Anda di halaman 1dari 11

Nama kelompok: Crischela

Nalia
Natacia
Celcio
Zelagio
José

Tema
“Pergaulan Bebas”
Pergaulan Bebas
Rini: ya ampun ini beneran.
Rini sedang duduk menangis di toilet sekolah, karena dia mendapati bahwa ia tengah
hamil dari laki-laki yang ia sebut kekasihnya. Ia tak maun melihat kembali benda yang
kini ia genggam di tangannya, ia tidak mau, anak ini harus ia gugurkan sebelum semuanya
tahu.
Rini: ahhh, sialan!
(menangis)
Rini: Kalo papa tahu, dia pasti bisa marah besar.
(Rini berlari ke dalam kelas)
Sesampainya di kelas, ia menengelamkan kepalanya dilekukan lengannya, ia sungguh
frustasi. Oki yang melihat Rini bersikap aneh, segera menanyakan Rini kenapa.
Oki: Rin. Lo kenapa? Bilang dong. Lo sakit? Mau ke UKS, Rin longgak kayak biasanya loh.
Pusing nggak?
Rini: Mendigan lo pergi deh! Gue lagi pengen sendiri.
Oki tersentak. Ia segera pergi ke bangkunya, dengan penuh tanda Tanya.
(Di rumah Rini….)
Rini: Aku harus bilang sama Fathur.
(Menelefon Fathur)
Rini: Kok ditolak sih.
Di telepon lagi. (suara telepon berdering)
Ayo dong angkat.
Rini: Halo!
Fathur: Halo sayang!
Rini: Aku mau ngomong serius sama kamu.
Fathur: Mau ngomong apa?
Rini: Sebenarnya aku hamil.
Fathur: Apaan? Salah kali. Gak usah hubunging gue lagi. Kita putuss!
Rini: Ihhh sialan, malah matiin dasar Fathur setan.
Pak Beni, Nur dan Riva heran dengan tingkah laku Rini akhir-akhir ini. Mereka curiga
akan keluhan Rini selama ini. Mereka mengira bahwa selama ini Rini hamil.
Nur: Mas, kenapa ya, akhir-akhir ini, Rini jarang ngumpul bareng kita, ada apa ya dengan Rini?
Pak Beni: iya nih Rini sekarang jadi pribadi yang menyendiri dan senang menyendiri di kamar.
Riva: Kakak juga suka nangis di kamar tau pah.
Pak Beni: iya?
Nur: Kenapa ya Rini?
Pak Beni: Rinnn, Riniii! Kesini sebentar.
Rini: iya pak. Ada apa?
Pak Beni: Kamu kok belakangan ini suka menyendiri dan nemgurung diri di kamar?
Rini: Masa sih pak? Perasaan aku engga, biasa aja.
Nur: masa? Jujur Rini
Rini: beneran, aku gakpapa kok mah.
Pak Nur: Jujur sama papah Rini, ada apa?
Rini: Aku gapapa kok pah.
Riva: Hmmm, kakak kan suka nangis di kamar. Kenapa tuh?
Dan benar saja tak lama dari kecurigaan mereka atas Rini, akhirnya Rini pun berkata
jujur, bahwa dia hamil dan telah dikeluarkan dari sekolah.
Rini: sebenarnya akum au jujur sama kalian. Aku hamil pah?
Nur: hamillll?
Pak Beni: apa apaan kamu Rini! Hamil?
Kamu kira ngurus anak itu gampang hah? Piker Rini pikiirrr.
Nur: Ibu gak habis piker sama kamu Rini.
Pak Beni: Mana laki-laki yang sudah hamilin kamu? Nggak tangguh jawab arghhhh
Rini: (berlutut) maafin aku pah mah.
Beni tetap dengan marahnya, ia enggan menatap wajah anaknya. Riva hanya menatap
nanar.
Riva: kak, aku kecewa sama kakak.
Pak Benu: saya bodoh Nur, saya bodoh.
Rini: mah maafin aku.
Nur: mas kamu sudah melakukan yang terbaik. Sudah begini kita bisa apa selain bisa
menjalaninya. Sudahlah tidak usah menyalahkan diri sendiri. Aku, kamu, semua salah.
Nur: Rini, saya tidak marah bukan berarti saya tidak kecewa.
Rini: pah maafin aku pah.
Pak Beni: pergilah, saya capek hari ini.
( Rini berdiri dan pergi ke kamarnya)
Beni mengusap mukanya yang kusut, anaknuya, anak pertamanya begitu tega melukai
hatinya.
Pak Beni: yah Tuhan, hatiku sakit
Beni menangis sekencangnya ia kehilangan dunianya.
***
Beberapa bulan kemudian di kediaman Rini dan Riva
Riva berjalan hendak bermain bersama teman-temannya. Namun sangat di sayangkan
ayahnya melarangnya.
Pak Beni: Mau kemana Riva? Sudah pukul 7 malam. Diam di rumah! Anak gadis kok keluar
malam.
Riva: papah apaan sih? Aku cuman keluar sama teman kelas doing kok… kekang lagi kekang
lagi. Udah lama loh pah. Aku gak akan kayak kakak.
Pak Beni: nggak akan tapi bisa saja begitu kan? Sudah diam di rumah. Nurut sama papah
Riva: ihhh sebal deh, papah ahh nngak asik.
Pak Beni: anak gadis kalua dibilangin. Saya khawatir.
Datanglah Nur denfan nampan yang berisi 2 gelas the hangat, dia tersenyum kepada Beni.
Ia meletakkan nampan itu di atas meja.
Nur: mas the dulu yuk. Sabar punya anak gadis itu tantangannya besar.
Beni: iya mah besar.
Nur: nikmati tehnya mas, ini penuh cinta bikinnya.
Beni: mamah bisa aja
Iya mah betul penuh cinta, wangi dan enak.
Nur: kamu bisa aja.
Beni dan Nur meminum tehnya masing-masing sampai tak tersisa. Bercengkrama di
tengah banyaknya penat mengurus anak-anaknya. Peran orang tua memang sangat susah,
tapi tetap harus dijalani dengan tabah.
Beni: ayo mah kita pergi tidur
Nur:iya nanti. Setelah beres cuci piring, disitu cucian masih banyak.
Beni: ayo aku bantu, biar gak terlalu capek
Nur: ayo pah.
Nur dan Beni pun pergi ke dapur untuk mrncuci piring bersama.
Di sekolah Riva saat sedang memasuki waktu istirahat.
Guru: baiklah anak-anakku sekalian, dicukupkan pelajaran sejarah hari ini, karena kalua lama-
lama takutnya kalian nyaman sama bapak, kalua nyaman kan repot. Saya sudah ada istri loh.
Satrya:uhh si paling ada istri.
Teman Riva: hehh gaboleh gitu Satrya.
:apa sih cantic gausah kayak gitu sanati aja kali.
Alex: kelas sensi nih boss, senggol dong.
Teman Riva: ehhh sudah-sudah,kok jadi pada rebut, silahkan pak.
Pak Ganjar pun pergi keluar, ia sudah sangat pasrah dengan kelas ini muridnya sungguh
membuat naik darah.
Riva: ehhh Fa, sebel banget deh. Masa gue itu dikekang terus tahu sama papa gue.
Fa(teman Riva): nggak boleh gitu Riva, nggak baik, orang tua kamu kan pasti pengen yang
terbaik, makanya mereka gitu. Mereka pasti punya alasan kenapa mereka gitu, sabar ya.
Riva: ehh Thifa kok lu sama aja kayak mereka sih. Sebal deh.
(teman Riva): yay a ya terserah deh, kamu udah jadi beda.
Riva: ihh apaan sih, nggak juga.
Riva murung di bangkunya sendiri. Temannya padahal benar. Ia anggap salah. Ia merasa
tidak ada yang mengerti dirinya.
Naura: kenapa nih?
Riva: biasa si Thifa nggak ngerttin banget tuh.
Naura: yay a aku paham paham, kimana kalua nanti malam kita party?
Riva: hah?
:iya party. Kita senang-senang agar sedih kamu hilang,
Riva: boleh boleh.
Naura:oke kalua mau. Nanti kamu jalan ke tempat ini ya.
Dadah, see youu.
Riva: okedeh dadahh.
Alex dan Satrya membeli minuman keras untuk mereka parti bersama teman-temannya.
Satrya: mas, harga amer berapa sih mas?
Penjual: biasa serratus ribu.
Satrya: duh gue ada gocap nih.
Alex: gue ada 40 ribu nih.
Sembilan puluh aja bang.
Penjual: ahh, tiap beli pasti begini, gue kerja babi seenaknya aja lo.
Penjual2: bocah ingusan sok sok an beli miras, edaan.
Penjual: baru nakal kali dia hahahahaah
Yaudah ambil aja nih,
Satrya: gue jalan ya mas.
Penjual: ya yaudah.
Setelah alex dan Satrya membeli miras, mereka pun pergi ke rumah Naura. Beberapa
menit kemudian Satrya dan Alex samapi di depan rumah Naura. Dan Satrya menghubungi
Naura bahwa dia sudah sampai di depan gerbang rumah Naura.
(suara telepon bordering)
Naura: halo?
Satrya: halo ini gue udah di depan.
Naura: ok, tunggu.
Ayokk, sini masuk.
Satrya: nihh, gue bawa apa nihh. Kita party yaa
Teman Naura: ayoo lah.
Naura: tunggu dulu, si Riva belum datang. Mana ya si Riva?
Teman Naura: gatau jalan kali dia.
Naura: yakali modelan kek dia gatau jalan.
Alex: langsung aja aja lah. Gua udah gak sabar nih.
Ketika mereka sedang asik ngobrol, tiba-tiba pintu rumah Naura diketuk oleh seseorang
dari luar.
( Suara ketukan pintu)
Naura: itu pasti si Riva. Buka gihhh
Teman Naura: ayo masuk.
Riva: hii
Maaf ya.
Alex: kemana aja lu.
Riva: tadi di jalan macet banget.
Alex: satrya kocok dulu.
Mereka berbincang-bincang sampai Satrya mengeluarkan satu botol minuman dari dalam
kresek.
Riva: minuman apa nih.
Alex: minuman enak,pokoknya kamu pasti suka.
Semua meminum air dari botol itu
Semua: Cheerrssss
Pandangan Riva mulai kabur, ia sungguh pusing.
(Rivapun pingsang)
Alex: hhahahaha misis berhasil
Sore hari Riva pun tersadar.
Satrya: Bangun Riva. Bangun lu Riva.
(Riva terbangun)
Pandangannya kabur, ia masih tetap sedikit pusing.
Riva: Kalian tadi apa ya? Kok pusing gini sihh
Satrya: apaan sih Riva, lebay banget
Alex: ayoo ayoo mau otw sekarang.
Naura: ayoo ayoo
Teman Naura: lo pasti akan senang dehh
Alex: ayoo cepat.
Naura dan kawan-kawan membawa Riva ke salah satu tempat hiburan malam.
***
Riva: kalian seruh juga yaa
Naura: iyaa dong
(mereka sangat bersenang-senang)
Riva: makasih yaa.
Riva yang heran ini dimana tapi tetap mengikuti temannya yang berjoget ria. Tapi
sungguh dia bisa melupakan kesedihannya semata, samapi ia lupa waktu.
……
Mereka semua menikmati alunan musik yang sungguh bisa membuat telinga sakit, bau
alkohol dimana-mana. Wanita berbaju aneh juga dimana-mana. Riva sadar dia tengah
berada di sebuah klub, namun ia hanya bisa pasrah, ia hanya inginketenangan yang
dijanjikan Naura kepadanya.
Riva tidak sadar bahwa sedari tadi dia di videoin oleh Satrya. Ia akan menyebarkan video
Riva yang pergi ke klub malam.
***
Setelah kejadian itu pak Ganjar selaku guru Riva, menemui orang tua Riva.
Pak Ganjar: jadi begini pak, tentang masalah Riva, kami selaku pihak sekolah mengetahui bahwa
Riva sedang berpestaria dan minum minuman bersama teman-temannya di satu club.
Pak Beni: mohon maaf pak. Apakah bapak sudah yakin bahwa itu anak saya? Saya kurang
yakindengan apa yang bapak bicarakan. Anak saya tidak mungkin melakukan hal seperti itu.
Pak Ganjar: kami sudah menghubungi beberapa pelaku yang terlibat dalam video tersebut dan
kami yakin bahwa Riva terlibat dalam video tersebut.
Pak Beni: apakah boleh saya melihat buktinya.
Pak Ganjar: jika bapak berkenan silahkan menonton video ini.
(pak Ganjar memberikan bukti video tersebut ke pak Beni)
Pak Ganjar: apakah bapak sudah yakin?
Pak Beni: sepertinya saya akan menghukum dia.
Terimah kasih atas informasih yang bapak berikan. Mohon maaf anak saya telah
mencoret nama baik sekolah ini pak. Terima kasih saya akan segera pulang dan memberitahu
Riva apa yang telah kita bicarakan hari ini. Terima kasih atas kerja sama bapak.
Riva di panggil ke ruang tamu atas kelakuannya, ia harus mempertanggunjawabkannya
Pak Beni: Rivv, Rivaa, kesini kamu
Riva berjalan takutke arah bapaknya yang sudah siap akan memarahinya
Riva: iya pah, ada apa?
Pak Beni: saya memberi izin kamu keluar bukan untuk ini ya, bukan Riva. Sangat memalukan.
Kamu berjanji untuk tidak seperti kakak, tapi apa, kamu sama aja. Saya capek Riva, kamu tidak
pernah belajar, belajarlah dari kesalahan kakakmu! Bertemanlah dengan orang yang baik bukan
seperti ini.
Riva: maaf pah
Nur: Riva, ibu sungguh kecewa pada kamu. Ibu percaya kamu anak yang baik, kenapa seperti
ini? Kami kurang baik apa sama kamu Riva? Sampi kamu berani berbuat seperti itu.
Riva: maaf mah, tapi aku hanya ingin menghilangkan penat.
Pak Beni: aku selalu salah untuk menjaga anakku. Aku memang bukan orang tua yang baik.
Nur:kamu jangan bilan begitu mas. Kamu nggak belajar dari kakakmu sih.
Pak Beni: masuk ke kamar Riva! Saya akan menghukum kamu, semua fasilitas saya sita, kamu
nggak saya beri uang jajan!
Riva: jangan dong pah! Riva minta maaf.
Pak Beni: nggak bisa, jangan temui teman manapun lagi, kamu dikeluarkan dari sekolah.
Sekolah mana lagi yang akan menampung kamu? Masuk kamar!
Riva: maaf pah, Riva salah.
Pak Beni: udah tahu salah kenapa kamu coba. masuk!
Nur: masuk Riva.
Riva masuk kamar dengan perasaan yang sakit, dia menangis tapi itu karena ulahnya, dia
menyesal sungguh menyesal, dia lelah, dia tidak akan punya teman, dia akan sendirian,
apakah lebih baik jika ia pulang? Dia sungguh lelah.
***
Satu minggu kemudian Riva resmi dikeluarkan dari seokolah, dia hanya bisa merenung,
dia menyia-nyiakan masa depannya, dia tidak punya teman dan taka da sekolah manapun
yang mau menerimanya setelah videonya tersebar luas.
***
Setelah tahu bahwa Riva resmi dikeluarkan Athifa mengunjungi rumah Riva. Dia berniat
untuk kembali mengajak Riva ke jalan yang lebih baik, bahwa masih ada temannya yang
begitu menyayanginya.
(sesampainya di rumah Riva, Thifa segera mengetok pintu rumah Riva dan dibukakan oleh Rina)
Rina:mau ke siapa?
Thifa: mau ke Riva. Ada Rivanya?
Rina:ada.
Riva ada teman kamu tuh
Riva: ahhh, siapa sih kak? Orang udah gak punya teman juga.
Rina: sini lihat dulu.
Riva: iyaa yaa sebentar.
Rina: hayu masuk, duduk dulu. Silahkan duduk.
Thifa: iyaa.
Thifa: aku kesini buat kamu. Aku tahu kamu salah,ayok kembali lagi sama aku yang lalu biarlah
berlalu aja,aku pengen kamu jadi lebih baik lagi seperti dulu. Gua akan selalu jadi teman kamu
kok. Jadi gimana kamu mau sama aku lagi gak?
Riva: akum au. Makasihh ya. Aku nggak nyangka kamu masih mau berteman sama aku.
Riva bersama Thifa menjadi teman yang baik. Mereka tumbuh bersama. Dia mengajak
Riva ke jalan yang benar, jalan yang di kasih Tuhan, mengajak Riva kea rah pergaulan
yang baik.

Selesai

Anda mungkin juga menyukai