Maka tidak membuat contoh seperti
berikut ini,
7. Nomina verba tidak boleh muakhir dengan ma’mul. Maka
tidak membuat contoh seperti berikut ini,
– ’ajabanī farīdan dharbuka

• 122 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

2. Gambaran kerja nomina verba:


a. Mudhāf kepada fā’il-nya
Contoh:
Tu’jibunī qirā atu zaidan al-qur’ān
b. Mudhāf kepada maf’ul -nya
Contoh:
’ajabanī qirā at ’l-qur’āni zaid

c. Nomina verba ber-mudhāf kepada zharf-nya
Contoh :
’ajabanī intizhāru yaumi ’l-jumu/ati zaidun ’amran
3. Subjek nomina verba boleh dihilangkan berbeda dengan subjek
verba, jika dihilangkan maka akan memiliki multi makna
4. Makna yang terkandung dalam verba lebih variatif jika
dibandingkan nomina verba contoh pada kata istagfara
5. Verba mengalami konjugasi pada verba perfektif, verba
imperfektif, dan verba imperative sedangkan nomina verba
tidak mengalami konjugasi seperti berikut ini,

e. Persamaan Verba dan Nomina Verba


1. Nomina verba dan verba sama-sama memiliki makna waktu
akan tapi nomina verba yang berfungsi menggantikan tempat
verba beserta partikel atau partikel (mā masdariyyat)
jika bertujuan untuk menunjukkan perbuatan yang berlaku
itu sama yaitu menunjukkan masa lampau, sekarang. Contoh
:
Yasurrunī inshāfu ‘l-amīr adh-dhu’afā a
Artinya: “Keadilan ketua kepada golongan lemah,
menggembirakan saya.”
Tempat nomina verba dalam konteks kalimat di atas
harus digantikan oleh verba beserta partikel seperti :

• 123 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Yasurrunī an-anshafa ‘l-amīr ‘dh-dhuafā


2. Verba dan nomina verba dalam penggunaannya memerlukan
keumuman dalam penggunaannya: penambahan huruf pada
verba mujarrad baik yang triliteral maupun kuadrikonsonantal
menjadi verba mazīd tidak secara analogi, tetapi setiap
pembentukan verba mazīd itu memerlukan keumuman
pemakaian di kalangan masyarakat Arab sebagaimana
penentuan maknanya yang tertentu. Dengan demikian tidak
boleh misalnya verba ‘menolong’ ditambah hamzatul-qat’i
menjadi sebab kata-kata itu tidak pernah digunakan. Ada
verba tapi nomina verbanya tidak digunakan, hanya sekedar
sima’i saja seperti begitu pula sebaliknya, Ada nomina
verba tapi verbanya tidak digunakan, hanya sekedar sima’i
saja seperti: ahlan wa sahlan, marhaban, tabban, dsb.

Kesimpulan
Hasil analisis menyimpulkan bahwa menurut nahwu
mazhab Bashrah, nomina verba menunjukkan suatu waktu
yang mutlak dari suatu terjadinya peristiwa, sementara verba
menunjukkan waktu tertentu dari tiga waktu yang lalu, sekarang
dan yang akan datang dari suatu terjadinya peristiwa, nomina
verba adalah ism, dan ism dapat berdiri sendiri dan tidak
memerlukan suatu tindakan, sementara verba, ia tidak dapat
berdiri sendiri dan membutuhkan ism, verba dengan segala
macam bentuknya menunjukkan dua hal, yang peristiwa dan
masa terjadinya peristiwa itu, sedang nomina verba hanya
menunjukkan satu hal, yaitu peristiwa. Oleh karena satu itu
sumber dari adanya yang dua, demikian halnya nomina verba, ia
asal dari kata kerja. Nomina verba adalah asal (sumber) kalimah
, karena verba menunjukkan arti yang ditunjukkan oleh Nomina
verba, sementara nomina verba tidak menunjukkan arti yang
ditunjukkan oleh verba.

• 124 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Menurut nahwu mazhab Kufah mengenai konsep verba


dan nomina verba adalah Masdar itu shahih (tidak terdapat huruf
illat) karena fi’l-nya sahih juga. Oleh karena, masdar shahih karena
shahih-nya fi’l, demikian mu’talnya karena ke-mu’talan fi’l, maka
hal itu menunjukkan bahwa nomina verba merupakan cabang dari
verba, verba dapat berfungsi pada nomina verba, nomina verba
disebutkan sebagai ta’kid dari verba . Hal ini menunjukkan bahwa
bahwa verba adalah asal yang pertama sedangkan nomina verba
merupakan cabang darinya dan nomina verba tidak tersampaikan
maknanya jika tidak adanya verba
Adapun perbedaan konsep verba dan nomina verba yaitu
derivasi pada partisipal aktif (ism fa’il), partisipal pasif (ism
maf’ul), nomina loci et temporaris (ism makān wa ism zamān),
nomina instrumental (ism ālat) berakar dari verba bukan berasal
dari nomina verba, jika hendak difungsikan maka nomina verba
memiliki banyak syarat, subjek nomina verba boleh dihilangkan
berbeda dengan subjek verba, jika dihilangkan maka akan memiliki
multi makna, makna yang terkandung dalam verba lebih variatif
jika dibandingkan nomina verba, verba mengalami konjugasi pada
verba perfektif, verba imperfektif, dan verba imperative sedangkan
nomina verba tidak mengalami konjugasi. Persamaannya antara
lain nomina verba dan verba sama-sama memiliki makna waktu,
verba dan nomina verba dalam penggunaannya memerlukan
keumuman dalam penggunaannya

C. Kajian Semantik: “Leksikon Hewan dalam Al-Qur’an”

1. Latar Belakang
Bahasa Arab sebagai bahasa yang tumbuh dan berkembang
dari masyarakat bahasa, lahir dan didukung oleh masyarakat
yang memiliki budaya dan tradisi sendiri. Begitu juga sebaliknya,
bahasa adalah media untuk mengartikulasikan simbol-simbol

• 125 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

budaya. Bahasa didefinisikan sebagai hasil kebudayaan dan


dapat menggambarkan hasil kebudayaan masyarakat tuturnya.
Kekayaan dan kekhasan kebudayaan akan tercermin di dalam
leksikonnya. Leksikon suatu bahasa dapat mencerminkan
masyarakatnya.Terkait dengan hal tersebut, Al-Qur’an yang
menggunakan bahasa Arab yang terdiri dari leksikon-leksikon,
tidak bisa dilepaskan dari pengaruh budaya Arab. Menariknya,
masyarakat Arab yang dikenal dengan bangsa ‘unta’, karena
hewan ini yang sangat akrab dalam kehidupan mereka, namun
dalam Al-Qur’an tidak ditemukan surat ‘unta’, padahal Al-Qur’an
diturunkan di bangsa yang akrab dengan hewan tersebut. Akan
tetapi, kata yang mengacu pada makna unta ditemukan dalam
beragam variasinya, seperti; al-ibl, an-nāqah, al-jamal, as-sa’ibah.
Penelitian ini akan mendeskripsikan pengaruh budaya
Arab terhadap leksikon hewan dalam Al-Qur’an. Tujuannya
adalah untuk mendeskripsikan makna leksikon hewan yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Di samping itu, penelitian ini
bertujuan mengetahui fitur pembeda dari ragam variasi leksikon
berdasarkan komponen maknanya dan hubungan leksikon hewan
dengan faktor sosial budaya masyarakat Arab.
Di samping itu, beragamnya variasi leksikon yang mengacu
pada satu makna juga menimbulkan perdebatan. Sehingga
diperlukan penelaahan untuk mengkaji perbedaan makna dari
ragam variasi tersebut, dengan bantuan referensi-referensi
pendukung, seperti kamus digital Lisānul-’Arab, Al-Munjid
Abjadiy (1986), Kamus al-’Ashriy (1999), Mu’jam Maqāyīsul-
Lugah (1999) dan a Dictionary of Classical and Modern Arabic
(2006).
Bahasa berkaitan dengan cara pandang penuturnya
terhadap dunia, sudah lama disadari para peneliti bahasa dan
kebudayaan. Penelitian mengenai klasifikasi hewan dalam bahasa
Arab, menarik untuk dilakukan karena dapat mengungkapkan

• 126 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

berbagai aspek yang berkaitan dengan cara pandang dan


konsepsualisasi penutur bahasa Arab ranah leksikon tersebut.
Berdasarkan pandangan ini, dalam tulisan ini dibicarakan
perihal alasan digunakannya sejumlah leksikon hewan di dalam
Al-Qur’an. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
komponen makna dari leksikon-leksikon yang berbicara tentang
hewan di dalam Al-Qur’an, memaparkan konteks makna dari
leksikon-leksikon hewan tersebut, dan mendeskripsikan secara
singkat tentang ada tidaknya korelasi makna antara komponen
makna leksikon dengan makna ayat al-Quran yang memuat
leksikon hewan tersebut.

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana komponen makna leksikon-leksikon hewan di
dalam al-Qur’an?
2) Bagaimana konteks makna leksikon-leksikon hewan
tersebut?
3) Apa korelasi antara komponen makna leksikon dengan
makna ayat Al-Quran yang memuat leksikon hewan?

3. Tujuan penelitian :
1) Mendeskripsikan komponen makna leksikon-leksikon
hewan di dalam Al-Qur’an
2) Mendeskripsikan konteks makna leksikon-leksikon hewan
tersebut?
3) Menjelaskan korelasi antara komponen makna leksikon
dengan makna ayat Al-Quran yang memuat leksikon
hewan?

• 127 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

4. Data:
Berdasarkan penelusuran data dalam Al-Qur’an, terdapat
26 macam leksikon hewan yang terdiri dari leksikon anjing (2
kali), babi (3 kali), belalang (1 kali), burung (8 kali), gagak (1 kali),
domba/kambing (4 kali), gajah (1 kali), ikan (1 kali), keledai (4
kali), kera (2 kali), kuda (3 kali), kuda perang (1kali), laba-laba
(1 kali), lalat (1 kali), lebah (1 kali), nyamuk (1 kali), sapi (4 kali
), semut (1 kali), singa (1 kali), ular (3 kali ), unta (8 kali). Ruang
lingkup penelitian ini dibatasi pada leksikon-leksikon hewan yang
disebut dengan beragam istilah, seperti kambing ( , , ,
), kuda ( , , dan . ), sapi ( , , , ), ular
( , , ), dan unta ( , , , , , , , ).
Berdasarkan penelusuran dalam kamus (Al-Munawwir,
leksikon-leksikon hewan di atas memiliki klasifikasi sebagai
berikut:
Klasifikasi Leksikon Kambing
Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
1. jenis َّ jenis domba
‫األرية‬ ِ
2 jenis ُ ْ َّ َّ kambing jantan
‫ اتليس‬:‫احل ِطان‬
3 jenis ََ domba jantan
‫احلمل‬
4 jenis ُ َ ْ َّ kambing, biri-biri
‫ الشاة‬:‫الظبية‬
5 jenis ُ ُْ domba jantan
‫الكيش‬:‫العلجوم‬
6 jenis َْ kambing betina
‫العن‬
ََ
7 jenis
‫الغن ُم‬ kambing
8 jenis ُ َّ domba
‫ الغنم‬:‫الضأن‬
9 jenis ُ َ ُّ domba betina (na’jah)
‫الطوبالة‬
10 jenis ُ ْ َ na’jah betina kecil
‫احلذف‬

• 128 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
ُ َ
11 jenis
‫اجل ْول‬ kambing hutan yang tua
12 jenis ّ ُ anak kambing (domba
)‫احلالم (اخلروف‬
jantan)
13 jenis ُ َ ْ َّ anak kambing
‫السخلة‬
14 jenis َّ
ُّ ِ ‫الط‬ anak kambing
‫ل‬
َ َ
15 jenis
‫الف ِرير و الف ُرور‬ anak kambing
16 jenis
‫ال ِف ْز ُر‬ anak kambing
ُ َ
17 jenis
:)‫الق ْرقور (اعمية‬ anak domba

‫اخلروف‬
ِّ
18 jenis
‫ اذل َوى‬na’jah (domba betina)kecil
19 jenis َ
‫ اإلزار‬kambing betina
َّ َ ُ
20 kondisi fisik
‫ المـؤس ُب‬domba yang berbulu lebat
21 kondisi fisik
‫الثباء‬ْ ِّ domba yang gemuk
َ َ
22 kondisi fisik
)‫اجل ُزوزة (من الغنم‬ domba yang dicukur bulunya
َ
23 kondisi fisik
‫جل ْرض ُّم‬ ِ ‫ا‬
kambing yang besar, gemuk
َ
24 kondisi fisik
‫األج ُّم‬ domba yang tidak bertanduk
َ َ ْ
)‫األدغ ُم (من الكبش‬
25 kondisi fisik domba yang berwarna hitam
hidungnya
َ ْ َ domba betina yang kurus
26 kondisi fisik
‫نعجة ُرجاجة‬
27 kondisi fisik ُ َّ َ َّ kambing yang kurus
‫الرهوم‬ ‫الرهام و‬
28 kondisi fisik َ َْ kambing yang hanya putih
)‫العدماء ( الشاة‬
kepalanya
ٌ َْ َ
29 kondisi fisik
‫غنم أق َرع‬ kambing yang tak bertanduk
30 kondisi fisik َ َ kambing yang kurus
‫شاة ق ِشعة‬

• 129 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
َ
31 jumlah
‫ اتلِّيعة‬40 ekor kambing
32 jumlah َ َ ُ unta/ kambing yang banyak
‫احلطمة‬
33 jumlah ُ َ ْ َّ sekawanan kambing yang
‫الزأرة‬
menyemut
34 jumlah ُ َّ ُّ sekawanan kambing yang
‫الزخة‬
menyemut
35 jumlah َّ َ ُّ kumpulan kambing
‫ادلحبة‬
36 jumlah َ َ
ٌ ‫رض‬
‫اء‬ ‫ شاة ع‬kambing yang besar ambing
susunya
37 jumlah ٌَ َْ
‫ نعجة مطروقة‬domba betina yang diberi
tanda pada tengah telinganya
38 fungsi َ َ kambing curian
‫احل ِميصة‬
konsumsi
39 fungsi َ ُ َّ ُ َّ kambing yang disembelih
‫حيط و السحوطة‬ِ ‫الس‬
konsumsi
40 fungsi ُ ْ ‫ ال ِع‬kambing yang disembelih
)‫ت ( شاة‬
konsumsi untuk sesaji
ُّ ُّ
41 fungsi
)‫ الشص ُب (الشاة‬kambing yang dikuliti
konsumsi
42 fungsi ُ ‫ادل ْم َر‬
‫اء‬ َّ kambing yang sedikit air
reproduksi susunya
43 fungsi ُ َّ
‫ الشصوص ( من انلاقة‬kambing yang sedikit air
reproduksi susunya
)‫او الشاة‬
44 fungsi ٌ َ ْ َ kambing betina yang sedikit
‫نة‬ ‫ع‬
reproduksi air susunya
45 fungsi ْ َّ ُ َ َ َّ
‫ الشحاصة و الشحصاء‬kambing yang habis air
reproduksi susunya/ gemuk
)‫(من الشاة‬
46 fungsi ُ ِّ َ ُ domba/unta yang
‫املـسبط‬
reproduksi melahirkan anak prematur

• 130 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi Leksikon Ular


Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
1 jenis ََْ ular yang jahat
‫األبت‬
2 jenis َ َّ َ ular sendok, ular kobra
‫الباقة‬
َ ٌ ِّ
3 jenis
‫ني ب ِر ٌّي‬ ‫ت ِن‬ ular piton
4 jenis َُ ular
‫احلباب‬
ُ
5 jenis
‫احل ِْربِش‬ ular naga
ُ ُ ُ
6 jenis
‫احل َراف ِش‬ ‫احل ِْرف ِش و‬ ular (af’a)
7 jenis ُ ْ ular (alhayyah)
‫ احلية‬:‫احل ِضف‬
8 jenis
‫احلالة‬َِ hayyah yang keji
9 jenis ََ hayyah
‫ احلية‬:‫احلم ِطيط‬
10 jenis ُ ََ jenis hayyah
‫ نوع من احليات‬:‫احلنش‬
11 jenis ُ ْ jenis af’a
‫احل ِن ِفش‬
12 jenis ُّ َ jantan hayyah
‫احليوت‬
ُ َْ
13 jenis
:‫األخ َزم‬ ular jantan
14 jenis ُ ular gunung
‫اخل ِشاش‬
15 jenis ُ َ ْ hayyah
‫األخضف‬
16 jenis َُ َْ ular jantan
‫األخلف‬
17 jenis
‫ب‬ُ ْ‫االُ َدي‬ jenis ular
ِ
18 jenis ُ َ ْ َ َّ ular
‫ادلرومس‬
َْ
19 jenis
)‫األدل ُم (من احلية‬ ular hitam
َُ َ
20 jenis
‫األ ْربد‬ ular yang keji
21 jenis ْ َ ُّ af’a
‫الربيس‬
22 jenis ُ ‫الرق‬
‫ِيب‬ َّ ular yang keji

• 131 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
23 jenis ُ َّ َّ ular
‫الرقاش‬
24 jenis َ ْ َّ ular (af’a
‫الزعبل‬
َ
25 jenis
‫ال ِم ْزعمة‬ ular (hayyah)
26 jenis ُّ ِّ ular (hayyah)
‫السف‬
27 jenis ٌ َ ْ َ ٌَ ْ jenis ular
‫جعة و شجعان‬ ِ ‫أش‬
28 jenis َْ َّ ُ َّ َ ular piton
‫حية الصخراء‬
29 jenis َ ُّ ular (hayyah)
‫الصداد‬
ِّ
30 jenis
‫الص ُّم‬ ular jantan (hayyah)
31 jenis ُ ْ ِّ ular (hayyah)
‫ احلية‬:‫الطلع‬
32 jenis ِّ ُ َّ ُ ُّ ular (hayyah)
‫الطوط و الطاط و الطيط‬
33 jenis َّ َ ular (hayyah)
‫العثاء‬
ُ
34 jenis
‫ال ِع ْربِد‬ ular janta (af’a)
35 jenis َُْ ular
‫العثمان‬
ْ
36 jenis
‫ال ِعس َود‬ ular (hayyah)
37 jenis ُ َّ ُ ََ ular (hayyah)
‫العمج و العمج‬
38 jenis
‫يت‬ َ ‫اعمِر‬
ِ ‫ابل‬
ular, naga
39 jenis ََ kumpulan ular (hayyah)
‫الغيادِيقك‬
40 jenis ُ َ ular hitam (hayyah)
‫الغا ِسق‬
41 jenis َ ular yang keji (hayyah)
‫الغضوب‬
42 jenis ُ ُ ular (hayyah)
‫الغول‬
43 jenis ُ َ ular (hayyah)
‫الفاعوس‬
44 jenis
‫ األفىع‬ular

• 132 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
ُ ُْ
45 jenis
‫األفع َوان‬ ular jantan
46 jenis ُُْ ular (hayyah)
‫األفنون‬
47 jenis َ ْ ‫إبن ف‬
‫ِتة‬ ular yang keji (hayyah)
45 jenis ُْ َ ُ ular naga
‫ اثلعبان العظيم‬:‫القدار‬
46 jenis َ jenis ular (hayyah)
‫ال ِقدة‬
َ
47 jenis
‫الق َزاز‬ ular yang besar, naga
(su’ban)
ُ
48 jenis
‫الق ْز َوة‬ ular (hayyah)
49 jenis َ ْ َ ular yang keji (hayyah)
‫القصقاص و‬
ُ
‫القصاق ِص‬
50 jenis ّ ُ َّ َ ُ ular
‫طاري‬ ‫ارية و الق‬
ِ ‫القط‬
51 kondisi fisik ْ َ ular yang besar
‫ابلحت‬
َ ٌ َّ َ
52 kondisi fisik
‫حية ب ْرصاء‬ ular yang berbintik-bintik
putih
ُ َ َ
53 kondisi fisik
‫احل ْرجل‬ kumpulan khail
ُ
54 kondisi fisik
‫ح ٌّر‬ anak ular
55 kondisi fisik
)‫احل َّراش (احلية‬ َ ular yang hitam
56 kondisi fisik َ ular yang amat tua dan
‫احلارية‬
ِ badannya telah susut
57 kondisi fisik َْ َ ُ َ ْ ular yang palin berbahaya/
)‫األرقم (رقماء‬
ular yang berwrana hitam
putih
58 kondisi fisik
‫الز َراق ِم‬
َّ sekumpulan ular (alhayyah)
59 kondisi fisik ْ ُ ular yang diam tak bergerak
‫ضب‬ِ ‫املـ‬
َ َ
60 kondisi fisik
‫ الع ْرماء‬ular yang berbintik-bintik
hitam putih (hayyah)

• 133 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi Leksikon Kuda


Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
ْ
1 jenis
‫احل ِج ُر‬ Kuda betina (khail(
2 jenis ُ ْ ِّ Kuda
‫اذليخ‬
3 jenis َ ْ َ Kuda yang telah tua
)‫العجعاج ( اخليل‬
4 jenis ُُ kuda yang bunting
)‫العقوق ( اخليل‬
5 jenis َ ُ ْ َ kuda pejantan
‫فحل اخليل‬
6 jenis َ Kuda
‫الفرس‬
7 sikap ُ Kuda yang sigap dan tangkas
‫األبوص‬
8 sikap ُ ‫ال ِمئْ ِس‬
‫ري‬ kuda yang tangkas
9 sikap ُ َّ kuda yang melawan bila akan
)‫الشموص ( اخليل‬
dipasangi pelana dan dinaiki
َ ُ َ ٌ َ
10 sikap
:‫ف َرس ط ْوع ال ِعنان‬ kuda yang penurut
11 sikap َّ َ kuda yang kuat
)‫العتار ( الفرس‬
12 sikap ُّ ‫الس‬ ِّ
‫ييس‬ )‫(حصان صغري—اعمية‬
13 sikap َّ َّ kuda yang banyak meringkik
)‫الصهال ( اخليل‬
14 sikap َّ kuda yang meringkik
‫الصاهل‬
15 sikap ُ ََْ
kuda yang cepat serta
‫األقبص‬
tangkas
16 sikap
‫املـذان ُِب (من اإلبل او‬
ُ unta atau kuda yang berjalan
di belakang
)‫اخليل‬
17 kondisi fisik ٌ ‫ َف َر ٌس بَه‬kuda yang polos (berwarna
‫يم‬ ِ satu)
َ ُ
18 kondisi fisik
‫اآلزار من الف َر ِس‬ kuda yang berwarna putih
kedua pahanya
19 kondisi fisik ُ َ kuda yang hitam legam
)‫اجلون (اخليل‬

• 134 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
21 kondisi fisik َّ َ kuda yang jelek
‫احلمارة‬
َ
22 kondisi fisik
‫ اخل ِض ُّم‬kuda yang besar
23 kondisi fisik ُ َ kuda yang ramping
‫اخل ِفق‬
pinggangya
24 kondisi fisik ََ kuda yang rata punggungnya
‫األدك‬
25 kondisi fisik ُْ
kuda yang telah sempurna
‫املـذ ِك‬
tenaganya (cukup umur)
26 kondisi fisik ُ ْ َّ kuda yang mengagumkan
‫الروق من اخليل‬
kebagusannya
27 kondisi fisik َّ kuda yang besar perutnya
)‫حري (اخليل‬ ِ ‫الس‬
28 kondisi fisik ُ َ ْ َّ kuda yang gemuk
)‫الشأزة ( اخليل‬
29 kondisi fisik َ َْ
‫ األسف‬kuda yang sedikit bulu
gombaknya
30 kondisi fisik َ ْ َّ
‫ الصقعاء‬Kuda betina/burung yang
putih tengah kepalanya
31 kondisi fisik ُ َّ kuda yang sedikit dagingnya
)‫الص ِقل (اخليل‬
َ ْ ُ َ
32 kondisi fisik
‫ ف َرس مصمت‬kuda yang warnanya tidak
bercampur warna lain
33 kondisi fisik ُ َّ
)‫ الس ِقل (اخليل‬kuda yang sedikit
punggungya
34 kondisi fisik َُّ َ kuda yang ada warna putih di
‫األغر‬
dahinya
35 kondisi fisik ُ َ َّ
‫ الشناص و الشنايص‬kuda yang tinggi, kuat, cepat
larinya
)‫(الفرس‬
ْ ِّ
36 kondisi fisik
)‫الشه ُم (الفرس‬ kuda yang tangkas, cepat dan
kuat
37 kondisi fisik ٌ ‫َف َر ٌس َش ْو َه‬
‫اء‬ kuda yang tajam
penglihatannya
َ ْ َ ٌ َ
38 kondisi fisik
‫ف َرس سهل ٌب‬ kuda yang panjang

• 135 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
ْ َّ
39 kondisi fisik
‫ السه ُب‬kuda yang lebar langkahnya
dan kuat
40 kondisi fisik ََ َ َّ kuda yang berkeringat
)‫ادللح (من الفرس‬
banyak
41 cara lari َّ َ kuda yang lari karena
‫اجلفال‬
terkejut
42 cara lari kuda yang tak mau lari
‫اجلامِع‬
43 cara lari
)‫ (حِصان‬:‫(احل ُرون‬
َ kuda yang mogok jalan
44 cara lari ُ َ ْ kuda yang cepat larinya
‫ال ِمحصف‬
45 cara lari َ ْ kuda yang cepat larinya
)‫ال ِمحضار (اخليل‬
46 cara lari ُ َ kuda yang larinya cepat
‫اخلبِق‬
47 cara lari َ kuda yang kencang larinya
‫اخل ِفيق‬
48 cara lari ُ ْ Kuda yang cepat larinya
)‫اإلخلِيج (من اخليل‬
ُ َ ُ
49 cara lari
‫املـذ َّرع‬ kuda yang cepat larinya
50 cara lari ُ ْ ُّ kuda yang bagus dan cepat
‫اذلهلول‬
larinya
51 cara lari َ َّ ُ َ kuda pacuan
‫الرهان‬ ‫خيل‬
َ ُ
52 cara lari
‫الم ْريه من اخليل‬ kuda yang cepat
َ َّ
53 cara lari
)‫الس َوابِح (اخليل‬ kuda yang cepat larinya
54 cara lari َّ kuda yang cepat mendahului
‫السوابِق‬
yang lain
55 cara lari ُّ َ kuda yang bagus dan
)‫ال ِمسح (الفرس‬
kencang larinya
56 cara lari َ ْ ِّ kuda yang cepat larinya
)‫السياح (اخليل‬
57 cara lari ٌ َ َ ٌ َ َ kuda yang cepat larinya
‫سطان‬ ‫فرس‬
58 cara lari َّ kuda yang panjang
ُّ ِ ‫الس‬
)‫اط (الفرس‬
langkahnya

• 136 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
ْ َّ
59 cara lari
)‫السق ُب (اخليل‬ kuda yang larinya kencang
60 cara lari ُ َّ kuda yang cepat larinya
)‫السلوف (اخليل‬
61 cara lari ُ َّ kuda yang larinya kencang
)‫الضابِع ( الفرس‬
َ ‫الف َر ُس‬ َ
62 cara lari
‫اجل َواد‬ kuda yang bagus, cepat
larinya
63 cara lari ُ َّ kuda yang kencang larinya
)‫الضم ( الفرس‬
ِ
64 cara lari ٌ‫ضغن‬َ ٌ َ َ kuda yang tak mau lari
ِ ‫فرس‬
kecuali dicambuk
َ ُ َّ َّ
65 cara lari
:‫الطفاح الق َوائ ِم‬ kuda yang cepat larinya

)‫(الفرس‬
66 cara lari ُ َ َّ
)‫ الطفاف ( اخليل‬kuda yang cepat larinya
ِّ
67 cara lari
)‫ الط ُّم (الفرس‬kuda yang bagus, cepat
larinya
68 cara lari ْ َ kuda yang bagus larinya
‫الفرس اجلواد‬:‫ابلحر‬
69 cara lari َ َُْ
‫ عِينة اخليل‬kuda yang bagus,cepat
larinya
70 cara lari
‫اص ًم‬
َ َّ ُ ْ ِّ kuda yang tahan berjalan
ِ ‫الصم ِصم و الصم‬
)‫( اخليل‬
71 cara lari ُ َ ْ kuda yang cepat larinya
)‫ال ِمسهك (اخليل‬
72 cara lari ُ َ ْ ُ Kuda yang cepat larinya
)‫فرغ ( الفرس‬ ِ ‫المست‬
73 cara lari َ
ُ ُ ََ َ kuda yang cepat larinya
‫الفلتان و الفلت و‬
ُ َّ ُ
)‫الفلت ( الفرس‬
َ
74 cara lari
)‫ال ِمف ُّر (اخليل‬ kuda yang amat cepat larinya
75 cara lari ُ َُْ kuda yang cepat larinya
‫ايلعبوب‬
76 cara lari ُ َّ kuda yang bagus (cepat
)‫الش ِقيص ( الفرس‬
larinya)

• 137 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
َ ُ ُ َ
77 fungsi
‫اخليل المس َّومة‬ kuda yang digembalakan
َ ْ َّ
78 fungsi
‫الشج ُب‬ kuda yang bagus
َّ
79 fungsi
)‫الش ُّي ( اخليل‬ ِ
kuda pilihan
80 fungsi ّ kuda yang dipelihara dengan
)‫الصنِيع ( الفرس‬
baik
ُ ٌ َ
81 fungsi
‫فرس ع ْر ٌي‬ kuda yang tak berpelana
ْ ْ َّ َ
82 fungsi
‫ف َرس الشط َرنج‬ kuda dalam permainan catur
83 fungsi
:‫هان‬ َ ََ kuda pacuan
ٍ ‫فرس ر‬
Klasifikasi Leksikon Unta
Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
1. cara unta
‫ الغب‬seekor unta yang minum
minum sekali dalam dua hari
2 cara unta seekor unta yang pergi untuk
‫الغب الطل‬
minum minum di tempat air di siang
hari
3 cara unta seekor unta yang minum
  ‫الربع‬
minum sekali dalam tiga hari
4 cara unta seekor unta yang minum satu
‫الظاهرة‬
minum kali setiap hari
5 cara unta seekor unta yang minum
 ‫الرفة‬
minum kapan saja
6 cara unta seekor unta yang sedikit
‫القرصيد‬
minum minum
7 cara unta seekor unta yang sekali
‫العرجاء‬
minum minum di siang hari dan
sekali minum di malam hari
8 cara unta seekor unta yang kembali
‫اتلندية‬
minum ke tempat air untuk minum
sekali lagi

• 138 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
9 cara unta
‫ السلوف‬seekor unta betina menuntun
minum unta lain ke tempat air untuk
minum
10 cara unta seekor unta betina di tengah
‫ادلفون‬
minum tengah kawanan unta
11 cara unta seekor unta betina yang
‫ اهلافة‬/ ‫امللواح‬
minum cepat kehausan
12 cara unta seekor unta betina yang
‫عيوف‬
minum berbau air tapi tidak
meminumnya
13 cara unta seekor unta betina yang
‫مقامح‬
minum tidak minum walau sedang
menderita
14 cara unta seekor unta betina yang
‫رقوب‬
minum tidak dapat minum di tempat
air karena ramai dan sibuk
memantau dan observasi
15 cara unta seekor unta betina yang tidak
‫ملحاح‬
minum meninggalkan tempat air
16 cara unta seekor unta betina yang
‫مرياد‬
minum terburu buru untuk
memperoleh tempat air
17 cara unta unta yang kehausan
‫اهليام‬
minum

Leksikon Unta berdasarkan Kondisi Fisik


Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
1 karakter dan
   ‫ الغادر‬unta jantan yang baru
kondisi fisik beranjak dewasa dan siap
untuk dibesarkan (dapat
dilihat dari perutnya yang
membesar)

• 139 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
2 karakter dan
   ‫ اهلياج‬unta jantan yang siap untuk
kondisi fisik kawin dilihat dari perutnya
yang ramping (disebut  )
3 karakter dan unta liar
  ‫اهلامل‬
kondisi fisik
4 karakter dan
 ‫ احلايل‬unta betina yang tidak hamil
kondisi fisik
5 karakter dan ّ ّ unta betina yang siap untuk
‫(املجس‬  ‫املسي‬
kondisi fisik kawin
6 karakter dan ّ unta betina yang lagi hamil
‫املعش‬
kondisi fisik tahap awal
7 karakter dan unta betina yang sudah
  ‫اللقحة‬
kondisi fisik melewati 4 bulan usia
kehamilan
8 karakter dan induk betina dengan anaknya
‫اخللفة‬
kondisi fisik yang berusia di bawah 6
bulan
9 karakter dan induk betina dengan anaknya
‫العرشا‬
kondisi fisik yang berusia di atas 6 bulan
10 karakter dan induk betina yang meratapi
‫اخللوج‬
kondisi fisik anaknya yang telah mati
prematur
11 karakter dan induk betina yang sudah lupa
 ‫اخلفوت‬
kondisi fisik dengan anaknya yang telah
mati beberapa waktu
12 karakter dan ّ unta betina yang
 ‫املضية‬
kondisi fisik menghasilkan susu bukan
untuk anaknya
13 karakter dan unta betina yang
‫املسوح‬
kondisi fisik menghasilkan susu dengan
diperah perutnya, walau
tidak ada anaknya
14 karakter dan unta betina yang tidak dapat
 ‫انلحوس‬
kondisi fisik menghasilkan susu saat
diperah

• 140 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
15 karakter dan
 ‫ اجلضور‬unta betina yang banyak
kondisi fisik menghasilkan susu dan
buihnya saat diperah
16 karakter dan salah satu dari unta betina/
 ‫الرموح‬
kondisi fisik jantan yang kakinya diikat
saat diperah (betina) atau
saat pejantan mendekati unta
betina.
17 karakter dan seekor unta yang ketakutan
 ‫اجلفول‬
kondisi fisik apa saja
18 karakter dan unta yang suka melarikan
‫الرشود‬
kondisi fisik diri dan sulit untuk
ditangkap
19 karakter dan seekor unta yang menggasak
‫األلكه‬
kondisi fisik apa saja yang dilewatinya
20 berdasarkan seekor unta yang menginjak-
‫اخلبوط‬
karakter dan injak tanah dengan kaki
kondisi fisik depannya
21 karakter dan unta yang obesitas karena
 ‫الرابخ‬
kondisi fisik rumput dan makanan
berlimpah
22 karakter dan unta yang terlalu lemah
 ‫اثلاوي‬
kondisi fisik untuk berdiri
23 karakter dan seekor unta betina yang
‫الطفوح‬
kondisi fisik berjalan di depan unta unta
kawanan sendiri
24 karakter dan seekor unta betina yang
  ‫القوداء‬
kondisi fisik selalu memimpin unta
lainnya
25 karakter dan unta betina dengan leher
 ‫املعطاء‬
kondisi fisik kurus panjang dan sedikit
berambut

• 141 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
26 karakter dan
‫ اهلارب‬unta betina yang terlalu jauh
kondisi fisik berjalan di depan kawanan
unta unta, sehingga seolah
olah mau melarikan diri.
27 karakter dan unta betina yang paling
  ‫الفاهية‬
kondisi fisik unggul dalan segala hal
dibanding unta lainnya
28 karakter dan unta betina yang lebih tinggi
 ‫العليا‬
kondisi fisik dibanding unta pejantan
29 karakter dan unta betina yang jinak untuk
 ‫الوجناء‬
kondisi fisik dikendarai
30 karakter dan unta betina yang sangat kuat
‫العوصاء‬
kondisi fisik untuk berkendara

Leksikon Unta berdasarkan Jumlah


Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
1 jumlah unta
‫ اذلود‬dari 3-10 unta
2 jumlah unta
‫ الزيمة‬dari 2-15 unta
3 jumlah unta
‫ الرسل‬rata-rata 10 unta,  juga dapat
antara 15 s.d. 25 unta
4 jumlah unta antara 10-30 unta
‫الرصمة‬
5 jumlah unta
‫ الصدعة‬kawanan 60 unta
6 jumlah unta
‫ العكرة‬kawanan rata-rata 70, juga dapat
di antara 50-100 unta
7 jumlah unta sekawanan 30-40 unta
‫اجلول‬
8 jumlah unta
‫وهنيدة‬ ‫ هند‬100 unta
9 jumlah unta
‫ القرج‬rata rata 150 unta, juga dapat di
antara 500-1000 unta
10 jumlah unta sekawanan 300 unta
‫يلىل‬
11 jumlah unta
‫ احلوم‬terlalu banyak diatas 1000 unta

• 142 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Leksikon Unta berdasarkan Penyakit karena Konsumsi


Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
1 penyakitkarena ramts: unta ibil yang sakit karena
konsumsi meminum sisa air yang sudah
diperah
2 penyakitkarena bagar unta ibil yang sakit bahkan mati
konsumsi karena meminum air yang sampai
kenyang karena kehausan
3 penyakit karena thalh adalah unta ba’ir yang sakit karena
konsumsi memakan daun pisang
4 penyakit karena habaj adalah unta ibil yang sakit karena
konsumsi memakan daun arfaj
5 penyakit karena arak adalah unta ibil yang sakit
konsumsi memakan daun pohon arok
6 penyakit karena qatad adalah unta ba’ir yang karena
konsumsi memakan daun pohon berduri
7 penyakit karena ‘adhah adalah unta ibil yang sakit karena
konsumsi memakan daun pohon berduri baik
yang kecil ataupun besar
8 penyakit karena hashl adalah unta ibil yang sakit karena
konsumsi makan tanah dan batu kerikil kecil

Leksikon Unta berdasarkan Penyakit dalam


Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
1 Penyakit dalam nukaf unta ba’ir yang menderita penyakit
kepala miring sebelah karena
radang tenggorokan
2 penyakit dalam shad adalah unta ba’ir yang menderita
penyakit kepala miring sebelah
karena keringat yang membawa
virus
3 penyakit dalam qashar adalah unta ba’ir yang menderita
penyakit kepala miring sebelah
karena terserang penyakit pes dari
lalat 1.

• 143 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Klasifikasi
No Leksikon Makna
Berdasarkan
4 penyakit dalam zuhar unta ba’ir yang menderita penyakit
disentri
5 penyakit dalam hushr unta ba’ir yang menderita penyakit
sembelit buang air besar
6 penyakit dalam itham unta ba’ir yang menderita penyakit
sembelit buang air kecil
7 penyakit dalam hurar unta ibil yang menderita penyakit
buang kotoran
8 penyakit dalam nuhaz unta ibil yang menderita penyakit
paru-paru
9 penyakit dalam qulab unta ba’ir yang menderita penyakit
hati
10 penyakit dalam syahthah unta ibil yang menderita penyakit
sesak nafas di dada
11 penyakit dalam lahd unta ba’ir yang menderita penyakit
dada karena tekanan barang
(kelebihan muatan barang)
12 penyakit dalam khura’ unta nāqah yang menderita
penyakit gila karena demam tinggi
13 penyakit dalam humam unta ba’ir yang menderita penyakit
demam

6. Metode:
1. Data dan Sumber Data
Objek material penelitian ini antara lain: leksikon hewan yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Sumber data primer: Al-Qur’an
dan terjemahannya, kamus Lisanul-Arab Digital Program
Version, Al-Wustho Digital Publishing, kamus Arab-Indonesia
Munawwir.
2. Analisis data
Data yang berupa kosa kata hewan yang terdapat di dalam
Al-Qur’an yang berbahasa Arab dan informasi yang berkaitan
dengannya kemudian dianalisis lebih lanjut. Ada dua metode

• 144 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

utama yang digunakan dalam analisis, yaitu metode analisis


komponen makna (componential analysisi) yang lazim
digunakan dalam etnosemantik dan metode introspeksi yang
lazim digunakan dalam semantik linguistis. Analisis komponen
makna merupakan cara pemeriksaan makna suata satuan
kebahasaan secara teliti melalui analisis ke dalam fitur-fitur
semantik yang membentuk makna satuan kebahasaan tersebut.
Fitur-fitur semantik hasil analisis tersebut lalu disusun dalam
suatu matrik. Dalam kaitannya dengan kosa kata hewan,
dengan analisis komponen makna dapat diketahui, misalnya,
termasuk dalam kategori apa suatu hewan atau dapat pula
diketahui unsur apa yang membedakan varian-varian dalam
suatu kategori. Metode introspeksi dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan pada diri sendiri secara intensif
mengenai objek yang diteliti sampai diperoleh jawaban yang
dapat dipertanggungjawabkan. Jawaban yang diperoleh dari
introspeksi selanjutnya dicek kembali kepada informan untuk
memperoleh verifikasi.
Untuk melihat korelasi komponen makna leskikon dengan
ayat Al-Qur’an yang mengandung leksikon tersebut, metode
analisis yang dipakai adalah metode pemadanan atau metode
kontekstual, yaitu metode analisis yang menjelaskan objek kajian
dalam hubungannya dengan konteks situasi atau konteks sosial
budaya masyarakat setempat. Leksikon hewan varibel terikat,
sedangkan unsur luar bahasa dalam hal ini konteks situasi
dan konteks sosial budaya yang melatari lahirnya leksikon-
leksikon tersebut dalam bahasa Arab dipandang sebagai variabel
independen atau variabel bebas. Kemudian dilakukan pengamatan
cara penggunaan istilah tersebut dalam kehidupan masyarakat
berbahasa Arab.

• 145 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

a. Makna Leksikon Kambing di dalam Al-Qur’an


1. Perbedaan Makna Leksikon Kambing
Kata yang memiliki makna kambing di dalam Al-Qur’an
terdapat 4 variasi leksikon yaitu , , , Adapun
komponen makna leksikon kambing adalah sebagai berikut:
ْ َ ٌ َ َْ ٌْ
leksikon
‫َمع ٌز‬ ‫غنَ ٌم‬ ‫جة‬ ‫نع‬ ‫َضأن‬
hewan
َ َ َ
َ ‫ي ْم َع ُز‬- َْ َْ َ َْ َ
asal
‫م َع ًزا‬- ‫م ِعز‬ ‫و‬-‫غن ًما‬-‫يغنَ ُم‬-‫غ ِن َم‬ -‫ين ُع ُج‬-‫ن َع َج‬
kata
ً َ ُ ً َْ
‫غ ِنيْ َمة‬ ‫جا ون ُع ْو ًجا‬ ‫نع‬
unsur -keras -memperoleh -biri-biri -domba
makna -giat, bersungguh- jarahan betina -yang
sunguh -memberikan -putih mulus lemah
-banyak kambing­ kepadanya lebih -warnanya -yang
nya dari bagiannya bagus berbulu
-berkerut -menjadikan - perempuan -domba
-yang keras sebagai rampasan berkulit putih bagian dari
-yang keras -mengambil - tanah datar kambing,
tanahnya kesempatan - gemuk yang
-kambing kacang -jarahan/rampasan -putih mulus memiliki
-yang kikir perang bulu
-tempat yang -untung.faedah. -varian
keras berkerikil manfaat kambing
-kuat larinya -.laut yang banyak yang
-varian dari airnya memiliki
kambing yang - untuk wol
berbulu selain menunjukkan -lelaki
domba/ kambing dg tunggal yang lemah
- varian kambing, kalau jamak karena
yang memiliki disebut sedikit
rambut (kambing -menghitung harta makan:
kacang) rampasan perang - biri-biri
- lelaki yang keras -apa yang jantan
- negeri yang dilarikan/dirampas
tandus : (tanah berupa kuda
yang keras) dll dari harta
musyrikin.

• 146 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

2. Ciri Spesifik Masing-masing Leksikon


Pembeda َْ
‫مع ٌز‬ ٌ‫ضأْ ٌن َن ْع َج ٌة َغ َنم‬
َ
-kuat,giat √ - - -
-kambing kacang √ √ - -
-kuat larinya √ - - -
-varian dari kambing yang berbulu selain √ - - -
domba/
-varian kambing, yang memiliki rambut √ - - -
-jarahan/rampasan perang - √ - -
- biri-biri betina - √ √ -
- gemuk - - √ -
-putih mulus - - √ -
-domba/biri-biri - - √ √
-yang lemah - - - √
-yang berbulu - - √ √
-varian kambing yang memiliki wol - - - √
-domba muda - - - √
- biri-biri jantan - √ - √
-bisa jantan atau betina √ √ - -

Keterangan:
- Kata bermakna: kambing yang kuat, jenis kambing kacang,
kuat larinya, varian dari kambing yang berbulu tapi tidak
seperti domba atau biri-biri jadi bukan kambing hasil jarahan/
rampasan perang, tidak : gemuk, putih mulus, lemah. Kambing
dengan sebutan ini bisa berjenis jantan atau pun betina.
- Kata bermakna: kambing hasil jarahan/rampasan saat
perang, bisa betina atau jantan
- Kata bermakna biri-biri betina, gemuk, putih mulus bukan:
kambing jantan, tidak kuat, bukan jenis kambing kacang, tidak
kuat larinya, bukan varian kambing yang memiliki rambut,
bukan hasil jarahan/rampasan perang, tidak lemah, bukan

• 147 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

varian kambing yang memiliki wol, bukan pula domba muda.


- Kata bermakna domba/biri-biri, lemah, domba muda,
jantan tidak kuat, bukan kambing kacang, tidak kuat larinya,
bukan varian kambing yang memiliki rambut, bukan hasil
jarahan/rampasan perang, bukan pula biri-biri betina yang
gemuk dan putih mulus.
3. Konteks Makna Leksikon Kambing di dalam Al-Quran
1) Kambing dengan sebutan terdapat pada QS. Al-An’am:
143
Pada ayat di atas, kata kambing disebut dengan sebutan
. Kata berasal dari kata secara
leksikal berarti: ‘keras, giat, bersungguh-sunguh, banyak
kambingnya, berkerut, yang keras, yang keras tanahnya,
kambing kacang, yang kikir, tempat yang keras berkerikil,
kuat larinya, varian dari kambing yang berbulu selain
domba/ , varian kambing, yang memiliki rambut
(kambing kacang), lelaki yang keras, negeri yang tandus
: (tanah yang keras)’, (Munawwir, 2002: 1346) sehingga
leksikon kambing ( ) pada QS. Al-An’am: 143 di atas
menunjukkan makna: ‘harta berupa hewan ternak yang
sebenarnya dapat memberikan manfaat atau kebaikan
bagi manusia bukanlah termasuk hewan yang diharamkan
sebagimana anggapan orang-orang musyrik. Ayat ini
mengandung pengertian kecaman keras yang ditujukan
kepada orang-orang musyrik berwatak keras kepala
yaitu dengan mengada-ada dalam hal pengharaman dan
penghalalan hewan-hewan ternak. Jadi kedustaan mereka
terhadap Allah yaitu dengan mengharamkan apa yang
Allah halalkan baginya. Karena pengharaman terhadap
hewan bagi mereka berdasarkan pendapat mereka yang
rusak dan watak yang keras..

• 148 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

2) Kambing dengan sebutan terdapat pada QS. Al-An’am:


146
Pada ayat di atas, kata kambing disebut dengan sebutan
. Kata berasal dari kata
. Secara leksikal berarti: ‘banyak, mengambil sesuatu,
memperoleh jarahan, memberikan kepadanya lebih dari
bagiannya, menjadikan sebagai rampasan, mengambil
kesempatan, jarahan/rampasan perang, untung.faedah./
manfaat, .laut yang banyak airnya, untuk menunjukkan
kambing dg tunggal kalau jamak disebut menghitung
harta rampasan perang, apa yang dilarikan/dirampas
berupa kuda dll dari harta musyrikin‘ (Munawwir, 2002:
1020) sehingga leksikon kambing ( pada QS. Al-An’am:
146 di atas menunjukkan makna: ‘sebagai jarahan atau
pengharaman bagi orang Yahudi berupa daging dan lemak
segala binatang yang berkuku, seperti unta, bintang buas
dan beberpa jenis unggas; dan adapun dari sapi dan domba,
Kami hanya haramkan atas mereka lemak dari kedua
binatang itu, yakni kedua binatang itu saja. Lalu keharaman
lemak kedua binatang itu dikecualikan lagi dengan firman-
Nya: selain lemak yang melekat di punggung keduanya
atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur
dengan tulang. Demikianlah, yakni dengan pengharaman
ini, Kami memberi balasan, yakni menjatuhkan sanksi
atas mereka disebabkan kedurhakaan mereka sekaligus
sebagai pengendalian nafsu mereka yang selalu cenderung
kepada kenikmatan duniawi (Shihab, 2009: 328-329).
3) Kambing dengan sebutan terdapat pada QS. Shad: 23
Pada ayat di atas, kata kambing disebut dengan sebutan
. Kata berasal dari kata
. Secara leksikal berarti: ‘-biri-biri betina, putih mulus,
cepat, warnanya bagus, perempuan berkulit putih, tanah

• 149 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

datar, gemuk, putih mulus‘(Munawwir, 2002:1436)


sehingga leksikon kambing ( ) pada QS. Shad: 23 di
atas menunjukkan makna: ‘Salah seorang dari dua yang
berperkara itu berkata: Sesungguhnya ini sambil menunjuk
kepada rekannya adalah saudaraku. Dia mempunyai
sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku
mempunyai seekor saja. Lalu dia berkata kepadaku: ‘Biarkan
aku yang memeliharanya bersama semua kambing-
kambingku.’ Aku telah menolaknya tapi dia mendebatku
dengan mengajukan aneka dalih, dan ahirnya dia pun
mengalahkanku dalam perdebatan itu.
Ayat ini menggunakan kata ( ) menunjukkan sesuatu
yang bagus, baik. Adapu hal ‘yang baik’ dalam konteks ayat
ini ditujukan kepada Daud a.s. Nabi Daud adalah seorang
yang mempunyai kekuatan di dalm ilmu, amal, ibadah,
dan pemahaman terhadap ajaran islam. Allah memberikan
kepadanya kerajaan yang sempurna, kenabian, pemahaman,
kecerdikan, keadailan dan kebenaran. Sehingga Allah
menundukkan gunung-gunung yang tinggi menjulang
untuk menanggapi tasbih Dawud (Shihab, 2009: 129).
4) Kambing (domba) dengan sebutan terdapat pada QS.
Al-An’am : 143
Pada ayat di atas, kata kambing disebut dengan sebutan
. Secara leksikal berarti: domba, yang lemah, yang berbulu,
domba bagian dari kambing, yang memiliki bulu, varian
kambing yang memiliki wol, lelaki yang lemah karena
sedikit makan, biri-biri jantan ‘(Munawwir, 2002:808)
sehingga leksikon kambing ( ) pada Al-An’am : 143 di atas
menunjukkan makna: ‘yang lemah’ yang ditujukan kepada
orang-orang kafir karena mereka telah berani membuat-
buat kedustaan terhadap Allah dalam mengharamkan apa
yang mereka haramkan dari hewan ternak itu.

• 150 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

b. Makna Leksikon Kuda di dalam Al-Qur’an


1. Perbedaan Makna Leksikon Kuda
Kata yang memiliki makna Kuda di dalam Al-Qur’an terdapat 3
variasi leksikon yaitu , dan . Adapun komponen
makna leksikon kuda adalah sebagai berikut:
leksikon ٌَْ ٌ َ ٌ ٰ ٰ
‫خيل‬ ‫جياد‬ِ ‫عدِيت‬
hewan
kuda ً َْ ً
-‫خيال‬-‫خيال‬-‫خال‬ ‫جياد‬-‫جيود‬-‫جاد‬ -‫وعدوانا‬-‫عدوا‬-‫يعدو‬-‫عدا‬
ْ َ ً َ ً
‫وخِيلة وخميلة‬-‫وخاال‬ ‫وتعداءا‬-‫وعدوانا‬
unsur -.menyangka,menduga -menjadi baik/ -lari, mencongklang
makna -tipu daya lebih baik membelokkan, memalingkan
- melihat tanda-tanda -suatu tempat -meloncati
yang memberinya yang lebih rendah -permusuhan
harapan baik dari kota mekah -tempat yang jauh
-guntur dan berkilat - tempat yang tinggi
hendak hujan -tepi lembah
- melarikan kuda - tanah kering yang keras
dengan kencang -kejauhan
-berisi air susu -lama perpisahan
-terhias oleh tumbuh- - kelaliman,
tumbuhan -ada jalan bagiku
-menjdi sulit -pelari
-terbayang -nama kabilah
-meramalkan. -musuh,lawan
- takabur,sombong -yang melanggar,yang
-memilih melampaui batas
-pasukan berkuda -yang mencuri,menggelapkan
-orang laki yang -kesibukan,urusan yang
murah hati berat
-orang laki yang lemah -pasukan kuda yang
hatinya menyerang
-orang laki bujang -kemarahan
yang tidak beristri. -ketidakadilan
Yang bebas dari -pelanggaran peraturan
tuduhan.
-yang baik dalam
mengurus harta.
-awan yang tidak
mengandung hujan
-gunung yang besar
yang besar
-kain yang halus
-kain kafan

• 151 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

-berdasarkan khayalan
bukan sungguh-
sungguh;fiktif.
- burung yang
dijadikan sebagai
pertanda yang tidak
baik
-perkataan yang
membingungkan
-kuda yang sering
dibawa oleh orang
arab untuk berjualan

2. Ciri Spesifik Masing-masing Leksikon


ٌ َ ٌ ٌ ٰ ٰ
Pembeda ‫ج َياد خيْل‬
ِ ‫عدِيت‬
tanda-tandanya baik/unggul √ - -
lari dengan kencang √ - -
menghasilkan air susu √ - -
digunakan pasukan berkuda √ - -
yang besar √ - -
kuda yang sering dibawa oleh orang arab untuk
√ - -
berjualan
hasil rampasan perang - - -
jenis kuda yang paling baik - √ -
berasal dari suatu tempat yang lebih rendah dari
- √ -
kota mekah
lincah - √ -
tenang - √ -
terus menerus berdiri - √ -
selalu siap memenuhi perintah joki. - √ -
kuda yang berlari sekuat tenaga - √ -
lari, mencongklang - - √
membelokkan, memalingkan - - √
meloncati - - √
tempat yang jauh - - √

• 152 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

ٌ َ ٌ ٌ ٰ ٰ
Pembeda ‫ج َياد خيْل‬
ِ ‫عدِيت‬
tempat yang tinggi - - √
tepi lembah - - √
tanah kering yang keras - - √
pelari - - √
digunakan untuk melawan musuh,lawan √ - √
digunakan oleh pasukan berkuda kuda untuk
√ - √
menyerang
digunakan untuk memerangi ketidakadilan - - √
digunakan untuk memerangi pelanggaran
- - √
peraturan

Keterangan:
- Kata bermakna: kuda yang unggul, lari dengan kencang,
menghasilkan air susu, digunakan pasukan berkuda, berbadan
besar, oleh masyarakat Arab digunakan untuk berdagang,
digunakan untuk berperang, menyerang/melawan musuh,
bukan dari hasil rampasan perang.
- Kata bermakna: kuda yang paling baik, lincah, tenang,
terus menerus berdiri, selalu siap memenuhi perintah joki,
kuda yang berlari sekuat tenaga, berasal dari suatu tempat
yang lebih rendah dari kota Mekah. Kata bermakna
kuda yang berlari, mencongklang, dapat menempuh tempat
yang jauh, tempat yang tinggi, pasukan kuda yang menyerang,
menumpas ketidakadilan dan pelanggaran bukanlah kuda
yang menghasilkan air susu. Kuda ini tidak digunakan oleh
orang Arab untuk berjualan dan bukan berasal dari suatu
tempat yang lebih rendah dari kota Mekah.

• 153 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

3. Konteks makna di dalam Al-Quran


1) Kuda dengan sebutan disebut 3 kali terdapat pada QS.
Al-Anfal: 60
Pada QS. Al-Anfal: 60, kata berasal dari kata
. Secara leksikal kata ini bermakna: ‘melihat tanda-tanda
yang memberinya harapan baik’ (Munawwir, 2002:380).
Makna leksikal ini berkaitan dengan konteks QS. Al-
Anfal: 60. Di mana Allah berfirman bahwa kuda-kuda
yang ditambat untuk berperang dan segala macam sarana
prasarana (seperti anak panah, keterampilan memanah,
benteng pertahanan) untuk berperang jika dipersiapkan
dengan matang maka dapat memupuk kekuatan pasukan
kaum muslimin sehingga dapat memberikan harapan yang
baik yaitu dapat menggentarkan musuh Allah dan musuh
kaum muslimin. Begitu pula apa saja yang diinfakkan dan
disedekahkan oleh manusia dari sebagian nafkah yang ia
cari di jalan Allah, maka Allah memberikan harapan yang
baik yaitu Allah akan mencukupkan rizkinya/hartanya dan
tidak akan merugi atau mengurangi harta bendanya.
Pada QS. Al-Isra: 64, kata berasal dari kata .
Secara leksikal kata ini bermakna: ‘menyangka, menduga’,
‘tipu daya’, ‘melihat tanda-tanda yang memberinya harapan
baik’ (Munawwir, 2002:380). Makna leksikal ini berkaitan
dengan konteks QS. Al-Hasyr: 6. Ayat ini merupakan tamsil
di mana Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk
menyesatkan manusia dengan segala kemampuan yang
ada padanya. Segala kemampuan iblis untuk menyesatkan
manusia ini diibaratkan seolah-olah iblis mengerahkan
pasukan baik berkuda maupun berjalan kaki untuk
menipu daya manusia baik dari sisi hartanya maupun
keturunannya. Tetapi Allah tetap memberikan harapan
yang baik ( ) kepada manusia yaitu

• 154 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

segala angan-angan ( ), tipu daya ( ) syaitan itu


tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-
benar beriman.
Pada QS. Al-Hasyr: 6, kata memiliki komponen makna:
‘kuda yang unggul, lari dengan kencang, menghasilkan air
susu, digunakan pasukan berkuda, berbadan besar, oleh
masyarakat Arab digunakan untuk berdagang, digunakan
untuk berperang, menyerang/melawan musuh, bukan
dari hasil rampasan perang’. Penggunaan kata dari
potongan ayat: untuk menunjukkan ‘kuda
yang bukan berasal dari rampasan perang dan dapat
digunakan oleh masyarakat Arab untuk berdagang’.
Makna dari kata ini menyesuai dengan kata yang
berarti ‘unta yang membawa barang dagangan, makanan’.
Harta rampasan pada ayat ini diperoleh dari musuh tanpa
terjadinya pertempuran sehingga pembagiannya seperlima
ditujukan kepada: a. Allah dan Rasul-Nya. b. Kerabat Rasul
(Bani Hasyim dan Muthalib). c. anak yatim. d. fakir miskin.
e. Ibnussabil. sedang empat-perlima dari ghanimah itu
dibagikan kepada yang ikut bertempur.
2) Kuda dengan sebutan pada QS. Shad: 31
Pada QS. Shad: 31, kata kuda disebut dengan sebutan
. Kata berasal dari kata yang berarti ‘paling
baik’ sehinga leksikon kuda ( ) untuk menunjukkan
makna: ‘kuda yang paling baik, lincah, tenang, terus
menerus berdiri, selalu siap memenuhi perintah joki, kuda
yang berlari sekuat tenaga, berasal dari suatu tempat
yang lebih rendah dari kota Mekah’. Dipilihnya kuda
yang terbaik atau istimewa ( ) pada ayat ini karena
berkaitan dengan ayat setelahnya yaitu QS. Shad: 32-33. Di
mana nabi Sulaiman sangat menyukai kuda yang terbaik
itu sebagaimana yang disebutkan pada ayat ke-33. Beliau

• 155 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

(nabi Sulaiman) mengusap-usap surai dan urat-urat leher


kudanya saking sayangnya. Disebutkan dalam tafsir al-
Misbah bahwa kata al-jiyād ( ) adalah bentuk jamak
dari kata jawād ( ) , yakni ‘kuda yang istimewa’. Kata
ini pada mulanya berarti ‘pemberian yang sangat banyak’.
Manusia dinilai jawād adalah yang sangat dermawan. Kuda
yang berlari sekuat tenaganya dinamai jawād, karena
semua tenaganya dicurahkan untuk berlari (Shihab, 2009
:140).
3) Kuda dengan sebutan pada QS. Al-‘Adiyat: 1
Pada QS. Al-‘Adiyat: 1 ayat di atas, kata kuda disebut dengan
sebutan . Kata merupakan bentuk jamak dari
. Kata ini berasal dari kata
yang berarti ‘lari, memalingkan, meloncati,
permusuhan, tempat yang jauh’ (Munawwir, 2002: 907)
sehingga leksikon kuda ( ) pada QS. Al-‘Adiyat: 1
di atas menunjukkan makna: ‘kuda yang berlari dengan
cepat, dapat menempuh tempat yang jauh/jarak jauh,
tempat yang tinggi, digunakan oleh pasukan berkuda
untuk agresi/menyerang, menumpas ketidakadilan dan
pelanggaran bukanlah jenis kuda yangmenghasilkan air
susu dan bukan pula kuda yang digunakan oleh orang Arab
untuk berjualan.
Digunakan kata pada ayat ini karena Rasulullah Saw
mengutus pasukan berkuda tetapi setelah sebulan lamanya
pasukan itu tidak ada kabarnya. Lalu turunlah ayat 1-5
sebagai pemberitahuan tentang pasukan berkuda tersebut
sedang bertempur melawan musuh.
Kata al-‘adiyat terambil dari kata ‘ada-
ya’du yang berarti jauh atau melampaui batas. Dari akar kata
itu terbentuk aneka bentuk dengan makna yang beragam,
namun kesemuanya mengandung makna jauh. Misalnya

• 156 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

‘aduw/musuh, karena yang bermusuhan berjauhan


hati, pikiran dan atau fisik . al’adw/berlari dengan
cepat, karena yang bersangkutan dengan kecepatannya
dapat menempuh jarak yang jauh dalam waktu yang relatif
lebih singkat dibanding langkah-langkah biasa. Demikian
juga kata ‘udwan/agresi, karena yang melakukannya
telah berada jauh dari kebenaran dan keadilan. (Shihab,
2009: 462-463).

c. Makna Leksikon Sapi di dalam Al-Qur’an


1. Perbedaan Makna Leksikon Sapi
Kata yang memiliki makna Sapi di dalam Al-Qur’an terdapat 4
variasi leksikon yaitu: . Adapun komponen
makna leksikon Sapi adalah sebagai berikut:
ََ ٌ ْ
‫بق ٌر‬ ‫عِجل‬ ‫عجاف‬
ٌَََ ً َ َ ُ َ َْ َ َ ً ْ َ ُ َْ َ َ
‫بقرة‬ -‫عجال‬-‫يعجل‬-‫جل‬ ِ ‫ع‬ -‫عجفا‬-‫جف‬ ِ ‫يع‬-‫جف‬
ِ ‫ع‬
‫بقرا‬-‫يبقر‬-‫بقر‬ ًَ َ َ ًُْ ُ َ
‫وعجلة‬ ‫وعجوفا‬
-membelah, membuka- sapi betina -tergesa-gesa. bersegera -menahan diri
-meluaskan, melebarkan - cepat. lekas -mnguruskan
-menyelidiki - mendahului -lemah, kurus
-lemah penglihatannya - memburu-buru, men­ -tidak mendapat hujan
membedah/mengoperasi dorong -makan tidak sampai
-menjadi luas -mempercepat, menye­ge­ kenyang
-luas ilmunya, melimpah- rakan -.kelemahan
limpah hartanya - mengajukan -yang kurus
-mati,binasa pembayarannya - mata tombak yg tipis
-amat bergairah -memasaknya dengan -masa
menumpuk harta tergesa-gesa - jenis labu yang pahit
-berjalan cepat dg - memaknnya dengan rasanya
menundukkan kepala tergesa-gesa -negeri-negeri yang
-ragu-ragu, bimbang -melahirkan anak sebelum tidak mendapat hujan
-menempati, mendiami, sempurna -Tanah yang tidak
beristirahat di… - menindak atas doanya berpenghasilan
-menetap (tidak lagi hidup dengan tidak menunda- - kesulitan dan
mengembara) nuda kesengsaraan
-sapi, lembu -berdaya upaya - pedang yang berkarat
-sapi liar, banteng mengerjakan dengan cepat -tidak makan
-lapar sekali -memburu-buru dan me­me­­­­ -makan tidak sampai
- sapi laut rintakan supaya ber­segera kenyang

• 157 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

-kebohongan -anak sapi,pedet - menahan diri dari


-bencana malapetaka - anak sapi betina dari hal yang buruk
-penggembala/pemilik - roda -bersabar atas penyakit
sapi - segala sesuatu yang dideritanya
- tukang besi disegerakan
-yang luas ilmunya -makan yang seadanya
-sekawanan sapi -lumpur
-fitnah besar merobek- -roda,kincir
robek kesatuan ummat - sepeda
-permainan anak - sado. Kereta
-hal banyaknya harta - maut.kematian
benda, kekayaan - perempuan yang
-yang jahat ditinggal mati anaknya
- sapi jantan -perempuan yang amat
kacau pikirannya
- lambat laun
-anak sapi
- jalan cepat
- yang amat mendesak
-.yang disegerakan
- perempuan yang
melahirkan sebelum
sempurna waktunya
-kecepatan panah
-bertentangan dengan
maju dan berjangka dalam
segala sesuatu
-orang yang mempercepat
yang datang dengan cepat2
-.mempercepat untuk
mengambil susu sebelum
pemerahan

2. Ciri Spesifik Masing-masing Leksikon


ََ ٌ ََ ٌ ْ
Pembeda ‫بق ٌر‬ ‫عجاف عِجل بق َرة‬
berjalan cepat dg menundukkan kepala √ - - -
sapi,lembu √ - - -
sapi liar,banteng √ - - -
sekawanan sapi √ - - -
sapi jantan √ - - v
sapi betina - √ v v
digembalakan - √ - -

• 158 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

diternakkan - √ - -
anak sapi,pedet - - √ -
anak sapi betina - - √ v
jalan cepat - - √ -
lemah - - - √
yang kurus/ramping - - - √
makan tidak sampai kenyang - - - √
bersabar atas penyakit dideritanya - - - √
Keterangan:
- Kata bermakna: berjalan cepat, sapi,lembu, sapi
liar,banteng, sekawanan sapi, sapi jantan. Bukan: sapi
betina, digembalakan, diternakkan, anak sapi,pedet, anak
sapi betina, jalan cepat, .lemah, yang kurus/ramping, makan
tidak sampai kenyang, bersabar atas penyakit dideritanya
- Kata bermakna: berjalan cepat, sapi,lembu, sapi
liar,banteng, sekawanan sapi, sapi betina, digembalakan,
diternakkan. Bukan: berjalan cepat dg menundukkan
kepala, sapi,lembu, sapi liar,banteng, sekawanan sapi,
sapi jantan, anak sapi,pedet, anak sapi betina, jalan cepat,
.lemah, yang kurus/ramping, makan tidak sampai kenyang,
bersabar atas penyakit dideritanya
- Kata bermakna anak sapi,pedet, anak sapi betina,
jalan cepat. Bukan: berjalan cepat dg menundukkan kepala,
sapi,lembu, sapi liar,banteng, sekawanan sapi, sapi jantan,
digembalakan, diternakkan, .lemah, yang kurus/ramping,
makan tidak sampai kenyang, bersabar atas penyakit
dideritanya
- Kata bermakna lemah, yang kurus/ramping, jika
makan maka tidak sampai kenyang, berpenyakit. Bukan:
berjalan cepat dg menundukkan kepala, sapi,lembu, sapi
liar,banteng, sekawanan sapi, bisa sapi jantan, sapi betina,

• 159 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

bukan digembalakan, diternakkan, anak sapi,pedet, anak


sapi betina, anak sapi betina, jalan cepat.
3. Konteks makna di dalam Al-Quran
1) Sapi dengan sebutan disebut 3 kali terdapat pada QS.
Al-An’am: 144, QS. Al-An’am: 146, dan sapi dengan sebutan
disebut 4 kali dalam bentuk singular pada surat QS. Al-
Baqarah: 68-71
- Pada QS. Al-An’am: 144 dan 146ayat, kata sapi disebut
dengan sebutan untuk menunjukkan sapi yang
berjalan cepat, sapi,lembu, sapi liar,banteng, sekawanan
sapi, sapi betina, digembalakan, diternakkan. Bukan:
berjalan cepat dg menundukkan kepala, sapi,lembu,
sapi liar,banteng, sekawanan sapi, sapi jantan, anak
sapi,pedet, anak sapi betina, jalan cepat, lemah, yang
kurus/ramping, makan tidak sampai kenyang, bersabar
atas penyakit dideritanya, sapi betina yang tidak tua
dan tidak muda; pertengahan antara itu, betina yang
kuning, yang kuning tua warnanya, sapi betina yang
belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak
pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada
belangnya
2) Sapi dengan sebutan sebutan atau berbentuk plural
terdapat pada QS. Yusuf: 43
Pada QS. Yusuf: 43, kata sapi disebut dengan sebutan
untuk menunjukkan sapi yang sapi betina yang gemuk-
gemuk. Kata sapi pertama disebut dengan sebutan
. Kata merupakan bentuk jamak dari . Kata ini
berasal dari kata yang berarti: ‘membelah,
membuka, meluaskan,melebarkan, menyelidiki, lemah
penglihatannya, membedah/mengoperasi, menjadi luas
-luas ilmunya, melimpah-limpah hartanya, mati, binasa,
amat bergairah menumpuk harta, berjalan cepat dengan

• 160 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

menundukkan kepala, ragu-ragu, bimbang, menempati,


mendiami, beristirahat di…, menetap (tidak lagi hidup
mengembara), sapi,lembu, sapi liar,banteng, lapar
sekali, kebohongan, bencana malapetaka, fitnah besar
merobek-robek kesatuan ummat, hal banyaknya harta
benda,kekayaan’ (Munawwir, 2002: 907) sehingga leksikon
sapi ( ) pada QS. Al-Baqarah: 68-71 di atas menunjukkan
makna: ‘sapi yang kebohongan, bencana malapetaka,
fitnah besar merobek-robek kesatuan ummat karena
penyembahan mereka terhadap sapi merupakan suatu hal
yang dapat menjadikan fitnah.sehingga ayat ini bertujuan
utnuk menghilangkan rasa penghormatan mereka kepada
patung anak sapi yang nereka sembah.
Pada QS. Yusuf: 43 menunjukkan makna: ‘melimpah-
limpah hartanya, mati, binasa maksudnya yaitu akan
datang kesuburan dan hujan selama tujuh tahun berturut-
turut. Yusuf menafsirkan tujuh ekor sapi itu dengan tujuh
tahun karena sapi itulah yang digunakan untuk mengolah
tanah agar dapt mengeluarkan hasil tanaman yang berupa
bulir-bulir gandum yang hijau.
3) Sedangkan Kata sapi kedua disebut dengan sebutan
. Pada ayat di atas, kata sapi disebut dengan sebutan
untuk menunjukkan sapi betina yang lemah, yang
kurus/ramping, jika makan maka tidak sampai kenyang,
berpenyakit. Bukan: berjalan cepat dengan menundukkan
kepala, sapi,lembu, sapi liar,banteng, sekawanan sapi, bisa
sapi jantan, sapi betina, bukan digembalakan, diternakkan,
anak sapi,pedet, anak sapi betina, anak sapi betina, jalan
cepat
Kata ini berasal dari kata yang
berarti menahan diri, menguruskan (lemah,kurus), tidak
mendapat hujan, makan tidak sampai kenyang, kelemahan,

• 161 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

yang kurus, mata tombak yang tipis, masa, jenis labu


yang pahit rasanya, negeri-negeri yang tidak mendapat
hujan, tanah yang tidak berpenghasilan, kesulitan dan
kesengsaraan, pedang yang berkarat, tidak makan, makan
tidak sampai kenyang, menahan diri dari dari hal yang
buruk, bersabar atas penyakit dideritanya’ dideritanya’
(Munawwir, 2002: 907) sehingga leksikon sapi ( )
pada QS. Yusuf: 43 di atas menunjukkan makna: menahan
diri, menguruskan (lemah,kurus), tidak mendapat hujan,
negeri-negeri yang tidak mendapat hujan, tanah yang tidak
berpenghasilan. Dalam konteks ayat ini kata lawan
dari kata .
Dalam konteks ini, tujuh ekor sapi betina yang gemuk-
gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-
kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh
bulir lainnya yang kering meupakan mimpi dari penguasa
Mesir Kepala Negara Mesir adalah Fir’aun seperti Kepala
Negara Mesir pada Musa as. tetapi, di sini gelar tersebut
Raja karena penguasa tertinggi ketika itu bukan orang
Mesir asli. Mereka adalah Heksos yang menguasai Mesir
antara 1900 SM sampai 1522 SM atau di antara Dinasti
XIII sampai XVIII. Kata Heksos konon adalah gelar yang
diberikan kepada mereka oleh penduduk Mesir asli
sebagai penghinaan yang maknanya adalah penggembala
atau penggembala babi. Banyak sejarahwan menduga
bahwa Yusuf as. hidup pada masa Dinasti XVII atau sekitar
1720 SM. Mereka tidak menggunakan bahasa Mesir asli,
tetapi bahasa suku mereka yaitu Kaldea yang mirip dengan
bahasa Aramiya dan bahasa Arab. Daerah pemukiman
mereka berdekatan dengan pemukiman nabi-nabi
Ibarhim, Isma’il, Ishaq dan Ya’qub as. Karena itu, Heksos
dan rajanya mengenal –paling tidak sedikit – tentang
ajaran ketuhanan. Kepala Negara Mesir pada masa Nabi

• 162 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Yusuf as. itu tidak berlaku sewenang-wenang. Ini antara


lain terbukti dengan upayanya melakukan penyelidikan
atas kasus Yusuf, memberi kebebasan beragama kepada
masyarakatnya, bahkan memberi jabatan penting kepada
yang berlainan agama dengannya, bahkan mengangkat
Yusuf as. sebagai menteri al-‘Aziz, yang bertanggung jawab
tentang perbendaharaan negara dan logistik. (Shihab,
2009: 105-107)
4) Sapi dengan sebutan disebut 3 kali; 1kali pada QS.
Hud: 69 dan QS. Al-Baqarah: 92-93
Pada QS. Hud: 69 dan QS. Al-Baqarah: 92-93, kata sapi
disebut dengan sebutan untuk menunjukkan sapi
yang anak sapi,pedet, anak sapi betina, jalan cepat.
Bukan: berjalan cepat dengan menundukkan kepala,
sapi,lembu, sapi liar,banteng, sekawanan sapi, sapi jantan,
digembalakan, diternakkan, .lemah, yang kurus/ramping,
makan tidak sampai kenyang, bersabar atas penyakit
dideritanya, daging anak sapi yang dipanggang, anak sapi
(sebagai sembahan), kecintaan menyembah) anak sapi
karena kekafirannya.
Adapun relasi makna leksikon sapi ( ) dengan QS.
Hud: 69 adalah sebagai berikut: pada ayat di atas, kata
sapi disebut dengan sebutan . Kata ini berasal dari
kata yang berarti tergesa-gesa,
bersegera, cepat.lekas, mendahului, memburu-buru,
mendorong, mempercepat, menyegerakan, mengajukan
pembayarannya, memasaknya dengan tergesa-gesa,
memaknnya dengan tergesa-gesa, melahirkan anak
sebelum sempurna, menindak atas doanya dengan tidak
menunda-nuda, berdaya upaya mengerjakan dengan cepat,
memburu-buru dan memerintakan supaya bersegera,
anak sapi,pedet, anak sapi betina, segala sesuatu yang

• 163 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

disegerakan, maut.kematian, perempuan yang ditinggal


mati anaknya, lambat laun, anak sapi, jalan cepat, yang
amat mendesak, yang disegerakan, perempuan yang
melahirkan sebelum sempurna waktunya, kecepatan
panah, bertentangan dengan maju dan berjangka dalam
segala sesuatu, orang yang mempercepat-yang datang
dengan cepat, mempercepat untuk mengambil susu
sebelum pemerahan’ (Munawwir, 2002: 907) sehingga
leksikon sapi ( ) pada QS. Hud: 69 di atas menunjukkan
makna:
Ketika Allah mengutus malaikat kepada kaum Luth, mereka
bergegas berjalan dengan penampilan sebagai laki-laki
muda, kemudian mereka singgah di rumah Ibrahim dan
bertamu kepadanya, maka ketika Ibrahim melihat mereka,
dia menghormati mereka. Kemudian dia menyembelih sapi
kemudian memanggangnya dan menghidangkan kepada
kedua orang tersebut, sedangkan pada QS. Al-Baqarah:
92-93, leksikon sapi ( pada ayat di atas menunjukkan
makna: ‘bertentangan dengan’ jadi kecintaan mereka ter­
hadap menyembah berhala telah melekat pada hati mereka

d. Makna Leksikon Ular di dalam Al-Qur’an


1. Perbedaan Makna Leksikon Ular
Kata yang memiliki makna Ular di dalam Al-Qur’an terdapat
3 leksikon yaitu . Adapun komponen makna
leksikon ular adalah sebagai berikut:

• 164 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Makna ٌ َُْ ٌ ٌ َّ َ
Leksikon ‫ثعبان‬ ‫جان‬ ‫حية‬
Ular َ ً َ َ ُ ِّ َ ُ َ َ
ً ‫وح َي‬
‫ثعبا‬-‫ يثعب‬-‫ثعب‬ ‫اء‬ ‫حياة‬-‫يي‬-‫ح ِي‬
.mengalirkan -menjadi gelap-menutupi, -hidup
-aliran air dalam menyembunyikan - merasa malu
lembah - menjadi gila -jelas, terang
-ular -berdesis -dekat. mendekati
-mutiara, kerang- -berbunga tumbuh- -memberi salam (hormat)
-menyerang, tumbuhannya -berkata kepadanya: mudah-
-ular yang besar -menjadikan gila mudahan kamu diberi umur
dan panjang - membangkitkan panjang
-ular jantan amarahnya - memberi makan
-bergerak -merahasiakan -menyalakan
-bergoyang- -menyembunyikan - menghidupkan
bergoncang - tertutup -menyuburkan
-cepat - menganggapnya gila -mendapatinya subur
-bangkit -jin - berjaga. Tidak tidur pada
-gelapnya malam -membiarkan hidup
-tutup tabir - yang hidup terus/kekal abadi
-surga -dia tidak tahu mana yang haq dan
-burung layang-layang yang batil
-kebun, taman - tanah yang subur
-perisai, segala sesuatu -kehidupan
yang dapat dipakai -yang punya rasa malu,pemalu
melindungi dari ancaman - ular
senjata - ular phyton
-perkara yang samar, -ular jantan
-ruh,jiwa -kehidupan. Hidup
-janin. .-ilmu hayat
-yang tertutup, -rizki yang halal
tersembunyi dari segala -warna yang cerah
sesuatu - yang jelas
-kebodohan. kepandiran -sumber kehidupan;sumber mata
-amuk (kehilangan akal pencaharian;hayyatun di masa
yang bersifat sementara nabi musa dijadikan sumber…
-Jenis ular -rasa malu; malu merupakan
-ular bermata hitam sebagian dari iman. Ular-ular
-ular putih dari tukang sihir pada zaman
-seperti nabi Musa menjadikan keimanan
mereka tertutup

• 165 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

-ular terbesar -ular yang berkilau dan licin


-ular bisa jantan atau betina.
-ular yang ganas,hitam, berbisa,
berbahaya, menggigit
karena ular ini suka mendatangi
lubang biawak dan memakan anak
biawak
-panjang

2. Ciri Spesifik Masing-masing Leksikon


Pembeda ٌ َُْ ٌ ٌ َّ َ
‫حية جان ثعبان‬
ular √ - -
menyerang, √ - -
ular yang besar dan panjang √ - -
ular jantan √ - -
bergerak √ - -
bergoyang-bergoncang √ - -
cepat √ - -
bangkit √ - -
berwarna gelap - √ -
berdesis - √ -
dapat bangkit amarahnya - √ -
gelapnya malam - √ -
di tempat tersembunyi - √ -
mengamuk - √ -
jin - √ -
ular bermata hitam kekuning-kuningan - √ -
-ular putih - √ -
seperti - √ -
ular terbesar - √ -
jelmaan dari tongkat kemudian bergerak perlahan - √ √
berjaga/tidak tidur pada - √ -

• 166 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Pembeda ٌ َُْ ٌ ٌ َّ َ
‫حية جان ثعبان‬
pemalu - √ -
diyakini memiliki kekuatan magis - √ -
ular phyton - - √
ular jantan - - √
berwarna cerah - - √
warna yang jelas - - √
sumber kehidupan;sumber mata pencaharian; - - √
yang ganas, - - √
berbisa, - - √
berbahaya, - - √
menggigit - - √
berwarna gelap - -
suka mendatangi lubang biawak dan memakan
- - √
anak biawak
-panjang - - √
sulit untuk ditangkap - - √
berani melawan - - √
ular besar - - √

Keterangan:
- Kata bermakna: ular yang menyerang, besar dan panjang,
ular jantan, bergerak cepat, dapat bangkit (kepalanya), bukan:
ular yang berwarna gelap, berdesis, dapat bangkit amarahnya,
gelapnya malam, di tempat tersembunyi, mengamuk, jin,
ular bermata hitam kekuning-kuningan, ular putih, ular
terbesar, jelmaan dari tongkat kemudian bergerak perlahan,
berjaga/tidak tidur pada, pemalu, diyakini memiliki kekuatan
magis, ular phyton, ular jantan, berwarna cerah, warna yang
jelas, sumber kehidupan;sumber mata pencaharian, yang
ganas, berbisa, berbahaya, menggigit, berwarna gelap, suka
mendatangi lubang biawak dan memakan anak biawak,

• 167 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

panjang, sulit untuk ditangkap, berani melawan, ular besar


- Kata bermakna: ular yang berwarna gelap, berdesis, dapat
bangkit amarahnya, gelapnya malam, di tempat tersembunyi,
mengamuk, jin, ular bermata hitam kekuning-kuningan, -ular
putih, seperti , ular terbesar, jelmaan dari tongkat kemudian
bergerak perlahan, berjaga/tidak tidur, diyakini memiliki
kekuatan magis. Bukan: ular yang menyerang, ular besar dan
panjang, ular jantan, bergerak, bergoyang-bergoncang, cepat,
bangkit, ular phyton, ular jantan, berwarna cerah, warna
yang jelas, sumber kehidupan;sumber mata pencaharian,
yang ganas, berbisa, berbahaya, menggigit, berwarna gelap,
suka mendatangi lubang biawak dan memakan anak biawak,
panjang, sulit untuk ditangkap, berani melawan, ular besar
- Kata bermakna ular phyton, berwarna cerah, warna yang
jelas, sumber kehidupan;sumber mata pencaharian; yang
ganas, berbisa, berbahaya, menggigit, suka mendatangi lubang
biawak dan memakan anak biawak, panjang, sulit untuk
ditangkap, berani melawan, bukan ular yang menyerang,
ular besar dan panjang, ular jantan, bergerak, bergoyang-
bergoncang, cepat, bangkit, berwarna gelap, berdesis, dapat
bangkit amarahnya, gelapnya malam, di tempat tersembunyi,
mengamuk, jin, ular bermata hitam kekuning-kuningan, ular
putih, ular terbesar, jelmaan dari tongkat kemudian bergerak
perlahan, berjaga/tidak tidur pada, pemalu, diyakini memiliki
kekuatan magis, ular phyton, ular jantan, berwarna cerah,
warna yang jelas, sumber kehidupan;sumber mata pencaharian,
yang ganas, berbisa, berbahaya, menggigit, berwarna gelap,
suka mendatangi lubang biawak dan memakan anak biawak,
panjang, sulit untuk ditangkap, berani melawan, ular besar

• 168 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

3. Konteks makna di dalam Al-Quran


1) Ular dengan sebutan pada QS. Al-A’raf : 107
Pada QS. Al-A’raf : 107 ayat di atas, kata ular disebut dengan
sebutan Kata ini berasal dari kata
yang berarti: ‘mengalirkan, aliran air dalam lembah, ular,
menyerang, ular yang besar dan panjang, ular jantan,
bergerak-gerak dengan cepat, bangkit’ (Munawwir, 2002:
907) sehingga leksikon ular ( ) pada QS. Al-A’raf :
107) di atas menunjukkan makna: ‘ular yang mengejar,
menyerang semua tali-tali tukang sihir sehingga ular Nabi
Musa menelan ular-ular dari tukang sihir itu tanpa tersisa
sedikit pun. Berdasarkan komponen makna, ular Nabi Musa
tersebut berupa ular yang menyerang, besar dan panjang,
ular jantan, bergerak cepat, dapat bangkit (kepalanya).
2) Ular dengan sebutan pada QS. Al-Qaṣaṣ: 31 dan QS. AN-
Naml: 10
Pada QS. Al-Qaṣaṣ: 31 dan QS. AN-Naml: 10, kata ular disebut
dengan sebutan . Kata secara leksikal berarti:
‘menjadi gelap, menutupi, menyembunyikan, menjadi
gila, berdesis, membangkitkan amarahnya, merahasiakan,
menyembunyikan tertutup, gelapnya malam, perisai, segala
sesuatu yang dapat dipakai melindungi dari ancaman,
perkara yang samar, ruh, jiwa, yang tertutup, tersembunyi
dari segala sesuatu, kebodohan, kepandiran, mengamuk
(kehilangan akal yang bersifat sementara, ular bermata
hitam, ular putih, seperti ular terbesar. ’ (Munawwir,
2002: 907) sehingga leksikon ular ( ) pada Al-Qaṣaṣ:
31 di atas menunjukkan makna: ‘ular yang yang dapat
dipakai untuk melindungi (perisai) dari ancaman orang-
orang Kafir, sebagaimana Allah berfirman pada potongan
terakhir dari ayat ke-31: “Wahai Musa! Kemarilah dan
jangan takut, Sesungguhnya engkau termasuk orang yang

• 169 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

aman”. Pada ayat ke-33, nabi Musa berkata: “Ya Tuhanku,


sungguh aku telah membunuh seorang dari golongan
mereka, sehingga aku takut mereka akan membunuhku”.
Berdasarkan komponen makna, ular pada ayat ini ( )
berupa ular yang berwarna gelap, berdesis, dapat bangkit
amarahnya, mengamuk, ular bermata hitam kekuning-
kuningan, ular putih, seperti ular terbesar, jelmaan
dari tongkat kemudian bergerak perlahan, berjaga/tidak
tidur, diyakini memiliki kekuatan magis.
Pada QS. AN-Naml: 10, kata ular disebut dengan sebutan
. untuk menunjukkan makna: ‘ular yang yang dapat
dipakai untuk melindungi (perisai) dari ancaman orang-
orang Kafir, sebagaimana Allah berfirman pada potongan
terakhir dari ayat ke-10: “Wahai Musa!jangan takut!
Sesungguhnya dihadapanKu adalah orang yang termasuk
para rasul jadi tidak perlu takut”. Pada ayat ke-12, Allah
juga berfirman yang menunjukkan mukjizat berikutnya
selain ular yang disebutkan tadi yaitu: apabila Musa
a.s. memasukkan tangannya ke ketiak bajunya, maka
tangannya tampil putih seperti potongan bulan. Tangan ini
bercahaya dan berkilauan seperti kilat yang menyambar.
Kedua mukjizat ini termasuk sembilan macam mukjizat
yang dikemukakan kepada Fir’aun dan kaumnya.
3) Ular dengan sebutan pada Q.S Ṭaha: 19-20
Pada Q.S Ṭaha: 19-20, kata ular disebut dengan sebutan
. Kata berasal dari kata . Secara
leksikal berarti ‘hidup, merasa malu, jelas,terang, tidak
tahu mana yang haq dan yang batil, tanah yang subur,
kehidupan, yang punya rasa malu,pemalu, ular, ular
phyton, ular jantan, sumber kehidupan;sumber mata
pencaharian; rasa malu;. Ular-ular dari tukang sihir
pada zaman nabi Musa menjadikan keimanan mereka

• 170 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

tertutup, ular yang berkilau dan licin, ular berbisa jantan


atau betina., ular yang ganas, hitam, berbisa, berbahaya,
menggigit, karena ular ini suka mendatangi lubang biawak
dan memakan anak biawak, panjang’ (Munawwir, 2002:
907) sehingga leksikon ular ( ) pada Q.S Ṭaha: 19-20 di
atas menunjukkan makna:‘ular yang dari sisi ukurannya
lebih besar dan lebih ganas dari ular sebelumnya’. Zaman
sekarang ular besar dapat digambarkan ular phyton,
ular jantan. Karena dalam konteks ayat ini kemukjizatan
berupa tongkat menjadi ular ( ) digunakan oleh nabi
Musa untuk mengerjakan perkara yang besar dan seruan
yang sulit.nabi musa diutus kepada raja yang paling besar
di muka bumi pada saat itu, paling lalim, paling kafir, yang
tidak memiliki rasa malu ( ), paling banyak tentaranya,
menganggap dirinya adalah Tuhan, yaitu Raja Fir’aun.
Perbedaan macam-macam penyebutan ular ini Tongkat
Nabi Musa as yang berubah menjadi ular, dalam QS. Al-
A’raf : 107, ular tersebut dilukiskan dengan kata
(tsu’baan), sedang pada ayat di atas dilukiskan dengan
kata (hayyah) dan dalam al-Qashahsash [28]:31 ular
itu dilukiskan dengan bagaikan ( jaan) yang maknanya
sama dengan hayyah yaitu ular kecil-kecil. Perbedaan itu
disebabkan karena perbedaan tempat terjadinya mukjizat
tersebut.

e. Makna Leksikon Unta di dalam Al-Qur’an


1. Perbedaan Makna Leksikon Unta
Kata yang memiliki makna Unta di dalam Al-Qur’an terdapat
7 variasi leksikon yaitu:
. Adapun komponen makna leksikon unta adalah sebagai
berikut:

• 171 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

leksikon ٌْ ٌََ ٌ ْ ‫بَ ِع‬ ٌ ‫ه‬


hewan ‫إِبل‬ ‫جل‬ ‫ي‬ ‫ِيم‬
َّ َّ َ
-‫تبعر‬-‫ أبعر‬-‫بع َر‬
asal kata
‫أبالة‬-‫يأبل‬-‫أبل‬
unsur -baik dalam -unta jantan -unta remaja -seperti gila
makna mengurus, - berjalan dengan -kemiskinan -penyakit
memelihara unta, langkah pendek - unta yang telah terdapat di
-menjadi liar, -bergoyang-goyang tumbuh gigi kepala unta.
-enggan menggauli, jalannya taringnya -laki-laki yang
mengumpuli. - al-jamal merupakan - tempat sangat disukai
-unta pasangan dari an- keluarnya kotoran -unta yang pergi
-awan yang naqah - unta yang tak tentu arah
mengandung air -orang yang di mlm dijadikan - penyakit yang
hujan hari melaksanakan kendaraan juga diambil dr kepala
-rahib, kepala biara shalat digunakan untuk unta
-hal baiknya - memisahkan dari mengakut barang -unta yang
pengurursan harta jalan setelah berumur 4 kehausan
-siasat. -kelompok, -Wanita yang tahun - unta yang
kumpulan melelehkan atau ditimpa
- seikat rumput mencairkan lemak/ penyakit seperti
-permusuhan anggur demam, yang
- beban -mengumpulkan. tidak kenyang-
-dosa dan menjumlahkan kenyang minum/
kesalahan -menyebutkan penyakit yang
- penyakit secara umum menyebabkan
- hajat kebutuhan -bagus, elok dan unta kehausan
- kabilah, suku cantik terus.tidak
bangsa -sabar, tahan berhenti minum
-betis, kaki(di uji, tidak - haami: unta
bawah lutut dari memperlihatkan yang telah lama
kuda, keledai, bagal kerendahan hati menemani
-unta betina -bersikap baik dan tuannya sampai
-mengalahkan, ramah terhadapnya beranak sehingga
mengatasi, -kelompok orang unta ini sangat
menguasai dan -tali besar terdiri dilindungi oleh
menghalangi dari beberapa utas tuannya dan
- segerombolan -ber undak tidak boleh
unta - unta yang berpunuk ditunggangi
satu
-berjalan semalam
suntuk
- wanita yang gemuk
-kebjikan, anugrah,
karunia,
-yang tak tahu terima
kasih
-unta jantan

• 172 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

َ ُْ ٌ ‫ع َِش‬ ٌ َ ٌَ َ
‫بدن‬ ‫ار‬ ‫ِركب‬ ‫ناقة‬
ًَ ََ ُ َُْ َ َُ ُ ُ ‫ي ْع‬-
َ َ َ َ َ ‫ك َِب‬ ً
‫بدانة‬-‫يبدن‬-‫بدن‬ -‫عرشا‬-‫ش‬ ‫ركوبا عش‬-‫يركب‬- ‫نوقا‬-‫ينوق‬-‫ناق‬
ُ ُ
‫وعش ْو ًرا‬
-anggota -mengambil satu dari -naik (kuda) -membersihkan
-yang gemuk sepuluh menaiki lemak dari
badannya - menambah satu -berjalan daging
-lamban, pelan, atas sembilan melewatinya -menundukkan/
-lemah -menjadi yang -menurutkan melatih dg baik
-besar dan gempal kesepuluh hawa nafsu -menyerbukkan/
badannya - bergaul. berteman -mempertaruhkan mengawinkan
- telah lanjut usia dengan dirinya -menyenangkan/
- yang telah lanjut -persahabatan. -menempuh mengagumkan
usia pergaulan bahaya -kepandaian/
-baju pr.tanpa - -yang pandai -merasa sakit kecerdikan
lengan membawa diri lututnya -unta betina
- unta yang -yang bunting - menyusun -tempat yang
digemukkan -kabilah.suku memasang, tinggi di bukit
-unta yang akan sahabat, teman menaruh -yang terlampau
disembelih - kabilah suku -kendaraan, memilih yang
perkumpulan, tunggangan bagus mengenai
kelompok -menjadi pakaian dsbnya
-unta yang banyak kendaraan, berjalan dengan
air susu nya tunggangan langkah pendek
-unta yang telah - tiba saatnya bisa -yang
berumur 10 bulan. dinaikki ditundukkan
dan sudah dapat -bertumpuk- - putih di
menghasilkan tumpuk dalamnya
- kafilah terdapat merah
-unta tipis
-orang yang
berkuda -unta yang air
-orang yang susunya tidak
berkendaraan habis-habis
-unta yang -unta betina
ditunggamgi remaja yang-unta
-unta yang kuat yang berpunuk
berjalan tinggi
-unta yang layak -unta betina
dinaiki
-yang kuat
dimuati dan
bepergian
-unta yang mem­
ba­wa barang daga­
ngan, makanan

• 173 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

2. Ciri Spesifik Masing-masing Leksikon


Pembeda ٌْ ٌََ ٌْ َ ٌ َ َ
ٌ ‫اق ٌة ر َك ٌب بُ ْد َن ع َِش‬
‫ي جل إِبل‬ ‫ار هِيم ب ِع‬ ِ ‫ن‬
liar √ - - - - - - -
beban √ - - - - - - -
hajat kebutuhan √ - - - - - - -
unta betina √ - - - - - - √
segerombolan unta √ - - - - - - -
sembuh dari penyakit √ - - - - - - -
unta jantan - √ - - - - - -
berjalan dengan langkah
- √ - - - - - -
pendek
bergoyang-goyang jalannya - √ - - - - - -
al-jamal merupakan
- √ - - - - - -
pasangan dari an-naqah
ber undak - √ - - - - - -
unta yang berpunuk satu - √ - - - - - -
berjalan semalam suntuk - √ - - - - - -
yang gemuk - √ - - - - - -
unta remaja - - √ - - - - -
- unta yang telah tumbuh
- - √ - - - - -
gigi taringnya
- unta yang dijadikan
kendaraan juga digunakan
- - √ - - - - -
untuk mengakut barang
setelah berumur 4 tahun
satu atau dua gundukan di
- - √ - - - - -
punggungnya,
terdapat -penyakit di
- - - √ - - - -
kepalanya.
unta yang pergi tak tentu
- - - √ - - - -
arah
unta yang kehausan - - - √ - - - -

• 174 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Pembeda ٌْ ٌََ ٌْ َ ٌ َ َ
ٌ ‫اق ٌة ر َك ٌب بُ ْد َن ع َِش‬
‫ي جل إِبل‬ ‫ار هِيم ب ِع‬ ِ ‫ن‬
unta yang ditimpa penyakit
seperti demam, yang
tidak kenyang-kenyang
minum/penyakit yang - - - √ - - - -
menyebabkan unta
kehausan terus.tidak
berhenti minum
unta yang telah lama
menemani tuannya sampai
beranak sehingga unta
- - - √ - - - -
ini sangat dilindungi oleh
tuannya dan tidak boleh
ditunggangi
mengambil satu dari
sepuluh - - - - √ - - -
menjadi yang kesepuluh
yang pandai membawa diri - - - - √ - - -
yang bunting - - - - √ - - -
unta yang banyak air susu
- - - - √ - - -
nya
unta yang telah berumur
10 bulan.
- - - - √ - - -
dan sudah dapat
menghasilkan
jinak/intim dengan
- - - - √ - - -
tuannya
yang gemuk badannya - - - - - √ - -
lamban,pelan jalannya - - - - - √ - -
lemah - - - - - √ - -
besar dan gempal
- - - - - √ - -
badannya
telah lanjut usia - - - - - √ - -
unta yang digemukkan - - - - - √ - -
unta yang akan disembelih - - - - - √ - -

• 175 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Pembeda ٌْ ٌََ ٌْ َ ٌ َ َ
ٌ ‫اق ٌة ر َك ٌب بُ ْد َن ع َِش‬
‫ي جل إِبل‬ ‫ار هِيم ب ِع‬ ِ ‫ن‬
berjalan melewatinya - - - - - - √ -
merasa sakit lututnya - - - - - - √ -
bisa dinaikki - - - - - - √ -
bertumpuk-tumpuk - - - - - - √ -
kafilah - - - - - - √ -
unta yang ditunggamgi - - - - - - √ -
unta yang kuat berjalan - - - - - - √ -
unta yang layak dinaik - - - - - - √ -
yang kuat dimuati dan
- - - - - - √ -
bepergian
unta yang membawa
- - - - - - √ -
barang dagangan, makanan
dilatih dg baik - - - - - - - √
pandai/cerdik - - - - - - - √
tempat yang tinggi di bukit - - - - - - - √
yang ditundukkan - - - - - - - √
unta putih - - - - - - - √
unta yang air susunya tidak
- - - - - - - √
habis-habis
unta betina remaja yang-
- - - - - - - √
unta yang berpunuk tinggi

Keterangan:
- Kata bermakna: liar, dapat membawa beban, termasuk
hajat kebutuhan, unta betina, segerombolan unta, sembuh
dari penyakit
- Kata bermakna: unta jantan, berjalan dengan langkah
pendek, bergoyang-goyang jalannya, al-jamal merupakan
pasangan dari an-naqah, ber undak, unta yang berpunuk
satu, dapat berjalan semalam suntuk, yang gemuk

• 176 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

- Kata bermakna unta remaja, unta yang telah tumbuh


gigi taringnya, unta yang dijadikan kendaraan juga
digunakan untuk mengakut barang setelah berumur 4
tahun, satu atau dua gundukan di punggungnya
- Kata bermakna terdapat -penyakit di kepalanya,
unta yang pergi tak tentu arah, -unta yang kehausan, -
unta yang ditimpa penyakit seperti demam, yang tidak
kenyang-kenyang minum/penyakit yang menyebabkan
unta kehausan terus.tidak berhenti minum, unta yang
telah lama menemani tuannya sampai beranak sehingga
unta ini sangat dilindungi oleh tuannya dan tidak boleh
ditunggangi.
- Kata bermakna mengambil satu dari sepuluh, menjadi
yang kesepuluh, yang pandai membawa diri, yang bunting,
unta yang banyak air susu nya, unta yang telah berumur 10
bulan dan sudah dapat menghasilkan, jinak/intim dengan
tuannya
- Kata bermakna yang gemuk badannya, lamban,pelan
jalannya, lemah, besar dan gempal badannya, telah lanjut
usia, unta yang digemukkan, unta yang akan disembelih
- Kata bermakna berjalan melewatinya, merasa sakit
lututnya, - bisa dinaikki, bertumpuk-tumpuk, kafilah,
unta yang ditunggangi, unta yang kuat berjalan, unta yang
layak dinaik, yang kuat dimuati dan bepergian, unta yang
membawa barang dagangan, makanan
- Kata bermakna dilatih dg baik, pandai/cerdik, tempat
yang tinggi di bukit, yang ditundukkan, - unta putih, unta
yang air susunya tidak habis-habis, unta betina remaja
yang-unta yang berpunuk tinggi

• 177 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

3. Konteks makna di dalam Al-Quran


1) Unta dengan sebutan pada QS. Al-An’am: 144
Kata berasal dari kata . Secara leksikal
berarti: ‘baik dalam mengurus, memelihara unta, hal
baiknya pengurusan harta’, (Munawwir, 2002: 907)
sehingga leksikon unta ( pada QS. Al-An’am: 144: 10
menunjukkan makna: harta berupa hewan ternak yang
sebenarnya dapat memberikan manfaat atau kebaikan
bagi manusia bukanlah termasuk hewan yang diharamkan
sebagimana anggapan orang-orang musyrik. Ayat ini
mengandung pengertian kecaman yang ditujukan kepada
orang-orang musyrik yang mengada-ada dalam hal peng­
haraman dan penghalaln hewan-hewan ternak. Jadi
kedustaan mereka terhadap Allah yaitu dengan meng­
haramkan apa yang Allah halalkan baginya. Karena peng­
hara­man terhadap hewan bagi mereka berdasarkan
perndapat mereka yang rusak.
2) Unta dengan sebutan pada QS. Al-A’raf : 40
Adapun relasi makna leksikon unta ( ) dengan QS. Al-
A’raf : 40 adalah sebagai berikut: secara leksikal berarti:
unta jantan, berjalan dengan langkah pendek, bergoyang-
goyang jalannya, al-jamal merupakan pasangan dari an-
naqah, orang yang di malam hari melaksanakan shalat,
memisahkan dari jalan, Wanita yang melelehkan atau
mencairkan lemak/anggur, mengumpulkan, menjum­lah­
kan, menyebutkan secara umum, bagus,elok dan cantik,
sabar, tahan uji, tidak memperlihatkan kerendahan hati,
bersikap baik dan ramah terhadapnya, kelompok orang,
tali besar terdiri dari beberapa utas, ber undak, unta yang
berpunuk satu, berjalan semalam suntuk, wanita yang
gemuk, kebjikan,anugrah,karunia, yang tak tahu terima
kasih, unta jantan (Munawwir, 2002: 907). Pada QS. Al-

• 178 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

An’am: 144, kata untuk permisalan bagi orang-orang


yang mendustakan ayat-ayat Allah dan menyobongkan
diri terhadapnya, ‘yang tidak memperlihatkan kerendahan
hati, yang enggan bersyukur’ sehingga tidak masuk surga
ibarat unta ( ) masuk kedalam lubang jarum
Kata (al-jamal) dalam ayat ini, dipahami oleh banyak
ulama dalam arti unta, bahwa kata ini yang dipilih, karena
binatang itu yang sangat dekat dikenal oleh masyarakat
Arab sekaligus karena karena kata tersebut merupakan
istilah untuk sesuatu yang amat besar, sama halnya dengan
kata saamil-khiyath/lubang jarum yang merupakan istilah
untuk lubang yang terkecil. Ada juga yang memahami kata
al-jamal dalam arti tali tambang yang kukuh lagi tebal.
Kata (yalija) berarti masuk dengan sulit ke satu lubang
yang sempit, bukan sekedar masuk. Ini berarti walaupun
dipaksakan sedemikian rupa tetap saja tali tambang dan
kasar itu, apalagi unta betina-tidak mungkin akan dapat
masuk (Shihab, 2009: 98).
Kata (al-jamal) di dalam al-Qur’an disebutkan pula
dalam bentuk jamak menjadi yaitu yang disebutkan
pada QS. Al-Mursalat: 33
Kata jimālah adalah bentuk jamak kata jimāl,
dan yang terakhir ini adalah bentuk jamak dari kata
jamal yakni unta. Dengan demikian kata yang digunakan
ini adalah jamak dari jamak yang berarti luas dan banyak.
Kata shufur adalah bentuk jamak dari kata
ashfar yang terambil dari kata shufrah yakni kuning.
Pengguna bahasa Arab seringkali menyifati unta hitam
yang kekuning-kuningan dengan kata shufr. Atas dasar itu
sementara ulama memahami kata di atas dalam arti hitam.
Yang dimaksud dengan memperumpamakan bunga api itu
bagaikan iringan unta yang kuning, adalah dalam banyak

• 179 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

dan silih bergantinya, ketercampurannya satu dengan yang


lain, serta gerakannya tyang cepat (Shihab, M.Q., 2012).
3) Unta dengan sebutan disebutkan 2 kali; pada QS. Yusuf
: 65 dan 72
Pada QS. Yusuf : 65 dan 72, kata unta disebut dengan sebutan
. Kata berasal dari kata . Secara leksikal
berarti berarti: ‘unta remaja, kemiskinan, unta yang telah
tumbuh gigi taringnya, tempat keluarnya kotoran, unta
yang dijadikan kendaraan juga digunakan untuk mengakut
barang setelah berumur 4 tahun’ (Munawwir, 2002: 907)
sehingga leksikon unta ( ) pada QS. Yusuf : 65 dan 72 di
atas menunjukkan makna: unta yang dijadikan kendaraan
juga digunakan untuk mengakut barang setelah berumur
4 tahun’. Bermakna demikian karena untuk menyesuaikan
dengan konteks kalimat yang berkaitan dengan barang-
barang bawaan dari saudara-saudara Nabi Yusuf yang
ingin berkunjung lagi ke Mesir bersama saudara tiri
mereka, Benyamin. Unta dalam ayat ini disebut dengan
juga berarti ‘kemiskinan’. Hal ini untuk menunjukkan
kemiskinan dari keluarga Yusuf as. Dalam konteks ayat
ini Nabi Ya’kub terpaksa mengirim anak-anaknya untuk
mendapat makanan yang sangat mereka butuhkan dan
terpaksa melepas kepergian Bunyamin bersama mereka.
4) Unta dengan sebutan pada QS. Al-Waqi’ah : 55
Secara leksikal, leksikon unta ( ) berarti ‘unta yang pergi
tak tentu arah, penyakit yang diambil dari kepala unta,
unta yang kehausan, unta yang ditimpa penyakit seperti
demam, yang tidak kenyang-kenyang minum/penyakit
yang menyebabkan unta kehausan terus, tidak berhenti
minum,’ (Munawwir, 2002: 907) sehingga leksikon unta
( ) pada QS. Al-An’am: 144: 10 di atas menunjukkan
makna: ‘unta yang pergi tak tentu arah dan unta yang

• 180 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

ditimpa penyakit selalu kehausan. Pada ayat di atas, unta


disebut dengan sebutan untuk mengibaratkan orang-
orang yang sesat dari ajaran agama dan mendustakannya
seolah-olah bagaikan (al-hiim).
Kata (al-hīm) adalah unta yang menderita penyakit
huyam , yakni perasaan sangat haus, sehingga walau
terus –menerus minum, tidak merasa puas. Kata itu juga
diartikan dengan pasir, karena pasir selalu menyerap air
dengan mudah betatapun banyaknya. Apapun makna kata
al-hīm, yang jelas ayat ini menggambarkan golongan kiri itu
dalam keadaan sangat lapar sehingga terpaksa memakan
yang buruk sekalipun dan merasa sangat kehausan
sehingga terpaksa minum sangat banyak air mendidih
namun tidak pernah merasa puas (Shihab, M.Q., 2012).
5) Unta dengan sebutan pada QS. Al-Hajj : 36
Pada QS. Al-Hajj : 36 di atas, kata unta disebut dengan
sebutan . Kata berasal dari kata
. Secara leksikal kata berarti: anggota, yang gemuk
badannya, lamban, pelan, lemah, besar dan gempal
badannya, telah lanjut usia, unta yang digemukkan, unta
yang akan disembelih’ (Munawwir, 2002: 907) sehingga
leksikon unta ( ) pada QS. Al-An’am: 144: 10 di atas
menunjukkan makna: unta yang akan disembelih’, untuk
menyesuaikan dengan konteks ayat ini yang berkaitan
dengan penyembelihan binatang sebagai kurban guna
mendekatkan diri kepada Allah swt. kini secara khusus
disebut salah satu jenis binatang kurban yaitu unta, karena
binatang inilah yang terbesar di antara binatang-binatang
dikurbankan.
Kata al-budna adalah bentuk jamak dari kata
badanah. Kata ini ada yang memahaminya terbatas pada
makna unta. Pendapat ini antara lain dianut oleh Imam

• 181 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Syafi’i. Ada juga yang memahaminya mencakup juga sapi,


atas dasar binatang ini juga berbadan besar. Ini adalah
pendapat Imam Malik. Bahwa Allah menjadikan unta atau
sapi sebagai sya’a’ir yakni tanda-tanda dalam konteks
ibadah haji, karena Allah mensyariatkan penyembelihan
binatang itu, dalam pelaksanaan ibadah haji atau lebaran
haji. (Shihab, 2009: 58-59).
6) Unta dengan sebutan pada QS. Al-Hasyr: 6
Pada Al-Hasyr: 6, kata unta disebut dengan sebutan .
Kata berasal dari kata . Secara leksikal
berarti: mempertaruhkan dirinya, menempuh bahaya,
kendaraan, tunggangan, unta yang ditunggamgi, unta yang
kuat berjalan, unta yang layak dinaiki, yang kuat dimuati
dan bepergian, unta yang membawa barang dagangan/
makanan’ (Munawwir, 2002: 907) sehingga leksikon ular (
) pada QS. Al-Hasyr: 6 menunjukkan makna: ‘unta yang
yang didapat tanpa mempertaruhkan dirinya, menempuh
bahaya’ dan dapat pula dimaknai dengan unta yang
membawa barang dagangan/ makanan’. Dalam konteks
ayat tentang harta rampasan fai (harta rampasan yang
diperoleh tanpa terjadinya peperangan)naka pembagian
harta tersebut berlainan dengan pembagian ganimah,
Pada ayat ini di dahului dengan kalimat negasi yaitu:
sehingga kata unta ) dimaknai unta
yang yang didapat tanpa mempertaruhkan dirinya,
menempuh bahaya’karena unta tersebut bagian dari fai.
Dan ) dimaknai pula dengan ‘unta yang membawa
barang dagangan/makanan’ karena menyesuaikan dengan
kata sebelumnya yaitu yang berarti ‘kuda yang
digunakan untuk mengangkut barang’. Meskipun Dalam
istilah hukum Islam, fai’adalah apa yang diperoleh kaum
muslimin dari musuhnya, baik melalui peperang maupun

• 182 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

tanpa perang. Namun berdasarkan komponen makna ini


dapat menegaskan bahwa fai’khusus untuk harta benda
musuh yang diperoleh tanpa peperangan.
7) Unta dengan sebutan disebutkan 6 kali; pada QS. Al-
A’raf : 77 , QS. Hud: 64, QS. Al-Isra: 59, QS. Asy-Syuara: 155
Pada QS. Al-A’raf : 1477 dan QS. Al-Qamar: 27-29, kata
unta disebut dengan sebutan . Kata berasal dari kata
. Secara leksikal berarti : ‘menundukkan, unta
betina, berjalan dengan langkah pendek, yang ditundukkan,
unta yang air susunya tidak habis-habis, unta betina
remaja yang-unta yang berpunuk tinggi, (Munawwir, 2002:
907) sehingga leksikon ular ( ) pada QS. Al-A’raf : 77 di
atas menunjukkan makna: ‘unta betina yang digunakan
sebagai bukti nyata (mukjizat) kenabian Nabi Saleh.a.s.
untuk menundukkan kaum Tsamud dan mengajak mereka
kepada kebenaran’. Namun mendustai larangan nabi Saleh
a.s sehingga Allah menjatuhkan hukuman kepada mereka
dengan cara dihancur leburkan oleh guntur, tanpa bekas.
Seolah-olah mereka tidak pernah ada.
Kata secara leksikal juga berarti : ‘menyenangkan/
mengagumkan karena unta ini hanya hamil 10 bulan dan
air susunya tak henti-henti , tempat yang tinggi di bukit:
karena kejadiannya di gunung’. Kata menunjukkan
makna unta yang menyenangkan karena Allah menciptakan
seekor unta betina yang berbulu lebat dan hamil sepuluh
bulan kemudian melahirkan. Kemudian turunan dari kata
ini menjadi yang berarti: ‘tempat
yang tinggi di bukit’.
Adapun relasi makna dengan ayat-ayat di atas yaitu karena
kehadiran unta Allah sebagai mukjizat yang berkaitan
dengan keahlian kaum Tsamud dalam memahat gunung,
karena bukti kenabian yang berupa mukjizat selalu

• 183 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

dikaitkan dengan sesuatu yang dianngap oleh kaum yang


ditantang sebagai bidang keahliannya. Sebagaimana
masyarakat Nabi Musa as merasa diri mereka ahli dalam
bidang sihir, yakni mengelabui mata sehingga terlihat
sesuatu berubah dari satu keadaan ke keadaan yang lain,
karena itu mukjizat beliau adalah merubah tongkatnya
menjadi ular sbebenarnya. Masyarakat Arab memiliki
keahlian dalam bidang sastra, maka Al-Qur’an yang
merupakan mukjizat nabi Muhammad saw mencapai
puncak dalam bidang tersebut sekaligus ditantangkan
kepada siapa pun yang meragukannya (Shihab, M.Q., 2012).
Kata naaqatallah/unta Allah memberi isyarat
bahwa unta tersebut berbeda dengan unta-unta yang
lain. Ia adalah unta khusus yang diciptakan Allah swt.
serta mempunyai fungsi khusus pula. Itu antara lain yang
dikesankan oleh penamaannya dengan unta Allah. Banyak
riwayat tentang unta yang menjadi bukti kenabian dan
kerasulan Saleh as., antara lain bahwa kaum Nabi Saleh a.s.
menantang beliau mendatangkan bukti berupa unta dari
satu batu karang. Apa yang mereka tuntut dipenuhi Allah
dengan menciptakan seekor unta betina yang berbulu lebat
dan hamil sepuluh bulan kemudian melahirkan (Shihab,
M.Q., 2012).
8) Unta dengan sebutan pada QS. At-Takwir: 4
Pada QS. At-Takwir: 4, kata unta disebut dengan sebutan
. Kata berasal dari kata
. Secara leksikal berarti –berkumpul di padang ma’syar
, yang bunting, unta yang banyak air susu nya, unta yang
telah berumur 10 bulan dan sudah dapat menghasilkan’
(Munawwir,di 2002: 932) sehingga leksikon unta (
) pada QS. At-Takwir: 4 menunjukkan makna:
unta betina yang bunting’. Kemudian turunan dari kata
ini menjadi yang berarti

• 184 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

: ‘perkumpulan’. Adapun relasi makna dengan QS. At-


Takwir: 4 yaitu karena permulaan suarat ini berisi tentang
hari kiamat dan memberi gambaran yang jelas tentang
kejadiannya. Dalam konteks hari kiamat, padang ma’sar (
) merupakan tempat berkumpulnya manusia pada
hari kiamat.
Pada surat ini, salah satu gambaran hari kiamat yaitu
di mana pada masa itu unta-unta yang bunting akan
ditinggalkan (sudah tidak diperdulikan lagi). Unta bunting (
) merupakan unta yang kehamilannya telah mencapai
sepuluh bulan sampai saat ia melahirkan yakni dua belas
bulan. Unta tersebut dijadikan ibarat pada hari kiamat
karena unta ini merupakan salah satu harta kekayaan
yang sangat bernilai bagi masyarakat Arab Jahiliah. Ini
adalah perumpamaan tentang diabaikannya segala sesuat
yang selama ini dinilai mahal dan indah, karena masing-
masing telah sibuk dengan urusan yang berkaitan dengan
keselamtannya sendiri. Bisa juga –tulis Ibnu ‘Asyur- kata
al-‘isyar berarti awan yang mengandung butir-butir air. Ia
dipersamakan dengan unta yang hamil itu. Pengabainnya
berarti terhalanginya air ynag dikandung awan itu tercurah
dari langit, atau awan yang mengandung butir-butir tidak
dapat berkumpul sehingga hujan tidak turun dan terjadilah
masa kering yang berkepanjangan. Ini juga merupakan
salah satu tanda Kiamat (Shihab, M.Q., 2012).

7. Kesimpulan
Disimpulkan bahwa terdapat beberapa leksikon hewan di
dalam Al-Qur’an yang memiliki komponen makna yang terdiri
dari kata benda, kata sifat dan kata kerja, dan ada pula beberapa
leksikon hewan yang tidak diturunkan dari kata kerja seperti:
, dan

• 185 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Setelah dianalisis, hampir semua leksikon hewan memiliki


makna yang tersirat di balik yang tersurat di dalam Al-Qur’an.
Komponen makna baik berupa benda, kata sifat dan kata kerja dari
leksikon-leksikon hewan tersebut memiliki relasi makna dengan
konteks ayat di dalam Al-Qur’an yang berupa kisah, budaya,
hikmah, perumpamaan dari apa yang disampaikan di dalam Al-
Qur’an. Untuk leksikon kambing, disebutkan di dalam Al-Qur’an
dengan sebutan untuk menunjukkan makna kecaman keras;
dengan sebutan untuk menunjukkan makna jarahan atau
pengharaman; dengan sebutan untuk menunjukkan makna
hal yang baik; dengan sebutan untuk menunjukkan makna
‘yang lemah’. Leksikon kuda disebut dengan sebutan untuk
menunjukkan makna harapan yang baik, tipu daya; dengan sebutan
untuk menunjukkan makna yang terbaik/bagus tapi dapat
melalaikan; dengan sebutan untuk menunjukkan makna
agresi/menyerang atau menumpas ketidakadilan. Untuk leksikon
sapi disebut dengan sebutan untuk menunjukkan makna
fitnah/menghilangkan rasa penghormatan; dengan sebutan
untuk menunjukkan makna ketergesa-gesaan dan hal yang
bertentangan; dengan sebutan untuk menunjukkan makna
ketidaksuburan. Untuk leksikon ular, disebut dengan sebutan
untuk menunjukkan makna sebagai serangan; disebut dengan
sebutan untuk menunjukkan makna sebagai perisai ; dengan
sebutan untuk menunjukkan makna sedang menghadapi
perkara yang besar. Untuk leksikon unta, disebut dengan sebutan
untuk menunjukkan makna harta kekayaan berupa hewan
ternak yang baik; dengan sebutan untuk perumpamaan orang-
orang yang menyombongkan diri; dengan sebutan untuk
menunjukkan makna kemiskinan; dengan sebutan untuk
perumpamaan orang-orang yang tersesat; dengan sebutan
untuk menunjukkan makna unta yang disembelih untuk hewan
kurban; dengan sebutan untuk menunjukkan makna unta
yang dijadikan perumpamaan hari kiamat; dengan sebutan

• 186 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

untuk menunjukkan maknaunta yang digunakan untuk membawa


barang dagangan dan didapat tanpa berperang; dengan sebutan
untuk menunjukkan maknaunta khusus yang digunakan
sebagai bukti nyata atau mukjizat kenabian.

D. Kajian Semantik: “Makna Jilbab dalam Surat Al-Ahzab


Ayat 59 (Analisis Semantik Perspektif Toshihiko
Izutsu)”

Latar Belakang
Memasuki era Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0) yang ditandai
dengan lahirnya disruptif teknologi telah mendorong setiap
kalangan untuk meningkatkan pemberdayaan dalam segala aspek
berbasis teknologi. Demikian juga dalam bidang sosio-humaniora
terkhusus pengkajian bahasa memiliki peluang sekaligus
tantangan untuk mampu bersaing dalam world competitiveness
yang kompleks (Wurianto, 2018). Dari 7000 bahasa yang ada
di dunia, bahasa Arab merupakan salah satu bahasa nasional
di 22 Negara Timur Tengah serta menjadi bahasa resmi dalam
forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (Ridlo, 2015). Pada saat ini
pangkajian bahasa Arab telah meluas dan meliputi berbagai aspek.
Perkembangan signifikan pengkajian bahasa Arab tidak
hanya dalam aspek agama dan peribatan semata, lebih dari itu
perkembangan bahasa Arab telah merambah pada bidang sains
maupun teknologi. Hal ini berawal ketika adanya kerja sama
antara dunia Barat dengan negara Timur Tengah yang ditandai
oleh ekspedisi Napoleon pada tahun 1798 ke Mesir. Peristiwa
tersebut menjadi cikal bakal lahirnya Egyptology yang menjadi
titik tolak perkembangan bahasa Arab dan telah berasimilasi
dengan ilmu pengetahuan dari Barat(Astari dkk., 2019).
Tidak hanya mengalami perkembangan dalam sains
maupun teknologi, di era globalisasi kajian bahasa Arab telah

• 187 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

berkontribusi sebagai problem solver atas permasalahan


kontemporer. Sebagaimana peran media Al Jazeera dalam meliput
peristiwa teraktual dalam pergolakan Arab Spring di Tunisia
pada tahun 2010-2011. Hal tersebut telah menginspirasi dan
menggerakkan masyarakat Tunisia melalui berita-berita yang
disiarkannya sehingga mampu mempengaruhi masyarakat untuk
melakukan revolusi. Peranan Al-Jazeera lainnya yakni sukses
menghasilkan diseminasi berita (kesadaran tindak inovasi).
Faktor diseminasi berita yang diciptakan Al- Jazeera telah mampu
melahirkan peristiwa Arab Spring di Tunisa. Sampai berhasil
menumbangkan pemerintahan Ben Ali yang telah berkuasa
selama 23 tahun. (Sakila, 2012.)
Selain hal di atas pengkajian bahasa Arab dalam semantik
juga mengalami progress yang signifikan. Melalui kepekaan
terhadap fenomena dalam masyarakat, pengkajian semantik telah
melahirkan sebuah penelitian tekait peristiwa 2016 silam tentang
penodaan surat Al Māidah ayat 51 oleh Basuki Tjahja Purnama
yang menimbulkan pro kontra di tengah-tengah masyarakat,
dengan keluwesannya semantik bahasa Arab telah mampu
menjawab persoalan tersebut sehingga muncullah berbagai
penelitian ilmiah yang mengkaji makna kata auliyā’ dalam surat
al Māidah ayat 51.
Pengkajian semantik dalam bahasa Arab tidak berhenti
sampai di sana, hingga hari ini dapat dijumpai berbagai penelitian
ilmiah terkhusus dalam bidang semantik yang telah berguna bagi
masyarakat. Hal ini tentu tak dapat dipandang sebelah mata,
kemampuan bahasa Arab sebagai solusi atas permasalahan terkini
layak untuk dikembangkan lebih mendalam dan menjangkau
berbagai aspek yang lebih kompleks dalam kehidupan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pew Research
Center bahwa Indonesia merupakan negeri dengan jumlah
muslim terbesar di dunia dengan 205 juta populasi atau sekitar

• 188 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

88% dari total penduduk Indonesia serta menjadi rumah bagi


13% muslim di dunia. Tentu hal tersebut memiliki pengaruh yang
cukup signifikan dalam corak bermasyarakat, misal kekhasan
dalam ibadah, pakaian, makanan, aturan dalam muamalah dsb.
Berdasarkan statistik pertumbuhan penduduk yang dirilis
oleh Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional dan United Nations Population Fund menyatakan bahwa
pada tahun 2018 jumlah penduduk Indonesia mencapai 265 juta
jiwa dan 131,88 juta di antaranya adalah perempuan.
Maka mengacu pada penelitian diatas tentang posisi
strategis Indonesia sebagai negeri muslim terbesar sekaligus
perbandingan jumlah penduduk wanita yang sangat berlimpah
maka tak heran apabila ghirah keislaman telah melekat kuat
dalam budaya masyarakat. Misal dalam hal berpakaian, tidak
seperti pada umumnya pakaian yang dimaknai hanya sebagai
penutup tubuh, maka bagi muslim ada beberapa syarat dan aturan
khusus terkait berpakaian. Terikat dengan ketentuan aurat, tidak
transparan, harus longgar, dsb.
Sebagai muslim tentu tidak merasa asing dengan istilah
jilbab, karena Islam memandang bahwa jilbab merupakan
alat untuk menutup aurat bagi perempuan. Perintah untuk
menggunakan jilbab telah termaktub secara jelas dalam Al-Qur’an
sebagaimana dalam surat Al-Ahzab ayat 59:
َ َ َ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ّ ُ ُّ َّ َ ُّ َ َ
‫ِني َعليْ ِه َّن مِن َجلبِيب ِ ِه َّن‬ ‫جك وبنات ِك ون ِساءِ المؤ ِمن ِني يدن‬ ِ ‫يا أيها انل ِب قل ِلزوا‬
ً ‫ورا َّرح‬
‫ِيما‬ ُ َّ ‫َذل َِك أَ ْد َن أَن ُي ْع َر ْف َن فَ َل يُ ْؤ َذ ْي َن َو َك َن‬
ً ‫الل َغ ُف‬

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak per­


empuan­mu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Al-Ahzab:59)

• 189 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Ayat di atas merupakan landasan untuk memakai jilbab


bagi perempuan muslim. Hal tersebut dapat dicermati melalui
kalimat yang artinya “Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Kata
berasal dari kata yang- yang berarti mendekati namun
secara kontekstual kata berarti menutupi. Adapun
(jalābīb) merupakan bentuk jama’ dari kata . Secara bahasa
kata yakni menjulurkan atau
memaparkan sesuatu dari suatu objek ke objek lainnya (Lisānul
Arab). Adapun definisi jilbab secara khusus yakni,
َُ
‫ تغ ّ ِطي به‬،ِ‫الرداء‬ َ َ‫باب ثوب أ‬
ّ ‫ دون‬،‫وس ُع من اخلِمار‬ ُ ْ‫ واجلل‬.‫يص‬ َ
ُ ‫الق ِم‬ ‫أي‬ ُ ْ‫واجلل‬
‫باب‬
ِ ِ ِ
ْ َ
.‫وص ْد َرها؛‬
َ ‫المرأةُ رأ َسها‬

“Jilbab dapat dimaknai sebagai gamis. Dan jilbab adalah pakaian


yang lebih lebar dari khimar, selain rida’. Yang dikenakan oleh
wanita untuk menutupi kepala sampai dadanya” (Lisānul Arab).

Dalam suatu peristiwa, ketika menangisi seorang yang


terbunuh, wanita Huzail mengatakan dalam sya’irnya:
ُ
‫البيب‬ َ ‫الع َذارى َعلَيْه َّن‬
‫اجل‬ َ ‫ش‬ َ ْ ‫م‬... ٌ
َ ‫الهية‬ َ ْ ‫النسور إ ِ َلْهِ َو‬
‫ه‬
ُّ َ
‫ت ْميش‬
ِ
«Burung-burung elang berjalan menuju ke arahnya dengan
langkah-langkah yang acuh, sebagaimana jalannya para perawan
yang memakai kain jilbab.»

Menurut Ibnu Katsir Jilbab ialah rida’ (selendang untuk


menutupi bagian atas) yang dipakai wanita, hal tersebut
berdasarkan pendapat Ibnu Mas’ud, Ibrahim An-Nakha’i, Ubaidah,
Al-Hasan Al-Basridan, Qatadah, Ata Al-Khurrasani dan lainnya.
(Sidiq, 2012)
Awal perkembangan penggunaan jilbab di Indonesia
mengalami berbagai pro kontra yang tajam. Namun sejak

• 190 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

pemerintah mengesahkan SK Pemerintah No. 100 tahun 1991


tentang legalitas penggunaan jilbab di setiap lembaga pendidikan
hal tersebut menjadi tonggak awal geliat masyarakat untuk
berbondong-bondong mengenakan jilbab mulai dari pelajar,
mahasiswa, ibu rumah tangga, pegawai kantor bahkan para
artis papan atas. Hingga hari ini dapat disaksikan bersama trend
menggunakan jilbab semakin diminati masyarakat dan telah
menjadi lifestyle yang tak dapat ditinggalkan.
Walaupun demikian pesatnya perkembangan pemakaian
jilbab tak terlepas dari segala kontroversinya. Beragamnya
pendapat para ulama ahli tafsir maupun ulama fiqh yang
mendefinisikan tentang jilbab membuat masyarakat berada
dalam kondisi dilematis. Akhirnya banyak yang tidak mengetahui
makna sesungguhnya terkait jilbab yang benar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ketahui bahwa feno­
mena penggunaan jilbab sesuai dalam surat Al-Ahzab ayat 59
beserta pro kontra dalam ragamnya makna jilbab urgent untuk
diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis
semantik Toshihiko Izutsu dengan metode deskripsi analitis.

Rumusan Masalah :
1) Bagimana makna jilbab secara semantik leksikal dan
kontekstual?
2) Bagaimana makna jilbab berdasarkan analisis semantik Al-
Qur’an perspektif Toshihiko Izutsu?

Tujuan penelitian :
1) Mendeskripsikan makna jilbab secara semantik leksikal
dan kontekstual
2) Mendeskripsikan makna jilbab berdasarkan analisis
semantik Al-Qur’an perspektif Toshihiko Izutsu

• 191 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Teori/Kaidah
Berikut teori analisis semantik Al-Qur’an pemikiran
Toshihiko Izutsu:
1. Istilah Kunci
Istilah kunci merupakan kata yang menjadi fokus pada kajian
medan semantik. Misal makna dasar taqwaa masa jahiliyah
adalah sikap membela diri, untuk tetap hidup melawan
sejumlah kekuatan destruktif dari luar. Kemudian melalui
Al-Qur’an sistem konsep Islam mengadopsi kata ini dengan
merekonstruksi makna tersebut. Taqwaa dalam konsep
Islam erat hubungannya dengan unsur religius kemudian
merekonstruksi maknanya menjadi takut terhadap ancaman
Tuhan sehingga tunduk untuk meninggalkan hal yang dilarang
serta bersedia menjalankan segala hal yang diperintahkan.
Dari makna inilah kemudian taqwa mempunyai hubungan
erat dengan Iman, Islam, Ihsan dan Shalih. Oleh karena itu
taqwa dalam hal ini bisa menjadi kata kunci.
2. Makna Sinkronik dan Diakronik.
Aspek sinkronik merupakan unsur statis dari sebuah konsep,
sedangkan aspek diakronik adalah unsur yang dinamis.
Perubahan konsep dalam kajian Al-Qur’an berporos pada
budaya sebelum dan sesudah kehadiran islam. Untuk
memahami konsep pra-Qur’an dapat ditinjau dari syair-
syair jahiliyyah. Sedangkan untuk masa Al-Qur’an dan Post
Al-Qur’an dapat ditelaah melalui kitab tafsir, hadits maupun
literatur Islam.
3. Makna Dasar dan Relasional Kata.
Makna dasar adalah suatu definisi yang secara leksikal melekat
pada kata tersebut tanpa ada perubahan pada setiap masa.
Sedangkan makna relasional merupakan makna konotatif
yang disematkan ketika meletakkan kata tersebut pada

• 192 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

kedudukan khusus dalam fokus kajian keilmuwan tertentu.


Maka membutuhkan analisis sintagmatik dan paradigmatik
untuk menentukan basic meaning dan relational meaning
pada sebuah istilah.
Analisa sintagmatik diimplementasikan dengan menelaah
kata yang saling berdekatan dengan istilah kunci. Sedangkan
analisa paradigmatik merupakan upaya mengkomparasikan kata
tertentu dengan kata lain yang mirip (taraduf; sinonimitas) atau
bertentangan (tadhaadad; antonimitas)

Data
Sumber data penelitia ini dibagi menjadi dua yakni data
primer dan sekunder. Data primer merupakan data pertama kali
yang dikumpulkan peneliti sebagai data acuan yang mendukung
objek formal. Adapun data sekunder yakni data yang sebelumnya
telah ada dan dijadikan sebagai referensi analisis objek formal.
Data primer pada penelitian ini yakni :
No Ayat Terjemahan
1 َ َ ْ ْ ُ ُ ّ َّ َ ُ ّ َ َ Hai Nabi katakanlah kepada istri-
‫جك‬ ِ ‫يا أيها انل ِب قل ألزوا‬ istrimu, anak-anak perempuanmu
ْ
َ ‫ني يدن‬
‫ِني‬
ُ َ ‫َو َب َنات َِك َون َِساءِ ال ْ ُم ْؤمن‬
ِِ dan istri-istri orang mukmin:
َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َْ َ “Hendaklah mereka mengulurkan
‫علي ِه َّن مِن جالبِيبِ ِهن ذل ِك أدن‬ jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.
َ َ َْ ُْ َ ْ ُْ ْ َ
َّ ‫أن يع َرف َن فال يؤذي َن َوكن الل‬ Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena
ً
‫ورا َرحِيما‬ ً ‫َغ ُف‬ itu mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha pengampun lagi Maha
penyayang. (AL Ahzab:59)

• 193 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Ayat Terjemahan
ُ َْ َ ْ َْ ْ َ َ َ َ َ
2
‫يا ب ِن آدم قد أن َزلَا عليك ْم‬ Hai anak Adam, sesungguhnya
Kami telah menurunkan kepadamu
ً ُ َ َُ ً َ
‫اري س ْوآت ِك ْم َو ِريشا‬ ِ ‫ِلاسا يو‬ pakaian untuk menutupi auratmu
َ َ ٌ ْ َ َ َ َ ْ َّ ُ َ َ dan pakaian indah untuk perhiasan.
‫ي ذل ِك‬ ‫و ِلاس اتلقوى ذل ِك خ‬ Dan pakaian takwa itulah yang
َ َّ َّ َ ْ ُ َّ َ َ َ ْ
‫ات الل َّ لعلهم يذك ُرون‬ ِ ‫مِن آي‬
paling baik. Yang demikian itu
adalah sebahagian dari tanda-tanda
ُ َّ َ ْ َ َ َ َ َ
‫|| يا ب ِن آدم ال يفتِننك ُم‬ kekuasaan Allah, mudah-mudahan
ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ ْ َّ mereka selalu ingat. (26) Hai anak
‫الشيطان كما أخ َرج أب َويك ْم‬ Adam, janganlah sekali-kali kamu
َُ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ َّ َ ْ َ
‫نع عنهما ِ َلاسهما‬ ِ ‫مِن الن ِة ي‬
dapat ditipu oleh setan sebagaimana
ia telah mengeluarkan kedua ibu
ُ ُ َ ُ َّ َ َ ََُ ُ
‫ِييهما س ْوآت ِِهما إِنه ي َراك ْم ه َو‬ ِ ‫ل‬ bapamu dari surga, ia menanggalkan
َّ ْ ُ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ َ َ dari keduanya pakaiannya untuk
‫وقبِيله مِن حيث ال ترونهم إِنا‬ memperlihatkan kepada keduanya
َ ‫اء ل َِّل‬ َ َ َ َّ َ ْ َ َ
‫ِين‬ َ ‫ِني أ ْو ِ َل‬
‫جعلنا الشياط‬ ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu
َ ُ ُْ
‫ال يؤمِنون‬ dari suatu tempat yang kamu tidak
bisa melihat mereka. Sesungguhnya
Kami telah menjadikan setan-setan
itu pemimpin-pemimpin bagi orang-
orang yang tidak beriman. (27) [Al
A’raf: 26-27]
َ َ َ َّ ُ َ َ َ َ
3
‫َوالل َّ جعل لك ْم مِما خلق‬ Dan Allah menjadikan bagimu
tempat bernaung dari apa yang
َ ْ َ ْ ُ َ ََ َ َ
‫ال‬
ِ ‫الب‬ِ ‫ظِالال وجعل لكم مِن‬ telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan
َ َ َ ْ ُ َ ََ َ َ ً َْ َ bagimu tempat-tempat tinggal di
‫سابِيل‬ ‫أكنانا وجعل لكم‬ gunung-gunung, dan Dia jadikan
ُ
‫سابِيل ت ِقيك ْم‬
َ َ َ ْ ‫يك ُم‬
َ َ ‫ال َّر َو‬ ُ َ
‫ت ِق‬ bagimu pakaian yang memeliharamu
ُ َ َ ْ ُ َ َ َ ُ َ َْ
dari panas dan pakaian (baju besi)
‫بأسك ْم كذل ِك يتِ ُّم ن ِعمته‬ yang memelihara kamu dalam
َ ُ ْ ُ ُ َّ َ َ ْ ُ ْ َ َ peperangan. Demikianlah Allah
‫عليكم لعلك ْم تسلِمون‬ menyempurnakan nikmat-Nya
atasmu agar kamu berserah diri
(kepada-Nya). (An Nahl:81)

• 194 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Ayat Terjemahan
ُ ْ ْ َ ْ َ ُ َ َ َّ َ ُ ّ َ َ
4
‫ِين آمنوا ل ِيستأذِنك ُم‬ ‫يا أيها ال‬ Hai orang-orang yang beriman,
َ ‫ك ْم َوال‬ َ ّ َ
ُ ُ َ ْ ْ َ َ َ َ َّ
hendaklah budak-budak (lelaki
‫ِين‬ ‫الِين ملكت أيمان‬ dan wanita) yang kamu miliki, dan
َ َ ْ ُ ْ َ ُ ُْ ُ ُ ْ َ ْ َ orang-orang yang belum balig di
‫لم يبلغوا اللم مِنكم ثالث‬ antara kamu, meminta izin kepada
ْ َْ َ َْ ْ َّ َ kamu tiga kali (dalam satu hari)
‫ات مِن قب ِل صالة ِ الفج ِر‬ ٍ ‫مر‬ yaitu: sebelum sembahyang subuh,
ُ َ َ َ ُ َ َ َ َ
‫ِني تضعون ثِيابك ْم م َِن‬ ‫وح‬ ketika kamu menanggalkan pakaian
َ ْ َ َْ ْ َّ (luar) mu di tengah hari dan sesudah
ِ‫رية ِ َومِن بع ِد صالة ِ ال ِعشاء‬ َ ‫الظه‬
ِ sembahyang Isya. (Itulah) tiga
َ َْ ُ َ َ ْ َ ُ َ
‫ات لك ْم ليس‬ ٍ ‫ثالث عور‬
‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa
atasmu dan tidak (pula) atas mereka
ٌ َ ُ َْ َ ُ َْ َ
‫عليك ْم َوال علي ِه ْم جناح‬ selain dari (tiga waktu) itu. Mereka
ُ َْ َ َ ُ َ ُ َ ْ َ melayani kamu, sebahagian kamu
‫بعده َّن ط َّوافون عليك ْم‬ (ada keperluan) kepada sebahagian
‫ي‬ُ ّ َ‫ع َب ْعض َك َذل َِك يُب‬ ََ ْ ُ ُ َْ
‫بعضكم‬ (yang lain). Demikianlah Allah
ِ ٍ menjelaskan ayat-ayat bagi kamu.
ٌ ‫ك ُم اآليَات َوالل َّ َعل‬ ُ َ
‫ِيم‬ ِ ‫الل َّ ل‬ Dan Allah Maha Mengetahui lagi
ٌ ‫َحك‬ Maha Bijaksana. (An Nuur:58)
‫ِيم‬
َ ّ ُ َْ
5
‫الالت ال‬ ِ ِ‫َوالق َواعِد م َِن النِساء‬ Dan perempuan-perempuan tua
yang telah terhenti (dari haid dan
َْ َ َ ََْ ً َ َ ُ َ
‫ي ْرجون ن ِكاحا فليس علي ِه َّن‬ mengandung) yang tiada ingin
َ ْ ‫اب ُه َّن َغ‬ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ٌ َُ kawin (lagi), tiadalah atas mereka
‫ي‬ ‫جناح أن يضعن ثِي‬ dosa menanggalkan pakaian
ْ َْ َْ ْ َ َ َ ََُّ
‫ات ب ِ ِزين ٍة َوأن يستع ِفف َن‬ ٍ ‫بج‬ ِ ‫مت‬
mereka dengan tidak (bermaksud)
َ menampakkan perhiasan, dan
ٌ ‫يع عل‬
‫ِيم‬
َ ٌ َ ُ
‫ي له َّن َوالل َّ س ِم‬ ٌ ْ ‫َخ‬ berlaku sopan adalah lebih baik bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui (An Nuur:60)

• 195 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Ayat Terjemahan
6 ُ ُ َْ ُ َ َ َّ َ ُ ّ َ َ Hai orang-orang yang beriman,
‫ِين آمنوا ال تدخلوا‬ ‫يا أيها ال‬
ُ َ َ َُْ ْ َ َ ُُ
janganlah kamu memasuki rumah-
‫ب إِال أن يؤذن لك ْم‬ ّ َّ‫وت انل‬
ِِ ‫بي‬ rumah Nabi kecuali bila kamu
َُ َ َ ََْ َ َ َ diizinkan untuk makan dengan
‫إِل طعامٍ غي ناظ ِِرين إِناه‬ tidak menunggu-nunggu waktu
َ َ ُ ُ ْ َ ُ ُ َ ْ ََ
‫كن إِذا دعِيت ْم فادخلوا فإِذا‬ ِ ‫ول‬
masak (makanannya), tetapi jika
ْ ْ ْ َ kamu diundang maka masuklah dan
َ ‫شوا َوال ُمس َتأن ِس‬
‫ني‬ ِ ُ ِ َ‫َط ِع ْم ُت ْم فانت‬ bila kamu selesai makan, keluarlah
ْ ُ َ َ ُ َ َّ kamu tanpa asyik memperpanjang
‫ِيث إِن ذل ِك ْم كن يؤذِي‬ ٍ ‫ِلد‬
َ
percakapan. Sesungguhnya yang
ُ ْ ْ َ ْ َ َ َّ َّ
َّ ‫ب فيستح ِي مِنك ْم َوالل‬ ِ ‫انل‬
demikian itu akan mengganggu Nabi
ْ lalu Nabi malu kepadamu (untuk
َ َّ َ ْ َ َْ
‫ال ِق َوإِذا‬ ‫ال يستح ِي مِن‬ menyuruh kamu ke luar), dan Allah
ُ َُ ْ َ ً َ َ ُ ُ َْ َ tidak malu (menerangkan) yang
‫سألُموه َّن متاع فاسألوه َّن‬ benar. Apabila kamu meminta
َ َْ ُ َ َ َ َ ْ
‫اب ذل ِك ْم أطه ُر‬ ٍ ‫مِن وراءِ حِج‬
sesuatu (keperluan) kepada mereka
ُُ ُ ُ ُ (istri-istri Nabi), maka mintalah dari
َ َ َ
‫ل ِقلوبِك ْم َوقلوب ِ ِه َّن َوما كن‬ belakang tabir. Cara yang demikian
َ ُ ُ ُْ ْ َ ُ َ itu lebih suci bagi hatimu dan hati
‫لك ْم أن تؤذوا َرسول الل َّ َوال‬ mereka. Dan tidak boleh kamu
َْ ْ ُ َ َْ ُ َْ ْ َ
‫أن تنكِحوا أز َواجه مِن بع ِد ِه‬ menyakiti (hati) Rasulullah dan
َ ْ َ َ ُ َ َّ ً َ َ
tidak (pula) mengawini istri-istrinya
َّ ‫أبدا إِن ذل ِك ْم كن عِند الل‬ selama-lamanya sesudah ia wafat.
ً َ Sesungguhnya perbuatan itu adalah
‫ع ِظيما‬ amat besar (dosanya) di sisi Allah.
(Al Ahzab:53)
7 َ ُ ََْ
َ ْ َ‫ون م ِْن ُس ْن ُد ٍس َوإ ْست‬ mereka memakai sutera yang halus
‫ب ٍق‬ ِ ‫يلبس‬
dan sutera yang tebal, (duduk)
َ ‫ُم َت َقابل‬
‫ِني‬ berhadap-hadapan, (Ad-Dukhan: 53)
ِ

• 196 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Ayat Terjemahan
ْ َ ْ َ ُ َّ َ ُ َ َ َ ُ
8
‫أول ِك له ْم جنات عد ٍن ت ِري‬ Mereka itulah (orang-orang yang)
bagi mereka surga Adn, mengalir
َ َ َّ ُ ُ َ ْ ُ ْ َ ْ
‫ار يَل ْون فِيها‬ ‫مِن تتِ ِهم األنه‬ sungai-sungai di bawahnya; dalam
َ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ
َ surga itu mereka dihiasi dengan
‫ب َويلبسون‬ ٍ ‫اور مِن ذ‬
‫ه‬ ِ ‫مِن أس‬ gelang emas dan mereka memakai
ُُْ ْ ً ْ ُ ً َ pakaian hijau dari sutera halus dan
‫ضا مِن سند ٍس‬ ‫ثِيابا خ‬
sutera tebal, sedang mereka duduk
ََ َ َ َّ ُ َ ْ َ ْ َ
‫كئِني فِيها ع‬ ِ ‫وإِستب ٍق مت‬ sambil bersandar di atas dipan-
ْ َ ُ َ ُ َّ ْ dipan yang indah. Itulah pahala yang
‫األرائ ِِك ن ِع َم اثل َواب َوحسنت‬ َ
sebaik-baiknya, dan tempat-istirahat
ًََ ُ
‫م ْرتفقا‬ yang indah; (Al-Kahfi:31)
9 ٌ ْ ‫اب ُس ْن ُد ٍس ُخ‬
‫ض‬
ُ َ َُْ َ
‫ع ِلهم ثِي‬ Mereka memakai pakaian sutera
َّ ْ َ َ َ ُ ّ ُ َ ٌ َ ْ َ ْ َ
halus yang hijau dan sutera tebal
‫اور مِن ف ِض ٍة‬ ِ ‫وإِستبق وحلوا أس‬ dan dipakaikan kepada mereka
ً ‫شابًا َط ُه‬ ُ َ َ َ
َ َ ‫اه ْم َر ُّب ُه ْم‬ gelang terbuat dari perak, dan
‫ورا‬ ‫وسق‬ Tuhan memberikan kepada mereka
minuman yang bersih. (Al Insan: 12)
10 ُ َ َ ْ َ ْ َ َ َ Inilah dua golongan (golongan
‫ان اختصموا ِف‬ ِ ‫ان خصم‬ ِ ‫هذ‬
َ ُ َ ّ َ mukmin dan golongan kafir)
ُ ْ َ ّ ََ َ ّ
‫ِين كف ُروا ق ِطعت له ْم‬ ‫َرب ِ ِه ْم فال‬ yang bertengkar, mereka saling
َ ْ َ ُ َ ْ ٌ َ bertengkar mengenai Tuhan mereka.
‫ار يص ُّب مِن ف ْو ِق‬ ٍ ْ ‫ثِياب مِن ن‬ Maka orang kafir akan dibuatkan
ُ ‫الم‬ ُ ُ
ِ َ ‫ر ُءو ِس ِهم‬
untuk mereka pakaian-pakaian dari
‫يم‬
api neraka. Disiramkan air yang
sedang mendidih ke atas kepala
mereka. (QS. Al-Hajj: 19.)
Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari buku
teori semantik, kamus kosakata Al-Qur’an, kamus klasik dan
kontemporer terkait istilah bahasa Arab, kitab tafsir Al-Qur’an,
jurnal penelitian dll.

Metode
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
kepustakaan (library research) yakni peneliti mengkaji dan
menganalisa data-data terkait objek penelitian dari berbagai

• 197 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

literatur baik buku, jurnal, kamus, catatan maupun penelitian


terdahulu yang relevan. Analisis data menggunakan deskriptif
analitik dengan teknik catat diawali dari membaca sumber data,
mencatat yang penting, serta mengkaji dan menyusunnya sesuai
sistematika penulisan. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang
integral akan dicantumkan tabel dekomposisi leksikal. Adapun
tahapan dalam analisis yang dilakukan sebagai berikut:
a. Deskripsi
Menjelaskan makna jilbab secara etimologi dan terminologi
melalui kamus lisānul Arab, al maāny dan munawwir,
mengidentifikasi ayat perintah berjilbab melalui kamus-kamus
kosakata tentang Al-Qur’an, mencari ayat-ayat maupun hadits
yang berkaitan dengan jilbab. Menjelaskan pendapat mufassir
tentang jilbab; Ibnu Katsir, Ash-Shobuni, Quraish Shihab, dll
nya.
b. Analitis
Menganalisa kata jilbab menggunakan teori semantik
Toshihiko Izutsu, seorang ahli linguistik berkebangsaan
Jepang yang fokus terhadap studi Islam dan Al-Qur’an. Tahap
pertama mengkaji ma’na jilbab dalam Al-Qur’an secara leksikal
maupun kontekstual. Kedua menganalisis makna sinkronik
dan diakronik jilbab melalui budaya yang terkandung pada
periode sebelum, sedang dan sesudah turunnya Al-Qur’an.
Ketiga memahami makna dasar dan relasional menggunakan
analisis sintagmatik dan paradigmatik.

Pembahasan hasil penelitian

A. Makna Sinkronik dan Diakronik Jilbab


Jilbab merupakan unsur budaya dari peradaban kuno
yang telah berusia lama. Dahulu jilbab hanya didedikasikan
untuk kaum merdeka dan bangsawan dengan tujuan melindungi

• 198 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

kehormatannya. Bentuknya beragam ada yang sebatas penutup


kepala, penutup tubuh belakang, dsb. Islam mengadopsi jilbab
dan merekonstruksinya berdasarkan wahyu dalam Al-Qur’an.
Konsep islam menjelaskan jilbab merupakan baju kurung yang
dijulurkan ke seluruh tubuh untuk menutupi auratnya. Seiring
berlalunya waktu kini jilbab dapat dimaknai sebagai kerudung
yang digunakan untuk menutup kepala.

B. Makna Dasar dan Relasional Melalui Analisis Sintagmatig


& Paradigamtig
Pertama kata jilbab termaktub dalam bentuk jama’ di surat
Al Ahzab ayat 59.
َ ْ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ ُّ َّ َ ُّ َ َ
‫ِني علي ِه َّن مِن جالبِيبِ ِه َّن‬ ‫اجك وبناتِك ونِسا ِء المؤ ِم ِنني يدن‬ ِ ‫يا أيها انل ِب قل ألزو‬
ً‫ورا َرحيما‬ً ‫َذل َِك َأ ْد َن َأ ْن ُي ْع َر ْف َن َفال يُؤذي َن َوك َن الل َّ غ ُف‬
َ َ ْ َ ْ
ِ
Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah
Maha pengampun lagi Maha penyayang (Q.S Al Ahzab:59)

Latar belakang turunnya ayat ini berkenaan dengan situasi


dan kebiasaan masyarakat Madinah tentang tiadanya perbedaan
berpakaian antara perempuan merdeka dengan budak, terhormat
dan miskin, orang baik atau jahat dsb. Menyebabkan laki-laki
Madinah yang jahil pada malam hari akan mengganggu dan
melecehkan kehormatan wanita yang keluar.
Kata berasal dari kata yang berarti dekat dan
menurut Ibnu ‘Asyur yang dimaksud di sini adalah memakai atau
meletakkan. Sedangkan menurut Quraish Shihab dalam tafsirnya
bahwa ayat ini tidak memerintahkan wanita untuk memakai
jilbab, karena sepertinya wanita pada masa itu sudah memakai

• 199 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

jilbab hanya saja cara memakainya belum mendukung apa yang


dimaksud pada ayat ini. Kesan yang dapat diperoleh dari ayat ini
yang menyatakan jilbab mereka dan yang diperintahkan adalah
“Hendaklah mereka mengulurkannnya”.
Kata ‘alaihinna ( ) yang berarti di atas mereka,
mengesankan bahwa seluruh badan mereka tertutupi oleh
pakaian kecuali wajah dan telapak tangan dan beberapa bagian
lain dari tubuh wanita seperti yang tercantum dalam QS. An-Nur
ayat 31 dan penjelasan Nabi itulah yang menjadi penafsiran ayat
ini
al-Jalabib : bentuk jamak dari jilbab bermakna baju kurung
yang meliputi seluruh tubuh wanita, lebih sekedar baju biasa dan
kerudung. Yudnina: mengulurkan dan menguraikan. Adna: lebih
dekat, Yu’rafna: dikenal sehingga terhindar dari gangguan Allah
SWT. Ayat tersebut didedikasikan untuk Nabi Muhammad SAW.
agar memerintahkan wanita muslim, khususnya para istri dan
anak-anak perempuannya agar mengulurkan jilbab pada tubuh
ketika keluar rumah sebagai pembeda dengan wanita hamba
sahaya
Ketentuan Jilbāb tetap harus terulur hingga ke bawah
untuk menunjukkan adanya irkha (dijulurkan) sehingga dipahami
bahwa jilbab adalah pakaian dalam kehidupan umum. Syarat
irkha dalam Jilbāb berkorelasi dengan ayat Allah: “yudnīna yakni
yurkhīna (hendaknya mereka menjulurkan).
Kedua, Leksikon pakaian yang bersinonimi dengan
kata jilbab diantaranya ada libās dan tsiyāb. Berikut analisis
paradigmatik yang mengkomparasikan jilbab dengan kata libās
dan tsiyāb.
1. Libās
Dalam Al-Qur’an, akar kata dengan berbagai derivasinya
disebut sebanyak 93 kali. Berikut beberapa rinciannya:

• 200 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

 Kata labasa dengan bentuk fi’il madhi disebutkan sekali.


Kata yalbis (bentuk mudhari’ dari labasa) terulang 6 kali.
Kata ini mempunyai makna mencampur.
 Kata yalbas (bentuk mudhari’ dari labisa) yang berarti
memakai disebut 4 kali.
 Kata libās yang merupakan bentuk mashdar disebut dalam
Al-Qur’an sebanyak 10 kali. Libās berarti sesuatu yang
menutupi tubuh.
 Kata labs disebut sekali.
 Kata labûs juga hanya disebutkan sekali. Ibn Manzhur
mengatakan labûs berarti pakaian atau senjata
Adapun menurut Muqātil menjelaskan 4 makna dari akar kata
l-b-s dalam Al-Qur’an, yaitu:
 yalbisûna yang berarti mencampur, hal ini termuat dalam
QS. Al-Baqarah: 42, QS. Ali imraan: 71 dan al-an’am: 82
 libās, yang berarti ketenangan termuat dalam QS. Al-
Baqarah: 187, al-Furqaan: 47, dan al-Naba’: 10
 libās, yang berarti pakaian termuat dalam QS. Al-A’raaf: 27,
al-Dukhaan: 53
 libās, yang berarti amal salih termuat dalam QS. Al-A’raaf:
26
Ditinjau dari segi konteks penggunaannya dalam Al-Quran,
kata libās mempunyai berbagai jenis makna, yaitu:
a. Pakaian Penutup Aurat dan Perhiasan Lahir Bathin
َ َ ّْ ُ َ َ ً َ ْ ُ ْ َ ُ َْ َ َْ ََْ ْ َ َ َ
‫اتلَق َوى ذل ِك‬ ‫اسا يُ َوارِي سوآت ِكم ورِيشا ولِ اس‬ ً َ ِ‫ك ْم ل‬ ‫يَا بَ ِن آدم قد أنزلا علي‬
َ ُ َّ ُ َ ْ َ َ َّ َّ َّ َ َّ َ َ ٌْ َ
‫ات اللِ ل َعل ُه ْم يَذك ُرون || يَا بَ ِن آد َم ال َيفتِن َّنك ُم الشيْ َطان ك َما‬ ِ َ‫ي ذل ِك م ِْن آي‬ ‫خ‬
ُ ُ َّ َ َ ِ‫ع َعنْ ُه َما ل‬
ُ ‫اس ُه َما ل‬ ُ ْ َ َّ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ
َ
‫ِي َي ُه َما َس ْوآت ِ ِه َما إِن ُه يَ َراك ْم ه َو‬
ِ ِ ‫أخرج أبويكم مِن النةِ ي‬
‫ن‬
َ َّ َ ْ َ َ َّ ْ ُ َ ْ َ َ
َ ْ
‫ِين ال يُؤم ُِنون‬ َ ‫اء ل َِّل‬
َ َ‫ِني أ ْو ِل‬ َ ‫الش َياط‬ ُ
‫َوقبِيل ُه م ِْن َحيْث ال ترونهم إِنا جعلنا‬
ُ َ

• 201 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada­mu


pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.
Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat. (26) Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu
dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua
ibu bapamu dari surga, ia menang­gal­kan dari keduanya pakaiannya
untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya
ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat
yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang
yang tidak beriman. (27) [Al A’raf: 26-27]

Dalam ayat tersebut mengisahkan Allah memberi pakaian


kepada Adam dan istrinya untuk menutup aurat dan perhiasan.
Dan Allah memperingatkan untuk menjauhi syetan yang
telah mengeluarkan Adam dari surga serta menanggalkan
pakaiannya sehingga terbukalah auratnya.
Ayat pertama memuat tiga makna relasional sekaligus
yaitu pakaian sebagai penutup aurat sekaligus perhiasan dan
libās attaqwa atau pakaian taqwa. Libās adalah segala sesuatu
yang di­pakai, baik penutup badan, kepala, atau yang dipakai
di jari dan lengan berupa perhiasan cincin, gelang, kalung dan
sebagainya. Sedang­kan kata Rīsy pada mulanya berarti bulu, dan
karena bulu bina­tang merupakan hiasan yang masih digunakan
hingga kini kata rīsy dapat dipahami dalam arti pakaian yang
berfungsi sebagai hiasan.
Frasa libās attaqwa tidak dapat dimaknai secara leksikal.
Al-Thabaari mengatakan ulama berbeda pendapat dalam
mengartikan libās attaqwa, pendapat tersebut menyatakan
libās attaqwa adalah iman, malu, amal saleh serta ada pula
yang mengatakan al-Samt al-Hasan atau menetapi jalan yang
baik. Sedangkan al-Zamakhsyari mengartikan dengan al-Wara’
wal al-Khasyyah min Allah (wira’i dan takut kepada Allah).

• 202 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Di sisi lain lain al-Raazi menyatakan bahwa libās attaqwa


merupakan majaz yang berarti iman, amal saleh, perilaku baik
dan al-afaaf wa al-Tauhid. Dan pendapat inilah yang paling
kuat serta digunakan oleh mayoritas ulama. Seorang mukmin
auratnya (aibnya) tak akan nampak meski ia tidak berpakaian,
dan sebaliknya seorang yang suka berbuat maksiat akan
selalu telihat aibnya meski ia berpakaian Dengan demikian,
frasa libās attaqwa tidak sekedar berarti pakaian. Lebih jauh
dari itu pakaian yang dimaksudkan Allah adalah pakaian yang
mencerminkan ketaqwaan terhadap Allah swt.
b. Rasa Takut
َ َ َّ ْ َ ٌ َّ َ ُ ُ ُ ّ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ َ ّ َ َ ْ َّ ُ َ َّ َ َ
‫وسخ َر لك ُم الليل وانلَهار والشمس والقم َر وانلُجوم مسخ َرات بِأمرِه ِ إِن ِف ذل ِك‬
َ ُ َ
‫ات ل ِق ْو ٍم َي ْعقِلون‬َ
ٍ ‫آلي‬
Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu)
dengan perintah-Nya Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memahami (nya),[an-Nahl:12]

Kata libaas dalam hal ini merupakan majaz isti’arah atau


kata kiasan yang digunakan karena kesamaannya dalam
meliputi tubuh. Allah membuat perumpaan kepada penduduk
Mekah tentang suatu negeri yang pada mulanya negeri ini
aman tenteram, rizki dan penghasilan penduduknya bisa
didatangkan dari mana saja dengan begitu mudah, namun
karena kufur terhadap nikmat-nikmat Allah, maka Allah pun
menimpakan cobaan kepada mereka dengan diselimuti rasa
takut dan kelaparan. Dari penjelasan di atas, kata libās dalam
hal ini merupakan bentuk kiasan yang berarti menutup,
meyelubungi hati mereka seperti pakaian yang menutup
tubuh mereka.

• 203 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

c. Pakaian yang Menutup


ً ‫ار ن ُ ُش‬ ّ ُ ُ َ ََ َ
ً َ ِ‫اللَيْ َل ل‬
َ ‫اسا َوانلَّ ْو َم ُس َباتًا َو َج َع َل انلَّ َه‬ َّ ُ
‫ورا‬ ‫َوه َو الِي جعل لكم‬

“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan


tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun
berusaha.” (Al-Furqan:47)

ّ َْ َ َ َ
ً َ ِ‫اللَيْ َل ل‬
‫اسا‬ ‫وجعلنا‬

dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, (An-Naba:10)

َ ٌ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ٌ َ َّ ُ ْ ُ َ ُ َ َّ ّ َ َ َ ُ َ َّ ُ
‫اس ل ُه َّن‬ ِ‫الرفث إِل ن َِسائِكم هن لِ اس لكم وأنتم ل‬ ِ ‫أحِل لك ْم لْلة‬
ِ ‫الص َي‬
‫ام‬

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur


dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan
kamu pun adalah pakaian bagi mereka. (Al-Baqarah:187)

Ayat pada surat al-furqan dan an-naba menjelaskan


tentang nikmat Allah yang telah menjadikan malam gelap gulita
sehingga manusia menjadi tertutupi dengan rasa tenang, dan
menjadikan tidur sebagai pelepas penat setelah beraktivitas
sepanjang hari. Sedangkan Al-Baqarah ayat 187 menjelaskan
bahwa pada malam hari di bulan Ramadhaan diperbolehkan
untuk berkumpul dengan istri. Ayat ini sekaligus menegaskan
bahwa suami istri merupakan pasangan yang harus saling
menutupi aibnya layaknya baju menutupi tubuh.
d. Perhiasan Dunia
َ َْ ً ْ ْ ْ َ َ ْ ُ ُ ْ ْ َ‫خ َر ْال‬
َّ َ َّ ُ
‫ح َر لِ َأكلوا مِن ُه لْ ًما َط ِر ًّيا َوت ْس َتخ ِر ُجوا مِن ُه حِل َية تلبَ ُسون َها‬ ‫َوه َو الِي س‬
َ ُ ْ َ ُ َّ َ ْ َ ُ َ ْ ُْ َ
‫َوت َرى الفلك َم َواخ َِر فِيهِ َولِ َبْ َتغوا م ِْن فضلِهِ َول َعلك ْم تشك ُرون‬

Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar


kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan),

• 204 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu


pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya
kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu
bersyukur.(An Nahl:14)

ُّ ْ َ ٌ َ ُ ٌ ْ َ َ َ ُُ َ َ ٌ َ ٌ َُ ٌ ْ َ َ َ َْ ْ َ َْ ََ
‫ك‬
ٍ ‫ان هذا عذب فرات سائِغ شابه وهذا مِلح أجاج ومِن‬ ِ ‫وما يستوِي الَحر‬
َ ْ ُْ َ َ َْ ً ْ َ ْ َ َ َ ُ ُ َْ
‫تأكلون لْ ًما َط ِر ًّيا َوت ْس َتخ ِر ُجون حِل َية تلبَ ُسون َها َوت َرى الفلك فِيهِ َم َواخ َِر‬
َ ُ ْ َ ُ َّ َ ْ َ ُ
‫لِ َبْ َتغوا م ِْن فضلِهِ َول َعلك ْم تشك ُرون‬

Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap
diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing
laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu
dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya,
dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar
membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan
supaya kamu bersyukur(fathir:12)

Dalam dua ayat ini, QS. An-Nahl: 14 dan Qs. Fathir: 12


penggunaan kata libās mempunyai makna yang sesungguhnya
atau makna asli yakni pakaian perhiasan. Hal tersebut
menjelaskan tentang nikmat-nikmat Allah yang berasal dari
lautan yang meliputi ikan yang bisa dimakan, perhiasan
yang bisa dipakai dan perahu-perahu yang hilir mudik di
lautan. Hal ini mengindikasikan bahwa memakai perhiasan
diperbolehkan.
e. Pakaian Perhiasan di Akhirat
َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ ُ ُ َ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ُ َّ َ ْ ُ َ َ َ ُ
‫ب‬ٍ ‫ه‬ ‫ذ‬ ‫ِن‬ ‫م‬ ‫ر‬ ِ ‫او‬ ‫س‬ ‫أ‬ ‫ِن‬
‫م‬ ‫ا‬ ‫ِيه‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ار‬ ‫ه‬‫األن‬ ‫م‬ ‫ه‬
ِ ِ ‫ت‬‫ت‬ ‫ِن‬
‫م‬ ‫ي‬ ‫ر‬
ِ ‫أولئِك لهم جنات عد ٍن ت‬
ُ ‫ك ن ِْع َم اثلَّ َو‬ َ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ ْ ْ َ ُ َََْ
ً ْ ‫ون ث َِيابًا ُخ‬
‫اب‬ َ ‫ع‬
ِ ِ ‫األرائ‬ ِ ‫ضا م ِْن ُسن ُد ٍس ِإَوستب ٍق مت‬
‫كئِني فِيها‬ ‫ويلبس‬
ًََ ْ ‫َو َح ُس َن‬
‫ت ُم ْرتفقا‬

Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga Adn,


mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka

• 205 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau


dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil
bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang
sebaik-baiknya, dan tempat-istirahat yang indah (Al Kahfi:31)

َ َّ ُ ُ َ ْ
‫ار يَل ْون‬
َْ َْ
‫ات ت ِري م ِْن تت ِ َها األنه‬ َّ َ َّ ‫آم ُنوا َو َعملُوا‬
َ ِ ‫الص‬ َ ‫الل يُ ْدخ ُِل َّال‬
َ ‫ِين‬ َّ ‫إ َّن‬
ٍ ‫ات جن‬ ِ ‫ال‬ ِ ِ
ً ُ ْ ُ َ َ َ
‫ير‬ٌ ‫ِيها َحر‬ ُ َ ِ‫ِيها م ِْن أ َساو َر م ِْن ذهب َولؤلؤا َول‬
َ ‫اس ُه ْم ف‬ َ ‫ف‬
ِ ٍ ِ
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi
perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan
pakaian mereka adalah sutera. (Al Hajj:23)

َ ‫بق ُم َت َقابل‬َ ْ َ‫ِإَوست‬ َ ُ ََْ


ْ ‫ون م ِْن ُسنْ ُدس‬
‫ِني‬ ِ ٍ ٍ ‫يلبس‬

mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk)
berhadap-hadapan, (Ad-Dukhan: 53)

Pada tiga ayat terakhir ini menjelaskan tentang keadaan


para penghuni surga yang digambarkan berada dalam
kenikmatan dan memakai pakaian-pakaian yang indah.
Kata libās pada bagian ayat ini mempunyai arti pemakaian
perhiasan di surga.
Hal ini menarik, karena Allah mengungkapkan pakaian
surga juga menggunakan kata libaas yang berbentuk mudhari’.
Dalam ayat ini secara eksplisit Allah menjelaskan bahwa
pakaian tidak hanya dipakai di dunia yang sarat hubungannya
dengan ketentuan syar’i yaitu sebagai penutup aurat, namun
pakaian juga menjadi kebutuhan bagi ahli surga yang sudah
tidak lagi terikat dengan ketentuan syari’at.

• 206 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

2. Tsiyāb
Al-Qur’an menyebut kata tsiyāb sebanyak delapan kali dan
Harun bin Musa mengklasifikasikan 4 makna kata tsiyāb dalam
penggunaannya di Al-Qur’an sebagai berikut:
a. Bermakna pakaian Qs An-Nûr: 58 dan 60.
ُ ُْ ُُ َ َ َّ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َّ ُ ُ ْ ْ َ ْ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫الل َم‬ ‫ِين ل ْم َيبْلغوا‬ ‫يا أيها الِين آمنوا ل ِيستأذِنكم الِين ملكت أيمانكم وال‬
َّ َ ْ ُ َ َ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ ْ ُ ْ
ِ ‫رية‬َ ‫الظه‬
ِ ‫ات م ِْن قبْ ِل َصالة ِ الفج ِر وحِني تضعون ثِيابكم مِن‬ ٍ ‫مِنكم ثالث م َر‬
ٌ ‫ك ْم َوال َعلَيْه ْم ُج َن‬ ُ َْ َ َ َْ ْ ُ َ َْ َ ُ َ َ ْ َ َْ ْ َ
‫اح‬ ِ ‫ات لكم ليس علي‬ ٍ ‫ومِن بع ِد صالة ِ العِشاءِ ثالث عور‬
َّ ‫ك ُم اآليَات َو‬ ُ َ َّ ُ ّ َ ُ َ َ َ ْ ََ ُ ُ ْ ُ َ َ َ ُ ُ ْ
‫الل‬ ِ ‫َبع َده َّن َط َّوافون عليْك ْم َبعضك ْم ع َبع ٍض كذل ِك يب ِي الل ل‬
ٌ ‫ِيم َحك‬
‫ِيم‬ ٌ ‫َعل‬

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki


dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum
balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali
(dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu
menanggalkan pakaian (luar) mu di tengah hari dan sesudah
sembahyang Isya. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak ada dosa
atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu)
itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan)
kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. (AN-Nûr:58)

Ayat ini menjelaskan larangan Allah kepada budak-budak


-atau pembantu di masa kini- dan anak-anak di bawah umur
untuk masuk ke kamar tidur orang dewasa tanpa izin pada
3 waktu tertentu, yakni; sebelum fajar, waktu zhuhur dan
sesudah isya. Dalam 3 waktu tersebut biasanya badan banyak
terbuka, sehingga besar kemungkinan aurat mudah terlihat

• 207 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

َ ْ َ ٌ َ ُ َّ ْ َ َ َ ْ َ َ ً َ َ ّ َْ
‫اح أن يَض ْع َن‬ ‫الالت ال يَ ْر ُجون ن ِكاحا فليس علي ِهن جن‬ ِ ِ‫َوالق َواع ُِد م َِن الن ِ َساء‬
ٌ ‫يع َعل‬
ٌ ‫الل َس ِم‬ ٌ ْ ‫ين ٍة َوأَ ْن ي َ ْس َت ْعفِ ْف َن َخ‬
َّ ‫ي ل َ ُه َّن َو‬ َ ‫ب َجات بز‬ ّ َ َ ُ َ ْ َ َّ ُ َ َ
‫ِيم‬ ِ ِ ٍ ِ ‫ثِيابهن غي مت‬
Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan
mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka
dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud)
menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(AN-Nûr:60)

Selanjutnya ayat 60 menjelaskan aturan berpakaian bagi


wanita lansia, yaitu diperbolehkan menanggalkan pakaian
luar dengan tanpa maksud memperlihatkan perhiasan.
Jika dicermati lebih dalam, secara keseluran inti dari Surah
al-Nur adalah menerangkan tentang etika. Kedua ayat di atas
berbicara dalam konteks yang sama, yakni aurat. Yang menjadi
titik poin dalam pembahasan ini adalah kata tsiyab. Dalam ayat
tersebut penggunaan kata tsiyāb mempunyai makna leksikal,
yaitu pakaian. Pakaian itu digunakan untuk menutup aurat
sesuai ketentuan syari’at, dan boleh ditanggalkan dengan
adanya alasan yang syar’i pula
b. Bermakna pakaian surga QS. Al-Insan: 21, QS. Al-Kahf : 31,
َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ ُ ُ َ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ُ َّ َ ْ ُ َ َ َ ُ
‫ب‬ٍ ‫ه‬ ‫ذ‬ ‫ِن‬ ‫م‬ ‫ر‬ ِ ‫او‬ ‫س‬ ‫أ‬ ‫ِن‬
‫م‬ ‫ا‬ ‫ِيه‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ار‬ ‫ه‬‫األن‬ ‫م‬ ‫ه‬
ِِ ‫ت‬‫ت‬ ‫ِن‬
‫م‬ ‫ي‬ ‫ر‬
ِ ‫أولئِك لهم جنات عد ٍن ت‬
ُ ‫ك ن ِْع َم اثلَّ َو‬ َ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ ْ ْ َ ُ َََْ
ً ْ ‫ون ث َِيابًا ُخ‬
‫اب‬ َ ‫ع‬
ِ ِ ‫األرائ‬ ِ ‫ضا م ِْن ُسن ُد ٍس ِإَوستب ٍق مت‬
‫كئِني فِيها‬ ‫ويلبس‬
ًََ ْ ‫َو َح ُس َن‬
‫ت ُم ْرتفقا‬

Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga Adn,


mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka
dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau
dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil
bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang
sebaik-baiknya, dan tempat-istirahat yang indah; (Al-Kahfi:31)

• 208 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

ُ َ َ َ َّ ْ َ َ َ ُّ ُ َ ٌ َ ْ َ ْ ٌ ْ ُ
َ َ ‫اه ْم َر ُّب ُه ْم‬ ْ ُ َ ْ َُ َ
‫شابًا‬ ‫اب ُسن ُد ٍس خض ِإَوستبق وحلوا أساوِر مِن ف ِض ٍة وسق‬ ‫ع ِلهم ثِي‬
ً ‫َط ُه‬
‫ورا‬

Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera


tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak,
dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.
(Al Insan: 12)

Ayat di atas menjelaskan tentang kondisi orang-orang


baik di surga. Allah memberi pahala kepada orang mukmin
atas kesabaran mereka beramal saleh dengan pahala surga
dan pakaian sutera. Mereka digambarkan minum dari gelas-
gelas berkilau yang terbuat dari perak. Segala kenikmatan
ada di sana. Mereka dilayani dengan pelayan terbaik. Pakaian
mereka terbuat dari sutera hijau nan tebal. Penggunaan kata
tsiyab pada ayat ini mempunyai arti pakaian yang dipakai oleh
penghuni surge.
c. Baju dari Api terdapat dalam QS. Al-Hajj: 19.
ٌ ‫ت ل َ ُه ْم ث َِي‬
ُّ ‫اب م ِْن نَار يُ َص‬ َ َ َّ َ ْ ّ َ
ْ ‫ك َف ُروا قُ ّط َع‬ ْ َ ْ َ ‫َه َذ‬
‫ب‬ ٍ ِ ‫ان اخ َت َص ُموا ِف رب ِ ِهم فالِين‬
ِ ‫ان خصم‬ ِ
ْ
َ ‫م ِْن فَ ْو ِق ُر ُءو ِسه ُم‬
ُ ‫ال ِم‬
‫يم‬ ِ
Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang
bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka.
Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian
dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas
kepala mereka. (QS. Al-Hajj: 19.)

Jika pada ayat sebelumnya Allah mengaitkan kata tsiyāb


dengan pakaian ahli surga, maka pada ayat ini penggunaan
kata tsiyāb dikaitkan dengan siksa neraka. Ayat ini menjelaskan
tentang golongan kafir dan mukmin yang berbeda pendapat
mengenai Tuhan mereka. Kelak orang kafir akan dibuatkan

• 209 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

pakaian dari neraka serta mereka akan diguyur dengan air


mendidih.
d. Hati terdapat dalam QS. al-Muddatsir: 4.
(dan pakaianmu bersihkanlah)
Ayat ini bermakna dzahir maupun majazi. al-Zamakhsyari
mengatakan bahwa maksud dari ayat ini antara lain adalah
perintah untuk membersihkan baju serta memendekkannya
agar terhindar dari najis, serta untuk menyelisihi budaya Arab
yang ketika itu kurang mempedulikan kebersihan. Orang-
orang musyrik Mekah ketika itu suka memanjangkan pakaian
dan tidak suka membersihkannya
Adapun makna secara majazi yaitu; kata tsiyāb dalam hal
ini berhubungan dengan akhlaq. Orang Arab sering menggunakan
kata tsiyāb untuk menunjukkan akhlaq. Jika seseorang dikatakan

‚ ‫فالن طاهز اثلياب وطاهز اجلية واذليل‬


maka hal itu berarti orang tersebut bersih dari aib serta akhlaq
yang buruk. Mengkiaskan akhlaq pada kata tsaub karena
melekatnya akhlaq pada diri seseorang seperti melekatnya
pakaian pada orang tersebut. Jika mengambil makna tersebut
maka ayat tersebut adalah berarti perintah untuk membersihkan
akhlaq
Selain tsiyāb yang berarti akhlaq, tsiyāb juga berarti hati.
Pendapat ini dikatakan oleh Ibn Abbas berdasarkan perkataan
imru’ul Qais,

‫ثيايت مه ثياتك تىظيل فظيل‬


yang dimaksud tsiyāb dalam syair tersebut adalah qalbi. Hal
ini didasarkan pula kepada syair-syair yang sering terucap
diantara mereka tentang kata tsiyāb yang sering digunakan untuk
menunjukkan etika.

• 210 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Berdasarkan penjelasan di atas, makna tsiyab di masa pra-


qur’anic sama dengan apa yang digunakan oleh al-Qur’an, yaitu
menghubungkan pakaian dengan akhlaq. Dan bahkan untuk
istilah ini al-Qur’an mempunyai dua istilah yakni libās al-taqwa
dan tsiyābaka fathahhir. Dua istilah ini sama-sama menggunakan
pakaian sebagai kiasan dari akhlaq. Namun seringkali tsiyāb
disandingkan dengan akhlaq yang kurang baik, sedangkan libaas
untuk memoles akhlak baik. Oleh karena itu Allah berfirman
‚wa tsiyaabaka fathahhir‛ adalah sebagai salah satu misi untuk
merubah akhlaq bangsa Arab yang buruk, sehingga hati menjadi
baik.
Dari Analisa Paradigmatik jilbab yang di komparasikan
dengan leksikon pakaian dalam Al-Qur’an berikut kesimpulan
dalam bentuk tabel dekomposisi leksikal:
No Unsur Jilbab Libas Tsiyab
1. Istilah menunjukkan pakaian v v v
Mengandung makna penutup dan
2. v v v
melekat
Bermakna meliputi, bercampur,
3. v v x
melindungi
4. Perhiasan v v x
Menggambarkan pakaian surga,
5. x v x
berkonotasi positif
Menunjukkan pakaian neraka,
6. x x v
berkonotasi negatif
Menunjukkan ketundukan seorang
7. v v x
hamba untuk menutup aurat
Memiliki makna khusus yang berlaku
8. v x x
bagi wanita
Mengandung makna sebagai akhlak
9. x x v
maupun hati
10. Perwujudan rasa takut x v x

• 211 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Kesimpulan
Berdasarkan analisis secara komprehensif terhadap makna
jilbab menggunakan teori semantik perspektif Toshihiko Izutsu
berikut kesimpulan yang akan di paparkan. Secara leksikal Jilbāb
(jama’: jalabiib) merupakan mashdar dari akar kata ja-la-ba yang
berarti menarik, menjulurkan, membawa, atau mendatangkan.
Dalam kamus lisānul arab jilbab bermakna mengalihkan sesuatu
dari suatu tempat ke tempat lain dapat didefinisikan dengan
gamis, pakaian yang lebih luas dari khimar, tapi bukan rida, yang
dipakai perempuan untuk menutupi kepala dan dada. Secara
kontekstual berdasarkan berbagai pandangan terkait jilbāb maka
jilbāb yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jilbāb yang
secara umum dimaknai sebagai pakaian berbentuk kurung yang
dijulurkan menutup seluruh tubuh serta penggunaan kerudung
yang terulur sampai dada perempuan.
Jilbab merupakan unsur budaya peradaban kuno.
Ketika sistem islam diterapkan, islam mengadopsi jilbab dan
merekonstruksinya sebagaimana dalam Al-Qur’an. Berdasarkan
landasan tersebut, Weltanschauung yang terkandung dalam
jilbab yakni: pertama, Pra Al-Qur’an (masa sebelum islam) jilbab
telah digunakan dan di pahami sebatas hiasan kepala, atau
sekedar sebagai penutup tubuh bagian belakang. Selain itu, Jilbab
merupakan representasi dari kaum bangsawan yang terhormat
sehingga budak tidak mengenakannya. Kedua, Qur’anic (masa
kedatangan islam): berdasarkan wahyu yang termaktub dalam
Al-Qur’an islam merekonstruksi makna jilbab secara fundamental
dan paripurna terbukti dengan konsep jilbab yang mulai di pahami
sebagai baju kurung yang dijulurkan untuk menutup seluruh
aurat bagi Muslimah. Ketiga, Post Qur’anic (Pasca masa kenabian):
berdasarkan penelitian kontemporer baik yang dilakukan oleh
linguist maupun mufassir kini jilbab dapat bermakna kerudung
(khimar).

• 212 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Al-Qur’an menggunakan term libās, tsiyāb dan jilbab


untuk menyebut pakaian. Setelah mengkomparasikan melalui
dekomposisi leksikal, terdapat perbedaan makna yang di temukan
yakni. libās bermakna pakaian menutup aurat, perhiasan dunia
akhirat, amal shaleh, rasa takut, sesuatu yang menutup (relasi
antara malam dan hubungan suami istri) dan dipakai. Memiliki
konotasi positif. tsiyāb bermakna pakaian baik secara general
(dalam bentuk apapun; bagus taua jelek, menutup atau terbuka,
luar atau dalam) maupun yang ada dalam surga dan neraka, hati,
akhlak baik. Jilbab bermakna pakaian menutup aurat khusus
Muslimah yang wajib di gunakan karena telah mendapat kepastian
hukum berlandaskan al-Ahzab:59.
Selain itu, semantik Al-Qur’an perspektif Toshihiko Izutsu
telah memenuhi standart penafsiran yang dirumuskan oleh ulama
maupun linguist karena berusaha membedah Weltanschauung
suatu konsep kata tertentu dan menemukan makna relasionalnya.

E. Kajian Terjemah: “Penggunaan Teknik Penerjemahan


Molina dan Albir serta Pengaruhnya terhadap Kualitas
Terjemahan Frasa Idhafi Matan Hadits Arba’in An-
Nawawi”

Latar Belakang
Pada kegiatan penerjemahan, penggunaan teknik yang
digunakan oleh penerjemah tidaklah menjadi satu hal yang
penting. Hal yang terpenting bagi seorang penerjemah adalah
teknik yang dipilih dapat memenuhi tujuan penerjemahan.
Di antara tujuan kegiatan penerjemahan adalah sebagai alat
komunikasi yang menghubungkan penulis dalam bahasa sumber
dengan pembaca dalam bahasa sasaran, dan penerjemah sebagai
mediator atau penghubung keduanya (Nababan, M. R., 2006).

• 213 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Ketepatan penggunaan teknik penerjemahan dari bahasa sumber


(BSu) ke bahasa sasaran (BSa) sangat berpengaruh pada kualitas
penerjemahan, hal ini dapat dibuktikan dengan pemahaman
pembaca tentang pesan, maksud, atau rasa yang disampaikan
oleh penulis dalam bahasa sumber.
Peneliti menemukan salah satu contoh teknik yang
digunakan penerjemah dalam menerjemahkan Matan Hadits al-
Arba’in al-Nawawi, diantaranya adalah:
BSu ‫ أمري املؤمنني‬Hadits Pertama
BSa Amirul Mukminin

Teknik yang digunakan oleh penerjemah adalah


peminjaman (borrowing). Teknik peminjaman maksudnya adalah
penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber.
Penerjemahan peminjaman pada frasa ini terdapat pada frasa “
” yang tetap diartikan menggunakan bahasa sumber
yaitu, ‘Amirul Mukminin’.
Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan teori
penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dan menilai
kulitas penerjemahan pada terjemahan frasa nomina dalam Matan
Hadits al-Arba’i>n al-Nawawi. Matan ini merupakan kumpulan
Hadits -hadis nabi yang dikumpulkan oleh seorang imam ahli
Hadis, yaitu Imam An-Nawawi. Matan Hadits al-Arba’i>n al-
Nawawi begitu populer di Indonesia, terlebih bagi santri-santri
pondok, karena dalam matan ini terdapat Hadis-Hadis nabi yang
sahih dan telah diakui kemurniannya oleh para ulama Hadis.
Selain itu hadis-hadis yang terdapat pada matan ini adalah hadis-
hadis pokok agama yang mudah dihafalkan.
Penerjemahan kitab Hadis menjadi hal yang penting
untuk dilakukan di Indonesia, karena Indonesia adalah negara
dengan jumlah penduduk yang mayoritas umat Islam, maka
sudah seharusnya mereka memahami ajaran agamanya melalui

• 214 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dalam memahami Al-Qur’an dan Al-


Hadis masyarakat Indonesia sering kali mengalami kesulitan,
selain karena minimnya penguasaan masyarakat Indonesia
terhadap Bahasa Arab, juga karena Bahasa Arab termasuk dalam
rumpun bahasa Semit-Hamit yang memiliki satu karakteristik
yaitu memproduksi kosakata berdasarkan tiga konsonan, yang
memungkinkan memiliki turunan dengan makna yang berbeda-
beda (Bustam, Betty Mauli Rosa & Rika Astari, 2018).

Rumusan Masalah :
1) Apa teknik-teknik yang digunakan untuk menerjemahkan
Matan Hadits al-Arba’in al-Nawawi?
2) Bagaimana kualitas teknik terjemahan Matan Hadits al-
Arba’in al-Nawawi terhadap pembaca?

Tujuan penelitian :
1. Menjelaskan teknik-teknik yang digunakan untuk mener­
jemahkan Matan Hadits al-Arba’in al-Nawawi.
2. Mendeskripsikan kualitas teknik terjemahan Matan Hadits
al-Arba’in al-Nawawi terhadap pembaca.

Teori/Kaidah
A. Teknik Penerjemahan Molina dan Albir
Molina dan Albir berpendapat bahwa teknik penerjemahan
memiliki lima ciri yaitu 1) mempengaruhi hasil terjemahan, 2)
dikelompokkan dengan perbandingan pada teks bahasa sumber,
3) berada pada tingkatan makro, 4) tidak saling berhubungan
tetapi berdasarkan konteks tertentu, 5) bersifat fungsional.
Penggunaan teknik penerjemahan juga akan menghasilkan
kualitas terjemahan yang akurat, terbaca, dan dapat diterima
oleh pembaca dalam bahasa sasaran. Di antara 18 teknik
penerjemahan menurut Molina dan Albir adalah, Literal

• 215 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Translation (Penerjemahan Harfiah), Adaptation (Adaptasi),


Amplification (Amplifikasi), Borrowing (Peminjaman), Calque
(Kalke), Compensation (Kompensasi), Description (Deskripsi),
Discursive Creation (Kreasi Diskursif), Established Equivalent
(Kesepadanan Lazim), Generalization (Generalisasi), Linguistic
Amplification (Amplifikasi Linguistik), Linguistic Compresion
(Kompresi Linguistik), Modulation (Modulasi), Particularization
(Partikularisasi), Reduction (Reduksi), Substitution (Subtitusi),
Variation (Variasi), dan Transposition (Transposisi).
B. Teori Kualitas Terjemah
Hasil terjemahan yang berkualitas harus memenuhi
ketiga aspek, aspek keakuratan, aspek keberterimaan, dan aspek
keterbacaan, berikut uraian dari ketiga aspek tersebut:
a) Aspek Keakuratan
Keakuratan adalah istilah yang digunakan saat proses evaluasi
hasil terjemahan yang menunjukkan apakah teks bahasa
sumber dan teks bahasa sasaran sudah sepadan.
Keakuratan berarti memeriksa mengenai makna yang
diterjemahkan dari teks bahasa sumber ke teks bahasa sasaran.
Hal ini dilakukan demi menyampaikan makna dengan sebenar-
benarnya. Dalam kegiatan penerjemahan, penerjemah tidak
diperkenankan menambah ataupun mengurangi pesan makna
yang tersirat dalam teks bahasa sumber.
b) Aspek Keberterimaan
Keberterimaan adalah penilaian suatu teks terjemahan yang
mengungkap makna yang tersirat dari teks bahasa sumber
sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya yang
berlaku di bahasa sasaran, baik pada tingkatan mikro maupun
tingkatan makro.
Keberterimaan menjadi hal yang begitu penting bagi pembaca
dalam bahasa sasaran, hal ini karena suatu teks terjemahan

• 216 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

dapat diterima oleh pembaca apabila terjemahan tersebut


sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan dalam bahasa sasaran.
c) Aspek Keterbacaan
Aspek keterbacaan adalah tingkatan kesukaran pemahaman
suatu teks terjemahan. Suatu teks terjemahan dinilai terbaca
ketika teks tersebut memiliki tingkat keterbacaan yang
tinggi apabila teks tersebut mudah dipahami dan dimengerti
oleh pembaca teks bahasa sasaran. Dalam menilai aspek
keterbacaan, peranan pembaca menjadi salah satu faktor
yang penting. Selain itu, aspek keterbacaan pada suatu
teks terjemahan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya, panjang suatu kalimat, jumlah kata-kata baru,
dan tingkat kerumitan tata bahasa yang digunakan.

Data:
Penjabaran penggunaan teknik penerjemahan dapat
disimpulkan dalam tabel berikut,
No Teknik Penerjemahan Jumlah Persentase
1. Literal Translation (Penerjemahan 64 Frasa 46 %
Harfiah)
2. Amplification (Amplifikasi) 25 Frasa 17,9 %
3. Borrowing (Peminjaman) 21 Frasa 15,1 %
4. Adaptation (Adaptasi) 12 Frasa 8,6 %
5. Compensation (Kompensasi) 6 Frasa 4,3 %
6. Description (Deskripsi) 4 Frasa 2,9 %
7. Discursive Creation (Kreasi Diskursif) 2 Frasa 1,4 %
8. Reduction (Reduksi) 2 Frasa 1,4 %
9. Generalization (Generalisasi) 1 Frasa 0,8 %
10. Modulation (Modulasi) 1 Frasa 0,8 %
11. Transposition (Transposisi) 1 Frasa 0,8 %
Jumlah 139 Frasa 100 %

• 217 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Berdasarkan penilaian 11 teknik penerjemahan oleh 37


responden, dapat dilihat dalam tabel berikut,
Penilaian 11 tenik penerjemahan oleh 37 responden
Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan
No Teknik
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1. Penerjema­han 68% 26% 6% 62% 34% 4% 63% 29% 8%
Harfiah
2. Amplifikasi 61% 29% 10% 52% 41% 7% 51% 35% 14%
3. Peminjaman 81% 16% 3% 70% 24% 6% 73% 20% 7%
4. Adaptasi 50% 37% 13% 48% 37% 15% 55% 33% 12%
5. Kompensasi 81% 16% 3% 73% 25% 2% 77% 19% 4%
6. Deskripsi 78% 20% 2% 75% 23% 2% 77% 18% 5%
7. Kreasi Diskursif 46% 46% 8% 45% 40% 15% 54% 27% 19%
8. Reduksi 60% 30% 10% 55% 37% 8% 61% 27% 12%
9. Generalisasi 46% 35% 19% 46% 35% 19% 46% 35% 19%
10. Modulasi 57% 30% 13% 49% 35% 16% 62% 19% 19%
11. Transposisi 60% 32% 8% 54% 32% 14% 60% 27% 13%

Metode:
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengumpulkan data terkait dengan masalah yang
diteliti. Fokus penelitian ini adalah menganalisis hasil terjemahan
matan Hadits al-Arba’in al-Nawawi karya Imam An-Nawawi. Hal-
hal yang diasumsikan dapat menjadi objek penelitian dalam matan
Hadits al-Arba’in al-Nawawi adalah mendeskripsikan teknik-
teknik penerjemahan yang digunakan saat menerjemahkan
matan Hadits al-Arba’in al-Nawawi karya Imam An-Nawawi dari
bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Peneliti membaca serta mempelajari buku, jurnal, maupun
artikel yang berkaitan dengan materi penerjemahan untuk
menemukan data. Selain itu, penulis menggunakan triangulasi
(gabungan), yaitu dengan mengumpulkan data-data yang

• 218 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

berbeda-beda untuk menemukan data dari sumber yang sama. Hal


ini dilakukan agar data yang ditemukan dari informan penelitian
menjadi lebih valid, konsisten, dan pasti, sehingga dapat dianalisis
dan disimpulkan.
Kemudian, agar hasil penelitian lebih maksimal, peneliti
menggunakan sumber data sekunder yang merujuk pada kamus,
buku, dan internet, Sedangkan, sumber data primer terkait
dengan penelitian terkait dengan penelitian dan dalam proses
menerjemahkan, peniliti akan merujuk pada terjemahan matan
Hadits Arba’in An-Nawawi yang diterbitkan oleh Pustaka Ibnu
Umar dan kuisioner oleh responden.

Pembahasan hasil penelitian


Dalam kitab ini, peneliti menemukan 139 frasa idhafi yang
diterjemahkan menggunakan 11 teknik penerjemahan dengan
rincian sebagai berikut,
a) Literal Translation (Penerjemahan Harfiah)
Data 1: (Hadits kedua)

‫ بينما حنن جلـوس‬BSu


ketika kami duduk BSa

Pada data pertama terdapat dua frasa idhafi yang


diterjemahkan menggunakan teknik literal translation
(penerjemahan harfiah) yaitu, “ dan “ ”. Kata
di dalam kamus memiliki arti ‘di waktu, di tengah-tengah, sedang,
ketika’, sedangkan kata merupakan dhomir yang memiliki
arti ‘kita’, dan kata merupakan masdar dari kata kerja
yang di dalam kamus memiliki arti “duduk”.
Pada kasus penerjemahan ini, penerjemah menerjemahkan
me­
ng­guakan teknik penerjemahan harifia. Penerjemah
me­­
nerjemahkan demi kata, hal ini dilakukan agar dapat

• 219 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

menyampaikan pesan dengan baik dan benar.


b) Amplification (Amplifikasi)
Data 5: (Hadits kedua)
ٌ َ َ َّ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ ّ ُ َ َ ْ َ َ َ ُ َ BSu
‫ال يرى علي ِه أثر السف ِر وال يع ِرفه ِمنا أحد‬
Tidak terlihat padanya bekas perjalanan jauh BSa

Pada data kelima terdapat frasa idhafi yang diterjemahkan


menggunakan teknik amplification (amplifikasi) yaitu, “ ”.
Kata ‫ رثأ‬di dalam kamus (Yunus, Mahmud, 1973) memiliki arti
“hadits, bekas”, sedangkan kata di dalam kamus memiliki
makna “perjalanan”. Akan tetapi pada kasus penerjemahan ini,
penerjemah menambahkan informasi dengan kata “jauh”, hal ini
dilakukan agar penerjemah dapat menyampaikan pesan dengan
akurat. Sehingga penerjemahan frasa idhafi menjadi
“bekas perjalanan jauh”.
c) Borrowing (Peminjaman)
Data 9: (Hadits kedua)
َّ َ ْ َ َ ُ َّ َ ُ ُ َ ََ
‫اهلل علي ِه َوسلم‬ ‫ فقال َرس ْول اهللِ صل‬BSu
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab BSa

Pada data kesembilan terdapat frasa idhafi yang


diterjemahkan menggunakan teknik borrowing (peminjaman)
yaitu, . Kata di dalam kamus (Yunus, Mahmud, 1973)
memiliki arti “utusan, pesuruh”, sedangkan lafadz lafdzun
jalalah yang tetap diartikan dengan lafadz Allah.
Pada penerjemahan frasa idhafi , penerjemah
menggunakan teknik peminjaman. Penerjemah meminjam
ungkapan dari bahasa sumber (BSu) untuk diterjemahkan ke
bahasa sasaran (BSa), sehingga penerjemah tetap menerjemahkan
frasa ini dengan ungkapan “rasulullah”. Hal ini dilakukan karena

• 220 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

ungkapan “rasulullah” lebih dikenal dan populer dibanding


ungkapan “utusan Allah”.
d) Adaptation (Adaptasi)
Data 13: (Hadits keempat)
َ َْ َ َ َ ْ ْ
‫ َوا ِإلث ُم ما حاك ِف نف ِسك‬BSu
Sedangkan dosa itu adalah sesuatu yang mengganjal di hatimu BSa

Pada data ketiga belas terdapat frasa idhafi yang


diterjemahkan menggunakan teknik adaptation (adaptasi)
yaitu, . Kata di dalam kamus (Yunus, Mahmud, 1973)
memiliki arti “roh, nyawa, tubuh diri seseorang, darah, niat,
orang, kehendak”. Sedangkan ( ) adalah kata ganti (dhomir) yang
memiliki arti “kamu”.
Pada kasus penerjemahan frasa idhafi ( ), penerjemah
mengganti unsur budaya bahasa sumber dengan unsur budaya
bahasa sasaran (BSa). Hal ini disebabkan karena dalam bahasa
sumber (Bsa) sesuatu perasaan yang mengganjal itu tempatnya di
hati. Penerjemahan menggunakan teknik adaptasi juga ditujukan
agar pembaca dalam bahasa sasaran dapat memahami pesan
yang disampaikan dalam teks tersebut.
e) Compensation (Kompensasi)
Data 17: (Hadits kedua puluh tujuh)
ُ ُْ ْ ُ ُّ ْ BSu
‫ب حس ُن الل ِق‬ ِ ‫ال‬
Kabajikan itu adalah akhlak yang baik BSa

Pada data ketujuh belas terdapat frasa idhafi yang


diterjemahkan menggunakan teknik compensation (kompensasi)
yaitu, . Kata di dalam kamus memiliki arti
“kebagusan, kebaikan”, sedangkan kata di dalam kamus
(Yunus, Mahmud, 1973) memiliki arti “akhlak, perangai”.

• 221 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Pada penerjemahan frasa idhafi , penerjemah


menggunakan teknik penerjemahan kompensasi. Hal ini
ditunjukkan oleh penerjemah dengan menambahkan penghubung
“yang”. Penerjemah memperkenalkan pengaruh stilistik teks
bahasa sumber dalam teks bahasa sasaran.
f) Description (deskripsi)
Data 21: (Hadits kedua puluh lima)
َ ْ َ ّ ُ َ ً َ َ َ َ ْ َ ّ ُ َ ً َ َ َ َ ْ َ ّ ُ َ ً َ َ َ َ ْ َ ّ ُ َّ BSu
ِ ‫ك تكبِري ٍة صدقة و‬
ِ ‫ك ت ِميد ٍة صدقة و‬
‫ك تهلِيل ٍة‬ ِ ‫إِن بِك ِل تسبِيح ٍة صدقة و‬
ًَ َ َ
‫صدقة‬
Sesungguhnya pada setiap tasbih (ucapan subhanallah) BSa
itu adalah shadaqah, setiap takbir (ucapan Allahu Akbar) itu
adalah shadaqah, setiap tahmid (ucapan Alhamdulillah) itu
adalah shadaqah, setiap tahlil (ucapan laa ilaaha illallah) itu
adalah shadaqah

Pada data kedua puluh satu terdapat frasa idhafi yang


diterjemahkan menggunakan teknik deskription (deskripsi)
yaitu, . Kata di dalam kamus memiliki arti “sekalian,
semuanya”, sedangkan kata berasal dari kata
yang memiliki arti (Yunus, Mahmud, 1973) “memahasucikan
Allah dengan bertasbih”.
Pada penerjemahan , penerjemah menggunakan
teknik penerjemahan deskripsi. Penerjemah mendeskripsikan
kata dengan kalimat “ucapan subhanallah”. Teknik ini
digunakan penerjemah agar pembaca dalam bahasa sasaran
dapat menerima dan memahami pesan yang disampaikan.
g) Discursive Creation (Kreasi Diskursif)
Data 25: (Hadits kedua puluh lima)
ٌَ َ َ ْ ُ َ َ ْ ُ
‫ َو ِف بضعِ أحدِكم صدقة‬BSu
Dan bercampurnya (jima’) seorang dari kalian shadaqah BSa

• 222 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Pada data kedua puluh lima terdapat satu frasa idhafi yang
diterjemahkan menggunakan teknik discursive creation (kreasi
diskursif) yaitu, . Kata di dalam kamus (Yunus,
Mahmud, 1973) memiliki arti “kemaluan perempuan”, sedangkan
frasa bermakna seseorang diantara kalian.
Pada kasus penerjemahan frasa , terjadi
penerjemahan yang tidak terduga. Penerjemah menggunakan
teknik penerjemahan kreasi diskursif agar pembaca dalam
bahasa sasaran dapat memahami konteks ini dengan benar.
Sehingga dalam konteks ini penerjemah menerjemahkan bukan
dengan makna “kemaluan perempuan” akan tetapi dengan
“bercampurnya (jima’)”.
h) Reduction (Reduksi)
Data 27: (Hadits ketiga puluh tiga)
ََ ُُ َ َ ْ ّ َ َّ ْ ُ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ ّ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ BSu
‫اإلسال ِم َوحِسابه ْم ع‬
ِ ِ ‫فإِذا فعلوا ذل ِك عصموا م ِِن دِماءهم وأموالـهم إِال ِب‬
‫ق‬
َ ‫اهللِ َت َع‬
‫اىل‬
Jika mereka telah melakukan hal itu, maka darah dan BSa
harta mereka terlindungi dariku, kecuali dengan hak Islam,
sedangkan hisab (perhitungan) mereka diserahkan kepada
Allah Ta’ala

Pada data kedua puluh tujuh terdapat satu frasa idhafi yang
diterjemahkan menggunakan teknik reduction (reduksi) yaitu,
. Kata di dalam kamus (Yunus, Mahmud, 1973) memiliki
arti “darah”, sedangkan merupakan kata ganti (dhamir) yang
memiliki arti “mereka”.
Pada penerjemahan frasa idhafi , penerjemah
menggunakan teknik penerjemahan reduksi. Frasa
hanya diterjemahkan “darah”, tidak dijelaskan “darah mereka”.
Penerjemah memadatkan informasi teks bahasa sumber agar
hasil terjemahan lebih jelas dan dapat diterima.

• 223 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

i) Generalization (Generalisasi)
Data 29: (Hadits pertama)

‫ وإنما للك امرئ ما نوى‬BSu


Dan sesungguhnya seseorang itu hanya mendapatkan sesuai BSa
dengan apa yang diniatkan

Pada data kedua puluh sembilan terdapat satu frasa


idhafi yang diterjemahkan menggunakan teknik generalization
(generalisasi) yaitu, Kata di dalam kamus memiliki arti
“sekalian, semuanya”, sedangkan kata dalam kamus (Yunus,
Mahmud, 1973) memiliki arti “orang laki-laki”.
Pada penerjemahan frasa idhafi , penerjemah
menggunakan teknik penerjemahan generalisasi. Frasa
hanya diterjemahkan “seseorang”, tidak diterjemahkan menjadi
“setiap orang”. Penerjemah menggunakan ungkapan yang lebih
umum agar hasil terjemahan lebih jelas dan dapat diterima.
j) Modulation (Modulasi)
Data 30: (Hadits pertama)
َ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ َّ َ َ َ َ ُ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ
‫ يا اب َن آدم ل ْو بلغت ذن ْوبك عنان السماءِ ث َّم استغف ْرت ِن غف ْرت لك‬BSu
Wahai anak adam! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit BSa
kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku, aku akan
mengampunimu.

Pada data ketiga puluh terdapat satu frasa idhafi yang


diterjemahkan menggunakan teknik modulation (modulasi)
yaitu, . Kata di dalam kamus memiliki arti “awan”,
sedangkan kata dalam kamus (Yunus, Mahmud, 1973)
memiliki arti “langit, awan, hujan”.
Pada penerjemahan frasa idhafi , penerjemah
menggunakan teknik penerjemahan modulasi. kalimat
diterjemahkan “setinggi”, tidak diterjemahkan menjadi “awan”.

• 224 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Penerjemah mengubah sudut pandang awan menjadi “tinggi”. Hal


ini dilakukan agar hasil terjemahan lebih jelas dan dapat diterima.
k) Transposition (Transposisi)
Data 31: (Hadits kedua)
ْ َّ َ ُْ َ َّ ََ ُْ َ ٌ ُ ََْ َ ََ َ ْ
‫اب شدِيد س َوا ِد الشع ِر‬ ِ ‫ إِذ طلع علينا َرجل شدِيد بي‬BSu
ِ ‫اض اثل ِي‬
Tiba-tiba muncul kepada kami seorang laki-laki yang BSa
berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam

Pada data ketiga puluh satu terdapat dua frasa idhafi yang
diterjemahkan menggunakan teknik transposition (transposisi)
yaitu, . Kata di dalam kamus memiliki arti
“yang kokoh, kuat”. Kata dalam kamus (Yunus, Mahmud,
1973) memiliki arti “warna putih”, sedangkan kata “
” merupakan bentuk jamak dari “ ” yang di dalam kamus
memiliki arti “pakaian, baju”.
Pada penerjemahan frasa idhafi , penerjemah
menggunakan teknik penerjemahan transposisi. kalimat
yang merupakan kata benda, dirubah menjadi kata kerja yang
diterjemahkan menjadi “berpakaian”, tidak diterjemahkan
menjadi “baju/pakaian”. Hal ini dilakukan agar hasil terjemahan
lebih jelas dan dapat diterima.

Kesimpulan
Dari analisis penggunaan teknik penerjemahan Molina
dan Albir dalam terjemahan frasa idhafi matan hadits Arba’in An-
Nawawi dan kualitasnya, dapat disimpulkan bahwa:
1. Teknik penerjemahan harfiah merupakan teknik yang
paling banyak dilakukan untuk menerjemahkan frasa idhafi
yaitu sebanyak 64 frasa idhafi. Selain itu Sebelas teknik
penerjemahan yang digunakan diantaranya, penerjemahan
harfiah, amplifikasi, peminjaman, adaptasi, kompensasi,

• 225 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

deskripsi, kreasi diskursif, reduksi, generalisasi, modulasi, dan


transposisi,
2. Dari kesebelas teknik yang digunakan oleh penerjemah, teknik
kompensasi dan teknik deskripsi dinilai memiliki kualitas yang
baik dalam menyampaikan maksud, pesan dan tujuan kepada
pembaca dalam bahasa sasaran.

F. Kajian Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran berasal dari kata belajar, yang berarti ber­


usaha memperoleh kepandaian dan ilmu. Pembelajaran menurut
KBBI diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar. Maka pembelajaran bahasa Arab
dapat diartikan dengan proses menjadikan pemelajar bahasa
Arab mau berusaha untuk memperoleh kepandaian dan ilmu
yang berkaitan dengan bahasa Arab.
Proses pembelajaran bahasa Arab tentu tidak terlepas dari
interaksi antara guru dan murid. Guru berusaha mengarahkan,
menyampaikan, dan menyajikan bahasa Arab sebagai materi
pembelajaran dari berbagai aspeknya yang kemudian berusaha
untuk diterima oleh murid dengan baik. Proses penyampaian dan
penyajian tersebut meliputi berbagai unsur yang saling berkaitan,
seperti fasilitas, perlengkapan, dan prosedur pembelajaran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran
bahasa Arab tidak hanya terbatas pada bagaimana guru mengajar
dan bagaimana murid menerima apa yang diajarkan oleh guru.
Akan tetapi pembelajaran merupakan kombinasi dari unsur
manusiawi (guru dan murid) yang mengajar dan belajar, prosedur
yang mengarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran, dan
fasilitas yang mendukung dan memudahkan terlaksananya
kegiatan pembelajaran.

• 226 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Berdasarkan pada konsep pembelajaran di atas, maka


penelitian dalam pembelajaran bahasa Arab tidak hanya
terbatas pada penelitian yang berkaitan dengan bagaimana guru
mengajarkan bahasa Arab dan bagaimana murid menerima
pelajaran tersebut, namun dapat mencakup berbagai hal
lainnya. Mahsun (2019) menyebutkan bahwa masalah penelitian
pembelajaran bahasa (tak terkecuali bahasa Arab) setidaknya
dapat bersumber dari empat komponen yang terkait dengan
substansi pembelajaran bahasa, yaitu:
1. Standar kompetensi lulusan yang hendak dicapai dari
pelaksanaan pembelajaran bahasa;
2. Standar isi yang menjadi materi pembelajaran bahasa untuk
mencapai standar kompetensi lulusan;
3. Standar proses pembelajaran, termasuk juga di dalamnya
media yang digunakan dalam menyampaikan isi atau materi
pembelajaran bahasa sehingga kompetensi lulusan dapat
dicapai;
4. Standar proses penilaian yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana ketersampaian materi dalam sebuah proses
pembelajaran bahasa.
Masalah-masalah penelitian yang berkaitan dengan empat
substansi pembelajaran bahasa di atas setidaknya dapat berasal
dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, hasil bacaan,
maupun pengamatan sekilas.
Pengalaman pribadi baik sebagai peserta didik maupun
sebagai guru. Misalnya, menurut kita kemampuan berbicara
dalam bahasa Arab yang baik yang dimiliki sekarang sangat
banyak dipengaruhi oleh metode langsung (direct method)
yang digunakan oleh guru kita dahulu. Kemudian kita ingin
mengetahui lebih dalam terkait dengan seberapa jauh pengaruh
yang disebabkan oleh penggunaan metode langsung tersebut
dalam pembelajaran bahasa Arab. Apakah benar kemampuan kita

• 227 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

untuk berbicara dalam bahasa Arab yang baik itu salah satunya
disebabkan oleh penggunaan metode langsung? Ataukah ada
faktor lain yang menjadi penyebabnya?
Pengalaman orang lain. Seperti rendahnya motivasi rekan-
rekan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran bahasa Arab,
atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh sesama pengajar
dalam mengajarkan bahasa Arab. Kedua permasalahan ini dapat
diangkat sebagai masalah penelitian yang bertujuan untuk
mengungkap lebih dalam penyebab rendahnya motivasi dan
bentuk-bentuk kesulitan yang dihadapi oleh pengajar dengan
disertai kajian tentang tawaran solusinya.
Hasil bacaan. Terutama dengan memperbanyak membaca
hasil-hasil penelitian terdahulu. Dari situlah kemudian peneliti
mencoba mencari celah penelitian berdasarkan kekurangan atau
kontradiksi yang ada pada penelitian-penelitian terdahulu. Atau
ketika kita menemukan penjelasan atau teori dalam sebuah bacaan
yang ternyata berbeda dengan apa yang ada dalam kenyataan.
Sebagai contoh, pada sebuah penelitian disebutkan bahwasanya
pembelajaran bahasa Arab yang dilakukan secara online
disenangi oleh mayoritas peserta didik, sedangkan penelitian
lainnya menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu mayoritas peserta
didik tidak menyukai pembelajaran bahasa Arab yang dilakukan
secara online. Dari perbedaan hasil penelitian sebelumnya inilah
kemudian seorang peneliti dapat memulai penelitiannya untuk
menemukan jawaban dari perbedaan tersebut. Penelitian yang
akan dilakukan terkait dengan contoh di atas sebaiknya dilakukan
dengan prosedur penelitian yang lebih lengkap dan menyeluruh
serta jumlah partisipan atau sampel yang lebih bisa mewakili
jumlah populasi.
Pengamatan sekilas. Misalnya, kita melihat bahwasanya
banyak lulusan program studi Bahasa dan Sastra Arab yang bekerja
di luar bidang keilmuannya atau tidak sama dengan kompetensi

• 228 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

lulusan yang seharusnya. Dari apa yang kita amati itu kemudian
kita bisa melakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti “mengapa hal tersebut sering terjadi?”,
“apakah karena kurikulum yang dirancang oleh program studi
tidak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia
kerja?”, “atau karena para lulusan yang kurang berminat untuk
terjun di dunia kerja yang sesuai dengan bidang keilmuannya?”.
Hasil kajian tersebut kemudian diharapkan mampu memberikan
masukan kepada berbagai pihak.

1. Penelitian Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa Arab


Ditinjau dari materi yang diajarkan, pembelajaran bahasa
Arab terbagi menjadi dua, yaitu pembelajaran aspek keterampilan
berbahasa dan pembelajaran unsur kebahasaan. Pembelajaran
aspek keterampilan berbahasa Arab selanjutnya terbagi menjadi
dua, yaitu pembelajaran keterampilan berbahasa yang bersifat
aktif atau produktif yang terdiri dari pembelajaran keterampilan
berbicara (maharah kalam) dan pembelajaran keterampilan
menulis (maharah kitabah), serta pembelajaran keterampilan
berbahasa yang bersifat pasif atau reseptif yang terdiri dari
pembelajaran keterampilan menyimak (maharah istima’) dan
pembelajaran keterampilan membaca (maharah qira’ah). Adapun
pembelajaran unsur kebahasaan terdiri dari pembelajaran
mufradat (kosakata bahasa Arab) dan pembelajaran qawaid (tata
bahasa Arab).

• 229 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Bagan Pembelajaran Bahasa Arab Ditinjau dari Materi yang


Diajarkan

a.
Penelitian Pembelajaran Keterampilan Menyimak
(Maharah Istima’)
Menyimak merupakan keterampilan berbahasa pertama
yang dialami oleh manusia. Bayi yang baru lahir tentu tidak serta
merta langsung bisa berbicara dengan bahasa yang baik. Namun
seiring berjalannya waktu dengan banyaknya bahasa yang ia
simak dari lingkungannya (baik orang tua, saudara, keluarga,
dan lainnya), ia kemudian perlahan mampu untuk mengikuti
atau mengucapkan apa yang telah ia simak. Munip (2017)
bahkan menyebut keterampilan menyimak sebagai keterampilan
prasyarat bagi keterampilan berbicara atau terjadinya
komunikasi dua arah. Menurutnya, seseorang tidak mungkin
bisa merespon secara verbal pembicaraan orang lain tanpa ia
memahami pembicaraan orang tersebut yang dilakukan dengan
jalan menyimak. Maka tanpa memiliki kemampuan menyimak
yang baik, maka dapat dipastikan bahwa komunikasi tidak akan
berjalan dengan lancar.
Kemampuan menyimak dan memahami maksud
pembicaraan merupakan dua kemampuan yang saling melengkapi.

• 230 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Oleh sebab itu, seorang pemelajar bahasa perlu melatih


kemampuan ini sebagai langkah awal dalam menguasai suatu
bahasa, khususnya bahasa Arab. An-Naqah (1985) menyebutkan
urutan kemampuan yang harus dicapai dalam pembelajaran
keterampilan menyimak bahasa Arab, yaitu:
1) Kemampuan mengenali dan membedakan bunyi-bunyi dalam
bahasa Arab.
2) Kemampuan mengenali dan membedakan harakat panjang
dan pendek.
3) Kemampuan membedakan bunyi-bunyi yang berdekatan atau
mirip dalam bahasa Arab
4) Kemampuan mengenali dan membedakan bunyi bahasa Arab
yang mengandung tasydid dan tanwin.
5) Kemampuan dalam mengaitkan simbol bunyi dengan simbol
tertulis
6) Kemampuan menyimak bahasa Arab tanpa terhalangi oleh
kaidah pengorganisasian makna.
7) Kemampuan memahami makna kontekstual dari kosakata
yang digunakan dalam percakapan pada umumnya.
8) Kemampuan memahami makna isytiqaqi (perubahan makna
yang disebabkan oleh perubahan bentuk kata) dari kosakata
bahasa Arab
9) Kemampuan memahami penggunaan pola ungkapan dalam
bahasa Arab
10)Kemampuan memahami penggunaan bahasa Arab ber­dasar­
kan tadzkir, ta’nits, bilangan (al-‘adad), keterangan waktu
(al-azminah), kata kerja (al-af’al), dan lainnya yang bertujuan
untuk memperjelas makna.
11)Kemampuan memahami makna-makna yang berkaitan
dengan aspek-aspek budaya Arab.

• 231 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

12)Kemampuan memahami kosakata bahasa Arab yang sering


berbeda dengan kosakata padanannya dalam bahasa Ibu.
13)Kemampuan memahami maksud yang disampaikan oleh
pembicara berdasarkan intonasi, nada bicara, dan lainnya.
14)Kemampuan memahami dan merespon sebuah pembicaraan.
Kemampuan-kemampuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran maharah istima’ di atas diklasifikasikan lebih
rinci lagi menurut tingkat pendidikan dari peserta didik.
Misalnya kemampuan pada nomor 1-5 dijadikan sebagai tujuan
pembelajaran bahasa Arab pada sekolah dasar (SD). Ketercapaian
atau ketidaktercapaian tujuan pembelajaran di atas kemudian
bisa dikaji lebih lanjut melalui penelitian yang berkaitan dengan
faktor-faktor keberhasilan atau faktor-faktor penghambat dalam
pembelajaran maharah istima’ pada lembaga pendidikan tertentu.
Berikut disajikan contoh kajian lainnya yang berkaitan dengan
pembelajaran maharah istima’:
Contoh kajian 1: “Manfaat Media Sosial dalam Pem­
belajar­
an Bahasa Arab untuk Meningkatkan Kemahiran Istima’
(Mendengar)” (Suroiyah, 2020).
Kerangka teori: 1) definisi media sosial, karakteristik media
sosial, fungsi media sosial, jenis-jenis media sosial; 2) kemahiran
istima’
Metode penelitian: penelitian lapangan dengan pen­
dekatan
kualitatif
Teknik pengumpulan data: 1) wawancara terhadap pendidik
dan peserta didik; 2) observasi; 3) dokumentasi
Data yang dibutuhkan: 1) manfaat media sosial dalam
pembelajaran kemahiran istima’ bagi peserta didik; 2) manfaat
media sosial dalam pembelajaran kemahiran istima’ bagi guru
Contoh kajian 2: “Pembelajaran Maharah Istima’ dengan Lagu
Berbahasa Arab”

• 232 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Kerangka teori: 1) konsep pembelajaran maharah istima’; 2)


unsur keterampilan yang harus dicapai dalam pembelajaran
maharah istima’; 3) popularitas lagu berbahasa Arab di kalangan
siswa
Metode penelitian: penelitian lapangan dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data: 1) observasi, dilakukan dengan
melakukan pengamatan langsung terkait dengan proses
pembelajaran maharah istima’ dengan menggunakan lagu
berbahasa Arab. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk
mengumpulkan data terkait dengan kesulitan, kendala, kelebihan,
dan keunggulan dalam penggunaan lagu berbahasa Arab dalam
pembelajaran maharah istima’. 2) wawancara, dilakukan terhadap
guru dan siswa untuk menguatkan dan menggali lebih dalam data
yang diperoleh dari observasi atau dilakukan untuk mencari data
lain yang dibutuhkan.
Data yang dibutuhkan: 1) langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran maharah istima’ dengan menggunakan lagu
berbahasa Arab; 2) perspektif siswa dan guru terkait dengan
pembelajaran maharah istima’ dengan menggunakan lagu
berbahasa Arab; 3) kesulitan, kendala, kelebihan, dan/atau
kekurangan penggunaan lagu berbahasa Arab dalam pembelajaran
maharah istima’.

b.
Penelitian Pembelajaran Keterampilan Berbicara
(Maharah Kalam)
Hakikat bahasa menurut Ronal Wardhaugh (1972)
sebagaimana dikutip oleh Taufiq (2018) ialah bahasa sebagai
suara atau bunyi (language as vocal), yang berarti suara
merupakan media yang paling utama bagi bahasa. Adapun tulisan
merupakan media yang kedua bagi bahasa, yang mana tulisan
merupakan turunan dari tuturan (speaking). Pendapat tersebut
sejalan dengan defini bahasa menurut Ibnu Jinny yaitu:

• 233 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

‫اللغة يه أصوات يعرب بها لك قوم عن أغراضهم‬

“bahasa merupakan bunyi yang digunakan oleh suatu kaum


(kelompok masyarakat) untuk mengungkapkan maksud mereka”

Maka tidak salah jika banyak dari pemelajar bahasa saat ini
yang mulai belajar bahasa Arab dari keterampilan berbicara, atau
bagaimana berkomunikasi dengan bahasa ini. Sebagaimana yang
seringkali dipahami ketika seseorang mengatakan bahwasanya
temannya telah menguasai sebuah bahasa (misalnya bahasa Arab),
maka yang terbesit dalam pikiran adalah bahwasanya ia telah
mahir dalam berbicara dengan bahasa Arab. Hal ini menunjukkan
bahwasanya pembelajaran keterampilan berbicara (maharah
kalam) sangat penting dalam pembelajaran bahasa Arab.
Urutan kemampuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran maharah kalam sebagaimana yang disebutkan oleh
An-Naqah (1985) antara lain:
1) Kemampuan dalam mengucapkan bunyi bahasa Arab yang
dapat dipahami oleh para penutur bahasa Arab.
2) Kemampuan dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa Arab
yang berdekatan dan mirip
3)
Kemampuan dalam membedakan pengucapan harakat
panjang dan pendek
4) Kemampuan dalam mengekspresikan pemikiran dengan
menggunakan ash-shigah an-nahwiyyah yang tepat
5) Kemampuan dalam mengekspresikan pemikiran dengan
struktur bahasa yang tepat khususnya dengan bahasa lisan.
6) Kemampuan dalam menerapkan aturan gramatika bahasa
Arab seperti tadzkir, ta’nits, al-‘adad (bilangan), tamyiz, hal,
dan lainnya sebagaimana yang digunakan oleh para penutur
bahasa Arab.

• 234 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

7) Kekayaan bahasa lisan yang sesuai dengan umur, tingkat


kedewasaan, dan kemampuan yang kemudian diaplikasikan
ketika berkomunikasi
8) Kemampuan dalam menggunakan ungkapan-ungkapan dalam
budaya Arab yang dapat diterima serta memiliki pengetahuan
dasar terkait dengan tradisi keilmuan Arab dan Islam.
9) Kemampuan dalam mengekspresikan atau memperkenalkan
diri dengan jelas dan dapat dipahami pada berbagai kondisi.
10)Kemampuan dalam berbicara secara spontan dengan bahasa
Arab pada berbagai situasi.
Berikut disajikan contoh kajian yang berkaitan dengan
pembelajaran maharah kalam:
Contoh kajian: “Kegiatan Muhadatsah Harian di Pondok Pesan­
tren sebagai Salah Satu Bentuk Pembelajaran Maharah Kalam”
Kerangka teori: 1) konsep pembelajaran maharah kalam; 2)
tujuan pembelajaran maharah kalam; 3) kegiatan muhadatsah
Metode penelitian: penelitian lapangan dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif
Teknik pengumpulan data: 1) observasi, dilakukan dengan
mengamati kegiatan muhadatsah harian. Selain itu juga dapat
dilakukan untuk mengamati perubahan keterampilan berbicara
santri sebagai hasil dari kegiatan muhadatsah; 2) wawancara,
dilakukan terhadap ustadz yang bertanggung jawab atas kegiatan
muhadatsah atau pimpinan pondok pesantren untuk memperoleh
data terkait dengan latar belakang dan alasan pelaksanaan
kegiatan muhadatsah harian di lingkungkan pondok pesantren.
Wawancara juga dapat dilakukan untuk menggali data dari
para santri terkait dengan perubahan keterampilan berbicara
bahasa Arab yang mereka rasakan setelah mengikuti kegiatan
muhadatsah harian. Dengan begitu, hasil pengamatan dari peneliti
dapat divalidasi dengan hasil wawancara.

• 235 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Data yang dibutuhkan: 1) pelaksanaan kegiatan muhadatsah


harian (kapan dan bagaimana); 2) latar belakang pelaksanaan
kegiatan muhadatsah harian; 3) peran kegiatan muhadatsah
dalam mengasah keterampilan berbicara bahasa Arab santri.

c.
Penelitian Pembelajaran Keterampilan Membaca
(Maharah Qira’ah)
Keterampilan membaca sangat dibutuhkan untuk
memahami informasi tertulis yang ada di media cetak maupun
elektronik. Keterampilan membaca juga berperan sebagai kunci
dalam membuka dan memperluas pengetahuan melalui bacaan
yang ada pada kedua media tersebut. Keterampilan membaca
yang baik akan menghasilkan pemahaman yang sesuai dengan
pesan yang ingin disampaikan oleh penulis di dalamnya. Dengan
demikian, keterampilan membaca merupakan salah satu
keterampilan dalam berbahasa yang sangat penting. Urgensi
keterampilan membaca dewasa ini semakin bertambah seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada berbagai
aspek kehidupan.
Membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa
yang kompleks yang membutuhkan perhatian lebih pada
berbagai aspek seperti critical thinking, penguasaan kosakata,
kemampuan berbahasa, manajemen waktu, strategi membaca,
dan konsentrasi (Albdour, 2015). Membaca bukan hanya sekedar
membunyikan huruf-huruf atau kata-kata, akan tetapi merupakan
sebuah keterampilan yang melibatkan berbagai kerja akal dan
pikiran yang meliputi semua bentuk berpikir, memberi penilaian,
memberi keputusan, menganalisis, dan mencari pemecahan
masalah. Maka terkadang seseorang yang sedang membaca
teks harus berhenti sejenak atau mengulang lagi satu atau dua
kalimat yang telah dibaca guna berpikir dan memahami apa yang
dimaksud dalam bacaan (Hamid dkk., 2008).

• 236 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Dalam konteks pendidikan, keterampilan membaca


mungkin menjadi hal utama yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa. Hal ini disebabkan karena membaca membantu
mereka dalam meningkatkan kinerja akademik mereka (Daniel
dkk., 2017). Dengan membaca, siswa akan memperoleh banyak
pengetahuan baru dari materi yang dibacanya. Oleh sebab itu,
keterampilan membaca harus dilatih dengan sungguh-sungguh
agar siswa mendapatkan prestasi yang baik dalam proses
pembelajaran. Siswa yang menerapkan membaca secara efektif
dapat meningkatkan kemampuan belajar mereka, pemahaman
materi pembelajaran, dan kemampuan menghafal (Robbani &
Khoirotunnisa, 2021).
Tujuan dari pembelajaran maharah qira’ah menurut An-
Naqah (1985) antara lain:
1) Kemampuan mengucapkan simbol-simbol tertulis dalam
bahasa Arab dengan tepat.
2) Kemampuan membaca teks berbahasa Arab dengan suara
keras dan dengan pengucapan yang benar.
3) Kemampuan memahami pesan umum dari teks berbahasa
Arab secara langsung dan mampu memahami perubahan
makna yang disebabkan oleh perubahan tarkib (struktur).
4) Kemampuan memahami makna-makna kosakata bahasa Arab
berdasarkan konteksnya, serta mampu membedakan makna
kosakata yang digunakan dalam bahasa lisan dan tulisan.
5) Kemampuan memahami makna-makna kalimat yang ada
dalam paragraf serta memahami keterkaitan makna antar
kalimat-kalimat tersebut.
6) Kemampuan membaca dan memahami tanpa terhalang oleh
permasalah tata bahasa Arab (qawaid).
7) Kemampuan dalam memahami gagasan-gagasan penjelas dan
mampu mengaitkannya dengan gagasan pokok.

• 237 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

8) Kemampuan dalam mengenali tanda-tanda baca dan fungsinya


masing-masing.
9) Kemampuan dalam membaca dan memahami tanpa bantuan
kamus atau daftar kosakata.
10)Kemampuan membaca ekstensif yang dimulai dari membaca
koran, kemudian membaca berbagai sumber informasi tertulis
lainnya yang berkaitan dengan budaya, sejarah, dan peristiwa-
peristiwa aktual.
Sepuluh kemampuan yang perlu dikuasai dalam
pembelajaran maharah qira’ah tersebut pada hakikatnya terdiri
dari dua kemampuan umum. Pertama, kemampuan mengubah
lambang tulis menjadi bunyi. Kedua, kemampuan menangkap
arti atau makna dari seluruh situasi yang dilambangkan dengan
lambang tulis tersebut. Inti dari keterampilan membaca terletak
pada aspek yang kedua. Namun hal ini tidak berarti bahwa
kemahiran dalam aspek pertama tidak penting, sebab kemahiran
dalam aspek yang pertama mendasari kemahiran yang kedua.
Betapapun juga, keduanya merupakan tujuan yang hendak dicapai
dalam pembelajaran bahasa (Mustofa, 2011). Lebih lanjut, Munip
(2017) menyebut kedua aspek tersebut dengan aspek mekanistik
dan aspek mentalistik (aqliyah).
Berikut disajikan secara sederhana contoh kajian yang
berkaitan dengan pembelajaran maharah qira’ah:
Contoh kajian: “Koran Berbahasa Arab sebagai Materi
Pembelajaran Maharah Qira’ah”
Kerangka teori: 1) konsep pembelajaran maharah qira’ah; 2)
aspek-aspek maharah qira’ah; 3) jenis-jenis materi pembelajaran
maharah qira’ah; 4) non-authentic material dalam pembelajaran
keterampilan membaca
Metode penelitian: penelitian lapangan dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif

• 238 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Teknik pengumpulan data: 1) observasi, dilakukan dengan


mengamati pembelajaran maharah qira’ah dengan menggunakan
koran berbahasa Arab; 2) wawancara, dilakukan dengan guru
untuk mengetahui tahap-tahap yang dilalui dalam melaksanakan
pengajaran maharah qira’ah dengan menggunakan koran
berbahasa Arab mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan
cara guru mengevaluasi hasil pembelajaran.
Data yang dibutuhkan: 1) pelaksanaan pembelajaran maharah
qira’ah dengan menggunakan koran berbahasa Arab; 2) kendala
yang dihadapi serta keunggulan yang dirasakan oleh guru
dalam melaksanakan pembelajaran maharah qira’ah dengan
menggunakan non-authentic material, khususnya koran berbahasa
Arab; 3) pandangan peserta didik terhadap pembelajaran
maharah qira’ah dengan menggunakan koran berbahasa Arab.

d. Penelitian Pembelajaran Keterampilan Menulis (Maharah


Kitabah)
Jika bahasa memiliki dua fungsi mendasar dalam kehidupan
manusia, yaitu untuk berkomunikasi dan mempermudah manusia
dalam proses berpikir serta mengekspresikan dirinya, maka
keterampilan menulis (maharah kitabah) memiliki kemampuan
dalam pelaksanaan kedua fungsi tersebut. Maka dapat dikatakan
bahwasanya ekspresi dalam bentuk tulisan (keterampilan
menulis) merupakan salah satu sarana komunikasi yang secara
tidak langsung juga menjadi salah satu jalan dapat menyampaikan
buah pemikiran (An-Naqah, 1985).
Lebih lanjut, An-Naqah (1985) menyebutkan secara rinci
kemampuan yang perlu dicapai dalam pembelajaran maharah
kitabah, antara lain:
1) Kemampuan dalam menulis huruf-huruf bahasa Arab
(hijaiyah) serta mampu mengaitkan bentuk huruf (simbol
tertulis) dengan bunyinya.

• 239 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

2) Kemampuan dalam menulis kata-kata dalam bahasa Arab


dengan huruf-huruf terpisah dan huruf-huruf bersambung
serta mampu memedakan bentuk penulisan huruf pada awal
kata, tengah kata, dan akhir kata.
3) Menguasai cara menulis bahasa Arab dengan khath atau
tulisan yang jelas dan benar.
4) Kemampuan menulis dengan jenis khat naskhi atau riq’ah,
tergantung pada jenis mana yang dianggap lebih mudah bagi
pemelajar.
5) Menguasai teknik penulisan bahasa Arab yang dimulai dari
kanan ke kiri.
6) Mengenali tanda-tanda baca serta penggunaannya.
7) Mengetahui dasar-dasar imla’ yang berkaitan dengan
karakteristik bahasa Arab dengan berbagai perbedaan pada
pengucapan dan penulisaannya atau sebaliknya, seperti
penulisan tanwin, ta’ maftuhah dan ta’ marbuthah, hamzah,
dan sebagainya.
8) Kemampuan menerjemahkan pikiran dalam kalimat-kalimat
yang tertulis dengan struktur kata yang tepat.
9) Kemampuan menerjemahkan pikiran dalam kalimat-kalimat
yang benar sesuai dengan konteksnya, seperti perubahan
bentuk kata dan strukturnya yang berpengaruh pada makna
(mufrad, muannats, dan jamak, mudzakkar dan muannats,
idhafah, dan sebagainnya).
10)Kemampuan menerjemahkan pikiran dengan shigah nahwiyah
yang tepat.
11)Kemampuan menggunakan gaya-gaya penulisan yang sesuai
dengan topik atau gagasan
12)Mampu menulis dengan cepat tentang apa yang terlintas
dipikiran dengan bahasa yang benar dan jelas.

• 240 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Berikut disajikan secara sederhana contoh kajian dalam


pembelajaran maharah kitabah:
Contoh kajian: “Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Maharah Kitabah Secara Online”
Kerangka teori: 1) konsep pembelajaran maharah kitabah; 2)
ruang lingkup maharah kitabah; 3) pembelajaran online
Metode penelitian: penelitian lapangan dengan metode
deskriptif kualitatif
Teknik pengumpulan data: 1) observasi, dilakukan dengan
mengikuti pembelajaran maharah kitabah yang dilaksanakan
secara online berikut dengan kendala-kendala yang dihadapi baik
oleh guru maupun siswa. 2) wawancara, dilakukan untuk menggali
data yang lebih mendalam terkait dengan kendala-kendala dalam
pembelajaran maharah kitabah secara online.
Data yang dibutuhkan: 1) pelaksanaan pembelajaran maharah
kitabah yang dilaksanakan secara online; 2) kendala yang dihadapi
guru dalam pembelajaran maharah kitabah yang dilaksanakan
secara online; 3) kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran
maharah kitabah yang dilaksanakan secara online.
e.
Penelitian Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab
(Mufradat)
Mufradat (kosakata) merupakan bagian penting dalam
sebuah pembelajaran bahasa Arab. Dengan perbendaharaan
kosakata yang luas, seorang pemelajar bahasa Arab mampu
memahami ujaran yang ia simak lalu meresponnya dengan
tepat sesuai dengan apa yang ia pikirkan sehingga pesan yang
dimaksudkan dapat tersampaikan. Begitu juga ketika membaca, ia
tidak akan terhalang oleh ketidaktahuannya akan kata-kata yang
ada dalam sebuah teks, sehingga memperoleh pemahaman yang
menyeluruh dan terhindar dari kesalahpahaman. Terlebih ketika
menulis, seseorang yang memiliki perbendaharaan kosakata yang

• 241 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

luas akan lebih mampu berselancar dengan pikirannya dalam


tulisan dengan bahasa yang tidak monoton dan itu-itu saja.
Dalam pembelajaran bahasa Arab, mufrodat biasanya
memang tidak diajarkan pada satu pertemuan secara penuh.
Dalam arti, satu pertemuan pembelajaran hanya membahas
mufradat saja. Pembelajaran mufradat seringkali dilakukan
bersamaan dengan pembelajaran-pembelajaran aspek bahasa
Arab lainnya. Dalam pembelajaran maharah istima’ misalnya,
mufradat biasanya diajarkan setelah mendengar sebuah ujaran
atau audio. Atau dalam pembelajaran keterampilan membaca,
pengajar biasanya mengajarkan atau meminta siswa untuk
mencari tahu makna kosakata-kosakata sulit yang mereka
temukan dari bacaan, yang kemudian makna kosakata-kosakata
tersebut dikonfirmasi dan diperjelas oleh guru. Atau bisa saja
sebelum melaksanakan pembelajaran maharah kalam, guru
meminta siswa untuk menghafalkan kosakata-kosataka yang ada,
kemudian meminta mereka untuk menyusun kalimat dengan
kosakata-kosakata tersebut.
Berikut disajikan contoh secara sederhana contoh kajian
dalam pembelajaran mufradat:
Contoh kajian: “Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Arab
(Mufradat) Melalui Penggunaan Media Kartu Kara Bergambar”
(Fajriah, 2015)
Kerangka teori: 1) penguasaan kosakata bahasa Arab
(mufradat); 2) media pembelajaran bahasa Arab; 3) media kartu
kata bergambar
Metode penelitian: penelitian tindakan (action research)
Teknik pengumpulan data: 1) non-tes: observasi, wawancara,
dan dokumentasi (data kualitatif); 2) tes (data kuantitatif)
Data yang dibutuhkan: 1) tingkat penguasaan mufradat siswa 2)
peningkatan penguasaan mufradat siswa 3) bentuk peningkatan
penguasaan mufradat siswa

• 242 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

f. Penelitian Pembelajaran Tata Bahasa Arab (Qawaid)


Pembelajaran qawaid yang dimaksud dalam hal ini adalah
pembelajaran nahwu dan sharaf. Kedua cabang ilmu dalam bahasa
Arab tersebut menjadi pondasi yang saling menguatkan bagi
penguasaan bahasa Arab seseorang. Tanpa keduanya, seseorang
akan kesulitan dalam memahami dan menggunakan bahasa Arab
dengan baik dan benar.
Nahwu secara bahasa berarti arah, menyengaja, dan
seperti. Sedangkan menurut istilah:

‫انلحو هو قواعد يعرف بها صيغ اللكمات العربية وأحوالها حني إفرادها وحني‬
‫تركيبها‬

“Nahwu adalah qawaid yang dengan diketahui bentuk-bentuk


bahasa Arab dan keadaannya ketika berdiri sendiri ataupun
ketika dalam susunan kalimat” (Zamzam Affandi Abdillah dalam
Pransiska, 2015)

Di antara tujuan dari pembelajaran ilmu nahwu adalah


untuk mengetahui kedudukan kata dan perubahannya dalam
sebuah kalimat, memahami maknanya, serta menguasai susunan
kalimat yang sesuai dengan kaidah. Untuk mengetahui pentingnya
ilmu nahwu dalam bahasa Arab, kita bisa contohkan ketika sese­
orang dihadapkan pada salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang
berbunyi:
ُ َ ْ َ ّٰ ‫ا َِّن َما َيْ َش‬
‫الل م ِْن ع َِبادِه ِ ال ُعل ٰمۤؤا‬

«Sesungguhnya Yang Takut Kepada Allah Diantara Hamba-


Hambanya Adalah Mereka Para Ulama.» (Q.S. Fathir: 28)

Jika seseorang membaca lafadz Allah dengan harakat dhommah


( ) dan membaca kata dengan harakat fathah ( ), maka
maknanya akan berbeda dan memunculkan kesalahan yang

• 243 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

sangat besar. Maknanya akan berubah menjadi “Sesungguhnya


yang Allah takutkan dari hamba-hambanya adalah para ulama’”,
wal ‘iyadzu billah. Semoga Allah hindarkan kita dari kesalahan-
kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman kita
terhadap bahasa yang begitu indah ini.
Adapun ilmu sharaf yang juga merupakan ilmu alat selain
ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu dalam bahasa Arab yang
sangat penting dalam menunjang kemampuan bahasa Arab
seseorang. Ilmu sharaf atau yang juga disebut dengan morfologi
adalah ilmu yang mempelajari bentuk kata dan perubahan bentuk
kata serta makna yang muncul akibat perubahan bentuk tersebut.
Dalam kitab Kaelani seperti yang dikutip oleh Nandang & Kosim
(2018), ilmu sharaf memiliki pengertian berikut:

‫حتويل األصل إىل أمثلة خمتلفة لمعان مقصودة ال حتصل إال بها‬

“Memindahkan/mengubah satu pada bentuk-bentuk lain karena


tujuan makna tertentu yang tidak akan berhasil kecuali dengan
melakukan perubahan bentukbentuk tersebut”

Berikut disajikan contoh kajian yang berkaitan dengan


pembelajaran qawaid:
Contoh kajian: “Penggunaan Kitab al-Ajrumiyyah dan al-Amtsilah
at-Tashrifiyyah dalam Pembelajaran Qawaid Bahasa Arab” (Ayun,
2017)
Tujuan: 1) mengungkap minat siswa terhadap penggunaan kitab
al-Ajrumiyyah dan al-Amtsilah at-Tashrifiyyah dalam pem­belajaran
qawaid bahasa Arab; 2) menjelaskan efektifitas peng­guna­an kitab
al-Ajrumiyyah dan al-Amtsilah at-Tashrifiyyah dalam pem­belajaran
qawaid bahasa Arab berdasarkan hasil belajar siswa
Kerangka teori: 1) konsep pembelajaran qawaid; 2) posisi
qawaid dalam bahasa Arab; 3) tujuan pembelajaran qawaid 4)
metode pembelajaran qawaid; 5) minat belajar; 6) hasil belajar

• 244 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Metode penelitian: deskriptif kuantitatif


Teknik pengumpulan data: observasi, wawancara, kuisioner,
dan tes
Data yang dibutuhkan: 1) tingkat minat belajar siswa dengan
menggunakan kitab al-Ajrumiyyah dan al-Amtsilah at-Tashrifiyyah
dalam pembelajaran qawaid bahasa Arab; 2) hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah penggunaan kitab al-Ajrumiyyah dan al-
Amtsilah at-Tashrifiyyah dan perbandingannya.

2. Penelitian Komponen-Komponen Pembelajaran Bahasa


Arab
a. Model Pembelajaran Bahasa Arab
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar
(Madjid, 2016). Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
pola, perencanaan, atau kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman pembelajaran di kelas. Selanjutnya, Kardi dan
Nur dalam Madjid (2016) menyebutkan empat ciri khusus yang
membedakan model pembelajaran dengan strategi, metode, atau
prosedur, yaitu:
1) Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya;
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik
belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);
3) Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil;
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
itu dapat tercapai.

• 245 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru


sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan,
pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai, pertimbangan
terhadap bahan atau materi pembelajaran, pertimbangan
terhadap peserta didik, dan pertimbangan lainnya yang bersifat
nonteknis (Nurdiyansyah & Fahyunni, 2016). Ketidaksesuaian
model pembelajaran yang digunakan tentu dapat berdampak pada
terhambatnya kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang diingin. Sehingga dengan pertimbangan yang dilakukan
terhadap beberapa hal di atas diharapkan mampu membantu
guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat.
Berikut contoh kajian yang berkaitan dengan model
pembelajaran bahasa Arab:
Contoh kajian: ‘Model Pembelajaran Program Ekstrakurikuler
Bahasa Arab dan Implementasinya di Madrasah Aliyah Pesantren”
(Zulqarnain dkk., 2019)
Kerangka teori: 1) konsep model pembelajaran; 2) macam-macam
model pembelajaran bahasa Arab; 2) program ekstrakurikuler
Metode penelitian: kualitatif deskriptif
Teknik pengumpulan data: 1) wawancara kepada pengajar di
program ekstrakurikuler bahasa Arab; 2) observasi dengan turun
secara langsung ke lokasi kegiatan; 3) dokumentasi file-file dan
foto-foto kegiatan
Data yang dibutuhkan: 1) kegiatan-kegiatan dalam program
ekstrakurikuler bahasa Arab beserta deskripsinya; 2) materi pada
program ekstrakurikuler bahasa Arab; 3) proses pembelajaran
pada program ekstrakurikuler bahasa Arab; 4) dampak program
ekstrakurikuler bahasa Arab terhadap peserta didik.

• 246 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

b. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab


Pendekatan dapat diartikan sebagai sudut pandang kita
terhadap sebuah proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran bahasa Arab, pendekatan berarti bagaimana kita
memandang pembelajaran bahasa Arab yang mana sudut pandang
tersebut kemudian menjadi titik tolak dalam melaksanakan
proses belajar mengajarnya. Rosyidi & Ni’mah (2011) lebih lanjut
menyatakan bahwasanya pendekatan pembelajaran bersifat
aksiomatis atau filosofis yang berorientasi pada pendirian, filsafat,
dan keyakinan yaitu sesuatu yang diyakini tetapi tidak mesti dapat
dibuktikan. Sebagai contoh ialah asumsi aural-oral approach
yang menyatakan bahwa bahasa adalah apa yang kita dengar dan
ucapkan, sedangkan tulisan hanyalah representasi dari ujaran.
Asumsi ini kemudian diejewantahkan dalam hubungannya
dengan pembelajaran bahasa, bahwa keterampilan menyimak
dan berbicara harus dibelajarkan terlebih dahulu dibandingkan
dengan keterampilan membaca dan menulis.
Berikut contoh kajian yang berkaitan dengan pendekatan
pembelajaran bahasa Arab:
Contoh kajian: “Problematika Implementasi Pendekatan Saintifik
dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Hidayatul
Mubtadiin Magetan” (Bashori, 2020)
Kerangka teori: 1) definisi pendekatan pembelajaran; 2) konsep
pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa Arab; 3)
problematika pembelajaran bahasa Arab
Metode penelitian: metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif
Teknik pengumpulan data: 1) observasi terhadap kegiatan
pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Aliyah Hidayatul
Mubatadiin Magetan; 2) wawancara terhadap guru dan murid;
3) dokumentasi dan literatur yang berkaitan dengan data yang
dibutuhkan

• 247 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Data yang dibutuhkan: 1) problematika yang dihadapi guru pada


implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa
Arab; 2) problematika yang dihadapi siswa pada implementasi
pen­dekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa Arab; 3) pro­ble­
matika yang berkaitan dengan media pembelajaran pada imple­
mentasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa Arab.
c. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Strategi dalam KBBI berarti rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Adapun strategi
pembelajaran ialah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan
yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu,
termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya. Strategi merupakan pendekatan
menyeluruh terhadap suatu sistem pembelaajran yang berupa
pedoman umum dan kerangka kegiatan yang dijabarkan dari
pandangan falsafah atau teori belajar tertentu. Hal ini berarti
bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada
proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan
(Madjid, 2016).
Berikut contoh kajian yang berkaitan dengan strategi
pembelajaran bahasa Arab:
Contoh kajian: “Pembelajaran Bahasa Arab Daring Berbasis
Strategi Karrona di Masa Pandemi Covid-19” (Syarif, 2020)
Kerangka teori: 1) pembelajaran bahasa Arab daring; 2) konsep
strategi karrona dalam pembelajaran bahasa Arab
Metode penelitian: mixed-method design, kombinasi dari
pendekatan kualitatif dan kuantitatif
Teknik pengumpulan data: 1) observasi; 2) kuesioner meng­
gunakan google form. Kedua teknik pengumpulan data tersebut
digunakan untuk melihat respon mahasiswa terhadap penggunaan
strategi Karrona dalam pembelajaran bahasa Arab daring

• 248 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Data yang dibutuhkan: 1) latar belakang pendidikan mahasiswa;


2) keaktifan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran
bahasa Arab daring; 3) kejenuhan mahasiswa dalam menjalani
pembelajaran bahasa Arab daring; 4) penerapan strategi Karrona
dalam pembelajaran bahasa Arab daring; 5) respon mahasiswa
terhadap penerapan strategi Karrona dalam pembelajaran bahasa
Arab daring.
d. Metode Pembelajaran Bahasa Arab
Metode ( ) secara bahasa berarti jalan atau cara.
Menurut J.R. David (1976) sebegamana dikutip oleh Madjid
(2016), metode adalah cara untuk mencapai sesuatu (a way in
achieving something). Definisi lain menyebutkan bahwasanya
metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata demi mencapai
tujuan yang telah disusun secara optimal (Sanjaya, 2008). Dalam
hal pembelajaran, dapat didefinisikan bahwasanya metode
adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana pembelajaran yang telah disusun guna mencapai tujuan
pembelajaran. Lebih lanjut lagi, metode pembelajaran bahasa
Arab adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana kegiatan belajar-mengajar bahasa Arab yang telah disusun
secara rapi dan tertib guna mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan secara optimal.
Bila melihat kepada bagaimana pembelajaran bahasa Arab
dilaksanakan di berbagai lembaga pondok pesantren tradisional,
maka akan terlihat bahwasanya pembelajaran bahasa Arab
di dalamnya didominasi oleh penggunaan beberapa metode
pembelajaran bahasa Arab tradisional seperti metode sorogan,
metode bandongan, metode hafalan, dan metode musyawarah.
Selain beberapa metode di atas, terdapat berbagai metode
pembelajaran lainnya yang dapat digunakan, di antaranya
metode qawaid wa tarjamah, metode langsung (direct method),

• 249 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

metode qira’ah, metode audiolingual (thariqah sam’iyyah wa


syafawiyyah), metode komunikatif (thariqah tawashuliyyah),
metode eklektik (thariqah intiqaiyyah), metode ceramah, metode
penugasan, metode diskusi, metode tanya jawab, dan metode
simulasi. Beragamnya metode pembelajaran bahasa Arab seperti
ini memungkinkan guru untuk menentukan cara mengajar yang ia
inginkan. Guru dapat berkreasi dengan berbagai metode tersebut
sesuai dengan gaya mengajarnya, menyesuaikan dengan tujuan
pembelajaran, atau mengkombinasikan beberapa metode pada
kegiatan belajar mengajar.
Berikut contoh kajian yang berkaitan dengan metode
pembelajaran bahasa Arab:
Contoh kajian: “Pengaruh Metode Pembelajaran Eklektik
Terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa” (Raswan, 2018)
Kerangka teori: 1) Hasil belajar bahasa Arab; 2) Metode
pembelajaran bahasa Arab; 3) metode eklektik (intiqaiyyah)
Metode penelitian: metode eksperimen dengan menggunakan
rancangan kelompok kontrol acak, yaitu partisipan dibagi menjadi
kelas eksperimen (diajarkan dengan metode eklektik) dan kelas
kontrol (diajarkan denngan metode konvensional).
Teknik pengumpulan data: data dikumpulkan dengan
menggunakan instrumen hasil belajar berupa tes bentuk objektif
yang telah divalidasi.
Data yang dibutuhkan: 1) hasil belajar bahasa Arab siswa yang
diajar dengan menggunakan metode eklektik; 2) hasil belajar
bahasa Arab siswa yang diajar dengan menggunakan metode
konvensional (metode qawaid wa tarjamah); 3) perbandingan
hasil belajar dari kedua kelompok.
e. Media Pembelajaran Bahasa Arab
Media atau medium secara bahasa berarti perantara atau
pengantar. Dalam konteks pembelajaran, media dapat diartikan

• 250 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

sebagai perantara atau pengantar pesan pembelajaran yang


disampaikan oleh pengajar kepada pemelajar. Rohani (1997)
dalam Rusydiyah (2015) lebih lanjut memberikan pengertian
terkait media pembelajaran, yaitu:
1) Segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagai
perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional.
2) Peralatan fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi
instruksional yang mencakup perangkat lunak (software)
dan/atau perangkat keras (hardware).
3) Media yang digunakan dan diintegrasikan dengan tujuan dan
isi instruksional dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu
kegiatan belajar mengajar.
4) Sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara, dengan
menggunakan alat penampil dalam proses belajar mengajar
untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi pencapaian
tujuan instruksional.
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwasa­
nya media pembelajaran merupakan segala bentuk sarana
dan alat yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Media pembelajaran seharusnya tidak hanya
berfungsi untuk memudahkan guru dalam menyampaikan isi
atau materi pembelajaran, namun juga mampu memudahkan
peserta didik dalam menerima dan memahami materi tersebut.
Media pembelajaran bukan hanya berbentuk benda atau alat fisik
yang dapat disentuh atau dengan kait lain berupa perangkat keras
(misalnya papan tulis, laptop, LCD proyektor, dan sejenisnya),
akan tetapi meliputi berbagai sarana lainnya termasuk media
yang berupa perangkat lunak. Terlebih dengan perkembangan
teknologi yang semakin pesat seperti saat ini, perkembangan
media-media pembelajaran tampaknya didominasi oleh media-

• 251 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

media yang berupa perangkat lunak, seperti aplikasi-aplikasi dan


website-website yang dapat diakses melalui smartphone, laptop,
maupun perangkat lainnya.
Jika kita menilik pada fungsi dan peran dari media dalam
proses pembelajaran di atas, dan melihat pada banyaknya media-
media yang dapat digunakan saat ini, kita akan menganggap
bahwasanya seharusnya pembelajaran saat ini dapat terlaksana
dengan lebih baik. Akan tetapi dalam kenyataannya, perkembangan
media-media saat ini di sisi lain menghadirkan permasalahan-
permasalahan baru. Jadi, dapat disimpulkan bahwa banyaknya
dan berkembangnya media pembelajaran seperti saat ini tidak
serta merta mampu menghadirkan keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Dari kesenjangan tersebut kemudian dibutuhkan
berbagai penelitian dan kajian yang tentunya diharapkan mampu
mengungkap permasalahan-permasalahan khususnya yang
ber­kaitan dengan media pembelajaran. Sehingga dalam peng­
gunaannya, media mampu membantu dan memudahkan proses
pembelajaran sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.
Berikut contoh kajian yang berkaitan dengan media
pembelajaran bahasa Arab:
Contoh kajian: “Tantangan dalam Penggunaan WhatsApp sebagai
Pusat Pembelajaran Bahasa Arab Online” (Robbani dkk., 2021)
Kerangka teori: 1) pembelajaran bahasa Arab online; 2) media
pembelajaran bahasa Arab; 3) WhatsApp
Metode penelitian: jenis penelitian lapangan dengan metode
deskriptif kualitatif
Teknik pengumpulan data: 1) observasi, dilakukan dengan
mengikuti WhatsApp Group yang digunakan sebagai pusat
pembelajaran bahasa Arab online; 2) wawancara, dilakukan
terhadap guru dan siswa untuk memperoleh data terkait dengan
tantangan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembelajaran bahasa Arab online melalui WhatsApp

• 252 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Data yang dibutuhkan: 1) pelaksanaan pembelajaran bahasa


Arab online melalui WhatsApp; 2) tantangan yang dihadapi guru
dalam pembelajaran bahasa Arab online melalui WhatsApp; 3)
tantangan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran bahasa Arab
online melalui WhatsApp.
f. Kompetensi Pengajar Bahasa Arab
Kompetensi menurut Mulyasa (2004) merupakan
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Menurut
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Fuadah et al. (2019) lebih lanjut menjelaskan empat kompetensi
tersebut sebagai berikut:
Kompetensi pedagogik dapat diartikan sebagai kemampuan
atau kecakapan guru dalam mengelola sebuah pembelajaran
yang terdiri dari kemampuan memahami keadaan peserta didik,
kemampuan merancang kegiatan pembelajaran, kemampuan
melaksanakan kegiatan pembelajaran, kemampuan merancang
dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, serta kemampuan
dalam mengembangkan potensi dan bakat peserta didik.
Kompetensi keperibadian merupakan kemammpuan
personal yang merepresentasikan suatu kepribadian yang baik,
dewasa, stabil, arif, wibawa, dan berakhlak mulia sehingga
sikapnya dapat diteladani oleh peserta didik. Indikator kompetensi
kepribadian terdiri dari kepribadian yang stabil, memiliki
rasa bangga menjadi guru, dan konsisten dalam berperilaku,
kepribadian yang dewasa, kepribadian yang arif, kepribadian
yang berwibawa, serta berakhlak mulia dan dapat dijadikan suri
tauladan bagi semua orang disekitarnya.
Kompetensi profesional adalah kemampuan seorang
guru dalam menguasai materi ajar secara rinci dan mendalam

• 253 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

yang meliputi penguasaan materi dan kerangka keilmuan yang


diajarkan, penguasaan standar kompetensi dan kompetensi
dasar, serta kemampuan memanfaatkan teknologi sebagai alat
untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru dalam
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain,
baik dengan peserta didik, sesama pendidik, pimpinan, maupun
masyarakat luas.
Kompetensi-kompetensi guru di atas dapat dikaji lebih
mendalam melalui penelitian-penelitian dengan tujuan untuk
menemukan keseimbangan dari keempatnya sehingga tercipta
pembelajaran yang berkualitas. Sebagaimana yang seringkali kita
temukan dewasa ini, masih banyak guru bahasa Arab di berbagai
lembaga pendidikan yang belum menguasai kompetensi-
kompetensi tersebut. Sebagai contoh, masih banyak guru
bahasa Arab yang memiliki latar belakang keilmuan yang bukan
bahasa Arab. Ia diminta untuk mengajarkan bahasa Arab karena
kesulitan lembaga untuk menemukan guru yang memang konsen
di bidang ilmu bahasa Arab, atau hanya karena ia merupakan
lulusan dari lembaga pendidikan tersebut. Hal seperti ini tentu
akan menimbulkan permasalahan seperti penguasaan guru yang
kurang terhadap materi yang harus diajarkan, atau kesulitan
dalam melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan
kompetensi pedagogik. Berikut contoh kajian tentang kompetensi
guru dalam pembelajaran bahasa Arab:
Berikut contoh kajian yang berkaitan dengan kompetensi
pengajar (guru) dalam pembelajaran bahasa Arab:
Contoh kajian: “Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Arab
Madrasah Aliyah Se-Kota Samarinda” (Fattah, 2013)
Kerangka teori: 1) kompetensi guru; 2) kompetensi pedagogik
Metode penelitian: jenis penelitian lapangan dengan metode
deskriptif kuantitatif

• 254 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Teknik pengumpulan data: 1) observasi, dilakukan untuk melihat


fenomena-fenomena yang terkait dengan situasi kegiatan pem­
belajaran yang dilaksanakan oleh guru bahasa Arab; 2) wawan­
cara, dilakukan terhadap pimpinan sekolah dan guru bahasa Arab;
3) angket: diberikan kepada guru bahasa Arab sebagai penilaian
persional diri, waka kurikulum, dan dua orang siswa dari masing-
masing guru. Penggunaan angket dilakukan untuk memperoleh
data yang terkait dengan kompetensi pedagogikk guru
Data yang dibutuhkan: 1) kompetensi pedagogik guru bahasa
Arab berdasarkan penilaian persepsional diri; 2) kompetensi
pedagogik guru bahasa Arab berdasarkan penilaian persepsional
waka kurikulum; 3) kompetensi pedagogik guru bahasa Arab
melalui penilaian persepsional siswa; 4) kompetensi pedagogik
guru bahasa Arab yang terdiri dari kemampuan mengenal
karakteristik peserta didik, penguasaan teori dan prinsip-
prinsip pembelajaran, kemampuan mengembangkan kurikulum,
kemampuan menciptakan kegiatan pembelajaran yang mendidik,
kemampuan mengembangkan potensi peserta didik, kemampuan
komunikasi dengan peserta didik, serta kemampuan dalam
menilai dan mengevaluasi pembelajaran.
g. Peserta didik
Peserta didik merupakan bagian terpenting dalam sebuah
proses pembelajaran. tanpa peserta didik, proses pembelajaran
tidak mungkin dilaksanakan. Oleh sebab itu, hal-hal yang berkaitan
dengan peserta didik membutuhkan perhatian yang lebih serius.
Di antara hal mendasar yang harus menjadi perhatian adalah
minat dan motivasi belajar dari peserta didik.
Minat menurut Slameto dalam Djamarah (2015) adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,

• 255 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

maka minat akan semakin besar. Sedangkan motivasi adalah


kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu (Noehi Nasution dalam Djamarah, 2015). Motivasi secara
umum terbagi menjadi dua, yaitu motivasi internal dan motivasi
eksternal. Motivasi internal merupakan motivasi yang berasal dari
diri sendiri, sedangkan motivasi eksternal merupakan motivasi
yang berasa dari luar diri. Dalam hal pembelajaran bahasa Arab,
guru memiliki peranan penting untuk menjaga dan meningkatkan
motivasi internal yang ada dalam diri siswa. Di sisi lain, guru juga
bertugas untuk memberikan motivasi eksternal baik dengan
memberikan nasihat dan arahan, mengingatkan pentingnya
belajar bahasa Arab, serta menghadirkan suasana pembelajaran
yang nyaman dan menyenangkan.
Minat dan motivasi dapat menjadi faktor yang mendukung
keberhasilan belajar bagi peserta didik bilamana dapat diarahkan
dan dikelola dengan baik. Sebaliknya, minat dan motivasi
bisa menghambat dan bahkan menjegal peserta didik dalam
mengerahkan kemampuan mereka dalam mempelajari bahasa
Arab. Guru perlu memahami posisinya dan mengetahui apa yang
harus dilakukan dalam mengelola minat dan motivasi peserta
didik. Hal ini menjadi penting agar minat dan motivasi peserta
didik dapat berkontribusi positif dalam proses belajar mereka.
Sebab, seringkali ditemukan peserta didik yang tidak mampu
menyelesaikan belajarnya disebabkan oleh ketiadaan minat dan
rendahnya motivasi mereka untuk belajar bahasa Arab. Terlebih
dalam pandangan sebagian peserta didik, bahasa Arab merupakan
bahasa yang sulit untuk dipelajari, bahkan mereka menganggap
bahwasanya bahasa Arab adalah bahasa kuno dan bukanlah
bahasa kekinian. Di sisi lain, seringkali ditemukan peserta didik
yang pada awalnya memiliki ketertarikan yang tinggi untuk
belajar bahasa Arab berubah menjadi tidak tertarik sama sekali
disebabkan karena cara guru menyampaikan materi yang tidak
menarik bagi dirinya.

• 256 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Hingga kini, permasalahan-permasalahan yang berkaitan


dengan minat dan motivasi peserta didik belum menemukan
solusi yang pasti karena penyebabnyapun semakin beragam
seiring berjalannya. Oleh sebab itu, masih banyak celah yang dapat
diteliti berkaitan dengan minat dan motivasi dalam pembelajaran
bahasa Arab.
Selain minat dan motivasi, latar belakang pendidikan
peserta didik seringkali menjadi salah satu permasalahan dalam
pembelajaran bahasa Arab, terlebih pada tingkat perguruan
tinggi. Peserta didik yang baru belajar bahasa Arab ketika mereka
memulai kuliah di program studi Bahasa dan Sastra Arab misalnya,
atau dalam artian mereka yang belum pernah mempelajari bahasa
Arab di tingkat pendidikan sebelumnya seringkali kesulitan untuk
menyesuaikan diri dengan rekan sejawatnya ketika mengikuti
pembelajaran bahasa Arab. Perbedaan latar belakang pendidikan
seperti ini seringkali menimbulkan kebingunan bagi pengajar
terutama dalam menentukan materi yang akan diajarkan dan
bagaimana menyampaikan materi tersebut, apakah harus dimulai
dengan penjelasan yang mendasar agar mereka yang sebelumnya
belum pernah belajar bahasa Arab mampu memahami materi
tersebut atau tidak?. Jika pengajar memulai penjelasannya dari
dasar, muncul pertanyaan lainnya yaitu apakah waktu yang
tersedia cukup untuk menjelaskan kesemua materi dengan rinci?.
Berikut contoh kajian yang berkaitan dengan peserta didik
dalam pembelajaran bahasa Arab:
Contoh kajian 1: “Pengaruh Penggunaan Media Powerpoint
Terhadap Minat Belajar Bahasa Arab Siswa” (Susanti dkk., 2020)
Kerangka teori: 1) minat belajar bahasa Arab; 2) media
pembelajaran; 3) powerpoint sebagai media pembelajaran bahasa
Arab
Metode penelitian: metode kuantitatif
Teknik pengumpulan data: Angket yang dibagikan kepada

• 257 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

semua siswa yang berjumlah 28 orang


Data yang dibutuhkan: 1) penggunaan powerpoint dalam
pembelajaran bahasa Arab; 2) minat belajar bahasa Arab siswa;
3) pengaruh penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran
bahasa Arab.
Contoh kajian 2: “Peran Motivasi Belajar Bahasa Arab Terhadap
Aktivitas Pembelajaran: Studi Kasus Mahasiswa PBA Universitas
Muhammadiyah Malang” (Fatoni, 2019)
Kerangka teori: 1) motivasi belajar, motivasi ekstrinsik; 2)
aktivitas belajar, pembelajaran bahasa Arab
Metode Penelitian: penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan grounded theory
Teknik pengumpulan data: 1) observasi dengan jenis
pengamatan berperan serta; 2) wawancara mendalam; 3)
dokumentasi
Data yang dibutuhkan: 1) pentingnya motivasi bagi mahasiswa
dalam aktivitas belajar; 2) peran motivasi bagi mahasiswa dalam
pembelajaran bahasa Arab; 3) persepsi dosen terkait dengan
motivasi mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Arab; 4) usulan
solusi sebagai upaya dalam meningkatkan motivasi belajar bahasa
Arab mahasiswa.

• 258 •
BAB VIII

PELAKSANAAN PUBLIKASI
DALAM BAHASA ARAB

Sebelum memutuskan untuk menulis, sebaiknya para


peneliti memahami standar kriteria yang telah ditentukan oleh
jurnal tujuan. Adapun terkait tema, hendaknya meneliti isu yang
mudah. Yakni isu yang diketahui khalayak umum dan mampu
menumbuhkan rasa keingintahuan. Berikut beberapa hal yang
dipersiapkan peneliti untuk menulis:

A. Landasan Artikel Jurnal yang Mudah Terbit

1. Memilih isu yang dimengerti oleh banyak orang: hindari


membicarakan hal yang terlalu spesifik, seperti seluk-beluk
seni/upacara/tradisi beragama. Mungkin bagi sebagian orang
sangat memahami pembahasan tersebut, tetapi di belahan
bumi lainnya tidak semua orang mengerti. Maka, tetaplah
membicarakan suatu hal yang dipahami oleh orang lain,
walaupun berbeda kultur, ras, geografi, dan sebagainya. Fokus
pembahasan bukan terletak pada pernak pernik kultural,
tetapi menitikberatkan pada perubahan atau perlawanan
yang terkandung dalam seni/upacara/tradisi (perlawanan

• 259 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

lokal terhadap budaya lokal). Dengan pemilihan angle yang


tepat, akan mampu mengupas sisi terdalam dari sebuah
pembahasan.
2. Menulis dengan sistematika berpikir yang sederhana: menjadi­
kan tulisan sebagai perantara pesan untuk disampaikan kepada
pembaca di dunia. Maka, pastikan dalam artikel mengandung
satu pesan, tidak perlu terlalu banyak. Pada hakikatnya, fungsi
tulisan adalah membuktikan sebuah argumen/hipotesis
dengan interpretasi metode ilmiah yang benar.
3. Menggunakan bahasa mudah dibaca: dengan langsung
memilih kata yang tepat, menghindari subyektivitas (misalnya
dengan kata sebaiknya, seharusnya), hanya menulis yang
dilihat, didengar, dan dibaca (bukan yang dipikirkan, apalagi
diharapkan).

B. Alur Berpikir Menulis

1. Fenomena penting (fakta sosial): baru, bahaya, fungsi. Sebuah


peristiwa yang secara statistik dan sosial memiliki efek
shocking, misalnya tentang kenakalan remaja, perkawinan
usia dini, perceraian, konflik dalam masyarakat, pandemi
covid, dan lain-lain.
2. Knowledge gap (fakta literatur): peneliti lain belum membahas
angle unik dari fenomena tersebut.
3. Tujuan khusus: bagian yang belum dipahami oleh orang lain
menjadi tujuan khusus penelitian yang membedakan dengan
artikel sebelumya. Misalnya, tujuan penelitian ini melengkapi
kekurangan studi-studi yang ada atau menolak anggapan yang
selama ini terjadi bahwa agama dianggap sebagai penyebab
radikalisme.
4. Pesan tulisan: apa yang ingin ditunjukkan/dibuktikan kepada
dunia melaui tulisan (sentral).

• 260 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

5. Metode pencarian bukti (transisi).


6. Menjabarkan bukti (statistik, wawancara, dokumen) sesuai
metode untuk menguji kebenaran hipotesis/bukti terkait
pesan. Sebagaimana fotografer, tugas peneliti hanya merekam
dan pembawa kamera, sehingga jangan merekam sesuatu
yang tidak ada dan jangan mengada-adakan suatu peristiwa.
Membicarakan mimpi peneliti bukan pada tulisan jurnal.
7. Analisis: interpretasi logis dan memberi makna.
8. Kesimpulan: pokok kekurangan/kelemahan yang dilakukan
studi ini atau apa yang perlu direspons dan poin penting
lainnya.

C. Writing Article: Message in the Bottom

Bukan Tapi…. (Message)


Bagaimana anak-anak Bahwa learning from home yang
mengalami learning from dialami anak-anak telah melahirkan
home trauma psikologis pada anak
Bagaimana mahasiswa Bahwa kuliah daring telah memberi
menjalani kuliah daring beban finansial orang tua di kalangan
keluarga miskin
Pengalaman belajar daring di Bahwa pembelajaran daring telah
daerah terpencil /perbatasan mendiskriminasi pendidikan di
wilayah terpencil
Praktik seni/upacara/tradisi Bahwa praktik seni/upacara/tradisi
lokal dalam suatu masyarakat lokal merupakan bentuk resistensi
budaya terhadap globalisasi atau
terhadap dominasi (penguasa)
Pendidikan bahasa Arab/ Bahwa teacher cantered learning telah
inggris tidak berefek pada menjadi penghambat pengembangan
perkembangan bahasa skill berbahasa asing di kalangan
mahasiswa

• 261 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Bukan Tapi…. (Message)


Penggunaan meme humor Bahwa meme humor merefleksikan
covid-19 dalam media sosial sempitnya ruang berpartisipasi publik
dalam penanggulangan wabah (meme
merupakan kritik atas kelambanan)

D. Alur Pikir Artikel Jurnal (Template)

Dalam menulis artikel atau jurnal ilmiah ada beberapa


ketentuan yang harus diikuti, seperti menulis sesuai template.
Berikut contoh komponen dalam template jurnal pada umumnya:
1. Pendahuluan
a. Fakta topik/kajian: Covid tidak hanya menjadi masalah
kesehatan, tetapi juga masalah psikologis penutur
yang berdampak pada produksi kekerasan verbal pada
masyarakat yang tampak di media sosial. Kondisi psikologis
penutur yang berdampak pada produksi kekerasan verbal
ini semakin memperburuk informasi di masa pandemi
sehingga mempengaruhi imunitas tubuh.
b. Fakta literatur: sejauh ini studi tentang Covid cenderung
mengkaji dua hal, yakni dampak ekonomi dan evaluasi
kinerja dalam penanggulangan Covid, sementara akibat
psikologis penutur yang berdampak pada produksi
kekerasan verbal pada masyarakat belum diperhatikan.
c. Tujuan tulisan: melengkapi kekurangan dengan menguji/
membuktikan bahwa Covid-19 telah menyebabkan
meningkatnya produksi kekerasan verbal pada masyarakat
dan dapat mempengaruhi imunitas).
- Bagaimana produksi kekerasan verbal di dalam media
sosial masyarakat Arab dan Indonesia?.
- Apa faktor-faktor yang menyebabkan produksi keke­
rasan verbal di media sosial di masa pandemi Covid-19

• 262 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

- Bagaimana dampak kekerasan verbal terhadap imunitas


masyarakat?
d. Argumen/hipotesis bahwa Covid-19 telah menjadi sebab
kekerasan verbal di media sosial yang meluas. Kekerasan
verbal yang disebarkan di medi sosial telah menurunkan
imunitas tubuh.
2. Literature review: Dua kecenderungan dalam studi Covid-19,
dan menjabarkan satu per satu kritik literatur.
3. Method: Pilihan objek, jenis penelitian dan data, sumber
informasi, teknik pengumpulan data, analisis data.
4. Results: Bukti 1 wujud produksi kekerasan verbal di media
sosial, bukti II kekerasan verbal mempengaruhi imunitas,
bukti III imunitas telah menyebabkan kematian.
5. Discussion
- Ringkasan hasil refleksi dan interpretasi
6. Conclusion

E. Pengambilan Sikap Menulis Artikel Jurnal

1. Merelakan diri mengalah pada ketentuan jurnal (melepaskan


tradisi/style of writing yang biasa).
2. Mulai dari jurnal berakhir pada jurnal: tidak menulis sebelum
mengetahui jurnal yang dituju, mengikuti selera dan template
jurnal tujuan.
3.
Memahami kelemahan jurnal: collaborative writing,
comparative issues, thematis.
4. Menemukan tipe tulisan yang diminta: article, review, book
review, fieldnotes, short report, clinical, (trial and case studies),
perspective, opinion, commentary, correspondence, conference,
report.

• 263 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Suatu paragraf memiliki prinsip-prinsip yang harus diper­


hati­kan, di antaranya:
1. Paragraf adalah berupa kumpulan kalimat yang menyatakan
“satu” ide (gagasan).
2. Ide tulisan yang terkendali (agar tidak melebar).
3. Setiap kalimat harus saling mendukung, selaras, untuk
menjaga keutuhan sebuah paragraf.
4. Memiliki satu jiwa sesuai dengan sifat paragraf
Setiap paragraf setidaknya memiliki tiga tipe kalimat,
seperti:
1. Topical sentence  ide utama tulisan  ringkasan paragraf
agar pembaca mengetahui ide dasar. Contoh: (Adison
merupakan seorang pegawai teladan).
2. Supporting sentence  menjelaskan ide utama  penjabaran
atas ide pokok. Contoh: Dia selalu hadir ke kantor tepat waktu.
Setiap tugas dikerjakan dengan baik dan tanpa mengeluh. Dia
pun ringan tangan membantu setiap kesulitan yang dihadapi
oleh rekan kerjanya.
3. Supproting sentence memiliki lima tipe di antaranya:
a. Supproting sentence 1: memberi gambaran
b. Supproting sentence 2: memberi penjelasan
c. Supproting sentence 3: memberi alasan
d. Supproting sentence 4: memberi data
e. Supproting sentence 5: memberi contoh
4. Concluding sentence  kesimpulan (logis)  memberikan
penjelasan logis, saran, opini, dan lain-lain. Contoh: (Atas
keteladanannya, Adison menjadi contoh baik bagi teman-
temannya)
Menulis paragraf yang baik diperlukan pokok pikiran yang
tajam dan tidak meluas. Di antara cara mengendalikan pokok

• 264 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

pikiran sesuai tipe paragraf adalah;


1. Descriptive (Penjelasan)
2. Comparison (Perbandingan)
3. Cause-effect
4. Classification
Selain prinsip-prinsip paragraf yang sudah dijelaskan pada
subbab sebelumnya, bagian paragraf, atau yang sering disebut
dengan kalimat, memiliki beberapa prinsip, di antaranya:
1. Kalimat harus bersifat spesifik, satu ide, tidak menciptakan
kerumitan.
2. Pilihan kata sederhana dan tepat, tidak mendua arti/ambigu.
3. Bersifat hemat dan tidak bertele-tele.
4. Merupakan satu kesatuan.
5. Paralalel dan logis  ada koherensi yang baik dan kompak.
6. Tidak berulang, tidak mengulangi kata yang sama.
7. Tidak menggunakan ungkapan yang berlebihan.
8. Mengandung ide yang relevan.
9. Disampaikan dengan jelas dan langsung,
Dari uraian di atas secara sederhana terdapat tiga prinsip
suatu kalimat:
1. Sederhana
2. Gabungan
3. Kompleks

No Indikator Kalimat Efektif


1. Logis - Jahe di pasar habis diserbu pembeli.
+ Jahe di pasar habis dibeli semua.
2. Tidak - Yasin sudah memahaminya materi meskipun
Ambigu masih saja ada yang kurang.
+ Yasin belum memahami materi secara keseluruhan

• 265 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

No Indikator Kalimat Efektif


3. Hemat - Wedra mau pergi ke kantor tetapi mampir dulu ke
rumah mertua.
+ Wedra pergi ke rumah mertua, kemudian ke
kantor.
4. Padu atau - Tugas menulis bagian metode dikerjakan oleh
Koheren Sasmi
+ Sasmi bertugas menulis bagian metode.
5. Struktur - Jailani menjelaskan cara penggunaan mendeley,
Kalimat lalu menunjukkan cara pengutipan dan menyusun
Paralel daftar referensi
+ Jailani menjelaskan cara penggunaan mendeley
tentang cara pengutipan dan menyusun daftar
referensi
6. Tegas - Kamu cobalah berlatih menjadi pandai menulis!
+ Berlatihlah agar kamu pandai menulis
7. Tanda - Proses menulis dimulai dari seleksi jurnal,
Baca menentukan topik, membuat kerangka, dan
menyusun tulisan.

Ditinjau dari pengucapannya, kalimat terbagi menjadi dua


bentuk:
1. Kalimat langsung, yaitu kalimat yang disampaikan langsung
tanpa perantara. Contohnya, “kemarin saya bertemu siswa di
sekolah untuk melakukan interview.”
2. Kalimat tidak langsung, yaitu kalimat yang menceritakan
kembali ucapan orang lain. Contohnya, “mereka mengatakan
bahwa belajar di rumah tanpa teman telah menghilangkan
semangat belajar.”
Kalimat juga dapat ditinjau dari subyeknya:
1. Kalimat aktif, kalimat yang unsur subyeknya melakukan
tindakan. Contohnya, “Mufidah sedang menulis artikel.”
2. Kalimat pasif, kalimat yang unsur subyeknya dikenai tindakan.
Contohnya, “artikel sedang ditulis oleh Meli.”

• 266 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Pada saat memulai menulis artikel hendaknya memilih


sedikitnya tiga artikel jurnal yang dijadikan landasan. Pemilihan
jurnal yang dijadikan sebagai landasan dapat dimulai dengan
mencari tema atau topik jurnal yang sesuai dengan apa yang akan
ditulis. Pencarian tersebut dapat menggunakan laman scimagojr.
com dan mengetikkan bidang apa yang mau ditulis. Hal ini dapat
bermanfaat untuk memberikan pengetahuan dan wawasan
tentang tema atau topik seperti apa yang sudah banyak terbit,
model judul seperti apa yang menarik, dan sisi apa saja yang
dapat dituliskan. Selain pada laman scimagojr.com, pemilihan
jurnal yang dijadikan sebagai landasan melalui laman scopus.com.
Sama seperti laman scimago, scopus juga dapat dimanfaatkan
kolom search-nya dengan menuliskan ide tema yang akan ditulis
pada kolom tersebut. Setelah muncul beberapa jurnal yang ada,
selanjutnya dapat diamati apa yang menjadi peluang untuk ditulis.
Contohnya, ketika ingin menulis berkaitan dengan tema
“Kontroversi berita Covid-19” yang berjudul “Kontroversi berita
perebutan jenazah covid-19 di Indonesia dan Libanon.” Sebelum
menulis lebih jauh, sebaiknya kita dapat menuliskan suatu pesan
yang akan disampaikan melalui artikel tersebut. Contohnya,
“Bahwa ideologi media telah mengakibatkan adanya kontroversi
berita perebutan jenazah Covid-19 antara media Indonesia
dan media Libanon.” Setelah menuliskan pesan tersebut, kita
dapat menghadirkan bukti-bukti tentang apa yang telah kita
rumuskan dalam pesan tersebut. Contohnya, ) Pilihan diksi pada
berita perebutan jenazah covid-19 d Indonesia dan Libanon;
2) perbedaan ideologi media Indonesia dan Libanon. Dengan
bermodalkan judul sementara, pesan, dan bukti-bukti tersebut,
kita dapat memulai menulis artikel.
Tahapan setelah mengumpulkan modal penulisan artikel,
dapat dimulai dengan pendahuluan, literature review, method,
results, discussion, dan conclusion. Bukti-bukti yang telah dituliskan
pada persiapan sebelum menulis, dapat dimasukkan pada results.

• 267 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Hal ini berguna saat mencari data-data, sehingga kita dapat fokus
pada apa yang akan dianalisis.
Terdapat satu trik yang dapat digunakan untuk memulai
menulis:
1 2 3 4 5 6

Pendahuluan Literature Method Results Discussion Conclusion


Review
Why? (Fenomena) Why? How? What? So-What? Now-What?
Karena tren (misal, Karena Caranya: 1. Tingkat Dibutuhkan
meningkatnya belum dengan banyak orang partisipasi pembelaan atau
kriminalitas, ada yang observasi, tidak mampu rendah pemihakan
perceraian, konflik menulis, pemetaan, memenuhi (pasif), pada kelompok
berkepanjangan, masih wawancara, kebutuhan diskriminasi yang tidak
seluruhnya kurang, pemetaan teknologi. (kelompok mampu: akses
emergensi ada yang teks, FGD 2. miskin=tidak perlu menjadi
dan mendesak dilupakan, Tingkat berprestasi), tanggung jawab
sehingga ada yang literasi sosial tension lembaga/
memerlukan salah dari rendah keluarga
kebijakan yang tulisan 3.
tepat dalam kurun yang Komitmen
waktu yang lama. sudah ada kelembagaan
rendah

Pesan/permasalahnnya: Varietas penggunaan bahasa


Perancis di media sosial remaja Libanon semakin meningkat
sejalan dengan meningkatnya penggunaan jaringan internet dan
media sosial di kalangan remaja Arab, sehingga menyebabkan
rasa kehilangan identitas dan nasionalisme arab;

• 268 •
Teori yang
digunakan
Data yang Sumber Metode Metode Result/
No. Masalah untuk Discussion Kesimpulan
Dibutuhkan data Pengumpulan data Analisis Data temuan
menyelesaikan
masalah
1 Varietas Variasi bahasa penggunaan chat Metode simak, Pendekatan Temuan Pembahasan Ternyata,
penggunaan bahasa Perancis media teknik catat yaitu sosiolonguistik, penggunaan dari result + kalangan
bahasa dan bahass Arab sosial postingan remaja apakah dengan bahasa ditambahkan remaja lebih
Perancis di chat media remaja: di yang menggunakn kajian media perancis kajianteori bangga dan
dan bahass sosial remaja: di FB, IG dari variasi bahasa sosial di medsos merasa
Arab di FB, IG januari perancis yang sdh terpelajar jika

• 269 •
media sosial –maret mix dengan diklasifikasikn menggunakan
remaja 2020 bahasa arab bahasa
Libanon dikumpulkan dan perancis , hal
diklasifikasikan ini dibuktikan
berdasarkan dengan apa…
kategori(verba,
nomina, kata
sambung, akronim
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

F. Hubungan Proposal Penelitian dengan Artikel


Penelitian

G. Pemetaan Objek Material Penelitian


A. Pemetaan Objek Material Penelitian
FAKTOR PROSES DAMPAK
OBJEK (Latar (Respon,
(Tahapan,
Belakang, Akibat,
Perubahan)
Dasar) Solusi)
Teks/Wacana
(Manuskrip,
fenomena di media
sosial, buku)
Praktik Bagaimana
(Kasus tertentu, fenomena
ex tingginya menikah usia
angka perceraian, dini merebak
perkawinan usia dalam
dini) masyarakat?

• 270 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

FAKTOR PROSES DAMPAK


OBJEK (Latar (Respon,
(Tahapan,
Belakang, Akibat,
Perubahan)
Dasar) Solusi)
Tokoh/Kelompok Bagaimana
(ulama besar, tahapan
jamaah tabligh, perubahan
ketua suku, perjuangan
membandingkan Muhammadiyah?
pemikiran)
Ritual/Peristiwa
(Demonstrasi,
maulid, Nyepi,
kenduri)
Institusi/Organisasi
(Sekolah, majlis
taklim, LSM)
Simbol/Artefak
(Makam raja, kraton,
Masjid Demak)
Kebijakan/Putusan Bagaimana
(Keputusan Menag) dampak
kebijakan
Menag terkait
penghapusan
mata pelajaran
agama?

Misalnya:
Latar Masalah Tinjauan Kerangka Metode
Belakang Penelitian Pustaka Teori
Penting: Masalah: Pola/ Pilihan Teori Pilihan Tipe
Isu/ Mengapa kecenderungan Penelitian;
Fenomena dari literatur Sumber
terkait Data;
Informan/
Responden

• 271 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Latar Masalah Tinjauan Kerangka Metode


Belakang Penelitian Pustaka Teori
Penting: Pertanyaan 1: Penjabaran Penjabaran Observasi/
Studi yang Deskriptif pola satu Konsep Mapping/
Ada persatu Dokumen/
Data
Sekunder
Penting: Pertanyaan 2: Pembahasan/ Penetuan Wawancara/
Secara Kritis kritik atas Variabel/ Analisis Isi/
Keilmuan literatur yang Aspek-Aspek Analisis
ada Penelitian Wacana/
Interpretif

Penting: Pertanyaan 3: Agenda riset: Operasionalisasi FGD/Dialog/


Uji Transformatif Pengetahuan Indikator- Eksperimen/
Argumen/ apa yang akan Indikator/ Wawancara
Hipotesis dihasilkan, Unsur-Unsur
Uji Argumen sebagai Penelitian
Hipotesis jawaban atas
kekurangan
literatur yang
ada

H. Sistematika Berpikir Penelitian


Teori/ Data
Masalah Metode Penelitian Pembahasan
Variabel penelitian
Deskriptif: Teori Observasi/ Forms, orders, Structure
Bagaimana Deskriptif mapping/ process, and function
proses Dokumen/data system, (trends)
implementasi sekunder structure,
kebijakan changes
Kritis: Teori Kritis Wawancara/ Reasons, Underlying
Faktor, dampak: analisis isi/analisis motives, structures (di
Bagaimana wacana/interpretif factors, balik sesuatu)
kepemimpinan impacts
Transformatif: Teori FGD/dialog/ Philosophy, Prediction/
Bagaimana Transformatif Eksperime/ mission, futuristic/
model Wawancara values, frame, benefit
implementasi model

• 272 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

I. Alur Pikir Menulis

1. Fenomena penting (baru, bahaya, fungsi).


Misalnya, fenomena Covid-19.
2. Knowledge gap (Peneliti lain belum mengetahui terkait
fenomena tersebut).
3. Tujuan khusus (yang membedakan dengan artikel yang sudah
ada).
Berisi tentang argumen terkait alasan jurnal kita harus
dimuat hingga jurnal tersebut berterima kasih dengan jurnal kita.
4. Pesan tulisan (apa yang ingin ditunjukkan/dibuktikan melalui
tulisan. Berisi argumen/hipotesis).
5. Metode pencarian bukti (untuk mencari data dari pesan).
6. Penjabaran bukti (berisi penjabaran bukti yang menguatkan)
7. Analisis (penjelasan)
8. Kesimpulan pokok.

J. Template Publikasi Artikel

Urutan Artikel Terdiri dari


Judul Apa yang terjadi? Telah terjadi “persoalan”
Kajian 1. Wujud dari ‘persoalan’ yang dikaji
memaparkan 2. Faktor yang menjadi dasar terjadinya “persoalan” yang
3 aspek yang dikaji
terdiri dari: 3. Implikasi yang muncul atas adanya “persoalan” yang
dikaji

• 273 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Urutan Artikel Terdiri dari


Abstract (150- Fenomena (penting):
200 kata) Tujuan:
Metode
Temuan:
Kesimpulan/saran.
Keywords 3-5 kata yang mewakili setiap bagian penting tulisan
Introduction 1.1. Fakta sosial:
(a) kalimat pembuka/
(b) kalimat penjelasan
(c) data/bukti:
(d) dukungan ahli (untuk menegaskan penelitian/tulisan
kita penting): (=> akan dibahas dalam Conclusion)
1.2. Fakta literature:
Sejauh ini studi tentang “persoalan” cenderung melihat dua
hal.
Pertama,
Kedua
Dua kecenderungan di atas memperlihatkan bahwa (=>
akan dibahas dalam Literature Review + Discussion/
Novelty)
1.3. Tujuan: tujuan tulisan ini melengkapi kekurangan
studi-studi terdahulu yang kurang memperhatikan …..
Sejalan dengan itu tiga pertanyaan dijawab dalam tulisan
ini:
(a) Bagaimana wujud dari
(b) Apa faktor yang menjadi dasar terjadinya;
(c) Implikasi. (=> akan dibahas dalam RESULTS/FINDINGS)
1.4. Argumen (jawaban sementara atas pertanyaan/
masalah): (=> akan dibahas/diuji dalam DISCUSSION)
Literature 2.1. Literature Review 1 untuk membunyikan/menjawab
Review atas wujud
-Definisi
-Kategorisasi
2.2. Literature Review 2 untuk membunyikan/menjawab
atas faktor
--Definisi
-Kategorisasi
2.3. Literature Review 3 untuk membunyikan/menjawab
atas implikasi
-Definisi
-Kategorisasi

• 274 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Urutan Artikel Terdiri dari


Method 3.1. Pilihan Kasus: “persoalan” dipilih sebagai subjek
pembicaran tulisan ini atas tiga pertimbangan. Pertama,….,
Kedua…., Ketiga….,
3.2. Tipe Penelitian & Jenis Data
3.3. Partisipan
3.4. Proses Penelitian
3.5. Analisis Data: Analisis data dilakukan dalam dua
bentuk. Pertama, pengolahan data.
Kedua, analisis
Results 4. RESULTS terdiri dari:
4.1. Deskriptif: Bagaimana Wujud “persoalan”
a. apa itu “persoalan”
b. petakan scope/skala (keluasan) “persoalan”
c. intesitas (seberapa parah, akut, laten) “persoalan” .
4.2. Kritis: Apa Faktor yang menyebabkan terjadinya
“persoalan”
4.3. Implikatif: Bagaimana “persoalan”
Discussion 5.1. Ringkasan Hasil Penelitian (What?)
5.2. Analisis: Mengapa terjadi “persoalan” (WHY?)
5.5. PENUTUP (NOW-WHAT?)
Conclusion 6.1. Temuan terpenting (mengagetkan):
6.2. Sumbangan penelitian (Secara Keilmuan):
6.3. Keterbatasan penelitian:
Topic sentence=>detail sentence=>concluding sentence

• 275 •
BAB IX

PENULISAN REFERENSI

Penyantuman referensi yang digunakan sebagai rujukan


tentu menjadi kewajiban penulis saat menuliskan karya ilmiah.
Hal ini dilakukan untuk menghindari tindakan plagiarisme. Akan
tetapi, banyak penulis yang memiliki keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan tentang penulisan tersebut, sehingga banyak
penulis yang lalai dan terjerumus pada plagiarisme.
Dengan kemajuan teknologi dan informasi, terdapat banyak
alat yang memudahkan penulis untuk membuat, menyusun sitasi,
dan daftar pustaka. Salah satunya adalah Zotero. Zotero adalah
reference manager yang dapat digunakan secara gratis untuk
memudahkan penulis. Zotero dikembangkan oleh Roy Rosenzweig
Center for History and New Media dan dirancang untuk tujuan non‐
komersial dan berbasis pada platform open‐source. Oleh karena
itu, zotero dapat digunakan secara gratis. Zotero dapat mendeteksi
konten-konten yang tersedia pada laman web, kemudian
menyimpannya dalam perangkat komputer sebagai perpustakaan
(digital). Zotero mengumpulkan hasil karya penelitian yang
dimiliki dalam sebuah interface yang mudah digunakan. Zotero
memiliki dua versi aplikasi yang dapat digunakan. Yang pertama
adalah versi “add‐on”. Versi ini mensyaratkan adanya peramban
Mozila Firefox. Aplikasi Zotero akan ditambahkan (add‐on) dan

• 277 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

menjadi bagian dari Mozila Firefox. Versi yang kedua adalah versi
“standalone”. Pada versi standalone, aplikasi akan diinstal sebagai
aplikasi berdiri sendiri dalam Program Files (MS Windows)
dan membutuhkan konektor untuk menghubungkan dengan
peramban yang digunakan (Chrome, Safari, Firefox).
Panduan ini disusun dengan menggunakan sistem operasi
MS Windows dan browser google chrome dan menggunakan versi
yang kedua, yakni versi standalone;
1. Buka browser google chrome dan klik alamat web https://www.
zotero.org/download/
2. Kemudian akan tampil gambar seperti di bawah ini

3. Kemudian klik tombol “download” dan “instal chrome


conector”
4. Lalu, klik dua kali file yang telah diunduh untuk menginstalnya.
Ikuti seluruh tahapan instalasi dengan menekan tombol “Next”
atau “Selanjutnya” sampai selesai instalasi.
Setelah aplikasi zotero terpasang pada komputer,
selanjutnya dapat membuka aplikasi tersebut. Dengan menekan
klik dua kali pada logo aplikasi zotero, seperti gambar dibawah
ini,

• 278 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Setelah menekan dua kali logo zotero tersebut maka akan


tampil halaman awal aplikasi zotero seperti di bawah ini,

Gambar di atas merupakan tampilan awal aplikasi zotero.


Pada gambar tersebut, kita dapat melihat ada banyak tombol
yang dapat digunakan untuk membangun pangkalan data.
Pada dasarnya, pangkalan data adalah sistem simpanan data
yang tersusun dengan baik. Dalam hal ini, data yang dimaksud
adalah kumpulan referensi yang diperoleh dan digunakan untuk
rujukan pembuatan karya tulis. Adapun terdapat berbagai
cara penambahan referensi, salah satunya adalah penambahan
referensi secara manual. Berikut penjabarannya;

• 279 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

a. Klik tombol “+” seperti yang ada di kotak kuning.

b. Pada pilihan tersebut, akan ada bermacam-macam sumber


referensi yang dapat dipilih, seperti artikel jurnal, buku, pos
blog, rekaman video, tesis, dan lain-lain.
c. Kemudian kita pilih salah satu untuk mengisi data salah satu
sumber referensi tersebut. Setelah memilih, maka akan keluar
pada sisi kanan tampilan sebagai berikut;

• 280 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

d. Setelah itu dapat diisi sesuai dengan sumber yang kita pilih.
Contoh:

e. Kemudian tekan tombol “Enter” pada keyboard untuk


menyimpan.
Setelah menyelesaikan pengisian bank data referensi pada
zotero, selanjutnya adalah menggunakannya pada tulisan yang
telah dikutip:
a. Buka aplikasi MS. Word, kemudian ketik satu kalimat kutipan.
b. Tentukan terlebih dahulu citation style yang akan digunakan
dalam naskah (misalnya, American Psychological Association
6th edition, Chicago, dan lain-lain.) dengan cara klik “Document
Preferences” pada toolbar zotero MS. Word.

• 281 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

c. Setelah memilih gaya sitasi dan menekan tombol “OK”,


selanjutnya tekan tombol “Add/Edit Cititation” pada toolbar
kiri atas MS. Word.

d. Setelah menekan toolbar “add/edit cititation”, maka akan


keluar tampilan seperti ini,

• 282 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

e. Selanjutnya pada kolom tersebut kita dapat isi dengan judul


sumber referensi yang akan kita gunakan,

f. Maka, langkah selanjutnya adalah menekan “Enter” sebagai


tanda kita telah memilih judul yang dipilih. Setelah itu referensi
akan keluar setelah kalimat:

Contoh fote note Contoh body note


g. Untuk gaya tulisan fotenote juga akan otomatis tampil pada
setiap bawah halaman:

• 283 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

h. Kemudian untuk menyusun references atau daftar pustaka,


dapat menekan toolbar “Add/Edit Bibliography”,

i. Setelah menekan toolbar “Add/Edit Bibliography”, maka akan


otomatis tersusun daftar pustaka secara rapi;

• 284 •
BAB X

PENUTUP

Dalam buku ini telah dijelaskan berbagai hal seputar


penelitian mulai dari pengertian metode penelitian, macam-
macam data penelitian, cara merumuskan masalah, pengenalan
ragam teori penelitian bahkan hingga tata cara penyusunan
publikasi ilmiah. Selain hal itu, buku ini juga telah dilengkapi
dengan berbagai contoh penelitian dalam bahasa arab. Maka pada
tahap ini dapat dipahami bahwa metode penelitian bahasa Arab
sangat beragam.
Apabila penelitian fonologi maka akan mempelajari,
membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa
yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Salah satu sumbang
asih penelitian terkini pada fonologi diantaranya penelitian ini
dapat membantu treatmen penderita inklusi yang mengalami
tuna wicara untuk memahami bahasa arab sesuai dengan kondisi
mereka.
Apabila kajian sintaksis akan menganalisis hubungan kata
dengan kata dalam bentuk satuan yang lebih besar: frase, klausa
dan kalimat. Penelitian sintaksis cukup fleksibel diaplikasikan
dalam berbagai masalah penelitian baik sejak zaman dahulu
hingga kini. Salah satu contoh penelitian sintaksis seperti

• 285 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

yang tercantum dalam buku ini membahas tentang perbedaan


kontrastif antara nahwu bashrah dan kufah. Adapun ide yang
dapat dikembangkan dalam kajian sintaksis di era kini semisal
bagaimana keberlangsungan pembelajaran nahwu di pondok
pesantren pada masa pandemi, dll.
Apabila penelitian semantik maka akan mengkaji,
menggali dan menganalisis makna terdalam dari sebuah makna
bahasa. Kajian makna ini dapat diaplikasikan baik dalam tataran
lingual maupun secara struktural, baik berupa kata, frasa, klausa,
maupun kalimat dan wacana. Beberapa tema penelitian yang
dapat dibedah menggunakan analisis semantik seperti, tentang
kontroversi resepsi masyarakat muslim pada kata auliya (Qs.
Almaidah:510 dan konteksnya dalam pemilihan pemimpin yang
menyebabkan munculnya Gerakan 212, fenomena kesadaran
masyarakat akan zero waste dan dikaitkan dengan resepsi
masyarakat muslim terhadap hadis-hadis tentang kesucian dan
kebersihan, pergeseran makna kosakata bahasa korea dalam
bahasa arab melalui konten “Run BTS” pada aplikasi Vlive, dll.
Apabila penelitian terjemah tidak menitik beratkan pada
teknik yang digunakan oleh penerjemah namun fokus yang menjadi
kajiannya yakni ketepatan penggunaan teknik penejerjemahan
dari bahasa sumber ke bahasa sasaran karna akan berpengaruh
pada kualitas penerjemahan. Beberapa contoh penelitian dalam
studi ini yakni Perbedaa Alquran terjemah bahasa Melayu dan
bahasa Belanda pada ayat-ayat kenabian, penggunaan teknik
penerjemahan Molina dan Albir serta pengaruhnya terhadap
kualitas terjemahan frasa idhafi matan Hadits Arba’in An-Nawawi,
dll
Adapun kekurangan buku ini belum memaparkan
penelitian secara kuantitatif dalam bahasa arab, padahal beberapa
masalah penelitian dapat diatasi dengan metode ini misalnya
penelitian tentang cara pengucapan kosakata bahasa Arab bagi

• 286 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

penutur ratasim (penutur cadel), maka dibutuhkan data lapangan


berupa wawancara hasil pengucapan kosakata bahasa Arab yang
diperoleh dari wawancara dengan penutur ratasim. Contoh lain
tema pada penelitian kuantitatif yakni efektivitas penggunaan
quiziz dalam pembelajaran bahasa arab online, pengaruh
penggunaan Tiktok dalam pembelajaran bahasa Arab, kesulitan
pembelajaran maharatul kalam online di masa pandemi Covid-19
Selain itu dalam buku ini belum memaparkan penel­itian
leksikologi atau korpus arab secara mendalam, belum men­
jabarkaan aplikasi penelitian morfologi dan belum menyampaikan
penelitian menggunakan aplikasi Nvivo.
Selama ini telah masyhur aplikasi untuk mengolah data
kuantitatif seperti SPSS (Statistical Package for Social Science),
SAS (Statistical Analysis System), AMOS (Analysis of Moment
Structure) namun jarang sekali terdengar bahwasannya ada
aplikasi khusus untuk mengolah data kualitatif. Nvivo hadir sebagai
aplikasi yang dapat digunakan untuk melakukan pengolahan
serta analisa terhadap data kualitatif yang mana selama ini dalam
penelitian kualitatif jarang menggunakan sistem otomasi analisa
data kualitatif. Biasanya peneliti kualitatif akan mengolah data
dengan cara (Miles, Huberman, 1984) membuat tabulasi data,
mereduksi data, memberikan coding pada data yang akan diteliti,
menyajikan data, dan memverifikasi data secara manual. Oleh
sebab itulah Nvivo digunakan sebagai alat bantu peneliti untuk
melakukan penelitian pada data kualitatif dengan asumsi peneliti
paham atas data-data yang akan dioleh dan dianalisa.
Demikian buku ini disusun, penulis berharap semoga apa
yang terkandung didalamnya dapat bermanfaat bagi segenap
pihak. aamiin

• 287 •
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. (2020, Juni 27). IA SCHOLAR LECTURE SERIES#005


Bagaimana menulis POWERFUL INTRODUCTION? Youtube.
Abdullah, Irwan. (2021, Januari 15). IA SCHOLAR LECTURE
SERIES #007: Bagaimana menulis bagian “METHOD”
dalam artikel? (Vol. 15). https://www.youtube.com/
watch?v=WyPPID8QMM0
Albdour, W. M. (2015). The difficulties that seventh grade students
face in comprehensive reading skill for English curricula.
Journal of Education and Practice, 6(27), 61–75.
Albirini, A. (2016). Modern Arabic Sociolinguistic (First). Routledge
Publisher.
An-Naqah, M. K. (1985). Ta’lim al-Lughah al-’Arabiyyah li an-
Naatiqin bi Lughatin Ukhra. Jamiah Ummul Qura.
Astari, R., Hadi, S., Poedjosoedarmo, S., & Suhandano, S. (2019).
Pengaruh Budaya Terhadap Istilah Sains Dan Teknologi
Dalam Bahasa Arab*. Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra,
13(2), 253. https://doi.org/10.14421/ajbs.2014.13205
Ayun, Q. (2017). Istikhdam Kitab “Al-Jurumiyyah” wa “Al-Amtsilah
al-Tasrifiyyah” fi Ta’lim Qawaid al-Lughah al-’Arabiyyah
bi Ma’had “Dar al-Hikmah” Al-Salafi Basuruwan. Jurnal Al
Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, 9(1), 139–
159. https://doi.org/10.24042/albayan.v9i1.1071

• 289 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Bashori, A. (2020). Problematika Implementasi Pendekatan


Saintifik dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah
Aliyah Hidayatul Mubtadiin Magetan. Aphorisme: Journal
of Arabic Language, Literature, and Education, 1(2), 58–72.
https://doi.org/10.37680/aphorisme.v1i2.447
Bustam, Betty Mauli Rosa, & Rika Astari. (2018). Meaning
Differences Between Two Quran Translation in Activism Era
in Indonesia (Ideology in Translation Analysis). 03, 131.
Daniel, O. C., Esoname, S. R., & Chima, O. O. D. (2017). Effect of
Reading Habits on the Academic Performance of Students:
A Case Study of the Students of Afe Babalola University, Ado-
Ekiti, Ekiti State. Teacher Education and Curriculum Studies,
2(5), 74–80. https://doi.org/10.11648/j.tecs.20170205.13
Djamarah, S. B. (2015). Psikologi Belajar. Rineka Cipta.
Dornyei, Zoltan. (2017). Research Methods in Applied Linguistics.
Oxford University Press,.
Fajriah, Z. (2015). Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa
Arab (Mufradat) Melalui Penggunaan Media Kartu Kara
Bergambar (Penelitian Tindakan Pada Siswa kelas I
MI Nurul Hakim Kediri Lombok Barat Tahun 2015).
Jurnal Pendidikan Usia Dini, 9(1), 107–126. https://doi.
org/10.21009/JPUD.091
Fatoni, A. (2019). Peran Motivasi Belajar Bahasa Arab Terhadap
Aktivitas Pembelajaran: Studi Kasus Mahasiswa PBA
Universitas Muhammadiyah Malang. El-Tsaqafah: Jurnal
Jurusan PBA, 18(2), 183–202. https://doi.org/10.20414/
tsaqafah.v18i2.1869
Fattah, M. (2013). Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Arab Ma­
dra­sah Aliyah Se-Kota Samarinda. Fenomena, V(1), 73–94.
Fuadah, N., Nashiba, S., & Arifa, Z. (2019). Upaya Peningkatan
Kompetensi Guru Bahasa Arab Melalui Forum MGMP

• 290 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Bahasa Arab Se-Indonesia. Arabia: Jurnal Pendidikan


Bahasa Arab, 11(2), 1. https://doi.org/10.21043/arabia.
v11i2.5213
Hamid, A., Baharuddin, U., & Mustofa, B. (2008). Pembelajaran
Bahasa Arab, Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan
Media. UIN Maliki Press.
Kamusella, T. (2017). The Arabic Language: A Latin of Modernity?
Journal of Nationalism, Memory and Language Politics,
11(2), 129.
Keita, S. O. Y. (2010). Biocultural Emergence of The Amazigh
(Berbers) in Africa: Comment on Frigi et al. Human Biology,
82 (4), 385–393.
Madjid, A. (2016). Strategi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya.
Mahsun. (2019). Metode Penelitian Bahasa (3 ed.). Rajawali Pers.
Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Remaja
Rosdakarya.
Munip, A. (2017). Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab. Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Mustofa, S. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif.
UIN Maliki Press.
Nababan, M. R. (2006). Kecenderungan Baru dalam Penerjemahan.
2(1), 68–73.
Nandang, A., & Kosim, A. (2018). Pengantar Linguistik Arab.
Remaja Rosdakarya.
Nurdiyansyah, & Fahyunni, E. F. (2016). Inovasi Model Pem­
belajaran Sesuai Kurikulum 2013. Nizamia Learning Center.
Pransiska, T. (2015). Konsep I’rab dalam Ilmu Nahuw (Sebuah
Kajian Epistemologis). Jurnal Al-Maharaa, 1(1).
Raswan, R. (2018). Pengaruh Metode Pembelajaran Eklektik
Terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa. Arabiyat: Jurnal

• 291 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 5(1), 121–


140. https://doi.org/10.15408/a.v5i1.7007
Ridlo, U. (2015). Bahasa Arab dalam pusaran arus globalisasi:
Antara pesismisme dan optimisme. Ihya al-’Arabiyah, 1(2),
210–226.
Robbani, A. S., & Khoirotunnisa, U. (2021). Online English Comics
as Reading Materials for English Language Education
Department Students. European Journal of Educational
Research, 10(3), 1359–1369. https://doi.org/10.12973/
eu-jer.10.1.1359
Robbani, A. S., Wahidah, Z. A., & Haqqy, A. M. (2021). Challenges
In Using WhatsApp as An Online Arabic Learning Center.
Dinamika Ilmu, 21(2), 437–449. https://doi.org/10.21093/
di.v21i2.3691
Rosenbaum, G. (2011). The Rise and Expansion of Colloquial
Egyptian Arabic As a literary language. Dalam Culture
contacts and the making of cultures. Tel Aviv University.
Rosyidi, A. W., & Ni’mah, M. (2011). Memahami Konsep Dasar
Pembelajaran Bahasa Arab. UIN-Maliki Press.
Rusydiyah, E. F. (2015). Media Pembelajaran (Implementasi untuk
Anak di Madrasah Ibtidaiyah). IAIN Press.
Sadiqi, F. (1997). The Place of Berber in Marocco. International
Journal of the Sociology of Language, 123, 7–21.
Sakila, I. N. F. (t.t.). Peran Al-Jazera dalam transformasi politik
tunisia pada peristiwa arab Spring 2010-2011.
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Kencana.
Shahidullah, S. (1991). Capacity-building in Science and Technology
in The Third World. Westview Press.
Shihab, M.Q.,. (2012). Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran (Vol.
3).

• 292 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Sidiq, U. (2012). Diskursus Makna Jilbab dalam Surat Al Ahzab


ayat 59: Menurut Ibnu Kathir dan M.Quraish Shihab.
Kodifikasia, 6.1, 161–183.
Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa
Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara
Linguistis. Yogyakarta: Sanata Darma University Press.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suroiyah, E. N. (2020). Manfaat Media Sosial dalam Pembelajaran
Bahasa Arab untuk Meningkatkan Kemahiran Istima’
(Mendengar)”. Muhadasah; Jurnal Pendidikan Bahasa Arab,
2(1), 16–26.
Susanti, E., Ritonga, M., & Bambang, B. (2020). Pengaruh
Penggunaan Media Powerpoint Terhadap Minat Belajar
Bahasa Arab Siswa. Arabiyatuna : Jurnal Bahasa Arab, 4(1),
179. https://doi.org/10.29240/jba.v4i1.1406
Syarif, M. U. (2020). Pembelajaran Bahasa Arab Daring Berbasis
Strategi Karrona di Masa Pandemi Covid-19. Didaktika :
Jurnal Kependidikan, 14(2), 116–132. https://doi.
org/10.30863/didaktika.v14i2.982
Taufiq, W. (2018). Metode Penelitian Bahasa Arab. Refika Aditama.
Wurianto, A. B. (2018). Pengembangan Pendidikan Vokasi Bidang
Sosio-Humaniora Menghadapi Revolusi Industri Era 4. 0.
November.
Yunus, Mahmud. (1973). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT.
Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah.
Zulqarnain, I., Rohman, M. M., Maftuhah, M., & Arifa, Z. (2019).
Model Pembelajaran Program Ekstrakurikuler Bahasa
Arab dan Implementasinya di Madrasah Aliyah Pesantren.
Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab, 3(1), 29–46. https://doi.
org/10.29240/jba.v3i1.629

• 293 •
RENCANA PEMBELAJARAN MINGGUAN
(RPM)

A. Identitas
1. Program Studi : Bahasa dan Sastra Arab
2. Fakultas : Agama Islam
3. Nama Mata Kuliah : Metode Penelitian Bahasa
4. Kode : 2860532
5. Bobot (Teori/Praktek): 3 sks
6. Semester : III
7. Rumpun Mata Kuliah :
8. Alokasi waktu total : 14 x 180 menit

B. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


SIKAP
1 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu
menunjukkan sikap religius;
2 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama,moral,dan etika;
3 Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban
berdasarkan Pancasila;
4 Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air,
memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan
bangsa;
5 Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinil orang lain;
6 Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian
terhadap masyarakat dan lingkungan;
7 Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara;

• 295 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

8 Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;


9 Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri;
10 Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan.
11 Menunjukkan sikap-sikap pencerahan, amar makruf dan nahi
munkar.
PENGUASAAN PENGETAHUAN
1 Menguasai konsep-konsep dasar pemikiran, teori, kritik, dan
metodologi penelitian di bidang Bahasa Arab
KETERAMPILAN KHUSUS
1 Mampu melakukan evaluasi dan bertanggung jawab atas hasil
penelitian Bahasa Arab.
2 Menyusun deskripsi saintifik hasil kajian, penelitian, gagasan,
kreasi dan atau inovasi di bidang bahasa dan sastra Arab dalam
bentuk skripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya
dalam laman perguruan tinggi;
KETERAMPILAN UMUM
1 Mampu mengkaji (meneliti) implikasi pengembangan
atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan
keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam
rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni.

C. Deskripsi singkat mata kuliah : Matakuliah ini berisi tentang


pe­ngertian, teori dan metode yang digunakan oleh para kritikus
dan peneliti dalam penelitian bahasa Arab, baik bahasa Arab kla­
sik maupun modern. Dan dibahas juga tahap-tahap yang di­lalui
dalam melakukan penelitian bahasa khususnya bahasa Arab.

D. Mata kuliah Prasyarat :


E. Team Teaching :
1) Koordinator : Dr. Rika Astari, S.S., M.A.
2)
Anggota :

• 296 •
Aktifitas PENILAIAN
Minggu/ Capaian
F. Matrik RPM :

Metode/ Strategi Pembelajaran/ Sumber Belajar dan Bahan


Pertemuan Pembelajaran Materi Pembelajaran
Pembelajaran Pengalaman Ajar Indikator Bentuk
Ke Mingguan Bobot
Mahasiswa Penilaian Penilaian
Mahasiswa 1. Pengertian metode - Active - Sugiyono, 2018, Metode Maha­siswa
mengetahui penelitian learning Penelitian Kuantitatif mampu
pengertian 2. Macam data dan Kualitatif, Bandung: men­jelas­­
metode penelitian Penerbit Alfabeta kan kon­sep
penelitian dan 3. Jenis-jenis metode - Sudaryanto, Metode dan penelitian
macam-macam penelitian teknik Analisis Bahasa,
metode 4. Pengertian metode 2015
penelitian kuantitatif - Sudaryanto, Metodologi

• 297 •
dan kualitatif Linguistik: Ke Arah
5. Perbedaan penelitian Memahami Metode
1
kualitatif dan Linguistik, 1990
kuantitatif - Creswell, John W.,
6. Kapan Metode 2019, Research Design,
Penelitian Kuantitatif Yogyakarta: Pustaka
dan Kualitatif Pelajar
Digunakan
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

7. Jangka Waktu
Penelitian Kualitatif
8. Metode Gabungan
(Mix Method)
Aktifitas PENILAIAN
Minggu/ Capaian
Metode/ Strategi Pembelajaran/ Sumber Belajar dan Bahan
Pertemuan Pembelajaran Materi Pembelajaran
Pembelajaran Pengalaman Ajar Indikator Bentuk
Ke Mingguan Bobot
Mahasiswa Penilaian Penilaian
Mahasiswa 1. Pendahuluan - Active - Sugiyono, 2018, Metode Mahasiswa
memahami 2. Rumusan masalah learning Penelitian Kuantitatif mampu
tahapan 3. Tujuan penelitian dan Kualitatif, Bandung: menjelaskan
prapenelitian 4. Tinjauan pustakan Penerbit Alfabeta tahapan
5. Kerangka teori - Sudaryanto, Metode dan prapenelitian
6. hipotesis teknik Analisis Bahasa, bahasa
7. Metode penelitian 2015
2 8. Daftar Pustaka: - Sudaryanto, Metodologi
pencarian referensi Linguistik: Ke Arah
dan penggunaan Memahami Metode
zotero/mendley Linguistik, 1990
9. Soal Latihan - Creswell, John W.,

• 298 •
2019, Research Design,
Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mahasiswa 1. Masalah dalam - Active - Sugiyono, 2018, Metode Mahasiswa
memahami penelitian kualitatif learning Penelitian Kuantitatif mampu
metode 2. Fokus penelitian dan Kualitatif, Bandung: meng­apli­
penelitian 3. Bentuk rumusan Penerbit Alfabeta kasikan
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

kualitatif masalah - D. Edi Subroto, me­­tode


3 4. Judul penelitian Pengantar Metode pene­litian
kualitatif Penelitian Linguistik kuali­tatif
5. Teori dalam Struktural, 1991
penelitian kualitatif - Creswell, John W., 2019,
6. Soal latihan Research Design, Yog­
ya­karta: Pustaka Pelajar
Aktifitas PENILAIAN
Minggu/ Capaian
Metode/ Strategi Pembelajaran/ Sumber Belajar dan Bahan
Pertemuan Pembelajaran Materi Pembelajaran
Pembelajaran Pengalaman Ajar Indikator Bentuk
Ke Mingguan Bobot
Mahasiswa Penilaian Penilaian
Mahasiswa 1. Pengertian populasi - Active - Sugiyono, 2018, Metode Mahasiswa
mendeskripsikan 2. teknik pengambilan learning Penelitian Kuantitatif mampu
populasi dan sampel dan Kualitatif, Bandung: menjelaskan
sampel dalam 3. Soal latihan Penerbit Alfabeta populasi
penelitian - Dornyei, Zoltan, 2019, dan sampel
kualitatif Research Methods in dalam
Applied Lingustics: penelitian
Quantitative, Qualitative kualitatif
and Mix Methodologies,
4 Oxford: Oxford
University Press
- Litosseliti, Lia, et.al.,

• 299 •
2017, Research Methods
in Linguistics, London:
Bloomsbury Academic
- Creswell, John W.,
2019, Research Design,
Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Mahasiswa 1. Intrumen Penelitian - Active D. Edi Subroto, Pengantar Mahasiswa


mengetahui 2. Teknik pengumpulan learning Metode Penelitian mam­pu me­
instrumen data - Tugas Linguistik Struktural, 1991 ng­­apli­kasi­kan
5 dan teknik 3. Soal Latihan -Sugiyono, 2018, Metode ins­tru­­men
pengumpulan Penelitian Kuantitatif dan tek­­nik
data dan Kualitatif, Bandung: pe­ng­um­­pulan
Penerbit Alfabeta data
Aktifitas PENILAIAN
Minggu/ Capaian
Metode/ Strategi Pembelajaran/ Sumber Belajar dan Bahan
Pertemuan Pembelajaran Materi Pembelajaran
Pembelajaran Pengalaman Ajar Indikator Bentuk
Ke Mingguan Bobot
Mahasiswa Penilaian Penilaian
-- Dornyei, Zoltan, 2019,
Research Methods in
Applied Lingustics:
Quantitative, Qualitative
and Mix Methodologies,
Oxford: Oxford
University Press
- Litosseliti, Lia, et.al.,
2017, Research Methods
in Linguistics, London:
Bloomsbury Academic
- Creswell, John W.,

• 300 •
2019, Research Design,
Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mahasiswa 1. Pengertian analisis - Active - Sudaryanto, Aneka Mahasiswa
mengetahui data kualitatif learning Konsep Kedataan mampu
teknik analisis 2. Analisis data model - Tugas Lingual dalam Linguistik, me­ng­apli­
data kualitatif miles and huberman 1991 kasikan
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

3. Analisis data - Sugiyono, 2018, Metode tek­nik ana­


6 spradley Penelitian Kuantitatif lisis data
4. Analisis data creswell dan Kualitatif, Bandung: kuali­tatif
5. Analisis data kualitatif Penerbit Alfabeta
model lain - Dornyei, Zoltan, 2019,
6. Soal latihan Research Methods in
Applied Lingustics:
Aktifitas PENILAIAN
Minggu/ Capaian
Metode/ Strategi Pembelajaran/ Sumber Belajar dan Bahan
Pertemuan Pembelajaran Materi Pembelajaran
Pembelajaran Pengalaman Ajar Indikator Bentuk
Ke Mingguan Bobot
Mahasiswa Penilaian Penilaian
Quantitative, Qualitative
and Mix Methodologies,
Oxford: Oxford
University Press
- Litosseliti, Lia, et.al.,
2017, Research Methods
in Linguistics, London:
Bloomsbury Academic
- Creswell, John W., 2019,
Research Design, Yog­
yakarta: Pustaka Pelajar

• 301 •
Mahasiswa 1. Metode Padan - Active Sudaryanto, Aneka Konsep Mahasiswa
mampu 2. Teknik-Teknik Metode learning Kedataan Lingual dalam mampu
mempraktikkan Padan Teknik Dasar - Tugas Linguistik, 1991 meng­
metode padan dan Lanjutan dalam aplikasikan
dan agih dalam Metode Padan me­tode
penelitian 3. Metode Agih pa­dan dan
bahasa • Teknik dasar dan agih da­lam
7,8
Lanjutan dalam pe­ne­neli­tian
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

metode Agih bahasa


• Teknik Lesap
• Teknik Ganti
• Teknik Perluas
• Teknik Sisip
• Teknik Balik
Aktifitas PENILAIAN
Minggu/ Capaian
Metode/ Strategi Pembelajaran/ Sumber Belajar dan Bahan
Pertemuan Pembelajaran Materi Pembelajaran
Pembelajaran Pengalaman Ajar Indikator Bentuk
Ke Mingguan Bobot
Mahasiswa Penilaian Penilaian
Mahasiswa 1. Sistematika - Active - Sudaryanto, Metode Maha­siswa
mampu penyajian penelitian learning Linguistik Bagian Kedua: mampu
mempraktikkan bidang Fonologi - Tugas Metode dan aneka me­­ng­
penelitian 2. Sistematika Teknik Pengumpulan aplikasikan
kualitatif di penyajian penelitian Data, 1990 pe­­ne­litian
dalam bahasa bidang Sintaksis - Dornyei, Zoltan, 2019, kua­litatif di
Arab 3. Sistematika Research Methods in da­­lam ba­
penyajian penelitian Applied Lingustics: hasa Arab
bidang Morfologi Quantitative, Qualitative
4. Sistematika and Mix Methodologies,

• 302 •
9,10 penyajian penelitian Oxford: Oxford
bidang Semantik University Press
5. Sistematika - Litosseliti, Lia, et.al.,
penyajian penelitian 2017, Research Methods
bidang Sosiolinguistik in Linguistics, London:
6. Penenlitian di bidang Bloomsbury Academic
leksikologi dan
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

leksikografi
7. Sistematika
penyajian penelitian
bidang terjemah
Aktifitas PENILAIAN
Minggu/ Capaian
Metode/ Strategi Pembelajaran/ Sumber Belajar dan Bahan
Pertemuan Pembelajaran Materi Pembelajaran
Pembelajaran Pengalaman Ajar Indikator Bentuk
Ke Mingguan Bobot
Mahasiswa Penilaian Penilaian
Mahasiswa 1. Proses penelitian - Active - D. Edi Subroto, Mahasiswa
mampu kuantitatif survei learning Pengantar Metode mampu
mempraktikkan 2. Masalah - Tugas Penelitian Linguistik meng­apli­
metode 3. Rumusan masalah Struktural, 1991 kasikan
penelitian 4. Variabel penelitian - Sugiyono, 2018, Metode me­tode
kuantitatif 5. Paradigma penelitian Penelitian Kuantitatif pe­nelitian
(model hubungan dan Kualitatif, Bandung: kuan­titatif
antar variabel) Penerbit Alfabeta
6. Menemukan masalah - Dornyei, Zoltan, 2019,
Research Methods in
Applied Lingustics:

• 303 •
11 Quantitative, Qualitative
and Mix Methodologies,
Oxford: Oxford
University Press
- Litosseliti, Lia, et.al.,
2017, Research Methods
in Linguistics, London:
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Bloomsbury Academic
- Creswell, John W.,
2019, Research Design,
Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Aktifitas PENILAIAN
Minggu/ Capaian
Metode/ Strategi Pembelajaran/ Sumber Belajar dan Bahan
Pertemuan Pembelajaran Materi Pembelajaran
Pembelajaran Pengalaman Ajar Indikator Bentuk
Ke Mingguan Bobot
Mahasiswa Penilaian Penilaian
Mahasiswa 1. Pengertian Teori - Active - Sugiyono, 2018, Metode Mahasiswa
mengetahui 2. Tingkatan dan Fokus learning Penelitian Kuantitatif mampu
landasan teori, Teori - Tugas dan Kualitatif, Bandung: menjelaskan
kerangka berpikir 3. Soal Latihan Penerbit Alfabeta landasan
12 dan pengajuan teori,
hipotesis kerangka
berpikir dan
pengajuan
hipotesis
Mahasiswa 1. Penelitian - Active - Sudaryanto, Metode Mahasiswa
mampu pengajaran Bahasa learning Linguistik Bagian Kedua: mampu
mempraktikkan Arab - Tugas Metode dan aneka meng­

• 304 •
penelitian Teknik Pengumpulan aplikasikan
kuantitatif di Data, 1990 pene­litian
dalam bahasa - Dornyei, Zoltan, 2019, kuan­titatif di
Arab Research Methods in dalam ba­
Applied Lingustics: hasa Arab
13, 14
Quantitative, Qualitative
and Mix Methodologies,
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Oxford: Oxford
University Press
- Litosseliti, Lia, et.al.,
2017, Research Methods
in Linguistics, London:
Bloomsbury Academic
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

G. Referensi Wajib

Creswell, John W., 2019, Research Design, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar
Dornyei, Zoltan, 2019, Research Methods in Applied Lingustics:
Quantitative, Qualitative and Mix Methodologies, Oxford:
Oxford University Press
Litosseliti, Lia, et.al., 2017, Research Methods in Linguistics,
London: Bloomsbury Academic
Sudaryanto, 2015, Metode dan teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis,
Yogyakarta: Penerbit USD
-----------, 1990, Metodologi Linguistik: Ke Arah Memahami Metode
Linguistik, 1990
-----------, 1990, Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan
aneka Teknik Pengumpulan Data
-----------, 1991, Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik
Subroto, D. Edi., 1991, Pengantar Metode Penelitian Linguistik
Struktural
Sugiyono, 2018, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
Bandung: Penerbit Alfabeta

H. Komponen evaluasi

Aspek Penilaian Prosentase


Ujian Akhir Semester 35 %
Ujian Tengah Semester 35 %
Tugas Mandiri 20 %
Keaktifan / kehadiran 10 %
Jumlah 100 %

• 305 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

I. Kriteria Evaluasi

(menyesuaikan ketentuan Universitas)


Diverifikasi oleh : Diperiksa Oleh: Disiapkan oleh :
Dekan Fakultas Kaprodi Bahasa dan Koordinator Bid. Ilmu Dosen Pengampu
Agama Islam Sastra Arab

Dr. Nur Kholis, M.Ag Dr. Yoyo, S.S., M.A. Dr. Rika Astari S.S., M.A Dr. Rika Astari S.S., M.A

• 306 •
BIODATA PENULIS

Dr. Rika Astari, S.S., M.A., lahir pada 6 Januari


1980 di Palembang, Sumatera Selatan. Alumni
Ponpes Darunnajah Jakarta selatan (1995),
Pesantren Putri Pondok Modern Darussalam
Gontor Mantingan, Ngawi (1999), Diploma
Bahasa Arab UGM (2003), Kuliah S-1 di Jurusan
Bahasa dan Sastra Arab, Universitas Ahmad
Dahlan sejak tahun 2000. Selepas meraih Sarjana Sastra Arab,
aktivitasnya lebih banyak dihabiskan untuk mengajar dan menjadi
dosen tetap di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Universitas Ahmad
Dahlan, sejak tahun 2005. Ia melanjutkan studi S2 pada Program
Kajian Timur Tengah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta pada tahun 2005-2008. Di tengah kesibukannya
menjadi dosen, ia tetap melanjutkan studi S-3-nya pada jurusan
yang sama dan meraih gelar doktor (Dr.) pada tahun 2015. Pada
November 2018 menjadi salah satu peserta Spritual Pedagogy di
University of California, Riverside USA yang diselenggarakan oleh
DIKTI. Di BSA UAD, ia mengampu mata kuliah Linguistik Arab,
Sosiolinguistik, Fonologi, Leksikologi & Leksikografi Arab, Metode
Penelitian Bahasa Arab, dan lain-lain. Penulis ini dapat dihubungi
pada alamat rumah: Kelurahan Sidoarum, Godean, Sleman, DIY,
dengan nomor Hp. 08179413641. Alamat e-mail: rika.astari@bsa.
uad.ac.id.

• 307 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

A. Syahid Robbani, M.Pd., lahir di Kediri-


Lombok Barat pada 14 Sya’ban 1417 H/25
Desember 1996 M. Pendidikan dasarnya di­
selesai­kan di SDN 1 Kediri (2009) kemudian
MTs dan MA di Pondok Pesantren Nurul Hakim
Kediri Lombok Barat (2009-2015). Ia me­nye­
lesaikan S-1 pada Program Studi Pendidikan
Bahasa Arab Universitas Muhammad­iyah Yogyakarta (2019) dan
S-2 pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta (2021). Selain menjadi dosen di Program
Studi Bahasa dan Sastra Arab Universitas Ahmad Dahlan, saat ini
ia juga sedang melanjutkan studinya di Program Doktor (S-3)
Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Minat
dan ketertarikannya pada bidang ilmu pendidikan, pembelajaran
bahasa Arab, bahasa Arab Al-Qur’an, dan menghafal Al-Qur’an.
Sebelumnya ia telah menulis satu buku dengan judul Menghafal
Al-Qur’an: Metode, Pro­blematika dan Solusinya, Sembari Belajar
Bahasa Arab dan be­be­rapa karya lainnya yang diterbitkan di
jurnal ilmiah. (WhatsApp: 081937071466; Email: syahid.
robbani@bsa.uad.ac.id)

Abdul Mukhlis, S.Ag., M.Ag, lahir di Labuhan


Batu pada 10 Maret 1969. Pendidikan S1dan S2
di tempuh di IAIN Sunan Kalijaga, dan sekarang
sedang menyelesaikan program Ph.D di
Universitas Malaya, Malaysia. Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta adalah tempatnya
berbagi Ilmu sebagai dosen Bahasa dan Sastra
Arab pada Fakultas Agama Islam. Selain aktif sebagai pengajar di
kampus juga aktif memberikan pencerahan agama di masyarakat
lingkungan tempat tinggalnya di Nogotirto, Gamping, Sleman
Yogyakarta. Sastra dan Linguistik Arab adalah bidang yang
digelutinya, beberapa buku yang berhasil ditulis, al. Uslub al

• 308 •
• METODE PENELITIAN BAHASA ARAB: Teori dan Praktik •

Qisshah fi Surah al-Kahfi, Bahasa al-Qur’an (sebuah Tinjauan


Semiotik), Semiotika Al Qur’an, Stilistika al-Qur’an, Memahami
Teks Suci melalui Paradigma Semiotik, dan Dasar-dasar Bernegara
(Tinjauan Sejarah atas Piagam Madinah), dll.

Fatimah Fatmawati, S.Hum., perempuan yang


lahir bulan Agustus ini memiliki hobi membaca,
menulis dan berdiskusi. Motivasi menulisnya
bermula ketika ia membaca sebuah kutipan
Pramoedya Ananta Toer “Karena kau menulis.
Suaramu takkan padam ditelan angin, akan
abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari”.
Fatimah merupakan alumni pada Program studi
Bahasa dan Sastra Arab Universitas Ahmad Dahlan pada tahun
2020. Kini selain sebagai penulis freelance, kesibukannya yakni
menjadi staf marketing officer di perusahaan swasta Yogyakarta.
(Keep in touch with her: 0858-6509-2165, ig: fatimahfatma, email:
fatimahfatma14@gmail.com)

Muhammad Irfan Faturrahman, S.Hum. Lahir


pada 20 Oktober 1998 di Batam, Kepulauan
Riau. Ia menempuh Kuliah S-1 di Jurusan Bahasa
dan Sastra Arab, Universitas Ahmad Dahlan di­
jalaninya sejak tahun 2016. Irfan menyelesaikan
studi S1 pada Program Studi Bahasa dan Sastra
Arab, Fakultas Agama Islam, Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta pada tahun 2020. Saat ini ia
menjadi staf pengajar di SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta, dan
mengampu mata pelajaran Pendidikan Bahasa Arab. Irfan dapat
dihubungi pada alamat rumah: Dhuri 005/020 Tirtomartani,
Kalasan, Sleman, DIY, 55571, dengan nomor Hp. 081216584668.
Alamat e-mail: muhammadirfanfathurrahman@gmail.com.

• 309 •

Anda mungkin juga menyukai