Anda di halaman 1dari 8

Volume 11 Nomor 1 Tahun 2020

NETRALITAS APARATUR SIPIL NEGARA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN


2019 DI PROVINSI BANTEN
Huri Sanjaya1, Rachmi Yulianti2, Fikri Habibi3
1;2;3
Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik dan Ilmu Hukum
Universitas Serang Raya
hurisanjaya33@gmail.com

Abstrak
Netralitas Aparatur Sipil Negara dalam Pemilihan Umum 2019 di Provinsi Banten. Selain itu, untuk menganalisis
apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan informan menggunakan purposive sampling. Selain itu, teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam
Pemilihan Umum 2019 di Provinsi Banten terdapat Aparatur Sipil Negara yang tidak netral dengan berpihak pada
salah satu calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan salah satu pasangan calon Presiden/Wakil Presiden
(Capres-Cawapres). Faktor penghambat netralitas Aparatur Sipil Negara dalam Pemilihan Umum 2019 di Provinsi
Banten disebabkan oleh pola pikir Aparatur Sipil Negara yang belum terbentuk, keberadaan hubungan
kekerabatan dan sanksi yang masih lemah. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Banten perlu meningkatkan
pengawasan, bimbingan, dan menjatuhkan sanksi tegas terhadap Aparatur Sipil Negara yang terlibat dalam politik
praktis dalam Pemilihan Umum 2019.

Kata Kunci: Netralitas, Aparatur Sipil Negara, Birokrasi, Pemilihan Umum.

Abstract
Neutrality of the State Civil Apparatus in the 2019 General Election in Banten Province. In addition, to analyze what
are the supporting factors and inhibiting factors. In this study, the method used is a descriptive qualitative method
with informant retrieval techniques using purposive sampling. In addition, data collection techniques use interviews
and documentation. The results of this study indicate that in the 2019 General Election in Banten Province there is a
State Civil Apparatus that is not neutral by siding with one of the candidates for the Regional Representative Council
(DPD) and one of the candidates for the President / Vice President (Presidential and Vice-Presidential Candidates).
The inhibiting factor of the neutrality of the State Civil Apparatus in the 2019 General Election in Banten Province is
caused by the mindset of the State Civil Apparatus that has not yet been formed, the existence of kinship relations and
sanctions that are still weak. Therefore, the Banten Provincial Government needs to increase supervision, guidance
and impose strict sanctions on the State Civil Apparatus involved in practical politics in the 2019 General Elections.

Keywords: Neutrality, Apparatus Civil State, Bureaucracy, General Election.

I. PENDAHULUAN segala pengaruh kepentingan dan intervensi


Aparatur Sipil Negara atau yang dikenal politik. Netralitas ASN merupakan salah satu isu
dengan istilah ASN adalah profesi yang terdiri atas persoalan yang menarik dan menjadi sorotan
pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dalam setiap perhelatan pemilihan umum.
dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi Sehingga isu netralitas ASN dalam pemilu
pemerintah sebagai abdi masyarakat dan abdi mendapat banyak perhatian dari berbagai
negara. Dalam rangka menciptakan ASN yang kalangan masyarakat. Pada dasarnya, dalam setiap
profesional sebagai abdi negara dan abdi penyelenggaraan pemilu, ASN sebagai abdi negara
masyarakat, maka pemerintah menekankan bagi dan abdi masyarakat diharapkan dapat netral.
ASN harus mengedepankan asas netralitas yakni Dengan demikian, sesuai dengan kedudukannya
dengan tidak memihak kepada kepentingan suatu ASN harus profesional akan tanggung jawab dan
golongan maupun pada kelompok politik manapun. perannya dalam memberikan pelayanan kepada
Sehingga ASN benar-benar netral dan bebas dari masyarakat.

15
Berbicara mengenai netralitas birokrasi tak salah satu pasangan calon DPD RI yang merupakan
bisa dilepaskan dari pemikiran Max Weber yang anak Kepala Daerah dari Gubernur Provinsi Banten
berpandangan mengenai konsep birokrasi dalam (Bantennews.co.id, 10 April 2019).
tiga indikator, yaitu (1) Birokrasi dilihat sebagai Prasetyowati (2018) dalam artikel
instrumen teknis. (2) Birokrasi dilihat sebagai penelitannya mengungkapkan bahwa
kekuatan tersendiri dalam masyarakat umum yang ketidaknetralan ASN disebabkan oleh berbagai
lebih bersikap dalam melaksanakan fungsinya faktor, seperti kepentingan untuk menaikin jenjang
sebagai instrumen teknis. (3) Birokrasi memiliki karir secara cepat, atau kuatnya hubungan
perilaku yang kecenderungan dalam patronase. Di banyak daerah, banyak pegawai
mengutamakan kepentingan pribadi dari pada negeri digunakan sebagai instrumen untuk
kepentingan masyarakat umum. Dari indikator memenangkan pemilihan dengan janji dan harapan
kedua dan ketiga tersebut, nampaknya sudah jika kemenangan atau pemilihan akan diberikan
diperhitungkan oleh Weber bahwa birokrasi tidak sesuatu yang menarik bagi aparatur termasuk
mungkin bisa dipisahkan dari politik (Thoha, jabatannya, (Gunarto, dkk, 2018). Dengan adanya
2012:19-20). Dari pandangan tersebut, Weber permasalahan ketidaknetralan ASN mempunyai
menekankan pentingnya bahwa birokrasi dampak, yakni merugikan negara seperti adanya
pemerintah sebaiknya netral dengan penggunaan fasilitas negara dan merugikan
mengutamakan kepentingan masyarakat. masyarakat dengan mengabaikan tanggung
Persoalan keterlibatan birokrasi yang memihak jawabnya dalam memberikan pelayanan
dalam pemilu bukanlah suatu hal baru, hal ini bisa (Menpan.go.id, 9 April 2019).
dilihat dari masa orde baru. Keberpihakan yang Persoalan ketidaknetralan ASN dalam pemilu
dilakukan oleh birokrasi yakni dengan terlibat merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
secara langsung dalam kampanye Partai Golkar. Meskipun ASN memiliki hak pilih dalam pemilu,
Adapun motif yang dilakukan karena semata-mata tetapi mereka dituntut untuk netral dan
untuk memudahkan kariernya di kemudian hari profesional dalam menjalankan tugas dan
(Mustafa, 2018:118). perannya yakni melaksanakan kebijakan publik
Aturan mengenai netralitas ASN diatur dalam dan memberikan pelayanan publik kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 masyarakat tanpa telibat dalam proses politik
Tentang Disiplin PNS pasal 4 ayat (12-15), aturan praktis pada agenda pemilu. Apabila ASN tidak
tersebut secara garis besar menyatakan bahwa netral dalam proses politik tentu ada sisi negatif
ASN yang memberikan dukungan dengan segala seperti penyalahgunaan wewenang untuk
bentuk macam kegiatan dalam pemilu baik Pilpres, mendukung calon peserta pemilu. Disisi lain sikap
Pileg maupun Pilkada. Selain itu, dalam upaya ASN yang tidak netral dalam pemilu tentu akan
menjaga netralitas ASN dalam Pemilu Tahun 2019, menghambat kinerja dan dapat merugikan
Kementerian Pendayaan Aparatur Negara masyarakat sebagai penerima layanan publik. Atas
Reformasi Birokrasi, mengeluarkan surat edaran hal tersebut, membuat menarik untuk melakukan
Nomor: B/94/M.SM.00.00/2019 tentang penelitian. Pada penelitian ini bertujuan untuk
Pelaksanaan Netralitas ASN Pada Penyelenggaraan menganalisa bagaimana netralitas Aparatur Sipil
Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Serta Negara dalam Pemilihan Umum Tahun 2019 di
Pemilihan Legislatif Tahun 2019. Aturan tersebut Provinsi Banten serta apa saja yang menjadi faktor
merupakan bentuk keseriusan pemerintah untuk pendukung dan faktor penghambatnya.
menjaga netralitas ASN untuk fokus akan tugas dan Netralitas birokrasi menjadi polemik dan
perannya dalam memberikan pelayanan kepada perdebatan. Sebagaimana perdebatan yang terjadi
masyarakat. selain itu, untuk menciptakan antara Karl Marx dan Hegel. Hegel menginginkan
kekondusifan suhu politik yang terjadi serta tidak adanya kenetralan dalam kekuatan birokrasi, yakni
mencederai demokrasi. sebagai perwakilan kepentingan masyarakat
Namun, dengan segala peraturan yang sudah umum yang terdiri atas kaum profesi dan
ada, belum mampu mengatasi persoalan netralitas pengusaha dengan negara atau masyarakat.
ASN dalam proses politik. Hal ini tergambarkan Sedangkan disatu sisi, Karl Marx menekankan
pada Pemilu Tahun 2019, terdapat 991 kasus bahwa birokrasi tidak mampu untuk netral karena
ketidaknetralan ASN (Tirto.id, 23 Juli 2019). mempunyai kepentingan pribadi dan lebih
Keberpihakan ASN dalam proses politik pada kecenderungan untuk memihak pada kelompok
pemilu tahun 2019 seperti yang terjadi di atau golongan tertentu yang mempunyai pengaruh
Makassar, yakni terdapat 15 Camat yang yang sangat besar. (Mustafa, 2018:117). Menurut
mendukung pasangan calon Presiden nomor urut Simamora (2018), netralitas merupakan bentuk
01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin (Detik.com, 29 sikap dan tindakan untuk tidak terlibat pada suatu
Agustus 2019). Sementara itu, keberpihakan ASN urusan atau masalah yang seharusnya tidak perlu
dalam pemilu Tahun 2019 secara lokal, terjadi di dicampuri. Sedangkan menurut Martini (2015),
Provinsi Banten sebagaimana dilakukan oleh ASN menyatakan bahwa netralitas birokrasi yakini
Pemerintah Provinsi Banten yang mendukung menempatkan pemerintah sebagai penyelenggara

16
pelayanan publik yang tidak dipengaruhi oleh peran dan fungsi dalam melaksanakan kebijakan
kekuataan politik. Netral adalah sikap dengan tidak publik dan memberikan pelayanan publik kepada
melakukan keberpihakan kepada siapapun atau serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa.
pihak manapun. Pada dasarnya netralitas PNS Sehingga dalam melaksanakan tugas pokoknya,
hanya diarahkan untuk melaksanakan tugas dan ASN harus mengutamakan kepentingan
fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan, masyarakat dan negara. Kehadiran birokrasi
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat, dimaksudkan sebagai pelayan untuk kepentingan
tanpa ikut serta dalam kegiatan politik praktis publik. Oleh karena itu, birokrasi membutuhkan
(Perdana, 2019). Sehingga dapat disimpulkan sikap netral, bebas nilai, impersonal yang
bahwa netralitas merupakan asas atau prinsip menjunjung tinggi kepentingan bersama (Yamin,
yang dianut dan dipegang teguh oleh ASN dengan 2017). Maka, demi menegakkan netraliltas, ASN
tidak memihak pada kelompok atau golongan sebagai pelayan publik dalam mengambil segala
politik. tindakan apapun yang dilakukan haruslah bersifat
Menurut La Ode Muh. Yamin (2013) objektif sesuai dengan peran dan tugasnya dengan
sebagaimana yang dikutip oleh (Komisi Aparatur mengutamakan kepentingan umum (Perdana,
Sipil Negara, 2018), bahwa terdapat dua indikator 2019).
utama dari netralitas politik, yaitu sebagai berikut: Disisi lain, dalam paradigma administrasi
a. Tidak terlibat, yakni seorang ASN tidak publik, mengenai dikotomi politik dan
terlibat dengan menjadi bagian langsung dari administrasi. Henry (2013:37), berpandangan
tim sukses calon peserta pemilu. Selain itu, bahwa politik merupakan pembuat kebijakan
ASN dilarang menggunakan seragam kerja sedangkan administrasi adalah pelaksana
atau seragam partai yang menunjukkan kebijakan. Tentunya hubungan antara keduanya
keberpihakan pada partai politik tertentu dalam konteks roda pemerintahan sulit dihindari
b. Tidak memihak, yakni sikap atau tindakan karena saling bersinergi, misalnya pada proses
yang diambil dengan tidak menguntungkan pembahasan APBD. Dalam konteks dikotomi
kepada salah satu pasangan calon dengan politik dan administrasi, posisi birokrasi
tidak menggunakan fasilitas negara. serta ASN seharusnya jelas yakni hanya melaksanakan
dilarang mengadakan pertemuan atau obrolan kebijakan publik yang telah diputuskan oleh
dengan memberikan ajakan dalam lingkup politik. Oleh karena itu, birokrasi haruslah
kerja, keluarga, dan masyarakat. serta tidak dipandang secara netral (Nuraini, 2017). Dikotomi
membantu dalam menggunakan fasilitas politik-birokrasi ini jelas bahwa birokrasi dapat
negara yang terkait dengan jabatan dalam terlibat dalam politik dalam hal proses pembuatan
rangka pemenangan salah satu calon kebijakan. Birokrat harus memainkan peran aktif
pasangan pada masa kampanye. dalam proses politik (seperti melobi atau
sebagainya) untuk memastikan bahwa proposal
II. METODE PENELITIAN kebijakan mereka dapat disetujui oleh badan
institusi politik. Terlebih lagi, birokrasi harus
netral dari politik dalam konteks perebutan
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kekuasaan. Artinya birokrasi harus profesional dan
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini nonpartisan (Yuwono, 2017). Dengan demikian,
berlocus di Provinsi Banten. Adapun teknik untuk menciptakan birokrasi yang profesional
informan yang digunakan adalah teknik purposive harus adanya batasan hubungan yang jelas antara
sampling. Informan dalam penelitian ini terdiri birokrasi dengan kekuatan politik. Namun, hal ini
dari: (1) Badan Kepegawaian Daerah Provinsi tentu sangatlah sulit karena pimpinan birokrasi
Banten, (2) Badan Pengawas Pemilu Provinsi berasal dari politik yang mempunyai segala
Banten, (3) Komisi Aparatur Sipil Negara, (4) kewenangan dan pengaruh terhadap kebijakan
Akademisi, (5) Lembaga Pemantau Pemilu. Dalam bagi birokrasi (Hamid, 2011).
penelitian ini, cara teknik pengumpulan data
dilakukan dengan melakukan wawancara kepada
Netralitas ASN Dalam Pemilu Tahun 2019
informan dan dokumentasi. Serta teknik analisis
data menggunakan model analisis data menurut di Provinsi Banten
Miles dan Huberman yakni, (1) Reduksi Data, (2) Mengenai netralitas Aparatur Sipil Negara di
Penyajian Data dan (3) Penarikan Kesimpulan Provinsi Banten dalam Pemilu Tahun 2019 belum
berjalan dengan baik yakni adanya Aparatur Sipil
Negara yang tidak netral dengan berpihak kepada
III. HASIL DAN PEMBAHASAN calon peserta pemilu. Dalam hal ini terdapat
paradigma yang salah dari Aparatur Sipil Negara
Sebagai pengantar dalam pembahasan ini, yakni menganggap seperti masyarakat biasa yang
rasanya tidak etis mengesampingkan peran dan mempunyai hak pilih dalam pemilu. Padahal secara
fungsi dari ASN. Sebagaimana yang diketahui aturan sudah jelas bahwa ASN diharapkan dapat
dalam UU No 5/2014 bahwa ASN mempunyai netral. Ada kontradiksi antara sikap subyektif batin

17
sebagai warga negara yang memiliki hak pilih yang
pasti untuk memihak kandidat/partai tertentu
dengan sikap objektif dalam pelaksanaannya
kebijakan publik sebagai pelayan negara (Riwanto,
2019).
Ketidaknteralan ASN Provinsi Banten dalam
Pemilu Tahun 2019 sebagaimana pada tabel
berikut:
Tabel 1. Rekap Pelanggaran Netralitas ASN
Provinsi Banten Per Agustus 2019
No Nama Hasil/Rekomendasi

1 Mahdiar Rekomendasi KASN Nomor:


R-1451/KASN/5/2019
2 Fathurochman Rekomendasi KASN Nomor:
R-1547/KASN/5/2019
3 Agus M. Tauchid
4 Babar Suharso
Gambar 1
Sumber: Komisi Aparatur Sipil Negara, 2019 WhatsApp Grup DPD Untuk Kang Fadlin WH
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa
terdapat empat Aparatur Sipil Negara yang Berdasarkan hasil penelitian, ketidaknetralan
dinyatakan tidak netral dalam Pemilu 2019 oleh yang dilakukan dengan mendukung salah satu
Komisi Aparatur Sipil Negara. Namun, berdasarkan calon DPD RI adalah karena inisiatif sendiri tidak
hasil penelitian, Pemerintah Provinsi Banten ada paksaan dari siapapun, kurangnya
menyatakan bahwa hanya ada 2 (dua) ASN yang pengetahuan dan kesadaran terhadap regulasi
tidak netral. Pertama, ASN bernama Mahdiar yang yang ada serta dengan adanya faktor kekerabatan.
merupakan salah satu Guru SMA di Kota Serang Sehingga dapat dikatakan bahwa, politik dan
yang mendiskriminasikan atau menjelekkan salah birokrasi di Indonesia dalam praktiknya tidak
satu pasangan Calon Presiden/Wakil Presiden. dapat dipisahkan. Faktanya apa yang terjadi adalah
Kemudian yang kedua yakni ASN bernama pejabat politik yang sangat dominan dan secara
Fathurohman yang mendukung salah satu calon sewenang-wenang mempengaruhi posisi, karier
DPD RI yang merupakan anak dari Gubernur dan otoritas birokrat. (Bratakusumah, 2017).
Banten. Sehingga hubungan semacam ini
Dalam hal rekomendasi sanksi terhadap ASN mengimplementasikan hubungan antara penguasa
yang tidak netral. Terdapat perbedaan persepsi, dan eksekutif yang dikontrol sehingga
hal inilah mengakibatkan rekomendasi yang pengaruhnya terhadap birokrasi adalah bahwa
diberikan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara dinilai birokrasi berfungsi sebagai mesin politik dan
hanya bersifat saran oleh Pemerintah Provinsi melengkapi keberadaan pejabat politik, dan
Banten. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada akhirnya birokrasi tidak dapat menentukan
kasus ASN Banten yang mendukung Calon DPD, kekuasaan eksekutif (Suwitri, dkk, 2019). Selain
bahwasanya KASN merekomendasikan 4 (empat) itu, kondisi ini pada dasarnya mengindikasikan
ASN untuk dihukum dan diberi sanksi. Namun, kuat kecenderungan pembentukan pola hubungan
Pemerintah Provinsi Banten menyatakan kedua patron – klien antara pegawai negeri sipil dengan
ASN bernama Agus M. Tauchid dan Babar Suharso politisi yang menjadi kandidat dalam arena
dinyatakan tidak terbukti melanggar. Berbeda pemilihan (Tamma, 2016).
dengan ASN yang bernama Fathurohman yang Dari pelanggaran netralitas ini, disebabkan
dinyatakan melanggar dan terbukti tidak netral. karena ada titik lemah pada kebijakan dan kendala
Dalam hal ini, peneliti menilai bahwa terdapat implementasi peraturan, netralitas ASN belum
hubungan patronase antara pimpinan dan memiliki standar dan kriteria yang jelas yang
bawahan. Adapun salah satu motif pelanggaran berakibat lemahnya penegakan hukum. (Pradono,
yang dilakukan oleh ASN Provinsi Banten dalam 2019). Tak hanya itu, ketidaknetralan ini juga
Pemilu Tahun 2019 dapat dilihat pada gambar karena rusaknya moral dan kode etik ASN yang
berikut: lebih mementingkan pimpinan dan golongan
politik. Thoha (2012:166-167) yang mengatakan
bahwa, birokrasi pemerintah harus bersifat netral
agar mampu melayani seluruh masyarakat dan
tidak bersifat diskriminatif atau beorientasi pada
satu kepentingan tertentu. Netralitas birokrasi
akan menghadirkan pemerintahan yang

18
demokratis yang mampu melayani seluruh Selain terdapat faktor pendukung, tentunya
masyarakat. juga terdapat faktor penghambat mengenai
Netralitas birokrasi merupakan hal yang Netralitas Aparatur Sipil Negara Provinsi Banten
terpenting bagi seorang Aparatur Sipil Negara. dalam Pemilu Tahun 2019. Pertama, pola pikir ASN
Pentingnya netralitas dalam birokrasi Indonesia, belum terbentuk. Berdasarkan hasil penelitian,
bahkan menjadi sebuah bagian mendasar dari bahwasanya pola pikir ASN masih ada budaya
skenario reformasi birokrasi. Tujuannya adalah motif mendapatkan ataupun mengamankan
untuk menstabilkan birokrasi profesional yang jabatan. Kemudian adanya hubungan kekerabatan
berarti birokrasi netral dari politik kepentingan natara ASN dengan peseta pemilu. serta sanksi
politisi. (Tamma, 2016). Sehingga netralitas lemah. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa untuk
birokrasi merupakan hal yang penting dan menjadi dua oknum ASN yang dinyatakan terbukti bersalah
syarat utama dalam reformasi birokrasi yang diberikan hukuman disiplin tingkat berat dengan
merupakan bagian dari grand design pemerintah sanksi yang diberikan penurunan pangkat
dalam meningkatkan kinerja untuk menciptakan setingkat lebih rendah. Akan tetapi sanksi tersebut
tata kelola pemerintahan yang baik (good belum bisa diberikan sebagaimana yang peneliti
governance) (Sedarmayanti, 2017:71-72), dapatkan dari hasil wawancara bahwa SK
Selain itu juga menekankan bahwa reformasi hukuman belum ditandatangani oleh Kepala
birokrasi merupakan strategi yang dilakukan oleh Daerah sebagai Pejabat Pembina Kepegawaian.
pemerintah agar program arah pembangunan
nasional dapat tercapai dengan efektif dan efisien IV. PENUTUP
(Hajar, 2015). Oleh karena itu, perlu adanya
strategi reformasi birokrasi dalam pembenahan Berdasarkan hasil analisis penelitian, dalam
sistem manajemen agar menciptakan ASN yang pemilu tahun 2019 terjadi bentuk ketidaknetralan
profesional. Ada beberapa hal yang harus atau keberpihakan yang dilakukan oleh ASN
dilakukan oleh pemerintah dalam reformasi Provinsi Banten dengan mendukung salah satu
birokasi yakni seperti pada saat penerimaan CPNS calon DPD RI. Selain itu juga, terdapat bentuk
atau penempatan jabatan itu dilakukan dengan ketidaknetralan lainnya adalah dengan memihak
assessment dan lelang jabatan serta berdasarkan kepada salah satu Capres/Cawapres. Hal ini
pada kemampuan dan kompetensi. Kemudian mencerminkan bahwa, ASN telah bersikap tidak
adanya pendekatan kultural dengan merubah profesional sebagai abdi negara dan abdi
mental. masyarakat dengan terlibat dalam politik praktis.
Netralitas ASN Dalam Pemilu 2019 di Provinsi
Faktor Pendukung dan Penghambat Banten terdapat faktor penghambat, yakni pola
Netralitas ASN pikir ASN yang belum terbentuk dengan mencari
Pada penelitian ini untuk menentukan peruntungan dalam artian adalah motif jabatan.
berhasil atau tidaknya mengenai netralitas ASN Selain itu, ketidaknetralan ASN disebabkan oleh
dalam Pemilu 2019 di Provinsi Banten dapat adanya hubungan kekerabatan antara ASN dengan
diketahui dari dua faktor, yakni faktor pendukung calon Peserta Pemilu DPD. Serta sanksi dan
serta faktor penghambatnya. hukuman masih lemah, hal ini dilihat dari sikap
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat yang kurang tegas Pembina Pejabat Kepegawaian
indikator faktor pendukung yaitu pertama, adanya dengan menunda dan belum menandatangi SK
sosialisasi mengenai netralitas Aparatur Sipil hukuman keterlibatan ASN yang memihak kepada
Negara yang dilakukan oleh Badan Kepegawaian calon peserta pemilu.
Daerah Provinsi Banten. Kedua, regulasi yang Dengan adanya keberpihakan ASN dalam
sudah jelas mengenai netralitas Aparatur Sipil politik, sekali lagi menujukkan bahwa hubungan
Negara sebagaimana yang diatur dalam PP No. politik dan birokrasi sulit dipisahkan karena saling
42/2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode melengkapi satu sama lain. ASN yang sejatinya
Etik PNS, PP No. 53/2010 Tentang Disiplin melayani masyarakat telah menyalahgunakan
Pegawai Negeri Sipil, kemudian UU No. 5/2014 wewenangnya dengan terlibat dalam politik dan
Tentang Aparatur Sipil Negara. Dengan demikian, mengabdi pada kekuasaan. Sesungguhnya dalam
kiranya sangat jelas da ri regulasi tersebut demokrasi seperti pemilihan umum, ASN yang
bahwasanya ASN harus netral dalam kegiatan memiliki hak pilih seharusnya netral dengan tidak
politik termasuk pada pemilihan umum. Kemudian terlibat atau berpihak kepada salah satu calon
faktor pendukung yang ketiga adalah adanya peserta pemilu. Disisi lain, sejatinya ASN harus
kontrol dari masyarakat. Dari hasil penelitian yang fokus memberikan pelayanan kepada masyarakat.
dilakukan bahwasanya, adanya masyarakat yang Dalam upaya menciptakan ASN yang netral,
melaporkan pelanggaran netralitas yang dilakukan maka terdapat saran yang mesti dilakukan, yakni:
oleh ASN Provinsi Banten kepada Badan Pengawas 1. Pejabat Pembina Kepegawaian hendaknya
Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi Banten. memberikan sanksi yang tegas kepada
Aparatur Sipil Negara yang tidak netral agar

19
mendapat efek jera. Selain itu, Bawaslu diberi Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian
ruang lebih dalam pengawasan yakni tidak Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
hanya pada saat masa kampanye pemilu, Mustafa, Delly. 2018. Birokrasi Pemerintahan.
melainkan sebelum masa kampanye. Bandung: Alfabeta.
2. Apabila Pejabat Pembina Kepegawaian tidak Nuraini, Hikmah. (2017). Birokrasi, Kekuasaan dan
menindaklanjuti rekomendasi pemberian Bisnis. Jurnal Sawala, 5(1), 23–27.
sanksi dari Komisi Aparatur Sipil Negara, Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang
maka Pejabat Pembina Kepegawaian harus Disiplin Pegawai Negeri Sipil
diberi sanksi. Oleh karena itu, perlu disusun Perdana, Gema. (2019). Menjaga Netralitas ASN
tata cara penjatuhan sanksi dalam Pasal 33 dari Politisasi Birokrasi Protecting The ASN
UU No. 5/2014 dan sebaiknya perlu diatur Neutrality From Bureaucracy Politicization.
juga dalam regulasi UU No. 5 Tahun 2014 Negara Hukum, 10(1), 109–128.
yakni memberi ruang dan kewenangan Pradono, Nuswantoro Setyadi. (2019). Aparatur
kepada Komisi Aparatur Sipil Negara untuk Sipil Negara dalam Pemilu 2019, Bisa
memberi hukuman langsung kepada ASN yang Netralkah? Jurnal Analisis Kebijakan, 3(1).
melanggar netralitas dalam hal Pemilu, bukan Prasetyowati, Henny. (2018). Masalah dan Solusi
hanya merekomendasikan saja. Sehingga Terhadap Problematika Netralitas ASN. 13–
sanksi dapat berjalan dengan baik. 16.
3. Perlu adanya revisi pada pasal 54 ayat (4) UU Riwanto, Agus. (2019). The Construction of Law
NO. 5/2014 Tentang Aparatur Sipil Negara Neutrality of State Civil Apparatus in the
mengenai kewenangan Pejabat Politik sebagai Simultaneous Local Election in Indonesia.
Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dalam Yuridika, 34(2), 237–260.
mengangkat, memindahkan dan https://doi.org/10.20473/ydk.v34i2.7926
memberhentikan pegawai. Seharusnya Sedarmayanti. 2017. Reformasi Administrasi Publik,
Pejabat Pembina Kepegawaian berasal dari Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa
birokrat yakni Sekretaris Daerah. Sebab, Depan (Mewujudkan Pelayanan Prima dan
apabila Pejabat Pembina Kepegawaian tetap Kepemerintahan yang baik). Bandung: PT.
berasal dari politik tentunya dalam Refika Aditama.
mengambil kebijakan terkait penempatan Simamora, Birman. (2018). Netralitas Aparatur
kepegawain berpotensi bernuansa politis. Sipil Negara dalam Pemilihan Gubernur Riau
Tahun 2018. Jurnal Hukum Respublica, 17(2),
215–229.
V. DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.31849/respublica.v17i2.2
071
Bratakusumah, Deddy. S. (2017). Complementary Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif
Model In Interaction Between Political Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Officials And Bureaucrats In Indonesia. Jurnal Surat Edaran Gubernur Provinsi Banten Nomor:
Perencanaan Pembangunan, 1(2), 125–132. 800/978-BKD/2019 Tentang Netralitas
Gunarto, dkk. (2018). Neutrality Of The State Civil Aparatur Sipil Negara (ASN) Dalam
Apparatus In Regional Head Election Based Penyelenggaraan Pemilihan Legislatif dan
On Justice Values. Journal of Education and Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun
Social Sciences, 9(1), 29–37. 2019.
Hajar, Bakhtiar. (2015). Bureaucracy and Surat Edaran Kementerian Pendayagunaan
Governance in Indonesia : Study on West Aparatur Negara Reformasi - Birokrasi
Sulawesi Province. Procedia Economics and Nomor: B/94M.SM.00.00/2019 Tentang
Finance, 23(October 2014), 223–227. Pelaksanaan Netralitas ASN Pada
https://doi.org/10.1016/S2212- Penyelenggaraan Pemilihan Presiden Dan
5671(15)00348-2 Wakil Presiden Serta Pemilihan Legislatif
Hamid, Abdul. (2011). Politisasi Birokrasi dalam Tahun 2019.
Pilkada Banten 2006. Jurnal Ilmu Administrasi Suwitri, dkk. (2019). Transactional Politics in
Negara, 11(2), 97–110. Filling High Leadership Positions in
Henry, Nicholas. 2013. Public Administration & Indonesian Bureaucratic Organizations.
Public Affairs. 12th edition. New York: International Journal of Research in
Longman-Pearson. Humanities and Social Studies, 6(5), 38–50.
Komisi Aparatur Sipil Negara. (2018). Pengawasan Tamma, Sukri. (2016). Paradox Of Bureaucracy
Netralitas Aparatur Sipil Negara. Neutrality In The Indoensia Regional Election.
Martini, Rina. (2015). Netralitas Birokrasi Pada 1(2), 95–112.
Pilgub Jateng 2013. Jurnal Ilmu Sosial, 14(2), Thoha, Miftah. 2012. Birokrasi & Politik di
66–78. Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

20
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara
Yamin, Ahmad. (2017). Politicization Bureaucracy
in the Implementation of Regional Chief
Election. International Journal of Innovation
and Economic Development. ISSN 1849-7551,
3(3), 52–58.
https://doi.org/10.18775/ijied.1849-7551-
7020.2015.33.2005
Yuwono, Teguh. (2017). Government Ethical
Problems : Political Neutrality of Bureaucracy
in Local Election. Advances in Social Science,
Education and Humanities Research,
84(Iconeg 2016), 339–343.
Sumber Lain :
https://www.menpan.go.id/site/berita-
terkini/netralitas-dan-penegakan-disiplin-
asn-harga-mati, (Diakses pada tanggal 3
Agustus 2019).
https://amp.tirto.id/991-asn-pelanggar-netralitas-
terancam-sanksi-disiplin-dan-kode-etik-eeTX
(Diakses pada tanggal 3 Agustus 2019).
https://www.google.com/amp/s/www.bantennew
s.co.id/tiga-pejabat-pemprov-terbukti-tak-
netral-jadi-timses-anak-gubernur-
banten/amp/ (Diakses pada tanggal 3 Agustus
2019).
http://m.detik.com/news/berita/d-
4685110/kasn-sebut-15-camat-makassar-
patut-dihukum-karena-tak-netral-di-pilpres
(Diakses pada 10 September 2019)

21
22

Anda mungkin juga menyukai